Pendekar Samurai 3 Kera Putih Bagian 4
itu? Bila kelak ia meninggalkan dewi Uzume begitu
saja berarti ia membangkang terhadap perintah
gurunya dan tidak menepati janjinya, tetapi bila ia
mengajak wanita itu bertempur apakah ia sampai hati
membunuh wanita itu yang ternyata hanya menjadi
alatnya Kera Putih.
Pada saat itu berkumandang kata-kata Kera Putih di
telinganya:
? Kau hendak membunuh dia? Kau hendak binasakan
wanita itu yang kau bela mati-matian? Tak masuk,
akal, Yoko!
Namun kepada Bara ia berkata:
"Bara, aku akan tetap menjalankan perintah
guruku. Bila dewi Uzume sudah memiliki kembali
tubuhnya yang aseli aku akan ... bunuh dia!"
Bara mencibirkan bibirnya. Sekonyong-konyong gadis
cantik tetapi kenes itu melompat ke tempat gelap.
Yoko menatap ke tempat gelap, namun Bara sudah tak
tampak bayangannya.
Sang ratu malam masih tetap bertandang di angkasa
biru. Perlahan-lahan Yoko melangkah meninggalkan
tempat itu.281
XI
Yoko mendorong pintu kamar kerja, tampak Kera
Putih sudah berada di dalam. Ia mempersilakan Yoko
mengambil tempat duduk. Yoko duduk berhadap
hadapan dengan Kera Putih.
"Yoko, semalam aku tidak dapat tidur. Pada
tengah malam aku mencari kau dikamar tidurmu,
namun kau tidak ada. Aku membutuhkan engkau
untuk diajak bicara. Aku telah menanyakan kepada
pelayan-pelayanku namun mereka tidak mengetahui
kemana kau pergi. Lalu aku menuju kemari dan di sini
pun kau tak tampak."
Yoko mulai gelisah.
"Sejak kau permuda aku, aku selalu gelisah dan
tiap malam tidak dapat tidur. Sewaktu-waktu aku
mengenangkan kembali tubuhku yang tua. Anggota
anggota tubuh yang muda dan kuat ini tidak sesuai
dengan otakku yang tua. Tubuh muda ini senantiasa
merangsang-rangsang napsu dan keinginan yang tidak
cocok dengan pikiranku." menerangkan Kera Putih.
"Tubuhmu memerlukan lebih banjak pergerak
an. Bila kau bekerja lebih berat, di waktu malam282
otakmu membutuhkan istirahat dan kau akan dapat
tidur." kata Yoko sekenanya.
"Benar, Yoko," sahut Kera Putih "Aku pun
berpikir demikian. Dan setelah aku tidak dapat
menemukan engkau, aku telah berjalan keluar gua.
Aku mendapatkan si Hitam yang sedang jaga malam."
"Aku pergi ke dekat curug di sebelah selatan gua
ini," sela Yoko makin gelisah.
Kera Putih mengangguk.
"Aku tahu, si Hitam telah memberitahukan
kepadaku, bahwa sambil marah-marah kau menuju ke
arah selatan. Aku ingin menyusul kau namun si Hitam
mencegah. Katanya lebih baik aku tidak mengganggu
engkau."
Dengan penuh kekhawatiran Yoko memandang wajah
Kera Putih yang kini sedang menjeringai.
"Apakah bicaranya tidak dusta?" kata Yoko di
dalam hatinya. "Apakah benar-benar dia tidak
menyusul aku? Dia tidak mendengar aku berbicara
dengan Bara?" Namun Yoko menekan perasaan
khawatir itu. Tiba-tiba wajah Yoko berubah sungguh
sungguh.283
"Aku sedang jengkel memikirkan dewi Uzume,
maka aku telah keluar gua dan melangkahkan kakiku
seenaknya. Apakah kau sudah mendapatkan jejaknya
wanita yang lenjap itu?" tanya Yoko dengan berani.
Kera Putih menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kera Putih kau harus menghargai perasaanku,"
kata pula Yoko. "Hilangnya wanita itu telah membikin
pikiranku kacau. Aku telah berjanji kepadanya bahwa
aku akan kembalikan tubuhnya yang asli. Dengan
lenyapnja wanita itu aku tidak dapat memenuhi
janjiku. Ketahuilah olehmu sebelum aku dapat
memenuhi janjiku itu pikiranku tak akan tentram. Kau
menjadi majikan dari ini pulau. Tidak sesuatu akan
terjadi di luar perintahmu."
"Dengan lain perkataan kau menganggap aku
yang bertanggung jawab atas lenyapnya wanita
bedebah itu?" sahut Kera Putih mendongkol.
"Memang aku menerkah engkau. Aku tidak
menerka orang sembarangan. Aku yakin kau tahu
menahu tentang lenyapnja dewi Uzume, berdasarkan
alasan-alasan kuat. Kini aku menuntut kau keluarkan
wanita itu," kata Yoko.
Kera Putih tak dapat mengendalikan pula perasaan
nya. Wajahnya merah membara bahna gusarnya.284
"Siapakah engkau, berani menuntut aku?"
teriak Kera Putih. "Kau hanya orang sebawahanku!
Bila tetap kau tidak mengenal adat, aku akan
hancurkan ... aku akan kremus engkau sampai tidak
ada bekas-bekasnya."
Yoko tertawa.
"Kau tidak boleh mengumbar napsu amarahmu
sampai sedemikian hebatnya," kata Yoko tenang
tenang. "Itu melemahkan jiwamu. Kau tak akan
menghancurkan aku, karena aku satu-satunya orang
yang dapat menghindarkan kematianmu."
"Aku akan mendidik orang lain untuk mengganti
kan kau!"
"Tetapi setelah ia pandai, kau tidak dapat
mempercayai dia " sahut Yoko.
"Kau pun demikian. Ketika jiwaku berada di
tanganmu kau telah memaksa aku untuk menjanjikan
yang bukan-bukan!"
"Permintaanku tidak merugikan engkau. Lagi
pula aku tidak meminta untuk diriku sendiri. Ah,
bagaimanapun kau harus mempercayai aku pula.
Mengapakah kau tidak mengikat kesetiaanku dengan
mengembalikan wanita itu lalu penuhkan janjimu?"285
Kera Putih paksakan dirinya untuk menindas napsu
amarahnya. Lalu ia menatap wajah pendekar muda
itu.
"Yoko, aku bersumpah demi segala apa yang
aku pandang suci bahwa aku tidak tahu menahu
tentang lenyapnya wanita itu," kata Kera Putih
sungguh-sungguh.
"Mungkin salah seorang pelayanmu," Yoko
mendesak.
"Aku telah menanyakan mereka. Dan tidak ada
seorang diantara mereka yang mengetahui apa telah
terjadi dengan wanita itu. Aku bicara sejujurnya,
Yoko!"
Yoko tidak berkata-kata pula. Berdiam lebih lama di
dalam kamar kerja itu dengan Kera Putih percuma saja
karena Kera Putih masih belum hilang gusarnya. Maka
cepat-cepat Yoko meninggalkan tempat itu.
Tetapi pembicaraan Yoko dengan Kera Putih tidak
percuma. Kini Yoko mengetahui dengan pasti bahwa
orang tua yang bertubuh muda itu benar-benar tidak
mengetahui dimana adanya dewi Uzume dewasa ini.
Dan ia tidak mengetahui pula semalam ia dan Bara
telah bersepakat menghatur rencana. Sebaliknya Kera
Putih pun menganggap bahwa Yoko benar-benar tidak286
mengetahui kemana lenyapnya wanita itu. Itu meng
untungkan bagi Yoko.
Walaupun demikian, namun dalam hati Kera Putih
masih terdapat sedikit kecurigaan karena pada tengah
malam buta Yoko telah pergi ke curug14 yang letaknya
jauh juga di dalam hutan belukar.
Yoko mengetahui kecurigaan Kera Putih, karena pada
esok malamnya ketika semua penghuni istana di
dalam gua itu masing-masing sudah masuk ke dalam
biliknja dengan berindap-indap pelayan Kera Putih
yang bernama Gagak Hitam masuk ke dalam bilik
Yoko.
Dengan berbisik Gagak Hitam menerangkan kepada
pendekar muda itu, Kera Putih telah mengerahkan
semua pelayannya untuk mencari jejak dewi Uzume di
dalam hutan di sekitar curug. Ia menduga Yoko telah
menyembunyikan wanita itu di dalam hutan.
Selesai dengan ceritanya gadis itu bertanya:
"Yoko-san, sebenarnya kemanakah perginya
sang dewi itu? Sudah lama aku tidak melihatnya. Bila
kau jumpakan sang dewi aku akan bermohon
dipindahkan selekasnya dari gua ini."
14 Air terjun287
"Mengapa?" tanya Yoko.
"Aku sudah tidak tahan lebih lama tinggal di
tempat ini. Apa pula kini Kera Putih telah
mendapatkan tubuh muda, kelakuannya sangat kejam
dan ... pada malam waktu aku jaga dia merayu aku.
Aku tidak sudi menyerahkan diriku kepada manusia
iblis itu walaupun ia bertubuh muda dan cakap."
Gagak Hitam terdiam sejenak lalu berkata pula:
"Yoko-san, tolonglah aku. Lepaskanlah aku dari
belengguannya Kera Putih."
Yoko terperanjat mendengar keluhannya pelayan itu.
"Hm, dia tidak setia kepada majikannya,"
katanya di dalam hati. "Aku dapat mengajak dia
bersekongkol."
Karena Yoko berdiam saja maka Gagak Hitam berkata
pula:
"Yoko-san tolonglah aku. Aku akan berhamba
kepadamu, bila kau membawa aku pergi dari gua
neraka ini."
"Siapakah yang membawa kau kemari?" tanya
Yoko.288
"Dewi Uzume yang membawa aku ke gua ini.
Pendekar Samurai 3 Kera Putih di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebenarnja kami pelayan-pelayan Kera Putih adalah
murid-muridnya dewi Uzume." menerangkan Gagak
Hitam.
"Hm," gumam Yoko. "Baiklah aku akan dayakan
supaya kalian cepat meninggalkan gua ini, tetapi
sebelum saat itu tiba, kau tidak boleh menceritakan
kepada siapa pun juga. Bila rahasia ini sampai di
telinganya Kera Putih, pasti kalian dan juga aku akan
mendapat susah."
Mendadak wajah Gagak Hitam berubah girang. Pada
wajah yang berseri-seri itu kini tampak senyuman.
"Terima-kasih Yoko-san, memang kau seorang
pendekar yang budiman. Aku akan memegang rahasia
soal ini."
