Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara Bagian 13
penonton tersirap. Mereka melihat betapa
cepatnya pedang menyambur namun Si buta
seolah tak oeduli, ia tetap begitu sampai
pedang sejengkal di perut. Akan tetapi ketika
kakek itu menyontek dan menikam dagu, inilah
kelanjutannya maka mereka benar-benar
kagum Karena secepat itu si buta mengelak1337
dan menangkis, pedang kedua disembar
kakinya bagai kuda menyepak.
"Trangg!" Orang benar-benar riuh.
Gerakan atau gaya yang diperlihatkan si buta
ini benar-benar luar biasa dan mengagumkan.
Kaki atau tulang belakang punggungpun
seakan bermata. Dan ketika it-liong-tah
terpekik pedangnya terpental, Ji -liong-tah
terhuyung dan hampir terjelungup disepak
pedangnya maka dua kakek ini terkejut karena
dalam segebrakan itu saja mereka merasakan
kelihaian si buta.Orang buta ini seakan melek
saja!
"Hmh, bagus, tapi awas jurus kedua..!"
kakek pertama tak mau berhenti dan ia
mengikuti ayunan pedangnya memutar tubuh.
Gerak itu disebut Naga Menara Berputar Dua
Kali, pinggang meliuk dan tahu-tahu ia
bertukar tempat dengan sutenya. Memang
mereka sudah berpasangan dan mainkan
Siang-liong-tah-kiam-hoat (Silat Pedang
Sepasang Naga Menara). Dan ketika masing
masing menusuk dan membabat lagi, bhesi
atau pasangan kuda-kuda dibuat. sekokoh1338
mungkin maka Chi Koan harus mengakui
bahwa dalam tangkisan pertamanya tadi ia tak
mampu melepaskan pedang lawan. Belum
secepat itu pertandingan usai.
"Trang-trangg!" si buta melakukan
gerak membungkuk, perut hampir menempel
lantai dan saat itulah tongkatnya menyambar
ke atas. Sekaligus ia menangkis dua batang
pedang mengejutkan lawan, bunga api
berpijar. Dan ketika dua kakek itu terdorong
oleh tenaga yang amat kuat, si buta menabah
tenaganya maka bhesi atau pasangan kuda
kuda Naga Menara nyaris goyah! Hal ini
membuat kakek pertama terkejut dan
penasaran, mulai mengenal kehebatan Hok-te
Sin-kang. Akan tetapi karena pertandingan
baru berjalan dua jurus dan belum apa-apa
maka kakek ini memindah sepasang kakinya
dan selanjutnya sambil menekuk atau
menggeser lutut ia merobah-robah gerakan,
maju mundur dengan cepat dan sepasang
kakinyapun mencuat berkali-kali. Pedang
mulai diiringi tendangan. Dan ketika sang sute
mengikuti dan lantai panggung tergurat srat-1339
sret-srat-sret maka tampaklah betapa dua
kakek ini sudah mengelilingi lawan dengan
cepat dan kaki mereka kokoh tak mudah
bergeming.
Permainan bhesi atau silat kaki ini
menjadi menarik karena gerakk atau
perpindahan kaki itu denikian indah dan amat
kuatnya, juga gagah!
Penonton bersorak-sorsi. Mereka
melihat betapa si buta berkelebatan dan
tampak kewalahan, menghindar atau
mengelak serta menangkis akan tetapi tongkat
hanya membuat pedang terpental. Pinggang
ke atas dari dua kakek ini boleh terdorong akun
tetapi sepasang kaki mereka menancap kuat,
inilah bhesi atau pasangan kuda-kuda yang
membuat penonton riuh. Mereka kagum dan
memuji Sepasang Naga Menara itu. Dan ketika
jurus demi jurus lewat dengan cepat dan It
liong-tah menghitung-hitung, terkekeh dan
tertawa melihat lawan berkelebatan mengelak
sana-sini maka sepuluh jurus lewat dengan
cepat dan tamu-tamu terhotmat
menbelalakkan mata.1340
Akan tetapi Beng San tertawa. Anak
muda ini tiba-tiba geli melihat tontonan itu,
tahu benar gurunya bersandiwara dan
tawanya membuat kening berkerut penonton
sebelah. la ditanya kenapa tertawa. Dan ketika
iu menjawab bahwa empat jurus lagi gurunya
beraksi, lawan akan roboh maka penonton itu
penasaran, tak percaya!.
"Suhu hanya mendengarkan dan
mempelajari ilmu silat kakek itu, silat pedang
pasangan itu. Setelah itu suhu akan membalas
dan empat jurus lagi mereka bakal terkejut!"
"Tapi suhumu kelabakan, ia maju
mundur kebingungan!"
"Ha-ha, itu akalnya saja. Lihat sudahkah
pedang mengenai tubuhnya, Sobat, apakah
dua kakek itu mampu menyentuh pakaiannya
meskipun mendesak dan mrangsek!"
Orang ini terkejut. Memang dalam
sepuluh jurus ini belum satu kalipun pedang di
tangan dua kakek itu menyentuh si buta.
Jangankan tubuhnya, pakaiannyapun tidak!
Maka ketika ia mulai ragu dan menonton
dengan perasaan tegang tiba-tiba saja1341
terdengar benturan nyaring dan pedang di
tangan Ji-liong-tah terlepas keudara.
"Tigabelas!"
Orang itu berubah. Benar saja ramalan
ini terbukti ketika si buta menangkis Ji-liong
tah, begitu kuatnya hingga pedang mencelat
dari tangan tuannya.. Akan tetapi ketika kakek
itu berjungkir balik menyambur pedangnya
lagi. Suhengnya menyerang dan
melindunginya hingga selamat dari kejaran si
buta maka kakek itu mendapatkan senjatanya
lagi namun Chi Koan tertawa menyambut It
liong-tah, kakek pertama.
"Empatbelas!"
It-liong-tah mati-matian
mempertahankan senjata. Setelah sepuluh
jurus lewat dan tiga jurus berikut berjalan
dengan cepat dan lebih seru maka sepasang
kakek ini mati-matian mendesak lawan. Dalam
limabelas jurus inipun apabila si buta tak
mampu dirobohkan maka mereka harus
mundur, mengakui kalah. Hal itu
mengakibatkan mereka menjadi penasaran
dan kaget serta marah, apalagi selama sepuluh1342
jurus itu tak satupun serangan-serangan
mereka mengenai lawan. Tubuh si buta itu
bagai bayang-bayang saja yang tak dapat
disentuh. Maka ketika masing-masing menjadi
geram dan pedang di tangan bersilang naik
turun delapan kali, memotong dan mencegat
si buta itu maka lawan menangkis akan tetapi
itulah yang dikehendaki Chi Koan. Tongkat di
tangan sebenarnya sudah terisi Hok-te Sin
kang dan hanya karena menunggu saat baik
saja si buta ini membiarkan diri didesak.
Dengan Lui-thian-to-jitnya (Kilat
Menyambar Matahari) mana mungkin dua
kakek itu menyentuh tubuhnya, pakaianpun
tidak. Maka ketika membuat lawan penasaran
dan kalau saja ini bukan pibu tentu sejak tadi ia
menghntam dan merobohkan mereka maka
baru pada jurus ketigabelas itulah ia bergerak
dan pedang di tangan Ji-liong-tah ditangkis
terlepas, telapak luka berdarah akan tetapi tak
disangka kakek kedua itu berjungkir balik
merampas pedangnya lagi. Kakek ini rupanya
berusah mati-matian untuk tetap
mempertahankan senjata, biarpun telapak1343
terkupas dan tak mungkin dipakai menyerang
lagi. Dan karena ia beruntung sang suheng
menusuk dan menghadang lawan pedang
tertangkap kembali maka It-liong-tah inilah
korban berikutnya karena begitu pedang
menusuk secepat itu pula Chi Koan
menggetarkan gagang tongkat dan
membentur dengan amat keras, kakipun
menyapu dari bawah.
"Trang-blukk!" San kakek terlempar
sementara pedangnya patah dua. It-liong-tah
terguling-guling dan merasa paha luarnya
remuk redam, mengeluh dan membelalakkan
mata sementara sutenya menyerang kembali.
Kakek ini memindah pedang di tangan kiri dan
membacok dari atas, karena telapak kanannya:
sudah pecah dan beset luka-luka. Akan tetapi
karena Chi Koan sudah miringkan kepala dan
mendengar desing pedang itu, gemas juga
akan kenekatan kakek ini maka iapun
memindah tongkat di tangan kiri dan bacokan
itu disambutnya dengan dua jari telunjuk dan
tengah yang tentu saja terisi penuh Hok-te Sin
kang.1344
"Pletak!" Kakek ini terkejut dan terseru
tertahan. Pedangnya bagai batang lidi bertemu
dua jari si buta, ditekuk dan patah dan saat
tertegun itulah tongkat menyontek. Gerakan
ini tak diduga karena datang begitu tiba-tiba,
sekuat apapun kuda-kudanya pasti roboh.
Maka ketika si buta mengungkit dan
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mendepak perlahan, terpelantinglah kakek itu
maka Ji-liong-tah inipun terjerembab dan
roboh tersungkur, dagunya mengenai papan
panggung.
"Dukk!" Selesailah pertandingan
diiringi tepuk sorak penonton. Begitu riuh
mereka bertepuk setelah Semuanya berjalan
menegangkan. Kemenangan dan kegagahan
sibuta ini memang benar-benar
mengagumkan, suara mereka menutup
serangan dan keluhan Ji-liong-tah. Akan tetapi
ketika Chi Koun maju dan menolong kakek itu,
mengusap dan menggosok-gosok tubuhnya
maka simpati penonton bertambah dan hiruk
pikukpun tak depat dicegah lagi.
"Chi-taihiap menang .telak!"1345
"Chi-taihiap gagah dan patut menjadi
bengcu!"
"Hidup Chi-bengcu!"
Chi Koan bangkit tersipu-sipu dan
menggoyang-goyang lengan. Seruan dan pekik
penonton tentu saja membuatnya rikuh. la
memang girang akan tetapi harus tetap
menjaga perasaan lawan, tak boleh dua kakek
itu dendam. Maka ketika ia menggoyang
goyang lengan dan berseru bahwa di situ
masih terdapat banyak orang pandai, ketua
ketua Pek-lian-pang dan Ui-eng-pang serta
Yang-liu Lo-lo dan lain-lain maka sikap si buta
ini semakin menaruh kagum dan hormat yang
besar. Taktik Chi Koan memang jitu sekali.
"Tunggu, cuwi-enghiong harap jangan
buru-buru menyebutku bengcu. Di sini masih
terdapat banyak orang-orang pandai dan aku
belum berani menerima sebutan itu. Harap
cuwi-enghiong tenang dan pibu belum usai!"
Penonton berteriak gaduh dan Ning
pangcu melayang naik ke atas panggung..
Sebenarnya dialah yang menyulut keadaan
dan membuat tamu-tamu undangan gembira.1346
Maka ketika dia mengangkat tangan tinggi
tinggi dan minta semua tenang,wajah ketua
See-ouw-pang ini juga gembira dan berseri
seri maka dia memandang semuanya dan
menghadap tokoh-tokoh di kursi depan, para
tamu kehormatan yang tampak terkejut dan
mulai gentar.
"Aku tak tahu lagi apa yang harus
kukatakan di sini. Kalian telah melihat
kemenangan dan kelihaian jagoku, cuwi-eng
hiong. Chi-taihiap menang telak atas
saudara kita yang terhormat Siang-Liong-tah.
Sekarang kutegaskan pendapatku pribadi, Chi
taihiap memang layak menjadi bengcu. Akan
tetapi karena di sini masih hadir yang
terhormat rekan-rekan Pek-lian-pang dan Ui
eng-pang, juga Yang-liu Lo-lo dan lain-lain
maka kupersilakan naik bila ingin menguji Chi
taihiap. Entahlah bagaimana maunya kalian
asal semua berlaku jujur dan adil. Pibu ini akan
semakin ramai bila yang terhormat Yang-liu Lo
lo dan lain-lain menyemarakkan suasana".
Tepuk riuh meledak lagi. Dari kiri kanan
muncul seruan-seruan agar orang-orang yang1347
disebut itu naik, Di kursi kehormatan memang
masih berkumpul lima tokoh yang belum
menunjukkan kepandaian, kecuali Yang-liu Lo
lo yang sudah bertanding dengan Siauw Lam.
Akan tetapi karena mereka ini mulai kecut dan
gentar, kepandaian si buta memeng luar biasa
maka ketua Ui-eng-png. maupun Pek-lian-pang
tampak ragu dan saling pandang, begitu juga
Lo Han-hok-houw ataupun Tong-bun-Su-jin
(Empat Pendekar Keluarge Tong). Di antara
mereka ini sebenarnya Tong-bun-su-jin itulah
yang paling banyak, jumlah mereka enpat
orang. Akan tetapi karena mereka rikuh dan
malu hati maka akibatnya semua yang disebut
ini seakan menunggu yang lain untuk maju,
dorong-mendorong dengan isyarat mata.
"Ha-ha, sebaiknya maju saja bareng.
Suhu tentu tak keberatan menerima itu. Eh,
maaf Ning-pangcu, daripada menunggu satu
sama lain sebaiknya suhu dikeroyok saja, biar
mantap. Calon bengcu harus berani
menghadapi tantangan apapun dan aku yakin
suhu mampu mengalahkan mereka!" Beng
San, yang berdiri dan bertepuk tangan tiba-1348
tiba mengejutkan semua undangan. Kata
katanya nyaring dan lantang sementara Chi
Koan ikut terkejut. Sebagai orang yang harus
menunjukkan perangai baik tentu saja ia
membentak muridnya itu. Akan tetapi ketika
anak ini membantah dan bandel menyanggah,
bukankah gurunya harus meyakinkan semua
orang maka kata-kata anak muda itu terdengar
berani dan masuk akal, meskipun bagi yang
berkepentingan membuat telinga panas dan
wajah merah.
"Aku tidak mengagul-agulkan
diri,m?lainkan semata agar orang benar -benar
puas dan percaya kepandaianmu. Kalau kau
dapat merobohkan dan mengalahkan mereka
tentu jabatan bengcu tak perlu diragukan lagi,
suhu. Sebagai orang yang paling dekat dan
tahu kepandaianmu aku yakin kau dapat
mengalahkan mereka. Bukankah sedikit
banyak aku telah mengukur kepandaian
penantangku tadi!"
"Akan tetapi usulmu sombong dan
merendahkan orang, tidak memandang
mata!"1349
"Ah, ini bukan sombong atau tidak,
suhu, bukan memandang sebelah mata atau
tidak. Kalau tak ada lagi yang mampu
menandingimu satu lawan satu apakah tidak
sebaiknya dikeroyok saja. Aku hanya ingin
menunjukkan kepada semua orang bahwa kau
patut menjadi bengcu, itu saja!"
Chi Koan mengejap-ngejapkan mata
dan debat atau bantahan ini memang dapat
diterima semua orang. Sebagai calon bengcu
yang kelak bertugas berat para tokoh di situ
memang harus diyakinkan luar dalam. Untuk
itu boleh saja dia dikeroyok. Dengan Hok-te
Sin-kangnya ia mampu mengalahkan semua
lawan-lawannya. Akan tetapi karena
bagaimanapun ia harus pura-pura marah,
menegur dan menolak muridnya itu maka
Yang-liu Lo-lo terkekeh dan tiba-tiba melayang
naik ke panggung lui-tai.
"Muridmu berani dan amat percaya
diri. Kalau benar kau mampu menghadapi kami
semua boleh saja kami maju, Chi-taihiap, akan
tetapi kalau kau kalah atau roboh hilanglah
kesempatanmu menjadi bengcu. Heh-heh,1350
kami harus mengakui bahwa Satu lawan satu
berat. Jalan menandingimu rupanya harus
maju bareng. Kalau kau berani kami tak akan
menganggapmu sombong dan justru kami
menaruh hormat setinggi-tingginya!"
"Benar!" Lo-han-hok-houw si gemuk
pendek terkekeh, menyambung dan
berjungkir balik pula ke atas panggung. Kalau
muridmu demikian percaya tak apa kami
semua msju, Chi-taihiap, justeru membuka
mata kami dan meyakinkan kami akan
kepandaianmu yang luar biasa itu. kami tak
menganggapmu sombong!"
"Nah, apalagi," Yang-liu Lo-lo gembira
sambil menepuk kedua tangannya. "Lo-han
hok-houw sudah setuju, Chi-taihiap, dan
mereka yang lain tentu sependapat pula. Ayo,
kalian ke sini!"
Dua ketua Ui-eng-pang dan Pek-lian
pang akhirnya berkelebat ke panggung lui-tai.
Gerakan mereka ini disusul pula oleh Tong
bun-su-jin dan penuhlah panggung dengan
tokoh-tokoh utama. Sorak dan tepuk tangan
meledak lagi. Akan tetapi ketika empat1351
saudara Tong itu mengangkat tangan tinggi
tinggi dan menenangkan semua orang maka
yang mukanya kehijauan tertawa masam
berkata, suaranya rendah akan tetapi
panggung dan tamu undangan tergetar oleh
kekuatan khikang yang dikerahkan laki-laki ini.
Dialah Tong Kit saudara tertua.
"Maaf, harap cuwi-enghiong tenang.
Kami empat bersaudara Tong telah bicara
sendiri dengan sedikit malu hati. Tanpa
bermaksud mengurangi apalagi merendahkan
Chi-taihiap kami ingin maju dulu menghadapi
calon bengcu. Yang bersangkutan siap
dikeroyok. Karena kami berjumlah paling
banyak dan Yang-liu Lo-lo serta rekan-rekan
bakal memenuhi panggung kalau maju semua
bagaimana jika kami berempat main-main
dulu dengan Chi-taihiap. Kalau kami kalah
barulah Ui-eng-pangcu dan kawan-kawan
membantu baru semua dari kami mengeroyok.
Sebab kalau belum apa-apa sudah
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjatuhkan vonis Chi-taihiap tak
memperoleh lagi ke?empatannya bukankah
rasanya tak adil. dengen merobohken kami1352
berempat saja rasanya cukup menjadi tolok
ukur bahwa Chi-taihiap memang pantas
menjadi bengcu. Akan tetapi kalau masih siap
menghadapi gelombang kedua tentu saja kami
semakin mantap dan percaya bahwa sahabat
kita ini benar-benar pantas menjedi bengcu,
kalau ia sudah dapat merobonkan kami. Nah,
bagaimana pendapat cuwi enghiong dan
rekan-rekan!"
Tepuk riuh meledak lagi. Chi Koan
tersenyum-senyum mendengar ini dan Yang
liu Lo-lo dan lainnya mengangguk-angguk.
Sepintas laki-laki ini bersikap jujur akan tetapi
bagi yang mengerti justeru mengerutkan
kening. Ujian pertama menghadapi empat
orang itu akan disusul ujian kedua menghadapi
keroyokan total. Kalau si buta habis tenaganya
maka dalam pertandingan kedua bakal
terancam bahaya. Inilah kecerdikan saudara
tertua Tong-bun-su-jin itu. Dan ketika Yang-liu
Lo-Lo serta yang lain mengangguk-angguk,
saling pandang dan mengerti maka nenek itu
terkekeh menjawab,1353
"Aku pribadi hanya ikut-ikutan,
terserah Ui-eng-pangcu dan lain-lain. Akan
tetapi kalau calon bengcu menolak agaknya
berabe juga. Heh-heh, biarlah aku menonton
di bawah dulu dan silakan kalian ambil
keputusan!"
Dua ketua Ui-eng-pang dan Pek-lian
pang tersenyum. Mereka saling pandang dan
memberi isyarat. Lalu ketika masing-masing
mengangguk dan melayang turun, disusul Lo
han-hok-houw maka dua orang ini berseru,
"Yang-liu Lo-lo tidak salah. Karena Chi
taihiap tentu tak takut menghadapi ini biarlah
nanti saja aku kembali!"
"Dan aku menunggu kesempatan itu.
Nenek itu benar, Han-pangcu, kita menonton
saja di bawah dan biar Tong-bun-su-jin main
main dulu deng saudara Chi!"
"Dan aku malu sendirian di sini Ha-ha,
biar kuikut kalian lagi, Pek-lian-pangcu . Tentu
Chi-taihiap tak keberatan menerima tantangan
Tong-bun-su-jin!" Lo-han-hok-houw, yang juga
bergerak dan melayang turun mengikuti dua
rekannya ini. Semua orang sudeh duduk1354
kembali dan tinggallah Tong-bun-Su-jin di
panggung lui-tai. Mereka ini memang sudah
berbisik-bisik untuk menghadapi saja si buta
itu, baru yang lain kalau mereka roboh. Maka
ketika yang tertua sudah mempersiapkan diri
dan membentuk lingkaran segi empat,
mencabut senjata musing-masing yang aneh
maka berturut-turut semua undangan dibuat
tertawa ketika masing-masing mengeluarkan
alat pertukangan seperti palu dan gergaji, juga
bor dan potlod!
"Ha-ha Tong-bun-su-jin hendak
membangun rumah. Beruntunglah Ning
pangcu mendapat ahli-ahli bangunan seperti
ini!"
"Atau mereka mau menggergaji calon
bengcu. Hei, hati-hati, Chi-taihiap. Alat-alat
pertukangan di tangan mereka berbahaya!"
Chi Koan miringkan kepala dan terkejut
juga oleh senjata-senjata aneh di tangan Tong
bun-su-jin ini. Ternyata ia menghadapi
sekelompok para tukang yang kebetulan
bersaudara. Tong Kit yang tertua memegang
palu, sementara adiknya Tong Lam dan Tong1355
Mui membawa gergaji dan bor panjang. Tong
Nu, saudara termuda membawa potlod dan
benang. Akan tetapi karena mereka jelas
bukan orang-orang sembarangan dan alat-alat
tukang di tangan mereka itu adalah senjata
berbahaya, potlod dan benang dapat menotok
dan menjirat leher maka Chi Koan berhati-hati
karena palu dan gergaji serta bor itu bukanlah
barang mainan di tangan empat orang ini,
apalagi sebagai tokoh-tokoh selatan!
Namun si buta tentu saja tidak gentar.
Bukanlah Chi Koan kalau takut menghadapi
semua itu. Maka ketika ia tersenyum dan
hilang terkejutnya, sebenarnya lebih heran
daripada terkejut maka wajah si buta ini tak
menunjukkan reaksi apa-apa dan tetap tenang
serta kalem, hal yang membuat Tong-dun-su
jin kagum
"Suwi (empat saudara terhormat)
sudah bersiap, silakan mulai saja. Aku akan
merobohkan kalian dan hati-hati menjaga
senjata!"
"Taihiap akan memukul lepas senjata
kami pula?"1356
"Benar, Tong-lo-enghiong, dan agaknya
tidak lebih dari dua puluh lima jurus!"
"Bagus, kau sendiri yang berjanji. Kami
mulai dan awas! !"
Tong kit yang pertama memberi aba
aba dan tiba-tiba tanpa banyak cakap lagi ia
menerjang dan menggerakkan palunya dengan
tangan kokoh dan kuat. Deru menyambar
disusul saudara nomor dua, gergaji yang
digerakkan menyerong seperti orang
memangkas kayu. Lalu ketika yang lain
menyambar dengan amat cepat, bor dan
potlod serta benang maka berturut-turut dan
susul-menyusul empat bersaudara itu telah
mencegat atau memotong jalan lari Chi Koan.
"Trik-plak-crangg!" Chi Koan memang
harus menangkis dan si buta inipun cepat
menggerakkan tongket mengerahkan Hok-te
Sin-kang. la membuat senjata lawan terpental
dan empat orang itu terkejut karena telapak
mereka pedas dan sakit,senjata di tangan
hampir saja mencelat!
Dan ketika mereka berseru keras
melema?kan pegangan, mundur dan1357
menyerang lagi maka selanjutnya empat
bersaudara ini berkelebatan mengurung dan
menyerang akan tetapi mereka lebih berhati
hati untuk bertemu tongkat.
"Wut-wut-wiirrr!" Empat tubuh
beterbangan bagai Rajawali menyambar
nyanbar dan tepuk tangan penonton tak dapat
ditahan lagi. Bagai siluman atau bayang
bayang setan empat saudara ini mengetok dan
memukul, menjirat atau menotok dan ternyata
yang amat merepotken adalah senjata di
tangan saudara termuda. Laki-laki inilah yang
menerobos pertahanan dan benang atau
potlodnya itu menjedi pendobrak, saudaranya
yang lain tinggal masuk dan inilah yang
berbahaya. Palu dan gergaji serta bor
bercuitan menyembar-nyambar. Dan ketika
Chi Koan mengerutkan kening sementara
penonton mulai bersorak-sorak ada yang
menghitung jurus demi jurus maka si buta
membentak dan tiba-tiba berkelebatan
mengerahkan Lui-thian-to-jitnya itu.
"Plak-tring-crangg!" Betapapun Tong
bun-su-jin tak mungkin menghindar. Setelah1358
mereka beterbangan dan Chi Koan
mengerahian ginkangnya maka tubuh si
butapun lenyap menyambar-nyambar.
Bayangan tongkat melebar bagai sayap
menyapu sana-sini membentur senjata lawan
dan terpekiklah empat bersaudara itu karena
mereka terpental dan jatuh terpelanting. jurus
sudah melewati tujuh dan sekejap kemudian
limabelas. Tak pelak lagi penontonpun menjadi
riuh. Mereka yang tak mampu mengikuti
pertandingan mulai mendengarkan seruan
atau teriakan teman-teman mereka. Namun
ketika teman-teman inipun terkejut
kehilangan sasaran, si buta tak dapat diikuti
lagi sementara Tong-bun-su-jin terjengkang
dan berteriak kaget maka tongkat panjang
yang melebar bagai payung itu menguasai
keadaan dan trang-tring-trang-tring disusul
dengan keluhan ataupun jerit kesakitan!
Kagumlah semua orang. Chi Koan
memang tak ingin main-main lagi dan unjuk
gigi. Setelah berturut-turut ia dijajal dan
menghadapi lawan yang kian bertambah iapun
tak mau bertindak setengah-setengah .1359
Sekaranglah saatnya menundukkan orang
orang kang-ouw ini. Maka ketika ia
berkelebatan sementara. tongkatnya
menangkis dan memuncratkan bunga api,
lawan terpekik dan pucat serta berubah maka
orang termuda dari Tong-bun-su-jin itulah
yang harus dirobohkannya pertama kali dulu.
Benang dan potlod yang menyambar dibelit,
Chi Koan sudah memutar tongkatnya secara
membalik. Maka ketika lawan, terkejut
menarik benang, molor dan pu-tus iapun
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengungkit dan "... bress!", robohlah laki-laki
itu dengan lutut terkilir. Chi Koan
menendangnya dari bawah dan laki-laki ini
terlempar keluar panggung.
Akan tetapi karena si buta tidak
berhenti di situ saja dan meneruskan gerakan,
tiga lawannya kehilangan ujung tombak maka
tangan kiri mendorong dan... menjeritlah
orang ketiga dari Tong-bun-su-jin. Laki-laki ini
kena pukulan Hok-te Sin kang dan terbanting,
hitungan sudah lewat duapuluh jurus. Lalu
ketika orang pertama dan kedua menjadi
pucat, kini merekalah yang dikelilingi si buta itu1360
maka tak ada jalan lain ketika gergaji dan palu
harus menangkis dan mempertahankan diri,
padahal seharusnya tak boleh mereka beradu
tenaga dengan tongkat di tangan si buta itu.
"Crang-crangg!" Telapak yang sakit
malah terbeset. Tanpa ampun lagi dua orang
ini melepaskan senjata mereka, berteriak
gentar. Akan tetapi karena Chi Koan benar
benar hendak merobohkan mereka dan tak
memberi ampun maka jari si buta bergerak
dan, hampir berbareng dengan tongkat
totokan lihai membuat kakak beradik itu
mengeluh dan roboh dengan tubuh kaku, mirip
batang pisang.
"Bluk-bluk!" Pecahlah pekik gegap
gempita menggetarkan panggung. Duapuluh
lima jurus si buta menyelesaikan pertandingan
dan Tong-bun-su-jin berserakan dengan muka
pucat. Mereka yang di luar tertatih-tatih
bangun, merangkak dan akhirnya berjalan
susah-payah mendekati suheng dan ji-suheng
mereka. Dan ketika Chi Koan menyimpan
tongkutnya kembali setelah membebaskan
totokan mereka, merah padamlah empat1361
bersaudara ini maka si buta berseri-seri
membungkukkan tubuh, sikapnya hormat dan
simpatik.
"Maaf..maaf aku telah menyakiti Su-Wi
semua. Pertandingan telah usai, Suwi
enghiong, dan aku harus mengakui bahwa
senjata kalian yang aneh-aneh hampir saja
membuatku bingung. Untunglah aku memiliki
Hok-te Sin-kang dan peninggalan guruku ini
ternyata penyelamat diriku. Harap kalian
bangun dan maaf kalau pukulanku terlalu
keras,"
Empat bersaudara itu menjura dalam
dalam dan kekalahan ini harus mereka terima
dengan jiwa besar. Tak ada lagi rasa ragu atau
dendam, lawan nemberi muka mereka. Dan
ketika yang tertua menyeringai pehit,
kekalahan harus diterima dengan lapang dada
maka laki-laki berusia limupuluhan ini berkata,
suaranya benar-benar merendah,
"Chi-taihiap benar-benar pantas
menjadi jago, kami mengakui kehebatanmu.
Beruntung kami merasakan Hok-te Sin-kang
dan peninggalan Bu-tek-cin-keng itu kiranya1362
betul-betul hebat. Terima kasih dan puas kami
kalah!"
"Heh-heh, hi-hik!" Yang-liu Lo-lo
melayang dan terkekeh di atas panggung.
"Sekarang bagaimana ujian terakhir, Tong bun
su-jin, masih berlaku atau tidak. Apakah Chi
taihiap masih berani menghadapi keroyokan
penuh!"
"Luar biasa, benar-benar
mengagumkan. Aku si Penakluk Harimau ini
dibuat melek lahir batin, Yang-liu Lo-lo
sungguh perkasa dan lihai sekali Chi-taihiap ini.
Ha-ha, tentu kami kecewa kalau ujian terakhir
dibatalkan. Masa Chi-taihiap harus mundur!"
Lo-han-hok-houw (Buddha Penakluk Harimau)
berkelebat den tertawa-tawa puia di panggung
lui-tai. Dia cepat menyusul Yang-liu Lo-lo
setelah melihat betapa nenek itu memberi
isyarat dan minta teman-temannya ke atas. Si
buta mengusap keringat dan sedikit atau
banyak telah berkurang tenaganya. Maka
ketika ia gembira namun sedikit gentar,
sendirian saja tak mungkin ia berani maka
diajaknya kawan-kawannye itu dan Chi Koan1363
maklum akan maksud orang-orang kang-ouw
ini, apalagi Setelah ketua Ji-eng-pang den Pek
lian-pang naik.
"Benar, kami harus mengakui
kehebatan calon bengcu ini, akan tetepi
kecewa kalau belum sedikit bersentuhan.
Ah...kau benar-benar mengagumkn kami
semua Chi-taihiap, dan agaknya hampir
sepakat bahwa kedudukan bengcu memang
pantas kau yang memegangnya. Akun tetapi
biarlah kami main-main sebentar, dan berilah
Kemurahan kepada kami agar sudi merasakan
Hok-te Sin-kang itu. Kami juga gatal!"
