Dara Pendekar Bijaksana Karya O P A Bagian 2
Dalam alam pikirannya, sekalipun serangannya ini tidak
berhasil, tapi setidak-tidaknya bisa memaksa orang tersebut unjukan
muka, dan kalau orang tersebut menampakan diri, maka mereka
lantas bisa melepaskan senjata rahasia masing-masing untuk
melakukan serangan serentak.
Siapa nyana begitu tiba diatas pohon, ternyata tidak menampak
satu bayangan juga. Kedua setan itu terperanjat, kemudian terdengar
pula suara tawa orang tadi sembari berkata,
"Dengan kepandaianmu seperti ini, juga hendak jual tingkah
didepan tuanmu, benar-benar orang yang tidak kenal malu !"
Kedua setan itu bertambah murka, Thio Kiu lantas hunus
senjatanya yang berupa sepasang gaetan, bersama-sama Oey Cing
Tan dan Co Pat lantas mengubrak-abrik pohon tersebut, tapi tidak
bisa menemui orang tadi.
Selagi mereka bertiga uring-uringan sendiri, tiba-tiba dibawah
pohon yang tidak jauh dari pohon besar itu terdengar suara orang
ketawa dingin sembari berkata,
"Tiga manusia yang sudah buta, kamu tidak periksa dulu diatas
pohon ada orangnya atau tidak, apa perlunya mengubrak-abrik
pohon yang tidak berdosa?"
Tiga orang itu menoleh berbareng lalu terlihat oleh mereka
dibawah pohon yang kira-kira tiga paal jauhnya ada berdiri seorang
laki-laki.
Thio Kiu yang sudah kalap benar-benar, sambil memaki kalang
ka-butan, lantas melayang turun menerjang orang tersebut.
53
Co Pat dan Oey Cing Tan juga lantas pada turun untuk
memberi bantuan kepada kawannya.
Gerakan tiga orang itu dilakukan secara tidak diduga-duga serta
cepat sekali. Siapa kira orang itu tidak turun tangan balas
menyerang, sebaliknya lantas memutar tubuhnya dan kabur kearah
telaga.
Oey Cing Tan dan Yan-san Jie Kui yang sudah murka benar
benar, lantas lari mengejar. Orang itu seolah-olah hendak menggoda
tiga penjahat itu. Ia lari seenaknya saja tidak menunjukkan bahwa ia
seorang lari sung-guh-sungguh tapi biar bagaimana pun ketiga
penjahat itu tidak dapat menyandak. sekalipun mereka itu memaki
kalang kabut, tapi orang itu tetap tidak mau ladeni.
? ooOoo ?
III
Sebentar saja mereka sudah lari sejauh tiga paal, dibawah
penerangan rembulan remang-remang. Tidak jauh didepan mereka
sudah ke-lihatan terbentang air danau yang sangat Inas, hingga
mereka taint sudah berada ditepi danau Siao-ouw.
Ke tiga penjahat itu sangat girang, pikirnya orang itu tentu
sudah berada dijalan buntu, maka mereka lantas memberi isjarat,
ke-mudian lari berpencaran, untuk mengurung.
Thio Kiu mulai pentang bacotnya :
"Sahabat, kau hendak lari kemana lagi?"
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
54
Iapun segera mempercepat larinya sambil mengeluarkan ilmu
lompat 'capung berterbangan diatas air', sekejap saja sudah berada
dibelakang itu orang, kemudian ia lantas sodorkan sepasang
gaetannya, dengan gerakan mengacir hendak memotong pinggang
orang itu.
Senjata itu sudah dekat sekali pada sasarannya tapi orang
tersebut dengan tanpa menoleh, tiba-tiba kaki kirinya terpeleset,
seluruh badannya rubuh kenyuknyuk.
Nampaknya ia seperti terjatuh karena didesak oleh senjata Thin
Kin tapi sebetulnya perbuatannya ini adalah serupa tipu silat yang
amat sukar dipelajari. Nama ilmu silat itu ialah 'Tiara Lik Ciang
San' atau memusatkan tenaganya untuk menunjang gunung.
Thio Kiu ketika menampak orang itu jatuh, girangnya bukan
main, lalu ayun sepasang gaetannya sembari membentak,
"Sahabat, rebahlah kau disini Tapi kedua kaki orang tadi lantas
menyejak tanah, dadanya masih terpisah beberapa chun dengan
tanah. dengan secara mendadak lantas membalikan tubuhnya
sembari berkata,
"Belum tentu!"
Tahu-tahu orang itu sudah melesat jauh, untuk menghindarkan
serangannya Thio Kiu.
Thio Kiu yang sudah merasa gemas sekali, serangannya itu
dilakukan dengan menggunakan tenaga sepenuhnya. Ia bertekad
hendak membinasakan orang itu ditepi telaga Siao-ouw itu tapi
siapa kira benar-benar telah terjadi hal yang diluar dugaannya,
hingga tidak keburu menarik kembali serangannya, dan akhirnya ia
sendiri Ong jatuh tengkurap.
55
Selagi ia hendak bangun, tidak nyana orang tadi sudah
bertindak sangat gesit, ia sudah putar balik tubuhnya, dan dengan
kakinya ia menendang pantat Thio Kiu, hingga sebentar kemudian
tubuh Thio Kiu sudah melayang ditengah udara, kemudian
nyelonong nyemplung kedalam telaga!
Pada saat itu Oey Cing Tan dan Co Pat tiba hingga dapat
kesempatan menyaksikan kawannya dalam tempo sekejapan saja
sudah dibikin terjungkal kedalam telaga. Bukan main kaget dan
murka mereka itu.
Oey Cing Tan lantas membabat dengan senjata pecutnya yang
lamas. Co Pat menyerang dengan goloknya yang besar. Tapi orang
itu cuma ganda dengan tertawa, kemudian dengan tangan kosong
melajain dua ruin senjata itu.
Oey Cing Tan bertempur sambil memperhatikan roman musuh
yang lihay itu. ternyata ada satu laki-laki yang usianya baru kira
kira tiga puluh lima tahun. berdandan pakaian jalan malam serba
hitam ringkas diatas bibirnya ada tutnbuh kumis pendek, dibelakan
gegernya ada menggemblok senjata yang dinamakan 'Siang Hong
Seng Sic Poan' yang jarang tertampak. Tapi orang itu tidak matt
menggunakan senjatanya ia hanya menggunakan kedua tangannya
untuk melakukan perlawanan. Dengan tenang ia menghadapi dua
musuh yang bersenjata pecut dan golok itu tapi ia masih bisa
mendesak kedua lawannya.
Saat itu Thio Kiu sudah merajap keluar dari dalam air, seluruh
badannya basah kuyup, senjata ditangan kirinya sudah tenggelam di
dasar telaga hingga cuma ketinggalan sebelah. tanpa perdulikan
badannya yang basah dan senjatanya yang cuma tinggal satu, ia pan
segera turut mengeroyok orang itu.
Orang itu yang dikeroyok tiga musuh, agaknya sudah mulai
gusar, mengeluarkan siulan nyaring, lalu keduarkan ilmu silatnya
56
?Pat-Kwa Liong Houw Ciang Hoat' yang sangat terkenal di
kalangan Kang-ouw, hingga sebentar saja keadaan sudah lantas
berobah.
Ketika pertempuran itu telah berjalan kira-kira sepuluh jurus,
orang itu lantas memukul rubuh Co Pat, kemudian lompat keluar
dari kalangan dan berkata kepada Oey Cing Tan bertiga.
"Malam ini aku cuma memberi sedikit hajaran saja kepada
kalian, kalau kalian masih tetap tidak insyaf dan mau rnembantu
kejahatan, nanti jika terjatuh kedalam tanganku lagi, aku tak mau
memberi ampun dengan gampang-gampang lagi. Mau dengar atau
tidak, terserah kalian sendiri".
Sehabis berkata, lantas menghilang ditempat gelap. Orang yang
mempermainkan tiga penjahat tadi adalah Pat Kwa Ciang Cin
Tiong.
Ia sebetulnya cuma hendak memberi ingat kepada mereka
secara sembunyi, agar supaya mereka suka mundur sendiri, ia tidak
suka bentrok terang-terangan agar supaya wajahnya jangan dikenal
oleh mereka apamau si kedua setan itu ada keliwat jahat. mereka
terus mendesak, sehingga terpaksa mengeluarkan ilmu silat Pat
Kwa Ciangnya dan setelah pukul mundur lawannya dan setelah
meninggalkan ancaman iapun berlalu.
Tiga penjahat itu kecuali Oey Cing Tan. dua yang lainnya
sudah mendapat hajaran yang lumajan juga. Setelah kejadian itu,
mereka baru tahu bahwa keluarga Chie itu betul-betul mempunyai
banyak orang berkepandaian tinggi yang diam-diam melindunginya.
Hanya mereka tidak mengerti dari mana si orang she Chie itu dapat
mengundang pelindungnya itu?
Kasihan si setan dari gunung Yan-san dan Chit Seng Sian Pian
yang biasanya suka malang melintang didaerah Utara, malam itu
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
57
telah dipermainkan orang demikian rupa, sehingga musnah sama
sekali kegaakannya, dengan perasaan masgul mereka terpaksa pu
lang ke Ie Chiu Wan.
Ketika Co Pat tiba di gedung Oh Cu Kui dilihatnya Liauw-tang
Siang-tiauw sudah ada, sebab sudah pulang duluan. Kim Cie Ping
Sie Kok Tiong dengan pisau kecil ditangannya sedang melakukan
pembedahan badan Pang Oen untuk mengeluarkan senjata rahasia
duri ikan terbang, sedang Hoan Kong Hong dan lain-lainnya pada
mengitari untuk menyaksikan.
Oey Cing Tan bertiga agaknya merasa malu menemui kawan
kawannya, tapi apa boleh buat, dengan tebalkan muka mereka
terpaksa masuk keruangan untuk menemui kawan-kawannya.
Kawanan penjahat itu ketika menampak Thio Kiu basah kujup
dan muka Co Pat matang biru segera mengerti, bahwa kedua orang
itu telah mengalami kekalahan.
Saat itu tiba-tiba terdengar Pang Oen menyerit karena
kesakitan, keringat dan darah membasahi seluruh pakaiannya. Maka
dari badan Pang Oen telah dikeluarkan sebilah senjata berupa
jarum. Setelah memberikan obat pada lukanya, senjata itu lantas
diletakkan diatas meja. Sambil meng-geleng-gelengkan kepala Kim
Cie Ping pun berkata,
"Sungguh satu benda yang amat lihay!"
Para penjahat pada memeriksa senjata rahasia yang panjang
nya tidak cukup dua thjun itu, ujungnya gepeng meruncing,
seluruhnya terbikin dari baja tales, hingga mengeluarkan sinar
bergemerlapan, dibagian belakangnya ada dua lembar baja tipis
yang mirip dengan ekor ikan, senjata rahasia serupa itu memang
agak aneh bentuknya. Diantara kawanan penjahat itu tidak
seorangpun yang pemah melihat senjata semacam itu.
58
Pada saat itu Hoan Kong Hong mergeluarkan dari sakunya
sebuah jarum yang dikeluarkan dari mata Pang Lo-jie. Sambil
angguk-anggukkan kepala Hoan Kong Hong pun berkata,
"Sungguh-sungguh jahat perbuatan gadis hina itu. Mata kiri
Pang Lo-jie juga menjadi korban senjata ini. Budak hina itu benarDara Pendekar Bijaksana Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
benar lihay, untuk selanjutnya kita harus berhati-hati bila
menghadapinya!"
Kemudian ia lantas menuturkan pengalamannya ketika ia
bersama kawan-kawannya bertempur dengan itu nona didalam
rimba. Tiba-tiba Oh Cu Kui berseru,
"Dengan penuturanmu ini sekarang aku telah ingat. Itu
perempuan muda yang kalian jumpai, pasti ada itu pendekar wanita
yang mempunyai nama dan julukan Kong Tong Lie-hiap Kong Sian
Cian nama budak cilik itu baru terkenal dalam dua tahun ini saja,
tapi orang-orang dari rimba hijau di daerah Kang-lam sudah dibikin
gelisah oleh tindakannya, tanah dimana ia injak, sahabat-sahabat
yang makan nasi hitam pada menyingkir semuanya. Kabarnya
budak itu beradat tinggi, ia tidak pandang mata sama sekali orang
orang yang bekerja kepada pemerintah Boan, tapi apa sebabnya? Ini
benar-benar suatu soal yang sangat aneh!"
Setelah diri Sian Jie diterangkan Oh Cu Kui lantas minta
kawan-kawannya yang mendapat luka itu pada mengaso untuk
merawat diri. Kemudian ia perintahkan orang-orangnya untuk
menyediakan hidangan diruangan tengah, sedangkan ia dan kawan
kawannya bersama-sama merundingkan rencana untuk menghadapi
Kong Tong Lie-hiap.