Sejenak Gagak Hitam memandang dengan mesra ke
arah Yoko. Lalu ia balikkan tubuhnya untuk
meninggalkan kamar si pemuda. Melangkah sampai di
pintu tiba-tiba Gagak Hitam menghampiri pula
pemuda kita.
"Yoko-san, berhati-hatilah! Kera Putih sedang
mengawasi sepak-terjangmu" berbisik si gadis.
***289
BETUL saja peringatan Gagak Hitam. Pada hari-hari
berikutnya Kera Putih selalu berada dengan Yoko. Ada
saja yang ia bicarakan hingga si pemuda tidak men
dapat kesempatan memikirkan rencananya. Diwaktu
malam Yoko merasakan bagaikan ada bayang
bayangan yang menguntit dirinya.
Pada suatu malam ketika ia hendak membawakan
makanan untuk dewi Uzume, berkelebat bayangan
Kera Putih di dekatnya. Terpaksa Yoko urungkan
maksudnya. Ia tidak menuju ke tempat per
sembunyiannya sang dewi, namun masuk ke dalam
kamar kerja.
Pada malam berikutnya pun Yoko tidak dapat
kesempatan untuk mengunjungi sang dewi. Sudah dua
malam Yoko tidak berkunjung dan berarti dua hari
dewi Uzume tidak dapat makanan.
"Dewi Uzume akan mati kelaparan, bila Kera
Putih selalu membayangkan aku," kata Yoko di dalam
hatinya ketika ia sedang berbaring di dalam kamarnya.
"Bara berjanji dalam waktu dua pekan baru ia
kembali ke tempat ini. Itu hanya rencana, bila rencana
itu gagal?"
Tiba-tiba Yoko mengingat akan Gagak Hitam.290
"Tetapi, aku tidak dapat menyuruh dia dan
menerangkan tempat persembunyian dewi Uzume
kepada gadis itu. Aku khawatir dia kurang berhati-hati
dan Kera Putih mendapat tahu."
Yoko memandang ke arah jendela yang terbuka.
Angkasa malam terang benderang karena sang ratu
malam masih bertandang. Mendadak berkelebat
suatu pikiran baik di dalam benaknya.
"Ya, apa boleh buat, aku akan mematikan
kembali dewi Uzume. Dalam keadaan tidak sadar dan
darahnya tidak mengalir di dalam tubuhnya dia tidak
membutuhkan makanan."
Esok malamnya, siang-siang Yoko masuk ke dalam
kamar tidurnya. Ia terlentang di atas pembaringan
sebentar-sebentar memijit-mijit kepalanya.
"Walaupun aku berada seorang diri di dalam
kamar ini, namun aku harus berlagak sakit. Siapa tahu
Kera Putih atau gadis-gadis pelayan itu mengintai
aku." kata pemuda kita di dalam hatinya. Ia menatap
ke arah jendela. Cuaca sucah mulai malam.
"Tadi pagi Gagak Hitam memberitahukan
kepadaku bahwa pada tengah malam Kera Putih
keluar dari gua. Berjam-jam dia berlari-lari di lamping
lamping gunung. Rupanya dia perhatikan nasehatku291
menjuruh dia bergerak supaya dapat tidur nyenyak,"
kata pula Yoko di dalam hatinya.
Tiba-tiba pintu kamar dibuka dari luar. Tampak
Kumala Biru melangkah masuk. Tiba didekat
pembaringan gadis itu berkata:
"Yoko-san, apakah kau sakit? Kera Putih me
nyuruh aku menjenguk."
Yoko memijit-mijit pula kepalanya.
"Ya. Aku merasakan kepalaku pening" sahut
Yoko perlahan.
Kumala Biru memegang kening si pemuda, lalu
memijit-mijitnya. Pada saat itu pintu kamar kembali
terbuka dan Kera Putih melangkah masuk.
"Mengapa Yoko?" tanya Kera Putih. Dilihatrya
Kumala Biru tengah memijit kepala Yoko.
"Hm, kau sakit kepala. Bila semua gadis-gadis
cantik pelayanku bergiliran memijit-mijit kepalamu,
pasti lekas akan sembuh."
Yoko paksakan dirinya bersenyum.
"Tidak, aku tidak membutuhkan pelayanmu.
Bila merka tidak mempunyai pekerjaan suruh saja
menari untuk menghibur kau."292
Mendadak Kera Putih mengkerutkan keningnya.
"Hei, itu suatu usul yang bagus. Memang aku
membutuhkan hiburan. Bagaimana pendapatmu bila
sebentar tengah malam kita mengadakan pertunjukan
tarian di luar gua. Mereka akan menari dengan pedang
dan pedang-pedang itu akan bercahaya indah di
bawah sinar rembulan."
Diam-diam Yoko merasa girang. Bila sebentar malam
tengah Kera Putih menonton tarian gadis-gadis
pelajan itu, ia akan menjalankan rencananya memati
kan dewi Uzume di kamar bedah. Dia dapat bekerja
dengan tentram den tidak kuatir diketahui oleh Kera
Putih.
"Memang kau membutuhkan hiburan Kera
Putih," sahut Yoko. "Cocok sekali bila kau menyuruh
malam ini gadis-gadis pelayanmu menari."
"Baik," sahut Kera Putih. Ia menoleh ke arah
Kumala Biru. "Biru beritahukan semua kawan
kawanmu bahwa malam ini kalian baru mengadakan
tarian di luar gua."
"Baik," sahut si gadis lalu mengangkat tangan
nya dari kepala Yoko.293
Bukan main girangnya pemuda pendekar itu. Perasaan
girang itu ia tekan sedapatnya supaya tidak berbayang
pada wajahnya.
"Aku harap kau akan mendapat banyak
kepuasan dalam menikmati tarian para gadis itu." kata
Yoko sambil memijit-mijit pula kepalanya.
"Hei, kaupun harus menyaksikan pertunjukan
tarian itu," sela kera Putih. "Bersama-sama kita akan
menikmati."
Yoko terkejut.
"Tidak Kera Putih, aku tidak dapat hadir. Aku
merasakan kepalaku bagaikan ditusuk-tusuk barang
tajam."
"Jika demikian tidak jadi aku mengadakan tarian
pada malam ini," kata pula Kera Putih. Ia menoleh ke
arah Kumala Biru yang sudah hendak keluar dari
kamar Yoko. "Hei, Biru pertunjukan itu tidak jadi di
adakan. Kita tunda sampai Yoko sembuh."
Si gadis mengangguk lalu melangkah keluar.
Yoko sangat mendongkol.
"Gagallah rencanaku pada malam ini," katanya
di dalam hatinya.294
Sejenak Kera Putih memandang wajah Yoko lalu ia pun
melangkah keluar. Diambang pintu ia berkata:
"Bila kau membutuhkan pelayan-pelayanku
panggil saja."
"Terima-kasih," sahut Yoko parau.
Setelah Yoko berada sendirian di dalam kamarnya ia
mengomel seorang diri.
Perlahan-lahan cuaca makin malam. Sang ratu malam
pun tampak makin meninggi. Yoko tetap berbaring di
pembaringannya. Ia memasang telinganya. Baik di luar
maupun di dalam gedung tidak terdengar suara apa
apa. Kini ia tidak memijit-mijit pula kepalanya.
Pada tengah malam berkelebat bayangan orang di
muka jendela. Yoko melompat dari pembaringan
menuju ke jendela. Ia masih dapat lihat sesosok tubuh
manusia menuju keluar gua. Pada saat itu terdengar
suara tindakan kaki berindap-indap mendatangi lalu
berhenti di muka pintu.
"Hm! rupanja Kera Putih memasang mata-mata
di muka kamarnya," katanya di dalam hati. "Bajangan
tubuh yang berkelebat tadi pasti Kera Putih adanya.
Setelah ia mengetahui bahwa aku masih tetap rebah
di pembaringan ia menuju keluar gua untuk295
melakukan gerak badan. Namun ia tidak mau berlaku
sembrono, maka ia menyuruh salah seorang pelayan
nya mengintai kamarku."
Yoko kembali kepembaringannya. Ia tidak rebahkan
dirinya hanya duduk di tepi pembaringan.
"Ini malam juga aku harus lakukan. Bila sampai
Kera Putih mengetahui terpaksa aku akan tempur
padanya." kata Yoko di dalam hatinya sambil
mengkerutkan keningnya. Ia bangkit dari pem
baringan, lalu membetulkan bajunya. Pedang pusaka
nya ia keluarkan dari bawa jok. Setelah ia selipkan
pedang samurai itu pada punggungnya ia terdiam
sejenak sambil memasang telinganya.
Tindakan kaki di luar kamar tidak terdengar pula. Di
luar jendela suarana sunyi sepi. Tanpa mengeluarkan
suara Yoko melompat keluar dari jendela. Ia menuju
ke mulut gua. Di tempat gelap ia berhenti memandang
kesekelilingnya.
Sekonyong-konyong berkelebat bayangan hitam
dihadapan Yoko. Pemuda kita terkejut. Tetapi
pendatang itu tak lain si Gagak Hitam. Si gadis
menyeret lengan Yoko di ajak masuk ke dalam gua.
"Yoko-san. jangan kau keluar dari gua. Di sana
Pendekar Samurai 3 Kera Putih di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berada Kumala Biru sedang berjaga," bisik si gadis.296
"Kera Putih berada dimana?" tanya Yoko.
"Dia sudah berada di lamping gunung tengah
berlari-lari seperti dua malam yang lalu." bisik Gagak
Hitam.
"Kau perlu apa meninggalkan kamarmu?
Apakah tidak ada yang mengetahui kau keluar? Si
Kuning dan si Merah sedang mengintai kamarmu."
"Tidak, mereka tidak mengetahui aku keluar,
karena aku keluar dari jendela," menerangkan Yoko.
Tampak wajah Gagak Hitam berobah tenang.
"Aku hendak melakuikan sesuatu di dalam
kamar bedah. Pekerjaanku ini tidak boleh diketahui
oleh siapapun juga. Kini kau pergi ketemukan Cahaya
Kuning dan Mawar Merah, bila mereka menuju ke
kamar bedah kau harus cegah atau kau memberikan
isyarat kepadaku. Selain dari pada itu kau harus
memperhatikan bila Kera Putih kembali. Bila kau
melihat Kera Putih masuk cepat-cepat kau lari ke
kamar bedah dan mengetuk pintu satu kali." kata
Yoko.
Si gadis tidak mengetahui apa yang Yoko hendak
lakukan di kamar bedah itu, namun hatinya merasa
khawatir.297
"Hati-hatilah Yoko-san," bisik si gadis.
