Ceritasilat Novel Online

Rahasia Jubah Merah 10

Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle Bagian 10



Tetapi di dalam keadaan Suma Sun yang penuh amarah dan sedang menggunakan seluruh tenaganya untuk menyerang, titik syaraf naganya menjadi kosong dari perlindungan sehingga dalam getaran yang sedikit saja, sudah memutuskan seluruh syarafnya.

Suma Sun menjadi lumpuh seluruh tubuh! Cio San tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan katakan.

Kenyataan ini terlalu berat untuk dihadapi nya.

Justru Ang Lin Hua yang terlihat begitu tegar menghadapi semua ini meskipun air matanya mengucur dengan deras.

Cio San pun menangis sesenggukan.

Dari seluruh pengetahuannya, ia tahu jika titik syaraf naga sudah terluka, maka penderitanya sudah tak dapat ditolong lagi.

Karena jika urat-urat yang lain putus, masih ada kemungkinan untuk tersambung kembali jika menemukan obat ajaib yang mujarab.

Kecuali titik syaraf naga.

Titik itu bagai sebuah terowongan kecil tempat lewatnya seluruh urat syarat tubuh.

Jika hancur maka jalur yang menghubungkan tubuh dan otak akan terputus.

Hal ini1001 bagaikan sebuah jembatan yang putus.

Orang tak akan dapat mungkin menyebrang lagi.

Wu Ye Lan Hua330 pun tak akan dapat menyembuhkannya.

Selama berhari-hari yang bisa mereka lakukan hanyalah merawat Suma Sun yang telah lumpuh seluruhnya ini.

Akhirnya Ang Lin Hua memutuskan untuk kembali ke Istana Ular dan merawat suaminya di sana.

Cio San menurutinya dan bahkan ikut mengantarkan sampai ke istana ular.

Mereka juga membawa petinggi-petinggi Mo Kauw yang bertugas untuk berjaga-jaga di sana.

Cio San sempat menurunkan berbagai macam ilmunya kepada mereka.

Dalam beberapa hari saja ilmu mereka sudah maju sangat pesat.

Melihat ini Cio San merasa cukup puas, dan merasa aman jika para petinggi ini yang berjaga-jaga di sana.

Setiap hari ia habiskan waktu untuk mempelajari kitab-kitab pengobatan yang ada di istana itu.

Ada banyak pengetahuan baru yang ia dapatkan.

Meskipun harapan bagi kesembuhan Suma Sun amat sangat kecil.

Bahkan kemungkinan besar tak akan mungkin disembuhkan.

Tetapi Cio San tak patah 330 Anggrek Tengah Malam1002 arang.

Dalam satu bulan ini ia telah mencoba berbagai hal bagi kesembuhan Suma Sun.

Segala obat-obatan sudah dicobanya.

Mulai dari obat yang dioleskan, diminum, sampai juga tusuk jarum, dan pengeluaran darah beku.

Tetapi tak ada kemajuan sama sekali pada Suma Sun.

Bahkan sadar pun tidak.

Suatu hari Cio San mencoba hal baru.

Ia membuat tungku yang amat besar.

Lalu menuangkan banyak air serta memasukan bahan obat-obatan.

Isi tungku itu kemudian dipanaskan dengan api yang tidak terlalu besar.

Ia lalu meletakkan tubuh lunglai ke dalam tungku itu.

Ang Lin Hua dan beberapa anggota Mo Kauw juga ikut membantu.

Setiap hari mereka bergantian menyalurkan tenaga dalam ke tubuh Suma Sun.

Hal ini rupanya membawa kemajuan karena kadang-kadang terdengar erangan Suma Sun.

Meskipun erangan ini lirih sekali, setidaknya sudah menimbulkan api harapan di tengah keadaan duka seperti ini.

Cio San juga menggunakan pengobatan tusuk jarum untuk merangsang beberapa syaraf Suma Sun.

Dari pengetahuannya, syaraf-syaraf semuanya masih berfungsi dengan baik.

Hanya jembatan yang menyambungkan aliran-aliran syarat ke otaklah yang1003 telah rusak.

Memang tidak ada cara untuk membangun kembali jembatan itu.

Menyadari hal ini, Cio San ingin mencoba lagi sesuatu yang baru.

Ia membuat sebuah jarum yang amat panjang.

Dengan bantuan seorang anggota Mo Kauw yang juga mengerti sedikit ilmu pengobatan, jarum itu ditusukkan ke tulang punggungnya dengan hati-hati.

Rasa sakit yang mencul ketika jarum itu menembus tulangnya sudah tak dapat digambarkan dengan kata-kata.

Panjang jarum yang hampir satu jengkal itu telah amblas seluruhnya, menusuk tulang belakangnya.

Hampir saja Cio San berteriak karena tak dapat menahan rasa sakitnya.

Ketika jarum itu ditarik kembali pun mengakibatkan rasa sakit yang tak kalah hebatnya.

Di ujung jarum itu terdapat setitik cairan berwarna kuning saat ditarik.

Cio San mengumpulkan cairan itu ke dalam sebuah botol kecil.

Hal ini ia lakukan berkali-kali setiap hari sehingga dalam satu minggu saja, botol kecil itu telah penuh dengan cairan kuning dari dalam tulang punggungnya.

Setelah botol itu penuh, Cio San lalu mencampurkan isi botol itu dengan beberapa ramuan obat.

Setelah ramuan itu bercampur, Cio San menggunakan jarum panjang yang baru dibuatnya untuk memasukkan cairan obat itu ke titik syaraf naga1004 milik Suma Sun.

Ketika jarum itu dimasukkan, tak ada suara sedikitpun yang keluar dari mulut Suma Sun.

Hanya erangan lirih yang biasanya terdengar.

Setiap hari Cio San melakukan hal ini.

"Pengobatan ini adalah cara yang kutemukan sendiri dari hasil pemikiranku. Hasilnya aku sama sekali tidak dapat mengira-ngira. Tetapi hanya ini yang bisa kulakukan. Kita hanya dapat berharap kepada takdir. Tapi aku akan tetap berada di sini selamanya sampai ia sembuh. Sambil mempelajari lagi bila ada cara lain. Beberapa anggota partai kita sudah kuperintahkan untuk mencari-cari tabib yang sakti. Ada beberapa nama yang bisa kita coba, tetapi mencari mereka bagaikan mencari jarum di tumpukkan jerami. Daripada menunggu, setidaknya kita bisa berusaha mengobati sendiri,"

Ujar Cio San kepada Ang Lin Hua.

"Kakak akan menetap di sini?"

Tanya Ang Lin Hua, yang kemudian di balas Cio San dengan anggukan.

"Aku tidak setuju,"

Kata Ang Lin Hua.

"Di luar sana, penjahat itu masih berkeliaran dengan bebasnya. Justru itu yang ia inginkan. Keadaan pasukan negara kita pun semakin parah. Jika bukan1005 kakak yang menghentikannya, lalu siapa lagi? Apakah kakak ingin pengorbanan suamiku sia-sia?"

Kata- katanya lirih namun dalam dan menusuk. Lanjutnya.

"Segala kejadian ini bukan salahmu, bukan salah suamiku, juga bukan salahku. Kita adalah korban dari keadaan yang diciptakan oleh penjahat itu. Kalau engkau membuang-buang waktu di sini, maka segala rencana si penjahat itu akan ia laksanakan dengan mudah. Mungkin jika kau keluar dari istana ini, kaisar kita sudah berganti dengan kaisar Miao atau kaisar Goan!"

"Tetapi Suma Sun...,"

"Jangan pikirkan suamiku,"

Potong Ang Lin Hua.

"Apa yang terjadi padanya mungkin sudah takdir. Aku tak dapat menyalahkan siapa-siapa. Tetapi banyak rencana jahat yang bisa kau gagalkan jika terjadi. Aku akan meneruskan pengobatan yang kau lakukan terhadap suamiku. Engkau memiliki tugas-tugasmu sendiri. Pergilah. Kalahkan penjahat itu. Lalu kau dapat pulang kesini untuk mengurus sahabat tercintamu ini."

Perempuan jarang berpikir dengan jernih.

Tetapi jika ia sudah berpikir jernih, maka kebeningan pikirannya jauh lebih bening dan lebih indah dari embun pagi.1006 Mungkin itulah fungsi perempuan.

Untuk berpikir jernih di saat seorang laki-laki tak dapat lagi berpikir jernih.

Untuk memberi semangat membara di saat seorang laki-laki sudah tak sanggup untuk berjuang lagi.

Laki-laki mana saja yang menemukan perempuan seperti ini adalah lelaki yang amat beruntung.

Perempuan mana saja yang memiliki kemampuan seperti ini adalah perempuan yang diberkati.

Cio San dan Ang Lin Hua hanya bisa menatap langit.

Berharap langit menurunkan sesuatu yang akan membasuh pergi segala penderitaan jiwa mereka.

Lalu terdengar suara.

"Cukat Tong-tayhiap dan istri meminta ijin untuk berkunjung,"

Suara ini adalah suara salah seorang anggota Mo Kauw yang berjaga- jaga di luar.

"Silahkan,"

Kata Ang Lin Hua pelan, tetapi suara nya telah sampai ke gerbang depan.

Ia sendiri dan Cio San pun bergegas ke depan untuk menyambut mereka.

Setelah pintu gerbang terbuka, terlihatlah sepasang suami istri yang gagah ini.

Cukat Tong masih terlihat tampan walaupun kerut-kerut di wajahnya sudah mulai terlihat.

Istrinya, Bwee Hua, sudah tidak perlu digambarkan lagi kecantikannya.1007

"Kau sudah datang,"

Kata Cio San sambil tersenyum.

Cukat Tong cuma melihat padanya sekilas, lalu mengangguk.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Senyumnya terlihat seperti sangat dipaksakan.

Ang Lin Hua menyambut kedua orang ini dengan menjura dan berterima kasih.

Keempat orang ini lalu memasuki istana ular tanpa berkata apa-apa.

Hubungan antara satu sama lain terasa aneh dan kaku.

Masing-masing telah mengerti sejarah yang lain, sehingga untuk berbasa-basipun terasa percuma.

Ingin Cio San segera memeluk Cukat Tong, mengajaknya minum arak sampai mampus, sambil menceritakan beban-beban hidupnya selama ini.

Tetapi hal itu tidak mungkin lagi.

Mereka telah berubah menjadi seseorang yang asing satu sama lain.

Seolah-olah baru kenal, seolah ada tembok tinggi yang memisahkan mereka dan tak ada yang sanggup mereka lakukan.

Cukat Tong meminta ijin Ang Lin Hua untuk menjenguk keadaan Suma Sun.

Nyonya ini kemudian mengajak mereka ke bilik tempat Suma Sun dirawat.

Suma Sun terlihat pucat seperti mayat, dengan pandangan mata yang amat kosong.

Tubuhnya kurus, dan pipinya bagaikan seorang kakek tua.

Melihat ini Cukat Tong menangis tersedu-sedu.

Ia lalu bertanya1008 tentang pengobatan apa saja yang sudah dilakukan kepada Suma Sun.

Cio San tidak berani menjawab karena ia tahu Cukat Tong tidak ingin berbicara kepadanya.

Dengan sabar Ang Lun Hua menjelaskan segalanya.

Ia juga menjelaskan penderitaan yang dialami Cio San saat mengambil cairan kuning dari tulang belakangnya sendiri.

"Aku membawa Wu Ye Lan Hua331, mungkin bisa dicoba,"

Kata Bwee Hua.

Cio San menerima bunga itu tanpa berani menatap mata Bwee Hua.

Jika perasaan masing-masing sudah diketahui, memang amat sulit untuk bersikap apa adanya.

Segera setelah menerima bunga itu, ia meramunya dan mencampurkannya dengan cairan obat yang disimpannya di botol.

Segera pula ia menggunakan jarum untuk menyuntikan obat itu ke titik syaraf naga Suma Sun.

"Kita hanya bisa berusaha, apa yang terjadi adalah takdir dari langit,"

Malah Ang Lin Hua yang berkata seperti ini. Ia justru jauh lebih tegar ketimbang Cio San maupun Cukat Tong. Kata Bwee Hua.

"Ya, yang penting kita semua sudah berusaha,"

Sambil tersenyum menenangkan Ang Lin Hua.

Hubungan mereka berdua menjadi lebih 331 Anggrek tengah malam1009 baik setelah Bwee Hua tinggal di situ selama beberapa hari.

Ia bahkan membantu menyiapkan makanan dan merawat Suma Sun.

Perlahan-lahan kepercayaan Ang Lin Hua kepadanya pun tumbuh.

Bwee Hua memang paling pintar dalam mengambil hati orang.

Yang menyedihkan adalah hubungan Cio San dan Cukat Tong.

Mereka bahkan hampir tidak berbicara satu sama lain.

Cio San sendiri sudah berusaha sebisa mungkin untuk memulai percakapan dengan Cukat Tong, tetapi Raja Maling itu hanya mengangguk dan tersenyum dingin sekali-sekali.

Jika menjawab pun tidak lebih dari beberapa kata.

Suatu hari, Bwee Hua berkata kepada Cio San.

"San-heng332, sejauh yang ku dengar, tentara kekaisaran mengalami kekalahan di mana-mana. Bahkan konon putri Goan yang turut beperang bersama pangeran Cu di perbatasan Selatan pun ikut tertangkap."

Mendengar ini Cio San hanya bisa menarik nafas panjang dan memejamkan mata.

"Jika kau tidak segera pergi membantu mereka, tak lama lagi mungkin pangeran Cu pan akan tertangkap. Apabila saat itu tiba, mungkin seluruh 332 Kakak San1010 kekaisaran akan jatuh, karena dialah satu-satunya pemimpin yang memiliki kemampuan perang paling tinggi,"

Tukas Bwee Hua. Ang Lin Hua membenarkan dan berkata.

"Biarkan kami yang tinggal di sini untuk merawat sahabatmu ini."

"Walaupun langit runtuh dan dunia hancur sekalipun, aku tak akan meninggalkan sahabatku,"

Kata Cio San dengan tegas.

"Haha..."

Cukat Tong tertawa.

Tawanya pendek saja.

Tetapi tawa ini seperti merampas segala semangat hidup Cio San.

Karena ia mengerti arti tawa itu.

Tawa yang meremehkan dirinya.

Ingin sekali ia menumpahkan amarahnya kepada Cukat Tong, tetapi sungguh ia tak ingin kehilangan satu lagi sahabat terbaiknya.

Akhirnya Cio San hanya dapat berkata lirih.

"Cukat-tayhiap, apakah kau meragukan persahabatan ku?"

Lama Cukat Tong menatapnya, lalu berkata.

"Tidak ada satu hal pun yang kuragukan darimu. Bahkan jika kau berkata sekarang matahari terbit dari barat, atau lautan berubah menjadi gurun gersang pun aku tetap percaya kepadamu. Hanya saja kau1011 selalu membawa masalah kepada sahabat-sahabat mu. Kau tak pernah membiarkan mereka untuk hidup dengan tenang!"

Alangkah terhenyaknya Cio San mendengar hal ini.

Karena ia sendiri pun merasakan hal yang sama.

Seolah-olah seluruh masalah di muka bumi ini ditimpakan kepadanya.

Datangnya pun terus menerus hampir setiap hari.

Ang Lin Hua dan Bwee Hua tidak berani bersuara.

Jika dua orang laki-laki sedang berbicara, perempuan seharusnya memang menutup mulutnya rapat-rapat.

"Lalu apa yang harus kulakukan?"

Suara Cio San masih lirih.

"Pergilah sejauh-jauhnya dari sahabat-sahabat mu. Jangan menarik mereka dalam setiap masalahmu. Selesaikan semuanya sendiri. Dengan begitu aku baru akan mengakuimu sebagai laki-laki sejati,"

Jawab Cukat Tong.

