Antara Aku Kau Dan Sabun Karya Agan Kempot20 Bagian 5
Gua ke kamar mandi untuk ambil wudu, gua solat bukan cari muka di depan orang tuanya tapi sejak Vina sembuh gua jadi ingin lebih mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa.
Awalnya Vina ketawa saat gua mengajaknya solat berjama ah di toko, tentu Vina ngerasa aneh karena walau ada tempat solat tapi selama ini gua gak pernah nyuruh karyawan solat apa lagi ngajak solat berjama ah :.
Setelah solat berjama ah Vina mencium tangan kanan gua, dia tersenyum begitu manis saat gua menatapnya. Awalnya gua menganggap Vina tanpa busana adalah pemandangan indah, tapi ternyata ada pemandangan yang lebih indah dari itu. Yaitu melihat Vina seperti ini, Wajahnya yang cantik dengan kulit putih di balut mukena berwarna Pink membuatnya terlihat semakin cantik.
" Abis solat kok bengong" " & & & & " gua hanya diam " Mas& ."
" & & & .."
" Mas gak kesurupan kan ?" " " gua hanya tersenyum, bukan gak mau ngomong tapi gak semua yang kita rasain bisa diungkapkan dengan kata-kata. Seperti yang gua rasain saat ini. " Yuk keluar" kata gua kemudian
" Mas duluan aja, aku bantu Ibu masak dulu ya" " Jangan pedes-pedes"
" Iya Pih "
" "
Gua berjalan keluar sedangkan Vina ke dapur membantu Nyokapnya masak, " Mau ikut Bapak mancing gak ?" Tanya Bokap Vina yang baru mau berangkat " Kapan-kapan aja deh pak"
" Yaudah Bapak berangkat dulu ya" " Iya pak hati-hati"
Dengan motor gede berwarna hitam Bokapnya pergi meninggalkan gua sendirian di depan rumah, sambil menunggu Vina masak gua ambil hp di saku dan membuka game yang baru beberapa hari lalu di unduh dari playstore.
Awalnya gua kurang suka dengan game ini, karena untuk menaikan level bangunan membutuhkan waktu lama tapi saat melihat anak-anak di kelas hampir semuanya bermain game ini jadi gua ikut-ikutan dan mulai kecanduan.
Sesekali Vina ke depan lalu kembali ke dapur, sampai sekitar jam 14:00 Vina meminta gua untuk ke dapur karena masakah udah matang.
Jamur, Ati ampela, ceker, dan oyong di sajikan dalam satu masakan. Gua gak tau ini namanya apa, tapi rasanya bener-bener lezat .
Setelah makan yang enak itu ngudud, tapi gua gak suka ngerokok di depan perempuan. Bukan Vina ngelarang tapi menurut gua kurang nyaman kalau sampai asap rokok terhirup oleh Vina.
Sekitar jam 15:30 kita meninggalkan nyokapnya sendirian di rumah, walau sendirian tapi nyokapnya gak pernah kesepian karena di belakang rumah banyak kontrakan dan rata-rata ibu-ibu tukang ngerumpi.
Bagian 30 Kalah Taruhan
Hubungan gua dengan Vina semakin dekat, Tapi walau begitu kami belum menentukan pernikahan. Bukan gua gak serius dengan pertungangan tapi kedua orang tua kami masih belum menemukan tanggal yang tepat.
Setelah magrib gua dan Vina pergi meninggalkan Arez sendirian di toko, sesampainya di kampus kita harus berpisah karena kelas yang berbeda.
Hari ini sebenarnya gua malas masuk karena Dosennya sangat membosankan, selama memberikan materi hanya barisan depan yang memperhatikan sedangkan yang lainnya sibuk ngobrol dan memainkan gadget.
" Tolong jangan berisik" Protes Dosen " & & & & & .." Suasana kelas mendadak hening " kalian boleh gak dengerin saya, tapi tolong jangan berisik"
Lalu Dosen kembali menjelaskan materi yang menurut gua lebih mirip guru yang sedang mendikte. Karena bosan gua duduk di lantai belakang kelas yang masih memiliki ruang kosong sekitar 2 Meter, Darno ikut duduk di samping gua sambil mengeluarkan Laptop dari dalam tas dan memasang Joy Stik.
Setelah loading windows, Darno membuka game PES. Ini bukan pertamakalinya kami main PES saat kelas berlangsung, tapi setiap kali kami merasa bosan hanya ini cara satu-satunya untuk menghilangkan kebosanan ketimbang harus keluar dan menghabiskan roko di WC seperti yang lain.
" Tarohan nyok" Ajak gua dengan suara pelan " Berapa ?" Tanya Darno sambil asik menggiring bola " 100 ribu"
" Buset gua lagi bokek"
" Yah gak seru mainnya kalo gak tarohan"
" Gimana kalo yang kalah harus nembak Nata di depan kelas ?" " Jiah Cuma kaya gitu, kurang seru"
Ditengah berunding tentang taruhan Ragil dan Eko ikut duduk dan menonton kami yang lagi main,
Eko : " Gak ngajak-ngajak lo pada" Ragil : " Ikutan dong"
Gua : " Stttt jangan keras-kerang ngomongnya" Eko : " Iya sorry"
Darno : " Mau pada ikut tarohan gak ?" Eko : " Berapa ?"
Darno : " Gak pake duit, yang kalah nembak Nata di depan kelas" Ragil : " Dari pada nembak mendingan yang kalah cipok Nata depan kelas" Gua : " Nah kalo itu gua setuju, gimana ?"
Darno : " Boleh"
Gua menyobek kertas 4 bagian dan menulis nama gua, Eko, Ragil, dan Darno lalu melipatlipatnya. Setelah di kocok 2 kertas di ambil, nama yang ada di dalamnya yang akan bermain dan menentukan siapa yang akan mencipok Nata saat kelas berakhir.
Darno membuka Kertas pertama dengan tulisan " Eko" lalu kertas kedua dengan tulisan " Darno" , selamet& .. gua hanya jadi penonton. Setelah menyusun strategi pertandingan di mulai.
Gua kaget saat melihat Eko yang begitu jago bermain, pedahal selama ini gua taunya dia anak yang rajin karena setiap kali ada tugas dia selalu yang pertama kali mengumpulkan atau mempersentasikannya di kelas. Pertandingan berakhir dengan skor jauh dari kata seimbang, yaitu Eko : 6 dan Darno : 1
Darno : " ASU& . Kalah telak gua"
Eko : " Udah enjoy aja entar lo dapet cipok Nata" Ragil : " Iya nikmatin aja, sekalian minta Spo*ng" Gua : " Entar gua bawain bantal besok takut lo gak bisa duduk" Darno : " Kamprettt "
HAHAHAHAHA gua, Eko dan Ragil menertawakan Darno " Tolong yang dibelakang jangan berisik"
" Iya Pak" jawab kami serentak
Sekitar jam 20:30 Ragil langsung buru-buru menutup pintu saat Dosen meninggalkan kelas. Gua, Eko dan Darno maju ke depan kelas, lalu gua Eko meminta Nata ikut maju. " Eh ada apaan ?" Tanya Nata bingung
" Udah sini aja" Jawab Eko
Lalu Nata bangun dan berjalan ke depan kelas, Ragil : " Tutup mata lo"
Nata : " Buat apa ? mau di kerjain ya ?"
Eko : " Iya gua mau ngasih kejutan, tapi jangan lari ya" Nata : " Aku kan ulang tahun masih lama"
Gua : " Udah tutup aja, Darno mau ngasih sesuatu"
Nata menutup matanya, semua yang di kelas terlihat bingung melihat kami. Perlahan Darno mendekati Nata dan pelan-pelan dia mencium bibir Nata
" BUSEEETTTTT "
" GILAAA "
" HOMOOO :" " EDAANN "
" PARAHHH "
" GELI GUA WOIII " " SERUUUU "
Semua yang di dalam kelas terlihat Syok saat melihat Darno mencium Nata, tapi Nata bukan menghindar melainkan memegang kepala Darno dan membalas ciumannya dengan beringas
HAHAHAHAHAH.... semua ketawa sampai ada yang ampe nangis karena menertawakan Darno yang coba melepaskan ciuman Nata tapi tangannya begitu kuat memegang kepala Darno.
Setelah beberapa detik Nata melepaskan ciuman, Darno terlihat pucat dan seperti orang mau muntah.
HAHAHAHAHAHA... kami kembali menertawakan Darno Gua : " Jangan ada yang salah paham ya, Darno Cuma kalah tarohan aja" Eka : " Kenapa gak suruh sodok aja"
Darno : " Busettt lo aja sono"
Eko : " Kasian Men, entar dia gak bisa duduk besok" HAHAHAHA kami kembali menertawakan Darno " Ini baru Pria Sejati" Kata Ragil menimpa
WIIHHHHHH& & . PROK PROK PROK PROK Semua yang tadi menertawakan Darno jadi memujinya, Darno dan Nata adalah orang yang sering memberikan hiburan di kelas. Mereka sering melakukan hal-hal konyol yang membuat mereka seperti orang Bodoh tapi justru itu bisa menghibur orang lain.
Gua udah kenal Darno sejak SMP tapi baru kali ini gua bisa melihat dia begitu berani, bukan karena mau cipokan dengan Nata tapi karena dia bisa menepati kata-katanya sendiri. Seandainya yang kalah Eko, Ragil, atau Gua sepertinya bakalan langsung kabur saat kelas berakhir.
Sekitar jam 21:00 satu persatu meninggalkan kelas begitu juga dengan gua karena Vina udah nunggu di luar dari tadi.
" Ada apan sih rame banget ?" Tanya Vina " Darno nyipok Nata"
" Hah yang bener Mas ?" " Iya bener"
" Kok bisa ? Darno Homo ya ?" " Engga, dia kalah tarohan tadi"
" Oh pantesan, tapi parah amat tarohan ampe kaya gitu" " Yah tau sendiri kelas Mas isinya orang gila semua, yuk balik"
Gua berjalan menuju parkiran dengan Vina yang menggandeng tangan kiri gua, Vina yang duduk di samping gua sepanjang perjalanan pulang terus ketawa saat gua menceritakan kejadian tadi di kelas.
Bagian 31 Kesibukan
Kesibukan kembali datang, selama bulan februari gua dan Arez sering meninggalkan Vina sendirian di toko setiap kali ada job di luar. Walau begitu Vina gak pernah merasa keberatan harus sendirian di toko karena dia orangnya gesit jadi gak membuat para pelanggan harus mengantri lama.
Hari ini sekitar jam 08:00 gua dan Arez mulai memperbaiki jaringan di sebuah Pabrik yang terletak gak jauh dari Toko, Pabrik ini menggunakan Jasa kami sebagai teknisi computer karena mereka gak memiliki teknisi tetap.
Komputer-komputer di bagian office pabrik menggunakan spek tinggi karena untuk bagian design harus memerlukan computer yang gahar agar bisa menjalankan program dengan lancar. Sekitar 3 jam semua kabel kami ganti dan semua computer bisa kembali online tanpa harus mengalami disconnect sepeti sebelum-sebelumnya.
Gua dan Arez memutuskan untuk istirahat sebelum lanjut memperbaiki computer-komputer yang bermasalah,
" Diem bae lo dari tadi" Kata gua sambil asik memainkan game di hp " lagi galau"
" Galau kenapa lo ?" " Biasa cewe"
" Lo suka cewe juga ?" " Anjirrr gua normal" " Terus galau kenapa lo ?"
" Gua masih sayang dia tapi dia udah punya yang baru" " Jadi lo masih sayang mantan gitu ?"
" Bukan mantan sih, gua aja gak tau kapan putusnya" " Lah, Tanya dong minta kepastian"
" Itu dia Har, pengen kaya dulu lagi tapi gak yakin kalo dia masih sayang ama gua" " Tadi lo bilang dia udah punya yang baru kan ? rebut lagi"
" Gimana cara rebutnya, kalo cowonya yang sekarang itu bener-bener jauh dari gua" " Jauh gimana ?"
" Cowonya itu ganteng, kaya, pinter, yah pokonya kalo gua jadi cewe gua juga pasti mau ama dia"
" Eh busettttt ampe segitunya, emang cewe lo siapa ? kok gua gak tau lo udah punya cewe"
" Dia orang jauh Har, kita bukan di pisahin jarak aja tapi kita juga di pisahin tembok besar yang ngehalangin gua buat deketin dia lagi"
" Kalo lo gak yakin gitu, mendingan cari cewe lain aja"
" Udah, gua sempet deketin beberapa cewe tapi gua masih sayang banget Har, gua sayang banget sama mpus"
" Cewe lo kucing ? "
" Gila lo, cewe gua di panggil Mpus. Dia itu dulu adik kelas gua waktu SMP, dia suka banget sama kucing jadi di panggil Mpus"
" Owh gitu gua kira lo gak normal macarin kucing kalo lo pengen rebut dia lagi, coba pake cara baik-baik"
" Udah, tapi tetep aja dia lengket ama buldognya"
" Kalo pake cara baik-baik gak mempan, coba pake jara jahat misalnya lo hamilin dia" " Busettttt GILA LO , tapi boleh juga tuh"
" KAMPRET gua becanda "
" HAHAHAHA iya gua juga tau, lagian gila kalo gua pake cara itu yang ada bikin masalah panjang"
" Nah itu lo tau yaudah yuk lanjutin gawean dikit lagi"
Setelah istirahat sekitar 30 menit kita kembali lanjut memperbaiki computer-komputer yang bersamalah, gua dan Arez selalu serius setiap kali bekerja. Kami melupakan Hp agar pekerjaan bisa di selesaikan secepatnya.
Sekitar jam 15:00 semua pekerjaan selesai, kami kembali ke Toko. Tapi sebelum sampai di toko gua membeli buah-buahan di pinggir jalan karena Vina memesan semangka, akhir-akhir ini Vina jadi suka semangka
Setelah memarkir mobil di depan toko, gua dan Arez masuk ke dalam. Vina yang lagi asik ngobrol dengan Dian langsung menghampiri gua dan mengambil semangka yang gua tentang di tangan kiri.
Gua : " Lapeerrr" Sindir gua Vina : " Hehehe ngidam mas"
Dian : " Hayoo loh ka, Teh Vina udah ngisi aja tuh" Gua : " Setan kali yang ngisinya "
Vina : " Ih mas ngomong jangan ngasal pamali" Gua : " Yang ngasal duluan siapa ?"
Vina : " Hehe aku "
Dian : " Sugan beneran lagi ngidam "
Vina : " Enggalah Yan, nikah aja belum masa udah ngisi" Dian : " Kali aja gitu ka Bobi ngebet"
Gua : " Udah pada ngawur aja ngomongnya, Vin buatin kopi dong" Vina : " Iya mas"
Lalu Vina berjalan naik ke atas untuk membuat kopi, sekrang tinggal gua dan Dian yang lagi asik makan anggur yang tadi gua beli sedangkan Arez, dia sibuk dengan computer yang harus diselesaikan hari ini.
" Ka hari minggu anter aku yu" " Kemana ?"
" Ke karawang ka"
" Mau ngapain ke Karawang ?"
" Kaka belum baca cerita yang aku kasih tau waktu itu ya ?" " Belom ada waktu baca "
" Huh pantesan, Anter aku ya ka yayayayaya" " Gak mau, kaka mau jalan ama Vina hari minggu" " Ahh kaka, baca dulu deh entar pasti pengen ke sana juga"
Saat Dian merengek-rengek minta di anter Vina turun dengan segelas kopi di tangannya. Lalul dia meletakan di meja dan duduk di sebelah gua.
Vina : " Dian kenapa cemberut gitu ?"
Dian : " Ka Bobi nih gak mau nganter" Vina : " Nganter kemana emangnya Yan ?" Dian : " Ke Karawang teh"
Vina : " Bukan gak mau nganter, Mas pasti gak tau jalan " Gua : " Nah itu alesan utamanya"
Dian : " Huh bilang ke dari tadi kalo gak tau jalan "
Karena badan terasa lengket gua naik ke lantai atas meninggalkan Vina dan Dian yang masih ngobrolin tempat tadi, rasanya begitu cape hari ini tapi gua bersyukur karena semakin banyak kerjaan semakin banyak pemasukan.
Saat gua membuka pintu kamar mandi, Vina tiba-tiba berdiri di belakang gua dia meminta ikut mandi bareng tapi gua menolak dan buru-buru masuk kamar mandi lalu menguncinya dari dalam.
Bagian 32 Manis, Asam dan Pedas
Sebuah hubungan itu seperti rujak, saat kita senang itu adalah rasa manisnya, saat sedang berduaan ditempat yang menguntungkan itu adalah bagian pedasnya, dan saat terjadi pertengkaran itu adalah bagian asamnya.
Entah mood Vina yang jlek atau karena PMS nya yang gak lancar dia jadi begitu dingin dan sensi, dari pagi dia begitu jutek. Tapi hanya ke gua , ini yang gua benci kalau orang marah tapi lebih milih menutup mulut. Kita harus main tebak-tebakan untuk cari tau sendiri kesalahan kita itu apa.
Sore hari sekitar jam 17:00 Vina naik ke atas atau lalu beberapa menit kemudian turun dengan beberapa barang yang udah dia kemas. Dia melewati gua begitu aja, tapi sebelum keluar dari pintu gua memegang tangan kirinya untuk menahannya.
" Mau kemana ?"
" & & & & & " Dia memutar badan lalu menatap gua " Pulang" Jawabnya jutek " Ini rumah kamu"
" Ini tempat kerja, Aku berenti kerja"
" & & & & & & ." Jlebb dada ini terasa begitu sesak mendengarnya, gua tatap wajahnya dengan mata berkaca-kaca " Kamu mau marah silahkan, mau mukul silahkan, tapi tolong jangan berenti kerja, Jangan seperti ini!" lanjut gua kemudian
" Aku cape mas"
" Kamu bisa istrahat di kamar"
" Mas gak ngerti juga ya, pernah gak sih mas mikirin perasaan aku" " & & & & & & & " gua hanya diam
" Mas gak ngehargain aku"
" Kapan Mas gak ngehargain kamu ? "
" Kemarin aku minta mas cariin peliharaan tapi mas malah bilang di grup itu buat adik, pedahal sebelum mas posting aku udah posting duluan pake tag nama fb mas. Terus kemaren pulang ngampus kenapa mas malah cuekin aku, mas lebih asik ngobrol sama temen-temen cewe mas di angkringan. Aku coba tahan mas, aku coba gak cemburu aku coba sabar di giniin tapi waktu aku buka fb mas. Sakit mas bacanya"
" Emang ada apa di fb mas ?"
" Orang yang selama ini aku anggap baik, yang udah ngenalin aku ke keluarganya sampe ngemalar aku tapi bisa-bisanya manggil sayang ke cewe lain, sampe ngomong mau kenal sama keluarganya. Mas tau gak sih gimana rasanya" Vina memukul-mukul bahu kanan gua pelan dengan air mata yang udah membasahi pipinya " Sakit Mas, Sakit digituin tuh" Kata dia kemudian
" Ya Allah... mas ngaku nyari peliharaan buat adik biar dikasih harga diskon, pulang ngampus juga itu ngebahas tugas, kalo soal inbox di facebook itu ragil yang pinjem fb mas"
" Bodo" Vina meronta melepaskan tangannya lalu coba membuka pintu tapi sebelum pintu terbuka gua mendekapnya dari belakang
" Kamu berhak marah, tapi bukan berati mau ninggalin mas kaya gini" " Mas jahat, Mas gak ngertiin perasaan aku"
" Maaf& Mas udah bikin kamu marah, tapi tolong dengerin penjelasan mas" " Aku mau pulang, aku pengen nenangin diri"
" Mas anter"
" Gak usah, masih ada angkot"
Setelah susah payah membujuk akhirnya Vina mau gua anter pulang, tapi sebelum pulang gua parkir mobil di sebuah rumah makan cukup besar dengan tempat parkir yang luas.
Selama menunggu makanan Vina masih gak mau bicara, dia sibuk bermain dengan gadgetnya sedangkan gua sibuk memikirkan gimana caranya untuk membuat keadaan kembali seperti semula. Beberapa menit kemudian pesanan datang, walau ini kesukaan gua tapi Gua hanya menatap makanan tanpa menyentuhnya,
" Dimakan dong" Kata Vina
" Masih panas" Jawab gua ngasal " Ini Sop Buah mas "
" & & & & .." Gua menaikan pandangan dan menatap Vina, dia yang tadi begitu dingin mendadak berubah jadi seperti biasanya. " Mas mau beli rumah" kata gua kemudian " Rumah ? itu di toko sama di net juga ada kamar"
" Itu tempat kerja, mas pengen punya rumah buat kita, mas gak mau kamu tidur di tempat kerja"
" Maaf mas aku tadi kebawa emosi" " Gak usah minta maaf, kamu gak salah" " Tapi aku gak enak udah ngomong gitu" " Gak apa-apa, abisin makananya"
sekitar 15 menit sop buah habis, setelah membayar kita kembali melanjutkan perjalanan tapi sebelum sampai di rumahnya Vina meminta gua untuk mutar balik. Dan hanya butuh waktu beberapa menit kita udah kembali ke net :
setelah membantu memasukan kembali baju-baju Vina ke dalam lemari gua duduk di ranjang dengan Vina yang sedang berganti pakaian,
" Liatinnya biasa aja dong, pengen ya " " Gak tertarik"
" Wah mas gak normal nih"
" Kalo dalemannya di lepas baru mas tertarik"
" & & & ." Vina tersenyum nakal dengan kedua tangan melepas satu persatu pakaian yang tersisa, lalu tanpa sehelai benangpun dia berjalan dan duduk di pangkuan gua sambil tangan kanannya merangkul gua.
" Mas Cuma becanda pake lagi gih bajunya" " Gak mau, mas kudu tanggung jawab" " Mas kan gak ngapain-ngapain kamu" Vina menarik tangan kanan gua lalu menyentuhkan di dadanya, " Sekarang mas udah pegangpegang aku" Kata dia kemudian
Karena DIRLI yang udah semakin meronta-ronta buru-buru gua lepaskan tangan walau masih ingin bermain di level 2, gua rebahkan badan di kasur dan menutup wajah dengan bantal. " Mas udah dong jangan nutupin pake bantal gitu, aku udah pake baju nih"
Kata Vina, lalu gua meletakan bantal di bawah kepala sambil melihat Vina yang tersenyum begitu manis di samping gua. perlahan gua usap pipinya yang lembut, dan mengecup keningnya. " Mas gak mau ngerusak kamu" Kata gua kemudian lalu Vina kembali tersenyum.
Kita ngobrol-ngobrol seperti biasa sampai akhirnya gua lihat Vina tidur lebih duluan, dan gak butuh waktu lama gua pun menyusulnya tidur.
Bagian 33 Kentang Krispi
Gak ada masalah waktu jadi terasa begitu cepat berlalu, tapi yang namanya masalah itu akan selalu datang walau kita gak menginginkannya. Pertengahan bulan Mei, Sikap Vina berubah. Dia jadi sering melamun dan kadang gua memergokinya seperti habis nangis, tapi setiap kali gua bertanya dia selalu bilang gak apa-apa .
Hari Sabtu Sekitar jam 20:00, Vina pamit pulang ke rumahnya karena kedua orang tuanya meminta dia untuk pulang. gua dan Vina duduk di bangku depan rumahnya, kita hanya saling diam. Tak ada kata yang terucap, hanya suara jangkrik yang terdengar.
" Kamu kenapa ?" Gua coba beranikan diri bertanya
" Gak apa-apa mas"
" Jangan bohong"
" Aku beneran gak apa-apa"
" Terus kenapa kamu jadi pendiem gini" " Prasaan mas aja kali"
" Bukan prasaan mas, tapi kaya ada yang kurang liat kamu akhir-akhir ini" " Kurang gimana sih mas, idung aku masih nempel kan"
" Bukan itu, tapi kamu kaya lagi ada masalah" " Gak kok, aku Cuma kecapean aja" " Yaudah kalo gitu istirahat gih"
" Aku masuk dulu ya, mas hati-hati di jalan"
Setelah mengatakan itu Vina masuk ke dalam meninggalkan gua yang masih duduk di luar, ini benar-benar aneh. Biasanya Vina selalu meminta gua untuk nginep atau dia gak bakalan masuk duluan sebelum gua pergi.
Sepanjang perjalanan pulang gua terus memikirkan masalah apa yang Vina hadapi sampai dia jadi bersikap aneh seperti ini, gua terus mengingat-ngingat kejadian selama dua bulan terakhir. Tapi gua gak menemukan jawabannya, gua takut kalau gua melakukan kesalahan yang gak gua sadari. Karena masih belum menemukan jawabannya, gua coba Tanya ke seseorang yang paling dekat dengan Vina.
Sekitar jam 21:10 gua parkir motor di depan rumah Dian, beberapa detik kemudian pintu depan terbuka. Uwanya yang mengenakan sarung keluar dengan sesuatu ditangannya " Dian udah tidur Bah ?"
" Dian udah pulang"
" Kapan Bah kok saya gak tau ya"
" Abis kelulusan, tapi dia nitip ini" kata uwanya sambil memberikan sebuah kotak dengan bungkus kado bergambar boneka
" Ini apa Bah ?"
" Dian Cuma nyuruh Abah ngasihin kalo ada kamu ke sini"
" & & & & & & & .." gua hanya diam sambil memandangi gambar boneka teddy bear yang ada di bungkus kado, gak lama kemudian gua pamit pulang.
Sekitar jam 23:00 gua hanya merebahkan badan di kasur, dari semua pesan yang gua kirim ke Vina dan Dian gak ada satupun balasan. Jari gua terus menggeser ke kiri untuk melihat satu persatu foto-foto yang ada di galeri, gua hentikan jari saat melihat sebuah foto yang di ambil saat gua, Vina dan Dian sedang narsis di toko.
Dada gua begitu sesak melihat foto ini, di dalam foto ini semua terlihat ceria. Tapi saat ini Vina kehilangan keceriaannya dan Dian, gua takut kalau gak bakalan bisa lihat canda dan tawanya lagi di sini.
Gua jadi teringat saat-saat yang kita lalui selama beberapa bulan terakhir, tapi kenapa justru gua lebih memikirkan Dian. Gua coba beberapa kali menelponnya tapi gak diangkat, sepertinya dia udah tidur karena ini hampir tengah malam.
Esok harinya, toko tutup seperti biasa karena gua memberi waktu karyawan untuk libur terkecuali warnet yang setiap hari buka 24 jam, tapi gua membayar 2x untuk karyawan yang mau masuk di hari libur.
Sekitar jam 10:00 gua parkir motor di depan rumah Vina, Nyokapnya keluar dan mempersihkan gua untuk duduk lalu dia kembali masuk untuk memanggil Vina. Sambil menunggu Vina keluar, gua berjalan ke samping rumah untuk melihat ikan-ikan yang ada di dalam kolam.
Gua duduk di lantai dan mengluarkan hp dari saku celana, lalu gua mengirim pesan. Baru beberapa detik duduk nyokapnya datang menghampiri gua.
" Vina masih gak mau keluar dari kamar, tadi ibu bilang ada Mas Harrys juga dia gak mau keluar"
Antara Aku Kau Dan Sabun Karya Agan Kempot20 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" Itu anak kenapa ya " " Lagi pada berantem ya ?"
" Gak kok bu, Dia udah seminggu lebih jadi aneh gitu" " Coba mas yang suruh dia keluar"
Gua bangun dan berjalan mengikuti nyokapnya masuk ke dalam, TOK TOK
" Vin.. buka dong pintunya" " Mas pulang aja"
" Mas bawa dinamit loh entar mas ledakin pintunya" " Aku lagi gak mau becanda mas"
" Kalo gitu buka dong, mas Cuma mau bawain kamu makanan. Kamu belum makan dari pagi"
" Aku gak laper, buat mas aja" " Kamu lagi apa sih di dalem ?"
" & & & & & " Suaranya menghilang dan berganti jadi isak tangis " Aku lagi pengen sendiri Mas"
" Yaudah mas tungguin kamu keluar aja kalo gak mau bukain pintu"
Gua dan nyokapnya duduk di ruang tengah yang berjarak 3 M dari pintu kamar. Suasana begitu canggung, sampai sekitar 1 jam bokapnya pulang.
" Ngantri banget Cuma nyervis motor juga" Kata bokapnya yang baru masuk " Eh ada Mas Harrys, Vinanya masih gak mau keluar ya ?" Tanya dia kemudian, lalu duduk bersama kami di ruang tengah
" Ia pak, nelor kali dia di dalem"
Bokapnya bangun dan berjalan meninggalkan kami, beberapa detik kemudian dia kembali dengan obeng di tangannya. Saat sedang melihat Bokapnya membongkar kunci kamar, ada suara motor berhenti di depan rumah. Gua menoleh ke pintu depan yang masih terbuka, lalu gak lama kemudian seseorang berdiri di depan pintu dengan mengenakan celana jeans pendek dan kaos bergambar kereta.
" Assalamu alaikum" dia mengucapkan salam " Walaikumsalam" Jawab kami bersamaan
Setelah mengucapkan salam nyokap Vina langsung mempersilahkan dia masuk.
Bagian 34 SEBUAH JAWABAN
Nyokap Vina : " Kirain Ibu siapa" Arez : " Hehe, Kenapa itu pintunya ?"
Bokap Vina : " Vina dari semalem gak mau keluar kamar, mau bapak bongkar" Gua : " Lama banget lo"
Arez : " Baru bangun gua "
Gua : " Itu Vina kenapa ? Lo tau gak ?" Arez : " & & & & & ."
Arez hanya diam, dia terlihat bingung untuk menjawab pertanyaan gua
CKREK& akhirnya pintu kamar bisa di buka,
kami semua syok saat melihat Vina dengan rambut berantakan dan tangan kanan yang mengacungkan sebuah pisau dapur yang tajam.
" KELUAR"
Nyokap Vina : " Astagfirullah" Bokap Vina : " Naaa.. Nyebut"
Gua menatap Arez seorah isyarat 'ada apa ?' tapi dia hanya diam, gua beranikan diri masuk ke dalam kamar
" KELUAR MAS! KULUAR MAS! KELUAR!" dia terus berteriak meminta gua keluar tapi gua mengabaikan teriak itu dan terus berjalan masuk. Sekarang gua berdiri di hadapannya dengan mata pisau yang hanya berjarak beberapa senti dari wajah gua.
Gua sedikit memutar badan dan menatap orang tua Vina dan Arez yang masih berdiri di lawang pintu " Tutup mata kalian kalo takut ama Darah" Kata gua kemudian
lalu gua kembali menatap Vina, dia benar-benar kusut. Mata merah dan Pipi yang masih dibasahi air mata dengan rambut yang berantakan, sepertinya dia gak tidur semaleman.
" MAS KELUAR& ." Vina kembali meminta gua keluar tapi gua genggam pisau itu dengan tangan kiri, semakin erat gua menggenggamnya semakin banyak darah yang menetes.
" & & & & " Vina melepas pisaunya dan menutup mulutnya dengan kedua tangan, dia terlihat ngeri melihat darah yang terus menetes dari tangan kiri gua.
" Kalo ada masalah cerita, bukan kaya gini"
" & & & & & " Vina masih diam, gua lempar pisau yang masih digenggam ke atas ranjang " Kamu kenapa ?"
" & & & & .."
" JAWAB !"
" A A Aku takut" jawab dia terbata-bata " Takut kenapa ?"
" Aku bingung MAS" " Emang masalahnya apa ? " Aku& "
" & & & & ."
" Aku hamil mas" kata dia dengan suara pela " Apa kamu bilang ?"
" AKU HAMIL MASS AKU HAMIL" " JANGAN BECANDA KAMU"
" & & & & ." Vina diam dan menatap gua, air matanya yang sempat reda kini kembali membasahi pipinya lalu dia memberikan sebuah tespek. Tangan kanan gua gemetar memegang tespek yang vina berikan, rasanya gak percaya melihat hasilnya karena selama ini gua gak pernah menidurinya. Bahkan selama beberapa bulan terakhir kita gak pernah melakukan hal-hal yang beresiko seperti ini.
" GAK MUNGKIN, INI GAK MUNGKIN!!, KITA EMANG SERING TIDUR BARENG TAPI KITA GAK PERNAH NGELAKUINNYA"
" Aku beneran hamil Mas, tapi Mas gak harus tanggung jawab"
" Mas ini tunangan kamu, kalo kamu kenapa-napa ya Mas yang harus tanggung jawab" " Tapi aku hamil bukan sama Mas"
" & & & & & & ." Gua menengok ke belakang, kedua orang tua Vina terlihat syok. Arez berjalan ke arah kami dengan mata berkaca-kaca.
" Pus& . Tolong jelasin semuanya" kata Arez sambil mengusap-usap rambut Vina,
" PUS ? MPUS ?" Hardik gua sambil mencengkram kerah baju Arez " JADI YANG PERNAH LO CERITAIN ITU VINA ? MAKSUDNYA APA INI ?" teriak gua di depan wajahnya " & & & & & " Arez hanya diam, dia terlihat ketakutan
" JAWAB!!!"
" & & & & .." Arez yang masih diam membuat emosi gua semakin meluap BUG.. BUG.. Gua memukul wajahnya dengan tangan kanan sekeras-kerasanya " NGOMONG!"
Kedua orang tua Vina coba menenangkan gua, tapi gua gak mempedulikannya. Gua terus mencengkram kerah baju Arez.
" LO TAU DIA TUNANGAN GUA, LO TAU KITA MAU MARRIED, KENAPA LO LAKUIN INI ? JAWAB !! KENAPA ?" Gua terus memberikan pertanyaan dengan tangan tangan kanan siap memberikan pukulan
" JANGAN MAS& Toloong& dengerin dulu" Vina coba menenangkan gua sambil kedua tangannya memegangi tangan kanan gua. Setelah emosi sedikit turun, gua lepas kerah baju Arez dan coba memberikannya kesempatan menjelaskan.
Arez menarik napas panjang dan menghembuskannya, lalu kepalanya sedikit menunduk. Arez : " Vina emang Mpus yang pernah gua ceritain"
Gua : " Tapi Vina bilang dia sekolah di Bogor"
Arez : " Waktu SD di sini, tapi SMP nya di Jawa, lulus SMP baru dia ke sini lagi buat lanjutin SMA"
Gua : " Kenapa lo gak bilang dari awal," Arez : " Gua sama Vina emang pacaran dari SMP, kita gak pernah putus tapi waktu liat lo tiap hari Cuma ngelamun di net gua minta Vina buat bantu lo move on"
Gua : " Jadi ini semua Cuma permainan kalian ?"
Arez : " Engga har, kita gak ada maksud mainin perasaan lo. Gua nyuruh VIna buat kasih lo perhatian, biar lo gak ngerasa kesepian"
Gua : " Itu sama aja maenin prasaan gua"
Arez : " Sumpah Har, kita gak ada maksud mainin prasaan lo. Vina awalnya emang Cuma pengen bantu lo move on tapi dia malah jadi beneran suka sama lo, dia malah udah gak nganggep gua cowonya lagi. Dia lupa tujuan awal kita itu apa"
Gua : " Gak gini juga caranya Res, harusnya lo bilang dari awal, lo bisa bilang baik-baik gak harus pake ngehamilin Vina kaya gini. Gua pasti bakalan lepasin Vina buat lo" Vina dan Arez serentak menatap gua, mereka terlihat kaget mendengar pernyataan gua
Arez : " Lo pernah bilang kalo gak bisa rebut Mpus baik-baik, coba pake cara jahat, tapi gua bukan orang Jahat har. Gua gak hamilin dia"
Gua : " LO MAU BILANG INI ANAK GUA ? " Emosi gua kembali naik Vina kembali coba menenangkan gua, dia menurunkan tangan kanan gua yang siap memberikan pukulan.
" Mas, yang di omongin Bang Arez bener. Aku sayang Mas, aku juga sayang Ares. Tapi ini bukan anak kalian"
Dari semua yang kita lalui sejauh ini, gua seakan gak percaya dengan semua ini. Ternyata ada orang lain di hati Vina. ada orang yang lebih dulu dan lebih awal berada di sana, tapi kalau bukan anak Gua atau Arez itu anak siapa ? Mata ini tak tertahankan lagi, Vina menyeka air mata gua yang mulai turun " Terus itu anak siapa ?" Tanya gua kemudian.
" Waktu bulan Februari, aku pernah bohong sama Mas, aku bilang mau nyari buku pedahal aku ke mol bukan nyari buku tapi ketemuan"
" Sama siapa ? Mana orangnya ?"
" Bentar Mas, aku jelasin dulu. Namanya Sigit dia Dokter gigi" " & & & ."
" Abis ketemuan dia ngajak aku ke rumahnya di Jakarta, Dia orangnya ramah jadi aku mau aja ikut. Waktu sampe di sana kita Cuma ngobrol sambil makan-makan tapi abis itu aku langsung gak inget apa-apa, aku tau-tau bangun udah gak pake apa-apa. Aku gak tau gimana caranya ngejelasin ke Mas, gimana caranya ngejasin ke orang tua aku kalo sampe aku Hamil, aku bingung mas ngejelasin sama orang Tua Mas yang udah baik banget sama aku tapi akunya kaya gini. Aku gak pantes buat Mas"
" & & & .."
Gua selalu berpikir Vina orang baik, dia layak menjadi istri dan gua begitu yakin udah sangat mengenalnya. Tapi ternyata walau setiap hari bertemu dan tinggal ditempat yang sama, gua masih belum tau banyak hal tentangnya. Terlebih masalalunya yang gua sendiri gak mau mengungkitnya tapi justru ternyata kalau gua tahu masalalunya mungkin semua takan seperti ini.
Mungkin gua yang terlalu Sibuk atau terlalu percaya sampai gak punya pikiran Vina bakalan melakukan ini di belakang gua. Pedahal gua sibuk kerja untuk membeli rumah, gua selalu percaya dengannya tapi dia merusak kepercayaan itu dan membuat semua kerja keras gua gak ada artinya. Tapi dari semua ini gak sepenuhnya salah Vina, karena dia salah satu korban Sosial Media. " Ayo cari orangnya Rez" kata gua kemudian
BAGIAN 35 SEBUAH KEPUTUSAN
" Percuma Mas"
" Apa maksudnya Percuma, Kasih tau alamatnya ! Mas cari orangnya sekarang juga. Kamu mau tinggal pilih dia mau mas bawa hidup-hidup atau kepalanya aja!" " Percuma, Mas gak bakalan ketemua ama dia"
" Mau dia kabur sejauh-jauhnya mas pasti bakalan cari" " Engga mas, dia gak kabur"
" Terus kemana dia ?"
" 2 Minggu lalu, ada tabrakan beruntun. Dia salah satu korban kecelakaan itu Mas, waktu Mas sibuk di luar. Aku izin ke Bang Arez buat ninggalin toko, aku bohong. Aku bilangnya mau ngerjain tugas di rumah temen, pedahal aku kepemakaman"
" & & & & & & .."
Sebuah kecelakaan maut, entah kenapa emosi yang tadi begitu naik mendadak jadi mellow. Dada gua terasa sesak mendengarnya, ini mengingatkan gua kembali saat sebuah kecelakaan maut terjadi tahun lalu. " Terus sekarang GIMANA ?" Tanya gua kemudian. " AKU JUGA GAK TAU MAS, AKU BINGUNG, AKU GAK TAU HARUS GIMANA"
Vina kembali menangis di pelukan nyokapnya, lalu bokapnya meminta kami semua untuk ke ruang tengah. Kami hanya saling diam mencari jalan keluar dari permasalahan ini, otak gua benar-benar gak bisa berpikir.
Vina : " Aku mau aborsi, aku gak mau punya anak gak ada bapaknya" Semua terlihat syok mendengar apa yang Vina ucapkan, Gua : " Mas yang bakalan jadi Bapak dari anak kamu" Arez : " Har"
Gua : " & & " Gua hanya menolehnya Arez : " Kasih gua kesempatan" Gua : " & & ." Gua masih gak ngerti apa yang Arez ucapkan
Arez : " Vina satu-satunya orang yang paling gua sayang Har, kita emang jahat udah maenin perasaan lo. Tapi & . Tolong kasih gua kesempatan, biar gua yang tanggung jawab" Gua : " Gua aja yang tanggung jawab"
Arez : " Har.. Gua mohon untuk kali ini aja, tolong& kasih gua kesempatan, biar gua yang nikahin Vina"
Vina : " Tapi ini bukan anak Kamu Bang"
Arez : " Abang gak peduli itu anak siapa, selama dia ada di kandungan kamu berati dia masih anak kamu. Abang mau tanggung jawab, Pak, Bu& Saya mau nikahin Vina"
Kedua orang tuanya saling bertatapan lalu mereka berjalan meninggalkan kami bertiga, beberapa menit kemudian mereka kembali. Gua gak bisa berbuat apa-apa lagi saat kedua orang tua Vina meminta maaf karena pertunangan yang harus di batalkan dan mereka merestui Arez menikahi Vina dengan Syarat pernikahan harus di lakukan di Jawa, di daerah asal mereka.
Sekitar jam 13:00 gua pamit pulang, tapi saat mau melangkan keluar Vina memeluk gua dari belakang.
" Maafin aku mas, aku gak bisa jaga kepercayaan Mas, aku dah kecewain mas, aku udah kecewain semua"
" & & & & " Gua hanya diam lalu perlahan memutar badan, Vina melepaskan pelukannya dan menatap gua dengan air mata yang kembali membasahi pipinya. Gua seka air matanya dan melemparkan senyuman, walau gua gak tau apa arti senyuman itu.
" Kamu mau Mas maafin ?"
" & & & .. " Vina hanya manggut-manggut
" Tolong, buka hati kamu lagi buat Arez. Dia sayang banget ama kamu, tolong terima dia sebagai suami kamu. Jadi isri yang baik buat Arez, jadi Ibu yang baik buat anak-anak kamu" " & & & .." Air mata Vina semakin deras mendengar semua permintaan terakhir gua
CUP& gua mencium keningnya untuk yang terakhir kali lalu berjalan meninggalkan rumahnya. Sepanjang jalan gua terus memikirkan semua yang udah terjadi, gua masih gak habis pikir gimana orang yang begitu dekat dengan gua justru memiliki sebuah rahasia yang begitu rapih mengemasnya. Tujuan mereka emang baik, tapi sayangnya Vina justru terbawa sekenario yang mereka buat sendiri.
Bukan gua segampang itu melepas Vina. walau baru beberapa bulan, tapi Vina berhasil membuat gua begitu menyayanginya. Tapi ada orang lain yang lebih awal dan lebih dulu menempati posisi gua di hati Vina. dan tentunya melepaskan orang yang yang kita sayangi itu gak mudah.
Malam harinya sekitar jam 19:30, Arez dan Vina datang ke net. Mereka kembali meminta maaf, walau berat hati gua harus bisa menerima kenyataan dan memaafkannya. Mereka mengundurkan diri, Mereka datang secara baik-baik, dan tentunya gua harus mempersilahkan mereka pergi secara baik-baik walau meninggalkan luka yang begitu mendalam.
E N D
Jam dinding menunjukan pukul 22:00, gua hanya duduk di ranjang kamar yang ada di atas toko. Gua pandangi sekeliling kamar yang terlihat lebih luas karena barang-barang Vina yang udah di bawa pulang.
Di kamar ini, kita hampir setiap hari tidur bersama. Kita becanda, tertawa, menangis dan bertengkar. Kita melewati malam-malam yang indah bersama, tapi tanpa gua sadari ternyata semua kesenangan itu ada di atas kesedihan orang lain.
Andai gua tahu dari awal, mungkin semua takan seperti ini. Ternyata mencoba jadi orang baik-baik gak selalu mendapatkan hal yang sama, bukan soal apa yang udah kita lakukan, Tapi bagaimana orang lain memperlakukan kita setelah apa yang udah kita lakuin untuk mereka.
Gua rebahkan badan di ranjang dan menatap langit-langit kamar yang berhias bintangbintang bergantungan, gua jadi teringat saat bintang jatuh. Gua pernah mengatakan kalau gak semua keinginan itu dikabulkan, dan tentunya gak semua usaha juga sesuai dengan harapan kita.
Usaha, hasil, harapan, gua bangun karena teringat sesuatu, buru-buru gua ambil kotak pemberian Dian, Lalu perlahan gua sobek kertas kado dan membuka kotak berwarna coklat di dalamnya.
Sebuah album berwarna pink dengan gambar teddy bear, tangan kanan gua perlahan membuka albumnya. semua kenangan seperti di putar kembali saat melihat halaman pertama album yang berisi foto-foto gua dengan Dian saat kita masih SMP, lebih tepatnya saat kita baru kenal.
Gua terus membuka satu persatu halaman, sampai akhirnya gua terpaku di sebuah halaman yang terdapat 4 buah foto sejajar. Foto pertama dan foto terakhir benar-benar jauh berbeda, karena foto pertama adalah saat Dian mengenakan seragam putih merah, foto selanjutnya saat dia mengenakan seragam SMP, lalu foto ketiga sepertinya belum lama diambil.
Dan foto yang terakhir adalah saat dia mengenakan kemeja, dia terlihat dewasa dan sangat cantik. Sama persis seperti saat dia datang ke toko tempo hari. Dia benar-benar melakukan banyak perubahan, lalu gua buka halaman selanjutnya. Hanya ada tulisan " Aku bukan anak kecil lagi kan ? "
Air mata ini langsung menetes saat membaca tulisan terakhir dari album, sebuah kata yang selalu dia ucapkan setiap kali gua menyebutnya anak kecil. Gua gak tau apa arti air mata ini, gua bahkan lupa dengan rasa sakit yang tadi begitu menyesakan dada.
Lalu gua lanjut melihat dua halaman terakhir yang berisi foto gua, Vina, dan Dian. Foto-foto ini adalah yang dia pinta dari hp gua dulu. Setelah melihat semua isi album gua menutupnya dan meletakan di dada dengan kedua tangan menyilang.
Sekarang semua hanya tinggal kenangan, semua telah pergi meninggalkan gua sendirian. Andai kamu ada di sini, mungkin kaka akan memeluk kamu sama seperti yang kaka lakukan dengan album ini.
Saat akan memasukan kembali album ke dalam box, gua lihat ada dua lembar kertas seperti surat. Perlahan gua ambil kertas itu dan membacanya.
Lembar pertama :
" Kaka pernah bilang menunggu itu hal yang menyebalkan, tapi aku tetep mau menunggu karena Cuma itu yang bisa aku lakuin. 5 tahun itu bukan waktu yang sebentar ka, apa kaka sadar kalau selama 5 tahun aku lagi nunggu ? enggakan ? tentu, karena aku gak tau gimana caranya biar kaka tau kalo aku lagi menunggu. Temenku bilang kalo aku ini BEGO, aku nunggu sesuatu yang jelas gak mungkin. Tapi aku selama menunggu gak diem aja. Aku ikutin perkataan kaka yang nyuruh aku ngerawat diri, jaga kesehatan, gak nakal, belajar yang rajin sampe aku bisa jadi 3 besar terus di kelas.
Tapi kaka suka nganggep aku kaya anak kecil, pedahal aku tau kaka juga sadar aku udah banyak berubah, Kaka sendiri terpesona kan waktu aku dateng ke toko mau nyervis laptop ? Hayoo ngaku kaka curi-curi pandangkan "
Lembar kedua :
"Sebenernya kaka itu bukan gak PEKA, tapi kaka Cuma gengsi buat ngakuinnya. Kaka itu Cuma pura-pura cuek sama aku kan ?! jangan bohong ka, emang gak cape apa bohongin prasaan kaka terus. Aku tau semuanya kok, waktu baru masuk SMA orang paling deket sama kaka pernah cerita, kaka tau siapa orangnya ? itu ka Kanza.
Kita sering ngobrol kok di sekolah, Cuma didepan kaka kita pura-pura cuek. Dia bilang kalo kaka gak mau nyakitin cewe lagi, itu sebabnya aku terima kalo di sekolah kaka cuek sama aku. Kaka gak mau bikin ka Kanza yang cemburuan ngambek kan ?. Buktinya, sekarang kaka ama teh Vina, dia orangnya gak cemburuan. Jadi kaka gak cuek lagi kan sama aku, kita jadi bisa deket lagi.
Ka maaf ya aku pergi gak pamit lagi. Aku sempet ke toko tapi kata Bang Arez kaka lagi jalan ama teh Vina. Aku gak mau ganggu, jadi aku langsung pulang. Kalo pun kaka ada di toko aku gak bakalan ngucapin kata perpisahan, aku gak mau pisah lagi ama kaka.
Aku pergi bukan gara-gara kaka tunangan loh, tapi Mamah kangen katanya. Kaka pernah bilang gak mau jauh-jauh dari orang yang kaka sayang, aku juga kaaaaa& . Dari kita baru kenal, sampe detik ini. Prasaan aku masih sama.
Kaka jaga diri baik-baik ya di sana, kalo kaka kangen jangan SMS atau telpon tapi samperin "
04, Desember 2014 13:13 WIB
Antara Aku, Kau dan Sabun Season 2 THE END
Season 3
Bagian 1 2 Pilihan
Malam yang dingin dengan bintang-bintang yang bertaburan di atas sana, gua pandangi tiga bintang terang yang terlihat sejajar di langit sebelah timur. Seandainya tiga bintang itu digambarkan dengan seseorang mungkin bintang pertama adalah Kanza, lalu bintang ke dua adalah Vina dan bintang terakhir mungkin Dian atau mungkin jodoh gua yang masih dalam perjalanan atau udah meninggal saat balita ? entahlah& hidup selalu penuh dengan ketidak pastian.
Hari semakin larut, satu persatu teman sekelas pergi meninggakan angkringan. Sampai akhirnya tinggal gua yang masih duduk sambil terus memandangi bintang-bintang dengan Mona yang duduk di samping.
" Kamu kenapa sih Har ?"
" Gak apa-apa" Jawab gua singkat tanpa menolehnya " Kalo gak kenapa-napa kamu gak bakalan jutek jawabnya"
" & & & & ." Gua menurunkan pandangan dan menatapnya " Emang kenapa ?" " Kamu tuh aneh"
" Perasaan lo aja kali"
" Engga, anak-anak di kelas juga pada bilang kamu tuh aneh" " Emang gua aneh kenapa coba ?"
" Kamu jadi pendiem, kamu juga jadi sering dateng telat" " Lagi banyak kerjaan"
" Bohong, aku tau kamu lagi ada masalah" " Kaya dukun lo"
" Cerita atuh Har kalo ada masalah, kali aja aku bisa bantu" " Gak usah, gua gak kenapa-napa kok"
" Apa gara-gara Vina?" " Bukan"
" Aku biasanya liat kamu kalo pulang bareng Vina, tapi udah dua minggu aku gak liat kalian bareng. Lagi berantem ?"
" Bukan urusan lo"
" Aku kan sering curhat sama kamu, gantian dong kamu yang curhat" " ............."
" Aku emang orang asing, tapi apa aku gak boleh tau masalah kamu Har"
" & & & ." Gua masih diam, lalu kembali menatapnya dan mulai menceritakan semuanya dari awal. Termasuk Arez dan Vina yang melangsungkan pernikahan minggu lalu di tempat asal mereka, tapi gua baru di kabarin 3 hari setelah pernikahan mereka berlangsung.
Gua gak tau kenapa mereka gak ngasih tau sebelum akad nikah, pedahal gua ingin menghadiri acara pernikahannya .
Mata Mona berkaca-kaca setelah gua menceritakan semuanya, dia seakan gak percaya dengan semua yang dia dengar. Tapi gua coba meyakinkannya dengan memberikan hp gua yang berisi foto-foto pernikahan mereka yang dikirim Vina via email.
" Sabar ya Har, jodoh gak bakalan kemana" Kata Mona sambil menggenggam hp gua ditangan kanannya
" Iya, gua udah sabar kok"
" Sekarang kamu Cuma punya dua pilihan" " Hah pilihan ? "
" Kamu tadi bilang Vina itu terlihat sempurna, tapi nyatanya dia kaya gitu kan. Nah sekarang pilihannya, kamu mau nyari yang menurut kamu sempurna atau yang menurut kamu banyak kekurangan tapi ternyata dia yang sempurna buat kamu"
" Gua gak ngerti"
" Maksudnya gini nih, kamu mau nyari yang lain atau nerima orang yang bener-bener sayang sama kamu"
" & & & & & .." Gua diam coba memikirkan perkataan Mona
" Kamu buka mata, liat sekeliling kamu. Pasti ada orang yang bener-bener sayang ama kamu" " Siapa ?" Gua celingak celingkuk lihat sekitar
" Harrrrrr ih kamu gak ngerti juga sih" Kata Mona yang terlihat kesal " Eh idung kamu mimisan" Kata Mona kemudian,
buru-buru gua ambil sapu tangan yang ada di saku celana dan mengelapnya sambil berdiri " Yuk balik" Ajak gua kemudian
lalu kami berjalan ke parkiran dan gua Tarik gas motor untuk mengantar Mona pulang, sepanjang jalan Mona yang bawel tiba-tiba jadi pendiam. Udara yang terasa dingin membuat telapak tangan gua seperti mati rasa, tapi gua terus melanjutkan perjalanan sampai berhenti di sebuah rumah yang cukup besar yang ada di pinggir jalan.
Mona turun dan motor dan berdiri di samping gua " Kamu sakit ya ?" Tanya dia kemudian " Engga, Cuma mimisan biasa aja"
" Bohong, kamu pucet banget"
" Udah tenang aja, gua gak apa-apa kok"
" Nginep sini aja ya, aku takut kamu kenapa-napa di jalan" " Ah lebay lo, udah gua balik dulu ya"
Saat gua mau stater motor dada kiri terasa seperti ada sesuatu yang menancap, sangat amat sakit tapi gua coba bersikap biasa aja dan lanjut menyalakan motor dan meninggalkan Mona yang masih berdiri di depan gerbang.
Bagian 2 Tempat Aneh
Gua pacu motor dengan kecepatan sedang karena rasa sakit yang gak kunjung hilang ditambah udara yang terasa semakin dingin. Sepanjang jalan gua terus memikirkan perkataan Mona tadi, mencari orang yang terlihat sempurna atau menerima orang yang memiliki banyak kekurangan tapi ternyata sempurna untuk kita. Siapa orangnya ? ahh kepala gua terasa pusing memikirkan semua itu.
Saat melewati sebuah tikungan tiba-tiba pengelihatan gua berbayang, lampu-lampu kendaraan dari arah berlawan terasa begitu menyilaukan.
TIIIIIIDDDDD............
sebuah kelakson panjang terdengar dengan lampu yang begitu menyilaukan mata sampai semua terlihat putih.
& & & & & & .
& & & & & & & .
& & & & & & & & & ..
& & & & & & & & & & & & & . & & & & & & & & & & & & & & & & . & & & & & & & & & & & & & & & & & & &
Perlahan gua membuka mata, sekarang cahaya menyilaukan tadi berubah menjadi sebuah lahan kosong yang berada di dataran tinggi, bukit-bukit hijau yang ada di sebrang sana terlihat begitu indah.
Tunggu!! Kenapa gua ada di sini ? di mana motor gua ? begitu banyak pertanyaan yang terlintas, terlebih lagi saat menangadah ke langit dan terlihat empat buah matahari yang berada di timur, selatan, barat dan utara. Walau ada empat buah matahari tapi di sini gak terasa panas.
Gua ambil hp yang ada di saku celana sebelah kiri, jam digital yang tertera di pojok atas menunjukan pukul 23:47 dengan jaringan SOS. Lalu gua kembali memasukan hp ke dalam saku dan coba berjalan menuruni bukit. tapi sepanjang jalan gak ada seorang pun yang gua temui bahkan di sini gak ada tanda-tanda kehidupan karena yang terlihat hanya hamparan rumput hijau yang sangat luas dengan sebuah pohon besar yang sangat tinggi terletak di ujung sana.
Entah berapa lama gua berjalan sampai akhirnya gua berdiri di bawah sebuah pohon dengan ukuran 10 kali lebih besar dari pohon keramat yang ada di dekat rumah. gua berjalan mengelilingi pohon mencari cara untuk memanjatnya, tapi langkah kaki terhenti saat melihat sebuah bunga yang tumbuh di atas akar pohon yang besar.
Gua sedikit merendahkan badan dan jongkok untuk melihat lebih jelas bunga-bunga berwarna merah yang terlihat begitu cantik dan wangi, gua berdiri dan merogoh saku celana untuk mengambil hp.
CKREK& setelah mengambil foto, gua kembali memasukan hp ke dalam saku dan lanjut berjalan mengelilingi pohon. Tapi langkah kaki gua kembali terhenti saat melihat seorang perempuan berlari di padang rumput dengan gerombolan anjing-anjing yang mengejarnya.
Gua ambil ranting pohon yang berukuran sebesar tangan dan menggenggamnya dengan tangan kanan lalu berlari ke arah perempuan yang sedang di kejar-kejar anjing. Dia terlihat heran saat melihat ke arah gua dan seketika anjing-anjing itu langsung berhenti mengejar dan balik berlari terbirit-birit.
Sekarang di hadapan gua ada seorang perempuan dengan dres berwarna coklat, tunggu& itu bukan dres tapi seperti kulit hewan yang dijadikan baju. Bola matanya berwarna biru dengan hidung mancung dan rambut panjang lurus berwarna kuning. Dia sedikit memiringkan kepala kekanan menatap gua heran.
" Kenapa ?" gua coba bertanya " & & & & ." Dia hanya diam " Ini di mana ?" Gua kembali bertanya
" & & & & ." Dia masih diam dan berjalan melewati gua, Gua berjalan mengikutinya ke arah pohon besar, " Heiii& tunggu" Gua coba memanggilnya
" & & & & .." Jangankan menjawab, dia malah mempercepat langkah kakinya
Gua berlari mengejarnya dan menggenggap pergelangan tangan kanannya, dia memutar badan PLAK...dia menampar pipi gua dengan tangan kirinya, suaranya begitu keras tapi gak terasa sakit.
" Gua Cuma pengen nanya" Kata gua kesal sambil melepaskan tangannya " & & & & & " Dia hanya diam dengan wajah terlihat ketakutan " Jangan takut, gua bukan orang jahat"
" & & & & & " Dia masih diam dengan mata yang menatap wajah gua tanpa berkedip " Kenapa ? liatnya aneh gitu"
Dia mengangkat tangan kanannya dan memegang rambut gua lalu memegang sesuatu yang menempel di kepala gua. karena penasaran apa yang dia pegang buru-buru gua angkat kedua tangan dan memegang dua buah benda bulat, keras, dan tumbuh miring ke samping dengan ujung yang lancip gua punya dua tanduk, pantes anjing tadi pada takut . eh tapi sejak kapan gua punya tanduk ? kenapa bisa ada tanduk di kepala gua ?
Antara Aku Kau Dan Sabun Karya Agan Kempot20 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" hehehe" Dia kertawa geli melihat gua yang sedang memegangi tanduk, lalu buru-buru gua lepaskan tangan dan menoyor kepalanya
" Gila" kata gua kemudian
" & & & & " Dia malah cemberut dan merapihkan poninya
" & & & & " Gua ikut diam, rasanya seperti dejavu. Gua pernah ngalamin ini sebelumnya, tapi kapan ? di mana ? Ditengah kebingungan, dia tersenyum begitu manis. Ahhh sial& . Cara dia tersenyum, gua pernah melihatnya, tapi kapan ?? gua semakin bingung.
Dia berjalan meninggalkan gua lalu berdiri di dekat batang pohon yang besar, lalu dia berbalik badan dengan tangan yang melambai-lambai seolah isyarat meminta gua untuk mengikutinya. Gua berjalan mendekatinya lalu, dia menunjuk ke atas. " Manjat ?" Tanya gua kemudian
" & & & & ." Dia hanya diam lalu berbalik badan dengan kedua tangannya memegang selahselah batang pohon dan memanjatnya. Gua ikut manjat di bawahnya.
Karena pakain yang dia kenakan hanya menutupi sampai bagian paha jadi dari bawah sini gua bisa melihat jelas pahanya yang putih mulus dan saat dia mengangkat kakinya kamprettt dia gak pake daleman pikiran gua langsung keruh saat melihat Vivi yang menyemangati gua yang ada di bawahnya.
Mungkin karena ada pemandangan indah selama manjat, jadi gak terasa kalau kami udah sampai di puncak pohon. Pedahal gua masih beraharap ini pohon lebih tinggi lagi . Dia duduk di dahan pohon di ikuti gua yang duduk di sampingnya. Pohon ini sangat tinggi dan pemandangan yang terlihat dari sini sangat indah.
" Zelda" Kata dia sambil menjulurkan tangan kanannya " Kamprett& dia bisa ngomong" batin gua kesal, lalu gua jabat tangannya " Bobi" Kata gua kemudian
Bagian 3 G E L A P " kirain gua lo gak bias ngomong "
" bisa kok, Cuma aku gak ngomong sama orang asing" " Yaelah, gua tadi Cuma nanya"
" Tetep aja aku gak mau jawab kalo gak kenal" " Pelit banget "
" Bukan pelit, tapi emang aturan di sini kaya gitu" " Aturan ? emang ada orang lain selain lo di sini ?"
" Ada, tunggu aja sampe empat Talizi ngebagung. Entar di bawah sana bakalan banyak rumah-rumah"
" Empat Talizi ? Rumah ? gua gak ngerti"
" itu Talizi" Kata dia sambil menunjuk matahari yang ada di sebelah timur
" Oh itu di sini namanya Talizi, emang itu entar ngegabung ? matahari kan tenggelam kalo ngegabung gitu yang ada kiamat "
" Talizi emang satu, tapi dia bisa ngebelah diri jadi empat bagian terus kalau dia nyatu langitnya jadi gelap"
" Kok gua jadi bingung sebenernya ini di mana sih ?" " Cikeas"
" Hah ?"
" Iya, tempat ini namanya Cikeas" " Cikeas mah tempat tinggal presiden " " Presiden itu apa ?"
" Presiden itu sama kaya Raja" " Oh gitu"
Zelda banyak cerita tentang tempat ini termasuk dengan rumah-rumah yang akan muncul ke permukaan tanah saat malam hari, dan saat itu tempat ini akan menjadi sangat ramai karena penduduk di sini bangun saat malam gelap dan tidur saat siang hari.
Hanya Zelda yang gak pernah tidur, bahkan dia gak pernah merasakan lelah karena dia bukan manusia melainkan buah yang tumbuh selama 3 abad sekali dari pohon besar yang kami singgahi. Awalnya gua pikir tadi dia dalam bahaya saat di kejar segerombolan anjing, tapi ternyata dia sedang bermain kejar-kejaran .
" Kamu lagi rindu sama seseorang"
" Sok tau lo "
" Coba tatap aku baik-baik"
" & & & & & " Gua diam dan menatap wajahnya, perlahan kulit-kulit di wajahnya seperti bergerak-gerak lalu matanya yang biru dan rambutnya yang kuning berubah jadi hitam. Gua syok saat melihat wajah siapa yang ada di hadapan gua
" Kamu juga pasti ngerasa tadi ada beberapa hal yang pernah kamu alami" " & & & & .." gua masih diam,
" Aku bisa baca pikiran kamu. Aku tau kamu pengen ngulang momen seperti itu lagi kan" " Tolong"
" & & & & " Sekarang Zelda yang diam, dengan wajah terlihat bingung
" Tolong, jangan pakai wajahnya! Jangan lakuin hal yang pernah dia lakuin! Jangan ucapin perkataan sama seperti dia dulu!"
" Kenapa ? Bukannya kamu merindukan itu semua?"
" GUA EMANG KANGEN MASA-MASA ITU TAPI KAYA GINI CARANYA LO SAMA AJA MAENIN PRASAAN GUA"
" Aku& akuu gak ada maksud gitu" " Halah" gua bangun dan coba turun meninggalaknnya tapi karena tergesa-gesa gua jadi kepeleset dan jatuh dengan posisi kepala di bawah.
" BOBIIIIII" Teriak dia di atas sana
" BOBIIII...."
"Bobii..."
"Bo....."
Suaranya semakin mengecil dan tak terdengar lagi, gua pejamkan mata dan rentangkan kedua tangan menikmati sensasi angin yang membuat tubuh gua seperti melayang.
BRUG& .. gua mendarat di tanah, walau jatuh dari pohon yang sangat tinggi tapi gua gak merasakan sakit. Tapi anehnya gua gak bisa menggerakan tangan dan seluruh tubuh gua seprti gak berfungsi, perlahan gua membuka mata.
Cahaya yang sangat menyilaukan dengan suara yang terdengar gak asing, beberapa detik kemudian mata gua mulai terbiasa. Gua gak bisa bergerak, Yang gua lihat hanya langit-langit ruangan, bola mata gua coba melirik kiri dan kanan. Terlihat sebuah ruangan kosong dengan alat-alat medis yang berada di samping kiri dan kanan.
Samar-samar terdengar suara bokap yang sedang ngobrol di luar ruangan, gua ingin memanggilnya tapi sangat sulit. Sekitar beberapa menit kemudian seketika semua menjadi gelap.
Jari-jari gua bisa bergerak, gua bangun dari ranjang dan turun tapi saat melihat kebelakang ranjang tadi langsung hilang. Sekarang gua seperti berada di ruangan kosong yang gelap, " PAH& . MAH& " Gua coba memanggil mereka
Pedahal tadi gua mendengar suara mereka tapi kenapa sekarang gak terdengar apapun, gua coba melangkahkan kaki ditengah kegelapan dengan kedua tangan di julurkan ke depan karena takut menabrak benda yang tak terlihat. Tapi sejauh kaki melangkah, ruangan ini terasa sangat luas dan kosong.
" ADA ORANG ?"
" & & ."
" TOLONG DONG NYALAIN LAMPUNYA" " & & ."
" HALOOOO" " & & .."
" ASSALAMU ALAIKUM" " WA ALAIKUM ASSALAAM"
DEG& . Jantung gua langsung berdebar saat mendengar suara seseorang yang menjawab salam, tapi itu justru membuat gua ketakutan.
" Si-siapa disana ?" Tanya gua sambil celingak celinguk mencari asal suara itu, tapi tak ada siapapun yang terlihat.
" Kamu tidak perlu tahu siapa saya, ada perlu apa kamu datang kesini ?" suara itu kembali terdengar tapi dari arah belakang, gua langsung memutar badan dan mencari suara itu tapi masih tak ada siapapun
" Saya gak tahu kenapa bisa ada di sini, emang ini tempat apa ?" Tanya gua kemudian " Tempat istirahat" Suara itu kembali terdengar dari arah yang lain, " Saya ingin pulang"
"Tinggalah di sini dengan kami" Suaranya masih sama tapi selalu berpindah-pindah. "ENGGA! Saya mau pulang"
"Kenapa kamu ingin pulang ?"
" Saya punya rumah, saya punya keluarga, saya punya orang tua yang belum saya bahagiain, saya punya adik yang harus saya jaga. Saya mau pulang, saya mau ketemu mereka!!"
" & & & & & & .." Gak ada yang menjawab, suara itu menghilang dan suasana kembali hening.
BAGIAN 4 Kejar atau Pulang
Gua duduk dengan kedua tangan memeluk kaki yang dilipat. Udara di sini terasa hangat tapi badan gua terasa begitu dingin, gua hanya bisa diam dan menunggu suara itu kembali. Tapi sekian lama gua menunggu suara itu tak kunjung menjawab setiap perkataan yang gua lontarkan.
TREK& .. TREK& TREK& . Terdengar suara langkah kaki dari arah kiri, " Ada orang ?" gua coba bertanya
" & & & & & ."
Gua bangun dan berjalan menuju asal suara itu, sekarang suaranya semakin terdengar jelas dan gua syok saat melihat siapa yang berdiri di hadapan gua. :mateblo: dengan rambut panjang dan wajah terlihat sangat cantik dengan mengenakan pakaian long dress berwarna putih, dia tersenyum begitu manis. Gak ada yang berubah dari cara dia menatap gua, bahkan senyuman itu masih sama seperti dulu.
" Kanza"
" & & & " Dia hanya tersenyum, lalu gua menjulurkan tangan coba menyentuh wajahnya tapi dia menggeleng-geleng kepala sambil mundur selangkah. " Gimana kabarnya ?" Tanya dia kemudian
" Aku baik-baik aja za, kamu sendiri ?"
" Bodoh!! Kalo kamu baik-baik aja, gak mungkin ada di sini" " Kamu liat sendirikan aku baik-baik aja, Kamu sendiri kenapa ada disini ?" " Aku tinggal di sini"
" Di sini gelap, kok kamu mau aja tinggal ditempat kaya gini"
" Gelap apanya sih, kita ada ditengah-tengah taman. Banyak banget pohon mangganya" Kata dia sambil melihat sekeliling
" Sebenernya kita lagi di taman atau di perkebunan mangga "
" Ikutin aku, entar kamu bisa liat sendiri" setelah mengatakan itu dia mundur selangkah demi selangkah. Gua maju mengikutinya tapi dia mendorong badan gua sampai tubuh gua ambruk.
" Kasar banget sih Za, katanya suruh ikutin kamu" Protes gua sambil coba berdiri
" Kalo kamu ikutin aku, kamu gak bakalan bisa pulang" Kata dia kemudian lalu perlahan dia semakin menjauh dan menghilang ditengah kegelapan.
" ZAAA& KANZAAA& .. ZAAAA& JANGAN TIGGALIN GUA LAGI ZA& . ZAAA& KANZAAAAAA"
Gua teriak-teriak memanggilnya, Gua coba berjalan ke arah Kanza tadi menghilang, tapi gak menemukannya. Gua terus berjalan ditengah kegelapan. Tadi itu pasti Kanza, gua gak mungkin berhalusinasi. Tapi dia pegi kemana ? Za& kembali gua takut sendirian.
JLEGEERRR& NGIIIIIIINGGGG& ..ditengah kebingungan terdengar suara petir menyambar, suaranya begitu keras sampai telinga gua berdenging. Kilat-kilat di atas sana sangat menyilaukan mata, tapi walau banyak kilat gua masih gak bisa melihat apa-apa.
" Bob.." Gua langsung berbalik badan saat mendengar suara orang yang memanggil gua dari belakang
" Bobi.." Suaranya pindah ke depan
" Bobi" Suaranya kembali pindah dari arah lain " Bobi"
" Bobi" " Bobi"
Suaranya terus berpindah dari segala arah, gua berputar-putar mencari siapa yang memanggil tapi semua hanya warna hitam gelap.
" GUA DISINI"
Gua berteriak tapi suara-suara itu terus memanggil nama gua sampai terdengar suara isak tangis, suara tangisan itu pernah gua dengar di rumah saat bokap memarahi nyokap. " MAH& Bobi di sini Mah"
gua berjalan menuju asal suara itu tapi suara itu terus berpindah-pindah. Gua seperti dibuat berputar-putar. Gua hentikan langkah kaki saat dada gua terasa begitu sesak, gua duduk sambil meremas dada sebelah kiri yang terasa seperti ada sesuatu yang menancap yang membuat gua kesulitan bernapas. Gua pejamkan mata menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuh, lalu suara-suara itu terdengar kembali.
Perlahan gua membuka mata, cahaya dari lampu yang ada diruangan begitu menyilaukan mata. Gua kembali membiasakan diri sampai beberapa detik kemudian gua bisa melihat dua orang suster. Seorang seperti sedang memeriksa alat medis yang ada disebelah kiri gua dan yang satunya hanya berdiri dengan nampan berisi suntikan dan beberapa perlatan medis. Jadi tadi hanya mimpi ? Tapi kenapa semua terlihat begitu nyata, kenapa gua bisa adai di Rumah Sakit ? gua coba mengingat-ngingat kejadian sebelumnya, tapi itu membuka kepala gua terasa sakit.
Gua bisa gerakan jari-jari tangan kiri tapi tangan kanan gua terbalut rapat dan gak bisa digerakan samasekali, gua merasa seperti ada perban yang melilit dikepala dengan peralatan medis yang menempel di hidung dan bagian-bagian tubuh yang lain. Dari semua itu yang paling terasa adalah sesuatu yang menempel pada DIRLI.
Ingin rasanya gua bertanya pada perawat yang ada di ruangan, tapi jangankan bertanya, membuka mulutpun gua gak bisa. Gua hanya bisa mengedipkan mata yang terasa sipit sebelah. Jari-jari kaki gua gak bisa digerakan, Bahkan gua gak bisa merasakan kedua kaki gua yang tertutup rapat oleh selimut berwarna coklat.
" Alhamdulilah" Kata perawat yang ada disebelah kiri gua saat melihat gua yang udah sadarkan diri, lalu perawat yang satunya meletakan nampan yang ia pegang di meja dan berjalan keluar pintu. Beberapa detik kemudian kedua orang tua gua masuk dengan seseorang yang mengikutinya di belakang.
Bagian 5 Kronologi
Beberapa jam kemudian saat kesadaran gua semakin membaik, gua diperbolehkan pindah ke kamar rawat. Tapi sebelum pindah, gua kembali merasa kesakitan saat alat-alat medis yang menempel pada tubuh gua dilepaskan. Terlebih lagi yang menempel pada DIRLI, gua gak tau benda itu seperti apa rupanya tapi rasanya sakit, ngilu, dan geli saat dilepaskan.
Sekitar jam 9 pagi akhirnya gua pindah kamar, bokap duduk di sebelah kiri dengan Nita, sepupu gua yang baru datang dari Bekasi untuk menjenguk.
" Pah, Mamah mana ?" Tanya gua
" Mamah lagi pulang dulu ngambil baju ganti" " Kok Bobi bisa ada di sini Pah ?"
" kata anak muda yang nongkrong deket tempat kejadian, kamu nabrak mobil yang lagi nyalip angkot, salah mobilnya juga sih nyalipnya gak liat-liat dulu main masuk jalur kanan aja. Kamu mental ke depan sampe kepala kamu nyundul kaca mobilnya, trus waktu orang pada mau nolongin, kamu turun sendiri dari kap mobil. tangan kanan kamu patah. Tapi kamu trus gedor-gedor pintu mobil sampe pengemudinya keluar. Kamu bukan minta tanggung jawab malah bikin pengemudinya babak belur , warga coba pisahin kamu tapi katanya kamu kaya kerasukan waktu mukulin orangnya ampe susah buat dilerai. Trus kamu jalan ke arah warung, kamu bener-bener kaya orang kerasukan. Liat selokan bukan dilompatin tapi malah jalan terus. Yah jadinya kamu nyebur, selokannya dalem tapi gak ada airnya. Kamu pingsan di dalem selokan, trus warga baru bawa kamu ke rumah sakit"
" Emang kaya gitu Pah ? Kok Bobi gak inget ya "
" masih untung Cuma gak inget, kepala kamu udah ngebentur kaca mobil, trus jatoh ke selokan juga ngebentur ampe bocor gitu jidat kamu, Coba kalo geger otak" " & & & & & ." Gua hanya menelan ludah mendengar apa yang bokap katakan " Selama kamu koma, Mona yang nemenin Mamah kalo Bapak pulang" " Hah Mona ? Terus dia kemana sekarang ?"
" Dia pulang bareng Mamah tadi"
" Kok dia bisa tau Bobi kecelakaan ?" " Papah nelpon pihak kampus, trus Mona sama temen-temennya dateng ke sini. Cuma kamunya masih koma"
" Emang Bobi koma berapa lama Pah ?"
" 3 hari, bukan Cuma gara-gara kecelakaan, tapi paru-paru kamu juga udah kena tuh. Kamu jangan ngerokok lagi"
" Iya Pah entar Bobi berenti"
" Jangan entar, tapi dari sekarang juga" " Iya iya"
" Udah ah Papah jadi pengen ngerokok, Nit titip Bobi" Kata bokap lalu dia berjalan keluar kamar meninggalkan gua dengan Nita yang masih membisu.
Gua bangun dari tempat tidur dan perlahan menurunkan kedua kaki untuk ke kamar mandi. Tapi baru gua langkahin kaki kanan, badan gua langsung ambruk dengan tangan kanan yang tertindih badan.
AAwwwww& gua meringis kesakitan, Nita coba bantu gua berdiri dan memapah gua sampe dalam kamar mandi, lalu dia meninggalkan gua dan menutup pintunya dari luar. Gua lega saat lihat DIRLI gak kenapa-napa, pedahal awalnya gua kira DIRLI luka gara-gara kecelakaan jadi dipasangi alat medis. Tapi ternyata DIRLI masih sehat bugar bahkan dia bisa bangun
eh tunggu, kenapa DIRILI mendadak bangun pedahal pikiran gua gak kotor, atau janganjangan gara-gara masuk kamar mandi bareng Nita ? engga, gak mungkin gua kerangsang Cuma gara-gara dianter sepupu ke kamar mandi
" Udah belum ?" Tanya Nita dari balik pintu " Ngapain masih disitu ?"
" Emang bisa jalan sendiri ke ranjang" " Oh iya, bentar masih kangen sama DIRLI" " DIRLI siapa ?"
" Bahaya jangan kenal, gua udah nih" KREK, pintu WC dibuka lalu Nita kembali memapah gua sampai ranjang dan gua kembali merebahkan badan.
" eh lo sendirian ke sini ?" Tanya gua sambil melihat Nita yang asing memainkan gadget dengan kedua tangannya
" Engga"
" Mang Oding mana ?"
" Waktu subuh udah balik, Bapak kan gawe" " Lo sendiri gak gawe emang ?"
" Kontrak abis, ini lagi nunggu panggilan" " lo gak lanjut kuliah emang ?"
" Taun depan Ita mau nikah, kuliah juga buat apa atuh entar juga balik lagi ke dapur" " Yaelah pikiran lo jadul banget"
" Biarin napa Mang, eh ya gimana rasanya kemaren ?" " Hah emang kemaren kenapa ?"
" Mamang gak inget ?"
" Cuma kaya lagi mimpi aja"
" Kemaren Ita dikabarin Mamang udah gak ada, makanya langsung ke sini ama Bapak"
DEG& jantung gua langsung berdebar saat mendengarnya " Yang bener lo Nit ?" Tanya gua kemudian
" Iya, tapi waktu baru nyampe sini kata Om Jantung Mamang terus ngelemah, jadi dokter macu jantung Mamang"
" Jadi gua mati suri gitu ?"
" Engga kayanya, Om aja yang panik kali jadi ngabarin gak ada, pedahal kan jantung Mamang belum sempet berenti"
" Syukur deh kalo gitu, Gua kaya lama banget loh mimpi, tapi yang gua inget Cuma beberapa aja"
" Yah namanya juga mimpi" CKREK
ditengah kami sedang mengobrol, pintu kamar terbuka. Seorang perempuan cantik dengan mengenakan baju biru muda dan jeans hitam berdiri sambil tangan kirinya masih memegangi gagang pintu, dia terlihat syok saat melihat kami berdua.
" Maaf salah kamar" Kata dia lalu kembali menutup pintunya.
Bagian 6 Wall Breaker
Sore harinya Nita pamit pulang saat Bokap kembali ke kamar, kata Bokap orang yang menabrak gua mengalami luka yang lumayan serius dibagian kepala dan wajah. Hidungnya patah, bibir pecah, beberapa gigi copot dan wajahnya dipenuhi bekas cakaran. Waktu gua koma orang itu sempet dua hari dirawat di rumah sakit yang sama, berhubung sama-sama mengalami luka serius dan kendaraan sama-sama rusak parah jadi Bokap gak menuntut biaya ganti rugi karena gua sendiri biaya rumah sakitnya di urus asuransi.
" Masa ampe separah itu Pah" kata gua setelah Bokap selesai bercerita " Kalo diinget-inget, ini sama kaya waktu kamu baru masuk SD" " Emang dulu kenapa ?"
" Waktu baru masuk SD kamu pernah jatoh dari pohon jambu sekolah, kepala kamu bocor kena krikil tapi kamu bikin anak orang masuk UGD gara-gara ngetawain kamu" " Yang bener Pah ? Kok bobi gak inget ya"
" Sebenernya dulu pernah Papah kasih tau Cuma kamu gak ngerti, tapi sekarang kamu udah gede jadi udah ngerti"
" Emang apaan ? Bobi gak inget"
" Waktu kamu kecil, kamu sering ngomong sendiri, kamu juga sering minta dibuatin kopi. Awalnya Bapak biasa aja, tapi semakin ke sini kamu semakin parah. Kamu pernah minta kimpoi waktu baru kelas 1 SD, Bapak sempet ngira kamu gak waras tapi kata Abah kamu kudu diobatin ke orang pinter. Nah kata temen Abah yang ngobatin kamu, dia bingung kenapa bisa banyak banget di kamu pedahal gak ada yang nurunin atau yang ngisiin" " Apanya yang banyak Pah ?"
" Setannya. Waktu lagi di keluarin, Papah sama Abah kaget waktu kamu lagi rebahan tiba-tiba langsung berdiri tegak kaya pocong, terus ganti lagi kaya monyet, macan, nyampe kamu nyanyi kaya sinden . Untungnya temen Abah itu sakti, jadi dia bisa mindahin setan-setan itu ke pusaka sama cincin. Tapi kok bisa kaya gitu lagi ya, pedahal udah bener-bener dibersihin dulu"
" Ah Papah ngarang aja, masa Bobi kaya gitu" " Kamu diobatin, efek pengobatannya kamu juga jadi gak inget waktu kamu kecil kaya gimana"
" & & & & & .." Gua diam
Yang dikatakan Bokap itu ada benarnya, waktu kelas 3 SD pernah beberapa orang menceritakan masa-masa kelas satu saat baru masuk sekolah. Tapi gua gak ingat samasekali saat baru-baru masuk sekolah. Apa ini alasan kenapa gua gak inget, tapi apa ada hal semacam itu ? ini bener-bener diluar akal sehat.
CKREK&
Saat gua coba memikirkan perkataan Bokap, pintu kamar terbuka. Mona tersenyum dengan bibir tipis berwarna pink, setelah mengucapkan salam dia bersalaman dengan Bokap dan meletakan tasnya dimeja lalu duduk di samping kanan gua. Gak lama kemudian Bokap keluar meninggalkan kami, kamar ini memiliki tiga ranjang tapi berhubung dua ranjang lainnya kosong jadi hanya tinggal kami berdua di kamar
" Masih sakit ?" Tanya Mona
" Udah engga kok" Jawab gua ngasal
" Oh bagus deh" kata dia, lalu perlahan meremas tangan kanan gua " AW aw aw Sakit oiiii " gua sedikit teriak lalu Mona melepaskan tangannya " Katanya udah gak sakit"
" Lo liat sendiri gua masih kaya gini segala nanya gitu " " Tapi udah bisa jalan kan ?"
" Belum"
Lalu Mona berdiri dan mundur beberapa langkah " Coba sini aku bantu biar bisa jalan" kata dia kemudian
" Hah gimana caranya ?"
Mona mengeluarkan sesuatu dari saku celana jeansnya, gua semakin bingung. Apa hubungannya belajar jalan dengan amplop yang dia pegang. " Ada surat nih, pengirimnya Dian" kata Mona sambil memegangi amplop itu dengan kedua tangangannya. Buru-buru gua turun dari ranjang dan menghampirinya.
Dia tersenyum lalu membalikan amplopnya, gak ada tulisan yang tertera dan saat gua perhatikan baik-baik ternyata itu amplop yang biasa dijual di warung. " KAMPRET gua dikerjain" Protes gua
" Hehehe tapi jadi bisa jalan kan"
" & & & & .." gua hanya diam, gua pegang dada sebelah kiri dengan tangan kanan dan meremasnya sampai pakaian yang gua kenakan mengkerut. " Awwhhhh& ." Gua meringis kesakitan
" Bob, kamu kenapa ?" Tanya Mona yang terlihat panik
Gua sedikit menundukan kepala dan semakin kuat meremas baju " Aw shhhhhhh" " Aku panggil dokter ya"
" Gak usah, tiduran juga entar sembuh sendiri"
Lalu Mona memapah gua berjalan ke ranjang, gua langsung merebahkan badan dan menatap Mona yang terlihat ketakutan dengan mata yang berkaca-kata. Lalu gua tersenyum menyeringai
" Udah sembuh ? cepet banget " Tanya dia heran " Tadi Cuma becanda"
" Bobiiiii iiiiiiiii gak lucu tauu"
" Satu sama, lo juga gak lucu ngerjain gua kaya tadi" " Huh bilang aja pengen mepet-mepet sama aku " " Dikit hehe"
" Dasar Otak Mesum" " Sial, eh UAS kapan sih ?"
" Minggu depan, kamu gak baca pengumuman ya" " Kaga wah mudah-mudahan gua bisa ikut UAS" " Amin.. aku juga sepi gak ada kamu di kelas" " Kangen ya " Goda gua
" Huh PeDe"
Mona mengeluarkan gadget dari dalam tas, jari-jarinya sibuk menyentuh touchscreen. " Serius banget lo" Kata gua
" Hehe.. aku lupa waktu war 2 jam lagi"
" JIah dasar, gimana kabar punya gua ya, pasti banyak yang rampok" " Aaaaaa Bobi, ngajakin ngobrol melulu sih, Naganya jadi oleng kan" " Naga tuh warnanya coklat, kalo ijo namanya bunglon"
" Huh Cuma dapet bintang dua kan, punyaku kan baru naik lagian Aku mau mentokon Wall breaker dulu"
" Yaelah, gua aja jarang pake" " Wall breaker itu kren tau" " Apanya yang kren coba "
" Dia rela ngorbanin dirinya biar temen-temennya bisa nembus base" " Itu kan emang job dia "
" Coba seandainya itu orang, belum tentu ada orang yang mau berkorban dirinya demi orang lain, apa lagi soal prasaan"
" & & & & & ." Gua hanya diam memikirkan perkataan Mona, mengorbankan prasaan untuk orang lain, gua jadi kepikiran Arez dan Vina. Apa kabar mereka ya, sejak beberapa minggu lalu mereka gak ada kabar
" Bob, maaf aku gak maksud nyinggung" kata dia seolah tahu apa yang gua pikirkan " Engga kok, gua Cuma mikirin entar UAS gimana, gua kan ketinggalan materi" " Ya ampun aku lupa bawa flasdisk, pedahal udah aku copas materi dari dosen buat kamu" " Heuuu pikun"
" Aku lupa iiiii"
Kami ngobrol-ngobrol ringan seperti biasa, sekitar jam 17:30 Mona pamit pulang dan gua kembali sendirian karena kedua orang tua gua belum juga kembali ke kamar. liat Mona main game, gua jadi pengen main tapi sayang gua belum diperbolehin megang hp
Bagian 7 Perempuan Berjilbab
Rasanya jenuh sendirian di dalam kamar, karena bosan gua bawa infusan dan duduk di ruang tunggu yang ada diluar kamar. Pedahal ini belum larut malam, tapi gak ada seorang pun yang gua lihat melewati lorong.
Gua pandangi grimis yang terlihat dibalik kaca jendela yang ada dibelakang tempat duduk, gak ada pemandangan indah karena yang terlihat hanya atap-atap rumah warga yang tinggal didekat Rumah Sakit.
Hp udah seperti bagian tubuh, rasanya ada yang kurang kalau gak menggenggam hp ditangan . Tanpa Hp dan computer gua hanya bisa melakukan hal yang gua sendiri gak menyukainya, yaitu melamun.
Gua benci melamun, karena setiap kali melamun yang terlintas hanyalah semua kenangan yang pernah terlewati. Hidup gak akan selamanya berjalan mulus, karena pasti akan ada masalah yang datang menghadang. Beberapa orang benci dengan masalah yang mereka hadapi, tapi gua justru menyukai setiap masalah yang datang karena tanpa masalah hidup jadi terasa monoton. Gua selalu berpikir masalah datang untuk dihadapi, dan gua belajar dewasa dari semua permasalahan itu.
Ditengah lamunan beberapa orang perawat datang dengan seorang pasien yang duduk dikursi roda, satu orang perawat muda datang menghampiri gua dan sisanya masuk ke dalam kamar tempat gua di rawat. Akhirnya ada ranjang yang bakalan di isi, itu artinya gua gak bakalan sendirian lagi kalau gak ada yang nemenin.
" Kok diluar, ayo masuk" Kata salah seorang perawat yang berdiri di hadapan gua " Bosen sendirian di dalem"
" Kemaren saya liat ada yang nemenin terus"
" Yah mereka juga kan punya rumah sus, jadi pulang dulu" " Yaudah sekarang kamu masuk ya, nanti juga keluarganya dateng lagi" " Gak mau, kecualiiii"
Antara Aku Kau Dan Sabun Karya Agan Kempot20 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" Kecuali apa?"
" Kecuali mba ngasih tau pinnya, baru saya masuk" " Yee kamu ini, ayo ah masuk"
" huh" gua mendengus pelan, lalu bangun dan berjalan masuk bersama perawat muda yang membawa tiang infusan yang tadi gua bawa keluar.
Sekarang hanya tinggal ranjang yang paling dekat dengan pintu yang kosong, karena ada seorang lelaki berusia lanjut yang sedang berbaring di ranjang tengah. Gua duduk di ranjang dengan perawat tadi yang sedang meletakan tiang infusan ditempatnya. " Lain kali jangan keluar kamar" Kata dia setelah meletakan infusan " Saya boleh minta tolong mba"
" Saya gak pake BB"
" Wooh pede, saya gak mau minta pin kok" " Terus minta tolong apa?"
" Temenin saya dulu dong"
" Lain kali aja ya, saya masih banyak kerjaan" " Entar saya keluar lagi loh kalo gak ada yang nemenin" " Kalo kamu keluar entar saya suntik biar gak bisa bangun" " Gak apa-apa saya gak bisa bangun, asal jangan DIRLI aja" " Dirli siapa ?" Tanya dia heran
" DIRLI itu sesuatu yang sangat berharga Mba, tanpa dia mba juga gak bakalan ada" " Idihhh ngeres banget"
" Hehe becanda Mba"
" Becandanya nakal ya, saya tinggal dulu masih ada kerjaan" lalu dia berjalan " Mba" Gua memanggilnya, lalu dia berhanti dan menoleh kebelakang " Boleh tau namanya siapa ?"
" Fitri" Jawab dia sambil melemparkan senyuman lalu berjalan ke arah pintu dan keluar.
Fitri, sebuah nama yang cantik sama seperti orangnya. Gua rebahkan badan, gua pandangi tirai coklat pembatas antar ranjang lalu perlahan sedikit mengentip ke ranjang sebelah. Seorang bapak-bapak sedang tidur ditemani ibu-ibu yang sepertinya itu istri dia. Ibu-ibu yang menyadari gua mengintip hanya tersenyum, gua yang kegep hanya bisa membalas senyumannya. Gua biarkan gorden pembatas sedikit terbuka dan kembali merebahkan badan menatap langit-langit kamar.
Beberapa menit kemudian pintu kamar terbuka, Mona tersenyum sambil berjalan masuk di ikuti beberapa temen kampus yang membawa bungkusan plastik putih. Gak banyak yang kami bicarakan karena pasien sebelah sedang tidur jadi gak enak kalo sampe suara kami membangunkannya. Sebelum pulang Mona memberitahu kalau kedua orang tua gua bakalan datang besok pagi, dia juga gak bisa nemenin karena besok pagi harus mengantar nyokapnya. Sebagai gantinya untuk menghilangkan kejenuhan Mona meninggalkan laptop dan Moden untuk gua gunakan.
Gua sedikit buka gorden pembatas, bapak-bapak yang tidur di ranjang sebelah sedang tidur dan istrianya tidur di ranjang kosong dekat pintu. Walau sekarang di kamar ini gua gak sendirian tapi rasanya gua masih kesepian . Gua keluakan laptop yang berspek tinggi yang tadi Mona berikan lalu memasang modem untuk menjelajahi internet, melihat jumlah kuota modem yang begitu banyak terlintas pikiran untuk mendownload aplikasi emulator android.
Sekitar 20 menit kemudian, emulator bisa dijalankan. Yang pertama kali gua install adalah game yang udah beberapa hari gak gua mainkan. Untungnya di dalam tas laptop terdapat mouse jadi gua bisa memainkan gamenya dengan nyaman walau lebih nyaman bermain di hp.
Gua buka menu chat clan Gua : " Tes"
Rifal : " Wew Lider spawn" Gua : " Sial, lo kira gua momon"
Rifal : " Hahaha, eh lo beneran pensi P*W ?" Gua : " Iya gua pensi, lo masih maen ?" Rifal : " Ini gua sambil war di salju" Gua : " sama guild apa warnya ?"
Rifal : " Biasa, yang punya wilayah songong" Gua : " Mereka kan kalo war ampe diturunin semua, emang guild kita udah kuat ?" Rifal : " HAHAHAHA jangan salah, sekarang guild kita udah punya 3 wilayah" Gua : " Wow, agresi udah dimulai ya"
Rifal : " Iya, lo maen lagi dong"
Gua : " Engga ah, harganya jatoh banget"
Rifal : " Iya sih, sekarang pasaran gold bener-bener jatoh" Mona : " BOBIIIII"
Gua : " APAAAAAAA"
Mona : " Istirahat kamu, udah malem ini" Gua : " Belum ngantuk, bentar lagi" Mona : " Pokonya sekarang, gak pake nego" Gua : " Iya iya"
Gua menutup kolom chat tapi bukannya tidur malah farming , entah kenapa gua begitu senang malam ini. Mungkin karena bisa kembali main game atau karena ada yang memaksa gua untuk istirahat ? entahlah.
Disaat lagi asik melakukan serangan pintu kamar terbuka. Dua orang perempuan terlihat dari celah gorden yang masih sedikit terbuka, satu orang yang keliatan lebih tua duduk diranjang tengah dan satu lagi yang mengenakan jilbab pink duduk di ranjang paling ujung sambil membangunkan ibu-ibu yang ada di atasnya.
Setelah ibu-ibu itu bangun perempuan tadi balik badan dan menatap bapak-bapak yang masih tidur lelap. Gua terus memperhatikan mereka bertiga yang sedang ngobrol, tapi mata gua hanya tertuju pada perempuan yang mengenakan jilbab.
Ditengah obrolan dia melirik gua yang dari tadi memperhatikannya, gua yang kembali kegep hanya bisa melemparkan senyuman lalu dia pun tersenyum senyuman itu pantes dia seperti gak asing, dia yang salah kamar.
Bagian 8 Satu Pilihan
Malam semakin larut, Pedahal gua masih pengen curi-curi pandang tapi apa daya gorden pembatas ranjang paling ujung ditutup rapat . gua close emulator android dan membuka my computer mencari film yang bisa gua putar.
Gak ada film baru, semuanya hanya film yang Mona pinta dari gua . Ada yang menarik perhatian gua, sebuah folder dengan tulisan XXX dibawahnya. Karena penasaran gua buka folder itu, KAMPRET isinya ternyata tugas kampus pedahal udah ngarep isinya film xxxx .
DIRLI meronta-ronta, gua turun dari Rajang dan membawa tiang infusan menuju kamar mandi yang ada di dekat pintu. Langkah kaki gua terhenti saat melewati ranjang dengan perempuan berjilbab pink sedang tidur dengan posisi miring di atasnya, sedangkan dua orang lainnya tidur di bawah dengan karpet yang mereka bawa.
CKREK,
gua buka pintu kamar mandi dan masuk ke dalamnya. Gua sedikit kesuliatan saat mengeluarkan dirli karena harus hati-hati menggerakan tangan kiri. Haaa& . Lega rasanya, sekarang DIRLI gak lagi meronta-ronta. Setelah selesai gua kembali membuka pintu kamar mandi,
" HUAA" Gua sedikit terhentak saat melihat gadis berjilbab pink sedang berdiri di dekat pintu kamar mandi. " Ngagetin aja " Kata gua kemudian
" Maaf a gak bisa tidur, sini aku bawain" kata dia sambil menjulurkan tangan, lalu gua memberikan tiang infusan dan berjalan menuju ranjang di ikuti dia di belakang. Setelah meletakan tiang infusan dia ikut duduk di samping gua, " Sendirian aja Om?"
" Njirrr gua dipanggil Om " Batin gua " Tadi sih engga, Cuma lagi pada pulang dulu" kata gua kemudian
" kirain gak ada yang nengokin"
" Njirrr miris amat kalo ampe gak ada yang nengokin" " Eh iya, cewenya mana Om ?"
" Gua gak punya cewe jangan dipanggil Om dong " " hehe maaf a, abisnya keliatan udah tua"
" BUSET jujur banget nih orang" Batin gua " Emang gua setua itu ya " " Cuma becanda a"
" Eh lo yang kemaren bilang salah masuk kamar kan ?"
" iya a, Kemaren aku kira Abah udah dipindahin ke sini, eh gak taunya Cuma ada aa sama cewenya"
" itu sepupu gua "
" oh sepupu, aa dari mana ?" " Maksudnya ?"
" Maksud aku, aa tinggal di mana gitu" " Gua asli sini, lo sendiri ?"
" Aku dari ciawi a"
" Emang di sana gak ada rumah sakit ampe di bawa ke sini ?"
" Ada sih, cuman Uwa yang nanggung brobatnya jadi yah giamana uwa aja dibawanya kemana"
" Oh gitu"
" Iya, kalo boleh tau namanya siapa a ?" " Panggil aja Bobi, lo sendiri ?"
" Aku Fadilah, tapi panggil aja Dila" lalu dia tersenyum
Gua selalu menyukai perempuan berambut panjang tapi untuk Dila, gua punya pengecualian. Dia terlihat anggun dan manis dengan jilbab berwarna pink yang dia kenakan, cara bicaranya yang ramah membuat gua jadi langsung bisa akrab dengannya. Setelah mengetahui namanya gua jadi lebih nyaman ngobrol sampai lupa waktu.
Banyak yang kita bicarakan, Gua jadi tahu kalau Usianya baru menginjak 19 tahun, dia baru lulus tahun lalu sama seperti gua tapi dia gak melanjutkan kuliah melainkan kerja disebuah Pabrik.
" Pabrik mana ?" Tanya gua penasaran " Udah keluar, sekarang kerja di Alf*mart" " Oh kirain masih, di daerah sini Alf*mart nya ?" " Engga a, tapi deket pemda"
" Berati tiap hari lo bolak balik Ciawi-pemda gitu ?" " Aku ngekos dibelakang warnet a"
" Hah bentar-bentar, lo kerja di Alf* yang sampingnya ada warnet ?" " Iya, Aa tau tempatnya ?"
" Itu warnet gua "
" Yang bener a ? kok aku gak pernah liat ya kalo lagi maen"
" Gua Cuma turun ke bawah kalo ada servisan aja, Gua juga gak pernah liat lo kalo lagi belanja "
" Oh pantesan aja, aku baru sebulan kerja disitu. Aneh ya a hihihi" " Apanya yang aneh ? "
" Aku ngekos di belakang warnet, kerjanya juga bersebelahan tapi kita kenalnya malah di sini" lalu dia tersenyum, senyuman yang begitu manis dan membuat gua terpesona dibuatnya
" & & & ." Gua hanya diam menatap wajahnya, hidungnya yang mancung, bulu matanya yang lentik, sepertinya dia sangat merawat wajahnya karena gua gak melihat bekas jerawat satupun. " Iya Aneh" kata gua kemudian, lalu dia kembali tersenyum. " Hehe, aku ngantuk a"
" Tidur gih, gua juga udah ngantuk "
" Iya a " Dia kembali tersenyum lalu pergi meninggalkan gua sendirian, Mona pernah bilang kalau gua harus memilih untuk tetap mencari yang terlihat sempurna atau menerima orang yang menyayangi gua. Tapi kalau bertemu orang yang terlihat sempurna karena sebuah musibah, sepertinya hanya ada satu pilihan. Yaitu Bersyukur, karena dari musibah ini gua jadi bisa mengenalnya
Bagian 9 Kamarku Istanaku
Selama seminggu dirawat, gua jadi semakin dekat dengan Mona karena dia setiap pulang kuliah menyempatkan diri menemani gua, tapi dia hanya nginep saat malam minggu karena dia udah mulai kerja disebuah kantor asuransi.
Sebuah cincin yang melingkar di jari manis Fitri membuat gua hanya bisa mengaguminya, karena gua lebih suka mengejar dari pada nikung.
Sedangkan Dila ? Dia setiap pulang kerja datang ke RS menamani orang tua sampai pagi, kita juga sering ngobrol-ngobrol sebelum dia tidur. Tapi hanya 3 hari kebersamaan kita, karena orang tuanya diperbolehkan pulang lebih awal.
Akhirnya gua bisa menghirup udara segar, gua diperbolehkan pulang lebih cepat dari yang diperkirakan. Mona Izin pulang tengah hari untuk mengantar gua pulang, dia duduk dibelakang bersama gua sedangkan kedua orang tua gua di depan bersama adik gua yang selalu berisik ngoceh-ngoceh gak jelas .
Sekitar jam 14:00 kita sampai di rumah, gua berjalan masuk ke dalam kamar untuk ganti baju. Tapi saat gua membuka lemari pakaian, terlihat bayangan seseorang dari pintu. Gua menoleh ke kanan, di sana Mona berdiri di lawang pintu sambil tersenyum. " Jangan ngintip, gua mau ganti baju" Protes gua
" Ih gak ada kerjaan banget"
" Terus ngapain disitu ?"
" Aku Cuma pengen liat kamar kamu aja" " Oh, masuk aja jangan dipintu"
" Kenapa emangnya ?"
" Entar jalan macet kalo kamu disitu"
" Aku kan diri di pintu kamar kamu bukan di pintu tol "
Mona langsung menutup matanya dengan kedua tangan saat gua melepaskan baju, pedahal gua hanya ganti baju bukan ganti celana " Lebay, segala pake nutup mata" Kata gua kemudian
" Udah belum ?" Tanya dia dengan tangan yang masih menutupi matanya " Udah"
Lalu kedua tangannya diturunkan ke bawah " Hehe" Dia langsung tersenyum malu " Sini masuk"
" Gak apa-apa aku masuk ?" " Cuek aja"
" Kamu gak bakalan macem-macem kan ?" " Menurut lo gua orang jahat apa baik ?" " Hehehe aku cuma becanda, kamu kan baik "
lalu dia masuk ke dalam, ekspresinya berubah saat menatap foto-foto yang gua tempel pada dinding kamar.
" Kenapa Mon ?"
" Banyak banget ya ?" Tanya dia tanpa menoleh " Sengaja gua penuhin tembok pake foto" " Bukan fotonya"
" Terus ?"
Mona memutar badan dan menatap gua " Itu mantan kamu semua ?" Tanya dia kemudian " Iya, ada yang kamu kenal ?"
" & & & & & " Mona hanya diam, lalu duduk di sofa yang ada di kamar sambil sedikit menundukan kepala,
gua berjalan dan duduk di lantai di depannya. Gua julurkan tangan dan menyentuh dagunya, lalu mengangkat kepalanya perlahan. Wajahnya terlihat seperti menahan kesedihan yang sangat mendalam,
Gua baru pertama kali melihatnya seperti ini. Gua sentuh pipinya yang lembut dengan tangan kanan, " Kamu kenapa ?" Tanya gua kemudian
" Cewe yang pake rok abu-abu sama kamu di foto itu temen aku"
" & & & & ." Gua hanya diam, gua coba mengingat-ngingat siapa yang dia maksud karena bukan hanya satu orang di foto itu yang mengenakan rok abu-abu." Terus kenapa kamu sedih ?" Tanya gua kemudian
" Aku baru tau 3 bulan lalu kalo dia udah meninggal"
DEG& jantung gua langsung berdebar cepat, perlahan gua menurunkan tangan dari wajahnya. Rok abu-abu ? Meninggal ?
" Siapa namanya ?" Tanya gua penasaran
" & & & & & " Mona hanya diam, perlahan air matanya turun. buru-buru dia menyeka air matanya dengan kedua tangan.
Bagian 10 Kenangan
" Siapa Mon ?"
" Evalina" kata dia kemudian
" & & & & & " Sekarang gua yang diam, ternyata Eva orang yang dia maksud. Dulu gua emang gak terlalu mengenal teman-temannya jadi gak tau kalau Mona adalah temannya. " Eva meninggal kenapa ?" Tanya gua
" Eva OD"
" Kata siapa lo ?"
" Waktu itu aku nganter temen nyebar undangan ke rumahnya, kata orang tuanya Eva udah meninggal, aku baru tau tiga bulan lalu pedahal Eva meninggal udah lima bulan lalu. Cowonya yang ngenalin Eva sama Narkoba sampe dia jadi kecanduan" " Terus gimana cowonya waktu tau Eva OD ?"
" Orang tuanya laporin ke polisi, ternyata Cowonya salah seorang pengedar narkoba di kalangan anak sekolah"
" ANJIRRR" Kata gua dengan nada lebih tinggi
" Tiap inget Eva aku suka sedih, kadang aku juga kesel pengen banget aku bejek-bejek tuh muka cowonya" Kata Mona yang terlihat geram, Ekspresinya yang tadi sedih berubah jadi terlihat kesal
" Kamu harus iklasin" gua coba menenangkannya " Aku gak terima Bob Eva meninggal kaya gitu"
" Kamu harus bisa terima kenyataan, mungkin emang ditakdirin kaya gitu meninggalnya"
" Aku kenal dia dari SD, SMPnya juga kita sama, tapi kita kepisah gara-gara dia gak masuk SMA Negeri. Kamu gak ngerti Bob, Kamu gak ngerti gimana rasanya kehilangan orang yang udah deket banget sama kamu"
jantung ini kembali berdebar, perkataan Mona membuat gua teringat seseorang yang hampir tiga tahun menemani gua di sekolah. gua bangun dan berjalan menuju lemari dengan dua pintu yang ada di pojok kamar.
" Sini" kata gua tanpa menoleh ke belakang, lalu beberapa detik kemudian Mona berdiri di samping gua
" Kenapa Bob ?"
Gua menoleh ke kanan menatapnya " Menurut lo gua orang baik atau jahat ?" Tanya gua " Semua orang juga tau kamu itu orang baik"
" lo salah"
" Maksudnya ?"
" Gua jahat, gua bukan orang baik-baik"
" & & & & ." Mona terlihat syok saat gua mengatakan itu
" Dulu gua sering maenin cewe, gua sering ngotorin mereka, kalo udah puas gua ninggalin mereka. Gua juga sering jadi biang keributan, gua sering bikin masalah di sekolah, gua punya kebiasaan aneh, gua paling gak bisa maafin orang yang bikin gua sakit hati" " Tapi itukan masalalu kamu, sekarang kamu gak kaya gitu lagi"
" Kadang kamu harus tau kenapa orang bisa berubah, kamu juga harus tahu siapa yang bikin gua jadi kaya sekarang"
" Kamu gak pernah cerita, jadi aku gak tau"
Gua ceritakan semuanya, dari mulai pertama kali ketemu sampai kita jadian dan semua rencana yang pernah kita rangkai.
" Kok aku gak pernah liat ya ?" Tanya dia setelah gua selesai bercerita. " & & & ." Gua hanya diam
Gua pegang tangan kananya dan menyentuhkannya di dada kiri gua " Di selalu ada di sini" Kata gua kemudian
" Maksudnya ?" Tanya Mona yang terlihat heran
Gua turunkan tangannya dan sedikit berjinjit mengambil kunci yang ada di atas lemari, setelah kunci terbuka gua buka kedua pintunya.
" " Mona terlihat syok saat melihat foto-foto yang memenuhi lemari, dengan sepatu, jam tangan, sweater, baju, dan barang-barang lain pemberian Kanza yang sengaja gua letakan di dalam lemari. Mona sedikit merendahkan badan dan melihat dengan dekat sebuah foto berukuran besar yang menempel pada pintu lemari.
" Orang Jepang ya ? cantik banget " kata dia kemudian " Cuma keturunan aja, dia asli Indo"
Mona kembali menegakan tubuhnya dan menatap gua " Terus dia sekarang di mana ?"
" Sebelum UN dia ngalamin kecelakaan waktu mau berangkat sekolah, kecelakaan maut itu ngerenggut nyawanya"
" & & & & & ."
Mona kembali syok, dia hanya diam dengan mulut sedikit terbuka mendengarkan gua menceritakan kecelakaan yang menimpa Kanza. Matanya kembali berkaca-kaca, BUG dia langsung memeluk gua. sesekali gua mendengar isak tangisnya, " Maaf" kata dia dengan suara pelan
" Maaf buat apa ?"
" Aku udah ngomong kaya gitu tadi" " Gua yang salah gak pernah cerita soal itu" " Kenapa kamu baru kasih tau sekarang ?"
" Vina sama Arez bikin sekenario biar gua Move On dari Kanza, gua gak mau kalo sampe ada orang yang ngasih perhatian gara-gara kasian"
" Tapi aku beneran sayang kamu"
" & & & ." Gua langsung diam, lalu Mona melepaskan pelukan dan menyeka air mata dengan kedua tangannya
" Kamu tuh gak peka juga ya, aku jadi keceplosan kan" " HAHAHAHA" lalu kami tertawa bersama, Gua kembali mengunci lemari dan merebahkan badan di ranjang dengan Mona ikut merebahkan badan disebelah kiri, walau dia udah menyatakan perasaannya tapi tak terlihat kecanggungan saat dia bicara. Kami hanya ngobrol-ngobrol ringan sampai waktu menunjukan pukul 17:30 dan Mona pamit pulang di antar Bokap.
Ada yang bilang kalau dunia hanya selebar daun kelor, tapi bagi gua dunia itu tetap luas. Cara Tuhan mempertemukan kita dengan seseorang yang membuat Dunia terasa sempit. Seperti pertemuan gua dengan Mia yang ternyata anak orang yang selama ini gua cari, lalu dengan seorang gadis berjilbab pink yang gua kenal di rumah sakit yang ternyata tinggal di sekitar warnet, dan Mona yang ternyata teman dekat Eva.
Bagian 11 Bakar
Pagi hari sekitar jam 06:00, gua duduk di bangku depan rumah dengan segelas kopi, rokok, dan kue pancong yang bokap beli dari pedagang yang setiap pagi lewat depan rumah. Hujan tadi malam membuat udara pagi ini terasa dingin, terlebih lagi gua hanya mengenakan kolor dan kaos oblong.
Saat sedang menikmati secangkir kopi, sebuah motor matik putih tanpa nomor polisi berhenti di depan rumah, Wajahnya tertutup helm dan masker berwarna pink. Lalu dia membuka helm dan mengaitkannya di spion motor, gua terpesona saat melihat wajahnya. Mona terlihat sangat cantik dengan make up yang gak terlalu berlebih dan rambut panjang sedikit pirang. Kemeja putih dan jeans hitam membuatnya terlihat dewasa dan rapih. Dia berjalan menghampiri gua yang masih duduk di bangku
" Biasa aja dong liatnya" kata dia yang berdiri di hadapan gua " Cantik banget" goda gua
" Ih apaan sih, prasaan sama aja " kata dia yang terlihat malu
" & & & .." Gua hanya tersenyum, dia selalu mengatakan itu setiap kali gua mengatakan cantik .
Dia mengambil bungkus rokok di atas meja yang belum gua buka " Ini rokok siapa ?" Tanya dia dengan tangan kanan menggenggam bungkus rokok
" Punya gua"
" Gak usah ngerokok !" " Belum juga dibuka"
" Pokoknya jangan ngerokok!" " Kenapa ?"
" Jangan ngerokok lagi"
" Gak gampang berenti ngerokok "
" Kalo gitu kamu bakar rokoknya, tapi jangan di isep" " Gimana caranya "
" & & & & " Mona hanya diam dan mengambil korok yang ada di meja, CRESS.. dia menyalakan korek gas dan membakar bungkus rokok yang dia pegang ditangan kanannya " Kaya gini" kata dia, kemudian melemparkan rokok tadi ke halaman saat api mulai membesar
" Njirr itu sama aja kaya bakar sampah " " Aku gak mau kamu ngerokok lagi" " Emang lo siapa gua pake ngelarang segala"
" & & & " Mona kembali diam, dia sedikit merendahkan badan dan mendekatkan wajahnya " Apa salah kalo aku peduli sama kamu ?" Kata dia kemudian
" & & & .." sekarang gua yang diam, bukan gua gak bisa menjawab pertanyaannya tapi jarak wajahnya yang sangat dekat membuat gua grogi :. lalu Mona kembali menegakan badannya.
" Huh, baru kaya gitu aja udah gemeteran" kata dia menyindir " Kampret, gua belum gosok gigi "
" Yaelah, cuek aja kali. Kamu gak mandi berhari-hari aja aku tetep mau nemeninkan" kata dia lalu tersenyum
" Hehe, idung lo emang bermasalah kayanya" " Idung aku normal kok"
" Tau dari mana kalo idung lo normal ?"
" Bangun coba, gak enak banget liatnya duduk terus gitu" " Lo aja yang gak mau duduk dulu"
" Aku takut pewe kalo duduk, entar males berangkat gawe" " huh" Gua mendengus pelan lalu berdiri di hadapannya CUP Mona langsung mencium pipi kanan gua " Hidung aku normalkan, aku bisa nyium pipi kamu"
" KAMPRET& . Gua dimodusin" batin gua, " Nyium bau badan maksud gua bukan pipi " kata gua kemudian
" Ih gak mau ya aku cium ?" " Gak mau sih kalo sekali"
" idihh malah pengen nambah hahaha"
" Jangan keras-keras ketawanya, entar ade gua bangun" " Oh iya, maaf lupa kalo ada dede"
" Duduk dulu napa, dari tadi diri terus lo. Apa mau gua buatin teh manis ?"
" Ah gak usah, bentar" Dia berjalan menuju motor dan kembali dengan tangan kanan menjinjing plastik putih, lalu dia meletakannya di meja.
" Apaan tuh ?"
" Ini buat kamu sarapan"
" Kok lo tau kalo nyokap gak masak ?" " Hehe aku kan SMS Mamah kamu dulu tadi" " Jiah makin akrab aja lo ama nyokap"
Pendekar Rajawali Sakti 15 Durjana Jodoh Atau Cinta Karya Iman Nizrina Pendekar Bayangan Sukma 11 Pertarungan
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama