Manusia Atlantis Karya S. Widjadja Bagian 2
Anak yang tampan.
Pretty melirik Sheva yang masih belum sadarkan diri itu.
Ia lalu mengangguk dan langsung mengenakan tudung jaketnya ? menutupi kepalanya.
Ia juga memakai kacamata.
"Aku cantik kan?"
Tanyanya.79 Aku terdiam. Entah apa maksud pertanyaan itu. Serius atau bercanda? "Cantik,"
Jawabku datar. Ia tertawa senang.
"Tapi Sheva lebih cantik,"
Kataku ? kali ini sambil tersenyum. Pretty menatap tajam ke arahku ? walaupun masih tertawa. Tiba-tiba kurasakan tubuhku terangkat ke atas, melayang. Kira-kira setengah meter dari tempatku berpijak tadi.
"Hei!"
Teriakku.
"Aku bisa melemparmu, lho,"
Katanya tersenyum ? mengancam.
"Bukannya sudah kau lakukan, ya?"
Tanyaku ? retorik, sambil tangan kananku menunjuk ke atas. Ia langsung tertawa lagi ? bukan tertawa senang pastinya.
"Oh, iya, ya. Ha ha ha ha ha."
Tiba-tiba aku terhempas ke bawah.
Ia telah menghilangkan kekuatan telekinesisnya padaku.
Ia tentu ingat lemparan sejauh beberapa puluh meter yang dilakukannya padaku.
Lemparan yang langsung merusak sistem mekanis serta mengacaukan sumber energiku.
Manusia biasa pasti sudah tewas jika dilempar seperti itu.80 Dengan menggunakan taksi, kami sampai di mal ? tempat aku dan Pretty akan meninggalkan Sheva.
Tentunya kami tidak bermaksud jahat.
Sheva akan baik-baik saja walaupun perlengkapan tempurnya kutinggal di bungker Ayahku.
Biarpun ditinggal di sarang penyamun sekalipun, seorang prajurit elite sepertinya akan baik-baik saja.
Aku mendorong kursi roda.
Sheva yang duduk di atasnya.
Kamuflase yang sempurna untuk membawa orang pingsan ke tempat-tempat umum termasuk mal.
Begitu turun dari taksi dan menuju lobi mal, aku tertegun.
Bagian pemeriksaan dengan gerbang pendeteksi logam berada di depan pintu masuk lobi.
Seseorang yang menggunakan pen tertanam di tulangnya pun tidak akan luput dari detektor logam itu ? apalagi cyborg yang hampir seluruh kerangkanya berupa logam.
How could I miss that one? "Let me handle it,"
Kata Pretty.
Ikut-ikutan berbahasa Inggris ? orang ini selalu saja membaca pikiranku! Lalu ia membiarkanku mendorong Sheva.
Ia sendiri langsung menuju ke petugas bagian pemeriksa pengunjung itu.
Ia mengatakan sesuatu sambil menunjuk ke arahku.
Aku memandang si petugas sambil tersenyum.
Ternyata si petugas langsung mengarahkanku ke pintu di sebelahnya.
"Silakan lewat sini, Pak,"
Katanya.
Rupanya ia melihat kursi roda yang kudorong itu.
Pretty yang menginformasikan itu kepadanya.81 Kursi roda memang tidak muat jika harus melalui gerbang pendeteksi logam itu.
Sesudah masuk ke dalam mal, Pretty memperlambat langkahnya.
Ia kini berjalan kurang lebih sepuluh meter di belakangku.
Aku bergegas ke luar pintu samping mal menuju ke taman.
Aku memindai sekelilingku mencari benda optik ? seperti kamera CCTV.
Taman ini aman.
Belum banyak pengunjung yang datang.
Letak kamera CCTV pun terlalu jauh.
Bahkan tertutup pepohonan di dekat tempatku berdiri.
Sepertinya kamera tersebut sudah dipasang di sana sebelum pohon-pohon ini setinggi sekarang.
Aku lalu mengarahkan kursi roda itu di dekat salah satu kursi taman dan segera meninggalkannya di sana.
She?ll be alright.
"3 menit lagi ia akan sadar,"
Aku mendengar suara Pretty ? rupanya ia menggunakan telepati untuk berbicara padaku.. Aku segera kembali menuju bagian dalam mal. Aku mencari-cari Pretty. Sepertinya tadi ia berada di belakangku.
"Pak Efran,"
Seseorang memanggilku. Aku menoleh ke arah asal suara itu.82
"Ya,"
Sahutku.
Seseorang berdiri di belakangku.
Do I know him? Rasa-rasanya aku tidak mengenalnya.
Dia tinggi, besar, bertubuh tegap, berambut pendek potongan militer Tunggu, sepertinya aku pernah melihatnya entah di mana.
Segera kuaktifkan sistem pencarian data dengan menggunakan image wajah orang tersebut.
Dapat! Hanya dalam waktu 0,3 detik.
Foto orang itu kudapatkan di .
rekaman CCTV ruang kerja Ayahku ? dia salah seorang pasukan yang menyusup itu! Dia prajurit elite anak buah Yon! Mau apa dia di tempat seperti ini? Apa ia terus menguntitku? Mengapa ia menggunakan seragam petugas sekuriti mal? Kubaca nama yang tertera di dadanya ? Ardito.
Aku terdiam, berusaha tenang.
"Ada apa?"
Tanyaku sambil menatapnya.
Kupindai wajahnya.
Celaka, dia cyborg! Aku melihat tengkorak yang terbuat dari bahan keramik komposit dengan campuran logam, bukan seperti bahan pembentuk jaringan tulang alami.
Dia tersenyum.
Menyeringai menyeramkan.
Aku bersiap siaga.
Aku berusaha mendeteksi keberadaan rekan-rekan si Ardito ini ? jika mereka ada di mal ini juga.83 Tiba-tiba, tanpa bisa kuduga, lututnya menghantam kaki kananku ? di bagian bawah paha.
Tempurung kakiku dibuat bergeser, aku langsung jatuh terduduk.
Saat itulah ia menginjak telapak kaki kiriku.
Krak! Patah.
Pergelangan kakiku patah.
Praktis aku tidak bisa bangkit berdiri.
Prajurit elite seperti dia bisa membunuh orang tanpa menggunakan senjata! Orang-orang tampak memperhatikan kami, tetapi tak seorang pun datang mendekat.
Aku seperti seorang kriminal yang tertangkap petugas keamanan mal.
Saat itulah aku melihat Pretty.
Ia berlari menghindar ? menjauh.84 Good girl! Keep on running! Kalau sampai tertangkap, habis sudah.
Pretty akan diinterogasi dan bahkan akan diperiksa tubuhnya sampai ke bagian terkecil (sel dan DNA) untuk mengetahui kenapa ia yang (seharusnya) telah mati bisa hidup kembali.
Ardito membungkuk hendak mengangkat tubuhku.
Tiba-tiba para pengunjung mal yang sedari tadi hanya memperhatikan kami mulai berkerumun mendekati tempat kami.
Ardito segera saja dikepung oleh orang banyak itu.
"Tenang! Tenang! Saya aparat - sekuriti,"
Katanya sambil mengangkat kedua tangannya setinggi bahu ? berusaha menenangkan massa yang mendekat.
Sekuriti? Sekuriti apaan? Sekuriti KW 2? Geramku.
Tetapi massa tersebut tampaknya tidak mempedulikan kata- kata Ardito.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka terus bergerak maju dan mulai mengelilinginya dalam jarak dekat.
Ia terlihat panik.
Aku tahu ia tidak membawa senjata api.
Di mal mana pun tak ada petugas sekuriti yang membawa pistol.
Penyamaran yang cukup baik.
Sekuriti mal? Apakah ia menyesal tidakmenyamar menjadi petugas polisi saja?85 Serves you right! Ardito dipegangi banyak orang hingga tidak mampu bergerak.
Kulihat beberapa orang menelikung tangannya ke belakang, mencekik lehernya, bahkan memuntir jari-jarinya.
Aneh sekali.
Mereka bagaikan sekawanan zombie yang bergerak menyergap mangsanya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.
Hampir semua persendian Ardito terkunci.
Aku melakukan simulasi visual mengenai kemungkinan ia melepaskan diri.
Negatif.
Jika ia memaksakan melawan arah kuncian itu, maka anggota tubuhnya itu akan patah.
Terlalu banyak orang yang menahan gerakan tangan dan kakinya itu.
Cyborg dirancang mengikuti anatomi tubuh manusia, jadi ia tidak mungkin bergerak atau melakukan gerakan yang mustahil dilakukan seorang manusia ? betapa pun kuatnya cyborg itu.
Misalnya.
seorang cyborg tidak bisa memutar lehernya 180 derajat ke belakang.
Orang banyak itu mendorong-dorong Ardito menjauhi tempatnya semula, meninggalkanku duduk sendiri di lantai mal.
Kudengar Ardito berteriak-teriak memprotes.
Sementara itu beberapa orang mendekatiku.
Aku belum bisa bangkit berdiri ? masih dalam proses pemulihan.
Tiba-tiba mereka mulai memegangiku ? sama seperti mereka "mengeroyok"
Ardito.
Mereka mengangkatku dan langsung membawaku menjauhi tempat itu.
Mereka mengangkatku keluar menuju taman di samping mal.
Taman di mana aku meninggalkan Sheva.
Mereka86 menemukan kursi roda itu.
Benda yang kukenal dengan baik.
Kursi roda yang kugunakan untuk membawa masuk Sheva ke mal ini.
Mereka meletakkanku di kursi roda itu.
Aku melihat ke sekeliling.
Sheva tidak terlihat.
Tanpa mengatakan apa pun, orang-orang itu berangsur- angsur meninggalkanku sendirian.
Pretty ? ini pasti perbuatannya.
Ia mengendalikan pikiran para pengunjung mal untuk menahan Ardito dan melarikanku.
Kurasakan tempurung lututku sudah mulai kembali ke posisi semula.
Pergelangan kakiku masih belum pulih.
Aku segera mencari Pretty.
Dapat! Pretty ada di lobi samping mal ini ? East Gate.
Segera kuarahkan kursi roda itu ke sana.
Aku melihatnya berdiri di dekat sebuah taksi.
Masih mengenakan kacamata dan menutup kepalanya dengan tudung.
Ia tersenyum melihatku.
"Sheva?"
Tanyaku.
"Sepertinya sedang ke food court. Membeli makanan."
Aku mengangguk.
Kalau aku jadi Sheva, tentu aku akan melakukan hal yang sama.
Pastinya ia lapar sekali.
Pretty membimbingku masuk ke dalam taksi itu.87 Ia lalu menyebutkan suatu alamat kepada si sopir taksi.
Sopir itu kemudian menekan tombol untuk memasang sekat ? tirai pemisah antara penumpang dan sopir.
Tirai itu berupa plastik transparan anti peluru.
Sekat itu fungsi untuk menjaga privasi penumpang sekaligus mencegah tindak kejahatan dari penjahat yang menjadi penumpang taksi.
Rupanya Pretty mengajakku kabur meninggalkan tempat itu.
"Ke mana?"
Tanyaku.
"Ke tempat ayahmu."
"Heh?"
Ia tersenyum.
"Oh, kamu tahu dari Yon?"
Tanyaku.
"Dari Arditolah,"
Katanya. Ia lalu tertawa terbahak-bahak.
"Kok?"
"Sebenarnya dari data yang kuperoleh, aku mendapatkan beberapa informasi. Setelah melakukan komparasi data dari Gideon, Sheva, dan Ardito, aku bisa mengambil kesimpulan kalau lokasinya pasti di sana."
Aku manggut-manggut.
Tak pernah kukira ia mampu mengendalikan orang sebegitu banyaknya.
Untuk mengerjakan hal-hal yang berbeda pula.
Seberapa besar kekuatan pikirannya? Apa jadinya jika ia mengontrol pikiran orang besar, orang yang paling berkuasa88 di negeri ini ? RI 1? Apakah Yon juga memikirkan apa yang kupikirkan saat ini? "Tidak,"
Kata Pretty. Aku bingung mendengar perkataannya itu.
"Apanya yang tidak?"
Tanyaku ? sambil memandangnya.
"Gideon tidak pernah memikirkan apa yang barusan kaupikirkan,"
Jawabnya.
"Kamu"
Aku mendelik.
"Aku akan menuntutmu karena pelanggaran privasi,"
Kataku lagi. Pretty bengong mendengar perkataanku.
"Privasi yang mana?"
Tanyanya.
"Eh, itu ? ehm, masuk ke properti orang tanpa izin,"
Kataku.
"Hei! Pikiran itu bukan pekarangan rumah tahu!"
Sahutnya sambil tertawa.
"Kamu tidak tahu ya, otakku kan sudah dipasangi chip! Jadi itu properti juga,"
Balasku tidak mau kalah.
"Oh, kamu pemilik dari chip itu?"
Tanyanya dengan muka jutek ? plus senyum mengejek. Betul-betul tampang yang menyebalkan.
"Eh?"
Aku kebingungan ? segera aku memverifikasi apa-apa saja benda artifisial yang ada di tubuhku ini. Hasilnya mengecewakan.89
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sudah dicek?"
Tanyanya ? sambil cengar-cengir. Aku mengangguk perlahan.
"Ha ha ha ha ha!"
Pretty langsung tertawa terbahak-bahak. Aku diam ? giliranku sekarang memasang muka sebal.
"Apa yang ada di tubuhmu itu semuanya milik perusahaan. Perusahaan Ayahmu. Dan aku salah seorang pemegang lisensinya,"
Katanya sambil tertawa geli.
"Oh ya?"
Tanyaku ? setengah tidak percaya.
"I know every detail of your body,"
Katanya lagi ? melanjutkan tawanya.
"Kok aku merinding ya mendengar kamu ngomong begitu,"
Kataku ? sambil tersenyum.
"Jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku ini scientist ? Ilmuwan, PhD,"
Katanya lagi ? kali ini sambil melotot.
Mulutnya menyembunyikan tawa yang ditahan.
Aku memperhatikannya.
Mengamati Pretty yang sedang melotot lucu itu.
Sepertinya .
Pretty yang sekarang berbeda dengan Pretty yang dulu.
Pretty yang sekarang ini cheerful.
Jauh lebih ceria ? yang dulu jutek banget.
"Aku tidak segitu juteknya kali,"
Katanya ? langsung menghentikan tawanya. Aku cuma bisa menyengir. Hadeeeuuuh ? lagi-lagi membaca pikiranku. Terus deh! Pretty terdiam.90 Tiba-tiba ia memasang muka serius.
"Kamu tahu, selama Pretty yang "satu"
Lagi ? dia yang aktif, berkeliaran di dunia luar, kami yang tertidur di dalam kapsul di bungker itu juga kerap berpikir dan memiliki perasaan.
Membayangkan apa yang dia alami, apa yang dia lakukan, dan bagaimana responnya.
Seandainya aku yang ada di sana, apa yang akan kulakukan? Apakah aku akan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukannya?"
Aku memperhatikan apa yang dikatakannya itu ? sesuatu yang sebelumnya tidak kupikirkan sama sekali.
"Tahukah kau, ketika diriku yang satu lagi berada dalam bahaya, aku juga turut merasakannya. Ketika ia dibunuh Gideon."
Pretty berhenti sejenak.
"Aku juga merasakannya,"
Lanjutnya. Terdengar nada pilu dalam suaranya. Ia sedih.
"Rasa perih di leher ini masih teringat jelas sekali,"
Katanya sambil meraba lehernya ? tempat di mana mata pisau Gideon memotong leher Pretty yang dulu.
"Aku tahu ia sempat "meninggal" ? walaupun ia masih bisa berpikir dan berpindah ke tubuh Sheva."
Benar-benar rumit. Tidak sesimpel yang kubayangkan.
"Aku memang Pretty. Aku memang dia yang dulu tetapi aku yang sekarang tidak sama dengan dia yang dulu."
Aku terdiam.
"Tetapi aku mengenalmu sama baiknya dengan dia mengenalmu,"
Katanya sambil sedikit tersenyum.91 Namun demikian, aku masih melihat kesedihan di matanya.
"Kenapa kamu masih membedakan dirimu yang sekarang dengan dia yang dulu?"
Tanyaku.
"Ketika aku tertidur, aku tahu bahwa aku ini ada ? eksis. Ketika diriku yang satu lagi, Pretty yang dulu, menyatukan pikirannya dengan pikiranku, aku tidak lagi merasakan perbedaan antara aku yang tertidur dan aku yang aktif."
Sepertinya ada bug dalam sistem migrasi pikiran Pretty tersebut.
Bug adalah kesalahan, kekeliruan, atau kelemahan dalam suatu program atau sistem yang menyebabkan apa yang dihasilkan tidak sesuai ekspektasi atau bahkan beroperasi di luar yang diinginkan.
"Jadi kalau semuanya ? semua Pretty yang tertidur itu, diaktifkan"
Kataku. Pretty diam menatapku.
"Bisa?"
Tanyaku. Ia mengangguk.
"Tentu saja kami semuanya akan hidup."
Aku terkejut mendengarnya.
Hidup ? sadar, terbangun, dan aktif.
Benar.
Ada kesalahan dalam sistem replika pikiran ini.
Ada berapa puluh Pretty yang tertidur dalam kapsul di bungker itu? Berapa ratus, berapa ribu, atau bahkan berapa juta orang yang bisa dikendalikan oleh Pretty-Pretty itu kalau mereka semuanya diaktifkan ? dibangunkan?92
"Pak, berhenti di sini,"
Kata Pretty sambil menekan tombol interkom di taksi itu.
Sopir taksi itu terlihat kebingungan namun ia menghentikan juga taksinya.
Pretty mengajakku turun dan kami menuju ke sebuah pohon yang rindang beberapa puluh meter di depan.
Sama seperti si sopir taksi itu, aku juga merasa bingung namun tetap mengikutinya sambil berjalan tertatih-tatih.
Sedikit lagi.
Sedikit lagi kakiku akan pulih.
Aku merasakan pergelangan kakiku yang patah mulai membaik.
"Kamu tidak bayar ongkos taksinya?"
Tanyaku ? berusaha mengikuti ritme langkahnya.
"Ya, bayarlah,"
Katanya ? sedikit sewot.
"Kapan?"
Tanyaku.
"Sewaktu kita masih di perjalanan, aku sudah memasukkan nomor taksi ke dalam aplikasi mobile banking di ponselku."
Maksudnya ponsel Pretty yang "dulu" ? jadi hak miliknya.
"Aku langsung melakukan verifikasi atas pembayaran yang akan ditagih oleh perusahaan taksi itu,"
Katanya. Good. Sekarang ?mereka? bisa men-track keberadaan kita.93
"Ya, dari CCTV di lobi mal juga ketahuanlah taksi yang kita naiki itu nomor berapa,"
Katanya santai.
"Tidak perlu terlalu stres memikirkan ini itu segala macam. Jangan lebay- lah.
"
"Nanti kamu cepat tua lho ? terus jadi barang rongsokan. Ha ha ha ha ha."
Katanya lagi lalu tertawa terbahak-bahak.
"Aku tidak bisa tua. Nano machine akan terus mengganti sel-sel yang rusak atau mati,"
Sahutku.
Pretty terlihat yakin sekali kalau kami tidak akan mengalami hal yang membahayakan di sini.
Ya, dengan kekuatan telekinesisnya, ia bisa membuat siapa saja melakukan apa pun yang ia inginkan ? selama fisiknya memungkinkan.
Kalau tubuhnya melemah karena obat bius, maka .
"Aku sekarang sudah lebih berhati-hati,"
Katanya. Aku memandangnya ? menunggu ia melanjutkan kata- katanya itu.
"Kau mengaktifkan sensormu kan?"
Tanyanya. Aku mengangguk.
"Sampai sejauh mana ? maksudku radius sensormu saat ini."
"Kurang lebih 500 meter,"
Jawabku.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jadi kalau ada orang dalam area tersebut, aku langsung bisa tahu dan segera mendeteksi apa yang dipikirkan orang itu. Jadi tidak ada lagi yang bisa menembakku dengan pembius tanpa kuketahui sebelumnya."
Ada nada bangga dalam ucapannya.94
"Karena kamu memantau pikiranku kan?"
Tanyaku.
"Benar. Kok tahu sih?"
Ia balik bertanya sambil cengengesan. Menyebalkan. Kami berhenti di bawah pohon rindang tersebut. Ia membuka ponselnya.
"Halo, Profesor Devan, ini Pretty."
Profesor Devan ? Ayah? Bukankah Ayah sedang ditahan mereka? Atau jangan-jangan Ayah sudah bebas? Aku memandang ke sekeliling ? area di sekitar pohon tersebut.
Memangnya mau ketemuan di sini? Di bawah pohon ini? "Saya saat ini sedang bersama Efran,"
Katanya lagi.
What? Mau meeting by phone ? conference call gitu ya? Kalau cuma menelepon kenapa harus jauh-jauh ke tempat ini? Aku bisa langsung melakukan koneksi semacam itu ? aku bahkan mampu melakukan video conference.
Aku sewot.
Kalau ini maksudnya bercanda, bercandanya keterlaluan.
Saat ini prioritas utama kami adalah keamanan.
Pretty lalu mengaktifkan aplikasi hologram pada ponselnya.
Profesor Devan, Ayahku, seolah-olah berdiri di atas layar ponsel Pretty ? Ayah dalam bentuk hologram 3 dimensi dengan skala 1/12.
Ayah memandang ke arahku.95
"Apa kabar, Boy?"
Sapanya. Ayah selalu memanggilku "Boy"
Sejak aku kecil. Mungkin sejak aku bisa memahami panggilan yang ditujukan padaku.
"Baik, Pa,"
Jawabku ? singkat tak bersemangat.
"Is everything oke?"
Tanyanya sambil mengerutkan keningnya. Aku menggangguk.
"You don?t look so well, Son,"
Katanya lagi. Entah mengapa aku merasa Ayah berbeda. Is he really my Dad or just a 3D computer-generated imagery? "Pa,"
Kataku. Ayah menatapku.
"Papa baik-baik saja?"
Tanyaku.
Ayah mengangguk singkat.
Aku tahu keadaannya tidak sebaik yang ia akui.
Ayah berada dalam tahanan ? bisa disebut tahanan rumah, di suatu tempat riset rahasia milik militer.
Sekarang tempat itu sudah bukan rahasia lagi ? begitu Pretty bisa menghubungi Ayah, maka ia langsung tahu di mana tepatnya lokasi Ayah ditahan.
Walaupun Ayah bebas beraktivitas bersama Ibu dan koleganya yang lain tetapi mereka semua berada dalam pengawasan dan tetap tidak diperbolehkan keluar area tersebut.
Ayah memintaku untuk tidak mempermasalahkan penahanan tersebut ? untuk sementara ini.96
"Oh, ya, omong-omong si serdadu elite itu . siapa namanya? Sudah dibawa ke tempat yang aman kan?"
Tanyanya.
"Sheva,"
Jawab Pretty.
"Sudah, Prof."
"Safe and sound?"
Tanya Ayah lagi.
"Safe and sound,"
Jawab Pretty sambil mengangguk.
"Dibawa ke mal, Pa,"
Sahutku memperjelas. Aku teringat kursi roda yang kami tinggalkan di lobi mal ketika aku masuk ke dalam taksi. Aku tidak mungkin membawanya saat itu, lagi pula jika aku sudah pulih, aku tidak memerlukan benda itu lagi.
"A mall is fine,"
Jawab Ayah - tersenyum.
Ayah tidak ingin ada insiden apa pun di dalam bungker bawah tanah itu yang bisa mengakibatkan keberadaan bungker itu jadi terekspos.
Kami lalu membahas mengenai Gideon dan keinginannya untuk mendapatkan Kristal Atlantis.
Aku juga mengkhawatirkan keselamatan Ayah dan Ibuku.
Sementara ini mereka dalam keadaan baik-baik saja.
Mengenai replika Pretty, belum ada yang mengetahuinya selain kami ? Ayah, Ibu, aku dan Pretty sendiri.
Keberadaan Pretty-Pretty tersebut harus dirahasiakan.
Mengenai kemungkinan adanya bug dalam sistem memori replika tersebut, Ayah sudah menduganya.
Saat ini belum memungkinkan untuk mengeceknya lagi.
Dunia saat ini sangat bergantung pada energi nuklir.
Industri, perumahan, dan transportasi publik semuanya menggunakan listrik yang dihasilkan reaktor-reaktor nuklir.97 Indonesia merupakan negara yang memiliki reaktor nuklir terbanyak di Asia Tenggara.
Keamanan reaktor tersebut menjadi perhatian pemerintah setelah beberapa insiden mengakibatkan kebocoran dinding reaktor sehingga limbah radioaktif mencemari wilayah sekitarnya ? terutama Laut Jawa.
Reaktor nuklir terbanyak memang berada di pulau Jawa, pulau terpadat di nusantara.
Negeri ini membutuhkan sumber energi lain yang lebih aman dari nuklir namun memiliki tingkat efisiensi yang sama ? atau bahkan lebih.
"Oh ya, Boy, menarik juga apa yang kamu kemukakan kepada Pretty,"
Kata Ayah.
"Yang mana, Pa?"
Tanyaku ? tidak mengerti.
"Mengenai kemungkinan para Pretty ? replika itu, mempengaruhi atau mengendalikan pikiran jutaan orang atau bahkan RI 1,"
Ayah menjelaskan. RI 1 ? Presiden! "Aku tidak bilang padanya,"
Kataku.
"Pretty bisa membaca pikiranmu."
Aku terdiam. Itu aku tahu, tetapi apa maksud Ayah membahas hal itu. Aku bingung.
"Never mind,"
Kata Ayah sambil tersenyum.
Aku sedikit curiga, Ayah tidak pernah membahas sesuatu yang tidak penting ? di luar konteks, kecuali saat kami sedang santai atau berlibur.
Tidak seperti saat ini ketika kami semua berada dalam keadaan yang gawat.
Gideon dan pasukannya bisa tiba-tiba muncul dan menyergap kami.98 Bug itu ? kesalahan dalam sistem replika pikiran, bukannya sesuatu yang seharusnya dipikirkan dan dibahas Ayah saat ini? Bukannya itu sesuatu yang harus diperbaiki? Apa yang Ayah pikirkan? Apakah ia bermaksud .
aku tidak berani membayangkannya.
Ayah masih membahas berbagai persoalan dengan Pretty sebelum akhirnya wujud hologram itu menghilang.
Aku kecewa.
Aku berharap Pretty akan menunjukkan tempat Ayah ditahan dan kami akan membebaskannya.
Kenyataannya tidak begitu.
Aku masih memikirkan pertemuan dengan Ayah barusan.
Ayah dalam wujud hologram 3 dimensi.
"Ayahku ? sepertinya berbeda,"
Kataku.
"Itu memang bukan image asli dari Prof. Devan. Itu avatarnya,"
Pretty menjelaskan.
"Avatar? Terus Ayahku yang asli"
"Prof. Devan saat ini sedang istirahat siang,"
Pretty melirik jam di pergelangan tangannya ? waktu istirahat makan siang. Ayah memang biasa memanfaatkan istirahat siangnya untuk tidur sekitar 25 menit sampai setengah jam.
"Aku yang mendesain komunikasi seperti ini ? bridging mind avatar. Dalam tidurnya, Ayahmu bisa berkomunikasi dengan kita. Bentuk ? rupa dari avatar ini merupakan pilihan Prof. Devan."
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Itu kan memang image Ayah ? hanya saja dalam skala 1/12. Tak ada yang istimewa.99
"Tapi itu benar Ayahku kan?"
Tanyaku.
"Apa maksudmu? Memangnya aku mau repot-repot memanipulasi pembicaraan itu cuma untuk mengakali kamu saja?"
"Aku tidak bilang begitu,"
Kataku membela diri.
"Dengar ya, aku bisa memanipulasi pikiranmu semudah ini,"
Katanya sambil menjentikkan kedua jari ? ibu jari dan telunjuknya tangan kanannya. Aku paham maksudnya. Aku pernah mengalaminya.
"I understand,"
Kataku.
"You have to,"
Katanya.
"Oh ya, kenapa memilih tempat ini?"
Tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Di sini enak kan? Udaranya segar, langitnya cerah, banyak pepohonan,"
Jawabnya.
Suaranya terdengar ringan ? tanpa beban.
Memang sepertinya apa yang dikatakan orang tua zaman dulu ada benarnya.
kalau kebanyakan tidur itu tidak bagus buat kesehatan.
Aku menduga-duga berapa lama Pretty yang satu ini tidur di dalam kapsul itu ? berapa tahun? Aku menoleh ke arahnya.
Kulihat ia memasang tampang horor.
Jelas sekali ia marah.
Aku menunjuk dadaku.
"Kamu marah sama aku?"100
"Sama siapa lagi? Masa aku marah sama bunglon?"
Sahutnya sambil mengangkat dagu seperti menunjuk sesuatu. Aku menengok ke belakang ke arah pandangan matanya. Bunglon! Ada bunglon di batang pohon di belakangku. Aku berbalik lagi dan menatap Pretty. Ia masih melotot padaku. Aku jadi salah tingkah.
"Apa maksudmu ?kalau kebanyakan tidur itu tidak bagus buat kesehatan??"
"Eh,"
Aku jadi semakin salah tingkah.
"Kamu tidak tahu ya, ketika kita tidur, otak kita itu tetap bekerja,"
Katanya lagi.
"."
Sepertinya ia ingin melanjutkan kata-katanya tetapi tidak jadi. Pretty terdiam. Wajahnya tampak tegang.
"Pretty."
Panggilku. Ia mengangguk.
"Ayo,"
Katanya.
Suaranya terdengar gugup.
Kami bergegas meninggalkan tempat itu.
Kedua kakiku sudah pulih sepenuhnya.
Aku mendeteksi beberapa orang mendatangi tempat kami.
Dari formasi mereka, aku bisa mengetahui bahwa mereka101 merupakan militer.
Formasi mereka merupakan formasi untuk pengepungan dan penyergapan.
Mereka semua bersenjata dan terus bergerak mengepung kami.
Mengepung dengan rapat.102 Jumlah mereka 40 orang ? 1 peleton.
Dari formasi pengepungan dan pola pergerakan mereka, aku bisa menebak di mana posisi komandan pasukan.
Aku segera memindai area tersebut untuk mengidentifikasi sniper.
Para penembak jitu itu harus kulumpuhkan terlebih dahulu.
Aku mengaktifkan sensor untuk mendeteksi lensa pembidik sniper.
Aku menemukannya ada 4 orang penembak jitu.
Keempat orang itu sedari tadi berdiam diri ? tidak bergerak.
Aku berusaha mendengarkan komunikasi di antara pasukan yang lain.
Negatif.
Yang terdengar hanya pergerakan mereka saja.
Langkah-langkah kaki.
Mereka berkomunikasi dengan isyarat tangan.
Berarti dari posisi mereka saat ini, mereka bisa melihat komandan regu masing-masing.
"DOR! DOR! DOR! DOR! DOR!"
Tiba-tiba terdengar bunyi tembakan.
Ternyata terjadi saling menembak di antara pasukan tersebut.
Sensorku menangkap beberapa orang terkapar.
Beberapa di antaranya tetap bergerak maju walaupun sempat tertembak.
Aku menduga beberapa di antara mereka adalah cyborg ? mereka yang tetap bergerak maju walaupun sudah ditembak.103 Mengapa terjadi saling tembak di antara pasukan itu sendiri? Saat itulah aku mendengar teriakan-teriakan.
Aku melihat ke asal suara tersebut.
Beberapa orang terangkat ke atas setinggi 5 meter.
Aku teringat peristiwa yang sama yang juga kualami.
Pretty? Jadi pasukan yang saling menembak itu juga ulah Pretty? Aku melirik ke arahnya.
Ia tersenyum.
Sementara itu kekacauan terjadi di antara pasukan tersebut.
Formasi mereka berantakan.
Rupanya para sniper yang melakukan penembakan tadi.
Tembakan yang diarahkan ke pasukan mereka sendiri.
"Kukira kamu tadi gugup,"
Kataku. Diagnosaku sebelumnya pun menyatakan demikian ? detak jantung, napas, dan getaran suara Pretty semuanya mengindikasikan kegugupan.
"Memang,"
Jawabnya ringan.
"Tapi kok ."
"I was nervous because I was excited."
"Oh, begitu."
It makes sense.
Kukira tadi ia ketakutan.
Ternyata dia gugup saking senangnya ? seperti jatuh cinta.
Aneh ? tetapi memang ada orang yang demikian, gugup menghadapi bahaya sama seperti gugup saat bertemu dengan orang yang disukai.
Menyenangkan.
Excited.
Empat orang yang melayang-layang itu terlihat sangat panik.
Mereka semuanya para sniper!104 Sekarang mereka berputar-putar dan terbalik ? kepala berada di bawah dan kaki mereka mengarah ke atas.
"Sekarang perhatikan baik-baik,"
Kata Pretty.
Keempat sniper itu semuanya terlempar jauh ? diiringi teriakan-teriakan mereka! Terdengar suara benda jatuh ? empat kali.
Aku terus mengikuti pergerakan mereka sampai jatuh dan mati.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku tidak lagi merasakan tanda-tanda kehidupan pada empat orang itu.
Beberapa orang lainnya bergerak menghampiri tempat jatuhnya rekan mereka itu.
Aku terkejut.
Pretty membunuh empat orang dan ia tidak merasakan apa-apa ? seolah tanpa beban.
Ia begitu dingin.
"Jangan lupa, aku juga pernah dibunuh mereka kan?"
Katanya. Sisa pasukan kembali bergerak merapat.
"Kita berpisah,"
Kataku ? mengalihkan pembicaraan.
Pembicaraan yang membuat perasaanku tidak nyaman.
Pretty mengangguk.
Ia memahami maksudku.
Aku dan Pretty memutuskan untuk berpisah ? menjaga jarak agar mereka tidak bisa langsung menangkap kami berdua sekaligus.
Yang mengherankan, ada beberapa orang yang terus mengikuti pergerakanku.
Padahal mereka belum bisa melihat posisi kami.
Sekeliling tempat ini banyak pepohonan.105 Mustahil mereka bisa melihatku.
Tetapi kenapa mereka mengetahui ke arah mana aku bergerak? Kutingkatkan kemampuan deteksi sensorku.
Ternyata beberapa dari mereka ? terutama yang bisa membaca arah pergerakanku, adalah cyborg.
Aku dan Pretty sudah terpisah dalam jarak 10 meter.
"Aku seperti sedang bermain game. Semua yang ada di pikiranmu. jumlah pasukan, persenjataan mereka, posisi dan pergerakan mereka ? semuanya terlihat bagaikan layar TV."
Pretty berkomunikasi denganku melalui telepati.
Orang terdekat saat ini berada kira-kira 3 meter di depanku.
Terhalang semak-semak.
Ia terus bergerak maju menuju tempatku.
Cyborg! Begitu ia muncul, aku sudah siap.
Kuterkam tubuhnya.
Kami berguling-gulingan di rerumputan.
Satu hentakan di dagunya dan dorongan kepalanya ke belakang membuatnya berhenti bergerak.
Lehernya patah.
Mati.
Aku segera bangkit berdiri.
Aku merasakan perih di bagian bawah rusukku.
Sebelah kiri.
Tanganku meraba tempat itu.
Darah! Kuperhatikan mayat prajurit cyborg itu.
Di tangan kanannya tersembul bilah tipis sepanjang 20 cm.
Pisau keramik! Lebih tajam dari logam ? walaupun tidak sekuat logam.
Senjata106 yang dikeluarkan dari dalam tangannya.
Sebuah built in weapon! Prajurit ini battle cyborg! Dia mencoba menikam jantungku lewat rongga di bawah tulang rusuk.
Benar-benar berbahaya.
"Di belakangmu,"
Pretty mengingatkan. Sensorku menangkap ada orang di belakangku. Aku menoleh. Terlambat. Satu sepakan kuat mengenai wajahku membuatku terpelanting sejauh tiga meter.
"Kau memang men-download berbagai teknik bertempur dari internet, tetapi kalau tidak pernah melatih dan mempraktekkannya, mana bisa merasakan ? feeling, kau bahkan tidak punya naluri menghabisi lawanmu, selain membela diri,"
Kata si pengecut yang menyerangku dari belakang itu.
"Membunuh karena membela diri ? itu motif yang sangat lemah. Pembenaran belaka,"
Kata orang itu lagi.
Tubuhnya tinggi besar.
Ia berjalan menghampiriku.
Dari bagian bawah telapak tangan kanannya keluar benda pipih tajam.
Pisau keramik! Dia juga cyborg! Tanpa sadar kupegang luka di bawah rusukku itu.
Kuperhatikan prajurit itu dan kupindai wajahnya.
Ardito!107 Ia menyembunyikan wajahnya dengan masker tetapi aku mengenali bentuk wajahnya dan tengkoraknya yang terbuat dari bahan keramik komposit dengan campuran logam itu.
Ya, tak ada gunanya mengenakan penutup wajah jika menghadapi orang yang bisa melihat tembus sampai ke tengkorakmu.
Terdengar beberapa kali bunyi tembakan.
Aku tahu saat ini Pretty kembali membuat para pengepung itu saling membunuh.
Sensorku menangkap jumlah penyerang kami berkurang secara signifikan.
Mereka tidak bisa melukai Pretty karena Pretty sudah bisa membaca apa yang akan mereka lakukan.
Menembak kaki, tangan, badan, ataupun kepala Pretty merupakan tindakan yang sia-sia belaka.
Semuanya bisa dihindari bahkan sebelum mereka menekan pelatuk pistol mereka.
Tetapi Pretty juga bisa kelelahan.
Ya, sambil bertarung, aku bisa memonitor keadaan Pretty dan sekeliling kami.
Multi tasking ? aku bisa melakukan beberapa aktivitas atau proses (multiple tasks) dalam waktu yang sama.
Aku bangkit berdiri.
Ardito terus berjalan ke arahku.
Dari bentuk dan cara menggenggam pisau keramik itu ? Ardito hanya bisa melakukan serangan terbatas ? terutama untuk menusuk.
"Biar kubantu,"
Terdengar suara Pretty lagi.
"Tidak perlu,"
Kataku.108 Ardito kini mengambil kuda-kuda untuk menyerang. Ia terus memperhatikan posisiku.
"Efran, sulit. Sepertinya Ardito telah melakukan peningkatan daya konsentrasi otaknya. Aku sulit mengendalikannya lagi."
Pretty sepertinya belum bisa mengontrol pikiran Ardito.
Mereka melakukan improvements.
Cyborg ini mempelajari apa yang terjadi pada mereka dan melakukan perbaikan.
Ardito tahu bahwa pikirannya telah dikontrol seseorang di mal itu ? sehingga ia tidak bisa menghalau massa yang mengerumuninya.
Ia sekarang telah meningkatkan kemampuan konsentrasi pikirannya untuk mencegah terulangnya hal tersebut.
Aku mendeteksi ada seseorang yang bergerak menuju Pretty.
"Pretty, hati-hati,"
Kataku.
Aku merasa familiar dengan orang itu.
Sheva? Ia mendekati Pretty.
Sheva yang belum lama masih tertidur sekarang sudah ikut bertempur lagi! Fisik pasukan elite benar-benar luar biasa.
Konon mereka mampu terus bertempur selama tiga hari tiga malam tanpa istirahat sama sekali.
Tanpa makanan, mereka sanggup bertahan selama 5 hari ? tetapi hanya 3 hari mereka mampu bertahan tanpa minum.
Itu pun sudah sangat luar biasa.
Pretty kini dihadang Sheva.109 Dan aku sibuk menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Ardito.
Ukuran tubuhku yang lebih kecil memudahkanku menghindari tikaman dan sabetan pisau Ardito.
Pretty tampak keteteran, Sheva begitu lincah dan sigap.
Pretty hanya mampu menghindar sambil berlari ? sampai dua orang prajurit mendekatinya.
Celaka! Tetapi kedua orang itu tidak bergerak menyerang Pretty malahan menghadang Sheva.
Dua tentara elite itu sudah dikendalikan Pretty! Keduanya mencabut pisau komando mereka masing-masing dan langsung menerjang Sheva.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Rupanya mereka berdua bukan cyborg.
Aku memperhatikan kecepatan gerakan Sheva melebihi kedua orang itu.
Ia mampu berkelit dan menghindari serangan dua orang rekannya itu.
Sambil bergerak ke samping, kaki kiri Sheva bergerak ke arah kaki kanan lawan terdekatnya.
Ia menginjak betis orang itu dari samping dan mengakibatkannya terjatuh ke belakang dengan kaki patah.
Terjangan orang yang satu lagi juga luput.
Bahkan orang itu terjerembab ke depan dan langsung disambut hantaman sikut Sheva pada tengkuknya.
Ia pingsan.
Tidak sampai 1 menit keduanya sudah terkapar.
Rupanya Sheva tidak ingin membunuh kedua rekannya itu.
Ia tahu mereka dikendalikan oleh Pretty.110 Tanpa kusadari, aku bergerak menjauhi tempat Pretty dan Sheva berada.
Rupanya Ardito sengaja menghalauku ke arah lain.
Gawat! Sheva kembali berdiri.
Ia berjalan mendekati Pretty.
Pisau komando di tangan kirinya diayun-ayunkan untuk memecah konsentrasi Pretty.
Kenapa Pretty tidak langsung saja mengendalikan Sheva? "Orang ini baru saja kubebaskan dari kontrol pikiranku.
Sekarang ia melawan.
Pikirannya menentangku."
"Oh, bisa begitu ya?"
Aku teringat Ardito. Kukira hanya cyborg yang bisa.
"Tetapi tidak akan lama."
Pretty tampak begitu yakin.
Kuperhatikan Sheva mengambil pistol di pinggangnya.
Ia meraih senjata itu dengan tangan kanannya.
Tangan kanan? Bukannya Sheva kidal? Sheva mengangkat pistolnya ke atas.
Ia mengarahkan laras senjata itu ke pelipis kanannya.
Benar, Pretty berhasil mengendalikan pikiran Sheva lagi.
"Hei!"
Kataku ? masih berkomunikasi lewat pikiran.
"Kita baru saja mengamankannya kan? Belum juga 24 jam."
"Yang kita amankan bukan dia ? tetapi kerahasiaan bungker tersebut."
Ardito kembali menusukku ? aku harus menghindar lagi.
"DOR! DOR! DOR!"111 Terdengar letusan tiga kali. Aku terkejut. Aku menoleh ke asal suara. Kulihat Sheva berdiri dengan kedua tangan menggenggam pistol itu.112 Sheva mengarahkan pistolnya ke tempat Pretty berdiri. Dia menembak Pretty? Tidak. Pretty masih hidup! Lalu siapa yang ditembak Sheva? Sensorku mendeteksi ada orang lain ? terkapar di dekat mereka. Identifikasi visual menunjukkan kalau orang itu adalah komandan peleton. Rupanya si komandan bermaksud menyerang Pretty dari arah samping kanan dan Pretty tidak menyia-nyiakan Sheva yang saat itu memegang pistol. Pretty mengarahkan pistol Sheva ke orang itu dan menghajarnya dengan tiga tembakan beruntun. Siapa si komandan itu? Gerakannya cepat sekali. Menurut mapping terakhir, posisi orang itu masih puluhan meter jauhnya dari Pretty. Dalam hitungan kurang dari 3 detik ia berhasil mencapai tempat Pretty berdiri dan berusaha menyerangnya. Tindakan yang bodoh! Aku memperhatikan si komandan yang saat ini sedang terkapar itu. . Cyborg? Si komandan seorang cyborg!113 Hasil pemindaianku menangkap benda kecil terbuat dari logam ? projektil peluru, menembus tengkorak si komandan itu sedalam 3 mm. Beruntunglah ia memiliki tengkorak yang kuat ? keramik komposit dengan campuran logam. Dua peluru lagi nyaris bersarang di tubuhnya yang terlindung rompi antipeluru.
"Brengsek!"
Si komandan memaki.
Ia bangkit berdiri ? seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Ia mencabut peluru yang menempel di keningnya itu, menggenggamnya ? benda yang masih panas itu, dan membuangnya dengan penuh amarah.
Suara itu Analisis suara menunjukkan kalau si komandan adalah.
Yon! Oh, no.
Not again.
"DOR!"
Sheva menembak Yon lagi! Rupanya Pretty masih dendam banget pada Yon.
"Tentu saja, orang ini membunuhku,"
Katanya melalui telepati.
Jarak kami masih cukup jauh untuk bercakap-cakap secara langsung.
Sementara itu aku berhasil menangkis tusukan pisau keramik yang diarahkan Ardito ke dadaku.
Dengan cepat aku mendorongsiku tangan kanan yang berpisau itu dan membuatnya menekuk ke dalam.
Sekarang mata pisau itu mengarah ke leher Ardito.
Ia terkejut ? tak menyangka tenagaku lebih kuat darinya.
Sebenarnya tidak demikian, posisiku lebih menguntungkan114 sehingga lebih mudah menekan tangannya ketimbang ia menahan gerakanku.
Di saat perhatiannya terfokus pada pisau yang bergerak ke lehernya, kaki kananku menghantam tempurung kaki kirinya.
Ardito langsung limbung dan jatuh dalam posisi bertekuk lutut.
Rasakan apa yang kurasakan! Tempurung lutut kaki kiri Ardito bergeser dari tempatnya semula ? membuatnya tidak mampu berdiri.
Saat itulah aku terus menekan tangan kanan yang menggenggam pisau keramik itu ke arah lehernya ? semakin mendekat ke lehernya.
Sedikit lagi.
Sedikit lagi aku akan berhasil memotong lehernya.
Ardito menyeringai seperti mengejek.
Tampangnya benar-benar menyebalkan.
Ada apa ini? Perasaanku mengatakan ada sesuatu yang salah.
Tiba-tiba pisau itu kembali masuk ke dalam telapak tangannya.
Aku mendorong tangan kosong yang tidak bersenjata itu ke lehernya! "JLEB!"
Suara itu ? suara tusukan senjata tajam.115 Aku tersentak ? tangan kiri Ardito yang bebas ternyata sudah mengeluarkan pisau keramik yang langsung dihunjamkannya ke tubuhku! Darah mengalir dari luka di perutku.
Aku berusaha mempertahankan posisi berdiriku dengan menopang berat tubuhku pada tangan kanan Ardito.
Tangan yang masih kucengkeram dengan kuat.
Aku bergerak mundur selangkah dan kaki kananku langsung menginjak persendian di siku tangan kiri Ardito, memaksanya mencabut pisau keramik itu dari lambungku.
Sementara itu aku terus mengarahkan pergelangan tangan kanannya ke bawah dan kupatahkan tangannya itu.
"KRAK!"
Terdengar suara tulang terlepas dari persendiannya.
Tulang sintetis ataupun tulang logam memang sulit dipatahkan, tetapi beda halnya dengan bagian persendian.
Aku segera melangkah mundur menjauhi Ardito.
Luka tusukan pada lambungku tidak memungkinkanku untuk terus bertarung dalam jarak dekat.
Aku harus menghindar untuk sementara waktu.
Tiba-tiba sesuatu melesat dengan sangat cepat melewatiku dan mengenai Ardito ? menghunjam lehernya sekaligus memenggalnya.
Tubuh Ardito langsung ambruk di depanku.
Kepalanya terpisah dari badannya.
Aku melihat benda yang tadi menyambar leher Ardito ? pisau keramik!116 Benda itu tergeletak di hadapan tubuh yang telah terpisah dari kepalanya itu.
Pisau keramik itu berlumuran darah.
Aku memperhatikan pisau itu, menganalisisnya.
Selain darah Ardito, aku juga mendeteksi darahku pada pisau itu.
Itu pisau keramik yang tadi ada di tangan battle cyborg pertama yang kubunuh! Aku tahu Pretty menggunakannya untuk membunuh Ardito.
Tanpa perlu melakukan kontak fisik, Pretty berhasil memenggalnya! Aku menoleh ke arah belakang, melihat ke mayat battle cyborg yang kubunuh itu.
Ada lubang di bagian bawah telapak tangan kanannya ? tempat pisau keramik itu seharusnya berada.
"DOR! DOR! DOR! DOR! DOR!"
Kembali kudengar tembakan berturutan.
Rupanya Sheva terus menembaki Yon.
Yon berlari menghindari tembakan tersebut.
Biarpun ia tidak langsung terbunuh karena tembakan-tembakan itu tetapi luka-luka yang ditimbulkannya akan menyusahkannya ? memperlambat larinya, menghambatnya pergerakannya, bahkan pada akhirnya bisa mengakibatkan kematiannya.
Ya, Yon sepertinya tahu apa yang terjadi pada Ardito.
Ia harus segera berlari menjauh dari Pretty.
Sejauh mungkin.
"Kenapa kau tidak mengendalikan saja pikiran Yon?"
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanyaku pada Pretty.117
"Iya, kalau di sekitar sini ada jurang ? sekalian kulempar dia ke dalamnya,"
Jawab Pretty.
Kudengar ada keraguan dalam kata-kata yang diucapkannya.
Aku tahu, konsentrasi pikiran Yon luar biasa kuat.
Seingatku, ia tidak bisa dihipnotis.
Mungkin ini sebabnya Pretty lebih memilih menggunakan Sheva untuk menghajar Yon.
Sheva rupanya sangat mahir menggunakan segala macam senjata.
Kecepatannya mengganti magasin peluru juga menakjubkan.
Ia juga mampu menembak tepat sambil terus berlari.
Saat ini apa yang kulihat dalam sensorku sungguh mencengangkan.
Bukan hanya Sheva, para cyborg yang tergabung dalam prajurit elite itu juga ikut-ikutan memburu Yon.
Yon beserta prajurit non-cyborg-nya.
Yon memberikan aba-aba dengan tangannya.
Ia memerintahkan pasukannya untuk mundur.
Mereka semua ? yang masih tersisa bergerak menjauhi tempat kami.
Pasukan yang masih tersisa berusaha melindungi Yon yang bergerak mundur itu.
Tetapi mereka kelihatan tidak mampu membendung serangan Sheva yang didukung battle cyborg itu.
Beberapa cyborg berada di depan Sheva, melindunginya dari tembakan balasan yang dilancarkan pasukan Yon.
Gerak maju pasukan cyborg itu jauh melebihi kecepatan gerak mundur lawan mereka.118 Para cyborg itu mampu melompat setinggi beberapa meter sehingga pepohonan ataupun semak-semak tidak mampu menghalangi mereka.
Berbeda dengan pasukan Yon yang harus bergerak mundur sambil menghindari rintangan- rintangan seperti itu.
Cyborg juga mampu terus bertempur dengan kondisi tubuh yang rusak berat atau kehilangan anggota tubuh mereka, tanpa merasa "kesakitan", selama organ vital mereka masih berfungsi ? selama kepala mereka masih melekat pada tempatnya.
Cara paling efektif untuk membunuh cyborg adalah memenggal kepalanya ? sesuatu yang mustahil dilakukan oleh manusia biasa.
Jangankan mendekat untuk menyerang, berada dalam radius 10 meter puntidak memungkinkan.
Kecepatan cyborg untuk menjangkau lawan adalah 30 meter per detik.
Berapa lama seseorang dapat berhadapan dengan cyborg dalam jarak kurang dari itu? Aku merasa pertempuran ini tidak adil.
Satu-satunya cyborg di pasukan Yon saat ini hanya dia seorang ? selaku "mantan"
Komandan peleton.119 Kini terjadi pembantaian yang dilakukan cyborg terhadap manusia.
Para prajurit elite yang merupakan manusia normal tidak berkutik menghadapi serbuan para cyborg itu.
Kecepatan dan ketangguhan mereka tidak mampu menandingi kecepatan dan kekuatan battle cyborg.
Bagaimana menghadapi lawan yang tidak mempan ditembak ? sekalipun kepala atau bagian mata mereka yang ditembak? Aku yakin Yon menyesali keputusannya melibatkan sejumlah cyborg dalam operasi penyerbuan ini.
Keputusan subyektif yang semata-mata didasari egonya, eksistensinya sebagai seorang cyborg.
Pasukan cyborg yang diandalkannya itu kini berbalik melawannya.
Cyborg tersebut terus bergerak menghabisi sisa-sisa pasukannya.
Sejumlah tentara di pihak Yon bertumbangan.
Mereka yang terluka atau sekarat, selama masih hidup ? akan dihabisi oleh pasukan cyborg.
Tak ada yang dibiarkan hidup.
Mereka yang terdesak mencoba melawan dengan pisau komando ? dalam pertarungan jarak dekat.
Tindakan yang sia-sia.
Satu cengkeraman pada pergelangan tangan yang memegang pisau itu, ditambah tekanan ibu jari120 ke arah luar menyebabkan pergelangan tangan tersebut patah.
Kekuatan jari-jemari cyborg memang luar biasa.
Mereka bisa menghancurkan sebutir kelereng hanya dengan menggunakan dua jari tangan, ibu jari dan telunjuk ? menekannya seperti menghancurkan sebutir kacang.
Mereka sebaiknya menghindari kontak fisik langsung dengan cyborg.
Mereka tidak menyangka jika harus menghadapi rekan- rekan mereka sendiri ? mesin pembunuh yang sangat mematikan.
Keadaan sisa peleton Yon semakin memburuk ditambah dengan terjadinya ledakan-ledakan granat.
Pretty dengan kekuatan telekinesisnya melepas semua pin granat yang ada di pinggang para prajurit yang bergerak mundur itu.
Ledakan granat itu menghancurkan pinggang mereka sekaligus membunuhnya.
Terdengar teriakan Yon memerintahkan pasukannya untuk melepas dan membuang semua granat dan bahan peledak yang mereka bawa.
Namun semua itu terlambat.
"Keparat!"
Kudengar makian Yon.
Entah ditujukan kepada siapa.
Beberapa anggota pasukan Yon terlontar setinggi beberapa meter dan kemudian langsung berjatuhan ? sepertinya itu perbuatan Pretty juga.
Aku merasa sudah waktunya pertempuran dihentikan.
Kekacauan dan hiruk pikuk seperti ini tentunya mengundang perhatian masyarakat.121 Aparat keamanan seharusnya sudah tiba di sini beberapa menit yang lalu.
Entah mengapa tak ada yang muncul.
"Mereka tidak berani bertindak. Mereka tahu."
Kudengar suara Pretty dalam pikiranku.
"Maksudmu polisi?"
Tanyaku.
"Benar. Sepertinya ada konspiransi di antara kelompok Gideon dan kepolisian wilayah ini."
Entah ini hanya dugaan Pretty atau ia mendapatkan data itu dari pihak lawan ? dari pikiran mereka.
"Tetapi jangan harap aku akan membiarkan mereka lolos."
Suara Pretty terdengar penuh amarah.
Sepertinya Pretty tidak mengenal kata ampun.
Aku merasa pasukan itu berhenti dan membuang senjata mereka.
Menyerah? Tetapi mengapa Yon sendiri terus melarikan diri meninggalkan pasukannya? "Pasukan elite semacam ini tidak akan menyerah.
Mereka mundur karena betul-betul terdesak ? untuk mengatur strategi serangan balik."
Itu ? tunjukku.
"Oh, mereka cuma tidak bisa bergerak sama sekali ? sampai kuperintahkan untuk bergerak."
Pretty membuat mereka semua tidak mampu bergerak ? kecuali Yon.122 Sheva mendekati pasukan yang kini sedang dalam posisi berdiam diri itu. Semua dalam posisi berdiri setengah badan dengan kedua lutut ditekuk ke belakang.
"DOR! DOR! DOR! DOR! DOR! DOR! DOR! DOR! DOR!"
Suara tembakan terus terdengar. Mereka semuanya ambruk berjatuhan. Mati.
"Perfect!"
Suara Pretty menunjukkan perasaan senang. Dia berhasil mengendalikan Sheva sepenuhnya. Semua peluru bersarang di dahi ? di antara ke dua mata mereka. Tembakan yang betul-betul akurat dan dilakukan dengan cepat dan beruntun. Semuanya dibasmi.
"Aku tidak suka diancam, di-bully, atau di-blackmail segala macam. Semua orang yang mau menyerangku, melukaiku, membunuhku, kubiarkan mereka melakukannya. Jika mereka tidak mampu, ya, mereka yang kuhabisi."
Yon, satu-satunya yang selamat dari pembantaian itu, berhasil dikepung beberapa cyborg ? dan Sheva.
Tetapi Yon tidak menyerah dan terus menyerang.
Walaupun dalam keadaan terdesak, ia berhasil melumpuhkan tiga orangcyborg dan langsung melesat meninggalkan tempat itu.
Yon masih sadar untuk tidak membunuh anggota pasukannya yang ia yakini di bawah pengaruh kendali pikiran Pretty.
Ia "hanya"
Mematahkan kaki-kaki dari ketiga cyborg itu sehingga mereka tidak bisa mengejarnya.
Setelah Yon berhasil meloloskan diri, para cyborg yang masih tersisa itu langsung mengarahkan pisau keramik yang123 ada di telapak tangan mereka itu ke leher mereka masing- masing.
Mereka melakukan bunuh diri bersamaan! Rupanya Pretty benar-benar tidak menyisakan seorang pun kecuali Sheva.
Dari satu peleton pasukan, tinggal Sheva satu-satunya yang masih hidup ? selain si komandan peleton yang telah melarikan diri itu.
Ia berdiri memandang kejadian yang mengerikan itu di depan matanya ? tanpa berkedip.
"Kita berhasil kan?"
Pretty menghampiriku.
"Maksudmu?"
Tanyaku ? apa benar ia memang telah merencanakan ini semua? Sayang sekali aku tidak bisa membaca pikirannya seperti ia membaca pikiranku.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pretty tidak menjawab.
Ia hanya tersenyum.
Jadi dia sengaja memancing mereka kemari ? ke tempat ini? Bagaimana bisa? Taksi itu! Dia membiarkan mereka men-track keberadaan kami melalui taksi itu.
Mengingat watak Yon yang emosian ? cepat naik darah, tidak heran kalau Pretty mampu membuat mereka semua bergerak untuk menyerang kami.
Dan kami mampu mengalahkan mereka! Strategi yang luar biasa.
Tidak kusangka Pretty sehebat ini.
"Walaupun tubuh dalam keadaan tertidur, otak manusia tetap bekerja. Sama halnya dengan kami.Kami124 terus berkomunikasi dan berpikir ? menganalisis. Kematian Pretty yang dulu betul-betul mengusik pikiran kami."
"Kami?"
"Ya, kami. Aku dan saudara-saudaraku yang masih tertidur dalam kapsul itu,"
Katanya menatapku dengan tajam.
Ia hendak menyatakan bahwa mereka ? saudara- saudaranya, semuanya hidup dan aktif.
Aku memang tahu mereka semuanya terkoneksi satu sama lain tetapi mengetahui bahwa mereka juga berkomunikasi antar-sesamanya dalam tidur mereka ? hal yang tidak kubayangkan.
"Kami berusaha mencari solusi atas hal tersebut ? apa yang harus kami lakukan jika mereka mencoba untuk membunuh kami lagi."
Aku memindai orang-orang non-cyborg yang terkapar entah tertembak atau terluka karena hal lain ? dilempar Pretty, misalnya.
Mereka semuanya tewas! Habis sudah.
Aku bergidik.
Kulihat Sheva masih berdiri diam di tempatnya.
Ia dalam posisi siap menyerang.
"Mengapa kamu membunuhi mereka?"
Tanyaku pada Pretty. Ia tidak menjawab malahan mengangkat kedua bahunya. Entah ia tidak tahu alasannya atau memang ia tidak peduli.
"Aku hanya "membunuh"
Cyborg, bukan tentara biasa yang non-cyborg,"
Kataku.125 Cyborg memiliki semacam chip ? yang berfungsi seperti memory card di bagian otaknya.
Chip tersebut merekam semua kejadian atau peristiwa yang dialaminya.
Ketika cyborg mati, chip itu akan diambil untuk ditempatkan lagi di tubuh yang baru.
Keahlian (skill) dan pengetahuan yang dimiliki cyborg bernilai jauh lebih tinggi daripada tubuh atau fisiknya.
Tubuh seorang cyborg relatif mudah dibuat sedangkan pengalaman bertempur dan keahliannya membutuhkan latihan bertahun-tahun.
Oleh karena itu para ahli berusaha agar dapat mentransfer semua keahlian dan pengalaman itu ke dalam tubuh cyborg yang baru.
Jadi apa yang kulakukan bukanlah menghilangkan nyawa seseorang melainkan melumpuhkan mereka untuk sementara waktu.
"Aku sudah membakar semua chip cyborg itu ? di otak mereka masing-masing,"
Katanya.
"Eh?"
Aku terkejut. Sampai sebegitu dendamnya? "Tidak apa-apa kan?"
Pretty berbalik menatapku. Aku terkejut.
"Cuma selisih beberapa puluh menit,"
Katanya sambil melirik jam militer di pergelangan tangan kanan Sheva. Aku tahu maksudnya. Cloud computing. Para cyborg itu selalu mem-backup "isi otak"
Mereka yang terdapat dalam chip itu melalui internet sebelum mereka diterjunkan dalam operasi-operasi militer. Tetapi kode untuk mengakses data yang ada di internet itu berada di "fisik"
Chip yang ada di otak cyborg itu. Chip yang terbakar akan sangat menyulitkan menelusuri access code tersebut.126 Pretty benar-benar berniat menghabisi ? membunuh semua prajurit elite itu. Cyborg ataupun non-cyborg.
"Ayah tidak suka kamu membunuhi orang-orang,"
Kataku memprotes. Aku membaca ada niatan yang kuat untuk terus membunuh semua musuhnya."Termasuk cyborg yang chip-nya kamu bakar."
"Aku? Maksudmu kita?"
Pretty balik bertanya.
"Ya, kamu. Bukan kita. Aku tidak membunuhi mereka,"
Kataku.
"Kau lupa ya, kita berkolaborasi,"
"Dalam hal apa?"
"Aku mengetahui posisi mereka kan dari kamu. Dari sensormu yang mendeteksi keberadaan mereka dan mengidentifikasi siapa mereka. You provide the information and I?ll carry out the execution."
Aku tercekat. Pretty membaca pikiranku dan harus kuakui aku memang menyediakan informasi itu persis seperti yang barusan ia katakan.
"Mau bilang apa pun, faktanya sudah jelas. Kau terlibat."
Aku terdiam. Perasaan kesal, marah, dan kecewa berkecamuk dalam diriku.
"Ada hal lain yang ingin kusampaikan,"
Katanya melanjutkan.127 Aku masih terdiam ? tidak berminat mendengarkan.
"Ini penting,"
Katanya lagi.
"Ayahmu ingin menjadi Presiden."
Penting apanya? "Kukira bukan cuma Ayah saja. Ada jutaan orang di negeri ini yang ingin menjadi presiden,"
Kataku.
"Beliau perlu bantuanmu."
"Heh, untuk apa? Aku harus menjadi tim suksesnya, begitu?"
Sergahku. Setahuku pilpres berikutnya masih sekitar dua tahun lagi.
"Tidak. Kau harus membunuh RI 1."
Aku terkejut! Membunuh RI 1? Membunuh Presiden? But why? Ayah Aku tidak pernah mengira beliau. It?s not possible! "Hei, aku belum pernah membunuh orang!"
Protesku.
"Aparat pemerintah saat ini bagaikan duri dalam daging bagi Prof. Devan. Mereka terus-menerus merecoki bisnis dan aktivitas beliau. Jadi kau harus melakukan sesuatu untuk Ayahmu."
Pretty jelas-jelas mengabaikan keberatanku.
"Tetapi bagaimana bisa, itu kan inkonstitusional dan rakyat ."
Aku tetap tidak bisa menerima argumentasinya.
"Mengenai rakyat, itu urusanku."128 Aku tahu ia dan "saudara-saudara"nya ? para replika itu, bisa mengendalikan jutaan pikiran rakyat negeri ini.
"Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Ayah."
Pihak pemerintah, dalam hal ini badan intelijen, mencurigai Ayah memiliki kecenderungan untuk memusuhi pemerintah ? walau belum masuk kategori makar.
Konon TNI juga sudah gerah dengan tindak-tanduk Ayah.
