Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 15


Pendekar Bloon Karya SD Liong Bagian 15



Pendekar Bloon Karya dari S D Liong

   

   Blo'on tertegun dan terhenti langkahnya.

   Ketika memandang ke muka, hampir ia menjerit kaget.

   Seekor buaya raksasa, kura raksasa, udang raksasa, ikan raksasa dan gurita besar tengah berjajar menghadap sebuah altar yang agak tinggi.

   Diatas batu altar itu tampak seorang tua tengah berlutut kearah dua buah kursi berhias mutiara.

   Kursi itu diduduki oleh seorang anak lelaki dan seorang dara.

   "Hai, itulah si kakek tua !"

   Teriak Blo'on ketika mengenali kakek itu sehagai orangtua yang berada dalam ruang, depan istana. Ia melangkah maju dan .

   "Hai, putera mahkota!"

   Serunya pula. Ia maju dua tiga langkah lagi dan seketika berteriaklah ia sekeras-kerasnya. '"Liok sumoay engkau ,....!"

   Teriaknya seraya lari menghampiri. Tetapi secepat itu udang raksasa melenting, menghadang jalan.

   "Apakah artinya ini ?"

   Teriak B'n'on. Namun udang raksasa itu diam saja dan hanya menegakkan sepasang sungutnya yang tajam.

   "Liok sumoay, mengapa engkau diam saja "

   Teriak Blo'on pula seraya hendak menerjang.

   Udang raksasa itu mempunyai sepasang supit yang amat besar dan beberapa sungut yang runcing.

   Begitu Blo'on melangkah maju, cepat udang raksasa itu layangkan sungutnya untuk menusuk tubuh Blo'on.

   Blo'on loncat ke atas tetapi secepat itu ia segera disambut oleh supit kiri udang raksasa itu.

   Cret ...

   untunglah Blo'on merundukkan kepala sambil menekuk kedua kaki lalu mengayunkan tubuhnya berjumpalitan melayang.

   "Berhenti ... !"

   Tiba2 orang tua itu bersuit nyaring seraya berteriak. Blo'on tegak memandang orangtua yang saat itu berpaling kebelakang.

   "Orangtua, apa maksudmu ?"

   Teriak Blo'on.

   "Aku hanya melaksanakan perintah putera mahkota untuk meminang dara itu sebagai permaisurinya."

   "Apa ?"

   Teriak Blo'on.

   "Saat ini istana Hay-te kiong sedang merayakan pernikahan agung dari putera mahkota kerajaan Song dengan nona Liok."

   "Apa ? Bukankah putera mahkota itu sudah meninggal ?"

   Blo'on berseru kaget.

   "bagaimana orang mati hendak menikah dengan manusia hidup!".

   "Aku hanya melakukan perintah putera mahkota saja. Sebagai seorang menteri tua, aku terpaksa harus menurut."

   "Bohong !"

   Teriak Blo'on.

   "dia sudah mati, bagaimana dapat memberi perintah kepadamu ?"

   "Yang mati adalah jasadnya tetapi jiwanya masih hidup. Melalui mimpi yang memancar dalam tidurku kemarin malam maka putera mahkota memerintahkan supaya beliau dijodohkan dengan gadis Liok, sumoaymu itu. Bukankah engkau setuju ?"

   "Tidak !"

   Bentak Blo'on.

   "aku tidak setuju!"

   "Mengapa ?"

   "Karena tak mungkin kalau Liok sumoay bersedia menikah dengan orang yang sudah mati berpuluh-puluh tahun !"

   "Yang menikah itu engkau atau sumoaymu tanya orang tua itu pula.

   "Sumoay !"

   "Kalau dia setuju lalu engkau bagaimana''"

   "Tidak mungkin I"

   Teriak Blo'on.

   "Kalau dia setuju T' "Tidak mungkin, jangan ngaco belo !"

   "Hm, engkau tidak percaya ?"

   Orangtua itu menegas.

   "silahkan engkau bertanya kepadanya. Tetapi sebelumnya aku hendak minta janjimu, bagaimana kalau dia setuju ?"

   "Tidak mungkin "

   "Blo'on, jangan selalu mengatakan tidak mungkin saja. Bagaimana kalau mungkin ?"

   "Maksudmu ?"

   "Begini "

   Kata orangtua itu.

   "kalau sumoaymu tidak setuju, silahkan mengajaknya pergi. Aku takkan mengganggunya. Tetapi kalau setuju, engkau harus merelakannya. Bagaimana?"

   Karena yakin bahwa sumoaynya tentu tak setuju, tanpa banyak pikir lagi Blo'on terus menyanggupi .

   "Baik, aku terima perjanjian apapun yang hendak engkau ajukan "

   "Aku tak menghendaki apa2 dari engkau kecuali hanya minta supaya engkau jangan menganggu pernikahan ini"

   Kata orang tua itu.

   "nah, silahkan engkau bertanya kepadanya"

   "Liok sumoay "

   Seru Blo'on dengan lantang. Tampak gadis Liok mengangkat muka dan memandang Blo'on dengan terlongong.

   "Liok sumoay ...

   "

   "Siapa engkau ?"

   Tukas gadis itu.

   "Engkau lupa kepadaku ? Ah, aku suhengmu si Bloon."

   "O ...

   "

   Gadis Liok mendesuh.

   "O. bagaimana ? Engkau ingat sekarang ?"

   "Ya ...

   "

   Sahut gadis Liok singkat.

   "Aku hendak bertanya kepadamu, sumoay. Apakah benar engkau setuju dijadikan isteri oleh putera mahkota itu ?"

   "Mengapa tidak ?"

   Mendengar penyahutan itu Blo'on melonjak kaget.

   "Apa katamu ? Cobalah engkau ulangi sekali lagi?"

   "Apa yang harus kuulangi ?"

   Seru gadis Liok.

   "Jawabanmu atas pertanyaanku tadi ?"

   "O, engkau bertanya ? Apakah yang engkau tanyakan kepadaku ?"

   Blo'on makin terbelalak. Mengapa mendadak Liok sumoaynya yang biasanya lincah dan tangkas bicara, menjadi seperti seorang gadis pelupa !.

   "Aku tadi bertanya, apakah engkau mau di peristeri putera mahkota itu ?"

   "Mengapa tidak mau ?"

   Balas gadis Liok.

   "Engkau gila, Liok sumoay "

   Teriak Blo'on, bukankah dia sudah mati ? Apakah engkau mau menikah dengan orang mati?"

   "Terserah ..."

   "Terserah ? Terserah kepada siapa ?"

   Teriak Blo'on.

   "Cukup !"

   Tiba2 orangtua itu mengerat kata "pertanyaanmu sudah dijawabnya, jangan engkau bertanya macam2 lagi."

   "Tidak !"

   Tenak Blo on.

   "kurasa ada sesuatu yang tidak wajar pada diri sumoay. Akan kuperiksanya."

   "Jangan,"

   Seru orang tua gopoh.

   "Mengapa ?"

   "Ketahuilah bahwa saat ini engkau berada dalam istana Hay te-kiong tempat kediaman putera mahkota kerajaan Song. Dan saat ini sedang dilangsungkan pernikahan agung dari putera mahkota. Mentri dan seluruh panglima kerajaan sedang hadir lengkap. Bahwa engkau berani sembarangan masuk saja, sudah melanggar dan seharusnya dihukum. Mengapa engkau masih berani hendak mendekati permaisuri ?"

   "Kentut!"

   Teriak Blo'on.

   "aku tak peduli engkau ini menteri atau kakek sinting. Aku tak peduli tempat ini istana atau karang. Aku pun tak peduli anak lelaki itu putera mahkota itu mayat, pokoknya aku hendak membawa sumoayku tinggalkan tempat ini. Kalau engkau menghalangi, aku terpaksa akan mengamuk."

   "Hm, engkau ingkar janji ,...."

   "Aku tidak ingkar tetapi jelas ada sesuatu yang tidak wajar pada Liok sumoay. Aku hendak bicara dengan dia secara empat mata. Mengapa engkau berani menghalangi ?"

   Balasnya pada orangtua itu.

   "Ketahuilah, bahwa menurut undang2 kerajaan Song, pergaulan antara wanita dan pria itu mempunyai batas. Seorang pria tidak boleh bicara sendirian dengan seorang wanita yang sudah menjadi isteri orang."

   "Persetan !"

   Teriak Blo'on.

   "dia adalah sumoayku. Menurut keterangannya sejak kecil dia sudah bergaul dan bermainmain dengan aku. Hubungan kita sudah seperti saudara. Mengapa sekarang engkau berani menghalangi ?"

   Habis berkata Blo'on terus ayunkan langkah.

   "Berhenti !"

   Teriak orangtua itu pula.

   "hm, engkau kira tempat ini sebuah guha karang yang boleh engkau masuki sekehendak hatimu. Sekali kuberi perintah maka keempat ciangkun istana Hay - te - kiong segera akan menghancurkan engkau."

   "Kakek tua,"

   Seru Blo'on.

   "engkaupun harus tahu, bahwa menurut keterangan sumoayku, aku ini orang yang tak senang setori maupun berkelahi. Tetapi kalau terpaksa harus berkelahi... selalu tentu menang,"

   "Hm, jangan bermulut besar.

   "

   "'Kalau tak percaya, boleh cobalah!"

   Sambut Blo'on.

   "Baik,"

   Kata orangtua itu.

   "engkan boleh pilih salah satu di antara jenderal2 istana Hay-te-kiong itu menjadi lawanmu. Kalau engkau menang, engkau boleh minta apa saja. Kalau kalah engkau harus tinggal di sini selama-lamanya .."

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Tinggal disini?"

   Bioon menegas,"

   Kerja apa aku disinl ?"

   "Menjadi wakilku dan kelak menggantikan aku melayani putera mahkota apabila aku sudah mati."

   "Tidak sudi!", teriak Blo'on.

   "Kalau, begitu engkau menangkan pertandingan itu."

   "Tentu."

   Sahut Blo'on.

   "silahkan mereka maju. Engkau boleh tentukan sendiri."

   "Mengingat engkau seorang tetamu, dan memandang muka sumoaymu, maka kuberi kamu kelonggaran untuk memilih lawan,"

   Kata orangtua itu. Blo'on tak mau banyak bicara lagi. Segera ia menuding Gurita .

   "Itu ...!"

   Orangtua itu terkejut.

   "Jenderal Gurita ! Ho, mengapa engkau memilih jenderal yang paling kuat?'' "Makin kuat makin menyenangkan,"

   Sahut Blo'on.

   "dan lagi kalau dengan jendral Kura2 atau jenderal Buaya, aku sudah pernah bertempur. Mungkin mereka tak mau berkelahi dengan sepenuh hati karena merasa telah kutolong."

   "Ah,"

   Orangtua itu menghela napas.

   "baiklah karena engkau memilih sendiri, silahkan engkau menghadapinya." 'Ya."

   Iahut Blo'on lalu bersiap.

   "Nanti dulu,"

   Tiba2 orangtua itu berseru.

   "Apa lagi ?"

   "Hati-hatilah kalau menghadapinya,"

   Seru orang tua itu. Blo'on kerutkan alis. Bukankah orangtua itu lebih suka kalau dia kalah dengan jenderal Gurita? Mengapa dia masih memesan supaya berhati hati? Huh, pura-pura, pikirnya.

   "Ya,"

   Sahutnya.

   "kalau menghadapi bangsa gurita atau binatang yang ganas, aku tak tak takut. Tetapi kalau menghadapi manusia, aku paling takut."

   "Mengapa ?"

   Orangtua itu karutkan alis.

   "Karena manusia itu mahluk yang paling licin dan licik. Mulutnya semanis madu, tetapi hatinya semaut tuba."

   "Ho, engkau menyindir aku "

   "Bukan menyindir tetapi engkau memang termasuk salah satu dari manusia yang kumaksudkan itu."

   "Dalam laut dapat diduga, hati manusia siapa yang tahu,"

   Orangtua itu bersenandun sendiri.

   Blo'onpun tak mau menghiraukan melainkan terus berdiri dihalaman tengah dari ruang itu.

   Orangtua itu bercuit-cuit aneh seperti orang bersuit dan segera Gurita itupun merayap menghampiri ke muka Blo'on.

   Blo'on terkejut melihat perwujudan gurita raksaan itu.

   Besarnya hampir tiga kali dari dirinya.

   Kepalanya hitam kelam, penuh dengan bulu2 yang panjang, kaku, keras dan lebat.

   Demikian pula beratus ratus akar jari tangannya.

   Tiba2 pula Blo'on terbeliak kejut ketika memperhatikan bahwa gurita itu hanya mempunyai sebuah kelopak mata.

   Kelopak mata yang sebelah kanan telah kosong.

   "Apakah dia buta sebelah matanya ?"

   Pikir Blo'on.

   Tetapi Blo'on tak mempunyai waktu untuk melanjutkan pematangannya karena saat itu sebuah tangan gurita mulai terangkat dan menjulur ke arahnya.

   Pertempuran dengan gurita yang menjaga pintu tadi telah memberi pelajaran pada Blo'on.

   Paling tidak ia sudah memiliki pengetahuan bagaimana cara untuk menghadapi binatang itu.

   Ia tak berani memandang ringan lawan.

   Karena menilik besar dan pangkatnya, jelas gurita itu tentu raja gurita.

   Sebagaimana halnya dengan kura2 dan buaya yang ia terbalikkan kemarin.

   Segera ia mencabut pedang Naga Hijau dan siap menghadapinya.

   Tetapi raja gurita itu pun tak mau bergerak melainkan hanya menarikan jari-jari tangannya kian kemari sehingga saat itu Blo'on merasa seperti dilanda oleh ribuan jari hitam.

   Blo'on memusatkan seluruh perhatiannya.

   Tanpa disadarinya ia telah memiliki suatu perasaan bahwa lebih baik jangan bergerak menyerang dulu.

   Tetapi selekas lawan bergerak, ia harus cepat2 mendahului untuk menindasnya.

   Sebenarnya itulah suatu inti rahasia dari ilmu Thay-kek-kun yalah.

   Dengan ketenangan menghadapi gerakan lawan.

   Musuh diam kitapun diam Musuh menyerang, kita mendahului menindas gerakannya.

   Tetapi Blo'on tak mengerti apakah hal itu termasuk inti rahasia suatu ilmu silat yang sakti atau bukan.

   Pokoknya, ia merasa saat itu harus bersikap demikian untuk menghadapi seekor gurita raksasa.

   Seperti telah dikatakan, sejak sadar dari pingsannya karena terlalu banyak makan buah som laut yang berumur ribuan tahun, maka jadilah blo'on seorang manusia baru tidak ingat lagi apa yang telah terjadi pada masa yang lalu.

   Termasuk ilmu musilat Hang-liong-sip-pat pat ciang atau Delapan belas tamparan menundukkan naga, yang diajarkan kepadanya oleh kakek Kerbau Putih ketika menghadapi barisan Lo han kun dari paderi Siau lim-si tempo hari, ia juga lupa.

   Demikian jalur2 jari tangan gurita itu berayun-ayun bagaikan orang menari, makin lama-lama dekat dan makin penuh membayangi sekeliling penjuru tempat Blo'on berdiri.

   Namun Blo'on tetap diam saja.

   Bahkan sampai ujung jari gurita itu menyentuh-nyentuh tubuhnya, ia tetap diam.

   Adalah setelah ujung jari binatang itu mulai meraih lalu hendak melibat, sekonyong-konyong Blo'on berputar-putar amat deras sekali, cres, cres, cres ....

   ujung jari gurita berhamburan rontok terpapas pedang Naga Hijau.

   Gurita itu menyurutkan tangannya.

   Rupanya dia merasa kesakitan juga.

   Sesaat kemudian ia gerakkan tangannya pula untuk melibat Blo'on.

   Cepat Blo'on ayunkan kaki melambung ke udara dan hinggap diatas kepala Gurita itu.

   Memang apabila didalam laut atau air, tak mudahlah Blo'on hendak melawan gurita itu.

   Pertama, karena gurita itu dapat menyelam kebawah laut dan lincah pula gerakannya.

   Sedangkan Blo'on tentu tak dapat tahan lama berada dalam air.

   Tetapi keadaan di dalam ruang itu memang lain dan menguntungkan Blo'on.

   Gurita tak dapat bergerak lincah.

   Yang diandalkannya hanya jalur2 jari tangannya yang berjumlah banyak dan keras itu.

   "Cep ....."

   Blo'on dapat berdiri diatas kepala gurita itu.

   Gurita berusaha untuk menkepak-kepakkan kepalanya agar Blo'on jatuh.

   Tetapi Blo'on cukup cerdik.

   Cepat ia mencengkeram bulu2 hitam yang tumbuh melebat diatas kepala gurita itu.

   Gurita tetap berusaha keras menggerak-gerakkan dan menggentak-gentakkan kepalanya supaya Blo'on jatuh.

   "Huh,"

   Blo'on mendesah kaget ketika tangannya terlepas karena bulu yang dicengkeramnya itu tercabut.

   Namun cepat pula Bloon mencengkeram lagi lalu ayunkan pedang pusaka menghantam kepala gurita itu.

   Crek, crek .

   Blo'on terkejut.

   Ternyata pedang itu tak mampu melukai kepala gurita.

   Tulang kepala guna itu laksana baja kerasnya.

   Karena sampai sekian lama belum berhasil menggelincirkan Bio'on dari atas kepalanya, rupanya gurita itu mulai tak sabar.

   Ia menggeliatkan kepalanya ke kanan lalu ke kiri dengan keras dan cepat sekali.

   Hasilnya, Blo'on tergelincir jatuh.

   Kali ini gurita memang sudah bergerak dengan sungguh2.

   Sebelum Blo'on sempat bangun, tubuhnya sudah dilibat oleh tangan gurita.

   Makin lama libatan itu makin mengencang keras.

   "Celaka, mati aku sekarang ...

   "

   Diam2 Bloon mengeluh dalam hati.

   Karena merasa sakit dan membayangkan bahaya tubuhnya akan remuk digenggam jari2 gurita.

   Blo'on kerahkan tenaganya untuk memperkeras badannya agar dapat menahan cengkeraman lawan.

   Guritapun penasaran Ia memperkeras cengkeramannya.

   Dan terjadilah adu kekerasan tenaga antara Gurita lawan Blo'on.

   Tanpa disadari, Blo'on telah mengembangkan daya khasiat dari buah cian lian hay-te-som atau buah som laut yang berumur ribuan tahun.

   Paling tidak sepuluh butir buah som yang dimakannya sehingga badannya panas seperti dibakar dan akhirnya dia pingsan.

   Lima enam butir makan buah som itu maka jalan darah Seng-si hian kwan dalam tubuh orang tentu terbuka dan berarti dia akan memiliki ilmu tenaga dalam yang sama dengan seorang tokoh sakti yang telah meyakinkan ilmu Iwekang selama tiga empatpuluh tahun.

   Tetapi karena makan lebih dari takeran maka terjadilah suatu keajaiban dalam tubuh Blo'on.

   Dia memiliki suatu tenaga-dalam yang aneh dan belum pernah terdapat dalam dunia persilatan.

   Kosong2 isi, demikian sifat tenaga-dalam yang mengeram dalam tubuhnya.

   Artinya, kosong tetapi isi, isi tetapi kosong.

   Kosong atau isi, hanya menurut sekehendak pikiran Blo'on.

   Jika ia merasa bahwa dia tak kuat menahan pukulan lawan ataupun takut terkena pukulan, maka tubuhnyapun lemas lunglai seperti daging tak bertulang.

   Dipukul, rubuh.

   Ditendang mencelat.

   Tetapi kalau perasaannya mengatakan bahwa ia sanggup melawan pukulan lawan yang dahsyat, bahwa ia mampu menahan gunung rubuh, seketika tenaga dalamnyapun mengembang dan meluap-luap setingkat seperti yang dikehendaki.

   Ia menghendaki menghantam hancur segunduk batu dan ia percaya tentu mampu, maka batu itupun tentu hancur dipukulnya.

   Jadi dia memiliki suatu ilmu tenaga-dalam yang aneh dan luar biasa.

   Mungkin tiada keduanya dalam dunia persilatan sehingga sukar untuk menggolongkan nama ilmu tenagadalam yang dipunyai Blo'on itu.

   Andaikata Blo'on tahu dan menyadari, mungkin dia akan menyebut tenaga-dalam itu dengan nama Songsi atau kosong isi.

   Orangtua menteri kerajaan Song itupun tak menyangka akan timbulnya suatu tenaga-dalam istimewa dalam tubuh Blo'on.

   Karena ia sendiri tak tahu bagaimana akibatnya orang yang makan buah som laut sampai lebih dari sepuluh butir.

   Jangankan orangtua itu, bahkan Blo'on sendiripun tak menyadari hal itu.

   Mengapa ia mampu melempari kawanan buaya dan kura2 kedalam sungai, mengapa ia mampu mengangkat raja buaya dan raja kura2 yang beratnya ribuan kati.

   ia lak mengerti sebabnya.

   Hanya dalam perasaannya ia kasihan dan harus memindahkan kedua raja binatang itu kedalam sungai.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Karena sampai sekian jenak belum juga raja gurita mampu meremas hancur tubuh Blo'on, dia tampaknya marah sekali.

   Tangannya yang menyerupai belalai keras itupun segera bergerak-gerak membawa tubuh Blo'on kearah mulutnya.

   Rupanya dia hendak menelan saja manusia yang bandel itu.

   "Tidak !"

   Teriak Blo'on ketika mengetahui apa maksud gurita itu.

   Serentak hatinyapun berontak dan meluaplah seluruh tenaga-dalamnya.

   Saat itu ia memperhatikan dirinya sudah hampir tiba dimulut gurita.

   Sejak tadi ia sudah memperhatikan bahwa sebelah mata gurita itu kosong melompong.

   Maka bersiapsiaplah ia.

   Begitu terangkat naik ke muka gurita, dan pada saat genggaman tangan gurita itu agak mengendor, secepat kilat Bloon pun segera taburkan pedang pusaka Naga Hijau ke mata kiri gurita itu.

   Tar ..! Terdengar bunyi keras macam bola meledak ketika biji mata gurita itu pecah berhamburan karena tertabur pedang pusaka Naga Hijau.

   Rasa sakit dan karena tak dapat melihat, raja gurita itu berontak sekuat-kuatnya.

   Bum, bum, tangannya menghantam dinding dan lantai ruang.

   Puing dan debu serentak berhamburan memenuhi ruang dan ruang itupun bergetar keras seperti dilanda gempa bumi.

   Orangtua cepat bersuit keras dan bercuit-cuit aneh.

   Rupanya, dia memberi perintah kepada gurita itu.

   Tetapi raja gurita tampaknya sudah kalap dan tak mau menghiraukan lagi.

   Dia tetap mengamuk hebat.

   Sambil merayap keluar, ia menampar-namparkan tangannya kian kemari.

   Bum ...

   ! pintupun ambrol dan raja gurita itu terus mengamuk di luar terus menuju ke sungai.

   Ketika terjun ke dalam sungai, air muncrat tinggi dan warnanya pun berobah hitam.

   Orangtua itu memburu sampai diluar pintu.

   Setelah raja gurita lenyap ke dalam air, ia berlutut, merentang kedua tangan dan tengadahkan kepalanya ke langit.

   "O. Thian, adakah ini merupakan alamat kehancuran istana Hay-te-kiong ?"

   Ia meratap dengan suara rawan.

   "jenderal Naga telah mati di tangan anak itu sekarang jenderal Gurita. Adakah Thian memang mengutus anak itu untuk menghancurkan sisa keturunan raja Song .. ?"

   Setelah bermenung diri bebetapa saat, ia berjalan masuk kedalam ruang lagi.

   Alangkah kejutnya ketika ia melihat apa yang berlangsung dalam ruang itu.

   Blo'on tengah berdiri di belakang kursi batu yang diduduki putera mahkota.

   Sedang gadis Liok tegak termangu memandangnya dengan mencekal sebatang pedang bersinar putih.

   "Awas, jika engkau tak melemparkan pedangmu itu, anak lelaki ini tentu kuhancurkan"

   Seru Blo'on sambil mengacungkan tinju keatas kepala putera mahkota.

   "Berhenti !"

   Cepat orangtua itu berseru gopoh dan lari menghampiri.

   "Berhenti !"

   Bentak Blo'on kepada orangtua.

   "selangkah lagi engkau berani maju, anak ini tentu kupukul kepalanya !"

   Orangtua itu terpaksa berhenti.

   Ia memandang Blo'on lalu beralih memandang gadis dengan terlongong-longong heran.

   Ternyata ketika raja gurita mengamuk, diam2 Bloon telah menyelinap ke sudut ruang lalu maju menghampiri ke altar.

   Maksudnya hendak menepuk bahu Liok lalu hendak diajaknya lari.

   "Siapa engkau !"

   Bentak dara itu ketika bahu ditepuk.

   "hayo, pergi !"

   Blo'on terkejut.

   "Eh, engkau ini bagaimana, sumoay ? Bukankah aku Blo'on suhengmu sendiri?"

   Kata Blo'on ramah.

   "Marilah kita cepat tinggalkan tempat ini."

   "Tidak"

   Bentak gadis Liok pula.

   "hayo, enyah dari sini orang gundul !"

   "Eh. kurang ajar, masakan engkau berani memaki aku ?"

   Blo'on deliki mata.

   "Siapa engkau ! Bukankah kepalamu gundul. Hayo pergi, kalau tetap membangkang terpaksa kuhajar,"

   Bentak gadis Liok. Blo'on makin terkejut.

   "Eh, sumoay, apakah engkau benar2 tak kenal lagi kepadaku ? Bukankah kemarin engkau mengatakan bahwa aku ini Blo'on suhengmu. Mengapa sekarang engkau bilang tak kenal ?"

   "Sudah, jangan banyak bicara ! Engkau mau pergi atau tidak !"

   Bentak Liok pula. Blo'on terkejut ketika memandang wajah dara itu memberingas bengis sekali. Dan lebih terkejut pula ketika gadis itu sudah menghunus pelang.

   "Celaka, rupanya dia benar2 hendak membunuh aku. Aku harus mendahului untuk meringkusnya"

   Pikir Blo'on.

   Tetapi Bloon terlambat.

   Saat itu juga gadis Liok sudah loncat menerjangnya.

   Untunglah Blo'on masih dapat loncat mundur.

   Rupanya gadis Liok terkejut melihat ketangkasan Bloon.

   Segera ia mainkan pedang segencar angin puyuh untuk memburu Blo'on.

   Suatu peristiwa aneh terjadi.

   Pedang yang dipegang gadis Liok yalah pedang Pek-Iiong-kiam atau pedang Naga Putih, pusaka kerajaan Song.

   Pada saat pedang itu berhamburan menjadi segulung sinar putih yang menyilaukan mata, ruangan itupun berobah dingin hawanya.

   Dan tiba2 jenderal2 istana Hay-te-kiong yalah Udang raksasa, Buaya raksasa, Kura2 raksasa dan Ikan raksasa, segera berhamburan lari keluar.

   Bloon tak sempat memperhatikan mereka karena ia harus menyelamatkan diri dari serangan sumoaynya.

   Untunglah ia masih mempunyai keinginan untuk hidup.

   Dan keinginan2 itulah yang merangsang tenaga-dalamnya untuk mengantarkan tubuh Blo'on berloncat ke kiri kanan dan ada kalanya melambung ke udara.

   "Wah, kalau terus menerus begini, tenagaku tentu makin habis. Apabila terbabat pedang sumoay, aku tentu mati"

   Pikirnya. Tiba2 ia melihat jenazah putera mahkota ke-rajaan Song masih duduk dikursinya. Cepat ia mendapat akal. Sekali ayunkan tubuh ia melayang ke atas altar lalu secepat kilat menyelinap kebelakang tempat duduk putera mahkota itu.

   "Berhenti, kalau tidak anak ini tentu kuhancurkan,"

   Serunya memberi perintah kepada Liok seraya mengangkat tinju ke atas kepala putera mahkota. Gadis Liok tertegun; Dan pada saat itu kakek tuapun masuk.

   "Apa kehendakmu ?"

   Seru orangtua itu.

   "kalau engkau berani menganggu tubuh putera mahkota, aku tentu mengadu jiwa dengan engkau !"

   "Mengadu jiwa itu urusan nanti. Tetapi yang jelas, putera mahkota ini tentu lenyap,"

   Seru Blo'on;

   "Katakan permintaanmu !"

   "Tidak banyak dan tidak sulit."

   Kata Blo'on.

   "kembalikan sumoayku dalam keadaan seperti semula. Kulihat dia jelas telah menderita sakit ingatan. Jika tidak, putera mahkota ini ... , ."

   "Tentu saja kuterima permintaanmu itu,"

   Kata orangtua itu. Kemudian ia berpaling memandang gadis Liok.

   "Anak perempuan, lepaskan pedangmu !"

   Serunya memberi perintah. Aneh benar. Dengan serta merta gadis Liok masukkan pedangnya ke pinggang lagi. Setelah itu si orangtua lalu mengeluarkan lima biji buah som laut dan diberikan.

   "Anak perempuan, makanlah habis,"

   Serunya. Gadis itu benar2* menurut kata. Ia segera menelan kelima butir buah som laut itu. Orangtua itu menyuruh Liok duduk dikursi dan tak berapa lama gadis Liok pun jatuh pulas.

   "Blo'on sumoay tak kurang suatu apa. Apabila ia bangun, tentu sudah akan sembuh ingatannya,"

   Kata orangtua itu tertawa.

   "Engkau tidak bohong ?' Blo'on menegas.

   "Kalau aku bohong, silahkan engkau menghancurkan putera mahkota,"

   Kata kakek itu". Mendengar nada dan sikap orangtua itu berobah ramah, Blo'onpun turunkan tinjunya dan melangkah ke hadapan orangtua itu. Orangtua itu tertawa dan mempersilahkan Blo'on duduk.

   "Semua rencana telah berjalan lancar,"

   Katanya dengan nada riang.

   "Apakah artinya ucapanmu ?' tanya Blo'on.

   "Ketahuilah,"

   Kata orangtua itu."

   Sesungguhnya semua ini telah kami rencanakan."

   "Kami siapa ?"

   Tanya Bln'on.

   "Aku dan anak perempuan itu."

   "Apakah rencana kalian ?"

   "Apa yang kukatakan kepadamu bahwa putera mahkota telah memberi titah melalui mimpi dalam tidurku, memang benar,"

   Orangtua itu menerangkan.

   "seketika itu timbullah gagasanku untuk melakukan suatu rencana yang akan rnembawa kebaikan kedua belah fihak."

   Blo'on diam mendengarkan.

   "Sebagai seorang mentri, aku harus melaksanakan titah putera mahkota.

   "kata orangtua itu lebih lanjut,"

   Tetapi disamping itu aku ingin memberi kebaikan kepada sumoaymu."

   "Kebaikan apa ?"

   "Kutahu bahwa sumoaymu pasti menolak apabila akan kujodohkan dengan putera pangeran,"

   Kata orangtua itu.

   "padahal putera mahkota ingin memperisterinya. Karena itu terpaksa kugunakan tipu."

   "Bagaimana ?"

   "Telah kurenungkan, kuputuskan. Sumoaymu tentu tak mau maka terpaksa harus ditundukkan. Segera kupanggil raja Gurita. Kuceritakan tentang perintah putera mahkota dan kuminta kesediaannya untuk menyerahkan sebuah biji matanya untuk kujadikan obat bius. Agar sumoaymu menjadi hilang ingatan dan menurut semua perintahku ."

   "O, itulah sebabnya,"

   Tukas Blo'on.

   "Raja Gurita itu dengan sukarela menyerahkan sebuah biji matanya. Biji itu kutumbuk halus lalu kuminumkan kepada sumoaymu."

   "Tidak mungkin!"

   Bantah Blo'on.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"mana sumoay begitu menurut kata kepadamu ?"

   "Memang,"

   Sahut orangtua itu.

   "maka sebelumnya kuambil sejemput bubuk mata itu lalu kubakar dan kumasukkan kedalam kamar sumoaymu."

   "O, apakah ia engkau masukkan kedalam kamar rahasia ?"

   Orangtua itu mengangguk.

   "Setelah dia pingsan barulah kuminumkan bubuk hitam itu. Dan sejak saat itu dia hilang ingatannya dan menurut perintahku."

   "Mengapa engkau melakukan hal itu?"

   Blo'on deliki mata.

   "bukankah apabila aku mati ditelan gurita itu, sumoayku tetap engkau jadikan istri bocah lelaki itu ?"

   "Benar,"

   Dengan jujur orangtua itu mengakui.

   "memang hal itu hanya tergantung pada nasib kalian berdua. Bukankah engkau sendiri yang memilih bertanding lawan gurita itu ? Nah, diam2 kuserahkan hal itu kepada Thian Yang Maha Kuasa. Apabila engkau menang, jelas engkau bakal menjadi seorang manusia yang sukar dilawan."

   "Apa sebabnya ?"

   Tegur Blo'on.

   "Kerena belasan butir buah som laut yang telah engkau makan itu, belum kuketahui batas mana khasiatnya,"

   Kata orangtua itu.

   "dan kemenanganmu itu akan kujadikan suatu pegangan bahwa Thian memang tak mengizinkan perjodohan itu."

   "Ternyata engkau menang,"

   Kata orangtua itu pula.

   "aku harus taat pada takdir. Sumoaymu kuberi minum lima butir som laut. Kelak ia pun akan menjadi seorang pendekar wanita yang sukar dilawan."

   "Hm,"

   Dengus Blo'on.

   "Masih ada pula sebuah keuntungan bagi kalian,"

   Kata orangtua itu.

   "seluruh rakyat dalam lautan mengetahui bahwa sumoaymu menjadi permaisuri raja dari istana Hay-te-kiong. Oleh karena itu, mereka akan melindungi sumoaymu untuk selama-lamanya".

   "Selama-lamanya ?"

   Blo'on berseru kaget.

   "Ya."

   "Walaupun sumoay sudah berada didaratan?"

   "Ya,"

   Orangtua itu mengangguk "setiap kali sumoaymu berlayar di laut, rakyat lautan tentu akan melindunginya."

   "Ah, jangan omong melantur,"

   Kata Blo'on.

   "bagaimana binatang laut kenal akan diri sumoay? "Akan kuberikan bubuk mata gurita itu kepadanya. Tiap waktu apabila sejemput bubuk ini dilemparkan ke dalam laut, maka rakyat laut seluruhnya akan tahu."

   "Baiklah."

   Kata Blo'on.

   "tetapi kalau ketentuanmu itu bohong, aku terpaksa tak sungkan2 kepadamu dan akan menghancurkan istana ini"

   "Anakmuda "

   Kata orangtua itu tersenyum.

   "jangan suka membiasakan dirimu dengan ucapan yang tekebur. Aku sudah amat tua, matipun tak sayang. Engkau kira apabila kuperintahkan seluruh jenderal2 istana Hay-te-kiong untuk menyerang, engkau takkan binasa ? Tetapi aku tak mau karena kulihat engkau harus hidup untuk melakukan pekerjaan besar dan berguna di dunia daratan. Dan mengapa aku harus berkata bohong kepadlamu ? Tunggulah setelah sumoaymu sadar, engkau tentu akan tahu sendiri ......."

   Blo'on terpaksa menunggu di dekat tempat duduk sumoaynya. Entah sampai berapa lama Blo'on sendiri tertidur, ketika ia membuka mata dilihatnya gadis Liok sudah menunggu disampingnya.

   "Engkau sudah bangun engkoh Blo'on"

   Tegur gadis itu. Blo'on terkejut .

   "O, engkau sudah dapat mengenali aku lagi?"

   Gadis Liok mengangguk .

   "Ya, orangtua tadi telah menuturkan semua yang terjadi disini kepadaku."

   Tiba2 Blo'on melonjak bangun dan memandang kian kemari.

   "Hai. dimanakah kakek tua dan putera mahkota itu ?"

   "Mereka sudah kembali ke dalam istana."

   "Hayo, kita cari !"

   Teriak Blo'on.

   "Tak perlu, suheng,"

   Kata Liok.

   "orangtua itu sudah memberi petunjuk kepadaku."

   "Petunjuk apa ?"

   "Cara kita akan keluar dari istana ini, dipersilahkan memilih dua jalan. Pertama, melalui perjalanan air, diantar oleh buaya atau kura2. Dan kedua, melalui sebuah terowongan yang tembus ke daratan."

   "O,"

   Desah Blo'on.

   "apakah kawanan binatang laut Hu mau mengantar kita ?"

   "Asal aku yang memberi perintah, mereka tentu tunduk semua,"

   Kata gadis Liok. Blo'on diam merenung.

   "Bukankah tujuan kita hendak kembali ke daratan ?"

   Katanya.

   "daripada harus menempuh jalan air, lebih baik kita langsung tiba di daratan saja dengan melalui terowongan itu !"

   Gadis Liok mengangguk.

   "Memang benar. Tetapi resikonya lebih berat."

   "Mengapa ?"

   "Menurut keterangan orangtua itu, ada sebuah jalan terowongan yang menembus ketepi laut. Tetapi dalam terowongan itu terdapat seekor binatang yang mengerikan."

   "Binatang apa ?"

   "Kelelawar."

   "O, apakah kelelawar itu ?"

   Tanya Blo'on.

   "Kelelawar sejenis binatang yang bentuknya menyerupai tikus tetapi bersayap sehingga dapat terbang."

   "Jika sebesar tikus saja, mengapa kita takut,"

   Kata Blo'on.

   "Ah, menurut keterangan orangtua itu, kelelawar yang tinggal dalam terowongan, bukan kelelawar biasa melainkan seekor kelelawar raksasa yang besarnya menyamai burung garuda. Dan yang mengerikan, kelelawar itu suka menghisap darah manusia atau binatang yang menjadi korbannya."

   Blo'on merenung diam lagi. Sesaat kemudian ia berseru .

   "Lebih baik kita coba menempuh jalan terowongan itu"

   Gadis Liok mengiakan. Sesuai yang ditunjukkan oleh orangtua itu maka tibalah Liok dan Blo'on di sebuah lubang yang berada dibelakang istana karang Hay te-ki-ong.

   "Berapakah panjangnya terowongan itu sampai mencapai tepi laut ?"

   Tanya Blo'on.

   "Menurut keterangan orangtua itu, panjangnya antara dua tiga li."

   Kata gadis Liok. Demikian kedua suheng dan sumoay itu segera menyusup kedalam terowongan.

   "Ah, makin lama makin gelap. Bagaimana kita mampu melanjutkan perjalanan ?"

   Teriak Blo'on.

   "Jangan kuatir."

   Sahut gadis Liok.

   "aku membawa obor dan korek." ''Dari mana engkau memperolehnya ?"

   "Pemberian dari orangtua itu,"

   Jawab gadis Liok.

   "pun dia juga memberi aku sebutir mutiara besar yang dapat memancarkan cahaya terang."

   "O, kalau begitu pakailah mutiara itu saja,"

   Seru Blo'on, Liok mengambil sebutir mutiara yang besarinya humpir menyerupai telur ayam. Benar juga, dalam terowongan yang gelap, dapatlah mutiara itu memancarkan penerangan.

   "Ah dunia ini memang penuh keajaiban. Begitu pula kita manusia sering mengalami peristiwa2 aneh yang tak terdugaduga,"

   Kata Liok memecah kesunyian perjalanan.

   "Apa yang engkau alami ?'' tiba2 Bloon bertanya.

   "Ih, engkau ini bagaimana suheng ?"

   Liok terbeliak heran.

   "masakan engkau lupa..... tiba2 ia hentikan kata-katanya karena teringat bahwa saat itu Blo'on memang menjadi seorang manusia baru. Apa yang dideritanya pada waktu lalu, tak teringat lagi.

   "Misalnya seperti dirimu sendiri, suheng,"

   Kata Liok mengalihkan pe,bicaraannya.

   "dulu sebelum masuk kedalam istana dibawah laut itu, engkau seorang Blo'on, seorang tolol yang linglung pikiran. Tetapi setelah engkau keluar dari istana dibawah laut, engkaupun menjadi manusia yang aneh. Otakmu tidak blo'on tetapi engkau lupa apa yang telah engkau alami pada masa lampau "

   "Entah,"

   Sahut Blo'on.

   "aku memang merasa begitu."

   "Dan lagi, sskarang ini engkau memiliki tenaga dalam yang luar biasa. Engkau mampu melemparkan raja buaya dan raja kura2. Lalu engkau dapat mengalahkan raja gurita. Apabila engkau mau belajar ilmusilat, wah, dunia tak ada yang sanggup melawan engkau !"

   "Belajar ilmusilat ? Untuk apa harus berlajar ilmusilat itu ?"

   Teriak Blo'on.

   "Ilmasilat yalah ilmu bela diri. Disamping untuk menyehatkan badan, pun engkau dapat memiliki suatu ilmu tata-kelahi yang hebat."

   "Liok sumoay, jangan engkau bicara seenak lidahmu bergoyang,"

   Tegur Blo'on. Gadis Liok atau lengkapnya Liok Sian terbelalak .

   "Apa kesalahanku ?"

   "Engkau menceritakan bahwa ayahku seorang jago silat yang tiada lawannya di dunia persilatan .....

   "

   "Ya. benar."

   "Tetapi mengapa ayah meninggal secara begitu mengenaskan ? Bukankah jenazahnya telah curi orang ?"

   "Ya."

   "Dengan begitu, seorang jago silat itu lebih malang nasibnya dari orang biasa. Orang biasa kalau meninggal masih dapat dikubur baik2 tapi kalau jago silat mengapa tidak ?"

   "Ah, tidak semua jago silat bernasib seperti suhu,"

   Bantah Liok Sian-li.

   "ada juga yang dikubur secara meriah."

   "Mengapa jenazah ayah hilang ? Tentu dicuri orang dan orang itu tentu musuh2 ayah. Jadi makin seorang jago itu tinggi kepandaiannya, makin banyak dia akan mengikat permusuhan. Bukankah begitu sumoay ?"

   Liok Sian li agak terkejut. Tetapi diam2 ia girang bahwa nyata pikiran Blo'on sekarang sudah mulai terang.

   "Ya, memang demikian,"

   Sahut gadis itu.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "tetapi'dapatkah engkau melihat dengan berpeluk tangan apabila ada seorang yang jatuh ? Engkau diamkan saja orang itu ataukah engkau menolongnya ?"

   "Akan kutolong,"

   Sahut Bloon.

   "Jika engkau melihat seorang yang bertenaga kuat memukuli seorang lemah, apakah engkau tinggal diam ?"

   "Tidak."

   "Kalau engkau melihat seorang penjahat menganiaya orang atau merampas harta bendanya, apakah engkau berpeluk tangan melihati saja?"

   "Tidak !"

   "Kalau engkau melihat seorang wanita diganggu lelaki yang kurang ajar bahkan hendak merusak kehormatan wanita itu, apakah engkau pejamkan mata saja ?"

   "Akan kulemparkan lelaki kurang ajar itu."

   "Kalau eugkau melihat seorang diperlakukan tidak adil, misalnya, dia dituduh mencuri atau membunuh, pada hal tidak melakukan perbuatan itu, apakah engkau diam saja?"

   "Akan kubela orang itu."

   "Bagus, bagus, suheng,"

   Seru Liok Sian li.

   "ternyata engkau seorang pemuda yang memiliki hati budi yang luhur dan jiwa ksatrya."

   "Tidak, sumoay,"

   Bantah Blo'on.

   "aku bukan seorang manusia berbudi luhur bukan pula seorang ksatrya perwira. Tetapi namaku Blo'on, Bagi B'o'on, bukan soal budi luhur atau jiwa ksatrya yang dipentingkan, tetapi mata dan perasaan. Apabila mataku melihat sesuatu yang menurut perasaan hatiku tidak baik, aku akan berusaha untuk menolong."

   Sian-li tertawa.

   "Mengapa engkau tertawa, sumoay ?"

   Tegur Blo'on.

   "Memang sederhana sekali keteranganmu itu suheng. Tetapi ketahuilah, bahwa manusia didunia dengan segala tingkah laku dan warna warni hatinya itu, sukar diduga dengan penglihatan mata saja. Kelak apabila engkau berkelana didunia persilatan, engkau tentu akan banyak menderita kecela dan kekecewaan. Yang engkau lihat benar itu, belum tentu benar. Yang engkau rasakan baik, belum tentu baik. Demikian yang jahat itupun belum tentu jahat."

   "Aneh, mengapa begitu ?"

   Blo'on heran.

   "Ya, karena manusia itu pandai menggulai racun menjadi manis rasanya. Pandai menyelimuti kebencian dengan senyum tawa. Dan pandai menghias keculasan hati dengan budi bahasa yang memikat. Manusia itu serigala berselubung ..."

   "Kalau begitu kita bunuh saja semua manusia di dunia ini !"

   Teriak Blo'on serempak.

   Sian-li tertawa "Membunuh mereka ? Apakah modalmu, apakah kepandaianmu untuk membunuh manusia di dunia ini ? Dunia persilatan penuh dengan tokoh yang berilmu silat sakti.

   Dapat menutuk jalan udarahmu sehingga engkau tak berkutik.

   Dapat melepaskan pukulan yang menghancurkan batu.

   Dan engkau ? Hi.

   hi.

   hi ...

   "

   "Sumoay, jangan mengejek aku,"

   Kata Blo'on "aku tak percaya hanya dengan ilmusilat saja manusia itu akan menjadi sakti. Aku ingin menguji tokoh silat yang engkau sebutkan paling sakti itu"

   "Tidak usah yang paling sakti"

   Kata Sianli.

   "tetapi dengan manusia yang paling culas saja".

   "Siapa ?"

   "Toa-suheng ..."

   "Siapa toa-suheng ?"

   "Toa-suheng adalah engkoh seperguruan kita yang nomor satu.

   "O, kita masih mempunyai seorang engkoh perguruan ?"

   "Ya,"

   Sian-li mengangguk.

   "Siapa namanya ?"

   "Tio Goan pa ...

   "

   "Dimana dia sekarang ?"

   "Mungkin masih dipuncak Giok-li-nia, tetapi entah kalau sudah pergi ...

   "

   Berkata sampai di situ suara Sianli tampak rawan.

   "Mengapa engkau katakan dia seorang culas,"

   Tanya Blo'on pula. Sian-li menunduk diam.

   "Sumoay, mengapa engkau diam saja ?"

   Tegur Blo'on. Sian-li menghela napas.

   "Mungkin aku yang salah ...

   "Engkau salah apa ?"

   Seru Blo'on makin heran.

   "hayo, sumoay katakanlah yang jelas".

   "Baiklah "

   Kata Sian-li dengan nada sayu. Lalu ia mulai menutur.

   "Semasa masih belajar silat di gunung, kami bertiga bergaul erat seperti saudara sekandung."

   "O, kalau begitu aku juga pernah belajar silat?"

   Tukas Blo'on.

   "Ah, ada sedikit yang belum kuceritakan padamu", buru2 Sian-li menerangkan "yang dimaksudkan kita bertiga itu ialah Tio Goan, Kwik Ing dan aku. Engkau sendiri tak mau belajar silat dan akhirnya minggat"

   "Hm, kalau begitu kita mempunyai dua suheng"

   Kata Blo'on.

   "Ya, tetapi Kwik suheng sudah meninggal.

   "Kwik suheng sudah meninggal ? Kenapa ?"

   Blo'on terkejut.

   "Dia meninggal waktu menjaga jenazah suhu dalam sebuah kamar rahasia ...

   "

   "Siapa yang membunuhnya !"

   Teriak Blo'on.

   "Suheng meninggal dan jenazah suhupun hilang dicuri orang ...

   "

   "Hai !"

   Teriak Blo'on.

   "kalau begitu tentu dibunuh orang. Siapakah pembunuh Kwik suheng dan siapakah yang mencuri jenazah ayahku ?"

   "Itulah yang menjadikan rahasia besar yang menghebohkan para ketua partai persilatan. Mereka sedang mencari pembunuh dan pencuri itu. Begitu juga mencari engkau ..."

   "Mencari aku ?"

   Blo'on. makin kaget.

   "Ya, karena engkau menghilang tanpa jejak.

   "Lalu kemanakah sajakah engkau selama ini ?"

   Tanya Sian-li.

   "dan kalau tidak salah, waktu engkau masih tinggal di gunung, engkau tidak begitu Bloon melainkan hanya bandel saja. Mengapa setelah aku ketemu dengan engkau, engkau berobah menjadi orang blo'on ? Siapakah yang membuat engkau sampai begitu ?"

   "Uh. uh,"

   Desuh Blo'on.

   "jangan engkau tanyakan hal itu. Karena sama sekali aku tak ingat apa2 lagi kecuali sekarang ini."

   "Aneh.. aneh"

   Gumam Sian li.

   "Sudahlah, sudahlah, jangan mengungkat hal itu' seru Bloon.

   "sekarang ceritakan bagaimana dengan diri Tio suheng yang engkau katakan itu."

   "Baiklah, tetapi engkau jangan memutus ceritaku lagi"

   Kata Sian li lalu melanjutkan ceritanya.

   "Oleh para ketua partai persilatan kami berdua, aku dan Tio suheng, ditugaskan untuk menjaga markas Wisma Perdamaian dan rumah suhu di gunung itu. Aku sangat berduka sekali atas kematian ji-suheng. Karena dengan dia aku lebih erat daripada dengan toa-suheng. Kwik suheng memang kalah cakap dan kalah cerdas dengan suheng. Tetapi Kwik suheng seorang pemuda yang jujur dan setya ...

   "

   Sian-li berhenti sejenak lalu meneruskan.

   "Berulang kali Tio suheng menghibur hatiku supaya jangan kelewat berduka atas kematian Kwik suheng. Tio suheng tanpa memperhatikan sekali diriku. Bahkan pada suatu hari ia memberanikan diri untuk "

   "Untuk apa ?"

   Bloon menegas karena Sian li tak melanjutkan kata-katanya.

   "Untuk meminang aku"

   "Apakah meminang itu ?"

   Tanya Blo'on.

   "Meminta aku suka menjadi isterinya ...

   "O, dia suka kepadamu bukan ?"

   Tanya Bloon. Sian-li tersipu-sipu merah mukanya.

   "Entah bagaimana, aku mempunyai perasaan tak suka kepadanya. Dengan halus kuperingatkan kepadanya bahwa hubungan kita ini hendaknya hanya terbatas sebagai kakak adik saja. Apalagi kita masih menghadapi tugas berat untuk mecari pencuri jenazah suhu. Bermula ia menerima baik jawabanku itu. Bahkan dia memuji aku sebagai seorang murid yang setya kepada suhu dan seorang gadis yang baik. Pada suatu hari ia mengatakan hendak turun gunung menyelidiki seseorang yang patut dicurigai dan suruh aku tinggal di gunung. Mungkin tiga empat hari baru dia pulang. Demi kepentingan suhu, akupun tak mencurigainya. Tepat pada malam ketiga, muncullah seorang yang mencurigakan. Dia mengenakan, pakaian serba hitam dan mukanyapun mengenakan topeng hitam. Karena dia berani masuk kedalam kamar tempat tinggal suhu, maka kuserangnya. Dan terjadilah pertempuran seru."

   "Dia tentu toa-suheng!"

   Tukas Blo'on.

   "Bermula akupun menduga begitu."

   Kata Sian-.

   "tetapi ternyata bukan."

   "Bagaimana engkau tahu kalau bukan toa-suheng?"

   Tanya Bloon.

   "Karena jurus ilmu silatnya bukan dari ajaran suhu. Dia menggunakan ilmusilat yang aneh dan lihay sehingga aku dapat dikalahkan. Aku rubuh karena jalandarahku tertutuk jarinya , ..."

   "Lalu ?"

   Desak Blo'on.

   "Walaupun tak dapat berkutik tetapi aku masih dapat melihat dan mendengar."

   Kata Sian "kudengar dia tertawa iblis lalu mengangkat aku kedalam kamar dan ...

   "

   "Dan bagaimana "

   Tanya Blo'on. Tiba2 Sian-li menangis.

   "Hai, mengapa engkau sumoay?"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Blo'on terkejut.

   "Dia ... dia telah membuka seluruh pakaianku dan hendak merusak kehormatanku ."

   "Hai !"

   Blo'on melonjak kaget tetapi ia segera mengaduh kesakitan karena gundulnya terbentur langit2 terowongan.

   "Mengapa engkau diam saja ?"

   Teriak anak itu.

   "apakah engkau tak malu dirimu dilihat dalam keadaan telanjang ?"

   Merah padam selebar muka Sian-li. Dengan menggigit bibir, ia berseru .

   "Jalan darahku telah tertutuk, aku tak dapat berkutik."

   "O, apakah jalan darah itu dapat ditutuk", Blo'on terlongong.

   "Dapat"

   Kata Sian-li.

   "ilmu menutuk jalan darah termasuk salah sebuah dari ilmu silat".

   "Hm, lagi2 ilmusilat,"

   Gerutu Blo'on.

   "seolah-olah ilmusilat itu rajanya ilmu."

   "Habis kalau kenyataannya memang begitu,"

   Sahut Sian-li.

   "Sudahlah, lanjutkan saja ceritamu".

   "Karena tak dapat berkutik, akupun tak dapat berbuat apa2, ketika ia ..."

   Merahlah muka gadis itu.

   "Ia bagaimana ?"

   Desak Blo'on.

   "Sudahlah, jangan tanya melilit begitu,"

   Bentak Sian-li.

   "pokoknya, ia telah bertindak kurang ajar sekali kepadaku. Setelah puas, dia terus hendak mencemarkan kehormatanku. Aku tak dapat berbuat apa2. Karena malu dan marah, aku hampir pingsan. Tiba2 sayup2 kudengar suara orang berseru".

   "Hai, jangan menikmati gadis itu dulu. Engkau harus menepati janjimu sebelum engkau bersenang-senang...

   "

   Karena suara itu, orang berkerudung terkejut dan buru2 keluar.

   Tetapi bagaimana selanjutnya aku tak tahu karena aku pingsan ....Pada saat membuka mata.

   kudapatkan diriku berada dalam sebuah guha di tengah hutan yang tak kuketahui namanya.

   Guha itu rupanya dihuni orang.

   Keadaannya bersih dan terdapat juga beberapa sisa makanan kering dan minuman, Kulihat di atas meja terdapat sepucuk surat yang berbunyi.

   Anak perempuan, Tinggallah dalam guha ini sampai aku kembali.

   Aku hendak menghukum murid yang murtad itu .....

   Setelah sampai tiga hari belum juga pemilik guha itu pulang, akupun segera pergi."

   "Nanti dulu,"

   Tiba2 Bloon menyelutuk.

   "engkau bilang kalau pakaianmu ditelanjangi orang berkerudung itu. Bagaimana engkau pergi dari guha itu."

   Sian-li tersipu-sipu merah.

   "Sudah tentu waktu aku membuka mata kudapatkan aku sudah berpakaian lagi. Mungkin penolongku, si pemilik guha itu yang memakaikan."

   "Siapakah pemilik guha itu?"

   Tanya Bloon "Mana aku tahu ?"

   Sian-li mendesuh.

   "surat itu tidak diberi nama penulisnya."

   "Lalu siapa murid yang murtad itu ?"

   "Bagaimaga aku tahu ?"

   Sian li makin mengkal.

   "entah muridnya entah murid ..... eh .....

   "Mengapa?"

   Seru Bloon.

   "Apakah dia maksudkan murid itu ..... ya murid itu murid dari suhu, ya?"

   Kata Sian-Li seorang diri.

   "Murid dari suhumu ?"

   Bloon menegas.

   "Ya, siapa tahu kalau yang dimaksudkan itu yalah murid dari suhu."

   "Kalau begitu engkau sendiri!"

   Seru Bloon "Gila engkau !"

   Bentak Sian li.

   "masakan aku hendak merusak kehormatanku sendiri ? Tentulah murid yang lain atau suheng kita."

   "Kwik suheng sudah mati !"

   Seru Bloon.

   "Tio suheng masih hidup dan dia ..., dia pernah menyatakan hatinya padaku tetapi kutolak !"

   Kata Sian-li.

   "Benar, benar!"

   Teriak Bloon. Sian-li tercengang .

   "Apanya yang benar ?"

   "Eh, bukankah tadi engkau mengatakan hendak mengadu aku dengan Tio suheng karena suheng itu seorang yang culas ?"

   Bloon balas tanya.

   "O. Ya, memang dia jahat", kata Sian-li.

   "ketika dia hendak merusak kehormatanku, aku dapat menggigit sebuah kancing bajunya. Inilah kancing baju itu."

   Ia mengeluarkan sebuah kancing baju dari tulang.

   "Kelak pada suatu ketika akan kupadu apakah kancing baju ini miliknya,"

   Kata Sian-li.

   "tetapi kurasa aku pernah melihat baju suheng memang mempunyai kancing baju seperti ini."

   "Itulah maka engkau menuduh dia culas ?"

   Tanya Bloon.

   "Sejak Kwik Ing suheng mati terbunuh dalam ruang jenazah suhu, aku sudah curiga kepada Tio suheng"

   Kata Sian-li.

   "tetapi karena tiada buktinya maka aku tak berani menuduhnya"

   "Siapakah orang yang memanggilnya pada saat itu ?"

   Tanya Blo"on.

   "Entahlah, karena aku terus pingsan dan ketika membuka mata sudah berada dalam guha."

   "Ya, baiklah sumoay."

   Kata Bloon.

   "apabila Tio suheng itu memang seorang manusia jahat aku terpaksa harus mewakili ayah untuk menghukumnya."

   Sian-li tertawa hambar.

   "Mengapa engkau tertawa ?"

   Tanya Blol "Sudahlah, jangan engkau mencari balas kepada Tio suheng."

   "Mengapa ?"

   Bloon membelalak.

   "Karena engkau pasti bukan tandingannya. Tio suheng cerdas dan berbakat. Dia murid yang paling disayang oleh suhu. Hampir seluruh kepandaian suhu telah diberikan kepadanya. Dan engkau ? Tiap kali suhu hendak mengajar ilmu silat kepadamu, engkau tentu menangis sehingga subo (ibu guru) turun tangan dan menasehati suhu supaya jangan memaksa engkau belajar silat."

   "Apakah ibuku sayang sekali kepadaku,"

   Tanya Bloon.

   "Subo seorang wanita yang sabar, seorang isteri yang bijaksana dan seorang ibu yang penuh kasih sayang kepada puteranya. Sayang subo sudah terburu-buru meninggal sebelum melihat engkau dewasa ...

   "

   "Oh. Mamah ...

   "

   Tiba2 pecahlah tangis Bloon demi mendengar keterangan tentarg lbunya. Sst, jangan menangis !"

   Serentak Sian membentak.

   "lihat di sebelah muka itu. Kita tiba di sebuah tempat yang luas".

   "Eh, apa hubungan tempat luas dengan keharuan hatiku ? Apakah engkau melarang aku menangis karena terkenang pada mamahku ?"

   "Subo sudah meninggal dan mengasoh di alam baka yang tenang. Perlu apa engkau menangis ? Apakah kalau engkau menangis, subo akan hidup kembali ?".

   "Huh, habis kalau aku terharu dan menyesal karena dulu tak menurut kata2"

   "Menyesal tiada gunanya. Yang penting engkau harus dapat merobah perbuatanmu dan menjadi manusia baik. Dan caranya, bukan hanya dengan menangis. Tetapi harus dengan perbuatan dan amal hidup yang luhur".

   "Ya,"

   Sahut Bloon.

   "eh, apakah mendiang Ibuku pernah memberi pesan begitu kepadamu ?"

   "Tidak."

   "Kalau tidak, mengapa engkau memberi nasehat kepadaku seolah olah aku ini seorang anak kecil ? Bukankah engkau ini sumoay dan aku suheng?"

   "Ya,"

   Sahut Sian-li.

   "biarpun suheng, tetapi engkau bloon".

   "Memang aku sendiri heran mengapa tiba2 saja aku menjadi bloon dan tak ingat apa2 lagi.

   "

   Bukankah engkau mengatakan bahwa semasa kecil berdiam di gunung aku belum bloon ?"

   Sian-li mengiakan.

   "Benar, engkau memang tidak bloon masa itu. Entah bagaimana setelah engkau mengembara tiba2 engkau berobah bloon".

   "Hai, apakah itu !"

   Sekonyong-konyong Bloon berteriak keras.

   "Mana ?"

   "Itu !"

   Bloon menunjuk ke arah langit2 ruang terowongan.

   "benda hitam besar yang bergelantungan itu !"

   "Ah ...

   "

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sian-li menjerit tertahan ketika pandang matanya tertumbuk pada sebuah benda hitam yang ditunjukkan Bloon.

   Benda itu sebesar anjing.

   Tetapi tubuhnya terbungkus dengan selimut hitam dan bergelantungan pada langit2 terowongan.

   Tiba2 Sian-li teringat sesuatu.

   Cepat ia beteriak ? "Suheng siapkan pedangmu !"

   "Mengapa ?"

   Tanya Bloon.

   "Kita tiba di guha kelelawar ""

   "Kelelawar?", seru Bloon.

   "Ya, yang..bergelantungan itu yalah kelelawar raksasa yang suka menghisap darah manusia."

   "Siluman !"

   Teriak Bloon. -oo0dw0ooo-

   Jilid 22 Kelelawar.

   Umumnya kelelawar itu hanya sebesar binatang tikus.

   Tidak mempunyai ekor tetapi bersayap.

   Kelelawar disebut juga kampret.

   Tetapi kelelawar yang menghuni dilorong guha di bawah tanah itu, bukanlah kelelawar biasa tetapi kelelawar raksasa.

   Besarnya seperti seekor ayam jago, sayapnya mirip dengan mantel.

   Apabila dirempat yang gelap dan seram seperti guha dibawah tanah itu terdapat seekor binatang yang aneh dan mengerikan, sudah tentu orang akan menjerit ketakutan atau bahkan mungkin pingsan.

   Apalagi seorang anak dara seperti Liok Sianli.

   Walaupun dia seorang gadis yang memiliki ilmu silat tinggi namun tetap juga semangatnya terbang dan wajahnya pucat ketika melihat kelelawar raksasa itu.

   Tetapi anehnya si Bloon hanya berteriak saja dan tidak ketakutan.

   Dia belum pernah melihat kelelawar ataupun kalau sudah pernah, diapun sudah lupa bagaimana ujut binatang itu.

   Ketidak tahuan atau kelupaan akan ujud binatang itulah menyebabkan Blo'on tak merasa gentar.

   Andaikan tahu bahwa kelelawar itu hanya sebesar tikus tentulah ia akan memekik jauh lebih keras atau mungkin dia akan lari ketakutan.

   "Bukan siluman"

   Seru Sian-li sesaat - setelah menemukan kesadarannya bahwa yang dihadapinya itu seekor binatang istimewa.

   Setiap binatang yang lain atau lebih luar biasa dari jenisnya, tentulah memiliki sifat2 yang istimewa.

   Mungkin Iebih ganas, lebih berbahaya.

   Karena, menghadapi kenyataan bahwa binatang aneh itu harus dihadapi dengan akal dan bukan dengan jerit pekikan takut akhirnya dia itupun tenahg batinya.

   "Engkau tahu kelelawar ?"

   Tanyanya kepada Blo'on.

   "Tidak"

   Sahut Blo'on.

   Sian-li kerutkan dahi.

   Digunung tempat kediamannya banyak sekali binatang kelelawar.

   Tentulah Blo'on pernah melihat bahkan tentu pernah bermain- main dengan binatang itu.

   Namun karena Blo'on kehilangan daya ingatannya akan peristwa yang lampau maka dia tak kenal.

   Sian-li menceritakan tentang binatang itu kepada Blo'on.

   "Kelelawar yang berada disini ini, seekor kelelawar raksasa. Kita harus hati2 menghadapinya"

   Sian-li menutup keterangannya.

   "Lalu bagaimana daya kita keluar dari terowongan ini ?"

   Tanya Bioon.

   "Hm,"

   Sian-li mendesuh tetapi diam lagi. Sampai beberapa saat belum juga ia membuka suara. Tiba2 Blo'on melangkah maju menghampiri binatang itu.

   "Hai.. suko, hendak kemana ?"

   Sian-li berteriak kaget.

   "Menghalau binatang itu!"

   Enak saja Bioon menjawab seraya lanjutkan langkahnya.

   "Jangan !"

   Teriak Sian-li.

   "Habis ?"

   Kalau begini saja kita kan akan terpancang disini terus menerus"

   Sahut Blo'on. Sian-li hendak mencegah tetapi Blo'on sudah tiba dihadapan kelelawar raksasa itu.

   "Hai, kelelawar"

   Serunya dengan lantang, apakah engkau penjaga guha ini?"

   Sudah tentu kelelawar tak dapat menyahut.

   "Hai. mengapa engkau diam saja"

   Masih anak itu berteriak.

   "kalau engkau penjaga di sini; berilah kami jalan. Aku dan sumoayku hendak ke sesama manusia."

   Sian li cemas2 geli mendengar kata2 dan melihat lagak Blo'on yang petantang petenteng itu. Namun dia diam saja melihatnya.

   "Kurang ajar, kalau engkau diam saja. ku anggap engkau memperbolehkan"

   Kata Blo'on lalu berpaling kearah Sian-li "sumoay, hayo kita jalan ...

   "

   Tetapi baru ia melangkah dua tindak, tiba-tiba serangkum angin bertenaga kuat telah melandanya. Uh ... ia terhuyunghuyung ke belakang sampai berapa langkah dan tiba di tempat Sian-li.

   "Hebat benar"

   Seru Bloon "dia dapat namparkan angin dahsyat".

   Habis berkata ia terus maju lagi.

   Begitu mendengar deru angin menyambar, cepat2 iapun ayunkan tangan menampar.

   Plak .....

   Terdengar letupan kecil dan Blo'onpun dorong mundur dua langkah, Ia maju lagi menampar.

   Terdengar letupan2 beberapa kali.

   Tiba2 binatang itu bergerak melayang ke arah Blo'on.

   "Hati2, engkoh ... !"

   Teriak Sian-li.

   Tetapi nona itu tak dapat melanjutkan kata2nya karena setelah luput menyambar Blo'on yang loncat menghindar ke samping, kelelawar itu lanjutkan gerakannya untuk menyerang Sian-li.

   Sian-li menjerit dan loncat ke samping.

   Nona itu berhasil menghindari tetapi deru angin sambaran kelelawar raksasa itu masih mampu membuat tubuh Sian-li terhuyung huyung, membentur dinding terowongan, duk ....

   Kelelawar cepat berputar tubuh lalu menyerang Sian-li.

   Dara itu dengan kemati-matian terus menyelinap kian kemari untuk menghindar.

   Melihat itu Blo'on marah.

   Pada saat kelelawar hendak tamparkan sayapnya kepada Sian-li, dengan murka Blo'on loncat menghantamnya ......

   Plak pukulan tepat mengenai sayap tetapi binatang itu tak kurang suatu apa.

   Bahkan ia malah menerjang Blo'on dengan ganas.

   Ia hendak menerkamnya.

   Kuku kelelawar itu runcing dan keras bagai pisau.

   Apabila kena dicengkeramnya, tentu hancur-luluh tubuh Blo'on.

   Blo'on buang tubuh berguling ke tanah.

   Tetapi sebelum ia sempat bangun, kelelawar itupun menyerang pula.

   Dengan demikian terpaksa ia harus berguling-guling terus menerus.

   "Setan, kalau aku harus bergelundungan begini lama2 mukaku kan bisa mumur,"

   Blo'on menggerutu.

   Untung saat itu Sian-li mulai bertindak.

   Iamencabut pedang dan membabat sayap kelelawar.

   Tetapi pedang hanya seperti membentur benda yang lunak tetapi ulet.

   Selaput sayap kelelawar itu lunak bagai sutera, ulet bagai laut kapas.

   Sian-li terkejut.

   Lebih terkejut pula ketika menyadari bahwa saat itu kelelawar menghadang ke arahnya dan menerjang.

   Karena gugup Sian- li lontarkan pedangnya ke mata binatang itu.

   Crek.....

   Melihat sebuah benda hendak menyerang matanya, kelelawar cepat katupkan kelopak matanya.

   Pedang membentur kelopak, terpental jatuh ke tanah lagi.

   Sian-li tercengang.

   Saat itu kelelawar menerjangnya.

   Nona itu menjerit tetapi tak keburu lagi hendak menghindar.

   Sepasang cakar kelelawar mencengkeram kepala Sian-li.

   Nona itu hendak dibawa terbang.

   "Lepaskan sumoayku !"

   Blo'on dengan meloncat menyerang, menghantam kelelawar sekuatnya.

   Pukulannya itu tepat mengenai muka kelelawar.

   Rupanya binatang itu kesakitan lepaskan Sian-li lalu melayang kearah Blo'on.

   Blo'onpun nekad.

   Sambil menghindar balas menghantam bertubi-tubi sehingga walaupun tidak mati tetapi kelelawar itupun kesakitan juga.

   Seperti telah diceritakan dalam kisah si Blo'on

   Jilid 21 yang lalu, setelah makan belasan butir buah som yang tumbuh didasar laut dan berumur seribu tahun, tubuh Blo'on telah mengalami perobahan yang aneh luar biasa.

   Jalan darah Seng-si-hian kwan yalah bagian jalan darah yang paling sukar ditembus, telah terbuka.

   Dengan demikian jadilah tubuh Blo'on itu sebuah tubuh yang menjadi sumber tenaga-dalam.

   Apabila dikehendaki, sumber itu akan memancar tenaga dalam yang hebat.

   Tetapi apabila diam, sumber itupun tenang.

   Blo'on telah memiliki apa yang disebut Ji-ih-tun-yang atau tenaga-murni yang dapat digerakkan menurut sekehendak hatinya.

   Tetapi Blo'on tak menyadari hal itu.

   Dan terjadilah suatu keganjilan yang aneh.

   Seorang anak yang tak mengerti ilmusilat, telah memiliki tenaga-dalam yang sempurna.

   Tokoh2 dalam dunia persilatan, hanya beberapa gelintir saja yang jalandarah Seng - si - hian - kwannya sudah terbuka.

   Adalah karena marah melihat Sian-li dicengkeram kelelawar, Blo'on menyerang.

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tanpa disadari gerak pukulannya itu telah memancarkan tenaga-dalam yang hebat.

   Itulah sebabnya mengapa kelelawar menderita kesakitan.

   Kini terjadilah sebuah pertempuran antara seorang manusia aneh dengan seekor kelelawar aneh.

   Apabila dua mahluk saling bertempur tentu dahsyat sekali jalannya pertempuran itu.

   Andaikata Blo'on mengerti ilmusilat tentu lah ia dapat memanfaatkan tenaga-dalamnya yang istimewa itu, lebih baik dan lebih terarah.

   Tetapi karena dia berkelahi menurut kemauannya sendiri, maka pertempuran itupun berjalan lama dan asyik.

   Tiba2 ruang guha itu bertebaran dangan asap.l Makin lama asap itu makin tebal sehingga menutup seluruh ruang guha.

   ' Blo'on tak tahu dari mana asal asap itu.

   Namun selama masih dapat melihat, ia terus melancarkan pukulan kepada kelelawar.

   Rupanya kelelawar itupun mulai bingung.

   Buru2 ia menyerang lebih hebat.

   Dalam sebuah kesempatan yang tak terduga-duga, kelelawar berhasil menerkam tubuh Bloon.

   "Auh....."

   Karena kesakitan Blo'on menjerit dan meronta sekuat-kuatnya.

   Walaupun tak berhasil melepaskan diri dari cengkeraman tetapi tenaga-dalam yang memancar dari tubuh Blo'on berhasil melindungi tubuhnya tak sampai hancur dicengkeram lawan.

   Kelelawar marah.

   Cepat ia tundukkan kepala kebawah.

   Hendak menggigit leher Blo'on dan hendak menghisap darahnya.

   Blo'on terkejut sekali.

   Kalau sampai tercengkeram kuku kelelawar yang mengerikan itu, leher tentu remuk.

   Cepat ia merundukkan kepala lalu menggoyang-goyangkan kian kemari.

   Karena gerakan itu, sepasang kuncir Blo'on pun ikut bergoyang-goyang seperti menampar.

   Andaikata manusia, tentulah kelelawar itu akan menjerit kaget.

   Karena kedua ikat kuncir rambut si Blo'on tiba2 berobah seperti sapu kawat yang keras sehingga memaksa kelelawar itu tak berani menggigit.

   Tetapi Blo'on sendiri memang tak menyadari hal itu bahwa rambutnyapun dapat digerakkan sebagai senjata, Tenagadalam Ji ih-tun-yang pun dapat disalurkan ke rambut.

   Karena tak dapat berteriak maka kelelawar itupun tiba2 menguik keras sekali.

   Tak kalah tajamnya dengan suitan dari jago silat yang dilambari dengan tenaga dalam.

   Blo'on mengkal karena telinganya bising mendengar suara jeritan kelelawar itu.

   Iapun segera menggembor sekuat kuatnya.

   Gemboran itu mengejutkan kelelawar.

   Bukan saja binatang itu hentikan suaranya yang aneh, pun juga terus menggelepar keatas lalu secepat kilat menyambar kepala Blo'on lagi.

   "Aduh ...

   "

   Bloon menjerit kesakitan ketika tubuhnya terangkat naik.

   Yang disambar kelelawar itu ternyata dua buah kuncirnya.

   Karena kelelawar itu menarik naik ke atas.

   Sudah tentu Blo'on menjerit kesakitan karena kulit kepalanya seperti dicabut dari tulang kepala.

   Sehabis mencengkeram kuncir Blo'on.

   kelelawar itu menelungkupkan kepala hendak menggigit dada Blo'on.

   Dan gerakan itupun diserempaki dengan mengatupkan sepasang sayapnya ke tubuh Blo'on.

   Dengan demikian muka dan tubuh Bloon terbungkus dengan sayap kelelawar.

   Sebelum ajal berpantang maut, memang sudah menjadi naluri kodrat setiap mahluk hidup.

   Dalam keadaan hendak direnggut maut, sudah tentu Blo'onpun berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan jiwanya.

   Dengan mengerahkan seluruh tenaganya, ia gerakkan kedua tangannya untuk menerkam leher kelelawar itu dan berhasil.

   Saat itu terjadi pergulatan yang aneh tetapi maut dari dua mahluk istimewa.

   Kelelawar raksasa itu berumur ratusan tahun.

   Memiliki tubuh yang luar biasa keras dan kebalnya.

   Demikian pula tenaganya pun teramat kuat.

   Blo'on karena mendapat rejeki yang luar biasa anehnya telah memiliki tenaga dalam yang aneh dan luar biasa.

   Adu tenaga antara kedua mahluk itu, berlangsung seru dan ngeri.

   Bloon mendelik matanya karena kepalanya hampir copot.

   Tetapi kelelawar itupun meram melek matanya karena lehernya seperti dicekik sepit baja sehingga sukar bernafas.

   Blo'on benar2 setengah mati sekali.

   Di samping harus menahan kesakitan pada kepalanya, ia pun sesak rafasnya, Asap yang memenuhi ruang guha dan selimut sayap kelelawar itu menelungkupi mukanya begitu rapat.

   Apabila dipeluk oleh seorang gadis cantik yang harum baunya seperti murid2 Lembah Melati dulu, biar sampai seminggu, sebulan bahkan setahun, mau saja Blo'on.

   Tetapi dipeluk oleh seekor kelelawar besar yang baunya apek, Bloon benar2 minta ampun.

   Beberapa kali perutnva berombakombak seperli ular berenang di air.

   Ia berusaha untuk menahannya.

   Tetapi karena terus menerus diserang oleh bau yang luar biasa apeknya akhirnya bobollah pertahanan Blo'on.

   Huak .....

   Bagaikan gunung berapi meletus, meluaplah isi perut Blo'on berhamburan keluar Dan hal itu diulangnya berkali kali sampai ia rasakan perutnya kempis karena sudah tak ada yang dimuntahkan lagi.

   Beberapa saat kemudian tiba2 Blo'on rasakan tubuhnya enak sekali.

   Napas longgar dan tidak lagi dia muntah karena bau apek.

   Tetapi lain gangguan, muncul kembali.

   Karena kesakitan dan tak dapat bernapas akibat cekikan Blo'on, kelelawar itupun berontak juga.

   la mengepak-ngepakkan sayapnya, menampar tubuh Bloon.

   Karena sayap kelelawar raksasa itu lunak tetapi keras, Bloonpun seperti digebuk dengan keping baja.

   "Aduh aduh ...

   "

   Ia menjerit-jerit dan makin memperkeras cekikannya.

   Hampir setengah jam pertempuran maut berlangsung, Bloon tele2 setengah mati tetapi kelelawar itupun meregang jiwa alias sekarat.

   Beberapa saat kemudian keduanya rubuh tanah.

   Ketika Blo'on membuka mata, ternyata ia sedang menggeletak di tanah.

   Di sampingnya tampak sumoaynya sedang memandangnya dengan penuh kecemasan.

   "Suko, engkau bangun?", teriak dara itu kegirangan ketika melihat Blo'on sadar. Blo'on menggeliat duduk.

   "Bagaimana dengan kelelawar tadi?,"

   Tanyanya.

   "Mati"

   Seru Sian-h.

   "engkau benar2 hebat sekali". Mata Blo'on segera tertumbuk pada kelelawar yang menggunduk rebah tak berkutik di tanah.

   "Mati?"

   Tanya Blo'on agak tak percaya.

   "Ya, lehernya telah putus engkau cekik,"

   Sian-li menerangkan.

   "tetapi .... hi, hi, hi ...". Tibi2 dara itu tertawa mengikik. Blo'on melongo.

   "Mengapa engkau tertawa?"

   "Geli."

   Sahut Sian li .

   "Apa yang menggelikan ?"

   "Engkau."

   "Aku ? Memangnya aku ini kenapa ?"

   Bloon makin heran.

   "Eigkau sekarang berubah menjadi seekor kerbau tanduk satu."

   "Apa ? Aku mempunyai tanduk ?"

   Sepasang kuncir pada kepalanya yang gundul itu memang sepintas pandang menyerupai sepasang tanduk. Tetapi sekarang kuncir yang satu copot, jadi tinggal satu saja. Blo'on merabah gundulnya .

   "Keparat, kuncirku hilang satu. Tentu kelelawar itu yang mengambilnya."

   Sian-ii tertawa.

   "Eh, sumoay, ketika aku bergulat dengan kelelawar tadi, kemana saja engkau ?"

   Tiba2 Blo'on bertanya.

   "Kelelawar itu berhasil mencengkeram kepaIaku. Kukira aku tentu mati tetapi untunglah yang kena hanya rambutku saja,"

   Menerangkan dara itu.

   "aku ditarik keatas lalu dilemparkan."

   "Aku pingsan"

   Kata Sian-li pula.

   "setelah siuman, memang kulihat engkau sedang bertempur seru dengan kelelawar. Aku mencari akal bagaimana dapat membantumu. Tiba2 kuteringat bahwa aku mempunyai korek dari pemberian kakek dari istana Hay-sim-kiong. Kuteringat pula bahwa kelelawar itu takut akan api. Aku hendak membuat api tetapi sayang tiada kayu bakar. Ada beber kerat tulang binatang yang telah menjadi mangsa kelelawar itu berserakan di tanah. Kukumpulkan lalu kubakar ...

   "

   "O. itulah sebabnya mengapa guha itu penuh asap yang menyesakkan napas ?"

   Sian-li mengiakan.

   "Sekarang bagaimana maksudmu ?"

   Tanya Blo'on.

   "Sudah tentu lanjutkan perjalanan menembus terowongan ini"

   Kata Sian-li. Tetapi ketika Bloon mulai melangkah, tiba2 pula dara itu berseru .

   "Berhenti dulu, suko, aku hendak menguliti sayap kelelawar ini ".

   "Untuk apa ?"

   Blo'on heran.

   "Kulit sayap kelelawar ini istimewa sekali. Walaupun tipis dan lemas tetapi tahan dibacok pedang"

   Menerangkan dara itu.

   "dapat kita jadikan pakaian tahan senjata."

   "Huh, untuk apa harus begitu ?"

   "Suko, engkau memang ibarat orang yang baru bangun tidur ".

   "Tidak, aku belum tidur !"

   Tukas Blo'on.

   "Ea, aku hanya mengatakan perumpamaan saja. Sejak kehilangan kesadaran pikiran, bukankah engkau seperti orang tidur yang tak tahu apa2? Nah, sekarang agaknya pikiranmu sudah mulai terang. Ketahuilah, dunia persilatan itu penuh dengan orang2 yang berilmu sakti. Tetapi banyak yang berhati jahat. Misalnya, coba engkau bayangkan, mengapa suhu yang sudah meninggal dunia itu jenazahnya masih dicuri orang ?"

   "Hm, buat apakah mereka mengambil jenazah ayah itu ?"

   Tanya Blo'on.

   "Banyak kemungkinan yang dapat ditafsirkan dalam peristiwa pencurian itu"

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Kata Sian-li.

   "diantaranya yalah pembalasan dendam, mencari pengalih, membikin gempar dan memburu kedudukan"

   "Memburu kedudukan?"

   Blo'on heran.

   "Ya,"

   Sahut si dara.

   "dengan berhasil menuri jenazah suhu orang tentu beranggapan bahwa pencuri itu seorang sakti. Dan dengan hasil besar itu, dia tentu akan mengangkat diri sebagai permimpin dunia persilatan."

   "Apa itu sih pemimpin dunia persilatan"

   Dengus Blo'on.

   "kita kan manusia bebas, perlu apa harus dipimpin 7"

   "Ah."

   Sian-li menghela napas.

   "memang demikian sifat manusia itu. Bermula orang belajar silat untuk kesehatan, lalu untuk bela diri. Setelah itu meningkat untuk berkelahi. Dan setelah merasa paling menang sendiri, dia terus timbul keinginannya untuk menjagoi, memimpin dunia persilatan supaya tunduk pada perintahnya."

   "Hm. salah mereka sendiri mengapa mau diperintah,"

   Gumam Blo'on.

   "Ah. suko, enak saja engkau bicara. Memang tak ada orang yang mau diperintah tetapi mereka dipaksa harus mau. Barang siapa membangkang tentu akan digempur atau dibunuh."

   "Kurang ajar!'* teriak Blo'on.

   "masakan orang hendak memaksa orang harus tunduk pada perintahnya .... eh", tiba2 Blo'on berhenti.

   "bukankah ayah juga menjadi pemimpin dunia persilatan ? Apakah dia juga memaksakan kehendak kepada setiap orang ?"

   "Benar,"

   Kata Sian li,"

   Tetapi suhu menjadi pemimpin dunia persilatan tetapi segenap ketua partai persilatan dan tokoh dunia persilatan telah seia-sekata untuk mengangkat suhu menjadi pemimpin.

   Hal itu disebabkan karena mereka megghargai jasa2 suhu selama berjuarg untuk menyelamatkan kaum persilatan dari gencetan pemerintah Goan."

   "O, jadi terdapat dua macam pemimpin dalam dunia persilatan itu ?"

   "Ya,"

   Sahut Sian-li.

   "yang baik dan yang buruk. Yang diangkat oleh orang dan yang mengangkat dirinya sendiri"."

   "Kurang ajar, berani benar orang mengangkat dirinya sendiri....."

   "Banyak orang2 begitu."

   Kata Sian-li pula.

   "tergantung apakah dia kuat bertahan apabila dapat mempertannggung jawabkan perbuatannya pada tokoh2 persilatan yang akan menindaknya."

   "Tetapi apakah setiap hal itu terjadi tentu akan ditindak?"

   Tanya Bloon.

   "Demikianlah cara yang lazim berlangsung dalam dunia persilatan."

   "Lalu kalau orang itu baik perbuatannya, apakah dia tetap ditindak ?"

   Tanya Blo'on. Sian-li tertawa .

   "Orang yang mengangkat diri sebagai penimpin dunia persilatan, pada intinya tentu orang jahat."

   "Adakah sekarang ini masih terdapat orang2 yang begitu ?"

   "Masih"' sahut Sian-li.

   "selama dunia persilatan masih ada, selama itu tentu masih ada pula peristiwa2 semacam itu, Nanti apabila kita keluar dari sini, engkau tentu akan mengetahui hal2 semacam itu."

   "Benar,"

   Blo'on seperti disadarkan,"

   Hayo, kita lekas keluar dan sini saja."

   Sian-li tetap meminta supaya Blo'on menunggu sebentar. Ia mengambil pedang lalu mulai mengerati sayap kelelawar itu. Tetapi gagal karena pedang tak mempan digunakan.

   "Ah, mengapa aku lupa ?"

   Tiba2 ia berseru lalu mengeluarkan pedang pusaka Pek liong kiam pemberian kakek dari istana Hay sin-kiong. Dengan mudah dapatlah dara itu menguliti sayap kelelawar.

   "Hebat benar pedang itu? Dari mana engkau memperoleh pedang sehebat itu ?"

   Tanya Blo'on. Sian li pun menceritakan apa yang diterimanya dari kakek penunggu istana Hay-sim-kiong.

   "O, jadi engkau menyanggupi untuk melakukan pesan kakek itu ?"

   Tanya Blo'on.

   "Ya, karena hal itu selaras dengan pendirian pendekar utama, Apakah engkau tak mau membantu aku ?"

   "Tentu,"

   Sahut Blo'on. Setelah pekerjaan menguliti kedua sayap lelawar itu selesai Blo'on lalu hendak angkat kaki lagi, Tetapi kembali Sian-li mencegah.

   "Eh, mengapa lagi ?"

   Blo'on mendongkol "apakah engkau senang tinggal disini?"

   "Bukan, suko"

   Sahut Sian-li.

   "tetapi aku ingat sesuatu". Dara itu terus menghampiri ke sudut guha. Dan menjemput sebutir benda hitam sebesar buah kelengkeng.

   "Lihatlah ini, suko !"

   "Apa?"

   Blo'on menghampiri.

   "huh, benda apa Itu ?"

   "Tahi kelelawar."

   "Tahi kelelawar?"

   Blo'on kerutkan alis.

   "buat apa ?"

   "Aku belum tahu bagaimana khasiat dari tahi kelelawar ini. Tetapi kupercaya setiap binatang yang sudah berumur ratusan tahun dan memiliki bentuk tubuh yang istimewa tentu mempunyai apa- apa yang istimewa. Yang jelas, tahi kotoran ini beratnya bukan kepalang. Kalau tak percaya cobalah engkau pukul kalau kuat"

   "Huh, masakan tak mampu"

   Dengus Blo'on Ialu meninju sebutir tahi kelelawar itu "aduh ..."

   Ia menjerit ketika tangannya terasa sakit. Tahi kelelawar itu kerasnya bukan kepalang.

   "Lalu bagaimana maksudmu, sumoay ?"

   Tanyanya.

   "Tahi kelelawar ini berjumlah ratusan biji, akan kubawa bersama sayap itu. Kelak tentu ada gunanya"

   Demikian setelah selesai berkemas, kedua anak muda itu segera merayapi lorong terowongan.

   "Mudah2an kita bertemu dengan mahluk aneh lagi"

   Kata Blo'on.

   "Mengapa ?'"

   Sian-li terkejut.

   "Agar mendapat pengalaman lagi"

   "Huh. enak saja engkau ngomong !"

   Lonceng menangis "Hai, bulan purnama!"

   Tiba2 Blo'on berteriak ketika tiba diujung terakhir dari terowongan.

   Memang kedua anak itu telah muncul didaratan.

   Saat itu sudah malam.

   Untung rembulan sedang purnama sehingga mereka tahu keadaan di sekeliling tempat itu.

   Sebuah pegunurgan pada tepi pantai.

   Ombak laut bergulung gulung memercikkan gelombang warna putih keperak-perakan.

   "Dimanakah kita sekarang, sumoay ?"

   "Masakan aku tahu ?' sahut Sian-li. Dari itu naik ke sebuah batu yang tinggi dan memandang kesekeliling penjuru.

   "Hai.... !"

   Tiba2 ia menjerit.

   "Kita berada disebuah pulau karang !"

   "Apa ?"

   Teriak Blo'on seraya lari menghampiri Setelah memandang kesekeliling penjuru iapun menjerit.

   "celaka, kita akan mati kelaparan disini."

   "Ai, suko. jangan cepat2 putus asa,"

   Sian-li menghibur.

   "marilah kita selidiki pulau ini. Siapa tahu mungkin terdapat manusia yang tinggal disini."

   Kedua anakmuda itu lalu berjalan.

   Ternyata pulau itu sebuah pulau gundul.

   Pulau karang yang hanya ditumbuhi beberapa batang pohon jati.

   Dibagian tengah pulau itu merupakan pegunungan karang yang tinggi rendah, penuh dengan guha dan sukar dijelajahi.

   Mereka tak menemukan barang seorang manusiapun yang tinggal disitu.

   "Sumoay, aku lapar!"

   "Ya, makan saja."

   Blo'on kerutkan dahi .

   "Apa yang dimakan?"

   Siau-li tertawa mengikik, sahutnya .

   "Angin."

   Muka Blo'on menceberut .

   "Aku lapar sungguh engkau ngomong seenakmu sendiri."

   "Habis, disini kan sebuah pulau karang yang kosong. Dari mana kita dapat memperoleh ma ...."

   Tiba2 Sian-li berhenti dan terus lari.

   "Hai, hendak kemana engkau ?"

   Blo'on terkejut, lalu mengejar.

   "Ke pantai cari tiram atau kura2."

   Tiba dipantai mereka mulai giat mencari binatang laut. Akhirnya berhasil juga mendapatkan beberapa ekor tiram, kepiting dan telur kura2.

   "Apa kita makan begini saja ?"

   Tanya Blo'on.

   "Jangan kuatir"

   Kata Sian-li.

   "aku mempunyai korek, mari kita ke hutan jati. Kita cari ranting kering untuk membuat api dan membakar binatang laut ini". Demikian kedua anakmurla itu segera membawa hasil perolehannya ke hutan jati. Disitu mereka membuat api unggun dau membakar binatang laut itu. Lumayan juga, malam itu Blo'on dan Sian li dapat mengisi perut. Dan malam itu mereka tidur dialam terbuka. Keesokan harinya, semangat merekapun segar kembali.

   "Sekarang kita harus cari akal untuk meninggalkan pulau ini"

   Kata Sian-li.

   "Ya, terserah bagaimana engkau, sumoay."

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Pohon jati yang tumbuh di hutan ini dapat kita jadikan perahu. Mari kita bekerja menebang kayu itu"

   Kata Sian-li, Sehari itu mereka bekerja keras untuk menebang pohon jati yang kecil.

   Dengan pedang pusaka Pek liong-kiam, pekerjaan itu dapat dilakukan dengan mudah.

   Setelah dapat membuat tonggak2 kayu yang sama panjangnya, mereka lalu mulai melubangi, kemudian menusukkan kayu yang diraut panjang dan kecil mirip tombak, kelubang beberapa batang kayu tonggak itu.

   Karena tak biasa bekerja kasar, sampai hari gelap, belum juga rakit itu selesai.

   Malam itu mereka makan tiram dan kepiting bakar serta tidur dialam terbuka lagi.

   Saat itu rembulan bersinar terang.

   Awan berarak-arak di langit yang biru.

   Bintang kemintang memenuhi angkasa.

   Sunyi senyap disekeliling penjuru alam.

   Hanya debur ombak dan desau angin laut yang sebentar terdengar sebentar sayup2 menghilang.

   Sambil duduk sandarkan diri pada sebatang pohon jati Sianli termangu-mangu memandang ke sekeliling penjuru.

   Tiba2 ia menghela napas.

   Blo'on sebenarnya sudah rebahkan diri.

   Demi mendengar sumoaynya menghela napas, ia terkejut bangun.

   "Mengapa engkau, sumoay ?"

   Tegurnya.

   "Tak apa2"

   Sahut Sian-li "hanya, melamun biasa".

   "Melamun ? Apakah engkau suka melamun"

   Sian li berpaling deliki mata .

   "Siapa yang suka melamun ?"

   "Habis mengapa engkau sekarang melamun?", Sian-li menghela napas.

   "Dalam keadaan yang sunji, jauh dari pergaulan manusai, dari sanak keluarga, berada di tempat pulau yang kosong, mau tak mau hati kita mudah tersentuh. Teringat akan kehidupan kita ini."

   Blo'on mulai tertarik tetapi dia diam saja.

   "Siapa pernah mimpi bahwa kita berdua bakal berada ditempat semacam ini ? Siapa pernah menyangka bahwa kita akan masuk kedalam kerajaan di bawah laut ? Dan siapa yang menduga bahwa apa lagi perjalanan hidup yang akan kita alami nanti ?"

   Kata dara itu.

   "Ah sudahlah sumoay,"

   Desuh Blo'on.

   "jangan suka melamunkan hal2 yang sudah lampau dan yang akan datang. Yang lalu kan sudah lewat engkau pikiri, engkau tangisi, engkau sedihkan juga takkan kembali. Yang akan datang, kan kita belum mengalami. Perlu apa harus dipikir. Yang penting kan sekarang ini ? Bagimana cara kita tinggalkan pulau kosong dan bagaimana nanti kita akan menuju."

   "Suko, aku tak mau pergi dari pulau ini".

   "Apa ?"

   Bloon terbelalak demi mendengar kata2 Sian li yang begitu aneh.

   "mengapa engkau hendak tinggal disini ? Apakah engkau hendak makan tiram dan kepiting bakar saja?"

   Sian-li menghela panas.

   "Memang kita akan menderita dalam hal makan dan minum. Tetapi batin kita lebih tentram. Engkau tahu, suko, dunia ramai itu penuh dengan urusan2 yang ruwet dan menjengkelkan hati. Manusia2nya itu penuh beraneka ragam. Kadang mereka itu ada yang baik. Tetapi kadang ada yang lebih buas dari serigala. Disini menikmati alam yang sunyi, udara yang ceria dan kehidupan yang tenang damai".

   "Engkau salah sumoay,"

   Seru Blo'on.

   "ketenangan dan kedamaian itu yang membuat adalah manusia itu sendiri. Di pulau kosong, di hutan belantara di puncak gunung, dikota ramai di medan pertempuran, engkau akan menemukan ketenangan itu. Apabila engkau merasa tenang, disitulah engkau mendapat ketenangan. Kalau engkau merasa tidak tenang, dimanapun juga engkau takkan mendapat ketenangan". Sian-li terlongong mendengar kata2 Blo'on. Tak pernah ia menyangka bahwa sukonya yang semula begitu blo'on, tiba2 sekarang dapat mengucapkan kata2 yang penuh mengandung falsafah tinggi. Bahkan belum pernah ia mendengar kata2 begitu indah dan tinggi dari lain orang sekalipun dari suhunya dahulu.

   "Eh, suko dari mana engkau memperoleh pikiran yang begitu terang itu ?"

   Serunya sesaat kemudian.

   "Dari mana ? Huh, tentu saja dari pikiranku sendiri"

   Sahut Blo'on "karena setiap kali aku dapat merasakan.

   Apabila aku merasa tenang, tempat yang kutinggali itu terasa tenang.

   Tetapi apabila aku gelisah, tempat yang kutempati itu ikut tidak enak.

   Makanpun begitu.

   Kalau aku lapar dan merasa enak, tiram dan kepiting bakarpun terasa sedap sekali, Tapi kalau aku kebetulan marah, nasi putih dengan capjay enak, tetap terasa tak enak.

   Maka kukatakan, bukan siapa dan apa, bukan tempat atau keadaan yang membuat kita tenang tetapi pikiran hati kita sendiri yang menciptakab ketenangan itu."

   "Uah. uah"

   Mulut Sian-li mendecak-decak.

   "Engkau tak ubah seperti orang tua yang sedang memberi nasehat kepada anak kecil. Engkau belum merasakan pengalaman maka engkau dapat berkata begitu. Coba nanti engkau menghadapi hal2 yang menderita tentu lain lagi bicaramu."

   "Jangan menghina aku"

   Seru Blo'on.

   "Buktinya, baru lapar saja engkau sudah kaok-kaok apalagi kalau menghadapi hal2 yang lebih sukar. Falsafahmu tentu luntur seketika."

   Blo'on menyeringai.

   "Apakah engkau sungguh2 hendak tinggal di pulau ini ?"

   Tanyanya sesaat kemudian.

   "Dan engkau ?"

   Sian-li balas bertanya.

   "Aku masih mempunyai banyak tugas, terpaksa harus kembali ke dunia ramai".

   "Tugas apa ?"

   "Eh, mengapa ini sumoay ? Bukankah kau mengatakan kalau jenazah ayah dicuri orang?. Nah, aku terpaksa harus mencari pencuri itu."

   "Bukan hanya engkau, tetapi aku sebagai murid dari beliau, juga harus mencari jenasah suhu."

   "Kalau begitu engkau tak jadi tinggal di pulau ini?"

   Tidak menyahut tetapi Sian-li berbangkit terus lari.

   "Hai, hendak kemana engkau sumoay?"

   Teriak Blo'on terkejut.

   "Jalan2, engkau tak perlu ikut ...

   "

   Seru Sian-li seraya lanjutkan larinya.

   Saat itu Blo'on memang ngantuk.

   Sehari penuh dia bekerja menebang pohon jati, melubangi tonggak2 jati.

   Saat itu ia ingin beristirahat.

   Pulau itu kosong tiada penghuninya.

   Biarlah sumoaynya berjalan-jalan sendiri, kiranya tak berbahaya.

   Maka iapun lalu rebah lagi di tempat tidurnya, sebuah karang yang datar di bawah pohon Jati.

   Tempatnya cukup bersih.

   Tak berapa lama Blo'onpun tidur pulas.

   Tiba2 ia merasa seperti melihat seorang kakek tua renta muncul.

   Tubuhnya kurus dan bungkuk.

   Kakek aneh itu berhenti beberapa meter dihadapannya.

   Tiba2 dia mengacungkan kedua tangannya dan berteriak keras.

   Sedemikian kerasnya sehingga menyerupai aum harimau.

   "Hutang jiwa harus bayar jiwa. Engkau telah merampas jiwaku, sekarang engkau harus dibayar dengan jiwanya ... !"

   Teriak kakek aneh Ini. Dia meraung lagi sekeras-kerasnya lalu dia mutar-mutar kedua tangannya, membentuk sebuah lingkaran sinar. Dan tahu2 kedua tangannya telah berubah menjadi sepasang sayap.

   "Kelelawar , . !"' teriak Blo'on ketika memandang dengan penuh perhatian. Kakek itu memang telah berobah menjadi kelelawar raksasa mirip dengan kelelawar yang dibunuhnya dalam terowongan kemarin. Tetapi ia tak dapat melanjutkan teriakannya karena saat itu kelelawar telah terbang menyerangnya.

   "Setan ... !"

   Blo'on menghantam.

   Tetapi lelawar itu menyeringai.

   Pukulan Blo'on seperti membentur gumpalan kapas.

   Dan sebelum Blo on sempat menghindar, kelelawar sudah menerkamnya.

   Kedua sayap binatang itu memeluk tangan dan tubuh Blo'on sedemikian kuat sehingga Blo'on tak dapat berkutik lagi.

   Dan tiba2 pula moncong kelelawar menggigit tenggorokan Bloon lalu menghisap darahnya.

   "Mati aku ... !"

   Karena takut. Blo'on menjerit sekuatnya dan membuka mata ... Ah, kiranya ia bermimpi seram.

   "Eh, kemana gerangan anak perempuan itu", ia celingukan kian kemari tetapi tak melihat Sian-li berada di dekat situ. Saat itu rembulan sudah menjulang dltengah angkasa, pertanda sudah hampir tengah malam. Ia heran mengapa sumoaynya tak kembali. Tiba2 ia menggeliat bangun .

   "Ah, jangan2 dia mendapat kecelakaan ...

   " . Cepat ia menuju ke tepi pantai dimana biasanya ia bersama Sian-li mencari tiram dan telur kura2. Ah, Sian-li tak tampak disitu. Blo'on makin bingung. Segera ia mengelilingi sepanjang pantai. Dari barat, keselatan lalu ke timur.

   "Aneh benar."

   Desuhnya makin gugup.

   "kemana saja anak perempuan itu ?"

   Segera ia lanjutkan langkahnya menuju kearah utara.

   Dan segera ia terkejut ketika jauh di sebelah muka melihat lima sosok tubuh manusia.

   Yang dua tengah berlincahan seperti orang sedang bertempur.

   Yang seorang tegak beberapa langkah di samping sambil bercekak pinggang dan yang dua orang menggeletak rebah di tanah.

   Cepat Bloon kencangkan langkah berlari-lari menghampiri.

   Ia duga yang bertempur itu tentulah sumoynya.

   "Siluman ... !"

   Tiba2 orang yang bercekak pinggang itu berteriak kaget ketika Blo'on berlarian tiba.

   Memang tak mengherankan kalau orang berteriak demikian.

   Karena disebuah pulau karang yang kosong, masakan tiba2 muncul seorang manusia yang aneh.

   Pakaiannya seperti orang perempuan tetapi di sana sini compang-camping.

   \ Wajahnya sukar diketahui lelaki atau perempuan.

   Hanya yang jelas kepalanya gundul.

   Ada rambut tetapi tumbuhnya aneh, hanya seuntai rambut seperti ekor kuda.

   Letakkan dari bagian kanan mirip dengan tanduk.

   Dan celakanya begitu datang manusia itu terus menyerang orang yang sedang bertempur.

   "Sumoay, siapa manusia liar ini ?"

   Blo'on setelah jelas tahu bahwa Sian-li sedang diserang oleh seorang lelaki pendek. Sian li hendak menjawab tetapi tak sempat karena orang lelaki yang bercekak pinggang meloncat menerjang Blo'on.

   "Ho, engkau juga manusia ?"

   Teriak orang yang bercekak pinggang itu, seorang lelaki yang hanya memiliki sebuah mata karena yang satu ditutup dengan kain hitam. Badannya kekar, dan penuh dengan bulu yang lebat.

   "Mata Satu, engkau berani menyerang aku", teriak Bloon seraya menghindar.

   "Bangsat, engkau berani menghina aku? kalau tidak keremuk tulangmu, jangan sebut si Ular seribu bisa Kim Seng !"

   Si mata satu berteriak dan menyerang.

   Blo'on terkejut melihat gaya serangan si mata satu yang begitu dahsyat.

   Ia tak tahu bahwa lawan telah menggunakan jurus Ngo-hou tham-lilm atau Harimau lapar menerkam hati.

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tahu2 dada Blo'on tercengkeram.....

   Sebenarnya setelah mencengkeram, harus tusukkan jarinya ke ulu hati.

   Dan lawan tentu mati seketika karena dadanya amblong.

   Tetapi si mata Satu yang menyebut dirinya bernama Kim Seng tidak demikian.

   Karena hanya dalam sebuah jurus saja dia sudah berhasil mencengkeram dada orang maka ia mengira Blo'on itu tentu seorang pemuda tolol, tidak mengerti ilmu silat.

   "Naik,"

   Seru si Mata Satu seraya menyentakkan tubuh ke atas, terus diputar-putar macam bulang-baling. Setelah puas mempermainkan, tiba2 si Mata Satu hendak melemparkan Blo'on kearah Sian li.

   "Nih, terimalah tubuh kawanmu...... !", serunya terus melempar.

   "Ua.....,"

   Tiba2 si Mata Satu menjerit kaget dan tahu2 tubuhnyalah yang terangkat keatas dan terus dilemparkan ke arah musuh yang bertempur dangan Sian li.

   Lawan Sian li, siorang pendek, mengira kalau kawanrya, si Mata Satu itu, tentu dengan mudah dapat menguhancurkan Blo'on.

   Ia tahu sampai dimana kesaktian kawannya Ular seribu-bisa Kim Seng.

   Ketika Kim Seng berseru hendak melontarkan tubuh Bloon, si pendek itupun gembira, mengira Kim Seng tentu sudah menang.

   Maka ia makin mendesak Sian-li agar nona itu tak sempat menghindar.

   Dengan demikianlah biarlah tertimpah tubuh Blo'on yang dilemparkan oleh Seng.

   Memang Sian-li tak dapat meloloskan diri dari serangan si pendek.

   Dan si pendekpun tahu bahwa sesosok tubuh telah melayang di udara itu meluncur ke tempatnya.

   "Bagus ...

   "

   Baru hatinya bersorak gembira tiba2 tubuh itu telah menimpah tepat di atas kepalanya. Bruk ...

   "Aduh, Kim Seng ...

   "

   Maksudnya ia hendak mendamprat mengapa Kim Seng melontar tubuh orang kepadanya. Tetapi belum sempai melanjutkan kata2nya, kaki si nona sudah melayang ke perutnya, duk ...

   "Aduh ..."

   Orang pendek itu menjerit tubuhnya terlempar sampai dua tombak jauhnya.

   Jatuh terbanting ke belakang dengan kepala membentur tanah karang.

   Prak ...

   kepalanya pecah dan putuslah jiwa orang itu.

   Sementara Kim Seng yang menimpah orang pendek itupun berhamburan jatuh ke tanah.

   Matanya hancur mumur.

   Setelah meregang jiwa berapa saat, tubuhnya diam tak dapat berkutik lagi karena nyawanyapun sudah terbang.

   Habis menyelasaikan dua orang itu, dilihatnya kedua orang yang rebah di tanah itu bangun.

   Cepat Blo'on lari menghampiri mencekal tengkuk salah seorang lalu diangkatnya dan hendak dibanting.

   "Hai, jangan suko !"

   Sian li berteriak kaget.

   "Mengapa ?"

   "Dia bukan orang jahat."

   "Kalau begitu yang ini saja,"

   Kata Bloon meletakkan orang itu lalu beralih memegang yang seorang lagi.

   "Jangan, dia juga bukan orang jahat,"

   Seru Sian-li. Sambil meletakkan tubuh orang itu, Blo'on bersungutsungut .

   "Huh, ini bukan itupun bukan. Tetapi mengapa mereka menyerang engkau !"

   Sian-li menceritakan bahwa ketika ia sedang berjalan-jalan di pantai untuk menenangkan pikirannya, tiba2 tampak sebuah perahu besar berlayar mendatangi. Perahu besar itu tak berani berlabuh merapat pantai melainkan menurunkan sebuah perahu kecil.

   "Aku segera bersembunyi di balik karang", menerangkan Sian li.

   "untuk melihat siapa dan perlu apa mereka menuju ke pulau ini."

   Perahu kecil itu berisi empat orang yalah si Ular seribu-bisa Kim Seng, Kura hitam Sun Hui dan dia orang awak perahu. Mereka masing2 manggul empat buah peti besar. Peti2 ditanam disebuah guha.

   "Eh, aneh benar."

   Kata Sian-li.

   "selesai menanam peti dan menuju ke pantai, tiba2 si Mata-satu dan si pendek itu menyerang kedua orangnya. Kedua orang itu meratap-ratap minta diampuni jiwanya tetapi tetap tak dihiraukan. Karena menyaksikan perbuatan yang kejam itu, aku pun cepat keluar dan menyerang mereka. Si pendek lah yang menyambut aku. Dia lihay juga. Untung si Mata satu tak ikut mengeroyok, kalau ikut, mungkin aku sudah rubuh."

   "Siapa mereka ?"

   Tanya Blo'on.

   "Mana aku tahu ? Tanya saja pada kedua orang itu,"

   Kata Sian li seraya menghampiri.

   "Siapa engkau ? Mengapa engkau hendak dibunuh ? Bukankah mereka kawanmu sendiri ?'* kata Sian-li.

   "Kami berdua pemilik perahu besar yang dibawa oleh serombongan orang yang tak kami kenal,"

   Kata kedua orang itu.

   "Apakah bukan si Mata Satu dan si Pendek itu?"

   Tanya Sian li.

   "Bukan, melainkan seorang kongcu putera seorang hartawan dari kotaraja."

   "Apakah dia juga ikut dalam perahumu?"

   "Rasanya tidak"

   Sahut tukang perahu itu.

   "Mengapa mereka hendak membunuhmu?"

   "Aku sendiri juga tak mengerti. Mereka menjanjikan upah besar untuk pekerjaan berlabuh di pulau ini, menurunkan peti dan menanam di guha yang mereka tunjukkan, Tetapi setelah pekerjaan itu, bukan upah yang kami terima melainkan jiwa kami hendak dicabut."

   "Apa sebabnya ?"* tanya Sian-li pula.

   "Tukang perahu itu merenung sejenak, katanya "Kemungkinan besar, peti2 itu tentu berupa harta permata yang tak ternilai harganya. Mereka hendak menyembunyikan di tempat ini. Karena takut rahasianya bocor maka aku dan saudara ini. sebagai orang yang tahu hal itu, harus dilenyapkan."

   "Jika begitu, jelas peti itu tentu berisi harta yang tak halal mungkin dari hasil rampokan atau pencurian."

   Kata Sian-li.

   "Tahukah engkau tempat penyimpan peti itu,"

   Tiba2 Bloon bertanya. Kedua tukang perahu itu mengiakan.

   "Mari bawa aku kesana,"

   Kata Blo'on.

   Mereka menuju kesebuah guha yang cukup rahasia tempatnya.

   Kedua pemilik perahu itupun disuruh menggali lagi peti itu.

   Ternyata keempat peti besar itu terbuat dari baja murni yang kokoh.

   Selelah menggunakan pedang pusaka Pek-liongkiam, barulah Sian-li dapat membuka salah sebuah.

   "Astaga , . !"

   Teriak dara itu ketika melihat apa isi peti. Bermacam-macam emas permata yang berkilau-kilauan menyilaukan pandang mata, memenuhi peti.

   "Kiranya memang berisi harta permata yang begini hebat."

   "Lalu yang ketiga peti itu ?"

   Tanya Blo'on.

   "Kurasa untuk sementara lebih baik jangan dibuka. Tentulah isinya sama saja."

   Kata Sian-li.

   "Lalu hendak kita pengapakan peti itu ?"

   Tanya Blo'on pula.

   "Harta permata itu entah siapa yang empunya"

   Kata si dara.

   "kita selidiki dulu. Apabila pemiliknya seorang hartawan yang baik hati. kita kembalikan kepadanya. Tetapi apabila milik kaum hartawan jahat atau pembesar2 yang korup, tak perlu dikembalikan".

   "Lalu untuk apa ?"

   Kata Blo'on pula.

   "Kita gunakan untuk menolong rakyat miskin dan badan2 amal yang benar2 bekerja untuk kesejahteraan masyarakat".

   "Ya, benar sumoay".

   "Paman", tiba2 dara itu berkata kepada pemilik perahu.

   "ambillah mana yang engkau kehendaki. Setelah itu segera tanam lagi saja".

   "Tidak nona", kata pemilik perahu.

   "bahwa kau dan tuan ini sudah menolong jiwaku, kami dua saudara sudah merasa berterima kasih sekali. Mengapa harus mengambil barang yang bukan milik kita."

   "Bagus, paman"

   Seru Sian li.

   "aku tak minta balas budi kepadamu. Cukup asal engkau mau menyimpan rahasia tentang tempat penyimpanan harta ini. Agar jangan diketahui orang". Kedua tukang perahu itu memberikan janjinya. Bahkan bersumpah.

   "Begini, paman"

   Kata Sian-li lebih lanjut.

   "walaupun si Mata Satu dan si Pendek sudah mati, tetapi rencana penyimpanan harta di guha ini tentu sudah diketahui juga oleh pimpinan mereka. Kurasa lebih baik kita pindahkan peti2 ini ke lain tempat."

   "Ya, benar nona"

   Kata kedua pemilik perahu.

   Sian li dan Blo'on membantu mengangkati keempat peti itu kelain tempat.

   Mereka mencari sebuah tempat yang sukar diketahui orang dan lalu menanam peti harta karun itu.

   Baru mereka hendak beibangkit dari tempat penyimpanan peti2 itu, sekonyong-konyong Sian li menjerit kaget .

   "Mereka datang ... !"

   Bloon dan kedua pemilik perahupun cepat berpaling ke belakang. Ah, ternyata mereka sudah dikepung oleh sepuluh orang lelaki yang menghunus senjata. Kedua pemilik perahu gemetar seperti orang kedinginan ketika tahu siapa pendatang2 itu.

   "Ho, bagus, tukang perahu, ternyata engkau sekongkol dengan pembunuh untuk merampas peti itu !"

   Seru salah seorang setengah tua. Seorang lelaki yang bermuka brewok dan kedua tangannya penuh bulu2 lebat. Tukang perahu makin keras gemetarnya.

   "Bilang, siapa yang membunuh Kim Seng dan Seng Hui itu !"

   Bentak si muka brewok dengan suara menggeledek sehingga kedua tukang perahu melonjak kaget.

   "Aku !"

   Tiba2 Blo'on maju selangkah di hadapan pemilik perahu.

   "Engkau ?"

   Si muka brewok rentangkan mata memandang Blo'on dari atas kepala sampai ujung kaki. Karena dipandang begitu rupa, Blo'on ikut celingukan memandang kekanan kiri lalu memandang dirinya sendiri.

   "Apa yang engkau cari ?"

   Tegur Blo'on sesaat kemudian.

   "Gundulmu !"

   Seru si muka brewok.

   "Gundulku ?"

   Kata Bloon seraya mengusap-usap kepalanya sendiri.

   "kenapa gundulku ?"

   "Berapa banyak yang engkau miliki ?"

   
Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Sudah tentu hanya satu"

   Seru Blo'on.

   "Benar ?"

   "Benar."

   Sahut Blo'on.

   "satu saja sudah tak dapat kupelihara masakan harus memelihara dua gundul, kan runyam nanti".

   "Juga punya biji mata ?."

   Tanya si brewok.

   "Sudah tentu punya".

   "Berapa biji ?"

   "Satu, dua ... dua biji".

   "Masih bisa melihat jelas ?"

   "Jelas sekali".

   "Bisa melihat aku ini siapa ?"

   "Engkau ? Ha. ha, sudah tentu dapat lihat jelas sekali. Engkau seorang manusia berbrewok dan rambut kribo seperti seekor singa."

   Sian-li tertawa mengikik.

   Dan andaikata takut kepada si brewok, tentulah kesembilan orang kawannya itu akan ikut tertawa gelak2 dengar jawaban Blo'on.

   Hanya muka mereka merah karena harus menahan tertawa.

   Si Muka brewok merah padam tetapi pada lain saat ia tenang kembali .

   "Ya, bolehlah kau mengoceh untuk beberapa saat. Sebab kalau sudah menjadi mayat, tentulah mulutmu sudah bungkam"

   "Ho, mengapa engkau marah ? Salahkah jawabanku ?"

   Tanya Blo'on tanpa menyadari.

   "Betapa lembar jiwa yang engkau miliki?,"

   Tanya si muka brewok pula. Blo'on merenung sejenak seperti orang tak mengingat sesuatu.

   "Entah, tak tahu, Aku tak dapat melihat cobalah engkau periksa, berapa banyak jiwa yang aku miliki itu". Si Muka Brewok ternganga. Apa yang dikatakan pemuda gundul itu memang benar. Ia sendiri tak pernah melihat.

   "Hai, bagaimana, apakah engkau sendiri juga tak tahu?, Kalau tak tahu mengapa ditanya?". Blo'on mengoceh.

   "Umumnya orang hanya mempunyai selembar jiwa,"

   Terpaksa si muka brewok menjawab.

   "Siapa bilang ?"

   Bantah Blo'on.

   "apakah engkau pernah melihat sendiri ?"

   Si muka Brewok terlongong lagi.

   "Kulihat engkau sudah setengah tua tetapi bicaramu seperti anak kecil. Kalau aku bilang mukamu brewok, engkau marah. Tetapi kalau orang bilang, jiwa setiap manusia itu hanya selembar, engkau percaya walaupun engkau tak pernah melihat. Engkau ini memang goblok."

   Makin merahlah wajah si brewok karena didamprat Blo'on.

   "Memang setiap orang, siapapun tak pernah lihat bagaimana ujud jiwa itu. Tetapi bukankah engkau ini hidup? Nah, mahluk yang hidup tentu berjiwa."

   "Belum tentu, bung,"

   Ejek Blo'on "itu kan kata orang. Mengaoa engkau menelan saja apa yang dikatakan orang ?"

   "Engkau ini orang hidup atau mati ?"

   Teriak muka brewok.

   "Orang hidup."

   "Itu berarti engkau mempunyai jiwa. Kalau tidak, bagaimana engkau dapat hidup?"

   "Entah,"

   Blo'on mengangkat bahu.

   "tahu2 aku sudah dilahirkan di dunia. Dari dulu ya begini, sekarang begini, besokpun begini. Aku dapat merasa dari dalam dadaku menghambur angin. Dan selama angin itu masih berjalan aku tetap hidup. Kedua kawanmu yang mati itu karena anginnya habis, mereka mati. Kalau engkau tanya tentang jiwa, aku tak punya karena tak pernah melihat jiwa itu. Tetapi kalau engkau tanyakan angin, ya, memang aku punya angin. Tiap hari tentu keluar melalui mulut dan hidung, ada kalanya juga dari pantat.". ."Hi, hi, hi ..., .,"

   Sian-li tertawa mengikik.

   "Jangan banyak mulut !", bentak si brewok yang merasa kalah bicara.

   "Tidak, mulutku hanya satu!"

   Blo'on balas berteriak.

   "Eh, engkau ini manusia waras atau gila,"

   Akhirnya setelah beradu mulut beberapa timbul suatu kesan dalam hati si brewok.

   "Engkau sendiri, bagaimana ?"

   Balas Bloon.

   "Aku orang waras."

   "Hanya orang gila yang mengatakan aku gila. Kalau orang waras, tentu tidak "

   "Toako, tak perlu banyak bicara dengan orang edan begitu, lebih baik lekas disatai saja", tiba2 seorang lelaki gemuk berseru.

   "Kurang ajar, engkau hendak menyatai aku? Pantasnya engkau yang bertubuh gemuk seperti babi bunting itulah yang harus disatai.

   "Satai babi memang enak rasanya, sayang disini tak ada kecap,"

   Seru Blo'on. Si Gemuk marah sekali dan terus hendak loncat menerjang tetapi dicegah oleh si Muka brewok.

   "Tunggu dulu, sute,"

   Katanya.

   "setelah jelas diketahui siapa mereka, barulah kita turun tangan. Masakan mereka dapat lari kemana ?"

   "Engkaukah yang membunuh kedua kawanku?"

   Tanya si brewok.

   "Benar"

   "Benar ?'' rupanya si brewok tak percaya bahwa seorang pemuda yang tampaknya blo'on mampu membunuh Ularseribu- bisa Kim Seng dan Kura2 hitam Sun Hui yang sakti.

   "Masakan kalau tak membunuh, aku mau mengaku membunuh. Kalau tak percaya tanya saja pada kedua kawanmu yang mati itu."

   Muka Brewok terbeliak seperti orang hendak disambar kumbang.

   "Mengapa engkau membunuh mereka ?"

   Tanyanya.

   "Karena si pendek hendak mengganggu sumoayku ini,"

   Kata Bblo'on seraya menunjuk Sian-li.

   "O, kamu berdua ini suheng dan sumoay. Hai kamu, mengapa engkau bertempur dengan kawanku yang bertubuh pendek itu ?' seru si brewokan pada Sian-li.

   "Dia jahat, karena hendak membunuh tukang perahu yang telah membantunya!"

   Sahut Sian-li.

   "Itu bukan urusanmu !"

   Teriak si brewok "mengapa engkau ikut campur ?"

   "Siapa bilang bukan urusanku ?"

   Bantah Sian li.

   "Setiap kejahatan yang berlangsung didepan mataku tentu kuurus. Bahkan setiap orangp wajib untuk mengurus."

   "Siapa engkau ini ? Mengapa engkau dan budak laki blo'on ini berada dipulau sini ?"

   "Hai muka brewok, jangan bicara seenakmu sendiri,"

   Bentak Blo'on.

   "aku tanya padamu, Apakah blo'on itu hina ? Apakah bloon itu suatu kejahatan ?"

   "Tidak hina tetapi gila. Bukan kejahatan tetapi ke-bego-an !"

   "Hm, orang gila tidak tentu jahat, Tetapi orang yang membunuh orang tak berdosa, itu baru jahat. Lebih baik jadi orang gila daripada jadi orang jahat!"

   Bantah Blo'on. Mendengar pembicaraan yang tak lekas menuju sasarannya, si Gemuk menyelutuk . 'Budak gundul, siapakah sesungguhnya engkau ini? Hayo lekas bilang !"

   "Kalau aku tak bilang ?"

   Seru Blo'on. 'Engkau tentu kehilangan gundulmu"

   "Wah, wah, sombong benar engkau babi gemuk,"

   Seru Blo'on.

   "masa gundul orang hendak kau hilangkan".

   "Oleh karena itu engkau harus bilang !"

   "Harus bilang bagaimana ?"

   Tanya Blo'on.

   "Siapakah engkau ini ?"

   "Engkau orang gila ! Masakan tak tahu aku apa? Aku kan sama dengan engkau seorang manusia. Hanya bedanya engkau seperti babi gemuk."

   "Sekali lagi kuperingatkan kepadamu budak,"

   Seru si Gemuk dengan wajah merah.

   "jangan bicara ngaco belo seperti orang gila. Lekas jawab siapa namamu ?"

   "Blo'on !"

   "Itu bukan nama "

   Bentak si Gemuk.

   "Nama !"

   Balas Bloon.

   "Engkau hendak mengolok aku !"

   "Aku tak sudi !"

   Karena tak tahan lagi, si Gemuk terus loncat menerkam Blo'on. Ia mengira anak seblo'on itu, sekali terkam tentu dapat dibekuknya. Tetapi diluar dugaan, karena terkejut dan marah, Blo'on dorongkan kedua tangannya untuk menolak.

   "Uh , ... mulut si Gemuk mendesis kejut ketika tubuhnya terlempar kebelakang sampai beberapa meter. Seorang anakbuahnya cepat berusaha untuk menyanggapi agar si Gemuk jangan terjerembab ketanah. Tetapi diluar dugaan tubuh Gemuk yang berat dan tenaga dorongan Bloon yang luar biasa kuatnya telah menyeret orang2 ikut terdampar ke belakang.

   "Bum ....."

   Si Gemuk hanya menjerit tetapi serentak pun dapat melonjak bangun.

   Tetapi orang lebih celaka.

   Dia jatuh lebih dulu ditanah, kepalanya sudah benjut, masih ditimpah oleh tubuh Gemuk yang berat.

   Seketika orang itu tak berkutik lagi.

   Melihat si Brewok marah dan hendak menyerang Blo'on, Sian li cepat lintangkan pedang Pek-liong kiam menghadang.

   "Berhenti "

   Bentak si dara. Ketika si Brewok hentikan gerakannya, Sian-li mendamprat .

   "Kalian memang manusia tak kenal aturan. Mengapa si Gemuk menyererang sukoku?"

   "Karena sukomu mempermainkannya !."

   "Siapa yang mempermainkan ? Memang nama sukoku itu Blo'on. Kalau memang namanya gitu habis apakah disuruh bilang Babi gemuk?". Si Brewok tercengang.

   "Blo'on itu namanya yang sungguh ?"

   Katanya menegas.

   "Suko"

   Seru Sian-li kepada Blo'on.

   "mereka tak percaya namamu Blo'on."

   "Peduli dengan mereka, sumoay.

   "

   Pendekar Bloon Karya SD Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Seru Bloon "mereka mau percaya boleh, tidakpun boleh". Si Brewok termangu mangu. Tetapi secepatnya ia menyadari bahwa saat itu kewajibannya yalah membereskan kedua anakmuda yang telah membunuh kedua teman mereka, Kim Seng dan Sun Hui "Baik"

   Serunya.

   "engkau bernama Blo'on atau monyet aku tak mau mengurus. Pokok sebelum engkau mati, beritahukan dulu dari perguruan dan murid siapakah kalian ini ?"

   "Aku tidak mempunyai guru, bukan hakmu nanya perguruan."

   Sahut Blo'on.

   "Hm, memang sudah kuduga"

   Kata si Brewok "bahwa engkau tentu tak mau mengaku kalau tak dipaksa. Mungkin engkau belum tahu siapa diriku ini".

   "Buat apa tahu namamu ?"

   Seru Blo'on.

   "Memang engkau lebih selamat tidak tahu, karena kalau tahu tentu engkau akan pingsan."

   "Wah. wah"

   Seru Blo'on "aku tak percaya mendengar namamu saja aku terus pingsan. Kalau percaya boleh coba"

   "Aku adalah Algojo berdarah dingin Hun Ti siang-mo tangan kanan dari Cian-bin-long-kun (Manusia-seribu-muka) Buyung Kiong yang termasyhur di seluruh kota raja."

   "Siapa sih Buyung Kiong itu?"

   Seru Blo'on "Engkau tak kenal dengan Buyung Kiong?", seru Hun Tiongmo.

   "dia adalah seorang yang paling kaya di kota raja. Pengaruhnya besar dalam istana."

   "Apakah isi keempat peti itu ?"

   Tiba2 Sian li menyelutuk.

   "Sebenarnya hal itu suatu rahasia besar yang tak boleh didengar orang"

   Kata si brewok Hun Tiong-mo.

   "tetapi mengingat kalian dalam beberapa saat sudah pindah ke lain dunia, tak apalah, kan kuterangkan. Peti itu berisi harta besar milik Cian-bin long-kun Buyung Kiong kami diperintah untuk menanam disini."

   "O"

   Seru Sian-li.

   "Mengapa harus ditanam disini ?"

   Tanya Bloon.

   "Bagus ternyata walaupun bloon, engkau dapat mengajukan pertanyaan yang baik sekali,"

   Seru Hun Tiong-mo.

   "Suasana kota raja sudah terancam. Sejak baginda Ing Lok gering (sakit) disana sudah mulai timbul perebutan kekuasaan, inilah sebabnya maka Cian-bin-long-kun bergegas menyelamatkan harta kekayaannya."

   "Dari mana saja harta kekayaan yang begitu banyak itu ?"

   Tanya Sian-li.

   "Itu urusan Cian-bin long-kun !"

   "Baik, kelak akan kucari manusia seribu muka itu dan akan kutanya dari mana dia memperoleh harta benda yang begitu besar,"

   Kata Bloon.

   "Sayang", dengus Hun Tiong mo.

   "Apa yang sayang ?"

   "Engkau segera pindah ke akhirat".

   "Tidak bisa, eh, apakah akhirat itu ?"

   Seru Bloon pula.

   "Akhirat yalah tempat arwah orang2 yang mati".

   "Tetepi aku belum ingin mati".

   "Raja Akhirat sudah memanggilmu".

   "Kapan ?- tanya Blo'on.

   "Sekarang ini ...

   "

   Hun Tiong-mo menutup kata2nya dengan mengacungkan tangan dan berseru .

   "Hayo, tangkap setan gundul dan budak perempuan ini". Belasan lelaki yang ikut dalam rombongan Tiong-mo segera berhamburan menyerang Bloon serta Sian li. Sian-li tak mau memberi ampun lagi. Segera mainkan pedang Pek-liong kiam dalam jurus hek liong jut-tong atau Naga hitam keluar dari gua. Pedang Pek-liong-kiam segera berhamburan memancarkan sebuah lingkaran sinar putih yang menyilaukan. Melihat itu anakbuah Hun Tiong-mo pun mencabut senjata masing2 dan menyerang si nona. Tring, tring, tring ..... Terdengar teriak kejut diiring dengan ujung pedang, tombak berhamburan terbang ke udara karena terbabat oleh pedang Pek liong kiam.

   "Pedang pusaka !"

   Teriak orang2 itu.

   "Berhenti !"

   Tiba2 B!oon betteriak. Sekalian orang terkejut dan berhenti. Mereka tak mengira bahwa pemuda semacam bloon dapat mengeluarkan suara teriakan yang jauh lebih dahsyat dari aum harimau.

   "Siapa kepala dari orang2 ini ?"

   Seru Bloon pula. Algojo hati-dingin Hun Tiong-mo menyahut.

   "Aku ! Mau apa engkau ?"

   "Bukankah engkau hendak menangkap aku dan sunmoayku ?"

   "Salah!"

   "Salah ? Lalu hendak mengapa ?"

   Tanya Bloon.

   "Mencabut nyawamu !"

   "Kurang ajar, ha, ha, ha,"

   Blo'on tertawa. karena merasa telah disengkelit dengan kata2 orang brewok itu.

   "Ya, boleh saja. Asal engkau mampu."

   "Untuk mencabut nyawamu, lebih mudah dari membunuh seekor nyamuk,"

   Kata si brewok.

   "Sekarang mari kita rundingkan hal itu,"

   Kata Blo'on.

   "kita akan berkelahi serempak atau satu lawan satu."

   "Bebas !"

   Seru si brewok Hun tiong mo "Pakai senjata atau dengan tinju ?"

   "Bebas!' seru Hun Tiong-mo pula.

   "Apanya yang bebas? Apakah brewokmu yang tumbuh kera ngantuk itu ?"

   


Kisah Pendekar Sakti Putri Bulan Bintang Karya Lovely Dear Pedang Tetesan Air Mata -- Khu Lung Hong Lui Bun -- Khu Lung

Cari Blog Ini