Dewi Kelabang Hitam Karya Batara Bagian 1
1
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book2
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book3
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
DEWI KELABANG HITAM
JILID I - XXVII
*
* *
Hasil Karya :
B A T A R A
Pelukis : Soebagio
Antonius S.
Sumber Cersil :
Awie Dermawan
Pengepul File :
Yons
*
* *
Penerbit & Percetakan
CV " G E M A "
Mertokusuman 761 Rt. 43 Rk. III
Tilpun No. 5801
SOLO ? 571224
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
JILID I
PAGI yang cerah. Hari itu dewa surya menyinarkan kehangatannya yang
lembut. Semalam turun hujan, bumi yang kering diberi kesegaran dan pagi itu
burung-burung berkicau riang. Ada kegembiraan di pagi itu, ada semangat dan
keriangan. Embun yang menetes bagai mutiara di pucuk-pucuk daun tampak
gemerlap, indah berkilauan dan berseri-seri. Lembah Duka, yang biasanya hening dan
sepi mendadak terasa hidup. Kicau burung jalak atau kutilang di pagi yang segar itu
menghidupkan suasana. Nikmat benar rasanya berada di tempat seperti itu, damai dan
bahagia dan orang rasanya betah berjam-jam untuk mendengarkan kicau burung di
tepi sungai yang jernih, yang gemercik airnya mendendangkan riak beralun seakan
dewa-dewi bercanda. Atau melihat sepasang kupu-kupu yang lagi berkejaran,
bercumbu dan saling tangkap untuk akhirnya melepas getar-getar asmara, terbang
lagi dan hinggap di pucuk-pucuk bunga, mengisap sari kembang dan kemudian
melanjutkan terbang sambil bergulau. Hidup seperti ini rasanya seperti hidup di alam
lain saja, alam yang tak mengenal duka dan melulu suka adanya, babagia dan riang.
Dan ketika pagi itu seekor rusa menguak mengejutkan burung-burung maka seorang
pemuda berkelebat dari dalam sebuah gua takjub dan memandang semua keindahan
itu, burung yang berkicau dan riak air di tengah sungai, kupu-kupu yang berkejaran
dan alam yang begitu mempesona, butir-butir embun di pucuk daun. Dan ketika dia
mendecak kagum dan ikut berseri oleh semua gerak di luar ini mendadak sebuah
komunikasi terjalin dan menyentuh hatinnya. Komunikasi aneh yang rasanya tidak
asing, baru tapi seolah sudah dikenal lama. Sebuah hubungan luar dalam antara
seorang manusia dengan alam dan isinya, bumi dengan burung serta tetes-tetes
embun itu. Betapa indahnya! Tapi sementara ia terpesona dan menyatu dalam semua
itu mendadak sebuah suara mengejutkannya dari lamunan sukmawi.
"Bun Hwi, kau baru keluar?"
"Ah," pemuda ini membalik. "Kau ibu? Kau membuat aku terkejut?"
"Kenapa?"
"Lihat, aku sedang tenggelam dalam keceriaan pagi ini, ibu. Kicau burung dan
riak air di tengah sunyi itu. Tidakkah kau merasakannya?"
"Hm, ibu sudah berkali-kali merasakannya. anakku. Ibu sudah kerap menyatu
dan tenggelam seperti itu. Kaulah yang rupanya baru pertama ini merasakannya."
"Benar, aku takjub, ibu. Aku kagum! Tetes embun dan riak air itu tampak begitu
hidup. Mereka itu seolah bersuara dan menyanyi. Bukan main! Mahluk-mahluk ini
pun mampu berkomunikasi dengan caranya sendiri!"
"Hm, apa yang kau sebut mahluk itu?"
"Mereka itu, ibu. Semua yang ada di sini. Tetes embun dan riak air itu. Burung
dan hewan-hewan lainnya yang tampak begitu hidup. Mereka itu seakan bernyawa
semua, mereka tidak mati dan hidup!"
"Hm, burung dan hewan-hewan lainnya itu benar bernyawa, Bun Hwi. Tapi
masakah air kau sebut bernyawa juga? Masakah mereka itu mahluk hidup?"5
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Ah, kau tak melihatnya, ibu? Kau tak merasakan itu? Aku melihat mereka ini
hidup, mereka ini segar dan tiada ubahnya kita. Mereka itu pun tiada berbeda dengan
yang lain, saling berkomunikasi dan menyebut keberadaan mereka. Aduh, indah
sekali. Aku merasakan getar-getar itu. Aku merasakan nyanyian mereka dan suara
mereka yang merdu!" Bun Hwi, pemuda itu mendecak berkali-kali, bengong dan
tampak begitu takjub akan pesona alam ini, akan gemericik air dan tetes embun di
pucuk-pucuk daun. Akan semuanya itu yang tampak begitu hidup dan mempesona.
Bukan main semuanya ini, hebat dan merupakan karya agung dari Sang Maha
Agung. Dan ketika pemuda itu terbelalak dan menyatu dalam keindahan luar biasa ini
maka wanita itu, seorang wanita lembut dengan sikap dan gerak yang penuh keibuan
sudah menyentuh pundak pemuda ini.
"Puteraku, bengong apa yang menyelimuti hatimu ini? Perasaan apa yang
membuatmu begitu terpesona?"
"Ah, aku terpesona oleh semua keindahan ini, ibu. Akan karya agung dari Sang
Maha Agung. Aku bengong dan takjub akan hasil ciptaannya ini. Aku terheran-heran,
aku kagum. Mereka itu.... ah, bukan main. Mereka itu cantik dan mempesona.
Mereka itu hidup dan mengagumkan. Aku tak tahu apa ini selain keindahan yang luar
biasa!"
Wanita itu, sang ibu, tersenyum. "Kau ingin menikmatinya sepanjang hari?
Baiklah, tapi sarapan dulu. Hui-lopek telah menyiapkan roti bakar dan teh panas
untuk kita. Tiga minggu kau asyik membaca buku."
"Benar," seorang laki-laki tua muncul, tertawa. "Aku telah menyiapkannya
untukmu, kongcu. Dan juga arak penghangat dari istana, khusus arak Kang lam!"
Bun Hwi terpecah perhatiannya. Sekarang dua orang mengganggu, tadi ibunya
dan sekarang Hui-lopek ini, datang dengan makanan di penampan dan Bun Hwi
tersenyum, mendongkol tapi menerima. Dan ketika kakek itu menggelar chigu
(semacam tikar) dan meletakkan semuanya itu sambil mempersilahkan duduk maka
ibunya sudah menarik lengannya dan mengajak duduk.
"Ayolah, kita ngobrol sambil menikmati pemandangan. Aku tak menggangggu.
Enak bukan roti bakar ini? Dan kau ke mari juga, lopek. Temani kami dan ikut
sarapan pagi!"
"Eh! Aku, hujin? Waduh, sorry. Hamba tak berani dan biar di sini saja, di
pinggir. He-he........!" kakek itu tersipu, berlutut dan sudah duduk di tepian, tak berani
dia mendekati majikannya itu. Tapi sang wanita yang tersenyum dan bangkit berdiri
menarik kakek itu akhirnya menyuruh Hui-lopek duduk bersama mereka.
"Kami ingin sarapan bersama. Kau duduk di sini atau kami tak mau menikmati
roti bakarmu!"
"Ah. baik.... maaf...!" dan Hui-lopek yang meringis namun terpaksa duduk
akhirnya menuangkan teh panas untuk pemuda itu dan ibunya, ha-ha-he-he tapi dua
majikannya tak menolak. Hui-lopek memang pelayan mereka, sudah beberapa bulan
ini mengabdi dan sang wanita sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri,
meskipun kakek itu tetap memasang jarak dan tahu diri. Dan ketika roti bakar
diberikan pula dan Bun Hwi beserta ibunya menikmati sarapan sederhana maka Hui
lopek tertawa bertanya, "Bagaimana, lumayan, kongcu? Kurang menteganya?"6
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Ah, tidak. Cukup lopek. Roti bakarmu enak dan gurih, hanya selainya
kebanyakan!"
"He-he, ibumu suka begitu, kongcu. Kurang selai katanya kurang nikmat. Aku
terpaksa membiasakan diri dengan kesukaan ibumu."
"Tak apalah, ibu memang suka manisan, lopek. Dan barangkali tambah lagi
tehku ini, lezat benar!"
Hui-lopek tersenyum, girang dan sudah menambah teh di cangkir pemuda itu.
Pujian sederhana ini membuat kakek itu nikmat, jarang ada majikan yang memuji
bawahannya! Dan ketika pagi itu kakek ini menemani sarapan dan duduk di tempat
terbuka menikmati roti bakar dan minum teh panas rasanya tampak begitu nikmat
maka wanita yang duduk di sebelah kanan Bun Hwi membuka percakapan.
"Anakku, tiga minggu ini nyaris kau tak keluar. Sedemikian besarkah rasa
tertarikmu pada kitab tebal itu?"
"Ah, aku membacanya berulang-ulang, ibu. Dan pesan Brahmadewa itu
mengesankan sekali, aku kagum!"
"Hm dan kau sekarang mengerti tentang rumah tangga, bukan? Betapa rumah
tangga bukanlah sesuatu yang mudah dibangun dan indah seperti yang dikhayalkan
sebelumnya?"
"Ya, dan aku mendapat banyak pelajaran dari Kisah Empat Pendekar itu, ibu.
Termasuk kupasan cinta yang dibicarakan wanita sakti Mira Dewi."
"Tentang yang Sintesis dan Sejati?"
"Benar, aku kagum. Wanita itu pun pandai dan suaminya pun hebat. Sungguh
beruntung dan bahagia mereka itu!"
"Tidak seperti ibumu," wanita ini tiba-tiba mendesah. "Dan juga wanita-wanita
lain yang telah membina rumah tangganya tetapi gagal."
"Ah, kau sebenarnya tak gagal, ibu. Ayahanda kaisar amat mencintaimu dan
menyayangimu begitu tulus!"
"Benar, tapi bagaimana pun aku merasa gagal, Bun Hwi. Kehidupan di istana
terlalu banyak saingan dan lawan. Betapapun menjadi selir cukup berat resikonya
karena di benci atau tak disenangi selir-selir lain, apalagi kalau sri baginda terlampau
mencintai aku."
"Hm..." Bun Hwi mengangguk-angguk. "Itu masalah lain, ibu. Betapapun
ayahanda kaisar amat mencintaimu dan dapat memberimu kebahagiaan. Sayang
kedudukanmu memang tidak seperti ibu-ibu rumah tangga lain. Kau hidup di istana
dan bersaing dengan wanita-wanita lain ingin menarik perhatian ayahanda kaisar."
"Itulah. Aku jadi tak dapat memiliki suamiku seorang, Bun Hwi. Aku harus
menghadapi yang lain karena kedudukan ayahmu sebagai kaisar mengharuskan dia
berselir di samping masih adanya permaisuri!"
"Sudahlah. betapapun ayahanda masih mencintaimu ibu. Kau patut bersyukur
dan menerima ini dengan kebahagiaan. Sebaiknya tak perlu kita bicarakan itu dan7
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
cari pembicaraan lain. Aku besok akan pergi, aku hendak melihat suasana luar setelah
beberapa waktu kutinggalkan. Aku ingin menemui Hu-taijin, ada sesuatu yang ingin
kutanyakan."
"Hm," wanita itu tiba-tiba mengerutkan kening. "Apa itu, Bun Hwi? Kau mau
ke mana? Kau tampaknya tidak sekedar ke tempat menteri itu. Kau mau
meninggalkan ibumu lagi setelah kau beberapa waktu berkumpul?"
"Maaf, aku ingin melepas rindu pada menteri ini, ibu. Juga ingin berbincang
bincang masalah lain. Di samping....".
"Mencari dua gadis cantik itu?"
Bun Hwi mengangguk. "Benar, aku ingin mencari Kiok Lan dan Mei Hong, ibu.
Aku ingin memutuskan sikapku kepada siapakah sebenarnya aku sangat mencinta!"
"Kukira Mei Hong lebih cocok," sang ibu berseru. "Gadis itu lembut dan halus,
anakku. Tapi semuanya tentu tergantung kau. Sekarang tentunya kau jauh lebih
mengerti, urusan cinta harus hati-hati agar tak kecewa belakangan!"
"Kalau Kiok Lan?"
"Gadis ini keras, aku khawatir kau tak bahagia dan gampang cekcok. Tapi, ah....
sudahlah. Ibu hanya memandangnya sepintas, Bun Hwi. Kaulah yang lebih tahu dan
biar kau pula yang memutuskan. Bisa jadi yang ibu lihat keliru dan apa yang terjadi
malah sebaliknya. Kau sendiri, bagaimana pendapatmu?"
"Aku bingung. Dua-duanya sama menarik dan masing-masing pernah memberi
budi pula kepadaku."
"Kalau begitu pilih saja kedua-duanya." Hui-lopek nimbrung, tertawa. "Kalau
aku tak apa lelaki beristeri dua, kongcu. Lagi pula bukankah kau seorang pangeran?"
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ah," Bun Hwi semburat. "Mereka tak mungkin mau, lopek. Lagi pula mereka
itu saling bermusuhan. Pusing kepalaku nanti menghadapi dua isteri yang berbeda
watak!"
"Ha-ha, kalau begitu bagaimana kalau tidak memilih kedua-duanya? Cari saja
yang lain, kongcu tentu dapat dan tak perlu pusing!"
"Hush, jangan sembrono, Hui Pa. Orang jatuh cinta tak bisa diperintah begitu,
Bun Hwi tak dapat mencari yang lain kalau hatinya masih melekat pada gadis itu."
"Maaf, aku hanya main-main, hujin. Kalau begitu biar kubuat teh lagi untuk
kalian," kakek itu bangkit tertawa dan meninggalkan majikannya karena pembicaraan
mulai bersifat pribadi. Dia mencampuri dan sudah ditegur. Guyonannya di lirik halus.
Dan ketika kakek itu pergi dan Bun Hwi merenung maka ibunya bertanya kembali.
"Bagaimana, kau belum dapat menentukan sikap?"
"Belum aku akan mengadakan penjajagan dulu, ibu. Aku ingin mengetrapkan
resep Brahmadewa dalam urusan ini."
"Kejujuran dan komunikasi?"
"Ya."8
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Baik, berhati-hatilah. Jaga agar semuanya itu tidak menyinggung perasaan
mereka dan kau dapat menentukan pilihanmu dengan tepat."
"Terima kasih, aku akan selalu ingat nasihatmu, ibu. Dan kau sendiri, tidak
kesepian kutinggal sementara bukan?"
"Ibu sudah terbiasa menyendiri," wanita itu tersenyum. "Tak apa kau pergi asal
kembali dan selalu ingat ibumu ini."
"Ah, tentu, ibu. Mana mungkin aku melupakanmu? Kau ibuku, kau segala
galanya bagiku di samping yang lain!" Bun Hwi merebahkan kepalanya, disambut
usapan halus dan wanita ini tersenyum lebar. Apa yang dikata anaknya ini
membahagiakan hati, menyejukkan jiwanya dan segera mereka terbuai perasaan
masing-masing. Bun Hwi memang belum lama bermanja-manja seperti itu. Ibunya
itu baru saja ditemukan, bertahun-tahun mereka berpisah, nyaris masing-masing tak
bertemu lagi. Dan ketika sang ibu mengusap muka anaknya dan ia tertawa tiba-tiba
pemuda ini menggeliat bangkit. "Ibu, kau tentu tak keberatan wajahmu pulih, bukan?
Aku akan mencari obat, siapa tahu kulitmu yang hangus ini bisa hilang!"
"Hm...." sang ibu menarik napas panjang. "Untuk apa semuanya itu, anakku?
Ibu sudah tua, tak suka meskipun ingin."
"Ah, jangan begitu, ibu. Aku ingin melihat dirimu seperti yang dikabarkan
orang. Aku ingin tahu seberapa hebat kecantikanmu itu yang dulu membuat ayahanda
kaisar tergila-gila!"
"Kau gila?" wanita itu tertawa. "Ibumu sekarang berbeda dengan ibumu
duapuluh tahun yang lalu, Bun Hwi. Aku sekarang sudah tua!"
"Tapi ibu baru empatpuluhan....!"
"Hm, tigapuluh sembilan...."
"Nah, apalagi sekian. Tidakkah kau masih muda, ibu? Kau belum tua dan
tubuhmu pun masih bagus. Kau masih kencang dan menggairahkan!"
"Heh-heh!" sang ibu terkekeh. "Apa yang kau bicarakan ini, anak nakal? Kau
menaksir ibumu sendiri? Hush, aku sudah peot dan kempong. Aku sudah tua. Jangan
macam-macam kalau tak ingin kujewer!"
"Ha-ha, aku bicara sungguh, ibu." Bun Hwi terbahak juga. "Aku tidak menaksir
tapi ayahandalah yang bilang begitu. Bukankah sebelum ke istana ayah bilang bahwa
ibu masih menarik? Tubuhmu masih kencang dan menggairahkan, kau masih dapat
bermesraan dengan ayah dan pasti bahagia!"
Ibunya terkekeh geli. Mendadak mereka tertawa bersama dengan perasaan lepas,
sang ibu merasa anaknya ini memuji dan bicara sungguh-sungguh. Tentu saja dia
merasa bangga. Tapi teringat wajahnya yang hitam tiba-tiba Wi Hong, selir kaisar
yang mengasingkan diri ini menunduk, terisak, tawanya tiba-tiba berhenti.
"Bun Hwi, mana mungkin muka ibumu disembuhkan? Obat apa yang dapat
menyembuhkannya? Aku tak mengharap, anakku. Ibu sudah cukup puas dan biarlah
tetap begini. Jelek-jelek, kau tetap mencintai ibumu, bukan?"9
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Tentu," Bun Hwi tiba-tiba terharu, memegang lengan ibunya ini. "Jelek atau
tidak jelek kau tetap ibuku, bunda. Bukankah dari rahimmu aku dilahirkan? Aku tak
akan melupakanmu, tapi aku ingin mencari obat untuk pemulih wajahmu ini. Itulah
sebabnya aku ingin berbincang-bincang dengan Hu-taijin dan bertanya barangkali ada
obat yang dapat memulihkan wajahmu yang hitam ini. Aku akan berusaha!"
"Tapi, Bun Hwi. Untuk apa bagiku yang sudah tua dan peot ini? Aku bukan
gadis remaja lagi. Aku sudah sudah nenek-nenek, sebentar lagi tentu sudah
menimang cucu!"
"Ah," Bun Hwi tersipu. "Itu masih lama, ibu. Dan kau tidak peot atau kempong.
Coba tanya setiap orang, peot dan kempong apakah yang ada di dirimu ini? Tidak,
kau masih segar dan bagus. Tubuhmu masih indah dan ayahanda sendiri memujimu.
Aku ingin berbakti dan mencarikan obat untukmu. Aku ingin melihat ibuku yang
cantik jelita seperti dulu!"
"Hm....." wanita ini tersenyum, bersinar-sinar. "Kau mau bersusah payah lagi
untuk ibumu? Bukankah sudah cukup kau menemukan Mustika Batu Bintang dan
menyembuhkan ibumu? Tidak, jangan, anakku. Aku tak mau kau menghadapi bahaya
setelah semuanya itu. Ngeri aku membayangkan dirimu berkelahi dengan Pek-hui
coa, ular raksasa itu!"
"Tapi itu sudah lewat, ibu. Pek-hui-coa kubunuh dan Mustika Batu Bintang
kudapat. Aku bahagia dapat melakukan itu untukmu, ibuku!"
"Ya, tapi semuanya itu penuh bahaya, anakku. Ibu tak ingin kau menghadapi
bahaya lagi dan celaka. Lebih baik biarkan ibu begini dan kau tak perlu bersusah
payah."
Bun Hwi bangkit berdiri, tertawa. "Ibu, omongan apa ini? Kalau aku dapat
memulihkan wajahmu kenapa harus mundur? Tidak, aku akan bertanya-tanya dulu,
ibu. Dan belum tentu obat untuk itu harus kuhadapi dengan bahaya. Mungkin dapat
kucari dan kubeli. Aku akan menemui tabib-tabib dan bertanya pada mereka. Aku
sungguh-sungguh, aku ingin menolongmu. Tak perlu khawatir!"
"Baiklah." sang ibu tersenyum, bahagia. "Aku bangga melahirkanmu, anakku.
Boleh kau cari dan sesukamulah kalau kau bersikeras. Tapi kalau umpamanya tak
dapat tak usah kau ngotot. Dengar nasihat ibu ini?"
"Tentu, dan terima kasih, ibu. Kau dapat mengerti keinginanku dan semoga obat
itu kudapat!" Bun Hwi memeluk ibunya, mencium dan tertawa dan segera pemuda itu
berkemas. Agaknya dia lupa bahwa baru besoklah dia pergi. Tapi ketika sang ibu
tersenyum dan mengerutkan kening mendadak Hui-lopek muncul disusul derap
beberapa kuda.
"Hujin, utusan istana tiba. Hu-taijin datang.....!"
"Oh, mana mereka?" dua orang itu membalik, mendengar ringkik kuda dan
belasan orang memasuki Lembah Duka. Seorang laki-laki gagah berdiri di atas
kudanya paling depan, menyuruh yang lain-lain berhenti dan dia pun meloncat turun.
Sebuah kereta indah mengiring di belakangnya. Dan ketika semua orang berhenti dan
Bun Hwi serta ibunya menyambut ternyata itulah Menteri Hu Kang yang datang
diutus kaisar.10
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Sian-li (Dewi), sri baginda mengharap kehadiranmu di istana. Kami membawa
kereta dan kau diharap datang!" lalu menjura di depan wanita ini laki-laki gagah itu
berseru kembali, kini ke arah Bun Hwi. "Dan kau, apa kabar, pangeran? Baik-baik
saja?"
"Ah," Bun Hwi meloncat, menyambut laki-laki ini. "Kau membuat aku terkejut,
taijin? Kenapa harus datang sendiri dan tidak suruhan pengawal saja? Mana itu
puterimu? Mana Hu Lan?"
Laki-laki ini, menteri Hu, tersenyum. "Puteriku nakal, pangeran. Hu Lan tak ikut
karena berburu di hutan."
"Ha, dan kau menjemput ibu?"
"Ya, ayahanda kaisar memanggil. Katanya rindu!"
"Nah, apa aku bilang, ibu?" Bun Hwi tertawa berseri. "Bukankah ayahanda
kaisar tetap tertarik dan menginginkan dirimu? Lihat, Hu-taijin menjemput dan kau
harus ke sana. Ayo, cepat pergi dan temui ayahanda kaisar!"
Wi Hong, selir ini tersipu-sipu. "Hush, apa ini Bun Hwi? Kau membuat malu
ibumu di depan banyak orang. Kupukul kau nanti, ayo suruh Hu-taijin masuk dan kita
bicara di dalam!"
"Ah, terima kasih," menteri itu tertawa. "Aku buru-buru, Sian-li. Masih ada
tugas bagiku yang harus kuselesaikan. Pengawalku akan membawamu ke sana dan
aku harus pergi."
"Ada urusan apa? Eh, nanti dulu, paman Hu. Ayo masuk dan bicara sebentar di
dalam. Kebetulan aku juga ingin bertanya sesuatu!" Bun Hwi terkejut,
mempersilahkan tamunya dan Hu-taijin tersenyum. Pengawal berkuda mendapat
isyarat dan mereka itu pun maju mendekat. Kereta dibersihkan dan kusir pun turun.
Kereta indah ini akan membawa Wi Hong ke istana, selir itu dipanggil sri baginda.
Dan ketika menteri Hu menyuruh pengawal menunggu dan Wi Hong bergegas ke
dalam maka Bun Hwi sudah mengajak tamunya masuk, bukan di sebuah ruang indah
melainkan di sebuah guha yang dingin namun tenang, juga bersih.
"Paman, mari duduk!" panggilan itu terasa akrab. "Ayo ceritakan padaku apa
tugasmu itu dan kenapa buru-buru!"
Hu Kang, menteri gagah perkasa ini menarik napas dalam. "Sedikit kekacauan
di perbatasan, pangeran. Bahwa kudengar kabar ada beberapa panglima
memberontak."
"Memberontak? Siapa mereka?"
"Hamba kurang jelas, tapi disebut-sebut namanya Sun-ciangkun."
"Siapa itu Sun-ciangkun?"
"Panglima muda yang mendapat kepercayaan menjaga tapal batas. Katanya dia
bersama seribu pasukannya memberontak."
"Hm, dan kau mau turun tangan, taijin?"
"Ayahandamu yang memerintahkan. Aku menurut dan memang ini tugasku."11
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Bun Hwi mengangguk-angguk. Hu Kang adalah menteri pertahanan, jadi di
pundak menteri itulah terletak tanggung jawab keamanan. Kerajaan tak boleh
diserang musuh dan Wi Hong, ibunya muncul. Wanita ini, telah berganti pakaian,
bersih dan harum serta Hu-taijin pun kagum. Wanita ini masih menggairahkan,
tubuhnya masih tampak indah dan kencang. Selir itu tentu selalu menjaga kondisinya.
Dan ketika percakapan berhenti dan wanita ini masuk maka Hu-taijin memuji.
"Sian-li, kau benar-benar masih menarik. Tak heran kalau sri baginda demikian
sayang kepadamu!"
"Ah, siapa sayang kepada mukaku yang hitam ini, taijin? Aku sendiri
sebenarnya merasa beruntung bahwa sri baginda tidak melupakan aku. Sudahlah,
siapa memberontak dan apa yang kalian bicarakan tadi?"
Bun Hwi bangkit berdiri. "Ibu, kau sudah di nanti kereta. Sebaiknya pergi dan
biar paman Hu di sini."
"Eh, kau mengusir ibumu?"
"Tidak, semata agar kau tak terlambat, ibu. Nanti ayahanda marah dan gusar
kepada paman Hu ini. Dikiranya ayal-ayalan!" Bun Hwi tertawa lebar. "Bukankah
begitu, paman?"
"Benar, kau diharap secepatnya ke sana, Sian-li. Sri baginda menanti dan tak
sabar menunggumu. Pangeran benar, silahkan ke kereta dan pergilah!"
"Ah, kalian laki-laki selamanya begitu. Baiklah, aku pergi dan jaga diri kalian
baik-baik." Wi Hong keluar, sudah disambut pengawal yang lain dan Hu-taijin pun
mengantar. Menteri itu tidak sampai ke istana karena sebentar lagi akan ke utara,
menyelidiki masalah pemberontakan itu. Dan ketika Wi Hong memasuki keretanya
dan pengawal membungkuk memberi hormat maka tirai dibuka dan wanita ini
melambaikan tangan.
"Bun Hwi hati-hati. Ibu pergi dulu."
"Baik, dan sampai jumpa, ibu. Aku juga akan pergi setelah ini."
Kereta diputar. Kuda meringkik dan pengawal kembali memberi hormat, lalu
begitu mereka naik ke punggung kuda masing-masing maka pengawal kepala
membedal dan keluar dari mulut lembah.
"Taijin, pangeran, kami pergi!"
Bun Hwi mengangguk. Hu Kang melambaikan tangan dan Wi Hong menutup
tirai. Kereta berderak dan kudapun melangkahkan kakinya. Dan ketika mereka keluar
dari mulut Lembah Duka, Bun Hwi tersenyum maka diapun mengajak tamunya
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
masuk, sejenak terganggu mengantar ibunya tadi.
"Sampai di mana tadi, taijin? Apa yang kita bicarakan?"
"Sun-ciangkun itu. Ayahandamu menyuruhku menyelidik dan menjinakkan
seribu pasukan yang dikata memberontak."
"Benar, lalu bagaimana, taijin? Kau mau kesana?"12
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Ya, hari ini juga. Aku akan menyelidik dan memastikan kebenaran berita itu.
dan kau sendiri, apa yang kau perlukan dariku, pangeran?"
"Oh, hampir aku lupa!" Bun Hwi menepuk dahinya. "Begini, paman! Adakah
obat yang dapat memulihkan wajah ibuku itu? Adakah ramuan yang dapat
menghilangkan hangus di kulit wajah ibuku itu?"
"Hm, inikah?" menteri Hu mengerutkan kening. "Aku tahu, pangeran. Tapi
Yok-to barangkali dapat memberi tahu."
"Tabib istana itu?"
"Ya."
"Hm," Bun Hwi mengangguk-angguk. "Ingat aku paman. Kalau begitu akan
kutemui dia!"
"Baik, dan pangeran tak ada lagi yang hendak disampaikan?"
Bun Hwi menggeleng. "Kukira tidak, cukup itu tadi. Dan paman mau pergi?"
"Ya, aku harus ke utara, pangeran. Biar kita berpisah dan sampai jumpa lagi!"
menteri itu berdiri, tersenyum dan memberi hormat lalu menepuk-nepuk Bun Hwi.
Dia dan pemuda itu sudah akrab, bahkan ketika Bun Hwi masih remaja tanggung,
banyak mengalami suka-duka bersama menteri ini dan Bun Hwi mengangguk. Dan
ketika pemuda itu mengucap terima kasih dan mengantar tamunya keluar mendadak
Bun Hwi mendesah. "Ah, nanti dulu, paman. Aku ingin titip pesan!"
"Apa, pangeran?"
"Kalau dalam perjalananmu nanti bertemu dua sahabatku itu tolong beri tahu
mereka bahwa aku mencarinya. Bahwa sahabatku itu, Kiok Lan dan Mei Hong, ingin
kutemui untuk sesuatu urusan penting."
"Ah, murid Thian-san Giok-li dan Hwa-i Sin-kai itu?"
"Ya, mereka, paman. Tolong kau beri tahu mereka dan suruh mereka
menunggu."
"Baik, akan kusampaikan," dan menteri Hu yang kembali tersenyum dan
membungkuk tiba-tiba berkelebat, lenyap dan sudah meninggalkan pemuda itu di
mana Bun Hwi termangu-mangu. Senyum dan sinar mata menteri itu terasa tertawa
padanya, Bun Hwi semburat dan segera Hui-lopek muncul. Dan ketika Hu-taijin
pergi dan majikannya bengong di tempat tiba-tiba kakek ini berseru.
"Kongcu, apa yang kau tunggu? Hu-taijin telah pergi, ayo sadar dan ingatlah!"
Bun Hwi terkejut, membalikkan tubuh.
"Kau mau pergi juga, bukan?"
"Ya."
"Perlu kusiapkan buntalanmu?"
"Tidak, aku ke istana sebentar, lopek. Aku akan menemui Yok-to dan bicara
sesuatu, kau tunggulah di sini!" Bun Hwi yang melompat keluar guha tiba-tiba13
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
lenyap, berkelebat dan sudah turun di bawah lembah. Hui-lopek tertegun dan
mendelong. Dia mulai melihat kelihaian majikannya ini. Tapi ketika dia menyeringai
dan membersihkan meja yang kotor maka dua jam kemudian Bun Hwi kembali dan
murung.
"Aku gagal." Bun Hwi seolah berkata pada diri sendiri. "Ibu akan di istana
seminggu lamanya, lopek. Kau jaga baik-baik tempat ini dan siapkan buntalanku."
"Lho, tadi kau tak mau, kongcu. Kenapa sekarang mendadak begini?" Baiklah,
tunggu. Aku akan menyiapkannya dan perlahan sebentar!" kekek itu berlari ke dalam,
mengambil beberapa stel pakaian Bun Hwi yang baru dan baik, melipatnya dan
tergesa-gesa membungkus. Dan ketika di sana Bun Hwi juga menyiapkan sepatunya
dan bersungut-sungut akan sesuatu yang tak jelas maka kakek ini keluar dan sebuah
buntalan telah berada di tangannya. "Nah, sudah kusiapkan, kongcu. Kau mau
berangkat sekarang?"
"Ya, dan beri tahu pada ibu aku pergi ke utara, lopek. Barangkali sebulan. Ibu
seminggu lagi datang."
"Baik, kusampaikan, kongcu. Dan berhati-hatilah. Kau tidak makan dulu?"
"Bukankah sudah sarapan? Memangnya kau mau menjejali aku dengan
makanan? Sudahlah, kau jaga baik-baik tempat ini, lopek. Aku pergi dan terima
kasih....!" Bun Hwi lenyap lagi, buntalan sudah disambar dan Hui-lopek melongo.
Gerak yang dilakukan pemuda itu juga cepat bukan main. Tahu-tahu menghilang dan
sudah meluncur di bawah lembah sana. Dan ketika pemuda itu lenyap dan Bun Hwi
tampak tergesa-gesa maka pelayan ini membalik dan sudah memasuki guha.
*
* *
"Hei, kenapa melotot? Aku minta bubur ayam, cepat!"
Bentakan itu terdengar di sebuah kedai kecil. Pagi itu matahari baru naik sedikit,
belum tigapuluh derajat, jadi masih pagi dan bumi pun masih hangat. Seorang gadis
dengan rambut dikelabang dua membentak seorang pelayan. Pelayan tadi melongo,
gadis itu marah-marah dan tentu saja dia terkejut. Dan ketika pemilik kedai
mengerutkan kening tapi tersenyum ramah buru-buru pelayan itu datang kepadanya
membawa penampan.
"Bubur ayam, twako. Cepat!"
Pemilik kedai mengambil mangkok. Dengan cepat diisinya bubur ayam itu,
mengepul dan panas-panas. Lalu menyerahkannya kepada sang pelayan pemilik
kedai ini berbisik. "Hati-hati, dia gadis kang-ouw, A-sam. Jangan memandang saja
dan turuti permintaannya."
"Baik," dan si pelayan yang cepat menuju meja dan meletakkan bubur ayam itu
sudah membungkuk, menerima pertanyaan.
"Ada minuman apa?"
"Arak, lihiap. Kau mau arak?"14
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Hm, tak ada minuman dingin?"
"Ada..... ada. Kolang-kaling dan es batu!"
"Baik, berikan itu. Dan tukar sumpit ini, minta yang lebih kecil tapi panjang!"
Sang pelayan mengangguk. Pemilik kedai rupanya memberikan sumpit terlalu
besar, sumpit yang biasa dipakai laki-laki dan kini gadis itu minta tukar, cepat dia
berlari dan mengambil apa yang diminta. Dan ketika tak lama kemudian dia
memberikan pula minuman dingin seperti yang diminta maka tiga ekor kuda berderap
dan berhenti di luar kedai itu.
"Kita berhenti di sini, tangsel perut dulu."
Percakapan di luar disusul dengan masuknya tiga orang. Mereka laki-laki garang
dengan kumis melintang, yang seorang memiliki luka di pipi dan memimpin,
langsung mereka mencari tempat duduk dan menyeringai melihat seorang gadis
cantik ada di situ, sengaja mencari kursi di depan gadis ini dan berhadapan. Dan
ketika pelayan datang meminta apa yang hendak mereka makan maka si pemimpin
ini menuding.
"Seperti nona itu, bubur ayam!"
"Dan minuman kalian?"
"Juga seperti dia, es bolang-baling!"
"Ha-ha, es kolang-kaling, twako. Bukan bolang-baling!" temannya, yang duduk
bersebelahan terbahak. Suaranya lantang dan kasar, mereka bertiga tiba-tiba sama
tertawa dan pelayan pun tersenyum, senyum kecut. Dia melihat nona yang sedang
makan bubur itu melirik, lirikannya tajam dan tidak senang. Pandangan berkilat jelas
menunjukkan orang mulai marah, pelayan ini kebat-kebit. Tapi karena orang telah
memesan hidangannya dan cepat dia masuk menyiapkan apa yang diminta maka tiga
orang itu bercakap-cakap dan memandang gadis yang sedang menikmati bubur
ayamnya ini, bersikap kurang ajar.
"Cek-twako, adakah pipit yang lebih cantik dari pipit yang ada di ruangan ini?
Bagaimana pendapatmu?"
"Ha-ha, aku ingin berkenalan, Kee Gwan. Tak ada burung lain yang lebih cantik
daripada burung yang ada di ruangan ini."
"Kau berani berkenalan?"
"Kenapa tidak? Tunggu sebentar, aku menangsel perut dulu dan kita bertiga
boleh berkenalan. Bagaimana, Jit Kiu?"
"Setuju, aku juga ingin berkenalan, twako. Tapi hati-hati, tampaknya dia galak!"
"Ha-ha, galak atau tidak tak mungkin kita tak dapat menundukkannya, Jit Kiu.
Kita tiga laki-laki gagah tak mungkin kalah dengan seekor pipit yang halus!"
Tiga laki-laki itu terbahak bersama. Mereka memandang dan ganti-berganti
menyeringai pada gadis berkelabang itu, kagum pada wajah cantik itu namun tak
dapat mengendalikan mulut. Mereka tak tahu betapa pipi yang kemerahan itu tiba
tiba terbakar, sinar berkilat mulai memancar dari mata yang berapi itu. Dan ketika15
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
pelayan datang membawa tiga mangkok bubur dan meletakkannya di depan meja tiga
orang itu maka gadis ini, yang rupanya tak dapat menahan diri namun muak dengan
segala percakapan tadi bangkit berdiri, meninggalkan sisa makanannya yang masih
separoh, memanggil si pelayan.
"Hitung makananku, tempat ini tiba-tiba menjadi kotor. Ada tiga kecoa busuk
mengganggu tempat dudukku!"
Sang pelayan terkejut. Cepat dia mendekat dan mencari tiga kecoa yang
dimaksud gadis itu, tak ada. Tempat duduk itu bersih-bersih saja dan tak ada binatang
pengotor, heran dia. Tapi ketika gadis itu membentak dan menyuruh dia menghitung
makanannya maka pelayan ini gugup berjingkat-jingkat.
"Baik, baik.... enam puluh sen, lihiap. Tidak kurang tidak lebih!"
"Nih! gadis itu menancapkan setail uang perak, amblas di permukaan meja.
"Kembaliannya untukmu!" dan membalik melenggang keluar dia mendengus dan
pergi, tak menghiraukan tiga laki-laki di depannya yang terbelalak dengan muka
merah. Tentu saja mereka itu tahu siapa yang dimaksud kecoa busuk, bukan lain
mereka bertiga. Tapi ketika Kee Gwan, orang di sebelah kanan bangkit berdiri dan
mau membentak sekonyong-konyong si pemimpin, yang pipinya luka itu menahan.
"Duduklah, dia hanya berjalan kaki. Kita berkuda, tentu dapat mengejar. Nanti
di luar dusun saja kita menemui dia. Kita makan dulu!"
Laki-laki itu menggeram. Dia rupanya terhina oleh makian si gadis berkelabang,
duduk lagi dan tak membantah. Gadis itu memang berjalan kaki dan menuju ke timur,
sang pemimpin sudah mengajaknya makan dan buru-buru. Tiga orang itu segera
melahap bubur ayamnya. Dan ketika semuanya disapu bersih dalam waktu sekejap
maka tiga laki-laki ini melempar setail perak dan meloncat pergi.
"Hei, kurang twako. Pembayaran kalian kurang!"
Si pelayan berteriak, memburu tapi sebuah tendangan mengenai pahanya. Dia
menjerit dan terjungkal roboh. Dan ketika Jit Kiu, orang ketiga. mencabut golok dan
mengacungkannya menakut-nakuti maka pelayan ini menggigil dan pemilik kedai
pun pucat, menyuruh pelayannya minggir dan tiga laki-laki itu tertawa. Mereka
berkelebat dan telah menaiki punggung kuda masing-masing. Dan begitu mereka
membentak dan membedal tali kuda maka binatang tunggangan itu meringkik dan
nggeblas, lari melonjak.
"Herr....!"
Tiga laki-laki itu melesat. Mereka ke timur, sekejap kemudian melihat gadis
berkelabang itu berjalan di depan. Pinggulnya naik turun, kuda dikeprak dan bagai
orang-orang kelaparan mereka itu memburu lawan. Dan ketika sebentar kemudian
mereka telah berhasil menyusul dan kekang ditarik maka mereka memutar kuda dan
sudah menghadang menghalang perjalanan si gadis berkelabang.
"Ha-ha, nanti dulu, nona. Siapakah tiga kecoa busuk yang kau maksudkan di
kedai tadi? Bukankah tempat dudukmu tak ada apa-apanya dan bersih saja?"16
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Hm, siapa kalian?" gadis itu bertanya, matanya berkilat-kilat, tak menjawab
pertanyaan orang. Dan ketika tiga laki-laki itu meloncat turun dan berdiri di depannya
maka si pemimpin, yang luka pipinya itu menyeringai, tertawa.
"Kami Tiga Harimau Sakti, aku Cek Kwan. Ini temanku Kee Gwan dan Jit Kiu."
"Sekarang kenapa menghentikan perjalanan orang? Minta mampus?"
"Ha-ha, galak benar! Eh, kawan-kawan, bagaimana tanggapan kalian mendengar
kata-katanya ini?"
Kee Gwan dan Jit Kiu terbahak. "Sombong, twako. Gadis ini sombong dan
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kurang ajar!"
"Dan perlu kita tangkap, dia telah berani menghina kita!"
"Benar, mari kita tanya," dan Cek Kwan yang kembali menghadapi lawan dan
bertolak pinggang lalu memelintir kumisnya. "Nona, kau telah mendengar sendiri
jawaban dua temanku. Mereka menganggapmu sombong, kau telah menghina kami.
Nah, jawab dulu siapa kecoa busuk yang kau maksud di kedai tadi dan katakan siapa
kau!"
"Aku tak perlu kalian kenal. Tapi kecoa busuk yang kumaksud adalah kalian!"
"Keparat, berani kau menghina kami?"
"Kenapa tidak? Bukankah kalian yang ceriwis mengganggu aku? Minggirlah,
dan pergi kalau tak ingin mampus!"
"Sret!" Kee Gwan mencabut golok, tak dapat menahan diri. "Kau liar dan
kurang ajar, gadis sombong. Coba buktikan kata-katamu kalau bisa!" laki-laki itu
menerjang, golok diayun dan coba menakut-nakuti muka lawannya. Gadis ini tak
mengelak dan golok terus meluncur. Kee Gwan berseru kaget dan menahan
goloknya. Dan ketika golok berhenti sesenti saja dan gadis itu diam tak mengelak dia
malah heran dan terkejut sendiri.
"Hei, kau tak pernah dibacok orang? Kau tak tahu tajamnya golokku ini?"
"Kenapa? Boleh kulihat? Coba kemarikan!" dan belum laki-laki itu menarik
atau menggerakkan goloknya tahu-tahu dua jari gadis itu menotok, begitu cepat dan
pergelangan lawan pun di buatnya lumpuh. Kee Gwan berteriak kaget dan terhuyung.
Dan ketika dia terbelalak dan bengong oleh gerakan luar biasa cepat itu tahu-tahu
goloknya sudah di rampas dan...... ditekuk.
"Krek!" golok patah. Kee Gwan dan dua temannya menjublak melihat ini. Dan
begitu mereka tertegun maka gadis ini mengayun tangannya dan..... sisa kutungan
golok itu pun menyambar Kee Gwan menancap di pundak laki-laki ini.
"Aduh......!" Kee Gwan menjerit, langsung terjungkal roboh. Dan ketika dua
temannya terkejut dan sadar tahu-tahu gadis itu mendorong mereka dan melanjutkan
perjalanannya.
"Minggir...... bres-bress!" tiga laki-laki itu bergulingan. Mereka berteriak
tertahan dan si nona pun melenggang. Bukit pinggulnya yang menari-nari membuat17
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
lawan bengong. Tapi begitu sadar dan Cek Kwan, si pemimpin membentak marah
tiba-tiba dia meloncat dan meraung, menodongkan golok di depan lawan.
"Berhenti, atau kau kubunuh!"
Gadis itu tersenyum dingin. "Kalian tidak kapok?"
Cek Kwan tergetar. Dia melihat kilatan berbahaya dari gadis ini, sinar mata yang
aneh dan tekukan bibir yang mengejek. Tiba-tiba dia mundur dan gentar. Perbawa
dari gadis ini menciutkan nyalinya dan dia pun pucat. Hampir laki-laki ini
menurunkan goloknya. Tapi Jit Kiu yang rupanya marah dan tak tahu diri meloncat
maju.
"Twako, gadis ini semakin kurang ajar. Dia dapat mematahkan golok, tapi kita
bertiga. Masa takut kepadanya? Serang, jangan gentar dan mari kubantu........ wut!"
laki-laki itu mengayunkan goloknya, sudah mencabut senjatanya itu dan menyerang
leher. Sekali bacok dia mau membuat leher itu terluka, temannya terkejut. Tapi gadis
ini yang mendengus dingin dan menggerakkan lengan tahu-tahu memapak dan
melengking.
"Krak-bluk!"18
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Suara itu disusul jeritan tinggi. Jit Kiu, laki-laki yang menyerang ini tiba-tiba
terbanting, goloknya mencelat dan dia pun terkapar, berkelojotan dan akhirnya tewas
dengan mata mendelik. Dua tusukan jari melukai lambungnya, bukan main kagetnya
Cek Kwan dan Kee Gwan, dua laki-laki di sebelahnya kaget terbelalak memandang
kejadian itu. Sekali gebrak saja teman mereka roboh langsung binasa! Dan ketika
mereka tertegun dan bengong memandang kejadian itu maka gadis yang ganas ini
melirik mereka dengan kerling maut.
"Kalian minta menyusul arwahnya?"
Cek Kwan dan Kee Gwan menggigil. Tiba-tiba mereka gentar, juga marah. Tapi
Cek Kwan yang penasaran dan meraung tiba-tiba menubruk, ingin menuntut balas.
"Kau gadis siluman, pembunuh...! dan Cek Kwan yang mengayun golok sambil
menendang tiba-tiba menyuruh temannya maju, Kee Gwan ragu-ragu tapi akhirnya
mengangguk. Luka di pundaknya itu membuat dia marah, menyambar golok
temannya dan sudah menerjang. Dan ketika gadis itu berkelit dan Cek Kwan
membentak lagi maka dua orang itu mengeroyok gadis ini dan sudah membacok atau
membabat.
Tapi gadis itu tertawa dingin. Dia berlompatan dua kali, lalu begitu Cek Kwan
membacok dari kanan tiba-tiba dia menangkis. "Krak........!" golok patah, Cek Kwan
terkejut dan mau mundur. Tapi ketika dua jari bergerak dari depan menuju
lambungnya tiba-tiba sinar putih berkeredep dan terdengar jeritan ngeri laki-laki ini.
"Augh...!"
Cek Kwan terbanting roboh. Sama seperti temannya laki-laki ini pun terluka
lambungnya, dua bekas tusukan jari menembus perutnya itu. Cek Kwan meraung dan
menggelepar, tak lama kemudian tak bergerak-gerak. Tewas! Dan ketika Kee Gwan,
teman satunya terlempar bergulingan mendapat tendangan samping maka laki-laki ini
menggigil melompat bangun dan langsung menjatuhkan diri berlutut.
"Lihiap, ampun..... am..... ampun!"
"Hm, aku mengampuni kau, kecoa busuk. Kalau tidak masa kau masih dapat
bernapas? Aku teringat kemurahanmu tadi, golok yang tidak kau teruskan. Kalau
tidak tentu kau pun mampus dan jangan harap dapat bicara lagi!" gadis itu
menjengek, memang benar karena Kee Gwan inilah yng tadi menahan goloknya,
menyerang pertama kali tapi tertegun kenapa gadis itu diam saja. Kini sikapnya itu
menyelamatkan dirinya dan buru-buru laki-laki ini mengucap terima kasih. Dan
ketika gadis itu mendengus dan memutar tubuh tiba-tiba dia pun meloncat dan
menaiki seekor kuda yang tadi ditunggangi tiga laki-laki ini.
"Hyehh!" tanpa banyak cakap dia menghentak, kuda ditendang dan binatang
berkaki empat itupun melonjak. Dan ketika Kee Gwan melenggong dan terbelalak ke
depan maka lawan pun lenyap di kejauhan dan laki-laki ini menangis, teringat mayat
dua temannya.
"Cek Kwan, Jit Kiu, kita ketemu batunya. Sungguh sial nasib kalian. Tenanglah,
kita memang apes dan celaka!" laki-laki itu mengurus mayat dua temannya, ngeri dan
gentar melihat luka di lambung itu. Tusukan jari si gadis cantik seakan pisau belati
saja, tajam dan memutuskan usus di dalam. Bukan main. Dan ketika dengan
menangis dia mengubur mayat dua temannya dan kehilangan sekor kuda maka gadis19
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
berkelabang itu yang jauh mencongklang di depan sudah menghilang dan melarikan
kudanya ke timur.
Siapakah dia? Kee Gwan tak mengenal. Untuk wilayah itu barangkali tak ada
orang mengenal siapa gadis cantik ini. Dia bukan lain Kiok Lan, tokoh kita yang
sudah lama tak kita temui. Gadis inilah yang akan dicari Bun Hwi, di samping Mei
Hong, gadis satunya lagi. Dan karena lama tak kita jumpai gadis ini biarlah kita
ringkas sejenak siapa sebenarnya gadis yang ganas ini.
Kiok Lan adalah murid mendiang Thian-san Giok-li, seorang pendeta wanita
yang tewas di tangan Ang-sai Mo-ong dan Tung-hai Lo-mo, dua datuk sesat yang
juga tewas pada beberapa waktu yang lalu (baca : Sengketa Cupu Naga). Dan karena
gadis ini ditinggal mati subonya dan tak ada kerabat yang dapat diikuti maka dia
merantau sendirian dan beberapa bulan ini bersikap dingin, mudah marah, gampang
menjatuhkan tangan kejam dan sudah kita lihat keganasannya terhadap tiga laki-laki
di atas. Gadis ini mengalami kekecewaan besar, patah hati. Karena Bun Hwi, pemuda
yang dicintainya itu tak mengejar dirinya.
Dalam "Cupu Naga" diceritakan betapa tiga muda-mudi itu, Bun Hwi dan Kiok
Lan serta Mei Hong, bertengkar dan saling bermusuhan. Dua gadis ini
memperebutkan Bun Hwi, sama-sama mencinta Bun Hwi. Tapi Bun Hwi sendiri
yang bingung dan tak dapat menentukan sikapnya menghadapi dua gadis cantik itu
ternyata bersikap kurang tegas. Pemuda ini tak tahu kepada siapakah sebenarnya dia
mencintai. Dulu, baik Kiok Lan maupun Mei Hong sama-sama disukanya. Tak aneh
karena dua gadis itulah yang bergaul dan sering membantu Bun Hwi ketika dia di
kejar-kejar orang kang-ouw, diperebutkan dan mau dibunuh kerena dia berhasil
mendapatkan Cupu Naga, sebuah cupu berisi sebuah ilmu silat tinggi warisan Pek In
Sian-su, tokoh dewa yang hidup ratusan tahun yang lalu. Dan karena Bun Hwi tak
menjatuhkan pilihannya pada seorang di antara mereka dan Kiok Lan maupun Mei
Hong menganggap pemuda itu mencintai yang lain, terbukti mereka tak dikejar maka
Kiok Lan menyangka Bun Hwi mengejar Mei Hong sementara Mei Hong sendiri
mengira Bun Hwi mengejar Kiok Lan. Tak tahu bahwa Bun Hwi meneruskan
perjalanannya ke kota raja, meninggalkan kedua-duanya dan tak mencari kedua
duanya pula. Tentu saja Kiok Lan mengira Bun Hwi mengejar Mei Hong sementara
Mei Hong juga mengira Bun Hwi mendapatkan Kiok Lan, dua-duanya menyangka
salah. Dan ketika minggu demi minggu Kiok Lan merantau tanpa tujuan dan gadis ini
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain maka sering dia menangis teringat
nasibnya yang tak beruntung itu.
Pertama subonya tewas, dia kehilangan orang paling dekat, juga satu-satunya.
Lalu Bun Hwi dan cintanya. Ini yang amat berat. Kematian subonya dapat ditekan
secepat mungkin, dilupakan. Tapi Bun Hwi, yang untuk pertama kali di cinta dan
pernah menciumnya mana bisa begitu mudah dilupakan? Ah, dia tak sanggup.
Melupakan pemuda itu sama dengan menggerogoti jantungnya, sakit dan pedih. Ada
semacam luka menganga di situ, dia tak dapat menyembuhkan itu dan hanya Bun
Hwilah obatnya. Luka asmara atau patah hati memang selamanya berat bagi yang
muda, apalagi seperti Kiok Lan itu, yang untuk pertama kali mengenal artinya cinta
dan untuk pertama kalinya pula merasa gagal. Cinta tiba-tiba saja seperti biang
penyakit, pahitnya melebihi empedu. Ingin dia menjerit dan berteriak-teriak. Dan
ketika Kiok Lan menangis dan sering mencucurkan air mata di perjalanan maka luka
yang dirasakan mengiris-iris ini membuat Kiok Lan mudah beringas dan ganas.20
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Pada dasarnya gadis ini memang keras. Dulu sewaktu Thian-san Giok-li masih
hidup Kiok Lan dikenal sebagai gadis yang keras dan pemberani. Apalagi setelah
tokoh wanita itu tewas. Gadis in semakin keras dan telengas, maklum, dia hidup
seorang diri dan segala gangguan di jalan harus diatasinya sendiri. Tak ada
pendamping tak ada pembela. Kiok Lan, gampang tersinggung dan marah. Ditambah
hubungannya yang gagal bersama Bun Hwi membuat gadis ini seakan harimau betina
yang baru melahirkan anakya. Maka tak aneh kalau tiga laki-laki tadi yang
mengganggunya kontan dihajar keras. Cek Kwan dan Jit Kiu dibunuh, Kiok Lan
bersikap dingin dan ketus. Dan ketika hari itu dia melanjutkan perjalanannya dengan
kuda rampasan maka gadis ini kembali termangu-mangu dan melamun di atas
kudanya.
Apa yany dipikir? Gangguan laki-laki? Bukan, Kiok Lan tak takut akan ini. Dia
memiliki kepandaian tinggi, ilmunya lebih dari cukup kalau hanya menghadapi itu.
Tidak, dia tidak takuti itu melainkan terkenang pada Bun Hwi. Dulu mereka pernah
berkuda bersama, bahkan berboncengan bersama, satu kuda untuk dua orang. Ah,
nikmatnya itu. Bun Hwi di belakang dan ia di depan. Dan terbayang betapa dia
pernah menampar pemuda itu dan segala suka-duka perjalanan tiba-tiba Kiok Lan
menarik napas dan... menangis.
Entah untuk berapa kali dia menangis. Berbulan-bulan ini Kiok Lan tak pernah
gembira, ada saja yang membuat dia terkenang pemuda itu. Melihat pemuda lain
misalnya, pemuda sebaya Bun Hwi. Atau seperti sekarang ini, menunggang kuda dan
teringat pemuda itu, kenangan lama. Atau melihat sungai, dan derasnya arus yang
mengalir. Hm, bukankah pernah dia berenang bersama pemuda itu dalam
memperoleh Cupu Naga? Dan karena kenangan demi kenangan selalu membuat Kiok
Lan teriris-iris maka tiba-tiba gadis ini mengguguk dan mengepal tinju.
"Bun Hwi... kau kejam........!"
Bibir itupun pucat. Kiok Lan tiba-tiba bersedih dan menghentikan kudanya di
tepi hutan yang rindang. Dan ketika dia meloncat dan duduk menutupi muka maka
gadis ini menangis berjam-jam sementara kudanya merumput tak tahu apa yang
dipikir majikannya.
Sakit tentang cinta memang berat, siapa tak mengakui ini? Maka ketika siang itu
Kiok Lan merenung dan membiarkan air matanya berderai maka lagi-lagi lamunan
merobek-robek ingatannya akan masa lalu. Sebenarnya, kalau ada pendamping
barangkali gadis ini tak akan seberat itu tekanan batinnya. Kalau saja ada sahabat
atau teman mungkin Kiok Lan dapat dihibur. Tapi, siapa teman atau sahabat gadis
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ini? Setelah gurunya tewas Bun Hwi itulah satu-satunya teman barunya, sekaligus
kekasih, orang yang dia cinta. Tapi setelah Bun Hwi membiarkannya pergi dan
justeru tak perduli tiba-tiba hidup ini serasa kering dan tidak menyenangkan. Kiok
Lan merasa hidup tak ada gunanya, orang mati barangkali lebih bahagia, terbebas
dari urusan dunia dan memang kadang muncul juga keinginan itu. Mati! Tapi setelah
dipikir bahwa dia sebagai gadis berkepandaian tinggi dan malu rasanya harus mati
bunuh diri mendadak dia berontak dan menolak.
Tidak, dia tak akan melakukan itu. Kalau toh dia harus mati maka kematiannya
haruslah gagah bukan mati begitu konyol, bunuh diri. Ah, bagaimana kata orang
kalau melihat dia, murid mendiang Thian-san Giok-li yang gagah dan lihai mati
bunuh diri? Bukankah memalukan? Maka Kiok Lan tak akan melakukan ini. Tapi21
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
kalau tidak, dengan terus hidup begitu dengan perasaan digerogoti sakit hati sampai
kapan dia tahan? Kiok Lan bingung, dan karena bingung maka dia pun menangis.
Air mata, betapapun memang dapat menolong. Kedukaan yang menghimpit
dapat terasa longgar bila air mata dikeluarkan. Itulah senjata yang amat baik, setidak
tidaknya saat itu. Tapi setelah air mata mengering Kiok Lan bangkit berdiri dan
menghampiri kudanya lagi.
"Kiok Lan...!"
Seruan ini tiba-tiba membuat gadis itu tersentak. Bagai petir di belakang
telinganya sekonyong-konyong dia membalik, tertegun dan seakan tak percaya
melihat siapa di situ. Seorang pemuda muncul, begitu saja. Dia tak tahu dan langkah
kakinya tak terdengar, mungkin karena dia lengah pada kedukaan diri sendiri, ketika
tenggelam dalam tangisnya tadi. Tapi begitu dia sadar dan melihat siapa yang
memanggil ini mendadak Kiok Lan meloncat dan sudah menubruk.
"Bun Hwi.... oh, Bun Hwi...!" Kiok Lan mengguguk, air mata yang sudah
mengering tiba-tiba berderai lagi. Aneh bin ajaib dia melupakan segala kedukaannya.
Bun Hwi, pemuda yang dicintainya itu muncul. Begitu saja, seperti iblis! Dan Kiok
Lan yang girang serta gembira luar biasa tiba-tiba sudah menubruk dan memeluk
pemuda ini, memeluk kencang-kencang. "Bun Hwi, ah, kau....... bagaimana datang
secara demikian mengejutkan? Apa yang kau cari? Kau mencari diriku?"
"Benar," Bun Hwi, pemuda ini memeluk, balas mengusap. "Aku mencarimu,
Kiok Lan. Dan baru hari ini kau kutemukan. Hm, kau kurusan sedikit, wajahmu
pucat. Kau tidak menghiraukan tubuhmu? Kau tak perduli makan minum?"
"Ooh......!" Kiok Lan tersedu-sedu. "Aku teringat kau, Bun Hwi. Aku tak dapat
melupakan dirimu. Kau kejam. Kau membiarkan aku merana........!"
"Hm," Bun Hwi mendorong gadis itu, bersinar-sinar. "Apa yang telah kau
lakukan di belakang, Kiok Lan? Kau membunuh orang?"
"Kau tahu?"
"Ya, aku dari kedai itu. Kebetulan mendengar seorang gadis dikejar tiga laki
laki kasar dan aku datang. Kau telah membunuh dua di antara mereka dan aku
terlambat."
"Memangnya kenapa? Kau mau membela tiga jahanam itu?"
"Apa yang terjadi? Coba ceritakan."
Kiok Lan mendadak melepaskan dirinya, mata memandang sekeliling. "Kau
datang sendiri?" pertanyaan ini diucapkan dengan menggigil. "Mana Mei Hong?"
Bun Hwi tiba-tiba tersenyum pahit. "Aku tak bersamanya, Kiok Lan. Aku
memang datang sendiri. Sengaja mencari dirimu!"
"Benar?"
"Perlukah aku bohong?"
"Ooh...!" Kiok Lan terisak, menubruk lagi. "Kalau begitu jangan kau pergi. Bun
Hwi. Aku tersiksa. Aku tak dapat hidup tanpa kau!" gadis itu menangis lagi, air mata22
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
jatuh berderai dan Bun Hwi hampir menunduk, menengadahkan muka itu dan
mencium. Berpelukan dan bersayang-sayang begini mendadak membangkitkan
semacam kehangatan di dalam tubuhnya, nafsu berahi timbul dan ingin dia mencium.
Entah kenapa tiba-tiba saja dia ingin mencium wajah yang penuh air mata ini, wajah
yang pucat dan menggigil. Wajah yang tampak begitu ketakutan kalau dia tinggal.
Dan ketika Bun Hwi mengangkat wajah itu namun sadar akan apa akibatnya nanti
tiba-tiba pemuda ini teringat Cinta Sintetis yang dibeberkan pendekar sakti Sheru
Deva itu.
"Cinta Sintetis berhubungan dengan badan. Cinta ini erat hubungannya dengan
Aku. Kalau ingin memberi kasih sayang dan mabok dalam cinta yang ini maka
manusia akan lupa diri, tenggelam. Kesadaran akan melayang dan hanyutlah orang
akan kenikmatan badani. Kalau tak ada Cinta Sejati di tubuh sebaiknya jangan
mengumbar cinta berahi karena akibatnya akan panjang!"
Bun Hwi menahan diri. Benar, dia tak boleh gegabah. Dia belum tahu adakah
cinta sejati di hatinya terhadap gadis ini, tak boleh dia mabok dalam cinta sintetis dan
betapapun dia harus mengendalikan perasaannya. Kiok Lan memang cantik, ingin dia
mencium dan melumat bibir yang gemetar itu, yang kini tiba-tiba menjadi merah dan
segar. Bibir itu seolah memang minta dicumbu! Bun Hwi memejamkan mata dan
mendorong. Dan ketika dia berhasil mengendalikan perasaannya dan membuka
kembali matanya maka Bun Hwi berkata, agak tergetar, "Kiok Lan, coba ceritakan
padaku apa yang dilakukan tiga laki-laki itu. Kenapa kau membunuh mereka dan
bersikap begitu telengas."
"Hm," Kiok Lan bersinar-sinar. "Mereka kurang ajar, Bun Hwi. Mereka
menggangguku dan menghalang jalan!"
"Untuk itu kau perlu membunuh mereka?"
"Jadi bagaimana maumu? Menerima mereka dan bersahabat dengan tiga laki
laki tengik itu? Mandah dipermainkan dan dikurangajari?"
"Tidak, tentu tidak begitu, Kiok Lan. Tapi cukup kau menghajar mereka dan tak
usah menurunkan tangan kejam!"
"Aku lagi sakit, Bun Hwi. Perasaanku lagi tertekan. Mereka sebenarnya sudah
kutinggalkan tapi mengejar, aku sudah bersabar tapi mereka tak tahu diri!"
Bun Hwi mengerutkan kening.
"Sakit apa?"
"Sakit hati, kaulah pembuatnya!"
Bun Hwi tiba-tiba terdiam, menarik napas.
"Bun Hwi, kau datang untuk membawaku bersama?" tiba-tiba pertanyaan itu
menyadarkan Bun Hwi. "Kau mau mengajak aku seperti dulu?"
"Hm," Bun Hwi menarik lengan gadis ini. "Mari duduk, Kiok Lan. Kita
bercakap-cakap."
Kiok Lan berdebar, takut-takut. "Apa yang hendak dibicarakan? Menyenangkan
atau tidak?" gadis itu duduk, membiarkan lengannya dipegang Bun Hwi dan Kiok23
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Lan pun tiba-tiba terisak. Tanpa diminta dia merebahkan kepalanya di dada pemuda
itu, perasaan rindu dan kangen tak dapat ditahan. Dan ketika Bun Hwi tertegun dan
mengusap rambutnya maka Kiok Lan menangis. "Bun Hwi, jangan kau tinggalkan
aku. Kalau kau mencintai aku biarlah kita bersama dan tetap selalu berdua!"
"Inilah," Bun Hwi mulai berdebar, nyaris mencium lagi. "Aku hendak
membicarakan hubungan kita berdua, Kiok Lan, Aku mencari karena memang ingin
melihat kecocokan di antara kita. Aku menjajagi adanya komunikasi. Ingin melihat
apakah kita dapat berhubungan dalam arti seluas-luasnya dan tidak ada celah!"
"Celah apa? Komunikasi apa?" Kiok Lan tak mengerti. "Bicaramu aneh, Bun
Hwi. Aku bingung dan tak paham!" gadis itu terbelalak, diam-diam kecewa karena
sebenarnya dia telah memberikan bibirnya tadi, Bun Hwi tak mencium dan dia
penasaran. Biasanya. Bun Hwi suka mencium, heran bahwa pemuda ini agak lain
daripada biasa dan bicaranya tampak lebih dewasa. Kiok Lan merasa Bun Hwi yang
ini agak lain dari Bun Hwi yang dulu. Sikap dan kata-katanya penuh kehati-hatian,
terbelalak dia. Dan ketika Bun Hwi tersenyum dan mendorong agar dia duduk dengan
enak maka pemuda ini mulai bicara.
"Kiok Lan, sesungguhnya aku tak tahu kepada siapakah sebenarnya aku
mencintai. Terus terang terhadap kalian berdua aku sama-sama suka. Baik kau
maupun Mei Hong tak ada bedanya bagiku. Kalian sama-sama mempesona, aku tak
dapat menentukan hatiku dan jujur saja bahwa agaknya terhadap kalian berdua pun
aku sama-sama cinta! Aku......"
"Huh, kau mata keranjang, Bun Hwi. Tak mungkin aku dapat menerima kata
katamu ini!" Kiok Lan memotong, bibir cemberut dan dia pun tiba-tiba marah. Bun
Hwi dianggapnya mempermainkannya, mau enaknya sendiri dan tentu saja dia tak
senang. Pemuda ini dikira mencintanya seorang, tak tahunya malah bicara begitu rupa
dan tentu saja dia panas. Mana mungkin membiarkan kekasih membagi cinta? Maka
belum Bun Hwi melanjutkan kata-katanya dia sudah bangkit berdiri. "Bun Hwi, kalau
mencinta aku bilang saja mencinta. Tapi kalau kau mencinta Mei Hong bilang juga
terus terang. Jangan plin-plan begini!"
"Ah, tenanglah. Sabar! Bun Hwi mengerutkan kening, menarik lagi tangan gadis
itu. "Kau duduklah, Kiok Lan. Mari bicara dan dengarkan dulu!"
"Aku tak mau dengar kalau bicaramu macam itu. Kau mempermainkan aku dan
membuat bingung!"
"Tenanglah," Bun Hwi menekan pundak gadis ini, merasa komunikasi tak bisa
bolak-balik. "Kau jangan memotong dulu percakapanku, Kiok Lan. Dengar dan
perhatikan dulu sebelum memprotes!"
"Aku tak mau dengar yang macam tadi. Aku tak suka kau jatuh cinta kepada
kami berdua!"
"Baiklah, mari duduk dan bicara lagi," Bun Hwi terkejut, merasa buntu dan
susah. Memang susah kalau belum apa-apa sudah dipotong begini. Kiok Lan tak mau
mengerti perasaannya dan terpaksa Bun Hwi mengangguk. Dan ketika gadis itu
menjadi tenang dan memandangnya bersinar-sinar. Bun Hwi sudah berdehem. "Hm,
sampai di mana tadi"24
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Kiok Lan cemberut. "Pernyataan cintamu yang ngawur, kau bilang baik aku
maupun Mei Hong sama-sama kau cinta!"
"Ya, ya, dengarlah," Bun Hwi sekarang hati-hati, was-was. "Aku sesungguhnya
tidak bohong kalau mengatakan aku suka kepada kau dan Mei Hong, Kiok Lan. Dan
bahwa tentang cinta..."
"Kau mau mengatakan bahwa tentang cinta kau pun mencintai aku dan Mei
Hong? Bahwa ini yang membuatmu bingung dan karena itu kau mau mengajak aku
mencari Mei Hong dan bersayang-sayang dengan gadis itu? Hm...!" Kiok Lan
mendengus. "Aku tak dapat menerima ini, Bun Hwi. Dan sekali lagi kutegaskan kau
tak dapat melakukan itu karena aku tak dapat menerimanya!"
"Sabar dulu." Bun Hwi berkeringat. "Kenapa nerocos saja? Dengarlah apa yang
akan kukatakan ini, Kiok Lan. Aku hendak mengatakan bahwa masalah ini akan
kujajagi dengan hati-hati. Bahwa kau maupun Mei Hong akan sama-sama kutemani
enam bulan untuk mendapatkan kepastian yang positip!"
"Menemani? Apa maksudmu?"
"Maksudku begini. Karena sekarang kau yang kudapatkan dulu maka aku
hendak menemanimu selama enam bulan untuk melihat kecocokan atau
ketidakcocokan di antara kita. Bahwa setelah ini aku akan meninggalkanmu dan ganti
menemani Mei Hong selama enam bulan pula. Siapa di antara kalian yang banyak
kecocokannya denganku maka dialah yang kupilih."
"Hm, memangnya kami betina yang harus dicocok-cocokkan seperti ayam mau
dipejantani. Kau menganggap apa diriku ini, Bun Hwi? Kau hendak merendahkan
wanita dan cari enaknya sendiri?"
Bun Hwi tertegun.
"Aku tak sudi!" Kiok Lan menyambung. "Kalau kau mau menemani Mei Hong
silahkan kau temani dia, Bun Hwi. Tapi kalau kau mau menemani aku tak boleh kau
mencari Mei Hong!"
Gagallah komunikasi pertama. Bun Hwi sebenarnya hendak bersikap jujur dan
terus terang kepada gadis ini, bahwa dia ingin menunjukkan masalah rumah tangga
bukanlah masalah gampang. Kisah Empat Pendekar itu sudah lebih dari cukup
baginya bermawas diri. Tapi karena Kiok Lan tak membaca kisah itu dia tentu saja
tak mengerti apa yang dia maksud maka Bun Hwi tiba-tiba mati kutu dan merasa
bingung, kalah sebelum bertarung. Susah rasanya memberi tahu gadis ini apa yang
dia maui. Mungkin Kiok Lan berpikir alangkah enaknya dia, sebagai laki-laki habis
berkencan dengan yang sini lalu lari ke yang lain, kencan dengan yang sana. Kiok
Lan barangkali menganggap bisa terjadi apa-apa kalau dia menemani Mei Hong.
Maklum, lelaki dan perempuan kalau jalan bersama mana mungkin tak ada apa
apanya? Maka bingung dan kehabisan akal oleh semua potongan Kiok Lan tiba-tiba
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bun Hwi malah mendelong dan tidak bicara apa-apa lagi.
"He, bagaimana?"
Bun Hwi terkejut. "Apanya yang bagaimana?"25
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Bagaimana tentang tadi, Bun Hwi. Kalau kau mau menemani Mei Hong
sebaiknya tak usah kau mencari aku. Tapi kalau kau mau menemani aku maka
kutegaskan jangan mencari siluman betina itu!"
"Kau benci benar kepada Mei Hong, salah apa dia kepadamu?" Bun Hwi
menegur.
"Perlukah kujelaskan?" Kiok Lan melotot. "Kau tahu sendiri, Bun Hwi. Tak
usah kujawab!"
"Baiklah, baiklah..." Bun Hwi mengalah. "Mari kita sambung lagi percakapan
tadi, Kiok Lan. Aku ingin menemanimu dan melihat kecocokan di antara kita. Kau
mau, bukan?"
"Tentu, tapi tak usah kau menemani Mei Hong!"
"Hm, ini..." Bun Hwi mengerutkan kening. "Tak adil, Kiok Lan. Aku sudah
bertekad untuk mengetahui hubungan kita bertiga dan menentukan cintaku!"
"Kalau begitu kau melanggar laranganku. Kau boleh temani Mei Hong dan tak
usah menemuiku!" Kiok Lan melompat bangun, marah dan sudah memutar tubuh dan
meninggalkan Bun Hwi. Begitu saja membuat Bun Hwi terkejut. Dan ketika gadis itu
meloncat jauh dan terisak memaki Bun Hwi maka Bun Hwi meleggong dan bangkit
berdiri.
"Kiok Lan....!"
Gadis itu tak perduli. Kiok Lan rupanya marah dan tak dapat dibujuk, Bun Hwi
mau mengejar tapi tiba-tiba merandek. Sekonyong-konyong pemuda ini menggigit
bibir, kecewa dia. Dan ketika dia memanggil lagi namun Kiok Lan bahkan
mengerahkan ginkang mempercepat larinya tiba-tiba Bun Hwi mendesis mengepal
tinju.
Bun Hwi tak mengejar. Dia pikir percuma saja kalau gadis itu tak dapat diajak
bicara baik-baik. Komunikasi pertama kandas di tengah jalan, padahal dia sudah
berusaha mengarahkan kejujuran dan keterbukaan. Dia sudah mencoba untuk
bersikap terus terang tapi gadis itu tak mau mengerti. Bun Hwi marah dan akhirnya
pun mendongkol. Maka ketika gadis itu lenyap dan kembali perjumpaan mereka yang
singkat gagal. Bun Hwi lalu menggeram memaki diri sendiri juga memaki gadis itu.
Tak mau menggerakkan kaki meskipun sebenarnya dia ingin mengejar Kiok Lan lagi.
Pencariannya yang begitu sukar tiba-tiba patah begitu mudah. Ah, betapa kecewanya.
Dan ketika Kiok Lan lenyap di kejauhan sana dan Bun Hwi masih mendengar
tangisnya maka Bun Hwi memutar tubuh dan... pergi ke arah lain.
*
* *
Hwa-i Kai-pang, pusat perkumpulan pengemis baju kembang adalah partai
pengemis yang di pimpin oleh seorang wanita. Selama berdirinya baru pertama itulah
perkumpulan pengemis ini tak dipimpin laki-laki, karena mendiang Hwa-i Sin-kai,
pengemis yang mengetuai perkumpulan itu memang hanya mempunyai seorang26
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
murid wanita yang kini memimpin perkumpulan pengemis itu. Dan ketua ini bukan
lain Mei Hong adanya.
Sekelumit tentang Mei Hong barangkali dapat diceritakan di sini. Mei Hong
adalah anak angkat Can-kauwsu, guru silat Can yang tewas dibunuh Wong-taijin,
walikota Wong yang dulu memerintah Lauw-yang. Dan Wong-taijin inipun tewas
dibunuh Bun Hwi, tanpa kesengajaan (baca : Sengketa Cupu Naga). Dan karena Bun
Hwi akhirnya dikejar-kejar pengawal walikota itu dan Mei Hong membantu anak
laki-laki ini maka perkenalan di antara mereka terjalin erat dan di Lauw-yang inilah
Bun Hwi pertama kali kenal dengan Mei Hong.
Mei Hong memang gadis yang lembut. Anak perempuan itu sering membela
Bun Hwi, sama seperti Kiok Lan yang juga sering menyelamatkan Bun Hwi, ketika
mereka masih kanak-kanak. Tapi ketika mereka tumbuh dewasa dan lima tahun
masing-masing pihak tak berjumpa satu sama lain karena Bun Hwi maupun Kiok Lan
serta Mei Hong mempelajari warisan ilmu silat di Cupu Naga maka ketiganya lama
tak bertemu lagi dan akhirnya bertemu setelah masing-masing sama dewasa. Baik
Kiok Lan maupun Mei Hong sama-sama lihainya. Mereka berdua mendapat warisan
dua jurus ilmu sakti dari tutup Cupu Naga, yang ketika itu terpisah dan Mei Hong
serta Kiok Lan mendapat masing-masing sebuah. Kiok Lan mendapat dua jurus sakti
yang disebut "Sing Sien" sedang Mei Hong mendapat dua jurus lain yang disebut
"Siu Sien".
Mei Hong, meskipun memiliki dua jurus sakti ini tak diketahui kepandaiannya
oleh murid-murid Hwa-i Kai-pang. Dalam arti, murid-murid Hwa-i Kai-pang hanya
mengetehui kepandaian Mei Hong yang diperoleh dari gurunya, mendiang Hwa-i
Sin-kai, ilmu silat tongkat yang disebut Hui-liong sin-tung-hoat (Silat Tongkat Naga
Sakti Terbang), karena memang itulah kepandaian khusus Hwa-i Sin-kai sebelum
almarhum. Dan murid-murid Hwa-i Kai-pang pun mempelajari ilmu silat ini. Jadi
masalah Mei Hong memiliki dua jurus sakti yang diperoleh dari Cupu Naga itu tak
ada murid-murid Hwa-i Kai-pang yang tahu. Jangankan murid-murid Hwa-i Kai
pang, mendiang Hwa-i Sin-kai sendiri tak tahu kalau murid perempuannya ini
memiliki dua jurus sakti, baru tahu setelah ajalnya tiba, ketika dalam pertempuran
seru Mei Hong menghadapi putera Hong Beng Lama yang tangguh, yang dapat
"hidup" setelah mati, ilmu silat berbau ilmu hitam yang di sebut Merekat Tulang
Menyambung Nyawa, sebuah ilmu dahsyat yang dimiliki Lama Tibet itu di mana
Hong Lam, putera Lama itu bertanding melawan Mei Hong. Dan karena ilmunya
yang aneh inilah Mei Hong dan gurunya akhirnya tertangkap dan ditawan Lama sakti
itu beserta puteranya. Semuanya sudah dikisahkan dalam Sengketa Cupu Naga.
Dan kini, setelah gurunya wafat dan Mei Hong memimpin perkumpulan Hwa-i
Kai-pang maka ada sedikit perobahan yang dialami perkumpulan pengemis ini,
terutama dalam jumlah anggotanya. Karena beberapa waktu yang lalu, hampir
setahun, Hwa-i Kai-pang diobrak-abrik oleh mendiang Tung-hai Lo-mo dan Bhong
Kiat, murid Ang-sai Mo-ong yang telah tewas. Di mana waktu itu Hwa-i Sin-kai telah
binasa sementara Mei Hong didatangi Kiok Lan, bertempur dan Tung-hai Lo-mo pun
datang. Hwa-i Kai-pang kehilangan tokoh-tokohnya dan Mei Hong serta Kiok Lan
akhirnya tertangkap. Dua gadis yang bertempur hebat itu sama-sama roboh, musuh
menawan mereka dan Hwa-i Kai-pang hancur. Mei Hong susah payah
mengumpulkan sisa-sisa anggautanya yang berceceran, pertempurannya dengan Kiok
Lan itu bukan lain karena masalah Bun Hwi, masing-masing berebut pemuda itu.27
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Untung akhirnya mereka selamat dan Tung-hai Lo-mo tewas, tinggal Bhong Kiat
yang diampuni Bun Hwi dan berhasil melarikan diri. Kini Mei Hong memimpin
perkumpulannya dengan jumlah anggauta yang sedikit, tak sampai seratus orang. Dan
karena Mei Hong coba mengatur dan mengorganisasi perkumpulannya sedikit demi
sedikit maka kemajuan kaum pengemis itu berjalan lambat karena semuanya
dikerjakan gadis itu sendirian.
Mei Hong, sebagaimana peraturan partai di haruskan mengenakan baju tambal
tambalan. Hal itu telah dilakukan sejak dia diangkat murid oleh mendiang Hwa-i Sin
kai, enam tujuh tahun yang lalu. Ketika dia diselamatkan gurunya itu dari kejaran
pengawal Wong-taijin, bersama Bun Hwi. Sebenarnya Bun Hwi juga mau diangkat
murid oleh kakek pengemis itu, dan pemuda inilah yang justeru hendak diwarisi
kedudukan ketua. Tapi karena Bun Hwi menolak dan Hwi-i Sin-kai kecewa maka
Mei Hong itulah penggantinya dan kini gadis itu duduk sebagai ketua di perkumpulan
pengemis ini.
Mei Hong memimpin partainya ogah-ogahan. Ada dua hal yang membuat
perkumpulan pengemis itu maju dengan lambat. Pertama karena Mei Hong sendiri
sebenarnya kurang senang menjadi ketua pengemis. Dia diharuskan berpakaian
tambalan, hal itu kalau tidak terpaksa tentu ogah dia lakukan. Lalu hal kedua adalah
karena selama ini pikirannya tak dapat lupa dari bayangan Bun Hwi. Pengalaman
serta pergaulannya dengan Bun Hwi cilik berkesan amat dalam, ketika mereka masih
sama kanak-kanak. Betapa Bun Hwi anak laki-laki yang menarik hatinya serta betapa
dia melihat Bun Hwi berkali-kali dipukuli orang. Perkenalannya dengan Bun Hwi
sebenarnya lucu. Waktu itu Bun Hwi datang di Lauw-yang, menjadi pelayan cilik di
restoran "Kim-hi". Dan karena dia memiliki rumah tak jauh dari restoran itu dan
sering membeli makanan di restoran ini maka perkenalannya dengan Bun Hwi
dimulai dari sering Bun Hwi memberi lebih dalam setiap pembeliannya di luar
pengetahuan pemilik rumah makan. Itulah asal mula mereka berkenalan. Mei Hong
selalu tersenyum bila teringat yang ini, masa kanak-kanak mereka yang penuh cerita
dan tawa.Tapi setelah mereka sama-sama tumbuh dewasa dan betapa mereka
berpisah karena satu dan lain sibuk oleh urusannya sendiri maka rasa suka di hati Mei
Hong berobah menjadi rasa cinta setelah mereka bertemu sama besar.
Bun Hwi sekarang gagah, begitu Mei Hong melihat, juga tampan. Mei Hong
seketika jatuh hati dan terkesan oleh Bun Hwi yang gagah dan tampan ini. Dan
karena Bun Hwi juga diketahuinya sebagai seorang pangeran dari kaisar sekarang
lewat selirnya bernama Wi Hong maka tak ayal Mei Hong melangit cintanya dan tak
dapat melupakan pemuda itu. Memang, siapa dapat melupakan pujaan hatinya kalau
hati dan jiwa sudah serasa dikuasai api asmara? Siapa dapat melepaskan diri? Apalagi
kalau pemuda yang dicinta itu macam Bun Hwi, gagah dan tampan serta
berkedudukan sebagai seorang pangeran. Ah, setiap gadis pun rasanya mau bertekuk
lutut dan menyambut pemuda itu!
Mei Hong termangu-mangu. Pagi itu dia melepaskan diri dari pekerjaan, ada
wakilnya yang meneruskan pekerjaan itu. Seminggu ini dia sering menghela napas.
Pembantu-pembantunya tahu bahwa Mei Hong sedang masygul, sang ketua sedang
ingin menyendiri dan tentu saja tak ada murid Hwa-i Kai-pang yang berani
mengganggu. Mereka semua tunduk dan hormat kepada Mei Hong. Dan ketika Mei
Hong duduk ditepian empang di mana berhari-hari ini dia suka melihat-lihat ikan
berkejar-kejaran di kolam mendadak Bun Hwi yang dibayang-bayangkan itu muncul28
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
di permukaan air, tersenyum dan memandang kepadanya lewat air yang beriak. Mei
Hong terkejut dan hampir terpekik. Air itu dipandangnya terbelalak tapi Bun Hwi
betul-betul ada di situ, Mei Hong menggerakkan tangan dan air pun di pukul.
Bayangan itu lenyap tapi muncul lagi setelah riak air tenang. Dan ketika Mei Hong
tertegun dan hampir berseru kaget tahu-tahu sebuah sapaan lembut terdengar di
telinganya dan pundak pun disentuh orang.
"Mei Hong......!"
Mei Hong sekarang mencelat. Tiba-tiba dia berteriak kaget dan langsung
berjungkir balik, tangan menampar dan kakipun menendang. Mei Hong hampir tak
percaya pada pendengarannya sendiri. Tapi ketika terdengar suara "plak-plak" dua
kali pukulannya ditangkis dan seorang pemuda menangkap tangannya tahu-tahu Mei
Hong menjublak dan bengong terisak ditahan.
"Bun Hwi...!"
Jeritan itu mirip keluhan panjang. Mei Hong telah melihat Bun Hwi benar-benar
ada di situ, tadi telah ada di belakangnya dan melongok, wajahnya muncul di
permukaan air dan wajah itulah yang dilihat Mei Hong. Gadis ini mengira main-main
tapi Bun Hwi sungguh-sungguh ada di situ, pemuda ini mencekal lengannya,
meremas lembut. Dan ketika Mei Hong sadar dan Bun Hwi melempar senyum
padanya mendadak si gadis ini menubruk dan mengguguk.
"Bun Hwi... oh, Bun Hwi...!" Mei Hong tak dapat menahan diri, langsung
menangis dan menyebut pemuda itu, sama seperti Kiok Lan. Dan ketika Bun Hwi
memeluk dan mengusap rambutnya penuh sayang tiba-tiba Mei Hong tersedu
mencengkeram punggung pemuda ini, mengeluh dan sudah roboh dalam pelukan
pemuda yang dikenangnya ini. Mei Hong hampir tak percaya bahwa Bun Hwi
muncul di situ, datang kepadanya. Tapi ketika Bun Hwi membelai dan mendorong
pundaknya tiba-tiba Mei Hong teringat sesuatu dan menjauhkan diri, memandang
sekeliling.
"Mana Kiok Lan? Kau sendiri?"
"Hm," Bun Hwi mendesah, bibir ditarik getir. "Aku datang sendiri, Mei Hong.
Tak ada Kiok Lan di sini karena aku mencarimu."
"Jadi kau tak bersama gadis itu?"
"Tidak."
"Tidak mengejarnya ketika dulu dia meninggalkanmu?"
"Tidak, Mei Hong, tidak. Aku tak mengejarnya dan juga tak mengejar dirimu
karena aku bingung. Tapi aku telah bertemu dengannya, berpisah dan aku kecewa
karena tak ada pengertian baik di antara kita. Kini aku datang kepadamu ingin
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bercakap-cakap dan memutuskan siapa yang kupilih!"
JILID II29
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"HM!" pipi itu tiba-tiba memerah. "Untuk apa diputuskan, Bun Hwi? Bukankah
gampang sebagai lelaki kau tinggal memilih dan mengambil? Mau bicara apa lagi?"
"Mari duduk," Bun Hwi menggenggam lengan itu dengan lembut. "Mari kita
bicara dan dengarkan apa yang aku ingini."
Mei Hong berdebar, mengangguk dan sudah duduk di dekat pemuda itu. Mei
Hong tak mau menjauh dan Bun Hwi pun juga agak merapat. Dilihat dari kejauhan
mereka ini sepintas sedang berkasih-kasihan, tak ubahnya dua muda-mudi yang lagi
di mabok asmara. Bun Hwi tersenyum dan Mei Hong pun tersenyum. Tapi ketika
Bun Hwi menarik napas, dan Mei Hong mulai dag-dig-dug melihat pemuda itu mulai
membuka persoalan.
"Mei Hong. aku ke sini karena ingin mengadakan penjajagan. Maksudku,
mencari titik kesamaan atau ketidaksamaan di antara kita. Kau mengerti?"
"Belum."
"Maksudku berkomunikasi, itulah. Itu yang aku inginkan dan kini ingin
mendengar pendapatmu."
"Tentang apa?"
"Tentang hubungan kita, kau aku dan Kiok Lan."
Mulut yang tadi tersenyum itu tiba-tiba di tarik. "Bun Hwi, masalah, ini agaknya
kau sendirilah yang memutuskan, kenapa bicara dengan aku?"
"Memang, aku yang memutuskan, Mei Hong. Tapi sebelum keputusan itu
kuambil, maka aku harus mengadakan penjajagan dulu dan menerima data-data
secara lengkap. Baru setelah itu keputusan dapat kubuat."
"Aku belum jelas, coba terangkan dulu. Dan, eh.... ibumu tak apa-apa, bukan?
Kau telah berkumpul dengan ibumu?"
"Ya, ibu tak apa-apa, Mei Hong. Terima kasih atas perhatianmu," Bun Hwi
mengangguk. "Dan justeru atas saran ibulah aku ke sini dan menemuimu, di samping
Kiok Lan."
"Kau telah bertemu dengannya?"
"Ya, tapi berpisah lagi. Maksudku gagal."
"Hm, aku jadi ingin tahu." Mei Hong mengerutkan kening. "Coba terangkan
padaku apa yang kau maksudkan, Bun Hwi. Dan mudah-mudahan aku dapat
mengerti."
"Kuharap begitu," Bun Hwi menarik napas, mulai bercerita. Menerangkan
bahwa dia ingin menemani Mei Hong beberapa bulan di samping menemani Kiok
Lan beberapa bulan juga untuk melihat persamaan atau ketidaksamaan mereka.
Bahwa dia ingin mereka sama-sama jujur dan terbuka satu sama lain. Bahwa dia,
ingin mengetahui kepada siapakah dia dapat berkomunikasi dengan baik, Kiok Lan
ataukah Mei Hong. Dan ketika Bun Hwi menceritakan bahwa semuanya itu diambil
karena dia sudah membaca dan melihat Kisah Empat Pendekar yang sebagian besar30
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
kandas membina hidup berumah tangga, tiba-tiba Mei Hong tersenyum lebar
terkekeh geli.
Bun Hwi, agaknya kau terpengaruh dongeng! Untuk apa semuanya ini?
Bukankah kau sudah tahu watakku dan watak Kiok Lan? Tanpa menemani sekian
bulan pun kau sudah mengetahui watak kami masing-masing. Agaknya alasannya
hanya kedok saja bagi sebuah alasan lain!"
"Alasan apa?" Bun Hwi terkejut. "Aku tak menyembunyikan alasan lain, Mei
Hong. Tapi benar-benar ingin mengadakan penjajagan semata!"
"Siapa tahu akal cerdikmu? Aku tak tahu misalnya bahwa kau memang ingin
berdekat-dekatan dengan wanita cantik. Bahwa penjajagan yang kau maksud itu
barangkali sebuah tipu muslihat belaka dari alasan ini, yakni kau ingin bersenang
senang dulu dengan aku atau Kiok Lan sebelum menjatuhkan pilihan dengan bulat!"
"Tidak!" Bun Hwi menggeleng, tegas. "Aku tak berniat untuk berdekat-dekatan
begitu, Mei Hong. Kalau itu kupunyai barangkali di istana aku dapat meminta pada
ayahanda kaisar dan tentu diberi. Aku semata ingin mengetahui ini, kecocokan di
antara kita dan siapa yang lebih tepat di antara kalian. Aku ingin mentrapkan
kejujuran dan komunikasi seperti yang disebut-sebut oleh Brahmadewa itu!"
"Siapa Brahmadewa?" Mei Hong mengerutkan kening. "Siapa orang yang kau
bicarakan ini?"
"Orangnya tak ada, Mei Hong. Tapi inti wejangannya membekas dalam di
hatiku. Dia orang hebat, kakek sakti dalam cerita Empat Pendekar itu. Dialah yang
menekankan arti kejujuran dan komunikasi ini!"
"Hm!" Mei Hong bersinar-sinar. "Kau aneh, datang-datang bicara begini rupa
dan minta pendapatku. Baiklah, aku coba mengerti tapi kuharap kau pun juga mau
mengerti. Ada keberatan dan tidak keberatan bagiku, ini menyangkut kehormatan."
"Kehormatan? Kehormatan apa?"
"Begini, bagaimana kalau keinginanmu kuterima?"
"Kau mau kutemani?"
"Anggaplah begitu."
"Eh, kenapa begitu, Mei Hong? Kau tampaknya tak sepenuh hati!"
"Bun Hwi, jawab saja pertanyaanku bagaimana kalau keinginanmu kuterima.
Bukankah kau mengajak aku berkomunikasi?"
"Ya."
"Nah. jawablah itu. Bagaimana kalau keinginanmu kuterima."
"Tentu saja aku senang. Aku merasa kita mulai dapat berkomunikasi, ada
pengertian!"
"Dan setelah itu kau meninggalkan aku untuk selama enam bulan pula
menemani Kiok Lan?"
"Ya, begitu maksudku."31
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Hm, inilah yang kumaksud dengan kehormatan itu," Mei Hong mulai
bersungguh-sungguh. "Bagaimana kata orang akan diriku, Bun Hwi? Bukankah
setelah enam bulan kita ubyang-ubyung orang lalu menilai negatif padaku? Kau enak
saja pergi meninggalkan aku, tapi aku di sini bisa dinilai tak baik oleh orang lain dan
kehormatanku tercemar!"
"Eh," Bun Hwi terkejut. "Kita tidak melakukan apa-apa, Mei Hong. Kita selalu
menjaga diri dan bersikap yang baik!"
"Itu katamu, barangkali juga kataku. Tapi orang lain tak menilai sama dengan
apa yang kita pikir, Bun Hwi. Dan pihak wanita selalu dirugikan dalam masalah
masalah begini ketimbang pria. Aku dapat menangkap maksudmu, tapi tolong pula
pikir keadaanku bila kau meninggalkan aku, apalagi kalau kau pergi itu untuk
bergandeng dengan perempuan lain!"
"Ah," Bun Hwi semakin terkejut. "Kau jangan berpikir begitu negatif, Mei
Hong. Aku tidak menggandeng perempuan seperti apa yang kau bayangkan!"
"Bun Hwi, kau agaknya masih tak mengerti juga. Apa yang kukatakan tadi
adalah kata orang. Aku menganggap diriku orang lain, semisal orang lain. Dan karena
kita sudah ke mana-mana bersama dan orang otomatis menganggap aku adalah
kekasihmu maka tak dapat kau bertindak begitu saja dengan dalih ingin menjajagi
komunikasi dengan meninggalkan aku untuk bergaul dengan wanita lain, Kiok Lan
umpamanya. Kau paham, kan?"
Bun Hwi tertegun.
"Sekarang coba dibalik, agar sama-sama, agar adil," gadis itu melanjutkan.
"Bagaimana misalnya jika aku ubyang-ubyung dengan pemuda lain selama enam
bulan dan setelah itu ganti bersamamu selama enan bulan pula?"
Bun Hwi tersentak.
"Coba, kau jawab, Bun Hwi?" gadis itu bersemangat. "Bagaimana perasaanmu
jika hal itu kulakukan dan apa kata hatimu kalau aku melakukan itu!"
"Wah!" Bun Hwi akhirnya memerah. "Aku tak dapat menjawab ini, Mei Hong.
Tapi kukira dirimu akan dicap sebagai wanita tak baik alias wanita petualang!"
"Itulah tidak adilnya masyarakat. Kalau laki-laki bergaul dengan banyak wanita
maka mereka menganggap biasa, tapi kalau wanita bergaul dengan banyak laki-laki
maka mereka akan mencap wanita begini sebagai wanita murahan, penjaja cinta. Lalu
di mana keadilannya, Bun Hwi? Di mana letak pengertianmu terhadap wanita?"
Bun Hwi melenggong. Tanya jawab dengan Mei Hong ini mendadak membuat
dia terkejut, kaget tapi juga, gembira karena mereka mulai bertimbal balik. Ada tanda
tanda Mei Hong dapat mengerti keinginannya tapi juga minta dimengerti
keinginannya. Jadi, ada keadilan di situ, kesamaan, keseimbangan. Dan bahwa Mei
Hong bertanya pendapatnya bagaimana kalau ganti gadis itu bergaul dengan pemuda
lain sementara dia bergaul dengan Kiok Lan, tiba-tiba Bun Hwi seakan disengat
kalajengking dan tidak dapat menjawab.
"Bun Hwi, tadi kau menekankan arti kejujuran di dalam komunikasi. Nah, aku
mulai mengikuti kehendakmu, masuk dalam kata-katamu. Sekarang bagaimana kata-32
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
katamu setelah apa yang kukatakan tadi? Dapatkah kau menangkap apa yang
kumaksud?"
"Aku mulai menangkap. Pada dasarnya kau tidak setuju."
"Tidak, setuju atau tidak setuju justeru tergantung dari dirimu, bukan dariku.
Karena kalau kau juga merelakan aku bergaul dan mencari komunikasi lain dengan
pemuda lain maka tentunya tak ada alasan bagiku untuk tidak menyetujui maksudmu
untuk mencari Kiok Lan, bergaul dengan Kiok Lan."
"Matik!" Bun Hwi membatin. Gadis ini dapat mengelak sekaligus menyerang
agar kedudukan satu sama. Bun Hwi tentu saja bingung kalau Mei Hong mengajukan
pertanyaan begitu, memperbolehkan gadis itu ubyang-ubyung dengan pemuda lain
sementara dia ubyang-ubyung dengan Kiok Lan, masing-masing sama berdalih
sedang mencari kecocokan komunikasi. Bukan main. Dan karena tentu saja hatinya
panas kalau membayangkan Mei Hong ubyang-ubyung dengan pemuda lain, tiba-tiba
saja Bun Hwi mendesis mengepal tinju, mau menolak tapi diri sendiri pun harus adil.
Dia minta pendapat Mei Hong sementara Mei Hong kini juga meminta pendapatnya.
Bukan main gadis ini, hebat. Tidak sama dengan Kiok Lan yang belum apa-apa sudah
mau memutus percakapan tentang itu dan meninggalkannya, Mei Hong tidak. Gadis
ini mau mendengarkan dan kini malah mengajukan pendapat. Apa yang dia ingini
sekarang di "kick" balik oleh Mei Hong. Bun Hwi tak bisa bergerak! Dan ketika Bun
Hwi merasa agak gugup serta bingung bagaimana dia menjawab pertanyaan gadis itu
maka Mei Hong sudah tersenyum memandangnya, manis bukan main.
"Bun Hwi, bagaimana pendapatmu? Kau melenggong saja!"
"Ah, ah," Bun Hwi tertawa kecut, "Aku jadi bingung, Mei Hong. Aku tak dapat
menjawab dan sukar rasanya memberi jawaban!"
"Begitu juga aku. Aku tak dapat menjawab bagaimana membalas pertanyaanmu
tadi. Bolehkah kau menemani Kiok Lan setelah menemaniku di sini."
"Kalau umpamanya aku setuju?"
"Setuju bagaimana?"
"Memperbolehkan kau bergaul dengan pemuda lain?"
Mei Hong tampak terkejut, mengerutkan kening. "Tentu saja aku juga
memperbolehkan kau bergaul dengan Kiok Lan," suara ini rendah, lirih dan hampir
tak terdengar dan tiba-tiba Bun Hwi melihat dua titik air mata di pelupuk gadis itu.
Mei Hong tampaknya menahan perasaan "sakit" ketika Bun Hwi mengajukan
jawabannya tadi. Maklum, betapapun tak ada kerelaan yang tulus di hatinya. Siapa
mau membiarkan kekasih bergaul dengan perempuan lain sementara diri sendiri
mencintai setengah mati?" Maka begitu Bun Hwi menjawab pertanyaan dengan
sebuah permisalan maka Mei Hong merasa permisalan itu seolah sudah terjadi
sungguh-sungguh dan dia pun menekan kekecewaan kuat-kuat. Tak boleh dia marah
atau menunjukkan kekecewaan saat itu, Bun Hwi sedang mengajaknya berkonsultasi,
itulah istilah kerennya. Dan ketika Bun Hwi tertegun dan sebuah keputusan mulai
didapat tiba-tiba pemuda ini bangkit berdiri dan... mencium kening si gadis, haru dan
penuh sayang.33
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Mei Hong, agaknya sebuah keputusan mulai kudapat. Baiklah, aku akan
mengambil langkahku yang tegas dan duabelas bulan lagi aku akan memberi tahu
siapa di antara kalian yang kupilih!"
Mei Hong menangis. Tiba-tiba dia tak dapat mengendalikan diri, memeluk dan
membenamkan diri di tubuh Bun Hwi, mengguguk namun menahan-nahan sekuat
hati. Jawaban ini baginya masih setengah-setengah. Tiba-tiba saja dia menjadi cemas
dan khawatir. Kegelisahan tak dapat di sembunyikannya lagi. Dan ketika Bun Hwi
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencium keningnya dan Mei Hong tersedu tiba-tiba gadis itu berguncang dan sudah
terbata-bata.
"Bun Hwi, kau tetap ingin melanjutkan keinginanmu itu? Kau mau menemani
Kiok Lan?"
"Ya, tapi aku ingin menemanimu dulu, Mei Hong. Kita sudah bertemu dan biar
kutemani kau."
"Tidak," Mei Hong tiba-tiba mendorong, menjauhkan diri. "Kau boleh temani
Kiok Lan dulu, Bun Hwi. Aku..... aku di sini tak apa-apa!"
"Eh, kau tak senang akan kata-kataku tadi?"
"Tidak."
"Kalau begitu kau juga akan mencari pemuda lain untuk pengganti diriku?"
Mei Hong tiba-tiba menghela napas, terisak. "Bun Hwi, dapatkah hal itu
kulakukan? Dapatkah aku melakukannya?"
"Maksudmu?"
Mei Hong menggigit bibir, membalik. "Tak perlu kau tanya, Bun Hwi, Kau tahu
perasaanku kepadamu!" tangis itu tiba-tiba meledak kembali, Bun Hwi terkejut dan
melompat, memutar gadis itu. Dan ketika Mei Hong mengguguk dan Bun Hwi
tertegun tiba-tiba dia sadar bahwa bagaimana pun tindak-tanduk seorang wanita tak
sebebas seperti apa yang dilakukan pria. Bahwa Mei Hong tadi menantangnya tapi
sebenarnya hati sendiri tak sanggup melakukannya. Mei Hong terlampau
mencintainya, tak mungkin gadis itu mau mencari pemuda lain biar pun dia mencari
Kiok Lan. Cinta gadis ini terlalu besar. Benar kata-kata Mei Hong tadi. Dia, laki-laki
memang lebih gampang bergerak, tanpa khawatir celaan atau rasanan, laki-laki
tampaknya lebih enak daripada wanita. Dan menyadari bahwa Mei Hong tak
mungkin dapat melaksanakan "ancamannya" tadi dan betapapun dialah yang dicinta
gadis itu lahir batin tiba-tiba perasaan Bun Hwi bergolak dan seakan magnit bertemu
besi. Bun Hwi tak dapat mengendalikan dirinya lagi, mengangkat dagu itu dan
langsung mencium mulut Mei Hong.
"Mei Hong, maafkan aku. Aku mengerti perasaanmu. Biarlah ini sebagai
kenangan di antara kita!"
"Ooh....!" Mei Hong menggeliat mengguguk. "Kau aneh, Bun Hwi... kau
aneh...!"
Bun Hwi melumat bibir itu. Tanpa disadari lagi dia sudah memberikan ciuman
itu kepada Mei Hong, ciuman mesra. Padahal dulu terhadap Kiok Lan saja dia tak
menyambut bibir yang sudah dipersiapkan untuknya. Entah kenapa terhadap Mei34
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Hong ini Bun Hwi tak dapat mengendalikan perasaannya. Seluruh sayang dan
cintanya bergolak, Bun Hwi memeluk dan sudah mencium bibir itu, hangat dan
penuh rasa kasih. Dan ketika Mei Hong tersedak dan menerima ciumannya dengan
mata terpejam tiba-tiba Bun Hwi mengendorkan pelukannya dan menggigil.
"Mei Hong, kau cantik.....!"
Mei Hong bercucuran air mata. "Apa yang kau lakukan ini?"
"Entah, aku tak dapat mengendalikan diriku, Mei Hong. Tiba-tiba aku ingin
menumpahkan cinta dan sayang ini."
"Oh, kau..... kau akan melakukannya kepada Kiok Lan pula, Bun Hwi?"
"Tidak!" Bun Hwi terkejut. "Aku mulai dapat menentukan diriku, Mei Hong.
Aku mulai tahu siapa yang lebih cocok di antara kalian berdua!"
Mata itu berbinar-binar, masih basah air mata, menggigil, "Bun Hwi, aku.... hm,
aku bersumpah tak mau dijamah laki-laki lain kecuali dirimu. Kalau kau menentukan
pilihanmu kepada Kiok Lan aku tak akan menikah seumur hidup. Aku akan menjadi
nikouw!"35
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Hush, jangan bicara begitu, Mei Hong. Tunda dulu maksud niatmu itu. Aku
sekarang mulai mantap!"
"Dan kau tak mengakui itu sekarang?"
"Biar kurahasiakan dulu, Mei Hong. Tapi aku janji pasti mengatakannya
kepadamu."
"Kapan?"
"Secepatnya kuharap. Tapi, sudahlah..." Bun Hwi terengah, masih mabok oleh
ciuman yang dia berikan tadi, memeluk dan memandang penuh mesra gadis ini. "Kau
mau menunggunya bukan Mei Hong? Kau kira-kira dapat menangkapkan, siapa yang
kupilih?"
"Aku tak berani berbesar hati, tapi ciumanmu memberi tahu, nakal!"
"Maaf, aku tak dapat menahan diriku, Mei Hong. Tapi nikmat, kan? Kau
rasakan getar kasihku tadi?"
"Mmmm......" Mei Hong memerah pipinya. "Kau nakal, Bun Hwi..... kau
nakal...!" hanya itu kata-katanya, Bun Hwi tersenyum dan meraih gadis itu,
mendekapnya erat. Dan ketika Mei Hong gemetar memejamkan mata karena malu
tiba-tiba Bun Hwi berbisik.
"Mei Hong, kau tahu isi hatiku, kan?"
Mei Hong mengangguk.
"Kau mau bersabar dan menungguku sejenak?"
"Hal itu sudah kulakukan, lama sebelumnya........!"
"Benar, dan sekarang aku akan pergi, Mei Hong. Kuturuti permintaanmu untuk
menemui Kiok Lan dulu."
Mata itu tiba-tiba terbuka. "Bun Hwi... suara ini bergetar lirih. "Dapatkah
kupercaya kau akan bersikap jujur kepadaku? Bagaimana kalau kau...... kalau kau..."
"Apa, Mei Hong? Kau, takut aku terpengaruh Kiok Lan dan melakukan seperti
apa yang baru kulakukan padamu?"
"Benar."
"Hm, tak gampang aku melakukannya, Mei Hong. Aku sudah. kapok, aku jera!"
"Tapi kau baru. saja melakukannya, kepadaku!"
"Itu lain, Mei Hong. Ada sebuah perasaan lain yang istimewa untukmu!"
"Sungguh?"
"Perlukah aku bohong?"
"Lelaki biasanya tukang rayu, lain di mulut lain di hati!"
"Tapi wanita suka dirayu, lain di muka tapi lain pula yang di belakang!"36
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Eh, apa maksudmu?" Mei Hong melepaskan diri, melihat Bun Hwi tersenyum
dan akhirnya tertawa lebar. Percakapan sejenak ini membuat Bun Hwi ingin
menggoda. Dan ketika gadis itu terbelalak dan Bun Hwi geli melihat pakaian Mei
Hong yang tambal-tambalan mendadak pemuda ini menuding.
"Lihat pakaianmu, bukankah yang di luar tak sama dengan yang di dalam? Di
luar kau mengenakan baju tambalan, Mei Hong. Tapi di dalam hati sebenarnya kau
ingin mengenakan pakaian bagus. Begitu pula yang tadi itu, mulut cemberut kalau
dicium tapi sebenarnya hati berkata kurang, minta lagi!"