Chi Koan tertawa. Tentu saja ia harus
berhati-hati setelah semua orang-0rang ini
naik. Akan tetapi karena sudah tekadnya untuk
merobohkan dan menundukkan. kekuatan
mereka ini dapat dipakainya menggempur
Peng Houw maka ia berseri-seri dan
mengangkat tangannya tinggi-tinggi.
"Yang-Liu Lo-lo dan cuwi sekalian tak
usah khawatir, aku tak akan mundur. Karena
aku sudah berjanji dan akan menghadapi
kalian maka boleh kalian puaskan hati1364
bermain-main dengan aku. Namun terus
terang tak berani kutentukan berapa jurus,
jumlah cuwi cukup banyak!"
"Ha-ha, kamipun tak menentukan
jurus. Asal kau dapat merobohkan kami Semua
cukup bagi kami, Chi-taihiap. Kami gembira
menyaksikan kepandaianmu yang luar biasa
itu. Kau patut memimpin kami!"
"Dan ini pibu terakhir bagi pemilihan
bengcu. Akan tetapi apakah Tong-bun-su jin
dan Siang-liong-tah locianpwe boleh maju lagi,
kalau tidak jumlahnya tetap!"
Chi Koan tertawa menyambut seruan
orang-orang ini. Memang kalau Lo-han-hok
houw dan dua ketua Ui-eng-pang serta Pek
lian-pang dan Yang-liu Lo-lo maju maka jumlah
mereka akan tetap empat orang. Lain kalau
Tong-bun-su-jin membantu apalagi jika
ditambah sepasang kakek di sana itu, Sepasang
Naga Menara . Maka ketika ia mengangguk
dan tak gentar menghadapi orang-orang itu,
biarlah kelihaiannya diketahui semua orang
maka ia berkata bahwa Tong-bun-su jin boleh
maju, bahkan bersama dua kakek gagah itu.1365
"Aku tak keberatan cuwi semua maju,
silakan naik ke atas. Jiwi-locianpwe juga boleh
sekalian. Mari, mari kita main-main dan biarlah
puncak kegembiraan ini kita tutup bersama!"
Dua kakek itu tertawa bergelak.
Mereka sudah disebut-sebut dan kini
menerima undangan, siapa tidak girang
menebus kekalahan. Maka ketika mereka
berkelebat dan tahu-tahu berjungkir balik di
atas panggung, wajah berseri dan mulut
terkekeh-kekeh maka duakakek ini berseru
dengan pedang dicabut, senjata-senjata baru.
"Chi-taihiap benar-benar seorang
gagah dan amat mengagumkan. Karena kami
dipanggil dan diminta mengeroyok tentu saja
kami tak menolaknya. Kalau kami kalah lagi
sungguh pantas kami menjadi budakmu dan
biarlah dua tua bangka macam kami mengabdi
kepadamu seumur hidup!"
Chi Koan berseri-seri. Seruan atau kata
kata kakek ini disusul seruan atau kata-kata
senada. Tong-bun-su-jin dan lain-lain
menyatakan serupa pula. Maka ketika ia
menggetarkan tongkat dan undangan menjadi1366
riuh, inilah puncak keramaian maka si buta
bersiap dan wajahnya yang memang tampan
itu semakin tampan saja, kemerah-merahan.
"Jiwi tak kuminta menjadi budakku,
begitu pula cuwi-enghiong. Kalau aku dapat
mengalahkan kalian paling-paling kuminta
bantuan kalian untuk menghadapi musuh
besarku Peng Houw. Tanpa bantuan ini tentu
selamanya sakit hatiku tak pernah terbalas."
"Jangan khawatir, kami siap di
belakangmu. Karena Naga Gurun Gobi itu telah
menyakiti dan menyusahkan dirimu tentu
kami tak akan tinggal diam, Chi-taihiap. Orang
orang selatan siap membantumu dan sakit
hatimu itu bakal terbalas!"
"Terima kasih, kalau begitu kalian
majulah dan mari kita main -Main!"
Chi Koan begitu girang dan tiba-tiba
menggetarkan seluruh tubuhnya
mengerahkan Hok-te Sin kang, mengejutkan
semua lawan karena tiba-tiba keluarlah hawa
panas mendorong mereka. Belum apa-apa
semua 0rang terkejut. Akan tetapi ketika Yang
liu terkekeh dan menjeletarkan rambut maka1367
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seruan nenek itu menyadarkan mereka bahwa
pertandingan harus dimulai. Nenek ini
meminjem sepasang besi pengait yang
menjepit pinggiran tenda, senjatanya sendiri
telah dihancurkan Siauw Lam.
"Mari, cukup sudah bicara. Awas
keroyok pemuda ini namun hati-hati Hok-te
sin-kangnya itu!"
Semua mengangguk dan nenek itu
berkelebat ke depan dengan gaetan besinya. la
memelopori kawan-kewannya dan gaetannya
itu menusuk leher, menggantol dan siap
menarik namun Chi Koan mengelak.
Dari sambaran angin ia tahu bahwa
lawan yang lain menyusul tak kalah berbahaya,
karena saat itu Lo-han-hok-houw dan teman
teman menyambar pula. Si Penakluk Harimau
ini bertangan kosong akan tetapi sepasang
cengkeramannya sangat berbahaya dan cepat,
berkerotok dan menyambar dan tahu-tahu
telah mendekat pinggang. Sekali kena
cengkeram lawan bakal sulit melepaskan diri,
kalau tidak terluka pakaianlah yang akan
hancur. Jari-jari itu penuh tenaga sinkang,1368
siutannya saja memberi tanda. Namun ketika
Si buta menggerakkan tongkat dan mengelak
serta menangkis, juga menendang dan
menghalau serangan-serangan itu maka lawan
terpental dan senjata yang bertemu tongkat
mengeluarkan bunga api.
"Tring-trangg!" Tepuk sorak
menggegap-gempita. Tamu undangan segera
kehilangan si buta ketika dalam waktu
bersamaan para tokoh menerjang berbareng.
Sepuluh orang itu memenuhi panggung dan
menutup pandangan mata, si buta lenyap di
tengah. Namun ketika mereka terpental dan
semua berseru kaget, Hok-te Sin-kang
mendorong mereka maka Yang-liu Lo-lo sudah
berjungkir balik menarik senjatanya.
Tadi memang gerakannya untuk
memancing dan memelopori serangan. Akan
tetapi nenek ini sudah menerjang lagi. Dia
berkelebat di belakang Chi Koan dan menusuk
serta menggaet, tentu ' saja amat hati-hati dan
menghindar bila pemuda itu menangkis.
Dalam pengalaman kawan-kawannya tadi
nenek ini tak berani beradu tenaga, ia hendak1369
merepotkan dan membuat si buta lengah.
Namun karena yang dihadapi adalah seorang
yang lihai dan kenyang pertempuran, Chi Koan
bukan anak-anak maka si buta tertawa
memutar tongkat, cepat bagai kitiran dan
nenek itu memaki. Tongkat telah membentuk
perisai lebar membungkus sibuta, begitu
cepatnya hingga pemuda ini lenyap. Dan ketika
dari putaran tongkat itu keluar angin amat
kuat, juga hawa panas yang mendorong orang
orang itu maka Tong-bun-su-jin dan lain-lain
menjadi kagum namun juga penasaran bahwa
dalam gebrakan cepat berikut mereka
terdesak dan tak mampu menembus putaran
tongkat itu.
"Trang-cranggg!" Tepuk riuh meledak
lagi. Pedang di tangan sepasang kakek
bertemu tongkat mengeluarkan bunga api
berpijar, terpental dan hampir menyembar
tuannya sendiri kalau Ji-liong-tah maupun
suhengnya tak membuang tubuh membanting
bergulingan. Dan ketika mereka pucat
meloncat bangun, untunglah yang lain
melindungi dan menyerang si buta maka dua1370
kakek itu mengeluarkan keringat dingin karena
telapak yang terbeset hampir saja terluka lagi.
"Jangan terlampau dekat, serang dari
belakang!"
"Atau kau dari kiri, suheng, aku sebelah
kanan!"
Chi Koan tersenyum memutar tongkat
dengan rapat. Ia sengaja belum mengerahkan
ginkangnya berkelebatan seperti burung
menyambar-nyambar, lawanlah yang
mengelilingi dan ia cukup bertahan dengan
tenang. Dan ketika ia mementalkan senjata
orang-orang itu dan Hok-te Sin-kangnya
membuat mereka terhuyung atau bahkan
terpelanting, lawan terkejut mempertahankan
senjata maka dalam pertandingan ini si buta
belum membalas apalagi melepns pukulan.
Tangan kirinya masih bersiap dengan jari-jari
berkerotok!
Yang-liu Lo-lo dan lain-lain kagum.
Nenek ini harus mengakui bahwa dalam hal
sinkang dirinya kalah jauh dengan si buta itu.
Dikeroyok sepuluh orang saja si buta tak
mampu ditembus, kalaupun memaksa maka1371
tongkat mementalkan mereka, kian lama kian
sakit. Dan ketika mereka sama-sama maklum
betapa hebatnya tongkat di tangan si buta itu.
adu tenaga hanya membuat telapak pedas dan
sakit maka sejenak orang-orang ini bingung
dengan apa mereka mengalahkan lawannya
itu. Senjata hanya berseliweran naik turun dan
sesekali menyambar datang, itupun cepat
ditarik kalau tongkat si buta membentur!
Penonton tertawa-tawa. Sekarang
sepuluh orang itu berkelebatan bingung dan
tampak hati-hati sekali. Sepasang kakek gagah
tak berani mengulang kesalahan tadi, kalau
menyerang selalu di belakang atau samping
kiri kanan. Dan ketika Tong bun-su-jin. juga
bergerak amat berhati-hati, mereka yang
sudah berkenalan tak berani gegabah maka
hanya ketua Pek-lian-pang atau Ui-eng-pang
yang semula berani beradu depan dan
menjajal si buta akan tetapi akhirnya terkejut
dan mundur setelah dibentur tongkat,
terpental dan telapak mereka nyaris beset!
Kini semua lawan benar-benar kagum.
Sekarang mereka benar-benar membuktikan1372
kehebatan si buta ini. Hok-te Sin-kang di
batang tongkat tak mampu mereka tembus.
Dan ketika mereka berkelebatan dengan
bingung, mengelilingi danmenarik senjata
kalau ditangkis maka si buta tiba-tiba tertawa
bergelak dan melempar tongkatnya, amblas di
pilar panggung lui-tai.
"Cuwi-enghiong, kalian agaknya jerih
sekali dengan tongkatku. Baiklah, kubuang
senjata ini dan biarlah aku bertangan kosong
saja!"
Semua terkejut. Tak mereka sangka si
buta demikian berani. Akan tetapi melihat
tongkat amblas di pilar lui-tai, bergetar dan
tinggal gagangnya saja maka orang-orang ini
menjadi pucat namun girang berseru keras.
Mungkin tanpa tongkat si buta dapat mereka
kalahkan.
"Chi-taihiap, kau benar-benar berani
sekali menghadapi kami. Awas jangan salahkan
kami kalau tanpa senjata kau roboh!"
"Ha-ha, majulah. Justeru tangan kakiku
ini merupakan senjata sebenarnya, CuWi lo
enghiong. Agar kalian tak ragu-ragu dan takut1373
menghadapi tongkat biar kaki tanganku ini saja
yang bekerja. Majulah!"
Penonton bertepuk riuh. Mereka
terkejut dan kagum akan lontaran tongkat
yang demikian kuatnya itu. Hanya mereka yang
memiliki sinkang luar biasa mampu menembus
pilar seperti itu. Maka ketika mereka bersorak
dan memuji riuh, si buta berkelebat dan
terbang menyambar-nyambar maka Tong
bun-su-jin dan lain-lain berseru keras karena
bayangan si buta lenyap mengelilingi mereka.
Dan bersamaan itu menderulah Hok-te Sin
kang dari kedua lengan dan kaki.
"Dess-dess!" Yang-llu Lo-lo dan lain-lain
berteriak. Mereka tiba-tiba terdorong dan
terpental oleh tamparan kaki dan lengan
pemuda itu, terjengkang dan bergulingan
karena lengan dan kaki pemuda itu tiba-tiba
lebih hebat daripada tongkat. Dan ketika
mereka terbanting dan bergulingan dengan
muka pucat, inilah saat di mana Chi Koan
benar-benar mengeluarkan kepandaiannya
maka pemuda itu berkelebatan dan Lui-thian-1374
lo-jitnya membuat tubuhnya menyambar
nyambar bagai kilat menyambar matahari.
"Ha-ha , aku kini membalas. Jaga dan
hati-hati melindungi tubuh kalian, cuwi
enghiong Maaf bila pukulanku terlampau
keras. . des-dess!" Yang-liu Lo-lo kembali
bergulingan dan senjata di tangan tak ada
artinya lagi. Pedang atau gaetan besi tertolak
oleh sambaran Hok-te Sin-kang itu, kalaupun
mengena akan membalik dan terpental
menyambar tubuh sendiri.
Dan ketika orang-orang itu menjadi
pucat dan kaget setengah mati, sorak
penonton menggegap-gempita maka
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tamparan atau pukulan Chi Koan mulai
mendapat sasaran dan Tong-bun-su-jin serta
kawan-kawan mengeluh dan terhuyung
huyung, jatuh dan bangkit lagi akan tetapi
pemuda itu berseliweran naik turun. Setiap
tangan bergerak atau kaki menendang
terlemparlah seorang lawan, untung pemuda
ini tak mengeluarkan semua tenaganya karena
si buta tetap mengendalikan pukulan. Yang-liu
Lo-lo terseok-seok dan empat kali roboh1375
terpelanting. ketika akhirnya senjata di tangan
nenek itu bengkok dan patah ditampar si buta,
disusul pedang di tangan Sepasang Naga
Menara maka dua kakek ini roboh
terjerembab.
"Bres-bress!!" Tepuk riuh tak dapat
ditahan lagi. Satu demi satu sepuluh orang itu
akhirnya terjengkang oleh pukulan Hok-te
Sinkang. Mereka yang mencoba bertahan
malah terdorong dan keluar panggung,
terbanting dan mengeluh di sana.
Dan ketika tak sampai sepeminuman
teh tokoh-tokoh ini berserakan di panggung
lui-tai, senjata mencelat atau terlempar entah
ke mana maka si buta menghentikan
gerakannya dan berdiri lagi di atas panggung.
Wajahnya bertambah merah ,dan hanya
sedikit keringat membasahi dahinya. Tepuk
sorak menyambut.
"Ha-he, jagoku menang. Kau telah
menyelesaikan pertandingan ,Chi-taihiap,kau
pantas menjadi bengcu. Hidup Chi-taihiap!"
Ning-pangcu meloncat dan berjungkir
balik di atas panggung. la bersorak dan tepuk1376
tangannya disambut tamu-tamu undangan.
Pekik dan riuhpun menjadi-jadi. Dan ketika Chi
Koan menjura dan memutar ke segala penjuru,
mengucap terima kasih maka Beng San
meloncat ke panggung lui-tai menolong orang
orang kang-ouw itu. Anak-anak murid Ui eng
pang dan Pek-lian-pang juga menolong ketua
mereka.
"Suhu menang, suhu pantas juara. Kau
sekarang memimpin orang-orang ini suhu. Kau
bengcu orang-orang selatan!"
Chi Koan berseri-seri dan mencabut
tongkatnya di pilar. Tanpa dituntun ia
mengetahui di mana tongkatnya berada, tanda
betapa tajam telinga dan ingatan Si buta ini .
Dan ketika iu digandeng muridnya sementara
Ning-pangcu memuji-muji, kemenangan itu
sungguh menggirangkan hatinya maka Siauw
Lam tiba-tiba lenyap dan menghilang dari
tempat itu, entah ke mana.
