Ceritasilat Novel Online

Kisah Para Penggetar Langit 14

Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle Bagian 14



Ilmu yang sama sekali tidak mereka bayangkan sebelumnya.

Bagaimana mungkin pemuda ingusan itu mampu menggabungkan ilmu-ilmu dahsyat yang secara teori dan filsafat sangat berbeda? Bagaimana mungkin hasil gabungan itu dapat menjadi sedemikan luwesnya sehingga hampir-1419 hampir mereka melihat bahwa Cio San sedang menciptakan jurus yang sama sekali asing namun sekaligus juga akrab bagi mereka? Awalnya mereka mengira Cio San akan mati dibantai ribuan orang murid-murid mereka.

Tapi kini jelaslah di mata mereka Cio San lah yang membantai murid-murid mereka.

Sekali serang ia bisa mengalah kan, melumpuhkan, atau bahkan membunuh 10 sampai 20 orang.

Tinggal menunggu waktu saja sampai ribuan orang ini berhasil ia lumpuhkan semuanya! Para ciangbunjin dan tetua perguran ini heran.

Mengapa tenaga pemuda ingusan ini seperti tidak ada habis-habisnya? Pendekar manapun jika mengeluarkan tenaga sebesar itu, dalam puluhan jurus saja akan kelelahan.

Tapi Cio San tidak.

Tubuhnya bergerak cepat seperti kilat.

Deru debu dan percikan darah membuat malam berubah menjadi semakin kelam.

Teriakan orang yang terluka atau mati membuat jantung terasa dibetot keluar.1420 Ratusan tubuh yang bergelimpangan membuat orang bisa memuntahkan habis makanan yang ada di perutnya.

Bagaimana mungkin pemuda ingusan ini bisa melakukannya? Seumur hidup baru pertama kali ini mereka menyaksikan hal seperti ini! Bagaimana Cio San melakukan hal menakjubkan seperti itu? Mengeluarkan tenaga sebesar itu tanpa kelelahan sama sekali? Para Ciangbunjin dan tetua itu lupa atau mungkin tidak tahu, bahwa Cio San menguasai ilmu Menghisap Matahari.

Ilmu milik Ma-kauw itu membuatnya mampu menghisap tenaga dalam orang lain.

Hebatnya Cio San adalah ia mampu menggabungkan ilmu itu dengan ilmu lainnya.

Sehingga sambil melancarkan 18 Tapak Naga yang membutuhkan tenaga amat besar itu, ia sekaligus mampu juga melancarkan Ilmu Menghisap Matahari.

Sehingga orang yang diserangnya selain terhempas1421 oleh tenaga Cio San, tenaga dalam mereka pun terhisap pula! Itulah sebabnya kenapa mereka tidak bisa bangun lagi.

Seluruh tenaga dalam mereka terhisap hanya dalam satu serangan.

Dengan kemampuannya ini, Cio San tak akan pernah kehabisan tenaga, karena setiap tenaga yang ia keluarkan, selalu berhasil mendapatkan gantinya.

Dengan ilmu Tongkat Pemukul Anjing atau jurus Pedang Pendekar Kelana pun, ia berhasil melakukan hal yang sama.

Menggabungkannya dengan Ilmu Menghisap Matahari! Dapat dibayangkan betapa dahsyat tenaga yang mampu ia serap.

Jika ia mengeluarkan 5 bagian tenaga, ia mendapat 10 bagian tenaga sebagai gantinya.

Sehingga semakin bertempur, tenaganya bukan semakin habis malah semakin bertambah! Puluhan pedang menyambar kepalanya, ia hindari hanya dengan sebuah gerakan ringan.

Lalu dengan cepat ia menggerakan pedangnya.

Pedangnya ini menempel dengan amat dahsyat sehingga para penyerangnya ini merasa seakan-akan tangan mereka dilumuri oleh lem maha lengket!1422 Begitu mereka merasa tenaga dalam mereka terkuras habis, sudah tak ada waktu lagi untuk berbuat apapun, kecuali menanti serangan Cio San dengan pasrah.

Begitu serangan itu datang, mereka terlontar dengan amat jauh.

Entah pingsan.

Entah mati.

Tongkat dan pedang Cio San selalu bertukar posisi.

Kadang di kanan kadang di kiri.

Perubahan yang aneh ini semakin menambah daya serangnya.

Kadang ia malah melepas senjatanya itu di udara, melontar kan 18 Tapak naga atau Thay Kek Kun, lalu kemudian kembali menangkap senjatanya itu.

Begitu mengagumkannya sampai-sampai para penonton yang tidak berani ikut-ikutan dalam urusan berdecak penuh kekaguman.

Masing-masing dalam hati mengakui, Cio San adalah petarung terhebat yang pernah ada dalam sejarah umat manusia! Kao Ceng Lun yang saat itu memegang janjinya untuk terus menjaga Beng Liong hanya bisa melongo melihat betapa saktinya Cio San.

Beng Liong sendiri tak bergerak.

Ia telah mematikan seluruh indranya dan memusatkan pikiran untuk menyembuhkan luka-lukanya.

Ia tidak berani1423 berhenti.

Karena ia sebenarnya bisa membaca apa yang sedang terjadi.

Oleh karena itu ia berusaha keras untuk mematikan indranya.

Jika tidak, apabila pemusatan pikiran dan tenaganya buyar, ia akan mati sia-sia.

Jurus demi jurus telah berlalu.

Korban berjatuhan.

Belasan, puluhan, ratusan orang telah Cio San lumpuhkan.

Tukang cerita yang paling hebat bohongnya pun tidak akan sanggup membayangkan betapa dahsyat nya pertarungan ini.

Hampir dua jam pertempuran ini berlangsung, korban yang berjatuhan pun sudah tak terhitung.

Cio San sendiri pun tidak berhenti melawan.

Ia telah berkata bahwa saat ini ia tak akan memberi ampun kepada siapa pun.

Siapa yang menyerangnya akan dilawannya.

Pemandangan di Thay San begitu menyeram kan.

Tubuh manusia bergelimpangan dimana-mana.

Entah mereka sudah mati atau masih hidup.

Darah membanjir membasahi sepatu.1424 Mereka yang masih bertahan adalah mereka yang memiliki ilmu tinggi.

Atau memang mereka yang belum berani bergerak menyerang Cio San.

Cio San diam berdiri.

Yang mengurungnya masih ada beberapa puluh orang.

5 Pedang Bu-Tong Pai.

7 Pendekar Wanita Go-Bi Pai 11 Arahat Buddha Siau Lim Pai.

Puluhan orang dari perguran lain yang Cio San tidak kenal.

Puluhan orang yang benci atau memiliki dendam terhadap si otak besar.

Semua mencurahkan kepandaian dan kemampuan terbaik untuk menempurnya.

Cio San kini sendirian.

Sahabat-sahabat barunya kini sudah gugur semua.

Rasa kesetiakawanan mereka begitu mengagumkan sampai-sampai Cio San menetes kan air mata.

Padahal kenal pun baru sebentar.

Tapi nyawa sudah dikorbankan.1425 Kadang-kadang ketinggian budi manusia begitu mengagumkan sampai-sampai malaikat pun terkagum-kagum.

Tapi kadang kerendahan akhlak manusia begitu menjijikkan sampai iblis dan setan pun bergidik ketakutan.

Keadaan di gunung Thay San ini menggambar kan kedua hal ini.

Cio San tak tahu lagi ia berada di pemahaman yang mana.

Berada di jalur yang mana.

Batas antara pendekar, pengecut, pembunuh, dan korban sudah menjadi sedemikian kabur baginya.

Sekarang semua sunyi.

Alangkah berbedanya keadaannya dengan beberapa saat yang lalu yang bergema dan menggetar kan jiwa! Tapi kesunyian seperti ini malah lebih menggetarkan jiwa lagi.

Hawa kematian jauh lebih menakutkan saat dihadapi sendirian.

Itulah kenapa mengapa manusia menjadi lebih berani saat jumlah mereka banyak.

Dan menjadi pengecut saat ia sendirian.1426 Cio San melangkah maju.

Langkahnya perlahan dan hati-hati.

Entah tubuh siapa yang ia injak.

Entah mayat siapa yang ia langkahi.

Puluhan orang di hadapannya masih mengurungnya.

Dari ribuan menjadi puluhan.

Bisakah kau bayangkan pertempuran seperti apa yang baru saja terjadi? Ribuan orang yang menonton di pinggiran sudah sejak tadi meyakinkan diri mereka bahwa yang mereka lihat hanyalah khayalan belaka.

Karena jika tidak, selain terkencing-kencing ketakutan, tentu mereka pingsan karena terlalu takut.

Mereka ini kebanyakan kaum Kang-ouw yang tidak telalu tinggi ilmunya namun tertarik untuk melihat keramaian.

Ada juga dari mereka yang merupakan anggota Ma Kauw dan Kay Pang yang sudah diwanti-wanti Cio San untuk tidak ikut campur.

Seperti orang lain, mereka hanya bisa melongo melihat kehebatan ketua mereka.1427 Orang-orang ini menjadi saksi betapa dahsyat nya pertarungan ini.

Pertarungan yang merubah sejarah hidup manusia-manusia Kang-ouw.

Pertarungan ini akan dikenang sepanjang sejarah, sebagai pertarungan yang paling menakut kan, paling menyeramkan, namun juga paling mengagumkan dan paling tak terlupakan.

Belum pernah ada pemuda sesakti ini dalam sejarah kang-ouw.

Dan pemuda itu kini berjalan dengan perlahan menghampiri musuh-musuhnya.

Tak ada seorang pun dari musuhnya yang berani menghadapinya.

Kini mereka semua pun mundur teratur.

"Siapa yang tidak menyerangku, tak akan ku serang."

Kata Cio San. Ia kini berjalan semakin mendekat kepada para Ciangbunjin dan tetua-tetua dunia persilatan.
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sudahkah kalian lihat hasil dari kekejaman kalian sendiri?"

Tanyanya.

"Kau yang membunuh mereka, kenapa menyalahkan kami?"

Sahut Hong-taysu, tetua Siau Lim.1428

"Tapi kalian kan yang memerintahkan mereka bertarung? Tanpa kalian perintah, apa mereka mau saja mengantar nyawa?"

Tanya Cio San lagi. Memang, yang paling kejam dari sebuah perang bukanlah pertarungan, kematian, dan kehancuran. Yang paling kejam dari perang adalah manusia- manusia yang membiarkan perang itu terjadi.

"Tanpa kau membuat onar, masakah kami akan memerintahkan mereka untuk menghancurkanmu?"

Kali ini Lau-ciangbunjin yang bicara.

"Mana bukti bahwa aku adalah pembuat onar?"

"Pertarungan ini buktinya. Di kolong langit ini, mana ada orang punya ilmu sehebat engkau tanpa memiliki kitab sakti Tat-mo Cowsu?"

Kata Bi Goat- nikow.

"Memangnya ilmu silat itu hanya bisa dipelajari dari kitab sialan itu?"

Kata Cio San memaki.

"Sudahlah tidak perlu banyak omong. Kenapa bukan kalian saja yang maju? Apa kalian takut?"

Kata takut adalah kata yang sangat diharamkan di kalangan Bu-lim. Kau boleh menyebut seseorang bodoh, tolol, dungu, buruk rupa, atau pikun. Tapi kau tak boleh menyebutnya penakut.1429

"Siapa yang takut?!!"

Serentak para tetua itu bangkit dan menyerangnya.

Hong-taysu dari Siau Lim Pai dengan Ilmu Cakar Macannya.

Lau-ciangbunjin dengan Thay Kek Kun tingkat tingginya.

Bi Goat nikow dengan Ilmu Naga Menantang Angkasa ciptaan leluhur Kwee Siang, sang pendiri Go- Bi Pai.

Ketua Sung Law, ciangbunjin terbaru dari Kun Lun Pai dengan pedangnya yang menggetarkan sukma.

Ada beberapa orang lagi yang Cio San tidak kenal namanya, namun ilmunya mengagumkan.

Kini semua menyerangnya.

Cakar Hong Taysu langsung mengincar jantung nya, telapak Lau-ciangbunjin mengincar perutnya, jari sakti Bi Goat nikow mengincar kedua matanya.

Pedang Sung Law mengincar lehernya.

Telapak, tinju, dan tendangan sakti mereka yang lain mengincar seluruh titik berbahaya di tubuhnya.

Cio San memutuskan untuk menyerang mereka yang tidak ternama lebih dulu.

Mereka ini ilmunya1430 lebih rendah, serangannya lebih lambat, dan tenaganya lebih kecil daripada para ciangbunjin dan tetua seperti Hong-taysu, Lua-ciangbunjin, atau Bi Got nikow.

Gerakan Cio San sungguh sukar diikuti dengan mata.

Dalam sekelebatan, 5 orang yang diincarnya telah berhasil ia lumpuhkan.

Ia menghisap tenaga mereka dengan ilmu Menghisap Matahari, lalu mengendalikan tenaga-tenaga itu dengan Thay Kek Kun, kemudian menyalurkannya melalui 18 Tapak Naga, bisa dibayangkan bagaimana pertaempuran itu berlangsung.

Pertama, Cio San bergerak ke arah salah seorang penyerangnya.

Dengan menggunakan Thay kek Kun, serangan orang itu berhasil ia ubah arahnya.

Si penyerang itu sendiri kaget ketika serangannya kini berubah arah menuju salah seorang kawannya.

Kawannya begitu melihat serangan ini datang langsung serta merta menerimanya dengan tangkisan.

Salahnya, ia tidak tahu bahwa ilmu Menghisap matahari Cio San akan membuat tangannya lengket melekat dengan kuat ke tangan kawannya yang tadi menyerangnya.1431 Begitu kedua orang ini lengket, dengan mudah Cio San mengendalikan mereka dengan menggunakan Thay Kek Kun, sehingga kini kedua orang yang lengannya lengket itu seperti berubah menjadi tongkat raksasa.

Dengan senjata itu Cio San dengan mudah melumpuhkan 3 orang lain yang menyerangnya secara bersamaan.

Ketiga orang itu malah ikut lengket juga.

Dalam satu gerakan sederhana, Cio San melumpuhkan 5 orang sekaligus.

Menghalau serangan mereka, menyerap tenaga mereka, dan menggunakan mereka sebagai senjata.

Kejadian ini diutarakan begitu gampang, mudah, dan sederhana.

Pada kenyataannya melakukan hal demikin hampir mustahil karena ketepatan, kecepatan berpikir dan kecepatan bergerak harus benar-benar berada pada puncaknya.

Yang lebih menakjubkan lagi adalah kenyataan bahwa semua kejadian yang tertulis ini terjadi hanya dalam sekedipan mata! Lalu ketika kelima orang ini sudah lengket menjadi satu, kekuatan tenaga dalam mereka tersedot dengan sedemikian cepat, kini nyawa mereka terancam pula saat melontarkan mereka ke udara.1432 Tujuan Cio San adalah supaya tubuh mereka yang tak berdaya itu selamat ditangkap oleh para tetua lain.

Nyatanya, para tetua ini tidak memperdulikan mereka dan malah meneruskan menyerang Cio San! Betapa licik dan jahatnya orang terhormat itu sebenarnya! Dengan marah, Cio San menggunakan tenaga yang tadi ia serap yang menyalurkannya kepada kedua tangannya.

18 tapak naga jurus pertama.

"Naga Menggerung Menyesal!"

Teriaknya.

Cahaya putih yang keluar dari tangannya membentuk gelombak angin deras yang bergerak bagai liukan naga menghujam menghantam ketiga orang tetua perguruan utama itu.

Tapi mereka bukan pendekar-pendekar keroco yang tadi dihajar Cio San.

Mereka adalah ketua adalah perguruan silat paling utama di Tionggoan.

Bahkan mungkin paling utama di dunia! Menerima serangan itu, mereka berkelit dengan mudah.

Pengalaman, pemahaman, dan pengetahuan mereka tentang pertarungan jauh lebih matang daripada Cio San.1433 Sedahsyat apapun 18 Tapak Naga, jika mampu menghindarinya, tentu saja tak akan melukai.

Dan itulah rahasia dalam menghadapi 18 Tapak Naga.

Jangan dihadapi langsung dengan tenaga juga, tetapi harus dihindari lalu cari celah kosong untuk menyerang! Begitu 18 Tapak Naga dikeluarkan, ada celah sepersekian detik yang bisa dimanfaatkan.

Karena orang yang mengeluarkan ilmu itu memerlukan tenaga dan kekuatan yang besar, sehingga untuk mengisi ulang tenaga itu diperlukan waktu sepesekian detik.

Sepersekian detik adalah waktu yang sangat- sangat pendek.

Namun bagi ahli silat utama, waktu seperti ini sudah cukup.

Serangan mereka masuk dengan telak! Tubuh Cio San terjengkang ke belakang! Melihat serangan ini berhasil, dengan amat sangat cepat mereka sudah melakukan serangan berikutnya bahkan sebelum tubuh Cio San menyentuh tanah!1434 Serangan berikutnya berupa tendangan sakti yang amat sangat berbahaya.

Ketiga tendangan itu menghantam pinggang, perut dan dada Cio San! Cio san saja yang sudah mampu bergerak secepat kilat, tidak mampu menangkis serangan itu.

Bisa dibayangkan betapa cepat dan dahsyatnya serangan dari ketiga tetua ini.

Sebelum menyentuh tanah, tubuh Cio San sudah terhempas lagi oleh serangan yang kedua ini.

Ternyata ketiga tetua ini memang telah menciptakan jurus gabungan maha sakti yang begitu dahsyat.

Sekali lagi mereka bergerak! Tubuh Cio San kini telah melayang ke arah jurang.

Serangan yang kedua itu saking mengerikannya sampai-sampai menghempaskan tubuhnya jauh ke arah jurang.

Semua penonton yang menyaksikan peristiwa itu berteriak ngeri saat melihat tubuh Cio San begitu dekat dengan jurang.

Ia sudah tak berdaya karena tak ada satu pun yang bisa dipijaknya untuk berpegangan.

Dan serangan yang ketiga tiba! Dengan menggabungkan kekuatannya ketiga orang ini melancarkan jurus telapak pamungkas yang1435 sinarnya menyilaukan mata.

Sinar ini jauh lebih menyilaukan daripada sinar yang dihasilkan oleh 18 Tapak Naga jurus pertama.

Itu berarti gabungan tenaga dalam ketiga orang ini jauh lebih kuat daripada tenaga dalam Cio san.

Kecepatan ketiga orang ini diatas Cio san, dan pengalaman ketiga orang ini diatas Cio San.

Pendekar muda itu dengan pasrah menerima jurus gabungan ketiga orang ini! Ia hanya bisa menerima serangan itu dengan dadanya, karena tangannya masih kalah cepat dengan gabungan kecapatan ketiga tetua tadi.

Saat mereka bergerak sendiri-sendiri, kecepatan mereka memang kalah dengan Cio San.

Tapi saat mereka menggabungkan tenaga dan merapal jurus gabungan, maka Cio San tak mampu berkutik.

Dadanya menerima hujaman ketiga telapak itu.

"Kraaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkk!"

Terdengar bunyi tulang patah yang jauh lebih keras daripada suara pohon besar yang tumbang.1436 Herannya, bukan Cio San saja yang terhempas ke jurang. Tapi ketiga penyerangnya pun ikut terhempas ke jurang juga bersamanya! "Aaaaaaaaaaaaa"

Ketiga tetua ini sendiri tak percaya mereka ikut terhempas ke jurang! Semua penonton segera berlari ke bibir jurang untuk melihat apa yang terjadi.

Keempat orang itu menghilang ke dalam kegelapan jurang.

Jurang yang begitu dalam, gelap, dan seperti tak berujung.

Teriakan "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

Itu semakin lama semakin mengecil, lalu menghilang dan tak terdengar lagi.

Suma Sun hanya bisa menteskan airmata melihat pengorbanan sahabatnya itu.

Kao Ceng Lun diam membisu tak sanggup berkata apa-apa.

Para anggota Ma Kauw dan Kay Pang menangis sesenggukan.1437 Semua pendekar yang tersisa dari pertarungan dahsyat malam ini tak pernah menyangka akhir dari kisah pertarungan ini.

Perang memang tak menghasilkan apa-apa selain air mata.1438 Bab 70 Pendekar Yang Sejati Semua orang berdiri di ujung tebing jurang itu.

Tak ada seorang pun yang berani mengeluarkan kata-kata.

Pertarungan para naga yang berakhir tak terduga.

Perasaan campur aduk pasti akan muncul di hati manusia yang menyaksikan kejadian di puncak Thay San ini.

Kagum, takut, sedih, marah dan entah apa lagi.

Peristiwa yang berlangsung sedemikian cepat namun terasa begitu lama.
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagaikan bintang jatuh.

Bercahaya menyilaukan, namun kemudian hilang tak membekas.

Berapa ribu orang yang mati saat ini? Berapa banyak tubuh terkapar tak bernyawa yang ada di tempat ini? Berapa tinggi banjir darah yang menggenang membasahi alas kaki?1439 Berapa banyak nyawa terbuang? Berapa banyak jiwa terhempas? Berapa banyak air mata tertumpahkan? Kadang-kadang manusia berperang untuk alasan yang tidak jelas sama sekali.

Kadang-kadang mereka bahkan saling membunuh tanpa membutuh kan alasan.

Kebencian, seperti cinta, kadang memang tidak memerlukan alasan.

Demi cinta orang rela membunuh.

Karena kebencian pula orang berani membunuh.

Lalu apa beda cinta dan kebencian? Suma Sun hanya duduk bersila.

Air matanya menetes tak terbendung.

Walaupun berat menerima kenyataan ini, ia telah rela.

Dan ia telah mengerti.

Sahabat terbaiknya itu memutuskan untuk mengorbankan dirinya, demi mengakhiri semua ini.

Mengakhiri semua kebencian ini.

Mengakhiri semua rasa haus dan lapar akan kekuasaan.

Cio San telah mengetahui siapa otak besar di balik semua kejadian ini.

Pastilah salah satu diantara ketiga orang yang terjatuh dengannya ke dalam1440 jurang.

Atau bisa juga ketiga-tiganya adalah otak besar yang sebenarnya.

Suma Sun pun paham bahwa Cio San tidak melihat pada jalan lain selain mengorbankan dirinya.

Toh jika ia menang dan berhasil membunuh si otak besar, fitnah terhadap dirinya tak akan terhapuskan.

Akan masih banyak orang yang percaya bahwa Cio San adalah si otak besar.

Oleh sebab itu akan terjadi banyak juga pembalasan dendam.

Akan ada banyak orang yang mencari dirinya, yang dendam atas perbuatannya, dan yang ingin membalaskan sakit hatinya.

Cio San telah menjadi musuh semua orang.

Dikarenakan fitnah yang keji! Dari segala sisi manapun, tak ada jalan keluar terbaik kecuali mengorbankan dirinya.

Walaupun ia memenangkan pertempuran secara jasad, Cio San akan tetap kalah dalam bertempur secara akal.

Si otak besar telah mengalahkannya dalam hal ini.

Oleh sebab itu Cio San memilih untuk mati bersama-sama dengan musuhnya.

Tak ada lagi ada si otak besar.

Dan tak akan ada lagi fitnah atas namanya.

Semua berakhir saat itu, detik itu ketika mereka berempat jatuh ke jurang itu.1441 Suma Sun yakin, kemungkinan besar otak dari segala otak kejadian keji yang terjadi di dunia Kang- ouw itu pastilah perbuatan ketiga orang itu.

Hong- taysu dari Siau Lim Pai, Lau-caingbunjin dari Bu-Tong Pai, dan Bi Goat Nikow dari Go-Bi Pai.

Dua kejadian berdarah dari masa lalu Cio San terjadi berhubungan dengan Go-Bi Pai, dan Bu-Tong Pai.

Orang tua Cio San melarikan diri dari Go-Bi Pai lalu meninggal di perjalanan.

Mereka pasti menghindari sesuatu atau seseorang di Go-Bi Pai.

Guru Cio San, Tan Hoat pun meninggal di puncak gunung Bu-Tong san.

Entah takdir apa yang melekat pada diri sahabat baiknya itu.

Entah rahasia apa yang tersimpan di dalam hidupnya yang singkat namun mengagumkan itu.

Tak ada seorang pun yang tahu.

Dalam hati, Suma Sun bertekad untuk mengungkapkan semua rahasia dan teka-teki ini.

Ia berhutang nyawa pada sahabatnya itu.

Tanpa berhutang nyawa pun, ia akan melakukannya.

Karena Cio San adalah sahabatnya.

Kata sahabat saja sudah cukup bagi seseorang untuk mengorbankan jiwa raganya.

Malam perlahan pergi.1442 Meninggalkan kegelapan dunia untuk sementara.

Matahari perlahan muncul untuk menyinari bumi.

Cahaya dan kegelapan datang silih berganti dalam kehidupan manusia.

Tak ada manusia yang bahagia sepenuhnya.

Seperti juga tak ada manusia yang bersedih sepenuh nya.

Tangis dan tawa datang silih berganti, bahkan disebabkan oleh alasan yang sama.

Pagi menjelang.

Tubuh-tubuh yang bergelimpangan itu satu persatu bergerak.

Ternyata mereka tidak mati.

Cio San berbaik hati untuk tidak mengambil nyawa mereka seluruhnya.

Siapa yang menyerangnya dengan kejam akan mati mengenaskan.

Siapa yang tidak sepenuh hati menyerangnya akan terselamat kan.

Walaupun banyak yang cedera parah, banyak yang anggota tubuhnya terbabat putus, banyak yang silatnya musnah, setidaknya Cio San masih punya hati.1443 Cio San memang manusia yang punya hati.

Sekeji atau sekejam apapun perbuatan orang kepadanya, ia tetap berpegang pada perbuatan gagah.

Hari ini semua orang mengakuinya.

Dengan segala kemampuannya, Cio San dapat membunuh mereka semua.

Tapi itu tidak dilakukannya.

Hanya orang yang benar-benar menyerangnya secara membabi buta yang dibunuhnya.

Itupun karena keadaan terpaksa.

Hari ini semua orang mengakuinya, bahwa ia pantas mendapat sebutan ?Kuncu? (Pendekar Sejati).

Entah tuduhan terhadap dirinya salah atau benar, Cio San telah membuktikan bahwa ia memang adalah seorang Kuncu.

Beng Liong akhirnya bangkit.

Segala lukanya telah pulih.

Kekuatannya telah kembali.

Kao Ceng Lun telah menceritakan segala hal yang terjadi kepadanya.

Air matanya pun menetesi pipinya.

Sebenarnya para petarung sejati itu teramat sering menangis.

Karena kekuatan tubuh mereka1444 sebenarnya adalah untuk menutupi kelembutan hati mereka.

Beng Liong berjalan ke tepi jurang.

Masih banyak orang yang duduk di sana.

Walaupun sinar matahari telah menerangi bumi, gelapnya jurang itu masih saja menakutkan.

Ia kehilangan banyak sekali dalam kejadian semalam.

Sahabatnya.

Gurunya.

Teman-teman seperguruan.

Kenalan.

Saudara.

Ia hanya bisa tertunduk lesu.

Berdiri di pinggiran jurang sambil menatap jauh ke dalam lubang bumi yang gelap itu.

Tiba-tiba terdengar seseorang berkata.

"Menurut peraturan, apapun yang terjadi, perebutan Bu-lim Beng-Cu harus tetap dilaksanakan. Berapapun jumlah orang yang datang, kejadian apapun, acara ini harus tetap berlangsung."1445 Beng Liong serasa tercekat. Begitu penting kah urusan Bu-lim Beng-Cu ini? Padahal kejadian yang jauh lebih dahsyat baru saja terjadi, tapi orang sudah segera lupa dan kembali ingin membuat pertarungan. Apakah hidup manusia adalah pertarungan itu sendiri? Setiap pemilihan, selalu ada sejenis panitia yang ditugaskan mengurus keperluan acara ini. Mereka telah disumpah untuk berlaku adil, dan tidak turut serta dalam pertarungan. Biasanya berisi tetua-tetua perguruan yang sudah melakukan Upacara Cuci Tangan dari dunia persilatan.

"Yang ingin ikut, silahkan mendaftar"

Kata salah seorang tetua.

Ada beberapa orang yang maju.

Beng Liong kenal siapa mereka.

Ia melihat ada yg tulus.

Ia melihat ada juga yang mencoba mengguna kan kesempatan baik ini untuk menjadi Beng-Cu.1446 Di saat hampir semua pendekar besar terluka atau mati dalam pertarungan tadi, inilah kesempatan terbaik untuk merebut posisi Bu-lim Beng-Cu.

Ketua dunia persilatan! Siapa yang tidak tertarik kepada gelar itu? Bahkan orang yang tidak bisa silat pun ingin mendapatkan gelar itu.
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gelar yang posisinya hampir sama dengan posisi kaisar sendiri.

Beng Liong maju.

Ia mendaftarkan dirinya.

Ia tidak rela posisi yang begitu terhormat itu jatuh ke tangan orang yang tidak pantas menerimanya.

Ada Suma Sun, tapi dewa pedang itu telah kehilangan seluruh kemampuannya.

Ada Kim-tayhiap, tapi dewa pedang itu sudah mengumumkan pengunduran dirinya.

Ada beberapa pendekar besar yang ia kenal yang maju mendaftarkan diri mereka pula.

Tapi ketulusan dan keluhuran mereka masih disangsikan oleh Beng Liong.1447 Akhirnya ia maju.

Jika Cio San masih ada, pasti sahabatnya itu akan memintanya untuk maju.

Yang tersisa sekarang adalah para pesilat- pesilat dunia hitam yang memanfaatkan kesempatan baik ini untuk merebut posisi Beng-Cu.

Beng Liong tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.

Ia tak mampu membayangkan jika dunia persilatan kacau balau dipimpin oleh mereka.

Segera para pendaftar mulai mendaftarkan diri.

Begitu pendaftaran ditutup tepat tengah hari, sudah ada 138 orang yang mencalonkan dirinya.

"Pertandingan akan di adakan tepat satu jam dari sekarang. Diadakan di puncak tertinggi Thay San. Para hoohan (orang gagah) sekalian pasti tahu tempatnya. Silahkan bergegas ke sana. Siapa yang terlambat, namanya akan dicoret."

Begitu kata-kata diumumkan, semua orang lalu berkelebat ke tempat itu.

Dibutuhkan waktu beberapa lama untuk bisa sampai ke puncak Thay San.

Oleh sebab itu masing-masing peserta harus mengandalkan ginkangnya agar tidak sampai terlambat sampai di sana.1448 Akhirlah sampai juga para peserta di puncak Thay san.

Pemandangan di sana sangat indah.

Dunia terasa begitu kecil di lihat dari puncak gunung.

Mungkin itulah sebabnya banyak orang suka menyepi ke pegunungan.

Untuk sekedar melepaskan diri dari kungkungan dunia yang membuat hidupnya serasa kerdil.

Di puncak gunung, manusia akan lebih merasakan kemanusiaannya.

Di sini pula, orang bisa merasakan hakikat kehidupan jika mau sedikit merenung dan berpikir.

Pantas saja perebutan Bu-lim Beng-Cu diadakan di sini.

Kini mereka semua berada di halaman sebuah Kuil yang sangat luas.

Begitu luasnya sampai-sampai pintu bangunan utama tidak dapat terlihat dari pintu gerbang.

Para petarung telah tiba.

Para penonton pun telah tiba.

"Pertarungan akan diadakan berbarengan sekaligus. Silahkan 138 peserta maju ke depan!"

Mereka semua maju.1449 Peraturan pertempuran adalah seluruh peserta bertarung di satu tempat secara bersamaan.

Lalu salah satu tetua yang mengurus pertandingan membacakan hasil undian.

Beng Liong mendapatkan lawan seorang dari kaum Liok Lim bernama Su Pang To.

Dia ini adalah raja golok yang menguasai daerah Kanton.

"Silahkan"

Kata Beng Liong sambil menjura.

Tanpa basa basi lagi Su Pang To menggerakan goloknya.

Tidak percuma ia dijuluki Raja Golok Dari Selatan.

Gerakannya penuh tenaga, cepat, dan ganas.

Beng Liong menghadapinya dengan pedang.

Tangannya bergerak melepaskan pedang dari sarungnya.

Ilmu Pedang Thay Kek.

Sebuah ilmu pedang sempurna yang dibawakan oleh pesilat dengan bakat sempurna.

Kata orang tidak ada ilmu silat yang sempurna di dunia ini.

Orang itu pasti belum melihat Beng Liong.1450 Gerakannya terlihat lambat dan perlahan.

Ketika golok Su Pang To datang, semua orang menyangka golok itu akan membabat putus leher Beng Liong.

Tapi dengan sebuah gerakan sempurna, golok itu lewat begitu saja dihadapannya, dan pedang nya sudah mengancung ke depan.

Tidak ada waktu bagi Su Pang To untuk menghentikan gerakannya.

Karena tidak mungkin baginya untuk berhenti secara tiba-tiba saat bergerak maju secepat itu.

Tahu-tahu pedang Beng Liong telah mengarah ke dadanya.

Untunglah Beng Liong tidak pernah mau membunuh orang.

Ia lalu menarik pedangnya.

Dalam sekejap mata, pedang itu telah kembali berada di sarungnya, secepat ketika pedang itu pertama kali ia cabut.

Melihat Beng Liong telah memasukkan pedang nya ke sarung, bukannya bersyukur bahwa Beng Liong telah mengasihaninya, Su Pang To malah melihat ini sebagai kesempatan besar.

Sebuah sabetan ia lancarkan untuk membabat pinggang Beng Liong.1451 Melihat ini Beng Liong tidak kaget dan tidak pula heran.

Ia telah sering menghadapi orang-orang seperti ini.

Malahan ia telah menduga Su Pang To akan berlaku curang seperti ini.

Tebasan golok itu ditangkisnya tanpa mengeluarkan pedang dari sarungnya.

Lalu dengan sebuah gerakan lembut khas Thay Kek Kun, telapak tangan kirinya telah memutar pergelangan tangan Su Pang To yang memegang golok.

Hasilnya adalah Su Pang To merasakan ada sebuah gelombang tenaga aneh dalam dirinya sendiri yang membuat gerakan tubuhnya serasa dipelintir.

Tubuhnya berjumpalitan tak keruan seperti ada gelombang besar yang menghempaskannya.

Inilah kehebatan Thay Kek Kun yang mampu menggunakan besarnya tenaga lawan untuk menyerang sang lawan itu sendiri.

Begitu si Raja Golok Dari Selatan ini berputar tak karuan di udara, Beng Liong melompat tinggi dan melakukan sebuah tendangan.

Gerakan ini juga terlihat sangat lambat dan tak bertenaga.

Tapi akibatnya adalah Su Pang To terlempar bertombak-tombak jauhnya dengan tulang patah-patah.1452 Pergelangan tangannya yang tadi diserang oleh Thay Kek Kun-nya Beng Liong sejak saat ini sampai selamanya tak akan bisa ia gunakan lagi.

Ia hanya bisa merintih kesakitan.

Karena kasihan, Beng Liong menghampirinya.

"Tuan, silahkan makan pil ini. Mudah-mudahan bisa mengurangi sakit dan bisa segera menyembuhkan luka tuan"

Pil Akar Bumi adalah salah satu obat mujarab ciptaan Thio Sam Hong yang khasiatnya tidak diragukan lagi.

Resep pembuatan pil ini adalah salah satu dari berbagai macam rahasia Bu-Tong Pai yang dijaga ketat, dan tidak pernah diajarkan kepada orang luar Bu-Tong Pai.

Dengan wajah cemberut sambil meringis menahan sakit, Su Pang To menerima dan menelan obat itu.

"Terima kasih telah mengalah."

Kata Beng Liong sambil menjura. Lalu ia melangkah pergi. Menghadapi manusia angkuh macam Su Pang To, Beng Liong hanya tersenyum. Mengakui kekalahan bukanlah hal yang mudah bagi orang-orang Kang-ouw.1453

"Pemenang pertama adalah Bu-Tong Pai- enghiong Beng Liong."

Teriak salah seorang tetua memberi pengumuman.

Beng Liong duduk istirahat.

Matanya memandang kepada pertandingan lain yang tidak kalah dahsyat.

Matanya tertumbuk kepada sosok Kao Ceng Lun.

Pemuda ini yang tadi diminta Cio San untuk menjaganya.

Rupanya pemuda itu ikut juga dalam pertarungan Bu-lim Beng-Cu ini.

Keluarga Kao terkenal dengan ilmu tinju mereka yang dahsyat.

Hui Liong Ciang Hoat.

Ilmu Pukulan Naga Terbang.

Namanya yang sangar tentu saja bukan nama kosong.

Ilmu telah menggetarkan tionggoan sejak lebih dari seratus tahun yang lalu.

Kakek buyut dari Kao Ceng Lun adalah pendekar besar yang sempat diangkat sebagai salah satu pelindung keluarga Kaisar.

Bisa dibayangkan betapa hebatnya ilmu keluarga Kao ini.

Dan Kao Ceng Lun sebagai salah satu pewarisnya, memang tidak mengecewakan.

Lawan Kao Ceng Lun adalah Gan siau-ya.

Tuan Muda Gan.
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nama aslinya tidak ada orang yang tahu.

Orang hanya tahu she (marga) nya saja.

Seluruh anggota keluarga Gan memang tidak ada memiliki nama!1454 Tuan besar Gan, nyonya Gan, nona Gan, tuan muda Gan.

Keluarga Gan ini adalah sebuah keluarga aneh yang hidupnya berpindah-pindah.

Mereka tidak memiliki tempat tinggal yang tetap.

Herannya mereka memiliki harta kekayaan yang sangat banyak sehingga setiap rumah atau tempat tinggal yang mereka tempati, selalu adalah tempat tinggal mewah dan mahal.

Hebatnya lagi, setiap mereka pindah, rumah yang lama mereka biarkan saja terbengkalai.

Padahal rumah itu mereka beli dengan harga mahal! Keanehan keluarga ini masih ditambah lagi dengan tidak jelasnya asal-usul mereka.

Semua orang tahu keluarga Gan.

Tapi tak ada yang tahu asal-usul mereka, pekerjaan mereka, dan lain-lain.

Lebih-lebih tak ada yang tahu pula asal-usul ilmu silat mereka yang aneh.

Kini salah satu anggota keluarga itu sedang bertarung dengan Kao Ceng Lun.

Mereka hanya duduk saja di pinggiran sambil menyoraki memberi semangat kepada Gan-siauya.

"Ayo hajar dia, nak!"

Kata tuan besar Gan.1455

"Ayo koko (kakak), semangat!"

Kata Gan-siocia.

Tidak ada pula yang tahu nama-nama jurus keluarga Gan.

Yang orang-orang tahu jurus-jurus ini tidak kalah hebat dan tidak kalah tenar dengan ilmu- ilmu silat perguran besar.

Telapak tangan Gan-siauya berwana merah menyala.

Sama seperti bajunya.

Keluarga Gan selalu memakai baju merah.

Telapak itu menyambar-nyambar mengeluar kan suara "wuuuuut.wuuuuut".

Kao Ceng Lun menghindari serangan telapak itu dengan lincah.

Mereka sama-sama muda.

Sama-sama dari keluarga terkenal.

Sama-sama sakti pula.

Pemuda Kao ini mengepalkan tinjunya.

Suara yang keluar dari tinju yang ia lancarkan juga terdengar menakutkan "wuuuummmmm.wummmmm"

Ia tidak berani menerima telapak Gan-siauya yang bercahaya merah itu karena khawatir beracun.

Ia hanya berusaha menghindarinya sambil mencoba mengirimkan tinjunya yang terkenal itu.1456 Tinju itu bisa menghancurkan batu tanpa menyentuhnya.

Sayangnya batu bukan manusia yang memiliki tenaga dalam, kelincahan, dan akal pikiran.

Karena itu Kao Ceng Lun sampai saat ini belum mampu menundukkan Gan-siauya.

Malahan sekarang ia berada dalam posisi terdesak.

Gan-siauya ternyata memiliki pergerakan aneh yang keluar dari dasar-dasar teori ilmu silat.

Gerakan silatnya seperti tanpa kuda-kuda dan hanya melayang- layang saja.

Padahal dari telapak tangannya mengeluarkan tenaga yang sangat besar.

Hal ini tidak mungkin terjadi jika Gan-siauya tidak memiliki tenaga dalam yang sangat besar.

Sudah puluhan jurus mereka lalui, kini mendekati jurus keseratus, pergerakan Gan-siauya semakin lincah.

Telapak tangannya yang berwarna merah, semakin terlihat menyala bagaikan bara api yang mengincar segala titik di tubuh Ko Ceng Lun.

Pemuda she (marga) Kao ini pun tidak kalah hebatnya bergerak.

Satu serangan telapak tangan Gan-siauya dihadapinya pula dengan tinju Naga Terbang milik keluarganya.1457 Suara dentuman terdengar menggelegar saat pertemuan tenaga kedua orang pemuda berbakat ini.

Gan siauya terlempar 5 langkah sedangkan Kao Ceng Lun terlempar 7 langkah.

Mereka berdua tidak terluka dalam.

Malah sebaliknya semakin bersemangat.

"Ayo nak, hantam lagi"

Begitu Gan-ongya (tuan besar) memberi semangat pada anaknya.

Si anak dengan serta merta langsung bergerak penuh semangat menyerang Kao Ceng Lun.

Kecepatan lesatannya ini boleh dibilang sudah hampir mendekati kecepatan ginkang pendekar-pendekar terkemuka.

Kao Ceng Lun yang semakin terdesak, melihat datangnya sebuah serangan dahsyat yang kini mengurung semua pergerakannya.

Telapak Gan- siauya seperti ada di mana-mana.

Ke kiri, telapak itu menghujam.

Ke kanan, telapak itu menghantam.

Mundur pun telapak itu masih mengincar.

Karena tak ada jalan lain, terpaksa Kao Ceng Lun sekali lagi harus mengadu tenaga.

Padahal tadi ia telah kehilangan banyak tenaga saat beradu pukulan dengan Gan-siauya.

"Blaaaaarrrrrrrrrrrrr!!"1458 Kali ini Kao Ceng Lun terhempas sepuluh langkah. Gan-siauya pun terhempas kira-kira 7 atau 8 langkah. Karena Gan-siauya terhempasnya lebih sedikit dari Kao Ceng Lun, maka ia memanfaatkan hal ini dengan melesat cepat memburu Kao Ceng Lun. Kao Ceng Lun masih menyisakan 2 langkah terlempar ke belakang saat di lihatnya Gan-siauya sudah melayang ke depan mengincar kakinya! Ternyata sejak beradu tenaga sampai 2 kali tadi, Gan-siauya bisa memecahkan rahasia kekuatan Kao Ceng Lun. Memang, inti tenaga dari Tinju Naga Terbang sebenarnya pada kuatnya kuda-kuda. Oleh karena itu Gan-siauya langsung menyerang kaki Kao Ceng Lun. Gaya serangannya pun aneh. Seperti ular yang merayap di atas tanah, tubuhnya terlihat melayang rendah hampir menyentuh tanah pula. Dengan kecepatan yang teramat tinggi, ia menyusur tanah dan langsung mengincar tempurung lutut Kao Ceng Lun. Karena masih terlempar oleh dahsyatnya benturan tenaga tadi, tidak ada jalan lain bagi Kao Ceng Lun selain mengerahkan seluruh tenaga dalamnya ke tempurung lututnya itu.1459 Telapak tangan Gan-siauya hampir menghantam lutut Kao Ceng Lun, tapi dalam sepersekian detik gerakannya berubah! Tangannya menyentuh tanah, dan tubuhnya lalu melenting. Sekali salto, kini serangannya berubah menjadi gerakan menendang! "Braaaak"

Dada Kao Ceng Lun terhantam tendangan itu! Darah segar muncrat dari mulutnya! Ia terlempar ke belakang, dan terhempas ke tanah.

Semua penonton melongo menyaksikan hebat nya gerakan tipuan Gan-siauya itu.

Begitu cepat, begitu pintar, dan begitu bertenaga.

Dengan berat Kao Ceng Lun berdiri dan menjura.

Ia mengaku kalah! Gan-siauya pun tertawa dengan santainya.

"Harap Kao-enghiong memaafkan jika cayhe keterlaluan"

Katanya.

"Justru cayhe mengucapkan terima kasih karena belas kasihan Gan-tayhiap"

Kata Kao Ceng Lun.1460

"Ah tidak perlu sungkan. Haha. Sampai jumpa lagi"

Kata Gan-siauya sambil tersenyum dan menjura. Ia lalu menghampiri keluarganya yang menyambutnya dengan gembira.

"Berhasil!"

"Hore"

Melihat keluarga seperti ini, tidak ada seorang pun di puncak Thay San ini yang tidak iri.

Begitu bahagia, begitu akrab, dan begitu hangat.

Beng Liong yang menyaksikan semua ini merasakan suatu perasaan yang aneh.

Ada sesuatu dari keluarga ini yang menggelitik rasa keingintahuan nya.

Di balik senyum, tawa, dan kegembiraan keluarga aneh itu, pasti tersimpan rahasia besar.

Pemuda Gan-siauya itu mungkin setahun-dua tahun lebih muda darinya.

Tapi ilmunya begitu tinggi.

Gerakannya aneh dan tenaga dalamnya sungguh dahsyat.

Bagaimana pula dengan ayahnya? Tak ada seorang pun di dunia ini yang tahu asal- usul mereka.

Keluarga ini seperti muncul begitu saja dari dasar bumi.

Dalam 5 tahun ini, nama mereka menjadi tenar.

Aneh, unik, dan mengagumkan.1461 Walaupun keluarga ini tidak dimasukkan dalam golongan lurus dalam kalangan Bu-lim, setidaknya mereka pun tidak termasuk dalam golongan sesat.

Satu hal yang membuat Beng Ling kagum, adalah perbuatan Gan-siauya tadi.

Ia dapat saja menghancurkan lutut Kao Ceng Lun.

Tenaga dalamnya mampu membuat Kao Ceng Lun cacat seumur hidup.

Tapi pada detik terakhir ia merubah gerakannya menjadi sebuah tendangan ke dada.

Walaupun titik di dada lebih berbahaya daripada di lutut, serangan tendangan itu tidak berbahaya, karena Gan-siauya telah terlanjur mengumpulkan tenaga di telapak tangannya.

Tendangan itu walaupun dahsyat dan berbahaya, setidaknya tidak mengancam jiwa Kao Ceng Lun.

Salut! "Kao-enghiong tidak apa-apa?"

Tanya Beng Liong ketika Kao Ceng Lun menghampirinya dengan tertatih-tatih.

"Cayhe baik-baik saja tayhiap"
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Minumlah pil ini"

Kata Beng Ling sambil mengeluarkan pil sakti Bu-Tong Pai.1462

"Ah terima kasih, cayhe pun membawa sendiri pil buatan ayahanda"

Jawab Kao Ceng Lun sambil mengeluarkan bungkusan kecil dari kantongnya.

"Aha, pil Dewa Bulan. Bagaimana mungkin sampai aku lupa dengan pil terkenal ini? Keluarga Kao memang hebat"

Puji Beng Liong.

"Apanya yang hebat, buktinya cayhe kalah"

Kata Kao Ceng Lun sambil tersenyum masam.

"Pertarungan silat itu selain ilmu, tenaga, dan pengalaman, juga adalah nasib baik"

Kata Beng Liong. Lanjutnya.

"Berlatihlah lebih keras, dengan bakat Kao- enghiong, aku yakin dalam beberapa tahun saja, Kao- enghiong akan menjadi salah satu pendekar terkemuka di dunia kang-ouw."

"Terima kasih wejangannya, Beng-tayhiap"

Katanya menjura.

"Panggil aku Liong-ko saja, enghiong"

"Ah, Beng-tayhiap masih memanggil cayhe enghiong, mana berani cayhe memanggil koko"

"Haha. Baiklah Lun-siaute (adik Lun)"

Sambil mengobrol, mereka menyaksikan pertandingan-pertandingan yang terjadi.

Beng Liong1463 mempelajari siapa saja lawan yang akan dihadapinya.

Ada sekitar 10 lawan berat yang mungkin akan dihadapinya.

Yang lain masih dibawah tingkatannya.

Walaupun begitu, ia tidak ingin ceroboh meremehkan mereka.

Lawan kuat yang paling utama adalah Gan- siauya tadi.

Ia yakin pemuda unik ini memiliki banyak simpanan yang tidak ia pertunjukkan.

Beng Liong menduga, kemungkinan besar tingkatan ilmu Gan- siauya ini tidak dibawah dirinya! Tidak gampang mengalahkan lawan seperti Kao Ceng Lun.

Walaupun pertandingan tadi mereka lalui dalam sekitar 100 jurus, Beng Liong dapat menduga bahwa Gan-siauya melakukannya dengan sengaja.

Agar orang salah menduga kemampuannya.

Pertandingan putaran kedua! Beng Liong mendapatkan lawan seorang kurus kerempeng dan sedikit pendek.

Namanya Ho Thay Hoa.

Penampilan dapat menipu.

Hal ini dipercaya betul oleh Beng Liong.

Wajah tirus yang memanjang, agak kurang serasi dengan tubuhnya yang kecil.

Senyumnya pun1464 bagaikan ular berbisa.

Kadang-kadang memang ada orang yang memiliki senyum yang menawan, ada pula yang menakutkan.

Tapi Ho Thay Hoa tidak masuk ke dalam dua golongan ini.

Senyumnya masuk ke dalam golongan menjijikkan.

Senyum seperti ini walaupun tidak terlalu sering ditemui, tidak pula terlalu sukar untuk dicari padanannya.

Senyum menjijikkan seperti ini akan mudah kau temukan pada wajah kekasih yang mengkhianatimu.

Beng Liong berusaha keras agar tidak memiliki perasaan apapun terhadap orang yang dihadapinya ini.

Ada sedikit perasaan mual yang ada di perutnya.

Tapi dengan sedikit menekan perasaannya, rasa mual itu hilang perlahan.

Dalam sebuah pertarungan, jiwa dan tubuh mestilah bersih dari segala macam gangguan.

Mungkin itu pulalah mengapa Ho Thay Hoa memiliki senyum menjijikkan.

Agar mengacaukan pikiran musuh yang akan dilawannya.

"Pertandingan tahap 2 dimulai!"

Beng Liong memasang kuda-kudanya.

Gerakan khas Thay Kek Kun.

Satu tangan membuka ke depan dada, tangan yang satunya mengambang ke belakang.1465 Ho Thay Hoa pun memasang kuda-kudanya.

Kuda-kuda umum.

Tidak ada yang mengagumkan dalam kuda-kuda ini.

Tapi Beng Liong justru lebih waspada.

Kedua orang ini berdiri berhadapan tanpa melakukan apa-apa.

Masing-masing menunggu.

Padahal pertarungan para peserta yang lain telah dimulai dan terdengar seru.

Mereka masih saling memandang.

"Silahkan Beng-tayhiap"

Kata Ho Thay Hoa sambil tersenyum ramah. Jangan-jangan bila tergigit orang ini, manusia bisa mati keracunan? Beng Liong tersenyum, lalu menjawab.

"Baiklah. Awas serangan"

Pukulan Tapak Matahari Menyinari Bumi.

Tidak banyak murid Bu-Tong Pai yang menguasai jurus ini.

Walaupun bukan merupakan bagian dari Thay Kek Kun, Tapak Matahari Menyinari Bumi sebenarnya adalah salah satu jurus andalan Thio Sam Hong.1466 Dibutuhkan bakat yang sangat besar, tenaga yang sangat kuat, dan latihan yang sangat berat agar bisa menguasai ilmu ini.

Jika Thay Kek Kun berlandaskan Yin yang lembut, Tapak ini justru berlandaskan Yang bertenaga.

Itulah kenapa banyak murid Bu-Tong Pai yang tidak mampu menguasainya karena jika dilihat sekilas, Thay Kek Kun dan tapak ini seperti dua kutub yang berbeda.

Padahal justru masing-masing saling mengisi.

Beng Liong dengan bakatnya yang besar mampu menguasai jurus tapak ini.

Telapak tangannya memancarkan cahaya berwarna kuning keemasan.

Siapapun tahu, orang yang terkena sinar itu pasti tak akan punya harapan lagi untuk hidup.

Begitu telapak tangan Beng Liong menyambar, Ho Thay Hoa hanya menanti.

Ia menanti dan menanti.

Bahkan saat telapak itu sudah sangat dekat pun, ia sama sekali tidak melakukan apa-apa.

"Blunnnnngggggggg"1467 Telapak itu menghujam dada! Tapi yang diserang tidak merasakan apa-apa. Yang menyerang pun terhenyak kaget. Tenaga sedahsyat itu mampu menghancurkan batu karang sebesar kerbau. Tapi untuk menggesar manusia kecil dan kerempeng itu satu langkah saja tidak mampu. Beng Liong sendiri merasa tenaga yang tadi ia keluarkan seperti musnah dan hilang entah kemana.

"Ilmu Menghisap Matahari?"

Tanyanya dalam hati. Dengan menggunakan Thay Kek Kun ia segera menarik telapak tangannya. Dengan ilmu ini, ia tidak perlu khawatir tangannya akan terus menempel di dada musuhnya itu tanpa bisa ia tarik lagi.

"Ah, anda dari Ma Kauw?"

Tanya Beng Liong.

"Aku tak punya hubungan dengan penyembah iblis"

Jawab Ho Thay Hoa marah, tapi mulutnya masih tersenyum.

"Ah, maafkan"

Bahkan di saat bertanding seperti ini pun Beng Liong masih sangat sopan.1468 Ia tetap saja bingung dalam hatinya.

Hanya orang Ma Kauw yang memiliki ilmu Menghisap Matahari.

Selain mereka, Beng Liong belum pernah mendengar ada orang lain yang mampu melakukannya.

"Silahkan serang lagi"

Kata Ho Thay Hoa sambil tersenyum.

Pantas saja ia menyuruh orang lain untuk menyerangnya.

Dengan berdiri diam, ia menerima serangan lawan dan menerima sumbangan tenaga dari lawannya itu.

Pertarungan seperti ini tentu saja sangat menguntungkannya.

Ia tidak perlu keluar tenaga sama sekali.

Orang lain malah memberi tenaga kepadanya.

Beng Liong bingung harus melakukan apa-apa.

Orang ini tidak menyerang tidak menghindar dan bahkan tidak membalas! Jiwa ksatria dalam dirinya membuat ia begitu ragu untuk bergerak.

Tapi ia bergerak.
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena jika Beng Liong ingin bergerak, tak ada satupun makhluk di muka bumi yang mampu menghalaunya.1469 Serangannya malah lebih dahsyat lagi dari yang pertama.

Semua penonton menahan nafas menanti apa yang terjadi.

Gerakan ini bahkan lebih cepat dari kedipan mata manusia.

Karena itu para penonton tidak berkedip dari tadi.

Sayangnya, tanpa berkedip sekalipun, mereka tentu saja tak mampu melihat dahsyatnya serangan ini.

Beng Liong terlalu cepat.

Blaaaaaaaaaaaaaaannnnngggggggggggggg! Betapa dahsyatnya serangan ini sampai bebatuan karang yang ada di belakang Ho Thay Hoa ikut terlempar ke belakang bersama kerikil dan debu! Ia tidak terluka.

Bahkan bergesar satu jengkal pun tidak.

Padahal dua telapak tangan Beng Liong sudah menghantam dadanya secara bersamaan.

Ho Thay Hoa hanya tersenyum.

"Hanya begitu saja Beng-tayhiap?"1470 Senyumnya bagaikan ular yang telah menjerat mangsanya. Dingin, licin, dan menjijikan.

"Bagaimana kalau cayhe mencoba sekali lagi?"

Tanya Beng Liong.

"Silahkan. Sampai 100 kali pun aku bersedia, hahahahah"

Jika tersenyum saja sudah menjijikkan, bagaimana jika ia tertawa? Kau akan merasa takut badan mu menjadi kotor karena mendengar suara tawanya.

"Awas serangan!"

Kali ini Beng Liong bergerak jauh lebih cepat lagi! Telapaknya yang berwana kuning keemasan menghujam dada Ho Thay Hoa sekali lagi.

"Tuk"

Hanya suara kecil saja.

Bagaikan sentuhan sahabat kepada sahabat.

Tapi suara kecil itu datang berbarengan dengan tamparan dan gamparan tangan Beng Liong ke wajah Ho Thay Hoa.

Tamparan dan gamparan biasa! Tanpa sinkang dan tenaga dalam.1471 Ho Thay Hoa tak mampu menyerap tenaga lawan.

Karena lawan tidak menggunakan tenaga dalam.

Hanya tamparan dan gamparan biasa! Kata tamparan dan gamparan biasa sepertinya terlalu merendahkan.

Karena Beng Liong melakukan tamparan dan gamparan itu dengan ginkangnya yang luar biasa, sehingga kecepatannya tak mampu dihindari oleh Ho Thay Hoa.

Menerima gamparan itu Ho Thay Hoa kewalahan.

Bergerak secepat apapun ia tak mampu menghindar atau menangkis serangan Beng Liong.

Bahkan separuh kecepatan Beng Liong saja tak mampu diimbanginya.

Pipinya bengkak.

Hidungnya berdarah, bibirnya pecah.

Karena tidak tega, Beng Liong berhenti.

Orang ini ternyata hampir tidak punya tenaga dalam sama sekali.

Bagaimana mungkin ia bisa bertahan di dunia Kang-ouw? Dengan mengandalkan ilmu menghisap matahari tiruan nya tentu saja.1472 Ia tidak menyerap tenaga orang.

Ia hanya menyalurkannya saja entah ke mana.

Mungkin ke tanah.

Mungkin juga ke udara.

Ke mana saja.

Tapi Ho Thay Hoa tidak mampu menyalurkan dan menggunakan tenaga itu untuk dipakai sebagai tenaganya sendiri.

Dalam serangan keduanya tadi, Beng Liong telah memahami hal ini.

Ketika ia melihat batu karang, kerikil, dan debu berterbangan di belakang Ho Thay Hoa.

Akhirnya ia tahu cara mengalahkan orang ini.

"Apakah tuan mau menyerah kalah?"

Pinta Beng Liong sopan.

"Kau lihat apakah aku sudah mati? Belum mati ya belum menyerah."

Senyum Ho Thay Hoa sudah hilang dari wajahnya.

Berganti garis-garis geram yang menggambarkan benci dan duka yang berbaur menjadi satu.

Beng Liong tersenyum kecewa.

Tapi ada banyak orang di dunia ini memang harus dihajar dulu baru mengerti.1473 Ia bergerak melesat dalam kecepatan yang sungguh mengagumkan.

Dan tak perlu menunggu terlalu lama untuk menyaksikan Ho Thay Hoa ditempeleng sampai wajahnya biru membengkak.

Puluhan tamparan menerpa wajah Ho Thay Hoa tanpa ia bisa menghindar.

Bahkan untuk berkedip pun ia tidak sempat.

Hingga ia akhirnya kewalahan dan berkata.

"Aku menyerah"

Semua orang bernapas lega. Beng Liong lebih lega lagi. Manusia seperti Ho Thay Hoa ini memang sering kali merepotkan.

"Beng Liong lolos!"

Begitu teriak tetua pengurus pertandingan. Pendekar muda harapan Bu-Tong Pai ini lalu kembali ke tempat duduknya. Kao Ceng Lun menyambutnya memberi selamat.

"Selamat Liong-ko"

"Terima kasih Lun-te"

Kembali Beng Liong menggunakan kesempatan waktu ini untuk memperhatikan puluhan pertandingan yang sedang terjadi.1474 Debu berterbangan diiringi suara pertarungan yang menggema.

Serasa semua orang yang bertanding telah mengerahkan jiwa raganya untuk memenangkan pertarungan ini.

Tinggal 3 pertandingan lagi Beng Liong akan smpai di pertarungan tahap akhir.

Ia bersemedi mengumpulkan tenaga baru untuk menggantikan tenaga yang tadi sempat hilang saat melawan Ho Thay Hoa.

Pada pertandingan ketiga ini, lawannya adalah seorang setengah baya bernama Lam Han To.

Beng Ling pernah mendengar tentang orang ini.

Seorang tokeh kosen (sakti) yang namanya cukup terkenal di kalangan Bu-lim.

Ia termasuk golongan lurus.

Banyak perbuatan gagah yang pernah dilakukannya sehingga ia cukup disegani juga.

Ia tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek.

Rambutnya lebat dan memiliki beberapa lembaran putih yang membuatnya terlihat lebih gagah.

Kumis tebalnya membuat penampilannya terkesan garang.

"Salam"

Beng Liong menjura memberi hormat.

"Tidak perlu sungkan"

Lam Han To pun menjura.

"Pertandingan dimulai!"1475 Lam Han To bergerak duluan. Ilmu silatnya meniru gerakan monyet.

"Ah, Ilmu Monyet Sakti"

Beng Liong bergumam kagum.

Ilmu Monyet Sakti ini membutuhkan kelincahan dan kecepatan.

Cocok untuk digunakan oleh orang yang bentuk tubuhnya seperti Lam Han To.

Pria separuh baya itu bergerak cepat.

Serangan yang menyusur tanah.

Ia mengincar bagian kaki Beng Liong.

Melihat ini Ben Liong mundur dengan cepat pula.

Tahu-tahu tangan Lam Han To telah membabat perut Beng Liong.

Dengan mengeluarkan suara seperti monyet tangannya menyambar! Walaupun sempat kaget dengan cepatnya serangan itu, Beng Liong tidak panik.

Karena seberapa pun cepat manusia yang ada di muka bumi ini, tidak mungkin akan lebih cepat dari Beng Liong.

Menerima serangan itu, Beng Liong mengguna kan Thay Kek Kun untuk membuyarkan gerak serangan itu.

Tangannya menggenggam kedua tangan Lam Han To, siap melemparkannya ke samping.1476 Tak dinyana telapak yang tergenggam itu memiliki kekuatan dahsyat dan kini berubah menjadi cakar elang yang menggores tangan Beng Liong.

Lam Han To ternyata sengaja membuat dirinya terpegang agar dapat melaksanakan serangan ini.

Gerakan tipuannya sangat halus sehingga bahkan Beng Liong sendiri tidak menyadarinya.

Cerdas! Serta merta Beng Liong merasa tambah bersemangat.
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia menyukai tantangan baru.

"Awas serangan"

Seru Beng Liong sambil bergerak menyerang.

Serangannya kali ini berupa gerak tipu Bu-Tong Pai yang bernama Tangan Meminta Hati Memberi.

Gerakan ini berupa sebuah tinju yang menghujam ke arah dada.

Lam Han To menangkis tinju itu dengan menggunakan cakarnya yang mengincar siku Beng Liong.

Mau tidak mau Beng Liong harus menghentikan serangannya.

Tapi dengan cerdas Beng Liong hanya perlu melangkah sedikit kesamping.

Sikunya selamat dan kini tinjunya sudah merengsek masuk ke dada Lam Han To.1477 Terpaksa Lam Han To mundur sedikit untuk menghindari tinju itu.

Sebagai ahli silat, ia hanya perlu mundur sedikit saja.

Karena setiap gerakan ahli silat pasti harus diperhitungkan matang dan tidak menyia- nyiakan gerakan atau tenaga.

Ia selamat dari tinju itu.

Tapi begitu tinju itu terhenti, Beng Liong segera menjentikkan jarinya! Kekuatan jentikan jari itu begitu kuatnya sampai-sampai saat menghantam dada Lam Han To, lelaki itu kemudian terjengkang ke belakang.

Ia segera bangkit lalu menyerang ke depan.

Kali ini dengan jurus Belalang Cangcorang.

Jurus ini mengandalkan kekuatan sapuan tangan.

Gerakannya lincah dan cepat.

Menyambar kepala dan dada Beng Liong pada saat yang bersamaan.

Serangan ini memang berbahaya karena menyerang daerah-daerah mematikan lawan.

Tapi serangan ini juga mempunyai kekurangan karena menyisakan ruang kosong yang terbuka jika ternyata lawan lebih cepat.

Tentu saja Beng Liong lebih cepat.

Melihat daerah terbuka itu, dengan cepat kaki Beng Liong menendang.

Tapi ia tertipu lagi!1478 Lam Han To memang sengaja membuat serangan seperti itu agar dapat memancing Beng Liong menendang.

Karena begitu Beng Liong menendang, justru daerah bagian bawahnya sendiri terbuka.

Dengan cepat tubuh Lam Han To sudah condong ke belakang menghindari tendangan Beng Liong, lalu kakinya sendiri sudah menyapu kaki Beng Liong yang satunya.

Gerak tipu ini sebenarnya sederhana, namun Lam Han To melakukannya dengan sangat-sangat alami sampai-sampai Beng Liong dan orang lain yang menonton pertandingan ini tidak menyangka sama sekali.

Sapuan kaki Lam Han To ini sangat berbahaya, karena jika betis Beng Liong terkena, maka dipastikan tulangnya akan hancur berantakan dan dia mungkin akan cacat seumur hidup.

Untunglah Beng Liong adalah Beng Liong.

Sudah jelas ia lebih cepat daripada orang lain.

Dengan sekali hentak, ia telah melompat.

Begitu di udara, kakinya yang tadi menendang kini sudah melancarkan lagi tendangan maha cepat.

Beng1479 Liong seperti melontarkan ratusan tendangan dengan satu kakinya dalam waktu sekejap mata.

Lam Han To menangkis seluruh tendangan itu dengan kedua tangannya.

Walaupun begitu ia masih kalah cepat sehingga beberapa tendangan Beng Liong ada yang masuk ke rusuk dan bahunya.

Ia terjengkang ke belakang karena tendangan itu, Beng Liong tak menyia-nyiakan kesempatan ini.

Segera ia menghambur ke depan dan melepaskan sebuah tendangan dahsyat yang menghujam keras ke ulu hati Lam Han To.

Lam Han To yang berada dalam posisi terjengkang itu seperti sudah tidak memiliki cara lagi untuk menangkis tau menghindari tendangan itu.

Tapi ia adalah raja gerak tipu.

Kedua kakinya secara aneh sudah membelit kaki Beng Liong.

Jurus Ular! Belitan ini begitu cepat, kuat, dan licin.

Dengan segenap tenaganya ia berusaha menghancurkan kaki Beng Liong dengan tenaga belitannya.1480 Beng Liong berusaha melawan tenaga belitan itu dengan Thay Kek Kun.

Tapi percuma.

Tenaga belitan itu menggunakan sejenis tenaga dalam yang lemas, sama seperti Thay Kek Kun.

Karena itu, semakin Beng Liong menggunakan tenaga Thay Kek Kun, semakin dirasa belitan dikakinya semakin menyakitkan.

Sadar akan keadaan ini, Beng Liong menggunakan Tapak Matahari Menyinari Bumi.

Tapak tangannya berubah berwarna kuning keemasan, dan menghujam ke perut Lam Han To.

Tak disangka, serangan Beng Liong ini pun gagal, karena tiba-tiba kedua tangannya pun sudah terbelit tangan Lam Han To yang menggunakan jurus ular nya.

Serasa seluruh gerakanya sudah terbaca Lam Han To.

Serasa seluruh ilmunya sudah dimengerti Lam Han To.

Nampaknya sejak awal Lam Han To sudah memikirkan seluruh gerakan dan serangannya.

Semua sudah direncanakan dengan rapi dan matang.

Gerakan tipuannya sama sekali tidak terlihat sebagai gerakan tipuan! Ia mungkin boleh kalah cepat, atau kalah kuat.

Tapi ia sama sekali tidak kalah pintar.1481 Ilmu silatnya sederhana, bahkan sangat pasaran.

Tapi ia mampu menggunakannya sebaik mungkin.

Belitannya telah membuat Beng Liong tak berkutik sama sekali.

Tak berapa lama lagi, pendekar kebanggaan Bu-Tong Pai ini akan hancur lengan dan kakinya! Walaupun disergap seperti ini, wajah Beng Liong terlihat tetap tenang dan anggun.

Memang ada sebagain orang yang jika bahaya datang mengancam dirinya, mereka merasa semakin bahagia.

Beng Liong tak dapat bergerak.

Belitan Lam Han To telah mengunci seluruh pergerakannya.

Ia mengerahkan segala akalnya untuk melepaskan diri.

Lalu terjadilah hal yang mengherankan itu.

Lam Han To melepaskan belitannya dan melompat ke belakang dengan wajah ketakutan.

"Kau kau bisa ilmu Menghisap Matahari?"

Ilmu Menghisap Matahari memang adalah salah satu ilmu paling menakutkan yang pernah ada dalam sejarah Kang-ouw.1482

"Tentu saja tidak"

Kata Beng Liong sambil tersenyum.

"Lalu..lalu"

Lam Han To masih terbata-bata.

"Kebetulan tadi cayhe bertarung dengan lawan yang bisa menyalurkan tenaga orang lain ke tanah atau ke udara. Jadi cayhe pergunakan kesempatan itu untuk mempelajarinya"

Para penonton yang mendengarkan penuturan Beng Liong sontak terkagum-kagum.

Jika Beng Liong dapat mempelajari ilmu orang lain dalam sekali lihat, bisa dibayangkan betapa hebatnya ilmu Beng Liong saat ini! Kemampuan seperti ini hanya muncul 500 tahun sekali! Sayangnya para penonton tidak tahu, bahwa ada orang lain yang mempunyai kemampuan seperti ini.

Sayangnya pula orang itu telah mengorbankan dirinya ke dalam jurang.

"Cayhe... cayhe menyerah kalah"

Kata Lam Han To sambil menjura. Ia bukan penakut. Ia adalah orang yang bisa melihat kenyataan.1483 Memangnya apa yang bisa kau lakukan saat menghadapi musuh yang bisa menyerap tenaga dalammu? "Terima kasih enghiong sudah banyak mengalah"

Kata Beng Liong menjura sambil tersenyum ramah.

Biarpun Lam Han To menyerah dengan mudah, menghadapinya adalah sebuah kesulitan besar.

Lam Han To menguasai cara-cara menipu lawan.

Mempengaruhi lawan.

Memperdaya dan mendikte lawan.

Ia menipu tetapi tidak curang.

Seluruh gerakannya memang sudah dipersiapkannya terlebih dahulu.

Setiap serangan, gerakan bertahan, dan lainnya, semua telah dirancang sedemikian rupa agar dapat menjebak lawan! Bahkan saat Lam Han To terkena pukulan pun, itu semua karena Lam Han To telah merencanakan bahwa ia harus terpukul.

Agar dapat memancing lawan bergerak sesuai keinginan Lam Han To sendiri.

Sungguh cerdas! Kekuatan dikalahkan oleh kecerdikan!1484 Bahkan Beng Liong hanya bisa selamat karena ilmu Menghisap Matahari nya tadi.

Bukan Ilmu Menghisap Matahari yang sebenarnya.

Tapi lumayan berguna juga.

Mau tidak mau, Beng Liong harus mengakui Lam Han To memang adalah petarung yang paling berat yang pernah dihadapinya sampai saat ini.

Ia pun banyak mengambil pelajaran dari pertarungan ini.

Ia kembali ke tempat duduknya.

Beristirahat memulihkan tenaganya.
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kurang 2 pertarungan lagi! Cukup lama juga Beng Liong beristirahat sampai semua pertarungan selesai.

Hari sudah menjelang sore ketika pertarungan tahap keempat dilaksanakan.

"Beng Liong melawan Sim Lo Mo"

Mendengarkan namanya saja Beng Liong mengerutkan kening.

Lo Mo berarti iblis tua.

Ia sudah mendengar tentang orang ini.

Ia pun tidak kaget ketika yang maju ke depan adalah seorang anak-anak! Melihat gerak geriknya, Beng Liong sadar bahwa usia orang ini tentulah sudah tua, hanya perawakannya saja yang tampak seperti anak-anak.1485 Walaupun seperti anak-anak, wajahnya bengis dan menggambarkan kekejaman.

Tidak salah namanya adalah Lo Mo.

"Jadi ini pendekar Bu-Tong Pai yang terkenal itu?"

Ia bicara sambil mulutnya mencibir.

"Salam"

Beng Liong menjura. Sim Lo Mo tidak balas menjura, malah langsung bergerak menyerang! Pukulan jarak jauh yang bernama Swat Lo Ciang.

"Pukulan Salju Iblis". Hawa dingin yang terpancar keluar dari pukulan itu sangat dahsyat. Beng Liong tidak menangkisnya karena ia tahu tangannya bisa beku terkena hawa pukulan itu. Swat Lo Ciang ini kabarnya adalah ilmu baru yang diciptakan dari ilmu kuno jaman dulu yang menggunakan hawa dingin sebagai kekuatannya. Ilmu kuno itu dulu bahkan sempat melukai salah seorang murid Bu-Tong Pai yang paling terkenal. Beng Liong lupa siapa namanya, tapi Beng Liong tidak lupa tentang betapa dahsyatnya pukulan itu.1486 Oleh sebab itu ia berhati-hati dan tidak mau ceroboh. Jaman dahulu, murid Bu-Tong Pai yang terluka itu, kemudian berhasil menguasai ilmu maha sakti yang mampu mengalahkan ilmu Pukulan Salju itu. Sayangnya murid Bu-Tong Pai itu tidak menurunkan ilmu maha sakti itu kepada orang lain. Ia menghilang begitu saja. Jadi bagaimana Beng Liong menghadapi ilmu Pukulan Salju Iblis ini? Ia hanya bisa menghindar! Menggunakan ginkangnya yang tiada bandingannya itu menghindar kesana kemari. Pukulan Sim Lo Mo datang bertubi-tubi. Hawa dingin bertebaran dari tangannya. Dengan santainya ia memukul dan melontarkan hawa dingin itu seperti anak kecil yang bermain lempar batu. Beng Liong berusaha keras untuk menghindar. Tidak ada satu celah sedikitpun baginya untuk maju mendekat. Tidak ada kesempatan sedikitpun baginya untuk melepaskan serangan. Ia hanya bisa menggunakan kelincahan tubuhnya untuk menghindar.1487 Entah berapa ratus pukulan yang dihindarinya. Entah berapa ratus salto dan gerakan indah yang dilakukannya untuk menghindari pukulan ganas ini. Sim Lo Mo hanya tersenyum sambil melontar kan pukulan jarak jauhnya itu. Baginya ini seperti permainan anak-anak.

"Teruslah menghindar. Saat tenagamu melemah, saat itu pukulanku membuatmu jadi patung es."

Beng Liong tahu, tak akan ada kesempatan padanya jika ia tidak mengambil resiko.

Maka sambil melompat memutar di udara, ia bergerak maju.

Swingggggggg! Hampir saja kepalanya terkena sambaran hawa dingin itu.

Bahkan sebagian rambutnya ada yang membeku! Ia mengambil resiko lagi! Kali ini kembali hampir saja dadanya beku! Walaupun selamat, jantungnya terasa dingin sekali, seolah-olah jantung itu berhenti secara tiba-tiba.

Tinggal selangkah lagi Beng Ling akan dapat menjangkau Sim Lo Mo.

Iblis tua itu pun tidak mundur sedikit pun.1488 Ia sangat yakin kepada pukulannya.

Di dunia ini memang tidak ada seorang pun yang pernah selamat dari pukulannya.

Justru semakin dekat jarak orang itu dengan dirinya, semakin besar kemungkinan pukulannya menemui sasaran.

Sinar putih dingin membeku itu semakin berbahaya menyerang Beng Liong.

Seluruh penonton menahan nafas melihat perjuangan pemuda itu menghindar dari pukulan-pukulan Sim Lo Mo yang ganas.

Hingga saat itu kemudian tiba! Tapak Sim Lo Mo beradu dengan tapak Beng Liong.

Apakah ini akhir dari kisah pendekar Bu-Tong Pai yang gagah itu? Semua orang seperti menangisinya.

Wajahnya pucat memutih seperti es.

Tubuhnya bahkan terlihat seperti membeku.

Untuk beberapa lama telapak kedua orang itu beradu.

Menempel lekat seperti tak ada satupun di dunia ini yang mampu memisahkan kedua tapak itu.1489 Lalu terjadilah hal yang paling aneh.

Bukan tubuh Beng Ling yang membeku.

Tetapi tubuh Sim Lo Mo lah yang perlahan-lahan membeku.

Di mulai dari telapak tangannya, lalu menjalar ke lengannya, lalu ke sikunya.

Sim Lo Mo hanya mampu membelalakkan matanya dan mengeluarkan suara yang menyedihkan! "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

Praaaaangggggggg! Suara remuknya kedua telapak tangan Sim Lo Mo terdengar seperti suara gelas yang pecah dibanting.

"Aaaaaaaaaaaaaaaa"

Ia hanya bisa menangis kesakitan.

Dengan cepat Beng Liong menotok jalan darahnya agar ia pingsan dan tidak kehabisan darah.

Bagaiamana Beng Liong dapat melakukannya? Apakah dia menguasai juga ilmu Swat Lo Ciang? Tentu tidak.1490 Ia hanya menggabungkan ilmu Menyalurkan Tenaga yang tadi sempat dipelajarinya dari lawannya dengan Thay Kek Kun! Dengan ilmu Menyalurkan Tenaga ia mampu menyerang hawa dingin itu.

Dengan Thay Kek Kun, ia mampu mengendalikan aliran hawa dingin itu agar tidak melukai tubuhnya.

Bahkan malah membalikkan tenaga hawa dingin itu kembali kepada lawannya.

Sederhana! Dibutuhkan keberanian, ketelitian, bakat, dan kecerdasan yang sangat tinggi untuk melakukan hal sederhana ini.

Dan di kolong langit ini, mungkin hanya Beng Liong yang memilikinya.

"Beng Liong enghiong dari Bu-Tong Pai lolos ke pertandingan akhir!!"

Para pengurus pertandingan telah mengurus Sim Lo Mo.

Tokoh sakti ini telah dibuat pingsan oleh Beng Liong.

Beberapa orang yang bertugas di bagian pengobatan kemudian berusaha mengobati lukanya.

Beng Liong pun beristirahat.1491 Pertandingan ini mengurus tenaganya.

Setiap pertandingan tingkat kesulitannya semakin bertambah.

Hal ini malah membuatnya bersemangat.

Itulah sebab mengapa orang-orang Kang-ouw ini lebih suka mencari lawan ketimbang mencari kawan.

Beng Liong bersemedhi.

Ia mengosongkan segala pikirannya dan mengumpulkan kekuatannya.

Ia tak perduli siapa lawannya di pertarungan akhir nanti.

Ia tak mau pikirannya terbebani oleh kehebatan lawan.

Siapapun akan dihadapinya.

Hari telah gelap.

Obor sudah dinyalakan.

"Pertarungan terakhir! Beng Liong dari Bu-Tong Pai melawan Gan siauya!"

Teriak pengurus pertandingan.

Cukat Tong baru saja tiba.

Daerah itu sungguh ramai oleh manusia.

Dengan segenap kemampuannya ia mencari Cio San.

Tetap saja tidak bertemu.

Mencari Ang Lin Hua dan Luk Ping Hoo pun tidak berhasil.

Mencari Suma Sun pun tak ada.

Ia tak ingin ceroboh dengan bertanya kesana kemari.

Ia yakin ada sesuatu dibalik hilangnya seluruh1492 sahabat-sahabatnya ini.

Akhirnya ia memutuskan untuk menikmati saja dulu pertandingan Beng Liong melawan Gan-siauya ini.

Ia yakin terhadap sahabat-sahabatnya.

Apapun yang terjadi, ia tetap yakin kepada sahabat-sahabatnya.

Kepercayaan seorang laki-laki kepada sahabatnya hanya akan muncul jika sahabatnya itu juga memberikan kepercayaan kepadanya.

Oleh karena itu seseorang tidak boleh berharap akan menemukan sahabat sejati, sebelum dirinya sendiri pantas untuk disebut sahabat sejati.

Ia tidak mungkin mencari sahabat yang dapat dipercaya, sebelum dirinya sendiri pantas dipercaya.

Ia tidak pantas meminta sahabatnya berkorban untuknya, sebelum dirinya sendiri berkorban untuk sahabatnya.

Dan Cukat Tong yakin seyakin-yakinnya terhadap dirinya sendiri.

Ia adalah orang yang dapat dipercaya, dan ia telah mengorbankan dirinya demi sahabat-sahabatnya.

Oleh karena itu pantas pulalah baginya untuk tetap tenang, karena ia yakin sahabat- sahabatnya ini tentu tak akan membuatnya kecewa.1493 Karena sahabat sejati adalah jodoh.

Jika kau tak menemukan mereka.

Merekalah yang akan menemukanmu.

Cukat Tong duduk diatas sebuah pohon.

Bukan keanehan karena banyak pula penonton yang menyaksikan pertandingan dari atas pohon.

Pertandingan terakhir ini, seperti kebiasaan, dilakukan diatas sebuah panggung khusus.

Panggung berbentuk bundar yang kokoh.

Ukurannya cukup lebar.

Menurut peraturan, siapa yang terlempar keluar dari panggung itu berarti dianggap kalah.

Pertandingan menjadi lebih sulit dan seru karena ruang gerak dibatasi.

"Silahkan maju ke atas panggung bagi kedua peserta"

Beng Liong dan Gan Siauya maju ke depan.

Tapi Cukat Tong sudah tidak perduli.

Telinganya yang tajam telah mendengar percakapan orang-orang di sekitarnya.
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia akhirnya tahu apa yang telah terjadi sebelum ia tiba.

Dengan wajah merah padam ia segera menuju jurang tempat Cio San terjatuh.1494 Suara lengkingan keluar dari mulutnya.

Tak lama kemudian ia melompat ke jurang! Tak ada seorang pun yang tahu jika ada seorang manusia melompat ke dalam jurang.

Semua mata, semua perhatian manusia yang ada di puncak gunung itu tertuju kepada Beng Liong dan Gan-siauya.

Hari telah menjelang gelap.

Obor-obor pun telah dinyalakan.

Malam telah menjadi sangat senyap walaupun ada ribuan orang yang berada di sana.

Jika kau menyaksikan apa yang telah terjadi beberapa waktu yang lalu, kau tentu tak akan berani buka suara.

Siapapun tak akan berani lagi menyombongkan dirinya.

Pertempuran dahsyat dan ilmu yang diperlihatkan Cio San tadi telah membuka mata semua orang.

Sehebat apapun kau, suka atau tidak suka, kau harus menundukkan kepala dan merendahkan dirimu jika kau mendengar nama Cio San disebut.

Dua orang petarung terakhir telah berdiri di panggung.

Begitu gagahnya! Kedua orang ini sama-sama tampan.

Sama-sama hebat.1495 Sama-sama mengagumkan.

Yang satu datang dari perguruan silat utama Bu-lim, yang satu unik dan penuh rahasia.

Mereka saling menjura.

"Beng Liong. Bu-Tong Pai"

Kata pemuda gagah ini menjura sambil sedikit tersenyum.

"Cayhe she-Gan"

Kata si pemuda unik berbaju merah.

"Mulai!"

Teriak tetua pertandingan.

Kedua orang itu tidak bergerak.

Semua orang yang menonton menahan nafas.

Seolah-olah bumi berhenti berputar dan waktu berhenti berjalan.

Begitu lama.

Herannya tak ada seorang pun yang berani buka.

Lalu gerakan itu pun tiba.

Gerakan pertama.

Gerakan pembuka dalam gebrakan silat antara pendekar utama adalah gerakan yang paling berbahaya.

Karena mereka tahu, kekeliruan yang secuil saja akan membawa maut.1496 Tidak dibutuhkan penjajagan atau coba-coba atau ukur kemampuan.

Perbedaan seujung kuku akan mengundang kematian.

Telapak Gan-siauya yang berwarna merah seperti darah telah meliputi sekujur tubuh Beng Liong.

Seolah-olah Beng Liong telah dikeroyok oleh puluhan orang.

Siapa pun yang menonton pun tahu, gerakan Gan-siauya tidak kalah cepat dari gerakan Cio San! Begitu banyak orang yang mengagumkan di dunia ini! Mereka pun masih muda usia pula! Beng Liong menghadapi serangan itu dengan tenang dan berani.

Setiap tapak itu diterimanya dengan tapak pula.

Gerakannya lembut dan menghanyutkan.

Thay Kek Kun memang selalu membawa kejutan.

Dan kejutan yang terbesar adalah Beng Liong pun tidak kalah cepat dari Gan Siauya.

Memang kalau mau jujur, Beng Liong tidak kalah cepat dari siapapun di muka bumi ini.

Karena Beng Liong adalah Beng Liong!1497 Tapak berwarna merah darah itu terpunahkan seluruhnya, Beng Liong pun melakukan serangan balasan.

Sebuah gerakan sederhana.

Kakinya entah datang dari mana seolah menyusup ke dalam kurungan telapak Gan siauya.

Bukan ilmu sakti maha dahsyat yang ia pertunjukkan.

Hanya sebuah gerakan menendang sederhana yang ringan.

Tapi ketepatan dan kecepatannya mengalahkan apapun yang paling cepat dan paling tepat di kolong langit ini.

Gan Siauya tidak panik menerima serangan itu.

Ia berkelit dengan cepat.

Bahkan gerakan berkelitnya itupun sudah melahirkan tendangan yang sama persis kecepatan dan ketepatannya dengan tendangan Beng Liong tadi.

Sejenak Beng Liong terperangah.

Gan Siauya mempunyai kemampuan untuk meniru jurus orang lain dalam sekali lihat! Ini memang bukan hal yang sangat mengagumkan, karena banyak orang yang juga memiliki kemampuan seperti ini.

Tapi jika bisa melakukannya sesempurna dan sedahsyat aslinya, maka tidak sembarang orang yang mampu.1498 Tendangan ini mengarah ke dagu Beng Liong.

Dengan tangannya ia menutup gerakan kakinya itu dengan sebuah gerakan memutar.

Tubuh Gan-siauya pun oleng dan ia kehilangan keseimbangan.

Melihat lubang kosong itu Beng Liong tidak terburu-buru menyerang.

Dan ia benar.

Lubang kosong itu hanya pancingan agar ia menggunakan kakinya untuk menyepak.

Jika ia melakukannya kakinya pasti akan tertangkap.

Gan siauya berjumpalitan di udara sambil kedua tangannya mengeluarkan lagi serangan telapak yang lebih dahsyat.

Suara menggelegar bagai raungan naga keluar dari telapak tangannya.

Beriringan dengan kilatan cahaya merah yang seolah-olah menghujam tubuh Beng Liong.

Pemuda Bu-Tong Pai itu segera mencelat ke belakang menghindari hujaman sinar dahsyat itu.

Sinar itu menghancurkan lantai panggung yang terbuat dari bebatuan karang! Jurus apa itu?! Telapak tangan Gan Siauya bersinar merah menyala.

Ia berdiri dengan sebuah kuda-kuda yang sudah tidak asing lagi.1499 Kuda-kuda ini adalah milik sebuah jurus yang sangat ternama dan melegenda dalam dunia persilatan.

18 Tapak Naga! Semua orang yang menonton tahu kuda-kuda ini.

Mereka sudah melihat Cio San menggunakannya dengan sempurna beberapa waktu yang lalu.

Pemuda itu mampu menirunya!!!!! "Siauya bisa meniru 18 Tapak Naga? Hebat!"

Pujian tulus keluar dari mulut Beng Liong. Si pemuda baju merah hanya tertawa. Keluarganya yang sejak tadi menyemangatinya kini semakin bersemangat mendukungnya.

"Hayo. Hajar dia! Hajar dia!"

Beng Liong berdiri dengan tenang. Gan Siauya pun tenang-tenang saja. Malahan bibirnya tak berhenti tersenyum.

"Kita coba lagi, Beng-enghiong?"

Tanyanya.

"Boleh"

Tubuh Gan-siauya lalu melayang tinggi di angkasa.

Dari telapak tangannya yang semerah darah1500 itu keluar cahaya merah menyilaukan yang meliuk-luik bagaikan naga mengamuk.

Suaranya benar-benar bagaikan teriakan naga yang mengamuk.

Tenaga dalam ini bergerak dalam bentuk liukan yang membingungkan lalu menghujam ke arah Beng Liong.

Beng Liong tidak melompat.

Ia memperkuat kuda-kudanya dengan melangkah lembut.

Langkah yang amat terkenal.

Dengan kedua tangannya ia menerima kilauan cahaya merah itu.

Ia bergerak seperti orang menerima.

Cahaya merah itu seperti berputar-putar di lengannya yang bergerak anggun.

Lalu ia memutar tubuhnya dan menghentakan kakinya.

Cahaya merah itu lalu bergerak dengan amat dahsyat menyerang pemiliknya sendiri! Gan siauya yang masih berada di udara tidak panik.

Sekali lagi ia menghujamkan tangannya.

Cahaya merah yang meliuk-liuk itu buyar seluruhnya.

Menimbulkan suara gelegar yang menggetarkan jantung! "Thay Kek Kun memang hebat!"

Pujinya1501

"Tapak Naga milik siauya pun hebat. Apa nama jurus ini?"
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka masih bisa bertanya jawab seperti dua sahabat yang lama tak berjumpa. Gan siauya tersenyum.

"Ah, enghiong sudah menebak kalau cayhe bukan sekedar meniru orang saja ya?"

Beng Liong mengangguk.

"Dahulu ratusan tahun yang lalu, nama jurus ini adalah 28 Tapak Naga. Leluhur Siau Hong40 meringkas nya menjadi 18. Yang sisa terbuang 10 inilah yang ku warisi sekarang."

Hebat.

Tak ada seorang pun di sana yang menyangka kalau hal demkian pernah ada.

Sejarah jurus ini begitu melegenda, namun tak seorang pun yang mengira bahwa sepuluh jurus yang terbuang itu masih terpelihara sampai sekarang.

40 Xiao Feng dalam Demi Gods and Semi Devils karya Jin Yong / Chin Yung.1502 Tentu pertanyaan yang timbul di benak orang- orang Kang-ouw adalah di mana ia mempelajarinya? Siapa yang mengajarkannya? Tentu pula rahasia itu tak akan terjawab.

Karena satu-satunya yang tahu rahasianya cuma keluarga ini.

Dan ditilik dari sifat mereka yang aneh, sampai dunia kiamat pun mereka pasti tak akan buka mulut.

Dalam hati Beng Liong semakin tertarik mengetahui rahasia keluarga aneh ini.

Ada begitu banyak pertanyaan dan keanehan.

Siapa mereka? Mengapa mereka baru muncul sekarang? Apa tujuan mereka mengikuti perebutan Bu-lim Beng-Cu ini? "Mari enghiong, kita coba lagi.

Lihat ilmu mana yang paling dahsyat"

"Silahkan siauya"

Gan siauya lalu mengembangkan tangannya ke samping.

Cahaya merah keluar dari ujung telapaknya lalu berputar-putar seperti naga yang menggelayut kepada lengannya.

Sepanjang hidupnya, baru kali ini Beng Liong menyaksikan orang yang benar-benar menguasai tenaganya sendiri dan mengubah tenaga itu menjadi1503 cahaya.

Dapat dibayangkan bagaimana besarnya tenaga itu! Dan bagaimana hebatnya pula kemampuan orang yang melakukannya! Jurus ketiga dari 10 Tapak Naga.

"Naga Meliuk Dan Menembus Langit"

Lalu ia menghujamkan telapaknya kedepan.

Sinar itu pun berkelebat amat cepat.

Sesuai dengan nama jurus itu sendiri.

Sekali lagi Beng Liong menggunakan Thay Kek Kun untuk menghadapinya.

Entah ini Thay Kek Kun tingkat ke berapa.

Murid-murid Bu-Tong Pai yang masih tersisa di gunung itu pun tak pernah melihat Thay Ken Kun seperti ini.

Beng Liong menerima cahaya naga itu.

Masih dengan cara yang sama saat itu menghadapi jurus kedua tadi.

Begitu tangannya menerima cahaya itu, ia terperangah kaget ketika Gan Siauya melesat lebih cepat dari cahaya itu dan malah telah muncul pula di hadapannya.

Pemuda berbaju merah itu lalu menghujamkan puluhan telapak secara beruntun! Beng Liong terperangah.

Pemuda itu bergerak amat cepat dan mematikan.

Tangan Beng Liong1504 sedang sibuk mengurusi cahaya naga.

Sedangkan puluhan telapak Gan Siauya telah mengincar seluruh titik di tubuhnya.

Ia hanya punya kaki yang diandalkannya untuk mundur ke belakang.

Dengan cepat pun ia telah mundur.

Tetapi Gan siauya tidak memberikan ampun dan terus mencecarnya dengan telapaknya yang mematikan.

Sedikit lagi Beng Liong akan keluar dari panggung! Gan siauya meneruskan serangannya.

Mereka berdua telah berada di ujung panggung batu itu.

Puluhan telapak itu berhasil dihindari Beng Liong dengan cara mundur.

Mundur berarti jatuh! Dan Beng Liong pun jatuh keluar dari bibir panggung.

Orang berteriak terhenyak, ada pula yang menahan nafas.

Gan siauya tersenyum.

Tapi senyumnya berubah ketika tahu-tahu tanpa diduga-duga Beng Liong sudah ada di hadapan nya.

Dengan bahunya Beng Liong menghempaskan Gan siauya sampai terjengkang ke belakang.

Tak cukup1505 sampai di situ Beng Liong pun ikut terbang melayang mengikuti arah terjengkangnya Gan siauya.

Begitu Gan siauya terpelanting, telapak tangan Beng Liong berhenti tepat di ujung hidung pemuda baju merah itu.

"Beng Liong menang!!!"

Teriak tetua pertandingan. Semua orang bersorak! Tentu yang tidak ikut bersorak adalah keluarga Gan. Tapi mereka tetap tersenyum-seyum saja.

"Pertandingan bagus! Silat hebat! Selamat untuk Bu-lim Beng-Cu yang baru!"

Kata Gan ongya, kepala keluarga Gan.

Secara jujur ia kagum dengan bagaimana Beng Liong membalikkan situasi terdesak menjadi menguntungkan.

Ketika Beng Liong terlempar dari panggung tadi, kedua tangannya masih mengendalikan tenaga serangan Gan Siauya tadi.

Dengan menghentakannya ke tanah, tenaga itu menghasilkan daya lenting yang sangat kuat bagi Beng Liong sehingga ia dapat kembali lagi ke panggung dan menyerang Gan siauya! "Selamat kepada Bu-lim Beng-Cu yang baru!!!!!!"1506 Semua orang bersorak! Segala kemegahan dan keramaian itu pun berangsur angsur memudar.

Bu-lim Beng-Cu telah terpilih, banyak orang menunjukkan wajah puas.

Sebagian lagi masih belum bisa melupakan kejadian dahsyat saat Cio San menghadapi ribuan orang di atas gunung itu.

Masing-masing kemudian kembali pulang.

Ada yang bersedih karena kehilangan saudara dan teman di gunung ini.

Ada yang bahagia karena hasilnya yang memuaskan.

Ada pula yang semakin bersemangat untuk memperdalam ilmu silatnya.

Satu hal yang pasti, tidak ada satu pun yang bisa melupakan kejadian dahsyat di atas gunung itu.

Beng Liong tentu saja tidak lupa.

Walaupun hatinya gembira telah menyelesaikan semua tugas ini, tentu saja ia juga bersedih atas segala kejadian ini.

Segera setelah pertandingan selesai, dan ia memulihkan tenaganya, ia bersama rombongan Bu- Tong Pai segera mencari jalan agar sampai ke dasar jurang.

Di tengah jalan mereka pun bertemu dengan rombongan Siau Lim Pai dan Go-Bi Pai yang rupanya mempunyai maksud dan tujuan yang sama, mengetahui nasib pemimpin mereka.1507 Perjalanan ini memakan waktu beberapa hari, karena jurang itu sangat sukar untuk dilalui.

Mereka harus mencari jalan yang memutar dan juga harus mengerahkan ginkang agar bisa melalui jalan yang sangat susah seperti itu.

Dasar jurang itu ternyata berupa sungai yang lumayan dalam.

Rombongan murid ketiga perguruan terbesar itu harus menggunakan obor karena dasar jurang itu lumayan gelap disebabkan sinar matahari tidak dapat menerobos ke dalam jurang itu secara sempurna.

Begitu sampai di sana, segera mereka bergerak mencari.

Kadang pula meneriakkan nama-nama orang yang dicarinya.

Setelah beberapa jam dasar jurang itu disusuri, mereka akhirnya menyerah.

Tidak mungkin ada yang selamat.

Apalagi mereka menemukan beberapa potongan tubuh manusia yang tercerai berai.

Juga beberapa sobekan baju.

Begitulah.

Mereka pulang dengan tangan hampa.

Mencoba mengikhlaskan apa yang telah terjadi.1508 Rombongan dari Bu-Tong Pai memilih untuk tidak kembali ke perguruan.

Karena jaraknya lumayan jauh, sehingga waktunya tidak keburu jika mereka harus pergi ke kotaraja untuk pelantikan oleh kaisar.

Apalagi jarak ke kotaraja memang lebih dekat dari gunung Thay San, dibandingkan ke Bu-Tong San.

Mereka berangkat! Ke kotaraja.1509 Bab 71 Naga dan Burung Hong Apa yang terjadi di puncak Thay San telah tersiar ke seluruh dunia.

Beng Liong, pemuda belia dari Bu-Tong Pai keluar sebagai pemenangnya.

Semua orang mengakui, walaupun masih sangat muda, ia sangat pantas memikul tanggung jawab sebagai ketua dunia persilatan.

Selama ini Bu-lim Beng-Cu selalu dijabat oleh kalangan sepuh.

Baru 2 kali jabatan ini dipegang oleh anak muda.

Pertama kali sekitar 50an tahun yang lalu.

Hebatnya lagi, kedua-duanya adalah pemuda Bu-Tong Pai.

Harapan besar kini berada di pundak Beng Liong.

Ia diharapkan mampu menuntaskan tugas- tugas berat yang cukup rumit.

Salah satunya adalah tugas melawan gangguan dan serangan tentara Mongol di ujung perbatasan.

Belum lagi urusan pembunuhan-pembunuhan yang harus ia selesaikan setuntas-tuntasnya.

Orang orang butuh kejelasan apakah memang Cio San berada di balik semua ini.1510 Hari ini, tepat 30 hari sejak pertandingan di puncak Thay San, kotaraja ramai dan penuh sesak manusia.

Hari ini adalah pelantikan Bu-lim Beng-Cu.
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hampir seluruh orang-orang Kang-ouw hadir untuk menyaksikan pelantikan ketua mereka yang baru.

Ini bukan pelantikan biasa, karena kaisar sendiri yang melantiknya! Suasana ibukota menjadi sangat ramai.

Di mana-mana tentara disiagakan untuk melakukan pengamanan.

Walaupun pelantikan berlangsung di dalam istana, keramaian justru terjadi di luar istana.

Ini wajar, karena hanya undangan tertentu yang boleh hadir mengikuti upacara itu di dalam istana.

Hadirin yang diundang pun tidak lebih dari 100 orang.

Mereka adalah perwakilan dari perguruan besar seperti Siau Lim Pai, Bu-Tong Pai, Go-Bi Pai, Kun Lun pay, dan lain-lain.

Tentu saja kerabat Beng Liong juga turut diundang.

Ternyata ia datang bersama kekasih dan calon mertuanya.

Kekasih Beng Liong ini cantik sekali.

Para hadirin, dan orang-orang istana yang ada di dalam balairung pentahbisan itu semuanya terkagum-kagum dengan kecantikannya.

Dengan gaun berwana merah muda, gadis itu terlihat bagaikan bunga mawar yang1511 mekar di pagi hari.

Tak ada orang yang tahu namanya.

Tak ada pula yang tahu asal-usulnya.

Selama ini Beng Liong memang juga tidak pernah menceritakan apa- apa tentang kehidupan pribadinya.

Di sebelah gadis itu, duduk seorang wanita setengah baya yang tak kalah cantik pula.

Di usianya yang seperti itu, kecantikannya tidak pudar, malahan terlihat tidak kalah cantik.

Semua orang tentu paham bahwa wanita setengah baya ini adalah ibu dari gadis cantik itu.

Gayanya sangat anggun.

Bahkan anggunnya boleh dibilang tidak kalah dari wanita manapun juga.

Semua hadirin yang berada di balairung pentahbisan itu kira-kira 200 orang.

Itu belum lagi ditambah dengan sejumlah prajurit yang mengawal acara itu.

Total mungkin ada sekitar 300 orang.

Para undangan duduk di lantai.

Di sebelah mereka terdapat meja-meja kecil tempat arak dan minuman diletakkan.

"Kaisar datang!!!!!? Terdengar teriakan pengawal yang menggema. Semua orang bersujud.

"Panjang umur kaisar. Panjang umur putra langit!"

Ia lalu masuk ke dalam balairung.1512 Kegagahannya, wibawanya, ketegasannya, semua terpancar dengan mengagumkan.

Jika orang ini tidak menjadi kaisar, maka di dunia ini memang tak ada yang pantas menjadi kaisar! Inilah kaisar Yong Lu.

Usianya sudah lebih dari 40 tahun.

Usia seperti ini adalah usia matang- matangnya seorang laki-laki.

Di usia ini laki-laki gagah akan terlihat jauh lebih gagah.

Di usia ini seorang laki- laki berada di puncak kelaki-lakiannya! Sorot matanya yang mencorong, bagaikan sorot mata naga.

Sinarnya seperti mengandung pedang yang menusuk jiwa semua orang.

Jika kau dipandang oleh sinar mata seperti ini, suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, kau harus bersujud dan bersoja.

Ia duduk di atas singgasananya, lalu berkata.

"Silahkan berdiri"

Semua orang berdiri.

Ucapan itu hanya terdiri dari dua kata.

Tapi jikalau punggungmu diletakkan sebuah gunung pun, kau tetap akan berdiri jika mendengar suaranya.

Seorang pejabat istana maju ke depan.

Ia berjalan dengan lututnya.1513 Di hadapan kaisar memang kau harus berjalan dengan lututmu.

Bahkan jika kau tidak punya lutut pun kau harus berjalan dengan lutut.

"Hormat kepada kaisar"

Kata si pejabat. Si kaisar hanya berdehem sedikit.

"Hari ini adalah hari pentahbisan ketua dunia persilatan. Ia yang terpilih bernama Beng Liong. Pemuda berusia 22 tahun dari perguruan Bu-Tong Pai."

Jelas si pejabat. Kaisar Yong Lu mengangguk-anggukan kepala.

"Bu-lim Beng-Cu harap maju ke depan menerima pentahbisan"

Kata si pejabat. Beng Liong pun maju, tentu saja ia berjalan dengan lututnya. Ia berada dekat sekali dengan kaisar. Mungkin hanya 5 langkah. Dengan khidmat Beng Liong bersoja memberi hormat.

"Panjang umur kaisar! Panjang umur putra langit"

Kata Beng Liong. Kaisar tersenyum. Nampaknya ia suka sekali dengan kegagahan Beng Liong. Pemuda-pemuda1514 seperti inilah yang kelak akan membuat kekaisaran bertambah besar. Kaisar lalu berdiri.

"Hari ini aku menyerahkan lencana naga emas kekaisaran Beng kepadamu. Sebagai tanda bahwa engkau mewakili aku untuk menyelesaikan segala urusan dunia Kang-ouw. Karena dunia Kang-ouw merupakan bagian rakyat yang berpengaruh pada kekaisaran ini. Dulu mendiang ayahku, berhasil mengusir penjajah Goan (mongol) dengan bantuan para enghiong dunia Kang-ouw. Oleh karena itu kami sebagai penerusnya, akan terus melanjutkan kebijaksanaan beliau dengan cara turut mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia Kang-ouw. Permasalahan apapun yang terjadi di dunia Kang-ouw menjadi permasalahan kami. Bantuan apapun kiranya yang bisa kami berikan, akan kami berikan"

Kata sang kaisar. Lanjutnya.

"Para pendekar Kang-ouw adalah bagian dari perjalanan panjang sejarah Tionggoan. Mereka adalah pahlawan bangsa yang sejak jaman dahulu kala mengorbankan jiwa dan raga demi bangsa. Pendekar-pendekar besar seperti Kwee Ceng- tayhiap, Oey Yong-liehiap, Yo Ko-tayhiap, dan Thio Bu1515 Kie-tayhiap adalah contoh terbaik dari kependekaran kaum Kang-ouw"

Thio Bu Kie.

Beng Liong ingat nama itu.

Itu adalah nama yang sudah hampir terlupakan oleh perguruannya sendiri.

Padahal nama itu adalah nama besar yang mengharumkan nama Bu-Tong Pai ke seluruh dunia.

Bahkan nama ini pula lah yang sebenarnya mengusir penjajah Goan.

Kaisar melanjutkan.

"Akhir-akhir ini penjajah Goan mulai berani mengacau di perbatasan. Rakyat kita yang tinggal di daerah sana banyak yang terbunuh. Kami telah mengirimkan pasukan terbaik ke sana. Tetapi tentara Mongol lumayan kuat, dan sampai sekarang peperangan di sana masih belum selesai. Kami berharap para pendekar dapat membantu rakyat mengusir pengacau-pengacau Goan"

Ia diam sejenak.

Lalu berjalan ke depan ke arah Beng Liong, lalu berhenti tepat di depan pendekar muda itu.

Siapapun jika berhadapan dengan seorang kaisar sedekat ini, pasti akan merasakan yang dirasakan Beng Liong saat ini.

Takjub dan tunduk setunduk-tunduknya.1516

"Angkat kepalamu, pendekar gagah. Terimalah lencana kebesaran kekaisaran Beng."

Kaisar Yang Lu menjulurkan tangannya menyerahkan lencana naga emas kepada Beng Liong. Beng Liong mengangkat kepalanya. Ia pun menjulurkan tangannya. Tapi bukan untuk menerima lencana naga emas. Melainkan mengincar leher kaisar Yong Lu.

"Serang!!!!"

Teriakan itu keluar dari mulut Beng Liong.

Lalu keadaan dalam balairung pentahbisan itu serta merta menjadi kacau balau.

Para hadirin yang ada di sana bergerak menyerang semua pengawal.

Yang tidak tahu apa-apa diam mematung tidak percaya! Gadis cantik yang mengaku sebagai kekasih Beng Liong tentu saja ikut menggempur.

Wanita setengah baya yang mengaku sebagai ibu gadis itu tentu saja ikut menggempur pula.

Dalam sekejap mata banjir darah pun di mulai.1517 Tangan Beng Liong pun telah hampir sampai ke leher kaisar Yong Lu.

Tapi ia sendiri heran mengapa belum sampai juga.

Gerakannya sekejap mata, secepat kilat.

Di dunia ini tak ada seorang pun yang bisa menghindar dari sergapannya.

Tapi kaisar Yong Lu bisa.

Kaisar itu mundur dengan anggunnya.

"Lama tak jumpa, Liong-ko"

Tentu saja Beng Liong kenal suara siapa ini.

Tapi pemilik suara ini seharusnya sudah mati 30 hari yang lalu.

Mampus karena terjun bebas ke dalam jurang.

Tubuh Beng Liong bergetar.

Marah, bercampur kaget, bercampur kecewa, bercampur dendam dan kebencian.

Ia terdiam begitu lama.

Sepertinya ada berjuta- juta kalimat yang ingin ia ucapkan, namun dibatalkan nya.

Keadaan di dalam balairung sangat kacau balau.

Berbanding terbalik dengan keadaan mereka berdua yang hanya bisa saling berdiri berhadap-hadapan.

Suara di luar balairung pun terdengar ramai dan kacau.1518
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pemberontakan!"

"Pemberontakan!"

Tanpa menengok pun orang sudah paham.

Di kotaraja sedang terjadi perang besar.

Perang yang direncanakan dengan sangat cerdas.

Sangat hati-hati.

Sangat licik.

Kaisar Yong Lu menyentuh wajahnya.

Dalam satu tarikan, hilanglah topeng tipis yang menutupi wajahnya.

Yang terlihat adalah wajah tampan seorang anak muda.

"Jadi kau belum mati?"

Tanya Beng Liong. Orang yang ditanya hanya tersenyum. Tentunya pertanyaan seperti itu tidak perlu dijawab. Ia malah balik bertanya.

"Mengapa?"

Pertanyaan ini hanya satu kata.

Tapi telah mewakili jutaan pertanyaan yang perlu ditanyakan.

Yang ditanya pun tidak perlu menjawab.

Ia hanya diam memandang sekeliling.

Kekacauan ini bahkan lebih kacau daripada yang terjadi di puncak Thay San.

Di ruangan ini, orang-orang yang dulu berada di puncak Thay San pun kini berada di sana.

Suma Sun,1519 Cukat Tong, dan Kao Ceng Lun.

Tentu saja Beng Liong tadi tidak mengenal mereka karena mereka menyamar menjadi prajurit pengawal.

Ia terdiam lama.

"Apa yang sudah terjadi, sudah terjadi. Mengapa tidak kita lanjutkan?"

Tanya Beng Liong.

"Apa Liong-ko tidak ingin menunggu dulu sampai seluruh kekacauan ini reda dulu?"

Tanya orang yang ditanya. Setelah berpikir sejenak, Beng Liong menjawab.

"Baiklah."

Ia berdiri dengan gagahnya.

Udara di penuhi darah.

Bahkan darah-darah ini pun menciprati baju dan wajahnya.

Tetapi ia tetap berdiri dengan gagah.

Seolah- olah apa yang terjadi di hadapannya seperti tidak pernah terjadi.

Pendangannya tertumbuk kepada gadis cantik.

Gadis cantik ini kekasihnya.1520 Jika topengnya telah terbuka, manusia di muka bumi mengenal gadis ini dengan nama Bwee Hua.

Sayangnya manusia di muka bumi ini salah semua.

Perempuan yang bernama Bwee Hua adalah wanita tua yang mengaku sebagai ibu gadis ini.

Entah siapa nama gadis ini.

Mari kita menyebutnya dengan nama Siau Bwee Hua (Bwee Hua kecil).

Gadis ini sedang berhadapan dengan seorang laki-laki.

Laki-laki ini bernama Cukat Tong.

"Sebaiknya kau menyerah Hua-moy (adik Hua). Gerakan kalian sudah ketahuan"

Kata Cukat Tong.

Pedang masih di tangan Bwee Hua.

Padahal saat mereka masuk tadi tak seorang pun yang diperbolehkan membawa senjata.

Pedang itu terhunus ke depan.

Tapi gadis itu tidak bergerak.

Begitu pula ibunya yang berdiri membelakanginya.

Di hadapan sang ibu, berdiri seorang laki-laki gagah dengan rambut riap-riap.

Tangan laki-laki itu buntung sebelah.1521

"Kau akan melawanku dengan keadaan seperti itu?"

Tanya perempuan tua itu.

"Aku telah menanti sejak puluhan tahun yang lalu"

Jawab laki-laki itu.

"Bagus. Keturunan Suma memang tidak memalukan"

Lalu perempuan tua itu bergerak. Kecepatan yang tak mungkin diikuti dengan mata manusia biasa. Tapi pemuda bermarga Suma itu bukan manusia biasa. Orang mengenalnya sebagai "Dewa pedang berambut merah"

Ang Hoat Kiam Sian.

Dan ?dewa? adalah ?dewa?.

Ia hanya membutuhkan satu gerakan.

Satu gerakan sudah cukup.

Jika kau adalah ?dewa pedang? maka kau hanya membutuhkan satu gerakan.

Satu gerakan yang tidak mungkin seorang pun mau percaya jika diceritakan.

Tidak ada suara.

Tidak ada darah.

Yang ada hanya kematian.1522 Bwee Hua muda melihat kematian ibunya dengan rasa tidak percaya.

Tidak mungkin seorang yang ilmunya setinggi itu mati hanya dengan satu gerakan.

Pedang yang tadi sudah ia hunus, kini jatuh bergelontangan di lantai.

Ia tahu, tak ada kesempatan dan tak ada jalan lagi.

Ia pun jatuh duduk bersimpuh.

Ia menangis Entah sedih.

Entah marah.

Entah menyesal.

Penyesalan memang selalu ditakdirkan untuk datang terlambat.

Wajah Suma Sun tenang.

Ia telah kembali menjadi Suma Sun yang dulu.

Ia telah kembali menjadi dewa pedang.

Jika kau ingin mengalahkan perempuan paling cantik di dunia, jalan satu-satunya adalah dengan menjadi dewa.

Dendam belasan tahun telah terbalas di balairung istana Kaisar.

Bapak ibunya memang dulu terbunuh oleh Bwee Hua tua.

Kini segala yang menjadi beban hidupnya terangkat sudah.1523 Tapi bagaimana mungkin ia melatih tangan kirinya menjadi jauh lebih hebat ketimbang tangan kanannya? Jawaban yang sederhana.

Karena Suma Sun kidal.

Bapak ibunya pun kidal.

Ilmu pedang keluarganya pun sebenarnya kidal.

Tapi ia tidak pernah menggunakan tangan kirinya untuk bertarung.

Karena ia memang sengaja menyimpan tangan kirinya itu untuk Bwee Hua tua itu.

Bwee Hua tua dulu pernah mengalahkan ilmu pedang keluarga Suma.

Oleh karena itu jika ingin mengalahkan Bwee Hua juga harus tetap menggunakan ilmu pedang keluarga Suma.

Agar kekalahan itu terbayar lunas.

Dan dendam terbalaskan.

Beng Liong pun hanya memandang kematian perempuan tua itu dengan wajah sedih.

Ia tahu ia tak dapat berbuat apa-apa.

Jika ia bergerak, maka orang yang ada di depannya pun akan ikut bergerak.
Kisah Para Penggetar Langit Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia hanya bisa menangis.

Air matanya menetes deras.1524

"Liong-ko, Bwee Hua apakah... nenekmu?"

Tanya lelaki di depannya itu. Beng Liong mengangguk perlahan. Lelaki di depannya pun ikut meneteskan air mata.

"Kenapa kau ikut menangis, Cio San?"

Kematian memang selalu mengharukan.

Kematian siapa saja.

Ruang balairung perlahan sepi.

Yang tersisa memang cuma kematian.

Hanya beberapa orang yang masih hidup.

Ada pula beberapa yang sudah menyerah.

Suara pertempuran di luar istana masih terdengar ramai dan mendebarkan.

Tapi anehnya suasana di balairung itu sunyi sekali.

"Kita mulai?"

Tanya Beng Liong.

"Sudahkah kau berpikir kembali, Liong-ko?"

Beng Liong hanya tersenyum. Ia selalu suka dengan Cio San. Tapi ia berkata.

"Jika di dunia ini ada aku, mengapa pula harus ada kau?"1525 Pertanyaan yang tak seorang pun bisa menjawabnya. Beng Liong mengembangkan langkahnya. Gerakannya halus dan tenang. Dari tubuhnya tercium aroma wangi yang halus. Bahkan saat tubuhnya bernoda darah sekalipun, pemuda tampan ini masih menyebarkan aroma wangi. Lalu ia menyerang. Sebuah serangan yang sungguh amat menakut kan. Seolah-olah seluruh ilmu paling sakti di seluruh dunia digambungkan menjadi satu di gerakan itu. Thay Kek Kun, 18 Tapak Naga, Ilmu Menghisap Matahari, dan lain-lain. Melebur menjadi satu. Satu pukulan. Satu gerakan. Tapi seolah-seolah seluruh ilmu silat yang ada di muka bumi berada di satu gerakan ini. Cio San pun bergerak dengan tenang. Kecepatannya pun tak kalah mengagumkan. Dalam satu gebrakan kedua orang ini telah sama mengelurkan 100 pukulan, 50 tendangan, dan 150 tangkisan. Membayangkan pun tak ada yang sanggup. Apalagi untuk percaya.1526 Tapi pergerakan kedua orang ini memang sudah tidak masuk akal lagi. Beng Liong memukul. Terdengar suara bagaikan geraman naga keluar dari telapak tangannya. Tembok balairung pun pecah berantakan. Mayat-mayat dilantai pun berhamburan bagai kapas ditiup angin taufan. Cio San menghadapi pukulan ini dengan gerakan santai. Langkahnya tegap dan gemulai. Seperti orang menari. Namun kakinya itu bagai menancap di bumi. Angin pukulannya saja bisa menghancurkan tembok, apalagi pukulannya. Tapi Cio San menghadapi telapak itu dengan tenang. Tangan kanannya bergetar menciptakan suara derik yang menyakitkan telinga. Dengan tangan itu ia menyambut telapak Beng Liong. Suara menggelegar terdengar membuat jantung manusia seperti hampir meledak. Gemuruhnya jauh lebih menakutkan daripada suara guntur yang paling menakutkan sekalipun.1527 Cahaya berkilatan memenuhi ruangan balairung yang sudah sangat berantakan itu. Pertarungan kedua orang ini sudah seperti pertarungan Naga dan burung Hong (Phoenix). Beng Liong adalah naga. Kegagahannya, kecerdasannya, ketampananannya, kesohorannya, memang menyamai seekor Naga. Bahkan namanya sendiri berarti Naga Bercahaya. Ia memang mempunyai seluruh persyaratan untuk menjadi kaisar. Ia sendiri pun sebenarnya adalah keturunan kasiar Goan. Beng Liong benar-benar adalah naga. Di pihak lain, Cio San memang cocok pula dipadankan dengan burung Hong. Burung ini walau tidak terlihat segarang naga, namun anggun dan penuh wibawa pula. Burung ini jika mati menjadi debu. Dari debu inilah ia bangkit kembali. Oleh karena itu burung Hong dikenal sebagai makhluk abadi yang selalu datang dan bangkit dari kematian. Bukankah Cio San seperti burung Hong? Berulang kali ia datang dari kematian.1528 Lahir pun ia hampir mati. Ketika kecil pun hampir mati dibunuh orang. Ketika remaja ia jatuh ke dalam jurang. Saat dewasa pun ia jatuh ke dalam jurang. Tapi ia selalu muncul kembali. Kalau tidak dijuluki burung Hong, maka tak ada lagi julukan dan sebutan yang pantas untuknya. Kini burung Hong dan Naga sedang bertarung dalam pertarungan hidup dan mati. Pertarungan keduanya ini bagaikan pertarungan yang berlangsung di langit yang mengakibatkan suara guntur dan cahaya petir seperti menghiasi balairung istana itu. Entah sudah jurus keberapa. Beberapa pasang mata yang kebetulan ditakdirkan untuk menyaksikan pertempuran ini hanya bisa melongo dengan rasa heran dan kagum yang mencapai puncaknya. Telapak tangan Beng Liong menyambar- nyambar. Setiap apapun yang terkena angin pukulan nya menjadi hancur berkeping-keping. Cio San pun mengelak dengan lincah sambil sekali-sekali membalas pula dengan serangan yang tak kalah dahsyat.1529 Jika diperhatikan, ilmu dan jurus kedua orang ini sama persis. Yang membedakannya hanyalah cara memainkannya. Beng Liong mantap dan pasti. Kuat dan bertenaga. Cio San lincah dan cepat. Ringan dan leluasa. Semua hadirin di sana sudah pasti mengerti ilmu silat. Mereka hanya bisa menghindar dari imbas dan ampas pertarungan dahsyat ini. Mereka sungguh tidak mengerti, ilmu kedua orang ini sama persis! Mengapa bisa begitu? Tentu saja hanya kedua orang itu yang bisa menjawabnya. Cukat Tong pun hanya bisa menebak saja. Jika Beng Liong adalah si otak besar, maka sudah pasti kitab sakti inti ilmu silat tulisan Tat Mo berada di tangannya. Tentu saja seluruh ilmu silat yang dikenal umat manusia, bersumber dari kitab ini. Ilmu 18 Tapak Naga, Thay Kek Kun, Cakar Macan, Ilmu Menghisap Matahari, dan ilmu-ilmu lainnya semuanya bersumber dari kitab ini. Jika1530 menguasai kitab ini, tentu saja dengan sendirinya menguasai ilmu-ilmu dahsyat itu. Di pihak lain, bagaimana Cio San bisa pula menguasai ilmu-ilmu itu? Menurut tebakan Cukat Tong, hal ini karena Cio San telah memahami inti pemahaman ilmu silat. Dengan pemahaman ini, jurus tak lagi dibutuhkan. Tubuh akan bergerak sesuai irama pertempuran. Di saat memukul akan memukul, di saat menangkis akan menangkis, di saat menghindar pun harus menghindar. Semua akan mengalir dengan murni dan apa adanya. Tak lagi mengenal aturan dan tak lagi mengenal batasan-batasan. Justru dengan pemahaman inilah maka bhiksu Tat Mo dulu berhasil menciptakannya dalam sebuah buku. Cio San memiliki pemahamannya. Beng Liong memiliki buku hasil pemahamannya. Apa yang dituliskan di buku menjadi lebih efektif, karena semua yang tidak diperlukan tidak perlu dituliskan. Karena itu serangan-serangan Beng Liong terlihat lebih dahsyat dan mengagumkan.1531 Sebaliknya di dalam pemahaman yang dimiliki Cio San, segala hal menjadi bisa, dan segala menjadi tidak bisa. Ada proses memilih bisa atau tidak bisa yang membuat gerakannya menjadi sedikit berkurang kedahsyatannya jika dibanding dengan gerakan Beng Liong. Dari tangan kanan Beng Liong ia mengeluarkan jurus-jurus terakhir dari 18 Tapak Naga. Dari tangan kirinya ia mengeluarkan ilmu Inti Es yang membuat siapapun yang terkena pukulan itu menjadi es batu. Langkah kakinya lincah seperti langkah-langkah perawan Go-Bi Pai yang gemulai namun tak tertangkap mata. Seolah-olah segala ilmu di dunia ini telah dipelajarinya dengan sangat baik. Seolah-olah sejak lahir ia memang telah memahami seluruh ilmu itu satu persatu. Ia menggunakannya dengan luwes dan tanpa kecanggungan. Cio san pun menandingi pula dengan ilmu yang terlihat begitu mirip dan begitu sama. Tapi siapapun yang ada di sana bisa melihat, ilmu Beng Liong berada setingkat di atas Cio San.1532 Hal ini membuktikan bahwa jika seseorang belajar dengan menggunakan penuntun, seperti guru atau kitab sakti, maka pelajaran yang dapatkan menjadi sangat efektif. Karena dalam pengalaman guru, segala sesuatu yang tidak perlu telah terhapuskan. Begitu juga dalam kitab sakti, segala sesuatu yang tidak perlu memang tidak perlu dituliskan. Orang yang belajar dari pemahamannya sendiri, membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa benar-benar menguasainya. Karena ada proses pembelajaran, proses menghapus yang tidak perlu, proses menambah pengalaman. Oleh karena itu Beng Liong lebih unggul daripada Cio San. Pukulannya pun masuk telak ke dada Cio San. Entah ini pukulan jurus apa. Tak ada seorang pun yang tahu dan ambil perduli. Mereka hanya tahu, satu pukulan dan satu gerakan saja akan berakibat fatal dalam pertarungan ini. Cio San pun menerima pukulan itu dengan mengerahkan segala tenaganya. Ia terlempar dan terjengkang bertombak-tombak.1533 Darah segar keluar dari mulutnya. Lantai pualam itu hancur berkeping-keping kejatuhan tubuh Cio San. Beng Liong tidak menyia- nyiakan kesempatan ini. Segera ia memburu ke depan dan melontarkan pukulan-pukulan dahsyatnya. Tak ada kesempatan bagi Cio San untuk menangkis atau berkelit. Gerakan Beng Liong amat sangat cepat. Serangan tadi yang menjatuhkannya kini telah membuat ia kehilangan banyak tenaga. Kecepatannya berkurang. Dan pandangannya pun mulai mengabur. Jurus ke 18 dari ilmu 18 Tapak naga dikeluarkan Beng Liong. Jurus ini menghantam rusuk Cio San tanpa ampun! Bisa dibayangkan bagaimana mengerikannya pukulan ini. Hawanya saja bisa menghancurkan bebatuan, apalagi jika inti pukulannya terkena tubuh manusia. Bisa dipastikan saat itu juga langsung menghadap dewa kematian. Tapi Cio San menerimanya dengan gagah. Pukulan mengerikan itu membuat tulang rusuknya patah. Jika bukan Cio San tentu tulang-1534 tulangnya akan menjadi debu. Tapi Cio San adalah Cio San. Gemblengan, latihan, dan perlindungan tenaga dari jamur sakti membuat tubuhnya memiliki kemampuan jauh diatas pendekar-pendekar hebat lainnya. Beng Liong sendiri hampir tidak percaya melihat kemampuan Cio San menahan serangan itu. Begitu tubuh Cio San terlempar, segera Beng Liong menyusulkan sebuah tendangan dahsyat ke arah pahanya. Tendangan ini sekilas mirip dengan tendangan khas dari daerah utara. Tendangan Naga Mengibaskan Ekor. Tendangan ini bagai pusaran badai yang menghujam paha Cio San. Kraaaakkkkk. Suara ini begitu keras terdengar. Bagaikan suara pohon yang tumbang. Dan Cio San pun tumbang menghantam salah satu pilar penyangga balairung. Pilar itu pun roboh bersama Cio San. Bersama sebagian atap balairung pula.1535 Pertaruangan kedua orang ini begitu dahsyat sampai-sampai ruang balairung istana ini mereka rubah menjadi lapangan! Tembok-tembok hancur berantakan. Atap ambruk. Di luar terlihat peperangan yang amat dahsyat. Entah siapa melawan siapa. Mayat bergelimpangan. Bukankah inti perang hanya ini? Mayat yang bergelimpangan. Seolah-olah nyawa manusia tiada artinya. Dengan sisa pandangannya yang sudah mengabur, Cio San dapat melihat apa yang terjadi di luar sana. Tapi tubuhnya telah susah bergerak. Kedua kakinya telah patah di hajar tendangan Beng Liong. Rusuknya pun patah sehingga pergerakan badannya pun menjadi kaku. Ia tak dapat berdiri lagi. Walaupun ia dapat menggunakan kedua tangannya, tetap saja percuma. Ia sudah tak mampu mengumpulkan tenaga untuk1536 membentuk kuda-kuda. Padahal kuda-kuda adalah yang terpenting dari ilmu silat. Ia hanya bisa pasrah. Menutup mata sambil menanti kematian. Serangan Beng Liong datang bagai air bah yang menghujam dirinya. Dalam kegelapan matanya, Cio San bisa mendengar gerakan Beng Liong. Entah kenapa ia merasa gerakan itu lambat sekali. Apakah orang yang mendekati kematian akan merasakan seperti itu? Segala sesuatu berjalan dengan sangat lambat. Gerakan ini bagaikan gerakan air bah. Ingatan Cio San kembali melayang ke saat dia terjebak ke dalam goa dulu. Keadaannya persis seperti ini. Di dalam kegelapan. Tak berdaya. Dan bahkan tak bertenaga. Kenangan di dalam goa itu membawa sebuah perasaan di hatinya. Perasaan semangat yang membara. Bukankah ia sudah berkali-kali hampir mati? Tapi berkali-kali pula ia lolos dari kematian.1537 Saat ini pun juga begitu. Jika belum mati, tentu masih ada kemungkinan lolos dari kematian. Apa yang kumiliki sekarang? Kaki sudah tidak bisa digunakan. Mata telah gelap. Badan pun sudah tidak lincah. Aku masih ada dua buah tangan. Walaupun tenaga sudah tidak ada. Walaupun kecapatan sudah menghilang. Bukankah aku masih punya kehidupan? Selama seseorang masih bisa hidup, mengapa harus takut pada kematian? Selama seseorang belum mati, bukankah dia masih bisa hidup? Oleh karena itu, entah bagaimana tubuh Cio san yang tergeletak tak berdaya di lantai itu tahu-tahu bisa melayang bangkit menyongsong pukulan Beng Liong. Seperti dulu. Menyambut air bah di gua gelap gulita.1538 Mengandalkan apa yang tersisa dari semangat hidup. Manusia boleh kehilangan apapun, namun selama ia belum kehilangan nyawa, maka ia masih bisa mendapatkan apa yang dulu pernah hilang. Cio San mendapatkan kembali semangatnya. Sisa tenaganya yang tersisa dipakai untuk menggenjot tubuhnya melayang. Genjotan itu berasal dari punggungnya. Dengan sekali genjot ia telah berada di depan Beng Liong yang kaget setangah mati, bagaimana mungkin musuhnya itu bisa bergerak sedemikian rupa. Itulah perbedaan peniru dan pencipta. Peniru hanya meniru apa yang ia pelajari dari guru atau buku. Pencipta menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Penentuannya adalah di situasi seperti ini. Jika dulu kau diajari orang, atau belajar dari kitab sakti, kau mungkin sangat hebat. Tapi bagaimana jika yang kau pelajari itu tidak bisa diterapkan dalam situasi yang tengah kau hadapi? Jaman berkembang. Manusia berubah. Segala sesuatu tidak lagi seperti sedia kala.1539 Ilmu silat berkembang demikian luas. Keadaan pun berbeda dari satu pertarungan ke pertarungan lain. Tidak ada orang yang bisa meramalkan masa depan. Begitu pula tidak ada seorang ahli silatpun yang bisa meramalkan hasil pertarungan maupun jalannya pertarungan. Selalu ada hal yang berbeda. Segala hal bisa berubah. Mereka yang siap dengan perubahan, yang berani melakukan perubahan, merekalah yang sanggup bertahan. Jika cara menghadapi situasi yang kau alami tidak terdapat dalam pelajaran yang kau dapatkan dari guru atau kitab sakti, maka apa yang kau lakukan? Tidak ada. Itulah beda peniru dengan pencipta. Penciptakan menciptakan sesuatu dari ketiadaan. Karena itulah dalam keadaan apapun ia akan sanggup bertahan. Beng Liong tak pernah menduga orang yang keadaannya separah Cio San bisa tiba-tiba memiliki kekuatan untuk melenting dan menghadang pukulan nya.1540 Kekagetannya ini walau sepersekian detik saja, telah menghantarkannya kepada kekalahan. Entah bagaimana kedua tangan Cio San telah berhasil melilit tangan Beng Liong. Lilitan itu bahkan menggiring telapak tangan Beng Liong ke arah dadanya sendiri! Duarrrrrrrrrrrrrr!!!!! Serangan itu menyerang tuannya sendiri. Beng Liong terlempar terjengkang ke belakang. Memuntahkan darah segar. Ia telah mencurahkan segala tenaganya untuk menghancurkan Cio San. Segala tenaganya itu tadi yang telah menghantam dirinya sendiri. Ia terjengkang ke belakang tepat di depan singgasana kaisar. Dengan segala daya upaya ia bangkit. Mencoba menggapai singgasana itu. Ia mencoba dan mencoba lagi. Singgasana itu begitu dekat, tapi mengapa terasa begitu jauh untuk digapainya?1541 Bukankah semua di dalam hidup seperti itu. Terasa begitu dekat, namun amat jauh untuk digapai. Bukankah cinta pun seperti itu? Seberapa banyak dari kita yang mengalami hal seperti Beng Liong? Mungkin tak terhitung. Beng Liong bangkit. Dengan sisa-sisa tenaganya ia berdiri. Ia maju menggapai singgasana itu. Tetapi ia terjatuh lagi. Beberapa pengawal yang masih hidup mencoba mencegahnya. Tapi langkah mereka terhenti oleh Suma Sun dan Cukat Tong.


Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Gerhana Eclipse Twilight Buku Ke 3 Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo

Cari Blog Ini