Pedang Langit Dan Golok Naga 53
Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung Bagian 53
Pedang Langit Dan Golok Naga Karya dari Chin Yung
Jie Lam Ong Khakan Temur adalah seorang anggota keluarga kaisar.
Ia berpangkat Thay kat Thay wie dan berkuasa atas semua tentara kerajaan diseluruh negeri.
Ia seorang pintar dan gagah, menteri utama dari kaisar Goen.
Dia lah yg sudah menindas pemberontakan rakyat di Kang hoay.
Sudah lama Boe Kie dan para pemimpin beng kauw mendengar nama besarnya.
Sekarang, mendengar Lok Thung Kek dan lain2 jago rimba persilatan menjadi orang bawahan pembesar itu, biarpun tidak terlalu kaget sedikit banyak Boe Kie terkejut juga (Jie Lam Ong = Raja muda Jie Lam) "Tapi siapakah adanya Tio Kouwnio?"
Tanya Yo Siauw. "Coba taoko tebak,"
Kata Hoan Yauw. "Apa nona itu bukan putrinya Khakan Temur?"
Tanya pula Yo Siauw. Hoan Yaow menepuk2 tangannya.
"Benar,"
Katanya.
"Sekali menebak taoko menebak jitu.
Jie Lam Ong mempunyai seorang putera yg bernama Kuh Kuh Temur dan seorang puteri yg bernama Ming Ming Temur.
Nama itu nama Mongol, kedua anak itu gemar ilmu silat dan mereka punya kepandaian yg cukup tinggi.
Disamping itu merekapun suka berpakaian seperti orang Han dan menggunakan bahasa Han.
Belakangan masing2 menggunakan jg nama Han, Kuh Kuh Temur memilih nama Ong Popo dan Ming Ming memilih nama Tio Beng.
Perkataan Tio Beng hampir bersamaan dengan Siauw beng dan Siauw beng Koen coe (putri Siauw Beng) gelaran si nona."
Wie It Siauw tertawa.
"Kakak beradik itu sangat aneh," katanya.
"Yang satu she Ong, satu lagi she Tio. Kejadian itu tak akan terjadi dalam kalangan orang Han."
"She atau nama keluarga mereka ialah Temur,"
Menerangkan Hoan Yauw.
"Menurut kebiasaan orang asing, nama keluarga ditaruh disebelah belakang."
"Dari muka dan potongan badan, Tio Kouw nio seorang wanita cantik,"
Kata Yo Siauw.
"Hanya sayang, wataknya terlalu kejam."
Baru sekarang Boe Kie tahu asal usul Tio Beng.
Sebenarnya siang2 ia sudah menduga bahwa nona itu seorang putri yg berasal dari turunan keluarga kaisar.
Ia hanya tidak pernah menaksir, bahwa nona Tio putrinya raja muda Jie Lam Ong yg memegang kekuasaan atas semua tentara kerajaan.
Beberapa kali ia selalu jatuh dibawah angin.
Dalam ilmu silat nona Tio memang masih kalah jauh, tapi dalam menggunakan tipu, ia banyak lebih unggul daripada dirinya sendiri.
Mengingat itu semua didalam hati Boe Kie merasa jengah.
"Dalam penyelidikan selanjutnya aku mengetahui bahwa Jie Lam Ong ingin membasmi semua partai persilatan yg terdalam dalam dunia Kangouw,"
Kata pula Hoan Yauw.
"Ia telah menerima baik rencana Seng Koen.
Sebagai tindakan pertama, ia inin menumpas agama kita.
Dalam menimbang2 keadaan itu, aku berpendapat bahwa dengan terpecah belahnya kalangan kita sendiri dan tangguhnya musuh, bahaya yg sedang dihadapi benar2 hebat.
Untuk menolong jalan satu2nya adalah masuk kedalam Ong Hoe dan coba menyelidiki rencana raja itu.
Sesudah tahu rencana mereka, baru aku bertindak dengan mengimbangi keadaan.
Selain itu,t ak ada jalan lain lagi.
Tapi aku sudah pernah bertemu muka dengan Soen Koen, sehingga untuk mencegah bocornya rahasia aku mesti membunuh manusia itu."
"Benar,"
Kata Wie It Siauw. "Tapi manusia itu sangat licin dan ilmu silat nya pun sangat tinggi,"
Kata pula Hoan Yauw.
"Tiga kali aku mencoba membokong dia, tiga kali aku gagal. Dalam usaha yg ketiga, aku berhasil menikamnya dengan pedang, tapi aku sendiri kena pukulan telapak tangannya. Untung juga aku berhasil melarikan diri tanpa dikenali. Tapi aku terluka berat dan sesudah berobat setahun lebih, barulah kesehatanku pulih kembali. Waktu itu rencana Jie Lam Ong sudah mendekati penyelesaiannya dan untuk bencana agama kita sudah diambang pintu. Aku jadi nekad, aku merusak muka sendiri, aku mematahkan tulang betisku dan menyamar sebagai seorang gagu dan bongkok aku pergi ke negeri Watzu."
"Negeri Watzu?"
Menegas Wie It Siauw.
"Negeri itu jauhnya berlaksa li. Perlu apa Hoan Yoe pergi ke situ?"
Sebelum Hoan Yauw menjawab, Yo Siauw sudah mendahului.
"Saudara, sungguh bagus tipumu itu! Yo heng, perginya saudara Hoan ke negeri itu sungguh tepat. Dinegeri itu, ia pasti akan diundang untuk bekerja kepada pembesar2 Mongol. Sebagaimana kau tahu, Jie Lam Ong sedang mencari orang2 pandai. Untuk mengambil hatinya raja muda itu, pembesar2 Watzu pasti akan mengirim saudara Hoan ke kota raja. Dengan muka dan badan yg sudah berubah dan dengan berlagak gagu, biarpun Seng Koen lihati, dia pasti tidak akan bisa mengenali."
Wie It Siauw menghela napas.
"Yo kauwcoe telah menempatkan Siauw Yauw Jie Sian disebelah atas keempat Hoat Ong dan sekarang aku mengakui bahwa mata Yo Kauw coe benar2 tajam,"
Katanya.
"Tipu selihai itu pasti takkan bisa dipikir oleh Eng ong, Hok ong dan lain2 ong."
"Wie heng banyak terima kasih untuk pujian mu yg tinggi,"
Kata Hoan Yauw. Ia berhenti sejenak dan kemudian berkata lagi dengan suara perlahan.
"Kauw coe, aku sekarang ingin menerima hukuman."
"Mengapa Hoan Yoe soe berkata begitu?"
Tanya Boe Kie. Hoan Yauw berbangkit dan sambil membungkuk, ia menjawab.
"Aku telah berbuat kedosaan besar sebab sudah membunuh saudara2 dari agama kita. Sesuai dengan dugaan Yo Co Soe, di Watzy aku sengaja membunuh singa dan membinasakan harimau, sehingga namaku lantas saja terkenal. Pembesar2 disitu lalu mengirim aku kepada Jie Lam Ong. Guna memperkuat kepercayaan raja muda itu atas diriku, aku membunuh tiga orang hio coe dari agama kita."
Alis Boe Kie berkerut. Ia tidak lantas menjawab. Didalam hati ia beranggapan, bahwa tindakan Hoan Yauw sangat luar biasa dan agak kejam. Ia rela mengorbankan muka dan kaki sendiri dan belakangan membunuh kawan sendiri.
"Beng Kauw dinamakan orang sebagai agama sesat, agama siluman,"
Pikirnya.
"D ilihat begini, sampai kapan Beng Kauw bisa mencuci kata2 sesat dan siluman itu?"
Melihat sikap Boe Kie, tiba2 Houw Yauw menghunus pedang Yo Siauw. Dengan skali berkelebat, pedang itu sudah memutuskan tiga jari tangan kirinya, Boe Kie terkejut dan merampas senjata itu.
"Hoan Yoe soe. Mengapa.. mengapa kau berbuat begitu"
Tanyanya dengan mata membelak. "Membunuh saudara2 dalam agama kita adalah kedosaan besar,"
Jawabnya.
"Karena urusan besar belum selesai, Hoan Yauw belum berani membunuh diri. Sekarang Hoan Yauw lebih dahulu memutuskan tiga jeriji dan nanti dia akan mempersembahkan kepalanya kepada Kauwcoe."
"Aku sudah mengampuni kesalahan Hoan Yoe soe,"
Kata Boe Kie.
"Mengapa kau berbuat begitu. Sekarang kita menghadapi tugas yg sangat berat. Kuharap Hoan Yoe Soe tidak menyebut2 lagi urusan ini."
Sehabis berkata begitu ia mengeluarkan obat luka, menyobek ujung bajunya dan membalut luka Hoan Yauw.
Didalam hati ia merasa sangat tidak enak.
Ia tahu bahw Hoan Yauw bukan gertak sambel.
Apa yg dikatakannya dapat dilakukannya.
Mungkin mereka dihari di kemudian ia akan membunuh diri.
Mengingat segala penderitaannya demi kepentingan Beng Kauw, Boe Kie terasa sangat terharu dan tiba2 ia menekuk sebelah lututnya.
"Hoan yoe soe sebagai orang yg berjasa besar untuk agama kita, terimalah hormatku,"
Katanya dengan suara parau.
"Apabila kau melukai lagi dirimu, itu berarti kau menganggap aku sebagai manusia yg tak punya guna dan tidak pantas untuk menjadi kauwcoe dari agama kita. Kalau kau menikam dirimu satu kali, aku akan menikam diriku dua kali."
Melihat Kauw coe mereka berlulut, dengan air mata bercucuran Hoan Yauw, Yo Siauw dan Wie It Siauw segera turut berlutut. "Saudara Hoan,"
Kata Yo Siauw sambil menyusut airmatanya.
"Kau tidak boleh mengulangi perbuatan itu. Bangun robohnya agama kita hanya mengandalkan kauw coe seorang. Kauw coe telah mengeluarkan perintah dan kau tidak boleh melanggar perintah itu."
Dalam pertandingan hari ini aku sudah merasa takluk terhadap kauw coe,"
Kata Hoan Yauw.
"Kouw Tauw too mempunyai adat yg sangat aneh dan aku memohon belas kasihan Kauwcoe." Dengan kedua tangan, Boe Kie membangunkan Hoan Yauw. Sesudah terjadinya kejadian ini, ia dan Hoan Yauw menjadi sahabat yg saling mencintai. Sesudah itu, Hoan Yauw segara menceritakan pengalaman dalam gedung Jie Lam ong. Pada jaman itu kaisar Goan yg bodoh diikuti oleh mentri2 dorna sehingga, karena tindakan2 nya yg seweang2 negeri jadi kalut dan rakyat memberontak. Untung besar kerajaan Goan masih mempunyai Jie Lam ong yg gagah dan bijaksana. Tanpa mengenal capai, raja muda itu membawa tentara kesana sini untuk menindas berbagai pemberontakan. Tapi negeri tetap tidak menjadi aman, disana sudah kalut lagi. Dalam kerepotannya, raja muda terpaksa menunda rencana untuk membasmi partai2 persilatan. Selama beberapa tahun kedua anaknya sudah menjadi besar. Kuh kuh Temur alias Ong Po Po mengikuti ayahandanya dalam tentara, sedang Ming Ming Temur (Tio Beng) memimpin rombongan jago2 silat untuk menumpas partai2 rimba persilatan. Jago2 itu terdiri dari ahli2 silat Mongol, Han dan See Hek dan diantara terdapat juga sejumlah pendeta See hoan. Gerakan enam partai besar untuk menyerang Kong beng teng membuka kesempatan baik bagi Tio Beng. Atas usul Seng Koen, ia membawa semua jagonya untuk membasmi enam partai itu dan Beng Kauw dengan sekaligus. Kejadian di Leng Lioe Choeng dan lain2 adalah sebagian dari rencana itu. Karena sedang bertugas diseberang lautan untuk menyelidiki tempat sembunyinya Cia Soen maka Hoan Yauw tidak turut serta dalam rombongan Tio Beng yg pergi ke See Hek. Belakangan baru ia tahu bahwa ia menggunakan racun Sip Hiang Joan Kinsan (obat bubuk berbau harum yg membuat lemasnya tubuh manusia) yg dipersembahkan oleh pendeta See hoan. Tio Beng telah menangkap jago2 enam partai besar yg mau pulang dari Kong Beng Teng. Racun itu asin spt garam dan wangi bagaikan sayur yg segar. Dengan mencampurnya didalam makanan, nona Tio berhasil menjaring semua kurban. Biarpun masih bisa bergerak dan berjalan seperti biasa orang2 yg kena racun itu lemas badannya dan habis semua tenaga lweekangnya. Hanya waktu meracuni Hwa pay, kaki tangan Tio Beng kurang berhati2 dan rahasia bocor. Satu pertempuran lantas saja terjadi. Tapi Hwa san pay tak tahan melawan jago2 seperti Hian Beng Jie Lo, Sin cian Pat Hiong, Atoa, A jie, A sam dan yg lain2 sehingga sesudah beberapa belas orang binasa mereka semua kena dibekuk jg. Penangkapan atas diri para pendeta dikuil Siauw Lim sie jg dilakukan dengan tipu daya itu. Tapi kuil Siauw Lim sie biasanya dijaga keras, sehingga tidak gampang orang bisa turun tangan. Menaruh racun dikuil tersebut berbeda jauh dengan menaruh racun di rumah2 pengindapan untuk menangkap orang2 yg sedang bepergian. "Aku tahu bahwa tugas menaruh racun dalam kuil itu sebenarnya jatuh kedalam tangan Seng Koen,"
Kata Hoan Yauw.
"Dengan kedudukannya sebgai murid Kong Kian Tay soe, dengan mudah ia akan bisa menjalankan peranannya. Tapi ia keburu mati dalam pertempuran di Kong Beng Teng. Aku merasa sangat heran. Siapa yg meracuni pendeta2 Siauw Lim Sie? Waktu itu aku baru saja kembali dari luar lautan dan menyusul rombongan yg mau membekuk pendeta2 Siauw Lim Sie. Aku kepingin sekali menyelidiki, tapi sebab sudah berlagak gagu, tentu saja aku tidak bisa menanyakan mereka. Apapula Siauw Lim pay sering menghina agama kita and untuk berterus terang, aku merasa senang sekali, jika pendeta2 itu merasai sedikit penderitaan. Kauwcoe, mungkin kau tak setuju dengan pendetaku itu. Ha ha!"
"Saudara, bukankah penggeseran patung Tat mo dilakukan oleh kau?"
Tanya Yo Siauw. Hoan Yauw tertawa.
"Ya,"
Jawabnya.
"Ditulisnya huruf2 itu adalah atas perintah Koencoen (putri seorang pangeran) untuk menumplek semua kedosaan atas pundak agama kita. Belakangan, sesudah mereka semua berlalu, diam2 aku kembali dan memutar patung itu. Matanya kawan2 ternyata tajam sekali dan bisa melihat kejadian itu. Saudara Yo, apakah waktu itu kau mempunyai dugaan, bahwa pekerjaan tersebut dilakukan olehku?"
"Aku hanya tahu, bahwa pihak musuh terdapat seorang berkepandaian tinggi yg diam2 dilindungi agama kita,"
Jawabnya.
"Aku tidak perna mimpi, bahwa pelindung kita saudara sendiri!"
Keempat pemimpin Beng Kauw itu tertawa terbahak2.
Kepada Hoan Yauw, Yo Siauw segera memberitahukan bahwa Beng Kauw sudah mengakhiri permusuhan dengan partai2 persilatan dan dengan bekerja sama, akan berusaha merobohkan kerajaan Goan.
Maka itu, Yo Siauw Beng Kauw merasa berkewajiban untuk menolong tokoh2 dari keenam partai itu.
"Musuh berjumlah besar, kita kecil,"
Kata Hoan Yauw.
"Dengan hanya mengandalkan tenaga empat orang, kita takkan berhasil.
Jalan satu2nya kita harus berusaha untuk mendapatkan obat pemunah Sip hiang Joan kin san dan memberikannya kepada hweshio, niekow dan hidung kerbau bau itu.
Sesudah tenaga dalamnya pulih kembali, beramai2 kita bisa menghandatam Tat coe dan kabur dari kota raja ini." Selama belasan tahun, Hoan Yauw tak pernah berbicara, sehingga sekarang lidahnya agak kaku dan suara yg dikeluarkannya tak begitu tegas.
Disamping itu, berhubung adanya permusuhan antara Beng Kauw dan partai2 Rimba Persilatan, dalam mengeluarkan kata2 ia tak sungkan lagi.
Mendengar suara yg pelat (pelo) dan perkataan "bau", Yo Siauw merasa geli tercampur kuatir.
Ia memberi isyarat dengan lirikan mata, tapi Hoan Yauw tidak meladeni.
Tapi Boe Kie sendiri tidak menjadi kecil hati.
"Pendapat Hoan Yoe soe memang benar,"
Katanya.
"Tapi cara bagaimana kita bisa mendapatkan obat pemunah itu?"
"Sebab aku berlagak gagu, maka biarpun koencoe menghormati aku, ia belum pernah mengajak aku dalam merundingkan soal2 penting,"
Jawabnya.
"Selain begitu, aku datang dari lain negeri dan dapatlah dimengerti, jika ia menganggap diriku sebagai orang kepercayaan. Maka itu, sampai sekarang aku belum tahu bagaimana macamnya obat pemudah Sip hiang Joan kin san. Aku hanya mengetahui, bahwa karena obat itu obat yg sangat penting, koencoe sudah berlaku sangat hati2. Kalau tak salah, racun dan obat dipegang oleh Hoan beng Jie lo yang satu memegang racun, yg lain memegang obat. Bukan saja begitu, pada waktu2 tertentu, bahkan diadakan tukar menukar dalam pemegangannya. Misalnya, kalau bulan ini Lok Thung Kek menguasai racun, lalu bulan ia menguasai obat pemunah."
Yo Siauw menghela napas.
"Wanita itu sungguh pintar,"
Katanya.
"Tanggung2 lelaki tak akan bisa menandingi dia. Apa dia tidak percaya habis kepada Hian beng Jie lo?"
"Pertama memang begitu dan kedua untuk menjaga secara lebih hati2,"
Kata Hoan Yauw.
"Kita sekarang ingin mencuri obat pemunah. Dengan tindakan Koencoe itu kita tak tahu siapa memegangnya. Lok Thung Kek atau Ho Pit Ong. Disamping itu, kudengar antara racun dan obat tidak perbedaan bau dan warna, sehingga, andaikata kita berhasil mencurinya, kita masih belum bisa memutuskan, apa kita mendapatkan obat atau racun. Sip hiang joan kin san mengandung serupa bahaya yg tidak diketahui oleh banyak orang. Kalau orang kena racun itu pertama kali, otot2 dan tulang2nya tak bertenaga lagi, tenaga dalam lagi, tenaga dalamnya hilang semua. Tapi kalau dia kena untuk kedua kalinya biar bagaimana sedikitpun maka aliran darahnya akan berbalik dan dia akan mati tanpa bisa ditolong lagi."
Wie It Siauw meleletkan lidahnya.
"Kalau begitu, kita tidak boleh salah,"
Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Katanya. "Memang begitu,"
Kata Hoan Yauw.
"Tapi aku mempunyai satu jalan yg baik. Tanpa memperdulikan obat dan racun, kita curi saja apa yg disimpan oleh Hian Beng Sie Lo. Sesudah itu kita memberikannya kepada seorang Hwa san pay atau Khing tong pay yg kedudukan nya tidak begitu penting. Bubuk yg membinasakan sudah pasti adalah bubuk racun. Dengan begitu kita lantas tahum yg mana racun yg mana obat. Kauwcoe, bagaimana pendapatmu?"
Boe Kie mengerti bahwa Hoan Yauw masih memiliki sifat2 sesat. Tapi ia hanya tertawa dan berkata.
"Aku tidak begitu setuju. Terdapat kemungkinan bahwa yg dicuri kita racun semuanya."
Yo Siauw menepuk lututnya.
"Kauw coe kau benar, sesudah kita mengacau mungkin sekali karena berkuatir kauwcoe menyimpan sendiri obat pemunah. Menurut pemikiraku yg paling penting kita harus menyelidiki siapa yg memegang obat itu. Sesudah tahu pasti barulah kita mengatur daya upaya untuk mencurinya. Sesudah mengasah otak beberapa saat, ia berkata pula.
"Saudara Hoan, apakah yg paling disukai Hian beng Jie Lo?" "Lok Thung kek suka paras cantik. Ho Pit Ong suka arak,"
Jawabnya. "Kauwcoe,"
Kata Yo Siauw kepada Boe Kie.
"Apakah ada racun yg menghilangkan manusia seperti Sip hiang joan kin san?"
Boe Kie tersenyum.
"Tidak sukar untuk membuat seseorang menghilangkan tenaga,"
Jawabnya.
"Tapi jika racun itu masuk kedalam perut seorang yg berkepandain tinggi, belum cukup setengah jam, tenaganya sudah habis. Membuat racun yg selihai Sip hiang joan kin san, aku rasanya tak mampu."
"Setengah jam sudah cukup,"
Kata Yo Siauw.
"Aku telah memikirkan suatu daya, tapi apa dapat digunakan atu tidak terserah atas pertimbangan Kauwcoe. Saudara Hoan cobalah kau mengundang Ho Pit Ong untuk meminum arak dan didalam arak kau menaruh racun yg dibuat oleh Kauwcoe. Kau mendahului bikin ribut berlagak gusar dan mengatakan, bahwa kau sudah diracuni oleh Ho Pit ong dengan Sip Hiang Joan kin san. Menurut dugaanku dengan siasat itu, kita bisa segera mengetahui siapa yg menyimpan obat pemunah. Dengan mengimbangi keadaan, kita bisa lantas merampasnya."
Boe Kie manggut2kan kepalanya.
"Apa daya itu bisa berhasil tergantung atas sifat dan watak Ho Pit ong,"
Katanya.
"Hoan yoe soe, bagaimana pendapatmu?"
"Kurasa tipu Yo Taoko boleh dijalankan,"
Jawabnya.
"Ho Pit Ong berangsan dan kejam, tapi ia tidak selihai Lok thun kek yg jahat dan banyak akalnya.
Asal saja obat pemuda itu berada pada Ho Pit Ong, biarpun tidak berkepandaian tinggi, mungkin aku masih melayaninya.
Tapi bagaimana kalau obat itu disimpan oleh Lok Thang Kek?"
Tanya Yo Siauw. Alis Hoan Yauw berkerut.
"Ya, itulah sukar,"
Sahutnya. Sehabisa berkata begitu bangun berdiri dan berjalan mundar mandir sambil menundukkan kepala. Berselang beberapa lama, tiba2 ia menepuk kedua tangannya.
"Hanya ada satu jalan,"
Katanya "Lok Thung kok sangat pintar.
Kalau kita menggunakan tipu, sangat mungkin ia tidak kena ditipu.
Jalan satu2nya kita mencengkram kelemahannya dan kemudian menggertak dia.
Tindakan ini memang berbahaya.
Tapi menurut pikiranku, selain ini tak ada jalan lain lagi."
"Apa maksud saudara Hoan?"
Tanya Yo Siauw.
"Cara bagaimana kita bisa mencengkram kelemahan tua bangka itu?"
"Pada musim semi tahun ini, Jie Lam ong telah mengambil seorang selir (gundik),"
Menerangkan Hoan Yauw.
"Untuk merayakannya, ia mengundang kami, beberapa orang, dalam semua perjamuan ditaman bunga. Jie Lam ong mengagulkan selir itu sebagai seorang wanita yg sangat cantik dan untuk membuktikannya ia memerintahkan gundik baru itu menemui kami dan menuang arak. Kulihat mata bangsat Lok Thung kek mengawasi nyonya muda itu tak henti2nya."
"Habis bagaimana?"
Tanya Wie It Siauw. "Tak apa2,"
Jawabnya.
"Andai kata situa bangka mempunyai nyali sebesar langit, dia tentu tidak berani main gila kepada selir Jie Lam ong."
"Tapi ada hubungan apakah antara mata bangsat si tua bangka dan kelemahannya yg mau di cengkram olehmu?"
Tanya pula Wie It Siauw. "Dengan sedikit usaha kita dapat berbuat begitu,"
Sahutnya sambil tersenyum.
"Dalam hal ini kita memerlukan bantuan Wie heng. Dengan menggunakan ilmu mengentengkan badan yg tiada bandingannya kau culik selir itu dan menaruhnya di ranjang si tua bangka. Andaikata dia dapat mempertahankan diri dan tidak berani mengganggu nyonya itu, dia tetap tidak akan bisa membersihkan diri, sebab wanita itu terbukti berada dalam kamarnya. Aku akan menorobos masuk kekamanya dengan tiba2 memaksa dia mengeluarkan obat pemunah. Kurasa dia pasti akan menurut. Yo Siauw dan Wie It menepuk nepuk tangan. Mereka sangat menyetujui tipu kawan itu. Boe Kie sendiri mendongkol tercampur geli. Ia ingat bahwa atas maunya nasib, ia sekarang menjadi pemimpin serombongan manusia yg cara2nya sering menyeleweng dari kepantasan dan tiada bedanya dengan sepak terjang kawanan Tio Beng. Tapi ia ingat juga bahwa tipu2 kelompok Tio Beng bertujuan busuk, sedang siasat Hoan Yauw pada hakekatnya bermaksud baik, yaitu untuk menolong tokoh2 keenam partai persilatan. Memang jg demikian pikirnya untuk melawan racun orang harus menggunakan racun. Memikir begitu, ia lantas saja tertawa dan berkata.
"Hanya saja tipu Hoan Yoe soe harus menyeret juga nama baiknya selir Jie Lam ong."
Hoan Yauw tertawa.
"Aku akan mendobrak pintu kamar si tua bangka terlebih cepat supaya biarpun mau dia tak akan keburu menodai kehormatan nyonya itu,"
Katanya.
Sesudah tercapai persetujuan tipu daya, mereka segera merundingkan tindakan selanjutnya.
Akhirnya ditetapkan, bahwa begitu lekas obat pemunah dapat dirampas, Hoan Yauw akan pergi kemenara untuk memberikannya kepada jago2 keenam partai, sedang Boe Kie dan Yo Siauw menjaga diluar menara.
Sehabis menunaikan tugas eprtama, Hoan Yauw harus membakar Bat Hoat sie dan Boe Kie bersama Wie It Siauw akan membakar rumah2 rakyat disekitar kelenteng tersebut.
Dalam kekacauan, rombongan keenam partai yg sudah pulih tenaga dalamnya, akan segera menerjang keluar.
Yo Siauw mendapat tugas untuk membeli kuda dan kereta yg hrs menunggu diluar pintu See shia.
Semua orang harus menerjang keluar dari pintu See shia dan lari berpencarang dengan menggunakan kuda2 dan kereta2 itu.
Akhirnya mereka harus berkumpul di Ciang peng.
Dalam rencana itu, ada sesuatu yg tidak disetujui Boe Kie, yaitu pembakaran rumah2 rakyat.
"Kauwcoe,"
Kata Yo Siauw dengan suara membujuk.
"Dalam setiap urusan kita tidak bisa mengharap kesempurnaan. Kita ingin menolong jago2 itu, supaya dikemudia hari kita bisa mengusir Tat coe. Tujuan ini demi nusa dan bangsa, demi keselamatan beribu laksa umat manusia dikolong langit. Jika hari ini kita membakar sejumlah rumah rakyat, tindakan itu sudah diambil karena terpaksa."
Sesudah mencapai persetujuan bulat, masing2 lantas mulai bekerja.
Yo Siauw pergi kepasar untuk membeli kuda dan Boe Kie membuat racun yg kemudian diserahkan kepada Hoan Yauw oleh Wie It Siauw.
Dalam membuat racun itu Boe Kie sengaja menaruh tiga macam wewangian, supaya arak yg tercampur racun berbau harum.
Wie It Siauw membeli selembar karung dan begitu lekas siang terganti dengan malam, ia segera menyatroni gedung Jie Lam ong.
Untuk menjaga tawanan, Hian beng Jie lo Hoan Yauw dan lain2 jago menginap di Ban Hoat sie, Tio Beng sendiri berdiam di gedung raja muda dan hanya diwaktu malam, jika mau berlatih ilmu silat, ia datang ke kelenteng itu.
Hoan Yauw kembali kekamarnya dengan rasa bahagia.
Ia ingin cara bagaimana selama duapuluh tahun lebih, Beng Kauw terpecah belah.
Hari ini, atas berkah Tuhan agama tersebut mempunyai harapan untuk menjadi makmur kembali, sehingga pengorbanannya bukan hanya pengorbanan cuma2.
ia berdia sebuah kamar dideretan kamar2 sebelah barat, sedang Hian bang Jie Lo mengindap dikamar dekat menara dipekarangan belakang.
Sebab merasa jari akan kelohaian kedua kakek itu dan kuatir rahasianya bocor, ia jarang bergaul dengan Hian beng jie lo dan mengambil kamar yg jauh dari mereka.
Tapi sekarang ia mendapat tugas untuk mengajak Ho Pit ong minum arak.
Ia sekarang harus mendekati kakek itu.
Sambil memutar otak, ia mengawasi pekarangan belakang.
Matahari sudah mulai menyelam kebarat dan sinarnya yg menyoroti genteng kaca menara sudah mulai guram.
Sesudah mengasah otak beberapa lama, ia belum jg mendapat jalan untuk mendekati Ho Pit ong.
Sambil mengegadong tangan perlahan2 ia berjalan kebelakang perkarangan.
Mendadak hidungnya mengendus bau daging yg keluar dari sebuah kamar diseberang kamar Hian beng jie lo.
Itulah kamarnya Soeu sam Hwie dan Lie sie Coei, dua anggota Sin cia pat eiong.
Tiba2 dalam otaknya berkelebat serupa ingatan.
Ia menghampiri kamar itu dan menolak pintu.
Hampir berbareng bau daging menyambar hidung, Lie Sie Coei sedang berjongkok dilantai dan mengipas api di dapur tanah.
Diatas dapur itu terdapat sebuat kuali yg airnya bergolak2 dan mengeluarkan bau yg sangat harum.
Soen sam hwie sendiri sedang menggambil piring mangkok dan tidak bisa salah lagi, mereka tengah bersiap2 untuk makan minum.
Melihat masuknya Koun tauw too, paras kedua orang itu berubah pucat.
Mengapa? Karena yg dimasak mereka adalah daging anjing dan makan daging anjing dalam sebuat kelenteng hweeshio merupakan pelanggaran hebat.
Kalau dipergoki orang lain masih tak apa.
Tapi kouw tauw too bukan saja seorang pendeta tapi jg berkepandaian yang tinggi.
Bagaimana kalau dia tidak mau mengerti? Diluar dugaan mereka, kouw tauw too tidak menjadi gusar.
Ia menghampiri dapur, membuka tutup kuali dan mengendus ngendus dengan hidungnya.
Sekonyong2 ia memasukkan tangan kedalam kuali tanpa memperdulikan panasnya air menjemput sepotong daging dan lalu mengunyahnya secara rakus.
Dalam sekejap daging itu sudah ditelan habis.
Dalam sekejap daging itu sudah ditelan habis.
Soen sam hwie dan lie sie coei girang tak kepalang.
"Kauw tay soe duduklah! Duduklah!"
Kata Soen sam hwie. "Kami merasa sangat girang, bahwa Tay soe pun suka makan daging anjing."
Tapi kouw tauw too tidak mau duduk di kursi.
Sesudah mengambil sepotong daging dan memasukkan kedalam mulut, ia turut berjongkok disamping dapur.
Soen sam hwie buru2 menuangkan semangkok arak yg lalu diangsurkan kepada si Touw too.
Tapi baru menenguk Kouw tauw too segera menyemburkannya dilantai, sedang tangan kirinya mengipas ngipas hidung, seperti juga ia mau mengatakan, bahwa arak itu tidak wangi dan tidak enak rasanya, sesudah itu ia berlalu dengan tindakan lebar, tapi tak lama kemudian ia kembali dengan tangan menentang sebuyung arak.
Tapi melihat si pendeta pergi dengan sikap marah Soe Sam Hwie dan Lie sie cioe sangat berkuatir.
Sekarang mereka sangat girang.
"Bagus!"
Seru Lie cie coe.
"Arak kami memang sangat jelek. Sungguh syukur Tay soe mempunyai arak yg mahal."
Mereka segera mengatur piring mangkok meja dan dengan sikat hormat mengundang Kouw tauw too untuk duduk di kursi pertama.
Dalam kalangan para jago2nya Tio Beng, Kouw tauw too termasuk jago kelas utama.
Dengan melayani secara hormat Soen Sam Hwie dan Lie Sie Coei mengharap supaya dalam gembiranya si pendeta akan turunkan satu dua pukulan istimewa kepada mereka.
Kouw Tauw too membuka tutup buyung dan menuang isinya kedalam tiga mangkok.
Arak itu berwarna kuning keemas2an, seperti madu tawon dan baunya yg menyambar hidung harum dan segar.
"Sungguh bagus arak ini!"
Seru Tie Sie Coei.
Sambil menjalankan peranannya, didalam hati Hoan Yauw bersangsi.
Ia tidak tahu, apa Hian Beng Jie Lo berada dirumah.
Apabila kedua kakek itu sedang berpergian, maka usahanya kali ini akan sia2.
dengan pikiran tak tentram ia menjemput mangkok araknya dan menaruhnya di kuah daging yg sedang bergolak2.
begitu panas, arak itu jadi semakin wangi.
Soen Sam Hwie dan Lie Sie Coei yg sudah keluar iler, ingin segera mencegak arak dingin, tp di cegah oleh Kouw Tauw Too yg dengan gerakan tangan, meminta mereka memanaskan dahulu arak itu, menurut contohnya.
Demikianlah dengan bergantian mereka memanaskan arak dikuah daging.
Hoang Yauw menghitung pasti, bahwa jika Ho Pit Ong berda di Bau Hoat sie ia tentu akan dapat mencium bau arak itu dan akan datang kesitu.
Benar saja, tak lama kemudian pintu kamar diseberang tiba2 terbuka dan hampir berbareng terdengar seruan Ho Pit Ong.
"Aduh! Wangi sungguh arak itu. Huh, huh!"
Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanpa sungkan2 ia menolak pintu dna terus menolak pintu masuk kedalam. Melihat Kouw Tauw too turut serta dalam pesta itu, ia agak terkejut.
"Kouw Taysoe aku tak nyana kaupun menyukai makanan itu,"
Katanya. Soen Sam Hwie dan Lie Sie Coei buru2 berbangkit.
"Ho Kong kong, kebetulan sekali,"
Kata Soen Sam Hwie.
"Mari kita minum, arak ini arak Kouw taysoe. Tak gampang orang bisa minum arak seenak itu."
Ho Pit Ong segera berduduk dihadapan Kouw Tauw too dan mereka berdua segera makan minum sepuas hati, sedang kedua tuan rumah menjadi semacam pelayan. Tak lama kemudian mereka sudah mulai sinting. "Sekarang tiba waktunya untuk aku tutun tangan,"
Pikir Hoan Yauw.
Memikir begitu ia segera mengisi mangkoknya sendiri sampai arak meluber.
Sesudah itu ia mengembalikan buyung keatas meja, tapi cara menaruhnya berbeda dari tadi.
Kali ini buyung arak ditaruh miring.
Miringnya buyung berart Hoan Yauw sudah turun tangan.
Dalam menjalankan tipunya, Hoan Yauw bertindak secara cermat dan hati2.
ia menggiling ramuan racun yg dibuat Boe Kie menjadi bubuk.
Kemudia ia membuat sebuah lubang ditutup buyung yg terbuat dari kayu dan memasukkan bubuk racun kedalam lubang itu.
Tutup buyung lalu dibungkus dengan kekainan, sehingga dengan demikian selama buyung ditaruh beridir, arak yg didalamnya tetap merupakan arak biasa.
Tapi sebegitu lekas buyung di taruh miring, sebagian arak akan segera membasahi kain penyaring dan racunnya lantas tercampur ke dalam arak.
Dasar buyung itu berbentuk bulat sehingga baik ditaruh berdiri, maupun ditaruh miring tidak begitu menarik perhati.
Apa pula setelah minum begitu banyak, ketiga orang itu sudah sinting dan mereka lebih2 tidak bisa melihat perubahan itu.
Melihat mangkuk Ho Pit Ong sudah kosong, Hoan Yauw segera mencabut tutup buyung dan mengerahkannya kepada sih kakek.
Ho Pit Ong menyambuti dan lalu mengisi mangkoknya.
Sesudah itu, ia menambahkan arak dimangkok Soen Sam Hwi dan Lie Sie Coei yg sudah separuh kosong.
Ia tidak bisa menambah di mangkok Hoan Yauw yg masih penuh.
"Mari!"
Mengajak Ho Pit Ong. Dengan serentak mereka mengangkat mengkok masing2 dan mengeringkan isinya. Kecuali Hoan Yauw, ketiga orang itu sudah minum arak beracun. Soen sam Hwie dan Lie Sie Coei yg lweekangnya tidak begitu kuat, lantas saja merasa lemas.
"Sie tee perutku tak enak,"
Bisik Soen Sam Hwie. "Aku.,.. akupun begitu,"
Kata Lie Sie Cui.
"Apa kena racun?"
Sesaat itu Ho Pit Ong sudah mulai merasa tidak enak.
Buru2 ia mengerahkan tenaga dalam, tapi hawanya tidak mau naik keatas.
Parasa mukanya lantas saja berubah pucat.
Tiba-tiba Hoan Yauw bangkit dan mencengkram dada Ho Pit Ong sambil mengeluarkan suara "ah ah uh uh".
Matanya mendelik dan ia kelihatannya sangat gusar.
"Kouw Tay-soe, mengapa kau?"
Tanya Soen Sam Hwie. Hoan Yauw mencelup arak dengan jari tangannya dan menulis huruf "Sip hiang Joan kin san"
Di atas meja. Soen Sam Hwie dan Lie Sie Coei tahu bahwa racun dan obat pemunah Sip hiang Joan kin san dikuasai Hian beng Jie lo. Mereka saling melirik dan sambil membungkuk, Soen Sam Hwie berkata.
"Ho Kong kong, kami berdua sedikit pun belum pernah berdosa terhadap Kong kong. Kami mohon Kong kong suka menaruh belas kasihan."
Mereka berkata begitu sebab menduga si kakek memang mau mencelakai Kouw Tauw-too dan secara kebetulan mereka turut minum arak beracun.
Bukan main herannya Ho Pit Ong.
Bulan ini Sip hiang Joan kin san memang dipegang olehnya sendiri, disembunyikan dalam salah sebuah pit yang berbentuk patuk burung ho.
Kedua senjata itu belum pernah berpisah dari badannya sehingga tak mungkin orang bisa mencuri racun tanpa diketahui olehnya.
Tapi waktu mengerahkan hawa, ia tidak bisa mengeluarkan tenaga seperti juga kena Sip hiang Joan kin san.
Racun yang dibuat Boe Kie biarpun sangat keras sebenarnya berbeda jauh dari Sip hiang Joan kin san dan perasaan tidak enak yang dirasakan oleh korban juga berbeda.
Ho Pit Ong hanya tahu bahwa racun Sip hiang memusnahkan tenaga dalam.
Karena belum pernah mencobanya, ia tentu saja tidak tahu perbedaan antara racun Sip hiang dan racun buatan Boe Kie.
Melihat kegusaran Kouw Touw too dan mendengar ratapan Soen Sam Hwie serta Lie Sie Coei, ia tidak ragu lagi bahwa mereka semua dan ia sendiri sudah kena racun Sip hiang.
"Kouw Tay-soe, kau bersabarlah,"
Katanya.
"Kita adalah sahabat. Mana bisa jadi aku ingin mencelakai kalian? Akupun kena racun itu. Badanku lemas dan tidak bertenaga. Tapi siapa yang sudah main gila? Aku sunguh merasa heran."
Kouw Tauw-too mencelup lagi arak dengan jari tangannya dan menulis "lekas keluarkan obat pemunah di atas meja."
Ho Pit Ong mengangguk.
"Benar,"
Katanya.
"Lebih dahulu kita makan obat. Sesudah itu kita cari penjahatnya. Tapi obat disimpan oleh Lok heng. Kouw Tay-soe, mari kita pergi kepadanya."
Hoan Yauw merasa sangat girang.
Ia tidak mengira tipuan Yo Siauw berjalan begitu lancar.
Dengan tangan kiri ia sengaja memegang pergelangan tangan kanan Ho Pit Ong dan ia berjalan dengan langkah limbung.
Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di gedung itu.
Kamar samping yang di sebelah selatan adalah kamar Ho Pit Ong, sedang kamar di sebelah utara kamarnya Lok Thung Kek.
Pintu kamar itu tertutup rapat.
"Lok heng!"
Teriak Ho Pit Ong.
"Lok heng!"
Dari dalam kamar terdengar sahutan Lok Thung Kek. Ho Pit Ong mendorong pintu tapi pintu terkunci.
"Lok heng!"
Panggilnya.
"Lekas buka pintu! Ada urusan penting."
"Urusan apa?"
Tanya Lok Thung Kek.
"Aku sedang berlatih ilmu silat. Jangan mengganggu."
Ho Pit Ong dan Lok Thung Kek adalah saudara seperguruan.
Kepandaian pun kira-kira berimbang.
Tapi karena Lok Thung Kek seorang kakek yang lebih tua dan juga karena dia lebih berakal budi, maka Ho Pit Ong selalu menghormatinya.
Mendengar jawaban sang kakek yang kurang enak ia tidak berani memanggil lagi.
Hoan Yauw bingung.
Dalam tipuan ini, sang waktu memainkan peranan penting.
Kalau harus menunggu sampai tenaga racun berkurang, rahasianya akan bocor.
Maka itu tanpa memperdulikan segala cara ia segera mendobrak daun pintu dengan pundaknya dan pintu lantas saja terbentang.
Hamper berbarengan terdengar jeritan seorang wanita.
Mendengar suara terpentalnya pintu, Lok Thung Kek yang sedang berdiir di depan ranjang segera menengok.
Paras mukanya lantas saja berubah pucat, kaget bercampur malu.
Di tengah ranjang tergeletak seorang wanita yang tubuhnya terbungkus dengan selembar kasur tipis dan kasur itu dibebat dengan seutas tambang.
Apa yang bisa dilihat adalah rambutnya terurai.
Wanita itu mengawasi Ho Pit Ong dan Hoan Yauw dengan mata membelalak dan paras mukanya menunjukkan ketakutan besar.
Hoan Yauw lantas saja mengenali bahwa dia itu tidak lain adalah Han kie (selir seorang raja muda she Han).
"Hok Ong benar-benar hebat,"
Katanya di dalam hati.
"Seorang diri ia masuk ke dalam Ong hoe (gedung raja muda) dan dengan begitu cepat ia sudah berhasil menculik Han-kie."
Wie It Siauw berhasil sebab meskipun di dalam Ong hoe terdapat banyak sekali pengawal, yang diperhatikan dan dilindungi hanyalah Jie lam ong, Sie coe (putra seorang pangeran) dan Koen coe.
Raja muda itu mempunyai banyak selir dan seorangpun tak pernah menduga bahwa seorang selir bakal diculik.
Selain itu gerak gerik Wie Hok Ong juga cepat luar biasa dan tanpa penjagaan istimewa, dengan mudah ia sudah bisa menculik Han-kie.
Tapi menaruh wanita cantik itu di ranjang Lok Thung Kek lebih sukar daripada menculiknya.
Sesudah menunggu beberapa lama barulah di kakek kelihatan keluar dari kamarnya dan dengan menggunakan kesempatan itu, ia melompat masuk dan meletakkan tubuh Han kie di pembaringan.
Waktu kembali ke kamarnya melihat sosok tubuh wanita, Lok Thung kaget tak kepalang.
Bagaikan kilat ia melompat ke atas genteng tapi Wie It Siauw sudah pergi jauh.
Penyelidikannya di sekitar rumah itu tidak memberi hasil.
Buru-buru ia balik ke kamar dan ia jadi lebih kaget lagi.
Hari itu dalam perjamuan di taman bunga, melihat kecantikan Han-kie, semangat Lok Thung terbang.
Ia pulang dengan perasaan duka dan menyesal.
Ia merasa menyesal mengapa tidak lebih dulu ia bertemu dengan si cantik.
Tapi sesudah Han-kie menjadi selir Jie lam ong, biar bagaimanapun juga ia tidak berani mengganggu.
Belakangan ia mendapat seseorang baru yang cukup cantik sehingga perlahan-lahan ia dapat melupakan Han-kie.
Mimpipun ia tak pernah bahwa Han-kie bisa mendadak berada di pembaringannya.
Ia kaget bercampur heran.
Sesudah berpikir sejenak ia menduga bahwa perbuatan itu dilakukan oleh murid kenalannya yang bernama Yoe liong soe.
Murid itu rupanya sudah bisa menebak isi hatinya dan diam-diam sudah menculik si cantik sambil menyeringai ia mengawasi Han kie dan mengajukan beberapa pertanyaan tapi wanita itu tidak bisa menjawab.
Ia sadar bahwa jalan darah Han kie telah ditotok.
Baru saja mengangsurkan tangannya untuk membuka jalan darah tiba-tiba Ho Pit Ong mengetuk pintu dan Kauw Tauw-too mendobraknya.
Itulah kejadian yang tidak terduga.
Ia tidak bisa menyangkal lagi.
Tiba-tiba dalam otaknya berkelabat sebuah ingatan.
Ia menduga bahwa kedatangan Kauw Tauw-too adalah atas perintah Jie lam ong yang sudah tahu penculikan itu untuk menangkapnya.
Dalam keadaan begitu, jalan satu-satunya adalah kabur.
Bagaikan kilat tangan kanannya mengulurkan tongkat tanduk menjangan, tangan kirinya mendukung Han kie dan ia segera bergerak untuk melompat keluar dari jendela.
Ho Pit Ong terkejut.
"Lok Soeko!"
Teriaknya.
"Lekas keluarkan obat pemunah!"
"Apa?"
Tegas sang kakak. "Entah bagaimana Siauw tee dan Kouw Tay-soe kena racun Sip hiang Joan kin san,"
Jawabnya. "Apa katamu?"
Ia tegaskan lagi. Ho Pit Ong mengulangi keterangannya. "Bukankah Sip hiang Joan kin san dipegang olehmu?"
Tanya Lok Thung Kek dengan suara heran. "Siauw tee pun merasa sangat heran,"
Sahutnya.
Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kami empat orang, tadi makan dan minum. Secara mendadak, kami semua kena racun. Lok Soeko keluarkanlah obat pemunah. Sesudah makan obat itu, kita boleh bicara lagi."
Hati Lok Thung Kek jadi lega.
Ia segera menaruh Han kie di pembaringan dan menyuruhnya menghadap ke tembok.
Ho Pit Ong yang tahu kesukaan kakaknya, tidak merasa heran melihat adanya seorang wanita dalam kamar sang kakak.
Dalam kebingungannya ia tidak memperhatikan siapa adanya wanita itu.
Tapi biar bagaimanapun dalam keadaan biasa, tak tentu ia bisa segera mengenali.
Hari itu, dalam perjamuan di taman bunga, yang diperhatikannya bukan si cantik, tapi makanan dan arak yang istimewa.
Sesudah menaruh Han kie, Lok Thung Kek berkata.
"Kouw Tay-soe, tunggulah di kamar saudara Ho, aku akan datang membawa obat."
Seraya berkata begitu, ia mendorong tubuh kedua orang itu.
Badan Ho Pit Ong bergoyang-goyang hampir ia jatuh.
Hoan Yauw pun berlagak sempoyongan.
Tapi ada sesuatu yang tidak pernah diperhitungkan oleh pemimpin Beng-kauw itu.
Ia memiliki Lweekang yang sangat tinggi dan waktu didorong secara wajar, di luar keinginannya, dari dalam tubuhnya lantas keluar semacam tenaga untuk melawan dorongan itu.
Sebagai seorang ahli silat kelas satu, Lok Thung Kek lantas saja merasakan perbedaan antara dua dorongannya.
Karena kuatir salah, ia mendorong lagi, kali ini dengan menggunakan tenaga.
Ho Pit Ong dan Kouw Tauw-too jatuh dengan berbarengan.
Tapi Lok Thung Kek lantas mendapat kepastian bahwa adik seperguruannya benar- benar jatuh sebab tenaga dalamnya "kosong"
Sedang Kouw Tauw-too hanya berlagak jatuh. "Kouw Tay-soe, maaf,"
Katanya sambil mengangsurkan tangannya mau membangunkan Hoan Yauw.
Begitu tangan menyentuh tangan, ia segera memijit Hwee-cong hiat dan Thong-tie hiat di pergelangan tangan Kauw Tauw too.
Tapi Hoan Yauw cukup hebat.
Ia segera tahu bahwa rahasianya sudah diketahui.
Dengan cepat ia menotok Hoen-boen hiat di punggung Ho Pit Ong supaya dalam tiga jam ia tak dapat bergerak.
Setelah Ho Pit Ong tak berdaya, ia tidak usah kuatir lagi sebab paling banyak ia harus melayani Lok Thung Kek seorang diri.
"Huh-huh!"
Ia tertawa dingin.
"Lok Thung Kek, kau mau hidup atau mati. Sungguh besar nyalimu! Selir Ong-ya kau berani culik."
Hian beng Jie lo tertegun.
Selama belasan tahun mereka menganggap Kouw Touw too seorang gagu.
Lok Thung Kek sudah lama mencurigainya tapi ia belum pernah berpikir bahwa Hoan Yauw bukan seorang gagu.
Ia mengerti bahwa ia sekarang berada dalam keadaan sangat berbahaya.
"Baru sekarang kutahu bahwa Kouw Tay-soe bukan seorang gagu,"
Katanya.
"Perlu apa kau memperdayai orang selama belasan tahun?"
"Aku berlagak gagu atas perintah Ong-ya,"
Jawabnya. "Sebab tahu hatimu bercabang, ia memerintahkan aku untuk mengamat-amati gerak gerikmu."
Keterangan itu sebenarnya agak mustahil tapi Lok Thung Kek yang telah kebingungan tak bisa lagi menggunakan otaknya yang cerdas. Ia terkesiap dan badannya lemas.
"Apakah Ong-ya memerintahkan kau untuk menangkapku?"
Tanyanya.
"Huh huh! Biarpun kau berkepandaian tinggi, belum tentu kau bisa menangkap Lok Thung Kek."
Seraya berkata begitu, ia mengambil tongkatnya, siap sedia untuk bertempur. Hoan Yauw tertawa.
"Lok Sianseng,"
Katanya dengan suara mengejek.
"Andaikata ilmu silat Kouw Tauw-too tidak bisa menandingi kau, itu tak seberapa. Kalau kau mau merobohkan aku, paling sedikit kau harus berkelahi dalam seratus atau dua ratus jurus. Memang tidak terlalu sukar untuk kau kalahkan aku. Tapi jangan harap kau bisa membawa lari Han kie dan menolong soeteemu."
Lok Thung Kek mengawasi adik seperguruannya dengan sorot mata berduka.
Sedari muda ia belajar silat bersama- sama dan puluhan tahun ia belum pernah terpisahkan.
Mereka berdua tidak menikah dan di dalam dunia ini, tiada orang yang lebih dicintainya seperti adik seperguruan itu.
Maka itu, biar bagaimanapun juga ia tidak akan bisa melarikan diri seorang diri dengan meninggalkan Ho Pit Ong.
Melihat hati si kakek tergerak, Hoan Yauw segera memanggil Soen Sam Hwie dan Lie Sie Coei.
Sesudah menutup pintu kamar, ia berkata.
"Lok Sianseng, urusan ini belum keluar. Kouw Tauw-too bersedia untuk melindungi kau."
Bagaikan kilat Hoan Yauw lalu menotok Ah hiat (hiat gagu) dan Joan ma hiat (hiat yang membuat badan lemas) Soen Sam Hwie dan Lie Sie Coei. Sesudah itu ia berkata dengan perlahan.
"Kau sendiri tentu tidak akan membocorkan rahasia ini, sedang soeteemu pasti tak akan mau mencelakai kau. Kouw Tauw-too berlagak gagu dan ia akan tetap berlagak gagu. Kedua sahabat itupun tak menjadi rintangan, Kouw Tauw-too akan menotok Sie hiatnya untuk menutup mulutnya,"
Soen Sam Hwie dan Lie Sie Coei kaget tak kepalang.
Ia tak nyana bahwa urusan makan daging anjing akan berbuntut begitu hebat.
Mereka ingin minta dikasihani tapi mereka tidak bisa untuk diajak bicara sama sekali.
Sambil menunjuk pada Han kie Hoan Yauw lalu berkata pula.
"Mengenai wanita cantik itu, loo lap ingin mengusulkan dua jalan. Pertama mencuci tangan bersih-bersih. Kita membawa dia dan kedua sahabat itu ke tempat sepi dan membunuh mereka. Aku akan melaporkan kepada Ong-ya bahwa Han-kie main gila dengan Lie Sie Coei yang tampan dan mereka mencoba melarikan diri. Tapi mereka berpapasan dengan Kouw Tauw-too yang dalam kegusarannya sudah membunuh mereka. Kalau mau, boleh kita mengampuni jiwa Soen Sam Hwie. Jalan kedua kau membawa lari Han-kie dan coba sembunyikan di tempat aman. Apa kau berhasil atau tidak bukan urusanku."
Tanpa merasa Lok Thung Kek berpaling dan mengawasi Han-kie.
Si cantik balas mengawasi dan sorot matanya memohon.
Ia mengerti bahwa Han-kie ingin mengambil jalan kedua.
Melihat kecantikan wanita itu, ia merasa tak tega untuk membunuhnya.
"Terima kasih untuk maksudmu yang baik,"
Katanya. "Tapi apakah yang kau ingin dilakukan olehku?"
Ia tahu bahwa Kouw Tauw-too mampunyai sesuatu untuk diajukan kepadanya. Tanpa mengharap balasan budi, si pendeta pasti tak gampang mau menyudahi urusan ini. "Permintaanku sangat sederhana,"
Jawab Hoan Yauw.
"Ciang poen-jin, Go Bie-pay, Biat Coat Soethay adalah istriku sedang si nona she Cioe adalah anak kami berdua.
Aku ingin minta obat pemunah Sip hiang Joan kin san untuk menolong mereka supaya mereka bisa melarikan diri.
Di hadapan Kauwcoe aku yang bertanggungjawab.
Apabila aku melibatkan kau, biarlah semua anggota Kouw Tauw- too dan Biat Coat Soethay menjadi manusia hina dina yang binasa secara mengerikan dan tidak bisa terlahir lagi ke dunia."
Hoan Yauw sudah memperhitungkan bahwa sebagai orang yang suka bercinta, Lok Thung Kek tentu akan percaya jika ia mengarang cerita yang berdasarkan percintaan.
Ia sangat sekali membenci Biat Coat Soethay sebab sudah mendengar keterangan Yo Siauw bahwa pendeta wanita itu telah membinasakan banyak anggota Beng-kauw.
Itulah sebabnya mengapa ia tidak merasa segan untuk mengarang cerita yang tidak-tidak, yang menodai nama baik Biat Coat.
Mengenai sumpah, ia sama sekali tak menghiraukan sumpah.
Dalam hal ini, orang harus ingat bahwa Hoan Yauw masih memiliki sifat-sifat yang sesat dan ia dapat melakukan perbuatan yang biasanya tak akan diperbuat oleh tokoh-tokoh Rimba Persilatan.
Mendengar keterangan itu, Lok Thung Kek terkejut tapi sesaat kemudian ia tersenyum.
Perbuatan yang diakui Kouw Tauw-too dianggapnya sebagai perbuatan lumrah.
Biarpun berbahaya, ianggap menukar obat pemunah dengan wanita cantik ada harganya juga.
"Kalau begitu, menculik selir Ong-ya dan menaruhnya di dalam kamarku juga perbuatan Kouw Tay-soe bukan?"
Tanyanya. "Kau memberi aku obat, aku membalasnya dengan Han- kie,"
Jawabnya.
"Mulai dari sekarang kita bersahabat untuk selama-lamanya."
Lok Thung Kek girang. Mendadak ia mendapat satu ingatan dan bertanya.
"Tapi cara bagaimana soeteeku bisa kena Sip hiang Joan kin san? Dari mana kau mendapatkan racun itu?"
"Gampang sekali,"
Jawabnya.
"Racun itu disimpan oleh soeteemu dan soeteemu suka minum arak. Sesudah dia mabuk, apa kau kira Kouw Tauw-too masih tidak bisa mencuri racun itu?"
Sekarang Lok Thung Kek tak ragu lagi.
"Baiklah. Kouw Tay-soe,"
Katanya.
"Kami berdua akan mengikat sahabat denganmu. Aku tidak akan menjual kau tapi kuharap kau jangan memasang jebakan lain yang sehebat ini."
Hoan Yauw tertawa. Sambil menunjuk Han-kie ia berkata.
"Lain kali kalau ada wanita secantik dia, kuharap Lok Sianseng suka memasang jaring supaya aku terjaring di dalam jaring bahagia."
Mereka tertawa terbahak-bahak tapi masing-masing mempunyai perhitungan sendiri-sendiri.
Diam-diam Lok Thung Kek memikirkan daya untuk menyembunyikan Han- kie dan sesudah itu ia akan berusaha untuk membinasakan si Tauw-too jahat.
Dilain pihak, Hoan Yauw tahu bahwa biarpun sekarang Lok Thung Kek tunduk tapi begitu dia telah menyembunyikan Han-kie di tempat yang aman, Hian beng Jie lo tentu akan membuat perhitungan dengannya.
Tapi pada waktu itu, rombongan keenam partai sudah tertolong dan ia sendiri sudah menyingkir ke tempat lain.
Sementara itu Lok Thung Kek sedang mengkhayal, ia tidak segera mengeluarkan obat pemunah.
Hoan Yauw tidak mau mendesak terlalu keras sebab bila ia berbuat begitu si kakek tentu akan curiga.
Ia duduk dan berkata.
"Lok heng, mengapa kau tidak segera membuka jalan darah Han-kie? Ayolah! Untuk merayakan keberuntunganmu, kita boleh minum beberapa cawan arak.
Di bawah sinar lampu, ada arak, nona cantik apalagi yang mau dicari oleh seorang manusia yang hidup dalam dunia ini?"
Selagi Hoan Yauw bicara, si kakek mengasah otaknya.
Ban hoat sie tempat yang ramai, kelamaan Han-kie berada dalam kamar akan berbahaya.
Ia segera mengeluarkan tongkatnya dan mencabut salah satu cabang tanduk menjangan.
Ia mengambil cawan dan menuang sedikit bubuk obat ke dalam cawan itu.
"Kouw Tay-soe,"
Katanya, "Tipumu sangat hebat dan aku menyerah kalah. Ambillah obat ini."
Hoan Yauw menggelengkan kepalanya.
"Begitu sedikit?"
Katanya.
"Mana bisa cukup?"
"Obat ini lebih dari cukup,"
Kata Lok Thung Kek. "Jangankan dua orang enam tujuh orang masih bisa ditolong."
"Mengapa kau begitu pelit?"
Kata Hoan Yauw.
"Apa halangannya jika kau beri lebih banyak? Untuk berterus terang, aku kuatir diperdayai olehmu karena kau sangat licin dan cerdik."
Karena penolakan itu, Lok Thung Kek curiga.
"Kouw Tay-soe, apakah mau ditolong olehmu tidak hanya Biat Coat dan putrimu?"
Tanyanya. Baru saja Hoan Yauw mau memberi keterangan, di luar rumah sudah terdengar suara ramai-ramai dan langkah kaki tujuh delapan orang.
"Tapak kakinya terlihat di sini,"
Kata seorang.
"Apakah mungkin Han-kie dibawa ke "Ban hoat sie"?"
Muka Lok Thung Kek berubah pucat.
Ia segera memasukkan cangkir obat ke dalam sakunya.
Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia menduga bahwa Kouw Tauw-too sudah menyiapkan orang dan begitu ia menyerahkan obat itu, si pendeta akan turun tangan.
Hoan Yauw menggoyang-goyangkan tangannya.
Ia lalu mengambil selembar seprai menyelimuti seluruh tubuh Han-kie dan menutup kelambu.
"Lok Sianseng! Apa Lok Sianseng ada?"
Demikian terdengar suara seruan orang. Hoan Yauw menunjuk mulutnya. Dengan isyarat itu ia mau mengatakan bahwa karena ia dikenal sebagai orang gagu, ia tidak bisa memberi jawaban dan biarlah Lok Thung Kek yang menjawab. "Ada apa?"
Bentak si kakek. "Seorang selir Ong-ya diculik orang,"
Jawabnya.
"Tapak kaki penculik diikuti sampai di sini."
Lok Thung Kek menatap muka Hoan Yauw dengan sorot mata gusar. Hoan Yauw tersenyum dan dengan gerakan-gerakan tangan, ia menyilakan Lok Thung Kek mengusir orang-orang itu. "Jangan bikin ribut di sini!"
Bentak Lok Thung Kek. "Cari ke tempat lain!"
Ia seorang berkepandaian tinggi dan berkedudukan tinggi dan sangat disegani.
Orang-orang itu tidak berani bersuara lagi dan lalu berpencar untuk menggeledah berbagai pelosok kelenteng Ban hoat sie.
Lok Thung Kek mengerti bahwa sesudah terjadi kejadian itu, Ban hoat sie akan dijaga keras dan usaha membawa Han-kie keluar kelenteng hampir tidak bisa dilakukan lagi.
Alisnya berkerut dan kedua matanya mengawasi Hoan Yauw dengan sorot benci.
Tiba-tiba, Hoan Yauw teringat sesuatu.
"Lok heng,"
Bisiknya.
"Di Ban hoat sie terdapat sebuah tempat yang aman untuk sementara waktu menyembunyikan kesayanganmu. Satu dua hari kemudian sesudah penjagaan agak kendor, kita bisa berusaha lain."
"Paling aman dalam kamarmu sendiri!"
Kata si kakek dengan gusar. Hoan Yauw tertawa.
"Apa Lok heng rela menyerahkan wanita yang begitu cantik kepadaku?"
Tanyanya dengna nada mengejek. "Di mana tempat itu?"
Bentak si kakek. Hoan Yauw tersenyum dan menuding puncak menara. Sebagai orang yang cerdas, Lok Thung Kek lantas saja bisa melihat tepatnya usul itu. Ia mengacungkan jempol dan memuji.
"Bagus!"
Sebagaimana diketahui, menara itu merupakan penjara untuk rombongan keenam partai.
Secara kebetulan Cong koan (pengurus) penjara adalah Yoe liong coe, murid kepala si kakek.
Orang bisa mencurigai tempat lain tapi orang pasti tak akan mimpi bahwa selir Ong-ya disembunyikan di puncak menara yang terjaga ketat.
"Orang-orang itu sudah pergi ke tempat lain,"
Bisik Hoan Yauw.
"Kita harus segera bertindak tidak boleh menunda lagi."
Ia segera mengikat empat sudut seprai sehingga tubuh han-kie merupakan bungkusan besar. Ia mengangkat bungkusan itu dan mengangsurnya kepada Lok Thung Kek. Hoan Yauw mengerti.
"Mau menolong orang harus menolong sampai akhir,"
Katanya.
"Biarlah! Aku akan menolong kau dan kau menyerahkan obat kepadaku."
Seraya berkata begitu, ia mengangkat bungkusan itu menaruhnya di atas pundak.
"Kau harus menjaga baik- baik,"
Bisiknya.
"Kalau ada yang coba menahan, binasakan saja."
Lok Thung Kek menggutkan kepala dan segera keluar lebih dahulu.
Hoan Yauw turut keluar dan sesudah merapatkan pintu sambil manggul Han-kie, ia berjalan ke arah menara.
Waktu itu kira-kira sudah jam sembilan malam.
Kecuali sejumlah pengawal yang menjaga di luar menara, dalam pekarangan kelenteng tidak terdapat manusia lain.
Melihat Kouw Tauw-too dan Lok Thung Kek, para pengawal segera memberi hormat dengan membungkuk dan membuka jalan.
Sebelum tiba di pintu, Yoe liong coe mendapat berita dari bawahannya, sudah keluar menyambut dan berkata dengan suara girang.
"Soehoe! Mari masuk!"
Lok Thung Kek mengangguk dan bersama Kouw Tauw- too, ia segera menuju ke pintu.
Mendadak pintu menara terbuka dan dari dalam keluar seorang yang tidak lain adalah Tio Beng! Lok Thung Kek terkesiap.
Ia tak pernah menduga secara kebetulan majikannya berada dalam menara.
Sambil menengok ke Yoe liong coe, Tio Beng berkata sambil tertawa.
"Gurumu mempunyai seorang murid yang sangat baik. Karena hanya ingat menyambut guru, kau tidak memperdulikan aku lagi."
Yoe liong coe membungkuk.
"Siauwjin tak tahu kedatangan Koen-coe,"
Katanya.
"Untuk kelalaian itu, mohon Koen-coe sudi memaafkan."
"Penjagaanmu sangat memuaskan,"
Kata si nona. "Kurasa Beng-kauw takkan gampang bisa turun tangan."
Sesudah Boe Kie mengacau, Tio Beng yang tidak tahu bahwa yang datang ke kota raja hanya tiga orang, merasa kuatir Beng-kauw akan menyatroni lagi dengan rombongan besar.
Maka itu, Tio Beng segera datang sendiri ke menara untuk memeriksa penjagaan.
Ia merasa sangat puas karena penjagaan terlalu rapi dan di setiap lantai ditaruh dua orang yang berkepandaian tinggi.
Ia menengok pada Kouw Tauw- too dan tersenyum.
"Kouw Tauw-too,"
Katanya.
"Aku justru sedang mencari kau."
Kouw Tauw-too manggut-manggutkan kepalanya.
"Aku mau minta kau mengantar aku ke satu tempat," kata si nona pula.
Hoan Yauw mengeluh di dalam hati.
Ia sudah berhasil menipu Lok Thung Kek dan obat pemunah sudah berada di depan mata.
Siapa sangka, Tio Beng datang mengacau? Ia mau menolak tapi dalam peranan sebagai orang gagu ia tidak boleh bicara.
"Biarlah si tua bangka yang menolong aku,"
Pikirnya. Ia mengangkat bungkusan dan mengangsurkannya ke Lok Thung Kek. Si kakek terkejut. "Lok Sianseng,"
Kata Tio Beng.
"Apa isi bungkusan itu?"
"Oh,"
Jawabnya tergugu.
"Kasur Kouw Tay-soe."
"Kausr? Perlu apa Kouw Tay-soe membawa kasur kemari?"
Ia tertawa dan berkata pula.
"Kouw Tay-soe menganggap aku terlalu bodoh dan tak sudi menerima aku sebagai muridnya. Sekarang ia sampai harus membawa kasur sendiri."
Hoan Yauw menggeleng-gelengkan kepala dan menggerak-gerakkan tangan kanannya.
"Biar si tua yang mencuri jalan keluar,"
Katanya di dalam hati.
"Huh- huhinilah enaknya jadi seorang gagu."
Tio Beng tidak mengerti gerakan tangan itu dan ia mengawasi Lok Thung Kek. Si kakek cukup hebat, dalam sekejap ia sudah memikirkan jawaban yang bagus. "Sebagaimana Coejin tahu, beberapa siluman telah datang mengacau,"
Si Rase Hitam -- Chin Yung Peristiwa Merah Salju -- Gu Long Kereta Berdarah -- Khu Lung /Tjan Id