Cio San seketika menyadari bahwa sikap Cukat Tong yang dingin kepadanya belakangan ini bukanlah karena rasa cemburunya atas perasaan Bwee Hua terhadapnya, melainkan atas kecintaannya yang1012 dalam pada Suma Sun.

Sedikit banyak Cukat Tong memang menyalahkan Cio San dalam hal ini.

"Baik. Jika aku pergi, mau kah kau menjaga Suma Sun demi aku?"

Tanya Cio San. Air matanya sudah mengambang di pelupuk matanya.

"Tidak!"

Semua orang terhenyak.

"Tetapi aku akan melakukannya demi Suma Sun,"

Lanjut Cukat Tong.

"Baik. Itu saja sudah cukup,"

Kata Cio San. Memang. Itu saja sudah cukup.1013 BAB 44 SEBUAH KALIMAT "Kau membawa seluruh mustikamu?"

Tanya Cio San kepada Bwee Hua.

"Ya,"

Jawab wanita paling cantik di dunia itu.

"Jika kau berdiam di sini, orang-orang yang mengetahui tentang mustika itu akan menyerang kemari. Sebaiknya kau pergi juga,"

Kata Cio San.

"Tidak. Aku memilih tinggal di sini. Mustika itu kutitipkan padamu saja,"

Jawab Bwee Hua sambil tersenyum.

"Mengapa aku?"

"Mengapa bukan kau?"

Ia masih tersenyum. Keadaan ini membuat Cio San merasa rikuh terhadap Cukat Tong yang sedang berpura-pura tidak melihat kejadian ini. Cio San lanjut bertanya.

"Kau telah mengumpulkannya dengan susah payah, bahkan mungkin ada banyak korban berjatuhan karena1014 ketujuh mustika ini. Kenapa sekarang justru diberikan cuma-cuma kepadaku?"

"Aku mengumpulkannya sebagai pemenuhan janjiku atas perintah guruku. Hari ini kutitipkan kepadamu agar tempat ini tidak didatangi orang- orang. Kelak di masa depan, aku akan mengambilnya kembali darimu,"

Jelas Bwee Hua.

"Baik. Aku akan menjaganya sementara untukmu. Jika semua ini sudah selesai, aku akan mengembalikannya kepadamu,"

Tukas Cio San. Bwee Hua mengeluarkan isi kantongnya, mengambil sebuah kotak kecil. Ketika dibuka, isi kotak itu adalah sebuah mutiara yang indah.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ini adalah Mustika Ikan,"

Katanya.

Lalu ia mengeluarkan sesuatu lagi dari balik kantongnya, kali ini berupa sebuah kain sutra berwarna merah yang sudah tua sekali.

Kain sutra ini sangat tipis.

Meskipun sudah berusia ratusan tahun, warnanya tidak memudar.

Ada banyak tulisan dan gambar gerak silat.

Cio San menerima sutra ini dengan penuh perasaan.

Ia tahu bahwa sutra ini dulunya adalah milik mendiang gurunya, Kam Ki Hiang.

Sekilas Cio San melihat sutra ini berisi banyak huruf kuno.

Pantas saja Bwee Hua tidak dapat1015 mempelajarinya secara mendalam.

Tetapi meskipun begitu, ilmunya sudah berkembang sangat tinggi.

"Aku memiliki sebuah kebun tersembunyi di mana aku menanam anggrek tengah malam. Hanya inilah yang tersisa. Selama bunganya tidak dipetik, maka tanaman itu tak akan mati. Tetapi tidak ada satu orang pun yang mengetahui rahasia ini. Ini bawalah satu helai bunganya sebagai bekal di perjalanan,"

Ujar Bwee Hua. Lanjutnya.

"Untuk mustika yang terakhir, aih. Aku jadi malu..."

Ia berkata begitu sambil berdiri.

Dengan satu gerakan saja, seluruh baju luarnya sudah tanggal.

Terlihatlah Bwee Hua menggunakan sejenis pakaian dalam lengan panjang yang tipis dan berwarna keemasan.

Lalu ia mencopot pula baju dalam itu.

Cio San dan Ang Lin Hua hanya bisa membuang muka.

Tidak ada selembar benang pun di tubuh indah Bwee Hua.

Ia menyerahkan pakaian emas itu kepada Cio San yang tidak berani memandangnya sedikitpun.

Cukat Tong? Ia seolah-olah tidak berada di sana.

Segala kejadian ini seolah-olah tidak pernah berlangsung di hadapannya.

Ia mungkin telah terbiasa.

Semenjak belasan tahun yang lalu saat belum menikahi Bwee Hua, Cukat Tong1016 mungkin telah mengalami kejadian seperti ini berulang kali.

Suami yang diam saja melihat perbuatan bejat istrinya, mungkin tidaklah banyak.

Tetapi apakah cinta terlalu membutakan mereka? Ataukah mungkin sebaliknya, cinta dan perasaan mereka sendiri telah mati, sehingga apapun yang diperbuat istrinya tidak lagi mampu menyentuh hatinya? Cinta dapat merubah seseorang.

Tentu saja cinta dapat merubah sahabat menjadi orang asing.

Merubah kekasih menjadi orang asing pula.

Rumus ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan.

"Ada sebuah hal yang belum kuceritakan kepadamu,"

Kata Bwee Hua setelah memakai kembali bajunya. Cio San hanya menatapnya dan menunggu nya melanjutkan. Lalu Bwee Hua berkata.

"Aku dan suamiku tidak terlibat dalam penyeranganmu dan Suma Sun serta Kao Ceng Lun pada saat kalian mengunjungi kami. Saat itu seorang pejabat mengundang kami untuk makan malam. Dia pula lah yang melaksanakan perayaan kembang api selama berturut-turut."1017 Dengan akalnya Cio San menyambung-nyambungkan pernyataan ini.

"Jadi pejabat ini mengundangmu dan suamimu untuk makan malam agar kalian tidak berada di tempat selama kejadian ini berlangsung. Hal ini untuk membuat kalian tidak turut campur dalam rencana pembunuhannya. Selain itu juga justru untuk menambah kecurigaanku kepada dirimu,"

Katanya. Bwee Hua mengangguk.

"Perayaan kembang api sudah direncanakan selama 7 hari untuk berjaga-jaga jika kau telat datang, atau mungkin datang lebih cepat. Perayaan ini guna nya untuk menimbulkan suara-suara keras sehingga mampu menutup suara-suara panah yang jahat itu,"

Tukas Cio San lagi. Lanjutnya.

"Pejabat itu pasti terlibat. Saat penyerangan ini terdapat ratusan pasukan dengan persenjataan yang sangat hebat, sehingga kami pun sangat sulit menghindar. Hanya orang-orang istana yang memiliki kemampuan seperti ini!"

"Benar. Karena itulah aku berpikir, pasti orang istana ada yang terlibat dengan peristiwa ini,"

Kata Bwee Hua.

"Kao Ceng Lun pernah bercerita bahwa saat ini telah terjadi gerakan rahasia untuk menumbangkan1018 kaisar yang dilakukan oleh beberapa pejabat istana. Karena itulah ia sempat menyelundupkan aku ke dalam istana untuk membantunya memeriksa. Sayang kemudian kehadiranku sudah terbongkar dan aku terpaksa harus pergi dari sana,"

Tukas Cio San.

"Saat itu orang yang tahu kehadiranku di sana selain Kao Ceng Lun, adalah Suma Sun. Dan Gan Siau Liong!"

"Kau mencurigai orang ini?"

"Pergerakannya terlalu aneh. Dia selalu seolah- olah ada di mana-mana. Aku belum berani mengambil kesimpulan. Tetapi satu yang aku yakin pasti, ia terlibat dengan ini semua,"

Ujar Cio San.

"Bisa jadi,"

Kata Bwee Hua sambil berpikir.

"Ada satu hal yang tidak diceritakan suamiku kepadamu,"

Kali ini Ang Lin Hua yang angkat bicara. Semua yang hadir di sana menoleh kepadanya. Lalu ia berkata.

"Dalam penyelidikannya beberapa waktu yang lalu, suamiku berkata bahwa ia memiliki seorang sepupu. Anak itu adalah hasil hubungan haram pamannya dengan seorang murid perempuan dari Go Bi-Pay. Saat kejadian di puncak Himalaya, anak itu kemudian di asuh oleh seorang Bhiksu Siau Lim-pay,"

Kisah Ang Lin Hua.1019

"Kenapa ia tidak menceritakan hal ini kepadaku?"

Tanya Cio San.

"Aku pun tidak tahu cerita ini, karena sebelum pertarungan di puncak Himalaya, guru telah memerintahkanku menjalankan tugas yang lain,"

Sahut Bwee Hua sambil tak sengaja melirik Cukat Tong.

"Aku tidak tahu mengapa ia tidak menceritakan hal ini kepadamu. Mungkin ia ingin menyelidiki sendiri hal ini. Karena ini berhubungan erat dengan urusan keluarga Suma sendiri,"

Kata Bwee Hua. Cio San diam dan berpikir. Cukup lama ia diam, lalu berkata.

"Apakah Gan Siau Liong adalah putra Suma yang hilang itu?!"

Semua heran terhenyak.

"Bisa saja!"

"Latar belakangnya sangat samar-samar. Segala cerita tentang keluarganya aku yakin hanya dibuat- buat. Untuk ini memang butuh penyelidikan lebih dalam. Tetapi jika kalian menyamakan ciri-ciri Gan- siauya dangan ciri-ciri Suma Hiang Si Jubah Merah, mereka memiliki persamaan yang amat banyak. Keduanya suka memakai jubah merah. Keduanya amat sangat tampan dan dikelilingi wanita-wanita cantik. Keduanya memiliki ilmu yang sangat tinggi!"1020 Lanjutnya.

"Ingat juga pembunuhan-pembunuhan beberapa waktu yang lalu, kesemuanya mati dengan tubuh yang ditutupi jubah merah. Putra Suma yang satu ini juga melakukan pembalasan dendam. Hampir mirip seperti Suma Sun yang dulu membunuh beberapa orang yang terlibat di dalam kejadian di puncak gunung yang menewaskan kedua orangtua nya, putra Suma yang satu ini juga melakukan hal yang sama! Karena itulah Suma Sun tidak menceritakan hal ini kepadaku, karena ia khawatir jika sepupunya itu yang membunuh ayah dari Kao Ceng Lun, maka hubungan persahabatan kita akan berantakan!"

Semua orang mendengar dan membenarkan.

"Tetapi ilmunya bukan ilmu Siau Lim-pay, bagaimana mungkin seseorang yang mempelajari ilmu Siau Lim-pay bisa menggunakan ilmu yang sama sekali berbeda?"

Tanya Bwee Hua.

"Mengenai hal ini aku akan mengusutnya lebih lanjut. Kuncinya berada pada Bhiksu Siau Lim-pay yang mengasuhnya. Jika kita bisa mengetahui namanya dan menemukannya, maka kita akan bisa mengetahui rahasia yang sebenarnya dari permasalahan ini,"

Kata Cio San.1021

"Seingatku hanya satu orang dari Siau Lim-pay yang ada saat kejadian itu, namanya Hong Tang- taysu,"

Ujar Bwee Hua.

"Hmmm, bagus juga ingatanmu,"

Kata Cio San. Lama ia duduk termenung memikirkan berbagai kejadian ini, hingga Bwee Hua kemudian menegurnya.

"Kau tidak segera berangkat?"

"Mengapa kau selalu memintaku untuk segera berangkat?"

Nada suara Cio San mulai berbeda.

"Aku...,"

"Rahasia apa yang kau sembunyikan? Mengapa kau menyerahkan seluruh mustika kepadaku, padahal kau mendapatkannya dengan berusaha keras? Mengapa pula kau begitu paham perkembangan peperangan di daerah selatan? Bagaimana pula kau tahu aku mengenal Syafina, dan kau tahu ia telah tertawan?"

Cio San berdiri. Dengan mata memerah ia berjalan menuju Bwee Hua. Tampak wajah Bwee Hua memucat dan matanya berair. Sebelum Cio San mendekati Bwee Hua, sudah ada Cukat Tong yang berdiri menghalangi nya.

"Tidak ada satu orang pun yang boleh mengasari istriku,"

Katanya.1022

"Istrimu itu sudah keterlaluan! Ia berkomplot dengan para penjahat!"

Kata Cio San hampir berteriak menumpahkan kemarahan.

"Omongan bau kentut!"

Tangannya menghajar meja di sebelahnya. Meja itu hancur berkeping- keping. Tenaga dalam Cukat Tong ternyata masih sangat besar.

"Kau ingin kita berkelahi?"

Tanya Cio San.

"Aku tidak mungkin menang melawanmu. Tapi aku takkan tinggal diam melihat kau menghina istriku!"

Tukas Cukat Tong penuh amarah.

"Istrimu adalah penjahat! Dia...,"

Belum juga Cio San menyelesaikan kalimatnya Cukat Tong telah menyerangnya dengan sebuah jurus cakar yang amat sangat berbahaya.

Kuku-kukunya berubah memerah seperti darah! Cio San tahu Cukat Tong pasti akan menyerang nya, tetapi ia tidak menyangka bahwa serangan itu teramat dahsyat.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gerak-gerik si raja maling selama ini terlihat begitu lemah dan tak bertenaga, tak tahunya saat menyerang gerakannya berubah menjadi sedahsyat ini.1023 Cio San menerima serangan itu dengan tenang.

Tangan kanannya membentuk moncong naga yang terbuka lebar seperti hendak mencaplok mangsa.

Badannya malah condong ke belakang dan membiarkan cakar Cukat Tong lewat dahulu.

Baru ketika cakar itu mendekati wajahnya, tangan kanannya mencaplok siku Cukat Tong.

Gerakan tubuhnya yang condong ke belakang adalah merupakan pancingan agar Cukat Tong semakin merengsek ke depan.

Begitu tangannya berhasil menangkap siku Cukat Tong, tubuh Cio San semakin condong ke belakang.

Melihat keadaan ini, Cukat Tong terpancing untuk menendang perut Cio San, karena daerah ini adalah daerah kosong yang paling dekat dengan kakinya.

Tendangan pun ia luncurkan dengan sangat cepat.

Cio San yang sudah menduga hal ini, segera menggerakkan kakinya untuk menyongsong tendangan itu, dan bahkan menguncinya.

Dalam satu gebrakan saja, Cio San sudah mampu membelit Cukat Tong! Pertarungan ini teramat sederhananya sampai- sampai mungkin banyak orang yang tidak akan percaya ketika diceritakan.

Bagaimana mungkin petarung-petarung kelas tinggi seperti mereka bergerak sesederhana itu?1024 Perlu diketahui, dalam ilmu silat, semakin tinggi ilmu seseorang maka pergerakannya akan menjadi amat sangat sederhana.

Ia tidak memerlukan kembangan-kembangan.

Segala sesuatunya mengalir apa adanya.

Justru gerakan dasar yang dilakukan dengan tepat, cepat, dan sempurna, biasanya membawa hasil yang sempurna.

Cukat Tong kini hanya memiliki tangan kiri untuk menyerang.

Kebanyakan orang yang menggunakan tangan itu dalam posisi seperti ini.

Tetapi Cukat Tong malah melompat dan mengguna kan satu kakinya yang masih tersisa untuk menendang.

Gerakan ini adalah seperti berjudi karena dengan melompat, ia harus mengorbankan kuda- kudanya yang kokoh.

Dalam hati Cio San memuji gerakan ini.

Karena jika Cukat Tong menyerang dengan menggunakan tangan, maka dengan mudah tangan itu bisa ditangkap dan dibelitnya pula.

Cukat Tong memilih menendang ke daerah bagian bawah Cio San agar tangan Cio San tak dapat menjangkau serangan itu.

Jika Cio San menggunakan kakinya yang satu lagi untuk menghalau tendangan itu, maka ia akan kehilangan kuda-kudanya dan hal ini bisa membuatnya terpelanting ke belakang.1025 Gerakan serangan Cukat Tong pun ini terlihat begitu gampang dilakukan, tetapi untuk bisa melakukannya diperlukan kecerdasan pikiran, naluri, dan pengalaman yang teramat matang.

Cio San tetap tenang dan menerima serangan ini sambil memutar badannya.

Karena sebelah tangan dan kaki Cukat Tong terlilit oleh tangan dan kaki Cio San juga, maka serta merta tubuhnya sendiri ikut berputar.

Hal ini membuat tendangannya kehilangan tenaga yang besar sehingga Cio San dan melilit pula tendangan itu dengan kakinya.

Gerakan memutar ini membuat tubuh Cukat Tong yang gantian berada di bawah, dan tubuh Cio San yang berada di atas.

Kini Cio San memiliki tangan kiri untuk menyerang, dan Cukat Tong pun memiliki tangan kiri yang masih belum dipakainya.

Tetapi karena posisi Cio San berada di atas, maka keadaannya lebih unggul.

Kini ia berada di dalam posisi menyerang dan Cukat Tong berada di posisi bertahan! Dalam sekejap mata, Cio San berhasil mengubah pertahanan menjadi serangan hanya dengan sebuah gerakan memutar.

Dan keselurahan gerakan ini terjadi bahkan sebelum tubuh mereka menyentuh lantai akibat gerakan memutar ini.

Bisa dibayangkan begitu cepatnya mereka bergerak.1026 Cio San lalu melancarkan serangan tangan kiri.

Sebuah totokan melesat tepat di daerah bagian bawah dadanya.

Totokan ini membuat Cukat Tong langsung pingsan tak sadarkan diri.

Dengan Thay Kek Koen, Cio San membuat gerakan jatuhnya tubuh mereka berdua menjadi sangat lambat sehingga tidak menyakiti Cukat Tong yang berada di bawah.

Cio San memang sengaja menunggu Cukat Tong menyerang lebih dahulu baru ia melancarkan totokan itu.

Ini semua karena ia sendiri kagum dengan betapa cepatnya Cukat Tong bergerak, padahal sahabatnya itu sedang bukan dalam kondisi terbaiknya.

Bayangkan jika Cukat Tong berada dalam kondisi terbaik, tentu kecepatannya dapat menyamai kecepatan Cio San.

Dalam hal ini, Cio San melakukan pengamatan terlebih dahulu, baru kemudian melancarkan serangan.

Ini tanda betapa matangnya ia dalam pertarungan.

Betapa cerdik dan cerdasnya ia mengambil keputusan.

Setelah Cukat Tong tidak sadarkan diri, Cio San membuka baju sahabatnya itu dan menotok beberapa titik di punggungnya.

Tak berapa lama terlihat cairan berwarna hitam kehijau-hijauan keluar dari mulut si raja maling ini.

Cio San tidak berkata apa-apa selain memandang Bwee Hua dengan penuh kemarahan.1027 Ia tahu Cukat Tong adalah seorang sahabat yang amat setia.

Apakah mungkin jiwanya akan berubah hanya karena cintanya kepada Bwee Hua? Cemburu mungkin dapat mempengaruhi persahabatan.

Tetapi yang berlaku di dalam jiwa Cukat Tong saat ini adalah sesuatu yang timbul bukan karena cinta dan kecemburuan semata.

Cio San mencurigai satu hal tetapi ia tidak berani mengatakannya kepada Cukat Tong.

Ia yakin Bwee Hua telah memberikan sejenis obat atau masakan tertentu pada Cukat Tong yang merubah kejiwaan dan perasaannya.

Obat-obatan tertentu memang dapat mempengaruhi jiwa dan perasaan seseorang.

Tidak mungkin Cukat Tong yang dulunya begitu setia kawan, yang begitu penuh semangat dan jiwa yang berkobar, kini berubah menjadi sosok yang lunglai seperti tanpa sukma.

Seolah-olah seluruh jiwa dan tubuhnya telah menjadi milik Bwee Hua.

Selama ia belum mampu melepaskan pengaruh Bwee Hua ini, maka selamanya hidupnya akan menderita seperti ini.

Hidup namun tanpa jiwa.

"Kau pintar...,"

Kata Bwee Hua sambil tersenyum.

"Kau sengaja memancing kemarahannya1028 agar ia menyerangmu. Lalu kau menotok dan mengobatinya."

"Mengapa kau melakukan ini?"

Tanya Cio San penuh amarah.

"Jika seorang wanita ingin menguasai dunia, ia harus mampu menaklukkan suaminya. Masa kau tidak mengerti pemahaman ini?"

"Apa yang kau dapatkan saat kau telah memiliki seluruh dunia?"

Tanya Cio San heran.

"Kau!"

Cio San tak dapat berbicara lagi. Bwee Hua lah yang berbicara.

"Seorang laki-laki bodoh dapat menjadi pintar, buruk rupa kemudian menjadi tampan, miskin papa lalu menjadi kaya raya, semuanya dilakukan agar ia bisa mendapatkan perempuan yang ia mau. Mengapa seorang perempuan tidak boleh melakukannya pula?"

"Tapi kau sudah memiliki suami!"

"Perempuan yang menikahi laki-laki yang tidak dicintainya itu bagaikan butiran pasir di lautan!"

Ya, perempuan seperti ini teramat banyak. Entah apa yang ada di dalam pikiran mereka.1029

"Perempuan yang berhenti mencintai suaminya pun teramat banyak,"

Lanjut Bwee Hua.

"Menurutmu aku termasuk golongan yang mana?"

"Kau hanyalah seorang perempuan,"

Kali ini Ang Lin Hua yang berbicara.

"Apa maksudmu, nyonya Suma?"

Tanya Bwee Hua sambil menoleh kepadanya.

"Di dunia ini, mungkin hanya Cio-hongswee yang tidak menginginkanmu. Karena itu kau berusaha keras ingin menaklukannya. Mungkin di masa depan jika ia sudah takluk kepadamu, kau malahan akan menjadi bosan kepadanya,"

Kata-kata Ang Lin Hua begitu tenang tetapi menusuk dengan sangat dalam.

Memang, hanya perempuanlah yang mengerti perasaan perempuan.

Lama sekali Bwee Hua termenung.

Sepertinya kata-kata Ang Lin Hua itu telah memasuki lubuk hatinya yang paling dalam.

Siapakah orang yang paling menderita di dunia ini? Merekalah orang-orang yang tidak mengerti keinginan hatinya sendiri.

Tidak mengerti batas kebahagiaannya sendiri.

Orang-orang semacam ini tidak memiliki akhir dari pencariannya.

Sukma mereka1030 terus berkelana mencari kebahagiaan yang bahkan mereka sendiri pun tidak mengerti.

Mereka telah memiliki segala-galanya, tetapi jiwa mereka kosong dengan kebahagiaan.

Karena segala-galanya tidak pernah berarti apa-apa bagi mereka.

Sebanyak apapun yang mereka miliki, tak ada kebahagiaan sedikit pun yang mereka dapatkan.

Mungkin inilah pertentangan mendasar yang ada pada hati umat manusia.

Mereka berusaha sekuat tenaga mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi jika sudah didapatkan, semua itu terasa membosankan dan tak ada lagi tantangan.

Hal ini berlaku bagi laki-laki.

Terlabih-lebih lagi berlaku bagi perempuan.

Air mata meleleh di pipi Bwee Hua.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ang Lin Hua telah mengatakan sebuah kalimat yang betul-betul menggambarkan penderitaan batinnya.

Siapakah yang lebih menyedihkan keadaannya daripada Bwee Hua? Perempuan tercantik di dunia yang telah memiliki segalanya.

Tetapi jiwa dan batinnya kosong sehingga perempuan yang paling buruk rupa dan paling miskin di dunia ini pun jauh lebih berbahagia daripada dirinya.1031 Ang Lin Hua mendekatinya dan menggenggam tangannya.

Di saat-saat seperti ini, hanya genggaman tangan seorang sahabatlah yang paling memiliki arti di dalam kehidupan.

Nyonya muda itu menarik tangan Bwee Hua dan pergi dari situ.

Cio San hanya duduk termenung.

Ia tidak pernah membayangkan betapa menderitanya kehidupan Bwee Hua.

Orang lain hanya akan dapat mencibir dan mengutuk perbuatan Bwee Hua.

Tetapi mereka tidak pernah mampu mengerti betapa beratnya beban hidup perempuan ini.

Perempuan yang terlalu memiliki semangat dan keinginan hidup yang setinggi langit, sampai-sampai ia sendiri tak tahu lagi bagaimana kembali turun ke bumi.

Akhirnya Cio San memutuskan untuk melanjutkan merawat Cukat Tong.

Dikerahkannya tenaga saktinya untuk membersihkan seluruh aliran darah Cukat Tong.

Dibutuhkan waktu berjam-jam agar seluruh aliran darah dan organnya bersih seluruhnya.

Ditambah lagi dengan tenaga dalam Cukat Tong yang teramat tinggi sehingga pemulihannya berjalan dengan sangat cepat.

Setelah itu, ia memasukkan selembar Anggrek Tengah Malam ke mulut Cukat Tong.1032 Hanya itu selembar anggrek yang tersisa di muka bumi ini.

Anggrek yang benar-benar ia butuhkan untuk menyembuhkan sakit dari mantan kekasihnya, Khu Ling Ling.

Tetapi dengan tanpa ragu, ia memberi kan anggrek itu kepada sahabatnya.

Membersihkan racun adalah perkara yang mudah, akan tetapi membersihkan pikiran dan perasaan adalah sesuatu yang teramat sulit.

Karena hal inilah yang menjadi penyebab seluruh perubahan Cukat Tong.

Sebagai lelaki yang normal, ia pastilah memiliki perasaan cemburu.

Jika Bwee Hua selalu sengaja memancingnya untuk terus cemburu, ditambah lagi dengan racun yang ia berikan, jiwa Cukat Tong amat sulit untuk disembuhkan.

Tak ada seorang pun yang sanggup menyembuhkannya kecuali dirinya sendiri.

Cio San hanya bisa berharap dan berharap.

Ia telah melakukan semua hal yang bisa ia lakukan.

Semuanya tergantung pada kekuatan hati Cukat Tong.

Selama berhari-hari Cio San menemani Cukat Tong yang berangsur-angsur sadar.

Sambil ia terus melakukan pengobatan kepada Suma Sun.

Ang Lin Hua pun terus menemani Bwee Hua yang selama ini hanya bisa diam membisu.

Ketika suatu hari Cukat1033 Tong benar-benar pulih, ketiga orang itu sedang duduk saling diam.

"Hua-ji333...,"

Itu kata-kata pertama yang keluar dari mulut Cukat Tong saat ia akhirnya membuka matanya. Bwee Hua bergegas mendekatinya dan menggenggam tangannya. Katanya sambil tersenyum manis.

"Iya sayang, aku di sini."

Cukat Tong tersenyum lega.

"Tong-heng334 sudah sadar. Sepertinya hal ini harus kita rayakan.

"

Kata Ang Lin Hua. Cio San berada sedikit jauh dari tempat Cukat Tong berbaring. Ia tidak berani mendekati sahabatnya itu. Selama ini ia tidak pernah takut atau khawatir. Baru kali ini ia mengalaminya. Karena rasa persahabatannya yang begitu tinggi.

"San-ko335, mengapa tidak segera kesini melihat keadaan saudaramu ini?"

Kata Bwee Hua. Pandangan Cukat Tong dan Cio San saling beradu. 333 Hua sayang 334 Kakak Tong 335 Kakak San1034

"Kau masih di sini? Kenapa tidak segera pergi?"

Tanya Cukat Tong dengan amat dingin. Mendengar hal ini, darah di dalam tubuh Cio San seolah-olah membeku.

"Baik, kau sudah siuman. Aku segera pergi,"

Kata Cio San.

Segala jerih payahnya selama ini ternyata sia-sia.

Jadi, jika tidak segera pergi, memangnya apa yang bisa ia lakukan? Ia berdiri dan beranjak.

Dalam beberapa hari ini ia telah menyiapkan dirinya untuk menerima kenyataan ini.

Tetapi saat kenyataan itu benar-benar terjadi, ia tidak mampu menahan kesedihan hatinya.

Dengan mata berkaca-kaca ia berkata.

"Tolong jagalah Suma Sun untukku. Bantulah pengobatannya. Aku telah mengajarkannya kepada kalian semua."

Lalu ia mengucapkan selamat tinggal dan pergi dari situ.

Langkahnya teramat berat.

Padahal permasalahan yang menantinya di depan sana sudah teramat berat.

Baru kali ini ia mengalami penderitaan yang sedemikian berat.

Dulu ia pernah terluka karena cinta tapi perihnya tidak pernah seperih ini.1035 Ketika kakinya tepat berada di luar pintu, terdengar suara Cukat Tong dari dalam.

"Saat kau pulang nanti, jangan lupa bawakan arak untukku!"

Cio San menoleh dan tersenyum.

Ia hanya bisa tersenyum.

Betapa cepatnya sebuah beban kehidupan bisa terangkat dari dalam batin manusia hanya karena sebuah kalimat.

Kalimat seorang sahabat!1036 BAB 45 PERTARUNGAN DI ATAP BENTENG Kini ia melangkah dengan ringan.

Segala beban sudah terangkat dari jiwanya.

Ia saat ini telah menjadi dirinya kembali.

Penderitaan dapat merubah hidup seseorang.

Itulah gunanya penderitaan, agar seseorang mengerti arti kehidupan.

Menghargai seberapa pun yang ia dapat, menghargai siapa pun yang ia punya, menghargai setiap detik di dalam usianya.

Wajahnya jauh lebih terang, pandangan matanya jauh lebih mencorong.

Inilah Cio-hongswee! Inilah sang jenderal Phoenix! Langkah pertama yang ingin dilakukannya adalah mencari Gan Siau Liong dan menanyakan segala rahasia ini.

Apa benar ia adalah putra keluarga Suma? Apa benar ia berada di balik pembunuhan- pembunuhan ini? Cio San telah berada di luar hutan tempat Istana Ular terletak.

Sebuah sungai besar mengelilingi hutan itu.1037 Dari kejauhan terlihat sebuah kapal mendekat.

Bendera kapal itu berwarna merah.

Kapal milik Gan Siau Liong! Kadang-kadang beberapa hal terjadi dengan amat sangat kebetulan.

Ia tak perlu mencari pemuda tampan itu, justru pemuda itu lah yang datang mencarinya.

Cio San menunggu hingga kapal itu mendekat.

Yang muncul ternyata seorang wanita cantik, anak buah Gan Siau Liong.

"Ah...akhirnya bertemu juga dengan Hongswee. Kami sudah lama sekali mencari tuan,"

Kata wanita itu.

"Mencariku?"

Kata Cio San dalam hati. Pikirannya segera bekerja dengan cepat. Ia lalu bertanya.

"Ada apa dengan tuanmu?"

"Sungguh benar kata orang-orang. Tidak ada sesuatu pun yang bisa disembunyikan dari Cio- hongswee. Harap hongswee sudi naik ke atas kapal kami,"

Kata wanita itu.

Dengan satu kali lentingan Cio San sudah mendarat dengan sangat lembut di atas kapal itu.

Ada beberapa orang wanita di sana.

Kesemuanya cantik- cantik.

Enak betul hidup Gan Siau Liong dikelilingi wanita-wanita seperti ini.

Cio San justru merasa ngeri di dalam hatinya.

Mengurusi satu orang perempuan1038 saja, seorang laki-laki sudah hampir pecah kepalanya.

Apalagi yang sebanyak ini? Tapi di luaran, wajahnya tetap tersenyum dengan tenang.

"Salam,"

Kata gadis-gadis ini sambil menjura penuh hormat.

"Salam,"

Balas Cio San pula.

"Mari masuk, hongswe,"
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kata si nona yang tadi berbicara kepadanya. Begitu mereka masuk dan duduk di sebuah ruangan, arak dan makanan enak sudah dihidangkan. Cekatan sekali nona-nona ini.

"Sebaiknya kami tidak bertele-tele dan langsung saja ke pokok persoalan. Kita bisa berbicara sambil menikmati hidangan, jika hongswee tidak berkeberatan,"

Ujar si nona.

"Bagaimana jika dimulai dengan memperkenal kan diri dulu, siocia336 ? Aku belum mengenal nama- nama kalian,"

Kata Cio San sambil tersenyum.

"Aih, benar. Sungguh tidak sopan. Maafkan kami, hongswee. Tapi keadaan benar-benar meng- khawatirkan, sehingga kami lupa sopan santun. nona1039 Perkenalkan nama saya Sim-ji. Ini adik-adikku, Lu-ji, Soy-ji, Tan-ji, Tin-ji, dan Yu-ji."

Semua nama berakhiran ?Ji?. Dalam budaya Tionggoan, ?Ji? adalah nama panggilan untuk orang kesayangan. Bisa untuk anak, adik, kekasih, atau istri.

"Salam kenal, namaku Cio San. Nona-nona sekalian bisa memanggilku San-ko337. Tidak perlu sungkan dengan menggunakan sebutan yang aneh- aneh,"

Tukas Cio San sambil tertawa.

"Ada yang bisa kubantu?"

Sambil berkata begitu tangannya sudah menuangkan arak ke dalam mulut.

"Setelah keluar dari Istana Kaisar, Cujin338 kami kemudian pergi ke gunung Himalaya,"

Kisah Sim-ji. Lanjutnya.

"Menurut kabar yang ia kirimkan, Cujin kami ingin mencari sebuah pedang."

Pedang? "Tetapi menurut perhitungan kami, dibutuhkan 6 bulan perjalanan pulang pergi.

Tetapi sudah lewat 9 bulan, kami tidak mendengar kabar darinya.

Kami khawatir jika sesuatu terjadi padanya.

Apalagi keadaan dunia persilatan kini sedang genting.

337 Kakak San 338 majikan1040 Bengcu339 dibutuhkan untuk mengatasi perpecahan dan keadaan yang sudah mulai kacau balau ini.

Tetapi sampai sekarang ia belum muncul juga, kami khawatir jika sesuatu terjadi padanya...,"

Sim-ji tidak melanjut kan kata-katanya.

Mengapa semua ini terjadi bersamaan? Pembunuhan tokoh-tokoh penting, pemberontakan di selatan, perpecahan di kalangan Bulim340, dan ketua kalangan persilatan yang tahu-tahu menghilang.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Cio San berkata.

"Semua kejadian ini saling berkaitan dan berhubungan erat dengan majikan kalian. Jika aku boleh lancang, bolehkah aku bertanya latar belakang nya? Siapa nama sebenarnya, orang tuanya, kediaman nya yang sebenarnya."

Sam-ji terheran. Katanya.

"San-ko341 tidak tahu? Keluarga Cujin kami adalah keluarga Gan yang kaya raya. Mereka tidak punya tempat tinggal tetap. Kemana-mana selalu meninggalkan budi...," 339 ketua 340 Kalangan persilatan 341 Kakak San1041

"Cerita ini sih aku sudah dengar. Yang ingin ku ketahui adalah latar belakang kehidupannya yang sebenarnya,"

Sahut Cio San.

"San-ko mengira Cujin kami memiliki kehidupan rahasia? Tidak sama sekali. Kami semua sedari kecil di asuh menjadi pelayan di keluarganya. Jika San-ko tidak percaya, kami bisa mengantarkan San-ko bertemu dengan kedua orang tuanya,"

Jelas Sam-ji yang disambut anggukan oleh nona-nona yang lain. Cio San telah mempelajari ilmu mengenal bahasa tubuh, dan ia bisa memastikan bahwa nona- nona ini berkata dengan jujur.

"Di mana tuan dan nyonya Gan tinggal? Jika tidak terlalu jauh mungkin aku bisa berkunjung untuk berkenalan,"

Tukas Cio San.

"Kedua lo-cujin342 berada di kapal ini. Mereka memang ingin bertemu dengan engkau pula, San-ko,"

Kata Sim-ji.

"Mari ku antarkan."

"Ah kebetulan sekali!"

Sim-ji mengantarkan Cio San turun ke geladak kapal bagian dalam.

Sebuah ruangan yang pintunya mewah sekali.

Setelah mengetuk dan dipersilahkan 342 Majikan tua1042 masuk, Sim-ji membukakan pintu dan mempersilah kan Cio San masuk.

Nona itu sendiri pun mengundur kan diri dan kembali ke atas.

"Salam, tuan dan nyonya Gan,"

Kata Cio San sambil menjura memberi hormat. Kedua orang mengangguk dan menjura pula. Mereka memandang Cio San sambil tersenyum senang, dan mempersilahkannya duduk di hadapan mereka.

"Akhirnya kami bertemu lagi dengan Cio- hongswee sejak kejadian di puncak Thai-san,"

Kata Gan-ongya343.

"Dalam kejadian itu kan kita tidak bertemu langsung, sayang. Baru kali ini kita bertemu langsung,"

Tukas Gan-hujin344 meralat perkataan suaminya. Cio San tersenyum saja memandang kemesraan pasangan yang sudah setengah baya itu.

"Senang berjumpa kembali,"

Katanya.

"Melihat kegagahan angkatan muda jaman sekarang, rasa-rasanya kita yang tua ini dapat berlega hati untuk mundur dan menikmati hidup,"

Ujar Gan-ongya. 343 Tuan besar Gan 344 Nyonya Gan1043

"Haha, selama ini kau tidak pernah turun gelanggang, masa mau mengaku mengundurkan diri pula?"

Tawa Gan-hujin dengan renyah.

Meskipun tua, kedua orang ini tidak kehilangan kegagahan dan kecantikan masa muda mereka.

Ada keagungan dan keindahan tersendiri saat menatap mereka.

Setelah berbasa-basi sebentar, mereka kemudian sampai kepada pokok persoalan.

"Seperti yang telah diceritakan Sim-ji, Siau Liong pergi mencari pedang ke Himalaya. Bukan pedang biasa, melainkan pedang milik pendekar besar Suma Hiang,"

Kata Gan-ongya.

"Anak itu memang keterlaluan, sudah kubilang tidak perlu mencari kesusahan pergi ke Himalaya. Ia masih nekat saja berangkat mencari pedang milik Hiang-ko itu,"

Sela nyonya Gan.

"Anak muda memang suka penasaran,"

Kata Gan-ongya.

"Kini kami menjadi susah karena sudah selama ini ia masih belum pulang. Jadi dengan tidak tahu malu, kami ingin meminta pertolongan Cio- hongswee untuk mencari-cari tahu kabarnya,"

Ujar majikan separuh baya itu.1044

"Tentu saja, tuan dan nyonya,"

Kata Cio San.

"Tetapi permasalahannya, cayhe345 harus pula pergi ke selatan untuk menyelamatkan seorang sahabat cayhe yang tertawan. Jika sudah selesai, cayhe akan segera mencari kabar tentang Gan-bengcu346."

"Tidak apa-apa. Anak itu bukan anak yang lemah. Aku hanya khawatir jika ia mengalami kesulitan dan membutuhkan pertolongan. Eh, Cio-hongswee mau pergi ke selatan dengan menumpang apa?"

Tanya Gan-ongya.

"Sesungguhnya cayhe masih belum tahu,"

Tawa Cio San.

"Oh, baiklah. Mari kami antarkan engkau ke sana. Kapal ini sangat cepat. Dalam 10 hari kita bisa sampai ke selatan."

"Terima kasih banyak, tuan dan nyonya,"

Satu hal yang Cio San ketahui dari percakapan ini adalah bahwa ia kini yakin Gan Siao Liong adalah putra Suma yang hilang itu.

Gan-hujin tadi menyebut Suma Hiang dengan sebutan Hiang-ko347.

Sebuah sebutan yang sangat akrab, padahal tadi tuan Gan saya 346 Ketua Gan 347 Kakak Hiang1045 menyebutnya dengan sebutan Suma Hiang-tayhiap348.

Hal ini saja sudah menjadi tanda bagi Cio San.

Perempuan memang tidak suka berterus terang.

Jika mereka ingin mengatakan sesuatu, mereka akan mengatakannya melalui tanda-tanda dan bahasa yang berbeda.

Cio San sudah sangat paham dengan hal ini.

Ia memang merasa sungkan untuk mengorek rahasia pribadi seseorang, atau mengorek rahasia keluarga.

Apalagi yang berhubungan dengan anak angkat atau semacamnya.

Tetapi untuk memastikan, ia menanyakan sebuah hal yang penting yang tentunya dengan maksud tertentu.

"Apakah tuan dan nyonya mengenal Hong Tang- taysu dari Siau Lim Pay?"

"Oh, tentu saja. Aku pernah bertemu beberapa kali dengan beliau. Aku bahkan pernah menerima satu-dua petunjuk tentang ilmu silat dari beliau. Sayangnya beliau pergi mengasingkan diri dan sampai sekarang tidak pernah terdengar lagi kabarnya,"

Jawab Gan-ongya.

348 Pendekar besar Suma Hiang1046 Tanda-tanda dari kalimat yang mengandung rahasia.

Kedua orang ini tentu saja tidak akan bebas bercerita bahwa Gan Siau Liong adalah anak angkat mereka yang mereka terima dari Hong Tang-taysu.

Tetapi semua sudah jelas dengan jawaban ini.

Tidak terbayang betapa leganya Cio San mendengar jawaban itu.

*** Perjalanan ke selatan memang memakan waktu lebih cepat dengan menggunakan kapal ini.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rupanya kapal ini sejenis kapal penjelajah yang dirancang sangat mewah.

Sepanjang perjalanan mereka singgah di beberapa kota untuk membeli perbekalan dan lain- lain.

Mereka juga mencari-cari kabar perkembangan peperangan di sana.

Pasukan pemberontak sudah mulai merengsek masuk masuk ke daerah kekuasaan kekaisaran Beng.

Hanya benteng tempat pangeran Cu berdiam lah yang masih kokoh bertahan.

Benteng-benteng lain sudah berhasil direbut seluruhnya oleh pasukan pemberontak.

Setidaknya kenyataan ini masih1047 membuat Cio San merasa lega.

Yang perlu ia khawatirkan hanyalah keselamatan Syafina.

Akhirnya di tengah malam di hari yang ke 10, sampai lah mereka di pelabuhan sebuah kota di Selatan.

Pelabuhan itu dijaga ketat ratusan tentara.

Bahkan mereka sempat dicegat di tengah laut oleh tentara laut kekaisaran Beng.

Setelah Cio San menunjukkan Lencana Naga, mereka baru mendapat sambutan yang penuh hormat dan dipersilahkan berlabuh.

Hanya Cio San yang turun sedangkan seluruh penumpang kapal yang lain memilih menunggu di kapal.

Tuan Gan sempat menawarkan mengirimkan beberapa orang anak buahnya untuk menemani Cio San, tetapi ditolak secara halus oleh pemuda itu.

Setelah sampai di darat, ia lalu menemui pemimpin pasukan penjaga di pelabuhan itu.

Ia menanyakan berbagai hal yang berhubungan dengan peperangan dan lain-lain.

Ia juga memastikan bahwa Syafina memang benar-benar tertawan.

Pemimpin pasukan itu bercerita bahwa Syafina tertangkap saat ia ikut bertempur bersama tentara kekaisaran.

Cio San kemudian meminjam kuda dari pasukan kekaisaran dan segera berangkat masuk ke dalam daerah kekuasaan musuh.

Ia pergi dengan membawa perbekalan secukupnya serta sebuah peta yang1048 menunjukkan lokasi-lokasi yang telah dikuasai musuh.

Cio San memilih lokasi yang pertahanannya paling kuat dan yang paling banyak pasukan musuh yang berada di sana.

Baginya, semakin kuat pertahanan di sana, semakin berharga pula apa yang mereka pertahankan di sana.

Tujuannya kali ini cuma satu.

Menyelamatkan Syafina sambil membuat kerusakan di daerah itu sejauh yang ia bisa.

Benteng pertahanan musuh itu ternyata adalah sebuah benteng milik kekaisaran yang berhasil direbut pasukan pemberontak.

Cio San sudah turun dari kudanya dan melepas kuda itu pergi.

Kini ia sepenuhnya telah mulai memasuki daerah kekuasaan musuh.

Malam mulai menjelang subuh, dan ia harus bergerak cepat sebelum terang tanah.

Ia menyusup di dalam kegelapan malam.

Begitu hati-hati ia melangkah dan mencoba mengitari benteng itu.

Banyak sekali penjaga yang berada di dalam dan di luar benteng.

Cio San yakin, hanya dengan mengandalkan ginkangnya yang sangat tinggi itu, ia baru dapat lolos dari penjagaan para tentara musuh yang amat sangat ketat.

Pemuda tampan yang sakti itu bergerak seringan angin, secepat kilat.

Apabila ada orang yang1049 melihat pergerakannya, tentu mereka mengira ia bergerak dengan seenaknya saja.

Tak akan ada yang menyangka bahwa pergerakan itu dilakukannya dengan perhituangan yang amat sangat matang.

Terlambat sedikit saja ia akan ketahuan.

Tak mudah baginya untuk dapat lolos dengan mudah.

Ia harus benar-benar menggunakan pemikiran dan kecepatannya.

Di malam dingin di musim gugur, tubuhnya berkeringat dengan deras.

Penyusupan ini baginya jauh lebih sulit dari pertarungan manapun.

Akhirnya dengan upaya yang sangat keras dan hati-hati, berhasil lah ia memasuki benteng yang sangat berbahaya itu.

Ia melayang dan mendarat dengan ringan di ranting kecil sebuah pohon.

Ranting kecil itu bahkan tidak bergerak saat menerima tubuhnya.

Entah seberapa tinggi ilmu ginkang349, tak ada seorang pun yang dapat mengukurnya.

Di atas pohon ada seorang penjaga, Cio San sudah tahu itu.

Karenanya ia mendarat tepat di belakang penjaga itu tanpa diketahui sama sekali.

Dengan sebuah totokan kecil, ia berhasil melumpuhkan si penjaga.

Dari balik rerimbunan pohon, ia mengamati suasana sekali lagi.

349 Meringankan tubuh1050 Semua harus cermat, cepat, dan tepat.

Perhitungan harus matang dan tak boleh salah seujung kuku pun.

Setelah mempelajari semuanya, dengan keyakinan yang tinggi, ia melayang sekali lagi.

Tanpa suara, dan tanpa beban.

Dalam sekedip mata, ia telah mendarat di atap benteng.

Bagian atap ini, adalah bagian yang paling tertutup dari bagian atap lainnya.

Karena ada sebuah bendera besar milik tentara musuh.

Dengan berlindung di balik bendera itu, ia bisa berdiam di sana tanpa ketahuan.

Ada 10 orang penjaga di atas atap itu.

Satu orang berada dekat dengan tempat ia bersembunyi.

Cio San bergerak, penjaga itu pun tertotok dengan mudahnya.

Ia berdiri mematung kaku karena totokan Cio San.

Setelah menotok, ia langsung bergerak tanpa memperdulikan penjaga itu.

Ia yakin benar bahwa penjaga itu sudah berhasil dilumpuhkan.

Ia memang selalu yakin dengan kemampuannya sendiri.

Kini ia meluncur dengan rendah, dadanya bahkan hampir menyentuh atap.

Ia seolah-olah terbang menyusuri atap itu bagaikan seekor burung walet yang melayang ringan.

Sekali lagi, satu penjaga berhasil di lumpuhkan.

Tidak sampai 2 detik,1051 kesepuluh penjaga di atas atap itu berhasil ia lumpuhkan dengan cara yang sama.

Ketika ia hendak bergerak turun, telinganya mendengar sebuah suara.

"Apakah aku berhadapan dengan Cio-hongswee yang terkenal itu?"

Cio San menengok.

Orang yang mampu bergerak di belakangnya tanpa ia ketahui sama sekali, hanyalah Suma Sun.

Tetapi orang yang di hadapannya ini mampu melakukannya! Ia mengenal orang ini.

Wajahnya keras dan kasar.

Pandangan matanya tajam.

Ia memakai baju khas suku Uyghur.

Seorang pendekar terbaik dari suku-nya.

Bernama Ma Lu Si.

Tentu Cio San mengenalnya, karena ketenaran ilmu Tapak Besi ini sudah terdengar ke seluruh dunia.

Tentu pula Cio San mengenalnya, karena orang suku Uyghur yang mampu menangkap basah dirinya memang cuma Ma Lu Si.

"Ah, Ma-enghiong350. Salam,"

Kata Cio San.

"Kau mengenalku?"

Tanya Ma Lu Si. 350 Kesatria Ma1052

"Jika Ma-enghiong sudah mau mengenalku, masa kah cayhe351 berani tidak mengenal Ma- enghiong?"

Tukas Cio San sopan.

"Bagus. Melihat cara engkau bergerak, aku sudah tahu siapa dirimu. Aku memang menantikan kesempatan untuk bertarung denganmu!"

Kata Ma Lu Si.

"Apakah tempat ini leluasa bagi Cio-hongswee? Jika tidak, kita bisa pindah ke tempat yang lebih tenang."

Dalam hati Cio San mengakui sifat satria pendekar ini.

Ia tidak segera berteriak memanggil para penjaga, malahan memberinya kesempatan untuk memilih tempat yang sepi untuk bertarung.

Orang- orang suku Uyghur memang terkenal dengan sifatnya yang ksatria.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pantas saja mereka berhasil menakluk kan beribu-ribu pasukan kekaisaran Beng.

"Di sini saja sudah cukup, Ma-enghiong,"

Ujar Cio San.

Ia lalu membuka kuda-kuda.

Pertarungan dua ksatria kelas tertinggi memang tidak membutuhkan basa basi.

Ma Lu Si sedikit kaget melihat kuda-kuda Cio San yang begitu santai, tetapi wajah ksatria Uyghur itu tetap keras dan tenang.

Ia pun memasang kuda-kuda.

351 aku1053

"Lihat serangan!"

Ma Lu Si bergerak.

Ilmu Tiat Ciang (Tapak Besi) nya yang tersohor, memang bukan nama kosong.

Sekali bergerak, hawa pukulannya berdesing dan terdengar berat.

Dengan pukulan seperti itu, ia dapat menghancurkan batu karang sebesar 2 ekor sapi dengan sekali pukul.

Cio San menerima pukulan itu dengan Thay Kek Koen352.

Melawan keras dengan lunak.

Ia memutar jari-jarinya ke depan, dan menyambut kepalan Ma Lu Si.

Betapa dahsyat kekuatan kepalan itu sehingga dada Cio San bergetar saat menerimanya.

Tetapi ia cukup cerdas untuk tidak berada tangan.

Begitu kedua tangan mereka bersentuhan, Cio San segera mengalirkan tenaga lembut ke telapaknya dan kemudian melakukan gerakan memutar.

Biasanya, gerakan ini akan berhasil membuat arah pukulan lawan berbelok, dan memberi ruang kosong bagi Cio San untuk menyerang.

Tapi kali ini Thay Kek Koen gagal! Pukulan itu tetap menghujam lurus ke wajahnya dengan amat cepat.

Melihat ini Cio San segera memutar kepala agar pukulan ini lewat di 352 Tai Chi1054 hadapannya.

Tak tahunya, kepalan besi itu pun berubah arah dalam seketika dan menghajar dadanya! Duaaaaar!!!!!! Tubuh Cio San terhempas ke belakang dan melayang dengan deras menuju tembok batu di atas atap.

Untung dengan sedikit lentingan ujung kaki, tubuhnya telah berubah arah ke atas.

Dengan berjumpalitan, ia telah berhasil mendarat di tembok atap dengan ringan.

Ma Lu Si tersenyum puas, katanya "Jika orang lain, tentu sudah mampus menerima pukulanku.

Kau orang pertama yang selamat."

Cio San tersenyum dengan tenang.

Di dalam dadanya, tenaga pukulan Ma Lu Si hampir saja menghancurkan seluruh isi dadanya.

Untunglah tenaga sakti Thay Kek Koen masih melindunginya.

Meskipun jurus tangkisan Thay Kek Koen masih dapat ditembus oleh pukulan Ma Lu Si, tetapi saja tenaga pemuda Uyghur itu tak akan mampu menembus pusaran tenaga dalam Thay Kek Koen yang berada di dalam tubuh Cio San.

"Serangan hebat!"

Pujinya.1055 Gebrakan mereka berdua telah menimbulkan suara yang amat sangat besar sehingga para tentara mulai berdatangan.

Melihat seorang laki-laki asing sedang berhadapan dengan ksatria kebanggan mereka, tentu saja mereka merasa tenang.

Tidak ada satu pun orang yang pernah keluar hidup-hidup saat bertarung dengan Ma Lu Si, satria kebanggaan Uyghur! Bahkan kini para pendekar yang berada di pihak lawan pun sudah mulai berdatangan.

Ini adalah sebuah tontonan yang menarik, yang mungkin hanya bisa disaksikan 100 tahun sekali! Ma Lu Si merasa berada di atas angin.

Semangatnya berkobar-kobar.

Jurus keduanya datang lebih cepat dan lebih mematikan.

Kali ini kedua tangannya menyerang bergantian.

Dalam sekejap mata, sudah ada tujuh pukulan yang ia lancarkan bertubi-tubi.

Cio San kali ini hanya bisa mengandalkan ginkangnya.

Ilmu meringankan tubuhnya hanya lebih tinggi sedikit daripada Ma Lu Si.

Malahan mungkin tidak sampai setengah lebih tinggi.

Tetapi perbedaan yang sedikit ini, sudah mampu menyelamatkan Cio San dari gempuran Ma Lu Si.1056 Melihat Cio San hanya bisa menghindar dan tak mampu membalas, para prajurit sudah bersorak sorai dengan senang.

Sudah lewat 10 jurus, Cio San tidak mampu membalas sama sekali.

Tinggal menunggu waktu saja saat pukulan itu mencapai sasaran dan ia akan segera terpukul mati.

Memasuki jurus ke 17, serangan Ma Lu Si semakin menjadi-jadi.

Cio San pun sudah mulai keserempet pukulan-pukulan pemuda Uyghur itu.

Ia tidak mungkin dapat memenangkan pertarungan hanya dengan menghindar saja.

Ia tidak mungkin menggunakan ilmu Menghisap Matahari, karena kedahsyatan kekuatan pukulan Ma Lu Si yang terhisap, bisa menyerang balik dirinya.

Inilah kelemahan dari ilmu Menghisap Matahari.

Kini Cio San hanya bisa mengandalkan ginkang dan Thay Kek Koen untuk menghindar dan menghilangkan sedikit pengaruh kekuatan pukulan Ma Lu Si.

Jurus ke 20, sebuah pukulan dari serangan yang bertubi-tubi mengenai sasarannya.

Perut Cio San terasa bergetar dan ia hampir saja memuntahkan seluruh isi perutnya.

Thay Kek Koen berhasil melindunginya lagi kali ini, tetapi jika ini berlangsung terus-menerus, getaran pukulan itu pada akhirnya akan mampu melukai dan melumpuhkannya.1057 Kekuatan pukulan Tapak Besi milik Ma Lu Si ini memang sedikit aneh.

Tidak bisa dibelokkan dan tidak bisa dipunahkan.

Rupanya pusaran kekuatan pukulan itu telah diatur sedemikian rupa sehingga amat sulit untuk dibuyarkan! Darah menetes keluar dari mulut Cio San.

Ia hanya mampu menghindar, namun tak lama lagi, kecepatannya akan berkurang jika terlalu serang menerima getaran pukulan Ma Lu Si.

Jurus ke 25 datang dengan membabi buta.

Posisi Cio San sudah terjepit.

Ia berada di ujung atap.

Jika mundur ia akan terjatuh ke bawah dan akan disambut serangan ratusan prajurit.

Untuk maju ke depan pun tidak mungkin karena kedua kepalan Ma Lu Si telah mencecarnya.

Tak ada tempat lagi.

Hanya ujung kakinya saja yang masih menempel di ujung atap.

Tak ada kuda- kuda yang mampu menopangnya dan memberiknya kekuatan untuk menahan serangan ini.

Cio San memiringkan tubuhnya ke belakang dengan cepat.

Ia seolah-olah jatuh ke belakang.

Ujung kaki kanannya masih menjadi poros tubuhnya ia berfungsi seperti kait yang menahan agar tubuhnya tidak terjatuh.

Serangan pukulan Ma Lu Si sudah ia1058 hentikan karena ia menganggap Cio San telah terjatuh ke bawah.

Inilah kesalahan terbesarnya.

Ia mudah puas, dan merasa telah menang.

Melihat Cio San yang tak dapat membalas dan telah terluka, ia berpikir dirinya telah menang.

Apalagi melihat tubuh Cio San yang terjatuh ke bawah.

Kaki kiri Cio San secara aneh telah mengait kaki Ma Lu Si.

Jurus ular derik yang ia pelajari di dasar goa, telah ia pindahkan dari tangan ke kaki.

Kini kakinya mengeluarkan getaran bagaikan getaran ekor ular derik.

Kaki itu lalu mengait dan melibat kaki Ma Lu Si.

Harap diketahui, ketika seseorang mengumpul kan tenaga besar untuk melepaskan pukulan, dan pukulan itu sudah terlepaskan, maka ada waktu sepersekian detik ketika tubuhnya kosong oleh kekuatan.

Karena kekuatan itu telah terlepaskan seluruhnya.

Ditambah dengan keyakinan dirinya yang terlalu besar, Ma Lu Si tidak menyangka bahwa kaki Cio San akan mampu membelitnya dan menghilang kan kekuatan kuda-kudanya.

Begitu kuda-kudanya hilang, kekuatan pukulannya pun tidak mampu terkumpul secara sempurna.

Saat ia melancarkan serangan dan1059 memukul Cio San agar dapat terlepas dari belitan itu, kekuatan pukulannya sudah menghilang separuhnya.

Walaupun yang separuh itu bisa dapat menghancur kan bebatuan besar menjadi debu, pusaran kekuatan itu tidaklah sesempurna pukulan-pukulannya yang sebelumnya.

Karena itu Cio San dapat menerima pukulan itu dengan kakinya dan ia segera menggunakan jurus Thay Kek Koen untuk merubah arah pukulan-pukulan itu.

Dengan amat sangat cepat, kaki kanannya ia lepaskan dari ujung atap, karena kaki kirinya kini telah membelit di kaki Ma Lu Si sehingga ia tak akan terjatuh.

Lalu dengan gerakan yang indah dan gemulai, kaki kanan itu menyapu seluruh pukulan Ma Lu Si dan merubah arahnya.

Duaaaarrr!!! Duaaaarrrr!!! Pukulan kedua kepalan Ma Lu Si kini menghantam wajah dan dadanya sendiri.

Cio San bergerak lagi dengan sangat cepat, memanfaatkan waktu sepersekian detik di mana Ma Lu Si terhantam pukulannya sendiri.

Jenderal Phoenix itu memutar tubahnya bagai pusaran topan badai dan melancarkan sebuah tendangan memutar yang masuk tepat di ulu hati Ma Lu Si.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tendangan itu bagaikan sebuah bor yang1060 terus merengsek masuk memanfaatkan tenaga dorongan pukulan yang tadi di lancarkan Ma Lu Si sendiri.

Dengan satu kali gerakan, Cio San telah mampu menangkis pukulan Ma Lu Si, membelokkan arahnya sehingga kesatria itu memukul dirinya sendiri, dan memanfaat tenaga serangan Ma Lu Si itu untuk memutar tubuhnya dan menghujamkan sebuah tendangan yang amat dahsyat! Tubuh Ma Lu Si terhempas dengan sangat dahsyat ke belakang.

Tangan Cio San menotol ujung atap dan dalam sekejap mata, ia telah berhasil menyusul luncuran tubuh Ma Lu Si.

Lalu dengan sedikit gerakan ringan, telapaknya memutar ujung kaki Ma Lu Si.

Gerakan ini telah menyelamatkan hidup ksatria muda itu.

Jika tidak, arus tenaga tendangan Cio San akan menghancurkan isi perutnya.

Dengan Thay Kek Koen, Cio San memutar tubuh Ma Lu Si, agar perputarannya tidak berlawanan dengan perputaran arus tenaga tendangan tadi.

"Hueeeeekkkkkkk!"

Kesatria muda dari suku Uyghur itu memuntahkan darah segar. Untung saja ia tidak sampai mati. Jiwanya terselamatkan, tetapi1061 membutuhkan waktu yang lama agar ia bisa segera pulih.

"Serang! Serang!"

Terdengar suara para prajurit menggelegar. Begitu melihat jagoan mereka terkapar, segera mereka memuntahkan ratusan anak panah ke arah tubuh Cio San.

"Hati-hati panah kalian, tubuh tuan Ma Lu Si bisa terkena panah kalian,"

Seru Cio San.

Di dalam suasana seperti itu, ia masih memikirkan nasib musuhnya.

Ia lalu mengangkat tubuh itu dan melayang ke bawah.

Melihat jagoan mereka masih hidup, mau tidak mau mereka menghentikan serangan panah mereka.

Mata Cio San menyapu daerah yang kini sudah dipenuhi oleh para tentara itu.

Matanya tertumbuk pada seorang Lama yang dulu pernah bergebrak dengannya.

Katanya.

"Tuan, harap terima Ma- enghiong dan tolong alirkan tenaga dalam untuknya,"

Kata Cio San.

Dulu juga Cio San pernah menolong sang Lama, ketika Lama itu terluka oleh serangan Cio San.

Terhadap lawan-lawannya, Cio San memang selalu berlaku penuh kasih.1062 Para tentara ini yang sebagian besar terdiri dari suku Miao dan Uyghur, yang melihat Cio San memperlakukan jagoan kebanggan mereka penuh hormat, kini menjadi salah tingkah.

Mereka bingung apakah harus menyerang atau memberi hormat.

Bahkan sebagian malah ada yang memberi pujian.

Suku Miao dan Uyghur memang selalu mengedepankan rasa kesatria.

Cio San sangat tahu hal ini, makanya ia benar-benar memanfaatkannya.

"Siapa namamu?"

Suara ini terdengar sangat berwibawa. Cio San menoleh, ia sudah mengenal siapa orangnya. Sang raja suku Miao, yang memimpin pemberontakan melawan kaisar Beng.

"Salam paduka. Nama hamba Cio San,"

Katanya sambil menjura.

"Oh, kau enghiong yang terkenal itu,"

Tukas si raja.

"Apa maumu datang kemari? Ingin memata-matai?"

"Maafkan kelancangan hamba datang kemari. Hamba hanya datang ingin menjemput putri Syafina,"

Jawab Cio San tenang. Si raja tertegun, katanya "Putri Syafina siapamu kah?"

"Ia adalah sahabat hamba,"

Jawab Cio San.1063

"Hanya sahabat?"

Cio San mengangguk.

"Ia hanya sahabatmu tetapi kau berani datang kemari dan membuat kekacauan?"

Tanya sang raja lagi.

"Demi seorang sahabat, hamba pun tidak akan ragu-ragu jika harus mengobrak abrik istana Giam Lo Ong353,"

Suaranya tenang dan dalam. Tidak ada seorang pun yang meragukan kata- katanya. Memang, jika sang jenderal Phoenix berbicara, musuh-musuhnya pun tak ada yang meragu kan kata-katanya.

"Sayang kau terlambat,"

Ujar sang raja.

"Terlambat?"

"Putri Syafina bukan tawanan kami. Ia kami perlakukan sebagai tamu kehormatan. Kami tidak mungkin mencari permusuhan dengan kerajaan Qara Del. Saat ini, beliau telah diantar pulang ke utara oleh jenderal Aghulai, jenderal dari sukunya sendiri."

"Kapan?"

Tanya Cio San. 353 Raja akherat / Dewa Kematian1064

"Kemarin malam. Mereka berangkat menaiki kapal rahasia,"

Jawab si raja. Cio San berpikir sebenar, lalu katanya.

"Apakah paduka mengijinkan hamba pergi dari sini?"

Sang raja, tersenyum lalu berkata.

"Jika tidak?"

"Hamba akan mati di sini. Tetapi sebelum hamba mati, mungkin saja ada ribuan orang yang turut mati bersama. Kerusakan ini akan merugikan paduka sendiri,"

Katanya tenang. Raja itu berpikir sejenak, lalu katanya.

"Baik lah, kau boleh pergi."

"Terima kasih paduka. Salam,"

Ia lalu menjura dan menghilang dari situ.

Ketika ia sudah menghilang dari pandangan, sang raja kembali ke kediamannya.

Di situ sudah ada seorang nenek tua yang penampilannya sangat menyeramkan.

Dari nafasnya tercium bau belerang yang sangat busuk.

Nenek itu berkata.

"Kau melepasnya?"

"Ya. Jika kita bersikeras melawannya, kita tak akan dapat menahannya hidup-hidup. Jika demikian, nenek tak akan bisa merebusnya hidup-hidup agar dapat menghisap sari kekuatannya,"

Kata si raja.1065

"Pintar!"1066 BAB 46 MENYELAMATKAN SANG PUTRI Begitu cepat Cio San bergerak sehingga dengan segera ia telah keluar dari wilayah pertahanan musuh. Dengan mengerahkan segala kemampuannya untuk mencari jejak, ia akhirnya berhasil melacak arah perginya Aghulai dan rombongannya. Dengan sabar ia terus mengikuti jejak itu sampai matahari muncul dan suasana menjadi terang benderang. Jejak Aghulai dan rombongannya terhenti di tepi sungai besar.

"Mereka menggunakan kapal,"

Batin Cio San.

Ia harus mengakui bahwa Aghulai memang sangat cerdas.

Dengan melalui sungai, meskipun harus melalui jalan yang berputar-putar mengikuti aliran sungai, perjalanan mereka menjadi lebih susah dilacak.

Hal ini juga menghindarkan mereka dari kecurigaan dan kesulitan yang harus mereka hadapi jika mereka melalui jalan darat.

Tepi sungai ini bukanlah sebuah dermaga besar, tetapi ada beberapa perahu kecil yang bisa disewa di1067 sana.

Rupanya tempat ini memang sejenis tempat di mana titik-titik angkutan perairan berada.

Cio San memperhatikan beberapa perahu dan ia memilih sebuah perahu yang dimiliki seorang anak muda berperawakan kasar namun wajahnya ramah.

"Boleh kusewa perahunya?"

Tanya Cio San.

"Tentu saja boleh,"

Kata anak muda itu sambil tersenyum ramah.

"Tuan ingin kuantarkan kemana?"

"Aku hanya ingin jalan-jalan. Perjalananannya mungkin akan makan berhari-hari. Tetapi segala ongkos akan kutanggung,"

Jawab Cio San.

"Eh? Berhari-hari? Ongkosnya akan sangat mahal,"

"Ini sebagai uang muka, separuhnya lagi akan kubayarkan setelah perjalanan ini selesai. Uang makanmu akan kutanggung pula selama perjalanan"

Cio San melemparkan 2 buah tael emas.

"Jadi?"

Tentu saja jadi. Jadinya pun cepat sekali. Dua tael emas untuk uang muka sebuah perjalanan dengan perahu sekecil itu sudah sangat banyak! Kini mereka sudah berlayar. Sungai yang sangat besar, ke mana arah tujuannya?1068

"Kita ke arah utara,"

Kata Cio San.

"Baik!"
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Eh siapa namamu?"

Tanya Cio San.

"Namaku A Hung. She354 Ti,"

Jawabnya ramah.

"Oh, salam kenal Ti Hung. Namaku Cio San,"

"Salam tuan!"

Cio San menyukai anak muda ini. Umurnya mungkin belum sampai 20 tahun. Paling banyak mungkin hanya 17 tahun. Tetapi semangat, dan keramahan pemuda ini cukup menarik baginya.

"Kau sudah menikah?"

"Belum,"

Jawabnya sambil tertawa.

"Oh, lelaki gagah dan menyenangkan seperti kau tentu memiliki banyak penggemar. Kenapa tidak kau manfaatkan?"

Tukas Cio San sambil tersenyum.

"Hahaha. Perempuan itu susah. Jika belum menikah mereka ramah, jika sudah menikah malah berubah menjadi seperti majikan,"

Tukas Ti Hung sambil tertawa keras. marga1069

"Haha. Kan tidak semua wanita seperti itu. Banyak pula yang patuh dan menurut kepada suami,"

Ujar Cio San.

"Ya benar. Mungkin saya saja yang terlalu berpikir tidak-tidak,"

Katanya tersenyum.

Mereka mengobrolkan tentang hal sehari-hari sambil menikmati pemandangan sungai yang indah.

Beberapa kali mereka berpapasan dengan perahu lain, Ti Hung menyapa mereka semua.

Rupanya ia cukup dikenal di kalangan tukang perahu.

Melihat ini Cio San menjadi lega.

Ini membuktikan bahwa Ti Lung bukanlah antek musuh yang menyamar.

Tetapi sudah pasti ia tidak mengendorkan kehati-hatiannya.

Semua bisa saja terjadi.

"Eh, sehari yang lalu apakah engkau melihat sebuah rombongan yang mencurigakan menaiki perahu?"

"Mencurigakan bagaimana tuan?"

"Ah, cukup panggil aku toako355 saja,"

Tukas Cio San.

"Mencurigakan seolah-olah mereka menyem- bunyikan sesuatu. Seperti seorang tahanan, atau 355 kakak1070 semacamnya. Dan wajah mereka mungkin sedikit berbeda, seperti wajah orang Goan356."

Ti Hung berpikir sebentar.

Dengan melihat gerakan mata Ti Hung, ia mengetahui bahwa lelaki muda itu memang sedang berpikir dan mengingat- ingat sesuatu.

Menurut ilmu tentang gerak wajah dan tubuh yang pernah dipelajarinya, jika seseorang mengingat-ingat sesuatu, maka pandangan mata dan geraknya akan berbeda daripada jika ia mengarang- ngarang sesuatu.

Ada perbedaan tentang mengguna kan ingatan, dan menggunakan pemikiran untuk mengarang sesuatu.

Segala hal tentang pemuda ini begitu jujur dan bebas.

Tak ada satu pun yang mencurigakan.

"Aku ingat. Mereka membawa tandu. Saat itu aku berpikir mengapa ada rombongan orang kaya yang berada di tempat ini. Beberapa pengawalnya pun berbadan tegap. Ku pikir mereka mungkin para tentara. Soalnya, tempat ini memang cukup dekat dengan wilayah pertempuran di selatan sana,"

Jelas Ti Hung.

"Kau tahu tujuan mereka pergi ke mana?" 356 Mongolia1071

"Tentu saja tidak, toako. Sungai seluas ini siapa yang bisa menebak. Satu yang aku tahu dengan pasti mereka pergi ke arah utara."

"Apakah mereka menggunakan perahu sendiri, atau menyewa perahu?"

"Mereka menyewa perahu paling besar milik Sam-toako. Harga jadinya pun sangat mahal,"

Jawab Ti Hung.

"Hmmm, jika nanti kita berpapasan dengan perahu-perahu lain, sudikah kau bertanya kepada sahabat-sahabat sesama tukang perahu apakah mereka berpapasan dengan perahu Sam-toako itu?"

"Tentu saja. Kami tukang perahu selalu saling memperhatikan. Jika seseorang mengalami kesulitan, sesama tukang akan saling membantu. Tetapi, kalau saya boleh tahu, kenapa toako ingin menguber mereka?"

Cio San merasa tidak enak untuk berbohong kepada tukang perahu yang baik hati ini, sehingga ia pun berkata jujur.

"Mereka adalah rombongan pasukan Goan (Mongol) yang menculik seorang sahabatku,"1072

"Ah benarkah? Kalau begitu kita harus cepat- cepat menemukan mereka!"

Kata Ti Hung penuh semangat.

"Aku akan menolongmu, toako! Sejak awal aku memang kurang suka dengan tingkah mereka yang sombong!"

"Aih, baik sekali hatimu Hung-te (adik Hung). Aku sangat berterima kasih sekali,"

Tukas Cio San terharu.

Ia selalu menghargai rasa kesetiakawanan dengan sangat tinggi.

Setiap berpapasan dengan perahu yang lain, Ti Hung benar-benar menanyakan tentang perahu yang mereka kejar.

Beberapa tukang perahu mengaku sempat berpapasan dan memberitahukan arah.

Cio San sangat senang akan hal ini.

Dari berita ini, ia dapat melacak mereka lebih cepat.

"Menurut pendapatmu, apakah kita akan sempat menguber mereka?"

Tanya Cio San.

"Kapal mereka cukup besar dan kuat. Cepat pula. Tetapi sepertinya muatan mereka cukup banyak. Apalagi dari kabar yang kita dengar, mereka kadang- kadang behenti sebentar di beberapa dermaga untuk mengisi keperluan dan bekal. Jika kita bergerak terus tanpa berhenti, dalam waktu setengah hari, kita tentu dapat menguber mereka toako (kakak),"

Jelas Ti Hung.1073

"Hmmm, baiklah. Untuk masalah makan, apakah kau tak keberatan untuk sementara memakan tangkapan ikan saja? Kita bisa membakarnya di sini, karena ku lihat kau pun membawa perlengkapan memasak di sini,"

Tanya Cio San.

Perahu milik Ti Hung memang memiliki atap kecil untuk berteduh, sehingga seperti ada bilik kecil untuk penumpang.

Di dalam bilik itu terdapat banyak perlengkapan seperti tali temali, alat memancing, kompor, air bersih, dan bahkan bantal untuk tidur.

Cio San berhasil menangkap beberapa ikan.

Ia pula yang membakar dan meramunya.

Ia sendiri pun membawa sedikit roti kering dan bumbu-bumbu yang diberikan oleh para tentara beberapa hari yang lalu.

Mereka kemudian menikmati hidangan yang sangat nikmat ini.

Ti Hung terheran-heran dengan rasa masakan Cio San yang sungguh nikmat.

Hari menjelang malam, Cio San beristirahat sebentar.

Sesuai kebiasaannya, ia selalu tidur dengan pulas untuk menambah tenaga dan menenangkan pikirannya jika akan menghadapi situasi yang sulit.

Sejak tadi ia sudah memahami seluruhnya persoalan yang ia hadapi.1074 Saat menggerebek sarang musuh semalam, ia sengaja tidak menggunakan seluruh tenaganya untuk menghadapi Ma Lu Si.

Ia tidak ingin musuh mengetahui kekuatannya yang sebenarnya! Ia pun memang melakukannya untuk menyimpan tenaga saktinya sendiri.

Akan sangat banyak musuh yang harus ia hadapi.

Ia hanya bisa mengandalkan akalnya agar ia tidak terpaksa menggunakan kekuatannya yang sebenarnya.

Betapa cerdasnya pendekar muda ini.

Seolah-olah setiap langkahnya sudah ia perhitungkan dengan matang.

Padahal pemahaman ini ia lakukan secara alami dan mengikuti perubahan.

Tanpa menggunakan tenaga yang besar, ia dapat mengalahkan Ma Lu Si yang ilmunya hampir sama tingginya dengan dirinya sendiri.

Ia hanya cukup menggunakan akal dan kemampuan dirinya untuk berubah sesuai keadaan.

Tidak banyak orang yang mampu melakukan hal ini.

Karena itulah Cio San memang sangat berbahaya bagi musuh-musuhnya.

Karena itu pula, ia paham mengapa Aghulai membawa Syafina pulang ke Qara Del.

Para musuh memang sengaja menggunakan Syafina untuk menariknya menjauh dari medan pertempuran.

Ini terbukti dari perjalanan Aghulai yang seolah berputar- putar menyinggahi banyak tempat.

Ia sengaja1075 berputar-putar dahulu untuk membuang-buang waktu Cio San.

Agar Cio San semakin menjauh dari sarang musuh.

Siasat ini sangat pintar dan halus.

Tetapi memangnya ada siasat yang mampu mengelabui sang Jenderal Phoenix? Ia mungkin akan tertipu sesaat, namun akal dan bisikan hatinya akan mampu menunjukan kebenaran yang sebenar- benarnya.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cio San kini semakin curiga dengan hal apa yang direncanakan musuh di sana.

Ia masih belum bisa membongkarnya.

Tetapi ia telah mengerti apa yang harus ia lakukan.

Ia bahkan telah mampu menebak tokoh di balik semua ini.

Ia hanya perlu bersabar dan membongkar semua rahasia ini pada waktunya.

Ia perlu memastikan bahwa seluruh tebakannya memang benar.

Ia tertidur dengan pulas, ketika di tengah malam Ti Hung membangunkannya dan berkata bahwa ia melihat kapal Sam-toako berlabuh di dermaga di depan sana.

Cio San kemudian bergegas bangun dan memperhatikan.

Dari jauh kapal itu terlihat cukup besar.

Tidak begitu mewah jika dibandingkan dengan isi penumpangnya.

Ia bertanya.

"Apa nama kota ini?"1076

"Tung Ci, toako,"

Jawab Ti Hung.

Kota ini berada di barat daya.

Aghulai tidak langsung mengambil arah ke utara, tetapi menggunakan jalur barat daya.

Hal ini semakin memperkuat dugaannya bahwa jenderal Goan357 ini memang sengaja berputar-putar.

Cio San lalu meminjam sebuah topi caping lebar yang biasanya dipakai para nelayan.

Topi ini berada di dalam bilik perahu.

Lalu ia berkata.

"Hung-te (adik Hung), kau berlabuhlah. Tetapi siap-siap untuk bergerak, jika kau melihat mereka bergerak. Aku akan menyusulmu segera."

"Baik, toako!"

Kata pemuda ini bersemangat. Kata-katanya belum selesai, ia melihat Cio San melayang dengan sangat ringan dan sangat cepat. Dalam sekejap bayangan Cio San telah mendarat di daratan, jauh sebelum perahu mereka sendiri mendekat di daratan.

"Oh, ternyata San-toako358 adalah seorang pendekar sakti. Oh, sungguh beruntung aku. Aku akan 357 Mongol 358 Kakak San1077 memintanya untuk mengajarkan silat kepadaku,"

Katanya dalam hati.

Begitu sampai di darat, Cio San pun menyusup dalam kegelapan.

Dengan sangat hati-hati ia memperhatikan daerah sekitar.

Ketika ia sudah yakin aman, dengan sekali gerak, ia melayang dan mendarat di atas kapal yang di sewa Aghulai.

Ia sudah memastikan dengan benar bahwa titik mendaratnya memang benar-benar aman.

Kemampuan menyusup nya ini sudah hampir mendekati kemampuan Cukat Tong, sang raja maling.

Bisa dimaklumi karena ia sendiri memang sempat mempelajari ilmu menyusup dari Cukat Tong.

Dengan kelincahan yang tak dapat ditakar oleh akal manusia, Cio San menyelinap di balik kegelapan.

Banyak penjaga berseliweran namun tak ada satu pun yang berhasil memergokinya.

Ia lalu berhasil memasuki geladak kapal dan memulai pencariannya.

Sang Jenderal Phoenix mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menemukan di mana letak keberadaan putri Syafina.

Satu persatu ia menyelidiki bilik yang berada di kapal.

Untungnya kapal itu bukanlah sebuah kapal yang besar, hanya berisi beberapa bilik saja.1078 Ia tidak menemukan jenderal Aghulai di sana, rupanya jenderal itu sedang turun ke darat untuk sebuah urusan.

Bilik demi bilik di susurinya sampai ia menemukan sebuah bilik terakhir di tempat gudang penyimpanan perbekalan.

Tidak banyak perbekalan yang mereka bawa.

Yang ada hanya tong-tong berisi minyak yang baunya menyengat.

Akhirnya ia menemukan bilik tempat Syafina disekap! Ada dua orang penjaga yang berada di sana.

Kedua penjaga ini tidak sempat berkedip ketika tahu- tahu Cio San sudah berada di depan mereka dan menotok urat penting mereka yang membuat kedua orang itu tak berkutik.

Ia lalu memeriksa kantong kedua penjaga itu dan menemukan kunci untuk bilik itu.

Begitu dibuka tampaklah si putri sedang berbaring tak berdaya.

Cio San masuk dan mendekatinya ketika ia mendengar sebuah dentuman yang terdengar di luar.

Suara dentuman itu sama sekali tidak besar, dan hanya terdengar kecil sekali.

Tetapi Cio San telah memahami apa yang terjadi.

Jenderal Aghulai tidak berada di tempat, penjaga yang malas-malasan, letak bilik penyekapan Syafina yang tepat berada di tengah-tengah geladak,1079 tong-tong berisi minyak berbau menyengat, bunyi dentuman mencurigakan yang terdengar di kejauhan.

Semua membentuk sebuah kesimpulan! Ia segera meraih tangan Syafina, lalu dengan tangan satunya ia menghajar lantai kapal sampai hancur berantakan dan jebol ke sungai.

Hanya sepersekian detik kemudian, kapal itu meledak dengan dahsyatnya.

Dhuaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrr!!!!!!!!! Segala kejadian ini digambarkan dengan cukup panjang, padahal kejadian aslinya tidak lebih cepat dari kedipan mata.

Cio San dan Syafina berhasil masuk ke dalam sungai sebelum kapal kecil itu meledak berkeping-keping! Di permukaan sungai, api menjalar begitu besar sampai-sampai menerangi malam yang gelap gulita itu.

Kapal itu kini berubah menjadi potongan- potongan kayu kecil-kecil.

Cio San menyelam sambil terus membawa putri Syafina dalam pelukannya.

Ia mengerahkan segala tenaganya untuk menyelam dan menjauh dari daerah itu.

Setelah dirasa cukup jauh, ia akhirnya menepi dan membawa sang putri ke daratan yang gelap, sebelum benar-benar memastikan bahwa daerah itu benar-benar aman.1080 Begitu sampai di daerah yang aman, segera ia memompa dada sang putri untuk mengeluarkan air dari paru-parunya, sambil juga menotok titik-titik penting di tubuh sang putri.

Ia lalu mendekatkan mulutnya ke mulut sang putri untuk menyedot air dari dalam paru-parunya.

Tubuh putri cantik itu dingin, namun bibirnya hangat.

Lembut dan terasa manis.

Cio San sudah sering mengecup bibir perempuan, tetapi bibir yang selembut dan semanis ini baru kali ini dirasakannya.

Tak berapa lama sang putri lalu tersadar, ketika ia membuka mata, betapa kagetnya ia ketika ad seorang laki-laki sedang mengecup bibirnya.

"Kurang ajar!,"

Tangannya pun bergerak menampar. Yang ditampar pun tidak menghindar. Meskipun ia sanggup menghindar, ia tetap saja membiarkan pipinya ditampar sang putri.

"Kau?"

"Maafkan aku harus melakukannya, tuan putri. Hanya itu cara menyedot keluar air dari paru- parumu,"

Jelas Cio San sungguh-sungguh.

"Eh, apa yang terjadi?"

Walaupun ia bertanya- tanya, otaknya cukup cerdas untuk kemudian1081 memahami apa yang terjadi.

"Hongswee menyelamat kan aku dari kapal itu?"

Cio San hanya mengangguk.

"Terima kasih banyak, dan eh...ma..maafkan aku menamparmu...,"

Katanya salah tingkah.

Sete;ah berkata begitu, ia mengambil posisi semedhi untuk mengumpulkan kekuatan sambil mengeringkan bajunya yang basah dengan menggunakan tenaga dalamnya.

Di dalam hati, Cio San mengakui kesigapan si putri ini.

Ia sendiri membiarkan tubuh dan bajunya tetap basah kuyup.

Baginya tenaga dalam hanya digunakan untuk bertarung.

Sambil menunggu sang putri selesai semedhi, ia terus memperhatikan tempat di mana kapal itu meledak.

Api membumbung tinggi.

Banyak orang berkumpul di sana.

Syafina membuka mata, semedhinya telah selesai.

Melihat Cio San tetap basah kuyup, ia bertanya.

"Hongswee tidak mengeringkan tubuh dahulu?"

Maklumlah, pendekar yang bajunya basah kuyup dianggap cukup memalukan dan tidak memiliki tenaga dalam yang cukup untuk mengeringkan tubuhnya sendiri.1082 Cio San tidak membalas pertanyaan itu, ia malah balik bertanya.

"Apakah pasukan Qara Del memiliki meriam?"

"Meriam? Tidak. Sebagai kerajaan kecil yang harus tunduk kepada kekaisaran Beng, negara kami bahkan harus membatasi jumlah prajuritnya. Apalagi memiliki meriam?"

Ia berkata seperti ini namun pikirannya pun berjalan cukup baik. Sambil melihat api besar yang berada di atas sungai, ia bertanya kepada Cio San.

"Apakah api besar itu adalah hasil ledakan meriam?"

"Benar. Itu adalah kapal tempat engkau disekap. Aku berhasil mengeluarkanmu dari sana sebelum kapal itu meledak ditembak meriam,"

Jelas Cio San.

"Kami tidak memiliki meriam, dan para ahli pembuat meriam dari kerajaan kami seluruhnya sudah dihukum pancung oleh raja kami dahulu sebagai bentuk kesungguhan kami untuk mengabdi dan tunduk pada kekaisaran Beng. Suku-suku di selatan yang memberontak pun seperti itu. Satu-satunya pihak di seluruh Tionggoan yang memiliki meriam hanyalah kekaisaran Beng,"

Ujar Syafina.1083
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, aku tahu. Karena itulah aku curiga. Pihak yang ingin membunuh kita berdua adalah orang-orang dalam kekaisaran sendiri,"

Kata Cio San.

"Mengapa mereka ingin membunuhmu, Hongswee?"

Tanya Syafina.

"Karena akulah satu-satunya orang yang dapat menghalau keinginan mereka,"

Memang di dunia ini orang yang sanggup melakukan hal itu hanyalah ia seorang.

"Mari kita pergi!"

Kata Cio San.

"Kemana?"

"Menemui beberapa orang,"

"Baiklah,"

Syafina pun bergegas mengikuti Cio San.

Entah mengapa hatinya kini percaya penuh kepada lelaki ini.

Lelaki pertama yang mengecup bibirnya! *** Cio San dan Syafina kini sudah berada di markas Mo Kauw di kota itu.

Inilah hebatnya partai Mo Kauw,1084 cabang mereka berada hampir di setiap kota yang berada di Tionggoan.

Inilah pula kenapa banyak pihak yang begitu takut kepada Mo Kauw.

Bahkan kekaisaran sendiri pun menganggap partai ini sebagai partai terlarang.

Ia kini telah menjelaskan segala kejadian di malam itu kepada beberapa anggota di markas itu.

"Kejam sekali mereka itu, Kaucu (ketua). Berani menggunakan tuan putri untuk memancing Kaucu dan membunuh Kaucu di sana. Untunglah Thian (langit) selalu melindungi Kaucu kami!"

Kata salah seorang anggota. Cio San hanya tersenyum. Berkali-kali ia sudah meminta seluruh anggota Mo Kauw untuk tidak memanggilnya ?Kaucu?, tetapi mereka tetap melakukannya. Ini mungkin karena kecintaan dan kebanggaan mereka kepada Cio San.

"Bagaimana keadaan kekaisaran sekarang?"

Tanya Cio San kepada mereka.

"Sejauh ini, sudah banyak sekali pasukan yang dikirim untuk menguatkan daerah selatan. Pasukan yang tertinggal hanyalah pasukan penjaga ibukota. Bahkan menurut kabar yang terdengar, Kaisar sendiri1085 sudah bersiap-siap memimpin sendiri pasukannya ke selatan,"

"Wah, sudah sampai segenting ini keadaannya. Apakah sudah terdengar pergerakan dari partai-partai terkemuka?"

"Setahu yang kami dengar, Bu Tong pay benar- benar sudah menarik diri dari dunia Kang Ouw sejak kejadian di puncak Thay San. Bahkan para murid- muridnya pun tidak ada yang diperbolehkan untuk turun gunung. Siauw Lim pay masih menunggu perintah dari kaisar. Jika tidak ada perintah dari kaisar, murid-murid mereka tidak ada yang dikirimkan ke peperangan,"

Jelas salah seorang.

"Bagaimana dengan Gobi pay, Hoa San pay, Hing San pay, serta Kay Pang?"

Tanya Cio San lagi.

"Sepertinya mereka pun mengikuti sikap Siauw Lim pay. Tanpa ada permintaan resmi dari kaisar, mereka tidak berani turun tangan secara langsung."

"Banyak pendekar yang sudah ditarik yang mulia pangeran Cu ke dalam ketentaraan, tetapi sepertinya pendekar-pendekar yang ikut kepadanya bukan pendekar-pendekar kelas tinggi. Ini mungkin penyebab dari kekalahan pangeran Cu secara terus menerus. Selama ini mereka hanya sanggup bertahan1086 di selatan. Untuk merebut posisi sudah tidak mungkin,"

Kata Cio San.

"Apakah pendekar-pendekar yang bergabung dengan pihak musuh di selatan adalah pendekar- pendekar hebat, Kaucu?"

Tanya salah seorang.

"Ya. Aku sudah bertemu dengan beberapa orang di antaranya. Yang paling menakutkan bernama Pek Giok Kwi Bo,"

Kata Cio San.

"Hah? Dia? Iblis itu? Sudah puluhan tahun namanya tidak kedengaran di dunia persilatan. Kini muncul kembali bergabung dengan pihak musuh. Apa yang hendak dicarinya?"

Kata salah seorang.

"Siapa Kwi Bo ini? Mengapa aku baru pertama kali mendengar namanya?"

Tanya Syafina.

"Ia adalah seorang pendekar maha sakti. Umurnya sudah tak ada yang dapat memastikan. Saat ia merajalela dulu, mungkin kita semua belum lahir. Konon katanya ia tidak pernah tertarik dengan urusan Kang Ouw. Tetapi kesenangannya adalah menangkap pendekar-pendekar hebat lalu merebus mereka. Sari pati hasil rebusan itu kemudian ia minum untuk mendapatkan tenaga dalam yang besar,"

Jelas Cio San.1087

"Berarti Hongswee harus berhati-hati karena bisa-bisa ia pun mengincarmu,"

Kata Syafina khawatir.

"Ada hal yang membingungkanku,"

Tukas Cio San.

"Jika Aghulai bekerja sama dengan raja selatan dan Pek Giok Kwi Bo, kenapa mereka ingin membunuhku? Bukankah aku mangsa yang baik bagi Pek Giok Kwi Bo?"

Ujar Cio San. Lanjutnya.

"Ini berarti memang ada pihak lain yang ingin mengambil keuntungan dari hal ini. Pihak ini sudah sejak dulu ingin membunuhku sejak awal!"

"Siapa mereka?"

"Aku masih belum bisa memastikan. Tetapi seingatku, sahabat baikku Kao Ceng Lun pernah berkata bahwa ada pemberontakan yang sedang direncanakan di dalam istana. Pemberontakan yang dipimpin oleh beberapa pejabat tinggi. Sejauh ini merekalah pihak yang paling ku curigai,"

Kata Cio San.

"Apakah kau sudah tahu siapa saja mereka?"

Tanya Syafina lagi.

"Belum. Hal itu sih tidak mudah diusut. Bahkan Kao Ceng Lun dan pasukan baju sulam359 belum berhasil menguak tabir ini,"

Jawab Cio San. 359 Pasukan rahasia khusus kerajaan1088

"Hmmmmmm...,"

Semua orang sibuk dengan pikiran masing-masing. Lalu Cio San berkata.

"Aku ingin meminta bantuan kalian saudara-saudaraku. Selidiki di mana Aghulai berada. Jika ia masih hidup, berarti ia benar- benar bekerja sama dengan raja selatan. Jika ia sudah mati, berarti ia bekerja sama dengan kelompok pemberontak rahasia kerajaan."

"Aha, aku tahu alasan mengapa kelompok rahasia ini membunuhnya. Mereka tak ingin rahasia mereka bocor,"

Tukas Syafina.

"Benar. Aku sih sudah yakin ia telah mati. Tetapi aku benar-benar butuh kepastian ini sebelum mengambil kesimpulan."

"Baik, kaucu!"

Kata mereka.

"Sekarang juga kami laksanakan!"

"Eh, ada satu lagi. Harap salah satu dari kalian mencari seorang tukang perahu di dermaga. Ia banyak membantuku tadi. Pastikan ia masih hidup dan jaga dia sampai ia pulang ke desanya. Sesampai di desanya, kalian pun harus menjaganya secara diam-diam. Ini sebagai bentuk terima kasihku kepadanya. Aku tak ingin ada orang lain yang tahu bahwa aku masih hidup. Kalian pun harus menutup rapat-rapat rahasia1089 keadaanku. Jika nanti seluruh urusan ini sudah selesai, aku akan menemuinya."

Cio San lalu menjelaskan nama dan ciri-ciri pemuda tukang perahu itu dan tak lupa ia mengeluarkan beberapa tael emas untuk mereka.

Setelah mengucapkan terima kasih, mereka kemudian pergi.

Hanya ada satu dua orang yang tetap berjaga- jaga di sana.

Melihat kesigapan merka, Syafina berdecak kagum.

"Pantas saja Mo Kauw mempunyai nama yang gemilang dan menjulang. Anggota-anggotanya memiliki kesetiaan yang mengagumkan."

"Dari seluruh orang yang ada di dunia, jika aku membutuhkan bantuan, aku hanya bisa meminta bantuan kepada mereka. Ketulusan dan kesetiaan mereka memang tiada bandingannya,"

Ujar Cio San. Lalu katanya.

"Tuan puteri beristirahatlah, besok pagi- pagi sekali kita harus segera ke selatan,"

Ia lalu merebahkan diri. Puteri itu hanya mengangguk. Rupanya Cio San segera menyadari isi hati wanita itu dan segera berkata kepada salah seorang anak buah Mo Kauw.

"Lao-heng (kakak Lao), adakah bilik kosong bagi nona ini untuk beristirahat?"1090

"Oh, tentu saja ada Kauwcu. Mari nona silahkan saya antar,"

Kata orang itu.

Syafina hanya mampu tersenyum dan berterima kasih.

Sebagai seorang pemeluk agama yang cukup taat, ia memang merasa tidak nyaman jika tidur di ruangan yang sama dengan laki-laki yang bukan suaminya atau saudaranya.

Cio San turut mengantarkan dan memastikan kamar itu nyaman bagi Syafina.

Ia turut pula membersihkan beberapa bagian.

"Kita punya persedian baju-baju untuk wanita?"

Tanya Cio San kepada Lao-heng.

"Oh tentu saja, Kaucu,"

Pria itu segera menghilang lalu kembali membawa tumpukan baju.

"Mohon maaf jika baju-baju ini berbahan kain yang agak kasar. Biasanya memang baju-baju ini disiapkan untuk penyamaran,"

"Aih, aku sungguh tidak enak merepotkan paman. Justru aku sangat senang sekali dengan baju- baju seperti ini. Terima kasih banyak,"

Kata Syafina tersenyum manis.

Cio San dan Lao Heng segera keluar, dan Syafina menutup bilik pintu.

Laki-laki yang dapat memperhatikan hal-hal kecil, amatlah sangat menarik bagi perempuan.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tentu saja hatinya senang.1091 BAB 47 SESEORANG DI SANA Pagi-pagi sekali Syafina sudah bangun.

Ketika ia membuka pintu, sudah ada seember air hangat di depan pintunya.

Seember air ini beraroma harum karena sudah ada berbagai macam kembang dan akar- akaran yang dicampurkan di dalamnya.

"Tuan putri mandilah dahulu. Aku sudah mempersiapkan pakaian dan perlengkapan untuk menyamar. Setelah sarapan, kita akan langsung berangkat,"kata Cio San yang sedang duduk di ruangan tengah bersama beberapa orang. Syafina hanya mengangguk tersenyum dan berterima kasih. Setelah ia mandi dan berpakaian, putri mongol ini terlihat cantik sekali. Pakaiannya sederhana dan biasa. Seperti yang biasa digunakan kaum perempuan jelata. Tetapi kecantikannya justru memancar dengan sempurna. Jika kecantikan Bwee Hua bercahaya penuh gelora, kecantikan Syafina justru halus dan lembut. Jika kecantikan Bwee Hua membuat dada1092 lelaki berkobar-kobar penuh cinta, kecantikan Syafina membuat lelaki tunduk penuh keharuan. Ia melangkah dengan penuh keanggunan. Segala rasa takut dan khawatir yang ia perlihatkan semalam, kini telah surut menghilang. Kini yang tertinggal adalah keanggunan dan kebesaran seorang putri bangsawan. Tanpa bersuara pun ia akan dapat menundukkan semua laki-laki. Tanpa mengerling ia dapat menjatuhkan hati mereka. Tanpa tersenyum ia mampu membawa kebahagiaan. Kecantikan perempuan yang paling sejati dan murni. Tak terasa semua orang yang berada di sana berdiri dan memberi hormat. Cio san pun berdiri dan tersenyum, lalu berkata.

"Mari silahkan duduk putri,"

Ia duduk dengan sederhana.

Di sebuah kursi yang sederhana.

Di sebuah rumah yang sederhana.

Tetapi di sekitarnya seolah-olah berubah menjadi istana yang megah.

Kursi tempat duduknya seperti berubah menjadi singgasana raja-raja.

Ada sebagian perempuan yang memang dapat menampilkan kecantikannya tanpa riasan, tanpa bersikap, tanpa berdandan.

Syafina boleh dibilang sebagai orang nomer satu di dalam jumlah yang sebagian itu.1093

"Jika putri ingin pulang ke Qara Del, aku dapat meminta anggota Ma Kauw untuk mengantarkan dan mengawal putri sampai di rumah. Aku sendiri harus kembali menyelidiki keberadaan sahabatku yang bernama Gan Siau Liong,"

Jelas Cio San.

"Suasana di selatan sudah seberbahaya itu, apakah Hongswee lebih mendahulukan kepentingan diri sendiri?"

Pertanyaan ini dilontarkan sangat pelan, namun sangat tajam. Mendengar ini, Cio San hanya tersenyum. Katanya.

"Di dunia ini tidak ada urusan lain yang lebih penting selain menolong sahabat."

Putri Syafina hanya diam saja, ia hanya mengangkat dagunya ke depan. Seperti mengerti isi hati putri itu, Cio San kembali berkata.

"Keadaan di Selatan tidak semenakutkan yang kita kira. Setidaknya aku sudah dapat membaca keadaan. Yang aku takutkan justru keadaan ibu kota."

"Ibu kota?"

"Benar. Ada kabar yang mengatakan bahwa kaisar sekarang sedang bersiap-siap meninggalkan ibukota untuk terjun langsung ke medan peperangan di Selatan."1094 Putri Syafina dengan tanggap lalu berkata.

"Apakah musuh menggunakan taktik memancing macan keluar sarang?"

"Benar. Jika kaisar sampai keluar ibukota, maka ditakutkan akan ada usaha ambil alih dari para pejabat pemberontak di dalam istana,"

Jelas Cio San.

"Lalu apa yang Hongswee lakukan?"

"Aku telah mengirimkan surat kepada para ciangbun (ketua partai persilatan), dan meminta mereka untuk mengirimkan wakilnya kemari,"

Kata Cio San. Lanjutnya.

"Daerah ini adalah daerah pertengahan. Jika seseorang berkuda dengan sangat cepat, dalam 5 hari para perwakilan dari partai persilatan ini sudah akan dapat berkumpul di sini."

Syafina mengerti, Cio San telah mengumpulkan perwakilan partai-partai besar untuk turut berjuang menjaga ibukota jika kaisar sampai harus pergi ke selatan.

"Jika para enghiong360 ini mampu datang ke ibukota, mampukah mereka memasuki istana kaisar? Dengan banyaknya persekongkolan pejabat istana, aku yakin para pendekar ini akan menemui kesulitan." 360 kesatria1095 Mendengar perkataan ini, Cio San semakin mengagumi kecerdasan sang putri.

"Aku telah mengirimkan surat pula kepada kaisar. Dalam satu dua hari, kita akan mendapatkan jawaban,"

Tukas Cio San.

"Oh..., aku lupa jika Hongswee memiliki lencana naga. Segala hal yang mengagumkan dapat Hongswee lakukan dengan lencana naga ini,"

Kata Syafina. Sebenarnya tanpa lencana nagapun, jika Jenderal Phoenix sudah berbicara, kaisar pun harus mendengarkan.

"Kapan Hongswee akan berangkat?"

Tanya Syafina.

"Segera setelah aku bertemu utusan dari partai- partai besar."

"Jika aku tidak ingin pulang?"

Jika seorang wanita tidak ingin pulang, seorang laki-laki memang tak akan dapat berbuat apa-apa.

"Putri ingin kemana?"

Tanya Cio San.

"Aku..., aku...masih belum tahu.

"

Jawab Syafina. Jika seorang wanita tidak ingin pulang, tentunya ada masalah besar yang menantinya di rumah. Cio San tidak bertanya lagi. Jika sahabatnya tidak ingin bercerita, ia sendiri pun tak akan bertanya.1096

"Baik. Putri ikut aku saja,"

Tegas Cio San.

"Eh? Ke mana? Mencari sahabatmu itu?"

"Kita akan bertualang dan mengunjungi banyak tempat. Ku jamin banyak sekali ilmu dan pelajaran yang akan putri dapatkan dalam perjalanan. Ditambah lagi banyak sekali pemandangan indah yang bisa putri lihat,"

Ujar Cio San.

"Eh...aku...aku tidak boleh bepergian dengan lelaki yang bukan suami atau saudaraku,"

Kata Syafina terbata-bata.

"Bebarapa waktu yang lalu kan kita berpergian bersama-sama?"

"Benar. Tapi saat itu sedang dalam keadaan bahaya dan darurat,"

Sela Syafina.

"Keadaan sekarang justru jauh lebih berbahaya dan darurat,"

"Ehm..., beri aku waktu berpikir beberapa hari. Aku masih belum tahu apa yang harus kulakukan,"

Tukas Syafina.

"Baiklah. Kita punya waktu 5 hari. Setelah itu aku harus segera berangkat. Mari kita nikmati dulu sarapan ini."1097 Waktu 2 hari ini kemudian mereka habiskan untuk menyelidiki banyak hal. Cio San banyak memberikan perintah kepada anggota-anggota Ma Kauw. Berita yang paling ditunggunya adalah tentang kabar Aghulai. Salah seorang anggotanya memberitakan bahwa Aghulai bersama rombongan ditemukan mati di sebuah hutan. Kepala mereka telah dipenggal dan dibuang. Tetapi si pelapor ini sangat yakin bahwa mayat-mayat ini benar adalah Aghulai dan rombongannya.

"Berarti tebakanku benar. Ia adalah kaki tangan orang dalam istana,"

Kata Cio San. Saat tengah malam di hari kedua, orang yang ditunggu-tunggu Cio San pun tiba, Kao Ceng Lun! "Ah, bagaimana kabarmu?"

Tanya Cio San bahagia.

"Aku baik-baik saja, San-ko361. Bagaimana dengan kau? Setelah kejadian di barak istana, aku mati-matian mencari kabarmu. Alangkah bersyukur nya aku saat kudengar kau bergabung ke daerah selatan. Eh, bagaimana luka-lukamu? "Sudah sembuh seluruhnya. Hanya saja seperti nya kekuatanku tidak bisa pulih seperti semula. Maaf 361 Kakak San1098 aku harus merepotkanmu dan memintamu kemari,"

Tukas Cio San.

"Setelah Yang Mulia kaisar menerima suratmu, dan membaca seluruh penjelasanmu. Ia langsung memerintahkan aku kemari. Aku yakin ini pasti permintaanmu juga,"

Kata Kao Ceng Lun sambil tertawa.

"Benar. Hanya kau lah satu-satunya orang yang dapat kupercaya di dalam istana."

"Aku belum membaca suratmu. Tetapi dari penjelasan yang kuterima, kau menulis bahwa kau khawatir ada pergerakan pemberontakan yang akan terjadi di dalam istana, sehingga kau meminta izin kaisar untuk mengerahkan beberapa partai persilatan terbesar. Ini bukan sebuah hal yang sederhana. Masuknya sebuah pasukan tangguh milik partai-partai ini ke dalam ibukota, justru akan semakin berbahaya. Malah mungkin pasukan ini akan bisa disusupi oleh pemberontak itu sendiri,"

Jelas Kao Ceng Lun. Lanjutnya.

"Setiap keberadaan pasukan asing, justru akan menimbulkan permasalahannya tersendiri. Ini jika kita meninjau dari sudut ketentaraan."

"Benar. Aku pun paham hal ini. Tetapi sejauh pengetahuanku, tiga partai besar yaitu Siau Lim-Pay,1099 Bu Tong-pay, dan Go Bi-pay telah berhasil membersihkan unsur-unsur kotor dalam perkumpulan mereka. Kay Pang, sebagai perkumpulan terbesar di Tionggoan, mungkin masih belum bisa. Tetapi jika kita hanya mengandalkan ketiga partai besar ini, maka setidaknya penjagaan ibu kota akan lebih baik. Toh, sejauh ini tidak terdengar adanya kabar pasukan besar yang menyusup ke dalam ibu kota. Aku telah menyelidiki hal ini melalui penyelidikan anggota- anggota Ma Kauw,"

Ujar Cio San.

"Jadi bagaimana rencanamu sebenarnya, San-ko?"

Tanya Kao Ceng Lun.

"Para pendekar dari ketiga partai besar mungkin tidak perlu kau susupkan ke dalam istana. Jumlah mereka pun tidak perlu besar, seperti pasukan ketentaraan. Cukup tokoh-tokoh terkemukanya saja yang menjaga. Jika ada pergerakan mencurigakan, kau hanya cukup membukakan pintu agar mereka bisa masuk ke dalam istana."

Kao Ceng Lun berpikir sebentar, lalu mengangguk. Kata Cio San.

"Yang perlu kaisar lakukan adalah menempatkan beberapa jenderal kepercayaannya untuk menjaga ibukota. Ia sebenarnya tidak perlu pergi ke selatan. Tetapi jika ia menggunakan hal ini1100 untuk melatih kemampuan taktik tempurnya, ku pikir hal ini tidak terlalu menjadi masalah."

"Benar. Kaisar kita memang masih cukup muda. Darah panasnya mendorongnya untuk terjun langsung ke peperangan. Setiap kaisar memang harus punya pengalaman peperangan. Jika ia hanya ongkang- ongkang kaki saja di istana, kekuasaannya akan cepat dijatuhkan dengan mudah,"

Kata Kao Ceng Lun. Cio San mengangguk, katanya.

"Tugasmu bukan hanya membuka pintu bagi barisan pendekar tiga partai saja. Tugasmu yang terbesar adalah membaca dan mempelajari pergerakan musuh. Jika kau salah mengambil keputusan, justru kau lah yang akan dituduh memberontak."

"Ya. Aku paham sekali resiko ini. Memasukan sebuah pasukan yang tak dikenal ke dalam istana adalah sebuah perbuatan makar. Tetapi jika pasukan ini telah memiliki ijin dari kaisar, maka beban ini menjadi lebih ringan,"

Kata Kao Ceng Lun.

"Benar. Untuk sementara ini hanya itulah yang bisa kita lakukan. Dalam 3 hari, perwakilan dari ketiga partai besar akan datang. Kita bisa menyusun rencana yang lebih matang,"

Kata Cio San.1101

"San-ko sendiri apakah akan turut bergabung ke ibukota, atau pergi ke selatan?? "Aku akan berangkat ke Himalaya,"

Jawab Cio San.

"Eh? Ada urusan apakah?"

"Aku mencari keberadaan Gan Siau Liong."

"Ah ya. Kudengar ia sudah menghilang beberapa bulan. Apa yang ia lakukan di Himalaya?"

"Kemungkinan besar mencari tahu asal-usul seseorang,"

Jawab Cio San.

"Orang ini tentu sangat berkaitan erat dengan kehidupannya."
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kemungkinan besar begitu."

Mereka berdua lalu bercengkerama sepanjang malam hingga pagi menjelang.

Di balik biliknya, Syafina dapat mendengarkan percakapan kedua orang sahabat itu.

Perlahan-lahan ia menjadi begitu kagum dengan kemampuan dan kecerdasan Cio San.

Pagi-pagi sekali Syafina sudah bangun dan mandi.

Air hangat selalu tersedia saat ia membuka pintu kamarnya.

Begitu selesai, ia pergi ke dapur belakang untuk membantu menyiapkan masak.1102 Tahunya Cio San sudah berada di sana dan sibuk memasak.

"Putri sudah bangun? Kenapa kesini?"

"Aku mencium aroma yang sedap sekali. Jika sekiranya aku dapat membantu...,"

"Membantu? Wah, kami baru saja selesai. Sebaiknya putri membantu kami menghabiskan hidangan ini. Hahaha,"

Tawa Cio San.

Lelaki ini bersikap apa adanya pada dirinya.

Tidak menjilat, tidak tunduk menghormat.

Memperlakukannya seolah-olah ia adalah sahabatnya yang sangat dekat.

Bahkan terkadang bercanda pula terhadapnya.

Baru kali ini Syafina menemukan lelaki yang seperti ini.

Mengingatkannya kepada seseorang.

Seseorang yang mungkin sedang menantinya di kampung halamannya nun jauh di sana.

Seseorang yang sudah disukainya semenjak kecil.

Kakak seperguruannya yang tampan dan gagah.

Bahkan lelaki ini sudah mengungkapkan isi hatinya, dan Syafina telah menerimanya.

Lalu kemudian keluarga Syafina menunangkannya dengan jenderal Aghulai.

Bukannya memperjuangkan hubungan mereka, sang kakak seperguruan seolah-olah pasrah1103 dan menerima nasib.


Dewi Ular 50 Ciuman Neraka Blind Date Karya Aliazalea

Cari Blog Ini