Ceritasilat Novel Online

Legenda Bulan Sabit 3


Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung Bagian 3




   Legenda Bulan Sabit Karya dari Khu Lung

   
Bibi Hua sepertinya juga siap-siap untuk mengambil langkah seribu, tapi tak disangka pandangan Chu Liuxiang berputar ke arahnya dan berkata.

   "Bolehkah aku minta bantuan anda?"

   Bibi Hua agak terkejut dan berkata.

   "Anda ingin aku lakukan apa?"

   Chu Liuxiang berkata seraya menghela napas.

   "Anda adalah ibunya Hu Tiehua, apa yang bisa anda lakukan? Aku hanyalah ingin anda menyiapkan sebuah kendaraan bagiku."

   Kedengarannya permintaan ini sungguh tidak keterlaluan, yang sanggup dipenuhi oleh kebanyakan orang. Bibi Hua sudah mulai merasa lega, di wajahnya tersungging lagi senyuman manisnya, dan bertanya."Kendaraan macam apa yang anda inginkan?"

   "Aku ingin sebuah kereta yang dibuat oleh tukang terpandai, kereta yang memiliki kamar tertutup yang luas, yang bisa berjalan cepat tapi sedikit goncangan. Selain itu, sediakan dua guci arak nuerhong yang berusia 20 tahun, dua guci arak xinshao yang berkualitas tinggi, tujuh macam buah-buahan yang segar, tujuh macam manisan buah yang terbaik, tujuh macam makanan penghantar arak yang terisi dalam kotak makanan yang indah."

   "Sebab aku mau minum arak dengan nyaman, lalu tidur dengan pulas."

   Walaupun Bibi Hua masih tersenyum, tapi senyumannya mirip tangisan, tak disangka kata-kata Chu Liuxiang masih ada lanjutannya.

   "Aku masih perlu empat ekor kuda yang dapat lari 40 km/jam untuk menarik kereta ini, kusir yang terlatih. Setiap 400 km ganti kuda dan kusir. Aku ingin anda dalam waktu dua jam sudah bisa menyiapkan semuanya, sebab aku percaya anda sanggup."

   "Jikalau aku tidak sanggup?"

   Chu Liuxiang tersenyum lagi dan berkata.

   "Kalau begitu aku akan menanyai anda. Mengapa mau membungkamku dengan membunuhku? Dan aku harus bertanya sampai jelas."

   Bibi Hua tidak bisa tersenyum lagi.

   "Tujuanku adalah ketika aku bangun dari tidur, sudah sampai di suatu tempat, dan dapat segera bertemu seseorang."

   Chu Liuxiang berkata.

   "Tentu saja anda tahu tempat itu, dan tentu saja anda kenal orang itu."

   "Tempat apa?"

   Tanya Bibi Hua.

   "Orang apa?"

   "Desa Gunung Pedang Giok, Tuan Du." 08. Tuan Du Yang Misterius Bunga-bunga azalea yang berada di bawah lereng gunung sudah mekar, gunung hijau di kejauhan nampak seperti giok yang indah setelah dicuci oleh hujan musim semi, sepasang kupu-kupu terbang keluar masuk bunga-bunga. Suasana kebun bunga nan hening, seperti berada di dunia lain! Chu Liuxiang menyilangkan sebuah kaki, dan duduk di atas undak-undakan batu yang berada di luar serambi panjang, hampir tidak bisa percaya bahwa dirinya telah tiba di desa Gunung Pedang Giok! Sebab tidak ada orang yang dapat dengan mudah datang kemari, sekalipun para jago silat yang congkak dan merasa dirinya hebat, juga tidak berani masuk secara sembarangan! Beberapa tahun ini, ketenaran nama dari desa Gunung Pedang Giok, sudah hampir melampaui ketenaran nama dari tiga partai besar dan empat keluarga besar dari kalangan persilatan Jiangnan!Namun sekarang ia duduk di sini, yang terlihat hanya suasana pemandangan musim semi yang menawan, sama sekali tidak ada suasana yang tegang dan menakutkan, lebih-lebih tidak terlihat tempat ini dijaga sangat ketat! Chu Liuxiang mengelus-elus hidungnya dengan sebuah jari tangan, sambil di dalam hati terpaksa mengaku bahwa pemilik desa Gunung Pedang Giok ini betul-betul luar biasa! Tuan Du memang orang yang luar biasa. Ia adalah seorang yang amat misterius, dengan tiba-tiba muncul di kalangan persilatan, tak ada seorang pun yang mengetahui asal-usul dan masa lampaunya, kecuali beberapa orang kepercayaannya, tidak ada yang bisa melihatnya. Namun setiap orang tahu. Secara tidak terang-terangan dia menguasai sebuah kekuatan yang amat mengerikan, banyak anak buahnya adalah jago-jago silat yang sudah lama tidak muncul di dunia persilatan, mereka mengikuti dia seperti gadis setia yang tergila-gila pada pacarnya. Tiap saat mau melakukan apa saja untuknya, dan tiap saat rela mati baginya! Tuan Du yang misterius ini sebenarnya adalah siapa? Kekuatan misterius apa yang dia miliki? Chu Liuxiang telah menunggu lama sekali di tempat ini, hanya ada dia, tidak ada Hu Tiehua. Sebab Tuan Du cuma menyanggupi untuk bertemu dia seorang saja. Akhirnya dari ujung serambi panjang terdengar bunyi langkah yang ringan dan pelan, seorang wanita cantik yang mengenakan gaun panjang yang menyapu lantai, berjalan ke arahnya dengan gaya yang amat anggun. Walaupun sudah setengah tua, namun ia tidak mau memakai bedak untuk menutupi kerut-kerut di sisi matanya. Kecantikan dan keanggunannya laksana sebuah awan putih yang melayang-layang di sisi gunung nun jauh itu, tetapi dari matanya memancarkan semacam rasa percaya diri laksana cahaya matahari! Mendadak saja Chu Liuxiang menjadi termangu-mangu. Ia belum pernah melihat wanita semacam ini, juga tidak pernah mengira bahwa seorang wanita setelah berlalu masa keremajaannya, masih dapat mempertahankan kecantikan yang luar biasa ini! "Pendekar Harum Chu."

   Ia menyapa sambil tersenyum, suaranya juga sama anggunnya.

   "Malam kemarin dulu hujan baru berhenti, hari ini Pendekar Harum sudah datang, pas saatnya bunga- bunga bermekaran."

   Cuma sayangnya kedatangan Chu Liuxiang bukan untuk menonton dan menikmati bunga.

   "Aku tahu bahwa selama ini Tuan Du jarang bertemu orang, namun dia telahmenyanggupi untuk menemuiku,"

   Kata Chu Liuxiang sambil berusaha tidak menatap matanya.

   "Aku percaya bahwa Tuan Du bukan orang yang tak bisa tepati janji."

   "Aku pun percaya demikian,"

   Ia berkata seraya tersenyum manis.

   "Sebab sekarang anda sudah melihatnya."

   Chu Liuxiang mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan terkejut, lalu bertanya.

   "Andakah Tuan Du?"

   "Betul. Sekarang anda seharusnya percaya bahwa aku bukanlah orang yang tak bisa tepati janji 'kan?"

   Di atas lantai kayu kesturi yang mengkilap itu terdapat sebuah meja rendah yang antik, ada 3-5 tangkai bunga kamelia yang berwarna putih berada di sebuah botol, bunga kamelia yang mekar delapan kuntum.

   Chu Liuxiang tidak menatap bunga.

   Ia sedang menatap ke wanita cantik yang misterius namun anggun, yang duduk di kursi brokat di hadapannya! Pada saat ini sekalipun ia memakai seluruh kekuatannya untuk melarangnya tidak menatapnya pun sudah tidak bisa lagi, bahkan memindahkan tatapan matanya sebentar saja sudah amat sulit! "Aku tahu anda pasti merasa heran sekali, sebenarnya seorang wanita dipanggil dengan sebutan 'tuan' juga bukan suatu hal yang aneh, kadang-kadang ada pria juga dipanggil dengan sebutan 'ibu',"

   Tuan Du berkata.

   "Di zaman dulu ada seorang empu pembuat pedang yang bernama 'Ibu Xu'."

   Chu Liuxiang menatapnya lama sekali, lalu bertanya.

   "Anda jarang sekali mau bertemu orang, apa karena supaya tidak diketahui orang bahwa anda adalah wanita?"

   "Mungkin ya,"

   Kata Tuan Du dengan tersenyum tipis.

   "Mungkin hanya karena aku tidak mau ditatap orang seperti cara anda menatapku."

   Chu Liuxiang tidak tersenyum, tidak mengelus-elus hidung, tapi tiba-tiba wajahnya memerah! Seandainya Hu Tiehua melihatnya, pasti akan terkejut sekali.

   Mau membuat wajah Chu Liuxiang jadi merah bukanlah hal yang mudah, tidak mudahnya seperti mau menghela seekor unta untuk melewati mata jarum! Untung Tuan Du tidak meneruskan topik ini, dan bertanya.

   "Aku juga tahu bahwa selama ini anda sibuk sekali, kali ini kenapa mau menemuiku? Apakah karena urusan pernikahan Shi Tianwang dengan Putri Pedang Giok?"

   "Bukan."

   Chu Liuxiang bertekad mau menunjukkan sedikit semangat kejantanannya, maka segera berkata dengan suara nyaring."Sekalipun anda mau menikahkan 80 putri pada Shi Tianwang, juga sedikit pun tidak ada hubungannya dengan aku."

   "Yang ada hubungannya dengan anda adalah hal apa?"

   "Aku hanya ingin membantu seorang teman untuk menemukan anak perempuannya, seorang gadis yang pernah diculik dan dimasukkan ke dalam peti,"

   Chu Liuxiang berkata.

   "Aku yakin ia pasti ada di sini."

   Di luar, angin musim semi bertiup sepoi-sepoi, warna gelap malam pun tiba dengan pelan-pelan.

   Tuan Du memandang dengan diam ke bunga kamelia putih yang ada di botol, air mukanya tampaknya juga mirip dengan bunga kamelia yang berkuntum 8 itu, bersih indah namun pucat! Kuntum-kuntum bunga tiba-tiba berlepasan.

   Sebab jari tangannya tiba-tiba dijentikkan, kuntum-kuntum bunga lepas satu persatu, lalu beterbangan di depan mata Chu Liuxiang, dan mengaburkan pandangannya! Dua jari tangannya sudah menjepit sebuah ranting bunga, tiba-tiba sudah menusuk ke arah mata Chu Liuxiang! Kecepatan, keanggunan, dan keganasan yang tak bisa dilukiskan! Semacam keganasan yang mendekati kesempurnaan! Di bawah kolong langit ini, barangkali hanya ada seorang yang dapat melakukan hal ini! Seandainya mata Chu Liuxiang tertusuk sampai buta, mestinya tidak perlu menyesal! Sebab ia telah melihat seorang wanita semacam ini, dan apa yang ia telah lihat seumur hidupnya sudah cukup banyak! Di guci arak yang terbikin dari porselen, tergambar 20 tangkai bunga pioni dari bahan glasir.

   Ini adalah arak huadiao yang asli, arak huadiao terbaik yang berusia 20 tahun! Hu Tiehua sudah meminum habis satu guci masih sisa satu guci.

   "Mengapa anda tidak minum lagi?"

   Bibi Hua bertanya.

   "Seharusnya anda tahu bahwa bisa minum arak sejenis ini adalah kesempatan yang amat langka."

   "Sulit dapat arak bagus, tapi lebih sulit dapat kawan bagus!"

   Hu Tiehua membuka bagian depan bajunya, lalu duduk di sebuah bangku batu yang ada di depan sebuah meja batu."Seandainya si Kutu Busuk Tua (catatan.

   ini adalah julukan yang diberikan Hu Tiehua pada Chu Liuxiang) tahu bahwa ada dua guci arak yang demikian bagus ini dihabiskan olehku, ia pasti akan mati karena saking marahnya! Tidak asyik 'kan kalau si Kutu Busuk Tua berubah jadi si Kutu Busuk Mati."

   "Anda mau menyisakan satu guci arak untuknya?"

   "Bukan diberikan padanya, tapi menemaninya minum. Meskipun ia minum arak lebih cepat dari menuangkan arak, tapi aku pun tidak pelan,"

   Kata Hu Tiehua sambil tertawa nyaring.

   "Maka ketika ia menghabiskan setengah guci, aku sudah menghabiskan satu setengah guci."

   Bibi Hua memandangnya dengan sikap yang aneh, lalu bertanya dengan nada yang aneh.

   "Tetapi kenapa anda tahu dia pasti bisa datang?"

   "Kenapa dia tidak bisa datang?"

   Hu Tiehua yang sebenarnya sudah mabuk tiba-tiba sadar lagi, sepasang matanya mendelik besar seperti lonceng sapi.

   "Aku mau mengerjakan urusan bagi kalian, sebab aku tahu ini bukan urusan yang jelek, kalau aku tidak bisa mengantar sang putri tempatnya Shi Tianwang sebelum 5 Mei, maka si bedebah itu akan menyerang kemari, sekalipun kalian dapat memukul mundur dia. darah yang akan dialirkan penduduk setempat ini bisa menjadi sungai!"

   Hu Tiehua melanjutkan dengan suara keras.

   "Namun jika kalian mengusik Chu Liuxiang, aku lebih dulu yang akan membikin tempat kalian menjadi sungai. Sungai yang terjadi karena aliran darah!"

   Bibi Hua tidak berbicara.

   Ia jarang ada waktu tidak berbicara, sekarang ternyata tidak berbicara, disebabkan dari jauh terdengar bunyi kecapi yang sayup-sayup, sejenis bunyi kecapi yang bisa membuat siapapun yang mendengarnya tidak dapat berbicara untuk sementara waktu! Namun bunyi kecapi ini tidak akan terlalu jelas terdengar oleh orang, persis seperti bunyi bunga ketika mekar.

   Apakah ketika bunga mekar juga ada bunyinya? Siapakah yang dapat mendengar itu bunyi apa? Apakah ketika bunga gugur juga ada bunyinya? Bunga gugur tidak berbunyi, 'usus putus' (catatan.

   'usus putus' ialah sebuah istilah/ ungkapan dalam sastra Tiongkok kuno, yang berarti.

   luar bisa sedih) juga tidak berbunyi.

   Ada bunyi ialah tidak bunyi, tiada bunyi juga ialah ada bunyi, hanva sering kali tiada orang yang dapat mendengar sampai jelas.

   Bunyinya bunga gugur, kadang-kadang, bukankah sama dengan ketika 'usus putus'?000 Bunyi kecapi yang 'memutuskan usus'.

   Bunga kamelia putih yang berkuntum 8 itu lepas sekuntum demi sekuntum, dan melayang-layang di atas lantai kayu kesturi yang beningnya mirip cermin, lalu berjatuhan di sisi lutut Chu Liuxiang.

   Ranting bunga yang mirip pedang itu sudah hampir mengenai alis matanya, tusukan ini sudah merupakan intisari dari ilmu pedang! Intisari dari ilmu pedang yang tiada bentuk, tiada perasaan, dan tiada keadilan! Tusukan ini sudah mencapai taraf Zen! Setelah mencapai taraf tertentu, Zen yang bukan Zen dapat menyadarkan orang akan kebenaran, namun pedang yang bukan pedang juga dapat mengambil nyawa orang dalam waktu sekejap mata! Kelihatannya Chu Liuxiang sama sekali tidak mengerti.

   Ia sedikit pun tidak bergerak, bahkan matanya juga tidak berkedip, sepertinya sama sekali tidak tahu bahwa ranting bunga ini dapat mengambil nyawanya dalam waktu satu chana! Waktu sekali menjentikkan jari tangan = 60 chana.

   Seandainya ranting bunga ini kena sasaran, maka dalam waktu sekali menjentikkan jari Chu Liuxiang telah mati 60 kali! Langit makin gelap, bunyi kecapi makin menyedihkan kedengarannya.

   Bibi Hua memandangi Hu Tiehua, tiba-tiba sikapnya berubah jadi luar biasa lemah lembut, lemah lembut yang tak pernah terlihat orang.

   "Anda sudah mabuk, yang anda minum adalah arak yang memabukkan, seharusnya anda tahu bisa mabuk."

   Ada sekuntum bunga yang gugur karena hembusan angin.

   "Bunga bisa mekar, juga bisa gugur. Ada waktu bunga mekar, tentu ada waktu bunga gugur. Sebab bunga ya bunga, dikarenakan mesti mekar, ya mesti gugur juga,"

   Bibi Hua berkata dengan bunyi sayup-sayup.

   "Ini sama dengan kita manusia, yang mesti mabuk ya mabuk, yang mesti mati ya mati."

   Tiba-tiba Hu Tiehua merasa dirinya benar-benar telah mabuk.

   Tidak tahu itu karena bunyi kecapi atau karena suaranya Bibi Hua, atau karena arak, ternyata ia mabuk pada saat yang tidak bisa dan tidak boleh mabuk! Tetapi ia masih bisa mendengar kata-kata Bibi Hua.

   "Bunga mekar lalu gugur, orang berkumpul lalu berpisah, semuanya adalah hal-hal di luar kemampuan manusia."

   Suaranya mengandung semacam kesedihan karena tidak berdaya.

   "Orang yang ada di dunia persilatan, persis seperti bunga, mau mekar atau gugur, mau kumpul atau pisah, sering kali berada di luar kemampuan diri sendiri."000 Waktu satu chana meskipun pendek sekali, namun pada waktu satu chana yang ajaib ini, seseorang bisa tiba-tiba berubah jadi debu beterbangan yang tak kembali lagi, bunga yang gugur juga bisa berubah jadi lumpur yang harum! Kegelapan malam makin pekat, bunga yang gugur pergi terbawa angin, waktu berjuta-juta chana telah berlalu, ranting bunga yang mirip pedang itu, masih berada di dekat mata Chu Liuxiang, ternyata masih belum kena sasaran! Tiba-tiba, ada angin yang berhembus lagi, bunga yang gugur tiba-tiba berubah jadi debu dan beterbangan masuk ke kegelapan malam yang makin pekat, ranting bunga yang setiap saat dapat mengambil nyawanya itu tiba-tiba patah sedikit demi sedikit di depan matanya! Ini bukanlah suatu keajaiban. Ini adalah pengkristalan hikmat dan tenaga yang diperoleh seseorang setelah mengalami mara bahaya yang jumlahnya tak terhitung! Ketika daun-daun bunga dari bunga kamelia delapan kuntum itu beterbangan, ranting bunga itu telah diubah oleh tenaga dalamnya Chu Liuxiang menjadi sesuatu yang punya 'bentuk' namun tidak punya 'kekuatan'! Air mukanya Tuan Du tidak berubah, tidak menampakkan sedikit pun kegugupan maupun ketakutan. Sebab dia tahu bahwa pedang itu bermata dua, tiap kali ketika dia mengira dapat mengacaukan pikiran dan tatapan mata lawan, tetapi pikiran dan tatapan matanya sendiri juga ada kemungkinan dikacaukan lawan! Disini perbedaannya amat sangat tipis. Jika dia betul, dia menang! Tapi jika dia kalah, dia juga rela.

   "Aku kalah!"

   Tuan Du berkata.

   "Ini adalah pertama kalinya aku kalah dari seorang pria!"

   Baik menang maupun kalah, sikap anggunnya tidak pernah berubah! "Dikarenakan aku sudah kalah, terserah anda mau mengapakan aku!"

   Chu Liuxiang menatapnya dengan tak bersuara, menatapnya lama sekali, lalu tiba- tiba berdiri dan pergi keluar dengan langkah besar.

   Kebun bunga hening sekali, malam terasa sejuk sekali.

   Tidak tahu kapan tepatnya, bumi telah dikuasai malam yang gelap, tapi di angkasa telah ada sebuah bulan sabit nan melengkung.

   Ketika Chu Liuxiang menoleh untuk melihat Tuan Du, ia sudah tidak ada.

   Namun bunyi kecapi masih ada.

   Bunyi kecapi yang lembut dan memilukan itu sepertinya tibap-tiba berubah jadisebuah kail ikan yang mirip bulan sabit.

   Dan Chu Liuxiang sepertinya tiba-tiba berubah jadi seekor ikan! Mengapa Tuan Du mau membunuh dia? Mengapa tidak membolehkan dia bertemu dengan anak perempuannya Jiao Lin? Ada rahasia apa yang terkandung di dalamnya? Dia dapat melihat bahwa sebenarnya Tuan Du tidak berniat jahat padanya, namun hanya dalam waktu sekejap mata, Tuan Du telah ambil keputusan mau membinasakannya! Ketika dia tahu diri sendiri sudah kalah total, bahkan dia tidak menyayangkan tubuhnya demi menghalangi Chu Liuxiang.

   "Terserah anda mau mengapakan aku!"

   Ketika dia mengucapkan kalimat ini, dia betul-betul telah siap sedia untuk menanggung segala-galanya! Pandangan matanya dengan jelas sekali memberitahukan hal ini pada Chu Liuxiang! Nafsu birahi seorang wanita paruh baya yang sudah lama dikekang, telah dinyatakan dengan tanpa ditutupi lagi! Rasa sakit karena kekalahan itu seperti sebilah pisau yang tajam, telah membelah cangkang lahiriahnya! Pada saat itu Chu Liuxiang tidak tahu ada berapa kali yang ingin sekali mengulurkan tangan untuk menanggalkan pakaian wanita itu! Tubuh di balik pakaian itu, sudah tidak tahu ada berapa lama tidak dijamah pria lagi! Tubuh yang indah, lembut, pucat namun manis seperti seorang perawan, tapi juga penuh dengan nafsu berkobar-kobar seorang perempuan paruh baya! Chu Liuxiang mengaku terus terang kepada diri sendiri bahwa pada pandang pertama ketika ia melihat wanita itu, di dalam hatinya telah ada nafsu dan khayalan rahasia ini! Tetapi setiap kali ketika ia mau mengulurkan tangan, di dalam hatinya pasti timbul semacam perasaan berdosa dan firasat buruk, yang seolah-olah memberitahukannya jika ia berbuat demikian, ia akan menyesal seumur hidup! Apa sebabnya? Apakah karena bunyi kecapi yang selalu mengiang-ngiang di sisi telinganya? Baru sampai sekarang ia dapat dengan pasti memberitahukan diri sendiri.

   "Ya, memang karena bunyi kecapi ini."

   Bunyi kecapi yang sayup-sayup ini terus menerus memainkan sebuah lagu yang sama! Di dalam rumah-rumah bordil terkenal yang ada di kota Yangzhou dan di pinggir sungai Qinhuai, ia pernah mendengar lagu ini! Judul lagu ini ialah.

   'Bulan Sabit'.

   Melodi lagu yang indah, bagaikan benang-benang halus yang tak terhitung banyaknya, telah mengikat Chu Liuxiang erat-erat tanpa ia sadari! Apakah di tubuhnya si pemain kecapi juga ada sebuah bulan sabit?000 Bunyi kecapi itu berasal dari sebuah loteng kecil, di dalam jendela kain kasa yang ada di loteng kecil itu tampak bayangan-bayangan lampu dan orang yang remang-remang.

   Pintu yang ada di bawah loteng itu tidak dikunci, seolah-olah memang menunggu seseorang untuk membukanya.

   Chu Liuxiang membuka pintu lalu naik ke loteng itu.

   Angin musim semi masuk melalui jendela kasa, di dalam loteng kecil itu penuh dengan harum bunga.

   Seorang gadis cantik yang bersanggul istana, berpakaian indah yang tersulam brokat, sedang main kecapi di bawah lampu, ternyata adalah 'Bulan Sabit' yang pernah dimasukkan ke dalam peti oleh orang! "Anda datang sebagaimana diduga."

   Bunyi kecapi berhenti, dia memandang dengan dingin ke Chu Liuxiang, dinginnya seperti bulan sabit yang berada di ufuk langit.

   "Kau tahu aku akan datang?"

   Tanya Chu Liuxiang.

   "Tentu saja aku tahu,"

   Ia berkata.

   "Asal anda masih hidup, pasti akan datang."

   Senar kecapi dipetik sebentar, lalu berkata dengan dingin.

   
Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Pendekar Harum Chu yang menganggap dirinya adalah seorang yang romantis, tentu saja tahu lagu apa yang aku mainkan. Aku hanya tidak mengira bahwa anda dapat hidup begini panjang!"

   Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum masam.

   "Hal ini juga tidak terkirakan olehku. Demi supaya aku tidak bertemu kau, setiap orang sepertinya berusaha dengan segala macam cara untuk merenggut nyawaku, sepertinya kau sendiri juga terus menghindar dariku. Lalu kenapa sekarang kau menarikku datang?"

   Bulan sabit di ufuk langit tidak berbunyi, bulan sabit di bawah lampu tidak berbicara.

   Sekalipun sinar lampu sama remang-remangnya dengan sinar bulan, namun Chu Liuxiang masih bisa memandangannya dengan jelas.

   Ini bukan pertama kali Chu Liuxiang memandangnya, tetapi di dalam kamar penginapan itu, di dalam peti yang misterius itu, pada keadaan yang terburu-buru itu, yang diperhatikannya hanyalah 'bulan sabit' yang ada di dadanya.

   Sekarang Chu Liuxiang baru memperhatikan wajahnya.

   Meskipun wajahnya pucat, tapi memiliki semacam keindahan dan keanggunan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata! Sinar matanya seperti sinar mentari, penuh rasa percaya diri dan tekad yang bulat!Dia amat mirip seseorang.

   "Aku sudah mengerti!"

   Tiba-tiba suara Chu Liuxiang jadi serak.

   "Kau mau aku datang, cuma karena kau tidak ingin aku ada bersama Tuan Du, karena kau dapat menduga hal apa yang mungkin dilakukannya. Kali ini ia tidak menghalangiku untuk bertemu dengan kau, juga karena ia telah paham maksudmu."

   Mau mengutarakan hal semacam ini dengan demikian langsung (tidak ditutup- tutupi), sering kali merupakan sesuatu yang cukup menyakitkan. Dia malahan melanjutkan kata-kata Chu Liuxiang, bahkan mengatakan dengan lebih langsung.

   "Tidak salah, maksud Tuan Du aku paham, maksudku ia juga paham, sebab ia adalah ibuku, aku adalah Putri Pedang Giok yang ia mau berikan pada Shi Tianwang."

   Mendadak saja Chu Liuxiang merasa badannya amat dingin, dan ingin sekali minum arak! Tapi tidak ada arak.

   Dari kejauhan sayup-sayup terdengar bunyi guruh musim semi, bulan sabit yang melengkung itu tak tahu kapan telah tertelan oleh awan gelap.

   Suara gadis itu juga jauhnya seperti di dalam awan gelap.

   "Yang dimaui Shi Tianwang adalah seorang putri raja, bukan anak gadisnya seorang pesilat yang melarat! Semua orang tahu bahwa aku adalah seorang putri raja, yang tak punya hubungan sedikit pun dengan pengembara yang melarat! Aku akan menikah dengan Shi Tianwang, tidak saja itu adalah kehendak ibuku, aku sendiri juga rela. Barang siapa mau merusak hal ini, setiap saat pasti ada orang yang mau mengambil nyawanya!"

   Dia bertanya dengan suara yang amat dingin.

   "Aku mau anda datang, ialah karena mau memberitahukan hal ini, apakah saat ini anda sudah paham?"

   "Ya."

   "Kalau begitu cepatlah pergi, selama-lamanya jangan menemuiku lagi, aku juga selama-lamanya tidak akan mau bertemu anda lagi!"

   Hu Tiehua bermimpi ia sedang terbang.

   Bisa terbang adalah satu hal yang amat ajaib.

   Terbang kian kemari dengan bebas seperti seekor burung, terbang melewati banyak bukit, terbang melewati banyak atap rumah, terbang melewati rumahnya guru galak yang tangannya selalu membawa mistar pemukul, terbang melewati sungai kecil yang tak dapat diseberangi walaupun telah berusaha keras...

   Ketika bangun dari mimpi, meskipun masih berbaring lemas di ranjang, perasaan bisa terbang itu masih tertinggal di hati seperti baru saja makan permen yang amat manis! Banyak orang, ketika kecil, pernah bermimpi demikian, Hu Tiehua pun sama.

   Hanya kali ini ketika bangun dari mimpi, tiba-tiba ia tahu bahwa dirinya benar- benar sedang terbang! Bukan ia yang terbang, ada seorang yang menerbangkannya satu lengan memapahnya.

   Angin dingin menerpanya, dan ia nerasa kepalanya sakit bukan main, sekeliling gelap gulita, tidak dapat lihat apapun.

   Kemudian terdengar seorang berkata.

   "Puji Tuhan! Akhirnya kau bangun. Sungguh tidak mudah untuk membangunkanmu."

   Orang ini tentu saja adalah Chu Liuxiang.

   Ketika Hu Tiehua mabuk, selain Chu Liuxiang, tidak ada orang lain yang dapat memikirkan cara untuk membangunkannya.

   Membangunkan Hu Tiehua yang mabuk, sedikit lebih sulit dari membangkitkan orang yang mati! "Apa maksudmu?"

   Hu Tiehua naik pitam.

   "Jelas-jelas aku tidur nyaman di ranjang, kenapa kamu membangunkanku? Kamu ini 'kurakura' atau 'bulus'?" (catatan. 'kura-kura' dan 'bulus' adalah kata-kata makian dalam bahasa Tionghoa, juga bisa dipakai untuk menyindir suami yang istrinya serong). Seorang setelah mabuk, jikalau bisa tidur dengan nyaman sampai besok sore, baru bisa disebut sebagai orang yang beruntung. Tapi jika sampai tengah malam sudah dibangunkan orang, tidak heran kalau dia bisa luar biasa marahnya. Chu Liuxiang pernah juga mabuk, tentu saja memahami perasaan ini, maka dia diam saja ketika dimaki-maki. Dapat memaki-maki Chu Liuxiang benar-benar adalah satu hal yang amat memuaskan dan nikmat! Yang tidak nikmat adalah, setelah dimaki-maki, kecepatan dari 'kura-kura' ini malah bertambah, bukan saja lebih cepat dari kura-kura, juga lebih cepat dari kelinci, bahkan lebih cepat dari kecepatan gabungan sepuluh kelinci yang diburu rubah! Di dunia ini mungkin sudah tidak bisa menemukan orang kedua yang demikian cepat! Hu Tiehua tidak tahan lagi, nada katanya mulai melemah, kata-kata makian semuanya dari kepala yang rasanya mau pecah itu 'terbang' dan lenyap, sehingga hanya bisa bertanya sambil merintih.

   "Sebenarnya kau mau apa?"

   "Aku tidak mau apa-apa,"

   Chu Liuxiang berkata.

   "Cuma ingin cari satu orang untuk menemaniku jalan-jalan."

   "Jalan-jalan?"

   Hu Tiehua mulai berteriak-teriak.

   "Masa' saat ini kita lagi jalan-jalan?"

   Suaranya persis seorang yang sedang sekarat.

   "Ibuku! Tuhanku! Jalan-jalan seperti caramu ini akan mencabut nyawaku! Bisakah kita tidak jalan-jalan lagi? Bisakah duduk dan ngobrol?""Bisa."

   Walaupun ketika Chu Liuxiang melesat ke depan itu seperti anak panah yang lepas dari busur, tapi bisa langsung berhenti! Tempat yang ia berhenti itu kebetulan ada sebatang pohon, di bawah pohon kebetulan ada sebidang tanah berumput.

   Segera saja Hu Tiehua berbaring di tanah berumput itu, kecuali dipukul dengan sebuah pentungan besar, ia tidak akan bangun.

   "Kamu mau ngobrol atau mau tidur?"

   Kata Chu Liuxiang.

   "Atau kita pergi jalan-jalan lagi juga boleh."

   "Siapa mau tidur? 'Telur kura-kura' baru mau tidur!" (catatan. 'telur kura-kura' dalam bahasa Mandarin artinya. anak haram jadah) Seolah-olah benar-benar terpukul oleh pentungan, Hu Tiehua segera bangun dan duduk di atas tanah, lalu bertanya.

   "Kamu mau ngobrol apa? Bisakah ngobrol tentang Tuan Du? Sudahkah berjumpa dengannya? Sudahkah berjumpa dengan anaknya Jiao Lin?"

   "Sudah semua."

   "Bagaimana dengan nona Jiao itu? Apakah ia cantik?"

   "Tidak saja cantik, juga cerdas!"

   Chu Liuxiang berkata sambil menatap langit gelap di kejauhan.

   "Jiao Lin pasti tidak menduga bahwa ia memiliki seorang anak yang demikian bagus!"

   "Kemudian?"

   "Kemudian aku pergi."

   Kata Hu Tiehua sambil menghela napas.

   "Kenapa kamu tidak ngobrol lebih lama dengannya? Kenapa buru-buru pergi?"

   "Bukan aku mau pergi, tapi dia yang suruh."

   "Dia yang suruh lalu kau pergi?"

   Kata Hu Tiehua dengan pura-pura menyayangkannya.

   "Kapan kau berubah jadi demikian penurut?"

   "Pada saat aku mulai mengerti."

   "Mengerti apa?"

   "Hal yang seharusnya dimengerti, hampir seluruhnya aku ngerti,"

   Kata Chu Liuxiang.

   "Bahkan aku juga ngerti hal-hal yang tidak seharusnya dimengerti."

   "Beberapa tahun ini, di sejumlah daerah pesisir di Tiongkok bagian tenggara, sering ada bajak-bajak laut orang Jepang yang datang menyerang serta merampok, yang setelah berhasil langsung pergi menghilang. Kedatangan mereka yang berikutnya sulit diprediksi."

   "Seandainya pemerintah Tiongkok mengirim tentara dalam jumlah besar untuk menumpas mereka, pasti akan makan biaya yang luar biasa besar, serta dapatmengganggu rakyat. Apalagi bajak-bajak laut yang tak punya tempat tinggal yang tetap itu, belum tentu bisa dihadapi oleh pasukan reguler."

   "Maka pihak pemerintah mengutus seorang duta istimewa, dengan identitas seorang pesilat, untuk menggabungkan para pesilat dari berbagai tempat, untuk menghadapi bajak-bajak itu."

   "Kekuasaan orang ini amat besar, tanggung jawabnya juga amat berat, rahasia identitasnya harus dijaga rapat-rapat, namun demi kunjungannya ke tempat-tempat pejabat setempat, mau tidak mau mesti membuat orang-orang tahu bahwa ia adalah seorang dengan kedudukan yang tinggi sekali."

   "Dalam keadaan demikian, maka pemerintah memberinya suatu anugerah dengan suatu alasan yang dibuat-buat, yaitu menjadikan anaknya sebagai putri raja. Walaupun ini hanya namanya saja, tapi sudah cukup membuat orang-orang menaruh hormat pada mereka."

   Mendengar sampai disini barulah Hu Tiehua tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

   "Apakah kau sudah tahu bahwa orang itu adalah Tuan Du?"

   "Ya, aku sudah tahu,"

   Chu Liuxiang bertanya balik.

   "Tapi apakah kau tahu siapakah Tuan Du?"

   "Siapakah dia?"

   "Tuan Du adalah mantan istrinya Jiao Lin, Putri Pedang Giok adalah anaknya Jiao Lin."

   Tangan Hu Tiehua sudah mengelus hidungnya. Chu Liuxiang meneruskan kata-katanya.

   "Tuan Du betulbetul adalah seorang wanita yang luar biasa, meskipun aku tidak mengerti setelah dia meninggalkan Jiao Lin, dengan cara apa ia dapat berhubungan dengan para bangsawan. Tapi kalau pemerintah bisa memakai dia secara besar-besaran, pastilah bukan tanpa alasan."

   "Secara berangsur-angsur para bajak laut telah ditekannya sampai hampir punah, namun pada saat itulah di laut tenggara mendadak muncul seorang gembong, yang lebih hebat dari ketua Perkumpulan Paus Ungu Hai Kuotian pada masa lalu, maka sejumlah kecil bajak laut yang hampir punah itu terpaksa menjadi anak buahnya sang gembong yang bernama Shi Tianwang."

   Ia melanjutkan sambil menghela napas.

   "'Pedang bermata dua', setiap hal ada untung juga ada ruginya. Tuan Du telah membersihkan daerah pantai dari gangguan para bajak laut, tapi malahan membikin kekuatan Shi Tianwang di lautan menjadi makin besar!"

   "Saat ini kekuatannya sudah tidak bisa dilawan lagi oleh Tuan Du, demi untuk menentramkannya, Tuan Du terpaksa menyanggupi pernikahan anaknya sendiri sebagai syarat gencatan senjata. Suatu kebijaksanaan yang diambil dalam keadaan yang terpaksa."

   "Aku pun memakluminya,"

   Kata Hu Tiehua sambil menghela napas juga.

   "Makanya aku baru mau mengerjakan hal ini.""Tetapi ada sejumlah orang yang tidak memakluminya, bukan saja banyak pendekar yang berdarah panas akan muncul, bahkan di antara anak buah Shi Tianwang juga akan keluar sejumlah orang untuk menghalangi hal ini."

   "Mengapa?"

   "Sebab dari dulu mereka sudah ingin sekali menyerbu ke daratan untuk merampok habis-habisan, seandainya Shi Tianwang jadi menikahi Putri Pedang Giok, mereka mana punya kesempatan?"

   Chu Liuxiang berkata.

   "Para bajak laut Jepang juga ingin sekali agar Shi Tianwang berperang dengan Tuan Du, agar setelah kedua belah pihak sama-sama menderita kerugian hebat, baru mereka bisa memperoleh keuntungan besar sebagai pihak ketiga! Dengan demikian mereka tentu saja tidak akan membiarkan pernikahan ini terjadi!"

   "Apakah kau sejak dini sudah mengerti bahwa nona Jepang itu adalah suruhan mereka?"

   Tanya Hu Tiehua.

   "Sebenarnya aku masih belum paham secara keseluruhan, namun sekarang aku paham. Tuan Du mau membunuhku, sebab ia takut aku membocorkan rahasia identitas dari Putri Pedang Giok, sehingga menggagalkan pernikahan ini. Demi kepentingan negara, Putri Pedang Giok rela mengorbankan dirinya! Karena aku sudah mengerti hal-hal ini, masih bisa bilang apa?"

   "Maka dia suruh kau pergi, kau terpaksa pergi."

   "Betul, dia suruh aku pergi, aku pergi. Dia tidak suruh aku pergi, aku pergi juga."

   "Apakah karena kau tidak mau lagi peduli soal ini? Juga tidak peduli dia?"

   "Kau suruh aku bagaimana mempedulikannya?"

   Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum hambar.

   "Masak suruh aku menggantikannya menikah dengan Shi Tianwang?"

   Hu Tiehua mendelik ke arahnya, lalu mengeluh sambil geleng kepala.

   "Kau ini sungguh-sungguh makin lama makin payah! Dulu kau tidak begini, sekalipun kau menghadapi kesukaran yang luar biasa besarnya pun kau tidak akan mundur, sekalipun kau menghadapi lawan yang luar biasa mengerikan pun kau tetap melawannya! Tak disangka sekarang kau telah berubah menjadi seekor kura-kura yang penakut!"

   Ternyata Chu Liuxiang sedikit pun tidak marah dan berkata.

   "Untungnya kau masih belum berubah, tentu akan mengerjakan dengan baik apa yang telah kau janjikan dengan orang."

   "Tentu saja aku akan mengerjakannya,"

   Hu Tiehua berkata dengan suara keras.

   "Kau juga tak usah mempedulikanku, mau pergi ya cepat pergi!"

   "Sebelum pergi, bisakah kita minum arak sekali lagi?"

   Senyuman Chu Liuxiang ada kesedihan yang samar-samar.

   "Kebetulan aku tahu di sekitar sini ada beberapa guci arak bagus."

   Keduanya telah minum arak cukup banyak, satu orang satu guci, duduk di atas atap loteng yang tinggi, minum arak langsung dari guci (tidak pakai cangkir).

   Biasanya, setelah minum arak sedikit saja, omongan Hu Tiehua lebih banyak dari omongan siapapun, tapi pada hari ini ia hanya minum, tidak buka suara.

   Sepertinya ia sudah malas berbicara dengan orang macam Chu Liuxiang.

   Sebaliknya Chu Liuxiang menunjukkan rupa yang amat gembira, kata-kata yang diucapkannya jauh lebih banyak dari biasanya.

   Dengan wajah dingin Hu Tiehua mendengarkan lama sekali, baru bertanya dengan wajah dingin.

   "Apakah omonganmu sudah selesai?"

   "Belum."

   "Kau masih mau ngomong apa?"

   Chu Liuxiang mendongakkan lehernya untuk minum beberapa teguk arak yang keras itu, lalu berkata dengan nada yang aneh.

   "Aku masih mau memberitahukanmu satu hal, satu hal yang tidak terlalu dimengerti oleh orang lain, aku pun tidak pernah mengatakan padamu."

   "Setiap orang tahu bahwa kita adalah sahabat baik, semuanya mengira bahwa aku memperlakukanmu baik sekali. Kau punya masalah, aku selalu yang membereskannya untukmu. Cuma aku yang paham dalam hati. Keadaannya bukanlah demikian."

   Ia mengangkat guci lagi dan minum beberapa teguk lebih cepat dari biasanya.

   "Pada kenyataannya kau jauh lebih baik memperlakukanku, kau sering mengalah, jika ada arak enak, masakan enak, nona cantik, kau tak akan berebut denganku. Jika kita bersama-sama melakukan satu hal yang menggemparkan, yang menonjol dan terkenal selalu adalah aku, sebenarnya kau juga telah berjuang dengan mempertaruhkan nyawa,"

   Chu Liuxiang berkata.

   Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Hanya setelah berjuang kau segera lari, lari ke sebuah kedai arak yang jarang ada orang tahu, lalu mencari seorang perempuan dengan sembarangan, dan memaksa dirimu mengaku bahwa kau mencintainya setengah mati!"

   Hu Tiehua pun minum arak dengan sekuat tenaga, dengan tegukan-tegukan yang banyak.

   "Kau berbuat demikian, cuma karena aku adalah Chu Liuxiang. Bagaimana mungkin Hu Tiehua dibandingkan dengan Chu Liuxiang? Tentu saja yang menonjol harus adalah Chu Liuxiang!"

   Ia mendelikkan sepasang mata yang lebih terang dari biasanya karena banyak minum arak.

   "Tapi sekarang aku mesti memberitahukanmu. Kau salah! Luar biasa salah!"

   Suaranya kian keras.

   "Sekarang kau harus tahu, Hu Tiehua sama sekali tidak ada hal yang tidak bisa dibandingkan dengan Chu Liuxiang! Tidak ada Chu Liuxiang, masalah Hu Tiehua tetap bisa diselesaikan. Kau tetap bisa hidup, bahkan bisa hidup dengan lebih baik dari masa yang lalu."

   Matanya mendelik kian besar.

   "Kalau kau tidak mengerti hal ini, kau bukan orang, kau adalah babi, babi yang mati!"Guci arak sudah kosong. Hu Tiehua tiba-tiba berdiri, melemparkan guci kencang-kencang ke tempat jauh, memelototkan matanya dan memaki.

   "Omong kosong! Kata-katamu semuanya adalah kentut! Yang lebih berbau seratus kali lipat dari kentutnya anjing liar!"

   Meskipun makiannya begitu galak, tapi air matanya sudah berlinang-linang.

   "Sekarang aku pun mau memberitahukanmu, jikalau kamu mengira bahwa aku tidak mengerti arti dari kentutmu itu, kamu pun salah!"

   "Kau mengerti maksudku?"

   Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum dingin.

   "Ah masa'?"

   "Kalau aku tidak mengerti, siapa lagi yang mengerti? Kamu sengaja menunjukkan sikap sama sekali tidak peduli, dikarenakan kamu mau membohongiku, pergi seorang diri melawan Shi Tianwang dengan mempertaruhkan nyawa!"

   Ia menggenggam erat kedua kepalanya, dan berkata sambil menahan air matanya.

   "Kamu mengaku tidak? Jika kamu tidak mengaku, aku akan memukul mati kamu dengan kepalanku ini!"

   Chu Liuxiang pun berdiri dan melemparkan guci dengan tenaga besar, menggenggam erat kedua kepalanya, dan berkata sambil melotot.

   "Sekalipun aku mau begitu, juga tidak ada hubungannya dengan kamu! Aku mengerjakan urusanku, kamu mengerjakan urusanmu, buat apa kamu marah-marah tidak karuan?"

   Kedua orang saling melotot, saling menggenggam erat kedua kepalan, sepertinya betul-betul mau berkelahi dengan taruhan nyawa! Tidak tahu waktu lewat berapa lama, juga tidak tahu mulainya kapan, kedua pasang kepalan yang kerasnya seperti besi itu telah berjabatan tangan! "Kau bukan orang, kau adalah cacing gelang dalam perutku, jika tidak bagaimana mungkin kau dapat tahu aku akan melakukan apa?"

   "Sebab aku memahamimu,"

   Hu Tiehua berkata.

   "Bahkan aku memahamimu lebih mendalam dari ayahmu sendiri."

   Selesai mengucapkan kalimat ini, ia duluan tertawa keras, Chu Liuxiang mengikutinya, suara tertawa mereka bahkan dapat membangkitkan orang-orang yang berjarak 500 meter! Ketika mau tertawa, mereka akan tertawa sepuas-puasnya.

   Ketika mau minum arak, mereka akan minum sepuas-puasnya.

   Ketika benar-benar mau pergi bertarung dengan taruhan nyawa, mereka pun takkan ragu-ragu.

   "Baiklah, kamu pergi bertarung, aku juga pergi bertarung.

   Jika benar-benar ada orang yang mau merenggut nyawa kita, barangkali tidak mudah!""Jika nyawamu terenggut, masih ada nyawaku Jika nyawaku terenggut masih ada nyawamu.

   Tapi siapa yang sanggup merenggut nyawa kita?"

   "Siapapun tidak sanggup!" 09. Hawa Pembunuh Di Tengah Hujan Deras "Duuarrr,"

   Petir musim semi menggelegar lagi, lalu turunlah hujan yang deras.

   Sinar kilat berkelebatan seolah-olah mau merobek langit yang gelap.

   Tetesan- tetesan hujan berkilau-kilau bagaikan mutiara-mutiara yang gemerlapan, kemudian berubah jadi semacam tirai cahaya yang berwarna perak, lalu menutupi bumi yang gelap gulita.

   Saat ini mestinya adalah waktu matahari terbit, tapi ketika tidak ada cahaya kilat, langit dan bumi malahan lebih gelap.

   Chu Liuxiang berdiri di bawah hujan deras, membiarkan tetesan-tetesan hujan yang seperti es batu itu memukuli badannya, dan merasa nikmat sekali! Ia telah menganggur terlalu lama, selama dua tahun ini, keculi menikmati teh, minum arak, memandang rembulan, menikmati pemandangan salju dan keindahan bunga, hampir-hampir tidak melakukan apa-apa.

   Di dalam dunia ini seolah-olah sudah tidak ada satu hal lagi yang dapat merangsangnya untuk melakukannya dengan rela menempuh bahaya! Juga tidak ada lagi macam orang yang dapat membuat telapak tangannya berkeringat! Tetapi sekarang sudah ada.

   Sekarang lawannya adalah Shi Tianwang yang malang melintang di tujuh laut, seorang yang tidak pernah dikalahkan oleh siapapun! Rangsangan kegembiraan luar biasa yang muncul ketika memikirkan akan berhadapan dengan lawan demikian, dari dalam dada Chu Liuxiang muncul semacam rasa hangat yang tidak asing lagi.

   Tentang sukses atau gagal, menang atau kalah, hidup atau mati, ia sama sekali tidak masukkan ke dalam hati! Menempuh bahaya bukanlah hobinya, tapi adalah naturnya, seperti darah yang mengalir di dalam pembuluh darahnya! Hujan makin deras.

   Chu Liuxiang berjalan dengan langkah yang panjang-panjang, keluar dari kota, lalu berjalan di sebuah jalan kecil yang becek di bawah lereng bukit.

   Ia sengaja berjalan ke sana, sebab tadi ia tiba-tiba merasakan ada semacam hawa pembunuh yang keras! Ia tidak bisa melihatnya, tidak bisa menciumnya, juga tidak bisa merabanya, tapi bisa merasakannya.

   Perasaannya amat peka dan tepat seperti seekor macan tutul ketika mencium bau darah! Atmosfir bau darah bisa mengurangi kedahsyatan hujan deras, hawa pembunuh juga demikian.

   Yang aneh adalah, hawa pembunuh yang ia rasakan ini malahan terasa lebih keras di dalam hujan deras!Artinya bahwa kali ini ia ketemu lagi seorang lawan yang amat aneh dan menakutkan! Yang mengintai didalam kegelapan dan tunggu kesempatan untuk merenggut nyawanya! Ia tidak tahu orang ini siapa? Juga tidak tahu mengapa mau membunuhnya? Yang ia tahu adalah ketika orang ini mulai menyerang, serangannya pastilah amat dahsyat, bahkan mungkin ia tidak sanggup menangkis atau mengelaknya! Tetapi ia bukan saja tidak gentar atau mundur, semangatnya malahan tambah terangsang! Ia menunggu orang ini muncul, persis seperti seorang gadis yang menunggu untuk ketemu pacar pada kencan pertama! Sekarang ia sudah menaiki lereng bukit yang tidak ada orang itu.

   Rimba gelap dan batu-batu bukit yang berbentuk menakutkan yang ada di lereng itu, semuanya merupakan tempat sembunyi yang baik bagi seorang pembunuh gelap! Hawa pembunuh yang tadi ia rasakan itu menjadi tambah keras, tetapi orang yang ia tunggu masih belum muncul.

   Orang ini masih menunggu apa? Di dalam dunia ini ada semacam orang sepertinya memang terlahir sebagai pembunuh! Mereka adalah orang, bukan binatang, tapi di dalam sifat alamiah mereka ada ketenangan dari beruang, kebuasan dari serigala, kegesitan dari macan tutul, dan kelicikan serta kesabaran dari rubah! Tidak diragukan lagi bahwa orang ini termasuk orang semacam itu! Ia masih menunggu, sebab ia mau mendapatkan kesempatan yang terbaik.

   Dan Chu Liuxiang memberikan kesempatan ini! Waktu berkelebat dan berhentinya kilat dan petir itu ada ketentuannya, dan Chu Liuxiang telah menghitung perbedaan waktu di antara keduanya.

   Sebab itu tiba-tiba ia terpeleset.

   Tepat pada saat itu cahaya kilat berkelebat, dari dalam rimba gelap itu tiba- tiba terbang keluar sebuah bayangan seperti kelelawar! Setelah kilat, datanglah guntur.

   Dari sisa cahaya kilat yang keluar dari awan gelap itu, bisa terlihat sekelebatan cahaya pedang, yang membacok dari atas bersamaan dengan bunyi guntur yang menggelegar! Dengan kekuatan yang maha dahsyat, membacok ke arah kepalanya Chu Liuxiang!Ini adalah bacokan pedang yang - dari dulu sampai sekarang - tidak pernah meleset dan pasti merenggut nyawa musuh! Bacokan pedang ini seolah-olah telah menyatu dengan guntur musim semi yang keras mengegelegar itu! Yang tidak beruntung adalah Chu Liuxiang bukan sungguh-sungguh terpeleset! Ia cuma pura-pura saja! Namun juga tidak mudah untuk memperagakan gaya pura-pura itu! Seperti ada sejumlah jurus pura-pura yang tujuannya mengecoh lawan, di dalam kepelesetan ini mengandung semacam pertahanan yang amat rapi serta semacam inisiatif yang bisa maju juga bisa mundur! Sebab,itu bacokan ini meleset! Langit dan bumi kembali gelap gulita, sehingga Chu Liuxiang tidak bisa melihat orang ini lagi.

   Tetapi orang ini juga tidak bisa melihat Chu Liuxiang.

   Meskipun ia dapat seperti ninja kelas tertinggi yang sanggup melihat banyak hal yang orang banyak tidak bisa melihat dalam kegelapan, namun ia sudah tidak bisa melihat Chu Liuxiang lagi! Sebab setelah meluputkan diri dari bacokan pedang itu, tiba-tiba Chu Liuxiang menghilang bagai suatu keajaiban! Cahaya kilat berkelebat lagi.

   Seorang berpakaian hitam yang wajahnya ditutupi kain hitam sedang berdiri di lereng bukit, sepasang mata dari balik kain hitam itu memancarkan sinar yang kejam dan aneh, dua tangannya sedang menggenggam sebilah pedang panjang yang berbentuk aneh, ujung pedangnya menghadap ke bawah, berdiri tanpa bergerak sedikit pun, namun seluruh badannya bersiap sedia untuk melancarkan serangan! Sedikit saja Chu Liuxiang menampakkan dirinya, ia akan melancarkan serangan yang maha dahsyat! Namun Chu Liuxiang tidak muncul.

   Cahaya kilat berkelebat lagi, satu kali, dua kali, tiga kali,...

   Orang ini masih berdiri di sana dengan tidak bergerak, masih mempertahankan gaya yang sama.

   Ia tidak bisa dan tidak berani bergerak! Karena situasi saat ini telah berubah.

   Lawannya telah merebut keunggulan yang tadi ia miliki, yang seperti ia tadi mengintip dan menunggu kesempatan di dalam kegelapan, yang setiap saat bisa melancarkan serangan maut! Jikalau ia bergerak sedikit saja, maka gayanya yang hampir mencapai taraf kesempurnaan ini akan menjadi rusak! Waktu yang hanya sekejap mata itu sudah cukup untuk menentukan menang atau kalah dan hidup atau matinya! Ia tidak berani ambil resiko ini!Tiba-tiba hujan jadi reda, langit mulai terang, meskipun ia masih tidak bergerak, namun sepasang matanya yang tenang dan kejam itu mulai goyah! Sebab energinya sudah terkuras banyak sekali.

   Sebab berhadapan dengan seorang lawan yang tak kelihatan, dan berhadapan dengan sebuah situasi yang setiap saat bisa terjadi namun tidak bisa diprediksi itu, tenaga pikiran dan tenaga fisiknya terkuras lebih banyak dari ketika ia mengayunkan pedang untuk melancarkan serangan! Yang lebih menakutkan adalah keadaan mentalnya sudah mendekati keruntuhan! Ia tidak berdaya menahan tekanan ini.

   Siapapun tidak berdaya, sinar matanya mulai redup, ujung pedangnya tadi menghadap ke bawah, sekarang mendadak diangkat tinggi-tinggi.

   Tepat pada saat ini, dari dalam rimba gelap itu tiba-tiba terdengar kata-kata yang disertai keluhan panjang.

   "Kau mati, kau sudah mati!"

   Ada seorang yang berkata dengan penuh kepiluan.

   "Seandainya Pendekar Harum Chu sama seperti kau suka membunuh, maka pada saat ini kau sudah menjadi orang mati! Aku betul-betul tidak mengira bahwa Chunlei Yici - ninja nomor satu dari Yihe (catatan. nama tempat di Jepang), yang punya julukan 'tak terkalahkan', kali ini ternyata kalah dengan begitu menyakitkan! Pendekar Harum Chu belum menyerang, tapi kau sudah kalah di tangannya! Sungguh teramat sayang!"

   Ketika mengucapkan kalimat yang terakhir, suara orang ini sudah pergi jauh.

   Tiba-tiba Chunlei Yici duduk di atas tanah yang becek, tibatiba menghunus sebilah pedang pendek dari ikatan pinggangnya, lalu menikam perutnya sendiri! Ada seorang gadis yang memakai payung kertas minyak berwarna merah terang, keluar dari dalam rimba gelap itu dengan langkah ringan, dan ternyata gadis yang mengenakan pakaian yang penuh bersulaman bunga sakura ini adalah Yingzi.

   Mata pedang mengiris perut dari kiri ke kanan, dan darah menyembur laksana anak panah! Tetapi nona Yingzi sama sekali tidak melihatnya, malahan tersenyum manis ke arah sebuah pohon yang letaknya agak jauh, dan berkata sambil memberi hormat yang takzim.

   "Pendekar Harum Chu, pada malam ini ketika lampu sudah dinyalakan, ada seseorang yang menantikan kehadiran anda di tempatnya nona Qing di Wisma 'Lupa Perasaan', saya pun berharap anda bisa pergi ke sana, tapi tidak tahu apakah Pendekar Harum berani pergi?" (Catatan. nona Qing, nama seorang wanita penghibur kelas tinggi, Wisma 'Lupa Perasaan' nama sebuah tempat penghiburan). Gelas kristal yang mengkilat, kecapi tujuh dawai yang berbentuk indah, di atas dinding yang berwarna merah pink itu tergantung sepasang sajak kuplet yang ditulis seorang ahli.Seorang tua berambut putih yang kurus dan kate, mengangkat gelas sebagai tanda memberi hormat kepada Chu Liuxiang, dengan semacam sikap yang sopan dan anggun sekali.

   "Saya adalah Shitian Zhaiyan Zuoweimen, meskipun tinggal lama di negeri Jepang yang kecil, tapi sudah lama mengagumi nama besar dari Pendekar Harum,"

   Katanya.

   "Pada pagi ini, saya beruntung dapat menyaksikan anda dengan jurus pedang yang tidak berbunyi, tidak berbentuk, tidak berbayangan, dan tidak bergerak, telah mengalahkan ilmu pedangnya Yici yang memiliki kekuatan dahsyat laksana guntur musim semi! Sehingga saya kian memahami taraf tertinggi dari seni silat, yaitu mengalahkan 'gerak' dengan 'diam', menghadapi '10.000 perubahan' dengan 'tanpa perubahan', betul-betul membuat mata saya lebih tercelik lagi!"

   Ia sudah tua sekali, badannya juga kelihatan amat ringkih, nada bahasanya cukup kaku, namun bagi seorang tua dari negara asing yang mampu berbicara dengan bahasa Tionghoa yang sebagus ini bukanlah suatu hal yang mudah.

   Hanya mendengar kata-katanya saja, sudah bisa tahu bahwa ia telah mencapai taraf yang amat tinggi baik di sinologi maupun di seni silat! Dari sepasang matanya yang berbinar-binar, juga bisa terlihat bahwa di dalam tubuhnya yang ringkih itu masih terdapat kemauan yang keras, dan semacam rasa percaya diri dan hormat diri yang tak boleh dilanggar! Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum.

   "Tuan Shitianzhai betul-betul ramah sekali, cuma sayang bahwa saya bukan orang yang terlalu bisa ramah-ramahan, dan punya semacam penyakit."

   "Pendekar Harum juga bisa sakit? Sakit apa?"

   "Sakit kepala. Begitu saya dengar orang lain mengucapkan kata-kata yang ramah, kepala saya langsung sakitnya bukan main."

   Shitianzhai juga tersenyum, lalu berkata.

   "Jika begitu saya tidak akan berputar- putar lagi. Tahukah anda siapa yang menyuruh Yici untuk membunuh anda?"

   "Saya tahu, yaitu anda!"

   "Mengapa saya mau menyuruh dia untuk membunuh anda?"

   Ia sendiri yang menjawab pertanyaan ini.

   "Sebab saya mau tahu apakah anda betul- betul memiliki kehebatan yang luar biasa sebagaimana dikatakan oleh orang banyak!"

   "Mengapa anda mau membuktikan hal ini?"

   "Sebab saya ingin anda pergi membunuh seorang untuk saya."

   "Membunuh siapa?"

   "Shi Tianwang."

   "Mengapa anda ingin membunuhnya?"

   Tanya Chu Liuxiang.

   "Mengapa tidak membiarkandia untuk melawan kami?"

   "Saya mau membunuh dia, itu hanya urusan dendam pribadi di antara kami berdua."

   Sikap bicara orang tua itu masih begitu lemah lembut.

   "Saya sudah hidup terlalu lama, dan satu-satunya keinginan saya semasa saya masih hidup, ialah berharap dapat melihat ia lebih dulu mati dari saya."

   Dengan sepasang matanya yang berbinar-binar itu ia menatap Chu Liuxiang, lalu berkata.

   "Tentu saja sangat tidak mudah mau membunuhnya, satu-satunya orang yang sanggup melakukannya mungkin adalah anda! Namun saya pun tahu bahwa sama tidak mudahnya untuk meminta anda pergi membunuhnya."

   Tiba-tiba ia bertepuk tangan, dan nona Yingzi segera masuk dengan membawa sebuah peti.

   "Saya tahu bahwa ia telah membeli sebuah peti dengan harga 300.000 tael,"

   Kata orang tua itu.

   "Tapi saya percaya bahwa harga peti ini barangkali masih lebih dari 300.000 tael."

   Ia membuka peti itu, ternyata dalamnya penuh dengan mutiara dan batu giok yang berkualitas tinggi! Chu Liuxiang berkata sambil menghela napas panjang.

   "Peti ini barangkali paling sedikit juga bernilai 1.500.000 tael! Sekalipun ini adalah barang haram, jika dijual kepada tukang tadah, juga bisa laku 700.000 sampai 800.000 tael!"

   Shitianzhai berkata sambil tepuk tangan.

   "Pandangan mata anda memang jeli sekali! Namun cara saya menilai agak berbeda dengan anda."

   "Berbeda dalam hal apa?"

   "Cara saya adalah menilai dengan orang. Saya selalu suka menilai orang. Saya perhitungkan bahwa harga peti ini sudah bisa membeli keperawanan 3.000 anak dara! Juga sudah bisa membeli jumlah orang gagah berani yang sama, yang rela mempertaruhkan nyawa mereka bagi saya!"

   Mutiara-mutiara dan batu-batu giok dalam peti itu kelihatannya makin bergemerlapan di bawah sinar lampu, bahkan Chu Liuxiang sampai termangu-mangu memandangnya! Shitianzhai memandangnya dengan memicingkan mata, lalu berkata seraya tersenyum.

   "Sekarang peti ini adalah milik anda! Jikalau anda berhasil melaksanakan hal yang saya minta tadi, masih ada satu peti yang sama yang akan jadi milik anda!"

   Tiba-tiba Chu Liuxiang tersenyum, lalu berkata sambil tepuk tangan juga.

   "Xiaoqing, di manakah kau? Bisakah kau masuk sebentar?" (Catatan. Xiaoqing adalah panggilan kesayangan dari nona Qing). Tentu saja Xiaoqing bisa masuk. Jikalau ia tidak berada disini, bagaimana bisa tempat ini bernama Wisma 'Lupa Perasaan'? Jikalau ia tidak berada disini, ada siapa yang mau datang ke tempat ini?Sebenarnya Xiaoqing bukanlah wanita yang terlalu cantik, matanya tidaklah besar, mulutnya tidaklah kecil, bahkan badannya agak kurus. Namun ia sanggup membuat banyak orang tidak bisa melupakannya! Sebab setiap orang yang melihatnya akan merasa bahwa ia memiliki sesuatu keistimewaan, sesuatu yang berbeda dengan wanita yang lain! Tentu saja ia pun memiliki persamaan dengan wanita-wanita yang lain, yaitu ketika melihat barang-barang permata, matanya juga bisa bersinar terang! "Barang-barang di dalam peti ini paling sedikit bernilai 1.500.000 tael,"

   Tanya Chu Liuxiang.

   "Andaikata pak tua ini mau memberikan peti ini padamu, apakah kamu mau menemani dia tidur?"

   "Bagaimana aku tidak mau?"

   Suaranya Xiaoqing begitu empuk dan begitu lemah lembut.

   "Pekerjaanku memanglah demikian, tapi bagi kami orang wanita yang bekerja demikian, seumur hidup pun tak akan bisa memperoleh uang sedemikian banyak! Seandainya itu bisa diperoleh hanya dalam waktu semalam, menyuruh saya melakukan apa saja juga mau!"

   Ia berkata sambil menghela napas.

   "Hanya sayang bahwa malam ini saya tidak bisa memperolehnya."

   "Mengapa?"

   Tubuh Xiaoqing yang empuk itu bersandar di tubuh Chu Liuxiang, memakai jari tangannya yang empuk itu untuk mengeluselus hidung Chu Liuxiang dan berkata.

   "Sebab malam ini ada anda, saya mau menemani anda!"

   Tiba-tiba air muka Shitianzhai berubah jadi pucat, sebab ia telah menangkap maksudnya Chu Liuxiang. Dengan jari tangannya yang keras Chu Liuxiang mendorong peti itu sampai kedepannya Shitianzhai.

   "Kelihatannya malam ini anda telah hilang harapannya, baik itu cari perempuan untuk menemani tidur, maupun cari orang untuk bekerja bagi anda dengan taruhan nyawa."

   Wajah senyumannya juga amat ramah dan sopan.

   "Karena itu lebih baik anda pergi saja. Cepatlah pergi dengan peti ini.

   "kata Chu Liuxiang sambil tersenyum.

   "Sebab saya bisa jamin, besok malam pun barangkali anda juga tidak berpengharapan." Belum sampai tengah malam Chu Liuxiang sudah tidur, bukan tidur di ranjangnya Xiaoqing, tapi tidur di dalam sebuah kereta. Ia suka tidur di dalam kendaraan, ketika bangun sudah sampai di tempat lain, mungkin suatu tempat yang belum pernah ia datangi.Menurutnya ini semacam perasaan yang menyenangkan juga! Naik kendaraan dan tidur memang hal-hal yang menjemukan, juga pemborosan waktu, tapi setelah keduanya digabung olehnya, lalu berubah jadi menarik. Didalam dunia ini ada banyak hal yang memang demikian, di dalam hidup manusia ini memang terdapat banyak hal yang tidak menyenangkan, siapapun tidak kuasa untuk menghindarinya! Namun bagi seorang yang betul-betul mengerti untuk menikmati hidup, ia akan berusaha memikirkan cara untuk memperbaikinya. Kereta ringan yang ditarik kuda-kuda kuat itu berlari kencang, tetap saja Chu Liuxiang tidur dengan amat pulas. Tiba-tiba jendela kereta dibuka dengan amat ringan, lalu masuklah seseorang dari ujung kereta seperti seekor ular. Pinggangnya ramping, lemas dan lincah, sepasang kaki panjangnya gempal dan bisa 'ngeper'. Ia duduk di depannya Chu Liuxiang dengan gerakan yang teramat ringan, lalu menatap Chu Liuxiang dengan sepasang mata besar nan bening, dan menatapnya lama sekali. Chu Liuxiang sepertinya tidak tahu sama sekali. Tidurnya seperti seekor kucing malas, bukanlah hal yang mudah untuk membangunkan kucing malas yang sedang tidur, namun nona Yingzi kita ini selalu saja ada akalnya. Pertama-pertama ia ingin memberikan sedikit bau amis ikan kepada kucing malas ini. Seekor kucing ketika mencium bau amis ikan masih tidak bisa bangun, maka itu bukan kucing malas, tapi kucing mati! Di tempat ini tidak ada ikan, lalu bau amis ikan datang darimana? Yaitu dengan Yingzi berubah dulu jadi seekor ikan, seekor ikan yang paling disukai kucing malas macam Chu Liuxiang ini! Dan ternyata Chu Liuxiang segera saja sudah tidak tahan! Meskipun matanya masih dipejam, tapi tangannya telah menangkap tangan 'ikan' itu dan berkata.

   "Jangan demikian, jika tidak aku akan pukul pantatmu."

   Yingzi berkata sambil tertawa cekikikan.

   "Saya sudah tahu bahwa anda tidak tidur benaran, tapi jika anda tidak cepat buka mata, mungkin saja saya akan memakan anda!"

   
Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Kucing makan ikan, ikan kadang-kadang bisa makan kucing dan manusia! Chu Liuxiang menghela napas, buka mata, mengelus-elus hidung sambil berkata.

   "Bisakah memberitahukanku, mengapa mesti membangunkan aku? Mengapa tak biarkan aku tidur?"

   "Saya tidak bisa tidur, anda pun tidak boleh tidur."

   "Kenapa kau tidak bisa tidur?"

   "Saya ada beban pikiran.""Kau ada beban pikiran?"

   Chu Liuxiang seolah-olah merasa heran.

   "Bagaimana kau bisa ada beban pikiran?"

   "Sebab aku telah mendengar sejumlah kata-kata yang tidak semestinya didengar,"

   Kata Yingzi.

   "Sebenarnya anda pun tak akan membiarkan saya mendengar kata-kata itu, hanya sayangnya malam itu ketika anda minum arak di atas atap rumah, minumnya terlalu nikmat, sampai lupa bahwa di dekatnya ada seorang wanita yang pernah belajar ninjutsu selama 17 tahun! Yang sama seperti anda, seorang ahli menguping mendengarkan percakapan orang lain!"

   Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum masam.

   "Jadi kau telah mendengar seluruh percakapan kami pada malam itu?"

   "Dikarenakan saya telah mendengarnya, maka saya merasa heran. Jelas-jelas bahwa anda telah mengambil keputusan untuk pergi mencari Shi Tianwang, lalu ketika diminta oleh Shitianzhai, mengapa anda malah menolaknya? Itu adalah 1.500.000 tael uang perak, bukan 150 tael lho! Kenapa anda tidak menerimanya? Masak anda menduga ia adalah orang yang terlalu baik, sehingga tidak tega mengambil uangnya?"

   "Barangkali."

   "Lalu kenapa anda memaksa dan mengambil uang 300.000 tael dari saya seorang wanita yang patut dikasihani?"

   "Disebabkan kau bukan saja mengintip orang mandi, bahkan memasukkan dia kedalam peti."

   Yingzi menatapnya lama sekali, baru berkata seraya menghela napas.

   "Saya tahu anda tidak berkata sebenarnya. Anda tidak mau menerima uang Shitianzhai, hanya karena anda sebal kepada orang- orang macam dia, dan tidak sudi bekerja baginya. Jikalau anda sebal pada seseorang, sekalipun ia menumpukkan uang setinggi gunung pun anda juga tak akan meliriknya!"

   Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum.

   "

   Jika demikian, kalau aku mau terima uangmu, pasti karena aku suka kamu!"

   Yingzi menatapnya lagi, lama sekali baru berkata.

   "Saya pun suka anda, menyukai anda lebih dari siapapun, tentu saja lebih dari putri raja yang menyukai anda! Saya pun tahu bahwa anda suka saya itu palsu, namun saya suka anda itu sedikitpun tidak palsu!"

   Ia menggenggam tangannya Chu Liuxiang dan berkata.

   "Tetapi saya betul-betul tidak mengerti anda. Shitianzhai mau melawan Shi Tianwang, sebab Shi Tianwang telah merebut gundik kesayangannya. Lalu anda demi apa? Masa' betulbetul demi putri raja itu?"

   Chu Liuxiang tidak menjawab, bahkan balik bertanya."Gundik kesayangannya Shitianzhai telah direbut Shi Tianwang, maka ia menyuruh kau pergi menculik calon istrinya Shi Tianwang.

   Tetapi di dalam desa Gunung Pedang Giok banyak sekali pesilat tangguh, kamu kok bisa memasukkan dia ke dalam peti dan dibawa keluar?"

   "Tiga bulan yang lalu saya menggantikan pekerjaan Xiang'er."

   Yingzi memberi penjelasan.

   "Xiang'er adalah seorang pelayan wanita yang khusus melayani mandinya putri raja itu,"

   Ia melanjutkan sambil tersenyum dan mengedipkan matanya.

   "Barangkali anda tidak tahu bahwa ia adalah orang yang sangat suka bersih, baju yang telah diganti sangat jarang dipakai untuk kedua kalinya, dan sering suruh saya memberikan baju bekas pakaiannya sepeti demi sepeti pada orang lain. Ini sudah bukan pertama kalinya."

   "Pada kali itu peti yang kau keluarkan tidak berisi baju bekas pakai, tapi orang yang memakai baju-baju itu,"

   Chu Liuxiang berkata seraya menghela napas.

   "Mendengar omonganmu, sepertinya urusan ini sederhana sekali."

   "Ya memang sederhana sekali. Di dunia ini ada banyak hal yang tampaknya saja rumit dan sulit, sebenarnya begitu sederhana sekali."

   Air mukanya tiba-tiba berubah jadi serius.

   "Tapi jikalau ada orang yang ingin menyelundup masuk ke kapal laut besar milik Shi Tianwang yang bernama 'Raja Langit' itu, tak akan begitu sederhana lagi, sekalipun Pendekar Harum Chu yang katanya serba bisa itu, barangkali juga tidak mampu melakukannya."

   "Oh!"

   "Di dalam waktu satu bulan, ada 20 hari lebih ia tinggal di kapal itu. Jikalau anda tidak mampu naik ke kapal itu, bagaimana bisa ketemu dia? Jikalau anda tidak tahu sama sekali kapal itu ada dimana, bagaimana bisa naik kapal itu?"

   "Masuk akal,"

   Aku Chu Liuxiang.

   "Mau melakukan hal ini betul-betul tidak sederhana."

   Yingzi tersenyum lagi, dan senyumannya persis seperti bunga sakura yang sedang mekar.

   "Untung masalah itu masih dapat diselesaikan,"

   Katanya.

   "Masalah yang bagaimgnapun sulitnya pasti ada cara penyelesaiannya."

   "Bagaimana caranya?"

   "Asalkah anda dapat mencari dan menemukan seorang yang mampu untuk membantu anda, masalahnya pasti beres."

   "Siapakah orang yang mampu itu?"

   "Saya!"

   Yingzi menunjuk hidungnya yang kecil namun indah itu dengan sebuah jari tangan yang lembut dan mulus, sambil berkata.

   "Orang yang mampu itu ialah saya."

   Chu Liuxiang juga tersenyum, senyumannya lebih gembira dari Yingzi.

   "Kalau demikian, sepertinya nasibku masih baik sekali ya, bisa ketemu seorang yang mampu seperti kamu ini.""Saya sudah mendengar bahwa selama ini nasib anda baik sekali."

   "Tetapi kenapa kamu mau membantu aku?"

   "Pertama, karena saya senang, kedua, karena saya mau,"

   Yingzi berkata sambil menatap Chu Liuxiang dengan sepasang mata beningnya.

   "Ketiga, karena saya suka anda."

   "Kenapa tiba-tiba kamu berubah jadi demikian suka aku? Apakah Tuan Shitianzhai menghamburkan uang ratusan ribu tael lagi untuk menyuruh kamu suka aku?"

   "Anda kok bisa omong demikian?"

   Kata Yingzi dengan sedikit marah.

   "Mengapa anda selalu memandang saya sebagai orang yang tidak punya perasaan?"

   "Ya, ya, aku tahu kamu adalah orang yang penuh perasaan, aku tahu juga, jika tidak ada kamu, aku tidak mampu melakukan hal itu,"

   Chu Liuxiang berkata dengan suara lembut.

   "Tapi tahukah kamu satu hal yang saat ini paling ingin aku lakukan itu apa?"

   "Saya tidak tahu,"

   Yingzi berkata sambil mengedipkan matanya, suaranya lebih manis dari madu.

   "Saya sungguh-sungguh tidak tahu."

   "Aku percaya,"

   Suara Chu Liuxiang kian lembut.

   "Aku percaya kau bukan saja tidak tahu, bahkan tidak pernah menduganya!"

   Yingzi berkata dengan mata genit.

   "Mungkin saya tahu? Mungkin saya telah menduganya?"

   Ia tidak pernah menduganya! Sebab begitu kata-katanya selesai diucapkan, Chu Liuxiang telah membuka pintu kereta, lalu melempar dia keluar seperti melempar bola! 10.

   Seperti Mimpi Musim Semi Yang Tak Berbekas Ini adalah sebuah kapal bertiang tiga yang bentuknya indah, layar yang putih bersih, badan kapal yang panjang, dan bahan kayu yang kuat dan berkilau.

   Mendatangkan semacam perasaan.

   mantap, cepat, dan mewah bagi orang yang memandangnya! Sinar matahari nan cerah, air laut nan biru, burung-burung camar terbang dengan ringannya di antara tiang-tiang kapal, pantai laut nun jauh hanya tersisa bayangan yang samar-samar, dari kabin kapal sering terdengar bunyi tertawa nan merdu dari gadis-gadis.

   Ini adalah dunia milik dia, dan tidak akan ada tamu-tamu yang tidak disukainya.

   Ia telah kembali, sedang berbaring di geladak dengan nikmatnya, dan sedang minum arak anggur yang telah didinginkan oleh air laut.

   Hanya sayangnya kereta tiba-tiba berhenti pada saat itu, dan ia terjaga dari mimpinya.

   000Chu Liuxiang menghela napas panjang, lalu duduk dengan malas-malasan.

   Di luar jendela kereta masih gelap gulita, masih lama dari waktu fajar menyingsing.

   Mengapa tiba-tiba kereta ini berhenti? Apakah di depannya telah terjadi sesuatu? Chu Liuxiang sudah merasa ada hal yang tidak beres, dan tiba-tiba pintu dibuka dari luar, lalu tampaklah seorang laki-laki hitam dan tinggi berdiri di luar pintu, bagian atas tubuhnya telanjang, kepalanya botak, di telinga kirinya tergantung anting-anting emas vang berkilauan, daging dan ototnya banyak yang menonjol keluar, di dada hitamnya ada tato bergambar beruang abu-abu yang berdiri bagaikan manusia.

   Ketika daging tubuh laki-laki itu bergerak-gerak, tato beruang itu kelihatannya bergaya mau menerkam! Tengah malam yang gelap, dan di tempat liar di luar kota yang sepi lagi, tiba- tiba melihat seorang laki-laki yang kelihatannya galak dan garang seperti ini, betul-betul bukan hal yang mengasyikkan.

   Chu Liuxiang berkata seraya menghela napas.

   "Hei! Apa maksudmu ini? Jikalau nyaliku kecil sedikit, bukankah akan mati ketakutan karena kau?"

   Laki-laki itu tidak bersuara, hanya mendelikkan sepasang mata besarnya. Chu Liuxiang terpaksa bertanya.

   "Apakah kamu datang untuk mencariku?"

   Laki-laki itu menganggukkan kepalanya, tapi tetap saja tak bersuara.

   "Kamu tahu aku siapa? Untuk apa mencariku?"

   Chu Liuxiang bertanya lagi.

   "Bolehkah buka mulutmu untuk berkata-kata?"

   Mendadak laki-laki itu membuka mulut dan bersenyum padanya, ketika buka mulutnya, kelihatan gigi-gigi putihnya seperti gigi-gigi binatang, seolah-olah mau menelan Chu Liuxiang bersama dengan kulit dan tulangnya! Chu Liuxiang menjadi terperanjat, tapi bukan karena rupanya yang menakutkan itu.

   Sekalipun ia sungguh-sungguh mau makan orang, Chu Liuxiang juga bukanlah orang yang bisa dimakan dengan begitu mudah.

   Terperanjatnya Chu Liuxiang, karena tiba-tiba ia mengetahui bahwa di dalam mulut laki-laki itu kurang satu benda.

   Satu benda yang paling tidak bisa kurang! Ternyata di dalam mulut laki-laki itu hanya ada gigi-gigi, tapi tidak ada lidah.

   Lidahnya ternyata telah dikerat orang dari akarnya! Chu Liuxiang berkata sambil tersenyum masam.

   "Kakak! Kamu tidak bisa berkata-kata, aku juga tidak mengerti kamu mau melakukan apa? Lalu bagaimana?"

   Laki-laki itu membuka mulut dan tersenyum lagi, sepertinya tidak berniat jahat padanya, dan sepertinya berusaha menunjukkan tanda-tanda persahabatan, namun tiba-tiba menjulurkan sepasang tangan yang lebih besar dari kaki beruang itu untuk mencengkeram Chu Liuxiang!Ternyata laki-laki yang badannya kekar ini juga punya otak yang tidak sederhana, ternyata ia juga bisa pakai tipuan.

   Namun tentu saja ia tidak akan berhasil, tipuan kecil ini bagaimana mungkin dapat mengelabui Chu Liuxiang yang luar biasa cerdiknya! Sekalipun tangannya lebih besar sepuluh kali lipat, juga tidak akan bisa menyentuh Chu Liuxiang! Sekalipun ada sepuluh pasang tangan yang sebesar ini untuk menangkapnya, ia pun akan dengan mudah dan santai meloloskan diri! Tapi yang tidak diduga adalah Pendekar Harum yang memiliki ilmu meringankan tubuh nomor satu di dunia ini ternyata bisa tertangkap dalam, satu gebrakan saja! Sepasang tangan ini seperti tangannya si iblis yang jahat.

   Siapapun bisa tertangkap dan tak bisa lolos! Di dalam rimba ada sebuah danau kecil, di pinggir danau ada sebuah paviliun, di dalamnya ada cahaya lampu dan orang.

   Orang ini ternyata adalah Chu Liuxiang.

   Paviliun itu tertata rapi dan anggun, yang ada di dalamnya semua adalah barang- barang pilihan.

   Di luar terdengar suara bunyi air, dari dua buah lentera kain kasa yang berwarna merah pink itu memancarkan sinar yang lembut dan romantis! Diatas sebuah meja kecil yang barangkali datang dari istana Persia itu, terdapat enam piring masakan yang lezat dan satu guci arak.

   Cangkir dan sumpit ada dua pasang, tapi orangnya cuma satu.

   Chu Liuxiang sedang duduk di sebuah kursi yang sama eksotisnya dengan meja kecil itu, dan sedang memandang masakan dan arak itu dengan termangu-mangu.

   Dalam satu gebrakan saja ia telah tertangkap oleh laki-laki itu, disebabkan ia dapat melihat bahwa laki-laki itu tidak bermaksud jahat padanya, yang dicengkeram juga bukan bagian tubuh yang mematikan.

   Tentu saja ia bisa kapan saja melepaskan diri dari cengkeramannya laki-laki itu.

   Yang terpenting adalah ia benar-benar ingin tahu apa yang akan dilakukan laki- laki itu pada dirinya! Namun sampai sekarang ia masih tidak paham apa maunya laki-laki itu.

   Laki-laki itu memanggul Chu Liuxiang di bahunya, lalu membawanya ke tempat ini, merapikan baju Chu Liuxiang, mengambil sebuah kursi dan mempersilahkannya duduk, tersenyum lagi padanya, lalu menepuk-nepuk bahu Chu Liuxiang dengan sikap ramah, kemudian pergi.

   Apa maksudnya ini? Siapa yang menyuruhnya untuk mengantar Chu Liuxiang ke tempatini? Siapakah tuan rumahnya? Di manakah ia? Chu Liuxiang betul-betul tidak tahu sama sekali.

   Ia membuka jendela, dan tampaklah cahaya bintang yang temaram, dan karena air danau yang bening, sehingga seolah-olah cahaya bintang di langit telah jatuh kedalam danau.

   Suasana sekeliling amat hening, tapi tiba-tiba terdengar bunyi langkah kaki yang ringan dari belakang tubuhnya.

   Ia menolehkan kepala dan tampaklah 'Bulan Sabit' yang cukup membuat seluruh bintang di langit kehilangan cahayanya! "Kau?"

   Chu Liuxiang berusaha agar tidak kelihatan terlalu terkejut dan bertanya.

   "Bagaimana kau bisa sampai di sini?"

   Mata si gadis itu juga mirip bulan sabit. "Aku sering kemari,"

   Ia berkata dengan nada yang sayup-sayup.

   "Setiap kali ketika perasaan hatiku tidak enak, aku akan kemari."

   Tiba-tiba ia tersenyum, dan senyumannya mengandung semacam rasa kesepian yang tak bisa dilukiskan.

   "As roda kendaraan mesti sering-sering dikasih sedikit oli, manusia pun sama, sering kali perlu menenangkan diri untuk berpikir. Kadang-kadang rasa kesepian itu seperti oli yang dipoleskan pada as roda, yang dapat membikin pikiran seseorang berputar dengan lebih cepat."

   Rupaya kelihatannya agak aneh, kata-kata yang diucapkannya juga agak aneh, sepertinya bukan gadis yang ditemukan Chu Liuxiang dalam peti, dibandingkan dengan Putri Pedang Giok yang anggun tapi dingin itu, lebih-lebih bagaikan dua orang yang berbeda sama sekali.

   "Hanya sayang bahwa malam ini kamu tampaknya tidak bisa menenangkan diri,"

   Chu Liuxiang sengaja berkata.

   "Sebab aku sementara ini masih belum berniat pergi."

   Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Sekalipun kau mau pergi, aku juga tak akan melepaskan kau pergi,"

   Kata 'Bulan Sabit'.

   "Dengan tidak mudah aku mengundang kau datang, bagaimana bisa membiarkanmu pergi?"

   "Kamu yang mengundang aku datang?"

   Chu Liuxiang berkata dengan tersenyum masam.

   "Mengundang tamu dengan cara itu, sepertinya aku tidak pernah dengar." 'Bulan Sabit' mengedipkan matanya, tersenyum dan berkata.

   "Justeru disebabkan kau adalah orang yang istimewa, maka aku baru memakai cara yang istimewa itu untuk mengundangmu. Seandainya bukan karena kau tergerak rasa ingin tahumu, siapa yang dapat mengundangmu?"

   Chu Liuxiang juga tersenyum lalu berkata.

   "Bagaimanapun juga, bisa menemukan seorang macam itu untuk mengundang tamu bagimu, kau termasuk hebat juga. Ketika aku melihatnya pada pandangan pertama, aku kira ketemu seekor beruang."

   "Panggilannya memang 'Beruang Tua'."

   "Kenapa dengan lidahnya?"

   Chu Liuxiang tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

   "Siapakah yang punya kemampuan demikian besar, dapat mengerat lidahnya laki-laki itu?"

   "Dia sendiri."

   Chu Liuxiang terkejut dan berkata.

   "Mengapa dia mau mengerat lidahnya sendiri?"

   "Sebab dia takut bisa mengucapkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan,"

   Kata 'Bulan Sabit' dengan nada datar.

   "Kau seharusnya tahu kan. Aku orang ini sering punya sejumlah rahasia yang tidak boleh orang lain tahu."

   Chu Liuxiang mengelus hidungnya lagi dan berkata.

   "Hari ini kau mencari aku, ini juga rahasia?"

   "Ya," 'Bulan Sabit' menatap Chu Liuxiang dengan semacam sikap yang amat aneh dan berkata.

   "Sampai saat ini, kecuali kami berdua, tak akan ada orang yang tahu bahwa kau pernah datang kemari."

   "Selanjutnya?"

   "Selanjutnya?"

   Suara 'Bulan Sabit' juga aneh sekali.

   "Barangkali selanjutnya tidak ada seorang pun yang tahu, bahkan kita pun tidak akan tahu."

   "Mengapa?"

   "Sebab kita pasti akan melupakan hal ini."

   Selesai mengucapkan kalimat ini, ia melakukan suatu hal yang lebih aneh lagi.

   Tiba-tiba ia melepaskan tali bajunya, sehingga jubah tipisnya melorot dari pundaknya! Dan sinar lampu yang lembut melingkupi dirinya.

   Sehingga Chu Liuxiang dapat melihat lagi 'Bulan Sabit' yang berwarna merah tua yang berada di tubuhnya! 'Bulan Sabit' berada dalam pelukan! Tubuh telanjangnya mulus, lembut, dan hangat! "Aku hanya mau kau ingat,"

   Ia berbisik di sisi telinga Chu Liuxiang.

   "Kau adalah pria pertamaku! Di dalam hatiku, barangkali kemudian hari juga tak akan ada pria kedua lagi."

   "Kenapa kau mau melakukan hal ini?"

   "Demiku kau mau pergi mencari Shi Tianwang, dan tahu dengan jelas bahwa sangat mungkin tidak bisa kembali lagi."Ia bertanya.

   "Dulu bisakah kau melakukan hal ini?"

   "Barangkali tidak."

   "Sebenarnya aku juga tidak bisa melakukan hal yang aku lakukan pada hari ini,"

   Ia berkata dengan suara lembut.

   "Tapi kalau kau bisa melakukannya, kenapa aku tidak bisa?"

   Air danau beriak. Di atas danau telah muncul dan melayang naik kabut pagi yang tipis, dan menutupi cahaya bintang di danau. Malam akan pergi, orang juga akan pergi.

   "Aku pernah bertemu sekali dengan ayahku." 'Bulan Sabit' tiba-tiba berkata.

   "Itu terjadi ketika aku masih amat kecil, ibuku menyuruh seorang inang pengasuh membawaku berjumpa dengannya. Tapi sampai sekarang aku masih bisa mengingat rupanya pada saat itu."

   Pada saat ini tiba-tiba ia berbicara tentang ayah ibunya, betul-betul suatu hal yang tidak terduga.

   Sebenarnya Chu Liuxiang ingin bertanya banyak hal padanya.

   Mengapa ibumu sendiri tidak menemuinya? Mengapa mereka berpisah? Ia belum bertanya, 'Bulan Sabit' sudah melanjutkan kata-katanya.

   "Aku masih ingat bahwa ia adalah seorang pria yang amat tampan, dan lebih tampan lagi ketika ia tersenyum, sebenarnya aku ingin sekali digendongnya, tapi tangannya terus menggenggam pedangnya erat-erat, membuat aku takut dan tidak berani buka mulut terus."

   "Apakah ia juga tidak pernah menggendongmu?"

   "Ya."

   Chu Liuxiang tidak mau bertanya apa-apa lagi.

   Seorang pengembara yang tak punya rumah, ujung pedangnya mungkin masih berlepotan darah musuh-musuhnya, tiba-tiba melihat bahwa anak kandungnya telah tumbuh besar dan menjadi seorang gadis kecil yang suci dan menarik, bagaimana ia bisa mengulurkan tangannya? Bagaimana ia bisa tega bahwa anaknya akan menderita seumur hidup karena ingat dan rindu padanya? Ini disebut 'berperasaan' atau 'tidak berperasaan'? Biarlah orang beranggapan ia tidak berperasaan.

   Seorang pengembara yang tak punya tempat tinggal tetap, ada siapakah yang bisa memahami rasa kesepian dalam lubuk hatinya? Ia sendiri juga tidak mau orang lain memahaminya! Kabut pagi seperti asap, peristiwa masa lalu juga seperti asap."Sejak saat itu aku tidak pernah lagi bertemu dengannya, mungkin kemudian hari juga takkan bertemu dengannya,"

   Kata 'Bulan Sabit'.

   "Aku cuma berharap bahwa kau bisa memberitahukannya. Selama ini aku selalu hidup dengan baik."

   Chu Liuxiang berdiam diri lama sekali, lalu berkata.

   "Kemudian hari barangkali aku belum tentu bisa bertemu dengannya."

   "Betul, barangkali kau belum tentu bisa bertemu dengannya,"

   Kata 'Bulan Sabit' dengan suara sayup-sayup.

   "Kemudian hari barangkali kau tak akan bisa ketemu aku lagi."

   Sungai yang panjang, tempat penyeberangan yang sepi.

   Chu Liuxiang mau menyeberangi sungai, tapi tidak menemukan perahu, lalu ia berbaring di dekat sungai itu, sambil memandangi sebuah awan nun jauh di langit.

   Sebuah awan putih pergi, ada awan putih yang lain yang datang.

   Tapi kalau manusia? "Apakah yang tidur di sana adalah Pendekar Harum Chu?"

   Sebuah kapal besar datang dari jauh, dan tampaklah seorang anak kecil berpakaian putih yang berdiri di ujung kapal, dan berteriak nyaring dari jauh.

   "Di kapal ini ada seorang yang mau bertemu Pendekar Harum, anda tentu juga mau bertemu dengannya,"

   Suara anak kecil itu bening dan nyaring.

   "Silahkan anda naik kapal jika anda mau bertemu dengannya, jika tidak anda akan menyesal!"

   Tetapi kapal ini tidak menunjukkan tanda mau berhenti untuk menjemput tamunya, Chu Liuxiang yang sedang berbaring pun tidak bergerak.

   Kelihatannya kapal itu akan pergi menjauh dengan disertai ombak.

   Chu Liuxiang tiba-tiba terbang dan melewati air sungai yang berjarak belasan meter dari pantai, kemudian dengan satu gerakan salto di udara, ujung kakinya menimbulkan cipratan air yang besar! Kemudian orangnya sudah turun di ujung kapal itu, dan bersenyum pada anak kecil yang terkejut sampai termangu-mangu itu.

   "Akulah Chu Liuxiang, kamu meminta aku naik kapal, maka aku turuti. Namun jika di kapal ini tidak ada orang yang aku mau temui, lebih baik kamu membuka celanamu dan tunggu aku memukuli pantatmu!"

   Ia melanjutkan dengan tersenyum 'jahat'.

   "Nona Yingzi, kau seharusnya tahu bahwa aku sama sekali tidak berniat menemuimu."

   Di dalam kabin semuanya berwarna putih salju, dan amat bersih, di atas lantai kabin terbentang tikar jerami yang berwarna putih salju.Shitianzhai Yanzuoweimen yang berambut putih itu, sedang duduk bersila di depan sebuah meja kayu angsana yang pendek, sikapnya masih begitu sopan, lemah-lembut, dan anggun.

   "Bisa bertemu lagi dengan Pendekar Harum, sungguh suatu keberuntungan bagi saya. Saya secara khusus telah mempersiapkan bagi anda arak terbaik dari negara kami Juzhengzong, berharap dapat mabuk bersama anda."

   Arak yang berbau wangi samar-samar, diisi ke dalam cangkir vang berbentuk indah, warna araknya bening dan tidak keruh.

   Ia sendiri minum dulu satu cangkir, lalu menyuruh seorang pelayan wanita yang berlutut dan melayani di samping itu untuk mengisi penuh satu cangkir yang lain, kemudian memberikan pada Chu Liuxiang dengan dua tangan.

   Ini merupakan cara mereka yang terhormat dalam melayani tamu.

   "Saya berharap anda maklum, bahwa bukan saya yang menyuruh Yingzi menemui anda."

   "Benarkah?"

   "Pendekar Harum memiliki wajah tampan dan kepribadian menarik, yang tak ada bandingannya di dunia ini! Ada banyak wanita yang tak terhitung jumlahnya yang rela menyerahkan dirinya, dan itu bukan orang lain yang suruh!"

   Orang tua itu berkata seraya tersenyum.

   "Hal ini seharusnya anda juga tahu."

   Meskipun sikapnya sopan dan lemah-lembut, tapi sepasang mata senyumannya sepertinya tersirat arti lain yang dalam. Chu Liuxiang menatapnya dan bertanya.

   "Bagaimana anda bisa tahu saya ada disini? Bagaimana bisa menemukan saya?"

   Mata Shitianzhai berbinar-binar dan berkata.

   "Berkata dengan jujur ya, saya memang jelas sekali mengetahui keberadaan anda selama dua hari ini."

   "Seberapa jelas?"

   "Barangkali lebih jelas dari dugaan anda!"

   Chu Liuxiang berdiri dengan tiba-tiba, tapi duduk lagi dengan pelan-pelan, dan minum habis secangkir arak itu dengan pelan-pelan, wajahnya juga tersungging senyuman dan berkata.

   "Arak ini jernih tapi tidak sepet, manisnya pas sekali, tawar tapi tetap bercita rasa, sungguh arak bagus!"

   Ia pun menyuruh pelayan wanita itu untuk mengisi penuh cangkir arak, lalu dengan hormat memberikan pada Shitianzhai, tiba-tiba merubah topik pembicaraannya.

   "Anda tahu siapakah yang ingin saya temui? Apakah pada saat ini ia pun ada di sini?"

   Shitianzhai tidak menjawab, hanya dengan tenang memandangi arus sungai yang deras di luar jendela, lama sekali baru berkata sambil menghela napas panjang.

   "Anda lihat air sungai ini tiap hari mengalir terus tanpa henti, sekalipun ada orang yang melemparkan 10.000 tael emas ke dalamnya, ya cuma mengakibatkan satu cipratan air saja, setelah itu sungai tetap mengalir, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Baik yang anda lemparkan itu 10.000 tael emas, atau 100 kati besi rongsokan, hasilnya ya tetap sama!"

   Chu Liuxiang juga memandangi air sungai di luar jendela itu sampai termangu- mangu, lama sekali Shitianzhai baru menyambung kata-katanya.

   "Dunia memang demikian, penuh dengan hal-hal yang di luar batas kemampuan manusia! Dan begitu berlalu, semuanya lenyap bagaikan mimpi musim semi yang tidak berbekas sama sekali!"

   Nadanya penuh dengan perasaan pilu.

   "Seperti dikatakan oleh puisi Tiongkok yang termasyhur itu. 'Semuanya lenyap bagaikan mimpi musim semi, dan perasaan cinta hanya bisa jadi kenangan'. Betul-betul membuat orang tidak ada pilihan sama sekali!"

   Mendadak dari mata senyumannya memancar keluar sinar yang tajam bagaikan pisau, menatap Chu Liuxiang dan berkata.

   "Namun anda beda! Orang lain tidak punya, tapi anda punya!"

   "Saya punya apa?"

   "Anda bisa memilih, mau menggenapi kemauan orang lain, dan membuat perasaan cinta hanya jadi kenangan? Atau mau menggenapi kemauan anda sendiri?"

   Suaranya berubah jadi tajam bagaikan pisau.

   "Asal anda mau, saya bisa membantu anda menemukan kembali orang yang ada di dalam mimpi anda itu! Kemudian membawa kalian pergi ke suatu tempat yang mirip dengan Taman Firdaus, supaya kalian berdua dapat saling mencintai seumur hidup! Ini merupakan kesempatan emas yang dicari orang lain dengan susah payah tapi tidak bisa mendapatkannya! Jikalau anda melepaskannya begitu mudah, anda akan menyesal dan menderita seumur hidup!"

   Chu Liuxiang mendengarkan dengan tenang dan diam, seolah-olah sedikitpun tidak bereaksi, hanyalah sahabat yang terdekatnya, yang dapat melihat penderitaan yang tersembunyi dalam pandangan matanya! Namun sahabat terdekatnya tidak ada disini.

   Suara Shitianzhai dari keras berubah lagi jadi lembut.

   "Ini adalah urusan anda, dan tentu saja pilihan juga terserah anda."

   "Pilihan ini terang saja luar biasa penderitaannya, bahkan lebih nenderita dari tidak ada pilihan! Chu Liuxiang tiba-tiba tersenyum dan berkata.

   "Saya mengerti maksud anda. Anda gagal dalam penculikan, juga tidak berhasil nembunuh saya, maka terpaksa mempergunakan cara ini, agar saya membantu anda menggagalkan pernikahan itu. Sebab setelah Shi Tianwang bersekutu dengan Tuan Du, anda makin tak berdaya melawannya, bahkan boleh dibilang tidak punya peluang sedikitpun!"

   Air muka Shitianzhai tidak berubah.

   "Sekalipun saya memang bermaksud begitu, tapi juga beruntung bagi anda 'kan?"

   Shitianzhai berkata.

   "Jikalau hal ini memang menguntungkan kita semua, kenapa tidak boleh dilakukan?"

   "Hanya ada satu hal yang tidak boleh."

   "Hal apa?"

   "Sebetulnya tidak hanya ada satu hal, paling sedikit ada dua hal,"

   Chu Liuxiangberkata dengan santai.

   "Yang pertama, saya sama sekali tidak ingin pergi ke Firdaus sialan itu. Tempat hiburan yang banyak arak enak dan wanita cantik, itulah Firdaus saya."

   Ia menerima cangkir arak dari pelayan wanita itu, lalu berkata.

   "Yang kedua, saya sama sekali tidak punya keinginan untuk menikah, seumur hidup pun tak pernah memikirkannya!"

   Shitianzhai menjadi diam. Dengan satu tangan memegang cangkir, satu tangan memegang guci, Chu Liuxiang sambil tuang sambil minum, minum tanpa henti. Shitianzhai menatapnya terus, biji matanya seolah-olah kian menyusut, tapi suaranya kian lembut.

   "Banyak pesilat berkata bahwa dulu ilmu pedangnya Xue Yiren, si Jago Pedang Berbaju Darah, disebut sebagai nomor satu di dunia. Tapi juga pernah kalah ditangannya Pendekar Harum! Saya pernah juga belajar ilmu pedang banyak tahun, ingin juga menjajal ilmu pedang anda, mohon anda banyak beri petunjuk!"

   Ia tidak berdiri, di tangannya juga tidak ada pedang.

   
Legenda Bulan Sabit Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Orang tua yang berkata bahwa dirinya pernah banyak tahun belajar ilmu pedang ini, hanya menjepit sebuah sumpit dengan dua jari tangannya, lalu diangkat setinggi matanya.

   Ini bukanlah gaya menyerang.

   Namun bagi seorang yang pernah sungguh-sungguh belajar ilmu pedang, segera bisa tahu bahwa gaya ini jauh lebih bahaya dari jurus-jurus serang manapun, bahkan lebih bahaya dari pedangnya Chunlei dan ranting bunganya Tuan Du! Justeru di dalam gaya yang sama sekali tidak bergerak ini, terkandung perubahan dan jurus maut yang tak terhitung banyaknya! Meskipun di tangannya tidak ada pedang yang sedahsyat halilintar seperti pedangnya Chunlei Yici, namun ia telah merenggut semua keunggulan! Sebab seluruh 'tempat kosong' (catatan.

   suatu istilah silat Tiongkok yang berarti titik lemah yang bisa diserang oleh musuh) di tubuh Chu Liuxiang telah menjadi nyata! Sumpit di tangannya walaupun bukan jurus yang merampas inisiatif seperti jurusnya Tuan Du, namun ia juga tidak membiarkan Chu Liuxiang merampas inisiatif! Merampas adalah tidak merampas, tidak merampas adalah merampas, musuh menyerang dulu, tapi tetap bisa menemukan titik kelemahan yang bisa dimanfaatkan.

   Dengan 'tenang' menaklukkan 'gerak'.

   Ini semua adalah inti sarinya ilmu pedang! Apalagi Chu Liuxiang sama sekali tidak bisa merampas, juga tidak bisa gerak! 000Chu Liuxiang sedang menuangkan arak, satu tangan pegang cangkir, satu tangan pegang guci, menuangkan arak untuk diri sendiri.

   Kedua tangannya telah dipakai dalam satu gerakan yang paling santai dan paling tidak ada niat membunuh, jika hatinya ada kewaspadaan dan niat membunuh akan mengalir keluar bersama dari guci! Bagaimana ia dapat bergerak? Tapi bagaimanapun juga, arak pasti tertuang habis dari guci, dan cangkir pasti akan terisi penuh.

   Baik pada ketika arak tertuang habis dari guci, atau pada ketika arak terisi penuh pada cangkir, pada ketika itu ia terpaksa akan bergerak.

   Pada ketika itulah jurus maut Shitianzhai akan dilancarkan! Secangkir arak ini, barangkali akan jadi secangkir arak yang terakhir bagi Chu Liuxiang! Arak berada di dalam cangkir.

   Bibi Hua menuangkan secangkir arak secara penuh bagi Hu Tiehua.

   Sekalipun ini adalah cangkir emas, juga cuma satu cangkir.

   Satu cangkir ya satu cangkir, bukan tiga cangkir, juga bukan 300 cangkir.

   Perbedaannya dengan cangkir-cangkir lain adalah cangkir ini.

   Cangkir besar yang bahkan Hu Tiehua pun tidak pernah, melihatnya.

   Untung ia adalah Hu Tiehua, ia minum arak sudah 20 tahun lebih, pernah mabuk kira-kira 4000 - 5000 kali, ada kalanya arak yang diminumnya dalam sehari jauh lebih banyak dari arak yang diminum sejumlah orang dalam sepanjang hidup mereka! Tapi ketika ia minum habis secangkir arak ini, tetap saja megap-megap lama sekali baru bisa buka mulut.

   "Wah!"

   Ia berteriak.

   "Tempat minum arak yang kau berikan ini cangkir arak atau baskom mandi?"

   Bibi Hua tertawa cekikikan, mengangkat sebuah guci arak yang besar, seolah-olah mau menuangkan arak lagi bagi dia. Mata Hu Tiehua langsung mendelik bagaikan kelereng besar.

   "Apa maksudmu?"

   "Aku bisa punya maksud apa? Aku hanya mau menyulangimu dengan secangkir arak lagi, sebab kau mau pergi dan melaksanakan suatu hal besar."

   Suara Bibi Hua lemah lembut, senyumannya selain lemah lembut, juga terlihat perasaan sedih karena mau berpisah.

   "Minumlah secangkir arak lagi, sebab di pesisir laut Timur tidak ada kenalan lama. Mari! Aku juga menemani kau minum secangkir."

   "Sekalipun tidak ada kenalan lama, aku pun akan kembali, apalagi si Kutu Busuk Tua saat ini pasti sudah tiba di sana,"

   Kata Hu Tiehua sambil tersenyum masam.

   "Namun jika aku benar-benar minum lagi secangkir arak ini, barangkali akan mati disini."Bibi Hua berkata seraya tersenyum.

   "Apa kau kira Chu Liuxiang benar-benar akan pergi ke sana?"

   "Ia bilang akan pergi ya pasti pergi, sekalipun akan naik ke bukit pisau atau turun ke dalam kuali yang mendidih, ia pasti pergi juga!"

   "Kalau ia tidak jadi pergi?"

   "Kenapa bisa tidak jadi pergi? Kalau ia sendiri yang mau pergi, ada siapa yang dapat menghalanginya?"

   Bibi Hua berkata seraya menghela napas.

   "Jika tidak ada orang yang tahu ia akan pergi, mungkin saat ini ia benar-benar telah tiba di sana, cuma amat sayang bahwa ia punya seorang sahabat yang mulutnya lebih besar dari baskom mandi."

   "Betul, aku adalah 'si Mulut Besar'." (Catatan. 'si Mulut Besar' dalam bahasa Tionghoa sama artinya dengan 'si Mulut Panjang' dalam bahasa Indonesia) Hu Tiehua berkata dengan tanpa merasa dirinya salah.

   "Ini 'kan bukan hal yang memalukan? Mengapa aku tidak boleh memberitahukan orang lain?"

   "Kau tentu boleh memberitahukan orang lain, kau mau memberitahukan siapapun boleh. Cuma makin banyak orang yang tahu hal ini, kerepotan dia makin bertambah!"

   Bibi Hua berkata dengan air muka yang serius.

   "Para anak buah Shi Tianwang bukanlah lawan yang lemah, hanya seorang Bai Yunsheng saja sudah cukup membuat dia tidak berdaya! Aku boleh jamin bahwa ilmu pedangnya Bai Yunsheng tidak kalah dengan ilmu pedangnya Xue Yiren pada waktu yang lalu!"

   Hu Tiehua masih tidak terima dan masih mau berdebat, tapi dari luar sudah ada orang yang beritahu bahwa rombongan yang mengantar mempelai akan berangkat. Tiba-tiba Bibi Hua memeluk Hu Tiehua dan berkata lirih di pinggir telinga.

   "Perjalanan ini penuh dengan marabahaya, kau harus ekstra hati-hati menjaga dirimu! Meskipun aku bukan ibu kandungmu, namun aku selalu menganggapmu sebagai anak kesayanganku, kau sekali-sekali jangan mati di jalan ya!" Malam kian larut, di sungai sudah banyak sinar lampu dari kapal-kapal nelayan yang menyala, dan kelihatannya lebih terang dari sinar bintang-bintang di langit. Di dalam kabin kapal masih tetap gelap gulita, Shitianzhai Yanzuoweimen duduk seorang diri tanpa bersuara di dalam kegelapan, walaupun ada lampu di dekatnya, tapi ia tak ada niat umuk menyalakannya. Sinar lampu dibawa masuk oleh Yingzi. Yingzi yang berbadan mungil itu tetap memakai baju anak kecil, rambut panjang hitamnya digelung jadi sanggul, mata besar yang berbinar-binar itu penuh dengan keheranan, lalu bertanya.

   

   first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 00:06:38
oleh Saiful Bahri Situbondo


Manusia Aneh Dialas Pegunungan -- Gan K.l Pedang Tetesan Air Mata -- Khu Lung Maling Romantis -- Khu Lung

Cari Blog Ini