Ceritasilat Novel Online

Taruna Pendekar 23


Taruna Pendekar Karya Liang Ie Shen Bagian 23



Taruna Pendekar Karya dari Liang Ie Shen

   

   Tukas Miau Tiang-hong cepat "Anak Yan, sebenarnya kau percaya kepadaku atau percaya kepadanya?"

   "Kan-tia!"

   Ucap Nyo Yan sambil menggigit bibir.

   "kau harus memberitahukan duduk persoalan yang sebenarnya kepadaku, aku percaya kepadamu!"

   "Baik, bila kau percaya kepadaku, aku pun percaya kau pasti mempunyai keberanian untuk menghadapi kenyataan! "Aku tidak tabu bagaimana dia berbicara kepadamu,"

   Sambung Miau Tiang-hong sesudah berhenti sejenak.

   "tapi aku pun dapat menduga kalau dia menggambarkan dirinya sebagai korban keganasan orang dan menggambarkan Beng Goan-cau sebagai penindas kaum lemah, bukan?"

   Nyo Yan bungkam seribu bahasa, tapi suara debaran jantungnya dapat didengar Miau Tiang-hong yang kemudian berseru.

   "Terus terang saja kuberitahukan kepadamu, yang menjadi korban bukan dia, melainkan Beng Goan-cau, ibumu dan kau!"

   Dari sorot mata Nyo Yan, Miau Tiang-hong dapat menangkap kalau pemuda itu masih setengah percaya setengah tidak, maka ujarnya lebih jauh.

   "Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan sekarang, kau pikir, kalau toh dia begitu jahat mengapa ibumu bisa kawin dengannya bukan?"

   "Kan-tia, aku tak mau mendengarkan lebih jauh!"

   Tiba-tiba Nyo Yan menjerit keras."Kau harus mendengarkan baik-baik!"

   Teriak Miau Tiang- hong pula dengan lantang.

   "Aku akan membeberkan semua kejadian tersebut kepadamu.

   "Sesungguhnya ibumu menjadi korban penipuannya yang licik, busuk dan munafik.

   "Sebenarnya Beng Goan-cau dan ibumu adalah sepasang kekasih yang saling mencintai bahkan kekasih yang sudah hampir menginjak ke jenjang perkawinan.

   "Suatu peristiwa yang di luar dugaan tiba-tiba terjadi. Beng Goan-cau harus berpisah dengan ibumu untuk berangkat ke Siau-kim-jwan membantu pasukan pembela- bangsa.

   "Kepergiannya waktu itu sukar diramalkan mati hidupnya, di malam menjelang perpisahan mungkin mereka telah khilaf sehingga ibumu mengandung dan akhirnya melahirkan kakak seibu lain ayah, Beng Hoa.

   "Pada saat yang mereka janjikan ternyata Beng Goan-cau tidak muncul, sebaliknya yang datang Nyo Bok.

   "Nyo Bok waktu itu masih merupakan manusia munafik yang berbaur dengan kaum patriot Gwa-kong-mu tak ingin kehilangan muka akibat musibah tersebut dan dia pun berpura-pura mengajukan tawarannya untuk menjadi suami istri di atas kertas dengan ibumu sambil menunggu kembalinya Beng Goan-cau, begitulah ibumu tertipu mentah- mentah.

   "Beberapa tahun sudah lewat, Beng Goan-cau belum juga pulang. Bahkan berita yang kemudian tersiar makin lama semakin tidak menguntungkan kaum patriot pembela bangsa. Markas besar di Siau-kim-jwan berhasil direbut pasukan Cing sehingga akhirnya tersiarlah berita tentang gugurnya Beng Goan-cau di medan laga"Selama beberapa tahun tersebut ternyata Nyo Bok dapat memegang janji sehingga membuat ibumu benar-benar tertipu habis-habisan dan percaya penuh kepadanya "Ketika tersiar berita tentang gugurnya Beng Goan-cau, dia putus asa. Di lain pihak, Nyo Bok bersikap begitu baik kepadanya, sehingga akibat yang terakhir tentu saja tak dapat menyalahkan dia, suami istri di atas kertas* pun berubah menjadi suami istri sungguhan.

   "Padahal Beng Goan-cau tidak mari, berita yang tersiar pun merupakan berita yang sengaja disiarkan Nyo Bok melalui mulut komplotannya, tentu saja tujuannya adalah untuk membohongi ibumu.

   "Menanti ibumu menyadari segala duduk persoalan, nasi sudah menjadi bubur.

   "Wajah asli dari Nyo Bok pun semakin tampak jelas, dari seorang patriot berubah menjadi kaki tangan pemerintah penjajah Cing.

   "Akibat dari ulahnya tersebut, ibumu kena didesak sampai berpisah dengannya, tapi dia justru memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memfitnah Beng Goan-cau, segala kesalahannya diumpankan ke Beng Goan-cau seorang hingga nyaris Beng Goan-cau kehilangan nama dan muka.

   "Tapi gara-gara kejadian itu, hampir saja kalian ibu dan anak menemui ajal. Cuma waktu itu kau belum lahir, ibumu sedang mengembara seorang diri dalam dunia persilatan."

   Belum habis cerita tersebut dikisahkan, pemuda itu sudah menangis tersedu-sedu.

   "Apa yang kemudian terjadi tentunya kau ketahui sendiri bukan,"

   Kata Miau Tiang-hong lebih jauh."Sekalipun Nyo Bok tidak membunuh ibumu, namun sesungguhnya ibumu mati karena ulahnya.

   "Baiklah anak Yan, bila kau ingin menangis menangislah sepuas-puasnya! lapi selesai menangis nanti kau harus membusungkan dada menjadi manusia, toh sebagai manusia kau tak boleh bersedih hati sepanjang masa."

   Air mata sudah mengering tapi hati Nyo Yan penuh dengan perasaan dendam, tapi bagaimanapun bencinya dia kepada Nyo Bok, toh orang itu adalah ayah kandungnya "Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kulakukan?"

   Agaknya Miau Tiang-hong tahu jalan pikirannya, pelan- pelan dia berkata.

   "Apa yang harus kau lakukan? Kau sudah bukan seorang anak-anak lagi, aku pun tak ingin memaksamu untuk melakukan seperti apa yang kuinginkan, kau sendiri harus bcrinisiatif untuk melanjutkan hidupmu!"

   Kemudian setelah berhenti sejenak, dia meneruskan.

   "Kau sudah bukan anak-kana, mana yang benar mana yang salah tentunya bisa kau bedakan sendiri dengan jelas. Benar kau sudah melakukan kesalahan, untung belum terlalu jauh! Beng Goan-cau percaya kau pasti akan berubah menjadi baik, tentu saja dia pun bersedia memaafkan kesalahanmu.

   "Bukan saja dia bersedia memaafkan kesalahanmu, bahkan dia bersedia pula memaafkan Nyo Bok. Asal Nyo Bok bersedia kembali ke jalan yang benar.

   "Justru karena engkaulah dia mengambil keputusan demikian. Dia bilang oleh karena luka yang kau derita sudah terlalu banyak, dia tak tega membiarkan hatimu menderita luka lagi."Hingga kini dia selalu mempunyai harapan tersebut, moga- moga saja harapan ini bukan suatu harapan kosong. Dia bilang sekejam-kejamnya induk harimau tak akan melalap putra sendiri, apalagi manusia? "Nyo Bok hanya mempunyai kau seorang anak, siapa tabu karena bujukanmu dia bersedia kembali ke jalan yang benar? "Dia bilang Nyo Bok tak usah harus berjalan sealiran dengannya, asal saja Nyo Bok tidak menjadi kuku garuda pemerintah Cing, dia pun tak akan mempersoalkan dendam lama, dia senang melihat kalian ayah dan anak bisa saling mengenal!"

   Waktu itu Nyo Yan sudah berhenti menangis, tapi suaranya parau karena kebanyakan menangis, teriaknya keras-keras.

   "Tidak aku tak ingin bertemu dengannya, aku tak mau aku tak mau Kan-tia, terima kasih banyak, aku aku aku pun berterima kasih sekali terhadapmu empek Beng."

   Ucapan itu meluncur keluar dari mulutnya tanpa terasa, namun sebutan untuk Beng Goan-cau dari menyebut langsung namanya berubah menjadi sebutan "empek Beng".

   Miau Tiang-hong membantunya menyeka air mata yang meleleh keluar, kemudian berkata dengan lembut.

   "Anak Yan, banyak urusan di dunia ini mudah berubah, manusia pun gampang berubah, kau tak usah mengambil keputusan dengan segera"

   "Sekarang, empek Beng-mu sedang menunggu kau pulang menjumpainya, mungkin masih banyak persoalan yang menantimu untuk diselesaikan. Oleh sebab itu kau harus menyembuhkan dahulu luka yang kau derita sekarang, mengerti?"Nyo Yan segera berpikir setelah mendengar perkataan itu.

   "Aku tak ingin bertemu dengan orang yang mengakibatkan kemarian ibuku itu, tapi aku pun tak ingin kembali untuk berjumpa dengan Beng Goan-cau. Aaaiii, selain kan-tia, satu- satunya orang yang ingin kujumpai sekarang hanya enci Leng. Aku tidak menuruti perkataannya, entah ia bersedia memaafkan diriku seperti kan-tia memaafkan aku atau tidak?"

   "Aaah benar! Masih ada seorang lagi yang kuharap dapat kujumpai, siluman perempuan kecil Liong Leng-cu! Cuma kan- tia melarang dia menjumpaiku lagi.

   "

   Aaaaiii, antara manusia dengan manusia memang sukar untuk menjalin pengertian.

   Kan-tia bersedia memaafkan aku, suatu hari mungkin dia pun bersedia menarik perintahnya itu? Jikalau dia pun seperti juga orang lain menganggap Liong Leng-cu sebagai siluman perempuan kecil, hal ini jelas sangat tidak adi} untuk Leng-cu"

   "Anak Yan, apa yang sedang kau pikirkan?"

   Tiba-tiba Miau Tiang-hong menegur.

   "Sudahkah kau dengar perkataanku tadi?"

   "Sudah kudengar, kau berharap aku bisa selekasnya sembuh kembali."

   "Benar, bila kau ingin sembuh, maka janganlah memikirkan hal yang bukan-bukan, mengerti?"

   "Aku mengerti!"

   Sahut Nyo Yan lirih.

   "Asal sudah mengerti, ini lebih dari cukupi"

   Selesai berkata, dia lantas menempelkan telapak tangannya di dada Nyo Yan dan mulai menyalurkan tenaga murninya untuk menyembuhkan luka yang dideritanya.Setelah menangis sepuas-puasnya tadi, kondisi badan Nyo Yan semakin melemah, tapi semua noda dalam hatinya sekarang sudah tersapu bersih oleh cucuran air matanya.

   Sekalipun hari belum terang, namun kabut di depan matanya sudah menghilang.

   Setelah kabut menghilang, sinar matahari yang menyorot ke dalam lembah terpencil pun mulai tampak.

   Ketika Miau Tiang-hong menyabarkan hawa murninya ke dalam tubuhnya, dia sama sekali tidak menolak.

   Lewat sesulutan sebatang hio, Nyo Yan sudah bermandikan keringat, uap putih membubung melalui ubun-ubunnya.

   Tenaga Tay-cing khikang dari Miau Tiang-hong benar-benar sangat kuat, sekalipun belum dapat membaur dengan tenaga dalam yang berada dalam tubuh Nyo Yan, namun kadar racun yang mengeram dalam tubuhaya, Ioni sudah berubah menjadi air keringat dan keluar dari badan Tanpa terasa Nyo Yan memejamkan matanya rapat-rapat, dia merasa tubuhnya seakan-akan lemas tak bertenaga, dia menjatuhkan diri dan bersandar di tubuh ayah angkatnya.

   Miau Tiang-hong melepaskan pakaian luarnya dan mengaturnya di atas tanah agar bisa dipakai Nyo Yan untuk tidur, sementara dalam batinya dia berpikir.

   "Sudah pasti Goan-cau sudah menunggu dengan gelisah, sayang sekali aku tak bisa segera kembali untuk mengabarkan berita girang ini kepadanya."

   Rupanya dengan penggunaan Tay-cing khikang untuk membersihkan racun dari tubuh Nyo Yan sama artinya dengan tindakan seorang tabib pintar menggunakan obat keras untuk menyembuhkan penyakit pasiennya.Bila menggunakan obat-obatan maka terpengaruh oleh kondisi badan seseorang, penyakit baru akan sembuh bila telah beristirahat cukup lama.

   Demikian pula dengan keadaan Nyo Yan sekarang, dia harus beristirahat cukup dan tak boleh dipindah-pindah.

   Itulah sebabnya, Miau Tiang-hong harus menunggu sampai Nyo Yan mendusin dari tidurnya sebelum dapat mengantarnya pulang.

   Diperiksanya denyut nadi pemuda itu, lalu dengan perasaan girang pikirnya.

   "Tenaga dalam yang dimiliki Yan-ji benar- benar di luar dugaanku. Setelah sadar nanti, mungkin tanpa bantuan orang lain dia bisa pulang sendiri ke gunung."

   Tapi dia toh mempersiapkan sebuah tandu untuk bersiap sedia bilamana diperlukan.

   Pada saat itulah, mendadak terdengar ada orang naik kuda yang menaiki bukit tersebut Miau Tiang-hong mendengar suara derap kaki kuda itu ada dua ekor dan semuanya merupakan kuda jempolan, pikirnya kemudian.

   "Jangan-jangan siluman perempuan kecil itu datang membawa bantuan? "Aku tak boleh membiarkan dia mengejutkan tidur Yan-ji." ---ooo0dw0ooo--- Ki See-kiat dan Leng Ping-ji sedang menempuh perjalanan bersama melalui bawah bukit itu. Baru kernarin mereka saling berjumpa di tengah jalan.

   "Selewat bukit ini, kita hanya perlu menempuh perjalanan sejauh puluhan li sebelum mencapai Jik-tat-bok!"

   Kata Leng Peg-ji memecahkan keheningan. Ki See-kiat mendongakkan kepalanya memandang cuaca, lalu berkata pula.

   "Kalau begitu sebelum matahari terbenamnanti, kita sudah dapat bersua dengan Beng Jayhiap. Moga- moga saja dia aman tanpa menjumpai kejadian apa-apa."

   Dengan perasaan tak tenang diam-diam Leng Ping-ji berpikir.

   "Andaikata adik Yan benar-benar melakukan perbuatan yang bodoh ini, apa pula yang harus kulakukan?"

   Agaknya Ki See-kiat dapat membaca suara hatinya, dia berkata.

   "Kalau kulihat dari tindak-tanduknya sewaktu di Po- teng, sifat membenci kejahatan berbuat mulia masih ada dalam hatinya, asal ada orang yang mau menasihatinya, sudah pasti dia akan terhindar dari jurang kehancuran."

   "Sebenarnya watak bocah itu tidak jahat, cuma agak sempit jalan pikirannya sehingga gampang ditipu orang. Di sekitar Beng tayhiap tiada orang lagi yang bisa membujuknya."

   Mendadak Ki See-kiat teringat akan satu hal, segera serunya,"

   Aah betul! Nona Leng, ada satu hal aku lupa memberitahukan kepadamu."

   "Soal apa?"

   "Utti tayhiap pernah memberitahukan kepadaku kalau Nyo Yan mempunyai seorang ayah angkat, dia adalah Miau Tiang- hong yang sudah termash ur namanya semenjak belasan tahun berselang. Konon Nyo Yan sudah banyak menerima budi kebaikan dari ayah angkatnya mi"

   "Benar. Miau tayhiap-lah yang waktu itu membawa adik Yan naik ke bulat Thian-san. Mengapa dengan dirinya?"

   "Kata Utti tayhiap, sewaktu dia meninggalkan Jik-tat-bok telah mendapat kabar kalau Miau Tiang-hong hendak bertemu dengan Beng Goan-cau dalam usahanya menemukan anak angkatnya itu, entah berita tersebut benar atau tidak? Bilatidak salah, seharusnya Miau Tiang-hong sudah berada di Jik- tat-bok sekarang."

   Leng Ping-ji menjadi sangat girang, dengan wajah berseri- seri segera serunya.

   "Seandainya Miau tayhiap ada di Jik-tat- bok sekarang, hal ini jauh lebih baik lagi."

   Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menyambung lebih jauh.

   "Rahasia asal-usul adik Yan tak mungkin bisa diutarakan Beng Goan-cau dengan begitu saja, aku pun mempunyai beberapa masalah yang membuat diriku menemui kesulitan, paling tidak kurang leluasa ketimbang ayah angkatnya. Ya, ayah angkatnya paling cocok untuk membujuk dan menasihatinya."

   "Menurut pendapatmu, mungkinkah ayah angkatnya sanggup membujuk dia agar kembali ke jalan yang benar?"

   "Budi ditambah kasih, aku pikir adik Yan pasti akan menuruti perkataannya."

   Berbicara sampai di situ dia seperti sedang menularkan sesuatu, selang beberapa saat kemudian dia baru berkata kembali.

   "Moga-moga saja mereka ayah dan anak sudah bersua di Jik-tat-bok, dengan begitu aku pun tak usah pergi menjumpai adik Yan lagi."

   "Apakah kau masih tetap akan mempertahankan peraturanmu? Dalam tujuh tahun, Nyo Yan dilarang menjumpaimu?"

   "Benar. Coba kalau aku bukan takut dia melakukan kesalahan besar, mungkin aku sudah menjauhi dirinya."

   "Ada satu masalah, entah pantaskah bagiku untuk mengutarakannya?"

   Tiba-tiba Ki See-kiat berseru.

   "Katakan saja.""Andaikata dia dapat kembali ke jalan yang benar, kembali ke kubu kaum patriot, buat apa kau masih memperlakukan larangan bertemu selama tujuh tahun itu?"

   "Aku tak ingin mencelakai hidupnya!"

   "Menurut pendapatku, kalau toh kau kalau toh kau."

   Sebenarnya Ki See-kiat hendak bilang "kalau toh kau kawin dengannya", namun berhubung Leng Ping-ji sudah melotot ke arahnya, kata tersebut tak berani diutarakan keluar, buru-buru ia berganti kata dengan melanjutkan.

   "kalau toh kau bersama-sama dia, paling hanya menimbulkan kata iseng orang lain, siapa bilang kalau kejadian tersebut akan mencelakai sepanjang hidupnya?"

   "Aku mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan, kau tak akan mengerti!"

   Ki See-kiat menghela napas panjang.

   "Aai, kau tak ingin menyiksanya sepanjang hidup, tapi akibatnya kau akan menderita sepanjang masa!"

   "Aku memang manusia yang bernasib buruk, itu sudah biasa bagiku!"

   Kata Leng Ping-ji dengan suara dingin.

   "Percayakah kau bahwa takdir itu ada?"

   "Sebenarnya aku tidak percaya, tapi aku merasa ada sementara persoalan yang tak dapat dipaksakan, tapi harus dibiarkan berkembang dengan sendirinya."

   "Padahal kau hanya berusaha menghindari kenyataan, bukannya ingin memaksakan keadaan. A aai, mungkin perkataanku ini terlalu terus terang, kau tidak marah kepa- daku bukan?"

   Paras muka Leng Ping-ji telah berubah menjadi sangat tidak leluasa, dan pemuda itu sudah memperhatikan."Aku gembira mendengar isi hatimu, mengapa harus marah?"

   Sahut Leng Ping-ji kemudian. Dia tidak sadar, tanpa sadar dia telah mengutarakan rahasia hatinya.

   "Bila kau tidak marah aku ingin menambah beberapa patah kata lagi,"

   Kata Ki See-kiat.

   "Baik, katakanlah."

   "Kuanjurkan kepadamu janganlah menirukan si ulat sutera yang membuat serat untuk membelenggu diri sendiri."

   Leng Ping-ji bungkam, sedang Ki See-kiat mengikuti di belakangnya dengan perasaan tak tenang. Tiba-tiba gadis itu berpaling lalu katanya.

   "Kau hanya tahu menasihatiku, bagaimana dengan kau sendiri?"

   Ki See-kiat tertegun.

   "Mengapa dengan aku?"

   "Aku cukup mengetahui keadaanmu setelah pulang ke rumah bersama ibumu. Konon selama beberapa waktu kau hidup amat terkekang."

   Merah padam selembar wajah Ki See-kiat "Utti tayhiap yang memberitahukan kepadamu?"

   
Taruna Pendekar Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tanyanya agak tersipu.

   "Kau tak perlu tahu siapa yang memberitahukan kepadaku, cukup jujur padaku, benarkah demikian?"

   Ki See-kiat menundukkan kepalanya rendah-rendah.

   "Benar!"

   "Aaai, mengapa kau mencari penyakit untuk diri sendiri?"

   Leng Ping-ji menghela napas."Aku tahu tak boleh berbuat demikian. Tapi percayalah kepadaku, lambat laun aku akan baik dengan sendirinya."

   "Kau anak tunggal?"

   Tiba-tiba Leng Ping-ji bertanya.

   "Betul, orangtuaku hanya mempunyai seorang putra."

   "Aku pun tidak bersaudara!"

   "

   Aah, aku memahami maksud hatimu "

   Tiba-tiba muncul suatu perasaan yang campur aduk dan tak terlukiskan dengan kata-kata dalam hatinya, entah ini perasaan gembira ataukah sedih? Pelan-pelan Leng Ping-ji berkata.

   "Asal kau sudah mengerti, hal ini lebih baik lagi. Kuanggap Nyo Yan sebagai adikku, aku pun bersedia menganggap kau sebagai kakakku."

   Mereka menempuh perjalanan bersanding, tanpa terasa empat mata saling bertemu satu dengan lainnya. Leng Ping-ji segera mengulurkan tangannya menggenggam tangan pemuda ini, lalu berkata.

   "Aku percaya kepadamu toako, bangkitkan kembali semangatmu!"

   Ki See-kiat tahu sikap ini bukan sikap cinta, namun muncul perasaan manis dan hangat dalam hati kecilnya, dia balas menggenggam tangan Leng Ping-ji sambil menyahut.

   "Hianmoay, terima kasih atas do-ronganmu, moga-moga demikian pula dengan kau!"

   Tiba-tiba terdengar seseorang tertawa cekikikan sambil mengejek.

   "

   Waaduh mesra amat si kakak dan adik ini."

   Tampak seekor kuda merah berbulu putih pada keempat kakinya, meluncur datang bagaikan angin, penunggangnya adalah seorang nona berusia tujuh delapanbelas tahunan."Bagus sekali,"

   Bentak Ki See-kiat.

   "aku bermaksud mencari kau si siluman kecil untuk membalas dendam!"

   Liong Leng-cu meluncur dari atas bukit, belum habis gelak tawanya, dia sudah lewat di sisi tubuh Ki See-kiat sambil mengayunkan cambuknya.

   Dalam sambaran cambuknya ini terkandung empat macam teknik, yakni menggulung, menghajar, membetot, dan menyapu; lihaynya bukan kepalang.

   Tentu saja Ki See-kiat tidak membiarkan tubuhnya terhajar oleh serangan tersebut, dengan gerakan Anggukan Burung Hong dia meloloskan diri dari sambaran, kemudian tangannya berbalik mencengkeram ujung cambuk itu.

   Baru saja Liong Leng-cu mengubah gerakan menyapu menjadi menggulung dengan tujuan menggulung pergelangan tangan Ki See-kiat dan menyeretnya turun dari kuda, mendadak "Kraaak!"

   Serat perak dari ujung cambuknya itu sudah tergunting putus oleh jepitan jari tangan.

   "Hebat betul Liong-siu-kang-mu!"

   Memuji Liong Leng-cu. Kudanya segera bergerak lewat Agak terperanjat Ki See-kiat setelah gagal merampas cambuk lemas lawan, dia pun berpikir.

   "Ilmu cambuk dari siluman kecil ini sungguh hebat tenaga dalamnya juga sempurna."

   "Menggelinding kau dari kudamu!"

   Bentak Ki See-kiat kemudian.

   Sambil memutar kudanya dia mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah pukulan dahsyat Dalam cengkeraman yang dilakukan tadi, dia hanya menggunakan tenaga Liong-siu-kang tingkat tiga, tapi dalampukulannya sekarang dia menggunakan tenaga Liong-siu-kang tingkat delapan.

   Dalam anggapan pemuda tersebut, dengan tenaga pukulan udara kosongnya sekarang, niscaya gadis itu dapat dihajar sampai jatuh dari kudanya.

   Bahkan dia merasa sedikit tak tenang, khawatir kalau luka yang dideritanya terlampau parah.

   Kuda yang ditunggangi Liong Leng-cu lari amat cepat dalam waktu singkat jarak kedua belah pihak sudah berselisih tigapuluh langkah lebih.

   Tampak tubuh Liong Leng-cu cuma bergetar saja, dia tetap duduk tenang di atas pelana kudanya, malah sambil tertawa merdu serunya.

   "Sayang sekali tenaga Liong-siu-kang-mu belum berhasil mencapai tingkat kesembilan, maaf, aku tak dapat menemanimu lebih lama lagi!"

   Getaran yang diterima akibat pukulan Ki See-kiat barusan benar-benar mengejutkan hatinya, dia lantas berpikir.

   "Untung saja kudaku dapat lari cepat coba kalau kejadian ini berlangsung pada jarak sepuluh kaki, mungkin aku sudah terjungkal dari atas kuda."

   Khawatir dengan ilmu silat Ki See-kiat yang sangat lihay, dia tak berani banyak bicara, tergopoh-gopoh kudanya dilarikan kencang-kencang untuk meninggalkan tempat itu.

   Memandang bayangan punggung Liong Leng-cu yang menjauh.

   Leng Ping-ji berpaling ke arah Ki See-kiat sambil bertanya.

   "Konon dalam dunia persilatan belakangan ini sudah terjadi peristiwa besar, dimana Nyo Yan dan seorang nona muda sedang dicari-cari jago persilatan di bukit Ci-lian-san. nona itu dinamakan siluman perempuan kecil.""Kenapa? Mungkinkah nona yang kita jumpai sekarang adalah Siluman perempuan kecil itu?"

   "Aku pikir sembilanpuluh persen pasti dia, kalau tidak, bagaimana mungkin dia bisa mengenali Liong-siu-kang-ku?"

   "Tapi sebelum dia menyebutkan Liong-siu-kang-mu, kau mendampratnya sebagai siluman perempuan kecil."

   "Siluman perempuan kecil itu pernah bertarung melawan ibuku. Ibuku pernah melukiskan ilmu silatnya kepadaku. Aku rasa dialah silu-man perempuan kecil itu, apakah kau tidak percaya?"

   "Aku percaya dialah si nona yang bersama Nyo Yan dikerubuti orang di bukit Ci-lian-san, tapi aku percaya kalau nona Liong bukan siluman perempuan kecil, paling tidak tak akan sejahat apa yang dilukiskan orang."

   "Mengapa kau begitu percaya kepadanya? Ah betul, kau malah mengetahui namanya, siapa yang memberitahukan hal ini kepadamu?"

   "Nyo Yan yang mengatakan kepadaku."

   Bicara sampai di situ, tiba-tiba ia berhenti.

   "Eeeh, baru bicara mengapa tidak kau teruskan?"

   Ki See- kiat segera menegur keheranan.

   "Baiklah, akan aku teruskan. Tapi jika perkataanku kurang menyenangkan hatimu, harap kau sudi memaafkan."

   "Entah apa pun yang kau ucapkan, aku pasti akan mendengarkan dengan tenang, mengapa harus marah kepadamu?"

   Jawab sang pemuda tanpa terasa.Namun setelah perkataan itu diutarakan, ia baru merasa kalau ucapannya kelewat "mesra"

   Sehingga merah padam selembar wajahnya. Leng Ping-ji berlagak tidak melihat, katanya lebih jauh.

   "Sampai kini aku belum pernah berkenalan dengan nona Liong, tapi Nyo Yan telah menuturkan asal-usulnya kepadaku."

   "

   Jadi kalau begitu riwayat hidup nona Liong sangat mengenaskan, tak aneh kalau wataknya sama keras kepala dan jiwanya sama sempitnya dengan Nyo Yan."

   "Aku sama sekali tidak mempunyai pandangan sentimen terhadap ibumu, tapi aku percaya dengan perkataan Nyo Yan, dia sama dengan Nyo Yan, walaupun agak sempit jalan pikirannya namun bukan termasuk orang jahat."

   Ki See-kiat manggut-manggut tanpa menjawab.

   Sebagaimana diketahui, siluman perempuan kecil pernah menyalahi ibunya, tapi ibunya pernah pula membuat sedih Leng Ping-ji, oleh sebab itu tak heran jika Leng Ping-ji lebih berpihak pada siluman perempuan cilik itu.

   Teringat kembali peristiwa tersebut, ia semakin tersipu-sipu dan tak tenang.

   Sesudah menghela napas panjang, Leng Ping-ji kembali berkata.

   "Antara manusia dengan manusia memang tak bisa terhindar dari kesalahpahaman, lebih baik tak usah kita teruskan pembicaraan ini. Yang terpenting kini adalah selekasnya menemukan Nyo Yan!"

   "Jadi kau anggap Nyo Yan berada di sekitar sini?"

   Tanya Ki See-kiat tertegun.

   "Benar, aku lihat dia bisa jadi berada di bukit itu."Ki See-kiat segera menyadari sesuatu, serunya.

   "Betul, siluman eeeh nona Liong memang baru datang dari bukit itu, tapi mengapa tidak tampak Nyo Yan mengikutinya? Mengapa dia turun gunung seorang diri?"

   Bicara sampai di situ, dia menyaksikan Leng Ping-ji sedang berkerut kening dengan wajah murung.

   Ki See-kiat terperanjat, ia lantas sadar apa yang sedang dirisaukan gadis tersebut Sebagaimana diketahui, Nyo Yan dan Liong Leng-cu pernah bersama-sama mengalami musibah di bukit Ci-lian-san, setiap orang pasti akan berpendapat demikian, jika Nyo Yan benar-benar berniat membunuh Beng Goan-cau, tak disangkal lagi Liong Leng-cu pasti akan membantunya.

