Ceritasilat Novel Online

Bentrok Rimba Persilatan 5


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bagian 5



Bentrok Rimba Persilatan Karya dari Khu Lung

   

   cie Uh chan yang didesak mundur dua langkah oleh jurus pedang Boen ching ini, dalam hatinya merasa berdesir, tak disangka jurus ilmu pedang Boen ching dapat demikian anehnya, karena terlalu memandang rendah terhadap pihbak musuh sehingga dirinya hampir saja jatuh di bawah angin, tapi setelah tiga kali serangan pedang Boen ching itu, dia malah dapat lari mengejarnya, dia melihat jurus2 ilmu pedang Boen ching ini meskipun sangat aneh, tetapi kepandaiannya masih belum dapat menandingi dirinya.

   Waktu ini dia masih dapat mengalahkan Boen ching, tetapi jika menanti beberapa waktu lagi, mungkin kepandaian Boen ching akan jauh melebihinya, pikiran ini segera berkelebat didalam benaknya, dia segera mengerahkan tubuhnya mengejar kearah Boen ching.

   Ginkang Boen ching di dapat langsung dari Ie Bok Tocu, begitu tubuhnya menginjak tanah dia telah berada didekat kudanya tetapi pikirannya tiba2 bergerak pikirnya.

   "Aku berhasil menangkap kuda itu juga tak ada gunanya, Pat Huang Sin Mo segera akan mengejar sampai disini".

   Dia percaya ginkangnya lebih tinggi setingkat dirinya, kalau bertempur dengannya mungkin masih ada kesempatan baginya untuk berusaha melarikan diri.

   ***.

   *** Berpikir sampai disini dia hanya mengejar hingga sisi kudanya, tetapi tak jadi menarik tali les kudanya, saat itu Pat Huang Sin Mopun telah mengejar sampai dibelakang tubuhnya, Pat Huan Sin Mo tahu kepandaian Boen ching tak rendah dan tak dapat dipandang ringan, segera ia mengeluarkan senjata yaitu Pecut geledek yang telah lama tak dipergunakan olehnya.

   -oo0dw0oo- UNDANGAN DARI ENG HONG PANG Pecut geledek ini panjangnya delapan depa, di atas pecut itu penuh dengan kaitan yang tajam, ketika tubuh pecut itu saling menggesek satu sama lain, segera terdengar suara letusan.

   Meskipun Boen Ching lari kedepan, Cie Uh Chan yang dibelakang tubuhnya bukannya dia tidak tahu, suara letusan membuat dia paham kalau dia telah mengeluarkan senjata tunggalnya, waktu Boen Ching bertempur dengan Mo Cing, panjangnya pedang Mo Cing tiga kaki lebih, sehingga dia tahu kelemahan dari senjata yang panjang, tetapi pecut geledek Cie uh chan ini meskipun panjangnya hanya delapan depa, tetapi karena pecut itu penuh dengan kaitan yang tajam, menyebabkan pedangnya tak dapat bersentuh dengan pecut tersebut,jika dibandingkan dengan racun dipedang Mo Cing, boleh dibilang masing-masing senjata mempunyai kelihayannya masing-masing pula.

   Boen Ching tak berani menyambut pedang, dengan cepat dia berkelit kesamping, akan tetapi Cie uh chan telah tahu kalau Boen Ching tentu tak berani menyambut pecutnya itu dengan pedangnya, terlihat pecutnya sedikit digetarkan.

   Boen Ching menjadi sangat terkejut, senjatanya yang dipergunakan Cie uh chan itu terlalu ganas,jika demikian halnya masih lumayan kalau melawannya dengan tangan ***.

   *** kosong saja, serangan Cie uh chan dilancarkan demikian hebat dan ganasnya, mau tak mau ia harus mencoba menangkis dengan pedangnya.

   Pedang danpecut dengan cepat bertemu, Cie uh chan tertawa dingin, tangannya dibentangkan keatas dan dengan paksa menarik pedang ditangan Boen Ching tetapi Boen Ching yang menangkis dengan pedangnya itu, dia juga telah memperhitungkan akibatnya, Cie uh chan baru saja mengerahkan tenaganya, tubuhnya telah melayang menglkuti tarikan itu, sedang kakinya melancarkan tendangan berantai sebanyak tujuh kali mengancam seluruh tubuh Cie uh chan- Cie uh chan yang nampak hal demikian, ia mengetahui karena lagi-lagi ia telah memandang rend ah musuhnya sehingga ia terdesak, tangannya segera menarik kembali pecutnya sambil tubuhnya mundur ke belakang, pecut geledeknya itu kembali menyapu lagi kearah Boen Ching.

   Sungguh tak disangka oleh Boen Ching, serangan Cie Un Chan ini dapat dilancarkan demikian cepatnya belum ia mengambil keputusan apakah yang harus dilakukan untuk menyambut serangan pecut ini.

   Tahu-tahu dalam sekejap saja pecut itu telah tiba, dengan tergesa-gesa ia menyingkir, tetapi tak urung pundak kirinya tetap terkena serangan pecut itu, saking sakitnya tubuhnya menjadi menggigil, pecut geledek itu bukan sembarangan senjata yang dapat dilawan dan tempat yang terkenapun bukannya hanya satu luka saja, Boen Ching meskipun hanya terkena sedikit sambaran pecut itu saja, tetapi pada tubuhnya telah terdapat tiga tempat luka akibat kaitan yang ada pada tubuh pecut itu.

   Cie Uh Chan nampak hal ini ia tertawa bergelak, pecutnya kembali melancarkan serangan gencar.

   Meskipun Boen Ching telah terkena serangan pecut itu, tetapi dia tetap tidak mundur, pada saat ia terkena serangan pecut itu, terbayang kembali peristiwa sepuluh tahun yang lalu ***.

   *** ketika ayahnya terkena serangan pecut itu, tetapi dia tetap tidak mundur, bahkan menyuruh dia melarikan diri.

   Boen Ching bagaikan harimau terluka, pedangnya menusuk kedada Cie Uh chan dengan keras Cie Uh Chan yang nampak hal ini menjadi terkejut, dia tak mau mengadu jiwa dengan Boen Ching, ternyata sangat hebat, meskipun ia dalam keadaan bahaya tetapi serangannya tetap tak menjadi kacau balau.

   Dengan memainkan ilmu "Ie Bok Kiam Hoat"

   Selangkah demi selangkah ia mendesak maju dan memakea dia terdesak mundur tiga langkah.

   Cie Uh Chan dengan gusar mendengus, pecutnya ditarik kembali yang mengakibatkan pedang Ie Bok Kiam ditangan Boen Ching terlepas.

   Ketika pedang dan pecut itu beradu, Boen Ching segera tersadar, tetapi pedangnya telah teriepas, dia teringat kemhali pada Shie Siauw In dan suhunya Ie Bok Tocu, pikirnya.

   "Aku tak dapat mengadu jiwa dengannya"

   Dengan keadaan yang ter-gesa2 itu, ia segera mengeluarkan ilmu "Thay Thien Kio- Sih"

   Atau sembilan jurus jungkir balik.

   pada saat ia mengeluarkan tangan dan kakinya, tubuh Cie Uh Chan telah terlontar sejauh satu kaki lebih dan jatuh ke tanah dengan keras.

   Tubuh Boen Ching melayang turun sambil menerima kembali pedangnya, dia takut Shia Siauw In belum teriepas dari bahaya, sehingga tak berani lari kearahnya, dia malah lari kearah jalan gunung.

   Cie Uh Chan menjadi terkejut karena jurus aneh yang digunakan Boen Ching ini, dia menjadi tertegun dan berdiri mematung, ia baru sadar kembali ketika melihat Boen Ching melarikan diri dengan ia meraung keras dan lari mengejar.

   Boen Cing segera mengerahkan ginkangnya "Shen Au Ban Li"

   Atau suara meraung laksa li, dengan cepat Cie Uh Chan tertinggal jauh sekali, tetapi sakit didada kirinya tak dapat ***.

   *** ditahan lagi, dari tiga tempat luka itu setiap lukanya panjang sampai beberapa inci, saking sakitnya keringatnya mengalir membasahi seluruh tubuhnya.

   pada saat itu diufuk timur sinar matahari mulai terbit, sakitnya Boen Ching tak kuat lagi untuk berjalan, tetapi untung dalam sakunya masih terdapat pil "Liong Hiat Sin Tan"

   Dengan perlahan-lahan dia maju kedepan, kerena terlalu banyak darah yang hilang, kepalanya terasa agak pening sedang matanyapun mulai berkunang-kunang.

   Didepan matanya terbentang sebuah sungai kecil, menjadi girang, pikirnya.

   "Aku akan mencuci lukaku disungai itu baru kemudian membalut lukaku ini."

   Segera ia mempercepat langkahnya menuju kesungai kecil itu, baru saja Boee Ching sampai didekat tempat itu, tiba2 didekatnya terdengar suara yang perlahan.

   dan terdengar seperti suara orang yang sedang mencabut pedangnya, tangan kanannya mengencang, diantara kabut yang tebal itu terdengar suara yang tertahan.

   "Siapa ..."

   Dua buah bayangan berkelebat didepan matanya, ternyata orang itu adalah si elang emas dari gurun pasir, Kong Sun Sek dan Pek Hian Ling.

   Pek Hian Ling nampak dia dalam keadaan demikian menjerit tertahan Kong Sun Sek juga menampilkan wajah yang keheranan, Boen Ching yang nampak dua orang itu tak mengandung maksud jahat, hatinya menjadi lega, karena tak tahan terlalu banyak darah yang mengalir keluar ia jatuh pingsan ketanah.

   Ketika siuman kembali nampak dirinya telah bersandar dipinggir satu pohon besar dekat sungai itu.

   Wajah Kong Sun Sek dan Pek Hian Ling menunjukan rasa yang gembira, dia tak tahu mengapa mereka berbuat demikian pada saat ini tampak sungai kecil itu ia teringat kembali ketika ia merawat luka shia Siauw In.

   ***.

   *** Tiba-tiba teringat kembali kini ia berada ditempat mana, tanpa terasa dia menghela napas.

   Kepada Kong Sun sek dan Pek Hian Ling ia mengucapkan terima kasih atas budi pertolongannya yang telah menolong jiwanya.

   Mendengar ucapan itu Kong Sun sek tertawa besar dan katanya.

   "Boen Siauwhiap, tak usahlah kau sungkan-sungkan.

   Didalam bu lim saling menolong adalah soal yang jamak, pada kemudian hari aku orang tua mungkin malah akan minta bantuan darimu."

   Pek Hian Ling memandang tajam pada Boen Ching sejenak, kemudian katanya.

   "Mengapa kau menghela napas? darahmu telah banyak mengalir keluar, aku saja yang melihat jadi sedikit takut, siapakah sebenarnya yang telah melukaimu ?"

   Dalam hati Kong Sun sek juga ingin cepat mengetahui hal ini, dia tak dapat menebak di antara tujuh partai besar siapakah yang dapat melukainya dan menurunkan tangan sedemikian ganas dan kejamnya.

   Mata Boen Ching melirik kesamping, tampak pundak kirinya telah dibalut rapi sedang pakaian sebelah atasnya telah penuh dengan bekas darah yang kini telah mengering semuanya.

   Dengan pelan ia menghela napas dan ujar nya.

   "Pat Huang Sin Mo"

   Dengan terkejut Kong Sun sek menegaskan.

   "Iblis itu "

   Dia tak dapat mengetahui mengapa Boen Ching dapat bentrok dengan Pat Huang Sin Mo, Cie Uh Chan selama sepuluh tahun dia tak terjun dalam dunia kangouw tak nyana ternyata dia dapat bentrok dengannya. Boen Ching tertawa tawar katanya.

   "Dia adalah musuh besar pembunuh kedua orang tuaku."

   Kong Sun sek menjadi tertegun dia menggeleng-gelengkan kepala, pikirnya.

   "Tak nyana pemuda ini dapat mempunyai ***. *** demikian banyak dendam permusuhan"

   Pek Hian Ling bertanya lagi kepada Boen Ching.

   "Lalu mengapa engkau menghela napas??"

   Boen Ching teringat kembali pada Shie Siauw In, lalu katanya.

   "Aku masih ada seorang kawan yang terluka, tapi entah dimana dia sekarang berada dimana."

   Pek Hian Ling memandang Boen Ching dengan tajam ujarnya.

   "Apakah dia seorang gadis??"

   Boen Ching menjadi tertegun, pikirnya mengapa dia tak menebak pada Hoa Suan melainkan menebak pada seorang gadis? dengan cepat sahutnya.

   "Mengapa, kau dapat mengetahuinya apakah kau melihatnya ?"

   Pek Hian Ling mengeluarkan suara dihidung, lalu katanya.

   "Aku belom pernah melihatnya."

   Boen Ching menjadi sangat heran tanya nya.

   "Lalu mengapa kau dapat mengetahui..."

   Tidak menanti sampai Boen Ching selesai berbicara Pek Hian Ling telah mencibirkan bibirnya dan katanya.

   "Mengapa heran melihatnya, melihat wajahmu yang sedih dan lemah itu, aku sudah dapat mengetahuinya"

   Boen Cing terpaksa tertawa pahit, Kong Sun sek yang berada dipinggir sejak tadi telah mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Pek Hian Ling, dia tersenyum kepada Boen Ching lalu katanya.

   "Boen Siauwhiap, waktu terjadi peristiwa dipuncak Hwee Ing, hanya delapan orang yang hadir melihat dengan kepala mata sendiri, selain ciangbunjin2 dari tujuh partai besar, hanyalah kau seorang hadir ketika Thian Jan Shu bertempur dengan Thian San Chiet Kiam, kau pun hadir disana, Dapatkah Boen Siauwhiap menceritakan peristiwa yang terjadi waktu itu kepada kami, untuk menghindari tuduhan2 yang bukan2 terhadap Boen siauwhiap"

   Setelah berpikir sejenak, katanya.

   ***.

   *** "Sebenarnya suhuku melarang aku untuk menceritakan tentang urusan ini,jika urusan tujuh hioloo kuno itu diceritakan maka tak dapat di hindarkan lagi tentu banyak iblis2 dari luar lautan yang sekali lagi turun gunung dan teejun kedalam dunia kangouw, pada waktu itu Thian Jan Shu pernah berkata bahwa siapa saja yang dapat memahami ilmu silat yang tertera pada tujuh buah hioloo kuno itu, maka dia akan mendapatkan seluruh ilmu silat yang dimilikinya itu."

   Kong Sun Sek diam2 juga berpikir, selama puluhan tahun ini kepandaian Thian Jan Shu adalah nomor wahid, kini dia meninggalkan ilmu silatnya, sudah tentu banyak orang yang mengincarnya Sebenarnya dalam hati Peh Hian Ling merasa hal ini, tanpa terasa semangatnya pun bangun kembali untuk mendengarkan.

   Boen Ching tertawa, setelah memandang dua orang itu sejenak, katanya.

   "Sekarang aku akan menceritakan hal ini kepada kalian, tetapi aku kini diantara tujuh partai besar tak ada satu partaipun yang akan mengakuinya"

   Setelah itu berbicaralah ia akan peristiwa-peristiwa yang terjadi ketika ia naik gunung untuk mohon belajar ilmu silat hingga ciangbunjin dari tujuh partai memukul padanya dan merampas tujuh buah hioloo tersebut.

   Dua orang itu memperhatikannya dengan sungguh2, sampai Boen Ching selesai bercerita dua orang itu baru menghela napas lega.

   Setelah selesai mendengarkan cerita itu, tanpa terasa Pek Hian Ling telah bertanya kepada Boen Ching.

   "Mengapa suhumu tidak turun gunung untuk membantumu"

   Setelah selesai ia menjadi menyesal, pikirnya. ***. *** "Baru saja aku marah kepadanya, kini malah aku yang lebih dahulu mengajak dia untuk berbicara"

   Boen Ching sambil tertawa berkata.

   "Suhuku karena masih mempunyai urusan yang lain telah kembali teriebih dahulu kepulau Ie Bok To."

   Dia tak mau menceritakan kalau suhunya karena sedih terhadap Shie Siauw In baru pulang kepulau Ie Bok To.

   Pek Hian Ling nampak Boen Ching tidak berbicara sesungguhnya, dia mendengus, katanya.

   "Omong kosong, suhumu demikian baik dan sayangnya terhadap kau, mana sampai hati meninggalkan kau seorang diri berkelana didunia kangouw".

   Pada saat itu dalam hati Boen Ching sedang memikirkan Shie Siauw Ini ternyata dirinya tak dapat pergi mencarinya, dia menjadi menghela napas.

   Pek Hian Ling yang mendengar Boen Ching menghela napas lagi, dengan nada yang tidak senang katanya.

   "Hey, apakah engkau teringat kembali akan kawanmu yang telah berpisah dengan kau itu hingga bersedih hati?"

   Kong Sun Sek yang mendengar soal ini mengerutkan alisnya, dia nampak Pek Hian Ling bertanya secara demikian, dalam hatinya diam2 membatin.

   "Keponakan perempuanku ini sungguh taksungkan2, aku kira pandangan Boen Ching terhadapnya malah akan menjadi buruk."

   Boen Ching mendengar Pek Hian Ling bertanya demikian, ia menjadi tertegun, kemudian dengan tertawa sahutnya.

   "Dia adalah peteri suhuku dan telah terluka berat, apalagi dalam keadaan pingsan"

   Meskipun dia berkata sambil tertawa, tetapi tetap tak dapat menutupi wajahnya yang sedang muram itu.

   Pek Hian Ling berkata lagi-"Kalau begitu dia adalah ***.

   *** sumoaymu, tentunya kalian menjadi satu sejak kecil benarkah?"

   "Mengapa dahulu aku tak pernah melihatnya?"

   Boen Ching berpikir sejenak kemudian baru berkata.

   "Dia sejak kecil telah diculik orang, baru saja aku bertemu muka dengannya"

   "Ooh --- -- "Kata Pek Hian Ling, dia sendiri tak dapat mencari tahu apa sebabnya dia sampai demikian memperhatikan pada Shie Siauw Ini mungkinkah hal ini disebabkan waktu mereka berdua berdiri berhadapan dicelah yang sempit itu. Dari sakunya Boen Ching mengeluarkan sebuti rpil "Liong Hiat Sin Tan"

   Dan ditelannya, kemudian mulai menjalankan semedinya.

   Kong Sun Sek tahu dia telah kehilangan darahnya terlalu banyak, dalam waktu singkat tak mungkin dapat sembuh kembali, ditambah lagi ia telah mengeluarkan banyak tenaga untuk berbicara, tentu sangat berat baginya, yang banyak membuang tenaga dengan percuma.

   Hati Pek Hian Ling pun mendelu, sambil duduk dipinggiran ia berpikir dengan menundukkan kepalanya.

   Setelah beberapa waktu, disekitar tempat itu tiba2 terdengar mengalunnya genta yang mendatang dari tempat jauh, Kong Sun Sen mengerutkan alisnya, dia tak dapat menerka suara apakah itu, dia hanya merasa suara genta itu kedengarannya agak aneh.

   Ketika pertama kali mendengar suara2 genta itu, Boen Ching segera membuka kedua matanya, pada wajahnya menampilkan rasa yang sangat terkejut, tetapi ketika suara genta itu terdengar lagi untuk kedua kalinya, wajahnya segera berubah menjadi sangat serius, kedua matanya dipejamkan dan segera menenangkan pikirannya.

   Pek Hian Ling mementangkan matanya besar2 memandang pada Boen Ching, baru saja ingin membuka suara pada Kong Sun Sek, Kong Sun Sek nampak wajah Boen Ching berubah ***.

   *** menjadi agak aneh, segera menggoyangkan tangannya mencegah Pek Hian Ling untuk berbicara, dalam hati Pek Hian Ling menjadi mendelu dan duduk disana tak berbicara lagiBoen Ching yang sedang bersemedi menenangkan pikirannya merasakan setiap suara genta itu timbul ia segera merasa seluruh darahnya bergolak, agaknya orang yang membunyikan genta itu sedang menyerangnya dengan menggunakan suara genta itu, dia tak berani berayal lagi, segera ia memusatkan pikirannya, dengan lweekang nya ia melawan suara genta itu.

   Pek Hian Ling yang hatinya sedang mendelu tiba2 melihat pada jidat Boan Ching penuh dengan keringat yang menetes keluar, dia menjadi ter-menung2 dengan cepat ia mengeluarkan sapu tangannya dan diusapkan pada jidat Boen Ching yang penuh dengan keringat itu.

   Sebenarnya Boen Ching yang sedang melawan suara genta itu, dengan lwekangnya sudah merasa sangat berat, ditambah lagi Pek Hian Ling mengusapkan sapu tangannya pada jidatnya segera ia merasa ada suatu perasaan yang sangat aneh yang meliputi seluruh tubuhnya, tanpa terasa tubuhnya menjadi tergetar, suara genta itu segera menyerang kedalam tubuhnya.

   dalam sekejap mata saja telah menyerang hati dan jantungnya, Boen Ching menjadi sangat terkejut, segera ia berusaha memusatkan seluruh lweekangnya untuk menooba melawan suara genta itu, tetapi suara genta itu dengan tiba-tiba telah berhenti.

   Dengan terkejut Boen Ching segera membuka matanya nampak Pek Hian Ling bagaikan mau tertawa tetapi tak dapat tertawa memandangnya, kini dia nampak membuka matanya lalu menegornya.

   "Hey, kenapa engkau?"

   Tetapi suara genta itu timbul lagi Boen Ching tak sempat untuk berbicara dengan Pek Hian Ling, dengan cepat dia menutup kedua matanya tetapi suara genta kali ini datangnya ternyata sangat lunak dan halus, dengan perlahan membantu ***.

   *** dan menjalankan hawa murninya keseluruh tubuh Boen Ching segera sadar dengan cepat ia menjalankan hawa murninya keseluruh tubuh mengikuti irama dari genta itu.

   Tempat-tempat yang biasanya tidak dapat dilalui oleh hawa murninya itu telah terbuka semuanya, atas bantuan dari suara genta itu, hanya anehnya orang yang membunyikan genta itu se-olah2 sangat hapal terhadap ilmu silat perguruannya, sebenarnya untuk melatih ilmu tenaga dalam, setiap partai dan perguruan mempunyai cara yang ter-sendiri2 meskipun garis besarnya adalah sama, tetapi bagian-bagian kecilnya adalah sangat berbeda, tetapi kini tempat yang ditunjuk oleh suara genta itu, ternyata dapat mengetahui ilmu dari partai atau perguruan manakah yang dia pelajari.

   Setelah menjalankan hawa murninya tiga putaran, Boen Ching merasa seluruh tubuhnya sangat ringan dan nyaman, sedang suara genta itupun berhenti.

   Tanpa terasa wajahnya menampilkan senyuman dia tak tahu siapakah orang yang telah menyembunyikan suara genta itu, sepertinya dia sangat baik terhadap dirinya.

   
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Pek Hian Ling yang berada disisinya itu segera menegurnya.

   "Hey kali ini kau sedang menertawakan apa?"

   Kata Kong Sun Sek.

   "Anak Ling, biariah tunggu dia sampai membuka matanya baru kita tanyai padanya."

   Boen Ching menjalankan hawa murninya sekali lagi- terasa tenaga dalamnya mendapatkan kemajuan yang pesat, baru saja akan membuka matanya, suara genta itu kembali timbul lagi- Boen Ching segera memusatkan pikirannya untuk mendengarkan-Kali ini suara genta itu ternyata tidak membimbing hawa murninya keseluruh tubuhnya melainkan menambah rumus-rumus ilmu tenaga dalam yang sebenarnya belum pernah dia terima dan rumus-rumus itu sangat membantu dalam melatih ilmu tenaga dalamnya.

   ***.

   *** Setelah itu suara genta itu membantu hawa murninya berputar keseluruh tubuhnya sebanyak tiga kali putaran dan kemudian berhenti- Boen Ching segera membuka kedua matanya, setelah duduk tenang sebentar kemudian pikirnya..

   "Mungkin orang ini tak mau bertemu dengan aku, baru berbuat demikian- kalau tidak, tak mungkin ia memberi pelajaran dan petunjuknya melalui suara genta itu."

   BerasaL Boen Ching segera bangkit berdiri dan menyembah tiga kali kearah suara genta itu berasaL Kong Sun Sek dan Pek Hian Ling yang nampak wajah Boen Ching menampilkan kegembiraan, bahkan bagaikan lukanyapun telah sembuh dan telah segar kembali- diam2 kedua orang itu merasa sangat terkejut pikirnya.

   "Entah siapakah orang yang telah membunyikan genta itu, kepandaiannya ternyata demikian tingginya, entah jika dibandingkan dengan Thian Jan Shu waktu itu, bagaimana?"

   Pek Hian Ling segera berkata kepada Boen Ching.

   "Hey, tahukah kau siapakah orang yang telah membunyikan genta itu?"

   Boen Ching sambil tertawa menggeleng-gelengkan kepala, sahutnya.

   "Mana aku dapat mengetahuinya"

   Pek Hian Ling bertanya lagi-"Aku lihat kau agaknya sangat gembira, mungkin ada kebaikan bagimu benarkah?"

   Boen Ching menganggukkan kepala, katanya.

   "Ciaspwee ini telah mewariskan aku rumus-rumus ilmu tenaga dalam kepadaku, bahkan membantu aku membuka seluruh jalan darah terpenting ditubuhku, tapi aku tak tahu siapakah dia sebenarnya."

   Kong Sun sek menghela napas katanya.

   "

   Boen siauwhiap sungguh sangat beruntung, pada saat ini orang yang dapat membuka seluruh jalan darahnya hanya ada beberapa orang, sedang orang2 yang berusia seperti Boen siauw hiap jarang sekali terdapat."

   Boen Ching termenung sejenak, kemudian ***. *** katanya.

   "Orang itu mungkin angkatan tua dari perguruanku, dia sangat hafal terhadap cara melatih tenaga dalam dari perguruanku."

   Dia teringat pada Toa supeknya Wu Tu sincoen dan Jie supeknya, Lie Hwee Yu She, tapi sekejap saja terpikir olehnya.

   "Lweekang orang itu sangat tinggi melebihi Seh Tu Hoa, tak mungkin dia adalah supek-supekku itu tapi lalu siapakah dia??"

   Dia tak mengetahui dalam perguruannya masih ada siapa yang demikian tinggi ilmu silatnya. Terdengar Pek Hian Ling bertanya.

   "Apakah lukamu kini telah sembuh ??"

   Boen Ching sambil tertawa anggukkan kepalanya, katanya.

   "Masih harus mengucapkan banyak terima kasih atas budi pertolongan kalian berdua."

   Pek Hiang Ling mendengus dengan tidak wajar katanya lagi-"Eagkau berterima kasih padaku, tapi aku takkan berterima kasih kepadmu atas pertolongan padaku dahulu, karena setelah menolong aku akhirnya kau juga meninggalkan aku seorang diri."

   Boen Ching nampak Pek Hian Ling berkata demikian, tanpa sadar ia membantah katanya.

   "Nona Pek, kakek cebol waktu itu adalah Supekku, aku bagaimana tak pergi- ditambah lagi pedang pemberian suhuku..."

   Pek Hian Ling memotong katanya.

   "Sudah, sudahlah tak usah kau teruskan. pokoknya selamanya kau yang benar."

   Kong Sun sek nampak Pek Hiang Ling ngambek, dia takut Boen Ching tak dapat menghindari. sambil tertawa tergelak ujarnya .

   "Boen Siauwhiap, kaponakanku ini sejak kecil telah dimanjakan oleh ayahnya, harap Boen Siauwhiap jangan menyalahkannya."

   Sambil tertawa jawab Boen Ching.

   "Tak mengapa, tak mengapa"

   Pek Hian Ling memandang pada Boen Ching, dalam hatinya dia juga tak dapat mengatakan apa sebabnya, hanya ia ***. *** merasa agak canggung, pikirnya.

   "Engkau tentu tak akan menyenangi aku, karena kau telah mempunyai Sumoay, jika kau tak senang biariah kau tak senang padaku saja"

   Dalam hati Boen Ching sebenarnya agak takut pada Pek Hian Ling yang kalau berbicara tak pernah melihat gelagat, apalagi ia seorang gadis, dirinya juga tak baik berlaku kasar padanya, lalu katanya .

   "Sumoayku sedang terluka parah, boanpwee akan berangkat lebih dahulu, budi kalian berdua lain kali tentu akan kubalas"

   Hati Pek Hian Ling menjadi mendelu, ia tak menjawab. Kong Sun Sek sambil tertawa terbahak, sahutnya.

   "

   Boen Siauwhiap tak usah sungkan-sungkan, semoga dalam peejalanan selanjutnya tak akan terjadi sesuatu hal atas dirimu"

   Boen Ching segera berpamitan pada dua orang itu dan melanjutkan perjalanannya. Kong Sun Sek memandang pada Pek Hian Ling, sambil tertawa katanya.

   "Keponakanku yang baik,janganlah ngambek, orang ini sangatlah mudah untuk dikuasai asal saja kau tak galak terhadapnya, lihatlah cara-cara dari kau punya Kong Sun loopek."

   "Paman Kong dan engkau bicara apa, aku tidak mengerti"

   Sambil tertawa Kong Sun Sek berkata.

   "Tak usah malu-malu, ini adalah urusan penting, hanya ayahmu masih menganggapnya sebagai murid Thian Jan Shu, tak baik jalan bersama dengannya, coba engkau bilang mau atau tidak bantuan dari paman Kong Sun mu ini,jika kau bilang tak mau, aku akan segera pergi- pasti tidak menambah lagi sepatah katapun juga"

   Sebenarnya Pek Hian Ling sudah kecewa kini dan diam tak menjawab. Kong Sun Sek menjadi tertawa besar, sambil membangkitkan kakinya, teriak Pek Hian Ling.

   "Paman Kong Sun, jika kau berbuat demikian lagi, aku marah lho"

   Kong Sun Sek memandang sekejap padanya, ia tak takut kalau dia ***.

   *** menjadi marah tak tertahan ia menjadi tertawa terbahak- bahak.

   Boen Ching setelah berpisah dari dua orang itu merasa menjadi bingung, dia sesungguhnya juga tidak mengetahui Shia Siauw In sekarang ini berada dimana.