Setelah Gagak Hitam masuk kedalam gedung, Yoko
mungambil jalan memutar menuju ke tempat
sembunyinya dewi Uzume. Gerakan Yoko sangat hati
hati dan waspada.
Di belakang istana itu sunyi bagaikan kuburan dan
cuaca gelap gulita karena sinar rembulan tidak dapat
menembusi daun-daun dan ranting-ranting pohon
yang sangat lebat. Yoko masuk dari jendela, lalu
berdiam untuk mendengar suara-suara yang
mencurigakan.
Mengetahui tidak ada bahaya, cepat-cepat Yoko
masuk ke dalam tempat persembunyian itu. Bukan
kepalang girangnya dewi Uzume melihat Yoko pula.
"Aku kira kau mendapat kesukaran," seru dewi
Uzume tetnpi perlahan. "Aku yakin kau tidak akan
membiarkan aku tanpa makanan."
Yoko menerangkan sang dewi mengapa sampai begitu
lama ia tidak datang membawakan makanan. Dan
untuk seterusnya sukar baginya datang ke tempat
persembunyian itu tanpa diketahui oleh Kera Putih
atau pelayan-pelayannya298
"Kini hanya terbuka satu jalan. Sebenarnya aku
tidak ingin lakukan bila ada lain cara yang lebih baik."
kata Yoko. "Untuk sementara waktu kau harus di
sembunyikan sampai rencanaku berwujud."
"Katakanlah Yoko. Aku menurut saja," sahut
dewi Uzume.
Yoko menghela napas dalam.
"Terpaksa Uzume. Ternyata aku harus ... me
matikan engkau pula. Dengan demikian kau tidak
membutuhkan makanan dan aku tidak perlu
menjenguk engkau bila saatnya belum tiba."
Tampak pada bibir yang keriput itu sebuah senyuman.
"Silahkan Yoko. Aku siap sedia kau matikan,
lagipun bila usahamu gagal aku sudah tidak merasa
kan apa-apa lagi," kata sang dewi.
Pemuda kita tercengang mendengar jawaban berani
sang dewi. Kini ia tidak mau membuang tempo
percuma. Cepat-cepat ia pondong tubuh tua itu dan di
bawa kekamar bedah.
Sesaat kemudian Yoko sudah meletakkan tubuh tua
itu di atas meja bedah. Ia mengunci pintu kamar, lalu
mempersiapkan alat-alat untuk menghisap darahnya
wanita itu. Sangat tegang tampak wajah pemuda kita,299
namun ia bekerja dengan hati-hati. Setelah semua
sudah siap Yoko menghampiri dewi Uzume.
"Aku pun sudah siap, Yoko," kata sang dewi
perlahan. "Tetapi kau harus berjanji bahwa kau tidak
akan menaruhkan jiwamu dalam pakerjaan gila ini.
Aku mendapat perasaan bahwa kau akan gagal
mengembalikan tubuhku yang asli. Namun aku tetap
merasa girang. Bila aku tidak dapat hidup kembali dan
tetap mati untuk seterusnya arwahku pun akan
terhibur karena orang yang aku cinta walaupun tidak
membalas cintaku, tetapi telah turut merasakan
penderitaanku."
Tengah sang dewi berbicara, Yoko melekatkan alat
alat memompa darah itu pada ujung pompa.
"Selamat tinggal Yoko," bisik dewi Uzume.
"Mengapa selamat tinggal Uzume? Kau harus
mangatakan sampai bertemu pula ... dan aku harap
kau tidak berputus asa. Kau akan tidur untuk
sementara dan segera akan sadar kembaii. Percayalah
padaku kau akan merasa bahwa baru saja kau
menutup matamu atau sudah harus membuka
kembali. Sebagaimana kini kau melihat aku berdiri di
hadapanmu, begitu pun kelak kau akan melihat aku
bagaikan sekerjap pun tidak meninggalkan kamu. Aku300
adalah orang yang terakhir yang kau lihat dan aku akan
menjadi orang pertama yang kau lihat pula bila kau
membuka kedua matamu. Tetapi akan memandang
aku dengan matamu yang cantik, bukan dengan mata
tua seperti sekarang."
Sambil bersenyum dewi Uzume menggeleng
gelengkan kepalanya. Dari kelopak matanya mengalir
turun dua butir air mata. Yoko memegang tangannja
sang dewi, lalu ia mulai dengan pekerjaannya.301
XII
SEBEGITU jauh yang ia ketahui, ia tiba di dalam
kamarnya tanpa ada mata yang melihat. Kera Putih
belum kembali, karena tidak ada isyarat ketokan pintu
dari Gagak Hitam. Di luar kamar masih terdengar suara
tindakan kaki berindap-indap. Kini Yoko tidak
menghiraukan itu semua. Setelah menaruh kembali
pedang pusakanya, Yoko segera ia naik kepem
baringan. Tidak lama kemudian ia sudah tidur dengan
nyenyaknya.
Hari-hari berikutnya pengintaian atas diri Yoko masih
terus dilakukan. Para pelayan cantik itu bergiliran
mendapat tugas membayangi pendekar muda itu yang
kini sudah agak tentram.
Yoko merobah kebiasaannya. Siang hari ia tetap
bekerja di kamar kerja atau di kamar bedah namun
masih petang ia sudah masuk ke dalam kamar
tidurnya. Telentang di atas pembaringan Yoko tidak
lantas tidur, namun di dalam pikirannya ia membuat
rencana yang sempurna bagaimana ia harus sambut
kedatangan Bara dengan isteri Kera Putih.
Siang berganti malam dan malam berganti hari.
Walaupun sebagaimana biasa hari-hari itu lewat302
bagaikan anak panah terlepas dari busurnya, namun
Yoko merasakan lambat. Akhirnya tiga hari lagi tibalah
saat yang dijanjikan Bara.
"Kini aku menganjurkan Kera Putih supaya
setiap malam ia mengadakan pertunjukan tarian di
luar gua dan aku akan hadir bersama-sama dia," kata
Yoko seorang diri di dalam kamar tidurnya.
Sekonyong-konyong pintu kamar dibuka dari luar.
Yoko menoleh dari dalam pembaringan. Bagaikan
diutus oleh dewa, pada saat Yoko memerlukan Kera
Putih, tampak Kera Putih melangkah masuk.
Yoko bangkit lalu duduk ditepi pembaringan.
Kera Putih menghampiri lalu duduk di sisi si pemuda.
"Pada akhir-akhir ini aku melihat kau siang
siang sudah menyembunyikan dirimu di dalam kamar
tidur. Apakah yang menganggu pikiranmu? Kau tidak
lantas tidur namun terlentang berjam-jam bagaikan
orang yang sedang berduka atau sedang tertimpa
malapetaka," kata Kera Putih.
Yoko menghela napas dalam.
"Aku sendiripun tidak mengetahui mengapakah
pada akhir-akhir ini hatiku bagaikan tertekan," sahut si
pemuda.303
"Mungkin kau membutuhkan seorang wanita,
Yoko?" kata pula Kera Putih sambil bersenyum.
"Tidak Kera Putih! Tidak seujung rambut aku
pikirkan akan hal itu," cepat-cepat Yoko menyahut.
"Atau kau perlu hiburan?"
Yoko tidak menyahut. Ia tundukkan kepalanya. Dalam
hatinya ia berkata:
"Ha. ini terbuka jalan bagiku untuk menganjur
kan Kera Putih untuk mengadakan pertunjukan tarian.
Namun aku tidak boleh tergesa-gesa, supaya tidak
timbul kecurigaannya".
Tiba-tiba Kera Putih lompat dari tepi pembaringan. Ia
menepuk punggung Yoko. "Kini aku baru ingat,"
serunya. "Bagaimana jika malam ini kita mengadakan
pertunjukan tarian yang tempo hari kita tunda?"
Hati Yoko melonjak-lonjak kegirangan, namun
perlahan-lahar ia mengangkat kepalanya memandang
dengan sayu wajah Kera Putih yang berseri-seri.
"Yoko, kita jangan tunda lagi. Malam ini juga
kita akan adakan tarian itu!" seru tuan rumah.
"Sukamu," sahut Yoko dengar pendek.304
"Kau akan hadir, Yoko?" menegaskan Kera
Putih.
Acuh tak acuh si pemuda menganggukkan kepalanya.
Kembali Kera Putih menepuk punggung Yoko, lalu
berlari-lari keluar kamar memanggil para pelayannya.
Yoko bangkit dari tepi pembaringan sambil
bersenyum.
Pada tengah malam mereka berada di luar gua.
Ditempat yang terbuka para gadis-gadis pelayan itu
masing-masing mempertunjukkan kebisaannya.
Lemah-lunglai tangan dan kaki serta tubuh gadis-gadis
itu bergerak mengikuti irama suara tetabuhan.
Pendekar Samurai 3 Kera Putih di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Di pulau yang biasa sunyi sepi pada malam itu menjadi
ramai dengan suara tetabuhan dan nyanyian para
gadis pelayan Kera Putih. Sebentar-sebentar ter
dengar suara gelak tertawanya Kera Putih bergema di
lamping-lamping gunung. Bila pada saat itu ada orang
asing yang terdampar ke pulau itu pasti dia akan
mengira tempat itu sangat angker dan suara ramai
ramai itu adalah suaranya peri-peri atau iblis-iblis dan
jin tengah berpesta.
Sang ratu malam tidak tampak di angkasa. Maka cuaca
gelap gulita. Untuk penerangan pertunjukan hanya305
dipasang beberapa buah obor yang cahayanya
bergerak-gerak karena tertiup angin. Apapula ketika
para gadis itu menari dengan pedang samurai.
Pedang-pedang itu berkelebatan di udara malam.
Sungguh menyeramkan!
Dari tertawanya yang sebentar-sebentar bergelak
gelak dan wajahnya senantiasa bercahaya gembira,
pada malam itu Kera Putih benar-benar mendapat
kepuasan. Tetapi sebaliknya Yoko berdiam saja. Tidak
terdengar suara tawanya maupun tampak senyuman.
Hanya ia bertepuk tangan bila sebuah lagu atau
sebuah tarian berakhir.
Pada malam berikutnya kembali Kera Putih mengada
kan pertunjukan tarian. Pada malam kedua ini Yoko
turut gembira. Suara tawa Kera Putih diseling dengan
suara tawa Yoko.
"Yoko," tiba-tiba Kera Putih berkata. "Aku akan
mengadakan setiap malam tarian ini. Benar-benar aku
puas dan begitu aku rebahkan diriku di atas
pembaringan segera aku tidur nyenyak."
Di dalam hati si pemuda berkata:
"Memang itu rencanaku. Kau harus lupa
daratan, bila esok malam Bara tiba dengan isterimu."306
Tetapi dari mulut si pemuda keluar kata-kata:
"Aku pun kini gembira, Kera Putih. Bila para
pelayanmu tidak letih, baik esok malam kita adakan
pula pertunjukan ini. Mungkin kau belum pernah
melihat suatu pertunjukan yang hebat yang biasa
dipertunjukan ditempat kediamanku. Suatu pertunju
kan tari bertopeng."
"Belum! Belum, Yoko! Aku belum pernah
melihat!" seru Kera Putih.
"Baiklah, esok malam kita ada kan pertunjukan
itu," sahut Yoko.
"Tetapi, pelayan-pelayanku tidak mengetahui
cara tarian itu," kata Kera Putih cemas.
"Memang untuk mempertunjukan tarian hebat
itu harus ada orang yang memberi petunjuk
petunjuk." kata si pemuda. "Penerangan harus di
tambah dengan api ungun. Pertama semua penari
harus tampil ke muka. Di bawah iringan suara
tetabuhan mereka harus menari berputar-putar
sambil mempertunjukkan wajah mereka dan
memperkenalkan diri kepada yang hadir. Lalu
semuanya masuk. Umpama kata mereka masuk ke
dalam gua. Di dalam gua mereka harus menukar
pakaiannya dengan kawannya, lalu mengenakan307
topeng pada mukanya. Kemudian yang sudah siap itu
keluar pula. Mereka menari di hadapan penonton dan
si penonton harus menunjuk salah seorang penari itu
dan menyebutkan namanya. Si penari yang sudah di
tunjuk berdiri di tengah-tengah, perlahan-lahan ia
membuka topengnya. Bila penonton itu menerka
dengan jitu, si penari harus menghampiri dia dan
duduk di sisinya. Tetapi bila ternyata salah terka, si
penari harus masuk pula ke dalam gua dan menukar
pula pakaiannya dengan kawannya yang Iain."
"Bagus! Bagus!" seru Kera Putih bagaikan anak
kecil kegirangan.
"Esok malam aku yang akan memberikan
petunjuk-petunjuk itu kepada para pelayanmu dan
berbareng mendidik salah seorang dari mereka,
supaya kelak kita dapat menikmati pertunjukan itu
bersama-sama. Kau dan aku akan bergiliran
menebak," kata Yoko.
"Yoko, aku ingin mengadakan sedikit perobahan
dalam cara itu."
Yoko menoleh.
"Boleh saja," sahut si pemuda.308
Belum menyahut Kera Putih sudah tertawa terbahak
bahak.
"Penari yang aku tebak dengan jitu harus
mencium aku, baru ia duduk di sisiku! Ha-ha-ha! Ha
ha-ha!"
"Bedebah!" seru Yoko mendongkol. Namun di
dalam hati si pemuda merasa gembira.
"Memanq lebih tepat gadis-gadis itu mencium
Kera Putih dan dari kejauhan istrinya akan menyaksi
kan tarian gila itu. Aku yakin begitu sang isteri melihat
segera ia naik darah," kata Yoko di dalam hatinya.
Kini Yoko pun tertawa.
Tiba-tiba Kera Putih bangkit dari duduknya.
"Hentikan tarian ini!" serunya sambil melambai
lambaikan tangannya. "Esok malam kalian harus
mengadakan tarian yang lebih hebat. Kalian harus
mengikut petunjuknya Yoko. Dia akan menghidangkan
suatu pertunjukan yang akan melototkan mata wanita
dan menenangkan hati pria. Ha-ha-hal"
***309
SEDARI pagi Yoko sibuk dengan gadis-gadis pelayan
mengumpulkan kayu-kayu bakar untuk api ungun.
Kayu-kayu kering dan cabang-cabang pohon penuh
bertumpukan di sisi gua. Setelah itu Yoko menyuruh
para gadis itu membuat topeng dari pada kain sutera
hitam. Beberapa gadis disuruh Yoko membuat kue
kue dan hidangan yang lezat-lezat. Para gadis bekerja
dengan gembira dibawah bimbingan Yoko. Sedari para
pelayan yang cantik-cantik itu sibuk, diam-diam Yoko
memberi perintah raahasia kepada Gagak Hitam.
Dengan penuh perhatian gadis itu mendengarkan.
"Lakukanlah dengan seksama perintahku,
mungkin malam ini juga kalian akan bebas dari
cengkeramannya Kera Putih," akhirnya bisik Yoko.
Pada wajah tegang si gadis tampak sekelumit cahaya
terang.
"Semoga para dewata melindungi kau Yoko
san," kala Gagak Hitam perlahan.
Matahari telah melingsir ke sebelah barat. Rupanya
sang Batara sudah letih melakukan tugasnya maka
cepat-cepat ia menyembunyikan dirinya di balik
gunung. Cuaca menjadi gelap. Bintang-bintang
berkelak-kelik di angkasa malam, namun sang ratu
malam tak tampak bertandang. Memang kebetulan310
sekali Yoko mengatur rencananya di waktu bulan
gelap.
Dengan hati berdebar-debar Yoko menyalakan api
ungun di luar gua. Gagak Hitam dan Kumala Biru
membantu si pemuda.
"Apakah Bara akan datang malam ini?" tanya
Yoko berulang-ulang di dalam hatinya.
Angin malam meniup api yang dinyalakan Yoko.
Sebentar saja api itu menjadi besar membakar kayu
dan cabang-cabang pohon yang ditumpuk dengan
rapi.
Kemudian Yoko menyuruh kedua gadis itu menyala
kan obor yang tergantung di sekitar tempat itu. Yoko
telah menambahkan obor itu hingga menjadi
beberapa puluh. Dalam sekejap cuaca menjadi terang
benderang di sisi gua itu.
Ketika para gadis pelayan menukar pakaiannya
dengan pakaian yang baru, Yoko masuk ke dalam
kamar tidurnya. Ia mengunci pintu kamarnya lalu
melompat keluar dari jendela. Pendekar muda itu
memeriksa di tempat gelap keadaan disekitarnya, lalu
ia berlari bagaikan angin ke arah hutan belukar. Ia
berlari-lari sambii menatap ke kiri-kanan, namun Bara311
belum ada di tempat itu. Cepat-cepat ia kembali pula
ke kamarnya.
Begitu ia membuka pintu kamar, pelayan-pelayan
cantik itu sudah berkerumun di muka kamarnya.
"Bagaimana? Apakah kalian sudah siap?" tanya
Yoko.
"Kami sudah siap, Yoko-san!" seru para pelayan
itu hampir berbarengan.
"Kini kalian berbaris di dekat mulut gua dan aku
akan mengundang Kera Putih. Tanpa diperintah dua
kali para gadis itu berlari-lari menuju kemulut gua. Di
punggung masing-masing tampak pedang samurai
menonjol dan pada pinggang mereka tergantung
sebuah topeng hitam.
"Yang mulia Kera Pulih!" seru Yoko ketika ia tiba
dimuka kamar tidurnya tuan rumah itu.
"Ha-ha-ha!" terdengar suara Kera Putih dari
dalam. "Aku sudah tak sabar menanti."
Segera terdengar pintu dibuka dan Kera Putih
melangkah keluar. Dia mengenakan pakaian yang
istimewa pada malam itu.
Yoko berlagak terpesona.312
"Mengapa Yoko, kawanku yang setia? tanya
Kera Putih sambil menepuk punggung si pemuda.
"Sungguh kau ganteng pada malam ini" memuji
Yoko.
"Ha-ha-ha! Terima kasih atas pujianmu. Apakah
kau sudah siap?" tanya Kera Putih tidak sabar pula.
"Para pelayanmu yang cantik-cantik malam ini
terlebih cantik pula dengan pakaian barunya dan kini
sudah siap menantikan perintahku," sahut Yoko. Lebih
jauh Yoko mempersilahkan Kera Putih menuju keluar
gua.
Sambil tertawa-tawa Kera Putih melangkah dengan
Pendekar Samurai 3 Kera Putih di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gagah ke luar gua. Di dekat mulut gua ia disambut
dengan pekik para gadis yang sudah diberi petunjuk
oleh Yoko.
"Hidup Kera Putihl Hidup pendekar utama!"
Bukan kepalang senangnya Kera Putih. Dengan diikuti
oleh Yoko dia berjalan terus ke luar gua menuju ke
tempat jang terbuka di mana telah ditaruhkan sebuah
permadani.
"Yang Mulia dipersilahkan duduk," kata Yoko
bagaikan seorang hamba sahaya.313
Dengan wajah berseri-seri Kera Puith duduk, ditengah
tengah permadani. Ia memandang api unggun yang
menjilat-jilat tinggi ke angkasa.
Yoko memberi isyarat kepada para gadis di dalam gua.
Segera terdengar suara tetabuhan. Gadis-gadis yang
memegang tetabuhan keluar dengan perlahan lalu
duduk di dekat api ungun. Kemudian dengan berbaris
keluar gadis-gadui lainnya. Kimono yang beraneka
warna itu melambai-lambai tertiup angin malam. Para
gadis menari tanpa diiringi suara tetabuhan karena
gadis-gadis itu pun turut menari.
Lemah lunglai gerak tangan para gadis. Malam ini para
gadis mengeluarkan semua kebisaannya. Yoko telah
meminta supaya mereka menarikan tarian yang
diajarkan oleh dewi Uzume. Tidak heran sangat luar
biasa tarian itu. Gaya mereka sungguh
mempersonakan. Yoko berdiri di dekat Kera Putih.
"Yoko, aku bagaikan berada di dalam dunia
mimpi," kata Kera Putih sambil menunjang janggutnya
dan matanya terus menatap ke arah para gadis itu.
Sambil terus menari mereka memperkenalkan diri
masing-masing. Gadis berbaju putih melangkah ke
muka Ia mengangguk di hadapan Kera Putih.314
"Aku bernama si Putih, namun Yoko-san
menamakan aku si Putih Salju."
"Hm," gumam Kera Pulih.
Gadis yang berbaju hijau menggantikan tempat si
Putih, sambil mengangguk ia berkata, "Aku si Hijau,
Yoko-san menyebut aku si Hijau Lumut."
"Bagus!" seru Kera Putih.
Tampil gadis yang mengenakan baju biru ke muka.
"Aku si Biru atau Kumala Biru."
"Aku sudah tahu!" seru Kera Putih.
"Yoko! Yoko! Mereka tidak perlu memperkenal
kan diri mereka karena aku sudah tahu semuanya!"
"Jangan kau merusakan pertunjukan ini, Kera
Putih" sahut si pemuda.
"Baiklah, aku menuruti kehendakmu" kata pula
Kera Putih yang lantas menutup mulutnya.
"Aku si Mustika Ungu," memperkenalkan si
gadis yang berpakaian baju ungu.
"Ehem!" gumam Kera Putih.315
Demikianlah para penari itu memperkenalkan dirinya
masing-masing lalu satu demi satu mereka masuk pula
ke dalam gua. Para gadis yang menabuh alat
tetabuhan tidak turut masuk. Mereka duduk di dekat
api ungun lalu menabuh alat-alat tetabuhan masing
masing.
Yang memegang seruling meniup serulingnya, yang
memegang tambur memukul tamburnya dan yang
memegang samishen mementik samishennya.
Tiba-tiba empat gadis keluar dari dalam gua. Masing
masing membawa baki terisi kue-kue dan minuman.
Terdengar siulan Yoko memberi isyarat kepada gadis
gadis yang memegang tetabuhan. Segera suara
tetabuhan terdengar keras. Berbareng pada saat itu
muncul dua orang penari dari dalam gua masing
masing mengenakan topeng hitam pada mukanya.
Yoko mengikuti dari belakang lalu menghampiri Kera
Putih.
"Kera Putih, bila para gadis itu memberi tanda,
kau boleh menebak. Kini perhatikanlah dengan
seksama," kata Yoko. Segera ia berlari pula ke dalam.
gua.316
Lama juga tarian kedua gadis itu, akhirnya mereka
berhenti dan berdiri di hadapan Kera Putih.
Kera Putih memandang gadis berbaju kuning. Sukar
juga bagai Kera Putih karena gadis itu tidak bersuara.
"Engkau si Biru!" akhirnya Kera Putih menebak.
Gadis berbaju kuning itu melangkah mundur beberapa
tindak, dari dalam gua keluar penari lainnya mengitari
si gadis berbaju kuning. Perlahan-lahan gadis itu
membuka topengnya.
"Wah, aku salah terka!" seru Kera Putih cemas.
Ternyata gadis yang diterkanya si Biru, sebenarnya si
Putih Salju.
Gelak tertawa para gadis terdengar riuh.
Putih Salju masuk ke dalam gua. Para penari lainnya
pun turut masuk meninggalkan dua kawannya yang
memakai baju biru dan hijau.
Yoko di dalam gua memberi isyarat rahasia kepada
Gagak Hitam yang masih tetap memakai baju hitam.
Perlahan-lahan gadis itu menyelinap menuju ke
belakang istana.
Tiba-tiba terdengar teriakan Kera Putih.317
"Yoko! Yoko! Aku menebak jitu!"
Yoko menonjolkan kepalanya keluar gua. Tampak si
Mawar Merah dalam pakaian Biru tengah mencium
Kera Putih.
Sedang Kera Putih kegirangan. Hati pemuda kita
berdebar-debar menantikan Gagak Hitam kembali.
Pertunjukan tarian yang digubah sendiri oleh Yoko
berjalan terus. Sebentar-bentar terdenqar suara tawa
mengguntur Kera Putih. Tiga gadis pelayannya sudah
duduk disisinya, berarti tiga kali ia menebak jitu.
Cahaya obor dan api unggun yang bergerak-gerak
tertiup angin menciptakan suasana romantis dan
misterius.
Dan kejauhan dua pasang mata wanita pun
menyaksikan pertunjukan tarian itu. Kedua wanita itu
berada di tempat gelap di lamping gunung di dalam
semak-semak belukar. Sinar mata kedua wanita itu
sangat berlainan. Cahaya matanya wanita yang lebih
muda bersinar tegang namun di balik ketegangan itu
nampak kegirangan. Cahaya mata wanita yang satu
nya lagi bersinar cemburu dan kegusaran hebat.
Tidak jauh dimana mereka berada. Gagak Hitam
sedang mengintai kedua wanita itu.318
"Bara membawa sang dewi ke pulau ini" kata si
gadis di dalam hatinya. Perlahan-lahan tanpa me
ngeluarkan suara gadis berbaju hitam itu meninggal
kan tempat pengintaiannya menuju ke belakang
istana.
Memang Yoko sedang menanti-nantikan kedatangan
Gagak Hitam. Maka begitu ia mendapat isyarat dari si
gadis, tiba-tiba hatinya melonjak-lonjak. Ternyata
Bara menepati janjinya. Dia sedang menantikan Yoko
di luar gua barsama dewi Uzume tetiron. Tibalah
saatnja di mana Yoko akan melakukan pekerjaan yang
katanya untuk menegakan keadilan. Ia akan
mengembalikan tubuh dewi Uzume yang asli dan
mengembalikan pula tubuh yang tua keropok kepada
isteri Kera Putih.
"Kumala Biru." tiba-tiba Yoko memanggil gadis
pelayan itu. "Kini kau menggantikan sementara
tempatku. Aku dengan Gagak Hitam hendak mengatur
suatu acara yang paling dahsyat pada malam ini."
Kumala Biru mengiyakan, lalu ia menggantikan Yoko
menyuruh gadis-gadis pelayan menukar pakaiannya
dengan kawannya.319
Tiba-tiba Yoko berlari keluar gua menghampiri Kera
Putih yang tengah berada di dalam puncak ke
gembiraan.
Melihat Yoko menghampiri Kera Putih berseru:
"Yoko! Kawanku yang setia, pandai benar kau
menciptakan pertunjukan tarian ini yang sesuai
dengan rangsangan tubuh mudaku. Mari Yoko, duduk
lah di sisiku."
"Sabar, Kera Putih. Acara yang terhebat belum
lagi kau saksikan. Aku akan siapkan acara yang dinama
kan Tarian Maut di Lembah Gunung. Aku harap kau
jangan merusak acara ini. Sabarlah!" seru Yoko lalu
cepat-cepat menuju kembali ke mulut gua.
"Hei, Yoko! Ganti namanya tarian itu, janganlah
kau menciptakan maut di malam yang gembira ini. Ha
ha-hal" seru Kera Putih disusul dengan tawanya yang
bergelak-gelak.
Yoko mengajak Gagak Hitam masuk ke dalam istana.
Sambil berjalan ia memberikan instruksi kepada gadis
berbaju hitam itu. Mereka masuk ke dalam kamar
tidur si pemuda. Yoko mengeluarkan pedang
pusakanya yang lantas diselipkan dipunggungnya
sementara Gagak Hitam melompat keluar dari
jendela.320
Bagaikan kilat Yoko menuju ke tempat di mana ia
sembunyikan tubuh dewi Uzume. Tanpa pikir lagi ia
pondong tubuh yang sudah tidak bergerak ke dalam
kamar bedah. Setelah meletakkan tubuh itu di atas
meja bedah dan menutupinya dengan selimut, cepat
cepat Yoko keluar pula. Ia tak lupa mengunci pintu
kamar itu.
Tubuh Yoko bergemetar menahan gelora hatinya.
Namun dengan sangat waspada pemuda kita menuju
ke pintu belakang istana. Di tempat gelap di dekat
pintu ia melihat Gagak Hitam sedang berjaga. Ia tak
menghiraukan gadis itu. Tiba-tiba tubuhnya meluncur
bagaikan sang bayu menuju ke arah lamping gunung.
Bara menyambut kedatangan Yoko.
Belum sempat Yoko membuka mulutnya, istri Kera
Putih dalam tubuh dewi Uzume sudah berdiri di
hadapan Yoko.
Pendekar Samurai 3 Kera Putih di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siapakah engkau?" tanya wanita itu.
"Aku tamunya Kera Putih," sahut Yoko sambil
memandang wajah nan cantik itu namun bercahaya
buas dan kejam.
"Jika aku tidak salah, kau adalah isteri Kera Putih
yang kini memiliki tubuh cantik."321
"Siapakah gerangan yang memberitahukan kau
bahwa aku adalah istrinya Kera Putih?" tanya pula
wanita itu
"Suamimu. Kera Putih yang telah memberitahu
kan kepadaku." sahut Yoko tetap menata.
Walaupun Bara sudah memberitahukan bahwa Kera
Putih kini sudah memiliki tubuh muda dan cakap,
namun sang isteri bagaikan tak percaya keterangan
Bara.
"Siapakah itu yang sedang berpesta dengan di
kerumuni gadis-gadis centik," tanya wanita itu sambil
menunjuk kearah mulut gua.
"Dia suamimu," menerangkan Yoko.
"Suamiku?"
"Ya, suamimu dalam tubuh muda den cakap.
Maka aku telah mengundang engkau kemari perlunya
untuk memberitahukan padamu bahwa suamimu kini
setiap malam berfoya-foya dengan gadis-gadis
pelayannya. Setiap malam acara hiburannya diganti
dengan yang terlebih hebat dan gila," menghasut
Yoko.
"Dia telah melupakan aku, sementara aku tetap
setia padanya!" keluh sang isteri gemas.322
"Bukan saja dia telah melupakan engkau,
namun dia mempunyai rencana akan kembalikan
tubuhmu yang tua dan keriput, karena dia ingin
menambah pula pelayan-pelayannya dengan gadis
gadis cantik. Dengan demikian kau tidak dapat
melawannya dan dia akan terus berfoya-foya tanpa
seorangpun yang dapat melarangnya."
Hasutan Yoko tidak percuma, karena tampak wanita
itu mengkeretakkan giginya. Wajahnya tampak gusar
bukan kepalang.
"Hm, aku akan hancurkan dia, sebelum dia
dapat menukar pula tubuhku!" seru wanita itu.
"Itu tindakan kedua," kata Yoko "Tindakan
pertama menurut pendapatku lebih baik kau
hancurkan dahulu tubuh tuamu yang kini berada di
kamar bedah. Setelah itu barulah kau membikin
perhitungan dengan suamimu. Bila kau gagal dan Kera
Putih dapat menaklukkan engkau, dia sudah tidak
dapat menukarkan pula tubuhmu, karena tubuh tua
dan keropok itu sudah musnah."
Tampak senyuman iblis pada bibir wanita itu.
"Terima-kasih anak muda," katanya. "Memang
benar usulmu itu. Untung kau berada di sini, sebelum
aku mengambil tindakan yang sembrono."323
Tiba-tiba wanita itu mengerlingkan matanya dengan
genit kearah Yoko. Perlahan-lahan ia menghampiri
pemuda kita, lalu ia letakkan tangannya di pundak
Yoko.
"Pendekar muda, bila rencanaku berhasil, aku
akan mengangkat kau menjadi majikan dari ini pulau,"
janji wanita itu.
"Terima-kasih" sahut Yoko. "Bila demikian kita
harus lekas bertindak!"
Yoko menjadi girang bukan karena wanita itu men
cintakan dirinya, namun karena rencananya sudah
berjalan dengan baik.
Yoko mengajak isteri Kera Putih masuk kedalam gua
dari pintu belakang. Bara mengikuti.
Berkelebatlah tiga sosok tubuh manusia di malam
gelap. Selain Gagak Hitam, tidak ada orang lain yang
mengetahui.
Nampaknya isteri Kera Putih bagaikan tidak sabaran.
Begitu ia melangkahkan kakinya ke dalam kamar
bedah segera ia bertanya:
"Mana tubuh tua itu?"324
Sekonyong-konyong Bara melompat ke hadapan
wanita itu. Serupa bubuk kuning menyambar ke
hidung isteri Kera Putih. Wanita itu yang tengah
memandang Yoko, tidak mengetahui siapa yang
menyerang dirinya. Begitu ia menoleh bau harum
semerbak menyambar hidungnya dan pada saat itu
juga ia jatuh pingsan.
Untung Yoko keburu menjambret tubuh yang hendak
jatuh itu. Cepat-cepat ia pondong lalu letakkan di atas
meja bedah.
Bara melompat keluar dan menutup pintu kamar
bedah itu, gadis yang setia itu menanti di luar kamar
sementara Yoko dengan hati berdebar-debar
melakukan pembedahan otak. Yoko mengembalikan
tubuh cantik itu kepada dewi Uzume.
Di luar kamar, Bara tidak dapat berdiri dengan tenang.
Hatinya melonjak-lonjak sementara tubuhnya ber
gemetaran menantikan hasil pekerjaan Yoko. Di dalam
hatinya Bara berdoa, semoga Yoko berhasil dan
sebelum pekerjaan itu selesai Kera Putih jangan masuk
ke dalam istananya.
Ternyata doa Bara didengar oleh dewi Kwannon, dewi
Pencinta dan Penyayang, karena tiba-tiba pintu dibuka
dari dalam. Di ambang pintu berdiri dewi Uzume325
dalam tubuhnya yang asli. Dari wajahnya yang cantik
berpancar cahaya yang gilang gemilang.
Cepat-cepat Bara menjatuhkan dirinya dihadapan
sang dewi.
"Bi-jieng!" seru si gardis "Kau kembali dalam
asalmu!"
"Bara, muridku yang setia," terdengar suara
merdu dari sang dewi. "Karena Yoko dan engkau aku
mendapatkan kembali tubuhku" .
Yoko memberikan topeng hitam kepada sang dewi,
lalu ia memberi petunjuk kepada Bara.
Bara mengangguk tanda mengerti perintah si pemuda.
Dewi Uzume mengenakan topeng hitam itu pada
mukanya yang cantik. Kemudian ia bertindak menuju
keluar gua. Bara tetap menjaga kamar bedah, dimana
masih terlentang dalam keadaan tak sadar istri Kera
Putih dengan tubuh tua dan keropok. Sementara Yoko
berlari menuju pintu belakang.
Para gadis pelayannya Kera Putih yang berdiri di mulut
gua sama-sama berteriak bahna kagumnya, ketika
melihat seorang wanita berbaju putih dan bertopeng
hitam dengan tindakan yang tetap dan agung menuju
keluar gua.326
"Hei, apakah kau si Hitam?" kata Kumala Biru
yang menjadi pemimpin para gadis itu.
Namun dewi Uzume tidak menyahut. Pandangannya
tetap ditujukan ke muka. Dengan sangat agungnya ia
bertindak ke luar mulut gua terus ke hadapan Kera
Putih.
"Hei siapakah gerangan engkau?" seru Kera
Putih setelah melihat wanita agung itu.
"Paduka tidak boleh bertanya, paduka harus
menerka!" sela si Mawar Merah yang duduk di sisi
majikannya.
"Oh, sampai aku lupa. Rupanya acara inilah
yang terhebat kata Yoko," Kera Putih berkata sambil
terus menatap wajah wanita berbaju putih itu yang
kini mulai menari.
Perlahan-lahan kedua tangan sang dewi bergerak
mengikuti irama suara tetabuhan. Gayanya sangat
menarik serta halus. Tampak kedua tangan itu dengan
lincahnya ke atas ke bawah sambil kepalanya bergetar
ke samping.
Akhirnya tubuh yang langsing serta lemas itu berhenti
menari.327
"Aku tidak dapat menerka siapa engkau," kata
Kera Putih berputus asa. Tidak seorang di antara
pelayan-pelayanku yang mempunyai tubuh se
demikian menggairahkan dan mempunyai kepandaian
menari begitu mengagumkan."
Tampak wajah sang dewi sangat tegang. Tak
terpikirkan olehnya bahwa pada malam itu ia harus
menari di hadapan kakaknya namun jiwa serta otak
adalah otaknya Kera Putih. Kini ia harus menjalankan
perintah Yoko, ialah merayu Kera Putih. Bila melihat
wajah serta tubuh yang sehat dan kuat itu dewi Uzume
bagaikan akan merayu kakaknya sendiri.
Dengan tangan bergemetar sang dewi membuka
topengnya.
Mendadak Kera Putih bangkit bagaikan dipagut ular.
"Dewi eh, ... isteriku!" serunya. Kera Putih
menarik lengan dewi Uzume dan diajak duduk
bersama-sama.
"Bila kau datang? Mengapakah tidak memberi
tahukan aku?" tanya Kera Putih yang mengira wanita
itu adalah isterinya.
"Tamumu Yoko yang mengatur ini semua.
Katanya ia hendak menyuguhkan suatu acara yang328
istimewa supaya kau mendapat kepuasan," sahut sang
dewi.
"Kau sudah bertemu dengan ... Yoko?!" tanya
Kera Putih terperanjat. "Dia hendak ..." Namun Kera
Putih tidak meneruskan kata-katanya, karena tiba-tiba
ia mengingat bahwa kini Yoko tidak dapat berbuat
apa-apa dengan isterinya karena dewi Uzume di dalam
tubuh tua itu sudah lenyap.
"Mana dia sekarang?" tanya Kera Putih sambil
merangkul pinggangnya sang dewi yang masih
disangka isterinya.
Pertanyaan Kera Putih itu di jawab oleh suatu siulan
yang mendengking dan keras dari atas pohon di
tempat gelap. Itulah tanda isyarat Yoko untuk Bara
dan Gagak Hitam.
Pendekar Samurai 3 Kera Putih di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendengar tanda isyarat itu Bara segera
menyadarkan isteri Kera Putih di kamar bedah.
Sementara Gagak Hitam lari kebelakang istana.
"Yoko! Yoko!" seru Kera Putih "Acara apakah
yang kau akan betelurkan pula. Keluarkanlah semua
kepandaianmu. Isteriku kini berada di sisiku!"
"Bagus! Bagus!" terdengar suara wanita sangat
parau. "Inilah isterimu Kera Putih!"329
Semua mata memandang ke arah mulut gua di mana
berdiri seorang nenek dengan pedang samurai di
tangannya. Wajah nenek tua itu seram sekali bagaikan
mayat yang baru keluar dari liang kubur.
Dari semua orang yang hadir di tempat itu, Kera
Putihlah yang paling terperanjat. Cepat-cepat ia
menyambar pedangnya salah seorang gadis pelayan
sambil berteriak :
"Bunuh dia! Bunuh wanita itu!"
Bagaikan kilat dewi Uzume menghunus pedangnya. Ia
menghadang serangan Kera Putih yang, dilontarkan
kepada si nenek.
"Jangan menghalangi aku! Wanita itu harus kita
bunuh! Dia membawa bencana bagimu!" teriak Kera
Putih kepada dewi Uzume yang masih disangka
isterinya dan nenek tua itu adalah dewi Uzume yang ia
harus musnahkan.
"Kau mau membunuh aku?!" terdengar suara
serak si nenek. Orang tua itu sudah melompat ke
hadapan Kera Putih. Pedangnya berkelebat di udara
malam.330
Pada saat itu dari atas pohon melompat turun sesosok
tubuh manusia ke hadapan mereka. Pendatang itu tak
lain tak bukan pendekar ksatria Yoko.
"Kera Putih!" seru Yoko "Kini, isterimu sudah
berada disini dan dewi Uzume pun berada disini. Aku
menuntut janjimu. Seorang pendekar utama bila
sudah berjanji harus menepati janjinya."
"Bedebah!" seru Kera Putih gusar. "Tidak! Aku
tidak akan melakukan itu!" Tiba-tiba Kera Putih
berpaling ke arah dewi Uzume lalu berseru: "Minggir
isteriku! Aku harus bunuh wanita tua itu!'
Bagaikan kilat pedang Kera Putih berkelebat ke arah
isterinya yang disangka dewi Uzume. Namun dewi
Uzume tulen tidak tinggal diam. Ia serang manusia iblis
itu.
Betul-betul Kera Putih tidak habis mengerti, kini
isterinya sendiri menyerang dirinya.
"Apakah kau sudah menjadi gila?!" serunya
kalap. Namun dengan tenang dewi Uzume melontar
kan serangan bertubi-tubi ke arah Kera Putih. Si nenek
pun tidak mau ketinggalan. Walaupun sudah tua
namun ia masih mempunyai tenaga untuk melakukan
serangan.331
Kini Kera Pulih dikerubuti oleh dua wanita. Tetapi
dengan lincah dan gesit ia selalu dapat menghindarkan
serangan kedua wanita.
Tiba-tiba dari dalam gua tampak api berkobar-kobar.
"Kebakaran! Istana terbakar!" seru para
pelayan.
Kera Putih menoleh. Waktu nenek tua itu berdiri di
mulut gua Kera Putih sudah sedemikian kagetnya,
namun kini melihat api berkobar-kobar membakar
istanarya terperanjatnya Kera Putih sudah tak
terkalamkan15 pula. Bagaikan kalap ia hentikan
pertempuran dan berlari-lari ke mulut gua. Tetapi
dengan pedang pusakanya Yoko menghadang
manusia iblis itu.
Bagaikan gila Kera Putih menubruk si pemuda.
"Kau! Kau mengkhianati aku! Percuma jerih
payahku selama lima puluh tahun! Kini musnahlah
terbakar alat-alat dan binatang kesayangku darimana
aku dapatkan obat gaib itu." Rupanya Kera Putih
sudah benar-benar menjadi gila ia berteriak-teriak:
"Obat ajaib itu! Obat ajaib itu! Obat yang dicampurkan
di dalam darah untuk menghidupkan manusia aku
15 Sudah sukar diceritakan332
dapatkan dari peluhnya binatang Kera Putih. Binatang
kesayanganku kini musnah! Musnahlah juga pelajaran
ku!"
Makin lama api yang berkobar-kobar makin besar.
Cahaya merah membara menerangi angkasa malam.
Rupanya pikiran Kera Putih ketika itu sudah tidak
sehat. Wajahnya tampak beringas bagaikan serigala.
"Yoko aku menantang engkau bertempur!"
serunya tiba-tiba.
Tidak memberikan ketika pula kepada si pemuda,
pedang samurainya sudah menyerang dengan ganas.
Yoko menyambuti serangan maut itu.
"Inilah tarian maut, Yoko!" seru Kera Putih
sambil tertawa bagaikan iblis.
Dua pedang berkelebat-kelebat di udara yang
diterangi oleh api yang membakar istana dan api
unggun yang masih menyala.
Dewi Uzume berdiri di sisi siap sedia membantu Yoko,
bila ternyata si pemuda kalah hawa. Sementara si
nenek dengan kedua mata melotot terus memandang
suaminya.333
Pertempuran kedua orang itu hebat luar biasa. Dua
dua sama kuat sama nekat. Kera Putih kini memiliki
tubuh muda yang sehat dan kuat, maka serangan
serangannya yang dilontarkan ke arah Yoko bagaikan
halilintar cepatnya dan keras bagaikan gunung
menindih.
Sementara Yokopun tidak gentar menerima serangan
sehebat itu. Setiap serangan dengan mudah ia dapat
hindarkan lalu berbareng melakukan serangan
balasan.
Namun tiba-tiba Kera Putih melemparkan pedangnya.
Ia berteriak mengguntur berdiri dengan jejak, kedua
tangannya bergerak bergemetar.
Cepat-cepat Yoko pun melempar pedang pusakanya.
Pemuda kita insyaf Kera Putih mengerahkan ... Karate!
Kini Yoko pun sudah siap mengumpulkan kekuatan
tenaga dalamnya lalu disalurkan ke tangannya.
Para pelayan berteriak! Dengan hati berdebar-debar
dewi Uzume menyaksikan pertempuran mati-matian
menyerbu laksana badai. Sebaliknya ia sangat
khawatirkan keselamatan Yoko.334
Tiba-tiba Yoko berteriak menggeledek. Tenaga yang
sangat kuat mendorong tubuh Kera Putih. Tampak
Kera Putih bergemetar bertahan.
Mengambil kesimpulan dari kedua orang yang
bertempur itu, Yoko dapat mengendalikan kekuatan
nya. Pikiran dan kondisi tubuhnya berimbang.
Gelombang-gelombang getaran keluar dari tenaga
raksasa menyerbu laksana badai. Sebaliknya Kera
Putih dengan otak tua yang cerdas walaupun penuh
dengan pengalaman namun tak dapat mengimbangi
rangsangan napsu tubuh muda. Dorongan kekuatan
tenaga mudanya sukar dikendalikan oleh pikiran tua.
Maka serangan Kera Putih yang sehebat itu agak
kacau. Kera Putih insyaf atas ketidak seimbangan itu.
Dengan sekuat tenaga ia menyatukan pikirannya
mengendalikan dorongan tenaga yang maha hebat
itu.
Detik-detik dilewatkan dengan penuh ketegangan.
Sambil menahan dorongan tenaga sendiri, Kera Putih
harus menahan tekanan Yoko yang menindih bagaikan
gunung ambruk. Tubuhnya bergoncang keras dan
peluh keluar bagaikan menyemprot dari pori-pori.
Yoko mengetahui akan kelemahan lawannya. Diam
diam ia mengumpulkan tenaga dalamnya. Pendekar335
muda itu menambah kekuatannya dengan beberapa
bagian pula. Getaran-getaran kekuatan itu terus ia
kendalikan dan kumpulkan, makin lama makin besar.
Mendadak Yoko berteriak! Suaranya bergetar pada
lamping-lamping gunung. Suatu tenaga kekuatan yang
maha dahsyat bagaikan berbareng tujuh gunung
ambruk menimpa kearah Kera Putih.
Sudah terang Kera Putih tak dapat bertahan.
Berbareng dengar suara jeritannya, tubuhnya ambruk
di atas tanah. Darah hidup menyembur keluar dari
mulutnya.
Para pelayan berteriak-teriak ketakutan. Isteri Kera
Putih segera menubruk suaminya. Ia memeluk tubuh
sang suami yang napasnya sudah sangat lemah.
"Aku mengampuni kau suamiku," ratap nenek
itu.
"Kau ... kau ... isteriku?!" seru Kera Putih dengan
mata membealak. "Ternyata jerih payahku percuma
saja. Aku akan segera mati dan kau tetap dalam tubuh
tuamu. Siapakah yang mengembalikan tubuhmu yang
keropok itu? Tentu Yoko ... Yoko kau... manusia ..."
Namun Kera Putih tidak meneruskan kata-katanya.
Pada lain saat Kera Putih menarik napas dalam.336
"Tidak ... aku tidak boleh mempersalahkan
Yoko. Ini semua karena kesalahanku. Aku hendak
mengusai alam, namun alam tak mungkin manusia
dapat kuasai, karena manusia adalah penitisan dari
padanya."
Yoko sudah menyalurkan kembali tenaga dalamnya. Ia
menghampiri Kera Putih yang hendak berangkat mati.
"Yoko, ternyata kau mempunyai pandangan
hidup lebih benar dari aku. Ksatria muda teruskanlah
cita-citamu. Hancurkanlah yang bathil dan tegakkan
lah keadilan. Isteriku janganlah kau musuhi Yoko. Dia
... tidak bersalah. Aku yeng bersalah. Isteriku ... Yoko
... dewi Uzuma ... selamat ... tinggal."
Kera Putih menghembuskan napasnya yang
penghabisan.
Api yang membakar istana saat itu sedang hebat
hebatnya. Di mulut gua terasa panas sekali. Tiba-tiba
Pendekar Samurai 3 Kera Putih di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
isteri Kera Putih mengangkat tubuh suaminya.
Yoko hendak membantu namun wanita tua itu
menolaknya. Perlahan-lahan si nenek mengangkat
tubuh yang berat itu. Sungguh heran, walaupun
dengan susah payah namun si nenek berhasil juga
mengangkat tubuh suaminya. Kemudian setindak
demi setindak wanita tua itu menuju ke mulut gua.337
Yoko mengikuti dari kejauhan. Ia yakin bahwa si nenek
hendak melemparkan tubuh suaminya ke dalam api
yang berkobar-kobar, maka ia membiarkan saja si
nenek berjalan. Si nenek bagaikan tak merasa hawa
api yang sepanas itu.
Tiba-tiba terdengar suara jeritan si nenek yang
menyayatkan hati. Yoko terkejut! Ia melompat ke
mulut gua. Namun pemuda kita tidak keburu
menjambret tubuh si nenek yang sudah masuk ke
dalam api.
Para gadis pelayan sama-sama menjerit sambil
menutup wajah mereka dengan kedua tangan.
Mereka tidak mau melihat pemandangan yang
mengerikan itu.
Sungguh di luar dugaan Yoko, bahwa si nenek dengan
sangat nekad menerjunkan dirinya bersama-sama
suaminya ke dalam lautan api.
Sejenak Yoko tertegun. Kemudian ia menghampiri
dewi Uzume.
"Siapakah yang membakar istana itu?" tanya
sang dewi ketika Yoko sudah berada di dekatnya.
"Bara dan Gagak Hitam telah kuperintahkan
membumi hanguskan istana yang membawa mala-338
petaka itu." sahut Yoko sambil menundukkan kepala
nya.
Api berkobar-kobar membakar semua isi istana itu.
Para gadis pelayan berkumpul di dekat api unggun
yang sudah mulai kecil kobarannya karena tidak ada
yang menambahkan kayu.
Tiba-tiba dewi Uzume mengangkat kepalanya.
"Yoko," kata sang dewi. "Aku menghaturkan
banyak-banyak terima kasih bahwa kau telah
mengembalikan tubuhku yang asli dan membalas sakit
hatiku kepada Kera Putih. Budi yang sebesar gunung
Fuji itu tak akan kulupakan sampai aku mati. Namun
ini tibalah saatnya untuk kau menunaikan janjimu
kepada gurumu."
Yoko terkejut mendengar kata-kata sang dewi.
Memang benar kata wanita cantik itu, kinilah saatnya
untuk membunuh dewi Uzume. Bukankah ia telah
berjanji kepada Kera Putih, bila dewi Uzume telah
kembali dalam tubuhnya yang asli barulah ia hendak
bunuh musuh besarnya itu.
Perlahan-lahan dewi Uzume menghunus pedang
samurainya.339
"Yoko aku menentang kau bertempur!" seru si
cantik dengan tenang. Tampak wajah sang dewi
sangat keren dan agung, namun hatinya bagaikan
diiris-iris sembilu.
Sejenak Yoko menatap bagaikan bulan purnama itu.
"Apakah aku harus bunuh wanita ini?" tanya
Yoko di dalam hatinya. "Ya, bagaimanapun aku harus
menjalankan perintah guruku."
Pemuda kita menarik napas panjang. Kemudian iapun
menghunus petang pusakanya. Cahaya pedang
samurai itu berkelebat bagaikan sinar perak.
Pada saat itu dari rombongan gadis-gadis pelayan
mencelat sesosok tubuh yang langsing berpakaian
hitam ke hadapannya sang dewi.
"Bi-jieng, bila Yoko tidak dapat mengampunkan
dewi, biarlah Bara yang akan menggantikan," ratap
gadis itu yang bukan lain dari Bara. Murid yang setia
itu berlutut dikakinya dewi Uzume sambil menangis
tersedu-sedu.
Gadis pelayan lainnya tidak seorang pun yang berani
menghampiri. Dengan perasaan gelisah mereka
memandang ke arah sang dewi.340
"Bara, aku menghargai kesetiaanmu," kata sang
dewi. "Namun kau tidak dapat menggantikan aku
bertempur. Lekas minggirl"
Tetapi Bara tetap tidak bergerak. Tangisnya makin
menjadi-jadi.
"Bara! Aku perintah kau! minggir!" seru dewi
Uzume penuh ke wibawaan.
Terpaksa Bara menurut. Ia bangkit berdiri melangkah
beberapa tindak lalu jatuhkan dirinya di tanah sambil
menangis menggerung-gerung.
"Yoko, sambut pedangku!" seru sang dewi.
