Ceritasilat Novel Online

Ibu Hantu 1

Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian Bagian 1

Kolektor E-Book 1

IBU HANTU Ang Yung Sian

IDJIN TERBIT : 028/BB/LEK/S/70

Kolektor E-Book 2

IBU HANTU Ang Yung Sian

IBU HANTU

djilid 1-6

Disadur oleh :

Ang Yung Sian

Sumber cersil : Gunawan Aj

Tukang photo : Awie Dermawan

Pengepul berkas : Yons

Penerbit : u.p. ? K u a t " Djakarta

Kolektor E-Book 3

IBU HANTU Ang Yung Sian

Jilid 1

GUNUNG FUNG-SAN terdapat dibilangan daerah Ouw-lam, gunung tersebut

terkenal akan keindahan alamnya. juga akan keterjalan dari bukit-bukitnya, dimana

terdapat binatang-binatang buas.

Gunung Fung-san pernah digemparkan dengan terjadinya suatu pertempuran

antara jago-jago kosen didaratan Tionggoan, yang berkumpul digunung ini.

Jago-jago yang sedang memperebutkan gelar sebagai jago nomor wahid

didaratan Tionggoan mengadakan pertemuan digunung ini dan mengadakan Pie-bu,

mengadu kepandaian ilmu silat, untuk menentukan siapa yang lebih sempurna ilmu

silatnya.

Pertemuan antara jago-jago silat itu terdiri dari berbagai aliran, semua jago-jago

silat, baik dari golongan Hek, hitam, maupun dari golongan Pek, putih, semuanya

berkumpul menjadi satu. Juga orang yang mengambil jalan aliran yang tidak

menentu, yang mempunyai sifat ugal-ugalan, sering membawa lagak semau hatinya,

kadang-kadang berbuat kebaikan dan kadang-kadang melakukan kejahatan, juga

banyak berkumpul digunung Fung-san pada saat itu.

Tetapi karena benyak berkumpulnya jago-jago dari berbagai golongan terkadang

sering juga diantara pertempuran Pie-bu itu terdapat seorang jago dari kalangan Hek
to menggunakan tipu akal muslihat yang licik, yang sering menimbulkan kerusuhan.

Dan, pertemuan besar antara jago-jago silat seluruh daratan Tionggoan itu baru

berakhir setelah menjelang setengah bulan lebih, dengan keluar sebagai Tay-hiap
eng-hiong-tee-it, pendekar besar nomor satu didaratan Tionggoan, adalah Ciang-bun
jin dari Siauw Lim-sie.

Gelar jago nomor wahid itu jatuh kepada Hong-thio Siauw Lim-sie, dan hal itu

sebetulnya memang telah wajar, mengingat bahwa Siauw Lim-sie adalah pusat dari

segala macam ilmu silat yang ada didaratan Tionggoan. Dahulu kala dengan

datangnya Cauw-su Tat-mo kedaratan Tionggoan, tersebarlah ilmu silat alirannya

yang akhirnya terpecah-pecah menjadi beberapa pintu perguruan ilmu silat.

Sebetulnya Ciang-bun-jin diri Bu-tong Pay dan Kun-lun Pay pun mempunyai

kesempatan untuk merperebutkan gelar dari Tay-hiap-eng-hiong-tee-it, tetapi mereka

kalah satu gebrak dan dibawah satu tingkat kalau dibandingkan dengan Hong-thio

Lim Sie, yang kala itu dipegang oleh Pie Goan Sian-su. Maka dari itulah mau tak

mau Ciang-bun-jin Bu-tong Pay dan Ciang-bun-jin dari Kun-lun Pay harus mengalah,

menyerahkan gelar atau jabatan Tay-hiap-eng-hiong-tee-it itu kepada Pie Goan Sian
su, Ciang-bun-jin Siauw Lim-sie itu.

Begitu juga Ciang-bun-jin dari pintu perguruan lainnya yang mengikuti

pertemuan besar itu, Tay-hwee, terdiri berbagai pintu perguruan silat lainnya,

termasuk Go-bie Pay, Tay-kek Pay, Siang-lun Pay, Eng-jiauw Pay.Kolektor E-Book 4

IBU HANTU Ang Yung Sian

Dan dari golongan hitam, Hek-to, berbagai golongan turut ambil bagian,

termasuk dari golongan Hek-siang Pay, Pian-mo Pay dan termasuk orang-orang

Beng-kauw pun ikut serta. Semuanya memperebutkan jabatan dari Tay-hiap-eng
hiong-tee-it, mereka mengeluarkan seluruh kepandaian mereka dan mengerahkan

seluruh apa yang mereka bisa lakukan.

Juga yang dari perorangan banyak yang mengambil bagian, begitu juga dari

pihak kerajaan, banyak yang turut serta untuk memperebutkan gelar tersebut.

Tetapi ketelinga Hong-thio Siauw Lim-sie telah sampai sebuah berita yang

mengejutkannya, yaitu dia mendengar bahwa jago-jago dari pihak kerajaan mau

merebut kedudukan Tay-hiap-eng-hiong-tee-it itu didalam Tay-hwee, atau pertemuan

besar tersebut, hanyalah untuk menguasai jago-jago rimba parsilatan kalau memang

mereka dapat merebut kedudukan.

Sebetulnya Hong-thio Siauw Lim-sie tidak bermaksud untuk memperebutkan

kedudukan sebagai jago nomor wahid didalam rimba persilatan tersebut, tetapi

disebabkan dia mendengar berita itu, maka mau tak mau dia jadi mengambil bagian

dan mati-matian berusaha merebut kedudukan tersebut, agar kedudukan Tay-hiap
eng-hiong-tee-it itu tidak terjatuh ketangan jago-jago dari pihak kerajaan.

Kalau memang kedudukan jago nomor wahid didaratan Tionggoan itu terjatuh

ditangan jago-jago pihak kerajaan, semuanya bisa repot, karena jago kerajaan itu

akan menguasai dan mengendalikan seluruh jago-jago dirimba persilatan untuk

kepentingan kerajaan dari Boan, yang pada saat itu kedudukan raja Boan-ciu

didaratan Tionggoan sebagai penjajah.

Dan nyatanya, Hong-thio Siauw Lim-sie Pie Goan Sian-su telah berhasil

merebut kedudukan Tay-hiap-eng-hiong-tee-it, dan setiap kata-katanya akan didengar

dan dilaksanakan oleh semua jago-jago rimba persilatan.

Soal pertemuan digunung Fung-san tersebut telah terjadi lima tahun yang lalu,

dan sekarang gunung Fung-san tertinggal sepi kembali, hanya tertinggal dan tersisa

pada pemandangannya yang indah permai.

Tetapi biarpun begitu, masih banyak juga jago-jago rimba persilatan yang

melancong ke gunung ini untuk menikmati keindahan alam yang terdapat digunung

tersebut.

Tetapi, selain itu, digunuug Fung-san ini tidak pernah terjadi suatu peristiwa

besar seperti lima tahun yang lalu.

Pertemuan raksasa dari jago-jago didalam kalangan Kang-ouw, sungai telaga

itu, telah berlalu, tertinggal hanya gunung Fung-san yang tetap menjulang dengan

megahnya.

Dan pada hari itu digunung Fung-san, tampak seorang anak muda berpakaian

serba putih, dengan topi dan dandanan sebagai seorang Siu-chay, pelajar, sedang

menunggang seekor kuda yang berbulu serba putih juga, yang dibiarkan jalan

perlahan-lahan dijalan pegunungan Fung-san yang kecil dan sempit itu.

Rupanya pemuda yang berpakaian sebagai pelajar itu sedang menikmati

pemandangan gunung Fung-san, yang tampak disekitarnya, sebentar-sebentar dia

menggumam memuji keindahan gunung ini.Kolektor E-Book 5

IBU HANTU Ang Yung Sian

Wajah pemuda Siu-chay itu sangat tampan, juga tubuhnya yang gemulai itu,

tampak tergoncang-goncang setiap kuda tunggangannya melangkah.

Usia Siu-chay muda itu berkisar diantara delapan belas tahun, dan dengan

alisnya yang tebal, hidungnya yang bangir, dan bibirnya yang tipis, menunggang

diatas kuda yang berbulu putih, menyebabkan tampaknya si Siu-chay gagah sekali.

Hawa udara pagi digunung Fung-san memang menyegarkan dan melapangkan

dada, dan pemuda itu bisa menghirup hawa udara pagi digunung ini dengan penuh

kesegaran.

"Pemandangan yang indah, dengan air terjunnya, dengan segala burung dan

binatang lainnya, dan pohon-pohon Siong serta bunyinya kicauan sang burung yang

berterbangan indah, memang menambah keindahan gunung Fung-san ini!!"

mengumam Siu-chay itu.

Setelah mengumam begitu, si Siu-chay mengedut tali kekang kudanya, sehingga

kuda tunggangannya jalan lebih cepat.

Siu-chay itu tampak menarik napas.

"Hanya sayangnya gunung yang indah ini pada lima tahun yang lalu pernah

dipakai sebagai medan laga dan tanah-tanah pegunungan ini dibanjiri oleh darah
darah yang kotor, darah-darah yang berasal dari orang-orang berhati tamak ingin

memperebutkan gelar Tay-hiap-eng-hiong-tee-it!" mengumam Siu-chay itu lagi.

Tiba-tiba seekor burung elang lewat didekat atas kepalanya sambil

mengeluarkan suara pekikan yang luar biasa nyaringnya.

Siu-chay itu menengadah keatas, memandang kearah burung elang itu yang

telah terbang menjauh.

"Burung elang itu juga menambah keindahan gunung Fung-san ini!"

mengumam Siu-chay itu lagi. "Hanya sayang, burung elang itu juga jahat dan tamak,

dia sering mengincer mangsanya dari atas, seperti juga orang-orang pada lima tahun

yang lalu memperebutkan gelar Tay-hiap-eng-hiong-tee-it!!"

Siu-chay itu menghela napas lagi, dia mengedut kekang kudanya, dan melarikan

kudanya.

Biarpun kuda si Siu-chay berlari agak keras, tetapi tubuh pemuda pelajar itu

tetap bercokol diatas kuda tunggangannya dengan enak, tidak tampak sedikitpun dia

tergoncang dipermainkan oleh larinya sang kuda......!

Tetapi ketika sampai ditikungan jalan pegunungan tersebut, tiba-tiba pelajar itu

menahan tali les kudanya, sehingga kudanya terhenti dengan cepat. Rupanya kuda

tunggangan si Siu-chay yang berbulu mulus serba putih itu sangat jinak dan taat

sekali kepada majikannya.

Si Siu-chay menahan lari kuda tunggangannya, karena dia melihat sebelah muka

terdapat sebuah rumah yang agak besar, yang dibangun digunung yang sepi begitu.

Hal ini memang seharusnya mengherankan, tetapi bagi Siu-chay ini telah biasa,

dia telah menduga, tentu yang menempati rumah itu adalah seorang jago rimba

persilatan yang telah bosan akan keduniawian dan hidup mengasingkan diri disitu.Kolektor E-Book 6

IBU HANTU Ang Yung Sian

Lama si Siu-chay duduk bercokol diatas pelana kudanya, dia mengawasi kearah

rumah itu.

Akhirnya pemuda pelajar ini mengambil keputusan untuk singgah dirumah

terpencil itu.

Dia menjalankan kudanya perlahan-lahan menghampiri rumah tersebut.

Waktu dia sampai dirumah itu, dilihatnya keadaan rumah itu sangat bersih

sekali, pekarangan rumah banyak ditumbuhi oleh berbagai pohon-pohon bunga

tampak terawat bersih.

Si Siu-chay jadi tersenyum.

"Orang yang mengasingkan diri dipegunungan yang sunyi dan sepi ini tentu

seorang yang senang akan keindahan, dan tentu orang itu akan sejiwa dan

sependapat, akan cocok sekali, sebab akupun menyukai keindahan dan kebersihan!!"

pikir si pelajar sambil melompat turun dari kudanya.

Dengan menuntun kudanya si pelajar berbaju putih itu menghampiri rumah

tersebut perlahan-lahan.

Pintu pekarangan rumah itu tertutup. Si Siu-chay mengulurkan tangannya akan

mengetuk daun pintu, tetapi belum lagi tangannya dapat menyentuh pintu itu, dari

dalam telah terdengar orang berkata dengan suara yang perlahan dan ramah sekali,

tetapi jelas sekali terdengarnya. Ini menyatakan orang itu mempunyai kepandaian

Lwee-kang, tenaga dalam, yang sempurna sekali.

"Rupanya hari ini Loo-hu memperoleh seorang tamu dari jauh!!" kata orang

didalam rumah itu. "Silahkan masuk! Silahkan masuk!!"

Siu-chay berpakaian serba putih itu tersenyum, dia memang telah menduga

sebelumnya bahwa yang tinggal dirumah terpencil digunung Fung-san tersebut

adalah seorang jago yang sudah mengasingkan diri.

Dia menambatkan kuda putihnya, kemudian mendorong daun pintu yang tidak

terkunci.

Dengan langkah yang tenang Siu-chay ini melangkah memasuki pekarangan

rumah tersebut.

Dia membungkukkan tubuhnya, dengan merangkapkan kedua tangannya, dia

menjura kearah dalam rumah itu.

"Boanpwee Lie Cie Kiat datang menghunjuk hormat kepada Loo-cianpwee!!"

katanya dengan suara yang nyaring.

Terdengar orang tertawa sabar.

"Selamat datang digubukku yang buruk ini! Selamat datang!!" kata orang

didalam rumah itu. "Silahkan masuk.... anggap dirumah sendiri!!"

Si Siu-chay tersenyum, dia masuk keruangan tengah dari rumah itu.

Begitu masuk keruangan tengah rumah itu, pertama-tama Siu-chay tersebut

melihat perabotan rumah tangga yang sederhana dan terbuat dari bahan kayuKolektor E-Book 7

IBU HANTU Ang Yung Sian

cendana. Bersih sekali ruangan itu, dan si Siu-chay juga melihat seorang lelaki tua

dengan baju panjang dan jenggot dan misainya yang panjang telah berubah putih
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seluruhnya itu menghampiri kearahnya, menyambut kedatangannya.

"Oh, rupanya Loo-hu mendapat penghormatan dari seorang, terpelajar yang mau

singgah digubukku yang buruk ini!" kata lelaki tua itu. "Aku girang menerima

kedatanganmu, Lie Siu-chay!!"

Si pelajar tersenyum, dia membalas menjura kepada lelaki tua itu.

"Bolehkah Boanpwee mengetahui nama besar Loo-cianpwee dan she harum

Loo-cianpwee?" katanya.

Lelaki tua itu tersenyum ramah.

"Loo-hu hanya seorang kasar tak berpendidikan, harap Lie Siu-chay jangan

menertawakan diriku! Aku she Wong dan bernama tunggal Kian. Mari duduk!

Silahkan duduk!"

Melihat penyambutan lelaki tua yang mengaku bernama Wong Kian itu, si Siu
chay jadi malu dan jengah sendirinya, karena Wong Kian menyambut kedatangannya

dengan ramah dan penuh penghormatan.

Dia duduk disebuah kursi kayu cendana dan Wong Kian duduk didepannya.

"Rupanya Lie Siu-chay habis melakukan perjalanan yang jauh?" tanya tuan

rumah dengan ramah.

Si Siu-chay mengangguk.

"Benar Loo-cianpwee, aku sedang melakukan perjalanan menuju ke Kang-lam!"

menyahuti Siu-chay itu, yang menurut pengakuannya bernama Lie Cie Kiat. "Dan

kebetulan Boanpwee lewat digunung Fung-san yang indah ini, maka Boanpwee

mengambil kesempatan untuk menikmati pemandangan gunung Fung-san yang

permai!"

Laki-laki tua itu, Wong Kian, mengangguk-anggukkan kepalanya sambil

mengurut-urut jenggotnya yang panjang dan bibirnya tersenyum.

"Memang! Memang! Pemandangan gunung Fung-san memang terkenal indah!

Bukankah Lie Pian, pujangga yang terkenal pada abad yang lalu pernah mengatakan :

"Hidup sehari dialam yang indah sama dengan hidup seribu tahun dineraka!!".... dan

bukankah dengan keindahan yang ada digunung Fung-san ini Hian-tee bisa panjang

umur!" dan setelah berkata begitu, Wong Kian tertawa gelak-gelak.

Lie Cie Kiat juga tertawa. Manis tertawanya anak muda she Lie ini.

"Benar perkataan Loo-cianpwee!" menyahuti dianya ini. "Perkataan Lie Pian

memang benar dan indah sekali! Ternyata Loo-cianpwee berpengetahuan luas,

sehingga perkataan Lie Pian yang sudah seabad itu masih Loo-cianpwee ingat!!"

Wong Kian tertawa gelak-gelak mendengar perkataan si anak muda she Lie itu,

dia tertawa sampai tubuhnya tergoncang.Kolektor E-Book 8

IBU HANTU Ang Yung Sian

"Kau bisa saja, Hian-tee!!" kata Wong Kian dengan cepat. "Aku orang gunung

mana bisa disamakan dengan yang terpelajar? Tentang perkataan Lie Pian itu hanya

boleh kupetik cerita-cerita orang pandai yang pernah kukenal!!"

Melihat orang merendahkan diri, si pelajar she Lie juga cepat mengeluarkan

kata-kata yang merendah.

Dan Lie Cie Kiat merasa tabiat dan sikap orang sangat cocok dengan dirinya,

juga pengetahuan Wong Kian didalam soal sastra ternyata sangat luas, sehingga

mereka jadi saling tukar pikiran.

Didalam waktu yang singkat sekali, mereka merasa saling cocok, dan mereka

bercakap-cakap sampai menjelang sore tanpa terasa.

Waktu Lie Cie Kiat akan pamitan, Wong Kian telah menahannya, walaupun Cie

Kiat telah memaksa akan berangkat, tetapi tetap saja Wong Kian menahannya.

"Hari sudah menjelang senja, dan sejauh sepuluh lie Hian-tee tidak akan dapat

menjumpai sebuah rumah lagipun! Maka lebih baik Hian-tee bermalam disini saja!!"

desak si tuan rumah dengan ramah.

Cie Kiat jadi tidak enak hati kalau dia menolak terus kebaikan Wong Kian.

Akhirnya dia menerima juga penawaran si kakek.

Cie Kiat diberikan sebuah kamar yang bersih, yang terletak sebelah menyebelah

dengan kamar si kakek.

Cie Kiat merebahkan dirinya dipembaringan yang bersih itu. Dia memang

merasa letih, dan dengan rebah dipembaringan yang menyebabkan keletihannya itu

berangsur-angsur jadi lenyap.

Hanya, yang tidak dimengerti oleh Cie Kiat, dia tidak melihat orang lainnya

selain kakek yang mengaku bernama Wong Kian itu.

Apakah si kakek tua hanya berseorang diri saja menetap ditempat yang begitu

sepi? Lagi pula yang membuat Cie Kiat jadi heran, adalah wajah si kakek yang

guram, seperti sedang menghadapi suatu persoalan yang rumit.

Walaupun tadi mereka telah berpasang omong dengan gembira, mata Cie Kiat

tidak bisa dikelabui, karena dia melihat dibalik tertawa kakek itu tersimpan suatu

kesedihan yang luar biasa, yang tersimpan didasar hati lelaki tua itu.

Sebetulnya Cie Kiat ingin menanyakan kesulitan yang sedang dihadapi oleh

Wong Kian, agar dia bisa membantu kesulitan tuan rumah yang ramah itu, namun

sebagai seorang yang berkelana didalam kalangan Kang-ouw. Cie Kiat mengetahui

benar, bahwa tidak boleh usil terhadap urusan orang. Kalau memang si kakek senang

mendengar bahwa dia mau menolong, tetapi kalau sebaliknya? Atau si kakek jadi

tersinggung dan bergusar, bukankah akan merusak hubungan baik diantara mereka.

Maka dari itu, selama si kakek tidak mau memberitahukan kesulitannya itu, Cie

Kiat juga tidak mau menanyakan urusan orang.

Akhirnya, Cie Kiat jadi tertidur nyenyak, hawa gunung Fung-san yang sejuk

menyebabkan pemuda pelajar she Lie ini terlena dengan nyenyak.....Kolektor E-Book 9

IBU HANTU Ang Yung Sian

*

* *

KETIKA MENJELANG tengah malam, Cie Kiat jadi terbangun dari tidurnya,

karena dia mendengar suara gedebukan yang berisik sekali.

Dengan cepat Cie Kiat melompat dari pembaringannya, tetapi dia tidak lantas

keluar.

Sebagai seorang pengelana didalam kalangan Kang-ouw, maka dengan

sendirinya Cie Kiat mengerti pertarungan Kang-ouw, dia tidak boleh mencampuri

urusan orang. Entah kakek Wong itu didatangi oleh orang yang ingin membalas

dendam atau memang kakek Wong sedang melakukan sesuatu, maka Cie Kiat tidak

boleh terlalu usil mencampuri urusan orang she Wong itu, karena Cie Kiat juga

melihat bahwa Wong Kian memang orang Kang-ouw yang sudah mengasingkan diri.

Kalau sampai dia keluar dan terlihat oleh Wong Kian, mungkin orang she Wong

itu akan salah paham, dan bisa-bisa terjadi kericuhan.

Tetapi sedang Cie Kiat memasang pendengarannya, suara gedebukan yang

berisik itu telah lenyap.

Suasana disekitar ruangan itu jadi sunyi kembali.

Baru saja Cie Kiat ingin kembali kepembaringan untuk melanjutkan tidurnya

yang tadi terganggu, tiba-tiba daun pintu kamarnya diketuk orang dari luar.

"Lie Siu-chay...... Lie Siu-chay!!" terdengar suara Wong Kian, si tuan rumah.

Cie Kiat jadi heran, disampiag itu juga dia mendengar suara Wong Kian

gemetar, seperti ada suatu yang hebat, yang menimpah diri orang she Wong itu.

Cepat-cepat Cie Kiat membuka pintu kamarnya itu, tampak Wong Kian berdiri

dimuka dengan wajah yang agak pucat.

"Ada apa, Wong Loo-cianpwee?" tanya si pemuda she Lie ini.

"Kalau nanti kau mendengar apa saja atau terjadi apa saja, janganlah Hian-tee

keluar dari kamar ini! Keselamatanmu jadi tidak terganggu........" kata Wong Kian

dengan wajah yang pucat. "Dengan berdiam diri didalam kamar, dirimu tidak akan

diganggu oleh siapapun! Kau dengar Hian-tee? Jangan sekali-sekali keluar dari

kamar ini?"

Lie Cie Kiat jadi heran, tetapi dia tetap membawa sikap yang tenang.

"Sebetulnya ada apakah, Loo-cianpwee?" tanyanya dengan cepat. "Bolehkah

Boanpwee mengetahuinya?"

Kakek tua she Wong itu menarik napas dalam-dalam, tampaknya dia gelisah

sekali.

"Malam ini akan terjadi keributan, rumahku akan didatangi oleh beberapa

musuh, dan mereka tidak akan menganggu Lie Siu-chay, asalkan Hian-tee jangan

keluar biarpun apa yang terjadi diluar kamar ini! Mudah-mudahan saja bisaKolektor E-Book 10

IBU HANTU Ang Yung Sian

menghadapi mereka..... tetapi kalau tidak dapat, mereka juga tidak akan mengapa
apakan Hian-tee...... katakan saja kepada mereka kalau sampai mereka memergoki

dirimu, bahwa kau adalah seorang pelancong yang kebetulan bermalam dirumahku!!"

kata Wong Kian.

Cie Kiat mwngangguk, walaupun hatinya masih diliputi kabut keheranan.

"Nah, tutuplah kembali pintu kamarmu ini, Hian-tee!" kata Wong Kian sambil

memutar tubuhnya.

Cie Kiat mengawasi kakek tua she Wong itu berlalu keluar.

Dikunci daun pintu kamarnya perlahan-lahan, anak umda she Lie ini jadi

berpikir, peristiwa hebat apakah yang sedang dialami oleh kakek she Wong itu? Dan

Cie Kiat jadi diliputi oleh berbagai pertanyaan yang tidak terpecahkan.

Dia merebahkan dirinya kembali diatas pembaringannya.

Suasana pada malam itu sangat sunyi sekali.

Tetapi keadaan yang sunyi itu samar-samar dipecahkan oleh suara rintihan

seseorang, perlahan sekali suara rintihan itu, tetapi pendengaran Cie Kiat yang tajam

tetap saja dapat menangkapnya dengan jelas.

Dia jadi tambah heran dan bingung mendengar suara rintihan itu.

Siapakah yang mengeluarkan suara rintihan itu, dan kalau didengar dari suara

rintihan itu menurut Lie Cie Kiat pasti luka orang itu berat sekali dan orang itu sangat

menderita sekali.

Saking tertariknya Cie Kiat turun dari pembaringan kembali, dia menuju

kepintu, dari celah daun pintu dia mengintip keluar.

Tetapi diruang tengah tidak tampak sesuatu apapun.

Rupanya orang yang mengeluarkan suara rintihan itu sedang terluka dan berada

didalam kamarnya Wong Kian.

Cie Kiat berdiri sesaat lamanya didekat pintu kamarnya, sampai akhirnya dia

menghela napas dan kembali kepembaringan.

Direbahkan dirinya dipembaringan tersebut dengan hati penuh diliputi oleh

berbagai pertanyaan yang tidak terpecahkan olehnya.

Lama juga Cie Kiat rebah dengan alam pikiran yang melayang-layang.

Dan dihati pelajar she Lie ini, dia sudah mengambil suatu keputusan, bahwa biar

apa saja nanti yang terjadi, dia harus menolong Wong Kian, karena tuan rumah ini

sangat ramah dan baik hati sekali.

Terbukti saja tadi, tuan rumah she Wong tersebut telah memerlukan datang dan

memberi tahukan bahwa kalau ada apa-apa Cie Kiat diminta jangan keluar dari

kamarnya, itu menunjukkan bahwa si tuan rumah menguatirkan keselamatan diri

tamunya, maka dia berpesan begitu.Kolektor E-Book 11

IBU HANTU Ang Yung Sian

Dan, untuk membalas kebaikan hati si tuan rumah biar apa saja yang akan

menimpah keluarga Wong tersebut, Cie Kiat sudah bertekad akan menolongnya....!

Dan menurut dugaan Cie Kiat, Wong Kian tentunya sedang menghadapi suatu

persoalan yang rumit, mungkin diri orang tua she Wong itu akan didatangi oleh

seorang jago yang kosen luar biasa lebih liehay dari diri Wong Kian sendiri, maka

menyebabkan orang tua she Wong itu jadi gelisah sekali. Dan orang yang berada

didalam kamar Wong Kian, yang mengeluarkan suara rintihan, tentunya kawan

Wong Kian menurut dugaan Cie Bun.

Cie Kiat jadi rebah terus penuh kewaspadaan, matanya tak terpejamkan

sekejappun.

Malam semakin larut, dan hawa udara pegunungan Fung-san yang menerobos

melalui kisi-kisi jendela menyebabkan Cie Kiat dapat merasakan hawa dingin itu.

Tetapi suasana malam yang sunyi digunung Fung-san itu dipecahkan oleh suara

tertawa yang nyaring mengerikan, karena suara tertawa itu selain melengking tinggi,

juga berirama tinggi rendah tak menentu.

Semakin lama suara tertawa yang menyeramkan itu semakin mendekat.

Cie Kiat jadi berwaspada, dia duga musuhnya Wong Kian telah mendatangi.

Ditiupnya api penerangan kamar itu, dan kamar Cie Kiat seketika jadi gelap

gulita.

Suara tertawa yang mengerikan itu akhirnya terdengar berada dekat sekali

dengan rumah Wong Kian.

Selain dari suara tertawa yang mengerikan itu, suara lainnya tak terdengar.

Sunyi sekali.

Didengar dari suara tertawa yang mengerikan itu datangnya begitu cepat, maka

Cie Kiat telah dapat menduga tingginya kepandaian dari orang yang mengeluarkan

suara tertawa tersebut. Tentunya Gin-kang orang itu sudah sempurna sekali.
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gin-kang ialah ilmu entengi tubuh.

Suara tertawa itu akhirnya lenyap, diganti oleh suara ?Braaaaakkkk? yang berisik

sekali, rupanya pintu rumah Wong Kian kena digedor oleh orang yang mengeluarkan

suara tertawa itu sampai pecah berantakan.

"Anjing she Wong.... keluarlah untuk menerima kematianmu!" terdengar suara

bentakan yang menyeramkan.

Tidak ada sahutan, sepi sekali.

Kembali terdengar suara tertawa yang mengerikan.

"Apakah anjing she Wong ini telah berubah menjadi benar-benar seekor anjing

yang pengecut dan tidak tahu malu? Apakah aku perlu masuk kedalam untuk

mengambil jiwamu?" terdengar suara orang yang menyeramkan itu.

Pendengaran Cie Kiat yang tajam dapat mendengar suara langkah kaki yang

perlahan, mungkin Wong Kian telah melangkah keluar dari dalam kamarnya.Kolektor E-Book 12

IBU HANTU Ang Yung Sian

"Bagus! Bagus! Rupanya kau belum berubah menjadi seorang Siauw-cut!!"

terdengar suara orang yang mengerikan dan mendirikan bulu tengkuk itu.

"Loo-hu memang sudah lama menantikan kedatanganmu, Hek Sin Mo!!"

terdengar suara Wong Kian yang sabar sekali. "Dan aku telah siap sedia menerima

kedatanganmu ini!!"

"Bagus! Bagus! Puteramu kemarin masih bernasib bagus, dia bisa terlolos dari

kematian ditanganku karena ada seorang Hwee shio gundul Siauw Lim-sie yang ikut

campur! Hmmm, kepala gundul itu telah kukirim ke Giam-lo-ong..... dan sekarang

jiwa kalian ayah dan anak harus terbinasa ditanganku!!"

"Apakah kau yakin bahwa Loo-hu akan binasa ditanganmu?" tanya Wong Kian

dengan suara yang dingin.

Kembali terdengar orang yang mempunyai suara menyeramkan itu tertawa.

Saat itu Cie Kiat telah membuka pintu kamarnya, dia melompat kebelakang

sebuah tiang penglarian, dan melompat keatas penglarian tersebut dengan ringan

sekali, sehingga tidak terlihat oleh Wong Kian atau orang yang dipanggil oleh kakek

Wong itu sebagai Hek Sin Mo atau iblis hitam.

Begitu Cie Kiat dapat melihat rupa dan wajah orang yang dipanggil Hek Sin Mo

oleh Wong Kian, dia jadi terkejut dan hampir mengeluarkan seruan tertahan.

???

DIANTARA CAHAYA LAMPU penerangan diruang itu, maka wajah Hek Sin

Mo dapat terlihat jelas oleh Cie Kiat.

Hek Sin Mo benar-benar luar biasa.

Wajahnya mengerikan, seperti juga wajah iblis saja.

Lagi pula sangat hitam, dan mungkin itu sebabnya dia diberi julukan Hek Sin

Mo, atau iblis hitam.

Rambutnya yang terurai lepas itu sebagian menutupi wajahnya, bajunya yang

bergedombrangan berkibar tertiup angin yang menerobos masuk kedalam ruangan

itu.

Kala itu Hek Sin Mo sedang berdiri menghadap kearah Wong Kian,

menyeramkan sekali keadaannya, lebih-lebih waktu dia tertawa, tubuhnya tergoncang

dengan hebat.

Wong Kian juga berdiri dihadapan iblis itu dengan tenang, tetapi wajahnya

tampak agak pucat. Dipinggangnya tampak tersoren sebelah pedang, tampaknya

kakek tua itu jadi gagah dan angker sekali.Kolektor E-Book 13

IBU HANTU Ang Yung Sian

"Wong Kian.... telah sepuluh tahun aku mencari-cari dirimu, putera dan ayah,

akhirnya dapat juga kutemui!!" kata Hek Sin Mo dengan suara yang menyeramkan.

"Hmm..... biarpun kau mempunyai sayap untuk terbang, hari ini tidak akan kubiarkan

kau hidup terus.... sakit hati ayahku harus terbalas himpas!"

Wong Kian tertawa tawar.

"Persoalan ayahmu sebetulnya sangat panjang kalau diceritakan, tetapi percuma

saja, biarpun kuceritakan dengan jujur, tentu kau tidak akan mau mempercayainya!!"

kata Wong Kian dengan sabar.

Mendengar perkataan Wong Kian, Hek Sin Mo menggedikkan kepalanya,

sehingga rambutnya itu tersingkap dan tampak kedua matanya yang memancar

bengis serta tajam sekali, seperti juga tusukan sebilah pisau.

"Kau ingin mengatakan bahwa dirimu tidak bersalah didalam soal kematian

ayahku, bukan?" tanya Hek Sin Mo dengan suara menyeramkan. "Bukankah kau

ingin mengelakkan kematianmu dengan bermacam-macam alasan?"

Wong Kian tertawa tawar, wajahnya guram sekali, tampaknya dia berduka.

"Jadi sudah kukatakan, biarpun kuceritakan panjang lebar dengan penuh

kejujuran, dan menyatakan bahwa aku tidak bersalah didalam soal kematian ayahmu,

toh kau tidak akan mempercayainya! Baiklah..... kalau memang kau mau membunuh

Loo-hu, bunuhlah! Majulah!!" dan dari suaranya, dapat diketahui bahwa si kakek she

Wong itu telah putus asa dan sangat berduka campur perasaan gusar.

Kembali Hek Sin Mo tertawa gelak-gelak dengan nada suara mengandung

ejekan.

"Kau tidak perlu mengeluarkan alasan-alasan yang tidak masuk akal!" bentak

Hek Sin Mo dengan suara yang menyeramkan. "Aku mempunyai banyak bukti-bukti

bahwa kaulah yang telah membunuh ayahku!!"

Wong Kian menarik napas berduka.

"Baiklah! Karena kau telah menuduhku terus menerus bahwa diriku adalah

pembunuh ayahmu, akupun tidak ingin menyangkalnya lagi! Majulah....... bunuhlah

aku!!" kata si kakek she Wong tersebut.

"Anjing she Wong, apakah kau bermaksud untuk mengadakan perlawanan

disaat-saat kematianmu ini?" bentak Hek Sin Mo dengan suara yang menyeramkan.

Dia tampaknya mulai bersiap-siap akan menyerang.

Kembali Wong Kian menarik napas berduka, dia mencabut pedangnya

diangkatnya pedang itu, dipandanginya sesaat lamanya, kemudian tahu-tahu dia

melemparkan pedangnya itu kesamping, sehingga jatuh bergontrangan dilantai?

"Bunuhlah! Aku tidak akan memberikan perlawanan!" kata Wong Kian

kemudian dengan suara yang perlahan sekali, rupanya dia telah mengetahui liehaynya

Hek Sin Mo, dan akan percuma saja dia memberikan perlawanan, karena akan lebih

tersiksa lagi.

Si iblis tertawa menyeramkan sekali.Kolektor E-Book 14

IBU HANTU Ang Yung Sian

"Bagus! Bagus!" katanya dengan suara yang mendirikan bulu tengkuk.

"Ternyata kau memang tahu diri!!"

Dan setelah berkata begitu, Hek Sin Mo mengibaskan lengan jubahnya, dia

bersiap-siap akan menyerang.

Tetapi selagi iblis hitam itu akan menyerang Wong Kian, tiba-tiba dari dalam

kamar menerobos keluar sesosok bayangan dengan cepat menubruk kearah si iblis!

"Kalau memang kau mau membunuh, bunuhlah aku! Bunuhlah aku! Ayahku

tidak bersalah apa-apa!!" teriak sosok bayangan itu dengan kalap.

Wajah Wong Kian jadi pucat pasi.

"Tie-jie..... kembali!" bentak Wong Kian dengan suara yang keras.

Tetapi sudah terlambat, sosok bayangan yang kalap itu telah menubruk si iblis

hitam dengan sebilah pedang ditangannya, dan mata pedang tampak mengincer

kearah dada Hek Sin Mo.

Hek Sin Mo terkejut hanya sesaat, untuk kemudian dia tertawa dingin.

Tampak si iblis menggerakkan tangannya, dan terdengarlah suara jeritan yang

menyayatkan hati.......... mendirikan bulu tengkuk.

Tubuh Wong Kian tampak mengejang, tubuhnya gemetar dan wajahnya pucat

pasi.

Apa yang telah terjadi?

Cie Kiat juga mementang matanya lebar-lebar untuk melihat apa yang terjadi,

dan waktu dia telah dapat melihat dengan tegas, hati anak muda she Lie ini jadi

menggidik sendirinya.

Tampak Hek Sin Mo berdiri dengan jari-jari tangannya berlumuran darah, iblis

itu telah tertawa gelak-gelak dengan suara yang menyeramkan.

Juga tampak orang yang menubruk si iblis, yang dipanggil oleh Wong Kian

dengan sebutan Tie-jie, anak Tie, masih berdiri menjublek, kemudian ambruk

kelantai dengan kepala berlumuran darah, rupanya batok kepalanya telah ditembusi

oleh kelima jari tangan dari si iblis!!

Inilah hebat!

Tie-jie, anak Tie itu telah binasa dengan mengenaskan sekali!

Dan, itulah suatu kematian yang benar-benar mengerikan sekali!

Cie Kiat sendiri sampai menggidik melihat keganasan Hek Sin Mo.

Tampak Wong Kian masih berdiri seperti mayat hidup, wajahnya pucat dan

tubuhnya gemetar, menahan perasaan sedih, gusar dan penasaran menjadi satu.

Tie-jie, anak Tie, adalah putera tunggalnya, maka menyaksikan kebinasaan

putera tunggalnya itu didepan matanya sendiri, bisa dibayangkan kesedihan yang

diderita kakek tua she Wong ini.Kolektor E-Book 15

IBU HANTU Ang Yung Sian

Kala itu si iblis hitam telah tertawa gelak-gelak lagi dengan suara yang

menakutkan.

"Lihat! Puteramu memang tolol!" katanya dengan suara yang serak

menyeramkan. "Tadi sore dia lolos dari tanganku, karena dia memperoleh In-jin, tuan

penolong, tetapi dengan tidak terduga dia telah mengantarkan jiwanya dengan cuma
cuma! Hmmm..... dasarnya memang ayah dan anak harus binasa ditanganku!!"

Dan setelah berkata begitu, si iblis menatap dengan pancaran mata yang

menyeramkan.

Tubuh Wong Kian jadi menggigil menahan perasaan duka dan gusar didalam

hatinya.

"Kau.... kau.... kau benar-benar iblis laknat!!" maki Wong Kian dengan suara

yang gemetar menahan perasaan murka yang bukan main.

Melihat sikap Wong Kian, Hek Sin Mo tertawa mengejek.

"Kaupun akan segera menyusul puteramu itu!!" katanya dengan suara yang

menyeramkan, karena suaranya itu tidak mengandung perasaan sedikitpun.

Wong Kian menyadari, bahwa dia tidak akan sanggup melawan iblis ini, tetapi

karena menyaksikan kematian putera tunggalnya itu didepan matanya sekali, maka

rasa gusar dan nekad telah menguasai diri kakek ini.

"Baiklah! Hari ini aku adu jiwa denganmu, iblis laknat!!" teriak Wong Kian

dengan kalap, dia mengambil pedangnya yang tadi telah dilemparkan keatas lantai.

Hek Sin Mo mengeluarkan suara yang aneh, seperti suara raungan.

Sedang si kakek membungkuk akan mengambil pedangnya, Hek Sin Mo telah

menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat menubruk kearah Wong Kian.

Maksud si iblis sebelum Wong Kian bisa menjangkau pedangnya itu, dia mau

menghabiskan terlebih dahulu riwayat hidup kakek itu.

Tetapi biar bagaimana Wong Kian adalah seorang jago silat yang kosen, begitu

dia merasakan samberan angin dari cengkeraman tangan Hek Sin Mo pada batok

kepalanya, cepat-cepat dia mengegoskan kepalanya kesamping, sehingga

cengkeraman tangan Hek Sin Mo jadi jatuh pada tempat kosong.

Hek Sin Mo melihat serangannya gagal menemui tempat kosong, jadi tambah

gusar.

Dengan cepat dia menarik pulang tangannya itu, disusul oleh tangan lainnya

yang disapukan dari samping kearah batok kepala Wong Kian.

Tangan Hek Sin Mo yang satu ini juga bermaksud akan mencengkeram kepala

Wong Kian.

Kalau memang sampai batok kepala Wong Kian kena dicengkeram oleh jari-jari

tangan Hek Sin Mo, maka akan habislah hidup kakek tua she Wong itu, karena

kepalanya akan kena ditoblos bolong oleh kelima jari-jari tangan Hek Sin Mo yang

sangat berbahaya.Kolektor E-Book 16

IBU HANTU Ang Yung Sian

Pada saat itu Wong Kian telah berhasil mengambil pedangnya, dan dia

merasakan samberan angin serangan kepala pada batok kepalanya, maka tanpa

menoleh lagi, disaat dia memutar tubuh, tangannya juga bergerak, ditangannya mana

tercekal pedangnya, sehingga ujung pedang itu mengincer akan merobek perut Hek

Sin Mo.

Si iblis agak terkejut melihat kenekadan dari Wong Kian.

Jurus yang digunakan oleh kakek tua she Wong itu adalah jurus untuk mengadu

jiwa.

Dan dengan menggerakkan pedangnya itu, si kakek she Wong bermaksud untuk

binasa bersama.

Hek Sin Mo jadi mengeluarkan seruan tertahan dan cepat-cepat mengenjotkan

kakinya sehingga tubuhnya melambung tinggi, pedang Wong Kian lewat dibawah

kakinya.
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hek Sin Mo memang kosen sekali.

Disaat tubuhnya sedang melambung begitu, disaat dia sedang melayang tahu
tahu kedua kakinya bergerak secara berantai.

Si iblis bermaksud akan menendang kedua mata Wong Kian.

Kalau sampai mata Wong Kian kena ditendangnya, pasti si kakek akan

kehilangan ketenangan dan keseimbangan tubuhnya, dan dengan mudah si iblis akan

membinasakannya!

Tapi Wong Kian bukan orang lemah, dia bisa bergerak cepat.

Waktu melihat sabetan pedangnya itu gagal mengenai sasarannya, dengan cepat

dia telah melompat kesamping, sehingga tendangan kedua kaki Hek Sin Mo kembali

mengenai tempat kosong.

Dan menggunakan kesempatan sedang si iblis terapung diudara, dikala kedua

kakinya terulurkan dalam tendangan berantainya, maka Wong Kian menyabetkan

pedangnya, dengan maksud akan memapas putus kedua kaki lawannya.

Hek Sin Mo jadi terkejut.

Tetapi dia liehay, maka walaupun kedua kakinya sedang terancam bahaya

buntung, toh tetap saja dia dapat bersikap tenang.

Dengan cepat dia menggunakan jurus memberati tubuh seribu kati.

Dengan begitu tubuhnya jadi meluncur turun lebih cepat.

Dan, disaat tubuhnya meluncur turun begitu, maka Hek Sin Mo mengulurkan

tangannya, dengan menggunakan kedua jari tangannya dia menotok kearah biji mata

Wong Kian, dengan maksud akan menarik keluar biji mata lawannya!

Wong Kian terkejut juga melihat lawannya selain dapat menghindarkan

serangan pedangnya, malah telah berbalik menyerang dirinya.

Dia sampai mengeluarkan jeritan tertahan saking terkejut.Kolektor E-Book 17

IBU HANTU Ang Yung Sian

Untuk menarik pulang pedangnya jelas sudah tidak keburu.

Dan untuk melompat menghindarkan serangan itu, juga sudah tidak akan

keburu.

Maka akhirnya si kakek jadi nekad.

Dengan tidak memperdulikan kedua matanya akan buta tercongkel oleh kedua

jari tangan Hek Sin Mo, dia telah memutar pedangnya, yang ditusukkan kepada perut

si iblis.

Hek Sin Mo memang telah bersiap-siap, maka disaat dia melihat orang akan

mengadu jiwa dan pedangnya menyambar dengan cepat, maka si iblis telah

mengulurkan tangannya, tangan yang satunya lagi, dipakai untuk menyentil pedang

Wong Kian, sehingga pedang itu tergetar dan terpental hampir terlepas dari cekalan

tangan kakek she Wong itu.

Sedangkan tangan kanannya yang dipakai untuk menotok kedua biji mata Wong

Kian masih meluncur terus.

Hati si iblis jadi girang, dia duga serangannya pasti akan berhasil.

Sedangkan Wong Kian sendiri waktu merasakan pedangnya kena disentil oleh si

iblis sampai terpental dan menimbulkan perasaan sakit pada telapak tangannya,

habislah seluruh harapan si kakek untuk hidup terus.

Dia pasrah saja dengan memejamkan matanya menunggu saat-saat kematiannya.

Tetapi, berbareng dengan Wong Kian mendengar Hek Sin Mo menjerit

kesakitan.

Si kakek Wong, jadi heran, dia membuka matanya, dan dilihatnya si iblis sedang

melompat mundur memegangi tangan kanannya, dimana kedua jari tangannya yang

dipakai untuk menotok mata Wong Kian tadi, tersapat putus! Darah tampak mengalir

keluar.

Wajah si iblis jadi pucat sekali.

Wong Kian jadi heran, tetapi seketika itu juga dia mengetahui bahwa dirinya

telah ditolong oleh seseorang yang berkepandaian tinggi sekali.

Maka hati kakek she Wong ini jadi girang sekali, dia jadi mempunyai harapan

untuk hidup terus.

Hati si kakek Wong Kian jadi bertanya-tanya, siapakah yang telah menolong

dirinya? Tentunya orang itu seorang tokoh rimba persilatan yang mempunyai nama

sangat harum, sebab telah bisa melukai si iblis hitam yang terkenal ganas dan liehay

ini......... dengan matanya, Wong Kian menatap sekeliling ruangan itu, tetapi tidak

tampak seorang manusiapun!

*

* *Kolektor E-Book 18

IBU HANTU Ang Yung Sian

TERNYATA yang telah menolong dan menyelamatkan jiwa Wong Kian adalah

pemuda pelajar yang bernama Lie Cie Kiat, yang kala itu sedang bersembunyi

dipenglarian tiang rumah itu.

Sedangkan si iblis hitam yang telah tersapat kedua jari tangannya, jadi

memandang dengan mata mencilak keseluruh ruangan itu.

Tampaknya dia murka sekali.

Tadi disaat serangannya hampir mengenai sasarannya, disaat kedua jari

tangannya akan berhasil mengorek biji mata Wong Kian, dengan tidak terduga,

manyambar dua buah pisau kecil, yang telah menyabet dan menabas putus kedua jari

tangannya.

Maka dari itulah Hek Sin Mo segera mengetahui bahwa Wong Kian telah

dibantu oleh seorang jago yang kosen sekali, yang tidak mau menampakkan dirinya.

Dengan murka Hek Sin Mo menatap kearah Wong Kian.

"Hmmm..... aku tidak sangka bahwa kau adalah seorang manusia yang rendah

sekali!" memaki si iblis dengan suara yang menyeramkan. "Apakah dengan meminta

pertolongan seseorang kau ingin membokongku? Hmm, tak mudah! Kau tetap harus

binasa ditanganku!" dan setelah berkata begitu, si iblis hitam telah melompat akan

menubruk dan mencengkeram kepala Wong Kian dengan tangannya yang masih

utuh.

Tetapi Wong Kian telah mantap hatinya.

Ketenangannya telah pulih!

Maka dari itu, dengan cepat dia menggerakkan pedangnya akan menabas tangan

orang yang menyambar kearah batok kepalanya.

Tetapi Hek Sin Mo seperti telah kalap, dengan cepat dia telah menarik pulang

tangannya itu, dan dipakai untuk menyerang lagi.

Kalau memang dibandingkan kepandaian Wong Kian dengan Hek Sin Mo,

maka Wong Kian masih kalah satu tingkat.

Itulah sebabnya, sekarang dikala si iblis telah membarengi menyerang lagi

dengan nekad, si kakek she Wong itu jadi terdesak hebat.

Dengan cepat-cepat melompat mundur, dia menjauhi diri si iblis.

Melihat orang melompat kebelakang menjauhi dirinya, dia tertawa mengejek.

"Apakah kau masih tidak mau memperlihatkan diri?" bentak si iblis dengan

suara yang bengis.

Tetapi si iblis membentak bukannya untuk menyerang Wong Kian, melainkan

tangannya itu terayun, dan terdengar suara ?serrrrr, serrrrr?, berulang kali, rupanya dia

menyerang kearah atas penglarian tiang rumah itu dengan senjata rahasia yang

berbentuk jarum yang halus-halus.

Cie Kiat tadi tanpa sengaja telah mengeluarkan suara seruan tertahan, karena

melihat jiwa Wong Kian terancam bahaya kematian, dan suara seruan tertahannyaKolektor E-Book 19

IBU HANTU Ang Yung Sian

yang sangat perlahan sekali itu, yang mungkin tidak akan terdengar oleh manusia

biasa, telah menyebabkan si iblis mengetahui tempat persembunyiannya.

Jarum-jarum halus yang dipakai oleh Hek Sin Mo untuk menimpuk Cie Kiat

diatas penglarian itu, meluncur dengan kecepatan yang luar biasa.

Terdengar suara ?iiiihhhh?, disusul oleh suara ?tring-tring-tring? berulang kali

tampak jarum-jarum halus yang dilemparkan oleh Hek Sin Mo berhamburan jatuh

keatas lantai.

Si iblis terkejut.

Tadi dia menyerang dengan tiba-tiba, dan itu dapat disebut setengah

membokong.

Tetapi orang yang diserang dan sedang bersembunyi diatas penglarian itu dapat

menangkis jarum-jarum halus miliknya itu, dan itu menandakan bahwa orang yang

sedang bersembunyi itu sangat kosen sekali.

Si iblis jadi terkejut juga.

Dia mengawasi kearah penglarian.

Tampak sesosok bayangan putih melayang turun.

Waktu Hek Sin Mo mengawasi dengan tegas, tampak olehnya dihadapannya

berdiri seorang pelajar berpakaian serba putih.

Wajah Siu-chay itu sangat ganteng dan gagah sekali, tampan gemulai.

Mata Hek Sin Mo jadi mencilak bermain tak hentinya.

Rupanya iblis tersebut sangat gusar sekali.

Siu-chay itu yang tak lain tak bukan dari Lie Cie Kiat, begitu melompat turun

dihadapan si iblis, dia telah tersenyum manis sekali.

Sikap Cie Kiat sangat tenang sekali.

"Maaf! Maaf!" kata Cie Kiat dengan suara yang sabar. "Tadi Hak-seng telah

begitu berani lancang ikut campur urusan Jie-wie.... tetapi mengingat bahwa mata

adalah alat yang terpenting bagi manusia, maka kalau sampai Wong Loo-cianpwee

kehilangan kedua biji matanya, bukankah itu harus dibuat sayang."

Betapa gusarnya Hek Sin Mo mendengar perkataan si pelajar berpakaian serba

putih ini, tubuh si iblis jadi menggigil gemetaran menahan hawa amarahnya.

"Pelajar bau, ada sangkut paut apa kau dengan anjing she Wong itu?" tegur si

iblis dengan suara yang menyeramkan.

Muka Hek Sin Ho memang telah menyeramkan sekali, pandangan matanya juga

sangat menakutkan, apa lagi sekarang dia sedang bergusar, maka tampaknya lebih

menyeramkan lagi.

Tetapi Cie Kiat dapat bersikap tenang sekali, dia tetap tersenyum dengan manis.Kolektor E-Book 20

IBU HANTU Ang Yung Sian

"Hak-seng adalah orang pelancongan, dan kebetulan Hak-seng kemalaman,

sehingga Hak-seng jadi bermalam dirumah Wong Loo-cianpwee!" menyahuti Cie

Kiat dengan cepat. "Mengingat kebaikan Wong Loo-cianpwee yang telah

memperlakukan diriku dengan baik serta ramah tama, maka biar bagaimana aku

harus membalas budi kebaikan Wong Loo-cianpwee! Bagaimana aku bisa berdiam

diri saja kalau memang jiwa Wong Loo-cianpwee terancam didepan mataku?! Maka,

Hak-seng minta agar Heng-thay mau memberikan kelonggaran bagi selembar jiwa

Wong Loo-cianpwee! Persoalan diantara Jie-wie memang tidak ingin Hak-seng

ketahui sedikitpun dan persoalan Jie-wie memang tidak ingin Hak-seng ketahui.......

dengan memberanikan diri Hak-seng ingin meminta kebijaksanaan Heng-thay agar

membebaskan Wong Loo-cianpwee dari kematian!"

Wajah Hek Sin Mo yang sudah hitam jadi semakin hitam karena gusarnya.

"Pelajar setan!" bentaknya dengan suara yang menyeramkan. "Setelah kau

menabas putus kedua jari tanganku, masih kau berani meminta pengampunan bagi

selembar jiwa anjingnya orang she Wong itu?"

Cie Kiat tetap membawa sikapnya yang tenang.

"Tenang Heng-thay!" katanya sambil tersenyum. "Kau harus berpikir dengan

kepala dingin. Bukankah Heng-thay telah membunuh putera Wong Loo-cianpwee,

maka kedua jari tangan Heng-thay itu adalah imbalannya saja! Sebetulnya kalau

memang mau diperhitungkan hutang piutang ini, Heng-thay masih untung......!"

Tenang sikap Cie Kiat, dia membahasakan orang dengan sebutan Heng-thay,

yang artinya saudara, sedangkan untuk dirinya dia membahasakan Hak-seng, suatu

sebutan aku yang merendah.

Wajah Hek Sin Mo jadi berubah merah padam, dia gusar sekali, sampai

tubuhnya gemetaran.

Atau dengan tidak terduga dia membentak keras, tahu-tahu tubuhnya telah

melompat menerjang kearah Cie Kiat, jari-jari tangannya terpentang menyeramkan

sekali........!

???

WONG KIAN sejak Cie Kiat muncul dengan tiba-tiba dan dirinya tertolong

dari kematian oleh pemuda pelajar ini, hatinya jadi tergoncang hebat, dia jadi

menatap kesima kepada Cie Kiat, karena sedikitpun dia tidak menyangka bahwa

pelajar yang lemah gemulai itu liehay sekali ilmu silatnya.

Maka dari itu, waktu melihat Hek Sin Mo menyerang dengan hebat kepada Cie

Kiat, tanpa disadarinya Wong Kian jadi berteriak : "Hati-hati Lie Hian-tee!!"Kolektor E-Book 21

IBU HANTU Ang Yung Sian

Cie Kiat menoleh dan tersenyum kepada Wong Kian, menyatakan rasa terima

kasihnya atas perhatian si kakek terhadap keselamatan dirinya.

Setelah itu, dikala cengkeraman tangan Hek Sin Mo yang telah sampai dekat

dengan batok kepalanya dan disertai angin yang keras sekali, Cie Kiat dengan cepat
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggeser kakinya setindak kesamping, dan dengan berputar setengah lingkaran, dia

telah dapat mengelakan serangan si iblis.

Hek Sin Mo terkejut melihat cara mengelakkan serangan dari si anak muda

pelajar itu.

Dia juga heran, karena gerakan Cie Kiat begitu gesit dan lincah sekali.

Tetapi karena dia telah dikuasai oleh hawa amarah yang meluap-luap, maka

dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras, kembali dia menerjang menyerang.

Kedua tangannya sekaligus terjulur, jari-jari tangannya terpentang lebar seperti

juga kuku garuda yang terpentang.

Jari tangannya yang terluka tertabas putus, masih tampak mengalirnya si darah

merah........... sehingga dengan muka yang hitam legam dan rambut yang terurai lepas

itu, benar-benar si iblis jadi menyeramkan sekali.

Cie Kiat tertawa dingin, dia melihat orang selalu menyerang dengan jurus yang

mematikan.

Pelajar she Lie ini jadi gusar juga.

Dia lihat orang telengas dan tidak boleh diberi hati.

Maka dari itu, sambil mengeluarkan suara siulan yang panjang, tahu-tahu tubuh

pemuda ini berputar, kaki kirinya tertekuk dalam-dalam, dan tahu-tahu tangannya

yang kanan telah menerobos dengan kuat akan menggempur dada si iblis hitam

tersebut.

Hek Sin Mo kembali jadi terkejut. Dia sampai mengeluarkan seruan tertahan dan

cepat-cepat menarik pulang serangannya.

Dia melompat kebelakang dengan mandi keringat dingin.

Tak diduga olehnya, didalam usia begini muda ternyata pelajar she Lie itu telah

mempunyai kepandaian yang luar biasa liehaynya.

Dengan mata yang bengis dan sambil mengerutkan sepasang alisnya dia

mengawasi Lie Cie Kiat dengan penuh kegusaran.

"Siapa kau sebetulnya, bocah?" bentak Hek Sin Mo dengan suara keras

mengguntur.

Cie Kiat tertawa, dia mengibaskan bajunya perlahan-lahan, menyentil bajunya

yang putih bersih itu dengan jari tangannya.

"Hak-seng she Lie dan bernama Cie Kiat, dan bolehkah Hak-seng mengetahui

nama besar Heng-thay?" kata Cie Kiat tetap tersenyum.Kolektor E-Book 22

IBU HANTU Ang Yung Sian

Betapa gusarnya si iblis, karena orang selalu bersikap tenang dan seperti tidak

memandang sebelah mata padanya, maka dengan mendengus sengit, dia berteriak

dengan suara yang melengking tinggi : "Orang she Lie...... terimalah kematianmu!"

dan kedua tangan Hek Sin Mo telah bergerak menyerang dengan hebat lagi.

Tetapi biar bagaimana Lie Cie Kiat adalah seorang pemuda yang perkasa, kosen

sekali, maka dia melihat datangnya serangan itu dengan bibir tetap tersungging

senyuman.

Didalam hati si pemuda she Lie ini juga berpikir bahwa dia tidak berlaku terlalu

sungkan dan baik hati terhadap si iblis, karena tanpa dihajar si iblis tentu tidak akan

jeri.

Maka dari itu, Cie Kiat menunggu tibanya serangan dari si iblis hitam tersebut.

Disaat kedua serangan tangan Hek Sin Mo hampir mengenai sasarannya, maka

Cie Kiat tahu-tahu mengeluarkan suara siulan, tubuhnya berputar-putar dengan cepat

seperti juga bayangan, sehingga Hek Sin Mo jadi terkejut.

Saking kagetnya Hek Sin Mo jadi merandek, dan mengawasi saat kearah

berputarnya Cie Kiat, agar dia dapat menyerang lagi.

Tetapi si iblis telah melakukan suatu kesalahan besar didalam seumur hidupnya.

Karena dia merandek begitu, tahu-tahu ?dukkkkk!? tangan Cie Kiat telah

menggempur dada si iblis, gempuran Cie Kiat kuat sekali, sehingga Hek Sin Mo

bersuara ?hekkk? dan tubuhnya terguling, terjerembab dilantai.

Tetapi Hek Sin Mo adalah seorang iblis yang liehay sekali, dia bisa bergerak

dengan cepat, begitu tubuhnya menyentuh lantai, dia sudah melompat bangun dengan

jurus ?Iee-ie-ta-teng? atau ?ikan gabus meletik? dan waktu sudah dapat berdiri tetap

kembali, tampak wajah Hek Sin Mo sangat pucat serta bibirnya bergemetaran.

"Kau.... kau...." suara si iblis tidak lampias waktu dia berkata begitu.

Cie Kiat tertawa kecil melihat lagak si iblis. Sikap pemuda she Lie ini tenang

luar biasa.

"Tadi Hak-seng telah katakan, kalau dihitung laba-ruginya, maka Heng-thay

masih beruntung hanya kukutungi kedua jari tanganmu saja." kata Cie Kiat dengan

suara yang sabar. "Coba kalau memang aku bermaksud jahat, bukankah dengan

mudah aku dapat membunuhmu? Membinasakan diri Heng-thay sama mudahnya

seperti juga membalik telapak tangan..... Heng-thay masih memerlukan latihan

selama tiga puluh tahun untuk dapat menandingi diriku! Hmm, kepandaian yang

dimiliki oleh Heng-thay itu sama sekali tak ada artinya untukku!"

Betapa gusar dan mendongkolnya Hek Sin Mo.

Seumur hidupnya baru kali ini dia dihina orang tanpa daya.

"Orang she Lie!" akhirnya dia membentak dengan suara yang bengis. "Baiklah

hari ini aku rubuh ditanganmu, tetapi kau ingat, tiga tahun lagi aku akan mencarimu!

Biarpun kau lari keujung bumi atau belahan bumi mana saja, hmmm, aku pasti akan

berada disitu juga! Tentang jiwa anjing orang she Wong itu biarlah kuberi

pengampunan selama tiga tahun, nanti setelah membinasakan dirimu baru akanKolektor E-Book 23

IBU HANTU Ang Yung Sian

kubinasakan dia!" dan setelah berkata begitu tahu si iblis hitam telah mengenjotkan

kakinya, tubuhnya melesat keluar..... didalam waktu yang singkat sekali dia telah

lenyap ditelan kegelapan malam....

Melihat si iblis telah berlalu, Wong Kian cepat-cepat menghampiri Lie Cie Kiat.

Dia menekuk kedua kakinya berlutut didepan Cie Kiat.

"In-jin telah menolong selembar jiwa tuaku.... dan aku berterima kasih sekali,

entah dengan apa Loo-hu harus membalas budi kebaikan In-jin ini!!" kata si kakek

dengan suara yang berduka sekali, wajahnya juga sangat pucat.

Cie Kiat cepat-cepat menyingkir kesamping, dia tidak mau menerima pemberian

hormat dari si kakek.

"Jangan begitu, Wong Loo-cianpwee!" kata Cie Kiat dengan cepat. "Tadi

kebetulan memang aku ingin menghajar iblis jahat itu..... hanya sayang, aku tidak

keburu untuk menolong jiwa puteramu itu.....!!" dan Cie Kiat melirik kearah mayat

Tie-jie yang masih menggeletak dilantai dengan bermandian darah merah yang telah

membeku.

Mendengar disebutnya puteranya itu, air mata si kakek she Wong jadi tidak bisa

dibendung lagi.

Dia menangis dengan tubuh yang tergetar, sedangkan Cie Kiat jadi repot

membujuknya.

Sebagai seorang jago kawakan, maka dengan cepat Wong Kian dapat menguasai

perasaannya.

Cepat sekali dia bisa menguasai dirinya dan tidak menangis lagi.

Dengan muka yang berduka, dia berkata perlahan sekali : "Ah, rupanya memang

sudah karma....... nasib Tie-jie yang jelek, dia harus berpulang terlebih dahulu!"

mengumam kakek tua she Wong itu dengan sedih.

Cie Kiat cepat-cepat menghiburnya lagi.

"Wong Loo-cianpwee!" kata Cie Kiat akhirnya. "Bolehkah aku mengetahui

persoalan yang terjadi antara Loo-cianpwee dengan iblis itu?"

Si kakek she Wong menghela napas.

"Ya, semuanya telah terjadi, dan kukira tidak ada salahnya kuceritakan

semuanya kepadamu, Hian-tee!" kata Wong Kian. "Peristiwa ini sebetulnya diawali

oleh suatu peristiwa pada enam belas tahun yang lalu....." dan Wong Kian mulai

menuturkan sebab musabab dari persengketaannya dengan Hek Sin Mo.

*

* *

ENAM BELAS tahun yang lalu, Wong Kian dan puteranya yang bernama

Wong Siang Tie, menetap dikampung Eng-sian-chung didalam bilangan wilayah In
lam.Kolektor E-Book 24

IBU HANTU Ang Yung Sian

Saat itu sebetulnya Wong Kian memang sudah ingin mencari suatu tempat yang

sepi untuk hidup menyendiri, menjauhkan diri dari segala keramaian duniawi.

Sebagai seorang jago yang kosen dan berpergalaman, Wong Kian bermaksud

akan mendidik Wong Siang Tie, puteranya itu, yang kala itu berusia dua puluh tahun,

didalam segi ilmu silat dan surat, agar puteranya ini menjadi Bun Bu Coan-chay,

pandai ilmu surat dan pandai ilmu silat.

Tetapi Wong Siang Tie kurang cerdas, sehingga Wong Kian agak berduka,

karena puteranya itu mempunyai harapan yang tipis untuk menjadi, seorang pendekar

yang menonjol.

Maka dari itu dengan tekun, Wong Kian mendidik puteranya tersebut dengan

penuh kesabaran.

Pada suatu hari, dikala Wong Kian sedang duduk berangin dimuka rumahnya,

karena siang itu hawa udara sangat panas, tampak berlari-lari mendatangi Loo-sam,

seorang lelaki tua yang menjadi tetangganya.

"Kian-heng..... cepat kau lihat!" teriak Loo-sam begitu dia sampai didekat Wong

Kian, sehingga mengejutkan orang she Wong ini. "Lihatlah Kian-heng puteramu

itu.... dia berkelahi hebat sekali! Oh...... sampai terjadi peristiwa berdarah!! Lihatlah

cepat....!" pucat sekali wajah si Loo-sam itu.

Wong Kian juga terkejut mendengar laporan Loo-sam, tanpa bertanya lebih

lanjut, dengan cepat Wong Kian berlari dengan Gin-kangnya menuju ketempat yang

ditunjuk oleh Loo-sam.

Benar saja, waktu Wong Kian sampai didekat pasar, disebelah utara kampung

itu, tampak Wong Siang Tie, puteranya, sedang dikeroyok oleh beberapa anak muda.

Ditanah bergelimpangan empat atau lima anak muda yang telah menjadi mayat!

Tampak sekali, Siang Tie sedang mengamuk dengan kalap, dan beberapa orang

anak muda yang mengeroyoknya berusaha bisa merubuhkan diri Siang Tie.

Waktu Wong Kian sampai ditempat peristiwa tersebut, dia membentak dengan

suara yang mengguntur, karena dia sangat gusar : "Tie-jie...... tahan!!"

Siang Tie jadi terkejut mendengar bentakan ayahnya, dia jadi gugup, dengan

cepat dia melompat mundur kedekat ayahnya.

Anak-anak muda yang mengeroyok dirinya jadi menahan senjata masing-masing

waktu melihat Wong Kian.

Salah seorang yang bernama Pie Kim Ceng, seorang anak muda yang terkenal

paling bergajulan dikampung itu, yang termasuk mengeroyok Wong Siang Tie telah

maju kedepan.

"Wong Lo-peh!" katanya dengan berani. "Puteramu telah membunuh beberapa

kawan kami, maka biar bagaimana kami harus membunuhmu pula! Hutang jiwa

harus dibayar dengan jiwa!!"

Wajah Wong Kian jadi berubah merah padam.Kolektor E-Book 25

IBU HANTU Ang Yung Sian

"Sebetulnya peristiwa apakah yang telah menyebabkan kalian jadi saling hantam

begini?" tegurnya dengan tidak senang.

"Puteramu pulang dalam keadaan mabok, dan tidak keruan, tidak hujan tidak

angin, tahu-tahu dia menyerang kami dengan pedangnya itu, sehingga terpaksa kami

mengadakan perlawanan...... dan lihatlah! Beberapa kawan kami telah binasa dan

kejadian ini akan berbuntut hebat, karena pembesar setempat juga tidak akan mau

mengerti!!"

Wajah Wong Kian jadi berubah pucat, dia menoleh kepada puteranya.

"Benarkah kau telah melakukan hal itu?" tegur Wong Kian dengan suara yang

bengis, matanya juga memancarkan cahaya yang mengerikan.

Wong Siang Tie jadi gemetar melihat wajah ayahnya, sejak kecil dia memang

sudah dididik keras, sehingga dia tidak beani berdusta.

Maka atas pertanyaan ayahnya itu, dia mengangguk.

"B.... benar.....!" menyahuti Siang Tie. "Tetapi ayah....... mereka yang terlebih

dahulu mengolok-ngolok diriku!"

"Ploookkk!" tahu-tahu tangan Wong Kian melayang menghajar pipi puteranya.

Siang Tie terkejut, dia jadi kesakitan berbareng kaget.

"Thia.....!" panggilnya dengan suara yang berduka. Thia berarti ayah.

Wajah Wong Kian bengis sekali.

"Mengapa kau membikin huru hara?" bentak Wong Kian dengan suara yang

keras.

"Aku..... aku dikeroyok dengan tidak tahu menahu persoalannya, ayah!" kata

Siang Tie dengan cepat. "Mereka............ mereka telah menyiksa Ye Hoa.....!"

Ye Hoa atau nama sebenarnya adalah Hoan Ye Hoa adalah tunangan Siang Tie.

Wajah Wong Kian jadi berubah.

"Dimana sekarang Hoa-jie?" tanya Wong Kian dengan suara yang berubah agak
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lembut.

"Dirumahnya Thia....... mereka diganggu oleh anak-anak bergajulan ini!!"

menyahuti Siang Tie.

Wong Kian menoleh kepada anak muda berandal itu, juga menatap kepada Kim

Ceng.

Baru saja dia mau menanyakan persoalan yang lebih jelas, tampak mendatangi

Pie Lay, ayah Kim Ceng.

Pie Lay terkenal paling memanjakan puteranya, sifatnya berangasan sekali,

maka setiap kali ada sesuatu hal yang bersangkut paut dengan diri puteranya, pasti

dia akan memenangkan puteranya tanpa melihat persoalannya terlebih dahulu.Kolektor E-Book 26

IBU HANTU Ang Yung Sian

Ini kalipun, dikala dia mendengar puteranya sedang ribut-ribut, cepat-cepat dia

datang kesitu.

Pie Kim Ceng melihat kedatangan ayahnya, jadi tambah semangat, terbangun

semangatnya.

"Ayah, anakmu telah dihina orang!" dia mengadu kepada Pie Lay sambil

menghampiri.

Pie Lay paling berangasan, dia memang paling tidak senang kalau mendengar

puteranya dihina orang.

"Mana orangnya?" tanyanya dengan suara yang kasar. "Akan kuhajar mampus

orang yang berani menghina puteraku!!"

Kim Ceng menunjuk kapada Wong Kian.

"Mereka ayah dan anak mau mengeroyok aku!" katanya dengan suara yang

nyaring.

Tanpa menanya lebih lanjut, Pie Lay telah maju mendekati Wong Kian.

Tidak mengucapkan sepatah katapun dia telah mengayunkan kepalannya yang

bertenaga itu kepada Wong Kian.

Melihat ini Wong Kian jadi mendongkol sekali, karena datang-datang Pie Lay

menyerang dirinya tanpa menyelidiki dulu pihak mana yang bersalah.

"Tahan!!" bentak Wong Kian mengelakkan serangan orang.

Tetapi Pie Lay masih menyerang terus.

Terpaksa Wong Kian harus melayaninya.

Sedang Pie Kim Ceng telah bersama-sama kawannya menghampiri Siang Tie,

mereka mengeroyok lagi puteranya Wong Kian ini.

Pertempuran yang pincang ini terjadi cukup seru, tetapi pihak Wong Kian yang

terdesak hebat, karena pihak lawan berjumlah banyak.

Lebih-lebih Siang Tie, dia terdesak hebat sekali, dia jadi kalut cara

bertempurnya.

Pada suatu kali dikala pedang Kim Ceng sedang menyambar kearah dadanya,

Siang Tie menangkisnya, tetapi disebabkan tenaganya telah habis bertempur sejak

tadi, pedangnya terlepas, dari cekalannya dengan keras.

Dan dengan tidak terduga pedang itu terbang kearah Pie Lay.

Orang she Pie itu jadi terkejut.

Dia berusaha menangkisnya.

Tetapi gagal dan pedang itu menancap didadanya.

Wong Kian yang melihat itu juga jadi mengeluarkan seruan tertahan.Kolektor E-Book 27

IBU HANTU Ang Yung Sian

Tetapi dia sudah tidak keburu untuk menolong Pie Lay, sebab tubuh orang she

Pie itu telah terkulai rubuh tanpa nyawa.

Pedang Siang Tie menancap tepat pada jantungnya.

Semua yang menyaksikan itu jadi terkejut.

Lebih-lebih Kim Ceng, dia mengeluarkan jeritan kalap, dan menyerang kepada

Wong Kian.

"Akan kuadu jiwa denganmu!" serunya sambil menyerang Wong Kian, karena

didalam dugaan anak muda ini ayahnya telah terbunuh oleh Wong Kian.

Wong Kian ingin menjelaskan, tetapi Kim Ceng sudah kalap benar.

Sampai akhirnya Wong Kian jadi main mundur dan berlari karena dia takut

nanti melukai Kim Ceng lagi.

Rupanya semakin lama Kim Ceng semakin kalap, tahu-tahu dengan tidak

terduga, dia telah menggorok lehernya sendiri!

Darah merah seketika juga muncrat dari lehernya!

Rupanya saking gusar dan tidak bisa melampiaskan kemurkaannya itu, Kim

Ceng jadi putus asa, dia telah membunuh dirinya sendiri!

Semua orang yang melihat hal itu jadi terkejut sekali.

Tetapi mereka juga tidak bisa memberikan pertolongan kepada anak muda she

Pie itu.

Tubuh ayah dan anak yang telah menjadi mayat itu menggeletak tak bernyawa

digenangi darah merah.

Tiba-tiba dari kejauhan tampak berlari-lari seorang anak muda.

Dia adalah Pie Kim Siu, putera nomor dua dari Pie Lay dia melihat kematian

ayah dan kakaknya itu.

Dengan kalap dia mau menyerang Wong Kian, tetapi orang yang ada didekat

situ telah menahanya.

Wong Kian dan Siang Tie sendiri berdiri terpaku bengong disitu, mereka jadi

menyesal sekali sampai terjadi perkara jiwa begitu.

Dan, sejak dari saat itulah, Wong Kian dan puteranya tidak pernah tampak lagi

dikampung tersebut, mereka telah lenyap, entah kemana.

Begitu juga Kim Siu, dia rupanya mengembara untuk mencari guru pandai, guna

membalas dendamnya.

Itulah kejadian enam belas tahun yang lalu, dan setelah berselang sepuluh tahun

kemudian dari terjadinya peristiwa keluarga Pie itu, terdengar muncul didalam

kalangan Kang-ouw seorang jago yang bengis sekali kepada lawannya,

kepandaiannya liehay sekali, dan tangannya sangat telengas, setiap lawannya pasti

akan terbinasa ditangannya.Kolektor E-Book 28

IBU HANTU Ang Yung Sian

Iblis itu diberi gelaran Hek Sin Mo, Iblis hitam, karena wajahnya memang

hitam.

Wong Kian sendiri mengetahui, bahwa iblis itu Kim Sin, putera Pie Lay maka

untuk menghindarkan diri dari keruwetan, dia mengasingkan diri digunung Fung-san.

Tetapi tidak diduga iblis itu masih dapat mengendus tempat menetapnya itu.

Malah siangnya Siang Tie, putera dari Wong Kian, telah dilukai oleh iblis itu.

Dan malamnya hampir saja Wong Kian terbinasa ditangan iblis tersebut kalau

memang tidak ada Lie Cie Kiat pelajar berbaju putih itu.....!

Hanya yang membikin hati Wong Kian jadi berduka sangat ialah puteranya itu,

Wong Siang Tie telah terbinasakan ditangan iblis tersebut......!

???

SETELAH mendengar semua cerita Wong Kian, Cie Kiat jadi menghela napas.

Dihiburnya kakek itu.

Kemudian Cie Kiat juga membantu Wong Kian mengubur Siang Tie.

Selama itu tampak sekali wajah Wong Kian sangat berdusta guram karena

hatinya sangat berduka.

Malam itu mereka lalui dengan pasang omong saja, karena keduanya tidak dapat

tertidur.

Menjelang fajar, Cie Kiat pamitan dari kakek she Wong tersebut.

"Kita harus tabah menghadapi segala sesuatu yang menimpah diri kita, Wong

Loo-cianpwee!" kata Cie Kiat waktu dia melompat keatas kudanya. "Dan segala

kedukaan yang kita derita akan lenyap bila kita bisa mengendalikan perasaan kita

itu........!"

Wong Kian mengangguk membenarkan perkataan pemuda she Lie itu dengan

sedih.

"Benar Lie Hian-tee, tetapi sebagai seorang ayah, biar bagaimana aku tak bisa

melenyapkan perasaan dukaku itu, karena kematian hati seorang putera akan

menyebabkan hati yang telah lapuk ini akan berduka terus!"

Cie Kiat menarik napas.

"Ya..... kau benar Wong Loo-cianpwee!" kata Cie Kiat lagi. "Aku bisa

merasakan kesedihan yang kau derita!"

Cie Kiat mengelus-elus kudanya sesaat lamanya, keduanya jadi saling membisu.Kolektor E-Book 29

IBU HANTU Ang Yung Sian

Tiba-tiba Cie Kiat menoleh memandang Wong Kian.

"Wong Loo-cianpwee....... panggilnya.

"Ya?"

"Baiklah kita berpisah dulu, pertemuan kita ini walaupun hanya satu malam

saja, toh serasa kita telah bersahabat seribu tahun! Nah, sampai jumpa lagi!" dan Cie

Kiat mengedut tali les kudanya, sehingga kuda itu larat dengan cepat.

"Selamat jalan, Lie Hian-tee!!" teriak Wong Kian dengan suara yang nyaring.

Tetapi Cie Kiat sudah tidak mendengar teriakan Wong Kian, sebab dia telah

melarikan kudanya dengan cepat sekali.

Waktu sampai didekat perut gunung itu, Cie Kiat menahan kekang kudanya.

Pemandangan disekitar tempat itu sangat indah sekali, lebih-lebih udara pagi

yang segar menyebabkan Cie Kiat jadi berdiam diri sesaat disitu untuk menikmati

keindahan gunung Fung-san.

Tiba-tiba sedang dia duduk terpaku dipelana kudanya itu, terdengar suara orang

bersyair dengan suara yang parau :

Tung, tung, tung.

Suara tongkat terbentur batu.

Tung, tung, tung.

Si pengemis membawa tempurung.

Burung gagak terbang mencari makan.

Jenderal pergi berperang.

Rakyat kecil bekerja keras mencari makan.

Semuanya ingin mengisi perut.

Tung, tung, tung.

Suara gagak bertalu-talu.

Tung, tung, tung.

Si pengemis merangkak dijalan.

Tung, tung, tung...... tung, tung, tung......

Syair yang dilagukan oleh orang itu tidak menyerupai syair apapun, sangat

kacau dan tidak keruan sekali.

Dari balik semak belukar tampak keluar seorang pengemis tua yang ditangannya

memegang sebatang tongkat.

Pengemis itu jalan dengan dibantu oleh tongkatnya itu.

Cie Kiat mengawasi pengemis itu dengan tetap duduk diatas kuda

tunggangannya.

Pengemis itu menoleh kepadanya, dan dia berhenti menyanyi.

Tampak matanya mencilak memain sesaat lamanya, kemudian dia tersenyum.

Dan kemudian dia meneruskan langkahnya.

Seperti juga pengemis itu tidak memperdulikan Cie Kiat.Kolektor E-Book 30

IBU HANTU Ang Yung Sian

Cie Kiat memajukan kudanya menghadang didepan pengemis itu.

"Lo-peh, kearah manakah jurusan untuk menuju ke Liong-gak-chung?" tanya si

pemuda sambil melompat turun dari kudanya.

Pengemis itu berjalan terus, dia seperti juga tidak mendengar pertanyaan Cie

Kiat.

Melihat hal ini, Cie Kiat jadi heran berbareng curiga.

Dia jadi mau mengambil kesimpulan apakah si pengemis ini tuli

pendengarannya?!

Cepat-cepat dihadangnya lagi.

"Lo-peh...... kemanakah jurusan untuk menuju ke Liong-gak-chung?" tanya Cie

Kiat kembali. Dia memanggil orang dengan sebutan Lo-peh, yang berarti paman.

Pengemis itu mengangkat kepalanya, dia menatap Cie Kiat lama sekali, dengan

biji mata yang memain tak berhentinya.

"Siapakah Kong-cu?" tanyanya kemudian.

Pengemis ini memanggil Cie Kiat dengsn sebutan Kong-cu, yang berarti tuan,

untuk panggilan anak muda.

Cepat-cepat Cie Kiat merangkapkan kedua tangannya, dia memberi hormat

kepada pengemis itu.

"Siauw-tee she Lie dan bernama Cie Kiat!" menerangkan anak muda she Lie itu,

dan dia juga sambil menjura begitu, sengaja dia mengerahkan sedikit tenaga

dalamnya, yang menyambar kearah si pengemis.

Sengaja Cie Kiat melakukan hal itu, karena dia melihat gerak-gerik si pengemis

ini lain dengan pengemis-pengemis biasanya, dan dia ingin mengujinya apakah
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengemis ini mengerti ilmu silat atau tidak.

Si pengemis seperti juga tidak mengetahui bahwa dirinya sedang diuji oleh

pemuda she Lie itu.

Dia membungkukkan tubuhnya menjura juga kepada Cie Kiat.

"Maaf! Maaf Lie Kong-cu..... ada keperluan apakah Kong-cu menghadang

perjalananku?" tanyanya. Dan dengan berbuat begitu, dengan membungkuk memberi

hormat kepada Cie Kiat, tenaga serangan Lwee-kang Cie Kiat jadi punah.

Hati Cie Kiat jadi tercekat juga, karena biasanya, biarpun orang liehay sekali,

kalau menyambut serangan tenaga Lwee-kang yang dilancarkan olehnya seperti tadi,

pasti orang itu akan tergoncang tubuhnya atau setidak-tidaknya akan terhuyung

mundur beberapa langkah.

Namun pengemis ini sedikitpun tidak bergeming tubuhnya.

Hal ini menandakan betapa tingginya tenaga dalam dari pengemis tersebut.

Maka dari itu Cie Kiat juga tidak berani memandang rendah kepada pengemis

ini.Kolektor E-Book 31

IBU HANTU Ang Yung Sian

"Siauw-tee ingin menanya sedikit kepada Lo-peh :" kata Cie Kiat cepat.

"Kearah manakah harus kita tempuh untuk menuju ke Liong-gak-chung?"

"Jadi Lie Kong-cu ingin menuju ke Liong-gak-chung?" tanya si pengemis itu

dengan mengerutkan sepasang alisnya.

Cie Kiat mengangguk.

"Ya....!" dia menyahuti.

Si pengemis mengangguk-anggukkan kepalanya, alisnya tetap berkerut, dia juga

memandangi si anak muda dengan mata yang tajam sekali.

Kemudian dia baru berkata : "Apakah Kong-cu tahu bahwa di Liong-gak-chung

dua hari lagi akan ada keramaian?"

Cie Kiat jadi heran.

"Keramaian apakah Lo-peh?" tanyanya dengan cepat.

Si pengemis kembali menatapi Cie Kiat dengan pandangan mata yang tetap

tajam.

"Apakah benar-benar Kong-cu tidak mengetahui keramaian apa yang akan

diadakan disana?" tanyanya seperti juga dia tidak mempercayai perkataan Cie Kiat

tadi.

Cie Kiat mengangguk dengan pasti.

"Benar Lo-peh..... aku tidak mengetahui bahwa dua hari lagi dikampung Liong
gak-chung itu akan diadakan keramaian! Dan kalau boleh Siauw-tee mengetahui,

keramaian apakah yang akan diadakan disana?"

Si pengemis kembali mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Dikampung itu akan diadakan Pie-bu", dia menerangkan. "Pie-bu itu diadakan

oleh Siang Wang-gwee untuk memungut seorang mantu yang mempunyai

kepandaian ilmu silat yang tinggi!!"

"Oh, keberanian itu sudah biasa!" kata Cie Kiat tertawa setelah mendengar

keterangan si pengemis.

"Benar! Kalau memang hanya Pie-bu untuk memilih menantu sudah biasa,

tetapi disamping itu juga akan diadakan suatu sayembara, siapa yang dapat

memenangkan pertandingan didalam Pie-bu itu, akan memperoleh selembar peta

penyimpanan harta yang tidak ternilai harganya!"

Cie Kiat jadi mengeratkan alisnya.

"Jadi Pie-bu memilih menantu dan memperebutkan peta harta itu kedua-duanya

diadakan oleh Siang Wang-gwee?" tanya Cie Kiat.

Pengemis itu menganggu.

"Benar.....!" menyahuti si pengemis. "Dan itulah sebabnya pada hari-hari

belakangan ini banyak berdatangan anak-anak muda kekampung Liong-gak-chungKolektor E-Book 32

IBU HANTU Ang Yung Sian

untuk mengadu nasib, sebab kalau sampai terpilih sebagai menantu dari Siang Wang
gwee. Berarti dia akan segera menjadi kaya raya!"

Cie Kiat mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tertawa.

"Tetapi aku tidak mempunyai minat untuk memperebutkan kedudukan menantu

Siang Wang-gwee itu, Lo-peh!" kata Cie Kiat sambil tertawa. "Aku hanya ingin

mengunjungi kampung itu untuk mengurus suatu persoalan!!"

Si pengemis jadi heran mendengar perkataan Cie Kiat.

"Apakah kau benar-benar tidak ingin memperebutkan kedudukan menantu Siang

Wang-gwee itu?" tanya seperti juga dia tidak percaya akan kata-kata si anak muda

she Lie itu. "Biasanya...... jangan kata anak-anak muda seperti kau, sedangkan kakek
kakek seperti aku ini banyak juga yang berdatangan untuk mengadu nasib! Kau tahu,

Siang Sio-cia, nona Siang sangat cantik sekali!!"

Cie Kiat hanya tertawa tawar.

"Tetapi hatiku tidak tertarik pada persoalan itu Lo-peh!" katanya dengan cepat.

"Dan, kemanakah jurusan untuk menuju kekampung Liong-gak-chung?"

Si pengemis menunjuk dengan tongkatnya.

"Kau jalan terus mengikuti jalan ini, dan setelah kurang lebih sepuluh lie, kau

menuruni sebuah lembah, dikaki lembah itulah kau akan menemui sebuah kampung

yang besar, kampung Liong-gak-chung yang sedang kau cari itu!" menerangkan si

pengemis.

"Terima kasih Lo-peh!" kata Cie Kiat sambil melompat keatas kudanya.

Si pengemis tertawa dingin waktu dia melihat anak muda she Lie itu telah

berlari.

Dia merogoh sakunya mengeluarkan selembar kain, disitu dia membikin sebuah

lukisan bunga.

Disamping lukisan bunga yang baru dibuatnya itu, telah terdapat tujuh belas

lukisan bunga lainnya.

"Hmm..... sudah tujuh belas orang yang terlebih dahulu datang ke Liong-gak
chung, dan anak muda tadi termasuk yang kedelapan belas!" dan si pengemis kembali

tertawa dingin berulang kali.

Dimasukkan kembali kain itu kedalam sakunya, dia mulai berjalan lagi dengan

langkah yang gontai, dengan dibantu oleh tongkatnya.

Sedangkan mulutnya tetap mengoceh menyanyikan lagunya yang tidak keruan.

"Tung tung tung, si pengemis membawa tempurung. Burung gagak terbang

mencari makan, jenderal pergi berperang, rakyat kecil bekerja keras mencari makan,

semuanya ingin mengisi perut, tung tung tung...." dan langkah kaki si pengemis yang

gontai itu semakin cepat, suara nyanyiannya semakin terdengar jauh samar sekali......

*Kolektor E-Book 33

IBU HANTU Ang Yung Sian

* *

LIE CIE KIAT membedal kudanya dengan cepat, dia ingin cepat-cepat tiba

dikampung Liong-gak-chung.

Dikampung ini dia harus membunuh seseorang, yaitu seorang penjahat besar.

Perintah itu adalah perintah gurunya harus ditaati artinya, sebelum Cie Kiat turun

gunung. Su-hunya pernah berpesan, agar dia mendatangi kampung Liong-gak-chung

untuk membunuh seorang penjahat besar yang bernama Liang Ban Cen.

Didalam waktu yang sangat cepat sekali. Cie Kiat telah melalui sepuluh lie lebih

dan dia melihat memang benar disitu terdapat sebuah lembah, seperti apa yang

dikatakan oleh si pengemis tadi.

Cepat-cepat Cie Kiat menuruni lembah itu.

Kuda putihnya itu. Pek-ma sangat penurut sekali juga sangat gesit luar biasa,

disamping tenaga yang sangat kuat sekali.

Dan disamping itu, disamping melakukan tugasnya untuk membunuh penjahat

besar yang bernama Liang Ban Cen, Cie Kiat juga jadi tertarik untuk menyaksikan

keramaian yang akan berlangsung dikampung tersebut.

Dia ingin melihat perebutan kedudukan menantu bagi Siang Wang-gwee.

Lagi pula, Cie Kiat juga ingin melihat rupa dari Siang Sio-cia, yang dikatakan

oleh si pengemis sangat cantik itu.

Hanya beberapa lie saja, akhinya Cie Kiat sampai juga dikampung Liong-gak
chung.

Kampung ini ternyata cukup ramai.

Waktu Cie Kiat sedang memasuki kampung ini, tampak disebelah utara pintu

kampung itu, orang sedang sibuk menghiasi sebuah Lui-thay, sebuah panggung untuk

orang Pie-bu.

Cie Kiat menduga bahwa gedung yang ada didekat Lui-thay itu tentunya gedung

Siang Wang-gwee, karena tampaknya sangat ramai sekali.

Cie Kiat menuju kesebuah rumah penginapan yang terdapat tidak jauh dari situ.

Dia menyerahkan Pek-ma, kuda putihnya itu, kepada seorang pelayan rumah

penginapan itu, dan meminta sebuah kamar untuknya.

Tetapi waktu Cie Kiat akan menaiki undakan tangga, pundaknya disenggol oleh

seseorang yang sedang menuruni tangga itu.

Tampaknya orang itu menyenggolkan pundaknya pada pundak Cie Kiat tanpa

sengaja, tetapi Cie Kiat tahu bahwa orang itu sedang mencoba dirinya.

Tenaga sentuhan pundak orang itu sangat kuat sekali, coba kalau memang orang

yang ditubruknya itu orang biasa yang tidak mengerti ilmu silat, tentu akan terpental

terpelanting terguling dari undakan tangga itu.Kolektor E-Book 34

IBU HANTU Ang Yung Sian

Untung saja yang disentuhnya itu adalah Cie Kiat, yang mempunyai kepandaian

tinggi dan kosen sekali, maka senggolan orang yang mengandung tenaga Lwee-kang

tidak menyebabkan Cie Kiat jadi terbanting.

Hati Cie Kiat jadi mendongkol.

Baru saja orang itu mau cepat-cepat pergi, Cie Kiat telah mengulurkan

tangannya mendorong pundak orang itu.

Dorongan Cie Kiat bukan sembarangan dorongan.

Dorongan tangan Cie Kiat itu mengandung tenaga Lwee-kang yang kuat sekali,

karena anak muda she Lie ini telah mengerahkan tenaga Lwee-kangnya tiga bagian

pada telapak tangannya.

Orang itu terkejut waktu merasakan menyambarnya angin serangan pada

pundaknya, tetapi belum sempat dia mengelakkan, tahu-tahu punggungnya sudah

kena didorong, sehingga tanpa ampun lagi orang itu jadi terjerunuk, dan jatuh

terguling dari undakan anak tangga, terbanting keras dilantai.

Orang-orang yang ada diruangan itu jadi menoleh semuanya, dan mereka datang

mengerumun.

Cie Kiat sendiri telah menghampiri.

Orang yang terbanting keras itu telah merangkak bangun, dan Cie Kiat dapat

melihat bahwa muka orang itu sangat bengis sekali.

Cambang bauknya tampak tambah lebat sekali diwajahnya.

Dengan pancaran mata yang gusar, orang itu mendelik kepada Cie Kiat.

Sambil tertawa Cie Kiat mendekati orang itu.

"Tuan turun dari tangga itu terlalu kesusu, sehingga jatuh....!" kata Cie Kiat

tetap tertawa. "Lain kali makanya berlakulah sedikit hati-hati!"

Dan setelah berkata begitu, Cie Kiat memutar tubuhnya menaiki tangga itu lagi.

Orang itu tidak mengatakan apa-apa, dia hanya mengawasi Cie Kiat dengan

pandangan mata yang bengis sekali, penuh oleh rasa dendam.

Setelah si anak muda she Lie masuk kedalam kamarnya, orang itu cepat-cepat

memutar tubuhnya dan keluar dari rumah penginapan tersebut, dan menghilang

dijalanan.

Cie Kiat merebahkan dirinya dipembaringan.

Dia jadi heran, mengapa orang itu tadi ingin mencoba dirinya dengan

menyentuhkan pundaknya pada pundak Cie Kiat?!

Siapakah orang itu?

Dan, apa lagi maksudnya dia melakukan hal itu?

Kalau dilihat dari wajahnya, orang itu bukan termasuk orang baik-baik.Kolektor E-Book 35

IBU HANTU Ang Yung Sian

Juga tentunya orang itu tidak bermaksud baik kepada Cie Kiat pancaran

matanya tidak mengandung maksud baik terhadap pemuda she Lie itu.

Tetapi Cie Kiat tidak mau terlalu memusingkan persoalan orang itu.

Dia memejamkan matanya dan ingin beristirahat sesaat, guna memulihkan

tenaganya, agar malam ini juga dia bisa melakukan tugasnya guna merampas jiwa

dari perjahat besar yang bernama Liang Ban Cen itu.

Tetapi sedang si pemuda she Lie ini beristirahat, dia mendengar diluar suara

ribut-ribut.

Mulanya suara ribut-ribut itu tidak menarik perhatian Cie Kiat tetapi akhirnya

dia jadi tertarik juga, sebab dia mendengar ada yang berteriak. "Mana......?! Mana

pelajar bau itu? Hu, hari ini tanganku memang sudah gatal ingin membunuh orang!!!"

Perlahan-lahan dan tenang Cie Kiat turun dari pembaringan.

Dia menghampiri pintu kamarnya, dibukanya dan dia berjalan keluar dari
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kamarnya dengan langkah yang tenang.

Dilihatnya diruangan bawah telah ada beberapa orang yang mempunyai

tampang semuanya sebagai buaya darat. Tamu-tamu dipenginapan tersebut telah

bubar, semuanya bersembunyi didalam kamar masing-masing.

Salah seorang diantara orang-orang itu melihat Cie Kiat.

"Lihat! Orang itu bukan?" teriaknya.

Semua kawan-kawannya yang berjumlah delapan orang menoleh kearah Cie

Kiat.

Anak muda she Lie yang mempunyai mata tajam sekali dapat melihat diantara

orang-orang itu terdapat orang yang tadi menubruknya waktu dia mau menaiki anak

tangga itu.

"Hmm..... rupanya dia datang membawa kawan-kawannya untuk membalas

sakit hatinya!" pikir Cie Kiat.

Sedangkan orang yang tadi telah kena dibikin malu oleh Cie Kiat telah melihat

anak muda she Lie itu, dia berteriak dengan suara yang keras : "Benar! Dialah pelajar

busuk yang telah mencari gara-gara denganku!"

Dengan cepat kesembilan orang itu meluruk kearah Cie Kiat, mereka beramai
ramai menaiki tangga itu.

Cie Kiat tertawa dingin.

Dia melompat turun dari atas loteng itu dengan tubuh yang ringan sekali, dan

dengan sendirinya dia telah berada diruangan bawah.

Orang-orang itu jadi merandek sejenak, tetapi akhirnya dengan mengeluarkan

teriakan-teriakan yang ribut, kesembilan orang itu berlomba untuk turun kembali.

Cie Kiat berdiri dengan tenang, menantikan kedatangan kesembilan orang itu.Kolektor E-Book 36

IBU HANTU Ang Yung Sian

"Hmmm, buaya darat ini semuanya harus dihajar!" pikir Cie Kiat. "Aku harus

memberi pelajaran yang lumayan kepada mereka agar lain kali mereka tidak terlalu

mengumbar kejahatan mereka!!"

Sedang si anak muda she Lie ini berpikir begitu, kesembilan orang yang ingin

mengeroyoknya telah sampai didekatnya.

Beramai-ramai mereka menyerang Cie Kiat.

Tetapi Cie Kiat sangat tenang sekali, tubuhnya tahu-tahu berkelebat-kelebat

dengan cepat.

Setiap Cie Kiat menggerakkan tangannya maka terdengar suara menjerit

kesakitan dari salah seorang pengeroyoknya.

Dan dalam waktu yang sangat singkat sekali, sudah tampak Cie Kiat berdiri

dipinggir ruangan itu dengan tenang, sedangkan kesembilan pengeroyoknya telah

menggeletak dalam keadaan terluka.

Mereka menderita bermacam-macam luka yang membikin mereka menjerit-jerit

tak hentinya. Ada yang patah tangannya, ada yang patah kakinya, ada yang tulang

rusuknya rusak terhajar oleh kepalan tangan Cie Kiat.

"Hmmm....... macam kalian ini ingin mengeroyok diriku?" ejek Cie Kiat dengan

suara yang tawar. "Apakah kalian tidak mau cepat menggelinding pergi dari sini?

Apakah perlu kutambah lagi?"

Kesembilan orang itu menatap Cie Kiat, dengan pandangan mata yang beringas.

Rupanya mereka sangat mendendam sekali.

Tetapi mereka tidak berani untuk maju lagi.

Mendengar perkataan Cie Kiat mereka jadi saling berebutan berlari keluar.

Didalam waktu yang sangat singkat, ruangan itu telah sepi kembali.

Tamu-tamu dirumah penginapan itu baru berani keluar, mereka memuji-muji

keliehayan anak muda she Lie itu, yang dalam waktu yang sangat singkat telah dapat

merubuhkan kesembilan buaya darat yang sangat terkenal kejahatannya dikampung

ini.

Cie Kiat tidak mau melayani pujian-pujian dari orang-orang itu, dia telah masuk

kedalam kamarnya lagi.

Untuk menantikan sang malam, maka Cie Kiat tidur beberapa jam, agar

semangatnya nanti terkumpul penuh, guna menghadapi Liang Ban Cen, penjahat

besar yang harus dibunuhnya menurut perintah Su-hunya......!

???Kolektor E-Book 37

IBU HANTU Ang Yung Sian

MALAM ITU dikampung Liong-gak-chung sangat sunyi sekali, karena semua

orang lebih banyak telah bersembunyi didalam selimut yang tebal dan tertidur

nyenyak didalam kamar masing-masing.

Tetapi diantara kesunyian malam itu, tampak sesosok bayangan putih yang

berkelebat-kelebat digenting rumah penduduk dengan gerakan yang gesit sekali.

Dia menuju kearah selatan kampung itu.

Waktu sampai dimuka sebuah gedung yang besar, bayangan itu berhenti sesaat,

dia memandang sekitar tempat itu.

Awan yang menutupi rembulan bergeser, sehingga cahaya rembulan yang terang

itu menerangi wajah sosok bayangan putih tersebut.

Ternyata orang itu adalah Lie Cie Kiat, pemuda pelajar yang berpakaian serba

putih.

Tadi sore dia telah menyelidiki letak rumah gedung dari Liang Ban Cen, dan dia

telah mengetahui letak dari gedung itu.

Keadaan gedung Liang Ban Cen sangat sunyi sekali, juga tidak ada seorang

manusia disekitar tempat itu.

Tetapi sebagai seorang yang menerjunkan dirinya didalam kalangan Kang-ouw,

mau tak mau Cie Kiat harus berlaku selalu waspada.

Setelah mengawasi sekitar tempat itu dan memperoleh kenyataan bahwa tidak

ada manusia disekitarnya, Cie Kiat mengenjotkan tubuhnya keatas dinding.

Dari dinding itulah dia memasuki gedung yang sangat besar dan mewah itu.

Didalam gedung tersebut juga sangat sepi sekali.

Dia menuju kearah sebuah kamar yang masih ada penerangannya.

Cie Kiat menggunakan lidahnya untuk memecahkan kertas jendela.

Dia mengintip kedalam kamar melalui lobang yang dibuatnya itu.

Tampak didalam kamar tersebut dua orang bertubuh tinggi besar dan bermuka

menyeramkan sekali.

Begitu melihat kedua orang itu, Cie Kiat jadi tertawa dingin didalam hatinya.

Ternyata kedua orang itu adalah dua orang pengeroyoknya dirumah penginapan

pada siang tadi.

Malah yang seorang, yang mempunyai muka menyeramkan sekali, yang

cambang bauknya lebat, adalah orang yang telah menubruknya di anak tangga rumah

penginapannya.Kolektor E-Book 38

IBU HANTU Ang Yung Sian

Cie Kiat mengambil sebutir batu, dilemparkan batu itu, sehingga menimbulkan

suara yang nyaring.

Kedua orang itu, yang tampaknya sedang melakukan tugas menjaga keamanan

gedung itu, mendengar suara timpukan batu yang dilemparkan Cie Kiat.

Cepat-cepat kedua orang itu menyembat senjata mereka dan keluar dari dalam

kamar.

Mata mereka mencilak memain mengawasi taman itu, yang tidak tampak

seorang manusiapun, karena Cie Kiat telah bersembunyi dibelakang sebuah gunung
gunungan.

Kedua orang itu penasaran sekali, mereka mencari-cari terus.

"Lo-kiu...... barangkali terlalu was-was, sebetulnya suara itu mungkin dari

kucing yang melompat melalui dinding." kata salah seorang diantara kedua orang itu.

Kawannya yang dipanggil Lo-kiu, yang berberewok lebat itu menggelengkan

kepalanya.

"Kita tidak boleh berlaku ceroboh, Lo-ma!" katanya. "Tadi jelas-jelas kita

mendengar suara timpukan batu, pasti ada orang yang ingin memancing kita! Kita

harus waspada!"

Sedang dia berkata begitu, tahu-tahu telah berkelebat dihadapan mereka sesosok

bayangan putih, yang tahu-tahu telah berdiri menjeglek didepan kedua orang ini.

Lo-ma dan Lo-kiu kaget sekali, mereka mengawasi untuk melihat rupa orang.

Begitu melihat wajah orang yang berdiri dihadapan mereka, yang tidak lain dari

Cie Kiat, keduanya jadi mengeluarkan jeritan tertahan.

Mereka kaget tidak kepalang.

Karena mereka telah merasakan keliehayan Cie Kiat.

Seperti telah berjanji, keduanya tahu-tahu memutar tubuh mereka untuk

melarikan diri, sedang mulut mereka hampir terpentang untuk berteriak meminta

pertolongan kepada kawan-kawan mereka.

Tetapi Cie Kiat dapat bergerak cepat.

Belum lagi kedua orang itu sempat melarikan diri dan berteriak, dia telah

mengulurkan kedua tangannya, dan tubuh kedua orang itu jadi terjungkel rubuh,

karena mereka telah tertotok.

Cie Kiat mencengkeram baju Lo-kiu.

"Dimana kamar Liang Ban Cen?" bentaknya dengan suara yang bengis.

Lo-kiu dan Lo-ma jadi ketakutan sekali, mereka jadi tergugu.

"Sekali saja kau berteriak, akan habislah riwayat kalian!" ancam Cie Kiat.

"Cepat katakan dimana kamar Liang Ban Cen!"

"Siauw-jin.... Siauw-jin tidak tahu!" kata Lo-kiu dengan ketakutan.Kolektor E-Book 39

IBU HANTU Ang Yung Sian

Lo-kiu juga membahasakan dirinya dengan sebutan Siauw-jin, suatu kata-kata

yang terlalu merendah, yang berarti si budak.

Cie Kiat tertawa dingin.

"Apakah kalian mau kusiksa dulu baru mau membuka mulut?" bentak Cie Kiat

dengan suara yang bengis.

Lo-kiu dan Lo-ma jadi ketakutan.

"Aku bicara! Aku mau bicara!" kata Lo-ma dengan ketakutan, karena dia

memang telah merasakan kehebatan tangan si pelajar she Lie ini.

"Cepat sebutkan!" bentak Cie Kiat dengan suara yang bengis.

"Dibelakang geduag ini terdapat sebuah ranggon, dan disebelah kanannya itu

terdapat sebuah kamar itulah kamar dari Liang Toa-ya!!" kata Lo-ma dengan cepat.

"Hmmm...... kalian jangan coba-coba main-main dengan diriku, kalau memang

kau berdusta, hmmm, aku akan balik lagi untuk mencabut jiwa kalian!" dan setelah

berkata begitu Cie Kiat menotok jalan darah kedua orang ini, sehingga mereka tidak

bisa bergerak dan berteriak.

Lo-ma dan Lo-kiu ditinggal oleh Cie Kiat mengeletak ditanah.

Cie Kiat sendiri telah menuju kebelakang gedung itu.

Benar saja, waktu dia sampai dibelakang itu dilihatnya ada sebuah ranggon yang

indah.

Cie Kiat mencari-cari yang disebutkan Lo-ma.

Dilihatnya kamar itu sangat gelap sekali.

Cie Kiat tertawa dingin, dia menggenjotkan kakinya, tubuhnya mencelat dengan

cepat lompat keatas genting.

Tetapi baru saja Cie Kiat sampai diatas genting itu, terdengar suara yang

menyeramkan dari dalam kamar itu : "Mengapa datang seperti seorang Siauw-cut!

Kalau memang seorang lelaki seorang Ho-han, masuklah!"

Cie Kiat tertawa dingin.

"Jangan bicara tekebur orang she Liang hari ini adalah hari kematianmu!" kata

Cie Kiat. "Keluarlah untuk menerima kematianmu!!"

Cie Kiat berkata begitu, karena dia menduga bahwa yang berkata itu tentu Liang

Ban Cen.

Dulu gurunya memang pernah mengatakan, bahwa Liang Ban Cen mempunyai

kepandaian yang tinggi sekali, sukar diukur, dan Su-hunya berpesan bahwa Cie Kiat

harus berlaku hati-hati.

"Hmmm...... rupanya kau memang mencari mampus berani memasuki sarang

macan!" terdengar suara yang menyeramkan itu, disusul kemudian dengan suara

?braakkk!? suara terbukanya daun jendela.Kolektor E-Book 40

IBU HANTU Ang Yung Sian

Tampak sesosok tubuh keluar dari dalam kamar itu dengan gerakan yang gesit

sekali.

Cie Kiat juga melompat turun dari atas genting itu.

Mereka jadi berdiri saling berhadapan.

Cie Kiat melihat bahwa orang yang bernama Liang Ban Cen itu mempunyai

potongan muka segi empat, bengis sekali, dan bertubuh agak pendek.

Waktu melihat Cie Kiat, orang she Liang itu tertawa menyeramkan.

"Oh rupanya kau pelajar bau yang telah menghajar anak buahku?" bentaknya.

Cie Kiat tertawa tawar.

"Ya...... Hak-seng yang telah menghajar orang-orangmu!" katanya dengan suara

yang dingin. Sengaja dia membahasakan dirinya dengan sebutan Hak-seng, aku si
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

murid.

Mata Ban Cen mencilak bengis.

"Bagus! Bagus! Rupanya kau mengantarkan jiwa dengan cuma-cuma dan

sengaja mencari mampus!" kata Ban Cen dengan suara yang menyeramkan.

"Tinggalkan namamu, agar nanti kau tidak binasa secara penasaran!"

Cie Kiat mendongkol melihat sikap orang yang tekebur begitu. Dia tidak senang

melihat kecongkakan orang.

"Namaku tidak berharga untuk kau dengar!" katanya dengan tawar. "Tetapi

karena kau telah menanyakan dan kalau memang kau binasa tanpa mengetahui

namaku, tentu kau akan penasaran sekali, baiklah, aku akan memberitahukannya!

Dengarlah baik-baik, nama tuan besarmu ini Cie Kiat dan she Lie!!"

Betapa gusarnya Ban Cen, tubuhnya sampai menggigil.

"Pelajar setan!" bentaknya dengan bengis, dan tangan kanannya yang mencekal

sebatang ruyung telah bergerak dengan kecepatan yang luar biasa akan mengemplang

kepala Cie Kiat.

Tetapi mata Cie Kiat sangat jeli, dia dapat melihat gerakan lawannya itu.

Dengan cepat Cie Kiat menggeser kaki kirinya kesamping dan kemudian

mengibaskan lengan jubahnya.

Dengan begitu, ruyung Ban Cen jadi jatuh pada tempat kosong, dan tahu-tahu

ruyungnya itu akan dilibat oleh lengan jubah si pelajar she Lie ini.

Ban Cen jadi tersikap hatinya, dia cepat-cepat menarik pulang ruyungnya.

Mereka jadi berdiri saling berhadapan lagi.

"Hari ini adalah saat kematianmu!" kata Cie Kiat dengan suara dingin.

"Bukankah kau akan menerima kematianmu dengan puas? Aku sengaja mau

membunuhmu karena kejahatan yang kau lakukan telah luber melewati takerannya!

Hmmm..... dosa-dosamu sudah tidak terampunkan lagi!"Kolektor E-Book 41

IBU HANTU Ang Yung Sian

Mendengar perkataan Cie Kiat muka Ban Cen jadi berubah merah padam.

Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras. Ban Cen kembali menyerang

dengan ruyungnya.

Kali ini Ban Cen menyerang dengan jurus yang berangkai, dari dua jurusan.

Dia mengincer dada dan perut Cie Kiat.

Cie Kiat mendengus mengeluarkan suara tertawa dingin.

"Hmmm....... ternyata kepandaianmu tidak seberapa!" kata Cie Kiat mengejek

untuk membangkitkan kegusaran orang she Liang itu.

Dan sambil berkata begitu, Cie Kiat juga bergerak dengan cepat.

Kedua tangannya itu menyentil kedua jurusan dan terdengar suara ?tring-tring?

dua kali, ruyung Ban Cen terpental, dan orang she Liang itu merasakan telapak

tangannya pedih sekali.

Setelah itu Cie Kiat tidak tinggal diam, dengan terdengarnya suara ?sreeetttt!?

ditangan Cie Kat telah tergenggam pedangnya!

Biasanya Cie Kiat paling jarang sekali menggunakan pedangnya yang tersimpan

rapih dibalik jubah pelajarnya itu, dia tidak akan menggunakan pedangnya kalau

memang dia tidak bermaksud untuk mengambil jiwa lawannya!

Dan sekarang, karena dia memang ingin merampas jiwa Ban Cen, dia jadi

menggunakan pedangnya itu!

Melihat Cie Kiat telah mencabut pedangnya, wajah Ban Cen jadi berubah.

Dia tadi telah melihat betapa gesit dan liehaynya anak muda she Lie ini.

Dari beberapa gebrakan itu saja Ban Cen telah mengetahui bahwa

kepandaiannya masih berada disebelah bawah anak muda she Lie tersebut.

Dengan sendirinya hati orang she Liang itu jadi agak tergoncang.

Tetapi Ban Cen adalah seorang Ok-pak yang jahat dan kejam terhadap orang
orang lemah, maka dia sudah biasa menghadapi segala persoalan dengan keinginan

menang diatas angin.

Maka menghadapi Cie Kiat kali inipun dia tidak mau memperlihatkan rasa

jerinya itu.

Dengan mengeluarkan suara bentakan yang luar biasa kerasnya, Ban Cen telah

melompat tinggi sekali, dan ruyungnya bergerak ketika jurusan mengincer pundak,

kepala dan dada si pemuda she Lie ini.

Cie Kiat tidak bergerak dari tempatnya dia menantikan sampai serangan orang

hampir tiba.

Dan dengan suara kecepatan yang luar biasa sekali, disaat serangan Ban Cen

hampir mengenai dirinya, Cie Kiat bergerak melesat kekamar, pedang melintang

dengan kecepatan tidak terduga, tahu-tahu Ban Cen ambruk ditanah dengan perut

yang pecah dan isi perut yang berhamburan ditanah!!Kolektor E-Book 42

IBU HANTU Ang Yung Sian

Ternyata tadi waktu tubuh Ban Cen sedang meluncur turun, Cie Kiat telah

mencuatkan mata pedangnya, pada perut Ban Cen, yang menyebabkan orang she

Liang itu terbeset perutnya oleh ujung pedang Cie Kiat.

Tampak Cie Kiat sedang menyeka pedangnya, dan memasukan kedalam

sarungnya pula.

Dengan begitu berakhirlah riwayat seorang Ok-pak. Dan untuk seterusnya

kampung Liong-gak-chung akan aman.

Dengan mengeluarkan suara siulan yang panjang, tubuh Cie Kiat melesat keatas

genting, dan melalui genting-genting penduduk, Cie Kiat kembali kerumah

penginapannya.

Dan, malam itu Cie Kiat tertidur nyenyak.

*

* *

KEESOKAN HARINYA kampung Liong-gak-chung digemparkan dengan

berita terbinasanya Liang Ban Cen.

Berita itu disambut dengan gembira oleh penduduk kampung Liong-gak-chung,

karena Liang Ban Cen terkenal seorang Ok-pak yang paling jahat.

Dengan terbunuhnya Ok-pak she Liang itu, maka penduduk kampung Liong
gak-chung dapat hidup lebih tenang.

Sedangkan Cie Kiat tidur sampai menjelang tengah hari baru terbangun!

Dia cepat-cepat mencuci muka dan menyalin pakaiannya. Kemudian Cie Kiat

mencari sebuah rumah makan, dia sarapan, dan setelah mengisi penuh perutnya, Cie

Kiat berjalan-jalan mengelilingi kampung yang besar tersebut.

Dia juga menuju kepintu utara dari kampung itu.

Didepan gedung Siang Wang-gwee yang tampaknya sangat ramai itu, karena

para tamu telah berdatangan dan menginap ditempat yang sengaja disediakan oleh

Siang Wang-gwee, Cie Kiat berhenti sesaat, dan mengawasi orang-orang yang

sedang merapihkan panggung Lui-thay yang akan digunakan malam ini.

Sedang Cie Kiat berdiri disitu mengawasi kemewahan gedung Siang Wang
gwee, tampak sebuah kereta berhenti dimuka gedung tersebut.

Si anak muda she Lie jadi tertarik, dia mengawasi kereta itu.

Tampak dari dalam kereta keluar seorang gadis yang memakai gaun merah dan

wajahnya sangat cantik sekali.

Melihat kecantikan gadis itu, Cie Kiat sampai berdiri terpaku, mengagumi

kecantikan gadis tersebut.

Alis gadis itu yang menyerupai bulan sabit, dan matanya yang gemerlapan

seperti bintang bertaburan, bibirnya yang merekah dan potongan tubuhnya yang

gemulai indah itu, menyebabkan semangat Cie Kiat seperti terbetot.Kolektor E-Book 43

IBU HANTU Ang Yung Sian

Apa lagi entah disengaja atau tidak gadis itu menoleh kepada Cie Kiat dan

tersenyum sejenak.

Semangat Cie Kiat seperti terbang.

Waktu gadis itu masuk kedalam gedung Siang Wang-gwee, Cie Kiat masih

berdiri terpaku ditempatnya, dia masih mengawasi kearah pintu gedung dimana tadi

si gadis menghilang.

Lama Cie Kiat berdiri disitu, menantikan kalau-kalau gadis bergaun merah itu

keluar kembali.

Tetapi sampai mendekati senja, gadis itu masih belum juga keluar.

Kereta yang ditumpangi gadis itu sejak tadi telah meninggalkan gedung Siang

Wang-gwee.

Akhirnya dengan lesu Cie Kiat kembali ke rumah penginapannya.

Sejak kembali dari depan gedung Siang Wang-gwee itu, bayang-bayang gadis

bergaun merah yang memasuki gedung Siang Wang-gwee selalu saja terbayang

didepan mata Cie Kiat, sangat mengganggu hati anak muda she Lie tersebut.

Akhirnya, Cie Kiat mengambil keputusan, malam ini dia akan mengunjungi

gedung Siang Wang-gwee, agar dapat melihat dan menikmati kecantikan gadis

bergaun merah yang telah dapat membetot semangatnya........!

*

* *

MENJELANG MALAM gedung Siang Wang-gwee sangat terang menderang.

Juga tamu-tamu yang berdatangan tak hentinya, sehingga ruangan tengah taman

gedung Siang Wang-gwee yang memang sengaja disediakan untuk menampung

tamu-tamu itu hampir tak cukup.

Lui-thay yang didirikan disamping gedung juga dihiasi oleh kain-kain merah

kecil dan api penerangan yang terang menderang.

Siang Wang-gwee sendiri yang menerima dan menyambut setiap tamu-tamunya.

Diantara tamu-tamu yang berdatangan itu, tampak seorang pelajar yang

berpakaian serba putih dan bermuka tampan.

Siang Wang-gwee menyambut kedatangan pelajar berbaju putih itu dengan

ramah.

Tetapi setelah mengeluarkan beberapa patah perkataan, Siang Wang-gwee

meminta maaf kepada pelajar itu untuk menyambut tamu yang lainnya.

Didalam pandangan mata Siang Wang-gwee bahwa pemuda pelajar berbaju

putih itu tentunya murid dari seorang guru silat dan datang kegedungnya ini juga

untuk ikut mengadu nasib. Maka dari itu tidak begitu diperhatikan oleh Siang Wang
gwee.Kolektor E-Book 44

IBU HANTU Ang Yung Sian

Dan orang-orang Siang Wang-gwee juga memberikan tempat untuk Siu-chay itu

pada deretan anak-anak muda yang akan ikut memperebutkan kedudukan untuk

menjadi menantu Siang Wang-gwee.

Sebetulnya, kalau memang Siang Wang-gwee mengetahui siapa sebenarnya

pelajar itu, tentu dia akan memperlakukannya lebih hormat lagi.

Dialah Lie Cie Kiat.

Tetapi Cie Kiat sangat tenang dan ramah sekali, dia tidak berkecil hati Siang

Wang-gwee menyambut dirinya hanya dalam waktu yang begitu pendek.

Dia memaklumi bahwa Siang Wang-gwee tentu sedang repot menyambut tamu
tamu lainnya.

Dia duduk dikursi yang diperuntukkan bagi dirinya.

Anak-anak muda lainnya yang sudah datang terlebih dahulu, semuanya

memandang ke arah Cie Kiat dengan pandangan mata mengiri, sebab mereka melihat

wajah Cie Kiat sangat tampan sekali, sehingga mereka merasa kecil diri.

Cie Kiat tidak melayani tatapan mata dari anak-anak muda itu, dia hanya

mengawasi tenang kearah Lui-thay.

Para tamu yang berdatangan masih terus juga mengalir tak hentinya.

Semakin lama ruangan yang disediakan oleh Siang Wang-gwee semakin penuh

sesak.

Semua yang menjadi tamu dari Siang Wang-gwee terdiri dari jago-jago silat

berbagai golongan.

Mereka juga mempunyai muka yang berbeda-beda, ada yang bermuka simpatik,

ada yang bermuka bengis dan bermacam-macam lagi.

Sejak memasuki ruangan itu, Cie Kiat sudah menyapu dengan menggunakan

matanya seluruh ruangan itu, mencari-cari gadis bergaun merah.

Bagi para pendekar wanita yang ingin menyaksikan keramaian, disediakan

tempat khusus untuk wanita, disebelah timur ruangan itu.

Tetapi dikelompok wanita itu, Cie Kiat juga tidak melihat gadis bergaun merah

itu lagi.

Cie Kiat jadi tidak tenang, dia bergelisah sekali, ingin cepat-cepat dapat melihat

dan menikmati wajah cantik yang dimiliki oleh gadis bergaun merah itu.

Tak lama kemudian, setelah sebagian besar para tamu telah berdatangan, maka

tampak Siang Wang-gwee naik keatas Lui-thay dia menjura keseluruh penjuru.

"Hari ini adalah hari untuk mencari menantu dari aku si tua Siang Pay Kie,


Wiro Sableng 085 Wasiat Sang Ratu Pendekar Bloon 10 Sang Maha Sesat Pendekar Gila 32 Serikat Serigala Merah

Cari Blog Ini