   Ilmu silat yang dimiliki Beng Goan-cau jauh lebih hebat daripada ilmu silat Nyo Yan, bisa diduga kegagalan Nyo Yan akan berakibat dirinya teri u k a.

   Siapa tahu kalau Liong Leng-cu turun gunung seorang diri dengan maksud untuk mencari obat-obatan? Leng Ping-ji kembali berpikir.

   "Seandainya paman Beng tahu kalau dia adalah Nyo Yan, sudah pasti paman tak akan melukainya, yang dikhawatirkan justru kalau dia tak tahu, dalam kegelapan malam gerak goloknya cepat seperti kilat selihay-lihaynya Nyo Yan tak mungkin dia dapat menghindarkan diri secara mudah."

   Dalam benaknya segera muncul sebuah lukisan khayal.

   Dalam kegelapan malam Nyo Yan datang melakukan sergapan, tapi ia terbabat oleh golok Beng Goan-cau hingga terluka.Liong Leng-cu membawa Nyo Yan yang terluka parah naik kuda untuk lari dari bukit ini Tapi Nyo Yan tak tahan sehingga terpaksa Liong Leng-cu menurunkan dia dari kuda, sedang dia sendiri turun gunung mencari makanan dan obat-obatan.

   Berpikir demikian, nona itu makin tak tenang hatinya, bersama Ki See-kiat mereka segera naik ke gunung untuk melakukan pencarian.

   ---ooo0dw0ooo--- Pekikan nyaring dari Miau Tiang-hong membuat kuda tung- gangan mereka terkejut dan berlompatan.

   Ki See-kiat tidak mengetahui siapa yang datang, dia hanya merasakan telinganya mendengung sakit akibat Auman Singa lawan, dia khawatir auman itu menggunakan semacam ilmu pembetot sukma, maka buru-buru hawa murninya dihimpun untuk turut mengaum pula.

   Melihat perbuatan pemuda itu, Leng Ping-ji segera menegur sambil tertawa.

   "Eh, rupanya kau hendak beradu suara dengan paman Miau? Kuanjurkan lebih baik tak usah memperlihatkan kejelekanmu."

   "Maksudmu dia adalah.* Ki See-kiat tampak tertegun. Belum habis dia berkata, Miau Tiang-hong sudah muncul di hadapan mereka. Dengan wajah berseri buru-buru Leng Ping-ji menegur.

   "Paman Miau, bagaimana dengan Nyo Yan? Tahukah kau?"

   Pada saat yang bersamaan Miau Tiang-hong menegur pula.

   "Siapakah orang ini?"Sekarang Leng Ping-ji baru teringat akan Ki See-kiat, buru- buru dia memperkenalkan.

   "Dia adalah kakak misan Nyo Yan."

   Belum lagi namanya disebutkan, Miau Tiang-hong sudah menyambung dengan suara dingin "Ooh, rupanya kaulah yang bernama Ki See-kiat."

   "Benar, boanpwe Ki See-kiat menjumpai Miau tayhiap."

   Miau Tiang-hong mendengus.

   "Hmm, tidak berani. Utti Keng saja keok di tanganmu, mana berani aku menerima hormatmu itu!" Ki See-kiat sangat terkejut, belum sempat memberi penjelasan, Miau Tiang-hong sudah melancarkan sebuah cengkeraman ke arah tubuhnya. Tenaga yang disertakan dalam cengkeraman ini luar biasa, dalam keadaan apaboleh buat terpaksa Ki See-kiat harus mengeluarkan Liong-siu-kang tingkat kedelapan. Cengkeraman yang dilancarkan Miau Tiang-hong dilancarkan tanpa menimbulkan suara sedikit pun, sedangkan serangan Ki See-kiat lamat-lamat disertai deraan angin dan guntur, tapi begitu sepasang tangan saling beradu, tanpa terasa Ki See-kiat terdorong mundur sejauh tiga langkah, sedangkan Miau Tiang-hong hanya sedikit bergetar. Buru-buru Leng Ping-ji berteriak.

   "Paman Miau, dia sudah menjadi sahabat kita, kedatangannya kali ini pun atas anjuran Utti tayhiap."

   "Ya, perbuatanku yang lancang terhadap Utti tayhiap tempo hari"

   Belum selesai Ki See-kiat berkata, Miau Tiang-hong sudah tertawa terbahak-bahak sambil berseru.

   "Kalian tak usah memberi penjelasan lagi kepadaku, semua kejadian telahdituturkan Utti tayhiap kepadaku. Liong-siu-kang yang kau pela-jari memang luar biasa, tidak heran kalau dia memujimu."

   Leng Ping-ji merasa lega, katanya sambil menghembuskan napas panjang.

   "Ooh rupanya kau hanya berniat menjajal ilmu silatnya."

   "Bukan cuma menjajal kepandaiannya, aku pun berbuat demikian demi Nyo Yan."

   Terkejut dan girang Leng Ping-ji sesudah mendengar perkataan itu, buru-buru tanyanya, Nyo Yan? Di mana dia sekarang?"

   "Dia berada di sini, ayo ikutilah aku."

   Balik ke tempat semula, Nyo Yan masih tidur nyenyak. Miau Tiang-hong dapat mendengar debaran jantung Leng Ping-ji yang berada di belakang tubuhnya.

   "Yan-ji hanya terluka sedikit, keselamatannya tidak terancam."

   Kembali Miau Tiang-hong berbisik. Ketika Leng Ping-ji tidak menemukan luka di tubuhnya, gadis ini segera tahu kalau dia bukan terluka akibat bacokan golok Beng Goan-cau, maka tanyanya kemudian.

   "Agaknya adik Yan keracunan, ia terluka di tangan siapa?"

   "Sekarang masih belum tahu, menurut anak Yan agaknya orang ini adalah orang yang pernah membekuknya tempo hari. Jarum beracun yang bersarang di tubuhnya sudah diisap keluar oleh siluman perempuan kecil, baru saja dia kabur dan sini, masa kalian tidak bertemu dengannya?"

   "Justru karena kami bertemu dengannya, maka aku jadi teringat untuk naik ke bukit ini mencari Nyo Yan.""Aku telah menyembuhkan luka beracunnya, dengan Tay- cing khi-kang, mungkin masih ada sedikit sisa racun yang belum bersih dari tubuhnya,"

   Kata Miau Tiang-hong lebih jauh.

   "meski begitu, selembar jiwanya tidak akan terancam. Hanya saja bila ingin sembuh secepatnya, terpaksa harus minta bantuan dari Ki lote."

   "Silakan Miau tayhiap memberi perintah."

   "Hawa muminya belum dapat berkumpul menjadi satu, maka aku pikir jikalau memperoleh bantuan Liong-siu-kang- mu niscaya hawa muminya akan berkumpul lebih cepat lagi"

   Dia lantas mengajarkan ilmu menekan jalan darah pada Ki See-kiat dan menyuruhnya mempraktekkan dengan menggunakan ilmu Liong-siu-kang.

   Miau Tiang-hong memperhatikan beberapa saat, ketika Ki See-kiat sudah dapat menggunakan kepandaian tersebut dengan leluasa, kepada Leng Ping-ji ujarnya.

   "Ping-ji, ada beberapa patah kata ingin kusampaikan kepadamu, mari kita ke hutan sana, jangan mengganggu tidur anak Yan* Ternyata ilmu menekan jalan darah ini sama sekali tidak menimbulkan penderitaan bagi sang penderita, walaupun sedang tertidur nyenyak, manfaatnya tidak banyak berbeda. Oleh sebab itu bukan saja tak akan membangunkan Nyo Yan dari tidurnya, malahan ia tidur semakin nyenyak. Leng Ping-ji pintar dan berotak encer, dia lantas berpikir.

   "Walaupun menyaring hawa mumi dengan Tay-cing khikang tidak secepat Liong siu-kang namun kelambatannya juga tidak seberapa. Rupanya paman Miau ingin mengajakku berbicara tanpa kehadiran Ki See-kiat."Baru saja ia berpikir demikian, betul juga, Miau Tiang-hong kembali berkata.

   "Ping-ji, hubungan kita lebih erat dari hubungan paman dan keponakan, jadi aku pikir di antara kita pun tak usah rikuh. Ada satu masalah ingin kutanyakan kepadamu."

   "Paman Miau, apa yang ingin kau tanyakan? Silakan ditanyakan."

   "Sekembalinya ke bukit Thiarisan kali ini, kudengar berita tentang Yan-ji dari perguruan, sungguh pedih hatiku oleh kejadian itu. Aku dengar peristiwa ini timbul karena kau, sedangkan Ciok Thiang-hing ayah dan anak melukiskan perbuatan Yan-ji lebih rendah dari binatang, aku ingin tahu, sesungguhnya apa yang telah terjadi?"

   "Padahal tak ada apa-apanya, Yan-te hanya mengajukan pinangan kepadaku secara terbuka,"

   Sahut Leng Ping-ji dengan hambar.

   "Sudah kau kabulkan?"

   "Tidak kukabulkan, tidak pula kutolak."

   "Maksudmu?"

   "Dalam tujuh tahun, aku melarang dia menjumpaiku."

   Miau Tiang-hong adalah orang yang berpengalaman, sekali mendengar saja ia sudah dapat menduga maksud hati Leng Ping-ji, katanya kemudian.

   Taruna Pendekar Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Anak Yan adalah seorang anak yang berwatak bera-ngasan dan mudah emosi, apakah kau ingin mempergunakan waktu selama tujuh tahun untuk mendi- nginkan perasaan cintanya kepadamu?"

   Leng Ping-ji tidak menjawab, dia hanya membungkam seribu bahasa."Seandainya tujuh tahun kemudian sikapnya, kepadamu belum berubah?"

   "Tujuh tahun memang bukan waktu yang terlain lama, namun tidak pendek pula, aku yakin pasti ada perubahan.* Miau Tiang-hong segera tersenyum.

   "Ping-ji, kau sengaja menghindari pokok pembicaraanku,"

   Serunya cepat "Sekarang peristiwa itu sudah makin besar dan tak keruan, Ciok susiok sekalian bersikeras hendak menggunakan peraturan persilatan untuk membersihkan perguruaan dengan menganggap adik Yan sebagai pengkhianat Coba bayangkan mungkinkah aku masih dapat membicarakan soal pernikahan dengannya? Dengan begitu, bukankah aku pun akan menjadi orang yang berdosa?"

   "Jadi kalau begitu kau menampik permintaan anak Yan lantaran khawatir dengan omongan orang?"

   "Aku tidak takut menjadi manusia yang berdosa, tapi yang terpenting, aku tak ingin mencelakai hidup adik Yan."

   "Pandanganku sama sekali berbeda dengan pandanganmu, namun apakah kau akan mencelakainya atau tidak tak perlu dibicarakan, yang ingin kuketahui adalah maaf bila aku berbicara terus terang, benarkah kau pun mencintainya?"

   "Paman Miau kau toh mengerti, sejak dia dibawa ke bukit Thian-san tempo hari aku telah menganggapnya sebagai adikku sendiri, tentu saja di antara kami ada hubungan cinta seorang kakak terhadap adik."

   "Selain cinta seorang kakak terhadap adik?"

   Leng Ping-ji menundukkan kepalanya rendah-rendah."Aku belum pernah berpikir ke situ, belum pernah kupikirkan hal itu. Aku aku tidak tahu."

   Padahal dia bukan tak pernah memikirkan persoalan itu, hanya saja dia benar-benar tidak tahu keadaan yang sesungguhnya.

   "Padahal antara kau dengan dia bukan kakak beradik yang sesungguhnya,"

   Kata Miau Tiang-hong.

   "sekalipun menjadi suami istri, hal tersebut bukan suatu kejadian yang melanggar tata krama. Asal kalian berdua benar-benar saling mencintai, peduli amat dengan perkataan orang lain."

   Leng Ping-ji menundukkan kepalanya semakin rendah, katanya dengan lirih.

   "Aku hanya ingin menjadi kakak beradik untuk selamanya dengan dia, bila ingin mencari istri, dia harus mencari seorang istri yang lebih cocok dan sesuai dengan diri- nya."

   "Kau maksudkan siluman perempuan kecil she Liong itu?"

   Tanya Miau Tiang hong dengan kening berkerut "Ooh, jadi kau sudah mengetahui hubungannya dengan adik Yan?"

   "Semua jago persilatan baik dari golongan lurus maupun sesat pernah melakukan pengejaran terhadap mereka di bukit Ci-lian-san, tapi berakhir dengan porak poranda dihajar habis- habisan oleh kedua orang ini, masa aku tidak mengetahui peristiwa yang begini besar?"

   "Nona Liong itu bukan siluman perempuan, riwayat hidupnya sungguh mengenaskan dan patut dikasihani. Kendatipun aku tidak tahu apa sebabnya dia mempunyai banyak musuh, tapi adik Yan adalah contoh yang paling jelas, aku percaya belum tentu kesalahan berada di pihaknya.""Anak Yan pun berkata demikian kepadaku, cuma dia pun pernah berkata kalau hubungannya dengan nona Liong hanya hubungan persaudaraan."

   "Bila mereka diberi kesempatan untuk sering bersama, apa susahnya mengubah hubungan persaudaraan menjadi hubungan suami istri?"

   Untuk beberapa saat lamanya Miau Tiang-hong membungkam, tiba-tiba dia bertanya.

   "Anak Peng, agaknya Ki See-kiat sangat mengagumi dirimu, aku dapat melihat perasaan hatinya. Entah bagaimana sikapmu sendiri terhadapnya?"

   "Dia pun hanya seorang sahabat yang pantas dipercaya, lain tidak!"

   "Dari Utti Keng pernah kudengar kalau dia amat berbakti kepada uninya, dalam peristiwa pertarungannya melawan Utti Keng pun, konon gara-gara masalah ibunya."

   "Betul, dia memang seorang bocah yang amat menurut perkataan ibunya."

   Sekalipun Miau Tiang-hong tidak tahu kalau dia pemah bentrok dengan ibu Ki See-kiat namun dari nada pembicaraannya dapat dirasakan kalau gadis tersebut merasa sangat tak puas terhadap Nyo toa-koh. Maka sambil tersenyum ujarnya.

   "Ilmu silat maupun watak Ki See-kiat cukup bagus, sayang ibunya disebut orang Lak-jiu- Koan-im (Koan-im Bertangan Keji), sukar untuk diajak bergaul."

   Merah jengah selembar wajah Leng Ping-ji setelah mendengar perkataan ini, lalu ujarnya.

   "Aku toh tak inginkawin dengan Ki See.kiat, apa hubungannya sukar bergaul atau tidak dengan ibunya?"

   "Baik, kita tak usah memperbincangkan masalah ini lagi, mari kita kembali dan menengok keadaan anak Yan."

   Rupanya dalam hati kecil Miau Tiang-hong telah tergores satu ingatan, sekalipun dia percaya Liong Leng-cu bukan siluman perempuan akan tetapi dia lebih suka mengawinkan Nyo Yan dengan Leng Ping-ji.

   Cinta kasihnya terhadap Nyo Yan merupakan kasih seorang ayah, sedangkan kasihnya terhadap Leng Ping-ji bagaikan kasih terhadap anggota keluarga sendiri, oleh sebab itu meski dia tahu kalau cinta tak dapat dipaksakan, namun terhadap hubungan perkawinan mereka sedikit banyak menaruh perasaan "lebih condong ke satu pihak".

   Nyo Yan berwatak mudah emosi, banyak kejadian kacau telah dibuatnya, dia berharap Nyo Yan bisa mcmpersunting seorang istri baik yang dapat mengendalikan kebi-nalannya, bukan mempersunting seorang gadis yang meski bukan siluman perempuan kecil, tapi atas seorang "gadis liar"

   Yang sukar dikendalikan tingkah lakunya.

   Ditinjau dari hal ini, sudah barang tentu Leng Ping-j i jauh lebih baik dari Liong Leng-cu.

   Leng Ping-ji pernah merasakan luka yang parah karena cinta.

   Miau Tiang-hong selalu berharap ia bisa memperoleh pasangan yang ideal.

   "Ki See-kiat berusia agak sesuai dengannya mestinya dia lebih cocok daripada anak Yan, cuma dia mempunyai seorang ibu yang termashur karena kegalakannya, bila Ping-ji kawin dengannya, mungkin ia akan sering dibuat mendongkol oleh ulah sang mertua perempuan."Aaai, jodoh, jodoh. Jodoh memang sukar diduga, dia harus kawin dengan siapa baru bahagia, hal ini masih Suatu tanda tanya besar. Cuma, bila dia bersedia kawin dengan anak Yan, bagiku jauh lebih melegakan."

   Begitulah Miau Tiang-hong memutar otak tiada hentinya tanpa berhasil menemukan jalan keluarnya, tanpa terasa mereka telah kembali ke tempat semula Ki See-kiat segera maju menyongsong sembari berkata.

   "Miau tayhiap, aku telah menuruti petunjukmu dengan mengerahkan Liong-siu-kang untuk mengendalikan hawa muminya yang kacau, ternyata memang manjur sekali, kini semua hawa murninya sudah kembali ke dalam pusar. Tidurnya makin lelap, sekalipun kita berteriak rasanya dia tak akan terbangun."

   Miau Tiang-hong memeriksa denyutan nadinya, kemudian berkata.

   "Betul, setelah mendusin dari tidurnya kali ini, paling tidak tenaga dalamnya akan pulih tiga empat bagian, cuma tidurnya kali ini mungkin akan cukup panjang. Anak Peng, tinggallah di sini untuk merawatnya, aku bersama Ki lote akan kembali dulu untuk memberi kabar kepada Beng tayhiap, dia pasti gelisah sekali menunggu kabar tentang anak Yan."

   Leng Ping-ji adalah seorang gadis yang pintar, sekali mendengar saja ia sudah mengetahui maksud Miau Tiang- hong.

   Sebagaimana diketahui, dia telah menetapkan larangan bagi Nyo Yan untuk tidak menjumpainya selama tujuh tabun, tapi sekarang Miau Tiang-hong menyuruh dia menemani Nyo Yan, ini berarti ia sendirilah yang akan melanggar pantangan yang ditetapkannya sendiri.Tapi kesatu, tiada orang yang melindungi Nyo Yan; kedua, dia pun bersedia menemui Nyo Yan, maka terhadap permintaan Miau Tiang-hong dia tak bisa menolak.

   Untuk mempercepat waktu perjalanan, Miau Tiang-hong meminjam kudanya dan bersama Ki See-kiat segera kembali ke markas.

   Sedangkan Leng Ping-ji tetap duduk di sisi Nyo Yan sambil memikirkan hal yang bukan-bukan.

   Dengan napas yang makin teratur, wajah Nyo Yan yang semula memucat kini sudah berubah semu merah.

   Memandang wajah sang pemuda yang kekanak-kanakan itu, timbul perasaan kasih di bati Leng Ping-ji, tanpa terasa dia membelai wajah pemuda itu dengan penuh kasih sayang.

   Mendadak Nyo Yan menggerakkan badannya sambil bergumam.

   "Enci Leng, aku aku merasa bersalah kepadamu!"

   "Adik Yan, kau"

   Ketika diamati lagi, ternyata Nyo Yan masih memejamkan matanya rapat-rapat, bahkan sesudah membalikkan badan, ia tertidur kembali.

   Rupanya pemuda tersebut sedang mengigau.

   Tanpa terasa Leng Ping-ji teringat kembali kejadian yang dialaminya bersama Nyo Yan tempo hari, ketika kerja obat sudah lewat, kata pertama yang diucapkan Nyo Yan adalah perkataan tersebut, tanpa terasa merah jengah selembar wajahnya.Nyo Yan membalikkan badan lagi-lagi mengigau.

   "Adik Cu, perkataanmu betul, lebih baik pulang untuk menemani yaya saja."

   Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara langkah kaki manusia berjalan masuk ke dalam hutan. Tidak mungkin Miau Tiang-hong balik sedemikian cepatnya.

   "Siapa di situ?"

   Dengan suara menggeledek Leng Ping-ji segera membentak.

   "Siluman perempuan kedi telah kembali, tentunya tak pernah kau duga bukan?"

   Serentetan suara yang diiringi suara cekikikan bergema memecahkan keheningan.

   "lidak, kau keliru menyangka, aku sudah tahu kalau bakal kembali lagi kemari."

   Sahut Leng Ping-ji cepat.

   "Baik!"

   Kata Liong Leng-cu kemudian sambil berkerut kening.

   "mau apa kau sekarang?"

   Siluman Perempuan Kecil Muncul Lagi "Aku tidak memahami maksudmu, apa yang disebut mau apa sekarang?"

   Tanyanya kemudian.

   "Kau sudah tahu kalau aku bakal datang lagi, masa kau belum memahami maksud kedatanganku? Terus terang saja, aku, datang kembali demi Nyo Yan."

   "Aku tahu,"

   Sahut Leng Ping-ji cepat.

   "Aku paling suka berbicara langsung, aku pun berharap kau sudi memberitahukan kepadaku secara terus terang, sebenarnya kau menginginkan sang kakak atau sang adik?"

   Merah padam selembar wajah Leng Ping-ji karena jengah, segera tegurnya.

   "Kau jangan sembarangan mengacau."Tentu saja ia tahu yang dimaksudkan Liong Leng-cu sebagai kakak adalah Ki See-kiat sedang sang adik adalah Nyo Yan. Sambil tertawa dingin kembali Liong Leng-cu berkata.

   "Aku tidak percaya kalau kau benar-benar tidak mengerti, aku lihat kau hanya berlagak seakan-akan tidak mengerti. Lebih baik kata bicara terus terang saja, aku ingin tanya, Ki See-kiat dan Nyo Yan berdua, sebenarnya kau."

   "Kau datang karena Nyo Yan, lebih baik jangan menyinggung orang lain,"

   Tukas Leng Ping-ji cepat "Baik, kau mengatakan Ki See-kiat tiada sangkut pautnya, aku pun akan mengurangi pembicaraan yang menyinggung dia. Terus terang kukatakan, aku kemari bukan cuma untuk menengok adik Yan-mu, aku pun hendak membawanya pergi."

   Leng Ping-ji merasa pikirannya kalut, setengah hari kemudian dia baru berkata.

   "Aku tahu, cuma"

   "Kau sudah memperoleh kakaknya, mengapa mengincar pula si adik?"

   Jengek Liong Leng-cu sambil tertawa dingin.

   "Baiklah, jika kau enggan melepaskannya, cabut pedangmu. Ingin kulihat sampai di mana kelihayan pedang Peng-pok-han- kong-kiam milikmu itu."

   "Kau keliru besar, aku tak ingin beradu pedang denganmu, aku pun tak ingin menahan Nyo Yan. Cuma."

   "Cuma apa lagi?"

   "Kau tahu, sekalipun Beng Goan-cau bukan ayah kandungnya namun mencintainya melebihi anak sendiri, paling tidak kau harus mengij inkan mereka saling bertemu dulu."

   "Mereka telah bertemu. Apa Beng Goan-cau benar-benar mencintainya melebihi anak kandung sendiri, aku tak tahu,tapi aku tahu paling tidak sampai saat ini Nyo Yan masih belum ingin bertemu dengannya."

   "Ia mengungkapkan hai ini kepadamu?"

   "Tentu saja. Apakah engkau hendak menunggunya sampai mendusin dan bertanya sendiri kepadanya!? Cuma kalau sampai begitu kau pasti akan melanggar sendiri paman gan- mu yang kau tetapkan umuk tidak bersua selama tujuh tahun."

   Leng Ping-ji sungguh merasakan pikirannya kalut, akhirnya dia menggigit bibir sambil berkata.

   "Baik, kalau begitu bawalah dia pergi, cuma."

   "Cuma kenapa lagi?"

   "Luka beracunnya belum sembuh, bagaimana mungkin ia dapat segera berangkat?"

   Liong Leng-cu berjalan mendekat dan memeriksa denyut nadi Nyo Yan, kemudian ujarnya dingin.

   "Kau tak usah membohongiku."

   "Aku membohongimu?"

   "Racunnya sudah punah, bahkan hawa murninya sudah kembali ke pusar, jika mendusin nanti, paling tidak hawa murninya sudah pulih separuh bagian. Bila kubawa dia sekarang, kesehatan tabuhnya sama sekali tidak akan terganggu."

   Apa yang dikatakan, persis seperti apa yang dikatakan Miau Tiang-hong, cuma Leng Ping-ji masih saja tak tenteram hatinya, sebab Miau Tiang-hong belum pernah memberitahukan kepadanya kalau Nyo Yan boleh digeser tubuhnya sebelum mendusin kembali.Agaknya Liong Leng-cu dapat membaca suara hatinya, dia berkata lebih jauh.

   "Kau tak perlu khawatir, jangan lupa kalau tenaga dalamnya dipelajari dari yaya-ku, dalam sekali periksa saja sudah kuketahui kalau dia telah lolos dari bahaya, pokok- nya kalau aku bilang tidak mengapa ya tidak mengapa!"

   Leng Ping-ji masih saja sangsi dan tak tahu apa yang harus diperbuat, katanya kemudian.

   "Tapi Beng tayhiap dan ayah angkatnya segera akan sampai di sini, apakah kau tak bisa membiarkan mereka saling bertemu?"

   Liong Leng-cu segera tertawa dingin.

   "Heeehh heeehh meskipun usiamu lebih besar dariku, toh belum terhitung tua sekali, mengapa caramu berbicara macam nenek-nenek? Aku sudah bilang, dia sendiri yang mengatakan kepadaku kalau ia tak ingin bersua dengan Beng Goan-cau, kecuali kau memang ingin melanggar janji, kalau tidak aku rasa tiada alasan apa-apa bagimu untuk melarangku membawanya pergi."

   Leng Ping-ji merasa hatinya kecut, akhirnya sambil menggigit bibir dia berkata.

   "Baik, bawalah pergi." ---ooo0dw0ooo--- Sewaktu Nyo Yan sadar, dia sudah berada di bawah gunung. Angin menderu, tubuhnya seperti melayang di atas awan. Dia melihat tubuhnya sedang dipeluk seseorang sambil menunggang kuda. Baru membuka matanya, Nyo Yan telah mengigau lagi.

   "Enci Leng, aku tak mau pulang!"Leng Ping-ji baru lenyap dari impian, dia tak tahu kalau Leng Ping-ji masih berada di sampingnya sewaktu ia masih bermimpi tadi. Tapi dari perasaan dia tahu tangan itu tangan perempuan. Liong Leng-cu sudah diusir ayah angkatnya, kalau bukan Leng Ping-ji lantas siapa? Sambil tertawa cekikikan Liong Leng-cu berseru.

   "Aah, kau hanya tahu enci Leng saja, sudah ketemu enci lantas lupa dengan sang adik!"

   Nyo Yan berpaling, lalu jeritnya keras.

   "Ooh adik Cu, rupanya kau, mengapa kau kembali lagi?"

   Sambil menarik tali les kudanya pelan-pelan, Liong Leng-cu menjawab.

   "Kau anggap setelah digertak oleh Miau Tiang- hong, aku tak berani kembali? Aku tahu kau tak ingin bertemu dengan Beng Goan-cau, tentu saja aku harus balik untuk menjemputmu!" Tapi, bagaimana mungkin kau bisa membujuk ayah angkatku?"

   "Dia sedang pulang mencari Beng Goan-cau, aku pun memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mencarimu."

   "Sungguh?"

   Nyo Yan setengah percaya setengah tidak. Liong Leng-cu cemberut.

   "Ehmm aku hanya ingin bertanya kepadamu, kau bersedia pergi bersamaku atau pulang ke samping Beng Goan-cau?"

   "Aaai, bukankah sudah kukatakan kepadamu, meski aku tak ingin membalas dendam, aku ingin meninggalkan tempat ini selekasnya, soal budi dan dendam biar dibicarakan lagi di kemudian hari,"

   Nyo Yan menghela napas.

   "Baik, kalau kau enggan balik ke Beng Goan-cau, lebih baik jangan banyak bertanya lagi. Sekarang sudah tiada orangyang bisa menghalangi kepergianmu lagi, peduli amat dengan cara apa aku berhasil membawamu lari dari sisi ayah angkat- mu?"

   "Terima kasih atas bantuan ini, cuma"

   "Cuma kenapa lagi? Engkoh Yan, turuti perkataaaku, mari kita pulang menemani yaya, mau bukan?"

   "Tidak, aku hanya berharap kau suka pulang menemaninya."

   "Aku pulang karena nasihatmu, kau malah tak mau pulang bersama-samaku?"

   Liong Leng-cu mengambek.

   "Bukannya tak mau, aku masih ada urusan lain."

   "Urusan apa?"

   
Taruna Pendekar Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Aku ingin berkunjung ke ibu kota"

   "Bagus. Ibu kota adalah tempat tinggal sri baginda aku pun ingin menambah pengetahuan di situ." Tidak, jangan ikut, aku bukan berpesiar."

   "Lantas mau apa kau?"

   "Maaf, aku belum dapat menjawab, sampai sekarang aku belum dapat memberitahukan persoalan ini kepadamu."

   Liong Leng-cu segera tertawa cekikikan.

   "Kau tak perlu memberitahukan kepadaku, aku sudah tahu."

   "Apa yang kau ketahui?"

   Nyo Yan tertegun.

   "Aka tahu kau hendak pergi mencari seseorang yang bernama Nyo Bok, dia mempunyai hubungan yang luar biasa denganmu. Orang ini adalah seorang pengawai pribadi sribaginda kerajaan Cing, kau tidak senang dia menjabat kedudukan tersebut, bukankah demikian?"

   Nyo Yan tertegun beberapa saat lamanya, kemudian katanya lagi.

   "Rupanya kau sudah tahu riwayat hidupku?"

   "Sesungguhnya tidak terlalu awal, waktu kau sedang berbincang-bincang dengan empek Siau tempo hari dalam hutan, maaf, aku telah mencuri dengar pembicaraan kalian. Apa yang kau bicarakan dengan ayah angkatmu tadi juga sempat kudengar. Engkoh Yan, marahkah kau kepadaku?" "Aku tak akan menyal ahkanmu, tapi kalau toh kau sudah mengetahui apa yang hendak kulakukan, kau jelas tahu bahwa kau tak bakal akan membantuku lagi, kalau begitu lebih baik kau!"

   Belum habis dia berkata Liong Leng-cu sudah tertawa cekikikan sambil menukas.

   "Keliru, keliru besar. Kau mengintip orang dari balik pintu, sehingga orang pun kau ibaratkan bertubuh gepeng."

   "Jadi kau mau membantuku?"

   "Benar, apa yang hendak kau lakukan harus minta bantuan lebih dulu kepadaku."

   "Kau.w katanya. Liong Leng-cu tertawa cekikikan.

   "Kau tidak percaya? Coba lihatlah benda apakah ini?"

   Dia mengeluarkan secarik kertas dan pelan-pelan membentangkan di hadapan Nyo Yan.

   Ketika dibuka tampaklah di atas kertas itu bertuliskan sebarisan huruf besar yang berbunyi,Sepeninggal Tim, tahta kuwariskan kepada pangeran keempat.

   Di bawahnya tertera sebuah cap yang besar sekali, Nyo Yan tidak kenal cap apakah itu.

   Tapi Nyo Yan tahu surat apakah yang diperlihatkan kepadanya, terkejut dan girang dia lantas berseru.

   "Inikah surat wasiat kaisar Khong-si?"

   Liong Leng-cu tertawa.

   "Aku rasa demikian, coba kau libat tulisan "Yu"

   Atau kepada itu, bukankah hitamnya tinta bak garis di atas dengan garis di bawahnya berbeda?"

   "Betul. Meski aku tidak mengerti ilmu menulis, tapi hal ini memang mudah dilihat, sudah jelas huruf Yu itu berasal dari huruf *Sip (sepuluh), sebab tebalnya huruf *Sip* sama dengan tebalnya huruf lain. Sungguh tak disangka pemalsuan surat wasiat yang dilakukan kaisar Yong-ceng pada tujuhpuluh tahunan berselang dapat terjatuh ke tanganmu."

   "Permainan ini berguna bagimu bukan?"

   Kata Liong Leng-cu sambil tertawa.

   "Bila pandangan Siau It-kek benar, selain berguna bagiku, bagimu pun berguna sekali. Dia bilang kaisar yang bertahta sekarang adalah cucu kaisar Yong-ceng, meskipun peristiwa sudah berlangsung tujuhpuluh an tahun, tapi bila pemalsuan surat wasiat yang dilakukan kakeknya sampai terjatuh ke tangan orang lain, dia masih tetap merasa khawatir. Biar kuusahakan untuk menyuruh orang mengirim kembali surat wasiat ini, niscaya kuku garuda kerajaan Cing tak akan datang mencari gara-gara lagi denganmu, kau pun dapat memusatkan semua perhatianmu untuk menghadapi Pak-tou sancu musuh besarmu.""Orang itu pasti akan membuat pahala besar, apa yang dia inginkan dan apa yang tak dia inginkan mungkin bisa dilakukan menurut sekehendak hati sendiri. Ehm, idemu itu sungguh luar biasa sekali!"

   Nyo Yan tertawa.

   "Kau sudah menyadap pembicaraanku dengan empek Siau malam itu, jadi aku tak usah mengelabui dirimu lagi. Cara ini sebenarnya ide empek Siau-mu. Sekarang ayah kandungku menjadi pengawal kaisar dalam istana, aku rasa meski dia ingin meletakkan jabatan pun tidak mudah. Tapi bila kita tebus dia dengan benda tersebut, mungkin saja hal ini masih bisa terjadi."

   "Baik, kalau begitu kau bersedia menerima ban tuanku bukan?"

   "Aku membutuhkan bantuanmu, jadi tidak menerima pun tak bisa. Cuma menurut perkataan empek Siau, dia pernah bertanya kepadamu apakah orangtuamu pernah meninggalkan sesuatu benda wasiat, waktu itu kau mengatakan tidak menemukan apa-apa, sekarang mengapa kau bisa menemukannya, apakah waktu itu kau sengaja berbohong?"

   "Itu sih tidak. Aku boleh saja berbohong kepada siapa saja, heeeh heeeh kau jangan marah, yang dimaksud siapa saja adalah termasuk kau juga, tapi aku tak akan berbohong terhadap empek Siau. Aku justru teringat akan benda ini setelah mendengar perkataannya itu. Aku jadi teringat dengan sebuah kantung kulit yang diserahkan ibuku menjelang ajalnya. Dia bilang benda ini ditinggalkan kepadanya ketika ayahku belum meninggal, waktu itu ayahku menderita luka parah dan tak bisa banyak berbicara, dia hanya berpesan agar kantung kulit itu jangaBiSJang. Dia sendiri tidak tahu apa isi kantung Hp tapi melihat ayah bicara serius maka sebelumajalnya ibu berpesan khusus kepadaku untuk menyimpan benda itu baik-baik. Aku menyimpan benda ini sebagai kenang-kenangan dari orang-tuaku, sungguh tak nyana kalau surat wasiat tersebut tersimpan di sini" Terima kasih banyak atas kecerdasanmu sehingga sangat membantu diriku. Baik, mari kita berangkat."

   "Kau tidak khawatir aku siluman kecil membohongimu?"

   Liong Leng-cu tertawa.

   "Aku tahu, meskipun kau membohongi aku pun demi kebaikanku, moga-moga saja sejak kini kau jujur kepadaku."

   Liong Leng-cu tertawa cekikikan.

   "Itu sukar dipertahankan."

   Di tengah gelak tawa dia percepat lari kudanya dan berlalu dari situ.

   Setelah berlarian beberapa waktu, mereka berjumpa dengan dua orang penunggang kuda yang bergerak mendekat, mereka adalah seorang pria dan seorang wanita.

   Yang pria adalah seorang sastrawan setengah umur yang menyoren pedang, sedang yang perempuan berusia hampir sebaya.

   Yang lelaki tampan dan gagah, sedang yang perempuan cantik dan ramping, dari sikap mereka yang mesra menunjukkan kalau mereka adalah sepasang suami istri.

   Tiba-tiba saja terdengar sastrawan setengah umur itu berseru tertahan, kemudian serunya pelan.

   "Niocu, coba kau lihat pemuda itu, mirip, mirip sekali dengan.""Kau maksudkan seorang sahabat karib kita?"

   Tanya perempuan cantik itu.

   "Benar, terutama sepasang matanya, sungguh menawan hati."

   "Bagaimana kalau kita kembali dan menanyakan soal ini kepadanya?"

   "Aku agak rikuh kalau salah orang, apalagi bila dia benar- benar adalah putra sahabat kita itu, sudah pasti riwayat hidupnya sukar diceritakan kepada orang, kita kurang baik menanyakan hal ini kepadanya. Lebih baik tanyakan saja kepada Leng Ping-ji, kemarin Ping-ji sudah sampai di Jik-tat- bok, malam ini juga kita akan bersua dengannya"

   Ternyata sepasang suami istri ini adalah Song Teng-siau dan Lu Su-bi, mereka adalah sahabat karib Hun Ci-lo, ibu Nyo Yan.

   Jarak mereka dengan Nyo Yan sudah setengah li lebih, dalam anggapan Nyo Yan tak akan mendengar pembicaraan mereka, siapa tahu tenaga dalam Nyo Yan amat sempurna, pendengarannya tajam melebihi siapa pun, apa yang mereka bicarakan terdengar semua olehnya Yang paling menggetarkan perasaan Nyo Yan adalah kabar berita tentang Leng Ping-ji.

   "Ternyata enci Leng berada di sini, kalau begitu aku bukan sedang bermimpi tadi?"

   Berpikir ke situ, tanpa terasa dia berpaling dan melotot ke arah Liong Leng-cu.

   "Kau tak usah gusar,"

   Kata Liong Leng-cu sambil tertawa.

   "aku khawatir kau sedih maka tak berani kuutarakan hal yangsebenarnya. Tadi aku sudah bertemu dengan enci Leng-mu, cuma dia berada berada bersama-sama Ki See-kiat."

   Nyo Yan tertegun, lalu serunya.

   "Kau bukan sedang membohongi aku bukan?"

   Liong Leng-cu menghela napas panjang.

   "Sebenarnya aku ingin membohongimu, tapi setelah kupikir kembali, aku rasa lebih baik mengatakan yang sebenarnya kepadamu. Kau bukan sedang bermimpi, sewaktu kubawa kau pergi tadi, enci Leng-mu memang benar-benar berada di sisimu,"

   Kata Liong Leng-cu lagi. Mendengar ucapan itu, Nyo Yan merasakan hatinya kacau tak keruan, dia hanya bisa tertawa getir. Dengan lembut Liong Leng-cu berkata lagi.

   "Engkoh Yan, tadi aku bohong kepadamu, kau tidak akan marah bukan?"

   Nyo Yan tertegun sesaat, seakan-akan tidak mendengar dan melihat apa-apa lagi. Liong Leng-cu menjadi gugup, segera serunya.

   "Engkoh Yan, mengapa kau? Ooh, akulah yang salah, tahu kalau cintamu terhadap enci Leng begitu mendalam, aku-aku tidak seharusnya."

   Dalam benak Nyo Yan sekarang hanya dipenuhi oleh suatu pemandangan, enci Leng-nya sedang naik kuda bersama Ki See-kiat, mereka makin lama semakin menjauhi dirinya, makin lama bayangan tubuhnya semakin kabur.

   Tiba-tiba Nyo Yan menghela napas dan seakan-akan baru mendusin dari impian, gumamnya.

   "Ya, begi-tupun ada baiknya!"

   "Apanya yang baik?"

   Liong Leng-cu tertegun."Aku hanya berharap enci Leng bisa memperoleh kebahagiaan, kalau dia lebih bahagia bersama orang lain, bukankah hal ini baik sekali?"

   Liong Leng-cu memang sedang menantikan ucapan tersebut, dengan girang dia lantas berseru.

   "Kalau begitu, kau tak akan menyalahkan aku bukan?"

   "Kau sama saja dengan enci Leng, aku tak akan menyalahkan dia tentu saja tak akan menyalahkan pula dirimu."

   Tanpa terasa, sekali lagi Liong Leng-cu tertegun.

   "Bukankah kau pernah berkata aku dan enci Leng ibaratnya api dan salju, watak kami berbeda? Mengapa kau mengatakan sama sekarang?"

   "Maksudku kalian sama-sama baik kepadaku. Kalian berbohong demi kebaikanku, meski jalan pemikiran kalian sama sekali berbeda."

   Dengan sorot mata yang bening Liong Leng-cu mengawasi wajah Nyo Yan tanpa berkedip, seolah-olah hendak meneropong hatinya, tapi seperti pula seorang adik yang aleman pada kakaknya, dia berkata.

   "Kau sungguh tak marah kepadaku? Mengapa wajahmu begini berat dan serius? Tertawalah, asal kau tertawa aku akan percaya kepadamu!"

   Digoda demikian tanpa terasa Nyo Yan tertawa, katanya kemudian.

   "Kau siluman perempuan kecil yang nakal, aku benar-benar dibuat mati kutu olehmu, sudah, jangan ngobrol terus, mari kita berangkat!"

   Tapi setelah tertawa, Liong Leng-cu masih tetap menemukan kerutan murung melekat di atas wajahnya.Melihat itu, diam-diam dia menghela napas dan mulai merasakan getirnya cinta.

   ---ooo0dw0ooo--- Bukan hanya dia yang merasakan getirnya cinta, masih ada Ki See-kiat Nyo Yan mengira dia bersama Leng Ping-ji, siapa tahu justru saat inilah mereka sedang berpisah.

   Ketika dia bersama Beng Goan-cau dan Miau Tiang-hong sampai ditempat semula, Nyo Yan sudah tak tampak.

   "Mana anak Yan?"

   Beng Goan-cau bertanya dengan perasaan terkejut "Paman Beng,"

   Sahut Leng Ping-ji lirih.

   "maafkan aku, aku aku telah membiarkan dia pergi."

   Miau Tiang-hong segera menerka beberapa bagian kejadian yang berlangsung.

   "Dia pergi bersama siapa?"

   "Ia pergi bersama nona Liong. Katanya adik Yan telah berjanji untuk pulang bersama dia. Dia tahu adik Yan masih belum ingin tinggal di sini."

   Ki See-kiat segera berkerut kening, ujarnya.

   "Mengapa kau percaya dengan."

   Belum sempat kata "siluman perempuan kecil"

   Diutarakan, terdengar Leng Pengji telah berkata lagi.

   "Perhatian nona Liong itu terhadapnya tak mungkin berada di bawahku, aku merasa sangat lega membiarkan ia membawanya pergi."

   Maksud dari perkataan ini jelas sekali, yakni aku saja tidak khawatir buat apa kau turut khawatir? Kena batunya, Ki See-kiat lantas berpikir di dalam hati.

   "Padahal asal nona Liong itu bukan siluman perempuan cilikseperti apa yang diucapkan sementara orang, apa jeleknya dengan ini? Bukan saja tiada kejelekannya bahkan siapa tahu jauh lebih baik untuk adik Yan? Paling tidak hubungan tersebut akan mengurangi kata iseng orang lain terhadapnya ketimbang dia bercinta dengan Leng Ping-ji. Ehm, Ping-ji membiarkan mereka pergi bersama, tampaknya dia sedang mencoba untuk melepaskan diri dari kesulitan."

   Padahal orang yang benar-benar merasa gembira adalah dirinya sendiri, cuma dia tak berani berpikir ke arah itu. Beng Goan-cau menghela napas panjang, kemudian pikirnya.

   "Ping-ji, aku tidak menyalahkan kau. Meskipun aku belum pernah bersua dengan anak Yan, namun aku cukup mengetahui wataknya Aku tahu, dia memang belum berniat menjumpaiku sekarang, kalau dipaksakan hal ini malah kurang baik." Tapi aku masih tetap mengkhawatirkan satu hal,"

   Kata Miau Tiang-hong tiba-tiba "Soal apa?"

   "Dia mudah emosi, aku khawatir kerapkali ditipu orang."

   "Nona Liong tak akan menipunya!"

   Cepat-cepat Leng Ping-ji menukas. Tidak, aku bukan maksudkan nona Liong."

   Leng Ping-ji segera mengerti siapakah penipu yang dikhawatirkan itu, maka dia pun membungkam.

   "Saudara Beng perlukah kita mengutus orang ke ibu kota? Sudah kau pilih orangnya?"

   Kata Miau Tiang-hong lagi.

   "Besok Kuay-hoat Thio Beng akan pulang, aku akan mengutusnya ke sana"Rupanya Ciat Hong dan Pui Liang meski sudah memperoleh bantuan Nyo Yan sehingga lolos dari kepungan ketika terjadi peristiwa di kota Po-teng, namun mereka telah melebihi batas waktu yang ditentukan. Mereka adalah utusan patriot pembela bangsa untuk membeli obat-obatan di ibu kota. Leng Thiat-jiau dan Beng Goan-cau khawatir mengalami kejadian lagi karena jejaknya sudah diperhatikan orang Po-teng, maka mereka mengutus orang ke ibu kota untuk menjemput mereka. Kuay-hoat-thio memiliki ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna, pandai menyaru lagi, paling cocok kalau dia yang diutus. Cuma bila ada seseorang yang menemaninya, sudah pasti akan lebih aman lagi. Leng Ping-ji memahami apa yang dimaksudkan Miau Tiang- hong, jelas dia diharap bisa berangkat ke ibu kota bersama Kuay-hoat-thio untuk mencegah Nyo Yan jangan sampai ditipu ayahnya Miau Tiang-hong sudah menduga kalau besar kemungkinan Nyo Yan akan berangkat ke ibu kota untuk membujuk ayahnya Leng Ping-ji amat kalut pikirannya, maka dia hanya berlagak seakan-akan tak mengerti. Dia sudah menyanggupi Liong Leng-cu, tentu saja dia tak dapat mengingkari janjinya.

   "Kuay-hoat-thio adalah sahabat karib paman Beng, setibanya di ibu kota, sudah pasti dia tak akan membiarkan adik Yan ditipu Nyo Bok. Apa yang bisa kubantu dengan ke- hadiranku? Aai daripada bertemu lebih baik tidak, buat apa aku mesti mencari penyakit?"

   Demikian dia berpikir.Maka sesudah mengambil kepu-tusan, mendadak ujarnya.

   "Paman Miau, besok aku ingin pulang ke Thian-san."

   Miau Tiang-hong tertegun oleh keputusannya itu, selang sesaat kemudian dia baru berkata.

   "Aku pikir, saat ini belum waktunya untuk pulang ke bukit Thian-san."

   "Aku tahu, mereka sedang menyebarkan berita bobong tentang aku dan adik Yan, tetapi aku justru akan pulang untuk membela adik Yan serta mencuci bersih nama baiknya!"

   "Menurut apa yang kuketahui, Ciok Thiang-hing hanya melimpahkan dosa tersebut pada anak Yan seorang, sedang terhadap kau sama sekali tidak berkata apa-apa, cuma bila kau mencoba untuk membelanya, bisa jadi kau akan turut ter- libat."

   "Aku tidak takut. Aku harus memberitahukan keadaan yang sebenarnya kepada ciangbunjin. Soal perbuatan adik Yan melukai Ciok susiok aku tak berani membelanya, tapi aku ingin ciangbunjin mengerti, kesatu adik Yan tidak berbuat tidak senonoh kepadaku. Kedua yang penting adik Yan bukan seorang manusia yanng jahat. Dia sering melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi kaum patriot pembela bangsa, misalkan saja pertolongannya terhadap Ciat Hong dan Pui Liang di kota Po-teng. Ia mengkhianati perguruan sebagian besar disebabkan karena posisinya dipojokkan. Aku rasa Teng ciangbun tidak akan bersikap seperti Ciok susiok dan putranya, yang dilihat hanya adik Yan dari sudut kesa- lahannya belaka! "Tapi Ciok Thiang-hing merupakan ketua dari empat tianglo sedangkan anak Yan memang melakukan kesalahan, khawatirnya sulit buat ciangbunjin untuk menarik kembali perintah tersebut."Tapi bagaimananpun juga aku menginginkan dia tahu keadaan yang sebenarnya. Paling tidak bisa mengurangi kesalahan dari adik Yan, asal dapat begitu, aku pun dapat tenang."

   "Baiklah, kalau kau memiliki keberanian tersebut, aku lebih- lebih tak akan membiarkan orang lain sembarangan menuduh anak Yan berbuat kejahatan, mari kita pulang ke gunung bersama-sama."

   Diam-diam Ki See-kiat merasa sedih dan menyesal, tadi ia memikirkan yang bukan-bukan, tapi sekarang dia baru mengerti, kendati hubungan Leng Ping-ji dengan Nyo Yan cuma persaudaraan biasa, namun mustahil gadis tersebut akan mengalihkan cintanya kepada dia Ketika Nyo Yan mengambil keputusan untuk berangkat ke ibu kota bersama Liong Leng-cu, pada saat yang bersamaan Leng Ping-ji sedang berpisah dengan Ki See-kiat Sekalipun teka-teki sekitar asal-usulnya sudah diketahui, namun yang diperoleh adalah kesulitan dan kemurungan yang semakin tebal.

   Apalagi soal perasaan, pada hakikatnya sukar diatasi.

   Mendadak terdengar suara guntur membelah bumi, tampaknya hujan badai segera akan turun kembali.

   Sambil tertawa getir Nyo Yan bergumam.

   "Cuaca betul- betul sukar diramalkan, aaai mungkin begitu pula dengan perubahan yang terjadi di dunia ini!"

   Dia dan Liong Leng-cu belum genap berusia duapuluh tahun.

   Orang Buddha bilang, waktu berlalu ibarat kilatan petir, dengan usia mereka yang masih muda ternyata harus mengalami banyak badai dan kemurungan, meski kehidupanmereka hanya sekilas, namun berapa banyak kesulitan yang harus dihadapinya.

   TAMAT ---oo0dw0oo---

   

   

   Taruna Pendekar Karya Liang Ie Shen di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   

   

Elang Terbang Di Dataran Luas -- Tjan Id Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Elang Terbang Di Dataran Luas -- Tjan Id

Cari Blog Ini