Ramai masing-masing mengeluarkan pendapat, tapi tidak
menghasilkan suatu keputusan yang kongkrit.
59
Oey Cing Tan yang menyaksikan keadaan demikian, lantas
berkata sambil mengelah napas.
"Menurut pengalaman kita malam ini, kita dapat mengambil
kesimpulan, keluarga Chie itu kecuali itu Kong Tong Lie-hiap yang
kalian perbincangkan, masih ada lagi banyak orang gagah yang
tinggi ilmu silatnya, yang memberi perlindungan. Bukannya aku
hendak pandang rendah fihak kita sendiri. Meskipun kita semua
yang berada disini, sekalipun turun tangan semuanya, mungkin kita
berdaya menghadapi mereka. Toa-ko kita sudah memerintahkan
supaya kita menguntit perjalanan mereka dan perhatikan betul
tempat kediaman itu keluarga Chie, setidak-tidaknya tugas ini toch
kita sudah lakukan dengan baik, untuk selanjutiija ter-paksa kita
menunggu kedatangan toa-ko kita.
Belum habis ucapan Oey Cing Tan itu tiba-tiba terdengar dari
luar rumah suara tertawa nyaring, hingga kawanan penjahat itu pada
terkejut. Selagi mereka hendak bangun untuk keluar menyaksikan,
tiba-tiba mereka melihat api diruangan itu bergojang-gojang,
kemudian dari luar pintu ada melayang masuk seorang laksana
burung terbang, gerakan orang itu gesit sekali, sekejap saja sudah
berada ditengah ruangan.
Orang itu sudah berusia lima puluh tahun lebih, mengenakan
pakaian kain sutra panjang berwarna abut, badannya sedang, alisnya
gompiok, hidungnya bengkung, matanya mendelong, mulutnya
lebar, bibirnya gepeng, kumis dan jenggotnya sudah berwarna dua,
kulit mukanya hitam kemerah-merahan, belakangnya menggendong
satu buntelan, kepalanya memakai topi hitam. Dandanannya yang
tidak karuan macam ini, merupakan satu paduan yang menyolok
dengan wajahnya yang aneh, Hoan Kong Hong yang menyaksikan
keadaan orang yang baru datang itu, tiba-tiba teringat kepada
seorang lalu buru-buru ia maju menghampiri, sambil unjuk hormat
dan menyapa,
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
60
"Tuan yang terhormat benarkah tuan ini adalah itu Lo
cianpwce yang nama besamya Teng Hong dan gelarnya Coe Im
Cu?"
Orang tua itu menjawab sambil tertawa girang :
"Aku si tua bangka sudah dua puluh tahun lamanya
mengundurkan diri dari kalangan Kang-ouw, tidak nyana masih ada
orang yang ingat namaku".
Jawaban ini telah membikin kaget semua orang yang ada disitu.
Tentang diri Coe Im Cu (bayangan ular) Teng Hong ini, tiga puluh
tahun yang lalu namanya sangat terkenal dikalangan rimba hijau, ia
adalah penjahat besar yang selalu bekerja sendirian, orangnya
kejam, ganas dan telengas, selama malang melintang di jalanan
Kang-pak, entah berapa banyak piauw-tauw terkenal dan pejabat
pejabat kepolisian yang binasa ditangannya, kemudian ia telah
dikeroyok oleh piauw-tauw dari semua piauw-kiok di lima propinsi
utara, sehingga terluka hingga melarikan diri, dan selanjutnya tidak
berani muncul lagi dikalangan Kang-ouw, malahan pernah
dikabarkan sudah meninggal dunia. hingga mereka tidak nyanya
kalau orang aneh tersebut malam itu telah muncul secara tiba-tiba.
Para penjahat itu terhadap orang aneh ini curna pernah
mendengar namanya, tapi belum pernah melihat orangnya, tentang
tingkatan. sudah tentu orang aneh itu tergolong tingkatan lebih atas.
maka orang itu lantas memberi hormat yang selajaknya sebagai
golongan muda, kemudian mereka minta supaya orang tua itu
duduk ditempat paling atas.
Hoan Kong Hong berkata pula sambil tertawa,
"Lo Cian-pwee kali ini kunjungi kami hingga membuat boon
pwee sekalian mengenal lebih dekat tentang diri dan pribadi Lo
Cian-pwee."
61
Teng Hong tertawa terbahak-bahak dan menjawab, "Aku si
orang tua setelah mengasingkan diri, sebetulnya sudah tidak ingin
berkecimpungan lagi dikalangan Kang-ouw, tapi kali ini oleh
karena merasa berat buat menolak permintaan Thay Sie Sian-so,
pertama untuk memberi bantuan pada Tong Cin Wie, kedua karena
itu orang-orang. yang mengzinggap dirinya dari golongan baik,
belakangan ini terlalu congkak yang benar-benar membuat aku
tidak sabar lagi. Kali ini aku terjun lagi dikalangan Kang-ouw,
hendak membawa ilmu silatku yang kulatih selama. dua puluh
tahun, sebagai bekal dalam pertandingan menghadapi mereka.
sekedar untuk melindungi kepentingan sahabat-sahabat dari
golongan rimba hijau, lagi-pula jangan kita membiarkan orang
orang itu mentengkelok, seolah-olah dimatanya tidak ada orang
yang lebih pandai darinya!"
Kata-katanya itu diucapkan dengan sikapnya yang sangat
jumawa.
Pada saat itu, Oh Cu Kui sudah perintahkan orangnya supaya
menyediakan lagi hidangan yang baru, untuk menyamu tetamu-nya
itu.
Dalam perjarnuan, Oey Cing Tan membicarakan kegagalannya
semalam, Teng Hong berkata sambil tertawa dingin,
"Lohu barusan sudah dapat dengar sebagian, sebetulnya aku
hendak menunggu kedatangan Thay Sie Sian-su dan pemimpin
kalian. baru turun tangan, tapi dengan adanya ini lou kepingin
menernui lebih dulu itu beberapa orang yang melindungi rumah
keluarga Chie, sebetulnya mereka itu orang-orang macam apa.
Baru saja berhenti mengucap, tiba-tiba dibelakang jendela
terdengar orang tertawa dingin, lalu disusul dengan kata-katanya,
62
"Kau si tua bangka yang tidak tahu malu. sungguh takabur
pembicaraanmu, jangan kau kira bahwa orang yang melindungi
keluarga Chie itu dari tingkatan muda saja, tapi dengan cuma
mengandal kepandaian ini belum tentu kau mampu menghadapi
mereka. Nanti kalau kau terjungkal ditangannya bocah itu. kemana
kau hendak menaruhkan mukamu?"
Suara dibelakang jendela itu belum berhenti, Teng Hong sudah
berdiri dengan tiba-tiba, tangannya mengayun, tiga benda melesat
keluar dari tangannya terus melayang kearah jendela, kemudian ia
putar tubuhnya hendak mengejar.
Siapa nyana sehelum badannya bergerak, kembali terdengar
suara orang tadi sambil tertawa dingin,
"Kau tak usah tergesa-gesa, kau masih belum ada itu
kepandaian untuk melawan aku, kalau sudah tiba saatnya, sudah
tentu ada orang lain yang akan membereskan dirimu. Tiga butir coh
baja yang kau buat senjata piauw ini, mungkin ada merupakan
kepandaianmu yang kau agulkan, aku juga merasa mual membawa
benda yang tidak ada gunanya ini, maka sebaiknya aku kembalikan
padamu, sekarang aku akan berlalu."
Begitu berhenti suaranya, dari luar jendela lalu melesat masuk
tiga buah senjata piauw yang mengarah kedua mata dan dada Teng
Hong, serangan itu amat keras dan cepat sekali.
Tang Hong berkelit, senjata itu meliwati kepalanya dan terus
menancap dalam sekali didinding tembok ruangan tersebut.
Tang Hong setelah mengelakan serangan tersehut. lantas
melompat melesat kepelataran belakang, tapi orang itu ternyata
sudah tak kelihatan bayangannya, hingga Teng Hong memaki-maki
kalang kabut sendirian.
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
63
Hari kedua diwaktu tengah hari. kampung Ie Chie Wan telah
kedatangan tiga tetamu yang menunggang kuda, dua diantaranya
adalah yang usianya kira-kira tiga puluh tahun keatas, satu lagi ada
seorang wanita muda yang usianya kira-kira dua puluh tahun.
Wanita itu parasnya cantik lagi genit. Kedua laki-laki itu
agaknya adalah pengiring wanita muda tersebut, tapi juga mirip
sahabat baiknya, bagaimana sebetulnya perhubungan mereka, sukar
diketahui oleh orang luar. Yang tertampak nyata ialah Wanita muda
itu agaknya memptinyai kawibawaan untuk menguusai kedua laki
laki tersebut.
Mereka betiga sete1ah memasuki perkampungan, terus menuju
kegedung Oh Cu Kui.
Tiga penunggang kuda itu haru saja mendekati gedung Oh Cu
Kui. siang-siang sudah ada penjaga pintu yang pergi melaporkan
kepada Oh Cu Kui, hingga tidak lama kemudian pintunya telah
terbuka lebar-lebar, dan Oh Cu Kui sudah keluar menyambut
sendiri dengan muka berseri-seri.
Setelah mengetahui siapa mereka itu yang baru datang, Oh Cu
Kui buru-buru angkat tangan memberi hormat, lalu berkata sambil
tertawa,
"Angin apa yang membawa Pek Hoa Nio Cu dan Kim Ling
Sian Gie datang kemari? Sampai Oh Cu Kui kelalaian menyambut,
mari lekas masuk kedalam, biarlah aku nanti menyediakan arak
untuk menebus dosaku".
Wanita muda itu angguk-anggukkan kepalanya, sembari
tertawa ia berkata :
"Astaga, kau Oh Toa-ya benar-benar terlalu merendahkan diri,
kita sungguh tidak sanggup menerima".
64
Dara Pendekar Bijaksana Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia lantas turun dari kudanya. Apa yang menggelikan adalah
sikapnya itu dua laki-laki dibelakangnya, mereka saling berebut
menyambut les kudanya Pek Hoa Nio Cu, Oh Cu Kui juga ikut
ikutan, hingga tiga orang itu lantas saling berebutan tali kuda.
Wanita muda itu agak herpikir sejenak, mungkin karena meng
anggap Oh Cu Kui adalah tuan rumah hingga lantas serahkan les
kudanya kepada Oh Cu Kui.
Dari dalam rumah saat itu ada keluar tiga laki-laki tegap, yang
masing-masing lantas menyambut kuda ketiga tetamu itu.
Oh Cu Kui lalu ajak tiga tetamunya masuk ruangan rumahnya.
Didalam ruangan itu telah berkumpul para penjahat, di tengah
tengah mereka ada duduk Coa Im Cu Teng Hong.
Pek Hoa Nio Cu yang pertama memasuki ruangan, begitu
melangkah pintu, matanya yang tajam lantas menyapu kawanan
penjahat itu. Oh Cu Kui lantas perkenalkan Pek Hoa Nio Cu dan
Kim Ling Siang Gie kepada kawanan penjahat tersebut.
Kim Ling Siang Gie, nama sebenarnya jalah Lim Houw dan
Thian Liong ; keduanya adalah penjahat yang suka melakukan
kejahatannya sendirian, karena sifatnya yang hampir bersamaan,
keduanya lantas angkat saudara, dikalangan rimba hijau daerah
Kang-lam, dua orang itu agak terkenal namanya, dengan Oh Cu Kui
juga merupakan sahabat karib. Lim Houw menjagoi dikalangan
rimba hijau dengan senjata pecut emasnya dan piauw beracunnya,
sedang Thian Liong menggunakan senjata sepasang gembolan dan
peluru yang bisa meledak.
Dua orang itu satu sama lain sebetulnya tidak saling mengenal,
tujuh tahun yang lalu sama-sama berusaha merampas harta seorang
saudagar berupa permata di daerah Kim Ling, sehingga timbul
bentrokan hebat. Mereka bertempur setengah malaman, akhirnya
65
Lim Houw berhasil bisa menghantam Thian Liong dengan
pecutnya, namun ia sendiri juga luka lengan kirinya karena senjata
peluru Thian Liong. Setelah dua-duanya terluka maka timbul rasa
kagum mereka masing-masing, hingga seketika itu lantas angkat
saudara, selanjutnya kedua penjahat itu lalu bekerja sama, tidak
melakukan kejahatannya sendirian lagi.
Untuk memperingati peristiwa didaerah Kim Ling itu, telah me
namai dirinya sebagai Kim Ling Siang Koay. Tapi julukan Siang
Koay ini agaknya tidak enak dalam pendengaran, maka sahabat
sahabat- nya jika bertemu mereka pada bahasakan mereka Kim Ling
Siang Gie.
Setelah mereka bekerja berduaan, ternyata lebih lancar, dalam
tempo tidak lama mereka sudah bisa membeli tanah dan mendirikan
gedung yang mentereng.
