Ceritasilat Novel Online

Bentrok Rimba Persilatan 20


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bagian 20



Bentrok Rimba Persilatan Karya dari Khu Lung

   

   Pada saat itu pula serangan teblapak tangan yadng mengancam bealakang tubuhnyab itu telah tiba, Boen Ching ***.

   *** segera bersuit nyaring tenaga khiekang ' Tjiet Kong Kang Khie' dia ditarik kembali, tubuhnya berputar "setengah lingkaran ditengah udara, sedang jurus 'Shia Thien Song Gwat"

   Dari ilmu "Thay Thien Kioe Sih"

   Pun dikerahkan keluar.

   Tubuhnya dengan cepat berkelebat menghindarkan diri dari serangan yang mengancam dari sebelah samping itu, rombongan barisan naga tersebut segera berhasil dilemparkan ke depan yang dengan sangat cepat sekali menerjang tubuh orang yang berada di samping itu.

   Didalam sekejap saja barisan tersebut menjadi kacau balau, sedang Boen Ching meminjam kesempatan ini pula melayangkan tubuhnya menuju ke depan pintu ruangan.

   Sin Tek Thaysu yang tampak hal ini, air mukanya berubah dengan hebatnya, dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau kepandaian yang dimiliki Boen Cning dapat demikian sempurnanya, hanya di dalam sekejap mata saja dia telah berhasil meloloskan diri dari kepungan barisan yang sangat aneh ini.

   Segera timbul suatu siasat di dalam ingatannya, dia ingin menggunakan kesem-patan pada saat tubuh Boen Ching belum mencapai diatas tanah segera melukai tubuh Boen Ching dihawah serangan telapak tangannya, tapi ...

   Apabila satu kali serangannya ini tidak mencapai pada sasarannya, entah bagaimana selanjutnya ? Dia sama sekali tak berpikir lebih mendalam lagi, setelah ragu-ragu sejenak, dia mendongakkan kepalanya memandang, tampak pada saat ini tubuh Boen Ching telah melayang mendekat.

   Pikiran Sin Tek Thaysu dengan cepat berputar, sekalipun dia tak berhasil melukai tubuh Boen Ching, sedikit-dikitnya juga dapat mendesak tubuh Boen Ching masuk kembali ke dalam satu barisan.

   Kehebatan dari barisan ini masih belum ***.

   *** dilancarkan keluar tetapi ternyata hasilnya hanya begitu, sebenarnya di dalam hatinya dia sangat merasa tidak puas.

   Pada saat pikiran tersebut berkelebat di dalam benaknya, dengan gusar dia memben-tak, sepasang telapak tangannya dengan menggunakan sekuat tenaga menyerang tubuh Boen Ching.

   Angin pukulan yang sangat santar segera berkelebat memenuhi seluruh ruangan, Boen Ching menjadi sangat rterkejut, sebentarnya dia hendaqk melayangkan trubuh dihadapan tubuh Sin Tek Thaysu, tetapi sama sekali tak terduga olehnya kalau Sin Tek Thaysu ternyata tak memperdulikan kedudukannya sebagai angkatan tua telah melancarkan serangan membokong dirinya.

   Dia yang telah mengerahkan tenaga berkali-kali, pada saat ini tenaga dalam yang mengalir didalam tubuhnya dimana telah digunakan untuk melayangkan tubuhnya di tengah udara masih belum buyar, apa bila sekali lagi harus mengerahkan tenaga dia sendiri sadar bahwa hal ini tak mungkin dapat terjadi, satu-satunya yang dihadapkan dirinya adalah jangan sampai tubuhnya sekali lagi terdesak masuk kedalam barisan lagi.

   Boen Ching menarik napas panjang- panjang, tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie"

   Nya segera dipancarkan keluar mengelilingi tubuhnya.

   Baru saja tubuhnya melayang turun diatas tanah, serangan telapak dari Sin Tek Thaysu telah tiba, Boen Ching dengan menggunakan seluruh tenaganya menahan, tetapi kekuatan serangan itu memaksa tubuhnya berturut-turut mundur lima langkah kebelakang, barulah berhasil berdiri tegak kembali.

   Dia menghembuskan napas lega, tampak dirinya belum sampai terdesak masuk kembali kedalam barisan.

   Dan segera membungkuk kan tubuhnya memberi hormat dihadapan Sin Tek Thaysu, ujarnya.

   ***.

   *** "Terima kasih cianpwee telah tidak menurunkan tangan berat kepada diriku !"

   Sin Tek Thaysu tampak serangannya tidak mencapai pada sasarannya, dia tak dapat berbuat apa-apa lagi, segera mendepakkan kakinya ke atas tanah dia segera membalik kan tubuhnya lagi kedalam ruangan kuil.

   Boen Ching membalikkan tubuhnya dan merangkap tangannya memberi hormat pada kawanan hweesio itu, tubuhnya dengan cepat berkelebat dan menyerbu masuk ke dalam ruangan kuil itu.

   Baru saja memasuki ruangan kuil itu, tampa.k dihadapannya duduk bersila tiga orang hweesio serta seorang berpakaian biasa, sinar mata Boen Ching dengan sangat tajam berkelebat, Sin Tek Thaysu serta Sin Hoat Thaysu dia telah pernah menemuinya, sisanya seorang hweesio itu pastilah merupa kan pimpinan dari "Mo Pak San Ceng"

   Sin Eng Thaysu adanya. Sedang orang yang memakai pakaian biasa itu tak lain pastilah "le Way It Shia,"

   Cioe Kioe Gwat adanya.

   Boen Ching dengan tenang berdiri didepan pintu kuil itu, dan menyapu sekejap kearah empat orang itu, dengan perlahan dia berjalan ke depan, sambil membungkukkan dirinya memberi hormat ujarnya.

   "Cayhe Boen Ching ! memberi hormat kepada cianpwee berempat."

   Ke empat orang itu sebenarnya sedang memejamkan matanya duduk bersila, pada saat ini tampak Sin Eng Thaysu membuka sedikit matanya, kemudian dipejamkan lagi.

   Boen Ching tersenyum masam, dia memandang sekejap kesekeliling tempat tersebut, tampak ruangan kecil itu terdapat dua buah jalan kecil yang menghubungkan ruangan itu dengan ruangan belakang.

   ***.

   *** Boen Ching tersenyum lagi, sambil memberi hormat ujarnya.

   "Cianpwee berempat apabila tidak mempunyai minat untuk menemui diriku, boanpwee disini mohon bertindak setindak terlebih jaurh".

   Sehabis berkata dia tersenyum dan siap meninggalkan tempat itu.

   "Ie Way It Shia"

   Cioe Kioe Gwat mendadak membuka matanya, dia mendengus dingin ujarnya.

   "Boen Ching ! Apabila kau berani melewati kami berempat, aku segera akan menyuruh kau binasa ditempat ini juga."

   Boen Ching tersenyum, dia mempunyai niat untuk bertaruh dengan "Sam Ceng It Shia"

   Ini, dia tidak percaya kalau dirinya setelah berhasil melintasi keempat orang itu dapat mendapatkan bahaya yang lebih besar.

   Segera dia mengangkat bahunya, dengan langkah yang perlahan dia berjalan maju ke depan.

   Cioe Kioe Gwat dengan perlahan memejam kan kembali matanya, terhadap gerak gerik dari Boen Ching itu sama sekali dia tak menggubrisnya, seakan-akan perkataan yang telah diucapkan terhadap diri Boen Ching itu ia merasa sangat menyesal.

   Boen Ching setelah melewati belakang tubuh kedua orang itu, mendadak di dalam ruangan besar kuil itu terdengar suara yang sangat aneh sekali berkumandang datang.

   Ruangan tengah dari kuil tersebbut dengan cepadt berpisah menjaadi dua bagian bdan berputar dengan cepatnya, Boen Ching yang mengalami hal itu menjadi sangat terkejut sekali tubuhnya dengan cepat melayang naik ketengah udara.

   Tempat duduk dari "Sam Ceng It Shia"

   Itu tampak dengan perlahan bergerak keruangan belakang, keempat orang itu ***.

   *** segera duduk secara terpencar, dua orang memenuhi disebuah lorong kecil di samping ruangan itu, agaknya mereka mempunyai maksud untuk tidak membiarkan Boen Ching masuk ke belakang ruangan dengan melewati lorong itu.

   Sinar mata Boen Ching dengan cepat berkelebat, tampak di samping ruangan kuil itu tak terlihat ikut berputar, tubuhnya dengan kecepatan bagaikan kilat melayang ke samping ruangan tersebut.

   Pada dinding ruangan kuil itu tampak dengan cepat muncul tiga buah gelang yang melayang dengan cepatnya mengitari dinding ruangan itu.

   Boen Ching menarik napas panjang- panjang tubuhnya melayang turun ke tengah ruangan itu, ujung kakinya sedikit menutul tanah, tubuhnya segera melayang dengan cepatnya menubruk ke arah lorong di sebelah kiri.

   Orang yang menjaga dilorong di sebelah kiri itu ternyata adalah Sin Eng Thaysu dua orang.

   Sin Eng Thaysu serta Sin Hoat Thaysu tampak Boen Ching menubruk mendekat ke arahnya, kedua orang itu segera mengayun kan telapak tangannya, tampak berpuluh puluh jarum "Toh Ming Sin Cin"

   Meluncur ke tubuh Boen Ching diikuti tubuhnya dari dua orang itu dengan cepat melayang kedepan, satu dari kanan dan yang lain dari kiri menyerang tubuh Boen Ching.

   Sinar mata Boen Ching berkelebat tak henti-hentinya, tangan kanannya digerakkan, pedang Cing Hong Kiamnya telah dicabut keliuar cari dalam sarungnya.

   Dimana pedang Cing Hong Kiam itu berkelebat, jarum "Toh Ming- Sin Cin"

   Itu segera terpukul runtuh keatas tanah.

   Boen Ching setelah berhasil memukul jatuh jarum-jarum itu, segera dia melancarkan jurus pedangnya menyambut datangnya serangan dari kedua orang hweesio tersebut.

   ***.

   *** Tetapi ketika sinar matanya berkelebat, dia tampak diantara serangan hawa pukulan yang dilancarkan dua orang itu tampbak didalamnya tdernyata berkeleabat pula bebe- rbapa batang jarum Toh Ming Sin Cin itu, tampak hal ini dia menjadi sangat terkejut sekali, segera ia menarik kembali serangan nya.

   Kedua orang yang melancarkan serangan dengan mengikut sertakan jarum Toh Ming Sin Cin itu dengan cepatnya telah menerjang mendekat, Boen Chiap segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan melayang ke udara berguling kesebelah kanan sejauh enam kaki lebih.

   Jarum "Toh Ming Sin Cin"

   Tersebut dengan mengikuti gerakannya dengan kecepatan bagaikan kilat meluncur ke arahnya, Boen Ching segera menggerakkan pedang Cing Hong Kiamnya diobat-abitkan dengan hebat nya memukul jatuh jarum tersebut, sedang sepasang kakinya melancarkan tendangan berantai mengancam tubuh kedua orang hweesio itu.

   Sin Eng Thaysu serta Sin Hoat Thaysu tampak serangannya tidak mencapai pada sasaran, segera dia kembali ketenpat asalnya.

   Karena ruangan kuil yang terus menerus berputar itu, Boen Ching mana berani melayang turun ketepi ruangan, pada saat ini hampir-hampir dia tak mempunyai tempat untuk menginjakkan kakinya, dalam hatinya tak terasa lagi menjadi sangat bingung dan kacau.

   Air muka Sin Hoat Thaysu tampak menampilkan perasaan yang sangat bangga sekali, tak henti-hentinya dia tertawa dingin.

   Boen Ching mengerutkan alisnya, pikirannya menjadi bergerak, dalam hati pikirnya.

   "Apakah dengan kepandaian yang kau miliki sekarang ini tak dapat menahan perputaran dari ruangan kuil ini?" ***.

   *** Jika dilihat dari sikap Sin Hoat Thaysu ini agaknya dirinya harus dan pasti akan menemui ajalnya ditempat ini.

   Dengan situasi dihadapannya saat ini terpaksa dia hanyalah dapat mengumpulkan hawa murninya sekali lagi menerjang keluar, atau dengan menempuh bahaya melayang turun ketengah ruangan dari kuil ini.

   Setelah berpikir beberapa kali, dia segera mengambil keputusan dan dengan menem-puh bahaya melangkah tubuhnya turun ke bawah dan berdiri dengan tenangnya di tengah ruangan kuil tersebut.

   rSam Ceng It Shita menjadi sangaqt terkejut, keermpat orang itu tak ada yang berani mencapai kalau Boen Ching ternyata demikian beraninya melayang turun kedalam ruangan kuil itu.

   Tetapi dalam sekejap saja mereka saling bertukar pandangan, dari matanya meman-carkan sinar yang sangat bangga sekali, dengan perbuatan dari Boen Ching ini, sekaliuan dapat mempertahankan hidupnya untuk sementara waktu, tetapi dia pun akan menemui ajalnya ditempat ini juga.

   Dengan tenaga putaran yang demikian cepatnya dari ruangan kuil itu, sekalipun Boen Ching berhasil melayang turun didalam ruangan tersebut, tapi dia tak mungkin dapat melenyapkan tenaga yang menekan didalam tubuhnya itu, dengan demikian dia pun sangat sukar untuk meloloskan diri dari ruangan kuil ini, coba lihat dia dapat bertahan beberapa lamanya didalam ruangan kuil tersebut.

   Bukan ! Apabila Boen Ching sekali lagi berputar menuju kehadapan keempat orang itu, mereka pastilah dapat menggunakan jarum "Toh Ming Sin Cin"

   Untuk menghadapi Boen Chirg, sampai saat ini mereka akan melihat Boen Ching dengan menggunakan cara apa untuk menghadapi nya.

   Tetapi Boen Ching sendiri mana tidak mengetahui urusan ini, tubuhnya baru saja melayang turun, menanti setelah ***.

   *** ruangan kuil itu berputar seperempat dari putaran, segera dia bersuit nyaring dan melompat keatas.

   Tubuhnya bagaikan anak panah yang terlepas dari busur dengan sangat cepat sekali menerjang naik ke atas membobol atas dari ruangan kuil itu.

   Dibawah lindungan tenaga khiekang "Ciet Kong Kang Khie", atas ruangan kuil itu dengan mengeluarkan suara yang sangat keras telah terbobol sebuah lubang besar, sedang tubuhnya masih melanjutkan meluncur kearah depan.

   Boen Ching yang telah terdesak sedemikian rupa itu, segera dia mencabut keluar pedang Cing Hong Kiamnya, dan melancarkan jurus "Shia Thien Song Gwat", setelah menenang kan tubuhnya, dia melayang turun diatas atap ruangan kuil.

   "Sam Ceng It Shia"

   Yang tampak hal ini dalam hati merasa terkejut sekali, merekapun dengan cepat menguntit dibelakangnya mengejar keluar.

   Boen Ching sekali melirik tampak pedang Cing Hong Kiamnya terpaku diatas sebuah pohon besar dengan kencangnya, sedang pada saat itu empat orang musuh tangguh telah mengepung dirinya, mana dia berani pergi mencabut kembali pedang panjangnya.

   Sin Eng Thaysu tertawa dingin, ujarnya.

   "Boen Ching ! Selama sepuluh tahun ini boleh dihitung kaulah yang pertama-tama berhasil meloloskan diri dari dalam ruangan kuil ini, kau sungguh sangat untung."

   Boan Ching mundur satu langkah ke belakang dan tersenyum, segera dia menengok kebelakang ruangan kuil itu.

   Ditengah antara dua lorong kecil itu tampak sebuah kebun yang besar dan luas, kebun bunga yang demikian besarnya itu, hampir-hampir dia tak pernah menemuinya, dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau dengan tenaga manusia ***.

   *** dapat membuat sebuah kebun bunga yang demikian besar serta luasnya ini.

   "Ie Way It Shia."

   Cioe Kioe Gwat tertawa terbahak-bahak, segera dia mendesak maju kedepan sambil melancarkan serangannya mengancam dada Boen Ching.

   Boen Ching yang telah berhasil keluar dari dalam ruangan kuil itu, mana dia masih takut pula terhadap empat orang itu, hanyalah dia mempunyai niat untuk bertanya kepada empat orang itu sebenarnva bagai mana kah berita daripada jejak suhunya Ie Bok Tocu.

   Tubuhnya dengan cepat melayang mundur ke belakang, sambil membungkukkan diri memberi hormat, ujarnya.

   "Boen Ching kini berhasil lolos dari ruangan kuil itu, harap Cianpwee sekalian mau memberi tahu berita mengenai jejak suhuku le Bok Tocu !"

   Cioe Kioe Gwat tertawa dingin, sahutnya.

   "Tetapi kita belum mencoba kekuatannya masing-masing ?' Boen Ching menyapu sekejap kearah empat orang itu, sambil tertawa, ujarnya.

   "Dengan nama serta kedudukan dari cian pwee berempat, bagaimana mau mengurusi seorang angkatan muda seperti boanpwee ini, berita mengenai suhu ku apa bila tak diberitahukan kepada diri boanpwee sekalipun dari cianpwae sekalipun cianpee sekalian mendapatkan kemenangan juga bukanlah kemenangan yang gemilang, kare-na dalam hatiku sedang risau dan bingung didalam melawan cianpwee sekalian."

   Cioe Kioe Gwat dengan dingin tertawa besar sahutnya.

   "Tak kusangka kau ternyata menggunakan siasat untuk memancing kami !"

   Boen Ching pun tertawa, ujarnya.

   ***.

   *** "Sekalipun boanpwee mempunyai maksud untuk memancing diri ciaipwee sekalian, tetapi didalam pikiran cianpwep sekalian, apakah boleh dikata segala perkataan yang diucapkan oleh boanpvee ini adalah ucapan yang palsu ?"

   Cioe Kioe Gwat dengan dingin mendengus, dengan ucapan Boen Ching sekarang ini, hal ini membuktikan kalau dia mengatakan bahwa segala ucapannya itu adalah siasat yang dipasang olehnya, sedang kau mau memberi tahu atau tidak ?"

   Dia mengerutkan alisnya, ujarnya.

   "Memberitahukan kepadamu, buat dirimu pun tak ada gunanya, suhumu terkurung didalam kebun yang besar tersebut, hanyalah kau tidak mudah untuk memasukinya."

   Sepasang mata Boen Ching menyapu sekejap kedalam kebun yang sangat luas itu, dalam hatinya diam-diam merasa sangat terkejut, jika dilihat dari perkataan yang diucap kan Cioe Kioe Gwat ini, kebun bunga ini pastilah merupakan sebuah barisan yang aneh.

   Baru saja dia berpikir sampai disana.

   tubuh Cioe Kioe Gwat telah melayang datang, sepasang telapak tangannya dengan sekuat tenaga menerjang tubuh Boen Ching.

   Sepasang mata Boen Ching berkelebat dengan tak henti- hentinya, dia tidak ingin untuk bergebrak mati- matian melawan Sam Ceng It Shia ini, tubuhnya sekali lagi mundur kearah belakang.

   Pedang Cing Hong Kiamnya terpaku dengan kencangnya disebuah pohon kurang lebih lima puluh kaki dari tempat dimana dia sekarang berdiri, tetapi hanya terpaut kurang lebih dua puluh kaki saja dari tubuh Sin Tek Thaysu, dia tak dapat membiarkan pedang Cing Hong Kiam tersebut jatuh ke tengah pihak musuh.

   ***.

   *** Dia mundur dua langkah lagi kebelakang, sedang Cioe Kioe Gwat makin mendesak mendekat, ujarnya.

   "Kau terus menurus mundur kebelakang apa gunanya ? apakah kau tidak mengetahui kalau suhumu terkurung didalam kebun di hadapanmu itu ? Sambil berkata dia mendesak maju lagi ke arah depan mendekati tubuh Boen Ching.

   Boen-Boen kembali mundur lagi satu langkah kebelakang, segera dia melancarkan serangan menyambut serangan yang dilancar kan oleh Ie Way It Shia tersebut sinar matanya berkelebat tak henti-hentinya, ujarnya.

   "Suhuku tak pernah berbuat salah terhadap kalian, mengapa kalian malah mengurung dia orang tua ?"

   Dengan dingin sahut Cioe Kioe Gwat. 'Sumoaymu mengacau kuil Pie Lu Si kami, berturut-turut melukai sebelas orang, apakah boleh dikata ini bukanlah merupakan alasan yang cukup kuat ?"

   Sambil berkata sekali lagi dia melancarkan serangan hebat ke depan. Boen Ching merasa kesempatannya telah tiba, dia tak ragu- ragu lagi, segera ia menarik napas panjang-panjang, tenaga khiekang Chiet Kong Kang Khie"

   Nya dikerahkan melindungi seluruh tubuh, pada saat tubuh nya berkelebat dengan cepatnya itu, tangan nya dengan cepat menyambut tubuh Cioe Kioe Gwat dan melemparkannya kesebuah pohon besar yang berada disebelah kiri.

   Sin Eng Thaysu, Sin Tek Thaysu serta Sin Hoat Thaysu yang tampak hal ini menjadi sangat terkejut sekali, tak terasa lagi tubuh mereka bersama-sama melayang ke depan, dan mengejar tubuh Cioe Kioe Gwat, siap untuk menerima tubuhnya yang meluncur dengan cepatnya itu.

   ***.

   *** Ketika tubuh Cioe Kioe Gwat yang meluncur dengan cepatnya di tengah udara tersebut, dengan cepat dia bersalto beberapa kali dan cepat melayang turun dihadapan pohon besar itu.

   Ketiga orang hweesio itupun bersamaan waktunya melayang turun ke atas tanah, empat orang bersama-sama berdiri tepat di depan pohon besar, sepasang matanya dengan sangat gusar sekali memandang kearah Boen Ching.

   Pada saat ini Boen Ching telah berhasil mencekal pedang Cing Hong Kiamnya di tangan, sambil tersenyum dia memandang tajam ke arah empat orang tersebut.

   Dia yang selalu tak pernah melancarkan serangan balasan itu, didalam satu kali balas menyerang saja telah mencapai pada sasarannya, oleh sebab itu pada saat tubuh Cioe Kioe Gwat berhasil dilempar ke depan dengan hebatnya itu, ketiga orang hweesio itu bersama-sama menjadi sangat terkejut sekali, dengan tenaga dalam yang sedemikian sempurnanya itu sudah tentu tenaga lemparan dari Boen Ching juga sama dahsyat, sehingga tak terasa lagi dalam hati mereka pada saat ini telah timbul rasa jeri.

   Boen Ching tersenyum, sambil memasuk kan kembali pedangnya kedalam sarung ujarnya.

   
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Boanpwee mohon diri terlebih dahulu".

   Sehabis berkata tubuhnya berkelebat dan melayang turun ke dalam halaman dalam dari ruangan kuil itu.

   Tubuhnya belum saja melayang turun keatas permukaan tanah, terdengar suara dari Sin Eng Thaysu telah berkumandang datang dari belakang tubuhnya, ujarnya.

   'Boen Ching! Kau kira hanya dengan demikian mudahnya dapat menerjang masuk kedalam ruangan kuil kami??'.

   Pada saat Boen Ching mengalihkan pandangannya untuk melihat, tampak dalam kebun itu telah tampak ratusan orang ***.

   *** hweesio yang menyekal pedang dengan sangat cepat sekali mengepung tempat dimana dia melayang turun ketanah.

   Dia menjadi sangat terkejut, kelihatannya "Sam Ceng It Shia "itu mempunyai maksud untuk menggunakan barisan aneh dari kuil "Pi Lu Si"

   Untuk mengurung dirinya lagi.

   Baru saja pikiran Boen Ching bergerak Sin Eng Thaysu telab berkata lagi.

   "Sedikitnya kau harus berhasil menerjang barisan ini terlebih dahulu barulah dapat memasuki barisan didalam kebun bunga itu".

   Sehabis berkata dia tertawa dingin tak henti-hentinya.

   Boen Ching yang masih berada ditengah udara segera dia menarik napas panjang- panjang, tubuhnya sekali lagi melayang dan menerjang ke arah depan.

   Tetapi dengan barisan yang terdiri dari beratus-ratus orang ini mana dia dapat meloloskan dirinya hanya dengan satu kali lompatan saja, pada saat tubuhnya melayang turun keatas tanah itu, pedang panjang dari sebelah kanan dan sebelah kirinya telah bersamaan waktu menerjang kearah tubuh nya.

   Boen Ching tidak ingin dengan keras lawan keras, pedangnya sedikit digetarkan kedepan menahan seluruh serangan yang mengancam tubuhnya itu.

   Tetapi tenaga serangan pedang yang dilancarkan dari samping kiri dan kanan sangat berbeda sekali, tak terasa lagi dia terdesak mundur satu langkah kebelakang dan masuk kedalam kepungan barisan tersebut.

   Baru saja kedua bilah pedang panjang itu dipunahkan, mendadak terlihat dua buah serangannya lagi mengancam tubuhnya.

   Sinar mata Boen Ching berkelebat tak henti-hentinya, dia sama sekali tak pernah menyangka kalau perubahan dari ***.

   *** barisan ini dapat demikian banyaknya, tak dapat disalahkan lagi kalau orang-orang dari kuil Piu Lu Si berani menyombongkan barisannya ini, dan tak memandang sebelah matapun kepada seluruh jago-jago dari Bu lim.

   Jika demikian seterusnya, bukankah dirinya seperti melawan seratus dua puluh delapan orang jago pedang secara bergilir ? Jika demikian suasananya malah sebaliknya lebih baik melawan dengan menggunakan kekerasan, tetapi apakah dia akan berhasil menahannya dengan menggunakan keke- rasan? Beberapa ingatan ini dengan cepat berkelebat didalam benaknya, bersamaan pula seriangan pedangnya terdesak, sekali lagi dia bergeser dua langkah ketengah barisan.

   Sam Ceng It Shia yang tampak hal ini, tak henti-hentinya mereka tertawa dingin.

   Boen Ching kalau memangnya dengan resmi telah terjerumus kedalam kepungan barisan itu, keempat orang tersebut mengira bahwa Boen Ching tak mungkin akan berhasil mencapai kemenangan dari dalam barisan tersebut.

   Sekalipun keempat orang itu sudah menduga kalau Boen Ching yang memasuki barisan aneh didalam kebun bunga itu pasti-lah akan kehilangan arah tujuannya tetapi keempat orang itu sebenarnya mengharap kan kalau Boen Ching menemui kekalahan nya sebelum menginjakkan kaki nya kedalam barisan didalbam kebun bunga ditu.

   Boen Chinga yang terdesak bhingga menggeserkan tubuhnya masuk kedalam barisan tersebut, mulutnya ditutup rapat- rapat, sedang dalam hatinya diam-diam memikirkan cara untuk memecahkan barisan ini.

   Makin lama dia makin terdesak masuk ke tengah barisan itu, sedang dalam hati Sam Ceng It Shia tersebut makin merasa sangat girang sekali.

   ***.

   *** Dalam hati diam-diam Boen Ching berpikir, apabila dirinya hendak berhasil memenang kan barisan ini, pertama-tama dirinya harus berhasil membabat dan menghancurkan kerja sama yang sangat erat diantara mereka itu, kemudian barulah dapat mencari cara yang lain untuk memecahkan keampuhan dari barisan ini.

   Mendadak hatinya menjadi terang, dia bersuit panjang dengan nyaringnya, pada saat dua buah pedang yang menyerang dirinya dari sebelah kiri dan kanan itu menerjang ketubuhnya, pedang Cing Hong Kiamnya mengikuti arah yang dituju menyerang kedepan, ke tiga buah pedang panjang itu dengan cepat menempel menjadi satu dengan kuatnya.

   Sam Ceng It Shia yang tampak hal ini menjadi sangat terkejut sekali, dengan tenaga dalam yang dimiliki oleh Boen Ching saat ini apabila hendak mengadu tenaga dalam dengan keseratus dua puluh delapan orang yang bergabung menjadi satu itu, hal itu bukankah sedang bermimpi.

   Apakah boleh dikata kalau dia hendak menggunakan 'Melekat' dari ilmu tenaga dalamnya menghadapi barisan ini ? Jika dilihat dari keadaan pedang yang saling melekat satu dengan lainnya dari pedang masing-masing itu, dia tak takut kalau Boen Ching hendak berbuat demikian.

   Tetapi apakah boleh dikata kalau Boen Ching hendak bunuh diri ? Suara suitan panjang dari Boen Ching belum selesai dikeluarkan, ilmu memantul tenaga dari tenaga khiekang 'Ciet Kong Kang Khie' nya telah dikerahkan keluar, pada tubuh pedang Cing Hong Kiam itu segera terlihat sebuah sinar pedang yang berwarna putih memancarkan keluar memenuhi sekeliling tempat itu.

   Kakinya sedikit diangkat, pedang Cing Hong Kiam ditangan kanannya mendadak di getarkan, telapak tangan dari orang ***.

   *** terakhir didalam barisan itu segera terasa tangannya menjadi panas dan tergetar lepas dari pegangan kawan-kawan lainnya.

   Boen Ching dengan menggunakan cara 'menempel' dari ilmu tenaga dalamnya melenyapkan tenaga getaran tersebut, pedanbg Cing Hong Kiadmnya berturut-taurut digetar kabn, satu demi satu dari orang-orang dalam barisan itu segera tergetar-hingga mundur ke samping, sedang abu serta pasir yang berkelebat memenuhi angkaia itu, makin lama makin tinggi dan makin luas.

   Pedang Cing Hong Kiamnya makin menggetar makin bertambah cepat, Sam Ceng It Shia yang tampak hal yang tak terduga itu menjadi sangat terkejut sekali.

   Suitan nyaring dari Boen Ching itu makin lama makin sirap, sedang pedang Cing Hong Kiamnya dari menggetar berubah menjadi menyontek, dimana pedangnya menyambar segera terlihat sinar pedang berkilauan memenuhi angkasa, dimana tubuhnya berkelebat, terlihat pedang panjang disekelilingnya segera berhasil disontek kesamping.

   Barisan aneh itu dengan cepat menerjang keluar dari kepungan barisan pedang itu.

   Wajah dari ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat berubah dengan hebatnya, tak terasa lagi mereka bersama- sama melayangkan tubuhnya kedepan tubuh Boen Ching.

   Agaknya mereka mempunyai maksud untuk bertarung menahan terjangan dari Boen Ching ini.

   Boen Ching tersenyum kearah empat orang itu sambil memasukkan pedangnya kedalam sarungnya, dia membungkukkan tubuhnya memberi hormat.

   "Setelah boanpwee berhasil melampaui barisan ini, cianpwee berempat masih mempunyai perintah apa lagi ?"

   Wajah dari Sin Eng Thaysu berubah menjadi masam, untuk sesaat dia tak dapat mengucapkan sepatah katapun.

   ***.

   *** Diam-diam dia berpikir, dirinya berempat apabila bergabung belum tentu dapat berhasil menahan terjangan dari Boen Ching ini, apabila dirinya sekali lagi dikalahkannya, bukankah hal ini malah memalukan nama baik dirinya saja.

   Apabila demikian adanya.

   lebih baik melepaskan diri Boen Ching ini masuk kedalam barisan didalam kebun bunga itu saja, berpikir sampai disini, ia tertawa tawar ujarnya.

   "Tak mengapa, hanyalah kau haruslah sedikit berhati-hati didalam perjalananmu memasuki barisan tersebut."

   Sehabis berkata tubuhnya berkelebat ke samping memberikan jalan kepadanya.

   Wajah Sin Hoat rThaysu berubah tdengan hebatnyaq, dia mengira arpabila dengan demikian saja melepaskan diri Boen Ching, bukanlah hal ini sangat memalukan sekali, apalagi setelah Boen Ching memasuki barisan tersebut juga belum tentu akan menemui ajalnya.

   Wajahnya baru saja berubah dengan hebat, Sin Eng Thaysu telah mengetahuinya, segera dia mengedipkan matanya, ujarnya kepada diri Boen Ching.

   'Setelah kau memasuki barisan ini sudah tak akan binasa, didalam barisan tersebut sangat banyak sekali bunga serta tumbuh- tumbuhan yang sangat aneh, ditambah lagi kami berempat pun akan menempatkan diri didalam barisan tersebut, aku kira lebih baik kau berhati-hatilah sedikit"

   Dalam hati Sin Hoat Thaysu menjadi sadar kembali.

   Kiranya Sin Eng Thaysu akan membiarkan Boen Cning memasuki barisan itu terlebih dahulu, barulah menghadapi dirinya, jika dilihat cara demikian ini, hal ini bukanlah suatu siasat yang bagus sekali.

   Boen Ching tersenyum, dia mendongakkan kepala memandang keadaan cuaca, ditengah udara tak tampak bintang-bintang maupun bulan, dalam hati diam-diam ***.

   *** pikirnya.

   tak perduli bagaimanapun juga, dirinya harus mencoba masuk kedalam barisan itu, tidak perduli dia akan mendapat rintangan- rintangan yang lebih hebat lagipun.

   Dia menundukkan kepalanya, baru saja dia hendak berjalan masukr kedalam barisan tersebut, mendadak sinar matanya tertumbuk sesuatu, tak terasa lagi dia menjadi termangu- mangu.

   Ketiga hweesio dan Cioe Kioe Gwat pun turut memandang, tak terasa lagi saking kagetnya merekapun mengeluarkan suara tertahan.

   Tidak jauh dari barisan tersebut, tampak Ie Bok Tocu, Shie Yun Ku, serta diri Shie Siauw In berdiri tegak disana, sedang seorang lagi adalah diri Lie Hwee Yu She, Lam Kong Hun adanya.

   ooxoo ( !i !I ) ooxoo "TABIB SAKTI RAJA RACUN? BOEN CHING tampak secara mendadak Ie Bok Tocu muncul ditempat itu, saking terkejut dan girangnya dia menjadi termangu-mangu disana.

   Mo Pak Sam Ceng serta Ie Way It Shia pun saking terkejutnya berdiri termangu-mangu ditempat.

   Ie Bok Tocu telah terkurung beberapa lamanya, bagaimana secara mendadak kini dia dapat berjalan keluar dari dalam barisan tersebut.

   Sesaat kemudian tampak muncul kembali dua orang, orang itu tak lain adalah Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen, serta Bwee Giok, Boen Ching dengan termangu-mangu memandang kelima orang itu, saking girangnya jantungnya berdebar dengan kerasnya.

   Kioe Thian Bu Sin selamanya adalah terkenal dikarenakan ilmu meramalnya, kalau memangnya dia mau munculkan dirinya, janganlah dikata hanya sebuah barisan kecil saja mana dia memandang dengan sebelah mata.

   ***.

   *** Kelima orang itu dengan perlahan berjalan keluar dari barisan itu, Boen Ching dengan cepat berlutut memberi hormat kepada diri Ie Bok Tocu.

   Shie Yun Ku menghela napas dengan perlahan, dia mengusap rambut Boen Ching, sambil ujarnya.

   "Nak ! Beberapa waktu itu aku selalu melelahkan dirimu saja.'' Sehabis berkata dengan perlahan memejamkan matanya.

   Boen Ching dengan perlahan mengangkat kepalanya memandang diri Ie Bok Tocu, tampak dia telah menjadi kurus sekali, teringat kembali olehnya segala peristiwa yang telah terjadi selama setelah berpisah dengan Ie Bok Tocu.

   Ketiga orang hweesio itu ditambah dengan Cioe Kioe Gwat yang tampak hal itu menjadi tertegun dan berdiri mematung disana, kuil Pie Lu Si adalah tempat mereka tetapi Boen Ching sekalian sekarang telah demikian kuatnya, apakah diri mereka masih dapat menahan sekarang serempak dari diri mereka? Keempat orang itu tak dapat pergi, tetapi mereka tak dapat tinggal lebin lama lagi di tempat itu, untuk sesaat masing- masing mereka berpikir keras, entah bagaimana harus mengambil keputusan ? Setelah lewat beberapa saat lamanya, ujar Shie Yun Ku kepada diri Boen Ching.

   "Nak kau bangunlah"

   Boen Ching segera bangkit berdbiri, ujarnya kedpada Shie Yun Kau.

   "Suhu, Yuan bsusiok telah... !"

   Shie Yun Ku mengangguk dengan perlahan, sahutnya.

   "Urusan ini aku telah mengetahuinya !" ***.

   *** Sehabis berkata dia mengangkat kepalanya, di dalam pikirannya merasa bahwa nyawanya serta nyawa dari Boen Ching hampir sama bergantung selalu dan tak menentu.

   Kepandaian yang dimiliki Yuan Cong Chie tidaklah rendah, tetapi didalam sekejap mata saja telah lenyap dari dalam dunia ini, sebenarnya diapun mengira bahwa dirinya sangat sukar sekali untuk meloloskan diri dari kurungan barisan tersebut, dan hanya menanti saat putus napas saja.

   Ternyata tak disangka sama sekali dengan demikian mudahnya dia berhasil meloloskan dirinya dari kurungan tersebut, kesemuanya ini hampir-hampir bukanlah merupakan hal yang pernah diduga oleh orang lain.

   Sinar mata Boen Ching berhenti diatas wajah Bwee Giok, tampak wajahnya pada saat ini telah berubah menjadi ke merah- merahan, dan menunduk kebawah, dalam hati Boen Ching merasa geli, tetapi hal ini tak berani di tampilkan diatas wajahnya.

   Dia membalikkan tubuhnya dan memberi hormat kepada Lam Kong Hun serta diri Jen Ceng.

   Sejak Shie Siau In lolos dari dalam barisan itu dia terus menerus memandang tajam ke arah Boen Ching.

   Boen Ching sctelah selesai memberi hormat kepada Jen Cen, dia mengangkat kepalanya, tampak Shie Siauw In sedang memandang tajam kearahnya, dalam hatinya terasa tergetar dengan hebatnya, teringat olehnya perkataan yang diucapkan oleh Sek Liong Suthay.

   "Janganlah kau banyak menanamkan rasa cinta pada setiap orang, hal ini malah akan mencelakai dirimu sendiri.

   ' Dalam hati dia menjadi sangat terkejut sekali, dengan perlahan dia menundukkan kepalanya, pada Shie Siauw In ujarnya.

   "Sumoay selama berpisah ini apakah baik-baik saja." ***.

   *** Shie Siauw In yang tampak Boen Ching demikian dingin terhadap dirinya, dalam hatinya dia terasa sangat berduka sekali, setelah tertegun beberapa saat barulah sahut nya sambil menundukkan kepalanya.

   "Terima kasih atas perhatian sbuheng."

   Ie Bok dTocu yang tampaak hal ini sinarb matanya berkelebat tak henti-hentinya, dalam hati diam-diam pikirnya.

   "Jika dibandingkan dengan dahulu, sekarang Boen Ching jauh lebih mengerti banyak urusan, pada saat ini berbuat demikianlah yang paling baik, apabila dia tak mengambil keputusan yang pasti, kiranya pada hari-hari kemudian dia akan mengaki-batkan keruwetan-keruwetan yang tak terhingga oleh karena Siauw In ini.

   Dia yang berpikir demikian itu tetapi didalam hatinya dia pun tak dapat menghilangkan rasa kecewanya.

   Pada saat ini juga, menyangka Ie Way It Shia, Cioe Kioe Gwat yang berada dibelakang tubuhnya telah berkata dengan dinginnya.

   "Ini hari kalian mau tak mau haruslah menerobos barisan ini barulah dapat keluar dari dalam kuil ini."

   Boen Ching membalikkan tubuhnya, tampak tiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat itu telah menggerakkan tubuhnya, memasuki barisan tersebut, bersiap hendak bergabung dengan seratus dua puluh delapan orang hweesio itu membentuk barisan sekali lagi guna menahan keenam orang tersebut.

   Boen Ching mengerutkan alisnya dia tahu barisan ini sebenarnya sangat sukar sekali untuk diterobos, tadi dia berusaha urtuk meloloskan diri dari kepungan barisan itu saja telah menggunakan seluruh tenaganya, kini ditambah lagi dengan empat orang, dirinya tidak mempunyai pegangan yang kuat untuk memenangkan pertempuran ini.

   ***.

   *** Ketiga orang hweesio beserta Cioe Kioe Gwat itu memandang dengan tajam ke arah ke enam orang itu, sepatah katapun tak diucapkan keluar.

   Tetapi keempat orang itu telah menaruh tiga bagian rasa jerinya terhadan Jen Cen.

   Jen Cen telah memahami seluruh ajaran kuno yang terdapat didalam dunia ini, barisan macam apakah yang dia tidak mengetahuinya, apabila dia turun tangan memecankan barisan ini, kiranya sangat sulit sekali untuk dipertahankan.

   Kioe Thian Bu Sin tersenyum ujarnya kepada Bwee Giok.

   "Anak, kau pergilah bersama Boen Ching memecahkan barisan ini."

   Bwee Giok menjardi tertegun, sahutnya.

   "Gi hu?q? Kau orang tuar menyuruh aku pergi memecahkan barisan itu ?"

   Boen Ching yang mendengar perkataan tersebut, dengan cepatnya dia menoleh, dalam hati pikirnya.

   "Gi hu????"

   Kiranya Bwee Giok telah mengangkat Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen sebagai ayah angkatnya, tak dapat disangka lagi kalau dia bilang mempunyai cara untuk memaksa Lieh Yu menyembuhkan penyakit Bwee Giok tersebut.

   Jen Cen tersenyum, kemudian ujarnya.

   "Kau pergilah aku sebagai Gi-hu mu sudah tentu tak akan mencelakai dirimu, apabila mempunyai persoalan, aku sendiri juga berada di sini, apakah kalian takut rugi???"

   Bwee Giok tersenyum, dia menggerakkan bibirnya hendak berbicara, tetapi kemudian membatalkan niatnya tersebut, dengan perlahan dia mencabut pedang panjangnya.

   ***.

   *** Ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat nampak hal ini dalam hati merasa tak tenteram, jika didengar dari perkataan Jen Cen ini, telah mempunyai pegangan yang sangat kuat dalam memecahkan barisan ini, tetapi entah dia hendak menggunakan cara apakah untuk memecahkan barisan ini..

   Bwee Giok berjalan mendekati tubuh Boen Ching, sepasang mata Boen Ching dengan sangat tajam memandang kearahnya, Bwee Giok yang membelakangi orang-orang lain dia tersenyum manis kearah Boen Ching, dan menggelengkan kepalanya dengan perlahan.

   Boen Ching dengan cepat menarik kembali sinar matanya, dibawah pandangan orang yang demikian banyaknya, ternyata dia demikian lupa diri, tak terasa lagi dia merasa wajahnya sedikit panas.

   Ujar Jen Cen pada diri Bwee Giok.

   "Giok Jie, kau masuklah terlebih dahulu!"

   Boen-Ching menjadi tertegun, dengan cemas, ujarnya.

   "Bagaimana dapat membiarkan dia seorang diri menerjang masuk kedalam barisan ?"

   Bwee Giok yang melihat sikap Boen Ching demikian, sahutnya.

   "Perkataan yang diucapkan oleh Gi hu ku tak akan salah."

   Sehabis berkata dia tertawa, sambil mencekal erat pedang panjangnya dia berjalan memasuki kedalairn barisan pedang itu.

   Boen Ching pun dengan cepat melepaskan pedang Cing Hong Kiam dari sarungnya, sambil memutarkan tubuhnya dia meman-dang tajam ke wajah Bwee Giok.

   Mo Pak Sam Ceng serta Ie Way Shia yang tampak Bwee Giok memasuki barisan terse-but, untuk sesaat mereka tak mengetahui bagaimana seharusnya, menyerangkah ? Atau ***.

   *** tidak menyerang ? Mereka takut tertipu, tetapi juga takut kehilangan kesempatan baik itu..

   Keempat orang itu saling bertukar pandangan sekejap, barisan pedang itu segera mulai bergerak dengan perlahan menyambut diri Bwee Giok.

   Dalam hati keempat orang itu berpikir bahwa dengan demikian disamping dapat menahban serangan Boen Ching, dapat juga mereka menahan diri Bwee Giok.

   Kioe Thian Bu Sin tertawa besar, ujarnya kepada Boen Ching.

   "Boen Siauw hiap, seranglah samping kedepan mereka."

   Boen Ching yang mendengar perkataan tersebut, tubuhnya dengan cepat melayang ke depan pedang Cing Hong Kiamnya berkelebat tak henti-hentinya hingga sinar pedang memancar keluar memenuhi angkasa, sedang tubuhnya dengan cepat menerjang kesampng depan menyerang orang yang berdiri disamping depan.

   Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat baru saja siap hendak mengurung tubuh Bwee Giok, mendadak mendapat serangan yang demikian hebatnya, dalam hati merasa sangat terkejut sekali, di dalam sekejap mata saja, tenaga pukalannya dirubah dan dialirkan menuju ke dalam tubuh orang yang di serang oleh Boen Ching itu.

   Tubuh Bwee Giok yang terjerumus ditengah barisan itu, pada saat ini dia tersenyum, tubuhnya dengan cepat bergeser ke arah Boen Ching, pedang panjangnya menyerang orang yang sedang di desak oleh Boen Ching itu.

   bBoen Ching yangd melihat hal inai dalam hatinyab segera menjadi sadar kembali.

   Barisan "Swan Liong Ho Pie"

   Ini keistimewaannya adalah meminjam benda untuk menyerang musuh serta mengandal kan kecepatan perubahan di dalam mengerahkan tenaga, hal ***.

   *** ini dapat memaksa seorang sukar sekali untuk mempertahankan serangannya, tenaga gabungan yang disalurkan dan dikumpulkan di dalam tubuh satu orang itu sebenarnya sangat lihay sekali, hanya sayang di dalam mengubah arah, gerakan sangat lambat sekali.

   Pikiran Boen Ching menjadi tergerak, telapak tangannya segera melancarkan serangan ke depan, orang yang diserang itu adalah orang ketiga dari orang yang diserang dengan menggunakan pedang Cing Hong Kiam nya itu.

   Tampak hal ini ke empat orang itu menjadi sangat terkejut sekali, sama sekali tak pernah mereka sangka kalau hanya didalam satu kali pandang sja Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen ternyata telah berhasil menemukan titik kelemahan dari barisan pedang "Swan Liong Ho Pie"

   Nya ini..

   Boen Ching dan Bwee Giok bersama-sama menyerang sebuah rombongan orang-orang itu saja, sedang rombongan lainnya untuk sesaat tak berhasil menggeser mendekati, tak terasa lagi diantara mereka sendiri menjadi gagup dan kacau balau.

   Dimana serangan pedang serta pukulam yang di lancarkan Boen Ching sera Bwee Giok berkelebat, barisan tersebut segera terputus menjadi beberapa bagian, sedang barisan "Swang Liong Ho Pie Tie"

   Itupun menjadi kacau balau dan hancur.

   Dalam hati Boen Ching merasa sangat girang sekali, gerakan pedangnya berubah tak hentinya, segera dia berhasil membuat berpuluh-puluh bilah pedang menjadi beter-bangan memenuhi angkasa.

   Ratusan orang hweesio itu dengan cepat berhasil didesak buyar, sedang wajah dari Sam Ceng It Shia itu berubah menjadi pucat kehijau-hijauan, berturut-turut mereka mundur puluhan langkah kebelakang baru lah berhasil berdiri tegak, ke ***.

   *** empat orang itu selamanya belum pernah merasakan keka- lahan yang demikian mengenaskan.

   Boen Ching serta Bwee Giok dengan cepat mundur kebelakang, dan berdiri di samping tubuh Ie Bok Tocu.

   Jen Cen tersenyum, kepada Sam Ceng It Shia itu, ujarnya.

   "Bagaimana ? kalian masih mempbunyai niat untudk mencobanya laagi ?".

   Dia berhbenti sejenak kemudian sambil tertawa terbahak- bahak, lanjutnya lagi.

   "Apabila hendak mencobanya kita akan menanti, tetapi apabila tak berani lagi, kita pun harus berangkat."

   Ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat berdiam diri tak mengucapkan sepatah katapun.

   Mendadak dari atas ruangan kuil itu berkumandang datang suaranya yang sangat dingin sekali berkumandang datang.

   "Kalian mau pergi silahkan cepat pergi, asalkan tinggalkan Boen Ching ditempat ini."

   Boen Ching menjadi sangat terkejut sekali, dia mendongakkan kepalanya memandang, tampak diatas atap ruangan kuil itu berdiri seseorang memakai jubah panjang, dengan sangat dingin sekali dia memandang kearah nya orang itu tak lain adalah Kioe Thian Ie Sin, Lieh Yu adanya.

   Lieh Yu yang berdiri diatas ruangan kuil itu, sedikit pun tak bergerak.

   Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen baru saia hendak membuka mulut, terdengar Lieh Yu dengan sangat dingin sekali berkata.

   "Jen Cen, apabila kau masih menganggap antara kita belum terjadi bentrokan, aku harap kau janganlah ikut campur dalam urusan ini."

   Jen Cen mengerutkan alisnya, ujarnya kepada Boen Ching. ***. *** "Syaratku untuk meminta dia menyembuhkan diri Bwee Giok adalah melarang diriki ikut campur dalam urusan ini, aku lihat urusan ini lebih baik kau selesaikan sendiri"

   BOEN CHIENG tersenyum ia membungkuk kan tubuhnya memberi hormat kepada Jen Cen, sahutnya.

   "Terima kasih cianpwee !"

   Ie Bok Tocu yang berdiri disamping memandang sekejap ke arah Boen Ching, ujarnya kemudian kepada Lieh Yu.

   "Lieh cianpwee mencari muridku entah mempunyai urusan apa ?? Dapatkah aku mengetahuinya ?"

   Lieh Yu memandang sekejap ke arah Ie Bok Tocu, dia tertawa tawar, tanyanya.

   "Apakah kau putri dari Shie So Pek ?"

   Air muka Ie Bok Tocu tak menampilkan sedikit perasaannyapun, sahutnya.

   "Tidak salah, erntah cianpwee mtempunyai maksudq apakah ?"

   Liehr Yu menarik napas panjang-panjang, kepada Ie Bok Tocu dengan dingin ujarnya.

   "Kau kalau memangnya suhu dari Boen Ching, tahukah kau Boen Ching telah melakukan pekerjaan-pekerjaan apa ? ' Dengan perlahan sahut Ie Bok Tocu.

   'Aku telah mengetahui semuanya, tetapi dihadapan cianpwee masih mengharapkan cianpwee mau membicarakan sedikit lebih jelas kepada diriku"

   Lieh Yu tertawa besar, ujarnya.

   "Boen Ching telah melakukan pekerjaan apa, kau sendiri yang mengucapkan atau aku yang mengucapkan adalah sama ***. *** saja, aku harap di dalam urusan ini kau tak perlu ikut campur."

   Sehabis berkata dia tertawa dingin tak hentinya.

   Suara tertawanya secara sangat mengan-dung nada yang sangat mengejek sekali, bagaikan terhadap diri Tan Coe Coen pun dia tak memandang sebelah mata pun, kau adalah muridnya, sudah tentu didalam mata nya masih terpaut sangat jauh sekali.

   Mendadak dari tempat kejauhan terdengar suara suitan yang sangat nyaring sekali berkumandang datang, dan terlihatlah dua bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa berkelebat lewat mendekati ruangan kuil itu.

   Dalam hati Lieh Yu diam-diam merasa sangat terkejut sekali, pikirnya.

   "Entah siapakah yang datang, ternyata memiliki kepandaian yang demikian tingginya"

   Sedang Boen Ching sekali pun diam-diam dalam hatinya merasa terkejut sekali.

   Terlihat bayangan tersebut makin lama makin mendekat, dan akhirnya dapatlah dilihat dengan jelas wajah orang itu yang tak lain dan tak bukan adalah Tok Thian Choen atau si Raja Racun, Liauw Hoa Liong beserta putri dari Thian Jan Shu, Han Cing Yu adanya.

   Tampak hal itu Lieh Yu tertawa dingin, ujarnya.

   "Hm kiranya adalah murid buangan dari Thian Jan Shu."

   Sekalipun Liauw Hoa Liong adalab murid buangan dari Thian Jan Shu, kecuali tenaga khiekang 'Chiet Kong Kang Khie' kebanyakan telah dikuasai seluruhnya oleh dia, tampak Lieh Yu tertawa dingin dalam mengucapkan kata-kata tersebut tadi, Liauw Hoa Liong menoleh memandang Han Cing Yu, sambil tertawa ujarnya.

   ***.

   *** "Orang-orang kenamaan sekarang ini kebanyakan hanyalah mempunyai nama kosong belaka, tak dapat disalahkan kalau subu tak memandang sebelah matapun kepada orang-orang ini"

   Wajah Lieh Yu berubah dengan hebatnja, dia membalikkan tangannya mencabut ke luar pedang panjangnya, ujarnya.

   "Sejak aku berkelana didunia kangouw, sangat jarang aku menggunakan pedang, ini hari aku hendak mengubah kebiasaanku ini akan kulihat bagaimana kelihayan murid buangan Thian Jan Shu"

   Liauw Hoa Liong tersenyum, ujarnya.

   "Kau sedang menggunakan telapak tangan ku ini menyambut seranganmu itu, cepatlah kau mulai membuka serangan"

   Sehabis berkata dia tersenyum lagi.

   Lieh Yu menyapu sekejap kesekeliling tem-pat itu, dengan dingin dia mendengus, pedang panjang ditangan kanannya mendadak disambitkan ke depan sehingga terpaku dalam sekali pada sebuah pohon besar, sedang tubuhnya dengan cepat bergerak, sepasang telapak tangannya dengan kecepatan yang luar biasa menerjang tubuh Liauw Hoa Liong.

   Liauw Hoa Liong tertawa lebar, tubuhnya melayang keatas, dan melancarkan sembilan kali serangan gencar sekaligus mengancam tubuh Lieh Yu.

   Air muka Lieh Yu berubah dengan hebatnya, dia terus menerus menghindarkan dirinya ke belakang.

   Liauw Hoa Liong sambil tertawa terus menerus menghajarnya, sepasang telapak tangannya dengan perlahan- lahan ditekan kebawah dari tengah udara, dan melancar kan satu serangan yang sangat aneh sekali.

   ***.

   *** Dalam hati Boen Ching ketika melihat hal ini pikirannya menjadi tergerak, dengan cepat dia mengalihkan matanya memandang bdengan cara bagdaimana Liauw Hoaa Liong melancbarkan serangannya, agaknya dia mempunyai maksud untuk menurunkan ilmu nya yang paling lihay ini kepada dirinya.

   Pada saat ini Liauw Hoa Liong telah melancarkan ilmu "Jien Sia Ciang yang sangat lihay dari merupakan ilmu andalan dari Thian Jan Shu, ketika dia mencoba menyerang Ie Bok Tocu didalam rimba bambu pada waktu itupun juga mengguna kan ilmu telapak ini.

   Pada waktu Thian Jan Shu bertanding melawan Tan Coe Coen, sekalipun Thian Jan Shu telah menduduki diatas angin, tetapi ilmu meringankan tubuh "Hwie Sio Yu She' dari Tan Coe Coen sangat lihay sekali, sehingga Thian Jan Shu tak dapat berbuat apa-apa terhadap dirinya.

   Terakhir setelah Thian Jan Shu berpikir dan berjuang mati- matian barulah dia berhasil menciptakan ilmu "lien Sin Ciang"

   Dan berhasil mendesak Tan Coe Coen melepaskan pedangnya. Sekalipun Liuw Hoa Liong belum pernah mempelajari tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie."

   Tetapi pada saat itu Thian Jan shu telah mewariskan kepandaian perguruan nya yang lihay "She Liong Sin Kang"

   Kepadanya. Ilmu "She Liong Sin Kang"

   Ini sekali pun tak dapat menandingi kehebatan dari ilmu tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie"

   Tetapi apabila dibandingkan dengan ilmu tenaga khiekang biasanya, kehebatannya jauh melebihi bahkan jauh lebih dahsyat. Lieh Yu yang terdesak menerus, dalam hatinya merasa sangat gusar sekali, dia tak mengetahui kalau ilmu "lien Sin Ciang"

   Ini hanya pernah digunakan satu kali saja oleh Thian Jan Shu, sedang Liuw Hoa Liong pun baru menggunakan pertama kali ini juga.

   ***.

   *** Napsu untuk membunuh didalam hatinya mulai berkobar, tubuhnya dengan cepat berkelebat, terpikir olehnya hendak mencari suatu sudut yang baik guna menghadapi serangan dari Liauw Hoa Liong serta Ie Bok Tocu sekalian.

   Liauw Hoa Liong sambil tergelak dia mengundurkan dirinya kebelakang.

   Lieh Yu menjadi tertegun, dengan termangu-mangu dia berdiri mematung disana.

   Liuw Hoa Liong tertawa, ujarnya.

   "Orang lain menyebut dirimu sebagai Kioe Thian Ie Sin, mungkin ilmu ketabiban sangat tinggi sekali, tetapi aku pun pernah mendengar orang berkata bahwa kau pun sangat banyak sekali menyelediki ilmu mengenal racun bukan ?' Lieh Yu dengan dingin mendengubs, kegusaran diddalam hatinya maakin lama makinb memuncak, dia tahu Liuw Hoa Liong telah mengetahui kalau dirinya hendak menggunakan senjata rahasia beracun, tubuh nya dengan cepat melayang ke ujung atap ruangan kuil.

   Liauw Hoa Liong tertawa tawar, ujarnya lagi.

   "Suhuku pada waktu itu sudah tentu juga telah mengetahui kalau memangnya dia orang tua berani mencari kau, sudah tentu dia pun mempunyai asalan serta pegangan yang cukup kuat untuk mengalahkan dirimu."

   Sinar mata Lieh Yu berkelebat memandang sekeliling tempat itu, tampak kedudukan dirinya pada saat ini baik sekali, dalam hatinya diam-diam berpikir.

   "Tidak perduli kau mengatakan apa saja, lebih baik aku turun tangan terlebih dahulu barulah berbicara lagi, selamanya aku belum pernah menemui kegagalan, ini hari aku akan melihat kau dapat berbuat bagaimana?" ***.

   *** Sinar matanya dengan perlahan menyapu sekejap ke arah lima orang itu, terdengar Liuw Hoa Liong dengan dingin mendengus, bentaknya.

   "Tahan ! coba kau lihatlah ini terlebih dahulu."

   Sehabis berkata tangan kanannya diayunkan, terlihat sebuah benda dengan cepat meluncur ke arah tubuh Lieh Yu. ooo0ooo "ADA SEBAB ADA AKIBAT"

   LIEH YU menjadi sangat terkejut, tubuhnya dengan cepat mundur kebelakang, dan mengulurkan tangannya menyambut benda yang dilempar ke arahnya oleh Liuw Hoa Liong itu, ternyata benda tersebut adalah se

   Jilid kitab, dia menjadi tertegun, sekali lagi dia memandang halaman muka dari kitab tersebut. Tampak didepan kitab itu tertera empat buah huruf yang sangat jelas sekali.

   "Pak Tok Chian Kiem"

   Atau kitab rahasia beracun, dengan perlahan dia membalik selembar demi selembar, tak terasa lagi dalam hatinya diam-diam merasa sangat terkejut sekali, kesempurnaannya di dalam pembuatan racun, penggunaannya serta obat penawarnya semuanya membuat dirinya sukar-sekali unrtuk mempercayait, tak disangka qkitab "Pak Tok rChian Kiem' ini dapat demikian sempurna nya.

   Dia yang disebut orang sebagai Kioe Thian Ie Sin, sudah tentu didalam hal ilmu ketabiban dia telah sangat memahaminya, didalam satu kali pandang saja terhadap kitab "Pak Tok Chian Kiem"

   Ini ada telah dapat memahaminya sebagian besar.

   Air muka Lieh Yu sedikit berubah menjadi kepucat pucatan, pada saat ini dia barulah mengetahui mengapa pada waktu itu Thian Jan Shu berani mencari dirinya, pada saat itu ***.

   *** sebenarnya dia sedikit tidak memandang sebelah matapun kepada diri Thian Jan Shu, jika dipikir sekarang ini, apabila waktu berjumpa dirinya, kiranya untuk mendapat kan kemenangan masih sangat sulit sekali.

   Thian Jan Shu yang disebut sebagai jagoan nomor wahid didalam dunia kangouw selama puluhan tahun lamanya ini, kiranya masih mempunyai alasan-alasan lain yang kuat.

   Liuw Hoa Lioag tertawa-tawa, ujarnya.

   "Aku kira kaupun mengetahui kalau orang-orang menyebut diriku sebagai Tok Thian Coen !"

   Sinar mata Lieh Yu berkelebat tak henti-hentinya dalam hati diam-diam pikirnya.

   'Aku merasa diriku sebagai jago nomor wahid didalam Bu- lim, bagaimana dengan demikian saja harus mengundurkan diri, sekalipun situasi serta keadaan bagiku jauh lebih buruk pun juga tak dapat diselesaikan dengan demikian saja"

   Berpikir sampai disitu, napsu untuk membunuh didalam hatinya mulai timbul kembali, sinar matanya tampak dengan dingin nya memandang kearah Liuw Hoa Liong.

   Liuw Hoa Liong dengan dingin mendengus, kaki kirinya digeserkan kesebelah kiri, dengan tajam dia memandang diri Lieh Yu.

   Lieh Yu yang mempunyai niat untuk siap mengadu jiwa sudah tentu dia tak mungkin tidak mengetahui.

   Boen Ching yang berada disamping, segera ujarnya.

   "Liaw Cianpwee, urusan ini merupakan urusan boanpwee dengan dirinya, bagaimana kalau boanpwee sendiri yang membereskan dengan dirinya?"

   "Liuw Hoa Liong dengan tajam memandang diri Lieh Yu, dengan perlahan dia me noleh dan memandang tajam pala kearah Boen Ching.

   ***.

   *** Didalam hatinya dia tahu bahwa dengan kepandaian yang dimiliki Boen Ching saat ini, jika dibandingkan dengan dia sudah tentu jauh lebih tinggi satu tingkat, didalam ilmu pedangpun dia jauh lebih lihay lagi, Liauw Hoa Liong yang mengikuti Thian Jan Shu selama beberapa waktu lamanya, kehebatan dari tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie"

   Hanyalah dia sendiri yang mengetahuinya dengan jelas, dia tertawa dan mengangguk.

   Ie Bok Tocu menggerakkan bibirnya siap hendak berbicara tetapi dibatalkan, dia tahu selamanya Liauw Hoa Liong melakukan pekerjaan selalu sangat teliti dan dipikir masak- masak terlebih dahulu, kalau memang nya dia berbuat demikian, sudah tentu tak dapat salah lagi.

   Lieh Yu dengan sangat dingin sekali memandang ke arah Boeng Ching, sebenarnya dia mempunyai niat untuk menahan ucapan Liauw Hoa Long itu, tetapi pikirannya mendadak menjadi bergerak, didalam hal obat-obat racun sudah tentu Liaw Hoa Liong telah mencapai pada taraf kesempurnaan dan jauh lebih tinggi dari pada dirinya, dirinya mengapa berbuat demikian, mengapa tidak memenuhi niatnya terlebih dulu, yaitu membunuh Boen Ching kemudian barulah menghadapi Liauw Hoa Liong sekalian??` Berpikir sampai disini, dia berdiri tegak tak bergerak lagi, dengan sangat dingin sekali dia memandang Boen ChLng serta Liuw Hoa Liong sekalian.

   Boen Ching tampak Liauw Hoa Liong menganggukkan kepalanya, dia dengan perlahan membungkukkan badannya mem-beri hormat kepada diri Liuw Hoa Liong, kemudian barulah berjalan mendesak ke tubuh Lieh Yu.

   Tangan kanan Lieh Yu dengan perlahan dikendorkan, dan melemparkan kitab 'Pek Tok Chian Kiem' keatap ruangan kuil, dengan sangat dingin sekali ia memandang ke arah Boen Ching.

   ***.

   *** Boen Ching denran seenaknya menggerak kan pedang Cing Hong Kiam nya ke tengah udara, kemudian sambil tersenyum ujarnya.

   "Silahkan cianpwee mencabut pedang !"

   Lieh Yu tertawa dingin, sahutnya.

   "Menghadapi dirimu mengapa harus menggunakan pedang !"

   Boen Ching mengerutkan alisnya, sambil tertawt ujarnya lagi.

   "Kalau begitu harap cianpwee memaafkan boanpwea akan berlaku kurang hormat lagi."

   Perkataannya baru saja selesai diucapkan, segera dia melipat pedangnya memberi hormat, setelah itu pedang Cing Hong Kiam nya ditusukkan kedepan dengan hebatnya.

   Tubuhnya dengan sangat ringan sekali bagaikan bertiupnya angin berkelebat diatas ruangan kuil mendesak ke arah Lieh Yu, pedang Cing Hong Kiam nya dengan sangat cepat sekali menusuk ke arah dada Lieh Yu, Lieh Yu dengan gusar mendengus, jari tengah dan telunjuk dari tangan kanannya dikeraskan membentur tubuh pedang di tangan Boen Ching, sedang kaki kirinya maju kedepan, tangan kirinya dengan kecepatan bagaikan kilat menepuk dada Boen Ching.

   Sinar mata Boen Ching berkelebat, jurus pedangnya tidak berubah, menanti dua jari tangan kanan Lieh Yu membentur tubuh pedangnya, tubuhnya barulah dengan cepat mendesak maju kedepan, pedang Cing Hong Kiamnya diputar sedemikian rupa ditengah udara, sedang gagang pedangnya menghan- tam jalan darah "Chie Ce Hiat"

   Dipergelangan tangan Lieh Yu.

   Kegesitan serta kecepatan gerak tubuh Boen Ching sama sekali diluar dugaan Lieh Yu, dalam hatinya diam-diam dia merasa sangat terkejut sekali, dengan serangan yang dilancarkan oleh Boen Ching ini.

   apabila jalan darah "Chie Ce Hiat"

   
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Nya benar-benar terkena benturan gagang pedang Cing ***.

   *** Hong Kiam tersebut, tubuhnya segera akan berhasil di pukul rubuh keatas tanah.

   Lieh Yu yang melihat keadaan seperti ini, dia tak berani lama bertahan lagi tubuhnya, dengan cepat mundur kebelakang.

   Boen Ching yang tampak Lieh Yu mundur kebelakang, segera menubruk maju kedepan berturut-turut melancarkan beberapa kali serangan pedang, setiap serangan pedang itu semuanya mengancam jalan darah terpenting bagian depan tubuh Lieh Yu.

   Serangan pedang tersebut belum mencapai sasarannya, hawa pedang dengan dahsyat sekali telah menekan tubuhnya, dalam hati Lieh Yu menjadi sangat terperanjat, dengan tenaga dalam yang dimiliki Boen Ching saat ini, tak mungkin dia akan berbasil melawan Boen Ching dengan menggunakan tangan kosong.

   Sinar matanya berkelebat tak henti-hentinya, dalam hati diam-diam pikirnya apabila dirinya dengan menggunakan tangan kosong mundur kebelakang, sedang Boen Ching tak henti-hentinya melancarkan serangan pedang nya, sama sekali tak terpikir kan olehnya bagaimana akibatnya ?? Tubuh Lieh Yu terus menerus melayang mundur kebelakang bagaikan sebuah daun kering yang tertiup angin kencang, tubuhnya dengan cepat melayang tiga kali lebih kebelakang.

   Sinar pedang Boen Ching berubah bagai kan pelangi yang memenuhi angkasa, tubuh pedangnya dengan cepat dilancarkan ke depan, segera terlihatlah sinar kehijau-hijauan yang menyilaukan meliputi sekeliling tempat iersebut dan mengitari tengah udara dengan kencangnya, dari arah atas menerjang ke bawah tak henti-hentinya menumbuk tubuh Lieh Yu.

   ***.

   *** Tangan kanan Lieh Yu mendadak di getarkan dengan hebatnya.

   "Crinngg ..

   "

   Diantara berkelebatnya sinar putih, pedang panjangnya telah dicabut keluar dari sarungnya, dengan cepat pedangnya diputar balik dari atas ke bawah balas menyerang tubuh Boen Ching.

   Boen Ching mengerutkan alisnya, dia menarik napas panjang-panjang, pada saat tangan kanannya digetarkan, gerakan pedang nya telah berubah.

   Gerakan pedangnya dari serentetan sinar ke hijau-hijauan yang berputar dengan hebatnya itu berubah menjadi suatu gunung pedang yang sangat kokoh sekali, ditengah menyambarnya pedang tersebut samar- samar terdengar suara menyambarnya angin taupan serta menggeletar menyerupai suatu guntur sekitar gunung pedang itu terlihat sinar pedang berkelebat membuat orang yang melihatnya menjadi silau dan jeri.

   Lieh Yu yang tampak hal ini menjadi sangat terkejut, dengan gerakan Boen Ching saat ini kiranya dia telah memahami seluruh rahasia tenaga khiekang "Chiet Kong Kang khie"

   Dan bukanlah dapat dihadapi dengan demikian mudahnya seperti dahulu.

   Pada saat ini pikiran pasti menang telah lenyap dari dalam hatinya, perasaan ragu-ragu memancar keluar meliputi seluruh tubuhnya, dalam hatinya dia mempunyai niat untuk sekali lagi mundur kearah belakang.

   Tetapi sebelum dia sempat mengambil keputusan terakhir, mendadak dia merasa kan bahwa gerakan pedang Boen Ching yang seperti dinding pedang itu secara samar- samar terasa mempunyai suatu tenaga menyedot yang sangat dahsyat sekali.

   Pikirannya dengan cepat berputar, untuk menarik kembali pedangnya sudah tentu tak akan mungkin bisa terjadi, terpaksa dia menggigit kencang bibirnya, dengan sekuat ***.

   *** tenaga balas melancarkan serangan mengancam seluruh tubuh Boen Ching.

   Ditengah berkelebatnya sinar pedang yang sangat menyilaukan mata itu, terlihatlah sebelah pedang panjang melayang keatas udara.

   Tubuh Lieh Yu terus menerus mundur ke arah belakang, wajahnya berubah menjadi pucat pasi, dengan termangu- mangu dia berdiri mematung disana.

   Tubuh Boen Ching dengan sangat ringan sekali melayang turun keatas atap ruangan kuil tersebut, air mukanya sedikitpun tak memperlihatkan perasaan hatinya, dengan tegak dia berdiri disana.

   Lieh Yu menjadi sangat malu sekali dengan gusar dia mendengus, tangan kanannya dikibaskan.

   terlihat segulung asap berwarna kemerah-merahan bertiup menyebar ke seluruh penjuru tempat tersebut, dan melayang menerjang kearah Boen Ching sekalian.

   Liuw Hoa Liong menjadi sangat terkejut, sama sekali dia tidak pernah menyangka kalau Lieh Yu ternyata masih tidak memikirkan tentang mati hidup bagi dirinya.

   Dengan keras teriaknya.

   sap ini adalah Ban Nien Touw Hoa Uh, kalian berhati- hatilah !"

   Sambil berkata dia siap melayangkan tubuhnya menerjang ke arah depan, tetapi untuk sesaat dia menjadi termangu- mangu dan berdiri mematung ditempat.

   Sekarang telapak tangan Boen Ching didorong sejajar dengan dada, dari ternyata dia telah menahan majunya asap "Ban Nien Touw Hoa Uh' tersebut.

   Liauw Hoa Liong untuk beberapa saat lamanya berdiri tertegun ditempat, selama nya dia belum pernah melihat ilmu ***.

   *** sakti yang demikian aneh dan hebatnya, jika dilihat secara demikian, kesempurnaan Boen Ching didalam ilmu tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie"

   Ini telah mencapai pada taraf sejajar dengan Thian Jan Shu waktu itu.

   Sepasang telapak tangan Boen Ching dengan mendatar didorong ke arah depan pada kurang lebih lima kaki dari tubuhnya segera terbentuklah suatu tembok hawa murni yang sangat kuat sekali, asap "Ban Nien Touw Hoa Uh"

   Itupun dengan cepat dapat ditahan gerakan selanjutnya.

   Terlihatlah segulung asap berwarna merah terus menerus mendorong kearah atas dan sekeliling tempat itu.

   Asap berwarna merah itu makin bertumpuk dan makin berat, tumpukan asap berwarna merah itu telah memenuhi seluruh udara disekitar tempat itu hingga mencapai kurang lebih sepuluh kaki persegi.

   Liauw Hoa Liong setelah berdiri termangu-mangu untuk beberapa saat lamanya itu, mendadak menjadi sadar kembali, ketika memandang Boen Ching lagi, tampak sepasang telapak tangannya dengan perlahan lahan didorong kearah depan, sedang kening Boen Chingpun tampak telah mengucurkan keringat dingin sehingga membasahi tubuh nya.

   Liauw Hoa Liong menjadi cemas bercampur gusar, dengan sangat cepat sekali dia mengambil berpuluh-puluh butir pil dari dalam tubuhnya dan dilemparkan seorang sebutir, dengan keras teriaknya.

   'Cepat masukkan kedalam mulutmu !'' Pada saat ini asap berwarna merah itu telah bertumpuk mencapai beberapa puluh kaki tingginya, disekeliling puluhan kaki itu terlihat asap berwarna merah bergerak tak henti-hentinya, bagaikan hendak melampaui batas daerah yang dikelilingi oleh tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie"

   Itu. Liuw Hoa Liong dengan keras berteriak. ***. *** "Boen Ching, tak usah kau tahan lagi, cepat kau pukul buyar asap yang demikian tebalnya itu, asalkan dengan menggunakan tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie"

   Melindungi tubuhnya saja sudahlah cukup"

   Boen Ching berpikir dengan cepat, dibawah ruangan kuil itu masih terdapat banyak manusia, apabila asap "Ban Nien Touw Hoa Uh"

   Ini buyar, bukankah orang yang berada dibawah ruangan kuil itu akan menemui bencana??? Sepasang telapak tangannya terasa makin lama makin berat dan sukar sekali untuk dipertahankan lagi.

   Tetapi apabila dia tak dapat mempertahan kan dirinya lagi, akhirnya bukan saja dia tidak mungkin akan berhasil menahannya, pada saat itu apabila dirinya sangat lelah, kiranya jiwanya pun sukar sekali untuk dipertabhankan.

   Pikiradn Boen Ching seagera bergerak, bsepasang matanya dipejamkan, dan menarik napas panjang dia siap hendak menggunakan seluruh tenaga dalamnya untuk memukul buyar asap "Ban Nien Tou Hoa-Hoa Uh"

   Itu.

   Pada saat itu juga, mendadak terdengar suara pujian kepada Budha berkumandang datang, suara pujian tersebut baru saja lenyap dari pendengaran terbuatlah suara asap dupa yang sangat harum sekali tersebar masuk ke dalam tengah kalangan, sedang asap "Ban Men Touw Hoa.

   Uh"

   Itupun dengan perlahan lahan berubah menjadi angin yang bertiup berlalu dari tempat itu.

   Ditengah menyebarkan asap berwarna merah itu, tampak seorang nikouw berbaju putih dengan sangat tenang sekali berdiri ditempat itu.

   Begitu Boen Ching melihat nikouw berbaju putih itu tak terasa lagi dia menjadi termangu-mangu, nikouw berbaju putih itu ternyata adalah Thian Jan Lie, Jien Muh Nio adanya, sama sekali tak terduga olehnya kalau Jien Muh Nio dapat menjadi demikian rupa.

   ***.

   *** Pada saat ini seluruh tubuh Jien Muh Nio memakai jubah berwarna putih, wajahnya sangat ramah sekali, kelihatannya bukan saja membuat orang lain mengagumi kecantikan wajahnya, bahkan membuat dalam hati setiap orang timbul perasaan menghormatinya.

   Lieh Yu pun dengan termangu-mangu memandang ke arah diri Jien Muh Nio, dia berdiri mematung disana, sepatah kata pun tak diucapkan keluar.

   Terlihat Jien Muh Nio mengangkat tangannya memberi hormat kepada seluruh orang yang berada didalam kalangan itu, ujarnya.

   "Pinnie Thiat Shu, menerima pesan terakhir dari suhuku, untuk datang mengakhiri percekcokkan ini."

   Boen Ching merasakan sangat kaget diluar dugaan, kiranya didalam waktu yang demikian pendeknya ini ternyata Sek Liong Suthay telah wafat, sedang Jien Muh Nio pun telah masuk menjadi nikouw dengan gelar Thiat Shu.

   Jien Muh Nio tampak memutarkan tubuhnya dan ujarnya kepada diri Lieh Yu.

   ''Lieh sicu, perpisahan yang telah lewat puluhan tahun lamanya, entah Lieh sicu selama ini baik-baik saja dan masih ingatkah terhadap diri pinnie ?"

   Lieh Yu rrenjadi termangu-mangu, untuk sesaat dia lupa untuk memberikan jawabannya, sejenak kemudian barulah sahutnya.

   'Mubh Nio --- ---apdakah kau tidak amengetahui ? bbagaimana aku dapat melupakan diri mu ?' Jien Muh Nio tertawa tawar, sahutnya.

   'Lieh sicu, lepaskanlah golok penjagalmu, dan masuklah menjadi murid Buddha, kali ini dapatkah Lieh sicu dengan ***.

   *** memandang wajah suhu serta wajah dari pinnie untuk menghabiskan persoalan ini ?"

   Lieh Yu dengan sangat tajam sekali memandang ke arah diri Jien Muh Nio, peristiwa puluhan tahun yang lalu sekali lagi berkelebat diaalam benaknya, tak terasa lagi air matanya bercucuran membasahi seluruh wajahnya, setelah menghela napas panjang dan memandang ujung langit yang sangat jauh itu.

   Jien Muh Nio tersenyum, ujarnya lagi.

   "Waktu selama puluhan tahun lamanya hanya dalam sekejap mata saja telah lewat, segala urusan yang terdapat didalam dunia ini tak lebih hanyalah khayalan belaka, apakah sicu masih belum jelas ?"

   Lieh Yu yang mendengar perkataan tersebut, didalam hatinya bagaikan mendapat pukulan yang sangat keras sekali, peristiwa yang telah lewat segera terbayang kembali, tetapi mendadak teringat olehnya perkataan yang diucapkan oleh Jien Muh Nio, peristiwa yang telah silam tak lebih hanyalah khayalan belaka, dia menghela napas lagi pikir nya.

   'Urusan yang telah lewat biarkanlah lewat, urusan yang sekarang pun dengan cepat akan berlalu, urusan yang akan datang pun dengan cepat pula akan melewati."

   Tak mengucapkan sepatah kata pun segera dia memutar tubuhnya dam lari dengan cepatnya kearah depan.

   Jien Muh Nio memandang tajam ke arah bayangan punggung Lieh Yu hingga lenyap dari pandangan, kemudian sambil merang-kap kedua tangannya memberi hormat kepada semua orang.

   "Pinnie mohon diri terlebih dahulu! Sehabis berkata dia mengangkat kepalanya memandang sekejap kearah Boen Ching kemudian barulah memutarkan tubuhnya meninggalkan tempat itu.

   ***.

   *** Boen Chingpun mremandang tajam tkearah diri Jieqn Muh Nio, didarlam sekejap saja dia sudah melihat sinar mata yang dipancarkan oleh Jien Muh Nio itu penuh diliputi oleh ramah tamah dan cinta dari seorang ibu, dalam hatinya tak terasa lagi timbullah suatu perasaan menghormat yang tak pernah timbul selamanya dari dalam hatinya.

   Pada saat Jien Muh Nio sebelum meninggalkan tempat itu dia telah memandang beberapa saat lamanya kepada dirinya, hal tersebut terasa olehnya merupakan suatu hawa segar sekali bertiup didalam hatinya, dia merasa bahwa dengan mengampuni orang lain ternyata adalah demikian mengagumkan, sekali pun orang yang lebih jahatpun apabila telah sadar kembali dari salahnya, pastilah akan menebus dosanya dengan perbuatan- perbuatan mulia.

   Boen Ching lama sekali baru menghembus kan napasnya, dia menoleh ke belakang tampak sinar mata semua orang sedang memandang tajam kearahnya, Jien Muh Nio sejak tadi telah meninggalken tempat itu, dia merasa bahwa dirinya telah kurang sopan, segera ia tersenyum.

   Liuw Hoa Liong menghela napas.

   ujarnya.

   ''Aku rasanya mengetahui cara mencegah nya saja, tetapi tak kusangka didalam dunia ini ternyata terdapat orang yang dapat mengubah asap Ban Nien Touw Hoa Uh tersebut menjadi hilang tanpa bekas".

   Ujar Pula Ie Bok Tocu terhadap diri Boen Ching.

   "Anak Ching! agaknya dia kenal dirimu?' Boen Ching tersenyum, sahutnya.

   "Dia adalah Thian Jan Lie !"

   Ie Bok Tocu menjadi sangat terkejut sekali, kiranya dia adalah Thian Jan Lie, dia seharusnya mengetahuinya, orang yang harus dicari atas pesan terakhir ayahnya Tan Coe Coen ***.

   *** baru saja muncul didepannya ternyata dia sama sekali tak mengenalnya.

   Boen Ching menghembuskan napas lega, dalam hati pikirnya urusan ini dapatlah diselesaikan, dan kini dia dapat pergi dari tempat ini.

   Baru saja dia berpikir sampai disitu, mendadak dari ujung langit terdengar suara yang sangat menderu-deru berkumandang datang, Boen Ching menjadi sangat terkejut sekali, segera dia mendongakkan kepalanya memandang.

   Diujung langit tampak segulung angin yang berputar dengan sangat cepatnya dengan kecepatan bagaikan kilat makin mendesak mendekat kearah kuil Pie Lu Si itu.

   Orang yang berada diujung atap ruangan kuil menjadi sangat terkejut sekali, sekalipun kuil Pie Lu Si ini didirikan dipinggiran gurun pasir, tetapi dikarenakan perbedaan cuaca ditempat tersebut sehingga selamanya tak terlihat adanya angin, pada saat ini ternyata terdapat angin yang bertiup mendatang, sudah tentu hal ini membuat mereka menjadi bingung dan gugup.

   Tetapi pada saat ini gerakan angin itu, agaknya telah malampaui tengah gurun pasir beberapa puluh orang itu dengan cepat melayang turun masuk kedalam ruangan kuil.

   Sin Eng Thaysu melihat wajah beberapa orang itu kelihatannya sangat aneh sekali, segera tanyanya.

   "Ada urusan apa?"

   Sahut Liuw Hoa Liong dengan cepat.

   ''Angin taufan telah datang".

   Air mukanya Sam Ceng It Shia itu dengan cepat berubah hebat, dengan cemas sahut nya.

   "Tak mungkin bisa terjadi".

   ***.

   *** Sekalipun keempat orang itu berbicara secara demikian, tapi suara menderunya angin secara samar-samar telah dapat didengar, tetapi suara angin itu kedengarannya sangat aneh sekali, dalam hati keempat orang itu berpikir kemungkinan terjadinya perubahan secara mendadak, dengan cepat ujarnya.

   "Kita lebih baik bersembunyi kedalam ruangan saja".

   Dengan dingin mendadak teriak Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen.

   "Tahan!"

   Semua orang segera menghentikan langkah kakinya, tetapi hwesio sekalian telah berturut-turut menerjang masuk ke dalam ruangban kuil.

   Jen Cedn mengerutkan aalisnya, dia terbtawa tawar, ujarnya.

   "Kalian jangan pergi, bukan angin taufan, aku kira ada kawan yang sedang menuju ke tempat ini."

   Sehabis berkata dia tersenyum.

   Perkataan ini begitu keluar dari mulutnya Liuw Hoa Liong segera menjadi sadar kembali, dia membalik tubuhnya dan ujarnya kepada Han Cing Yu.

   "Benar, aku kira tentunya kawan-kawan dari partai Mie Cong Bun yang datang berkunjung !"

   Perkataan Liuw Hoa Liong baru saja selesai diucapkan, suara angin itu mendadak menjadi lenyap, sedang diatas permukaan tanah pun terdengar terinjaknya batu kerikil terkena kaki manusia.

   Dalam hati Boen Chirg segera menjadi sadar, teringat olehnya ketika pemuda berbaju putih yang disebut sebagai Cap Sah Lang itu ketika muncul untuk pertama kalinya pun ***.

   *** juga terlihat pasir dan debu melayang memenuhi angkasa, orang yang datang ini pasti sedang mencari dirinya.

   Suara angin dan pasir segera berhenti, terlihat seorang lelaki berusia pertengahan yang memakai baju berwarna hitam telah berdiri diatas atap ruangan kuil dan dengan sangat dinginnya memandang kearah semua orang yang hadir ditempat itu, Liuw Hoa Liong tertawa dingin ujarnya.

   "Partai Mi Cong Bun kiranya juga hanya demikiar saja, hanya dapat bermain ilmu siluman saja."

   Lelaki berbaju hitam itu dengan sangat dingin sekali memandang sekejap ke arah orang itu kemudian ujarnya.

   "Siapakah Boen Ching ?"

   Boen Chinga maju satu langkah kedepan, dia tertawa tawar, ujarnya. 'Cianpwee mencari diriku entah mempunyai urusan penting apakah?"

   Lelaki berbaju hitam itu dengan dingin mendengus, sepasang matanya memperhati kan seluruh tubuh Boen Ching sejenak kemudian barulah dia tertawa dingin, ujarnya.

   "Kiranya yang disebut sebagai BoenChing adalah kau ".

   Suara ucapannya terdengar mengandung nada yang sangat memandang rendah terhadap diri Boen Ching.

   "Liuw Hoa Liong mengerutkan albisnya.

   tanyanyad.

   "Aku akan beratanya kepadamu,b siapakah kau ?"

   Lelaki berbaju hitam itu memandang sekejap kearah Liuw Hoa Liong, air mukanya sedikitpun tidak menampilkan perasaan apa-apa.

   Liuw Hoa Liong tertawa tawar sahutnya lagi.

   ***.

   *** "Benar ! Aku lupa untuk memberitahukan namaku kepadamu, aku adalah Liuw Hoa Liong anak murid dari Thian Jan Shu"

   Dengan dingin lelaki berbaju hitam itu memandang kearah Liuw Hoa Liong, agaknya dia sedang menimbang berharga atau tidak memberitahukan namanya kemulian kepada diri Liuw Hoa Liong ? Sejenak kemudian barulah sahutnya dengan sangat tawar sekali.

   Aku adalah Pek In Khek, Shu Kiam Hoan, kau kalau memangnya anak murid dari Thian Jan Shu sudah tentu mengetahui namaku bukan ?"

   Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Liuw Hoa Liong begitu mendengar orang yang baru saja datang adalah jago yang paling diandalkan dari partai Mi Cong Bun Pek In Khek.

   Shu Kiam Hoan ini masih merupakan suheng dari Nie Han Yu Sheng, Siang Yang Seng.

   waktu ini ketika Siang Yang Seng memasuki daerah Tiongoan, dia barulah dapat dibawa pulang kembali setelah Shu Kiam Hoan itu turun sendiri.

   Dia tersenyum, diam-diam pikirnya dengan orang yang demikian banyaknya mengapa harus takut pada Pek In Khek seorang, segera dengan tawar sahutnya.

   "Sungguh maaf sekati, aku tidak pernah mendengar nama besarmu"

   Pek In Khek, Shu Kiam Hoan begitu mendengar perkataan tersebut, dalam hatinya merasa sangat terkejut sekali, dia mengerutkan alisnya, tetapi diapun tahu bahwa sangat sukar sekali dia melawan musuh yang demikian banyaknya apabila dirinya mengalami kekalahan, nama dari partai Mie Cong Bun pun akan segera jatuh dimata jago-jao Bulim.

   Orang-orang yang hadir ditempat itu sebagian besar merupakan jago-jago nomor wahid didalam Bu-lim, dia tahu ***.

   *** bahwa dirinya seorang tak mungkin dapat menahan serangan gabungan demikian banyak orang.

   Dengan sangat dingin sekali dia memandang sekejap kearah Liuw Hoa Liong, kemudian Boen Ching sambil tertawa dingin ujarnya.

   "Kau telah memarpas putus pedantg anak muridku qCap Sah Lang, dran merebut pula kitab rahasia Hay Thian Kiam Boh, bagai mana harus memberikan hukuman terhadap dirimu aku kira kaupun tentunya juga mengetahui", Sehabis berkata dia tertawa dingin tak henti-hentinya dan melirik sekejap kearah Liuw Hoa Liong ini.

   Boen Ching menjadi tertegun dia memapas putus pedang di tangan Cap Sah Lang adalah peristiwa yang benar-benar terjadi, tetapi merusak kitab Hay Thian Kiam Boh bukanlah dia yang melakukannya.

   Pada saat pikirannya berputar itu, segera terpikir olehnya akal seseorang, Lok Yang Hong, kalau dia memang dapat menguasai Cap Sah Lang serta Law Cing Ce, sudah tentu dia dapat pula menakuti mereka didalam urusan ini.

   Lelaki berbaju hitam itu tertawa dingin, dia menyapu sekejap ke tengah kalangan, dan ujarnya.

   "Kalian mempunyai hubungan apa dengan Boen Ching ? Kawan atau lawan ? Lekas beri jawaban.

   Liuw Hoa Liong tertawa dingin, ujarnya.

   "Dengan kepandaianmu itu kau mengingin kan melawan berapa orang sekaligus ?"

   Pek In Lhek, Shu Kiam Moan tertawa dingin, dia mengerutkan alisnya.

   Sahutnya kemudian.

   ***.

   *** "Kawan Boen Ching adalah merupakan lawan partai Mie Cong Bun, sedang kalau lawan Boen Ching merupakan kawan partai Mie Cong Bun kami, harap yang merupakan lawan dari Boen Ching segera berdiri kesamping." - Sehabis berkata dia menyapu sekejap ke arah orang-orang itu, tampak orang-orang yang hadir ditempat tersebut, sampaipun Mo Pak Sam Ceng serta le Way It Shia juga tidak ada yang menggerakkan tubuhnya.

   Liuw Hoa Liong tertawa besar, sahutnya.

   "Kalau memangnya lawan partai Mie Cong Bun lalu bagaimana ? Apakah boleh dikata partai Mie Cong Bun kalian berani melawan kawan-kawan Bu lim secara berbareng?"

   Pek In Khek, Shu Kiam Hoan yang tampak hal ini mengerutkan alisnya, sambil tertawa besar ujarnya.

   'Dari tempat ini berjalan kearah Tenggara sejauh seratus duapuluh lie terdapat sebuah puncak gunung yang disebut sebagai Ban Liong Ling, cayhe Pek Khek akan menanti kedatangan saudara sekalian."

   Sehabis berkata dia membalikkan tubuh nya berlari kearah depan.

   Boen Ching dengan sangat tajam sekali memandang Pek In Khek yang berlari meninggalkan tempat itu, Puncak gunung Ban Liong Ling adalah merupakan tempat kediaman dari para jago pedang dari partai Mie Cong Bun, selamanya jago-jago pedang dari daerah Tionggoan di larang memasuki daerah mereka, tak disangka ini hari Shu Kiam Hoan sendiri secara resmi telah mengundang mereka untuk mengunjungi tempat kediaman mereka itu' Ditengah gurun pasir yang sangat luas itu, di empat penjurunya hanya terlihat pasir yang berwarna kuning saja, sedang panas matahari dengan hebatnya menyinari empat penjuru tempat tersebut.

   ***.

   *** Tampak berpuluh puluh gundukan pasir menghubungkan yang satu dengan gunduk-kan lainnya.

   Seorang pemuda berbaju hijau dengan tenangnya menunggang seekor kuda berjalan mendatang, ditangan satunya lagi tampak pula membawa seekor kuda dengan sangat perlahan sekali melintasi permukaan gurun yang sangat panas serta kering itu.

   Pemuda itu adalah Boen Ching, dia baru saja berpisah dengan Ie Bok Tocu sekalian.

   seorang diri lebih dahulu berangkat menuju kepuncak gunung Ban Liong Ling, sedang Ie Bok Tccu sekalian tinggal didalam kuil Pie Lu Si menanti beberapa orang suhengnya untuk kemudian bersama-sama berangkat menuju keatas puncak gunung Ban Liong Ling memenuhi janji.

   Boen Ching mengerutkan alisnya, dia memandang sekeliling tempat tersebut, tampak di empat penjuru hanyalah pasir berwarna kuning saja, sedikit pun tak tampak adanya jejak seorarg manusia pun.

   Didalam hati diamb-diam pikirnya,d bila urusan puancak gunung "Babn Liong Ling ini dapat diselesaikan dengan mudah, dengan demikian dapat pula menyelesaikan urusan yang mengganjel didalam hatinya, Shie Siauw In telah memahami perasaan hatinya, sudah tentu pada hari-hari kemudian tak akan terjadi persoalan-persoalan lagi.

   Matahari dengan cepat berpindah ke arah Barat, di ujung langit hanya tampak warna merah memenuhi angkasa, yang tertinggal hanyalah beberapa jalur sinar matahari yang sedang tenggelam saja.

   Boen Ching dengan membawa kudanya berjalan menuju kesebuah gundukan pasir untuk menghindarkan diri dari tiupan angin dan kemudian berhenti dari perjalanannya.

   Melakukan perjalanan ditengah gurun pasir yarg demikian luasnya dalam satu hari tak lebih hanyalah mencapai kurang ***.

   *** lebih tiga puluh lie saja, kelihatannya untuk melakukan perjalanan selebihnya, jugalah harus menanti matahari lagi barulah tiba dipuncak gunung Ban Liong Ling tersebut.

   Tetapi Ie Bok Tocu telah memesan wanti-wanti kepadanya untuk melakukan perjalanan dengan perlahan didalam tiga hari lagi Cu Kek Ci Yun sekalipun juga telah tiba di dalam kuil Pie Lu Si, pada saat itu pula barulah dapat menggunakan barisan "Ngo Heng Kiam Tin' menghadapi jago-jago pedang dari partai Mie Cong Bun.

   Boen Ching sendiri juga mengetahui kalau ilmu pedang orang-orang partai Mie Cong Bun telah mencapai pada taraf kesempur-naan, dan bukanlah dapat dilawan dengan mudah.

   Segera dia turun dari kuda dan sekalian menurunkan barang-barang yang terdapat pada punggung kudanya, agaknya dia siap untuk beristirahat ditempat tersebut.

   Mendadak telinganya menangkap suara tergelincirnva batu- batu kerikil serta pasir di tempat itu.

   Sinar mata Boen Ching dengan cepat berkelebat, dia memandang kesekeliling tempat itu, dalam hatinya dia sadar bahwa pasti ada orang yang telah datang, sekali lagi dia memandang sekejap kesekeliling tempat itu, tetapi tetap tak terlihat gerakan apa-apa lagi.

   Dia tak dapat memikirkan siapakah orang itu, yang pada saat ini seperti ini dapat munculkan dirinya ditengah gurun pasir yang demikian luasnya ini, apakah diri Bwee Giok? Bwee Giok mengikuti diri Kioe Thian Bu Sin, dan tak dapat dibandingkan pula dengan gadis-gadis lainnya, dia jauh lebih maju dari pandabngan orang leladki, tak mungkina dikarenakan sboal cinta dia mau mengejar sampai disini.

   Kalau begitu siapakah dia ? untuk sesaat dia sangat sukar sekali untuk menduga orang tersebut.

   ***.

   *** Sekonyong-konyong disamping gundakan pasir itu tempak muncul sebuah wajah yang sedang menyengir, Boen Ching yang didalam sekali pandang itu segera dia dapat melihat jelas wajahnya, tak terasa lagi dia menjadi tertegun, kiranya orang yang baru saja datang itu adalah Cong Lam Lok Yang Hong adanya.

   Lok Yang Hong masih tetap memakai baju berwarna kuning, sedang pada bibirnya terlihat tersungging suatu senyuman yang sangat aneh sekali.

   Boen Ching dengan tajam memandang ke arah diri Lok Yang Hong, dia tak mengetahui kedatangan Lok Yang Hong di tempat ini mempunyai maksud baik atau jahat, Lok Yang Hong ini jika dibandingkan diri Goei Lam Yu kelicikannya memang berimbang, tetapi Lok Yang Hong jadi orang sangat licik apabila dia mengetahui tak akan sanggup segera tak sampai melawan telah melarikan diri, sedang Goei Lam Yu jadi orang suka menang sendiri dan tak mau mengalah, sehingga akibatnya dia harus menemui ajalnya dengan sangat mengenaskan.

   Kedua orang itu jika dibandingkan, memang hanyalah terpaut sedikit saja, Lok Yang Hong jauh lebih licik sedikit dari Goei Lam Yu, dia telah berhasil mendapatkan kitab rahasia Hay Thian Kiam Boh, entah pada saat ini mengapa dengan sendirinya munculkan dirinya ditempat tersebut.

   Lok Yang Hong sambil tersenyum memandang tajam kearah Boen Ching, sedikitpun dia tak bergerak.

   Boen Chingpun tersenyum kepada Lok Yang Hong, ujarnya.

   ''Aku tidak mengetahui mengapakah kau setelah mendapat kitab rahasia Hay Thian Kiam Boh masih juga munculkan diri ditempat ini".

   Sambil tersenyum sahut Lok Yang Hong "Aku juga tidak mengetahui, tetapi...".

   ***.

   *** Dia berhenti sejenak, kemudian sambil tersenyum lanjutnya lagi.

   "Sekalipun aku mengatakan kalau kitab rahasia Hay Thian Kiam Boh itu telah kau musnahkan, setelah tiba diatas puncak gunung Liong Ling sudah tentu dapat kau pikir benar tidak ?"

   "Dalam hati Boern Ching menjadit sadar kembali,q dia tersenyum rujarnya.

   "Maksudmu ? kau hendak membabat rumput sampai keakar-akarnya bukan ? kau ingin membunuh diriku.

   supaya urusan ini selamanya menjadi sebuah teka teki bukan?"

   Lok Yang Hong tertawa terbahak bahak, tak mengucapkan sepatah kata pun.

   Boen Ching tertawa, ujarnya lagi.

   'Dapatkah kau melakukannya ?' Sambil rersenyum sahut Lok Yang Hong.

   ?Selama beberapa hari ini semua kepan-daian yang berada dalam rahasia Hay Thian Kiam Boh ini aku telah memahami sebagian besar, tetapi aku pun mengetahui kepan-daian silatmu pun telah mengalami kemajuan yang sangat pesat sekali, aku kira kepandaian silat yang kumiliki sekarang ini masih terpaut satu tingkat dari dirimu, bukankah begitu ?' Boen Ching tersenyum, diam-diam dalam hati pikirnya.

   "Aku akan mencoba mendengar, Lok Yang Hong ini hendak menggunakan cara apakah hendak menghadapi diriku' "Tetapi kepandaian silat yang sangat tinggi belum tentu mesti mendapat kemenangan, bukankah demikian ? selain kepandaian silat kitapun harus beradu dalam kecerdasan."

   Selesai berkata tampak pada bibirnya tersunggiug suatu senyuman agaknya dia sangat bangga sekali, dan menganggap kemenangan pasti berada didalam cekalan nya. ***. *** Dia berhenti sejenak lalu ujarnya kemudian.

   "Bahkan kau lihatlah!"

   Sambil berkata dia menunjuk kearah langit.

   Boen Ching mendongakhan kepalanya, tampak matahari sore masih belum tenggelam seluruhnya telah sangat gelap sekali, didalam hatinya segera dia tahu bahwa mungkin tak lama lagi akan terjadi angin taufan yang akan bertiup mendatang entah apakah arti dari Lok Yang Hong ini? Lok Yang Hong tersenyum, ujarnya.

   "Maksudku adalah bahwa pada saat terjadinya angin taufan itu, jalan mundur bagi diriku telah ada".

   Boen Chingpun tersenyum.

   sahutnya.

   "Kau memang sangat teliti sekali didalam berpikir, hanyalah sayang kau telah ditetap kan untuk selamanya akan menemui kekalahan, bagai mana dapat menemui kemenangan?"

   Lok Yang Hong tertawa tergelak, ujarnya.

   'Mengapa pasti kalah, aku menangpun juga akan mengundurkan diri dari tempat ini'.

   Boen Chirg berpikir dengan keras beberapa saat lamanya, entah Lok Yang Hong hendak membuat perhitungan secara bagaimana.

   Terdengar Lok Yang Hong berbicara lagi,ujarnya.

   'Tetapi apabila sebelum terjadinya angin taufan kau telah berhasil menawan diriku terlebih dahulu---- .

   Dia berhenti berbicara dan tersenyum.

   Tubuh Boen Ching dengan cepat bergerak maju kedepan menubruk kearah tubuh Lok Yang Hong, sedang pada mulutnya ujarnya.

   "Akupun memang mempunyai maksud demikian".

   ***.

   *** Lok Yang Hong mendadak tertawa besar, tangan kanannya diayunkan, terlihat sebelah pedang dengan sangat cepat sekali meluncur menerjang tubuh Boen Ching.

   Boen Ching segera mencabut keluar pedangnya diobat- abitkannya itu, pedang yang meluncur dengan cepatnya tersebut telah berhasil dipukul jatuh, tetapi ketika dia melirik tampak tiga belah pedang pendek dengan sangat cepat sekali telah menyerang kantong air yang dibawanya dibelakang tubuhnya.

   Dalam hati Boen Ching merasa terkejut sekali, tampak didalam sekejap mata saja kantong airnya telah terpapas oleh sambaran pedang pendek itu.

   Hatinya terasa menjadi berat, ditengah gurun pasir yang sangat kering ini kantongan air adalah benda yang paling penting bahkan apabila terjadi angin taufan kemungkinan sekali selama satu dua hari tak dapat melanjutkan perjalanan, manusia masih mungkin dapat mempertahankan dirinya, tetapi kedua ekor kudba itu bagaimanad? Rencana sertaa siasat yang dibsusun oleh Lok Yang Hong ternyata sangat kejam.

   Ketika berpikir sampai disini segera dia menoleh, tampak pada saat ini Lok Yang Hong telah berada pada jarak tiga puluh kali lebih, sambil tertawa besar dengan cepat dan lari meninggalkan tempat itu.

   Pikiran Boen Ching segera berputar, terpikir olehnya, satu- satunya jalan hanyalah menangkap Lok Yang Hong sebelum terjadi angin taufan ini.

   dengan airnya telah terpapas sedang dua ekor kuda itu telah menjada benda yang melelahkan saja, lebih baik berjalan seorang diri, berpikir sampai disini tubuhnya segera melayang mengejar ke arah di mana Lok Yang Hong melenyapkan dirinya.

   Lok Yang Hong yang berdiri sambil tertawa bergelak tak henti-hentinya terus menerus lari ke depan, awan diudara ***.

   *** dengan cepat berubah, didalam sekejap mata saja ditengah gurus pasir yang sangat luas itu angin bertiup dengan kencangnya membuat pasir dan kerikil berterbangan memenuhi angkasa, bagaikan jutaan ekor kuda yang sedang menerjang datang dengan dahsyatnya.

   Boen Ching dengan cepat melihat keempat penjuru, tampak disekelilingnya hanya terlihat pasir dan kerikil berterbangan memenuhi angkasa, suara menyambarnya angin taufan itu sejak tadi telah menelan suara tertawa tergelak dari Lok Yang Hong.

   Bayangan kuning dari Lok Yang Hong pun dengan mengikuti bertiupnya angin taufan dengan perlahan lenyap dari pandangan.

   Pasir yang berterbangan menyambar ke tubuh dan wajah Boen Ching dengan tajamnya, membuat seluruh tubuhnya terasa sangat sakit dan perih, kerikil-kerikil pasir dengan sangat keras sekali memukul diatas jubah yang dipakai Boen Ching, bagaikan hendak membuat jubah berwarna hijau ini berlubang-lubang.

   Boen Ching terus menerus lari kearah depan, terdengar seluruh penjuru hanya lapat suara bertiup angin serta menyambar nya kerikil tajam, pikirannya dengan cepat berputar, dalam hati pikirannya jika demikian terus tak mungkin untuk berbuat sesuatu, terlebih dahulu haruslah mencari sebuah tempat untuk berteduh barulah bertindak lagi.

   Dengan mengintip-intip dia menyapu sekejap kesekeliling tempat itu, tubuhnya dengan cepat segera melayang menuju dimana sinar matanya terbenturb pada sebuah gudndukan pasir yaang paling besarb disebelah kiri.

   Tubuh Boen Chmg dengan cepat melayang masuk kedalam gundukan pasir yang terkena sambaran angin tetap menerjang masuk.

   ***.

   *** Baru saja dia menghembus napas lega, mendadak sinar matanya terbentur pada sesuatu benda, tak terasa lagi dia menjadi termangu-mangu.

   Tidak jauh dari tempat persembunyian dirinya, tampak seorang berbaju kuning yang sedang membelakangi dirinya tidur telentang diatas gundukan pasir tersebut, orang itu menggunakan pakaiannya menyelubungi selu-ruh kepalanya, yang ternyata tak lain tak bukan adalah Lok Yang Hong yang sedang dicari.

   Pada saat ini sebaliknya Boen Ching menjadi termangu- mangu, dikarenakan angin dan pasir bertiup agak besar, apalagi langkah kakinya sangat ringan sekali, oleh karena itu Lok Yang Hong tak mengetahui sama sekali atas kedatangannya, bahkan menggunakan pakaiannya menyelubungi seluruh tubuhnya dan tidur telentang diatas pasir dengan membelakangi diri Boen Ching.

   Sungguh sangat untung sekali aku akhirnya dapat mencari dirinya juga, angin taufan ini ternyata bertiup tidak sesuai dengan keinginannya"

   Pasir dan angin berturut-turut bertiup hampir-hampir satu harian penuh, menanti setelah tiupan angin itu agak reda, Boen Ching dengan perlahan-lahan barulah bangkit berdiri dan berjalan ke arah Lok Yang Hong.

   Pada saat setelah gerakan langkah kaki Boen Ching terdengar, tampak Lok Yang Hong agak sedikit tegang, mendadak tubuhnya meloncat ke atas dan membalikkan tubuhnya.

   Boen Ching dengan tersenyum berdiri tegak disana.

   Lok Yang Hong menjadi termangu-mangu, sebilah pedang panjang dengan cepat ditarik keluar dari pinggangnya, tubuhnya dengan cepat bergerak mengikuti gerakan pedang nya, dengan sangat sebat sekali menusuk dada Boen Ching.

   ***.

   *** Sinar mata Boen Ching berkelebat, dia mempunyai niat untuk melukakan Lok Yang Hong ini dibawah tangannya, tubuhnya segera berdiri tegak tak bergerak menanti serangan pedang Lok Yang Hong ini mrenusuk datang.

   tMenanti setelahq pedang panjangr itu mendekati tubuhnya, dengan cepat tubuhnya bergerak dan berputar kesisi kiri.

   Pada bibir Lok Yang Hong tampak tersungging suatu senyuman yang sangat dingin sekali, pedangnya didatarkan dan melancarkan serangan lebih ganas lagi, pada saat berkelebatnya sinar pedang itu, ujung pedangnya secepat kilat menekan dada Boen Ching.

   Boen Ching tertawa tergelak jari tengah dan jari telunjuk dari tangan kanannya menekan pinggiran pedang Lok Yang Hong, sedang ilmu meringankan tubuh "Hui Sie YuShe"

   Nya pun dikerahkan, tubuhnya dengan cepat melayang mundur kebelakang.

   Pada saat pikirannya berkelebat itu, sejak sebelumnya dia telah mengambil keputusan untuk menguasai langkah kaki dari Lok-Yang Hong.

   Jari tengah serta jari telunjuk dari tangan Boen Ching bagaikan kilat cepatnya saling bergantian, pada saat dua jari tersebut menekan kebawah, pedang panjang ditangan Lok Yang Hong telah berhasil dilempar keluar oleh kedua jari tangan Boen Ching tersebut.

   Boen Ching tidak menanti pedang panjang itu terlempar jauh, tangan kanannya diulur, pada saat tangannya menyambar pedang panjang itu seolah-olah pada saat dia menggunakan dua jari merebut pedang panjang Lok Yang Hong tadi.

   Air muka Lok Yang Hong berubah menjadi demikian hebatnya, tubuhnya dengan cepat melayang mundur kebelakang.

   ***.

   *** Boen Ching tersenyum, tubuhnya bagaikan kilat cepatnya melayang kedepan mendesak tubuh Lok Yang Hong.

   Sinar mata Lok Yang Hong sedikit berkelebat, tubuhnya tetap berdiri tegak tak bergerak sedikitpun, dengan sangat tawar sekali dia memandang Boen Ching.

   Pedang panjang ditangan Boen Ching cepat didorong ke arah leher dari Lok Yang Hong, akan tetapi pada saat pedang tersebut hampir menempel pada lehernya itulah, didalam sekejap saja telah ditarik kembali lagi, sedang tubuh Boen Ching segera melayang mundur kebelakang.

   Lok Yang Hong membelakangi tubuh Boen Ching, pada bibirnya tersungging suatu senyuman tawar yang sangat percaya pada diri sendiri, bagaikan sebelumnya dia telah menduga kalau demikian, pada saat Boen Ching tersenyum padanya itu diam-diam dia telah mengetahui kalau Boen Ching tak akan berbuat apa-apa terhadap dirinya.

   Sedang Boen Ching pada saat menarik kembali pedangnya itu didalam hatinyapun sedang memikirkan suatu urusan yang lalu, didalam hatinya dia sudah tentu telah mengambil keputusan lainnya.

   Lok Yang Hong setelah kejadian itu, segera tertawa dingin, ujarnya.

   "Kali ini dapat dikatakan kau sangat beruntung sekali dan berhasil mendapatkan kemenangan, tetapi sekalipun menang juga bukanlah dikarenakan mengandalkan kepan-daian sejatimu"

   Boen China tersenyum, sahutnya.

   Kalau begitu kau telah salah, hal ini memberi tahukan kepadamu bahwa semua urusan hanyalah menggantungkan pada diri sendiri, apa bila hendak menggantungkan pada rejeki, tak mungkin dapat disadari".

   
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
***.

   *** Lok Yang Hong dengan dingin membalik kan tubuhnya, sepasang alisnya dikerutkan, ujarnya.

   "Dua orang beradu kecerdasan sudah tentu selain menggantungkan pada dirinya masih harus bergantung pada Thian serta rejeki, apabila kau tidak bersembunyi untuk menghindari diri dari tiupan angin juga tak mungkin dapat berhasil mencari diriku '.

   Boen Ching tertawa besar sahutnya.

   "Tidak perduli bagaimanapun, kau harus lah mengakui bahwa kali ini cuaca, rejeki serta manusia bergabung menjadi satu bukankah demikian adanya?".

   Pedang panjang Lok Yang Hong berhasil di rebut, sudah tentu dia tak mempunyai alasan yang dapat diucapkan lagi, terpaksa hanyalah berdiam diri.

   Boen Chirtg tersenyum, ujarnya lagi.

   "Sekarang kau haruslah menyerahkan kitab rahasia Hay Thian Kiam Boh tersebut kepadaku."

   Pada bibir Lok Yang Hong terlihat tersungging suatu senyuman, dalam hati pikirnya.

   "Apa yang kau pikirkan ternyata tidak salah, Boen Ching ternyata menghendaki kitab rahasia Hay Thian Kiam Boh tersebut, aku kini harus berbuat bagaimana?"

   Berpikir sampai disini ujarnya kemudian. Kitab Hay Thian Kiam Bob itu aku dapatkan dengan susah payah, sudah tentu tak mungkin akan diserahkan kepadamu dengan demikian mudahnya, apalagi aku masih mempunyai kebutuhan terhadap benda tersebut?"

   Boen Ching tersenyum dia tahu Lok Yang Hong sedang membicarakan tentang soal apa.

   Dia tersenyum ujarnya.

   ***.

   *** "Kau tak usah ragu-ragu untuk melihat, aku akan memohon kepadamu atau tidak, kali ini aku melepaskan dirimu pada saat aku sekali lagi bertemu dangan dirimu aku hendak berbuat bagaimana, aku kira kaupun tentunya telah memikirkan".

   Sehabis berkata dia tersenyum, dia melemparkan pedang panjang tersebut ke arah Lok Yang Hong.

   Lok Yang Hong sebenarnya dapat menyam-but pedang itu, dia menjadi termangu-mangu Boen Ching menyuruh dia pergi dari sini?? "Apakah itu benar-benar? Urusan ini sama sekali tak pernah terduga olehnya.

   Dia menjadi termangu-mangu untuk sesaat, terpikir olehnya entah Boen Ching sebenarnya siap hendak berbuat apa.

   Ujar Boen Ching lagi.

   "Kau pergilah, janganlah mengira aku hendak menguntit dirimu, kau pergilah dengan bebas"

   Lok Yang Hong setelah ragu-ragu sejenak, mendadak dia tersenyum, sahutnya.

   "Setelah aku pergi dari sini, aku harap kau tak akan menyesal kembali."

   Sehabis berkata dia tersenyum dengan sangat aneh sekali dan menyimpan kembali pedangnya sambil meninggalkan tempat tersebut.

   Dia tahu pada saat ini didalam hati Lok Yang Hong sedang memikirkan tentang apa, selama satu hari satu malam, dia pun mulai merasakan mulutnya sedikit menjadi kering.

   Mendadak teringat olehnya pesan yang diberikan oleh Sin Eng Thaysu yang mengatakan bahwa ditengah perjalanan menuju kepuncak gunung Ban Liong Ling ini akan terdapat sumber air.

   ***.

   *** Sebenarnya perjalanan ini dapat dihitung tidak jauh sehingga tak perlu pergi cari sumber air, apabila dia tidak lupa kemungkinan sekali dia tak akan menggerakkan tubuhnya pergi mengejar diri Lok Yang Hong.

   Diapun mengetahui bahwa Lok Yang Hong tak mungkin akan percaya Sin Eng Thaysu akan memberitahukan tempat sumber air yang sesungguhnya kepadanya, tak dapat disalahkan lagi dia mempunyai sikap seperti itu.

   Boen Ching memandang tajam bayangan Lok Yang Hong lari menjauh, dia tersenyum dan memandang sekeliling tempat itu, setelah membedakan arah dan menentukan arah yang ditempuh oleh Lok Yang Hong, dia barulah melanjutkan perjalanannya lari ke arah depan.

   Sin Eng Thaysu pernah memberitahukan kepadanya bahwa sumber air itu sangat mudah sekali untuk didapatkan, disekeliling sumber air itu tumhuh-tumbuhan kaktus, tetapi sumber air itu barulah muncul airnya dimalam hari saja.

   Sin Eng Thaysu pernah mengatakan bahwa sumber air itu merupakan satu satunya sumber air yang disekitar tempat ini, dia percaya Lok Yang Hong pun pasti mengetahui tempat sumber air ini, bahkan kemungkinan sekali dia pun telah berada ditempat tersebut? Cuaca makin lama makin gelap, ditengah pasir itu pun mulai tampak air yang memancar keluar.

   Boen Ching segera maju mengambil air secukupnya dan kemudian mengundurkan diri ke belakang sebuah tumbuhan kaktus untuk mulai memakan rangsum yang dibawanya.

   Setelah lewat beberapa saat lamanya.

   Masih juga belum nampak Lok Yang Hong muncul ditempat itu, didalam hati Boen Ching merasa sangat heran sekali, dia mengerutkan alisnya, entah mengapa Lok Yang Hong belum juga sampai ditempat ini.

   ***.

   *** Apakah boleh dikata dia telah mengetahui ditempat lain pun juga terdapat sumber air?? Kuil Pie Lu Si sangat dekat dengan gurun pasir ini, dia percaya tak ada orang lain lagi yang jauh lebih tahu keadaan gurun pasir ini daripada orang-orang kuil Pie Lu Si itu.

   Waktu telah mendekati kentongan ke tiga, tetapi masih juga tak tampak Lok Yang Hong muncul ditempat itu.

   Baru saja Boon Ching merasa sangat heran, mendadak dari sebelah depan terlihat lah sebuah bayangan manusia berkelebat, memandang orang itu tak lain dan tak bukan adalah Lok Yang Hong.

   Tubuh Lok Yang Hong berkelebat dengan cepatnya, dan tak henti-hentinya pula dia menengok kebelakang, Boen Ching yang tampak hal itu menjadi tersenyum, kiranya Lok Yang Hong sedang menghindarkan diri dari pertemuan dengan dirinya, tak dapat disalahkan lagi pada saat ini baru muncul.

   Pada saat ini permukaan air amat tenang sekali, Lok Yang Hong setelah memandang sekeliling tempat itu, dia menghembuskan napas lega, dengan tersenyum ia berjalan menuju kearah sumber air itu.

   Baru saja dia mengambil air hendak diminum, mendadak dia menjadi tertegun dan berdiri termangu-mangu disana.

   Terlihat beberapa sisa roti mengikuti mengalirnya air mendekati kearahnya.

   Dalam hati Lok Yang Hong menjadi termangu-mangu, mendadak dia bangkit berdiri dan mencabut pedangnya, sedang tubuhnya melayang mundur?? Beberapa langkah ke belakang.

   Dibawah sorotan sinar bulan, Boen Ching dengan tersenyum berdiri dengan sangat tenangnya dibawah sebuah pohon.

   ***.

   *** Pada kening Lok Yang Hong segera terasa keringat dingin mengucur keluar, keperca-yaan pada diri sendiri yang telah tertanam di dalam dirinya hanya dalam sekejap saja telah lenyap dari dalam hatinya.

   Boen Ching dengan langkah yang sangat perlanan berjalan keluar dari belakang pohon tersebut.

   Lok Yang Hong pada saat ini sungguh- sungguh merasa terperanjat sekali, pikiran nya dengan bergerak memikirkan cara untuk menghadapi diri Boen Ching.

   Dia mengerutkan alisnya, dan bertindak satu langkah kedepan, ujarnya.

   "Waktu itu kau memperoleh kemenangan dikarenakan aku pada saat itu tidak bersiap, kali ini mengapa kita tidak sungguh-sungguh bertempur satu kali untuk menentukan siapakah yang menang dan siapa yang kalah.".

   Boen Ching tersenyum, dengan perlahan-lahan dia mencabut keluar pedang Cing Hong Kiamnya.

   Lok Yang Hong menghembuskan napas panjang, pedang panjangnya digerakkan ke depan, terlihatlah sinar pedang berkelebat sehingga membentuk suatu jaringan pedang yang sangat rapat, dengan menggunakan jurus 'Hwiee Kiam Dho Lim"

   Atau pedang terbang masuk hutan menerjang tubuh Boen Ching dari arah atas menuju kebawah.

   Dalam hati pikirnya apabila dia hendak mendapatkan kemenangan, kiranya hal itu sukar sekali untuk didapatkan, terpaksa dia harus menyerang terlebih dahulu barulah dapat melancarkan ilmu dari Hay Thian Kiam Boh yang baru saja berhasil dipelajarinya itu.

   Boen Ching tertawa bergerak, tubuhnya melayang, pedang Cing Hong Kiamnya segera membentuk suatu sinar yang sangat menyilaukan mata, sedang hawa pedangnya pun ***.

   *** mengikuti gerakan tersebut menyerang kedepan dan menggulung serangan pedang Lok Yang Hong.

   Pedang dari kedua belah pihak begitu terbentur satu dengan lainnya, segera terlihat melekat satu dengan lainnya.

   Pada saat pedang dari kedua belah pihak itu melekat satu dengan lainnya, segera terlihat sinar pedang sekali lagi tak henti- hentinya, hawa pedang bagaikan meluncur nya bintang dilangit menyambar keseluruh penjuru dan meletus dengan hebatnya.

   


Maling Romantis -- Khu Lung Kelelawar Tanpa Sayap -- Huang Ying Telapak Emas Beracun -- Gu Long

Cari Blog Ini