Pendekar Setia 7
Pendekar Setia Karya Gan KL Bagian 7
Pendekar Setia Karya dari Gan K L
Sampai hari ketiga, kitab syair itu sudah hampir terbaca habis oleh Yu Wi, waktu ia membalik halaman terakhir, tiba-tiba ditemukan sehelai kertas yang terselip di situ.
Kertas itu penuh tertulis huruf kecil, Yu Wi coba memeriksanya, ternyata semua tulisan itu melulu terdiri dari empat huruf saja, jadi ditulis berulang tetap empat huruf saja yang berbunyi "kiam-kah-yong-yong", artinya harapan remang-remang.
Tulisan itu ada yang rajin, ada yang asal gores saja, dapat dibayangkan yang menulis itu pasti lagi kacau pikirannya, sebentar gembira, sebentar sedih.
Goresannya cukup kuat, jelas ditulis oleh orang lelaki.
Padahal kitab ini milik Yau ce-sing, tentulah kertas yang penuh tertulis empat huruf ini- juga ditulis olehnya.
Kini Yu Wi dapat menerka apa yang menjadi sebab kekesalan hati Yau ce-sing, tanpa terasa ia tertawa geli dan membatin.
"Rupanya dia lagi kacau pikiran lantaran urusan cinta."
"Kiam-kah-jong-jong"
Terdapat dalam syair kuno yang merupakan syair percintaan seorang pemuda yang merindukan kekasih.
Dari keempat huruf ini dapat diperkirakan pikiran Yau Ce-sing, tentu dia mencintai seorang gadis, tapi gadis itu seperti tidak mau sehingga membuatnya bingung, hal inilah yang membikin kesal hatinya.
Yu Wi memang cerdas, apa yang telah dibacanya tidak terlupakan lagi, maka belahan ia coba menghapalkan syair yang baru saja dibacanya ....
Tapi baru beberapa kalimat, mendadak terdengar Pek-yan menegurnya dengan tertawa.
"He. apa yang kau katakan?"
Cepat Yu Wi merapatkan kitab syair itu dan menjawab.
"Eh, Pek-yan siocia, engkau sudah mendusin."
"Aku kan tidak tidur, pakai mendusin apa segala?"
Omel Pek-yan.
"Ya, kutahu, tentu engkau telah berusaha dengan susah payah demi memenuhi permintaanku.
"
"Susah payah sedikit tidak menjadi soal, yang penting sekarang sudah kudapatkan cara mematahkan sian-thian-ciang."
"Hah, apa betul?"
Seru Yu Wi girang.
"Kemarin dulu sudah kupergi ke siau-hoa-san, dengan alasan menerjang rintangan dapat kutembus dua rintangan mereka, sian-thian-ciang ketiga nikoh cilik itu memang benar ilmu pukulan paling lihai yang pernah kulihat selama hidup ini, tapi juga tidak dapat merintangi aku. Demi menyelami letak kebagusan sian-thian-ciang mereka, aku sengaja tidak mengalahkan mereka, tapi selama sehari suntuk kutempur mereka sehingga seluruh permainan mereka dapat kuapalkan ..."
Diam-diam Yu Wi terkejut atas bakat Pek-yan yang luar biasa itu, sungguh sukar untuk dipercaya bahwa nona semuda ini dapat mencuri belajar ilmu pukulan lawan dalam pertarungan yang berlangsung. Maka dengan sangsi ia coba tanya.
"Jika nona sudah apal seluruhnya, dapatkah kau mainkan sekali bagiku?"
"Tidak kumainkan bisa jadi akan kau sangsikan kemampuanku,"
Kata Pek-yan dengan tertawa.
"Baiklah, boleh kau lihat, sian-thian-ciang seluruhnya terdiri dari 108 jurus...."
Segera ia melompat bangun dari kasuran dan memainkan sian-thian-ciang yang hebat sejurus demi sejurus dengan sangat terang.
Ilmu pukulan Yu Wi sendiri juga sudah tergolong kelas satu, dengan sendirinya ia dapat membedakan permainan Pek-yan itu asli atau palsu.
Dilihatnya tiga jurus pertama memang benar serupa permainan siau Hong, bahkan lebih bagus daripada siau-hong, hal ini disebabkan sian-thian-cang yang dikuasai ketiga nikoh cilik itu memang terlebih tinggi daripada siau Hong.
Selesai 108 jurus dimainkan, dengan tenang Pek-yan lantas berdiri dengan tenang.
Diam-diam Yu Wi mengagumi sian-thian-ciang yang luar biasa itu, pantas dua jurus saja dirinya tidak tahan, kenyataannya memang hebat luar biasa setiap jurusnya.
Ketiga jurus sakti ciptaan Kan Yok-koan, ke-13 jurus ilmu pukulan Ji Pek liong dan Hoa-sin-ciang ciptaan Loh Ting-hoa, semuanya boleh dikatakan ilmu pukulan yang sukar ada bandingannya didunia Kang-ouw, tapi kalau dibandingkan sian-thian-ciang, mau-tidak-mau harus diakui betapa kecilnya serupa si kerdil berhadapan dengan raksasa.
"Bagaimana, kenapa tidak bicara, apakah ada sesuatu yang tidak betul?"
Tanya Pek-yan.
"O, tidak."
Jawab Yu Wi cepat.
"lalu bagaimana caranya mematahkan sian-thian-ciang yang hebat ini?"
"Jika cuma omong saja mungkin tidak kau percayai, sebentar kalau sudah berhasil kau pelajari caranya, nanti aku yang memainkan sian-thian-ciang dan boleh kau coba mematahkannya, tatkala mana baru kau tahu tidak sulit untuk mematahkan sian-thian-ciang."
"Bilakah dapat kubelajar?"
Taaya Yu Wi dengan tertawa.
"Tentu saja makin cepat makin baik,"
Kata Pek-yan.
"Jika demikian bolehlah mulai sekarang?"
Tanya Yu Wi dengan tidak sabar. Pek-yan menggelang.
"Masa begitu sederhana? Pertama, aku perlu istirahat dulu dan makan..."
Mendadak Yu Wi mengetuk batok kepala sendiri dan berseru.
"Ah, sungguh aku terlalu mementingkan diri sendiri Padahal engkau sudah dua hari dua malam memeras otak tanpa istirahat dan tidak makan, sekarang kuminta kau ajarkan ilmu pukulan hasil pemikiranmu, jika kesehatanmu terganggu sungguh tidak sedikit dosaku."
"Ini tidak menjadi soal, hanya sedikit penderitaan ini belum dapat merusak kesehatanku,"
Kata Pek-yan "Yang penting, sebelum kukerjakan urusanmu, lebih dulu harus kau penuh isyaratnya .
"
Mendengar ini seketika hati Yu Wi terasa berat.
"Bagaimana, janganlah bersungut,"
Pek-yan berseloroh.
"
Memenuhi syarat kan tidak berarti menghendaki jiwamu?"
Yu Wi merasa kurang senang, ucapnya.
"
Urusannya entah akan berhasil atau tidak, masakah harus kupenuhi dulu syaratnya?"
"Memang betul juga, sebelum kau kalahkan sian-thian-ciang, Memang terlalu dini jika harus bicara tentang penjualan bayanganmu,"
Tanpa menunggu jawaban Yu wi, segera Pek-yan menyambung.
"Tapi aku punya pegangan, setelah kuajarkan caranya, kau pasti mampu mematahkan sian-thian-ciang. Padahal selama ini pekerjaan Bu-eng-bun selalu lancar dan tidak pernah gagal, biasanya kami terima bayaran dulu baru mulai bekerja. Tapi akupun tidak mau memaksa dirimu, hanya saja perlu ada jaminan darirmu, kalau tidak. bilamana kau brhasil lalu kabur, kan aku jadi bekerja percuma?"
Yu Wi merasa kurang senang. tapi ia pun tidak membantah, tanyanya.
"
Habis bagaimana menurut kehendakmu?"
"Kau harus bersumpah kepada patung kami. dengan begitu barulah aku tidak perlu kuatir lagi akan sia-sia usahaku,"
Kata Pek-yan dengan tertawa.
"Bersumpah dihadapannya?"
Tanya Yu Wi sambil menuding patung wanita telanjang itu. Tiba-tiba air muka Pek-yan berubah kereng, ucapnya dengan khidmat.
"Beliau adalah cikal-bakal Bu-eng-bun kami, Hiang-sin (malaikat harum). kau bersumpah padanya harus kau lakukan dengan jujur dan khidmat. apapun pikiranmu tidak beres pasti akan diketahuinya."
Diam-diam Yu Wi tertawa geli. pikirnya sebuah patung telanjang saja masakah punya keramat apa-apa, huh, memangnya menipu anak kecil?"
Maka dengan tersenyum ia berkata.
"Baiklah. boleh aku bersumpah padanya."
Lalu ia berlutut di depan meja sembahyang. tanyanya sambil menoleh.
"Apa yang harus ku-ucapkan?"
Pek-yan berdiri disampingnya dan berkata.
"Katakan, Hiang-sin maha sakti, Tecu Yu Wi bersumpah, apabila Tecu telah mengalahkan sian-thian-ciang, selanjutnya setiap tindak-tandukku akan tunduk kepada perintah Pek-yan, jika melanggar sumpah, terserah hukuman apa yang akan dijatuhkan Hiang-sin."
Yu Wi menirukan sumpah itu sekata demi sekata, selesai bersumpah, mendadak terasa beberapa Hiat-to penting di bagian punggung sama kesemutan, cepat la berpaling dan berseru.
"He, apa yang kau lakukan?"
Pek-yan mendengus.
"Telah kutusuk keenam Hiat-to penting itu dengan enam jarum berbisa."
Seketika Yu Wi merasa sekujur badan dingin seperti kejeblos ke dalam gua es.
keenam berbisa itu serupa belenggu yang tidak kelihatan, selanjutnya kebebasannya akan terkekang oleh belenggu ini.
Gemas sekali dia karena merasa dipermainkan Pek-yan, segera ia membentak.
"Bukankah kau suruh aku bersumpah? Kenapa sekarang kau gunakan jarum berbisa secara rendah ini padaku?"
Pek-yan menjengek.
"Hm, melihat sikapmu waktu bersumpah, mana aku mau percaya kesungguhanmu, sudah kukatakan segala apa pun diketahui Hiang-sin, jika aku saja tidak dapat kau tipu, mustahil Hiang-sin mau percaya kepada sumpahmu."
Saking gusarnya sampai Yu Wi tidak dapat bicara lagi, ia hanya menyalahkan dirinya sendiri yang tidak percaya kepada malaikat segala, waktu bersumpah kurang khidmat sehingga sekarang harus menderita oleh enam jarum berbisa ini.
Tapi segera terpikir lagi olehnya dirinya kan bukan orang yang suka ingkar janji, setelah berhasil menguasai cara mematahkan sian-thian-ciang syarat yang dijanjikan pasti akan dipenuhinya, jadi keenam jarum berbisa ini tidak perlu dipersoalkan.
Apalagi dengan kepandaian sendiri kan tidak sukar untuk memunahkan racun jarum ini.
Setelah menenangkin diri, segera ia berkata pula.
"Baiklah, sekarang sumpah sudah kulakukan. kapan mulai kubelajar kungfumu?"
Melihat Yu Wi tidak marah lagi atas tidakan keji dirinya, Pek-yan sangat senang, katanya.
"Kutahu hasratmu ingin mematahkan sian-thian-ciang sukar di tunda-tunda lagi, mungkin ada orang di Cu-pi-am yang perlu kau temui. Hm, tidak perlu kau katakan siapa dia, akupun tidak perlu tanya. biarlah sekarang juga kuajarkan kungfu anti sian-thian-ciang itu. Uniuk menguasai kungfu anti sian-thian-ciang ini dengan sendirinya perlu memahami dulu sian-thian-ciang. Nah, akan kulukiskan gaya ilmu pukulan sian thian-ciang itu, boleh kaubaca sendiri dengan teliti, setelah kau apal benar, tentu tenagaku juga sudah pulih seluruhnya."
Setelah menerima gambar petunjuk, tiba-tiba Yu Wi merasa mual dan menumpahkan kotoran- Pek-yan tidak takut kotor, ia memegangi tubuh Yu Wi yang terhuyung-huyung dan berkata.
"Wah, celaka, racunnya bekerja."
Dengan heran Yu wi tanya.
"Racun pada jarummu apakah bukan Toan-jong-ang (merah perantas usus)?"
"Bukan,"
Jawab Pek-yan.
"Memang cara bekerjanya racun mirip Toan-jong-ang, tapi Toan-jong-ang bekerja satu kali setiap bulan, sedangkan racun jarumku ini setiap hari bekerja satu kali."
Kaget Yu Wi tak terlukiskan.
"He, mana ada racun lambat yang bekerja setiap hari."
"Kenapa heran,"
Ujar Pek-yan.
"racunku ini memang lain daripada yang lain. Eh, aneh juga, tampaknya pengetahuanmu tentang racun cukup luas?"
Muka Yu Wi menjadi merah, jawabnya.
"O, tidak, hanya tahu sekadarnya racun, yang biasa digunakan orang Kangouw."
Pek-yan cukup cerdik, katanya.
"Ah, hampir tertipu pula. Kebentur ahli racun- kan tidak ada gunanya kumain tusuk jarum berbisa segala."
Cepat Yu Wi berkata.
"Manusia mengutamakan kepercayaan, betapa hebatnya barang beracun juga takkan lebih kuat daripada kepercayaan."
"Ah, maaf, rupanya aku telah salah menilai dirimu,"
Ujar Pek yan dengan tertawa. Mendadak Yu Wi merasa mual lagi dan hendak tumpah, rasanya orang tumpah memang tidak enak, cepat ia berseru.
"Lekas berikan obat penawarmu"
"Kupercaya engkau seorang Kun-cu (lelaki), makanya kulayani kau dengan cara Yu-kun-cu ( ada lelaki ) ...
"
"Yu-kun-cu?"
Yu Wi bergumam. Ia masih ingat istilah ini adalah kalimat ketiga yang terukir pada patung telanjang itu, tapi dia tidak paham artinya, mengapa Pek-yan melayaninya dengan cara "Yu-kun-cu". Di dengarnya Pek-yan berkata pula.
"Biarlah sekaligus kuberikan obat penawar untuk memunahkan seluruh racun dalam tubuhmu,"
Lalu ia mengeluarkan sebuah kotak kecil yang penuh berisi kepingan hitam bundar sebesar mata uang, jumlahnya ada beberapa puluh biji diserahkannya kepada Yu Wi sambil berkata "Nah, lekas kau makan seluruhnya."
"Inikah obat penawarnya?"
Tanya Yu Wi.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ehm,"
Pek-yan mengangguk.
"mestinya satu hari makan satu biji, bila satu hari tidak makan segera racun bekerja lagi. Tapi kalau sekaligus makan 30 biji, racun akan punah untuk selamanya. Isi kotak ini ada lebih 40 biji, habis kau makan tentu tidak perlu kuatir lagi."
Yu Wi coba mengendusnya, memang betul obat penawar. Tapi ia tidak percaya makan sebanyak itu takkan mengganggu kesehatan, maka dia hanya makan jumlah yang cukup untuk menawarkan racun saja, yaitu 30 biji. Pek-yan tersenyum penuh arti, pikirnya.
"Pintar juga kau dan tahu 30 biji sudah cukup,"
Ia terima kembali kotak kecil itu, lalu duduk bersemadi.
Setelah makan kepingan hitam kecil itu Yu Wi tidak merasa mual lagi, ia pikir mungkin racun sudah punah seluruhnya.
Tapi meski keenam jarum itu untuk sementara tidak berbahaya, tapi terasa seperti duri di punggung, selama jarum tidak dicabut tentu saja tidak aman rasanya.
Mestinya ia hendak minta Pek-yan mencabutkan jarum itu, tapi terlihat nona itu sedang duduk bersemadi, tidak enak untuk mengganggunya, segera ia membuka lukisan yang menggambarkan ke-108 jurus sian-thian-ciang itu dan dipelajari dengan tekun.
Saking asyiknya belajar, sang waktu berlalu dengan cepat, pelahan obat kepingan hitam kecil Itu mulai bekerja di dalam badannya, reaksi obat ini ternyata tak dirasakan oleh Yu Wi dan juga sukar dipahaminya meski pengetahuannya dalam ilmu pertabiban sudah cukup banyak.
setelah sebagian besar gambar sian-thian-ciang itu dibacanya, tiba-tiba Yu Wi mengendus bau yang sukar ditahan.
cuma kehebatan sian-thian-ciang lagi manarik segenap perhatiannya sehingga dia tidak sempat memikirkan daripada datangnya bau busuk itu.
Setelah sekian lama pula, dapatlah gambar sian-thian-ciang dibacanya habis, tapi bau busuk itu seakan-akan memenuhi ruangan sehingga Yu Wi tidak tahan berdiam lebih lama lagi di dalam biara ini, ia pencet hidung dan lari keluar.
Diluar gumpalan awan hampir menyelimuti seluruh puncak bukit, sejauh mata memandang hanya lautan awan belaka.
Hawa segar yang membawakan air embun membuat Yu Wi menaksir waktu itu hari masih pagi.
Ia menarik napas dalam-dalam sehingga rasa mual tadi lenyap sama sekali.
Sembari berpikir segera ia coba mainkan sian-thian-ciang yang telah diapalkannya dari gambar petunjuk tadi, 108 jurus dapat dimainkannya dengan baik.
sementara itu hari sudah dekat lohor.
Latihan yang terlalu giat sangat banyak membuang tenaga.
Tentu saja Yu Wi merasa kelaparan, ia barmaksud masuk ke biara untuk makan rangsum, tapi lantas teringat lagi akan bau busuk yang memuakkan itu, jadinya dia lebih suka berdiri diluar dengan kelaparan daripada masuk kedalam untuk makan, Ia sangat heran mengapa Pek-yan tahan bau busuk itu, nona itu berduduk sampai sekarang di dalam biara, apakah hidungnya buntu sehingga tidak takut bau busuk? Menurut anggapan Yu Wi, setiap orang yang punya hidung pasti tidak tahan bau bacin itu.
Segera Yu Wi mulai berlatih sian-thian-ciang lagi, dengan hasrat latihan yang menyala-nyala dilupakannya rasa lapar.
Akan tetapi tambah berlatih tambah lapar, sampai hari sudah dekat magrib, ia benar-benar tidak tahan lagi, ia coba mengelilingi lereng bukit untuk berburu.
Untunglah dapat ditangkap seekor kijang kecil, segera ia membuat api di depan biara untuk memanggang kijang.
Ketika mengendus bau sedap daging panggang, entah berapa puluh kali Yu Wi menelan air liur.
Belum lagi daging panggang masak benar, tanpa sabar lagi ia membeset sepotong daging paha terus dimakannya dengan lahap.
Selagi ia hendak ganyang paha panggang yang lain, tiba-tiba Pek-yan muncul dan menegur dengan tertawa.
"Ehmm, sedap benar baunya Daging apakah itu?"
Yu Wi mengusap mulutnya yang berlepotan minyak.
ia tahu Pek-yan tentu juga lapar setelah duduk seharian, meski dirinya sendiri belum kenyang, kan sebagian daging panggag ini harus diberikan kepadanya.
segera ia lemparkan sepotong paha kidang dan berkata.
"Coba cicipi"
Pek-yan membeset sebagian, sisanya dilemparkan kembali kepada Yu Wi, sambil makan ia bekata.
"Aku tidak makan sebanyak ini."
Yu Wi pikir kebetulan, segera ia angkat daging panggang yang diterimanya kembali dan dimakan, tapi baru saja dekat hidung, belum lagi mulutnya menggerogot, sekonyong-konyong tercium bau busuk yang memualkan. Karuan ia terheran- heran.
"Aneh. mengapa setelah daging panggang ini dipegang Pek-yan lantas berbau bacin begini?"
Ia tidak berani lagi, daging itu dilemparkannya kesamping, lalu pura-pura berkata.
"Akupun sudah kenyang"
Habis makan, Pek-yan masuk lagi ke dalam biara dan memanggil Yu wi.
"Masuklah sini. sudah kulukis kan pula gambar petunjuk kungfu anti sian-thian-ciang."
Dengan girang Yu wi ikut masuk kesana, seketika terlupa bau bacin di dalam biara.
Tapi begitu masuk segera teringat olehnya, cuma bau busuk sekarang tidak sebau tadi, diam-diam ia mengomeli dirinya sendiri yang sok.
Dilihatnya di atas kasuran sana ada setumpukan kertas bergambar, agaknya pagi-pagi Pek-yan telah bangun dan melukisnya.
Ia menoleh dan tersenyum terima kasih.
Pek-yan berdiri agak jauh di sana, ucapnya dengan tertawa.
"Boleh kau baca dulu, jika tidak paham baru tanya padaku."
Yu Wi lantas berduduk dan mulai membaca lukisan pertama, ia merasa lukisan ini sangat ruwet sangat sukar untuk dipahami maksudnya.
Tapi dasar wataknya memang keras, ia tidak sudi tanya Pek-yan, sebisanya ia meraba-raba sendiri Lambat-laun dapatlah ditemukan titik terangnya.
Tapi aneh, mendadak dalam ruangan biara itu timbul lagi bau bacin yang memuakkan itu.
Yu Wi menggoyang kepala.
seperti ingin menghilangkan bau busuk itu Tiba tiba didengarnya suara tertawa Pek-yan.
Yu Wi mengira si nona lagi mentertawakan dirinya, dengan muka merah ia berkata.
"Gambar ini ada yang salah."
"Bagian mana yang salah?"
Tanya Pek-yan sambil mendekat. Ternyata bau bacin itu tambah keras mengikut semakin mendekatnya Pek-yan.
"Tendangan ini tidak mungkin mencapai bagian belakang kepala,"
Kata Yu Wi sambil menunjukkan gambar yang dipegangnya. Pek-yan berjongkok di sebelahnya, katanya dengan tertawa.
"Memangnya kau kira sian-thian-ciang dapat kau patahkan dengan mudah?Justeru harus kau serang bagian yang tidak mungkin tercapai barulah ada daya gunanya."
"Ahh"
Seru Yu Wi, seketika pikirannya terbuka. Pek-yan menunjuk gambar lagi dan berkata.
"Bilamana tendanganmu dapat mencapai belakang kepala musuh, maka jurus pertama sian-thian-ciang juga dapat kau patahkan."
Yu Wi mengiakan dengan hormat.
Tapi tanpa terasa badan menggeser menjauhi si nona, sebab dirasakannya bau bacin itu ternyata timbul dari badan Pek-yan, kalau tidak menggeser agak jauh sungguh tidak tahan rasanya.
Pek-yan justeru tidak tahu diri, ia malah mendekat lagi dan berkata sambil menuujuk gambar.
"Cara tendangan ini ...."
"Ya, kutahu."
Kata Yu Wi sambil memencet hidung, lalu berbangkit dan lari keluar biara.
Tak dipedulikan lagi apakab Pek-yan akan tersinggung atau tidak.
yang jelas kalau dia tidak lari ke luar biara, segera ia bisa tumpah.
Pek-yan tetap berduduk di atas kasur dan tertawa gembira.
Diluar Yu Wi masih kuatir kalau tindakannya itu akan menyinggung perasaan si nona.
slapa tahu kalau Pek-yan justeru lagi tertawa senang.
Di bawah pantulan cahaya salju Yu Wi terus berlatih jurus tendangan menurut gambar petunjuk itu, sampai lama barulah ia meraa latihannya ada kemajuannya.
Ia lantas duduk istirahat di atas tanah salju dan berpikir.
"Wah, bagaimana baiknya badan Pek-yan begitu bau, malam ini harus tinggal di mana?"
Untunglah dahulu dia sudah biasa duduk di tanah salju waktu berlatih Hui-liong-pat-poh dengan Ang-bau-kong di Tiam-jong-san.
maka ia ambil keputusan akan berduduk semalam di luar saja.
Tidak seberapa lama ia berduduk.
tiba-tiba didengarnya suara orang menangis di dalam biara.
Yu Wi merasa tidak enak.
Betapapun ia tidak dapat berlagak tuli dan pura-pura tidak tahu, serunya.
"Nona Pek-yan, kenapa engkau menangis?"
Terdengar Pek-yan masih terus menangis tanpa menjawab. Yu Wi merasa tidak tenteram, serunya pula "Pek-yan siocia, apakah ...apakah aku berbuat salah padamu? ...."
Pertanyaan ini membuat tangis Pek-yan bertambah keras.
Diam-diam Yu Wi menghela napas gegetun, ia maklum dirinya memang tidak boleh bertindak begitu kepada Pek-yan, tiada sebab lain tangis Pek-yan itu hanya karena dirinya telah menyinggung harga diri si nona.
Dalam keadaan begitu, siapa pun sukar untuk tidak tersinggung perasaannya.
Yu Wi ingat kejadian tadi, waktu dirinya berlari keluar biara dengan memencet hidung, mustahil hati orang takkan tersinggung.
Yu Wi menggeleng kepala dan menyesal, ia dapat memahami perasaan Pek-yan, tapi tidak berani masuk ke sana untuk menghiburnya, ia takut mengendus bau bacin itu.
Didengarnya Pek-yan lagi berkata sambil menangis.
"Apa yang kau sesalkan, memangnya belum cukup kau singgung perasaan orang? ...."
"Hei, nona, bilakah kulukai pwrasaanmu?"
Yu Wi berlagak bodoh.
"Huh, setan yang tidak punya liangsim,"
Omel Pek-yan dan menangis terlebih keras.
"jangan berteriak. nona, kau bilang siapa tidak punya liangsim?"
Tanya Yu Wi dengan mendongkol juga . Dengan tersendat Pek-yan berkata.
"Dengan susah payah kupikirkan cara mematahkan sian-thian-ciang baginya, tapi orang itu justeru memperlakukan diriku dengan sikap kasar, seakan-akan diriku ini ular berbisa yang hendak menggigitnya sehingga dia ketakutan dan lebih suka duduk di tanah salju di luar daripada masuk kesini, jika dia punya liangsim tidak seharusnya dia anggap diriku sebagai ular berbisa."
Cepat Yu Wi membantah.
"He, tidak pernah kuanggap engkau sebagai ular"
"Kalau bukan ular tentu juga dianggapnya sebagai binatang buas, mungkin juga aku disangka hantu pangisap darah,"
Seru Pek-yan. Yu Wi jadi tertawa malah, katanya.
"Tidak pernah kuanggap dirimu sebagai makhluk yang aneh, engkau kan manusia baik-baik?"
"Bagus jika begitu, sekarang coba masuklah kemari"
Desak Pek-yan.
"Tapi ... tapi aku tidak , .. tidak berani masuk ke situ ...,"
Jawab Yu Wi dengan gelagapan.
"Apa katamu?"
Tanya Pek-yan dengan suara keras. Akhirnya terpaksa Yu Wi mengaku terus terang.
"soalnya pada tubuhmu ada bau busuk, maka aku tidak berani masuk kesitu."
"omong kosong"
Damperat Pek-yan dengan gusar.
"Badanku kering bersih, mana ada bau busuk sebala?"
"Betu,"
Seru Yu Wi untuk meyakinkan orang.
"wah, baunya...."
Mendadak Pek-yan menangis lagi, ucapnya.
"Bau busuk apa? Lekas jelaskan, kalau tidak, awas kau nanti"
Yu Wi lantas jemput daging panggang yang terbuang di tanah tadi, pada daging itu masih berbau busuk karena terjamah oleh tangan Pek-yan- pikirnya.
"Biarlah kau cium sendiri bau busuk ini, tentu kau tidak sanggup omong lagi,"
Maka dengan memencet hidung ia mendekat kesana, dilihatnya Pek-yan berduduk di situ, mana dia menangis, setitik air mata saja tidak ada. Diam-diam Yu Wi mendongkol, pikirnya.
"Budak ini benar-benar pandai berpura-pura, kukira dia hampir mati menangis tadi"
Bukan saja tidak menangis, bahkan Pek-yan lantas tertawa menyambut kedatangan Yu Wi, tegurnya.
"
Untuk apa kau pencet hidungmu?"
"Coba kau cium daging ini,"
Kata Yu Wi.
"Aku tidak perlu menciumnya, bau sedap daging itu masakah perlu diragukan lagi?"
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kata Pek-yan.
"Tidak. justru bau daging ini sangat bacin, serupa bau tubuhmu ...."
"Sialan"
Damperat Pek-yan.
"Masakah kau persamakan bau daging itu dengan diriku? Betapa-pun sedap bau daging panggang itu juga tidak lebih harum daripada bau tubuhku. Kalau tidak percaya boleh kemari dan coba mengendus sendiri"
Dengan takut Yu Wi malah menyurut mundur dan menyatakan dengan tegas.
"Wah, tidak perlu"
Tapi Pek-yan terus mendesak maju dan merintangi jalan Yu Wi. Cepat Yu Wi berkata pula.
"Ai, apakah ... apakah engkau sengaja membikin aku tumpah?"
"Jika tidak mau tumpah harus kau makan daging Panggang ini,"
Kata Pek-yan dengan tertawa- "Tidak berani kumakan "
Sahut Yu Wi sambil menggeleng.
"Kalau begitu biar aku saja yang makan"
Kata Pek-yan. Yu Wi tidak percaya nona itu berani makan daging berbau busuk itu, ia pikir.
"Kau sengaja menyuruh kutumpah, terpaksa kutumpah untuk membuktikan bau badanmu memang busuk dan membuatku tidak tahan."
Segera ia lepaskan tangan yang memencet hidung.
Aneh juga, mana ada bau busuk lagi, malahan tercium bau harum.
Bau busuk yang tadi memenuhi ruangan biara itu kini tidak ada lagi, sebaliknya terendus bau harum semerbak laksana beribu bunga mekar bersama, setelah mengirup hawa segar.
tanpa terasa Yu Wi menarik napas lebih panjang lagi.
Pek-yan bergelak tertawa.
"sekarang masih bau tidak?"
Tanyanya. Yu Wi coba mengendus-endus lagi untuk mencari tahu dari mana timbulnya bau harum itu tiba-tiba diketahuinya bau harum ini tersiar dari badan Pek-yan, keruan ia terkejut dan berseru.
"He berasal dari badanmu?"
Pek-yan sengaja mendekatkan tubuhnya sehingga mukanya hampir menempel hidung Yu Wi. bau harum semerbaknya hampir memabukkan Yu Wi, berulang-ulang anak muda itu berseru.
"Ehmm, alangkah harumnya"
Begitu harum baunya, kalau bisa Yu Wi ingin mendekap nona itu dan menciumnya sepanjang hari.
"Cocok harumnya?"
Kata Pek-yan dengan gaya yang memikat.
"Jika kubuka baju akan lebih harum lagi"
Ucapan ini sungguh terlalu berani. sebagai lelaki Yu Wi berbalik merah jengah mukanya, tanpa terasa ia menyurut mundur dan berseru.
"Aha, daging ini harus kumakan"
"He, daging apa?"
Tanya Pek-yan dengan tertawa genit. Berdebar jantung Yu Wi, katanya sambil menuding sisa daging panggang tadi.
"o, dag ... daging ini?"
Dengan gugup ia pegang daging kijang panggang itu terus digigitnya, tapi baru masuk mulut, bau busuk yang timbul akibat terjamah tangan Pek-yan tadi segera tercium pula.
"uwaak", kontan ia tumpah, Terpingkal-pingkal Pek-yan melihat kelakuan anak muda itu, teriaknya.
"Ah, siapa yang suruh kau makan benar-benar?"
"Tadi aku tidak tumpah, kalau kalah harus makan daging ini,"
Kata Yu Wi dengan tersipu-sipu.
"Engkau ternyata bisa pegang janji, jika demikian tidak perlu kusangsikan lagi akan janjimu setelah berhasil kau belajar kungfu anti sian-thian-ciang."
"Ya, kalau sudah berjanji kan harus dipenuhi?"
Segera Pek-yan merampas sisa daging panggang dari tangan Yu Wi, katanya dangan tertawa.
"Daging inipun tidak perlu kau makan lagi. sudah dingin, tidak enak. Apalagi juga berbau busuk."
"Bagus, ternyata kaupun tahu."
Seru Yu Wi.
"bau busuk pada daging ini justeru ketularan dari tubuhmu."
Dari sini terbuktilah bahwa badan Pek-yan memang berbau bacin, daging yang sudah dijamahnya sampai sekarang belum hilang baunya.
"Dengan sendirinya kutahu, harus kuakui memang badanku ada semacam bau busuk,"
Kata Pek-yan. Yu Wi merasa tidak mengerti, katanya pula.
"Tapi mengapa sekarang bau itu sudah hilang, bahkan berubah menjadi bau harum yang sangat mempesona?"
"Kau ingat malaikat apa yang kami puja itu?"
Tanya Pek-yan sambil menunjuk patung wanita telanjang itu.
"
Katamu Dewi Harum,"
Jawab Yu Wi.
"Betul, sedangkan diriku ini keturunan Dewi harum, sekarang sudah jelas bukan?"
Yu Wi garuk-garuk kepala dan berkata.
"Tapi ... tapi apa hubungannya? ...."
"Tolol,"
Omel Pek-yan dengan tertawa genit.
"sebagai keturunan Dewi Harum dengan sendirinya kutahu berbagai macam wewangian, untuk membuat harum apa sulitnya?"
Tapi Ya Wi tetap tidak mangerti.
"Dan sebelum badanmu digosok wewangian, mengapa bisa berbau busuk?"
"Aku kan perempuan, terkadang akan timbul semacam bau tidak enak,"
Kata Pek-yan dengan tertawa sambil mendekap mulut.
Yu Wi tetap tidak paham, teringat olehnya Yap Jing yang menikah dengan dirinya dan telah tinggal bersama sekian lama, mengapa tidak pernah tercium sesuatu bau busuk dari tubuh isterinya itu "Sudahlah, tidak perlu kita bicara lagi tentang bau busuk atau harum,"
Kata Pek-yan-"sekarang boleh kau istirahat satu malam, besok pagi pagi kita mulai berlatih kungfu anti sian-thian-ciang."
Malam ini Yu Wi tidak tersiksa lagi, sebaliknya hidungnya terasa nikmat seakan-akan tenggelam dilautan bunga, tercium macam-macam bau harum yang tidak diketahui namanya.
Esok paginya ia bangun, ternyata entah mulai kapan kasuran sendiri telah bergeser lebih mendekati Pek-yan, pantas tercium bau harum luar biasa.
Diam-diam ia membatin.
"Bilamana setiap malam dapat mendampingi dia, selama hidup ini tidak perlu mengharapkan apa-apa lagi."
Lalu terpikir puia.
"Apabila dia menjadi isteriku, kan lebih baik lagi?"
Baru timbul pikiran ini, mendadak ia ketok kepala sendiri dan memaki diri sendiri dalam hati.
"
Wahai Yu Wi, mayat isterimu belum lagi dingin, Ya-ji juga belum ditemukan, masakah sekarang timbul pikiranmu yang tidak senonoh, sungguh pantas mampus kau"
Segera ia memutuskan sedapatnya takkan berdekatan dengan Pek-yan agar dirinya tidak terpikat oleh bau harumnya.
Kalau tidak.
pada suatu hari kelak pasti sukar terlepas dari kecanduan bau harum tubuh Pek-yan itu.
Tapi diluar sadarnya ternyata dia sudah tidak dapat lagi meninggalkan Pek-yan.
Dalam pada itu Pek-yan juga sudah mendusin.
Melihat si nona mendusin, cepat Yu Wi menggeser kasurnya lebih jauh.
Pek-yan tahu semalam Yu Wi tidur berdempetan dengan dirinya, segera ia tertawa dan berkata.
"Bagaimana? Apakah badanku berbau busuk lagi?"
Dengan gelagapan Yu Wi menjawab.
"o, ti ...tidak- sebaliknya malah sangat ...sangat harum...."
"Kaupun takut kepada bau harum?"
Tanya Pek-yan dengan tertawa.
"Tidak.. tidak takut"
Jawab Yu Wi sambil menggeleng.
"Jika tidak takut, kenapa kau geser kasuranmu sejauh itu? Ayolah pindah kesini"
Seru Pek-yan dengan tersenyum. Tapi Yu Wi tidak menurut, sebalikrya ia malah menyurut mundur lebih jauh dan berkata dengan serba susah.
"Aku ... aku harus berhasil kungfu anti sian-thian-ciang ....
"
Belum selesai ucapannya segera ia berlari keluar biara.
Ia comot segumpal salju untuk mencuci muka dan berkumur, lalu mulailah ia berlatih.
Jurus pertama dapat dilatihnya dengan sangat lancar, sampai sekian lama baru Pek-yan menyusul keluar, ia bertepuk tangan memuji.
"Bagus. jurus pertama ini sudah berhasil kau kuasai, sekarang berlatihlah jurus kedua."
Yu Wi berhenti bermain, ucapnya dengan sangat gembira.
"Apakah betul sudah kukuasai dengan baik?"
"Masakah guru berdusta pada murid?"
Ujar Pek-yan "
Kata ku, kemarilah muridku."
Sebutan "
Murid"
Itu membikin perasaan Yu Wi tidak enak. dengan muka merah ia menjawab.
"
Untuk apa ke situ?"
"Guru akan mengajarkan jurus kedua padamu"
Ucap Pek-yan dengan tertawa.
"Akan kulatih sendiri,"
Kata Yu Wi secara spontan. Pek-yan mendengus.
"Baik, ingin kutahu cara bagaimana akan kau latih."
Baru sekarang Yu Wi ingat gambar petunjuk masih ketinggalan di dalam biara.
Tanpa petunjuk gambar itu, apanya yang bisa dilatihnya.
segera ia mengitar kebelakang Pek-yan dan bermaksud masuk ke biara untuk mengambil gambar Tapi Pek-yan lantas mengangkat tangannya.
"Gambarnya di sini, ambil kemari"
Waktu Yu Wi berpaling, benarlah gambar petunjuk anti sian-thian-ciang itu memang berada padanya. Tapi ia tidak berani mendekat, ia memberi hormat dari jauh dan berkata.
"silakan taruh saja di tanah"
Pek-yan lantas menaruh gambar itu di sampingnya dan berseru pula dengan tertawa.
"Baik, ambil"
"Mohon ... mohon engkau menyingkir dulu kesana"
"Memangnya kenapa, aku tidak boleh berdiri disini?"
Pek-yan pura-pura marah. Yu Wi menjadi gugup.
"O, tidak ... bukan ..."
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak bukan apa?"
Pek-yan melengos kesana, jelas maksudnya gambar mau diambil atau tidak masa- bodoh, yang jelas aku tetap berdiri di sini.
Terpaksa Yu Wi mendekati si nona, seketika terendus bau harum itu, bau harum itu seperti telah mengendalikan pernapasannya, seakan-akan telah menguasai sarafnya.
Mendadak ia menarik napas keras-keras beberapa kali, sungguh luar biasa daya pikat bau harum ini sehingga membuatnya ingin mengendus lebih banyak, bahkan makin terendus makin harum dan semakin ingin menciumnya.
Yu Wi berjongkok untuk mengambil gambar itu, tapi samphi sekian lama belum lagi berbangkit kembali.
Kiranya dibagian bawah Pek-yan terasa lebih harum, semerbak itu teruar dari bawah gaunnya sehingga membikin Yu Wi lupa daratan.
Pek-yan sengaja menarik ujung gaunnya dan setengah menjerit.
"He, kau lihat apa?"
Seketika bau harum dari bawah gaunnya ter-suar terlebih keras sehingga hidung Yu Wi hampir-hampir tidak muat.
Melihat Yu Wi terkesima seperti orang linglung, Pek-yan sangat senang, diturunkan ujung gaunnya dan bau harum itupun lenyap.
Pikiran Yu Wi rada pulih kembali, mendadak ia melompat bangun dan menyurut mundur dengan takut seperti melihat ular berbisa.
Pek-yan tertawa terkikik-kikik, omelnya.
"Tolol, lekas kau latih sendiri, takkan kuganggu dirimu lagi."
Habis berkata ia terus masuk sendiri ke dalam biara. Yu Wi berdiri termangu-mangu, mendadak ia menggeleng kepala dan bergumam.
"Sialan, seperti melihat setan"
Ia tidak mengerti mengapa dirinya bisa linglung begitu, diam-diam timbul kewaspadaannya, ia pikir bau harum ini pasti bukan barang baik, kalau tidak masakah aku kebelinger begini sehingga sukma serasa terbang keawang-awang.
Meski sudah timbul kewaspadaannya, tapi bila ada bagian latihannya yang tidak dipahaminya, terpaksa ia harus minta petunjuk kepada Pek-yan, maka setiap hari sedikit banyak dia harus mencium bau harum itu.
Dan bsgitulah seterusnya tanpa terasa sebulan telah lalu, bau harum itu sudah terasa biasa baginya, ia tidak lupa daratan lagi bila mencium bau harum itu.
selama sebulan dapatlah 108 jurus kungfu anti sian-thian-ciang itu dipelajarinya secara lengkap.
Setelah tamat belajar, kagum Yu Wi terhadap bakat Pek-yan sungguh tak terperikan-sebab kini diketahuinya kungfu anti sian-thian-ciang itu memang luar biasa hebatnya dan jauh lebih bagus daripada sian-thian-ciang.
Hal inipun logis, kalau tidak lebih bagus mana bisa mengalahkan Sian-thian-ciang.
Yang dikagumi Yu Wi adalah kecerdasan Pek-yan yang dapat menciptakan kungfu itu dalam waktu dua hari saja sedangkan dirinya sekarang harus melatihnya selama sebulan.
Ia tidak tahu kemahiran Pek-yan meliputi segala macam ilmu, tapi untuk menciptakan kungfu anti sian-thian-ciang itu hampir memeras semua ilmu yang dikuasainya, jika bakat Yu Wi sendiri tidak tinggi, belum tentu berhasil dikuasainya dalam waktu sebulan.
Selesai menguasai kungfu anti sian-thian-ciang tanpa terasa iapun menguasai sian-thian-ciang sendiri, jadi sama dengan menambah semacam kungfu lagi.
Hari ini Pek-yan berkata padanya.
"sekarang bolehlah kau coba hasil pelajaranmu."
Ucapan ini sama dengan memberitahukan kepada Yu Wi bahwa sekarang dia sudah mampu mengalahkan sian-thian-ciang.
Demi cepat-cepat bertemu dengan Ko Bok ya, Yu Wi memang sudah tidak sabar lagi dan ingin selekasnya dapat menguji kungfu baru.
Dengan girang ia lantas berseru.
"Baik, biarlah kuberangkat"
Habis berkata, terus saja ia melangkah pergi. Karuan Pek-yan melenggong, cepat ia berseru.
"Hei, hei Untuk apa ter-buru2? sudah sebulan kau tinggal disini, masakah tidak sabar menunggu lagi sebentar?"
Yu Wi memang tidak sabar lagi, tanyanya sambil berpaling.
"Engkau ada pesan apa?"
Berkumpul selama lebih sebulan, Pek-yan merasakan diantara mereka sudah timbul perasaan akrab, cuma sayang Yu Wi tidak menaruh simpati kepadanya.
Yu Wi menganggap di antara mereka hanya sedang melangsungkan semacam transaksi jual-beli, sedangkan terjadinya jual- beli ini rada merugikan Yu Wi.
memangnya siapa yang mau menjual bayangan sendiri kepada orang lain.
Kalau tidak disebabkan sian-thian-ciang terlalu lihai dan tidak sanggup diatasinya, tidak nanti Yu Wi mau menerima syarat orang dan menjual bayangannya.
Melihat sikap Yu Wi yang ketus itu, timbul perasaan pedih dalam hati Pek-yan, ucapnya kemudian dengan menyesal.
"Tidak ada pesan apa-apa. bolehlah kau pergi saja. Cuma harus ingat setelah selesai urusanmu...."
Yu Wi berkerut kening, katanya.
"Ingat, aku pasti ingat, selesai urusanku segera aku akan kembali ke sini dan menyerahkan jiwaku..."
Dia benar2 tidak sabar lagi, habis berkata ia terus berlari pergi secepat terbang.
Pek-yan menghela napas panjang, semula ada niatnya hendak ikut Yu Wi ke Cu-pi-am, sebab ia tidak percaya setelah anak muda itu menguasai kungfu anti sian-thian-ciang, lalu dapat masuk Cu-pi-am tanpa rintangan lain- Ia tahu berpuluh nikoh penghuni cu-pi-am itu sama mahir sian-thian-ciang, bukan mustahil disamping itu masih menguasai kungfu lain yang lebih tinggi.
o0- -0o0- Begitulah Yu Wi terus berlari pergi secepat terbang, tidak lama kemudian sampailah dia di siau-hoa-san.
Rintangan pertama yang dijaga si nenek masih tetap d itempat semula.
Yu Wi mendekati orang itu, saat itu si nenek sedang mengantuk.
Ketika Yu Wi sudah dekat baru dia terjaga bangun dan membentak.
"Siapa?"
Dengan tersenyum Yu Wi memberi hormat, katanya.
"Laopopo, kembali kita bertemu lagi"
Nenek itu mendengus kurang senang, katanya.
"Bagus pertemuan sekali ini hendaknya jangan kau bikin repot nenek." . Kembali Yu Wi memberi hormat dan berkata.
"Terima kasih atas bantuan nenek tempo hari."
"Apakah kau sengaja datang nutuk mengucapkan terima kasih?"
Tanya si nenek.
"Maaf, kudatang untuk menerjang rintangan pula.
"jawab Yu Wi. Melihat Yu Wi tidak kapok dan datang lagi, nenek itu menjadi heran, ucapnya.
"Barangkali kau sudah bosan hidup."
"Sekarang wanpwe datang dengan persiapan yang cukup,"
Jawab Yu Wi dengan tersenyum.
"Sebaiknya pada waktu turun nanti kau tetap tersenyum seperti ini dan jangan seperti tempo hari..."
Sampai di sini. si nenek tidak melanjutkan, ia tidak tega mematahkan semangat anak muda itu, setelah menghela napas, lalu berkata.
"Baiklah. rintangan ini tidak perlu diuji lagi, naik saja kesana."
Yu Wi sangat berterima kasih atas welas-asih hati si nenek.
pengalaman yang dahulu sungguh memalukan, kalau dibicarakan hanya akan mencemarkan harga dirinya.
segera Yu Wi memberi hormat kepada si nenek.
dengan cara dahulu ia melayang ke atas tebing.
Ketika nikoh cilik yang berjaga panggung di atas tebing itu sedang main berlari-larian sambil mengikik tawa, ketika melihat ada orang naik ke atas, cepat mereka berhenti bermain dan bersikap kereng.
Nikoh yang paling cilik masih kenal Yu Wi, serunya.
"He, datang lagi"
"Siapa yang kau maksudkan?"
Tanya si nikoh bermuka jerawat. Yu Wi lantas melompat maju sambil menegur dengan tertawa.
"Adik cilik, akulah yang datang lagi, namaku Yu Wi."
"Sicu yang tidak terpukul mati, jangan sembarangan kau panggil orang"
Seru nikoh cilik itu dengan marah. Agaknya peraturan mereka sangat keras, tidak boleh omong kasar, meski cuma ucapan "tidak terpukul mati". tapi juga disertai sebutan "sicu"
Atau tuan dermawan, sebutan yang menghormat.
"Jika sekali ini dapat kau pukul mati diriku, silakan pukul saja, tidak perlu sungkan-sungkan-"
Ujar Yu Wi geli.
"Baik"
Seru nikoh cilik itu, segera ia menghatam. melompat maju, katanya.
"Sumoay, sekali ini biar aku saja yang memberi hajaran padanya."
Di antara ketiga nikoh cilik ini, nikoh yang sedikit bicara ini adalah nomor dua menurut urutan mereka, wataknya juga agak aneh, nama agamanya ialah soh-gian, sedang nikoh cilik berjerawat bernama soh-heng dan nikoh paling cilik bernama soh-pek.
Begitu soh-gian mendekat, segera Yu Wi mengendus semacam bau busuk..bau ini sama busuknya seperti bau yang dicium Yu Wi pada badan Pek-yan- cuma bau busuk sekarang tidak terlalu keras.
Namun begitu bau ini sudah cukup membuac Yu Wi berkerut kening dan tanpa terasa menyurut mundur dua tindak.
Hati Soh-heng paling halus, tempo hari ia menaruh kasihan kepada Yu Wi dan diomeli soh-gian, sekali ini penyakitnya kambuh lagi, demi melihat Yu Wi menyurut mundur, disangkanya anak muda itu gentar, cepat ia membujuknya.
"sicu, sudah pernah kau kalah, untuk apa datang lagi menyerempet bahaya?"
Soh-pek paling suka berkelahi, segera ia berteriak.
"suci jangan urus dia, biar dia rasakan lagi pukulan soh-gian suci, agar dia kenal kelihaian kita."
Sok-gian mendengus dan mendesak maju dua langkah. Karena tidak tahan bau badan orang, kembali Yu Wi menyurut mundur lagi beberapa langkah.
"He, kau mau berkelahi tidak. kenapa main mundur saja?"
Seru soh-pek. Yu Wi meengernyitkan kening dan berkata.
"Tentu saja berkelahi, tanpa berkelahi masakah kalian mau lepaskan diriku lewat ke sana?"
"Ingin lewat kesana? Huh, jangan mimpi"Jengek soh-gian segera ia mengejar maju tanpa memberi kesempatan mundur lagi bagi Yu Wi. Cepat soh-heng berseru.
"sumoay. cukup asalkan mengalahkan dia, jangan memukulnya sungguh-sungguh." ^ "Hm, betapa suci memperhatikan dia,"
Ejek soh-gian.
"Aku justeru tidak kenal ampun padanya."
Ia ambil keputusan akan membikin malu Yu Wi, tanpa bicara lagi ia memburu maju terus melontarkan jurus serangan sian-thian-ciang yang sukar ditangkis.
Tujuan serangannya ini memang sengaja hendak membikin Yu Wi tidak mampu main mundur lagi.
Padahal bukan lantaran gentar sehingga Yu Wi main mundur, jurus serangan lawan dikenalnya sebagai jurus ke-55 di antara ke-108 jurus sian-thian-ciang itu, serangan ini mengincar beberapa Hiat-to maut dibelakang musuh meski tampaknya menyerang dari depan-Jika musuh tidak kenal sian-thian-ciang, satu jurus serangan ini saja sudah cukup membikin jiwanya melayang.
Yu Wi benci kepada ucapan soh-gian yang keji, maka iapun tidak sungkan.
segera kedua tangannya bekerja cepat untuk mematahkan serangan lawan- "Plak-plok", karena dia sudah tahu kearah mana serangan lawan akan tertuju, maka dengan mudah dapatlah ia mematahkan serangan soh-gian, berbareng Yu Wi terus melompat keatas dan turun kembali di sebelah sana.
soh-gian berdiri termangu ditempatnya dengan kedua telapak tangan melintang didepan dada.
suara "plak-plok"
Itu terjadi dengan cepat sekali sehingga soh-heng dan soh-pek yang menonton di samping tidak tahu siapa yang terkena pukulan- Menurut pikiran soh-pek.
karena Yu Wi melompat mundur, tentu dia yang terkena pukulan.
Tapi soh-heng tidak berpendapat demikian, mundurnya Yu Wi itu terlalu cepat, terlalu ringan dan gesit, tidak serupa orang yang tergetar mundur.
Dugaannya memang betul, Yu Wi tidak mundur karena kena pukulan, soalnya begitu beradu tangan, ia tidak tahan bau busuk badan soh-gian, maka cepat ia melompat menjauhinya.
Mendadak soh-gian berteriak.
"Ahhh"
Cepat soh-heng dan soh-pek memburu maju dan bertanya.
"Ada apa?"
"Aku ... aku kalah ..."
Seru soh-gian sambil mendekap mukanya.
"Kau kalah?"
Seru soh-pek terkejut. soh-heng juga bertanya.
"Kau kena pukulannya? soh-gian mengangguk pelahan sambil menangis.
"Terkena di bagian mana?"
Tanpa soh-pek.
"Masa tidak kau lihat, siausumoay?"
Tukas soh-heng.
Tiba-tiba soh-pek menjerit kaget, sebab sekarang dapat dilihatnya bagian tangan soh-gian yang terkena pukulan itu.
Ternyata pada punggung kedua tangan soh-gian telah berwarna merah hitam.
sungguh sukar dipercaya bahwa soh-gian yang kelihatan menyerang lebih dulu malah punggung tangannya yang terpukul.
Hendaknya diketahui bagian tubuh yang paling lincah dan peka justeru terletak pada kedua tangan- bagian tubuh lain kalau terpukul masih dapat dimengerti karena kurang cepat menghindar, tapi kedua punggung tangannya yang sedang menyerang justeru terpukul lawan, kejadian ini sungguh sukar untuk dijelaskan, kecuali lawan memang sudah apal betul terhadap gerak pukulannya sehingga tangan sendiri yang lincah itu sukar menghindarinya.
"sicu silakan lewat kesana"
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ucap soh-heng kemudian sambil memberi hormat.
Dalam gusarnya Yu Wi telah memukul kedua punggung tangan soh-gian, sesudah terjadi hati menjadi tidak enak.
dengan menyesal ia balas hormat orang terus melompat lewat ke sana.
Soh-pek merasa penasaran, ucapnya.
"suci, kita berdua kan belum mengujinya dan kau biarkan dia lewat begitu saja?""
"siausumoay, apakah kau pikir dapat mengalahkan dia?"
Sahut soh-heng.
soh-pek tidak bicara lagi.
orang yang diam berarti telah mengaku.
Setelah melewati panggung batu sana mulai menuruni tanjakan, tidak jauh ada sebuah tanah lekukan yang luasnya beberapa ratus tombak persegi, Di tanah lembah ini terdapat sebuah biara yang sangat megah, inilah Cu-pi-am yang termashur dengan disiplinnya yang ketat.
---ooo0dw0ooo--- Bab 15 .
Nikoh-nikoh biara Cu-pi-am Melihat tempat tujuan sudah ditemukan, Yu Wi menghela napas lega.
Rintangan kedua telah dilaluinya dengan lancar, seketika timbul semangatnya, pikirnya dengan senang.
"sebulan yang lalu aku dikalahkan dengan sangat mengenaskan, tapi sakarang ... Haha ."
Ia tertawa sendiri dan terlampiaslah rasa sebalnya yang tertahan selama ini. Tapi tartawanya tidak lama dan segera berhenti. Padahal tidak ada gangguan apa-apa, sebabnya dia berhenti tertawa adalah karena mendadak teringat olehnya.
"sekarang aku menang, tapi siapa yang berjaya dan berjasa atas kemenangan ini?"
Dia tidak berani menyatakan sebagai kejayaan sendiri, sekalipun berani mengakuinya juga kejayaan yang diperolehnya ini harus dibayarnya dengan imbalan yang sangat menyedihkan.
"Menjual bayangan", kata-kata ini merupakan bayangan raksasa yang menghentikan tertawa latahnya tadi. Dengan perasaan tertekan Yu Wi lantas turun kebawah bukit sana. Aneh juga, dalam keadaan dan ditempat ini tiba-tiba timbul pikiran apakah pantas dia datang kesini untuk menemui Ko Bok-Ya? Maklumlah, bilamana seorang mendapatkan sesuatu dengan pengorbanan yang sangat besar, sesudahnya dia akan merasa menyesal. Yu Wi bukan manusia super. sebelum terlaksana usahanya kini sudah mulai timbul rasa menyesalnya. Cu-pi-am ternyata dikelilingi tebing yang tinggi dan terjal, hanya arah datangnya lebih lapang, selain itu sangat sukar untuk mencapai cu-pi-am.Jadi tanpa menerobos kedua rintangan di depan sana tidak dapat mencapai cu-pi-am. Dari jauh sudah terdengar sayup-sayup suara orang membaca kitab dan suara bok-hi (alat ketuk kayu dibuat berbentuk ikan) dari cu-pi-am. Tidak lama setelah Yu Wi berdiri di depan biara itu. ke-dua sayap pintu tengah yang berlukiskan malaikat pintu itu terpentang pelahan. Yang muncul dahulu adalah seorang nikoh tua beralis kelabu, dua nikoh muda jelita mengiring di belakangnya. Setelah menuruni undak-undakan biara, nikoh tua itu membuka matanya yang welas asih itu memandang sekejap kearah Yu Wi. Begitu kebentrok dengan sinar mata nikoh tua itu, hati Yu Wi tergetar. Sinar mata yang kelihatannya welas asih itu bagi pandangan Yu Wi yang ahli segera dapat dipastikannya lwekang nikoh tua ini sudah terlatih hingga tingkatan yang sempurna dan tidak tertampak dari lahiriahnya oleh orang awam, terkecuali orang yang sama-sama menguasai lwekang yang maha tinggi. Lwekang Yu Wi sekarang juga hampir mencapai tingkatan paling sempurna, sebab itulah sekali pandang segera dapat dinilainya betapa hebat lwekang si nikoh tua. Menurut perkiraannya, lwekang nikoh tua ini terlebih tinggi setingkat daripada dirinya, boleh dikatakan sama tingginya dengan Toa supek atau paman gurunya, yaitu Lau Tiong-cu. Pada waktu Yu Wi bertemu dengan Ko Bok-cing iapun tidak dapat melihat nona itu menguasai lwekang yang tinggi, soalnya taraf lwekang Ko Bok-cing memang juga sudah mencapai tingkatan yang sempurna dan tidak kelihatan. Di dunia ini boleh dikatakan terlalu sedikit orang yang mampu berlatih lwekang hingga mencapai taraf ini. Begitulah terdengar si nikoh tua sedang berkata "
Hebat benar kungfu sicu dan telah mampu melalui dua rintangan."
Mendadak semangat Yu Wi terbangkit, dianggapnya nikoh tua ini sebagai penguji rintangan ketiga, ia pikir nikoh tua ini pasti ketua Cu-pi-am, harus dihadapi dengan segenap kemampuannya.
Kini ia mulai meragukan keterangan si kakek aneh yang menyatakan "bila sian-thian-ciang dipatahkan, kujamin rintangan ketiga akan kau lalui dengan lancar".
sebab dilihatnya lwekang nikoh tua ini lebih tinggi daripada dirinya, entah kungfu sakti apa yang dikuasainya, sedangkan dirinya hanya dapat mematahksn sian-thian-ciang, bila nikoh tua ini tidak menggunakan sian-thian-ciang, lalu apa yang dapat diperbuat dirinya? Didengarnya nikoh tua itu sedang berdehem.
lalu berkata dengan suara yang ditarik panjang.
"sicuu..."
Suaranya ini seakan-akan hendak mengingatkan Yu Wi bahwa seharusnya kau bicara. Maka Yu Wi juga berdehem dulu, lalu memberi hormat dan menjawab.
"Terimalah salam hormatku, Lo suhu. Wanpwe bernama Yu Wi."
Yu Wi menghormat dengan membungkuk badan sehingga kelihatan seakan-akan hendak menyembah.
Nikoh tua tidak berani menerima penghormatan sebesar ini, cepat tangan jubahnya mengebah, seketika satu arus tenaga yang halus merintangi gerak sembah Yu Wi itu.
Yu Wi memang sengaja.
hendak menghormati orang agar mendapat keleluasaan untuk bertemu dengan Bok-ya.
Maka kedua tangannya terpentang kedepan dengan gaya hendak berjongkok dan menyembah, padahal dia telah menggunakan satu jurus istimewa untuk menghalau tenaga kebasan lengan jubah si nikoh tua.
Seketika terunjuk rasa kejut dan heran pada wajah nikoh tua itu, berbareng lengan jubahnya menarik kekiri, tenaga tarikan ini sangat kuat, Yu Wi seakan-akan dibetot oleh satu tangan.
Keruan Yu Wi juga terkejut, cepat digunakan satu jurus Hoa-sin ciang-hoat.
"plaks"
Tangan kiri menampar tangan kanan, seketika kekuatannya terhimpun pada tangan kanan yang terbetot itu sehingga tarikan si nikoh tua dapat ditahan- Yu Wi kuatir ada tenaga getaran yang membalik sehingga tangan sendiri bisa tergetar patah, maka ia tidak berani berlagak menyembah lagi, cepat ia menyurut mundur.
Gebrakan ini tidak kelihatan dengan jelas sehingga sukar diketahui siapa yang unggul dan siapa yang asor.
Padahal Yu Wi telah kalah satu jurus.
Dia harus manggunakan tenaga dua tangan baru dapat menghalau tenaga kebasan lengan jubah si nikoh tua.
Tak terduga oleh nikoh tua itu bahwa anak semuda ini mampu menangkis tenaga dalam dirinya yang sudah terlatih sedikitnya 60 tahun, bila sepuluh tahun yang lalu, mungkin dirinya bukan tandingan anak muda ini.
Maka dalam hatinya sangat mengagumi kehebatan Yu Wi, dengan tersenyum ia lantas berkata.
"sungguh hebat kepandaian sicu silakan masuk"
Yu Wi sangat girang, ia sangka rintangan ketiga ini ternyata dapat ditembus dengan sangat mudah.
setelah rintangan ini tembus dan masuk ke dalam biara, segala urusan tentu akan mudah diselesaikan, tentu juga Ya-ji dapat ditemukannya.
Begitulah dengan rasa senang ia masuk ke biara itu.
Nikoh tua menjadi petunjuk jalannya.
katanya.
"Akan kubawa dirimu menemui ketua biara kami, Ji-bong Hoatsu."
Yu Wi jadi melengak.
"Jadi engkau... engkau bukan sang ketua?"
Tanyanya terkejut. Nikoh tua menggeleng.
"Mana berani aku mengaku sebagai ketua. sebelum meninggalkan rumah aku adalah pelayan Ji-bong Hoatsu, sesudah jut keh majikan membebaskan diriku sebagai budak dan memberi nama agama sebagai Ji-tiau,"
Sungguh tidak kepalang kaget Yu Wi, bahwa seorang bekas pelayan sang ketua saja lwekangnya sudah melebihi dirinya, lalu lwekang Ji-bong Hoatsu bukankah akan berlipat lebih tinggi lagi? Bilamana orang nanti mengujinya, jelas takkan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Melihat gelagatnya, lebih baik tidak jadi menemuinya.
Karena itulah ia lantas menghentikan langkah dan berkata.
"Aku sudah melalui tiga rintangan. entah boleh tidak bertemu dengan pimpinan kalian?"
"Baru dua rintangan yang kau tembus, kenapa kau bilang tiga rintangan?"
Ujar Ji-tiau dengan tertawa.
"Ujian yang baru berlangsung diluar apakah tidak terhitung satu rintangan?"
Tanya Yu Wi.
"Tidak. tidak dihitung,"
Jawab Ji-tia u dengan tertawa.
"aku cuma tidak mau menerima penghormatanmu yang besar itu, mana dapat dianggap sebagai satu rintangan. Rintangan ketiga justeru akan diuji sendiri oleh Ji-bong Hoatsu, jika kau mau menembus rintangan terakhir itu harus menemui beliau."
Muka Yu Wi menjadi pucat.
"Beliau sendiri akan menguji diriku?"
Ia pikir kalau sang ketua yang mengujinya sendiri, jangan harap akan dapat menembus rintangannya.
Ia coba memandang sekelilingnyg, pikirnya kalau-kalau kebetulan melihat Ya-ji.
siapa tahu tempat seluas itu ternyata tidak nampak seorang nikoh pun, yang ada cuma Ji-tiau yang berjalan di depan, kedua nikoh cilik yang semula datang bersama Ji-tiau kini juga menghilang entah ke mana.
Yu Wi tidak percaya takkan bertemu dengan orang.
mengapa setiba di dalam malah tidak kelihatan seorang pun.
Setelah sampai di ujung serambi, akhirnya Yu Wi dapat mengerti duduknya perkara.
"Disiplin Cu-pi-am ternyata benar sangat keras, rupanya karena kedatangan dirinya, maka segenap nikoh di sini harus menghindari diriku."
Ji-tiau lantas menunjuk sebuah pintu di ujung serambi situ, katanya.
"
Ketua sudah tahu kedatanganmu, tidak perlu lapor. silakan masuk saja."
Habis berkata Ji-tiau lantas berdiri disisi pintu.
Yu Wi mendorong pintu berbentuk bundar itu, di dalam adalah jalan kecil yang tidak terlalu panjang, sampai dipojok sana, terlihat di dalam sebuah kamar yang cuma setombak persegi luasnya berduduk satu orang.
orang itu lantas berbangkit meninggalkan kasurannya.
Pada waktu duduk wajahnya tidak terlihat jelas, setelah berdiri baru terlihat kedua alisnya yang putih panjang melambai ke bawah, usianya tidak banyak lebih tua dari pada Ji-tiau, berjubah putih semu biru, pada bagian dada jubahnya tersulam sebuah matahari berwarna emas.
Jubah seorang nikoh bersulam tanda matahari yang mencorong begini, baru pertama kali Yu Wi melihatnya, keruan hati Yu Wi merasa tidak tenteram, begitu masuk ke dalam ruangan, ia tidak berani mengamati orang dengan cermat, tapi terus berlutut dan menyembah.
ji- bong membiarkan menyembah padanya, lalu berucap dengan suara dingin ketus.
"Bangun"
Baru sekarang Yu Wi mengangkat kepalanya untuk mamandang orang, yang pertama diperhatikan adalah sinar mata Ji-bong yang tidak ada ubahnya seperti orang biasa itu, kesan yang segera timbul dalam benak Yu Wi adalah Lwekang Ji-bong benar-benar sudah mencapai tingkatan yang "tersembunyi dan tidak kelihatan".
Yu Wi lantas merangkak bangun, mendadak Ji-bong membalik tubuh kesana malah dan bertanya.
"siapa yang ingin kau temui?"
Sejenak Yu Wi termenung, akhirnya menjawab dengan suara agak gemetar.
"Soh-sim."
"Ooo,"
Ji-bong bersuara pelahan.
"Tahulah aku, silakan kau pulang saja."
"Wanpwe ingin bertemu langsung dengan dia"
Kata Yu Wi. Dengan suara terlebih dingin Ji-bong menjawab.
"Apakah kau tahu. jika ingin bertemu langsung dengan dia harus kau tembus rintangan ketiga ini?"
"Wanpwe tahu,"
Jawab Yu Wi.
"silakan Lo hoatsu memberi petunjuk."
Mendadak Ji bong berpaling kembali, ucapnya dengan air muka tidak tenang.
"Rintangan ketiga ini tidak pernah dicoba orang, jika kau berani mencobanya, tentu ada peganganmu yang meyakinkan?"
"Wanpwe terlalu sembrono dan ingin mencobanya secara untung-untungan,"
Kata Yu Wi dengan gugup.
"Hm, untung- untungan?"
Jengek Ji- bong.
"Di dunia ini masakah urusan penting boleh ditentukan secara untung-untungan. coba katakan- kau ingin bertanding apa denganku?"
Diam-diam Yu Wi bergirang. tak tersangka Ji-bong sangat tinggi hati, ia menurut kepada pesan si kakek aneh yang menyuruhnya bertindak menurut gelagat, segera ia menjawab.
"Ingin kuminta petunjuk ilmu pukulan kepada Lohoatsu."
"Baik, kita tentukan kalah menang dalam sepuluh jurus."
Jengek Ji-bong.
"Hanya bertanding jurus pukulan dan tidak bertanding tenaga,"
Kata Yu Wi pula.
"Ya tentu, kalau tidak masakah kutentukan sepuluh jurus,"
Kata Ji-bong. Hati Yu Wi menjadi mantap setelah Nikoh tua ini menerima permintaannya, segera ia berkata pula.
"Sudah lama kudongar cu-pi-am termashur dengan sian-thian-ciang yang maha sakti, maka Wanpwe ingin belajar kenal dengan ilmu pukulan ini untuk menambah pengalamanku.
"
Ji- bong tampak tercengang. katanya.
"Usiamu masih muda belia dan sudah tahu ilmu pukulan tua ini, baiklah, akan kutambah pengalamanmu. Cuma urusan harus dijelaskan sebelumnya, karena permintaanmu sendiri akan ilmu pukulan ini, bilamana tiga jurus seranganku tidak dapat kau tahan, segera kau harus angkat kaki dan dilarang tanya apa-apa lagi."
Dengan sungguh-sungguh Yu Wi menjawab.
"Dan kalau wanpwe mampu menahan tiga jurus?"
Ji- bong yakin akan kelihaian sian-thian-ciang sendiri, tanpa pikir ia menjawab.
"Jika kau tahan tiga jurus, anggap kau yang menang."^ sedapatnya Yu Wi berusaha menutupi rasa girangnya yang luar biasa, cepat ia berkata pula.
"Jika demikian, maaf kuserang dulu, Lo hoatsu"
Kontan ia melancarkan satu jurus serangan ajaran Ji Pek-liong.
"Pukulan bagus"
Puji Ji-bong, ia tunggu setelah tangan Yu Wi sudah mendekat barulah mendadak tangan kirinya mencengkeram dari samping.
Cengkeraman ini seketika mengunci jurus serangan Yu Wi yang lihai itu.
Namun Yu Wi sudah mempunyai perhitungan, ia tahu cengkeraman Ji- bong itu adalah jurus kelima sian-thian-ciang yang disebut "Jing-liong-tam-jiau"
Atau Naga hijau manjalarkan cakar, cengkeraman itu hanya serangan pancingan saja, berikutnya adalah tangan kanan segara menyodok kedepan, dalam keadaan tidak terduga lawan pasti akan terhantam dadanya.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yu Wi berlagak seperti tidak tahan oleh cengkeraman lawan dan mendoyong ke belakang, berbareng kaki kirinya lantas menendang memapak tangan Ji-bong itu, karena tidak terduga telapak tangan kanan Ji-bong yang hendak mencengkeram itu terasa kesemutan- Ia terkejut dan cepat menarik tangan- Untung cukup cepat gerak perubahannya, kalau tidak.
bilamana siau-hu-hiat pada telapak tangan tertendang dengan tepat, seketika dia akan lumpuh setengah badan dan hal ini berarti kekalahan baginya.
Melihat cara mengelak Yu Wi yang istimewa itu, diam-diam Ji- bong terkejut, tahulah dia sekarang kedatangan Yu Wi ini sengaja hendak mengalahkan sian-thian-ciang, padahal selama ini dia yakin sian-thian-ciang tidak ada titik lemah yang dapat dipatahkan lawan, sama sekali tak terduga olehnya pihak lawan yang mendoyong ke belakang itu dapat mengayun kakinya untuk menendang, dan gerak ini memang tepat untuk mematahkan jurus serangan "Jing-liong-tam-jiau"
Yang hebat itu.
Setelah menendang, menyusul kaki lain juga mendepak pula.
dengan gerakan ini dia terus menerjang maju sekalian- kedua tangannya melancarkan jurus serangan ajaran Kan Yok-koan dan Ji Pek-liong yang maha sakti.
ji- bong mengincar baik-baik serangan lawan- sesegera ia gunakan satu jurus sian-thian-ciang yang tidak ada titik lemah sama sekali, yaitu jurus "Kiu-kui-poat-to"
Atau sembilan setan mencabut belati.
dengan jurus inilah dia gagalkan kedua serangan Yu Wi itu.
Dan sekali menggeser, dapatlah Ji-bong memutar ke belakang Yu Wi, dengan gerakan yang aneh menikam, kedua tangannya berturut-turut memotong kearah Yu Wi.
Betapapun tangkasnya Yu Wi seharusnya takkan mampu menghindarkan tiga kaii serangan lawan- Cuma sebelumnya ia sudah tahu bagaimana gerakan jurus "Kui-ciu-poat-to", sebab itulah tanpa berpaling ia justeru membungkuk ke depan seperti mau lari, tapi kedua kakinya terus mendepak ke belakang secara bergantian, setiap depakan mengincar leher Ji-bong.
Dengan demikian, serangan Ji-bong belum lagi mengenai sasaran, sebaliknya depakan Yu Wi kembali memapak tangannya, Ji-bong tidak sempat menarik kembali serangannya dan tangan terdepak oleh kaki Yu Wi, tangan terasa kesemutan, untung tidak kena dengan tepat.
Akan tetapi kejadian ini sudah cukup besar artinya.
Ji-bong tidak ingin bertempur lagi, ia melompat mundur dan berseru.
"Cukup, tidak perlu diteruskan"
Ucapan ini sama dengan mengaku kalah, padahal Ji-bong belum kalah benar-benar, soalnya gerak tubuh Yu Wi yang dapat mematahkan jurus "Kiu-kui-poat-to"
Itu terlalu aneh sehingga membuat Ji-bong percaya biarpun 108jurus sian thian-ciang dimainkan seluruhnya juga takkan mendatangkan hasil apapun, sebaliknya diri sendiri pasti akan kalah. Yu Wi sangat girang, katanya.
"Sekarang apakah Wanpwe boleh bertemu langsung dengan soh-sim?"
Ji-bong merasa jemu terhadap sikap Yu Wi yang kegirangan itu, jawabnya kemudian.
"Tentu saja boleh setelah kau tembus tiga rintangan-"
Lalu ia mendekati dipan, ia menjentik sebuah bok-hi tembaga di pojok dipan, maka terdengarlah "ting"
Yang nyaring. sejenak kemudian dari serambi tadi berlari datang dua nikoh berjubah hitam dan masuk kekamar, setelah memberi hormat. tanya mereka.
"Ada pesan apa suhu memanggil Tecu?"
Kedua nikoh baju hitam ini berwajah kurus dan hitam, sikapnya kereng, tangan masing-masing memegang tasbih hitam terbuat dari besi sehingga menimbulkan perasaan seram bagi yang memandangnya.
Usia kedua nikoh berbaju hitam ini menurut perkiraan Yu Wi sedikitnya sudah diatas setengah abad, kalau murid Ji-bong saja sudah berusia begini tua, Ji-bong sendiri sedikitnya berusia 80 tahun- Padahal usia Ji-bong yang sesungguhnya sukar diketahui siapa pun- Dengan muka kelam Ji- bong lantas berkata.."Bawa soh-sim ke sini"
Air muka kedua nikoh berbaju hitam itu tampak mengunjuk rasa kaget, keduanya saling pandang sekejap. seperti saling berjanji, lalu tanya bersama.
"suhu, jika boleh bertanya, dapatkah suhu menerangkan kesalahan apa yang dilanggar soh-sim?"
Ji-bong menjawab.
"orang ini ingin bicara berhadapan dengan dia, tidak perlu banyak tanya."
Kedua nikoh berbaju hitam itu jelas penegak hukum Cu-pi-am.
biasanya bertindak adil tanpa pandang bulu, mungkin di antara mereka ada hubungan yang akrab sehingga sekarang agak enggan memanggilkan soh-sim untuk diperiksa kesalahannya, rupanya mereka tidak percaya soh-sim bisa berbuat sesuatu yang melanggar peraturan, maka berbareng mereka tanya kepada Yu Wi.
"sicu, apakah engkau akan menuduh kesalahan soh-sim di depan suhu kami?"
Yu Wi menjadi gugup, cepat ia menjawab.
"o, tidak. tidak. kalian salah paham."
"salah paham bagaimana?"
Tanya salah seorang nikoh berbaju hitam itu.
"siapa bilang kuminta Ketua kalian mengadili Soh-sim di depanku?"
Jawab Yu Wi.
"Pada hakikatnya dia tidak... tidak berbuat sesuatu kesalahan, dari mana bisa berdosa?"
Nikoh berbaju hitam yang lain berkata.
"Apakah sicu tahu bahwa anggota biara kami tidak boleh menemui tamu dari luar?"
Yu Wi menganggak. Nikoh itu berkata pula.
"Setiap tahun anak murid biara kami ditugaskan berkelana di dunia luar, suhu kuatir tindak-tanduk anak murid tidak disiplin dan berbuat sesuatu yang tidak patut, tentunya suhu tidak dapat melarang orang Kangouw mengadu ke sini, maka suhu menetapkan peraturan, pendatang harus menerobos dua rintangan, lalu boleh melaporkan kepada suhu kesalahan yang diperbuat anak murid Cu-pi-am kami, kemudian kami akan melakukan pengusutan untuk menentukan kesalahannya Jika murid yang kurang disiplin itu benar melakukan sesuatu kejahatan dan pendatang ingin menyaksikan dia dijatuhi hukuman, maka pendatang harus menerjang rintangan ketiga. Tadi sicu sudah berhasil membobol tiga rintangan, maka suhu menyuruh kami mengundang soh-sim untuk diadili didepanmu."
Karena penjelasan ini barulah Yu Wi tahu apa sebabnya si nenek pada rintangan pertama itu merasa tidak senang akan kedatangannya.
Rupanya menerobos rintangan berarti pendatang akan mengadilkan kesalahan anak murid Cu-pi-am, dengan sendirinya setiap anggota Cu-pi-am merasa tidak senang Tapi Yu Wi tidak tahu hal ini, yang diharapkan cuma menemui Bok ya selekasnya, tentu saja sikapnya itu menimbulkan rasa tidak senang si nenek.
Peraturan tiga rintangan yang ditetapkan Ji-bong ini memang agak janggal dan terasa ingin menang sendiri, mana orang yang ingin mengadukan muridnya diharuskan melalui tiga rintangan lebih dulu.
Apabila pengadu tidak mampu menerobos dua rintangan pertama, bukankah berarti Cu-pi-am sengaja membela muridnya yang salah itu? Namun Ji-bong juga mempunyai alasan- Ia yakin peraturan cu-pi-am sangat ketat dan berdisiplin sangat keras, setiap murid Cu-pi-am tidak nanti melanggar peraturan, sama sekali ia tidak percaya orang luar akan menuduh muridnya berbuat salah.
aadaikan ada tuduhan kebanyakan juga timbul dan salah paham.
Untuk menghindarkan gangguan, maka Ji-bong menetapkan peraturan tiga rintangan ini, maksudnya, hanya orang yang mempunyai kungfu sejati yang berhak mengadukan kesalahan murid Cu-pi-am.
sama sekali Yu Wi tidak menduga petunjuk si kakek aneh yang menyuruhnya menerjang tiga rintangan ini telah mendatangkan kesulitan baginya sekarang.
Padahal Bok-ya jelas suci bersih, mana bisa berbuat dosa? Ia pikir tujuannya membobol tiga rintangnn hanya ingin bertemu dengan Ya-ji, bila benar datang untuk mengadu, peraturan tiga rintangan ini juga tidak layak.
Maka ia lantas berkata.
"Dengan menerjang rintangan disebabkan Wanpwe kurang pengertian, untuk ini mohon para Cianpwe sudi memberi maaf, adapun kedatanganku ini sesungguhnya ada persoalan yaag menyedihkan-"
"Bok-tin dan Boh-pi, mundur saja kalian"
Kata Ji-bong memberi tanda.
Mendengar ucapan sang guru ini, kedua nikoh berbaju hitam itu tahu soh-sim tidak perlu lagi di undang, mereka memang tidak percaya soh-sim yang baik itu bisa berbuat sesuatu yang melanggar peraturan, setelah terbukti memang betul keyakinan mereka, maka pergilah mereka dengan senang hati.
Selagi Yu Wi hendak bicara untuk mengutarakan perasaannya, tiba-tiba ji- bong mengebas lengan bajunya dan berkata.
"Sekarang pergilah, urusan yang menyedihkan segala tidak perlu kau katakan."
"Dapatkah Wanpwe diberi kesempatan dan bertemu dengan soh-sim?"
Pinta Yu Wi dengan hormat.
"Tidak boleh,"
Jawab Ji-bong tegas.
"Bukankah sudah kau dengar ucapan muridku si Boh-pi tadi bahwa anggota biara ini tidak boleh menemui tamu dari luar?"
"Mohon Tayhoatsu suka mengingat kesungguhan Wanpwe menerjang tiga rintangan ini hanya untuk menemui murid biara kalian ini,"
Yu Wi memohon pula.
Dengan kurang senang Ji- bong menjawab "Ketiga rintangan ini diadakan bagi orang yang merasa dirugikan oleh perbuatan murid biara kami dan bukan diadakan bagi anak muda bangor yang cuma menimbulkan urusan menyedihkan seperti dirimu ini.
Nah, pergilah"
Namun Yu Wi masih ngotot dan berkata "Tayhoatsu, Wanpwe sama, sama sekali bukan anak muda bangor, soh-sim adalah sahabat karibku, kutemui dia hanya untuk bicara satu kalimat saja."
"Ji-tiau, masuk sini"
Seru ji- bong sambil tepuk tangan.
Ji-tiau lantas masuk ke ruangan itu.
Dengan sorot mata yang minta dikasihani Yu Wi mamandangnya sekejap.
Melihat sikap anak muda yang memelas itu, diam-diam Ji-tiau menyesal.
Ji-bong juga dapat melihat wajah Yu Wi yang pantas dikasihani itu, tapi ia tidak terpengaruh, disiplin Cu-pi-am tidak boleh dilanggar lantaran anak muda ini, segera ia berkata pula dengan dingin.
"Ji-tiau, antar sicu ini keluar"
Ji-tiau tidak dapat memberi bantuan kepada Yu Wi, terpaksa ia berkata.
"Silakan sicu"
Sampai disini barulah Yu Wi ingat kepada ucapan si kakek aneh itu.
Tampaknya memang betul, kalau dirinya ingin menemui Ya-ji harus membunuh dulu para nikoh ini, jika tidak ada yang merintangnya baru dapat bertemu dengan Ya-ji.
Akan tetapi dapatkah dirinya berbuat demikian? Andaikan tanpa menghiraukan resiko yang mungkin timbul juga belum tentu dirinya mampu membunuh mereka.
Yu Wi cukup jelas, Jika Ji- bong benar-benar mau bertempur dengan dirinya, tidak perlu sampai sepuluh jurus dirinya pasti akan kalah, jadi main kekerasan bukan cara yang tepat.
Ia coba mencairkan hati Ji-bong yang keras itu, katanya.
"Wanpwe ingin tanya sesuatu."
Ji-tiau menaruh simpati kepada Yu Wi, tidak mendesaknya agar lekas pergi, ia malah menjawab.
"
Urusan apa, silakan- bicara."
YU Wi menjura kepada Ji-tiau, katanya.
"Wanpwee ingin tanya, kata Cu-pi itu apa maksudnya?"
"Cu artinya kasih, pi artinva duka,"
Jawab Ji-tiau. Belum lagi Yu Wi bicara lagi. tiba-tiba ji- bong menyela.
"Meski biara ini disebut Cu-pi-am, cuma sayang latihan kami belum sempurna, belum dapat kami melaksanakan ajaran Buddha secara tuntas mungkin perlu sekian tahun lagi . Ji-tiau. antar tamu"
Ji-tiau menghela napas menyesal, katanya.
"sicu, tidak perlu bicara lagi, silakan berangkat"
Diam-diam Yu Wi mendongkol karena usahanya tetap gagal, serunya dengan gusar.
"Jika kalian tidak sanggup berbuat welas-asih, Tay hoatsu, kukira nama biara kalian harus diganti supaya cocok dengan kenyataannya."
Air muka Ji-bong agak berubah, bentaknya pelahan.
"Antar pergi dia"
Cepat Ji-tiau berucap dengan suara pelahan "jika sicu tidak berangkat, terpaksa aku harus bertindak kasar."
Yu Wi tidak berani main kekerasan disini, betapapun ia harus memikirkan keselamatan Bok-ya.
terpaksa ia membalik tubuh dan melangkah pergi.
Ji-tiau mangantarnya ke luar, setiba di luar pintu tembus bundaran.
Nikoh tua itu lantas menggeleng kepala dan berkata.
"sungguh sicu terlalu berani, Cu-pi-am bersejarah puluhan tahun. kau minta biara kami ganti nama, bukankah kau sengaja memusuhi biara kami?"
"Kalian melarang kutemui Ya-ji, memangnya kenapa kalau bermusuhan?"
Demikian Yu Wi berkata di dalam hati. Setelah berjalan sejenak pula, kembali Ji-tiau berkata.
"sicu, jangan timbul pikiranmu akan main gila lagi. Hendaklah kau tahu setelah menerjang tiga rintangan, maka Ketua memperlakukan dirimu sebagai tamu terhormat, akupun disuruh mengantar dirimu, jika lain kali engkau berani datang secara diam-diam dan bila kepergok. tentu takkan kami lepaskan kau."
Apa yang dikatakan Ji-tiau tepat mengenai isi hati Yu Wi, dia memang bermaksud malam nanti diam-diam menyusup ke Cu-pi-am untuk mencari Ya-ji. Maka iapun tidak perlu menutupi pikirannya, ucapnya.
"Kalian menghalang-halangi pertemuan dengan Ya-ji, selanjutnya aku pasti akan sering datang kemari, sampai satu hari kami dapat bertemu."
Dari sikap Yu Wi yang tegas itu, Ji-tiau dapat merasakan anak muda ini berani bicara juga berani berbuat, maka percuma saja dia memberi nasihat, dia hanya berucap.
"Hendaklah hati-hati saja."
Di balik ucapannya itu seakan-akan hendak bilang boleh saja kau datang secara diam-diam, cuma harus berhati-hati. Yu Wi sangat berterima kasih atas maksud baik Ji-tiau, pikirnya.
"Alangkah baiknya apabila Ji-tiau ini yang menjadi ketua Cu-pi-am, segala urusan tentu mudah diselesaikan."
Ia tidak tahu bilamana Ji-tiau ini yang menjadi ketua Cu-pi-am, demi menegakkan disiplin keras biara itu, sikapnya pasti juga tegas serupa Ji- bong sekarang.
Kini dia bukan ketuanya, kedudukannya berbeda.
makanya dia berani memberi isyarat agar Yu Wi boleh datang menemui Ya-ji secara diam-diam.
Biasanya kalau kedudukan seseorang berubah, sikapnya terhadap sesuatu juga tidak sama.
Begitulah mereka terus menyusuri serambi panjang itu, tiba-tiba terlihat seekor burung merpati terbang lewat, pada kaki burung merpati itu terikat kelentingan kecil yang menimbulkan bunyi nyaring ketika terbang.
Ji-tiau tampak kaget demi mendengar suara keleningan burung, serunya.
"Hah, kembali ada orang menerobos dua rintangan"
Padahal sudah hampir 20 tahun tidak ada orang yang pernah menerobos dua rintangan di Cupi-am, sekarang terturut-turut dua orang telah menerjang dua rintangan dalam satu hari, kejadian ini sungguh sangat kebetulan, pantaslah Ji-tiau merasa terkejut.
Suara keleningan burung merpati juga mengagetkan para nikoh di dalam biara, kedua nikoh jelita yang sudah dilihat Yu Wi tadi juga berlari keluar untuk membuka pintu tengah.
"Aneh,"
Gumam Ji-tiau.
"jangan-jangan memang betul ada anggota biara kami yang berbuat melanggar disiplin diluar?"
Ia berpaling dan memandang Yu Wi, maksudnya ingin tanya.
"Apakah orang yang menerjang dua rintangan ini ada hubungannya denganmu?"
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Namun Yu Wi diam saja, hakikatnya dia memang tidak mempedulikan siapa yang datang, yang dipikirnya adalah cara bagaimana malam nanti akan nyelundup kedalam biara ini untuk mencari Ko Bok-ya.
Setelah mereka keluar pintu tengah, tiba-tiba muncul seorang kakek berdandan aneh.
Kakek ini dikenal Yu Wi sebagai orang yang memberi petunjuk padanya cara menerjang rintang Cu-pi-am itu.
Maka dia bersuara heran demi melihatnya.
"Kau kenal dia?"
Tanya Ji-tiau.
"Kenal,"
Jawab Yu Wi.
"Apakah Lohoatsu mengenalnya?"
Ji-tiau menggeleng sejenak kemudian kakek itu sudah tampak di-undak2an- ia menjura dan menyapa.
"Ji-tiau Taysu"
Ji-tiau terkejut. Dengan tertawa Yu Wi lantas berkata.
"Lo- hoatsu bilang tidak kenal dia, tapi dia ternyata kenal dirimu."
"Selamat saudara cilik"
Terus si kakek terhadap Yu Wi dengan tertawa.
"Numpang tanya, siapakah nama sicu yang mulia,"
Tanya Ji-tiau.
"Rupanya Taysu sudah lupa bahwa orang she Cin pernah datang satu kali pada waktu 20 tahun yang lalu,"
Kata si kakek dengan tertawa. Ji-tiau terkejut.
"Ah, kau ini Cin Pek-ling?"
Selama 20 tahun ini, kecuali Yu Wi sekarang hanya Cin Pek-ling yang pernah menerjang lewat dua rintangan, dia juga orang pertama yang berhasil lewat kedua rintangan sejak Cu-pi-am didirikan. Cin Pek-ling menghela napas, katanya.
"sang waktu tidak kenal ampun, dalam sekejap saja 20 tahun sudah lalu, masa Taysu sudah pangling kepada orang she Cin?"
Ji-tiau menggeleng, ucapnya.
"Cin Pek ling, kau kelihatan sangat tua.
"^ Cin Pek ling juga tahu dirinya sudah berubah tua sekali, maka ia cuma tersenyum getir tanpa menjawab. Yu Wi lantas menjura dan berkata.
"Cin-lotiang, banyak terima kasih atas patunjukmu berulang-ulang.
"
"Saudara cilik sudah bertemu dengan soh-sim belum?"
Tanya Cin Pek-ling. Yu Wi menghela napas menyesal.
"Terpaksa kukatakan terus terang hendak menemui soh-sim, dan seperti dugaanmu, Cu-pi-am melarang orang luar mencari nikoh penghuni biaranya."
"Sudah tiga rintangan berhasil kau terobos. seharusnya dapat kau temui dia?"
Ucap cik Pek-ling dengan lagak simpati.
"Masa Gin-lotiang tidak tahu peraturan menerobos tiga rintangan cu-pi-am?"
Tanya Yu Wi.
"Hanya tahu sekadarnya,"
Sahut si kakek.
"Meski dapat kutemui dia, tapi soh-sim tidak buat dosa, mana boleh kutuduh dia agar maksudku menemui dia tercapai?"
Kata Yu Wi. Namun cin Pek-ling tidak sependapat, katanya.
"Asalkan dapat kau temui dia, kan dapat kau lakukan menurut keadaan-"
"Cayhe memang bodoh dan tidak dapat bertindak menurut keadaan, daripada berbuat demikian, baik kucari jalan lain saja,"
Ujar Yu Wi.
"cin Pek-ling"
Tegur Ji-tiau tiba-tiba.
"apa maksud kedatanganmu kali ini?"
"Ingin kuminta Kim-kong-kian dengan hormat,"
Jawab Cin Pek-ling.
"Kau yakin mampu menerobos tiga rintangan?"
Tanya Ji-tiau. Dengan tertawa bangga Cin Pek- ling menjawab.
"sekali ini tidak perlu kuterjang ketiga rintangan segala"
"Cin-lotiang,"
Sela Yu Wi.
"kau datang untuk itu Kim-kong-kian apa?"
"Hahaha, itulah rahasiaku, saudara cilik,"
Seru Pek-ling dengan bergelak tertawa.
"Eh, sudah waktunya kau harus pergi. sampai berjumpa pula"
Terpaksa Yu Wi meninggalkan cu-pi-am dengan penuh tanda tanya. setelah turun dari siau-hoa-san, pikir Yu Wi.
"Tujuanku mematahkan sian-thian-ciang sudah tercapai, akan tetapi cita-cita menemui Ya-ji belum terkabul. Wahai Yu Wi, sungguh sial kau, pengorbananmu dengan menjual bayangan ternyata sia-sia belaka."
Dia seorang yang pegang janji, meski belum berhasil bertemu dengan Ko Boks ya, ia merasa wajib menemui dulu Pek-yan untuk memohon padanya agar soal jual- beli bayangan itu dapatlah ditunda untuk sementara waktu.
setiba di Tay-hoa-san, dilihatnya pintu biara kecil itu tertutup tanpa terpalang, ia masuk ke situ tapi Pek-yan tidak berada di tempat.
Ia tunggu sendirian di situ, sampai magrib Pek-yan belum juga pulang.
Dilihatnya bhari sudah mulai gelap.
sudah waktunya untuk berangkat ke Cu-pi-am jika ingin mencari Boks ya.
segera ia menanggalkan jubah luar dan berdandan dengan ringkas, pedang sempit Hi-jong-kiam diselipkan pada ikat pinggang, ia siap melakukan perjalanan malam.
Pada saat itulah tiba-tiba Pek-yan pulang.
Begitu masuk segera nona itu menegur.
"He, hendak kemana lagi?"
"Cu-pi-am,"
Jawab Yu Wi. Pek-yan duduk di atas kasurnya dan mendengus.
"kau ingin antar nyawa?"
Yu Wi mendongkol, ucapnya dengan ketus.
"Apa artinya mati?"
"Bagimu tidak ada artinya, tapi bila kau mati, syarat perjanjian kita menjadi batal, aku yang rugi."
Kata Pek-yan. Karena kesal, cara bicara Yu Wi menjadi kasar.
"Yang kaupikirkan hanya keuntunganmu semata tanpa menghiraukan cita-cita orang lain."
"Apa cita-citamu?"
Tanya Pek-yan dengan tertawa.
"Mengunjungi cu-pi-am,"
Jawab Yu Wi singkat.
"Apakah kau tahu bagaimana akibatnya orang yang menyusup ke Cu-pi-am?"
"Cu-pi-am kan bukan sarang harimau atau kubangan naga?"
"Tapi kukira tidak banyak bedanya dengan sarang harimau."
"Hm, dalam pandanganmu masakah di dunia ada tempat yang sukar didatangi?"jengek Yu Wi Pek-yan menghela napas gegetun.
"Aku Pek-yan memang tidak memandang sebelah mata terhadap tokoh Bu-lim mana pun, tapi setelah seharianku-periksa dengan teliti keadaan Cu-pi-am, ternyata setiap penghuni biara itu sama memiliki kungfu istimewa"
Sekarang Pek-yan tidak lagi berani meremehkan Cu-pi-am.
"Tadi kaupun mengunjungi Cu-pi-am?"
Tanya Yu Wi dengan heran. Pek-yan mengangguk.
"Betul, makanya kupulang agak terlambat, tapi sedikitnya dapat juga kuselidiki sesuatu rahasianya."
"Rahasia apa?"
Tanya Yu Wi cepat.
"Kau bilang aku cuma memikirkan keuntungan sendiri dtngan memperalat orang lain, padahal belum sampai kuperalat dirimu, sebaliknya Cin Pek-ling sudah sempat memperalat dirimu."
"Masa aku dapat diperalat olehnya?"
Ucap Yu-Wi dengan tidak percaya.
"Coba katakan, bukankah Cin Pek ling yang memberi petunjuk padamu agar datang kemari mencari diriku?"
"Betul,"
Jawab Yu Wi.
"Kau kira petunjuknya itu bertujuan baik bagimu? Huh, salah besar, tolol"
Jengek Pek-yan- "Dia telah memperalat hasratmu yang ingin bertemu dengan soh-sim."
Siapa pun, terutama anak muda, tentu tidak mau disebut tolol oleh kaum wanita, kecuali yang kecerdasannya memang melebihi orang biasa seperti Pek-yan ini, Yu Wi sendiri memang merasa rendah didepan si nona, kini sebutan tolol itu tampak menyinggung perasaannya, dengan gusar ia menjawab.
"Aku memang tidak pintar, soal aku diperalat oleh Cin Pek-ling atau tidak hendaknya jangan kau ikut kuatir, siocia"
Habis berkata Tu Wi lantas berbangkit dan pergi.
"Hm, untuk apa terburu-buru, waktunya masih cukup banyak untuk menyatroni cu-pi-am,"
Rengek Pek-yan. Yu Wi berhenti melangkah. Pek-yan lantas berkata pula.
"Memang tidak ada sangkut-pautnya denganku, soal Cin Pek-ling peralat dirimu atau tidak, tapi apakah kau tahu tindakanmu itu berarti telah menanam suatu bibit bencana besar di dunia Kang-ouw."
Ucapan terakhir itu menarik perhatian Yu wi, ia membalik dan duduk kembali, lalu tanya.
"Bibit bencana apa yang kutimbulkan, coba jelaskan."^ "Hm,"
Pek-yan menjengek, sejenak kemudian baru berkata pula.
"Setahuku, Cin Pek-ling mewakili sesuatu organisasi rahasia tertentu, agaknya organisasi ini sudah lama sekali menghilang dari dunia Kangouw."
Perasaan Yu wi rada tergetar, gumamnya.
"organisasi yang sudah lama menghilang dari dunia Kangouw?"
"Jangan memotong ceritaku, coba dengarkan dengan baik,"
Omel Pek-yan.
"Bicara saja, akan kudengarkan,"
Jawab Yu wi dengan kurang senang.
"Kau tahu, sebabnya golongan Cin Pek-ing ini menghilang dari dunia Kangouw adalah karena terkekang oleh satu orang, dan orang ini ialah ketua cu-pi-am Ji-bong Taysu. Yang lebih aneh lagi adalah Ji-bong seperti seorang cianpwe yang berkedudukan sangat tinggi dari golongan mereka itu."
"Thay-yang bun (perguruan matahari)"
Seru Yu Wi mendadak sambil berteplok tangan.
"Kenapa kau potong lagi penuturanku,"
Omel Pek yan.
"Ceritalah."
Kata Yu Wi ketus. Pek-yan tidak senang terhadap sikap bicara Yu Wi itu, tapi dia meneruskan juga ceritanya.
"Thay yang-bun katamu? Ya, Ji-bong seperti pernah menyebutnya, anggaplah aliran mereka memang betul Thay- yang- bun- Tadi setelah kau tinggalkan cu-pi-am rase tua Cin Pek-ling itu lantas menghadap moyangnya...."
"Kiranya diam-diam kau ikut dibelakangku ke Cu-pi-am, memangnya apa tujuanmu, kuatir aku kabur?"
Sela Yu Wi pula. Pek-yan melototinya sekejap dan menganggap anak muda itu tidak tahu maksud baiknya, katanya pula.
"Justeru lantaran aku merasa kuatir makanya aku ikut pergi, setelah kau tinggalkan Cu-pi-am. timbul ingin tahuku apa yang akan diperbuat Cin Pek-ling. maka diam-diam kukuntit dibelakangnya."
Pek-yan berhenti sejenak, lalu meneruskan.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kulihat Cin Pek-ling menyembah kepada Ji-bong dengan sangat khidmat sambil berkata, Nenek yang terhormat, cucu menyampaikan salam hormat kepadamu"
Yu Wi merasa geli melihat cara Pek-yan menirukan suara Cin Pek-ling yang sangat persis itu, Pikirnya.
"Pantas jubah Ji- bong bersulam matahari emas. kiranya dia adalah ahli waris Thay- yang- bun. jelas sakit hati Ban put-tong Locianpwe sukar terbalas."
Mendadak Pek-yan mendorongnya dan menegur.
"He, kau dengarkan ceritaku tidak?"
"Aku selalu pasang kuping mendengarkan.
"jawab Yu Wi terkejut. Dengan tertawa Pek-yan lantas menyambung.
"Coba kau terka apa yang dikatakan makhluk tua itu kepada Cin Pek-ling""
Katanya.
"Huh, siapa nenekmu? sudah lama aku tak mengaku sebagai orang Thay-yang-bun Perguruan ini sekarang cuma tersisa sebangsa tukang gegares melulu, seperti dirimu Cin Pek-ing terhitung salah satu di antaranya."
Yu Wi terbahak-bahak.
"Hahaha, makhluk tua itu telah memaki dirinya sendiri, dia memakai jubah bersulam gambar matahari, tapi mengaku tidak sudi menjadi murid Thay- yang bun, padahal jelas-jelas dia memberitahukan kepada orang bahwa dia adalah orang Thay- yang bun. Jika Thay-yang-bun benar-benar cuma tersisa anggota sebangsa tukang gegares, tentu di antaranya juga termasuk dia."
Terhadap sebutan "
Makhluk tua"
Oleh Pek-yan terhadap Ji-bong, Yu Wi merasa cocok dan ikut-ikutan menyebutnya demikian.
"Tapi tidak kuanggap makhluk tua itu sebagai tukang gegares belaka,"
Kata Pek-yan pula.
"Coba kau lihat bukti ini"
Segera ia menyodorkan tangannya kedepan, maka terlihatlah telapak tangannya biru hitam.
"He, kau terluka oleh senjata rahasia apa? Berbisa tidak?"
Seru Yu Wi kuatir.
"Ehm, sedikitnya kau punya perasaan dan menaruh perhatian kepada keselamatanku,"
Kata Pek -yan.
"Biar kujelaskan, tanganku tidak terluka oleh senjata rahasia melainkan terserang oleh serangkum angin tajam yang menyambar tiba pada waktu kudengarkan percakapan mereka berdua. Untung kutahu gelagat jelek. tapi juga terlambat untuk menghindar, kukuatir yang menyambar tiba ini senjata rahasia berbisa, jika mengenai sudah pasti sukar tertolong lagi. Maka kugunakan telapak tangan untuk menyampuk, kupikir andaikan terkena senjata rahasia berbisa masih sempat kutahan dengan tenaga dalamku, jika tetap tidak berguna, biarlah kupotong tanganku ini. siapa tahu yang menyambar tiba bukan senjata rahasia melainkan cuma serangkum angin tajam yang dilentikkan dengan jari tangan-"
Diam-diam Yu Wi melelet lidah.
Ia membayangkan jarak tempat Pek-yan mengintip dengan tempat duduk Ji-bong di dalam kamar sedikitnya lebih setombak, dari jarak sejauh itu Ji bong sanggup melancarkam tenaga murni untuk melukai tangan Pek-yan, sungguh lihainya sukar dilukiskan, kalau tubuh yang terkena, mustahil takkan berlubang dan terkapar.
Tampaknya Pek-yan juga masih terbayang kejadian yang mengerikan itu, tuturnya pula.
"Melihat kekuatan Ji-bong Taysu yang luar biasa itu, kuyakin di dunia ini tidak ada yang mampu menandingi dia, cepat kularikan diri dan tidak berani cari gara-gara lagi. Kudengar Ji bong berkata.
"Sudah sekian lama kau dengarkan, sudah waktunya mengaso dulu."
Mungkin dia yakin dapat merobohkan diriku dengan tenaga selentikan itu, tak diketahuinya aku sempat menahan dengan telapak tangan, setelah ku- kabur, umpama dia ingin mengejar juga tidak mampu lagi menyusulku."
"Apakah Cin Pek ling juga tidak mampu menyusulmu?"
Tanya Yu Wi.
"Huh, hanya sedikit kepandaian ginkang cin Pek-ling itu terhitung apa?"
Jengek Pek-yan.
"
Ku-kira di dunia ini hanya Ji- bong yang dapat mengadu ginkang denganku. Akan tetapi dia melangkah belakangan, jangan harap akan dapat menyusulku."
Sebelum ini Yu Wi mengira ginkang Cin Pekling terhitung top di dunia persilatan, tak tersangka ginkang Pek-yan masih lebih unggul daripada Cin Pek-ling, maka dalam.
hati ia merasa sangsi, harus dilihatnya sendiri barulah dapat memastikan di dunia ini masih ada orang yang ginkangnya melebihi Cin Pek-ling.
Tiba-tiba Pek-yan bertanya.
"Coba terka sebab apa kubilang kau telah menimbulkan bibit bencana?"
"Sudah setengah hari kau bicara, tapi belum juga mengenai pokok persoalannya, mana dapat kuterka,"
Jawab Yu Wi. Dengan wajah bersungut Pek-yan bertutur.
"Meski Ji-bong menyelentik diriku satu kali, tapi kulihat dia bukan orang jahat, sebaliknya Cin Pek-ling adalah telur busuk sungguh-sungguh. Dia telah memperalat keberhasilanmu dan ikut menerjang ke Cu-pi-am untuk minta Kim-kong kian?"
"Apa itu Kim-kong- kian?"
Tanya Yu Wi, dia muiai tidak sabar lagi.
"Kim-kong-kian adalah sejenis mutiara bagi pemeluk agama Buddha, juga disebut sebagai Ji-ih-cu (tasbih)."
"Ah, hanya serenceng mutiara saja, kenapa di ributkan?"
Ujar Yu Wi.
"Meski cuma mutiara yang tidak berharga, tapi barang yang tersimpan di dalam mutiara itulah sukar dinilai."
Jengek Pek yan.
"Apa yang tersembunyi di dalamnya?"
Tanya Yu Wi.
"Menurut perkiraanku, di dalam mutiara itu tersimpan ilmu sakti perguruan mereka, juga tanda kebesaran pimpinan Thay- yang- bun. Ji-bong sengaja menyembunyikan Kim-kong-kian, tapi anak murid Thay- yang- bun tidak mau kesepian, berulang-ulang mereka mendesak kepada nenek perguruan untuk memperlihatkan tanda kebesaran itu sebab dengan mutiara itu, kungfu Thay- yang-bun akan dapat dibangkitkan kembali, selain itu, berdasarkan tanda kebesaran itu Thay yang-bun dapat muncul lagi di dunia Kangouw, serupa Giok-ji-ih yang merupakan tanda kebesaran Siau-lim-si, tanpa Giok-ji-ih tak ada yang mau mengakui siapakah ketua Siau-lim-pay."
"Dua puluh lima tahun yang lalu Cin Pek-ling sudah pernah menerobos dua rintangan Cu-pi-am dan minta Kim-kong-kian kepada Ji-bong. tapi dia tidak mampu menembus rintangan ketiga. Waktu itu Ji-bong berkata kepada Cin Pek-ling bahwa kungfu Thay- yang-bun terlalu hebat bagi dunia Kangouw sebagai contoh dikemukakannya sian-thian-ciang, maka anak murid Thay- yang bun tidak perlu lagi terlalu menonjolkan diri"
"Mungkin Cin Pek-ling masih terus mendesak. maka Ji- bong lantai menyatakan bilamana ada orang yang mampu mematahkan Sian-thian-ciang, itu berarti dunia Kangouw telah muncul orang kosen, tatkala mana barulah Thay- yang- bun akan muncul juga di di dunia Kangouw. Karena itulah Cin Pek-ling lantas mencari akal, dan kebetulan bertemu dengan orang tolol macammu ini, dia membujuk agar kau datang ke sini menjual bayanganmu padaku untuk memperoleh kungfu yang dapat mematahkan sian-thian- ciang. Dan kebetulan kau masuk perangkapnya sehingga segala urusan menjadi berjalan menurut kehendaknya. Dengan demikian cin Pek-ling dapat bertemu lagi dengan Ji-bong Thaysu untuk memohon Kim-keng-kiau, malahan ia memberitahukan, katanya Goat-heng-bun juga sudah lahir kembali. Lantaran tidak mau menelan kembali janji sendiri, pula mendapat kabar lahir kembalinya Goat-heng-bun, tergerak juga hati Ji-bong, tanpa pikir lagi ia telah memberikan Kim-kong- kian yang diminta Cin Pek ling. selanjutnya, Thay-yang-bun akan lahir juga, coba bayangkan, apabila Thay-yang-bun dipimpin oleh Cin Pek-ling yang licin dan licik, mustahil dunia Kangouw takkan geger."
Keterangan ini membikin hati Yu Wi merasa tidak enak. serunya dengan menyesal.
"Wah, celaka Cin Pek ling sialan, dia pura-pura bermaksud baik padaku, tak tahunya sengaja memperalat diriku. Ai. aku memang bodoh, telah diperalat orang tanpa sadar."
"Apa yang hendak kau kerjakan jika Thay-yang bun lahir kembali?"
Tanya Pek-yan- "Mendingan jika Thay-yang-bun tidak muncul, sekali muncul pasti akan menghanapi lawan setimpal,"
Seru Yu Wi dengan bersemangat.
"Lawan setimpal dari mana? Apakah Goat-heng-bun?"
Tanya Pek-yan- "Betul, Goat-heng-bun adalah musuh bebuyutan Thay-yang-bun, asalkan Goat-heng-bun ada, tidak boleh Thay-yang-bun berbuat sewenang-wenang di dunia Kangouw."
"Tapi setahuku, Goat-heng-bun juga bukan barang baik."
"Siapa bilang?"
Tanya Yu Wi dengan kurang senang.
"Menurut keterangan Cin Pek-ling kepada Ji-bong Taysu, katanya Goat-heng-bun telah berbangkit di sekitar lembah Tiangkang dan mendapat dukungan Thi-bang-pang, disana. Akhir-akhir ini Pangcu Thi-bang-pang telah mati dan pengaruh Thi-bang-pang banyak menurun, menurut berita yang tersiar di dunia Kangouw, nama Thi- bang-pang sangat tercemar, jika Goat-heng-bun didukung oleh Thi-bang-pang tentu juga dapat dibayangkan betapa keadaan Goat-heng-bun, andaikan baik juga terbatas."
Seketika Yu Wi teringat kepada Kan ciau-bu, pasti dia yang main gila dan merusak nama baik Thi-bang-pang.
Hanya dalam waktu beberapa bulan saja dia sudah membinasakan Le Kun.
Ya, pasti dia yang membunuh Le Kun.
Melihat Yu Wi termangu-mangu, Pek yan lantas tanya.
"Apa yang kau pikirkan?"
"Pejabat Pangcu Thi-bang-pang sekarang apakah she Kan?"
Tanya Yu Wi dengan gregetan.
"Agaknya bukan,"
Sahut Pek-yan.
"Pang cu digantikan oleh puterinya, suaminya seperti she Kan kah, salah, mungkin yang benar she Yu."
"Dia memang she Kan, keluarga Yu takkan mengeluarkan sampah masyarakat seperti dia"
Seru Yu Wi dengan gusar. ---ooo0dw0ooo--- Bab 16 . Thay-yang-bun dan Goat-Heng-bun "Eh, jangan marah, aku tidak sengaja memaki keluarga Yu kalian,"
Kata Pek-yan dengan tertawa.
"Kutahu keluarga Yu kalian semuanya orang baik. Menurut dugaanku, orang she Kan itu mungkin ialah ahli waris Goat-heng-bun-"
"Huh, masa dia sesuai?"
Ejek Yu Wi.
"Kukenal ahli waris Goat-heng- bun, kungfunya terlebih, tinggi dari padamu."
"Oya? Siapa dia? Aku justeru ingin menemui dia,"
Tanya Pek-yan dengan tidak terima. Yu Wi memandang cuaca, serunya terkejut.
"Wah, hari sudah gelap. aku harus berangkat."
"Kau tetap hendak pergi ke Cu-pi-am?"
Tanya Pek-yan- "Setelah bicara sekian lama denganmu, semakin besar hasratku hendak pergi kesana, mungkin dapat kutemui Soh-sim untuk bertanya kemana perginya cin Pek-ling, harus kutemui keparat itu untuk ditanyai."
Pek-yan kurang senang, omelnya.
"Baik, boleh kau pergL lekas pergi, kalau mati jangan mencari diriku."
"Mati- juga tidak menjadi soal,"
Ujar Yu Wi dengan tertawa.
"bila kepergianku ini benar berbahaya, tidak nanti kujadi setan dan mencari dirimu. Engkau telah menolongku dan tiada permusuhan denganku, buat apa kucari perkara padamu."
Habis berkata, sambil tertawa ia terus berlari pergi.
Ketika sampai di bawah tebing Siau-hoa-san, dalam kegelapan, tebing curam itu kelihatan seperti setan iblis yang menegak seram menghadang di depannya.
Dengan sendirinya si nenek penjaga di bawah tebing itu tidak lagi disitu, namun siapakah yang tidak kenal nama Cu-pi-am dan berani melanggar peraturannya serta sembarangan menerjang ke atas gunung tanpa melalui prosedur yang ditentukan? Tidak adanya si nenek penjaga tebing itu menghemat tenaga juga bagi Yu Wi, tanpa pikir ia terus melayang ke atas.
Di atas sana juga tidak ada penjaga, tentu saja lebih leluasa bagi Yu Wi.
Padabal tanpa penjaga biasanya juga jarang ada yang mampu mendaki tebing curam itu.
Ujian mendaki tebing dengan ginkang yang tinggi ini, kalau bukan jago kelas wahid jangan harap akan dapat terlaksana dengan lancar.
Dilihatnya Cu-pi-am sudah di depan mata, jantung Yu wi berdebar keras, ia tahu untuk datang kesini memang mudah, tapi ingin menyusup ke dalam biara jelas tidak gampang.
Di dalam biara pasti ada nikoh penjaga, padahal setiap nikoh penghuni biara itu sangat lihai, salah seorang saja sudah cukup untuk menggemparkan Bu- lim bilamana berkelana di dunia Kangouw.
Maka dapat-dibayangkan betapa sulitnya ingin mencari Ko Bok ya di dalam Cu-pi-am yang penuh jago kelas tinggi itu.
sungguh Yu Wi berharap Bok ya mengetahui kedatangannya dan diam-diam ke luar menemuinya.
Dengan sendirinya hal ini tidak mungkln terjadi, sebab dari mana Bok ya mengetahui akan kedatangannya? Namun seperti terjadi keajaiban saja, mendadak dari balik sebatang pohon besar muncul satu orang dan memanggilnya dengan suara tertahan.
"Yu-toako?"
Sama sekali Yu Wi tidak menyangka ada orang bersembunyi dibalik pohon di depan cu-pi-am.
mestinya ia terkejut, tapi demi mengenali suara Bok ya, ia menjadi kegirangan luar biasa, hampir saja ia bersorak.
Yang menegurnya ini memang betul Bok ya, ia bekata pula.
"siang tadi Boh-tin dan Boh-pi susiok memberitahukan padaku tentang kedatanganmu yang ingin mencari diriku. Kedua susiok itu sangat baik padaku, mereka tidak merahasiakan tentang kedatanganmu. Ji-tiau suco bahkan mengatakan padaku engkau masih akan datang lagi dan menyuruhku menaruh perhatian. Beliau malah titip pesan padamu, katanya terbatas oleh peraturan biara, kita hanya diperbolehkan bertemu satu kali saja, izin khusus ini dia pernah menyanggupi padamu ...."
Saking girangnya sampai badan Yu wi gemetar seluruhnya, ucapnya dengan suara terputus-putu.
"Ya, ya,... beliau sangat baik, dan memberi kesempatan kepada kita untuk bertemu. Ya-ji, dengarkan, kuharap engkau.."
Karena teraling-aling oleh pohon, wajah si nona tidak kelihatan- ia tahu Yu Wi hendak membujuknya pulang ke rumah, maka cepat ia memotong.
"Toako, hendaknya jangan kau bicarakan hal-hal yang mencemarkan nama Buddha, aku... ."
Tiba-tiba ia menghela napas, lalu menyambung dengan suara lembut.
"Toako menurut Ji-tiau suco, katanya engkau akan datang lagi, kukenal watakmu yang tidak sabar dan yakin yakin malam ini pasti akan kemari, maka habis sembahyang aku lantas menunggu di sini. Kukira menjelang tengah malam baru akan muncul, siapa tahu sekarang juga engkau sudah datang, tampaknya watakmu semakin tidak sabaran ..."
Betapa mesra ucapan ini, bilamana didengar orang, tentu mengira kedua muda-mudi ini sedang memadu cinta, siapa pun takkan percaya jarak antara mereka sekarang ada beberapa meter jauhnya, yang satu orang biasa, yang lain adalah paderi.
Yu Wi sangat girang, ia merasa kaki menjadi lemas sehingga lupa memburu maju, terdengar suara Bok ya yang lembut seperti masa lampau dengan rayuan yang muluk-muluk, tanpa terasa Yu Wi lantas memohon.
"Ya-ji, sudilah engkau berdiri maju sini, tidak kelihatan wajahmu."
Dengan menurut si nona melangkah maju sehingga wajahnya terlihat jelas dibawah cahaya rembulan, wajah Bok ya yang cantik manis, tampak agak kurus, jauh lebih kurus daripada sebulan yang lalu waktu Yu Wi menemuinya dengan berkedok.
Sedemikian banyak susut badannya selama sebulan ini, maka dalam waktu sekian puluh hari dapat dibayangkan betapa pedih perasaannya.
Yu Wi adalah seorang pemuda emosional, dan wajah Ya-ji yang kurus itu seketika teringat macam-macam hal olehnya, ia pikir tentu si nona masih marah kepadaku karena telah malupakan dia, masih hidup di dunia ini, tapi tidak memberi kabar padanya.
Menyalahkan dirinya yang kejam ketika menemuinya dengan berkedok ....
Karena menanggung berbagai kepedihan itu, tentu saja pucat dan kurus, dan semua ini gara-gara perbuatannya.
seketika Yu Wi sangat terharu, dan dadanya bergolak seperti membakar, ia menjadi lupa kepada jubah dan topi paderi yang dipakai Bok ya, yang terlihat olehnya seakan-akan Ya-ji yang berada dalam pangkuannya ketika dia membawanya mencari pengobatan kepada su Put-ku dahulu.
waktu itu bukankah si nona juga pucat dan kurus seperti ini? Maka kakinya yang terasa lemas itu mendadak bertenaga kembali, ia lalu maju dan Bok ya terus dirangkulnya erat-erat.
Dia terlalu emosi, yang terbayang olehnya adalah keadaan waktu dia memondong Bok ya untuk mencari pengobatan, sama sekali lupa bahwa keadaan sekarang sama sekali berbeda daripada dahulu.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan sendirinya Ya-ji atua soh-sim sekarang tidak dapat menerima kasih mesra seperti ini, meski kenangan mencari pengobatan dengan perjalanan beribu li jauhnya dahulu itu sukar terlupakan, tapi orang yang sudah menyerahkan dirinya kepada agamanya harus teguh imamnya.
maka soh-sim berusaha meronta dan mendorong rangkulan Yu Wi itu.
Mestinya Yu Wi tidak mau melepaskannya, juga berat untuk melepaskannya.
Akan tetapi keadaan aneh lantas timbul.
Mendadak Yu Wi melepaskan Bok ya, seperti yang dipegangnya barusan adalah ular berbisa atau makhlum berbisa lain, dengan takut ia menyurut mundur beberapa tindak, Soh-sim juga melenggong oleh sikap Yu Wi yang aneh itu.
cara anak muda itu melepaskan dirinya terlalu kasar, dilepaskan begitu saja seperti orang melepaskan sepotong batu yang dipegangnya, Kalau Bok ya tidak memiliki kepandaian, tentu terbanting dengan berat.
Malahan Yu Wi terus menudingnya dengan air muka seperti orang kesakitan, serunya.
"Kau ...kau..."
Tidak di teruskan ucapannya dia terus berlari pergi seperti melihat setan- soh-sim terkesima, sampai lama ia berdiri bingung.
Pada pertemuan ini mestinya ia bermaksud minta agar Yu Wi melupakan dia, sudah bulat tekadnya menyerahkan dirinya kepada agama.
Tak tersangka belum lagi ia bicara anak muda itu sudah lari begitu saja, bahkan begitu cepat larinya, dirinya dianggap seperti perempuan yang paling hina di dunia ini, harus ditinggalkan secepatnya dan sejauhnya.
Pedih hati soh-sim ia berdiri berjam-jam disitu, sukar dipahami apa yang menyebabkan perubahan mendadak Yu Wi itu.
Dia berdiri seperti patung, embun sudah membasahi jubahnya, ufuk timur mulai remang, fajar sudah menyingsing.
Akhirnya ia bergerak.
sudah waktunya ia pulang kebiara, semalam suntuk ia berdiri disitu tanpa mengeluarkan suara.
apa pun- waktu melangkah pulang kebiara, suara hati terus menerus berbisiki.
"Toako, tidak boleh kau tinggalkan diriku hanya karena aku tidak mau dirangkul olehmu, kau harus tahu aku adalah Jut-keh-lang ... ."
Setelah berpikir semalam suntuk.
dia menarik kesimpulan sebabnya Yu Wi tinggal pergi itu adalah karena dirinya meronta untuk melepaskan diri ketika anak muda itu merangkulnya .
first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 21:34:58
Darah Ksatria Harkat Pendekar -- Khu Lung Kuda Binal Kasmaran -- Gu Long Kuda Binal Kasmaran -- Gu Long