"Eh, kurang ajar kau. Tak mungkin!" dan Mei Hong yang tertawa mencubit
pemuda itu tiba-tiba merobah keadaan menjadi gembira dan hangat, nyaris
melupakan persoalan semula dan Bun Hwi mengaduh. Tentu saja dia pura-pura
mengaduh dan Mei Hong melepas cubitannya. Dan ketika dua pasang mata itu
kembali beradu dan Bun Hwi mulai merasa bahwa inilah pilihannya maka dia
menunduk dan.... mau mencium lagi.
"Stop!" Mei Hong mengelak, tersenyum. "Tak ada waktu, Bun Hwi. Kau yang
keenakan aku yang dirugikan. Sudahlah, jangan ulangi dulu sebelum kau
memberitahukan kepadaku siapa yang kau pilih!"
"Hm," Bun Hwi gemas, penasaran. "Masa tak boleh tambah, Mei Hong.
Bukankah lain di bibir lain di hati? dia merajuk, mau mendekati tapi Mei Hong
memalangkan lengannya. Gadis itu berdiri, tegak dan bersinar-sinar, memandang
Bun Hwi, pipinya mangar-mangar, napas pun agak berkejaran. Tapi Bun Hwi yang
didorong dan dicegah mengulang ciumannya sudah mendapat sikap sungguh
sungguh dari gadis ini.
"Bun Hwi, apa pun akan kuberikan bila telah memutuskan hatimu. Sekarang kau
masih berahasia, biarlah kita simpan dulu ini dan jumpailah Kiok Lan. Aku akan
menunggu beritamu meskipun sebenarnya aku khawatir kalau sampai tejadi apa-apa
antara dirimu dengan Kiok Lan. Baiklah, aku percaya padamu, Bun Hwi. Tapi satu
kuminta jangan rusak kepercayaanku ini dengan perbuatanmu yang tidak
bertanggung jawab!"
"Kau tak cemburu aku menemani Kiok Lan?"
"Tak ada cinta tanpa cemburu, Bun Hwi. Tapi aku coba bersikap dewasa. Aku
percaya padamu dan biarlah kau pergi. Aku mencoba mengerti kehendakmu, aku pun
tak ingin menyiksamu dengan kebimbangan yang berlarut-larut. Pergilah, temui gadis
itu dan aku menunggu disini."
"Bukan main, Bun Hwi kagum. Kalau Kiok Lan justeru tak mau dia mendekati
Mei Hong adalah sebaliknya. Mei Hong menyuruh dia mendekati Kiok Lan. Gadis
ini istimewa benar, mulailah Bun Hwi melihat pengertian besar yang ditunjukkan
gadis ini. Bahwa Mei Hong tak egois dan ingin memahami apa yang dia inginkan.
Ah, gadis begini tepat sekali menjadi isterinya barangkali mereka bisa menjadi
bahagia! Dan ketika Bun Hwi kagum dan heran serta bersinar-sinar memandang
gadis itu tiba-tiba Mei Hong tersenyum menyembunyikan getirnya perasaan melihat
Bun Hwi mau menemui Kiok Lan.
"Apalagi yang kau tunggu? Bukankah kau mau pergi?"37
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Hm.....!" Bun Hwi tak habis heran, juga takjub. "Kau luar biasa, Mei Hong.
Kau sekarang tampak dewasa benar dan matang!"
"Ih, pujian apa ini? Supaya, mendapat ciuman lagi?"
"Ha-ha!" Bun Hwi tertawa bergelak. "Kau lucu, Mei Hong. Kau menarik. Kalau
tak ingat aku harus bersabar dulu tentu sudah kutubruk dirimu ini. Ah, kau
menggemaskan. Kau membangkitkan seleraku! Baiklah, aku akan memegang
kepercayaanmu, Mei Hong. Pengertian di antara kita rupanya sudah jalan dan mudah
mudahan dapat berkembang lebih baik lagi. Aku pergi, jaga dirimu baik-baik dan
sampai jumpa!"
"Begini saja caramu berpisahan?"
"Eh, apa yang kau ingini? Bukankah aku tak boleh...."
"Tidak, bukan itu," Mei Hong menukas, lagi-lagi mukanya merah. "Aku tak
menginginkan itu, Bun Hwi. Tapi yang lain yang membuat sikapmu hari ini lain
dengan yang dulu-dulu."
"Apa itu?"
"Hm," Mei Hong berseri-seri. "Apakah yang membuatmu menjadi begini, Bun
Hwi? Bukankah pengaruh kitab bacaan itu? Bukankah kau katanya telah membaca
Kisah Empat Pendekar itu?"
"Ya," Bun Hwi tertegun. "Lalu maumu?"
"Aku ikut tertarik untuk mengetahui buku itu, Bun Hwi. Aku ingin membaca
dan kalau boleh kupinjam!"
Bun Hwi terbelalak. "Meminjam? Tentu, boleh-boleh saja. Mei Hong. Tapi ini
berarti aku harus ke Lembah Duka, mengambilnya!"
"Aku dapat ke sana, kau dapat memberiku surat, dan buku itu akan kuambil dari
ibumu."
"Tidak, tak perlu, Mei Hong. Kau tunggu di sini dan biar itu kuambil untukmu!"
"Tapi kau akan segera pergi...."
"Hm, memangnya tak dapat ditunda kalau kekasih yang meminta?"
"Bun Hwi.....!"
"Ah, tidak." Bun Hwi tertawa. "Aku akan mengambilnya untukmu, Mei Hong.
Dan kau boleh baca itu sementara aku nanti menemui Kiok Lan. Benar, kau perlu
tahu itu dan biar hubungan di antara kita lebih baik. Tunggulah....!" dan Bun Hwi
yang telah memutar tubuhnya tiba-tiba berkelebat dan terbang ke Lembah Duka, dua
hari kemudian datang lagi dan sudah membawa buku tebal itu, menyerahkannya
kepada Mei Hong dan Mei Hong terbelalak. Tumpukan buku di tangan Bun Hwi ini
bukan main banyaknya, Mei Hong terheran-heran. Tapi menerima dan mengucap
terima kasih akhirnya, sebuah perasaan hangat menyelinap di hati gadis itu.
"Bun Hwi, terima kasih. Kau benar-benar baik."38
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
"Dan maaf, aku akan memulai penyelidikanku, Mei Hong. Kau bacalah itu dan
tunggu aku enam bulan lagi."
Mei Hong mengangguk, bersinar-sinar dan memandang pemuda yang dicintanya
itu. Bun Hwi memegang lengannya dan meremas, lembut. Dan ketika Bun Hwi
mengecup keningnya dan untuk ini Mei Hong membiarkan tiba-tiba Bun Hwi
Dewi Kelabang Hitam Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkelebat dan pergi meninggalkannya, memberi lambaian dan Mei Hong berdebar.
Dia telah mengijinkan, pemuda itu untuk berduaan dengan Kiok Lan, saingannya.
Bukan main gadis ini. Hal begini jarang terjadi. Dan ketika Bun Hwi lenyap di
kejauhan sana dan Mei Hong termangu maka tak lama kemudian gadis itu pun
memasuki markasnya dan duduk menutup pintu kamar seorang diri.
*
* *
Kiu-tang, daerah perbatasan di sebelah utara tembok besar bagian barat akhir
akhir ini dinyatakan tak aman, Sun-ciangkun, panglima yang mengepalai daerah itu
dinyatakan memberontak. Bersama pasukannya yang berjumlah seribu orang
panglima ini membangkang, tidak mau tunduk lagi kepada kaisar dan ingin
mendirikan semacam angkatan perang di situ. Dan karena Kiu-tang memang jauh
dari kota raja dan perjalanan ke tempat itu melalui gunung dan lembah maka apa
yang dilakukan panglima ini berhasil dan seribu pasukan anak buah panglima ini
mengikut.
Sebenarnya tak ada alasan jelas kenapa panglima itu membelot. Istana sendiri
merasa heran akan tingkah laku panglima Sun ini. Maklum, segala kebutuhannya di
kota raja tercukupi dan belum pernah panglima ini dikecewakan kaisar. Maka begitu
panglima itu menyatakan memberontak dan kaisar beserta pembantu-pembantunya
yang dekat merasa kaget dan gusar oleh sepak terjang panglima ini maka Hu-taijin,
Hu Kang, menteri pertahanan yang berkepandaian tinggi itu diutus.
Dan memang tak ada orang tahu kenapa panglima ini tiba-tiba membangkang,
kecuali beberapa gelintir saja dari orang-orang yang dekat dengan panglima itu, yang
tahu kejadiannya sebulan yang lalu. Di mana waktu itu datang dua orang pemuda ke
tempat panglima ini, masuk dan bertemu dan keesokan harinya tahu-tahu panglima
itu menyatakan tak tunduk lagi kepada istana. Pasukannya tertegun namun tak dapat
berbuat apa-apa. Sumpah mereka terhadap atasan membuat para perajurit ini patuh.
Sun-ciangkun memberi tahu bahwa kaisar mulai berobah, bahwa kaisar dihasut
menteri dorna di mana menteri itu memburuk-burukkan panglima ini, mendepaknya
dan mengusir dia jauh dari kota raja, terbukti dari penempatannya di perbatasan itu.
Kedudukan yang memang setengah diasingkan. Dan ketika Sun-ciangkun berkata
pula bahwa Kao Cung, putera mahkota dikelilingi pula oleh menteri-menteri penjilat
yang siap meruntuhkan kerajaan maka seribu pasukan di bawah pimpinan panglima
itu disuntik api kebencian yang sebenarnya bersifat pribadi.
Ada sebuah hal penting yang merobah tindak-tanduk panglima itu. Dan hal ini
bukan lain dengan datangnya dua pemuda itu, yang di dalam melakukan penekanan
dan paksaan kepada Sun-ciangkun ini. Dan karena panglima itu kalah posisi dan
kedudukannya dijepit sedemikian rupa maka panglima ini membalik dan akhirnya
melawan kaisar.39
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
Apa yang terjadi? Siapa dua pemuda itu? Mari kita lihat.
Sebulan yang lalu, ketika panglima itu duduk beristirahat di markasnya setelah
melakukan inspeksi maka dua tamu minta bertemu dengannya. Mereka dua orang
pemuda tampan, dan beberapa pembantu panglima itu mengenal, bukan lain Bhong
Kiat dan Hong Lam adanya, murid mendiang Ang-sai Mo-ong dia putera Hong Beng
Lama yang sakti. Bhong Kiat dan Hong Lam datang karena memang ada keperluan,
pengawal yang menerima pemuda-pemuda itu segera menyambut hormat, juga kebat
kebit. Maklum, Hong Lam ini adalah pemuda sakti yang tidak bisa mati. Pemuda ini
dapat hidup setelah mati. Ilmunya Merekat Tulang Menyambung Nyawa itu betul
betul hebat sekali, ngeri orang melihatnya. Maka ketika pagi itu bersama Bhong Kiat
pemuda ini menyatakan ingin bertemu dengan Sun-ciangkun maka pengawal buru
buru melapor dan Sun-ciangkun terkejut.
Dulu, Hong Lam ini pernah membantu istana. Bersama ayahnya Hong Beng
Lama yang sakti, ayah dan anak ini merupakan manusia-manusia paling ditakuti di
kota raja. Maklum, ilmunya yang dahsyat itu membuat semua orang gentar. Hong
Beng Lama dulu pernah membantu istana tapi sayang lalu hendak membunuh kaisar,
kedoknya terbuka karena diam-diam dia hendak membunuh-bunuhi orang-orang
penting, Hu-taijin misalnya, yang nyaris tewas di tangan Lama yang sakti ini. Maka
ketika mendengar dirinya dicari putera Lama sakti itu dan Sun-ciangkun terang tak
dapat bersembunyi maka ditemuilah dua tamunya itu.
Di sinilah terjadi pembicaraan yang merobah sepak terjang panglima itu. Hong
Lam dan temannya ternyata menyuruh panglima itu memberontak, agar seribu
pasukan yang dipimpin panglima itu berbalik haluan. Tentu saja Sun-ciangkun
terkejut dan mula-mula menolak, tak ada alasan kuat untuk melakukan hal itu. Tapi
ketika Hong Lam mengancam keluarga panglima ini yang terdiri isteri dan anak
anaknya maka Sun-ciangkun tak berkutik dan pucat.
"Aku menghendaki kau menghasut pasukanmu, ciangkun. Istana sudah tak
memperdulikan kalian dan pasukanmu ditelantarkan. Katakan pada mereka bahwa
kaisar sekarang sudah lalim!" begitu mula-mula Hong Lam berkata, ketika mereka
duduk di ruang dalam. Dan Sun-ciangkun yang terbelalak dan kaget serta marah
mendengarnya tiba-tiba bangkit berdiri dengan muka merah.
"Hong-kongcu, kenapa kau bicara begitu? Pasukanku selama ini tak pernah
ditelantarkan, mereka tak mungkin percaya dan akan bertanya!"
"Baik, tapi bukti-bukti akan menyusul, ciangkun. Aku dapat membuat mereka
percaya dan tak akan bertanya."
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Mencegat pengiriman perbekalan, merampas itu dan membunuh mereka hingga
perbekalan untuk pasukanmu tak ada."
"Ah!" panglima ini terkejut. "Kau tak berperikemanusiaan, kongcu. Kau keji!"
"Hm, tak perlu memaki, ciangkun. Aku datang untuk mengajakmu bekerja
sama. Aku dapat melakukan hal lain kalau ini tak kau setujui, membunuhmu
misalnya, menggantikan dirimu dengan seorang pembantumu yang terpercaya. Atau40
BATARA Dewi Kelabang Hitam
Kolektor E-Book
menyerang pasukanmu dengan orang-orang yang sudah kupersiapkan atau....
membawa dan menyiksa keluargamu!"
"Tidak!" panglima ini pucat. "Kau culas, kongcu. Kau jahat. Kau... ah, baiklah.
Aku menerima tapi beri waktu padaku untuk berpikir!"
"Berpikir apalagi? Kau tinggal menjawab ya atau tidak."
"Tidak... tidak, aku ingin waktu, kongcu. Betapapun aku perlu berpikir.
Membohongi seribu orang dengan waktu yang begitu singkat tentu mustahil. Aku
harus mengatur jarak, aku harus membuat rencana."
"Baiklah, berapa hari kau minta?"
"Seminggu, kongcu. Atau sepuluh hari!"
"Hm," Hong Lam melirik temannya. "Bagaimana, Bhong Kiat. Kita turuti
permintaan panglima ini?"
Bhong Kiat tertawa. "Sun-ciangkun terlalu berlebihan, Hong Lam. Waktu
sepuluh hari atau seminggu terlalu lama. Kukira dua tiga hari saja cukup!"
"Benar, tiga hari cukup, Bhong Kiat. Aku juga berpikir begitu. Baiklah," dan
menghadapi panglima ini lagi lagi Hong Lam memutuskan. "Tiga hari cukup bagimu,
Sun-ciangkun. Tak perlu terlalu lama dan macam-macam. Kami tak mau di tawar dan
kuberi kau waktu segitu."
"Tapi......"
"Tak ada tapi, kau tinggal mengangguk atau menggeleng!"
"Baiklah... Baiklah..." panglima ini menggigil. "Aku setuju, kongcu. Aku
menurut dua tiga hari untukku!" lalu ketika dua pemuda itu pergi dan Sun-ciangkun
memanggil pembantunya segera panglima ini menceritakan apa yang terjadi dan
Gento Guyon 2 Tanah Kutukan Pendekar Rajawali Sakti 40 Pemburu Kisah Si Tawon Merah Dari Bukit Hengsan
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama