Interograsi Maut 1
Stephen Spignesi Interograsi Maut The Gas Room Bagian 1
The Gas Room Interograsi Maut Stephen Spignesi Voila Books The Gas Room Interograsi Maut Diterjemahkan dari DIALOGUES Karya Stephen Spignesi Terbitan Bantam Dell, a Division of Random House, Inc., New York Diterjmahkan dari DIALOUES Karya STEPHEN SPIGNESI Terbitan Bantam Dell, a Division of Random Hous, Inc , New York This translation is published by arrangement wilh The Bantam Dell Publishing Group, a division of Random House, Inc Copyright 2005 by Stephen Spignesi All rights reserved Hak terjemahan bahasa Indonesia ada pada Penerbit Hikmah Penerjemah .
Reni Indardini Penyelaras aksara .
Firmansyah Pewajah sampul .
windulampan Penata letak .
elcrealive26@yahoo com Volia Books (Penerbit Hikmah) Anggola IKAPI Jln Puri Mutiara Raya No 72 Cilandak Barat, Jakarta Selaian 12430 Telp 021-75915762, Fax 021-75915759 E-mail hikmahku@cbn.net
.id, hikmah_publisher@yahoo com
http.//ww.mizan.com/hikmah ISBN 978-979-115-003-3 Cetakan I, Desember 2007 Didistribusikan oleh Mizan Media Ulama (MMU) Jln Cinambo (Cisaranten Wetan) No 146 Ujungberung, Bandung 40294 Telp (022) 7815500 (hunting) Fax (022)7802288 E-mail .
mizanmu@bdg.centrin.net
.id JAKARTA (021)7661724,7661725,MAKASSAR (0411)871369, Untuk jiwa perempuan Trinitasku Istriku, Pam Ibuku, Lee Saudara perempuanku, Janet Cahaya bagiku di tempat gelap The Gas Room PROLOG Hari Euthanasia Jumat, 11 Oktober 2002 Pukul 08.00 Hari ini hari Jumat.
Hari Euthanasia di Penampungan Hewan Waterbridge-Waterbridge Animal Shelter.
Penampungan itu berdiri di pojok jalanan di New Haven, di sebuah rumah kuno.
Rumah itu tinggi, beratap segitiga, dan memiliki jendela-jendela besar dengan banyak panel kaca.
Bangunannya bobrok dan beranda di sekelilingnya perlu dicat ulang.
Banyak keluarga telah menyusun lorongnya dan tidur di dalam kamar-kamarnya sejak rumah itu dibangun.
Seorang perempuan muda cantik berambut cokelat gelap berjalan melalui ruangan-ruangan dalam penampungan.
Wajahnya tanpa ekspresi.
Bukan hampa dan tanpa perasaan-lebih tepatnya ...
netral.
Lantai linoleum rumah itu retak dan usang.
Polanya cokelat dan hijau, jelek, tapi gaya tersebut sangat populer pada tahun lima puluhan.
Si perempuan kadang berpikir, alangkah sayangnya, lantai kayu yang indah di rumah itu ditutupi oleh linoleum yang buruk ..., tapi binatang memang sering membuat kotor.
Sang perempuan muda mengenakan celemek biru muda yang dipasangi tanda pengenal bertuliskan namanya.
Tory.
Celemek itu tidak bernoda.
Di salah satu saku celemeknya, tersimpan sekotak permen Tic Tac rasa jeruk-tidak banyak orang yang suka rasa jeruk-dan buku catatan.
Satu set headphone digantungkan di lehernya, seperti kalung.
Di saku celemek yang lain, ada iPod merah muda.
Ia selalu membawa iPod ke tempat kerja, tapi jarang ada kesempatan untuk mendengarkannya.
Tory terkenal sopan dan ramah, baik terhadap rekan kerja maupun para pengunjung penampungan, tapi kadang ia terlihat dingin.
Ia hanya benar-benar tersenyum untuk para hewan.
Meskipun Tory tahu bahwa beberapa tugasnya tidaklah menyenangkan, ia bisa menghibur diri karena tahu bahwa pekerjaan itu juga penuh belas kasih.
Wajahnya kadang menampakkan konflik ini.
Ini keadaan yang, mau tidak mau, harus diterimanya.
Ia terpaksa melakukannya, walaupun sulit, dan akhir-akhir ini tugas itu terasa makin sulit.
Ia bukanlah penggemar Stephen King, tapi kadang ia teringat kata-kata yang didengarnya dari film Pet Sematary.
"Kadang kematian itu lebih baik."
Pekerjaan ini baru bagi Tory.
Selepas kuliah, ia bekerja di perusahaan farmasi sebagai sales representative.
Pekerjaan ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang dipelajarinya saat kuliah sastra Amerika tapi bayarannya lumayan dan disertai tunjangan.
Ia berkeliling New England, mengunjungi dokter serta memperkenalkan obat baru kepada mereka, dan ia juga menangani permintaan obat dari rumah sakit besar.
Mata kuliah minor yang diambilnya di bidang psikologi sering berguna saat berbisnis dengan dokter dan rumah sakit pembeli maupun para staf mereka.
Salah satu penjualan terbesar perusahaan adalah bentuk generik pavulon, pancuronium bromida, yang digunakan untuk melemaskan otot pasien sebelum operasi.
Tory bekerja dengan baik di perusahaan obat itu dan bisa mengumpulkan sejumlah uang.
Ia tinggal di rumah bersama ibunya, Viviana, yang hanya mau menerima sedikit bantuan keuangan dari Tory untuk membayar pengeluaran bulanan, berkeras agar Tory menabung sebanyak mungkin.
Uang simpanan itu akhirnya berguna saat posisi Tory dihilangkan setelah perusahaan tersebut meluncurkan laman (website) yang aman dan interaktif untuk memesan obat.
Ia tidak bekerja selama hampir setahun-setahun yang dihabiskannya untuk menulis, membaca, dan memutuskan apa yang ingin dilakukannya selama sisa hidupnya.
Ia menyelesaikan beberapa hal yang disukainya-sebuah novelet, sebuah cerita pendek-tapi ia tidak bisa berhenti bertanya-tanya apakah dia akan pernah berhasil memenuhi harapan dosen menulisnya di perguruan tinggi.
"Jangan kisahkan sebuah cerita, Tory,"
Tuan Mundane biasa berkata kepadanya seraya menyeringai saat mengucapkan kata cerita/Tory-Story/Tory-yang berima.
"Tunjukkanlah kehidupan. Aku tahu kau bisa melakukannya."
Ia sendiri masih tidak yakin apakah ia tahu bagaimana cara melakukannya, tapi beberapa tulisannya tidaklah memalukan untuk ditunjukkan kepada Gabriel Mundane.
Lalu, suatu hari di saat kesendiriannya, ia melihat dokumentar Animal World di TV kabel yang sungguh-sungguh menyentuh hatinya dan ia tiba-tiba saja tahu bahwa ia ingin bekerja bersama binatang.
Malah, saat itu terasa persis seperti yang dikatakan orang-orang yang sudah memiliki panggilan hidup tentang bagaimana rasanya terpanggil.
Ia melamar ke Waterbridge keesokan harinya.
Ketika ia ditawari untuk menjalani pelatihan untuk teknisi euthanasia, ia menerima dan ia menjadi seorang teknisi euthanasia sejak saat itu.
Pagi ini kebetulan hujan.
Deras.
Tory tidak memedulikan hujan yang turun, tapi ia sesekali berjalan ke jendela, memandangi langit yang mendung, dan memerhatikan curahan air yang meluber dan selokan yang mampet.
Hari ini dingin.
Ada lagu yang berkisah sedih tentang hari hujan dan Senin, tapi Tory selalu merasa bahwa hari Jumat yang dingin dan disertai hujan, apalagi di bulan Oktober, jauh lebih menyedihkan.
Hari ini hari Jumat.
Hari euthanasia.
Kamar gas terletak di bagian belakang gedung, di lantai dasar.
Ruangan tersebut dapat menampung beberapa ekor hewan dan Tory adalah teknisi euthanasia yang mengoperasikannya.
Tory tahu bahwa hari ini anjing labrador hitamlah yang akan masuk ke sana.
Dan mungkin si anjing terrier.
Begitu pula si kucing belang hitam putih.
Hari Jumat yang hujan adalah yang terburuk, ia berpikir saat sedang menyiapkan kopi.
Marcy seharusnya tiba sebentar lagi.
Jake mungkin akan terlambat.
Tory sudah memeriksa dan memberi makan para hewan.
Bagi beberapa hewan, makanan yang diberikannya akan menjadi yang terakhir.
Para pekerja di penampungan mengatasi kewajiban yang tak terelakkan untuk hewan yang sakit, tak diinginkan, atau buas, dengan tiga cara.
Beberapa orang menarik diri dan bersikap kaku dan menjauh dari para hewan.
Beberapa orang bersikap sadis.
Tory mendengar cerita-cerita tentang pekerja macam ini dan kebenciannya kepada mereka sangat mendarah daging.
Lalu, ada juga pekerja seperti Tory, yang percaya sepenuh hati bahwa mereka melakukan yang terbaik, bahwa kematian penuh kasih dan manusiawi jauh lebih baik daripada ...
well, lebih baik daripada alternatif lain ataupun hal mustahil seperti menemukan rumah bagi setiap hewan.
Penampungan Waterbridge menggunakan karbonmonoksida untuk mengeuthanasia binatang.
Tory Troy adalah teknisi euthanasia hewan yang bersertifikat negara dan dia tahu bahwa hanya masalah waktu hingga penampungan menggunakan suntikan mati, cara yang menurut beberapa orang lebih manusiawi.
Waterbridge didanai oleh negara bagian dan kota, serta berubah seiring zaman.
Jadi, hingga suatu saat yang sudah dapat diduga, Tory mengeuthanasia binatang di kamar gas.
Tory mendengar suara-suara, tapi ia terus memandang ke luar jendela, ke arah hujan yang turun.
Suara Marcy dan Jake.
Mereka tiba bersama, pikir Tory.
Bayangkan.
Jake datang tepat waktu.
Ia menjauhi jendela dan berteriak.
"Aku di sini, Teman-teman ...."
Pukul 15.30 Kamar gas sunyi.
Tory tahu bahwa gas karbon dioksida yang mematikan telah menjalankan tugasnya.
Kini, saatnya pemindahan dan pembuangan bangkai hewan serta pembersihan ruangan.
Tory mengeluarkan sarung tangan karet kuning yang berat, mengenakan masker pelindung wajah, dan menyiapkan diri untuk tugas di hadapannya.
Pekerjaan ini semakin berat, pikirnya.
Jauh lebih berat.
Jake tidak meninggalkan kantornya saat Tory mengosongkan kamar gas, dan tak ada satu pun staf front-office yang mendekati bagian belakang gedung.
Bagian dari tugasnya ini membuat Tory teringat akan kutipan dari puisi favoritnya.
"Stray Birds"-"Burung Pengelana"-karya Tahore.
"Hidup ini bagaikan perjalanan melintasi lautan, tempat kita bertemu di kapal kecil yang sama. Saat mati, kita mencapai tepian dan pergi ke dunia yang berlainan."
Dia menenangkan diri dengan cara membayangkan semua hewan yang dieuthanasia tiba di tepi pantai dan menghabiskan keabadian dalam kebahagiaan dan kecukupan.
Kadang, ia mengomeli dirinya yang sentimental, tapi itu tak membuatnya berhenti berkhayal; pikirannya otomatis melayang ke tempat yang menenangkan.
Tory berhenti sejenak, tangannya yang dibungkus sarung tangan berjuntai di sisi badannya, headphonenya yang tidak bersuara memeluk lehernya.
Ia merasakan sesuatu membuncah dalam dirinya, tapi ia tak tahu perasaan apa ini.
Sedih? Marah? Panik? Takut? Ia tidak tahu, tapi ia tahu bahwa ia tak pernah merasa seperti ini.
Ya, ada saatnya ia merasakan semua emosi itu, selintas lalu menusuk nuraninya ...
tapi hari ini berbeda.
Dan tiba-tiba, kaleidoskop gambar dan suara membanjiri pikirannya ...
anjing dan kucing yang masuk ke dalam penampungan selama beberapa bulan terakhir ...
bagian dalam kamar gas ...
keluarga berjalan melalui kandang, anak-anak mencari hewan peliharaan yang sempurna ....
ekspresi memohon di mata hewan-hewan dalam kurungan saat mereka memohon secara mental kepada orang asing untuk membawa mereka pulang-dan jauh dan tempat ini ...
obrolan staf kantor di hari kerja, tidak sadar akan kenyataan yang terjadi di bagian belakang gedung ...
gambaran Tory yang duduk sendiri di sofa ruang keluarga rumah ibunya setiap malam Jumat selama beberapa bulan terakhir, memeluk bantal, kakinya terlipat di bawah tubuhnya, tak mampu makan apa pun sampai, paling cepat, malam Sabtu bayangan kabur rumah tua itu saat sinar matahari menerpanya dengan cara tertentu ...
dan kemudian, sekali lagi, para hewan ...
para hewan ....
Tory mengulurkan tangan dan meraih pegangan pintu kamar gas.
Ia menutup mata sesaat dan mengambil napas.
Kemudian, ia membuka matanya ...
dan ia membuka pintu.
TUGAS MENGARANG KELAS SATU SEKOLAH DASAR ST.
FRANCIS KELAS SUSTER AGNES MARY kucing ku henry oleh victoria troy aku punya kucing, namanya henry.
dia adalah punya bullu item dan idungnya putih, aku sangat sayang kucingku henry.
kadang malam-malam dia tidur di bantal ku.
dia mengeong kare kalau dielus.
dua Dlapan hari lalu dady ku bikin henry nangis.
Dia nginjek di ekornya, aku nangis juga waktu dady nginjek ekor kucing ku.
terus aku ngelus henry dan bikin dia seneng.
dia ngusep hidungnya ke aku dan dia suka makan camilan.
selesai Tory Troy Dr.
Baraku Bexley "Saya berpikir tentang bunuh diri akhir-akhir ini.
Sering kali."
"Seberapa seringkah 'sering kali'?"
"Setidak-tidaknya sehari sekali, meskipun kadang saya bisa menjalani beberapa hari tanpa memikirkannya."
"Ketika kau mengatakan bahwa kau berpikir tentang bunuh diri, apa maksudnya? Apa kau membayangkan cara-cara untuk melakukannya? Apakah kau berpikir tentang di mana kau akan melakukannya?"
"Tidak, saya tahu cara melakukannya."
"Ya?"
"Pil."
"Pil jenis apa?"
"Penghilang rasa sakit. Saya menyembunyikan 87 tablet hydrocodone. Anda tahu kan. itu nama generik vicodin. Saya mendapatkannya dari seorang teman. Dokter meresepkannya seratus tablet, tapi dia hanya menggunakan tiga belas. Tulang belakangnya sakit, tapi penyakitnya sudah disembuhkan dan dia tidak perlu minum pil lagi. Jadi, dia memberikannya kepada saya. Saya pikir saya bisa meminum seluruhnya dalam tiga atau empat tegukan dan, dalam beberapa jam, saya akan mati."
"Bagaimana kalau kau tidak mati?"
"Oh, saya pasti mati."
"Bagaimana mungkin kau begitu yakin?"
"Saya mengerjakan PR saya."
"Maksudnya?"
"Saya mencari tahu tentang hydrocodone di internet. Dosis letalnya, bergantung pada toleransi, berkisar antara lima puluh atau enam puluh miligram ke atas. Jika saya minum 87 tablet, saya menerima lebih dari 650 miligram-cukup banyak untuk orang seukuran saya. Berat saya cuma 109 pon. Anak berberat badan 89 pon mati setelah minum hanya sepuluh pil. Setelah minum 87 tablet, saya pasti mati."
"Ya, sepertinya begitu."
"Saya lupa memberitahu Anda-saya akan meminumnya dengan tequila"
"Kau membicarakannya seakan akan masalah ini sudah pasti."
"Tidak, tentu saja tidak. Saya harus keluar dari sini dulu, kan? Dan melihat peluang yang ada, kemungkinannya kecil. Tapi, Anda bertanya. Jadi, saya memberitahukannya kepada Anda."
"Bisakah kau beritahukan kepada saya, kenapa kau sering berpikir tentang bunuh diri?"
"Rasanya tidak bisa."
"Apakah kau depresi?"
"Apa maksudnya?"
"Apakah kau merasa bahwa hidup tidak berarti? Apakah kegiatan hidup sehari-hari, seperti makan, bekerja, membaca, menonton film, melakukan hubungan seks, dan kegiatan normal lainnya tidak menarik bagimu? Apakah kau menghabiskan banyak waktu untuk tidur?"
"Jawabannya tidak untuk semua di atas. Saya tidak merasa bahwa hidup tak berarti. Saya suka makan, saya biasanya tidak keberatan pergi bekerja, saya sering membaca, saya pergi ke Blockbuster setidaknya dua kali seminggu, dan bila saya tidak sedang menjalin hubungan dengan seseorang, saya sering bermasturbasi. Soal tidur sepanjang waktu, saya harap saya bisa melakukannya. Hidup saya dulu begitu sibuk sehingga saya hanya punya waktu untuk tidur paling tidak enam jam semalam."
"Bunuh diri biasanya dipandang sebagai jalan terakhir-sesuatu yang dipertimbangkan oleh seseorang ketika hidup mereka tidak tertahankan lagi, tak bisa dijalani. Kau sepertinya sibuk dengan kehidupanmu dan merasa cukup puas."
"Saya memang puas. Setidaknya sampai ..... sampai saya dipenjara, begitulah."
"Saya akan bertanya sekali lagi. Kenapa kau berpikir tentang membunuh dirimu sendiri?"
"Apakah Anda tidak ingin tahu di mana saya akan melakukannya?"
"Maaf?"
"Anda tadi bertanya apakah saya berpikir tentang di mana saya akan melakukannya."
"Ya, kau benar. Tadi saya bertanya tentang itu. Jadi, sudahkah kau memikirkannya."
"Ya."
"Dan di manakah tempatnya?"
"Saya tidak tahu."
"Apakah kau mempermainkan saya?"
"Tidak, sama sekali tidak. Saya berkata jujur waktu saya mengatakan bahwa saya sudah memikirkan di mana tempatnya. Saya hanya belum memutuskan."
"Apa yang menghambatmu dalam mengambil keputusan?"
"Banyak hal. Misalnya siapa yang akan menemukan saya. Kekacauan apa yang akan saya sebabkan. Saya tahu saya akan ... menyusahkan ketika saya mati dan saya tidak mau orang yang menemukan saya harus membereskan semuanya. Saya sempat berpikir untuk terjun ke laut. Mungkin di Taman Fort Hale. Tapi, ada kemungkinan bahwa mayat saya takkan ditemukan orang. Dan, saya ingin dikremasi. Jadi, mayat saya harus ditemukan."
"Percakapan ini memaksa saya mengambil kesimpulan yang tidak ingin saya buat."
"Oh? Dan, apakah itu?"
"Menurut saya, kau telah memutuskan untuk bunuh diri dan janjimu kepada saya bahwa kau tidak akan bunuh diri adalah caramu untuk mengalihkan perhatian saya agar tidak melakukan penyelidikan atau tindakan lebih lanjut. Menurut saya, kautahu bahwa saya berkewajiban untuk bertindak jika kau mungkin membahayakan diri sendiri sehingga kau berusaha meyakinkan saya bahwa semua ini hanyalah latihan intelektual dan bukan rencanamu yang sebenarnya."
"Saya tidak akan bunuh diri. Tapi, saya memang memikirkannya. Apa yang akan Anda lakukan? Ha, ha, menyerahkan saya ke polisi? Terakhir kali saya lihat, ini masih Amerika dan saya bebas untuk mengatakan dan memikirkan apa pun yang saya mau."
"Dalam sebagian besar situasi, itu memang benar Tapi, ini bukan situasi pada umumnya. Kalau iya, kau tidak akan duduk di sini kan? Saya tidak akan sukarela datang ke sini dan membicarakan masalah ini denganmu kan? Jadi, aturan normal tidak berlaku dan bila saya merasa kau di ambang bunuh diri, saya harus mencantumkannya dalam laporan saya dan bertindak."
"Omong kosong perintah pengadilan. Saya sudah diawasi karena kemungkinan bunuh diri, demi Tuhan."
"Mungkin. Bisa kita lanjutkan?"
"Silakan saja."
"Ceritakan kenapa kau ada di sini."
"Anda tahu kenapa saya ada di sini. Saya dipenjara ... apa di lembagakan kata yang lebih baik? ... dan pengadilan memerintahkan saya untuk bicara kepada Anda."
"Saya ingin kau menceritakan kepada saya, apa yang kau lakukan dan kenapa kau melakukannya."
"Anda tahu apa yang saya lakukan. Tentang alasan saya melakukannya, Anda harus mencari tahu sendiri. Bukankah Anda dibayar untuk itu?"
"Bisa dibilang begitu."
"Well, kalau begitu "Mari kita kesampingkan alasan kau berada di sini dan mari kita bicara tentang hal lain yang-dulu-terjadi dalam hidupmu."
"Saya tidak keberatan."
"Bisakah kau bercerita tentang pekerjaanmu?"
"Tentu. Tapi, bukankah semuanya ada dalam catatan saya?"
"Ya, tapi saya ingin mendengarnya langsung darimu. Apa pekerjaanmu?"
"Saya teknisi euthanasia-hewan yang bersertifikat. Saya memperoleh 451,92 dolar seminggu. Jumlah yang menggiurkan, kira-kira 23.500 dolar setahun."
"Dan, apa itu teknisi euthanasia-hewan yang bersertifikat?"
"Setiap Jumat sore, saya meng-euthanasia semua kucing dan anjing di penampungan hewan yang belum juga diadopsi pada waktunya."
"Bagaimana kau meng-euthanasia hewan-hewan tersebut?"
"Kami menggunakan kamar gas."
"Apa peranmu dalam proses ini?"
"Proses. Kalian memang lucu. Cuma dokter jiwa yang menyatakan eksekusi massal sebagai sebuah proses. Apa kalian belajar istilah itu dari Auschwitz? Setahu saya Nazi dulu suka menggunakan eufemisme."
"Tolong jangan meremehkan atau memperolok olok Holocaust. Kakek saya meninggal di Auschwitz."
"Maaf."
"Jadi, apa peranmu dalam proses tersebut?"
"Saya mengeluarkan binatang dari kandangnya dan membawa mereka ke kamar gas."
"Apakah mereka tidak mencoba kabur?"
"Leher mereka semua dirantai, bahkan kucing juga, dan dalam ruangan itu ada deretan cincin baja yang ditanamkan di lantai-jaraknya satu sama lain tiga kaki. Binatang-binatang itu ditempatkan mulai dari pojok kiri ruangan dan setiap cincin dipasang pada satu binatang. Ruangan itu bisa memuat selusin hewan sekali jalan, tapi biasanya kami hanya menempatkan lima atau enam binatang di dalamnya."
"Apa yang terjadi setelah mereka diikat ke lantai?"
"Saya menutup pintu dan menguncinya dengan selot. Ruangan itu kedap udara bila sudah tertutup. Ironisnya, hewan-hewan itu pasti mati karena kehabisan napas jika kami membiarkan mereka begitu saja. Udara akan habis tidak lama sesudahnya. Tapi, cara itu kejam dan menimbulkan trauma. Dan butuh waktu lama. Jadi, kami mencoba untuk menyelesaikannya secepat mungkin."
"Apa yang terjadi setelah kau menyelot ruangan itu?"
"Saya menandatangani formulir."
"Formulir apa?"
"Formulir berisi daftar hewan yang saya masukkan ke dalam kamar gas-Anda tahu, satu anjing terrier cokelat, satu kucing belang hitam-putih ..."
"Lalu, apa yang terjadi?"
"Saya menyerahkan clipboard pada pengawas saya, Jake. Dia memeriksa ulang semuanya dan kemudian menandatanganinya. Salinan formulir itu harus dikirim ke pemerintah negara bagian setiap minggu."
"Apa yang dilakukan oleh Jake setelah dia menandatangani formulir itu?"
"Well, biasanya, dia kembali ke kantornya dan menghabiskan makan siangnya. Dia lebih suka makan siang agak sore."
"Kautahu maksud pertanyaan saya."
"Kami berdua menuju ke panel komputer di dinding luar kamar gas. Kami lalu melaksanakan prosedur tertentu yang harus saya pelajari di luar kepala sebelum saya memperoleh sertifikasi."
"Teruskan."
"Jake yang mengumumkan semuanya. 'Sembilan hewan telah dikonfirmasi untuk euthanasia. Pintu tersegel telah dikonfirmasi. Jumlah zat letal untuk sembilan binatang telah dikonfirmasi. Mulai.' Saya kemudian memencet tombol. Tapi, saya lupa memberitahu Anda sesuatu."
"Apakah itu?"
"Sebelum kami memulai prosedur tersebut, dia menyetel CD."
"Dia memutar musik? Untuk para hewan?"
"Bukan, mereka tidak bisa mendengarnya. Dia memutarnya untuk kami, meskipun sebenarnya dia memutarnya untuk dirinya sendiri."
"Apa yang disetelnya?"
"The White Album.' "The Beatles?"
"Iya."
"Lagu apa?"
"Helter Skelter.'"
"Begitu. Apa yang terjadi setelah kau memencet tombol?"
"Termometer menyala."
"Maaf?"
"Alat ukur yang mirip termometer menyala di panel utama dan lampu merah mulai menyala naik ke atas atas tabung."
"Saya mengerti."
"Di sisi tabung tersebut ada angka satu sampai sepuluh. Seharusnya, saat nyala merah mencapai angka dua, semua binatang tertidur. Tapi, saya tidak pernah memeriksa apakah hal itu memang benar. Tidak ada jendela di ruangan itu. Ketika nyala mencapai angka lima, mereka seharusnya tidak bernapas lagi, dan ketika nyala mencapai angka sepuluh, jantung mereka berhenti berdetak. Kandungan CO di dalam ruangan kira-kira mencapai enam persen. Fatal."
"Apa yang terjadi setelah nyala mencapai angka sepuluh?"
"Tidak terjadi apa-apa. Jake kembali ke kantornya dan saya melakukan apa pun yang harus saya lakukan."
"Bagaimana dengan para hewan?"
"Timer mulai menghitung saat alat ukur mencapai angka sepuluh. Bel akan berbunyi setelah lima belas menit. Kemudian, kami bisa mengeluarkan mereka."
"Siapa yang membuka pintu?"
"Saya. Saya teknisinya."
"Apakah kau bisa membicarakan hal itu?"
"Tidak."
"Kenapa tidak?"
"Karena saya tidak mau."
"Saya rasa kau akan terbantu jika saya menuliskan dalam laporan bahwa kau bersedia bekerja sama. Selain itu, saya yakin membicarakan hal itu akan membantu dirimu secara pribadi."
"Apa yang ingin Anda ketahui?"
"Ceritakan tentang apa yang terjadi setelah bel timer berbunyi."
"Hal pertama yang saya lakukan adalah pergi ke gudang belakang dan mengambil kereta pembuangan."
"Dan, apakah itu?"
"Kereta besar beroda yang bisa dilipat. Di dalamnya ada kantong karet tebal yang bisa ditarik terbuka. Kantong itu punya retsleting di atasnya."
"Binatang-binatang dimasukkan ke dalam tas itu?"
"Iya. Bangkainya."
"Apa semuanya cukup?"
"Kantong itu bisa memuat sekitar selusin kucing atau enam anjing. Kadang kami perlu dua kantong."
"Teruskan."
"Saya mendorong kereta ke dalam kamar gas dan meletakkannya di sisi kanan pintu. Lalu, saya memakai sarung tangan karet tebal dan masker dan kemudian membuka pintu."
"Apa gasnya tidak keluar dan ruangan?"
"Ada sistem pembuangan balik yang mengisap semua gas dan kemudian mengalirkannya ke tanur pengolah limbah yang membuat gas itu menjadi tidak beracun. OSHA atau apalah. Saat saya membuka pintu, udara dalam ruangan sangat aman. Malah, saya cukup yakin bahwa pintu tidak akan terbuka sampai ruangan benar-benar bersih dan gas. Dan ada detektor CO di seluruh gedung juga."
"Kalau begitu, kenapa kau mengenakan sarung tangan dan masker?"
"Ruangannya kotor. Kotoran keluar dari saluran pembuangan hewan saat mereka mati."
"Begitu. Bagaimana dengan baunya?"
"Sistem pembuangan menghilangkan bau-bauan, tapi masih lumayan tengik."
"Apa yang kemudian kau lakukan?"
"Saya mulai dari binatang yang paling dekat dengan pintu. Saya membuka rantai di lehernya, mengangkatnya, dan membawanya ke luar memasukkannya ke dalam kereta pembuangan. Semuanya dimasukkan ke dalam kantong. Kalung hewan, rantai. Semua. Benda-benda itu terbuat dari tembaga atau timah sehingga meleleh di krematorium."
"Apa yang kau pikirkan saat mengosongkan kamar gas?"
"Apa pun kecuali para hewan."
"Kenapa begitu?"
"Saya tidak berpikir tentang para hewan dan saya tidak melihat wajah mereka."
"Apa kau bisa membicarakan itu?"
"Saya kenal hewan-hewan itu. Meskipun kami hanya menampung mereka selama sekitar seminggu, saya sempat mengenal mereka masing-masing. Mereka semua juga punya kepribadian sendiri. Dan mereka semua punya rasa percaya. Mereka selalu gembira melihat saya. Dan mereka sangat berterima kasih atas segala perhatian yang mereka terima."
"Pasti sulit bagimu untuk membicarakan hal ini."
"Berengsek, tentu saja sulit. Hewan-hewan itu adalah teman saya. Dan saya harus membunuh mereka. Yang paling mengganggu saya adalah bahwa hewan-hewan itu bersedia ikut dengan saya, gembira bisa bersama saya. Dan kemudian, saya mengunci mereka dan membunuh mereka. Saya benar-benar mengkhianati kepercayaan mereka kepada saya."
"Kenapa dulu kau menerima pekerjaan itu?"
"Dulu saya pikir saya bisa melakukan kebaikan."
"Bagaimana?"
"Anda tahu ..... membantu mencari rumah untuk para hewan ... membantu anak-anak memilih hewan peliharaan ... hal-hal semacam itu."
"Tapi, kautahu bahwa kau akan terlibat dengan euthanasia hewan kan?"
"Di akhir wawancara, ya, saya tahu ... tapi itu bukan alasan saya melamar di penampungan hewan."
"Bagaimana kalau kau menceritakannya kepada saya?"
"Saya melamar pekerjaan kantoran di penampungan hewan. Saya ingin bekerja di meja penerima tamu dan membawa binatang yang ditemukan orang atau binatang yang tidak terurus lagi. Seperti yang sudah saya bilang-untuk membantu. Banyak binatang yang datang dulunya dimiliki oleh orang-orang tua."
"Maksudmu?"
"Banyak manula yang memiliki hewan peliharaan dan, ketika mereka meninggal, tidak ada anggota keluarga mereka yang mau mengurus hewan itu. Jadi, mereka membawa hewan-hewan itu kepada kami."
"Apa yang mereka katakan kepada kalian saat mereka membawa binatang-binatang itu?"
"Biasanya mereka bilang bahwa tidak ada yang mengurus binatang-binatang itu dan mereka ingin agar kami mencarikan rumah bagi para hewan itu."
"Apa yang kalian katakan kepada mereka?"
"Kami akan berusaha."
"Apakah kalian berusaha?"
"Pasti. Orang-orang datang setiap hari ke penampungan untuk mencari kucing atau anjing. Dan kami selalu menyediakan waktu bagi mereka dan memastikan bahwa mereka merasa nyaman dengan hewan yang mereka pilih. Kami tidak ingin ada yang pulang tanpa membawa hewan peliharaan."
"Lalu, kenapa kalian membunuh ... mengeuthanasia?"
"Karena kami tidak punya cukup uang atau tempat untuk memelihara binatang lebih dari seminggu. Mereka datang ke tempat kami sepanjang waktu dan tidak mungkin kami bisa memelihara mereka semua sampai mereka ditempatkan dengan keluarga baru."
"Kalian memelihara mereka selama seminggu?"
"Iya, tapi bukan seminggu di kalender. Tepatnya tujuh hari kerja. Kami mulai menghitung pada hari setelah mereka tiba, dan kami meng-euthanasia mereka pada Jumat pertama setelah tujuh hari itu berlalu."
"Jadi, secara teoretis, ada hewan yang hidup lebih lama daripada tujuh hari."
"Anda pintar juga untuk ukuran seorang dokter jiwa. Ya. Memang betul. Binatang yang tiba pada akhir pekan di penampungan mendapat jatah hampir dua minggu."
"Penampungan itu buka juga pada hari Minggu?"
"Hanya untuk penerimaan hewan. Tommy bekerja seminggu sekali untuk kami. Dia bekerja pada hari Minggu di penampungan dan menangani hewan yang dibawa oleh orang-orang."
"Jadi, hewan yang datang hari Sabtu dan Minggu cukup beruntung."
"Betul. Kami mulai menghitung pada hari Senin, dan tujuh hari setelah Senin adalah hari Minggu berikutnya yang berarti bahwa hewan itu bisa hidup sampai Jumat. Hampir dua minggu. Binatang yang datang hari Kamis paling sial."
"Kenapa?"
"Kami mulai menghitung pada hari Jumat. Arti nya, hari ketujuh adalah Kamis sehingga mereka dihajar persis sehari setelahnya."
"Jadi, kembali ke tugasmu. Apa yang terjadi setelah kau mengosongkan ruangan dan kantong sudah penuh?"
"Saya menutup retsletingnya dan kemudian pergi mengambil selang."
"Selang?"
"Iya. Saya mengambil selang hitam besar dari gudang dan memasangnya ke keran air yang terletak di dinding luar kamar gas. Setelah itu, saya membuka saluran pembuangan air di tengah lantai, dan lalu saya menyemprotkan air dari selang ke seluruh lantai dan dinding sampai bersih."
"Kemudian apa yang terjadi?"
"Saya membereskan semuanya, menutup ruangan, mengunci panel dengan kata kunci yang hanya diketahui oleh Jake dan saya, kemudian menelepon krematorium."
"Apa yang kau lakukan setelah menelepon?"
"Saya minum kopi."
"Kopi?"
"Iya. Saat itu biasanya sudah hampir jam empat, dan saya suka minum secangkir kopi di sore hari. Saat saya menyelesaikan semuanya, Evelyn datang naik truk."
"Lalu, apa?"
"Dia pergi ke loading dock di bagian belakang gedung dan saya membukakan tingkap. Dia kemudian menjalankan lift portabel ke tingkap dan saya membawakan kereta pembuangan. Dia menyangkutkan sebuah pengait yang berat ke cincin baja di kantong berisi hewan dan kemudian menyalakan lift untuk membawa kantong ke dalam kotak truk."
"Saya hanya ingin tahu. Ada tulisan apa di sisi truk?"
"Tidak ada tulisan apa-apa. Seluruh truk dicat biru tua dan tak ada huruf apa pun di sana."
"Begitu. Teruskan."
"Tidak banyak lagi yang bisa diceritakan. Dia meletakkan kantong itu di atas kantong-kantong lain yang sudah diambilnya dan lalu dia pergi."
"Apa yang kau lakukan setelah itu?"
"Saya memberi makan hewan yang baru datang sore itu."
"Bagaimana rasanya?"
"Sejujurnya, rasanya membangkitkan semangat saya. Pendatang baru biasanya takut atau lelah, dan memberi mereka makanan dan air selalu membuat mereka tenang. Mereka semua bahagia saat memperoleh sedikit saja perhatian dari manusia."
"Apakah kau pernah bermain dengan mereka?"
"Kadang-kadang. Meskipun seharusnya tidak boleh."
"Kenapa begitu?"
"Well, Jake bilang karena saya tidak dibayar untuk bermain dengan binatang dan karena saya punya pekerjaan lain. Tapi, Jake kadang bisa jadi orang berengsek dan, sejujurnya, saya percaya bahwa saya memang dibayar untuk bermain dengan binatang. Maksud saya, bukan menghabiskan waktu dengan main lempar bola atau bergulat dengan mereka. Tapi, saya percaya bahwa bagian dari pekerjaan saya adalah memastikan bahwa hewan yang datang ke penampungan dirawat, dan saya rasa bermain dengan mereka adalah salah satu cara merawat mereka."
"Kau benar juga. Apa kau pernah dapat masalah karena berpikir seperti itu?"
"Tentu. Jake kesal setengah mati jika dia datang ke kandang dan melihat saya nongkrong dengan anjing atau bermain dengan salah satu kucing. Tapi, masa bodoh dengannya."
"Kau menyebut-nyebut ... Tommy? Dia orang seperti apa?"
"Entahlah. Saya hanya bertemu dia sebentar saja beberapa kali. Saya sudah memberi tahu Anda, dia cuma bekerja pada hari Minggu. Saya tidak pernah datang ke tempat itu pada hari Minggu."
"Siapa lagi yang bekerja denganmu?"
"Ada Jake, tentu saja. Dia penanggung jawab tempat itu. Dan di kantor ada Marcy, Ann, Philip, dan Teresa. Dan kemudian, ada Renaldo, penjaga kebersihan."
"Apa kau menyukai orang-orang ini?"
"Saya rasa begitu. Terutama Marcy. Dia dan saya akur."
"Apa kau tidak akur dengan yang lainnya?"
"Tidak ... saya bergaul baik dengan mereka ... tapi mereka kadang membuat saya merasa terganggu."
"Kenapa?"
"Karena tampaknya tak ada satu pun di antara mereka yang sadar dengan cara apa mereka mendapat penghasilan."
"Apakah kau tidak berpikir bahwa itu kedengarannya sedikit tidak adil?"
"Kenapa Anda berkata begitu?"
"Kedengarannya kau merasa benar sendiri."
"Saya tidak setuju."
"Apa kau benar-benar percaya bahwa kaulah satu-satunya di penampungan yang memahami sepenuhnya bahwa salah satu bagian dari pekerjaan kalian adalah menyingkirkan hewan-hewan yang tak diinginkan?"
"Saya tidak bilang begitu."
"Maafkan bila saya salah memahamimu. Mungkin kau bisa menerangkan lebih jelas tentang apa yang kau maksud?"
"Saya tahu mereka semua mengerti tentang apa yang kami lakukan. Bagaimana tidak? Hanya saja, mereka sepertinya tidak terlalu terganggu dengan hal itu. Saya tidak mengerti dengan hal itu. Mereka semua bilang mereka sayang binatang, tapi mereka bekerja di tempat yang membunuh kucing dan anjing setiap minggu."
"Tapi, kau bekerja di sana juga."
"Iya, saya tahu."
"Sepertinya tidak masuk akal. Tidak konsisten. Jika tempat tersebut punya fungsi tersirat yang membuatmu merasa terganggu, kenapa kau tidak berhenti saja? Sebelum jadi seperti ini."
"Saya punya sepupu yang bekerja sebagai anggota tentara cadangan-Reserve Officer Training Corps. Dia bertugas selama Krisis Misil Kuba. Dia pernah memberi tahu saya bahwa dia masuk angkatan laut dengan pemahaman bahwa dia akan menjadi pembunuh profesional. Dia tahu apa artinya menjadi seorang tentara cadangan. Tapi, ketika dia harus menyandang senjata kaliber 0,45 dan bersiap-siap dalam kapal Rusia, bayangan tentang menjadi seorang pembunuh profesional membuatnya terpukul. Mungkin hal seperti itulah yang melintasi pikiran saya ... saya tidak tahu. Dia sekarang seorang pasifis. Dia selalu berkata.
"Lautan Pasifik menjadikanku seorang pasifis."
"Bukankah mungkin saja kau sama tidak berperasaan dan sama munafiknya seperti orang-orang yang kau nilai?"
"Tidak, saya tidak seperti itu."
"Tapi, kau bekerja di tempat itu juga."
"Berapa kali lagi Anda harus mengatakan bahwa saya bekerja di sana juga?"
"Saya hanya sedang berusaha untuk memahamimu. Kau berkata bahwa kau bersimpati terhadap hewan-hewan dan bahwa kau merasa terpukul karena harus meng-euthanasia mereka, namun kau tetap melibatkan diri dalam pekerjaan yang mengharuskanmu untuk berpartisipasi langsung dalam pembunuhan mereka. Kau tidak bekerja di kantor seperti Philip dan Marcy. Kau tidak cuma menyapu dan mengepel lantai seperti Renaldo. Kau yang menekan tombol untuk membunuh mereka."
"Anda tidak perlu mengingatkan saya akan hal itu."
"Well, tolong jelaskan kepada saya kenapa kau tidak langsung berhenti."
"Saya tidak tahu."
"Tugas saya adalah menentukan kondisi mentalmu dan membuat rekomendasi kepada pengadilan. Kau seharusnya lebih membantu dengan cara menyampaikan perasaan dan pikiranmu sesungguhnya kepada saya. Ini bisa jadi masalah hidup dan mati bagimu."
"Apa saya harus takut mendengarnya?"
"Tidak. Sama sekali tidak. Tapi, pada saat saya telah menandatangani laporan saya, semuanya berakhir. Jadi, mari mencoba menjalani ini sebaik mungkin. Kau juga sebaiknya tahu bahwa saya akan bicara kepada orang lain mengenai dirimu."
"Orang lain? Siapa?"
"Saya tidak akan mengatakannya saat ini."
"Ibu saya?"
"Mungkin."
"Jangan."
"Nona Troy-"
"Saya tidak akan mengizinkannya."
"Kau tidak punya hak dalam masalah ini. Tapi, saya dapat meyakinkanmu bahwa semua wawancara yang saya lakukan bertujuan untuk menyampaikan penilaian yang sejujur mungkin tentang keadaan mentalmu."
"Apakah menurut Anda saya ini gila?"
"Tory, dengar. Saya tidak mau menulis laporan yang membuat juri tidak punya pilihan lain selain menyarankan agar ... Well, maksudnya, saya ingin mencapai kesimpulan yang menguntungkanmu."
"Menguntungkan saya? Maksudnya, Anda harus mengatakan bahwa saya ini gila kan?"
"Tidak. Hanya tidak cukup kompeten secara mental untuk menghadapi persidangan. Bila saya merasa bahwa kau mampu untuk menghadapi persidangan, jurilah yang akan menentukan apakah kau waras ketika ... ketika insiden berdarah terjadi."
"Baiklah. Apa yang ingin Anda ketahui?"
"Bagaimana kalau kita mulai dari alasanmu memutuskan untuk bekerja di penampungan hewan."
Dr. Baraku Bexley Jaksa Wilayah Brawley Loren "Apakah Anda bisa memberi kami laporan pendahuluan?"
"Tidak. Saya belum siap untuk menunjukkan apa pun kepada Anda."
"Dokter, apakah saya perlu mengingatkan Anda bahwa Anda dibayar oleh uang dari para pembayar pajak, dan setiap hari yang Anda lalui tanpa menyerahkan laporan adalah hari lain saat keadilan tidaklah ditegakkan?"
"Tidak, Pak Jaksa Wilayah. Anda tidak perlu mengingatkan saya bahwa saya dibayar oleh negara. Saya menyadarinya setiap kali menguangkan cek dua-mingguan saya dan melihat lambang negara bagian di atas nama saya. Saya harap saya tidak perlu mengingatkan Anda bahwa saya adalah dokter yang berkewajiban untuk memperlakukan perempuan muda ini sebagai pasien, bukan tersangka."
"Dia memang seorang tersangka."
"Itu bukan masalah saya. Saya ditugaskan oleh pengadilan untuk memeriksa perempuan ini dan menentukan apakah ia kompeten secara mental untuk menghadapi persidangan. Kesimpulan saya akan memengaruhi semua yang terjadi sejak saat saya menandatangani laporan, dan juga akan berpengaruh besar terhadap masa depan perempuan muda ini."
"Ya, Dokter. Ini bukan pertama kalinya kami harus berurusan dengan pemeriksaan psikiatri yang diperintahkan oleh pengadilan."
"Anda tidak perlu sok pamer begitu."
"Well, maaf kalau saya terdengar sedikit kesal. Saya berharap Anda akan memaafkan nada bicara saya dan memaafkan saya atas penghinaan terhadap harga diri Anda yang mungkin akan terjadi di masa depan."
"Sekarang Anda jadi sarkastis."
"Dokter, tolong dengarkan saya baik-baik. Gadis muda ini-'pasien' Anda-dituntut atas enam pembunuhan. Enam pembunuhan berencana Tingkat Satu. Sekarang, saya memahami sepenuhnya bahwa bila Anda menyatakan dia tidak kompeten secara mental, dia akan menghindari persidangan dan menghabiskan sisa hidupnya dalam rumah sakit jiwa, makan tiga kali sehari, menikmati perawatan kesehatan dan perawatan gigi yang lengkap, dan TV kabel. Saya rasa mereka bahkan punya sambungan ke saluran HBO. Ini membuat saya kesal, Sir. Enam jenazah terbaring di kamar mayat karena tindakan-maaf-tindakan yang dituduhkan kepada gadis ini. Dan Anda mungkin satu-satunya orang yang mencegah keadilan ditegakkan. Itulah sebabnya saya menjadi sarkastis dan menunjukkan ketidaksabaran terhadap Anda dan 'profesi' Anda."
"Saya tidak akan melakukan pemeriksaan yang terburu-buru maupun membuat pernyataan tentang sesuatu yang tidak benar-benar saya percayai. Saya tahu maksud Anda, Pak Jaksa Wilayah. Terlepas dan apa yang saya percayai sebagai kenyataan, Anda ingin saya menyatakan bahwa ia sepenuhnya kompeten dan bahwa ia mampu memahami hal yang dituduhkan kepadanya sehingga mampu berperan serta dalam pembelaan dirinya. Anda kemudian akan bisa menuntutnya sepenuhnya sesuai jangkauan hukum dan bekerja dengan rajin untuk memastikan agar ia memperoleh suntikan mati. Tapi, bagaimana bila juri lalu memutuskan bahwa dia tidak waras saat melakukan pembunuhan, Sir?"
"Saya tidak peduli, Dokter. Kami punya cukup bukti untuk menuntutnya dan saya akan menuntutnya. Tidak peduli dia sinting atau tidak, orang-orang malang itu tidak akan hidup kembali bukan?"
"Tidak, tentu tidak. Tapi, kecuali Anda bisa menulis ulang hukum sendirian, dia tidak bisa dimintai pertanggungjawaban secara hukum untuk kejahatan tersebut bila dia tidak kompeten secara mental. Dan, sekali lagi, tugas saya adalah menentukan apakah dia bisa memahami hal tersebut dan menghadapi persidangan."
"Saya tidak menyukai arah pembicaraan kita. Saya bisa mengusahakan agar Anda ditarik keluar dan kasus ini, Anda tahu."
"Silakan saja. Anda menyediakan dasar pembelaan untuk naik banding dan semua ini harus dimulai dari awal lagi. Dan, apa yang membuat Anda yakin bahwa dokter berikutnya yang ditunjuk oleh pengadilan untuk menangani kasus ini akan membuat Anda senang? Dan juga, ngomong ngomong, apa yang membuat Anda begitu yakin bahwa saya akan menulis laporan yang menyatakan bahwa dia tidak kompeten?"
"Saya punya firasat tentang Anda. Anda sepertinya penganut liberal anti-hukuman mati. Ada getaran yang saya rasakan dari diri Anda, tapi saya rasa Anda akan mencari segala kemungkinan, tak peduli selemah apa pun, untuk menyandangkan label tidak kompeten kepada dirinya."
"Penganut liberal anti-hukuman mati', kata Anda? Wah, terima kasih banyak, Penasihat. Saya tersanjung. Saya selalu senang bila dihakimi. Tapi, kenapa Anda tidak menunggu laporan saya sebelum menyimpulkan apa pun tentang diri saya? Apa permintaan saya terlalu berat?"
"Tidak, Dokter, tidak. Dan saya tidak punya pilihan dalam masalah ini, benar kan? Tapi, saya akan mengatakan sesuatu kepada Anda. Bila Anda kembali ke sini dengan keyakinan bahwa dia tidak kompeten secara mental, saya akan mendatangi hakim dan menuntut pemeriksaan ulang, tidak peduli berapa biaya dan waktu yang diperlukan."
"Tidak masalah bagi saya, Tuan Loren. Anda jelas tidak keberatan menghabiskan uang pajak dan masyarakat jika masalahnya menyangkut keinginan Anda sendiri, ya?"
"Pembicaraan kita selesai, Dokter."
"Saya selalu senang bisa membantu, Penasihat."
Dr. Baraku Bexley Nyonya Viviana Troy "Sudah berapa lama Anda dan ayah Tory bercerai?"
"Sekitar lima belas tahun. Apakah dia akan dihukum mati, Dokter?"
"Saya pikir terlalu dini untuk memikirkan tentang hal itu, Ma'am. Kenapa Anda tidak jawab saja pertanyaan saya dan kita tinggalkan saja masalah itu untuk nanti, oke?"
"Ya, baiklah. Hanya saja saya menyayanginya dan sangat mengkhawatirkannya."
"Saya mengerti. Bagaimana mungkin Anda tidak khawatir? Anda ibunya."
"Ya."
"Jadi, Anda dan ayahnya bercerai lima belas tahun lalu, betul? Apakah Anda bisa memberitahu saya tentang alasan Anda berdua bercerai?"
"Dia peminum. Dia memukuli saya. Dan dia berselingkuh."
"Begitu. Tiga-tiganya, ya? Sejak kapan tingkah lakunya itu bermula?"
"Sejak kami berkencan."
"Dan Anda tetap menikah dengannya?"
"Saya mencintainya."
"Apakah putri Anda menyaksikan kekerasan fisik apa pun yang dilakukan suami kepada Anda?"
"Oh, iya. Ayahnya dan saya bersama sampai umurnya awal remaja. Jadi, dia melihat semuanya."
"Apakah dia pernah menyakiti putri Anda?"
"Apa saya harus menjawabnya?"
"Tidak, tentu saja tidak. Anda tidak sedang berada di pengadilan atau di bawah sumpah. Dan ini juga bukan deposisi-pengambilan kesaksian secara resmi di luar pengadilan."
"Kenapa ingin tahu soal itu?"
"Nyonya Troy, saya seorang dokter yang telah ditugasi untuk menentukan apakah putri Anda siap secara mental untuk menghadapi persidangan. Yang saya bisa beritahukan kepada Anda adalah semakin banyak yang saya ketahui tentang putri Anda, penilaian saya akan semakin akurat sehingga menghasilkan yang terbaik bagi semua orang dalam jangka panjang."
"Saya mengerti. Kalau begitu, ya. Jawaban atas pertanyaan Anda, maksud saya, ya. Suami saya menyakiti putri kami."
"Secara fisik?"
"Ya."
"Bagaimana?"
"Dengan ikat pinggangnya. Dan tinjunya. Dan..."
"Teruskan."
"Dengan rokoknya."
"Dia membakarnya dengan puntung rokoknya?"
"Ya."
"Apakah dulu Anda pernah memberitahukan kepada siapa pun tentang kekerasan yang dilakukan oleh suami Anda terhadap Anda dan putri Anda?"
"Tidak."
"Kenapa tidak?"
"Saya takut kami terusir ke jalanan, tanpa uang dan tempat tinggal."
"Bagaimana reaksi putri Anda saat disiksa oleh Ayahnya?"
"Dia melawan."
"Begitu. Apakah suami Anda pernah melakukan pelecehan seksual terhadap putri Anda?"
"Ya."
"Bagaimana?"
"
Dengan tangannya."
"Apa Anda mengetahuinya saat peristiwa ini terjadi?"
"Ya."
"Apakah putri Anda melawan ketika dia dilecehkan?"
"Awalnya tidak, tapi ketika dia semakin besar, dia melawan."
"Bagaimana?"
"Dia mengunci diri dalam kamarnya saat dia tahu ayahnya akan mendatanginya. Kadang, dia berkelahi dengan ayahnya. Dan akhirnya, dia menusuk mata ayahnya dengan kikir kuku."
"Apa yang kemudian terjadi?"
"Saya membawanya ke rumah sakit. Tapi, dia kehilangan penglihatannya."
"Baiklah. Mari kita menuju ke tahun-tahun setelah Anda dan suami Anda bercerai. Bagaimana sikap putri Anda setelah suami Anda keluar dari rumah?"
"Dia menjadi gadis yang benar-benar berbeda."
"Berbeda bagaimana?"
"Dia lebih gembira. Dia lebih sering tersenyum. Dia makan lebih banyak."
"Anda tahu tuduhan yang didakwakan kepada putri Anda, bukan?"
"Ya."
"Enam pembunuhan berencana."
"Ya."
"Dan Anda paham bahwa dia menghadapi tuntutan hukuman mati jika dia dinyatakan mampu untuk menghadapi sidang dan bila juri menyatakannya bersalah?"
"Ya."
"Kalau begitu, Ma'am, biarkan saya menanyakan hal ini. Apakah Anda merasa ada sesuatu yang perlu saya ketahui yang dapat membantu putri Anda?"
"Dia selalu menyayangi bintang."
"Begitu."
"Dia selalu menyayangi binatang."
Tory Troy Dr. Baraku Baxley "Terakhir kali kita bertemu, kau menceritakan tentang keputusanmu untuk melamar pekerjaan di penampungan hewan."
"Apa Anda bicara dengan ibu saya?"
"Ya."
"Apa saja yang dia ceritakan pada Anda?"
"Saya tidak boleh membicarakannya."
"Kenapa tidak?"
"Karena tidak etis dan tidak pantas."
"Meskipun dia menceritakan berbagai hal tentang diri saya?"
"Justru karena dia menceritakan 'berbagai hal' tentangmu, Tory. Sekarang, apa kita bisa lanjut? Apa yang membuatmu memutuskan untuk melamar pekerjaan di penampungan hewan?"
"Animal World."
"Saluran TV kabel?"
"Ya."
"Bagaimana caranya Animal World mendorongmu untuk melamar pekerjaan di penampungan hewan?"
"Apa Anda tidak bisa menebaknya?"
"Tolong, aku ingin mendengarnya darimu."
"Karena acara dokumenter. Tentang leopard."
"Teruskan."
"Acara dokumenter itu menunjukkan sekelompok bangsat berkamera, membawa senjata dan truk yang menyerbu alam bebas tempat keluarga kawanan atau leap-leopard tinggal. Begitulah mereka menyebut kelompok leopard. Anda tahu tidak? Sekawanan leopard. Lucu kan?"
"Ya, Tory. Memang kedengarannya konyol. Silakan teruskan."
"Saya di luar sedang hujan saat saya menonton acara tersebut. Saya di rumah sendirian dan saya sedang memasak makaroni keju dalam oven microwave. Saya suka memakannya dengan saus, percaya tidak. Tapi, masuk akal juga kalau dipikir -pikir. Saus kan cuma tomat yang dijadikan bubur, betul kan? Anda tidak akan merasa aneh jika saya memotong tomat segar dan mencampurnya ke dalam makaroni keju atau mungkin jika saya membeli blok tomat Contadina yang sering digunakan ibu saya dan kemudian mencampurnya dalam makaroni dan keju, betul kan?"
"Tory..."
"Maaf. Jadi, seperti saya bilang, saya baru saja makan dan saya sedang sendirian menonton Animal World. Saya berada di ruang keluarga. Kalau tidak salah. Saya mungkin juga sedang tidur-tiduran di kasur. Saya tidak yakin."
"Kau tidak ingat tempatmu berada dalam rumah saat menonton acara TV yang punya pengaruh begitu besar pada dirimu?"
"Gila kan? Oh. Saya sebaiknya tidak mengatakannya. Tidak, saya benar-benar tidak ingat. Mari kita misalkan bahwa saya berada di ruang keluarga karena saya kemungkinan menggelepar di sana setelah makan."
"Oke. Kau berada di ruang keluarga."
"Ya. Acaranya mulai pukul delapan."
"Apa yang kauingat tentang acara itu?"
"Saya ingat semuanya."
"Bagaimana pembukaannya?"
"Matahari terbit di veld."
"Veld?"
"Padang gembala luas di Afrika."
"Saya kira namanya veldt."
"Sama saja."
"Baiklah. Teruskan."
"Acara itu menunjukkan bentangan rumput yang melambai ditiup angin dan kamera bergerak untuk menunjukkan leopard yang berjalan melintasi veld."
"Apa yang kauingat tentang binatang itu?"
"Mereka begitu indah sampai-sampai jantung saya berhenti berdetak. Itulah yang saya ingat tentang mereka. Bulu mereka indah, badan mereka berotot, dan bentuknya sempurna. Mata mereka jernih, terpicing, dan serius. Mereka mengendalikan lingkungan mereka sepenuhnya. Mereka tidak perlu kita, itu sudah jelas."
"Apa maksudnya?"
"Maksudnya, manusia benar-benar tidak penting bagi hewan-hewan luar biasa ini. Setiap manusia di muka bumi bisa saja mati besok akibat virus eksotik yang aneh dan hewan-hewan spektakuler ini tidak akan terpengaruh."
"Bagaimana kesadaran akan hal itu mempengaruhimu?"
"Malu. Saya merasa malu."
"Kenapa?"
"Meskipun saya puluhan ribu mil jauhnya dari Afrika dan saya menonton acara yang mungkin sudah direkam berbulan-bulan sebelumnya, saya merasa seperti pengganggu. Saya merasa bahwa itu bukan tempat kita dan bahwa saya sedang melihat sesuatu yang bukan urusan saya."
"Semua ini melintasi pikiranmu saat menonton bagian pembukaan?"
"Ya."
"Bagaimana rasanya ketika juru kamera dan semua yang terlibat dalam acara tersebut muncul?"
"Saya ketakutan. Saya mendapat semacam firman, Dr Bexley ... pencerahan, mungkin Anda bisa menyebutnya begitu ... dan kemudian mereka ... pria-pria berpakaian khaki dan berkacamata hitam, mengendarai jip dan truk yang kautahu menyemburkan asap knalpot ... berderu menginjak rumput seakan-akan padang itu milik mereka. Menjijikkan."
"Lalu, apa yang kau lakukan?"
"Saya duduk memeluk bantal dan menangis tersedu-sedu."
"Apakah kau menonton keseluruhan acara?"
"Tidak, saya tidak bisa."
"Berapa banyak yang kautonton?"
"Saya mematikan TV setelah melihat induk leopard menggeram dan mengaum ketika juru kamera menyorot bayinya terlalu dekat. Cukup sampai di situ. Tapi, saya beritahu Anda, Dr. B. Saat saya memencet pengendali jarak jauh untuk mengganti saluran, saya berdoa semoga mama leopard menggigit bagian tubuh orang itu sampai putus."
"Kau berdoa supaya seseorang terluka?"
"Ya. Dan saya tidak malu mengakuinya."
"Kenapa kau mengharapkan agar bencana menimpa seseorang yang tidak kaukenal dan tidak pernah menyakitimu?"
"Karena dia dan pengikutnya membuat saya kesal. Mereka seharusnya tidak mengganggu induk leopard dan mereka pantas dihukum untuk itu."
"Baiklah."
"Wah, Anda rupanya membuat banyak catatan. Saya pasti mengatakan sesuatu yang mengena."
"Hanya pembuatan catatan rutin, Tory. Tipe pencatatan yang selalu saya lakukan pada setiap wawancara saya."
"Terserah deh."
"Mari kita lanjutkan. Apa ada hal lain dalam dokumenter Animal World yang memengaruhimu dengan cara apa pun?"
"Tidak, masalah tentang leopard itu yang benar-benar menganggu saya. Baraku. Apa itu bahasa Afrika?"
"Bahasa Bantu, mungkin, tapi saya tidak yakin."
"Bantu?"
"Bahasa resmi Tanzania."
"Dari sanakah keluarga Anda berasal?"
"Ya, ayah saya beremigrasi ke Amerika Serikat. Tolong, bisakah kita kembali ke malam saat dokumenter itu diputar?"
"Berapa umur Anda saat dia datang ke sini?"
"Saya dilahirkan di sini. Dokumenternya?"
"Oh, baiklah."
"Kau mematikan TV setelah acara dokumenter itu membuatmu menangis. Apa yang kemudian mendorongmu untuk memutuskan melamar kerja di penampungan hewan?"
"Saya memutuskan bahwa saya ingin membantu binatang."
"Berapa lama setelah malam itu ketika kau melamar?"
"Besok paginya."
"Kaupergi ke penampungan hewan tepat esok paginya untuk melamar pekerjaan?"
"Ya. Tepat setelah dibuka."
"Bisakah kau menceritakannya kepada saya?"
"Tidak ada apa pun untuk diceritakan. Jaraknya beberapa mil setelah Q-Bridge dan rumah saya. Saya sudah tahu tentang tempat itu sejak lama. Saya masuk ke dalam dan menuju meja penerimaan. Saya memberitahu seorang gadis, sekarang saya tahu bahwa namanya Marcy, bahwa saya sedang mencari kerja, dan selanjutnya saya duduk di ruangan Jake."
"Ceritakan kepada saya tentang wawancara itu."
"Saya duduk di kursi di depan mejanya dan melihat ke sekeliling. Jake belum ada di sana. Di dinding ada poster hewan dan berbagai hal tentang prosedur dan pemerintahan. Ada poster konyol bergambar kucing juga."
"Yang mana?"
"Yang bergambar seekor kucing yang bergantung di dahan pohon dengan tulisan 'Bertalianlah'."
"Ya, saya sudah melihatnya."
"Well, saya duduk di sana dan memerhatikan bahwa dia menyimpan pemutar CD di lemari, di belakang mejanya. White Album dari Beatles bersandar di situ. Anda ingat cerita saya sebelumnya?"
"Ya, Jake memainkan 'Helter Skelter' saat binatang-binatang sedang sekarat."
"Ya. Dasar sakit. Saat saya sedang mempertimbangkan untuk berdiri dan melihat-lihat koleksi CD-nya atau tidak, pintu terbuka dan Jake pun masuk. Jake pun berlari masuk, lebih tepatnya."
"Kenapa?"
"Tipe A. Serba buru-buru, selalu gugup. Membuat saya gila."
"Apa yang dikatakannya?"
"Awalnya tidak ada. Dia cuma duduk di kursinya dan mengambil surat lamaran saya dan mulai membacanya. Kemudian, dia memandang saya dan berkata.
"Anda Victoria Troy."
Itu bahkan bukan suatu pertanyaan, tapi pernyataan. Jadi, sayamengangguk, dan lalu berkata, 'Tory'."
"Bagaimana perasaanmu saat itu?"
"Agak gugup, saya rasa. Saya merasa bahwa saya mengganggunya, dan dia tidak ingin berurusan dengan saya pada saat itu."
"Tidakkah kau berpikir bahwa kau hanya membayangkannya saja? Dan ceritamu, dia tampaknya tidak ingin cepat-cepat menyingkirkanmu dan hadapannya, dia hanya merasa perhatiannya sedikit teralih dan dia sedang sibuk."
"Saya rasa mungkin saja. Hanya saja, dia bahkan tidak mengucapkan halo ketika dia masuk ke ruangan, dan itu sedikit mengejutkan saya."
"Saya mengerti. Teruskan."
"Well, setelah dia selesai membaca surat lamaran saya, dia berkata kepada saya, 'Tidak ada lowongan untuk staf kantor'. Begitu saja. Terus terang. Dingin. Jadi, saya berdiri karena saya pikir wawancaranya sudah selesai, dan dia berkata, 'Tapi, ada lowongan untuk pekerjaan lain, kalau Anda berminat'. Saya duduk kembali dan berkata, 'Saya berminat'."
"Apa yang terlintas dalam pikiranmu?"
"Sebenarnya, saya kira dia akan menawan saya pekerjaan sebagai penjaga kebersihan atau pembersih kandang."
"Apakah kau terkejut waktu dia memberitahumu tentang pekerjaan yang ditawarkan?"
"Terkejut terlalu lunak untuk menggambarkan perasaan saya."
"Kenapa?"
"Awalnya, saya tidak percaya kepadanya. Saya tidak punya banyak pengetahuan tentang tetek-bengek penampungan hewan, Anda tahu? Saya pikir itu cuma karangannya untuk menipu saya."
"Untuk apa dia melakukannya?"
"Dia tidak akan melakukannya. Makanya, saya memang agak idiot."
"Ceritakan apa yang dia katakan dan apa yang dilakukannya setelah itu."
"Dia langsung mulai menjabarkan semuanya. 'Pekerjaannya adalah teknisi euthanasia hewan'. Saya tidak mampu berkata-kata."
"Kenapa?"
"Karena saya langsung mengerti yang dia maksud. Dia bicara tentang pekerjaan untuk membunuh hewan."
"Ya."
"Apa Anda tahu bagaimana rasanya? Saya merasa persis seperti ketika saya menyadari kekacauan yang dibuat kru Animal World di veld Afrika. Berbagai pikiran berkecamuk dalam benak saya, dan yang paling utama adalah kengerian."
"Kau bilang kau ketakutan pada waktu menonton dokumenter itu. Bagaimana kau membandingkan perasaan itu dengan perasaan Anda ketika duduk di seberang Jake?"
"Rasanya sangat mirip. Tidak nyata. Di situlah saya, manusia dewasa, duduk berhadapan dengan manusia dewasa lain yang punya meja sendiri, berkas-berkas, clipboard, dan alat tulis ... dan kami membicarakan tentang pekerjaan sebagai pembunuh. Saya akan dibayar untuk membunuh makhluk hidup."
"Kedengarannya kau merasa amat sangat jijik atas gelar teknisi euthanasia."
"Tul, Dok."
"Well, lalu Tory, saya harus bertanya. Kenapa kau tidak langsung berdiri, berkata 'tidak, terima kasih', dan keluar ruangan?"
"Karena saya tidak bisa."
"Kenapa tidak?"
"Karena saya harus tahu."
"Seperti apa pekerjaan itu?"
"Ya."
"Kenapa?"
"Kenapa orang-orang senang membaca tentang kekejaman? Kenapa kita mengatakan, 'Oh, buruk sekali' ketika melihat foto korban siksaan kamp konsentrasi, tapi kita tidak berpaling?"
"Kau harus tahu?"
"Ya. Saya harus tahu."
"Baiklah. Teruskan."
"Jadi, setelah saya duduk di sana tanpa berkata apa pun selama beberapa menit, Jake akhirnya berkata kepada saya, 'Apakah Anda mengerti apa yang saya katakan?' Saya mengangguk dan berkata, 'Anda membicarakan tentang membunuh binatang'. Dia menjawab, 'Kami menggunakan istilah euthanasta, tapi, ya."
"Lalu, apa yang terjadi?"
"Dia bertanya apakah saya tertarik dan saya mengangguk."
"Bagaimana tanggapannya?"
"Dia bilang, 'Bagus', dan kemudian dia bangun dan berkata, 'Ikuti saya'."
"Apa yang terlintas dalam pikiranmu?"
"Saya bertanya-tanya apakah dia akan menyuruh saya membunuh binatang. Anda tahu seperti semacam tes?"
"Nah, Tory. Hal seperti itu sudah jelas tidak diizinkan secara hukum. Apakah kau benar-benar berpikir bahwa dia akan memintamu untuk meng-euthanasia hewan?"
"Tidak, saya rasa tidak. Dalam hati, saya yakin dia tidak boleh menyuruh saya melakukannya dan jika ya, saya sudah pasti menolak."
"Dan meskipun begitu, kau menjalani pelatihan dan menerima pekerjaan itu."
"Ya, memang."
"Jadi, ke mana Jake mengajakmu?"
"Ke kamar maut."
Dr. Baraku Bexley Gabriel Mundane "Terima kasih karena sudah mau bertemu saya, Tuan Mundane."
"Mun-daah-ne-ada aksen kuat pada huruf a."
"Saya mohon maaf."
"Oh, tidak apa-apa. Saya hanya mengoreksi Anda."
"Terima kasih. Orang-orang sensitif terhadap pengucapan nama mereka."
"Saya rasa begitu. Tapi, untuk saya, itu masalah teknis ... masalah bahasa, bukan kebanggaan keluarga."
"Bisakah Anda memberi tahu saya berapa lama Anda mengajar Tory Troy?"
"Saya mengajar dia pada mata kuliah di tahun keempatnya-selama dua semester. Menulis Kreatif. Lamanya satu tahun ajaran penuh."
"Begitu. Apa yang Anda ingat tentang dirinya?"
"Oh, saya ingat lumayan banyak tentangnya, Dokter. Dia murid yang cemerlang, dan kami mengenal satu sama lain dengan cukup baik."
"Kenapa begitu?"
"Terutama karena dia selalu menyerahkan lebih daripada yang diminta dalam pelajaran. Saya selalu mempersilakan para mahasiswa untuk menulis lebih daripada yang saya minta bilamana mereka mendapat ilham. Saya berjanji untuk membaca apa pun yang mereka tulis dan juga memberikan komentar. Tidak banyak mahasiswa, sayangnya, yang menerima tawaran itu. Tapi, Tory berbeda. Dia tampaknya menulis secara rutin, dan dia membuat saya sibuk."
"Apakah Anda tahu kenapa saya ada di sini?"
"Ya. Tory dalam masalah. Saya melihatnya di koran-koran."
"Dia dituduh melakukan enam pembunuhan berencana dan saya diperintahkan untuk menentukan apakah dia mampu secara mental untuk menghadapi persidangan."
"Anda akan menentukan apakah dia gila atau tidak?"
"Tidak. Saya akan menentukan apakah dia kompeten secara mental untuk memahami tuntutan yang dituduhkan kepadanya sehingga bisa berperan serta dalam pembelaan dirinya. Jika menurut saya dia mampu, terserah juri untuk memutuskan apakah dia waras atau tidak di saat melakukan pembunuhan yang dituduhkan kepadanya."
"Begitu. Sepertinya tidak sulit untuk diputuskan."
"Dan kenapa begitu?"
"Well, bukankah kau pasti gila jika membunuh enam orang dengan cara seperti yang kata orang dilakukannya?"
"Itu masih perlu dicari tahu. Apakah Anda dapat memberitahu saya kalau-kalau ada sesuatu dalam tingkah laku Tory, atau tulisannya, yang berhubungan dengan binatang atau euthanasia?"
"Dua-duanya."
"Maaf?"
"Dua-duanya. Dia menulis cerita pendek untuk tentang binatang-merpati-yang di-euthanasia untuk mata kuliah saya."
"Apa Anda kebetulan punya salinan cerita itu?"
"Ya, saya punya. Saya tidak pernah membuang karya murid-murid saya. Anda tidak pernah tahu siapa yang akan jadi Salinger-atau Stephen King-berikutnya. Dan ketika Tory membuat berita, saya melihat catatannya."
"Sungguh. Cerpennya?"
"Tentu saja. Ada di sini, di lemari berkas. Tolong bersabar selama saya mencarinya."
"Tidak apa-apa, tidak usah buru-buru."
"Bukan ... bukan juga ... bukan ... ah, ini dia. 'Skyline Pigeon'-'Merpati di Angkasa'."
"Apakah saya boleh membuat salinannya untuk berkas saya?"
"Tentu saja. Ada karya lain yang boleh Anda kopi juga. Ini novelet berjudul The Baby's Poom Kamar Bayi yang sangat saya sukai."
"Terima kasih banyak atas bantuan Anda, Tuan Mundane."
"Sama-sama. Dan tolong sampaikan salam saya kepada Tory dan katakan padanya bahwa saya akan selalu mendoakannya. Saya selalu menyukai Tory. Malah, kami menghabiskan waktu istirahat bersama beberapa kali, membahas tentang buku dan menulis."
"Akan saya sampaikan. Dan sekali lagi terima kasih."
Dr. Baraku Bexley Catatan Medis. Tory Troy Saya sertakan bersama berkas-berkas ini teks lengkap berupa cerita pendek, yang ditulis oleh Tory Troy berjudul.
"Merpati di Angkasa". Saya percaya bahwa subjek, cerita dapat terbukti relevan terhadap penentuan akhir saya dalam kasus ini.
"Merpati di Angkasa"
Oleh Victoria Troy Lepaskan aku dari genggamanmu Biarkan aku terbang ke negeri jauh "MERPATI DI ANGKASA"
ELTON JOHN Pekan itu pekan yang buruk bagi Caleb.
Malah, tahun itu sejauh ini berjalan buruk sampai sekarang, dan liburan Hari Buruh mendatang tampaknya tidaklah lebih baik.
Caleb mengunci pintu belakang rumah ibunya dan berjalan pelan menuju mobilnya yang diparkir di jalan masuk rumah.
Semalam turun hujan, rumput menjadi basah, dan jalan masuk rumah tampak bernoda karena terendam air dan belum dikeringkan oleh cahaya matahari.
Mam masih tidur dan Caleb ingin melakukan tugasnya lebih awal sebelum ibunya bangun.
Dia sudah membuatkan sarapan yang siap disantap untuk ibunya, tapi dia tahu ibunya akan marah jika dia tak ada di sana untuk melayaninya saat ibunya bangun tidur.
Sayang sekali, Mam, pikir Caleb.
Jika dia menunggu sampai ibunya bangun dan selesai makan sebelum keluar rumah ("Tidak ada piring kotor dalam bak cuci di rumahku,"
Mam berbisik kepadanya), dia akan berada dalam mobil seharian, dan dia sungguh-sungguh ingin pergi tidur lebih cepat malam ini.
Caleb sangat lelah secara fisik dan dia menanti-nantikan waktu istirahat.
Ibu Caleb sakit leukemia akut sejak Natal dan tak satu pun perawatan yang diterimanya membuat keadaannya membaik.
Mam semakin lama semakin lemah sepanjang musim semi dan musim panas, dan para dokter sekarang berkata bahwa dia mungkin tak akan bertahan untuk bertemu Natal berikutnya.
Karena Caleb adalah yang tertua dan tiga bersaudara, dan satu-satunya yang belum menikah, seluruh perawatan untuk Mam menjadi tanggung jawabnya.
Caleb tidak bekerja dan hidup cukup nyaman dan laba besar-besaran yang diperolehnya dari internet sebelum dot-com crash pada awal 2000.
Fakta ini pas bagi saudara-saudaranya untuk memberitahunya dengan jelas bahwa mereka sibuk, dan mereka mengharapkannya untuk menjaga Mam, karena, bagaimanapun, kau ada di rumah, dan apa yang harus kami lakukan, meninggalkan pekerjaan? Kami harus mencari penghasilan, tahu kan.
Dan siapa yang akan menjaga anak anak kami kalau kami yang mengurus Mam? Maaf, Caleb, kau satu-satunya yang bisa melakukan pekerjaan itu.
Caleb tidak membantah mereka dan malah menempuh langkah lebih jauh dengan cara kembali menempati kamar lamanya di rumah sehingga dia bisa berada dekat ibunya, membawanya ke dokter, memasak untuknya, dan secara umum melakukan apa pun yang perlu ia lakukan untuk ibunya.
Caleb cukup kaya untuk membayar biaya perawatan 24 jam di rumah bagi ibunya, tapi saudara-saudaranya tak mau mendengarnya.
Membiarkan orang asing merawat Mam ketika kau ada di rumah sepanjang hari? Nggak mungkin, Mas.
Tidak masuk hitungan.
Jadi, Caleb mengemasi pakaiannya, CD dan pemutar CD-nya, komputernya, buku-buku, TV berwarna portabel, VCR-nya, dan dia pindah kembali ke rumah-pengembara berumur 42 tahun kembali ke desa tempat ia dilahirkan.
Mam masih bisa bekerja dan bergerak dan ia masih banyak akal.
Caleb sama sekali tidak perlu khawatir meninggalkannya sendirian, tapi kemoterapi, radiasi, penghilang rasa sakit, dan emfisema membuatnya sangat lemah.
Dia tidak bisa pergi berbelanja, tidak bisa naik tangga untuk mengambil cucian, dan yang pasti, dia tidak bisa memotong rumput atau membuang sampah.
Dia masih bisa pergi ke kamar mandi sendiri, puji Tuhan, dan dia masih bisa mandi sendiri (meskipun perlu waktu berjam-jam untuk melakukannya), tapi Caleb melakukan hampir semua hal lainnya.
Pekan terakhir ini ia telah luar biasa diuji.
Hari ini, Jumat pagi, dan Caleb luar biasa lelah.
Dia mengulang kejadian minggu ini dalam benaknya.
Senin; Mam bertemu dengan onkologisnya, dan kemudian Caleb pergi belanja kebutuhan sehari hari, pulang, membersihkan seluruh rumah dengan pengisap debu, dan membayar tagihan ibunya.
Selasa pagi; tiga jam terapi intravena untuk menguatkan tulang di klinik, di Guilford.
Sorenya; pergi ke bank, dry-cleaner, dan Wal-Mart.
Rabu; kemoterapi yang tidak berjalan terlalu baik.
Mam muntah di mobil dalam perjalanan pulang dan setelah membaringkannya di tempat tidur dengan segelas limun jahe, roti kabin, serta remote controi, Caleb harus membersihkan pelapis kursi depan mobil Accord barunya dan lalu pergi ke tempat cuci mobil.
Setelah itu, perjalanan ke, pertama-tama, Rite Aid karena mereka satu-satunya yang menyediakan sikat gulung pembersih bulu Kieen-Rite yang disukai Mam dan kemudian mampir ke apotek CVS untuk mengambil pil penurun tekanan darah dan penghilang rasa sakit untuk Mam karena harga di CVS lebih murah dan Mam lebih menyukai apoteker yang bekerja di sana.
Kamis; Mam merasa baikan, cukup baik untuk menjalankan kunjungan mingguannya ke salon kecantikan (Caleb mengantar dan menjemputnya) dan sorenya, dia pergi ke Stop & Shop dan toko perkakas untuk membeli penyaring AC dan pembasmi rumput.
Selain tugas-tugas tersebut, Caleb juga harus membuat sarapan, makan siang, dan makan malam untuk Mam setiap hari.
Apakah sarapan hanya terdiri dan bagel dan secangkir kopi yang sederhana? Tentu tidak.
Mam berkeras ingin makan setengah potong jeruk manis, dua telur rebus, dua potong roti bakar yang terbuat dari seratus persen gandum-diolesi mentega asli-dan dua cangkir Sank setiap pagi.
Caleb harus memperhitungkan waktu belanjanya agar paruhan jeruk manis yang ketujuh tidak terlalu matang atau mentah.
Oh ya, Mam akan memakannya meskipun sedikit terlalu matang, tapi dia pasti kesal dan Caleb pada akhirnya akan membayar untuk itu.
Makan siang; yang harus disantap tepat pada tengah hari saat berita pukul dua belas, selalu terdiri dari ham rebus atau bologna sandwich yang terbuat dari roti putih, atau seporsi kecil salad tuna yang dibuat segar, atau omelet keju putih Amerika dengan tomat yang dipotong dadu.
Tak peduli apa pun "menu utama"-nya, makan siang harus disertai dengan segenggam keripik kentang Wise rasa asin sedang dan segelas limun jahe Canada Dry.
Makan malam adalah mimpi buruk bagi Caleb karena Mam tidak mau menyantap makanan restoran (kecuali pizza) dan memaksa agar semuanya dibuat segar.
Caleb kadang merenungkan ironi ini; orang yang menolak makan hidangan olahan karena zat kimia di dalamnya dapat menyebabkan kanker darah.
Senin; Mam ingin makan pasta.
Selasa; ayam panggang.
Rabu; paprika isi.
Kamis; ikan kod yang dibroiler.
Dan sekarang, Jumat, dan Caleb sudah memusingkan ikan jenis apa yang akan dibelinya untuk makan malam, mengingat bahwa Mam berkeras untuk makan ikan kod kemarin malam dan pastinya akan luar biasa rewel tentang jenis ikan yang akan mereka santap malam ini.
Seluruh keluarga Caleb menganut Katolik dan meskipun Gereja Katolik sudah menghapuskan aturan "tidak boleh makan daging merah di hari Jumat"
Beberapa dekade lalu, Mam tetap hanya makan ikan pada hari Jumat demi menghormati Yesus.
"Kalau Yesus rela mati di kayu salib dan mengorbankan nyawa-Nya demi kita, belum lagi kesempatan untuk mempunyai istri dan anak,"
Mam menyatakan kepada siapa pun yang mau mendengarnya (dan bahkan juga kepada orang-orang yang tidak mau mendengarnya).
"aku rasa aku bisa melewatkan daging merah sekali seminggu sebagai penghargaan untuk anak Tuhan."
Caleb ingat suatu saat dia pernah secara sarkastis mengucapkan komentar cerdik kepada ibunya bahwa dia yakin Yesus pasti senang karena ibunya memakan salah satu ikan-Nya dan bukan sapi-Nya pada hari Jumat.
Untuk kecerdikannya, Caleb dihadiahi lemparan segelas penuh limun jahe Canada Dry dari seberang dapur.
Setelah itu, Caleb menyimpan renungan teologisnya untuk dirinya sendiri.
Meskipun Mam lemah dan rapuh, Caleb bertaruh ibunya masih sanggup melempar segelas limun jahe Canada Dry dari dapur kapanpun dia mau.
Caleb memasukkan kuncinya ke gembok pintu mobil dan terdiam sesaat.
Dia memandang ke sekeliling lingkungan tempat dia dibesarkan dan melihat bahwa, selain perubahan yang berupa polesan, semuanya kurang lebih sama saja.
Caleb memutar kunci dan membuka pintu.
Apa yang akan terjadi bila Mam meninggal? dia bertanya-tanya.
Tidak ada tetangga baru di lingkungannya sejauh yang bisa diingat oleh Caleb.
Apakah saudara-saudaranya akan menjual rumah ini? Apakah mereka berharap agar dia membeli rumah itu dan tinggal di sana? Apakah mereka mempertimbangkan untuk menyewakan rumah itu kepada keluarga? Caleb tidak ingin memikirkan masa depan.
Jika terserah padanya, mereka boleh memberikan rumah itu kepada orang lain.
Dia jelas tidak mau tinggal di situ, dan dia yakin saudara-saudaranya memikirkan uang yang bisa mereka peroleh jika mereka menjualnya.
Caleb masuk ke dalam Accord-nya dan menutup pintu pelan-pelan agar tidak membangunkan Mam, yang jendela kamar tidurnya hanya berjarak beberapa kaki dari jalan masuk.
Tepat saat dia sedang bersiap-siap menyalakan mesin, dia mendadak ingat bahwa dia telah melupakan Daftar.
Daftar adalah selembar kertas kuning bergaris yang bertuliskan semua hal yang dibutuhkan oleh Mam dan segala tugas yang perlu dilakukan oleh Caleb untuknya.
Mam membuat Daftar baru setiap hari dalam setiap minggu.
Menggeleng-gelengkan kepalanya dengan frustrasi, tapi tidak heran bahwa dirinya bisa begitu pelupa, Caleb mencabut kunci dan stop kontak, keluar dan mobil, dan berjalan ke halaman belakang.
Jalur yang ditapakinya membawanya ke sisi barat garasi.
Mungkin karena dia harus menghadap bagian kanan gerbang untuk membuka palang pintulah sehingga dia kini melihat bola abu-abu di atas rumput di samping garasi.
Bola abu-abu ini pasti sudah ada di sana ketika dia meninggalkan rumah, tetapi terelakkan dari pandangannya.
Caleb berhenti.
Dia membungkuk sedikit dan menyadari bahwa bola abu-abu itu adalah seekor merpati.
Dia membungkukkan tubuhnya lebih dekat dan melihat luka menganga di badan merpati itu dan bagaimana dada si merpati bergerak naik turun dengan susah payah seakan-akan ia sedang berusaha untuk menghirup udara ke dalam paru parunya yang hancur.
Bagi Caleb tampaknya si burung telah jatuh dari tempat tinggi dan terjerembab ke dalam selokan atau pagar, atau digigit oleh binatang lain.
Caleb bertaruh bahwa yang terakhir yang benar dan dia cukup yakin bahwa anjinglah yang telah mencederai makhluk malang ini.
Secara lebih spesifik, anjing husky besar dengan satu mata cokelat dan satu mata biru bernama Kilo milik keluarga Beahm yang tinggal tiga rumah dan situ.
Caleb sering melihat anjing itu mengejar-ngejar merpati di sekeliling lingkungan, dan sepertinya Kilo akhirnya berhasil menangkap salah satu-setidaknya cukup lama sehingga mengakibatkan luka parah tersebut sebelum si burung kabur dan terbang sejauh ia mampu, kemudian terjerembab ke tanah dan mendarat di sini, di sebelah garasi rumah ibu Caleb.
Sebuah adegan dari acara lama Andy Griffith Show muncul dalam benak Caleb.
Episode berjudul "Opie the Birdman"-"Opie si Manusia Burung"-berkisah tentang tiga ekor burung penyanyi yang dirawat oleh Opie setelah ia tak sengaja membunuh induk mereka dengan ketapel.
Di akhir acara, Sheriff Andy, ayah Opie, meyakinkan putranya bahwa sudah waktunya melepaskan burung-burung itu, membuka sangkar, dan membiarkan mereka terbang bebas.
Setelah Opie melepaskan tiga burung itu, dia berkata.
"Kandangnya jadi kelihatan kosong, benar nggak, Yah?"
Andy mengangguk setuju, tapi kemudian berkata.
"Tapi, tidakkah pohon-pohon jadi kelihatan indah dan penuh?"
Seluruh adegan tersebut diputar ulang dalam kesadaran Caleb hanya dalam hitungan milidetik dan dia menyadari bahwa merpati ini mungkin takkan pernah mengunjungi langit lagi, takkan pernah bergerak bagaikan siluet di angkasa kecuali dia melakukan sesuatu untuk membantu.
Caleb dan keluarganya memiliki hewan peliharaan saat mereka tumbuh dewasa, sama seperti keluarga lain yang memelihara kucing atau anjing, mereka membangun hubungan baik dengan dokter hewan, khususnya Dr.
Wilborne dan Rumah Sakit Hewan Westwood.
Caleb bahkan tidak berpikir dua kali tentang keputusannya.
Dia akan membawa temannya yang terluka kepada Dr.
Wilborne, dan Dr.
W akan menyembuhkannya sehingga Caleb bisa membiarkannya terbang kembali ke langit, dan memenuhi pohon mana pun yang ia pilih untuk dihinggapi.
Biaya bukan masalah, dan anehnya, komedi situasi yang lain, Seinfeld, muncul dalam pikirannya, khususnya episode tentang seorang dokter hewan yang harus menjalankan "peralatan yang sangat kecil"
Untuk mengoperasi seekor tupai yang tak sengaja dilindas oleh George dengan mobil.
George lebih mencemaskan biaya operasi daripada si tupai, hal yang membuat pacarnya sebal, tapi dia akhirnya menyetujui operasi tersebut dan membayar biayanya.
Caleb berencana memberi tahu Dr.
Wilborne bahwa uang bukanlah masalah.
Caleb ingin menyelamatkan merpati ini dan dia akan melakukan apa pun untuk itu.
Caleb lari ke garasi dan menemukan kardus berisi bola-bola styrofoam.
Dia ingat bahwa ibunya telah memesan sebaki keju dari Pabrik Keju Wisconsin sebagai hadiah Natal untuk Echo, perawat yang memberinya kemoterapi, dan UPS mengantarkannya dalam kotak ini.
Caleb senang dia tidak memotong-motong kotak itu dan membuangnya ke tempat sampah atau menindihnya sampai gepeng.
Kotak ini sempurna.
Sisi-sisinya cukup tinggi sehingga burung itu bisa merasa aman, sekaligus juga mencegah si burung kabur bila ia merasa panik.
Caleb membawa kotak itu keluar, meletakkannya di samping si burung luka yang masih tersengal sengal dan mengucurkan darah dari lukanya.
Dengan sangat hati-hati agar tidak menyakitinya lebih jauh, Caleb menyelipkan tangannya dengan lembut ke bawah badan si merpati dan mengayun tubuh kecil si merpati dengan telapak tangannya.
Dia mengangkatnya-si burung terasa hangat dan si burung mengepakkan sayapnya ketakutan, tapi kemudian tenang kembali ketika Caleb memasukkannya ke dalam kardus.
Caleb mengangkat kotak itu dan membawanya ke mobil.
Dia meletakkannya di kursi belakang dan mengikatnya ke kursi dengan sabuk pengaman.
Dia lalu masuk, menyalakan mobil, dan mundur perlahan-lahan, keluar dari jalan masuk.
"Jangan khawatir,"
Dia berkata lemah lembut kepada si merpati yang sedang sekarat.
"Cuma butuh waktu berkendara sepuluh menit ke tempat dokter hewan dan kemudian kau akan baik kembali."
Caleb mengemudi seraya melirik berulang-ulang ke dalam kotak dan dia bisa melihat bahwa burung itu semakin lemah.
Caleb mengemudi makin cepat, dan ibunya dan tugasnya dan saudara-saudaranya dan paruhan jeruk manis dan keripik kentang Wise rasa asin sedang dan jenis ikan yang bisa disajikan di hari Jumat setelah Kamis sebelumnya menyantap ikan juga hanyalah sepercik pengalih perhatian yang melayang-layang dalam pikirannya dan diabaikannya, seperti sebercak debu yang melapisi lensa kacamatamu dan tak lama kemudian bahkan tak kaulihat lagi.
Caleb tiba di area parkir di depan rumah sakit hewan delapan menit setelah dia keluar dari jalan masuk rumah ibunya.
Dia mematikan mobil, keluar, dan membuka pintu belakang.
Burung itu masih bernapas, tapi ada darah di dasar kotak dan matanya tampak berkaca-kaca.
Dia membawa kotak itu ke dalam rumah sakit dan berjalan tepat ke depan loket.
"Hai. Keluarga saya sudah sering mengunjungi Dr. Wilborne selama bertahun tahun dan saya menemukan burung yang terluka ini di halaman dan saya butuh dokter untuk memeriksanya."
Dia mengatakan semuanya dalam satu tarikan napas dan sebelum dia berhenti bicara, teknisi veteriner di meja penerima tamu berdiri dan menengok si merpati di dalam kotak. Sang teknisi kemudian mengangkat telepon, menekan dua tombol, dan berkata.
"Dr. W, saya butuh Anda di Ruang Periksa Enam, ASAP."
Dia menutup telepon dan mengangkat kotak itu.
"Silakan duduk dan saya akan membawa burung ini ke Dr. W segera."
Caleb mengangguk dan berkata.
"Dengar. Katakan kepadanya bahwa uang bukan masalah. Saya akan membayar berapa pun biayanya."
Sang teknisi memandang ke bawah, ke arah si merpati, dan menjawab.
"Well, saya rasa tidak akan terlalu mahal, tapi akan saya sampaikan apa yang Anda katakan."
Caleb memandangi sang teknisi dan kardus bernoda darah yang dibawanya saat si teknisi menuju Ruang Periksa Enam "ASAP"
Untuk menemui Dr.
W, dan kemudian dia duduk di kursi plastik berwarna Jingga.
Tak ada bahan dan kain di perabotan ruang tunggu dokter hewan, Caleb berkata kepada dirinya sendiri.
Tungau kutu dan bulu hewan tidak bisa menempel pada plastik.
Caleb melirik arlojinya.
Sudah lebih dari jam sepuluh dan dia belum melakukan apa pun yang diperintahkan ibunya dalam Daftar.
Dia harusnya sudah pergi ke bank dan sedang dalam perjalanan menuju toko bahan makanan, tapi di sinilah dia, ruang tunggu Rumah Sakit Hewan Westwood, menunggu kabar tentang merpati luka yang ditemukannya di halaman rumah ibunya dan yang diantarkannya dalam kardus ke sini.
Dia bertanya-tanya apakah dia akan tiba tepat waktu untuk membuatkan makan siang bagi ibunya.
Dia tahu ibunya bisa menyiapkan makan siang sendiri kalau dia memang mau, tapi ibunya menjadi sangat bergantung pada Caleb.
Dia tahu di dalam hati bahwa ibunya benci ketidakberdayaan dan bahwa dia lebih memilih melakukan segalanya sendiri, tapi karena dia tidak bisa, Caleb-lah yang melakukannya.
Ibu Caleb sejak dulu sangatlah mandiri.
Bahkan, saat ayahnya masih hidup, Mam selalu menyusun rencana sendiri.
Kematian Dad membuatnya terpukul dan sekarang penyakit membuat ibu Caleb seakan sebagai tawanan di rumahnya sendiri dengan anaknya sebagai sipir.
Caleb tahu bahwa hal tersebut menyiksa ibunya sama seperti leukemia, tapi tidak ada apa pun yang bisa dilakukan tentang itu.
Sepuluh-tiga puluh.
Apa yang terjadi di belakang sana? Mungkin mereka sudah mengoperasinya, hanya saja mereka belum sempat keluar dan memberiku kabar, pikirnya.
Caleb berharap semoga ibunya sudah sarapan.
Dia memutuskan bahwa dia tak bisa berada di sini lebih lama lagi, dan bahwa dia akan kembali nanti untuk menjemput si merpati setelah ia sembuh.
Dia sudah tahu di mana dia akan melepaskan si burung.
Ada deretan pepohonan di pinggir sungai dekat rumah ibunya tempat dia dan saudara saudaranya dulu pernah mengikuti perkemahan musim panas.
Dia akan menunggu hingga burungnya benar-benar sembuh (merpati itu sekarang menjadi burung"nya") dan kemudian membawanya ke sana dan membiarkannya terbang menuju pepohonan.
Bayangan bahwa dia akan berperan dalam membuat pepohonan di sana "indah dan penuh"
Membuat Caleb tersenyum. Tiba-tiba, pintu yang tersambung dengan ruang pemeriksaan terbuka dan Dr. Wilborne berderap masuk ke ruang tunggu.
"Caleb!"
Dia berseru seraya mengulurkan tangannya.
"Senang melihatmu, Nak! Bagaimana kabar Mam?"
Caleb menjabat tangan Dr. Wilborne dan tersenyum.
"Beliau baik-baik saja, Dok. Anda tahu beliau seperti apa. Beliau tidak pernah membiarkan apa pun membuatnya patah semangat."
"Bagus sekali. Sampaikan salam sayangku kepadanya, ya?"
"Saya akan menyampaikannya."
Caleb mengiyakan.
"Jadi, bagaimana burung saya, Dok?"
Keterkejutan muncul di wajah Dr. Wilborne.
"Burungmu? Memangnya merpati itu hewan peliharaan?"
"Bukan, bukan, cuma burung yang saya temukan di halaman rumah kami. Tapi, saya pikir lebih baik membawanya kemari agar Anda bisa mengobatinya. Bagaimana kabarnya?"
"Maaf, Caleb, tapi kami menidurkannya tak lama setelah Vicki mengantarkannya kepadaku. Cederanya parah sekali dan tak ada apapun yang bisa kulakukan untuk menyelamatkannya. Mengeuthanasia hewan liar maupun merpati yang terluka sudah bagian rutin dari pekerjaan kami, Caleb. Kami bahkan tidak memungut bayaran untuk itu. Orang-orang selalu membawa rakun atau tupai atau burung yang ditabrak mobil ke sini. Pernah sekali aku harus pergi ke Jalan Raya Nomor Sembilan untuk menidurkan rusa yang ketiga kakinya dilindas oleh truk gandeng. Sekali waktu, seorang gadis cilik malah pernah membawa seekor bajing."
Dr. W tersenyum.
"Aku menidurkan hewan yang satu itu di hutan sana. Mereka mengeluarkan cairan tubuh saat kita menyuntik mereka, kautahu. Untungnya, aku tidak terciprat. Aku tidak mau sampai rumah sakit diomeli."
Dr. Wilborne terdiam dan meletakkan tangannya di bahu Caleb.
"Jadi, kami menidurkan merpatimu, Caleb, dan ia pergi dengan tenang."
Caleb hanya berdiri diam di sana. Khayalannya tentang melepaskan burung yang sudah sembuh layu dan beterbangan seperti debu. Tapi, kurasa sekarang ia bebas, Caleb lalu berkata pada dirinya sendiri. Jenis kebebasan yang lain, kurasa.
"Trims, Dok. Saya menghargainya. Bisakah saya membalas waktu dan, uh, materi Anda?"
"Nggak usah. Inilah cara kami memberi. Apabila kami bisa menidurkan hewan liar yang terluka sehingga membebaskannya dari penderitaan, itu pun sudah cukup sebagai bayaran."
Caleb mengangguk dan menjabat tangan Dr. Wilborne lagi.
"Well, kalau begitu, sekali lagi trims. Dan saya akan memberi tahu ibu saya bahwa Anda menanyakan beliau."
"Bagus. Sampaikanlah. Dan salamku untuk Alan dan Paul, oke?"
Caleb mengangguk dan berbalik untuk pergi. Lalu, dia berhenti dan berbahk kembali ke arah Dr. Wilborne.
"Cuma penasaran, Dok. Apa yang Anda lakukan dengan ... Anda tahu, bangkainya?"
"Kami akan mengkremasinya."
"Oh, oke."
Caleb berjalan keluar gedung dan masuk ke mobilnya.
Namun, saat dia memasukkan kunci dalam stop kontak, benteng pertahanannya terbuka dan dia mulai tensak-isak seperti seseorang yang baru saja kehilangan sahabat karibnya.
Caleb perlu beberapa menit untuk menenangkan diri sebelum dia dapat mengemudi.
Ketika dia cukup tenang, dia menuju rumah.
Dia pikir lebih baik dia mampir dulu di rumah untuk mengecek keadaan ibunya dan menjelaskan apa yang terjadi.
Ibunya mungkin cemas dan Caleb tidak ingin membuatnya kesal.
Stres tidak baik bagi sistem kekebalan tubuh ibunya, kata para dokter.
Caleb mengemudi lebih lambat dalam perjalanan pulang daripada saat berangkat menuju dokter hewan, dan butuh sekitar lima belas menit sampai akhirnya dia tiba di belokan dekat rumahnya.
Jantung Caleb serasa berhenti.
Ada ambulans di jalan masuk rumah ibunya dan mobil saudaranya Alan diparkir di belakangnya.
Caleb mengebut sepanjang jalan itu dan lari ke rumah.
Alan berdiri di dapur dengan dua orang EMT-Emergency Medical Technician atau Teknisi Medis Darurat.
Ketika Alan melihat Caleb, matanya melebar dan ekspresi murka meledak di wajahnya.
"Ke mana saja kau?"
Alan berteriak. Caleb tidak terpancing. Tetap tenang, dia berkata.
"Apa yang terjadi?"
"Mam kena stroke dan jatuh dan kepalanya terbentur di bak mandi. Dia memencet tombol darurat yang dikenakannya di leher, tapi kami pikir bantuan datang terlalu lama. Pada saat ambulans tiba di sini ..."
Suara Alan sekarang bergetar dan matanya berair.
"Pada saat ambulans tiba di sini ... sudah terlambat."
Alan berhenti dan memandangi sesuatu di belakang Caleb. Atau, mungkin dia sedang memandang ke dalam diri Caleb.
"Mam meninggal, Caleb."
Kaki Caleb tertekuk lemas dan dia jatuh. Untungnya, dua orang EMT menangkapnya sebelum membentur lantai. Mereka membawanya ke kursi dan mendudukkannya, wajahnya pucat dan keningnya dipenuhi keringat.
"Aku cuma pergi beberapa jam. Aku harus ..."
Caleb berhenti. Dia tahu dia tak bisa memberi tahu Alan tentang merpati itu.
"Aku harus melakukan sesuatu."
Alan tidak menanyai Caleb tentang hal yang dilakukannya, dan Caleb hanya duduk di kursi dapur ibunya dengan kepala tertunduk.
"Aku harus melakukan sesuatu,"
Bisiknya.
Sudah sore saat semuanya pergi dan Caleb sendirian di rumah.
Koroner harus mengambil jenazah ibunya, dan Caleb serta saudara saudaranya telah menemui direktur rumah pemakaman untuk mengatur upacara pemakaman dan penguburan Mam.
Tidak ada yang terang-terangan menyalahkan Caleb atas kematian ibunya, tapi dia tahu apa yang mereka pikirkan.
Jika dia ada di rumah, mungkin mereka akan bisa menyelamatkannya.
Tapi, dia sedang mengerjakan sesuatu, dan mereka tahu bahwa dia meninggalkan ibunya beberapa jam dalam sehari tiap hari, dan sejujurnya hal ini hanyalah peristiwa biasa.
Kenyataan bahwa dia sedang berada di dokter hewan untuk menyelamatkan merpati liar dan bukannya di bank atau toko bahan makanan atau apotek tidak berarti apa-apa.
Benar-benar tidak berarti apa-apa.
Caleb bangkit dan berjalan ke bak cuci piring dapur, kemudian membuka keran untuk mengambil segelas air.
Saat dia minum, dia sadar bahwa air ini adalah benda pertama yang mengisi perutnya sepanjang hari.
Bukannya memulihkannya, air itu membuatnya mual.
Caleb pergi ke halaman belakang dan berdiri dekat pagar belakang sambil memasukkan tangannya dalam saku, memandangi langit yang mulai gelap.
Caleb selalu menyukai saat petang, waktu-antara ketika cahaya tampak luar biasa aneh dan indah.
Mam sudah tiada, pikirnya.
Begitu pula merpatiku.
Dia menyadari bahwa dia harus menghadapi dua kematian dalam sehari, meskipun dia tahu bahwa dia akan diledek (dan mungkin dikecam) jika dia membandingkan tentang kematian merpati jelek dengan kematian ibunya.
Tapi, memang benar, Caleb sungguh kehilangan keduanya, merasakannya dalam hatinya, dan merasakannya dalam relung terdalam jiwanya.
Caleb mendesah dan memutuskan untuk masuk ke dalam dan mencoba makan sesuatu.
Namun, saat dia berbalik, dia merasakan tiupan angin sepoi-sepoi di wajahnya.
Caleb menoleh ke belakang, ke arah pagar, dan melihat anak burung berwarna kelabu di atas palang yang terkelupas.
Kepala si anak merpati ditelengkan dan ia memandang tepat ke arah Caleb.
Caleb tidak bergerak, dan si unggas diam di sana, tak kenal takut, dan melihatnya dengan pandangan tertarik.
Lalu, terjadilah hal yang sangat aneh.
Si anak merpati terbang dan pagar (melompat pendek sebetulnya lebih tepat) dan mendarat tepat di bahu kanan Caleb, diam di sana selama sesaat, dan memandang tepat ke mata Caleb.
Setelah puas, si anak merpati berciap-ciap dan terbang ke pepohonan.
Caleb memandang ke atas, dan di antara cahaya senja dia bisa membedakan badan bulat si anak merpati, bertengger di dahan pohon yang begitu tipis, melompat-lompat pelan untuk menyeimbangkan diri setelah mendarat.
Si merpati kecil adalah satu-satunya burung yang terlihat oleh Caleb, tapi entah kenapa dia tak pernah melihat pepohonan tampak begitu penuh.
Seakan-akan bisa membaca pikiran Caleb, dan merasa perlu untuk mengekspresikan persetujuannya dengan Caleb, si anak burung tiba-tiba mengeluarkan serangkaian siulan dan ciapan yang Caleb tahu, dalam hatinya, merupakan ungkapan kemenangan.
Caleb tersenyum dan kembali ke dalam rumah, minum air dan memikirkan tentang limun jahe Canada Dry serta daftar yang tertulis di lembaran panjang kertas kuning.
Tory Troy Dr.
Baraku Bexley "Saya membaca cerpenmu."
"Apa? Apa maksud Anda?"
"Saya membaca 'Burung di Angkasa'."
"Oh, benarkah? Dan bagaimana Anda bisa mendapatkannya, kalau saya boleh bertanya?"
"Saya bertemu dengan Tuan Mundane."
"Bagaimana Anda menemukannya?"
"Apa maksudmu?"
"Bagaimana Anda tahu bahwa dia adalah guru saya?"
"Tory, apakah kau tidak memerhatikan tas kantor besar yang selalu saya bawa? Di dalam tas saya ada arsip Tory Troy. Isinya lumayan berlimpah."
"Apa maksudnya?"
"Maksudnya, saya punya salinan semua transkrip akademikmu, sejarah pekerjaan dan pendapatanmu, dan tempat tinggalmu ketiga tiganya-tagihan, rekening bank, catatan medis ... intinya, saya menyimpan seluruh catatan hidupmu dalam tas saya. Saya bahkan punya catatan hukuman yang kau jalani di kelas enam karena menunjukkan jari tengah ke arah gurumu. Juga tilang yang kau terima saat umur enam belas dan mengendarai mobil ibumu tanpa izin. Bahkan, juga resep-resepmu, dan setiap panggilan telepon jafak jauh yang kau lakukan."
"Anda bercanda kan? Tidak mungkin legal bagi Anda untuk mengumpulkan semua itu, benar kan?"
"Bukan saja legal, bahkan perlu. Jika aku tidak meninjau ulang seluruh catatanmu dengan saksama dan sesuatu mengemuka dalam persidanganmu-jika kau akhirnya diadili, tentu saja-dan kau lolos karena hal teknis, sayalah yang akan kena masalah, bukan kau."
"Sepertinya terlalu turut campur."
"Memang. Tapi, ada tujuannya."
"Jadi, Anda sudah membaca cerita saya."
"Ya."
"Well?"
"Apakah kau menginginkan tinjauan sastra saya atau pemikiran saya mengenai bagaimana pengaruhnya terhadap tinjauan saya dalam kasusmu?"
"Dua-duanya. Mulailah dengan pendapat Anda tentang tulisan itu."
"Kompeten."
"Kompeten? Apa itu?"
"Sebetulnya, lebih dari kompeten. Mutunya di atas rata-rata."
"Ya, Tuhan. 'Di atas rata-rata'. Dr. B, Anda ini penuh dengan sopan santun dan pertimbangan."
"Apakah kau tersinggung?"
"Tidak juga. Anda mungkin benar. Apa lagi? Bagaimana dengan tokoh-tokohnya?"
"Saya pikir tokoh Caleb adalah dirimu."
"Oh, Anda pikir begitu ya? Kenapa begitu?"
"Menurut pendapatmu kenapa? Kenapa saya merasa seperti itu?"
"Mungkin karena dalam cerita itu Caleb membawa seekor burung yang terluka ke dokter hewan dan kemudian merasa menyesal saat burung itu harus ditidurkan. Di-euthanasia."
"Apakah kau seperti Caleb?"
"Tidak. Peristiwa dalam cerita itu sebenarnya terjadi pada seorang teman saya, dan setelah dia mengisahkannya kepada saya, saya menulis cerita itu."
"Peristiwa itu terjadi pada temanmu."
"Ya."
"Dan dia menceritakannya kepadamu."
"Anda terdengar curiga. Apa Anda tidak memercayai saya?"
"Tentu saja saya percaya kepadamu. Kenapa kita tidak melanjutkan diskusi tentang orang-orang yang bekerja denganmu di penampungan hewan. Kita telah membicarakan Jake dan nanti kita bisa kembali kepadanya. Bagaimana kalau kau bercerita kepada saya tentang ... Marcy?"
"Apa yang ingin Anda ketahui?"
"Apa pun yang terpikirkan tentangnya."
"Dia suka kacang mede."
"Teruskan."
"Setiap sore sekitar pukul tiga, dia akan mengeluarkan kantong Ziploc berisi kacang mede yang digarami. Utuh. Dia tidak pernah membeli yang dipotong-potong."
"Dia memberitahumu?"
"Tidak. Saya bertanya padanya."
"Begitu. Apa lagi yang bisa kau ceritakan kepada saya tentangnya?"
"Dia lajang, tapi dia pernah berkencan dengan pria bernama Mike yang sepertinya benar-benar aneh. Marcy masih tinggal bersama ibunya. Seperti saya. Dia pernah bercerita kepada saya bahwa suatu hari ibunya menangkap basah dirinya saat sedang, uh, memuaskan diri sendiri. Marcy bilang dia tidak pernah semalu itu seumur hidupnya. Butuh seminggu sampai dia bisa bertemu pandang dengan ibunya lagi."
"Bagaimana kejadian ini akhirnya muncul dalam percakapan?"
"Oh, Anda tahu kan ... obrolan perempuan. Kami sedang duduk-duduk di kantor suatu sore dan tidak ada siapa-siapa di sekitar situ dan dia memberi tahu saya."
"Teruskan."
"Lebih jauh tentang Marcy? Well, saya tahu dia mengumpulkan dispenser permen PEZ. Koleksinya banyak. Dia juga anggota Flash Crowd."
"Apa itu Flash Crowd?"
"Hobi baru yang aneh orang-orang di daerah tertentu, misalnya dalam wilayah kota, kabupaten, atau kampus, mendaftar sebagai anggota Flash Crowd. Dan kemudian mereka menerima e-mail berisi instruksi yang harus diikuti. Aneh."
"Saya tidak mengerti."
"Well, Marcy memberi tahu saya tentang salah satu kegiatan yang diikutinya. Dia menerima e-mail yang menyuruhnya untuk datang ke lantai dua Crystal Mall di depan toko Sharper Image pada pukul dua sore hari Minggu. Ketika semua orang sudah berada di sana, mereka harus menunggu sampai terdengar lagu dari Carpenter yang dimainkan di sound system mal. Kemudian, semua harus berpencar. Kalau tidak salah dia bilang judul lagunya 'Rainy Days and Mondays'".
"Jadi, itu yang namanya Flash Crowd."
"Sebenarnya, itu kegiatan Flash Crowd. Marcy berada dalam Flash Crowd di sana."
"Begitu. Jadi, Marcy adalah peserta. Apa lagi yang kauingat tentangnya?"
"Dia mengecat kuku jarinya dengan warna yang berbeda-beda."
"Maaf?"
"Setiap kuku dicat dengan warna yang berbeda."
"Baiklah. Ada lagi?"
"Dia selalu bilang bahwa dia ingin dikremasi. Dia takut dikubur. Dia tidak suka tempat tertutup."
"Begitu. Ada lagi?"
"Tidak."
"Kau yakin?"
"Saya tidak mau bicara lagi."
Dr. Baraku Bexley Dr. Gwyneth June "Hai, Gwyn."
"Bex, bandot tua. Apa kabar?"
"Well, aku bangun pagi ini. Jadi, anggaplah hari ini aku menang."
"Tidak ada keberatan. Kau di sini untuk kasus penampungan hewan?"
"Ya."
"Kasus yang sulit."
"Ya. Apakah mereka masih di sini?"
"Iya. Meskipun para keluarga telah mengajukan keberatan dan minta agar jenazah mereka diserahkan kepada keluarga."
"Berapa lama lagi kau bisa menyimpan mereka di sini?"
"Well, aku harus menyimpan mereka sampai semua otopsi medis/hukum selesai dan semua pihak yang berkepentingan-kau dan Brawley dan mungkin Yang Mahabaik pada tahap ini-telah memutuskan bahwa jenazah tidak perlu ditahan di sini lagi."
"Dan sekarang kau ada di tahap mana?"
"Otopsi sudah selesai. Aku mungkin akan menyerahkan mereka besok ke rumah pemakaman."
"Oke, kalau begitu mari kita selesaikan."
"Apakah kauingin melihat laporanku atau melihat jenazah lebih dulu?"
"Laporanmu."
"Sebelum kita mulai, boleh kan aku menanyakan sesuatu?"
"Gwyn-"
"Oh, ayolah, Bex. Siapa di sini sih?"
"Kautahu aku tidak bisa-"
"Apakah aku pernah mengkhianatimu? Kautahu aku rela tertusuk pedang daripada membiarkanmu terkena masalah karena memberitahuku sesuatu."
"Kau membuatku malu."
"Apa aku berbohong?"
"Oh, baiklah. Silakan. Bertanyalah."
"Kenapa dia melakukannya?"
"Aku tak tahu."
"Apa yang kaupikir?"
"Masalahnya rumit...."
"Apa dia gila?"
"Itulah yang kucoba cari tahu. Aku tidak bisa berkata dengan yakin bahwa dia tidak waras saat kejadian perkara. Jurilah yang akan menentukannya. Tapi, apakah kasus ini akan sampai ke tangan juri atau tidak intinya terserah padaku."
Wiro Sableng Dendam Orang Orang Sakti Pendekar Rajawali Sakti Misteri Naga Laut Raja Naga Misteri Menara Berkabut