Kemenangan ini memang pantas
disyukuri. Sebenarnya tanpa basa-basi bisa
saja si buta itu merobohkan semua orang
secepatnya. Dengan Hok-te Sin-kangnya dapat1377
saja dia nenantang sejak awal. Akan tetapi
karena Chi Koan adalah laki-laki cerdik dan
segala bentuk kesombongan harus dibuang
jauh-jauh, dia berhadapan dengan umum
maka itulah taktiknya dan perlahan tetapi pasti
ia menarik perhatian orang dengan
kepandaiannya sedikit demi sedikit. Dengan
begini kesan sombong tiada, biarpun
sebenarnya sejak tadi bisa saja ia menyuruh
dikeroyok dan tekebur. Maka ketika ia
memperoleh simpati dengan cara yang
mantap, hati semua orang berhasil direngkuh
maka sikapnya menolong Yang-liu Lo-lo
maupun lain-lain menyuburkan rasa hormat
dan kagum. si buta ini telah berhasil menarik
simpati massa dan inilah modal pentingnya.
Dan ketika semua masih bersuara gaduh dan
masing-masing membicarakan pertandingan
itu sebagai buah bibir maka Ning-pangcu
mengangkat tangan tinggi-tinggi
menghentikan semua keributan itu.
"Mohon perhatian, mohon perhatian.
Harap cuwi tenang dan dengarkan kata-kataku
ini. Setelah pertandingan ini usai dan Chi-1378
taihiap memenangkan telak maka tidak
berlebihan kiranya jika Chi-taihiao memimpin
kita mulai sekarang. Bagaimana pendapat
cuwi-enghiong tentang jago kita ini. Resmikah
dia diterima sebagai bengcu!"
"Setuju!"
"Tepat sekali! Chi-taihiap telah
melewati beberapa syarat, Ning-pangcu. Kami
setuju ia menjadi bengcu!"
"Dan ia pantas memimpin kita. Orang
orang Utara tak mungkin sombong lagi,
pangcu. Kita mendapat pelindung dan
pemimpin andalan. Hidup Chi - bengcu!"
Chi Koan berseri dan tersenyum
membalas delapan penjuru. Teriakan dan
seruan itu membuatnya girang. la telah
berhasil menundukkan orang-orang selatan
ini. Dan ketika hari itu juga ia diangkat sebagai
bengcu, tibalah saatnya menetap di sebuah
tempat tinggal maka ia berkerut teringat ini,
tak tahu di mana ia harus tinggal. Akan tetapi
Ning-pangcu menawarkan See-ouw-pang.
"Taihiap tak usah bingung-bingung,
kami See-ouw-pang menawarkan diri.1379
Tinggalah di sini di belakang. bukit itu, taihiap.
Dengan tinggal di dini mudah bagi kami
menghubungimu bila ada sesuatu keperluan
penting. Biasanya sebulan sekali kami orang
orang selatan mengadakan rapat".
"Terima kasih, tawaranmu
menggirangkan hatiku. Baiklah sementara ini
kuterima maksudmu, sambil satu saat aku
mencari tempat sendiri. Betapapun tak enak
kalau harus mengganggu dirimu".
"Tak apa, kami sungguh rela. Berada di
sini berarti memperkuat kedudukan kami
taihiap. Biarlah bukit itu kau miliki dan kami
berikan kepadamu. Kami See-ouw-pang biar
tetap di tepi telaga sini!"
"Dan bulan depan kita mengadakan
pertemuan pertama. Kita umumkan
pengangkatan bengcu ini kepada saudara
saudara yang mungkin belum hadir, Ning
pangcu. Dan sejak hari ini pula kita mulai
memprogram pekerjaan kita."
"Bengcu telah hadir, kita siapkan
rencana-rencana masa depan untuk kita
sodorkan dan kita kerjakan bersama!" Ji-liong-1380
tah berseru dan disambung orang pertama
Tong-bun-Su-Jn.
"Benar, kita telah bersatu-padu. Kalau
orang-orang Utara berani mengganggu kita tak
usah kita takuti lagi, pangcu. Bersama bengcu
dapat kita pukul mundur mereka!"
"Tapi ingat urusan bengcu sendiri,"
ketua See-ouw-pang mengangguk-angguk.
"Ingat bahwa Naga Gurun Gobi telah
membunuh pula kekasihku Siang-mauw Sian
li. Dendam kami sama!"
"Sudahlah, Chi Koan begitu gembira.
Urusan kita urusan bersama, Cuwi-eng-hiong.
Kalau orang-orang utara berani macam
macam tentu aku tak akan tinggal diam.
Biarlah kuhadapi mereka seperti juga kalian
akan membantuku bila Naga Gurun Gobi Peng
Houw datang. Aku berterima kasih dan sekali
lagi terima kasih atas kepercayan cuwi
mengangkatku sebagai bengcu!"
Pesta atau keramaian di tempat Ning
pangcu berakhir. Chi Koan telah diangkat
sebagai bengcu sekaligus mendapat tempat
tinggal di belakang telaga itu, sebuah bukit di1381
belakang See-ouw-pang dimana perkumpulan
ini semakin kuat dan percaya diri setelah
adanya si buta di situ.
Dengan adanya pemuda ini tentu saja
mereka bagaikan harimau tumbuh tanduk.
Kegagahan dan kelihaian si buta ini menjadi
buah bibir. Akan tetapi ketika Chi Koan tak
melihat muridnya Siau Lam terkejutlah dia
maka Beng San juga tertegun tak melihat
suhengnya di situ.
"Aku tak tahu ke mana dia, aku tak
melihat perginya. Suheng lenyap begitu Saja,
Suhu, entah apa yang dia lakukan!"
"Dan siapa di antara para tamu yang
pergi tanpa pamit?"
"Eh..Semuanya pamit, suhu, kecuali
dua gadis kembar itu puteri Lam-hai-kong-jiu
yang cantik-cantik!"
Chi Koan berkerut kening.
Kegembiraannya menjadi terganggu oleh
lenyapnya Siauw Lam ini . Dia tak tahu apa dan
ke mana pemuda itu pergi. Akan tetapi
mendengar dua gadis itu juga tak pamit
ninggalkan See-ouw-pang maka dia pun1382
menjadi tak nyaman dan berdebar, mulai
curiga. Apakah kepergian muridnya ini ada
hubungannya dengan dua gadis cantik itu?
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ataukah Siauw Lam mendongkol oleh
bentakannya di atas panggung?"
Sebagai guru yang cukup mengenal
muridnya Chi Koanpun gelisah. Harus
diakuinya bahwa muridnya yang satu ini mulai
berani, kadang-kadang sikapnya kurang ajar
dan hanya karena mengalah sering dia
bersabar. Maka mendesis mencekal
tongkatnya diapun menyuruh Beng Sen
mencari, sekaligus memanggil Mei Bo, wanita
yang menjadi pengganti Hong Cu.
"Kau selidiki dan cari suhengmu itu
beberapa hari, lalu laporkan kemari. Panggil
Mei Bo secara hati-hati dan suruh ia ke sini
pula."
"Baik, suhu," lalu ketika anak itu
berangkat dan pergi menyeringai maka Mei Bo
, gadis Sin-hong-pang itu telah berada di
pelukan Chi Koan. Dalam keramaian itu gadis
ini menjadi penonton secara diam-diam.1383
"Aku tak tahu dimana muridku Siauw
Lam. la pergi dari sini, Mei Bo, tolong kerahkan
anak buahmu membantu Beng San. la
kuperintahkan mencari suhengnya. Dan untuk
hubungan kita sebaiknya lebih berhati-hati
karena aku sudah menjadi bengcu di sini.
Orang lain tak boleh tahu masalahi ini!"
"Hmh, aku justeru gembira. Selamat
untukmu, Koan-ko, dan ada kabar baik untuk
kita. Aku. . aku hamil!"
"Apa..!"
"Benar, koko, aku hamil. Aku tak mau
memberitahukan ini sengaja menunggu
pengangkatanmu sebagai bengcu. Anak kita,
ah. . ia putera seorang bengcu terkenal, hi
hik!" gadis itu merangkul si buta dan tak malu
atau segan-segan mencium, tak tahu betepa si
buta keget setengah mati akan tetapi
menahan kekagetannya itu, mendorong dan
membuat gudis ini terlempar karena saat itu
munculah Ning-pangcu berseri-seri. Pintu
terbuka dan Mei Bo ceroboh sekuli, tak
menutup kamar . Dan ketika ketua See-ouw
pang itu membungkuk dan telah1384
mendengarkan percakapan, tertegunlah Chi
Koan, maku Si buta menahan pukulannya yang
hampir saja melayang.
"Kionghi (selamat)... kionghi. Mei Bo
beruntung mendapatkan rejekinya, Chi
taihiap. Tak ada wanita sebahagia itu di saat
seperti ini. Kami See-ouw-pang turut
mengucapkan selamat, dan hubungan Ini
rupanya tak perlu disembunyikan lagi. Kalian
dapat meresmikan diri dan secepatnya
menikah. Kami membantu menyiapkan
segalanya!"
"Nah,,," gadis itu hilang kagetnya,
Meloncat bangun. "Aneh kalau masih
bersembunyi-sembunyi lagi, Koan-ko.
Hubungan ini tak perlu dirahasia-rahasiakan
lagi. Aku telah minta Ning-pungcu mengurus
pernikahan kita. Sebulan dua aku resmi
menjadi isterimu!"
"Jadi . jadi kalian?"
"Benar, taihiap, Mei Bo telah
menceritakannya kepadaku. Sebagai murid
utama Sin-hong-pang dan kini mewakili
mendiang kekasihku Siang-mauw Siun-li maka1385
hubungan kumi sudahlah akrab. Kami See
ouw-pang menyambutnya gembira. Dan
karena taihiap telah menjadi bengcu dan tak
enak kalau orang menduga macam-macam
biarlah hubungan ini diresmikan dan kami See
ouw-pang siap membantu dan
merayakannya!"
Chi Koan menggigil dan berubah pucat.
Sungguh tak disangkanya bahwa secepat itu
Mei Bo bercerita kepada Ning-pangcu, dan tak
disangkanya pula gadis itu hamil. Akan tetapi
karena ia harus menahan diri dan sekarang
menjadi bengcu, inilah yang harus dijaga tiba
tiba ia tertawa bergelak dan menyambar serta
memeluk kekasihnya itu, diam-diam mengetuk
jalan darah di belakang punggung tepat di
mana kepala janin menghadap.
"Moi-moi, ceritamu sungguh membuat
aku terkejut, tapi aku girang sekali. Benar kata
Ning-pangcu bahwa kita tak usah sembunyi
sembunyi lagi. Baiklah,sebentar lagi kita
menikah, tapi cari dulu muridku Siauw Lam dan
suruh anak-anak muridmu mencari pula.
Sebulan lagi akan ada pertemuan pertama,1386
biar kubicarakan ini dengan Ning-pangcu dan
pulanglah hati-hati. Jangan sampai terpeleset
atau jatuh!"
Mei Bo tak merasakan apa-apa ketika
diusap atau diurut. la hanya menggelinjang geli
ketika dicubit pinggangnya, lega dan sejenak
kaget ketika didorong dan terpelanting.
Dikiranya si buta tadi menyerang. Maka ketika
ia tertawa dan merasa lega, keluar dan
mengedip Ning-pangcu maka laki-laki ini
berkata bahwa dia hendak melapor bahwa
bulan depan di tempat ini akan datang seorang
sutenya yang sudah diundang.
"Barangkali taihiap pernah dengar
nama seorang suteku bernama Kim-liong-pian
(Cambuk Naga Emas) Song Kam. Dia ku undang
dan bulan depan datang kemari. Karena bulan
itu adalah bulan pertama kita rapat maka
sengaja kucari suteku untuk hadir.
Kepandaiannya lebih tinggi dariku, maklum ia
seorang pengelana. Dan karena ia tentu
membawa banyak kabar dari dunia kang-ouw
maka selain untuk kukenalkan dirimu juga1387
sekaligus mencari informasi, terutama tentang
musuh kita Peng Houw!"
"Hm, aku tak kenal," Chi Koan
mengingat-ingat, akan tetapi menggeleng.
"Kalau sutemu seorang pengelana tentu
beritanya banyak, pangcu, syukur kalau ia
datang dan lebih hebat darimu. Dan masalah
hubunganku dengn Mei Bo, hmm...sebaiknya
jangan diberitakan dulu menunggu selesainya
pertemuan repat. Aku tak menyangka bahwa
benih cintaku membuahkan hasil. Beruntung
kau dengan mendiang Siang-mauw Sian-li tak
apa-apa!"
Wajah Ning-pangeu memerah, akan
tetapi tertawa getir. "Kami memang akrab,
akan tetapi belum sejauh itu. Kematiannya
merobek hatiku, taihiap, dan bantuanmulah
yang kuharapkan kelak. Maaf aku kembali
karena kedatanganku memang hendak
memberitahukan perihal suteku itu. Aku
mengganggu kalian berdua tadi."
"Tak apa, terima kasih. Biarlah aku
sendiri, pangcu, dan. tolong carikan pula1388
muridku Siauw Lam. Ia pergi tanpa memberi
tahu!"
"Kami akan mencarinya, maaf," lalu
ketika ketua See-ouw-pang itu membalik dan
berkelebat keluar maka s buta ini termenung
dengan gigi gemeretuk, tidak lagi masalah Mei
Bo melainkan justeru ketua See-ouw-pang ini
sendiri. Orang yang harus dilenyapkan!
(Bersambung jilid XXIII.)
Credit:
Sumber Buku Awie Dermawan
Edit OCR Yons
First in share Kolektor Ebook
Kabut Di Telaga See Ouw - Jilid 221389
"KABUT DI TELAGA SEE - OUW"
( Lanjutan Kisah Prahara Di Gurun Gobi )
Karya Batara
Jilid XXIII
*
* *
MALAM itu Beng San belum kembali.
Bukit di belakang telaga ini mulai gelap dan si
buta duduk bersila di tengah ruangan.
Seharian ia berpikir keras bagaimana
menghabisi ketua See-ouw-pang itu. Ia mulai
terancam bahaya dengan diketahuinya urusan
Mei Bo. Selama ini disangkanya hubungannya
dengan gadis Sin-hong pang itu terjadi tanpa
diketahui orang karena ia sendiri sudah
mewanti-wanti dan Mei Bopun tak mungkin
mengeluarkannya karena kedudukannya
sebagai tokoh Sin-hong-pang. Apa jadinya kata
orang kalau pemimpin Sin-hong-pang bermain
cinta gelap. Akan tetapi ketika gadis itu hamil
dan Ning-pangcu mengetahui, inilah tsnda-1390
tanda bahaya yang bakal mengguncangkan
kedudukannya maka si buta bersiap bahwa
ketua See-ouw-pang itu harus dibunuh. Harus
ditutup mulutnya!
Malam itu belum terlihat jalan
keluarnya. Chi Koan bersila sampai pagi ketika
seseorang mengetuk pintu kamarnya,
tergopoh. So Hak, wakil See-ouw-pang muncul
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tergesa-gesa. memberitahukan bahwa Mei Bo
terpeleset di tepi jurang dan kini luka parah di
tempat Ning-pangcu.
Gadis itu kejang-kejang dan
mengeluarkan darah terus-menerus.
Keguguran! Dan ketika dengan wajah pucat
dan sikap gelisah laki-laki itu minta agar si buta
secepatnya turun maka Chi Koan berdebar dan
diam-diam menyeringai, akan tetapi tentu saja
harus pura-pura terkejut.
"Mei Bo, gadis itu, ia.... ia terpeleset di
tepi jurang?"
"Ya taihiap. Gadis itu keguguran dan ia
memanggil-manggil dirimu. Pangcu
menyuruhku agar kau menolongnya. Pangcu1391
telah memanggil tabib Cong namun minta kau
datang. Kekasihmu dalam bahaya!"
"Baiklah," Chi Koan bergegas.
"Bagaimana bisa begitu, hu-pangcu.
Bagaimana bisa terpeleset dan sekarang
keguguran. Ah, celaka dia nanti!"
"Benar, karena itu cepatlah datang.
Kami tak tahu banyak tentang masalah wanita
dan Ning-suheng juga mengkhawatirkan
nasibnya. Mudah-mudahan Cong-sinshe dapat
menolong tapi betapapun kau harus ke sana!"
Chi Koan dibawa terburu-buru oleh
wakil ketua See-ouw-pang ini. Karena Beng San
tak ada di situ maka orang lainlah yang
menuntun si buta. So Hak tampak begitu
cemas dan Chi Koan menahan marah melihat
orang ini tahu hubungannya dengan Mei Bo.
Segeralah dia maklum bahwa Ning-pangcu
memberi tahu sutenya, kalau tidak mana
mungkin laki-laki itu bicara seperti itu, tersirat
bahwa hubungannya sudah bukan rahasia lagi.
Maka ketika diam-diam ia mengerotokkan
buku-buku jarinya dan wakil pimpinan inipun
harus kelak dilenyapkan maka di markas See-1392
ouw-pang itu terlihat Mei bo telentang tak
sadarkan diri. Setelah kejang-kejang dan
menjerit gadis itu pingsan dengan perut penuh
darah. Seorang tabib bekerja keras memijat
mijat tubuhnya.
"Celaka, janin itu tak dapat
diselamatkan. Cong-sinshe terpaksa
mengeluarkan Semua sisa darah di perutnya,
taihiap. Anak itu mati. Mei Bo terpeleset dan
keguguran!" Ning-pangcu menyambut si buta
dan Chi Koan berkerut-kerut. Ia tak melihat
darah di tempat tidur akan tetapi tahu bahwa
ketukannya kemarin membuahkan hasil.
Beberapa jam setelah itu Mei Bo akan
gemetar, perutnya akan melilit-lilit dan saat
itulah gadis ini tak tetap berdiri lagi. Ia mudah
jatuh dan tak aneh kalau terpeleset. Maka
ketika ia puas namun harus berpura-pura
gelisah, mimik pucat diperlihatkan maka ia
bertanya beagaimana keadaan gadis itu,
apakah itu Cong-sinshe yang menolong Mei
Bo.1393
"Benar, ini tabib Cong, kenalanku. Ia
sering kami pakai kalau kami atau anak- anak
murid ada yang terluka."
"Hm. bagaimana menurutnya."
"Anak itu tak terselamatkan, taihiap,
akan tetapi ibunya masih hidup. Aku mampu
menolong dan puji syukur bahwa secepatnya
aku datang. Terlambat satu jam lagi ibu dan
anak tak mungkin tertolong lagi!" Cong-sinshe
menjawab dan ia terus memijat-mijat perut
wanita itu.
Tiga kali seprei diganti. Dan ketika Chi
Koan mengangguk-angguk namun diam-diam
marah, gadis inipun tak boleh hidup maka ia
bertanya apakah sang tabib sudah
memberinya obat.
"Tentu, akan tetapi penguat sementara
saja. Rebusan itu yang akan memulihkannya
dan setelah dua tiga minggu barulah gadis ini
sembuh."
Chi Koan miringkan kepala. Ia
mendengar suara air mendidih dan
mengangguk-angguk. Ternyata semua sudah1394
dipersiapkan tabib ini dan Mei Bo akan
tertolong.
Akan tetapi karena ia tak ingin gadis ini
hidup, kedudukannya sebagai bengcu tak
mungkin tenang maka diam-diam si buta
menjentikkan sebutir racun dan tanpa di
ketahui siapapun masuklah racun itu ke dalam
rebusan obat!
Chi Koan memang keji. Merasa bahwa
Mei Bo hanya menjadi penghalang saja maka
tak segan-segan ia melenyapkan gadis itu.
Siapapun akan disingkirkan apabila
mengancam kedudukannya. Maka ketika ia
duduk bersila sementara Ning-pangcu dan
sutenya menunggu dan menemani si tabib, Chi
Koan menolak dan menyuruh tabib itu bekerja
dulu maka siapapun melihat bahwa ia tak
melakukan apa-apa di ruangan ini, bersila akan
tetapi mimik muka gelisah, persis layaknya
orang yang melihat kekasih di ujung bahaya.
Dan tibalah saatnya Cong-sinshe
memberikan rebusan itu. la telah menguras isi
perut gadis itu dan beberapa batang jarum1395
menancap di sana-sini. Tusuk jarum membuat
penderitaan gadis ini berkurang.
Dan ketika Mei Bo mulai sadar dan
mengeluh lagi, membuka mata maka iapun
melihat Chi Koan yang duduk bersila disitu.
"Koan-ko..!"
Chi Koan bangkit den menghampiri.
Dari suara gadis itu ia tahu bahwa Mei Bo
tertolong, bahaya telah lewat. Maka ketika ia
memeluk dan mengecup dahi itu yang gemetar
dan berseri maka ?hi Koan menunjukken
kepada semua orang bahwa ia girang sekali.
"Kau, ah.. .. syukur kau selamat.
Bagaimana bisa terjadi semuanya ini, moi- moi,
apa yang kau lakukan!"
"Aku mencari Siauw Lam, muridmu itu.
Akan tetapi ketika tiba di tepi jurang
mendadak perutku sakit dan jatuh. Aku
terpeleset!"
"Maaf Jangan banyak bicara dulu!"
sang tabib tiba-tiba menyela. "Minum dulu
obat ini, nona, penyembuh luka dalam.
Minumlah dan jangan banyak bicara!"1396
Mei Bo terisak dan memandang si buta.
Chi Koan mengangguk dan mundur, si tabib
telah memberikan minuman itu, obat
beracun!. Dan ketika Mei Bo tersedak
meneguk itu, pahit maka Cong-sinshe berkata
bahwa sisa minuman harus dihabiskan. sama
sekali tak sadar bahwa memberikan maut
kepada gadis itu.
"Harus dihabiskan, diminum semua.ini
satu-satunya obat mujarab, nona, tak boleh
sisa. Minumlah dan tenggak habis, tahan rasa
pahit!"
Gadis itu terisak dan menghabiskan
sisanya. Sambil menahan rasa pahit ia
meneguk semua itu,, sekali tenggak habis.
Akan tetapi ketika tiba-tiba wajah gadis
ini berubah merasakan sesuatu, perutnya
mendidih dan sakit bukan main maka iapun
kaget dan menuding, mulutnya tiba-tiba
mengeluarkan busa.
"Kau. .. kau memberikan racun.
Jahanam keparat!"
Bukan hanya tabib ini melainkan juga
Ning-pangcu dan sutenya kaget. Mereka1397
melihat betapa Mei Bo tiba-tiba roboh, gadis
itu merintih dan menggeliat-geliat.
Lalu ketika mulutnya berbuih
sementara seluruh tubuhnya berkerotok, saat
itulah Chi Koan menyambar maka si buta
membentak dan mencengkeram tabib ini
diam-diam girang bukan main.
"Kau , apa yang kau lakukan terhadap
kekasihku. Kau memberinya racun? Kau
menyuruhnya mati dan berani mencelakainya?
Keparat, kubunuh kau, orang tua. Sungguh keji
hatimu mencelakai orang baik-baik!"
"Tidak! Ampun... aku, eh.!"
Akan tetapi Chi Koan telah bekerja
cepat. Tak kalah mengejutkan dengan kejadian
itu jari-jarinya melumat leher si kakek. Sekali
dia mengerahkan sinkang remuklah leher itu,
Si kakek menjerit dan terkulai. Dan ketika si
buta melempar kakek itu melompat ke
pembaringan maka Ning-pangcu terkejut
berseru tertahan. Mei Bo gadis itu
berkelojotan dan menuding-nuding.
"Jahanam itu, kakek itu... ia..ia
memberiku racun!"1398
Sudah kubunuh dia, sudah kehabisi
nyawanya. Ah, apa yang membuatmu seperti
ini, moi-moi, jahanam terkutuk kakek itu!" Chi
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Koan mengurut dan menotok sana-sini dan
sikap atau kata-katanya gemetar bukan main.
la gugup dan memijat-mijat akan tetapi racun
yang diminum gadis ini amatlah hebat. Kerja
racun terlampau cepat. Maka ketika Ning
pangcu sadar dan menolong buru-buru sang
sute berteriak dan memanggil orang ternyata
gadis itu tak terselamatkan dan Mei Bo roboh
terguling memanggil Chi Koan. la masih
menganggap bahwa si jahat itu adalah Cong
sinshe."
"Koan-ko..!"
Chi Koan mengguguk dan menyambar
serta menciumi gadis ini. Mei Bo sempat
mencengkeram rambutnya akan tetapi sudah
roboh terguling. Gadis itu tewas dengan wajah
kehitaman. Dan ketika semua terkejut melihat
itu, dua mayat berada di satu ruangan maka So
Hak dan suhengnya terpaku. Si buta mendadak
mencelat dan menghajar mayat Cong-sinshe,
bak-bik-buk dengan tongkatnya.1399
"Kau kakek-kakek kurang ajar, kau
manusia terkutuk. Apa dosa gadis itu
kepadamu, jahanam she Song. Kau
memisahkan aku dari orang yang kucintai!"
Ning-pangcu bergerak dan menahan
tongkat. Hampir saja ia terpelanting oleh bak
bik-buk pukulan akan tetapi cepat-cepat ketua
See-ouw-pang itu berseru bahwa Cong-sinshe
telah tewas. Menghajar mayat adalah
perbuatan tercela. Dan ketika si buta sadar dan
mengguguk lagi, meloncat menyambar mayat
kekasihnya maka orang dibuat terharu oleh
sikap dan kesedihannya yang dalam.. Siapapun
menyalahkan Cong-sinshe. Ning-pangcu
sendiri tak habis pikir dan heran kenapa tabib
itu membunuh Mei Bo.
Rasa hormat yang semula ada seketika
lenyap. Siapapun tak mengira bahwa sumber
kejadian itu adalah si buta. Maka ketika Ning
pangcu menyuruh orang melempar jenasah
itu, dibuang jauh-jauh maka hanya So Hak yang
termangu-mangu dan menaruh kecurigaan.
Akan tetapi laki-laki inipun tak
mencurigai si buta. Siapa menaruh curiga1400
sejauh itu kalau selama ini si buta
membuktikan diri sebagai orang baik-baik.
Orang she Song ini menduga jangan-jangan
orang Utara mempergunakan tabib itu
menjadi musuh dalam selimut. lapun
mengepal tinju dan akhirnya melepaskan
kecurigaannya itu kepada sang suheng.
Hari itu jenasah Mei Bo telah
dimakamkan dan murid-murid Sin-hong-pang
menangis. Mereka tak menyangka bahwa suci
mereka dibunuh orang. Dan ketika malamnya
dua orang ini duduk mengertakkan gigi, Ning
pangcu terbawa maka Ia memerintahkan
sutenya agar menyelidiki rumah tinggal Cong
sinshe, tak jauh dari kota Cin-po.
"Coba kauperiksa dan selidiki tempat
itu. Jangan-jangan dugaanmu benar, orang
Utara mempergunakan Cong-sinshe untuk
membunuh kita dengan racun. Ia ahli obat,
tentu ahli pula dalam racun. Ah, sungguh
berbahaya dan coba kau selidiki itu. Akupun
curiga!"
Dua orang ini sama sekali tak menduga
bahwa sepasang telinga yang tajam telah1401
mendengarken mereka. Siapa lagi kalau bukan
si buta Chi Koan. Dan ketika Chi Koan berseri
mendapatkan petunjuk, itulah cara
menghabisi ketua See-ouw pang maka iapun
menjentikkan sebutir racunnya lagi di gelas
Ning-pangcu, di kamar tidurnya.
Malam itu juga So Hak pergi ke Cin-po
melakukan penyelidikan. Kepergiannya ini
justeru menyelamatkannya. Ia terhindar dari
racun yang siap dipasang Chi Koan. Dan ketika
keesokannya See-ouw pang gempar melihat
Ning-pangcu terkapar dengan mulut berbuih,
mukanya pucat kehitaman seperti mayat Mei
Bo maka See-ouw-pang benar-benar geger
dengan kejadian, itu. Ketua mereka tewas!
Menyedihkan nasib laki-laki ini. la mati
konyol di tangan Chi Koan, orang yang ditolong
dan diangkatnya sebagai bengcu.
Dan ketika So Hak pucat mendapatkan
itu maka pria yang baru saja pulang dari Cin-po
ini hampir roboh pingsan. Chi Koan memang
penyebar maut. la tak perduli siapapun kalau
dianggapnya berbahaya dan membahayakan
kedudukannya. lapun tak mengenal kasihan1402
kepada bekas teman-teman sendiri. Dan ketika
See Ouw-pang berkabung dengan kematian
ketuanya, otomatis So Haklah yang
menggantikan suhengnya maka laki-laki inilah
yang siap menjadi korban berikutnya.
Si buta sudah menimbulkan ketakutan
dengan bayang-bayang ancaman orang utara.
Sejak itu semua murid See-ouw-pang diminta
berhati-hati. Minum atau makan sebaiknya
dibuat sendiri. Namun ketika ia bersiap untuk
membunuh So Hak tiba-tiba saja seminggu
kemudian laki-laki itu menghilang. Dan
bersama dengan menghilangnya ketua baru
itu juga lenyaplah jenasah Ning-pangcu.
Makamnya digali orang!
"Kami tak tahu siapa yang melakukan,
dan ketua kami yang baru juga menghilang
tanpa pesan. Tolong kau pimpin kami
sementara , taihiap, hanya kaulah orangnya
yang mampu melindungi kami. Kami tak
melihat yang lebih tepat lagi!"
"Benar, berturut-turut kami mendapat
musibah. Karena kau yang di Sini biarlah kau1403
yang memimpin kami, taihiap, sampai
kembalinya ketua!"
Chi Koan berdebar menarik napas
dalam-dalam. Sebenarnya sudah
direncanakannya pula bahwa dialah yang kelak
memimpin See-ouw-pang. Dialah yang harus
menjadi ketua di sini. Tapi ketika So Hak tiba
tiba menghilang dan bersamaan dengan itu
lenyap pula jenasah Ning-pangcu maka iapun
tak nyaman namun mengangguk-angguk
mendengar ratap tangis murid-murid itu.
Telinganya yang tajam tiba-tita mendengar
kesiur angin dingin, tongkat bergerak dan
hampir saja menimpa Beng San. Muridnya itu
tiba-tiba muncul!
"Suhu, ada berita buruk. Suheng
mengganggu dan mempermainkan wanita!"
"Diam! " sang suhu tiba-tiba
membentak. "Dari mana dan tidak tahukah
kau musibah di sini Beng San. Lama sekali kau
pergi. Jangan bicarakan urusan kita tetapi
dengarkanlah kejadian di See-ouw-pang ini!"
Pemuda itu tertegun dan pucat.
Memang ia baru saja datang dan tidak tahu1404
peristiwa di See-ouw-pang. la terpaku
dibentak suhunya itu. Akan tetapi ketika ia
mundur dan mengangguk-angguk, segera
didengarnya peristiwa itu maka iapun tergetar
dan heran serta kaget. Mei Bo dan Ning
pangcu ternyata tewas dibunuh Orang.
See-ouw-pang memang dirundung
malang. Mereka tak tahu bahwa masuknya si
buta berarti masuknya seekor harimau yang
berbahaya. Dengan kepandaian dan
kecerdikannya yang tinggi si buta berhasil maju
setapak demi setapak. Mulai dari pemililhan
bengcu sampai akhirnya kedudukan di See
ouw-pang sendiri. Dan ketika menghilangnya
So Hak benar-benar mengguncang sendi
kepemimpinan di Situ, si buta inilah pilihannya
maka tak lama kemudian duduklah Chi Koan
sebagai ketua!
Hebat si buta ini. la begitu cerdik dan
pandai mengambil kepercayaan orang.
Jangankan murid-murid See-ouw-pang, ketua
mereka sendiri Ning-pangcu dan sutenya
termakan. oleh kecerdikan si buta ini. Maka
ketika secara bulat ia diputuskan memimpin di1405
situ, Beng San menjadi wakilnya maka dua
orang yang semula menjadi tamu-tamu
undangan ini mendadak telah menjadi
pimpinan tertinggi See ouw-pang. Betapa
cerdik dan lihainya!
Akan tetapi kedatangan Beng San
membawa kekhawatiran di lain pihak. Pemuda
itu melaporkan tentang suhengnya Siauw Lam,
beberapa hari setelah mengejar dan mencari
pemuda itu. Dan ketika Chi Koan berkerut dan
mengutuk-caci, Siauw Lam ternyata
mengganggu dua puteri cantik Lam-hai-kong
jiu maka Iapun mendengar laporan muridnya
itu betapa Siauw Lam menghajar dan hampir
membunuh Beng San.
"Teecu dipukuli dan dihajar. la
menangkap satu di antara dua gadis itu, suhu,
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
teecu menegurnya namun kemudian suheng
marah-marah. la menyerang, tee-cu
bertanding dan akhirnya teecu melarikan diri.
Teecu hampir dibunuh!"
"Hm, terkutuk, sungguh rusak. Kau
memang masih bukan tandingan suhengmu
itu, Beng San, akan tetapi mulai sekarang aku1406
akan menambah kepandaianmu. Bersiaplah,
mulai besok aku akan memberimu Hok-te Sin
kang!"
Hampir Beng San terlonjak saking
girangnya. Ia sungguh tak menyangka bahwa
ilmu dahsyat itu bakal diwarisinya. Hok-te Sin
kang, siapa yang tidak ngiler!
Maka ketika pemuda itu menjatuhkan
diri berlutut mengucap terima kasih, tentu saja
membuat sang guru semakin suka dan senang
maka Chi Koan mulai memberikan ilmunya
yang dahsyat itu, tentu saja tidak semua
melainkan sebagian. Betapapun si buta cukup
cerdik. Hanya sedikit demi sedikit ia
memberikan ilmunya itu, melihat sampai
seberapa jauh kesetiaan dan kepatuhan
muridnya ini . Akan tetapi karena Beng San tak
kalah cerdik dan beradulah murid dengan guru
akhirnya Chi Koan benar-benar sayang dan
tigaperempat Hok-te Sin-kang mengalir juga ke
murid yang satu ini. Beng San merupakan
bayang-bayang gurunya yang kelak tak kalah
hebat. Dan bersamaan dengan meluncurnya
waktu maka kuatlah kedudukan pemuda ini di1407
samping gurunya. Beng San mulai dikenal
sebagai jago muda yang pilih tanding!
***
Siauw Lam memang marah kepada
gurunya itu. Sejak ia dibentak dan dibuat
terpental oleh tangkisan gurunya yang
membela nenek Yang-liu Lo-lo pemuda ini
merasa sakit hati. Ia meninggalkan See-ouw
pang setelah gurunya mengalahkan semua
tokoh-tokoh selatan, maklum bahwa gurunya
akan menjadi bengcu akan tetapi bukan
semata ini ia menghilang. Ia pergi karena
melihat dua gadis cantik itu tiba-tiba
meninggalkan kursinya pula, menyelinap dan
pergi untuk akhirnya menyeberangi telaga.
Ternyata dua gadis ini tak senang melihat Chi
Koan menjadi bengcu, menganggap pemilihan
itu belum sah benar karena ayah mereka Lam
hai kong-jiu yang lihai tidak hadir. Kalau ayah
mereka hadir belum tentu si buta menjadi
juara. Maka pergi dan tak puas oleh hasil itu,
mereka akan melapor kepada ayah mereka1408
maka Siauw Lam melihat ini dan diam-diam
pemuda itu menguntit.
Siapa tidak tergila-gila kepada
sepasang dara berpakaian serba hitam ini., ikat
pinggang putih yang melilit pinggang serasi
benar dengan tubuh mereka yang langsing
padat. Bentuk tubuh yang mekar mempesona
itu memang membuat jantung pemuda
berdegup kencang, apalagi seperti Siauw Lam,
pemuda yang mudah terhanyut birahi dan
tidak akan berpikir panjang lagi kalau sudah
punya mau. Kemarahannya kepada guru akan
dilampiaskannya di situ. Ia akan mengganggu
gadis-gadis ini, di samping melepas nafsu
rendahnya juga supaya gadis atau ayah gadis
itu marah. Siapa lagi yang akan dituntut kalau
bukan gurunya. Biarlah, biarlah gurunya
menerima getah dari perbuatannya.
Maka ketika ia menyeringai dan
mengejar diam-diam, menunggu sampai gadis
itu menyeberang dan berlari cepat di sebuah
hutan maka berkelebatlah pemuda ini dan
berkata perlahan,1409
"Jiwi-siocia (dua nona berdua),
tunggu!"
Dua gadis itu terkejut. Mereka berhenti
dan menoleh dan di bawah sinar keremangan
bulan tertegunlah keduanya melihat pemuda
ini. Siauw Lam telah berkelebat dan berada di
depan mereka. Dan ketika pemuda itu
membungkuk dan menyeringai dibuat-buat,
suaranya juga dibuat-buat ketika bicara maka
Lin Lin maupun Lan Lan mengerutkan kening.
"Maaf jiwi meninggalkan See-ouw
pang tanpa permisi, apakah jiwi tidak senang
dan marah kepada kejadian di sana. Kalau
begitu maka jiwi sama dengen aku karena
akupun sebal dengan semua kejadian di atas
panggung. Jiwi agaknya ingin pulang dan
bolenkah aku mengantar. Kalau jiwi tidak
keberatan tentu aku merasa Senang sekali".
Lin Lin dan Lan Lan adalah gadis-gadis
kembar. Mereka memiliki kepekaan yang sama
dan kontak batin yang sama pula. Begitu
melihat Siauw Lam segera mereka tidak
senang, bukan hanya karena murid si buta
melainkan tingkah laku dan sepak terjang1410
pemuda itu di atas panggung dinilai sombong.
Boleh jadi pemuda itu lihai akan tetapi mereka
tak takut. Maka ditambah tutur kata dan sikap
yang dibuat-buat, juga sepasang mata pemuda
itu yang liar memandang mereka maka
merekapun menjadi marah dan tiba-tiba Lin
Lin membentak agar pemuda itu tak usah
mencampuri urusan mereka.
"Senang tidak senang bukanlah
urusanmu, begitu pula kami mau pulang atau
tidak. kami dapat berjalan sendiri dan tak perlu
diantar, orang she Siauw, pergilah dan jangan
ganggu kami. Terima kasih kalau kau berniat
baik akan tetapi kami dapat berjalan sendiri!"
Siauw Lam tertegun. Gadis itu
membalikkan tubuh dan menyambar
saudaranya. Siauw Lam tak tahu apakah Lin Lin
atau Lan Lan yang bicara, keduanya begitu
mirip dan sama satu sama lain.
Akan tetapi begitu mereka pergi dan
berlari cepet lagi, meneruskan perjalanan
tanpa menghiraukan dirinya mendadak
pemuda ini merasa tertampar dan iapun
marah.1411
"Tunggu!" Siauw Lam membentak,
kasarpun timbul. "Jangan kalian sombong,
nona-nona. Boleh saja kalian sendiri namun
jangan bersikap kasar!"
Lucu, diri sendiri yang bersikap kasar
akan tetapi orang lain yang dituduh. Pemuda
ini melesat dan telah berjungkir balik di depan
dua gadis itu. Dengan Lui-thian-to-jitnya
memang mungkin saja bagi Siauw Lam
mendahului gadis-gadis ini.
Lan Lan dan Lin Lin terkejut berhenti
lagi. Dan ketika mereka tergetar melihat wajah
Siauw Lam yang merah, mata itu berkilat
mencorong maka mereka mendengar pemuda
itu tertawa dingin. Siauw Lam memperlihatkan
watak aslinya yang kotor.
"Hm, heh-heh, kalian jumawa dan tidak
bersahabat. Baik-baik aku ingin menemani
kalian, nona-nona, namun kalian menolak dan
bersikap kasar. Aku tak senang melihat
kesombongan kalian ini. Kalau ingin
menerusken perjalanan harap minta maaf dan
ganti rugi dulu. Aku terpaksa menahan kalian."1412
"Keparat!" Lan Lan membentak. "Kau
bicara apa di depan kami? Kau minta ganti rugi
dan permohonan maaf? Tak tahu malu, kaulah
yang sombong dan tidak tahu diri. Pemuda
macam apa yang lalu marah-marah ditolak
mengantar gadis!"
"Hm, semakin cantik saja," Siauw Lam
keluar aslinya. "Marah dan memaki-makilah,
adik manis, semakin marah semakin
menggairahkan saja. Aku ingin menciummu
dan itulah ganti ruginya...Wut! " pemuda ini
berkelebat, tangan bergerak dan iapun
tertawa menyambar kepala gadis itu. Siauw
Lam hendak mencium akan tetapi Lan Lan
tentu saja menjerit, gadis itu mengelak dan
menampar.
Namun ketika dengan Lui-thian-to
jitnya pemuda menyelinap dan menangkis
maka ujung hidungnya menyentuh dan tahu
tahu. .. cup, terciumlah pipi gadis itu disusul
tawa bergelak. "Ha-ha, harum mewangi. Aduh,
sedap!"
Lan Lan dan Lin Lin kaget bukan main.
Perobahan watak yang begitu tiba-tiba1413
membuat dua gadis ini terbelalak, apa lagi Lan
Lan. Gadis ini merah padam dan terhuyung
memegangi pipinya yang tercium. Dengan jijik
ia mengusap dan memaki-maki. Hidung
pemuda itu seakan tahi anjing baginya. Maka
ketika Lan Lan melengking dan menerjang
gadis inipun berkelebat menusukkan dua
jarinya ke mata pemuda itu, marah dan kaget
bahwa murid seorang bengcu begini hina dan
tak tahu malu.
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akan tetapi Siauw Lam berkelit.
Pemuda ini memang sengaja hendak
mengganggu dan membuat ulah. Ia tertawa
tawa diserang, marah, mengelak dan
menangkis hingga gadis itu terpental. Dan
ketika selanjutnya ia berkelebat dan
membalas, terbang dengan Lui-thian-to-jitnya
yang luar biasa itu maka pipi satunya tercium
lagi, kali ini mengeluarkan suara "ngok" keras.
"Heh-heh, majulah, marahlah. Semakin
marah kau semain manis , adik cantik. Tidak
bisa baik-baik biarlah yang tidak baik!"
Lin Lin terkejut dan marah serta malu
melihat adiknya diperlakukan seperti itu.1414
Sebentar saja pemuda ini membuat adiknya
memaki-maki dan mundur jatuh bangun.
Bayangan pemuda itu yang menyambar
nyambar membuat adiknya kelabakan,
ginkang pemuda itu memang lebih tinggi dari
yang dimiliki Lan Lan. Maka ketika satu ciuman
mendarat lagi di tengkuk, lali ini disertai
usapan kurang ajar di pinggul adiknya maka
gadis ini tak mampu menahan diri dan
berkelebatlah dia menghantam pemuda itu,
tangan kanannya miring membacok dan
bercuit menyerang.
"Dukk!" akan tetapi gadis itu kaget
sendiri. Pukulannya yang tepat mengenai
kuduk Siauw Lam. terpental, leher pemuda itu
bagai karet tebal. Dan ketika ia terpekik dan
berjungkir balik maka Siauw Lam terkekeh
memutar tubuh. Serangan ini justeru
membuatnya gembira.
"Heh-heh, bagus, majulah berdua.
Kalian akan kurobohkan dan menerima
hukuman lebih berat, adik-adik manis. Terus
terang aku tergila-gila kepada kalian dan
terimalah cintaku yang tulus ini."1415
"Bedebah, keparat jahanam tak tahu
malu. Tak sudi berdekatan denganmu, orang
she Siauw, melihatpun serasa muntah. Kau
binatang jalang yang tak tahu malu. Kau
merusak nama gurumu sebagai bengcu!"
"Ha-ha-heh-heh, bengcu apa. Guruku
itupun bukan orang baik-baik, nona-nona.
Dialah yang mengajariku seperti ini. Wanita
cantik harus didekati, dibelai. Wanita butuh
cumbuan dan aku akan mencumbu kalian.
Guruku itupun orang bejat!" Siauw Lam
terkekeh dan tertawa-tawa dan dua gadis itu
membelalakkan mata. Hampir mereka tak
percaya bahwa pemuda ini menjelek-jelekkan
guru sendiri, bukan main. Akan tetapi karena
pemuda itu begitu kurang ajarnya dan main
colek sana-sini, Lin Linpun menjadi korban
maka kakak beradik ini melengking-lengking
dan Lam-hai-kong-ciang atau Pukulan Tangan
Kosong Dari Selatan dimainkan secepatnya
untuk menghalau dan menepis jari-jari kurang
ajar pemuda itu.
Namun yang dihadapi dua gadis ini
adalah Siauw Lam. Pemuda itu masih lebih1416
tinggi dibanding Beng San dan Lan Lan yang
sudah bertanding di atas panggung mengakui
kehebatan Beng San, apa lagi kini suhengnya.
Maka ketika berkali-kali ia terpental dan
melengking-lengking, tangan pemuda itu nakal
dan mengusap sana-sini maka sang enci juga
merah padam karena pemuda itu tak pandang
bulu mencolek apa saja. Dada dan perutpun
diusap kurang ajar.
"Gabungkan ilmu silat kita. Mainkan
Lam-hai-kong-ciang di muka belakang, Lan
moi, aku di depan kau di belakang. Hati-hati,
jangan berbenturan lengan!"
Siauw Lam tertawa dan berkelebatan
cepat. Setelah ia mencolek dan mengusap
sana-sini maka gairahnya semakin
membubung . Nafsunya bangkit dengan cepat.
Akan tetapi ketika dua gadis itu membentak
dan merobah permainan tiba-tiba ia terkejut
betapa bayangan Lan Lan maupun Lin Lin
berseliweran cepat, naik turun bagai burung
srikatan dan bau harum tubuh mereka
membuatnya seakan mabok.1417
"Plak!" tamparan Lin Lin membuat ia
terhuyung.
"Dess!" pukulan Lan Lan juga
membuatnya tergetar akan tetapi dua gadis itu
kagum. Dengan sinkangnya yang kuat pemuda
ini mampu bertahan dan cemaslah kakak
beradik itu. Dengan merobah permainan dan
masing-masing menempati posisi yang jelas
sebenarnya mereka dapat melepaskan
pukulan-pukulan lebih tepat. Lan Lan dapat
mengganggu di belakang sementara Lin Lin
menyerang di depan. Dua kali pemuda itu
terkena. Namun karena lawan memiliki
sinkang kuat dan kekebalannya
mengagumkan, inilah yang membuat gelisah
maka dua gadis itu beterbangan lagi dan
tamparan atau pukulan mereka mendarat
telak.
"Buk-dess!" Namun seperti tadi
pemuda ini hanya tergetar dan terhuyung saja.
Siauw Lam masih mabok akan harum tubuh itu
akan tetapi lama-lama pemuda ini tentu saja
marah. la membentak dan mengerahkan lagi
Lui-thian-to-jitnya. Ilmu meringankan tubuh ini1418
memang hebat sekali, bak kilat menyambar
matahari. Maka ketika pemuda itu berseru
keras dan menangkis sambil mengembangkan
kedua lengan di kiri kanan tubuhnya,
mengerahkan Thai-san-ap-ting yang dahsyat
itu maka Lan Lan terpekik dan terjengkang.
Gadis inilah yang pertama kali berkenalan
dengan Thai San-ap-ting ketika bertanding
dengan Beng San di panggung lui-thai.
"Des-dess" pukulan di belakang
tertolak dan membalik. Gadis itu bergulingan
sementara Lin Lin melempar tubuh ke kiri,
cepat sebelum lengannya bertemu Thai-san
ap-ting. Dan ketika dua gadis itu bergulingan
dengan muka pucat, meloncat bangun maka
Siauw Lam bangkit lagi kegembiraannya.
Dikeroyok duapun ia tak takut. Di panggung
lui-tai itu ia telah menaksir kepandaian dua
dara ini.
"Ha-ha, majulah, maju lagi. Di sini
kalian akan melihat kehebatanku, nona-nona.
Aku masih lebih lihai daripada suteku Beng
San. Majulah, atau kalian menyerah baik-baik
dan menerima cintaku!"1419
Dua gadis itu pucat. Mereka ngeri
bukan oleh kepandaian pemuda ini melainkan
oleh sikapnya. Pemuda itu tertawa-tawa dan
matanya jalang menerawang. Siauw Lam telah
dibakar nafsu berahinya dan memang
mengerikan. Bagi wanita seperti puteri Lam
hai-kong-jiu ini jauh lebih mengerikan melihat
sikap itu daripada kepandaian Siauw Lam. Dua
gadis ini mulai gentar, bayang-bayang
ketakutan membuat mereka ngeri. Akan tetapi
karena harus melawan dan tak ada jalan lain
maka lin Lin maupun Lan Lan menerjang lagi,
diam-diam mencabut tusuk konde dan saling
memberi isyarat.
"Bunuh dia, kita bertanding mati
hidup!"
Lan Lan mengangguk dan menerjang.
Baginya tak ada lain jalan kecuali menyerang
dan mendahului. Sang enci sudah menubruk
dan menampar. Akan tetapi ketika terpental
ditangkis maka tusuk konde melesat dan Siauw
Lam terkejut melihat itu, sinar berkeredep.
"Plak-krekk!" akan tetapi dari samping
kiri menyambar sinar lain dari tusuk konde di1420
tangan Lan Lan. Gadis itupun bergerak
mengikuti encinya, menyambar di kala Siauw
Lam menangkis patah senjata wanita itu. Dan
ketika Siauw Lam terkejut berseru keras, tak
ada lagi waktu menangkis maka ia membuang
kepalanya ke belakang akan tetapi tusuk konde
itu tetap menggurat.
"Cret!" Alis mata pemuda ini terluka.
Hampir saja S?iauw Lam menjadi korban dan
kemarahan pemuda itu tak terkatakan lagi. la
membentak dan mencengkeram gadis itu, Lin
Lin berseru keras memperingatkan adiknya.
Akan tetapi karena gerakan Siauw Lam amat
cepat disertai kemarahan pula, tak perduli
pukulan di belakang maka pemuda ini
menangkap dan mencengkeram Lan Lan akan
tetapi gadis itu menjerit dan menendang.
"Plak-bukk!" Selangkangan Siauw Lam
kena. Ia terpekik dan tiba-tiba melontar, gadis
itu diangkat tinggi-tinggi kemudian dilempar
kuat. Lan Lan menjerit dan terbanting.
Dan ketika celakanya gadis itu terguling
memasuki sebuah lubang, bekas perangkap
seorang pemburu maka Lin Lin inilah yang1421
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjadi sasaran terakhir pemuda yang sedang
mata gelap ini , Siauw Lam dipukul dari
belakang akan tetapi terhuyung sedikit,
ditendang namun ia membaiik menangkap
kaki mungil itu. Lalu ketika ia mendorong dan
membentak marah maka gadis itupun
terjengkang dan mengaduh tertotok kaku.
Pergelangan kakinya dipencet dan
dilumpuhkan pemuda ini.
"Nah, kau tak dapat mengalahkan aku,
" Siauw Lam bergerak dan menyambar tubuh
itu. "Hukumanmu menjadi berat gadis siluman.
Mau tidak mau kau harus menerima aku!"
Lin Lin menjerit dan memaki-maki. la
tak dapat menggerakkan kakinya akan tetapi
dapat menggerakken kedua lengan dan
tubuhnya. la meronta dan menghantam
namun Siauw Lam menghentikan semuanya
itu Sekali totok lemaslah gadis itu terkulai
roboh. Lalu ketika Siauw Lam merobek bajunya
tertawa mengerikan memeluk dan mencium
mulutnya maka Lin Lin hampir pingsen
menjerit-jerit, sampai akhirnya ia benar-benar
pingsan ditotok urat gagunya. Lalu ketika di1422
hutan itu Siauw Lam menggagahi dirinya, buas
bagai iblis tak berperikemanusiaan maka
muncullah Beng San gemetar memandang
suhengnya itu, antara kaget dan marah namun
juga cemburu.
"Suheng!" bentakan itu membuat
Siauw Lam terkejut. "Apa yang kau lakukan dan
berani benar kau mengganggu gadis ini. Mana
satunya!"
"Hm, heh-heh!" Siauw Lam tertawa
dan bangkit menyeringai, kedodoran. "Aku
telah memperolehnya, sute, dan nikmat sekali.
Kalau kau ingin boleh coba, ia masih pingsan."
Beng San menggigil. Kalau mereka
dalam saat seperti biasa mungkin ia tertarik
dan menerima. Lihat saja ketika mereka
mengganggu gadis-gadis Sin-hong-pang, satu
kamarpun tak segan-segan dipakai bertiga.
Akan tetapi karena pemuda ini betul-betul
merasakan jat?h cinta dan entah Lin Lin atau
Lan Lan mengguncang kalbunya, Beng San
marah sekali maka ia membentak apakah itu
Lan Lan atau Lin Lin.1423
"Aku tak tahu, heh-heh, mereka sama
sama cantik. Yang ini menggiurkan yang
lainpun menarik, sute, kenapa banyak bicara
bukankah biasanya kau dan aku sama-sama
melakukan ini. Ayolah, ia masih hangat!"
"Keparat!" pemuda itu tiba-tiba
menerjang. "Kau merusak dan menngganggu
kedudukan suhu, suheng. Tidakkah kau tahu
bahwa kita sekarang tak boleh sembarangan.
Kau tak berperasaan dan tak punya kasihan!"
"Eitt!" sang suheng mengelak. "Kau
seperti kambing kebakaran jenggot, sute
kenapa tiba-tiba marah. Jangan kurang ajar
atau aku menghajarmu nanti!"
"Terkutuk jahanam! " Beng San
membalik dan menyerang suhengnya lagi. Kau
mencemarkan nama suhu, suheng, kau
merusak segala-galanya. Apa kata orang kalau
kau melakukan ini wut-plak!"
Siauw Lam menangikis dan Beng San
tergetar terhuyung dua langkah. Memang ia
masih bukan tandingan suhengnya namun
bukan berarti sang suheng dapat
mengalahkannya begitu mudah. Sang suheng1424
terkejut karena pemyda ini benar-benar
marah. Beng San kecewa dan memang gusar
terhadap suhengnya ini . Maka ketika, ia
menyerang dan berkelebat kembali,
terbelalaklah Siauw Lam maka pemuda itu
tiba-tiba tertawa bergelak karena sutenya
dibakar cemburu.
"Ha-ha, ini kiranya. Eitt, kukira yang
kudapatkan itu adalah Lin Lin, : sute, bukan Lan
Lan. Aku tahu kau jatuh cinta akan tetapi
jangan menyerang membabi-buta. Berhenti,
gadis yang satu itu belum kuganggu!"
"Kau ganggu atau tidak buktinya kau
mencemarkan suhu. Perbuatanmu tidak
pandang bulu, suheng, kau tak memilih-milih.
Apa kata Lam-hai-kong-jiu kalau puterinya kau
perkosa. Kau seperti kesetanan dan
membahayakan kami semua!"
"Ha-ha, mudah bagiku. Kalau sang ayah
marah maka kunikahi anak gadisnya. Akan
tetapi kau, heh! Kau penjilat dan pendatang
baru, sute. Sejak kau ada di sini suhu tak
sayang lagi kepadaku. Keparat. akupun akan
membunuhmu dan persetan dengan suhu. la1425
menyakiti aku dan menghina aku di atas
panggung!" sang suheng membentak dan
terjadilah pertandingan di antara dua orang
muda itu.
Siauw Lam mula-mula mengalah dan
mengira sutenya tak bersungguh-sungguh.
Akan tetapi setelah sutenya mendesak dan tiga
empat kali melancarkan serangan berbahaya,
marahlah ?ia maka ketidaksenangannya
terhadap sang suhu ditimpakan kepada
pemuda ini. Memang akhir-akhir ini Chi Koan
lebih condong kepada Beng San. Dua orang itu
bertanding seru akan tetapi lama-lama Beng
San terdesak. la kalah kuat dan sinkangnyapun
kalah matang. Sang suheng sudah lama
mengikuti gurunya sementara ia terhitung
baru. Maka ketika ia mundur-mundur
sementara itu Lin Lin mengeluh dan mulai
sadar maka gadis itu bagai ditimpa langit
ambruk melihat keadaan dirinya yang tak
keruan. Pakaian bertebaran sementara ia
merasa sakit di bagian vital. Gadis ini
menggigil. Dua murid si buta saling maki
memaki dan membeberkan borok masing-1426
masing. Guncangan demi guncangan diterima.
Dan ketika gadis itu menggeliat dan bangkit
duduk, menyambar pakaiannya maka saat
itulah ia mendengar kata-kata menyakitkan.
"Kau dan aku sama, kita kumbang
kumbang jantan yang suka menghisap madu.
Kalau kau cemburu aku menggagahi gadis ini
maka kau tak tahu malu, sute, dan suhupun
bukan orang baik-baik yang harus dibela. Siapa
tidak tahu kalau ia bermain cinta dengan
subonya Si ?blis cantik Kwi-bo, juga siapa tidak
tahu kalau ia bercinta gelap dengan Mei Bo,
gadis Sin-hong-pang itu. Karena kau dan aku
sama kitapun sebenarnya tak perlu saling
maki, namun kau menyerang aku, memusuhi
aku. Sekarang akupun tak akan
mengampunimu lagi dan mampuslah....dess! "
Beng San terbanting dan bergulingan
dan kebetulan sekali mendekati Lin Lin. Gadis
itu sedang pucat merah berganti-ganti
mendengar semua omongan ini. Sungguh tak
disangkanya dua pemuda ini begitu bejat, dan
gurunya rupanya juga tak kalah bejat. Maka
ketika Beng San mengeluh di dekatnya dan1427
bergulingan menerima pukulan mendadak
iapun melengking den mencolok mata pemuda
itu, melompat bangun.
"Aiihhhh. ' Beng San mengelak dan
menangkis. Untunglah Lin Lin masih lemah
akibat perkosaan, gadis itu terpelanting dan
tersedu-sedu. Dan ketika Beng San meloncat
bangun berubah kaget, gadis itu memusuhinya
maka sang suheng terbahak dan mengejar.
"Lihat, ia mencintaiku. Kaupun sia-sia
membelanya, sute, ia telah menjadi milikku.
Ha-ha, mampus dan berangkatlah ke akherat!"
Beng San menangkis dan terbanting
lagi. Harus diakuinya bahwa suhengnya ini
lihai. Akan tetapi karena bukan alasan untuk
mundur. iapun membentak dan bertanding
lagi maka Lin Lin menjerit dan kali ini menusuk
Siauw Lam.
"Jahanam, binatang keparat. Siapa
mencintaimu, iblis busuk. Aku tak sudi hidup
bersamamu dan kau atau aku mampus!"
Siauw Lam terkejut. la mengelak dan
menangkis dan gadis itu roboh terpelanting.
Lin Lin masih lemah oleh guncangan bertubi-1428
tubi. Dan ketika Beng San tergetar melihat itu,
perasaannya iba dan tertusuk maka iapun
membentak dan menyerang suhengnya lagi.
"Kau keji, kau terkutuk. Kau tak
memilih-milih korbanmu, suheng, kau tak
melihat siapa di belakang gadis ini. Tidakkah
kau tahu bahwa ayahnya adalah seorang tokoh
selatan!"
"Ha-ha, itu memang mauku. Biarlah
suhu menerima getah dari perbiatan ini, Sute ,
aku dendam kepadanya. Boroknyapun harus
dibuka!"
"Apa, kau hendak berkhianat?"
"Ha-ha, mampuslah, tak usah banyak
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bicara. Aku benci kepadamu dan juga suhu. Ia
pilih kasih!"
Beng San terbanting dan bergulingan
meloncat bangun lagi akan tetapi iapun pucat
melihat dan mendengar semuanya itu. Sang
suheng terang-terangan berbalik. Akan tetapi
setelah ia hilang kagetnya dan diam-diam
girang, inilah kesempatannya bersetia kepada
guru maka iapun menyerang dan bertanding
lagi.1429
Namun suhengnya benar-benar lihai.
Thai-san-ap-ting dan ui-pek-po-kian mulai
dilancarkan pemuda itu menekan sang sute.
Beng San mengeluarkan pula ilmu yang sama
akan tetapi kalah matang, ia terhuyung dan
terdorong berulang-ulang. Dan ketika Lin Lin
juga sia-sia mengeroyok pemuda itu, akhirnya
malah terbanting maka Beng San berseru agar
gadis itu menyingkir.
"Pergilah, jangan dekat-dekat. Jauhkan
dan selamatkan dirimu, nona. Hindari
suhengku yang kesetanan ini. Kau tak akan
menang!"
Lin Lin tersedu-sedu. la terhuyung jatuh
bangun akan tetapi dendam sakit hatinya tak
mampu dibujuk begitu. Hitam arang
tercorenglah sudah, sekali basah biar dia
mengadu jiwa. Tapi ketika Siauw Lam tertawa
dan terkekeh-kekeh, pandang matanya meliar
kembali maka ia menghajar sutenya ini ketika
Beng San mendekat dan hendak melindungi
gadis itu.
"Dess!" Beng San terpelanting dan
pucat. Ia berulang-ulang berseru akan tetapi1430
tak digubris, marah dan akhirnya membentak
membiarkan gadis itu. Dan ketika satu saat
kembali terbanting dan bergulingan maka
iapun meloncat bangun melarikan diri maklum
bahwa sang suheng terlalu lihai
"Baiklah, kau menang. Aku akan
melaporkan semua ini kepada suhu, suheng,
lain kali kita bertemu lagi!"
"Jangan pergi, aku ingin
membunuhmu. Menjilat kepada suhu adalah
perbuatan memuakkan sute, tunggu dan
terima Ini!" Siauw Lamn mengeluarkan jarum
jarum beracun akan tetapi Beng San waspada.
Ia mengelak dan mengebut runtuh. Lalu
meneruskan larinya dan lenyap meninggalkan
tempat itu maka pemuda itu mencari Lan Lan
dan itulah sebabnya terlambat pulang, gagal
dan melaporkan semuanya dan Chi Koan tentu
saja gusar. Muridny pertama itu ternyata
bahaya dalam selimut, kelak akan dihajar dan
dicarinya nanti. Dan karena ia telah
menanamkan kepercayaan terhadap tokoh
tokoh selatan, ia tak begitu khawatir maka1431
Siauw Lam merobohkan korbannya lagi dan
mempermainkannya sepanjang jalan.
Lin Lin benar-benar menderita di
tangan pemuda yang seperti tidak waras ini.
Bagai gila saja Siauw Lanm memaksa dan
mengerjai gadis itu. Sampai akhirnya ketika
suatu hari pemuda itu bertemu dengan
seorang pemuda baju putih yang gagah
perkasa, pandai mainkan golok terbang dan
berilmu silat tinggi maka pemuda ini tertegun
dan berubah mukanya.
Saat itu Siauw Lam tertawa-tawa di tepi
sebuah sungai. Korbannya, yang diseret dan
menangis sesenggukan juga seperti orang gila.
Lin Lin terguncang hebat. Sejak itu ia tak
bertemu lagi dengan adiknya dan gadis ini
dibuat permainan, tak tahan dan hampir
bunuh diri namun Siauw Lam membatalkan.
Kebencian dan kemarahan pemuda itu
rupanya benar-benar dilampiaskan di sini.
Sejak di panggung Lui-tai sesungguhnya
pemuda ini dilanda sakit hati, satu demi satu
sampai akhirnya membuat ia begitu dendam.
Hasrat pertama dilarang bertanding dengan1432
puteri Lam-hai-kong-jiu merupakan penyulut
utama, disusul oleh sikap gurunya ketika
melindungi Yang-liu Lo-lo. Maka ketika semua
itu menggelegak dan betapa ia harus
menyaksikan sandiwara gurunya, betapa
gurunya begitu pandai mengelabui tokoh
tokoh selatan maka timbullah semacam api
gemuruh di dada pemuda ini.
Siauw Lam pada dasarnya memang
berwatak jelek. la bertambah jelek lagi setelah
melihat sepak terjang suhunya, kekejaman dan
tingkah laku jahat yang tak segan-segan
dilakukan gurunya itu. Maka ketika ia menjadi
begitu biasa dan kekejaman bukanlah hal aneh
lagi, begitu pula akan perbuatannya terhadap
puteri Lam-hai-kong-jiu ini maka suatu hari ia
merasa bosan dan puas ingin mengakhiri
semuanya itu, mereka tiba di tepi sungai yang
airnya keruh, semalam rupanya hujan lebat.
"Ha-ha-heh-heh, sekarang kau boleh
bunuh diri. Terjun dan bunuh dirilah disungai
itu, anak manis. Aku ingin melihatmu" Siauw
Lam mendorong dan gadis ini jatuh terhuyung.
Tiba-tiba Lin Lin mengedikkan kepalanya1433
dengan mata beringas, tiba-tiba ia tak ingin
bunuh diri!
Dan ketika gadis itu riap-riapan
memandang penuh benci, berhari-hari ini ia
dihina begitu hebat maka gadis ini berkata
dengan jari menggigil, menuding.
"Kau, iblis hina tak berperasaan,
manusia tak berjantung. Aku tak ingin bunuh
diri sekarang ini , Siauw Lam, aku ingin hidup
agar dapat mengorek is perutmu yang kotor
itu. Aku tak mau terjun dan berharap suatu
ketika dapat membalas dendam. Aku ingin
mengerat-ngerat dagingmu!"
"Ha-ha, heh-heh!" si pemuda terkejut
akan tetapi tertawa bergelak. "Membalas
kepadaku tak mungkin kau lakukan, anak
manis, kepandaianku lebih tinggi darimu.
Kalau kau tak mau bunuh diri maka akulah
yang akan membunuhmu. Bersiaplah, aku
akan melemparmu ke sungai itu!"
Lin Lin berapi. Setelah berhari-hari ia di
siksa dan diperkosa berul?ng-ulang maka maut
atau ancaman pemuda ini tak membuatnya
takut. la sudah mulai kebal. Maka ketika ia1434
membentak dan menerjang maju iapun sudah
mencoba untuk kesekian kalinya lagi
menyerang. Sisa tenaga di seluruh tubuh
dikerahkan.
"Des!" ia malah terbanting dan pemuda
itu tertawa ngakak. Siauw Lam mengangkat
tangannya dan gadis ini terjerembab, hal itu
bagi Siauw Lam amat menyenangkan dan
berserulah pemuda itu agar gadis itu bangun.
Lin Lin bangun dan terhuyung-huyung. Lalu
ketika ia diminta menyerang dan memang
menyerang, Memukul dan menendang maka
Siauw Lam terkekeh-kekeh betapa gadis itu
jatuh bangun kehabisan tenaga. Dalam
beberapa hari ini Lin Lin tak mau makan atau
minum.
"Ha-ha-heh-heh, kau tak kuat lagi
menopang tubuhmu berdiri. Ayo, serang dan
serang lagi, anak manis, setelah itu kulempar
ke dalam sungai!"
Gadis itu kalap menyambar batu.
melempar dan membabi-buta akan tetapi
semua ditangkis. Batu terpental dan malah
mengenai kepala gadis itu sendiri. Siauw Lam1435
terpingkal sampai hampir terjungkal. Dan
ketika akhirnya Lin Lin tersedu dan roboh
terduduk, hilang tenaganya maka Siauw Lam
melangkah dan menyambar punggungnya. Kali
ini ia tak merasa tertarik lagi kepada gadis
kurus kering ini.
"Bersiapleh, cukup semua itu. Mari
kuantar menghadap akherat, Lin Lin, dan kau
tak akan membalas dendam seumur hidupmu,
ha-ha!"
Gadis ini terbelalak. la tak berdaya
ketika dicengkeram punggungnya dan sekali
angkat iapun dilempar. Siauw Lam
mengerahkan tenaganya dan gadis itu
melayang ke tengah sungai. Hebat. gadis ini tak
ketakutan. Siauw Lam kecewa tak mendengar
gadis itu menjerit! Namun tepat gadis itu
dilempar mendadak munculah sebuah perahu
meluncur cepat, Seorang pemuda baju putih
berada di depan dan berseru menangkap gadis
itu, persis ketika Lin Lin melayang jatuh.
"Kejam, tak berperasaan. Siapa
orangnya melempar orang lain ke dalam
sungai!" pemuda itu menerima Lin Lin dan1436
sekali ia memukul air mak perahupun melejit
dan jatuh di tepian, halus dan hampir tak
meng?luarkan suara.
"Brukk!" Siauw Lam terkejut. Seorang
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pemuda tampan dengan alis tebal bagai golok
menghadapinya dengan pandang mata marah.
Dua mata beradu dan pemuda itu tergetar.
Mata pemuda itu berpijar dan berkilat
layaknya mata seekor harimau muda, tajam
menembus namun Siauw Lam tentu saja
membuang kagetnya dengan tawa bergelak. la
melihat siang-to (sepasang golok) di punggung
pemuda ini.memandang rendah dan tentu saja
tidak takut. Maka ketika ia tertawa dan tiba
tiba berhenti, membentak maka ia menuding
pemuda itu. Caping bambu menyembunyikan
rambut gemuk yang hitam tebal.
"Kau, siapa gerangan mencampuri
urusanku. Berani mati mencari penyukit. Heh,
serahkan kembali gadis itu kepadaku, tikus
busuk, atau aku menghajarmu dan
mengantarmu ke akherat!"
Pemuda itu bersikap tenang, akan
tetapi alisnya berkerut. Lalu memandang Lin1437
Lin yang lemas di perahu iapun menarik napas
dalam ketika berkata dengan suara berat, "Kau
menyiksa dan hendak membunuh gadis itu,
jelas bukan orang baik-baik. Aku pengelana
jalanan akan tetapi tentu saja tak dapat
meluluskan permintaanmu. Kalau kau hendak
merebut gadis itu berarti harus melalui aku
dulu. Aku tak dapat membiarkan perbuatan
kejimu!".
"Keparat!" Siauw Lam tiba-tiba
mendorong dan melepas Thai-san-ap-ting_
serangannya tiba-tiba. "Mempusiah kau, tikus
busuk. Siapa takut dan enyahlah!"
Akan tetapi pemuda itu mengangkat
sebelah tangannya pula. Cepat namun
bertenaga ia mendorong menyambut, angin
berkesiur dan Siauw Lam terkejut merasa
hembusan angin dingin. Namun karena ia
sudah melepas pukulannya dan mengerahkan
tenaga maka dua tenaga bertemu dan telapak
masing-masing tergetar dan terdorong balik.
"Plak!" dua angin pukulan sama-sama
buyar. Pemuda itu juga terkejut sementara
Siauw Lam berseru tertahan. Caping itu1438
terangkat sedikit, wajah dan mata yang
semakin mencorong membuat pemuda ini
tertegun. Dan ketika Siauw Lam terkejut
melangkah mundur, dari adu tenaga itu ia tahu
bahwa lawan tak berada di bawahnya maka ia
mengamati dengan kaget sementara lawan
semakin mengerutkan alisnya semakin dalam.
Wajah itu tetap tenang dan simpatik, akan
tetapi keren.
"Kau agaknya memiliki Thai-san-ap
ting," pemuda itu tiba-tiba bicara mengejutkan
Siauw Lam. "Kalau begitu apa hubunganmu
dengan Go-bi sobat. tepatnya dengan tokoh
tokoh Go-bi yang terkenal."
Siauw Lam tergetar, menindas rasa
kagetnya. Kalau lawan mengetahui
pukulannya jelas pemuda di depannya ini
bukan orang sembarangan. la berubah agak
pucat. Namun karena adu pukulan pertama
bukan berarti harus takut, ia hanya harus
berhati-hati maka pemuda itu tertawa dengan:
suara serak. Diam-diam Siauw Lam mencari
kesempatan untuk melancarkan serangan1439
kilat, watak yang diwarisinya dari gurunya Chi
Koan.
"Aku, ha-ha..... aku memang pewaris
Gobi. Kau siapakah tahu ilmu pukulanku,
sobat, apakah kawan atau lawan. Jawab dulu
pertanyaanku sebelum aku menjawabmu!"
"Hmm, pewaris Gobi!" pemuda itu
mengejek tersenyum. "Kalau begitu siapakah
gurumu? Peng Houw atau Chi Koan?"
Siauw Lam berdetak. Dari pertanyaan
ini tahulah dia bahwa pemuda di depannya ini
tahu banyak tentang Gobi, bahkan tahu tokoh
tokoh atau murid utamanya. Akan tetapi
karena dia bingung harus menjawab yang
mana, Chi Koan ataukah Peng Houw maka ia
ragu dan sejenak terbelalak, namun tiba-tiba
tertawa.
"Apa bedanya kalau guruku Peng Hou
atau Chi Koan, juga apa bedanya kalau bukan
kedua-duanya!"
"Tak mungkin, satu di antaranya pasti.
Pukulanmu lebih kuat daripada hwesio-hwesio
pimpinan, sobat, kau bukan murid biasa. Kau1440
pasti murid di antara dua orang itu, atau kau
takut kepadaku dan tak berani menjawabnya!"
"Hm, siapa takut!" Siauw Lam menjadi
panas. "Aku murid Naga Gurun Gobi Peng
Houw dan mau apa kau!"
Pemuda itu memandang penuh
selidik.la mengernyitkan kening menatap
lekat-lekat, jantung di dada Siauw Lam tergetar
bertemu sorot mata itu, tajam berkilat bak
seekor naga sakti. Dan ketika ia mengerahkan
kekuatannya dan berhasil menindas rasa
gentar maka lawan mengangguk-angguk tapi
jawabannya malah mengejutkan.
"Bagus, kalau begitu kau murid musuh
besarku. Bersiaplah, aku ingin memberi
pelajaran kepadamu dan katakan kepada
gurumu bahwa aku mencarinya!"
Belum Siauw Lam hilang kagetnya tiba
tiba pemuda baju putih itu melompat. Tampak
tangan kanan dikibas dan deru angin dingin
menyambar, jauh lebih kuat daripada gerakan
pertama tadi. Dan ketika ia membentak dan
menangkis marah, kali ini dia diserang maka....
dukk!", SiauwLam terbanting.1441
"Ahh!" pemuda ini bergulingan
menyelamatkan diri. Dari sekali gebrakan itu
tiba-tiba ia merasa bahwa sinkang lawan
amatlah kuatnya, jauh di atasnya, mungkin dua
tiga tingkat. Maka ketika ia melompat bangun
dan kaget serta marah maka iapun
membentak dan menerjang pemuda itu. Siauw
Lam mendahului dan berkelebat dengan Lui
thian-to-jitnya yang biasa diandalkan itu.
"Keparat!" akan tetapi pemuda ini
kaget. Lawan tiba-tiba berkelebat lenyap dan
bersamaan itu muncullah bayangan putih
bergulung-gulung. Ia yang mengerahkan Lui
thian-Lo-jit ternyata tahu-tahu di lilit bayangan
ini. Lawan mempergunakan ginkang yang
hebat sekali. Dan ketika ia berteriak dan lawan
menampar atau mendorong tiba-tiba Siauw
Lam merase sesak dadanya dipukul palu
godam.
"Des-dess!" Pemuda itu terbanting dan
bergulingan. Siauw Lam kaget bukan main dan
meloncat bangun, rasa kegetnya bercampur
marah. Dan karena ia masih penasaran dan1442
melengking tinggi maka ia melepaskan Cui
pek-po-kian mengganti Thai-san-ap-ting.
"Bress!" Cui-pek-po-kian yang hebat itu
terpental. Siauw Lam harus melempar
tubuhnya kalau tak ingin pukulannya
membalik, ia pucat dan kaget bukan main.
Akan tetapi karena terbiasa sombong dan
menganggap diri sendiri lihai, melompat dan
membentak maka pemuda itupun tak mau
sudah dan melepas lagi Cui-pek-po-kiannya,
terpental dan digabung Thai- San-ap-ting dan
kemudian lenyaplah Siau Lam mengandalkan
Lui-thian-to-jit. mengelilingi lawan dengan
cepat akan tetapi lawan tiba-tiba menghilang.
Geraknya begitu luar biasa dan mengejutkan.
Dan ketika ia celingukan ke sana-sini,
mencari dan kaget tahu-tahu lawannya itu
berada di belakang menampar telinganya.
"Plak!" Siauw Lam terpelanting dan
menjerit. Ia kaget bukan main dan gentar, rasa
takutpun datang. Dan ketika ia membentak
dan memaki-maki, nama Peng Houw dibuang
maka lawan tertegun mendengar ia memaki
pendekar itu.1443
"Siapa mau menjadi murid si bau itu.
He, aku bukan murid Naga Gurun Gobi, sobat,
akupun memusuhinya. Siapa kau dan jangan
menyerang lagi. Naga Gurun Gobi bukan
guruku!"
"Kalau begitu kau murid Chi Koan..!"
"Benar, ia guruku!" akan tetapi baru
saja mengaku mendadak pemuda itu
membentak dan seketika marah, berkelebat
dan tamparan keras membuat Siauw Lam
terjengkang. Pipinya pecah berdarah! Dan
ketika pemuda ini kaget serta bingung,
siapapun yang disebut ternyata musuh maka
pemuda itu menggerakkan tangannya dan
tujuh golok kecil menyambar pemuda ini,
menancap di lengan dan bahunya, bagai
terpantek!
"Aduh, keparat!" Siauw Lam
bergulingan pucat dan ia merasa sakit bukan
main. Tujuh hui-to (golok terbang) itu seperti
Kabut Di Telaga See Ouw Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berjajar dan ia ngeri serta takut. Baru kali inilah
ia ketakutan. Maka ketika ia berteriak-teriak
dan melihat sungai maka iapun tiba-tiba
mencebur.1444
"Byurr!" Pemuda itu tertegun namun
tidak meneruskan serangannya. Siauw Lam
berenang dengan cepat mengikuti arus sungai,
hanyut dan menyelamatkan diri dan megap
megap. Baru kali itulah ia seperti dikejar setan.
Dan ketika ia jauh dan merasa selamat,
menyeberang dan menggigil di tepian maka
pemuda ini lari cepat meninggalkan tempat
itu.
Akan tetapi Siauw Lam tidak jera. Ia
justeru sakit hati kepada gurunya itu.
Menyebut nama gurunya ternyata membawa
petaka lebih hebat. la telah mencabut tujuh
hui-to itu dengan geram. Dan ketika di
sepanjang jalan ia menyambar korban-korban
baru, semuanya wanita muda dan cantik
cantik maka pemuda ini meninggalkan nama
Fear Street Sketsa Kematian Face Attila Raja Barbar Momok Romawi Attila Tersesat Di Rawa Onom Karya Aan Merdeka
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama