Ceritasilat Novel Online

Korban Kutukan 1

Dewi Ular Korban Kutukan Bagian 1



Tara Zagita

Serial Dewi Ular

Korban Kutukan

Cetakan Pertama 1999

Gambar Sampul Fan Sardy

Penerbit Sinar Matahari Jakarta

Hak Cipta dilindungi oleh Undang Undang

Sumber buku :Awie Dermawan

Kolektor Ebook

****

DERING telepon tegah malam membuat Kumala Dewi terjaga dari tidurnya. Dengan mata mengantuk gagang telepon segera diangkatnya. Sekalipun agak parau. tapi nada ramah tetap meluncur dari mulut si cantik jelita putri tunggalnya Dewa Permana ini. . ,

"Hallo" '

"Hallo. maaf mengganggu. Bisa bicara dengan Buron?"

"Buron sudah tidur tuh. Dari siapa ini?"

"Dari temannya: Laras. Ini Mbak Kumala, ya?"

"Benar."

"Oh, hmm... saya Laras, Mbak "

"Lalu...? Laras yang mana, ya?"

Suara bernada gugup itu terdengar lagi,

"Itu tuh... temannya Buron yang tinggal di Bekasi. Pelayannya Tuan Husan. Mbak. Masih ingat saya,

?"

"Ooo... ya, ya... aku, ingat Kamu Laras yang itu ditolong Buron dari ancaman santet itu,".

"Iya, benar. Dan dan sekarang saya butuh pertolongan lagi dari Buron. Mbak. Darurat sekali.

Hmmm, apakah saya bisa bicara dengan buron? Tolong deh, Mbak Mala bangunkan Buron sebentar.'Saya... saya butuh bantuannya... saya terdesak nih, Mbak." .

Agaknya malam yang sunyi bagaikan suasana di dalam liang kubur itu telah mencekam hati pelayan berwajah mungil manis yang berstatus'janda itu. Kumala ingat tentang Laras yang dulu sempat mau ditaksir Buron, (Baca serial Dewi Ular dalam episode : "PEMBURU DUKUN SANTET"). Menurut Kumala jika bukan karena keadaan gaWat yang amat mendesak, tak mungkin Laras berani_telepon di atas pukul 2 lewat. Kumala yakin, Laras bukan ingin-sekedar main-main. Ia benar-benar membutuhkan bantuan. Maka si jelmaan Jin Layon yang selama ini menjadi "asistennya di bidang gaib itu pun segera dibangunkan: .

Kumala Dewi yang nama aslinya adalah Dewi Ular itu menghadapi telepon seperti itu dengan tanpa keluh kesah dan tak pernah ada gerutu dalam hatinya. Jika tidurnya merasa terganggu. itu adalah hal yang wajar baginya, karena memang ia punya kewajiban menolong dan melayani umat manusia yang dalam kesulitan. Sebagai anak dewa asli dari Kahyangan yang turun ke bumi, Dewi Ular sangat sering mendapat gangguan seperti itu. Dan ia selalu melayani dengan penuh kesabaran dan kebijakannya. .

Hanya saja sebelum ia mengetuk pintu kamarnya buron dan sandhi, ternyata si jelmaan Jin Layun itu sudah muncul dari kamar itu lebih dulu. Ia keluar dari kamar-tanpa membuka pintu, melainkan menembus begitu saja bagaikan sesosok manusia hologram. Matanya menyipit wajahnya mengernyit sedikit heran mendengar suara Kumala tadi menyebut-nyebut namanya.

"Ada apa...?" tanyanya sambil garuk-garuk pahanya sendiri.

"Laras mau bicara denganmu tuh. Kayaknya dia butuh bantuan." kata Kumala sambil ia kembali menuju ke kamarnya sendiri. Buron pun segera menyambut telepon mencurigakan itu.

"Hallo, ada apa...?" sapanya agak kaku karena kantuk.

"Buron, aduh maaf aku mengganggumu sebegini malam, habis... anu sih... itu... hmm-mm...."

"Ngomong aja apa perlunya. Nggak usah pakai basa-basi segala." '

';Hmmm. iya nih... 'anu... begini.... Dapatkah kamu malam ini juga datang ke rumah bersalin Citra Bunda?!" . ' _

"Ngapain ke rumah bersalin? Kamu mau melahirkan, ya?".

"Bukan aku, Buron. Tapi... anu... si Marmi yang mau melahirkan" _ .

"Marmi itu siapa?" '

"Adik sepupuku yang... yang sudah lama tinggal di Bekasi juga. Dia... dia dari pukul 6 sore tadi sudah mau melahirkan '

"Lalu kenapa kamu yang kedengarannya panik begitu?" .

"Soalnya... anu..'begini.... Sepertinya Marmi mengalami keanehan, Ron. Ada... ada gangguan gaib dalam kandungannya. Ahh, sudahlah... kamu ke sini aja, ya? Aku takut sekali nih..." '

"Gangguan gaib apaan?! Jelaskan dulu dong."

"itu lho... setiap... setiap mau melahirkan, mendadak kandungannya kempes. Bayinya seperti hilang dari dalam perut. Tapi tapi beberapa saat kemudian perut Marmi besar kembali, bayinya seperti mau lahir lagi dan kalau sudah dibawa ke ruang bersalin, eeh... bayinya hilang lagi. Aduuh, aku merinding cerita begini. Takut sekali deh, Ron. Kamu tolongin sepupuku itu dong Buruan kemari. Soalnya... yang nungguin Marmi di sini cuma aku sendiri. Suaminya Mami... anu... hmmm... pergi, entah ke mana...." .

Sebenarnya Buron ingin mengajukan alasan sebagai penolakan secara halus atas desakan Laras itu, hanya saja sebelum hal tersebut ia lakukan sudah lebih dulu terdengar suara Kumala Dewi yang keluar lagi dari kamarnya. Rupanya diam-diam Kumala menggunakan kekuatan supranaturalnya untuk mendengarkan suara Laras walau tanpa menempelkan gagang telepon di telinganya.

"Datanglah, Ron. Agaknya perempuan yang bernama Marmi itu benar-benar mengalami gangguan gaib. Kasihan dia."

"Tapi... sudah kelewat malam begini, ah. Lagian aku ngantuk berat nih," Buron bersungut-sungut. Kumala memandang sambil geleng-geleng kepala, bertolak pinggang sebelah tangan.

"Sejak kapan kamu takut keluar lewat tengah malam sih, Ron? Sejak kapan sebagai jelmaan Jin Layon kamu nggak bisa mengalahkan rasa kantukmu. hmmm?"

"Maksudku begini...."

"Pergilah sana. Bantu mereka. Laras sangat ketakutan, demikian juga dokter dan perawat yang menangani kelahiran misterius itu. Jangan malu memberi bantuan kepada orang yang sedang membutuhkannya, Ron.-" .

Buron makin cemberut kesal. Ia menggerutu tak jelas seraya menuju ke kamarnya. Tapi tiba-tiba suara Kumala terdengar kembali dengan tenang dan bernada bijak.

"Ayolah... kutemani kau ke _sana!"

"Kalau maumu begitu, ya sudah.... Aku pakai celana panjang, ah! Jangan pakai celana pendek begini. Malu sama si Laras."

Tanpa pamit Sandhi dan Mak Bariah. mereka berdua segera pergi ke rumah bersalin Citra Bunda.

Mereka pergi tanpa menggunakan kendaraan dapat, melainkan lewat udara. Bukan terbang, tapi menghilang secara gaib. Buron berubah menjadi sinar kuning kecil, sementara Dewi Ular berubah menjadi cahaya hijau kecil berbentuk seperti naga terbang .Dengan kesaktian tersebut mereka dapat tiba di tujuan dalam tempo kurang dari setengah menit. Laras sempat terkejut sewaktu melihat kemunculan Kumala dan Buron yang seolah-olah baru saja masuk lewat pintu gerbang.

Pada waktu itu, Marmi berada di ruang bersalin. Ia seperti mau melahirkan lagi. Tapi baik dokter maupun Laras sendiri sudah menduga bahwa Marmi akan kehilangan bayinya lagi seperti yang sudah-sudah.

"Kebetulan Mbak Kumala ikut serta kemari. Aduh, Mbak.. tolongin dong sepupu saya itu..." Laras setengah merengek.

"Kau di sini saja. Biar aku dan Laras yang masuk!" bisik Kumala kepada Buron. Tapi langkah mereka berdua dicegah oleh suster, karena peraturan di situ tidak membenarkan orang lain masuk ke ruang bersalin, kecuali dokter dan suster. Laras ingin ngotot, tapi dicegah Kumala.

"Nggak apa-apa, Laras. Aku bisa memeriksanya dari sini saja!"

Kumala Dewi segera memejamkan mata. Rohnya masuk ke ruang bersalin dan melihat sendiri

susan-payahnya Marmi dalam melahirkan bayinya. Tapi ketika kepala bayi udah mulai tampak. tahu-tahu bayi itu lenyap secara mendadak. Kandungan Marmi mengempis kembali. Semua suster dan dokter merinding ketakutan.

Mereka bertambah takut setelah melihat cahaya hijau kecil bagaikan jatuh dari eternit kamar ke dada Marmi. Dalam sekejap saja tubuh Marmi berubah menjadi bercahaya hijau bening. Mereka justru berlari keluar meninggalkan pasien dalam keadaan lebih panik lagi. Mereka tidak tahu bahwa cahaya hijau itu adalah kekuatan kedewaan si Dewi Ular yang menyelimuti sekujur tubuh Marmi, sehingga gangguan gaib tersebut tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Terbukti, baru saja mereka berlari keluar dan saling meributkan tentang cahaya hijau yang membungkus tubuh Manni, tiba-tiba mereka mendengar suara bayi menangis memekik-mekik keras. '

"Hahh...?! Dia berhasil melahirkan bayinya...?!" seru salah seorang suster. Kemudian mereka memberanikan diri melongok ke ruang bersalin, ternyata Marmi sudah tidak memancarkan cahaya hijau lagi dan bayinya benar-benar telah lahir dengan utuh dan selamat. Mereka pun segera menangani proses berikutnya. .

Kumala Dewi segera membawa Laras yang menitikkan air mata haru mendengar sepupunya telah berhasil melahirkan dengan selamat. Buron mengikuti ke arah sudut, di mana Kumala membawa Laras untuk berbicara pelan-pelan.

"Sepupumu itu hamil di luar pernikahan, bukan?"

"Hmm, eehh... iya, Mbak," jawab Laras mengakui aib yang selama ini diderita Marmi.

"Apakah nggak ada lelaki yang mau bertanggung jawab atas kehamilan sepupumu ltu,_Ras?" tanya Buron. '

"Hmm, eehh... nggak ada sih. Soalnya... Marmi hamil dari hasil hubungan gelap dengan majikannya. Tapi... majikan si Marmi itu tewas beberapa bulan yang lalu karena kecelakaan. Saat itu kandungan Marini sudah 6 bulan, dia ditempatkan di ruang kost yang agak jauh dari tempat tinggal keluarga majikannya ini..."

"Dan terjadilah pertentangan batin antara Marmi bersama majikannya ini," sahut Kumala.

"Roh majikannya menginginkan bayi itu ikut bersamanya, tapi kekuatan batin Marmi sebagai sang ibu tetap tak merelakan bayinya diasuh oleh roh suami tak resminya itu. Maka setiap bayi mau lahir, roh suaminya menarik dan membawanya pergi, sementara kekuatan batin Marmi mengejar dan merampasnya kembali. Kasihan sekali bayi itu, dijadikan rebutan dua roh berbeda alam."

"Untung segera kau tangani," timpal Buron. Laras diam saja. menahan ketegangan rasa takutnya. Tak disangka-sangka olehnya bahwa ternyata roh majikannya Maruli juga menghendaki bayi tersebut

"Kamu jangan sampai seperti sepupumu itu, Laras," kata Kumala.

"Lebih baik kamu nikah resmi dengan pria pilihanmu, daripada menjadi istri bayangan majikanmu. Kalau ada apa-apa, bisa jadi seperti itu."

"Tapi... mencari calon suami yang sesuai jodoh kita. itu pekerjaan yang sulit, kan Mbak?"

Kumala manggut-manggut.

"Ya, memang sulit sih...," gumamnya lirih.

Sampai sekarang Kumala sendiri belum tahu siapa calon jodohnya kelak. Misteri itu tetap dirahasiakan oleh para dewa. Kumala hanya mengetahui tanda-tanda pria yang punya cinta sejati padanya dan akan menjadi suaminya kelak, yaitu seorang pemuda yang mempunyai bayangan berwarna biru pada saat terkena sinar bulan purnama. Bayangan warna biru itu hanya bisa dilihat dengan mata kepala Kumala sendiri, tidak bisa dilihat oleh mata orang lain.

Repotnya, setiap malam bulan purnama tiba. Dewi Ular tidak pernah mau keluar dari kamarnya. Munculnya sinar bulan purnama merupakan kemunculan misteri tersendiri yang tetap harus dirahasiakan oleh Kumala. Hanya Sandhi, Buron dan Mak Bariah yang mengetahui bahwa setiap malam bulan purnama. sosok tubuh Kumala Dewi berubah

menjadi seekor ular bersisik emas tapi berkepala gadis cantik. Perubahan takdir itu terjadi dari waktu magrib sampai waktu subuh tiba. Lewat dari waktu subuh, tubuh Kumala sudah berubah menjadi manusia kembali tanpa bekas sisik ular sedikit pun. Kumala sangat malu jika perubahan itu diketahui oleh orang lain, sehingga ia tak pernah bisa melihat bayangan seorang pemuda yang sedang dilirik oleh hatinya.

Misalnya seperti si reporter teve yang sering muncul membawakan acara 'Lorong Gaib' setiap Kamis malam: Niko Madawi. Sampai saat ini Kumala tidak pernah tahu apakah Niko Madawi mempunyai bayangan tubuh berwarna biru atau berwarna loreng macan di saat terkena sinar bulan purnama. Sebab. setiap kali Niko datang di saat bulan purnama tiba, Kumala tidak pernah mau menemuinya. Para pengikutnya, seperti Sandhi, Buron dan Mak Bariah, selalu merahasiakan keganjilan itu rapat rapat kepada siapa pun.. Mereka mengatakan, bahwa Kumala sedang melakukan semedi dan tak boleh diganggu oleh siapa pun. .

Padahal hati Kumala sebenarnya semakin terbuka untuk si mantan peragawan itu. Selain wajah Niko memang tampan, gagah. eksklusif dalam penampilan. Niko juga dinilai sebagai pria yang lugu serta selalu ingin memanjakan orang yang dicintainya .Memang, kadang-kadang pemuda itu sering kelihatan konyolnya, atau kadang justru kelihatan

bodoh di depan kumala tapi kumala tahu persis bahwa Niko punya kadar kesetiaan yang cukup tinggi. Banyak bergaul dengan foto model. artis dan wanita cantik lainnya. namun hanya sebatas pergaulan biasa. Bukan pergaulan yang menjurus ke perselingkuhan. Kumala tahu persis hal itu. Tapi apakah benar, Niko itulah cinta sejatinya yang selama ini dicari-cari di relung-relung problem misterinya?

"Aku memang suka tipe lelaki macam dia. Cablak di luar, tapi pendiam di dalam," kata Kumala kepada Sandhi dan Buron. beberapa waktu yang lalu .

"Niko memang terkesan seperti urakan, tapi sebenarnya hatinya seputih busa-busa salju. Aku dapat merasakan getaran cintanya yang tulus untuk diriiku. Secara serius, dia memang belum pernah bilang cinta padaku. Atau mungkin memang pernah; tapi dalam suasana canda dan kutanggapi dengan canda pula. Tapi sebenarnya dia memendam gairah cinta yang'sangat besar kepada diriku. Dia menjaga sikapnya selama di belakangku, sangat hati-hati sekali dalam bergaul dengan gadis mana pun, karena ia tak ingin menodai perasaan cintanya. Tapi... aku tidak ingin buru-buru merespon dengan kadar cinta yang sama. Aku ingin tahu, sampai di mana ketangguhan hatinya mempertahankan kesucian cintanya padaku." .

"Kau mengujinya terlalu lama. Kumala." sela sandhi.

"kadang aku kasihan padanya."

"Semakin lama ditempa dalam ujian, semakin membaja ketulusan cintanya kepadaku. Berbahagialah kalian. jika mendapatkan ketulusan cinta yang membaja dari lawan jenis, sebab di situlah letak kebahagiaan yang abadi "

"Bagaimana kalau ternyata Niko bosan dengan ujian darimu dan akhirnya ia pindah ke lain hati?" tanya Sandhi lagi '

"Aku harus pasrah dan menerima apa adanya, karena dengan begitu berarti Hyang Maha Dewa memberi petunjuk padaku, bahwa bukan dia cinta sejati "yang kucari-cari'selama ini."

"Kamu nggak akan sakit hati?"

"Karena aku diturunkan ke bumi untuk menjadi manusia, tentu saja aku akan sedih, bukan sakit hati. Sedih, kecewa dan merana. Itu reaksi yang sangat manusiawi sekali, kan? Tapi aku nggak bdleh terpaku oleh kesedihan saja, aku harus bangkit dan berburu kembali. Aku lebih berintrospeksi ke dalam, mungkin kegagalan itu disebabkan masa baktiku kepada manusia di dunia masih kurang. Mungkin aku harus lebih banyak berbuat baik kepada siapa pun yang membutuhkan bantuanku. Atau... yaah, mungkin karena faktor lainnya."

Buron yang sejak tadi diam saja, mengutip beberapa falsafah yang tersirat dalam tutur kata si bidadari cantik itu, akhirnya toh ikut angkat bicara

juga. waktu itu Buron mengajukan pertanyaan yang bersifat pribadi, dengan diiringi senyum cengar-cengir malu. tapi dianggap sangat perlu

"Menurutmu. calon jodohku kelak seperti apa, Kumala?"

Sandhi menyahut.

"Pokoknya calon jodohmu nanti adalah bertubuh kecil, bulat, persis pispot deh!" . !

"Diem luh, Monyong!" sentak Buron sambil menahan geli melihat Sandhi dan Kumala tertawa geli.

"Itulah ironisnya," kata Kumala setelah reda tawanya.

"Aku sebenarnya sangat bisa melihat atau mengetahui tanda-tanda calon jodoh orang lain, tapi nggak bisa melihat calon jodohku sendiri. Ironis itu kan?!"'

"Jadi,menurutmu seperti apa sih calon istriku kelak?" ulang Buron bernada penasaran.

"Maksudnya, dari Bangsa jin juga atau dari bangsa manusia biasa?" '

"Bisa jin bisa manusia." '

"Wah, kalau begitu.. gadis siluman dong?"

Karena Kumala tertawa geli mendengar kesimpulan Buron dan melihat ekspresi wajah Buron yang terperangah lucu. maka Sandhi pun segera menimpali dengan nada kelakar. .

"Mampus tuh! Istrimu kelak sesosok silmnan. Mungkin saja siluman penghisap darah! "

"Cerewet kamu ini!" hardik buron.

"Lagian, jin aja pakai tanya-tanya jodohnya siapa. Memangnya bangsa jin itu diwajibkan kawin juga?"

Dengan kesal Buron menyahut.

"Luh kira gue ini mandul?! Nggak boleh kawin?! Enak aja...," Buron bersungut-sungut.

"Biar sosok asliku jin, tapi jelek-jelek begini banyak cewek yang tergila-gila padaku, tau?! Malah ada yang bilang, wajahku ini kalau dilihat sepintas lalu mirip Andy Lau... tapi kalau dilihat dari dekat mirip bakpao."

Maka meledaklah tawa mereka pada saat itu. Kumala sampai melemparkan bantal sofa saking gelinya melihat lagak Buron menirukan gaya Andy Law. Ternyata setelah tawa mereka reda. Buron tetap mengejar jawaban dari pertanyaannya tadi. Kumala pun menarik napas. mengembalikan keseriusannya yang dibungkus dengan suasana santai.

"Kau akan mendapatkan istri sejati dari seorang manusia."

"Oh, benarkah begitu?!" wajah Buron berseriseri gembira.

"Memang kuharapkan begitu, sebab kalau aku punya istri jin, pasti jelek. Luh kan tahu sendiri, San. mana ada sih jin perempuan yang cantik? Pasti bertaring, matanya lebar dan, iih.. aku sendiri Sering merasa ngeri kalau membayangkan hal itu."

"Nggak ngaca luh! Elu kan bangsa iin. masa'

ngeri sesama jin sendiri sih? Ngak logika tuh."

"Tapi aku kan jin yang sudah telanjur hidup trendy sebegitu lamanya, San. Wajar dong kalau alam pikiranku sudah berubah menjadi alam pikiran manusia. Begini-begini gaya hidupku kan sudah cukup metropolis dan tergolong kaum selebritis, Sandhi! "

"Selebritis 'apaan luh? Selebritis cap Badak Bercula. iya?!" .

"Daripada kamu.., selebritis cap Tiga Roda, weee...!" balas Buron melecehkan Sandhi. Tapi kemudian ia kembali bicara pada Kumala.

"Kira-kira... calon istriku 'kelak adalah wanita yang cantik atau yang berwajah remuk?"

"Cantik atau jelek itu relatif. Nggak bisa dipastikan. Sebab, biar wajahnya jelek seperti pantat kuda, tapi kalau hatimu menaruh cinta yang tulus, tetap saja akan kau katakan berwajah cantik seperti...."

"Seperti pantat kuda juga," sahut Sandhi.

"Dia kan nggak bisa membedakan pantat kuda dengan wajah cantik. Dianggapnya sama saja!"

Itulah tawa ceria dan keharmonisan mereka dalam hidup berkeluarga. Tak jarang mereka saling meledek untuk menghadirkan kejenakaan bersama. Dan kesan indah seperti itulah yang sangat dibutuhkan oleh Dewl Ular selama menjalani masa hukuman dari Hyang Maha Dewa. yaitu dibuang ke

bumi dan menjadi manusia seutuhnya dengan tetap memiliki kekuatan kedewaannya. Kekuatan kedewaan itulah yang membuat Kumala bisa melihat ke masa depan, bisa membaca garis kehidupan siapa saja. termasuk bisa melihat siapa wanita yang akan menjadi istrinya Buron dan Sandhi kelak.

Tapi meskipun Kumala adalah dewi perempuan yang tampil dalam sosok manusia biasa, ia tetap harus menjaga kode etik kedewaannya. Artinya, ia dengan sendirinya dapat membedakan,mana pandangan atau ramalan masa depan yang boleh dikatakan kepada yang bersangkutan, dan mana yang tidak boleh dikatakan supaya tidak dianggap mendahului takdir kehidupan di alam jagat raya ini. Oleh karenanya, menghadapi pertanyaan ulang dari Buron, Kumala hanya bisa menjawab secara transparan saja.

"Yang jelas calon jodohmu adalah seorang anak manusia yang sangat merindukan perkawinan, sangat mendambakan seorang suami yang bertanggung jawab, serta sangat mengharapkan ketulusan cinta dan kasih sayang yang tidak bertendensi pada kekayaan atau keelokan rupa. Dia adalah tipe seorang istri yang sangat setia pada suami, tapi jika suaminya ketahuan sedang main gila, dia akan membalas dengan permainan yang lebih gila lagi."

"Dia tinggal di mana?" desak Buron. tampak

lebih penasaran lagi.

Sandhi menyahut. .

"Tumben amat elu nafsu

banget mencari tahu perempuan yang bakal jadi Jodohmu, Ron? Memangnya ada apa sih?!"

Dengan nada mengeluh Buron berkata kepada Sandhi.

"Aku bosan hidup membujang. San. Aku kepingin punya istri, punya keturunan, bercanda dengan anak-anakku dan hidup sejahtera dalam satu ikatan keluarga yang harmonis. Kayak yang dialami oleh si Tohir. anaknya Bang Satiman itu lho."

"Tohir yang giginya mancung dan semarak ini?!"

"Iya! Kalau dipikir-pikir Tohir itu wajahnya kan simpang siur nggak karuan. Masih mendingan wajahku deh. Tapi toh dia bisa punya istri yang, yaah tergolong cantik deh kalau untuk ukuran segmen kanan-kirinya Tohir sendiri. Dia bisa punya anak dan tiap pagi kulihat menggendong anaknya jalan jalan, atau nongkrong di warung bubur bapaknya. Masa' aku nggak bisa 'sih hidup harmonis kayak si Tohir? Masa aku nggak bisa dapatkan istri lebih cantik dari istrinya si Tohir itu?" . .

Sambil tersenyum geli Kumala menyahut,
"Rupanya saat ini kamu mulai diusik oleh masa puber, ya Ron?"

Dengah gaya sok genius Buron menjawab,

"Yaah, tingkat kedewasaan kita makin lama kan semakin bertambah. Beda sama tingkat kedewasaan si Sandhi. makin lama semakin meringkuk kayak udang lepas dan tepungnya."

"Enak aja tuh ngomong...?! sambil tangan Sandhi mendorong kepala Buron. Canda seperti itu sudah biasa bagi mereka.

Rupanya tuntutan batin dan kesadaran alam dewasa seperti itu telah membuat Buron nekat sibuk dengan majalah dan koran-koran yang baru terbit. Apa yang dilakukan Buron terhadap koran dan majalah tersebut? Tentunya sangat dirahasiakan. Terbukti ia membaca koran dan majalah secara sembunyi, takut diganggu Sandhi atau dicibiri oleh gadis 'asuhan'-nya itu. Buron membawa koran dan majalah tersebut bukan ke warungnya Bang Satiman yang kadangkala dipanggil Bang Sat itu, tapi ke belakang gudang.

Buron sangat tertarik dengan majalah baru. serta beberapa rubrik yang ada dalam tiga koran terbitan ibukota. Untuk menyimak rubrik tersebut.

Ia-juga membawa buku kosong dan spidol hitam-merah untuk mencatat hal-hal yang dicarinya dalam majalah dan koran-koran itu.

"Kayaknya majalah MAGIS ini majalah yang baru terbit. Karena baru sekarang Kumala membeli majalah bernama MAGlS. Pantas ia mewanti-wanti supaya jangan dibaca orang lain sebelum dirinya, karena isi majalah MAGIS ini tentang dunia paranormal dan beberapa iklan serta rubrik aneh lainnya. Hmmm... tapi Kumala nggak tahu kalau di

dalam majalah dan koran-koran ini pada kolom khusus yang sangat dibutuhkan .Ketimbang kalau ketahuan kubaca, dia bakalan mencak-mencak padaku. mendingan kubaca di sini saja. Biar kalau dia nanti mencak-mencak padaku, aku sudah selesai membaca dan bahkan mencatatnya yang penting penting" .

Buron tertawa sendiri, pelan, tapi jelas seperti orang kurang waras. Kemudian ia menyimak rubrik khusus yang menurutnya sangat dibutuhkan, namun juga perlu dirahasiakan. Rubrik itu adalah ruang biro jodoh yang diprakarsai oleh beberapa yayasan bergerak di bidang jasa, terutama jasa asmara. Majalah MAGIS memberi nama ruang biro jodoh itu dengan nama eksentrik: 'TELECINTA". Di tiga koran tersebut juga mempunyai ruang yang nama dengan nama: "BIRO ASMARA",

"KONTAK HATI" DAN "ROMEO JULIET".

Beberapa promosi pribadi yang tertulis dalam rubrik itu berbunyi, antara lain sebagai berikut:

"GADIS WIRASWASTA CANTIK"

Gadis usia 24 tahun, etnis Jawa, anak pertama dari 3 saudara, status mahasiswi merangkap wiraswasta, tinggi 167 cm, berat 45 kilogram, kulit kuning. ramah dan periang. Mendambakan seorang Jejaka usia 27 33 tahun. etnis bebas, pendidikan SI, punya pekerjaan tetap, tinggi minimal 172 cm. serius membangun rumah tangga. Yang berminat

harap hubungi Yayasan Yongers, Jkt.

"OW anggotaan (YY.211/Gd/99)"

"JANDA CANTIK PENGUSAHA BISKUIT"

Janda usia 33tahun, etnis Thionghoa, pendidikan SLTA Plus. pekerjaan pengusaha biskuit eksport,. tinggi 170 cm,, berat ideal, kulit putih bersih, rambut ikal. Mendambakan calon suami berusia minimal 35 tahun, etnis Thionghoa, pekerjaan wiraswasta, tinggi sejajar, pendidikan minimal SLTA, statis duda/perjaka. Jika berminat hubungi Yayasan Yongers, Jkt dengan kode keanggotaan (YY.201/Jd/99)" ,

Buron menggerutu dalam hati,

"Sialan! Keduanya sama-sama mempermasalahkan pendidikan. Aku nggak punya pendidikan. Bisa saja sih ngaku berdiploma S1, tapi.. kalau ditanya bukti diplomanya, bagaimana? Ah, itu soal mudah. Dalam sekejap saja diploma itu bisa ada di tanganku. Pakai kekuatan sihirku kan bisa .Tapi kayaknya kedua wanita ini nggak menarik hatiku. Cari yang lain, akh" '

Dari rubrik yang sama. Buron menemukan corak promosi diri yang berbeda dari keduanya tadi. Agaknya tahun sudah kelewat maju sehingga menawarkan diri pribadi secara blak-blakan sudah bukan hal yang tabu lagi bagi siapa saja.

'EKSPORTIR ROTAN MENCARI SUAMI SE

Namaku: Shaya Handayani, berusia 28 tahun. Pernah menikah, tapi kandas di' tengah jalan, sehingga menjadi janda sejak dua tahun yang lalu. Pendidikan terakhir: sarjana, sekarang buka usaha jadi eksportir rotan, meneruskan perusahaan mendiang papaku. Wajahku cantik oval, kulitku kuning langsat. Aku punya rambut agak ikal sepunggung. dengan tinggi badan 170 cm, berat 44 kg. Aku dari etnis Jawa yang menjadi anak kedua. Aku mencari seorang suami yang setia padaku, mau bersungguh-sungguh berumah tangga denganku atas dasar cinta yang tulus, tak peduli pendidikan terakhir, yang penting berjiwa bisnis, tinggi 1 70 cm atau lebih, dari suku apa saja dan bangsa mana saja, jujur, lapang dada, punya pengertian tinggi, tidak materialistis, wajah sedang, dan status boleh duda asal tanpa anak. Jika berminat menghubungiku, silakan kontak pada jam kantor atau HP 0816728 "

Wajah pemuda berambut kucai itu mulai berseri. Diraihnya pena dan buku kosong itu.

"Nah, ini... kayaknya diriku cukup memenuhi syarat Kelihatannya nggak sombong dan nggak banyak tuntutan nih. Catat dulu. ah!"

inilah perlunya Buron membawa bolpoin dan buku kosong, Rupanya ia terlalu berpatokan pada kata-kata Kumala tempo hari. bahwa calon jodohnya adalah wanita yang merindukan perkawinan, mendambakan seorang suami yang tidak materialistis, tapi penuh ketulusan cinta. Dengan didasari keinginan berumah tangga selayaknya manusia biasa, maka Buron pun mencoba mencari calon Istrinya melalui rubrik biro jodoh itu.

Dari sekian 'iklan Cinta' yang dibacanya, ia memperoleh beberapa pilihan yang sesuai dengan hatinya. Kebanyakan wanita yang dipilihnya berasal dari keanggotaan Yayasan KURAL Pilihan utama yang sangat menarik perhatian Buron adalah wanita eksportir rotan yang bernama Shayu itu. Maka secara diam-diam Buron pun mulai melakukan contak pribadi dengan Shayu melalui telepon Wartel. Hal itu dilakukan untuk menghindari penyadapan telinga isengnya Sandhi.

Namun ketika siang itu ia pergi ke Wartel, ia justru bertemu dengan Tohir, anak Bang Satiman itu. Tohir sedang menggendong anaknya yang baru berusia satu tahun itu, sementara istrinya yang berkulit hitam manis sedang menelepon dalam salah satu ruangan. Rasa iri Buron melihat Tohir dan anak-istrinya itu semakin membangkitkan hasratnya untuk segera beristri dan beranak-cucu. '

"Eeeh, Tohir... lagi ngapain, Hir?" sapa Buron dengan keramahannya yang khas seperti anak gaul.

"ini... nganter-in bini gue, Ron. Lagi telepon pamannya di Subang." ' '

"Wah, setia sekali kamu sama istri. ya? Telepon aja dianterin," canda Buron. Tohir tertawa kecil, tapi kelihatannya lebar karena giginya yang maju dan mekar itu.

"Kalau nggak dianterin, bisa-bisa disambar orang, Ron. Repot gue jadinya. Cari yang model begituan sekarang udah sulit. ya nggak?"

"Benar juga, Hir. Istri cantik itu ke mana-mana memang harus dikawal. Bukannya kita nggak percaya atau cemburu sama istri. tapi kita sebagai suami kan wajib menjaga keutuhan istri kita, ya nggak?"

"Iya sih. Memangnya... elu udah punya istri, Ron? Belum kan?!"

"Sekarang sih belum. Tapi sebentar lagi, luh lihat aja... pasti sebentar lagi gue juga bakalan jadi bapak, kayak eluh."

"Baguslah kalau begitu. Gue ikut seneng juga kalau elu segera kawin, jadi elu ada yang ngawasin, Soalnya kalau elu nggak ada yang ngawasin, babu sebelah bisa habis melulu dimakanin elu, Ron."

"Ah, bisa aja luh!" Buron tertawa getir tapi dipaksakan agar tetap ramah dan ceria.

"Yang penting, cari istri itu mesti hati-hati, dan teliti betul Jangan asal "comot. Kayak sepupunya bini gue , akhirnya justru tertimpa bencana,"

"Bencana? Memangnya sepupu istrimu itu kenapa?"

"Maksudnya sih dia mau cari pacar, lewat iklan jodoh di koran, eeh... begitu kenal lewat telepon dua hari, langsung disamperin. Malam-malam diajak ngamar di hotel yang mentereng sonoh. Eehh... nggak tahunya tadi pagi dia ditemuin sama pegawai hotel... udah jadi mayat!"

"Lha, kok jadi mayat?!" Buron terkejut dan terbelalak heran

"Gimana nggak jadi mayat, orang yang dibawa ngamar di hotel mentereng sonoh bukan cewek sembarangan?!"

"Cewek yang dikenal lewat koran itu bukan cewek sembarangan?! Maksudnya... maksudnya cewek apaan. Hi!?" ' '

"Kuntilanak!" jawab Tohir dengan logat Betawi yang kental.

"Ah, yang bener luh. Masa' cewek itu kuntilanak sih?" ' '
Dewi Ular Korban Kutukan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Habis apa dong kalau bukan kuntilanak, sebab sepupunya bini gue itu matinya nggak punya 'anu'...," sambil Tohir menunjuk bagian bawah perutnya.

"Dia punya perabot hilang! Kayak habis dimakan binatang buas! Udah pasti kuntilanak dong yang doyan sate terpedo kayak gitu? Ya. nggak?!"

Buron tidak mengangguk tidak menggeleng. tapi diam tertegun dengan mata tak berkedip memandang hampa. Terbayang apa yang diceritakan Tohir itu merupakan sesuatu yang cukup mengerikan bagi

manusia biasa, tapi baginya cukup mencengangkan. Ia sama sekali belum pernah membayangkan bahwa nama-nama wanita yang dimuat dalam rubrik biro jodoh itu salah satunya adalah nama palsu milik wanita yang sudah lama meninggal, yang menurut Istilah Tohir adalah Kuntilanak.

"Gue rasa sih. Ron...,'-' kata Tohir lagi,

"Yayasan yang pasang iklan itu memang sengaja ngumpulin kuntilanak buat cari rezeki, dan kuntilanak itu selain bisa mendatangkan duit, juga bisa cari makan sendiri. Ya itu tadi... makanin 'perkututnya cowok yang tertarik ama iklan brengsek itu!"

Raut wajah Tohir bisa saja menyangsikan kebenaran ceritanya. Karena hanya kelihatan ngototnya saja. Tapi ketika Buron menanyakan hal itu kepada istrinya Tohir, ternyata jawaban dan keterangan perempuan hitam manis itu sama persis dengan apa yang dikatakan Tohir tadi.

"Makanya saya buru-buru menelepon paman saya yang satunya lagi, biar segera datang dan memeriksanya secara gaib. Paman saya itu 'orang pintar' juga, bisa tahu apakah kematian sepupu saya itu benar-benar karena dimakan kuntilanak atau karena kasus lain...."

Mendengar keterangan itu. Buron jadi bimbang melanjutkan niatnya menghubungi Shayu lewat telepon. Sebab istrinya Tohir pun tadi juga menceritakan, bahwa sepupunya kenal dengan gadis bernama Ravin itu rubrik biro jodoh di koran. entah

koran apa. lalu saling terjadi komunikasi Via telepon tiap malam selama 4 malam, akhirnya sepakat untuk bertemu, lalu dibawa ke hotel dan... habislah riwayat sepupunya istri Tohir itu.

"Jangan-jangan semua perempuan yang kucatat di buku tadi juga roh halus yang dipelihara seseorang untuk tujuan memperkaya diri sendiri, atau untuk tujuan tertentu lainnya?! iih ngeri juga kalau benar ada orang yang buka perusahaan. peternakan kuntilanak!"

Buron bergidik merinding. Naluri manusia jelmaanya bekerja secara refleks. Tapi begitu sadar bahwa dirinya adalah bangsa jin, maka rasa ngeri dan merinding itu lenyap seketika. Kini yang ada di dalam hati Buron justru rasa penasaran dan semakin nekat ingin mengenal Shayu. Dari situ Buron dapat membuktikan apakah Shayu itu jenis kuntilanak rada jinak. atau sama sekali bukan kuntilanak? _ '

"Haruskah kabar ini kusampaikan kepada Kumala dan Sandhi? Bagaimana kalau kutangani sendiri secara diam-diam?!" pikir Buron sebelum mulai menelepon handphone-nya Shayu.

***

KORBAN pembunuhan sadis dan aneh itu memang sepupunya istri Tohir. Pemuda itu masih berusia 25 tahun, masih kuliah di perguruan tinggi swasta. Bidang, nama pemuda itu, tinggal di sebuah rumah kost dekat kampusnya. Ia dikenal sebagai cowok pendiam, cenderung dingin kepada cewek karena sifatnya yang rada pemalu. Teman-teman kost-nya rata-rata sudah punya pacar, baik secara resmi _atau masih samar-samar. Yang jelas, tiap malam Minggu mereka kabur bersama pacarnya masing-masing. Tinggal Bidang sendiri yang tetap di kamarnya. '

Rupanya Bidang merasa tersiksa batinnya menghadapi kenyataan yang ada. Ia dianggap cowok yang kurang PD serta tidak memiliki kemampuan menggaet cewek. Diam-diam Bidang ingin bikin kejutan buat teman-temannya. Ia mencoba menghubungi sebuah yayasan yang memanfaatkan jasa comblang. Wanita yang diinginkan Bidang adalah Triana, guru Taman Kanak-kanak bertubuh ramping, sexy dan berkulit kuning. Usianya memang sudah cukup banyak 34 tahun, dan mengaku berstatus janda dua kali. Dalam "iklan asmaranya

yang dimuat di salah satu surat kabar migguan, Triana merinci data-data pribadinya secara gamblang,

" hidung bangir, alis lebat, mata sedikit lebar membelalak, bibir agak tebal sensual, rambut lurus sepundak, tinggi badan 169 cm, berat 43 km, dan punya tahi lalat di bawah bibir sudut kanan. Ingin segera mendapatkan pasangan hidup yang serius, jujur, setia dan romantis. Pendidikan calon suami serendah-rendahnya SMP, status duda/perjaka, diutamakan yang masih mahasiswa. Suku bebas, agama bebas, tinggi badan 170 cm, tegap, gagah, gemar olah raga, penghasilan tidak diutamakan yang penting menguasai bidang komputer, dan sangat disukai yang punya naluri seni cukup tinggi. Bagi yang berminat, hubungi Yayasan Kurai dengan menyebutkan ' nomor keanggotaan saya: 330XL/Jnd/KUR-99...." '

Membayangkan data-data yang ada, Bidang merasa tertarik. Persyaratan yang menyinggung tentang penguasaan komputer dan status mahasiswa, terasa pas untuk Bidang. 'Hingga tubuh yang diharapkan dan hobby olah raga juga memang sesuai dengan yang ada pada _diri Bidang. Dengan pertimbangan rahasia akan terjamin seandainya gagal mendapatkan Triana, membuat Bidang semakin rapat menghubungi pihak Yayasan Kurai dan menyebutkan nomor keanggotaan wanita yang diinginkan .Tercatat ada tiga orang yang menanyakan Triana pada pihak yayasan & hari yang sama. yaitu hari terbitnya "iklan pribadi" janda berwajah cantik manis itu .Bidang adalah pria pertama yang mendapatkan nomor telepon Triana," yaitu telepon tempat Triana mengajar sebagai guru TK.

Dari telepon itu Bidang mendapatkan nomor HP-nya Triana, yang mengaku selain menyalurkan hobby sebagai guru TK juga sebagai sales promotion di perusahaan distributor berbagai merek dan jenis komputer. Bidang sendiri juga mempunyai HP yang jarang-jarang digunakan demi mengirit pulsa. Dan fasilitas inilah yang membuat mereka menjadi sering berkomunikasi dan cepat akrab. Triana lebih sering mnghubungi HP-nya Bidang pada malam menjelang tidur, karena Seluruh rekening HP-nya pada sales promotion memakan tanggung jawab pihak perusahaan..

Kasak-kusuk pribadi dan sangat privacy itulah yang membuat Bidang timbul rasa percaya dirinya. Triana pandai meyakinkan Bidang bahwa pertemuan mereka tidak akan mengecewakan kedua belah pihak.

"Kalau dipikir-pikir, sebenarnya justru akulah yang minder, karena statusku itu. Aku seorang janda dua kali, dan kau masih perjaka yang belum mengenal sentuhan wanita mana pun. Tapi toh aku nggak hanyut dalam kepesimisan jiwa, Bidang. Aku

tetap yakin bahwa kau akan suka padaku dan nggak akan kecewa padaku, karena kau'membutuhkan aku dan aku membutuhkanmu. Maka jalan satu-satunya untuk merealisir keindahan serta kebahagiaan kita bersama harus melalui tatap-muka. Kita harus bertemu, bang."

"Okey. lalu... di mana kita akan bertemu? Aku belum pernah janjian dengan wanita mana pun. Berani sumpah tujuh turunan deh!"

"Hmmm, gini aja kita bertemu besok sore sekitar pukul lima di Bensons Cafe. yang ada di lantai dua Pioner Hotel. Kau tahu Pioner Hotel,

"

"Ya, aku tahu, tapi ."

"Kau hanya datang saja. Datang dan temui aku di cafe itu. Nggak perlu mikir apa-apa lagi. _Semua tanggunganku "

Triana sengaja berdiplomasi begitu untuk memberi tanda agar Bidang tidak berpikir tentang biaya ini-itu selama dalam pertemuan nanti. Secara tak langsung Triana menunjukkan kebonafitasannya dalam segi finansial. Maka esok sorenya Bidang benar-benar datang ke Pioner Hotel mengenakan warna baju dan celana sesuai dengan yang disebutkan dalam teleponnya semalam. Triana pun mengenakan ciri-ciri pakaian yang sudah disepakati pada malam sebelumnya, sehingga masing-masing merasa tidak kesulitan mengenali teman kencannya.

"Aku tahu kamu merasa gugup sekali dan sedang mencoba mengatasi kegugupanmu, tapi.. kalau kau izinkan. aku akan membantu menenangkan kegugupanmu itu dengan caraku sendiri," kata Triana yang kelihatan sekali sudah Sangat matang dalam berhadapan dengan lawan jenisnya. Ia tampak tenang dan punya daya pikat lewat senyum berahi lalat kecil itu. serta tatapan matanya yang menggetarkan jiwa Bidang.

Dengan tersipu malu Bidang berkata,

"Memang aku gugup. karena baru sekarang berada dalam suasana seperti ini. Tapi apakah kamu yakin akan bisa menenangkan kegugupanku ini dengan caramu sendiri?"

"Aku yakin!" tegas Triana.

"Dengan terapi yang bagaimana maksudmu?"

"Bicara tidak di depan umum merupakan terapi awal mengatasi kegugupan seseorang. Bicara di ruang tertutup. misalnya dalam kamar akan mudah bagimu untuk mengendalikan emosi dan memenangkan jiwa. Kalau sudah begitu, secara otomatis kamu akan bisa mengatasi kegugupanmu sendiri"

"Baru kudengar teori itu," kata Bidang setelah diam dalam_kekakuan selama tiga helaan napas

"Kau baru mendengar, bukan? Kurasa kau perlu membuktikan kebenarannya."

"Jadi"?

"Tunggu di Sini sebentar. Aku mau booking

kamar di lantai atas. kita akan buktikan terapi kejiwaanku tadi benar atau salah...."

Sementara wanita berpinggul sexy dan berpinggang ramping itu menghubungi pihak resepsionis hotel, Bidang sempat berdebar-debar sambil bertanya dalam hatinya, apa yang harus ia lakukan saat itu? Tapi jawaban yang diharapkan tak pernah muncul dalam benaknya. Seolah-olah syaraf otaknya lumpuh karena getaran hati yang semakin mendebarkan hati.

Bahkan ketika handphone-nya berdering, ia hampir saja berteriak kaget dan melonjak. Untung buru-buru sadar dan bisa menguasai diri. Ia pun menyapa si penelepon dengan suara parau.

"Hallo, siapa ini?"

"Aku, Dang! Ponno."

"00, Ponno ada apa, Pon?" Bidang agak lega karena mendengar suara Ponno, saudara misannya yang juga kuliah di Jakarta, tapi tempat kostnya berbeda jauh dari tempat kost Bidang.

"Oom Herman malam ini mau ketemu kamu, Dang. Mau bicarakan tentang BMW-nya temanmu yang mau dijual itu.."

"Aduh. jangan sekarang deh. Besok malam'aja. Aku lagi... anu... lagi ada kesibukan kecil-kecilan nih."

"Kamu ada di mana sih?" , .

"Di Pioner Hatel eeh... maksudku. di Bensons

Cafe yang ada di lantai dua Pioner Hotel." _"

"Ngapain luh ada di sana? Tumben amat?!" ' Karena merasa 'seperti didesak dan masih

diliputi perasaan gugupnya, Bidang pun menjelaskan tentang perkenalannya dengan Triana sampai

akhirnya mereka mengadakan pertemuan di cafe tersebut. Ponno tertawa geli, karena tindakan itu terasa sangat janggal dan lucu jika dilakukan oleh seorang pemalu seperti Bidang. Tapi pada akhirnya

Ponno justru memberi semangat pada Bidang agar

mental saudara misannya itu tidak menjadi kendor

dan tetap bersemangat sebagaimana mestinya.

"Sudah waktunya kamu mengenal seluk-beluk perempuan, Dang. Nggak usah minder, nggak usah keki, toh yang "mentraktir bukan kamu, melainkan dia. Toh yang mengajak dan menentukan tempat

bertemu adalah Triana sendiri, bukan kamu. Jadi

kalau ada apa-apa kamu nggak salah, Dang" '

"iya, tapi... tapi aku bingung harus berbuat apa,

Pon?" . . .

"Prinsipnya'begini,lakukan apa yang menurutmu nggak bisa kamu lakukan. Kerjakan apa 'yang

menurutmu janggal dan belum pernah kamu kerjakan. Nah, dengan begitu kamu akan punya pengalaman berharga tentang komunikasi timbal balik antara pria dan wanita."

"Kalau aku pulang saja bagaimana, Pon?"

"0, jangan. Nggak gentle dong kamu?! Nggak

jantan kesannya. Malah kayak kampungan! belum kamu dapat kecaman yang memalukan. kamu juga akan kehilangan kesempatan memperoleh pengalaman berharga yang perlu kau catat dalam buku sejarah hidupmu. Dan."

Tepat percakapan dengan Ponno itu selesai. Triana sudah muncul dari balik pintu lift yang letaknya berhadapan lurus dengan tempat duduknya Bidang. Napas pun ditarik berkali-kali untuk membuat debar-debar dalam dadanya menjadi berkurang ia ingin bersikap tenang begitu Triana berada di depannya.. di tempat duduk semula. Ternyata usaha itu cukup lumayan bisa sedikit mengurangi kegugupan dan kegundahannya.

"Bagaimana?" Bidang memberanikan diri bersuara lebih dulu.

"Beres. Mau pindah ke lantai lima sekarang

juga?"

"Nanti sajalah..." jawab Bidang lirih sekali, kentara dalam keraguraguan. Triana'menangkap keragu-raguan itu akan semakin membuat Bidang bertambah salah tingkah. Maka untuk mengatasi supaya kondisi Bidang tidak semakin parah, Triana bergegas memanggil pelayan cafe, lalu 'melunasi semua bill makan-minumnya.

"Kita naik sekarang aja, yuk?!" sambil Triana berdiri lebih dulu. Mau tak mau Bidang pun segera bangkit mengikutinya. Mereka naik ke lantai lima.

Pintu kamar bernomor 319 dibuka oleh Triana. Rupanya seorang roomboy sudah diperintahkan mempersiapkan kamar itu dan meninggalkan kuncinya di pintu, bagian dalam. Triana juga sudah memesan beberapa minuman softdrink dan makanan kecil yang tampak sudah disediakan di meja depan sofa panjang. Bidang semakin kikuk setelah berada di kamar itu dalam keadaan pintu tertutup dan terkunci. Wajahnya kelihatan semakin pucat dengan senyum hambarnya.

"Di kampusmu ada dosen perempuan yang bernama Bu Andes?" hanya Triana. sengaja mengalihkan suasana agar mengurangi beban kejiwaan Bidang.

"Bu Andes?!" Bidang berkerut dahi.

"Mata kuliah yang dipegang?" .

"Informatika dan Teknik Komunikasi."

"Kayaknya nggak ada deh. Mungkin dia dosen STIE, kampusnya memang berseberangan dengan kampusku."

"Ooo, ya mungkin saja...." sambil Triana membuka' kaleng softdrink. Dalam hatinya ia tertawa karena memang tidak ada yang bernama Bu Andes. Ia hanya menggiring konsentrasi Bidang agar tidak menjurus ke hal-hal yang membuatnya malu dan gugup. Triana juga membicarakan tentang bisnis komputerhya dan berbagai macam informasi mutakhir tentang perkembangan teknik komputer yang diperolehnya dari kantor. Agakya Bidang mudah

hanyut dengan percakapan ilmiah itu, karena memang sesuai dengan disiplin ilmunya.

Ternyata percakapan itu memang bisa melunakkan ketegangan Bidang, mampu membuat kegugupannya berkurang drastis, dan sikapnya menjadi seperti berhadapan dengan teman kuliah sendiri. Bidang justru terkagum-kagum terhadap informasi yang dimiliki Triana tentang dunia internet dan beberapa kemajuan teknologi yang belum pernah didengar Bidang sebelumnya. Itulah keunggulan Triana, mampu mempengaruhi pikiran seseorang ke persoalan lain yang tidak akan mengganggu kestabilan jiwanya. Triana juga punya ilmu menghanyutkan pikiran seseorang terhadap apa yang dibicarakan, sehingga orang tersebut terkagum-kagum kepadanya. Bidang menjadi tidak merasa malu atau minder lagi, tapi merasa beruntung sekali bisa menyerap _informasi yang akan dibanggakan di depan teman-teman kampusnya nanti.

Triana berhasil membuat pikiran dan batin Bidang menjadi rileks. Seolah-olah Bidang dibuat lupa terhadap penyakit nervous-nya jika berhadapan dengan wanita yang sesuai dengan selera hatinya. Tawa dan canda yang dilontarkan Triana membuat jiwa Bidang seakan menyatu dalam suasana berduaan itu, bahkan seolah-olah jiwa Bidang cepat beradaptasi dengan suasana sepi yang berbau

romantis itu.

Perawakan yang tinggi, tegap dan gagah dengan ketampanan yang memancarkan kejantanan pribadi itu sebenarnya sudah sejak tadi mengusik ketenangan hati Triana. Sejak tadi Triana merasakan debar-debar keindahan karena khayalannya menyatu dengan hasrat bercintanya. Pria seperti Bidang itulah yang sesuai dengan selera si janda tanpa anak tersebut. Tapi rupanya sejak tadi ia tidak ingin bertindak gegabah yang dapat menghancurkan harapan hatinya, sehingga ia selalu mengendalikan gairahnya serta memupuk kesabarannya untuk membimbing pemuda berkulit putih itu agar menyatu dengan suasana hatinya, yaitu suasana romantis, suasana yang bernuansa kemesraan .

Triana juga tanpa segan-segan mengeluarkan sebungkus rokok dari tas kerja kecilnya dan tadi disilangkan talinya di dada. Tas hitam berlogo Nina Ricci itu sejak masuk ke kamar tersebut memang diletakkan di meja kecil samping ranjang, dekat telepon._ Sedangkan jas' kerjanya digantungkan di tempat gantungan pakaian dekat meja tersebut. Triana hanya mengenakan blus ketat tanpa lengan dengan belahan leher rendah dan lebar. sehingga kemontokan dadanya tampak menonjol penuh tantangan.

Perempuan-itu tahu apa yang membuat Bidang semakin gugup tadi salah satunya adalah godaan kedua bukit mulusnya itu. Tapi karena nuansa dan alam pikiran Bidang sudah dialihkan ke masalah disiplin ilmu yang digeluti sampai sekarang ini, maka penonjolan belahan dada yang membukit itu tidak lagi menjadi penyebab kekakuan dan kegugupan Bidang. Bahkan sekarang posisi Triana berada dalam satu sofa panjang dengan Bidang, saling berhadapan. dalam jarak sekitar satu jangkawan, tapi toh pemuda itu tetap tenang dan tidak serba salah atau berkata gugup.

Dengan senyum kalem Bidang mengimbangi percakapan Triana. Tanpa sadar alam pikirannya digiring kembali oleh Triana ke bayang-bayang kemesraan. Toh pemuda itu memberi respon dan cukup antusias dalam menanggapinya.

"Itulah sebabnya, dalam rubrik biro jodoh itu kutambahkan kata-kata "jujur, setia dan romantis". Sebab kalau nggak_pakai syarat itu. aku takut akan dapat suami yang menyebalkan lagi, seperti kedua suamiku yang sudah-sudah itu."

"Memangnya apa yang membuat suamimu menyebalkan ini?"

"Yaah, gimana ya ? Pokoknya. nggak romantis deh. Itu yang paling utama. Nggak romantis. Suami yang kedua malah nggak jujur. Padahal kalau dia nggak jujur tapi bisa romantis, aku nggak begitu mempersalahkan deh. Sebab, kaum wanita sendiri kadang-kadang juga bertindak nggak jujur di belakang suaminya, kan?"

"Jadi, yang paling pokok adalah keromantisan

bagimu?"

"iya. Karena aku penggemar Seni bercinta. Nah, oleh sebab itu aku juga menuliskan syarat: "sangat disukai yang punya naluri seni cukup tinggi. Sebab kalau nggak punya naluri seni... kaku!" sambil Triana mencibir seperti merasa jijik dengan kekakuan bercinta. Bidang justru tertawa geli, tapi pelan. Seperti orang menggumam. Baginya persoalan itu adalah persoalan yang baru kali ini dijadikan topik pembicaraan. Ia jadi semakin ingin tahu tentang pribadi dan rahasia karakter Triana. Ia juga menjadi ingat kata kata Ponno tadi.

"Lakukan apa yang menurutmu nggak bisa kamu lakukan. Kerjakan apa yang menurutmu janggal dan belum pernah kamu kerjakan. Dengan begitu kamu akan mempunyai pengalaman berharga...."

Dalam hati Bidang pun mengakui dan setuju dengan prinsip yang disarankan Ponno itu. Ia bertekad melakukan saran saudara misan itu.

"Mungkin baru sekarang kau tahu kalau aku adalah penggemar seni bercinta, ya?" '

Bidang tersenyum rasa kikuk.

"Aku justru nggak ngerti apa itu yang dimaksud seni bercinta??

"Begini..'.," Triana bergeser maju, makin dekat lagi dengan Bidang, lalu suaranya dipelankan agar seperti orang berbisik dalam menjelaskan sesuatu yang berkesan rahasia pribadi itu.

"Bercinta sama dengan bercumbu. sama juga

dengan bercengkerama, atau bermesraan. orientasi dari aktivitas itu adalah pemenuhan kebutuhan sex. Dalam bercinta, kalau nggak ada variasinya, nggak ada seninya, dan kurang menarik? Kurang membangkitkan gairah. Bayangkan saja, dulu suamiku kalau bercinta pasti to the point, Cepat kerjanya. cepat selesainya, cepat pula mendengkurnya. Memuakkan toh ini? Di mana aku bisa memperoleh kepuasan bercinta kalau begitu caranya?"

"Bukankah... hmmm, bukankah..," Bidang memaksakan diri untuk mengutarakan pendapatnya walau terasa janggal bagi pribadinya.

"Bukankah... kepuasan bercinta terletak pada klimaks kemesraan kedua belah pihak? Aku pernah membaca sebuah buku yang mengatakan demikian." '

"Itu kan teori kuno. itu pengertian-pengertian yang timbul pada masa seni bercinta dianggap masih tabu. Sekarang kan nggak gitu. Sekarang siapa saja boleh menikmati seni bercinta. Bercinta itu adalah' seni. Bukan semata-mata tuntutan batin saja."

"Lalu. yang kau maksud seni bercinta itu yang bagaimana?" tanya Bidang dengan wajah serius. lugu, benar-benar ingin tahu .Jantungnya memang berdebar-debar, tapi tidak membuatnya nervous.

"Seni bercinta itu. yaahhh... misalnya dengan banyak melakukan atau memberikan sentuhan

mesra, Ciuman hangat yang tidak hanya di pipi, tapi juga di bibir, di leher. di dada, bahkan akan lebih indah lagi jika ciuman dan kecupan itu dilakukan juga dengan lidah ke sekujur tubuh pasangan kita...." .

"Seperti... seperti induk kucing memandikan anaknya?"

"Iya. Itu yang paling indah dalam seni bercinta. sebelum kita memasuki alam kenikmaian yang sebenarnya. Dengan memberi sentuhan semacam itu, jiwa kita dibuat penasaran dan gemas dengan sendirinya. Maka ketika hasrat yang sudah berkobarkobar itu dilampiaskan dengan kehangatan yang sebenarnya, oooohhh... indah sekali, Dang. Benar benar indah sekali." suara Triana semakin membisik dan berbunga-bunga. Pandangan matanya pun menjadi sayu dengan senyum menggetarkan hati Bidang. dan napasnya mulai tampak tersendat sendat.

Bidang coba-coba tetap bertahan dengan sikap tenangnya.

"Apalagi kalau pelayaran cinta itu dapat berlangsung lama dan bisa membuatku melambung ke puncak' kemesraan berkali-kali. oohhh... itu baru dahsyat namanya. Itu baru lelaki hebat sesuai idamanku"

Triana tertawa parau agak malu-malu. Tapi tangannya yang berlagak menapak gemas di paha Bidang ternyata tak mau menyingkir lagi. Tangan

itu mengusap pelan paha Bidang. mata itu memandang sayu penuh tantangan bercumbu. Bidang terpaku karena mempertahankan konsentrasi ketenangannya. walau sebenarnya dada Bidang bergemuruh hebat menahan gejolak yang ingin meledak akibat hanyut dalam bayangan kata-kata Triana.

"Aku sangat benci dengan lelaki 'pengecut', seperti kedua suamiku yang dulu. Lelaki 'pengecut' itu maksudnya, lelaki yang belum apa-apa sudah melambung ke puncak sendirian. Malah kadang kadang ada yang lebih parah lagi"

"Parah yang bagaimana?" suara Bidang pelan karena bergetar.

"Ibarat tamu, belum sempat dipersilakan masuk oleh tuan rumahnya sudah pamit pulang dan nggak sanggup lagi disuruh datang bertamu!" kata Triana dengan nada sinis.

"Kamu tahu makSudnya kan?"

Bidang mengangguk walau sebenarnya ia tidak mengerti maksud perumpamaan itu. Otaknya semakin malas memikirkan makna perumpamaan tersebut, karena tangan lentik Triana sudah bukan lagi mengusap paha Bidang saja, tapi juga sudah menyentuh tempat rawan yang membuat Bidang jadi panas dingin.

"Tapi aku yakin kamu 'pasti tamu yang baik. iya kan?"

Bidang mengangguk lagi, tak paham maksudnya. Tapi senyum dan lirikan mata Triana semakin

mendesak gairahnya untuk segera meledak dalam keindahan asmara. Maka ketika Triana semakin berani lebih mendekat lagi hingga napasnya terasa menghangat di permukaan wajah Bidang, pemuda itu membiarkannya dan berusaha untuk menghadapi tantangan seperti itu.

"Kalau kau memang belum tahu seni bercinta, aku bisa memaklumi. Asal kamu ku-training beberapa kali. Kujamin kau pasti bisa mempunyai seni bercinta yang paling tinggi, seperti yang diajarkan dalam aliran Kamasutra."

"Apa itu aliran Kamasutra?"

"Pelajaran bercinta dengan beberapa jurus maut yang dapat _melenakan sukma kita berdua." sambil tangan Triana menyelusup dan meraba lembut permukaan dada pemuda itu. Sentuhan tangan halus itu kian membuat Bidang gemetar karena didesak oleh naluri bercumbunya.

"Kamu mau kupandu mengikuti aliran Kamasutra?" bisik Triana. '

Bidang yang suaranya terbungkam napas sesak itu hanya mengangguk. '

"Pertama-tama yang mudah saja...," Triana meraih tangan Bidang yang dingin dari berkeringat itu.

" berikan sentuhan hangat di dadaku ini," sambil Tnana meletakkan tangan itu ke dadanya. Bidang menggerakkan tangan itu dengan terpatah patah. kentara sekali kalau masih hijau dalam perkara cumbuan.

"Lebih ke dalam lagi," desah Triana sambil memejamkan mata samar-samar. Bidang pun menyelusupkan tangannya lebih ke dalam. Ia merasakan sebentuk kehangatan yang penuh tantangan. Bibir Triana terbuka. merekah ranum.

"Kecup bibirku pelan-pelan...." Bidang melakukan' instruksi itu dengan napas mulai memburu .

Gelombang gairah Triana telah menguasai jiwa Bidang. Pemuda itu patuh dengan perintah dan saran Triana. Ia tak sadar dirinya telah dijadikan seperti budak gairah janda bertubuh mulus itu. Kebodohan dan kepolosan sikap Bidang ternyata sangat disukai oleh Triana, sehingga naluri bercumbunya semakin tinggi dan semakin mengharap kepuasan yang hakiki.

Adegan selanjutnya sudah dapat dikerjakan Bidang sendiri, sudah tahu apa yang harus diperbuat jika Triana 'sudah membuka pintu asmaranya.

Triana mendesah jengkel dan sangat kecewa sekali. ia ditinggalkan Bidang yang menuju puncak sendirian.

Sakit hati Triana menerima kenyataan itu .Lebih menyakitkan hati lagi setelah ternyata ia ditinggal tidur Bidang yang tampak sama sekali tidak mau tahu lagi tuntutan batin Triana.

"Percuma badan gagah, tegap, muka tampan.

tapi ternyata kemampuanmu sama seperti kedua suamiku yang dulu! Uuuh, brengsek! Memuakkan sekali kamu. Bidang!" '

Bidang sempat mendengar samar-samar makian itu, tapi untuk selanjutnya ia tidak bisa mendengar lagi, karena Ia telah tertidur nyenyak. Bahkan ia tak sempat menutupi tubuhnya dengan selembar kain pun. Ia benar-benar tak peduli dengan perasaan Triana.

"Setan kamu!" sentak Triana di puncak kemarahannya.

"Aku nggak mau kenal kamu lagi. Aku nggak mau tahu tentang kamu lagi! Masa bodoh dengan dirimu, Pengecut!!" geram Triana dengan mata membelalak sadis dan tangan gemetar karena amukan amarah dalam jiwanya

Triana benar-benar tidak mau tahu lagi tentang Bidang. Tapi esok paginya petugas hotel menemukan Bidang telah terkapar tak bernyawa dengan kaku, pucat membiru, Triana "sendiri juga pergi entah ke mana. '

Dugaan team medis sementara itu adalah kematian tak wajar. Ada larutan racun di sekujur darah Bidang, ada luka seperti gigitan atau potongan tak rapi di sekitar _tempat hilangnya 'sang pusaka'. Dan ada bau wewangian perempuan yang sangat tajam dan dapat membangkitkan-gairah cinta seorang .

Pintu kamar tetap terkunci rapat. Entah ke mana kuncinya. Yang jelas pintu itu bisa dibuka

oleh petugas hotel menggunakan kunci duplikat, setelah beberapa roomboy yang lewat di depan kamar 319 menaruh curiga atas timbulnya bau amis darah dari kamar tersebut. Maka berita kematian itu segera tersebar ke mana-mana, identitas korban mudah diketahui. Ponno segera menjelaskan penuturan Bidang meialui telepon pada kemarin petangnya. ' .

Nama seorang wanita tercatat besar-besar dalam berkas acara di kantor polisi Triana, 'itulah nama yang sedang' menjadi buronan pihak yang berwajib. Namun ternyata tidak seorang pun mengetahui di mana tempat tinggal Triana. Sebab alamat yang diberikan kepada Yayasan Kurai dan alamat yang tercatat dalam file di kantornya, ternyata alamat palsu. Triana tidak ada di alamat tersebut. '

Semakin kuatlah dugaan setiap orang, bahwa Bidang tewas karena 'sang tamu' dimakan oleh roh perempuan jelmaan yang sesungguhnya adalah kuntilanak. Berita kematian misterius yang membuat bulu kuduk tiap orang menjadi merinding itu sampai di telinga Dewi Ular. Kini tugas Dewi Ular adalah menentukan, siapa pelakunya dan di mana persembunyiannya? Apakah Triana itu roh halus atau manusia yang punya ilmu siluman yang bisa menghilang dari kamar itu? '

***

SELAIN dilakukan otopsi medis terhadap jenazah Bidang, pihak keluarga Bidang sendiri setuju jika jenazah itu diotopsi' juga secara magic. Dewi Ular hadir di kamar mayat, didampingi oleh Niko Madawi yang ingin merekam keadaan jenazah Bidang dengan menggunakan kamera video.

Kasus kematian itu akan dijadikan materi utama dalam tayangan acara Lorong Gaib di INTV, karena acara tersebut menyajikan peristiwa-peristiwa gaib yang sangat misterius dan sampai saat ini mendapat rating tertinggi di antara program tayangan nonsinetron seluruh station teve yang ada. Itulah sebabnya Dewi Ular tidak keberatan jika Niko minta ditunggu kedatangannya untuk kemudian berangkat bersama ke kamar mayat tersebut.

Selain Niko si reporter Lorong Gaib yang wajahnya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat pemirsa. Sandhi juga ikut mendampingi Kumala Dewi, karena memang dialah yang mengemudikan sedan BMW kuning menyala itu. Namun agaknya Sandhi enggan ikut masuk ke dalam kamar mayat. karena bau busuk mulai memualkan perut dari jenazah Bidang yang diinapkan semalam itu. Hadir pula di

situ seorang polwan cantik yang memang betugas di bagian kriminal, yaitu Peltu Mer-ina Swastika yang akrab dipanggil Mbak Mer.

Istrinya Tohir juga datang bersama pihak keluarga Bidang lainnya. termasuk Ponno dan seorang pria gemuk dan pendek yang dipanggilnya: Paman Goz. Nama aslinya Gozali. Paman Goz itulah yang dikatakan istrinya Tohir sebagai 'orang pintar-' yang dapat melihat roh halus. Dilihat dari penampilannya yang berkumis lebat dan bermata' bundar besar dengan peci hitam di kepalanya. Paman Goz memang tampak seperti dukun berwajah menyeramkan. Gelang bahar besar di tangan kanannya, serta tiga batu cincin besar di tangan kiri dan kanan semakin memperkuat kesan bahwa Paman Goz sangat bangga dengan sebutannya 'orang pintar" itu.

Sandhi sedikit berkerut dahi tanda tak suka sewaktu melihat Paman Goz itu masuk ke kamar mayat. Pandangan matanya yang tajam dan kurang bersahabat menampakkan betul kesan sombongnya. Bahkan ketika ia masuk bersama sanak saudara lainnya. suara lantangnya langsung terdengar bagaikan ingin mengejutkan mayat yang sedang enak-enak mati di situ.

"Lho, apa-apaan ini?! Kenapa ada pihak luar yang ikut mengerumuni jenazah keponakan saya?!"

Tentu saja semua mata tertuju padanya. Seorang sersan polisi yang menjadi anak buah Mbak

Mer segera mendekati Paman Goz. Belum sempat polisi itu bicara, suara Paman Goz sudah terdengar lagi dengan lantang.

"Pak Polisi, bagaimana ini? Kok ada pihak lain yang ikut mengerumuni jenazah keponakan saya tanpa seizin pihak keluarga kami? Mau diapakan jenasah Bidang sebenarnya, ' Pak Polisi?"

"Hmmm, begini ." .

"Saya pamannya almarhum lho. Saya nggak setuju kalau keponakan saya dijadikan kelinci percobaan!"

"Bukan kelinci percobaan, Pak. Mereka dari pihak kami juga. Yang itu Non Kumala, konsultan kriminal lami, dan yang itu Bung Niko Madawi dari reporter INTV yang akan...." .

"Tapi saya tidak setuju kalau begini caranya!". sahut Paman Goz dengan sinis sekali.

"Saya mohon yang bukan famili kami sebaiknya keluar dari kamar mayat ini deh."

"Non Kumala akan memeriksa apakah ada unsur' mistik dalam kasus pembunuhan saudara Bidang ini. maka...."

"Lha, memangnya saya nggak bisa meneropong dari dimensi supranatural? Justru saya kemari mau memeriksa jenazah keponakan saya dari sisi supranafural. Nggak perlu pakai orang lain. Buat apa pakai memanggil dukun lain kalau saya sendiri bisa".

"Konyol juga orang ini?!" geram Niko pelan. Kumala memberi isyarat agar Niko jangan ikut bicara. Bahkan dengan anggukan tipis Kumala memberi isyarat kepada Mbak Mer agar mereka meninggalkan kamar mayat. Agaknya Mbak Mer paham betul mengapa Kumala mengambil kebijakan seperti itu, sehingga ia pun membawa keluar semua orang yang bukan familinya korban.

Sandhi kelihatan paling kesal dengan Paman Goz. Ia sempat berkata kepada Kumala Dewi dengan suara berbisik geram.

"izinkan aku menegur orang ini, biar dia sedikit tahu cara menghargai perasaan orang lain. Izinkan kali ini saja!"

"Jangan!" sambil Kumala melangkah menuju bangku panjang berjarak 20 meter dari pintu kamar mayat .sandhi masih mengikuti majikan cantiknya itu .Langkahnya ikut-ikutan cepat.

"Kalau dia nggak kita tegur, siapa lagi yang akan berani menegurnya, Mala! Izinkan saja aku menegurnya satu kali saja!" . .

"Kita bukan orang kampung, Sandhi!" tegas Kumala. Sandhi memperlambat langkahnya sambil menghembuskan napas. Jika majikan cantiknya sudah berkata begitu, berarti Sandhi harus memahami apa maksud 'pencegahan'tersebut. Padahal orang yang paling tersinggung mendengar kata kata Paman Goa tadi adalah Sandhi. sebab ia paling tidak rela jika Kumala disinggung perasaannya oleh siapa pun.

"Rasa-rasanya aku ingin menghajar mulut orang itu!" geramnya kepada Niko, sewaktu Niko menurunkan kamera dan menyerahkannya kepada seorang anak buahnya yang datang menyusul beberapa waktu yang lalu .

"Sudahlah,_ jangan diperuncing. Nanti malah kamu yang kena marahnya Dewi," Niko menepuknepuk pundak Sandhi. Meredakan emosi pemuda itu.

Kumala sedang bicara dengan Mbak Mer. Niko mendekat tapi hanya sebagai pendengar saja. Mbak Mer sendiri kelihatan jengkel terhadap sikap Paman Goz, tapi sebagai Polwan ia bisa menahan diri dan tetap tenang. Justru ia menganjurkan Kumala untuk melupakan kata-kata Paman Goz tadi.

"Buatku itu nggak masalah," kata Kumala.

"Yang kupermasalahkan adalah gumpalan uap racun yang memenuhi seluruh pernapasan korban.

"

"Seberapa ganas racun itu?!" _

"Mematikan dalam waktu kurang dari satu menit. Meracuni seluruh sel darah merah korban "
Dewi Ular Korban Kutukan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi maksudmu... korban meninggal lebih dulu, setelah itu baru kehilangan bagian bawahnya." . '

"Tepat. Dan sepertinya...

Kata-kata tersebut belum selesai. dan terpaksa

berhenti karena Paman Goz keluar dan kamar mayat dengan Ponno dan istrinya Tohir. Ponno mengusap air mata. demikian pula istrinya Tohir. Paman Goz cuma kelihatan merah matanya menahan kesedihan. Ia berjalan mendekati Mbak Mer dengan sikap Sok wibawanya. Sandhi memandang dengan picingan mata kebencian. '

"Maaf, saya tadi memang agak emosi karena sangat sedih mendapat kabar tentang kematian Bidang, keponakan saya itu. Saya mohon Bu Polisi tidak marah dan bisa memaklumi keadaan saya."

"Kami memahami lebih banyak dari yang Bapak harapkan," sambil Mbak Mer menyunggingkan senyum ramah yang dipaksakan.

"Syukurlah kalau begitu, Dan oh, ya.... Ibu Polisi tidak perlu susah-susah mencari pelakunya. Saya sudah tahu kok. Pelakunya nggak akan bisa tertangkap oleh siapa pun. Nggak ada yang mampu menangkapnya. Tapi bagaimanapun juga saya tetap akan berusaha menangkapnya, cuma... nggak bisa saya serahkan kepada pihak yahg berwajib "

"Kenapa begitu?" pancing Mbak Mer.

"Karena pelakunya bukan manusia. Bidang, keponakan saya itu, tewas dimakan kuntilanak"

"Bapak yakin begitu?! " sahut Niko. Paman Goz Memandang Niko. :

"Ya, memang begitu kenyataannya. Dik. Bekas luka di bagian anunya itu adalah bekas luka gigitan.

Hanya Kuntilanaklah yang meninggalkan bekas luka gigitan seperti itu. Saya tahu persis. Dik"

"Bapak juga yakin akan bisa menangkap kuntilanak itu. ya?"

"0, iya! Pasti bisa. Itu kan pekerjaan saya sehari-hari, Dik! " kata Paman Goz semakin tampak jumawa sekali. ia pun bicara lagi kepada Mbak Mer.

"Jadi, saya rasa ibu Polisi dan anak buahnya nggak perlu repot-repot mengejar pelakunya. Serahkan pada saya untuk urusan yang satu ini!" Paman Goz menepuk dadanya pelan.

"Beri saya waktu tiga hari, pasti akan berhasil menangkap si kuntiianak jalang itu! '-' sambungnya makin angkuh.

"Saya akan balas dendam kepada kuntilanak itu dengan cara saya sendiri. Dan... saya rasa begitu saja, ibu Polisi. Saya pamit dulu. Biar nanti bocah-bocah saya yang mengurus jenazah Bidang sampai ke pemakaman."

Kepergian Paman Goz diiringi pandangan mata sinis oleh mereka. Hanya Kumala Dewi yang kelihatan lebih tenang, tersenyum tipis dengan kedua tangan bersidekap di dada. Tadinya, si sopir pribadi itu ingin menyusul Paman Goz dengan penuh emosi. Tapi baru saja Sandhi bergerak, Kumala buruburu melemparkan pandangan matanya yang cukup tajam, pertanda larangan bagi Sandhi untuk berbuat kasar kepada Paman Goz. Sandhi tak berani melanjutkan niatnya, walau akhirnya ia hanya menghembuskan napas panjang dengan hati tetap

mendongkol.

"Benarkah pelakunya adalah kuntilanak?" tanya Mbak Mer kepada Dewi Ular. Yang ditanya justru ganti bertanya. '

"Sejauh mana Mbak Mer mempercayai katakata orang itu tadi?"

Mbak Mer menggeleng.

"Tidak satu pun katakatanya yang membuatku percaya. Tapi aku nggak ngerti, bagaimana kesimpulan yang sebenarnya dari kasus ini?" . .

Senyum lembut Kumala semakin lebar. Masing-masing orang menerka-nerka sendiri, apa makna senyuman lembut itu. Senyuman tersebut justru terkesan misterius bagi mereka, sama misteriusnya dengan kamatian mahasiswa tampan itu.

***

Sore itu Kumala Dewi pulang lebih awal. Ia dan Sandhi tiba di rumah ketika Buron sudah mulai bersiap-siap untuk melakukan suatu perjalanan di masa pubernya. Pakaiannya lebih rapi dari hari-hari biasanya, baru parfum pun sedikit mengganggu pernapasan setiap orang yang dekat dengannya.

"Mau ke mana kamu, Ron?" tanya Kumala.

"Ada. urusan bisnis kecil-kecilan."

Kumala Dewi tersenyum kalem. Rupanya teropong gaibnya sudah langsung mengetahui jalan

pikiran Buron. Maka gadis cariik itu berkata pelan.

"Jangan terlalu hanyut kau."

"Hanyut? Memangnya aku mau nonton banjir. kok hanyut?!" gerutu Buron sambil bersungut-sungut. Hatinya sedikit malu karena ia yakin bahwa Kumala pasti sudah mengetahui ke mana arah tujuannya. '

Dalam sekejap saja Buron sudah berada di sebuah mega toserba. Ia muncul di sana secara gaib. tepat di jalanan menuju toilet. Tapi tiba-tiba terdengar suara seorang gadis menyapanya dari belakang .

"Hei, Buron...! Duh, sombongnya kamu, Ron!"

Buron langsung nyengir sambil berpaling menatap gadis yang menyapanya dengan suara ramah. Gadis itu berparas cantik dengan bibir sensual menantang, dan mata membelalak indah berbulu lentik ia mempunyai hidung yang mancung! serasi dengan bentuk face-nya yang semi oval.

Gadis yang bertubuh sexy dengan dada mountok padat berisi itu tak lain adalah si bintang sinetron yang pernah diselamatkan kecantikannya oleh Kumala Dewi, sehingga sampai sekarang masih tetap secantik seorang ratu. Marcella. namanya. Ratu Fiedra, titisannya, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "BAYANGAN BERDARAH"). Buron tak pernah lupa dengan kecantikan artis yang kini semakin ngetop itu, karena dulu ia sempat menyimpan rasa kagum dalam hatinya tethadap Marcella

"Bagaimana kabarnya Kumala?" seraya Marcella melepaskan jabat tangannya yang masih digenggam Buron itu. Akhirnya karena dilirik teman gadisnya Marcella, Buron pun melepas jabat tangannya itu.

"Kumala sedang sibuk dan selalu sibuk. Kamu kelihatan makin cantik aja, Cell "

"Idih, mulai deh... rayuan gombalnya keluar deh, huuh...!" Marcella seenaknya saja mencolek pipi Buron. Padahal penampilan Buron saat itu sangat sederhana; jeans belel, T-shirt putih lengan pendek, sepatu sport agak kusam. Toh Marcella tak merasa gengsi bertegur sapa dan bercanda dengan Buron, sementara banyak pengunjung toserba itu yang memandangi Marcella dengan kagum, lantaran mereka tahu Marcella artis yang pernah populer lewat sinetron "Kelambung Jingga".

Teman Marcella yang sempat dikenalkan dengan Buron itu bernama Tatin, figuran film yang sedang numpang jalur kesuksesan Marcella. Gadis itu juga cantik, mungil. menggemaskan. Usianya sekitar 24 tahun, lebih muda 2 tahun dibanding usia Marcella. Ia tergolong gadis yang ramah, supel dan suka bercanda. Terbukti Tatin ikut membujuk Buron agar mau menemani mereka berdua yang ingin makan di Steaks House di lantai dasar.

"Sayang sekali aku sedang ada urusan penting sih, Tin.Kalau ngak ada urusan penting sih, mau aja ikut kalian. Apalagi bakalan makan gratis, masa'

iya aKu bakalan menolak sih?"

"Kasihan Marcella dong kalau kamu nggak ikut temani kami " bujuk Tatin dengan gaya akrabnya.

"Eh. malam ini aku bukan hanya mau bawa kamu makan aja, tau?!" potong Marcella.

"Aku juga mau ajak kamu ke diskotek buat merayakan pertemuan kita kembali. Kalau perlu pulang pagi sekalian." . ' '

"Ngapain ke diskotek pulang pagi, memangnya jadi penjaga malam?! Bikin capek aja!" Buron berlagak bersungut-sungut.

"Ah, kau ini... masih mikirin capek segala. Kan banyak hotel?" suara Marcella berbisik nakal, lalu ketiganya tertawa.

"Eh, mendingan kamu ikut pulang ke rumahku sekalian. yuk?" ajak Marcella.

"Nanti kukenalkan teman baruku, calon artis juga sih. Kamu pasti suka deh sama bodinya. Triana yang sexy dan montok itu." ?

"Sorry, Cell. Sumpah mampus, gue terpaksa harus bilang sorry berat sama kamu. Soalnya gue punya urusan yang sangat penting. Gue harus selesaikan dulu urusan itu, baru bisa pergi ke rumah "

Buron tetap ngotot. Tumben amat dia menolak ajakan seperti itu dari seorang gadis cantik dan sexy semacam Marcella? Biasanya tanpa diajak mampir ke rumah cewek. Buron menawarkan diri supaya di

izinkan mampir. Tapi agaknya awal datangnya sang malam itu Buron benar-benar punya acara khusus yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapa pun. Acara khusus itu adalah berdiri di pintu utama, menunggu teguran seorang wanita yang sudah diberitahu ciri-ciri penampilannya malam itu .

Si jin usil janjian dengan'seorang wanita. Janji itu tak ingin digagalkan, karena merupakan janji pertemuan pertama. Maka meskipun harus berdiri di pintu masuk utama toserba itu sampai 15 menit lamanya, Buron tetap sabarkan diri. Matanya selalu mengawasi tiap wanita yang masuk ke toserba tersebut. Beberapa artis dan para selebritis kondang terlihat olehnya, keluar-masuk melalui pintu utama ini. Tapi hati Buron'tidak merasa tertarik untuk memikat gadis-gadis cantik tersebut. Tidak punya niat untuk berbuat jahil dengan kesaktiannya sebagai Jin Layon. Sepertinya hati Buron hanya tertuju pada wanita yang ingin ditemuinya itu.

"Busyet! Capek juga berdiri terus di sini kayak Satpam kurang kerjaan," gerutu Buron dalam hati

"Kalau tahu bakalan sebegini lama, mendingan tadi ikut Marcella dulu makan steak di lantai dasar, ya? Eh, tapi kayaknya tadi Marcella bilang punya teman baru di rumahnya. Kalau'nggak salah dia sebut nama Triana sebagai teman barunya yang ingin dikenalkan padaku itu. Jangan-jangan Triana yang terlibat dalam kasus kematian sepupunya istri Tohir itu ya"? Katanya wanita cantik yang bernama Triana

itu adalah jelmaan kuntilanak iseng? Kok berteman dengan Marcella, ya?! Wah... jangan-jangan Marcella nggak tahu kalau sedang dibayang-bayangi kuntilanak jalang? Bisa-bisa Marcella terlihat kasus lain yang ditimbulkan akibat ulah jahilnya si kantilanak itu? Hmmm.... Kalau begitu, sebaiknya kutemui Marcella di lantai bawah, dan kuingatkan padanya agar menjauhi Triana. Tapi... benar nggak sih, Triana si kuntilanak apa Triana lain?!"' ' Kecamuk batin itu segera disingkirkan. Buron tak mau benaknya dicemari oleh kasus kematian Bidang. Benaknya harus berisi tentang wanita yang diharapkan bekal menjadi calon istrinya itu. Tapi repotnya, wanita itu belum muncul juga. Janjinya sudah lebih dari 30 menit. '

"Wah, pasti nggak jadi datang nih," pikir Buron.

"Lebih baik aku nyusul Marcella aja deh." Tapi baru saja ia akan_berbalik arah, tiba-tiba matanya menemukan .seraut wajah cantik berhidung mancung mirip perempuan bule. Tubuh yang berkulit kuning langsat terbungkus celana ketat dari bahan lentur warna hitam. blusnya juga berwarna hitam ketat berleher rendah dengan rangkapan kemeja jeans lengan panjang tanpa dikancingkan .Lengan kemeja itu digulung sampai batas siku ' Buron terkesima memandang tak berkedip wajah cantik pemilik mata lebar tapi sedikit sayu itu. Perempuan berambut ikal sepunggung berwarna agak pirang itu juga menatap Buron dengan ragu-ragu. beberapa anak buah yang nongkrong di tangga masuk juga memperhatikan perempuan sexy berdada montok dengan tinggi 170 cm itu. Perhiasan alakadarnya justru membuat penampilan perempuan berusia 28 tahun itu tampak lebih anggun, namun memancarkan daya tarik bercumbu bagi lawan jenisnya. ' .

"Wah, gawat! Kelewat cantik ini sih?!" pikir Buron sambil bergegas pergi, tapi perempuan itu mengikutinya terus dengan senyum dikulum. Sebentar-sebentar Buron menoleh ke belakang dan saat itu senyum si perempuan berpinggul menantang itu selalu bertambah, walau mata sayunya pura-pura memandang ke arah lain.

"Aduh, gimana ini?! Dia nggak sebanding denganku. Wajahku kurang tampan, sementara wajahnya secantik itu," Buron resah berat. ia justru menaiki tangga eskalator. Tapi perempuan itu tetap mengikutinya. Buron jadi semakin minder.

"Terpaksa pakai 'Aji.Candrawisnu', buat mengimbangi daya tariknya yang luar biasa besarnya itu," pikir Buron. Kemudian dalam hatinya ia mengucapkan mantera 'Aji Candrawisnu' yang berguna untuk mempertampan wajahnya. Siapa pun yang memandang wajahnya akan merasakan getar kekaguman terhadap wajah yang sebenarnya pas-pasan itu. Aji kesaktian tersebut memang jarang dipakai, walau pengaruhnya tidak terlalu menghebohkan jiwa seseorang, namun selama ini Buron merasa

belum perlu menggunakan aji kesaktian tersebut selama ia bisa memikat wanita dengan cara gaib lainnya. Tapi karena sekarang dia diteror oleh peraman minder, maka ia terpaksa menggunakan 'Aji Candrawisnu' itu.

"Cangkardunyo bashumi yaksidata merandang pura. Prasida candrawisnu rupa surya gemilang nawa sawulan" . '

Mantera pemancar daya pesona yang membuat semua orang bisa menaruh simpati itu berlaku untuk enam kali purnama. Sebelum enam kali purnama kesaktian 'Aji Candrawisnu' itu tidak akan hilang. Dan dapat diperpanjang lagi daya pesonanya jika dibaca ulang pada akhir bulan keenam. Buron belum pernah menurunkan ilmunya yang ini kepada Sandhi atau kepada siapa pun

Rasa percaya diri tumbuh kembali setelah membaca mantera tersebut. Buron yakin wajahnya memancarkan pesona yang membuat semua orang tertarik dan bersimpati padanya. Bukti yang dapat dilihat jelas adalah tatapan mata seorang pelayan toko arloji yang menatapnya dengan senyum kecil sejak Buron muncul dari tangga eskalator. Gadis pelayan toko itu seperti merasa senang hatinya menikmati pesona yang terpancar dari Wajah Buron. '

Namun jelmaan Jin Layon itu tetap melangkah cuek. Ia mencari posisi yang tepat untuk berhenti. karena ia yakin perempuan cantik mirip orang bule

itu pasti akan ikut-ikutan berhenti juga. Maka begitu di depannya tampak sebuah ice Cream House. otak Buron pun segera berputar cepat. ia tidak membawa uang. Di saku celananya hanya ada uang 1200 rupiah. Jelas tidak akan cukup untuk mentraktir perempuan itu di ice Cream House itu

"Ah. cuek aja! Toh ada kertas tissue disediakan di atas meja, Pakai kertas tissue aja bayarnya nanti. Nipu sedikit nggak apa-apalah Ntar kalau aku ada uang, ya dibayar lagi...." . ' ' Dugaan itu memang benar. Artinya, begitu Buron ambil tempat duduk di dekat pagar balkon yang bisa dipakai memandang ke arah lantai bawah, perempuan cantik yang sejak tadi menggenggam dompet dan kunci mobil itu ikut-ikutan duduk di bangku 'depan Buron .Hanya berseberang meja.


Pendekar Rajawali Sakti 141 Dendam Pendekar Kelana Sakti 3 Iblis Lengan Si Jenius Dungu Charlie Flowers For

Cari Blog Ini