Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok Bagian 2
"Toako, kata-kata Lim Kongcu betul, kita coba terima aturannya, paman kita harus membayarnya tapi tidak sampai harus membunuh orang, Kie Tiang-lim sangat terkenal di dunia persilatan kalau kita bisa mengalahkan dia itu lebih berarti dibandingkan harus membunuh dia."
Yu Ji-tong ikut bicara juga.
"Betul, Kie Tiang-lim terkenal di dunia persilatan selama beberapa puluh tahun, kalau kita bisa mengalahkan dia namanya akan hancur sekalipun dia masih hidup dia akan merasa lebih memilih untuk mati, Lo-toa kita bisa menutup mata dengan tenang."
Yu Liong melihat mereka berdua terus menasehatinya dengan alasan yang sama, dia tahu semua ini bukan tanpa alasan maka dia memilih untuk diam, tapi matanya tetap melotot kepada Lim Hud-kiam.
Lim Hud-kiam pura-pura tidak melihatnya, dia tertawa sambil berkata.
"Sekarang semua orang setuju untuk tidak melukai orang, jadi sekarang kita bisa mengunjukkan kehebatan ilmu silatnya, Ketua tidak perlu buru-buru mengantar tamu pulang biar semua orang bisa menyaksikan keramaian ini."
Kie Tiang-lim tadi melihat Lim Hud-kiam dalam satu jurus sudah berhasil membuat Yu Liong bertekuk lutut, dia tidak bisa mengukur ilmu silat pemuda itu maka dia juga memilih untuk diam, Yu Ji-tong memberi isyarat mata kepada Yu Sam- tong, Lo-sam.
"Kita berdua siap menagih hutang tangan kita yang sudah dibuntungkan!"
Yu Sam-tong mengangguk dan dia pun keluar, tanya Kie Tiang-lim.
"Apakah kalian berdua ingin bertarung bersama- sama?"
"Tadinya kami ingin bertarung dengan dua tangan menggunakan 2 senjata, karena tangan kami sudah dibuntungkan oleh Tuan, maka kami tetap ingin dengan 2 tangan memegang 2 senjata, maka kami berdua menciptakan ilmu silat 2 orang menjadi satu orang, kalau Tuan merasa akan dirugikan Tuan bisa mencari orang lain untuk membantu."
"Aku tidak mempunyai kebiasaan seperti itu,"
Ujar Kie Tiang-lim.
"Kalau begitu kami tidak akan bersikap sungkan lagi,"
Yu Ji- tong berkata dengagn dingin, Yu Ji-tong berpesan.
"Bwee-nio, keluarkan senjataku!"
Yu Bwee-nio membuka bungkusan kain lainnya, dia mengeluarkan 2 senjata aneh, kemudian melemparkan kepada Yu Ji-tong dan Yu Sam-tong, tamu-tamu yang duduk pun menjadi termangu karena tidak tahu 2 senjata itu apa namanya.
Yu Ji-tong memegang senjata berbentuk seperti pecut dengan 7 sambungan, tapi kalau dilihat dengan teliti senjata itu terbuat dari 7 pisau kecil yang diikat menjadi satu, setiap ujung dan kepala pisau terdapat ring untuk menyambungkannya, pisau yang pertama dipakai untuk pegangan dan pisau yang terakhir tidak ada ringnya, karena panjang senjata itu mencapai satu setengah tombak, maka senjata itu digerakkan dengan cara ditarik-tarik, sedangkan sebagian lagi berada di bawah.
Senjata Yu Sam-tong berbentuk pentungan bergerigi, biasanya pentungan bergerigi sangat tajam, tapi pentungannya berbentuk kaitan.
Lim Hud-kiam pun terpaku melihat senjata mereka, dia bertanya.
"Senjata kalian bentuknya sangat aneh, apakah senjata itu sudah mempunyai nama?"
"Senjata ini adalah ciptaan kami sendiri, tidak ada nama, senjataku bisa disebut pecut dengan 7 sambungan!"
Jawab Yu Ji-tong.
"Sangat aneh, lalu apa keistimewaannya?"
Tanya Lim Hud- kiam.
"Digunakan seperti pecut dengan 7 sambungan, tapi senjata ini lebih dahsyat dibandingkan dengan pecut dengan 7 sambungan yang biasa, karena senjata ini terbuat dari pisau kecil, kalau terkena lecutannya lumayan sakit,"
Jelas Yu Ji- tong.
"Aku lihat ring besi itu sangat besar, dari suaranya menunjukkan kalau ring itu kosong tengahnya, apa benar?"
Yu Ji-tong melotot kepadanya lalu menjawab.
"Betul, ring ini tengahnya kosong, dan aku menyimpan bahan peledak di dalamnya kalau lawan berani membacok dengan golok atau pedang, maka bahan yang tidak begitu keras akan putus, setelah itu bahan peledaknya akan meledak dengan sendirinya."
"Apakah peledak itu bisa melukai orang?"
Tanya Lim Hud- kiam.
"Tidak, tapi tenaga ledakannya bisa membuat pisau kecil itu melesat, pisau itu bisa melukai orang, apakah masih ada yang ingin Kongcu tanyakan?"
"Tidak ada, aku benar-benar kagum dengan pemikiran Tuan, bisa membuat senjata begitu aneh,"
Kata Lim Hud-kiam.
"Tidak juga, hanya saja orang yang bertarung denganku harus hati-hati, lebih baik jangan mencoba memotong ringnya dengan benda apapun."
"Kalau begitu, sewaktu bertarung dengan lawan banyak jurus jadi tidak bisa digunakan?"
Tanya Lim Hud-kiam. Yu Ji-tong tertawa dingin.
"Kie Tiang-lim adalah ahli ilmu pedang, kami sudah cacat terpaksa kami harus memutar otak untuk membuat senjata ini, aku kira ini tidak berlebihan!"
Lim Hud-kiam mengangguk.
"Betul, Ketua Kie mempunyai ilmu pedang yang tinggi, kukira tidak memotong ring itu, buatnya tidak akan mengalami kesulitan asal diberitahu dulu sebelumnya, ini bukan hal yang penting, senjata Tuan ke-tiga Yu seperti apa? Dan diberi nama apa?"
"Mainanku pun tidak bernama, hanya kaitan yang ada di atasnya bisa digerakkan, kalau menyenggol senjata dia akan terbang keluar, kalau arahnya tidak salah dia yang sial, kalau arahnya salah dia yang beruntung, hanya saja tergantung pada nasib, bukan aku ingin mengambil keuntungan, apakah Tuan menganggap ini adil?"
"Adil, tapi lebih baik kau beritahu dulu kepada orang lain, arah mana yang menguntungkanmu!"
Kata Lim Hud-kiam.
"Tentang hal ini aku sendiri juga tidak tahu, karena kaitan ini dimasukkan dengan arah tidak sama, bagian mana yang tersenggol akan keluar dengan arah tidak tentu, maka cara yang paling bagus adalah jangan menyenggolnya kalau tidak, semua tergantung pada nasib."
Sesudah mendengar keunggulan senjata musuhnya masing- masing, Kie Tiang-lim mulai berpikir jangan sampai bentrok dengan senjata lawannya, pertarungan ini sangat tidak menguntungkan baginya.
Tapi nama Kie Tiang-lim sangat terkenal, menghadapi tantangan musuhnya, tidak mungkin dia mundur, maka dia pun berpikir sejenak dan langsung berpesan.
"Thian-sia, ambil dan bawa pedangku kemari!"
Pedangnya yang berwarna hijau memang bukan pedang sakti, tapi terbuat dari baja asli, keras juga tajam, dan pedang itu adalah pemberian dari gurunya yaitu Kian-kun-it-kiam Siau Pek.
Siau Pek dijuluki pesilat pedang nomor satu, dia menurunkan semua ilmunya kepada murid pertamanya yaitu 'Pak-hai-kiam-im Ciam Giok-beng, dia merasa bersalah karena tidak pernah menyumbangkan sesuatu kepada dunia persilatan, maka dia memberikan pedang ini untuk murid terakhirnya, Kie Tiang-lim, supaya dia bisa membela keadilan dan kebenaran di dunia persilatan untuk meneruskan cita- citanya yang belum tercapai.
Biasanya Kie Tiang-lim sangat menyayangi pedang ini, dia menganggap pedang itu sama penting dengan nyawanya, hari ini adalah ulang tahunnya yang ke-60, dengan hormat dia menggantungkan pedang itu di tengah-tengah ruangan.
Dengan penuh rasa hormat pedang itu dicabut oleh Souw Thian-sia, kemudian memutar-mutar di udara.
Ciam Giok-beng ikut berdiri, dia menghormati pedang peninggalan gurunya, tamu-tamu yang tahu sejarah pedang itu pun segera berdiri untuk memberi hormat.
Dengan serius Kie Tiang-lim menerima pedang itu dan berkata.
"Yu-heng berdua, pedangku adalah pemberian guruku, aku menuruti ajaran guruku yaitu tidak pernah melakukan hal yang tidak pantas dengan pedang ini, Toako kalian meninggal oleh pedang ini, terhadap hal yang terjadi di masa lalu aku memang merasa sedikit menyesal tapi aku tidak merasa bersalah kepada pedang ini, apakah kalian berdua mengerti maksudku?"
"Aku tidak mengerti!"
Jawab Yu Ji-tong dengan dingin.
"Pedang ini hanya tahu benar atau salah, tapi tidak tahu dendam atau budi, maka setiap kali aku menggunakan pedang ini, aku selalu bertanya kepada hati nuraniku, apakah aku telah melanggar ajaran guru atau tidak, kalau aku tidak merasa bersalah demi menjaga nama baik perguruan, aku tidak akan sungkan membunuh orang!"
Dua bersaudara Yu tidak bersuara, tapi Lim Hud-kiam dengan pelan berkata.
"Dilarang membunuh, memang jiwa pendekar harus seperti itu, tapi itu adalah sifat tidak terpuji!"
Nada bicaranya memang menusuk, tapi Kie Tiang-lim tidak merasa tersinggung, dia berkata.
"Sewaktu aku menerima pedang ini, aku masih muda, mungkin aku kurang sabar dengan pedang ini aku telah membunuh beberapa penjahat, tapi selama 10 tahun ini pedang ini belum pernah terkena darah, hari ini pun demikian, maka Lim Kongcu tidak perlu merasa khawatir!"
Lim Hud-kiam tersenyum.
"Aku tidak mengkhawatirkan apa- apa, dengan ada aku di sini, bila terjadi pembunuhan, akulah yang akan bertanggung jawab."
Souw Thian-sia benar-benar tidak tahan, dia berteriak.
"Kau sudah mengurusi terlalu banyak, ilmu pedang Susiokku sudah sampai pada tahap menyatu dengan pikiran, apakah dia akan membunuh orang atau tidak, dia sanggup menguasai dirinya, untuk apa kau yang harus bertanggung jawab!"
"Dia bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, aku bertanggung jawab kepada diriku sendiri, kalau tujuan kita sama tentu akan lebih baik, aku hanya mengingatkan dia, jangan sampai tidak bisa menguasai diri, dia bisa melakukan apa saja, dan masih ada aku yang akan membantu dia menguasai dirinya sendiri."
"Kentut, alasanmu apa lagi?"
Kata Souw Thian-sia marah.
"Demi pedang tumpulku,"
Kata Lim Hud-kiam sambil memegang pedangnya. Souw Thian-sia tidak kuat menahan emosinya lagi, dia keluar dan berkata.
"Biar aku mencoba dulu ilmu pedangmu, apakah kau bisa membuatku percaya pada kata-kata gilamu."
Tapi Ciam Giok-beng membentak.
"Thian-sia, urusan Susiokmu masih belum selesai, apakah kau ingin membuat masalah lagi?"
Souw Thian-sia memberi hormat.
"Guru, bukan muridmu ingin mencari masalah, tapi orang ini terlalu sombong!"
Kie Pi-sia ikut menjawab.
"Supek, ayahku bertarung melawan musuh, tapi orang lain yang mengawasinya, apakah kita begitu tidak berguna, bersabar pun kita ada batasnya, orang ini dari awal sudah mengacau...."
Lim Hud-kiam tersenyum, katanya.
"Kata-kata Nona tadi tidak adil, aku hanya berdiri pada posisi sebagai sama-sama orang persilatan yang menegakkan keadilan, aku tidak memihak kepada siapa pun!"
"Menegakan keadilan, belum giliranmu yang bicara!"
Kie Pi- sia marah.
"Kalau ada orang yang berani keluar untuk mengambil keputusan yang adil, untuk apa aku harus keluar, disini jago- jago dunia persilatan sangat banyak, tapi mereka hanya duduk saja tidak membuka mulut...."
In Tiong-ho ikut marah, katanya.
"Dari awal Tuan sudah mengambil alih, mana mungkin ada orang lain yang mengambil kesempatan ikut bicara?"
Lim Hud-kiam tertawa dingin.
"Seharusnya saat kau berkata seperti itu kau harus merasa malu, aku datang ke pesta ulang tahun saat pestanya sudah mulai, sebelumnya apakah kalian pernah mengatakan sesuatu, karena kalian tidak membuka mulut, maka aku yang mengurusi masalah yang tidak ada hubungannya denganku."
"Saat itu keluarga Yu belum membuka identitas mereka tapi kau sudah tahu, kau sendiri yang datang memberitahu, apakah kau tidak tahu identitas mereka? Kau sudah tahu, lalu mengapa tidak lebih awal memberi tahu kami?"
Kata Lim Hud- kiam lagi. In Tiong-ho tidak bisa menjawab, lama dia baru berkata.
"Karena kedua belah pihak sudah mengambil keputusan, aku tidak perlu banyak bicara lagi."
"Kalau begitu, berarti kau setuju jika terjadi pertarungan berdarah?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanya Lim Hud-kiam.
"Sembarangan, aku tahu hati Kie Toako sangat baik, dia tidak akan membuat orang tersinggung, untuk apa aku harus ikut campur?"
Lim Hud-kiam berkata.
"Aku percaya karena hari ini adalah hari ulang tahunnya, dia tidak akan membunuh orang, tapi orang tua Yu ingin membalas dendam, mungkin hatinya berbeda dengan pikirannya, seharusnya kau nasehati mereka supaya amarah mereka reda...."
"Apakah mereka mau mendengarku?"
"Kau belum mencobanya mana tahu mereka akan menerimanya atau tidak, aku merasa mereka adalah orang yang bisa mengerti, paling sedikit ketika aku mengeluarkan pendapat agar jangan sampai melukai orang, dan mereka mendukung!"
"Apakah kau yakin?"
Kata In Tiong-ho tertawa.
"Kalau tidak yakin aku tidak akan keluar untuk bicara!"
Jawab Lim Hud-kiam.
"Sekarang aku baru mengerti, In Tayhiap tidak keluar bicara ternyata karena merasa tidak yakin, aku tidak menyalahkanmu, tapi juga jangan salahkan aku yang mencari masalah, karena aku ingin dengan adil membereskan semua masalah!"
Rasa marah membuat In Tiong-ho gemetar, dia berkata kepada Ciam Giok-beng.
"Ciam Tayhiap, aku tidak percaya kau punya daya tahan begitu kuat melihat kesombongan bocah ini!"
Alis Ciam Giok-beng berkerut, dia berdiri.
"Ilmu silat Lim Lo- te cukup tinggi dan pantas untuk dipuji, tapi kalau terlalu sombong tidak baik bagi dirinya sendiri!"
Lim Hud-kiam tertawa.
"Kita tidak membicarakan tentang ilmu silat, apakah permintaanku pantas, harap Ciam Tayhiap bisa memberi pendapat."
"Kalau kalian bisa akur itu adalah hal yang baik, yang pasti tidak salah!"
Jawab Ciam Giok-beng.
"Itu sudah cukup, seharusnya berusaha mencapai jalan yang benar, akan membuat semua orang berusaha mencapai tujuan ke sana, ini adalah filsafat juga tujuan pesilat pedang!"
"Kau bicara tentang filsafat seperti air yang mengalir turun, aku merasa kalah darimu, tapi keinginan yang begitu tinggi bukan hanya mengandalkan perkataan saja, di dunia persilatan kalau ingin terkenal tetap harus mempunyai ilmu silat yang tinggi!"
"Itu sudah pasti, apakah Ciam Tayhiap akan menguji ilmu silatku?"
Tanya Lim Hud-kiam.
"Aku tidak berani!"
Ciam Giok-beng menggelengkan kepala. In Tiong-ho berkata.
"Tayhiap bisa tahan dengan sifat anehnya, tapi aku tidak, kalau Kie Toako tidak keberatan, aku akan menghajarnya!"
"Tidak perlu, suruh saja Souw Thian-sia yang melakukannya sebab mereka sudah berjanji!"
Kata Kie Tiang-lim. Kemudian dia berkata kepada Lim Hud-kiam.
"Tuan datang untuk membela keadilan, supaya dendam antara keluarga Yu dan aku bisa diselesaikan dengan damai, aku merasa sangat berterima kasih, aku adalah orang yang berpikiran matang, aku harus lebih mendukung, tapi generasi muda menganggap Tuan sudah menghalangi gerakanku dan menganggap semua ini adalah penghinaan, mereka berada di pihak melindungi perguruan mereka, itu tidak salah, aku harap Tuan bisa membuat mereka bertekuk lutut di hadapanmu!"
Yu Leng-nio berkata.
"Sesudah mendengar kata-kata Tuan Lim, kami merasa semua benar dan kami setuju, juga akan mengikuti petunjuk Tuan Lim yaitu membereskan masalah dengan damai, kami sudah kalah dan sudah membuat malu di depan banyak orang, maka untuk menguji Tuan Lim, perusahaan perjalanan Su-hai yang harus bertanggung jawab."
Terpaksa Kie Tiang-lim berkata.
"Thian-sia, ingat kali ini kau yang minta petunjuk kepada Tuan Lim, bukan menguji dia apakah dia pantas menjadi pengawas atau tidak, sebetulnya hati Tuan Lim yang seperti Budha sudah cukup pantas untuk menjadi penengah!"
Dengan wajah tidak senang Souw Thian-sia memberi hormat.
"Silakan Toako memberi petunjuk!"
"Pengurus Souw, jangan percaya apa yang dikatakan oleh Ketua Kie, sekarang banyak pesilat tangguh yang menganggap aku terlalu sombong, mereka ingin memberi pelajaran kepadaku, di antara mereka ada yang lebih kuat darimu atau sama kuatnya denganmu, aku ingin tanya apakah ada orang yang bisa dalam 3 jurus mengalahkanmu?"
Kali ini Souw Thian-sia sangat sulit menjawab, kalau menjawab tidak ada sepertinya terlalu sombong, kalau menjawab ada akan membuat wibawa perguruannya turun. In Tiong-ho tahu kesulitannya, dengan cepat dia mewakili Souw Thian-sia menjawab.
"Souw Toako adalah murid Ciam Tayhiap, Ciam Tayhiap dan Kie Toako adalah pesilat pedang yang sangat terkenal, apa lagi Souw Siauhiap dijuluki Kiam- seng, walaupun tamu-tamu yang datang ilmu mereka tidak lebih rendah darinya, tapi dalam 3 jurus tidak mungkin bisa mengalahkan dia."
Sebenarnya para tamu yang datang tidak banyak yang kepandaiannya lebih tinggi dari Souw Thian-sia, maka kata- kata In Tiong-ho boleh dikatakan terdengar sangat sungkan, maka tamu-tamu pun tidak ada yang protes! Lim Hud-kiam tertawa terbahak-bahak.
"Itu lebih baik, dalam 3 jurus kita bisa menentukan siapa yang kalah dan siapa yang menang."
"Maksudmu, dalam 3 jurus kau akan mengalahkan aku?"
Kata Souw Thian-sia marah.
"Harus begitu, kalau tidak aku akan sulit jadi wasit!"
"Kalau dalam 3 jurus kau bisa mengalahkanku, aku akan memenggal kepalaku sendiri!"
Ciam Giok-beng marah dan menggebrak meja.
"Thian-sia, apa maksudmu mengeluarkan kata-kata gila tadi?"
"Guru, muridmu belajar kepada sifat Guru selama 10 tahun, kalau dalam 3 jurus kalah, apakah aku masih bisa bertemu muka dengan orang-orang?"
Mata Souw Thian-sia berkaca- kaca.
"Sembarangan bicara, apakah setelah kau belajar ilmu pedang selama 10 tahun, kau menganggap tidak ada yang bisa mengalahkanmu? Kau bisa memainkan berapa jurus di depanku?"
"Mana mungkin aku bertarung dengan Guru, apa yang kukuasai tentu Guru sangat tahu...."
Souw Thian-sia menjawab. Ciam Giok-beng tetap membentak.
"Katakan, dalam berapa jurus kau bisa bertarung dengan gurumu?"
"Dua jurus!"
"Kau sangat jujur!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Bukan jujur, sebab begitu jurus pertama kukeluarkan, Guru pasti akan tahu apa jurus berikutnya yang akan murid keluarkan, maka pada jurus ke-2 murid tentu akan kalah!"
Ciam Giok-beng dengan marah berkata lagi.
"Kau terlalu sombong, kalau aku bertarung denganmu, tidak perlu mencoba-coba, dalam satu jurus aku akan membuatmu kalah!"
Dengan cepat Souw Thian-sia menjawab.
"Murid terlalu sombong..."
"Kau tidak menyombongkan diri di depanku karena aku tahu sampai di mana ilmu pedangmu, aku juga tahu kau tidak akan berbuat tidak sopan kepadaku, maka dalam satu jurus aku bisa mengalahkanmu, kalau dalam satu jurus kau kalah dariku, dan dalam 3 jurus kalah dari orang lain, aku kira kau tidak perlu merasa malu!"
Kie Tiang-lim berkata.
"Jangankan 3 jurus, satu jurus sudah kalah pun tidak perlu merasa malu, sebab bila pesilat bertarung kalah atau menang hanya berbeda satu garis saja, begitu bertarung kalau dia tepat menyerang kelemahanmu, maka kau akan kalah, kecuali kekuatanmu sama dengan lawanmu dan pantas untuk dipertahankan, kalau tidak pasti ada yang menang dan ada yang kalah, kalah dalam satu jurus atau 1.000 jurus tidak perlu malu, menang juga tidak harus merasa sombong, kalau kau tidak punya pikiran seperti itu, kau tidak pantas menggunakan pedang."
"Murid tidak mempunyai pikiran seperti itu, terima kasih Susiok mau mengingatkanku!"
"Bertarunglah, jangan terlalu mementingkan menang atau kalah!"
Kata Kie Tiang-lim. Souw Thian-sia segera memberi hormat kepada Lim Hud- kiam.
"Toako, silakan!"
"Memenggal kepala, apakah kau serius?"
Tanya Lim Hud- kiam tertawa ringan. Kie Tiang-lim sedikit marah.
"Sutitku tidak berpengalaman, kami sudah mengajari dan memberi nasehat, kami harap Tuan Lim jangan bersikap keterlaluan."
"Aku tidak bermaksud menyuruhnya memenggal kepala, tapi dia bertemu dengan masalah kecil saja ingin langsung taruhan nyawa, itu benar-benar tidak menyayangi dirinya sendiri, maka aku tetap memegang katanya, kepala tidak perlu dipenggal, tapi ekor harus ditebas!"
"Silakan, murid perguruan kami bukan orang penakut, juga bukan orang yang sudah keluar kata-kata akan menariknya kembali, bagaimana cara Tuan memotong ekor?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Aku tidak mau ekornya, hanya binatang baru berekor, kalau aku bilang dia binatang, berarti aku juga binatang, kalau dia kalah julukannya yang paling belakang yaitu 'Seng' harus dihapus, Kiam-seng (Nabi pedang) kedua kata ini adalah tingkat tertinggi dalam ilmu pedang, dari jaman dulu sampai sekarang banyak pesilat terkenal tidak berani menggunakan kata 'Kiam-seng'!"
Kie Tiang-lim berkata.
"Tidak salah, sebetulnya julukan ini tidak pantas, hanya saja teman-teman dunia persilatan yang memberi julukan ini, perguruan kami terdiri dari 3 generasi tidak ada yang berani menggunakan kata 'Seng' ini."
"Itu lebih baik, aku hanya akan bertarung 3 jurus, kalau dia kalah dalam 3 jurus, aku akan menjadi penonton di sana!"
"Itu terlalu mudah untukmu!"
Teriak Kie Pi-sia. Lim Hud-kiam berkata.
"Aku keluar untuk menjadi wasit adalah hal yang merugikan diriku sendiri, kita tidak saling dendam apakah Nona ingin memenggal kepalaku?"
"Aku tidak bermaksud seperti itu, tapi dari tadi kau sangat sombong, jadi kalau kau kalah, dan dengan cara seperti itu mundur, apa begitu mudah?"
Lim Hud-kiam dengan serius segera berkata.
"Nona, kau harus mengerti aku tidak ingin melukai orang, ini demi kebaikan semua orang, mungkin kata-kataku terdengar sedikit sombong, tapi tamu-tamu yang duduk begitu banyak, ingin mencari orang seperti diriku tidak mudah, semua orang ingin mendapat julukan pendekar, tapi mereka penakut, takut membuat ayahmu marah, takut kepada keluarga Yu, aku memang goblok kau tidak pantas meminta lebih dariku!"
Begitu kata-katanya keluar, tamu-tamu terdiam, para tamu tidak suka dengan omongannya yang pedas, tapi juga kagum kepada Lim Hud-kiam yang berniat membela keadilan dan kebenaran, Kie Pi-sia pun tidak bisa bicara apa-apa.
Lim Hud-kiam membawa pedang berikut sarungnya.
"Aku sudah siap, kita bertarung sekarang, hanya 3 jurus, kau tidak usah pedulikan caraku, aku harus melihat jurus pedangmu dulu, baru bisa mengambil cara yang tepat menghadapimu!"
Karena tadi Souw Thian-sia kalah dari Yu Liong dalam barisan pedang, dan dalam satu jurus Lim Hud-kiam bisa mengalahkan Yu Liong, walaupun bukan dengan cara betul- betul bertarung, tapi dia sudah tahu kalau posisinya berada di bawah angin, maka tanpa sungkan dia masuk ke arena pertarungan dan langsung menyerang! Dengan hati-hati dan teliti pedang diayunkan seperti angin, jurus-jurus andalannya dikeluarkan, Lim Hud-kiam dengan tenang menahan dengan pedang yang masih berada dalam sarungnya, jurus-jurus Souw Thian-sia sangat bagus membuat para tamu terus bertepuk tangan memuji.
Lim Hud-kiam melenting, angin serangan pedang tepat melewatinya, Souw Thian-sia maju selangkah lagi, pergelangannya digerakkan sehingga mengeluarkan bunga- bunga pedang menutupi tubuh Lim Hud-kiam.
Jurus ini adalah jurus andalan Kian-kun-it-kiam bernama 'Po-lok-ban-hiang' jurus ini dikerahkan dengan tenaga penuh dan membentuk 64 posisi 'Pat-kwa'.
Dengan jurus ini Kie Tiang-lim berkelana di dunia persilatan, tapi dia jarang mengeluarkan jurus ini, karena tidak ingin membuat malu perguruannya.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Souw Thian-sia mengeluarkan jurus ini secara tidak sengaja, orang-orang tidak pernah menyaksikan jurus ini, keluarga Yu terdiri dari 6 orang pun terpaku, setiap orang memperhatikan jurus ini tidak ada yang memperhatikan cara Lim Hud-kiam mengatasi jurus ini.
Hanya Kie Tiang-lim, Ciam Giok-beng, dan Kie Pi-sia yang tahu bagaimana dahsyatnya jurus ini, juga hanya 3 orang ini yang memperhatikan gerakan Lim Hud-kiam.
Terlihat tubuh Lim Hud-kiam merendah, boleh dikatakan tubuhnya hampir telungkup ke bawah, kemudian pedang yang dipegang tiba-tiba dikeluarkan, dengan cara berhadapan, dia menutupi setiap jurus yang datang dari Souw Thian-sia, seperti layar pedang menahan serangan yang datang dengan sangat hebat, kemudian tubuhnya tiba-tiba naik, pedang tumpulnya segera menunjuk ke jantung Souw Thian-sia.
Souw Thian-sia pun tertegun, sebab dia tidak tahu serangan Lim Hud-kiam datang dari mana, sebetulnya 'Po-lok- ban-hiang' adalah jurus yang dahsyat, bisa menahan saja sudah untung, tapi Lim Hud-kiam masih bisa berbalik menyerang, sepertinya hal ini tidak mungkin! Tapi dadanya sudah ditunjuk oleh pedang orang lain, apa yang akan dikatakan lagi? Terpaksa dia menarik nafas panjang, pedangnya dilempar, dan dia berkata.
"Memang kau mempunyai ilmu silat tinggi, aku terima kekalahan ini!"
"Apakah kau mengaku kalah?"
Lim Hud-kiam menarik kembali pedangnya.
"Betul, aku mengaku kalah!"
Souw Thian-sia benar-benar bersikap jantan. Lim Hud-kiam benar-benar tidak mempunyai etika, dia masih memaksa.
"Baiklah kalau kau mengaku kalah, tepatilah janjimu di depan para tamu umumkan 'Seng' yang ada di belakang kata 'Kiam' dihapus!"
"Bukankah tadi guruku sudah menjelaskannya kalau kata 'Seng' ini aku tidak berani menyandangnya?"
"Tapi orang lain sudah lama memanggilmu 'Kiam-seng' kau juga belum pernah membantahnya, berarti kau sendiri sudah memakai kata Kiam-seng untuk menamakan dirimu sendiri."
"Aku tidak berani menyandang kata 'Seng' karena kata itu bermakna tinggi, di atasku masih ada guru, paman guru, mereka pun tidak berani menamakan diri mereka Kiam-seng, apa lagi aku. Karena aku sendiri tidak berani menggunakan kata 'Seng' ini, maka aku tidak berani mengumumkan menghapus nama ini."
"Kata Seng bukan paling tertinggi dalam dunia manusia, karena masih ada Sian (Dewa), Sin (Malaikat), dan Hud (Budha), kalau kau menganggap Seng adalah yang tertinggi, maka ilmu silatmu tidak akan ada kemajuan, tapi kau sudah berjanji maka kau harus menerangkannya kepada khalayak umum!"
Souw Thian-sia memang tidak hafal buku-buku filsafat, sekarang setelah dipaparkan oleh Lim Hud-kiam tentang Dewa, Malaikat, Budha, dan sebagainya, dia pun tidak bisa menjawab, Ciam Giok-beng berkata.
"Muridku tidak pandai bicara, apakah boleh aku yang mewakili dia bicara?"
"Tidak bisa, harus dia sendiri yang mengatakannya, karena bukan dia yang menamakan dirinya sendiri Kiam-seng, tapi semua orang sudah tahu nama ini, kalian lebih tua darinya tapi kalian membiarkan dia bersikap begitu sombong, kalian melalaikan tugas sebagai guru, sekarang setelah dia mempermalukan dirinya sendiri kalian baru keluar untuk memberinya pelajaran, bukankah itu sudah terlambat?"
Ciam Giok-beng tidak bisa menjawab, dia duduk dengan diam, Kie Tiang-lim dengan cepat berkata.
"Suheng, semua adalah salahku, semenjak Thian-sia berkelana di dunia persilatan, dia selalu mengikutiku, biar aku yang membereskan hal ini!"
"Thian-sia, ikut aku bicara."
Souw Thian-sia mengangguk, Kie Tiang-lim berteriak.
"Aku Souw Thian-sia mengumumkan kepada semua orang, aku akan menjadikan Kiam-seng menjadi julukan resmiku."
Souw Thian-sia tidak berpikir panjang Kie Tiang-lim berkata apa, dia ikut melafalkannya begitu selesai mengucapkannya dia baru mengerti apa yang dia ucapkan tadi maka dia pun terpaku. Dengan serius Kie Tiang-lim berkata.
"Kau kurang bersekolah, maka kau menganggap 'Seng' adalah kata yang serakah, sebenarnya kata Seng ini bermakna indah dan baik, bukan menggambarkan seberapa tinggi ilmu silat, tapi melukiskan sifat dan kebaikannya, kau sudah mengumumkan julukanmu maka julukan ini harus menjadi tujuan untuk dicapai, kelak kau harus rajin tidak merusak julukan ini, apakah kau mampu?"
Souw Thian-sia masih kebingungan, tapi dia tetap menjawab.
"Aku mampu!"
"Kau adalah orang yang pantang mundur, aku percaya kau pasti bisa, kau turunlah beristirahat!"
Di jelaskan bahwa julukan Seng (Ahli) ini tetap di pakai tapi orang yang menyandangnya harus berusaha untuk mencapai posisi Seng (Ahli). Sesudah Souw Thian-sia mundur, Kie Tiang-lim bertanya kepada Lim Hud-kiam.
"Apakah Kongcu puas?"
"Setelah dijelaskan oleh Ketua aku merasa puas juga kagum kepada Anda,"
Kata Lim Hud-kiam tersenyum. Kie Tiang-lim berkata lagi.
"Di perusahaan perjalanan Su-hai ada Su-seng, mereka berempat adalah keponakanku, memang julukan mereka diberikan oleh orang lain, tapi aku kira mereka memang pantas menerimanya karena mereka adalah pemuda yang lurus, jujur, dan baik, maka hari ini aku mewakili mereka mengumumkan secara resmi, kelak mereka akan memakai 'Seng' (Hidup) menjadi patokan mereka, harap semua orang memberi dukungan."
In Tiong-ho tertawa terbahak-bahak.
"Kata-kata Kie Toako benar, sahabat-sahabat di dunia persilatan memanggil mereka dengan julukan Seng, tujuannya bukan karena kesuksesan ilmu silat mereka tapi untuk memecut mereka supaya bisa lebih maju."
Bu Ta-kuang, Oh Yan-cauw, dan Lim Piauw-leng sama- sama setuju dan berkata.
"Kami pasti tidak akan mengecewakan Ketua dan In Cianpwee!"
Lim Hud-kiam tersenyum lalu berkata.
"Masalah ini sudah selesai, perjanjian antara aku dan Pengurus Souw bertarung dengan pedang sudah terlaksana, sekarang aku ingin tanya apakah yang menjadi penengah masih perlu diuji lagi?"
"Aku tidak pernah tidak setuju Tuan Lim menjadi penengah, tapi ide-ide Kongcu untuk tidak melukai orang, aku setuju...."
Yu Leng-nio khawatir Lim Hud-kiam akan ditarik ke pihak Kie Tiang-lim, dia pun dengan cepat berkata.
"Kami juga mendukung ide-ide Lim Kongcu...."
"Kalau begitu, apakah dendam ayahku sudah di hapus?"
Yu Liong bertanya dengan marah. Yu Leng-nio berkata.
"Apakah Toako tidak mendengar kata- kata Lim Kongcu, balas dendam tidak harus dengan cara membunuh orang, Kie Tiang-lim mempunyai nama di dunia persilatan selama beberapa puluh tahun, kalau kita bisa mengalahkan dia berarti kita sudah membunuhnya...."
Yu Ji-tong mengerti apa maksud Yu Leng-nio, dia berkata.
"Betul, dulu Toako mati karena ilmu silatnya kurang tinggi, dia sampai terbunuh itu adalah musibah, bukan dendam yang dalam, tangan kami putus karena ilmu silat kami berada di bawah Kie Tiang-lim, sekarang sekali lagi kami datang kemari hanya ingin mengadu ilmu silat, kalau kami beruntung kami bisa menang...."
Kie Tiang-lim segera menjawab.
"Aku akan menggantikannya dengan sebelah tanganku."
"Tujuan kami datang kemari adalah untuk mengambil tanganmu, bila kami menang maka tanganmu tidak akan bersisa."
Kie Tiang-lim tertawa terbahak-bahak.
"Betul, dari awal aku sudah tahu maksud kedatangan kalian kemari, kata-kata tadi sebetulnya percuma saja, silakan."
Yu Ji-tong memegang pecut dengan 7 sambungan, Yu Sam- tong mengangkat tinggi-tinggi pentungan yang dibawanya, mereka masing-masing mengambil posisi dan berdiri tegak, kemudian mulai membuka menyerang, Kie Tiang-lim menyambut musuhnya dengan pedang, dari wajah mereka bertiga tampak kalau mereka sangat serius.
Karena sebelumnya Lim Hud-kiam sudah menanyakan dengan jelas perbedaan senjata mereka dengan senjata biasa, maka Kie Tiang-lim selalu berhati-hati mengeluarkan jurusnya ujung pedangnya berusaha tidak menyenggol kepala pentungan, juga tidak menyenggol ring penyambungnya, tentu saja cara ini sangat merugikan, tapi langkahnya tampak mantap, karena ilmu silatnya tinggi maka pertarungan tetap berjalan dengan lancar dan tenang.
Senjata Yu Ji-tong adalah pecut, dia terus membunyikan pecutnya, tapi semua itu adalah jurus tipuan, yang berbahaya adalah serangan yang dilakukan pentungan Yu Sam-tong, walaupun pentungan mengeluarkan angin dan suara keras tapi titik yang dia serang bukan tubuh manusia melainkan pedang Kie Tiang-lim, mungkin dia berusaha membuat kaitannya copot supaya bisa menang.
Pedang Kie Tiang-lim tampak sangat ringan, apa lagi setiap kali menyerang jurusnya tampak aneh, dia bisa menghindari pentungan Yu Sam-tong, tapi masih bisa menekan tangan Yu Sam-tong yang memegang pentungan, karena pentung itu berat tidak gampang menggerakkannya, sering kali Yu Sam- tong dipaksa mundur untuk menghindari serangan pedang, tapi tetap tid ak ada yang kalah atau menang.
Lim Hud-kiam tertawa dan berkata kepada Yu Leng-nio.
"Perjanjianku tidak memihak kepada siapa pun, kalau tidak dilarang bunuh orang, nyawa pamanmu dari tadi sudah melayang."
Yu Liong marah.
"Kentut, nyawa pamanku mana mungkin dengan mudah melayang, kalau orang she Kie ingin melukai orang, yang mati duluan adalah dirinya."
Yu Leng-nio mengerutkan alis.
"Toako, apa bisa kau jangan ribut?"
Yu Liong terpaku dia baru sadar kalau tidak berhati-hati dia akan membocorkan rahasia pamannya, dengan marah dia melotot kepada Lim Hud-kiam, Lim Hud-kiam tersenyum, katanya.
"Jangan salahkan aku, cara bertarung pamanmu sudah sama sekali tidak berguna!"
"Apa kesalahan cara pamanku bertarung?"
Tanya Yu Liong.
"Mereka ingin membalas dendam, tapi ilmu silat mereka tidak cukup, sering membuka peluang untuk diserang, itu pasti ada kemauannya, aku saja tidak tertipu, apa lagi Ketua Kie yang sangat berpengalaman!"
Yu Liong ingin mengatakan sesuatu, tapi isyarat mata Yu Leng-nio melarangnya, terpaksa dia diam sambil menahan marah, 60 jurus sudah berlalu tetap tidak ada yang menang atau kalah, pedang Kie Tiang-lim tidak menyerang, dia hanya bertahan maka lawan tidak bisa melakukan apa-apa, sesudah lewat beberapa jurus lagi, Yu Sam-tong mulai tidak sabar tiba- tiba pentungannya melayang, dia menyapu bersamaan waktu itu pecut Yu Ji-tong datang menyerang dari arah kepala.
Karena 2 senjata datang begitu cepat, Kie Tiang-lim merendahkan tubuhnya kemudian menghindar ke samping, akibatnya 2 senjata saling beradu.
Saat senjata beradu, yang pertama kaitan yang berada di pentungan Yu Sam-tong terbang keluar, tidak terhitung ada berapa hanya terlihat titik-titik hitam terus beterbangan membuat mereka bertiga tertutup oleh bayangan hitam.
Dengan cepat Kie Tiang-lim menggunakan pedangnya untuk menepis, dia menepis kaitan-kaitan yang terlepas dari pentungan dan pecut Yu Ji-tong karena tersenggol ringnya pun meledak, satu pisau kecil terbang ke arah Kie Tiang-lim, yang satu ke arah Yu Sam-tong, 2 lagi malah melesat pada Yu Ji-tong sendiri.
Kie Tiang-lim bergerak sangat cepat, dia memukul jatuh pisau itu dengan pedangnya, Yu Ji-tong dengan cepat menggunakan pentungannya menahan pisau kecil yang terbang ke arahnya, pecut Yu Ji-tong yang tersisa 2 sambungan, 2 pisau datang dari kiri dan kanan terpaksa dengan pecut itu dia memukul pisau kecil itu ke arah Kie Tiang-lim, yang satu lagi dibiarkan menancap di tubuhnya.
Pisau pertama berhasil dihindari oleh Kie Tiang-lim tapi dia merasakan pundaknya sakit, ternyata ada kaitan yang terlepas dan pentungan Yu Ji-tong sudah menancap di pundaknya, hal ini membuat tubuhnya terasa pegal, dia sadar kaitan itu ternyata sudah direndam dengan racun, karena itu dia segera mengatur nafasnya untuk mencegah supaya racun tidak menyebar.
Ternyata 2 kaitan itu menancap pada saat Yu Sam-tong memukul pisau yang datang dan keluar dari pentungnya, Kie Tiang-lim tidak menyangka akan terjadi hal seperti itu maka dia pun terkena serangan mereka.
Yu Sam-tong tertawa terbahak-bahak.
"Nasib! Nasib! Untung 2 kaitan ini diarahkan keluar, kalau tidak aku yang kena, Toako, mengapa kau memecut ke arahku?"
"Mana aku tahu, kau dengan tenaga begitu besar datang dengan 5 pisaumu, aku pun ikut terkena, aku lebih sial dari mu!"
Dia menunjuk ke tangan kirinya dan terlihat pisau pendek menancap di lengan bajunya, dia tertawa lagi.
"Tapi aku sungguh bernasib baik, tanganku yang sebelah ini sudah buntung, hanya tinggal lengan baju yang kosong."
Semua orang tahu mereka sedang bersandiwara, Kie Pi-sia dengan marah membentak.
"Kalian sudah jelas sengaja melakukannya, untuk apa masih berpura-pura!"
Dia mencabut pedang dan ingin masuk ke arena pertarungan, tapi Lim Hud-kiam menghalanginya dengan pedang.
"Pertarungan pedang sudah selesai, kau jangan membuat keributan lagi!"
"Apakah penengah akan menghalangi aku?"
Tanya Kie Pi- sia.
"Aku adalah penengah yang tidak menginginkan ada orang terluka, kedua orang she Yu sangat disiplin, kau jangan sembarangan melanggarnya!"
Lim Hud-kiam berkata lagi.
"Ayahmu sudah terkena racun, kalau kau membuat keributan lagi, ayahmu akan mati dan kau jangan salahkan aku."
Kie Pi-sia dengan cepat memapah Kie Tiang-lim, dan bertanya.
"Ayah, apakah kau terkena racun yang ada di dalam senjata rahasia?"
"Kalau terkena racun itu benar, tapi aku tidak mengatakan itu adalah senjata rahasia, sebab sebelumnya dia sudah memberitahukannya dulu, ini adalah kesalahan ayahmu, kalah pun apa boleh buat,"
Kata Lim Hud-kiam. Kemudian dia berjalan menghampiri Yu Sam-tong menepuk-nepuk pundaknya lalu berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tuan Yu, dendam kalian sudah terbalaskan dan akhirnya aku juga bisa menarik nafas dengan lega, kalian tidak membunuh orang aku merasa sangat berterima kasih, mari kita ke rumah makan, aku akan menjamu kalian minum, hitung-hitung kita berteman, mari!"
Ciam Giok-beng datang memeriksa luka Kie Tiang-lim, tiba- tiba dia mencengkeram Yu Sam-tong, tapi Lim Hud-kiam mengulurkan tangan menghalanginya, tangan Ciam Giok-beng dipegangnya, dia berkata.
"Apa yang Tuan Ciam lakukan?"
Ciam Giok-beng marah.
"Tuan pernah menjamin tidak akan ada yang mati, Suteku terkena racun tidak ada obat penawar yang bisa mengobatinya!"
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Tidak, tenaga dalam Ketua Kie sangat dalam, dan racun hanya tersebar di sebelah tangan, kalau tangannya diputuskan tidak akan terjadi masalah besar, apa lagi Tuan Ciam sangat menguasai ilmu pengobatan, mungkin tangan itu tidak perlu sampai harus di buntungkan."
Ciam Giok-beng merasa heran dia menarik kembali tangannya, Kie Pi-sia berlari menghampiri tapi Ciam Giok-beng memanggil.
"Pi-sia, apa yang akan kau perbuat?"
"Apakah kita akan melepaskan mereka begitu aja?"
Tanya Kie Pi-sia.
"Ayahmu sudah memutuskan kedua tangan mereka, sekarang ayahmu membayar tangan sebelah tangannya untuk mereka, itu sangat adil, hal ini kita anggap beres sampai di sini."
Kie Pi-sia tetap tidak bisa menerima alasannya, Ciam Giok- beng mulai marah.
"Kalau kau tidak mau mendengar kata- kataku, aku juga tidak mau mengurusi hal ini lagi, biar ayahmu mati karena keracunan."
Melihat keringat ayahnya yang terus menetes, Kie Pi-sia tidak berani membuka mulut lagi, keluarga Yu yang terdiri dari 6 orang juga diam tidak mengeluarkan suara, mereka mengikuti Lim Hud-kiam keluar dan pergi dari sana, Ciam Giok-beng masih sempat mengantar mereka sampai di depan pintu lalu berkata.
"Hal yang terjadi hari ini, aku merasa harus berterima kasih kepadamu."
Lim Hud-kiam tersenyum, katanya.
"Tidak apa, aku hanya melaksanakan apa yang kukatakan, masalah ini sudah selesai tapi ada satu lagi yang belum."
"Tentang apa?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Barang-barang milik Thio Yan-to, Ketua Kie harus menolak mengantarkannya, karena barang miliknya didapatkan dari memeras uang rakyat, mengantarkan barang seperti itu melanggar semangat kita yang membela keadilan dan kebenaran,"
Jelas Lim Hud-kiam.
"Suteku membuka perusahaan perjalanan ada transaksi yang datang tidak bisa ditolak, ini adalah aturan perusahaan perjalanan,"
Jawab Ciam Giok-beng.
"Kalau begitu apakah membuka perusahaan perjalanan harus mengantarkan barang-barang milik pejabat yang didapatkan dari hasil korupsi?"
Lim Hud-kiam tersenyum. Wajah Ciam Giok-beng menjadi merah.
"Kelak aku akan memberitahu Sute, lain kali kami akan menerima transaksi lebih hati-hati, tapi kali ini kami sudah sepakat maka kami harus bertanggung jawab mengantarkan barang sekaligus untuk menjaga nama baik perusahaan perjalanan Su-hai."
Lim Hud-kiam berkata.
"Kali ini perjalanan ke Su-chuan sangat jauh, apa lagi Ketua Kie terluka, sepertinya tugas ini sulit diselesaikan!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Aku akan memberitahukan kepada Suteku, dengan bahu membahu semua orang harus menyelesaikan tugas ini, bila perlu aku yang akan ikut dengan mereka!"
Lim Hud-kiam tertawa terbahak-bahak.
"Kalau Tuan ikut mengawal, aku kira tidak akan terjadi masalah, aku ucapkan selamat jalan!"
Kemudian dia menarik Yu Lo-ji dan Yu Lo-sam pergi dari sana, Ciam Giok-beng menarik nafas panjang, dia kembali ke ruangan tadi di sana terlihat orang-orang sedang ribut.
Kie Tiang-lim terbaring di bawah karena terkena racun, melihat Ciam Giok-beng datang, dengan cepat dia berkata.
"Suheng, racun ini terlalu hebat aku tidak kuat lagi, lebih baik tanganku dipotong saja!"
"Tidak perlu, Thian-sia, Pi-sia, gotong Sute ke belakang, biar In Tayhiap yang melayani tamu-tamu, tidak akan terjadi apa-apa."
"Kie Toako terluka, tamu-tamu tidak tertarik untuk minum arak lagi...."
Kata In Tiong-ho.
"Jangan begitu, tamu-tamu sudah datang dari jauh, mana mungkin pesta belum selesai mereka sudah pergi, kau layani saja mereka, sesudah sayur datang dan mereka makan, baru boleh pergi!"
Kata Ciam Giok-beng. Thio Yan-to mendekat dan berkata.
"Apakah besok...."
Ciam Giok-beng mendengus.
"Tenanglah, besok kita pasti berangkat, biarpun Suteku sudah tidak bernafas, kita tetap akan berangkat besok!"
"Aku tidak bermaksud seperti itu, aku takut Ketua Kie belum sembuh betul, jika harus menunggu 1-2 hari pun tidak masalah."
"Kepercayaan dan nama lebih penting dari apa pun, besok kita akan berangkat, kalau kau takut Suteku tidak bisa mengantarkan barangmu, aku yang akan menggantikan dia untuk mengantarkannya!"
Melihat wajah Ciam Giok-beng yang merah, Thio Yan-to tidak berani banyak bicara lagi, dia juga malu tinggal lebih lama di sana, dia segera pamit! Ciam Giok-beng ke belakang, melihat Kie Tiang-lim terbaring di atas ranjang wajahnya terlihat pucat, Souw Thian- sia sudah membuka bajunya, tampak tempat yang terluka sudah menghitam.
Kie Pi-sia terus menangis, Ciam Giok-beng mengerutkan alis.
"Jangan menangis lagi, luka ayahmu tidak seberat yang kau kira, ambillah semangkuk arak dan bawalah pisau kecil kemari!"
Kie Pi-sia pergi dengan cepat, Kie Tiang-lim masih terus merintih.
"Suheng, tidak ada gunanya lagi, lebih baik tanganku dipotong saja."
Ciam Giok-beng mengeluarkan sebuah kantong kecil dari dalam lengan bajunya, dia membuka kantong itu, ternyata isinya adalah bubuk berwarna kuning, bubuk berwarna kuning itu dimasukkan separahnya ke dalam mulut Kie Tiang-lim, kebetulan Kie Pi-sia sudah datang membawa arak, dia memerintahkan Kie Pi-sia memberi minum seteguk arak ke mulut ayahnya, kemudian sisa bubuk itu dimasukkan ke dalam arak.
Kemudian dia mencabut 2 kaitan yang tertancap di pundak Kie Tiang-lim dengan pisau itu, lalu obat yang dimasukkan ke dalam arak pelan-pelan disiram pada lukanya, sangat aneh daging di mana dia terluka dan sudah menghitam setelah disiram arak pelan-pelan kembali ke warna semula malah arak yang tadinya berwarna kuning muda sekarang berubah menjadi hitam, sesudah satu mangkuk arak disiram hingga habis, bengkaknya pun sudah menghilang, yang tersisa hanya tinggal 2 luka kecil, Ciam Giok-beng menghembuskan nafas panjang.
"Thian-sia, pakai obat yang paling bagus tempelkan obat itu ke luka Susiokmu, sepertinya tidak ada masalah besar lagi."
Sakit Kie Tiang-lim sudah menghilang, dia bisa duduk kembali.
"Suheng, kau benar-benar hebat, bisa menawarkan racun yang begitu ganas!"
In Tiong-ho masuk dengan tergesa-gesa.
"Semua orang tidak tenang dan menyuruhku ke sini untuk melihat keadaan yang terjadi, bagaimana keadaan Kie Toako?"
Kie Tiang-lim turun dari ranjang.
"Kecuali tinggal rasa sakit sedikit, tidak ada masalah lain lagi, tanganku masih bisa dipertahankan!"
In Tiong-ho melihat Kie Tiang-lim sudah segar bugar kembali, dengan senang dia berkata.
"Ciam Tayhiap benar- benar hebat, tadi aku mengira Kie Toako akan menjadi cacat, Lan-tiang-siang-sat tinggal di tempat terpencil setiap hari berlatih ilmu silat, mereka masih sempat meneliti bermacam- macam benda beracun, kecuali obat penawar yang mereka miliki tidak ada obat lain yang bisa menawarkan racun mereka, tidak di sangka Ciam Tayhiap...."
Ciam Giok-beng menarik nafas panjang.
"Aku hanya tahu sedikit mengenai ilmu pengobatan, aku sama sekali tidak mengerti mengenai racun, aku hanya mengandalkan obat penawar mereka."
Mereka terpaku, Ciam Giok-beng menjelaskan.
"Obat penawar ini milik Yu Sam-tong, kalau tidak mana mungkin bisa begitu manjur?"
"Suheng, mengapa Yu Sam-tong memberi obat penawarnya padamu? Aku lihat mereka sangat mengharapkan aku mati!"
"Yu Sam-tong tidak akan memberikan obat penawarnya, obat ini dicuri oleh Lim Hud-kiam dari tubuhnya dan dia memberikannya padaku!"
Kata-kata ini membuat semua orang jadi terpaku, Ciam Giok-beng pelan-pelan berkata lagi.
"Pemuda itu sungguh membingungkan semua orang, ilmu pedangnya aneh, tangannya lebih aneh lagi, dia hanya menepuk-nepuk pundak Yu Sam-tong, dan obat penawarnya sudah berada di tangannya, sewaktu dia memegang tanganku, diam-diam dia menyelipkan obat itu ke dalam tanganku...."
Kata Souw Thian-sia.
"Di dunia persilatan memang ada beberapa pencopet sakti dari golongan hitam, mereka bisa mengambil barang tanpa diketahui oleh orangnya, gerakannya tidak bisa menipu mata Guru, berarti dia belum sangat ahli."
Ciam Giok-beng menggelengkan kepala.
"Kau salah, aku memperhatikan gerakannya, tapi aku tetap tidak dapat melihat caranya mengambil barang."
"Mengapa Guru bisa tahu kalau obat penawarnya dia yang curi?"
"Karena aku terus memperhatikan gerakannya, sewaktu dia menepuk-nepuk pundak Yu Sam-tong, aku melihat dengan sangat jelas tangannya kosong begitu dia mencengkeram tanganku, dia sudah memasukkan sebungkus benda, aku melihat sekilas ternyata adalah obat bubuk dan aku tahu itu pasti adalah obat penawarnya, karena di atas bungkusan itu ada huruf Yu berarti ini adalah benda itu milik Yu Sam-tong, aku baru memastikan itu benar-benar obat penawar."
"Dalam pandangan Suheng yang jeli dia masih begitu ahli, benar-benar tidak gampang."
"Betul! Aku benar-benar tidak mengerti, dari jurus pedangnya membuktikan kalau dia dari perguruan lurus, tapi keahliannya mencopet berasal dari aliran hitam, bagaimana dia bisa berlatih ilmu ini...."
"Aku tetap tidak percaya dia yang mengambil obat penawar itu dari tangan Yu Sam-tong, aku kenal beberapa orang yang ahli mencopet, seperti pencopet tanpa bayangan Lim San- pian, katanya dia berlatih ilmu mencopet sampai 40 tahun baru bisa menguasainya dengan lancar...."
Kata Souw Thian- sia.
"Aku melihat teknik mencopetnya berada di atas Lim San- pian, pertama kali dia mengambil sepatu dari kaki Yu Leng-nio tidak ada seorang pun yang melihat!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Caranya memang sangat ahli, tapi tidak ada keistimewaannya, orang itu sangat cabul, dia pasti bukan orang baik-baik,"
Kata Kie Pi-sia.
"Tapi begitu dia membuka mulut puisi-puisi indah terlontar dari mulutnya, dia juga tidak kasar, cara bicaranya sopan, tampak dia bukan dari keluarga yang tidak berpendidikan!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Sepatu perempuan dijadikan sebagai cangkir arak, begitu teringat hal itu membuatku aku ingin muntah, apakah orang seperti dia adalah orang yang berpendidikan tinggi?"
Tanya Kie Pi-sia.
"Pandanganmu terlalu dangkal, dia mempunyai maksud lain dan dia sudah membantu kita, di dalam sepatu kakak beradik Yu dipasang senjata rahasia, kalau dia tidak mengambil sepatu itu, dari pihak kita pasti ada beberapa orang yang mati."
"Apakah di dalam sepatu perempuan bisa dipasang perangkap?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanya Kie Pi-sia.
"Betul, sewaktu dia membuka sepatu, gadis itu, dia membalikkan sepatu itu ke arahku, dia memperlihatkan sepatu itu, sepatu itu disulam dengan gambar seekor burung Hong berwarna hitam, tapi di bagian mulut dan matanya ada lubang kecil, itu adalah tempat untuk menaruh senjata rahasia."
"Mungkin juga, sepatu perempuan dan kipas lipat sering kali dijadikan tempat untuk menaruh senjata rahasia, maka orang- orang dunia persilatan sering kali lebih memperhatikan orang semacam ini, hanya saja aku tidak terpikir kalau 2 bersaudara Yu juga akan bertindak demikian, Guru berdiri di tempat begitu jauh tapi mengapa bisa melihat dengan jelas?"
Tanya Souw Thian-sia.
"Dulu aku pernah berlatih ilmu pedang, pertama kali yang dilakukan adalah berlatih kejelian mata, baru berlatih keterampilan tangan, dalam satu pohon ada berapa lembar daun, aku harus bisa menghitungnya baru kakek gurumu mau mengajariku ilmu pedangnya, itu pun butuh waktu sekitar 10 tahun, kalian belum pernah berlatih begitu ketat!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Sewaktu aku masuk perguruan, aku juga dilatih seperti itu dari pagi sampai malam aku berdiri di bawah pohon untuk menghitung ada berapa lembar daun di pohon itu, mataku jadi silau, leher jadi kaku, waktu itu di malam hari pun saat aku tidur aku bermimpi menghitung jumlah daun, sekarang kalau teringat kembali aku masih merasa ketakutan,"
Kata Kie Tiang- lim.
"Guru melatih kita dengan cara demikian bukan hal yang tidak masuk akal, sekarang kita sudah merasakan sedikit hasil, berarti dasar ilmu silat kita kuat, hanya saja kau menuruti pesan guru membuka perusahaan perjalanan dan waktu itu kau membutuhkan orang, maka aku tidak melatih Souw Thian- sia seperti itu sekarang setelah dipikir-pikir, malah mencelakai dia,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Tapi cara itu sepertinya terlalu kejam, aku dipaksa menghitung daun, hampir-hampir aku jadi gila, sebetulnya guru hanya menguji hanya melatih selama 3 tahun sudah berhenti...."
Kata Kie Tiang-lim.
"Aku meminta guru menghentikan cara ini, karena latihan dengan cara seperti itu hanya akan mengasah habis cita-cita, latihan mata merupakan tujuan kedua, yang terpenting aku ingin belajar ilmu pedang guru, sewaktu kau belajar pada tahun ke-3, kau sangat kurus, setiap hari hanya membicarakan jumlah daun, kalau diteruskan kau bisa gila...."
Kata Ciam Giok-beng.
"Apakah menghitung daun bisa jadi gila?"
Tanya Kie Pi-sia.
"Coba selama satu hari penuh kau melihat pohon besar terus lalu berhitung dan tidak mengerjakan pekerjaan yang lain, aku yakin satu hari pun kau tidak akan tahan."
"Bagaimana Supek melewati waktu 10 tahun terus menghitung daun?"
Tanya Kie Pi-sia.
"Kakek gurumu mengajari murid melihat bagaimana sifat murid itu dan baru menentukan bagaimana cara melatihnya, aku suka sepi, maka aku bisa bertahan menghadapi latihan yang sama setiap hari, ayahmu senang bergerak, maka dia tidak tahan disuruh hanya diam menghitung daun, karena itu permintaanku segera disetujui oleh kakek guru, karena tugas ayahmu adalah membela keadilan di dunia persilatan, kalau dia berlatih seperti itu, dia akan kehilangan cita-citanya karena selama 10 tahun diam saja menghitung daun, siapa yang bisa melaksanakan cita-cita tinggi kalau berlatih seperti itu?"
Kata Ciam Giok-beng.
"Kapan-kapan aku juga ingin mencobanya...."
Ujar Kie Pi- sia.
"Tidak perlu repot-repot, kau dan Thian-sia bukan orang sejenis itu, maka aku tidak melatih kalian dengan cara ini, obrolan kita terlalu jauh lebih baik kita bicarakan tentang Lim Hud-kiam."
"Apa yang bisa kita bicarakan tentang orang seperti itu?"
Tanya Kie Pi-sia.
"Aku khawatir dengan anak muda itu sikapnya membuat orang tidak tahu apakah dia itu kawan atau lawan? Dari kejadian tadi kelihatannya dia membantu kita tapi dia membuat kita malu di depan umum, seperti mengolok-ngolok Thian-sia kemudian membuat ayahmu terluka, aku tidak tahu apa maksudnya di balik semua ini!"
Ciam Giok-beng menarik nafas. Kie Tiang-lim tertawa kecut.
"Nyawaku bisa tertolong, aku merasa sangat berterima kasih kepadanya, dan aku tidak peduli pada olokannya...."
Tiba-tiba In Tiong-ho berkata.
"Ciam Tayhiap pernah menebak kalau dia adalah putra dari Sute Anda, apakah betul ada hubungannya dengan Sute Anda?"
Ciam Giok-beng menggelengkan kepala.
"Mungkin aku salah menduga, dia bukan keturunan Lok Ji-sute, Lok Ji-sute berseberangan dengan ku tapi sangat menyayangi Kie Sute, dan dia tidak akan menyuruh keturunannya mengolok-olok Kie Sute."
"Sejak lama Lan-tiang-siang-sat sangat dendam padaku, hari ini dia datang membantuku, dia tidak mempermainkanku,"
Bela Kie Tiang-lim.
"Sebelum pergi, dia berpesan menyuruhmu membatalkan mengantar barang-barang Thio Yan-to,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Membatalkannya? Tidak bisa, kita sudah menandatangani kontrak...."
Kata Kie Tiang-lim dengan terpaku.
"Kalau tidak membatalkan dia akan merampok barang yang kau bawa!"
Ucap Ciam Giok-beng.
"Apakah dia mengatakannya secara terang-terangan?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Memang tidak secara terang-terangan, tapi dari kata- katanya tadi mengisyaratkan seperti itu, mungkin juga dia akan mengajak keluarga Yu membantunya."
"Aku tahu masalah antara keluarga Yu dan aku belum selesai, tapi mengapa dia ikut campur?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Menurutnya, barang-barang yang kita akan bawa nanti adalah barang yang didapat dari hasil korupsi, dia berpesan kau tidak boleh membantu pejabat yang korupsi,"
Kata Ciam Giok-beng. Kie Tiang-lim menarik nafas.
"Kata-katanya memang masuk akal, sebetulnya aku pun tidak menaruh perhatian penuh pada transaksi ini, maka aku menyuruh Thian-sia yang mengurusnya, dulu aku tidak mengenal Tuan Thio, sudah beberapa kali aku membantu mengawal barang-barangnya, dan kali ini kami tidak bisa menolaknya, tapi guru menyuruh ku membela keadilan dengan ilmu silatku, dengan ilmu silatku aku malah menjaga harta benda milik seorang pejabat korupsi, ini memang bertolak belakang dengan aturan membela keadilan."
"Kau jangan bicara seperti itu, kau membuka perusahaan perjalanan tentu saja kau wajib menjaga harta langgananmu, kau tidak beralasan untuk menolaknya, seperti seorang tabib bertemu dengan seorang pasien, meski dia tahu kalau pasiennya seorang penjahat, apakah dia akan menolak untuk mengobatinya?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Itu hal yang berbeda, awalnya aku sudah siap untuk menolaknya, tapi sewaktu Thio Yan-to datang menitipkan barangnya dia mengajak beberapa pejabat kota ini, katanya, barang yang dia titipkan kecuali padaku, tidak ada seorang pun yang berani menerimanya, dia masih mengatakan kalau terjadi sesuatu pada barangnya asal aku bisa menjamin keselamatan nyawanya beserta keluarganya, dia tidak akan meminta ganti rugi untuk barang yang hilang, perusahaan perjalanan Su-hai semenjak berdiri 20 tahun yang lalu belum pernah mengalami musibah, demi mereka aku merasa berterima kasih...."
"Semua orang tahu kau adalah murid Kian-kun-it-kiam, demi nama baik guru kau tidak bisa menolak mengantarkan barang ini!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Aku juga memikirkan hal ini, kalau tidak terjadi masalah dengan keluarga Yu, kali ini sepanjang perjalanan ke Seng- touw aku kenal semua orang sehingga tidak akan terjadi sesuatu, tapi sekarang aku merasa sedikit khawatir,"
Kata Kie Tiang-lim.
"Kumpulkan semua anggota perusahaan perjalanan Su-hai, sesudah berhasil mengantar barang ini perusahaan perjalanan Su-hai lebih baik ditutup saja tapi pekerjaan kali ini jangan sampai gagal,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Aku mempunyai 4 orang pembantu, ditambah denganku, kita bisa berangkat tapi menghadapi 6 orang keluarga Yu mungkin akan terjadi masalah, apa lagi kalau Lim Hud-kiam ikut campur lagi!"
Kie Tiang-lim menarik nafas.
"Aku telah memberitahu Lim Hud-kiam, kalau dia ingin merampok di tengah perjalanan aku akan ikut rombongan ini!"
Kata Ciam Giok-beng. Kie Tiang-lim merasa aneh.
"Tidak, Suheng jangan berkelana di dunia persilatan!"
"Mengapa?"
Ciam Giok-beng berkata sambil tersenyum.
"Ini adalah perintah guru!"
Jawab Kie Tiang-lim.
"Betul, tugas berkelana di dunia persilatan sudah guru serahkan kepadamu, tugasku adalah memperdalam ilmu pedang supaya ilmu pedang perguruan kita bisa lebih berjaya lagi, guru ingin ilmu pedang perguruan kita jadi nomor satu di dunia persilatan, sebenarnya pola pikir ini salah...."
Kata Ciam Giok-beng.
"Memang Siau Lo-cianpwee agak sombong, tapi di dunia ini memang tidak ada yang bisa mengalahkan beliau...."
Kata In Tiong-ho.
"Saat guruku masih hidup, mungkin tidak ada yang bisa mengalahkan beliau tapi keadaan seperti ini tidak akan bertahan selamanya, sekarang sudah ada orang yang kemampuannya melebihi guruku,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Maksud Ciam Tayhiap, dia adalah pemuda she Lim itu?"
Tanya In Tiong-ho.
"Lim Hud-kiam memang mengalahkan muridku, tapi sebenarnya setinggi apa kekuatan ilmu silatnya sampai sekarang masih belum jelas,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Aku kira ilmu silatnya tidak melebihi Guru!"
Kata Souw Thian-sia.
"Susah untuk dikatakan, sebelum dicoba aku tidak merasa yakin,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Siapa yang Tayhiap maksud?"
Tanya In Tiong-ho.
"Keadaan sekarang ini tidak bisa dikatakan kalau aku nomor satu di dunia persilatan, tapi aku yakin kemampuanku sudah melewati ilmu guruku!"
Kata Ciam Giok-beng. Semua orang merasa aneh dengan kata-katanya, Ciam Giok-beng berkata lagi.
"Kata-kataku tadi bukan berarti aku tidak menghormati guruku, ilmu pedangku kudapatkan dari guru, semua ilmunya beliau sendiri yang menciptakan, guru menghabiskan waktu 10 tahun untuk membuat beberapa jurus pedang, aku hanya membutuhkan waktu 2 bulan dan sudah menguasai semuanya, maka aku lebih pintar dari guru itu tidak aneh!"
"Kata-kata Suheng tadi pasti tidak akan menjadi masalah, tapi Suheng...."
"Karena itu aku tetap akan mengikuti rombongan mengantarkan barang, memang guru sudah berpesan seperti itu tapi bukan berarti tidak bisa dirobah, sesudah guru meninggal, kita tidak membuat perguruan lain, tapi orang- orang dunia persilatan menganggap kita adalah perguruan resmi, aku adalah ketua perguruan ini, maka aku berhak menentukan semua masalah yang ada."
"Memang Suheng berhak menentukan semuanya tapi hal sekecil ini tidak perlu sampai merepotkan Suheng!"
"Sute, ini bukan masalah kecil, kalau terjadi sesuatu di perjalanan kali ini, bukan saja namamu yang hancur juga nama perguruan kita akan ikut tercemar, maka aku ingin berhati-hati menghadapi hal ini,"
Kata Ciam Giok-beng. Kie Tiang-lim terpaku.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau di tengah perjalanan terjadi sesuatu aku akan menebus kerugian itu dengan kematianku, apakah Suheng belum percaya padaku?"
Ciam Giok-beng menarik nafas dan berkata.
"Ini bukan tentang masalah hidup atau mati, juga bukan tentang percaya atau tidak, kalau benar terjadi sesuatu apa gunanya kematianmu?"
"Lan-tiang-siang-sat sudah kembali, memang ilmu mereka mengalami kemajuan, tapi mereka tetap bukan lawanku, hal ini mereka sendiri juga sadar maka mereka menggunakan senjata rahasia, aku tidak takut senjata rahasia beracun mereka,"
Kata Kie Tiang-lim.
"Kie Toako jangan berkata demikian, hari ini...."
Kata In Tiong-ho.
"Hari ini mereka datang untuk membalas dendam, aku pun tidak tega melukai mereka karena itu aku terkena senjata rahasia mereka, kalau mereka ingin merampok, demi tanggung jawab aku tidak akan segan-segan membunuh mereka,"
Kata Kie Tiang-lim.
"Aku tahu kau sanggup menghadapi mereka, tapi aku tetap akan mengikuti rombongan ini, karena Lim Hud-kiam sudah mengajak bertarung dan aku sudah setuju, tidak mungkin kata-kata yang sudah kukeluarkan ditarik kembali,"
Ucap Ciam Giok-beng dengan serius.
"Mengapa Guru menyetujuinya?"
Tanya Souw Thian-sia.
"Kau adalah muridku, pada pertarungan terbuka tadi dia memang darimu, maka dia pantas mengajakku bertarung!"
Jawab Ciam Giok-beng.
"Kalau Suheng sudah setuju, memang tidak mungkin dibatalkan, kita sudah lama tidak bertemu sulit mencari waktu untuk berkumpul, aku setuju saja tapi aku takut...."
Ujar Kie Tiang-lim. Ciam Giok-beng tertawa.
"Kau adalah ketua, yang membawa barang-barang itu pasti kau, aku hanya ikut, kecuali dalam keadaan terpaksa, hal lainnya aku tidak akan ikut campur."
In Tiong-ho tertawa lalu berkata.
"Kalau Ciam Tayhiap ikut serta dalam rombongan ini aku kira ini adalah hal yang terbaik, aku juga ingin pulang dan perjalanan kita searah, aku juga akan ikut, sepanjang perjalanan kita bisa berkumpul dan mengobrol."
Kie Tiang-lim tahu In Tiong-ho juga bermaksud pergi bersama dengannya untuk membantunya di sepanjang jalan nanti, dia jadi merasa sangat berterima kasih dan berkata.
"Lo-te, demi tanggung jawab, Ciam Suheng juga demi nama baik perguruan, kau jangan masuk ke dalam masalah ini, Lan- tiang-siang-sat sangat dendam kepadaku, sedang rumah In Lo-te dengan rumah tinggal mereka sangat berdekatan, untuk apa kau mencari masalah?"
In Tiong-ho berkata.
"Toako sekalian jangan curiga kalau aku akan ikut karena berniat membantu, dengan adanya Ciam Tayhiap, ilmu silatku yang rendah ini tidak akan ada artinya, aku ikut karena kalau aku pulang sendiri di sepanjang perjalanan nanti aku akan kesepian, kalau pergi bersama kalian jadi akan lebih ramai, apa lagi ongkos-ongkos yang kubawa untuk perjalanan kali ini tidak cukup, kalau ikut kalian sepanjang jalan, makan, minum, dan ongkos menginap bisa ikut numpang, aku kira Toako tidak akan pelit kepadaku!"
In Tiong-ho adalah orang kaya di Hun-lam, tidak akan ada masalah dengan keuangannya, maka Kie Tiang-lim tahu kalau dia hanya bergurau, tapi dia begitu bersungguh-sungguh ingin ikut, kalau ditolak lagi akan terasa tidak enak, apa lagi ada Ciam Suheng, tentu tidak merepotkan teman akrabnya, maka dia tidak banyak bicara lagi.
"Sudahlah, rencana kita seperti ini, besok kita akan berangkat, sekarang Kie Sute istirahat dulu, kita keluar untuk melayani para tamu!"
"Aku kira sahabat-sahabatku di luar sangat mengkhawatirkan keadaan lukaku, lebih baik aku keluar juga!"
Kata Kie Tiang-lim.
"Susiok, apakah kau sudah kuat?"
Tanya Souw Thian-sia.
"Senjata rahasia Lan-tiang-siang-sat memang sangat lihai, tapi obat penawar mereka juga sangat manjur, racun sudah ditawarkan maka tidak ada masalah lagi, hanya saja luka yang ada di dadamu yang terkena kaitan itu...."
Kata Ciam Giok- beng. Kie Tiang-lim berkata.
"Aku berkelana di dunia persilatan sudah puluhan tahun, masa hanya luka begitu saja langsung roboh?"
"Lebih baik Kie Toako keluar dulu supaya teman-teman yang di luar sana menjadi tenang, dan juga sekalian memberi ancaman kepada Lan-tiang-siang-sat, kalau senjata rahasia mereka bukan ancaman bagi kita!"
Kata In Tiong-ho.
"Maksudku juga demikian!"
Kata Kie Tiang-lim sambil tertawa.
"Tapi kalau Lan-tiang-siang-sat tahu, senjata rahasia beracun, tidak bisa mengancam kepada kita, dia akan menggunakan cara yang lebih lihai lagi...."
Kata Souw Thian- sia. Kie Tiang-lim tersenyum.
"Itu memang maksudku, kalau menggunakan cara lain aku rasa masih bisa menghadapinya, hanya saja senjata rahasia beracun mereka kalau bukan karena diam-diam Lim Hud-kiam memberikan obat penawarnya, aku yakin nyawaku belum tentu tertolong karena itu aku yakin senjata beracun lebih lihai dibandingkan cara lain."
Sambil tersenyum dia keluar dari kamar, Ciam Giok-beng dan In Tiong-ho pun ikut keluar, kemunculan Kie Tiang-lim benar-benar membuat tamu-tamu terkejut, mereka segera memberi salam dengan cara terselubung Kie Tiang-lim menyatakan kalau semua ini adalah jasa Ciam Giok-beng, membuat Pak-hai-kiam-im mendapat banyak kehormatan dari para tamu.
Souw Thian-sia sangat berpengalaman di dunia persilatan dia meneliti tamu-tamu yang berada di pesta Susioknya, sebab dia tahu di antara para tamu-tamu pasti ada konco-konco Lan- tiang-siang-sat, maka dia selalu meneliti keadaan para tamu, apa lagi ada yang terlalu masa bodoh atau terlalu aktif, diam- diam dia mencatat di dalam otaknya.
Setelah di teliti yang paling menonjol adalah 2 pengurus perusahaan perjalanan lain dari Kim-leng bernama Ma Hiong- hui dan Ma Hiong-seng, mereka sangat aktif, mereka selalu bertanya ini dan itu, tempat di mana mereka bekerja adalah perusahaan perjalanan bernama Yong-chun, transaksi mereka lumayan maju hanya tidak setenar Su-hai, 2 saudara Ma itu katanya pernah membawa barang dan di tengah perjalanan terjadi sesuatu mereka dirampok oleh beberapa pesilat tangguh dari golongan hitam, saat 2 bersaudara Ma datang meminta kembali barang yang mereka bawa, semua barang itu berhasil diambil kembali dengan tidak kurang satu pun, kalau mengandalkan kekuatan 2 bersaudara Ma rasanya itu tidak akan mungkin, pasti ada orang yang menjadi mendukung mereka.
Kalau dipikir lebih jauh semua akan mengerti apa yang sudah terjadi.
Souw Thian-sia tidak memberitahukan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain, sesudah pesta selesai diam-diam dia mengajak To-seng Bu Ta-kuang menguntit kedua orang itu.
Ooo)d*w(ooO BAB 3 Di pinggir sungai masih ada yang belum tidur 2 bersaudara Ma tidak langsung pulang ke markas perusahaan perjalanan mereka, tapi mereka pergi ke pinggir sungai, kemudian diam-diam naik ke sebuah perahu besar, perahu besar ini berlabuh di tempat yang sangat sepi, Souw Thian-sia dengan cepat mencari sebuah perahu yang sudah dikenalnya, lalu meminjam 2 stel baju yang biasa dipakai oleh pekerja perahu dan dengan minyak serta arang dia menggosok ke wajahnya dan wajahnya menjadi hitam.
Kemudian dia memanggil sebuah perahu yang biasa menjual barang jajanan, dan mereka berdua bersembunyi di bawah perahu, sambil menjalankan perahu menuju perahu di mana kakak beradik Ma berada.
Karena cuaca mendung, maka belum juga pukul 6 langit sudah gelap hal ini sangat menguntungkan mereka, di perahu itu ada 2 orang yang keluar untuk membeli makanan, mereka berdua mengambil kesempatan ini untuk naik ke perahu besar itu, sesampainya di atas perahu, mereka melubangi jendela untuk melihat keadaan di dalam.
Tampak Yu Ji-tong dan Yu Sam-tong saling berhadapan, Yu Bwee-nio dan Yu Leng-nio duduk berdekatan, di sebelahnya lagi adalah Yu Liong dan Yu Houw.
Ma Hiong-hui sedang menceritakan tentang kesembuhan luka Kie Tiang-lim, hal ini membuat 6 keluarga Yu sangat terpukul, Yu Sam-tong menepuknya, dan berteriak.
"Tidak kusangka ilmu pengobatan Ciam Giok-beng begitu tinggi, dia bisa menawarkan racun yang ada di kaitku."
"Ji-siok, semua gara-garamu, kau menghalangiku membalas dendam, aku tidak percaya mereka begitu lihai,"
Kata Yu Liong. Yu Ji-tong menarik nafas.
"Aku juga ingin membalas dendam, aku tidak menyangka orang tua she Ciam bisa datang kemari sebab pedang orang tua itu terlalu lihai!"
"Kita tidak perlu takut dengan ilmu pedangnya yang lihai sebab kita tidak bertarung pedang, jarum Yu Leng-nio dan Yu Bwee-nio cukup bisa mengatasi mereka,"
Kata Yu Liong. Yu Bwee-nio segera berkata.
"Sepatu kami pun tidak bisa digunakan karena jarum yang ada di dalam sepatu kami ketahuan oleh Lim Hud-kiam, memang kalau terkena jarum hitam siapa pun tidak akan tertolong lagi, tapi itu harus dilakukan dengan tiba-tiba, kalau lawan sudah ada persiapan, apa lagi terhadap Pak-hai-kiam-im digunakan pun percuma saja."
Yu Ji-tong menarik nafas.
"Kita berlatih dengan ketat orang lain pun tidak tinggal diam, apa lagi Kie Tiang-lim dan Souw Thian-sia tidak bisa dipandang remeh, bukankah kalian bisa melihat ilmu pedang yang dia gunakan, apakah kalian sanggup menahannya?"
Yu Leng-nio tersenyum katanya.
"Gi-hu, jangan terus memuji orang lain dan merendahkan diri sendiri, bukankah jurus Souw Thian-sia bisa dipecahkan oleh Lim Kongcu?"
"Moi-moi, jangan menyebut Lim Kongcu, begitu mendengar namanya aku masih merasa sebal, kalau bukan karena dia, kita sudah memenggal kepala orang she Kie!"
Kata Yu Liong.
"Toako, bukan aku meremehkanmu kau bisanya hanya menggunakan tenaga tapi otakmu tidak berfungsi, kalau bukan karena Lim Kongcu, kita belum tentu bisa keluar dari perusahaan perjalanan Su-hai, pedang Kie Tiang-lim sangat lihai apa lagi ilmu silat orang she Ciam, mereka bukan takut kepadamu tapi semua ini demi Lim Kongcu!"
Yu Liong tidak terima perkataan Yu Leng-nio, dia berteriak.
"Jangan sembarangan bicara, aku tidak percaya."
"Sudahlah, jangan bertengkar terus, tapi kata-kata Leng-nio tadi memang tidak salah, Ciam Giok-beng tidak mengeluarkan jurus menyerang, semua itu karena Lim Kongcu dia sendiri tidak tahu kekuatan Lim Hud-kiam sampai di mana, kalau dia kalah tentunya dia yang akan malu...."
Kata Yu Sam-tong. Ma Hiong-hui terpaku.
"Ilmu silat orang she Lim itu memang lumayan, tapi apakah kemampuannya berada di atas Pak-hai-kiam-im?"
"Sulit dikatakan, sampai di mana kekuatan sebenarnya Pak- hai-kiam-im kita tidak tahu, tapi ilmu Kie Tiang-lim sudah pasti, ilmu Lim Hud-kiam di luar dugaan orang, dengan cara bagaimana dia berlatih ilmunya?"
Tanya Yu Ji-tong.
"Ji-siok, kau mengatakan dia sangat lihai, tapi aku tidak melihat kelihaiannya, dia hanya menang dari Souw Thian-sia!"
Seru Yu Liong.
"Dia memang berada di atasmu!"
Kata Yu Leng-nio.
"Yang tadi tidak bisa dihitung, sebab aku belum benar- benar bertarung dengannya, kalau benar-benar bertarung dengannya belum tentu aku kalah darinya!"
Kata Yu Liong dengan marah.
"Sudahlah, kau membawa senjata orang lain menggunakan tangan kosong, satu jurus pun kau tidak akan bisa bertahan, lebih-lebih kalau harus bertarung dengan serius, mungkin sebelum kau mendekatinya kau yang kalah,"
Kata Yu Leng-nio.
"Mengapa kau terus membela dia?"
Teriak Yu Liong.
"Memang dia lebih kuat dan lebih hebat darimu!"
Balas Yu Leng-nio. Yu Liong masih ingin berteriak, Yu Tong sudah memelototinya dan berkata.
"Ta-liong, kau hanya bisa berteriak, apakah hal yang lain kau bisa, hari ini kau merasa bisa menang dari Kim-leng-su-seng, tapi jangan sombong itu hanya karena kau menggunakan cara-cara kecil, kalau benar- benar bertarung dengan salah satu dari mereka, belum tentu kau yang menang, kau menganggap remeh Lim Hud-kiam, tapi sebenarnya orang lain lebih kuat dari mu, hari ini dalam barisan pedang sebelum kau bertarung, dia sudah tahu kau pasti yang akan menang! Sebaliknya kau tahu berapa banyak tentang dia?"
Karena dimarahi maka Yu Liong terdiam, Ma Hiong-hui dengan cepat berkata.
"Yu Cianpwee begitu memperhatikan Lim Hud-kiam, sebenarnya apa keistimewaannya?"
Yu Ji-tong berkata.
"Tentang hal ini, putriku Yu Leng-nio sangat mengetahuinya, biar dia yang menceritakannya!"
"Hari ini dia meminjam sepatuku untuk dijadikan cangkir arak, aku mengujinya tapi aku tidak tahu dengan cara apa dia bisa mengambil sepatuku!"
Seru Yu Leng-nio.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Itu karena ilmu mencopetnya sangat tinggi, tukang copet memang lihai dalam mencopet barang!"
Kata Yu Liong. Yu Leng-nio tertawa dingin.
"Tapi dia menuangkan arak ke dalam sepatuku, sehabis dia minum arak itu, ternyata sepatuku sama sekali tidak basah, siapa yang bisa melakukan pekerjaan seperti ini?"
"Apakah benar seperti itu?"
Tanya Yu Liong. Yu Leng-nio tertawa dingin.
"Sesudah dia mengembalikan sepatuku, aku memperlihatkan sepatuku pada Ciciku, kalau kau tidak percaya kau boleh tanya bertanya kepadanya."
Yu Bwee-nio tertawa, katanya.
"Bagian luar dan dalam sepatu kering, hal ini benar, kalau bukan menuang arak dengan poci kosong, pasti ilmu tenaga dalamnya sudah sangat tinggi...."
Yu Leng-nio berteriak.
"Cici, bukankah kau tadi melihat dia menuangkan arak, mana mungkin pocinya kosong?"
Yu Bwee- niok berkata.
"Aku tahu kau suka kepadanya, dia juga menyukaimu, kalian tadi di rumah makan terus saling memandang...."
Wajah Yu Leng-nio menjadi merah dan dia berkata.
"Cici, jangan sembarangan bicara, dia menyukaimu itu kenyataannya, karena saat dia mengobrol denganku, dia terus bertanya-tanya tentang kau...."
Wajah Yu Bwee-nio juga menjadi merah dengan malu dia berkata.
"Kentut, dia bertanya apa tentangku? Apa yang dia tanyakan tentangku?"
"Itu benar-benar terjadi, kalau kau tidak percaya, tanyakanlah kepada paman ke-3, dia masih sempat bertanya berapa usiamu dan kau menyukai apa saja?..."
Yu Sam-tong berkata.
"Kelihatannya dia menyukai kalian berdua, aku sudah berunding dengan Ji-ko, kalau dia benar- benar mau membantu kita, kami akan mengawinkan kalian berdua kepadanya, bisa mendapatkan menantu seperti dia, bukan hal yang mudah."
"Mengapa dia tidak benar-benar membantu kita? Saat dia pergi dari markas perusahaan perjalanan Su-hai dia masih sempat mengajak orang tua she Ciam bertarung dan mengajak kita merampok barang bawaan Su-hai."
"Mengenai merampok barang, biar dia tidak ikut pun kita tetap harus melakukannya, sekarang dia ikut campur, aku malah merasa tidak tenang,"
Kata Yu Ji-tong beralasan. Yu Leng-nio bingung.
"Gi-hu, apa yang membuatmu tidak tenang, apakah kau curiga dia bersekongkol dengan Kie Tiang- lim?"
Yu Ji-tong menjawab.
"Gerak-geriknya di pesta ulang tahun tadi tampak seperti berseberangan dengan perusahaan perjalanan Su-hai...."
"Betul, muka terang perusahaan perjalanan Su-hai sudah disapu hingga ke bawah, kemudian dia berterus terang mengatakan kalau dia ingin merampok barang Su-hai, sangat jelas mereka berseberangan!"
Kata Yu Leng-nio. Dengan dingin Yu Liong berkata.
"Mungkin dia sengaja berbuat seperti itu untuk mencari tahu keadaan kita!"
Seru Yu Liong. Kata Yu Sam-tong.
"Itu lebih tidak mungkin, sebab perusahaan perjalanan Su-hai sangat terkenal, dia tidak membutuhkan cara seperti itu."
"Gi-hu, apa yang membuatmu tidak tenang?"
Tanya Yu Leng-nio.
"Dia ingin merampok barang, tapi tidak ingin melukai orang, tujuan kita adalah membalas dendam, bukankah semua ini seperti disengaja olehnya?"
Yu Leng-nio terus berpikir, 'Orang yang harus kita balas adalah Kie Tiang-lim maka tidak perlu sampai membunuh orang lain!' Yu Liong berkata.
"Kie Tiang-lim memiliki seorang putri, Ciam Giok-beng adalah Suhengnya, Souw Thian-sia adalah Sutitnya, kalau kita membunuh Kie Tiang-lim, orang-orang seperti mereka apakah akan tinggal diam? Mencabut rumput harus sampai akarnya, tidak boleh dilepaskan satu pun."
"Apakah itu tidak keterlaluan?"
Tanya Yu Leng-nio.
"Ji-moi, apa yang terjadi padamu, kita tinggal di gunung dan berlatih sampai 20 tahun lamanya, semua itu demi apa? Apakah demi seorang bocah tengik, kau jadi melupakan dendam yang harus dibalas?"
Tanya Yu Liong dengan melotot.
"Aku tidak lupa, hari ini demi masalah ini, ayah dan Lim Kongcu terus berdebat, waktu itu kita mengira Kie Tiang-lim pasti mati maka kita tidak banyak bercerita tentang hal itu, Lim Kongcu tidak setuju kalau sampai harus membunuh orang lain, sebenarnya alasan dia masuk akal,"
Kata Yu Leng-nio membela Lim Hud-kiam.
"Masuk akal bagaimana?"
Tanya Yu Liong.
"Aku malas bicara denganmu,"
Yu Leng-nio berkata dengan dingin.
"Menurut Lim Hud-kiam, membalas dendam itu salah apalagi menyangkut orang lain hal itu lebih tidak pantas, kalau dulu Kie Tiang-lim membunuh semuanya, Gi-hu dan Sam-siok tidak akan hidup sampai sekarang, kau dan Ji-ko tidak akan hidup sampai sekarang, tapi orang lain berjiwa besar, mereka melepaskan kita, jadi kita membalas dendam pun jangan terlalu sadis!"
Kata Yu Bwee-nio beralasan. Yu Liong tertawa dingin.
"Kie Tiang-lim ingin mendapat nama baik di dunia persilatan, maka dia pura-pura bersikap baik, aku harus membalaskan dendam ayah, kalau orang she Lim itu terlalu banyak bicara aku akan memenggal dia dulu!"
"Tapi Gi-hu (ayah angkat) sudah setuju dengan apa yang dikatakan Lim Kongcu!"
Bela Yu Leng-nio.
"Ji-siok, apakah betul Paman sudah setuju dengan ide bocah tengik itu?"
Tanya Yu Liong.
"Saat itu aku tidak menyangka kalau Kie Tiang-lim masih bisa hidup, supaya tidak ribut dengan Lim Kongcu maka aku setuju saja, tapi sekarang pendapatku sudah berbeda lagi,"
Jawab Yu Ji-tong.
"Kalau begitu, bagaimana kita mengatakannya pada Lim Kongcu?"
Tanya Yu Leng-nio.
"Nasehati dia jangan ikut campur, kalau tidak walaupun dia tidak suka, kita tetap harus membalas dendam,"
Kata Yu Sam- tong. Yu Leng-nio memang cemas, tapi dia tidak mempunyai cara lain, Ma Hiong-hui tertawa.
"Hari ini Kie Tiang-lim sudah sembuh, dia memberitahukan kalau rombongan perusahaan perjalanan Su-hai besok tetap akan berangkat, kecuali dia, Kim-leng-su-seng juga ikut, tidak hanya itu, putrinya dan orang tua she Ciam juga ikut, kekuatan mereka jangan dianggap enteng, kalau memang Lim Hud-kiam mempunyai ilmu tinggi, ada pembantu begitu kuat jangan di sia-siakan, kita harus menarik dia ke dalam rombongan kita."
"Masalahnya aku takut bila sampai pada waktunya dia malah berbuat ulah,"
Kata Yu Ji-tong.
"Saat bertarung nanti, suruh dia yang menghadapi Ciam Giok-beng, kalian berenam saat bertarung satu lawan satu, saat bertarung nanti jangan mengulur waktu, segera bereskan musuh kita, maka Lim Kongcu tidak bisa berbuat apa-apa!"
Kata Ma Hiong-hui. Karena ide ini dianggap paling bagus, maka tidak ada yang menjawab, lama Yu Leng-nio baru bicara.
"Bukankah Lim Kongcu jadi akan bengong saja."
Kata Ma Hiong-hui.
"Asal Lim Kongcu berniat ingin bekerja sama dengan kita, bukan berarti kita menipunya, dia minta kalian tidak boleh sembarangan membunuh orang, tapi tidak mengatakan kalau kalian tidak boleh membela diri bukan!"
"Membunuh orang dan membela diri berbeda sekali!"
Kata Yu Leng-nio.
"Merampok barang harus dilakukan, membunuh pun harus dilakukan, pemerintah menentukan kalau anggota perusahaan perjalanan sedang mengawal barang, demi melindungi barang kawalannya membunuh orang pun tidak melanggar hukum, maka jika kita bertarung, jika tidak membunuh, kita yang akan terbunuh, maka demi membela diri, kita dulu yang harus membunuh mereka,"
Jelas Ma Hiong-hui.
"Memang rencana ini sangat bagus, tapi pelaksanaannya akan sangat sulit, semua orang-orang Su-hai sangat kuat, belum tentu kita bisa melawan mereka, apalagi kita tidak cukup orang...."
Kata Yu Bwee-nio.
"Kita punya beberapa macam senjata rahasia beracun...."
Ujar Yu Liong.
"Senjata rahasia harus tepat mengenai sasaran, mereka orang-orang berpengalaman, saling berhadapan untuk bertarung saat itu kesempatan untuk melepaskan senjata rahasia mungkin tidak ada."
Ma Hiong-hui tertawa, berkata.
"Aku sudah memperhitungkan hal ini, besok aku juga akan mengantar barang ke arah yang sama dengan mereka, kita bisa berjalan bersama mereka, kalian bisa menggunakan keterampilan menyamar dan berbaur dalam barisan perjalananku, tapi dua Lo-cianpwee agak sulit untuk menyamar, kalian berdua harus mempunyai rencana lain, begitu terjadi perampokan, kedua Lo-cianpwee bisa membawa beberapa orang untuk menyerang dulu, perhatian mereka pasti akan tertuju pada dua Lo- cianpwee, dan saudara-saudara yang lain yang bersembunyi dalam barisanku bisa diam-diam menyerang."
"Cara ini sungguh bagus!"
Kata Yu Ji-tong. Tapi Yu Sam-tong berkata.
"Jangan terlalu banyak orang, Ji-houw dan Ta-liong boleh ikut barisan Pengurus Ma, Bwee- nio dan Leng-nio ikut dengan kami, kita menyerang bersama Lim Hud-kiam, mungkin Lim Hud-kiam pun bisa kita tipu."
"Itu lebih baik, Toako dan Ji-ko diam-diam menyerang supaya tidak berbeda pendapat dengan Lim Kongcu,"
Kata Yu Bwee-nio.
"Kalau Lim Kongcu bertanya kemana Toako dan Ji-ko, bagaimana kami menjawabnya?"
Tanya Yu Leng-nio.
"Beritahu saja kepadanya kalau kami berdua tidak ingin bekerja sama dengannya, karena marah kita pergi, sebenarnya aku juga tidak ingin bertemu dengannya,"
Kata Yu Liong. Ma Hiong-hui berkata.
"Kedua Toako jangan berbeda pendapat dulu, kalau Nona Yu jadi menikah dengannya, kelak kalian akan menjadi keluarga."
Yu Ji-tong berkata.
"Asal bisa membasmi semua orang- orang Su-hai, dan mempunyai menantu sekuat Lim Hud-kiam, kami keluarga Yu tidak perlu takut lagi pada siapa pun!"
Yu Ji- tong berkata sambil tertawa. Dengan wajah menjilat Ma Hiong-hui berkata.
"Itu sudah pasti, kita tidak perlu takut lagi pada siapa pun, posisi pemimpin dunia persilatan pasti akan menjadi milik Lo- cianpwee, selama 20 tahun ini dengan bendera Siau Pek, Kie Tiang-lim tidak terkalahkan, boleh dikatakan dia adalah orang terkuat di dunia ini, kalau bisa mengalahkan dia, pasti kalian berdua akan menjadi yang terhebat."
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sampai hari itu, Pengurus Ma pasti juga mendapat kebaikan walau sedikit dari bendera perusahaan perjalanan kalian, pasti tidak ada orang yang mencoba menghalangi,"
Kata Yu Ji-tong tertawa.
"Ini semua terjadi karena kebaikan Lo-cianpwee, dulu kalau tidak membantu kami sewaktu aku meminta kembali barang bawaan yang hilang, kami 2 bersaudara pasti sudah hancur!"
Yu Ji-tong berkata.
"Tidak! Tidak! Kami hanya sekalian pergi ke daerah Su-chuan Hun-lam, orang-orang golongan hitam adalah sahabat kami, apalagi selama beberapa tahun ini dari kalian berdua kami bisa mengetahui keadaan perusahaan perjalanan Su-hai."
Ma Hiong-hui segera memberi hormat dan berkata.
"Kelak masih banyak hal yang harus kami minta tolong kepada kalian, besok kami akan berangkat aku harus pulang dulu untuk bersiap-siap, apakah kedua Toako Yu akan pergi bersamaku sekarang?"
"Lebih baik pergi sekarang, kalau tidak saat Lim Kongcu datang, kalian yang tidak akur dengannya akan beradu mulut lagi!"
Kata Yu Leng-nio. Ma Hiong-hui berkata.
"Kalian berdua sekarang ikut denganku juga tidak apa-apa, perusahaan perjalanan Su-hai sedang bersiap-siap untuk berangkat besok, mereka tidak akan memperhatikan apa yang terjadi di luar, begitu mereka selesai bersiap-siap dan menyuruh orang berjaga-jaga, kalian berdua sudah ada di kantorku, kalian jadi lolos dari pengawasan mereka!"
Yu Ji-tong mengangguk dan berkata.
"Baiklah, Ta-liong, Ji- houw pergilah kalian, dengan cara apa menyerang nanti aku akan memberitahu kalian, kelak kalian harus hati-hati jangan bertindak ceroboh!"
Mereka berdua ke belakang perahu untuk bersiap-siap, sewaktu mereka muncul lagi wajah mereka sudah berubah, kalau bukan sejak tadi sudah tahu, mereka pasti tidak akan bisa dikenali, Ma Hiong-hui berkata.
"Keterampilan kalian menyamar sungguh hebat, kalau bukan melihat dengan mata kepala sendiri, aku tidak percaya kalau kalian adalah 2 orang tadi!"
Dengan bangga Yu Ji-tong berkata.
"Kami berada di daerah Hun-lam tepatnya di daerah suku Biauw, selama 20 tahun ini kami selalu belajar ilmu ini jadi lumayan berhasil, kalau dipikir- pikir kami harus berterima kasih kepada Kie Tiang-lim, kalau bukan gara-gara dia kami masih Lan-tiang-siang-sat yang menguasai sisi sungai, dalam mimpi pun tidak pernah berniat ingin berkelana di dunia persilatan."
Ma Hiong-hui berkata.
"Kalian berdua sangat terkenal di dunia hitam, sesudah 20 tahun memperdalam ilmu, hasilnya lebih hebat lagi, begitu perusahaan perjalanan Su-hai hancur, kalian berdua pasti akan menjadi pemimpin."
Yu Ji-tong berkata.
"Dalam golongan hitam tidak masalah, tapi dalam golongan putih keberadaan kami masih susah dibicarakan, sebab sebagian orang tidak bisa ditaklukkan dengan ilmu silat, jujur bicara nama kami berdua dulu bukanlah nama yang pantas untuk dibanggakan, maka aku ingin menarik Lim Hud-kiam, pendapat pemuda itu bisa diterima oleh orang-orang golongan putih!"
"Mengapa Ji-siok mengangkat-angkat dia?"
Tanya Yu Liong.
"Kalau kau bisa lebih kuat darinya, aku akan mengangkatmu, tapi kalian terlalu parah, ilmu silatmu saja masih di bawah kedua adikmu, kalau aku mau mengangkat, kalian seharusnya merasa malu!"
Yu Ji-tong berkata lagi.
"Mengandalkan racun dan senjata rahasia tidak akan membuat kita sukses, senjata rahasia yang sangat lihai pun hanya bisa dipergunakan satu atau 2 kali, sebab jika orang-orang sudah tahu tentu mempunyai cara untuk bersiap-siap, yang paling penting adalah harus berilmu tinggi, kalau kali ini kita sukses membalas dendam, teman- teman Kie Tiang-lim pasti akan datang mencari masalah, maka aku harus menarik Lim Hud-kiam masuk ke kelompok kita, pemuda itu benar-benar berilmu tinggi, dia bisa mengatasi semua masalah."
"Tapi apakah dia mau kita peralat?"
Tanya Yu Liong. Yu Ji-tong tertawa lalu berkata.
"Ada Leng-nio dan Bwee- nio mungkin dia tidak akan menjadi masalah, hanya saja pandangannya berbeda dengan kita, begitu perusahaan perjalanan Su-hai hancur, kita harus mengubah pembawaan kita, dulu, kita berada di golongan hitam terpaksa kita harus bersikap demikian, kalau sudah mempunyai nama, kita punya pertambangan emas di daerah Biauw-san, itu bisa kita nikmati maka kita tidak perlu lagi bersikap seperti itu."
Yu Leng-nio berkata.
"Ayah angkat, menurutmu dulu kau...."
Kata Yu Ji-tong.
"Dulu tidak sama dengan sekarang, kami lahir di sungai Lan-tiang, kami adalah orang miskin, untuk mendapat kehidupan lebih baik, kami masuk golongan hitam karena dikejar oleh Kie Tiang-lim, kami masuk ke dalam hutan tidak disangka di hutan itu kami menemukan tambang emas, kelak kita beli sesuatu bisa dengan emas itu jadi kita tidak perlu menjadi perampok lagi."
"Betul, dalam golongan hitam mencari uang memang mudah, tapi untuk nama tidak baik, apa lagi setelah mendapat uang, tidak berani secara terang-terangan menggunakannya, maka banyak orang golongan hitam tidak berani merampok di daerah mereka sendiri, mereka selalu tampil sebagai orang baik-baik, semua orang mempunyai keinginan menjadi orang baik, sekarang Lo-cianpwee sudah mempunyai tambang emas, maka tidak perlu berada di golongan hitam lagi."
"Tapi mengapa kita masih berhubungan dengan golongan hitam?"
Tanya Yu Leng-nio.
"Kau tidak mengerti, memang tidak perlu bersahabat dengan orang golongan hitam, tapi juga jangan membuat mereka benci, karena mereka adalah orang yang tidak memiliki perasaan, mereka sanggup melakukan sesuatu dengan cara apa pun, apa lagi sekarang kita sudah mempunyai harta berlimpah, akan gampang membuat siapa pun iri, maka bersahabat dengan mereka paling sedikit bisa mengurangi sedikit kerepotan, apalagi kita ingin menguasai dunia persilatan, orang-orang seperti mereka mudah diperalat...."
Kata Yu Ji-tong.
"Kita berada di dunia persilatan harus licin, Kie Tiang-lim adalah orang terkenal di dunia persilatan, dia sendiri masih menaruh segan 30% kepada golongan hitam, maka _Nona harus banyak berkelana di dunia persilatan sehingga Nona mengerti, sekarang bicara banyak pun percuma, kalau Lo- cianpwee tidak ada petunjuk lain, aku akan pamit!"
Kata Ma Hiong-hui.
"Baik, supaya tidak dicurigai, aku tidak akan mengantar, kedua keponakanku harap banyak di beri petunjuk, kalau terjadi sesuatu, kami akan menyuruh orang menghubungimu!"
Kata Yu Ji-tong.
Dua bersaudara Ma, Yu Liong, dan Yu Houw segera turun dari perahu dan pergi dari sana, Souw Thian-sia dan Bu Ta- kuang yang berada di luar perahu dan mendengar percakapan mereka, keringat mereka menetes terus, diam-diam mereka bersyukur bisa mendengar percakapan antara keluarga Yu dan orang she Ma, kalau tidak Yu Liong dan Yu Houw yang berada dalam rombongan perusahaan perjalanan akan berhasil membokong dengan senjata rahasianya, bila semua orang sedang bertarung, itu benar-benar berbahaya, sebab tidak ada seorang pun yang akan curiga kalau dari rombongan orang she Ma akan ada orang yang membokong, sebab hubungan mereka dengan perusahaan perjalanan Su-hai sangat baik, kedua perusahaan perjalanan ini mempunyai tujuan yang sama kalau berangkat bersama-sama, jika perusahaan perjalanan Su-hai mempunyai teman seperjalanan tentu Kie Tiang-lim tidak akan menolaknya, apa lagi dulu mereka pernah kerja sama seperti ini! Mengambil kesempatan saat orang-orang perahu mengantarkan tamu, Souw Thian-sia dan Bu Ta-kuang ingin segera pergi dari sana, kebetulan perahu kecil yang menjual jajanan sudah datang dan siap menjemput mereka, melihat jarak perahu mereka sudah tepat mereka siap meloncat, tiba- tiba ada suara pelan berkata.
"Jangan meloncat, kalian harus berjalan ke sana!"
Mereka berdua benar-benar terkejut, terlihat di bawah perahu ada seseorang yang sedang berbaring, dia adalah Lim Hud-kiam yang misterius, wajah Souw Thian-sia berubah, dia segera ingin mencabut pedangnya, tapi Lim Hud-kiam menggoyangkan tangannya.
"Jangan bertarung, lebih baik kalian beritahu kepada Kie Tiang-lim supaya jangan mengantar barang, jangan menolong pejabat korupsi, nanti akan merusak nama baiknya!"
"Tidak bisa, kontrak sudah dibuat, nama baik perusahaan perjalanan harus dijaga, kalau tidak nama kami akan hancur!"
Kata Souw Thian-sia. Lim Hud-kiam tertawa dingin.
"Kie Tiang-lim terkenal karena membela keadilan dan kebaikan tapi kalau dia melindungi harta hasil korupsi, namanya akan rusak."
"Kau tidak mengerti...."
Kata Souw Thian-sia.
"Aku mengerti, demi sedikit nama, kalian menutupi hati nurani kalian, maka aku harus memberi sedikit pelajaran kepada kalian, aku akan merampok barang yang kalian bawa."
Souw Thian-sia marah dia menyerang dengan pedang suara pedang yang dikeluarkan dari sarungnya membuat orang- orang yang ada di dalam perahu mendengarnya, kedua tangan Lim Hud-kiam menahan serangan pedang membuat pedang bergeser ke pinggir, kemudian dia mencengkeram sebelah tangan mereka masing-masing, lalu mendorong mereka berdua hingga terlempar keluar dan jatuh masuk ke perahu kecil.
Pintu perahu dibuka, Yu Bwee-nio berteriak.
"Siapa di luar?"
"Aku!"
Kata Lim Hud-kiam sambil merentangkan kedua tangannya. Yu Bwee-nio terpaku.
"Lim Kongcu, bagaimana kau bisa ada di sini?"
Lim Hud-kiam menunjuk sebuah perahu kecil dan berkata.
"Aku baru meloncat dari perahu kecil itu, karena takut kalian salah paham maka aku sengaja membuat suara sekaligus memberi isyarat pada kalian!"
"Sepertinya aku mendengar ada yang mencabut senjata!"
Kata Yu Bwee-nio.
"Betul, aku memasukkan pedangku ke dalam sarung, tadinya aku kira kalian akan melakukan penjagaan ketat, atau akan memasang senjata rahasia, maka aku menyiapkan pedang sampai di atas perahu, aku tidak melihat apa-apa maka aku memasukkan pedang ke dalam sarung lagi,"
Jelas Lim Hud-kiam.
"Ini sangat aneh, sebelum naik perahu kau mengeluarkan pedang sesudah sampai di atas perahu pedang malah disimpan!"
Kata Yu Bwee-nio.
"Aku melakukan ini bukan tanpa sebab!"
"Apa alasannya, apakah aku boleh tahu?"
Tanya Yu Bwee- nio. Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Sebelum naik ke atas perahu, aku takut terkena senjata rahasia maka aku bersiap- siap sesudah berada di atas perahu, kalau masih memegang pedang, kalian tentu akan menyerang orang yang memegang pedang, kalau kedua tanganku tidak memegang pedang kalian lebih bisa melihatku dengan jelas."
Setengah percaya Yu Bwee-nio berkata.
"Kau benar-benar patut dicurigai!"
Dengan cepat Yu Ji-tong datang.
"Lim Kongcu tidak patut dicurigai tapi dia sangat berhati-hati, kita benar-benar ceroboh dan tidak melakukan penjagaan, untung yang datang adalah Lim Kongcu kalau yang datang musuh, kepala kita pasti sudah berpindah pun masih belum tahu siapa yang membunuh kita!"
"Betul! Untung yang datang aku, kalau yang datang orang perusahaan perjalanan Su-hai, kalian akan celaka!"
Kata Lim Hud-kiam. Yu Ji-tong berkata.
"Di dalam perahu ini tidak ada rahasia, jadi kita tidak perlu tegang, kalau orang datang ingin menyerang diam-diam bukan hal mudah untuk mereka, tapi kalau yang datang menyerang adalah orang seperti Lim Kongcu ceritanya beda lagi, tapi musuh kita belum ada yang sekuat Lim Kongcu."
"Kemampuan Ciam Giok-beng dan Kie Tiang-lim tidak berada di bawah aku!"
Kata Lim Hud-kiam. Yu Bwee-nio berkata.
"Ciam Giok-beng tidak akan menyerang diam-diam, apa lagi Kie Tiang-lim, mungkin dia akan bertemu dewa kematian!"
Yu Bwee-nio takut Yu Ji-tong membocorkan rahasia dua bersaudara Ma yang datang kemari untuk memberitahu kalau Kie Tiang-lim sudah sembuh dari keracunan, Yu Ji-tong benar- benar kagum dengan ketelitian Yu Bwee-nio, dia dengan cepat berkata.
"Betul, orang perusahaan perjalanan Su-hai pasti sedang sibuk mempersiapkan pemakaman Kie Tiang-lim, dan tidak ada waktu mencari kami, maka kami jadi ceroboh!"
Lim Hud-kiam tersenyum.
"Lopek, kau mungkin tidak tahu kalau racun yang ada di tubuh Kie Tiang-lim sudah dikeluarkan oleh Ciam Giok-beng dan lukanya pun sudah sembuh!"
Yu Ji-tong pura-pura heran, berkata.
"Apakah itu benar?"
"Betul, sesudah mendengar kabar ini aku diam-diam pergi ke kantor perusahaan perjalanan Su-hai untuk membuktikannya, semangat orang tua she Kie memang sangat baik dia sedang bersiap-siap dengan keberangkatannya besok, dari awal aku sudah mengatakan ilmu pengobatan Ciam Giok-beng sangat tinggi, senjata rahasia beracun tidak akan buat mereka sulit!"
"Kalau begitu kalau kita ingin merampok barang bawaan mereka, harus membuat rencana baru lagi?"
Tanya Yu Ji-tong.
"Tidak perlu, sebab aku sudah berpesan kepada Souw Thian-sia, aku menyuruh mereka membatalkan membawa barang pejabat korup itu, kalau tidak aku pasti akan merampoknya."
"Kalau begitu, hal ini akan membuat kita kesulitan mereka pasti akan mempersiapkan semua tenaga dan kita tidak cukup orang!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lim Hud-kiam tertawa terbahak-bahak.
"Untuk apa harus takut, kecuali Ciam Giok-beng dan Kie Tiang-lim yang lainnya mudah diatasi!"
Yu Bwee-nio pura-pura bertanya.
"Apakah orang tua she Ciam juga akan ikut dalam rombongan pembawa barang?"
"Katanya sih begitu, tapi kalian tidak perlu khawatir aku sendiri yang akan bertanggung jawab terhadap 2 orang itu, saat itu kalian masing-masing cukup mencari satu orang untuk ditarik, menurut kabar yang kudapatkan In Tiong-ho pun akan ikut, Kim-leng-se-seng ditambah putri Kie Tiang-lim semuanya berjumlah 6 orang, kalian juga berenam, berarti kita melawan mereka satu lawan satu...."
"Kongcu terlalu menganggap tinggi kami, ke enam orang itu tidak mudah dihadapi, apa lagi kedua kakakku sudah pergi dari sini karena marah."
Lim Hud-kiam berpikir sejenak dan berkata.
"Betul juga, tapi masih ada cara lain, mari kita berunding dulu!"
Dia masuk ke dalam perahu, Souw Thian-sia dan Bu Ta- kuang yang berada di dalam perahu kecil mendengar pembicaraan mereka, mereka terpaku, mereka bertambah bingung dengan sikap Lim Hud-kiam, tapi mereka tidak berani berlama-lama di sana, dengan cepat mereka memberi kabar yang mereka dengar kepada Kie Tiang-lim.
Perusahaan perjalanan Su-hai tetap berangkat sesuai rencana, barisan yang sangat besar memenuhi 3 perahu besar, paling depan adalah Kie Tiang-lim dan putrinya, Ciam Giok-beng, In Tiong-ho, Thio Yan-to, dan keluarganya berada di tengah perahu, paling belakang adalah Kim-leng-su-seng, setiap tiang bendera perahu dipasang dengan bendera perusahaan perjalanan Su-hai dan bendera pribadi Kie Tiang- lim.
Di belakang perahu mereka adalah perahu barang perusahaan perjalanan Kim-leng, Pengurus Ma Hiong-hui dan Ma Hiong-seng juga memasang bendera, hanya tidak semewah perahu yang ada di depan.
Tadi pagi, Ma Hiong-hui datang berkunjung, meminta mereka berangkat bersama-sama dengan cepat Kie Tiang-lim menyetujuinya, tapi dia memberi peringatan kepada Ma Hiong-hui kalau Lan-tiang-siang-sat sedang siap-siap untuk membalas dendam, maka sepanjang perjalanan mungkin tidak akan aman, dan dia menyuruh Ma Hiong-hui untuk berpikir- pikir lagi, tapi dengan tulus Ma Hiong-hui berkata.
"Karena khawatir kepada Lan-tiang-siang-sat, maka kami ingin bergabung, sebab kalau terjadi sesuatu kita bisa saling bantu."
Souw Thian-sia tidak setuju karena dia tahu 2 bersaudara Ma diam-diam bersekongkol dengan Lan-tiang-siang-sat, Yu Liong, Yu Houw masih bersembunyi di dalam barisan mereka, dia telah memberitahukan semua ini kepada Kie Tiang-lim, tapi Kie Tiang-lim hanya tersenyum dan tidak menaruh perhatian lebih jauh lagi, dia malah berpesan kepada Bu Ta- kuang dan Souw Thian-sia supaya pura-pura tidak tahu! Souw Thian-sia tidak tahu apa maksud Susioknya, tapi dia percaya Susioknya pasti mempunyai rencana yang baik, maka dia berusaha menahan diri dan menunggu.
Empat perahu yang mengikuti di belakang mereka adalah perahu Lan-tiang-siang-sat dan putri angkat mereka, Lim Hud- kiam juga ada di sana, perahu ini secara terang-terang berlayar, Yu Ji-tong dan Yu Sam-tong berada di dalam perahu mereka sedang mengobrol.
Lim Hud-kiam terus mengikuti Yu Bwee-nio dan Yu Leng- nio, dia benar-benar menikmati keadaan ini, di kiri kanan diapit oleh 2 gadis cantik, apa lagi Yu Bwee-nio sambil bermain kecapi dia bernyanyi, Yu Leng-nio menuangkan arak untuknya, orang-orang yang lewat di atas perahu itu selalu memandang dengan sorot mata iri kepada Lim Hud-kiam.
Perahu mereka dihadang dari depan dan belakang, Kie Pi- sia selalu benci melihat mereka, kalau bukan karena Ciam Giok-beng dan Kie Tiang-lim terus menasihatinya dari tadi dia sudah ingin meloncat ke sana untuk membunuh mereka, tapi ketiga orang tua itu seperti tidak melihat, Kim-leng-su-seng hampir tidak tahan, mereka selalu melotot melihat ke perahu itu.
Perahu pembawa barang selalu berhenti di pinggir, mereka tidak pernah berlayar di malam hari, sewaktu berlabuh kecuali beberapa orang yang mengontrol perahu Thio Yan-to kebanyakan berkumpul di perahu Kie Tiang-lim untuk beristirahat, sangat jelas harta benda Thio Yan-to berada di perahu itu, karena setiap malam hari harus berlabuh maka mereka tidak menyiapkan makanan yang banyak, sering kali sesudah berlabuh, mereka harus beli sayur dan buah-buahan segar.
Setiap hari di perahu perusahaan perjalanan selalu ada yang minum arak, tapi tidak sampai mabuk, berarti mereka selalu waspada, berbeda dengan Lim Hud-kiam setiap malam selalu minum sampai mabuk termasuk tukang perahunya.
Berlayar dengan cara seperti itu sangat lambat, sesudah 7-8 hari mereka baru tiba di propinsi Kang-sai kota Ciu-kang, ini adalah kota besar, maka di sungai banyak perahu yang berlabuh beberapa hari ini Thio Yan-to selalu terlihat tegang, begitu sampai di kota itu dia segera pergi ke kota untuk mencari teman lamanya.
Dua bersaudara Ma datang untuk mengobrol sebentar, kemudian kembali ke perahu mereka, orang-orang Su-hai berkumpul di perahu untuk mengobrol, Lim Hud-kiam dengan senang membawa kedua gadis cantik itu pergi ke rumah makan untuk minum, Yu Ji-tong, Yu Sam-tong tetap berada di perahu, sesudah mendapat kabar tentang kedua perahu itu, Kie Tiang-lim hanya mengangguk tapi tidak memberi komentar apa pun, tapi yang tidak tahan adalah Kie Pi-sia, dia marah- marah, katanya.
"Ayah, cepat cari akal, apa alasan mereka terus menguntit kita membuat kita tidak bebas bergerak!"
"Kau sendiri yang merasa seperti itu, anggaplah kau tidak melihat mereka bukankah selama 7-8 hari ini bisa kita lewati dengan tenang?"
Tanya Kie Tiang-lim sambil tertawa.
"Mereka berada di sisi, mana bisa aku tenang, selama beberapa hari ini aku tidak bisa tidur!"
Jawab Kie Pi-sia.
"Susiok, kita harus cari akal untuk menghindar dari mereka, kami berempat setiap malam tidak berani tidur nyenyak!"
Kata Souw Thian-sia. Kie Tiang-lim menarik nafas.
"Pengalaman kalian benar- benar dangkal, itu adalah cara mereka, mereka terus mengikuti kita supaya kita menjadi tegang dan stres, dengan cara seperti itu kita akan merasa kelelahan, saat itu mereka baru menyerang kita, bila saat itu tiba kita pasti tidak ada tenaga untuk melawan mereka, karena orang kita lebih banyak dari mereka, maka mereka melakukannya dengan cara seperti itu menghadapi kita, semua itu untuk menguras semangat kita."
"Mereka ingin menyerang kita dengan senjata rahasia untuk apa melakukannya dengan cara seperti itu?"
Tanya Souw Thian-sia.
"Lim Hud-kiam tidak setuju, dia lebih setuju dengan cara seperti ini untuk menguras habis semangat kita lalu mengalahkan kita,"
Jelas Kie Tiang-lim.
"Apa maksudnya?"
Tanya In Tiong-ho. Kie Tiang-lim tertawa kecut.
"Dia tidak memberitahu kepada mereka kalau Souw Thian-sia sudah mencuri dengar tentang pembicaraan Yu Ji-tong dan keluarganya, berarti dia masih membantu kita menutupi hal ini, dia hanya tidak setuju kalau keluarga Yu menggunakan senjata rahasia dan menyuruh kita waspada, tapi dia tetap ingin merampok barang bawaan kita, aku tidak mengkhawatirkan keluarga Yu, tapi pemuda itu yang membuat aku jadi berhati-hati, mungkiri kita akan benar-benar kalah darinya!"
"Apakah Guru akan kalah di tangannya?"
Tanya Souw Thian- sia.
"Sulit dikatakan, sebab pemuda itu sangat misterius, dia terang-terangan mengatakan ingin merampok barang berarti dia sanggup melakukannya, dia tidak ingin mengandalkan senjata rahasia beracun dari keluarga Yu, ilmunya sangat tinggi aku tidak tahu apa gurumu sanggup mengalahkan dia atau tidak!"
Jawab Kie Tiang-lim.
"Aku merasa aneh, dia ingin merampok barang mengapa tidak dilakukan secepatnya kalau dia menggunakan taktik menghabiskan dulu stamina kita, dia harus lihat kita sama sekali terpancing olehnya, paling-paling yang muda-muda saja yang terlihat agak tegang, kita bertiga yang tua-tua sama sekali tidak terpancing olehnya,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Lan-tiang-siang-sat mungkin masih mencari orang untuk membantu, mereka siap-siap menggunakan senjata rahasia beracun, tapi di air, mereka tidak bisa menggunakan senjata ini, kekuatan kita sangat solid menurutku, mereka pasti akan bergerak, sewaktu perahu memasuki Sam-sia,"
Kata Kie Tiang- lim. In Tiong-ho mengangguk.
"Betul, jalanan perahu sangat sempit, air mengalir dengan deras, Lan-tiang-siang-sat selalu bersahabat dengan orang dari golongan hitam, mungkin dia akan mencari beberapa pesilat tangguh untuk menyerang kita, membuat kita yang berlayar dari depan dan belakang tidak bisa saling menolong."
"Itu sangat berbahaya!"
Kata Souw Thian-sia.
"Tidak apa-apa, aku sudah menyusun rencana, begitu perahu sampai di Ie-tiang, kita tinggalkan perahu dan berjalan kaki, supaya mereka tidak ada persiapan!"
Kata Kie Tiang-lim.
"Susiok tetap lebih berpengalaman, kalau begitu sebelum tiba di Ie-tiang, kita bisa bersantai sebentar!"
Kata Souw Thian-sia.
"Betul, masih ada dua hari lagi, selama 2 hari ini kalian bisa beristirahat memulihkan semangat dan tentang kita yang akan berjalan darat, jangan sampai bocor, sebetulnya aku pun tidak ingin memberitahu kalian!"
Kata Kie Tiang-lim.
"Aku tidak bisa bersantai, karena mereka terus membuntuti kita, aku takut akan terjadi sesuatu!"
Kata Kie Pi-sia.
"Kita tidak bisa apa-apa, karena sungai ini bukan milik kita, orang lain berhak berlayar di sini, kita tidak mungkin mengusir mereka,"
Kata Kie Tiang-lim. Kie Tiang-lim berkata lagi.
"Malam ini aku jamin tidak akan terjadi sesuatu, karena aku sudah berpesan kepada Thio Yan- to, temannya di Ciu-kang yang menjadi komando pasukan angkatan laut akan membantu kita, maka aku berpesan kepada Thio Yan-to supaya meminta temannya beberapa perahu perang untuk melindungi kita!"
"Apa, meminta pasukan pemerintah membantu kita, ini benar-benar memalukan!"
Kata Kie Pi-sia. Kie Tiang-lim menarik nafas.
"Asal kita bisa mengantarkan barang sampai di tempat tujuan, dengan cara apa pun tidak akan memalukan, Lim Hud-kiam sudah membuntuti kita selama beberapa hari, selama 1-2 hari ini aku baru mengerti apa yang dia ingin lakukan, aku lihat kalian benar-benar lelah, maka dengan cara inilah kita mengatasi mereka biar kalian bisa istirahat, dengan semangat penuh baru kita bisa menghadap hal yang akan terjadi apalagi bila kita sudah sampai di Ie-tiang, sesudah lawan tahu kita akan berjalan darat, setiap saat mereka bisa menyerang kita."
"Masih ada 2 hari lagi, kita tidak perlu sampai begitu tegang!"
Kata Kie Pi-sia.
"Tinggalkan perahu lalu berjalan darat adalah rencanaku, tapi Lim Hud-kiam adalah orang yang sangat banyak akal, dia mungkin akan terpikir rencana ini juga, mungkin dia akan menyerang terlebih dulu, maka kalau ingin benar-benar bisa istirahat hanya malam ini saja, besok pagi kita mulai berlayar lagi, harus ada sebagian orang berjaga-jaga, supaya kita ada persiapan,"
Goosebumps 2000 12 Sari Otak Simbol Yang Hilang Lost Symbol Karya Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama