Ceritasilat Novel Online

Antara Aku Kau Dan Sabun 6

Antara Aku Kau Dan Sabun Karya Agan Kempot20 Bagian 6



" Hehe" Dia tersenyum menyeringai, lalu menjulurkan tangan kanannya " & & & .." Gua hanya diam karena gak ngerti apa yang dia maksud " Aku mau berangkat, salim dulu"

" Tangan gua belum bisa dilurusin "

" oh iya aku lupa, yaudah anggap aja ciuman tadi gantinya " Setelah mengatakan itu dia berjalan menunuju motor dengan gua yang mengikuti di belakang.

" Hati-hati di jalan" kata gua lalu Mona tersenyum, setelah memasang kembali masker dan helmnya dia stater motor dan pegi. Gua masih berdiri di gerbang melihat motor Mona yang berjalan semakin jauh dan menghilang di tikungan.

Gua kembali ke bangku dan membuka plastik yang Mona berikan dengan tangan kiri, sebuah bubur ayam dengan kemasan styrofoam dan kertas kecil bertuliskan " GET WELL SOON ^^"

Bagian 12 Selamat Datang

Pagi yang cerah di hari Sabtu, gua buka rolingdoor toko yang hampir dua minggu tutup. Walau setiap hari dibersihkan karyawan warnet tapi debu-debu yang entah dari mana asalnya melapisi lantai dan etalase kaca penjualan.

Dahlan yang jadi Operator pagi sempat ingin membantu gua membersihkan toko tapi karena ini liburan sekolah jadi gua memintanya focus di warnet. Setelah semua rapih, gua putar papan bertuliskan " TUTUP" yang menggantung pada pintu kaca jadi " BUKA"

Mungkin karena belum pada tahu kalau toko udah buka kembali jadi pagi ini hanya ada dua orang pelanggan yang membeli RAM dan Keyboard. Gua duduk di balik etalase kaca sambil memainkan computer yang biasa digunakan Vina. My Computer > Drive D -> Vina, Tanpa membuka foldernya gua tekan SHIFT+DEL. Semua file milik Vina terhapus, bukan gua membencinya tapi isi file ini adalah foto-foto kami saat masih bersama. Koleksi foto di hp udah gua hapus, jadi gua juga ingin menghapus foto yang ada di computer toko.

Gua rogoh saku celana dan mengeluarkan gadget berukuran 5" yang biasa gua gunakan setiap hari, gua mainkan game untuk sekedar menghilangkan kejenuhan.

Ada 100 notif chat, gua buka kolom chat dan scroll kebawa membaca isi percakapan anggota clan. Sepertinya clan sedang war dengan lawan tangguh karena sampe ribut di chat, lalu gua klik clan casltil dan meminta troper dengan pesan " Bagi Naga / Balon / Hog / Wz"

Beberapa detik kemudian ada kiriman pasukan dari Mona, buru-buru gua klik kolom chat dan mengetik

Gua : " Mona minta di jitak" Zak : " Dikasih goblin ya ?" Gua : " Iya"

Zak : " Hahaha Pe a tuh anak, gua malah di kasih Wall breaker -__-" Mona : " Lagi dimasak, selagi nunggu mateng kamu farming dulu aja ya " Gua : " Kampret, sayang shield gua masih 2 hari lagi "

Diki : " Beli lagi Bob, gemes lo banyak ini"

Za : " Masa lebih sayang ama shield dari pada cewenya hahaha" Gua : " Sial, mulai dah "

Zak " HAHAHAHAHA"

Darno : " Lo mau nyerang nomor berapa emang ?" Gua : " Nomor 15"

Darno : " Jatah lo nomor 1 tuh"

Gua : " Nah, itu lo tau segala pake nanya"

Anggota clan gua rata-rata para penggunjung warnet, kerabat, dan karyawan warnet yang gua hasut untuk ikut bermain , karena jenuh Cuma chat aja jadi gua gunakan goblin pemberian Mona untuk farming .

Ditengah asik bermain game, pintu kaca toko terbuka. Dila berjalan masuk sambil melemparkan senyuman manisnya.

Gua lihat jam yang menempel pada dinding menunjukan pukul 11:30, lalu gua kembali menatap Dila yang sekarang berdiri di depan etalase.

" Shift 2 ?" Tanya gua

" Engga a"

" Trus kok udah gak pake seragam ?" " Aku baru ngundurin diri"

" Kenapa ?"

" Umi nyuruh aku pulang a"

" Disuruhnya kan pulang bukan berenti kerja " " Kemaren waktu pulang kerja kamar aku kuncinya rusak" " & & & & ." Gua diam karena gak ngerti apa yang dia katakan

" Hp, uang, sama laptop aku ilang, umi takut aku kenapa-napa jadi disuruh pulang" " Maksudnya dirusak maling ?" " Ia a"

" Bukannya disitu ada gerbangnya ya ?"

" Ada, yang lain aja pada bingung Cuma kamar aku aja yang dibobol pedahal kamar yang lain juga pada kosong kalo siang"

" Orang dalem kali yang ngambil"

" Aku gak mau su udzon, bukan rezeki aku aja kali itu" " Terus kalo gitu lo mau kerja di mana ?"

" Entar nyari lagi, baru buka ya a ?" " Iya nih"

" Kok sendirian aja ?"

" Dua orang karyawan lamanya udah ngundurin diri" " Engga cari karyawan baru aja ?"

" Entar kalo toko udah mulai rame lagi baru nyari karyawan" " Maklum a ampir dua minggu tutup jadi masih sepi" " Iya, lo mau gak kerja di sini ?"

" Aku gak ngerti computer a"

" Bukan bagian teknisi, buat bagian penjualan aja" " Yang bener a ?"

" Iya, ada fotocopy KTP kan ? buat ngisi data karyawan" " Ada tapi di kos an"

" Oh ya udah, entar ambil aja sekalian sama isi kos annya" " Kok sama isinya ?"

" Di atas ada kamar kosong, kalo mau lo pake aja kamarnya. Lumayankan gak perlu sewa kosan, aman lagi"

" Makasih a, tapi aku nanya Umi dulu boleh gak kerja di sini" " Ia minta izin dulu aja"

" Bentar ya a"

Dila merogoh saku celana jeansnya dan berjalan meninggalkan toko dengan telpon genggam yang menempel di telinga kanan. Dari sini gua bisa melihat dia seperti sedang bicara dengan seseorang ditelpon, lalu gak lama dia kembali masuk ke dalam.

" Gimana ?"

" Kata Umi gak apa-apa kerja di sini, asal disuruh hati-hati naro uangnya" " Taro di Bank lah duitnya "

" Kemaren juga uang yang ilang baru aku ambil dari ATM buat bayar kosan sama beli lemari plastik, ehh emang dasar gak milik kali jadi diambi orang duluan"

" Yaudah, ikhlasin aja kalo gitu"

"Iya "

"Mau liat kamarnya gak ?" Tanya gua " Mau a"

Gua berjalan menaiki tangga yang ada di sudut toko diikuti Dila di belakang,

CKREK.. gua buka pintu kamar, setelah pintu terbuka gua masuk ke dalam di iktu Dila yang berdiri di pintu memandangi seisi kamar.

" Aku gak apa-apa tinggal di sini a ?" " Emangnya kenapa ?"

" Lengkap banget isinya" " Tadinya ini bekas keryawan lama, Cuma sekarang kosong jadi kamu bisa tinggal di sini" " Emang karyawan lamanya kemana ?"

" Dia nikah jadi pulangkampung" " Entar balik lagi ke sini gak ?"

" Engga, dia tinggal ama suaminya di Jawa"

" & & & & & " Dila hanya diam, dia berjalan ke arah ranjang " Mampus" batin gua

" Ini siapa a ?" Tanya dia sambil menunjuk foto yang menempel pada dinding kamar " Itu yang tadi diceritain"

" Dia karyawan atau mantan aa ? kok mesra banget fotonya"

" & & & & ." Sekarang gua yang diam, gua copot foto yang dilem lalu memegangnya dengan kedua tangan. Dila menatap gua penuh Tanya " Bener semua" Kata gua kemudian " Maaf ya a"

" Maaf kenapa ?"

" Abis aa keliatan kaya sedih gitu liatin fotonya"

" & & & & ." Gua masukan foto ke dalam saku celana dan menatap Dila " Engga kok, mau pindahan kapan ?"

" Sekarang aja gimana ?" " Boleh"

Kami turun ke lantai bawah dan meninggalkan toko dengan Dahlan yang gua pinta untuk menggantikan gua di toko.

CKREK, Dila membuka pintu kamar kos annya.

" & & & & .." Gua hanya menelan ludah saat melihat isi kamarnya. Galon, tumpukan baju di dalam kardus mie instan, strikaan, magic com, dan karpet serta bantal.

" Cuma segini a barang-barangnya, kaya lapangan ya masih lega" " Kamu tidur gak pake kasur ?"

" Engga a, awalnya pada sakit sih tapi kelamaan juga aku jadi biasa" " Hebat ya"

" Hebat kenapa a ?"

" Kalo gua kayanya gak bakalan betah tinggal di sini" " Huh aa mah biasa tidur di kelonin sih"

" Njirrr pikiran gua bercabang " " Kok bercabang ?"

" Udah udah, kamu bawa bajunya sisanya gua aja yang bawa" gua coba mengalihkan pembicaraan

" Iya a"

Lalu kami mulai membawa satu persatu barang-barang yang ada di kosan ke kamar atas toko, karena barang-barang yang sedikit jadi gak membutuhkan waktu lama untuk pindahan.

Hari ini, disaat toko baru mulai dibuka kembali gua mendapatkan karyawan baru. Walau gua senang dia kerja dan tinggal di sini, tapi ada satu hal yang gua takutkan.

Gua hanya takut suatu saat nanti akan jatuh hati padanya, dia orang baik-baik dan solehah. sedangkan gua ? orang yang berlumuran dosa. Andai prasaan bisa dikendalikan dengan otak, mungkin gua akan memblokir namanya. Tapi kenyataannya saat kita mengagumi seseorang rasa suka akan perlahan tumbuh dan disaat itu Otak takan bisa berbuat apa-apa.

Bagian 13 Yang Tak Terlihat

Toko kembali ramai setelah tiga hari buka, karena gua yang keteter dengan servisan dan pembeli yang selalu mengantri jadi gua meminta Firman sepupu gua yang sedang nganggur untuk kerja di toko. Firman ini usianya lebih tua 6 tahun dari gua dan sudah mempunyai seorang anak yang baru berusia 10 bulan, dia juga lebih jago dan berpengalaman dibidang IT jadi gua bisa belajar banyak darinya.

Senin, setelah magrib gua pergi meninggalkan toko. Mungkin karena biasanya berangkat berdua dengan Vina, gua jadi ngerasa ada yang kurang setiap kali berangkat ngampus .

Sekitar jam 18:30 setelah parkir mobil gua berjalan menuju kelas, semua tempat duduk hampir penuh karena sekarang hari pertama UAS jadi gak ada yang nongkrong dulu di angkringan atau leha-leha berangkatnya.

Gua duduk dibangku paling depan karena hanya barisan depan yang masih kosong , Beberapa menit kemudian pengawas datang dan membagian soal beserta lembar jawabannya, sambil membagikan soal pengawas menerangkan aturan-aturan yang harus ditaati saat mengikuti UAS. Aturannya gak jauh beda dengan UAS saat SMA, bedanya kami dilarang melihat teman tapi diperbolehkan mencari jawaban dari buku atau internet .

Gua lihat beberapa orang sibuk membuka buku dan gadget mencari jawaban, karena ada beberapa soal yang gua gak ngerti jadi gua pun ikut mencari jawaban di internet. Tangan gua yang belum sepenuhnya pulih jadi butuh waktu lama untuk menulis, untungnya waktu yang diberikan cukup lama jadi gua bisa santai menulis jawaban atau lebih tepatnya menyalin jawaban dari internet

Waktu habis, kami dipersilahkan mengumpulkan jawaban dimeja paling depan. Karena gua duduk paling depan jadi gua keluar lebih awal, Gua duduk dibangku depan kelas sambil menyalakan rokok,

Sssshhhhhhuuuuuuuu& . Gua hisap dalam-dalam dan menghembuskannya peralahan, saat asik menikmati asap rook tiba-tiba ada yang mengambil roko dijari gua lalu menginjaknya di lantai.

" Udah dibilang jangan ngerokok!" Kata Mona yang berdiri di depan gua " Njirrr gua lupa" Batin gua " Hehe lupa" Kata gua dengan begonnya " Alesan aja, mau langsung pulang engga ?"

" Mau kemana dulu emang ?"

" Anter aku" " Ke mana ?"

" Ke rumah sepupu aku"

" Udah jam Sembilan, mau ngapain ?" " Sepupu aku sakit, pengen jenguk" " Gak bisa besok ?"

" Pengen sekarang"

" Heuuu yaudah, lo bawa motor gak ?" " Engga tadi nebeng sama Ega"

" Yuk, berangkat sekrang biar gak kemaleman"

Kami berjalan menuju parkiran dan meninggalkan kampus, sepanjang jalan Mona mencarikan penyakit yang dialami sepupunya. Dia bilang kalau sepupunya udah dibawa ke rumah sakit tapi dokter bilang dia hanya kelelahan sedangkan sepupunya selalu ngeluh sakit dibagian perut. Karena di RS gak kunjung sembuh jadi sepupu Mona dibawa pulang untuk diobati pengobatan non-medis.

" Belok kiri atau kanan ?" Tanya gua " Kiri"

" Emang rumahnya di mana ?" " Udah ikutin jalan aja"

" "

Jalan yang kami lewati gak asing bagi gua karena saat SMP gua sering ke sini setiap hari sabtu, sebuah jalan lurus dengan lahan yang masih kosong yang ditanami pohon singkong dan jagung.

" Fokus dong bawa mobilnya, jangan liat kesamping melulu" Protes Mona yang duduk disebelah kiri

" Gua dulu sering ke sini" " Ngapain ? mojok ya ?"

" Ngaco gua Gak maen di kebon" " Terus ngapain coba ?"

" Tawuran"

" Kirain kamu Cuma cubul, tapi nakal juga ya " " Ya begitulah, Gua pernah bikin kepala orang bocor disini" " Yang bener ? Terus terus"

" Waktu itu temen-temennya pada kabur tapi dia sendirian maju, orangnya kebal jadi gak mempan pake senjata"

" Kebal tapi kok kepalanya bisa bocor ?"

" Kebal bukan berati gak punya kelemahan, temen gua pukul dia pake bambu kuning sama kayu singkong terus gua bacok kepalanya pake benda tajam"

" Ya ampun kamu kejam banget sih, kalo mati gimana coba"

" Yang nama tawuran itu Cuma ada dua pilihan, maju atau mundur, kejar atau dikejar, hajar atau dihajar, bacok atau dibacok"

" Ih kamu ngapain sih ikutan tawuran segala"

" Hiburan, eh ini belok kanan atau lurus ?" gua coba mengalihkan pembicaraan " Lurus aja, itu kan gerbang perumahan "

" Oh iya lupa" Jawab gua bohong pedahal gua tau "ini kita kalo lurus terus tembus ke Cibubur loh" lanjut gua

" Ia rumah sepupu aku deket situ, tapi belum masuk daerah Cibuburnya" " Deket rumah Presiden ?"

" Iya, kamu tau daerah situ ?" " Cuma tau jalannya aja"

Sekitar hampir satu jam perjalanan gua hentikan mobil didepan sebuah rumah berukuran cukup besar yang berada di pinggir jalan, Mona turun dan membuka gerbang. Gua parkir mobil disamping beberapa motor yang terparkir di halaman rumah yang cukup luas.

Gua dan Mona berjalan meuju pintu rumah yang terbuka, setelah mengucapkan salam seorang Bapak-bapak mempersilahkan kami masuk. Saat gua mau duduk Mona menarik tangan gua agar mengikutinya ke sebuah kamar dengan beberapa orang yang berdiri di lawang pintu.

Seorang lelaki sedang terbaring dengan ekspresi menahan rasa sakit, sepertinya ini sepupu Mona yang tadi diceritakan. Seorang bapak-bapak menaikan baju sepupu Mona dan mengolesi perutnya dengan minyak angin. Mona seperti ketakutan saat melihat sepupunya meringis kesakitan,

" Ada apa ?" Tanya gua heran

" Itu liat" kata dia dengan berbisik ditelinga gua " Liat apaan ?"

" Perutnya ?" " Gendut"

" Kamu yakin gak liat apa-apa ?"

" Emang lo liat apaan sih ?" Gua semakin bingung

Lalu Mona menarik gua menjauh dari kamar " Ada ular diperutnya" " yang bener lo ?"

" Kayanya dia beneran kena guna-guna deh" " Kok gua gak liat apa-apa ya ?"

" Aku bisa liat 'mereka' yang ada dibelakang kamu, di atas lemari, di deket gerbang, sama yang ada diperut sepupu aku"

" & & & & .." Gua hanya diam mikirkan perkataan Mona barusan " Lo indigo ?" " Tanya gua kemudian " & & & & .." Mona hanya manggut-manggut

Lalu kami berjalan ke luar dan duduk dibangku yang ada di depan rumah, Mona menceritakan kalau dia bisa melihat mereka sejak usianya masih kecil. Mona yang masih kecil gak bisa membedakan mereka sempat dianggap Gila oleh keluarganya sendiri karena sering kepergok sedang bicara sendiri, tapi lama kelamaan keluarganya mulai mengerti tentang kelebihan yang dia miliki, Dia juga mulai mungurangi interaksi dengan mereka karena ingin dianggap normal.

setelah bercerita panjang lebar kami saling diam sibuk dengan pikiran masing-masing, gua selalu berpikir kalau bisa melihat 'mereka' mungkin akan menyenangkan tapi kenyataanya Mona justru ingin menjadi orang normal, apa kemampuan Mona hanya bisa berinteraksi dengan 'mereka' ? jangan-jangan dia bisa baca pikiran gua jadi dia tau kalau otak gua cabul ah pikiran gua selalu negativ

Ditengah lamunan sebuah motor berhenti di depan rumah. Seorang lelaki berusia lanjut turun dari motor, setelah mengucapkan salam dia langsung masuk ke dalam rumah diikuti bapakbapak yang tadi menyambut kami.

AAAAAAAAAAA Sepupu Mona berteriak keras saat orang pintar ini menyentuhkan tangan pada bagian perut, gua hanya menelan ludah saat melihat seekor kalajengking keluar dari pecahan telur.

" Tadi kata lo ada uler, kok yang keluar kalajengking" Tanya gua dengan berbisik

" Aku juga gak tau, tapi ulernya udah gak ada "

" & & & & ." Gua hanya diam dan kembali melihat orang pintar ini seperti sedang membaca sesuatu yang gak terdengar jelas, sepupu Mona yang dari tadi terus-terusan meringis kesakitan sekarang terlihat lega seolah rasa sakit yang dia rasakan menghilang. Apa dia beneran kena santet ? ah gua selalu gak percaya dnegan hal yang berbau klenik.

Setelah pengobatan selesai orang pintar pamit pulang, hari udah semakin larut gua juga harus pulang tapi Mona meminta gua untuk nginep di sini dan pulang besok subuh. Karena udah ngantuk jadi gua menuruti permintaannya untuk nginep.

Mona merebahkan badan disofa dengan posisi miring menghadap gua yang ikut merebahkan badan di karpet dengan kepala beralaskan bantal. Kami hanya bertatapan dalam diam, Sesekali Mona melemparkan senyuman. Mata yang semakin berat membuat gua gak butuh waktu lama untuk tidur.

Bagian 14 Menerima dan Melepaskan

Hubungan gua dengan Mona semakin dekat walau hanya sebatas teman, begitu juga dengan Dila yang setiap hari selalu membuat gua senyum-senyum sendiri setiap kali melihatnya melayani pengunjung. Walau awalnya gua sempat suka dengan Dila, tapi semakin ke sini gua sadar kalau rasa suka itu hanya sebatas kagum.

Hari ini adalah terakhir di kampus sebelum liburan, saat sedang asik nongkrong Mona mengajak gua jalan.

" Jalan kemana ?" Tanya gua

" Kemana aja, yang penting bisa ngobrol berdua" " Yaelah, disini aja tungguin yang lain pada pulang kalo gitu" " Ih gak mau ah, ayo dong Bob" Pinta dia membujuk gua " Iya iya, tapi gua bawa motor loh"

" Jalan kaki juga gak apa-apa" " Yakin lo mau jalan kaki ?" " Ayo siapa takut"

Gua titipkan motor ditukang angkringan lalu berjalan menelusuri jalan di ikuti Mona disebelah kiri yang terus menggandeng tangan gua. Sepanjang jalan dia banyak cerita tentang kariernya yang semakin naik di kantor, gua gak ngerti soal jabatan-jabatan sebuah prusahaan jadi gua hanya jadi pendengar yang baik dan sesekali melontarkan pertanyaan setiap kali ada hal yang gak gua ngerti.

Entah seberapa jauh kami berjalan sampai Mona terlihat kecapean dan meminta berhenti di depan pom bensin yang tutup. Gua duduk di rumput dekat gerbang Pom bensin dengan Mona disebelah kanan yang sedang menangadah kepalanya menatap bintang-bintang yang bertaburan di atas sana. Gua hanya diam menatap wajahnya yang terlihat cantik dengan rambut digerai yang tertiup angin. Lalu Mona menurunkan pandangan dan menatap gua sambil tersenyum.

" Kenapa lo senyum-senyum gitu ?" Tanya gua

" Hehe engga, aku baru kali ini jalan kaki malem-malem ampe jauh" " Sama cape ya ?" " Dikit tapi aku seneng" " Seneng kenapa ?" " Hehe seneng aja" " Dasar aneh"

" Huh, Kamu pernah gak mikirin aku ?" " Gak ada kerjaan mikirin lo " " Ih gitu banget sih"

" HAHAHAHA& gua pernah sih mikirin lo waktu lagi di kamar mandi" " Idih masa mikirinnya waktu di kamar mandi"

" Lo kan suka gua jadiin bahan lamunan kalo lagi manjain DIRLI" " Ihhh Bobiiii masa aku jadi bahan lamunan ngeres kamu " " Engga kok, gua Cuma becanda"

" Hehe.. sebenernya gak apa-apa sih , kan setiap orang bebas berimajinasi" " Kalo gitu boleh gak gua ngebayangin nidurin lo ?"

" Ih jangan dong"

" Katanya bebas berimajinasi"

" Entar kalo kamu pengen beneran gimana ?" " Yah tinggal kita praktekin"

" Aku mau, asal kita nikah dulu " " Heuuuu gua belum siap nikah sekarang " " Kalo kamu belum siap nikah, hmmmm"

" & & & & .." Gua hanya diam menunggu Mona melanjutkan ucapannya " Gimana kalo kita pacaran dulu ?"

" & & & & ." Gua masih diam mendengar apa yang dia ucapkan, walau dia di hadapan gua tapi pikiran gua seperti terbawa kembali pada masalalu dimana saat ada seseorang yang mengatakan hal yang sama dengan yang dikatakan Mona barusan. " Gua takut" kata gua kemudian

" Takut kenapa ?" tanya dia sambil celingak celinguk " Bukan takut setan Gua takut kalo entar bakalan nyakitin lo" Dia menatap gua, eksprsinya mendadak berubah " Jadi.. kamu.. nolak aku ?" " Maaf"

Dia merebahkan badan di rumput dengan pandangan ke atas " Gak apa-apa" kata dia tanpa melirik gua

" & & & & ." Gua hanya diam " maksud kamu baik kok" " & & & & ."

" Aku aja kali yang terlalu ngarep hahaha"

" ............" Gua masih membisu menatapnya yang masih terus memandangi bintang-bintang di atas sana.

Gua emang belum lama kenal dengannya tapi selama kita bersama ada beberapa hal yang gua perhatikan. Salahsatunya saat Mona bohong, dia gak berani natap mata gua setiap kali lagi bohong.

Kami hanya saling diam, suasana begitu terasa canggung. Sebuah sepeda motor berhenti di depan gua. seorang bapak-bapak berbadan gendut menatap gua tajam

" Kalian lagi mesum ya ?" Selidik dia

" Yaelah pak, yakali kita masum dipinggir jalan" " Terus kenapa itu temen kamu tiduran di rumput ?"

Mona langsung bangun dengan wajah terlihat seperti meringis kesakitan, dia menundukan kepala dengan kedua tangan memegangi perutnya " Kita lagi nunggu jemputan pak, perut saya mual jadi tiduran dulu bentar" Kata Mona bohong

" Oh lagi nunggu jemputan, awas kalian kalo macem-macem" " Iya pak" Jawab kami serentak,

Setelah bapak-bapak tadi pergi jauh kami saling bertapapan " HAHAHAHA" Kami tertawa bersama

" Kualat lo bohongin orang tua" Kata gua " Dia otaknya cabul kaya kamu" " Lagian lo segala pake tiduran"

" Hehe abis kalo tiduran gitu bintangnya keliatan lebih jelas" " Tapi gak tiduran dipinggir jalan juga kali " " Hahaha biarin napa ih"

Suasana yang tadi begitu canggung sekarang kembali cair, wajahnya yang tadi sempat terlihat sedih sekarang kembali seperti semula.

" Aku boleh Tanya gak ?" Tanya dia " Tanya mah Tanya aja kali " " Tapi kamu jawab jujur" " Iya iya, apaan ?"

" Kamu lagi deket sama cewe ya ?" " Iya, nih orangnya di depan gua" " Aku serius "

" Lo pernah liat gua ama cewe lain gak ?" " Pernah"

" Di mana ? kapan ?"

" Waktu kamu di toko hehe"

" Lo yang nyuruh serius lo sendiri yang malah becanda " " Atuh kamu sih susah banget di ajak ngomong serius"

" Iya iya gua serius, gua emang gak lagi deket sama cewe tapi ada orang yang lagi pengen gua temuin"

" Siapa ?" " Dian"

" Yang pergi ke Lampung ?" " Iya"

" Kalo kamu suka kenapa gak di kejar ?" " Gua bingung ama prasaan gua sendiri" " Pernah gak kamu mikirin dia ?"
Antara Aku Kau Dan Sabun Karya Agan Kempot20 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Sering, gua juga gak tau kenapa tiba-tiba kepikiran dia"

" Kalo kamu bener-bener sayang dia, biar lagi sibuk kamu gak bakalan lupain dia" " & & & & ." Gua diam memikirkan perkataan Mona

" Kamu galau gak waktu tau Vina maenin kamu ?" " Engga"

" Kamu sedih ?" " Engga, biasa aja" " Terus waktu Dian pergi ke Lampung kamu sedih gak" " Iya, gua takut gak bakala ketemu dia lagi"

" Nah berati yang kamu sayang itu sebenernya bukan Vina tapi Dian"

" & & & & " Gua kembali diam, Kenangan bersama Dian yang udah terkubur kembali muncul kepermukaan. " kakaa" Suaranya memanggil nama gua seperti terngiang ditelinga, cara dia bicara, senyumannya, kekonyolannya. Gua masih bisa mengingat dengan jelas semua yang pernah kita lalui. Gua terbangun dari lamunan saat sebuah tangan menyentuh pipi gua yang terasa basah

" Duh pake nangis segala, malu-maluin aja ah" Kata gua sambil mengusap sisa air mata yang masih ada di pipi

" Hehe gak apa-apa kok, aku aja sering nangis" " Lo kan cewe"

" Setiap orang punya alesan masing-masing buat nangis, janji dulu sama aku" Kata dia sambil mengacungkan jari kelingking kanan

" Janji apa ?"

" Udah janji dulu aja"

" & & & & ." Gua ikut mengacungkan kelingking dan menggaetkannya " Kamu udah janji ya"

" Heh belum juga dikasih tau Janji apaan " " Kamu udah janji mau ngejar Dian sampe dapet"

" & & & & " Gua kembali diam, belum sejam Mona nembak gua tapi dia justru meminta gua untuk mengejar Dian. Gua gak ngerti dengan jalan pikirannya

" Aku pengen kaya wall breaker"

" Maksudnya ?"

" Aku kan pernah bilang, wall beraker itu rela ngorbanin dirinya demi orang lain" " & & & & " Gua kembali diam, Gua ingat dia pernah mengatakan ini sebelumnya

" Aku sayang kamu, tapi aku pengen liat kamu bahagia sama orang yang bener-bener kamu sayang, jadi aku mohon& tolong kejar Dian"

Gua acungkan kelingking kanan lalu tanpa menunggu perintah Mona langsung mengatikan kelingking kanannya " Gua janji bakalan dapetin Dian"

Mona kembali tersenyum, dia terlihat senang mendengar perkataan gua. Kami kembali ngobrol-ngobrol ringan seperti biasa seolah tadi gak terjadi apa-apa. Karena malam semakin larut, kami putuskan untuk kembali dengan naik angkot. Setelah sampai di angkringan gua ambil motor dan langsung mengantar Mona pulang.

Seandainya cinta itu membutuhkan pengorbanan, mungkin merelakan orang yang kita cintai bahagia dengan orang lain termasuk sebuah pengorbanan. Gua tau apa yang Mona rasain, Menerima sebuah penolakan dan melepas itu gak mudah. Berkat Mona gua jadi membuka mata dan pikiran yang selalu tertutup untuk menyadari perasaan gua terhadap Dian.

Untuk mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan bukan hanya niat dan usaha, tapi juga sebuah dorongan. seperti yang Mona lakukan, sebuah Janji yang terucap menjadi sebuah dorongan untuk menyusul Dian ke Lampung.

Bagian 15 Go Go Go

Sebelum berangkat gua menemui hambatan, kedua orang tua gua gak menginjinkan gua pergi. Mereka menghawatirkan gua, tapi gua terus membujuk mereka sampai akhirnya mereka menginjinkan gua pergi dengan syarat jangan membawa kendaraan.

Sore hari gua pergi ke toko, Gua memberikan tanggung jawab sepenuhanya pada Firman. Dia berpengalaman jadi gua percaya dia bisa mengurus toko dan warnet selama gua pergi.

Walau memberikan kepercayaan pada Firman tapi gua gak mau bikin dia tambah repot jadi sebelum pergi gua belanja banyak untuk persediaan toko selama gua pergi.

Langit terlihat kuning keemasan, Gua berdiri di pinggir jalan bersama Dila, Mona dan Firman. Angin yang berhembus meniup rambut Mona yang digerai, gua suka rambutnya yang lurus berwarna pirang. Firman sibuk bermain game di hpnya, walau awalnya dia bilang game yang gua mainkan gak menarik tapi saat melihat gua war dia jadi tertarik main sampai kecanduan .

Mona dan Dila menatap gua tanpa bicara, gua hanya tersenyum lalu mereka berdua tersenyum manis. Gua bersyukur bisa mengenal mereka, dua orang yang sama-sama cantik tapi memiliki kepribadian yang berbeda. Mona maju satu langkah dan berdiri di hadapan gua, lalu dia mendekap tubuh gua dari depan dengan wajah yang disandarkan di pundak kiri. Gua belai rambutnya yang wangi, lalu gak lama kemudian Mona melepaskan pelukannya.

Gua dekatkan wajah, CUP mencium keningnya, Mona kembali tersenyum setelah menerima ciuman itu.

" Makasih" Kata gua " Makasih buat apa ?" " Udah bikin gua sadar"

" " Mona kembali tersenyum

UHUK UHUK& Firman pura-pura batuk Gua : " Sirik aja lo"

Firman : " Bukan sirik, gua jadi pengen buru-buru balik" Gua + Mona : " Hahaha"

Dila : " hati-hati ya a"

Gua : " Beres, kamu juga hati-hati " Dila : " Hati-hati kenapa ?"

Gua : " Firman suka gigit orang kalo laper" Firman : " Kehed maneh "

Gua + Mona + Dila " Hahahaha" Mona : " Jangan lupa kasih kabar ya" Gua : " Pasti, gua gak bakalan lupa kok " Firman : " Kalo ada yang nyariin lo gimana ?" Gua : " Bilang aja gua lagi keluar kota, eh itu mobilnya" Mona : " Yah berhenti"

Mobil yang berjarak sekitar 20 meter tiba-tiba berhenti karena ada penumpang yang turun, Firman : " Lama banget bayar doang juga"

Gua : " Tuh udah maju lagi, gua berangkat ya. Assalamu alaikum" " Wa alikum Salam" Jawab mereka bersamaan,

Saat mau masuk kedalam mobil Mona memanggil gua, " Apaan ?"

" Jangan lupa war " kata Mona lalu dia tersenyum menyeringai " Hahaha gampang"

Karena gak mau membuat angkot menunggu lama, Gua berbegas naik ke dalam angkot menuju terminal, selagi menunggu Bus yang akan gua tumpangi berangkat gua buka sepatu dan memasukan separung uang ke dalamn sepatu lalu gua kembali pakainya. Beberapa menit kemudian bus berangkat.

Kemacetan membuat perjalanan jadi lama, karena bosan gua keluarkan gadget. Ada beberapa SMS dari Mona dan Dila, gua balas secukpnya lalu main game. Gua buka kolom chat dan mengetik

Gua : " Tes"

Mona : " Sms gak dibales-bales malah nongol di game -__-" Gua : " Uda di bales -,"

Mona : " Apaan sms Cuma iya doang" Gua : " Haha yang penting di bales "

Mona : " Huh, jangan maen game terus entar lobet hpnya" Gua : " Tenang, gua bawa PowerBank"

Darno : " Mau ke mana lo ?"

Gua : " ke Lampung"

Darno : " nyusul Dian ?" Gua : " Iya"

Dengan main game waktu jadi terasa cepat, langit yang tadi masih terang berubah jadi gelap. Setelah sampai Merak gua turun dari Bus menuju kapal yang akan membawa gua meninggalkan pulau jawa.

Bagian 16 Gravitasi

Langit yang gelap kini menjadi terang, setelah menunggu antrian untuk berlabuh akhirnya gua bisa kembali menginjakan kaki di tanah (Lebay gila ). Mungkin karena gua yang baru pertama kali naik kapal jadi saat berjalan tubuh gua serasa masih ada di atas air.

Awalnya gua kira cukup naik kapal lalu sampai di tujuan, tapi ternyata saat menanyakan alamat Dian pada Uwanya. Gua diberi arahan setelah sampai di Bakauheni untuk dua kali naik Bus dan tukang ojek , karena takut lupa rute mana yang harus gua tempuh jadi gua menulisnya pada notes di hp.

Setelah makan secukupnya dan mandi di WC umum gua bergegas kembali melanjutkan perjalanan karena gak sabar ingin cepat-cepat sampai.

Perjalanan yang cukup melelahkan, tapi semua itu terbayar dengan pemandangan yang disuguhkan oleh dua bukit dan hamparan ladang yang terlihat indah dipandang mata. Berkat bantuan tukang ojek sampailah gua di depan sebuah pedesaan, gua sengaja turun di sini karena ingin melihat-lihat sekitar.

Suasana di sini gak jauh beda dengan di rumah, beberapa pasang mata yang memperhatikan gua melemparkan senyuman setiap kali gua menatap mereka. Setelah bertanya pada beberapa warga di jalan, sampailah gua di sebuah rumah berwarna putih dengan seorang kakek-kakek berusia lanjut yang sedang duduk di terasnya.

" Assalamu alaikum"

" Walakum salam, nyari siapa De ?" " Ini bener rumah Dian Bah ?"

" Iya, Sini duduk dulu" Kata dia sambil menghisap roko kretek ditangannya

Gua duduk disampingnya sambil melihat-lihat sekitar rumah, Dua bukit yang ada di ujung sana menarik perhatian gua. Gua penasaran apa di hutan yang ada di dekatnya masih ada hewan buas atau itu adalah hutan Buatan, entahlah gua jadi ingin menghabiskan liburan di sini. Pasti menyenangkan bisa menghabiskan waktu main di atas bukit sana dan mengelilingi ladang seperti yang sering Dian lakukan setiap kali mudik.

" Dari mana De ?" Pertanyaan mbah membangunkan gua dari lamunan " Dari Bogor Bah"

Gua seikit kesulitan bicara dengannya karena kadang-kadang dia menggunakan bahasa jawa saat bicara, saat sedang ngobrol tiba-tiba dia jadi diam saat gua menanyakan Dian.

" Bah, Diannya ada ?" karena takut dia gak denger jadi gua mengulangi pertanyaan yang sama dengan suara yang sedikit dinaikan

" Mbah gak bolot" Protes dia " Yuk ikut Mbah" Kata dia, lalu berdiri dan mengajak gua masuk ke dalam rumah.

Gua gak ngerti kenapa dia malah mengajak gua masuk ke dalam, karena penasaran jadi gua langsung copot sepatu dan mengikutinya ke dalam. Kami berdiri di depan sebuah pintu kamar berwarna hitam,

" Kok sepi bah ?" Tanya gua sambil melihat-lihat isi rumah " Masih di ladang"

KREEEEK& Perlahan Mbah membuka pintu,

Sebuah kamar yang rapih dengan Dian yang sedang duduk di atas ranjang. Gua senang saat bisa melihatnya, tapi dada gua terasa sesak saat melihat sesuatu yang digendongnya. Dia hanya diam menatap kami berdua yang sedang berdiri di pintu.

Walau gak keliatan tapi gua tau yang terbalut kain batik itu bayi. Rasa putus asa mulai datang, Jadi Dian udah punya anak ? Gimana bisa punya anak sedangkan dia belum lama meninggalkan Bogor, atau janga-jangan dia meninggalkan Bogor karena hamil ? Tapi itu anak siapa ? SIAL& . Gua terus berpikir negatife.

" Masuk aja!" Kata Mbah yang ada disamping gua, " De, kaka masuk ya ?"

" & & & & & & "

Karena dia yang hanya diam jadi gua mengganggap itu 'Boleh', Sambil melangkah masuk gua pandangi sekeliling. Kamar ini terlihat rapih, tapi kenapa gak ada barang-barang lain selain lemari dan ranjang ? Gua coba mengabaikan semua itu dan duduk di ujung kasur sambil menatap Dian yang terus memperhatikan gua.

" De, kok diem aja ?" Tanya gua

" & & & & " Dia masih membisu " De& kamu lagi sakit ?" " & & & & "

" De& kamu kenapa ? lagi ada masalah sama suami kamu ?" Gua coba menyindirnya " Kamu" Dia mulai bicara " Siapa ?" Lanjutnya

Dada gua kembali terasa sesak mendengar ucapannya, Kenapa dia bertanya seperti itu . " JANGAN BECANDA" Protes gua

" Berisik! Anaku jadi bangun, Cup cup cup jangan nangis ya sayang. Dia Cuma tukang kerupuk"

" & & & & ." Sekarang gua yang diam

Sepertinya gua membangunkan anaknya, gua melirik Mbah yang masih berdiri di pintu kamar. Dia menundukan kepala lalu berjalan meninggalkan kami berdua.

Dian berhenti menimang anaknya, Ada yang beda dari caranya menatap gua. Dian udah gak mengenali gua atau dia benci dengan gua jadi pura-pura gak kenal.

Tujuan gua ke sini dengan harapan bisa membawanya kembali ke Bogor, gua ingin memperbaiki semua kesalahan yang telah gua lakukan dimasalalu. Seandainya Harapan itu angin dan Kenyataan itu Gravitasi, sepertinya gua gak akan bisa terbang karena Gravitasi lebih kuat dari hembusan angin yang coba membawa gua melayang.

Mon... Maaf... gua akan melanggar Janji

Bagian 17 Tatapannya

Waktu terasa berjalan lambat, kami hanya saling diam. Tatapannya yang dingin tanpa senyuman yang biasa dia lontarkan setiap kali gua menatapnya, gua ada lagi suara kekakankkanakannya memanggil nama gua seperti dulu. Jangankan memanggil, dia bahkan gak mengenali gua.

Air mata yang dari tadi gua tahan akhirnya tak dapat terbendung lagi, buru-buru gua mengusa air mata dengan kedua tangan. Kedua matanya terus memperhatikan gua tanpa mempedulikan apa yang gua rasakan. Gua gak tahan berlama-lama di sini, gua bangun dan berjalan menuju pintu.

" Ka"

Langkah kaki gua berhenti saat mendengar suara yang memanggil gua dari belakang, ah gua pasti salah denger. Gua coba mengabaikannya lalu kembali melangkah, saat hampir mendekati pintu langkah kaki gua kembali terhenti saat mendengar suara isak tangis. Gua masih diam di pintu, gua coba mengabaikannya tapi gak bisa. Gua langsung berbalik badan melihat Dian yang sedang duduk sambil memeluk kedua kakinya yang dilipat.

Suara tangisannya membuat gua terenyuh, gua pernah melihat dia nangis beberapa kali tapi ini untuk pertama kalinya gua melihatnya menangis seperti sedang merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Gua kembali masuk ke dalam kamar, gua mendekati dan duduk disampingnya. Perlahan gua julurkan tangan kiri dan membelai rambutnya, tangisannya tibatiba terhenti. Dia mengangkat wajahnya dan menatap gua.

Caranya menatap gua sama seperti saat pertama kali kita bertemu di lapangan sekolah, gua seka air matanya dengan kedua tangan. Lalu Dia langsung mendepap gua yang masih berdiri disamping ranjang, gua kembali membelai rambutnya tapi Tangan gua langsung terhenti saat melihat bayi yang dari tadi dia timang ternyata adalah sebuah boneka yang terbalut kain batik. Darah gua terasa mengalir disekujur tubuh dengan bulu kuduk yang berdiri.

Jadi itu bukan anaknya, Tapi kenapa dia tadi bilang gua membangukan anaknya ? Tunggu! Gua baru sadar kalau tadi gak mendengar suara tangisan bayi, jadi yang dia anggap bayi itu adalah boneka. Ah gua bingung, sebenarnya apa yang terjadi di sini.

" Ka" Kata dia dengan wajah yang masih dibenamkan di perut gua " Iya de"

" Kaka kenapa baru ke sini sekarang"

" & & .." Gua hanya diam, gua semakin bingung. Dia yang dari tadi membisu dan gak mengenali gua justru sekrang mengajak gua bicara " Maaf kaka baru kesini, kamu kenapa ?"

Dia melepaskan pelukan, Gua ikut duduk diranjang " Aku gak kenapa-napa ka" kata dia yang duduk didepan gua.

" Terus kenapa kamu bilang boneka itu anak kamu ?" Tanya gua sambil menunjuk boneka yang ada dibelakangnya

" KAKA JAHAT"

" & & .." Gua langsung diam

" KAKA SAMA AJA KAYA MEREKA" Gua kernyitkan dahi, " Mereka ?" tanya gua heran

" Aku benci orang-orang diluar, mereka bilang aku gila huhuhu " Dia kembali menangis " AKU GAK GILA KA" lanjutnya dengan setengah berteriak

" & & & " Gua hanya diam, air mata gua kembali menetes. Gua gak tau harus bicara apa " Kaka percayakan aku gak gila ?"

" I iya.. kamu gak gila kok" " Terus kenapa kaka nangis ? " Kaka seneng aja ketemu kamu"

" Hehehe" Dia tersenyum menyeringai " Aduh" Lanjutnya " Kenapa ?

Dia langsung berbalik badan dan kembali menggendong boneka yang ada dibelakangnya dengan membelakangi gua " Sayaaang, cup cup cup. Jangan nangis lagi ya" Dia kembali mengajak boneka tadi bicara.

" De& " Gua memangilnya " & & .."

" De.. Gua kembali memanggilnya dengan menggoyang-goyang bahunya, " & & ." Dia masih diam sambil mengusap-usap kening boneka yang digendongnya. " Yan"

Gua langsung menoleh ke pintu saat mendengar suara Embah memanggilnya

" Embah, orang ini siapa sih kok dia gak pergi-pergi" Protes Dian yang masih membelakangi gua

" & & & " Embah hanya diam, dia terlihat bingung menjawabnya,

Dian berbalik badan menatap gua dengan mata melotot " KAMU DOKTER YA ? PEGI!! AKU BENCI DOKTER!! PERGGIIIIII" Teriak gua sambil menendang-nendang gua yang masih duduk di ranjang.

Embah masuk ke dalam dan duduk disamping gua " Yan, dia temen Embah. Jangan galakgalak"

Dian : " Jadi bukan dokter ?" Embah : " Bukan"

Dian :" Tukang krupuk kan Mbah ? Namanya siapa Mbah ?" Embah : " Iya tukang krupuk, Kenalan dong"

Dian menatap gua, " Aku Dian, nama kamu siapa ?" " Bobi" Gua coba meladeninya

" Oh Bobi, dasar tukang krupuk. Enak banget ganti nama orang, nama aku DIAN, inget ya DIAN! Bukan DE DE DE"

Gua hanya nyengir bego, " Iya yan, nama anaknya siapa ?" Embah langsung tertawa saat mendengar gua menanyakan anaknya

" Namanya Rahel, Embah sih ketawa, jadi nangis lagikan" Protes Dian yang kembali menggoyang-goyang boneka yang digendongnya.

" & & & & ." Gua hanya diam, nama boneka itu membuat otak gua kembali memutar kejadian beberapa tahun lalu saat kita baru bertemu, Gua masih ingat dengan jelas saat Rahel menghukum Dian yang gak memakai papan nama.

Embah bangun dan berdiri disamping ranjang " Duh Rahel nangis lagi, maafin embah ya. Diyan laper gak ? Embah mau makan" kata dia kemudian

" Aku gak bisa makan kalo anakku nangis"

Gua ikut bangun dan berdiri disamping embah " Sini kaka yang gendong, Diyan makan aja" kata gua

" Gak mau, entar kamu masukin anakku ke kaleng krupuk"

Embah menatap gua dengan kepala di geleng-geleng, lalu kami pergi keluar kamar untuk makan siang.

Gua duduk di ruang tengan beralaskan permadani bersama Mbah dan kedua orang tua Dian yang baru pulang dari ladang, makan di sini hampir sama dengan di rumah walau ada menu yang paling gua benci yaitu semur Jengkol :. Aromanya menggoda tapi entah kenapa gua sangat membenci makanan yang satu ini.

Gua hanya diam memandangi makanan yang belum gua sentuh dri tadi, bukan gua gak nafsu makan tapi gua masih kepikiran dengan Dian.

" Dimakan dong Bob, entar kalo dingin gak enak" Kata Nyokap Dian " Hehe iya Bu"

Setelah selesai makan kami masih duduk di ruang tengah, Nyokap dian bolak balik mengambil bekas makan sedangkan kami bertiga asik menikmati rokok. Orang tua Dian masih mengenal gua, jadi gak ada kecanggungan saat kami bicara. Karena rasa penasaran yang terus mengganggu akhirnya gua coba beranikan diri bertanya.

Gua : " Pak, Kenapa Dian jadi gitu?"

" & & & & .."

Mereka berdua hanya diam, ditengah kecanggungan nyokapnya kembali dan duduk di samping gua. " Kok jadi diem-dieman ?" Tanya dia

" Dian kenapa Bu ?" gua langsung melontarkan pertanyaan yang sama kepada nyokapnya

" & & & & & & & " Dia juga ikut diam, mereka saling berpandangan seolah bingung menjawab pertanyaan gua.

Bagian 18 Sebab dan Akibat

" Saya emang orang asing di sini, tapi saya udah kenal Dian dari SMP. Gak ada salahnya kan saya pengen tau yang sebenernya" Gua coba membujuk mereka yang masih membisu Nyokapnya menatap gua, dia terlihat mengambil napas panjang lalu menghembuskannya.

" Sebenernya" Nyokapnya mulai bicara " Ibu sama Bapak minta Dian pulang buat dijodohin sama anak temen Bapak. Dian yang tau mau di jodohin Marah besar. Dia gak mau keluar kamar, tapi waktu Embah yang minta keluar Dia langsung keluar. Dia Cuma mau ngomong sama Embah, dia gak mau ngomong sama kita orang tuanya sendiri"

Tiba-tiba nyokapnya diam dengan kedua mata berkaca-kaca, Bokap Dian yang duduk disampingnya hanya mengusap-ngusap pundak nyokapnya.

" Ibu kira dia Cuma marah" Nyokapnya kembali melanjutkan " jadi Ibu sama Bapak biarin aja dia ngurung di kamar. Tapi tingkahnya mulai aneh, dia sering ketawa-ketawa sendiri di kamar. Ibu kira dia lagi baca novel atau nonton TV, gak taunya dia ngajak ngomong boneka. Ibu takut ngeliatnya, jadi Ibu sama Bapak ngajak Dian ke Rumah Sakit buat diperiksa. Tapi Dian langsung ngunci pintu kamar dari dalem, Bapak dobrak pintunya. Waktu mau dipaksa keluar kepala bapak dipukul pake bingkai foto sampe berdarah, Bapaknya mulai kesel. Dian trus ngeberontak waktu mau di seret keluar, dia ngelempar semua kosmetik dimejanya sampe pada pecah di lantai. Trus dia megang beling pake tanganya, dia ngancem mau bunuh diri kalo dibawa ke Rumah sakit. Ibu sama Bapak takut dia nekat, jadi bulan kemaren Bapak yang bawa dokter ke rumah. Dokter bilang kalo Dian menderita gejala Schizophrenia, semacem gangguan mental. Bapak yang tadinya tetep mau nikahin Dian jadi brubah pikiran, Perjodohan dibatalin. Tapi Dian tetep masih kaya gitu sampe kamu tadi juga pasti udah liat sendiri, Ibu sama Bapak bener-bener nyesel"

Nyokapnya kembali nangis sambil mememluk Bokapnya, ini sangat menyedihkan. Selama ini gua gak pernah berpikir kalau ternyata Dian dibohongin, nyokapnya bilang kangen tapi ternyata itu hanya omong kosong. Gua gak tau seberapa besar tekanan yang dialaminya selama tinggal disini sampai membuatnya jadi seperti ini. Mereka menyeseli perbuatannya tapi itu percuma, nyesel gak akan membuat keadaan kembali seperti semula. Gua : " Tadi dia sempet kenal saya bu, kita juga ngobrol"

Bokap Dian : " Kadang waras kadang engga" Gua : " Maksudnya pak ?"

Bokap Dian : " Dian masih gejala" Gua : " Bisa sembuhkan pak ?" Bokap Dian : " Dokter bilang sih bisa" Gua : " Serius bisa sembuh pak ?"

Bokap Dian : " Iya, tapi mahal berobatnya. kita gak ada biaya buat brobat jalan jadi Cuma di urus di rumah"

Gua : " Jadi Dian kudu tinggal di RSJ ?"

Bokap Dian : " Gak perlu, cukup brobat jalan sama jalanin terapi"

Baru gua merasa lega kini rasa putus asa kembali datang, gua ingat ada tetangga gua yang mengaami hal serupa butuh waktu bertahun-tahun untuk sembuh . Gua coba buang rasa takut dan putus asa itu jauh-jauh, selama masih ada kemungkinan sembuh berati masih ada harapan. Ini adalah kesempatan terakhir, gua gak mau menyia-nyiakannya.

" Sebelumnya saya minta maaf kalo lancang, tujuan saya datang kesini sebenernya pengen ngelamar Dian"

" & & & & ." Semua diam, mereka terlihat syok mendengar pernyataan gua Embah : " Kamu gak bisa nikah sama orang gak waras"

Bokap Dian : " Bapak sih ngerestuin aja kalo kamu mau nikahin Dian, tapi kamu liat sendiri keadaannya sekarang gimana"

Gua : " Gak masalah, cuman kayanya orang tua saya gak bakalan setuju"

Nyokap Dian : " Trus gimana ? mendingan Bobi cari cewe lain aja, kasian ibu mah kalo entar Bobi jadi bahan omongan orang"

Gua : " Saya gak peduli sama omongan orang, kalo saya gak bisa nikahin dia sekarang saya bakalan nunggu sampe Dian sembuh"

Embah : " Kalo gak diobatin gak bakalan sembuh" Gua : " Saya yang bakalan nanggung pengobatannya pak" " & & & & ." Mereka kembali diam

Gua : " Kalo boleh saya mau tinggal di sini, saya bakalan bawa dian brobat jalan sama terapi sampe sembuh"

Embah : " Rumah sakitnya ada di kota, Embah pernah mau bawa dia brobat tapi malah lari waktu liat kucing. Untungnya untungnya ketemu lagi, coba kalo engga" Gua : " Kalo Dian gak bisa diobatin di sini, Saya mau bawa Bogor"

Bokap Dian : " Entar kalo kabur atau loncat di kapal gimana ? jangan deh, resikonya gede" Gua : " Saya ada mobil di rumah, entar bisa minta jemput"

Mereka saling berpandangan, gua hanya diam melihat mereka berunding. Beberapa menit kemudian, mereka memberikan jawab. Gua diperbolehkan membawa Dian ke Bogor dengan syarat harus tinggal dengan gua bukan dengan Uwa.

Gua bersyukur mereka memberikan kepercayaan untuk merawat Dian, tapi gua kembali bingung gimana carannya agar Dian bisa tinggal di rumah sedangkan ada adik gua yang masih kecil di rumah gua takut entar dia malah nganggep adik gua anaknya. Ah Sial, Gua coba membuang pikiran negatif jauh-jauh, soal itu bisa gua pikirkan nanti.

Orang tuanya kembali ke ladang, sekarang tinggal gua dan Embah yang yang masih di rumah bersama Dian yang di ajak embah ke ruang tengah. Rasa senang dan Sedih jadi satu paket, ada rasa senang saat melihat Dian yang kadang bertingkah normal dan ada rasa sedih setiap kali dia kumat.

Epilog

Tiga hari kemudian, Bokap datang menjemput. Awalnya dia menolak gua membawa Dian tapi gua terus membujuknya sampai Bokap mau menjemput. Gua membawa Dian ke Bogor bersama keluarganya, untuk jaga-jaga Dian memberontak di jalan Embah memasukan obat tidur pada makananya. Entah dari mana Embah punya obat seperti ini, tapi obatnya manjur. Dian jadi lebih banyak tidur selama perjalanan.

Orang tuanya hanya satu hari di bogor, mereka harus kembali ke Lampung untuk panen. Embah tinggal bersama Dian di rumah gua sedangkan orang tuanya hanya sebulan sekali menengoki anaknya, rumah yang tadinya hanya berisik oleh suara tangisan bayi sekrang begitu ramai. Gua yang sempat takut Dian menganggap adik gua anaknya justru sekarang heran melihat Dian yang malah terlihat takut saat bertemu adik gua, Entah apa yang ada dipikirannya tapi itu membuat gua lega.

Gua pikir mungkin butuh waktu lama untuk menyembuhkan Dian, tapi ternyata semua jauh diluar perkiraan. Akhir Januari 2014, Dokter menyatakan Dian sembuh sutuhnya. Gua sangat berterima kasih pada Embah, Mona, Dila dan keluarga gua yang membantu merawat Dian di rumah selama gua kerja.

Memasuki Bulan Februari, Embah pulang ke Lampung dan Firman mengundurkan diri dari Toko karena dia kembali dipanggil oleh Prusahaan tempat dia bekerja sebelumnya. Dian membantu Dila untuk penjualan, sedangkan gua sendiri masih tetap menjadi teknisi sekaligus owner.

Dian menularkan Virus ke Dila, mereka berdua jadi sering membaca cerita di KASKUS saat sedang nyantai. Sejak di Bogor ada satu hal yang gua sukai, Sebuah perubahan dan penampilan baru dari Dian. Dia yang lebih suka menggerai rambutnya yang lurus sekarang menutupi rambutnya, dia semakin cantik dengan Jilbab

Tahun 2014 benar-benar banyak perubahan, selain Dian yang udah sembuh dan berlibab. Dia juga udah gak tinggal lagi di rumah gua tapi di tinggal di toko sejak akhir Januari, lantai dua yang dulu tempat gua maksiat sekarang jadi tempat mereka berdua ngaji setiap subuh sebelum mulai bekerja.

Selain perubahan pada Dian, gua juga punya perubahan. Sekarang gua berstatus Suami Dian, kami menikah pada tanggal 15 Februari. Akad nikah berlangsung di Masjid dekat rumah gua, orang tau dan semua saudara Dian dari lampung datang untuk menghadiri acara pernikahan.

Gua ingin jadi orang baik-baik dan memberikan yang terbaik. Gua akan gunakan kesempatan terakhir ini, Gua akan berusaha menjadi suami dan seorang ayah yang baik untuk Dian dan calon anak gua kelak.

Darno pernah berkata kalau percintaan gua yang selalu gagal adalah karma dari perbuatan gua dimasalalu, gua terima itu karena gua sendiri menyadari betapa banyak kesalahan dan dosa-dosa yang gua perbuat.

Apa yang gua lakukan dimasalalu akan gua terima akabitanya dimasa yang akan datang, seperti menanam pohon. Kalau gua bisa merawatnya, suatu hari nanti gua bisa memetik buahnya.

Kalau pohon adalah perbuatan dan Buah adalah hasilnya, tinggal mencari sambal untuk pelengkapnya. Kenapa harus sambal ? Karena gak semua buah itu rasanya manis. Kalau disajikan dengan sambal, gua bisa menikmatinya tanpa mempedulikan rasa asam dan pahit dari buah itu.

Bagi gua selama masih diberi waktu dan kesempatan, Gak ada kata terlambat untuk berubah dan gak ada kata terlambat untuk memperbaiki kesalahan. Gua gak mau jadi orang idiot yang mengulangi kesalahan yang sama berulang kali.

Mohon maaf jika ada kesalahan kata dalam penulisan, entah itu kata-kata kurang sopan atau vulgar . Gua selalu berterima kasih untuk para reader yang membaca cerita ini, karena tanpa kalian cerita ini gak akan bisa sampai sejauh ini.

Gua juga berterima kasih untuk beberapa orang yang terlibat di dalam cerita, tanpa kalian cerita ini takan pernah ada dan tanpa Dian gua gak akan bisa menulis di sini

Hari ini, Sabtu 10 Januari 2015 Antara Aku, Kau dan Sabun Selesai

UNTOLD STORY

Siapa Dia ?

Dian masih bekerja di Toko seperti biasa, engga banyak yang berubah karena sebelumnya dia memang udah tinggal di rumah tapi sekarang kita tidur di ranjang yang sama dan itu sering membuat gua jadi sering tidur larut begitu juga dengan dia .

Hari sabtu sekitar jam 19:30 gua kembali ke Toko setelah melakukan perbaikan jaringan di pabrik bersama karyawan gua yang baru. Rasa lelah seketika hilang saat melihat senyumannya yang menyambut kedatangan gua. Dian berjalan menghampiri gua yang baru melangkahkan kaki masuk ke dalam.

" Kusut banget pah"

" Namanya juga abis perbaikan " " Hehe mandi gih"

" Iya, kamu udah makan ?" " Belum"

" Kenapa ?"
Antara Aku Kau Dan Sabun Karya Agan Kempot20 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Nungguin Papah pulang"

" Jeuuhh laper mah makan dulu aja" " Engga ah, pengen bareng"

" Dasar, eh kok kamu sendirian ?" " Lagi solat Pah"

" Oh kirain udah pulang, kamu udah solat ?" " Udah tadi, kan saling gentian"

Kami duduk di bangku yang ada dibalik etalase kaca sambil ngobrol-ngobrol ringan, lagi dan lagi pembicaraan mengarah pada sesuatu yang gua sendiri belum siap untuk menerimanya yaitu seorang buah hati . Dian selalu ingin cepat dapat momongan, sedangkan gua sendiri entah kenapa belum siap. Tapi karena engga mau membuatnya kecewa jadi gua hanya bisa ikut berandai-andai sambil membayangkan apa jadinya nanti saat gua menjadi seorang ayah .

Setelah beberapa menit kemudian Dila turun dan gantian gua yang naik ke atas untuk mandi. Kebiasaan gua masih engga bisa lepas, yaitu bengong di kamar mandi. Gua duduk di lantai kamar mandi sambil mengusap-ngusap sabun batang berwarna merah dengan tangan kanan yang berada di genggaman tangan kiri.

" bun& " gua mulai bicara sendiri " & & & .."

" Jangan cemburu ya" " & & & ."

" Sekarang gua Cuma make lo buat mandi aja" " & & & ."

" Kalo lo diem berati gua anggap itu iya engga apa-apa " " & & & ."

" Tuh kan diem, ah ini gua yang gantian gila kayanya :"

Setelah sekitar 30 menitan gua kembali ke bawah, Dian dan Dila sedang sibuk melayani pembeli. Beginilah Toko, kadang sepi kadang sekalinya rame sampe harus ngantri seperti sekarang. Karena gak mau tumpang kaki gua pun ikut membantu mereka.

GLEGEERRR& . Petir besar dengan hujan deras mengguyur kota Bogor, Dian dan Dila yang sedang membuat laporan terlihat ketakutan dibuatnya.

Setelah merapihkan toko dan menyerahkan laporan, Dila naik ke lantai atas untuk istirahat sedangkan gua dan Dian masih di bawa sambil nonton TV. Dian hanya diam sambil menyandarkan kepalanya di bahu kanan gua.

DREEET DREEET DREEET DREEET

Gadget Dian yang diletakan di etalase kaca bergetar, ada panggilan masuk tapi dia mengabaikannya

" Angkat dong itu ada telpon juga" " Biari aja pah"

" Kaka yang angkat ya ?" " Udah gak usah"

" Kali aja penting" " Udah biarin aja ih"

Sekitar 6 kali panggilan tak terjawab sekarang gua melihat ada pesan masuk, saat gua mau mengambil hpnya tiba-tiba Dian mengambilnya dengan cepat tapi tangan gua lebih cepat merebutnya dan gua pun membaca isi pesan yang membuat gua penasaran tadi.

: " Dian" : " Dian" : " Dian" : " Dian" : " Dian" : " Dian"

" Ini siapa ? smsnya manggil doang" " Temen Pah iseng"

" & & & .."

Kami kembali saling diam, suasana jadi terasa canggung tapi acara komedi di TV ini kembali mencairkan suasana. Sekitar 10 menit ada motor berhenti di depan toko, gua melihat seseorang sedang duduk di atasnya seperti sedang menelpon lalu gadget Dian yang masih gua genggam bergetar. Gua berdiri coba menghampirinya tapi Dian menahan gua " Kenapa ?"

" Gak usah pah" " Itu siapa ?"

" Temen aku, Papah tunggu sini aja ya"

Setelah mengatakan itu Dian coba berjalan tapi tangan gua memegang pergelangan tangan kirinya " Kalo dia ada perlu, suruh masuk aja diluar ujan" Kata gua kemudian " Bentar doang kok pah" " Suruh sini !!"

" Lepasin Pah, bentar kok" Kata dia memohon,

lalu gua melepaskan tangannya dan dia berjalan keluar menghampiri orang itu. Gua hanya diam memperhatikan mereka dari dalam, entah siapa orang itu dan entah apa yang mereka bicarakan gua hanya coba menahan emosi yang mulai meluap.

Sekitar 2 menitan Dian kembali masuk ke dalam dengan sesuatu yang dijinjing ditangan kanannya, tapi bukan gua yang dituju melainkan dia langsung naik ke atas. Saat gua coba menyusul, kembali ada sms masuk yang membuat langkah kaki gua terhenti.

: " Itu kan bajunya ?"

: " Bos kamu galak banget sih"

: " Yan, bales dong itu bukan baju yang kamu minta ?" : " Aku ampe ujan-ujanan belinya tuh, dingin nih"

Dikejar dan Mengejar

Hah Baju ? BOS ? gua itu suaminya bukan BOSnya!! Dian minta baju sama cowo lain ? Apa mereka sedekat itu ? Apa selama ini gua yang dibohongin ? ARRGGGHHHHH& . Otak gua terus memutar pertanyaan-pertanyaan yang membuat emosi semakin meluap. Gua genggam gadget ditangan kanan erat-erat lalu coba menyusul ke atas, baru beberapa langkah Dian udah muncul di hadapan gua. Dia hanya diam menatap gua

" Tadi siapa ?"

" & & & & & & ." Dia hanya diam " JAWAB!!"

" & & & & & .." " SIAPA?"

" & & & & & .." Dian masih diam dengan wajah terlihat ketakutan. " ORANG MANA ?"

" & & & & & ."

PRAKKK& ..

gua banting gadgetnya sampe terlihat percikan api yang keluar saat membentur keras di lantai.

Dian langsung merendahkan badannya, kedua tangannya terlihat gemetaran saat mengambil gadget dengan batrai yang copot dan touchscreen remuk. Dia menatap gua dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

" Pah"

" & & .." Gua hanya diam sambil coba menenangkan diri, Kita sering bertengkar tapi untuk kali ini gua baru pertama kalinya melakukan hal bodoh.

BRUGH& Dia langsung medekap gua dari depan, isak tangisnya terdengar jelas dengan bahu yang terasa gemetar.

" Pah" Kata dia yang masih mendekap gua " & & "

" Maaf" " & & "

" Dia temen SMA aku pah" " & .."

Dian melepaskan pelukan lalu mengusap air matanya dengan kedua tangan " Pah, ngomong dong"

" Temen"

" & & " Sekarang dia yang diam " Kita dulu juga temen"

" Tapi aku gak ada prasaan apa-apa sama dia pah" " Kamu engga, tapi dia keliatan banget naksir kamu" " Kok Papa tau ? papa kenal dia ?"

" Cuma buat tau kaya gitu gak perlu kenal, dari sikap juga udah keliatan" " Tapi dari dulu aku nolakin dia terus pah, dianya aja yang ngejar-ngejar aku"

" Kamu emang nolak waktu ditembak dia, tapi kamu nerima pemberiannya sama aja kamu ngasih harapan"

" Tapi pa-"

" Dengerin" gua memotong " Kasih tau dia orang mana gua samperin sekarang juga" " Jangan pah, aku yang salah"

" Kamu belain dia ?"

" Engga pah, aku tadi udah bilang ke dia kalo jangan pernah nemuin aku lagi" " Tapi kamu gak bilangkan kalo kita udah nikah ?"

" Aku tadi buru-buru, aku takut papah marah kalo aku lama-lama diluar jadi aku gak sempet kasih tau"

" Kan bisa lewat sms atau telpon"

" aku gak pernah bales sms dia, aku juga gak pernah angkat telpon dia" " Terus kamu minta bajunya ngomong langsung ?"

" Engga pah, aku juga dari tinggal di rumah papah gak pernah ketemu dia" " Terus lewat telepati ?"

" Bukan pah ih, aku sama dia itu temen sekelas. waktu abis wisuda dia nanya, apa yang aku pengen kalo entar kita ketemu lagi. Aku Cuma becanda waktu itu bilang pengen baju itu, aku gak serius mintanya juga"

" Kenapa dia baru ngasihinnya sekarang ?" " Aku juga gak tau pah"

Emosi gua perlahan turun, Dian menceritakan banyak hal tentang masa SMAnya yang belum pernah dia ceritakan sebelumnya. Gua juga jadi tau kalau orang tadi itu bernama Arif, orang yang mengejar-ngejarnya walau terus mendapat penolakan.

Suasana yang tadi penuh emosi jadi mellow, gua jadi inget dulu sering mengabaikannya saat masih bersama dengan Kanza. Dari ceritanya gua menyimpulkan Arif orang yang cukup populer dan ganteng karena beberapa temannya juga menyukai Arif. Mungkin kepopuleran dan kegantengan Arif masih belum cukup untuk merebut hatinya.

Sekitar jam 22:30 gua dan Dian pergi meninggalkan toko, walau di atas net ada kamar nganggur tapi gua dan Dian jarang menggunakan kamar itu. Sebelum tidur, Dia selalu meminta untuk di cium keningnya seperti biasa . Kami hanya ngobrol-ngobrol ringan sampai akhirnya dia tidur duluan.

Sebelum tengah malam gua cabut SIM card dari gadget yang tadi rusak dan memasukannya ke gadget gua, ada beberapa SMS masuk dari Arif. Hanya SMS gak jelas manggilmanggil karena masih penasaran dengan orang ini pelan pelan gua pergi keluar kamar untuk menghubunginya dengan nomor Dian.

Tuuuut Tuuuut Tuuut Ckrek

Arif : " Tumben nelpon pot" Gua : " & & & & ." Gua hanya diam Arif : " Ngelindur lo ?"

Gua : " Kempot siapa ?"

Arif : " Eh suaranya kok cowo ? Ini siapa yang nelpon ?" Gua : " Gua bosnya, tadi bajunya bagus. Bini gua pengen beli juga" Arif : " Owh itu beli di mall blablablablabla"

Gua : " Bisa ketemuan gak ? biar lebih enak ngobrolnya" Arif : " Bisa bisa"

Gua : " SMS in alamat rumah lo aja entar gua ke sana" Arif : " Oke"

karena waktu telah menunjukan lewat tengah malam jadi gua kembali ke kamar dan merebahkan badan disebelah kanan Dian, gua hanya bisa diam sambil memandangi wajahnya yang berjarak hanya beberapa centi sampai akhirnya gua pun ikut tidur.

Tutup Pintu dan Kunci Rapat

Keesokan harinya setelah memperbaiki beberapa laptop di toko gua menemui Darno di rumahnya, Gak sulit untuk menemukan Darno karena dia gak pernah keluar rumah sore hari setelah pulang kerja. Seperti saat ini, dia sedang duduk di teras rumahnya ditemani secangkir kopi.

" Masih sore, tar malem aja ngapelnya" Goda Darno " Kampret" Protes gua

" Hahaha slow bos slow, ada apa nih tumben ke rumah" " Anter gua yu"

" Kemana ?"

Gua duduk diteras dan menceritakan kejadian tadi malam, Darno hanya diam dan terlihat geram mendengar apa yang gua ceritakan. Tanpa mengganti pakaian, dia langsung memakai sepatu.

" Semangat banget lo" Sindir gua " Hahaha, udah lama bos kita kaga gulet" " Gua ngajak lo bukan buat gulet"

Darno yang sedang menalikan sepatu terlihat kecewa " Terus ?" Tanya dia

" Gua gak tau alamatnya dimana, lo kan udah hatam daerah Bogor makanya gua minta anter sama lo"

" Kampretoooo kirain mau sewa gua buat gebugin tuh anak" " Ngaco lo, Yuk berangkat sebelum magrib"

" Gas dah"

Sekitar jam lima sore sampailah kita di depan sebuah Rumah minimalis yang berada di antara pohon lengkuas, entah setan atau siluman yang menempati rumah ini karena sekitarnya hanya hamparan pohon lengkuas yang sangat banyak.

"Jjangan langsung ke inti permasalahan" kata Darno "Lo mau ngapain ?"

"Udah, liat aja entar"

"Awas lo kalo mancing hiu"

"lo lupa kalo gigi hiu gak mempan ama gua ?" "Sial, masih make gituan aja lo " "Haha buat jaga diri"

Setelah mengatakan itu Darno langsung mengucapkan salam dengan suaranya setengah teriak, selang beberapa menit keluarlah seorang pria berkulit putih dengan rambut kriting yang masih mengenakan seragam putih abu.

" Cari siapa mas ?" Tanya dia sambil menatap gua dan Darno bergantian " Gua yang semalem nelpon" Jawab gua

" Oh pantesan kaya gak asing, ayo masuk mas"

Gua parker motor di depan gerbang dan berjalan masuk ke dalam diikuti Darno di belakang, kami dipersilahkan duduk di sofa yang ada di ruang tengah.

Darno : " Sepi banget rumah lo"

Arif : " Emang kaya gini Bang tiap hari juga, sepi" Gua : " Yaialah sepi, ini rumah ditengah kebon"

Darno : " Enak dong ya kalo bawa cewe, teriak-teriak juga gak takut ada tetangga denger" Arif : " Ah si Abang ngaco aja"

Darno : " Oya gua lupa, lo kan gak laku " Arif : " Maksudnya ?"

Darno : " Cuma orang gak laku yang ngejar-ngejar bini orang" Arif : " Bukannya kalo ngejar bini orang itu lebih ada tantangannya" Darno : " Kalo gitu, mana nyokap lo ? gua pengen pake dia biar ada tantangannya" Arif : " ** SENSOR **!!"

Arif langsung berdiri dan mencengkram kerah baju Darno, " Kenapa ? lo gak terima ? lo marah ?" Tanya Darno dengan senyum menyeringai yang membuat Arif semakin emosi. Dia melepaskan kerah baju Darno dan meninggalkan kami berdua, beberapa detik kemudian dia kembali dan menodongkan katana di wajah Darno.

Darno hanya diam dan dengan santainya menyalakan rokok, ini yang kadang gua bingung dari Darno dia selalu bisa tenang walau dalam bahaya, " BACOK" Kata Darno dengan suara lantang " BACOK kalo gak mau gua pake nyokap lo" Lanjut Darno, lalu Arif menarik katananya dengan sedikit menangkat tangannya.

Gua bangun dan buru-buru memegangi tangan kanan Arif sebelum dia benar-benar menebas Darno,

" LEPAS" Teriak Arif sambil meronta-ronta, tapi gua semakin erat menggenggam pergelangan tangannya.

" Lo mau bunuh dia" Kata gua sambil menunjuk Darno " IYA, GUA MAU BUNUH DIA"

" Seandainya, Dia deketin bini lo ? apa lo juga mau bunuh dia ?"

" IYA LEPAS" Arif semakin kuat meronta dan coba menendang gua tapi gua menunduk dan menyapu kaki kirinya sampai dia ambruk dan katana itu terjatuh di lantai. Buru-buru dia ambil kembali dan menebas gua dengan posisinya yang masih duduk di lantai. Hasilnya, tangan kiri gua berlumuran darah karena menangkis katana itu.

" Siapa kalian ?"

Sebuah suara menarik perhatian gua, Arif langsung menoleh ke belakang. Seorang bapakbapak yang hanya mengenakan kolor biru menghampiri kami dengan tubuh yang dipenuhi dengan tato.

" & & & & & & ." Suasana menjadi hening,

TRAKK& Arif langsung menjatuhkan katananya di lantai " Pah mereka mau bunuh Arif" kata Arif mengadu BUGH& . bapak-bapak itu justru menendang wajah Arif sampai keluar darah dari mulutnya BUGH BUGH& . Bapak-bapak itu terus mendang perut Arif yang masih duduk di lantai sampai meringis kesakitan.

Gua menatap Darno yang masih duduk santai di sofa dengan rokok ditangan kananya, dia hanya kernyitkan dahi seolah sama bingungnya melihat pemandangan yang ada dihadapannya.

Setelah puas memukuli anaknya sendiri dia datang menghampiri gua dan melihat luka ditangan kiri gua,

" Ini harus buru-buru diobatin" kata dia kemudian " Gak apa-apa kok pak" Jawab gua

" Dari tadi saya denger pembicaraan kalian"

" & & & & ." Gua hanya diam, " jadi dari tadi bokapnya menguping pembicaraan kami" Batin gua

" Apa Arif bikin maslaah ?"

Daro langsung bangun dan menghampiri kami, " Gak ada asap kalo gak ada api pak" Bapak-bapak : " Maksud kamu ?"

Darno : " Tadi saya ngomong gitu bukan mau mancing emosinya Arif, saya mau liat seibaratnya yang ada di posisi temen saya itu Arif apa dia bakalan diam atau marah. Nah bapak liat sendiri, Arif gak terima kan"

Bapak-bapak : " Jadi maksudnya Arif deketin istri kamu ?" Gua : " Bukan pak, tapi istri saya"

Arif : " Bohong pah, Arif gak pernah deketin istri orang kok" Gua : " Dian itu bini gua"

Arif terlihat syok saat gua mengatakan itu, lalu gua menjelaskan kalau kedatangan gua ke sini untuk memberi tahu Arif agar dia coba cari wanita lain karena kalau dia terus mengejar Dian itu sama saja dia coba merusak rumah tangga orang.

Mendengar pernyataan itu Arif langsung meminta maaf dan dia berjanji gak akan menghubungi Dian lagi, begitu juga bokapnya yang menceramahi Arif agar mencari wanita lain.

Setelah suasana yang tegang mulai terkendalikan lagi, kami pamit pulang tapi sebelum pulang bokapnya memberikan uang untuk biaya pengobatan tangan kiri gua. Sepanjang jalan di dalam mobil Darno terus protes

"Pedahal kalo lo abisin tuh bocah kan ada alesan dia yang duluan bacok" "Menurut lo kalo gua abisin tuh bocah, masalah kelar ?" "Iyalah, dia gak bakalan berani deketin bini lo lagi" "Salah"

"Apanya yang salah ?"

"Kalo gua abisin tuh bocah yang ada malah tambah masalah" "Ah gak seru lo, dulu aja lo main hantem anak orang"

"Itukan dulu, sekarang kita udah tua. masa masih mau kaya ABG pemikirannya" "Yang udah tua itu lo ya, gua masih perjaka "

"Perjaka lo udah diambil sabun, segala ngaku perjaka" "KAMPRETTT..."

"Hahahaha "

Gua pikir setelah menikah masalah dalam hubungan hanyalah kebutuhan rumah tapi ternyata, masalah seperti pacaran pun masih ada. Hari ini gua dan Darno berhasil mengusir tamu tak diharapkan dalam sebuah hubungan, yah gua selalu berpikir agar sebuah hubungan langgeng jangan sampai ada kata 'dia'.

Tapi kedepannya siapa yang tahu, mungkin bakalan ada Arif lain coba membuka pintu yang terkunci rapat itu. Dan gua selalu coba berpikir positif dari setiap masalah yang ada, karena apa yang gua lakukan dimasalalu pasti akan gua dapatkan imbasnya dimasa yang akan datang.

Semester Pertama Kelas 9

Ulangan harian dadakan dipelajaran terakhir, untungnya gua masih ingat beberapa soal yang belum lama diajarkan jadi engga butuh waktu lama gua langsung bisa duduk santai di halaman sekolah sambil menunggu yang lain keluar.

Karena bosan menunggu Darno dan yang lain keluar jadi gua berjalan menuju ruang kelas yang sangat bising terdengar dari sini.

Beberapa pasang mata menatap gua heran saat berdiri di pintu kelas, dari sini gua melihat para siswa yang sedang kejar-kejaran, becanda, ngerumpi, tidur, dan maen gaple di sudut kelas " penerus gua banget nih," Batin gua. Saat sedang memperhatikan 4 orang siswa yang maen gaple seseorang menghampiri gua.

" Ada apa ka ? " Tanya Dian

" Kelas lo berisik banget"

" Hehe gak ada gurunya, kelas kaka juga gak ada guru ?" " Ada, lagi ulangan harian"

" Trus kaka bolos ulangan gitu ? Yaampun kaaa " " Enggalah" Gua toyor kepalanya

" Ishh" Dia mendengus pelan sambil merapihkan poininya dengan tangan kanan " Trus trus kenapa kaka gak di kelas kan lagi ulangan ?"

" Udah beres jadi keluar duluan"

" Kaka gak ngasal kan ngisinya ? " " Yaelah, ngeremehin gua banget"

" Hehe nilai rapot kaka kan standar jadi aku gak yakin " " Emang apa artinya nilai rapot bagus ?"

" Yah dapet rangkinglah ka"

" Apa kalo nilai kaka bagus bisa jadi orang sukses ?" " Pasti dong, kan suka ada tuh perusahaan yang buka lowongan tapi ngasih standar nilai" " Yaelah, punya nilai bagus Cuma buat jadi karyawan gitu ?"

" Hehe kan kaka sekolah aja bolos melulu, aku gak yakin kaka bisa kuliah" TAK& gua jitak kepalanya pelan

" Aduhhh, tadi noyor sekarang ngejitak" Protes Dian sambil mengusap-usap ubun-ubunnya dengan bibir manyun dibuat-buat.

" Sekarang kamu boleh ngeremehin kaka, liat aja entar kaka yang jadi BOS kamu" " BOS ? masih siang ka jangan dulu mimpi haha "

" Sial malah ngetawain " protes gua

" Hehe abis kaka ngawur, sekolah aja belum bener segala ngomong jadi BOS" " Makanya jangan liat kaka dari sisi negative aja dong"

" Abis gak ada ada sisi positifnya"

Baru gua ngangkat tangan dian langsung menutup ubun-ubungnya dengan kedua tangan " Hehe ampuun ka" Kata dia dengan senyum menyeringai.

Setelah beberapa menit ngobrol dengan Dian, akhirnya Darno dan yang lainnya datang. Dian kembali ke tempat duduknya dan gua ikut bersama yang lain menuju warung pojok. Sepanjang jalan Darno trus ngoceh gara-gara gak gua kasih contekan tadi .

Saat lagi nongkrong, ada dua motor yang dinaiki 4 orang anak SMK berhenti di depan kami. Mereka adalah anak SMK sebelah yang suka ikut nongkrong di warung pojok, mereka turun lalu ikut duduk-duduk dengan kami seperti biasa.

" Bob" Kata salah satu dari anak SMK yang bernama Kolay " Oit"

" Lo sibuk gak ?"

" Engga, kenapa Lay ?" " Ikut yuk" " Kemana ?" " Tempur"

" Gak malu lo ngajak anak SMP ? "

" Yaelah, cuek aja badan lo gede ini tinggal pake celana abu-abu gua" " Boleh lah, tapi gua aja sendiri yang diajak ?"

" Ada yang mau nemenin Bobi gak ?" Tanya Kolay ke yang lain " Gua ikut gua ikut" kata Darno dengan bersemangat

Karena yang lain gak bisa ikut, jadi hanya Gua dan Darno yang berangkat. Sekitar jam 14:00 kita sampai di sebuah jalan lurus sepi yang di apit oleh ladang singkong dan lahan kosong yang hanya ditumbuhi rumput liar.

Sekitar nunggu beberapa menit, dari arah berlawanan terlihat beberapa orang pelajar yang keluar dari kebun ke jalan. Jumlah mereka cukup banyak dengan senjata-senjata tajam yang ditenteng.

Selama beberapa menit tawuran berlangsung, akhirnya lawan mundur dan kami mengepung seperti mengejar kelinci karena mereka lari ke perkebunan.

Darno begitu bersemangat, dia lari paling depan walau jaket yang dikenakannya sobek-sobek. Satu orang dari mereka terjatuh, gua dan yang lain semakin bersemangat menyusul Darno tapi Dia malah membantu orang yang jatuh itu bangun dan membiarkannya pergi begitu saja.

Semua terlihat kecewa karena Darno malah membantu mereka bukan menghabisinya, tapi dia memberikan sebuah alasan.

" Dia sepupu gua" Kata Darno dengan santainya memberikan alasan

Mendengar alasan itu, yang lain hanya bisa diam dan setelah menunggu beberapa menit, karena gak ada tanda-tanda mereka akan balik lagi jadi kami pulang sebelum dibubarkan oleh warga sekitar.

Gua dan Darno berjalan di belakang mengikuti yang lain menuju motor yang diparkir gak jauh dari tempat tawuran,

" Lo dapet mangsa ?" Tanya Darno saat melihat darah yang melekat di sabit gua " Iya, tapi sabitnya tumpul" " ade gedenya doang tuh sabit" " Ini bukan punya gua "

" Oh iya, lo kan biasa bawa piso dapur kalo tawuran" " KAMPRETTT :"

" Hahahaha "

" Diem gak lo!! Gua bacok lo kalo masih ngetawain gua" " Nih nih nih bacok" kata Darno sambil menyodorkan dadanya " Sial, kalo timbul dan gua remes-remes tuh"

" Remes dong ahhhh"

" Najis, kumat tuh lekongnya" " Hahaha, eh kita lagi di mana sih ?"

Spoiler for a:

" Kalo kita lurus terus katanya tembusnya ke rumah SBY, tapi masih jauh" " Wah ayo ambil motor trus muter balik"

" Hah mau ngapain ?"

" Ketemu bokap, kangen gua"

" Najis, SBY punya anak kaya lo yang ada dia stress" " Kok stress ? kan harusnya dia bangga punya anak setamvan gua" " Bodo amaaat, ayo buruan jalannya ketinggalan kita ini" " Biarin aja cyin, ini jalan sepi banget enak buat mojok" " KAMPRET"
Antara Aku Kau Dan Sabun Karya Agan Kempot20 di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" HAHAHAHA"

Gua percepat langkah kaki meninggalkan Darno yang masih ngakak dibelakang.

Lubangnya Kekecilan " Aw aww awww sakit yang Ahh" Luna meringis kesakitan " & & & .." Gua hanya diam sambil memainkan jari-jari kanan " Aww kasar banget sih yang, pelan-pelan"

" Stttt& jangan berisik"

" Sakit, aww ssshhh"

" Yaudah gak usah dilanjutin kalo masih berisik" " Iya iya deh aku diem, tapi pelan-pelan" " Iya bawel"

" Emmmmm uhhhh"

" Kurang licin nih, bentar tahan dikit lagi& & . Nah keluar kan"

" Hehehe" Luna hanya nyengir bego saat cincin yang kekecilan dijarinya berhasil di copot dengan bantuan busa sabun.

" Lain kali kalo cincin kecil gak usah dimasukin, susah ngeluarinnya" " Hehe iya iya maaf, abis kirain gak kecil lubangnya"

" Eh udah jam 9 malem nih, gua balik dulu ya" " Ah bentar, aku takut sendirian di rumah"

" Harusnya lo lebih takut kalo Cuma berdua sama gua " kata gua dengan suara yang dipelankan

" Hah apaan ? tadi ngomong apa ?" " Ada kucing lewat pake bikini" " Hih, aku gak denger"

" udah gak usah dibahas gak penting"

Gua bangun coba berjalan keluar tapi tangan Luna yang masih duduk di sofa menahan gua, lalu menariknya dengan kuat hingga gua ambruk di sofa menindihnya. Dia hanya tersenyum lalu memeluk gua dengan erat dan kembali melepaskannya. lalu gua kembali duduk disampingnya.

" Yang"

" Hmmm"

" Tau gak hari apa sekarang ?" " Hari Sabtu, kenapa ?"

" Ah kamu mah, masa gak inget ?"

" Emang hari sabtu gua belum pikun kali" " Sekarang kan kita sebulan jadian" " Wah iya apa ? kok cepet amat kayanya" " Huh tanggal jadian aja ampe lupa"

" maklum orang sibuk, emang kenapa ? pengen dikasih kado gitu ?" " Hehehe iya"

" Yaudah, mau apa mau apa ?" " Tebak dong"

" Baju ?"

" Bukan" " Coklat ?" " Bukan"

" Gorengan ?" " Yaampun masa gorengan" " Trus apaan dong ?"

" Bentar ya" Kata Luna lalu dia masuk ke kamar meninggalkan gua sendirian di ruang tamu, karena keluarga luna sedang keluar kota jadi suasana rumahnya begitu sepi. Malah terasa horror menurut gua, dari pada Cuma mendengar suara jangkrik diluar sana gua nyalakan TV untuk memecahakan kesunyian.

Gua ganti-ganti chanel tapi gak ada acara yang menarik , karena Luna meminta gua untuk tetap di sini gua hampir lupa kalau punya janji dengan yang lain. Gua ambil Hp dan mengirim pesan,

:Email: Gua : " Sorry, kayanya gak jadi jalannya. Besok aja ya" :Email: Ratih : " Kenapa ? Aku udah rapih loh"

:Email: Gua : " Temen gua motornya mogok ditempat sepi, kasian dia gak bisa balik" :Email: Ratih : " Oh yaudah gak apa-apa bantuin gih kasian"

:Email: Gua : " Iya ini lagi OTW"

Gua matikan HP lalu kembali masukan ke dalam saku, karena bisa berabe kalau sampe Luna tau gua punya pacar lain selain dia . beberapa menit kemudian Luna kembali ke ruang tengah dengan mengenakan baju tidur berwarna coklat. dia terlihat sangat cantik, emang dasarnya cantik mau mengenakan pakaian apapun tetap cantik. apa lagi kalau engga pake apa-apa lebih cantik lagi tuh :

Kebablasan

Gua matikan HP lalu kembali masukannya ke dalam saku, bisa berabe kalau sampe Luna tau gua punya pacar lain selain dia . beberapa menit kemudian Luna kembali ke ruang tengah dengan mengenakan baju tidur berwarna coklat.

Dia berdiri di hadapan gua dengan senyuman manisnya, uhhh dia begitu mempesona. Bukan senyumannya yang membuat gua terpesona tapi karena ada sesuatu yang timbul :. " Kenapa ? kok jadi bengong ?" Tanya Luna heran

" Engga kok, ngapain lo berdiri disitu gua lagi nonton TV"

" Huh dasar" Luna mendengus pelan lalu duduk disamping gua dan menyandarkan kepalanya di bahu kiri

" Gua balik ya ? lo udah mau tidur ini kan ?" " Ih jangan, aku takut sendirian"

" Takut sendirian kok ditinggal keluar kota " " Aku bilangnya kan entar ada temen yang nginep" " Nah bagus, berate gua balik aja kan ada temen lo ini" " Arrrggghhhh aku gregetan ama kamu, gak ngerti-ngerti juga" " Langsung ke intinya aja jangan berbelit-belit gua gak ngerti"

" Sini" Luna bangun dan mengajak gua ke sebuah ruangan yang rapih dan wangi, " Ada apaan ? ada kecoa ? ada ular ? atau AC nya rusak ? gua gak bisa benerin AC" " Bukaaaaann bukan semuaaaa" Kata Luna yang terlihat kesal

" Terus ngapain ngajakin ke kamar ?"

" Hehe" Luna hanya senyum menyeringai sambil membuka satu persatu kancing bajunya dan melemparkan bajunya ke ranjang. Melihat pemandangan seperti ini Dirli mulai memberontak " Lo kalo tidur gak pake BH ?"

" Pake"

" Terus itu kenapa gak pake ?"

" Hehe abis kirain kamu bakalan mulai duluan, biasanya juga kalo aku udah lepas kamu udah gerayangan"

" Kata lo ada temen yang mau nginep, entar lagi enak-enak ada orang dateng kan gak asik" " Itu Cuma alesan aja kok"

" Dasar, nakal ya"

Gua langsung menangkat tubuhnya dan menjatuhkannya di ranjang. Kami pun melakukan olah raga malam sampe akhirnya sesuatu yang tak terduga terjadi.

" Aduh yang, gimana ini" Kata Luna yang terlihat ketakutan karena Dirli muntah di dalem " Lagian disuruh udah dulu malah dilanjutin terus "

" Maaf, abis kau lagi nanggung tadi. Trus gimana ini ?" " Udah tenang aja"

Gua bangun dan merapihkan pakaian,

" Mau kemana ?" Tanya Luna yang terlihat makin panik " Udah tungguin aja, entar gua balik lagi"

" Ih jangan pulang"

" Engga kok, tunggu aja disini"

Gua bergegas keluar dan buru-buru menuju warung, gua ingat tempo hari teman gua pernah bilang cara agar selamat dari kecelakaan seperti ini. Setelah beberapa menit gua kembali ke rumah Luna dan memberikan sebotol Spr*te.

" Aku kan gak suka soda" Kata Luna menolak

" Ini obatnya biar gak jadi, lo mau kelas 2 SMA punya anak atau minum ini ?" " Iya deh iya, tapi ini gak jadi kan entarnya ?"

" Iya gak bakalan" Kata gua coba menenangkannya " Abisin semua" Lanjut gua

GLEK GLEK GLEK& . Hanya itungan detik Luna langsung menghabiskan semuanya :matablo:

" Aduh panas yang perut aku" kata dia sambil memegangi perutnya " Yang penting gak jadi"

" Tapi kamu yakin kan gak jadi ?" " Iya"

Pedahal gua sendiri gak yakin, karena itu hanya gossip dari temen-teman gua. Kenyataanya banyak orang yang KB tapi tetap jadi kalau emang udah kodratnya punya momongan.

Semester Akhir Sebuah Tekad

Saat siswa lain sibuk mencari-cari sekolah mana yang akan mereka tuju, gua justru sibuk mencari seseorang. Dia adalah Dian, orang yang hampir selama 2 tahun sangat dekat dengan gua disekolah walau hanya sebatas teman.

Dia pergi begitu saja tanpa pamit, tanpa pesan, dan tanpa mengucapkan perpisahan. Gua hanya tau dari tetangga rumahnya kalau keluarga Dian pindah ke lampung, bahkan tetangganya tidak banyak yang tahu soal pindahan Dian dan keluarganya.

Karena masih diselimuti rasa penasaran, Gua dibantu dengan Darno mencari-cari teman sekolah Dian. Hampir selama seminggu pencarian kami belum membuahkan hasil, karena gua sendiri gak begitu tahu siapa saja temannya saat disekolah.

Sore hari saat sedang ngopi di rumah gua bersama Darno, Sebuah motor matic berhenti di depan rumah. Dia yang mengenakan baju hijau dengan celana jeans ngetat berjalan menghampiri kami, awalnya kami engga mengenalinya tapi setelah dia mengenalkan dirinya akhirnya gua tau kalau dia adalah Susi teman sekelas Dian. Tanpa banyak basa basi dia langsung menunjukan sebuah SMS dari Dian, sms cukup panjang yang menjelaskan kepergiannya ke Lampung.

Ada rasa lega karena mengetahui alasan Dian pindah ke Lampung dan juga prustasi karena nomor pengirim SMS itu selalu diluar jangkauan saat gua hubungi, Sekitar jam 17:00 Susi pamit pulang karena hari mulai gelap.

" Sekarang lo bisa tidur tenangkan ?" Goda Darno " Tapi kok gua ngerasa nyesek ya ?"

" Nah, nyesel kan lo sekarang" " Nyesel kenapa ?"

" Dari dulu gua nyuruh lo tuh jadian sama dia, lo nya aja yang sibuk ama para penghibur malem"

" Bukan itu yang bikin gua nyesek" " Trus apa dong ?"

" Gua ngerasa ada yang ilang aja"

" Udah relain aja dia pergi, bentar lagi lo masuk SMA pasti dapet yang lebih dari dia" " Lo inget alesan gua gak jadian ama dia ?" " Karena dia buah yang belum mateng ?" " Iya"

" Coba lo dulu dengerin gua, dia gak bakalan ninggalin lo" " Apa kalo gua jadian keadaan bakalan berubah ?" " Pasti, palingan sekarang dia lagi gendong anak" " Kampret, gua ngomong serius "

" Iya Sorry"

" Dulu Dian pernah nasehatin gua, katanya gua jangan maenin cewe melulu" " Menurut gua ya, lo itu sebenernya orang baik tapi& "

" Tapi apa ?"

" tapi ada yang gak bisa lo ilangin" " Apaan ?"

" Kebiasaan lo tuh"

" Kebiasaan yang mana dulu ?"

" Lo itu gak pernah puas sama satu orang"

" Gua gak bakalan nyari yang lain kalo semuanya ada di cewe gua"

" Nah berati sekarang lo kudu sabar! Jangan tergesa-gesa nyari cewe, cari yang menurut lo sempurna. Biar lo gak nyari yang lain lagi"

" Ngomong mah gampang, kalo cewenya binal dikit aja gua pasti kegoda" " Sekarang lo balikan lagi ama sabun, beres kan hehe"

" Sial, kasian Dirli kalo ama busa melulu" " Biar dia tobat HAHAHAH "

" KAMPRET bahas Dian aja jangan yang laen"

" Kalo emang Dian jodoh lo. Suatu hari nanti lo pasti bakalan dipertemuin sama dia lagi" " & & & & ." Gua hanya diam mendengarkan apa yang dia katakana Darno " Tapi palingan dia udah punya anak atau cucu HAHAHAHAH " " & & & & ."

" Ngambek ciyeee ngambeeekkk" Goda Darno sambil menyenggol bahu gua " Iya juga ya, tumben lo ngomong bener"

" Yang mana ? gua ngomong banyak nyet"

" Mungkin kita emang gak jodoh, pedahal gua berharap banget bisa jagain dia sampe mateng" " Lo tau kan dari sikapnya aja udah keliatan kalo dia itu suka sama lo"

" Iya tau, tapi kalo dia diambil orang duluan ?"

" Gak usah neting dulu, kalo emang dia bener-bener cinta sama lo. Dia bakalan nungguin lo" " So tau lo kaya dukun"

" Lo gak sadar ya ? selama ini dia tuh nurut trus sama lo, pedahal lo bukan siapa-siapa dia kan ?"

" & & & & & " gua kembali diam, perkataan Darno ada benarnya. Selama ini Dian selalu nurutin apa yang gua katakan. Pedahal gua sendiri jarang nurutin dia

" Dia nurut sama lo soalnya dia ngerasa udah jadi milik lo biar pun tanpa status, jadi ibaratnya kaya pohon mangga dibelakang rumah lo tuh"

" Hah ? lo gak jelas banget. Apa hubungannya ?"

" Gini gini gua jelasin, lo pernah gak ngurusin buah mangga dibelakang rumah lo ?" " Engga"

" Lo pernah gak makan buahnya kalo udah mateng ?" " Pastilah itukan pohon gua"

" Nah sekarang, Dian pergi. Otomatis lo gak bisa jagain dia kan ? Tapi kalo emang dia udah ngerasa jadi punya lo. Dia bakalan nungguin lo petik kalo udah mateng" " Hmmm& & "

Setelah ngobrol-ngobrol ngebahas ini itu, sekitar jam 19:00 Darno pamit pulang karena dia harus ngejemput nyokapnya di pabrik.

Tinggal gua sendiri bersandar pada dinding kamar yang dingin, melamun dan berharap suatu hari nanti. Kita akan dipertemukan kembali, dan gua harap waktunya engga terlambat. Gua percaya, kalau gua baik sama orang pasti bakalan dapet hasil yang baik juga. Tapi selama ini gua selalu jahat sama mantan-mantan gua, apa hasil yang baik akan gua dapatkan juga seandainya hal itu dipertimangkan ? Ahhhh entahlah semua ini bikin kepala gua terasa semakin pusing, ditambah lagi tenggorokan dan perut gua yang terasa sangat panas. Perlahan pengelihatan gua memudar, kamar gua seperti berputar sampai semuanya menjadi gelap.

Setelah beberapa saat terdengar suara-suara yang engga asing, gua coba membuka mata dan melihat sekitar. Benar, ini adalah rumah sakit kenapa gua bisa ada di sini ? Gua liat sebelah kiri Bokap dan Om sedang duduk sambil tertawa ke arah gua, kenapa mereka malah ketawa ? ahh gua semakin bingung, gua coba duduk tapi badan ini terasa sangat lemas. " Bobi kenapa Pah ? Om ?"

" Hahahaha" Mereka kembali tertawa " & & & & ." Gua hanya diam kernyitkan dahi

Bokap mendekati gua dan mengusap-usap rambut gua " Kamu kalo mau mabok, sama yang mahal sekalian. Yang bermerk itu udah jelas ketahuan isinya apa. Ketimbang pake yang murah dioplos sama obat nyamuk"

" Tapi biasanya juga gak kenapa-napa pah"

Om : " Perut kosong, Mabok, Pake aut*an lagi. Haduhhh Papah kamu ini kan banyak duit, masa beli yang ecek-ecek gitu hahaha"

Bokap : " Hahaha Gak apa-apa Ren, biar ini anak tau rasa gimana akibatnya minum oplosan" Gua hanya diam mendengarkan mereka berdua ngobrol, sampe sekitar beberapa menit kemudian mereka meninggalkan gua sendirian. Jam digital di Hp menunjukan pukul 02:30, karena gak bisa tidur gua hanya terbaring sambil memainkan hp melihat-lihat isi galeri. Gua hanya bisa tersenyum saat melihat foto-foto gua dan Dian sedang narsis bareng, semua keceriaan itu sekarang tinggal kenangan .

Mau sampe kapan gua kaya gini terus ? Cukup !!

ini terakhir kalinya gua membuat masalah. gua gak mau lagi ngerepotin keluarga karena kenakalan gua,

Gua gak mau lagi mainin perasaan orang, Gua harus bisa berubah

Gua harus jadi orang baik-baik Gua harus bisa menahan diri dan Dilri Gua harus bisa Gua harus bisa

Kalau gua dan Dian engga berjodoh, semoga ada yang bisa menggantikan posisi Dian. yang bisa membuat gua menutup mata dan telingan untuk perempuan yang lain. dan mengajari gua untuk jadi orang baik-baik.

Tamat


Pendekar Mabuk 011 Tumbal Tanpa Kepala Pendekar Pulau Neraka 33 Tiga Pengemis Eyes Wide Open Blackstone Affair 3

Cari Blog Ini