   Setelah berjalan setengah harian, ia merasa sangat berduka, tiba-tiba dari jauh nampak dua ekor kuda lari mendatang, hatinya menjadi sangat gembira, segera ia memapak maju, tak salah, dua ekor kuda itu adalah miliknya, tetapi ternyata Shie Siauw In telah tidak berada diatas kuda itu lagi- Boen Ching menjadi termangu-mangu, Shie Siauw In telah menderita luka dalam meskipun hanya pingsan saja.

   Kalau hanya terjatuh dari atas kuda saja masih tak mengapa, karena tak akan mengakibatkan lukanya bertambah pa rah, tetapi didunia kangouw dia mempunyai banyak sekali musuh, seandainya jika ia bertemu dengan musuhnya, entah bagaimana harus diperbuatnya.

   Dia tak dapat berbuat apa-apa, segera naik keatas kudanya sendiri dan menuntun kuda yang satunya melanjutkan perjalanannya .

   Tetapi setelah mengelilingi gunung itu selama sehari penuh, belum juga ia mendapatkan jejak dari shie Siauw In.

   Pat Huang Sin Mo agaknya juga pernah mengejar sampai ditempat itu.

   tetapi tak mendapatkan jejaknya.

   Segera ia turun dari kuda dan duduk beristirahat.

   Semalam telah lewat dengan cepatnya, Boen Ching segera berganti pakaian, sedang hatinya diam-diam berpikir.

   "Sebenarnya aku dan Shie Siauw In akan pergi kedaerah Kang-lam, meskipun kini tidak berhasil mencarinya, setelah luka nya sembuh tentu ia juga akan pergi kesana.

   Disamping mencari Siauw In juga aku datang melatih Iweekang terlebih dahulu sebelum menyatroni ke Khong tong." ***.

   *** Baru saja ia sampai dijalan raya, nampak dua orang hweesio tua datang menghampirinya.

   Sebenarnya Boen Ching juga tidak mengambil perhatian apa-apa terhadap mereka, nampak dua orang hweesio tua itu ternyata berhenti di hadapannya, mau tak mau ia harus turun dari kudanya.

   Terdengar hweesio tua yang berdiri disebelah kiri berkata.

   "Apakah sicu ini bernama Boen Ching, Boen sicu ?"

   Boen Ching diam-diam berpikir, mungkin Siauw lim pay telah mengirimkan orangnya untuk menangkap dirinya dengan diam-diam, dia mengadakan persiapan, kemudian dengan perlahan ia menganggukkan kepalanya.

   Terdengar hweesio tua itu berkata lagi-"Pinceng Hay Hoat Thaysu mendapat perintah dari ciangbunjin untuk mengundang Boen Ching untuk naik kegunung Siong San.

   ciangbunjin ada sesuatu hal yang akan disampaikan"

   Boen Ching menjadi tertegun, dia mengetahui bahwa dua orang hweesio tua itu adalah hweesio dari angkatan "Hay"

   Yang merupakan angkatan tertinggi didalam Siauw lim si- kelihatannya dua orang hweesio tua ini tidak mengandung maksud jahat, lalu katanya.

   "Cayhe Boen Ching masih mempunyai urusan hendak pergi ke daerah Kanglam, kebaikan dari Hay Gwat Thaysu lain hari tentu akan kupenuhi"

   Hay Hoat Thaysu dan Hay Gong Thaysu saling tukar pandangan, kata Hay Hoat Thaysu dengan nada perlahan- "Ciangbunjin ada urusan untuk dibicarakan dengan Boen sicu, katanya mengenai peristiwa sepuluh tahun yang lalu dipuncak Hwee Ing, apalagi...

   Ia berhenti sejenak, kemudian dengan suara yang sangat perlahan sekali lanjutnya.

   "Ciangbunjin telah bersiap untuk meninggalkan dunia yang fana ini- tapi harus bertemu dulu dengan Boen sicu.

   jika Boen sicu dapat tak bercuriga harap sudi mengikuti kami pergi ke Siauwlim si untuk menemuinya." ***.

   *** Boen Ching setelah menunggu-nunggu sejenak kemudian, kemudian mengangguk kan kepalanya, ujarnya.

   "Kalau begitu aku Boen Ching hanya mengikuti perintah kalian-"

   Jika ciangbunjin dari tujuh partai besar mau dia pergi untuk menemui mereka, dia tentu takkan mau pergi tapi peristiwa sepuluh tahun yang lalu dipuncak Hwee Ing terbayang kembali di benaknya di antara tujuh orang ciangbunjin itu hanyalah Hay Gwat Thaysu yang paling suci- sedang Ie Bok Tocupun memberitahukan padanya, diantara tujuh orang ciangbunjin dari tujuh partai besar, hanyalah pukulan Hay Gwat thaysu yang telah dikurangi tiga bagian tenaganya,jika tidak dia tentu telah tewas, apalagi pada mulutnya masih terdapat sebutir pil.

   "Cie Kiam Tan"

   Dari Siauw Lim pay yang telah menyelamatkan jiwanya.

   Meskipun Hay Gwat Thaysu juga melancarkan serangan sekali pada tubuhnya dan mengambil pergi sebuah hioloo kuno, tapi terbukti jika dibandingkan dengan ciangbunjin enam partai yang lainnya adalah jauh lebih baik.

   pun di dalam dunia Kangouw nama Hay Gwat Thaysu paling tersohor.

   Diantara tujuh partai itu Ie Bok Tocu hanya memandang hormat pada Hay Gwat Thaysu seorang, sehingga mengharapkan padanya jangan menurunkan tangan kejam terhadap Siauw limpay.

   Lima hari kemudian, tiga orang itu telah tiba digunung Siong San Hay Hoat Thaysu dan Hay Cong Thaysu langsung membawa Boen Ching ke dalam Siauw lim sie.

   Bangunan Siauw lim sie ini sangat kokoh dan angker, Boen Ching nampak hweesio2 yang berada didalam kelenteng itu semuanya memakai pakaian yang sangat ketat, dalam hatinya diam-diam membatin.

   "Nama tujuh partai besar ternyata bukanlah nama kosong, dengan kekuatan yang demikian hebat dan kokoh nya, kiranya dirinya kalau berani bermusuhan dengan mereka itu agaknya juga sedikit tak tahu kekuatan sendiri".

   ***.

   *** Hay Hoat dan Hay Cong Thaysu membawa Boen Ching masuk kedalam setelah mengitari sebuah ruangan yang sangat megah, langsung menuju kependopo tempat pinjaman kitab.

   Setelah sampai dipendopo tempat pinjaman kitab tersebut, dua orang hweesio tua itu naik ke atas loteng melaporkan diri, baru kemudian mengundang Boen Ching naik keatas.

   Boen Ching dengan perlahan naik ke loteng pendopo itu, tampak diatas loteng itu hanya terhadap Hay Gwat Thaysu seorang yang sedang duduk bersila disana, setelah berpisah selama sepuluh tahuni meskipun wajahnya masih seperti sediakala, tetapi jika dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu, kini kelihatannya jauh lebih tua.

   Boen Ching nampak Hay Gwat Thaysu telah berubah menjadi seperti ini, mendengar pula dari Hay Hoat Thaysu bahwa dia akan wafat, tanpa terasa dia maju kedepan dan memberi hormat sambil berkata.

   "Boanpwee Boen Ching memberi hormat pada Thaysu"

   Pada wajah Hay Gwat Taysu terlintas suatu senyuman, katanya.

   "Pinceng tak dapat menerima penghormatan demikian tinggi dari Siauw sicu, cepatlah Siauw sicu bangun berdiri".

   Boen Ching dengan perlahan-lahan bangkit berdiri.

   Hay Gwat Thaysu mempersilahkan dia untuk duduk, setelah memperhatikan sekejap pada Boen Ching, ia baru berkata.

   "Kita telah berpisah selama sepuluh tahuni apakah Siauw sicu selama ini baik-baik saja, selama sepuluh tahun ini pinceng selalu menunggu saat seperti hari ini".

   "Terima kasih banyak kepada Thaysu telah tidak menurunkan tangan jahat kepadaku pada sepuluh tahun yang lalu".

   Sahut Boen Ching.

   Hay Gwat Thaysu tanpa terasa menghela napas katanya.

   "Sungguh menyesal- sepuluh tahun yang lalu karena suatu saat tak dapat menahan napsu sendiri, sehingga ikut serta ***.

   *** dalam pembunuhan itu, pada waktu itu Siauw sicu tak sampai menjadi tewas, hal ini telah membuat pinceng berlega hati".

   Boen Ching nampak Hay Gwat Thaysu berkata dengan sungguh-sungguh, sambil tertawa sahutnya.

   "Sepuluh tahun telah lewat, aku mendengar katanya Thaysu tidak menyetujui tujuh partai besar bersama-sama mengerubuti aku seorang, asal Siauw limpay tak ikut serta, aku Boen Ching juga tidak akan menurut balas dendam satu kali pukulan yang dilancarkan Thaysu tempo hari.

   Hay Hwat Thaysu termenung sejenak, kemudian ujarnya.

   "Aku dengar Siauw sicu telah mengangkat Ie Bok Tocu sebagai suhu, entah benarkah urusan ini ?"

   Boen Ching menganggukkan kepalanya tanda membenarkan.

   Hay Gwat Thaysu berdiam sejenak kemudian terusnya.

   "Berita tentang tujuh buah hioloo kuno peninggalan Thian Jan Shu telah tersiar didunia kangouw.

   Tujuh partai besar masing2 telah menyusun rencana, sementara ini tak mungkin akan ada terjadi persoalan, tetapi jika orang2 aneh dari luar lautan datang kembali ke daerah Tionggoan, itu sukar dibicarakan"

   Ia berhenti sejenak kemudian lanjutnya.

   "Selama sepuluh tahuni Pinceng telah menyesali perbuatan gegabah yang aku lakukan tempo hari sedang, hiloo kuno itu setelah aku bawa pulang kedalam kuil segera pula aku buang kedalam Telaga Naga Dingin dibelakang gunung Siong San ini- aku kira selamanya tak akan dapat diambil kembali. Thian Jan Shu sebelum meninggal telah menghadiahkannya kepadamu, kiranya Pinceng tak mungkin akan dapat mengembalikannya kepada Boen Sicu."

   Sambil tertawa jawab Boen Ching.

   "Terima kasih atas pemberitahuan Thaysu,jika ada waktu boanpwee tentu akan datang kemari untuk mencoba mengambilnya." ***. *** Terdengar Hay Gwat Thaysu berkata lagi-"Tiga hari yang lalu Ciangbunjin dari Butong pay telah mengirimkan orang kemari, mereka akan mempersiapkan diri untuk mengumpulkan tujuh orang Ciangbunjin dari tujuh partai besar untuk ber-sama2 keluar membereskan urusan ini, aku kira sementara mungkin tidaklah akan berbuat apa-apa terhadapmu, tetapi urusan ini telah berialu sepuluh tahun, enam partai lainnya mungkin masih akan muncul bersama- sama lagi untuk membereskan dirimu"

   "Boanpwee telah berani muncul kembali- sudah tentu tidak akan takut bersama mereka"

   Jawab Boen Ching. Dengan tertawa ujar Hay Gwat Thaysu.

   "Sejak tadi aku memperhatikan dirimu, telah mengetahui kalau lweekangmu pun telah mencapai tingkat tertinggi- bahkan kecerdasanmu aku percaya tidak dibawah Thian Jan Shu waktu itu, kalau tidak tak mungkin dia akan menghadiahkan tujuh buah hiolo kuno itu kepadamu, meskipun demikian, kau harus rajin beriatih tenaga dalammu sehingga bisa melebihi ciangbunjin2 dari enam partai besar, sampai saat itu aku harap Boen Siauw sicu dapat mengingat kebaikan dan keagungan Thian, janganlah terlalu banyak turun tangan jahat. Boen Ching termenung sejenak, kemudian sahutnya.

   "

   Boen Ching akan berusaha keras untuk memenuhi permintaan dari Thaysu ini"

   Hay Gwat tersenyum dalam hatinya ia berpikir.

   "Kiranya waktu ini boleh dikata aku telah tidak berbuat salah, hati Boen Ching ini ternyata demikian welas kasih.jika lain orang tentu ia akan mengadu jiwa dengan aku, mana mau mendengar perkataanku sedemikian banyaknya"

   Dari dalam sakunya ia mengambil keluar sebuah bungkusan berwarna kuning dan diserahkan pada Boen Ching sambil berkata.

   "Pinceng tak mempunyai barang untuk diberikan padamu, barang-barang ini anggaplah sebagai hadiah Pinceng kepada Boen sicu, harap Boen sicu mau menerimanya." ***. *** Boen Ching menjadi tertegun, dia menerimanya, sambil tersenyum Hay Gwat Thsysu meminta dia membuka bungkusan kuning tersebut, tampak didalamnya terdapat se

   Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Jilid kitab dan sebuah tanda pengenal yang terbuat dari batu giok putih. Kata Hay Gway Thaysu.

   "Kitab itu adalah kitab "Tat Mo Kiem Ceng"

   Seluruh ilmu silat dari Siauwlim Pay tertera di dalamnya, selamanya semua orang tak boleh membacanya selain Ciangbunjin, ilmu silat yang terhebat yang tertera didalam kitab tersebut ciangbunjin- ciangbunjin yang terdahulu belum ada seorangpun yang berhasil mempelajarinya,jika kau benar-benar dapat memahami isinya maka aku kira kepandaian mu tak akan dibawah kepandaian Thian Jan Shu waktu itu, aku telah menghilangkan hioloo kuno milikmu itu, maka sebagai gantinya aku berikan kitab ini kepadamu sebagai hadiah dan sebagai balas ganti.

   Boen CHING mencoba untuk menolak pemberian yang itu.

   Tetapi terdengar Hay Gwat Thaysu telah berkata lagi-"Engkau tak dapat menolak, kitab ini hanya salinannya saja yang pinceng tulis sendiri,jika engkau menginginkan pinceng menjadi tenteram engkau harus mau menerimanya."

   Boen Ching berdiam diri, terdengar Hay Gwat Thaysu melanjutkan ucapannya.

   "Tanda pengenal dari batu Giok putih itu adalah tanda kepercayaan dari Siauw lim Si Kami- Pinceng sungguh sangat menyesal pada waktu itu tak dapat mencegah perbuatan dari enam partai lainnya, malah dirinya sendiri juga ikut serta, setelah satu kali berbuat salah tak dapat lagi pinceng berbuat kesalahan yang lain, sejak hari ini Siauw lim Pay harus melindungi kau dimanapun juga."

   Dalam hati Boen Ching merasa sangat berterima kasih, sambil memberi hormat ujarnya.

   "Terima kasih atas pemberian dari Thaysu."

   Hay Gwat Thaysu sambil tertwa sahutnya.

   "Beban berat sejak sepuluh tahun yang lalu kini ***. *** telah dapat dihilangkan, pinceng juga sudah merasa tenteram kini-"

   Sehabis berkata ia menundukkan kepalanya tak berbicara lagi- Boen Ching menanti sesaat, tampak dia masih juga tidak mengadakan gerakan-gerakan lain, sedang dia menjadi bingung dibuatnya, tampak Hay Hoat Thaysu dan Hay Gong Thaysu telah naik keatas loteng sambil merangkapkan kedua tangannya, ujarnya.