Tapi kadang-kadang juga masih melakukan pekerjaan yang
tanpa modal itu.
Nama Siang Koay ini dikalangan rimba hijau daerah Kang-lam
makin lama makin terkenal, ini berarti banyak korban yang jatuh
ditangan mereka; Kala itu Kong-tong Lie-hiap Kang Sian Cian baru
mulai unjuk gigi didaerah Kang-lam. Siang Koay yang nama-nya
paling menonjol, sudah tentu menjadi sasaran Kong-tong Lie-hiap
yang ternama, kemudian diketahui segala perbuatan dan
kejahatannya, maka lantas disatroni kediamannya, setelah terjadi
pertempuran seru maka Siang Koay mengalami kekalahan hingga
melarikan diri.
Kang Sian Cian yang tidak berhasil membinasakan jiwa Siang
Koay, telah timpahkan amarahnya kepada gedungnya, sehingga
dibakar habis, untuk selanjutnya Siang Koay kembali menjadi
penjahat yang tidak mempunyai kediaman tetap.
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
66
Dalam peperangan itu, Siang Koay dengan tidak sengaja telah
bertemu dengan Pek Hoa Nio Cu Pek Hiang Lui.
Pek Hoa Nio Cu ada seorang wanita yang centil genit, tentang
kepandaian ilmu silatnya Siang Koay berdua masih harus tunduk
padanya. Bukan cuma itu saja, wanita muda ini mempunyai daya
penarik luar biasa, hingga bisa permainkan dua saudara angkat itu
sedemikian rupa, sehingga mereka benar-benar mati kutunya,
bahkan bersedia mengorbankan segala apa untuk membela itu
wanita.
Setelah Pek Hoa Nio Cu menundukkan Siang Koay,
selanjutnya mereka bertiga lantas bersiar kemana-mana, setiap hari
bersenda gurau, bercumbu-cumbuan, senang si memang senang,
tapi kesenangan semacam ini ada mengandung dua bahaya,
pertama, Siang Koay sama-sama mengetahui bahwa perempuan
seperti Pek Hoa Nio Cu ini, sudah tentu tidak mengerti apa artinya
cinta yang sebenarnya, setiap waktu kalau ia sudah bosan, ia bisa
sepak mereka dan mencari ganti yang lain.
Kedua, dua saudara angkat itu sama-sama 'mendekati' satu
wanita, lama kelamaan, mungkin bisa timbul iri hati dan
cemburuan, karena masing-masing hendak mendapatnya untuk
dirinya sendiri, hingga ada kemungkinan dua saudara itu bisa
bermusuhan lagi. Tapi Pck Hoa Nio Cu tidak perdulikan itu semua,
bagi dia, setiap laki-laki yang binasa karena berebutan dirinya,
sudah bukan merupakan apa-apa, ia hanya berbuat menuruti kese
nangan hatinya.
Pada hari itu mereka bertiga telah tiba di daerah An-hwie, tiba
tiba teringatlah mereka sahabat karib Oh Cu Kui, maka Pek Hoa
Nio Cu lantas ajak Siang Koay ke desa Ie Chiu Wan.
67
Siapa nyana bahwa kedatangan wanita cantik ini, akhirnya telah
membawa malapetaka bagi kawanan penjahat dari lima propinsi
Utara ..
Pek Hon Nio Cu setelah diperkenalkan oleh tuan rumah, baru
tahu bahwa orang-orang itu semua adalah sahabat-sahabat dari
rimba hijau di daerah Utara, orang tua yang duduk dibagian atas itu
ternyata adalah Coa Im Cu Teng Hong yang namanya sudah
terkenal sejak dua puluh tahun berselang.
Pek Hoa Nio Cu setelah 'obral' senyumnya dan lirikannya
kepada kawan-kawan rimba hijau dari propinsi Utara itu iapun
duduk didepan Teng Hong, hingga kedua machluk yang berlainan
kelamin itu lantas merupakan suatu kontras yang sangat menyolok.
Setelah orang-orang sudah mulai makan dan minum. Teng
Hong pun mengangkat bicara, katanya :
"Sin Chiu Tui Hun dan Thay Sie Sian-su mungkin masih
membutuhkan waktu beberapa hari lagi baru bisa tiba, lohu malam
ini ingin mendatangi sendiri kampung Siang Khee Chun, untuk
menyaksikan sendiri siapa sebetulnya itu orang yang melindungi
keluarga Chie, sekalian hendak menemui Kong-tong Lie-hiap.
diantara para saudara siapa yang suka turut lohu melakukan
penyelidikan ini?"
Penjahat-penjahat yang kepandaiannya agak berarti seperti
Hoan Kong Hong, Oey Cing Tan, Liauw-tang Siang Tiauw, Yan
san Jie Kui dan Ie-pak Sam Houw, semuanya sudah dibikin
terjungkal oleh Kong-tong Lie-hiap, sudah tentu tidak berani ajukan
diri lagi, apalagi yang lainnya? Teng Hong ulangi lagi sompai tiga
kali pertanyaannya itu tapi kawanan penjahat itu tidak ada
seorangpun yang berani membuka mulut.
68
Teng Hong amat mendongkol, matanya yang aneh menyapu
kawanan herandal dari Utara itu, sambil perdengarkan suara tertawa
dinginnya, ia sudah akan buka mulutnya mendamprat orang-orang
tersebut, tiba-tiba ia melihat Pek Hoa Nio Cu berbangkit, sambil
bersenyum manis ia berkata,
"Boanpwee ingin turut Lo-cianpwee pergi, entah boleh atau
tidak?"
Belum sempat si bayangan ular Teng Hong memberikan
jawabannya, lantas ada banyak orang yang menyatakan turut pergi.
Pertama-tama adalah Kim Ling Siang Koay Lim Houw dan Thian
Liong yang berkata :
"Kita berdua saudara, hendak turut Lo-cianpwee, bagaimana ?"
Thio Kiu dan Co Pat yang paling gemar paras elok, tatkala
mendengar Pek Hoa Nio Cu menyatakan burin Teng Hong, lantas
tidak ingat rasa sakitnya lagi, buru-buru pada menyatakan turut
pergi, begitu pula Oey Cing Tan dan Hoan Kong Hong, rupanya
tidak mau ketinggalan karena sicantik itu saja.
Teng Hong yang menyaksikan keadaan yang menyemukan itu,
hatinia semakin mendongkol, maka lantas berkata sambil tertawa
dingin,
"Saudara-saudara benarkah ada sahabat-sahabat baik yang tidak
takut mati? Ini benar-benar memberi muka terang bagi aku si orang
tua yang sudah tidak ada guna ini.
Cuma saja, kepergianku malam ini hanya hendak menyerapi saja,
hingga tidak memerlukan banyak orang. Aku dengan saudara
saudara yang baru dikenal malam ini, bagaimana kepandaian
saudara-saudara? Aku masih belum jelas, hingga sangat tidak enak
untuk menetapkan siapa sebetulnya yang harus ikut. Sekarang
begini saja.
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
69
Siapa yang mau ikut, setiap orang harus menyainbuti seranganku
tiga jurus.
Tapi ini bukan berarti aku hendak turun tangan terhadap saudara
saudara. hanya hendak mencoba kekuatan para saudara saja,
kemudian akan menetapkan pilihanku.
Cuma saja masih ada satu pengecualian, ialah kepada nona Pek ini,
ia adalah orang pertama yang menyatakan hendak turut. sudah tentu
aku tidak perlu mencoba padanya. Apakah saudara-saudara setuju
maksudku ini?"
Oey Cing Tan dan Hoan Kong Hong sudah tahu keganasan si
orang she Teng ini, meski dimulutnya mengatakan hendak mencoba
kekuatan orang. tapi sebetulnya karena merasa mendongkol. hingga
ada kemungkinan turun tangan benar-benar. Dua orang itu melihat
gelagat tidak baik, lantas mundur teratur, tindakannya itu lantas
disusul oleh Yan-san Jie Kui, hanya tinggal Kim Ling Siang Koay
yang tetap hendak ikut. Ini disebabkan karena dua orang itu belum
lama muncul didunia Kang-ouw, hingga belum pernah mendengar
nama Coa Im Cu itu. Selain itu. mereka berdua merupakan sahabat
karib Pek Hoa Nio Cu, sudah tentu tidak mau membiarkan Pek Hoa
Nio Cu pergi berduaan bersama Teng Hong.
Ketika Teng Hong melihat Siang Koay bersedia menyambuti
serangannya dan memaksa juga hendak ikut, sembari tertawa
dingin, ia lantas lompat keruangan luar, dan berkata sambil tertawa
getir :
"Jiewie kalau benar ingin mencoba, silahkan keluar!"
Dara Pendekar Bijaksana Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Oh Cu Kui yang menjadi kenalan lama kedua orang itu, tidak
tega mereka terluka ditangan si orang tua aneh itu, maka buru-buru
memberi tanda kepada Siang Koay, supaya mereka jangan sampai
turun tangan. Tapi Lim Houw dan Thian Liong yang sudah ke
70
palang tanggung, dibawah mata orang banyak, sudah tentu tidak
mau mundur begitu saja, maka pura-pura tidak lihat sikap tuan
rumah itu. Dengan tindakan lebar meninggalkan ruangan tersebut.
Pek Hoa Nio Cu merupakan orang yang paling dulu mengikuti
mereka keluar dari ruangan tengah, ia masih tetap dengan sikap
yang berseri-seri, seolah-olah tidak ada apa-apa. Tindakannya itu
segera diikuti oleh para berandal lainnya.
Sekarang beberapa puluh pasang mata telah ditujukan kepada
Coa Im Cu, si bayangan ular itu, hendak menyaksikan dengan cara
bagaimana menghadapi Siang Koay.
Dalam pekarangan yang luas itu Teng Hong berdiri ditengah
tengahnya ketika melihat kedatangan Siang Koay, sambil tertawa
dingin iapun bertanya :
"Jie-wic hendak maju berbareng atau bergiliran?" Kim Ling
Siang Koay menampak sikap Teng Hong yang sangat jumawa,
seolah-olah tidak pandang mata diri mereka, seketika itu lantas
timbul amarahnya, maka lantas menjawab berbareng,
"Kalau Lo-cianpwee tidak keberatan, kita berdua saudara
hendak maju berbareng".
Teng Hong lalu berkata sambil tertawa, "Jie-wie awas!"
Mulutnya belum ditutup tapi badannya sudah melesat. Tangan
kirinya menyambret Lim Houw sedang tangan kanannya menotok
jalan darah 'Sian Kie Hiat' pada dirinya Thian Liong. Serangan-nya
itu bukan saja cepat tapi juga ganas sekali.
Kim Ling Siang Koay menampak Teng Hong memajukan
serangan begitu cepat laksana kilat merupakan sate cara yang belum
pernah mereka saksikan, dalam hati lantas merasa kaget.
71
Lim Houw egoskan diri untuk merighindarkan serangan, kaki
kanannya diangkat menendang perut Teng Hong.
Thian Liong sebaliknya menyambuti serangan Teng Hong
dengan tangan kanannya, tangan kirinya menyerang lengan
lawannya.
Mereka tidak tahu bahwa Coa Im Cu yang sudah mengasingkan
dirt selama dua puluh tahun itu kali ini terjun lagi kedalam kalangan
Kang-ouw, ternyata lebih lihay dari pada sebelum mengasingkan
diri. Tatkala menampak kedua orang itu balas menyerang berbareng
maka serangannya tadi tidak diteruskan, tapi segera ia keluarkan
ilmu silatnya 'Coa Heng Ciang' yang luar biasa, melejit dari bawah
serangan kedua orang tersebut.
Gerakannya ini benar-benar diluar dugaan Siang Koay.
Menurut kebiasaan, Teng Hong tentunya harus hindarkan atau
memecahkan serangan kedua orang itu lebih dahulu, baru balas
menyerang. Mereka tidak tahu bahwa keistimewaan ilmu silat si
orang tua itu adalah Coa Heng Ciang Hoat dan sembilan puluh
enam jurus Coa Heng Pian Hoat (ilmu serangan dengan pecut).
Kedua rupa ilmu silat itu mengutamakan serangan yang
dilakukan selagi musuhnya itu lalai atau lengah, Teng Hong yang
sudah melatih dua puluh tahun lamanya, sudah tentu bisa
menggunakan secara mahir sekali.
Siang Koay selagi masih berkesiap, Teng Hong sudah
menyerang sambil memutar tubuhnya, Lim Houw tertendang
dengan kakinya lalu jatuh terpental sejauh kira-kira delapan kaki
Thian Liong terkena serangan telapakan tangannya, hingga
wajahnya matang biru. dengan sempojongan mundur beberapa
puluh tindak, setelah menyemburkan darah segar, orangnya lantas
rubuh ditanah.
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
72
Coa Im Cu tertawa terbahak-bahak, sambil pimpin bangun
Siang Koay ia berkata,
"Lohu tidak keburu menarik kembali seranganku, hingga
melukai jie-wie. harap suka maafkan".
Sesudah ia berkata demikian dikeluarkannya dari dalam
sakunya dua butir pil merah lalu menyuruh Siang Koay minum.
Oh Cu Kui lantas menyuruh orang-orangnya membimbing
Siang Koay ke kamar untuk beristirahat.
Siang Koay meski dalam hati sangat mendongkol, tapi karma
kepandaiannya sendiri tictak sebanding dengan lawannya, terpaksa
menerima itu kekalahan.
Coa Im Cu belum sampai dua jurus sudah menyatuhkan Kim
Ling Siang Koay, membuat terperanjat kawanan penjahat lain-nya,
hanya Pek Hoa Nio Cu yang agak lain pikirannya, ia menyaksikan
Teng Hong melukai dua kawannya, bukan saja tidak berduka,
sebaliknya malah merasa girang. la pun segera mengambil suatu
keputusau dalam hati hendak menggunakan kecantikannya untuk
memikat hati orang tua itu, supaya mau mengajarinya ilmu silat
yang lihay.
Mari sekarang kita kembali kepada si bajangan ular Teng
Hong. Orang itu setelah melukai Kim Ling Siang Koay, dengan
gayanya jang sangat jumawa berjalan masuk keruangan tengah lagi,
kedatangannya itu sudah tentu disambut secara hangat oleh
kawanan penjahat.
Oh Cu Kui kembali memerintahkan orangnya untuk
menyediakan hidangan dan minuman.
Pek Hon Nio Cu benar-benar telah unjukan keahliannya
memikat hati lelaki, dengan lagaknya yang bisa membuat kebat
73
kebit hati setiap lelaki, terus meloloh Teng Hong dengan araknya.
Perjamuan makan itu berjalan kira-kira satu jam barulah bubar.
Saat itu kira-kira sudah lewat jam satu tengah malam. Tang
Hong masih memakai pakaiannya yang panjang, dengan mengajak
Pek Hoa Nio Cu yang berdandan ringkas, terus menuju ke kampung
Siang Khee Chun.
Tong Hong sengaja unjukan kepandaiannya lari pesat, seolah
olah anak panah terlepas dari busurnya, sekejap saja sudah lari tiga
empat paal jauhnya. Tapi Pek Hon Nio Cu juga tidak mau unjukan
kelernahannya, ia tetap mengikuti dibelakang Teng Hong.
Sembari lari Coa Im Cu diam-diam perhatikan gerakan Pek
Hoa Nio Cu ketika menampak perempuan muda itu ternyata mampu
mengikutinya secara diam-diam ia merasa kagum juga
kepandaiannya.
Selagi hendak percepat larinya, tiba-tiba terdengar suara
tertawa cekikikan, kemudian disusul oleh kata-kata Pek Hoa Nio Cu
yang seolah-olah mengandung hesi semberani,
"Astaga, Tang Lo-cianpwee. ini benar-benar akan membikin
aku mati kecapean. kita mengaso dulu sebentar, nanti jalan lagi !"
Suaranya penuh daya penarik hingga Coa Im Cu bukan saja
percepat larinya, malah tanpa diminta, lantas menghampiri Pek Hoa
Nio Cu.
Diwaktu malam yang cuma disinari oleh sinar bintang dilangit.
samara menampak tubuh Pek Hon Nio Cu dengan pnkaion malam
yang sepan ketat dan sangat menggiurkan, hingga membuat hati
Tang Hong berdebaran.
74
Pek Hoa Nio Cu sambil bersenyum dan menunjuk dengan
jarinya kedada Teng Hong. berkata dengan suaranya yang sangat
aleman,
"Aku tidak nyana bahwa hatimu sangat jahat. sekeluarnya eng
kau dari Ie Chiu Wan lantas engkau lari terbirit-birit, bukankah
engkau sengaja membuat aku mati kelelahan."
Teng Hong meski sudah tergoncang hatinya, tapi biar
bagaimana ia ada seorang rimba hijau yang sudah kenamaan,
dipikat secara demikian oleh Pek Hon Nio Cu tapi masih bisa
pertahankan sambil bersenyum ia menjawab,
"Ilmu lari pesat nona Pek benar-benar sangat mengagumkan,
ternyata bisa mengimbangi kepandaian lohu "
Belum habis kata-katanya si bayangan nine itu Pek Hon Nio Cu
segera menarik tangan kanan Teng Hong lain sambil tertawa ia
berkata,
"Kau cuma tahu omong saja, coba raba dadaku. hatiku
berguncang keras rasanya sudah hampir melompat keluar. Kalau
aku tidak memanggil kau, barangkali kau masih tidak mau berhenti,
seandainya berjalan lagi sebentar, aku pasti akin rubuh pingsan!"
Ia malah sengaja 'tersengal-sengal, nada suaranya itu seolah
olah arak beracun yang membuat orang mabuk daratan.
Teng Hong sebetulnya masih hendak berusaha untuk
pertahankan dirinya, tapi karena ia diperlakukan demikian rupa,
runtuhlah hati-nya itu berandal besar yang ternama dipropinsi Utara,
ia telah kehilangan budi pekertinya, pikirannya sudah butek,
matanya sudah gelap hingga dengan tiba-tiba in pentang kedua
tangannya memeluk tubuh Pek Hoa Nio Cu
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
75
Pek Hoa Nio Cu bukan wanita sembarangan, kalau mau dikata
ia benar-benar menyintai Teng Hong. ini sungguh-sungguh satu
lelucon besar. Wajah itu orang tua, jangan kata kaum wanita, yang
hampir rata-rata takut mendekatinya, sekalipun orang juga merasa
jemu. Bagaimana ia bisa cinta padanya? Tapi Pek Hoa Nio Cu
bukanlah Pek Hoa Nio Cu, kalau ia tidak bisa melakukan hal-hal
yang mustahil dimata orang banyak. Oleh karena in kepingin
mempelajari kepandaian ilmu silat Teng Hong, ia tidak perduli
bagaimana jelek wajahnya Teng Hong, tetapi hendak menempel
padanya.
Ia membiarkan dirinya dipeluk dan pipinya dicium oleh si tua
bangka yang buruk itu. Sembari merem melek in menyaksikan
tingkah lake orang tua yang sudah seperti kalap itu. Perbuatannya
ini membuat Teng Hong semakin berkobar hawa napsunya.
Dengan sangat napsu tangan kirinya menyambar baju wanita
itu. Pek Hoa Nio Cu inengerti sekarang telah tiba saatnya, dengan
cepat tangan kanannya bergerak, menekan jalan darah
dipergelangan tangan kiri Teng Hong, hingga membuat orang tua
itu sangat terperanjat, dan urungkan maksudnya.
Pek Hoa Nio Cu menggunakan kesempatan itu lantas melesat
mundur sampai sembilan kaki jauhnya, sambil menuding si orang
tua lain berkata,
"Nampaknya kau adalah seorang tua baik-baik, bagaimana bisa
berlaku tidak senonoh?"
Teng Hong yang sudah dibikin hilap oleh sikap wanita genit itu
secepat kilat ia mengejar, sambil mengawasi dan tertawa meringis
Dara Pendekar Bijaksana Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ia berkata,
76
"Kau budak benar-benar sangat menawan hati, aku Teng Hong
harus menyerah didepanmu, asal kau mau terima permintaanku, aku
Teng Hong tidak nanti mengecewakan kau. Bagaimana?"
Pek Hoa Nio Cu mundur setindak lalu ia menjawab sambil
tertawa,
"Aku tidak percaya ucapanmu, bagaimana kalau seandainya
kau menipuku? Kepandaianmu lebih tinggi daripadaku, sudah tentu
aku tidak mampu melawan kau, kalau kau benar-benar menyintai
aku, lebih dulu kau harus ajarkan aku ilmu silat yang kau pakai
untuk merubuhkan Kim Ling Siang Koay, dan selanjutnya aku akan
ikuti kau kemana saja kau pergi, supaya kau puas betul-betul!"
Ucapannya ia ini sangat berani, tapi juga lihay, hingga
membuat Teng Hong kemekmek, tapi dalam hati diam-diam
berpikir kiranya ia hendak belajar ilmu silatku!
Baru saja Teng Hong berpikir demikian. Pek Hoa Nio Cu sudah
mendesak dengan kata-katanya,
"Bagaimana? Aku tahu engkau tak bisa menyintai aku dengan
sungguh-sungguh, sekarang kau merasa sulit, betul tidak?"
Didesak secara demikian, mana Teng Hong masih mempunyai
kesempatan untuk berpikir lagi? Sikap si nona manis yang berada di
depan matanya ini sudah cukup menggoncangkan jantung hatinya
maka tanpa pikir lantas menjawab :
"Ilmu silatku Coa Heng Ciang Hoat dan ilmu pecutku yang
terdiri dari sembilan puluh enam jurus ini, meski aku tidak berani
mengatakan ada ilmu silat yang menjagoi di dunia rimba persilatan
dan tidak ada tandingannya dikolong tapi orang yang mampu
menyambuti seranganku sampai sepuluh jurus, tidak banyak
jumlahnya. Tentang ucapanmu, kalau benar-benar kau bisa
77
membuktikan, tidak nanti aku akan sayangi kepandaianku, sudah
pasti aku akan turunkan padamu!"
"Sekarang waktunya masih pagi untuk pergi ke Siang Khee
Chun, kau boleh ajarkan dulu beberapa jurus ilmu silat Coa Heng
Ciang Hoot-mu. Bila kita telah kembali dari Siang Khee Chun, lalu
.."
Perkataan selanjutnya ia tidak mampu keluarkan dari mulutnya
lagi sebab ia telah tempelkan kepalanya diwajahnya Teng Hong.
Pek Hoa Nio Cu benar-benar lihay, hanya beberapa patah
perkataan saja sudah bisa bikin tunduk dan jatuh benar-benar satu
jago yang sudah kenamaan dipropinsi Utara, dan benar saja sudah
mau menurunkan kepandaian ilmu silat Coa Heng Ciang Hoat ke
padanya. Dalam waktu setengah jam, Teng Hong sudah
menurunkan sepuluh jurus kepandaian ilmu tersebut, yang sudah
diingat betul-betul oleh Pek Hoa Nio Cu.
Saat itu sudah hampir jam tiga pagi, Coa Im Cu masih ingot
tugasnya akan menyerapi Siang Khee Chun, maka lantas hentikan
pelajarannya, dengan tertawa ia berkata :
"Kau sangat pintar serta suka belajar, tidak usah setengah
bulan, kau sudah akan dapat pelajari seluruhnya itu sembilan puluh
enam jurus Coa Heng Ciang Hoat dan Coa Heng Pian Hoat, asal
kau rajin mempelajari, tiga bulan kemudian kau sudah bisa gunakan
untuk merubuhkan musuhmu. Sekarang sudah hampir pagi, kita
masih perlu ke Siang Khee Chun, besok aku ajari lagi".
Pek Hoa Nio Cu juga mengerti tidak boleh terlalu keburu
napsu, maka lantas menjawab sambil tertawa,
"Benar-benar kita sudah waktunya harus pergi, sudah lama aku
mendengar nama Kong-tong Lie-hiap, malam ini kebetulan
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
78
mendapat kesempatan untuk menyaksikan wajahnya, bagaimana
sebetulnya sih?"
"Mungkin tidak akan lebih cantik daripada kau", kata Teng
Flung sambil tertawa.
"Nama Kong-tong Lie-hiap terkenal di daerah Kang-lam,
parasnya cantik, tinggi pula kepandaian ilmu silatnya, bagaimana
kau boleh bandingkan aku dengan dia? Cuma saja kau jangan
sampai melihat yang baru lantas melupakan yang lama, kalian orang
laki-laki sukar dipercaya", kata Pek Hoa Nio Cu sambil bersenyum.
"Malam ini kalau benar aku bertemu dengan itu budak hina
yang menyebutkan dirinya Kong-tong Lie-hiap, aku akan
membinasakannya lebih lulu", kata Teng Hong sambil tertawa
bergelak-gelak.
Dua orang itu sebentar saja sudah tiba diluar desa Siang Khee
Chun. Teng Hong pernah mendengar dari Oh Cu Kui, bahwa
gedung Chie Ciatsu terletak diujung sebelah Timur, maka lantas
berkata dengan suara perlahan.
"Ito sebuah gedung besar disebelah Timur, mungkin kepunyaan
keluarga Chie, marl kita masuk kesana dengan berpencaran dari kiri
dan kanan ..!"
Belum berhenti ucapannya itu tiba-tiba kedengaran dari atas
pohon yang tidak jauh dari belakang mereka suara orang berkata
sambil tertawa dingin :
"Kalian kawanan manusia yang tidak tahu malu, beberapa kali
datang beberapa kali terpukul mundur tapi toch masih terus
membandal, aku sudah katakan, tunggu saja sampai toako-mu
datang, kilo nanti mencari tempat yang baik untuk mengadu
kekuatan ; bagaimana kalian masih bersembunyian seperti lakunya
79
pencuri? Apa kalian masih mimpi bisa melakukan serangan
menggelap?"
Bukan main gusar Teng Hong, tapi penjahat besar yang
namanya sangat terkenal di daerah Utara pada dua puluh tahun
berselang itu biar bagaimana masih pertahankan nama dan
kedudukannya. Ia me-rasa tidak enak turun tangan keji dengan tiba
tiba atau menggunakan senjata rahasia menyerang secara
menggelap, hanya menjawab dengan suara dingin :
"Kau siapa? Sungguh terkebur ucapanmu, kau berani
mencampuri urusan ini, tentunya ada sahabat yang mempunyai
kedudukan dan nama baik. silahkan keluar aku Teng Hong ingin
coba dulu kepandaianmu. Sahabat. kalau kau mampu menyambuti
seranganku sampai sepuluh jurus, aku Coa Im Cu akan takluk
dibawah kakimu!"
Orang diatas pohon itu menjawab sambil tertawa terbahak
bahak; "Aku kira siapa, ternyata ada kau si iblis tua. Tidak salah,
pada dua puluh tahun berselang kau memang mendapat sedikit
nama di daerah Utara. aku juga sudah pernah mendengar orang
mengatakan demikian, cuma saja disini bukan sarangmu yang bisa
digunakan untuk kau berbuat sesukamu. Kau jangan membikin
putus jalanmu sendiri dulu, mari kita main-main dulu beberapa
jurus, belum tentu siapa yang akan rubuh lebih dulu".
Berbareng dengan itu telah melayang duo orang dari atas
pohon, yang berdiri disebelah kiri usianya kira-kira tiga puluh lima
tahun, berdandan pakaian malam yang sangat ringkas, diatas
bibirnya ada tumbuh sedikit kumis pendek. wajahnya bulat, sepintas
lain seperti wajahnya tuan tanah didesa. Cuma ketika Tang Hong
menampak senjata 'Siang Hong Seng Ste Pit' yang bentuknya aneh,
sudah lantas ia ketahui bahwa orang didepannya itu bukan orang
sembarangan.
80
Orang yang disebelah kanan juga berdandan pakaian malam
serba hitam, wajahnya putih bersih, alisnya keren, badannya tegap,
senjatanya yang menggemblok digegernya juga ada senjata Poan
Koan Pit yang chusus untuk menotok jalan darah.
Dengan munculnya kedua orang laki-laki itu, sepasang mata
Pak Hen Nio Tat yang menatap, tidak berulih kearah lain. Ia yang
sifatnya centil, menampak laki-laki tampan didepan matanya, sudah
lantas main mata dan obral senyumannya. Tapi laki-laki itu orang
orang tolol yang tidak kenal paras cantik, hanya melihat sekilas,
lantas tidak perdulikan padanya lagi.
Teng Hong setelah mengamat-amati kedua laki-laki itu, lantas
berkata sambil tertawa mengejek.
"Maafkan lohu yang sudah lamer. Aku lihat senjata jie-wic
yang ada dibelakang geger kalian berdua, semuanya merupakan
senjata untuk menotok jalan darah, sudah tentu kamu ini adalah ahli
menotok. Mohon tanya siapa gurumu dan dari golongan mana,
untuk menghindarkan agar aku si orang she Teng tidak kesalahan
melukai sahabat sendiri."
"Kau tak usah ragu-ragu, kalau kau mempunyi kepandaian kau
boleh keluarkan semuanya, kau tidak akan berdosa terhadap kawan.
Jangan kata kami berdua tidak berpartai, juga tidak ada
hubungannya dengan kau. Kalau kau menanyakan nama kami
tidaklah kami berkeberatan. Aku bernama Cin Tiong Liong dan dia
bernama Ong Bun Ping. Kau lihat diantara kau siapa yang kau
anggap gampang dirubuhkan, bolehlah kau pilih saja menurut
kesukaanmu sebab kami akan mengikuti kehendakmu'', kata
seorang diantara itu yang ternyata ada Cin Tiong Liong.
Ucapan Cin Tiong Liong ini. benar-benar membuat meledak
amarahnya Teng Hong, dengan suara bengis ia membentak.
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
81
"Dua anak kemaren sore, ternyata berani berlaku jumawa
demikian rupa! Coba sambuti dulu seranganku ini!"
Ucapannya dibarengi dengan serangan telapakan tangan. Cin
Tiong Liong berkelit, mundur tujuh kaki, lalu berkata sambil
tertawa.
"Perlu apa kau tergesa-gesa? jangan kata cuma satu jurus,
malam ini aku hendak belajar kenal dengan kepandaianmu yang kau
agulkan itu. Cuma saja disini terlalu dekat dengan kampung, kalau
mau bertempur benar-benar, mari kita mencari tempat diluar
kampung, kita boleh bertempur sepuasnya, bagaimana?"
Teng Hong menahan amarahnya, dengan suara dingin ia
berkata :
"Bagus, malam ini kalau belum mendapat keputusan kita tidak
boleh berhenti di jalan!"
Begitu sehabis berkata, ia lantas kerahkan ilmu lari pesatnya
lalu dengan cepat ia berlari keluar kampung.
Cin Tiong Liong. Ong Bun Ping dan Pek Hoa Nio Cu bertiga
lantas menyusul, ke empat orang itu semuanya merupakan orang
orang golongan kelas satu, maka sebentar saja sudah melalui lima
paal, disatu tempat dataran yang leas Coa Im Cu lantas hentikan
gerakannya, sambil menoleh ia membentak.
Cin Tiong Liong menampak tempat itu ada sepi dan luas, lantas
menjawab sambil tertawa terbahak-bahak :
Dara Pendekar Bijaksana Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Diwaktu malam yang amat sunyi begini angin dingin
menghembus seolah-olah glinting menembus kulit, kita mengadu
kekuatan disini, sebagai usaha untuk melenyapkan hawa dingin!"
Kata-kata yang diucapkan seenaknya saja. membikin Coa Im
Cu Semakin murka, lalu membentak.
82
"Bocah bermulut tajam, mari sambuti seranganku!"
Dengan cepat melakukan serangannya dengan menggunakan
tipu silat 'Thay San Ap Ting'. Cin Tiong Liong mendongak untuk
elakan serangan tersebut, kemudian berkata sambil tertawa :
"Perlu apa kau tergesa-gesa? Malam ini toch kita tidak akan
berhenti sebelum mendapat keputusan; Hanya aku masih ada sedikit
perkataan, malam ini jika aku jatuh dibawah tanganmu, bukan saja
aku akan cuci tangan tidak mau lagi mencampuri urusan keluarga
Chie, tapi si orang she Cin juga bersedia menerima hukuman apa
yang kau ingin jatuhkan. Dan bagaimana kalau kau yang kalah?
Kau sebutkan dulu janjimu, lalu kita mulai bertempur, dengan
tangan kosong atau dengan senjata, juga silahkan kau yang
memilih, sekarang aku menunggu ja-wabanmu sudah itu kita boleh
mulai".
Sehabis berkata Cin Tiong Liong berdiri tegak sambil
mengawasi Teng Hong, dengan tenang menantikan jawabannya.
Ilmu silat Coa Heng Ciang Hoat dan Coa Heng Pian Host Teng
Hong, telah dilatih dua puluh tahun selama mengasingkan diri. Ia
ingin menggunakan kedua rupa ilmu silatnya yang istimewa itu
untuk mengangkat namanya lagi dikalangan Kang-ouw, kali ini
untuk memenuhi undangan sahabat karibnya Tong Cin Wie, Thay
Sie Sian-su, menuju ke Selatan untuk membantu Tong Cin Wie, ia
sendiri juga kepingin menggunakan kesempatan itu untuk membuat
nama di daerah Kang-lam, tapi kini setelah mendengar perkataan
dan tantangan Cin Tiong Liong yang seolah-olah sudah mempunyai
pegangan untuk menangkan padanya, Si bayangan ular yang sudah
terkenal namanya itu untuk seketika lamanya tetap berdiri terpaku
mengawasi Cin Tiong Liong.
Cin Tiong Liong yang menjadi muridnya tidak langsung 'dari
Kang It Peng, sebagian besar kepandaian ihnu silatnya terdapat dari
83
pelajaran si jago tua kenamaan itu. Sejak beberapa tahun lamanya ia
mengikuti Kang It Peng berkelana didunia Kang-ouw, hingga
mempunyai pengalaman sangat luas. Tapi nama Cin Tiong Liong
terkenal di daerah Tionggoan, juga baru pada 10 tahun kemarin ini
saja, oleh karena Coa Im Cu sudah lama mengundurkan diri dari
dunia Kang-ouw, sebaliknya Cin Tiong Liong yang sudah lama
mendengar nama orang tua itu, maka begitu mendengar disebut
nama Coa Im Cu Teng Hong, ia lantas kenali padanya, dan Coa Im
Cu belum pernah dengar nama Cin Tiong Liong!
Melihat usianya belum mencapai empat puluh tahun,
bagaimana berani mengeluarkan ucapan yang begitu terkebur?
Maka amarahnya lantas berkobar, setelah tertawa terbahak-bahak
lantas membentak
"Aku orang she Teng sudah menjelajah diseluruh Kang-lam
dan Kang-pak, belum pernah bertemu dengan orang yang begini
sombong seperti kau ini, lohu malam ini kalau sampai jatuh di
tanganmu, selanjutnya akan cuci tangan, tidak nanti berani muncul
lagi dikalangan Kang-ouw!"
"Bagus! Baik kita atur begitu saja, tapi aku harap kau tidak
akan pungkir janjimu sendiri!" kata Cin Tiong Liong sambil
tertawa.
Mendengar ucapan itu, Teng Hong lantas menggeram hebat,
dan menyerang dengan ilmu silat Coa Heng Ciang Hoatnya.
Cin Tiong Liong tersenyum, sambil miringkan tubuhnya untuk
mengelakan serangan Teng Hong, kedua tangannya memukul balik
keatas, dengan demikian telah mengelakkan dua serangan Teng
Hong yang berbahaya.
Teng Hong menyaksikan cara Cin Tiong Liong menangkis
serangannya yang begitu gesit dan bagus sekali, dan dengan mudah
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
84
memusnahkan serangannya, lantas mengerti telah menemui lawan
keras. Ia menoleh dan menampak Pek Hoa Nio Cu berdiri di tempat
kira-kira satu tumbak jauhnya, sedang menyaksikan dengan penuh
perhatian, hingga membuat Teng Hong panas mukanya. Buru-buru
mengerahkan seluruh kekuatannya, melancarkan sembilan puluh
enam jurus ilmu silatnya Coa Heng Ciang Hoat.
Ilmu silat itu benar-benar lihay. Serangan Teng Hong sejurus
demi sejurus dilancarkan dan nampaknya semakin lama semakin
gencar dan semakin hebat tekanannya, sambaran anginnya saja
telah? mencapai jarak satu tumbak lebih.
Cin Tiong Liong diserang dengan cepat secara demikian,
hampir saja keripuhan, hingga dalam hatinya berpikir Coa Im Cu
benar-benar bukan nama kosong, nampaknya malam ini kalau tidak
keluarkan seluruh kepandaianku untuk melayani padanya, mungkin
benar-benar akan terluka ditangannya.
Dengan segera ia percepat serangannya, juga lantas
Mengeluarkan ilmu silat Pat Kwa Liong Houw Ciang Hoatnya yang
membuat ia mendapat nama baik dikalangan Kang-ouw, dengan
demikian, hingga pertempuran itu merupakan pertempuran cepat
lawan cepat.
Dua orang itu setelah bergebrak sepuluh jurus lebih, masing
masing telah mengerti bahwa kekuatan kedua fihak ada berimbang,
untuk sementara belum bisa dipastikan siapa yang akan merebut
kemenangan, dan rasanya masih memerlui tempo yang panjang
serta kekuatan tenaga dalamnya.
Kedua-duanya sama-sama ahli dalam pertempuran tangan
kosong, hingga pertempuran itu benar-benar merupakan suatu
pertempuran yang hebat karena cepatnya, hanya kelihatan dua
bayangan hitam yang _berkelebatan diwaktu malam yang gelap itu.
85
Pek Hoa Nio Cu dan Ong Bun Ping yang menonton disamping,
masing-masing pada merasa kuatir sebab keduanya sudah
bertempur hampir tiga ratus jurus tapi masih belum tampak siapa
yang lebih unggul.
Teng Hong sudah mulai gelisah, dengan tiba-tiba ia berlaku
nekat melancarkan serangannya yang berbahaya, tangan kiri
rnenggunakan tipu pukulan 'Thian San 'Yan Lok' sedang tangan
kanannya meng-gunakan tipu pukulan 'Toa Coan Im Yang', sambil
menggeram hebat. Ia melancarkan serangannya berhareng, laksana
gunung guntur dan ombak menyapu, diberikuti dengan angin
kekuatan tenaga dalamnya yang hebat kearah lawannya.
Cin Tiong Liong karena lantaran tidak keburu mengelakan
serangan tersebut, hingga ia cuma bisa mengerahkan tenaga
dalamnya. kedua telapakan tangannya mendorong keatas dan tatkala
dua pasang tangan itu berbenturan, kedengaranlah bunyi hebat.
Dalam hal mengadu kekuatan ini tidak mengandalkan
kecerdikan, hanya mengandalkan dalam ceteknya tenaga dalam
mereka masing-masing.
Cin Tiong Liong tidak dapat menguasai dirinya sendiri, telah
mundur heberapa tindak, ia merasakan tergoncang hatinya dan
semangatnya, pcluh mengucur didahinya.
Coa Im Cu Teng Hong mental sampai badannya terbang
melayang dan jatuh ditempat sejauh kira-kira enam kaki, ia
merasakan gelap matanya, kepalanya puyeng, napasnya sesak,
darahnya bergolak hebat, meski kedua-duanya terluka hebat dalam
tubuhnya. tapi siapapun tidak ada yang mau mengaku kalah, satu
sama lain masih mengharap di detik-detik terakhir ini bisa
pertahankan kekuatan-nya untuk memukul rubuh lawannya.
86
Cin Tiong Liong setelah berdiam sejenak untuk menenangkan
pikirannya, segera menerjang lawannya lagi, jari tangan kanannya
dengan menggunakan tipu serangan 'Yu Liong Than Cauw'
menotok jalan darah 'Tan Thian Hiat' pada anggotaadan lawannya.
Teng Hong tidak menduga Cin Tiong Liong masih mampu
melancarkan serangannya demikian cepat dan gesit. hingga
terkesiap. Tepat pada saat itu, serangannya Cin Tiong Liong sudah
sampai depan dadanya. Teng Hong dalam keripuhannya sudah tidak
keburo mengelakan serangan tersebut, terpaksa tangan kanannya
batik menyerang jalan darah 'Thay Yang Hiat' Cin Tiong Liong, su
paja hancur bersama-sama.
Cin Tiong Liong menampak Teng Hong berlaku nekat, terpaksa
maju setindak kekiri, untuk menyelamatkan dirinya lebih dulu.
Cuma oleh karena gerakannya ini, sehingga serangannya agak
miring, hingga cuma mengenakan pundak kiri Teng Hong.
Sekalipun demikian, Teng Hong masih merasa kesetnutan
pundaknya, hiugga musnah tenaganya. Dengan demikian maka
Teng Hong sudah terhitung kalah, tapi itu kepala begal yang
kejahatannya sudah terkenal itu masih tidak mau mengaku kalah,
sambil berjungkir balik mundur satu tumbak lebih. sambil kertek
gigi ia berkata.
"Orang she Cin, dengan perbuatanmu menyerang orang selagi
tidak siap sedia, apa itu ada perbuatannya satu enghiong? Didalam
waktu setengah bulan ini Teng Toa-ya akan melakukan
pertandingan sampai ada salah satu yang menggelatak ditanah
dengan kau!"
Sehabis berkata lantas menarik tangannya Pek Hoa Nio Cu,
dengan cepat meninggalkan itu kampung. Ong Bun Ping
menyaksikan Teng Hong sudah terluka ditangan Cin Tiong Liong
tapi masih tidak man mengaku kalah, lantas gusar, dengan suara
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
87
bengis ia berseru "Manusia yang tidak boleh dipercaya, kau masih
hendak mabur Ia lantas mengejar sambil menghunus senjata 'Poan
Koan Pie-nya, tapi perbuatannya itu segera dicegah oleh Cin Tiong
Liong.
Ong Bun Ping menampak wajahnya Cin Tiong Liong pucat
pasi, berdiri sempojongan. kagetnya bukan main, maka lantas
tinggalkan musuhnya. buru menghampiri Cin Tiong Liong sambil
membimbing lain menanya :
"Berat lukamu?"
Cin Tiong Liong mengangguk, tapi tidak menjawab, hanya dari
dalam sakunya mengeluarkan dua butir pil merah, lantas ditelan dan
duduk untuk beristirahat.
Ong Bun Ping berdiri disampingnya, mengawasi dengan hati
gelisah. Kira-kira satu jam. disebelah Timur sudah kelihatan sinar
terang, Cin Tiong Liong buru-buru berbangkit serta berkata :
Iblis tua itu benar-benar lihay!"
Dara Pendekar Bijaksana Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ong Bun Ping melihat wajah Cin Tiong Liong sudah kelihatan
segar, baru merasa berlega hati, lalu bertanya :
"Cin Siok-siok, apa tidak halangan?"
Cin Tiong Liong yang sudah pulih tenaganya, sikapnya juga
pulih seperti biasanya sambil tertawa iapun menjawab :
"Tidak apa-apa, mungkin dia terluka lebih parah. Cuma
selanjut-nya kau harus hati-hati terhadapnya aku lihat itu wanita
genit yang datang bersama-sama iblis tua itu ketika mengawasi kau
sepasang matanya terus memandang tidak berkedip, agaknya
mengandung arti, selanjutnya kalau ia bertemu kau sendirian
janganlah mau gampang-gampang lepaskan begitu saja".
88
Ong Bun Ping tidak nyana Cin Tiong Liong yang baru baik dari
lukanya, lantas membicarakan urusan wanita itu, seketika itu lantas
merah wajahnya, sambil gelengkan kepala ia menjawab,
"Cin Siok-siok, bagaimana kau bisa memikirkan sampai
disitu?"
Cin Tiong Liong tertawa bergelak-gelak, kemudian menjawab:
"Tentang pertempuran mati-matian yang barusan kulakukan
dengan Coa Im Cu, sekali-kali jangan kau sampaikan kepada Sian
Cian".
"Tentang ini kau boleh tidak usah kuatir, adat Kang-Sumoy
bukannya aku tidak tahu, ia benar-benar seperti seekor kuda binal
.!"
Bicara sampai disitu tiba-tiba berhenti, wajahnya yang tampan
segera diliputi oleh perasaan murung.
Cin Tiong Liong diam-diam mengelah napas, ia mengerti
bahwa anak muda ini sangat menyintai Sian Cian, namun cintanya
itu nampaknya tidak dibalas sebagaimana mustinya oleh sinona
yang sifatnya binal nakal, namun hatinya putih bersih.
Ong Bun Ping kalau bertemu dengan sumoynya sering dibikin
tidak berdaya oleh karena mengerti kepandaiannya sendiri tidak
sebanding dengan sumoynya, sudah tentu tidak berani menyatakan
isi hatinya. Oleh karena itu ia cuma simpan perasaannya didalam
hati. Cin Tiong Liong kelihatan bodoh diluar padahal ia cerdik luar
biasa, ia berkumpul dengan Ong Bun Ping baru setengah bulan,
sudah lantas mengetahui rahasia hati Ong Bun Ping, karena ia tahu
bahwa Kang It Peng bermaksud hendak jo-dokan Sian Cian kepada
Chie Sie Kiat, maka sering membicarakan tentang kebinalan Kong
Sian Cian. Maksudnya supaya Ong Bun Ping perlahan-lahan
jauhkan dirinya dari si nona.
89
Cin Tiong Liong kuatir Ong Bun Ping tidak dengan disengaja
nanti memberi tahukan tentang peristiwa dan lukanya dalam
pertempuran dengan Teng Hong kepada Sian Cian, karena orang
orang terpenting dari fihak lawan masih belum tiba semuanya.
Setelah pengalaman malam itu, kedua fihak diam-diam merasa
kaget. Cin Tiong Liong sejak berkelana di dunia Kang-ouw,
sepuluh tahun lebih tidak menemui yang berarti, siapa nyana
pertempurannya dengan Coa Im Cu tadi, hampir-hampir mengalami
kekalahan. Ia baru ketahui bahwa kawanan penjahat dari Utara, kali
ini datang ke Selatan, ternyata terdapat banyak orang-orang
berkepandaian tinggi.
Sementara itu, Teng Hong yang kabur bersama Pek Hoa Nio
Cu, tatkala mengetahui musuhnya tidak mengejar lagi barulah
menghentikan kakinya lalu berjalan dengan pelahan-lahan. Baru
saja berjalan beberapa pultih tindak, tiba-tiba Teng Hong rubuh,
matanya tertutup rapat, wajahnya beringisan, pundaknya gemetar,
agaknya sedang menahan penderitaan yang sangat hebat.
Saat itu timbul dalam hati Pek Hoa Nio Cu pertentangan hebat,
ia menampak wajahnya Teng Hong yang cuma tiga bagian saja
mirip dengan manusia, rasanya sangat menyemukan, tapi berilmu
silat Coa Heng Ciang Hoat, yang bukan sembarangan. Berpikir
sampai disitu, iapun berjongkok disisi Teng Hong sembari bertanya.
"Lo Cian-pwee, apa lukamu parah?"
Ia bertanya sembari mengurut-urut dada Teng Hong dengan
tangannya yang putih halus. Teng Hong membuka matanya,
menampak Pek Hoa Nio Cu berjongkok disisinya dan tangannya
mengurut-urut dadanya, semangatnya lantas bangun lagi.
Dipaksanya menahan rasa sakitnya, sambil tertawa getir ia
menjawab :
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
90
"Tidak apa, meskipun lukaku tidak ringan, tapi aku masih
mampu mengobati sendiri, hanya dalam tempo tiga jam ini, aku
tidak bisa bergerak barang setindak, sekarang terpaksa aku minta
kau menunggui aku selama tiga jam dan selama aku berobat ini,
tidak perduli akan terjadi apa pun kiranya janganlah kau
mengganggu aku".
Pek Hoa Nio Cu mengangguk, Teng Hong menelan dua butir
pil merah, ia paksakan diri untuk duduk bersila, lantas menutup
kedua matanya.
Dua jam kemudian, cuaca sudah mulai terang, beruntung ke
adaan disekitar tempat itu sunyi sekali, hingga tidak ada orang lalu
disitu. Ketika Pek Hoa Nio Cu melihat keadaan Teng Hong yang
dari atas kepalauja ada mengepul asap, maka diketahuinya bahwa
luka dalamnya sudah mulai sembuh, buru-buru ia menghunus
pedangnya, berlagak melakukan penjagaan sambil celingukan
mengawasi keadaannya sekitar tempat itu.
Teng Hong diam-diam membuka matanya dan ketika tampak
olehnya sikap Pek Hoa Nio Cu itu, hatinya merasa girang,
kemudian pejamkan lagi matanya, untuk melanjutkan usahanya
menyembuhkan lukanya. Sebentar kemudian lantas membuka
matanya dan berkata sambil tertawa.
"Nona Pek, aku membuat kau capek saja, mari kita sekarang
kembali ke Ie Chiu Wan''.
Pek Hoa Nio Cu pura-pura kaget, sambil menoleh ia pun
bertanya :
"Lukamu sudah sembuh ? Kau benar-benar membikin orang
kuatir seja"
Teng Hong merasa girang, sambil menepok pundaknya iapun
berkata :
91
"Sebagian besar sudah sembuh betul, dua kali lagi melakukan
semedhi akan sembuh seluruhnya. Kali ini beruntung ada kau,
hingga menjaga aku dengan hati-hati, aku Teng Hong selama
hidupku tidak akan melupakan kebaikanmu".
Pek Hoa Nio Cu sambil tertawa manis menjawab :
"Bagaimana kau bisa berkata begitu? Untuk selanjutnya dalam
segala hal aku masih hendak mengandalkan kepada kau, urusan
begini kecil kau terlalu merendahkan diri begitu rupa."
Jawaban ini menambahkan kegirangan hati Teng Hong di
waktu mereka melanjutkan perjalanan itu. Tidak lama kemudian
tibalah mereka di Ie Chiu Wan.
Para penjahat agaknya sangat perhatikan tentang keselamatan
mereka berdua, maka tatkala menampak mereka kembali, semua
lan-tas datang menyambut. terutama Oh Cu Kui yang lantas
bertanya :
"Tang Lo Cian-pwee, mengapa pergi begitu lama? Apakah
telah bertempur dengan Kong-tong Lie-hiap Budak hina itu benar
benar lihay, cuma aku duga, ia tentunya tidak nanti mampu
menandingi kau."
Teng Hong tidak menyawab, dengan tergesa-gesa masuk ke
ruangan. sikapnya ini membuat Oh Cu Kui sangat heran. Ia
mencoba meminta keterangan kepada Pek Hoa Nio Cu, tapi yang
ditanya hanya bersenyum sambil gelengkan kepalanya, ia tidak
menjawab tapi terus mengikuti Teng Hong masuk kedalam.
Para penjahat yang menyaksikan sikap Teng Hong segera
mengerti si bayangan ular itu tentunya mengalami kekalahan. Tang
Hong setelah kembali kegedung lantas keram dirinya di-dalam
kamar. untuk merawat diri, kecuali Pek Hoa Nio Cu dan dua bujang
92
wanita yang mengurus makan dan pakaiannya,. selama tujuh hari,
belum pernah menemui siapa juga.
Pek Hoa Nio Cu dengan telaten menjaga Teng Hong, tapi diluar
tahu Teng Hong. ia masih suka bersenda-gurau dengan para
penjahat yang lain. Semua penjahat ia perlakukan sama manisnya,
sikap dan kelakuannya ini telah membikin goncang setiap hati para
penjahat. Kecuali Oey Cing Tan dan Hoan Kong Hong, mereka
pada saling bersaing untuk mendapatkan hati wanita genit itu.
Selama beberapa hari itu, luka Thian Liong dan Lim Houw juga
mulai sembuh dan ketika menyaksikan sikap Pek Hoa Nio Cu yang
seolah-olah hendak permainkan hati setiap 1aki-laki maka timbullah
rasa kurang senang. Dua saudara angkat itu diam-diam lantas
berunding, lalu mengambil keputusan hendak minta Pek Hoa Nio
Cu membuka kartu.
Pada suatu malam, mereka berdua masuk dikamar Pek Hoa Nio
Cu.
Pek Hoa Nio Cu yang sedang duduk berhias, sudah mengerti
maksud kedatangan kedua saudara angkat itu. Pek Hoa Nio Cu
benar-benar luar biasa, ia masih tetap tenang. dengan perlahan ia
bangkit, sambil mengawasi kedua saudara itu lalu bertanya
"Apakah luka kalian berdua sudah sembuh? Dalam beberapa
hari ini aku sangat repot, hingga tidak mempunyai kesempatan
menengok kalian, sebetulnya aku merasa tidak enak terhadap
kalian."
Thian Liong dan Lim Houw merasakan seolah-olah diguyur
dengan air dingin, meski mereka tahu bahwa wanita ini genit pandai
menanam tebu dibibir, tapi tidak nyana kalau bisa lantas berobah
dingin demikian rupa. namun begitu mereka tidak bisa berbuat apa
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
93
apa. Setelah membisu sekian lamanya, Thian Liong baru bisa
menyahut.
"Nona Pek, terima kasih atas perhatian nona terhadap kita
berdua saudara, sudah tentu kita merasa sangat beruntung, cuma
kita anggap bahwa tempat ini bukan tempat untuk kita tinggal
selamanya. Sebaiknya kita cepat-cepat meninggalkan tempat ini dan
mencari tempat yang lebih tenang dan indah pemandangan alamnya
supaya kita tinggal disana untuk selama-lamanya !"
Belum habis ucapan Titian Liong itu, Pek Hoa Nio Cu sudah
tertawa cekikikan dan memotong pembicaraannya :
"Apa? Kalian ingin pergi? Itu terserah pada kalian sendiri, aku
tidak bermaksud hendak menahan kalian disini untuk mengawani
aku. lagipula aku toch tidak menikah dengan kalian, kita cuma
Dara Pendekar Bijaksana Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketemu dijalanan. kalau kalian bermaksud tinggal bersama-sama
aku untuk selama-lamanya. mulai saat ini, lekas kalian buang jauh
jauh maksud yang demikian itu, karena hal itu sama sekali tidak
mungkin. Sekarang hari sudah malam, aku sudah terlalu lelah, tidak
ada waktu untuk mengobrol dengan kalian. Kalau besuk pagi mau
berangkat, aku tidak bisa turut mengantar, maafkan saja."
Sehabis diucapkan perkataannya yang ketus itu iapun memutar
tubuhnya menuju kepembaringan.
Kim Ling Siang Koay itu meski merupakan penjahat besar
yang tidak kenal kasihan, juga merasakan sikap wanita itu sangat
terlalu dinginnya, beberapa hari berselang, mereka masih rukun
manis, tapi kini telah berbalik demikian dinginnya. Thian Liong dan
Lim Houw seketika itu lantas tercenggang, seperti jago yang kena
jalu lawannya, mereka berdiri lesu sambil mengawasi tingkah laku
wanita genit itu.
94
Pek Hoa Nio Cu duduk dipinggir pembaringan, sambil
mengawasi Kim Ling Siang Koay lalu berkata.
"Apa perlunya kalian berdiri bingung disitu? bukankah lebih
baik lekas pergi tidur! Bukankah besok kalian hendak berangkat
pagi-pagi?"
Lim Houw sudah tidak dapat menahan sabarnya lagi, sambil
tertawa dingin ia berkata.
"Nona Pek, satu orang tidak boleh berbuat keterlaluan,
sedikitnya toch harus memikirkan keadaan lain orang, tidak perduli
bagaimana, nona Pek toch ada datang bersama-sama kita ke Ie Chiu
Wan ini, sedikit banyak toch harus memberi sedikit muka kepada
kita, selama beberapa hari ini, perbuatanmu sebetulnya sangat
keterlaluan .."
Belum habis ucapannya Lim Houw, Pek Hoa Nio Cu sudah
tertawa geli, wajahnya juga lantas berobah, sambil menuding ia
berkata dengan suara gusar.
"Orang she Lim, hati-hati sedikit kalau bicara, Pek Hiang Lui
sedikitpun tidak pandang mata kepada kalian Kim Ling Siang
Koay".
Dengan cepat ia berbangkit dan mengambil pedang yang
digantung diatas tembok. Kim Ling Siang Koay yang menyaksikan
sikap Pek Hoa Nio Cu ini, juga lantas naik darah. Thian Liong
sambil berkata sambil menuding :
"Perempuan jalang, kalau ingin turun tangan mari kita keluar
dari sini, malam ini kita harus mendapat kepastian".
Sehabis berkata, bersama-sama Lim Houw lantas keluar dari
kamar, Pek Hoa Nio Cu mengikuti dibelakangnya sambil tertawa
dingin. Sebentar saja, mereka bertiga sudah tiba ditanah tegalan.
95
Kim Ling Siang Koay hentikan tindakannya, matanya
memandang Pek Hoa Nio Cu, agaknya masih ingin menasehati
padanya, tapi Pek Hoa Nio Cu sudah mendahului berkata.
"Kalau kalian benar-benar hendak bertempur, keluarkan senjata
kalian dan majulah berbareng !"
Dengan cepat ia lantas menyerang dengan pedang kearah Thins
Liong.
Thian Liong menampak Pek Hoa Nio Cu menyerang secara
mendadak, bukan kepalang gusamya, setelah mengelakan
serangannya, lantas menghunus senjata musing-masing lalu balas
menyerang dengan kedua tangannya.
Pek Hoa Nio Cu tertawa, pedangnya dipakai untuk menyambuti
serangan Thian Liong, kemudian tangannya menekan, ujung pedang
mengarah dada.
Thian Liong didesak demikian rupa, terpaksa lompat mundur,
Pek Hoa Nio Cu berkata sambil menarik serangannya.
"Orang she Thian, dengan sendirian kau bukan tandinganku,
sebaiknya kalian maju berduaan!"
Kata-katanya itu dibarengi dengan serangan membabat
pinggang. Thian Liong menangkis dengan senjatanya, senjata
ditangan kirinya menyerang dengan tipu silat 'Thay San Ap Ting'.
(Bersambung ke Jilid 2)
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
96
DARA PENDEKAR BIDJAKSANA
JILID II
Pek Hoa Nio Cu tertawa dingin, ia berkelit untuk
menghindarkan serangan Thian Liong, lalu melancarkan
serangannya yang sangat hebat.
Jangan kira Pek Hoa Nio Cu ada satu wanita centil genit, tapi
ilmu silatnya tinggi sekali, maka sepuluh jurus kemudian, Thian
Liong sudah terdesak berulang-ulang hingga keripuhan benar-benar.
Saat itu Lim Houw yang menonton dipinggiran merasakan
gelagat kurang baik, jika membiarkan Thian Liong berkelahi
sendirian, mungkin tidak bisa bertahan sampai sepuluh jurus lagi
akan binasa ditangan Pek Hoa Nio Cu. Maka iapun menghunus
97
senjata pecutnya yang lemas, setelah menyingkirkan serangan
pedang Pek Hoa Nio Cu, membentaklah ia.
"Kau perempuan cabul benar-benar melebihi ular beracun
jahatnya, kalau dibiarkan kau hidup didunia, entah berapa banyak
orang lelaki nanti yang akan binasa ditanganmu. Malam ini Lim
toa-ya-mu hendak membinasakan kau untuk melindungi itu laki
laki yang tidak berdosa."
Pek Hoa Nio Cu menjawab sambil tertawa, "Dengan
kepandaianmu yang tidak berarti ini, apa kalian kira nonamu merasa
keder dengan gertakanmu ini? Kau jangan omong sombong dulu,
sekalipun kalian berdua maju berbareng, barang-kali masih belum
tentu mampu menandingi nonamu!"
Lim Houw menyahut sambil tertawa aneh, "Perempuan cabul,
anggapanmu dirimu masih gadis tidak malu menjadi tertawaan
orang ..!"
Belum habis ucapannya itu Pek Hoa Nio Cu sudah berseru dan
menyerang.
Kim Ling Siang Koay yang saat itu sudah marah benar-benar,
sudah tentu tidak pandang lagi dirinya adalah bekas kecintaannya si
Pek Hoa Nio Cu, pecut lemas dan gembolan perak, maju berbareng
menyerang Pek Hoa Nio Cu.
Pek Hoa Nio Cu menampak mereka berlaku nekad, lalu
mengeluarkan seluruh kepandaiannya untuk melayani mereka yang
sudah benar-benar kalap itu.
Selagi bertempur dengan sengitnya ke tiga orang itu tiba-tiba
terdengar suara orang tertawa dingin, kemudian disusul dengan
suara orang berkata.
98
"Kim Ling Siang Koay, yang tak tahu malu masa dua orang
laki-laki mengerubuti seorang wanita. Apa kata orang dan
selanjutnya apa masih ada mukamu untuk menemui sahabat
sahabatmu dikalangan Kang-ouw?!"
Suara itu diucapkan dengan keras hingga meski Siang Koay
sedang bertempur sengit, tapi ia bisa mendengar dengan jelas,
jangan kira cuma beberapa patah kata saja, tapi ternyata ada lebih
hebat daripada serangan Coa hn Cu.
Lim Houw lantas saja menyerang hebat untuk mendesak
mundur Pek Hoa Nio Cu lalu kemudian melompat keluar dari
kalangan dan membentak kepada itu orang yang barusan berkata.
"Siapa yang memaki orang tapi tidak berani unjukan
cecongornya? Kalau berani lekas unjukan diri! Lim Toa-ya-mu
akan menghajar mampus dulu padamu!"
Pada saat itu dari tempat gelap lantas lompat keluar dua orang,
mereka ternyata Yan-san Jie Kui. Sambil menuding dengan senjata
gaetannya, Thio Kui berkata.
"Kahan masih berani menyebut diri sebagai orang gagah
dikalangan Kang-ouw, mengapa mengerubuti seorang wanita?
Semua muka orang laki-laki akan dibikin noda habis-habisan oleh
kalian. Thio Toa-ya-mu paling tidak bisa lihat perbuatan yang tak
tabu malu semacam ini, hari ini sengaja hendak memberi sedikit
pelajaran pada kalian!"
Tanpa menunggu jawaban Lim Houw, lantas menyerang
dengan senjatanya. Tatkala Thio Kui melakukan serangan terhadap
Lim Houw, Co Pat juga lantas turun tangan menyerang Thian Liong
sambil berkata.
"Nona Pek, silahkan kau mengaso dulu, biarlah kita berdua
yang menghadapi mereka".
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
99
Pek Hoa Nio Cu tertawa besar, lantas lompat mundur,
kemudian berdiri untuk menonton pertempuran yang cukup ramai
itu.
Yan-san Jie Kui dan Kim Ling Siang Koay, tanpa sebab telah
bertempur sampai dua puluh jurus lebih, kekuatan mereka masing
masing ternyata ada berimbang, untuk sementara belum kelihatan
siapa yang lebih unggul.
Thio Kui dan Co Pat diam-diam inerasa gelisah kalau mau kata
mereka berdua tidak bisa melihat cara Kim Ling Siang Koay
mengerubuti satu wanita, ini hanya omong kosong belaka, Yan-san
Jie Kui ada orang yang gemar pipi licin, apa mau sikap Pek Hoa
Nio Cu ini terhadap mereka berdua juga rada-rada, memikat hati,
hingga Yan-san Jie Kui menganggap ada kesempatan untuk
mendekatinya. Maka malam itu sengaja masuk kekamar Pek Hoa
Nio Cu, siapa kira baru tiba dikamar, kebetulan Pek Hoa Nio Cu
sedang bertempur dengan Kim Ling Siang Koay diluar tegalan.
Yan-san Jie Kui tadinya menanti setelah Pek Hoa Nio Cu
terdesak baru keluar memberi bantuan, tidak nyana kalau wanita ini
tidak nampak keteter, malahan maju menyerang berulang-ulang,
hingga dua orang lawannya itu terterdesak.
Yan-san Jie Kui yang menyaksikan itu, lalu menarik napas.
mereka tidak akan mengira bahwa wanita yang centil itu berilmu
silat lebih tinggi dari pada kedua lawannya. Setelah mereka
berunding sebentar, lalu ambil putusan untuk menyerbu sambil
memaki perbuatan Kim Ling Siang Koay.
Mereka sungguh tidak nyana bahwa maksud yang hendak
unjuk muka manis terhadap Pek Hoa Nio Cu, akhirnya telah
mendapat perlawanan begitu hebat dari Kim Ling Siang Koay
Mereka berkelahi sambari melirik kearah Pek Hoa Nio Cu, tapi
100
wanita itu cuma menonton sambil tersenyum, agaknya tidak ambil
perhatian terhadap kedua pihak.
Thio Kui menggeram hebat, lalu kerahkan seluruh tenaganya
untuk melakukan serangannya, hingga Lim Houw terus terdesak
Dara Pendekar Bijaksana Karya O P A di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mundur dan akhirnya menjadi marah benar-benar, dengan suara
bengis ia membentak.
"Orang she Thio, hari ini kalau bukan aku yang mati maka
kebalikannya, Lim Toa-ya-mu akan ada jiwa dengan engkau!"
Benar saja, Lim Houw dengan secara nekad, menyerang tanpa
menghiraukan jiwanya sendiri, hingga Thio Kui terpaksa mundur
berulang-ulang.
Kalau berbicara tentang kekuatan, Thio Kui masih menang
setingkat dari pada Lim Houw, tapi karena Lim Houw sedang kalap,
lagi pula sudah nekat hendak mengadu jiwa, maka kadang-kadang
tidak perdulikan senjata musuhnya, sebaliknya dengan pecut emas
nya ia menyerang dibagian yang berbahaya pada badan musuhnya,
Thio Kui yang tidak ingin mengadu jiwa, akhirnya menjadi ter
desak.
Selagi pertempuran berjalan dengan sengitnya, tiba-tiba dari
selatan kelihatan beberapa bayangan orang mendekati tempat itu.
Tidak lama kemudian bayangan orang tersebut sudah tiba di medan
pertempuran, orang yang lari paling depan segera berseru.
"Siewie harap lekas berhenti, semua ada sahabat-sahabat
sendiri, kalau ada apa-apa kita bisa rundingkan secara baik-baik,
bagaimana bisa bertempur mati-matian?"
Orang tersebut ternyata ada Oey Cing Tan sedang dibelakang
nya Hoan Kong Hong dan Oh Cu Kui.
101
Kedatangan ketiga orang itu menyebabkan Jie Kui dan Siang
Koay merasa tidak enak kalau melanjutkan pertempuran, maks
mereka lantas berhenti bertempur seketika itu juga.
Oey Cing Tan berjalan mendekati mereka seraja berkata,
"Siewie ada mempunyai ganyelan apa? Bagaimana bisa bertempur
di tempat ini?"
Tatkala ia menoleh dan menampak Pek Hoa Nio Cu berdiri
disamping sambil tersenyum, dalam hati sudah mengerti, setelah
menggerendeng sendiri sejenak, lalu menegor Yan-san Jie Kui.
"Kim Ling Siang Gie ada sahabat kita yang datang hendak
memberi bantuan tenaga, sekalipun ada urusan apa yang tidak enak
terhadap kalian, kalian berdua saudara seharusnya juga sabar
sedikit, aku dan saudara Hoan telah menerima titah dari Toa-ko
supaya datang lebih dulu ke Siao-ouw, ini karena ada makstud Toa
ko. Aku si orang she Oey tidak berani anggap diri sendiri sebagai
pemimpin rombongan, cuma saja jika ada apa-apa kita harus
rundingkan secara baik, jangan sampai kita kehilaugan muka
didaerah Kang-lam."
Ucapan Oey Cing Tan ini seolah-olah pedang tajam yang
menusuk dada mereka, hingga Yan-san Jie Kui yang mendengarkan
lantas menjadi gusar. Maka Thio Kiu pun menjawab sambil tertawa
dingin.
"Ucapan saudara Oey ini, benar" Sias-tee tidak mengerti, Kim
Ling Siang Koay sebagai laki-laki, barusan telah mengepung nona
Pek, perbuatan semacam itu, kalau saudara Oey menyaksikan
sendiri, barangkali juga tidak tinggal diam. Kita orang-orang Kang
ouw, tidak perduli dari Utara atau Selatan. Yang paling diutamakan
jalah aturan, kalau menurut kata saudara tentu yang bersalah ada
difihak kami berdua. Lagipula kita berclua saudara juga kemari
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
102
bukan untuk keperluan pribadi sendiri, tapi karena undangan
saudara-saudara."
Mendengar jawaban itu merahlah Oey Cing Tan, lalu berkata,
"Kalau menurut katamu ini, tentunya kalian anggap aku Oey Cing
Tan ada sudi gawe; Memang diantara golongan putih dan golongan
hitam juga ada perbedaan antara yang baik dengan yang jahat,
golongan apa harus mengutamakan peraturannya apa yang mereka
sendiri anggap benar. Juga tidak salah, kita orang-orang tukang
membunuh, merampok dan membegal barang orang, tapi terhadap
kawan sendiri seharusnya harus saling mengindahkan diri masing
masing. Sementara itu, tentang aku yang mengundang saudara
saudara datano kemari. ini adalah perintahnya Toa-ko, kalau kalian
ada pikiran apa-apa, tunggu saja setelah Toa-ko datang sendiri,
kalian boleh ajukan sendiri kepadanya. Cuma saja aku kira kalian
barangkai tidak ada itu nyali. Kita tidak perlu bicara banyak
banyak, penyakit kalian Yan-san Jie Kui, bagi sahabat dari Utara,
semua sudah mengetahui dengan jelas. Hari ini hitung-hitung aku si
orang she Oey yang memehuat perhitungan, kalau kalian tidak
senang, boleh sebutkan saja apa yang kalian kehendaki. Oey Cing
Tan berani berbuat, sudah tentu berani tanggung jawab."
Ucapannya Oey Cing Tan ini, tidak beda seperti mendesak Jie
Kui kesatu pojok, biar bagaimana tebal muka dan setan dari Yan
san itu, juga tidak gampang-gampang akan menelan begitu saja.
Tapi tatkala menampak Hoan Kong Hong yang berdiri
disamping Oey Cing Tan juga unjukan sikap gusar, jika hendak
berbuat nekat, rasanya sukar terlolos dari tangan mereka, oleh
karena Thio Kiu mengerti dirinya sendiri bukan tandingan Oey
Cing Tan, apa lagi disana masih ada Hoan Kong Hong dan Kim
Ling Siang Koay, mau tidak mau merasa jeri juga.
103
Selagi Thio Kiu merasa serba salah, Pek Hoa Nio Cu
menghampiri Oey Cing Tan dan berkata sambil tertawa manis.
"Semua ada sahabat sendiri, bagaimana berlaku begitu
sungguh-sungguh, mereka berempat tangannya sudah sangat
kegatelan hingga satu sama lain mengadakan perjanjian untuk
melakukan pertandingan di tempat ini, mereka minta aku sebagai
wasit, untuk memberi keputusan siapa yang lebih unggul dalam
pertempuran ini, mereka tak akan bertempur sampai mati".
Karena mengetahui gelagat tidak baik dan kuatir dirinya sendiri
akan terlibat, maka ia telah tebalkan muka untuk mengucapkan
perkataan itu. Ucapan Pek Hoa Nio Ci ini telah memberi
kesempatan kepada Thio Kiu untuk mundurkan diri secara teratur,
tapi sebelum Thio Kiu membuka mulut, sudah didahului oleh Co
Pat. Katanya,
"Ucapan nona Pek memang benar, kita berdua dengan Kim
Ling Siang Koay hendak mencoba-coba mengadu kekuatan disini
sebab semua adalah kawan sendiri, bagaimana bisa turun tangan
sungguh-sungguh? Kami berdua dan kau saudara Oey toch sudah
bersahabat bukan cuma setahun dua tahun saja, omong-onong
secara main-main memang benar, mana bisa sungguh-sungguh?"
Thio Kiu juga lantas menggunakan itu kesempatan untuk
ucapkan kata-kata merendah terhadap Oey Cing Tan.
Dengan demikian Oey Cing Tan terpaksa menjawab sambil
tertawa, "Kalau benar demikian halnya, sebaliknya horus disesalkan
diriku sendiri yang berlaku kurang ajar."
Ia memandang Kim Ling Siang Koay, maksudnya ialah supaya
mereka majukan pendapatnya.
Setelah peristiwa diatas, Oey Cing Tan lebih hati-hati terhadap
Pek Hoa Nio Cu dan secara diam-diam mereka berunding dengan
104
Hoan Kong Hong, agar bisa menyingkirkan wanita genit itu dari Ie
Chiu Wan.
Siapa nyana Pek Hoa Nio Cu sendiri juga perhatikan diri Oey
Cing Tan dan Hoan Kong Hong, ia melihat dua orang itu sangat
dingin sekali sikapnya terhadap dirinya sendiri, malah menimbulkan
rasa sukanya terhadap dua orang itu. Ini adalah salah sama sekali,
karena wanita genit semacam Pek Hoa Nio Cu, bukan saja genit.
tapi juga suka mau menang saja, didalam hatinya selalu
menganggap didalam dunia ini tidak ada lelaki yang tidak mampu
ditundukkan olehnya.
Tentang maksud Oey Cing Tan dan Hoan Kong Hong yang
hendak menyingkirkan Pek Hoa Nio Cu dari le Chiu Wan, siang
siang sudah ada orang yang memberitahukannya dengan cara
sendiri untuk menghadapi mereka.
Ia tahu bahwa Coa Im Cu adalah seorang yang paling ditakuti
oleh orang` yang ada disitu, Oey Cing Tan dan Hoan Kong Hong
meski adalah orang-orang Tong Cin Wie yang paling diandalkan,
tapi juga tidak berani mengganggu diri Coa Im Cu dan Pek Hoa Nio
Cu mengetahui ini hingga ia lantas menggunakan kecantikan dan
kegenitannya, menempel Coa Im Cu, cuma karena luka orang tua
itu belum sembuh betul, setiap hari harus bersemedhi empat jam
lamanya, dalam waktu empat puluh sembilan hari tidak boleh
berdekatan dengan wanita.
Denaan adanya perlindungan dari Coa Im Cu Teng Hong, maka
Oey Cing Tan dan Hoan Kong Hong juga tidak berani melanjutkan
rencana mereka itu.
Dilain pihak, Pek Hoa Nio Cu selalu mencari kesempatan untuk
merubuhkan itu dua laki-laki yang berhati baja.
Kolektor E-book https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sumber Pustaka : Aditya Indra Jaya
Sean/foto image : Awie Dermawan
Distribusi & arsip : Yon Setiyono
105
Kesempatan yang dinanti-nantikan itu telah tiba. Pada suatu
malam, ketika Oey Cing Tan berada dalam keadaan setengah
mabuk, kembalinya didalam kamarnya sendiri, lantas disamperi
oleh Pek Hoa Nio Cu dengan dandanannya yang sangat menawan
hati, ia berpura-pura mengantarkan teh wangi, setelah beromong
omong, akhirnya Oey Cing Tan telah rubuh dibawah rajuan wanita
itu. Selanjutnya, sikap Oey Cing Tan terhadap Pek Hoa Nio Cu
lantas berobah sama sekali, ia semakin tergila-gila terhadap wanita
genit itu.
Pek Hoa Nio Cu sebetulnya masih hendak menggunakan
kecantikannya untuk merubuhkan hati Hoan Kong Hong, siapa kira
sebelum mendapat kesempatan, Sin Chiu Tui Hun Tong Cin Wie
sudah datang bersama kawan-kawan karibnya yang ia undang.
Tatkala Lauw Kiat orang yang membawa warta tentang
kedatangan Tong Cin Wie itu tiba di Ie Chiu Wan, telah disambut
dengan gembira oleh para penjahat, cuma Yan-san Jie Kui yang
hatinya merasa kebat-kebit, mereka kuatir kalau Oey Cing Tan
mengadukan perbuatan mereka kepada pemimpinnya karena Tong
Cin Wie orangnya snsah diduga tindakannya, kalau ia murka,
mungkin bisa turun tangan sendiri mengambil jiwanya Jie-kui.
Tapi mereka tidak tahu kalau Oey Cing Tan sendiri juga
mempunyai serupa penyakit didalam hatinya, ia juga kuatir
perbuatannya dengan Pek Hoa Nio Cu disampaikan kepada Tong
Pendekar Rajawali Sakti 103 Gadis Pendekar Rajawali Sakti 92 Kucing One For Money Karya Janet Evanovich
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama