Pendekar Setia 11
Pendekar Setia Karya Gan KL Bagian 11
Pendekar Setia Karya dari Gan K L
Setelah seluruh lengan menjadi putih, lalu mulai menjalar ke sebagian tubuhnya.
Yu Wi merasakan dimana hawa murni Ko Bok-cing tersalur, bagian yang bersangkutan lantas terasa segar sekali, ia tidak tahu bahwa hawa murni dalam tubuhnya telah mengalami pembaharuan.
Setelah merasakan hawa murni jang timbul makin penuh, diam-diam Yu Wi merasa heran-Lama-lama dirasakannya gelagat tidak enak.
pikirnya.
"Wah, jika hawa murni dalam tubuhku terus bertambah begini, akhirnya bukankah diriku bisa meledak?"
Lalu terpikir pula olehnya kalau hawa murni Ko-Bok-cing terus menerus disalurkan kepadanya, Bukankah akhirnya juga akan kehabisan tenaga dan mati kering? Ia bermaksud membuka mata untuk minta penjelasan, tapi kuatir dlomeli si nona, juga kuatir ditertawai, sebab dengan kehebatan Su-ciau-sin- kang si nona masa perlu dikuatirkan olehnya? Dengan demikian, terpaksa ia bertahan terus, tanpa bicara, tanpa melihat dan tidak bergerak dengan cepat sehari semalam telah lalu.
Selama sehari semalam badan Yu Wi hampir separo telah berubah menjadi putih.
Bahwa Bok-cing melarang Yu Wi memikirkan waktu, hal ini agak sulit.
sebab perut Yu Wi cukup jelas berapa lama sudah lalu.
bukan karena lapar, tapi ia menjadi kuatir Ko Bok-cing sendiri takkan tahan- Tiba-tiba terpikir olehnya akan membuka mata untuk melihatnya.
Tapi lantas teringat lagi pada pesan si nona yang menyuruhnya jangan berpikir, tidak boleh memandang.
dilarang membuka mata Jika dia membuka mata berarti telah melanggar perintahnya.
Kini Bok-cing membantunya berlatih Su-ciau-sin- kang, hal ini serupa si nona telah menjadi gurunya, karena itulah ia merasa perintah sang guru perlu dipatuhi.
Selama sehari semalam Bok-cing dan Yu Wi terus berduduk tanpa bergerak dan tanpa bicara dengan mata terpejam, Yu Wi masih berpikir ini dan itu, sebaliknya Bok-cing tidak berpikir apapun, perhatiannya terpusat pada tujuannya untuk membantu Yu Wi mengganti hawa murni.
Sudah dalam perhitungannya, bilamana penyaluran hawa murni iu sudah terlaksana setengah badan, selanjutnya harus dilakukan dengan berganti tangan.
Maka tidak lama kemudian ia berkata.
"Awas, kerahkan tenaga pada tangan kanan, bila kukatakan ganti tangan harus cepat julurkan tangan kananmu dan tarik kembali tangan kiri. Harus cepat, tidak boleh tertambat."
Yu Wi dengar suara si nona agak berat, napasnya terdengar rada tersengal, inilah keadaan yang tidak biasa, bahkan waktu bicara si nona harus mengerahkan tenaga agar suaranya tidak tersirap oleh gemuruh air terjun, jelas tenaganya banyak berkurang daripada waktu sebelum membantunya berlatih Su-ciau-sin-kang.
Kenyataan ini membuat Yu Wi terperanjat.
"Wah mengapa lwekangnya berkurang sebanyak ini"
Ia ingin membuka mata untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya, atau buka mulut untuk tanya sebab musababnva, tapi iapun kuatir melanggar beberapa larangan Ko Bok-cing dan membuatnya tidak senang. Mendadak terdengar bok-cing berkata pula.
"Mengapa tidak lekas himpun tenaga pada tangan kananmu?"
"Baik,"
Cepat Yu Wi menyahut dan segera mengerahkan tenaga pada lengan kanan- Pikirnya.
"Diantara beberapa larangannya sudah kulanggar tentang tidak boleh memikirkan waktu dan sembarangan berpikir, jika kulanggar lagi larangan membuka mata, memangnya kenapa?"
Mendadak Bok-cing berseru pula.
"Ganti tangan "
Pada waktu menariK tangan dan menjulurkan tangan yang lain, diam-diam Yu Wi membuka matanya sedikit.
Saat itu sudah selesai ganti tangan, kini tangan kanan Ko-Bok-cing dan tangan kanan Yu Wi jadi saling tempel.
Pada saat berganti tangan, Bok-cing hanya mengangkat tangan kanan sedangkan tangan kiri lantas melambai kebawah dengan kaku.
ia tidak mengira diam-diam Yu Wi telah mengintip.
Makin lebar Yu Wi membuka matanya, air mukanya penuh rasa kejut, saking terperanjatnya ia jadi melongo.
Bok-cing tidak tahu kelakuan anak muda itu, ia malah mengomel.
"Kenapa tidak kau kerahkan tenaga dengan baik? Pikiranmu bercabang, sembarangan mengelamun, bukan?"
Mendadak Yu Wi menarik tangannya dan melompat mundur sambil berseru.
"He, tangan ...tangan kirimu ... ."
Bok-cing tetap memejamkan mata dan tidak bergeraK, katanya.
"Kenapa kau langgar perintahku? Lekas berduduk dan ulurkan tangan kananmu"
Tapi Yu Wi lantas berteriak.
"coba kau pandang tangan kirimu sendiri"
Bok-cing seperti tahu apa yang menyebabkan kaget Yu Wi itu, ia menghela napas dan berkata.
"Jika tidak lekas kau duduk. Su-ciau-sin- kang bantuanku pasti akan kurang berhasil."
Dengan suara pedih Yu Wi berucap.
"Aku ... tidak ... tidak mau berlatih lagi."
Bok-cing tetap tidak membuka matanya dan berkata.
"Kenapa tidak mau berlatih lagi, memangnya hendak kau bikin usahaku jadi sia-sia belaka?"
Mendadak Yu Wi berjongkok dan mendekam diatas tanah sambil menangis, ucapnya dengan terharu.
"Aku ...aku tidak dapat membikin engkau menjadi ... menjadi begini .... coba ... coba engkau membuka mata ... dan melihatnya ... ."
"Apa yang perlu kulihat?"
Ujar Bok-cing dengan tetap tidak bergerak.
"Kutahu tangan kiriku berubah menjadi kurus, bukan?"
Tidak kepalang rasa duka Yu Wi, serunya dengan tersendat.
"Jika ...jika engkau tahu tanganmu akan berubah menjadi begini bilamana kau bantu kulatih Su-ciau-sin-kang, mengapa ... mengapa tidak Kau katakan padaku? ...."
"Jika kukatakan, apakah kau mau terima?"
Ujar Bok-cing dengan tersenyum getir. Mendadak Yu Wi menggunakan tangan kanannya untuk memukul tangan kirinya sendiri.
"plak-plok", ia memukul dengan keras sambil berteriak dan menangis.
"Tangan ini membikin susah padamu, harus kupukul patah dia"
Makin keras dia memukul, tapi tangan kiri itu tidak babak belur sedikit pun, sebaliknya tangan kanan yang memukul berbalik merah.
Padahal pukulan tangan Yu Wi biasanya dapat menghancurkan batu, namun tangan kiri sendiri tidak cedera sedikit pun, sungguh aneh.
Bok-cing ternyata tidak mencegahnya, meski pukulan Yu Wi bertambah keras, dengan tenang ia berkata.
"Tangan kirimu sudah berhasil kau latih dan terisi Su-ciau-sin- kang, tangan kananmu sudah jauh kalah kuat betapapun kaupukul juga takkan membuatnya patah."
Rupanya setengah badan kiri Yu Wi telah berhasil diisi dengan Su-ciau-sin- kang yang disalurkan oleh Ko-Bok-cing, bilamana ketemu serangan dari luar, dengan sendirinya lantas timbul daya perlawanannya.
Sebaliknya setengah badan kanan Yu Wi belum berhasil diisi dengan Su-ciau-sin- kang, kekuatannya masih serupa dulu, tentu saja tidak mampu memukul patah tangan kiri yang sekarang sudah jauh lebih kuat itu.
Tentu saja Yu Wi tercengang sendiri melihat kejadian aneh ini, tangan kanan yang memukul terasa kemang, sebaliknya tangap kiri yang dipukul tidak merasakan kesakitan apa pun.
Pikirnya.
"Wah, hal ini sama dengan mengorbankan lengan kirinya untuk menambah tenaga pada tangan kiriku. Ah, apakah aku Yu Wi masih dapat dianggap sebagai manusia dengan cara mengorbankan orang lain untuk keuntungan diriku sendiri?"
Karena gemas dan sedihnya, mendadak ia berteriak gusar.
"Lengan yang yang tidak tahu malu ini, meski tidak dapat kupukul patah, biar kupUntir patah saja."
Habis berkata, segera ia gunakan tangan kanan untuk memutir tangan kiri.
Bok-cing terkejut, ia tahu meski lengan kiri anak muda itu sudah diberi tenaga Su-ciau-sin-kangnya, tapi kekuatannya tak dapat mencapai bagian ruas tulang yang mudah patah itu, maka cepat ia membentak.
"Berhenti"
Berbareng itu tangan kanannya terus menghantam dan mengenai lengan kanan Yu Wi.
Kekuatan lengan kanan Yu Wi bukan tandingan telapak tangan kanan Bok-cing, kontan dia jatuh terjungkal.
Tapi ia bertekad akan mematahkan tangan kiri untuk menebus kesalahannva terhadap si nona, setelah merangkak bangun segera ia gunakan tangan kanan untuk memuntir tangan kiri.
Mendadak tangan kanan Ko Bok-cing mencengkeram pergelangan tangan kanan Yu Wi, anak muda itu menyadari bilamana terpegang, sukar lagi mematahkan tangan kiri demi tercapai tujuannya, tanpa pikir ia sambut tangan Bok-cing dengan telapak tangan kiri.
"Plak". kedua tangan beradu dengan tepat. Ternyata tenaga tangan kedua orang sama kuatnya, tubuh kedua orang sama-sama tidak tergetar. Bok-cing sangat senang, katanya.
"Bagus Tangan kirimu ternyata sudah berhasil menguasai Su-ciau-sin-kang dengan baik. Ayo lekas, biar kubantu lagi melatih tangan kananmu"
Tapi mendadak Yu Wi menarik tangan kirinya untuk menabas tangan kanan- Dengan tenaga tangan kiri yang sudah menguasai Su-ciau-sin-kang, tenaga tabasannya tentu saja luar biasa dan tangan kanan itu pasti akan patah.
Bok-cing tidak dapat melihat, namun daya pendengarannya sangat peka, begitu mendengar sambaran angin, segera ia tahu apa yang hendak diperbuat Yu Wi, karena tangan kanan tidak sempat digunakan, tanpa terasa tangan kiri lantas diangkat untuk menghalang ditengah kedua tangan Yu Wi.
Karena emosinya Yu Wi hendak menabas tangan kanan sendiri, tapi demi melihat tangan kiri Bok-cing yang sudah susut kurus itu, ia tidak tega, cepat ia menarik kembali pukulannya.
Kini tangan kirinya sudah menguasai Su-ciau-sin- kang, setiap gerak-geriknya dapat dilakukan sesuka hatinya.
Walaupun tenaga pukulannya sempat ditarik tidak urung tangan kirinya tetap menyampuk tangan kiri Bok-cing, karuan nona itu tidak tahan dan roboh terguling.
Walaupun begitu nona itu tetap bersorak.
"Haha, bagus Satu bayar satu. cuma kau gunakan tangan kirimu untuk memukul aku, rasanya agak tidak pantas"
Dengan gugup Yu Wi membangunkan si nona, ucapnya sambil menangis.
"Kepapa engkau malah tertawa gembira,. masa tidak kau lihat tangan kirimu"
"Kulihat jelas, tidak perlu dibicarakan lagi,"
Potong Bok-cing.
"adalah kebanggaanku dapat kubantu engkau menguasai separo Su-ciau-sin- kang, engkau sendiri seharusnya juga bergembira bagiku."
Dia Sudah membuka matanya, tapi apa yang dapat dilihatnya? Dia berdusta pada Yu Wi, sebab sama sekali dia tidak dapat melihat.
Dengan tangan kirinya yang kurus kering itu Bok-cing membelai rambut Yu wi, katanya serupa seorang ibu sedang membujuk anaknya.
"Jangan menangis, jangan menangis Apa yang perlu disedihkan? Kan cukup berharga bila kucacat tapi dapat membantumu menguasai Su-ciau-s in- kang. Apalagi tanganku tidak menjadi cacat. coba lihat, bukankah masih dapat bergerak dengan bebas."
Makin berduka hati Yu Wi, ia menangis tersedu-sedan seperti seorang anak kecil yang menangis di dalam pangkuan sang ibu.
"Janganlah kau bikin cacat diri sendiri,"
Dengan lembut Bok-cing berkata pula.
"Hendaknya kau tahu bahwa tangan kirimu sekarang sama juga seperti milikku, jika kau patahkan dia, tentu akupun akan berduka. Bahwa tangan kiriku sudah kehilangan tenaga dan tidak mungkin pulih kembali, jika tangan kirimu kau patahkan, apa manfaatnya bagiku, hanya akan menambah dukaku saja, kan tidak perlu?"
Bok-cing membangunkan Yu Wi dengan tangan kanan, katanya dengan tertawa.
"Mari, ulurkan tangan kananmu, biar kubantu melatih lagi separo Su-ciau-sin-kang yang lain-Jangan menangis, lekas usap air matamu"
Cara bicaranya benar-benar menganggap Yu Wi sebagai anak kecil. Dengan lengan bajunya Yu Wi mengusap air mata, ketika Bok-cing tidak memperhatikannya, mendadak dengan tangan kiri ia pegang pergelangan tangan kanan sendiri dan berkata.
"Kau suruh kulatih Su-ciau-sin-kang lagi dengan tangan kanan, tapi tangan kanan ini masih milikku, akan kupatahkan dia supaya tidak membikin msah padamu."
Berbareng ia terus memuntir sehingga menimbulkan bunyi keriut. Keruan Bok-cing terkejut, cepat ia membentak "Jangan Bila berani kau patahkan tanganmu sendiri, segera kutumbukkan kepalaku pada dinding batu, biar kumati saja di depanmu."
Yu Wi menghentikan gerakan memuntirnya dan berkata.
"Boleh juga tidak kupatahkan tangan kanan, cuma aku harus tahu cara bagaimana memulihkan tangan kirimu?"
"Untuk apa kau pikirkan hal ini?"
Ujar Bok-cing sambil menggeleng kepala.
"Seorang lelaki, mana boleh kubikin susah padamu untuk keuntunganku?"
Seru Yu Wi tegas.
"Mana kau bikin susah padaku? Bukankah aku baik bagini?"
Ujar Bok-cing dengan suara lembut.
"Baik-baik?"
Ucap Yu Wi sambil tersenyum getir.
"Keadaanmu begini kau bilang baik? Biarpun orang berhati juga akan terharu melihat keadaan setenga badanmu sebelah kiri ini?"
"Kenapa mesti terharu?"
UjarBok cing dengan tertawa.
"Kan cuma agak kurus saja. Aku memang gemuk. kan jadi lebih baik bila kurus sedikit."
"Lebih baik katamu? Masa ... masa kau anggap lebih baik?"
Seru Yu Wi dengan perasaan pedih. Bok-cing menggeleng, katanya.
"Ai, kenapa ribut, separti anak kecil saja."
Yu Wi menatap mata Ko Bok-cing, ucapnya pula.
"Masa aku tidak boleh ribut? Tidakkah kau lihat jelas keadaanmu ini?"
"Sudah kulihat dengan jelas,"
Ujar Bok-cing dengan tertawa.
"coba kau lihat lagi,"
Kata Yu Wi dengan ngotot.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bok-cing berlagak menunduk untuk melihat tangan kiri sendiri.
---ooo0dw0ooo--- Bab 23 Yu Wi kuatir si nona tak dapat melihat jelas, pelahan ia mengangkat tangan si nona agak lebih tinggi.
Ketika sorot matanya menyentuh tangan Bok cing yang kurus kering dan berwarna hitam itu, seketika air matanya bercucuran.
Tapi dilihatnya biji mata Ko Bok- cing tidak bergerak sama sekali, sewajarnya si nona menarik kambali tangannya dan berkata dengan tertawa.
"Nah, kan sudah kulihat."
Air mata Yu Wi bercucuran seperti hujan, katanya, dengan tersedu-sedan.
"Meski... .meski sudah kau lihat, tapi... tapi serupa tidak melihat."
Berubah air muka Bok-cing.
"Apa artinya ucapanmu ini?"
Sedapatnya Yu Wi menahan tangisnya, ia mengusap air mata sendiri, namun betapapun air matanya masih terus mengalir. Bok-cing menduga anak muda itu telah dapat melihat penyakit matanya, segera ia tertawa dan berkata.
"Mungkin karena terlalu lama berdiam ditempat gelap. akhir-akhir ini mataku memang kurang jelas melihat sesuatu. Tapi untuk melihat lenganku sendiri masih dapat kulihat dengan terang."
Yu Wi tidak menanggapinya. Setelah berdiam sejenak, Bok-cing berkata pula dengan tertawa.
"Tadinya aku tidak percaya Koh-bok-sian (ilmu kayu kering) dapat membantu orang berlatih Su-ciau-sin-kang, sekarang setelah terbukti tenaga tangan kirimu banyak bertambah, ternyata pelajaran Koh-bok-sian itu bukan omong kosong belaka."
Ia tidak tahu bahwa secara diam- diam Yu Wi telah menggeser dan berduduk dibelakangnya, di sangkanya dirinya masih bicara berhadapan dengan anak muda itu.
Melihat Bok-cing tidak mengetahui dia sudah berpindah tempat, Yu Wi tidak tahan lagi akan rasa pedihnya, ia menangis tergerung- gerung, tangisnya ini sungguh jauh lebih berduka daripada rasa menyesalnya karena telah memukul tangan kiri Bok-cing tadi.
Setelah mendengar suara tangis Yu Wi dibelakangnya barulah Bok-cing tahu anak muda itu telah menguji matanya yang buta itu.
Segera ia berpaling, katanya sambil menggeleng kepala.
"Ai, se-orang lelaki gagah perkasa, mengapa menangis melulu, masa tidak takut ditertawai oleh orang perempuan- coba lihat, setetes air mata pun aku tidak menangis, agaknya sudah ikut terkuras habis oleh tangismu sehingga aku tidak dapat menangis."
"Meng ... mengapa matamu buta?"
Tanya Yu Wi dalam tangisnya.
Waktu dilihatnya mata Bok-cing buram dan kaku tadi, timbul sudah rasa curiga Yu Wi.
Kemudian ketika nona itu disuruh memeriksa tangan kiri sendiri yang hitam dan kering itu, Yu Wi sendiri merasa tidak sampai hati memandang keadaan tangan itu, tapi Bok-cing juga memandang tanpa berkedip dari sini lebih terbukti lagi bahwa matanya pasti tidak normal.
Akhirnya Yu Wi mengujinya dengan memutar kebelakangnya dan terbuktilah Bok-cing sama sekali sudah buta.
Pantas dia tidak mau meninggalkan tempat ini, kalau kedua kaki lumpuh dan mata buta, siapapun tidak berkeinginan lagi berkecimpung didunia Kangouw dan akan mengakhiri hidupnya di tempat yang tenang ini.
Waktu mengetahui kaki Bok-cing cacat saja rasa duka YU Wi sudah tak terkatakan, apalagi sekarang diketahui matanya juga buta semua, sungguh sukar dilukiskan rasa pedihnya.
Ia pikir Thian sungguh kejam memperlakukan si nona.
"Meski buta, biarkan saja, apa mau dikatakan lagi?"
Ujar Bok-cing kemudian.
"Untuk apalagi kau tanya ini dan itu, memangnya kau ingin aku ikut menangis bersamamu?"
Maka Yu Wi tidak berani tanya lagi, ia menduga mungkin waktu terhanyut kedalam air terjun, Bok-cing mengalami nasib sial, bukan saja babak-belur terluka, bahkan juga rusak wajahnya, kaki lumpuh dan mata buta.
Sebaliknya Yu Wi sendiri dan Pek-yan hanya mengalami luka ringan saja.
Ia merasa Thian terlalu tidak adil, mengapa memperlakukan Ko Bok-cing sekejam ini? Mengapa selain membuatnya terluka dan merusak wajahnya, sekaligus juga membutakan mata dan melumpuhkan kakinya? Dengan pedih Yu Wi berpikir.
"Meski Jip-yap-ko mungkin dapat memulihkan wajahnya, tapi penyakit buta dan lumpuh ini mana ada obat di dunia ini yang dapat manyembuhkannya?"
Sungguh kalau bisa ia berharap dirinya saja yang buta dan lumpuh waktu terhanyut masuk air terjun daripada membikin susah Ko Bok-cing yang perlu di kasihani ini.
"Mataku buta, dengan sendirinya tidak berguna lagi kumiliki lwekang Su-ciau sin- kang."
Demikian kata Bok-cing.
"Maka dari itu, Toako, biarlah kau terima bantuanku untuk meyakinkan separo Su-ciau-sin-kang yang lain,"
Namun Yu Wi tidak menghiraukan maksud baik Bok cing itu, tiba-tiba ia malah bertanya.
"Apakah Koh-bok-sian yang kau sebut tadi?"
Bok-cing tidak menjawabnya, ia mendengarkan dengan cermat, mendadak ia berseru.
"He, anakmu menangis, lekas kau gendong kemari."
Rupanya mereka menjadi lupa anak Yu Wi yang ditaruh disamping sana, sudah sehari semalam bayi itu kelaparan dan telah lama menangis, tapi lantaran suara gemuruh air terjun sehingga suara, tangisan anak itu tidak terdengar.
Bilamana lwekang mereka tidak tinggi, biarpun bicara berhadapan juga tidak terdengar jelas.
Waktu Yu Wi berpaling kesana, benarlah terlihat putranya sedang menangis sambil mencak-mencak dengan tangan dan kakinya yang kecil itu, kasihan anak itu, selama dilahirkan cuma sekali saja disusui sang ibu, habis itu lantas tidak pernah lagi merasakan kasih sayang sang ibunda.
Yu Wi ingin mencoba apakah kedua kaki Bok-cing benar lumpuh, ia berlagak bicara sewajarnya.
"silakan kau gendongkan bagiku, jelas anak itu kelaparan- aku tidak tahu cara bagaimana memberi makan padanya."
Air muka Bok-cing tampak memperlihatkan rasa cemas, tapi tidak bergerak, katanya.
"Putramu sendiri, tidak kau gendong, masa suruh orang lain?"
"Biarkan saja dia menangis, mari kita bicara tentang Koh-bok-sian "
Ujar Yu Wi.
"Huh, kau ini ayah macam apa?"
Omel Bok-cing.
"Anak itu sudah lapar sehari semalam, lekas kau petik setangkai jamur untuk diisapnya, tentu akan berhenti tangisnya."
Sesungguhnya hati Yu Wi memang tidak tega melihat tangis anaknya yang luar biasa itu, ia tidak berani banyak omoug lagi, buru-buru ia memetik setangkai jamur dan dijejalkan kemulut kecil si bayi, lalu digendongnya dan ditimang-timang.
Anak itu juga tidak rewel, begitu mulutnya mengisap seuatu yang serupa dot, ia tidak menangis lagi, pelahan iapun terpulas.
Pelahan Yu Wi lantas menaruh lagi anaknya di tanah, sekarang ia yakin Ko Bok cing memang benar tidak dapat berjalan, kalau dapat, seorang wanita yang mempunyai perasaan keibuan tentu akan mendahuluinya menggendong anak yang menangis itu.
"Anak itu tidak apa-apa?"
Tanya Bok-cing.
"Ya, anak itu sudah tidur lagi,"
Jawab Yu wi.
"Di mana kau taruh dia?"
Tanya pula si nona.
"Tepat di pojok dibelakangmu."
Dengan kedua tangan menahan tanah Bok-cing seperti bermaksud merangkak kesana untuk mengatur tempat tidur bayi itu, tiba-tiba leringat dirinya tak dapat berjalan, jika main merangkak tentu tidak sedap dipandang Yu Wi, maka ia duduk tegak lagi dan berkata.
"
Jangan Kau taruh di sana, di situ sangat lembab, lekas bawa masuk kedalam gua."
Yu Wi tahu Bok-cing sangat sayang kepada anaknya itu, terbayang olehnya waktu anak itu diselamatkan dari dalam air, lalu ditaruh didalam gua serta dirawat, semuanya itu dilakukan dengan merangkak kian-kemari Seketika dia seakan-akan melihat adegan Bok-cing merangkak ketepi kolam untuk minum air, saking terharunya ia mengucurkan air mata lagi.
"Sudah kau pindah belum?"
Tanya Bok-cing pula dengan kuatir. Karena didesak. lekas Yu Wi memindahkan anaknya ke dalam gua, lalu kembali berduduk didepan Bok-cing, katanya.
"Sudah kupindahkan anak itu kedalam. Sekarang harap kau jelaskan Koh-bok-sian."
"Aku sendiri tidak tahu jelas. sebenarnya apakah Koh-bok-sian?"
Jawab Ko Bok-cing.
"Jika engkau tidak tahu, mengapa dapat kau gunakan Koh bok-sian untuk membantuku menguasai Su-cian-sin- kang dengan baik,"
Tanya Yu Wi pula "Siapa bilang sudah kau kuasai dengan baik Su-ciau-sin-kang itu masih ada setengah bagian yang belum kau kuasai,"
Jawab Bok-cing dengan tertawa "Menurut saja padaku, jangan kau takuti aku dengan memuntir tangan kananmu, biarlah kubantu kau latih setengah bagian yang lain, setelah berhasil dapatlah kau angkat kembali kejayaan Goat-heng-bun.
Hendaklah kau maklum, sekarang mataku sudah buta, tidak dapat lagi ikut berkecimpung di dunia Kangouw, maka kejayaan Goat-heng-bun masa depan akan bergantung pada perjuanganmu."
Diam2 Yu Wi membatin, matipun tidak kuterima bantuan setengah Su-ciau-sin-kang yang lain- la menggeleng kepala saja sambil memandang tangan kiri Bok-cing yang hitam yang kering itu.
"Bagaimana, kenapa diam saja? Kau marah karena tidak kujelaskan tentang Koh-bok-sian?"
Tanya Bok-cing. Yu Wi sengaja diam saja seakan-akan membenarkan pertanyaan orang.
"Aku benar-benar tidak tahu tentang Koh- bok- sian, aku cuma apal rumusnya dan cara menggunakannya, hal itu kutemukan didalam kitab Su-ciau-sin-kang, kubaca dan kuingat diluar kepala, kemudian kupikir kegunaan Koh-bok-sian hanya akan membantu orang lain untuk mengisap tenagaku sendiri, buat apa kusimpan ilmu yang tidak berguna yang hanya merugikan diri sendiri ini, maka kubuang catatan mengenai ilmu itu."
"Jika kau tahu ilmu itu hanya akan merugikan dirimu sendiri, mengapa kau gunakan bagiku?"
Tanya Yu Wi dengan menyesal.
"Waktu kutahu Su-ciau-sin-kang berhasil kau pelajari dengan baik, tapi tidak memancarkan kesaktiannya. kupikir jika begitu, lalu cara bagaimana engkau dapat menjabat ahli waris Goat-heng-bun? Padahal aku sudah cacat dan tidak berguna lagi, kalau ilmu yang kukuasai tidak kuberikan padamu, untuk apa segala kesaktian yang kukuasai ini?"
Setelah berhenti sejenak. lalu Bok-cing menyambung lagi.
"Toako, kau pun tidak perlu merasa sedih, kubantu meyakinkan su-ciau-sin-kang adalah karena ilmu ini akan sangat berguna bagimu. Bilamana mataku tidak buta, tentu takkan kulakukan cara ini."
"Dapatkah kau ajarkan rumus Koh-bok-sian itu kepadaku?"
Pinta Yu Wi.
"Untuk apa engkau mempelajarinya?"
Tanya Bok-cing.
"Supaya ...supaya bila perlu. ilmu sakti yang kukuasai dapat kusalurkan kepada anakku atau ahli- warisku,"
Kata Yu Wi. Tapi Bok-cing lantas menggeleng, katanya .
"Kutahu maksud tujuanmu, tentunya hendak kau berikan kembali kepadaku ilmu itu agar tangan kiriku dapat pulih seperti sediakala, betul tidak?"
"Ah. tidak. bukan"
Cepat Yu Wi menyangkal.
Tiba-tiba timbul akal Ko Bok-cing ia pikir pemuda itu harus ditipu agar secara tak sadar mau melatih setengah Su-ciau-sin-kang yang lain, bagaimana ilmu itu sudah telanjur dikuasai, lalu dibujuk dan akhirnya tentu akan diterimanya dengan baik.
Karena itulah ia pura-pura apa boleh buat dan berkata.
"Jika kau ingin belajar, boleh juga kuberi-tahu. cuma harus kau janji takkan kau gunakan atas diriku."
Yu Wi hanya mengangguk tanpa menyanggupi dengan mulut.
Ia pikir bila perlu boleh main pokrol bambu.
Begitulah Ko Bok-cing lantas mulai menguraikan Koh-bok-sian dan semua diapalkan Yu Wi dengan baik, berulang tiga kali nona itu menguraikan ilmu itu supaya Yu Wi dapat mengingatnya dengan betul.
Setelah merasa apal benar Koh-bok-sian ajaran Bok-cing, dengan tangan kanan memegang tangan kiri Yu Wi berkata dengan tertawa.
"Moiymoay, telah kutipu dirimu, aku cuma mengangguk dan tidak mengucapkan janji atas permintaanmu."
"Menipu apa segala, dari mana kutahu engkau mengangguk atau tidak?"
Jengek Bok-cing.
"seorang lelaki sejati harus bisa pegang janji, kupandang engkau seorang Kuncu, asal kau terima ajaranku, kan sama seperti kau terima juga syaratku, tidak perlu harus berjanji dengan mulut."
"Pendek kata, apapun anggapanmu terhadapku, tetap akan kugunakan kembali atas dirimu dengan Koh-bok-sian, tidak boleh kulihat keadaanmu yang mengenaskan ini gara-gara diriku."
"Jika aku tidak mau terima, memangnya apa yang dapat kau lakukan?"
Jengek Bok-cing pula.
"Karena kubikin susah padamu, maka lengan kiriku yang menjadi gara-gara ini akan kubuang,"
Kata Yu Wi dengan tegas. Bok-cing berlagak tak berdaya, jawabnya.
"caramu mengancamku ini bukanlah perbuatan seorang lelaki sejati."
Mendengar nada si nona sudah lunak dan seperti mau terima kehendaknya, Yu Wi berkata pula dengan tertawa.
"ini bukan mengancam melainkan supaya pulang kandang saja."
Bok-cing menggeleng.
"Tidak kau terima pemberianku seluruhnya, sebaliknya malah akan mengembalikan setengah bagian kungfu yang telah kusalurkan padamu. Padahal tanpa menguasai Su-ciau-sin-kang, cara bagaimana engkau akan memenuhi kewajibanmu atas pesan Ban Put-tong Lo-cianpwe untuk menghadapi Thay- yang- bun?"
"Di dunia ini tidak ada urusan sulit. yang penting adalah tekad yang bulat, jika Thay- yang- bun berani bertindak jahat didunia Kangouw, aku tidak percaya tanpa Su-ciau-sin-kang tak dapat menumpasnya?."
Bok-cing mendengus.
"Dari nada ucapanmu ini, agaknya kau yakin dapat mengalahkan Thay- yang- bun tanpa menggunakan Su- ciau-sin-kang? "
"Sudahlah, kita jangan bicara urusan lain, sekarang silakan mengulurkan tangan kirimu, biar kukembalikan tenagamu,"
Kata Yu Wi.
"Tenaga setengah badanku sudah punah, cara bagaimana dapat kuterima saluran kembali tenagamu?"
Ujar Bok-cing. Yu Wi jadi melengak.
"Wah lantas ... lantas bagaimana?"
"Tolol, tangan kananku kananku kan masih kuat, asalkan kau salurkan tenaga melalui tangan kananku, kan sama saja."
"Ah, bagus,"
Seru Yu Wi.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Moay moay yang baik, ulurkan tangan kananmu, sesudah beres segalanya baru kita rundingkan urusan lain-"
Tapi dengan kereng Bok-cing berkata.
"Masih ingat segala larangan dan tidak boleh yang kukatakan tadi?"
"Ingat. sekarang engkau yang harus mematuhinya"
Jawab Yu wi dengan tertawa.
"Tapi perlu diketahui, pihak yang menyalurkan tenaga juga harus mentaati larangan tersebut."
"Ya, kutahu, pokoknya semua peraturan akan kuturuti,"
Kata Yu Wi, lalu ia memejamkan mata dan berkata pula.
"Nah, semuanya sudah siap. ulurkan tangan kananmu."
Tangan Bok-cing terus disodorkan, kedua tangan saling menempel, Yu Wi menjalankan Koh-bok-sian menurut uraian Bok-cing tadi.
Tapi begitu tenaga dalamnya mulai bekerja, segera ia merasakan gelagat tidak betul, serasa tenaga murni sendiri tidak tersalur keluar sebaliknya hawa murni Ko Bok-cing malah terisap olehnya.
Tentu saja Yu Wi terkejut, dia memang sudah sangsi kalau Koh-bok-sian dapat membantu orang lain mengisap tenaganya, tentu juga dapat digunakan mengisap tenaga orang lain-Buktinya sekarang benarbenar terjadi begitu.
Ia tidak tahu bahwa yang diajarkan Ko Bok-cing j usteru kebalikannya.
Kiranya Koh-bok-sian terbagi menjadi pasif dan aktif.
Yang dipahami Yu Wi sekarang adalah aktif, maka begitu mengerahkan ilmu itu, serentak tenaga Ko Bok-cing yang terisap olehnya.
Apabila tenaga Bok-cing bagian kanan badan terisap habis, tanpa kelihatan dia telah memperoleh pula setengah bagian Su-ciau-sin-kang yang lain- Karena Bok-cing berniat mengajarkan Yu Wi agar menguasai Su-ciau-sin-kang secara lengkap.
maka dia sengaja menipunya.
Tapi Yu Wi bukan anak tolol, keadaan yang tidak benar ini segera diketahuinya.
cepat Yu Wi bermaksud menarik tangannya.
tapi ternyata sukar dibetot kembali.
Sebabnya Bok-cing malah mengerahkan segenap tenaga sehingga tangan Yu Wi bertambah lengket, serunya.
"Mainkan dengan baik, jangan sembarangan bergerak."
Tapi setelah tahu ketidak beresan ini, mana Yu Wi mau melanjutkan permainannya, segera ia berhenti mengarahkan Koh-bok-sian, Tapi tenaga murni Bok-cing masih terus mengalir kedalam tubuh Yu wi.
Karuan anak muda itu menjadi gelisah, bentaknya mendadak.
"Tarik tanganmu"
Mendadak tangan kanannya menghantam kedua tangan yang saling lengket itu, karena Wi sekarang juga sudah menguasai setengah Su-ciau-sin-kang, tenaganya sama kuatnya dengan Bok-cing, sekali hantam kedua tangan lantas tergetar terpisah.
Tangan Bok-cing melambai kebawah, ia menangis sedih.
"Hendak kau jebloskan diriku menjadi manusia yang tak berbudi?"
Kata Yu Wi dengan menyesal.
"Tak berbudi apa? Sengaja hendak ku- ajarkan ilmu sakti padamu, tapi tidak kau terima dengan baik, ini artinya engkau tidak tahu diri,"
Jawab Bok-cing.
"Menarik keuntungan bagi diri sendiri dengan mengorbankan dirimu, kau bilang aku tidak tahu diri?"
Kata Yu Wi.
"Hm, pikiranmu yang cupet melebihi orang perempuan ini sungguh tidak bijaksana, tidak kaupikirkan bilamana Su-ciau-sin-kang sudah kau kuasai dengan baik, entah berapa banyak keluhuran yang akan kau buat. coba jawab, jika kelak Thay- yang- bun menggaran didunia Kangouw, dengan cara bagaimana akan kau selamatkan dunia persilatan?"
"Meski kungfuku sekarang tidak cukup tangguh, pelahan masih dapat kugembleng diriku sendiri, akhirnya pasti akan mencapai tingkatan yang sempurna dan kuyakin sanggup menghadapi Thay- yang- bun.
"
"Huh, untuk itu akan kau tunggu sampai kapan?"
Jengek Bok-cing.
"Sampai kapan pun tidak menjadi soal daripada membikin susah padamu,"
Jawab Yu Wi.
"Kuyakin Thian juga tidak berkenan bilamana kuterima bantuan ilmu sakti secara tidak bijaksana."
"Huh, masih bicara tentang bijaksana segala.
"jangek Bok-cing.
"Sesungguhnya kau mau terima tidak sebagian Su-ciau-sin-kang lagi?"
"Tidak."
Jawab Yu Wi tegas.
"Jadi sengaja kau bikin aku mati dengan penasaran?"
Tanya Bok-cing dengan tersenyum getir. Yu Wi menjadi gelisah, disangkanya si nona mengancamnya akan membunuh diri, ucapnya dengan kelagapan.
"Masa engkau ... engkau ... ."
Bok-cing menghela napas, katanya "Terus terang kukatakan padamu, sekarang bukan saja ke-dua mataku buta, kedua kakiku juga tidak dapat bergerak.
Kedua macam cacat ini membuatku putus asa dan bosan hidup, Tak lama lagi hidupku di dunia ini, mengapa tidak kau terima permintaanku sebelum ajal ini.
Perlu kau ketahui, setelah ku- ajarkan ilmu sakti padamu, meski mati hayatku, tapi jiwaku seakan-akan masih hidup pada badanmu.
Memangnya kau tega membikin cita-citaku atas dirimu tidak terlaksana?"
Karena uraian Bok-cing ini, Yu Wi tambah tidak mau terima kehendaknya, ia pikir kalau si nona sudah putus asa, bila ilmu sakti selesai diajarkan padanya, tentu segera dia akan bunuh diri.
Sebaliknya kalau ilmu sakti belum diajarkan, selama masih menaruh sesuatu harapan, tentu dia takkan bunuh diri.
Maka ia coba membujuknya.
"ilmu saktimu tidak ada tandingannya didunia, hendaknya kau hidup dengan baik-baik, biarlah kujelajahi dunia ini untuk mencari obat yang dapat menyembuhkan cacat mata dan kakimu, jika engkau sudah dapat melihat dan berjalan lagi, ilmu saktimu adalah kekuatan pembasmi kejahatan dan penumpas Thay-yang-bun yang ampuh."
"Hm, obat untuk menyembuhkan mata dan kaKiku? Hal ini sama sekali tidak kuharapkan lagi,"
Ujar Bok-cing dengan tersenyum getir "Semenjak ku selamatkan kedua orang itu tempo hari, aku sudah rela menerima kedua cacat ini selamanya."
Tergerak hati Yu Wi oleh ucapan si nona, cepat ia tanya.
"Kedua orang yang kau maksudkan itu apakah Pek-yan dan diriku"
"Betul, yang kuselamatkan itu adalah kalian berdua,"
Jawab Bok-cing.
"Kau pikir apa sebabnya wajah dan tubuhku penuh luka? Semua ini adalah karena waktu itu kuangkat tubuh kalian berdua dan membiarkan badanku sendiri disayat oleh dinding karang yang tajam. Sebab apa kalian dapat terhanyut kedalam air terjun dan terdampar ke tepi kolam, sebaliknya aku terbawa arus masuk kesini? Sebabnya karena kutahu bilamana kita bertiga terdampar kedinding karang tentu kita akan sama-sama hancur lebur, aku tidak ingin kalian berdua mati bersamaku, maka dengan ilmu saktiku kulemparkan kalian keluar air terjun. Kusangka diriku sendiri akan hancur lebur, namun sedikitnya sudah kuselamatkan kalian berdua. Siapa tahu Thian kasihan kepada maksud baik-ku itu dan tidak membinasakan diriku. sesudah kulemparkan kalian sekuatnya, tubuhku berputar. kedua kakiku jatuh ke tanah lebih dulu sehingga tulang kakiku terbanting remuk. Bersama dengan gerakan putaran itu, akupun terhanyut kedalam gua ini dan syukur badan tidak terluka parah. Waktu aku mendusin, kurasakan kakiku sudah remuk. mata pun buta, yaitu karena terpukul oleh air terjun yang keras itu Waktu itu aku membentang mata untuk menaksir bagian tempat yang akan kulemparkan kalian kesana supaya tidak terbanting hancur, lantaran mata baru terpentang dan digerujuk air terjun yang keras, mataku jadi buta oleh getaran air terjun itu. Meski mataku buta, tapi dapat melemparkan kalian ke tempat yang aman, kan berharga juga pengorbanan ini?"
Mendengar sampai disini, hati Yu Wi pedih seperti disayat-sayat, ingin menangis pun tak keluar air mata.
Diam-diam ia bertobat didalam hati "o, Thian, demi menyelamatkan aku dan Pek-yan dia menjadi buta dan lumpuh, jika aku Yu Wi tidak berusaha menyembuhkan dia, apa aku sampai hati hidup terus didunia ini? Selama aku masih hidup didunia ini, tujuanku yang utama adalah mencari penyembuhan bagi mata dan kakinya.
Ya, harus kucarikan obat mujarab baginya "
Setelah ambil keputusan didalam hati, segera timbul hasratnya untuk pergi dari gua itu.
"Kuceritakan sebab musababnya kecacatanku bukan karena ingin menonjolkan jasaku. juga bukan untuk menarik simpatimu,"
Kata pula Bok-cing "Maksudku hanya agar kau tahu bahwa setelah kusalurkan seluruh tenagaku padamu, seluruh kehidupanku juga telah kutitipkan padamu.
coba pikir, aku yang menyelamatkan jiwamu, dengan kedua tangan kusalurkan tenagaku, jika seterusnya engkau melakukan pekerjaan mulia di dunia Kang-ouw, kan serupa juga aku sendiri yang berbuat hal-hal itu.
Apabila dapat kau terima penjelasanku ini, hendaknya kau duduk lagi disini, biar kuajarkan pula setengah Su-ciau-sin-kang yang lain padamu."
"Kuharap engkau hidup dengan baik di sini, kupasti dapat mencarikan obat mujarab untuk menyembuhdan penyakitmu."
Kata Yu Wi. Bok-cing menjadi marah, katanya.
"Kan sudah kukatakan tiada sesuatu lagi yang kuharapkan- ini, kukembalikan padamu."
Mendadak ia mengambil sesuatu terus dilemparkan kepada Yu Wi. Setelah terima barang itu, Yu Wi berseru kaget.
"Hei Jit-yap-ko?Jadi...jadi buah ini tidak kau makan? Lalu cara bagaimana mukamu bisa pulih?"
"Kau heran bukan?"
Ujar Bok-cing dengan tertawa.
"Makanya kubilang nasib tidak dapat dipaksakan- Thian maha adil, aku tidak dijadikan setan bermuka buruk dan setan kelaparan, maka didalam gua ini banyak tumbuh jamur yang dapat kumakan selalu untuk tangsal perut,jamur ini juga berkhasiat menyembuhkan luka dan memulihkan daging. Apabila Thian menghendaki mataku tidak buta, tentu sudah lama juga mataku dapat melihat kembali. cuma sayang Thian tidak menumbuhkan jamur ini untuk menyembuhkan mata buta dan kaki lumpuh, ini berarti aku sudah ditakdirkan harus cacat selamanya, kenapa aku harus berusaha penyembuhannya lagi? "
Tapi Yu Wi tambah yakin usahanya nanti pasti akan berhasil, katanya.
"Jika Thian dapat memulihkan wajahmu, tentu akan membantuku menemukan dua jenis obat penyembuhan yang mustajab. Kuharap engkau sabar menunggu disini, pasti akan kubawakan obat ajaib untuk mengobati matamu."
Bok-cing menggeleng.
"Aku tidak mengharapkan Thian akan memperlakukan diriku dengan istimewa."
Dia tidak percaya didunia ini ada obat yang dapat menyembuhkan mata buta, apalagi menyembuhkan tulang kaki yang sudah remuk. Tapi dengan suara keras Yu Wi berkata.
"Pasti dapat kudapatkan obatnya, yang penting hendaknya engkau hidup baik-baik disini."
"Aku tidak ingin hidup baik segala, kecuali... ."
Yu Wi kuatir nona itu akan membunuh diri, hal ini akan membuatnya menjesal selama hidup, maka cepat ia tanya.
"Kecuali apa?"
Dengan tulus ikhlas Bok-cing berkata.
"Kecuali engkau menerima setengah bagian Su-ciau-sin-kang yang lain, dengan begitu barulah ada harapanku untuk hidup."
"Kalau aku tidak mau?"
Sahut Yu Wi dengan tegang.
"Kalau tidak mau, biar kumati di depanmu sekarang juga."
Kata Bok-cing.
"Wah, jika demikian, rasanya mau-tidak-mau harus kuterima setengah bagian Su-ciau-sin-kang itu,"
Kata Yu Wi dengan tertawa.
"Jika kau minta aku jangan mati, terpaksa harus kau terima permintaanku,"
Kata Bok-cing dengan ngotot. Tapi Yu Wi menjawab dengan dingin.
"Tapi apakah engkau tahu caramu mengalirkan tenagamu padaku itu meski tidak membuat kumati malu namun sudah kuputuskan selamanya takkan menggunakan ilmu sakti ajaranmu ini."
Bok-cing menggeleng dengan tertawa.
"Ilmu sakti sudah masuk tubuhmu, tak mungkin tidak kau gunakan-"
Yu Wi masukkan tangan, kiri ke dalam bajunya dan berkata.
"Selanjutnya takkan kugunakan tangan kiriku ini"
Mendengar ucapan Yu Wi sedemikian tegas, Bok-cing menjadi kuatir, katanya.
"Mengapa engkau mesti ngotot? Sengaja kau bikin marah padaku?"
"Bukan sengaja kubikin marah padamu, aku cuma ingin memberitahukan padamu bahwa aku tidak suka menerima saluran tenaga saktimu dengan cara demikian,"
Kata Yu Wi.
"Habis dengan cara bagaimana baru akan kau terima?"
Tanya Bok-cing. Yu Wi kuatir nona itu akan membunuh diri, untuk membesarkan hasrat hidupnya, terpaksa ia menjawab.
"Nanti bila sudah kudapatkan obat mujarab dan menyembuhkan matamu baru akan kuterima ajaran ilmu saktimu."
Karena sudah kehabisan akal, terpaksa Bok-cing berkata.
"Baiklah, akan kutunggu, semoga nanti kau dapatkan obat mujarab dan tentu takkan kau tolak lagi bila kuajarkan setengah bagian ilmu sakti itu."
Yu Wi percaya bok-cing takkan bunuh diri lagi, sagera ia membalik tubuh dan terjun ke dalam air.
"Hei, bawa serta anakmu"
Seru Bok-cing."
"Tidak. tolong engkau sudi merawatnya bagiku"
Jawab Yu wi, lalu ia menyelam dan sekejap saja lantas menghilang.
Bok-cing tahu maksud tujuan Yu Wi meninggalkan anaknya, sebab kalau dia diwajibkan merawat anak bayi itu betapapun dia bosan hidup juga tak dapat membunuh diri tanpa memikirkan nasib orok itu.
Dia lantas merangkak ke dalam gua, dengan penuh kasih sayang ia gendong anak itu, katanya di dalam hati.
"Toako, biarpun engkau tidak mau terima sebagian Su-ciau-kang-yang lain, kan sama saja bila kuajarkan kepada anakmu nanti." ---ooo0dw0ooo--- Tidak lama kemudian, Yu Wi telah muncul kembali dipermukaan kolam sana dan berlari ketempat tali panjang itu. Dilihatnya tambang itu masih terjulur ditempat semula, segera kedua tangannya memegang tambang dengan erat dan siap untuk memanjat keatas. Mendadak ia masukkan tangan kiri kedalam baju, hanya dengan satu tangan dibantu kedua kaki ia terus memanjat ke atas. Sebabnya dia memasukkan tangan kiri kedalam baju adalah untuk menepati janji selanjutnya takkan menggunakan tangan kiri. Lebih dari satu jam Yu Wi memanjat, akhirnya dapatlah ia mencapai puncak tebing dengan kelelahan- Tempat ini terletak di atas salah satu puncak Siau hoa-san, pegunungan Siau-hoa banyak sekali puncaknya yang tinggi, sedikitnya ada dua ribu kaki tinggi puncak ini. Sudah dua malam Yu Wi tidak tidur, ditambah lagi kelelahan, rasanya tidak tahan lagi, ia bertiarap diatas tanah untuk mengaso. Pada saat itulah sekonyong-konyong terdengar sambaran angin keras, Dengan cekatan Yu Wi melompat bangun sehingga cengkeraman orang dapat dihindarkan- Sekali mencengkeram tidak mengenai sasarannya, orang itu berganti sasaran, tangannya lantas menabas ujung tambang sehingga putus. Tambang panjang dan berat itu seketika terjatuh kedasar lembah seluruhnya. Padahal didasar lembah sana masih tinggal Ko Bok-cing dan anaknya, keruan Yu wi menjadi cemas dan gusar, bentaknya sambil menuding orang itu.
"Nikoh jahat, mengapa sengaja kau bikin celaka orang?"
Ujung tambang itu hanya tersisa sepotang saja masih terikat pada batu karang, untuk membuat tambang baru sepanjang itu belum tentu dapat jadi dalam setahun, jelas selama itu pula Yu Wi tak dapat turun ke bawah, tentu saja hal ini membuatnya gemas, Ternyata orang yang memotong tambang itu tak lain-tak-bukan ialah Ji- bong Taysu, itu nikoh tua pemimpin cu-pi-am.
"omitohud"
Demikian Ji-bong bersabda.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nikoh tua mengutamakan welas-asih dan tidak ingin mencelakai siapa pun."
"Memangnya tidak kau ketahui dibawah sana masih ada orang?"
Teriak Yu Wi murka. Ji- bong menggeleng kepala.
"Kan sudah naik semua, masih ada siapa pula?"
Dia sengaja berlagak pilon, padahal hatinya cukup jelas dibawah Sana masih ada seorang Ko Bok-cing, seorang nona yang kesaktiannya tidak dibawahnya, seorang nona yang menjuasai Su-ciau-sin-kang dengan sempurna.
Yu Wi juga tahu orang sengaja memotong tambang panjang itu agar Ko Bok cing tak dapat naik keatas.
tapi kalau ji- bong tidak mau mengaku, apa yang dapat diperbuatnya, apalagi kungfu nikoh tua itu maha tinggi, apa yang dapat diperbuatnya? Terpaksa Yu Wi menahan perasaannya, ia pikir terpaksa aku harus memilin tambang panjang lagi.
Sekarang dirinya bukan tandingan nikoh tua ini,jalan paling baik adalah angkat kaki saja.
Karena pikiran itu, segera ia membalik tubuh dan tinggal pergi.
Tapi baru dua-tiga langkah, mendadak Ji-bong membentak.
"Berhenti"
Dengan mendongkol Yu Wi berpaling dan bertanya.
"Kau sengaja memutus tambang itu dan aku tidak berurusan lebih lanjut denganmu, memangnya hendak kau cari perkara malah padaku?"
Ji- bong mengulurkan tangannya dan berkata.
"Harap Sicu mengembalikan Jit-yap-ko"
"sudah kumakan buah itu,"
Sahut Yu Wi dengan gusar, Mendadak Ji-bong bertepuk tangan pelahan, maka Ji-tiau lantas muncul dari balik batu karang sana dengan menggendong seorang bayi perempuan- Bayi yang digendongnya itu jelas bukan orang lain dari pada anak perempuan Yu Wi.
Keruan Yu Wi terkejut.
"Dimana Pek-yan?"
Teriaknya.
"Pek-yan siapa?"
Tanya Ji-bong dengan dingin- Yu Wi menuding bayi dalam gendongan Ji-tiau, dengan gusar ia berteriak pula.
"ibunya, perempuan yang membawanya ke atas tadi "
"Huh, masa yang kau perhatikan hanya Pek-yan dan tidak memperhatikan lagi perempuan lain? "
Jengek Ji- bong.
"Siapa yang kau maksudkan? Apakah Soh-sim?"
Tanya Yu Wi dengan terkejut.
"Telah kau apakan dia?"
"Tidak kuapa- apakan dia, boleh kau lihat sendiri,"
Kata ji-bong sambil bertepuk tangan lagi.
Dalam sekejap lantas muncul Boh-tin dan Boh-pi dari balik batu karang, masing-masing mengempit satu orang, mereka adalah Ko Bok-ya alias Soh-sim dan Pek-yan-Keduanya terkempit dibawah ketiak dan tak dapat berkutik.
Segera Ji-bong siap menghadang didepan Yu Wi sambil mendengus.
"Di depanku, jangan coba-coba main gila"
Yu Wi tahu maksud tujuan orang, teriaknya gusar.
"Memangnya apa kehendakmu?"
"Apalagi? Tetap mengenai Jit-yap-ko, harap kembalikan,"
Kata ji-bong sambil menjulurkan tangannya.
"Huh, hanya untuk sebuah jit-yap-ko, sebagai seorang beragama engkau dapat berbuat apa pun?"
Jengek Yu Wi dengan menghina "Betul, sudah sepuluh bulan kutunggu, tujuanku hanya ingin minta kembali Jip-yap-ko seperti sekarang ini."
Jawab ji-bong.
"Dan sekarang jika tidak mau kau kembalikan buah itu. jiwa mereka bertiga juga tak dapat kujamin,"
"Kalau begitu, jadi selama sepuluh bulan Soh-sim memilin tambang dengan susah pajah juga sudah kau ketahui?"
Tanya Yu Wi "jika tidak ku-beritahukan padanya bahwa diantara tiga orang yang terjeblos kedalam sumur perangkap itu terdapat dirimu, tentu Soh-sim takkan bersusah payah mencari tempat terkurungnya kalian itu."
"Jadi sengaja kau beritahukan tentang terjeblosnya diriku?"
Tanya Yu Wi. Ji- bong tampak senang, katanya.
"Kupercaya kepada kecerdasan soh-sim, ditambah lagi tekadnya yang besar, orang lain mungkin tidak marmpu menemukan jejak kalian, tapi bulan yang lalu sudah kuduga Soh-sim pasti dapat menemukan kalian-"
Yu Wi mengejek.
"Hm, Taysu memang seorang yang maha cerdik dan dapat memandang jauh, sungguh aku sangat kagum."
"Betapapun kau kagum sungguhan atau pura-pura, yang jelas pihakku berada diatas angin- mau tak- mau harus kau serahkan kembali Jit-yap-ko,"
Kata Ji- bong. Dengan tangan kanan Yu Wi mengeluarkan Jit-yap-ko yang dimaksud, digenggamnya dengan baik dan berkata.
"Setelah Taysu menerima kembali Jit-yap ko ini, lalu apa tindakanmu selanjutnya?"
"Dengan sendirinya akan kuperlakukan kalian dengan lebih baik,"
Ucap Ji-bong.
"Lebih baik bagaimana?"
Tanya Yu Wi.
"Paling tidak, tentu takkan kubunuh kalian-"
Jawaban ini tidak memuaskan Yu Wi, ia menggeleng kepala. Air muka Ji-bong berubah.
"Bagaimana, tidak mau kau kembalikan?"
"Bukannya tak mau kukembalikan, aku cuma menghendaki jaminan dari Taysu,"
Sahut Yu Wi.
"Jaminan apa yang kau minta?"
Tanya ji- bong.
"Jaminan keselamatan kami berempat."
"Termasuk Soh-sim? "
Jengek Ji- bong .
"Ya,"
Jawab Yu wi.
"Dengan susah payah Soh-sim telah menyelamatkan aku dan Pek-yan, dengan sendirinya tidak bolah dia mendapat susah karena perbuatannya ini."
Dengan kurang senang Ji-bong berseru.
"Yu Wi, jangan kau kira dapat kau peras diriku dengan sebuah Jit-yap-ko. Hm, jaminan keselamatannya segala, kalau tidak kubunuh kalian sudah untung besar, apalagi yang kau harapkan? Soh-sim adalah anak murid cu-pi-am, tidak perlu kau kuatirkan dia."
"Kutahu memang tidak patut melakukan pencurian, cuma urusan sudah telanjur terjadi, mohon Taysu sudi memberi maaf,"
Pinta Yu Wi dengan menyesal.
"Jika tahu salah dan mau minta maaf, biarlah urusan ini dibicarakan lagi kelak,"
Kata Ji-bong.
"Tapi Jit-yap-ko belum juga kau Kembalikan, bukankah sengaja hendak kau peras diriku?"
Menurut pertimbangan Yu Wi. dalam keadaan demikian tidak boleh membuat marah Ji- bong Taysu, supaya urusan bisa beres, terpaksa Jit-yap-ko harus dikembalikan lebih dulu. segera ia menyodorkan buah itu kedepan Ji-bong. Ji-bong mendengus.
"Beginilah baru dapat disebut orang yang tahu gelagat."
Sambil bicara ia terus menjulurkan tangan kanan untuk menerima Jit-yap-ko, tapi tangan kiri mendadak juga bergerak untuk menangkap Ki-kut-hiat yang penting dibahu kiri Yu Wi.
Setengah badan kiri Yu Wi kini sudah menguasai Su-ciau-sin-kang, meski mendadak tercengkeram.
serentak urat nadinya juga bergolak dan memantulkan tenaga perlawanan, seketika tangan Ji-bong meleset memegang sasarannya.
Setelah terlepas dari cengkeraman orang, pada saat Ji-bong tercengang, tangan kanan Yu Wi segera membalik dan merampas kembali Jit-yap-ko Gerakan menyodorkan Jit-yap-ko, melepaskan diri dari cengkeraman lawan dan merampas kembali.
semua itu dilakukan secara berurutan dan cepat sekali.
Keruan Ji- bong terkejut, ia heran kungfu anak muda ini dapat maju sepesat ini.
Lebih-lebih tenaga dalam yang timbul dari bahu kiri Yu Wi, rasanya, sedemikian kuat dan sukar diatasi, hal ini sungguh membuat Ji-bong tercengang.
Dari malu Ji-bong menjadi gusar, bentaknya.
"Yu Wi, kau berani bermusuhan denganku?"
"Wanpwe tidak berani,"
Jawab Yu wi.
"Kalau tidak berani, mengapa kau rampas kembali Jit-yap-ko Itu?"
"sebab Taysu bermaksud mencelakai diriku, terpaksa Wanpwe melakukan perlawanan-"
"Jika kau ingin minta maaf, segala sesuatu harus menuruti kehendakku."
Yu Wi menggeleng, sahutnya.
"Rasanya orang she Yu tidak sebodoh itu."
Ji- bong menjengek.
"Hm, kau kira setelah terbekuk olehku akan kucelakai dirimu? Kau tahu orang beragama mengutamakan welas-asih, asalkan benar kau mau mengaku salah, dengan sendirinya akan kumaafkan kesalahanmu. Tapi tampaknya sekarang urusan mengaku salah dan minta ampun segala tidak perlu dibicarakan lagi."
Yu Wi memang tidak puas terhadap kelicikan Ji-bong, sekarang orang malah bicara tentang welas-asih segala, segera ia menjengek "Jika Taysu mengaku mengutamakan welas-asih, hal ini sungguh kuragukan- Kukira Taysu belum lupa ucapanmu sendiri waktu menolak mempertemukan Soh-sim denganku.
maka sekarang tak dapat lagi kupercayai keterangan Taysu.
Apalagi terbukti pula tindak-tanduk Taysu sendiri, melihat orang celaka tidak mau menolong, orang terjeblos kedalam sumur kau lempari batu sekalian-Wanpwe bertiga hampir saja mati di dasar lembah sana.
Ho, biarpun Wan-pwe lebih bodoh lagi juga takkan mempercayakan jiwa sendiri kepada Taysu."
Di depan Ji-tiau, Boh-tin dan Boh-pi sekaligus Yu Wi membongkar kedok dan mengorek borok Ji-bong. keruan nikoh tua itu menjadi murka, bentaknya.
"Maling cilik, untuk menangkap dirimu adalah terlalu mudah bagiku,"
Kini Yu Wi tambah kenal watak Ji-bong yang keji, hanya berkedok sebagai nikoh, tapi diam-diam melakukan berbagai kejahatan- Dasar usianya masih muda, tentu saja iapun naik darah, kontan ia balas mengejek.
"Maling cilik? Maksudmu siapa? Kalau maling tua kukira lebih cocok bagi Taysu."
Tidak kepalang gusar Ji-bong, dengan jari gemetar ia tuding Yu Wi, sampai lama tidak sanggup bersuara. Ji-tiau lantas tampil ke depan, katanya.
"Yu-sicu, cara bicaramu ini agak keterlaluan."
Yu Wi sudah nekat, jawabnya.
"Keterlaluan bagaimana?"
"Perbuatan Yu-sicu mencuri Jit-yap-ko kan jelas terbukti?"
Ucap Ji-tiau.
"Betul, akupun tidak menyangkal, tapi aku bukan maling, tindakanku itu hanya mengambil barang milik ibuku yang hilang,"
Jawab Yu Wi tegas.
"ibumu? Siapa ibumu?"
Tanya Ji-tiau.
"ibuku she Tan bernama Siok-cin,"
Tutur Yu Wi.
"Jit-yap-ko adalah milik ibu, ketua kalian merampasnya dari tangan ibuku, coba katakan, perbuatan pemimpin kalian ini apakah pantas?"
Sungguh tak tersangka oleh Ji-tiau bahwa si perempuan berbaju hitam yang setiap tahun pasti datang buat minta kembali Jit-yap-ko itu ialah ibu Yu Wi.
Soal apakah Jit-yap-ko benar diberikan oleh Kan Yok-koan kepada Ji-bong Taysu atau tidak Ji-tiau sendiri juga tidak jelas, maka ia menjadi gelagapan.
"oo, jadi ini ... ini ...."
"Mundur,ji-tiau"
Seruji- bong mendadak. Ji-tiau tidak dapat lagi ikut campur, terpaksa ia mundur kesamping. Ji- bong lantas berkata pula..
"Apakah benar Tan Siok-cin itu ibumu?"
"Masakah diriku perlu sembarangan mengaku orang lain sebagai ibuku?"
Sahut Yu Wi.
"Bagus jika begitu, marilah kita bertempur secara tuntas,"
Kata Ji- bong dengan ketus.
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dengan alasan apa pertarungan ini dilangsungkan?"
Tanya Yu Wi.
"Untuk menentukan maling,"
Kata Ji-bong.
"Apakah kau maling cilik atau aku maling tua, biar ditentukan dalam pertarungan ini."
"Maksud Taysu, Jika Taysu menang, terbukti Jit-yap-ko ini memang benar pemberian Kan Yok-koan kepadamu?"
"Betul,"
Dengus Ji-bong.
"Jika aku kalah anggaplah aku bicara secara ngawur dan anggaplah memang tidak patut kurampas Jit-yap-ko dari ibumu."
"Dan tentunya sebutan maling tua juga akan kau terima dengan baik?"
Tukas Yu Wi tanpa sugkan-sungkan.
Selaku ketua suatu biara dengan kedudukan yang dihormati selama berpuluh tahun, mana pernah Ji-bong mendapatkan perlakuan tidak sopan oleh seorang anak muda seperti sekarang ini.
Dengan murka ia tuding Yu Wi dan berteriak.
"Maling cilik, betapapun takkan kubiarkan kau pergi dengan aman hari ini."
Yu Wi menjengek.
"orang she Yu memang sudah bertekad takkan meninggalkan tempat ini dengan hidup. Namun sebutan maling cilik jangan terburu-buru kau gunakan, jika aku menang nanti secara resmi akan kubawa pulang barang ibuku yang hilang ini dan sebutan maling harus Taysu terima kembali."
"cis, jangan mimpi"
Damperat Ji-bong.
"Memangnya kau kira aku harus minta maaf karena sebutan maling cilik bagimu tidak tepat?"
"Tepat atau tidak, siapa yang pantas disebut maling, biarlah kita tentukan saja dalam pertarungan ini"
Kata Yu Wi.
sebenarnya Yu Wi tidak yakin akan dapat mengalahkan ji- bong, tapi apapun juga pertarungan ini harus diperjuangkan sekuatnya, sebab partarungan ini sama halnya dia bertempur atas nama ibunya.
Kalau menang, biarpun ada alasan apapun Jit-yap-ko pasti akan menjadi milik ibunya.
Tatkala mana tuduhan mencuri Jit-yap-ko dengan sendirinya juga hapus.
Andaikan kelak Jit-yap-ko itu jatuh lagi ke tangan Ji-bong juga wajib dikembalikan kepada ibunya.
ji- bong sendiri juga tidak memandang Yu Wi sebagai lawan setaraf, segera ia mengejek.
"IHm, apakah kaupikir akan menang dengan untung-untungan?"
"Tentu saja kuharap begitu.
"jawab Yu wi- "Jika aku menang, ada suatu permintaanku."
"IHm, tentunya kau minta kebebasan putrimu bersama ibunya?"jengek Ji-bong.
"Betul, memang itulah permintaanku, dapatkah Taysu berjanji?"
Ji- bong merasa tidak sabar, katanya.
"Terlalu cepat kau bayangkan kemenanganmu, jika mampu, coba mengalahkan dulu diriku sejurus dua"
"jangan- jangan Taysu tidak berani berjanji?"
Ujar Yu Wi.
"jangan mimpi muluk-muluk. anak muda,"
Teriak Ji-bong dengan gusar.
"Nah, lekas katakan, cara bagaimana kau ingin bertanding denganku, katakan saja dan pasti kuiringi."
Dia terlalu tinggi hati dan meremehkan Yu Wi. sebaliknya karena Yu Wi tidak yakin akan menang, maka dia sangat prihatin, jawabnya kemudian.
"Bagaimana kalau bertanding pedang?"
Segera Ji-bong berpaling dan berseru.
"Ambilkan pedang,ji-tiau"
Secepat terbang Ji-tiau berlari pergi, srjenak kemudian dia sudah kembali dengan membawa dua batang pedang.
Ji- bong menerima satu dan pedang lain dilemparkan kepada Yu Wi, kedua pihak menghunus pedang berbareng.
Dengan pedang di tangan, Yu Wi tidak terburu-buru mencari kemenangan, lebih dulu ia mengeluarkan jurus pertahanan yang tak terbobolkan, yaitu Put-boh-kiam.
Jit- bong melengak.
pikirnya.
"Gerak jurus ini seperti sudah kukenal?"
Tapi dia tetap tidak menaruh perhatian, pedang terayun dan diangkat lurus ke depan.
Jika Thay- yang- bun memandang ilmu pedang sebagai kungfu kedua dan lebih mengutamakan ilmu pukulan, maka Goat-heng-bun justeru kebalikannya, yaitu mengutamakan ilmu pedang dan golok, sedang ilmu pukulan tidak terlalu penting.
Sebab itulah Ji-bong sekarang jadi menggunakan kelemahan sendiri untuk menyerang keunggulan lawan- Padahal Hai-yan-to-hoat merupakan inti kung-fu Goat-heng-bun, setiap kali kedua perguruan itu bertempur, bilamana Goat-heng-bun memainkan ilmu goloknya itu, Thay- yang- bun tentu membuang senjata dan menghadapinya dengan bertangan kosong.
Dengan demikian kedua pihak sama-sama mengeluarkan kungfu andalan masing-masing, Thay- yang- bun menjadi lebih kuat daripada menggunakan senjata dan mampu menghadapi pihak Goat-heng-bun dengan sama kuatnya.
Sekarang lantaran Ji-bong meremehkan Yu Wi dan menyuruh anak muda itu memilih dan bertanding ilmu pedang, mau-tak mau dia harus mematuhi aturan permainan- jika dia membuang pedang, dengan sendirinya dianggap kalah.
ji-bong tidak menyadari akan kelihaian Yu Wi yang mampu memainkan Hai-yan-kiam-hoat berintikan Hai-yai-to-hoat dari Goat-heng-bun, disangkanya ilmu golok Goat-heng-bun sudah lama lenyap bersama dengan kitab pusakanya, yaitu Hian-ku-cip.
Kalau tidak.
tentu dia lebih suka menjaga gengsi dan menghadapi Yu Wi dengan bertangan kosong.
Setelah kedua pihak sudah mulai bergebrak, permainan ilmu pedang Ji-bong ternyata sia-sia, barulah diketahui ilmu pedang Yu Wi itu adalah salah satu jurus pertahanan berasal dari Hai-yan-to-hoat yang tak terbobolkan itu.
Yaitu Put-boh-kiam ajaran Ji Pek- liong.
Apalagi sekarang Yu Wi sudah menguasai segenap intisari Hai-yan-pat-kiam, setiap jurusnya dapat dimainkan dengan lancar, bila dibandingkan ketika mulai belajar pada ji Pek-llong dulu, daya pertahanan Put-boh-kiam itu entah sudah berlipat berapa kali.
Maka setelah belasan jurus dapat bertahan dengan rapat, timbul kepercayaan Yu Wi pada kemampuan sendiri, ditengah Put boh-kiam mendadak ia melancarkan serangan dengan jurus Bu-tek-kiam, jurus tiada bandingannya, Maha dahsyat jurus serangan ini ibaratnya mengguncang bumi dan menggetar langit.
Sebisanya ji- bong menangkis serangan itu, diam-diam ia terkejut, ia pikir ilmu pedang anak muda ini ternyata tidak dibawah Hai-yan to-hoat dari Goat-heng-bun atau perguruan bulan sabit keluarga Ban Put-tong itu.
Kini urusan sudah telanjur, seperti halnya sudah kadung berada di punggung harimau, ji- bong menjadi serba salah.
Kalau membuang pedang dan ganti bertumpur dengan pukulan, hal ini selain berarti kalah, tentu Yu Wi juga tidak memberi kesempatan padanya untuk membuang pedang, sebab sekali dia melempar pedangnya, seketika juga pasti akan dilukai oleh serangan pedang Yu wi.
Tingkatan Ji- bong sangat tinggi, ia membatin.
"Entah bocah she Yu ini anak murid Ban Put-tong angkatan keberapa? Tapi biarpun dia mahir Hai-yan-kiam-hoat, masakah tidak mampu kulawan dia?"
Maka digunakannya segenap pengetahuannya tentang ilmu pedang, sekuatnya dia hadapi Hai-yan-kiam- hoat.
Setelah melancarkan jurus serangan Bu-tek-kiam, menyusul Yu Wi lantas mengeluarkan Hong-lu-kiam, Tay-gu-kiam, Siang-sim-kiam dan Tay- liong- kiam.
Keempat jurus serangan ini juga sama dahsyatnya, lebih-lebih karena sekarang Yu Wi bukan lagi Yu Wi yang dulu, setiap jurus itu sukar ditandingi tokoh manapun jaman ini.
Tapi Ji-bong Taysu memang juga mempunyai kelihaian sendiri, setelah terserang lima jurus pedang itu dia memang terdesak.
tapi tidak terancam bahaya.
Di dunia persilatan sekarang mungkin cuma dia saja yang mampu berbuat demikian- Di samping sana ji-tiau, Bon-tin dan Boh-pi juga mengikuti pertarungan itu dengan mata berkunang-kunang, sungguh mereka tidak menyangka Yu Wi masih mempunyai kungfu simpanan sehebat itu..Setelah lima jurus serangan tak dapat merobohkan Ji- bong, kini tertinggal dua jurus lagi yang baru dikuasai Yu Wi dari latihan didasar lembah, yaitu dua jurus dari kakek gagu dan kakek tuli yang diberi nama Sat jin-kiam (jurus membunuh orang) dan Tay-lok-kiam (jurus gembira ria).
Hanya lantaran tidak mendapatkan ajaran kedua jurus itu, tadinya ilmu pedang Yu Wi itu tidak dapat mencapai puncaknya sempurna, setelah Pemberian kitab pusaka oleh Ko Bok-ya, lalu dilatihnya menurut isi kitab itu, maka lengkaplah Yu Wi menguasai Hai- yan-pat- kiam.
Meski kedua jurus terakhir itu baru saja dilatihnya, tapi lantaran kedua jurus itu berhubungan erat dengan jurus-jurus lainnya sehingga intisari dapat dipetiknya juga lebih banyak dari pada Jurus yang lain, kini seluruh intisari Hai-yan-pat-kiam seakan-akan terhimpun pada kedua jurus terakhir ini.
Kelihaian ilmu pedang umumnya memang terletak pada beberapa jurus akhiran, kedelapan jurus Hai-yan-kiam-hoat mestinya tidak pakai nomor urutan, daya serang setiap jurusnya sama hebatnya, hanya kalau ke delapan jurus itu dapat dikuasai secara lengkap dan terlebur menjadi satu, maka daya serangnya akan berlipat ganda, danpada jurus serangan terakhir dengan sendirinya juga membawa daya serang yang lebih kuat daripada jurus serangan yang terduhuluinya.
Yu Wi menggunakan Tay-lok-kiam sebagai jurus serangan terakhir, setelah jurus Sat-jin-kiam dilancarkan, keadaan Ji-bong sudah payah, cara menangkisnya sudah kewalahan, ketika melihat jurus Tay-lok-kiam dilancarkan Yu Wi, nikoh tua itu hanya mampu menangkis setengah-setengah saja, diam-diam ia mengeluh.
"Melayanglah jiwaku sekali ini"
Namun Yu Wi adalah pemuda yang berperasaan, dia bukan orang yang tidak kenal belas kasihan dan suka membunuh habis-habisan, ditambah lagi jelek-jelek Ji-bong adalah guru soh-sim, betapapun dia harus mengingat pada Soh-sim alias Ko Bok-ya sekalipun dia sangat gemas terhadap tindakan Ji-bong.
Karena itulah serangan Yu Wi yang terakhir itu tidak membinasakan Ji-bong.
dimana pedang menyambar hanya meninggalkan goresan luka pada leher nikoh tua itu.
Seketika Ji-bong berdiri melongo dengan lemas, dirasakan luka pada lehernya, darah seperti menetes.
Padahal tidak mengeluarkan darah, hanya perasaannya saja yang sukar menghapus rasa kekalahannya yang memalukan ini.
Bahwa Yu Wi tidak membunuhnya, ternyata tiada rasa terima kasihnya sedikit pun.
Ia merasa sudah cukup hidup lama, orang yang berusia ratusan tahun masih harus mengalami malu kalah bertempur, hal ini jauh lebih pahit dirasakan daripada membunuhnya.
Yu Wi lantas membuang pedangnya dan menjura kepada ji-bong, katanya.
"Taysu, apakah sekarang dapat kau bebaskan orang?"
Ji-bong juga membuang pedangnya sebagai tanda mengaku kalah lalu bertepuk tangan dan berseru.
"Boh-pi, buka Hiat-to dan lepaskan dia"
Segera Boh-pi melepaskaa Pek-yan dan membuka Hiat-to pingsannya. setelah siuman, segera Pak-yan berteriak.
"Kembalikan puteriku"
Tadi begitu dia naik ke atas segera disergap oleh Ji-bong dengan cara yang licik sehingga jatuh pingsan, lalu tidak tahu lagi apa yang terjadi, dengan sendirinya pertarungan sengit tadi juga tidak diketahuinya.
Ji-bong lantas berkeplok pula dan berseru.
"
Ji-tiau, kembalikan anaknya."
Setelah menggendong kembali puterinya, dengan gemas Pek-yan melototi Ji-bong sekejap sambil mendesis.
"Pada suatu hari pasti akan.."
"Sudahlah, Pek-yan"
Bujuk Yu Wi. Pada dasarnya Pek-yan berwatak tinggi hati, mana anak murid Bu-eng-bun pernah dikerjai orang? Maka dengan gusar ia menjawab.
"Kau sendiri boleh sudahi urusan ini, aku Pek-yan tidak nanti anggap sudah."
Habis berkata ia terus berlari pergi.
"Nanti dulu, ingin kurundingkan sesuatu denganmu,"
Seru Yu Wi.
Namun Pek-yan masih terus berlari pergi secepat terbang.
Yu Wi bermaksud rukun kembali dengan si nona untuk menghadapi Bu-eng-bun bersama, meski dia tidak mencintai Pek-yan, Tapi demi putra-putrinya, betapapun dia harus bicara dengan nona itu.
Tapi katika dia angkat kaki hendak mengejar, mendadak terdengar Ji-bong barseru.
"Pulang ke biara"
Segera Boh-tin mengempit lagi Soh-sim dan Boh-pi mengawalnya dari belakang, keduanya lantas berlari kesana. Yu Wi urung mengejar Pek-yan, ia memutar balik dan bertanya.
"Mengapa tidak kau surah membuka Hiat-to Soh-sim?"
Ji- bong memburu maju untuk melindungi Boh-tin, ucapnya dengan beringas.
"Yu Wi, sudah terlalu banyak kau ikut campur urusan orang"
"Mau tak- mau aku harus ikut campur,"
Jawab Yu wi.
"kuminta Soh-sim dilepaskan-"
"Tidak."
Jawab Ji- bong tegas.
"Mengapa tidak?"
Tanya Yu Wi dengan gusar. Melihat pertengkaran akan timbul lagi, dengan makmud baik Ji-tiau melarai.
"Yu-sicu lekas pergi saja, nona Pek sudah menghilang."
Sebelum menyakslkan Soh-sim dibebaskan dengan selamat, mana Yu Wi mau pergi, dia tetap berdiri tegak disitu.
"Yu-sicu tidak perlu kuatir, kami takkan membikin susah Soh-sim,"
Kata Ji-tiau.
"Hm, juga balum tentu, Soh-sim bersalah dan masih harus diadili,"
Jengek Ji- bong tiba-tiba.
"Dia bersalah apa?"
Teriak Yu Wi.
"Lantaran dia, biara kami yang aman tenteram menjadi guncang,"
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kata Ji-bong.
"Huh, kalau memang mau menyalahkan orang, memangnya kurang alasan?"
Jengek Yu Wi.
"Kenapa tidak kau katakan bahwa gara-gara dia sehingga muncul seorang macam diriku dan membikin malu padamu karena kalah bertanding,"
"Betal, itulah satu kesalahannya, terima kasih atas peringatanmu,"
Ucap Ji-bong dengan tebalkan muka.
"Sekarang minggir"
"Apakah Taysu benar-benar hendak menghukum Soh-sim?"
Tanya Yu Wi. Ji- bong tidak manjawab, tapi membentak.
"Kau mau minggir tidak?"
Cepat Ji-tiau melerai pula.
"Yu-sicu, hendaknya kau beri jalan lewat kepada kami, dengan jiwaku akan kujamin keselamatan soh-sim."
"Baik, kuperCaya padamu, Ji-tiau Taysu,"
Kata Yu Wi.
"Aku akan tinggal dlkaki bukit sana selama tiga hari. Bilamana lewat tiga hari tidak menerima berita dari Taysu, terpaksa aku akan bertindak."
Ia pikir Ji-bong lagi gusar, kalau saat ini Soh-sim diminta kembali tentu takkan diluluskan, agar kedua pihak tidak tambah bermusuhan, dirinya sendiri juga tidak yakin akan mampu merampas Soh-sim , sekarang Ji-tiau berani memberi jaminan, tentu keselamatan Soh-sim tidak perlu dikuatirkan lagi.
Setelah Ji- bong berangkat lebih duiu Ji-tiau sempat berbisik kepada Yu Wi.
"Tiga hari lagi, setelah rasa gusar Amcu (kepala biara) reda, bila Soh-sim suka. tentu akan kubawa dia ke bawah bukit untuk bertemu denganmu, baik?"
"Segala sesuatu mohon bantuan Taysu,"
Sahut Yu Wi sambil menjura.
"Soh-sim tidak berdosa, sekali-kali dia tidak boleh menerima hukuman."
"Kutahu, Sicu Jangan kuatir,"
Kata Ji-tiau dengan tertawa.
"Selama aku berada disana, kukira Amcu takkan bertindak keras kepada Soh-sim." --oo0dw0oo-- Tiga hari dengan cepat telah berlalu. Yu Wi mondar-mandir di bawah bukit dan menunggu dengan tidak sabar, Sampai matahari sudah terbenam barulah dilihatnya sesosok bayangan melayang turun dari atas sana. Dengan girang Yu wi menyongsong maju dan berseru.
"Ji-tiau Taysu"
Sesudah dekat, dengan wajah lesu Ji-tiau lantas duduk lemas ditanah, gumamnya.
"Habis ....habis segalanya . , . ."
Yu Wi menjadi kuatir.
"He, apakah Soh-sim mengalami sesuatu?"
"Dia telah berubah, sama sekali berubah, seperti telah berubah seorang lain"
Gumam pula Ji-tiau.
"Siapa? Siapa yang kau maksudkan?"
Tanya Yu Wi.
"Ji-bong, Ji-bong, Siocia (tuan putri) kami masa lampau,"
Kata Ji-tiau dengan tangan mendekap muka sendiri. Sampai sekian lamanya barulah ia membuka tangannya, tampaknya dia mulai tenang, katanya dengan pelahan.
"Apakah Yu-sicu tahu Ban Put-tong dari Goat-heng bun?"
"Ilmu pedang yang kugunakan untuk mengalahkan Ji-bong Taysu justeru adalah perubah dari Hai-yan-to-hoat keluarga Ban,"
Tutur Yu Wi.
"Menurut Siocia, dia bilang Yu-sicu adalah murid Ban Put-tong,"
Kata Ji-tiau pula. Yu Wi menggeleng.
"Bukan, Ban-locianpwe sudah lama meninggal dunia, mana ada rejekiku sebesar itu untuk menjadi muridnya."
"Tapi Siocia berkeras menganggap YU-sicu murid Ban Pot-tong."
Tutur Ji-tiau dengan gegetun- "Dia bilang Ban Put-tong sengaja mengirim muridnya untuk menghina dia."
"Yang dimaksudkannya karena kukalahkan dia dengan ilmu pedangku itu?"
Tanya Yu Wi. Ji-tiau mengangguk. Dari mendongkol Yu Wi jadi tertawa geli, katanya.
"Jika benar aku murid Ban-locianpwe, kenapa aku tidak belajar ilmu golok. tapi yang kupelajari adalah ilmu pedang yang kuubah dari ilmu golok.Jelas ilmu pedangku bukan ajaran langsung Ban-locianpwe.
"
Ji-tiau menghela napas panjang, ucapnya.
"Sudah kujelaskaa hal ini kepadanya, tapi dia tidak percaya, dia bilang Ban Put-tong menguasai baik ilmu pedang maupun ilmu golok. Katanya Ban Put-tong sengaja mengajarkan ilmu pedang padamu agar Siocia kami tidak mengenal lagi."
"Mana bisa begitu,"
Ujar Yu Wi sambil menggeleng.
"Sabab apa Ban-locianpwe tidak suka ilmu goloknya dikenali Ji-bong Taysu?"
"Menurut pendapat Siocia, tujuan Ban Put-tong menyembunyikan ilmu goloknya adalah supaya Sio-cia tidak mengenali engkau adalah murid Ban Put-tong dan menyangkanya sudah lama meninggal dunia, padahal sebenarnya dia masih hidup,"
Dengan mendongkol Yu Wi berseru.
"Aneh, lucu Entah sudah berapa tahun Ban-locienpwe meninggal, malahan tulang belulangnya saja sukar ditemukan lagi."
"Tapi jalan pikiran Siocia justeru menuju kearah yang sulit dimengerti,"
Ucap Ji-tiau dengan sedih.
"Sekarang dia telah mengutus Boh-tin dan Boh-pi untuk memberitahukan kepada segenap anak murid Thay-yang-bun bahwa larangan seratus tahun telah dicabut."
"Larangan seratus tahun? Memang apa maksudnya?"
Tanya Yu Wi. Ji-tiau menghela napas, tuturnya pelahan.
"Kisah ini sudah terlangsung beberapa puluh tahun yang lampau, waktu itu Siocia baru berusia delapan belas, pada saat Thay- yang- bun dan Goat-heng-bun bertengkar sengit, baik secara terang maupun secara gelap. Permusuhan Thay-yang-bun dan Goat-heng- bun sudah berlangsung selama beberapa turunan berpuluh kali terjadi pertarungan kedua pihak dan sukar ditentukan unggul dan asor. Sampai pada ayah Ban Put-tong, yaitu Ban Yu-coan. memimpin Goat-heng-bun, keimbangan kedua pihak tidak mengalami perubahan besar, seterusnya bilamana terjadi pertarungan selalu dimenangkan pihak Goat-heng-bun. Soalnya Ban Yu-coan berhasil menciptakan ilmu golok baru yang diberi nama Hai-yan-to-hoat. seluruh anak muridnya kebanyakan mahir memainkan sejurus dua jurus, bilamana terjadi pertarungan dengan orang Thay-yang-bun, anak murid Goat-heng-bun langsung memainkan ilmu golok baru itu, dan sekali jurus ilmu golok yang dikuasainya itu dikeluarkan- anak murid Thay-yang-bun lantas kalah, kalau tidak mati tentu terluka parah. Bahkan pimpinan Thay-yang-bun sendiri juga berulang mengalami kekalahan bila bertanding dengan ilmu golok baru ciptaan Ban Yu-coan itu. Keadaan ini tentu saja sangat tidak menguntungkan Thay-yang-bun, jika pertarungan ini terus berlangsung. akhirnya Thay-yang-bun pasti akan dibasmi oleh Goat-heng-bun. Tatkala mana pimpinan Thay-yang-bun dipegang oleh Tuan Besar kami, putri kesayangan satu2nya ialah Siocia kami yang sekarang bergelar Ji-bong Taysu itu. Waktu mudanya Siocia kami secantik bunga, mestinya Siocia dapat mencari jodoh yang setimpal dan hidup bebas bahagia, peraturan Goat -heng-bun biasanya sangat keras, anak muridnya sangat berdisiplin, betapapun permusuhan diantara kedua perguruan takkan disangkut-pautkan pada diri Siocia kami pribadi. Siapa tahu Siocia justeru jatuh cinta kepada putra kesayangan ketua Goat- hong- bun, yaitu putra Ban Yu-coan yang bernama Ban Put-tong. Sebaliknya Ban Put-tong juga tidak menghiraukan Siocia adalah putri musuh, hampir setiap hari terjadi pertemuan gelap diantara mereka. Percintaan mereka mestinya sangat dirahasiakan, hanya diriku yang bergaul seperti saudara sekandung dengan Siocia tahu jelas kisah cinta ini. Akan tetapi rahasia pada akhirnya toh bocor juga, suatu hari Loya (tuan besar) kebetulan memergoki pertemuan rahasia mereka. Dengan sendirinya Loya kenal Ban Put-tong adalah putra Ban Yu-coan yang menjadi musuh bebuyutannya, menurut watak Loya yang keras, bilamana mengetahui putri sendiri main cinta dengan putra musuh, mustahil beliau takkan berjingkrak gusar. Tapi aneh juga, Loya sama sekali tidak marah, sebaliknya malah bertanya kepada Siocia dengan ramah apakah benar Siocia menyintai Ban Put-tong? Tanpa menghirukan malu lagi Siocia juga terus terang cintanya hanya kepada Ban Put-tong seorang dan menyatakan takkan kawin jika tidak dengan pemuda idamannya itu. -Siapa tahu Loya lantas meluluskan kehendak itu, malahan beliau menyatakan dengann pernikahan mereka itu selanjutnya permusuhan Thay-yang-bun dengan Goat-heng-bunjang turun temurun juga dapat diakhiri. Tentu saja Siocia sangat gembira, disangkanya ayah menyadari Thay-yang-bun sukar menandingi Goat-heng-bun, dengan ikatan perbesan antara kedua keluarga, selanjutnya Thay-yang-bun tidak akan runtuh dan di tumpas oleh Goat- heng bun. -Tatkala mana anak murid Thay-yang-bun sudah banyak yang menjadi korban, baik mati mau pun yang terluka parah, keadaan Thay-yang-bun sudah sangat lemah dan tidak berwujud suatu perguruan lagi, dalam keadaan demikian mestinya Goat-heng-bun dapat sekalian menghancurkan Thay-yang-bun, tapi lantaran Ban Yu-coan berhati welas-asih dan bertindak bijaksana, konon dia pernah memberi ultimatum kepada Loya, asalkan selanjutnya anak murid Thay-yang-bun tidak berbuat kejahatan dan mengacau didunia Kangouw, maka permusuhan kedua pihak dapat diakhiri dan bersedia berdamai. -cuma sayang, mungkin Loya sudah kebelingar, beliau justeru ingin menumpas Goat-heng-bun agar selanjutnya Thay-yang-bun yang merajai dunia Kangouw. Untuk ini. tujuan menghalalkan cara, Loya tidak sayang mengorbankan putri kesayangan satu-satunya, digunakannya satu tipu daya keji. Maka ketika tiba hari pesta nikah, Siocia mengira calon mempelai itu ialah Ban Put-tong, waktu masuk kamar pengantin, mak comblang memberikan minum padanya untuk melepas dahaga. Siapa tahu, setelah minum teh itu, Siocia lantas tidak sadar sehingga sama sekali tidak diketahuinya siapa mempelai lelaki yang membuka cakar pengantinnya. Disangkanya dia telah melewatkan malam pertama dengan sang kekasih. -Tak terduga, ketika mendusin esok paginya, yang tidur disebelahnya ternyata seorang lelaki setengah baya, mana ada sang kekasih yang dirindukannya siang dan malam itu?"
Mendengar sampai disini, diam-diam Yu Wi menghela napas gegetun. Dia sudah pernah mendengar cerita ini. maka dia tahu siapakah lelaki setengah baya yang dimaksudkan ini. Pikirnya.
"Ayah Ji-bong Taysu telah menggunakan tipu keji mengorbankan puteri kesayangan sendiri, sungguh perbuatan yang tidak pantas dan tercela."
Dapat juga dibayangkan betapa berdukanya Bu-beng Lojin alias Ban Put-tong ketika mengetahui kekasih sendiri telah berubah menjadi isteri muda ayahnya sendiri, betapa sakit hatinya.
"Tapi apa mau dikatakan lagi, kayu sudah jadi perahu, mau menyesal juga sudah terlambat,"
Tutur Ji-tiaupula.
"Siocia pikir sebagai anak perempuan, akhirnya toh harus kawin- Meski bukan kekasih sendiri, apa boleh buat. Siocia cuma dendam tidak seharusnya ayah menipunya, katanya dikawinkan dengan Ban Put-tong, kenyataannya dengan seorang lelaki setengah baya yang sama sekali tidak dikenalnya. -Siocia tidak tahu orang macam apakah lelaki setengah baya itu, sebaliknya lelaki setengah umur tidak tahu Siocia adalah putri ketua Thay-yang-bun, disangkanya Siocia adalah putri keluarga orang biasa dan dijodohkan melalui mak comblang. Malahan putra kesayangan lelaki itu bersyukur selanjutnya sang ayah tidak perlu hidup menduda lagi, sebab lelaki itu telah kematian isteri sejak muda dan meninggalkan seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan-Dengan kedudukan orang itu memang pantas mengambil isteri muda lagi untuk menghibur masa tuanya. -Tapi sama sekali tak terduga olehnya bahwa isteri muda yang diperolehnya sama sekali bukan putri keluarga biasa melainkan anak perempuan kesanyangan musuh, bahkan kekasih putranya sendiri yang sudah lama terjalin kisah cinta."
Bertutur sampai di sini, wajah Ji-tiau tampak sangat menderita, ia berhenti sejenak, lalu bertanya.
"Sekarang tentunya Yu-sicu tahu siapakah gerangan lelaki setengah baya yang kuceritakan itu?"
Yu Wi mengangguk. Tampaknya Ji-iiau tidak menyetujui tindakan sang Loya, ia menggeleng, lalu bercerita pula.
"Itulah tipu sekali timpuk dua burung. Loya telah mengelabui pihak Ban Yu-coan sana, juga mengelabui putri kesayangan sendiri, lebih keji lagi beliau bersekongkol dengan mak comblang dan memberi minum obat bius kapada Siocia. Kalau tidak, bila Siocia mengenali mempelai lelaki bukan Ban But-tong masih keburu membatalkan perkawinan betapa pun Ban Yu-coan takkan marampas kekasih putranya sendiri. Tapi sampai malam hari kedua, semuanya sudah terlanjur, ketika diketahui anak muda yang memberi hormat kepada ibu tiri ternyata Ban Put-tong adanya, hampir saja Siocia jatuh kelengar. Muka Ban Put-tong juga pucat, namun dia tidak lantas membongkar asal-usul Siocia, seterusnya mereka berdua sama mengelabuhi Ban Yu-coan- Diam-diam mereka menyesali nasib yang telah mempermainkan mereka. Yang tidak pantas adalah asmara mereka kemudian berkobar kembali. -Kesemua itu ternyata sudah berada dalam perhitungan Loya, masa sebulan kemudian, diam-diam Loya mengirim orang untuk memberi perintah kepada Siocia agar mencuri ilmu rahasia Goat-heng-bun demi menolong keruntuhan Thay-yang-bun. -Itulah langkah pertama Loya, langkah selanjutnya Siocia diharuskan memecah belah hubungan baik ayah dan anak antara Bau Yu-coan dan Ban Put tong agar terjadi saling bunuh antar orang Goat- heng-bun sendiri sehingga runtuh dari dalam. - Dengan sendirinya Siocia tidak mau melakukan kejahatan semacam itu, dengan tegas Siocia menolak perintah sang ayah. Siapa tahu setengah tahun kemudian, kembali Loya mengutus orang untuk memberi perintah kepada Siocia agar lekas melaksanakan tugasnya, kalau tidak, hubungan gelap antara Siocia dengan Ban Put-tong akan dibongkarnya agar diketahui Ban Yu-coan- -Perbuatan Slocio yang tidak pantas selama hidupnya ini adalah hubungan gelapnya dengan Ban Put-tong setelah dia menjadi isteri muda Ban Yu-coan, tapi kasalahan ini juga harus dipikul oleh Ban Put-tong, tidak seharusnya ia bergendakan dengan isteri muda kesayangan ayah sendiri sehingga terjadi perbuatan tidak senonoh dan terkutuk itu. Waktu itu Siocia sudah kejeblos kedalam lautan nafsu dan sukar angkat kaki lagi, demi kenikmatan didepan mata dia menyanggupi permintaan Loya, cuma Siocia juga mengajukan suatu syarat, yaitu minta supaya ayah menyerahkan jabatan ciangbunjin (ketua) kepadanya. -Ini pun suatu cara pembalasan, membalas kerendahan budi Loya dan memaksa dia menyerahkan kedudukannya. Loya ternyata tidak memikirkan soal ini, apa salahnya menyerahkan jabatan ciangbunjin kepada putri tunggal kesayangannya. Asalkan musuh bebuyutan dapat dimusnahkan ditangan sendiri, maka puaslah Loya. -Maka Loya lantas menyerahkan tanda kebesaran ciangbunjin Kepada Siocia, berbareng mempermaklumkan kepada sepenap anggota perguruan jabatan ketua telah ditimbang-terimakan kepada Siocia. -Socia juga tidak mengecewakan harapan ayahnya dan berhasil mencuri Hian-ku-cip serta dikirim pulang ke Thay-yang-bun. Sejak itu dapatlah anak Thay-yang-bun mempelajari ilmu kepandaian yang hebat itu. Tapi kenyataannya tidak demikian halnya, pada setiap pertempuran orang Thay-yang-bun masih juga mengalami kekalahan- Ternyata Hai-yang-to-hoat yang tercantum didalam kitab Hian- ku- cip itu tidak mendatangkan hasil yang luar biasa, berbeda jauh dengan kungfu yang digunakan anak murid Goat-heng-bun sendiri. -Loya lantas mengirim perintah lagi kepada Siocia agar mencuri pula kitab asli Hai-yan-to-hoat. Padahal kitab asli Hai yan-to-hoat hanya terdapat didalam benak Ban Yu-coan sendiri, siapa pun tidak dapat mencurinya. -Kiranya Hai- yan-to-hoat itu adalah hasil pemikiran Ban Yu-coan sendiri, dia kuatir ilmu goloknya mungkin akan dicuri belajar oleh musuh, maka dia tidak membuat sesuatu catatan, kepada anak muridnya paling-paling cuma diajarkan sejurus dua setiap orang, bahkan putra sendiri. yaitu Ban Put-tong juga cuma diajarkan tiga jurus saja, Beberapa kali Siocia berusaha memancing keterangan dari Ban Yu-coan tentang kitab pelajaran ilmu goloknya sehingga menimbulkan rasa curiga Ban Yu-coan, terutama setelah mengetahui anak murid musuh sama paham ilmu silat perguruannya, ditambah lagi berulang kali Siocia bertanya ilmu goloknya yang tidak gembarangan diajarkan kepada orang lain itu, tentu saja Ban Yu-coan menjadi curiga. -Siocia juga orang cerdik, merasakan gelagat tidak enak, dilain pihak ayahnya juga terus mendesak. karena kepepet dan kuatir hubungan zinahnya dengan Ban Put-tong ketahuan, akhirnya ia lantas minggat bersama Ban Put-tong. -Tapi mereka bardua mana bisa lolos dari kejaran anak murid Goat-heng-bun yang tersebar disegenap pelosok itu, akhirnya mereka dapat dibekuk kembali oleh Ban Yu-coan- -Menghadapi putra kesayangannya serta isteri muda yang dikasihinya, sungguh tidak kepalang rasa pedih Ban Yu-coan sehingga tidak sanggup bicara. Ban Put-tong sangat mencintai Siocia, dia telah mengalihkan segala tanggung jawab perbuatan mereka atas dirinya dan minta ayahnya membunuhnya saja, membunuh putra yang tidak berbakti itu dan jangan mengganggu Siocia. -Melihat putranya tersesat sejauh ini, belum diketahui bahwa Siocia adalah bekas kekasih putarnya sendiri, maka Ban Yu-coan mengeluh dan minta agar anaknya jangan terjebak oleh tipu muslihat keji musuh. Dia hanya bicara singkat saja sambil mengeluarkan se
Jilid buku kecil dan sehelai sutera yang penuh tertulis rahasia ilmu Hai-yan-to-hoat.
-Ban Yu-coan melemparkan kedua benda itu kedepan Ban Put-tong, habis itu mendadak sekeli pukul ia robohkan Siocia, berbareng ia cabut belati dan dodet perut sendiri.
-Ban Yu-coan mengira Siocia telah terpukul mati.
sebelum menghembuskan napas terakhir dia sempat omong agar Siocia berangkat ke- akhirat bersamanya.
Konon dia lantas merangkak keatas tubuh Siocia, lalu meninggal dunia."
Mendadak Yu Wi berucap.
"Ternyata Ban Yu-coan telah mencintai Siocia mu dengan sesungguh hati."
Ji-tiau mengangguk. katanya.
"Ya. dalam hal ini Siocia sendiri juga mengakuinya kemudian. setelah menikah. Ban Yu-coan sangat sayang padanya dan memenuhi segala kehendak Siocia, dia benar-benar mencintai isterinya yang berusia jauh lebih muda daripadanya itu. Dia tidak dapat memaafkan perbuatan Siocia, maka membunuh Siocia, lalu ia pun membunuh diri untuK menemani kematiannya. Tidak perlu ditanya apa maksud tujuannya membunuh diri dengan harakiri, yang jelas waktu mati dia merangkak keatas tubuh Siocia, hal ini membuktikan dia memang berniat mati bersama isteri yang dicintai. Melihat tragedi berdarah sudah terjadi. dengan linglung Ban Put-tong menjemput buku kecil dan kain sutera itu. Pada kain sutra itu ditulis tangan Loya sendiri perintah kepada segenap anak murid Thay-yang-bun harus belajar ilmu golok musuh agar kelak dapat mengalahkan orang Goat-heng- bun. Buku kecil itu adalah Hian-ku cip yang dicuri Siocia itu, entah cara bagaimana Ban Yu-coan dapat merebutnya kembali dari tangan musuh. Melihat kungfu perguruan sendiri bisa jatuh di tangan musuh, dengan sendirinya Ban Put-tong paham apa yang terjadi, sekaligus ia pun tahu apa maksud Ban Yu-coan merebut kembali kitab itu dan sengaja diperlihatkan kepadanya. Tatkala mana sisa jago Thay- yang- bun yang lihai juga menyusul tiba dibawah pimpinan Loya. Melihat kitab dan kain sutera yang berisi tulisan tangannya itu, Loya memerintahkan segenap anak muridnya mengerubutBan Put-tong. -Tapi Ban Put-tong tidak gentar, ia menghadapi kerubutan musuh dengan mati-matian sekaligus untuk melampiaskan dendamnya. Pertarungan itu sungguh berlangsung dengan sengit dan dahsyat, akhirnya Thay-yang-bun tidak berhasil menawan Ban Put-tong, selain dapat lolos, malahan ada 63 jago Thay-yang-bun yang terbunuh, bahkan Loya sendiri juga terluka parah. -Sejak pertempuran sengit itu. kekuatan Thay-yang-bun menjadi rusak dan sukar bangkit kembali. Mengenai Ban Put-tong setelah lolos dari kepungan, jejak selanjutnya juga tidak diketahui. Sisa murid Thay-yang-bun yang masih hidup lantas membawa pulang Loya dan Siocia. Agaknya pukulan Ban Yu-coan itu tidak tega membinasakan Siocia, ia cuma terluka saja, ketika luka Siocia sembuh, Loya sendiri justeru meninggal dunia. Secara resmi Siocia lantas menjabat ketua Thay-yang-bun .Dia menaruh harapan Ban Put-tong masih hidup didunia ini, maka Thay-yang-bun dibubarkan agar kelak dia dapat memberi penjelasan kepada Ban Put-tong bahwa beradanya dia menjadi isteri muda Ban Yu-coan bukan untuk memata-matai dan juga tidak berniat mencuri Hian-ku- cip. -Waktu Siocia membubarkan Thay-yang-bun juga telah terjadi berbagai kesulitan-Maklumlah. anak murid Thay- yang bun tersebar luas, dimana murid Thay- yang bun berada kebanyakan menjagoi daerah itu. Maklum akan hal itu, Siocia memerintahkan segenap anak murid Thay-yang-bun, bilamana berani berbuat sesuatu kejahatan atas nama Thay-yang-bun tentu takkan diampuni. -Ada sementara murid Thay-yang-bun yang seangkatan dengan Loya- juga ada angkatan yang lebih tua, mereka sama tidak rela dasar Thay-yang-bun yang kuat itu dihancurkan begitu saja oleh Siocia. Tapi Siocia mengancam, barang siapa berani membangkang kepada perintahnya berarti melanggar peraturan perguruan dan harus dihukum mati. Lalu Siocia menetapkan larangan seratus tahun. Maksudnya supaya murid Thay-yang-bun yang angkatan tua itu tidak sempat menonjolkan diri lagi, selama batas waktu tersebut. Karena Siocia sendiri mempunyai pendukung yang kuat, para tertua Thay-yang-bun tidak berani berlawanan secara terang-terangan dengan pimpinan sindiri, terpaksa mereka mengasingkan diri meski hati penasaran- Selama berpuluh tahun ini lantaran penindasan Siocia itulah, nama Thay-yang-bun di dunia Kangouw lambat-laun juga lantas lenyap dan hampir tidak dikenal lagi. Mengenai Goat-heng-bun, setelah Ban Yu-coan mati dan Ban Put-tong juga menghilang sehingga terjadi kosong pimpinan, anak murid yang masih ada saling berebut kedudukan dan bunuh membunuh, akibatnya menjadi sesuai harapan Loya kami, Goat-heng-bun musnah dengan sendirinya. -Seterusnya selama belasan tahun Siocia tidak berhasil menemukan jejak Ban Put-tong, serupa asap yang buyar, Ban Put-tong telah menghilang tanpa bekas. Semula masih ada sedikit berita yang dapat diusut, tapi kemudian orang pun tidak tahu lagi kemana perginya Ban Put-tong."
"Setelah pertempuran dahsyat itu, sekaligus Ban Put-tong membinasakan 63 tokoh Thay- yang bun, apakah ia sendiri juga terluka parah?"
Tanya Yu Wi.
"Konon meski Ban Put-tong tidak mati dalam pertempuran itu, menurut pendapat anak murid Thay-yang-bun yang ikut langsung dalam pertarungan itu, mereka yakin hidup Ban Put-tong pasti juga tak tahan lama. Sebab itulah, setelah belasan tahun Siocia tidak menemukan Ban Put-tong, disangkanya Ban Put-tong sudah mati. Maka Siocia lantas cukur rambut dan menjadi rahib dan muncul Ji-bong Taysu yang sekarang ini "
"Padahal Ban-locianpwe tidak lantas mati setelah pertampuran itu, dia masih hidup hingga lama sekali,"
Tutur Yu Wi.
"Jika demikian jelas salah Ban Put-tong sendiri,"
Ujar Ji-tiau.
"Dia tidak mati, tentunya dia salah sangka sebabnya Siocia menikah dengan ayahnya adalah karena sengaja menjadi mata-mata Thay-yang-bun dan ingin mencuri rahasia ilmu silat Goat-heng-bun?"
Yu Wi menggeleng, ucapnya.
"Kukira Ban-Locianpwe tidak salah sangka kepada siapa pun."
"Kalau tidak salah sangka, kenapa dia tidak tampil untuk menemui Siocia?"
Ujar Ji-tiau.
"Masa dia tidak tahu apa sebabnya Siocia mencukur rambut dan menjadi nikoh? Walaupun tidak pantas Siocia menikah dengan ayahnya, namun dia harus tahu bahwa semula Siocia menyangka yang kawin dengannya adalah Ban Put-tong. Bilamana dia tidak dapat memaafkan hal ini, kenapa diam-diam ia berhubungan gelap lagi dengan Siocia?"
"Soalnya dia tidak tahu lagi siapa Ji-bong Taysu segala, sebab pada hakikatnya siapa namanya sendiri saja tidak diketahuinya lagi,"
Tutur Yu Wi. Ji-tiau melengak.
"Ken ... kenapa bisa begitu? apakah ...apakah dia menjadi sinting?"
"Sinting sih tidak. cuma segala kejadian masa lampau telah dilupakan seluruhnya,"
Kata Yu Wi.
"Kukira lantarau dia terlalu keras mengalami pukulan batin ditambah lagi terluka parah dalam pertempuran sengit itu, walaupun beruntung bisa lolos dengan hidup, tapi otaknya yang tidak tahan sehingga sampai matinya Ban-locianpwe tetap tidak ingat kejadian masa lalu."
Lalu Yu Wi menceritakan kejadian oh It-to mendapat ajaran Hai- yan-to-hoat dan apa yang dilihat Yu Wi sendiri di Hio-loto dahulu.
Sekalian dia menjelaskan ilmu pedang yang dikuasainya itu berasal dari gubahan Thio Giok-tin berdasarkan inti ilmu golok yang ditipunya dari oh It-to, lantaran itulah oh It to tewas jadi ilmu pedang ini sama sekali bukan ciptaanBan Put-tong sebagai disangka ji- bong Taysu.
Selesai mendengar kisah Yu Wi Ji-tiau menghela napas gegetun, katanya.
"Siocia justeru mengira Ban Put-tong masih hidup di dunia ini, waktu dia diberitahu oleh cin Pek-ling bahwa Goat-heng-bun telah muncul kembali, pikiran Siocia lantas bergerak. tanpa pikir ia terus menyerahkan tanda kebesaran ketua Thay-yang-bun kepada cin Pek-ling. Walaupun hal ini boleh juga dikatakan kemujuran cin Pek-ling, kebetulan dia menemukan dirimu yang mampu menerobos tiga rintangan cu-pi-am, dia membonceng pada serbuanmu itu dan ikut masuk ke biara kami. Terpakta Siocia harus menepati sumpahnya dan membangkitkan Thay-yang-bun lagi. Tapi mestinya tidak perlu Siocia memerintahkan kepada Boh-tin dan Boh-pi agar mempermaklumkan kepada segenap anak murid Thay- yang- bun pada masa lampau agar muncul kembali di dunia ramai, larangan seratus tahun yang pernah ditetapkannya telah dicabut."
"Sebab apa Ji-bong Taysu berkeras menganggap Ban-locianpwe belum meninggal dunia?"
Tanya Yu Wi.
"Dia melihat permainan Hai-yan-kiam-hoatmu, ia percaya hanja Ban Put-tong saja yang dapat mengajarkan ilmu pedang itu kepadamu. Ia tahu didunia ini kecuali Ban Put-tong yang memegang kitab ajaran ilmu goloknya, tidak ada orang lain lagi yang mahir Hai-yan-to-hoat. Satu-satunya orang, yang menguasai Hai-yan-to-hoat secara lengkap. yaitu Ban Yu-coan, jelas sudah mati, padahal ilmu golok itu adalah ciptaan Ban Yu-coan sendiri, hanya ditinggalkan secarik kain yang penuh tulisan cara memainkan ilmu golok itu. Kain itu jelas diserahkan kepada Ban Put-tong sebelum Ban Yu-coan bunuh diri. sekarang muncul dirimu yang mahir ilmu pedang yang di-ubah dari Hai yan-to-hoat, sampai aku sendiri mula-mula juga sangsi kungfumu ini ajaran Ban Put-tong, siapa tahu didalam persoalan ini masih ada hal-hal yang berliku."
"Dihapuskannya larangan seratus tahun Ji-bong Taysu, apakah maksudnya supaya segenap anak murid Thay- yang-bun yang telah mengasingkan diri itu boleh keluar seluruhnya untuk memusuhi Ban Put-tong^"
Tanya Yu Wi.
"Dari cinta berubah menjadi benci, perangai Siocia sekararg memang sudah berubah sama sekali,"
Tutur Ji-tiau.
"Dia bilang padaku bahwa Ban Put-tong telah menghindar dia selama berpuluh tahun, tidak dapat memaklumi kesusahannya, sekarang mengajarkan lagi kepandaiannya kepadamu. betapa pun Siocia merasa dendam, maka dunia Kangouw akan diaduknya secara besar-besaran untuk menghadapi Ban Put-tong dan anak murid Goat-heng-bun sekarang. Siocia juga mengatakan masih ada seorang nona Ko yang mahir Su-ciau-sin-kang juga anak murid Goat-heng-bun, bahwa Su-ciau-sin-kang maha sakti saja sudah dikuasai murid Goat-heng-bun, ini sungguh luar biasa, kalau Thay- yang-bun tidak segera muncul dan berdaya sekuat tenaga, tidak lama kemudian dunia Kangouw pasti akan dirajai Goat-heng-bun."
Yu Wi jadi teringat kepada Ko Bok-cing yang buntung tangan dan kaki itu, ucapnya dengan menyesal "Nona Ko yang dimaksudkan Ji-bong Taysu itu ialah kakak Soh-sim "
Ji-tiau rada terkesiap. katanya kemudian.
"Biar-pun Ban Put-tong masih hidup didunia ini, sekali-pun sampai saat ini Ban Put-tong tidak dapat memaafkan Siocia, padahal keduanya sudah berumur ratusan tahun, apalagi yang perlu dipertengkarkan- Kini anak murid Thay- yang bun yang telah mengasingkan diri itu segera akan muncul kembali, tampaknya kekacauan besar pasti akan bergolak di dunia Kangouw."
"Masa tidak dapat kau bujuk dan mencegah tindakan Ji-bong Taysu itu?"
Kata Yu Wi.
"Sudah kulakukan, tapi dia tidak mau menurut,"
Tutur Ji-tiau dengan sedih.
"Tak tersangka orang setua itu dapat berubah lagi seperti seorang lain- Sudah hampir seratus tahun kuikut dia, ketika dia tidak mau terima nasihatku dan tetap memerintahkan Boh-tin dan Boh-pi mengumumkan dibatalkannya larangan seratus tahun, seketika aku merasa tidak kenal dia. -Sebenarnya soal cin Pek-ling diangkat menjadi pejabat ketua dan muncul kembalinya Thay-yang-bun bukan sesuatu yang luar biasa, di dunia persilatan ini kan sangat banyak macam-macam aliran dan perguruan, jlka bertambah lagi satu aliraan Thay-yang-bun juga bukan sesuatu yang perlu digegerkan- Apalagi ilmu silat cin Pek-ling hanya tergolong kelas dua didalam perguruan Thay-yang-bun sehingga tidak cukup kuat untuk mengaduk dunia Kangouw. Tapi kalau para gembong iblis tua Thay-yang-bun yang telah mengasingkan diri itu muncul kembali, keadaan menjadi banyak berlainan. Setahuku para gembong tua Thay-yang-bun itu sudah hampir meninggal seluruhnya namun anak muridnya telah menguasai kungfu yang tinggi, kekacauan dunia Kangouw masa itu semuanva dilakukan oleh anak murid para gembong tua Thay-yang-bun itu. Mestinya mereka tidak berani keluar, sebab diketahui ada peraturan leluhur yang merupakan larangan seratus tahun itu. Malahan Siocia juga selalu berjaga segala kemungkinan, setiap murid cu-pi-am dibekali ilmu silat yang tinggi, dengan demikian bilamana ada anak murid tokoh tua berani mengacau dapatlah ditindas dengan kekerasan- -Tapi sekarang Siocia sendiri menghapuskan larangan seratus tahun, artinya sama menganjurkan semua bekas anggota Thay- yang bun beramai-ramai keluar lagi untuk mengaduk dunia Kangouw. Sabab ia tahu, dengan nama dan bakat cin Pek-ling. sukar baginya untuk membangun kembali Thay-yang-bun memerintah anggota yang lain- Urusan akan menjadi lain setelah Siocia memberi anjuran, selanjutnya mereka akan mendukung cin Pek-ling, biarpun anak murid cu-pi-am sendiri juga akan membantu cin Pek-ling. Sekarang Siocia benar-benar telah berubah perangainya, kekuatan yang semula digunakan untuk membendung kejahatan ini sekarang sebaliknya berubah menjadi tenaga pembantu kejahatan-"
"Dengan munculnya kembali Thay-yang-bun, apakah Goat-heng-bun tidak dapat muncul juga?"
Ucap Yu Wi dengan mengepal tinju.
"Kekuatan Thay-yang-bun akan muncul berturut-turut, tapi dimana kekuatan Goat-heng-bun?"
Jawab Ji-tiau.
"Kabarnya disekitar lembah Tiang- kang memang muncul kekuatan baru Goat-heng-bun. tapi bukan kekuatan yang membela keadilan melainkan kawanan penjahat belaka."
Dengan suara keras Yu Wi menyangkal.
"Yang disekitar lembah Tiang- kang itu bukan anak murid Goat-heng-bun yang benar, mereka cuma kebetulan menemukan Hian-ku-cip. dengan sedikit kepandaian itulah mereka membentuk segerombolan kawanan bajak."
Pendekar Setia Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lantas dimana beradanya kekuatan Goat-heng-bun yang asli?"
Ujar Ji-tiau dengan menyesal.
Mendadak Yu-Wi melolos tangan kirinya yang selalu terselip padaikat pinggang itu, sekali ia mencengkeram dari jauh, seketika dinding karang dikejauhan sana tergores oleh suatu arus tenaga dahsyat yang tidak kelihatan- "Engkau sudah berhasil meyakinkan ilmu remuk batu dari jauh?"
Seru Ji-tiau terkejut. Dengan kereng Yu Wi berseru.
"Tangan kiriku inilah ajaran asli ilmu Goat-heng-bun tulen"
"Jlka begitu, sejak kau lolos dari lembah sana, kenapa selalu kau selipkan tangan kirimu pada ikat pinggang?"
Tanya Ji-tiau.
"Sebab aku sudah bersumpah kepada kakak Soh-sim seterusnya takkan menggunakan tangan kiri ini,"
Tutur Yu Wi.
"Dan jika selanjutnya kau gunakan tangan kirimu bukankah berarti engkau melanggar Sumpah?"
Tanya Ji-tiau.
"Selanjutnya bila kugunakan tangan kiri ini bukan mewakili diriku, tapi bertindak selaku anak murid Goat-heng-bun"
"Hanya dengan tenagamu seorang mana dapat melawan Thay-yang-bun yang berjumlah banyak?"
"Kupercaya akan dapat menghimpun kekuatan yang besar untuk membela keadilan,"
Seru Yu Wi dengan tekad penuh, Ji-tiau berkeplok memuji.
"Baik, kuyakin kepercayaanmu pasti akan terkabul, dahulu perbuatan jahat Thay-yang-bun dapat diatasi Goat-heng-bun, sekarang Thay-yang-bun muncul kembali juga akan kebenturpada murid kidal Goat-heng-bun seperti dirimu ini."
"Dan bagaimana keadaan soh-sim?"
Tanya Yu Wi.
"Jangan ..jangan kuatir, Soh-sim tidak berbahaya,"
Jawab Ji-tiau dengan ragu. Yu Wi menjadi sangsi, katanya.
"Kedatangan Taysu ini apakah cuma untuk memberitahukan padaku tentang dihapusnya larangan seratus tahun Ji-bong Taysu tadi?"
Melihat anak muda itu ragu, Ji-tiau berkata pula dengan menyesal.
"Ada urusan lain lagi, yaitu Siocia bertekad takkan mengampuni Soh-sim."
"Sesungguhnya bagaimana keadaan Soh-sim?"
Tanya pula Yu Wi dengan cemas.
"Sebelum Siocia mengaduk Kangouw dan menimbulkan huru-hara, dia menyatakan orang pertama yang akan dibunuhnya adalah Soh-sim,"
Tutur Ji-tiau sambil menggeleng. Yu Wi menjadi gusar.
"Tidak nanti kubiarkan Soh-sim dibunuh olehnya."
Habis berkata segera ia melompat kesana dan bermaksud memanjat ke atas, cepat Ji-tiau memburu maju dan mencegahnya.
"Jangan kau naik kesana."
"Mengapa tidak?"
Seru Yu Wi dengan gusar.
"Masa membiarkan Soh-sim dibunuh oleh Ji- bong?"
"Siocia bilang, asalkan kau berani menginjak cu-pi-am lagi, seketika akan membunuh soh-sim."
"Jika tidak kurebut dan selamatkan Soh-sim, akhirnya Soh-sim juga akan tewas di tangannya,"
Seru Yu Wi dengan pedih.
"Masa kau lupa pernah kujamin keselamatan Soh-sim dengan jiwaku?"
"Ji- bong tidak menurut lagi pada bujukanmu, betapapun keselamatan Soh-sim sangat menguatirkan.
"
"Sedikitnya sudah hampir seratus tahun kuikut dia, bila benar dia akan bunuh Soh-sim, segera kubunuh diri di depannya, coba dia tega membunuhnya atau tidak?"
Yu Wi menggeleng.
"Jika urusan benar-benar berkembang sejauh itu, bukankah jiwa Taysu akan berkorban sia-sia?"
"Usiaku sudah lebih seabad, seharusnya sudah lama kumati,"
Ujar Ji-tiau dengan gegetun.
"Engkau sendiri masih muda dan banyak yang dapat kau lakukan, tugas sicu dikemudian hari masih berat, tidak boleh engkau menyerempet bahaya naik keatas. Bila terjadi apa-apa atas dirimu, kan percuma dengan cita-citamu yang luhur itu."
Setelah dipertimbangkan lagi, akhirnya Yu Wi menghela napas dan berkata.
"Kuterima pesanmu, Taysu."
Ji-tiau terhibur. katanya.
"Bagus sekali bahwa engkau percaya padaku. sekarang lekas kau pergi saja, kekuatan adil sedang menunggu dibentuk olehmu, jangan mengecewakan harapanku. juga jangan sampai membiarkan dunia Kangouw mengalami bencana berdarah."
Pada saat itulah sekonyong-konyong dari atas melayang tiba seorang murid cu-pi-am dan menyampaikan perintah.
"Maklumat Atas perintah Amcu, segenap murid diharuskan hadir menyaksikan pelaksanaan hukuman"
first share di Kolektor E-Book 14-08-2019 21:34:58
Pedang Dan Kitab Suci -- Khu Lung Merpati Pedang Purba -- Kauw Tan Seng Legenda Pendekar Ulat Sutera -- Huang Ying