Ceritasilat Novel Online

Harpa Iblis Jari Sakti 8


Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Bagian 8



Harpa Iblis Jari Sakti Karya dari Chin Yung

   

   Berpikir sampai di situ, hati Tam Goat Hua mulai tegang dan berkebat-kebit tidak karuan, namun juga merasa girang, Dia menengok ke kiri dan ke kanan, Rumah makan itu luas sekali, bahkan berloteng, Tam Goat Hua tidak melihat ada seorang pun memperhatikan dirinya, maka cepat-cepatlah dia mundur dari tempat itu, Setelah itu, dia pun bersikap biasa dan menerobos ke halaman belakang rumah makan itu.

   Tampak beberapa orang sedang sibuk membersihkan kuda, jadi tidak tahu akan keberadaannya di tempat itu.

   Badan Tam Goat Hua berkelebat tahu-tahu sudah berada di samping kereta kuda mewah.

   Sepasang matanya melirik ke sana ke mari.

   Setelah tahu bahwa tiada seorang pun memperhatikan dirinya, maka dia segera menyingkap gordyn kereta kuda mewah itu dan langsung memandang ke dalam, Dekorasi di dalam kereta itu sangat indah.

   Di sana terdapat sebuah meja dan sebuah harpa kuno di atas meja itu, Begitu melihat harpa kuno itu, hati Tam Goat Hua semakin tegang, Diperhatikannya harpa itu, justru berbeda dengan harpa biasa, karena harpa biasa bersenar tujuh, sedangkan harpa kuno itu bersenar delapan.

   Sebetulnya Tam Goat Hua ingin memasuki kereta kuda itu, tapi tidak berani, karena melongok ke dalam kereta kuda itu pun sebenarnya sudah berbahaya besar bagi dirinya, Oleh karena itu, dia segera kembali ke ruang rumah makan, Tam Goat Hua langsung naik ke loteng, Di loteng terdapat puluhan meja yang sebagian sudah dipenuhi para tamu, Gadis itu tidak dapat membedakan, yang mana pedagang, pelancong dan kaum rimba persilatan Setelah menengok ke sana ke mari sejenak, barulah Tam Goat Hua duduk di sudut Pelayan rumah makan segera menghampiri nya, dan Tam Goat Hua memesan beberapa macam hidangan Setelah itu, barulah Tam Goat Hua memperhatikan para tamu yang berada di ruangan itu, kelihatannya para tamu terdiri dari para pedagang, Tujuh delapan orang berpakaian sastrawan duduk di hadapan Tam Goat Hua.

   Gadis itu memperhatikan mereka, namun tiada seorang pun mirip orang rimba persilatan.

   Kemudian dia memperhatikan tamu-tamu yang lain, Tampak seseorang seperti piausu sedang ber-cakap-cakap dengan kawan-kawannya, Mata Tam Goat Hua telah menyapu seluruh loteng itu, tapi tidak melihat ada orang yang mencurigakan Tak seberapa (ama kemudian, semua hidangan yang dipesannya telah disajikan Dia mulai bersantap sambil memperhatikan tamu-tamu yang baru naik ke loteng, Di samping itu, dia pun membatin, mungkinkah pemilik kereta kuda itu cuma menaruh kereta kudanya di sini, orangnya justru ke tempat lain? Di saat Tam Goat Hua sedang membatin, mendadak seorang pelayan rumah makan menghampirinya, lalu membungkukkan badannya seraya bertanya.

   "Maaf, apakah Nona bermarga Tam?"

   Begitu dengar pertanyaan itu Tam Goat Hua tersentak hatinya, Dia sama sekali tidak menduga, di tempat ini ada orang mengetahui marganya, Tadi ketika dia pergi memeriksa kereta kuda itu, apakah pemiliknya sudah tahu akan perbuatannya, maka mau cari urusan dengannya? Pemilik kereta kuda itu berkepandaian amat tinggi, sudah pasti dia bukan lawannya, 592 Oleh karena itu, Tam Goat Hua tidak tahu harus mengaku atau tidak, hanya menyahut "Ng"

   Saja.

   "Kalau Nona adalah Nona Tam, ada seorang tamu menitip suatu barang untuk Nona."

   Pelayan rumah makan memberitahukan sambil tersenyum, Tam Goat Hua tercengang, kemudian bertanya.

   "Barang apa itu?"

   Pelayan itu menaruh sebuah bungkusan di atas meja, sambil menyahut "Barang ini."

   Ketika pelayan rumah makan menaruh bungkusan itu, terdengar suara "PIak", sepertinya bungkusan kecil itu amat berat Tam Goat Hua tidak segera membuka bungkusan kecil itu, melainkan bertanya dulu sambil menatap pelayan rumah makan itu.

   "Seperti apa orang yang menitipkan bungkusan ini kepadamu?"

   Pelayan itu tertawa.

   "Dia tampak seperti seorang tuan besar, sebab langsung memberi ku hadiah dua tael perak. Katanya, kalau barang ini sampai di tangan Nona, maka Nona pun akan memberi ku hadiah juga."

   Tam Goat Hua segera bertanya.

   "Kapan dia menitipkan barang ini kepadamu?"

   Pelayan rumah makan menyahut dengan hormat "Barusan di depan pintu, tuan itu memanggilku, dia justru Dewa Rejeki bagiku...."

   Tam Goat Hua tahu percuma dia bertanya, maka dikeluarkannya dua tael perak lalu diberikan kepada pelayan rumah makan itu.

   "Kau boleh pergi!"

   "Terimakasih, Nona,"

   Ucap pelayan rumah makan sambil menerima uang perak tersebut "Terima-kasih...."

   Setelah pelayan rumah makan itu pergi, barulah Tam Goat Hua membuka bungkusan itu.

   Dia tertegun karena ternyata bungkusan itu berisi sebuah panah kecil, yang ujungnya terdapat secarik kertas.

   Tam Goat Hua segera mengambil kertas itu, sekaligus membacanya.

   "Istana Setan merupakan tempat yang amat bahaya, Nona Tam jangan ke sana menempuh bahaya", Tertegun Tam Goat Hua seusai membaca surat itu. Dia tahu bahwa orang memperingatkannya se-malam, kini memperingatkannya lagi melalui surat Namun dia sama sekali tidak tahu siapa orang itu dan kenapa berbuat begitu baik kepadanya, seandainya orang itu bermaksud jahat, bagaimana mungkin memperingatkannya sampai dua kali, Ketika Tam Goat Hua sedang berpikir, mendadak terdengar suara kereta kuda, dan terdengar pula Ting"

   Suara harpa.

   Bagian 11 Di dalam kota itu, suara harpa tidak lagi menarik perhatian orang.

   Tapi di telinga Tam Goat Hua, justru amat luar biasa.

   Gadis itu tahu, orang yang memperingatkannya dan kereta kuda serta suara harpa itu, sama sekali tidak ada hubungan Dia pun tahu, kereta kuda itu akan segera meninggalkan tempat itu, Maka, dia cepat-cepat menyimpan panah kecil dan kertas itu ke dalam bajunya, lalu turun ke bawah sambil memperhatikan ruang loteng itu, Tampak seorang pelayan sedang memberesi sebuah meja, pertanda tamu yang duduk di situ belum lama pergi.

   Tam Goat Hua masih ingat, di meja itu duduk dua orang, Salah seorang berdandan seperti pengurus rumah, cukup tampan dan berusia tiga puluhan, Yang satu lagi....

   Tam Goat Hua tidak begitu ingat bagaimana rupanya.

   Mungkin orang itu bertampang biasa, maka Tam Goat Hua memandangnya sekilas saja, Tam Goat Hua tidak mau berpikir lagi, Dia melempar setael perak ke atas meja kasir, lalu berjalan menuju ke halaman belakang, Namun kereta kuda itu sudah tidak berada di tempat.

   Dia cepat-cepat membeli seekor kuda jempolan Kemudian dengan menunggang kuda tersebut dia meninggalkan kota itu.

   Keluar dari pintu kota, dia melihat kereta kuda mewah berjalan di depan, Tam Goat Hua girang sekali, dan terus mengikuti kereta kuda itu.

   Kalau kereta kuda itu berlari cepat, dia pun memacukan kudanya, berjalan lambat, dia pun memperlambat langkah kudanya, hampir seharian Tam Goat Hua mengikuti kereta kuda itu, Ketika hari menjelang malam, dari dalam kereta kuda itu mendadak menjulur keluar sebuah tangan menggenggam pecut kuda.

   Plak! Plak! Taar! Kuda kereta itu langsung meringkik, kemudian berlari kencang laksana kilat, Walau keadaan sudah agak gelap, namun masih terlihat jari jempol tangan orang itu bercabang sebuah jari kecil Jadi tangan orang itu berjari enam.

   Tam Goat Hua tercengang dan berpikir, apakah dia adalah Liok Ci Siansing? Padahal Liok Ci Sian-sing tinggal di puncak Sian Jin Hong.

   Setiap hari kerjanya cuma makan tidur, melukis dan main harpa, Ketika orang-orang berkumpul di puncak Sian Jin Hong, setelah hari mulai malam, semuanya kembali ke tempat masing-masing.

   Begitu pula Liok Ci Siansing, dia masuk ke dalam gubuknya.

   Maka apabila Liok Ci Siansing tidak berada di dalam gubuknya, tentunya orang lain tidak akan mengetahuinya.

   Sebelum Tam Goat Hua meninggalkan puncak Sian Jin Hong, mungkin Liok Ci Siansing sudah meninggalkan tempat itu lebih dulu, memetik harpa membuat Cik Sia Pai dan Pat Kwa Bun saling membunuh, itu memang mungkin sekali.

   Di kolong langit, orang yang memiliki enam jari, tidak mungkin hanya Liok Ci Siansing sendiri.

   Tapi dalam rimba persilatan, memang tidak pernah terdengar ada orang lain memiliki enam jari, lagipula Liok Ci Siansing hobi main harpa.

   Setelah berpikir bolak-balik, Tam Goat Hua semakin yakin bahwa orang yang ada di dalam kereta kuda itu adalah Liok Ci Siansing.

   Tentunya saat ini Tam Goat Hua tidak mungkin kembali ke Bu Yi San untuk membuktikannya.

   Bahu Tam Goat Hua belum sembuh, maka sudah pasti dia bukan lawan orang yang berada di dalam kereta kuda, Tapi dia harus tetap mengejarnya, karena ingin tahu hal yang sebenarnya, maka terus mengikuti kereta kuda itu dari belakang, Tak seberapa lama kemudian, hari sudah gelap, Kereta lain yang berlalu lalang di jalan besar itu pun mulai berkurang, Tiba-tiba Tam Goat Hua memperlambat langkah kaki kudanya agar tidak menimbulkan kecurigaan orang yang berada di dalam kereta kuda tersebut Berselang beberapa saat kereta kuda lain sudah tidak ada yang berlalu lalang di jalan besar itu, sedangkan kereta kuda itu semakin kencang larinya, Tam Goat Hua tahu, apabila dia mengejar terus, tentu amat membahayakan dirinya, Akan tetapi, seandainya dia tidak mengejarnya berarti sulit menemukannya lagi Oleh karena itu, dia segera memecut kudanya agar berlari lebih cepat Ketika kudanya meringkik dan siap berlari 597 kencang, mendadak telinganya mendengar suara yang amat lirih.

   "Nona Tam, kau jangan mengejarnya!"

   Begitu mendengar suara itu, bukan main terkejutnya hati Tam Goat Hua.

   Sebab kudanya sedang berlari, namun suara itu seakan mendengung ke dalam telinganya, seakan orang yang bersuara itu berada di belakangnya Sekonyong-konyong Tam Goat Hua menggerakkan tangannya ke belakang, Tangannya terasa seperti meraih sesuatu yang lunak.

   Segeralah dia menoleh ke belakang, Dilihatnya sosok bayangan melesat pergi dari belakangnya, kemudian hilang ditelan kegelapan Tam Goat Hua tertegun, sebab orang itu bisa duduk di belakangnya, tapi dia sama sekali tidak mengetahui nya.

   Kalau orang itu berniat jahat mungkin nyawanya sudah melayang.

   Tam Goat Hua tertegun lama sekali, sedangkan suara kereta kuda itu pun tidak kedengaran lagi, Dia membiarkan kudanya terus berlari, tak lama sampai di perempatan jalan, dia tidak tahu kereta kuda itu menuju ke mana, Gadis itu memang sudah tidak mau mengejar kereta kuda tersebut maka dia melanjutkan perjalanannya menuju utara.

   Ketika tengah malam, dia tiba di sebuah kota kecil Di sana dia menginap satu malam, Keesokan harinya ketika mendusin, dia merasa ada sesuatu yang dingin menyentuh pipinya, Tam Goat Hua segera meloncat bangun, tampak sebuah panah kecil berada di samping bantal Di ujung panah itu 598 terdapat secarik kertas bertulisan, Tidak boleh pergi! Tidak boleh pergi", Walau tidak tertulis pergi ke mana, namun Tam Goat Hua tahu bahwa orang yang menulis surat itu melarangnya pergi ke istana Setan, Jadi sudah tiga kali Tam Goat Hua menerima surat peringatan tersebut Dia tidak habis pikir, orang itu begitu tinggi kepandaiannya, tapi kenapa gerak-geriknya begitu misterius? itu sungguh membuat Tam Goat Hua tidak habis pikir, Orang itu mampu duduk di belakang Tam Goat Hua tanpa diketahui gadis tersebut dan dia pun mampu memasuki kamar penginapan, tanpa membuat Tam Goat Hua terjaga dari tidurnya, itu membuktikan betapa tingginya ilmu Ginkang orang itu.

   Orang seperti dia seharusnya mau berhadapan dengan Tam Goat Hua, menjelaskan kenapa melarang gadis itu ke istana Setan, Tapi kenapa dia melakukan itu secara bersembunyi-sembunyi? Apakah dia mempunyai kesulitan untuk memperlihatkan dirinya? itu tidak mungkin.

   Setiap kali dia memberi peringatan kepada Tam Goat Hua, pasti meninggalkan sebatang panah kecil, apakah itu adalah benda pengenalnya? Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu, siapa yang punya panah kecil sebagai tanda pengenalnya? Lagi pula kelihatannya, orang itu terus mengikutinya, Sudah pasti timbul urusan !ain, Maka Tam Goat Hua harus berhati-hati, Ternyata gadis itu khawatir orang tersebut tidak berniat baik.

   Kini luka di bahunya masih belum sembuh, dan mungkin membutuhkan waktu belasan hari untuk merawatnya.

   Dia pun tahu, kini di puncak Sian Jin Hong pasti sudah ramai sekali, Gadis itu ingin kembali ke sana untuk menyaksikan keramaian Akan tetapi, dia justru tidak berani kembali karena dia tidak mau mengingkari janjinya kepada orang aneh berkedok itu.

   Tam Goat Hua menyimpan panah kecil itu ke dalam bajunya, setelah itu meninggalkan penginapannya untuk melanjutkan perjalanannya ke utara! Dia telah melakukan perjalanan tujuh delapan hari, namun tidak terjadi apa-apa.

   Dalam perjalanan dia berjumpa kaum rimba persilatan dan mereka membicarakan pertemuan di Bu Yi San.

   Akan tetapi, mereka semua sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan di Bu Yi San.

   Agar tidak menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan, Tam Goat Hua tidak banyak bertanya kepada mereka.

   Sepuluh hari kemudian, bahu Tam Goat Hua sudah tidak terasa sakit lagi, Namun badannya masih tidak bertenaga.

   Dia mulai menghitung perjalanannya.

   Mungkin empat lima hari lagi dia akan tiba di Pak Bong San.

   Empat hari kemudian, dia akan memasuki istana Setan untuk menolong orang.

   itu membuat hatinya menjadi tegang sekali.

   Hari pertama, mendadak datang mendung dan kilat pun menyambar-nyambar.

   Mungkin akan segera turun hujan lebat Walau hari masih petang, namun kelihatan agak gelap seperti 600 hari sudah senja.

   sementara kudanya terus berlari.

   Tak lama kuda itu sudah berlari kira-kira delapan puluh mil Tiba-tiba halilintar menggelegar dan hujan pun turun dengan lebatnya, dalam sekejap pakaian Tam Goat Hua sudah basah kuyup, Gadis itu sadar bahwa bahunya baru mulai sembuh, maka kalau tersiram air hujan, sudah pasti akan kambuh.

   Maka dia melarikan kudanya secepat-cepatnya tapi juga memperhatikan tempat yang dilaluinya, barangkali ada tempat untuk berteduh Mendadak dia melihat di depan terdapat sebuah rumah yang amat besar.

   Begitu melihat rumah itu, giranglah Tam Goat Hua karena ada tempat berteduh Namun dia merasa heran, karena kini dia berada di perbatasan sedangkan tempat yang dilaluinya terdapat Tay Pek San, Song Pak San, Tay Hung San dan lainnya, Di pegunungan yang sepi ini, biasanya hanya terdapat para pemburu, tidak akan tampak orang biasa, Akan tetapi, di tempat itu justru terdapat sebuah rumah yang begitu besar.

   Tam Goat Hua memacu kudanya ke depan pintu pagar rumah itu.

   Pintu tersebut tertutup rapat Tampak dua buah gelang melekat di pintu, dan sepasang singa batu di kiri kanan pintu tersebut.

   Di atas pintu bergantung sebuah papan bertulisan "Su Khie Tong Lay" (Hawa Ungu Datang Dari Timur).

   Tam Goat Hua tidak perduli itu rumah pembesar atau rumah kaum rimba persilatan yang penting dia dapat berteduh di situ, Oleh karena itu, dia segera mengetuk pintu menggunakan gelang yang melekat di pintu itu.

   Tak seberapa lama, terdengar suara sahutan dari dalam.

   "Siapa?"

   Tam Goat Hua segera menyahut "Orang lewat, karena hujan amat lebat aku ingin berteduh sejenak di sini."

   Terdengar suara di dalam seperti sedang ber-bisik-bisik, tak lama terdengar suara orang berkata.

   "Masuklah!"

   Pintu itu terbuka, Sebelum pintu itu dibuka lebar, Tam Goat Hua sudah meloncat turun dari kudanya dan langsung menerobos ke dalam Tampak halaman yang amat luas, dan empat lima orang memakai topi rumput lebar berdiri di belakang pintu, Namun tak lihat jelas wajah orang-orang itu, Setelah melewati halaman, barulah Tam Goat Hua sampai di rumah itu dan ketika dia melangkah ke dalam, tampak sebuah ruangan yang amat besar Tam Goat Hua justru lupa bahwa pakaiannya telah basah kuyup, sehingga membuat kotor lantai ruang itu, Gadis itu merasa tidak enak dalam hati, seketika dia memandang ke belakang dengan maksud mengucapkan maaf, namun orang-orang itu sudah tidak kelihatan Tam Goat Hua tertegun sebab sungguh cepat gerakan orang-orang itu, dalam waktu sekejap sudah menghilang.

   Kini sadarlah Tam Goat Hua, bahwa itu bukan merupakan rumah biasa, sesungguhnya Tam Goat Hua ingin menyelidiki rumah 602 ini, tapi niat tersebut dibatalkannya, sebab dia ke mari hanya ingin berteduh, bukan untuk menyelidik Tam Goat Hua menengok ke sana ke mari.

   Di ruang itu terdapat kursi dan meja berwarna ungu, Di dinding juga bergantung sebuah lukisan pemandangan.

   Karena di luar hujan lebat, maka membuat ruang itu tampak remang-remang.

   padahal tadi ada empat lima orang berdiri di belakang pintu pagar, tapi kemudian menghilang entah ke mana, seharusnya di rumah itu kedengaran suara orang, tapi justru sepi-sepi saja, tidak terdengar suara apa pun.

   Tam Goat Hua mengerutkan kening, lalu mulai memeras rambutnya agar cepat kering, Setelah itu dia pun memeras pakaiannya, barulah duduk di sebuah kursi untuk menunggu hujan berhenti.

   Akan tetapi, hujan lebat itu sungguh berkepanjangan.

   Hampir satu jam lamanya Tam Goat Hua duduk di situ, namun hujan masih belum berhenti Gadis itu mulai tidak sabaran Kalau hujan itu sama sekali tidak berhenti, apakah dia harus terus menunggu? Lebih baik minta pakaian rumput untuk menutupi badannya kepada penghuni rumah ini, jadi dia bisa melanjutkan perjalanan, agar tidak membuang-buang waktu di rumah ini, Setelah mengambil keputusan itu, Tam Goat Hutf pun bangkit dari tempat duduknya, Di saat bersamaan di luar terdengar suara ketukan pintu, kemudian terdengar pula suara seruan "Adakah orang di dalam? Aku ingin berteduh sebentar!"

   Tam Goat Hua berkata "Bagus"

   Dalam hati, sebab akan punya teman, Tiba-tiba dia melihat kelima orang yang memakai topi rumput lebar, berjalan keluar dari samping halaman lalu membuka pintu, Orang yang berdiri di luar berbadan kurus kecil, mengenakan pakaian hitam, rambut awut-awutan tersiram air hujan, sehingga wajahnya tidak tampak jelas.

   Setelah pintu terbuka, orang itu langsung menerobos ke dalam menuju ruang tempat Tam Goat Hua berada.

   Tam Goat Hua tidak begitu memperhatikan orang itu, melainkan terus memperhatikan kelima orang tersebut dengan seksama, Setelah menutup pintu, kelima orang tersebut berkelebat pergi, Kini Tam Goat Hua semakin yakin, bahwa majikan rumah itu pasti kaum rimba persilatan.

   Dalam hati, gadis itu coba menerka, kira-kira siapa majikan rumah ini, namun tak dapat menerkanya.

   Oleh karena itu, dia tidak mau menerka lagi, lalu memandang orang yang baru datang itu.

   justru sungguh mengherankan sebab baik berdiri maupun duduk orang itu pasti membelakangi Tam Goat Hua, sama sekali tidak mau berhadapan Semula Tam Goat Hua tidak begitu memperhatikan sebab hatinya sedang kacau karena hujan masih belum berhenti, dia 604 berjalan mondar-mandir di ruang tersebut dengan kening berkerut-kerut.

   Ketika akan berhadapan dengan orang itu, orang itu malah membalikkan badannya, Sudah beberapa kali begitu, sehingga membuat Tam Goat menjadi tercengang, Maka dia sengaja melangkah ke hadapan orang itu, namun orang itu tetap tidak mau berhadapan dengan nya.

   Setengah jam kemudian, Tam Goat Hua menjatuhkan diri di kursi, lalu berdehem seraya berkata.

   "Anda dari mana?"

   Kalaupun tidak saling mengenal, tapi mereka bersama-sama berteduh di rumah itu, maka wajar apabila saling bertegur sapa, Akan tetapi, orang itu tetap diam seakan tidak mendengar suara Tam Goat Hua.

   Maka dalam hati, gadis itu merasa kesal, gusar tapi merasa geli, -ooo0ooo- Bab 28 Tam Goat Hua membatin, rumah dan pemiliknya begitu misterius, yang datang berteduh itu pun aneh.

   "Baik, kau tidak mau membuka mulut, aku justru akan membuatmu membuka mulut!"

   Kata gadis itu dalam hati, 605 Setelah itu, dia pun berkata dengan suara agak keras.

   "Hujan lebat turun begitu lama, tadi Anda kemari berteduh, tentunya punya tugas penting dan ingin buru-buru melanjutkan perjalanan, bukan?"

   Akan tetapi, orang itu tetap tidak menyahut Padahal jarak mereka hanya dua tiga depa, Kecuali orang itu tuli, kalau tidak tentunya akan mendengar suara Tam Goat Hua.

   Namun orang itu tetap diam, tiada bereaksi sama sekali.

   Gadis itu penasaran sekali dan bertanya dalam hati, apakah orang itu tuli? Kemudian berkata dengan suara yang keras, kedengaran seperti berteriak-teriak.

   "Hei! Aku sedang bicara dengan mu, kau tidak dengar?"

   Kali ini orang tersebut bergerak sedikit Bahunya terangkat pertanda dia mendengar namun tetap tidak menyahut Tam Goat Hua memandangnya, tangan orang itu berada di atas meja, jarinya bergerak-gerak entah mencoret-coret apa.

   Tam Goat Hua melototinya, Karena hatinya amat kesal kepada orang itu, akhirnya gadis itu berteriak-teriak.

   "Pengurus rumah! pengurus rumah!"

   Tampak seorang bertopi rumput lebar muncul di pintu ruangan itu, lalu bertanya dengan dingin.

   "Nona mau pesan apa?"

   Tam Goat Hua segera menyahut.

   "Hujan belum berhenti, sedangkan aku punya urusan penting, harus segera melanjutkan perjalanan, Bolehkah aku pinjam sebuah topi rumput?"

   Orang itu bertanya dengan dingin.

   "Apakah Nona mau meninggalkan rumah ini?"

   Tam Goat Hua mengangguk "Ya, Aku memang mau pergi."

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Orang itu mundur beberapa langkah, kemudian berkata.

   "Aku menasihati Nona agar tetap di sini. Setelah majikan kami pulang barulah dibicarakan."

   Saat ini, Tam Goat Hua sedang kesal dan gusar terhadap orang yang datang berteduh itu. Maka setelah mendengar sahutan orang bertopi rumput lebar itu, kegusarannya pun memuncak "Kalau begitu, aku tidak boleh pergi?"

   Tanya Tam Goat Hua membentak Orang itu menyahut dengan dingin "Memang tidak boleh."

   Bukan main gusarnya Tam Goat Hua, maka langsung memukulnya, Karena tangannya bergerak, sehingga membuat rantai yang melekat di lengannya ikut bergerak dan menghantam sebuah teko yang ada di atas meja, 607 Blam! Teko itu hancur berantakan Di saat bersamaan, Tam Goat Hua melesat ke hadapan orang itu seraya membentak "Kalau begitu, aku mau pinjam topi rumput yang kau pakai itu!"

   Tam Goat Hua menggerakkan tangannya. Rantai itu langsung menyambar topi rumput yang dipakai orang tersebut "Hmm!"

   Dengus orang itu sambil berkelit Tam Goat Hua tertawa dingin.

   "Pantas kau begitu tidak tahu aturan, ternyata berkepandaian juga!"

   Tam Goat Hua menekuk badannya sedikit, kemudian mengayunkan rantainya ke arah orang itu, Akan tetapi, orang itu tetap berkelit lalu mendadak bersiul panjang, Tak lama, tampak empat sosok bayangan berkelebat ke ruang itu, padahal dalam perjalanan Tam Goat Hua sudah berusaha menghindari hal-hal yang tak diinginkan Tapi tidak tahunya, karena dia ingin berteduh malah timbul urusan Ke empat orang yang baru datang itu berdiri di belakang orang tersebut, kemudian mereka berlima mundur ke pintu.

   Itu jelas sekali, kalau Tam Goat Hua tidak meninggalkan ruang itu, merekapun tidak akan turun tangan .

   Tam Goat Hua memandang orang-orang itu, tapi tidak dapat melihat wajah mereka, karena wajah mereka tertutup oleh topi rumput lebar Gadis itu tertawa dingin, setelah itu menatap orang yang datang berteduh itu.

   "Sobat, kamu masih tidak bersuara? Mereka tidak memperbolehkan kita pergi lho!"

   Akan tetapi, orang itu tetap diam, sepertinya tiada hubungan dengan urusan itu, Tam Goat Hua tidak mengerti mengapa orang itu bersikap begitu, Kemudian gadis itu membalikkan badannya seraya membentak "Kalian sebetulnya mau apa?"

   Salah seorang itu menyahut dengan dingin.

   "Setelah majikan kami pulang, barulah ada keputusan"

   Tam Goat Hua bertanya gusar.

   "Siapa majikan kalian itu?"

   Orang itu menyahut lagi.

   "Setelah majikan kami pulang, tentunya kau akan mengetahuinya."

   Diam-diam Tam Goat Hua menghimpun hawa murninya dan bertanya.

   "Majikan kalian berada di mana sekarang?"

   "Majikan kami berpergian ke mana-mana, mungkin berada di pegunungan Kun Lun, mungkin juga sedang pesiar ke Lam Hai (Laut Selatan), bagaimana kami mengetahuinya?"

   Sahut orang itu juga, Saking kesalnya Tam Goat Hua malah menjadi tertawa.

   "Kalau majikan kalian tidak pulang setahun, aku harus menunggu setahun juga?"

   Orang itu mendengus.

   "Hm! Kalau harus menunggu setahun, kenapa sekarang kau buru-buru?"

   Kali ini Tam Goat Hua betul-betul gusar, Ketika dia baru mau melancarkan pukulan, mendadak terdengar derap kaki kuda dan suara kereta, bahkan terdengar pula "Ting Tung"

   Suara harpa, Kelima orang itu langsung berseru.

   "Majikan kami pulang!"

   Begitu mendengar suara derap kaki kuda dan suara harpa, kelima orang itu berseru.

   Tam Goat Hua terkejut sekali karena dia tidak menyangka, lantaran ingin berteduh justru datang di rumah itu dan kini sudah tahu siapa majikan rumah tersebut Walau dia tidak tahu tentang majikan rumah itu, namun yakin majikan rumah itu adalah orang yang berada di dalam kereta mewah misterius itu.

   Seketika perasaan Tam Goat Hua berkecamuk girang dan cemas membaur menjadi satu, Dia girang dikarenakan secara tidak sengaja mengetahui tempat tinggal orang itu.

   Namun dia juga cemas lantaran tahu dirinya dalam bahaya.

   Sebab kepandaian orang itu amat tinggi, dan mungkin tidak akan melepaskannya.

   Terdengar suara kereta itu sudah sampai di depan lalu berhenti.

   Dua di antara lima orang itu segera berlari keluar, sedangkan yang tiga tetap berdiri di pintu ruangan itu, menjaga Tam Goat Hua agar tidak meloloskan diri, Gadis itu berpikir apabila dia menerjang keluar sekarang, itu merupakan hal yang tak mungkin, sebab di luar pintu rumah itu pasti ada jago lain.

   Hal itu membuatnya tidak tahu harus berbuat apa.

   Di saat bersamaan, terdengar suara "Ser Ser Ser"

   Tiga kali, seperti suara luncuran anak panah, Tampak tiga batang panah kecil mengarah ketiga orang itu, sementara walau ketiga orang itu mengawasi Tam Goat Hua, namun sesekali merekapun memandang keluar, Di saat itu kebetulan ketiga orang itu sedang memandang keluar Ketika mereka bertiga mendengar suara itu dan berpaling, ketiga batang panah kecil itu sudah berada di depan mata, Mereka ingin mengibaskan tangan untuk menangkis, tapi sudah terlambat "Ces! Ces! Ces!"

   Ketiga batang panah kecil itu menembus dada mereka, Badan mereka bergoyang-goyang, akhirnya terkulai.

   itu cuma dalam waktu sekejap, membuat Tam Goat Hua terperangah dan tertegun Begitu mendengar suara panah dan melihat panah kecil itu, Tam Goat Hua pun teringat akan kejadian beberapa hari yang lalu, ada orang memperingatkannya beberapa kali agar jangan ke istana Setan, Kini dia melihat gerak-gerik orang yang berada di ruang itu sungguh mencurigakan Apakah orang yang kurus kecil itu yang selalu memperingatkannya? Berpikir sampai di situ, Tam Goat Hua segera menolehkan kepalanya.

   Di saat itulah, justru terdengar suara tawa serak, yaitu suara tawa kedua orang yang pergi menyambut sang majikan itu.

   Setelah menoleh, Tam Goat Hua terkejut bukan main.

   Ternyata orang kurus kecil itu sudah berada di belakangnya, bahkan menjulurkan tangannya untuk menggenggam lengan gadis itu.

   Tam Goat Hua cepat-cepat menggeserkan badan-nya, kemudian membentak "Mau apa kau?"

   Begitu dibentak, orang kurus kecil itu kelihatan seperti anak kecil yang telah berbuat salah. Dia segera menarik kembali tangannya sekaligus membalikkan badan nya.

   "Nona Tam, kau harus ikut aku pergi, jangan terlambat!"

   Orang itu berkelebat ke pintu samping, Sungguh cepat gerakannya, pertanda dia memiliki ilmu Ginkang yang amat tinggi.

   Tam Goat Hua tertegun, Dalam hati tahu bahwa dirinya sudah dalam bahaya besar Jika majikan rumah itu memasuki ruang tersebut dan melihat ketiga sosok mayat itu, sudah pasti tidak akan melepaskan dirinya! Walau orang kurus kecil itu amat misterius, tapi kelihatannya tidak berniat mencelakai Tam Goat Hua, kenapa tidak ikut dia pergi? Setelah berpikir begitu, dia menghimpun hawa murninya, lalu melesat pergi mengikuti orang kurus kecil itu, Keluar dari pintu samping, tampak sebuah koridor yang amat panjang.

   Orang kurus kecil itu, walau terus melesat pergi, namun kelihatan sedang menunggu Tam Goat Hua, Tak lama Tam Goat Hua sudah menyusul orang kurus kecil itu, kemudian orang kurus kecil itu berbisik.

   "Jangan mengeluarkan suara!"

   Tam Goat Hua segera bertanya.

   "Anda siapa?"

   Orang itu menghela nafas, tapi tidak menyahut Di saat itu mereka berdua sudah keluar dari koridor melalui sebuah pintu kecil.

   Keluar dari pintu kecil, mereka berada di dalam sebuah ruang kecil, yang sangat indah dan mewah.

   Namun Tam Goat Hua tidak menikmati keindahan ruang kecil tersebut.

   "Anda tahu jalan rahasia rumah ini?"

   Tanyanya kepada orang kurus kecil, Orang kurus kecil itu menengok ke sana ke mari, setelah itu menggeleng-gelengkan kepala, Begitu melihat orang kurus kecil itu menggeleng-gelengkan kepala, Tam Goat Hua menarik nafas dingin, juga merasa kesal "Anda tidak tahu jalan rahasia rumah ini, kenapa...."

   Sebetulnya Tam Goat Hua ingin mempersalahkan orang kurus kecil itu, namun mendadak terdengar suara orang tertawa dingin, Ruangan kecil itu terdapat banyak jendela, sementara hujan pun sudah berhenti maka sinar matahari yang tidak begitu terang menyorot ke dalam, sehingga ruang kecil itupun tampak agak terang.

   Ketika mendengar suara tawa dingin itu, sekujur badan Tam Goat Hua merinding, seakan berada di dalam peti es.

   Kini Tam Goat Hua sudah tidak mempersalahkan orang kurus kecil itu, Dia mendongakkan kepala memandangnya, kebetulan orang kurus kecil itu membuka mulut "Nona Tam, cepat! Cepat himpunlah hawa murni dan kosongkan pikiranmu! Aku sudah payah, mungkin kau bisa meloloskan diri! Ingat, jangan ke istana Setan!"

   Bukan main bingungnya Tam Goat Hua ketika mendengar ucapan orang kurus kecil itu, sebab tidak tahu maksud tujuannya.

   Di saat dia baru mau membuka mulut untuk 614 bertanya, mendadak terdengar suara orang tertawa dingin, dan setelah itu terdengar pula suara harpa.

   Suara harpa itu sungguh nyaring dan menggetarkan hati, siapa yang mendengarnya pasti akan melupakan segala macam kepusingan.

   Wajah Tam Goat Hua langsung berseri, dan kemudian dia mundur beberapa langkah, lalu duduk di kursi.

   Di saat dia duduk, terdengar suara "Duk", ternyata orang kurus kecil itu jatuh di lantai Suara "Duk"

   Itu membuat hati Tam Goat Hua tersentak dan seketika terkejut bukan kepalang sehingga keringat dinginnya mengucur Dia teringat ketika bersama kakaknya meninggalkan Hou Yok, mereka berdua mendengar suara harpa, sehingga membuatnya terus berlari berputar-putar di tempat Kini terdengar lagi suara harpa itu, justru membuatnya melupakan bahaya yang mengancam dirinya, Teringat akan itu, Tam Goat Hua cepat-cepat menghimpun hawa murninya, Akan tetapi, suara harpa itu tetap mendengung ke dalam telinganya.

   Tam Goat Hua mulai merasa tidak tahan.

   Darah-nya bergolak dan detak jantungnya bertambah cepat, Dia berusaha bangkit berdiri, namun badannya sempoyongan .

   Orang kurus kecil yang roboh itu, berusaha bangun lalu mendekati pintu samping, Dia menutup pintu itu, maka suara harpa pun menjadi agak rendah, itu membuat hati Tam Goat Hua agak lega, dan seketika dia melesat keluar melalui jendela.

   Tapi ketika sampai di jendela, dia menolehkan kepalanya ke belakang.

   Dilihatnya orang kurus kecil itu tergeletak di lantai dengan nafas memburu, dan lantai itu pun sudah bernoda darah.

   Ternyata ketika menutup pintu, saking tak tahan, orang kurus kecil itu muntah darah.

   Menyaksikan itu, Tam Goat Hua merasa heran.

   Orang kurus kecil itu memiliki Ginkang yang amat tinggi, tentunya juga berkepandaian tinggi, namun kenapa dia cepat muntah darah? Kini suara harpa itu mengalun, Tam Goat Hua merasa sudah sulit sekali bertahan, tapi dia terus berupaya bertahan, hanya tidak yakin dapat bertahan lama, Kemudian dia membuka mulut, maksudnya ingin bertanya bagaimana keadaan orang kurus kecil itu.

   "Sobat, kau...."

   Ketika Tam Goat Hua baru membuka mulut, itu membuat hawa murni tidak terhimpun, di saat bersamaan mendadak nada suara harpa itu meninggi dan cepat.

   "Cring! Cring! Cring...!"

   Mendengar nada suara harpa itu, Tam Goat Hua merasa jalan darah penting ditubuhnya seakan ditotok dan seketika juga dari mulutnya mengalir keluar darah segar.

   Tam Goat Hua paham, suara harpa itu mengandung suatu tenaga sakti yang amat dahsyat Kalau dia terus diam di situ, pasti akan terluka oleh suara harpa itu.

   Perlahan-lahan Tam Goat Hua mendekati orang kurus kecil itu, lalu mengangkatnya sekaligus melemparkannya keluar melalui jendela.

   Karena dia sendiri sudah terluka, maka ketika mengeluarkan tenaga untuk melempar orang kurus kecil itu keluar, dia pun merasa matanya berkunang-kunang-dan sempoyongan.

   Di saat bersamaan, matanya terasa mengantuk sekali dan tidak peduli apa pun dia ingin tidur sepuas-puasnya, Sesungguhnya Tam Goat Hua memiliki dasar ilmu silat yang amat kuat, lagipu!a sejak kecil sudah belajar Lweekang tingkat tinggi.

   Ketika matanya terasa mengantuk sekali, dia tahu jelas bahwa itu akibat pengaruh suara harpa, Oleh karena itu, apabila dia tidur sekarang, mungkin selamanya tidak akan bangun.

   Mendadak Tam Goat Hua mengangkat sebelah tangannya, kemudian menotok jalan darah Pek Hwec Hiatnya sendiri.

   Setelah menotok jalan darah tersebut, gadis itu merasa bersemangat dan langsung melesat keluar melalui jendela, tepatnya berada di sisi orang kurus kecil itu.

   Tam Goat Hua menengok ke sana ke mari, ternyata dia berada di sebuah taman bunga mini yang dikelilingi tembok setinggi beberapa depa, Bukan main girangnya Tam Goat Hua.

   Dia segera mengapit orang kurus kecil itu, lalu berjalan ke tembok tersebut Sampai di tembok itu, Tam Goat Hua muntah darah.

   Tapi itu tidak dihiraukannya, dan cepat-cepat menghimpun hawa murni.

   seandainya Tam Goat Hua tidak terluka dalam, memang tidak sulit baginya untuk meloncat melewati tembok itu, Akan tetapi, kini dia telah terluka, bahkan mengapit orang kurus kecil itu pula, maka ketika meloncat ke atas, mendadak dadanya terasa sakit sekali dan seketika juga dia terjatuh ke bawah.

   Pada waktu bersamaan, suara harpa itu terdengar mulai merendah Di saat kakinya menginjak tanah, dia cepat-cepat menghimpun hawa murninya lalu mencelat ke atas, Akan tetapi, tetap tidak berhasil meloncati tembok tersebut Tiba-tiba timbul suatu akal dalam hatinya, maka segeralah dia mengayunkan rantai yang melekat di lengannya.

   Rantai itu berhasil menggaet tembok tersebut lalu Tam Goat Hua meminjam tenaga itu untuk mencelat ke atas lagi, Dia berhasil dan badannya melambung ke atas melewati tembok itu, lalu jatuh ke bawah di luar tembok, Orang kurus kecil itu terlepas dari japitannya, Tam Goat Hua tidak berpikir banyak lagi, langsung mengapit orang kurus kecil itu lagi, kemudian melesat pergi meninggalkan rumah itu.

   Setelah dia berlari kira-kira lima mil, suara harpa itu sudah tidak terdengar lagi, Tam Goat Hua berhenti lalu menarik nafas dalam-dalam, Dia merasa matanya berkunang-kunang, akhirnya terkulai pingsan, Entah berapa lama kemudian, barulah dia tersadar, lalu membuka matanya.

   Tampak langit sudah mendung lagi, bahkan sudah mulai gerimis, Gadis itu merasa sekujur badannya tak bertenaga dan bahunya terasa sakit sekali Ternyata dia telah terluka luar dan dalam, Tam Goat Hua mulai menengok ke sana ke mari, Dia mendapatkan dirinya tetap berada di tempat ketika dia pingsan, ku pertanda bahwa tiada seorang pun menemukannya, Tam Goat Hua bersyukur dalam hati, sebab walau dia terluka luar dan dalam, namun tidak kehilangan nyawanya, Perlahan-lahan dia bangkit berdiri Kemudian dia melihat sosok yang di sampingnya mulai bergerak Tam Goat Hua baru teringat, bahwa sosok itu adalah orang kurus kecil yang terluka oleh suara harpa.

   "Anda sudah siuman?"

   Tanya orang kurus kecil itu duduk, Namun karena rambutnya awut-awutan, maka Tam Goat Hua tidak melihat jelas wajahnya.

   Orang kurus kecil itu merintih dan kelihatan tak bertenaga sama sekali karena lukanya lebih berat daripada luka Tam Goat Hua.

   Ketika gadis itu baru mau membuka mulut, orang kurus kecil itu telah mendahuluinya.

   "Nona Tam, berapa jauh... jarak dari sini ke rumah itu?"

   Tam Goat Hua menyahut "Kira-kira lima mil."

   Orang kurus kecil itu tampak terkejut.

   "Hanya kira-kira lima mil? Nona Tam, cepat kita kabur! Lebih baik kita ke arah istana Setan, sebab orang itu... orang itu tidak akan berani mengejar ke sana."

   Tam Goat Hua tersenyum getir "Sobat, aku juga sudah terluka, Kalau orang itu mau mengejar kita, kita pun tidak akan bisa kabur ke mana-mana."

   Orang kurus kecil itu menghela nafas panjang.

   "Memang, tapi biar bagaimanapun kita harus mencari suatu tempat untuk bersembunyi. Tam Goat Hua manggut-manggut.

   "Kita memang harus bersembunyi, tapi bersembunyi di mana?"

   Orang kurus kecil ku menyahut.

   "Kalau Nona Tam sudi ikut aku, aku tahu ada sebuah goa yang dapat kita gunakan sebagai tempat persembunyian "

   Tergerak hati Tam Goat Hua mendengar ucapan itu, sebab kini sudah dekat dengan Pak Bong San, kaum rimba persilatan jarang yang berani ke tempat itu, Lagi pula dilihat dari nada bicaranya, orang kecil itu amat hafal daerah tersebut Sesungguhnya gadis itu sudah ingin bertanya tentang identitas orang kurus kecil itu, Namun begitu melihat luka orang itu agak parah, maka ia tidak jadi bertanya, kemudian mengangguk "Baiklah."

   Orang kurus kecil itu bangkit berdiri, lalu menggunakan sebuah busur sebagai tongkat Busur itu hitam mengkilap.

   "Sobat! Busurmu itu sungguh luar biasa!"

   Kata Tam Goat Hua. Orang kurus kecil itu tertawa.

   "lni memang busur luar biasa, Konon busur ini milik seorang pendekar sakti, Orang yang memiliki Lweekang tinggi dapat menarik busur ini sampai batas lengkungnya, sehingga luncuran anak panah bisa mencapai lima mil."

   Mendengar ucapan itu barulah Tam Goat Hua tahu bahwa itu adalah busur pusaka, jadi orang kurus kecil itu tidak memiliki Lweekang yang begitu tinggi, namun sungguh mengherankan kenapa ilmu Gin-kangnya justru begitu tinggi? Tam Goat Hua tidak sempat bertanya tentang itu karena orang kurus kecil tersebut sudah mengayunkan kakinya, Gadis itu segera mengikutinya, sementara itu hujan semakin lebat Kira-kira setengah jam kemudian dan melewati entah berapa banyak tikungan, mendadak di depan mata Tam 621 Goat Hua berubah gelap, setelah itu sepertinya hujan sudah berhenti Tam Goat Hua tahu, kini dirinya sudah memasuki sebuah goa, maka dia berhenti seraya bertanya.

   "Sudah sampai?"

   Orang kurus kecil itu pun berhenti.

   "Sudah, Maju beberapa depa lagi, itu adalah tempat tinggalku!"

   Tam Goat Hua melangkah maju beberapa langkah Kemudian terdengar suara "Krek", mendadak tampak cahaya yang remang-remang menyorot keluar Ternyata orang kurus kecil itu membuka sebuah pintu batu, Cahaya yang remang-remang itu berasal dari ruangan tersebut.

   "Silakan masuk, Nona!"

   Tam Goat Hua segera ikut ke dalam, ke sebuah ruang batu, Ranjang, meja dan tempat duduk yang ada di ruangan itu semuanya juga batu.

   sedangkan cahaya yang remang-remang itu berasal dari dinding goa.

   Begitu menyaksikan ruangan itu, Tam Goat Hua berseru girang.

   "Tempat yang bagus! Kalau tiada orang tahu, beristirahat di sini lima enam hari, luka pasti sudah sembuh!"

   Setelah memasuki ruangan batu, orang kurus kecil itu lalu duduk bersandar pada dinding goa, kemudian menarik nafas dalam-dalam seraya berkata.

   "Nona Tam...."

   Orang kurus kecil itu tidak melanjutkan ucapan-nya. Tam Goat Hua memang sudah mencurigai identitas orang kurus kecil itu, namun belum tahu siapa dia sesungguhnya. Tam Goat Hua menatapnya dan bertanya.

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Kau mau bilang apa?"

   Sambil bertanya, gadis itu melihat dinding goa tempat orang kurus kecil itu bersandar Dua deret Ya Beng Cu (Mutiara Yang Memancarkan Cahaya Di Malam Hari) berjumlah delapan belas butir menempel di dinding goa, Ternyata mutiara-mutiara itulah yang memancarkan cahaya menerangi goa tersebut Yang membuatnya tertegun, justru terdapat sebaris tulisan terukir di mutiara-mutiara itu yang berbunyi "Tuan penolong si Nabi Setan-Seng Ling hidup selamanya..

   Tam Goat Hua mengenali gaya tulisan itu, persis seperti tulisan yang memperingatkan dirinya agar jangan ke istana Setan, .

   Setelah membaca tulisan itu, Tam Goat Hua berani memastikan, bahwa penulisnya pasti punya hubungan dengan si Nabi Setan-Seng Ling.

   Saking terkejutnya dia jadi membisu, Karena meninggalkan sarang harimau, kini malah masuk sarang srigala.

   Yang paling celaka, saat ini Tam Goat Hua masih dalam keadaan terluka, tidak mungkin dapat bertarung dengan orang.

   Karena dipikir dirinya berada di sarang musuh, maka hatinya menjadi tegang dan cemas.

   Akhirnya dia mengambil keputusan untuk kabur Perlahan-lahan Tam Goat Hua melangkah pergi, maksudnya ingin meninggalkan goa itu tapi mendadak terdengar suara orang kurus kecil itu.

   "Nona Tam, kau mau ke mana?"

   Tam Goat Hua berhenti lalu membalikkan badan-nya, ditatapnya orang kurus kecil itu seraya membentak "Sebetulnya kau siapa?"

   Orang kurus kecil itu menghela nafas panjang, lalu menjawab dengan suara rendah.

   "Nona Tam, kau tidak perlu tahu siapa aku. Yang penting kau merawat lukamu di sini. Walau aku sudah terluka parah, namun aku tidak seperti orang biasa, sebab tidak begitu lama, lukaku pasti akan sembuh dengan sendirinya. Setelah itu, aku akan melayanimu, kenapa kau malah mau pergi?"

   Hingga saat itu Tam Goat Hua masih belum melihat jelas wajah orang kecil kurus itu, masih muda atau sudah tua, dia sama sekali tidak menge-tahuinya.

   "Apa hubunganmu dengan si Nabi Setan-Seng Ling?"

   Tanya gadis itu membentak Orang kurus kecil itu tertegun ketika dibentak, lama sekali barulah dia menyahut "Si Nabi Setan-Seng Ling adalah tuan penolongku, seperti halnya Nona Tam menyelamatkan nyawaku tadi siang.

   Namun sayang aku sudah menjadi budak Seng Ling, tidak bisa menjadi budak Nona lagi."

   Mendengar jawaban itu, Tam Goat Hua sama sekali tidak paham.

   Tapi yang jelas orang kurus kecil itu tak berniat jahat terhadapnya, itu membuat gadis tersebut menarik nafas lega, Setelah itu dia mengeluarkan beberapa butir obat, dan ditelan begitu saja.

   Dia lalu duduk sambil menghimpun hawa murninya, berselang beberapa saat, barulah bertanya.

   "Sebetulnya siapa namamu?"

   Orang kurus kecil itu menghela nafas panjang.

   "Aku sendiripun tidak tahu siapa namaku."

   Tam Goat Hua tertawa geli.

   "Biasanya kau dipanggil siapa?"

   Orang kurus kecil itu menyahut "Sejak aku ditolong si Nabi Setan-Seng Ling, semua orang memanggilku "Budak Setan". -ooo0ooo- Bab 29 Begitu mendengar ucapan itu, Tam Goat Hua tersentak kaget dan berseru tak tertahan.

   "Kaum rimba persilatan mengatakan bahwa di dalam istana Setan Pak Bong San, yang memiliki Ginkang paling tinggi bukan si Nabi Setan-Seng Ling, melainkan si Budak Setan, Bagaimana muka si Budak Setan, tiada seorang pun tahu sebab dia bergerak bagaikan segulung asap. jadi si Budak Setan itu adalah kau?"

   Orang kurus kecil itu tampak tertegun.

   "Tak disangka orang seperti diriku, bisa menjadi bahan ceritaan dalam rimba persilatan."

   Tam Goat Hua berkata dengan kagum.

   "Ginkang Anda walau tidak bisa dikatakan Ginkang nomor satu dalam rimba persilatan namun tergolong Ginkang tingkat tinggi, maka tidak mengherankan jika kau amat terkenal dalam rimba persilatan."

   Orang kurus kecil itu tersenyum getir.

   "Terimakasih atas pujian Nona. Selain memiliki Ginkang itu, aku sama sekali tidak punya kepandaian lain."

   Tam Goat Hua sudah tahu tentang itu, tapi tetap bertanya dengan penuh rasa heran.

   "Cara bagaimana kau dapat belajar ilmu Ginkang yang begitu tinggi?"

   Orang kurus kecil itu menghela nafas panjang. Sejenak dia diam tidak menyahut, berselang beberapa saat, barulah berkata.

   "Sungguh panjang kalau diceritakan"

   Tam Goat Hua tahu, masa lampau orang kurus kecil itu pasti penuh kedukaan, Dia tidak mau mengungkitnya, kenapa gadis itu harus bertanya men-desaknya? Yang penting orang kurus kecil itu tidak berniat jahat terhadapnya, dia sudah bersyukur dalam hati, Oleh karena itu, Tam Goat Hua tidak banyak bertanya Iagi.

   Dia memejamkan matanya sambil menghimpun hawa murninya untuk merawat lukanya, Tak terasa waktu sudah lewat satu jam.

   Bagi orang yang menghimpun hawa murni untuk mengobati luka, hanya membutuhkan waktu satu jam, sudah bisa sembuh sekitar lima bagian Namun tetap harus beristirahat kurang lebih lima hari, barulah bisa pulih, Di saat Tam Goat Hua membuka matanya, tampak sesosok bayangan berkelebat, yaitu si Budak Setan, Ternyata dia membawa sebuah keranjang ke hadapan Tam Goat Hua, lalu berkata.

   "Nona Tam pasti sudah lapar, di sini tidak ada makanan enak, harap Nona tidak menolak makanan yang di dalam keranjang ini!"

   Tam Goat Hua memandang ke dalam keranjang itu, terdapat air minum satu kendi, seekor ayam hutan bakar, nasi merah dan buah-buahan.

   "Wuah!"

   Seru gadis itu girang.

   "Dari mana kau memperoleh makanan-makanan ini? Kau sudah makan belum?"

   Si Budak Setan segera menyahut "Sudah."

   Usai menyahut, si Budak Setan berkelebat pergi.

   Tam Goat Hua yang memang sudah merasa lapar itu, langsung bersantap dengan lahap sekali.

   Tak seberapa lama, semua makanan yang di dalam keranjang itu habis disantapnya dan kemudian dia tampak bersemangat Seusai Tam Goat Hua makan, si Budak Setan berkelebat ke arahnya untuk mengambil keranjang tersebut.

   Begitu melihat si Budak Setan mendekat, gadis itu menjulurkan tangannya untuk mencengkeram lengan si Budak Setan, itu adalah ilmu Hian Bu Sam Na.

   Akan tetapi, ketika Tam Goat Hua menjulurkan tangannya, badan si Budak Setan bergerak, tahu-tahu sudah menjauh beberapa depa, sesungguhnya Tam Goat Hua tidak berniat berbuat jahat Adapun dia mencengkeram lengan si Budak Setan hanya sekedar bergurau.

   Karena tidak berhasil mencengkeram lengan si Budak Setan, Tam Goat Hua malah merasa tidak enak, Ketika dia baru ingin mendekatinya, mendadak di luar terdengar suara tangisan yang menyeramkan Begitu mendengar suara tangisan itu, wajah Tam Goat Hua langsung berubah hebat Sebab suara tangisan mendengung ke dalam telinganya dan dia merasa sukmanya seakan terbetot keluar itu adalah ilmu kalapan Setan, 628 Dapat diketahui, para jago dari istana Setan sudah menuju goa tersebut sedangkan saat ini luka Tam Goat Hua masih belum pulih.

   Maka sudah barang tentu dia gugup dan panik, Tam Goat Hua bangkit berdiri Kebetulan si Budak Setan sedang memandangnya, Sekian hari itu, baru pertama kali gadis tersebut berhadapan dengannya sekaligus memandang wajahnya, Si Budak Setan cepat-cepat menundukkan kepala, sedangkan Tam Goat Hua terbelalak.

   Ternyata wajah si Budak Setan amat buruk sekali, sehingga Tam Goat Hua nyaris tidak percaya, bahwa di dunia ini ada orang berwajah seburuk itu, Wajah si Budak Setan hitam pekat, ditumbuhi bulu yang agak kemerah-merahan, sepasang bola matanya melotot keluar dan agak kekuning-kuningan, hidung pesek dan giginya jarang, Sungguh buruk rupa si Budak Setan! Kini Tam Goat Hua baru tahu, apa sebabnya si Budak Setan tidak mau berhadapan muka dengannya, ternyata wajahnya begitu buruk.

   Berdasarkan ini, dapat diketahui si Budak Setan tidak berhati jahat, Akan tetapi, suara Ratapan Setan itu makin lama makin dekat, bagaimana menjelaskan itu? Setelah berpikir lama sekali, kemudian Tam Goat Hua membentak mendadak "Budak Setan! Kau mengajakku kemari, ternyata ingin mencelakaiku?"

   Si Budak Setan membalikkan badannya, namun tetap menunduk, Kemudian dia menyahut dengan sedikit terisak, dan sepasang matanya pun bersimbah air.

   "Nona Tam, kalau aku bermaksud begitu, pasti mati disambar geledek!"

   Tam Goat Hua percaya, namun justru bertanya lagi.

   "Siapa yang mengeluarkan Ratapan Setan menuju ke mari itu?"

   Si Budak Setan menyahut.

   "Itu adalah kedua putra tuan penolongku, Entah bagaimana mereka berdua meninggalkan Bu Yi San."

   Begitu mendengar yang datang itu adalah Seng Cai dan Seng Bou, air muka Tam Goat Hua langsung berubah.

   Kalau mereka berdua mengetahui gadis itu berada di dalam goa, pasti akan terjadi pertarungan sengit "Budak Setan, apakah di goa ini ada tempat untuk bersembunyi?"

   Si Budak Setan menyahut cepat.

   "Ada."

   Di saat bersamaan, suara Rapatan Setan itu semakin mendekap dan tak lama terdengarlah suara seruan Kou Hun Su Seng Cai di luar "Budak Setan, kau berada di dalam?"

   Si Budak Setan segera menyahut dengan hormat.

   "Hamba ada di dalam, Tuan muda!"

   Kou Hun Su Seng Cai berseru lagi.

   "Cepat buka pintu, kami berdua ingin bicara denganmu!"

   "Ya!"

   Sikap si Budak Setan sungguh hormat, padahal mereka berdoa masih berada di luar.

   Menyaksikan itu, sekujur badan Tam Goat Hua langsung mengucurkan keringat dingin, sedangkan si Budak Setan sudah mendekati pintu goa.

   Tam Goat Hua sama sekali tidak berani berseru, namun tingkahnya tampak serba salah, Setelah berada dekat pintu goa, si Budak Setan segera berpaling sambil menunjuk tempat tidur batu, Tam Goat Hua mengerti maksud si Budak Setan, yakni menyuruh gadis itu bersembunyi di belakang tempat tidur batu tersebut.

   Badan Tam Goat Hua bergerak, lalu berkelebat ke belakang tempat tidur batu itu, dan bersembunyi di sana.

   Baru dia bersembunyi terdengar pula suara "Krek Krek", si Budak Setan sudah membuka pintu goa itu.

   Tam Goat Hua mengintip dari tempat persembunyiannya.

   Ketika pintu goa itu dibuka, tampak dua sosok bayangan berkelebat ke dalam, yang tidak lain Kou Hun Su Seng Cai dan Sou Mai Su Seng Bou, Mereka berdua langsung duduk di kursi batu, kemudian berkata serentak.

   "Budak Setan! Kini sudah tiga tahun, Sari Air Batu di sini pasti sudah menetes, Cepat ambil untuk kami minum!"

   Sari air batu? Tam Goat Hua tersentak, sebab Sari Air Batu merupakan semacam obat mujarab, yang kalau diminum setengah atau satu cangkir, akan menambah tenaga dan membuat tubuh menjadi ringan Akan tetapi, apabila Sari Air Batu sudah menetes, tidak segera diminum, dalam waktu singkat akan berubah menjadi batu, Tam Goat Hua sama sekali tidak menyangka, bahwa di dalam goa ini terdapat Sari Air Batu yang diimpikan oleh setiap kaum rimba persilatan Di saat gadis itu sedang berpikir, si Budak Setan justru menyahut "Kedatangan Tuan muda berdua sungguh tidak tepat waktunya, Karena hamba tidak tahu Tuan muda berdua mau ke mari, maka Sari Air Batu sudah hamba minum.

   Lagipula Sari Air Batu tidak dapat disimpan lama."

   Seng Cai mendengus.

   "Hm! Setan kecil, kau ingin membohongi kami? Kami ke mari minta Sari Air Batu itu, kau malah bilang sudah diminum! Kalau ayah ke mari, apakah kau akan menjawab demikian juga?"

   Si Budak Setan tampak terkejut dan segera bertanya.

   "Tuan penolong akan ke mari?"

   Seng Bou tertawa dingin.

   "Tentu! Ayoh, cepat ambilkan Sari Air Batu itu!"

   Si Budak Setan menundukkan kepala.

   "Memang benar sudah hamba minum, bagaimana hamba berani berbohong di hadapan Tuan muda berdua?"

   Seng Bou mendengus.

   "Hm! Omong kosong! Apakah kami tidak tahu sejak kecil kau sudah minum Sari Air Batu itu hingga besar? Tubuhmu sudah begitu ringan, minum lagi sudah tiada manfaatnya! Bagaimana mungkin kau akan minum itu? Ayoh, cepat ambilkan untuk kami!"

   Si Budak Setan tampak ketakutan, lama sekali baru berkata.

   "Memang benar sudah hamba minum."

   Usai berkata, si Budak Setan menoleh ke arah Tam Goat Hua.

   Sesungguhnya gadis itu sudah bercuriga, ketika si Budak Setan memandangnya sejenak, seketika dia pun paham, air minum di dalam kendi yang di-minumnya, tidak lain adalah Sari Air Batu.

   Pantas begitu minum air itu, Tam Goat Hua merasa nyaman, segar dan bersemangat bahkan lukanya sudah sembuh pula hari itu.

   Kini Seng Cai dan Seng Bou minta Sari Air Batu kepada si Budak Setan.

   sedangkan air itu sudah habis karena sudah diberikan kepada Tam Goat Hua.