Mendadak berkelebat pedang dewi Uzume. Sinar
pedang yang bercahaya perak kemerah-merahan
karena cahaya api menggores udara malam lalu
menyambar ke arah Yoko.
Serangan pertama sang dewi cukup dahsyat. Namun
pemuda kita dengan tenang dapat menghindarkan.
Pedang pusaka pun berkelebat bagaikan halilintar.
Yoko hanya mengerahkan beberapa bagian tenaga
nya, namun dewi Uzume sebaliknya. Wanita cantik itu
menyerang dengan amat bernapsu.341
"Bila sang dewi binasa dibawah pedang Yoko,
aku akan membunuh diri," kata Bara sambil bangkit
berdiri, lalu menyingkir jauh-jauh. Gadis-gadis pelayan
tidak berani bergerak, dengan terlongong-longong
mereka menyaksikan kedua muda-mudi itu
bertempur mati-matian.
"Sungguh sayang bila ada yang terluka,"
terdengar seorang gadis berkata. "Dosa apakah yang
dewi Uzume telah perbuat kepada Yoko, hingga harus
ditebus dengan darah?" terdengar gadis lain berkata.
"Mereka tidak boleh bermusuhan, mereka
harus menjadi sepasang suami-isteri," seorang
pelayan mengutarakan pendapatnya.
Dalam pada itu dua sinar pedang berkelebatan dengan
sengitnya. Sebegitu jauh baik pedang dewi Uzume
maupun pedang pusaka Yoko belum ada yang berhasil
mengenakan sasarannya. Sang dewi tidak bermaksud
membinasakan Yoko, namun tujuannya hanya
melukai si pemuda. Bila Yoko sudah terluka ia akan
menyudahi pertempuran itu. Tetapi walaupun sang
dewi sudah mengerahkan seluruh kebisaanya namun
Yoko tetap tidak dapat dijatuhkan.
Akhirnya sang dewi menjadi sengit. Wajahnya sudah
merah membara dan peluh mengucur di kedua342
pipinya. Tampak sang cewi semakin cantik. Kini wanita
cantik itu melontarkan serangan berantai. Ujung
pedangnya berkelebat-kelebat di tempat-tempat yang
berbahaya.
Yoko tidak mau dijatuhkan oleh seorang wanita
walaupun wanita itu cantik. Tiba-tiba ia menggeram.
Tampak kedua matanya bersinar buas. Ia menangkis
serangan-serangan sang dewi berbareng balas
menyerang dengan sangat nekad.
Tiba-tiba para pelayan menjerit keras. Ternyata dewi
Uzume sudah terdesak. Si cantik sudah tidak dapat
melakukan serangan pula. Pedangnya hanya
menangkis Yoko. Tampaknya makin lama makin
lemah. Bila pertempuran itu berjalan terus dalam
tempo tidak lama pedang Yoko akan menebas kutung
leher sang dewi. Atau pedang pusaka itu akan amblas
ke dalam tubuh langsing yang sangat menggiurkan.
Untuk kedua kalinya para gadis pelayan menjerit. Saat
itu pedang Yoko secepat kilat menyambar ke arah
kepala sang dewi dan dewi Uzume sudah tidak dapat
mengelakkan.
"Aku mati dengan puas di tangan Yoko," kata
sang dewi dalam hatinya. Cepat-cepat ia memejamkan
kedua matanya. Tampak bibirnya bersenyum.343
Yoko pun terperanjat! Ia tidak duga dewi Uzume
sudah tidak dapat menangkis serangannya. Untuk
menarik kembali serangannja ia tidak kuasa. Ia hanya
dapat memutarkan sedikit tangannya, dengan
berbuat demikian dewi Uzume terluka juga. Pedang
pusaka tidak membelah kepala sang dewi, tetapi akan
menancap ke dalam dada wanita cantik itu.
Mendadak dalam keadaan sangat kritis itu berkelebat
sesosok tubuh manusia dibarengi dengan deru angin
keras.
"Trang!" Pedang pusaka Yoko tersampok
pedangnya pendatang itu. Bentrokan kedua senjata
yang amat keras itu menerbitkan percikan api.
Pemuda kita terhuyung dan tak terasa pedangnya
terlepas dari tangannya.
Bukan kepalang terperanjatnya Yoko. Pendatang yang
menolong dewi Uzume berilmu tinggi, karena Yoko
merasakan tekanan pedangnya keras bagaikan palu
baja dan dorongan tenaganya sangat kuat. Siapakah
gerangan dia?
Yoko berpaling ke arah pendatang itu. Tampak
seorang laki-laki yang sudah berusia lanjut tengah
menyarangkan pedangnya.344
Dewi Uzume sudah membuka kedua matanya. Ia tidak
sangka, bahwa ia telah luput dari kematian. Laki-laki
yang kini berdiri didekatnya pasti yang menolong dia,
karena tadi ia merasakan deru angin keras me
nyambar ke arahnya. Namun ia tidak kenal orang tua
itu.
Tiba-tiba Yoko menjerit!
Ia jatuhkan dirinya berlutut di kakinya orang tua itu.
"Sensei, guruku!" seru Yoko kegirangan. "Kau
datang juga?"
Tampak laki-laki itu bersenyum.
"Aku datang pada waktu yang sangat tepat. Bila
terlambat sedikit pasti tunanganmu akan binasa di
dalam tanganmu," sahut orang tua itu yang bukan lain
guru Yoko dari pulau Okinawa.
Pendekar Samurai 3 Kera Putih di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keheran-heranan Yoko mengangkat kepalanya.
"Tunanganku?" tanya Yoko dengan suara
gemetar.
"Ya, dia adalah tunanganmu." menegaskan sang
guru sambil menunjuk ke arah dewi Uzume.345
Kini dewi Uzume pun berdiri terbengong-bengong.
Tiba-tiba sang dewi menubruk ke arah laki-laki itu
sambil berseru : "Paman!"
"Kau masih mengenali aku, anak?" kata guru
Yoko sambil bersenyum.
Yoko bertambah bingung, mendengar dewi Uzume
memanggil paman kepada gurunya.
"Lekas bangkit Yoko, aku akan menerangkan
soal pertunanganmu dengan Uzume," kata orang tua
itu lalu menuju permadani dimana tadi Kera Putih
berduduk.
Cepat-cepat Yoko bangkit berdiri. Ia memungut
pedang pusakanya lalu masukkan ke dalam sarungnya.
Dewi Uzume dari tadi sudah menyarangkan pula
pedangnya kini mengikuti guru Yoko.
"Yoko," mulai sang guru berbicara. "Pada
beberapa puluh tahun yang lalu ayahmu dan ayahnya
Uzume serta aku telah mengikat tali persaudaraan.
Kami terkenal dengan nama Tiga Pendekar Guntur,
karena bila kami menumpas kejahatan bagaikan
guntur kami menyerang. Saudara tuaku mempunyai
seorang putera ialah engkau, Yoko dan saudara yang
kedua mendapat seorang puteri ialah Uzume dan
seorang putera ialah kakaknya Uzume. Dan aku yang346
termuda dari Tiga Pendekar Guntur itu. Aku tidak
mempunyai putera atau puteri karena aku tidak
menikah. Begitu Uzume dilahirkan ayahmu dan
pamanmu telah menjodohkan engkau berdua."
"Pada suatu hari, kami bertiga bersaudara telah
kehilangan jejak. Aku telah mencari di seluruh ke
pulauan Jepang dua saudaraku itu. Namun usahaku
sia-sia belaka. Setelah ibumu menutup mata maka aku
telah mengambil engkau untuk kudidik seperti anak
kandungku sendiri. Uzume masih mengenalkan aku
karena aku sering berkunjung ke rumah ayahnya,
namun ke rumah ayahmu jarang sekali aku datang."
Sang guru diam sejenak. Lalu ia meneruskan pula:
"Pada kira-kira sebulan yang lalu dengan tidak
diduga ayahnya Uzume datang ke pulau Okinawa. Kau
dapat bayangkan bagaimana girangnya kami berdua
setelah berpisah selama belasan tahun. Dalam
kegirangan itu tiba-tiba ayah Uzume tampak berduka.
Aku telah menanyakan sebab musababnya. Dan
katanya, setelah kami berpisah ia pun tidak
mengetahui ke mana isteri serta kedua anaknya
menghilang. Kini ia mendapat tahu bahwa isteri dan
anak laki-lakinya sudah menutup mata namun sang
puteri kabarnya telah menjadi seorang wanita yang347
jahat dan kejam. Bukan main malunya seorang ayah
yang menjadi pendekar pembela keadilan mempunyai
puteri yang sangat bathil. Dia hendak mencari
puterinya dan hendak bunuh anak satu-satunya itu,
namun dia datang dahulu menjumpakan aku karena di
tengah jalan ia mendengar kabar bahwa aku berada di
pulau Okinawa."
"Paman, aku..." namun dewi Uzume tidak dapat
meneruskan kata-katanya karena ia merasakan
lehernya tersumbat. Airmata turun bagaikan
pancuran dari kelopak mata gadis cantik itu
membasahi kedua pipinya.
"Sensei!" Tiba-tiba Yoko berseru. "Dia tidak
bersalah! Dia melakukan semua itu karena ..."
Yoko tidak meneruskan kata-katanya karena sang guru
sudah menyela.
"Kau dapat membela tunanganmu di hadapan
ayahnya, dan aku akan berada di pihak kalian."
Cepat-cepat Yoko dan Uzume jatuhkan dirinya
berlutut dikakinya sang paman untuk menghaturkan
terima kasih mereka. Orang tua itu mengangkat
lengan kedua keponakannya.348
Api yang membakar istana di dalam gua dan menamat
kan riwayat Kera Putih telah padam, namun api cinta
dewi Uzume tetap abadi.
TAMAT349
PERNYATAAN
File ini adalah sebuah usaha untuk melestarikan buku
buku novel Indonesia yang sudah sulit didapatkan di
pasaran dari kemusnahan, dengan cara mengalih
mediakan menjadi file digital.
Tidak ada usaha untuk meraih keuntungan finansial
dari karya-karya yang coba dilestarikan ini.
File ini dihasilkan dari konversi file JPEG menjadi teks
yang kemudian di kompilasi menjadi file PDF. Selain itu
telah melalui proses perubahan ejaan dari ejaan lama
menjadi ejaan baru.
Credit untuk :
? Awie Dermawan.
? Ozan
? Kolektor E-Books350
Fear Street Sagas I Amulet Bertuah New Lima Djago Luar Biasa Sia Tiauw Gwa Goosebumps 31 Boneka Hidup Beraksi 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama