Ceritasilat Novel Online

Manusia Atlantis 3

Manusia Atlantis Karya S. Widjadja Bagian 3



Drone itu tidak mempan ditembak dengan pistol seperti itu.

Harusnya aku tahu.

Harusnya aku curiga.

Drone berukuran hampir satu meter itu ? terlalu besar untuk drone biasa atau civilian drone.

Apalagi drone itu memiliki kemampuan stealth ? tidak kasat-radar.

Benda terbang sialan itu military drone.

Military drone memiliki kecepatan dan kemampuan bermanuver yang lebih baik daripada drone biasa, selain itu juga mampu mengangkut berbagai jenis persenjataan termasuk smart bomb berukuran kecil.

Drone tersebut juga mampu menahan tembakan proyektil kaliber 30 mm.

Kemampuan lainnya, dalam keadaan darurat mampu terus terbang dengan hanya159 dua unit baling-baling ? untuk jarak tempuh beberapa kilometer.

Ukuran yang tidak terlalu besar dibandingkan drone biasa menunjukkan jenis drone untuk operasi terbatas dengan sasaran spesifik.

Pretty tewas seketika.

Aku bisa merasakannya.

Pretty pasti terkejut sewaktu drone itu muncul.

Aku yakin dia terus-menerus memantau perkembangan di lapangan termasuk kemungkinan penyergapan terhadap dirinya dan Sheva.

Masalahnya adalah military drone itu stealth! Tidak tertangkap radar.

Tidak terlihat di sensorku.

Sekalipun Pretty terus memonitor apa yang kulihat, apa yang tertangkap sensorku, kehadiran drone itu tetap tidak diketahuinya.

Karena aku juga tidak mengetahuinya.

Aku berdiri sambil membopong Pretty.

Sheva memandangku, sepertinya ia mengerti maksudku.

"Ayo,"

Kataku. Ia mengangguk. Kami bergegas kembali ke "markas" ? bungker bawah tanah itu. Tiba-tiba "RRRRRR!"

Terdengar getaran ? vibrate di telingaku. Incoming call. Telepon masuk.160 Aku mengangguk ? memberi tanda pada Sheva untuk menunggu sebentar. Private number? Tulisan tersebut terpampang jelas di depan mataku. Siapa yang meneleponku? "Efran?"

Terdengar sapa si penelepon.

"Ya,"

Sahutku.

"Ini Pretty."161 Aku tertegun menatapnya. Menatap sosok yang berdiri di hadapanku. Sosok yang sama seperti yang kubopong saat ini.

"Apa kabar, Efran?"

Sapanya. Aku hanya mengangguk. Reaksi positif. Kuperhatikan sosok tersebut. Pretty? Sepertinya agak berbeda.

"Benar. Aku adalah Pretty yang lain."

Memang "lain".

Lebih kalem.

Seperti biasa, Sheva berdiri tanpa ekspresi.

Dia sekarang sudah berada di samping Pretty lagi ? Pretty yang lain, yang baru atau haruskah kusebut yang ketiga? Dia sepertinya sudah sangat familiar dengan tempat ini.

Bungker rahasia di bawah tanah.

Tempat dia dan replika lainnya berada dalam kondisi statis.

Seolah-olah dia seperti sudah lama ada dan berkeliaran di sini.

"Sebelum Pretty tewas, dia sempat menekan beberapa kode di smartphone-nya untuk mengaktifkan kunci pembuka kapsul ini ? sekaligus mentransfer data-data pikirannya,"

Pretty menjelaskan.162 That explained it.

"Terakhir Pretty mengaktifkan kill switch pada smartphone-nya. Gadget tersebut kini menjadi rongsokan tidak berguna. Aku yakin dia juga membakar SIM card-nya."

Aku memang sudah memeriksa smartphone tersebut di TKP saat itu. Bukan cuma SIM card-nya yang terbakar. Benda tersebut benar-benar rusak parah ? hancur dan hangus.

"Letakkan saja di situ."

Aku meletakkan mayat Pretty "lama"

Di dalam incinerator. Sama seperti yang pernah kulakukan sebelumnya.

"Selanjutnya biar aku yang mengurusnya."

Dia berjalan dengan tenang menuju incinerator itu dan kemudian mengaktifkan.

Tak ada perasaan apa-apa pada diriku melihat incinerator itu memulai proses pembakarannya.

Sepertinya Pretty juga sama sepertiku.

What?s next? "Sekarang semuanya jadi lebih mudah."

Dia tersenyum.

"Bukannya sekarang keadaan jadi tambah kacau? Presiden meninggal dan kita saat ini akan diburu pihak yang berwajib."

"Kamu lupa? Aku sudah meninggal ? secara de facto. Drone itu merekam kejadian saat aku dibunuh."

Dia menoleh ke arah Sheva yang langsung menganggukkan kepalanya ? menyetujui apa yang barusan dikatakannya.163 Pretty menatapku, lalu melanjutkan kata-katanya,"Jadi kalau memang ada yang akan dicari pihak yang berwajib, orang itu adalah kamu."

Aku mengangkat kedua bahuku. Terserah. Kalau aku kenapa-kenapa, toh dia juga yang bakalan repot.

"Seperti yang kukatakan sebelumnya, sekarang semuanya jadi lebih mudah."

Aku masih belum mengerti maksudnya.

"Lebih mudah bagaimana?"

Tanyaku memprotes.

"Rencana berikutnya,"

Katanya sambil mengangkat tangan dengan dua jari diacungkan. Rencana yang kedua maksudnya.

"Begitu RI 1 meninggal, maka RI 2 akan segera dilantik menjadi Presiden. Saat itu seluruh jajaran kabinet akan berkumpul menyaksikan pelantikan tersebut."

Aku terdiam ? mendengarkan. Apa yang dikatakannya tidak menyelesaikan masalah ? perihal aku yang menjadi target pihak yang berwenang.

"Tugasmu yang berikutnya adalah menghabisi semua pejabat negara setingkat menteri yang hadir saat itu."

Aku tertegun. Pretty sudah berpikir sampai sejauh itu.

"Memangnya aku bisa?"

Tanyaku ? aku enggan melakukannya.

"Kalau belum dicoba mana bisa tahu?"

"Aku tidak bersedia."164 Dia tersenyum. Dingin. Tatapan matanya tajam.

"Do it or I?ll make you do it myself,"

Katanya.

Aku memang sudah memikirkan kemungkinan ia akan mengendalikan pikiranku lagi.

Tetapi sampai saat ini aku belum menemukan caranya ? cara untuk mencegahnya melakukan itu padaku.

Sampai saat ini berita terbunuhnya Presiden Farhad Prayogo belum beredar di media daring.

Sepertinya pihak berwajib masih menelusuri peristiwa tersebut dan mengambil sikap hati-hati mengingat kejadian ini berpengaruh besar terhadap keamanan negara ? stabilitas politik dan ekonomi.

Terbunuhnya kepala negara mengindikasikan negara dalam keadaan darurat.

Lalu bagaimana dengan Ayah? Aku tidak yakin jika seluruh anggota kabinet dan pejabat setara lainnya kubunuh, Ayah akan otomatis menjadi Presiden.

Sama sekali tidak yakin.

*** "Sodom dan Gomorrah bukan satu-satunya tempat di mana Sang Pencipta menunjukkan amarahnya.

Penduduk Atlantis ? yang berpengetahuan sangat tinggi juga tidak lepas dari hukuman itu."165 Itu yang dikatakan Pretty ? yang kedua, ketika aku menanyakan sebab musnahnya peradaban Atlantis.

"Memangnya apa yang dilakukan oleh bangsa yang berkebudayaan tinggi itu? Tentunya bukan sesuatu yang amoral kan?"

"Tentu saja bukan ? jika yang kau maksudkan adalah perbuatan asusila dan semacamnya itu,"

Jawabnya.

"Kami ingin menyamai Sang Pencipta."

Aku terdiam ? tidak percaya akan apa yang baru saja kudengar.

"Kami merasa mampu, merasa tidak terkalahkan. Kami bisa menciptakan apa pun yang kami mau. Kami juga bisa memusnahkan siapapun yang menentang kami."

Pretty. aku ingat, dia bisa membunuh tanpa mengedipkan matanya. Kesombongan. Bukan, takabur.

"Mungkin kamu tidak percaya, tapi kami berhasil menembus batas ruang dan waktu."

Aku memandangnya lekat-lekat. Dia tertawa melihatku kebingungan.

"Katakan, Efran, jika kamu bisa pergi ke mana saja ? ke tempat mana pun di alam semesta ini, semudah menjentikkan kedua jari tanganmu, apakah kamu tidak merasa kalau kamu itu memiliki kekuasaan yang mahahebat?"

Teleportasi! Bangsa Atlantis mampu melakukannya.166

"Kamu bahkan bisa pergi ke era kapan pun kamu mau. Apakah itu zaman dinosaurus atau masa depan. Jutaan, tidak ratusan juta bahkan miliaran tahun dari sekarang."
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Luar biasa. Ini sungguhan atau khayalan Pretty belaka? "Kalau memang bangsa Atlantis begitu hebatnya, kenapa bisa musnah ? tenggelam begitu saja?"

Tanyaku. Dia terdiam. Tak ada senyum di wajahnya.

"Beberapa di antara kami, para tetua, mencoba sesuatu yang terlarang. Sesuatu yang sejak dahulu sekali tidak pernah dan tidak boleh dipikirkan ataupun diperdebatkan."

Aku terus mendengarkan.

"Mereka mencoba pergi ke awal saat semuanya itu bermula ? masa terciptanya alam semesta."

"Aku tidak merasa ada yang aneh mengenai hal tersebut. Jika aku punya kemampuan seperti mereka, aku pun mungkin akan melakukan hal yang sama. Bukankah kita jadi bisa membuktikan kebenaran-kebenaran yang tertulis di kitab suci agama-agama di dunia ini?"

"Kamu sepertinya tidak mengerti."

Mungkin aku memang tidak mengerti.

"Mereka ingin melihat bagaimana alam semesta ini tercipta karena mereka ingin melihat dan menemukan Sang Pencipta."

Aku tertawa.167

"Bukan, kalau bertemu dengan Sang Pencipta pada saat kita sudah meninggal, tak ada hal lain lagi yang dapat kita lakukan lagi."

Dia tahu apa yang kutertawakan. Bukankah kalau kita meninggal, kita akan bertemu dengan Sang Pencipta? Tak perlu repot-repot sampai harus mengarungi ruang dan waktu. Tetapi ingin mengetahui ? melihat asal-usul alam semesta, itu hal yang berbeda.

"Jika kita bisa melihat dan bertemu dengan Sang Pencipta, mungkin kita bisa mengetahui rahasia kuasa Sang Pencipta. Mungkin kita juga bisa memiki kuasa semacam itu."

Sesuatu yang absurd! "Yang benar saja ."

Kataku.168 Mereka tidak menemukan Sang Pencipta namun mereka merasakan keberadaanNya.

Terus-menerus memundurkan waktu hingga mencapai saat permulaan ? awal dari semuanya, menyebabkan ketidakseimbangan kosmis.

Sekelompok manusia itu, para perintis, mencoba melakukan intervensi terhadap rencana Sang Pencipta tanpa mereka menyadarinya.

Keberadaan mereka, walaupun cuma sebagai observer, tidak dapat ditolerir.

Mereka musnah ketika menyaksikan timbulnya cahaya yang menelan kegelapan semesta.

Lahirnya bintang pertama diiringi dengan ledakan dahsyat menelan semua yang menyaksikan peristiwa tersebut.

Sesaat sebelum tubuh mereka musnah, para perintis itu semuanya merasakan ketakutan akan kematian.

Mereka baru menyadari keberadaanNya.

Mereka baru menyadari hakikat Yang Esa.

"Kami yang berada di Atlantis pada masa yang berbeda, yang secara mental dan emosional terhubung dengan mereka yang berada di awal dari semuanya ? kami turut merasakan hal itu. Kekuatan pikiran kami terguncang. Kami yang terkuat di antara para Atalan, tak mampu mengendalikan kekuatan kami."

Prettyterdiam seperti kehabisan kata-kata.169 Atalan adalah sebutan untuk kaumnya ? bangsa Atala atau lebih dikenal sebagai Atlantis.

"Semua, segalanya, bergerak tak terkendali. Gunung berapi, sungai, kota, pesisir hingga lautan semuanya bergejolak. Bencana alam yang dipicu lepasnya kekuatan telekinesis ribuan orang terjadi ? kekuatan yang menyertai sebagian dari mereka menuju awal semesta. Kini kekuatan tersebut tidak menyatu padu lagi. Kekuatan yang terlepas itu mampu menggeser poros bumi hingga beberapa derajat. Tempat yang sebelumnya berselimutkan salju abadi di kedua kutub bumi kini bergeser semakin mendekati khatulistiwa. Salju mencair membanjiri permukaan bumi menerjang sebagian besar daratan laksana air bah dalam legenda. Inti bumi juga mengalami guncangan dahsyat, magma bergolak liar menekan permukaan bumi memaksa gunung-gunung memuntahkannya keluar. Lahar membanjir di mana-mana sampai ke samudera dan mendidihkan lautan di sepanjang pesisir benua."

Aku melihat dengan jelas bencana itu seolah-olah aku ada di sana dan menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri.

Naiknya permukaan laut secara tiba-tiba dibarengi dengan letusan gunung berapi menyebabkan gempa yang memicu tsunami dan memporakporandakan peradaban yang sangat maju itu.

Tanah Atlantis terlanda bencana alam mahadahsyat dan tenggelam ke dasar lautan.

"Tetapi kami tidak musnah."

Mereka tidak musnah, mereka malah menemukan sesuatu ? fakta yang tak terbantahkan, mereka mengetahui dan mengakui keberadaan sosok agung yang sebelumnya mereka pertanyakan.170 Mereka menyadari bahwa mereka memiliki rasa takut.

Takut akan kematian.

Mereka tidak bisa menyelamatkan diri mereka.

Tubuh atau jasad yang sejatinya mereka akui sebagai diri tidak mampu mereka selamatkan.

Jika mereka tidak punya kuasa atas diri mereka (tidak mampu menyelamatkan diri mereka sendiri), bagaimana mungkin mereka bisa menyatakan mereka adalah yang paling mulia dan penuh kuasa? Di saat itulah mereka menyadari keberadaan Yang Esa.

Tetapi semuanya telah terlambat.

Pretty menjelaskan banyak di antara Atalan, yang berhasil menyelamatkan diri ke wilayah lain dan membentuk koloni- koloni baru.

Bercocok tanam dan irigasi, pemahaman astronomi ? membaca rasi bintang, pengenalan musim, pengenalan racun dan tanaman obat, aksara dan tulisan, itu semua merupakan warisan mereka.

Aku tahu.

Aku pernah mendengar ada sesuatu yang hilang ? suatu masa yang tidak dapat dijelaskan, periode saat manusia beralih dari aktivitas berburu menjadi bertani.

Konon diceritakan dewa-dewi yang mengajarkan pengetahuan bercocok tanam tersebut.

Aku memang curiga kalau eksistensi Pretty berkaitan erat dengan Kristal Atlantis.

Pretty adalah manusia ? makhluk hidup.

Insan yang tidak berasal dari zaman ini.

Dia seorang Atalan ? demikian pengakuannya.

Dia manusia Atlantis yang berasal dari ribuan tahun yang lalu.

Dia tidak pernah secara langsung menjawab keingintahuanku mengenai siapa dia sebenarnya.

Pretty hanya perlu mengirimkan ribuan ? jutaan gambar kepadaku.171 Benakku dipenuhi gambar mengenai Atlantis ? para penduduknya, kota-kotanya yang luar biasa, teknologi yang menakjubkan (aku bisa melihat kendaraan seukuran sepeda motor yang beterbangan memenuhi langit Atlantis), hingga bencana tersebut.

Gempa melanda dan air bah memenuhi kota untuk kemudian menelan semuanya.

Sayang sekali tak satu pun gambar tersebut terekam dalam memoriku.

Semua bergerak melintas sesaat untuk kemudian lenyap.

"RAM kamu tidak cukup,"

Katanya lalu tertawa.

RAM (Random-access Memory) merupakan salah satu penyimpan data komputer.

That was very stupid, Pretty.

Sekarang semuanya jelas.

Kemampuan pikirannya yang luar biasa itu merupakan aplikasi dari teknologi yang berhasil memaksimalkan kekuatan otak manusia.

"Kalau kalian sedemikian hebatnya, kenapa kalian tidak mampu mencegah atau mengantisipasi bencana itu?"

Tanyaku.

Pretty menjawab melalui telepati.

Itulah hukum alam.

Ibu Pertiwi ? Mother Earth atau yang dikenal dengan sebutan Gaia, sepertinya mengetahui bagaimana perilaku anak-anaknya.

Para manusia yang bernaung pada dirinya.

Jika kita meracuni tempat kita hidup, maka kita juga akan menderita.

Pernahkan kamu tinggal di tempat yang sangat polutif? Bisakah seseorang hidup sehat di tempat seperti itu? Bagaimana jika kamu meracuni172 tubuhmu sendiri? Bukankah kamu akan sakit atau bahkan mati? Kami tidak menyadari bahwa kami meracuni diri kami sendiri.

Pikiran yang mengatakan bahwa kami memiliki kekuasaan yang menyamai Sang Pencipta betul-betul pikiran yang destruktif.

Berpikir bahwa diri sendiri memiliki kekuasaan absolut dan kekuatan tanpa batas telah membutakan mata hati dan pikiran kami.

Kami tidak memikirkan orang lain.

Secara tanpa sadar kami bahkan membuat banyak orang menderita.Kami tidak takut apa pun.

Kami tidak takut siapapun.

Pikiran semacam itu membuat kami yakin bahwa tidak ada konsekuensi atas tindakan yang kami lakukan.

Saat itulah, ketika bencana melanda, kami tersadar.

Kami memang bisa menciptakan dan memusnahkan apa pun yang kami mau ? tetapi ada syaratnya.

Dibutuhkan materi, perencanaan, dan tahap-tahap pelaksanaan atau eksekusi.

Tidak ada yang instan.

Tetapi Sang Pencipta mampu melakukan apa pun bahkan tanpa syarat apa pun.

Para tetua yang berhasil menyelamatkan diri kemudian menyadari akar dari segala permasalahan tersebut.

Egoisme ? self centered.

Mereka yang membentuk koloni-koloni baru pasca tenggelamnya Atlantis kemudian memutuskan kebergantungan mereka terhadap teknologi tingkat tinggi (yang cenderung memudahkan dan memanjakan diri) dan memulai segalanya dari awal.

Dengan tangan mereka, mereka mulai bekerja dan menciptakan peralatan sederhana untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka secukupnya.

Secukupnya.173 Sesuatu yang terlalu berlebihan cenderung membawa manusia ke dalam bentuk mental yang merugikan, yaitu keserakahan.

Tidak mengapresiasi apa yang ada atau yang dimiliki, bahkan cenderung menyia-nyiakan sesuatu yang sebenarnya berharga.

Kesederhanaan merupakan cara membina mental yang dianggap paling tepat.

Aku terdiam.

Sejujurnya aku tidak suka diskusi filsafat seperti ini.

Siapa Pretty sebenarnya? Saat ini dia memang seorang ilmuwan tetapi mungkin saja dahulu dia seorang filsuf.

Who knows? Aku menoleh ke arahnya.

Dia tidak menoleh kepadaku.

Tumben.

Tampangnya jauh dari gambaran seorang filsuf.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Beberapa dari kami yang berhasil selamat saat itu, terlontar ke masa depan."

Berarti tidak semuanya mengungsi ke luar Atlantis dan membentuk koloni.

"Salah satunya kamu?"

Tanyaku.

"Ya, aku dan para replika. Kami sebenarnya merupakan para peneliti yang ditugaskan untuk menjalankan misi ? melakukan riset ilmiah. Riset yang komprehensif dan jangka panjang. Jika salah satu dari kami mati, yang lain tetap hidup dan misi bisa terus berlanjut."

Pretty sebenarnya tidak ingin menceritakan tentang asal- usulnya mengapa ia bisa berada di sini di zaman ini.

Bagaimana ia mempelajari bahasa, kebudayaan, dan adat174 istiadat dengan begitu cepatnya.

Bagaimana ia bisa memperoleh dokumen resmi hingga gelar PhD dari universitas terkemuka di Amerika Serikat.

Hal-hal semacam itu tidak akan pernah diceritakan pada orang lain.

Tidak juga denganku.

Aku bisa mengetahui sedikit banyak tentangnya melalui pikirannya yang terbuka ketika ia menanamkan kontrolnya di dalam benakku.

Pada awalnya aku tidak mengerti, aku merasakan ada jalinan komunikasi yang terbuka ketika ia berusaha mengendalikan pikiranku.

Di satu sisi ia menanamkan pengaruhnya, di sisi lain ia membuka pikirannya seolah-olah membiarkanku mengambil informasi yang ada di sana.

Dari situlah aku mengetahui apa dan siapa dirinya.

Semakin intens ia mengendalikan pikiranku, semakin banyak hal mengenai dirinya yang bisa kudapatkan.

Hal lain yang lebih penting adalah aku kini bisa mencegahnya mengontrol pikiranku.

Aku mengenali "gelombang"

Pikirannya ketika ia mulai masuk ke pikiranku.

Sama seperti sidik jari dan retina, gelombang pikiran juga memiliki karakter yang spesifik.

Pretty tidak mengelak ketika kutanyakan hal tersebut ? hal mengenai dirinya yang merupakan manusia Atlantis.

Ia juga tidak mencoba untuk menghapus apa yang kuketahui tentang dirinya dari pikiranku.

Jika kita bisa lebih saling mengenal, itu akan lebih baik ? demikian yang dikatakannya.175 Dia berasal dari Atala atau yang lebih dikenal dengan sebutan Atlantis.

Fakta ini sangat mengejutkan buatku saat itu.

Aku meyakini keberadaan Atlantis sebagai suatu kebenaran ? fakta yang belum terungkap.

Tetapi aku tidak pernah berpikir ataupun berkhayal untuk bertemu dengan seseorang yang berasal dari Atlantis.

Masih banyak yang ingin kutanyakan.

Masih banyak yang ingin kuketahui.

..

"Ayo, Presiden Farhad Prayogo menunggu,"

Katanya. Kami segera berangkat tanpa pernah tahu bahwa Pretty akan menemui ajalnya di sana ? Pretty yang kedua maksudku.176

"Pemerintah menyatakan hari ini sebagai hari berkabung nasional. Rakyat NKRI di seluruh wilayah nusantara diminta untuk mengibarkan bendera merah putih setengah tiang."

Demikian pengumuman resmi pemerintah yang disiarkan di berbagai media massa beberapa hari yang lalu.

Aku menyimak pengumuman itu melalui jaringan yang terpasang di otakku dan terproyeksikan di mataku.

Wafatnya Kepala Negara Republik ini ketika beliau masih aktif bertugas merupakan yang pertama kalinya terjadi.

Aku masih merasa seperti orang yang baru terbangun dari tidur lelapku.

Presiden meninggal di depan mataku.

Dan aku merupakan tersangka utama pembunuhnya ? pembunuh Presiden Farhad Prayogo.

Hari ini wakil presiden direncanakan akan mengambil alih jabatan kepala negara.

"Kamu sudah siap?"

Tanya Pretty ? yang ketiga. Entah bagaimana perasaannya setelah mengalami kematian untuk kedua kalinya itu.

"Ready when you are,"

Jawabku.177

"Ayo,"

Katanya lagi sambil bergegas ke luar.

Dia mengangguk ke arah Sheva yang dengan sigap balas mengangguk lalu kembali berdiri tegak.

Rupanya kali ini Sheva tidak diajak.

Apa dia lupa kalau Sheva yang membelanya habis-habisan ketika dirinya yang lain, Pretty kedua, diserang oleh military drone? Kali ini dia terlalu yakin atau ceroboh? Aku tahu mereka, Pretty yang pertama, kedua, dan yang sekarang ini ? ketiga, memiliki sifat yang berbeda.

"Kamu yakin Sheva tidak perlu ikut?"

Tanyaku.

Dia cuma mengangkat bahunya lalu tersenyum.

Tidak jelas.

Sama sekali tidak jelas apa maksudnya.

Aku menuruti saja apa kemauannya.

Mungkin dia takut kalau ada yang mengenali Sheva di sana.

Sepanjang perjalanan menuju Istana Negara, tempat dilangsungkannya pelantikan tersebut, kami berbincang- bincang untuk menghilangkan ketegangan.

Ya, kami berdua akan menghabisi semua pejabat yang hadir pada acara tersebut.

Kepalang tanggung ? pikirku, walaupun sebenarnya aku berpendapat Ayah tidak mungkin berniat seperti ini.

Menggulingkan pemerintahan yang sah merupakan makar.

Ayah yang merupakan aktivis saat masih berkuliah di ITB dulu, tentunya memahami bahwa perjuangan mahasiswa adalah demi tegaknya keadilan dan membela kepentingan rakyat kecil.

Walaupun banyak teman-teman seperjuangan Ayah yang telah berubah ketika mereka menjadi pengusaha178 atau birokrat ? korup dan hipokrit, Ayah tetap konsisten terhadap pemikirannya - idealismenya.

"Negara membutuhkan Kristal Atlantis itu,"

Kata Pretty saat kami sudah berada dalam mobil. Heh? Kata-katanya seperti seorang aparat - negara digunakan sebagai kata ganti orang. Tanpa sadar aku meraba dadaku di bagian jantung ? tempat kristal itu berada.

"Walaupun Indonesia telah memiliki kemampuan untuk membuat senjata nuklir. Kristal Atlantis tetap dibutuhkan. Sebenarnya negara menginginkan teknologi biodroid atau manusia buatan. Kemampuan manusia ? kecerdasan, keahlian, dan sebagainya itu merupakan hal yang sangat berharga. Jika manusia mati, maka apa yang ada di otaknya itu akan lenyap. Sebaliknya, jika hidup bisa terus berlanjut maka ilmu itu tidak akan hilang. Bayangkan jika sampai saat ini Einstein masih hidup, mungkin manusia sudah mampu melakukan perjalanan antariksa dengan menggunakan mesin warp atau semacamnya itu. Idealnya seperti itu."

Replika. Biodroid bisa mereplikasi diri mereka, kecerdasan dan keahlian bisa dialihkan dari satu replika ke replika lainnya. Sama seperti Pretty. Secara garis besar bisa dikatakan biodroid dan replikanya merupakan makhluk immortal.

"Kristal Atlantis mampu melakukannya,"

Katanya lagi.

"Maksudmu?"

"Ya, kami mampu pergi ke mana pun kami mau. Kami bahkan bisa menembus ruang dan waktu."179 Persis seperti yang telah diceritakannya. Kejadian yang terpampang jelas di depan mataku ? seolah-olah aku ada di sana waktu itu.

"Pergi ke mana pun?"

Tanyaku.

"Ya."

"Kau bisa pergi ke Mars atau Jupiter?"

Tanyaku mengodanya.

"Tentu."

Pembicaraan kami menjadi lebih ringan ? lebih cocok untuk mengendurkan sarafku.

"Berapa lama perjalanan menuju tempat itu?"

"Hm? Yang mana?"

Tanyanya.

"Mars. Berapa lama perjalanan ke sana?"

Tanyaku lagi.

"Berapa lama kamu berpikir tentang Mars?"

Aku berpikir sejenak ? berusaha mencerna pertanyaannya.

"Satu detik ? tidak, setengah detik,"

Jawabku. Pretty tersenyum.

"Itulah waktu yang kami butuhkan untuk sampai ke Mars."

Aku terkejut. Aku tahu Atalan mempunyai kemampuan teleportasi, tetapi sampai sehebat itu? "Serius?"

Tanyaku.180 Pretty kembali tersenyum.

"Kekuatan pikiran,"

Katanya menjelaskan.

Sehebat itukah? Berarti ketika mereka menuju ke awal dari segalanya, ke waktu di mana alam semesta pertama kali diciptakan itu, mereka membutuhkan waktu...

sedetik? "Asalkan kami berhasil memetakannya secara tepat, persoalan waktu hanyalah"
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pretty tidak melanjutkan, dia hanya menjentikan jarinya ? ibu jari dan telunjuk, menimbulkan bunyi,"Klap!"

Sepele. Itu maksudnya. Aku terdiam. Topik pembicaraan kembali menjadi berat.

"Efran, waktu hanyalah berlaku di dimensi kita ini. Kita hanya mengenal beberapa dimensi. Tetapi ada banyak makhluk yang berada di luar nalar kita. Mereka berada di dimensi lain yang bahkan tidak terjangkau oleh pikiran kita. Waktu bagi mereka tidak ada artinya."

"Mereka bisa berpindah-pindah waktu sama seperti kita berpindah-pindah tempat,"

Kataku ? berpendapat mengenai makhluk "hebat"

Itu.

"Persis!"

Pretty tertawa kecil.

Kita mengenal dunia berdasarkan apa yang kita tahu.

Berdasarkan pengalaman dari apa yang kita pelajari.

Alam molekuler beserta kehidupan mikro di dalamnya mungkin menganggap bumi ini seperti sebuah galaksi.

Sedangkan kenyataannya, galaksi bukan merupakan alam semesta ? tetapi bagian dari alam semesta itu.

Kita mengenal banyak galaksi.

Galaksi ada yang terdiri dari ribuan bintang, ada juga181 yang terdiri dari triliunan bintang atau triliunan tata surya.

Alam semesta memiliki lebih dari seratus miliar galaksi.

Berapa luas alam semesta ini sebenarnya? Berapa umurnya? "Nah, kamu rupanya sudah mulai kebingungan sendiri,"

Pretty masih terus tertawa. Aku ikut tertawa. Akhirnya kami tiba di Istana Negara. Aku dan Pretty berjalan dari tempat parkir yang berada di luar kompleks istana. Kami berusaha untuk tetap tenang dan berjalan dengan santai.

"Kancing jasmu,"

Katanya.

"Kenapa?"

Tanyaku.

"Cukup satu saja, kancing bagian atas saja yang dikancingkan,"

Kata Pretty.

"Kenapa?"

Tanyaku lagi. Aku memang mengancingkan kedua kancing jasku.

"Ya, ketentuannya begitu."

"Biar saja,"

Kataku.

"Lagi pula, kenapa harus ada dua kancing kalau yang perlu dikancingkan hanya satu? Aneh."

"Terserah kamu, deh,"

Katanya lagi sambil tertawa kecil.

"Yang penting kan rapi,"

Kataku.

Apalagi dalam posisi berjalan seperti ini, pasti ujung dasiku akan terlihat ke mana- mana ? kalau aku cuma mengancingkan satu saja.

Dalam182 hal ini aku lebih memilih prosedur yang baik ketimbang prosedur yang benar tetapi hasilnya mengecewakan.

Aku mengamati para penjaga yang ada di depan pintu masuk gedung.

"Ada cyborg di antara mereka,"

Kataku setelah melakukan pemindaian. Pretty mengangguk.

"Yang sebelah kanan ? yang badannya paling kecil,"

Katanya lagi.

"Kok tahu?"

Tanyaku ? heran.

Dia tersenyum lalu menunjuk samping dahinya.

Rupanya dia membaca pikiranku dan melihat hasil pemindaian yang kulakukan.

Saat itu kami berdua dalam penyamaran.

Aku memotong pendek rambutku, berkacamata dan memakai kumis palsu.

Pretty mengenakan wig pirang bergaya bob.

Dia menggunakan selotip pada bagian matanya membuat matanya terlihat lebih sipit.

Dia terlihat cantik seperti karakter anime.

Di undangan kami berdua terdaftar sebagai perwakilan salah satu grup konglomerat yang dulu membantu dana kampanye Presiden Farhad Prayogo.

Entah dari mana Pretty bisa mendapatkan undangan itu Ketika tiba di tempat pemeriksaan tamu, aku berusaha untuk tetap tenang walaupun aku tahu detektor logam itu akan berbunyi saat memindai tubuhku.

Pretty belum mau menggunakan kekuatan telekinesisnya saat ini.

Benar saja, mereka terkejut ketika memeriksa tubuhku.

Alat pendeteksi logam itu berbunyi.183

"Pen,"

Kataku sambil tersenyum.

"Saya pernah kecelakaan. Tulang tangan dan kaki saya banyak yang ditanam pen baja,"

Kataku lagi.

Si penjaga akhirnya tersenyum dan mempersilakan kami masuk ke dalam gedung.

Aku melirik ke posisi cyborg itu berdiri.

Cyborg itu menatapku dengan curiga.

Aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum padanya.

Si cyborg balas menganggukkan kepala ? tanpa senyum.

Masih curiga rupanya.

Kami tiba di ruangan itu kurang lebih satu jam sebelum upacara pelantikan presiden dilaksanakan.

Demi keamanan dan sesuai dengan protokoler istana, para tamu dan undangan diminta datang paling lambat satu jam sebelum acara dimulai.

Aku berusaha mencari wakil presiden atau lebih tepatnya calon presiden republik ini.

Tokoh ini jarang terlihat oleh publik.

Gosip yang beredar menyebutkan beliau adalah orang asing.

Aku sepertinya melihat sosok yang familiar pada wakil presiden.

Foto Presiden dan Wakil Presiden adalah hal yang selalu ada di setiap gedung pemerintahan, sekolah, dan lain sebagainya.

Tetapi aku masih belum bisa menemukan apa yang membuat wajahnya familiar bagiku.

Masih empat puluh menit lagi sebelum acara dimulai.

"No"

Kataku. Jantungku berdetak keras. Pretty menoleh ke arahku.

"What?"

Tanyanya keheranan melihat mimikku.184

"It can?t be,"

Kataku lagi. Pretty menoleh ke arah pandangan mataku.

"Mr. Vice President?"

Tanyanya kebingungan ? sambil menatap sosok yang kulihat. Aku masih belum bisa menghilangkan rasa terkejutku. Kini aku mengetahui apa yang familiar pada wajah orang itu.

"What?s wrong?"

Tanyanya lagi. Aku menarik tangannya menjauhi kerumunan.

"Orang itu"

Bisikku gugup.

"Ya?"

"Orang itu alien! Wapres kita adalah pilot UFO itu ? yang beberapa tahun lalu mendarat dan terbakar,"

Kataku perlahan.

"Bukankah ia telah mati? Aku melihatnya ? tubuhnya hancur terbakar menjadi debu."

Tatapan mata Pretty berubah.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ternyata kamu ingat, ya, Efran,"

Katanya cemas.

"Apa maksudmu?"

Tanyaku bingung.

"Seharusnya ini tidak bisa terjadi. Tidak boleh terjadi,"

Kata Pretty. Dia sepertinya khawatir.

"Apanya?"

Aku jadi tambah bingung.

"Maaf, aku harus pergi,"

Katanya lagi bergegas meninggalkanku.

"Pretty!"

Panggilku.185 Saat itu aku merasa ada orang yang memperhatikan kami.

Aku menoleh ke belakang.

Aku melihatnya.

Wakil Presiden sedang menatapku.

Pandangan matanya tajam.

Tiba-tiba "Tangkap dia! Dia adalah cyborg yang membunuh Presiden Farhad Prayogo!"

Wakil presiden berteriak sambil menunjuk ke arahku. Aku terperanjat. Sementara Pretty sudah pergi menjauhiku. Dia langsung menyelinap dan lenyap di antara kerumunan orang-orang di sana.186

"Aku ditugaskan untuk mencari dan menemukan Aditya. Ternyata aku malah sampai di sini, di negeri ini, lebih awal. Jadi aku bertemu kedua orangtuamu beberapa tahun sebelum Aditya sampai di sini."

Pretty terus berbicara di hadapanku. Aku bisa melihat foto profil Aditya di depan mataku. Rupanya dia orangnya ? si Aditya itu. Pretty mengirimkannya via bluetooth. Tidak ada jaringan lain di sini selain antar-gadget seperti bluetooth.

"Misiku adalah membawa pulang Kristal Atlantis."

Aku diam mendengarkan. Siapa dia sebenarnya? Di pihak siapa dia berada? Sepertinya dia sudah tidak tertarik untuk membaca apa yang kupikirkan, untuk mengetahui apa yang ada di benakku.

"Aku berhasil menemukannya tentu saja,"

Sambil menatap tajam ke arahku.

"Tetapi sebagai ilmuwan, aku juga memiliki keinginan untuk meneliti manusia di zaman ini."

Aku terus mendengarkan. Jika dia memang ingin mengambil Kristal Atlantis, dia hanya perlu membuka dadaku ? dalam artian denotatif. Suatu hal yang simpel buatnya.187

"Setelah aku meneliti dan mengamati, aku berkesimpulan kalau aku tidak perlu membawa pulang Kristal Atlantis itu."

"Mengapa?"

Tanyaku. Kemungkinan dia memang tidak ingin pulang, atau tidak bisa pulang. Toh Atlantis sudah lenyap dari muka bumi ini.

"Kebanyakan manusia di zaman ini tidak mempunyai pikiran yang bersih. Mereka dikuasai oleh keserakahan. Menganggap materi ? yang disebut harta benda, kekayaan, di atas segalanya, bahkan bersedia melakukan segala macam cara untuk memenuhi kebutuhan akan materi itu, untuk memperoleh kekayaan itu."

Aku merasa bingung dengan penjelasannya.

Jika manusia tidak menginginkan kekayaan, apakah dengan menjadi miskin akan lebih baik? Kalau yang dia maksudkan adalah korupsi, why didn?t she just say so? "Aku tidak mengatakan materi itu tidak penting, banyak hal baik dan berguna bisa dilakukan jika seseorang mempunyai kekayaan yang berlimpah.

Tetapi yang harus diingat adalah keseimbangan.

Segala hal harus seimbang.

Balance.

Carilah kekayaan tetapi jangan sampai keinginan tersebut menjerumuskan diri mereka sendiri.

Sekali lagi, everything has to be in balance."

"Tetapi saat ini kondisi kita berdua pun tidak seimbang. Not balance,"

Kataku sambil tersenyum.

"Oh?"

Pretty melirik sekilas ke arahku yang berada di dalam sel di hadapannya.188

"Itu untuk berjaga-jaga,"

Katanya.

Aku tersenyum mengejek.

Berdiri pun aku malas.

Aku lebih memilih duduk di lantai sambil mendengarkan dia bicara di depan jeruji besi beraliran listrik itu.

Aku di dalam dan dia di luar.

Tidak ada kesetaraan di antara kami.

Dia berbicara seperti orang yang berkuasa atas diriku.

"Mereka, umat manusia, membutuhkan Kristal Atlantis untuk menjaga pikiran mereka agar tidak dikotori keinginan jahat dan merusak."

Dia menyebut "mereka"

Bukan "kami". Diskriminasi? "Pikiran yang jahat dan merusak itu telah menghancurkan alam ini. Eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran lebih membawa kesengsaraan ketimbang kemakmuran."

Aku merasa seperti pernah mendengar apa yang dikatakannya itu.

"Alam ini harus diselamatkan. Kita bisa membuat manusia merasakan kemakmuran tanpa mengorbankan kekayaan alam ini."

Ah, ya, aku ingat. Janji-janji para politisi semasa kampanye. Janji-janji yang segera terlupakan begitu mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan ? jabatan dan kekuasaan.

" untuk generasi mendatang dan masa depan negeri ini,"

Kataku.

"Itu yang ingin kau katakan?"

Dia tersenyum. Dia tahu maksudku.189 Dia tahu aku menganggapnya sebagai seorang politisi ? pembual yang cuma mengandalkan kemampuan berbicara.

"Kamu lebih aman berada di dalam sini,"

Katanya.

"Kalau kamu keluar dari sini, kamu bisa terbunuh."

Nasihat atau ancaman? Terbunuh atau dibunuh sama saja bagiku.

Setelah aku ditangkap paspampres menjelang upacara pelantikan presiden, aku langsung dijebloskan ke dalam sel ini.

Mereka menangkapku dengan tuduhan melakukan pembunuhan terhadap Presiden Farhad Prayogo.

Dan Aditya si pilot UFO itu, sekarang sudah menjadi Presiden RI.

Orang yang selama ini dicari-cari Pretty, telah menjadi orang paling berkuasa di negeri ini.

Pretty telah memanipulasi pikiranku, membuatku melihat kenyataan yang telah dipalsukan.

Aku melihat Aditya terbakar hingga hangus dan hancur menjadi debu.

Dia membuatku tidak mampu mengenali wakil presiden dan pilot UFO itu adalah orang yang sama.

Jujur saja, apa susahnya menemukan foto-foto kepala negara beserta wakilnya di republik ini? Toh aku tetap saja tidak bisa mengindentifikasi wakil presiden sebagai alien yang pernah kutemui.

Pretty juga yang telah membuat tubuhku tidak mampu bergerak sehingga paspampres dengan mudahnya membekuk dan menahanku.

Aku tahu.

Aku tahu itu semua.

Aku hanya terlambat mengetahuinya.

Who says better late than never?190 Pretty lalu melanjutkan.

"Semua ini tentu akan berakhir seperti Atlantis ? ketika kami melupakan kebaikan yang diberikan alam dan memilih untuk mengeksploitasinya, merusak, dan mencemarinya, di situlah kehancuran dimulai. Kristal Atlantis merupakan kekuatan alam yang mahadahsyat yang diberikan Yang Mahatunggal. Ketika pikiran kami mulai dikotori oleh ketamakan, kebencian, dan ketidakmampuan membedakan hal yang baik dan jahat, kristal tersebut pun tercemari bagaikan lingkungan alam yang rusak karena eksploitasi dan polusi. Manusia dan makhluk hidup lainnya tidak bisa hidup dalam lingkungan yang tercemar, begitu juga kekuatan kristal tidak akan bisa bertahan jika energi yang menghidupinya mulai melemah. Untuk membentuk Kristal Atlantis yang murni diperlukan kekuatan pikiran yang bersih dan luhur yang terus menerus dipusatkan ke kristal tersebut. Para leluhur kami rutin bermeditasi di depan Kristal Atlantis dan memfokuskan kekuatan pikiran ke dalam kristal itu yang akan menyimpan dan mengubahnya menjadi energi manakala dibutuhkan."

Aku meraba dadaku tempat di mana kristal itu seharusnya berada. Masih ada. Aku bisa merasakannya.

"Bayangkan jika semua kendaraan, mobil, motor, bahkan pesawat terbang tidak perlu mengisi bahan bakar lagi. Kristal Atlantis mampu mentransmisikan energi ke kendaraan ataupun mesin-mesin lainnya selama mereka masih berada dalam jangkauan kristal tersebut. Bahkan untuk memasak pun tidak lagi memerlukan bahan bakar. Semua kebutuhan energi disalurkan oleh kristal tersebut."

"Sehebat itukah?"191

"Jauh lebih hebat. Tetapi tidak dalam bentuk dan ukurannya yang sekarang, yang terimplan di dalam tubuhmu."

Aku tahu, benda itu haruslah sangat besar sehingga mampu memancarkan energi yang sangat dahsyat dengan jangkauan yang sangat luas.

"Mesin itu harus memiliki semacam energy receptor tentunya,"

Kataku. Atau energy captor? Alat semacam itu harus dipasang di mesin atau kendaraan tentunya sebelum mereka mampu digerakkan atau dioperasikan.

"Tidak. Receptor itu ada di sini,"

Katanya sambil menunjuk dadanya.

"Hati manusia. Tempat di mana semuanya berawal."

Aku tidak mengerti.

"Jika manusia memiliki hati yang tulus dan bersih, maka energi kristal dapat mengalir ke dalam dirinya dan dia bisa menggunakan pikirannya untuk mengoperasikan kendaraan, mesin, atau apa pun."

Energi yang dialirkan mampu menghidupkan mesin? But how? Mengubah energi kristal menjadi semacam bahan bakar? Apa benar pikiran manusia sanggup transmisikan energi tersebut melalui gelombang pikiran ke dalam sistem pembakaran mesin? Mengapa tidak langsung saja dialirkan dari sumbernya ? Kristal Atlantis menghasilkan energi yang langsung ditangkap atau ditampung untuk kemudian dijadikan bahan bakar oleh mesin-mesin tersebut.192

"Pertanyaan-pertanyaanmu seperti seorang murid SD yang mempermasalahkan teori relativitas,"
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia tertawa. Aku terdiam. Menurutku pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benakku adalah wajar. Logis.

"Pernah dengar yang disebut AI?"

Tanyanya.

Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan.

Hah! Ini mah murid SD juga tahu! "Apa jadinya jika mesin-mesin yang dilengkapi dengan AI itu mampu menyerap energi dari Kristal Atlantis dan menyadari bahwa mereka tidak lagi tergantung pada bahan bakar atau sumber energi yang terbatas ? yang harus disediakan oleh manusia sebagai majikan mereka?"

Aku terdiam.

"Mereka akan memberontak."

Pretty menatap tajam mataku seolah-olah aku adalah si pemberontak itu.

"Aku bukan mesin,"

Kataku.

"Sort of,"

Sahutnya. Aku balas menatapnya.

"Part man part machine, that?s what a cyborg is,"

Katanya lagi mengacuhkan tatapan mataku.193 Aku bingung.

"Kau berubah,"

Kataku. Dia tersenyum. Sinis.

"Berubah? Tidak. Aku tidak berubah."

Aku menatapnya tajam.

"Kalau yang kau maksudkan ?dia? yang kaukenal, orangnya ada di sini,"

Katanya melanjutkan. Apa maksudnya? "Pretty ? yang ketiga, kalau aku tidak salah,"

Katanya sambil menunjuk dua orang berseragam militer yang menghampiri selku.

Mereka menyeret seseorang.

Seorang wanita.

Aku memperhatikan wanita itu dengan seksama.

Pretty?! Pretty jugakah itu? Ada dua orang Pretty di hadapanku.

Salah satunya tampak lemah ? Pretty yang berada dalam kawalan itu, yang terus menundukkan kepalanya.

Aku tahu, dia Pretty yang ketiga.

"Aku dan dia masih seperti yang dulu. Tidak berubah,"

Katanya lagi.194

"Kau Pretty yang keempat?"

Tanyaku. Dia tertawa mengejek.

"Aku? Kalau kamu memberi mereka nomor urut seperti itu, maka aku pantasnya jadi Pretty nomor nol! Aku eksis lebih dulu dari Pretty kesatu."

Aku terperanjat. Dia sosok purwarupa Pretty? "Dan jangan pernah menyalahkan orang lain akan apa yang telah terjadi padamu,"

Katanya lagi.

Aku tahu maksudnya.

Dia yang menggunakan kekuatan telekinesisnya padaku sehingga paspampres bisa menahanku saat menjelang upacara pelantikan presiden itu, dan bukan Pretty yang ketiga yang melakukannya.

Seharusnya memang aku bisa menangkalnya, ya sedikit atau hanya untuk sementara, jika saja aku tahu dia eksis.

Aku benar-benar tidak menyangka bakal terjadi seperti ini.

Dengan tangan kanannya si purwarupa itu mengangkat dagu Pretty ? yang ketiga, memperlihatkan wajahnya kepadaku.

"Ayahmu bersekongkol dengan replikaku ini, menyembunyikan replika yang lainnya. Aku belum berhasil mengetahui di mana mereka disembunyikan. Pikiran replika yang satu ini dikunci dengan . ya semacam self destruction system ."

Self destruction system? Aku pernah memindai Pretty dan tidak menemukan alat atau hal-hal lain yang bisa membunuhnya.195

"Norepinephrine,"

Katanya lagi.

"Dalam jumlah yang tidak bisa ditolerir oleh tubuhnya. Kekuatan telekinesisnya mampu melakukan hal itu ? tanpa bisa kucegah."

Aku berusaha menyembunyikan rasa terkejutku. Hormon norepinephrine dihasilkan tubuh manakala seseorang berada dalam kondisi stres, memacu detak jantung lebih cepat, mempengaruhi proses pernapasan, meningkatkan kadar glukosa dalam darah, dan .

"Mempengaruhi sistem metabolisme dan tingkat imunitas tubuh ? bahkan mampu menghentikan semua proses tersebut."

Shut down.

Mati.

Itu yang mau dikatakannya.

Hasil akhirnya adalah kematian.

Aku melirik Pretty yang ketiga ? sekilas.

Dia terlihat lemah.

Sudah sejauh mana dia diinterogasi atau dibongkar pikirannya? "Sebenarnya aku ingin menggunakanmu untuk mengancamnya.

Aku ingin dia memberitahuku keberadaan para replika itu atau kau yang akan kubunuh."

Pretty ke-0 memandang Pretty ketiga.

"Sayangnya, kau sampah. Tak ada gunanya. Kau tidak berharga sedikit pun buatnya."

Heh? Baru tahu? Satu-satunya benda berharga yang ada padaku adalah Kristal Atlantis itu.

Selebihnya cuma rongsokan mesin dalam tubuh manusia.196 Pretty ketiga menundukkan kepalanya.

Aku tahu dia menangis.

Pretty ke-0 memalingkan wajahnya.

Ia memandangku dan tertawa lalu berkata.

"Sebenarnya mereka tidak me- manipulasi pikiranmu. Mereka hanya mendapatkan informasi yang tidak benar, kurang akurat, mengenai Aditya. Jadi, tentunya, informasi semacam itu yang bisa mereka share denganmu. Kau ingat kisah sekelompok orang buta mencoba menjelaskan tentang bentuk seekor gajah? Kira- kira seperti itulah kejadiannya."

"Tidak mungkin. Kau tidak mungkin mempengaruhi pikiran mereka waktu itu,"

Kataku.

"Kau bahkan tidak tahu di mana kau bisa menemukan mereka."

Dia mengacuhkan perkataanku.

"Seharusnya kau menanyakan Profesor Devan mengenai Aditya. Bukankah dia juga ada di sana waktu itu?"

Aku terdiam.

"Waktu kau terbakar dan hampir mati." *** Sel ini berukuran cukup luas. Lebih luas dari ukuran rata-rata sel tahanan. Kuperkirakan sel ini bisa digunakan untuk menampung dengan leluasa delapan orang tahanan. Tetapi aku hanya sendirian di sini.197 Aku memperhatikan lampu yang berada di atas tempatku duduk ? aku duduk di lantai. Penerangannya juga cukup. Aku memikirkan Pretty. Yang ketiga. Di mana dia? Ke mana mereka membawanya? Aku berharap dia akan baik-baik saja. Semoga apa yang dikatakan Pretty ke-0 itu benar. Pretty yang ketiga tidak akan dicederai karena dia mampu membunuh dirinya sendiri. Mudah-mudahan dia tetap tabah dan berpikir jernih.

"Pretty, jangan pernah bunuh diri. Jika kau bisa membaca pikiranku, kau akan tahu kalau aku tidak menginginkanmu melakukan hal itu,"

Aku mengucapkannya dalam hati.

Ya, di mana pun dia berada, aku berharap Pretty bisa mendengar apa yang kuucapkan saat ini.

Mendengar dalam pikirannya.

Mendengar dengan telepati.

Sel ini dan ruangan di sekitarnya kini terasa semakin sunyi.

Aku merenung.

Aku berpikir tentang Ayah.

Aku berpikir tentang apa yang telah kulakukan.

Apa yang telah kulakukan sejauh ini sepertinya tidak sesuai dengan keinginanku.

Apakah seorang cyborg tidak memiliki kehendak bebasnya sendiri? Apakah aku cuma seperti robot198 biasa yang menjalankan perintah dari orang yang mengendalikannya? Siapa yang mengendalikan diriku? Aku cuma robot dalam wujud manusia.

Mesin berbalut organisme.

Membingungkan.

Apa sebenarnya yang kuinginkan? Aku ingin melakukan hal- hal yang biasa dilakukan manusia normal pada umumnya.

Bekerja, berolahraga, bersenang-senang, dan sebagainya.

Mengapa keinginan seperti itu tidak terpikirkan olehku? Manusia Atlantis.

Mereka datang dan berbuat sekehendak mereka sendiri.

Mengapa aku bisa terkait dengan urusan mereka, dengan apa yang mereka lakukan? Aku memikirkan apa yang dikatakan Pretty ke-0.

Benarkah manusia salah jika menginginkan dan terikat dengan kekayaan? Mengapa mereka mempermasalahkan eksploitasi sumber daya alam saat ini? Benarkah mereka peduli dengan kelestarian alam? Lalu untuk apa mereka, Pretty ke-0 dan Aditya, menginginkan kekuasaan? Apakah mereka mau menjadikan bumi ini tempat yang lebih layak, lebih baik, bagi kehidupan umat manusia? Kekuasaan yang mereka raih dengan tidak benar lekat dengan ketidaktulusan.

Apakah Aditya akan menjadi pemimpin yang baik? Pemimpin yang memperhatikan rakyatnya? Aku meragukan itu.199 Mereka menggunakan tangan kami ? aku, para replika Pretty, dan Ayah, untuk menyingkirkan Presiden Farhad Prayogo agar Aditya bisa meraih kekuasaan atas negara ini secara konstitusional.

Apa yang akan terjadi setelah ini? Apakah Aditya dan Pretty ke-0 akan mengubah negara ini menjadi Atlantis yang berikutnya? Suatu negara adidaya? Atlantis yang memiliki sumber energi yang tak terbatas.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kecukupan cadangan energi menentukan kekuatan militer dan kemampuan berperang suatu negara.

Tidak ada gunanya memiliki ribuan pesawat tempur, tank, dan kapal perang, jika tidak memiliki cadangan energi yang cukup.

Semua mesin perang itu tidak akan mampu beroperasi tanpa bahan bakar.

Hampir seluruh negara di dunia ini, secara rata-rata, hanya mampu berperang kurang dari satu bulan karena keterbatasan energi yang mereka miliki.

Mesin perang mereka tidak didukung dengan cadangan bahan bakar yang mencukupi di luar kebutuhan energi rakyat mereka.

Dengan kemampuan dan kekuatan Kristal Atlantis yang mereka miliki, para Atalan mampu berperang sampai kapan pun.

Mereka mampu menguasai bukan hanya Indonesia tetapi juga Asia Tenggara, Asia ? Pasifik, hingga dunia.

Mereka mampu menguasai dunia.

Aku terkejut.

Jadi itu tujuan mereka.

Mereka mau menguasai dunia!200 Aku mengamati tanganku, di bagian pergelangan.

Tidak ada apa-apa.

Tidak ada pisau di sana.

Aku sudah berulang kali mencoba mengeluarkan pisau itu tetapi nihil.

Seberapa pun aku berusaha dan berkonsentrasi, benda itu tidak juga muncul.

Aku bisa mengontrol seluruh fungsi sibernetik tubuhku, mempertajam pendengaranku, melihat dengan pandangan teleskopik ataupun sinar x yang membuat segala sesuatunya menjadi transparan, dan masih banyak lagi.

Tetapi aku tidak bisa mengeluarkan benda itu.

Bagaimana caranya mengeluarkan pisau itu? Pisau organik yang sekeras intan.

Aku yakin terali besi penjara ini akan mudah kupotong dengan pisau organik itu.

Ya, aku belum berniat untuk melarikan diri.

Sekadar tindakan untuk berjaga-jaga saja, untuk persiapan jika sewaktu-waktu aku memerlukannya.

Tetapi bagaimana caranya? Bagaimana cara Pretty mengeluarkan benda itu dari tubuhku ? dari pergelangan tanganku ini? Mengubah unsur karbon dari tubuhku menjadi sebuah pisau dari unsur yang sama.

Bagaimana cara melakukannya?201 Transmutasi, alchemy, telekinesis.

Oke, aku menyerah.

Aku tidak punya kemampuan seperti itu.

"Cyborg!"

Suara panggilan itu menyadarkanku.

Jam berapa sekarang? Istirahat siang belum lama usai.

Sistemku menunjukkan pukul setengah dua siang.

Aku menoleh ke arah suara itu.

Kulihat seseorang yang berdiri di depan selku.

Dia berseragam militer.

Entah pasukan dari kesatuan apa ? tidak jelas.

Aku memindainya.

Dia sama sepertiku, dia juga cyborg.

Hasil pemindaian dan pencocokan ciri-ciri fisik orang tersebut ? termasuk suaranya, dengan identitas yang ada dalam database-ku selesai kulakukan.

Aku berhasil mengidentifikasinya.

Dan aku mengenalnya.

"Winter Sonata,"

Sapaku sambil tersenyum.

Aku tidak gembira bertemu dengannya lagi.

Aku hanya tersenyum ? mengingat saat terakhir kali bertemu dengannya.

Saat itu dia melarikan diri seperti tikus yang dikejar seekor kucing terpontang-panting berusaha menyelamatkan nyawanya.

Yon tidak menjawab.

Sepertinya dia memahami arti senyumanku itu.

Dia juga tidak tersenyum ? tentu saja.

Hanya matanya terus memandangku.

Mengawasiku.

Ada beberapa prajurit di belakangnya mengenakan seragam yang sama.

"Kamu diminta menghadap Bapak Presiden,"

Katanya datar tanpa ekspresi.202 Aku melihat kartu identitas yang dikalungkan di dadanya.

Tanda pengenal khusus istana kepresidenan.

Jadi selama ini pihak istana terlibat? Presiden Aditya mengetahui segala tindak-tanduk Yon.

Apa yang telah dilakukan Yon selama ini, serangkaian serangan terhadap keluargaku, Pretty dan aku sendiri, tentunya juga atas sepengetahuan Presiden atau lebih tepatnya Wakil Presiden saat itu.

Tanpa tanda pengenal itu, Yon tidak diketahui berasal dari institusi atau kesatuan mana.

Seragam militer yang dikenakannya tidak dilengkapi tanda kesatuan, pangkat, atau identitas apa pun.

Jadi dia sudah termasuk dalam ring satu? Not bad.

Kuperkirakan untuk selanjutnya, karirnya akan terus melesat.

Yon berdiri agak jauh di depan selku dan menempelkan wajahnya pada alat berukuran kecil di dinding.

Aku melihat kilatan sinar berwarna merah menerpa mata kanan Yon.

Pemindai retina.

Pintu sel lalu terbuka secara otomatis.

Rupanya Yon juga memiliki akses ke selku ini.

Salah seorang prajurit ? cyborg juga, yang menemani Yon menghampiriku dan menyerahkan satu setel pakaian ? seragam militer.

"Segera kenakan ini,"

Kata Yon lagi kepadaku, sementara si prajurit beranjak mundur.

Tidak ada basa-basi.

Dari raut wajah mereka, gerak-gerik dan sikap tubuh mereka, sepertinya mereka kelelahan.203 Aku dapat merasakan detak jantung mereka semua dan mengetahui kondisi fisik mereka.

Bau keringat dan butiran- butiran pasir putih menempel di baju dan sepatu mereka.

Mereka seperti baru saja menyelesaikan suatu misi khusus atau baru pulang dari perjalanan jauh ? pasir putih itu mereka dari pantai atau daerah pesisir? Aku mengangguk sambil menerima pakaian itu.

Aku segera menyalin pakaianku dengan setelan tersebut.

Seragam militer yang sama dengan yang mereka kenakan.

Ukurannya pas dengan tubuhku.

Aku mengalungkan kartu identitas plastik yang ada di saku seragam itu.

Tertera tulisan "Guest" ? khusus pengunjung atau tamu.

Dengan ditemani mereka atau lebih tepat dalam kawalan mereka, aku melenggang keluar dari selku.

Kami berjalan kaki selama beberapa menit melintasi lorong berdinding putih tanpa jendela ataupun ventilasi kecuali saluran udara untuk penyejuk ruangan.

Lantai lorong tersebut terbuat dari keramik berwarna terang.

Lampu-lampu terpasang di bagian atas tepi kiri dan kanan sepanjang lorong ini.

Yon berjalan di samping kiriku.

Seorang di samping kananku, dua orang di depanku, dan lima orang lainnya di belakangku.

Banyak juga.

Sama seperti Yon, mereka semua berseragam militer dan mereka semuanya cyborg.

Di bangunan yang tidak berjendela seperti ini, aku memperkirakan posisiku saat ini berada di bawah tanah.

GPS-ku tidak berfungsi jadi aku tidak bisa mengetahui lokasiku saat ini.

Yang kutahu, banyak kamera CCTV di sepanjang lorong ini.204 Kami terus berjalan tanpa bercakap-cakap.

Akhirnya kami sampai di sebuah tangga menuju atas.

Aku segera menaiki tangga tersebut mengikuti kedua orang prajurit di depanku.

Sesampainya di atas, sinar matahari langsung menerpa wajahku.

Aku memicingkan mataku sejenak.

Terlalu silau.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku butuh waktu beberapa detik untuk beradaptasi.

Maklumlah, selama beberapa hari disekap di sel bawah tanah itu, aku tidak memperoleh kesempatan sekali pun untuk beraktivitas luar ruang atau outdoor.

Sekarang aku berada di tengah-tengah kebun yang luas.

Udara terasa cukup panas namun angin berhembus sejuk.

Aku berada di dataran tinggi, bukan di Jakarta.

Bangunan tempatku ditahan terhubung dengan tempat ini melalui lorong di bawah tanah.

Aku terus melangkah mengikuti dua orang yang berjalan di depanku, menyusuri jalan setapak yang terbuat dari batu di taman itu.

Beberapa ekor rusa tampak tidak jauh dari tempat kami berada.

Kami melintasi sebuah kolam yang penuh dengan bunga teratai.

Rombonganku bergerak menuju sebuah bangunan berwarna putih.

Hawa yang sejuk, rusa, kolam teratai, dan bangunan berwarna putih itu Buitenzorg? Tidak salah lagi.

Aku berada di Istana Bogor.

Buitenzorg adalah sebutan untuk Istana Bogor di zaman kolonial.

Mereka membawaku masuk ke dalam gedung itu.

Kami melintasi beberapa petugas berpakaian batik.

Para petugas205 itu hanya menganggukkan kepala kepada Yon tanpa melakukan pemeriksaan apa pun.

Di tempat seperti ini, di dalam istana, pasti ada yang melakukan pengawasan via CCTV.

Semenjak keluar dari sel, lorong bawah tanah, hingga sampai di taman depan istana, aku menemukan banyak kamera CCTV.

Mereka mengikuti perjalanan kami dan terus memonitor sejak awal.

Sejak aku keluar dari sel.

Kami sampai di depan sebuah ruangan dengan pintu kayu jati berukir berwarna coklat yang dijaga seorang petugas berpakaian batik.

Pintu tersebut tertutup rapat.

Itu ruang kerja presiden.

Aku bisa melihat orang itu ? Presiden Aditya, di balik tembok ruangan tersebut.

Presiden juga berkemeja batik.

Dia sedang bekerja di mejanya.

Di hadapannya ada seorang pengawal lagi yang berdiri di samping pintu.

Posisi berdiri si pengawal membelakangi pintu.

Kutajamkan pendengaranku.

Aku mendengar sesuatu.

Musik klasik.

Alunan melodinya terdengar bersemangat.

Mozart ? "Eine Kleine Nachtmusik"

Atau "A Little Serenade". Boleh juga. Selera beliau sama denganku. Sepertinya aku jadi ingin tersenyum. Yon berbicara dengan si pengawal lalu ia menghampiriku.

"Kamu tunggu di sini,"

Yon berkata padaku lalu memandang seluruh anggota pasukannya.

Mereka diperintahkan untuk terus mengawasiku.

Aku cuma menganggukkan kepala sementara terus menikmati komposisi tersebut.206 Si pengawal mengetuk pintu kayu jati berukir itu.

Seseorang membukanya dari dalam ? si pengawal satu lagi yang ada di ruangan itu.

Mereka berdua saling berbicara.

Kemudian si pengawal bagian dalam menganggukkan kepalanya, lalu terdengar ia berbicara kepada orang yang ada di dalam ruangan itu.

"Kapten Gideon Park memohon izin meminta waktu untuk bertemu Bapak Presiden."

"Persilakan masuk,"

Terdengar suara Presiden.

Si pengawal mempersilakan Yon masuk.

Sementara aku masih menunggu di depan ruangan itu.

Aku tidak tahu untuk apa Presiden ingin menemuiku.

Aku mengingat-ingat hal yang kupikirkan berhari-hari sebelumnya.

Salah satunya, yang paling menggangguku.

mungkinkah Presiden Aditya ingin menguasai dunia? Menurut perhitunganku, beliau tidak mampu melakukannya.

Negara ini akan kalah menghadapi kekuatan militer negara lain.

Bagaimana kalau .

"Bagaimana kalau dia mencoba menguasai dunia dengan cara-cara nonkonvensional?"

Terdengar pertanyaan dalam pikiranku.

Cara-cara nonkonvensional bisa meliputi manipulasi kekuatan alam seperti banjir, gempa bumi, tsunami, hingga badai salju.207 Aku me-retrieve semua informasi dan data-data yang kumiliki terkait bencana alam yang melanda berbagai negara di dunia.

Percuma.

Suatu negara dapat dihancurkan dengan gempa bumi yang dahsyat dan membunuh jutaan penduduknya.

Tetapi pemerintahannya masih tetap eksis.

Justru di saat bencana terjadi, rakyat mengandalkan pemerintah mereka.

Tsunami dahsyat yang melanda Aceh beberapa puluh tahun yang lalu juga menyebabkan konflik militer di wilayah tersebut berakhir.

Lagi pula menggunakan kekuatan alam akan mengakibatkan efek samping yang tidak dapat diprediksi.

Katakanlah menggunakan kekuatan Kristal Atlantis untuk menyebabkan musim dingin disertai badai salju berkepanjangan di belahan bumi utara, hal tersebut akan menimbulkan konsekuensi hujan lebat di daerah yang terletak lebih selatan ? daerah tropis, dan banjir akan melanda negara-negara di daerah tersebut.

Tetapi apakah Kristal Atlantis mampu merekayasa kekuatan alam sedemikian hebatnya? Aku sendiri belum bisa menyimpulkan.

Terlalu mengada-ada.

Khayalanku terlalu tinggi.

Untuk apa sebenarnya Presiden Aditya ingin menguasai dunia? Beliau baru menjabat beberapa hari yang lalu.

Itu pun karena presiden sebelumnya, Farhad Prayogo, meninggal dunia (karena kubunuh ? berdasarkan bukti-bukti yang "ada").208 Tidak mungkin beliau memiliki pemikiran ambisius seperti itu.

Menguasai dunia? Mustahil.

Walaupun pemikiran seperti itu terus muncul berulang-ulang dalam benakku ? bahwa Presiden Aditya ingin menguasai dunia, aku berusaha menyangkalnya.

Tidak logis.

Entah mengapa sepertinya ada sesuatu yang memperingatiku bahwa aku harus berhati-hati dengannya.

Sesuatu dari dalam diriku sepertinya mengatakan hal itu.

"Berhati-hati. Presiden Aditya seorang yang ambisius. Presiden Aditya ingin menguasai dunia."

Apakah aku sudah tidak waras? Terganggu pikiranku? Tidak. Ini merupakan komunikasi dua arah. Ada yang mengatakan berbagai macam hal itu dan aku hanya meresponsnya.

"Saudara Efran,"

Panggil si pengawal tiba-tiba.

"Anda diminta menghadap Bapak Presiden."

Panggilan tersebut menyadarkanku dari lamunan ? tepatnya diskusi dalam batinku.

Aku dipersilakan masuk.

Aku kini berada di ruangan yang sama dengan Presiden Aditya.

Pretty ke-0 juga ada di sana.

Selain itu ada Yon dan si pengawal.

Total lima orang di dalam ruangan itu ? termasuk aku.

Selain Presiden, yang lainnya berdiri di dalam ruangan itu.

Presiden terus bekerja menekuni kertas-kertas yang ada di hadapannya.

Menyimak dokumen-dokumen tersebut satu209 per satu.

Ia bahkan tidak menghiraukan kehadiranku.

Yon berdiri tegak di samping kanan Presiden.

Kami semua terdiam.

Tiba-tiba sesuatu melintas dalam pikiranku.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sesuatu yang mengatakan.

"Orang ini berbahaya."

Siapa? "Aditya."

Suara itu seperti muncul dalam pikiranku.

Do I have to kill him? Entah mengapa aku menanyakan hal itu.

Mampukah aku melakukannya? Stupid question.

Tiba-tiba aku tersentak.

Aku sadar dia menatapku sekilas.

Sekilas.

Tidak sampai satu detik.

Tetapi pandangan matanya itu Dia telah membaca pikiranku.

Dia mengetahui apa yang kupikirkan.

Dia lalu kembali menekuni pekerjaannya memeriksa berkas- berkas itu.

Aku memperhatikan Presiden Aditya.

Dia cuek saja seolah- olah aku dan pikiranku ? keinginan spontanku untuk membunuhnya, tidak penting baginya.

Dia begitu tenang dan tidak menganggapku sama sekali.

Tatapan matanya barusan begitu tajam ? walaupun hanya sekilas.

Orang ini kuat.

Aku dapat merasakannya.210 Berapa banyak orang yang telah mencoba membunuhnya? Aku tahu dia sering menjadi target pembunuhan.

Entah bagaimana aku bisa mengetahui hal itu.

Diakah yang memberitahuku? Dari pandangan matanya ia memberitahuku, mengancamku, apa yang ingin kulakukan padanya adalah kesia-siaan belaka.

Aku memperhatikan orang-orang yang ada di dalam ruangan itu.

Kulihat Yon bersikap sangat respek padanya.

Respek atau takut? Yon berdiri di samping kanan Aditya dan tangannya menunjuk beberapa kali ke lembaran-lembaran kertas yang ada di meja.

Menunjuk dengan kelima jarinya, dengan telapak tangan terbuka menghadap ke atas.

Sopan banget! "Ya!"

Kata Presiden tiba-tiba sambil meletakkan pulpennya di atas dokumen yang ada di hadapannya.

Pulpen biasa, seperti yang digunakan para pelajar.

Bukan untuk menandatangani dokumen.

Ia hanya menggunakannya saat membaca berkas-berkas tersebut dan memberi tanda atau coretan-coretan.

Yon mengatakan sesuatu kepada Aditya yang langsung melihat ke arahku.

"Saudara Efran,"

Katanya sambil menatapku.

"Bapak Presiden,"

Kataku sambil mengangguk.

"Anda tentunya sudah mengenal betul Saudara Yon ini."

Presiden meraih remote control di atas mejanya dan mengarahkannya ke dinding di sebelah kanannya - bagian211 depan. Panel kayu yang menutupi bagian tengah dinding itu terangkat ke atas dan memunculkan televisi layar datar.

"Anda berdua teman sekolah di SMA dulu. Begitu yang saya dengar,"

Katanya.

"Anggap saja ini adalah reuni Anda berdua."

Entah dia sedang bercanda atau serius.

"Ada yang ingin saya perlihatkan kepada Anda."

Televisi itu menayangkan gambar dua orang sedang bertumpu lutut mengenakan baju berwarna oranye dengan latar belakang padang pasir.

Mereka tampaknya merupakan sandera atau korban penculikan.

Di belakang kedua sandera itu tampak seseorang berpakaian serba hitam berdiri sambil mengacungkan pedang.

Sedangkan di tengah-tengah, di antara kedua sandera itu, ada seorang pria lain yang sedang berbicara.

Kedua pria yang berdiri itu mengenakan serban hitam dan penutup wajah yang berwarna hitam juga.

Si algojo yang berdiri di belakang tampak berdiam diri dengan pedang terangkat ke samping kanan setinggi dadanya.

Sedangkan orang yang satu lagi sedang berbicara tentang sesuatu.

Tidak ada teks dalam tayangan itu.

Tetapi aku bisa menduga, kejadian yang sedang kutonton ini adalah peristiwa penculikan dan rencana eksekusi sandera.

Sepertinya kedua pria berbaju hitam itu merupakan bagian dari kelompok militan di Timur Tengah yang saat ini sedang menjadi perbincangan dunia internasional.

Tiba-tiba dari arah belakang mereka muncul beberapa orang berpakaian militer dengan helm baja, mengenakan penutup wajah, dan goggle.

Tak ada identitas atau apa pun yang menunjukkan asal atau kesatuan pasukan itu.

Saat itu juga212 terdengar suara ledakan menggelegar dan sinar menyilaukan menutupi mereka semua.

Flashbang ? granat yang menimbulkan cahaya yang sangat menyilaukan dan membuat orang yang terkena paparannya tidak mampu melihat untuk sementara waktu.

Tetapi aku mampu melihatnya.

Mereka ? pasukan misterius itu, merunduk dan membelakangi arah ledakan saat sinar menyilaukan itu muncul.

Mereka kemudian bangkit berdiri dan langsung menembak ke arah depan.

Salah seorang anggota pasukan itu menangkap pergelangan tangan kanan si algojo pria berbaju hitam yang saat itu sedang memejamkan matanya dan satu gerakan memutar langsung mematahkan tangan yang memegang pedang itu.

Si algojo yang kesakitan terjatuh sambil membungkukkan badannya.

Rupanya bagian belakang lututnya diinjak si prajurit misterius.

Tanpa menyia- nyiakan kesempatan si prajurit tersebut langsung menembak belakang kepala si algojo.

Pria berserban yang satunya lagi tidak melanjutkan omongannya.

Dadanya ditembus peluru yang ditembakkan dari arah belakang.

Kedua sandera tetap berdiam diri.

Rupanya cahaya granat tadi membuat mereka tidak bisa melihat apa-apa.

Sementara itu percikan darah tampak memenuhi layar televisi.

Sepertinya lensa kamera yang merekam kejadian itu terkena percikan darah kedua pria yang tewas itu.

Aku memperhatikan salah seorang anggota pasukan misterius itu.

Aku tahu dia komandannya.

Postur tubuh dan cara berjalannya sangat kukenal.

Itu Yon! Aku tahu pasti.

Walaupun dia telah menjadi cyborg, sikap tubuh dan cara berjalannya tidak berubah.213 Satu anggota pasukan lainnya tampak membuang sesuatu yang langsung mengeluarkan asap.

Entah gas air mata atau hanya sekadar kamuflase saja.

Tidak tampak apa-apa kecuali kabut asap menutupi layar televisi.

Aku mampu melihat mereka di balik asap itu.

Mereka membawa kedua sandera itu dan kemudian menghilang, lenyap begitu saja di tengah hiruk-pikuk dan rentetan tembakan.

Peristiwa itu berlangsung sangat cepat, kurang dari 10 detik.

"Mereka berdua yang disandera itu adalah pekerja asal Indonesia. Mereka bekerja di kilang minyak di Irak. Entah bagaimana sekelompok militan bodoh itu berani menculik dan menyandera para pekerja kita. Mereka bahkan meminta tebusan sekian juta dolar atau kedua sandera itu akan dieksekusi,"

Presiden menjelaskan.

"Hanya lima menit sebelum eksekusi dilakukan, Yon beserta delapan orang anggotanya kami berangkatkan ke lokasi eksekusi tersebut."

Yon menganggukkan kepalanya membenarkan perkataan Presiden.

"Dikirim langsung dari Jakarta. Segera setelah briefing."

Lima menit? Teleportasi! Presiden Aditya menatapku.

"Berapa lama waktu yang Anda perlukan untuk berpikir tentang Irak? Sekejap!"

Katanya seperti tidak memerlukan jawaban dariku.214

"Lima menit lebih dari cukup. Sudah jelas kan, siapa yang akhirnya dieksekusi?"

Katanya lagi sambil tertawa.

"We do not negotiate with terrorist."

Klise.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ini penayangan eksklusif. Belum sempat diedit. Para teroris itu berniat menayangkan secara langsung eksekusi tersebut di internet. Stafku men-download-nya."

Aku melirik waktu yang tertera di layar televisi itu.

Tanggal hari ini pukul delapan pagi.

Sedangkan perbedaan waktu antara Irak dan WIB adalah 4 jam.

Sekarang jam dua siang.

Kalau kita memperhitungkan beda waktunya berarti kejadian tersebut berlangsung kurang lebih satu setengah jam yang lalu.

Dan Yon sudah ada di sini saat ini.

Aku mengamati seragamnya.

Benar.

Seragam dan perlengkapannya sama seperti pasukan misterius yang tadi mengeksekusi dua orang militan teroris itu.

Cuma kartu identitas plastik ? tanda pengenal untuk petugas istana yang dikalungkan di lehernya saat ini yang membedakannya dengan pasukan yang ada di layar televisi itu.

Ini menjelaskan adanya butiran-butiran pasir putih yang menempel di seragamnya.

Mereka dari gurun.

Aditya lalu kembali menekan tombol remote control.

"Drone, satelit, kamera pengawas, semua itu tidak akan bisa menelusuri pergerakan pasukan kita."

Tampak pemandangan di gurun. Sebuah perkampungan yang porak poranda. Mayat bergelimpangan di mana-mana. Terlihat asap dan kobaran api di beberapa tempat. Sebagian besar mayat tersebut menggenggam senjata.215

"Itu markas mereka. Kita telah menghancurkan basis mereka. We fight terror with terror."

Yang ditayangkan itu kondisi terkini ? Live from Iraq, tertulis di sudut kiri atas layar televisi. Tampak beberapa orang mengacungkan senapan sambil berteriak-teriak di depan kamera. Mereka berbicara dalam bahasa Arab. Aku mampu menerjemahkannya.

"Kami akan membalas dendam. Satu nyawa dibayar dengan seratus nyawa lainnya. Hati-hatilah Indonesia. Kami akan balas menyerang kalian!"

Mereka mengancam.

Mereka menuntut balas atas kematian rekan-rekan mereka.

Terlebih lagi peristiwa tersebut terjadi di depan kamera saat penayangan langsung di internet.

Tentu saja kejadian itu mempermalukan mereka dan seluruh dunia akan menertawakan mereka.

Markas mereka pun kini hancur total.

"Bagaimana, Efran?"

Tanya Presiden. Aku hanya mengernyitkan alisku ? aku tidak mengerti maksud pertanyaan tersebut.

"Maksud Bapak Presiden?"

Tanyaku.

"Bagaimana kalau kau membela negara ini juga ? sebagai seorang patriot?"

Presiden menjelaskan.

"Seperti Yon."

Presiden Aditya mengarahkan pandangan matanya ke orang yang baru saja disebutnya itu. Kenapa dia tiba-tiba melantur seperti ini? Pertanyaan macam apa itu?216

"Aku menghargai keberanian seseorang tetapi keberanian yang sejati. Bukan sesuatu yang hanya muncul seketika namun mendadak lenyap ketika keberanian itu seharusnya diwujudkan. Banyak orang yang merasa berani sampai detik-detik terakhir ketika akhirnya dia berubah pikiran dan mengundurkan dirinya."

Aku masih belum mengerti.

"Bukan sekali atau dua kali terjadi percobaan pembunuhan terhadapku."

Entah mengapa ia mengalihkan pembicaraan lagi. Aku memang ingin membunuhnya tetapi baru sebatas wacana, belum berupa rencana.

"Apa mereka mampu melakukannya? Apa mereka mampu membunuhku? Sampai saat ini aku masih hidup. Sehat segar bugar. Sudah jelas kan, mereka tidak mampu membunuhku. Tak seorang pun mampu."

Aku terdiam, tidak bisa menjawab. Presiden memandang lurus ke arahku. Menatap mataku dengan tajam.

"Kautahu apa yang kulakukan terhadap mereka yang mencoba membunuhku?"

Aku menggelengkan kepalaku.

"Aku menyingkirkan mereka tentu saja."

Presiden tersenyum.

"Hukuman yang sangat ringan. Aku tidak menuntut mereka, hanya meminta mereka untuk pergi jauh dariku,217 enyah dari hadapanku. Secara hukum aku boleh melakukan nya. Aku berwenang mendeportasi warga negara yang mengancam keutuhan republik ini."

Presiden lalu menatap Pretty dan menganggukkan kepalanya.

Pretty ? the prototype, maju mendekatiku.

Di tangannya ada sebuah helm.

Helm khusus pasukan komando.

Dia berdiri di hadapanku dan dengan kedua tangannya ia memakaikan helm itu pada kepalaku.

Ia juga mengencangkan sabuk pelindung dagunya.

Apa-apaan ini? "Sudah pas?"

Tanyanya. Mereka semua yang ada di ruangan itu memperhatikanku. Si pengawal bahkan sudah dalam posisi meraih pistol yang ada di pinggangnya ? dia berjaga-jaga untuk mengantisipasi reaksiku.

"Apa maksudnya ini?"

Tanyaku kebingungan.

Masih dengan kedua tangannya, Pretty memegang bahuku.

Aku tersentak.

Sekelebat kemudian pemandangan di depanku berubah.

Aku mendengar suara hiruk-pikuk di sekitarku.

Aku berada di luar ruangan.

Panas terik matahari menerpaku.

Kakiku terasa seperti agak terbenam pada tempatku berpijak.

Pasir.

Aku menginjak pasir.218 Aku menoleh ke samping kiri dan kanan.

Aku bahkan bergerak memutar badanku melihat ke sekeliling.

Pasir putih.

Pasir putih di mana-mana.

Di mana ini? Aku memperhatikan orang-orang yang bergerak dengan cepat di sekitarku, mereka memindahkan perlengkapan mereka.

Senjata ? pistol, senapan mesin, granat, meriam, dan sebagainya.

Hampir semuanya mengenakan pakaian berwarna hitam dengan serban hitam di kepala mereka.

Mereka orang asing.

Persis di depanku ada kamera yang sedang mengambil gambar.

Suara-suara tersebut tiba-tiba terhenti.

Keheningan menerpa seolah-olah waktu pun berhenti.

Aku merasa orang-orang di sekitarku menghentikan kegiatan mereka.

Mereka menyadari kehadiranku.

Mereka semua memperhatikanku.

Beberapa di antaranya bahkan menunjuk-nunjuk ke arahku.

Tempat ini Aku mengecek GPS-ku.

Aku di Irak! Koordinat ini ....

aku berada di tempat Yon dan pasukannya membunuh si algojo itu lebih satu jam yang lalu.

Dan aku berdiri di sini memakai seragam militer yang sama dengan yang dipakai Yon beserta pasukannya.219 Malam hari di gurun ini tidak terasa begitu dingin.

Beberapa tahun yang lalu keadaan di Irak sama seperti di negara- negara bergurun lainnya di mana temperatur malam hari tidak pernah mencapai 10 derajat Celsius dalam kondisi normal.

Keadaan iklim tampaknya sudah berubah entah karena peperangan yang berkecamuk terus tanpa jeda ? di mana beberapa kota yang berbatasan dengan negara lain dibakar dengan bom nuklir mikro, kebakaran kilang minyak yang terus-menerus tanpa henti, ataupun pemanasan global, aku pun kurang mengerti.

Yang jelas kondisi ini menguntungkan kami.

Temperaturnya cukup nyaman untuk beristirahat.

"Bagaimana keadaanmu?"

Tanya Pretty.

"Aku baik-baik saja,"

Jawabku.

Aku lebih mengkhawatirkan keadaannya ketimbang keadaanku.

Saat ini kami bertiga ? aku, Pretty dan Sheva, sedang menikmati makan malam.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sheva begitu terampil menyiapkan segala sesuatunya.

Dari mendirikan tenda, menyiapkan perimeter keamanan, hingga memasak.

Segalanya dilakukan dengan rapi dan cepat.

Prajurit TNI memiliki kemampuan survival yang sangat tinggi.

Mereka mampu bertahan hidup di lautan, hutan, gunung,220 bahkan di gurun dan di kutub ? dengan perlengkapan yang minim.

Tetapi aku tidak begitu khawatir dengan kondisi perbekalan kami saat ini.

Ransum hasil pampasan perang cukup untuk memenuhi kebutuhan satu minggu ke depan.

Sebenarnya aku tidak begitu suka makanan penduduk lokal di sini, roti pita dan daging kambing yang diawetkan, tetapi Sheva sangat pintar mengolahnya.

Bumbu rempah-rempah yang rasanya menyengat berhasil dimodifikasi disesuaikan dengan selera nusantara ? selera kami.

"Enak,"

Pretty pun memujinya.

"Mau tambah lagi?"

Tanya Sheva bersemangat.

Ia tampaknya senang mendapat pujian dari Pretty.

Pretty mengangkat tangannya dan menggelengkan kepalanya.

Rupanya dia sudah kekenyangan.

Kulihat Pretty mampu menghabiskan roti pita tersebut ? dalam ukuran yang lumayan besar.

"Tambah,"

Kataku sambil menyodorkan piring ke Sheva.

Sheva dengan cekatan segera mengisi piring kosongku itu.

Dia tersenyum.

Manis sekali anak ini.

Banyak polwan dan prajurit wanita TNI yang cantik ? yang foto-fotonya beredar di media sosial, tetapi foto anggota pasukan khusus, seperti dia, tidak akan pernah ada di sana.

Eksistensi dan identitas mereka dirahasiakan negara.

Sekilas aku memandangnya lalu melanjutkan makan malamku.221

"Aku giliran jaga pertama,"

Kata Sheva. Dia sudah menyelesaikan tugasnya merapikan perlengkapan makan malam kami ? kecuali piring yang masih ada di tanganku.

"Tidak perlu,"

Kataku.

"Aku tidak memerlukan istirahat ataupun tidur. Aku saja yang berjaga."

Dia hendak protes tetapi Pretty menyentuh pundaknya dan menganggukkan kepalanya.

Sheva akhirnya diam, tidak jadi protes.

Setelah selesai makan, aku segera beranjak mengelilingi tenda kami.

Berdasarkan informasi yang kudapat, malam hari ini hingga esok hari, cuaca akan cerah dan tidak berangin.

Bisa kupastikan tidak akan ada badai gurun atau badai pasir.

Badai pasir mampu memindahkan bukit-bukit pasir yang berada di sekitar tenda kami dan sekaligus menenggelamkannya, tergantung dari kecepatan dan arah angin tentunya.

Aku berjalan sambil menoleh ke tempat dua wanita itu beristirahat.

Pertemuan dengan mereka betul-betul tidak kusangka sama sekali.

Saat itu aku terkepung.

Aku diteleportasi ke tempat itu ? markas kaum militan yang sebelumnya menyandera dua orang pekerja asal Indonesia.

Aku ingat, ketika itu aku langsung melakukan pemetaan posisi orang-orang di sekitarku.222 Aku berusaha untuk mengetahui cara tercepat meloloskan diri dari kepungan mereka.

Jika aku harus menjatuhkan satu atau dua orang, aku akan memilih target yang paling lemah.

Orang tua atau mereka yang bergerak dengan lamban.

Setelah itu aku akan mengambil alih mobil atau kendaraan lainnya untuk melarikan diri dari tempat ini.

Tetapi sensorku menangkap sesuatu.

Sesuatu yang sangat familiar.

Sesuatu yang menyerupai diriku.

Sesuatu itu cyborg! Ada cyborg di tempat ini? Di antara orang-orang ini? Sulit kupercaya.

Lokasi cyborg itu kira-kira sepuluh meter di depanku.

Arah jam dua.

Aku melihatnya.

Wujud cyborg itu jauh dari rupa seorang manusia.

Dia seperti robot.

Tubuh biologisnya sudah terkoyak di sana sini memperlihatkan kerangka logamnya.

Hanya wajahnya yang masih memperlihatkan sisi manusianya secara lengkap.

Cyborg itu berciri khas orang lokal dengan tinggi tubuh di atas rata-rata.

Tinggi badannya sekitar dua meter tiga puluh senti.

Dia memegang pedang yang luar biasa panjang.

Kuperkirakan panjang mata pedangnya itu satu setengah meter ? hampir setinggi tubuh manusia.

Suara-suara berisik terus terdengar.

Beberapa orang bahkan mulai bergerak mendekatiku.

Mereka semuanya bersenjata dan mengarahkan laras senjata mereka ke arahku.223 Aku melakukan simulasi dengan memperhitungkan kemungkinan mereka menembak saat aku bergerak.

Kalau aku langsung bergerak maju, beberapa tembakan mereka akan luput.

Kalau aku bergerak maju sambil melindungi organ vitalku, aku masih mampu bertahan dengan dua lusin peluru bersarang di tubuhku.

Kuperkirakan aku akan mampu menerobos kepungan mereka dalam waktu lima detik.

Yang jelas, aku harus menghindari si cyborg raksasa itu.

Sebelum aku memutuskan untuk bergerak, si raksasa malah sudah maju mendahuluiku dan langsung menyabetkan pedangnya ke arahku.

Aku memperkirakan arah gerakan tangannya ? pedang dipegang dengan kedua tangan, dia tidak kidal, arah sabetan pedangnya dari kiri atas ke kanan bawah tubuhku.

Too slow! Aku berhasil menghindar.

Pedangnya disabetkan dengan cepat, tetapi gerak langkah majunya yang lamban menyelamatkanku.

Aku bergerak melompat ke arah kanan dan luput dari sabetan pedangnya itu.

Kelemahannya ada pada kedua kakinya.

Orang yang memiliki tinggi badan lebih dari dua meter biasanya tidak mampu menggerakkan kakinya dengan lincah karena harus mempertahankan keseimbangan tubuhnya.

Tubuh yang tinggi besar serta berat badan di atas rata-rata juga mempengaruhi pergerakan kakinya.

Bagaimana jika kakinya itu kulumpuhkan? Satu injakan pada tempurung lutut kirinya akan membuat ia sedikit goyah.224 Segera kuinjak bagian kakinya tersebut.

Tidak berhasil.

Tempurung lututnya terpasang dengan kuat.

Aku segera bergerak ke arah belakang cyborg tersebut.

Sekarang posisi dia jadi memunggungiku.

Kuharap tidak ada orang bodoh yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menembakku.

Para milisi yang mengelilingiku semua hanya membidikkan senjata mereka ke arahku.

Tak ada seorang pun yang menembakkan senjatanya.

Mereka seperti takut tembakan mereka meleset dan mengenai si raksasa itu.

Sebelum si raksasa memutar tubuhnya, aku segera melompat dan meraih kepalanya.

Dengan putaran yang kuat, leher si raksasa pun berhasil kupatahkan.

Mati.

Seperti kuduga, dia merupakan cyborg standar yang tidak memiliki sumber energi cadangan di bagian kepala, sehingga ketika lehernya terputus dengan tubuhnya, otak yang merupakan pusat kendali operasinya menjadi tidak berfungsi dan sistem mekanis di tubuhnya pun langsung berhenti.

Saat ini, hampir semua cyborg ? termasuk tipe tempur (battle cyborg) sekalipun, belum dilengkapi dengan sumber energi cadangan di bagian kepala mereka.

Cyborg yang memiliki lapisan panel surya yang tertanam di bawah kulit sepertiku pun masih sangat langka.

Mereka semua terdiam menyaksikan jagoan mereka kulumpuhkan.

Aku meraih pedang si raksasa itu dan mengayun-ayunkannya.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka semua terkejut melihatku mampu menggerakkan pedang itu.

Kuperkirakan berat pedang ini sekitar dua puluh kilogram.

Lumayan berat buat ukuran manusia biasa, tetapi tidak buatku.225 Aku bergerak maju.

Mereka serentak mundur beberapa langkah.

Kepungan mereka mulai merenggang.

Semakin terbuka.

Kemungkinanku untuk kabur semakin mudah.

"DOR! DOR! DOR! DOR! DOR! DOR! DOR!"

Tiba-tiba terdengar rentetan tembakan dilepaskan ke udara.

Suara itu berasal dari senapan mesin.

Aku menoleh ke sumber suara itu.

Tampak sekelompok orang menggunakan beberapa unit kendaraan militer bak terbuka mendekati tempatku berdiri.

Celaka! Mengapa aku bisa lengah? Seharusnya aku sudah mengetahui posisi kendaraan itu sebelumnya.

Aku segera mengidentifikasi beberapa orang pengepungku ? milisi-milisi bodoh yang masih terbengong-bengong dengan senjata di tangan mereka.

Aku harus merebutnya! Dengan satu gebrakan aku berhasil menjatuhkan beberapa orang milisi tersebut, mereka terhuyung-huyung terkena sambaran pedang raksasa yang berat itu.

Aku sengaja tidak menggunakan bagian tajam pedang tersebut.

Aku lalu merebut beberapa senjata otomatis mereka beserta magasinnya dan beberapa granat.

Yang lainnya segera membubarkan diri ? dan aku terus mengikuti mereka.

Sambil berlari, kulemparkan pedang panjang tersebut ke arah kendaraan militer yang terus bergerak menuju posisiku.

Lemparanku luput.

Gerak maju kendaraan militer itu juga terhambat kerumunan orang-orang yang berlarian di sekelilingku.

Aku berusaha menyamarkan keberadaanku di tengah- tengah mereka.

Sambil berlari aku melepaskan beberapa226 tembakan ke arah kendaraan militer itu.

Kendaraan itu sekarang dalam keadaan berhenti dan para penumpangnya bergerak ke arahku.

Memburuku.

Kuperkirakan mereka merupakan prajurit profesional bukan sekadar milisi biasa.

Mereka semuanya memakai seragam militer berkamuflase gurun.

Aku bergerak sangat cepat, mereka semua jauh tertinggal di belakangku.

Aku berlari sambil merunduk.

Kini aku sudah berada di perkemahan mereka ? sekitar satu kilometer dari tempatku semula berada.

"Efran!"

Terdengar seseorang memanggilku.

Suara panggilan itu mengejutkanku.

Biasanya aku tidak pernah langsung menoleh kalau namaku dipanggil di keramaian atau tempat lainnya ? sekadar untuk berjaga- jaga.

Tetapi di sini? Di gurun di Timur Tengah ini? Aku menoleh.

Seorang wanita berdiri di depan sebuah kemah beberapa langkah dari tempatku.

"Pretty?"

Tanyaku.

Aku kaget sekali melihatnya ada di sini.

Aku segera menghampirinya.

Dia terlihat lemah.

Hasil pemindaianku menunjukkan Pretty baik-baik saja.

Hanya saja ia seperti kekurangan cairan sehingga suhu tubuhnya meningkat.

Sepertinya dia sempat terkena demam sebelumnya.

Pretty rupanya ditawan di dalam kemah itu.

Sheva juga ada bersamanya.227

"Kok kamu bisa ada di sini?"

Tanyaku ? belum hilang rasa terkejutku.

"Sudah cukup lama aku menunggumu,"

Jawabnya.

Menungguku? Di dalam kemah itu ada beberapa orang wanita lainnya tetapi mereka sepertinya ditugaskan untuk menjaga Pretty dan Sheva agar tidak melarikan diri.

Mereka berenam.

Semuanya berdiri memandangku ? mereka terkejut dengan kehadiranku di kemah itu.

Aku melihat mereka semuanya berpakaian khas wanita setempat dan memegang senapan.

Mereka tampak ketakutan melihatku.

Aku baru menyadari hal itu setelah melihat berapa banyak senjata yang kubawa.

Lebih dari cukup untuk mempersenjatai kami bertiga ? aku, Pretty, dan Sheva, serta membunuh keenam wanita itu dan meratakan kemah ini.

Tanpa kuminta mereka segera melemparkan senjata-senjata mereka ke dekat kakiku dan segera berlutut dan langsung membungkukkan badan mereka di karpet kemah tersebut.

"Jangan takut, aku tidak akan melukai kalian,"

Kataku dalam bahasa Arab.

Sheva dengan sigap mengumpulkan senjata yang mereka lemparkan.

Dia juga bergerak cepat menggeledah para wanita itu.

Hasilnya cukup mengejutkan ? pistol, pisau, granat, dan beberapa magasin.

Rupanya mereka belum menyerahkan semuanya! Kuperhatikan wajah-wajah para wanita itu, sebagian mengenakan cadar.

Mereka semuanya menundukkan kepala ? bukan karena takut, tetapi memang tidak pantas228 bagi seorang wanita di sini untuk bertatapan langsung dengan pria yang tidak mereka kenal, yang tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan mereka.

Rasanya kesal sekali mengetahui bahwa mereka menunjukkan sikap menyerah tetapi masih menyembunyikan senjata juga.

"Masih ada lainnya ? di situ,"

Kata Pretty sambil menunjuk tumpukan bantal di sudut bagian dalam kemah itu.

Sheva segera memeriksa tempat itu dan benar saja, beberapa senjata berhasil ditemukan.

Senjata-senjata itu semuanya langsung diamankan oleh Sheva.

Dengan kekuatan telekinesisnya, Pretty lalu membuat para wanita itu jatuh terduduk tak bisa bergerak.

Hanya mata mereka yang terus memperhatikan kami.

"Biar tidak repot nantinya,"

Katanya ? walaupun aku tidak memerlukan penjelasan tersebut.

Yang jadi pertanyaan adalah kenapa dia tidak melakukannya sebelumnya? Dia menungguku.

Mungkin itu alasannya.

Sheva mengambil beberapa senjata itu dan segera bersiap- siap.

Tindakan yang tepat.

Ya, saat ini, di sini, di antara kami, siapa lagi yang lebih mahir darinya dalam menggunakan senjata? Sheva mengintip keluar kemah ke arah kedatanganku sebelumnya.

"Masih sekitar dua ratus meter lagi,"

Kataku.

Sheva tidak menjawab.

Dia bersiap-siap.229 Begitu para milisi tersebut muncul, dia segera melemparkan granatnya.

Belum cukup jaraknya, pikirku.

Ternyata tujuan Sheva adalah mengacaukan formasi lawan sekaligus mencegah mereka mendekat.

Butiran-butiran pasir yang beterbangan akibat ledakan granat tentunya menimbulkan gangguan penglihatan jika sampai mengenai mata mereka.

Beberapa granat kembali dilontarkannya.

Sepertinya Sheva menggiring mereka ke arah tertentu.

Aku melihat posisi matahari saat itu.

Sheva membuat mereka berkumpul di tempat yang menghadap matahari! Luar biasa prajurit wanita ini.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia sangat yakin para pengepung kami itu tidak akan melemparkan granat ke perkemahan ini.

Selain mereka kesulitan karena silau terpapar sinar matahari, perkampungan ini juga merupakan basis logistik mereka.

Pretty telah menghipnotis seluruh penghuni perkemahan ini sehingga tidak ada seorang pun dari mereka yang bergerak keluar kemah untuk menghentikan kami.

Kemampuan bertempur Sheva ternyata jauh di atas rata-rata kemampuan para milisi itu ? bahkan juga prajurit dengan seragam militer berkamuflase gurun itu.

Mereka kucar-kacir dan tampak tidak terorganisasi dengan baik.

Begitu menemukan lawan yang lebih hebat, mental mereka langsung anjlok.

Disiplin mereka payah sekali.

Padahal dalam pertempuran, disiplin ? termasuk di dalam mempertahankan formasi merupakan hal yang esensial.230 Sehebat apa pun suatu pasukan, jika mereka tidak disiplin dan tidak dapat diatur maka mereka pasti, cepat atau lambat, akan dikalahkan.

Sheva terus mengamat-amati keadaan sekitarnya.

Posisi musuh, siapa memegang senapan mesin, yang mana yang hanya bersenjatakan pistol ataupun senapan biasa.

Mana lawan yang mahir menembak dan mana yang hanya bisa menembak sekadarnya.

Dia betul-betul efisien.

Begitu memegang senjata, dia sudah langsung bisa bergerak dan menghantam sasarannya dengan akurat.

Aku tahu Sheva tidak membunuh mereka.

Rata-rata tembakan di arahkan di dada kanan mendekati bahu yang langsung melumpuhkan si prajurit.

Tembakan tersebut akan langsung menembus ke tulang belikat mereka.

Mereka tidak akan mampu lagi mengangkat tangannya, alih-alih menggunakan senjata.

Seperti sudah kuduga, kebanyakan dari mereka tidak memiliki motivasi untuk berperang.

Begitu tertembak, mereka langsung mundur melarikan diri.

Beberapa kali aku turut melepaskan tembakan dan melemparkan granat untuk menghadang gerak maju mereka.

Namun demikian, kami belum berhasil menahan mereka.

Sementara itu para wanita yang ditugaskan untuk menjaga Pretty dan Sheva tampak terbengong-bengong menyaksikan kesigapan Sheva dalam bertempur.

Beberapa wanita penjaga itu sebelumnya dilengkapi dengan senjata dan mereka mampu menggunakannya tentu saja, tetapi bagaimana pun juga mereka tidak akan pernah bisa mengalahkan Sheva.231 Walaupun lambat, sebagian pengepung kami berhasil maju mendekati perkemahan ini.


Pendekar Rajawali Sakti 195 Petaka Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Rajawali Emas 19 Memburu Nyawa Sang

Cari Blog Ini