Ceritasilat Novel Online

Dendam Kesumat Kaum Persilatan 2

Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung Bagian 2

Sayang, selama dalam perantauannya itu belumlah dia

bersua dengan orang yang di-idam2kannya itu. Satu2nya

pelajaran yang diyakinkan, yakni menjadi "orang yang

teguh hati dan keras kemauan", serta dapat mengenal

seluk-beluk kehidupan dan masyarakat.

Adalah mungkin sudah suratan nasibnya bahwa Hiat
ji bakal menjadi seorang pahlawan besar (tayhiap) di

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 69

Pdf Maker : Oz

kemudian hari, sehingga dia tak mempunyai peruntungan

berjumpa dengan orang2 gagah yang berkaliber rendah.

Sekali ini pada pikirannya, dia telah bertemu dengan orang

yang di-cita2kan itu. Tapi sedikitpun dia tak mengira, kalau

dengan penolong2nya yang ternyata ahli2 silat luar biasa,

itupun dia tak mempunyai peruntungan untuk

mendapatkan bimbingan mereka. Ya, bukan saja tak

mendapat ajaran suatu apa2, malah2 jiwanya sendiripun

hampir melayang. Adakah itu sudah menjadi garis

hidupnya, atau memang masih harus mengalami ujian

hidup dulu sebelum mendapat kebahagiaan itu? wallahu

a?lam!

Panjang lebar Siu Sian bertanya tentang diri Hiat-ji,

lalu diperkenalkan juga anak itu kepada ayahnya. Dalam

kesempatan itu, Seng Ho pun memperkenalkan dirinya. Dia

menuturkan kisah kebinasaan sang kakek guru, yakni Ong

Thing Kau. Jago ini telah dikerubuti lima jago bayangkari

dari istana yang disebut "Lima Tua" (Ngo Lo). Ong Thing

Kau ternyata seorang jago yang tangguh. Dia dapat

membunuh empat jago dari Lima Tua itu, namun

dirinyapun terluka berat oleh Kong Hiong. Syukur, berkat

kenekatan sang murid, Tian Yan Jing, ia berhasil loloskan

Ong Thing Kau dari kepungan musuh. Namun karena luka

parah, akhirnya diapun menemui ajalnya.

Demi mendengar kisah sedih itu, pak Bok menghela

napas dalam2, katanya: "Ketika itu aku dihukum harus

tinggalkan rumah perguruan selama 7 tahun. Sekembaliku

ke gunung, barulah kuketahui tentang peristiwa berdarah

itu. Sekalipun dalam perguruan kita terdapat catatan

rahasia tentang kejadian itu dari mula sampai akhir, tapi

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 70

Pdf Maker : Oz

yang kuketahui hanyalah bahwa murid murtad itu orang

she Biau, nama Sam Wa! Dia mencemarkan kehormatan

sumoaynya (adik seperguruan), mengganas di daerah

Kangtang, berserikat dengan penjahat asing dan yang

paling hebat membumi-darahkan gunung Swat-san.

Kurang lebih 28 orang murid Swat-san-pay dari angkatan

ketiga telah habis dibinasakan semua. Sampai kini,

rerangka2 dari korban2 itu masih tetap disimpan di lembah

Kun-gwan-kok, di gua batu yang ketiga belas di lembah

itu. Ber-tahun2 kuselidiki, baru kuketahui kalau penghianat

itu telah merobah namanya sebagai Biau Kong Hiong.

Sayang, dia sudah berhasil memiliki 12 macam kitab

pusaka dari perguruan kita. Tadi, aku berdua dengan

anakku telah mengerubutinya, tapi tak berhasil

mengalahkan. Mungkin ini sudah menjadi peruntungan dari

kaumku. Kini jejakku telah diketahuinya, kalau bangsat itu

tak mengejarnya, itu sih tak mengapa. Tapi kalau dia tak

mau lepaskan kita, berbahayalah. Aku tengah mencari akal

rencana langkah kita yang mendatang ini. Apabila

kukembali ke gunung Swat-san, mungkin bangsat itu akan

mengejarnya. Tadi telah kutetapkan keputusan, kita

menuju ke Tiong-goan (Tiongkok tengah) dulu, dari situ

terus menuju Kwan-gwa (luar perbatasan), untuk

kemudian dengan memutar kita kembali ke gunung. Hanya

saja, bangsat itu kelewat waspada. Rasanya sukarlan bagi

kita untuk lolos dari bahaya sergapnya. Kita hanya dapat

menyesuaikan diri dengan gelagat nanti!"

Demikianlah, malam itu juga mereka berangkat,

menyeberang sungai menuju ke kota Wulung. Pada hari

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 71

Pdf Maker : Oz

ketiga mereka sudah melintasi propinsi Oupak. Tapi pada

saat itu tentara pemerintah sudah nampak mengejarnya!

Klranya setelah Kong Hiong terpukul ilmu-pelindung
diri (tenaga dalam "cin bu"), dia bergegas pulang. Segera

dia keluarkan perintah penting, mengirim pasukan

pengejar. Di sepanjang jalan, telah penuh dipasangi

pertandaan rahasia. Walaupun pak Bok bersikap waspada,

tapi sayangnya dia itu buta. Jadi penandaan rahasia musuh

di sepanjang jalan itu, dia tak berdaya mengetahuinya.

Karena itulah, maka dengan leluasanya anak buah Kong

Hiong dapat mengikuti jejak keempat orang itu. Andaikata

Kong Hiong tak terluka, mungkin pada hari kedua saja, dia

sudah dapat menyergapnya.

Bok buta pun tahu betapa sukarnya untuk lolos dari

jaring perangkap musuh, karena biar bagaimana bangsat

itu pasti akan berusaha keras untuk mendapatkan kitab

pusaka yang dibawanya itu. Diapun bersiap sedia.

Diberikannya kitab itu kepada Siu Sian untuk disimpan

dengan dipesannya wanti2: apabila sampai terjadl apa2,

dia (Siu Sian) harus berusaha keras untuk menyelamatkan

pusaka itu. Kemudian harus berusaha sedapat mungkin

untuk mencari kitab "Thay-i-keng". Dengan memahami

ilmu dalam kedua kitab itu sajalah baru nanti dapat

menumpas bangsat itu. Bok buta minta sang puteri ingat

betul pesan itu.

Benar mulut Siu Sian tak membantah, tapi dalam

hati anak dara yang tengah menjelang dewasa itu, dia tak

mau mengaku kalah dengan si bangsat. Dan yang paling

celaka, dara itu tak percaya kalau Kong Hiong mampu

menyusul jejak mereka.

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 72

Pdf Maker : Oz

Beda dengan pikiran Seng Ho. Anak muda ini cukup

insyaf akan kelihayan si bangsat mengatur tipu rencana.

Dia percaya, kalau bangsat itu tentu dapat mengejar

mereka. Satu2nya harapannya, muda2han Kong Hiong

salah perhitungan, hingga dapatlah sekawan orang itu lolos

dari cengkeramnya. Tapi dia tak berani banyak mengharap

akan terkabulnya harapannya itu!

Selama dalam perjalanan, Hiat-ji telah diangkat

sebagai murid oleh Bok buta. Pak Bok cukup mengetahui

jelas akan pribadi Hiat-ji, tambahan pula ketika menguruti

tubuh anak itu dahulu, diapun mengetahui bahwa anak itu

dikaruniai tulang2 bakat menjadi ahli silat. Ingin benar pak

Bok mendapatkan tunas muda itu sebagai muridnya, tapi

dia masih belum tenang memikirkan bahaya yang

mengancam setiap saat itu. Namun akhirnya diambilnya

juga anak itu sebagai muridnya, katanya:

"Nak, aku suka padamu. Tapi tentang dapat tidaknya

aku memberi pelajaran silat padamu, itu tergantung jodoh

kita nanti. Asal aku tak keburu meninggal, kawanan

bangsat itu tak berhasil mengejar, nah, tugas berat dari

kaum Swat-san-pay akan kuletakkan di atas bahumu!"

Hiat-ji menghaturkan terima kasih, katanya: "Murid

mengerti maksud suhu itu. Murid tak percaya suhu sampai

kena apa2. Sekalipun nanti terjadi apa2, selama murid

masih bernapas, murid tentu akan membalaskan sakit hati

itu...."

Tergeraklah hati pak Bok mendengar kata2 si bocah

itu, katanya: "Bagus, nak. Ingatlah, tugas membangun

kubu2 perguruan Swat-san-pay terletak di bahumu! Kau

sudah menyanggupi hal itu!"

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 73

Pdf Maker : Oz

Sekalipun belakangan ikatan guru dan murid itu

belum menjadi kenyataan, namun ikrar yang telah

diucapkan dalam percakapan itu, telah terpateri kuat2.

Sekalipun Hiat-ji tak pernah mendapat pelajaran silat dari

pak Bok buta, namun kelak dialah yang akan membangun

kubu perguruan Swat-san-pay. Dalam pergolakan kaum

persilatan belakang hari, banyaklah terjadi peristiwa2

besar. Tapi menilik jalannya kejadian, kesemuanya itu

pararel (segaris) dengan isi percakapan pak Bok dengan

Hiat-ji itu!

Diluar dugaan, malam itu Kong Hiong sudah dapat

menyusul rombongan pak Bok. Di tengah sebuah jalan

pegunungan di sekitar hutan Sin-ya, tampak Kong Hiong

menghadang di muka. Dia rupanya. seorang diri saja.

Sambil tertawa, berkatalah jago bayangkari itu:

"Bok buta, kupercaya tentunya kaupun sudah

mengetahui bahwa aku ini adalah murid Swat-san-pay.

Hanya Ha Kun Gwan ada sedikit salah faham padaku. Hal

ini tak perlu kau mengatakan sekarang, karena toh kau

sudah mengetahui sendiri. Kaupun tentunya mengetahui

juga, bahwa dalam tata ketentuan perguruan Swat-san
pay telah dicantumkan bahwa kitab pusaka ke tigabelas itu

tak boleh hilang. Kini aku telah memiliki yang 12 buah.

Sisanya yang satu, kau bawa. Mengingat kita sama2

sekaum, kita selesaikan hal itu dengan jalan damai saja.

Kitab ilmu totokan "thian han tiam hiat" itu, kau berikan

padaku dan aku takkan melakukan apa2 padamu, artinya

kau bebas. Apabila usulku ditolak, terpaksa kita tempuh

dengan kekerasan. Dan ini berarti kamu yang cari

kesusahan sendiri!"

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 74

Pdf Maker : Oz

Tak sangka Bok buta kalau sedemikian cepatnya

Kong Hiong sudah dapat menyusul, malah berani membuka
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suara temberang. Atas itu, dia me-nimbang2 sejenak. Dia

memiliki kepandaian yang tangguh, mahir dalam "thian

han tiam hiat", ilmu tutukan Swat-san-pay serta ilmu

meremas tulang menghancurkan urat nadi. Tapi bangsat

itu memiliki ilmu tombak "han kim ciang", yakni ilmu

pusaka pertama dari kaum Swat-san-pay. Dengan ilmu

pembelaan "khun wan tho" dan ketiga belas jurus dari ilmu

tombak yang sakti itu, rasanya sukarlan untuk Bok buta

mendekati lawan guna menggerakkan ilmu meremas

tulang. Ilmunya tongkat "capsa tiang", terang tertindih

oleh ilmu tombak "capsa jiang" dari lawan. Jadi menurut

balans, sekalipun dia maju dengan anaknya ditambah ikut

sertanya Seng Ho, tetap masih sukar melawan si bangsat.

Tempo hari dalam pertempuran di biara tua, dia telah

kehilangan kesempatan bagus untuk membinasakan lawan.

Kalau kini mereka berhadapan pula, tentu si bangsat itu

sudah siap sedia. Terang, bahwa untuk lolos kali ini,

rupanya sukarlah!

Kong Hiong menunggu jawaban! Pak Bok sebenarnya

seorang yang cerdas. Sayang, dia dihadang di tempat

semacam itu. Karena dia tak dapat melihat akan keadaan

di sekelilingnya, maka dia tak berdaya untuk mencari jalan

lolos. Tiba2 dari arah samping kiri terdengar suatu suara

yang lemah, namun hal itu cukup dapat ditangkap oleh

pendengaran pak Bok. Dia tenangkan plkirannya.

Walaupun belum diketahui jelas, tapi dia yakin suara itu

adalah suara orang. Entah lawan, entah kawan. Tapi

karena urusan sudah berlarut sampai sedemikian

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 75

Pdf Maker : Oz

hebatnya, mau tak mau dia harus bertindak. Dengan suara

lembut dia tanyakan pada Siu Sian tempat apakah arah kiri

situ. Setelah itu dia lalu menjawab Kong Hiong:

"Bangsat she Biau, kau menghina suhu, membasmi

kaum sendiri, menghianati rakyat. Jangan kata ilmu

tutukan pusaka kaum kita, sedang barang kita yang

bagaimana tak berharganya pun tak nanti rela kuberikan

padamu! Jangan kau mengimpi mau seperti "harimau

tumbuh sayap"! Mau mengumbar angkara murkamu! Aku

orang she Bok ini kalau selama masih hidup tak dapat

makan dagingmu, nanti kalau mati dan menjadi setan pun

tetap tak mengampuni kau!"

Dalam pada itu, Siu Sian memberi keterangan bahwa

arah kiri mereka itu ada sebuah jalan kecil yang mestinya

dapat dipakai untuk jalan lolos. Setelah memperhitungkan,

berkata pulalah Bok buta kepada Kong Hiong. Malah kali ini

suaranya lantang sekali: "Jahanam, lain kali kita bertemu

lagi!"

Begitu selesai mengucap, dengan sebatnya dia bawa

Hiat-ji dan Seng Ho melesat ke arah samping kiri. Gerakan

Bok buta itu cepat sekali, tapi si Kong Hiong lebih cepat

lagi. Tapi syukurlah, secara gaib tiba2 segulung asap tebal

muncul di tengah, menghadang Kong Hiong.

Juga pak Bok sedikitpun tak menyangka bahwa di

balik tumpukan rumput situ terdapat dua orang

bersembunyi, siapapun tampak mengikuti rombongan pak

Bok. Kiranya kedua orang asing itu, sudah kenal Seng Ho.

Ingin sekali mereka menegur Seng Ho, tapi karena suasana

masih diliputi ancaman maut, terpaksa mereka bungkam

dulu. Mereka berniat untuk secara diam2 membantu

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 76

Pdf Maker : Oz

perjuangan pak Bok, tapi karena yang tersebut belakangan

itu berusaha cepat untuk loloskan diri, maka akibatnya

kedua penolong itu dan Seng Ho telah menderita.

Kong Hiong cepat mengejar, dan yang lebih dulu

kecandak adalah kedua orang itu beserta Seng Ho. Lagi2

kedua orang itu lepaskan kiu-yan-tan, pelor asap. Asap

tebal segera ber-gulung2 membubung ke atas, memegat

penglihatan orang. Tapi kali ini Kong Hiong tak mau

berlaku sebodoh tadi. Cepat dia jejakkan kaki, membubung

ke atas. Di tengah udara dia tendangkan kakinya dalam

gerak "dalam awan naik tangga". Badannya mencelat lagi

kira2 tiga tombak ke atas. Dari situ dia lepaskan

pandangannya. Ternyata di sebelah kiri dari pegunungan

situ, tampak tiga sosok tubuh bergerak pesat. Dia geram

sekali dengan mereka. Dengan gerak "burung elang

meluncur ke dalam air", dia lanjutkan gerakan tubuhnya

untuk melayang ke muka. Begitu berhasil melampaui

gulungan asap, dia terus mengudaknya.

Kiranya ketiga sosok tubuh itu bukan lain adalah

Seng Ho dan sepasang pria wanita yang hendak mencari

balas padanya itu. Sedang pak Bok dan anaknya sudah tak

ketahuan lagi. Kong Hiong tumpahkan kemarahannya

kepada sepasang pria-wanita yang telah melepaskan

peluru asap itu. Tiada pak Bok, mereka pun boleh juga,

karena kalau tidak dibasmi tentulah mereka itu akan

mengadu biru lagi. Setelah mengambil ketetapan, Kong

Hiong percepat pengejarannya.

Tadi sewaktu menyaksikan asap ber-gulung2 itu Seng

Ho kaget dalam hatinya, tanpa terasa dia berseru: "Adakah

kanda Sing Je yang datang ini?!"

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 77

Pdf Maker : Oz

Seruan itu disambut dengan munculnya seseorang

dari tengah gulungan asap. Orang itu terus menyeret

tangan Seng Ho untuk diajak lari. Ternyata orang itu

memang seperti yang diduga oleh Seng Ho, yakni menantu

kesayangan dari suhunya yang bernama Hu Sing Je. Dan

wanita yang mengikuti di belakangnya bukan lain adalah

puteri angkat suhunya yang bernama Ong Gwat Kwan. Hati

Seng Ho girang tercampur kaget. Namun dia tak sempat

untuk ber-kata2, karena harus mengikuti keduanya lari

dengan pesatnya. Jadi sambil lari, mereka sambil ber
cakap2.

Kini baru Seng Ho mengetahui bahwa sepasang

suami-isteri itu telah menetap di gunung Tiam-jong-san

untuk meyakinkan ilmu pedang "hun kong kiam", pedang

membelah sinar. Karena anggap peyakinannya sudah

cukup mahir, mereka lalu turun mencari Kong Hiong untuk

membalas dendam. Tapi ternyata, dalam pertarungan

pertama kali mereka telah kena dikurung oleh ilmu silat

serba tiga belas jurus dari si bangsat. Untunglah Sing Je

dapat bertindak cepat. Dia lepaskan 3 buah pelor asap

untuk mengaburkan penglihatan lawan. Dan tipu itu

ternyata berhasil sehingga mereka dapat meloloskan diri.

Seng Ho pun lalu tuturkan pengalamannya yang

pahit selama ini. Diapun gagal dalam usahanya mencari

balas kepada si bangsat. Untunglah dia berjumpa dengan

pak Bok tua yang ternyata adalah jago terdendam dari

Swat-san-pay. Tapi mereka tetap dikejar oleh si bangsat

itu. Tepat pada saat Seng Ho membicarakan hal bangsat

Kong Hiong, mereka rasakan di udara ada angin meniup

keras, dan sesosok tubuh tampak melayang ke muka.

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 78

Pdf Maker : Oz

Itulah Biau Kong Hiong, dan dia kini sudah tegak

menghadang di tengah jalan. "Ai.............!" Seng Ho dan

Sing Je berbareng mengeluarkan jeritan tertahan. Tanpa

kata ba atau bu, tombak Kong Hiong ber-kilat2 menyambar

ketiga orang itu.

Tahu kalau sepasang suami isteri itu membekal pelor

asap, Kong Hiong terus saja mendesak mereka supaya

jangan mempunyai kesempatan melepaskan pelornya. Dan

karena kepandalan jago bayangkari itu memang beberapa

tingkat lebih tinggi dari lawan2nya, maka dalam sekejab

saja mereka bertigapun segera menjadi sibuk dibuatnya.

Seng Ho telah mendapat pelajaran ilmu bandul tok
liong-so dari sang suhu yang disebut "hong hun sin cau",

permainan sakti dari angin dan awan. Gelombang

serangannya men-deru2 bagai ombak mendampar.

Memang anak muda itu sudah menetapkan tekad, bahwa

hari ini dia hendak bertempur mati atau hidup. Ketika pada

lain saat tombak Kong Hiong menjuju ke badannya, anak

muda itu tak mau berkelit atau menangkis. Dia hanya

barengi menyerang dengan tok-liong-so-nya. Biar dia

terkena tombak, asal diapun dapat menghantam lawan.

Dia hendak mengajak mati berbareng pada Kong Hiong.

Tapi Kong Hiong bukan jago kemaren sore. Tak mau

dia pertukarkan jiwanya dengan anak muda yang tak

bernama itu. Maka, demi nampak cara bertempur dari

lawannya itu, tertawalah dia dengan tawarnya. Cepat

tombak ditariknya pulang, sambil mengincar ke arah si

anak muda, dia berseru : "Kajem bangsat, kau sendirilah

yang minta di kirim ke akherat, jangan kau sesalkan aku!

Kini mari kuantarkan kau ke sana...........!"

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 79

Pdf Maker : Oz

Kata2nya itu segera ditutup dengan bergeraknya

tombak. Sesaat itu segera tampak sebuah bianglala emas

me-layang2 bagaikan gelombang yang menimpa ke arah

Seng Ho. Meskipun tadi Seng Ho sudah bulat tekadnya

untuk mempertaruhkan jiwanya, namun demi nampak

permainan tombak lawan yang sedemikian dahsyatnya, dia

melengak kesima. Tapi insyaf apa artinya itu, dia terus

kibaskan tok-liong-so. Sebuah suara gerontangan yang

dahsyat segera kedengaran dan menggerunglah Seng Ho

dengan murkanya, serta darahpun muncrat. Apakah

gerangan yang terjadi?

Kiranya telah terjadi benturan hebat antara tombak

dan tok-liong-so, dengan kesudahan, rantai naga berbisa
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu telah putus. Separuh dari rantai yang berujung bandul

itu terlempar jauh hingga beberapa meter. Sedang

orangnya pun terhuyung jatuh ke tanah. Dan membarengi

dengan itu, Kong Hiong susulkan tombaknya dengan gerak

"thian bun gay", membuka pintu langit. Dada Seng Ho

diguratnya memanjang seperti sebuah sungai darah.

Setelah berhasil membereskan si anak muda, lagi2 si

Setan Tanpa Bayangan itu keluarkan ketawa panjang yang

temberang. Tapi berbareng pada saat itu, tampak segulung

asap tebal membubung ke udara. Kong Hiong berkeluh

menjerit, tapi sudah terlambat, penglihatan matanya

segera tertutup dengan asap itu. Cepat dia loncat ke atas,

dan tampak di sebelah muka sana ada orang berkelebat

pergi. Buru2 dia buang dirinya ke muka melampaui

gulungan asap terus hendak mengejarnya. Tapi baru saja

dia berhasil melampauinya, kembali sebondong asap tebal

ber-gulung2.

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 80

Pdf Maker : Oz

Bukan kepalang

mendongkolnya Kong

Hiong. Lagi2 dia

meloncat ke atas, tapi

ternyata di sekeliling

arah muka sana sudah

tak tampak bayangan

suatu apa. Dia geram

sekali kepada

sepasang pria-wanita

itu, tapi apa daya,

sang burung sudah

mabur jauh.

Kalau hanya tak

dapat menangkap

sepasang burung itu,

sih tak mengapa.

Yang paling dibuat gegetun ialah karena gara2 kedua orang

itulah maka sampai pak Bok dapat meloloskan diri. Padahal

si buta itulah yang paling utama. Karena hanya pada dialah

nantinya impian Kong Hiong untuk menjagoi seluruh dunia

persilatan dapat terlaksana.

Terpaksa Kong Hiong kembali ke kota Sin-ya untuk

menunggu laporan2 dari berbagai fihak tentang jejak pak

Bok. Sedikitpun dia tak menghiraukan akan keadaan Seng

Ho, karena diduganya si anak muda itu pasti sudah

melayang jiwanya. Dan kelalaian inilah, yang walaupun

nampaknya soal kecil, tapi akan merupakan bencana

baginya di kemudian hari.

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 81

Pdf Maker : Oz

Kiranya meskipun Seng Ho menggeletak dengan

bermandikan darah, tapi dia belum mati dan hanya terluka

parah saja. Ketika ditusuk tadi, Seng Ho tak sempat

mengeluarkan jeritan, terus rubuh tak sadarkan diri. Untuk

melampiaskan kekejiannya, Kong Hiong susuli lagi

menggurat sepanjang dada Seng Ho, hingga dada anak

muda itu melowak (menganga) besar sehingga hampir

sampai ke bahunya.

Tempat pertempuran itu jarang sekali didatangi

orang. Jadi tiada seorangpun yang lewat di situ dan

mengetahui ada orang menggeletak. Tiba2 udara berobah

mendung dan tak antara lama kemudian turunlah hujan

lebat. Air hujan itu telah mengguyur muka dan tubuh Seng

Ho sehingga dia sadar dari pingsannya. Tapi dikarenakan

lukanya kelewat parah, dia hanya dapat membuka

sepasang matanya, tapi sedikitpun tak dapat berdaya apa2.

Seluruh tubuhnya dirasakan lemas tak bertulang, seluruh

daya kekuatannya lumpuh. Ingatannya masih lemah kabur,

sedang benak otaknya berdenyut keras seperti hendak

memecah kepalanya. Dadanya yang terluka itu, jangan

dikata lagi, nyeri sakitnya terasa menyusup ke dalam

sunsumnya. Insyaflah dia, bahwa kali ini dia pasti tak

dapat hidup lebih panjang lagi. Bayang2 si Malaikat Maut

sudah tampak me-lambai2kan tangannya. Memikir sampai

di situ, dia, menghela napas, namun untuk keheranannya,

embusan napasnya pun tak kedengaran. Ya, walaupun dia

sudah merasa telah bernapas. Benar di bajunya dia ada

menyimpan obat mujijat, tapi jangan kata untuk

menggerakkan kedua tangannya, sedang untuk bergerak

sedikit saja, rasanya sudah tak mempunyai kekuatan lagi.

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 82

Pdf Maker : Oz

Bahkan nyeri sakitnya makin lama terasa menyerang hebat

dan napasnya pun makin lemah.

Begitulah keadaan Wan Seng Ho yang sangat

mengenaskan itu. Dia hanya menanti saat kedatangan si

Malaikat Maut saja. Tapi dasarnya dia belum ditakdirkan

mati pada saat itu, tiba2 dari arah kejauhan terdengar

suara ber-detak2 dari roda kereta yang tengah

mendatangi. Makin lama makin dekat ke tempat situ. Seng

Ho kerahkan sisa2 tenaganya untuk bergerak, tapi kasihan

dia... makin bergerak makin sakit, sedang untuk

bernapas sedikit saja, dadanya terasa bukan kepalang

sakitnya. Kembali dia mengeluh napas putus asa.

Syukurlah, pada saat itu hujan mulai reda. Dan entah

kebetulan atau entah memang melihatnya, tiba2 kereta itu

berhenti di dekat situ. Ingin sekali Seng Ho berseru, tapi

bukan saja sang suara tak mau keluar, bahkan kepalanya

terasa pening dan hampir saja dia jatuh pingsan. Dalam

keadaan ingat tak ingat, samar2 terdengar olehnya langkah

kaki orang mendatangi. Pada lain saat, terdengar suara

orang ber-kata2:

"Paman, orang ini sudah mati. Rupanya dia

membawa apa2. Di tempat sepi seperti ini, tentu tiada

seorang yang mengetahuinya. Tiada jeleknya kita periksa

badannya, mungkin ada sesuatu yang dapat kita ambil.

Kan kita tak berdosa namanya!"

"Siao Gu, jangan kau berpikiran serendah itu." sahut

seorang lain yang dari nada suaranya seperti seorang tua.

"Kusuruh kau turun ialah supaya kau memeriksanya

apakah dia itu masih bernapas? Kalau sudah meninggal,

haruslah kita laporkan pada kepala desa. Kalau dia masih

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 83

Pdf Maker : Oz

hidup, kita harus berusaha menolongnya. Ingat: ?Menolong

jiwa seorang manusia, lebih mulia dari tujuh kali

bersembahyang potong babi!? Kalau kau mempunyai

pikiran setamak tadi, Yamadipati pasti takkan mengampuni

jiwamu........."

Habis mengucap itu, orang tua tersebut segera

membungkuk untuk memeriksa keadaan Seng Ho. Seng Ho

jatuh tertelungkup, lukanya tertutup di bawah tubuhnya,

berselimutkan darah tercampur air yang sudah mengental.