   Maka si Budak Setan tidak dapat menuruti permintaan Seng Cai dan Seng Bou, dan rupanya si Budak Setan akan mendapatkan kesulitan dari mereka berdua, Berpikir sampai di sini, Tam Goat Hua terheran-heran, sebab dia dan si Budak Setan itu sama sekali tidak punya hubungan apa pun, bahkan tidak kenal.

   Hanya si Budak Setan pernah memperingatnya, agar tidak ke istana Setan, setelah itu bertemu di rumah besar saat hujan lebat itu pertanda si Budak Setan berniat baik.

   "Budak Setan!"

   Bentak Seng Cai.

   "Kau sungguh tidak mau berkata sejujumya?"

   Usai berkata Seng Caipun langsung memukul si Budak Setan, Akan tetapi, si Budak Setan langsung berkelit Seng Cai penasaran sekali, Namun ketika dia baru mau menyerang lagi, mendadak terdengar suara bentakan dari pintu goa.

   "Berhenti!"

   Begitu mendengar suara bentakan itu, tersentak hati Tam Goat Hua. Tampak seorang tua berwajah seram berjalan ke dalam, Orang itu ternyata adalah si Nabi Setan-Seng Ling. Seng Cai langsung berdiri diam di tempat si""

   Setan-Seng Ling melototi kedua putranya sambil berkata dingin.

   "Aku sudah beritahukan kepada kalian berdua, karena aku pernah menyelamatkan nyawanya, maka dia rela jadi budakku! Dia memiliki ilmu Ginkang yang amat tinggi, bahkan juga memiliki busur pusaka ! Kalau dia mau bertarung, kalian berdua bukan lawannya! Dia hanya memandang mukaku, karena itu dia sama sekali tidak mau bergebrak dengan kalian berdua, tapi kalian berdua malah menghinanya!"

   Seng Cai dan Seng Bou diam saja. Namun Tam Goat Hua justru tidak habis pikir, sejak kapan si Nabi Setan-Seng Ling berubah menjadi begitu bijaksana? Sementara si Budak Setan segera memberi hormat dan berkata.

   "Walau Tuan penolong berkata demikian, tapi hamba tetap tidak berani bergebrak dengan kedua Tuan muda."

   Si Nabi Setan-Seng Ling mendekatinya, kemudian menepuk bahunya seraya berkata.

   "Kau tidak usah.-."

   Berkata sampai di situ, mendadak sepasang mata si. Nabi Setan-Seng Ling menyorot aneh dan bertanya.

   "lh? Apakah di dalam goa ini ada orang lain?"

   Tam Goat Hua segera menutup pernafasannya, sedangkan si Budak Setan segera menyahut "Ti... tidak ada."

   Si Nabi Setan-Seng Ling mendengar dengan penuh perhatian Kemudian badannya bergerak cepat, tampak bayangannya berkelebat ke sana ke mari, lalu kembali ke tempat semula. Walau tidak secepat si Budak Setan, namun cepatnya sudah laksana kilat.

   "Heran!"

   Gumam si Nabi Setan-Seng Ling.

   "Tadi sepertinya aku merasa ada orang lain di dalam goa ini."

   Tam Goat Hua yang bersembunyi di belakang ranjang batu, diam-diam berseru kaget dalam hati, 635

   "Sungguh bahaya!"

   Gadis itu pun amat kagum kepada si Nabi Setan-Seng Ling.

   Walau tidak melihat Tam Goat Hua, namun dia bisa merasakan bahwa di dalam goa itu ada orang lain, itu dikarenakan mendengar pernafasan Tam Goat Hua, Dapat dibayangkan, betapa tajamnya pendengaran si Nabi Setan-Seng Ling.

   Kini Tam Goat Hua sudah tidak berani menjulurkan kepalanya untuk mengintip, tapi terdengar suara si Nabi Setan-Seng Ling bertanya.

   "Budak Setan! Rumah besar itu habis dilalap api, kau tahu apa sebabnya?"

   "Hamba tidak tahu."

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Si Nabi Setan-Seng Ling berpikir sejenak, kemudian berkata.

   "Budak Setan, majikan rumah itu entah sudah berapa kali menyuruh orangnya ke mari untuk menangkapmu Kau tahu siapa majikan rumah itu?"

   Bagian 12 Tam Goat Hua baru tahu, setelah dia dan si Budak Setan pergi, rumah besar itu justru ludes dilalap api.

   Kalau kebakaran biasa, tidak mungkin begitu cepat, pasti sengaja dibakar.

   Kepandaian majikan rumah itu amat tinggi sekali Kalau tidak secara mati-matian melawan suara harpa itu, Tam Goat Hua pasti sudah binasa, Kepandaian majikan rumah itu begitu tinggi, siapa yang sanggup melawannya? Tentunya yang membakar rumah itu adalah dirinya sendiri.

   Apa sebabnya dia membakar rumahnya sendiri? itu tidak sulit diterka, Karena tempat tinggalnya telah diketahui Oleh Tam Goat Hua.

   Cara si Nabi Setan-Seng Ling bertanya kepada si Budak Setan, kedengarannya seperti si Budak Setan itu sudah tahu siapa dan rupa majikan rumah itu.

   sedangkan Tam Goat Hua hanya tahu, majikan rumah itu punya hubungan dengan kekacauan rimba persilatan belum lama ini.

   Maka Tam Goat Hua mendengarkan dengan penuh perhatian.

   "Hamba sungguh tidak tahu."

   Jawab si Budak Setan. Nada suara si Nabi Setan-Seng Ling berubah lembut.

   "Kau tidak tahu? Kalau begitu, untuk apa dia menyuruh orangnya ke mari mencarimu?"

   Si Budak Setan berpikir sejenak, baru kemudian menyahut.

   "Mungkin dia tahu hamba memiliki Ginkang tinggi, lagi pula bisa mencari benda-benda aneh, maka pihak rumah itu ingin mencariku."

   Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa dingin.

   "Memang mungkin begitu."

   Nada suara si Nabi Setan-Seng Ling begitu, sudah jelas dia tidak percaya akan perkataan si Budak Setan.

   Namun dia pun tahu sifat si Budak Setan, kalau dia tidak mau memberitahu kan, biar didesak bagaimanapun tetap tidak akan menjawab Karena itu, si Nabi Setan-Seng Ling tidak bertanya lagi.

   "Budak Setan, kalau kau di sini mendengar suara orang, harus segera melapor kepadaku! jangan lupa!"

   Si Budak Setan mengangguk "Ya."

   Si Nabi Setan-Seng Ling memandang kedua putranya seraya berkata.

   "Mari kita kembali ke istana Setan!"

   Tak seberapa lama, terdengarlah suara "Krek Krek", lalu suara si Budak Setan.

   "Nona Tam, sudah boleh keluar!"

   Tam Goat Hua melesat keluar dari tempat persembunyiannya dengan wajah muram.

   Karena dia pergi ke istana Setan untuk menolong orang, namun sebelum melaksanakannya, si Nabi Setan-Seng Ling dan kedua putranya sudah pulang dari Bu Yi San, Oleh karena itu, dia menjadi kesal.

   sebaliknya si Budak Setan malah tertawa gembira seraya berkata.

   "Nona Tam, mereka sudah pergi."

   Sungguh buruk sekali. Padahal Tam Goat Hua sedang kesal, namun ketika menyaksikan tawa itu, dia tertawa geli, kemudian menghela nafas panjang.

   "Budak Setan, kau sungguh baik terhadapku, aku amat berterima kasih padamu dan aku pun sudah minum Sari Air Batu, mungkin lukaku akan pulih esok, maka kita akan berpisah."

   Tertegun si Budak Setan.

   "Nona Tam, kau... masih ingin ke istana Setan?"

   Tam Goat Hua terkejut.

   "Budak Setan, bagaimana kau tahu aku akan ke istana Setan?"

   Si Budak Setan tertawa.

   "Selain memiliki Ginkang tinggi, pendengaranku pun amat tajam sekali, Malam itu aku berada di puncak Sian Jin Hong, maka mendengar pembicaraanmu dengan orang aneh berkedok itu. Karena itu, aku mengikutimu meninggalkan puncak Sian Jin Hong, sekaligus memperingatimu agar tidak ke istana Setan,"

   Tam Goat Hua bertanya dengan heran.

   "Kita tidak saling mengenal, kenapa kau begitu memperhatikanku?"

   Mendadak wajah si Budak Setan memerah, Dia tak dapat menjawab, dan itu membuat Tam Goat Hua terheran-heran, Tiba-tiba si Budak Setan membalikkan badan-nya.

   Bahunya tampak bergerak seakan sedang menangis.

   Hati Tam Goat Hua semakin merasa heran, Dia segera mendekatinya, lalu memegang bahunya.

   "Budak Setan,.,."

   Akan tetapi, si Budak Setan malah melesat pergi seraya berkata.

   "Jangan sentuh aku! Aku tahu diriku tidak serupa manusia, tidak pantas bersamamu, juga tidak pantas memperingatimu!"

   Tertegun Tam Goat Hua.

   Dia tidak menyangka si Budak Setan begitu sedih lantaran buruk rupa, dan itu membuatnya tak dapat mengucapkan apa pun.

   Perlu diketahui, Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu perasaan si Budak Setan yang berkecamuk itu.

   Setelah diam beberapa saat, barulah gadis itu berkata dengan sungguh-sungguh.

   "Budak Setan, kau jangan berpikir begitu! Buruk muka atau rupawan tetap dilahirkan orang tua, itu tidak menjadi masalah."

   Mendengar ucapan itu, si Budak Setan berhenti menangis. Dia mendongakkan kepalanya memandang Tam Goat Hua, Sedangkan gadis itu mulai berkata lagi.

   "Budak Setan, hatimu amat baik, Lebih baik kau jangan bersama si .

   "Setan, juga jangan menjadi budaknya."

   Si Budak Setan menghela nafas panjang.

   "Nona Tam, beberapa tahun ini, aku pun sudah tahu sifat dan kelakuan tuan penolong. Tapi... dia adalah tuan penolongku, maka aku harus menjadi budaknya."

   Tam Goat Hua menatapnya. Dia ingin tahu jelas mengenai identitas si Budak Setan.

   "Budak Setan, kini kita sudah menjadi kawan, tentunya kau boleh memberitahukan tentang riwayat hidupmu, bukan?"

   Tanyanya, Begitu mendengar apa yang dikatakan Tam Goat Hua, si Budak Setan girang bukan main, dan langsung ber!oncat-loncatan.

   "Nona Tam, aku... aku berderajat menjadi kawanmu?"

   Tam Goat Hua tertawa.

   "Kita adalah kaum rimba persilatan kenapa tidak berderajat ?"

   Setelah berloncat-loncatan, barulah si Budak Setan duduk di sisi Tam Goat Hua, Dia memandang gadis itu sejenak, lalu berkata.

   "Nona Tam, kau sungguh baik!"

   Tam Goat Hua tertawa lagi.

   "Oh ya, Budak Setan, tahun ini berapa usiamu?"

   Si Budak Setan menundukkan kepala, kemudian menjawab dengan suara rendah seakan merasa malu, 641

   "Tahun ini usiaku sudah dua puluh, tapi masih tidak mengerti apa-apa."

   Tam Goat Hua tersenyum "Budak Setan, jangan berkata begitu!"

   Si Budak Setan mendongakkan kepala, Dia memandang Tam Goat Hua dengan mata berbinar-binar.

   "Sejak aku mengerti urusan, aku sudah berada di dalam goa ini, Aku tidak tahu nama dan margaku. Selain itu, di dalam goa ini terdapat sosok tengkorak."

   Tam Goat Hua terkejut "Sosok tengkorak?"

   Si Budak Setan mengangguk.

   "Tidak salah. Kini aku baru ingat sosok tengkorak itu mungkin familiku, yang membopong ku ke mari, tapi dia mati di goa ini."

   Tam Goat Hua terbelalak.

   "Kalau begitu kau makan apa di dalam goa ini?"

   Si Budak Setan menyahut "Aku tidak begitu ingat hanya ingat aku minum air yang menetes keluar dari batu besar itu, yang ternyata adalah Sari Air Batu, Ketika itu, setiap hari pasti menetes keluar Namun 642 tujuh delapan tahun lampau, setiap tiga tahun hanya menetes kira-kira satu cangkir saja.

   Tam Goat Hua manggut-manggut "Sungguh kebetulan, aku yang minum Sari Air Batu itu!"

   Si Budak Setan tertawa.

   "Setelah aku berusia sepuluh tahun, barulah aku dapat membuka pintu goa itu. Aku memperoleh busur itu dari sosok tengkorak, Kemudian aku pun membuat panah-panah kecil untuk berburu. Sejak kecil aku minum Sari Air Batu, maka badanku ringan sekali, dan tiada seorang pun melihatku."

   Tam Goat Hua memandangnya seraya bertanya.

   "Bagaimana si Nabi Setan-Seng Ling bisa menjadi tuan penolongmu?"

   Si Budak Setan menjawab.

   "Empat tahun yang lalu, aku pergi berburu. Dalam beberapa tahun itu, aku tidak berani pergi jauh, hanya di sekitar tempat ini saja, Begitu ada orang, aku langsung bersembunyi Namun hari itu, entah apa sebabnya nyaliku menjadi besar Aku berani ke tempat yang agak jauh, sehingga aku menemukan sebuah rumah besar...."

   Tam Goat Hua tertarik akan penuturan itu.

   "Sebuah rumah besar? Rumah besar tempat kita berteduh kemarin?"

   Si Budak Setan mengangguk.

   "Betul."

   Tam Goat Hua segera berkata.

   "Apa yang kau lihat di dalam rumah besar itu, cepat beritahukan!"

   Si Budak Setan memandang Tam Goat Hua.

   "Nona Tam, haruskah kuberitahukan?"

   Gadis itu menegaskan.

   "Memang harus."

   Si Budak Setan tertegun.

   "Mengapa?"

   Tam Goat Hua segera menutur tentang Lu Sin Kong yang menerima kotak kayu titipan, kemudian juga menutur mengenai puncak Sian Jin Hong dan lain sebagainya, setelah mendengar penuturan itu, si Budak Setan berkata.

   "Kalau begitu, tentunya aku harus memberitahukan. padahal aku sudah tidak mau mengungkit urusan itu. Hari itu ketika aku sampai di rumah besar tersebut aku menengok ke sana ke mari, Karena aku merasa heran, maka aku memasuki rumah itu melalui tembok."

   Si Budak Setan berhenti sejenak, setelah itu barulah melanjutkan "Di saat aku baru meloncat, terdengar suara jeritan yang menyayat hati...."

   Si Budak Setan menggeleng-gelengkan kepala, dan tampak merasa seram, kemudian menambahkan "Aku masih ingat sekarang, suara jeritan itu berasal dari ruangan besar Aku tertegun tapi melesat ke sana juga untuk melihat Aku melihat seseorang berlumuran darah berdiri di tengah-tengah ruangan besar itu, Namun di ruang besar itu tidak hanya satu orang, masih ada beberapa orang tergeletak di lantai."

   Mendengar sampai di situ, Tam Goat Hua segera bertanya.

   "Ada berapa orang tergeletak di lantai? Siapa mereka itu?"

   Si Budak Setan menyahut "Yang tergeletak di lantai berjumlah lima orang, namun aku tidak tahu siapa mereka, Lagi pula aku tidak melihat jelas wajah mereka, karena wajah dan sekujur badan mereka telah berlumuran darah.

   Aku hanya melihat satu orang, sepasang matanya menyorot kan sinar kebengisan, namun wajahnya penuh noda darah, maka aku tidak melihat jelas wajahnya.

   Dia menatap dingin mayat-mayat itu, kemudian mendadak mendongakkan kepala sambil tertawa gelak.

   Ketika itu aku merasa takut sekali, tidak punya nyali untuk terus menyaksikannya, Tapi mendadak aku melihat suatu benda, itu membuatku terus mengintip."

   Tam Goat Hua bertanya cepat "Kau melihat apa?"

   Si Budak Setan tidak menyahut Dia memandang Tam Goat Hua lalu melesat ke sudut goa.

   Tak lama dia kembali ke sisi gadis itu bagaikan gulungan asap, Tangannya membawa sebuah kotak kayu yang kemudian diserahkan kepada Tam Goat Hua.

   -ooo0ooo- Bab 30 Tam Goat Hua menerima kotak kayu itu.

   Dirasanya kotak itu agak berat Dia segera tahu bahwa kotak kayu itu dibikin dari kayu harum, sebab baunya harum puta.

   Di permukaan kotak kayu itu diukir seekor naga, namun tidak begitu mirip naga, juga tidak mirip burung phoenix, lebih mirip semacam makhluk aneh.

   Tam Goat Hua membukanya, ternyata di dalam tidak berisi apapun, hanya tampak sebuah lekukan.

   Kini gadis itu tahu bahwa kotak itu untuk menaruh busur "Ketika itu, kau melihat kotak kayu ini?"

   Si Budak Setan menyahut.

   "Bukan, Kotak kayu ini berada di sisi sosok tengkorak itu."

   Tam Goat Hua bertanya heran.

   "Kalau begitu, kau melihat apa di sana?"

   Si Budak Setan memberitahukan.

   "Aku melihat sebuah kotak kayu, hanya saja kotak kayu itu lebih panjang. Di permukaan kotak kayu itu juga diukir makhluk aneh seperti ini."

   Tam Goat Hua manggut-manggut.

   "Sungguh mengherankan, kau lanjutkan saja!"

   Si Budak Setan segera melanjutkan.

   "Kotak kayu itu berada di atas meja, setelah tertawa gelak, orang itu lalu mendekati kotak kayu itu dan membukanya, Barang yang terdapat di dalam-nya, aku tidak kenal sama sekali. Kemudian baru tahu, itu adalah sebuah harpa."

   Tam Goat Hua kelihatan girang sekali.

   "Sebuah harpa?"

   Si Budak Setan mengangguk "Tidak salah, setelah aku bertanya kepada orang, barulah aku tahu itu memang sebuah harpa, Ketika itu, aku justru tidak habis pikir, barang apa itu? Di saat aku sedang berpikir, orang itu tertawa gelak lagi sambil memandang mayat-mayat yang bergelimpangan itu, Dia berkata sengit "Kalian juga berani ikut berebut dengan aku?"

   Orang itu tertawa dingin sambil menjulurkan tangannya untuk memetik tali senar harpa itu, Akan tetapi, harpa itu sama sekali tidak mengeluarkan suara.

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Orang itu tampak gusar sekali, lalu memetik dengan sekuat tenaga.

   Aku terus mengintip karena tertarik, sebab orang itu sebelah tangannya punya enam jari."

   Tam Goat Hua mendengarkan dengan penuh perhatian, dan tampak amat tertarik sekali akan penuturan itu.

   "Lama sekali aku mengintip.."

   Lanjut si Budak Setan.

   "Di saat dia memetik sekuat tenaga, terdengarlah suara bagaikan halilintar membelah bumi, dan menggoncangkan segala apa yang ada di sana."

   Mendengar sampai di situ, air muka Tam Goat Hua berubah hebat, namun tidak bersuara sedikitpun.

   "Suara harpa itu membuat hatiku menjadi kacau balau.,.,"

   Lanjut si Budak Setan memberitahukan.

   "Padahal aku mengintip dari jendela, tapi suara harpa itu membuat diriku jatuh. sesungguhnya aku dapat mengerahkan Ginkangku, tapi justru hingga saat ini aku masih merasa bingung, kenapa ketika itu aku tidak mampu mengerahkan Ginkang, maka jatuh gedebuk di tanah. Aku menahan sakit dan ketika aku baru mau bangkit berdiri, orang itu sudah melesat keluar melalui jendela, Di saat bersamaan, aku segera melesat pergi, Orang itu. tidak dapat mengejarku sebab dalam sekejap aku sudah jauh sekali, Karena aku tidak melihat jelas tempat yang kulalui, akhirnya aku kesasar di sebuah lembah yang penuh ular beracun, Ketika aku mengetahui itu, justru aku telah digigit oleh seekor ular belang, Aku masih berhasil meloloskan diri dari lembah ular beracun itu, tapi pingsan di tengah jalan. Si Nabi Setan-Seng Ling yang menyelamatkan nyawaku. Sejak itu aku rela menjadi budaknya, Dia memberi petunjuk kepadaku mengenai ilmu Ginkang, dan aku pun kenal orang-orang istana Setan, namun aku tetap tinggal di sini."

   Kini Tam Goat Hua sudah tahu riwayat hidup si Budak Setan, bahkan juga tahu orang itu memperoleh harpa tersebut beberapa tahun lalu, Setelah berpikir sejenak, Tam Goat Hua bertanya lagi.

   "Selanjutnya kau masih ke rumah besar itu?"

   Si Budak Setan menjawab "Hari itu aku nyaris kehilangan nyawa, Bagai-mana mungkin aku masih berani ke sana? Kemarin aku terus mengikutimu, namun mendadak kehilangan jejakmu, sedangkan hujan deras masih turun tak berhenti-henti, maka aku tahu kau pasti pergi berteduh di rumah itu.

   Aku pun memberanikan diri ke rumah itu, tapi tak disangka malah kau yang menyelamatkan jiwaku."

   Tam Goat Hua tertawa.

   "Kalau kau tidak memanah ketiga orang itu, mungkin aku pun tidak dapat meloloskan diri."

   Setelah bercakap-cakap sejenak, Tam Goat Hua lalu duduk bersila menghimpun hawa murni.

   Keesokan paginya, luka gadis itu telah sembuh.

   itu berkat Sari Air Batu yang diminumnya, maka dia begitu cepat sembuh dan penuh bersemangat pula, Sudah dua hari Tam Goat Hua berada di dalam goa itu.

   Dia berpamit kepada si Budak Setan.

   seketika wajah si Budak Setan berubah murung.

   "Nona Tam, kau sungguh ingin ke istana Setan?"

   Tam Goat Hua mengangguk.

   "Ya. Karena aku sudah berjanji kepada orang aneh berkedok itu, dan aku tidak boleh ingkar janji."

   Si Budak Setan menggeleng-gelengkan kepala.

   "Nona Tam, aku tahu Lu Leng dikurung di mana. juga tahu itu tuan penolong menyuruh orang-orang-nya untuk merebut Lu Leng di sekitar kota Lam Cong, Namun kemudian direbut orang lagi, karena tuan penolong marah sekali. Beberapa hari kemudian baru berhasil merebut kembali Lu Leng. Maka kini bagaimana mungkin begitu gampang menolongnya? Nona Tam lebih baik kau jangan ke sana!"

   Hati Tam Goat Hua tergerak, maka dia segera bertanya.

   "Budak Setan! Kalau begitu, kau pasti tahu jelas mengenai keadaan istana Setan, bukan?"

   Si Budak Setan manggut-manggut "Tentu."

   Tam Goat Hua girang bukan main.

   "Bagus sekali! Aku tidak pernah memasuki Istana Setan itu, namun menolong orang memang amat penting, bagaimana kalau kau menemaniku ke sana?"

   Setelah mendengar ucapan itu, si Budak Setan tertegun dan mulutnya ternganga lebar, lama sekali tidak dapat bersuara. Tam Goat Hua berkata lagi.

   "Kalau kau tidak mau aku tidak akan memaksamu."

   Si Budak Setan segera menyahut "Nona Tam, bukan aku tidak mau, melainkan., si Nabi Setan-Seng Ling adalah tuan penolongku, Aku...."

   Tam Goat Hua tahu bahwa si Budak Setan amat kenal budi. Dalam hatinya sudah muncul suatu ide wajahnya langsung berubah dan berkata.

   "Kalau begitu, baiklah! Sampai jumpa!"

   Tam Goat Hua segera melesat pergi. Si Budak Setan segera memanggilnya.

   "Nona Tam! Nona Tam.,.!"

   Si Budak Setan melesat mengejar Tam Goat Hua, tapi gadis itu langsung mengayunkan rantainya seraya membentak "Kalau kau berani menghalangiku, aku tidak akan berlaku sungkan-sungkan terhadapmu!"

   Si Budak Setan berkelit wajahnya tampak berduka sekali, sedangkan Tam Goat Hua berkata dalam hati.

   "Aku pergi ke istana Setan kau pasti akan mengikutiku Setelah aku memasuki istana Setan, kau pasti akan melindungiku pula", Usai berkata dalam hati, Tam Goat Hua segera membuka pintu goa, lalu melesat pergi ke arah utara, Akan tetapi, apa yang terjadi nanti, justru berlawanan dengan apa yang dikatakannya dalam hati, dan itu akan diceritakan kelak, 651 Sementara itu, Tam Goat Hua terus melesat ke arah utara, Ketika hari mulai gelap, dia sudah tiba di kaki gunung Pak Bong San. Pohon-pohon di Pak Bong San amat lebat Tam Goat Hua menengok ke sana ke mari, akhirnya dia melihat sebuah batu yang cukup besar yang berukir beberapa huruf, yaitu "

   Istana Setan "

   Tertegun Tam Goat Hua ketika membaca huruf itu, karena dia khawatir terlihat oleh orang istana Setan, Dia segera melesat ke belakang sebuah pohon bersembunyi di sana.

   Setelah itu, barulah dia mengamati keadaan di sekitarnya.

   Selain tulisan itu, masih terdapat tulisan lain "Masih tiga mil".

   Tam Goat Hua mengerutkan kening, sebab si Nabi Setan-Seng Ling amat sombong, Biasanya kaum rimba persilatan sama sekali tidak mau memberitahukan markas penting mereka, namun si Nabi Setan justru memberitahukan dengan tulisan tersebut, bahwa tiga mil lagi akan tiba di istana Setan.

   Keadaan di sekitar tempat itu sangat sepi, sama sekali tidak terdengar suara apa pun.

   Tam Goat Hua mulai berjalan dengan hati-hati.

   Namun sungguh mengherankan walau dia sudah menempuh kira-kira dua mil, tapi tidak menemui kejadian apa pun.

   Gadis itu terus berjalan.

   Berselang beberapa saat kemudian, dia mendongakkan kepala, tampak di depan berdiri sebuah bukit kecil.

   Adanya bukit kecil di gunung itu sebetulnya tidak mengherankan namun bentuk bukit itu amat aneh, tentunya akan menarik perhatian orang, Seketika Tam Goat Hua melesat ke belakang sebuah batu besar, dia bersembunyi di situ dengan perasaan tegang sekali Ternyata tinggi bukit kecil itu hanya dua tiga puluh depa, tapi batu-batu bukit itu beraneka warna dan berbentuk aneh sekali, Ada yang berwarna hitam, merah dan warna lain, Di bukit kecil itu tidak tampak ada tumbuhan Lagi pula batu-batu itu berjumlah ribuan, tersusun rapi membentuk sebuah tengkorak, kelihatannya amat menyeramkan.

   Menyaksikan keadaan itu, Tam Goat Hua sudah tahu, bahwa dia sudah sampai di depan istana Setan, dan itu membuat hatinya menjadi deg-degan.

   Mengenai cerita tentang istana Setan, dan peringatan dari si Budak Setan, seketika mendengung di dalam telinganya, Kini dia harus memasuki istana Setan yang amat bahaya itu demi menolong orang, itu membuatnya berpikir berulang kali, Tam Goat Hua terus bersembunyi di belakang batu itu, dan berusaha menenangkan hatinya sendiri.

   Di depan istana Setan, kelihatan begitu sepi, justru membuat orang menjadi tidak tenang, Cukup lama Tam Goat Hua berada di belakang batu itu, Kemudian dia berkertak gigi sambil mencelat ke depan beberapa depa di hadapan istana Setan, lalu bersembunyi di belakang sebuah pohon, Saat ini, jarak antara Tam Goat Hua dengan bukit kecil itu semakin dekat, maka dia dapat melihat dengan jelas pintu depan istana Setan, Di situ terdapat sebuah batu yang agak menonjol, mungkin di situ merupakan pintu masuk istana Setan, sebab berukir tulisan warna merah darah "

   Istana Setan", Siapa yang melihat tulisan itu, sekujur badannya pasti merinding.

   Tam Goat Hua menarik nafas dalam-dalam.

   istana Setan itu memang tidak bernama kosong.

   pikirnya dengan kening berkerut kerut jangankan mau menerjang ke dalam Neraka Delapan Belas Lapis untuk menolong orang, memasuki pintu gerbang istana Setan itu pun tidak gampang.

   Seandainya si Nabi Setan-Seng Ling belum pulang, mungkin masih dapat memasuki pintu gerbang itu, Tapi kini, si Nabi Setan-Seng Ling sudah sampai di istana Setan, maka sulit baginya untuk memasuki istana Setan itu.

   Berpikir sampai di situ, dia menghela nafas panjang, Mendadak dia merasa di sisinya terdengar suara yang amat lirih, seperti suara daun rontok melayang ke bawah.

   Semula Tam Goat Hua terkejut bukan main, namun kemudian malah menjadi tenang karena menduga yang berada di sisinya pasti si Budak Setan, Selain si Budak Setan, siapa yang memiliki Ginkang begitu tinggi? Tanpa, menoleh Tam Goat Hua bertanya dengan suara rendah.

   "Budak Setan, kau sudah menyusul ke mari?"

   Terdengar suara helaan nafas yang perlahan, setelah itu baru terdengar suara sahutan.

   "Nona Tam, betul aku yang ke mari."

   Tam Goat Hua menoleh.

   Tampak si Budak Setan duduk di dahan pohon.

   wajahnya yang buruk itu kelihatan murung dan 654 sepasang matanya mencerminkan perasaannya yang berkecamuk Begitu beradu dengan sorotan mata si Budak Setan, tersentaklah hati Tam Goat Hua, sebab sorotan mata itu, adalah demi dirinya.

   Tentunya gadis itu dapat menduga, apa sebabnya sepasang mata si Budak Setan menyorot begitu, Tidak lain dalam benak si Budak Setan, amat mencintai Tam Goat Hua, Gadis itu juga tahu, si Budak Setan tidak akan mencurahkan cinta kasihnya karena dirinya merasa wajahnya buruk sekali Tam Goat Hua menatapnya sejenak, kemudian tertawa ringan seraya berkata.

   "Mau apa kau ke mari?"

   Si Budak Setan menyahut dengan suara rendah.

   "Aku juga tidak tahu mau apa aku ke mari Mungkin hanya ingin menasihatimu saja, Nona Tam, kau jangan masuk ke istana Setan menolong orang! Mengenai pintu batu itu, kalau tidak dibuka dari dalam, si Setan-Seng Ling sendiri pun tidak dapat membukanya dari luar."

   Tam Goat Hua tertegun.

   "Mengapa?"

   Si Budak Setan tersenyum getir.

   "Pintu batu itu beratnya ribuan kati, tidak dapat digerakkan dengan tenaga manusia, Hanya dapat digerakkan dengan alat, Semua alat berada di dalam goa, maka orang yang berada di luar, sama sekali tidak bisa memasuki istana Setan,"

   Tam Goat Hua mempercayai perkataan si Budak Setan, Dia menghela nafas panjang.

   "Budak Setan, kau menasihatiku, agar tidak memasuki istana Setan, itu tidak mungkin, Aku sudah mengabulkan permintaan orang, maka aku harus melaksanakannya, Kalau tidak bisa masuk secara diam-diam, aku terpaksa masuk secara terang-terang-an."

   Tam Goat Hua melangkah keluar. Badannya baru bergerak, air muka si Budak Setan berubah hebat. Mendadak dia menjulurkan tangannya, kelihatannya ingin menarik tangan gadis itu, namun kemudian dia segera menarik kembali tangannya.

   "Nona Tam!"

   Serunya panik, Tam Goat Hua tahu bahwa si Budak Setan pasti akan menghalanginya maka dia menoleh seraya tertawa.

   "Ada urusan apa?"

   Wajah si Budak Setan memerah.

   "ltu tidak boleh! Tuan penolong berada di dalam istana!"

   Tam Goat Hua ingin membuat si Budak Setan bertambah panik, maka dia berkata dengan dingin.

   "Aku sudah berjanji dengan orang, kalau aku ingkar janji, lebih baik aku mati."

   Sembari berkata Tam Goat Hua maju ke pintu istana Setan. seketika badan si Budak Setan berkelebat ke hadapannya, kemudian bermohon dengan terisak-isak.

   "Nona Tam, kau...."

   Sepasang alis Tam Goat Hua terangkat ke atas seraya berkata.

   "Heran! Aku mau pergi menempuh bahaya, ada hubungan apa denganmu ?"

   Wajah si Budak Setan memerah sampai ke telinga.

   "Aku... aku...."

   Si Budak Setan tak dapat melanjutkan ucapan nya. sedangkan Tam Goat Hua yakin akan dugaannya tadi, yakni mengenai perasaan si Budak Setan terhadapnya.

   "Kau amat menaruh perhatian padaku, tidak berharap aku menempuh bahaya kan?"

   Si Budak Setan mengangguk Tam Goat Hua berkata dengan suara rendah.

   "Budak Setan, kau menaruh perhatian padaku, maka seharusnya membantuku."

   Wajah si Budak Setan tampak murung sekali.

   "Tapi... si Nabi Setan adalah tuan penolongku, aku...."

   Tam Goat Hua menatapnya tajam.

   "Budak Setan, aku tidak akan mencelakainya, Aku masuk istana Setan hanya ingin menolong seseorang, Kenapa kau terus-menerus membelanya? walaupun dia tuan penolongmu, namun kau juga bersedia berbuat jahat bersamanya?"

   Si Budak Setan diam saja, lama sekali barulah membuka mulut "Nona Tam, kalau begitu, apa yang harus kulakukan Begitu mendengar pertanyaan tersebut, giranglah hati Tam Goat Hua, karena si Budak Setan sudah bersedia membantunya.

   Tam Goat Hua segera menarik si Budak Setan untuk diajak bersembunyi di belakang pohon.

   Si Budak Setan terus-menerus mengikuti Tam Goat Hua, itu dikarenakan dia telah jatuh hati pada nya.

   Namun karena wajahnya amat buruk, maka selama itu dia tidak berani berhadapan dengan gadis itu.

   Karena Tam Goat Hua sama sekali tidak mencela keburukan wajahnya, itu membuat si Budak Setan amat kagum dan menghormatinya.

   Dalam hati si Budak Setan, Tam Goat Hua merupakan seorang bidadari Dia sama sekali tidak berharap Tam Goat Hua mencintainya juga, sebaliknya malah berharap ada pemuda tampan mencintai gadis itu.

   Kalau benar muncul pemuda tampan, hati si Budak Setan pasti berduka sekali, Namun dia rela dirinya berduka, asal melihat Tam Goat Hua bahagia.

   Ketika gadis itu menariknya ke belakang pohon, hati si Budak Setan menjadi tegang dan berdebar-debar tidak karuan, menyebabkannya nyaris sulit bernafas, Melihat itu, Tam Goat Hua terheran-heran.

   "Budak Setan, apakah lukamu masih belum sembuh?"

   Si Budak Setan menjawab dengan wajah memerah.

   "Sejak kecil aku minum Sari Air Batu, maka walau aku terluka parah, dalam waktu satu jam pasti sembuh "

   Tam Goat Hua manggut-manggut "Oooh! Budak Setan, kalau kau bersedia membantu ku, kau cukup melakukan satu hal saja."

   Si Budak Setan segera bertanya.

   "Hal apa?"

   Tam Goat Hua menyahut dengan suara rendah.

   "Kau pergi memberitahukan kepada si Nabi Setan-Seng Ling, bahwa Thian Hou Lu Cong Piau Tau bersama para jago Go Bi dan Tiam Cong Pai sudah ke mari, namun masih berada dikira-kira sepuluh mil, Kau membohonginya agar meninggalkan istana Setan, urusan selanjutnya, kau tidak usah tahu."

   Mendengar itu, si Budak Setan menjadi tertegun. Tam Goat Hua segera bertanya.

   "Kau setuju? jangan membuang-buang waktu!"

   Si Budak Setan menghela nafas panjang.

   "Nona Tam, kalaupun si Nabi Setan-Seng Ling meninggalkan istana Setan, dirimu tetap dalam bahaya."

   Tam Goat Hua mendengus.

   "Budak Setan, kau seorang lelaki, tapi kenapa nyalimu lebih kecil dari ku ? Tentunya aku punya akal, kau tidak mau mewakiliku berseru agar pintu batu itu terbuka?"

   Si Budak Setan menghela nafas panjang lagi "Nona Tam, kalau kau merasa ada sesuatu yang mencurigakan janganlah kau masuk lagi!"

   Tam Goat Hua mengangguk "Aku tahu. cepatlah kau berseru agar pintu batu itu dibuka!"

   Si Budak Setan memandang Tam Goat Hua sejenak, lalu berkelebat ke sisi pintu batu itu, Sampai di sisi pintu batu, dia memungut sebuah batu, kemudian mengetuk pintu batu itu dengan batu tersebut seketika terdengar suara yang amat memekakkan telinga.

   
Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Si Budak Setan terus mengetuk pintu batu itu, Tam Goat Hua menghitung, ketukan itu berjumlah tujuh belas kali.

   Setelah itu, si Budak Setan mengetuk lagi agak perlahan, juga tujuh belas kali.

   Tak lama terdengar suara hiruk-pikuk di dalam dan tampak pintu batu yang berbentuk tengkorak itu bergerak perlahan-lahan ke belakang satu depa, terdengar pula suara seruan.

   "Siapa yang mengetuk pintu istana Setan?"

   Si Budak Setan memandang Tam Goat Hua sejenak, kemudian memberanikan diri untuk menyahut.

   "Aku, ada urusan penting ingin menghadap tuan penolong, harap segera buka pintu!"

   Di saat si Budak Setan menyahut, Tam Goat Hua melesat ke sisi pintu batu itu sambil memberi isyarat kepada si Budak Setan. Orang yang berada di dalam tertawa.

   "Ha ha! Ternyata kau, apakah kau ingin mengantar suatu benda aneh untuk tuan penolongmu?"

   Sebelum si Budak Setan menyahut, Tam Goat Hua cepat-cepat melesat ke dalam laksana kilat Si Budak Setan menarik nafas tega, lalu masuk ke dalam, Setelah si Budak Setan masuk, pintu batu itu segera tertutup kembali Saat ini betapa tegangnya Tam Goat Hua, Bahkan dia terus berpikir, bagaimana kalau si Nabi Setan tidak mempercayai omongan si Budak Setan? Bagaimana seandainya si Nabi Setan-Seng Ling menghendaki Lu Sin Kong masuk ke dalam istana Setan menemuinya? Bagaimana apabila si Nabi Setan-Seng Ling tidak mau meninggalkan istana Setan itu? Kalau benar salah satu yang dipikirkan Tam Goat Hua, maka gadis itu pasti mengalami kesulitan di dalam istana Setan.

   Apabila dia berhasil menolong Lu Leng, lalu cara bagaimana dia membawanya meninggalkan istana Setan tersebut? Setelah berpikir itu, kini Tam Goat Hua baru sadar betapa kecil harapannya, bahkan menyeret si Budak Setan pula.

   Setelah pintu batu itu tertutup kembali, terdengar suara siulan yang amat menyeramkan kemudian tampak bayangan-bayangan berkelebat ke sana, Delapan orang sudah berdiri di sana.

   Terdengar lagi suara hiruk pikuk, ternyata pintu batu itu terbuka lagi, lalu muncul Seng Cai dan Seng Bou, menyusul adalah si Nabi Setan-Seng Ling bersama si Budak Setan.

   Wajah si Nabi Setan-Seng Ling berseri-seri dan dia berkata.

   "Budak Setan, kau di depan sebagai penunjuk jalan!"

   Si Budak Setan mengangguk, lalu segera melesat ke luar, yang lain pun segera mengikutinya dari belakang.

   Betapa girangnya Tam Goat Hua, karena si Budak Setan berhasil membohongi si Nabi Setan-Seng Ling, Namun gadis itu tahu, pergi pulang dua puluh mil hanya sekejap saja.

   Maka dia harus memanfaatkan kesempatan itu.

   Kalau tidak, dia pasti tidak punya kesempatan lagi.

   Tam Goat Hua keluar dari tempat persembunyian nya.

   Dia menarik nafas lega karena si Nabi Setan tidak mengetahui nya.

   Gadis itu mulai melangkah ke dalam dengan hati-hati sekali Mendadak di depan tampak cahaya yang amat menyilaukan mata.

   Cahaya itu lebih menyilaukan daripada cahaya matahari, membuat Tam Goat Hua tidak melihat jelas apa yang ada di depannya.

   Di saat bersamaan, terdengar suara orang tertawa dingin dan suara senjata rahasia mengarah bagian dadanya, Ternyata Tam Goat Hua memasuki sebuah terowongan yang gelap gulita, Di sana terdapat dua penjaga yang berasal dari golongan hitam, bergabung dengan si Nabi Setan-Seng Ling.

   Ketika mengetahui ada orang asing memasuki istana Setan, salah seorang dari mereka segera menggerakkan alat perangkap, maka sebuah cermin besar yang memancarkan cahaya menyilaukan mata langsung mengarah Tam Goat Hua.

   Gadis itu segera memejamkan mata dan di saat bersamaan terdengar suara luncuran senjata rahasia mengarah bagian dadanya.

   itu adalah Hong Bwe Cin (Senjata Rahasia jarum Tawon), Kedua penjaga itu yang menyerang Tam Goat Hua dengan senjata rahasia tersebut perlu diketahui senjata rahasia itu amat halus, lagipula diolesi dengan racun.

   Siapa yang terkena senjata rahasia tersebut, pasti celaka.

   -ooo0ooo- Bab 31 Tam Goat Hua tidak dapat membuka matanya, namun telinganya sudah mendengar suara yang amat lirih itu, Dia tahu bahwa itu adalah suara senjata rahasia yang mengarah 663 ke arahnya.

   Namun meskipun dalam keadaan gugup, dia masih sempat meloncat ke belakang Loncatan itu justru telah menyelamatkan nyawanya.

   Setelah meloncat ke belakang, Tam Goat Hua pun segera mengayunkan tangannya.

   Bagi yang memiliki Lweekang tinggi, memang dapat menangkis senjata rahasia dengan pukulan, Akan tetapi, Lweekang Tam Goat Hua masih belum mencapai ke tingkat tinggi, tentunya dia tidak dapat memukul jatuh senjata-senjata rahasia itu, Namun ketika dia mengayunkan tangannya, rantai yang melekat di lengannya menyambar ke depan menangkis semua senjata rahasia tersebut, Ting! Ting! Ting! Ting! Semua senjata rahasia itu terpukul jatuh.

   Namun Tam Goat Hua tahu, apabila kedua penjaga itu berteriak, para jago istana Setan pasti muncul, maka dia harus cepat membunuh mereka.

   Tam Goat Hua memandang ke arah kedua penjaga itu, namun dia terbelalak karena tiada seorang pun berada di situ, Gadis itu tidak mengerti, cara bagaimana kedua penjaga itu menghilang begitu mendadak.

   Di saat bersamaan terdengar suara tawa dingin dan suara senjata di belakangnya, Tam Goat Hua tahu, bahwa musuh menyerangnya dari belakang, seketika juga dia maju selangkah, terdengar suara "Ser Ser!"

   Melewati pinggangnya, 664 Gadis itu berseru dalam hati "Sungguh berbahaya"

   Lalu segera membalikkan badannya, sekaligus mengayunkan rantai besinya.

   Setelah mengayunkan rantai besi itu ke belakang, barulah Tam Goat Hua berkesempatan untuk melihat kedua penyerangnya.

   Tampak dua orang kurus tinggi berdiri di situ, mereka mengenakan kedok kulit yang sama, agak kehijau-hijauan, Senjata mereka trisula yang agak aneh bentuknya, sambaran rantai Tam Goat Hua membuat mereka berdua mundur selangkah, tapi lalu berpencar ke kiri dan ke kanan, sekaligus menyerangnya dengan jurus Sian Jin Ceh Lou (Dewa Menunjuk Jalan), mengarah pinggang gadis itu, Sementara Tam Goat Hua sudah melihat dengan jelas keadaan di sekitar tempat itu.

   Ternyata di sana terdapat sebuah goa kecil, entah menembus ke mana, Sedangkan dinding goa itu memancarkan cahaya keperak-perakan, Namun di sana tidak terdapat orang lain, hanya kedua orang itu saja.

   Kedua orang itu menyerang Tam Goat Hua secepat kilat Di saat kedua orang itu menyerang, Tam Goat Hua menghimpun hawa murninya kemudian mendadak badannya mencelat ke atas kurang lebih dua depa, Ketika badan Tam Goat Hua mencelat ke atas, kedua orang itu merubah jurus serangannya, yaitu jurus Sian Jin Ceh Lou dirubah menjadi jurus Siang Hong Cah Yun (Sepasang puncak Menembus Awan), Setelah mencelat ke atas, tentunya badan Tam Goat Hua harus merosot ke bawah, maka serangan kedua orang itu mengarah perutnya.

   Sebetulnya Tam Goat Hua sudah siap menyerang di saat badannya merosot ke bawah, Akan tetapi, ketika melihat serangan kedua orang itu begitu cepat dan mematikan, hatinya menjadi tertegun.

   Dalam keadaan gugup, secepat kilat Tam Goat Hua menggerakkan sepasang lengannya.

   itu adalah jurus Hong Pah Soh Liu (Angin Menggoyangkan Ranting pohon Liu), Kedua rantai besi berpencar ke kiri dan ke kanan menyerang muka kedua orang itu, Jurus Hong Pah Soh Liu merupakan jurus andalan ayahnya, tentunya amat lihay dan dahsyat.

   Akan tetapi, kedua orang itu pun berkepandaian tinggi, bahkan tahu puia akan kelihayan dan kedahsyatan jurus tersebut.

   Mereka berdua tidak melanjutkan serangannya melainkan menyurut mundur selangkah sekaligus mengayunkan senjatanya ke arah rantai besi itu, Trang! Trang! Terdengar suara benturan senjata bergema di dalam goa itu.

   Bukan main terkejutnya Tam Goat Hua, sebab suara senjata itu akan mengagetkan para jago lain yang ada di dalam istana Setan, Kalau mereka ke mari, gadis itu pasti sulit meloloskan diri.

   Oleh karena itu, Tam Goat Hua mengambil keputusan untuk bergerak cepat Badannya langsung berputar-putar, kedua rantai besi yang melekat di lengannya juga ikut berputar mengarah kepala kedua orang itu, Akan tetapi, kedua orang itu sungguh gesit.

   Mereka dapat menghindari rantai besi yang me-nyambar-nyambar itu.

   Di saat bersamaan, terdengar suara orang bertanya di dalam terowongan.

   "Ada urusan apa?"

   Kedua orang itu segera menyahut serentak "Tidak ada urusan apa-apa! Kami kakak beradik sedang bergebrak sendiri!"

   Ketika mendengar sahutan mereka, Tam Goat Hua tertegun dan terheran-heran.

   Berdasarkan dandanan mereka, kedua orang itu jelas pihak istana Setan.

   Lagipula mereka berdua menyerangnya dengan begitu sengit, maka sudah pasti musuh.

   Namun kenapa mereka berdua menyangkal tidak bertarung dengan siapa pun, ketika ada orang bertanya dari terowongan? Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu apa sebabnya kedua orang itu menyahut begitu, itu membuatnya agak berlega hati, karena sementara ini pasti tidak akan terjadi apa-apa.

   Setelah berlega hati, barulah Tam Goat Hua sadar akan serangan serangannya tadi, yang karena terlampau emosi maka tidak berarah sama sekali, bahkan amat menguras 667 tenaganya.

   Tersadar akan hal itu, dia mulai menenangkan diri lalu tersenyum sambil melancarkan sebuah pukulan ke arah bahu salah seorang itu, Sudah barang tentu rantai besi itu mengarah ke atas.

   Orang itu mendengus, sekaligus mengayunkan senjatanya ke arah dada Tam Goat Hua, Akan tetapi, pukulan Tam Goat Hua yang begitu dahsyat itu justru merupakan pukulan tipuan.

   Di saat senjata orang itu mengarah dadanya, mendadak gadis itu menyentakkan rantai besinya, maka rantai besi itu menangkis senjata lawan.

   sedangkan tangan Tam Goat Hua bergerak cepat mengeluarkan ilmu Hian Bu Sam Na.

   Perubahan jurus serangannya tidak hanya cepat, tapi juga amat lihay, sehingga membuat orang itu tertegun lalu mundur Orang itu memang berhasil menghindari rantai besi yang menyambarnya, namun di saat bersamaan, jari tangan Tam Goat Hua berhasil menotok jalan Tay Pau Hiat di tubuhnya, Tak ampun lagi, orang itu langsung jatuh gedebuk.

   Tam Goat Hua tiada waktu untuk melihat bagaimana keadaan orang itu, tapi dia yakin orang itu pasti mati, sebab ketika menotok dia menggunakan delapan bagian tenaganya.

   Tam Goat Hua segera membalikkan badannya, Orang yang satu lagi menatap Tam Goat Hua dengan penuh kegusaran, dan langsung menyerangnya dengan sengit Setelah berhasil merobohkan salah seorang itu, hati Tam Goat Hua jadi tenang dan mantap.

   Ketika Tam Goat Hua merobohkan lawannya, orang itu melihat dengan jelas, mulut orang yang roboh itu mengeluarkan darah, Ternyata dia telah terluka parah, Mereka berdua adalah saudara sekandung, Ketika masih berkecimpung dalam rimba persilatan, kaum rimba persilatan menjuluki mereka berdua Kwan Tiong Siang Sat (Sepasang Algojo Dari Kwan Tiong), Tahun lalu mereka berdua baru bergabung dengan istana Setan, karena si Nabi Setan-Seng Ling melihat mereka berdua ahli dalam hal senjata rahasia.

   Setelah mereka berdua bergabung, si Nabi Setan-Seng Ling menugaskan mereka berdua untuk menjaga di pintu pertama istana Setan, itu membuat mereka berdua girang sekali.

   Berhubung mereka berdua baru bergabung, maka yang lain tidak memandang sebelah mata pun pada mereka, sedangkan Kwan Tiong Siang Sat bersifat angkuh.

   Ketika bertarung dengan Tam Goat Hua, mereka berdua sama sekali tidak mau minta bantuan kepada orang lain, Mereka berdua ingin menangkap Tam Goat Hua, agar berjasa pada istana Setan! Ketika di terowongan terdengar orang bertanya, Kwan Tiong Siang Sat menyahut serentak, bahwa mereka berdua yang bergebrak itu pertanda nyawa Tam Goat Hua belum waktunya melayang, Karena kalau Kwan Tiong Siang Sat memberitahukan bahwa ada musuh masuk ke dalam, para jago lain pasti segera ke sana, dan sudah tentu nyawa Tam Goat Hua terancam.

   Kwan Tiong Siang Sat berani mengambil keputusan itu, dikarenakan melihat Tam Goat Hua masih begitu muda, tentunya tidak berkepandaian tinggi, Namun mereka berdua 669 justru tidak tahu bahwa gadis itu berkepandaian tinggi, Kou Hun Su Seng Cai dan Sou Mia Su Seng Bou pernah dipermainkannya, apalagi Kwan Tiong Siang Sat? Ketika diserang, Tam Goat Hua cepat berkelit, lalu balas menyerang dengan jurus Huan Yun Hok Ih (Awan Berbalik Hujan Turun), Tampak kelima jarinya bagaikan cakar mengarah urat nadi di pergelangan tangan orang itu.

   Betapa terkejutnya orang itu ketika diserang mendadak, namun dia masih sempat mundur selangkah.

   Di saat bersamaan, tangan kiri Tam Goat Hua justru melancarkan sebuah pukulan kilat ke dada orang itu, sedangkan rantai besi menyambar kepalanya.

   Orang itu terpaksa menangkis sekaligus menundukkan kepala untuk menghindari sambaran rantai besi.

   Akan tetapi, mendadak pukulan yang dilancarkan Tam Goat Hua telah berubah menjadi Sing Kua Thian Kai (Bintang Bergantung Di Langit), Orang itu ingin mencelat ke belakang tapi terlambat.

   Ternyata jari telunjuk Tam Goat Hua telah berhasil menotok jalan darah Lou King Hiat di telapak tangannya, Seketika wajah orang itu berubah menjadi pucat pias dan badannya sempoyongan, dia sudah terluka cukup parah.

   Kini orang itu baru sadar, bahwa kepandaian gadis tersebut amat tinggi.

   Dia sudah mengambil keputusan untuk berseru memanggil jago lain, tapi tetap terlambat karena Tam Goat Hua telah melancarkan sebuah pukulan ke dadanya, Plak! Dada orang itu terpukul telak.

   "Aaaakh!"

   Jerit orang itu dan roboh seketika.

   Tam Goat Hua segera menarik Kwan Tiong Siang Sat ke sudut.

   Di saat bersamaan, sayup-sayup terdengar suara pekikan si Nabi Setan-Seng Ling.

   Bukan main terkejutnya gadis itu, karena si Nabi Setan-Seng Ling telah kembali ke istana Selan.

   Apabila Seng Ling langsung masuk ke istana Setan, nyawa Tam Goat Hua pasti terancam.

   Betapa tegangnya gadis itu, namun otak terus berputar Di saat itulah terdengar suara bentakan si Nabi Setan-Seng Ling yang mengguntur.

   "Cepat buka pintu!"

   Begitu mendengar suara bentakan itu, barulah Tam Goat Hua berlega hati.

   Karena dia tahu, si Nabi Setan-Seng Ling tidak bisa membuka pintu batu itu dari luar, harus dibuka dari dalam, si Budak Setan yang memberitahukan.

   Plak! Plak! Plak! Si Nabi Setan-Seng Ling mengetuk pintu batu, cepat dan lambat sampai tujuh belas kali.

   Bersamaan itu, Tam Goat Hua mendengar suara di belakangnya.

   "Eh? Heran? Ada orang mengetuk pintu batu, Kenapa Kwan Tiong Siang Sat tidak membukakan pintu?"

   Terdengar suara sahutan.

   "Jelas tadi ada suara pertarungan di luar, tapi Kwan Tiong Siang Sat malah bilang mereka berdua yang bergebrak, Jangan-jangan terjadi sesuatu di luar? Mari kita lihat!"

   Suara itu berasal dari terowongan, tentunya suara orang yang bertanya tadi kepada Kwan Tiong Siang Sat.

   seketika juga Tam Goat Hua bersembunyi di sudut yang gelap.

   Baru saja gadis itu bersembunyi kedua orang itu sudah muncul Ketika melihat mayat Kwan Tiong Siang Sat tergeletak di situ, mereka terkejut dan berseru.

   "Hah? Celaka!"

   Pada waktu bersamaan, terdengar pula suara seruan si Nabi Setan-Seng Ling di luar "Cepat buka pintu! Ada musuh masuk Istana!"

   Saat ini, hati Tam Goat Hua tegang bukan main. Akan tetapi kedua orang itu tidak melihat Tam Goat Hua, itu membuat gadis tersebut agak tenang. Sedangkan kedua orang itu saling memandang, kemudian salah seorang dari mereka berkata.

   "Kauwcu berada di luar, lebih baik kita bukakan pintu dulu!"

   Mereka mendekati alat pembuka pintu, Kebetulan punggung mereka menghadap Tam Goat Hua.

   Itu merupakan kesempatan bagi gadis tersebut untuk turun tangan.

   Ketika tangan mereka baru menyentuh alat ilu, Tam Goat Hua menyerang mereka dengan jurus Tho Ciok Mun Lou (Melempar Batu Menanyakan Jalan), serangan tersebut mengarah jalan darah Ling Tay Hiat di punggung mereka.

   "Kau...."

   Salah seorang dari mereka terkejut sekali Dia langsung meloncat mundur selangkah sekaligus menangkis pukulan yang dilancarkan Tam Goat Hua.

   Plaaak! Terdengar suara benturan.

   Orang itu terpental membentur pintu goa, kemudian roboh dan mulutnya mengeluarkan darah.

   Tam Got Hua tercengang, Dia adalah gadis yang amat cerdas, maka seketika sudah terpikir olehnya apa sebabnya orang itu roboh muntah darah dan nafasnya langsung putus.

   Ternyata si Nabi Setan-Seng Ling yang berteriak-teriak di luar, karena pintu goa itu tidak dibuka, Maka dia menyerang pintu goa itu dengan ilmu Pik San Pak Gu (Menembus Gunung Memukul Kerbau), Sialnya, orang itu membentur pintu goa, maka terkena pukulan si Nabi Setan yang menembus ke dalam, sehingga membuat orang itu mati seketika, Melihat kejadian itu, Tam Goat Hua bergirang dalam hati, Sebab si Nabi Setan-Seng Ling tidak bisa masuk, kalau pintu goa itu tidak dibuka dari dalam, Kedua orang itu berasal dari golongan hitam, berjuluk Mo Thay Po dan Kui Bin Thay Swee.

   Cukup lama mereka berdua bergabung dengan istana Setan.

   Tam Goat Hua tertegun, 673 kemudian berkata, Ternyata kalian berdua, Selamat bertemu!"

   Mo Thay Po mendengus.

   "Hm!"

   Setelah mendengus, dia langsung menyerang Tam Goat Hua dengan kukunya yang panjang-panjang dan berwarna kehijau-hijauan, Begitu melihat kuku-kuku yang panjang kehijau-hijauan itu, Tam Goat Hua sudah tahu bahwa kuku-kuku itu telah diolesi racun, Gadis itu segera berkelit, sekaligus balas menyerang Maka, terjadi pertarungan yang amat sengit Belasan jurus kemudian, mendadak Tam Goat Hua melesat ke dalam terowongan, tapi Mo Thay Po cepat-cepat mengejarnya.

   Pada waktu bersamaan, terdengar suara lonceng, dan tak lama muncullah seseorang berpakaian aneh.

   Orang itu tinggi besar, yang tidak lain adalah Hakim Kanan.

   Begitu melihat si Hakim Kanan, Mo Thay Po segera berseru memberitahu kan.

   "Hakim Kanan, dia adalah musuh yang menyelinap masuk!"

   Si Hakim Kanan menatap Tam Goat Hua, kemudian bersiul panjang, Berselang beberapa saat, muncul lagi belasan orang, Dapat dibayangkan betapa terkejutnya hati gadis itu.

   Setelah belasan orang itu muncul, si Hakim Kanan melesat keluar tersentak hati Tam Goat Hua, sebab dia yakin bahwa si Hakim Kanan pasti akan membuka pintu goa.

   Di saat bersamaan, terdengar suara siulan si Nabi Setan-Seng Ling yang amat menyeramkan.

   Tam Goat Hua.

   tahu bahwa dirinya bukan lawan mereka, Namun dia tetap tidak putus asa, pokoknya harus bertarung mati-matian.

   Dia bersiul panjang, mendadak badannya mencelat ke atas, lalu melesat pergi melewati Mo Thay Po.

   Akan tetapi, ketika kakinya menginjak lantai, tampak empat orang sudah menyerangnya dengan golok, sementara suara siulan si Nabi Setan-Seng Ling semakin dekat, karena itu Tam Goat Hua menjadi nekat Dari pada mati sia-sia, lebih baik membunuh beberapa orang lagi, pikirnya.

   Maka ketika keempat golok itu mengarahnya, Tam Goat Hua segera mengayunkan rantai besi yang melekat di tangannya untuk menangkis ke empat buah golok itu.

   Trang! Trang! Trang! Trang! Terdengar suara benturan senjata.

   Bersamaan itu, Tam Goat Hua menggerakkan tangannya untuk menyerang salah seorang dari mereka, mengarah jalan darah Sien Kie Hiat di dada orang itu.

   "Aaakh!"

   Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Terdengar suara jeritan, orang itu terpental tadi roboh, sedangkan ketiga orang lainnya terus menye-rang.

   Tam Goat Hua, menyurut mundur lalu mendadak memutar badannya sekaligus mengayunkan rantai besinya, Terdengar suara jeritan tiga kali, ternyata punggung mereka telah terhajar oleh rantai besi itu.

   "Uaaakh...."

   Mereka bertiga memuntahkan darah, kemudian roboh dan tak bergerak Iagi.

   seketika juga suasana di tempat itu berubah menjadi hening sekali 675 Tam Goat Hua tertegun, kemudian menengok ke sana ke mari tampak belasan orang mengurungnya, namun mereka semua berdiri diam, tak bergerak, Tak seberapa lama, muncul beberapa sosok bayangan berkelebat ke sana, ternyata si Hakim Kanan, Kou Hun Su Seng Cai, Sou Mia Su Seng Bou dan yang terakhir si Nabi Setan-Seng Ling.

   Begitu melihat kemunculan si Nabi Setan-Seng Ling, Tam Goat Hua menarik nafas dingin.

   Dia pikir kalau bergebrak lagi juga percuma, maka dia berdiri diam saja di tempat, kemudian mendadak mengayunkan rantai besinya ke bawah.

   Braaak! Lantai yang dibuat dari batu menjadi berlobang.

   Pada saat bersamaan, si Nabi Setan-Seng Ling sudah berada di situ dengan wajah penuh kegusaran Tapi dia juga tertegun ketika melihat Tam Goat Hua.

   Sedangkan Tam Goat Hua saat ini malah tidak merasa takut sama sekali.

   Dia tertawa hambar seraya berkata.

   "Kaum rimba persilatan mengatakan bahwa sulit memasuki istana Setan, kelihatannya memang benar !"

   Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa, kemudian menyahut dengan dingin.

   "Nona Tam bisa ke mari, ini sudah luar biasa sekali."

   


Rahasia Mo-kau Kaucu -- Khu Lung Bentrok Para Pendekar Karya Gu Long Dua Musuh Turunan Karya Liang Ie Shen

Cari Blog Ini