Aktivitas Ayah terus- menerus diawasi.
Betul-betul tidak masuk akal!129 Membunuh RI 1 ? Presiden Republik ini.
Presiden yang suka blusukan ? sama seperti pendahulunya, juga tidak menyukai pengawalan yang ketat.
Setelah era reformasi, banyak presiden negeri ini yang menyukai blusukan.
Mereka juga menghindari aturan protokoler yang kaku dan lebih memilih tata cara nonformal.
Membunuh RI 1 sih gampang-gampang susah.
Secara teknis, aku tidak memiliki kendala.
Sehebat apa pun paspampres yang mengawal beliau, aku bisa mengatasi mereka.
Terlebih lagi Presiden juga tidak suka cyborg, jadi tidak ada cyborg dalam kesatuan paspampres.
Entah aku harus bersyukur atau merasa kasihan pada beliau.
Berdasarkan informasi yang kuperoleh, beliau tidak menyukai cyborg karena tidak percaya pada mereka.
Cyborg dianggap mesin yang dapat dikendalikan oleh orang lain ? secara remote, dari jarak jauh.
Mungkin pikirnya, cyborg itu seperti TV atau AC yang bisa dikendalikan dengan remote control.
Not that simple, Mr.
President.
It?s not that simple.
Kejadian musnahnya peleton Yon sepertinya turut berimbas pada pertimbangan penggunaan cyborg dalam kesatuan khusus TNI.
Uji kelayakan satuan cyborg yang dilibatkan130 dalam unit tempur TNI sepertinya akan digelar dalam waktu tidak lama lagi.
Peristiwa pembantaian peleton Yon tersebut juga seperti menunjukkan bahwa Presiden memiliki pertimbangan yang tepat untuk tidak mengikutsertakan cyborg dalam unit pasukan yang mengawalnya.
Padahal satu-satunya orang yang selamat dalam pembantaian di sana adalah Yon ? yang notabene merupakan cyborg.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yon yang tidak bisa dikendalikan oleh Pretty ? si remote control itu.
"Kurang ajar!"
"Eh?"
Aku menengok ke arah suara itu.
"Siapa yang remote control?"
Tanyanya. Aku melihat Pretty sedang menatapku dengan muka penuh amarah.
"Kamu dari tadi menguping eh membaca pikiranku terus?"
Tanyaku kebingungan.
"Tidak,"
Katanya menyangkal.
"Aku hanya... Aku hanya mencoba meyakinkan diriku bahwa kau memang tidak berniat untuk mundur dari penugasan ini."
Aku hanya manggut-manggut mendengar alasan yang dibuat-buat itu.
Terus, marah-marah mengenai remote control barusan itu apa ya? Pretty sekarang kembali fokus dengan rencana yang berkaitan dengan RI 1 ? maksudnya penugasan itu.
Dia sudah melupakan kekesalannya terhadap lolosnya Yon.
What the hell.131 Ya, mau bagaimana lagi? Saat itu aku masih dalam proses pemulihan dari luka tusuk di lambungku.
Tentu saja aku tak akan mampu mengejar Yon yang berlari dan melompat dengan begitu cepatnya.
Menurutku, kami tidak perlu mengejar atau mencarinya.
Yon yang akan mencari kami.
Begitulah yang selalu terjadi.
Saat ini aku bersama Pretty dan Sheva berada dalam bungker rahasia di halaman belakang rumahku.
Bungker tempat para replika itu berada.
Ya, Sheva, saat ini bersama kami.
Entah mengapa sepertinya Pretty menyukai Sheva.
Mungkin ia merasa seperti pejabat negara yang memiliki ajudan.
Bisa juga dia naksir Sheva? Sheva itu cantik dan imut-imut.
"KLIK!"
Terdengar suara senjata dikokang. Laras senjata genggam itu, pistol, menempel di pelipis kananku. Sheva yang menggenggam pistol itu.
"Jangan macam-macam! Kamu pikir aku lesbian?"
Pretty membentak ? penuh emosi.
"Kamu harus merancang strategi itu dengan serius. Jangan main-main!"
Katanya lagi. Yang ia maksudkan adalah strategi untuk membunuh RI 1 ? The Assassination of the President.
"Memangnya kamu mau jadi menteri ya?"
Tanyaku iseng.
Dia sepertinya ambisius sekali sih! Pretty tidak menjawab.
Dia hanya melotot.132 Kurasakan dorongan laras pistol itu menghentak dahiku.
Ada-ada saja.
Walaupun ditembak dalam jarak dekat, tengkorakku sanggup menahan peluru hingga kaliber10 mm.
Jika laras pistol ditempelkan di pelipisku seperti ini, kemungkinan peluru tersebut malahan terpental, berbalik arah, setelah mengenai tengkorakku dan melukai atau membunuh orang yang memegang senjata ini.
Laras pistol itu kembali didorongkan pada dahiku.
"Hei!"
Teriakku ? memelototi Sheva.
Yang kupelototi tampak acuh tak acuh saja.
Oh ya, harusnya aku memelototi biangkeroknya.
Pretty.
Kulihat Pretty masih sibuk mengutak-atik laptopnya.
Entah apa yang sedang dikerjakannya.
Segera kusambar tangan Sheva ? bermaksud merebut pistol tersebut.
Luput! Sheva berhasil berkelit.
Gesit sekali! "DOR!"
Terdengar suara tembakan. Aku terkejut. Pretty biasa-biasa saja. Kulihat darah membasahi tanganku. Tangan yang nyaris berhasil merebut pistol itu.
"Tenang saja, tidak apa-apa. Nanti juga sembuh sendiri. Tetapi kau harus mencungkil keluar dulu pelurunya."
Kudengar suara Pretty ? datar-datar saja.
Seolah tidak terjadi apa-apa.133 Brengsek.
Sementara Sheva masih bersikap siaga.
Dia sudah mengokang pistolnya lagi.
Matanya tajam menatap memperhatikan gerak-gerikku.
Ada-ada saja si prajurit cantik ini.
Dengan menggunakan pinset, aku berhasil mengeluarkan proyektil tersebut dari tanganku.
Aku tersenyum ke arah Sheva sambil mengangkat proyektil itu dengan pinset.
Ia sekarang berada dalam jarak tiga meter dariku.
Sheva membalikkan badannya dan langsung beranjak meninggalkan tempat aku dan Pretty berada.
"Kamu menyuruhnya keluar dari ruangan ini? Ada hal penting yang ingin kamu bahas denganku?"
Tanyaku. Hal penting yang tidak boleh diketahui oleh Sheva ? maksudku. Pretty menggeleng.
"Dia mau ke WC,"
Katanya.
"Oh,"
Kataku sambil manggut-manggut.
"Omong-omong, dia sudah kamu geledah?"
Tanyaku.
Pretty menganggukkan kepalanya.
Tentu saja aku harus memastikan bahwa Sheva itu clean and clear.
Tidak ada tracer, bug, GPS, atau apa pun yang bisa menuntun Yon ke tempat kami.
Peristiwa pembantaian peleton Yon tidak dimuat di media apa pun ? entah itu media cetak, elektronik, ataupun online.
Aparat sepertinya bergerak cepat merapikan tempat itu.134 Berkat bantuan Pretty, kami berhasil meninggalkan tempat itu ? tanpa dipedulikan oleh orang-orang yang berkerumun di sana.
Back to work.
Aku kembali meneliti data-data mengenai RI 1.
RI 1, Presiden Farhad Prayogo, yang merupakan teman kuliah Ayah di ITB ? sekaligus saingan beratnya.
Setelah ditempatkan sebagai staf ahli di pemerintahan, Farhad Prayogo terus melesat karirnya hingga menjadi anggota kabinet ? menteri koordinator dan sekarang terpilih menjadi presiden ? orang nomor satu di negeri ini.
Aku juga mempelajari mengenai profil rombongan presiden.
Secara umum iring-iringan mobil kepresidenan terdiri dari banyak kendaraan bermotor.
Tetapi jenis kendaraan bermotor tersebut berbeda-beda.
Dari website istana kepresidenan, aku bisa mengetahui jadwal kegiatan presiden hingga 10 hari ke depan.
Aku juga menganalisis kemungkinan rute yang akan dilalui oleh rombongan presiden tersebut.
Hal lain yang harus kuperhatikan adalah kesiapan diriku selaku eksekutor.
Terus terang sampai saat ini aku masih belum memutuskan untuk melakukan hal itu ? membunuh Presiden.
Entah apa yang dipikirkan Pretty.
Semua alasan yang dikemukakannya tidak masuk akal buatku.
Satu hal yang sudah pasti, aku tidak bisa membantahnya.
Perlu dua minggu bagiku untuk memahami rute dan jalan yang akan dilalui rombongan orang nomor 1 negeri ini.
Aku135 juga mencatat di mana posisi yang membelakangi matahari pada jam-jam tertentu.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Berbeda dengan cyborg lain secara umum, aku mampu mengoptimalkan pergerakan kakiku.
Otot-otot yang terlatih selama bertahun-tahun berlari menempuh puluhan kilometer setiap hari membuat pergerakan kakiku menjadi sangat luwes.
*** Dengan berpakaian seperti orang yang sedang jogging ? bertopi; kacamata hitam; dan gadget beserta earphone-nya, aku terus berlari menyamakan arahku dengan rombongan presiden.
Gadget itu sebenarnya merupakan scrambler ? semacam alat pengacak sinyal ponsel.
Lebih tepatnya lagi untuk mematikan seluruh saluran komunikasi rombongan presiden.
Aku tahu mereka mempunyai penangkal scrambler juga tetapi mereka tidak tahu kalau aku bisa mengindentifikasi posisi operator alat penangkal dalam rombongan tersebut.
Mendeteksi sumber pengacak sinyal sangat mudah.
1/10 sampai 3/10 detik sebelum alat komunikasiku mati, aku dapat mengetahui dari arah mana gelombang yang lebih kuat yang menelan sinyal ponselku tersebut.
Aku bisa mengkalkulasi dengan cepat dan menemukan posisi alat tersebut.
Dari hasil simulasi yang kulakukan bersama Pretty, keakuratanku mencapai 90 persen.
Not bad.
Satu hal sudah pasti, jika aku tidak berhasil mematikan alat tersebut, aku akan ?mematikan? operatornya.
Plain and simple.136 Sedikit lagi aku akan mencapai mereka.
Berdasarkan data-data yang kuperoleh selama mempelajari faktor keamanan rombongan presiden, yang paling baik adalah zaman Orde Baru.
Sepanjang perjalanan, jalur yang akan dilewati rombongan presiden, disteril ? termasuk semua jembatan penyeberangan untuk orang.
Di kedua ujung jembatan itu dikawal paling sedikit dua prajurit TNI bersenjata laras panjang yang tidak membolehkan orang menyeberang sebelum rombongan presiden lewat.
Kini keadaan telah berubah.
Presiden Farhad sangat welcome pada masyarakat yang menyambutnya sepanjang perjalanan.
Bahkan beliau tidak segan-segan menghentikan kendaraannya untuk turun dan menyapa rakyatnya.
Tidak ada lagi pembatasan akses selama perjalanan rombongan presiden.
Kali ini perjalanan rombongan orang nomor satu negeri ini melintasi daerah yang jauh dari hunian masyarakat.
Jalan yang melewati kawasan hutan industri.
Tempat yang teduh dan nyaman.
Tak banyak orang yang beraktivitas di sini.
Namun demikian, kehadiran satu dua orang pelari atau orang yang bersepeda bukan hal yang tidak lazim di tempat ini.
Aku menggunakan sensorku memantau jarak beberapa kilometer ke depan untuk menentukan kawasan seluas satu hektar yang kuperkirakan tidak akan ada orang lain selain aku dan rombongan presiden.
Di sanalah aku akan menghentikan mereka.
Menghentikan rombongan tersebut dan membunuh orang paling penting dalam rombongan itu.137 Beberapa menit lagi aku akan berhasil mencegat rombongan presiden.
Menurut sensorku, beliau masih menggunakan mobil dinas pendahulunya.
Tipe kendaraan itu cocok dengan yang ada di database-ku.
Dua minggu telah berlalu sejak aku merencanakan hal ini dan aku masih belum bisa menghubungi Ayah.
Entah mengapa aku merasa apa yang kulakukan ini tidak tepat.
Aku belum bisa menyakinkan diriku bahwa Ayah menghendakiku melakukan hal ini.
Aku terus berlari seperti orang yang sedang jogging.
Pergerakan langkah-langkah kakiku begitu sempurna ? tidak mencurigakan sama sekali, tidak mengesankan kalau aku adalah cyborg.
Sensorku tidak menampakkan perubahan rute atau kecepatan iring-iringan mobil tersebut.
Tampaknya mereka yang berada dalam rombongan itu tidak mencurigaiku.
Sedikit lagi aku akan Ada suara mendengung di atasku.
Aku menoleh ke arah suara itu ? kurang lebih sepuluh meter di atas kepalaku.
Ada drone! Tipe stealth ? tidak tertangkap sensorku! Suaranya yang nyaris tak terdengar itu tampaknya menimbulkan noise dalam pendengaranku.
Earphone yang138 kukenakan ini rupanya menghalangiku menangkap kehadiran benda itu.
Tetapi belum saatnya bagiku untuk mencopot benda ini dari telingaku.
Aku masih harus memfungsikan scrambler ini.
Benda yang mempunyai fungsi seperti pesawat nirawak itu berukuran lebih besar dari rata-rata, sekitar 1 meter panjangnya dan dilengkapi dengan empat unit baling-baling.
Drone itu berputar-putar di atasku.
Aku menurunkan bagian depan topiku dan menundukkan kepalaku.
What the hell.
Aku toh berpakaian seperti orang yang sedang jogging.
Tak ada yang perlu dicurigai.
That drone is nothing and it will do nothing to me either.
Ah, rombongan VVIP itu sudah terlihat! Satu kilometer di depan.
Aku akan terus berlari ke arah mereka hingga jaraknya hanya beberapa ratus meter lagi dan aku bisa melihat penumpang di mobil berplat NKRI 1 itu.
Kaca mobil yang berwarna gelap itu tidak akan mampu menghalangi pandanganku yang mampu menembus tembok setebal 20 cm ? ya, aku memiliki pandangan sinar X.
Perlengkapan standar cyborg ? biasanya digunakan untuk melihat senjata yang disembunyikan seseorang (lawan/musuh) di balik bajunya.
Tiba-tiba rombongan tersebut menghentikan mobilnya.
Sepertinya aku mendengar suara-suara gaduh.
Aku mencabut salah satu earphone-ku untuk mendengarkan keributan itu.
Kupertajam pendengaranku.139 Beberapa orang keluar dari mobil yang berhenti itu.
"Cyborg!"
Mereka berteriak sambil menunjuk ke arahku.
Rupanya ada detektor metal! Tetapi di mana? Bagaimana bisa? Mereka mengetahui eksistensiku sebagai seorang cyborg dari detektor metal.
Alat sederhana yang tidak terpikirkan olehku.
Tetapi dari jarak beberapa ratus meter seperti ini? Tidak mungkin! Aku melihat sekilas ke drone itu.
Benda melayang itu mengarahkan kameranya ke arahku.
Dan suatu alat mencuat keluar dari badan drone itu.
Aku melihatnya! Drone itu dilengkapi dengan detector logam.
Rupanya ini biang keroknya! Harusnya aku sudah mengantisipasi hal ini! Drone itu segera terbang menjauh.
Brengsek! Sekarang semuanya menjadi kacau.
Apa yang kupikirkan, apa yang kurencanakan, semuanya buyar.
Aku harus menghadapi apa yang ada di depan mataku ? lebih awal dari seharusnya.
Puluhan orang bersenjata lengkap ? ya, lengkap, semua berhamburan ke arahku.
Tidak pernah kubayangkan sebelumnya.
Seharusnya aku menyerang mereka saat mereka masih di dalam kendaraan mereka masing-masing.140 Orang-orang berambut cepak berbadan tegap yang biasanya berpakaian batik itu kini menggenggam berbagai jenis senjata.
Sebagian bersenjatakan senapan mesin.
Beberapa di antaranya meraih granat dari dalam tas ransel mereka.
Ada juga yang bersenjatakan pistol.
Mereka semua dalam posisi siap tempur.
Aku masih dalam posisi berlari.
Berpura-pura tidak tahu- menahu dengan kejadian ini.
Memangnya kenapa kalau ada cyborg? Saat ini keberadaan cyborg sudah umum di masyarakat.
Anggap saja aku kebetulan sedang berada di tempat ini untuk berolahraga.
Jogging.
"Berhenti di tempat!"
Teriak salah seorang di antaranya.
Aku terus berlari.
Apa yang akan mereka lakukan? Selama ini belum pernah ada paspampres yang menembakkan senjatanya ke warga sipil yang berhasil menembus ke tempat Presiden berada ? bahkan hingga ring satu.
Ketika aku merencanakan penyerangan ini, aku ingat aku pernah melihat foto-foto jadul sebagai referensi.
Di antaranya dari abad lalu ? zaman Orde Baru, ketika itu Presiden RI merupakan salah satu orang terkuat di Asia, dikawal paspampres bersenjata lengkap yang duduk di mobil jip dengan bagian belakang terbuka.
Hal ini untuk memudahkan141 mereka bergerak begitu ada serangan terhadap rombongan kepala negara.
Itu dulu.
Kini keadaan sudah berubah.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Faktor kenyamanan tampaknya juga diutamakan ? tidak hanya untuk Presiden tetapi juga untuk paspampres.
mereka yang bertugas mengamankan Presiden.
Tidak ada lagi jip terbuka.
Jalur yang dilintasi Presiden juga tidak sesteril dulu.
Masyarakat menolak aktivitas mereka terganggu oleh kegiatan Presiden.
Jadi inilah akibatnya.
Menoleransi tingkat keamanan mengakibatkan risiko meningkat.
Orang seperti aku bisa seenaknya berada di jalur yang sama dengan rombongan presiden.
Aku memperhatikan orang-orang yang bersenjata itu.
Mereka semuanya membidikku.
Aku terus mengukur jarak.
Dan ya, sekarang! Kuaktifkan scrambler.
Mereka tidak akan bisa menghubungi orang lain di luar wilayah ini.
Area seluas beberapa kilometer persegi ini sudah menjadi blank spot.
Tak ada komunikasi ke dalam dan ke luar area ini.
Nobody?s gonna come to help you, Mr.
President! Aku melihat beberapa di antara mereka seperti kebingungan.
Mereka memegang-megang benda tipis berkabel di telinga mereka ? tampaknya mereka sudah kehilangan komunikasi di antara sesamanya.
Aku melompat setinggi 5 meter.142 Mereka tampak panik.
Mereka semuanya melihat ke arahku dan matahari di belakangku! Banyak di antara mereka langsung memalingkan wajahnya ? mengarahkan matanya ke tempat lain, karena silau setelah memandang tepat ke arah matahari yang menaungiku.
Sebagian lagi masih terus mengamatiku ? mereka yang memakai kacamata hitam (sunglasses).
Mereka inilah yang akan menjadi target utamaku! Aku mendarat di depan kendaraan yang paling depan ? sebuah motor dengan kapasitas mesin 1.800 cc.
Satu sepakan pada tangki bensinnya membuat motor beserta pengendaranya itu terjungkal beberapa meter ke sisi jalan.
Beberapa motor besar lainnya kudorong hingga jatuh menimpa pengendaranya.
Melalui sensorku, aku bisa melihat mereka ? paspampres bermotor itu, tidak akan sanggup bangkit berdiri untuk sementara waktu.
Kaki mereka patah tertimpa motor berukuran besar itu.
Selanjutnya aku langsung menghajar orang-orang berkacamata hitam di sekitarku.
Dalam hitungan beberapa detik, sepuluh orang di antaranya terjungkal dengan kaki patah.
Sisanya pingsan terkena hantaman di wajah mereka.
Jari-jemari tangan mereka juga kuremas hingga patah.
Tidak banyak, cuma ibu jari dan telunjuk ? masing-masing untuk kedua tangan mereka, kiri dan kanan.
Mereka sekarang tidak akan bisa menggunakan pistol mereka lagi.143 Sementara mereka yang silau berhasil memulihkan penglihatan mereka, yang tampak di sekitar mereka adalah rekan-rekan mereka ? gerombolan berkacamata hitam, bergelimpangan di jalan.
Sementara aku sudah berbaur di antara mobil-mobil dalam rombongan mereka.
Aku kini memandang lekat-lekat ke mobil di hadapanku.
Mobil berpelat NKRI 1.144 Mereka semua ingin membunuhku ? setelah apa yang kulakukan terhadap rekan-rekan mereka.
Mereka berjalan mendekatiku.
Aku tahu biarpun aku memunggungi mereka.
Perhatianku tetap kupusatkan pada penumpang mobil di hadapanku.
Para paspampres itu semakin rapat mengepungku.
Aku segera melakukan pemetaan ? posisi dan formasi para paspampres itu.
Simulasi menunjukkan tembakan mereka semua mengarah ke bagian atas tubuhku.
Dan itu akan dilakukan dalam waktu Aku segera melompat ke depan sambil merunduk! DOR! DOR! DOR! DOR! DOR! Tidak sampai sedetik setelah merunduk tembakan-tembakan itu menerjang posisi di mana aku sebelumnya berdiri.
Aku melompati mobil itu dan mendarat di sisi mobil yang berada di tepi jalan.
Aku sekarang terlindung oleh mobil RI 1 ? para pengepungku berada di sisi sebaliknya.
Sebagian dari mereka bergerak berlarian menuju tempatku.145 Sekarang aku berada di samping kiri mobil tersebut.
Dalam posisi masih merunduk, kuhubungi Pretty.
"Pretty?"
Tanyaku.
"Ya, sebentar lagi,"
Jawabnya.
Aku tahu Pretty sedang mencoba mengendalikan sopir mobil tersebut.
Ia harus mencocokkan frekuensi gelombang otak orang tersebut sebelum bisa masuk ke dalam pikirannya dan kemudian mengendalikannya.
Proses pencocokkan frekuensi gelombang otak ini membutuhkan waktu hingga beberapa menit.
Proses tersebut juga tergantung jarak dan kekuatan konsentrasi pikiran orang tersebut.
Seseorang yang berada dalam keadaan marah, sedih, dan tertekan (stres atau depresi), umumnya lebih mudah dikendalikan pikirannya.
Orang yang sedang marah, misalnya ? tanpa ia sadari, dirinya dikendalikan oleh amarahnya itu sehingga melakukan hal-hal atau perbuatan yang dalam keadaan biasa (tidak marah) tidak akan dilakukannya.
Melempar benda-benda, memukul orang, berteriak-teriak, dan banyak hal lain ? sewaktu seseorang dalam keadaan marah, menunjukkan ia tidak mampu mengendalikan dirinya saat itu.
"Oke, it?s done,"
Katanya.
"Jangan kebanyakan mikir."
"Klik!"
Tidak sampai dua detik setelah aku mencapai bagian samping kendaraan itu, kunci pintunya sudah terbuka.
Rupanya sejak mobil itu terlihat olehku, Pretty sudah mencoba mengendalikan pikiran si pengemudi.
Aku segera membuka pintu depan mobil tersebut ? bagian sopir.146 Yang pertama kulakukan adalah mengamankan si pengemudi.
Satu tarikan kuat membuat si pengemudi tersungkur keluar mobil.
Ia tidak mengenakan sabuk pengaman ? maksudnya supaya ia lebih leluasa bergerak dan bertindak bilamana diperlukan.
Good point! Memudahkanku juga melemparnya keluar mobil.
Sekarang aku sudah berada di dalam mobil ? duduk di kursi pengemudi.
Pintu mobil sudah kukunci.
Para paspampres itu kini mengelilingi mobil RI 1 tanpa bisa melakukan apa pun.
Komunikasi dengan "dunia luar"
Juga sudah terputus. Aku melirik kaca spion dan melihat orang yang duduk di bagian belakang mobil ini. Apa yang akan kulakukan? Membunuhnya? "Jangan!"
Terdengar suara di dalam kepalaku.
"Pretty?"
Tanyaku bingung ? bukankah ia ingin sekali aku membunuh presiden ini? Bukankah itu tujuanku berada di sini saat ini? "Kau tidak boleh membunuhnya,"
Kata suara itu lagi.
"Lakukan segera!"
Kali ini kudengar suara Pretty. Ternyata ada orang lain yang meng-hacked pikiranku. Ada orang lain lagi yang berbicara melalui telepati padaku. Aku bingung.147
"Kamu peragu. Payah!"
Aku mendengar suara Pretty di dalam pikiranku. Apa maksudnya? Jangan-jangan ia .
"Kamu Efran, kan?"
Tiba-tiba orang yang duduk di belakang itu bertanya. Aku tercekat. Aku membalikkan badanku ke belakang.
"Om Aad,"
Panggilku perlahan sambil memandang orang itu.
Aku memang mengenal beliau semenjak aku masih balita.
Presiden Farhad Prayogo berteman akrab dengan Ayah.
Beliau sering main ke rumahku.
Tetapi sudah lama aku tidak bertemu dengan Om Aad ? panggilanku untuk Farhad Prayogo.
"Ya Tuhan, kamu, kamu cyborg?"
Presiden Farhad terkejut.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia melihat wajahku yang terserempet peluru.
Sepertinya tengkorak logamku terlihat sebagian.
Walaupun aku berhasil melumpuhkan sebagian besar penyerangku, beberapa tembakan berhasil melukai tubuh dan wajahku.
Aku cuma bisa mengangguk.
Presiden tiba-tiba terdiam.
Mulutnya terkatup rapat.
Pandangan matanya menatap ke atas.
Tatapan matanya kosong.
Ia memperlihatkan ekspresi wajah yang tidak wajar! Aku mengamati hal yang aneh ini.
Kulihat Presiden Prayogo menoleh ke samping kiri dengan gerakan yang tidak biasa.148 Pretty ingin mematahkan leher Presiden! "Jangan!"
Teriakku sambil menahan kepala presiden dengan kedua tanganku. Menahan kepalanya agar tidak bergerak melebihi batas kemampuan lehernya untuk menahan. Aku berusaha agar leher Presiden tidak patah.
"JLEB! JLEB!"
Terdengar sesuatu ? benda tajam menusuk leher Presiden.
Apa itu? Kepala Presiden terlepas dari tubuhnya! Aku terkejut.
Ada apa ini? Aku melihat darah di leher Presiden.
Darah yang sama membanjiri kedua tanganku.
Aku melihat ke telapak tanganku.
Kiri dan kanan.
Apa yang kulihat membuatku terkesiap.
Pisau keramik! Sejak kapan benda itu ada di tubuhku? Pisau yang menyembul keluar dari bawah telapak tanganku, pisau yang memotong leher Presiden Prayogo! "Pretty! Kamu yang meng-implant benda ini di tubuhku?"
Protesku.
"Jangan ngawur!"
Bantahnya.
"Lihat dan perhatikan baik-baik!"
Aku memperhatikan kedua benda pipih tajam yang menyembul di telapak tanganku itu. Bukan keramik! Benda apa ini?149
"Benda itu berasal dari tubuhmu. Kau bisa memeriksanya. Unsur pisau organik itu terdiri dari karbon."
Penjelasan Pretty membuatku tersadar. Karbon adalah unsur yang membentuk makhluk hidup termasuk manusia. Sama seperti tubuh manusiaku yang terdiri dari karbon juga.
"Unsur yang sama yang membentuk intan, benda terkeras di dunia,"
Kata Pretty lagi.
Benda terkeras di dunia? Bagaimana bisa unsur karbon tersebut bertransmutasi pada tubuhku dan membentuk pisau organik ? senjata yang terbentuk begitu saja pada tubuhku.
Benda yang bentuk dan fungsinya seperti pisau keramik ? senjata standar untuk battle cyborg.
"Aku yang melakukannya, dengan bantuan Kristal Atlantis."
Aku terdiam.
Lemas.
Pisau yang ada di tanganku ini bisa terwujud karena pengaruh telekinesis Pretty dan bantuan kekuatan Kristal Atlantis yang mempercepat proses transmutasi tersebut.
Aku berusaha menahan kepala Presiden untuk tetap berada pada tempatnya semula.
Aku gugup.
Presiden telah tewas terbunuh.
Tiba-tiba aku merasakan ada pergerakan di dalam mobil itu.
Ada orang lain! Sensorku menangkap ada orang lain ? dari ukuran tubuhnya aku tahu dia anak kecil.150 Aku terkesiap.
Ada anak kecil.
Mengapa ada anak kecil di mobil kepresidenan? Ibu Negara saja tidak ikut.
Jika saja aku bukan cyborg, tentu aku akan luput dan tidak mengetahui keberadaan anak ini.
Tetapi .
aneh! Tidak mungkin.
Aku adalah cyborg ? jadi seharusnya sejak sebelum aku memasuki mobil Presiden, anak ini sudah terdeteksi olehku.
Anak ini .
"Lekas pergi dari tempat itu."
Suara Pretty kembali terdengar. Anak ini? "Dia telah mempengaruhi pikiranmu dan membuatmu tidak mengetahui keberadaannya untuk sementara waktu."
Aku terus memperhatikan bocah perempuan itu.
"Dia juga yang tadi menahanmu dan mencegahmu membunuh Presiden."
Aku teringat suara itu. Suara yang mengatakan,"Jangan!"
Dan "Kau tidak boleh membunuhnya."
"Dia merupakan salah seorang siswa teladan tingkat nasional yang terpilih untuk ikut rombongan Presiden yang akan meninjau daerah ini ? sebenarnya dia merupakan anak berkemampuan khusus."
Anak ini akan menjadi saksi pembunuhan yang telah terjadi.
Aku gemetar, rasa takut akan akibat dari apa yang baru151 kulakukan, konsekuensi dari membunuh orang paling penting di negeri ini, membuatku ingin menyingkirkan anak ini.
Aku harus membunuhnya juga atau bagaimana? Aku mengalami konflik batin.
"Stupid."
Apa? "Aku sudah menghapus memorinya. Cepat pergi."
Oh, oke. Benar apa yang dikatakan Pretty. I am stupid. I really am. Hampir saja aku membunuh anak kecil itu. My God! "Eh?"
Aku kembali melihat hal yang tidak wajar terjadi di depan mataku.
Aku melihat si anak kecil itu terdiam dengan mata melotot.
Wajahnya putih pucat.
Ia rebah di samping kiri jenazah Presiden Prayogo.
Mati? Aku tidak mendeteksi tanda-tanda kehidupan pada anak itu ? sama seperti Presiden.
Kenapa? Akhirnya aku tahu.
Pretty membuat anak itu menahan napasnya.
"Sejak kapan?"
Tanyaku dingin.152
"Sejak aku berhasil masuk ke pikiran Presiden. Aku jadi tahu kalau ada anak ini bersamanya."
Jadi Pretty lebih dulu tahu daripada aku. Aku tidak senang.
"Kalau kukatakan dia yang meng-hacked pikiranmu barusan, apakah kau akan berubah pikiran?"
Aku terkejut. Benar juga. Aku ingat anak ini telah menghapus keberadaannya dari sensorku dan berbicara padaku untuk tidak membunuh presiden.
"Benar, Presiden menggunakan anak ini untuk melindunginya. Anak ini mempunyai kekuatan yang sama denganku. Tetapi "
"Tetapi apa?"
Tanyaku.
"Tetapi sayangnya kekuatan kami tidak sama. Aku terlalu kuat buatnya."
Bisa kumengerti.
Jelas sekali terlihat perbedaan kekuatannya.
Aku melihat keluar mobil.
Para paspampres itu tampak resah.
Sepertinya mereka telah mengetahui kondisi orang nomor satu negeri ini.
Orang yang seharusnya mereka lindungi.153 Anak perempuan ini mati mengenaskan di depan mataku.
Bagaimana aku bisa mencegah hal ini terjadi? Bagaimana aku bisa memaksa orang yang menahan napasnya untuk bernapas? Suatu cara membunuh yang keji sekali.
Aku memandang keduanya ? kedua jenazah itu.
Aku tidak membunuh mereka ? batinku.
Bukan aku pelakunya.
Aku kembali memandang kedua korban pembunuhan itu.
Aku heran.
Tak ada perasaan sedih ataupun menyesal dalam hatiku.
Apakah cyborg tidak punya perasaan? Sesuatu seperti kabut menyelimuti pikiranku ? mungkin juga menutupi hatiku.
Manusia Atlantis Karya S. Widjadja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Aku terdiam sejenak ? berpikir.
Aku terus melakukan apa yang harus kulakukan.
Aku membuka mulut Presiden ? almarhum Kepala Negara, untuk mengambil foto gigi rahang atas dan bawah.
Aku juga membuka kelopak matanya untuk memindai ? merekam pola pembuluh darah retina beliau, sebelum terlambat.154 Sekarang aku telah memiliki tiga bukti identifikasi.
foto gigi, retina, dan DNA (dari darah korban yang ada di telapak tanganku).
Tidak ada keraguan lagi atas identitas beliau ini.
Sekarang pertanyaannya, bagaimana aku bisa pergi dari sini? Mobil ini sudah terkepung.
Sepertinya Pretty belum berhasil menguasai pikiran paspampres yang mengepung mobil ini.
"BOOM! GLEGAR!"
Terdengar suara ledakan hebat.
Kulihat para paspampres sebagian besar menoleh ke satu arah.
Sumber ledakan? Aku tidak peduli.
Ini kesempatanku untuk kabur.
Melarikan diri.
Kubuka pintu belakang kiri mobil dan kudorong tubuh bocah kecil itu keluar.
Perlahan-lahan.
"Pintu terbuka!"
Seseorang berteriak. Mereka ramai-ramai berkumpul ke depan pintu mobil tersebut. Cepat sekali reaksi mereka.
"Ada yang keluar!"
Teriak seseorang lagi.
"Ervi! Ervi yang keluar!"
Ternyata nama bocah malang ini Ervi.
Aku terus mendorong tubuh Ervi perlahan-lahan.
Tiba-tiba seseorang menariknya keluar!155 Aku terkejut.
Dengan cepat pintu mobil kututup dan kukunci kembali.
Ervi lepas dari peganganku! "Ervi berhasil diselamatkan,"
Seseorang berkata.
Rupanya mereka merebut Ervi ? mencoba menyelamatkan nya.
Mereka tetap mengepung mobil itu dengan senjata di tangan.
Kulihat seseorang berlari menggendong Ervi.
Ia menuju salah satu mobil di belakang.
Sepertinya ia membawa si bocah ke mobil medis.
Sekarang bagaimana caraku keluar dari sini? Pertanyaan yang belum terjawab.
Aku termangu di depan jenazah Presiden Farhad Prayogo.
Aku telah membakar dan menjahit luka di leher beliau sehingga posisi jenazahnya dalam keadaan utuh ? tidak terpenggal seperti sebelumnya.
Kondisi ini tentu tidak permanen tetapi paling tidak bisa bertahan untuk sementara selama Presiden tidak dipindahkan dari tempat ini.
Hanya sementara.
Pretty? Aku teringat dengannya.
Tidak ada komunikasi sama sekali.
Ledakan itu? Para paspampres menengok ke arah ledakan itu.
Itu arah di mana Pretty dan Sheva berada! Aku memonitor lokasi Pretty.156 Sensorku menangkap seseorang yang berbaring dan seseorang yang berdiri siaga.
Pretty terluka? Aku bisa memastikan sosok yang berdiri itu adalah Sheva.
Sekeliling tempat itu sepertinya berantakan.
Sesuatu telah terjadi di tempat itu.
Aku harus segera keluar dari sini.
Aku duduk di kursi depan.
Seluruh kaca mobil ini dilapisi dengan pelindung sinar matahari yang sangat pekat sehingga orang yang berada di luar mobil tidak bisa melihat apa yang ada di dalam mobil.
Satu cara untuk meningkatkan keamanan selain memberi kenyamanan.
Bagaimana caranya untuk keluar? Kubuka pintu depan sebelah kiri.
Dengan kakiku kudorong terus pintu itu hingga terbuka lebar sementara tanganku meraih pegangan pintu sebelah kanan.
Begitu pintu sebelah kiri terbuka, aku juga membuka pintu sebelah kanan.
Perbedaan waktu yang sangat singkat, hanya satu detik.
Satu detik sudah cukup.
Orang-orang bergegas menuju ke sebelah kiri mobil.
Pancingan yang mengena.
Bukankah tadi Ervi juga keluar dari pintu sebelah kiri? "Goodbye, Mr.
President."
Aku segera bergulingan dan melompat keluar melalui pintu sebelah kanan.157 Beberapa paspampres melihatku tetapi tidak ada yang menembak.
Sepertinya mereka ingin tahu siapa yang keluar ? kawan atau lawan? Jeda satu-dua detik tersebut sudah cukup bagiku.
Aku segera bangkit dan melompat setinggi dan sejauh yang kubisa.
Begitu mendarat, aku sudah berada beberapa puluh meter dari mobil itu.
Dan aku terus berlari.
Berlari menuju tempat Pretty berada.
Sesekali aku melompat lagi.
Saat itulah kudengar suara tembakan di belakangku.
Mereka tidak mengejarku.
Sepertinya mereka lebih mencemaskan keadaan Presiden.
Selain itu posisi kendaraan yang saling menghalangi dengan beberapa motor yang melintang rebah karena kutendang ? sementara pengendaranya masih terbaring dengan luka-luka mereka.
Saat ini aku sudah berlari dan melompat sejauh hampir dua kilometer.
Aku harus tahu apa yang terjadi dengan Pretty.
*** Pretty meninggal dalam keadaan luka parah.
Sheva masih berdiri bersiaga di sebelahnya ? menjaganya.158
"Pesawat itu drone, membawa smart bomb,"
Sheva menjelaskan.
"Katanya ada anak yang mengirimkan koordinat tempat ini ke pengendali drone itu."
Sheva juga luka-luka.
Sebagian bajunya terbakar.
Ternyata sebelum tewas bocah itu ? Ervi, mengirimkan lokasi keberadaan Pretty ke drone tersebut yang langsung mengebom tempat itu.
Sepertinya Ervi melakukan kontak sebelum aku mengaktifkan scrambler itu.
Begitu ia mendeteksi keberadaan Pretty, ia langsung menghubungi pengendali drone itu.
"Aku tidak berhasil menghentikannya. Pistol ini "
Sheva berkata sambil menunjukkan senjata itu padaku.
Aku mengerti.
Kelembutan Dalam Baja Karya Sherls Dewa Arak 03 Cinta Sang Pendekar Wiro Sableng 014 Sepasang Iblis Betina
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama