Ceritasilat Novel Online

Si Pedang Tumpul 1

Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok Bagian 1

Si Pedang Tumpul

Jilid KE SATU Karya . Tong Hong Giok Terjemahan . Liang Y L Edisi Ke 1 . January 2009 Kiriman . Lavilla (trims yeee) Edit & Ebook . Dewi KZ

http.//kangzusi.com/

http.//dewi-kz.info/



http.//kang-zusi.info

http.//cerita-silat.co.cc/ Daftar Isi SI PEDANG TUMPUL

Jilid KE SATU DAFTAR ISI BAB 1 KANG-LAM UNTUK PARA PELANCONG BAB 2 LIDAH SEPERTI TERATAI PEDANG SEPERTI PELANGI BAB 3 DI PINGGIR SUNGAI MASIH ADA YANG BELUM TIDUR BAB 4 MUNCULNYA PENYEBAB KECELAKAAN BAB 5 MESKI PINTAR TAPI TETAP KEHILANGAN BARANG BAB 6 BERTEMU KELUARGA GOAN BAB 7 SU-HAI TETAP SEPERTI DULU SI PEDANG TUMPUL

Jilid KE DUA BAB 8 KILAUAN PEDANG, KELEBATAN PEDANG BAB 9 PENJAHAT BESAR DARI GOLONGAN HITAM BAB 10 SEMANGAT MENJELAJAHI DUNIA PERSILATAN.

BAB 11 MENCARI KEMENANGAN DENGAN CAHAYA GO LOK DAN KILAUAN PEDANG BAB 12 EMAS BANYAK TAPI SULIT MENAKLUKKAN HATI BAB 13 SALAH PAHAM SUDAH JELAS MENGULURKAN TANGAN MENOLONG BAB 14 AWAN TERBUKA DAN BULAN TERLIHAT SI PEDANG TUMPUL

Jilid KE TIGA BAB 15 PESTA DI TIANG-KANG-CUI-CAI BAB 16 RAHASIA DI KOTA CENG-SENG BAB 17 MEMECAHKAN BARISAN BAB 18 DENGAN PEDANG MEMBABAT TALI GAUN BAB 19 APA KEINGINANNYA SULIT DITEBAK BAB 20 MATAHARI DAN BULAN TERTUTUP BAYANGAN DINGIN YANG TERPANCAR DARI PEDANG BAB 21 DUNIA PERSILATAN S UNGGUH BERBAHAYA.

SI PEDANG TUMPUL

Jilid KE EMPAT BAB 22 HARAPAN KOSONG BAB 23 MENJEBAK BAB 24 MANA YANG BENAR MANA YANG SALAH AKAN TERBUKA BAB 25 RAPAT AKBAR BULAN 9 TANGGAL 9 BAB 26 KEHIDUPAN MANUSIA PANJANG KEHIDUPAN RUMPUT HANYA SATU MUSIM BAB 27 ATURAN RAJA PEDANG PEDANG BUDHA YANG HEBAT SI PEDANG TUMPUL

Jilid KE LIMA BAB 28 DI JALAN TERPENCIL MENCARI SI PEMBUNUH BAB 29 MASUK KE SARANG NAGA UNTUK MENCARI MUSTIKA NAGA BAB 30 MENGADU KEPINTARAN UNTUK MEMPERLIHATKAN BAKAT BAB 31 JATUHKAN KE SUMUR DITIMPA BATU MEMBUNUH UNTUK TUTUP MULUT.

BAB 32 MENCERITAKAN DARI AWAL MENGENAI CINTA MASA LALU BAB 33 SEMANGAT PEDANG ADALAH HATI PENUH DAMAI BAB 34 MASALAH TERUS BERMUNCULAN DI LEMBAH RAJA PEDANG BAB 35 HUD-KIAM MENGELUARKAN PAMORNYA MEREBUT RAHASIA DI DALAM BUKU

BAB 1 Kang-lam untuk para Pelancong

Semua orang mengatakan kalau Kang-lam sangat indah, sebutan para pelancong ini cocok untuk orang Kang-lam, airnya biru seperti langit, dari perahu kita bisa mendengar suara air hujan yang turun membasahi bumi.

Usiamu belum tua jangan dulu pulang ke desa sebab akan membuat kita menjadi sedih.

Usia belum tua....

Nyanyian ini sudah selesai tapi dua kalimat terakhir diulangi dua kali, yang menyanyikan lagu ini adalah seorang penyanyi wanita yang terkenal yang bernama Hun Ki-hoa, terlihat mulutnya terbuka, tapi dua kalimat terakhir tidak sanggup dinyanyikan lagi.

Wajahnya pucat karena terkejut.

Semua terjadi karena ada seorang pemuda yang duduk di sebelahnya sudah menodongkan pedang ke tenggorokannya.

Sekarang Sha-gwee (bulan 3), pada bulan-bulan seperti ini selalu turun hujan, apalagi sekarang sore hari, siapa pun jadi merasa semakin masygul.

Bu-hong-ki adalah sebuah rumah makan terkenal yang letaknya di Su-hai, pengurus perusahaan perjalanan Su-hai yang bernama Souw Thian-sia baru menerima sebuah transaksi sebesar 400.000 tail perak.

Transaksi ini berasal dari seorang pedagang garam yang sudah lama sukses.

Karena sudah tua dia telah menjual semua usahanya.

Harta yang senilai 400.000 tail perak ini sangat banyak.

Jarak dari Kim- leng ke Su-chuan yang ribuan li, membawa uang dengan jumlah begini banyak membuat pengusaha garam itu khawatir kalau hartanya akan dirampok di tengah jalan.

Maka dia menyewa tenaga perusahaan perjalanan Su-hai untuk melindungi serta mengantarkan dia pulang ke kampung halamannya.

Perusahaan perjalanan Su-hai sangat terkenal, ketua perusahaan perjalanan yang bernama Kie Tiang-lim berilmu tinggi, 4 anak buahnya adalah orang-orang terkenal dijuluki 'Kim-leng-su-seng' (Empat ahli dari Kim-leng).

Souw Thian-sia adalah Kiam-seng (Ahli pedang) salah seorang Kim-leng-su-seng, yang lainnya To-seng (Ahli golok) bernama Bu Ta-kuang, Kie-seng (Ahli golok yang bergerigi) bernama Lim Piauw-leng, Pian-seng (Ahli cambuk) Oh Yan- cauw, mereka berempat mempunyai keahlian masing-masing, dan mereka adalah orang yang terkuat di bidang mereka.

Maka saat mereka diundang Kie Tiang-lim untuk membantunya, ketiga orang ahli ini bersedia membantu, Souw Thian-sia mempunyai ilmu paling tinggi, ilmu silatnya hanya sedikit di bawah Kie Tiang-lim.

Memang transaksi kali ini harus dipegang langsung oleh Kie Tiang-lim, pedagang garam itu memberikan 20% dari jumlah uang yang dibawanya sebagai upah melindungi di sepanjang perjalanan.

Berarti Su-hai bisa mendapatkan 80.000 tail perak, nilai sebesar itu sama dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan perjalanan Su-hai selama setengah tahun.

Tapi karena beberapa hari lagi adalah ulang tahun Kie Tiang-lim yang ke-60, teman-teman dunia persilatannya ingin memakai kesempatan ini untuk berkumpul.

Kalau berkumpul tentu saja harus ada orang yang melayani, maka dengan terpaksa dia menyuruh Souw Thian-sia menggantikan dia menjalankan tugas ini.

Karena besok paginya mereka akan berangkat, maka sebelumnya Souw Thian-sia menjamu pedagang garam itu dan memanggil penyanyi wanita terkenal untuk menghibur mereka, tapi saat mereka sedang bersenang-senang tiba-tiba ada orang yang datang mengacau, hingga orang-orang menjadi marah! Alis Souw Thian-sia juga berkerut, dia melihat yang melakukan kekacauan adalah seorang pemuda berusia sekitar 20 tahun lebih, walaupun memegang pedang tapi sepertinya dia bukan orang persilatan, apalagi pedangnya tidak tajam.

Setelah di teliti lagi ternyata dia adalah seorang pelajar yang sama sekali tidak menunjukkan pengalaman hidup, karena Souw Thian-sia adalah seorang pesilat terkenal, dia berusaha menahan diri, dia hanya tertawa lalu bertanya.

"Apa maksud Heng-te melakukan hal ini?"

Pemuda itu menarik pedangnya dan dengan serius menjawab.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya tidak suka kata- kata terakhir tadi, itu saja!"

Pedagang garam yang bernama Thio Yan-to menjadi marah karena merasa terganggu sebab dia sedang menikmati keindahan lagu, apalagi setelah mendengar jawaban pemuda itu, membuat dia tambah tidak suka, dengan suara berat dia berkata.

"Tuan masih muda, kelihatan seperti seorang pelajar, mengapa begitu tidak tahu aturan? Kami minum arak sambil mendengarkan nyanyian, apa hubungannya denganmu? Kalau kau tidak suka, menjauhlah sedikit!"

"Di sini adalah rumah makan, semua orang boleh datang dan pergi sesukanya, apa alasanmu menyuruhku pergi?"

Thio Yan-to adalah bekas seorang pejabat, biasanya tidak ada orang yang berani melawannya, maka dia berteriak.

"Kau sudah tahu semua orang boleh datang, mengapa kau malah melarangnya bernyanyi? Nona Hun, teruskan nyanyianmu tadi dan nyanyikan dua kalimat terakhir itu!"

Tapi kata-katanya belum selesai, lehernya terasa dingin ternyata pedang tumpul itu sudah berada di lehernya.

Thio Yan-to memang sudah terbiasa membentak orang tapi apa yang dia alami sekarang benar-benar membuatnya terkejut.

Rasa terkejut ini membuat tubuhnya yang penuh dengan daging terus bergoyang-goyang dia tidak sanggup bicara lagi.

Souw Thian-sia melihat pemuda itu mengancam Thio Yan- to dengan pedang, dia segera berdiri dan berusaha merebut pedang itu.

Tapi gerakan pemuda itu lebih cepat dibandingkan dia, begitu pergelangan tangannya diputar, dia sudah menghindar, Souw Thian-sia dijuluki 'Kiam-seng' tentu saja ilmu pedangnya sangat tinggi.

Walaupun dengan tangan kosong, jurus- jurusnya tetap lihai.

Dalam pikirannya pedang pemuda itu pasti bisa direbutnya, siapa sangka ternyata pemuda itu bisa menghindar, dia terkejut dan merasa tidak boleh memandang sebelah mata kepada pemuda itu.

Saat dia melihat pedang lawannya rasa terkejutnya bertambah lagi, sebab di atas pedang itu sudah menempel segumpal rambut berwarna putih.

Rambut putih itu adalah rambut dari janggut milik Thio Yan-to.

Dengan pedang tajam memotong rambut atau janggut rasanya tidak aneh, pedang yang dipegang pemuda itu belum diasah, pedangnya masih tumpul tapi begitu dia menggerakkan pedang ternyata bisa memotong janggut orang, dari sini dapat diketahui kalau tenaga dalam orang ini tidak lemah, boleh dikatakan pedang tumpul menjadi pedang hidup.

Thio Yan-to masih tidak, sadar kalau janggutnya sudah tertebas, dia masih mengira begitu Souw Thian-sia beraksi maka pemuda itu akan segera melepaskan pedang dari lehernya, dia masih mengira Souw Thian-sia bisa mengatasi pemuda itu, maka dia berteriak.

"Pengurus Souw, cepat tangkap bocah ini!"

Pemuda itu tertawa dingin.

"Thio Tay-ya, kau sudah mundur dari posisi sebagai pejabat, kau tidak punya hak lagi sembarangan menangkap orang."

Thio Yan-to masih tidak mengerti, dia tetap marah dan berteriak.

"Pengurus Souw, cepat tangkap dia! Semua pejabat di sini adalah temanku, setelah kau menangkapnya, aku akan membuat surat pengantar supaya dia di penjara selama 8-10 tahun."

Sikap pemuda itu masih dingin.

"Pengurus Souw, perusahaan perjalanan Anda sangat terkenal di dunia persilatan dan ketua perusahaan perjalanan Su-hai adalah seorang pendekar, kalian Kim-leng-su-seng juga sama terkenalnya, maka aku masih menghormati kalian, tapi kalau Tuan lupa pada kebenaran dan ingin menjadi tameng pejabat korup ini, aku tidak akan sungkan-sungkan lagi kepada kalian!"

Thio Yan-to sangat terkenal dengan perbuatan korupnya, kali ini dia pensiun dan ingin pulang kampung, karena laporan seseorang kepada atasannya, untung dia pintar dalam pergaulan, dengan segala cara dia masih bisa mempertahankan kepalanya.

Setelah Souw Thian-sia mendengar kata-kata pemuda ini wajahnya menjadi merah, dia tetap menahan emosinya.

"Kami hanya orang-orang yang membuka usaha, kalau ada orang yang ingin bertransaksi dengan kami tentu kami akan menerimanya, masalah lainnya kami tidak mau turut campur!"

Pemuda itu tertawa, katanya.

"Kecuali membuka perusahaan perjalanan, melindungi barang yang dibawa, apakah Pengurus Souw akan menjadi tukang pukul atau menangkap orang dengan sembarangan?"

Souw Thian-sia tidak bisa membantah, dia hanya berkata.

"Hari ini aku menjamu tamu-tamuku, wajar kalau aku melindungi tamuku, kalau Tuan bersikap demikian, sepertinya kau mencari masalah dengan kami."

Kata pemuda itu.

"Bagaimana menurut Pengurus Souw sendiri?"

Souw Thian-sia adalah orang yang berpengalaman, dengan nada mengajak bertarung dia segera mempunyai jawaban yang tepat, dia tersenyum dan berkata.

"Tuan tahu sendiri, di tempat terbuka seperti ini kau sembarangan mengeluarkan pedang dan mengancam orang, kau sendiri seharusnya tahu apa yang harus kau lakukan sekarang!"

Pemuda itu dengan sangat enak menjawab.

"Pengurus Souw bisa melihat dengan jelas kalau pedangku ini belum diasah, dan ujung pedang pun masih tumpul, dengan pedang seperti ini apakah aku bisa melukai orang dan bisa membuat orang merasa terancam?"

"Tapi gerakan Tuan tadi termasuk mengancam, aku adalah orang persilatan, aku tidak mau membuat masalah, asalkan kau meletakkan senjata dan meminta maaf, itu sudah cukup...."

Thio Yan-to segera berteriak.

"Kau tidak boleh melepaskan dia begitu saja! Dengan cara apa pun kau harus menangkapnya, Pengurus Souw!"

Souw Thian-sia mulai marah dia menjawab dengan dingin.

"Thio Tay-ya, kami hanya bertanggung jawab mengantarkan barang sampai ke tempat tujuan, tapi kami tidak berkewajiban demi tamu harus berkelahi atau menangkap orang!"

Thio Yan-to benar-benar tidak menyangka Souw Thian-sia akan menjawab demikian, dia terpaku kemudian baru berteriak.

"Tapi aku sudah membayar banyak kepada kalian, ongkos-ongkos itu termasuk melindungiku dan juga hartaku!"

"Betul, kalau barang yang kami bawa hilang, kami akan bertanggung jawab mengganti semua kerugian, sedangkan terhadap keamanan dan keselamatan Tay-ya, kami juga wajib melindunginya tapi tidak menggantinya karena nyawa orang sangat berharga. Tapi Tay-ya jangan khawatir, kecuali kalau kami mati semua, kalau tidak kami tidak akan membiarkan Anda terluka, tanggung jawab kami hanya sampai di sana, dan dalam kontrak kita bukankah sudah tertulis dengan jelas?"

"Kontrak baru saja selesai dibuat, barang yang "

Kami bawa belum berangkat, apakah Tay-ya merasa kami tidak bertanggung jawab? Anda boleh menarik kembali kontrak itu dan mencari perusahaan perjalanan yang lain!"

Thio Yan-to segera terdiam, dulu dia pernah mengirim hartanya pulang kampung, tapi selalu saja dirampok, tapi setelah mengenal perusahaan perjalanan Su-hai, beberapa kali dia mengirim hartanya dan dengan aman sampai di tempat tujuan, maka selain perusahaan perjalanan Su-hai tidak ada perusahaan perjalanan lain yang pekerjaannya rapi, terpaksa dia menutup mulut dan menekan kemarahannya.

Pemuda itu melihat Souw Thian-sia mengambil sikap tegas, dia seperti merasa puas, dia menarik kembali pedangnya dan berkata.

"Pengurus Souw, Anda benar-benar seorang pendekar, aku anggap hal ini sudah selesai!"

Dia akan meninggalkan tempat itu, tapi Souw Thian-sia sudah berkata.

"Heng-te tunggu, kau belum membereskan masalah denganku!"

Sambil menoleh pemuda itu bertanya.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Masalah apa?"

"Tinggalkan senjatamu dan minta maaf!"

"Minta maaf kepada pejabat korup ini?"

"Tidak! Karena perbuatanmu tertuju kepada perusahaan perjalanan kami, kalau kau tidak mau minta maaf, bagaimana kami akan menjalankan usaha perjalanan ini?"

"Kalau aku tidak mau mengakui kesalahan?"

"Terpaksa aku akan menghukummu!"

"Baiklah, memang Kim-leng-su-seng sangat terkenal, aku ingin tahu sampai di mana kehebatan kalian? Hanya saja tempat ini tidak cocok!"

"Betul, tempat dan waktunya boleh ditentukan olehmu!"

"Sekarang aku masih ada keperluan, aku tidak bisa lama- lama berada di sini, bagaimana kalau tepat pada saat ketua perusahaan Anda berulang tahun yang ke-60, aku akan datang untuk memberi selamat, sekalian membereskan masalah kita."

"Rasanya saat itu tidak tepat, sebab besok aku akan berangkat mengantarkan barang-barang Tuan Thio...."

Pemuda itu tersenyum dan berkata.

"Lebih baik Tuang Souw tunggu sampai 1-2 hari, karena masalah kita belum selesai, barang yang kau bawa juga tidak akan aman."

"Apakah Heng-te ini sudah lama mengincarku?"

Pemuda itu menggelengkan kepala.

"Tidak, aku memang sudah lama tidak suka dengan pejabat korup ini tapi aku tidak punya masalah dengan perusahaan perjalanan Anda, hanya khawatir bila Tuan Souw mengantarkan barang dan terjadi sesuatu, kecurigaan akan diarahkan kepadaku, dan aku akan jadi kambing hitamnya!"

Mendengar kata-katanya, sepertinya masih ada maksud lain, Souw Thian-sia benar-benar marah, tapi dia berusaha menguasai diri, dengan nada datar dia berkata.

"Baiklah, kita akan bertemu esok lusa, apakah Heng-te bisa menyebutkan she dan nama perguruan, serta tempat lahir...."

Pemuda itu berpikir sebentar dan berkata.

"Boleh saja, aku she (marga) Lim, namaku Hud-kiam, tentang dari mana perguruanku, maaf aku tidak bisa memberitahu, karena aku memang tidak masuk perguruan mana pun, tentang tempat lahirku Anda lebih-lebih tidak perlu tahu."

Kemudian dia mengeluarkan sepotong uang berwarna perak, pelan-pelan dia meletakkannya di atas meja, kemudian mengeluarkan satu tail emas, dia meletakkannya di depan Hun Ki-hoa.

"Nona Hun, maaf tadi membuatmu terkejut, ini ada sedikit hadiah sebagai permintaan maaf dariku, tapi lain kali kalau menyanyikan lagu Kang-lam-hoo, lebih baik 2 kalimat terakhir dihilangkan saja karena tidak enak didengar."

Diiringi pandangan banyak orang dia turun dari loteng, begitu sosoknya menghilang, Thio Yan-to dengan marah berkata.

"Pengurus Souw, mengapa kau membiarkan dia pergi?"

Souw Thian-sia tertawa kecut.

"Bagaimana tidak melepaskan dia, kalau bisa menahannya sudah dari tadi kulakukan."

"Apakah dia begitu lihai?"

Tanya Thio Yan-to.

"Nama Lim Hud-kiam belum pernah kudengar di dunia persilatan, tapi ilmu silatnya sangat tinggi, untung Tuan hanya kehilangan segumpal janggut dan nyawa Anda tidak melayang, itu sudah beruntung!"

Dengan cepat Thio Yan-to mengelus janggutnya, dia baru sadar kalau janggutnya yang berbentuk seperti janggut kambing hanya tersisa 1 inci lagi, dia terkejut dan dengan sedih berkata.

"Pengurus Souw, mengapa tidak dari tadi kau memberitahuku, janggut ini sudah kupelihara selama puluhan tahun. Menurut buku ramal, janggut ini bisa memberikan istri dan anak yang baik, bisa membuat makmur, semua mengandalkan Hong-sui dari janggut ini, sekarang janggutku hilang...."

Kata Souw Thian-sia.

"Seperti apa wibawa Tuan, aku tidak tahu, tapi kelihatannya pemuda itu sangat tidak menyukai Tuan, kalau aku memberitahu kalau janggut Tuan sudah hilang pasti Tuan akan marah, kalau kata-kata Tuan tidak berkenan di hatinya dia akan membunuh Tuan, dan aku tidak bisa mengganti nyawa Tuan!"

"Apakah ilmu silatnya lebih tinggi dari Pengurus Souw?"

"Sulit dikatakan karena kami belum pernah bertarung, tapi melihat peristiwa tadi dengan sebilah pedang tumpul dia bisa menebas janggut Tuan, berarti ilmu silatnya tidak berada di bawahku, aku tidak menyangka akan bentrok dengan orang ini, sedangkan senjata yang biasa kupakai masih berada di kantor perusahaan perjalanan, aku bukan lawannya kalau melawan dengan tangan kosong...."

Thio Yan-to tampak terpaku, setelah itu dia baru bertanya lagi.

"Sepertinya perjalanan kita akan tertunda, tapi keluargaku sudah bersiap-siap...."

"Terpaksa perjalanan ini harus ditunda, sebab mendengar perkataannya, selama perjalanan nanti sepertinya sudah ada yang mengincar barang yang Tuan bawa, aku tidak sanggup melawan kalau hanya mengandalkan kekuatanku sendiri, aku harus mencari orang untuk membantuku, berarti harus menunggu sampai selesai pesta ulang tahun ketua kami baru bisa mencari tenaga bantuan...."

"Kalau begitu, berarti harus menunggu selama beberapa hari lagi?"

"Benar, kontrak telah dibuat, kantor kami harus bertanggung jawab atas keamanan harta benda Tuan, kalau Tuan Thio ingin membatalkan kontrak, kantor kami akan menyambutnya dengan baik, memang kami menerima ongkos perjalanan dengan harga tinggi, tapi tanggung jawab kami terhadap perjalanan ini juga sangat berat...."

Dengan serius Souw Thian-sia berpesan.

"Aku harap selama perjalanan nanti, Tuan harus lebih bisa menahan diri, karena perjalanan kita kali ini ke Su-chuan sangat jauh, sepanjang perjalanan nanti kita akan bertemu berbagai macam orang, kalau kita membuat mereka tersinggung, akan timbul masalah besar, bagi kami sebagai pengawal perusahaan perjalanan paling-paling hanya gugur karena tugas, tapi bagi Tuan sepertinya tidak pantas."

Dengan terpaksa Thio Yan-to terus mengangguk, dia tidak jadi minum arak dan buru-buru ingin pulang.

Sewaktu pelayan datang untuk menagih pembayaran, mereka baru tahu kalau uang perak dan uang emas yang ditinggalkan Lim Hud-kiam tadi menancap ke dalam meja.

Souw Thian-sia harus mencongkelnya baru bisa mengeluarkan uang itu, hal ini membuat Thio Yan-to semakin takut, sebab Lim Hud-kiam tadi hanya meletakkan uang itu dengan pelan sampai suara pun tidak terdengar, ternyata uang itu menancap dengan dalam, dapat dibayangkan kemampuan ilmu silatnya seperti apa.

Bulan 3 tanggal 28 Cuaca masih turun hujan, demi merayakan ulang tahun ketua yang ke-60, mereka pun mulai sibuk, teman-teman dari jauh dalam waktu 1-2 hari ini akan segera tiba, tapi pada malam bulan 3 tanggal 27, orang yang minum arak merasa semua ini tidak menyenangkan.

Bulan 3 tanggal 28 pagi, di kantor perusahaan perjalanan mulai dibuat panggung, semua orang sedang menyibukkan diri, tapi wajah mereka terlihat tegang, senjata terselip di pinggang mereka, sepertinya mereka sudah siap kalau ada musuh yang datang menyerang, orang lain yang melihatnya merasa aneh.

Semua mengira karena malam kemarin Souw Thian-sia dan pemuda itu sudah berjanji akan bertarung pada hari ini, tapi sebenarnya Kie Tiang-lim mempunyai kekhawatiran lain, itu karena teman lamanya...

Pendekar Hun-lam yang bernama In Tiong-ho tiba-tiba datang dan membawa kabar yang membuat orang bergetar.

Dulu ketika Jit-in-sin-liong Kie Tiang-lim berkelana di dunia persilatan, dia sangat terkenal dengan sebilah pedang dia menjelajahi utara dan selatan, dia juga berhasil membunuh iblis terkenal di Hun-lam, Lo-toa dari Lan-tiang-sam-sat, Ang- bin-sat-sin (Elmaut berwajah merah), Yu Ta-tong, melukai Hek-bin-sat-sin (Elmaut berwajah hitam) Yu Ji-tong, dan Lan- bin-sat-sin (Elmaut berwajah biru) Yu Sam-tong, mereka masing-masing buntung sebelah tangannya, itu terjadi 20 tahun yang lalu, setelah itu Lan-tiang-sam-sat menghilang dan tidak pernah muncul lagi.

Tapi sewaktu In Tiong-ho datang untuk memberi ucapan selamat ulang tahun kepada teman baiknya, di tengah perjalanan dia melihat jejak mereka, jumlah mereka 6 orang, kecuali Siang-sat yang sudah buntung sebelah tangannya, masih ada lagi 2 laki-laki muda dan 2 gadis muda, ke empat orang muda ini pura-pura membuat sebuah pertunjukan dan berkelana di dunia persilatan, dan kebetulan mereka satu perahu dengan In Tiong-ho dalam perjalanan ke arah timur.

Kalau In Tiong-ho melakukan perjalanan selalu berpakaian rapi, hingga tidak membuat mereka yang satu perahu dengannya merasa curiga, di perahu mereka juga memainkan pertunjukan untuk mencari uang, mereka melakukan demontrasi dengan melemparkan jarum pada benda yang sedang terbang, yang memperagakannya adalah 2 gadis muda, mereka membawa sebuah sangkar burung, kemudian burung dilepaskan sepasang demi sepasang, mereka mengarah burung itu dengan jarum bajanya.

Terakhir mereka melepaskan semua burung dari sangkarnya, dan salah satu dari perempuan muda itu melayangkan tangannya, semua burung yang terbang itu terkena senjata rahasianya hingga jatuh ke sungai, mereka mengambil burung yang jatuh ke sungai dan diperlihatkan kepada para penonton, burung-burung itu ada yang terkena di matanya, masuk dari mata kiri keluar dari mata kanan.

Dua orang laki-laki mudanya tidak memberikan pertunjukan, begitu juga dengan Lan-tiang-siang-sat tapi mereka memegang sebuah senjata, warna senjata itu biru kehijauan, melihat senjata itu orang pasti langsung tahu kalau senjata mereka beracun.

Kelompok ini tiba di Bu-ouw dan mereka segera turun, tidak perlu diragukan lagi mereka datang ke Kim-leng tentu untuk membalas dendam, dulu Lan- tiang-sam-sat mempunyai ilmu yang hebat.

Sekarang 20 tahun telah berlalu, mereka pasti sudah mempunyai persiapan yang cukup, hal inilah yang membuat Kie Tiang-lim khawatir.

Mengenai Lim Hud-kiam itu hanyalah masalah kecil, untungnya dia malah menghalangi kepergian Souw Thian-sia, membuat perjalanan mereka diundur.

Kalau tidak Souw Thian- sia yang membawa barang milik Thio Yan-to akan bertemu mereka melalui jalan air, di Kim-leng pasti sudah ada yang merencanakan merampok barang yang dibawa oleh Souw Thian-sia.

Siang hari, bos-bos yang tinggal di kota Kim-leng datang untuk memberikan ucapan selamat, karena Kie Tiang-lim mempunyai masalah yang gawat, dia tidak terlalu bersemangat melayani para tamu yang datang ke rumahnya.

Dia hanya mempersilahkan tamunya masuk ke ruangan.

Tiba-tiba To-seng Bu Ta-kuang masuk dengan bersemangat dan memberi kabar.

"Pak-hai-kiam-im Ciam Lo-cianpwee datang membawa Pi-sia Sumoi."

Dengan senang Kie Tiang-lim menyambut ke depan, Kie Tiang-lim hanya mempunyai seorang putri bernama Kie Pi-sia, dia baru berusia 22 tahun dan berguru kepada Pak-hai-kiam- im, Ciam Giok-beng, sedang Kie Tiang-lim adalah murid terakhir Kian-kun-it-kiam Siau Pek, Siau Pek dijuluki raja pedang, selama hidupnya dia hanya menerima 3 murid, mereka adalah Pak-hai-kiam-im Ciam Giok-beng, Lam-huang- kiam-sou Lok Su-hoan, dan Kie Tiang-lim, di antara ketiga orang itu Kie Tiang-lim lah yang paling terkenal, tapi kalau dilihat dari ilmu silat, kedua Suhengnya lebih tinggi, hanya saja mereka berdua jarang berkelana di dunia persilatan, maka kehidupan mereka lebih tenang.

Setelah Siau Pek meninggal, Lok Su-hoan pun menghilang jejaknya, orang hanya tahu namanya saja, Ciam Giok-beng tinggal di Pak-hai, dia menerima seorang murid, yaitu Kiam- seng Souw Thian-sia, karena Kie Tiang-lim sibuk bekerja dia tidak mempunyai banyak waktu mengurus putrinya, maka 6 tahun yang lalu dia mengantarkan putrinya ke tempat Suhengnya untuk belajar ilmu pedang, hingga sudah 6 tahun ayah dan anak ini tidak bertemu.

Kali ini dia berulang tahun yang ke 60th, karena Ciam Giok- beng adalah Suhengnya, dia tidak berharap Ciam Giok-beng bisa datang memberi ucapan selamat kepadanya, tapi tidak disangka Suhengnya tiba-tiba datang mengucapkan selamat, maka berita ini sungguh menggembirakannya.

Tentu saja bukan saja ayah dan anak bisa bertemu, kedatangan Suhengnya juga memberi semangat kepadanya untuk melawan Lan-tiang-siang-sat, sebab Kie Tiang-lim tahu bila ingin maju dalam bidang ilmu silat maka harus rajin berlatih, tapi selama beberapa tahun ini dia sibuk berusaha, ilmu silatnya memang tidak mengalami kemunduran, tapi juga tidak mengalami kemajuan, Lan-tiang-siang-sat yang kembali ke dunia persilatan bagaimana kekuatan mereka, tidak ada seorang pun yang tahu.

Ciam Giok-beng sudah lama tinggal di Pak-hai, setiap hari selalu memperdalam ilmu silatnya, dan dia adalah murid pertama dari gurunya, banyak ilmu andalan Kian-kun-kiam yang hanya diwariskan kepadanya.

Maka ilmu silatnya lebih tinggi dibandingkan Kie Tiang-lim.

Sekarang setelah ada orang yang memiliki ilmu silat lebih tinggi darinya datang membantu, benar-benar membuatnya senang, begitu tiba di depan pintu Souw Thian-sia memberi hormat kepada gurunya Kie Tiang- lim pun segera berlutut dan berkata.

"Merepotkan Toa-suheng datang di hari ulang tahunku...."

Walaupun Ciam Giok-beng sudah berusia 70 tahun tapi bila dibandingkan Kie Tiang-lim dia terlihat lebih muda, dia tertawa dan berkata.

"Lo-sam, ayo cepat bangun! Kita bersaudara, mengapa harus melakukan adat seperti itu?"

Dia memapah Kie Tiang-lim bangun, kemudian Kie Pi-sia memberi hormat kepada ayahnya, Ciam Giok-beng tertawa dan mengomel.

"Lo-sam, kau menitipkan anak gadismu kepadaku, aku benar-benar kelelahan, beberapa kali rumahku hampir dibongkarnya, aku benar-benar tidak tahan, maka pada kesempatan memberi ucapan selamat ulang tahun kepadamu, aku kembalikan dia kepadamu, kalau tidak aku sungguh tidak punya waktu bisa istirahat."

Kie Tiang-lim melihat putrinya, dia sudah tumbuh dewasa, hal ini membuatnya senang, dia pun bergurau.

"Pi-sia, apakah di tempat Supek kau telah berbuat nakal?"

"Tidak, hanya saja Toa-supek selalu menyimpan rahasianya, dia menciptakan ilmu pedang tapi tidak mengajarkannya kepadaku, terpaksa aku terus mengikutinya, rumah-rumah itu paman sendiri yang menepisnya dengan pedang hingga rusak saat berlatih ilmu pedang,"

Kata Pi-sia. Ciam Giok-beng tertawa.

"Kau bukan berlatih ilmu silat yang betul, malah seperti mencari masalah denganku, pedangmu membuat ku tidak bisa berbuat apa-apa...."

"Kalau bukan dengan cara seperti itu apakah Supek akan mengeluarkan jurus-jurus andalan Supek? Ayah, Toa-supek licik, Tay-lo-kiam-hoat yang berjumlah 18 jurus, paman hanya mengajarkan 9 jurus padaku, setengahnya lagi paman tidak mau mengajarkannya kepadaku, terakhir sewaktu latihan semua jurus yang kumiliki kukeluarkan semua, demi menghindari seranganku paman mengeluarkan 6 jurus lagi, jurus-jurus itu benar-benar lihai, baru saja satu jurus dikeluarkan, genting rumah jadi terbang semua berikut dengan kayu-kayunya, sedangkan 3 jurus lagi, paman selalu menolaknya mengajarkan kepadaku, walaupun aku memohon dengan cara apa pun. Ayah, kali ini kau harus membantuku agar Supek mengajarkan 3 jurus yang tersisa...."

Kie Tiang-lim sedikit heran dan berkata.

"Tay-lo-kiam-hoat adalah ilmu pedang milik guru yang dirahasiakan dan tidak diajarkan kepada siapa pun, katanya hanya ada 12 jurus, apakah Suheng menambahkan 6 jurus lagi?"

"Kepandaian guru sangat tinggi, aku hanya mendapatkan sedikit ilmunya, setelah sekuat tenaga berusaha, aku hanya bisa menambahkan 4 jurus, sedangkan 2 lagi bisa diciptakan tapi tidak bisa menyambung dengan 16 jurus di depannya, setelah diperagakan aku sendiri pun tidak sanggup mengendalikannya, kalau tidak masa aku tidak mengajarkannya kepada Pi-sia?"

Dengan cemberut Pi-sia berkata.

"Paman bohong, sewaktu aku melihat Paman berlatih, 18 jurus itu sangat bagus diperagarakan, mengapa Paman bilang tidak sanggup mengendalikannya?"

Dengan serius Ciam Giok-beng berkata.

"Benar, sewaktu aku berlatih kelihatannya bisa menyambung, tapi saat menghadapi musuh tidak semudah itu! Dengan pengalamanku selama puluhan tahun, aku hanya bisa mencapai tahap itu, bagaimana aku bisa mengajarkan kepadamu kalau situasinya seperti itu, salah-salah mungkin kau bisa terluka sendiri...."

"Pi-sia, dari kecil kau sudah berlatih ilmu pedang, seharusnya kau tahu aturan ilmu pedang!"

"Aku sudah bosan mendengarnya!"

Kata Pi-sia.

"Kau bosan mendengar tapi kau tidak mengerti! Aku sendiri tidak bisa menguasai diri mana mungkin aku mengajarkannya kepadamu?"

Kata Ciam Giok-beng. Kie Pi-sia masih ingin membantah tapi Kie Tiang-lim sudah menyela.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pi-sia, Supek sudah datang ke rumah kita, kau harus mempersilahkan Supekmu masuk, itu adalah kewajiban seorang muda!"

Ciam Giok-beng dengan cepat berkata.

"Lo-sam, aku sudah mengucapkan selamat kepadamu, nanti kau akan kedatangan banyak tamu, kau tahu aku paling tidak suka bertemu banyak orang, maka lebih baik aku cari tempat sepi, nanti kalau kau ada waktu luang, baru kita mengobrol...."

Dengan cepat Kie Tiang-lim berkata.

"Suheng, kalau hanya datang demi ulang tahunku, aku tidak berani meminta banyak kepada Suheng untuk tinggal di sini, kali ini keadaan benar- benar tidak sama, Suheng harus tinggal di sini, karena hari ini akan terjadi sesuatu, mungkin aku harus meminta bantuan Suheng!"

Setelah sedikit terpaku Ciam Giok-beng baru berkata.

"Lo- sam, aku memang jarang berkelana di dunia persilatan, tapi aku sering mendengar kalau usahamu lancar-lancar saja, apakah ada orang yang datang untuk membuat keributan?"

Melihat di sisinya sudah berkumpul banyak orang, Kie Tiang-lim berkata.

"Mari kita masuk, kita mengobrol di dalam, memang bukan masalah besar, tapi cukup merepotkan untuk ditangani!"

Memang Pak-hai-kiam-im Ciam Giok-beng jarang berkelana di dunia persilatan, tapi banyak yang tahu kalau dia adalah murid pertama Kiam-ong, Siau Pek, dan dia juga Toa-suheng Kie Tiang-lim, maka setelah mereka berada di dalam, teman- teman dari dunia persilatan segera berdiri dan memberi hormat, Ciam Giok-beng terus menganggukkan kepalanya untuk membalas penghormatan mereka, Kie Tiang-lim tahu kalau Suhengnya tidak ingin bertemu dengan banyak orang maka dia tidak memperkenalkan Suhengnya kepada siapa pun, sampai di ruang makan, dia baru memperkenalkan Pendekar Hun-lam, In Tiong-ho kepada Suhengnya dan berkata.

"Suheng, aku tidak punya banyak waktu karena sudah banyak tamu yang datang, aku juga tidak ada waktu menceritakan semua ini, biar In Toako yang pelan-pelan menceritakannya kepadamu."

Waktu itu dia juga memerintahkan Souw Thian-sia untuk menemani Suhunya dan melaporkan tentang Lim Hud-kiam, dia akan melayani para tamu yang telah datang.

Hari telah siang, sayur-sayur dan arak telah disusun di atas meja makan, teman yang datang pun sangat banyak, hanya Lim Hud-kiam yang telah berjanji akan datang belum muncul, Lan-tiang-siang-sat juga tidak terlihat bayangannya, maka Kie Tiang-lim bsia menghampiri meja Ciam Giok-beng, setelah duduk dia baru berkata.

"Suheng, apakah kau sudah jelas duduk persoalannya?"

Ciam Giok-beng mengangguk, dengan serius dia berkata.

"Mengenai Lan-tiang-siang-sat yang datang untuk membalas dendam, aku kira kau tidak perlu takut, memang jangan memandang remeh musuh, tapi kita berada dalam posisi yang benar, kalah atau menang tidak jadi masalah, aku malah mengkhawatirkan pemuda she Lim itu!"

Kie Tiang-lim merasa aneh.

"Mengapa masalah seorang pemuda yang tidak terkenal, Suheng memandang begitu penting?"

"Hal ini tidak seperti dugaanmu, aku takut pemuda itu datang karena dirimu!"

"Selama aku berkelana di dunia persilatan mungkin banyak musuh, tapi semenjak Suhu meninggal, aku belum pernah meninggalkan kota Kim-leng, mana mungkin aku membuat dendam dengan orang lain?"

"Mungkin bukan dendam biasa, tapi dendam antara perguruan kita, dulu aku tidak berniat membicarakannya denganmu."

Mendengar nama perguruannya disebut, Kie Tiang-lim terpaku, dengan serius Ciam Giok-beng berkata.

"Apakah kau pernah mendapat kabar tentang Lo-ji?"

"Tidak, tidak pernah, semenjak Suhu meninggal, aku belum pernah mendengar beritanya lagi, apakah Suheng sudah mendapatkan kabar tentang Lo-ji?"

"Lo-sam, kau yang paling akhir masuk perguruan kita, kau hanya 5 tahun ikut dengan Suhu, tapi karena bakatmu yang besar, hampir semua ilmu silat Suhu bisa kau kuasai, kecuali rumus Tay-lo-kiam-hoat, apakah kau tahu apa sebabnya?"

"Aku tahu, Suhu sedari muda belajar ilmu pedang, di usia setengah baya menekuni agama, di masa tuanya baru mengabdikan diri kepada banyak orang, dan beliau bercita-cita akan mengabdi kepada banyak orang dengan ilmu silatnya, karena Toa-suheng dan Ji-Suheng bukan orang yang tepat maka guru menerimaku menjadi muridnya, dengan rasa tanggung jawab ini guru berpesan supaya aku membuka perusahaan perjalanan, semua ini adalah pesan terakhir dari guru...."

"Benar, sebetulnya guru menunjuk Lo-ji untuk melaksanakan tugas ini, tapi Loji tidak setuju dan hampir bertengkar dengan guru, maka guru menerimamu menjadi muridnya, setelah guru meninggal, Lo-ji pernah mencariku, dia ingin memperdalam Tay-lo-kiam-hoat, Suhu tidak suka Lo-ji karena tidak mau menuruti keinginannya, Suhu pernah melarangnya mempelajari Tay-lo-kiam-hoat, karena alasan ini aku jadi menolaknya, memang waktu itu dia tidak sampai bentrok denganku, tapi sikapnya menjadi tidak bersahabat, dia pernah mengatakan akan menciptakan jurus-jurus pedang yang baru untuk mengalahkan ilmu pedang guru yang bernama Tay-lo-kiam-hoat!"

"Mengapa Suheng tidak pernah menceritakan masalah ini kepadaku?"

"Lo-ji memang pernah berbuat salah, tapi Suhu pun terlalu keras, semenjak Suhu meninggal, sebenarnya aku bisa mengambil banyak keputusan tapi aku malah menolaknya, maka aku merasa menyesal...."

"Perintah Suhu seberat gunung, Suheng tidak bersalah."

"Aku tahu sifatmu sangat serius, maka aku tidak memberitahu hal ini kepadamu supaya setelah bertemu dengan Lo-ji, kalian tidak akan bentrok, Suhu hanya memiliki 3 murid, kalau kita bertiga tidak akur, itu akan membuat Suhu sedih!"

"Suhu sudah meninggal 20 tahun yang lalu, aku juga sudah 20 tahun tidak bertemu Ji-suheng, mungkin saja dia...."

"Selama 20 tahun ini aku ingin sekali bertemu dengannya untuk menjelaskan kesalahpahaman ini, tapi aku tidak pernah bertemu dengannya, aku selalu dengan cara lain menyampaikan kesalahanku, sebenarnya Suhu menyuruhku menerima seorang murid dan menyuruhku memperdalam ilmu pedang tapi tidak terjun ke dunia persilatan. Aku merasa ini terlalu kaku maka aku menyuruh Thian-sia ke perusahaan perjalanan ini untuk membantumu dan Tay-lo-kiam-hoat yang tidak boleh dipelajari, kuajarkan kepada Pi-sia, semua ini caraku untuk menjelaskan semuanya kepada Lo-ji, kalau dia datang mencariku aku akan mengajarkan Tay-lo-kiam-hoat semuanya...."

"Kalau hanya karena hal kecil seperti itu, Ji-supek sampai marah, itu benar-benar keterlaluan!"

Kie Tiang-lim membentak.

"Anak kecil jangan memberi komentar kepada yang lebih tua!"

"Sebenarnya Lo-ji marah itu pantas, sebab bakatnya melebihi aku, Suhu memaksanya berjalan di jalan yang tidak dia inginkan, itu bukan salahnya. Saat Suhu bertengkar dengannya aku mendukung sekaligus kasihan kepadanya, begitu Suhu menyuruhku aku langsung menolaknya, maka hal itu sudah membuatnya memaafkan aku."

"Apakah Suheng menduga kalau anak muda itu adalah murid dari Ji-suheng?"

"Aku yakin 80% tapi di lain pihak aku berharap bukan."

"Suheng belum bertemu orangnya, mengapa bisa menganggap kalau dia memang murid Ji-suheng?"

"Kakek gurumu di usianya yang setengah abad baru menganut agama Budha, Cap-pwee-Tay-lo-sek adalah jurus pedang yang diciptakannya sewaktu beliau belajar agama Budha. Pemuda itu bernama Lim Hud-kiam, dari namanya saja bisa dibayangkan, memang mengandung agama Budha, Lo-ji pernah mengatakan dia akan menciptakan jurus pedang yang berbeda yang pasti dari kata 'Hud' itu (Hud= Budha)."

Kata In Tiong-ho.

"Aku tidak setuju dengan kata-kata Ciam Tayhiap, karena nama adalah pemberian dari orang tua, kalau pemuda itu she Lok, apakah kita akan mengira kalau dia adalah keturunan Pendekar Lok, she tidak sama hanya menebak dari namanya, aku kira ini tidak mungkin."

"Tapi aku masih mempunyai satu bukti lagi, pedang pemuda itu sangat tumpul, ini adalah hal yang jarang terjadi, Hud-kiam kalau dijelaskan secara agama Budha artinya adalah tidak boleh membunuh, karena itu namanya sangat tepat mungkin setelah dia menjadi murid Ji-sute namanya diubah, apalagi pemuda itu seperti sengaja mencari keributan dengan muridku Souw Thian-sia, dan dia memilih waktu saat Kie Sute berulang tahun ke-60 untuk bertarung dengan muridku, apakah semua ini hanya kebetulan?"

Kie Tiang-lim mengangguk.

"Mendengar penjelasan Suheng, aku merasa semua ini masuk akal, tapi mengapa Suheng berharap bukan dia?"

Ciam Giok-beng menarik nafas lalu berkata.

"Lo-ji tidak datang sendiri, tapi menyuruh muridnya, apakah karena dia sudah meninggal? Maka aku berharap pemuda itu tidak ada hubungannya dengan Lo-ji, supaya aku masih mempunyai waktu untuk menjelaskan dan meminta maaf kepada Ji-sute, kalau tidak seumur hidup aku tidak akan tenang!"

Tidak ada seorang pun yang bicara, terakhir Souw Thian-sia berkata.

"Pemuda itu berilmu tinggi, tapi jurus-jurusnya berbeda denganku, mungkin dia bukan orang yang Guru perkirakan."

Kata Ciam Giok-beng.

"Ji-susiokmu adalah orang yang selalu menyatukan teori dan praktek, kalau dia ingin menciptakan ilmu pedang yang berlawanan dengan Tay-lo- kiam-hoat, dia bisa membuang semua ilmu yang telah dia pelajari dan mencari ilmu baru, semakin berbeda jurus-jurus pemuda itu berarti semakin besar kemungkinan pemuda itu muridnya Ji-sute."

Kata Kie Tiang-lim.

"Bila dia adalah murid Ji-suheng, kita tetap satu perguruan, paling-paling dia hanya marah sejenak, Toako tidak perlu khawatir, tapi antara Lan-tiang-siang-sat dan aku tersimpan dendam karena aku telah membunuh Lo- toanya, orang yang datang pasti tidak bermaksud baik, selama beberapa tahun ini aku sering berkelana di dunia persilatan, aku sudah mengabaikan ilmu silat, maka aku tidak begitu yakin bisa menang dari Lan-tiang-siang-sat, maka aku ingin Suheng bisa membantuku."

Ciam Giok-beng mengangguk.

"Itu sudah pasti, Lo-sam, karena kau telah membunuh Yu Ta-tong demi membela kebenaran dan keadilan, jangankan kita Suheng dan Sute, teman-teman yang ada di pestamu demi membela kebenaran, mereka juga tidak akan berpangku tangan begitu saja...."

Mendadak ada orang datang melapor.

"Tay-ya, Tuan Thio Yan-to datang memberi selamat."

Kie Tiang-lim mengerutkan alis.

"Aku tidak suka pada orang ini, dia mengira dengan uang apa pun bisa dia lakukan, dia juga selalu membawa-bawa jabatan, aku malas melayani dia, Thian-sia, biar kau saja yang menemani dia, kalau bisa jangan biarkan dia masuk."

Setelah Souw Thian-sia mendapat perintah, dia langsung keluar, tapi tidak lama kemudian dia kembali lagi dan berkata.

"Susiok, ada hadiah dari Thio Yan-to, dia datang bersama orang pertunjukan."

"Apakah mereka adalah Lan-tiang-siang-sat?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"Aku belum sempat bertemu dengan mereka, tapi kemungkinan besar benar, 2 orang tua dan 4 orang muda, 2 laki-laki 2 perempuan,"

Kata Souw Thian-sia.

"Sesuai perhitunganku, tapi dengan cara seperti itu, ini di luar dugaanku, aku akan menjemput mereka!"

Kata Kie Tiang- lim.

"Kie Toako, biarlah Siaute yang ke sana, aku lihat dulu, apakah itu memang mereka,"

Kata In Tiong-ho.

"Betul, lebih baik In-heng yang ke sana, kalau bukan Lan- tiang-siang-sat ditolak saja, kalau memang mereka, Lo-sam harus pura-pura tidak mengenali mereka, kita tunggu apa kemauan mereka,"

Kata Ciam Giok-beng. In Tiong-ho mengangguk dan pergi, Souw Thian-sia tidak tenang dia ikut dari belakang. Kie Tiang-lim merasa tidak tenang, tidak lama kemudian Thio Yan-to masuk ditemani In Tiong-ho, dari jauh dia sudah memberi hormat.

"Ketua Kie, aku terlambat datang, maafkan aku, maaf."

Kie Tiang-lim melihat wajah Thio Yan-to tidak terang, mata kecilnya memancarkan ketakutan, pasti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan, maka dia segera berdiri.

"Mari, mari, Tuan Thio, silakan duduk di sini."

Dia menarik sebuah kursi memaksa Thio Yan-to duduk di sisinya, kemudian berkata.

"Tuan, kantorku sudah menerima titipan dari Anda, tapi kami tidak dapat tepat waktu berangkat, aku minta maaf, sekarang hari ulang tahunku, Tuan memberi hadiah besar, sungguh membuatku merasa tidak enak."

Dengan ketakutan Thio Yan-to pelan-pelan memberitahu.

"Ketua Kie, aku benar-benar minta maaf, aku diancam oleh orang-orang dari kelompok itu, aku terpaksa kemari."

Kie Tiang-lim pura-pura tidak mengerti dan bertanya.

"Apa maksud Tuan?"

Dengan suara lebih rendah Thio Yan-to berkata.

"Kemarin malam orang-orang dari kelompok itu datang ke rumahku dan memaksaku membawa mereka ke pesta ulang tahun Tuan, kalau tidak mereka akan membunuh keluargaku."

Kie Tiang-lim tersenyum.

"Tenanglah, Tuan Thio, aku sudah tahu identitas mereka, mereka ada sedikit selisih denganku, tidak disangka mereka telah merepotkan Tuan!"

"Mereka mengancam aku harus menarik kembali kontrakku dengan Ketua, mereka yang akan mengantar barangku dan mereka menjamin barangku akan tiba dengan selamat dan gratis sampai di tujuan."

"Mereka dulu adalah perampok terkenal, jaminan mereka bisa dipercaya,"

Kata Kie Tiang-lim.

"Tapi aku tidak berdaya kepada mereka, biar ongkos Anda lebih mahal satu kali lipat, aku merasa lebih mantap menitipkan barangku kepada Ketua Kie."

"Mengapa? Kalau Tuan menerima ide mereka, Tuan bisa irit 120 ribu tail perak."
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itu adalah harta benda yang kusimpan seumur hidup, aku tidak berani bertindak gegabah, memang persyaratan mereka menarik tapi tidak ada jaminannya, mana mungkin aku bisa percaya kepada mereka begitu saja, lebih baik aku mengeluarkan uang, dan aku juga berharap Ketua Kie sendiri yang mengantarkan barang-barangku."

"Mengapa harus aku yang mengantarkannya?"

"Karena menurut mereka, kalau ingin barangku selamat sampai di tujuan hanya ada 2 cara, pertama, mereka yang akan mengantarkannya, kedua, Ketua Kie sendiri yang mengantarkan barangku, kalau tidak akan terjadi sesuatu."

"Apa maksud mereka?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Ini adalah rencana Lan-tiang-siang-sat, kalau Tuan Thio membatalkan kontrak, nama Kie Susiok akan tercemar, kalau Kie Susiok sendiri yang mengantarkan barang Tuan Thio, sepanjang jalan mereka akan menggunakan berbagai macam cara untuk membuat Kie Susiok kerepotan,"

Jelas Souw Thian- sia.

"Itu sangat berbahaya, Ayah, jangan layani mereka!"

Kata Kie Pi-sia. Kie Tiang-lim menarik nafas panjang.

"Anak bodoh, mereka sudah mengajak bertarung, mereka memaksaku harus menerimanya, Tuan Thio, aku terima barang titipanmu, kau tidak perlu menambah uang bonus, kita tetap akan jalankan apa yang telah kita sepakati, sekarang, aku harus bertemu dengan mereka, Thian-sia, orang-orang yang dibawa oleh Tuan Thio persilahkan masuk!"

Souw Thian-sia segera pergi, Lan-tiang-siang-sat datang untuk membalas dendam dan hal ini adalah rahasia, maka Kie Tiang-lim tidak memberitahukan masalah ini kepada banyak orang, hanya berpesan kepada orang-orang perusahaan, mereka harus berhati-hati maka banyak hadirin yang tidak mengetahuinya, begitu tahu ada sekelompok orang yang datang memberi pertunjukan tamu-tamu malah senang! Tidak lama kemudian, Souw Thian-sia membawa 6 orang, yang paling depan adalah 2 orang pak tua dengan tangan hanya tinggal sebelah, di belakang mereka ada dua pemuda bertubuh tegap, wajah mereka terlihat sangat kuat, paling belakang adalah 2 gadis berumur 18-19 tahun, kecantikan mereka ada 70%, sedangkan 30% nya adalah genit, begitu Siang-sat masuk ke dalam ruangan, dua gadis itu dengan 4 mata genit terus melihat sekeliling, banyak laki-laki muda yang cabul membuka mata mereka dengan lebar-lebar.

20 tahun yang lalu, Kie Tiang-lim pernah bertarung dengan Lan-tiang-siang-sat, tapi karena lama tidak bertemu mereka, maka dia tidak begitu ingat, kalau bukan In Tiong-ho yang memberitahu dulu, dia tidak akan mengenali mereka, karena mereka terlihat sangat tua, sebetulnya umur Siang-sat tidak berbeda jauh dengannya, tapi karena mereka kurus, kering, juga lesu maka mereka terlihat lebih tua darinya sekitar 10 tahun lebih dan tidak tampak sejahat dulu.

Kie Tiang-lim pura-pura tidak mengenali mereka, dan bertanya.

"Siapa pemimpin kelompok ini?"

Salah satu dari pak tua itu menjawab.

"Aku Yu Lo-ji, itu adalah adikku Yu Lo-sam, kedua gadis ini adalah anak angkatku, Yu Bwee-nio dan Yu Leng-nio, kami adalah kelompok keluarga, maka tidak ada pemimpinnya hanya karena aku lebih tua aku yang bicara di sini, kalau ketua mempunyai pesan, tinggal beritahu kepadaku."

Kie Tiang-lim tahu Yu Lo-ji dan Yu Lo-sam adalah Yu Ji- tong, Yu Sam-tong, kedua pemuda itu adalah keturunan Yu Ta-tong, tapi Kie Tiang-lim tetap tersenyum dan bertanya.

"Pertunjukan apa yang kalian kuasai, apakah Yu Lopek bisa memberitahuku?"

Yu Ji-tong tertawa, katanya.

"Aku tahu yang datang hari ini adalah orang-orang berilmu tinggi di dunia persilatan, kalau ilmu kami tidak tinggi, kami tidak akan berani datang, kami sudah menciptakan sebuah pertunjukan, tapi belum diberi nama, sesudah diperagakan nanti, harap Tuan-Tuan sendiri yang memberi nama!"

Kie Tiang-lim tidak tahu apa rencana mereka, hanya di dalam hati sudah waspada, dia berkata.

"Baiklah, asal semua orang senang, aku pasti akan berterima kasih kepada kalian."

Yu Ta-tong berkata.

"Senang atau tidak, aku tidak bisa jamin, hanya saja aku jamin permainan ini belum pernah kalian lihat!"

Dia segera berpesan kepada 2 gadis itu.

"Ta-niu, Ji-niu, cepat pasang panggung."

Gadis yang lebih tua bernama Yu Bwee-nio langsung membuka bungkusan yang mereka bawa, begitu bungkusan dibuka semua orang merasa terkejut, karena barang yang tersimpan di dalam bungkusan itu adalah pisau tipis berukuran 10 inci, jumlahnya ada beberapa puluh, dia berdiri dan mengangkat bungkusan itu dan berkata.

"Aku beri hormat dengan Thian-li-sam-hoa." (Dewi menaburkan bunga). Kemudian dia bernyanyi sambil menari tanpa musik, lalu mengambil pisau tipis dari bungkusan kain itu, satu per satu pisau dilempar ke bawah, lagunya merdu, tapi tidak ada seorang pun yang benar-benar mendengarnya, karena gerakannya terlalu berbahaya, satu per satu pisau dilempar, tapi pisau tertancap di bawah dengan lurus, begitu lagunya selesai, 81 pisau sudah terlempar habis, menjadi barisan pisau berbentuk persegi. Orang-orang yang ada di sana kebanyakan adalah pesilat tangguh, sesudah melihat ilmu silat Yu Bwee-nio, semua menghembuskan nafas, melihat jurus ini saja bisa dikatakan di dunia jarang ada yang bisa menyaingi, sekarang orang-orang yang ada di sana baru mengetahui kalau group pertunjukan ini bukan sembarang pertunjukan, tidak ada seorang pun yang bertepuk tangan karena terkejut, Kie Tiang-lim dan Ciam Giok- beng ikut tertegun. Tiba-tiba di luar ada yang bertepuk tangan, dan berteriak.

"Bagus! Lagu ini di atas langit baru ada, di dunia ini mana mungkin bisa didengar untuk kedua kalinya..."

Seorang Kongcu muda berdiri di depan pintu, hanya Souw Thian-sia dan Thio Yan-to yang mengetahui kalau dia adalah Lim Hud-kiam yang mereka temui 2 hari lalu di rumah makan.

Dengan tersenyum dia masuk, sambil membawa sebuah undangan besar, di atas undangan tertulis Lim Hud-kiam yang menerima, dia memberi hormat kepada Kie Tiang-lim.

"Aku datang untuk memberi selamat, hanya saja orang-orang yang menjaga pintu sedang tertarik pada lagu dan tarian nona ini, terpaksa aku masuk sendiri."

Kie Tiang-lim menerima undangan itu, dia masih mengucapkan beberapa kata-kata permintaan maaf, dia melihat Ciam Giok-beng sangat perhatian kepada pemuda itu, dia sengaja mengenalkan mereka.

"Dia adalah Toa-suhengku Ciam Giok-beng, kami sangat menyukai keluwesanmu...."

Keluarga Yu mendengar nama Ciam Giok-beng mereka sangat terkejut, hanya Lim Hud-kiam yang berkata dengan santai.

"Apa kabar, Ciam Cianpwee?"

Ciam Giok-beng melihat dia seperti tidak mengenalinya, lalu dia memancing lagi.

"Apakah gurumu baik-baik saja?"

Lim Hud-kiam balik bertanya.

"Apakah Tetua mengenali guruku?"

"Beberapa hari yang lalu, muridku Souw Thian-sia sudah membuatmu marah, waktu pulang dia memberitahuku kalau Lim-heng mempunyai ilmu silat yang tinggi, aku kira pasti diwariskan dari seorang guru yang sangat hebat, mungkin aku kenal dengan gurumu atau mungkin kami teman lama."

Dengan santai Lim Hud-kiam menjawab.

"Ciam Lo-cianpwee salah, aku tidak pernah punya guru, otomatis aku tidak mempunyai guru, lebih-lebih guruku bukan teman Cianpwee!"

"Kalau begitu kepandaian Lim-heng apakah warisan dari keluarga sendiri?"

"Betul! Ilmu silatku kupelajari dari ibuku, waktu ibuku berumur 19 tahun, dia sudah menjanda dan tidak pernah bertemu dengan orang lain, tidak mungkin Cianpwee mengenali ibuku."

Wajah Ciam Giok-beng menjadi merah, berkata.

"Aku terlalu ceroboh, mari duduk di sini."

Lim Hud-kiam melihat Thio Yan-to dan berkata.

"Ada 3 macam bau yang membuatku alergi, begitu bau ini tercium olehku, aku jadi ingin muntah pertama adalah rasa garam, bau tembaga, dan bau tinta, hari ini adalah hari ulang tahun Kie Lo-enghiong, aku takut berbuat tidak sopan, maka lebih baik aku duduk agak menjauh."

Maka dia berdiri di sisi panggung, dia menarik kursi, kata- katanya membuat Thio Yan-to gemetar karena marah, pemuda itu terang-terangan menyindir kepadanya, rasa garam, dan bau tembaga masih lumayan, tapi tinta yang paling dibenci, artinya dia menuduh Thio Yan-to korupsi, karena orang tidak terang-terangan mengatakannya, meski marah dia terpaksa diam.

Tapi Kie Pi-sia sudah melotot dan berkata.

"Orang ini terlalu sombong, aku harus memberi pelajaran kepadanya!"

Tapi Souw Thian-sia pelan-pelan berkata.

"Dia datang mencariku untuk bertarung, harap Sumoi bisa menahan diri!"

Yu Bwee-nio mulai tertawa genit kepada Lim Hud-kiam.

"Aku sudah menyanyi dari tadi, hanya Kongcu yang bisa menikmatinya!"

Lim Hud-kiam tertawa terbahak-bahak.

"Orang lain bukan tidak menikmati lagu yang Nona nyanyikan, tapi hanya takut senjata yang ada di tangan Nona, maka mereka diam, apakah Nona masih mempunyai teknik andalan lain yang belum dikeluarkan, ayo keluarkanlah, biar aku membuka mata dan telingaku."

Sewaktu Yu Bwee-nio akan membuka suara, Yu Leng-nio dengan cepat berkata.

"Cici, jangan kau sendiri yang memborong menyanyi, aku juga ingin mendapat bagian."

Sesudah itu dia meloncat dan mendarat di atas sebuah ujung golok, dengan tertawa dia berkata.

"Aku akan memberi sebuah pertunjukan, namanya berguling di atas papan paku, harap Tuan-Tuan bisa menikmatinya."

Sesudah itu dia bersalto ke belakang dan jatuh lurus di atas ujung golok, tubuhnya masih berputar baru turun, tapi bajunya sama sekali tidak sobek.

Kalau dilihat sekilas, dia seperti berguling-guling di atas ujung golok, tapi orang yang berilmu silat tinggi bisa melihat kalau tubuhnya dan ujung golok masih ada jarak 1 inci, hanya sepatu kain yang disulam dengan bunga Peoni hitam berada di atas ujung golok.

Cara ini lebih sulit dibandingkan dia menggunakan tenaga dalam untuk menahan golok atau pisau, kaki menginjak ujung golok tapi tidak terluka, mungkin orang-orang yang sedang menonton itu hanya separuhnya yang sanggup berguling- guling di ujung golok dan tidak terluka, mungkin separahnya lagi tidak sanggup melakukannya, dia berbaring di atas ujung golok dengan jarak 1 inci, semua mengandalkan tenaga kaki, dia masih bisa berputar, gerakannya tidak kacau, tubuhnya tidak goyang, ini adalah ilmu meringankan tubuh yang paling tinggi, Ciam Giok-beng dan Kie Tiang-lim belum tentu bisa melakukan ini.

Maka begitu dia turun, hanya Lim Hud-kiam yang bertepuk tangan.

"Bagus! Bagus sekali, wangi mengikuti angin datang, membuat orang menaruh perhatian...."

Yu Leng-nio dengan genit segera berkata.

"Di ruangan ini ada 3.000 oran tamu, tapi yang tahu aku hanya Tuan, Kongcu benar-benar hebat."

Lim Hud-kiam tertawa terbahak-bahak.

"Ini bukan karena aku yang tahu, melainkan orang-orang hanya melihat golok di bawah Nona, hanya aku yang melihat Nona di atas golok, yang lain melihat bahaya, aku melihat kecantikan Nona."

Kata-katanya sombong juga bernada tidak senonoh, berkata tidak senonoh kepada Yu Leng-nio, berkata sombong kepada para tamu yang berada di sana, kecuali keluarga Yu, semua orang tidak suka kepadanya, Souw Thian-sia adalah orang yang diajaknya bertarung maka dia yang lebih tidak sabar, dia menjawab.

"Maksud Heng-te, semua orang buta, hanya kau sendiri yang punya mata?"

Lim Hud-kiam tidak peduli, dia tersenyum.

"Aku tidak bermaksud begitu, aku hanya ingin menunjukkan perasaanku!"

Souw Thian-sia bertambah marah lagi.

"Hanya kau yang ada sini, semua orang di sini kau anggap kampungan."

Lim Hud-kiam tersenyum.

"Mata melihat, hati berpikir, apa maksudnya, Tuan sendiri yang tahu tidak perlu tanya kepadaku."

Tangan Souw Thian-sia sudah berada di atas pegangan pedang yang terselip di pinggang, Ciam Giok-beng membentak.

"Thian-sia, ada pertunjukan bagus kau tidak menonton, apakah kau ingin berkelahi?"

Lim Hud-kiam tertawa, katanya.

"Apakah Toako mendengar, gurumu sedang memanggilmu, Toako harus belajar bersabar, kalau tidak kau akan membuat Ciam Cianpwee malu, 2 gadis ini juga akan menertawakanmu."

Terpaksa Souw Thian-sia kembali ke tempatnya, Ciam Giok- beng tertawa kepada Lim Hud-kiam.

"Muridku yang tidak berguna itu sudah diajari olehmu, aku pun mendapat banyak pengetahuan maka mari kita bersulang untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada Tuan."

Maka dia mengangkat cangkir yang memang sedang dipegangnya karena Lim Hud-kiam tidak mempunyai cangkir, dengan tertawa dia meminta kepada Yu Leng-nio.

"Nona, aku ingin meminjam sebuah benda."

"Apa yang Kongcu inginkan?"

Lim Hud-kiam menunjuk kaki bawah.

"Ciam Cianpwee ingin bersulang denganku, tapi aku tidak mempunyai cangkir, maka aku ingin meminjam cangkir sepatu."

Yu Leng-nio mundur selangkah, dia mengangkat sebelah kakinya dan berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau Kongcu tidak takut kotor, silahkan Kongcu sendiri yang membukanya."

Tamu-tamu melihat kaki Yu Leng-nio sedikit dilipat mereka tahu Yu Leng-nio ingin menguji ilmu silat Lim Hud-kiam, karena kalau dia menendang, tenaganya akan sangat besar, pasti akan ada perubahan-perubahan yang bermacam-macam, karena itu tamu-tamu menunggu apa yang akan Lim Hud-kiam lakukan, maka suasana pun menjadi tegang.

Tapi Lim Hud-kiam seperti tidak peduli, dia melihat sepatu ukuran kecil itu dan tertawa luwes.

"Melantunkan puisi adalah pekerjaan seorang penyair, minum sambil melihat sepatu seorang gadis adalah cara yang tidak sopan, apakah Nona tidak marah bila aku membuka sepatumu?"

Yu Leng-nio tertawa genit.

"Aku harus berterima kasih, dari tadi Tuan tidak memandang remeh kepada kami, jangankan sebelah sepatu, bila Kongcu meminta nyawaku, aku akan memberikannya."

Lim Hud-kiam menjulurkan tangannya, berkata.

"Kalau Nona berkata seperti itu, aku akan meminta nyawa Nona sekarang!"

Dia mengeluarkan tangan kiri, tangan kanan tiba-tiba melayang, menotok tenggorokan Yu Leng-nio, dia sama sekali tidak melihat, tapi jurusnya tepat mengenai sasaran, hal ini membuat Yu Leng-nio terkejut, dia mendorong tubuhnya bersalto ke belakang, dia berusaha menghindari serangan Lim Hud-kiam.

Lim Hud-kiam seperti tahu kalau dia akan bergerak seperti itu, maka dia pun mengikuti bersalto ke depan, tangan kanan yang menotok ditarik kembali untuk memegang pinggang Yu Leng-nio sambil berkata.

"Nona, berdirilah yang benar, di belakangmu ada golok, kalau sampai tertusuk itu bukan hal yang menyenangkan."

Yu Leng-nio cepat keluar dari pelukannya.

"Kami tiap hari mencari makan di atas ujung golok, setiap saat nyawa kami selalu terancam, bukankah tadi Kongcu berkata kalau Kongcu menginginkan nyawaku?"

"Aku hanya bergurau, mengapa Nona menganggap begini serius? Nona begitu cantik, orang she Lim ingin menaruhmu di rumah, mana mungkin aku tega membunuhmu? Pinggangmu memang terbuat dari papan, tapi kaki Nona terus berdiri dengan kaki telanjang akan terasa dingin, lebih baik duduk di sana untuk beristirahat!"

Yu Leng-nio benar-benar terkejut, sebab dia baru melihat tangan kiri Lim Hud-kiam sedang memegang sebelah sepatunya, pasti dengan cara pukul sini pukul sana, kemudian dia membuka sepatunya, maka dia mulai merasa takut juga aneh kepada pemuda itu, dia terpikir cara ini, pasti orangnya mempunyai rencana yang matang, apa lagi dalam keadaan tergesa-gesa membuatnya kehilangan sepatu, tapi dia sendiri masih tidak merasakannya berarti ilmu silatnya sangat tinggi.

Dia melihat ke arah Yu Ji-tong, mereka sama-sama merasa terkejut, terlihat mereka juga kebingungan dan tidak tahu apakah orang ini adalah kawan atau lawan.

Kalau dia kawan mengapa di tempat umum ini dia membuat mereka malu, sebab di dalam sepatu kedua gadis ini tersimpan senjata rahasia, kali ini mereka datang untuk membalas dendam, mereka tidak yakin dengan ilmu silat mereka, semua berharap sepatu kedua gadis itu bisa membuat mereka sukses! Kalau dia lawan, dia pasti orang Kie Tiang-lim, tapi mengapa dia membuat keributan di rumah makan dan memilih hari ini bertarung dengan Souw Thian-sia, dia benar-benar ingin membuat muka perusahaan perjalanan Su-hai malu, maka tidak mungkin dia adalah teman mereka.

Yu Ji-tong agak tenang, dia segera mendekat dan memberi hormat.

"Kongcu, anak angkatku masih muda dan tidak berpengalaman, dia telah membuat Kongcu marah, sekarang Kongcu sudah memberi pelajaran kepadanya, aku harap Tuan mau mengembalikan sepatunya!"

Lim Hud-kiam berkata.

"Maksudku bukan seperti itu. Ciam Cianpwee ingin bersulang denganku, maka aku meminjam sepatu nona ini untuk dijadikan cangkir kalau dia tidak marah aku sudah merasa sangat berterima kasih, membuatnya marah atau memberinya pelajaran, semua itu harus punya muka tebal untuk memilikinya, tapi sesudah selesai kupergunakan, aku akan mengembalikan sepatu itu kepadanya."

Wajah Yu Ji-tong terus berubah, Yu Bwee-nio dengan tertawa menghampirinya.

"Kongcu, menggunakan sepatu perempuan sebagai cangkir arak, hanya terpikir oleh Kongcu dan merasa senang, tapi Kongcu sudah membuat adikku malu karena membuka sepatunya di depan banyak orang, bagaimana kalau Tuan mengembalikan sepatu itu kepadanya, dia akan merasa sangat berterima kasih."

Lim Hud-kiam tersenyum.

"Boleh, suruh dia ambil sendiri."

"Terima kasih, Lim Kongcu!"

Yu Leng-nio datang dengan cepat. Lim Hud-kiam tetap tersenyum.

"Ucapan terima kasihnya jangan terlalu awal, begitu sepatu sampai di tanganmu, berterima kasih pun belum terlambat."

"Apa maksud Lim Kongcu?"

Tanya Yu Leng-nio.

"Sewaktu aku ingin meminjam sepatu, kau sendiri yang menyetujuinya, tapi kau tidak membukanya sendiri lalu diberikan kepadaku, hanya menjulurkan kaki menyuruhku membukanya sendiri, semua itu apa maksudnya?"

Yu Leng-nio tidak bisa menjawab, Lim Hud-kiam tertawa dan berkata lagi.

"Kita saling tahu, maka tidak perlu berpura- pura kau ingin mengujiku, kalau aku benar-benar membuka sepatumu, nyawaku yang akan melayang, kalau tidak bermain taktik dan membuka sepatumu, benar-benar bukan hal yang mudah kalau sekarang tanpa syarat aku mengembalikan sepatu ini kepadamu, bukankah aku yang rugi?"

"Syarat apa yang Kongcu inginkan?"

Tanya Yu Leng-nio.

"Kau harus berusaha merebutnya kembali!"

"Apakah Kongcu sengaja mempersulit kami?"

"Tidak ada maksud seperti itu, karena kita tidak saling dendam, hanya saja aku adalah orang yang tidak mau dirugikan begitu saja, lebih-lebih tidak mau dibuat malu, meminjam sepatu untuk dijadikan cangkir arak, aku sudah bicara di depan banyak orang, maka aku tidak bisa menarik kembali ucapanku, biar aku meminjamnya untuk dijadikan cangkir arak, kalau tidak kalian yang cari gara-gara denganku!"

Kata Yu Ji-tong.

"Untuk apa Kongcu terus membuat kami yang sedang mencari sesuap nasi ini jadi kebingungan?"

Lim Hud-kiam berkata.

"Dengan ilmu kedua gadis ini, kalian bukan orang yang menjual ilmu untuk mencari makan, aku hanya ingin mengembalikan mukaku, mengapa kalian tidak memberi kesempatan kepadaku?"

"Kongcu, bagaimana kalau aku berlutut untuk meminta maaf!"

Tanya Yu Leng-nio.

"Tidak! Kalau tidak ingin kedua belah pihak kebingungan, sesudah selesai minum, aku akan segera mengembalikannya, kalau tidak, rebutlah sendiri sepatumu dari tanganku."

Yu Ji-tong berpikir sejenak dan berkata.

"Kalau ini memang keinginan Kongcu, kami tidak bisa bilang apa-apa."

"Aku hanya meminjam sepatu ini untuk minum, tidak bermaksud lain, kalian yang membesar-besarkan masalah!"

Kata Lim Hud-kiam. Yu Leng-nio dengan dingin berkata.

"Semenjak aku memakai sepatu itu, sepatu itu belum pernah kucuci, sepatuku sangat kotor, kalau sampai membuat perut Kongcu tidak nyaman, jangan salahkan aku."

Lim Hud-kiam tertawa terbahak-bahak.

"Tidak! Tidak, di bawah bunga mawar kalau tidak mati jadi setan pun aku rela, sepatu ini lepas dari kaki Nona, masih ada bau wangi Nona, walaupun ada racun yang membuat usus berlubang, aku juga rela!"

Keluarga Yu yang terdiri dari 6 orang dengan marah terus melihat dia, dan tidak ada seorang pun yang berani menjawab, Lim Hud-kiam tertawa, dia berjalan ke meja sebelah untuk mengambil poci arak, kemudian menumpahkan arak ke dalam sepatu, kemudian dia meminumnya, sesudah itu dia melempar sepatu itu kepada Yu Leng-nio dan berkata.

"Sepatumu kukembalikan kepada Nona, benar-benar berbeda rasanya, terima kasih, Nona."

Yu Leng-nio menyambut sepatunya, dia melihat Lim Hud- kiam baru melihat sepatunya dengan cepat dia memakainya, dan berkata.

"Terima kasih, Kongcu!"

Sesudah itu dia membalikkan tubuh pergi dari sana, Lim Hud-kiam memberi hormat.

"Ciam Cianpwee karena aku tidak mempunyai cangkir, maka aku tidak bisa bersulang lagi, harap Cianpwee memakluminya!"

"Oh tidak, tidak! Yang harus meminta maaf adalah Kie Sute karena kau adalah tamunya, cangkir dan mangkuk pun tidak disiapkan olehnya."

Kie Pi-sia berkata pelan-pelan.

"Supek, orang begitu cabul seperti dia untuk apa kita harus bersikap sungkan kepadanya?"

Meski suara kecil, tapi telinga Lim Hud-kiam sangat tajam, dia sudah mendengar perkataannya, maka dia tertawa dan berkata.

"Memang sikapku tadi agak sedikit kurang ajar, tapi tidak cabul."

Ciam Giok-beng marah kepada Kie Pi-sia.

"Hari ini adalah hari ulang tahun ayahmu, kau adalah tuan rumah di sini, mengapa kau malah tidak sopan dan sembarangan bicara!"

Apa lagi Kie Tiang-lim, dia ikut memarahi putrinya.

"Sia-Ji, kau benar-benar keterlaluan, cepat minta maaf kepada Lim Lo-te."

Kie Pi-sia melihat ayah dan gurunya melotot kepadanya, hal ini membuatnya malu, dia hampir menangis. Kie Tiang-lim melihat Pi-sia masih tidak mau meminta maaf, sikapnya lebih keras lagi.

"Cepat minta maaf, kalau tidak kau bukan putriku lagi."

Ciam Giok-beng juga menekan.

"Dengarkan kata-kata ayahmu, selama hidupnya ayahmu selalu bersikap sopan kepada orang lain, di pesta ulang tahunnya kau malah menghina tamu, aturan dari mana ini, kalau kau tidak meminta maaf, aku juga tidak mau mengakui kalau kau adalah muridku."

Terpaksa Kie Pi-sia berdiri.

"Hei orang she Lim, karena kau adalah tamu di sini, maka aku meminta maaf, tapi aku tetap menganggap kau cabul, ini adalah pandanganku, kalau kau tidak bisa menerimanya, kau boleh mencariku untuk membuat perhitungan."

Kie Tiang-lim dan Ciam Giok-beng benar-benar terkejut, tapi Lim Hud-kiam dengan santai berkata.

"Tidak perlu meminta maaf, membuat perhitungan juga tidak perlu, laki- laki sejati tidak boleh bertengkar dengan perempuan, padahal hari ini aku datang untuk bertarung, tapi bukan denganmu."

Souw Thian-sia marah.

"Kau berjanji bertarung denganku, kita bisa mulai bertarung sekarang juga!"

Dengan santai Lim Hud-kiam berkata.

"Tidak perlu tergesa- gesa, pesta baru dimulai kau sudah sibuk ingin berkelahi, kau tidak dewasa, aku tidak mau melakukan ini, begitu waktunya tiba aku akan memberitahukannya kepadamu, sekarang duduklah dulu!"

Souw Thian-sia ingin membantah, tapi Ciam Giok-beng sudah membentak.

"Aku dan Susiokmu belum mati, belum waktunya kau ikut bicara."

Melihat gurunya marah, Souw Thian-sia tidak berani membantah, dengan cepat dia duduk dan menundukkan kepala, Ciam Giok-beng berkata.

"Aku minta maaf kepadamu!"

Lim Hud-kiam tetap tertawa santai.

"Tidak apa-apa, anak muda biasanya lebih keras sifatnya, kalau sudah melewati banyak masalah, mereka akan menjadi lebih baik, aku tidak seperti mereka."

Nadanya benar-benar sombong, dia lupa kalau dia juga seorang anak muda, tapi kalau bicara seperti seorang tetua, maka hal ini membuat tamu-tamu yang ada di sana menjadi tidak suka kepadanya, hanya Ciam Giok-beng dan Kie Tiang- lim mendengarnya sambil tertawa, Kie Pi-sia dan Souw Thian- sia sangat marah tapi mereka hanya bisa diam.

Lim Hud-kiam melihat Yu Leng-nio dan berkata.

"Aku minta maaf, karena sudah mengganggu Nona selagi memberi penunjukan, sekarang teruskan pertunjukan ini!"

Yu Leng-nio melihat Lim Hud-kiam tidak akur dengan Souw Thian-sia dan Kie Pi-sia, juga tidak bersikap sungkan kepada Kie Tiang-lim maupun Ciam Giok-beng, dia merasa curiga dan tidak mengerti, siapa orang ini sebenarnya dan datang dari mana? Tapi dia bisa memastikan kalau dia bukan teman Kie Tiang-lim, karena senang dia tertawa, lalu berkata.

"Apakah Kongcu masih ada perintah lain?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak berani mengatur, karena ini adalah tanggung jawab pemimpin kelompok kalian!"

Yu Ji-tong seperti berusaha mengambil hati anak muda ini, dia tertawa sambil berkata.

"Kongcu ingin menonton apa, aku akan menyuruh mereka memperagakan seperti yang Kongcu inginkan!"

"Ilmu kedua nona ini sudah kutonton, benar-benar hebat aku kira kalau kedua kakak laki-laki itu bisa memperagakannya, akan lebih seru lagi, apakah bisa aku menonton akrobat yang mereka mainkan?"

Yu Ji-tong dengan cepat menjawab.

"Kedua keponakanku adalah orang kasar, mereka hanya bisa memperagakan ilmu- ilmu kasar, mungkin malah akan membuat Anda tertawa!"

Dia segera panggil pemuda yang lebih tua.

"A Liong, Lim Kongcu ingin melihat ilmu silatmu, berikan sebuah pertunjukan, tapi ingat di sini semua adalah pesilat tangguh, kau jangan membuat kesalahan, nanti akan ditertawakan."

Yu Liong berdiri di pinggir barisan golok, dia memberi hormat kepada tamu-tamu dan berkata.

"Dari kecil ayahku sudah meninggal, maka aku tidak mendapatkan ilmu yang bagus, aku hanya bisa memperagakan ilmu menangkap setan untuk menghibur tamu!"

Yu Ji-tong berkata.

"A Liong, menangkap setan adalah permainan di waktu Pe-cun, sekarang belum waktunya Pe-cun, bukankah ini terlalu awal?"

Yu Liong berkata sambil tertawa.

"Ji-siok, aku hanya bisa ilmu ini, maka tidak bisa mencocokkannya dengan waktu."

"Apakah kau tahu kalau memperagakan ilmu ini harus menggunakan banyak alat?"

"Perusahaan perjalanan Su-hai adalah perusahaan perjalanan terbesar, semua peralatan yang kupakai, pasti ada di sini, kita coba pinjam pada Tuan Kie!"

Kie Tiang-lim tahu mereka sengaja seperti itu dia berpura- pura tidak tahu dan bertanya.

"Benda apa yang kalian butuhkan?"

Yu Ji-tong berkata.

"Anak ini sedang bergurau, dia ingin dengan dua koas mengalahkan dua prajurit, namanya Song- kui-jauw-kui (Song-kui adalah seorang pendeta dan seringkali menangkap setan) alatnya mudah didapatkan hanya saja 4 setannya sulit dicari, apakah Tuan Kie bisa meminjamkan 4 setan untuk ditangkap?"

"Apa nama 4 prajurit?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"4 setan yang menggunakan 4 macam senjata, golok, pedang, pecut dan golok bergigi."

"Itu memang susah, Kim-leng-su-seng, mereka selalu menggunakan 4 macam senjata ini, tapi mereka adalah Enghiong yang sangat terkenal dan mereka bukan setan."

Kata Lim Hud-kiam tertawa. Yu Liong tertawa terbahak-bahak.

"Tidak apa-apa, barisan golokku adalah barisan pintu masuk dewa kematian, asal ada yang bisa kemari, aku akan menganggap dia adalah setan dan menangkapnya seperti menangkap setan."

Tamu-tamu yang ada di sana terkejut, sewaktu Yu Liong menyebutkan 4 jenis senjata itu, semua orang tahu kalau dia mengajak bertarung Kim-leng-su-seng, tapi tidak menyangka orang ini sampai mengajak bertarung Kim-leng-su-seng dalam waktu bersamaan.

Kim-leng-su-seng berhubungan erat dengan Kie Tiang-lim, Kiam-seng Souw Thian-sia adalah sutitnya, sedangkan 3 orang lainnya lagi adalah keponakan kiri dan kanan, terhadap niat Lan-tiang-siang-sat yang ingin membalas dendam, mereka sudah tahu dan sudah mempunyai persiapan, To-seng Bu Ta- kuang pertama yang bertanya.

"Demi meramaikan ulang tahun ketua Kie, mari kita ikut bermain, bagaimana caranya?"

"Sangat sederhana, masing-masing memegang senjata, kita bertarung dengan barisan golok, kalian berempat dengan cara apa saja menyerangku, kalian berempat akan aman, karena yang aku peragakan adalah ilmu menangkap setan, tapi bukan setan betulan, paling-paling aku hanya akan menotok kalian, artinya kalian sudah tertangkap!"

"Apakah Tuan begitu percaya diri bisa melakukannya?"

Bu Ta-kuang tertawa dingin.

"Kalau bukan naga yang kuat, tidak akan bisa menyeberangi sungai, aku berani bicara, pasti aku punya keyakinan."

Pian-seng Oh Yan-cauw berkata.

"Aku tidak malu untuk memberitahu, kalau bertarung di tanah datar kami semua akan bermain denganmu, tapi kalau bertarung dalam barisan golok aku dan Lim Toako akan menggunakan senjata berat, dan ilmu meringankan tubuh kami kurang bagus!"

"Apakah Kim-leng-su-seng tidak menguasai semua ilmu?"

Tanya Yu Liong. Kie-seng Lim Piauw-leng berkata.

"Ilmu silat itu sangat luas, tidak ada yang berani mengaku kalau seseorang bisa menguasai semua jurus ilmu silat, tidak bisa ilmu meringankan tubuh bukan hal yang memalukan. Seperti kau yang menguasai ilmu 2 pena, aku hanya bisa menggunakan Kie kalau kau meletakkan penamu dan bertarung menggunakan Kie denganku, kau juga belum tentu sanggup melakukannya."

Yu Liong berkata.

"Kata-kata Lim Suhu masuk akal, kalau begitu aku harus merubah barisan golok, dan di tanah datar aku akan bertarung dengan kalian berempat!"

"Tidak perlu, terus terang saja kau hanya mengandalkan barisan ini telah berani bicara dengan mulut besar, kalau di tanah bertarung satu lawan satu, kau pun belum tentu bisa menang,"

Kata Lim Piauw-leng.

"Belum tentu, kita bisa mencobanya sekarang,"

Kata Yu Liong. Lim Hud-kiam segera berdiri dan berkata.

"Tidak bisa, kau adalah pemain pertunjukan, tidak bisa sembarangan mengajak orang berkelahi, aku sudah membuat janji bertarung dengan mereka, keinginan ini masih belum tercapai, bagaimana mungkin kau dulu yang bertarung dengan mereka?"

"Sebenarnya siapa kau ini? Apakah semua masalah ingin kau urus?"

Lim Hud-kiam melotot.

"Aku adalah tamu yang diundang, acara yang kau bawakan ini aku yang pilih, kalau kau tidak mau mengikuti keinginanku, aku akan mengusirmu!"

Melihat Lim Hud-kiam yang terus mengganggu, Yu Liong merasa kesal, maka dia membentak.

"Coba saja kalau kau berani!"

Dengan ringan Lim Hud-kiam mendekat, dia tertawa dingin.

"Apakah kau mengira aku tidak berani? Kau boleh coba dulu kelihaianku, kau mengatakan barisan golokmu sangat lihai, aku akan berjalan dalam barisan ini, biar kau bisa membuka matamu!"

Dia meloncat, dan mendarat di sebuah ujung golok, dia terus bergoyang-goyang, sepertinya tubuhnya tidak bisa berdiri dengan seimbang, kemudian dia melangkah ke golok kedua, tubuhnya masih bergoyang, dia melangkah lagi ke golok ketiga hingga ke golok ke-9, keluarga Yu mulai tidak sabar, karena golok yang diinjaknya semua melengkung ke atas, golok-golok itu menjadi tumpul dan menjadi benda yang tidak berguna.

Akhirnya Yu Liong sudah tidak sabar lagi, dia mencabut 2 pena yang tersimpan di belakang punggungnya dan masuk ke dalam barisan itu, tiba-tiba Lim Hud-kiam berteriak, dia seperti akan terjatuh, tapi sewaktu dia akan jatuh pedang yang terselip di pinggangnya dicabut kemudian terdengar suara senjata yang berbunyi, ternyata golok yang tertanam di bawahnya sudah disapu hingga patah! Hal ini membuat Yu Liong bertambah marah, dia terus menyerang, Lim Hud-kiam seperti tidak berani bertarung dengannya, dia hanya berguling-guling di bawah, pedangnya terus disabetkan kesana-sini, hanya sebentar saja 108 golok itu sudah disapu hingga bersih, Yu Ji-tong dengan cepat maju menghalangi Yu Liong, kemudian berkata kepada Lim Hud- kiam.

"Apa maksud Kongcu?"

"Tidak ada maksud apa pun, aku hanya mengurusi hal yang tidak ada sangkut pautnya denganku, karena dia membentakku, maka aku ingin memberi pelajaran kepadanya!"

"Apakah Kongcu tahu siapa kami ini?"

"Tentunya aku tahu, kalian adalah kelompok pertunjukan yang menjual ilmu kalian!"

Lim Hud-kiam masih bicara terus.

"Kalian datang untuk menjual ilmu ada pesta ulang tahun Tuan Kie, hal ini tentunya tidak akan kuurus, tapi kalau kalian mencari masalah denganku, apakah aku harus pura-pura tidak tahu?"

Yu Sam-tong segera datang untuk memisahkan Lim Hud- kiam dengan kakaknya, lalu berkata kepada Lim Hud-kiam.

"Kalau kami datang hanya untuk memberi hormat, apakah Kongcu tidak akan ikut campur?"

"Itu sudah pasti, kalian datang untuk memberi hormat, aku pun sama, sebenarnya kita bisa menjadi teman, tapi kalian salah karena kalian terus mencari gara-gara denganku, terpaksa aku bersikap seperti tadi."

"Apakah Kongcu adalah teman kami?"

Tanya Yu Sam-tong.

"Semua orang di dunia ini adalah teman, apalagi kita tidak pernah saling berselisih, kita bukan musuh!"

"Kalau begitu, buat keponakanku yang kasar ini, aku mewakili keluarga Yu meminta maaf,"

Kata Yu Sam-tong.

"Tidak apa-apa, hari ini entah mengapa selalu saja ada orang yang meminta maaf kepadaku, dan orang yang meminta maaf selalu orang yang telah berumur, hal ini membuatku merasa tidak enak hati, apakah hanya orang yang berumur baru mau memandangku?"

Yu Liong mengerti apa maksud Lim Hud-kiam, dengan cepat dia berkata.

"Kongcu menganggap kami sebagai teman, membuatku merasa menyesal atas perbuatanku tadi."

"Sebenarnya aku tidak bermaksud mempersulitmu, aku banyak mengurusi hal yang tidak ada sangkut pautnya denganku, sebab aku hanya ingin kau bisa memperagakan caramu menangkap setan."

Yu Liong terpaku.

"Apa cara Kongcu?"

"Kim-leng-su-seng menjadi setan, pertunjukan ini pasti akan ramai, aku pun ingin tahu, tapi di antara mereka ada 2 orang yang tidak bisa ilmu meringankan tubuh, maka acara ini tidak bisa dijadikan pertunjukan, membuat orang merasa menyayangkan hal ini. Supaya acara ini bisa dipertunjukkan, aku ada ide, To-seng dan Kiam-seng yang memiliki ilmu meringankan tubuh yang bagus, tentu mereka bisa bermain di atas golok dengan bagus, dua orang lagi bisa berdiri di antara barisan golok, bukankah dengan cara seperti itu bisa dilakukan? Kalau yang berdiri di atas golok begitu turun di bawah golok berarti dia yang kalah, yang di bawah bila terkena golok dan keluar dari barisan golok, itu pun termasuk kalah, apakah cara ini bisa dijalankan?"

"Itu ide yang bagus tapi barisan golok ini sudah dirusak oleh Kongcu...."

Kata Yu Liong.

"Tidak apa, aku hanya merusak sebelah, kedua ujung golok ini tajam, kita bisa membalikkannya, barisan ini masih bisa digunakan, kalau kedua belah pihak setuju aku akan segera membuat barisan lagi."

Souw Thian-sia yang pertama protes.

"Aku tidak setuju, Kim-leng-su-seng bukan orang biasa, mana mungkin menyuruh kami 4 orang melawan 1 orang? Kami tidak akan melakukan hal semacam ini!"

Lim Hud-kiam marah.

"Jangan mengira kau kuat, kalau kalian bisa menang dalam barisan ini, kepalaku jadi jaminannya!"

Dia memungut golok-golok yang sudah putus itu, sambil memungut dan menancapkannya kembali, hanya sebentar barisan golok sudah selesai disusun, barisan ini dengan barisan tadi tidak berbeda, sampai tinggi golok yang tertancap di tanah pun sama, hal ini membuat para tamu merasa aneh.

Karena golok sebelumnya telah disapu oleh pedangnya hingga putus, setiap golok yang terputus sekitar 2-3 sentimeter sekarang tertancap dengan kondisi yang dibalikkan, seharusnya akan lebih pendek 2-3 sentimeter tapi mengapa golok itu tetap sama tinggi dengan barisan awal? Hanya beberapa ahli yang cukup tinggi dalam ilmu silat mengerti apa yang telah terjadi, ternyata sewaktu dia menancapkan golok dengan tenaga dalam dia menarik golok itu hingga memanjang 2-3 sentimeter, dengan tenaga dalam dia menarik golok hingga panjang itu tidak aneh, yang aneh adalah tangannya bergerak sangat cepat, mengeluarkan tenaga dalam secara tidak kentara dam tidak bersuara, begitu barisan telah selesai, orang-orang baru melihatnya.

Souw Thian-sia seperti terkejut dengan tenaga dalam Lim Hud-kiam, maka dia hanya diam saja.

"Barisan golok telah selesai, Song Siucay cepatlah naik ke atas panggung untuk memberi petunjuk menangkap setan!"

Kata Lim Hud-kiam sambil tertawa. Lim Piauw-leng melihat Lim Hud-kiam, berkata.

"Apakah Tuan menganggap kami akan kalah?"

"Benar, kepalaku sudah kujadikan taruhan, kalau Toako tidak terima, kepala Toako juga bisa dijadikan jaminan."

Tiba-tiba Ciam Giok-beng berdiri.

"Tidak perlu, dengan kemampuan ilmu silat Lim Toako, pasti tidak akan salah dalam memandang pertarungan ini, kalau kalian merasa tidak mempermalukan kami, kalian boleh mencobanya, kalau tidak lebih baik kalian langsung mengaku kalah."
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pian-seng Oh Yan-cauw berkata.

"Menurut Tuan Ciam, kami pasti akan kalah untuk meramaikan ulang tahun Tuan Kie, kalau kami kalah para tamu paling-paling hanya tertawa, jadi tidak apa-apa membuat keramaian."

Yu Liong sudah meloncat ke atas golok teriaknya.

"Silakan!"

Bu Ta-kuang mengumpulkan 3 orang kawan lainnya, mereka berunding dan memutuskan dengan cara apa mengatasi hal ini, kemudian mereka berpencar dan setiap orang mengambil posisi.

Bu Ta-kuang memegang golok, Souw Thian-sia memegang pedang, mereka meloncat ke ujung golok pecut Oh Yan-cauw adalah pecut besi dengan berat 30 kati, Lim Piauw-leng memegang 3 senjata yang bernama Kie (senjata ujungnya bergerigi).

Kie panjang biasanya dipergunakan di atas kuda, Kie pendek adalah senjata bertarung untuk jarak dekat, sekarang 3 Kie sudah dibawanya.

Ilmu meringankan tubuh mereka kurang bagus, maka setelah masuk ke dalam barisan ini kaki mereka berada di antara golok-golok yang dipasang dan mereka berdiri dengan cara kuda-kuda supaya tidak mudah bergeser.

Tubuh Bu Ta-kuang dan Souw Thian-sia ringan seperti capung yang bertumpu di atas air.

Mereka berjalan di sekeliling barisan golok itu, kemudian bersamaan waktu menyerang, tangan Yu Liong memegang dua pena, satu di depan satu di ke belakang, kedua pena itu dengan cepat berganti-ganti posisi, karena serangan sangat cepat, tubuh Yu Liong tampak seperti terbang ke atas, dan turun ke arah Lim Piauw-leng, Lim Piauw-leng yang sudah siap segera menyapu dengan Kie panjang nya.

Baru saja Yu Liong turun di atas golok, bayangan Kie panjang sudah datang seperti gunung yang menekan, tapi dengan tenang dia menyilangkan kedua penanya mengunci Kie panjang, kemudian dia melayang mengikuti gerakan Kie panjang sambil berteriak.

"Satu sudah kena!"

Ooo)d*w(ooO BAB 2 Lidah seperti teratai pedang seperti pelangi Diiringi bentakannya, tubuh Yu Liong mengikuti Kie panjang, meluncur turun.

Lim Piauw-leng sama sekali tidak menyangka lawannya akan menggunakan jurus ini.

Maka Kie yang dipegang segera dilepas.

Tadinya dia ingin melemparkan Kie nya pada Yu Liong, tapi Yu Liong benar-benar sangat lincah, dia melepas penanya, ujung kaki bertumpu ke pegangan Kie dan melayang ke tempat lain.

Begitu dia berteriak 'setan pertama tertangkap', mereka mengira Lim Piauw-leng yang tertangkap, maka Bu Ta-kuang dengan cepat datang untuk menolong, tapi saat itu Kie panjang yang dilemparkan menghampiri maka dia mengangkat goloknya untuk melindungi dirinya sendiri, tenaga tangan Lim Piauw-leng sangat kuat, biarpun dia bisa bertahan tapi tetap tergetar mundur dua langkah, saat mendarat Lim Hud-kiam segera berteriak.

"Pengurus Bu, harap mundur!"

Bu Ta-kuang sama sekali tidak menyangka yang dimaksud setan pertama adalah dirinya, tapi dia sudah mendarat di tempat yang salah, maka dengan wajah penuh kekesalan dia mundur, Yu Liong mulai menyerang Oh Yan-cauw yang ada di sebelah sana, dia tampak sangat tenang, pecut yang dilayangkan membuat Yu Liong mundur, melihat ada kesempatan Souw Thian-sia langsung menusuk dengan pedangnya, tapi baru saja pedangnya menyerang dia sudah terjatuh di atas golok.

Karena Souw Thian-sia terjatuh dengan sendirinya orang yang melihat dari jauh masih mengira dia maju terlalu kencang sehingga membuatnya terjatuh, orang yang melihat dari dekat mengira dia terkena serangan senjata rahasia kecil sehingga terjatuh, maka mereka pun menjadi ribut, apa lagi Kie Pi-sia, dia meninggalkan tempat duduknya dan berdiri di sisi barisan pedang, melihat Souw Thian-sia terjatuh dengan wajah menghadap ujung golok, dia takut Souw Thian-sia akan mati, maka dia menarik baju Souw Thian-sia dan segera mengangkatnya, sebelah tangannya dengan cepat mengeluarkan pedang dan dia meloncat masuk ke dalam barisan golok itu, dia menyerang Yu Liong dengan pedangnya dan berteriak.

"Orang licik, kau berani menyerang Suhengku dengan senjata rahasia."

Yu Liong tidak menyangka Kie Pi-sia akan masuk secara tiba-tiba, untuk menghindari serangannya tubuhnya condong ke depan lalu menabrak Pian-seng.

Pecut Oh Yan-cauw saat itu tepat sedang diangkat sebetulnya dia bisa saja menyerang bagian bawah Yu Liong, tapi dia adalah orang yang berpandangan lurus, dia malu mengalahkan lawan dengan cara seperti itu maka dengan tangan kosong dia mendorong Yu Liong, Yu Liong yang licik malah menarik pergelangan tangan Oh Yan-cauw ke depan.

Oh Yan-cauw tidak menyangka Yu Liong akan memperlakukan dia seperti itu, maka posisi kakinya menjadi tidak seimbang, dia menendang roboh 4 golok yang ditancap di tanah.

Kie Pi-sia melihat serangannya tidak mengenai sasaran malah Oh Yan-cauw hampir menabraknya terpaksa dia menghentikan serangannya dan menghindar ke pinggir, karena para penonton ribut membuat Kie-seng Lim Piauw-leng tidak bisa berkonsentrasi, Yu Liong seperti setan gentayangan datang menyerang, senjata koasnya digerakkan menotok ke arah wajah Lim Piauw-leng, karena Kie panjang sudah terlempar, sedang dia tidak sempat mengambil sepasang pedangnya masih terselip di pundak dan serangan koas yang datang sangat cepat terpaksa dia mundur menghindar.

Tempat di mana dia berdiri memang berada di sisi barisan, karena mundur maka kedua kaki berada di batas barisan, Lim Hud-kiam berkata.

"Su-seng sudah kalah, peragaan opera menangkap setan dimenangkan dengan seru, tapi ilmu gaib pelajar she Song terlalu rendah, untung datang Dewi Kwan-im membantu, opera ini jadi diselesaikan dengan indah...."

Kie Pi-sia masih berdiri di atas barisan golok siap mengejar Yu Liong, mendengar kata-kata Lim Hud-kiam, kedua matanya segera melotot.

"Apa yang kau katakan tadi?"

Lim Hud-kiam tersenyum.

"Aku berdiri sebagai wasit aku memberi komentar pada pertarungan tadi."

"Wasit macam apa, orang lain menyerang dengan senjata rahasia kau malah tidak melarangnya?"

Lim Hud-kiam menghentikan tawanya, katanya.

"Nona, kalau bicara harus masuk akal, aku tidak membuat ketentuan tidak boleh menggunakan senjata rahasia!"

"Apakah harus dibuat peraturannya?"

"Yu Toako memberi petunjuk menangkap setan, barisan pedang ini adalah lingkungannya, maka dengan cara apa pun dia bisa bergerak bebas, apa lagi dia tidak menggunakan senjata rahasia, malah kau yang tanpa alasan masuk ke dalam barisan ini, menurut peraturan yang ada aku harus mengusirmu dari sini, tapi aku melihat karena kau baik hati, kau takut kalau Yu Toako seorang diri tidak sanggup melawan mereka berempat, maka kau datang untuk membantunya, karena perusahaan perjalanan kalian berjiwa besar, maka aku tidak akan mempermasalahkan dan aku buru-buru memberi komentar...."

Kie Pi-sia marah dan berteriak.

"Sembarangan bicara, kalau dia tidak menggunakan senjata rahasia, mengapa Souw Suheng bisa terjatuh, dengan kemampuan ilmu silatnya tidak mungkin dia bisa terjatuh."

Lim Hud-kiam tertawa.

"Itu semua di luar dugaanmu, Souw Thian-sia menang terpeleset, ilmu silatnya memang tinggi ilmu pedangnya pun sangat bagus, walaupun terpeleset dia masih terlihat tenang, tubuhnya kurang seimbang, tapi dia menggunakan pedang untuk menahan tubuhnya, asal dia tidak terjatuh dan kaki tidak menyentuh tanah, dia tetap bisa meneruskan pertandingan, kau yang terlalu mengada-ada dan menariknya hingga turun, kau adalah Sumoinya dan kau adalah putri Ketua Kie, maka dia menahan kemarahannya, kalau kau orang lain, dia pasti sudah memukulmu."

Souw Thian-sia yang berdiri di sisi mengeluh.

"Sumoi, turunlah! Tidak apa kami kalah asal jangan sampai orang- orang terus menertawakanmu."

Sesudah mendengar kata-kata Lim Hud-kiam, Kie Pi-sia baru sadar apa yang dikatakan Lim Hud-kiam ada benarnya, Souw Thian-sia memang kesal dan marah kepadanya karena terlalu banyak ikut campur, dia merasa aneh dan bertanya.

"Suheng, apa kau terpeleset hingga terjatuh?"

"Betul! "Mengapa kau bisa terpeleset?"

"Aku tidak menyangka tenaga dari kaki lawan bisa menggoyangkan golok yang ditancap, karena ujung golok bergoyang-goyang, maka tubuhku tidak bisa seimbang sebetulnya aku berusaha untuk mengimbanginya, tapi.... ah sudahlah jangan terus membicarakan tentang masalah ini lagi, yang penting sekarang kami berempat tidak ada yang terluka, hanya saja kejadian ini memalukan."

Kie Pi-sia sangat sedih, dia malu juga menyesal.

"Berarti aku yang sudah mencelakaimu?"

"Tidak juga, mungkin karena pengalamanmu di dunia persilatan masih kurang, maka kau tidak tahu kalau orang- orang licik selalu menggunakan cara licik, kau ingin menolongku dan aku tetap merasa berterima kasih kepadamu!"

Lim Hud-kiam tertawa.

"Nona Kie, apakah kau sudah mengerti? Jadi kau jangan menyalahkan wasit karena tidak adil! Ini hanyalah permainan tidak perlu begitu serius, tapi aku tetap harus memberi nasehat kepadamu, orang yang memegang pedang tidak boleh cepat marah, mereka sedang bertarung lalu kau datang tiba-tiba, hal itu akan mencelakai orang lain, mungkin kau sendiri juga akan terluka, silakan turun, aku akan bertanya kepada ketua kelompok pertunjukan ini apakah dia masih mempunyai petunjuk yang lebih bagus lagi...."

Karena Kie Pi-sia dimarahi oleh Lim Hud-kiam, dia merasa marah sekaligus malu, tiba-tiba pedangnya terus berputar, semua golok yang menancap di tanah tersapu oleh pedangnya, kemudian dia berteriak.

"Lan-tiang-siang-sat, pertunjukan kalian cukup berakhir sampai di sini, maksud kedatangan kalian sangat jelas, apa pun rencana kalian lebih baik kalian jelaskan sekarang!"

Keluarga Yu terdiri dari 6 orang, mereka terkejut mendengar teriakan Kie Pi-sia, bukan karena Kie Pi-sia sudah mengetahui identitas mereka karena lambat laun akan diketahui juga, yang membuat mereka terkejut adalah jurus Kie Pi-sia saat menyapu golok-golok di bawah, sebab barisan golok itu seluas 2 tombak persegi, tapi hanya dengan satu jurus Kie Pi-sia bisa menyapu bersih barisan golok itu, jurusnya ini benar-benar mengejutkan orang.

Tamu-tamu yang duduk pun terkejut, nama Lan-tiang- siang-sat membuat mereka terkejut, mereka adalah orang- orang dunia persilatan, apa lagi yang usianya agak tua, kebanyakan mereka tahu bentrokan antara Lan-tiang-siang-sat dan Kie Tiang-lim dan tahu kalau mereka berenam datang untuk membalas dendam, maka mereka mengkhawatirkan keselamatan Kie Tiang-lim.

Dari pihak Lan-tiang-siang-sat sudah 3 orang yang memberi pertunjukan, 2 orang gadis berilmu tinggi, Yu Liong sendirian sudah mengalahkan Su-seng, ilmu silatnya memang hebat, 3 orang muda ini adalah keponakan Lan-tiang-siang-sat, kalau begitu bagaimana dengan kemampuan 2 orang tua itu? Yu Ji-tong tertawa.

"Lebih baik kami terus terang, Kie Tiang-lim, aku mengira kau sudah melupakan kami ternyata kau berpura-pura tidak mengenali kami!"

Kie Tiang-lim berdiri.

"Teman lama mana mungkin, aku melupakan kalian begitu saja? karena kalian berdua menutupi identitas kalian, terpaksa aku pun pura-pura tidak mengenali kalian."

Yu Sam-tong berkata.

"Lan-tiang-siang-sat sekarang sudah berubah menjadi It-sat, tapi kami terus ingat urusan kami di dalam hati, hutang lama harus kami perhitungkan."

Kie Tiang-lim sedikit terpaku.

"Masalah aku yang telah membunuh Lo-toa kalian, aku memang mengakuinya kalian berdua masih hidup mengapa disebut It-sat?"

Yu Ji-tong marah.

"Kami kakak beradik karena dirimu sudah kehilangan sebelah tangan, kami sekarang menjadi setengah manusia, 2 orang yang hanya mempunyai sebelah tangan kalau digabung bukankah akan menjadi satu orang yaitu It- sat? "Ternyata begitu, aku tidak bisa bicara apa-apa lagi, dengan cara apa kalian ingin memperhitungkan hutangku dulu?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"Ini bukan hanya satu hutang, harus pisahkan, sebab Toako kami. Yu Ta-tong mempunyai putra yang sudah dewasa, hutangmu dengan Yu Ta-tong menjadi tanggung jawab mereka, kami berdua hanya minta dua tangan yang sudah kau putuskan, apakah ini adil?"

"Adil! Aku hanya mempunyai dua tangan, aku akan mengembalikannya kepada kalian, satu orang mendapatkan satu tangan, kemudian aku akan menyisakan nyawaku untuk keponakanmu, apakah dengan cara ini kalian merasa puas?"

Yu Ji-tong berkata.

"Kau benar-benar enak diajak bicara, tadinya kami ingin menambah dengan sedikit bunganya, karena kau begitu terbuka kepada kami, jadi kami tidak akan menambahkan bunga, potong saja tanganmu untuk kami!"

Kie Tiang-lim tersenyum.

"Dua puluh tahun yang lalu, orang she Kie bukan dengan cara seperti itu berhutang kepada kalian, tangan kalian bukan kalian sendiri yang memutuskannya."

"Maksudmu apakah kami harus berusaha dulu?"

"Hutang seperti apa, cara membayarnya pun harus dengan cara seperti itu, ini wajar!"

Kie Tiang-lim tertawa.

"Betul juga, kami tidak ingin kau membayar hutang tanpa berusaha, kami juga sudah siap dengan cara kami menagih hutang, kau pasti akan membayarnya, apakah kita akan melunasinya di sini, atau kita cari tempat lain?"

"Di mana pun boleh!"

Jawab Kie Tiang-lim.

"Baiklah, ruangan ini lumayan besar, bagaimana kalau di sini saja! Bawalah pedangmu kemari!"

Ujar Yu Ji-tong. Kie Tiang-lim tertawa, katanya.

"Hari ini adalah hari ulang tahunku...."

"Itu lebih baik, kelak hari ulang tahunmu akan menjadi hari kematianmu juga, bisa diperingati sama-sama supaya keturunanmu tidak lupa menyembahyangi mu, hari yang bagus ini, kau jangan mundur lagi!"

Kie Tiang-lim berkata.

"Aku tidak akan mundur, aku hanya ingin memperingatkan kalian, hutang di antara kita jangan sampai membuat orang lain terkejut, kalian tunggu sebentar, setelah tamu-tamuku pulang, baru kita membuat perhitungan di antara kita, bagaimana?"

"Boleh saja, sebetulnya 20 tahun yang lalu kau bisa membunuh kami, tapi kau tidak tega melakukannya, hanya membuat tangan kami buntung, kami merasa sangat berterima kasih kepadamu untuk hal ini, maka hari ini begitu datang kami akan diam dulu, biar pesta ulang tahunmu bisa dilangsungkan dulu, tapi putrimu sudah tidak sabar dan sudah berteriak dulu, kalau pesta ini dilanjutkan kau pun akan merasa tidak tenang, lebih baik sekarang kau mengantar para tamu pulang!"

Kie Tiang-lim mengangguk, dia memberi hormat kepada para tamu.

"Saudara-saudara dan para hadirin, aku minta maaf kalian sudah datang jauh-jauh, aku tidak bisa menyajikan makanan yang enak, tapi kalian sudah melihat keadaan sekarang, aku harap kalian memaafkan kami, silakan!"

Tamu-tamu yang ada di sana tidak ada seorang pun yang bergerak, Yu Ji-tong dengan tidak sabar berkata.

"Sudah! Sudah! Bukankah kalian sudah memberi selamat, arak pun sudah diminum, kalau masih tidak cukup, besok di sini akan ada upacara pemakaman, kalian boleh membawa uang kertas untuk orang mati, masih ada makanan yang enak, sekarang kalian boleh pergi!"

Hun-lam In Tiong-ho dengan marah berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yu Ji-tong, kau tampak sangat percaya diri bisa mengalahkan Kie Toako, padahal mungkin besok adalah upacara pemakamanmu."

Yu Ji-tong tertawa terbahak-bahak.

"Apakah In Tayhiap bisa meramal, memang besok kami akan mengadakan pesta besar, pesta untuk memperingati kesuksesan kami membalas dendam peristiwa 20 tahun yang lalu, besok aku akan mengundang In Tayhiap menjadi tamu pentingku."

Sebetulnya In Tiong-ho ingin mengatakan, yang akan mati adalah Lan-tiang-siang-sat sendiri, tapi kata-kata Yu Ji-tong malah membuatnya tidak bisa menjawab. Yu Ji-tong berkata.

"In Tayhiap, aku tahu kau dan Kie Tiang-lim adalah teman baik, maka aku sengaja berada dalam satu perahu bersamamu, aku sengaja menyuruh keponakanku menunjukkan ilmu silatnya, supaya kau mengatakan pada Kie Tiang-lim, tadi kami pun masih sempat memperagakan beberapa jurus, namamu sangat terkenal di dunia persilatan, pandanganmu juga luas, kau pasti bisa melihat siapa yang menang dan siapa yang kalah hari ini."

"Yang kalian tunjukan adalah ilmu rendahan, bukan ilmu yang benar-benar, nama Kie Toako sangat terkenal, nama kalian jauh berada di bawah beliau."

Yu Ji-tong tersenyum.

"Betul, mengenai jurus pedang kecuali Ciam Lo-enghiong, yang kedua adalah Kie Tiang-lim, kami kalah bersaing dengan mereka, maka terpaksa kami mencari cara lain!"

"Apa kalian akan memakai senjata rahasia?"

"Senjata rahasia hanyalah salah satu cara kami, masih banyak permainan lain, yang terpenting kami harus menang,"

Jawab Yu Ji-tong.

"Kalian sungguh licik!"

Kie Tiang-lim marah. Yu Ji-tong tertawa sinis.

"Kie Tiang-lim, jangan lupa kami datang untuk membalas dendam, apakah membalas dendam harus dengan cara sopan?"

Lim Hud-kiam yang tidak mau diam saja, akhirnya ikut berkata.

"Betul, membalas dendam bukan untuk memberi pertunjukan, cara apa pun bisa dilakukan!"

Kie Tiang-lim selalu sungkan kepada Lim Hud-kiam, sekarang mendengar dia berkata demikian, wajahnya segera berubah.

"Sobat, sebenarnya kau berada di pihak mana?"

"Aku berada di posisi netral, aku tidak memihak pada siapa pun, kata-kataku tadi juga adil, kalau membalas dendam hanya menggunakan ilmu silat, orang yang tidak bisa ilmu silat, apakah bisa membalas dendam?"

"Aku tanya kepadamu kau berdiri di pihak mana, bukan bertanya kau akan membantu siapa, sebab kau juga orang dunia persilatan, maka aku bertanya demikian, tujuan berlatih ilmu silat adalah untuk membela kebenaran juga keadilan, membasmi yang jahat melindungi yang lemah...."

"Itu sudah pasti!"

Jawab Lim Hud-kiam.

"Kalau kau sudah tahu, syukurlah! Aku ingin bertanya, apakah kau tahu mengapa aku dan Lan-tiang-siang-sat bisa menjadi musuh?"

"Itu adalah kejadian 20 tahun lalu, mana aku tahu!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Aku bisa memberitahu, 20 tahun yang lalu Lan-tiang-sam- sat menguasai wilayah Hun-lam, mereka jahat, Hek-bin-sat-sin Yu Ta-tong memaksa seorang wanita menjadi istri mudanya tapi perempuan itu menolaknya, lalu Yu Ta-tong dan kedua adiknya membunuh keluarga wanita itu dan menculiknya, di tengah jalan aku bertemu dengan mereka, apakah aku bisa membiarkannya?"

"Harus!"

Jawab Lim Hud-kiam.

"Apakah Yu Ta-tong harus dibunuh?"

"Harus!"

"Kalau begitu mereka mencariku untuk membalas dendam apakah itu masuk akal?"

"Masuk akal!"

Lim Hud-kiam menjawab dengan santai. Ciam Giok-beng tidak tahan lagi, dia ikut berkata.

"Lim Lo- te, itu aturan dari mana?"

"Aturanku aturan umum, Yu Ta-tong harus dibunuh karena melanggar peraturan pemerintah, dia harus dihukum oleh pemerintah, harus ditangkap lalu diserahkan kepada pemerintah, dia akan dihukum oleh pemerintah, tidak pantas kalau Kie Tiang-lim yang membunuh dia."

"Kekuatan Lan-tiang-sam-sat sangat kuat, pemerintah di Hun-lam pun sangat takut kepadanya seperti takut pada harimau, mana mungkin mereka berani mencabut kumis harimau?"

Kata Kie Tiang-lim dingin.

"Pemerintah hanya takut kepada mereka, bukan tidak mau mengurusi hal ini, karena kau mempunyai kekuatan menangkap mereka, maka kau harus membantu pemerintah menangkap mereka, ini baru jalan yang benar, tapi kau mengandalkan ilmu silatmu sendiri dan membunuh dia, menggunakan kata-kata bagus dengan dalih membela keadilan, padahal kau hanya ingin mencari nama, tindakanmu jadi salah."

Kata-kata Lim Hud-kiam membuat Kie Tiang-lim tidak sanggup menjawab, setelah lama dia baru berkata.

"Mungkin kau belum lama berkelana di dunia persilatan, jadi tidak tahu kalau orang-orang dunia persilatan dalam melakukan pekerjaan tidak pernah berhubungan dengan pemerintahan!"

"Inilah kesalahan besar dari orang dunia persilatan, mereka menganggap kalau mereka adalah hukum, apakah dengan adanya orang dunia persilatan maka tidak butuh hukum?"

"Bukan begitu, orang dunia persilatan mengurusi masalah dunia persilatan, mereka tidak bisa mengurusi salah atau benarnya orang-orang di dunia ini, jika Lan-tiang-sam-sat tidak mempunyai ilmu tinggi mereka tidak akan berani melakukan semua perbuatan sesuka hati mereka, kalau mereka melakukan kesalahan lantas dibereskan oleh pemerintahan, aku pun tidak akan banyak mengurusi hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya denganku!"

"Itu benar, kau sudah membunuh Yu Ta-tong, keturunannya datang untuk membalas dendam, ini adalah hal biasa, apakah kau masih mengatakan ini tidak masuk akal?"

Kie Tiang-lim tidak bisa menjawab, Lim Hud-kiam berkata lagi.

"Sekarang banyak orang dunia persilatan yang mengaku kalau mereka adalah orang yang membela keadilan dan kebenaran, sering secara sembarangan membunuh orang, mereka hanyalah orang-orang yang ingin mencari nama, sebenarnya tindakan mereka bukan demi keadilan dan kebenaran."

"Menurut pandanganmu seperti apa keadilan dan kebenaran itu?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"Kalau menemukan hal yang tidak adil, kita tidak boleh berpangku tangan tapi juga tidak boleh sembarangan membunuh orang, lihat! pedangku adalah pedang tumpul, aku ingin dengan pedang Budha ini mengubah orang-orang jahat di dunia ini menjadi baik, itu baru disebut menjaga keadilan dan kebenaran,"

Jawab Lim Hud-kiam.

"Aku kagum padamu yang punya keinginan hati seperti itu!"

Kata Kie Tiang-lim.

"Ketua salah, aku tidak berniat ingin terkenal di dunia persilatan, aku hanya ingin mempunyai hati seperti Budha!"

"Betul, aku mengaku salah, tapi dengan hati baikmu, kalau bertemu orang yang jahat dan licik, kau harus bertindak bagaimana?"

"Harus dengan kesabaran membuat mereka mengerti!"

"Aku kagum kepadamu, sekarang aku ingin tanya, kalau mereka ingin membunuhku, aku harus bertindak bagaimana?"

"Kalau kau mempunyai kekuatan untuk melindungi dirimu sendiri, mereka tidak akan bisa membunuhmu, kalau kau tidak mempunyai kekuatan melindungi dirimu sendiri, di sini banyak temanmu, mereka bisa membantumu, yang penting kau tidak boleh membunuh orang lagi."

"Orang she Kie sejak membuka perusahaan perjalanan belum pernah membunuh orang, hari ini aku pun tidak bermaksud melukai orang!"

"Itu sangat baik, kalau kita terus menerus saling membalas dendam kapan akan ada habisnya, di dunia persilatan banyak masalah terjadi karena balas membalas, makanya masalah tidak ada henti-hentinya timbul!"

"Tapi kalau aku tidak membunuh orang, orang lain yang akan membunuhku!"

"Tidak, di belakangmu ada Pak-hai-kiam-im, Ciam Cianpwee yang mendukungmu mereka tidak akan bisa membunuhmu hari ini!"

Ciam Giok-beng tersenyum.

"Lo-te terlalu memuji, aku sudah tua tenaga pun sudah berkurang, sepertinya aku tidak bisa mengurusi hal ini!"

"Kalau kau tidak bisa mengurusi hal ini aku yang akan mengurusnya, asal kau bersedia aku tidak akan membiarkan pembunuhan terjadi di sini."

Keluarga Yu terdiri dari 6 orang setelah mendengar perkataan ini mereka terpaku, Yu Ji-tong bertanya.

"Kongcu, apakah dendam kami akan berlalu begitu saja?"

"Aku tidak berkata seperti itu, Kie Tiang-lim sudah membacok hingga putus tangan kalian, kalau kalian sanggup kalian boleh membacok kembali tangannya."

Yu Liong berteriak.

"Bagaimana dengan dendam ayahku?"

"Ayahmu mati karena ilmu silatnya lebih rendah dari Kie Tiang-lim, kalau ilmu silat kalian bisa lebih hebat dari Kie Tiang-lim, berarti kau sudah bisa membalaskan dendam ayahmu."

"Apa begitu sederhana?"

Kata Yu Liong marah.

"Kalau tidak begitu, lalu apa yang kau inginkan?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Hutang darah harus dibayar dengan darah!"

Wajah Lim Hud-kiam segera berubah.

"Kau boleh mencobanya, kalau kau merasa harus membunuh baru merasa senang, aku akan membuatmu seumur hidup tidak bisa bersilat lagi!"

Yu Liong terdiam, tapi dia sudah mengeluarkan senjata koasnya lalu menyerang ke arah jantung Lim Hud-kiam, dengan sebelah tangannya Lim Hud-kiam menutupi dadanya dan menahan serangan koasnya, sedangkan satu tangannya lagi sudah meluncur mencengkeram ikat pinggang Yu Liong, dan pelan-pelan mengangkat Yu Liong, kemudian melempar Yu Liong seperti batu besar mendarat ke bawah.

Yu Houw dengan cepat memapahnya bangun.

"Kakak, bagaimana dengan keadaanmu?"

Yu Liong mengatur nafas ternyata dia tidak terluka, maka dia berusaha melepaskan pegangan Yu Houw, dia siap menyerang lagi, Yu Leng-nio datang menariknya.


Pendekar Romantis 02 Hancurnya Samurai Merivale Mall 08 Antara Dua Hati Animorphs 40 Yang Lain Other

Cari Blog Ini