   "Ciangbunjin telah wafat, Boen Siaw sicu dapat meninggalkan tempat ini"

   Boen Ching menjadi tertegun, ternyata Hay Gwat Thaysu telah wafat, tanpa terasa dengan perlahan ia bangkit berdiri, tampak Hay Hoat Thaysu dan Hay Gong Thaysu telah memberi hormat yang penghabisan pada jenazah Ciangbunjinnya, sedang didalam ruangan penyimpanan kitab itu mulai terdengar nyanyian Pujian kepada buddha yang maha kasih, dalam hatinya diam2 terasa sedikit bimbang.

   Baru saja Hay Gwat Thaysu berbicara sangat baik dengannya dengan wajah yang penuh senyuman, ternyata ia hanya menundukkan kepalanya saja telah menghembuskan napas nya yang terakhir.

   Seorang hwesio kecil berjalan menghampirinya, tangannya dirangkapkan kedepan dadanya kemudian, membalikkan tubuhnya membimbing Boen Ching berjalan keluar dari Siauw lim Sie, Hweesio kecil itu terus menghantar sampai dibawah gunung baru berpamitan kembali ke dalam kuiL Boen Ching segera naik keatas kudanya, dengan perlahan ia menjalankan kudanya menuju ke daerah Kang Lam.

   Kematian Hay Gwat Thaysu ini membuat sikapnya terhadap Ciangbunjin dari enam partai lainnya di kemudian hari banyak memberi kelonggaran.

   Boen Ching berjalan menuju kedaerah Kang Lam, selama peejalanan ini ia selalu mencari kabar serta mengenai diri Shie Siauw Ini disamping itu juga memperdalam ilmu silatnya tetapi jejak dari Shie Siauw In selamanya tak pernah dijumpai- ***.

   *** sedang diapun tak dapat menanyakan kepada orang lain, karena Shie siauw In telah menanam banyak permusuhan didalam dunia kangouw.

   Sepuluh hari kemudian, dia telah tiba ditepi danau Thay ouw tetapi belum juga menemukan jejak dari Shie-siauw In.

   Tiba2 ia teringat pada tanda pengenal dari batu giok putih pemberian Hay Gwat Thaysu, pikirnya.

   "Entah dapatkah aku menggunakan tanda pengenal ini untuk mencari jejaknya?"

   Sedang ia berpikir, seekor kuda putih telah berhenti dihadapannya, dia segera dongakkan kepalanya memandang, tampak yang datang ternyata adalah orang lelaki pertengahan yang berusia kira2 empat puluh tahun, sekilas pandang saja ia telah mengetahui bahwa orang itu adalah seorang jagoan dari Bu Lim, entah orang ini mengandung maksud apa, mungkinkah ia adalah satu orang dari enam partai lainnya.

   pada saat itu ia perbuat terhadap orang ini-Orang lelaki berusia pertengahan itu dengan tertawa berkata.

   "Saudara mungkin adalah Boen Ching, Boen siauwhiap yang menggentarkan sungai telaga."

   Boen Ching tersenyum, sahutnya.

   "Tidak berani, Cayhe benar adalah Boen Ching, entah saudara mencari diriku mempunyai urusan apa?"

   Orang lelaki berusia pertengahan itu tertawa katanya.

   "Cayhe adalah Hwee Ci Ling atau Si Trenggiling api, Cahye dari Eng Hong Pang atau perkumpulan Elang Sakti didaerah sungai Tiangkang yang mendapat perintah dari Siauw Touwcu untuk mengundang Boen Siauwhiap berpesiar ditelaga Thay ouw."

   Boen Ching diam-diam merasa terkejut, dia pernah mendengar nama "Eng Hong Pang"

   Sebagai suatu perkumpulan yang paling besar disaat ini, sepanjang pantai sungai Tiang Kang seluruhnya merupakan daerah ***.

   *** kekuasaannya, kini mereka mengundang dirinya entah dengan maksud tujuan apa.

   Si Trenggiling api, dengan tertawa, ujarnya.

   "Cahye tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Boen Ching, Boen Siauwhiap tak usah banyak bercuriga, Siauw Touwcu kami sangat kagum terhadap diri Boen Siauwhiap, maka sengaja perintahkan aku datang kemari untuk mengundang saudara, tidak ada tujuan lain selain itu."

   Boen ching menganggukkan kepalanya, pikirnya.

   "Ini hari tidak mengikuti dia sudah tentu tidak mungkin, lebih baik aku ikut pergi lihat orang macam apakah Siauw Touwcu dari perkumpulan Elang Sakti ini, aku dengar Pangcu dari perkumpulan ini adalah Siauw Siang Kiam Khek atau si jago pedang dari daerah Siauw Siang, Bwee Hong.

   orang ini adalah seoraog yang jujur, bahkan kepandaiannya sangat tinggi dan menguasai tujuh puluh dua perkumpulan di sepanjang sungai Tiang kang.

   Siauw Touwcu itu tentu nya adalah puteranya, aku dengar Bwee Hong hanya berusia sekitar empat puluhan tahun, kiranya usia puteranya juga tidak akan lebih besar dari belasan tahun, tidak ada salahnya kalau aku pergi melihat-lihat."

   Ia segera menganggukkan kepalanya menyetujui.

   ---ooo0dw0ooo--- TUJUH TINDAK PENCABUT NYAWA BOEN CHING mengikuti Si Trenggiling api cah We menuju ketepi telaga Thay-ouw, dua orang itu baru saja sampai ditepi telaga, tampak sebuah perahu dengan sangat cepat datang mendekati mereka.

   cah We dan Boen ching segera naik keatas perahu itu.

   Setelah cah We memberi tanda pada orang-orang di perahu itu, perahu tersebut segera putar haluan dan berlayar menuju ke tengah telaga.

   ***.

   *** Boen ching memandang terpesona ke tengah telaga, selama sepuluh tahun ia dibesarkan dipulau Ie Bok To.

   tiap hari yang nampak hanyalah ombak yang besar, jika dibandingkan dengan telaga yang tenang seperti kaca ini sungguh sangat berbeda.

   cah We dengan tersenyum berkata kepada Boen ching.

   "Kami dengar Boen Siaw hiap dibesarkan dipulau Ie Bok To dilautan Timur, entah benarkah berita itu ?"

   Dengan tertawa jawab Boen ching.

   "Suhuku memang benar adalah Ie Bok Tocu dari lautan Timur"

   Cah We tertawa, setelah termenung sejenak.

   ujarnya.

   "Siauw Toweu kami dengar katanya semangat dan kejantanan Boen Siawhiap sangat jarang yang dapat menandingi didalam Bulim, dia sangat kagum dengan Boen Siauwhiap.

   waktu ini yang berani melawan tujuh partai besar berbareng, kiranya hanyalah Boen Siauwhiap seorang"

   Boen ching tertawa tawar dan tidak menjawab, sedang dalam hatinya diam2 membatin- "Pengaruh dari tujuh partai besar sungguh tak dapat dipandang rendah, cah We ini kelihatannya tidak rendah di dalam perkumpulan Elang Sakti, ternyata juga masih mempunyai rasa jeri terhadap Tujuh Partai besar"

   Sementara itu perahu tersebut masih melintasi diatas telaga yang tenang itu, tampak dari jauh sebuah perahu besar menghampiri mereka dengan perlahan-Seorang pemuda yang sangat tampan wajahnya dan memakai pakaian berwarna abu-abu muncul diujung perah sambil memberi hormat kepada Boen ching, ujarnya.

   "Tak tahu kalau Boen Heng datang berkunjung, sehingga aku tak menyambut dari jauh, harap suka dimaafkan"

   Boen ching sambil tertawa membalas hormat, sahutnya. ***. *** "Aku kira saudara tentunya adalah Siaw Tocu, aku Boen ching ini hari dapat bertemu dengan saudara, sungguh merasa sangat beruntung."

   Hwee cie Ling atau Trenggiling api, cah We segera meloncat keperahu besar itu disusul Boen ching dibelakangnya, sesampainya diatas perahu besar itu, cah We segera memberi hormat kepada pemuda itu sambil berkata.

   "Ketua cabang dari perkumpulan Elang Sakti menunggu perintah selanjutnya dari Siauw Touwcu"

   Pemuda itu sambil tersenyum ujarnya.

   "cah Touwcu itu silahkan beristirahat "

   Boen ching setelah berada diatas perahu itu, segera dapat memandang dengan jelas wajah pemuda itu, dia memperhatikan pemuda itu sejenak.

   sedang dalam hatinya diam2 berpikir.

   "Sungguh tampan pemuda ini, jika dia seorang gadis aku kira kecantikannya juga tidak kalah dari kecantikannya Siauw In sumoay"

   Berpikir sampai disitu dia menjadi tertawa sendiri, pikirnya lagi.

   "orang itu adalah seorang pria, mengapa aku harus memikirkan yang bukan-bukan"

   Terdengar pemuda itu sambil tersenyum memperkenalkan diri pada Boen ching, ujarnya.

   "cayhe Bwee Giok, sungguh sangat bangga dapat mengundang Boen heng datang kemari, siauw-te telah lama mengagumi kejantanan dari Boen- heng, ini hari dapat bertemu muka dengan saudara membuat aku sangat puas"

   Boen ching sambil tertawa tanyanya.

   "Bwee heng mengundang aku, entah ada urusan penting apa ?"

   Sedang mata Bwee Giok memancarkan sinar tajam, sambil menunjuk ketengah telaga katanya lagi. ***. *** "Boen dibesarkan dilautan Timur, entah pandangan dilautan Timur jika dibandingkan dengan pandangan ditelaga ini mana yang lebih indah ?"

   Boen ching nampak Bwee Giok menghindarkan diri tak mau mengatakan urusan yang sebenarnya, sambil tersenyum jawabnya.

   "ombak dilautan Timur lebih besar dan lebih hebat daripada telaga ini"

   Bwee Giok menjadi tertawa, ujarnya.

   "Apakah sungguh ? jika lain kali ada kesempatan tentu aku akan berpesiar ke lautan Timur, entah Boen hong mau membawaku tidak?"

   "Bwee heng kalau sungguh datang kelautan Timur, Siauw te tentu akan berusaha melayani dengan sebaik mungkin"

   Jawab Boen ching.

   Pada saat itu perahu telah membelok kearah gunung cun San dan berlayar maju dengan pesatnya.

   Bwee Giok memandang terpesona pada telaga itu, sepertinya sedang memikirkan sesuatu urusan yang rumit, Boen ching yang berdiri berdekatan dengan dia juga tak mau banyak berbicara, kedua orang itu bersama-sama memandang ketengah telaga.

   Tak lama kemudian sampailah mereka dikaki gunung coen San- Sambil tertawa ujar Bwee Giok.

   "Jika Boen heng tidak menolak.

   silahkan bersama-sama Siaw te mengunjungi markas kami digunung cung san untuk membicara kan sesuatu hal."

   Begitu dua orang itu turun dari perahu, ditepi pantai itu sudah ada orang yang datang menyambut, yang berdiri disamping depan adalah seorang kakek tua yang rambutnya telah beruban menjadi putih seluruhnya.

   ***.

   *** Bwee Giok setelah turun dari perahu segera memperkenalkan kepada Boen ching kakek tua itu, ujarnya.

   "Ini adalah kawan akrab ayahku.

   "Wu San Weu Pauw"

   Atau Si macan tutul dari gunung Wu San, Tong Yun Siauw"

   Boen ching ketika mendengar orang yang berdiri dihadapannya itu adalah si macan tutul dari gunung Wu San, diam-diam dia merasa sangat terkejut, pada waktu dulu pernah Tong Yun Siauw digunung Wu San dengan sepasang cakarnya telah membunuh mati "Wu San ciet Koay"

   Atau tujuh manusia aneh dari gunung Wu-san sehingga namanya menggetarkan sungai telaga, kini ternyata dia adalah tamu terhormat dari perkumpulan Elang sakti, hal ini merupakan suatu hal yang tak diduga olehnya.

   Dengan cepat ia memberi hormat, sambil tersenyum ujarnya.

   "Nama besar dari Tong cianpwee, boanpwee telah sejak dahulu mendengarnya, ini hari dapat bertemu dengan cianpwee sungguh membuat aku sangat gembira."

   Wu san Wen pauw atau si Macau tutul dari gunung Wu san, Tong Yun siauw tertawa besar, sahutnya.

   "Loote, tak usah sungkan2 pada saat ini orang-orang Bulim yang masih memuji aku selain Bwee Hong, dapat dihitung adalah kau."

   Boen ching segera mengucapkan kata2 merendah, tiga orang itu kemudian bersama-sama memasuki ruangan tengah.

   Pada ruangan itu telah disediakan sayur dan arak, Boen ching dipersilahkan menduduki tempat atas dengan Tong Yun siauw mengapit Bwee Giok di tengah.

   Pada perjalanan tadi dia telah nampak sikap ramah tamah dari Bwee Giok membuat dalam hatinya diam2 memuji tingkah laku serta sikapnya yang sangat simpatik itu.

   ***.

   *** Setelah semua menduduki pada tempatnya masing2, Bwee Giok sambil tersenyum mengangkat cawan araknya ujarnya kepada Boen ching.

   "Boen heng, ini hari kita berdua dapat bertemu muka, aku menghormati kau satu cawan"

   Boen ching segera mengangkat cawannya, sekali teguk menghabiskan isinya, tetapi segera dia nampak sinar mata Tong Yun Siauw yang memandang pada Bwee Giok dengan sinar mata yang sangat mencurigakan.

   Ketika ia memandang kearah Bwee Giok, tampak dia baru saja minum araknya satu tegukan, wajahnya telah berubah menjadi merah padam, agaknya dia tak tahan terhadap kekerasan arak itu.

   Sambil tertawa kata Tong Yun siauw.

   "Keponakanku ini selamanya tak dapat minum arak, ini hari entah mengapa ternyata timbul keinginannya untuk minum arak"

   Dalam hati Boen ching diam-diam juga merasa curiga tetapi tak enak untuk di utarakannya.

   Hwee cie Ling atau si Trenggiling api cah We segera bangun dan berkata pada Boen ching.

   "Kami dengar kepandaian Boen siauw hiap sangat hebat, ini hari dapat bertemu muka, kami mengharapkan Boen siauw hiap mau mendemonstrasikan kepandaiannya kepada kami."

   Ruangan itu segera menjadi ramai oleh sorakan para penonton dan menyetujui usul itu, Bwee Giok segera menoleh sambil tertawa, iapun berkata pada Boen ching dengan nada halus.

   "Saudara2 itu semuanya sungguh tak tahu aturan, harap Boen heng jangan merasa tersinggung"

   Boan ching segera bangun berdiri, sambil tersenyum sahutnya.

   ***.

   *** "chayhe Boen ching baru saja pertama kali berkelana didunia kangouw, saudara-saudara yang berada disini kebanyakan adalah cianpwee- cianpwee, aku mana berani memamerkan kejelekanku dihadapan saudara-saudara, tetapi cay Toauweu telah membuka mulut, aku Boen ching terpaksa turut perintah saja"

   Dia tahu Bwee Giok ingin mencoba kepandaiannya, jika dia tak memamerkan sedikit kepandaiannya juga tak mungkin, sejak dia terjun kedalam dunia kangouw selamanya belum pernah menggunakan senjata rahasia, tetapi dia tahu jika membicarakan tentang senjata rahasia, Suhunya Ie Bok Tocu dapat dihitung sebagai nomor satu, waktu berlatih Ie Bok Kiam Hoat, banyak jurus yang harus menggantungkan kekuatan jari tangan, sehingga kalau dilihat, maka kehebatan menggunakan kekuatan jari dapat dihitung Ie Bok Tocu lah paling lihay.

   Pada waktu itu Tan coe coen sangat sayang pada Shie Yun Ku tetapi Shie Yun Ku adalah seorang gadis sehingga sangat lemah, Tan coe coen tak dapat berbuat apa2, maka dia menurunkan kepandaian- kepandaian yang lihay kepadanya, diantara lima orang itu, Lweekang Shie Yun Ku adalah yang paling lemah, tetapi kelihayan dari jurus-jurus ilmu silatnya lebih tinggi dari empat orang suhengnya itu.

   Hati Boen ching menjadi tergerak.

   teringat olehnya waktu beriatih pedang, didalam Ie Bok Kiam Hoat ada satu jurus yang bernama "Kiam Hwie Thian coan"

   Atau pedang kembali langit berputar, jurus ini ia selalu tak dapat melatih nya dengan baik kini lweekangnya telah mendapatkan kemajuan, entah apakah dapat digunakan sesuka hatinya.

   Tangannya segera mengambil sebuah cawan arak yang ada diatas meja dan disentilkan perlahan olehnya.

   cawan arak itu bagaikan terkena ilmu hitam, meleset ketengah udara sambil berputar membuat lingkaran, kemudian mengitari diatas kepala Boan ching dan kembali lagi ***.

   *** ketangannya, sedang arak yang berada didalam cawan arak itu setetespun tak ada yang tumpah keluar.

   orang2 yang berada diruangan itu dibuat tertegun olehnya, sejenak kemudian menjadi ramai oleh sorakan riuh rendah dan tepukan tangan- Boen ching juga tidak menyangka kalau kali ini ternyata ia berhasil menggunakan jurus tersebut dengan sempurna, segera ia bangun berdiri mengucapkan terima kasih, Bwee Giok juga tertawa ujarnya.

   "Kepandaian Boen heng ternyata sangat tinggi sekali, aku kira didunia ini tak ada orang yang dapat menandinginya"

   Si macan tulul dari gunung wu San, Ton Yun siauw pun diam2 memuji, kekuatan untuk melemparkan cawan itu semuanya tergantung pada kekuatan jari tengah dan jari telunjuk untuk melemparkan cawan itu kedua jarinya harus menggunakan tenaga yang keras kemudian lunak sehingga baru dapat membawa cawan itu berputar dan membuat lingkaran ditengah udara.

   Mengenai hal ini dia kira dirinyapun belum tentu dapat melakukannya dengan baik.

   Tetapi ternyata pemuda dihadapannya itu dapat menggunakan dengan hebatnya, membuat dia memuji tak habis-habisnya.

   
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tiba-tiba seorang lelaki masuk kedalam ruangan itu dan berkata pada Bwee Giok.

   "Lapor pada siauw Touwcu, ciangbunjin dari "chian cong Pay", Cie Koen Tie telah sampai ditepi telaga dan mohon bertemu dengan Siauw Touwcu"

   Bwee Giok mengerutkan alisnya, ujarnya.

   "Hantar dia datang kemari"

   Si macan tutul dari gunung wu San, Tong Yun Siauw mendengus, ujarnya.

   "Ciangbunjin dari Thian Cong Pay ternyata juga dapat datang kemari"

   Boen ching juga mengerutkan alisnya, kemudian sambil tertawa katanya.

   ***.

   *** "Nama Chiet Poh Tui Hun Kiam atau Si jago pedang tujuh tindak pencabut nyawa telah menggetarkan dunia kangouw, kali ini dia datang kemari tentulah adalah hendak mencari aku Boen Ching."

   Mendengar perkataan itu, sambil tertawa ujar Bwee Giok.

   "Boen heng tak usah khawstir, kini kau berada didalam markas perkumpulan Elang sakti, aku kira dia juga tak berani berbuat hal-hal yang keterlaluan terhadap kau"

   Tong Yun Siauw juga mengangkat bicara, ujarnya.

   "Cie Koen Tie ternyata berani seorang diri datang kemari".

   Ia berhenti sejenak dan memandang pada Boen ching, kemudian lanjutnya.

   "Ini hari aku ingin melihat bagaimana kali kehebatan dari Tujuh tindak pencabut nyawa itu."

   Boen ching berdiam diri, ia hanya tertawa tawar.

   Tak lama Si Jago pedang tujuh tindak pencabut nyawa telah sampai disana, dia memakai pakaian yang berwarna hijau muda, sedang pada punggungnya menyoren sebilah pedang, dibelakangnya mengikuti dua orang muridnya dan berjalan memasuki ruangan itu.

   Bwee Giok tetap duduk ditempat tak bergerak.

   Cie Koen Tie kelihatannya sangat tidak puas atas sikap dan kelakuan Bwee Giok itu, dengan perlahan dia mendengus, kemudian katanya.

   "Yang ini apalah benar adalah putri Bwee Hong, Bwee Giok"

   Mendengar hal itu Boen Ching menjadi sangat terkejut, pikirnya.

   "Kiranya Bwee Giok ini adalah seorang gadis makanya aku selalu merasa sikapnya terlalu lemah lembut, kiranya ia adalah seorang gadis yang menyamar"

   Terpikir lagi olehnya bahwa dirinya kini duduk demikian dekatnya dengan dia, malah terasa sedikit tak enak.

   ***.

   *** Bwee Giok nampak Cie Koen Tie menyebut nama ayahnya dengan seenaknya bahkan memecahkan rahasia penyamarannya, dalam hatinya menjadi merasa tak senang, tetapi dia sejak kecil telah mendapat didikan yang keras dari ayahnya, sehinga kemantapannya melebihi dari orang lelaki biasa, mendengar perkataan itu dengan perlahan ia bangun berdiri sambil berkata.

   "Yang datang apakah benar adalah ketua Thiam Cong Pay SiJago pedang tujuh tindak pencabut nyawa.

   Cie Koen Tie, Cie Thay- hiap?"

   Cie Koen Tie tertawa ter- bahak2, sahutnya.

   "Setelah berpisah selama sepuluh tahun ternyata Bwee Loote mendapatkan seorang gadis yang demikian baiknya, aku kira dia tentu akan merasa sangat puas."

   Bwee Giok masih dapat menahan amarahnya tetapi si macan tutul dari gunung Wu San mana dapat menahan amarahnya, melihat sikap congkak dari Cie Koen Tie itu sambil tertawa tergelak- gelak.

   katanya.

   "Aku tidak bertemu dengan Liong wong Yun selama tiga puluh tahun ternyata dia dapat mempunyai seorang murid yang demikian baiknya."

   Mendengar perkataan itu wajah Cie Koen Tie segera berubah.

   Liong Wong Yun adalah nama suhunya, ternyata orang ini dihadapannya berani menyebut nama suhunya dengan seenaknya, apalagi kini dia menjabat sebagai Ciangbunjin dari Thiam Cong Pay, dengan usia orang ini paling tidak juga lebih besar sepuluh tahun dari dirinya, ternyata berani omong besar.

   Dengan dingin dia bertanya kepada Bwee- Giok.

   "Siapakah orang yang baru berbicara ini?"

   Tong Yun Siauw tertawa besar, tangannya menyambar cawan arak diatas meja dan segera diremasnya sehingga menjadi hancur berkeping-keping, begitu tangannya diayunkan, tiang besar yang terdapat didalam ruangan- itu ***.

   *** segera tertembus oleh pecahan cawan arak.

   itu dua membentuk cakar macan tutul.

   Boen ching menjadi sangat terkejut, si Macan tutul dari gunung wu Sau ini ternyata bukanlah nama kosong saja, kehebatan lweekang nya mungkin dapat melampaui lweekang dari Shie Siauw In- Tampak hal ini wajah ciangbunjin dari Thiam cong Pay, cie Koen Tie segera berobah hebat, sambil tertawa besar katanya.

   "Kiranya adalah si Macan tutul dari gunung Wu San, Tong Yun Siauw"

   Sambil tertawa kakinya yang menginjak di atas ubin itu mengeluarkan suara yang gemuruh.

   Wajah Tong Yun Siauw pun berubah, ternyata selama sepuluh tahun menutup pintu, kekuatan Lweekang ciangbunjin dari Thiam cong pay ini ternyata mendapatkan kemajuan yang sangat pesatnya, jika dilihat dari ilmu "Siauw khi cing Yuen atau dengan tertawa meretakkan ubin yang baru saja dipamerkan itu, dapat dilihat kekuatan Lweekang nya tidak berada dibawah dirinya.

   Tetapi cie Koen Tiepun tak berani memandang ringan pada Tong Yun Siauw, diantara dua orang itu yang seorang adalah manusia aneh dari pegunungan dan yang seorang lagi adalah ciangbunjin dari Thiam cong pay, sekali saja mereka masing- masing mencoba kekuatan pihak lawan, siapapun tak ada lagi yang berani mulai lagi.

   Terdengar Bwee Giok membuka mulut bertanya kepada cie Koen Tie.

   "cie Thayhiap ini hari datang kemari entah ada urusan apa?"

   Mata cie Koen Tie beralih memandang pada Boen ching, lalu ujarnya.

   "Aku dengar sekarang Boen ching berada dalam perkumpulan saudara, Tujuh partai besar telah mengambil keputusan untuk mengadakan pertemuan diloteng "oei Hok ***. *** Lo"

   Untuk merundingkan cara pemberesan urusan Boen Ching ini, jika kini berada di dalam perkumpulan saudara, kami harap kau mau menyerahkan kepadaku untuk aku bawa pulang kegunung."

   Bwee Giok tertawa tawar, matanya menyapu pada orang2 yang berada dalam ruangan, serunya.

   "Boen Ching adalah sekarang tamu terhormat dari perkumpulan Elang Sakti kami, jika Cie Koen Thayhiap ingin minta orang itu, aku kira hal ini sangat sukar untuk dilaksanakan"

   Mendengar perkataan Bwee Giok itu, wajah Cie Koen Tie berubah menjadi sangat dingin, sahutnya.

   "Urusan ini adalah urusan kami tujuh partai besar, dan menyangkut hubungan yang sangat erat atas mati hidupnya orang-orang didalam Bulim."

   Boen Ching segera bangun berdiri, dia tidak menginginkan karena urusannya sehingga menyebabkan perkumpulan Elang Sakti ini berselisih dengan enam partai besar, katanya kemudian kepada Cie Koen Tie.

   "Cie Koen Tie, engkau bicara janganlah seenaknya, aku baru saja pulang dari Siauw limsie, Hay Goat thaysu telah menceriterakan seluruh urusan itu kepadaku."

   Sambil berkata dia mengeluarkan tanda pengenal dari batu giok putih hadiah dari Hay Gwat thaysu itu, kemudian lanjutnya.

   "Diantara tujuh partai besar masih ada partai yang mana lagi?"

   Wajah cie Koen tie segera berubah sahutnya.

   "Kiranya engkau yang bernama Boen ching"

   Boen ching tertawa tawar, ujarnya. ***. *** "Setelah berpisah selama sepuluh tahun, akhirnya aku juga tidak jadi mati, pemberian hadiah mu berupa sekali pukulan itu selamanya aku tak dapat melupakan-"

   Cie Koen tie palingkan kepalanya dan memberi perintah kepada dua orang yang berdiri di belakangnya.

   "Tangkap pemuda itu"

   Bwee Giok dengan dinginnya menggertak.

   "Sebentar Didalam pusat perkumpulan Elang Sakti ditelaga Thay ouw ini tidak mengijinkan engkau untuk berbuat seenaknya."

   Cie Koen tie dongakkan kepalanya, tampak wajah Bwee Giok berubah menjadi sangat dingin dan menakutkan, tanpa terasa hatinya menjadi terperanjat, pengaruh perkumpulan Elang Sakti meliputi dua belah tepian sepanjang sungai Tiang Kang, jika sampai dirinya bentrok dengan mereka, agaknya juga tidak akan sanggup untuk melawan mereka itu.

   Hwee cie Ling atau si Trenggiling api cah We pun telah bangun dan berdiri, dia adalah kepala cabang dari perkumpulan Elang Sakti, kepandaiannya tak dapat dipandang rendah dan menunggu begitu Bwee Giok membuka mulut memberi perintah, segera akan turun tangan- cie Koen Tie mendengus, ujarnya kepada Bwee Giok.

   "Jika ayahmu ada ....."

   Tak menanti dia selesai berbicara, potong Bwee Giok dengan dingin.

   "Sekalipun ayahku berada dirumahpun tidak mungkin akan mengijinkan engkau untuk membawa pergi Boen Ching dari sini."

   Tampak hal ini, sambil tertawa Boen Ching berkata pada Bwee Giok.

   ***.

   *** "Bwee heng, dia telah datang kemari, aku pikir akan men-coba2 minta pelajaran dari jago pedang tujuh tindak pencabut nyawa yang berasal dari Thiam Cong Pay ini, apakah benar2 lihay seperti yang disiarkan didunia kangouw ataukah hanya nama kosong belaka."

   Bwee Giok tersenyum, ujarnya.

   "Boen heng kalau mempunyai niat untuk main-main dengannya, silahkanlah "

   Bwee Giok tahu kalau kepandaian Boen Ching sangat tinggi sukar diukur, dua orang murid dari Cie Koen Tie itu tentunya bukan lawannya apalagi si Macan tutul dari gunung Wu San si Trenggiling api dan lain2nya disana semuanya tak takut kalau Cie Koen Tie sampai berhasil menurunkan tangan jahat terhadapnya.

   Boen Ching menyapu dua orang pemuda itu, tubuhnya berkebat dan berdiri ditengah kalangan- Cie Koen Tie nampak gerakan Boen ching yang demikian enteng dan gesitnya itu, mengetahui kalau dua orang muridnya itu tentu tak dapat melawannya, tetapi meskipun demikian apakah harus dia sebagai seorang ciangbunjin dari satu partai besar turun tangan sendiri.

   Dua orang murid dari Cie Koen Tie itu mencabut keluar pedang mereka dari sarungnya, satu dikanan dan satu dikiri mengerubuti Boen Ching seorang.

   Meskipun pedang Boen Ching berada di pinggangnya, tetapi ia tidak mau mencabutnya, dua orang pemuda itu berpaling memandang pada cie Koen Tie, tampak wajahnya tidak memperlihatkan perubahan apa-apa, dua orang pemuda itu segera mengangkat pedangnya dan menyerbu kearah Boen ching.

   Thiam cong Kiam Hoat juga sangat terkenal akan kelihayannya didunia Kangouw, kini dua orang pemuda itu bersama-sama mengerubuti Boen ching seorang diri, sudah tentu bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan itu, tetapi ***.

   *** didalam hati Boen ching telah mempunyai perhitungan yang masak.

   dan akan menggunakan ginkangnya yang lihay itu untuk menghadapi dua orang pemuda itu.

   Tubuh Boen ching berkelebat menghindar kesamping, lima jarinya mencengkeram tubuh pedang dari pemuda disebelah kirinya dan ditarik kearah pemuda yang lainnya, dua belah pedang itu segera bertemu dan membuat mereka masing- masing mundur setindak ke belakang.

   Boen ching segera kembali ketempat asalnya dengan dingin ia memandang dua orang pemuda itu.

   cie Koen Tie menjadi sangat terkejut, dalam hatinya diam- diam berpikir.

   "Dua orang muridku ini ternyata demikian kacaunya, sehingga hanya satu gebrakan saja Boen ching telah menduduki diatas angin"

   Dua orang pemuda itu membentak lagi dan ber-sama2 menyerang tubuh Boen ching dengan hebat.

   Boen ching dalam satu gebrakan saja telah mengetahui kalau pengalaman dua orang pemuda ini dalam menghadapi musuh sangat Cetek.

   Tubuh Boen ching segera mendekat mendesak pada dua orang itu..

   dua belah pedang segera ditusuk kearahnya, cepat ia mengerahkan ilmu "Hui Sie Yun Seh"

   Pada saat yang sangat kritis ini ia menghindari tusukan dua bilah pedang itu dan balikkan tubuh melancarkan tendangan, dua bilah pedang Itu segera tertendang lepas.

   Dalam ruangan itu segera terdengar sorak sorai yang sangat ramai, wajah Cie Koen Tie berobah menjadi membesi dengan suara dingin ujarnya.

   "Sungguh suatu ilmu silat yang sangat tinggi." ***. *** Boen Ching memangnya mempunyai niat untuk bergebrak dengannya. mendengar perkataan ini, ia tertawa tawar ujarnya.

   "Ilmu silatku bila tidak dapat dihitung tinggi, hanyalah dua orang murid Thiam Cong pay ini tak terpandang sebelah matapun olehku"

   Cie Koen Tie dengan gusar mendengus, ia ingin turun tangan sendiri, tetapi teringat dirinya sebagai seorang angkatan tua dari satu partai besar, mana dapat berbuat demikian, maka dengan dingin sahutnya..

   "Tentu pada suatu hari engkaupun akan tak terpandang sebelah matapun oleh mereka itu."

   Boen Ching tersenyum jumawa, ujarnya.

   "sekalipun engkau, aku juga tak memandang sebelah matapun"

   Sebenarnya Cie Koen Tie sudah akan pergi, tetapi kini mana dia dapat pergi lagi, Boen Ching berkata demikian bukanlah dengan terang-terangan menantang dia untuk bergebrak? Sekalipun si macan tutul dari gunung Wu-San juga merasa bahwa perkataan Boen Ching ini keterialuan, dia tahu kepandaian Boen Ching meskipun baik, tetapi hanyalah dikarenakan gerakannya saja yang gesit, tetapi dalam hal lweekang masih tertinggal jauh dari dia.

   cie Koen Tie dengan tertawa panjang ujarnya.

   "Dalam sepuluh tahun ini aku cie Koen Tie belum pernah mendengar perkataan yang semacam ini."

   "Tetapi ini hari ternyata aku telah berbicara demikian terhadapmu.

   "Jawab Boen ching dengan tawar. cie Koen Tie dengan gusar mendengus, selama sepuluh tahun ia bersemedi menghadap dinding, telapak tangan ***. *** peninggalan Thian Jan Shu, yang terdapat pada hioloo kuno itu meskipun dia belum dapat mempelajari seluruhnya, tetapi pikir nya tentu adalah suatu rangkaian ciang Hoat. segera ia dengan menggunakan satu tangannya menekan kearah Boen ching. Pukulan ini adalah hasil dari jeri payahnya selama sepuluh tahun menyelidiki ilmu silat yang tertera pada hiolo kuno itu. Boen ching tampak pukulan yang dilancarkan cie Koen Tie ini sangat aneh sekali, ternyata pukulan itu telah menutup seluruh jalannya untuk melancarkan pukulan, ia menjadi bingung harus dengan menggunakan cara apa untuk mematahkan serangan itu. Tubuhnya segera bergerak mundur kebelakang. cie Koen Tie yang telah dibuat gusar oleh Boen ching pukulan ini mana dia mau tarik kembali, tubuhnyapun maju mengejar serangannya tidak berubah selalu ditujukan kedada Boen ching. Boen Ching nampak setiap kali mau berkelit atau menghindar selalu tak berhasil, hatinya menjadi tertegun, segera ia melancarkan tiga kali serangan dengan menggunakan ilmu "Thay Thien Kioe Sih". Cie Koen Tie menjadi terkejut, ia tak sempat menarik kembali pukulannya, Boen Ching telah digentarkan oleh pukulan Cie Koen Tie ini hingga setengah tubuhnya menjadi kaku sedang Cie Koen Tie sendiri terlempar sejauh tiga kaki lebih oleh ilmu "Thay thien Kioe sih"

   Dari Boen Ching ini.

   Cie Koen tie menjadi sangat terkejut, dirinya dapat dilemparkan dengan mudah oleh Boen Ching keudara, untung dia tak sampai menderita luka.

   Sedang Boen Ching dengan sempoyongan mundur dua tindak kebelakang, untung Cie Koen tie dalam keadaan kaget tadi telah menarik separoh dari tenaganya sehingga dia tidak ***.

   *** terluka, sedang dia yang dalam keadaan terdesak melancarkan serangan, meskipun Cie Koen tie juga tak dapat berkelit dari serangan tersebut tetapi juga tidak sampai terluka.

   orang yang berada didalam ruangan itu saking terperanjatnya sampai berdiri semuanya.

   Cie Koen Tie menjadi sangat gusar, dia menyesal tadi telah menarik separuh dari tangannya, jika tadi sekali pukul ia berhasil menyebabkan Boen Ching terluka dalam, mungkin masih tak mengapa baginya tetapi, dia malah kini dipaksa berada dibawah angin- Boen Ching, setelah dapat berdiri tegak lalu menarik napas panjang2, ia merasa pada dadanya terasa sedikit mual, tetapi tidak sampai terluka dalam, diam2 dalam hatinya merasa sangat terkejut^ Si Macan tutul dari gunung Wu San, Tong Yun Siauw dengan perlahan2 duduk kembali dia melihat jurus2 yang dilancarkan dua orang itu sama-sama sangat aneh sekali, tanpa terasa dalam hatinya mendesir, jika dia yang disuruh menerima jurus-jurus aneh itu, agaknya dia juga tak akan sanggup untuk menerimanya.

   Terdengar Boen ching berkata pada cie Koen Tie.

   "Nama jago pedang tujuh tindak pencabut nyawa telah menggetarkan sungai telaga, tetapi aku kira mungkin juga hal ini tak ada gunanya untuk menghadapi aku seorang diri."

   Cie Koen Tie mengetahui kalau Boen ching menginginkan dia untuk menggunakan pedang dalam hatinya sebenarnya ia juga mempunyai niat untuk berbuat demikian, pikirannya segera berputar, pikirnya.

   "Boen ching kini berada didalam pusat markas perkumpulan Elang Sakti, jika aku datang untuk meminta orang sudah tentu mereka tidak akan menyanggupinya, mengapa tida menggunakan kesempatan ini membunuh mati dia saja, jika Boen ching telah binasa, Perkumpulau Elang Sakti ini juga ***.

   *** tidak mungkin karena kematian satu orang saja lalu mau sampai bentrok dengan enam partai besar."

   Dengan perlahan ia mencabut keluar pedangnya, sambil tertawa dingin ujarnya.

   "Engkau boleh coba2 kelihayan pedangku"

   Dalam hati Boen ching sebenarnya takut kalau cie Koen Tie menggunakan jurus aneh itu lagi, jika dapat membuat dia sampai mencabut pedangnya, dirinya tentu akan menjadi agak aman, kehebatan Ie Bok Kiam Hoat telah diketahui semua orang, dengan kekuatan lweekang yang dimilikinya sekarang ini kiranya juga tak usah takut terhadap cie Koen Tie.

   Diapun dengan perlahan mencabut pedangnya, tubuh cle Koen Tie begitu bergerak, secepat kilat telah melancarkan ilmu "Ti hiet Poh Tui Hun Kiam atau ilmu pedang tujuh tindak pencabut nyawa"

   Dengan hebatnya. tubuh Boen ching berturut2 mundur kebelakang, dengan mengunakan Ie Bok Kiam Hoat yang dipadukan dengan gerakan "Sie Liu Eng Hong"

   Ia menghadapi serangan musuh, tetapi tetap masih terasa sambaran pedang yang ganas dan dingin diempat penjuru tubuhnya, serangan pedang cle Koen Tie ini tambah lama tambah cepat dan bertambah hebat.

   Tong Yun Siauw nampak dan orang itu baru saja bergerak telah demikian serunya, dalam hatinya juga sedikit ikut merasa tegang, ia nampak ilmu pedang tujuh tindak pencabut nyawa meskipun ganas, tetapi gerakan dari Boen ching pun ternyata sangat aneh, ditengah berkelebatan tubuh Boen ching, pedang cie Koen Tie bagaikan angin saja mengikuti terus, tetapi tetap tak dapat melukainya seujung rambutpun..

   cie Koen Tie diam2 juga merasa sangat terkejut, pertahanan Boen ching ternyata demikian ketatnya, sehingga ilmu pedangnya tak ada gunanya dalam menghadapi Boen ching ini, jika lweekangnya dapat lebih tinggi setingkat lagi tentu ia akan dapat mengacaukan gerakan kaki Boen ching ini bahkan dapat segera mengalahkannya tetapi kini ia tak dapat, ***.

   *** kehebatan dari lweekang yang dimiliki Boen ching sungguh tak pernah ia duga sebelumnya.

   Sekejap mata saja ratusan jurus telah berlalu, kedua kaki Boen ching hanya maju mundur dalam lingkungan seluas delapan depa saja, sedang cie Koen Tie pun tak dapat berbuat apa2 terhadapnya, ia hanya dapat mendesak dan berada dibawah angin, tetapi tak dapat melukainya.

   cie Koen Tie makin menyerang dalam hatinya semakin merasa berdebar, ilmu pedang Boen Ching kelihatannya seperti hanya bertahan saja membuat dia menjadi kehilangan akal.

   Sebaliknya Boen Ching semakin bertempur hatinya menjadi semakin mantap.

   ia tahu bahwa dia tak mungkin dapat dikalahkan olehnya, pedangnya segera diputar sedemikian rupa, niat nya akan balas mendesak musuh.

   Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Cie Koen Tie nampak jurus pedang Boen Ching telah berubah dari kedudukan bertahan menjadi kedudukan menyerang, hatinya diam2 merasa girang, ia sengaja membuka lubang kelemahan pada tubuhnya.

   Sebenarnya Boen Ching akan menyerang sekarang, nampak ada lubang kelemahan pada tubuh Cie Koen Tie, hatinya menjadi sangat girang, pedangnya segera bergerak dan mengeluarkan ilmu "Huan Ie Bok Kiam Hoat"

   Gerak ilmu pedangnya bagaikan harimau buas, sekali berubah dari kedudukan yang bertahan kini sekuat tenaga menyerang pula.

   ci Koen Tie tertawa dingin, pedangnya sedikit bergeser dari tubuhnya berdiri tegak tak berkutik.

   Boen Ching berturut-turut menyerang sampai sepuluh kali, tapi selama itu dia hanya berhasil mendesak mundur cie Koen Tie setindak.

   Begitu tubuhnya terdesak mundur kebelakang, ia segera mengeluarkau ilmu andalannya "Ciet Poh Tui Hun"

   Atau tujuh ***.

   *** tindak pencabut nyawa, tubuhnya sedikit membungkuk, Pedangnya bagaikan angin dan menusuk lambung Boen Ching.

   Boen Ching menjadi sangat terkejut, ia tak sempat menahan serangan tersebut, berturut-turut mundur kebelakang.

   Cie Koen Tie yang mengerahkan jurus pedang dari tujuh tindak pencabut nyawa, pedangnya berturut-turut berubah menjadi sepuluh bayangan lebih, sedang tubuhnya maju kedepan sembilan tindak.

   selangkah lebih cepat dari langkah berikutnya mengejar Boen Ching.

   Boen Ching menjadi sangat terkejut, tubuhnya melayang dan melancarkan ilmu tendangan "Cing Po Chiet Yau"

   Tetapi tetap tak dapat menahan serangan dari Cie Koen Tie tersebut.

   tubuh Cie Koen Tie terus mendesak maju dan tahu-tahu pedang Boen Ching telah dicukil hingga terlepas dari tangannya.

   orang-orang yang ada diruangan itu saking kaget-nya menjadi berdiri semuanya, tetapi meskipun begitu tak seorangpun yang dapat menolong Boen Ching.

   Pada saat itu jarak pedang Cie Koen Tie telah mencapai jurus yang terakhir.

   Chiet Poh Cieu Hiat"

   Atau tujuh tindak darah berceceran.

   Tiba-tiba Boen Ching meraung keras, tubuhnya mendatar, ternyata dengan tangan kosong ia mencoba merebut pedang dari tangan Cie Koen Tie.

   Cie Koen Ti menjadi terkejut dan gusar, ia dengan cepat segera mundur kebalakang sedang Boen Ching berdiri termangu-mangu, wajahnya pucat pasi, pada tangan kanannya mencekal pedang Cie Koen Tie, sedang darah menetes keluar dari telapak tangannya.

   ***.

   *** Pada saat yang berbahaya tadi, kiranya Boen Ching tanpa perduli keselamatannya lagi telah mengeluarkan jurus terakhir dari ilmu "Thay Thien Kioe Sih"

   Sungguh tak disangka ternyata ia berhasil merebut pedang ditangan Cie Koen Tie. Ilmu "Thay Thien Kio sih"

   Merupakan ilmu silat pusaka yang telah lama lenyap dari Bulim, pada waktu itu Seh TU Hoa setelah mendapatkan ilmu "Thay Thien Kioe Sih"

   Kepandaiannya jauh melebihi tiga orang suhengnya bahkan mengira ilmu silatnya merupakan nomor satu didalam dunia Kangouw. ini semuanya adalah dikarenakan keanehan dan keajaiba ilmu "Thay Thien Kloe Sih"

   Ini, jarang ada yang dapat menandinginya. Seh TU Hoa karena menyesali peristiwa yang terjadi pada puluhan tahun yang lalu, maka ia menurunkan ilmu "Thay Thien Kloe Sih"

   Ini kepada Boen ching, tetapi sembilan jurus ini bukanlah sekali saja dapat dipelajari, Boen ching hanya baru mendapatkan kulitnya saja sedang Seh TU Hoa sendiri karena hubungan perguruan saja mau menurunkannya dan kini ternyata dengan tangan kosong ia merebut pedang cie Koen Tie yang sedang mengerahkan jurus ilmu pedangnya yang sangat lihay, membuat ia sekarang harus berpikir dengan cara bagaimana dia tadi dapat merebutnya.

   Semua orang yang hadir diruangan itupun menjadi tertegun semuanya, kiranya Boen ching tadi teringat kembali pada waktu Seh TU Hoa menangkap ular di dalam gua, kiranya tenaga dari telapak tangan haruslah digunakan secara demikian.

   Wajah cie Koen Tie berubah menjadi pucat pasi, ujarnya.

   "Ini hari ternyata aku mengalami kekalahan ditanganmu.

   pada tanggal lima belas bulan delapan, malam bulai Tiong ciu, datanglah kerumah makan oei Hok Lo, pada saat itu tujuh buah hioloo kuno semuanya akan hadir dan muncul disana, semua urusan dapat diselesaikan pada saat itu juga" ***.

   *** Pada saat itu Boen ching bagaikan baru sadar dari impian, diam2 ia menghitung dari hari ini sampai malam Tiong ciu masih ada tiga bulan lebih, dia memungut kembali pedang cie Koen Tie dia dilemparkan kearah nya.

   seraya berkata.

   "Boen ching pada waktu itu tentu akan hadir dalam rumah makan oei Hok Lo"

   Cie Koan Tie yang menutup diri selama sepuluh tahun, baru pertama kali turun gunung dan bergebrak dengan seorang pemuda, ternyata dapat dikalahkan dengan mudah oleh Boen ching, semangat yang berkobar-kobar kini telah dapat dipadamkan semuanya dan berubah menjadi putus asa, pikirnya .

   "Hanya dengan kekuatan gabungan ciangbunjin dari enampartai lainnya barulah dapat mengalahkan Boen ching ini".

   Dia menarik kedua tangan orang muridnya dan berjalan keluar.

   Bwee Giok segera bangun berdiri dan berteriak.

   "Hantar tamu keluar "

   Dua orang pengawalnya segera mengikuti tiga orang itu, berjalan keluar.

   Boen ching memungut kembali pedangnya dan kembali ketempat duduknya.

   Dengan wajah berseri-seri Bwee Giok berkata.

   "Boen heng, Kiong hie cie Koen Tie sebagai seorang ciangbunjin dari Tiam cong Pay ternyata dapat Boen heng kalahkan dengan tangan kosong bahkan merebut pedangnya".

   Sambil tersenyum jawab Boen ching.

   "Ahhh....terlalu memuji"

   Bwee Giok yang rahasianya telah diketahui oleh Boen ching bahwa dia sebenarnya adalah seorang gadis meskipun kelihatannya masih gagah perkasa, tetapi tak dapat dihindari lagi adanya perbedaan antara laki dan perempuan, ***.

   *** sebenarnya dia akan melihat keadaan luka ditangan Boen ching, kini terpaksa hanya bertanya.

   "Bagaimanakah dengan luka ditelapak tapak tangan Boen heng ?"

   Sambil tertawa jawab Boen Ching.

   "Ah, tak mengapa hanya luka kecil saja "

   Si macan tutul dari gunung Wu San, Tong Yun Siauw sambil tertawa besar ujarnya.

   "Selama sepuluh tahun ini aku belum pernah melihat pertempuran yang demikian ramainya, kepandaian Boen Siauwhiap ternyata sangat aneh dan lihay, jika bertambah lagi beberapa tahun, aku kira kau akan menjadi jago nomor satu didunia kangouw ini".

   Boen Ching tertawa tawar, ujarnya.

   "Didunia ini orang aneh yang berkepandaian tinggi sangat banyak sekali, Cayhe mana dapat menandingi mereka-mereka itu"

   Tong Yun Siauw tertawa tergelak^ sahutnya.

   "Boen Siauhiap tak periu merendahkan diri, aku lihat pada saat ini, diantara jago2 muda selain keponakan ini, aku kira tiada yang dapat menandingi kau."

   Boen Ching memandang Bwee Giok sekejap. dia melihat pelipis Bwee Giok menonjol keluar, segera ia tahu kalau kepandaiannya tidaklah rendah tapi entah dia anak murid siapa. Tong Yun Siauw sambil tersenyum ujarnya.

   "Siapapun takkan yang mau percaya"

   Dia nampak Boen Ching memandang Bwee Giok. mengira kalau dia tak percaya, lalu katanya kepada Bwee Giok.

   "Keponakan Giok sekarang seharusnva kau mempertunjukkan sedikit kepandaian mu kepada kita semua."

   Bwee Giok tak dapat menolak lagi sambil tertawa ujarnya. ***. *** "Boen heng demikian lihaynya mana dapat menyuruh aku memperlihatkan kejelekanku."

   Sambil berkata ia mengambil cawan araknya kepada dua orang itu ia berkata.

   "Paman Tong dan Boen heng telah mempertunjukkan kelihayannya dengan menggunakan cawan arak. kini akupuh akan mencoba memperlihatkan sedikit kejelekan ku."

   Perkataannya baru saja selesai, dia telah melemparkan cawan arak itu, cawan arak itu segera meleset dan melayang ke udara.

   lalu tangannya mengambil lagi sebuah cawan dan dilempar keatas, dua buah cawan tersebut membentur satu sama lain sehingga memisah kesamping dan meleset masuk kedalam tiang seluruhnya bahkan tanpa memperlihatkan retakan sedikitpun juga pada tiang tersebut.

   Segera semua hadirin bertepuk tangan memuji, Boen ching menjadi tertegun, lweekang dari Bwee Giok ini ternyata jauh lebih tinggi dari dirinya bahkan tak dibawah Shie Siauw In, hal ini membuatnya jadi sangat terkejut.

   Bwee Giok tersenyum kepada Boen ching ia berkata.

   "Tontonan yang jelek, tontonan yang jelek sekali"

   "Keponakan ini jika dibandingkan kau dan aku kepandaiannya kiranya jauh lebih tinggi"

   Boen ching juga tertawa, katanya.

   "Kepandaian Bwee heng, aku sungguh tak dapat menggunggulinya."

   Bwee Giok tertawa lagi, Boen ching yang memuji dia, membuat hatinya merasa sangat nyaman, tiba-tiba dia melihat luka di tangan Boen ching ternyata darahnya masih belum berhenti mengalir, dia mengeluarkan suara tertahan, tanpa terasa dia telah memegang tangan kanan Boen ching itu, tapi kemudian menjadi sadar, wajahnya berubah menjadi merah padam, cepat ia melepaskan tangan Boen Ching seraya berkata.

   ***.

   *** "Luka ditangan Boen heng belum sembuh, cepatlah menghentikan mengalirnya darah."

   Boen Ching tersenyum, padahal dia telah menutup jalan darahnya, kini yang menglir hanya darah tadi saja, dia nampak Bwee Giok demikian memperhatikan dirinya, dalam hatinya timbul suatu perasaan yang sangat nyaman, kemudian ia mengambil sebutir pil "Liong Hiat Sin Tan"

   Dan ditelannya. Bertepatan dengan waktu itu, sebuah bayangan turun ketengah ruangan Boen ching yang nampak baru datang itu adalah Shie Siau In, hatinya menjadi sangat girang, teriaknya.

   "Siauw In sumoay "

   Shie siauw In dengan dingin menyapa dua orang itu sekejap. kemudian balikan tubuhnya dan melayang keluar. Tubuh Boen ching pun segera melayang dan mengejar keluar, teriaknya.

   "Siauw In sumoay, engkau jangan pergi dulu, tunggu aku "

   Nampak hal itu Bwee Giok menjadi tertegun, dengan termangu-mangu ia memandang bayangan dua orang itu, dia merasa dalam hatinya timbul suatu perasaan yang sangat tak enak.

   ia menundukkan kepalanya tak berkata apapun.

   Tong Yun Siauw segera tertawa tergelak ujarnya.

   "Keponakanku, aku lihat kau sudah tiba saatnya harus berkelana didunia kangouw "

   Boen ching setelah mengejar dekat pada Shie Siauw In, nampak dia tak mau berhenti lagi, dia tak tahu telah berbuat salah apa terhadap Shie Siauw In sehingga membuat dia jadi marah.

   Terpaksa dia hanya meminta dia untuk berhenti berlari.

   Shie siauw In lari terus hingga sampai ketepi telaga dan melompat pada suatu perahu kecil.

   Boen ching terburu-buru mengejar teriaknya.

   ***.

   *** "Siauw In aku datang kedaerah Kang Lam ini, justru karena ingin mencari kau waktu itu aku telah menderita luka dalam, kemudian selama seharian mencari dirimu keseluruh gunung, aku bukannya sengaja hendak meninggalkan kau dan pergi seorang diri."

   Shie siauw In hanya merasa Boen ching sangat baik terhadapnya, selamanya belum pernah ada orang yang demikian baiknya terhadap dirinya, tapi kini ia nampak Boen ching terhadap gadis lain pun demikian sikapnya, hatinya tanpa terasa timbul rasa cemburu, teringat kembali perkataan suhunya kepadanya dan kejadian yang dialami Ie Bok Tocu ternyata tak salah lagi, Boen ching hanya akan menipu dirinya saja.

   Dia mana tahu kalau Boen ching sangat baik terhadapnya adalah dikarenakan dia adalah putri kesayangan dari Ie Bok Tocu, Boen ching menganggap dia sebagai adik kandungnya sendiri dan tak mempunyai perasaan yang istimewa lainnya terhadap dia Tampak dia mengangkat dayungnya dan ditutulkan ke atas air, maksudnya ingin menggunakan dayung itu memaksa Boen ching jatuh kedalam telaga tapi teringat kembali sikap Boen ching yang sangat baik terhadapnya, hatinya merasa jadi merasa tak tega.

   Shie Siauw In mendayung perahunya ketengah telaga, ujarnya.

   "Engkau sungguh2 sangat baik terhadapku ataukah hanya ini menipu aku saja ?"

   Boen ching menjadi tertegun sahutnya.

   "Sudah tentu sungguh2

   "

   Shie Siauw In setelah termenung sejenak.

   kemudian katanya lagi.

   "Aku nampak kau dengan Bwee Giok demikian mesranya, tahukah kau kalau aku dengan susah payah baru mendapat berita yang mengatakan kau berada didaerah telaga Thay ouw ini?" ***.

   *** Mendengar hal ini, hati Boen ching menjadi tergetar, apa yang dipikirkan oleh Shie siauw In bahkan kini telah diucapkan keluar semuanya.

   Dia entah harus berbuat bagaimana sekarang ini.

   Shie siauw In adalah karena dia dan Ie bok Tocu baru mau menghilangkan sifatnya yang dahulu, jika dia tak berani melanjutkan berpikir lagi, tapi budi yang diterima dari Ie bok Tocu sangatlah besar sekali, dia tak dapat membuat susah pada Ie Bok Tocu..

   Dia dongakkan kepalanya, nampak Shie siauw In sedang memperhatikan dirinya, sinar matanya mirip sekali dengan sinar mata dari Ie Bok Tocu, ia terpaksa tersenyum, ujarnya.

   "Siauw In, mungkin kau telah lama datang ke mari, apakah kau tak mendengar aku selalu memanggilnya sebagai Bwee heng?"

   Mendengar perkataan itu Shie Siaw In termenung sejenak, kemudian dengan wajah yang ber-seri2 ujarnya.

   "Bukankan kau mengetahui kalau dia adalah seorang gadis? mengapa masih memanggilnya sebagai Bwee heng?"

   Boen ching teringat kembali sikap yang gagah dari Bwee Giok.

   sikap yang sangat menarik perhatiannya dengan perlahan dia tertawa, sahutnya.

   "Meskipun aku tahu dia adalah seorang gadis, tapi dia sendiri tak mengatakannya, kalau tak memanggil dia sebagai Bwee heng, lalu disuruh memanggil sebagai apa?"

   Shie siauw In menghela napas lega, ujarnya kemudian- "sekarang sudah tiada urusan lagi "

   Baru saja perkataannya selesai diucapkan sebuah perahu dengan sangat cepat datang mendekat orang yang berdiri diatas perahu itu bukan orang dari perkumpulan Elang Sakti melainkan adalah orang yang mengejar diri Boen ching ***.

   *** walaupun sampai laksa li-pun, Pat Huang Sin Mo Cie Uh chan adanya.

   Pada waktu itu disebabkan karena Shie Siaw in menderita luka dalam, maka wajah Cie Uh chan yang bagaimanapun dia tak mengetahui, kini nampak wajah Boen ching berubah hebat, tanpa terasa tanyanya.

   "Siapakah orang itu?"

   "Pat Huang Sin Mo "Jawab Boen ching singkat. Alis Shie Siauw In berdiri, ujarnya.

   "Sungguh bagus sekali, ini hari kita datang kemari kita bersama2 membereskan diri nya."

   Pada saat itu Cie Uh chan telah mendekati dua orang itu tangannya mencabut senjata pecut geledeknya, sedang tubuhnya meloncat dan melayang keperahunya yang ditumpangi oleh Boen ching dan Shie Siauw In.

   TANGAN kanan Shie Siauw In segera mengayun dayungnya disertai dengan butir2 air telaga menyerang kearah Cie Uh chan.

   Cie Uh chan nampak dayung itu datangnya sangat hebat dan ganas, tubuhnya mundur selangkah kebelakang, tetapi lwe-kang Shie Siauw In diluar dugaannya, ketika ia menarik kembali dayungnya, tangan kanan nya secepat kilat mencekal perg elangan tangan kanan Cie Uh chan- Cie Uh chan menjadi sangat terkejut, sungguh tak disangka lweekang dari gadis ini jauh lebih tinggi dari lweekang yang dimiliki Boen ching, dia didesak melayang kembali ke perahunya, dengan dingin tanyanya dengan nada nyaring.

   "Siapakah kau ini ?"

   Kedua alis Shie Siauw In berdiri, ujarnya.

   "Siapakah aku ? Fen Bian Lo Sat atau si Iblis wanita berwajah cantik dimana sajapun tidak ada yang berani membuka mulut untuk bertanya" ***.

   *** Cie Uh chan menjadi sangat terkejut, nama Shie siauw In meskipun ia tidak mengetahuinya tetapi dia selalu memperhatikan urusan didunia kangouw, nama Iblis wanita berwajah cantik telah tersebar keseluruh Bulim, selamanya tidak ada yang lolos dari tangannya.

   Kini nampak wajah Shia siauw In dingin menyeramkan, teringat kembali mengenai berita yang didengar mengenai kejadian Iblis wanita berwajah cantik itu tanpa terasa hatinya dia manjadi agak merasa jeri, ini hari ada dia ditempat ini, ditambah lagi Boen ching, kiranya dirinya takkan mampu melawannya, ditambah lagi ditangannya mencekal dayung.

   Senjata pecut geledek meskipun lihay, tapi tak dapat melawan senjatanya, senjata pecut geledeknya hanya dapat digunakan untuk menangkap senjata2 yang ringan saja.

   
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Pecutnya segera bergerak dan mundur kebelakang, tahu2 tubuh Shia siauw In berkelebat dan turun diujung perahunya, seraya berteriak.

   "Ini hari engkau ingin pergipun takkan dapat pergi lagi."

   Cie Uh chan bukannya takut kepada Shia Siauw In, nampak dia selangkah demi selang-kah mendesak mendekat padanya, pecut ditangannya disabetkan dan menyerang kearah tubuh Shia Siauw In.

   Shia Siauw In begitu nampak senjata yang digunakan Cie Uh chan adalah sebeah pecut panjang, dia tahu tak dapat dihadapi dengan menggunakan pedang, dayung ditangannya perlahan-lahan diangkat dan balas menyabet kepada Cie Uh chan- Dua orang dengan menggunakan dayung masing2 berdiri diujung perahu, serta didepan dan yang lain dibelakang perahu saling serang menyerang dalam waktu yang singkat mereka ialah bertempur dalam keadaan seimbang.

   ***.

   *** Boen ching yang nampak keadaan demikian segera mencabut pedang Ie Bok Kiamnya, tubuhnya meloncat dan pedangnya ditusukkan mengancam punggung Cie Uh chan- Cie Uh chan yang dari muka dan belakangnya diserang musuh, tangan kirinya segera di ayunkan, pecut geledeknya melingkar menyabet kearah Boen ching.

   Pedang Boen ching yang ditusukkan kearah pecut geledek itu dengan cepat membuat pecut dan pedang melingkar jadi satu, dia dengan gusar membentak kedua kakinya diangkat dan melancarkan tendangan berantai kearah lambung Cie Uh chan- Cie Uh chan yang diserang dari muka dan belakang, dengan gusar meraung keras, tangannya melepaskan pecut geledeknya, sehingga membuat tubuh Boen ching menjadi terjungkal jatuh, ditengah udara ia menarik napas panjang- panjang dan jatuh kembali keperahunya.

   Cie Uh chan segera balikkan tangannya dengan dayungnya mendesak mundur Shie Siauw In, dan mendahului Boen ching selangkah melayang turun keatas perahu Boen ching.

   Tubuh Boen ching begitu menginjak keatas perahunya, Cie Uh chan dengan menggunakan dayungnya mendesak mundur kearah nya.

   Shie Siauw In dengan cepat melemparkan dayung ditangannya kebawah kaki Boen ching, tapi ternyata Cie Uh chan telah berhasil melarikan diri.

   Boen ching naik kembali keatas perahu dan memandang ke arah dimana Cie Uh chan melarikan dirinya, dengan perlahan ia menghela napas.

   Oooo0dw0ooooO ***.

   *** MUNCULNYA KEMBALI IBLIS2 SAKTI BOEN ching nampak Cie Uh chan telah menjauh, membuatnya dengan perlahan menghela napas.

   Dengan halus Shie Siauw In menghibur.

   "Lain kali tentu takkan membuat dia dapat melarikan dirinya lagi."

   Boen ching memandangnya sekejap, nampak dia tertawa manis kepadanya, tanpa terasa dalam hati Boen ching timbul suatu perasaan yang sangat aneh, Shie Siauw In setelah mendengarBoen ching bercerita mengenai hal ikhwal ibunya, Shie Yun Ku, dalam hati pikirnya Boen ching terhadap orang semacam Ibunya sangat menghormati sekali, meskipun kadang2 ia mengira Boen ching sedang menipu dia, tapi begitu berada disampingnya, tanpa terasa dia ingin sekuat tenaga berusaha lebih mendekati Boen ching.

   Dua orang itu segera naik ketepi telaga, kepada Boen ching Shie Siauw In bertanya.

   "ching Toako, kita sekarang hendak pergi ke mana ??" . Boen ching setelah berpikir sejenak, ujar nya "Mari kita berpesiar kedaerah Kang Lam saja, bukankah engkau ingin berpesiar kedaerah Kang Lam?"

   Dalam hati Shie Siauw In menjadi sangat girang, dua orang itu menceritakan pengalaman masing2 setelah berpisah, sambil melanjutkan perjalanannya .

   Kiranya Shie siauw In setelah terjatuh dari atas kuda lalu menyembunyikan dirinya, menunggu setelah lukanya menjadi sembuh kembali, lalu melanjutkan perjalanannya ke arah selatan untuk mencari diri Boen ching.

   Kedua orang itu bercerita dengan gembiranya, tiba2 dihadapannya berkelebat sebuah bayangan hijau dan berdiri dihadapan orang itu.

   Boen ching nampak orang yang datang itu adalah seorang wanita yang berusia pertengahan, baru saja akan membentak untuk menegor Shie Siauw In telah menjadi ketakutan hingga ***.

   *** wajahnya berubah menjadi pucat pasi serunya.

   "Dia adalah suhuku"

   Dia tak sempat membentak.

   wanita berusia pertengahan itu telah menotok jalan darahnya kedua orang itu, gerakkannya yang secepat itu membuat dua orang itu tak sempat untuk melawan, kemudian sambil mengempit tubuh kedua orang itu wanita pertengahan itu melayang pergi dengan cepatnya.

   Boen ching hanya merasakan tubuhnya ditotok orang lalu tak sadarkan diri.

   Entah lewat berapa waktu, jalan darahnya baru dibebaskan kembali, dia memandang kesekeliling tempat itu, nampak kini dia telah berada disebuah gua dari suatu bukit.

   Wanita pertengahan itu duduk bersila diatas tanah, dengan dingin sedang memandang dirinya, Shie Siauw In menundukkan kepalanya di sisinya dan sedang menangis terisak-isak.

   Wanita berusia pertengahan itu nampak bahwa Boen ching telah sadar kembali, dengan nada dingin ujarnya.

   "Aku adalah putri dari Thian Jan Shu, Han cing Yu, benarkah engkau adalah murid dari Yun ku ?"

   Boen ching bangun berdiri, ujarnya.

   "Boanpwee adalah Boen ching, suhuku memang benar adalah putrinya Tan coe coen."

   Han cing Yu dengan dingin berkata.

   "Apakah engkau pernah mengatakan kepada Siauw In, bahwa ia adalah putrinya Yun Ku?"

   "Yaa, benar, suhuku telah bertahun-tahun mencari Siauw In sumoay.

   "Jawab Boen ching dengan tenang. Han cing Yu dengan gusar mendengus, ujarnya.

   "Kalau bukan karena Siaw In, aku sejak dulu sudah membunuh mati kau, siauw In aku peringatkan, jika engkau berani berbicara ***. *** yang bukan-bukan lagi, hati-hatilah dengan batok kepalamu "

   Boen ching tertegun, sahutnya.

   "Tetapi Siauw In sumoay memang benar- benar adalah putri dari suhuku."

   Han cing Yu mengangkat tangannya, baru akan dipukulkan kearah Boen ching, tetapi dengan perlahan tangan itu diturunkan kembali wajahnyapun berubah menjadi agak lembut, katanya.

   "Aku mempunyai suatu cerita untuk kalian dengarkan,"

   Boen cing tidak paham mengapa Han cing Yu akan menceritakan suatu cerita kepadanya, dalam hatinya diam- diam timbul rasa curiga.

   Han cing Yu setelah termenung sejenak.

   kemudian katanya.

   "Suhuku didalam Bulim adalah seorang yang berkepandaian silatnya paling tinggi, dia mempunyai seorang putri kesayangannya bernama ...."

   Kelihatannya dia tidak ingin banyak berbicara, setelah berhenti sejenak lalu lanjutnya.

   "Engkau jangan mengurus dia bernama apa, pokoknya dia adalah putrinya."

   Hati Boen cing diam-diam bergerak.

   didunia ini orang mempunyai kepandaian yang paling tinggi, yang dikatakan Han cing Yu bukankah Thian Jan Shu dan dirinya sendiri? Terdengar Han cing Yu melanjutkan ceritanya.

   "orang aneh ini dengan orang lain mengadakan suatu pertempuran yang seru, tetapi orang itu telah mati sedang murid- muridnya tak berani datang menemui janjinya"

   Dalam hati Boen cing berpikir, bukankah dia sedang mengatakan Tan coe coen? ***.

   *** Pada saat ini Shie Siauw In pun telah berhenti menangis, ia dongakkan kepalanya dengan terpesona mendengarkan cerita dari Han cing Yu.

   Terdengar Han ching Yu berkata lagi.

   "orang aneh ini mempunyai seorang murid, siapa namanya aku telah lupa, orang ini adalah seorang yang jahat"

   Ia berhenti dan termenung sejenak lalu lanjutnya.

   "Tetapi pada waktu itu dia masih seorang yang sangat baik."

   Pikir Boen cing, mungkin orang itu adalah Tan Thian coen, nama sebenarrya adalah Liauw Hoa Llong, cerita ini suhunya sering menceritakan kepadanya.

   Han cing Yu meneruskan ceritanya.

   "orang aneh itu memerintahkan muridnya itu memanggil salah seorang dari lima orang muridnya itu, dia telah pergi, tetapi tidak memanggil salah satu dari lima orang muridnya itu, malah membawa kembali cucu perempuan dari orang itu, katanya dia telah meninggalkan sepucuk surat yang meminta lima orang itu datang"

   Boen ching memandang sekejap pada Shie Siauw In, pikirnya.

   "Sudah bercerita pada keadaan yang sebenarnya". Han ciu Yu nampak Boen ching memandang sekejap pada Shie siauw In, dia mendengus, ujarnya.

   "Tetapi muridnya itu telah berubah menjadi jahat, dia memancing dan memperkosa putri dari orang aneh itu, orang aneh itu karena murid dari orang itu tak datang, ditambah lagi putrinya telah melahirkan seorang bayi perempuan, dalam keadaan yang gusar itu, dia telah mengusir muridnya dan putrinya dari perguruan dan membanting hingga mati bayi perempuan yang dibopong nya itu, muridnya sebelum pergi telah mencuri sebuah kitab rahasia mengenai racun, sehingga orang aneh itu bersumpah tak mau menerima murid lagi, ***. *** bahkan setiap orang yang ingin belajar silat padanya akan dibunuh mati."

   Boen ching menjadi termenung, kiranya demikian halnya sehingga Thian Jan Shu telah membuat peraturan dimana setiap orang yang ingin belajar ilmu silat darinya akan dibunuh mati, untung dirinya pada waktu itu Thian San chiet Kiam segera muncul, kalau tidak Thian Jan Shu tentu telah menurunkan tangan jahat padanya.

   Han cing Yu berkata lagi.

   "Muridnya itu terhadap putrinya tidak sungguh-sungguh, setelah turun gunung lalu lari pergi"

   Tiba-tiba Boen ching memotong.

   "Yang dibanting hingga mampus oleh orang aneh itu mungkin bukan bayi perempuan yang di bopong melainkan cucunya sendiri"

   Kedua mata Han ching Yu memancar sinar yang amat gusar, ujarnya.

   "ceritaku telah selesai kuceritakan, engkau sekarang boleh segera pergi diri sini, kalau tidak maka selamanya engkau tak akan dapat pergi dari sini lagi"

   Boen ching tertawa tawar, ujarnya.

   "cianpwee, sebelum aku pergi dari sini aku juga ingin menceritakan sesuatu kisah, maukah cianpwee memperkenankan aku sehabis bercerita baru pergi dari sini"

   Han cing Yu dengan gusar mendengus setelah termenung sejenak baru menganggukkan kepalanya .

   Boen ching tersenyum ujarnya.

   "Dua puluh tahun yang lalu, didalam Bulim ada dua orang aneh yang seorang bernama Thian Jan Shu, sedang yang lain bernama Tan coe coen" ***.

   *** Perkataan baru habis diucapkan tampak tubuh Han cing Yu sedikit gemetar, teriak nya.

   "Engkau jangan berkata lagi "

   Boen ching tersenyum, katanya.

   "Yang tadi cianpwee katakan adalah urusan yang menyangkut diri putri Thian Jan Shu, sedang aku sekarang yang akan kuceritakan adalah urusan yang menyangkut diri putri Tan coe coen, maukah cianpwee mendengarkannya?"

   Han cing Yu diam tak berkata, segera Boen ching menceritakan segala urusan yang mengenai suhunya Shie Yun Ku kepada Han cing Yu.

   Han cing Yu setelah mendengar cerita itu menjadi termangu- mangu, tak dapat meng u- capkan apa-apa sejenak kemudian baru katanya.

   "jika aku adalah Shie Yun Ku, tentu akan kubunuh mati Seh TU Hoa, kalau tidak tentu hatiku tidak akan menerimanya"

   Perkataan ini baru saja selesai diucapkan, diluar gua terdengar suara helaan napas yang sangat perlahan- Han cing Yu menjadi tertegun, dengan kepandaiannya yang demikian tingginya itu, ternyata diluar gua kedatangan orang asing, dia masih tidak mengetahuinya, segera bentaknya.

   "Siapakah yang berada diluar itu?"

   Seorang yang memakai jubah panjang berwarna hijau melayang masuk kedalam gua, Boen ching nampak orang yang baru datang itu dengan terkejut bercampur girang dia bangun berdiri seraya berteriak.

   "Suhu kiranya ada engkau orang tua"

   Yang datang ternyata Ie Bok Tocu, Shie Yun Ku baru saja pulang kepulau Ie Bok To.

   Shie Siauw In menjadi termangu- mangu disamping, entah ia harus berbuat bagaimana.

   Han cing Yu juga tidak menyangka kalau Shie Yun Ku tiba- tiba dapat muncul ditempat ini, tanpa terasa ia juga ***.

   *** termangu- mangu.

   Sambil tertawa kata Shie Yun Ku kepada Han cing Yu.

   "Aku karena tak tentram hari melepaskan Boen Ching seorang diri, setelah berjalan setengah jalanan lalu balik kembali dan terus mengejarnya hingga sampai disini, Nona Han tentu tidak akan gusar terhadapku bukan?"

   Boen ching mendengar Ie Bok Tocu berkata demikian hatinya terasa sangat terharu atas perhatiannya itu.

   Han cing Yu barn saja habis mendengar urusan mengenai Shie Yun Ku, dalam hatinya juga sangat simpatik terhadapnya.

   Nampak hal ini dengan tertawa pahit, ujarnya.

   "Kita boleh dikata telah bersahabat, adik Yun Ku aku lebih besar dari kau maka aku akan jadi kakakmu".

   Shie Yun Ku tertawa, sahutnya.

   "Kakak cing Yu mau demikian menyebutku aku sungguh merasa sangat beruntung sekali".

   Han cing Yu setelah berpikir sejenak.

   kemudian ujarnya.

   "Kita berdua semuanya merupakan orang-orang yang tak beruntung, aku jika jadi kau sejak dahulu telah membunuh mati Seh TU- Hoa manusia keparat itu, didunia ini semua orang lelaki tak ada seorangpun yang merupakan orang yang baik-baik."

   Shie Yun Ku tertawa tawar seraya berkata.

   "Seh Tu Hoa dia akan menjadi sadar dengan sendirinya, buat apa aku harus membunuhnya? apalagi ayahku Tan coe coen selama hidupnya paling mencintai aku, karena aku sangat mirip dengan ibuku, sedang ibuku sejak aku masih kecil telah wafat, dia orang tua karena selalu rindu dan memikirkan padanya sehingga usianya menjadi sangat pendek, didunia ini orang lelaki tak ada yang baik, mengenai hal ini aku tak dapat menerimanya".

   Han cing Yu termangu- mangu, dia mengira Shie Yun Ku yang telah mengalami penderitaan yang lebih banyak dari ***.

   *** dirinya, tentu akan menyetujui perkataannya itu, ternyata dia tetap tak menyetujuinya, mau tak mau dia harus memikirkan perkataan Shie Yun Ku ini.

   Sesaat kemudian berkatalah dia kepada Shie Yun Ku.

   


Lembah Nirmala -- Khu Lung Romantika Sebilah Pedang -- Gu Long/Tjan Id Pedang Dan Kitab Suci -- Khu Lung

Cari Blog Ini