Ceritasilat Novel Online

Ibu Hantu 5

Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian Bagian 5

IBU HANTU Ang Yung Sian

Lebih-lebih Lay Tat, wajahnya telah berobah pucat pasi, dan tubuhnya agak

gemetar.

Tangan To-hun Koay-jin tampak berlumuran darah merah bercampur otak dari

kedua korbannya itu. Dia mendengus mengeluarkan suara jengekan, kemudian tahu
tahu dia telah melompat lagi, menggerakkan kedua tangannya sambil membentak :

"Rubuh....!" kembali, maka tampak tiga sosok tubuh melayang terhajar oleh tangan

To-hun Koay-jin, ambruk dilantai dengan tak bernyawa lagi, pecah pula kepala

mereka terhajar oleh To-hun Koay-jin.

Kelima orang yang mengepung To-hun Koay-jin itu, dua gadis dan tiga lelaki,

telah ketakutan sekali. Lima orang kawan mereka telah terbinasakan, maka dari itu

timbul perasaan ngeri mereka. Tanpa mengucapkan sepatah kata, kelimanya telah

memutar tubuh mereka untuk melarikan diri.....!!

To-hun Koay-jin tertawa gelak-gelak dengan suaranya yang keras sekali.

Cie Kiat melihat, biar bagaimana kesepuluh orang pengepung dari To-hun

Koay-jin itu memang tidak bisa memperoleh kemenangan.

Dengan terbunuhnya kelima orang itu, maka dengan sendirinya barisan

pengepung To-hun Koay-jin jadi pecah dan lebih-lebih kelima orang itu telah

melarikan diri dengan ketakutan.....!

Orang-orang Pian-sia-kay lainnya jadi berdiri kesima. Lebih-lebih Oen Lay Tat,

dia jadi berdiri kesima dengan wajah yang pucat pasi.

Tiba-tiba To-hun Koay-jin telah memutar tubuhnya menghadapi Lay Tat.

"Hei orang she Oen.... apakah kau masih tidak mau menyerahkan benda itu?"

bentaknya dengan suara yang mengguntur.

Lay Tat berusaha untuk menenangkan hatinya, goncangan hatinya itu masih

menguasai dirinya.

Tetapi sebagai seorang jago yang mempunyai kepandaian yang cukup tinggi dan

lagi pula kedudukannya sebagai Kauw-cu dari Pian-sia-kay, maka dengan sendirinya

dia harus tabah menghadapi segalanya.

Dengan cepat Lay Tat berusaha untuk tersenyum.

"Memang kami harus mengaku bahwa kepandaian tuan sangat tinggi sekali...!"

katanya. "Tetapi...."

Namun belum lagi Lay Tat menyelesaikan perkataannya itu, maka tampak To
hun Koay-jin telah melompat dengan gesit sekali, tangannya telah terjulurkan akan

mencengkeram bahu dan kepala dari Lay Tat.

Biar sedang dalam keadaan jeri dan ragu, toh tetap saja Lay Tat bukan

merupakan orang yang lemah, dia mempunyai kepandaian yang cukup tinggi, maka

dengan sendirinya dia juga dapat melihat orang menyerang dirinya dengan hebat,

dengan sendirinya, tanpa disadarinya, dia telah bergerak cepat untuk menghindarkan

diri.

Tangan To-hun Koay-jin jadi jatuh ditempat kosong.Kolektor E-Book 164

IBU HANTU Ang Yung Sian

Terdengar manusia tengkorak ini mendengus dengan suara tertawa dinginnya.

Dengan cepat dia bergerak lagi menyerang Lay Tat, karena dia tidak mau

memberikan kesempatan kepada Kauw-cu dari Pian-sia-kay tersebut untuk selalu

mengelakkan diri.

Cie Kiat melihat, betapa Lay Tat jadi terdesak hebat sekali oleh To-hun Koay
jin.

Memang harus diakui bahwa To-hun Koay-jin mempunyai kepandaian yang

tinggi sekali, sehingga biarpun Lay Tat mempunyai kepandaian yang tidak lemah, toh

tetap saja dia akan selalu terdesak hebat oleh To-hun Koay-jin.

Pada saat itu tampak Lay Tat dengan mengeluarkan seruan kaget dan gelisah

sekali, telah menjejakkan kakinya akan melompat kesamping guna menjauhi diri dari

To-hun Koay-jin.

Namun si manusia tengkorak tersebut tetap tidak mau memberikan kesempatan

kepada Lay Tat.

Dia telah melancarkan beberapa serangan yang mematikan, angin serangan itu,

yang disertai oleh tenaga Lwee-kang yang sempurna sekali, terasa melingkupi

ruangan itu.

Cie Kiat sendiri merasakan angin serangan itu yang berseliweran didirinya.

Sedangkan jago-jago yang lainnya hanya menatap saja jalannya pertempuran itu

dengan hati yang berdebar.

Kalau memang sampai Lay Tat kena di bunuh oleh To-hun Koay-jin, maka

dengan sendirinya urusan akan menjadi lebih ricuh lagi.

Maka dari itu, sebetulnya jago-jago itu mau memberikan pertolongan kepada

Lay Tat, tetapi karena mereka melihat To-hun Koay-jin memang liehay sekali, dan

lagi pula memang si manusia tengkorak ini terkenal akan ketelengasannya setiap

turun tangan, maka dengan sendirinya jago-jago ini jadi berdiri bimbang.

Tinggal Lay Tat yang jadi gelagapan seorang diri diserang terus menerus oleh

To-hun Koay-jin dengan serangan-serangan yang mematikan.

Sebetulnya, kalau memang Lay Tat mempunyai kepandaian yang tinggi begitu,

dia tentunya telah terhajar binasa dengan kepala yang pecah berantakan, seperti hal

anak-anak buahnya yang terbunuh oleh To-hun Koay-jin dengan kepala yang hancur

dan darah serta polonya mengalir keluar..... membasahi lantai!

Satu kali, dengan mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur, To-hun

Koay-jin melancarkan serangan dari dua jurusan karena tangan kiri dan kanannya itu

menyerang secara berbareng.

Hati Lay Tat mencelos, dia jadi terkesiap sendirinya, karena dia tidak melihat

ada jalan keluar baginya.

Dengan sendirinya, Lay Tat jadi putus asa, dan dia dari berputus asa itu akhirnya

jadi nekad.Kolektor E-Book 165

IBU HANTU Ang Yung Sian

Jilid 4

DENGAN mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, maka Lay Tat telah

melompat untuk menyambut kedua serangan dari To-hun Koay-jin.

Tangan mereka jadi bentrok satu sama lainnya.

Kali ini Lay Tat telah mengerahkan hampir delapan bagian tenaga dalamnya.

Maka dari itu, tangkisan dari tangan Lay Tat juga membawa angin tangkisan

yang keras dan bertenaga sekali.

To-hun Koay-jin sendiri terperanjat karena tangkisan dari Kauw-cu Pian-sia-kay

tersebut memang benar-benar hebat dan membuat tubuh si manusia tengkorak

tersebut sampai terpukul mundur terhuyung beberapa langkah kebelakang.

Tetapi semua itu hebat juga kesudahannya bagi diri Lay Tat.

Begitu kedua tangannya tertangkis, begitu mereka saling mengerahkan tenaga

dalam mereka masing-masing, maka tampak Lay Tat mengeluarkan seruan tertahan,

tubuhnya terhuyung empat langkah kebelakang, kemudian terguling dilantai.

Untung saja dia mempunyai kepandaian yang lumayan, dapat disebut agak

sempurna dan tinggi, maka begitu tubuhnya terguling, begitu juga dia telah melompat

berdiri.

Dengan sendirinya, dia bisa berjaga-jaga kalau nanti si manusia tengkorak itu

membarengi menyerang dirinya dengan serangan yang mematikan.

Sedangkan To-hun Koay-jin begitu terhuyung mundur satu langkah kebelakang,

cepat-cepat dia mengerahkan tenaga dalamnya kepada kedua kakinya, sehingga bisa

menancap kakinya itu kuat-kuat pada lantai.

Dia tidak lantas menyerang lagi kepada Kauw-cu dari Pian-sia-kay, hanya

mengawasi dengan tatapan mata yang begis sekali, mengandung hawa pembunuhan.

Jago-jago lainnya yang berada didalam ruangan itu juga mengawasi jalannya

pertempuran antara To-hun Koay-jin dengan si Kauw-cu Pian-sia-kay tersebut,

mereka juga tertarik melihat dua orang jago yang mempunyai kepandaian sangat

tinggi saling tempur.

Hanya Cie Kiat saja yang tidak begitu tertarik.

Hal itu karena disebabkan kepandaian Cie Kiat telah tinggi luar biasa, lagi pula

dia memang telah bisa melihat, bahwa biarpun To-hua Koay-jin didalam kalangan

Kang-ouw telah mengangkat nama selama puluhan tahun dan disegani kawan dan

lawan toh kepandaiannya tidak begitu luar biasa, kalau memang ini tidak mau disebut

kepandaian si manusia tengkorak tersebut tidak begitu tinggi.

Tentang Kauw-cu dari Pian-sia-kay itu juga, dia mempunyai kepandaian yang

hampir bersamaan dengan To-hun Koay-jin.

Tetapi berhubung sifat To-hun Koay-jin lebih bengis dan kejam, maka dengan

sendirinya tampak si manusia tengkorak ini jauh lebih liehay dan gesit dari Kauw-cu

Pian-sia-kay tersebut.Kolektor E-Book 166

IBU HANTU Ang Yung Sian

Pada saat itu Lay Tat tengah berdiri tegak dengan memandang kearah To-hun

Koay-jin menggunakan pancaran mata yang dingin sekali.

Dia memang sangat mendongkol juga sangat gusar kepada manusia tengkorak

ini.

Biar bagaimana dia adalah seorang Kauw-cu dari sebuah perkumpulan, maka

dengan sendirinya biasanya dia sangat dipatuhi.

Selain dihormati, juga setiap perintahnya pasti akan dituruti dan dipatuhi oleh

anak buahnya.

Maka dari itu, sifatnya jadi agak berkepala besar, dan sudah wajar kalau

memang sifat dari Lay Tat selalu ingin memerintah belaka.

Sekarang dia menghadapi lawan berat seperti To-hun Koay-jin, maka dengan

sendirinya dia jadi mendongkol dan penasaran sekali.

Dia memang menyadari bahwa kepandaiannya itu tidak dapat mengimbangi

kepan daian dari si manusia tengkorak.

Tetapi hal itu tidak menjadi halangan dan sebab bagi diri si Kauw-cu dari Pian
sia-kay ini.

Kalau memang dia mau, semua jago didalam ruangan tersebut bisa dibunuhnya

semua, karena dia masih mempunyai jalan untuk mencelakai orang-orang yang tidak

disenanginya yang berada didalam ruangan ini.

Tetapi Lay Tat masih tidak mau menggunakan caranya itu, dia masih mau

melihat perkembangan selanjutnya, karena dia masih mau memperlihatkan bahwa

Kauw-cu dari Pian-sia-kay adalah seorang Ho-han, seorang lelaki sejati, yang tegak

pada keadilan dan juga pada kejujuran dan kegagahan.

Maka dari itu, Lay Tat tidak mau berlaku curang dan melakukan perbuatan yang

rendah, yang bisa diejek dan dihina oleh orang-orang didalam kalangan Kang-ouw.

Seumpama kata, dia bermaksud akan melakukan rencana yang busuk dan jelek,

maka itu akan dilakukannya diam-diam.

Pancaran mata dari Kauw-cu Pian-sia-kay Oen Lay Tat tersebut jadi bercahaya

bengis, dia menatap To-hun Koay-jin tak kalah galaknya.

Waktu To-hun Koay-jin menghampiri dia dengan langkah yang setindak
setindak, maka Lay Tat jadi berpikir dengan cepat. Walaupun dia tidak

memperlihatkan rasa takutnya, toh tetap saja perasaan itu membayangi hatinya.

Biar bagaimana dia akan berusaha untuk merubuhkan manusia tengkorak ini.

Tetapi Lay Tat tidak bisa berpikir terlalu lama, karena dengan mengeluarkan

suara bentakan yang menyeramkan, To-hun Koay-jin telah melompat menerjang Lay

Tat lagi.

Kali ini To-hun Koay-jin menyerang Lay Tat dengan tenaga Lwee-kang yang

benar-benar luar biasa sekali.Kolektor E-Book 167

IBU HANTU Ang Yung Sian

Dia merasakan serangan itu cukup berat, karena Lay Tat merasakan dorongan

dari angin serangan itu yang membuat dia harus mundur beberapa langkah, guna

mengurangi angin dorongan itu, sambil berbuat begitu, Lay Tat telah memiringkan

tubuhnya sedikit kekanan, kemudian dengan mengeluarkan seruan : ?Kena!?, maka

tangannya menerobos kedepan, kearah rusuk dari To-hun Koay-jin.

Sodokan tangan dari Lay Tat hebat sekali, biar bagaimana dia adalah jago silat

yang mempunyai kepandaian ilmu silat dan Lwee-kang yang lumayan, maka setiap

serangannya itu juga bisa membahayakan orang kalau memang serangannya berhasil

mengenai sasaran yang tetap.

Kalau memang rusuk dari To-hun Koay-jin itu berhasil disodoknya, berhasil

digempurnya, maka dengan sendirinya tulang-tulang iga To-hun Koay-jin akan patah

hancur, dan dengan sendirinya isi dadanya itu akan rusak oleh getaran hajaran tangan

Lay Tat, dan bisa-bisa To-hun Koay-jin menemui kebinasaannya.

Namun To-hun Koay-jin mana mau membiarkan begitu saja dirinya dihajar oleh

Lay Tat.

Dengan cepat dia telah menarik pulang tangannya, dia telah mengelakkan

kesamping, kemudian dia melompat mundur kebelakang.

Mereka dengan sendirinya jadi saling terpisah beberapa kaki jauhnya.

Keduanya saling memandang lagi dengan cahaya mata yang memancar agak

mengerikan.

Kedua orang jago silat yang sedang bertempur itu sangat ganasnya seperti juga
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dua ekor singa yang sedang bertarung.

Cie Kiat yang melihat pertempuran diantara kedua jago itu, jadi memandang

dengan perhatian yang tidak begitu penuh, karena didalam pandangan matanya,

kepandaian dari kedua orang tersebut tidak begitu tinggi, mereka bertempur lebih

banyak memperlihatkan segi dari cara bertempur untuk suatu pertunjukkan diatas

Lui-thay, bukan untuk merebut suatu kemenangan. Memang Lwee-kang mereka

cukup kuat, namun cara mereka itu menggunakan dari tenaga dalam mereka, tidak

sewajarnya.

Maka dari itu, Cie Kiat hanya ingin melihat kelanjutan dari pertempuran itu. Dia

juga ingin mengetahui akhir dari peristiwa memperebutkan pedang Tat-mo Kiam.

Begitu juga jago-jago lainnya, mereka menyaksikan terus pertempuran antara

To-hun Koay-jin dengan Oen Lay Tat.

Hanya bedanya jago-jago silat itu dengan Cie Kiat ialah, kalau si anak muda she

Lie itu menyaksikan pertempuran tersebut dengan maksud untuk mengetahui

kelanjutan peristiwa itu, tetapi jago-jago silat lainnya yang menonton dipinggir

ruangan tersebut, semuanya ingin mencari ketika yang lowong guna merebut dan

berusaha untuk memiliki pedang Tat-mo Kiam untuk menjadi milik pribadi mereka

seudiri!

Suasana didalam ruangan sangat sepi, yang terdengar hanyalah suara bentakan
bentakan dari Lay Tat dan To-hun Koay-jin.Kolektor E-Book 168

IBU HANTU Ang Yung Sian

Mereka bertempur dengan selalu mengeluarkan suara bentakan-bentakan yang

keras.

Juga butir-butir keringat telah memenuhi tubuh mereka.

Keduanya rupanya telah mempertaruhkan jiwa mereka untuk mempertahankan

pedang Tat-mo Kiam itu.

Yang seorang ingin mempertahankan, dan yang seorangnya lagi, yaitu To-hun

Koay-jin, ingin merebut untuk memiliki pedang Tat-mo Kiam itu.

Maka dari iiu, pertempuran jalan terus.

Angin dari pukulan-pukulan kedua orang yang sedang bertempur itu saling

berseliweran keras sekali, dapat dirasakan oleh jago silat yang sedang menonton dan

menyaksikan dari samping.

Sedang pertempuran antara Lay Tat dengan To-hun Koay-jin berlangsung

dengan pertempuran yang cukup seru maka tiba-tiba terdengar orang berkata :

"Berhenti.............!"

Nyaring dan melengking suara itu.

Semua orang jadi menoleh kearah datangnya suara bentakan itu.

Segera juga begitu melihat orang membentak itu, semua orang yang menoleh itu

jadi mengeluarkan seruan tertahan.

Begitu juga Lay Tat dan To-hun Koay-jin, mereka berhenti bertempur, mereka

menoleh kearah datangnya suara bentakan itu.

Dan kedua jago ini juga telah mengeluarkan suara seruan kaget.

Kenapa?

Ternyata orang yang membentak ?berhenti!? itu adalah seorang gadis kecil

berusia diantara sembilan tahun!

Wajah gadis itu manis sekali, montok dan mungil sekali, matanya yang hitam

celi itu memandang semua orang yang ada didalam ruangan itu bergantian.

Gadis cilik ini juga memperlihatkan senyumnya yang manis.

Semua orang memandang dia dengan tatapan mata yang heran.

Apa maksud kedatangan dari gadis cilik ini? Dan siapakah dia? Mengapa tahu
tahu telah berada disitu? Bagaimana cara kedatangannya sehingga semua jago-jago

yang berada didalam ruangan tersebut, yang biasanya mempunyai pendengaran

sangat tajam itu, tidak dapat mendengar suara langkah kakinya waktu dia

mendatanginya?

Gadis itu telah tertawa dengan suaranya yang tinggi melengking.

"Kalian selalu bertempur hanya untuk memperebutkan pedang Tat-mo Kiam!!"

kata gadis cilik itu dengan suara yang tetap tinggi. "Hmmmm....... semua itu tak ada

gunanya. Kata Sio-cia yang dipesankan kepadaku, memerintahkan agar kalian segera

berhenti membuat ribut-ribut dan pergi menggelinding enyah dari tempat ini!"Kolektor E-Book 169

IBU HANTU Ang Yung Sian

Dan sambil berkata begitu, biarpun suaranya tegas sekali, toh dia tetap

tersenyum. Malah gadis cilik ini sambil berkata begitu dia selalu mempermainkan

rambutnya yang telah ditaucangnya panjang, sepanjang sampai kepinggang.

Semua orang seperti juga terpaku mendengar perkataan gadis cilik ini.

Dia menyebut-nyebut bahwa dia diperintah oleh seorang Sio-cia, nona, dan

siapakah nona itu?

Sedang jago-jago itu bertanya-tanya, maka si gadis telah membuka suara lagi :

"Sio-ciaku itu she Wang, dan dia memerintahkan kepada kalian, kalau memang

kalian ini mau berkeras dan tidak mau menuruti perintahnya, maka Wang Sio-cia

yang menjadi majikanku itu kebebasan pada diriku untuk menghukum kalian!"

Mendengar perkataan si gadis cilik, jago-jago didalam ruangan tersebut jadi

hampir tertawa.

Gadis cilik itu berkata seperti juga lagak seorang jago yang mempunyai

kepandaian tinggi sekali, maka jago-jago didalam ruangan tersebut mana mau

mempercayai gadis sekecil itu mempunyai kepandaian yang tinggi?

Cie Kiat yang telah menghampiri gadis cilik itu, dia menduga bahwa gadis cilik

ini sedang main-main, berguyon, maka dia ingin meminta gadis itu untuk berlalu saja,

sebab didalam pergolakan didalam ruangan tersebut, keselamatan gadis cilik itu bisa

tak terjamin.

"Siauw Sio-cia!" kata Cie Kiat begitu dia berada didepan gadis cilik itu. Dia

memanggil orang dengan sebutan Siauw Sio-cia, nona kecil. "Lebih baik kau

bermain-main diluar saja, karena disini sedang ada urusan yang bisa membahayakan

jiwamu! Pergilah!"

Dan setelah berkata begitu, Cie Kiat telah mengulurkan tangannya.

Dia bermaksud akan mencekal tangan gadis cilik itu untuk diajaknya dituntun

keluar dari ruangan tersebut.

Tetapi apa yang terjadi benar-benar diluar dugaan dari semua orang, dan diluar

dugaan dari Cie Kiat juga!

Kenapa?

Ternyata, dikala Cie Kiat sedang mengulurkan tangannya akan menuntun si

gadis cilik keluar dari ruangan itu, maka dengan tidak terduga gadis cilik itu telah

menjejakan kakinya, dia menggeser kedudukan tubuhnya, kemudian dengan tidak

terduga tangannya yang kanan telah dilonjorkan kemuka, dia menonjok kearah rusuk

Cie Kiat.

Sambil meninju begitu, maka si gadis cilik telah membentak : "Jangan kurang

ajar kepada nonamu!"

Semula Cie Kiat mau berdiam diri saja, membiarkan si gadis dapat memukul

tubuhnya itu.

Tetapi dia jadi kaget sendirinya waktu pukulan si gadis telah dekat sekali dengan

sasarannya.Kolektor E-Book 170

IBU HANTU Ang Yung Sian

Dia merasakan samberan tenaga dalam si gadis yang luar biasa besarnya!

Kalau memang Cie Kiat membiarkan dirinya dihajar oleh tangan si gadis,

mungkin tulang rusuknya itu bisa hancur berantakan.

Maka dari itu, dengan cepat Cie Kiat jadi menarik pulang tangannya.

Dia jadi, batal mencekal tangan gadis itu untuk diajaknya keluar.

Dengan menjejakkan kakinya, tubuh Cie Kiat telah melambung tinggi sekali,

sehingga dengan begitu, pukulan tangan si gadis cilik jadi jatuh ditempat kosong.

Tetapi gadis cilik itu tidak berhenti sampai disitu, dia telah menggerakkan kedua

tangannya itu keatas, menyerang kearah Cie Kiat terus yang dirangseknya.

Tubuh Cie Kiat sedang meluncur terus, maka did jadi kaget sekali waktu tahu
tahu merasakan si gadis telah menyerang dirinya dengan serangan-serangan yang

beruntun.

"Rubuhlah kau!!" si gidis cilik berulang kali telah mengeluarkan suara bentakan

begitu.

Juga tangannya tak hentinya menyerang Cie Kiat.

Biarpun Cie Kiat liehay biar dia mempunyai kepandaian yang tinggi, tetapi baru

dapat mengelakkan satu serangan gadis cilik itu, lalu sudah disusul dengan serangan

lainnya secara terus menerus, hal itu membuat Cie Kiat jadi kewalahan juga.

Memang kalau dinilai dari ilmu silat yang dimiliki oleh gadis cilik itu tak

seberapa kalau memang dibandingkan dengan kepandaian yang dimiliki oleh Cie

Kiat.

Tetapi cara menyerang dan ilmu ringan tubuh dari si gadis cilik ini memang

benar-benar sangat luar biasa dan aneh sekali.

Itulah yang membuat Cie Kiat jadi agak bingung.

Serangan yang biasanya digulakan oleh jago silat sebagai landasan dari

penjagaan diri, untuk bagian dalam, maka gadis cilik itu malah telah menyerang

bagian luar dari Cie Kiat, sedangkan bagian dalam dari gadis cilik itu tidak ada

penjagaan sama sekali.

Cara menyerang dan menangkis atau mengelakkan diri dari gadis itu terbalik

dari kebabyakan orang-orang yang mengerti ilmu silat.

Harus diketahui, biarpun didaratan Tionggoan terdapat banyak sekali pintu-pintu

perguruan ilmu silat, tetapi sebelumnya ilmu silat didaratan Tionggoan itu berasal

dari sumber yang sama dan satu tak ada perbedaan.

Hanya karena orang yang menciptakannya itu memecahkan dan memilih

jalannya masing-masing, maka dengan sendirinya ilmu silat itu jadi berkembang, dan

bermacam-macam, bentuk dan posisi.

Tetapi kalau memang dilihat dari segi intinya, maka ilmu silat yang ada

didaratan Tionggoan ini sebetulnya semuanya itu sama tak ada perbedaan.Kolektor E-Book 171

IBU HANTU Ang Yung Sian

Itulah yang membuat heran Cie Kiat.

Walaupun usia si gadis cilik itu masih sangat kecil, toh cara menyerang dan

menangkis serangan orang, gadis cilik ini menggunakan ilmu silat dari tingkatan

tinggi. Juga cara mengelakkan serangan orang serta menyerang lawannya, gadis ini

telah menggunakan ilmu silat yang cara menyerangnya terbalik dari kebiasaan yang

digunakan oleh jago-jago silat didaratan Tionggoan.

Tubuh Cie Kiat sedang meluncur turun pada saat itu, atau si gadis cilik telah

menyerangnya dengan tenaga serangan yang kuat sekali.

Yang mengherankan Cie Kiat, tenaga serangan gadis cilik inilah yang kuat luar

biasa, yang menyerang dia dengan angin serangan yang santer.

Sebetulnya Cie Kiat tidak memandang sedikitpun kepada gadis cilik ini. Namun

setelah merasakan beberapa kali serangan si gadis cilik yang datangnya secara

beruntun, maka mau tak mau dia jadi berlaku hati-hati.

Disebabkan itulah, disaat tubuhnya sedang meluncur turun, dan disaat dia tengah

diserang oleh beberapa serangan yang beruntun dari si gadis cilik, maka Cie Kiat

telah memutar tangan kirinya setengah lingkaran. Pada saat itu tubuh Cie Kiat tengah

berada diudara, maka dia telah berputar dengan tenaga yang dikerahkan dari

perutnya, dari Tan-tian, pusat, maka tenaga Lwee-kang itu tersalur ditangannya,

tersalur dengan kuat sekali, waktu dia memutar setengah lingkaran tangan kirinya,

maka tenaga Lwee-kang itu telah melindungi dirinya dari segala serangan yang

dilancarkan oleh gadis cilik itu.

Dan membarengi dengan itu, maka tangan kanan dari Cie Kiat telah mendorong

kearah muka.

Terdengar gadis cilik itu mengeluarkan seruan tertahan, tetapi gadis itu tidak

mengalami apa-apa, dia hanya melompat menjauhi Cie Kiat.

Memang benar tadi Cie Kiat mendorong hanya dengan menggunakan tiga

bagian tenaga dalamnya, karena dia takut nanti mencelakai gadis cilik itu.

Tetapi dengan dapatnya gadis cilik itu menghindarkan diri dari dorongan itu

tanpa menderita apa-apa, dia hanya mengeluarkan seruan tertahan, dan masih dapat

melompat kebelakang, maka itu dapat menunjukkan bahwa si gadis cilik ini memang

hebat!

Inilah yang membuat jago-jago di dalam ruangan itu jadi heran dan bingung!

Kalau memang si gadis ini mempunyai seorang guru dan memperoleh didikan

dari guru yang liehay bagaimanapun, tak nantinya dia bisa mempunyai kepandaian

seperti apa yang dimilikinya sekarang ini.

Maka dari itu, keadaan gadis yang baru muncul ini benar-benar menimbulkan

keanehan bagi diri semua jago-jago didalam ruangan itu.

Lay Tat dan To-hun Koay-jin dengan sendirinya berhenti bertempur.

Mereka hanya memandang kearah Cie Kiat dan gadis cilik yang luar biasa dan

bisa membuat jago-jago didalam ruangan itu heran sekali.Kolektor E-Book 172

IBU HANTU Ang Yung Sian
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada saat itu, disaat gadis cilik itu tengah melompat kebelakang maka Cie Kiat

telah meluncur turun dan dapat berdiri lagi diatas lantai.

Dia memandang gadis cilik itu dengan bibir tersenyum manis.

Biarpun heran, tetapi Cie Kiat juga kagum sekali bahwa didalam usia yang

sekecil itu si gadis cilik bisa mempunyai kepandaian yang begitu luar biasa.

Sedangkan gadis cilik itu, yang dipandang oleh Cie Kiat dengan tatapan mata

ramah, malah telah mendelik menatap kearah Cie Kiat.

"Kau....... kau telah menghinaku!" kata gadis cilik itu dengan suara yang

nyaring, mukanya cemberut menandakan bahwa dia mendongkol sekali, juga dari

sikapnya yang kekanak-kanakan itu bisa membuat orang tertawa kalau dia sedaang

marah. "Kau akan dihukum oleh majikanku! Hmmmm....... apakah dengan menghina

diriku begini kau kira urusan bisa habis sampai disini saja?"

Cie Kiat tersenyum mendengar pertanyaan gadis cilik itu.

"Sabar Siauw Sio-cia......!" kata Cie Kiat dengan sabar, karena dia menganggap

bahwa dia memang sedang berhadapan dengan seorang gadis yang berusia diantara

sembilan tahun. Dan lagi pula Cie Kiat memang menyukai gadis cilik itu, yang

mempunyai muka menyenangkan sekali. "Siapakah nama majikanmu itu? Dan kau

ini diutus kemari untuk melakukan apa?"

Gadis cilik itu tertawa dingin.

Tahu-tahu sebelum dia menjawab pertanyaan Cie Kiat, dia telah menjejakkan

kakinya, tubuhnya mencelat kearah Cie Kiat, sambil mencelat begitu, tahu-tahu

ditangannya telah tercekal pedang pendek yang mungil, yang digerakan menyerang

kearah muka Cie Kiat.

Hal ini mengejutkan Cie Kiat.

Dia tidak menduga sedikitpun bahwa gadis cilik itu dapat bergerak begitu cepat,

dan malah menggunakan sebatang pedang yang tajam itu menyerang kearah

mukanya!

Untung saja Cie Kiat mempunyai kepandaian yang tinggi dan sempurna, maka

dengan cepat dia telah melompat menepi.

Waktu dia melompat kepinggir, ujung pedang sebetulnya telah berada dekat

sekali dengan kulit mukanya.

Hal itu menunjukkan betapa cepatnya si gadis cilik menggerakkan tangannya.

Sebetulnya Cie Kiat dapat untuk merebut pedang gsdis cilik itu, tetapi sengaja

dia tidak mau melakukannya, karena dia takut nanti membuat gadis cilik itu jadi

bergusar dan bisa-bisa menangis, dan hal itu akan jadi berabe untuk dirinya

sendiri....!

Si gadis cilik itu telah meluncur turun kelantai kembali.

Tetapi begitu ujung kakinya dapat menyentuh lantai, dia telah mengenjotkan

tubuhnya lagi.Kolektor E-Book 173

IBU HANTU Ang Yung Sian

Badannya itu melayang dengan cepat dan gesit sekali.

Dia mencelat kearah Cie Kiat lagi, yang kala itu juga baru bisa berdiri tetap.

Cie Kiat agak terkejut melihat kegesitan si gadis cilik ini.

Dia tidak menyangka bahwa ilmu entengi tubuh dari si gadis cilik ini hampir

bisa disamakan dengan kecepatan seekor burung rajawali.

Kali ini Cie Kiat tidak berani berlaku ayal, dia tidak barani main-main lagi,

dengaa cepat dikala pedang gadis cilik itu menyambar kearah bahunya, maka Cie

Kiat telah mengulurkan tangannya, jari tangannya terpentang, antara jari tengah

dengan jari telunjuk.

Cie Kiat bermaksud untuk menjepit tubuh pedang gadis cilik itu.

Tetapi gadis cilik itu juga cepat sekali gerakannya, matanya juga sangat tajam.

Dia tidak mau membiarkan pedangnya itu kena di jepit, maka dengan cepat dia

telah menarik pulang pedangnya, dan tahu-tahu dia bukannya mundur kebelakang,

melainkan telah menubruk dan menyerang dengan pedangnya kearah perut Cie Kiat.

Sekarang dia menyerang dengan cara menusuk!

Cie Kiat tidak menyangka bahwa gadis ini bisa menyerang dirinya dengan

serangan-serangan yang nekad.

Cie Kiat sampai mengeluarkan seruan tertahan, dia kaget benar. Untung saja dia

mempunyai gerakan yang cepat dan gesit, sehingga perutnya tidak sampai tertusuk

oleh mata pedang gadis cilik itu....!

???

HAL ITU juga telah mengejutkan jago-jago yang didalam ruangan tersebut,

termasuk To-hun Koay-jin dan Oen Lay Tat, si Kauw-cu dari Pian-sia-kay.

Yang mereka buat kaget bukan karena perut Cie Kiat hampir tertusuk oleh

pedang gadis cilik itu.

Hal itu tidak luar biasa, tetapi kepandaian si gadis yang benar-benar membuat

mereka jadi tercengang.

Biar bagaimaia didalam usia yang sekecil itu, gadis cilik tersebut telah

mempunyai kepandaian ilmu silat yang begitu luar biasa benar-benar membuat jago
jago didalam ruangan tersebut jadi heran berbareng kagum.

Kalau memang dinilai kepandaiannya, maka kepandaian gadis cilik itu tidak

berada disebelah bawah dari kepandaian jago-jago yang ada didalam ruangan

tersebut.Kolektor E-Book 174

IBU HANTU Ang Yung Sian

Gadis cilik itu telah mempunyai kepandaian yang begitu tinggi, lalu bagaimana

dengan majikannya yang disebut oleh gadis cilik itu dengan sebutan Wang Sio-cia

itu? Tentu kepandaian dari Wang Sio-cia itu luar biasa sekali.

Pada saat itu Cie Kiat jadi repot menghindarkan diri dari setiap serangan yang

dilancarkan oleh gadis cilik itu dengan cara yang beruntun sekali.

Kalau memang Cie Kiat mau, dia bisa menjatuhkan dan merubukkan gadis cilik

tersebut didalam satu atau dua jurus saja, dan dia bisa melukai atau mencelakai diri

gadis cilik itu. Tetapi Cie Kiat tidak sampai hati untuk melakukannya, karena dia

menganggap gadis cilik itu memang masih terlampau kecil sekali, maka tak pantas

kalau dia menurunkan tangan keras tertahap diri gadis cilik tersebut.

Biar bagaimana Cie Kiat adalah seorang berjiwa pendekar berhati luhur, dan

berbudi kepada siapa saja, tak nantinya dia akan mencelakai gadis cilik yang berusia

baru berkisar diantara sembilan tahun itu.

Tetari setiap serangan dari si gadis cilik benar-benar membuat Cie Kiat jadi

kewalahan sekali.

Dia selalu berusaha mengelakkan setiap serangan gadis cilik itu, karena dia tidak

mau kalau memang sampai tubuhnya itu menjadi sasaran yang empuk dari mata

pedang gadis cilik yang mempunyai kepandaian agak lumayan itu.

Jago-jago yang berada didalam ruangan tersebut juga jadi menyaksikan terus

dengan penuh perhatian, mereka heran berbareng kagum kepada gadis cilik itu.

Tetapi lama kelamaan Cie Kiat jadi jemu juga menghadapi setiap serangan dari

gadis cilik itu. Kalau memang dia melayani terus dengan membiarkan gadis cilik itu

melancarkan serangannya, maka dirinya tentu akan menghadapi gadis cilik itu terus

menerus, dan hal itu berarti dia akan direpotkan terus oleh gadis cilik itu.

Disaat gadis cilik tersebut melancarkan tusukan pada perut Cie Kiat sambil

mengeluarkan suara bentakan, maka Cie Kiat telah mengulurkan tangannya. Jari

telunjuk dan jari tengahnya itu terjulur akan menjepit pedang gadis cilik tersebut.

Gadis cilik yang aneh dan mempunyai kepandaian lumayan tersebut, jadi

terperanjat waktu melihat bahwa lawannya ingin merebut pedangnya.

Cepat-cepat dia memutar tangannya, dia bermaksud akan menarik pulang

pedangnya itu.

Tetapi terlambat.

Pedangnya itu telah kena dijepit oleh Cie Kiat, jari telunjuk dan jari tengah

ditangannya itu telah menjepit dengan keras.

Gadis cilik itu mencelos hatinya.

Dia berusaha menarik agak keras pedang itu.

Atau, dia merasakan hatinya lebih kaget dari semula.

Hal itu disebabkan pedangnya itu masih terjepit Cie Kiat.Kolektor E-Book 175

IBU HANTU Ang Yung Sian

Dia tidak bisa menarik pulang, karena pedangnya terjepit oleh jari tangan Cie

Kiat seperti juga terjepit oleh jepitan besi.

Hal ini membuat gadis cilik tersebut jadi gugup bukan main.

Dengan mengeluarkan seruan keras, gadis cilik ini telah berusaha menarik lagi.

Tetapi tetap saja tidak terlepas.

Wajah gadis ini jadi berobah merah padam, dia mendelik kepada Cie Kiat.

"Lepaskan pedangku!" bentak gadis cilik itu dengan suara yang nyaring.

Tetapi Cie Kiat tidak mau melepaskannya.

Anak muda she Lie ini malah telah tersenyum dengan sikap yang tenang.

"Siauw Sio-cia, kau terlalu galak!!" kata Cie Kiat kemudian dengan suara yang

sabar. "Dengan pedang ini kau telah melancarkan serangan-serangan yang berbahaya

dan telengas. Coba kalau memang orang yang kau serang itu tidak mempunyai

kepandaian silat yang lumayan, bukankah orang akan menderita luka-luka?"

Wajah si gadis cilik jadi berobah merah padam, dia tampaknya mendongkol

sekali.

"Kau mau melepaskan pedangku atau tidak?" bentak gadis dengan suara yang

seram.

Cie Kiat tersenyum lagi.

Kalau memang aku tidak mau melepaskannya, apa yang akan kau lakukan?"

tanya Cie Kiat acuh tak acuh, seperti juga dia mengejek.

Gadis cilik itu jadi tambah mendongkol, dia sampai mengeluarkan suara seruan

gusar.

Dia mengerahkan tenaganya untuk menarik terlepas pedangnya dari dijepitan

jari tangan Cie Kiat.

Tetapi mana bisa dia menarik pulang pedangnya dari jepitan tangan Cie Kiat

yang mempunyai Lwee-kang kuat sekali?!

Jangankan dapat menarik pulang, sedangkan bergoyang saja tidak.

Wajah gadis cilik itu jadi berobah tambah merah padam, rupanya dia gugup dan

gusar.

"Lepaskan!" bentaknya.

Cie Kiat melawannya dengan senyum.

"Kau mau lepaskan atau tidak?" bentak gadis cilik itu gusar.

"Tidak!" sahut Cie Kiat.

"Lepaskan!"

"Tidak!!"Kolektor E-Book 176

IBU HANTU Ang Yung Sian

Gadis cilik itu menarik pedangnya lagi, keras sekali tarikannya itu.

Tetapi pedang itu tidak bergeming.

Wajah gadis cilik itu jadi berobah tambah merah padam, dia hampir menangis.

"Lepaskan!!" teriaknya lagi dengan suara yang penasaran benar.

"Sebelum kau mau mengakui kau bersalah dan berjanji tidak akan sembarangan

menyerang orang, maka pedangmu ini tidak akan kukembalikan! Malah aku akan

mematahkannya!!" kata Cie Kiat.

Wajah gadis itu jadi berobah tambah merah padam.

"Lepaskan! Kataku lepaskan! Kalau memang Wang Sio-ciaku mengetahui, tentu

kau akan dicincangnya dijadikan perkedel!!" teriak si gadis seperti kalap, dia juga

tampaknya sangat gugup sekali.

"Baiklah kalau memang kau berkepala batu tidak mau berjanji untuk tidak

sembarangan menyerang orang lagi, maka aku akan mengambil tindakan yang

tegas!" kata Cie Kiat dengan mendongkol, karena dia melihat, walaupun usia si gadis

cilik ini masih sangat muda, masih kecil, toh dia kepala batu benar, keras hati dan

tidak mau mengalah.

Semua jago-jago jadi memandang dengan tertarik, karena mereka ingin melihat

apa yang akan dilakukan oleh Cie Kiat. Mereka jadi menduga-duga apa yang akan

dikerjakan oleh Cie Kiat untuk membuat si gadis cilik itu menyerah.

Begitu juga gadis cilik yang luar biasa itu, dia jadi mengawasi Cie Kiat dengan

pandangan mata mendongkol, gusar, dan bercampur dengan perasaan gugup serta

rasa takut, yang terpancar dari matanya.

"Bagaimana? Kan mau mengakui bersalah atau tidak?" tegur Cie Kiat sambil

mengawasi gadis cilik itu dengan sorot mata yang tajam.

Cie Kiat juga masih menjepit tubuh pedang gadis cilik itu dengan menggunakan

kedua jari tangannya.

Gadis cilik itu jadi tambah gusar dan mendongkol. Tampak wajahnya merah

padam.

"Kau masih tidak mau mengaku bersalah?" bentak Cie Kiat dengan suara yang

sengaja dikeraskan. Dia sengaja masih menjepit pedang gadis cilik itu, karena dia

tahu, bahwa si gadis cilik itu tentu tidak akan melepaskan pedangnya begitu saja,

gadis cilik ini tentu tidak akan membiarkan pedangnya direbut oleh Cie Kiat. Maka
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari itu, Cie Kiat sengaja mempermainkan sesaat lamanya gadis cilik ini.

Tetapi bukannya menyahuti, gadis cilik itu telah mengerahkan tenaganya untuk

menarik pulang pedangnya itu dari jepitan tangan Cie Kiat.

Hal itu membuat Cie Kiat jadi tersenyum dengan sendirinya.

"Kau benar-benar berkepala batu!" kata Cie Kiat sambil mengerahkan

tenaganya pada kedua jari tangannya, dia memutar sedikit, maka terdengar suara

?takkkkkkk? yang cukup keras, pedang itu telah patah!Kolektor E-Book 177

IBU HANTU Ang Yung Sian

Begitu pedang patah, pedang si gadis cilik itu, maka wajah si gadis cilik kontan

jadi merah padam, kemudian berobah pucat, tubuhnya menggigil.

"Kau.... kau.... kau telah mematahkan pedang pemberian majikanku?" bentak

gadis cilik itu dengan suara gemetar disebabkan perasaan kaget, gusar dan

mendongkol.

Cie Kiat tersenyum.

"Kau adalah seorang gadis cilik yang benar-benar kepala batu!" kata Cie Kiat

dengan suara yang sabar. "Ini baru pedangmu yang kupatahkan, tetapi kalau memang

kau masih tidak mau mengalah dan tidak mau merobah kelakuanmu yang selalu

menyerang orang dengan serangan-serangan yang telengas, hmmm..... dirimu sendiri

yang akan kulukai dan kupatahkan juga batang lehermu!!"

Tubuh gadis cilik itu tambah menggigil rupanya dia murka bukan main.

Air mata tampak menitik turun dari kelopak matanya, tahu-tahu dengan

mengeluarkan seruan kalap gadis cilik ini telah menubruk Cie Kiat, dia menyerang

dengan menggunakan pedangnya yang telah buntung itu.

"Akan kuadu jiwa denganmu..... akan kuadu jiwa denganmu!!" teriak gadis ini

dengan suara yang nyaring diantara tangisnya, tampaknya dia kalap sekali dia

menyerang dengan membabi buta kearah Cie Kiat dengan menggunakan pedangnya

yang telah buntung ujungnya itu.....

*

* *

SEBETULNYA Cie Kiat merasa senang dan menyukai gadis cilik ini.

Tadi waktu dia telah mematahkan pedang si gadis cilik, dia menyesal

sendirinya.

Tak seharusnya dia merusak benda milik gadis itu.

Apa lagi dia melihat gadis cilik itu telah mengucurkan air mata, telah menangis

menjadi kalap menyerang dirinya, Cie Kiat jadi tambah menyesal.

Tetapi disebabkan gadis cilik itu telah menyerang dengan menggunakan pedang

yang telah patah itu, maka Cie Kiat juga tidak bisa berdiam diri saja.

Cepat-cepat dia melompat menjauhi gadis cilik itu.

Dengan begitu, tikaman gadis cilik tersebut dengan pedang patahnya itu jadi

jatuh pada tempat kosong.

Tetapi gadis cilik itu rupanya memang telah kalap benar, dia telah melompat dan

menerjang kearah Cie Kiat lagi.

Cie Kiat terpaksa mengelakkan lagi.

Dengan jalan melompat dan menjejakkan kakinya, Cie Kiat selalu dapat

menjauhkan diri gadis cilik itu.Kolektor E-Book 178

IBU HANTU Ang Yung Sian

Tetapi gadis cilik tersebut tetap tidak mau mengerti, dia telah menyerang terus

menerus tanpa mengenal lelah.

Sambil menyerang begitu, dia juga menangis terus, dan Cie Kiat jadi tambah

tidak enak hati.

Tetapi tikaman si gadis cilik itu memang tidak bisa dipandang enteng dan tidak

boleh dibuat main-main.

Sekali saja dia tertusuk, berarti dirinya akan cidera, sebab setiap serangan dari

gadis itu telengas dan jatuh pada setiap jalan darah yang berbahaya ditubuh.

Jago-jago lainnya yang melihat cara pertempuran yang pincang begitu, jadi

menyaksikan dengan penuh perhatian. Mereka tidak ada yang bersuara.

Hanya didalam hati mereka masing-masing mereka jadi mengakui bahwa

sebetulnya kepandaian dari gadis cilik itu tidak rendah dan mungkin juga tidak

berada disebelah bawah kepandaian mereka sendiri.........!

Sedang si gadis cilik itu menyerang terus menerus kepada Cie Kiat, tiba-tiba

terdengar suara orang berkata dengan suara dan nada yang lembut : "Janganlah suka

mempermainkan seorang anak kecil yang tidak berdaya!"

Mendengar suara itu, gadis cilik itu telah melompat keluar dari gelanggang

pertempuran.

"Wang Kouw-nio......!" teriaknya sambil berlari kepintu, dimana tampak berdiri

seorang gadis dengan wajah yang cantik dan sikap yang agung sekali.

Usia gadis itu mungkin baru delapan belas tahun, tetapi cahaya dan sinar

matanya menandakan bahwa dia mempunyai kepandaian silat dan Lwee-kang yang

luar biasa sekali, tinggi dan sempurna.

"Wang Kouw-nio!!" teriak si gadis cilik lagi waktu dia telah berada didepan

gadis itu, yang dipanggilnya dengan sebutan Wang Kouw-nio, nona Wang. "Dia.....

dia...... telah menghina budakmu ini! Dia telah mematahkan pedang pemberian

Kouw-nio!

Gadis itu menatap kearah yang ditunjuk oleh gadis cilik itu, dia memandang Cie

Kiat dengan tatapan mata yang dingin.

"Minggir kau!" katanya kemudian dengan suara yang hambar, kepada gadis

cilik itu, yang mana sudah lantas gadis cilik itu berdiri kepinggir.

Gadis yang dipanggil dengan sebutan Wang Kouw-nio itu telah melangkah

menghampiri kearah Cie Kiat.

Sambil melangkah begitu, matanya juga telah menyapu kearah jago-jago lainnya

yang berkumpul didalam ruangan tersebut, juga dia memandang kearah To-hun

Koay-jin dan Oen Lay Tat.

Semua orang berdiam diri, mereka seperti terpengaruh oleh suatu kekuatan yang

luar biasa, yang membuat mereka jadi berdiri seperti orang kesima. Mereka

tenggelam dan kagum akan kecantikan wajah gadis itu.Kolektor E-Book 179

IBU HANTU Ang Yung Sian

Muka Wang Kouw-nio tersebut benar-benar cantik, dia mempunyai potongan

alis yang disebut alis bulan sabit, hidungnya yang disebut hidung Tiang-pie-kie,

bibirnya adalah bibir yang disebut merah delima merekah dan dagunya yang lancip

bulat itu disebut sebagai dagu gurun, matanya yang memancarkan cahaya yang

bening itu disebut mata bintang kejora, maka dari itu, kecantikan yang dimiliki oleh

gadis ini memang sulit untuk dicari duanya didalam dunia ini!

Hanya saja, dari cahaya dan sinar matanya, maka orang akan segera mengetahui

bahwa gadis tersebut mempunyai sifat dan perangai yang keras.

Gadis ini, Wang Kouw-nio, tentu tidak akan mau mengalah kepada siapa saja.

Dia pasti tidak akan mau sudah kalau memang urusan dirinya belum selesai dan

dapat diselesaikan.

Itulah sifat-sifat si gadis yang tampak dan terlihat dari sinar matanya.

Sekarang dikala dia menghampiri Cie Kiat, sinar matanya itu tajam sekali.

Cie Kiat berdiri diam ditempatnya, dia seperti juga tenggelam dan terpaku oleh

kecantikan yang dimiliki oleh Wang Kouw-nio tersebut. Kalau Siang Kie Lan

mempunyai wajah yang cantik, tetapi gesit dan dapat menggiurkan hati lelaki, maka

kecantikan Wang Kouw-nio ini berbeda. Wang Kouw-nio ini tampaknya ayu dan

agung sekali, sehingga orang tidak berani mengkhayalkan sesuatu didalam

kecantikan yang dimiliki oleh Wang Kouw-nio tersebut. Maka dari itu, biarpun Siang

Kie Lan mempunyai kecantikan yang luar biasa, toh kecantikannya itu tidak bisa

memenangkan kecantikan yang dimiliki oleh kecantikan yang dimiliki oleh Wang

Kouw-nio tersebut.

Kedua gadis ini masing-masing mempunyai keistimewaan mereka sendiri
sendiri.

"Kau telah menghina budakku!!" kata gadis itu, Wang Kouw-nio, dengan tiba
tiba dan suara yang agak keras, waktu dia telah berada didepan Cie Kiat. "Kau telah

berani mematahkan pedang pemberianku pada budakku itu, menandakan kau sangat

kurang ajar sekali, maka dari itu, perlu kiranya aku memberi hajaran kepadamu!"

Belum lagi Cie Kiat menyahuti, dan belum lagi dia memberikan penjelasan,

tangan si gadis telah bergerak sedikit.

Tampak melesat cahaya bening yang kecil, yang menyambar dengan cepat

sekali.

Cie Kiat segera juga merasakan benturan dari hawa panas yang luar biasa.

Hati anak muda ini jadi terkejut sekali.

Senjata apa yang telah dilontarkan oleh gadis itu, sehingga dia merasakan

samberan hawa panas, seperti api yang membakar kulitnya.

Dengan terjengkit, Cie Kiat berusaha mengelakkan samberan dari senjata yang

dilontarkan oleh gadis itu, oleh si Wang Kouw-nio.

Entah senjata rahasia apa yang telah disambitkan oleh Wang Kouw-nio itu,

sehingga menimbulkan hawa yang panas sekali.Kolektor E-Book 180

IBU HANTU Ang Yung Sian

Cie Kiat sendiri jadi terperanjat bukan main, dia tidak menduga bahwa dirinya

akan diserang begitu.

Cie Kiat menduga bahwa senjata kecil yang dilontarkan oleh Wang Kouw-nio

itu, yang putih kecil melesat menyambar kedirinya, adalah senjata rahasia yang

mungkin juga beracun. Maka dari itu Cie Kiat tidak berani main-main.

Dia dapat mengegoskan samberan senjata rahasia yang berwarna putih itu, tetapi

waktu lewat disisi tubuhnya, Cie Kiat merasakan hawa samberan senjata rahasia itu

yang panas menjerupai api!!

Hal itu mengejutkan Cie Kiat, dia sampai melompat menjauhi tempat itu lagi!

Senjata itu meluncur terus, dan menyambar tiang yang ada diruangan itu.

"Taakkkk!" tiang itu terhajar senjata rahasia yang disambitkan oleh Wang

Kouw-nio tersebut.

Mata semua jago-jago yang ada didalam ruangan itu jadi mengeluarkan seruan

tertahan, dan Cie Kiat juga jadi menitikkan keringat dingin, karena mereka semuanya

menyaksikan, waktu membentur tiang itu, maka senjata rahasia yang berwarna putih

serta kecil itu telah memercikkan api, dan didalam waktu yang seketika itu juga tiang

tersebut telah hangus oleh korban api. Untung saja tiang tersebut terbuat dari batu

seluruhnya, sehingga tidak sampai termakan oleh api.

Tetapi bisa dibayangkan, kalau memang tubuh Cie Kiat yang kena kesamber

oleh senjata rahasia yang aneh dari gadis itu, tentu tubuh Cie Kiat akan terbakar!

Maka dari itu, semua orang jadi menggidik.

Cie Kiat memandang gadis itu, Wang Kouw-nio, dengan sinar mata yang

bertanya-tanya.

"Hmmmm...... pantas saja kau berani menghina orangku, nyata sekali kau

mempunyai kepandaian yang lumayan!" kata Wang Kouw-nio dengan wajah yang

dingin tanpa ada seulas senyum dibibirnya, tetapi tetap cantik. "Tetapi jangan harap

sekarang kau bisa memperoleh pengampunan dan terlolos dari Ho-sin-tan, pil api,

yang akan membakar dirimu!"

Dan setelah berkata begitu, maka gadis tersebut telah menyentil dengan jari

tangannya lagi, tampak melesat beruntun dari beberapa jurusan yang menyambar

kearah Cie Kiat.

Seketika itu juga ruangan tersebut jadi panas sekali, karena senjata rahasia yang

dinamakan oleh gadis itu dengan sebutan Ho-sin-tan, menyambar dengan cepat, dari

jurusan atas, bawah, tengah dan jurusan bagian tubuh yang berbahaya lainnya.

Cie Kiat jadi kewalahan juga.

Kalau memang dia harus menghadapi gadis itu dengan menggunakan ilmu silat,

mungkin dia tidak akan menyerah.

Tetapi kali ini gadis itu, Wang Kouw-nio, telah menggunakan senjata rahasia

yang aneh sekali, yang dapat menimbulkan hawa panas dan kalau memang terkena

serangan, senjata itu akan meledak dan menimbulkan api!Kolektor E-Book 181

IBU HANTU Ang Yung Sian

Jangankan terserang oleh senjata itu, sedangkan orang-orang yang berada

didalam ruangan itu, dapat merasakan samberan hawa panas.

Maka dari itu, dapat dibayangkan, kalau memang ada orang yang terserang oleh

senjata itu, tentu seketika itu juga akan terbinasa oleh benturan senjata yang aneh

tersebut.

Cie Kiat melihat bahwa senjata rahasia itu menyambar dirinya dari berbagai

jurusan, dia jelas tak bisa melompat kekiri atau kekanan, karena jalan untuk

melompat kearah itu telah tertutup oleh menyambarnya Ho-sin-tan lainnya dari

jurusan itu!

Untuk menerima serangan tersebut, untuk manda terserang oleh senjata rahasia

si gadis Wang Kouw-nio yang sangat berbahaya itu, jelas Cie Kiat tidak mau.

Maka dari itu, dengan mengeluarkan seruan yang panjang, dia telah

mengenjotkan kakinya, tubuhnya mencelat, dan dia melambung keatas penglarian
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari ruangan tersebut.

Dengan begitu, dengan sendirinya Cie Kiat dapat menghindarkan serangan

senjata rahasia yang dapat menimbulkan hawa panas itu.

Terdangar suara ?tak, tak, takkk, takkk, tak,? beberapa kali, juga tampak pijaran

api yang muncrat dari benda yang membentur dinding, senjata rahasia itu berjatuhan

meluruk dilantai.

Semua orang yang menyaksikan hal itu jadi berdiri dengan kesima, mereka tidak

tahu bagaimana seumpamanya senjata-senjata rahasia itu tadi menyambar kediri

mereka.

Pada saat yang bersamaan, tubuh Cie Kiat telah meluncur turun kelantai lagi, dia

telah berdiri dilantai dengan wajah yang tenang, tidak memperiihatkan kegugupannya

sedikitpun.

Hanya wajah gadis yang dipanggil Wang Kouw-nio itu saja yang telah berobah

hebat dia bergusar karena serangannya yang beruntun itu masih tidak bisa

merubuhkan Cie Kiat.

???

BIASANYA kalau memang Wang Kouw-nio tersebut menyerang lawannya

dengan menggunakan Ho-sin-tan, maka tak mungkin musuhnya itu dapat

menghindarkan seluruh serangannya itu. Satu atau dua dari Ho-sin-tan pasti akan

dapat mengenai tubuh lawannya, dan begitu kena terserang, maka lawannya itu akan

kelabakan dan akan dapat dirubuhkan dengan mudah.

Tetapi kali ini sebutir Ho-sin-tan tak ada yang mengenai diri Cie Kiat.Kolektor E-Book 182

IBU HANTU Ang Yung Sian

Malah tampaknya anak muda she Lie itu sangat tenang sekali waktu melompat

turun.

Hal itulah yang telah menyebabkan Wang Kouw-nio jadi agak mendongkol.

Biar bagaimana, biasanya dia belum pernah ada yang biaa mengelakkan

serangannya, sekarang dia seperti tidak dipandang sebelah mata, hal itu menyebabkan

perasaan murka yang bergolak didalam hati gadis tersebut.

"Hmmmm...... kau masih bisa mengelakkan seranganku itu!!" kata si gadis yang

bernama Wang Kouw-nio, nona Wang itu, dengan suara yang dingin sekali.

Cie Kiat menatap gadis itu dengan wajah yang memperlihatkan keheranannya.

"Kouw-nio.... ini..... ini....!" katanya agak gugup.

Si gadis tertawa dingin, wajah Wang Kouw-nio ini tawar sekali.

?Hmmmm...... alasan apa yang ingin kau kemukakan kepadaku?!" te gurnya

dengan suara yang tawar sekali. "Kau telah menghina dan menurunkan tangan jahat

mematahkan pedang dari budakku, maka dengan sendirinya, kau juga telah

menantang diriku! "Hari ini biar bagaimana aku harus memberikan ganjaran yang

setimpal kepadamu!!" dan setelah berkata begitu, maka dengan cepat tangan dari

Wang Kouw-nio itu telah bergerak lagi.

Hebat kali ini, karena yang menyambar Cie Kiat bukanlah Ho-sin-tan,

melainkan sehelai ikat pinggang dari si gadis, yang entah sejak kapan telah berada

ditangannya.

Ikat pinggang itu menyambar dengan cepat kearah Cie Kiat, serangan tersebut

mengandung tenaga Lwee-kang yang benar-benar kuat sekali, sehingga angin

serangan dari ikat pinggang itu telah berseliweran disekitar ruangan tersebut.

Jago-jago silat lainnya yang berdiri dipinggiran tempat itu dapat merasakan

samberan-samberan dari angin serangan angkin yang ditangan Wang Kouw-nio.

Cie Kiat melihat ujung dari ikat pinggang itu telah menyambar cepat sekali,

mengincer jalan darah Siang-tie-hiatnya dibagian pundak.

Jalan darah itu adalah jalan darah yang cukup penting, karera bersangkut-paut

dengan jalannya pernapasan.

Sekali saja jalan darah itu terserang, maka biarpun orang itu mempunyai

kepandaian yang cukup tinggi, toh tetap saja dia akan rubuh terguling dengan

menderita gempuran didalam.

Jalan darah Siang-tie-hiat ini merupakan jalan darah yang boleh disebut inti, dan

sekali saja tertotok oleh senjata apa saja, maka dengan sendirinya dibagian dada dari

orang yang tertotok jalan darahnya tersebut, orang itu akan menderita sesak napas

seumur hidupnya.

Maka dari itu, Cie Kiat tidak mau membiarkan dirinya kena diserang oleh

angkin gadis itu.

Dengan cepat Cie Kiat telah menjejakan kakinya, tubuhnya melayang melompat

menjauhi tempat itu.Kolektor E-Book 183

IBU HANTU Ang Yung Sian

Tetapi ujung angkin itu menyambar terus, seperti juga mempunyai mata, dan

dengan cepat ujung dari angkin yang telah berobah keras itu, jadi mengincer jalan

datah Pay-ma-hiat dari Cie Kiat.

Inilah kehebatan dari kepandaian Wang Kouw-nio itu, karena tanpa menarik

pulang angkinnya itu, dia telah dapat melancarkan serangan lainnya lagi secara

beruntun.

Tetapi Cie Kiat memang telah mempunyai kepandaian yang tinggi.

Biar bagaimana dia tidak mau membiarkan dirinya itu terserang.

Dia tidak akan membiarkan dirinya menjadi korban dari totokan ujung angkin

dari Wang Kouw-nio itu.

Sekarang, disaat dia mengelakkan serangan ujung angkin yang mengincer jalan

darah Pay-ma-hiatnya, maka Cie Kiat tidak mengelak begitu saja.

Dia tidak berdiam diri, melainkan telah menggerakkan tangan kirinya dia

bermaksud akan meacekal dan menangkap ujung dari angkin si gadis she Wang itu.

Wang Kouw-nio jadi agak terkejut waktu dia melihat si anak muda she Lie itu

masih dapat menghindarkan serangannya itu dengan mudah, dan malahan dengan

cepat tampak si anak muda she Lie itu telah bermaksud akan mencekal ujung

angkinnya, mungkin juga mau merebutnya, maka dengan cepat Wang Kouw-nio

telah menarlk pulang angkinnya, sambil menarik pulang angkinnya itu, maka dia

telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring sekali.

Wang Kouw-nio bukannya menarik pulang angkinnya itu untuk lantas berdiam

diri.

Dia telah menggerakkan tangannya, dia telah menyerang dengan serangan yang

sangat beruntun sekali.

Setiap serangan dari Wang Kouw-nio dengan angkinnya itu mengandung tenaga

serangan yang besar sekali, juga ujung dari angkinnya itu sangat berbahaya sekali.

Harus diketahui, bahwa angkin adalah benda kain yang sifatnya lunak, tetapi

ditangan seorang ahli Lwee-keh, tenaga dalam, maka angkin atau benda-benda

lainnya yang lunak, bisa menjadi benda keras, keras melebihi baja.

Maka dari itu, sekarang angkin yang ada ditangan si gadis she Wang itu, yang

dipakai sebagai senjatanya untuk menyerang Cie Kiat, telah berobah begitu liehay

dan berbahaya karena, dengan angkinnya itu Wang Sio-cia telah menggerakkan

tenaga Lwee-kangnya yang tersalur melalui angkinnya itu dan mengincer jalan darah

dibagian tubuh Cie Kiat, jalan darah yang berbahaya dan bisa membahayakan jiwa

dari Cie Kiat.

Tetapi Cie Kiat adalah seorang anak muda yang mempunyai kepandaian yang

sangat tinggi sekali, dia juga tidak mau terlalu turun tangan keras kepada si gadis

karena dia merasa tidak enak hati. Maka dari itu, lebih banyak Cie Kiat selalu

mengelakkan diri dari setiap serangan-serangan Wang Kouw-nio yang dilancarkan

dirinya.Kolektor E-Book 184

IBU HANTU Ang Yung Sian

Pada saat itu, salah seorang jago diantara jago-jago yang ada didalam ruangan

tersebut, telah menyeletuk : "Aha, sekarang anjing betina yang pura-pura galak itu

akan dapat dirubuhkan si bocah!"

Dan yang menyeletuk itu adalah Soe Tiang Ho, itu seorang jago silat yang

mempunyai nama tidak begitu besar didalam kalangan Kang-ouw.

Tetapi disebabkan sifat dari Soe Tiang Ho memang angkuh dan sering tinggi

diri, dengan sendirinya dia selalu jadi menganggap rendah kepada orang lain.

Wang Kouw-nio jadi berobah wajahnya, tetapi dia tidak menghentikan

serangan-serangannya terhadap diri Cie Kiat. Tangan kirinya saja yang bergerak,

maka melesatlah beberapa butir dari Ho-sin-tan.

"Takkkkk!" terdengar suara yang keras sekali.

Tampak tubuh Soe Tiang Ho terpental dan orang ini menjerit mengaduh!

Kemudian tampak berjingkrak-jingkrak sambil menjerit-jerit seperti babi yang

mau dipotong.

Ternyata dengan tidak terduga, Ho-sin-tan itu telah menghantam tepat orang she

Soe tersebut. Sebetulnya, kalau memang Soe Tiang Ho mempunyai kepandaian yang

tinggi, maka dia akan dapat mengelakkan serangan Ho-sin-tan tersebut, tetapi

berhubung kepandaiannya memang tidak seberapa, dan lagi pula Wang Kouw-nio itu

memang mempunyai kepandaian yang tinggi, maka dari itu, timpukan Ho-sin-tan

oleh Wang Kouw-nio mengenai tepat beberapa jalan darah dari si orang she Soe itu.

Rasa dan hawa panas telah meliputi diri Soe Tiang Ho, orang she Soe ini seperti

juga dibakar oleh kobaran api yang besar sekali.

Sambil menjerit-jerit, dia merubuhkan dirinya dilantai dan bergulingan.

Semua orang yang menyaksikan hal itu jadi kaget dan wajah mereka semuanya

jadi pucat.

Bagaimana kalau memang mereka juga terkena serangan Ho-sin-tan dari Wang

Kouw-nio itu?

Lama juga Soe Tiang Ho bergulingan begitu, dia bergulingan sambil menjerit
jerit dengan suara yang menyayatkan hati.

Kemudian setelah berselang sesaat, semua orang melihat Soe Tiang Ho

melompat tinggi, lalu tubuhnya itu jatuh ambruk di lantai lagi dengan terbanting,

tubuhnya kemudian mengejang kaku, berkelejetan sesaat, dan kemudian diam tak

berkutik, karena nyawanya telah meninggalkan raganya.

Semua orang yang melihat hal itu jadi menggidik. Mereka tidak menduga

sedikitpun bahwa Ho-sin-tan dari Wang Kouw-nio tersebut sangat ampuh dan begitu

luar biasa.

Mereka juga tidak menduga bahwa Ho-sin-tan bisa menyebabkan kebinasaan

orang she Soe.

Dengan sendirinya mereka jadi mengawasi Soe Tiang Ho yang sudah menjadi

mayat.Kolektor E-Book 185

IBU HANTU Ang Yung Sian

Hati mereka semuanya berdebar, juga mereka mengetahui sekarang, kalau Ho
sin-tan pasti mengandung racun api yang berbahaya sekali.

Karena, begitu terserang tak lama, Soe Tiang Ho seperti orang yang terbakar

tubuhnya, menjadi hitam gosong, kemudian setelah hanya berselang beberapa menit

saja, dia telah mengejang menjadi mayat.

Hal itu dapat membayangkan, betapa hebatnya racun dari Ho-sin-tannya gadis

she Wang itu.

Budak dari Wang Kouw-nio, gadis cilik yang baru berusia diantara sembilan

tahun, yang tadi pedangnya kena dipatahkan oleh Cie Kiat, tampak memandang

mayat Soe Tiang Ho dengan puas, tampaknya dia sekarang agak senang, mungkin dia

menganggap sakit hatinya agak terbalas.

Juga berulang kali dia mendengus mengeluarkan suara tertawa dingin,

tampaknya sikap gadis cilik ini bangga sekali bahwa nona majikannya Wang Kouw
nio dapat merubuhkan dan membinasakan salah seorang lawannya.

Pada saat itu, Wang Kouw-nio dan Cie Kiat, masih terus juga bertempur.

Malah sekarang serangan-serangan dari Wang Kouw-nio semakin gencar dan

hebat.

Setiap ujung dari kain ikat pinggangnya yang digerakkan menyerang Cie Kiat

itu mengandung tenaga Lwee-kang yang kuat luar biasa.

Juga serangan dari Wang Kouw-nio itu terdiri dari berbagai serangan yang

telengas dan mematikan, membahayakan jiwa sekali.

Namun, sebagai seorang jago yang mempunyai kepandaian sangat tinggi,

biarpun pengalaman tempur belum begitu matang pada diri Cie Kiat, toh tetap saja

Cie Kiat dapat menghadapi si gadis she Wang itu dengan baik sekali.

Malah anak muda she Lie ini semakin lama jadi semakin lenyap kesabarannya.

Dia menantikan selalu setiap serangan dari Wang Koaw-nio.

Dan setiap kali pula Cie Kiat mengalah dia mengelakkan serangan-serangan itu.

Dikala dia sudah hilang kesabarannya, maka dia jadi mengambil keputusan

untuk memberikan pelajaran sedikit kepada gadis itu, agar nanti tidak terlalu angkuh

seperti sekarang ini.

Cie Kiat menantikan angkin dari gadis itu menyambar lagi kepadanya kala itu

angkin Wang Kouw-nio menyambar dengan jurus ?Soe-tay-gin-to?, cepat dan

bertenaga angkin itu menyambar kearah Cie Kiat.

Dengan mengeluarkan suara dengusan dingin, Cie Kiat mengulurkan tangannya,

dan dengan kecepatan yang luar biasa sekali dia telah mencekal ujung angkin si
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gadis! Malah Cie Kiat telah menariknya angkin itu sambil mengerahkan tenaga

Lwee-kangnya, disertai oleh bentakannya. "Lepas....!!"

*

* *Kolektor E-Book 186

IBU HANTU Ang Yung Sian

WANG KOUW-NIO jadi terkejut sekali waktu melihat angkinnya itu kena

dicekal oleh si anak muda she Lie, juga dia terkejut benar dan hatinya mencelos

waktu Cie Kiat menarik angkinya dengan tenaga yang luar biasa besarnya. Si gadis

sampai mengeluarkan seruan tertahan.

"Ihhhhhhhhhhh!" tanpa sesadarinya dia jadi mengeluarkan seruan begitu, dan

dia berusaha menahan dan mencekal angkinnya itu kuat-kuat.

Tetapi tenaga tarikan dari Cie Kiat sangat kuat sekali.

Biar si gadis she Wang itu telah menahannya dengan tenaga yang kuat, toh

tubuhnya jadi tertarik beberapa langkah kemuka.

Cie Kiat sendiri heran tarikannya dengan tenaga Lwee-kangnya itu tidak

membawa hasil.

Dia melihat hanya si gadis yang terhuyung kedepan beberapa langkah.

Selain dari itu, angkin tersebut tidak terlepas atau tegasnya tidak dapat

direbutnya!

Hal ini membuat Cie Kiat jadi penasaran juga.

Biar bagaimana dia adalah seorang anak muda, yang mempunyai ambekan

besar, maka dengan sendirinya dia juga selalu ingin menang diatas angin.

Maka dari itu, melihat bahwa tarikannya yang pertama untuk berusaha merebut

angkin she Wang itu telah gagal. Cie Kiat jadi mengerahkan tenaganya beberapa

bagian lagi, dia menambah tenaga tarikannya.

Juga Cie Kiat kali ini telah menggunakan hampir tujuh bagian tenaga Lwee
kangnya.

Dia menariknya dengan keras sekali, sambil menarik begitu, dia membentak.

"Lepaskan.........." dan anak muda she Lie ini membetotnya keras luar biasa.

Wang Kouw-nio jadi terkejut sekali.

Dia kaget bukan main karena tenaga tarikan dari Cie Kiat kuat sekali.

Biar bagaimana dia adalah seorang jago yang mengetahui sampai dimana

kepandaian yang dimilikinya. Selama hidupnya belum pernah ada orang yang bisa

menandingi kepandaiannya. Dan sekarang disebabkan tarikan dari Cie Kiat kuat

sekali, menyebabkan dia jadi terhuyung kedepan.

Dan terakhir, dikala Cie Kiat menambah tenaga tarikannya itu, dikala Cie Kiat

membetotnya dengan keras sekali, dengan tidak terduga tubuh Wang Kouw-nio jadi

melesat terlambung keudara!

Hal ini terjadi karena disebabkan gadis she Wang itu juga mempertahankan

angkinnya yang dicekalnya keras sekali, sehingga dikala Cie Kiat menariknya dengan

keras, angkin itu jadi keras menegang, bagaikan selempang baja, kemudian

disebabkan tenaga tarikan Cie Kiat kuat sekali, maka dengan tidak dapat ditahan

tubuh gadis itu jadi terlempar begitu tinggi.Kolektor E-Book 187

IBU HANTU Ang Yung Sian

Tetapi Wang Kouw-nio memang gesit dan mempunyai kepandaian yang tinggi.

Dia tetap tidak mau melepaskan angkinnya itu walaupun tubuhnya sedang

terlempar begitu.

Malahan ditengah udara Wang Kouw-nio telah berpoksay.

Dan dikala tubuhnya melesat turun kelantai, tangan kirinya telah bergerak

dengan cepat sekali, maka melesatlah menyambar Cie Kiat berapa butir Ho-sin-tan.

Hawa panas segera juga menyerang Cie Kiat.

Hal ini dilakukan oleh Wang Koaw-nio hanyalah untuk mencegah si anak muda

she Lie ini melakukan serangan yang berangkai dikala dia sedang turun kelantai dan

belum lagi dapat mengadakan penjagaan.

Benar saja, Cie Kiat terpaksa harus mengelakkan serangan dan samberan Ho
sin-tan, pil yang dapat menimbulkan hawa panas menyerupai api neraka itu.

Anak muda she Lie ini bergerak dengan cepat sekali, belum lagi samberam Ho
sin-tan itu dapat mengenai tubuhnya, maka dia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya

melambung tinggi, dikala sedang meluncur turun , dia juga menggerakkan kedua

tangannya, dari telapakan tangannya itu menyambar serangan yang disertai oleh

tenaga Lwee-kang. yang menyambar keras kearah gadis she Wang yang kala itu

sudah dapas berdiri diatas lantai lagi.

Wang Kouw-nio terkejut dikala dia belum lagi dapat berdiri tetap, atau telah

menerjang padanya samberan angin keras dari dorongan telapak tangan Cie Kiat.

Gadis she Wang tersebut sampai mengeluarkan seruan tertahan, hatinya

mencelos,

Untung saja dia liehay dan kosen, sehingga dia tidak menjadi gugup menghadapi

hal itu.

Cepat-cepat dia melompat kesamping kanan lagi, dia mengelakkan diri dari

serangan dorongan Cie Kiat dengan melompat kesamping begitu karena dia tidak

mau bentrok tenaga keras dilawan keras.

Dengan melompat kesamping kanan itu, maka tenaga serangan Cie Kiat jatuh di

tempat kosong, dengan begitu, Wang Kouw-nio tidak usah terlalu repot membentur

tenaga keras serangan Cie Kiat.

Sekarang keduanya sudah berdiri saling berhadapan lagi.

Mereka saling mengawasi dengan pancaran mata yang benar-benar jeli, karena

keduanya tidak mau kalau memang sampai lawan mereka itu menyerang terlebih

dahulu.

Lebih-lebih Cie Kiat, dia memang harus bersikap hati-hati dan waspada, sebab

kalau memang sampai gadis she Wang itu menyerang dia dengan serangan yang

membahayakan jiwanya, berarti akan menghadapi bahaya yang tidak kecil, lebih

gadis she Wang itu dengan Ho-sin-tannya, berarti itu akan menambah bahaya yang

cukup besar bagi dlri Cie Kiat.Kolektor E-Book 188

IBU HANTU Ang Yung Sian

Oen Lay Tat, To-hun Koay-jin dan yang lain-lainnya telah memandang jalannya

pertempuran antara Cie Kiat dengan nona Wang itu dengan pandangan yang tak

berkedip. Mereka melihat kepandaian Cie Kiat luar biasa tingginya.

Dengan sendirinya mereka jadi kagum sekali kepada diri anak muda she Lie itu.

Sedangkan kalau dibanding-bandingkan antara kepandaian ilmu silat Cie Kiat

dengan ilmu silat nona Wang itu, dengan sendirinya terpaut suatu perbedaan.

Hanya saja, disebabkan nona Wang itu telah menggunakan Ho-sin-tan, dengan

sendirinya, dia jadi dapat menutup kelemahan dirinya sendiri.

Pada saat itu. Wang Kouw-nio telah melangkah selangkah demi selangkah

perlahan-lahan, matanya memancarkan cahaya yang dingin tak berperasaan. Ujung

angkinnya itu masih juga tercekal oleh Cie Kiat, jadi mereka masing-masing saling

mencekal ujung angkin itu satu dengan yang lain, angkin yang agak panjang itu jadi

tertarik tegang.

Mereka saling mengawasi dengan penuh kewaspadaan, karena mereka saling

terikat dengan ujung angkin yang tercekal ditangan mereka itu.

Kalau memang salah seorang diantara mereka itu lengah, maka yang seorangnya

dapat menggunakan kesempatan tersebut untuk membuka serangan.

Wang Kouw-nio juga sebetulnya memang ingin membuka serangan lagi, dia

tidak percaya bahwa dirinya kali ini tidak bisa merubuhkan Cie Kiat, karena seumur

hidupnya gadis ini belum pernah bertemu dengan orang yang bisa menandingi ilmu

silatnya.

Gadis cilik berusia sembilan tahun yang menjadi budak atau pelayan dari Wang

Kouw-nio itu, mengawasi dari pinggiran, dia juga heran mengapa majikannya itu,

Wang Kouw-nio itu, masih tidak mau menyerang dan merubuhkan musuhnya,

padahal setahu gadis cilik berusia sembilan tahun itu bahwa nona majikannya itu

mempunyai kepandaian yang tinggi dan kosen sekali.........!

Cie Kiat sendiri merasa heran.

Sebetulnya dengan kepandaian yang ada padanya, kalau memang Cie Kiat

menginginkannya, maka dengan mudah dia bisa merubuhkan Wang Kouw-nio hanya

didalam beberapa jurus saja, sebab kepandaian gadis itu masih berada dua tingkat

dibawah Cie Kiat.

Persoalan dari Ho-sin-tan itu, sebetulnya mudah sekali dihadapi, hal itu bukan

menjadi soal bagi diri Cie Kiat.

Sedang Cie Kiat berpikir begitu, sedang dia tenggelam didalam keadaan

bimbang, tahu-tahu gadis she Wang itu telah menarik ujung angkin yang satunya,

sehingga tubuh Cie Kiat hampir saja tertarik disebabkan tarikan yang tiba-tiba

begitu......... dan tahu-tahu Wang Kouw-nio telah menjejakkan kakinya, tubuhnya

melesat cepat sekali kearah Cie Kiat. Pula sambil mencelat begitu, sambil menerjang,

Wang Kouw-nio telah menggerakkan tangan kirinya menyerang Cie Kiat secara

beruntun dengan belasan Ho-sin-tan!Kolektor E-Book 189

IBU HANTU Ang Yung Sian

???

CIE KIAT terkejut juga melihat kenekadan dari gadis she Wang itu.

Dia sampai mengeluarkan seruan tertahan.

Tetapi berhubung orang telah menyerang dengan serangan yang begitu cepat

dan nekad, dengan disertai oleh lemparan Ho-sin-tan, mau tak mau Cie Kiat harus

menghadapinya.

Coba kalau memang lawannya itu seorang lelaki, dia tentu bisa menghadapinya

dengan cara yang keras.

Tetapi berhubung lawannya ini seorang wanita, maka mau tak mau harus

mengalah.

Itulah yang menyebabkan Cie Kiat selalu jadi tidak enak hati untuk menurunkan

tangan keras.

Biar bagaimana, dia adalah seorang yang mempunyai kepandaian sangat tinggi

sekali, maka dengan sendirinya dia bisa menghadapi setiap serangan dari lawannya.

Tetapi menghadapi Wang Kouw-nio ini, entah kenapa Cie Kiat jadi banyak

mengalah.

Sekarang juga, dikala si gadis menerjang kepadanya sambil melontarkan belasan

Ho-sin-tan, dia juga tidak menjadi terlalu gugup.

Dengan cepat Cie Kiat telah menggeser kakinya, kaki kirinya melangkah tiga

kaki jauhnya, kemudian dia menggeser kaki kanannya setengah lingkaran, kemudian

lututnya itu agak tertekuk sedikit, sehingga tubuh Cie Kiat agak doyong kebelakang,

dia telah berhasil mengelakkan terjangan dari Wang Kouw-nio.

Malah belasan Ho-sin-tan yang dilontarkan oleh Wang Kouw-nio juga jadi

mengenai tempat kosong, dan hal itu menyebabkan gadis she Wang tersebut jadi

tambah mendongkol.

Lebih-lebih ujung dari angkinnya, ikat pinggangnya, itu masih tercekal oleh Cie

Kiat, menyebabkan Wang Kouw-nio jadi tambah mendongkol.

Dengan penasaran, dan dengan mengeluarkan suara bentakan lagi, Wang Kouw
nio telah menerjang lagi kepada Cie Kiat. Terjangannya itu hebat sekali, mempunyai

kekuatan yang hebat, karena disertai oleh tenaga Lwee-kang yang kuat benar, si gadis

she Wang ini telah mengerahkan tenaga Lwee-kangnya itu tujuh bagian untuk

merangsek Cie Kiat!

Melihat kenekadan si gadis she Wang itu, Cie Kiat jadi tidak enak hati.Kolektor E-Book 190

IBU HANTU Ang Yung Sian

Dia takut kalau-kalau nanti gadis she Wang ini mengalami suatu cidera

ditangannya, dan hal itu akan membuat dia jadi benar-benar tak enak hati terhadap

diri gadis tersebut.

Maka dari itu, cepat-cepat Cie Kiat mengelakkan lagi. Dengan mudah dia dapat

mengengoskan serangan-serangan si gadis.

Tetapi kalau memang keadaan ini berlarut-larut begitu, tentu akhirnya akan

membawa suatu ketidak baikan juga. Satu kali nanti si gadis pasti akan terpukul atau

terserang oleh Cie Kiat, dan semuanya akan berakibat sama, tidak enak hati!

Itulah, maka dengan cepat akhirnya Cie Kiat telah mengambil keputusan, biar

bagaimana dia harus dapat merubuhkan gadis ini.

Dengan cepat, dikala si gadis tengah menyerang dia dengan menggunakan jari

tangannya yang mau menotok jalan darah Pie-ho-hiatnya yang terletak dilengan,

maka Cie Kiat dengan cepat memiringkan tubuhnya, sehingga totokan si gadis jadi

lewat dan waktu tangan si gadis itu lewat disisinya, dengan cepat Cie Kiat

mengulurkan tangannya, dia mencengkeram jalan darah Po-lo-hiatnya si gadis.

Tepat sekali cekalan Cie Kiat.

Seketika itu juga si gadis merasakan tangannya itu kesemutan, tubuhnya

seketika itu juga jadi seperti lumpuh tak berdaya.

Wajah si gadis jadi berobah pucat pias.

Dengan sendirinya pertempuran jadi terhenti.

Gadis cilik berusia sembilan tahun itu jadi kaget bukan main, dia sampai

mengeluarkan seruan tertahan waktu melihat nona majikannya itu kena tertawan oleh
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cie Kiat.

Tanpa memikirkan keselamatan dirinya, tanpa memikirkan kepandaiannya yang

tidak seberapa itu, gadis berusia sembilan tahun dan yang menjadi pelayan dari Wang

Kouw-nio, telah menerjang kearah Cie Kiat dengan maksud akan menolong nona

majikannya dari tangan Cie Kiat.

Tetapi kepandaian gadis cilik itu yang menjadi pelayan dari Wang Kouw-nio

mana bisa menandingi kepandaian Cie Kiat, sedangkan nona majikannya itu saja

sudah kena dirubuhkan oleh Cie Kiat dan malahan telah berhasil ditawan oleh anak

muda she Lie tersebut.

Wang Kouw-nio mengerahkan tenaga dalamnya kearah lengannya untuk

menutup jalan darahnya, agar dia terbebas dari cekalan tangan Cie Kiat.

Tetapi hal itu tidak dapat dilakukannya.

Selalu saja tenaga dalamnya itu akan mandek pada bagian bahunya, dan

mengalir kebawah lagi.

Dia selalu menemui kegagalan.

Hal inl membuat gadis she Wang itu jadi kelabakan sekali.

Tampak dia gugup bukan main.Kolektor E-Book 191

IBU HANTU Ang Yung Sian

Pada saat itu pelayan si nona Wang, gadis berusia sembilan tahun itu, telak

menerjang dan menubruk Cie Kiat dengan nekad sekali.

Tetapi Cie Kiat telah melepaskan cekalannya pada ujung angkinnya Wang

Kouw-nio, dengan menggunakan tangannya yang sebelah itu, dia menangkis pukulan

dari pelayannya Wang Kouw-nio.

Dengan cepat, begitu tangannya berhasil menangkis serangan pelayannya Wang

Kouw-nio itu, maka Cie Kiat telah membarengi mencekal baju gadis cilik itu, dia

mengangkat tubuh pelayan dari Wang Kouw-nio. kemudian melemparkannya,

sehingga tubuh pelayan itu melayang dan ambruk dilantai.

Tetapi Cie Kiat bukan membanting dengan mengerahkan tenaga dalamnya.

Dia juga tidak bermaksud jelek terhadap diri gadis cilik itu.

Karena dia membanting pelayannya nona Wang itu dengan disertai oleh Lwee
kangnya, yang mengendalikan jatuhnya tubuh si pelayan kecil itu.

Hal itu menyebabkan pelayan kecil itu jadi terbanting tanpa menderita perasaan

sakit sedikitpun.

Tetapi rupanya si gadis cilik yang menjadi pelayan dari Wang Kouw-nio ini

sangat penasaran sekali, dengan nekad dia telah menerjang lagi.

Padahal semua orang telah mengetahui, bahwa biarpun gadis cilik itu menerjang

nekad dan berusaha membantu nona majikannya, tak nantinya dia dapat melakukan

hal itu.

To-hun Koay-jin, Oen Lay Tat, dan jago-jago lainnya jadi mengawasi terus.

Mereka jadi berdiam diri.

Sedangkan Oen Lay Tat telah mencekal pedang Tat-mo Kiamnya itu.

Kauw-cu dari Pian-sia-kay ini telah bersiap-siap, berjaga-jaga, kalau-kalau nanti

ada yang berusaha akan merebut dan mencoba untuk memiliki pedang Tat-mo Kiam

itu. Maka dari itu, Oen Lay Tat jadi mencekal pedang Tat-mo Kiam tersebut dengan

erat-erat, dia juga agak jeri kalau-kalau nanti To-hun Koay-jin tahu-tahu menerjang

kepadanya untuk merampas pedang Tat-mo Kiam itu!

Pertempuran yang baru saja berlangsung antara Wag Kouw-nio dengan Cie Kiat

sebetulnya sangat menarik perhatian semua jago-jago yang berada disitu, apa lagi

mereka melihat betapa pelayan kecil, si gadis cilik tersebut, telah menerjang begitu

nekad ingin menolong nona majikan mereka, maka dengan sendirinya orang-orang

itu jadi tertarik benar.

Tetapi, bagi Lay Tat, hal itu tidak menarik hatinya dan dia tidak mau

menyaksikan lama-lama.

Otak dari Kauw-cu Pian-sia-kay ini berputar untuk berusaha mencari jalan

keluar, guna meloloskan diri dari orang-orang yang ada didalam ruangan itu,

menyelamatkan pedang Tat-mo Kiam yang sekarang berada ditangannya!

Wang Kouw-nio yang tercekal jalan darah Po-lo-hiatnya, yang menyebabkan

tubuhnya jadi separti kejang kaku lumpuh tak bisa bergerak.Kolektor E-Book 192

IBU HANTU Ang Yung Sian

Hal ini membuat si gadis she Wang itu jadi gugup bukan main.

Biar bagaimana dia sebagai seorang gadis yang mempunyai kepandaian yang

luar biasa, yang sebelumnya tidak pernah menemui tandingannya, tak ada seorangpun

yang bisa menandingi kepandaiannya, sekarang tahu-tahu dia tidak berdaya ditangan

anak muda she Lie yang telah merubuhkan dan membuatnya jadi tak berdaya sama

sekali.

Hal ini membuat si gadis jadi bergusar dan mendongkol secara berbareng, tetapi

dia mendongkol dan bergusar untuk tidak berdaya.

Melihat pelayan kecilnya yang menerjang Cie Kiat untuk menolongi dirinya, dia

jadi mengerahkan tenaga Lwee-kangnya lagi.

Disaat Cie Kiat sedang menjambak baju gadis cilik yang menjadi pelayan nona

Wang ini, maka Wang Kouw-nio telah mengerahkan tenaga Lwee-kangnya pada

lengannya. dia telah berusaha membendung dan membuka totokan jalan darah pada

Po-lo-hiatnya.

Tetapi dia selalu menemui kegagalan.

Saking gugup dan mendongkol akhirnya dengan mengeluarkan seruan yang

keras, dengan mengerahkan hampir seluruh dari kepandaiannya itu, Wang Kouw-nio

telah mengerahkan tenaga Lwee-kangnya pada tangannya yang lain menyerang

kearah rusuk Cie Kiat. Angkinnya, ikat pinggangnya, telah dilepaskan jatuh kelantai.

Cie Kiat kaget juga gadis she Wang ini masih bisa menggerakkan tangannya

yang lainnya itu.

Karena kalau memang biasanya, orang telah kena dicekal Po-lo-hiatnya, tentu

akan lumpuh dan tidak akan bisa menggerakkan tangan kakinya.

Tetapi mungkin si gadis memang mempunyai kepandaian yang cukup tinggi,

maka dengan sendirinya dia masih bisa menggerakkan tangannya itu untuk

menyerang guna membebaskan diri dari cekalan Cie Kiat pada Po-lo-hiatnya.

Cie Kiat sendiri terkejut, dia cepat-cepat berusaha mengegoskan hajaran tangan

dari gadis she Wang tersebut, karena kalau memang sampai rusuknya itu kena dihajar

oleh tangan si gadis, tentu akan hancur berantakan.

Dasarnya memang Cie Kiat kosen dan gagah sekali, maka dia bisa mengelakkan

serangan dari Wang Kouw-nio dengan tetap mencekal tangan gadis itu.

Cekalan Cie Kiat pada Po-lo-hiat si gadis tidak dilepaskannya.

Gadis she Wang itu sangat penasaran sekali, dengan mengerahkan seluruh

tenaga dalamnya, dengan mengeluarkan suara bentakkan yang keras sekali, maka

tangannya bergerak lagi.

Kali ini yang menjadi sasarannya adalah biji mata Cie Kiat yang mau ditotok

dan dioreknya keluar.

Inceran dari serangan si gadis she Wang tersebut memang benar-benar

membahayakan sekali.Kolektor E-Book 193

IBU HANTU Ang Yung Sian

Kali ini hebat sekali, kalau memang Cie Kiat lambat sedikit saja mengelakkan

serangan itu, maka berarti dia akan menjadi orang bercacat seumur hidupnya.... atau

akan menjadi orang buta!

Telengas sekali serangan gadis she Wang itu!

*

* *

KALI INI Cie Kiat tidak bisa mengelakkan begitu saja, anak muda she Lie ini

tidak bisa mencekal terus jalan darah Po-lo-hiatnya Wang Kouw-nio. Kalau memang

dia tidak mau melepaskan cekalannya pada jalan darah si gadis, berarti matanya yang

akan menjadi korban dari totokan tangan Wang Kouw-nio.

Terpaksa Cie Kiat telah melepaskan cekalannya pada jalan darah Po-lo-hiatnya

Wang Kouw-nio, kemudian dengan menjejakkan kakinya, dia telah melompat

menjauhkan diri dari si gadis.

Begitu Po-lo-hiatnya terlepas dari cekalan Cie Kiat, dengan cepat Wang Kouw
nio telah mengambil angkinnya yang menggeletak dilantai.

Kemudian dengan cepat, dan tidak terduga, tahu-tahu angkinnya itu meluncur

dengan cepat kearah Oen Lay Tat.

Hebat sekali ujung angkin itu telah melibat Tat-mo Kiam yang ada ditangan

Kauw-cu dari Pian-sia-kay tersebut.

Tat-mo Kiam itu telah kelibat oleh ujung angkin.

Waktu Oen Lay Tat tersadar dari kegetnya, atau tahu-tahu telah terlambat.

Pedang Tat-mo Kiam itu relah terlepas dari cekalannya, ?terbang? menuju

kepada Wang Kouw-nio, karena gadis ini telah menarik angkinnya itu, yang

digentaknya.

Oen Lay Tat mengeluarkan seruaa tertahan.

Begitu juga To-hun Koay-jin, telah mengeluarkan seruan kaget.

Lay Tat berusaha untuk menjambret pedang yang sedang melayang kearah

Wang Kouw-nio.

Tetapi telah terlambat.

Pedang itu telah jatuh ditangan si gadis she Wang itu dengan cepat sekali.

Dengan gusar Lay Tat telah menerjang Wang Kouw-nio, tetapi, gadis ini dengan

cepat telah melompat kearah pintu.

Dengan beberapa kali lompatan saja, maka dia telah berlari sampai dibawah

sumur. Sekali menjejakkan kakinya, maka tubuhnya telah melayang keluar dari

lobang sumur itu.

Pelayan dari Wang Kouw-nio, gadis cilik itu, juga telah melayang keluar dari

lobang sumur itu.Kolektor E-Book 194

IBU HANTU Ang Yung Sian

Jago-jago lainnya, lebih-lebih Lay Tat daa To-hun Koay-jin, telah melakukan

pengejaran dengan sekuat tenaganya. Mereka berusaha untuk mengejar gadis she

Wang itu.

Tetapi ilmu entengi tubuh dati Wang Kouw-nio itu tinggi sekali, begitu juga

Gin-kang dari pelayannya yang kecil itu gesit sekali, sehingga Lay Tat dan To-hun

Koay-jin serta beberapa orang jago lainnya yang ikut mengejar tidak bisa lantas dapat

menyandak kedua gadis ini.

Cie Kiat dan beberapa orang jago lainnya masih berada didalam ruangan itu.

Mereka tidak mempunyai hasrat untuk mengikuti perkembangan persoalau itu.

Maka, setelah menanti sesaat lamanya dan Oen Lay Tat beserta jago-jago

lainnya yang sedang mengejar Wang Kouw-nio masih belum juga kembali, maka

jago-jago yang tertinggal itu saling pamitan untuk berlalu.

Cie Kiat juga memang tidak bermaksud untuk mengikuti terus persoalan pedang

Tat-mo itu, biarpun memang pedang tersebut sangat menarik hati, toh anak muda she

Lie tersebut tidak mempunyai selera untuk memiliki pedang itu.

Setelah melihat jago-jago yang lainnya juga pada berlalu, maka Cie Kiat ikut

berlalu pula.

Dia keluar dari dalam sumur, dan tidak lantas melangkah pergi.

Dia mengawasi sekeliling tempat itu, yang sunyi dan sepi sekali.

Akhirnya anak muda she Lie ini menghela napas.

"Ah... hanya disebabkan sebatang pedang Tat-mo Kiam belaka telah

menimbulkan banyak korban! Sayang! Sayang sekali! Manusia selalu masih diliputi

oleh hawa kemaruk dan tamaknya!" menggumam anak muda she Lie ini.

Dan, sambil bersenandung dengan suara yang perlahan, Cie Kiat telah

melangkah menghampiri kudanya, kemudian sambil tetap bersenandung, dia telah

melompat naik keatas pelana kudanya, ditariknya tali les kudanya, sehingga kudanya

itu berjalan perlahan-lahan meninggalkan tempat tersebut, dengan menimbulkan

suara tapak kaki kuda yang berirama, plak, plak. plok, plak, plok, plak, plok, yang

semakin lama jadi semakin perlahan dan samar.....!

Sungai Tiang-kang dengan gelombangnya.

Pegunungan Tiang-pek-san dengan pohon-pohon Siongnya.

Lembah Soe-lie-ho-gay dengan pohon Peknya.

Dan, seorang pendekar dengan pedangnya ditangan.

???Kolektor E-Book 195

IBU HANTU Ang Yung Sian

ITU adalah sebagian dari sebuah syair yang juga merupakan lagu rakyat yang

sedang dibawakan oleh masyarakat sekitar daerah Ho-lam, juga merupakan lagu

kebanggaan dari anak-anak didaerah tersebut. Syair itu diciptakan oleh penyair Yap

Sun Po, seorang penyair yang telah berusia diantara lima puluh sembilan tahun,

mempunyai rambut yang telah putih seluruhnya, dan juga mempunyai wajah yang

segar merah, dengaa murah senyum.

Penyair tersebut menetap dikampung Ciu-ya-chung, didaerah Ho-lam tersebut.

Adapun keseluruhan dari syairnya itu adalah sbb :

SUNGAI Tiang-kang dengan gelombangnya.
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pegunungan Tiang-pek-san dengan pohon-pohon

Siongnya.

Lembah Soe-lie-ho-gay dengan pohon Peknya.

Dan, seorang pendekar dengan pedangnya

ditangan.

Seorang Sio-cia dengan jarum dan benang

ditangannya.

Seorang jenderal dengan panji kebesaran berkibar

ditangannya.

Dan semua itu menundjukkan sifat dan kebesaran

dari umat manusia.

Tak ada yang melebihi segalanya yang ada

didunia.

Tak ada kekurangan pada alam semesta.

Karena, seluruhnya indah dan menarik hati.

Kekacauan dan kerusuhan akan lenyap, kalau

memang keindahan itu kian cemerlang.

Diantara sungai, pedang, benang, kain sulam,

lembah dan umat manusianya, terdapat sifat yang

berlawanan.

Tetapi akhirnya toh bersatu dan untuk memperoleh

keindahan.

Diantara kesuraman, kita memperoleh cahaya.

Diantara kecemerlangan kita melihat titik hampa.

Maka, manusia adalah manusia, aku adalah aku, si

bodoh adalah si bodoh, si botak adalah si botak dan

semuanya itu adalah diri mereka masing-masing.......

Pada hari itu, tampak dengan diiringi oleh kacungnya yang berusia sebelas

tahun, penyair she Yap itu telah berada dipinggir tebing diluar kampung Ciu-ya
chung tersebut.

Tampak pada senja itu penyair Yap Sun Po sedang menikmati keindahan

pemandangan disekitar tebing tersebut, dia menatap dengan tatapan mata yang jauh

sekali.

Kacungnya berdiri disamping dari penyair itu, dia juga mengawasi keindahan

pemandangan yang ada disekitar tempat tersebut.

Tampak penyair itu menghela napas.Kolektor E-Book 196

IBU HANTU Ang Yung Sian

"A Tauw!" katanya dengan suara yang perlahan. Dia memanggil nama

kacungnya itu, A Tauw.

"Ya Loo-sian-seng........?" menyahuti A Tauw cepat sekali. Si kacung juga

menoleh kepada majikannya, yang dia panggil dengan sebutan Loo-sian-seng, si guru

tua.

Yap Sun Po telah menghela napas lagi, dia masih tidak menoleh kepada

kacungnya, dia masih memandang pemandangan yang ada disekitar tebing itu.

"Pemandangan ini indah sekali, juga hawa udara disekitar tempat ini bersih!"

kata penyair tua tersebut. "Tetapi manusia selalu mencari kerusuhan, dan kalau

memang mereka bisa menikmati semua ini tentu mereka akan takut untuk mati........!"

kata Yap Sun Po dengan suara yang perlahan.

"Benar Loo-sian-seng!" kata si kacung, A Tauw dengan cepat sekali. "Sekarang

juga aku takut untuk mati!"

Penyair tua itu, Yap Sun Po, jadi tersenyum mendengar perkataan muridnya

tersebut, yang merangkap menjadi kacungnya pula.

"Kau memang terlalu perasa, kau juga mengetahui mana yang bagus dan mana

yang jelek!!" kata si penyair tua tersebut. Suaranya ramah sekali, perlahan dan sabar.

"Tetapi, kau masih terlampau muda, sehingga kau tidak mengetahui kejahatan dan

kepalsuan manusia didalam dunia ini!"

Si kacung mengangguk.

"Maka dari itu, aku masih membutuhkan bimbingan dari Loo-sian-seng !" kata

si kacung dengan cepat. "Dan kalau memang nanti aku telah terbuka matanya,

sehingga bisa melihat kebobrokan dan kejahatan serta kepalsuan manusia diatas

permukaan bumi ini, aku tentu tidak akan melupakan budi dan kebaikan dari Loo
sian-seng..............!"

Penyair tua itu tersenyum lagi.

"Kau masih ingat akan syair dari Po-souw-po-ciu?" tanya penyair tua she Yap

itu. "Pada kalimat ketiga, dihuruf yang kedelapan puluh tujuh?"

Si kacung mengangguk.

"Ingat!" sahutnya.

"Apa bunyinya?" tanya penyair tua itu lagi.

Si kacung, A Tauw, seperti berpikir sebentar, tetapi kemudian dia tersenyum.

"Mudah!" katannya cepat. "Aku telah ingat!"

"Bacakan, aku ingin mendengarkan!" kata si penyair tua itu dengan suara yang

tegas.

"Kebaikan berasal dari kebaikan, Oe-hauw-cung-oe-hauw dan segala apa yang

kita lakukan didunia ini, akan membawa kebaikan bagi diri kita!" kata si bocah.Kolektor E-Book 197

IBU HANTU Ang Yung Sian

"Bagus!" kata si penyair tua itu tanpa menoleh kepada kacungnya, dia memuji

sambil tetap menikmati pemandangan yang ada disekitar tebing tersebut. "Memang

Oe-hauw-cung-oe-hauw!!"

Si kacung tampaknya puas dipuji oleh penyair tua itu, wajahnya berseri-seri.

Baru saja dia mau berkata lagi, atau mendadak terdengar suara langkah kaki

kuda.

Penyair tua dan kacung kecil itu telah menoleh, mereka melihat seorang

berpakaian pelajar sedang berlari dengan seekor kuda yang kuat sekali.

Tampaknya pelajar itu baru berusia diantara sembilan belas tahun atau dua

puluh tahun. Wajahnya cakap sekali.

Lagi pula, dari cara dia duduk diatas pelana kudanya itu, tampaknya dia gagah

sekali.

Didalam waktu yang sangat singkat, maka pelajar berkuda putih itu telah berada

dihadapan penyair tua dan kacungnya itu.

Dengan cepat si Siu-chay telah melompat turun dari kuda tunggangannya, dia

merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada si penyair tua.

"Loo-sian-seng.....!" katanya dengan suara yang sabar dan ramah. "Hak-seng

ingin bertanya sedikit, apakah Loo-sian-seng sudi memberitahukannya?"

Si penyair tua cepat-cepat membalas pemberian hormat anak muda itu. Dia juga

kagum, bahwa anak muda ini sangat sopan dan ramah sekali, dia malah telah

membahasakan dirinya dengan sebutan Hak-seng, yang berarti aku si murid, satu kata

pembahasaan diri sendiri yang sangat merendah sekali.

"Katakanlah Kong-cu......... Loo-hu pasti akan memberitahukan apa yang Loo
hu tahu!" kata penyair itu dengan cepat. "Asalkan jangan persoalan silat atau

persoalan orang berkelahi, tentunya aku si tua ini tidak mengerti!"

Si pelajar tersenyum.

"Begitu juga dengan Hak-seng!" katanya cepat. "Berbicara mengenai ilmu silat,

Hak-seng tidak mengerti! Maka dari itu, Hak-seng tidak akan menyinggung
nyinggungnya, hanya Hak-seng mempunyai satu kesulitan, yang ingin meminta

pertolongan dari Loo-sian-seng, apakah Loo-sian-seng bersedia atau tidak untuk

menolong Hak-seng, itu terserah kepada Loo-sian-seng".

Si penyair tua itu tersenyum.

"Katakanlah Kong-cu kata si penyair tua itu dengan suara yang ramah sekali.

"Selama aku mengetahui persoalan yang akan Kong-cu katakan, pasti akan kubantu

sepenuh tenaga dan pengetahuanku!"

Dan setelah berkata begitu, si penyair tua itu tersenyum lagi.

Anak muda berpakaian serba putih itu, yang tampaknya menyerupai seorang

Siu-chay, telah merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada penyair tua

itu.Kolektor E-Book 198

IBU HANTU Ang Yung Sian

"Hak-seng sebenarnya ingin menanyakan letak dari kampung Ciu-ya-chung...!"

kata si pelajar lagi dengan suara yang sabar. "Dan disana Hak-seng ingin mencari

Yap Sun Po Loo-sian-seng, seorang penyair tua yang menetap disana."

Mendengar perkataan dari anak muda itu, wajah Yap Sun Po jadi berobah.

Cepat-cepat dia merangkapkan tangannya.

"Kalau memang Kong-cu ingin mencari Yap Sun Po, orang itu adalah aku

sendiri....!" katanya dengan cepat sekali. "Dan.... bolehkah aku mengetahui siapakah

Kong-cu sebenarnya dan ada keperluan apa, mencari diriku?"

Mendengar bahwa lelaki tua yang berpakaian pelajar juga, yang ada

dihadapannya itu adalah Yap Sun Po, orang yang sedang dicarinya, maka anak muda

pelajar itu telah cepat-cepat memberikan hormatnya.

"Oh..... sungguh rejeki Hak-seng yang bagus!" kata pelajar itu dengan suara

yang girang. "Sungguh tidak diduga bahwa Hak-seng bisa bertemu dengan Loo-sian
seng disini!"

Yap Sun Po tersenyum.

"Ada keperluan apakah Kong-cu mencariku?" tanyanya lagi.

Anak muda itu segera baru teringat akan urusannya, tadi saking girangnya, dia

sampai seperti melupakan keadaan disekelilingnya.

Cepat-cepat dia memberi hormat kepada penyair tua she Yap itu.

"Hak-seng she Lie dan bernama Cie Kiat!!" kata pelajar muda itu, yang tak lain

dan tak bukan memang Cie Kiat adanya. "Adapun kedatangan Hak-seng mencari

Loo-sian-seng ialah untuk meminta sedikit penjelasan mengenai kejadian tiga belas

tahun yang lalu dikota Hay-sie-kwan, dimana keluarga Lie telah dibasmi oleh

serombongan orang-orang jahat, yang hanya disaksikan oleh Loo-sian-seng

seorang..... menurut In-suku, maka hanya Loo-sian-seng seorang yang mengetahui

siapa yang telah membasmi keluarga Lie itu dengan kejam sekali!!"

Mendengar perkataan dari Lie Cie Kiat wajah dari Yap Sun Po jadi berobah

hebat.

"Kau.... apakah kau salah seorang dari keluarga Lie itu?" tanyanya dengan suara

yang gemetar.

Cie Kiat mengangguk.

"Ya, dengan beruntung sekali dikala penjahat-penjahat itu ingin membunuh

diriku, datang In-su, yang telah memberikan pertolongannya! Tetapi berhubung sejak

In-su datang, penjahat-penjahat itu telah banyak yang melarikan diri, sehingga In-su

tidak mengetahui siapa nama dan siapa gelaran dari penjahat-penjahat itu! In-su

hanya mendapatkan bahwa keluarga itu telah habis berantakan dibasmi oleh penjahat
penjahat itu!"

Setelah berkata begitu, Cie Kiat mengawasi Yap Sun Po dengan pancaran mata

yang tajam sekali.

Yap Sun Po tampak berdiri terpaku mengawasi Cie Kiat, bibirnya agak gemetar.Kolektor E-Book 199

IBU HANTU Ang Yung Sian

"Dan menurut guruku itu, maka katanya bahwa yang menyaksikan pembunuhan

besar-besaran dari keluarga Lie dari penjahat-penjahat itu, adalah Yap Sun Po Loo
sian-seng... maka dari itu, kalau memang Loo-sian-seng tidak keberatan, maka Hak
seng ingin sekali mengetahui, siapa-siapakah yang telah ikut membasmi keluarga

Hak-seng?"

Yap Sun Po masih berdiri seperti terpaku, dia memandang dengan tatapan mata

yang agak bimbang.

Malah penyair tua ini telah menoleh kepada kacungnya yang sejak tadi masih

berdiri juga memandang Cie Kiat dengan tatapan mata yang kesima!

Setelah menghela napas, akhirnya Yap Sun Po berkata kepada kacungnya itu.

"A Tauw, pergilah kau main-main.... aku ingin bicara sebentar dengan tuan ini!!"

A Tauw, kacungnya penyair tua itu, mengangguk dengan cepat.

Dia berlalu setelah memamdang Cie Kiat sekali lagi.

Cie Kiat melontarkan seulas senyum kepada kacungnya penyair tua she Yap itu.

Setelah kacungnya itu berlalu, maka Yap Sun Po menunjuk kearah sebuah

pohon yang tumbuh rindang didekat tempat itu.

"Mari kita duduk-duduk disitu... aku akan menceritakan semua peristiwa yang

kuketahui ini kepadamu!" kata Yap Sun Po dengan suara yang perlahan, kemudian

dia menuju kepohon itu dengan cepat.

Cie Kiat mengikuti dibelakangnya.

Mereka duduk dibawah pohon itu.

Yap Sun Po tidak lantas bercerita, dia menghela napas dulu, setelah itu barulah

bercerita.

Dan cerita yang diceritakan oleh kakek Yap Sun Po ini mengenai riwayat dari

keluarga Lie yang dibasmi oleh serombongan penjahat. Dan, yang hebat lagi bahwa
Ibu Hantu Karya Ang Yung Sian di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keluarga Lie yang terbasmi itu adalah keluarga dari Lie Cie Kiat....!

*

* *

MENURUT apa yang diceritakan oleh kakek Yap Sun Po itu, bahwa yang

membunuh seluruh keluarga Lie satu rumah tangga itu adalah penjahat-penjahat yang

bergabung menjadi satu.

Penjahat-penjahat itu berasal dari berbagai golongan, dan umumnya mereka itu

rata-rata memang setiap harinya melakukan kejahatan, terjun didalam rimba hijau,

didalam kalangan Liok-lim.

Dengan sendirinya, mereka juga mempunyai kepandaian yang cukup tinggi.

Pada saat itu, yang menjadi kepala keluarga Lie adalah Lie Foe Thay.

Dia merupakan seorang jago yang luar biasa sekali kepandaiannya.Kolektor E-Book 200

IBU HANTU Ang Yung Sian

Dan karena kepandaiannya yang tinggi begitu, maka dia sering melakukan

kebaikkan, menolong si kecil dan membasmi si jahat.

Tetapi dengan jalan hidupnya begitu, akhirnya perlahan-lahan Lie Foe Thay

mempunyai banyak musuh.

Tahun demi tahun Foe Thay selalu dapat menghadapi musuh-musuh yang

mendatangi dan menyatroni dirinya.

Semua itu disebabkan Foe Thay mempunyai kepandaian yang tinggi sekali.

Tetapi lama kelamaan, usia dari Foe Thay jadi semakin tua dan dengan

sendirinya semangat dan tenaganya berkurang.

Dengan tidak terduga, dikala Lie Foe Thay berusia lima puluh enam tahun, para

penjahat yang merasa bersakit hati padanya itu, telah bekerja sama, mereka bersatu

dan menyerbu membalas sakit hati pada Lie Foe Thay.

Mereka juga telah membasmi dan membakar seluruh gedung keluarga Lie.

Hanya saja, secara kebetulan, seorang pendekar bertangan tunggal, lewat

ditempat tersebut.

Dia melihat ada beberapa orang penjahat yang sedang mengayunkan tangan

mereka akan membanting seorang anak kecil berusia diantara lima tahun.

Pendekar bertangan tunggal itu dengan cepat telah turun tangan untuk

menolongnya.

Anak kecil itu ditolongnya.... dan bocah cilik tersebut ternyata adalah Lie Cie

Kiat...!"

Lie Foe Thay dan keturunannya sekeluarga, telah dihancur leburkan dibasmi

dibunuh oleh para penjahat yang telah bergabung menjadi satu itu.

Pendekar bertangan tunggal itu sangat gusar sekali melihat kejadian tersebut.

Dengan cepat dia telah membunuh beberapa orang penjahat yang tadi akan

membanting binasa si bocah Cie Kiat.

Setelah itu pendekar bertangan tunggal yang tidak dikenal namanya itu telah

mencari penjahat-penjahat lainnya untuk melabraknya.

Namun penjahat-penjahat yang lainnya telah menghilang.

Mereka semuanya telah meninggalkan puing-puing kehancuran dari bangunan

gedung keluarga Lie tersebut.

Pendekar bertangan tunggal tersebut jadi mendongkol dan murka benar.

Kebetulan, tanpa disengaja dia melihat seseorang sedang berdiri dan mengawasi

gedung keluarga Lie yang telah menjadi puing-puing itu.

Pendekar bertangan tunggal tersebut telah menghampiri orang itu, ternyata

orang tersebut adalah penyair Yap Sun Po yang namanya sudah terkenal didalam

kalangan sastra Tiongkok.Kolektor E-Book 201

IBU HANTU Ang Yung Sian

Cepat-cepat pendekar bertangan tunggal itu menanyakan apakah penyair she

Yap tersebut telah melihat penjahat-penjahat yang membunuh-bunuhi keluarga Lie

itu, dan si penyair she Yap itu mengatakan bahwa dia tidak mengenal orang-orang

itu, penjahat-penjahat itu. Dia hanya menyerahkan kepada pendekar bertangan

tunggal itu sejilid buku.

"Didalam buku ini tercatat nama-nama orang yang ikut bergabung untuk

membasmi keluarga Lie ini. Mungkin waktu mereka mengadakan pertemuan masing
masing telah mencatat diri mereka didalam buku ini untuk nanti saling mengenal."

katanya.

Pendekar bertangan tunggal itu mengangguk.

Dia melihat buku itu, kemudian menyerahkan buku itu kepada Yap Sun Po.

"Buku ini dipegang saja oleh anda, nanti kalau memang anak ini telah dewasa

dan dia telah mempunyai kepandaian, maka aku akan memerintahkan dia untuk

mencari anda guna mengambil buku itu supaya dia dapat mengetahui nama-nama

musuh besarnya!"

Yap Sun Po mengiyakan.

"Begitu juga boleh......... dan kalau memang dia mencariku, pergi saja ke Ciu
ya-chung, karena aku akan menetap disana." kata Yap Sun Po.

Kemudian mereka berpisahan, pendekar bertangan tunggal itu, yang mempunyai

kepandaian yang sangat tinggi sekali dan juga merupakan seorang tokoh didalam

rimba persilatan, telah membawa Lie Cie Kiat, si bocah yang malang itu. Dia

bermaksud akan mendidiknya agar bocah itu nantinya mempunyai kepandaian yang

tinggi sekali!

???

"DAN sekarang ternyata kau telah dewasa dan benar-benar mencariku!" kata

Yap Sun Po sambil tersenyum. "Tentunya gurumu yang telah memerintahkan

kepadamu agar mencariku untuk mengambil buku dari nama-nama penjahat yang

telah membunuhi seluruh keluargamu itu!"

Cie Kiat mangangguk.

"Benar Loo-sian-seng!" kata si anak muda she Lie ini dengan suara yang tetap.

"Memang In-su yang telah memerintahkan Hak-seng untuk pergi mancari Loo-sian
seng guna mengambil buku catatan dari mana penjahat-penjahat yang telah

membunuh seluruh keluargaku itu, agar Hak-seng dapat juga membalas sakit hati dan

penasaran dari ayah ibu dan keluargaku lainnya!"Kolektor E-Book 202

IBU HANTU Ang Yung Sian

Yap Sun Po memandangi anak muda she Lie ini dengan tatapan mata yang

tajam, dia seperti juga sedang meneliti wajah dari Cie Kiat.

Akhirnya penyair tua ini mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ya, ya, memang kau sebagai keturunan tunggal dari keluarga Lie yang telah

musnah itu, harus benar-benar dapat membalaskan sakit hati dari keluargamu itu.

Tetapi...... aku takut didalam dunia persilatan akan timbul pergolakan yang hebat

sekali, karena akan banyak sekali berjatuhan korban-korban dari dendammu itu....!!"

kata Yap Sun Po dengan suara yang perlahan.

Cie Kiat tersentak mendengar perkataan penyair tua tersebut.

Dia jadi memandang juga kepada Yap Sun Po.

Namun, kemudian anak muda she Lie ini telah menghela napas dalam-dalam.

"Memang hal itu telah dipikirkan oleh Hak-seng dan seharusnya dendam dan

sakit hati seorang manusia yang terpendam dihatinya, harus diusahakan untuk

dilenyapkan. Tetapi........ berhubung sakit hati itu terlalu besar, terlampau berat, dan

juga terlalu mendalam, yang telah menyebabkan musnahnya satu keluargaku,

keluarga Lie, maka dari itu, mau tak mau, Hak-seng harus menuntut semua dendam

itu! Biar didalam kalangan Kang-ouw terjadi suatu pergolakan yang hebat diantara

jago-jago lainnya, namun memang biar bagaimana Hak-seng tetap harus

melaksanakan pembalasan dendam atas terbunuhnya seluruh keluarga Hak-seng".

Yap Sun Po menganggukan kepalanya beberapa kali membenarkan perkataan

Cie Kiat.

"Perkataanmu itu memang benar!" katanya. "Tetapi kau harus ingat, pada siapa

kau harus menumpahkan dendammu itu! Kalau memang seumpamanya kau masih

bisa memberi pengampunan kepada musuhmu itu, maka berikanlah pengampunanmu

itu........!"

Cie Kiat mengiyakan.

"Terima kasih atas nasehat-nasehat dari Loo-sian-seng.........!" kata Cie Kiat

dengan cepat. "Dan memang benar perkataan Loo-sian-seng. pada musuh-musuh

Hak-seng yang masih bisa diberi pengampunan, akan Hak-seng usahakan untuk

memberikan jalan hidup padanya! Tetapi bagi mereka yang memang memegang

peranan didalam pembunuhan keluarga Hak-seng, maka dengan sendirinya kematian

adalah bagian mereka.

"Itu sudah jelas!" kata Yap Sun Po dengan cepat. "Dan aku mengucapkan

syukur bahwa kau masih bisa mempertimbangkan antara yang salah dan yang benar,

sehingga aku tidak perlu menguatirkan lagi bahwa kau akan melakukan pembunuhan

secara sembarangan! Aku yakin bahwa kau telah mempunyai kepandaian yang tinggi

sekali dibawah bimbingan dan gemblengan dari gurumu!!".

Cie Kiat tersenyum.

"Mengenai soal itu Loo-sian-seng jangan menguatirkan, karena biar bagaimana

Hak-seng telah dididik oleh In-su untuk mengambil jalan kebenaran....! Mengenai


Pendekar Pulau Neraka 49 Iblis Cebol Fear Street Confession Joko Sableng 1 Pesanggrahan Keramat

Cari Blog Ini