Maka begitu tubuhnya dibalikkan, dia samar2 dapat

menampak seorang tua tengah memandangnya.

Berkatalah orang tua itu: "Wahai, rupanya orang ini

dianiaya penyamun. Astaga, kenapa dadanya kerowak

besar....?"

Seng Ho kicup2kan matanya. Melihat itu, si orang tua

pakai tangannya untuk memeriksa hidung si anak muda.

Kini diketahuinya bahwa anak muda itu belum meninggal.

Di balik kegirangannya, tampak si orang tua menghela

napas, katanya: "Sekalipun dia belum mati, tapi jika

kuangkutnya dengan keretaku ke kota Sin-ya, jalanannya

yang begitu buruk legak-legok itu, tak urung dia tentu

meninggal...."

Seng Ho ngangakan mulutnya untuk mengecup

tetesan air hujan. Rasa nyaman menyelubungi tubuh dan

semangatnya pun agak segar. Dia, tak mau mati sekarang,

karena sakit hatinya masih belum terhimpas. Maka dengan

kuatkan sakitnya, dia berkata dengan lemah: "Ba.pak...

to ....long.. am.bil... obat di... da... lam ba...

ju...... ku... dan bu.... buhkan .... pa. da. lu...

ka. ku!"

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 84

Pdf Maker : Oz

Beruntung orang tua itu dapat mendengar apa yang

diucapkan. Buru2 dia kerjakan permintaan anak muda itu.

Dari bajunya dikeluarkannya beberapa benda: dua tail

perak hancur dan sebuah buntelan yang kebetulan tak

kena lumuran darah. Dalam buntelan Seng Ho itu terdapat

beberapa fles dari batu giok (kumala) yang kesemuanya

masih kering ringkai. Setelah diperiksa, orang tua itu

mendapatkan salah sebuah fles itu, tersimpan obat

bubukan. Dan sebuah fles terisi beberapa butir pil merah.

Dengan hati2 orang tua itu mengambil obat bubukan

kemudian dibubuhkan pada luka si anak muda. Celakanya,

karena luka itu kelewat panjang, jadi obat itu tak cukup

dipakainya. Maka hanya pada bagian pusat luka yang

ditaburi obat.

Meskipun obat bubukan itu adalah obat dewa

(manjur sekali), tapi karena sudah terlambat jadi tak

banyak menolong. Seng Ho hanya dapat hidup sepuluh hari

lamanya! Sekalipun hanya 10 hari, tapi dalam waktu yang

sesingkat itu merupakan kunci perkisaran yang amat

penting dari sejarah kehidupan dunia persilatan. Andaikata

dia tak dapat bertahan hidup sampai 10 hari itu, bukan

saja dia akan mati dengan sia2, pun dendam darah kaum

persilatan takkan terbalas untuk se-lama2nya! Karena

dalam sepuluh hari itu, Biau Kong Hiong telah berhasil

membinasakan pak Bok dan puterinya. Kitab pusaka yang
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke tigabelas "Kun-gwan capsah-po", yakni kitab pusaka

dari kaum Swat-san-pay yang terakhir, pun telah kena

dirampasnya. Dengan begitu, dapat dipastikan: jago

bayangkari yang telah menghianati perguruan dan

bangsanya itu kini sukar dilawan oleh siapapun juga.

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 85

Pdf Maker : Oz

Masih ada lagi sebuah hal yang perlu dicatat di sini,

ialah selain buntelan yang terisi fles obat2an, Seng Ho

masih menyimpan lagi sebuah benda yang tiada tara

harganya, yakni: sebuah peta rahasia. Peta itu merupakan

sebuah pusaka yang maha penting. Manakala dia sampai

binasa dan peta itu jatuh ke tangan lain orang, maka

ludaslah seluruh harapan kaum persilatan umumnya dan

Wan Seng Ho khususnya. Jadi waktu 10 hari itu, benar2

merupakan detik2 yang penting dari kesudahan kisah ini,

karena di situlah nantinya Biau Kong Hiong akan menemui

ajalnya. Tapi karena hal itu terjadi belakangan, baiknya

kami pertangguhkan dan silahkan pembaca mengikuti

jalannya cerita ini dengan menurut urutannya.........

Kembali pada keadaan Seng Ho, ternyata setelah

dilumuri obat bubuk, dia merasa agak enakan. Kemudian

diminumnya pula pil merah, dan ini makin menyegarkan

semangatnya. Sekalipun nyeri lukanya masih menghebat,

tapi dia dapat kerahkan semangatnya untuk memusatkan

jalan darahnya, dan dapatlah kini dia bangun serta ber
kata2. Katanya dengan ter-putus2:

"Bapak yang berbudi, terima kasih atas

pertolonganmu...... Aku seorang tuan tanah desa. Karena

di desaku terjadi keributan, maka aku disuruh ke kota

untuk mengadu pada pembesar negeri. Tapi di tengah

perjalanan aku telah dipegat oleh kaum perusuh lawanku

itu dan dipukuli setengah mati begini...., untunglah aku tak

sampai binasa! Hanya saja entah bagaimana dengan nasib

keponakanku kecil itu......"

Sengaja Seng Ho tak mau berlaku terus terang

karena kuatir kalau jejaknya nanti tercium lagi oleh

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 86

Pdf Maker : Oz

kawanan kaki tangan si penghianat itu. Untunglah si orang

tua yang ternyata seorang sais (kusir) tak mau bertanya

lebih jauh. Karena diapun cukup mengetahui akan keadaan

propinsi Holam, di mana memang sering terjadi keributan

antara orang dusun dengan pemilik2 tanah. Dan dengan

begitu, rahasia Seng Ho pun tiada sampai terbuka.

Orang tua itu segera menghibur Seng Ho, kemudian

bertanyakan adakah si anak muda itu suka diangkat ke

dalam keretanya untuk dibawa kekota Sin-ya. Seng Ho

menerima baik tawaran itu. Diambilnya dua potong perak

untuk diberi pada pemuda anak sais tua itu selaku

ongkosnya naik kereta. Begitulah, dia segera dipapah si

sais tua untuk naik ke dalam kereta.

Keesokan harinya tibalah mereka di kota Sin-ya. Si

sais tua mencarikan sebuah hotel yang layak. Syukurlah

Seng Ho masih membekal uang cukup. Teringat akan

penuturan tadi, si sais tua menanyakan Seng Ho perihal

keponakannya itu serta ciri2nya. Dia berjanji hendak

mendengarkan kabar2 di luaran sembari memberi pesanan

pada pemilik hotel jangan sampai membocorkan hal anak

muda itu kepada lain orang. Karena dikuatirkan nanti

orang2 perusuh itu akan datang lagi ke situ untuk

menganiayanya...... Jadi si sais itu betul2 percaya bahwa si

anak muda itu adalah pemilhk tanah desa!

Bermula hendak Seng Ho mengatakan tentang diri

pak Bok dan puterinya, tapi dia kuatir orang berbalik

menaruh curiga padanya, karena kedua ayah beranak itu

tak sesuai dengan kedudukan dirinya. Maka dia lalu sebut

Hiat-ji sebagai keponakannya. Ciri2 anak itu

diberitahukannya dengan jelas, dan apabila berjumpa

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 87

Pdf Maker : Oz

supaya mengatakan bahwa "paman kelima mencarinya".

Anak itu pasti akan percaya.

Pada alam pikiran Seng Ho, dia tak banyak

mengharap akan dapat berjumpa dengan Hiat-ji. Tapi apa

yang diduga tak bakal terjadi itu malah terjadi! Hiat-ji

masih sempat datang untuk menungkuli saat2

kematiannya. Dan karena hal itulah maka roda cerita ini

berganti arah. Memang dalam dunia persilatan seringkali

terjadi hal2 yang nampak mustahil!

Meskipun selama di hotel Seng Ho mendapat

perawatan yang baik, tapi karena lukanya kelewat berat,

jadi keadaannya tidak bertambah baik. Pemilik hotel

mengundangkan beberapa tabib, tapi obat2 buatan mereka

itu tak nempil dengan obat buatannya sendiri, kalau saja

faktor2 mengijinkan. Sebenarnya dia sendiri dapat meramu

obat bubukan "kim joang thay i san" dan pil "liong hou gan

li wan", ramuan obat dewa yang amat manjur. Tapi karena

resepnya ketinggalan, dan andaikata ada pun ramuan itu

sukar didapatnya serta lama sekali membuatnya. Mungkin

pada waktu pembuatannya selesai, dia sudah tak bernyawa

lagi.

Pikiran Seng Ho me-layang2 akan kejadian yang

telah lampau. Ber-tahun2 dia berjerih payah untuk

menuntut pelajaran ilmu silat. Untuk membalas kematian

gurunya, dia menyaru sebagai pengemis di kota

Siangyang. Kesengsaraan kehidupan pengemis telah

kenyang dideritanya. Namun di balik penderitaannya itu,

dia telah memperoleh sesuatu yang amat berharga. Hal itu

terjadi begini:

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 88

Pdf Maker : Oz

Kira2 setengah bulan sebelum dia lolos dari kota

Siangyang, sewaktu sedang "bekerja" memeriksa sampah,

tiba2 dia menampak pecahan batu merah. Karena setiap

hari dia harus menanak nasi sendiri, pikirnya batu merah

itu dapat dipergunakan untuk tungku penanak nasi. Maka

dipungutnyalah pecahan batu merah itu hendak dibawa

pulang ke biara rusak, di mana dia akan memasak air

panas untuk Hiat-ji (sewaktu Hiat-ji jatuh sakit karena

dihajar oleh si durjana Oey Hiau). Diluar dugaan, di dalam

batu merah itu terdapat sebuah benda yang disimpan

dengan amat rapinya. Kiranya karena batu merah itu lebih

besar ukurannya dari batu merah kebanyakan, maka

hendak dipotongnya menjadi dua. Sekali hantam, batu

merah itu hancur. Hanya anehnya, belahan batu merah itu

tak mau terlepas. Setelah diperiksanya ternyata di

tengahnya terdapat segulung benda yang berwarna putih.

Buru2 belahan batu merah itu dipisahkannya dan dengan

hati2 diambilnya benda itu. Kiranya benda itu adalah

sebuah pipa kecil yang berwarna putih. Di dalam pipa itu

terdapat selembar sutera setipis sayap tongkat. Di atas

sutera halus itu terdapat tulisan yang berbunyi: Peta

simpanan pusaka dari Siao-sit.

Itulah suatu penemuan berharga yang tak ter
sangka2. Seng Ho yang cerdas otaknya itu segera

mengetahui bahwa barang yang tersimpan sedemikian

rahasianya itu tentulah maha penting gunanya. Begitulah,

peta itu lalu disimpannya dengan hati2 sekali.

Itu waktu sebelum terluka Seng Ho berkeras hendak

melaksanakan rencana pembalasannya. Dia tak mau

tinggalkan kota Siangyang sebelum cita2nya tercapai. Dan

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 89

Pdf Maker : Oz

kini setelah dirinya tak mempunyai harapan lagi, tiba2 dia

teringat akan peta itu dan tanpa terasa tangannya meraba

pinggang bajunya!

Bercucuran air mata Seng Ho membasuh sepasang

pipinya. Samar2 tampak wajah gurunya: Ong Thing Kau

dan seperguruan Tian Yan Jing, tengah tertawa padanya.

Kepalanya terasa ber-putar2, tiba2 kedua wajah orang

yang dihormatinya itu ikut ber-putar2, lama-kelamaan

menjadi satu, dan berganti pula bentuk wajahnya,

manunggal menjadi wajah Hiat-ji! Sepasang mata anak itu

memancarkan cahaya yang dingin menyeramkan orang.

Begitu memandang Seng Ho, wajah Hiat-ji itu tampak

tersenyum. Tapi sinar matanya yang dingin itu tetap tak

kunjung surut!

Seng Ho mengerang kesakitan karena dadanya

terasa sakit merangsang. Dia terkejut. Kaki dan tangannya

terasa dingin sekali, sukar digerakkan. Pada saat itu dia

menghela napas. Rupanya malaikat elmaut sudah

mengetuk pintu.... Tiba2 dari arah luar jendela terdengar

orang ber-kata2:

"Malam ini tiada rembulannya, tapi langit bertaburan

bintang, dirasa kita masih dapat melanjutkan perjalanan

nanti."

Kembali Seng Ho menghela napas. Jadi sudah

setengah bulan lamanya dia menetap di hotel situ. "Ah,

untuk apakah aku menderita kesengsaraan begini ini?"

katanya seorang diri. Memang tiada dia menemukan

jawaban untuk itu, namun dalam hatinya dia rasakan se
olah2 sedang menunggu sesuatu yang di-harap2. Dan

harapan inilah yang mendorongnya supaya bertahan dulu,

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 90

Pdf Maker : Oz

biar bagaimana dia harus tak boleh mati dulu. Begitulah,

setiap kali timbul pertanyaan terhadap dirinya sendiri,

setiap kali itu pula sang hati nurani menjawabnya.
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Demikanlah, dari hari ke hari dia lewatkan dengan

menahan kesakitan yang hebat, baik rohani maupun

jasmaniah.

Tapi pada hari itu penderitaannya sudah memuncak.

Tangan dan kakinya terasa kaku dingin. Betapa sang

keinginan ingin bertahan, namun sang jasmani sudah tak

kuat lagi. Dan tak dapat menolak kedatangan Yamadipati,

sang Dewa pencabut nyawa.

Keadan Seng Ho sudah berat, jiwanya tengah

meregang hendak meningalkan sang tubuh. Pikirannya

merana dalam lamunan. Bayang dari orang2 yang

dikenalnya silih berganti ter-bayang2 di mukanya.

Akhirnya, wajah Hiat-ji tampak juga. Matanya yang bundar

besar itu tetap tak pernah pudar dari sinarnya yang begitu

dingin.

"Hiat-ji! Tempat ini sudah kelewat dingin sekali,

jangan kau memandang orang begitu dingin," dia

mengigau sendirian. Namun sinar mata Hiat-ji yang dingin

itu berobah dan makin mendekati. Nyata biji mata yang

bundan besar itu ber-linang2 air mata. Dan tiba2

pendengaran Seng Ho terganggu dengan

berkumandangnya sebuah suara yang gemetar seperti

orang menangis:

"Go-cek (paman kelima), mengapa kau jadi begini?!"

Mata Seng Ho ber-kunang2, cepat dia

memejamkannya. Selang beberapa saat kemudian, tampak

dia membuka mata lagi, dan.. kembali mata bundar dari

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 91

Pdf Maker : Oz

Hiat-ji itu tetap masih berada di situ, mengawasinya

dengan tak berkesip. Suara ratapan yang sangat

merawankan tadi kembali terdengar: "Paman Ngo, aku ini

Hiat-ji!"

Pening Seng Ho pudar seketika, dan tersadarlah dia.

Sambil gemetar dia berseru: "Hiat-ji?! Apakah kau benar

Hiat-ji?!"

"Paman Ngo, tadi aku ditegur oleh paman tua ini

yang menanyakan namaku serta mengatakan bahwa

pamanku sedang menunggui. Kuduga, tentu kaulah,

paman Ngo! Make aku lalu mengikutinya kemari, tak

apalah andaikata keliru alamat. Kuberitahukan pada paman

tua itu bahwa namaku adalah Hiat-ji. Mendengar itu, dia

bersyukur kegirangan karena telah menemukan orang

yang dicarinya. Kemudian dia tuturkan keadaanmu, dan

sampai di situ kuyakin betul2 kalau dugaanku tadi memang

benar......"

Seng Ho tampak segar pada saat itu. Dengan

paksakan diri, dia bangun. Melihat itu buru2 Hiat-ji

merangkulnya, katanya:

"Paman Ngo, begini rupa kau dicelakai oleh bangsat

itu, sudahlah jangan bangun, rebahan sajalah! Kau masih

mendingan, paman Ngo, karen. suhu dan cici Siu Sian

sudah dibinasakan oleh bangsat itu! Sewaktu hendak

menutup mata, enci Siu Sian mengatakan padaku bahwa

kitab pusaka itu sudah dirampas oleh si bangsat..."

Tampak Seng Ho membelalakkan matenya, setelah

itu dia melolos sabuk sutera yang melilit di pinggangnya,

kemudian diterimakan pada Hiat-ji, katanya:

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 92

Pdf Maker : Oz

"Nah, inilah satu2nya barang peninggalan untukmu.

Di dalamnya terdapat sebuah peta gunung Siao-sit-san.

Kau seorang anak yang cerdas, tentu kau dapat

menangkap maksudku. Aku, paman kelima ini, sungguh

benasib malang. Mungkin sebentar malam atau paling

lambat besok pagi aku sudah akan menyusul suhu dan

cicimu. Apabila aku sudah tiada, lekaslah kau berangkat ke

gunung Siao-sit-san. Ingatlah selalu akan dendam darah

kita. Asal kau berhasil menemukan pusaka itu, kau harus

cari balas pada bangsat itu: Biau Kong Hiong dan kaisar

yang jahat itu....... Jangan kau lepaskan mereka.......

maukah kau berjanji?"

"Ai, paman Ngo, kau takkan meninggal, jangan kau

mengucap begitu! Aku tak dapat menyaksikan kematian

suhu Bok, tapi beruntung dapat mendampingi ci Siu Sian

mengembuskan napas terakhir. Itu sudah lebih dari cukup,

jangan mataku menyaksikan kematianmu, paman

Ngo.."

Memang begitulah jalan kehidupan Hiat-ji. Ber
ulang2 dia harus saksikan kematian orang2 yang

dikasihinya. Ibunya, pak Bok tua, Siu Sian... Dan kini dia

hanya mempunyai seorang paman Ngo di dalam dunia ini.

Dia satu2nya "bumi tempat berpijak, beringin tempat

berlindung" baginya. Sewaktu meloloskan diri dari kejaran

Biau Kong Hiong, terpaksa mereka berpencar. Dan

beruntunglah mereka kini dapat saling berjumpa pula.

Hanya saja, kebahagiaan itu bagaikan hilang tertutup awan

kedukaan yang besar. Dia dipaksa nasib untuk kesekian

kalinya mendampingi dan menyaksikan kematian orang

yang dikasihinya. Biar bagaimana keras hati Hiat-ji, namun

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 93

Pdf Maker : Oz

dia tetap seorang anak yang haus dengan kecintaan ayah

bunda. Seorang anak yang masih membutuhkan rasa kasih

dari orang2 yang menganggap sebagai anak kandung.

Benar dia seorang anak yang dibesarkan oleh penderitaan

hidupnya, namun hati manusia, khusus seorang anak2,

tetap terdiri dari daging dan darah. Betapapun halnya,

pada saat itu hatinya hancur luluh seperti disayat sembilu.

Kata2nya tadi merupakan jeritan hatinya yang merana

duka............

Mendengar ratap rintih Hiat-ji yang merawankan itu,

jantung Seng Ho berdenyut keras. Dia paksakan

bersenyum, lalu katanya:

"Nak, kelak kalau memandang orang harus lebih

dingin lagi. Kita telah dianiaya oleh manusia binatang, kau

harus balaskan sakit hatiku ini... kau, adalah duta kami,

kita orang yang membela kebenaran...... nak, ingatlah

pesan suhumu, dan jangan lupakan pula pesan pamanmu

Ngo ini!"

Hiat-ji adalah seorang anak yang sudah matang

dalam penderitaan. Sekalipun dia belum dapat

meninggalkan sifat ke-kanak2annya, namun dia telah

"dewasa" untuk menerima petuah orang. Dia anggukkan

kepalanya selaku tanda mengerti akan ucapan Seng Ho.

Namun mulutnya tak putus2nya me-rintih2 memintanya:

"Paman Ngo, kau takkan meninggal! Kau takkan

meninggal di hadapanku........."

"Nak, mumpung aku masih dapat mendengarkan,

kau tuturkan perihal suhu dan cicimu itu... biarlah

hutang darah itu, walau aku tak berdaya membalas, akan

kubawa ke liang kubur......... ya, nak!"

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 94

Pdf Maker : Oz

Dengan masih sesenggukan, sebelah tangan Hiat-ji

menggenggam erat2 kantong sutera pemberian Seng Ho

tadi, dan sebelah tangannya lain memegang kepala kyai

Kelincinya, air matanya bercucuran, berkatalah dia seorang

diri:

"Kyai Kelinci, biarlah kau menjadi saksi dari kata2

Hiat-ji ini! Aku akan mencari balas, akan menuntut sakit

hati suhu!"

Habis itu, dia lalu menuturkan kisahnya selama ikut

dengan pak Bok dan Siu Sian, demikianlah penuturannya

itu:

Setelah tak dapat mengejar sepasang suami isteri

Hu, Biau Kong Hiong beristirahat di kota Sin-ya. Tak lama

kemudian, dia mendapat laporan kilat tentang

diketemukannya jejak seorang tua buta, seorang anak

gadis dan seorang anak lelaki kecil tanggung. Itulah yang

dinantikan oleh Kong Hiong.

Betapa cerdik pak Bok mengatur rencana

pelolosannya dari barat dia balik memutar ke timur untuk

menyesatkan pengejaran musuh, namun di seluruh

propinsi Holam sudah penuh ditanami orang2nya Kong

Hiong, ibarat dikatakan setiap tembok, setiap pohon dan

setiap jalan, merupakan telinga Kong Hiong. Disamping itu

Kong Hiong gunakan berbagai cara untuk perhubungan

berita, misalnya: api pertandaan, kurir berkuda, panah api

berantai dll. Maka tak heranlah, dalam 7 hari saja, Kong

Hiong sudah dapat mencegat rombongan pak Bok di

gunung Hok-gu-san............

Selama 7 hari dalam perjalanan itu, makin erat

hubungan antara Siu Sian dengan Hiat-ji yang dianggapnya

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 95

Pdf Maker : Oz

sebagai adiknya sendiri. Siu Sian seorang dara yang cantik

rupawan, luhur budi, berilmu silat tinggi. Semuda itu

umurnya, dia sudah pengalaman, banyak menyaksikan

perkara2 di dunia.

Selama dalam perjalanan itu, dia selalu melindungi

Hiat-ji. Bagi Hiat-ji, kecuali ibunya, kiranya hanya Siu Sian

lah yang bersikap begitu menyayang kepadanya. Diapun

segera begitu menyayang sekali kepada. "sang cici" itu.

Apalagi setelah Siu Sian menerangkan bahwa ialah yang

menggunakan ilmu "bu heng chiu", tangan gaib untuk

merampas kyai Kelinci dari bantingan Oey Hiau di depan

rumah makan Siang Gwat Lau dulu. Dan ayahnya lah yang

menotok jalan darah durjana itu secara diam2. Mendengar

itu, makin bersyukurlah Hiat-ji atas penolong2nya yang

budiman itu.
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiranya untuk mencari jejak Kong Hiong, Siu Sian

telah ajak sang ayah ke kota Siangyang. Dan dilukainya

Oey Hiau itu, yakni untuk memancing Kong Hiong keluar.

Tipu itu telah berhasil, namun hasilnya tidak seperti yang

diharap.

Sepanjang perjalanan itu pak Bok berlaku hati2

sekali. Dia sangat prihatin sekali bagaimana supaya dapat

keluar dari mulut harimau itu. Tapi di lain fihak, justeru

Kong Hiong bernafsu sekali untuk mendapatkan kitab

pusaka yang dibawanya itu. Dari itu, perangkappun

dipasangnya lebih keras.

Begitu terpegat di gunung Hok-gu-san, pak Bok

sudah cemas. Tahu dia sampai di mana keunggulan sang

lawan. Untuk lolos kali ini, tipis harapannya. Namun

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 96

Pdf Maker : Oz

sebagai ksatria, dia berpantang ajal. Tanpa banyak bicara,

tongkat segera diserangkan ke arah lawan.

"Ah, kau cari kematian sendiri. Baik kuantar kau ke

pintu akherat!" Kong Hiong tertawa menghina. Begitu

tombak digerakkan maka sebuah bianglala emas

berkelebat menyambar. Hanya dalam beberapa gebrak

saja, tongkat pak Bok sudah tergubat dalam sinar bianglala

emas itu. Kalau tidak Siu Sian lekas2 menolong dengan

totokan seruling kumalanya, mungkin pada jurus gerak
kibas, Kong Hiong akan sudah dapat menghantam

terpental tongkat pak Bok.

Memang pak Bok cukup jelas akan kekuatan lawan

itu. Bukan saja 12 buah kitab pusaka Kun-gwan dari Swat
san-pay sudah dimilikinya, pun bangsat itu sudah

menguasai dengan mahirnya pelajaran2 di dalam situ. Ilmu

tenaga dalam "Kun-gwan-kang" dan "hou-sim-cin-bu" yang

dapat melindungi diri seteguh baja telah diyakinkan dengan

sempurna.

Pertempuran di biara tua dahulu itu, pak Bok hanya

dapat memecahkan ilmu hou-sim-cin-bu dari bangsat itu.

Tapi hal itu tak banyak mempengaruhi kekuatan lawan.

Andaikata kini dia beruntung memperoleh kesempatan lagi

seperti tempo hari, paling2 pertandingan akan seri: musuh

dan dia sendiri dua2nya akan binasa! Tapi kalau menilik

kelihayan si bangat itu, kesempatan itu tipis sekali

kemungkinannya. Menimbang sampai di sini, dada pak Bok

berombak mengeluarkan helaan, kemudian bisiknya

kepada sang puteri :

"Siu Sian anakku, kau tentunya ingat akan peraturan

dari kaum perguruan kita Swat-san-pay, begitu juga

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 97

Pdf Maker : Oz

peraturan2 dalam keluarga kita! Ingatlah baik2 kata2ku itu

dan persiapkanlah dirimu!"

Mendengar ucapan ayahnya, hati Siu Sian seperti di
remas2. Melihat cara Kong Hiong bertempur, ia

menginsyafi kata2 ayahnya itu. Kenyataan mengunjuk,

betapa berat sekalipun dia harus teguhkan hatinya

berpisah dengan sang ayah serta harus segera meloloskan

diri. Peraturan Swat-san-pay menyatakan dengan jelas:

"Tugas melindungi ilmu perguruan lebih penting daripada

melindungi kepentingan keluarga". Sedang ajaran sang

ayah dulu mengatakan: "perintah ayah tak boleh

dibantah!"

Bok buta insyaf bahwa dia bakal tak dapat terhindar

dari bencana, di lain fihak dia berkeras agar kitab pusaka

itu jangan sampai jatuh ke tangan si bangsat, jadi dengan

ucapannya tadi dia memberi perintah agar Siu Sian

berusaha untuk tinggalkan medan pertempuran itu dan

lari.

Dengan keraskan sang hati. Siu Sian putar seruling

kumalanya dengan hebat, men-deru2 bagaikan hujan

angin. Mengetahui hal itu, puaslah hati pak Bok dan

wajahnya mengunjuk senyuman! Kini diapun lalu keluarkan

ilmu pusaka dari Swat-san-pay yang disebut sebuah

bayangan putih yang ber-gerak2 dengan pesatnya laksana

angin menebar awan. Pada saat itu, Siu Sian tusukkan

serulingnya ke arah ujung tombak Kong Hiong. Begitu

ujung tombak lawan berkisar ke samping, secepat itu Siu

Sian mencelat keluar kalangan, dan sekali dia menjejak,

tubuhnya mengapung ke atas dan orangnya pun sudah

berada di mulut gunung. Di situ Hiat-ji munculkan diri dari

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 98

Pdf Maker : Oz

tumpukan rumput. Dengan air mata ber-linang2, Siu Sian

pondong anak itu untuk diajak pergi.

Tahulah Kong Hiong bahwa kitab pusaka itu berada

pada Siu Sian, dan si Bok buta memang sengaja melibat

Kong Hiong agar puterinya dapat membawa lari kitab itu.

Dia memutuskan, lebih dulu membereskan si buta itu, baru

nanti mengejar lagi anak perempuan itu. Dan lagi, dengan

hilangnya si buta lihay itu, berarti lenyapnya suatu

penghalang yang merupakan ancaman bencana. Asal

kepalanya sudah terbasmi, ekornya sih mudah dicekal. Dan

bagaimana anak perempuan itu tak nanti dapat lolos dari

cengkeramnya.

Kini Kong Hiong curahkan perhatiannya kepada sang

lawan, nampaknya dia tak ambil pusing akan kaburnya Siu

Sian. Tombak diputar ke bagian pinggang, terus dia loncat

ke atas, kemudian dia tegak pula menurut garis per-kaki
an (bhe-si) Kun-gwan dan menjalankan ilmu istimewa yang

paling diandalkan, yakni jurus2 "to hwan ngo heng" dan "to

loan pat-kwa". Jurus2 ini adalah bagian yang terhebat dari

ilmu silat "capsa chiu". Ini untuk melayani dan

mengacaukan permainan musuh.

Memang permainan pak Bok sukar dilukiskan

kehebatannya. Tubuhnya bergerak se-olah2 angin

menyambar. Tongakatnya men-deru2 seperti badai

meniup. Namun berhadapan dengan seorang jago yang

sukar dicari tandingannya di kalangan persilatan seperti

Biau Kong Hiong itu, dia tak dapat berbuat banyak. Dengan

bakat otaknya yang cerdas, memiliki kepandaian silat yang

tinggi, ditambah pula telah memahiri 12 pusaka pelajaran

dari Kun Gwan, telah menempatkan Setan Tanpa Bayangan

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 99

Pdf Maker : Oz

itu dideret yang terkemuka dari barisan bintang2

persilatan.

Ilmu pukulan tangan kosong "Kun-gwan-chiu"

mempunyai ciri keistimewaan tersendiri. Ilmu itu

mengutamakan gerak kelemasan dan kellncahan, dan

sebagai imbangan, "kun gwan-chiu" itu didampingi dengan

ilmu "yau loan chiu" atau mengacaukan musuh dengan

serangan2. Kesemuanya ini adalah garis2 inti ilmu silat Kun

Gwan. Meskipun dia (Kong Hiong) belum memperoleh

pelajaran ilmu totok "Thian han tiam hiat" yang dimiliki

oleh pak Bok, namun dengan mendasarkan diri dalam

garis2 ilmu silat Kun Gwan itu, Kong Hiong dapat melayani

dengan ulet. Dengan ketenangan, menindas serangan.

Betapapun berbahaya serangan Bok buta, namun dia se
olah2 menghadapi tembok karet yang ulet, membal dan

sukar ditoblos.

Bukan tidak tahu Bok buta bahwa gerakannya "sinar

mengejar bayangan" itu takkan dapat membobol

pertahanan Kong Hiong, tapi karena memang sengaja ia

hendak mengulur waktu saja. Tapi rencana Bok buta itu

ketahuan juga oleh Kong Hiong, siapa kedengaran tertawa

menghina:

"Bok buta, jangan kira dapat memperdayakan aku.

Orang tersebar luas di-mana2. Tanpa susah payah aku

tentu dapat mencarimu. Dengan caramu bertempur seperti

"anjing menjejak kucing" itu, kau hendak menghambat aku

agar anakmu mempunyai kesempatan untuk lari jauh. Tapi

walaupun budak itu hendak terbang ke manapun, jangan

mengimpi dia dapat lolos dari jaring perangkapku. Kalau

dulu kau sembunyikan diri saja, mungkin aku tak tahu.

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 100

Pdf Maker : Oz

Tetapi kini kamu adalah seperti ular cari penggebuk

sendiri, jangan sesalkan orang, mari, Tua Buta, kau

keluarkan ilmu totokmu thian-hian-chiu yang konon

mempunyai beratus perobahan, aku pasti takkan

mengecewakan harapanmu!"

Pedih dan geram Bok Buta mendengarkan

ketemberangan si bangsat Kong Hiong itu. Dia menghela

napas dalam2 karena nyata2 kini tiang satu2nya dari kaum

Swat-san-pay yang masih hidup pun akan dibinasakan oleh

penghianat itu. Dan dengan demikian, jiwa mereka ayah

dan gadisnya itu pun akan binasa dengan sial!

Kematiannya dengan sang anak bukan yang dia

sesalkan. Karena lambat laun toh dia akan menuju ke pintu

kematian juga. Hanya saja yang paling dibuat sesalan

yakni, dengan tiadanya mereka itu berarti juga kaum

Swat-san-pay ludes murid penyambung ilmu perguruan itu,

dan yang paling menjadi penasarannya: sakit hati kaum

Swat-san-pay itu akan tiada berbalas se-lama2nya.....

Benar tongkatnya itu tetap menjadi pelindung diri

yang boleh diandalkan, tapi di sana kini sudah kedengaran

deru sambaran angin dari suatu gerakan serangan yang

luar biasa. Sebagai murid Swat-san-pay tahulah dia bahwa

kini si bangsat tengah mengeluarkan ilmu istimewa dari

kaum Swat-san-pay, yakni yang disebut Kun-gwan-sin-cao

(llmu sakti dari Kun Gwan). Tombak rantai dari Kong Hiong

men-deru2 laksana badai menerjang. Ya, kuat berapa

juruskah dia bertahan........?
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Benar Bok buta memiliki kepandaian mendengar

suara dapat membedakan benda, tapi menghadapi deru

sambaran tombak rantai si bangsat yang sedemikian sakti

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 101

Pdf Maker : Oz

dan ganasnya, dia agak kewalahan. Apalagi dia sudah

sibuk menghadapi serangannya, jadi sukarlan dia

memusatkan pendengarannya. Kedua kali, dia sudah

insyaf, bahwa kali ini dia tak dapat mengatasi gerakan

musuh. Karena pikiran2 itulah telah menurunkan semangat

tempurnya.

Di lain fihak, memang kali ini Kong Hiong akan

menuntut balas kekalahannya di biara rusak tempo hari.

Dltumpleknya seluruh kepandaian dan tenaganya untuk

menghantam lawan. Setiap jurus gerakannya selalu

merangsang, melibat, menebas dan melekat. Dalam

keganasannya itu, tersembunyi maksudnya untuk memper
olok2 pak Bok. Kecuall maukan jiwa lawan, dia juga

berbareng akan menghancurkan senjatanya dan menindas

kepandaian pak Bok. Pendek kata, dia akan membuka

mata lawan, bahwa dalam segala hal dia jauh lebih unggul.

Dan diandaikan perang, dia maukan kemenangan total,

menghancurkm musuh habis2an!

Pak Bok pun seorang murid Swat-san-pai yang

berkepandaian tinggi, tahu dia betapa ganas perbuatan

penghianat itu. Dia gusar bukan kepalang. Saat itu

kedengaran Kong Hiong berkata lagi: "Ho, kau mau melibat

aku, baik akan kulayanimu secara begini, boleh kau

berkelahi sesukamu toh nantinya kau akan mati

konyol.....!"

Kemarahan pak Bok meluap hebat. Tapi apa daya

karena dia tak dapat mengatasi kepandaian musuh.

Daripada malu, lebih baik dia bunuh diri sendiri! Baru dia

dirangsang pikiran nekad begitu, tiba2 dia dikejutkan oleh

tenaga. "bu-hing" (tanpa bayangan) yang mengurungnya.

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 102

Pdf Maker : Oz

Ini memaksanya harus menangkis, dan begitu dia lakukan,

segera dia terkejut bukan kepalang. Kiranya ia kini digubat

oleh ilmu "Kun-gwan-kang" dari si bangsat.

Diam2 pak Bok mengeluh dalam hati. Tak kira kalau

dalam pertempuran pertama dia beruntung dapat memberi

pukulan pada musuh, tapi kini akhirnya dia harus menelan

pil pahit dari lawan. Dengan menggertak gigi, dia kerahkan

tenaga dalam "thian han keng", dengan sekuat tenaga dia

berusaha menarik tongkatnya dari libatan "kun-gwan
kang" lawan. Begitu dapat dia lepas dari libatan itu,

pikirnya hendak bunuh diri.

Saat itu terdengarlah suara berkretekan dari tulang2

lengannya. Kembali pak Bok melengak kaget. Nyata dia tak

dapat melepaskan tongkatnya dari cengkeraman tenaga

"Kun-gwan-kang" yang sakti itu, sehingga sampai

lengannya tergetar dan tulang2nya ber-derak2. Dia

merubah rencananya, hendak dilepaskan saja tongkat itu

dengan cepat. Tapi inipun sudah terlambat.........

Pada saat itu terdengar suara krak-krak yang keras

sekali. Tongkat pak Bok yang terbuat dari hati pohon li
salju, hasil tanaman istimewa dari gunung Swat-san, telah

patah menjadi dua! Pak Bok masih mencekal dua buah

ujung dari tongkat kayu li-salju itu. Cepat dia loncat ke

belakang, tapi secepat itu pula dari arah belakangnya

sudah terasa ada sambaran angin menyerang. Kali ini dia

akan memasang perangkap. Sengaja dia pura2 berlaku

kalah. Begitu tubuhnya diturunkan ke bawah, sekali incar,

dia timpukkan dua buah bonggol ujung tongkat tadi ke

arah lawan. Dua titik benda hitam melesat kearah Kong

Hiong.

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 103

Pdf Maker : Oz

Kong Hiong

tertawa ber-derai2,

sekali tombak

rantainya

dikibaskan, maka

terdengarlah angin

menderu hebat,

menampar jatuh

kedua bonggol

ujung tongkat itu.

Menggunakan

kesempatan selagi

lawan sibuk

menangkis

timpukannya tadi,

pak Bok hendak

menerjangnya. Tapi heran dia mengapa tiada terasa lawan

menggerakkan tenaga dalamnya untuk menghalau. Dia

curiga, dan buru2 hendak melangkah balik, tapi sudah

kasip. Segera dari muka terasa ada suatu daya penarik

yang luar biasa kuatnya. Terang lawan telah

menggerakkan tenaga "Kun-gwan-kang" untuk membetot

dia. Sudah tentu pak Bok sibuk bukan kepalang. Karena hal

itu berarti tarikan maut..........!

Pada puncak kegusarannya itu, terkilaslah suatu

keputusan pada pak Bok: "Dia sudah begini temberang dan

ganas, mengapa aku tak coba rebut kemenangan dalam

kekalahan........?" Secepat ia mengambil keputusan, segera

ia salurkan tenaga dalam "hian han keng" ke arah

tangannya untuk dipusatkan pada kedua jari telunjuk dan

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 104

Pdf Maker : Oz

tengah. Sekali bergerak, ia melesat maju, kedua

tangannya disodorkan untuk menotok jalan darah lawan.

Serangan ini dimaksud selagi musuh tak menduganya.

Persentasi-nya, tentu berhasil. Tapi alhasil, dia

kecewa...........

Sewaktu Oey Hiau kena totokan tempo hari, sebagai

ahli tahulah sudah Kong Hiong bahwa penotoknya pastilah

seorang ahli "thian-han-tiam-hiat" yang jempol. Siang2

Kong Hiong sudah bersiaga. Sesaat pak Bok mengunjuk

tanda2 hendak mengerahkan tenaga dalam itu, Kong Hiong

sudah dapat menduganya. Begitu pak Bok lompat

menyerang, Kong Hiong sudah bersiap. Tak mau dia

tersentuh dengan ilmu meremas tulang dari lawan yang

tiada tara kelihayannya itu, dengan lincahnya dia turunkan

tubuh untuk menghindar. Krak! Krakk!

Buru2 Kong Hiong berpaling kebelakang dan,

wahai.., dia bersorak kegirangan! Apakah gerangan yang

terjadi?

Kiranya sepasang jari tangan dari pak Bok itu

menotok sebuah pohon besar, menyusup masuk hingga

beberapa senti. Sedang pada saat itu tubuh pak Bok masih

berada di udara.

Sebagai ahli kekejaman, Kong Hiong tak mau sia2kan

kesempatan yang begitu bagus. Begitu tombak-rantai

disimpan, dia terus gerakkan sepasang tangannya untuk

menggempur. Gempuran itu disertai dengan kerahan

tenaga dalam dahsyat dan dimaksud untuk mendorong pak

Bok ke muka. Didahului oleh jeritan yang seram, sepasang

jari pak Bok menyusup masuk, terus sehingga sampai ke

batas lengannya. Setelah membuat lawan tak berdaya

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 105

Pdf Maker : Oz

begitu, Kong Hiong susuli pula dengan gempuran tenaga

dalam yang makin hebat. Ai, kasihan, mengenaskan!

Satu2nya ahli angkatan tua dari kaum Swat-san-pay yang

masih hidup, telah dibinasakan oleh penghianat Kong

Hiong secara keji sekali. Karena digempur hebat, maka

tubuhnya ter-putar2 mengelilingi pohon itu. Ketika rubuh,

tubuh itu sudah tak berlengan lagi, karena sepasang

lengannya telah putus dan masih menyusup di dalam

pohon. Demikian nasib pak Bok, seorang jago tua, yang

walaupun sudah cacad mata, tapi tetap hendak

melaksanakan pembalasan kepada orang yang telah

menghianati dan membinasakan saudara2 seperguruannya!

Setelah membinasakan pak Bok, Kong Hiong tertawa

dengan puasnya. Segera dia lepaskan sebuah pelor api

"hwat liu cee" (api pertandaan) ke udara, kemudian

ayunkan langkah menuju ke mulut gunung dengan

pesatnya. Kini dia mulai lakukan pengejaran pada Siu Sian.

Sementara itu keadaan Siu Sian dengan Hiat-ji

sekeluarnya dari gunung Hok-gu-san, mereka terus

menuju ke biara Ji-long-bio. Dalam pada itu, si Hiat-ji yang

cerdik sudah lantas menegurnya:

"Cici, mengapa kau tinggalkan suhu? Mengapa kau

tak mau membantunya tempur bangsat itu?"

"Dik, ketahuilah! Aku lakukan itu karena terpaksa!

Kitab pusaka kaum kita berada padaku. Kitab itu se-kali2

tak boleh jatuh ke tangan bangsat itu. Lain hari kita masih

ada kesempatan untuk menggempurnya. Tapi jika kita

turutkan nafsu, akibatnya kita tentu mati sia2 dan sakit

hati pasti takkan terbalas! Korban seorang dua orang jiwa

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 106

Pdf Maker : Oz

bukan soal. Pokok kita harus selamatkan kitab pusaka ini.

Dan ini menjadi tugas suci bagi kita........."

Kini Hiat-ji agak jelas akan seluk-beluk kehidupan

kaum persilatan. Sekalipun begitu, dia tetap masih gelisah

memikirkan keselamatan pak Bok. Mana dia tahu bahwa
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedudukan Siu Sian lebih besar dari dia! Hiat-ji masih

seorang kanak2, mana dia tahu ujung pangkalnya ilmu

persilatan. Lain halnya dengan Siu Sian, dara persilatan

yang dibesarkan dalam kalangan itu. Sekali bergebrak,

tahulah sudah dia bagaimana kekuatan sang ayah dengan

si bangsat. Jadi pesan ayahnya tadi merupakan pesan

terakhir, karena rasanya mereka bakal berpisah untuk se
lama2nya: Dengan air mata bercucuran, tangannya meraba

kitab yang berada di dalam bajunya seraya berkata

seorang diri:

"Kitab pusaka kaum kita, jika kau betul sakti,

lindungilah diriku berdua dan anjurkanlah supaya kitab

pusaka Thay-i-hian dapat muncul menjadi jodohmu. Kitab

pusaka, tegak rubuhnya kaum kita Swat-san-pay, hanya

tergantung padamu..........."

Kala Siu Sian mengucap doanya itu, Hiat-ji berdiri di

sampingnya. Sedikitpun dia tak mengerti apa yang

diucapkan oleh Siu Sian tentang "kitab pusaka, kitab Thay
i-hian, kaum perguruan Swat-san, dan sebagainya itu..."

Pada lain saat, Siu Sian menatap wajah Hiat-ji, katanya

dengan rawan:

"Kudoakan kau, dik, menjadi bintang harapan kaum

persilatan. Semoga kau mendapatkan jodoh guru yang tak

ter-duga2. Kiranya pesan ayah padamu itu pasti tak ter
sia2......"

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 107

Pdf Maker : Oz

Meskipun Hiat-ji berotak terang, tapi sedikitpun dia

tak mengerti akan urusan dunia persilatan. Untuk kedua

kalinya, Siu Sian mengulanginya memberi penjelasan, tapi

penjelasan itu sengaja ditekankan kepada pengertian agar

Hiat-ji mengetahui bahwa di dunia ini ada dua buah kitab

pusaka pelajaran ilmu silat. Dua buah kitab itu merupakan

sumber kepandaian ilmu silat yang tiada lawannya dalam

dunia persilatan. Hanya itu saja yang diterangkan, lain

tidak. Jadi Hiat-ji pun tetap gelap akan seluk-beluk dunia

persilatan.

Hari mulai malam, yang perlu mereka harus cari

tempat penginapan. Oleh karena kini mereka sudah tak

menyaru lagi sebagai pengemis, jadi gerak geriknya pun

agak tak leluasa. Tapi kalau menyaru lagi sebagai

pengemis, pun resikonya besar. Siu Sian pun cerdas, dia

hendak mencari penginapan di sebuah hotel besar saja.

Rencananya, untuk menyesatkan pengejaran musuh. Dan

nantinya kalau sudah melalui biara Ji-long-bio, ia akan

balik kembali. Siasat ini Siu Sian tiru sang ayah, ialah yang

disebut siasat "membuang bekas". Dengan siasat itu

pikirnya hendak lolos dari jaring musuh.

Tapi betapa cerdik siasat diatur, namun jaringan

Kong Hiong yang terdiri dari ribuan mata2 yang tersebar

luas di seluruh daerah, sangatlah rapatnya. Siasat "suara di

sini, orangnya di sana" tetap tak terlepas dari pendengaran

alat2 Kong Hiong itu.

Siu Sian menginap di hotel Li Jing. Tapi jejaknya itu

siang2 sudah diketahui oleh kaki tangan Kong Hiong. Dan

Siu Sian yang selalu waspada itupun tahu juga akan hal

itu. Ia membisiki Hiat-ji, bahwa diri mereka sudah

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 108

Pdf Maker : Oz

diketahui musuh dan bahwa rasanya sukarlah untuk

meloloskan diri. Sembarang saat bahaya bisa datang,

maka harus berlaku hati2.

"Tak nyana, maksud kita untuk menolongmu itu

berbalik mencelakai padamu. Rasanya kita takkan lolos

dari kematian." berkata pula Siu Sian dengan nada yang

berat.

"Biarlah aku mati, toh hidup hanya berarti

penderitaan bagiku. Harapan dan tugas yang ditimpahkan

padaku sedemikian beratnya, rasanya satupun tak ada

yang dapat kulaksanakan. Lebih lekas mati lebih aman

rasanya. Dan lagi, apabila kau tak menolongku mungkin

aku sudah mati dulu2..."

Kata2 Hiat-ji lekas2 diputus oleh Siu Sian yang

menghiburinya dengan bersemangat: "Asal ada setitik

harapan, kau harus tetap hidup, dik. Kecuall dalam

keadaan memaksa, akupun tak mau mati. Sakit hati yang

begitu besar bagai lautan, pekerjaan begitu banyak yang

harus kita kerjakan....."

"Akupun tak ingin mati. Tapi menurut keterangan cicl

tadi, rasanya kita sukar bisa hidup. Akh, dunia! Memang

kau tiada tempat bagi kaum jembel seperti kita ini....."

Siu Sian menghela napas panjang. Hiat-ji disuruh

tidur di kamar sebelah, sedang ia tetap duduk menghadapi

pelita. Air matanya bercucuran. Sampai di manakah

seorang anak perempuan dari belasan tahun umurnya, bisa

bertahan menghadapi percobaan hidup yang sedemikian

beratnya itu?! Tengah ia dalam keadaan begitu, tiba2 pintu

terbuka dan sesosok bayangan kecil masuk. Betapa

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 109

Pdf Maker : Oz

terkejutnya Siu Sian ketika diketahui bahwa yang datang

itu adalah Hiat-ji.

"Cici, kau menangis? Ibuku mengatakan, apabila ada

kesusahan, disuruh berunding dengan kyai Kelinci.......

Kyai Kelinci adalah sahabatku yang paling baik. Dan kau

adalah ciciku. Marilah, ci, kau bicarakan pada kyai

Kelinci."

Sembari berkata begitu, Hiat-ji sudah terus

mengeluarkan kyai Kelincinya yang kini hanya tinggal

kepalanya saja.

"Dia punya telinga, punya mulut, punya mata dan

punya hidung. Dia tentu dapat mendengarkan kata2mu dan

melihat kau menangis......... ci, kau peganglah!"

Siu Sian tahu bagaimana perasaan Hiat-ji akan

kyainya itu. Nampak Hiat-ji mengangsurkan benda itu

dengan sungguh2, terpaksalah Siu Sian menerimanya.

Airmatanya masih tetap bercucuran. Ketika ia hendak

mengucapkan kata2, Hiat-ji berjalan keluar untuk kembali

ke kamarnya sendiri. Mungkin dia sudah ngantuk.

Kini Siu Sian berada seorang diri. Kyai Kelincl yang

terletak di atas mejanya situ, nampak tertawa kepadanya.

Topi cong-goan (pembesar tinggi) yang menutupi

kepalanya hanya ketinggalan secarik saja. Mukanya penuh

bintik2 gempilan. Tapi biar bagaimana keadaannya, kyai itu

tetap merupakan benda kesayangan Hiat-ji.

Dipinjamkannya benda itu kepadanya, walaupun bersifat

ke-kanak2an, tapi terang keluar dari perasaannya yang

tulus ikhlas. Memikir tentang rasa kasih, teringatlah Siu

Sian akan ayahnya. Tanpa dapat dicegah lagi, air matanya

bercucuran dengan derasnya......

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 110

Pdf Maker : Oz

"Nona kecil, silahkan keluar! Kita berunding!" tiba2

Siu Sian dikejutkan oleh suatu suara. Buru2 kepala kelinci

itu disimpan dalam baju, dan ketika berpaling ke arah

suara tadi ternyata pada jendela situ tampak seorang

menonjolkan kepalanya sambil tertawa kecut! Dan orang

itu bukan lain adalah Biau Kong Hiong. Dengan munculnya

bangsat itu. teranglah sudah bahwa tentu sudah terjadi

apa2 pada ayahnya. Hati Siu Sian seperti di-sayat2

perihnya. Dalam kesedihannya itu, timbullah kemarahan

tekadnya. Betapapun jadinya, karena musuh sudah datang,

dia harus bertempur. Begitu bergerak, Siu Sian sudah

menerobos keluar dari jendela. Dengan perdengarkan

ketawanya yang sinis, Kong Hiong pun segera menyusul.

Bertempur dengan bangsat itu terang hanya mencari

kematian. Maka Siu Sian memikirkan rencana untuk lolos.

Tapi begitu teringat akan Hiat-ji, hatinya berduka sekali.

Dengan mengertak gigi, ia lari menghampiri sebuah hutan.

Sebelum lawan tiba, Siu Sian sudah akan melarikan diri,

tapi secepat itu Kong Hiong sudah menghadang dan

berkata:

"Nona kecil, jangan coba2 lari. Ketahuilah, bahwa kau

takkan dapat lolos juga. Mari kita berunding. Kau serahkan

kitab itu, dan kuberi kau jalan hidup!"

Hati Siu Sian tertusuk pedih. Memang kata2 bangsat

itu benar, asal ia mau menyerahkan kitab itu, jiwanya pun

tertolong. Tapi apabila kitab pusaka yang ke 13 itu sudah

berada di tangan si bangsat, tiada nanti ada orang yang

dapat menandinginya lagi. Pikirannya bekerja keras,

terombang-ambing dalam kebimbangan.

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 111

Pdf Maker : Oz

"Melindungi ilmu lebih berharga dari jiwa orang,

jangan sampai bangsat itu bisa mendapatkan kitab ini.

Untuk membalas sakit hati, lebih dahulu harus

menyelamatkan kitab pusaka ini....."

Itulah pesan terakhir dari sang ayah. Dan pesan itu

sesaat berkumandang jelas, Siu Sian telah memberikan

janjinya, tak mau ia menghianati. Serentak dia kertak gigi

berseru:

"Bangsat! Kau menghianati suhu, membasmi kaum

perguruan kita. Kelakuanmu itu lebih rendah dari anjing.

Kau hendak mendapatkan kitab itu? Jangan ngimpi!

Masakan kau tak tahu kalau kitab itu berada pada

ayahku.......?"

Kong Hiong tertawa mengejek, katanya:

"Bok buta. sudah binasa. Pada saat menarik napas

penghabisan dia mengatakan kalau kitab itu berada

padamu. Lebih jauh dia mengejek aku, katanya aku

menubruk bayangan kosong dengan mengira kitab itu ada
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

padanya! Ha, jadi kau masih mau membangkang?!"

Memang Siu Sian sudah menduga kalau

keterangannya tadi bakal tak terpercaya. Tapi ia memang

mau mengulur waktu untuk mencari jalan lolos. Maka demi

nampak si bangsat tertawa sambil mendongakkan

kepalanya, Siu Sian tak mau sia2kan kesempatan itu.

Begitu tangannya bergerak, ia tawurkan serangkum kim
jwan (senjata rahasia berbentuk seperti mata uang yang

dapat mengeluarkan api). Sembari berbuat begitu, ia terus

menyelinap ke samping hendak lolos!

Tapi Kong Hiong tadi sudah membuat persiapan. Dia

telah salurkan tenaga dalamnya untuk melindungi diri

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 112

Pdf Maker : Oz

terhadap sesuatu kemungkinan. Begitu orang melepas

senjata rahasia, begitu dia terus acungkan tangan sembari

kakinya berjengket, dan suatu tenaga sambaran yang

dahsyat terasa menderu. Han-kim-jwan, senjata rahasia

istimewa dari Swat-san-pay, dalam sekejap saja sudah

berhamburan tak berguna menjadi letikan api! Dan secepat

kilat, sesosok bayangan hitam melesat mengejar dan

mengirim serangan ke punggung Siu Sian.

Melihat dirinya terancam, dengan sigapnya Siu Sian

berpaling menghantamkan seruling kumalanya. Tapi Kong

Hiong terlalu tangguh untuk serangan begitu. Begitu

seruling menyambar datang, dia segera ulurkan tangannya

untuk menjepit. Seketika itu tangan dan kaki Siu Sian

terasa terpaku ke bumi, sedikitpun tak dapat digerakkan.

Kembali Kong Hiong perdengarkan tertawa dinginnya yang

terkenal itu, kemudian katanya:

"Nona cilik, sebenarnya aku masih punya kasihan

padamu. Tapi kau sendiri yang tak tahu diri. Seumur hidup,

aku paling benci kalau ditipu orang. Dan kau telah

melanggar pantanganku itu, Kalau kubiarkan kau hidup,

tentu aku bakal ditertawai orang......."

Habis mengucap, tangannya yang ganas segera

bekerja. Seketika itu Siu Sian rasakan punggungnya

kesemutan. Insyaflah ia, bahwa dirinya telah dicelakai

dengan "thian han sin ciang" pukulan sakti dari Swat-san
pay! Jadi teranglah, bahwa selembar jiwanya yang kecil itu

sudah dicabut oleh si bangsat.........

Jatuhlah Siu Sian tersungkur ke tanah. Tapi

pikirannya yang cerdas itu segera bekerja. Tangannya

merogoh ke dalam baju, pikirnya daripada jatuh ke tangan

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 113

Pdf Maker : Oz

si bangsat, kitab itu lebih baik dihancurkan saja. Tapi yang

pertama disentuhnya bukan kitab, melainkan kepala dari

kyai Kelinci. Hatinya lemas sayu...... Berpaling pula ke

belakang, di sana Kong Hiong sudah nampak mendatangi

rupanya hendak melanjutkan lagi kekejamannya. Dia tentu

akan paksa minta kitab itu atau tentu akan

membinasakannya. Siu Sian mengeluh napas, air matanya

mengucur deras, sesaat dia berseru: "Orang she Biau, aku

hendak bicara!"

Kong Hiong melengak, tapi serenta nampak wajah

Siu Sian pucat lesi. dia merasa aman.

"Katakanlah!" serunya dengan menganggukkan

kepala.

"Kitab pusaka Thian Han sin-coat ini adalah pusaka

terakhir dari Swat-san-pay. Kalau kuserahkan padamu,

berarti menyerahkan seluruh Swat-san-pay."

"Tidak salah!"

"Ketahuilah, kita kaum Swat-san-pay berpantang

menyerah!"

"Itupun benar!"

"Kini aku sudah menjadi mayat hidup, jiwaku sudah

menganggur dari pernapasanku. Memangnya, kitab pusaka

ini harus kuhancurkan, biar semua tak ada yang

mendapatkan!"

"Itu tiada jeleknya juga!"

"Tapi kitab pusaka Swat-san-pay ini adalah hasil jerih

payah dari leluhur perguruan kita! Aku tak dapat

menghancurkannya! Akh, kau yang mujur! Tapi, kau harus

biarkan aku mati dalam ketenangan. Disamping itu,

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 114

Pdf Maker : Oz

jenazahku biar dikubur oleh anak itu, jangan kau ganggu

padanya......"

"Akur!"

Seluruh perhatian Kong Hiong hanya tercurah pada

kitab pusaka itu. Memang dia mempunyai alasan untuk

berlaku demikian. Sekali kitab sudah berada di tangannya,

siapakah yang berani menentangnya? Ha, seorang anak

kecil yang tak kuat memotes leher ayam, bisa berbuat apa

padanya? Demikianlah dia serentak menyetujuinya.

Sebenarnya, kalau Siu Sian sampai mau

menyerahkan kitab itu adalah karena untuk keselamatan

Hiat-ji. Anak yang begitu muda usianya dan hidup

sebatang kara, bukan lagi sanak kadangnya. Kalau dia

(Hiat-ji) juga sampai turut binasa tanpa dosa, bukankah

penasaran sekali?! Sebetulnya ia dapat menghancurkan

kitab itu, toh paling banyak tubuhnya akan dicincang oleh

si bangsat. Namun hal itu sama artinya, karena toh kini

keadaannya sudah tinggal menunggu ajal saja. Kalau tadi

ia tak meraba kepala kyai Kelinci, tentu ia akan tetap

lakukan penghancuran kitab itu. Tapi kini, rencananya

berobah karena mengingat Hiat-ji. Apalagi toh tak berguna

ia melawan dengan kekerasan pada orang yang bukan

menjadi tandingannya. Dan disamping itu, dapatlah ia

melindungi jiwa dari seorang anak kecil. Dan itu berarti

masih ada setitik harapan.

Sebenarnya kalau ia mau berbuat begitu, urusan

menjadi beres. Jiwanya sendiripun tak sampai binasa. Tapi

karena ia taat akan peraturan Swat-san-pay dan sudah

pula berjanji kepada sang ayah, maka biarpun binasa ia

takkan mau menyerahkan. Hanya karena Hiat-ji

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 115

Pdf Maker : Oz

seoranglah, ia baru mau mengingkari janji. Karena

pikirnya, kalau anak itu ikut binasa, ludeslah seluruh

harapan untuk membalas sakit hati. Jadi dengan

perubahan rencana secara mendadak itu, ia dapat

menghidupkan sebuah exponen untuk menghancurkan

Kong Hiong!

Begitulah, dengan kehancuran hati dan siraman air

mata, Siu Sian memberikan kitab pusaka itu pada Kong

Hiong. Betapa girang Kong Hiong menerima pusaka itu,

sukar dilukiskan. Di-balik2nya beberapa lembar dan

puaslah dia. Karena nyata memang kitab itu adalah aseli

adanya. Setelah itu dia lalu perdengarkan ketawanya yang

terkenal, katanya:

"Nona cilik, kalau tadi2 kau serahkan, tentulah kau

takkan begini jadinya. Sayang sudah terlambat, kini kau

hanya tinggal tunggu saat untuk menyusul ayahmu saja."

Sesaat itu, di tegal hutan yang luas situ, segera

terdengar tawa yang panjang, dan sesosok bayangan

segera berkelebat menghilang. Siu Sian rasakan kepalanya

pening dan dadanya sesak karena ditekan oleh suatu

tenaga penggempur. Tahulah ia bahwa si bangsat Kong

Hiong itu telah melepaskan suara tawa yang mengandung

serangan tenaga dalam untuk menghancurkan dirinya.

Darahnya makin pelahan berdenyut, jiwanya sentak-sentik.

Dipandangnya kepala kyai Kelinci, katanya dengan senyum

tawar: "Kyai Kelinci, rupanya kau hanya mau melindungi

Hiat-ji! Karena kau, dulu kita telah menolong jiwa anak itu.

Dan kini, juga karena kau, maka kurobah rencanaku!

Kuyakin jiwa Hiat-ji pun pasti tetap terlindung...."

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 116

Pdf Maker : Oz

Sembari ber-kata2, Siu Sian paksakan diri untuk

bangun. Dengan menahan kesakitan hebat ia kembali ke

hotel. Malam itu, angin bertiup. Siu Sian rasakan sepasang

matanya dingin, namun dengan menggenggam kyai kelinci,

Siu Sian ber-ingsut2 menghampiri hotelnya. Karena sudah

larut malam, maka hotel tersebut pun sudah tutup.

Berulang kali dia meminta pintu, tapi pengurus hotel tak

mendengarnya. Atas pengunjukan seorang kacung kecil,

beruntung ia dapat masuk ke kamarnya melalui tembok.

Hal itu dapat menimbulkan kehebohan, namun ia terpaksa

berbuat begitu.

Keesokan harinya Hiat-ji masuk ke kamar Siu Sian

dan tampak keadaan cicinya begitu mengenaskan sekali.

Wajahnya putih seperti kertas, sedang tangannya masih

memegangi kepala kyai Kelinci. Hiat-ji terkejut, tapi segera

Siu Sian memberi tanda padanya supaya lekas

membereskan rekening hotel, kemudian berangkat lagi.

Hendak Hiat-ji mencegah, tapi Siu Sian mendesaknya.

Begitulah dengan menggelendot pada bahu Hiat-ji,

keduanya lalu teruskan perjalanannya. Tahu Hiat-ji bahwa

ada apa2 yang kurang beres pada Siu Sian, tapi dia tak

berani menanyakannya. Menjelang tengah hari, mereka

tiba di gunung Ho-gu-san pula. Karena sudah tak kuat lagi,

Siu Sian beristirahat di sebuah goa yang bersih. Begitu

berbaring, Siu Sian merasa agak lega. Kemudian

dituturkannya kejadian semalam itu. Begitu pula tentang

hubungan yang sebenarnya dari Biau Kong Hiong dengan

perguruan Swat-san-pay. Betapa pedih dan benci Hiat-ji,

setelah mengetahui riwayat dari si bangsat yang

berlumuran darah dosanya itu. Tapi sebaliknya, Siu Sian

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 117

Pdf Maker : Oz

tampak tertawa riang sambil mengusap kepala kyai Kelinci,

berkatalah ia:

"Kyai Kelinci menemani aku, sedang kau, dik,

pergilah cari sedikit air, aku sangat haus..........."

Dengan hati seperti di-iris2, Hiat-ji berbangkit untuk

mencari air. Tapi baru kakinya melangkah di ambang mulut

gua tiba2 Siu Sian meneriakinya:

"Adik, tak usahlah, aku sudah tak kuat lagi.

Berjanjilah padaku! Bila aku sudah meninggal, katakanlah

pada kiai Kelinci supaya dia memberi kesaksiannya bahwa

kau akan menuntutkan balas sakit hati klta........."

"Cici, kau takkan meninggal!

"Ya, dik, aku hanya menjagai kemungkinan

saja......."

Dengan ber-linang2 air mata, Hiat-ji berangkat

mencari air. Sampai di mulut gua, kembali seruan Hiat-ji

me-ngiang2 di telinga Siu Sian: "Cici, kiai Kelinci akan

menemani dan melindungimu, kau takkan meninggal..."

Siu Sian tersenyum, dua butir tetesan air mata

menitik keluar. Napasnya makin lemah, dan makin lemah,

untuk akhirnya berhentilah sang jantung berdenyut.

Seorang gadis kecil yang masih putih bersih dan lincah

cerdas, seorang lihiap (pendekar wanita) dari dunia

persilatan, telah mengakhiri hldupnya dalam sebuah goa

pegunungan. Hanya si kepala kyai kelinci dengan topi

kebesarannya itu saja yang masih selalu tampak

bersenyum. Hening sunyi di keliling tempat itu......

Setelah berhasil mendapat air, pulanglah Hiat-ji

dengan ber-gegas2. Di luar goa dia sudah ber-seru2

memanggil Siu Sian. Tapi demi masuk ke dalam dan

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 118

Pdf Maker : Oz

nampak keadaan yang menyedihkan dari Siu Sian, dia se
olah2 terpaku di tanah. Entah sampai berapa saat dia

berdiri seperti patung. Yang nyata, dia tak menangis,

karena air matanya sudah kering dibawa sang penderitaan.

Hiat-ji berlutut di samping jenazah Siu Sian, tangannya

masih mencekal tempat air.

Sesaat pula terdengarlah kata2 Hlat-ji berkumandang

memenuhi goa itu:

"Cici, kyai kelinci melindungimu... Ci, ini airnya.

Minumlah seteguk..... minumlah........."

Dengan tangan bergemetaran. porong air itu

dilewatkan ke mulut Siu Sian. Air menetes turun ke leher

Siu Sian. Dengan hati2 sekali, Hiat-ji pakai lengan bajunya

untuk menghapusnya bersih, lalu katanya:

"Cici..........kyai Kelinci melindunglmu....... ci,

tertawalah...... hanya........."

Mengucap sampai di situ, tiba2 Hiat-ji tertawa

keras... suaranya berkumandang menggetarkan goa itu:

"Ci, kau takkan mati,.....ya, kubilang,........kau takkan

mati......kenapa......... huk, huk........."

Pecahlah kini suara tangis Hiat-ji. Pe-lahan2 kyai

kelinci diambilnya, kemudian katanya seorang diri dengan

ter-bata2:

"Cici, kau menangis?......... butir airmata masih

mengembang di pelupuk! Jangan menangis ci.... kyai

Kelinci mengatakan tak boleh menangis... kau......

menatap mukaku......... kenapa......"

Tiba2 kyai Kelinci diangkatnya ke atas, dan

berkatalah Hiat-ji dengan nada ber-sungguh2: "Kyai

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 119

Pdf Maker : Oz

Kelinci! Biarlah kau menjadi saksi dari sumpahku ini. Aku

mau membalas sakit hati, sakit hati dari guruku......"

Entah karena arwahnya puas mendengar sumpah

Hiat-ji ini, atau entah karena soal lain, maka demi Hiat-ji

selesai mengucap sumpahnya itu, kalau tadi pelapuk mata

Siu Sian masih belum rapat, kini pe-lahan2 dapat meram

dengan rapatnya. Sementara mulutnya pun menyungging

senyum kepuasan!

Hiat-ji tengkurap ke bawah, didekapnya kyai Kelincl

dan menangislah dia meng-gerung2. Entah sampai berapa

lama suasana yang mengharukan itu berlangsung. Hanya

pada lain saat, tiba Hiat-ji berbangkit, dia teringat akan

pesan almarhum ibunya: "Kau harus keraskan hati untuk

hidup!" Memang benar, sekalipun hidup di dunia ini

baginya tiada berarti, tapi kenyataan dia masih hidup.

Apalagi dia telah bersumpah di hadapan kyai Kelinci untuk

menuntut balas. Bagaimana dia dapat melaksanakan

sumpahnya itu bila dia tak tabah untuk hidup?! Kembali

pengalaman pahit mengisi lembaran sejarah kehidupan

Hiat-ji.

Hiat-ji segera cari batu2 besar untuk menutup lubang

mulut goa. Setelah itu, dia tanam sebuah tanda peringatan

yang hanya diketahui oleh dia sendiri. Bagian sisa tubuh

kyai Kelinci yang sudah keropos itu, ditinggalkan di dekat

jenazah Siu Sian. Kemudian dengan membawa kepala kyai

Kelinci, dia tinggalkan tempat itu. Berat nian hatinya ketika

sang kaki melangkah.

Sepeninggalnya dari Hok-gu-san, haripun mulai

gelap. Angin malam terasa dingin. Sepeserpun Hiat-ji tak

membawanya. Ini salahnya sendiri! karna tidak tega, dia

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 120

Pdf Maker : Oz

sudah tak merogohi kantong baju Siu Sian. Padahal di situ

terdapat sejumlah uang yang lumayan banyaknya. Yang

dibawa hanyalah seruling kumala, Siu Sian. Hanya saja,

seruling itu tak dapat ditukarkan dengan makanan.

Begitulah hari itu dia keripuhan sekali. Karena

berjalan jauh, perutnya terasa lapar sekali. Untungnya dia

sudah biasa berperut kosong se-hari2nya, "Lebih baik

kujadi kajem lagi," demikian dia berkata seorang diri. Tapi

pada lain saat hatinya berontak. Bukanlah dia bersumpah

hendak menuntut balas? Ya, sumpah telah diucapkan, tapi

bagaimana hendak melaksanakannya?!

Memang sudah menjadi jalannya nasib, kebetulan

Hiatji pun menuju ke kota Lam-yang dan berjumpa dengan

sais tua itu, siapa karena melihat ciri2 Hiat-ji seperti yang

diterangkan oleh Seng Ho, lalu diajaknya ke Sin-ya.

Sedikitpun tak terlintas dalam pikiran Hiat-jl, bahwa di situ

dia bakal bertemu dengan paman Ngo, atau Seng Ho. Dan

yang paling membuatnya tak habis mengerti ialah

bahwasanya Seng Ho pun sedang menderita luka parah.

Dari satu ke lain kedukaan, membuat Hiat-ji makin

hancur hatinya. Saking tak tahan, sampan mulutnya

mengatakan bahwa biar bagaimana Seng Ho pasti takkan

mati. Tapi ini hanya curahan kalbu seorang anak kecil saja.

Kenyataanya, pada waktu itu keadaan Seng Ho sudah tak

punya harapan lagi. Dia kuat bertahan hidup sampai

sepuluhan hari itu, berkat mempunyai obat dewa. Sayang,

bekal obatnya itu tak cukup banyak.

Setelah mendengarkan kisah penuturan Hiat-ji, Seng

Ho makin berduka, katanya:

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 121

Pdf Maker : Oz

"Konon

kabarnya kitab

pusaka ke 13 dari

Swat-san-pay itu,

memuat ilmu silat

yang dapat

menjagoi dunia

persilatan. Dengan

memiliki yang 12

buah saja, bangsat

itu sudah dapat

malang-melintang di

kolong dunia tanpa

ada yang mampu

mengalahkan. Kini

dengan

mendapatkan kitab

yang ke 13 itu,

bangsat yang

berotak cerdas itu

pasti dalam waktu yang singkat saja, tentu dapat menepuk

dada. Ini......."

Adanya Seng Ho sampai dapat bertahan sepuluh hari

itu, karena dia jaga betul2 supaya pikiran dan jasmaninya

dapat beristirahat dengan tenang. Tapi kala dia memikirkan

kejayaan si bangsat, hatinya mendidih geram. Inilah

pantangan. Karena dengan begitu, denyut darahnya

menjadi panas deras, dan bengkaklah nadi lukanya!

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 122

Pdf Maker : Oz

Tiba2 dia menatap Hiat-ji kembali, katanya: "Nak,

kau . ........ tak punya senjata apa2.. ilmu silat sama

sekali kau tak mengerti..... mana bisa ......... "

Nampak wajah SengHo pucat pasi dan suaranya pun

terputus ter-sengal2, Hiat-ji bingung tak keruan. Buru2 dia

berlutut di samping pembaringan dan berkata dengan

separoh meratap :

"Paman......... kau ...... takkan tinggalkan aku.

sungguh ......... jangan tinggalkan aku."

Sakit Seng Ho makin merangsang, matanya mulai

ber-kunang2, telinganya ber-desing2 dan napasnya mulai

mengangsur keras. Sekalipun hatinya masih terang tapi
Dendam Kesumat Kaum Persilatan Bu Lim Ki Siu Karya Wen Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenggorokannya sudah terasa berat. Tiba2 terkilas sesuatu

pada pikirannya:

"Mungkin pada peta rahasia dari gunung Siao-sit-san

itu mengandung pusaka yang luar biasa," berpikir sampai

di sini dia mengumpulkan ingatannya akan kejadian2

dahulu, dan benaknya pun mulai ber-putar2, mengapa aku

harus tunggui anak ini! Mengapa dulu2 aku tak lekas

tinggalkan kota Siangyang saja dan baru setelah

berkenalan dengan anak itu aku ingat lagi untuk tinggalkan

Siangyang? Pak Bok telah tiada, putrinya pun sudah

meninggal. Tapi anak itu sungguh besar rejekinya hingga

dapat terus hidup sampai sekarang. Dan mengapa tak

kukatakan pada si sais tentang ayahku atau adikku, tetapi

menyebutkan dia sebagai keponakanku? Dan mengapa

akhirnya sais itu berhasil juga menemukannya! Mungkin di

situ terdapat karma, atau lebih tegas, memang sudah

suratan takdir. Peta rahasia telah dapat kutemukan, tapi

dalam keadan begini, rasanya hanya anak itu sajalah yang

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 123

Pdf Maker : Oz

dapat mencar pusaka itu! Dan kuyakin, pusaka itu tentu

menjadi alat pembasmi bangsat itu. Kalau tidak demikian,

mengapa jalannya begini ber-belit2.....

Disamping memikirkan segi positifnya, pun Seng Ho

memikirkan juga segi negatifnya. Bahwasanya karena anak

itu sedikitpun tak mempunyai kepandaian ilmu silat,

sekalipun pusaka itu dapat diketemukan_ yang kebanyakan

tentu sebuah senjata sakti atau gambar2 pelajaran ilmu

silat_ toh tiada gunanya sama sekali.... ah, mungkin juga

pusaka itu berupa zamrud mutu manikam dari jaman

dahulu yang harganya tiada takerannya..... Dan kalau hal

itu benar, dia betul2 kecewa di atas kecewa!

Tapi peta rahasia itu merupakan kesempatan yang

terakhir! Berhasil tidaknya tergantung atas peruntungan

anak itu. Begitu pula soal dapat tidaknya terlaksana

pembalasan sakit hati itu, tergantung akan dia. Tapi, ah,

baik benda itu merupakan senjata pusaka kah, gambar

pelajaran ilmusilat kah atau ratna mutu manikam kah, toh

kesemuanya itu bermanfaat bagi si anak...........

Seng Ho rasakan dirinya makin payah. Seluruh

tulang belulangnya lemas terkulai. Insyaflah dia bahwa

saat kematiannya sudah mendekat. Dalam detik2

peregangan jiwanya itu Seng Ho paksakan untuk

meninggalkan pesan:

"Kalau hendak melakukan...... pembalasan ...... lekas

pergi ............Siao-sit............"

Seorang pemuda yang berhati baja, dan berambekan

perwira telah mengakhiri hidupnya di sebuah hotel di Sin
ya. Di sampingnya Hiat-ji masih mendoa pada sang kyai

Kelinci: "Kyai, jangan biarkan paman meninggal........

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 124

Pdf Maker : Oz

kalau dia sampai meninggal, kawan hidupku hanya tinggal

kau separo badan...... "

Tiba2 dia dikejutkan oleh kata2 yang ter-putus2 dari

Seng Ho, kata2 pesan terakhirnya. Sebat dia berbangkit

untuk memeriksa pembaringan. Di situ ternyata tubuh

Seng Ho sudah lurus membujur. Kaki tangannya dingin,

mulut dan matanya sudah terkancing rapat.

"Paman......!" Hiat-ji menjerit. Tapi sang paman

sudah tiada dapat menyahut lagi. Dalam keheningan saat

itu, jelas masih berkumandang kata pesan terakhir dari

paman Ngo tadi! Darahnya tersirap. Ya, dia harus lakukan

pembalasan! Tapi......... bagaimana jalannja?!

Kepala kyai Kelinci yang masih digenggamnya itu

tampak tetap tertawa memandangnya. Dengan kertak gigi,

diangkatnya mainan itu ke atas mukanya sambil

menghadap ke arah jenazah Seng Ho, dia mendoa: "Kyai

Kelinci menjadi saksi di sini.........."

Doa sumpah Hiat-ji itu selalu ter-putus2 dengan

tangis sengguknya. Dan akhirnya dia menangis keras. Hal

itu telah membikin kaget orang2 yang menumpang dalam

hotel situ. Yang pertama-tama muncul ialah pak sais tua,

siapa setelah menyaksikan pemandangan yang

mengenaskan itu, lalu menghela napas kedukaan.........

Syukurnya, Seng Ho masih meninggalkan sejumlah uang.

Segera Hiat-ji suruh orang membelikan peti mati. Peti

jenazah Seng Ho diangkut ke sebuah biara di luar kota.

Meskipun ongkos penguburannya berjumlah besar, tapi

akhinya Hiat-ji dapat juga menyelesaikannya.

Setelah penguburan selesai, kini Hiat-ji mulai

memikirkan rencananya sendiri. Untuk melaksanakan cita2

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 125

Pdf Maker : Oz

pembalasan itu, tak tahu dia harus menuju ke mana.

Sesaat mengianglah kata2 Siu Sian: "Harus membalas sakit

hati!" Dan pada lain saat, berkumandang di telinganya

pesan terakhir dari Seng Ho itu: "Kalau mau lakukan

pembalasan, lekas pergi ke Siao-sit-san!"

Menilik bahwa dirinya toh sudah sebatang kara hidup

dalam kelana penderitaan, akhirnya dia mengambil

keputusan untuk pergi ke gunung Siao-sit-san sesuai

dengan petunjuk sang paman. Toh di sana, sama djuga,

dia bisa hidup dengan minta2. Tapi.. di mana letak

gunung itu? Memikir sampai di sini, dia ter-mangu2!

Pada saat itu tiba2 datanglah pak sais. Dia nasehati

dan ajak Hiat-ji kembali ke hotel untuk tinggal smalam

lagi. Hiat-ji pun menurut. Setibanya di dalam kamar, dia

kumpulkan beberapa benda peninggalan: seruling kumala,

kyai Kelinci, ikat pinggang Seng Ho dan beberapa potong

uang emas. Dari ikat pinggang itu dikeluarkannya selembar

peta, yang dari garis2nya merupakan suatu perjalanan

yang jauh sekali. Pada sepanjang garis itu, dituliskan nama

jalanannya dan malah terdapat juga keterangan tentang

mata anginnya. Akhir ujung dari garis2 itu ada setitik

bundaran merah yang bertuliskan namanya "Bu-cong-tong"

atau gua tak berujung. Di sampingnya terdapat sebaris

huruf2 kecil yang berbunyi demikian: "Tiada ujung, tiada

peristirahatan, tiada sebuah benda. Barangsiapa yang

melihatnya, akan mendapat pusaka berharga!"

Hiat-ji tak mengerti apa maksud kata2 itu, tapi se
olah2 kedengaran pula suara berkumandang: "lekas pergi

ke Siao-sit-san!" Hiat-ji tak mau berbanyak hati lagi.

Keputusannya: besok dia akan berangkat ke Siao-sit-san.

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 126

Pdf Maker : Oz

Dan untuk itu dia sudah mendapat kesanggupan dari pak

sais untuk menumpang keretanya. Demikianlah, setelah

mengemasi barang2nya itu, dia lalu masuk tidur.

Keesokan harinya, Hiat-ji berunding dengan pak sais.

Dengan memberikan sejumlah uang, pak sais suka

mengantarkannya ke kota Teng-hong. Karena menurut

keterangan yang diperolehnya, Siao-sit-san itu berada di

pegunungan Ko-san, dan gunung Ko-san itu berada di

wilayah Teng-hong. Hiat-ji hanya mengatakan dia mau

mengunjungi seorang pamannya yang bertempat tinggal di

Teng-hong. Pak sais tak mau menanyai lebih lanjut, karena

kasihan pada anak itu, maka diantarkannya dia kesana!

Demikianlah, kereta yang membawa Hiat-ji itu mulai

berjalan menuju ke Teng-hong. Nun di sana, gunung Siao
sit-san dari kota Teng-hong itu, se-akan2 tengah menanti

kedatangan Hiat-ji.

Hari itu cerah sekali. Se-olah2 mengatakan pada

Hiat-ji bahwa jalan hidupnya mulai bersinar. Habis gelap,

terbitlah terang! Perjalanan hari itu adalah langkah

pertama dari kejayaannya di kemudian hari!

Disepanjang perjalanan itu, sebenamya penuh

dengan pemandangan alam yang indah permai. Tapi bagi

Hiat-ji, pikirannya tak sempat menikmati kesemuanya itu.

Lubuk otaknya penuh diliputi cara bagaimana dia dapat

melaksanakan sumpah yang telah diucapkan di hadapan

pak Bok, Siu Sian dan Seng Ho. Menuntut balas,

membangunkan kejayaan Swat-san-pay. Ya, tugas yang

maha berat itu diletakkan pada bahu Hiat-ji. Seorang anak

kecil. Ah, dia berharap mudah2an di gunung Siao-sit-san

nanti dia berhasil dapat menemukan pusaka itu.

BU LIM KI SIU ? WEN LUNG

Aditya Indra Jaya & Awie Dermawan

KOLEKTOR E-BOOK 127

Pdf Maker : Oz

Dunia persilatan pada masa itu telah digenggam oleh

Biau Kong Hiong, si Setan Tanpa Bayangan, berkat dia

telah berhasil mendapatkan kitab pusaka ke 13 dari kaum

Swat-san-pay. Dia menyimarajalelai kaum persilatan

dengan keganasan dan kelalimannya.

Ah, mengapa dunia merelakan orang yang kejam

berangkara-murka?

Tidak! Hukum alam tetap berlaku! Soalnya hanya

lambat atau lekas. Tapi bagaimanapun juga, tetap saat2 itu

akan datang nanti. Ya, saat2 di mana si angkara itu akan

mendapatkan pembalasannya yang setimpal............

-TAMAT
Cara bagaimana Hiat-ji memperoleh pelajaran ilmu silat

dan menuntut balas?

Bacalah: PUSAKA ke 13

Satu buku tamat. Lebih seru dan tegang!

Pojokdukuh, 15 Juli 2019; 06:56 WIB


Sapta Siaga 04 Mencari Jejak Pendekar Kelana Sakti 6 Bidadari Kuil Candika Dewi Penyebar Maut V I I I

Cari Blog Ini