Misteri Pulau Neraka 14
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long Bagian 14
Misteri Pulau Neraka Karya dari Gu Long
Kiau Hui-hui sangat terkejut, tapi ia sampat juga berseru sambil tertawa.
"Adik Sian, kau benar-benar sangat hebat"
Sementara itu ruyung panjang itu sudah menyerang lagi dengan gaya bukit Thay-san menindih kepala, dengan tenang dan kalem dia segera membuang pedang sambil miringkan badan, lalu dengan rambutnya yang panjang dia sambar Nyoo Siau-sian.
Sebagaimana diketahui panjang ruyung mu-ni-pian itu mencapai satu kaki tiga depa, jauh lebih menguntungkan bila digunakan untuk pertarungan jarak jauh, sebaliknya sangat merepotkan bila digunakan untuk pertarungan jarak dekat.
Dengan sorot mata berkilat dia segera menjejakkan kakinya ke atas tanah dan tiba tiba saja melompat dua kaki ke udara.
Dengan demikian, sambaran pedang yang dilancarkan Kiau Hui-hui pun kembali mengenai sasaran yang kosong.
Menyaksikan pertarungan itu, Oh Put Kui tidak dapat menahan diri lagi, dia segera bertepuk tangan sambil memuji.
"Ilmu ruyung dan ilmu pedang yang sangat bagus!"
Sementara Nyoo Siau-sian sudah melayang turun ke atas tanah, dengan cepat dia mengayunkan ruyungnya sambil melancarkan serangan lagi, katanya sambil tertawa.
"Enci Kiau, kau tak bisa bersantai-santai lagi, ayoh gunakan seluruh tenagamu!"
Sembari berkata dia perketat serangan yang dilancarkan, dalam waktu singkat dia telah melepaskan lima buah serangan berantai yang sangat hebat.
"Kau ingin bertarung sungguhan?"
Seru Kiau Hui-hui terperanjat.
"adik Sian, bila orang lain yang menghadapi jurus serangan itu, mungkin tiada orang yang mampu menghadapinya."
"Tapi justru dengan cara ini saja, kau baru bisa didesak mundur,"
Jawab Nyoo Siau-sian sambil tertawa.
Dalam pembicaraan yang berlangsung Kiau Hui-hui telah berhasil menghindari ancaman itu.
Sekali lagi Oh Put Kui bersorak memuji.
Ternyata gerakan tubuh yang digunakan gadis suci dari lembah Yu-kok untuk menghindari serangan tersebut ada tujuh bagian mirip sekali dengan ilmu tay-siu-huan im-poh yang pernah dipelajari dari Pulau neraka tempo hari.
Hanya saja dalam perubahan, gerakan itu tidak setangguh ilmu langkah Tay-siu-huan-im poh tersebut.
Sambil tertawa cekikikan kembali Nyoo Siau-sian berseru.
"Enci Kiau, coba kau lihat serangan ruyungku ini........"
Mendadak ruyung yang berada ditangan kanannya itu melayang datang dari sisi tubuhnya.
Gerakan ruyung itu lambat sekali, tapi justru mendatangkan suatu ancaman yang sukar diduga.
Kiau Hui-hui seketika terlihat agak kaget bercampur keheranan, dengan pandangan tak berkedip diawasinya ruyung panjang ditangan Nyoo Siau-sian itu tanpa berkedip, sementara pedang Pek-giok kiam nya disilangkan di depan dada tanpa bergerak.
Tiba-tiba saja Oh Put Kui berkerut kening.
Secara diam-diam dia telah menghimpun tenaga dalamnya sebesar sepuluh bagian untuk berjaga-jaga atas segala peristiwa yang tidak diinginkan.
Rupanya dia telah menyaksikan bahwa dibalik serangan ruyung yang dilancarkan Nyoo Siau-sian saat ini, terkandung suatu kekuatan yang tak terlukiskan dengan kata.
Sebaliknya sikap Kiau Hui-hui yang berdiri tenang dengan pedang terhunuspun kelihatan sangat serius, oleh sebab itu dia sadar bahwa serangan itu bila dilancarkan keluar, niscaya akan menimbulkan suatu bentrokan kekerasan yang maha dahsyat.
Yang dikuatirkan olehnya saat ini adalah keteledoran dari mereka berdua, sebab salah-salah bisa mengakibatkan suatu bencana yang amat dahsyat.
Oh Put Kui tak ingin bencana yang berada didepan mata ini timbul dan terjadi........
Maka secara diam-diam ia telah mengambil keputusan didalam hati, apabila keadaan memerlukan, maka dia akan turun tangan memberi bantuan.
Pada saat itulah ruyung Mu-ni-pian dari Nyoo Siau-sian telah menyambar datang dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Disaat ruyung panjang itu tinggal berapa depa saja dari tubuh Kiau Hui-hui itulah, mendadak ujung ruyung tersebut menggulung dan menyambar keatas dengan kecepatan luar biasa.
Berkilat sepasang mata Kiau Hui-hui menghadapi kejadian ini, secepat kilat pedangnya dilontarkan pula kedepan.
Dalam waktu singkat ruyung dan pedang itu sudah saling membentur satu sama lainnya.
"Plaaaakkk......."
Akibat dari bentrokan ini, ruyung Mu-ni-pian segera membelenggu pedang ciang mo kiam.
Dan kedua belah pihakpun saling membetot dengan sepenuh tenaga, namun tak berhasil untuk melepaskan diri satu dengan lainnya.
Dalam sekejap mata, kedua orang gadis itu sama-sama mengerahkan tenaga dalamnya hingga mencapai dua belas bagian.
Diantara rambut yang berkibar terhembus angin dan wajah yang memerah seperti kepiting rebus, kedua orang gadis itu saling mempertahankan diri dengan sepenuh tenaga, namun nampak sekali kalau mereka berdua sama-sama merasa ngotot dan berat.
Namun siapapun enggan mengendorkan diri sehingga memberi peluang baik untuk lawannya.
Pertarungan adu tenaga dalam semacam ini memang merupakan pertarungan yang sangat berbahaya, siapa saja yang berani berayal sedikit saja, niscaya bencana besar akan tiba didepan mata.
Untuk sesaat lamanya suasana dalam arena dicekam dalam keheningan yang luar biasa, sedemikian heningnya sampai dengus napas setiap orang dapat kedengaran secara jelas.
Seperminum teh sudah lewat tanpa terasa.
Peluh sudah mulai bercucuran keluar membasahi jidat Nyoo Siau-sian........
Begitu juga dengan ujung hidung Kiau Hui-hui, basah dan berkilat oleh peluh yang bercucuran.
Rupanya pertarungan yang sangat berat ini menyebabkan mereka saling ngotot mempertahankan diri dengan sepenuh tenaga dan siapapun tak mau mengundurkan diri lebih dulu...
@oodwoo@
Jilid 32 Oh Put Kui berkerut kening, pelbagai ingatan segera berkecamuk didalam benaknya..........
Haruskah dia turun tangan? Atau jangan? Pemuda itu tak dapat mengambil keputusan secara pasti.
Sebab bagaimanapun juga pertarungan itu menyangkut nama baik serta pamor dari suatu perguruan.
Sementara dia masih termenung mencari akal, tiba-tiba terdengar keempat orang dayang dari Kiau Hui-hui sudah berteriak keras.
"Oh kongcu, siancu dan nona Nyoo sudah tak mungkin bisa memisahkan diri lagi, bila tidak segera dilerai, akibatnya kedua orang itu akan terluka parah atau bahkan tewas.......
Oh kongcu, kau harus mencari akal dengan cepat untuk memisahkan mereka berdua!"
Tiba-tiba saja Oh Put Kui merasakan hatinya bergetar keras, teriakan dari keempat orang dayang itu telah menyadarkan dirinya.
Paling tidak, dia tak boleh membiarkan dua orang gadis yang cantik rupawan itu tewas dalam keadaan mengenaskan.
Dalam waktu singkat dia mengambil keputusan didalam hatinya.
Mendadak pemuda itu mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring, begitu pekikannya selesai diutarakan, tubuhnya menerjang kedalam arena dengan kecepatan luar biasa.
Tampak sepasang tangannya direntangkan kekiri dan kanan secara bersama-sama......
Pada saat yang bersamaan dia telah mencengkeram ruyung Mu-ni-pian dan menyentil lepas pedang penakluk iblis......
Ditengah gelak tertawanya yang sangat nyaring inilah, kedua orang gadis itu sama-sama mundur sejauh delapan langkah sebelum berhasil berdiri tegak.
Tapi mereka berdua segera menghembuskan napas panjang dan memandang kearah Oh Put Kui dengan termangu.
Tampaknya kelihayan ilmu silat yang dimiliki anak muda itu membuat mereka tercengang dan hampir saja tidak percaya.
Setelah berhasil memisahkan kedua orang gadis itu, Oh Put Kui baru menegur dengan suara dalam! "Siapa suruh kalian berdua saling beradu tenaga dalam? benar-benar suatu tindakan yang tidak seharusnya dilakukan!"
Teguran itu diutarakan sangat berat dan pedas, bahkan sama sekali tidak sungkan-sungkan.
Akan tetapi dua orang gadis itu tidak menjadi marah atau tersinggung, justru perasaan menyesal dan malu muncul didalam hati masing masing, tanpa disadari mereka berpikir dihati.
"Aaah, betul juga.
mengapa kami harus saling beradu jiwa?"
Akan tetapi kedua orang itupun paham, ibarat anak panah diatas gendewa, bagaimanapun juga harus dilepaskan juga.
Maka setelah Oh Put-kui menyelesaikan perkataannya, kedua orang gadis itu hanya menundukkan kepalanya renda- rendah tak berani membantah.
Dengan sorot mata yang tajam Oh Put-kui mengawasi kembali wajah kedua orang gadis itu, lalu sesudah tertawa terbahak-bahak dia berkata.
"Sudahlah, pertarungan kali inipun harus diakhiri dengan serie alias sama kuat, menurut pendapatku, biarpun ilmu ruyung penakluk iblis dan ilmu pedang penakluk iblis diadu seratus kali lagipun percuma saja, selamanya tak akan bisa diketahui siapa yang lebih unggul."
Kedua orang gadis itu mendongakkan kepalanya sambil memandang pemuda itu sekejap, kemudian masing-masing tersenyum.
Dan pada saat itulah, dari atas bukit di belakang bangunan loteng berwarna putih itu kedengaran dua kali suara gelak tertawa yang sangat keras.
Menyusul gelak tertawa itu, terdengar seseorang berseru lantang.
"Perkataan itu memang benar nak, dia berkata sangat tepat......."
Mendengar ucapan tersebut, dengan perasaan terperanjat Oh Put-kui segera mendongakkan kepalanya. Tapi Nyoo Siau-sian segera berteriak dengan gembira.
"Suhu, rupanya kau sudah datang lebih duluan........"
Saat itulah kedengaran pula suara yang lain berseru dengan nada berat dan rendah "Wi in suci, tampaknya perselisihan kita betul betul suatu perselisihan yang tak ada artinya........!"
Mendengar suara ini, Kiau Hui-hui yang segera menjerit keras.
"Suhu, rupanya kau orang tua juga datang" Paras muka Oh Put Kui yang semula diliputi perasaan kaget dan terkesiap itu, kini berubah menjadi penuh senyuman.
Dia tak menyangka suhu dari kedua orang gadis itu sudah datang semua.
Kini dia baru menyesal mengapa harus turun tangan.
Tapi dia pun merasa gembira atas keterlibatannya didalam pertarungan tadi.
Kalau tidak, entah sampai kapan pertarungan antara ruyung dan pedang tersebut baru bisa diakhiri? Atau bahkan bisa jadi akan berubah menjadi perselisihan yang turun temurun.
Tapi bila didengar dari nada pembicaraan Giok-hong sinni It-ing Taysu barusan, agaknya dia sudah tidak berniat lagi untuk meneruskan pertarungan tersebut.
Tapi bagaimana dengan Wi-in sinni? Ia percaya, nikou tua itupun tak akan menampik.
Disaat Oh Put Kui mendongakkan kepalanya sambil tersenyum, dua sosok bayangan manusia telah meluncur turun dari puncak tebing itu dengan gerakan yang amat ringan.
Dalam waktu singkat ditengah arena telah bertambah dengan dua orang nikou tua.
Seorang diantaranya sudah pernah dijumpai Oh Put Kui, dia adalah Wi-in sinni.
Ini berarti nikou yang satunya lagi adalah It-ing taysu.
Tapi hampir saja Oh Put Kui tidak percaya kalau kedua orang nikou tersebut adalah tokoh silat yang sudah lama termashur dalam dunia persilatan.
Sebab Giok-hong sinni It-ing taysu yang merupakan satu diantara tiga dewa ini nampaknya baru berusia tiga puluh tahunan.
Wajahnya yang lembut dan saleh serta bajunya yang putih bersih dengan senyum manis membuat nikou itu kelihatan lebih anggun dan simpatik.
Nyoo Siau sian segera lari menghampiri nikou tua itu, sedangkan Kiau Hui-hui menghampiri nikou setengah umur itu.
"Suhu......."
Hampir bersamaan waktunya mereka berseru. Tapi kedua orang nikou itu segera menukas.
"Cepat kau jumpai dulu paman gurumu!"
Maka kedua orang gadis itupun bertukar patner untuk saling memberi hormat.
Dengan senyum dikulum It-ing taysu berkata kepada Nyoo Siau-sian.
"Anak Sian, tampaknya seluruh ilmu ruyung dari gurumu telah kau pelajari dengan sempurna."
"Susiok, enci Kiau lebih ganas daripada aku,"
Kata Nyoo siau-sian sambil tertawa.
"bukan saja dia sudah menguasai penuh seluruh ilmu pedang penakluk iblis dari susiok, bahkan permainannya sudah mendekati kesempurnaan."
Sementara itu Kiau Hui-hui yang baru saja memberi hormat kepada Wi-in sinni segera membantah.
"Adik Sian, kau tak usah memuji diriku, bagaimanakah keadaan yang sesungguhnya tentu kau pahami, andaikata Oh kongcu tidak segera turun tangan, aku si enci akan mengenaskan sekali."
"Enci Kiau, kau jangan menyindir orang"
Nyoo Siau-sian kembali berteriak.
"sudah jelas aku yang tak mampu menahan diri........" "Sudah, sudahlah, kalian tak usah saling memuji........"
Tukas It-ing taysu kemudian sambil tertawa ramah.
Kemudian sambil mengalihkan sorot matanya kearah Oh Put Kui, sembari ujarnya sambil tertawa.
"Oh sicu, kalau dilihat dari jurus serangan yang kau gunakan tadi, tampaknya mirip sekali dengan Thian-liong siankang, apakah siau-sicu adalah ahli waris dari Thian-liong sangjin?"
"Suhu boanpwee adalah Tay-gi!"
Jawab Oh Put Kui dengan sikap amat menghormat. It-ing taysu yang mendengar itu segera berseru dengan gembira.
"OOdwOoooh....... rupanya kau adalah muridnya Tay-gi sangjin, kalau begitu tak aneh lagi......."
Mendadak ia menghela napas panjang, lalu kepada Wi-in sinni katanya pula.
"Suci.
Kita benar-benar mencari penyakit buat diri sendiri.
aku lihat pertarungan yang diselenggarakan satu kali setiap dua tahun ini tak usah dibicarakan lagi mulai sekarang......."
"Adikku, sejak lama kita sudah seharusnya menghentikan pertarungan itu......."
Wi-in sinni tersenyum.
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali katanya.
"Kalau dilihat dari kemampuan yang dimiliki kedua orang bocah itu, semestinya merekapun bisa terhitung jago kelas satu didalam dunia persilatan, aku rasa kita berdua pun tak usah merisaukan keadaan mereka lagi......."
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Oh Put Kui yang turut mendengarkan pembicaraan itu dari samping, diam-diam merasa amat terkesiap.
Dia sama sekali tidak mengira kalau nikou yang saleh ini bisa bertarung hampir empat puluh tahun lamanya gara-gara ingin mengetahui ilmu silat siapakah yang lebih unggul diantara mereka.
Tiba-tiba saja dia merasa, ada kalanya orang persilatan memang bisa berbuat bodoh sekali tanpa mereka sadari.
Setelah tertawa hambar It-ing suthay berkata pula.
"Yaa betul, pertandingan yang tak berarti telah menyia- nyiakan waktu kita selama empat puluh tahun, aaaaaiiii......."
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar Nyoo SIau-sian berseru sambil tertawa cekikikan.
"Susiok, selanjutnya aku tidak perlu bertarung melawan enci Kiau lagi bukan?"
It-ing suthay segera manggut-manggut.
Sedang Wi-in sinni berkata pula sambil tertawa.
"Anak Sian, ilmu pedang penakluk iblis dari susiok mu tiada taranya didunia ini, berbicara soal ilmu pedang, mungkin selain ilmu pedang thian-lui-kiam-hoat dari si iblis diantara pedang yang disebut orang sebagai pedang iblis pencabut nyawa Oh Ceng-thian, didunia ini tiada ilmu pedang kedua yang mampu menandinginya."
Oh Put-kui yang mendengar ucapan tersebut tiba tiba saja merasakan hatinya bergetar.
Ia tahu ilmu Thian-lui-kiam merupakan ilmu pedang andalannya, sebab dia adalah putera Oh Ceng-thian.
Sekalipun demikian, pujian dari Wi-in sinni ini mendatangkan rasa gembira juga bagi Oh Put-kui yang mendengarkan.
Tanpa terasa sebelum senyman menghias ujung bibirnya.
"Suhu,"
Terdengar Nyoo Siau-sian berkata sambil tertawa.
"benarkah ilmu pedang "Thian-lui-kiam itu lihay sekali?"
Wi-in sinni manggut manggut seraya tertawa.
"Ya, tentu saja.
kalau tidak mengapa Oh tayhiap disebut orang sebagai iblis diantara pedang?" Sambil tertawa It-ing suthay berkata pula.
"Nak sian, suatu ketika bila kau dapat menyaksikan kehebatan dari ilmu pedang thian-lui-kiam, maka kau akan tahu bahwa suhumu tidak membohongi kau, lagi pula akupun tahu........"
Setelah menunduk agak sedih, ia meneruskan.
"Sepanjang hidup, mungkin tiada ilmu pedang lain yang bisa menandingi kehebatan Oh tayhiap!"
"Suhu, apakah kau suruh aku mencari si iblis diantara pedang untuk mencoba kepandaiannya?"
Tanya Kiau Hui-hui tiba-tiba sambil mengerdipkan matanya.
Dengan cepat It-ing suthay menggeleng.
"Anak bodoh, bahkan suhumu sendiripun sadar bukan tandingannya.
apalagi kau? Berani amat kau berbicara latah? Betul-betul anak harimau yang tak tahu diri........"
"Tecu tidak percaya kalau ilmu pedang Thian-lui-kiam bisa lebih hebat daripada ilmu pedang ciang-mo-kiam!"
Seru Kiau Hui-hui lagi sambil tertawa. Mendadak Oh Put Kui berkata sambil tersenyum.
"Kiau siancu, ilmu pedang Thian-lui kiam-hoat tersebut memang betul-betul memang sangat hebat."
"Darimana kau bisa tahu?"
Tanya Nyoo siau-sian sambil tertawa.
"Tentu saja aku tahu......."
"Dimana sih kau pernah menyaksikan ilmu pedang Thian- lui-kiam itu?"
Tanya Kiau Hui-hui pula.
"Oh kongcu, bila kau mengetahui, bersediakah kau memberitahukan kepadaku, dimanakah si iblis diantara pedang itu berada?"
"Apakah kau ingin menjumpai dia orang tua?"
Tanya Oh Put Kui sambil tertawa hambar.
Kiau Hui-hui sama sekali tidak memperhatikan nada pembicaraan dari Oh Put Kui saat itu.
Setelah membereskan rambutnya, dia menjawab.
"Benar, aku ingin menggunakan ilmu pedang ciang-mo- kiam untuk mengungguli ilmu pedang Thian-lui-kiam."
"Kau tak akan bisa mengunggulinya......."
Oh Put ui menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak percaya, dari namanya saja iblis diantara pedang, sudah kedengaran membawa tiga bagian hawa sesat, sejak dulu sampai sekarang kaum lurus pasti dapat mengungguli kaum sesat, maka ilmu pedang penakluk iblis justru akan merupakan ilmu tandingannya."
"Kiau siancu, dari mana kau menyimpulkan kalau Oh tayhiap mengandung tiga bagian hawa sesat?"
Tanya Oh Put Kui sambil mengerutkan dahinya rapat-rapat.
"Kalau bukan mengandung hawa sesat, mengapa ia disebut sebagai iblis......"
Mendengar itu Oh Put Kui segera mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak.
"Haaaaahhhh..... haaaaahhhhh..... haaaaahhhh..... Kiau siancu, kau keliru besar.......!"
Kiau Hui-hui yang ditertawakan segera menjadi tertegun dibuatnya, bahkan dua orang sinni itupun turut tertarik dibuatnya.
"Dimanakah kesalahanku?"
Dengan nada suara agak berubah Kiau Hui-hui mendesak.
"Siapa yang bertarung dengan mengandalkan ilmu silat dia adalah kaum iblis, bila ingin menjadi nabi, mengapa pula harus menggunakan kekerasan? Oleh sebab itu julukan iblis diantara pedang hanya bisa diartikan sebagai melukiskan keadaan ilmu pedangnya yang kelewat tangguh dan hebat, bila Kiau siancu mengartikan kata iblis tersebut sebagai hawa sesat, maka jelas kau sudah mengartikan yang salah."
Nyoo Siau-sian yang menyakskan keseriusan dan kesungguhan Oh Put Kui dalam pembicaraan tersebut, diam- diam merasa amat terkejut, pikirnya kemudian.
"Heran, mengapa Oh toako seperti menaruh perhatian yang amat serius terhadap persoalan itu?"
Dalam pada itu Kiau Hui-hui telah berkata lagi sambil tertawa lebar.
"Sekalipun apa yang diucapkan Oh Kongcu benar, aku ingin sekali menyaksikan kehebatan dari ilmu pedang Thian- lui-kiam tersebut......"
"Tekad siancu sungguh mengagumkan......."
Puji Oh Put Kui. Kiau Hui-hui kembali tertawa, tanyanya kemudian.
"Oh kongcu, tahukah kau Oh tayhiap berada dimana sekarang?"
"Aku tidak tahu......"
Pemuda itu menggeleng. Lalu dengan kening berkerut, katanya lagi sambil tertawa.
"Jadi Kiau siancu benar-benar ingin menyaksikan ilmu pedang Thian-lui-kiam itu?"
"Tentu saja......."
Mendadak Nyoo siau-sian ikut menimbrung.
"Oh toako, mengapa sih kau harus membelai ilmu pedang Thian-lui-kiam? Atau jangan jangan...... kau dapat menggunakan ilmu pedang tersebut?"
Begitu pertanyaan itu diajukan, kedua orang nikou sakti itupun ikut tertegun dibuatnya.
Benar juga perkataan itu, mengapa Oh Put-kui begitu bersikeras membelai ilmu pedang Thian-lui-kiam? Mungkin pemuda itu ada hubungannya dengan Oh Ceng- thian? Sementara itu Oh-put-kui telah menjawab sambil tertawa.
"Adik Sian, kau memang seorang yang pandai......."
Jawaban tersebut sekali lagi membuat semua yang hadir merasa amat terkejut.
Setelah mengalihkan sorot matanya memandang seluruh hadirin, sambil tertawa Oh Put-kui berkata lebih jauh.
"Kiau siancu, kau tidak usah mengharapkan yang jauh dengan menampik yang berada didepan mata, aku pernah belajar ilmu pedang Thian-lui-kiam-hoat selama lima hari, apabila siancu tidak keberatan, aku bersedia menemani siancu untuk mencoba kehebatan ilmu pedang tersebut......."
Tiba-tiba saja paras muka Kiau siancu berubah berulang kali, berbicara yang sebetulnya, dia merasa enggan untuk bertarung melawan si anak muda itu.
Seandainya ditanya apakah dalam hatinya terdapat bayangan seorang lelaki, maka bayangan lelaki yang menempel di hatinya tak lain adalah Oh Put-kui yang berada dihadapannya.
Hanya saja Oh Put-kui sendiri justru tak pernah berpikir sampai kesitu.
Maka diapun mendesak lebih jauh.
"Kiau siancu, apakah kau sudah merubah keinginanmu?"
Kiau Hui-hui mengerdipkan matanya berulang kali, tapi akhirnya dia tertawa.
"Oh kongcu, aku tak pernah berubah pikiran......."
Setelah menundukkan kepalanya sejenak, kembali dia melanjutkan.
"Cuma saja, Oh kongcu baru belajar ilmu pedang Thian-lui- kiam selama lima hari......." Sudah jelas dia maksudkan perkataan dari Oh Put-kui tadi kelewat tekebur.
Sambil tertawa Nyoo Siau-sian berkata pula.
"Toako, kau jangan begitu memandang rendah orang lain......"
"Aku tak akan berbuat sebodoh ini,"
Sahut Oh Put Kui sambil tertawa hambar. Kemudian setelah memandang sekejap It-ing taysu, kembali dia berkata.
"Sebagai murid kesayangan It-ing cianpwee aku percaya kemampuannya pasti sangat hebat!"
Sudah jelas dibalik perkataan itu sesungguhnya masih mengandung maksud lain.
Paras muka It-ing suthay sama sekali tidak berubah, katanya kemudian sambil tertawa.
"Oh sicu amat gagah dan bertenaga dalam amat sempurna, meskipun hanya lima hari mempelajari ilmu pedang Thian-lui- kiam-hoat, tapi pinni percaya siau-sicu pasti sudah memperoleh seluruh warisan dari Oh tayhiap."
Wi in sinni berkata pula sambil tertawa "Aku rasa pelajaran yang diperoleh secra tergesa-gesa, belum tentu bisa menggunakan seluruh intisari dari kepandaian tersebut."
"Tidak mungkin,"
It-ing suthay menggeleng.
"bila ditinjau dari kemampuan Oh sicu dalam ilmu Thian-liong siaukang, pinni percaya untuk mempelajari ilmu silat apapun, asalkan berhasil mempelajari inti sarinya, maka semua rahasia ilmu tersebut dapat dipahami."
Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba-tiba dia berkata lagi kepada Oh Put Kui. "Siau-sicu, pinni ingin sekali menanyakan satu persoalan kepadamu, bersediakah kau untuk menjawabnya?"
Oh Put Kui segera menjura seraya menyahut dengan hormat.
"Silahkan cianpwee utarakan!"
"Siau-sicu berasal dari marga Oh, apakah kau berasal satu marga dengan Oh Ceng-thian?"
Oh Put Kui tersenyum.
"Boanpwee adalah putra tunggal dari si iblis diantara pedang Oh Ceng-thian!"
Jawaban yang amat santai ini, degnan cepat mengejutkan semua orang yang berada disitu.
"Jadi kau adalah putra Oh Ceng-thian?"
Tanya Wi-in sinni kemudian.
"Benar!"
Dengan cepat It-ing suthay menggelengkan kepalanya sambil tertawa, serunya.
"Kejadian ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang sama sekali tak terduga......."
"Nak, apakah Tay-gi adalah empekmu?"
Kembali Wi in sinni bertanya.
"Baru belakangan ini boanpwee mengetahui persoalan tersebut."
Wi-in sinni teratawa hambar.
"Kalau memang begitu, mengapa kau hanya belajar ilmu pedang thian-lui-kiam selama lima hari saja? Seharusnya Oh Ceng-thian mewariskan seluruh kemampuannya kepadamu!"
Oh Put Kui menghela napas panjang.
"Berhubung ayahku terkurung di pulau neraka dan tak bisa kembali ke daratan Tionggoan, maka boanpwee dengan menyerempet bahaya telah mengunjungi pulau tersebut dan atas kemurahan hati ketujuh orang jago lihay itu, masing- masing telah mewariskan kepandaian silatnya kepadaku.
"Waktu itu boanpwee sama sekali tidak tahu kalau orang tua yang mewariskan ilmu pedang kepada boanpwee adalah ayahku...
oleh sebab itulah boanpwee hanya belajar ilmu pedang selama lima hari saja......."
Mendengar sampai disini, It-ing suthay ikut menghela napas panjang......
"Nak, kalau begitu aku telah salah mendugamu......."
Kata Wi-in sinni sambil tertawa. Dengan sedih Oh Put Kui menjawab.
"Terima kasih banyak atas perhatian kau orang tua......."
Pada saat itulah tiba-tiba It-ing suthay berkata dengan suara lirih.
"Siau-sicu, kalau begitu berilah petunjuk kepada anak Hui!"
Sekalipun Kiau Hui-hui merasa terkejut oleh asal usul dari Oh Put Kui, tapi tekadnya untuk mencoba ilmu pedang Thian- lui-kiam tidak menjadi luntur sama sekali.
Begitu It-ing suthay menyelesaikan perkataannya, dia segera berkata sambil tertawa hambar.
"Oh kongcu, sekalipun aku tak becus, ingin sekali kucoba kelihayan dari ilmu pedang Thian-lui-kiam!"
"Akupun ingin sekali menyaksikan keampuhan yang sebetulnya dari ilmu pedang Ciang-mo-kiam......."
Sementara pembicaraan berlangsung, pedang Ciang-peng- siu-kiam telah diloloskan dari sarungnya.
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Begitu pedang karat yang sama sekali tak bersinar itu dicabut keluar, kedua orang nikou itu sama-sama dibuat tertegun.
-oo0dw0oo- "Nah, pedang apakah itu?"
Tanya Wi-in sinni kemudian dengan wajah lembut. Pada saat yang hampir bersamaan, It-ing suthay berkata pula.
"Oh sicu, aku lihat pedangmu itu mempunyai asal usul yang luar biasa!"
Oh Put Kui tersenyum.
"Pedang karat milik boanpwee ini tak lain adalah pedang karat Cing-peng-siu-kiam dari tujuh manusia aneh dunia persilatan."
"Sejak kapan Tay-gi mendapatkan pedang ini?"
Seru Wi-in suthay dengan terkejut.
"nak, pernahkah kau gunakan pedang itu?"
Oh Put Kui menggeleng.
"Semenjak boanpwee mengikuti suhu, pedang ini sudah berada didalam goa Cing-peng-gay, sejak kapan suhu mendapatkan pedang tersebut, boanpwee sendiripun tidak tahu......."
Kemudian setelah berhenti sejenak, sambil tertawa katanya lagi.
"Semenjak pedang ini berada ditangan boanpwee, belum pernah boanpwee mempergunakannya"
"Nak, kau benar-benar sangat hebat,"
Puji Wi-in sinni sambil tertawa.
"Boanpwee hanya merasa belum saatnya mempergunakan pedang tersebut."
Berkilat sepasang mata It ing suthay setelah mendengar perkataan itu, segera serunya "Apakah Oh sicu bersedia memberi muka kepada pinni........" "Suthay adalah cianpwee kami, sudah sepantasnya bila boanpwee menghormatimu."
Kata Oh Put Kui dengan hormat. Belum selesai dia berkata, Nyoo Siau-sian telah berkata sambil tertawa.
"Toako, mengapa kau tidak segera turun tangan? Sebentar lagi fajar pun akan segera menyingsing!"
Tentu saja aku tak ingin membuang waktu lagi, nah Kiau siancu, bersiap-siaplah........"
Kata Oh Put Kui kemudian sambil tertawa dengan memeluk pedangnya ia memberi hormat kepada kedua orang nikou itu, kemudian membalikkan badan dan berdiri saling berhadapan dengan Kiau Hui-hui.
Gadis suci dari lembah Yu-kok, Kiau Hui-hui segera menggetarkan pedang Pek giok kiam yang berada ditangan kanannya, setelah tersenyum dia memandang sekejap kearah It-ing suthay, lalu serunya.
"Silahkan Oh kongcu!"
"Silahkan siancu melancarkan serangan lebih dulu!"
"Baiklah, kalau toh koncu tak ingin melancarkan serangan lebih dulu, terpaksa aku akan mendahului......."
Ditengah tertawanya yang merdu, pedang ditangan kanannya segera berkelebat kedepan melancarkan sebuah tusukan kilat.
Serangan yang dilancarkan ini nampaknya sederhana sekali.
Tapi Oh Put-kui tahu, justru gerakan serangan yang makin sederhana itulah akan menimbulkan perubahan yang lebih banyak sehingga sukar diduga lawan sehingga didahului.
Oh Put-kui dengan pedang terhunus tetap berdiri tenang pada posisinya semula.
Dengan pandangan mata yang tajam dia awasi bayangan pedang lawan, sampai ujung pedang Kiau Hui-hui hampir mencapai dadanya itulah dia baru menggetarkan pedangnya.
"Traaaangggg.......!"
Suatu benturan yang amat nayringpun bergema memecahkan keheningan, akibatnya kedua belah pihak saling berpisah. Sambil tertawa hambar Oh Put-kui berkata.
"Sungguh amat sempurna tenaga dalam yang dimiliki siancu......"
Rupanya pedang Kiau Hui-hui tidak berhasil dipentalkan oleh bentrokan itu.
Ketika mendengar ucapan mana, paras muka Kiau Hui-hui berubah menjadi merah.
Tapi dia sadar, sianak muda itu belum menggunakan seluruh kekuatan yang dimilikinya.
Maka dengan cepat dia melancarkan serangan pedangnya untuk kedua kalinya.
Stelah itu gadis itu baru berseru.
"Kongcu, aku toh berniat minta petunjukmu, mengapa kau tidak mempergunakan segenap kekuatan yang kau miliki?"
Kata Kiau Hui-hui kemudian sambil tertawa. Belum habis perkataan itu, serangan pedangnya telah tiba. Oh Put Kui segera tertawa hambar.
"Siancu terlalu sungkan, masa aku akan menyembunyikan kemampuan sendiri.."
Kembali suatu bentrokan kekerasan terjadi. Tiba-tiba Kiau Hui-hui melancarkan serangannya yang ketiga dengan jurus "Jari Buddha menghilangkan duka". "Waaah, rupanya benar-benar sebuah ilmu pedang yang hebat dan tiada taranya......"
Seru Oh Put Kui sambil tertawa tergelak, mencorong sinar tajam dari balik matanya. Pedang karat cing-peng-kiamnya segera diputar mengeluarkan jurus "api guntur melelehkan emas"
Dari ilmu pedang guntur langit yang secara langsung menembusi lapisan bayangan pedang dari gadis tersebut.......
Dalam waktu singkat, bayangan tubuh kedua orang itu sudah saling bergumul satu sama lainnya.
Nyoo Siau sian yang menonton jalannya pertarungan itu segera bertanya kepada It-ing taysu dengan perasaan heran dan kaget.
"Susiok, mengapa gerak serangan pedang dari enci Kiau barusan tidak setajam semula?"
It-ing thaysu segera tertawa tawa.
"Siau-sian, keistimewaan dari ilmu pedang penakluk iblis ini adalah bila bertemu musuh tangguh akan menjadi tangguh, bila bertemu musuh lemah akan lemah, lagipula ilmu ruyungmu justru memiliki bagian-bagian yang merupakan tandingan dari ilmu pedang tersebut, sehingga didalam pandanganmu kekuatan dan pengaruh dari ilmu pedang tesebut kurang hebat."
"Susiok, benarkah ilmu pedang tersebut memiliki kehebatan yang luar biasa?"
"Anak Sian, nampaknya kaupun tidak percaya?"
Seru It-ing taysu sambil tertawa.
"Kalau begitu enci Kiau sengaja menyembunyikan ilmu simpanannya?"
Seru Nyoo Siau sian lagi.
Kembali It-ing taysu tertawa.
"Mana ia berani berbuat begitu? Kalau kurang percaya, tanyakan saja kepada suhumu!" Nyoo siau sian segera berpaling kearah Wi-in sinni yang berada disisinya lalu berseru.
"Suhu, benarkah apa yang diucapkan susiok?"
Sambil tertawa Wi-in sinni mengangguk.
"Yaa betul, apa yang dikatakan susiokmu memang betul!"
Nyoo Siau-sian menjadi sangat terkejut, kembali ujarnya "Susiok, kalau begitu bisa jadi ilmu pedang guntur langit tak mampu menandingi ilmu pedang penakluk iblis."
It-ing taysu segera tertawa.
"Hey budak, setelah berbicara setengah harian lamanya, baru perkataan ini muncul dari sanubarimu!"
"Tidak.......,"
Merah jengah selembar wajah Nyoo Siau-sian.
Sambil tertawa kembali It ing taysu berkata.
"Terlepas kau percaya atau tidak, yang pasti ilmu pedang guntur langit dari Oh Put Kui tak bakal kalah dari ilmu pedang penakluk iblis, nah tentunya kau dapat berlega hati bukan."
"Aku tetap tak percaya."
Sekali lagi Nyoo Siau-sian menggelengkan kepalanya.
Tiba-tiba Wi-in sinni berkata sambil tertawa.
"Anak Sian, apa yang dikatakan It-ing susiok memang benar sekali.
Nyoo Siau-sian berpaling dan memandang sekejap kearah dua orang yang sedang bertarung ditengah arena, lalu katanya kembali.
"Anak Sian lebih tak percaya lagi, coba suhu lihat, bukankah seluruh badan Oh toako telah terkurung ditengah bayangan pedang dari enci Kiau?"
"Nak, kau dapat berkata begitu berhubung pengalamanmu masih amat cetek."
Kata It-ing taysu sambil tertawa. Wi-in sinni berkata pula sambil tertawa. "Anak Sian, bila kau tak percaya, lihat saja sebentar lagi, dalam sepuluh gebrakan kemudian menang kalah akan segera ketahuan."
"Tentu saja anak Sian tidak......"
Mendadak ucapan sinona itu terhenti sampai ditengah jalan.
Rupanya dua orang yang sedang bertarung ditengah arena itu sudah mencapai titik klimaknya, perubahan drastis telah terjadi...
Kalau semula Oh Put-kui terkurung rapat dibalik kabut cahaya pedang lawan, maka saat ini dia sudah lolos sama sekali dari kurungan.
Sebaliknya Kiau Hui-hui yang semula berada dalam posisi menyerang, ini sudah berubah menjadi posisi mempertahankan diri.
Bukan cuma begitu, malahan cahaya berkilauan yang memancar keluar dari pedang Pek-giok-kiam pun jauh lebih lemah dan redup.
Sekulum senyuman manis segera tersungging diujung bibir Nyoo Siau-sian, ia nampak berseri.
Lain halnya dengan It-ing taysu, perasaan kaget dan terkesiap menghiasi seluruh wajahnya.
Sambil menghela napas pelan, Wi in sinni berkata pula.
"Sungguh tak disangka ilmu pedang guntur langit memiliki daya kemampuan yang begitu dahsyat dan mengerikan hati......."
Mendadak.......
Terdengar suara pekikan nyaring berkumandang dari mulut Oh Put-kui, kemudian bersamaan dengan berhentinya suara pekikan tersebut, semua orang merasakan munculnya cahaya merah yang memancar keluar kemana.......
Oh Put-kui bersama pedangnya telah berubah menjadi sekilas cahaya bianglala merah yang membumbung tinggi keangkasa.
Dari ujung pedang karat cing-ping-kiam tersebut, tampak pancaran sinar pedang yang memancar sampai sejauh tiga depa dari senjata tersebut.
wi-in sinni yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi sangat terkejut, segera bentaknya.
"Nak, jangan kau lancarkan serangan yang mematikan.......
Paras muka It-ing taysu berubah lebih hebat lagi, dia berteriak pula keras keras.
"Anak Hui, cepat mundur......."
Tapi bagi Kiau Hui-hui sulit rasanya bagi nona ini untuk mundur dengan begitu saja.
Ternyata hawa pedang yang kuat dan dahsyat itu bagaikan besi sembrani yang menghisap kuat-kuat sebatang jarum, betapapun ia berusaha untuk melepaskan diri, namun usahanya selalu sia-sia belaka.
Atau dengan perkataan lain, Kiau Hui-hui sudah tak mampu menggeserkan badannya barang setengah langkahpun.
Oh Put-kui yang masih berada ditengah udara segera berputar satu lingkaran, dari gerakan yang begitu leluasa bisa diketahui pula bahwa pemuda tersebut telah berhasil melatih tenaga murninya hingga mencapai tingkatan mengeluarkan dan menarik tenaga menurut kemauan sendiri, kejadian ini sama sekali diluar dugaan kedua nikou tersebut.......
Wi in sinni yang melihat kejadian mana serta merta menghimpun seluruh tenaga dalam yang dimilikinya untuk bersiap sedia.
Ia telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, andaikata Kiau Hui-hui terancam bahaya maut, maka dia akan berusaha untuk menyelamatkan jiwanya.
Begitu pula dengan It-ing taysu, dia telah membuat persiapan yang matang.
Tapi kenyataan Oh Put Kui sama sekali tidak berbuat begitu, setelah mengitari udara tiga kali, dia melayang turun kembali ke atas tanah.
Lalu sambil memeluk pedangnya, ia berkata sambil tertawa hambar.
"Siancu, maaf, maaf......."
Pucat kehijau-hijauan paras muka Kiau Hui-hui waktu itu, hal ini membuktikan kalau ia telah mengeluarkan seluruh tenaga yang dimilikinya untuk melawan daya tekanan hawa pedang lawan.
Namun ada satu hal yang tidak dipahami, bukankah dia belum sampai menderita kalah, kenapa lawannya justru mengucapkan "maaf"
Kepadanya? Pada saat itulah, tiba-tiba terdengat It-ingtaysu berkata sambil menghela napas panjang.
"Oh sicu, ilmu pedang guntur langit ayahmu sungguh hebat dan luar biasa......
anak Hui, coba kau periksa sisa bunga disamping sanggulmu, bukankah sudah terlepas dari tempatnya?"
Kiau Hui-hui merasa amat terkejut setelah mendengar perkataan itu, tanpa terasa ia melepaskan ketiga kuntum bunga Soh-sim-lau yang diselipkan pada sanggulnya.
Tapi dengan cepat dia dibuat tertegun, ternyata pada setiap kuntum bunga itu telah bertambah dengan sebelas lubang kecil.
Nyoo Siau-sian turut tertegun dibuatnya setelah menyaksikan kejadian ini.
Seandainya serangan hawa pedang itu bukan ditujukan pada bunga yang berada di sanggulnya mulainya pada bagian tubuh yang lain, bukankah saat ini Kiau Hui-hui sudah tergeletak diatas tanah dengan bermandikan darah? Tiba tiba terdengar Wi-in sinni berkata sambil tertawa.
"Nak, kepandaian silat yang kau miliki itu sungguh membuat pinni merasa kagum sama sekali tak kuduga kalau ayahmu memiliki kepandaian ilmu pedang yang telah mencapai tingkatan sedemikian sempurnyanya, sungguh membuat aku merasa malu sendiri......"
Sementara itu Oh Put Kui telah menyarungkan kembali pedang karat cing-peng-kiamnya, dia segera tertawa seelah mendengar perkataan itu, ujarnya kemudian.
"Locianpwee terlalu memuji, padahal ilmu pedang yang boanpwee miliki sekarang masih ketinggalan jauh sekali ketimbang kemampuan ayahku.
Ketiak boanpwee berkunjung ke Pulau Neraka tempo hari, dengan mata kepalaku sendiri kusaksikan hawa pedang yang terpancar keluar dari ujung senjata ayahku dapat mencapai sejauh dua kaki lebih dari hadapannya."
"Siau sicu, kalau begitu ayahmu telah berhasil melatih ilmu pedang!"
Seru It-ing taysu dengan perasaan terkejut.
"Yaa, ayahku memang berkemampuan demikian."
Oh Put Kui tertawa hambar.
Bagaimanapun juga ia menaruh perasaan tak senang terhadap It-ing taysu.
Sebab dia selalu beranggapan Thian-tok-siang-hoat dan Hong-gwa-sam-sian lah sebagai penyebab ayahnya sampai hidup mengasingkan diri di Pulau Neraka tempo hari.
Namun It-ing taysu tidak merasa sampai disitu, karena dalam peristiwa tersebut dahulu, dia hanya mendapat undangan dari Thian-tok-siang-coat, dan lagi hawa pembunuhan yang diciptakan ayahnya beserta keenam orang rekan lainnya dimasa itu memang kelewat menakutkan.
Sementara itu, baru selesai Oh Put Kui berkata, Wi-in sinni telah berkata lagi sambil tertawa.
"Nak, kalau toh kau sudah bersua dengan ayahmu, tentunya kau juga tahu tentang sumpah dari penahanan mereka itu."
"Boanpwee sudah tahu."
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sahut Oh Put Kui tertawa.
"Kalau memang sudah tahu, mengapa kau tidak pergi ke Pulau Neraka untuk menjemput ketujuh orang tua itu?"
Oh Put Kui segera menggeleng.
"Boanpwee telah menyanggupi permintaan dari seorang locianpwee bahwa sebelum lewat hari pehcun, boanpwee tak akan berkunjung ke pulau neraka untuk menyambut ayahku!"
"Siau sicu, sebenarnya kau telah menyanggupi permintaan siapa untuk mengundurkan rencanamu menjemput mereka dari pulau neraka?"
Tiba-tiba It-ing taysu menyela.
"Thian-hiang Hui-cu!"
"Ooh, rupanya Huicu, kalau begitu dia memang mempunyai maksud tertentu."
Kata Wi-in sinni sambil manggut-manggut.
It ing taysu berkata pula sambil tertawa.
"Tatkala pinni mendapat undangan dari Thian-tok-siang- coat untuk menghadapi tujuh manusia aneh dimasa lalu, waktu itu aku masih belum memahami apa gerangan yang terjadi, sepuluh tahun kemudian setelah berjumpa dengan Thian-hian Huicu, baru aku memahami maksud tujuan Huicu yang sejati.
Apalagi setelah menjumpai keberhasilan Oh sicu didalam ilmu pedangnya hari ini, pinni merasa semakin kagum dengan ketajaman pandangan Huicu ketika itu......."
"Sudah lama pinni memahami akan tujuannya."
Kata Wi-in sinni sambil tersenyum. Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba tiba ia berpaling ke arah Oh Put Kui sambil berseru. "Nak, kau hendak pergi kemana sekarang?"
"Mencari Wi Thian-yang!"
Sahut Oh Put Kui sambil tertawa.
"Mencari Raja setan penggetar langit?"
Wi-in sinni mengulangi dengan wajah tertegun.
"Ya, memang dia yang sedang kucari."
"Apakah siau sicu mempunyai perselisihan paham dengannya?"
Timbrung It-ing taysu pula dengan nada tak mengerti. Sekali lagi Oh Put Kui mengangguk.
"Soal ada perselisihan atau tidak, hal ini tergantung setelah bertemu muka nanti, sekarang belum dapat kupastikan."
"Siau sicu!"
It-ing taysu segera berseru sambil tertawa.
"orang ini amat licik dan berbahaya, kau mesti berhati-hati menghadapinya."
"Sudah lama boanpwee mengetahu rencana keji serta tampang muka aslinya!"
"Tampang muka asli apa lagi yang dimiliki Wi Thian-yang?"
Seru Wi-in sinni tertegun.
"aku tahu dia baru lolos dari bahaya dan luka yang parah, rencana busuk apa pula yang direncanakan? Nak, apa maksud perkataanmu itu?"
Oh Put Kui tertawa terbahak bahak.
"Haaahh...
haahh...
haaahh...
kalau dibicarakan mungkin cianpwee tak mau percaya, sesungguhnya si Raja setan penggetar langit Wi Thian-yang tidak pernah dilukai orang, sayang sekali umat persilatan mau dikelabui olehnya mentah- mentah."
Berapa patah perkataan dari Oh Put Kui ini benar-benar mengejutkan hati setiap orang. Wi-in sinni serta It-ing taysu segera dibuat tertegun dan berdiri melongo untuk beberapa saat lamanya. "Nak, dari mana kau peroleh berita ini?"
Hampir bersamaan waktunya mereka bertanya.
"Pokoknya kabar berita yang boanpwee peroleh ini dapat dipercaya."
Kata Oh Put Kui tertawa.
"Kalau memang Wi Thian yang tak pernah dikalahkan orang sehingga terluka parah, lantas bagaimanakah pertanggungan jawab dari perkataan Wan-sin-seng-siu Nyoo Thian wi serta panji sakti pencabut nyawa Ku Bun-wi?"
"Pada hakekatnya perkataan dari Ku Bun wi itu cuma obrolan kosong belaka!"
"Bagaimana pula dengan Nyoo Seng-siu?"
Tanya Wi-in sinni sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
Oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaaahhh.....
hhaaaaahhh.....
hhaaaaahhh.....
sesungguhnya tiada manusia yang bernama Nyoo Thian-wi didunia ini!"
"Siau-sicu tidak boleh meminta nama baik seorang angkatan tua dari dunia persilatan!"
Tegur It-ing taysu dengan suara dalam, meski berkilat sepasang matanya.
"Semua perkataan boanpwee adalah kata yang sejujurnya!"
Jawab Oh Put Kui dingin.
"Setiap orang tahu kalau Seng-siu telah mendapat musibah, mengapa kau katakan kalau tiada manusia bernama itu didalam dunia persilatan? Lagipula sejak Seng-siu membacok roboh Wi Thian yang hingga mendapat musibah tak lama berselang, hampir empat puluh tahun lamanya dia tenang dan menjagoi dunia persilatan, manusia manakah didunia ini yang sanggup menandinginya? Siau-sicu, apakah kau tak pernah mendengar kesemuanya ini?"
"Boanpwee telah mendengar semua berita itu dengan jelas sekali......" "Nak,"
Tukas Wi-in sinni pula dengan cepat.
"kalau toh kau mengetahu masa silam dari kakek suci tersebut, mengapa pula kau katakan bahwa didalam dunia persilatan sesungguhnya tidak terdapat kakek suci berhati bajik Nyoo Thian-wi?"
Kembali Oh Put-kui tertawa terbahak-bahak.
"Haaaaahhh...... hhaaaaahhh...... hhaaaaaahhh...... locianpwee berdua, sebenarnya nama Nyoo Thian-wi hanya catutan dari nama orang lain......!"
"Catutan nama orang lain?"
Kata It-ing taysu sambil tertawa.
"kawanan jago lihay yang terdapat didalam istana Sian-hong-hu banyak tak terhitung, siapa yang begitu besar untuk membunuh Nyoo Thian-wi serta mencatut namanya? lagi pula, paling tidak toh puterinya harus mengenali ayah sendiri......"
Dalam pada itu Nyoo Siau sian berdiri termangu disamping dengan perasaan hancur lebur.
Sebab didengar dari nada pembicaraan Oh Put-kui tersebut, jelas sudah kalau ia mempunyai maksud tujuan yang jahat terhadap ayahnya.
Boleh dibilang hampir saja ia tak percaya dengan pendengaran sendiri.
Sementara itu It-ing taysu telah berpaling kearah Wi-in sinni sambil katanya.
"Aku lihat perkataan dari Oh sicu mempunyai hal-hal yang tak beres......"
"Benar,"
Sahut Wi-in sinni sambil tertawa hambar.
"memang ada masalah yang kurang beres, tapi aku percaya bukan isapan jempol belaka...... nak, coba kau terangkan semenjak kapan Nyoo Thian wi dicela orang dan bagaimana pula sampai dicatut namanya oleh orang lain?"
Agkanya kedua orang nikou ini masih belum mengerti dengan jelas maksud perkataan dari Oh Put Kui.
Mendengar pertanyaan tersebut Oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak.
It-ing taysu menjadi agak mendongkol menyaksikan sikap anak muda tersebut, segera tegurnya.
"Oh sicu, kau tak boleh mencari gara-gara dengan berbicara yang bukan-bukan......"
"Oh toako, mengapa kau menuduh ayahku dengan tuduhan yang bukan-bukan......?"
Seru Nyoo Siau-sian pula secara tiba- tiba.
Oh Put Kui berpaling dan memandang sekejap keatas wajah Nyoo Siau-sian yang gelisah dan penuh penderitaan itu, hatinya merasa amat sedih dan menderita pula.
Sesungguhnya diapun tidak berharap apa yang diucapkan Bongho siansu merupakan suatu kenyataan.
Namun kenyataan tersebut pun mau tak mau harus membuat orang untuk mempercayainya.
Dipandangnya Nyoo Siau-sian dengan perasaan iba, lalu katanya.
"Nona Siau, aku rasa didalam persoalan inipun kau tak dapat memahaminya pula."
"Oh toako, mana mungkin aku tidak mengetahui tentang ayahku sendiri? Bagaimana mungkin aku tidak mengenalinya?"
Oh Put Kui tertawa rendah.
"Nona Sian, kapan pernah kukatakan kalau kau sudah tidak mengenalinya lagi?"
"Lantas apa maksud toako......"
Akhirnya Nyoo Siau-sian menangis tersedu-sedu karena sedihnya.
"Aaai, membicarakan kembali masalah tersebut, sesungguhnya cukup membuat orang merasa serba susah......"
Oh Put Kui membuka pembicaraannya dengan perasaan tak tenang.
"Katakan saja nak,"
Sela Wi-in sinni sambil berkerut kening. Oh Put Kui menghela napas panjang, kemudian katanya.
"Loocianpwee, sebetulnya nona Nyoo bukan berasal dari marga Nyoo!"
"Apa?!"
Nyoo Siau sian membelakakkan matanya lebar- lebar sambil berseru keras.
"Siau sicu kau jangan bicara sambarangan!"
It-ing taysu memperingatkan sambil tertawa dingin.
Kiau Hui-hui sambil berpeluk pedang hanya berdiri termenung disamping arena, ia terbungkam dalam seribu bahasa.
Saat itulah Nyoo Siau-sian berlarian menuju ke sisinya, memeluknya sambil menangis tersedu-sedu.
Kiau Hui-hui segera menepuk bahunya sambil berbisik.
"Tenangkan dahulu pikiranmu adik Sian!"
Oh Put Kui memandang sepi adegan tersebut, setelah tertawa ia berkata lagi.
"Aku sama sekali tidak bohong atau berbicara semaunya sendiri, sebetulnya nona Nyoo berasal dari marga Wi!"
"Marga Wi?"
Wi-in sinni terkesiap.
"Benar, dia adalah putri kandung Wi Thian-yang!"
Mendengar sampai disini, Wi-in sinni segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaaahhhhh......
hhaaaaahhh......
hhhaaaaahhh.......
nak, kau benar-benar amat pandai berbicara sembarangan, ibu kandung anak Sian masih berada didalam kuilku sekarang, sekalipun dia menjadi pendeta karena didesak oleh Nyoo tayhiap, namun tidak pernah melakukan perbuatan yang tercela, kau tak boleh merusak nama baik orang lain."
Sambil menggigit bibir Nyoo Siau-sian berseru pula waktu itu.
"Oh toako, bila kau berani menodai nama baik ibuku, terpaksa aku akan bermusuhan denganmu......."
Oh Put Kui cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak pernah berniat untuk menodai nama baik ibu kandungmu, sebab......
aaaaai, tahukah cianpwee berdua bahwa orang yang menjadi suaminya sebetulnya tidak lain adalah si Raja setan penggetar langit Wi Thian yang!"
"Siau-sicu, bagaimana penjelasanmu tentang persoalan ini?"
Hardik It-ing taysu dengan mata melotot.
"sudah jelas anak Sian adalah putri kandung si kakek suci Nyoo Thian-wi, darimana kau katakan kalau dia adalah putri Wi Thian yang?"
Oh Put Kui segera tertawa.
"Locianpwee, sesungguhnya kedua orang ini adalah seorang, dua orang yang berasal dari seorang."
Perkataan ini dengan cepat membuat kedua orang nikou tersebut tertegun dan berdiri termangu. Mereka saling berpandangan sekejap, kemudian berseru hampir bersamaan waktu.
"Nak, kau mengatakan Nyoo Thian-wi adalah Wi Thian- yang?" @oodwoo@
Jilid 33
"Siapa bilang tidak?"
Oh Put Kui manggut-manggut.
"asalkan cianpwee berdua manyebutkan nama kedua orang ini secara bolak balik, maka kalian akan segera menemukan bahwa apa yang boanpwee katakan bukan kosong belaka!"
Kedua orang nikou itu segera menyebutkan nama Wi Thian-yang secara bolak-balik.
Dalam waktu singkat mereka berdua menjadi paham dan mengerti.
Dengan cepat pula mereka sadar bahwa keadaan yang sebenarnya adalah sangat mengerikan, benar benar sebuah penipuan secara besar besaran, suatu skandal yang menggemparkan.
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bukan cuma begitu, mereka pun segera menyadari bahwa Nyoo Thian-wi sesungguhnya adalah seorang manusia yang amat menakutkan.
"Betul nak, apa yang kau katakan memang sangat masuk diakal!"
Seru Wi-in sinni kemudian, dia mulai percaya dengan berita tersebut.
"Yaa, mungkin saja benar,"
Sambung It-ing taysu pula mulai percaya.
"siau-sicu, penemuan ini benar-benar merupakan suatu penemuan yang mengejutkan......."
Tapi Nyoo Siau-sian segera berpekik keras.
"Tidak tidak mungkin! Oh toako, aku bukan putri dari Raja setan penggetar langit........ tidak, aku, tidak mau aku tak sudi menjadi putri dari manusia durjana itu........"
Dalam teriakan dan jeritannya yang memilukan hati, akhirnya gadis tersebut jatuh tak sadarkan diri didalam pelukan Kiau Hui-hui.
Dengan pandangan iba dan penuh rasa kasihan Wi-in sinni memandang sekejap kearah Nyoo Siau-sian, lalu membopong tubuhnya.......
It-ing taysu menggelengkan kepalanya dengan sedih, lalu bergumam pelan.
"Dosa......
dosa......." Dengan penuh penderitaan Oh Put Kui menggelengkan pula, kemudian berkata lagi.
"Sesungguhnya boanpwee sendiripun merasa amat menderita akibat dari kabar berita tersebut, itulah sebabnya aku bertekad hendak mencari Wi Thian yang serta menanyakan persoalan ini hingga jelas.......
boanpwee berharap didalam dunia persialtan dewasa ini benar-benar terdapat manusia yang bernama Nyoo (Yang) Thian-wi......."
Sementara itu Wi-in sinni telah menempelkan telapak tangannya diatas jalan darah Min-bun-hiat ditubuh Nyoo Siau- sian, segulung hawa murni yang lembut segera menembusi hawa murni Nyoo Siau-sian yang membeku didalam dadanya.......
Setelah menghela napas panjang Nyoo SIau-sian membuka matanya kembali, sementara air matanya jatuh bercucuran dengan deras.
"Tidak......
tidak......
ooh suhu......
aku bukan putri dari Wi Thian yang......."
Pekiknya sedih. Wi-in sinni memandang sekejap ke arahnya dengan pandangan iba, lalu katanya.
"Jangan bersedih hati anak Sian, kau adalah putri si Kakek suci, kau tidak she Wi......."
Biarpun nikou tersebut berkata demikian, padahal hatinya merasa pedih hancur dan pilu........
Sekarang ia sudah percaya, delapan puluh persen Nyoo (Yang) Thian-wi sesungguhnya adalah Wi Thian-yan.
Mendadak Oh Put Kui menjura kepada kedua orang nikou itu sambil katanya.
"Persoalan disini telah usai sekarang maaf, boanpwee harus memohon diri lebih dulu........" "Kau jangan pergi dulu untuk sementara waktu!"
Mendadak It-ing taysu menggelengkan kepalanya dengan mata bersinar tajam.
"Apakah cianpwee masih ada urusan?"
Tanya Oh Put Kui agak tertegun karena heran.
Sekali lagi It-ing taysu menggeleng.
"Tiada urusan lain ingin pinni sampaikan kepadamu........"
"Kalau memang tiada urusan penting, boanpwee rasa lebih baik berangkat dulu meninggalkan tempat ini, sebab boanpwee ingin secepatnya menyelesaikan persoalan dari Wi Thian-yang........"
"Siau-sicu, sepeninggalmu nanti, bagaimana dengan anak Sian?"
Tanya It-ing taysu tiba-tiba sambil tertawa.
Oh Put Kui segera merasakan hatinya bergetar keras setelah mendengar ucapan tersebut, dia sendiripun tidak tahu apa yang mesti dilakukannya.
Dia ingin pergi dari situ, hal ini disebabkan dia merasa bingung dan tak tahu bagaimana mesti memberikan penjelasannya kepada Nyoo Siau-sian.
Tapi sekarang, It-ing taysu telah membongkar rahasia hatinya, hal ini membuat pemuda tersebut kehabisan daya.
Untuk beberapa saat lamanya dia termenung sambil memutar otak........
Memandang sang pemuda yang termenung sambil membungkam diri itu, It-ing taysu tertawa dan berkata lagi.
"Siau-sicu, untuk melepaskan lonceng lebih baik dilepaskan oleh orang yang mengikat lonceng itu, kau tak bisa mengambil langkah seribu dengan begitu saja."
Bergetar keras seluruh tubuh Oh Put Kui setelah mendengar perkataan itu, dia mengangkat kepalanya lalu bertanya. "Lantas bagaimanakah menurut pendapat taysu? Apa yang mesti boanpwee lakukan?"
"Ajaklah dia untuk menjumpai Wi Thian-yang!"
Ucap It-ing taysu sambil tertawa.
Oh Put Kui tertegun setelah mendengar ucapan tersebut.
Bagaimana mungkin hal ini bisa dilakukan? Sudah terang Wi Thian-yang adalah ayah kandungnya, andaikata dia mengajak si nona tersebut untuk bersama-sama membuktikan kenyataan mana, bagaimanakah keadaan Nyoo Siau sian pada waktu itu? Untuk kedua kalinya dia termenung dan memikirkan persoalan tersebut dengan mulut membungkam.
Pada saat itulah Kiau Hui-hui berjalan menghampirinya sambil berkata pula.
"Oh kongcu, kau harus menyanggupi permintaan ini!"
Pelan-pelan Oh Put Kui menggelengkan kepalanya.
lalu berkata.
"Kiau siancu, tahukah kau bahwa persoalan tersebut akan menyusahkan diriku?"
"Heeeeehhhhh......
heeeeeehhhhhh......
heeeeehhhhhh.......
dan seandainya kau angkat kaki dengan begitu saja, tahukah kau betapa susah dan pedihnya perasaan adik Siau-sian?"
Kiau Hui-hui balik bertanya sambil tertawa dingin.
Sudah barang tentu Oh Put Kui mengetahui akan persoalan itu, kalau tidak, mengapa pula dia tergesa-gesa hendak mengambil langkah seribu dari situ? "Kiau siancu, aku benar benar tidak tahu apa yang mesti kulakukan sekarang........"
Akhirnya pemuda itu berseru.
Pikirannya kalut, perasaannya juga kalut, ia benar benar kebingungan setengah mati dan tidak tahu apa yang mesti diperbuat.
Manusia, memang dapat dibuat bingung kalut dan bimbang karena pertentangan batin serta perasaan yang serba salah.
Sekalipun Oh Put Kui berusaha untuk membekukan perasaannya, namun ia toh tak bisa melepaskan kenyataan dengan begitu saja.
Untuk kesekian kalinya Kiau Hui-hui tertawa dingin sambil berkata.
"Oh Kongcu, kau ingin mengambil langkah seribu dengan begitu saja........?"
"Siapa bilang aku berbuat demikian?"
Oh Put Kui balik bertanya dengan wajah tertegun.
"Tapi dalam kenyataannya kau mempunyai pikiran serta niat untuk berbuat demikian......."
"Aku bukan manusia berwatak rendah dan pengecut semacam itu, harap Kiau siancu jangan menyinggung harga diriku!"
Tegur Oh Put Kui dengan kening berkerut.
Tiba-tiba Kiau Hui-hui tertawa ringan, katanya.
"Nah itulah dia, kalau toh Oh Kongcu tidak berharap orang lain lalu menyinggung harga dirimu, lantas apakah adik Siau- sian harus menerima keadaan dan membiarkan orang lain menyinggung harga dirinya dengan begitu saja?"
Oh Put Kui segera merasakan betapa tajamnya ucapan dari Kiau Hui-hui tersebut, begitu tajamnya sehingga membuat dia tak sanggup untuk membantah.
Pada saat itulah It-ing taysu berkata pula sambil tertawa.
"Siau-sicu, setelah persoalan muncul didepan mata, aku rasa ada baiknya kau tanggapi saja sewajarnya!"
Oh Put Kui tidak berkata apa apa, namun otaknya berputar keras memikirkan persoalan tersebut.
Justru karena dia merasa tak tega menyaksikan kepedihan serta kesedihan Nyoo Siau-sian disaat dia mengetahui bahwa Wi Thian yang adalah ayah kandungnya, maka dia berupaya untuk pergi sendiri tanpa mengajak serta nona tersebut.
Disamping itu, diapun berpendapat bahwa banyak persoalan menjadi terhadang bila nona tersebut turut serta bersamanya, sebab secra otomatis banyak persoalan yang tak bisa dipaksakan kepada raja setan penggetar langit Wi Thian- yang untuk menjawabnya.
Bukan keadaan tersebut membuat semua tujuannya menjadi terbengkalai, apalagi mengenai dendam sakit hati atas terbunuhnya ibu kandungnya.........
Sekalipun dia sangat berharap agar Nyoo Siau-sian tetap menjadi putri si kakek suci dan tidak menjadi putri musuh besarnya, akan tetapi.........
Sementara ia masih termenung dan memikirkan persoalan tersebut, sikap mana kembali menimbulkan perasaan tak senang dihati Kiau Hui-hui.
Mendadak ia menegur keras.
"Oh kongcu, mengapa sih kau tidak memiliki jiwa kelaki- lakian........?"
Suatu teguran yang amat menusuk perasaan Oh Put Kui, kontan saja sorot mata tajam yang menggidikkan keluar dari balik matanya.
Ia melotot sekejap kearah Kiau Hui-hui yang membuat gadis itu mundur dua langkah dengan perasaan bergidik dan ngeri.........
Lalu setelah tertawa terbahak bahak dengan suara keras, serunya lantang.
"Kiau siancu, suatu umpatan yang amat tepat, bagus sekali........."
"Kiau sicu, apakah dia sudah mengerti?"
Sela It-ing taysu.
"Ya, boanpwee sudah mengerti!"
Jawab Oh Put Kui sambil tertawa. "Omintohud!"
Bisik It ing taysu sambil merangkap sepasang tangannya didepan dada.
"asal siau-sicu sudah mengerti, tentunya kau pun sudah tahu bukan bagaimana harus bertindak!"
"Tentu saja, boanpwee setuju dengan pendapat cianpwee berdua........"
"Nak, apakah kau sudah mengetahui kewajibanmu?"
Tiba- tiba Wi-in sinni menyela. Kata "kewajiban"
Yang diucapkan Wi-in sinni dengan cepatnya membuat Oh Put Kui menjadi tertegun dan berdiri melongo-longo karena kebingungan.
Ditatapnya nikou itu sekejap, lalu tanyanya dengan keheranan.
"Loocianpwee, apa maksud perkataan itu?"
"Nasib anak Sian sudah berada ditanganmu mulai sekarang........."
Tiba-tiba saja Oh Put Kui merasa bahwa "kewajiban"
Yang berada diatas bahunya ini amat berat sekali.
Mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya, dia manggut-manggut dan berkata.
"Boanpwee mengerti.........
cuma ada satu hal ingin boanpwee utarakan terlebih dulu."
"Apa permintaanmu? Nak, pinni pasti berusaha untuk menyanggupi keinginanmu itu."
Wi-in sinni berjanji. Oh Put Kui segera tertawa terbahak-bahak.
"Boanpwee minta Kiau Siancu turut serta pula berasama kami!"
Permintaan yang diajukan oleh sianak muda tersebut benar-benar berada diluar dugaan Kiau Hui-hui.
Sesungguhnya didalam hati kecilnya dia menyetujui seratus persen atas ajakan tersebut, namun diluarnya dia justru bersikap seakan-akan tidak bersedia untuk memenuhi permintaan tersebut, segera ujarnya dengan merdu.
"Aku tak mau pergi, supek, kau tak bisa memenuhi permintaannya itu........."
"Yaa,"
Kata It-ing taysu pula dengan kening berkerut.
"mana boleh anak Hui dilibatkan pula didalam pertikaian tersebut? Siau sicu, permintaanmu ini sungguh keterlaluan, enci Chin, kau tak boleh menyanggupi permintaannya........"
Rupanya It-ing taysu masih menggunakan nama praman Wi-in sinni untuk pembicaraan dalam sehari-harinya.
Sedangkan Wi-in sinni segera berkerut kening dan memikirkan persoalan itu dengan wajah serius, dia membungkam dalam seibu bahasa.
Lama setelah berpikir, akhirnya Wi-in sinni berkata kepada It-ing taysu sambil tertawa.
"Sumoay, demi anak Sian terpaksa pinni harus menyanggupi permintaannya itu......."
"Enci Chin, jadi kau menyetujui anak Hui turut serta bersama mereka?"
Tanya It-ing taysu dengan kening berkerut.
"Yaa, pinni rasa keikut sertaan anak Hui bersama mereka tak akan mendatangkan kerugian baginya!"
"Aah, belum tentu........"
Seru It-ing taysu tidak sependapat dengan jalan pemikiran saudara seperguruannya.
Sambil tertawa Wi-in sinni kembali berkata.
"Sumoay, aku memahami jalan pikiranmu, hingga kini anak Sian masih berwatak polos, dalam masalah perasaan pun ia belum terlalu mendalam, jadi keikut sertaan anak Hui tidak bakal menimbulkan apa-apa." -oo0dw0oo- Kiau Hui hui segera merasakan jantungnya berdebar keras sehabis mendengar perkataan itu.
Apa yang dikatakan Wi-in sinni memang tak lain adalah masalah yang paling dicemaskan dan dikuatirkan olehnya selama ini.
It-ing taysu segera menggelengkan kepalanya sambil tertawa getir, katanya kembali.
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau toh enci Chin berpendapat demikian, tentu saja pinni tidak dapat berkata apa-apa lagi........"
Oh Put Kui yang selama ini hanya berdiri membungkam ditepi arena, saat itulah berbicaralagi.
"Persetujuan dari cianpwee berdua benar benar membuat boanpwee merasa berlega hati........"
Mendadak Nyoo Siau-sian melompat bangun dari atas tanah, lalu serunya keras.
"Oh toako, enci Kiau, ayoh berangkat, sekarang juga kita berangkat mencari Wi Thian-yang!"
Sikapnya sangan aneh dan jelas kalau tidak normal.
Hal ini segera menimbulkan perasaan murung dan kuatir dari Wi in sinni, ditatapnya gadis itu sekejap, lalu tegurnya.
"Anak Sian, jernihkah jalan pemikiranmu sekarang?"
"Jalan pikiran tecu jernih sekali........."
Jawab Nyoo Siau sian sambil tertawa. Tapi Oh Put Kui yang menjumpai keadaan tersebut segera berpikir didalam hati.
"Siapa bilang pikiranmu jernih? Tindak tandukmu serta gerak gerikmu jelas memperlihatkan kalau kau tidak normal........"
Namun berada dalam keadaan begini, dia pun tidak dapat berbuat apa-apa pula.
Tiba tiba Wi-in sinni maju menyelinap maju kedepan serta melancarkan sebuah totokan keatas jalan darah tidur Nyoo Siau-sian, kemudian beru ujarnya.
"Nak, berangkatlah sehari lebih lambat, pinni harus mengobati dulu anak Sian........"
"Locianpwee, apa yang tidak beres dengan nona Sian?"
Tanya Oh Put Kui tertegun.
Sudah jelas pertanyaan ini tak berguna, karena ia sudah tahu namun pura-pura bertanya lagi.
Wi in sinni segera membopong tubuh Nyoo Siau-sian sambil katanya.
"Pinni harus menyembuhkan dulu kejernihan otaknya sebelum berangkat melanjutkan perjalanan........"
Lalu dia berpaling kearah It ing taysu dan katanya .
"Sumoay, lindungilah pinni selama pinni melakukan pengobatan nanti."
Kemudian dengan membopong tubuh Nyoo Siau-sian segera beranjak pergi menuju ke dalam ruang loteng.
"Enci Chin tak usah kuatir, akan kulindungi keselamatan kalian."
Kata It-ing taysu sambil manggut-manggut. Lalu sambil berpaling ke arah Oh Put Kui katanya pula.
"Oh sicu, beristirahatlah sendiri, lebih baik perjalanan ditempuh esok siang saja."
Lalu dengan cepat dia melangkah masuk pula kedalam ruangan loteng itu.
Perasaan Kiau Hui-hui saat itu amat gundah, pikirannya kalut dan tak terlukiskan dengan kata-kata.
Dia ingin sekali bertemu dengan Oh Put Kui sambil berbincang-bincang, namun keinginannya itu tak sanggup diutarakan keluar.
Maka akhirnya dia cuma bisa berkata sambil tertawa.
"Oh Kongcu, silahkan naik keloteng untuk beristirahat........."
Sebagaimana diketahui, didalam lembah saat ini selalu dia seorang boleh dibilang tiada lelaki kedua lagi, betul sebagai umum persilatan mereka tak usah terlalu memegang teguh tentang adat istiadat, akan tetapi Oh Put Kui toh merasa rikuh juga untuk tetap berada di tempat tersebut.
Maka dari itu baru saja Kiau Hui-hui selesai berkata, ia segera menyahut sambil tertawa.
"Tidak usah, biar aku bersemedi saja di kebun ini......."
Entah menyesal atau berterima kasih, Kiau Hui-hui segera memberi hormat kepada pemuda itu sambil tersenyum malu, kemudian dengan membawa keempat dayangnya masuk kedalam bangunan loteng.
Malam semakin kelam.
dialam terbuka yang dicekam kegelapan itu tinggal Oh Put Kui seorang.........
-oo0dw0oo- Entah berapa saat sudah lewat, mendadak Oh Put Kui tersadar kembali dari semedinya dengan perasaan kaget.
Secara lamat-lamat ia menangkap suara gemeresek yang amat lirih berkumandang datang dari luar lembah.
Dengan perasaan bergetar keras, Oh Put Kui melompat bangun lalu secepat kilat meluncur kedepan dimana berasalnya suara tersebut.
Mungkinkah didalam lembah Yu-kok di bukit Tiong-lam-sam ini terdapat gerombolan ular liar yang bermukim disitu? Dalam waktu singkat ia telah menjumpai munculnya seekor ular kecil berwarna merah dari balik batuan berwarna putih.
Oh Put Kui segera berkerut kening sambil menyembunyikan diri diatas dahan pohon, lalu dengan sorot matanya yang tajam dia memperhatikan sekejap keadaan disekeliling tempat itu.
Begitu melayangkan pandangannya Oh Put Kui menjadi amat terkejut dibuatnya.
Rupanya dari arah barat lapangan berbatu putih itu dan menjulur sejauh tiga li lebih kedepan telah dipenuhi berbagai macam ular besar maupun kecil yang tak terhitung jumlahnya.
Diantara gerombolan ular beracun itu, berdirilah lima sosok tubuh manusia.
Dari kelima orang tersebut, empat orang adalah lelaki sedang seorang lagi adalah perempuan.
Dari empat orang lelaki tersebut, ternyata ada tiga orang yang merupakan pendeta, bahkan dari mereka semua, Oh Put Kui mengenal tiga orang diantaranya.
Ternyata ketiga orang itu adalah Put Khong hwesio dan Wi- cay hwesio dari tiga hwesio Tibet serta Tongkat emas bertangan sakti Sik Keng-seng yang pernah menyaru sebagai Ciu It-cing, murid ketua Pay-kau tempo hari.
Lelaki keempat adalah seorang hwesio tua yang kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang.
Hwesio tua itu mengenakan jubah pendeta berwarna merah darah dengan kaos kaki berwarna putih, ditengah kegelapan malam sorot matanya kelihatan memancarkan sinar tajam yang menggidikkan hati...
Diam-diam Oh Put Kui merasa terkejut juga setelah menyaksikan kejadian ini, pernah ia jumpai seseorang yang memiliki tenaga dalam sedemikian sempurnanya seperti hwesio tua tersebut.
Sebaliknya satu satunya perempuan yang hadir diantara mereka, justru mempunyai dandanan yang luar biasa merangsangnya.
Sepasang bahunya yang telanjang memperlihatkan kulit badannya yang putih bersih bagaikan salju, tubuh bagian atasnya hanya ditutup dengan selembar kulit macan tutul yang minim, sementara dari pinggang kebawah mengenakan gaun kulit harimau yang panjangnya mencapai lutut, dengan begitu sepasang pahanya yang putih mulus pun nampak amat jelas.
Perempuan itu bertelanjang kaki, rambutnya yang panjang tergerai sepanjang bahu, paras mukanya cantik jelita namun justru memancarkan kegenitan dan kejalangan yang merangsang.
Pada tangan kanannya ia menggenggam sebuah ruyung panjang, sedangkan bahu kirinya justru setengah bersandar didepan dada Sik Keng-seng........
Oh Put Kui yang menyaksikan kesemuanya itu segera mengerutkan dahinya rapat-rapat.
Ia tidak menyangka dalam kolong langit masih terdapat perempuan yang begitu tak tahu malu semacam perempuan tersebut........
Tapi pemuda itupun mulai putar otak dan berpikir, dia tak tahu apa yang hendak dilakukan oleh beberapa orang itu.
Kendatipun dia tahu sampai dimanakah ngerinya kekuatan yang dihasilkan oleh selaksa ekor ular tersebut, tapi pemuda itu tetap merasa tenang dan sedikitpun tidak merasa takut........
Sementara itu, pendeta berbaju merah yang kurus kering itu sedang berbicara sesuatu terhadap keempat orang rekannya.
Menyusul kemudian perempuan siluman setengah telanjang itu mulai berpekik dengan suara yang rendah.
Melihat hal ini, Oh Put KUi segera tertawa.
Rupanya suara pekikan yang membangunkan dari semedi tadi tak lain adalah suara pekikan rendah itu.
Kalau didengar secara cermat suara pekikan itu mirip sekali dengan suara seruling.
Bersamaan dengan bergemanya suara pekikan itu, berlaksa-laksa ekor ular beracun itu mulai bergerak secara pelan-pelan kedepan.
Dalam waktu singkat loteng berwarna putih itu sudah terkurung rapat-rapat.
Oh Put Kui segera berpikir.
"Biarpun kawanan ular tersebut belum tentu mampu mengepung kedua orang nikou yang berada diatas loteng, tapi sungguh muak dan menjemukan melihat kawanan makhluk jelek itu disini........"
Berpikir sampai disini, tiba-tiba saja timbul suatu ingatan didalam benaknya.
Bila ular-ular tersebut dibakar dengan api, sudah pasti akan berlangsung suatu tontonan yang sangat menarik hati.
Tapi dengan cepat pemuda itu merasa bahwa ideenya tidak benar, seandainya kobaran api kelewat besar, bukankah akibatnya gedung loteng berwarna putih yang begitu indah dan menawan didekatnya akan terbakar? Oh Put Kui menggelengkan kepalanya berulang kali sambil tertawa, ia memutuskan lebih baik jangan mengusik orang- orang yang sedang berada didalam ruangan tersebut.
Ini berarti dia harus berusaha untuk menaklukkan perempuan siluman itu terlebih dulu.
Tentang bagaimana caranya untuk membekuk siluman perempuan tersebut, ia sendiripun belum memperoleh gambaran yang pasti, dia tak tahu dengan cara apakah rencana itu baru dapat terlaksana secara gemilang dan sukses.
Sementara itu, kawanan ular telah mulai bergerak maju kemuka.........
Suara gemerisik yang lirihpun bergema lagi memecahkan keheningan malam.
Oh PUt Kui segera berkerut kening, tiba-tiba ia melejit ke udara dan seperti seekor burung elang raksasa meluncur ke depan.
Pemuda ini memang bernyali sekali, ternyata ia sengaja melayang turun persis di depan mata kelima orang tersebut.
Begitu tubuh Oh Put Kui melayang turun keatas tanah, kawanan ular yang semula tersebar hanya beberapa kaki di luar kelima orang tersebut, mendadak saja membubarkan diri dan lari terbirit-birit ke empat penjuru seakan akan bertemu dengan lawan yang ditakuti.
Dalam waktu singkat kawanan ular tersebut telah mundur sejauh lima kaki lebih dengan keadaan yang resah dan panik.
Benar-benar suatu peristiwa yang anek sekali.
Benarkah Oh Put Kui memiliki kemampuan yang bisa membuat kawanan ular tersebut merasa ketakutan? Paras muka perempuan siluman setengah telanjang itu segera berubah sangat hebat sedangkan Put Khong taysu, Wi cay taysu dan serta Sik Keng-seng mundur berulang kali dengan perasaan terkesiap.
"Meng.......
mengapa kau bisa berada disini........!"
Seru Sik Keng-seng tanpa terasa. Oh Put Kui tertawa nyaring.
"Itulah yang dinamakan kalau memang berjodoh, dimanapun kita dapat bertemu lagi."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menuding ke arah perempuan siluman setengah telanjang itu sambil menegur.
"Siapa sih perempuan siluman pawang ular tersebut?"
Sebelum Sik Keng-seng menjawab pertanyaan tersebut, sambil tertawa genit perempuan siluman itu telah berkata.
"Aku adalah tuan putri selaksa Ibun Hong.
Kongcu, siapa pula kau? Tak nyana kaku berhasil melatih ilmu anti ular dari wilayah Biau sehingga kawanan ular tersebut mundur ketakutan sejauh lima kaki lebih........"
Oh Put Kui segera berkerut kening setelah mendengar kata-kata ini, ia tak mengira musuhnya bisa menduga sampai kesitu. Dengan suara dalam dan berat Oh Put Kui segera membentak.
"Apakah kau putri dari Ibun Lam?"
Tuan putri selaksa ular Ibun Hong tertawa merdu .
"Kongcu, dari kepandaian anti ular yang kaku miliki, terbukti bahwa kau kenal dengan ayahku, betul, aku memang putri dari Ibun Lam si raja ular. Siapakah kongcu sendiir?"
Betapa muak dan bosannya Oh Put Kui menyaksikan dibalik sorot mata perempuan siluman itu terpancar sinar cabul yang amat tebal, ia tertawa dingin dan menyahut.
"Aku adalah Oh Put Kui,,,"
Begitu menangkap nama "Oh Put Kui"
Sekujur badan Ibun Hong segera bergetar keras.
Tiba-tiba ia menggertak giginya kencang-kencang dan menjerit sekeras-kerasnya.
"Kau benar-benar adalah Oh Put Kui?"
"Aku yakin tiada manusia didunia ini yang berani mencatut namaku, memangnya kau tak percaya?"
Ujar pemuda itu tertawa.
"Tiba-tiba Ibun Hong tertawa seram.
"Haaaaaahhhhh....... haaaaaaahhhhhh....... haaaaaahhhhhh....... bagus sekali, akhirnya aku berhasil juga menemukan kau."
"Mau apa kau setelah menemukan aku?" "Aku akan membunuhmu!"
Jerit Ibun Hong dengan suara yang tinggi melengking. Oh Put Kui setengah tertegun atas jawaban itu, kemudian serunya lagi.
"Kau anggap pekerjaan itu amat gampang?"
"Betul, aku akan membunuhmu untuk membalas dendam!"
Oh Put Kui segera tersenyum.
"Ooh, jadi kau hendak membalaskan dendam bagi ayahmu Ibun Lam......."
"Benar........"
"Haaaaahhhhhh.......haaaaaahhhhhhh........haaaaaahhhhhh .......
aku mau bertanya kepadamu hey siluman perempuan bagaimana sih kepandaian silatmu bila dibandingkan dengan ayahmu? Apakah kau percaya kemampuanmu itu jauh lebih tangguh?"
"Tidak........"
Sahut Ibun Hong tertegun.
"Nah itulah dia, dengan cara apa kau hendak membalaskan dendam sakit hati ayahmu itu?"
Sekalipun ia tidak mengemukakan kalau Ibun Hong tidak punya harapan untuk membalaskan dendam bagi ayahnya, namun arti dari perkataan tersebut sudah amat jelas.
Andaikan Ibun Lam sendiripun tak mampu berkutik, bagaimana mungkin Ibun Hong dapat membalas dendam? Untuk berapa saat lamanya Ibun Hong menjadi tertegun dan berdiri bodoh, apa yang dikatakan Oh Put Kui memang benar, ayahnya saja tewas ditangan lawan, bagaimana mungkin ia bisa membalaskan dendam bagi kematian ayahnya? Untuk berapa saat ia menjadi tertegun dan menangis terisak dengan suara rendah.
Oh Put Kui sama sekali tidak memandang sekejap pun ke arah Ibun Hong, sambil berpaling katanya kemudian kepada Put-khong siansu.
"Mengapa taysu balik kembali setelah pergi?"
Dari perkataan tersebut, jelas ia sedang menegur Put- khong karena ingkar janji serta balik kembali kedaratan Tionggoan.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Put-khong siansu setelah mendengar pertanyaan itu, dia berkata.
"Koksu perkumpulan kami telah berkunjung kemari, dengan sendirinya lolap harus mengiringi kedatangannya!"
Diam-diam Oh Put Kui merasa terkesiap, dia tak mengira hwesio ceking yang bertampang jelek itu sesungguhnya adalah Koksu dari wilayah Tibet.
Sebagai seorang Koksu, dengan sendirinya ilmu silat yang dimiliki pendeta ceking itu luar biasa hebatnya, itu berarti pula apabila ia tidak menghadapi secara hati-hati, sudah pasti peristiwa tersebut akan mengagetkan orang-orang yang berada didalam ruang loteng.
Sambil berputar otak, Oh Put Kui segera berkata sambil tertawa.
"Aku pikir dialah Koksu dari perkumpulanmu itu!"
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar........."
Put-khong siansu mengangguk.
Dalam pada itu si hwesio ceking itu telah melirik sekejap kearah Oh Put Kui dengan pandangan menghina, kemudian katanya kepada Put-khong siansu dengan suara dalam.
"Siapa sih bocah muda itu?"
"Dialah Oh Put Kui yang menjadi termashur kebelakang ini!"
"OOdwOoooh, begitu muda orangnya?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata pendeta ceking itu. "Siau-sicu ini adalah ahli waris dari Tay-gi serta Thian-liong taysu berdua, biar usianya masih muda, namun kepandaian silatnya sudah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa!"
Baru selesai Put-khong hwesio berkata, pendeta ceking itu sudah tertawa terbahak-bahak.
"Haaaaaahhhhh.......haaaaahhhhh........haaaaaahhhhh........ tampaknya kalian sudah dibuat ketakutan oleh kemampuannya........."
Paras muka Put-khong siansu yang dingin dan kaku tetap hambar tidak menunjukkan perubahan apa-apa.
Pendeta ceking itu segera berpaling kearah Oh Put Kui dan katanya.
"Bocah, akupun pernah menyaksikan kepandaian silat dari Thian-liong sangjin, ingin kulihat sudah berapa bagian ilmu silatnya yang berhasil kau kuasahi sehingga sikapmu begitu sombong dan berani mencampuri urusan perkumpulan kami?"
Oh Put Kui tertawa hambar.
"Siapa nama toa-hwesio? Kalau didengar dari caramu berbicara, nampaknya kau adalah seorang toko yang ternama diwilayah Tibet."
Pemuda itu tidak menjawab aoa yang ditanyakan, sebaliknya justru menggunakan beberapa patah kata yang tajam dan bernada menyindir itu untuk mengejek lawannya.
Namun hwesio ceking itu mempunyai iman yang cukup terlatih, dia tertawa setelah mendengar ejekan itu, ujarnya.
"Lolap adalah Hian hui, salah satu dari dua orang koksu pelindung hukum dari perkumpulan Tibet!"
Itu berarti koksu kedua adalah Hian-kong siansu yang berhasil mengetahui rahasia dari ruyung mu-ni pian tersebut. Kembali Oh Put Kui tertawa hambar. "Nama besar koksu sudah pernah kudengar dari mulut orang lain........."
Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba-tiba katanya lagi dengan suara dalam.
"Koksu adalah seorang pejabat tinggi yang dihormati dan disanjung orang di wilayah Tibet, entah dikarenakan persoalan apakah sehingga ditengah malam buta begini datang berkunjung kelembah Yu-kok dibukit Tiong-lam-san ini?"
"Haaaaaahhhhhh........
hhhaaaaaahhhhhh.......
haaaaaahhhhhh.......
tentu saja kedatangan lolap kali ini disebabkan ruyung mestika Mu-ni-pian tersebut,"
Jawab Hian- hui koksu sambil tertawa tergelak.
"Ehmmm, tajam amat berita yang kau peroleh!"
Hian-hui koksu kembali tertawa dingin.
"Biarpun Tibet-kau berada jauh diluar perbatasan namun setiap perubahan dan peristiwa yang terjadi dalam wilayah Tionggoan sangat kami ketahui seperti melihat jari tangan sendiri.........
lagipula Sik-hu kongcu pun mempunyai mata- mata yang tersebar luas di seantero kolong langit."
Sambil tertawa Oh Put Kui segera berkata kepada Sik Keng-seng.
"Aaah, tidak nyana kalau Ho-hap kau mempunyai hubungan yang begitu akrab dengan Tibet-kau! Sobat Sik, pernahkah kau mendengar cerita tentang mengundang srigala masuk kamar? Aku kuatir kau akan menyesal kemudian hari."
Toya emas tangan sakti Sik Keng-seng tertawa hambar.
"Antara Ho-hap-kau dengan Tibet-kau sebenarnya adalah dua aliran yang berasal dari satu dahan, kekuatiran saudara Oh sesungguhnya merupakan suatu tindakan yang berlebihan........."
Sekali lagi Oh Put Kui merasa amat terkesiap, tidak heran kalau Ho-hap-kau berani secara terang-terangan melakukan pelbagai kejahatan didalam dunia persilatan, rupanya mereka mengandalkan Tibet-kau sebagai kekuatan tulang punggung yang mendukung mereka dari belakang layar..........
Setelah termenung sebentar, Oh Put Kui segera berkata lagi sambil tertawa.
"Kalau begitu pengetahuanku memang cetek sekali...
sobat Sik, kau telah mengundang putri dari Ibun Lam dan datang kemari dengan membawa serta kawanan ularnya, bolehkah aku tahu apa maksud dan tujuanmu yang sebenarnya?"
Sik Keng-seng tertawa terbahak-bahak.
"Haaaaaahhhhhh........ haaaaahhhhh....... hhhaaaaaahhhhh....... perkumpulan kami berniat mengundang Kiau Hui-hui untuk menjabat sebagai pelindung hukum kami........"
Oh Put Kui tak bisa menahan rasa gelinya lagi dan segera tertawa tergelak sesudah mendengar perkataan itu, segera ujarnya.
"Belum pernah kujumpai cara mengundang orang menjadi pelindung hukum dengan cara semacam ini, bagaimana seandainya Kiau Hui-hui menampik? Hey sobat Sik apakah kalian bermaksud menggunakan kekerasan untuk memaksanya?"
"Tebakan saudara Oh memang benar!"
Tiba-tiba Oh Put Kui tertawa dingin ejeknya.
"Sobat Sik, aku kuatir kalian bakal kecewa........."
Pada saat itulah si pendeta ceking Hian hui koksu telah membentak dengan nada tak senang.
"Hey anak muda, apakah kemunculanmu sekarang ini bermaksud untuk mewakili Wi in nikou tua itu?"
"Kalau benar mau apa kau hah?"
Sahut Oh Put Kui sambil tertawa. "Itu sih gampang sekali, aku hanya minta agar ruyung Mu- ni-pian segera dipersembahkan kepadaku!"
"Huuuuuhhh, mana adakah urusan yang begitu gampang didunia ini?"
Hian-hui koksu segera tertawa dingin.
"Wahai bocah muda, bila kudengar dari nada pembicaraanmu, tampaknya kau ada niat untuk merepotkan lolap?"
"Haaaaaahhhhhh.......
hhhhaaaahh.......
haaaaaahhhh.......
bagaimanapun juga kau sebagai seorang koksu memang lebih tajam daya tangkapnya dan lebih cepat memahami perkataan orang."
"Bagus sekali!"
Kata HIan-hui koksu kemudian sambil berkerut kening.
"suruh Wi-in keluar lebih dulu......."
Oh Put Kui tertawa, sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, mendadak dari balik pohon dibelakang tubuhnya terdengar seorang membentak nyaring.
"Hian-hui, pinni It-ing berada disini, ada urusan apa lebih baik sampaikan saja kepadaku......."
Bersamaan dengan ucapan itu tampak bayangan putih berkelebat lewat secepat kilat tahu-tahu It-ing taysu sudah tampilkan diri didepan mata.
Penampilan yang sangat mendadak ini sama sekali tidak membuat Oh Put Kui menjadi tertegun, sebab dari tadi ia sudah mengetahui kalau It-ing taysu telah munculkan diri dari bangunan loteng.
Berbeda sekali dengan kawanan musuh penampilan nikou ini sangat mengejutkan mereka, terutama sekali bagi Hian hui koksu.
Kemunrulan It-ing taysu yang sama sekali tidak menimbulkan suara itu ternyata tidak dirasakan pula olehnya, peristiwa semacam ini boleh dibilang sangat memalukan dan merosotkan kemampuannya dihadapan orang.
Tapi hal inipun membuktikan betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki lawan.
Sekalipun dalam hati kecilnya merasa amat terkesiap, Hian-hui koksu tak mau mengaku kalah dengan begitu saja, segera berseru.
"Aku tidak mengira kalau Giok-heng sinni pun berada disini, benar-benar beruntung sekali dapat bersua denganmu disini..."
It-ing taysu tertawa dingin.
"HIan-hui, benarkah tidak kau ketahui kalau lembah Yu-kok dibukit Tiong-lam-san ini merupakan salah satu tempat tinggal pinni........"
HIan-hui tertawa tergelak.
"Haaaaaahhhhh.......
haaaaaaahhhhh........
haaahhhhh.......
walaupun banyak persoalan dunia persilatan yang kuketahui, tapi tidak pernah kuperhatikan masalah tentang harta benda serta tempat kediaman yang dimiliki masing-masing jago didalam dunia persilatan........"
Suatu ucapan yang tajam dan amat mengejek dari hweesio tersebut........
Jawaban semacam ini tentu saja sama sekali berada diluar dugaan It-ing taysu.
Nikou itu segera memutar biji matanya sambil tertawa dingin, kemudian terusnya.
"Hian-hui, saat ini kau pasti sudah tahu bukan?"
"Yaa, benera! Benar! Barusan aku baru mengetahuinya dari sinni sendiri!"
"Kalau memang sudah tahu, mengapa tidak segera beranjak dari sini?" "Tentu saja, tentu saja aku akan pergi,"
HIan-hui tertawa.
"cuma aku perlu minta sedikit sedekah dari sinni, asal sinni mengabulkan, sudah pasti aku akan segera angkat kaki........"
"Hmmm Hian-hui, rupanya kau memang sengaja datang mencari gara-gara......."
Tegur It-ing taysu sambil tertawa dingin.
"Ooh, tidak berani!"
"Sinni tak sabar untuk bermain setan terus denganmu........"
It-ing semakin berang.
"Benar"
Hian-hui tertawa.
"aku mengerti bahwa sinni merasa amat tak senang hati saat ini, tapi setelah jauh-jauh datang kemari, aku merasa berkewajiban untuk menjumpai apa yang menjadi tujuanku!"
"Hian-hui, rupanya kedatanganmu kemari benar-benar membawa suatu maksud?"
Mendadak It-ing taysu membentak keras.
"Tentu saja!"
"Mengingat kalian murid-murid dari aliran Tibet juga berasal dari kaum Buddha selama ini aku bersabar terus kepadamu........"
Setelah berhenti sejenak dan mendengus dingin, terusnya.
"Tapi jika kau masih juga tak mau sadarkan diri, hati hatilah dengan selembar nyawamu........"
Hian-hui tertawa tergelak.
"Apanya yang perlu berhati-hati? Aku merasa tidak berkeperluan untuk bertindak lebih hati-hati........."
Mencorong sinar tajam dari balik mata It-ing taysu setelah mengdengar perkataan itu, mendadak dia mengebaskan ujung bajunya melepaskan sebuah serangan sambil serunya dengan marah.
"Mundur kau........." Segulung angin pukulan yang maha dahsyat bagaikan amukan ombak samudra segera meluncur.
Jangan dilihat serangan tersebut hanya merupakan sebuah kebutan belaka, sesungguhnya kekuatan yang terkandung mencapai ribuan kati lebih.
Put khiong taysu dan Wi-cay taysu sama-sama menjadi terkesiap menghadapi serangan mana.
"It-ing, kau jangan kurang ajar........"
Bentak mereka bersama-sama.
Empat buah telapak tangan serentak dilontarkan bersama kemuka melancarkan serangan balasan.
Sebaliknya Hian-hui taysu yang melihat adegan mana segera tersenyum dengan sikap yang amat santai seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu apapun ia berkata.
"It-ing, kuanjurkan kepadamu lebih baik jangan sembarangan turun tangan! Kau mesti tahu, orang orang dari aliran Tibet hampir semuanya berlatih ilmu toa-lok-kim-kong- sian-kang, bila kau ingin beradu kekuatan dengan mereka, ibaratnya telur yang diadu batu, kau cuma mencari penyakit buat diri sendiri..........."
It-ing taysu segera tertawa dingin.
"Hmmmm, mari kita buktikan bersama-sama, siapakah yang sesungguhnya mencari penyakit buat diri sendiri......."
Dalam pembicaraan mana, tenaga pukulan kedua belah pihak telah saling bertemu satu sama lainnya.
"Blaaaaaammm.......!"
Ditengah benturan keras yang memekikkan telinga, Put khong taysu dan Wi-cay taysu masing masing terdorong mundur sejauh dua langkah dari posisi semula.
Sebaliknya It-ing taysu masih tetap berdiri tegak ditempat semula, bergeser pun tidak.
Peristiwa tersebut kontan saja mengejutkan Leng-hui yang menonton dari samping, dia segera berseru.
"Waaah, rupanya tenaga dalam yang taysu miliki telah memperoleh kemajuan yang amat pesat, agaknya Hong-gwa- sam-sian (tiga dewa dari luar perbatasan) benar-benar memiliki kepandaian silat yang tangguh dan hebat........"
"Hmmm, kau baru tahu sekarang?"
Jengek It-ing taysu sambil mendengus dingin.
Kembali telapak tangan kirinya dikebaskan kedepan langsung menyerang Hian-hui.
Hian-hui taysu terawa tawa, dengan cekatan dia menghindar kesamping.
"It-ing, kau memang lebih hebat daripada empat puluh tahun berselang........"
Kembali dia berseru.
It-ing taysu tetap membisu dalam seribu bahasa, sepasang pergelangan tangannya digerakkan berulang kali melancarkan serangkaian serangan dahsyat.
Sepuluh gulung tenaga pukulan yang amat dahsyat dan tajam serentak membelah angkasa dan langsung menyerang Hian-hui koksu.
Menghadapi serangkaian serangan yang begitu dahsyat, terlintas rasa kaget dan seram dibalik mata Hian-hui koksu.
Sambil berkelit kesamping, serunya sambil tertawa terbahak-bahak.
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Haaaaaaahhhhh........
haaaaaaahhhh.......
hhhhaaaaaahhhhhh..........
Apakah kau telah berhasil melatih ilmu sakti penakluk iblis dari kaum Buddha? Tak heran kalau..."
Mendadak ucapannya terhenti di tengah jalan, sebab sebuah totokan jari yang amat keras telah bersarang diatas bahu kirinya.
Sambil tertawa dingin It-ing taysu segera tertawa mengejek.
"Jika kau belum juga mundur, jangan salahkan bila pinni akan turun tangan lebih keji lagi!"
Hian hui koksu tidak menjadi gusar oleh serangan mana, malahan katanya sambil tertawa.
"It-ing, kau mesti tahu, serangan jarimu itu tidak akan berhasil melukai aku."
"Sesungguhnya pinni memang tidak berniat melukaimu, kalau tidak, kau anggap masih bisa bersikap santai macam begini?"
"Kalau kudengar dari pembicaraanmu itu, seolah-olah kau beranggapan bahwa aku tak mampu menghadapi serangan jarimu itu?"
"Mampu atau tidak, itu mah urusanmu sendiri!"
"Baik,"
Kata Hian-ui koksu kemudian sambil menarik kembali senyumannya.
"seandainya aku tidak mencoba kemampuan itu, kau tentu tak akan merasa lega..........."
Berbicara sampai disitu, dia segera melepaskan sebuah pukulan kedepan. Serangan itu dilancarkan tidak cepat tidak pula lambat, melayang diudara dan meluncur kedepan agak mengambang.
"Toa-lek-kim-keng-ciang!"
Diam-diam Oh Put Kui berpekik dalam hati.
Sementara itu It-ing taysu telah memusatkan seluruh pikiran dan perhatiannya untuk mengawasi setiap gerak-gerik Hian-hui koksu.
Tatkala lawannya telah melancarkan sebuah pukulan, dengan cekatan dia mengayunkan pula tangan kanannya melepaskan sebuah serangan dengan ilmu Boen-yok-sian- kang.
Dalam waktu singkat kedua gulung tenaga kekuatan yang maha dahsyat itupun saling beradu satu sama lainnya.
"Blaaaaammm........!"
Ledakan keras yang memekikkan telinga menggelegar diudara dan memecahkan keheningan.
Hian-hui Koksu sama sekali tidak tergerak dari posisinya semula.
Begitu juga dengan It-ing taysu, ia tetap berdiri diposisinya dengan mantap.
Itu berarti hasil pertarungan kali ini adalah seimbang, siapapun tak berhasil merebut keuntungan ataupun kemenangan.
It-ing taysu tertawa dingin, secepat kilat tubuhnya berkelebat kemuka lalu melepaskan sebuah pukulan lagi.
Hian-hui koksu tertawa tergelak, dia segera maju pula untuk menyongsong datangnya ancaman itu.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah terlibat dalam pertarungan yang amat seru.
Oh Put-kui yang melihat kesemuanya ini segera tertawa hambar, kepada Sik Keng-seng katanya kemudian.
"Sobat Sik, coba kau suruh Ibun Hong untuk menarik kembali kawanan ular itu!"
"Begini banyak ular yang berkumpul di sini, mana mungkin bisa ditarik kembali?"
Kata Sik Keng-seng sambil geleng kepala.
"apakah saudara Oh bukan lagi bergurau?"
Sebaliknya Ibun Hong segera berseru dengan gemas.
"Kalau aku tak mau menariknya kembali, kau bisa apa?"
"Aku memang tak bisa berbuat apa-apa, tapi paling tidak aku toh mampu membunuh ular-ular itu...!"
Jawab Oh Put Kui sambil tertawa.
"Kau berani?" "Kenapa tidak?"
Ular-ular dari Ibun Lam pun pernah kubunuh sampai habis, apalagi ular-ularmu itu?"
Ibun Hong tak bisa menahan diri lagi, sambil menangis kembali teriaknya.
"Orang she Oh, aku akan beradu jiwa denganmu.........."
Sambil menggetarkan ruyung panjangnya, ia langsung menubruk kearah Oh Put Kui.
Menghadapi tubrukan ini Oh Put Kui hanya tersenyum, tangannya segera digerakkan dan entah apa yang dilakukan, tahu-tahu sang ruyung panjang lawan telah berada dalam cekalannya.
Kemudian serunya sambil tertawa tergelak.
"Ibun Hong, kau masih ketinggalan jauh bila dibandingkan dengan kemampuan ayahmu !"
Sambil berkata ia segera mengendorkan tangannya dan melepaskan ruyung tersebut.
Disaat ruyungnya kena ditangkap lawan tadi, Ibun Hong sungguh merasa terkejut bercampur ngeri, paras mukanya sampai berubah hebat..........
Akan tetapi ia tidak menyangka kalau Oh Put-kui bakal melepaskan cengeramannya dengan begitu saja.
Untuk berapa saat lamanya dia sampai berdiri tertegun dan memandangi lawannya dengan termangu.
Sambil tertawa hambar kembali Oh Put Kui berkata.
"Nona, andaikata kau tidak segera menarik kembali rombongan ularmu itu, terpaksa aku akan bekerja untuk mewakilimu.........."
Setelah berhenti sejenak, ia menambahkan.
"Cuma.........
seandainya aku yang turun tangan, sudah pasti nona mengetahui bukan apa akibatnya?" Sebelum Ibun Hong menjawab, Sik Keng-seng telah berseru sambil tertawa dingin.
"Saudara Oh, benarkah kau mempunyai kepandaian untuk membunuh sekian banyak ular?"
"Jadi kau anggap aku tidak mampu?"
Oh Put Kui balik bertanya sambil tertawa.
"Aku rasa kau memang tidak sanggup!"
Tiba-tiba Oh Put Kui tertawa, jengeknya.
"Sobat Sik, kau memang berhati amat keji dan buas!"
"Bagaimana kejiku?"
Sik Keng-seng nampak terkejut.
"Bukankah kau ingin memperalat diriku untuk membunuhi ular-ularnya sehingga memaksa nona Ibun tak ada tempat berpijak dan terpaksa menggabungkan diri untuk selamanya dengan perkumpulan Ho-hap-kau kalian itu?"
Tak terlukiskan rasa kaget Sik Keng-seng ketika melihat rencana busuknya dibongkar lawan secara blak-blakan. Tapi sebagai seorang yang licik dan banyak akal muslihatnya, ia segera berseru lagi sambil tertawa. @oodwoo@
Jilid 34
"Haaaaaahhhhhh....... hhhaaaaaaahhh....... hhhaaaaaaahhh......... benarkah begitu?"
Oh Put Kui tertawa tergelak.
"tapi, apakah kau memang pantas disebut seorang lelaki sejati?"
"Paling tidak aku toh bukan manusia kurcaci seperti apa yang saudara Oh katakan!"
Oh Put Kui tertawa hambar, kepada Ibun Hong segera ujarnya. "Nona, bagaimana rencanamu selanjutnya? Apakah kau bersedia mempercayai perkataanku?"
Saat ini Ibun Hong percaya seratus persen bahwa Oh Put Kui memang berkemampuan untuk menjinakkan ular serta membunuhnya, ia termenung sejenak, lalu dengan air mata bercucuran katanya kemudian.
"Baiklah, hari ini aku tak akan menyinggung masalah balas dendam lagi.........."
Oh Put Kui segera tertawa tergelak.
"Hhhaaaaaahhh.......
hhhaaaaaaahhh.......
hhhaaaaaahhh........
nona memang amat berbesar jiwa, tapi aku perlu memberitahukan kepada nona, disaat ayahmu masih banyak melakukan kejahatan di dalam dunia persilatan dulu, tidak sedikit kawanan jago yang menemui ajalnya ditangan ayahmu itu."
"Soal ini tak perlu kau kuatirkan........"
Jawab Ibun Hong dingin.
Dia mengira Oh Put Kui menguatirkan keselamatan jiwanya setelah hari ini.
Padahal Oh Put Kui berniat untuk memberitahukan kepadanya, mengapa dia sampai turun tangan untuk membunuh si raja dari selaksa ular, dewa ular seribu bisa Ibun Lam.
Tapi pemuda itu tidak berniat memberi penjelasan lebih jauh, katanya lagi sambil tertawa.
"Kalau toh nona telah bersedia menarik mundur kawanan ularmu itu, bagaimana kalau kau tinggalkan saja tempat ini sejauh-jauhnya........?"
Dengan sedih Ibun Hong memandang sekejap kearah Oh Put Kui, lalu katanya.
"Oh Kongcu.......
harap kau jangan bersua lagi denganku setelah lewat hari ini, kalau tidak aku akan membalaskan dendam bagi kematian ayahku.......
kongcu, berjanjilah......."
Belum habis perkataan itu diutarakan, dia sudah menutupi mukanya sambil menangis tersedu. Dengan perasaan agak iba Oh Put Kui segera menyahut.
"Baiklah, sejak kini aku akan berusaha untuk menghindari perjumpaan dengan nona........"
Ibun Hong segera menyeka air matanya lalu setelah mendepakkan kakinya keatas tanah, diapun berpekik panjang.
Begitu pekikan berkumandang, kawanan ular itupun mulai bergerak meninggalkan tempat itu.
Tak seekorpun kawanan ular itu yang berani bergerak mendekati Oh Put Kui, dari jarak sejauh lima kaki mereka telah menyingkir jauh-jauh dan berbondong-bondong mengundurkan diri dari dalam lembah.
Kata Ibun Hong kemudian sambil menghela napas panjang.
"Oh kongcu, baik-baiklah kau menjaga diri, jangan membuat aku kehilangan kesempatan untuk membalaskan dendam bagi kematian ayahku......."
Lalu dia membalikkan badan dan berkelebat pergi meninggalkan lembah tersebut.
Sik Keng-seng sama sekali tidak menyangka kalau Ibun Hong bakal pergi sungguhan dari situ, bahkan menyapa diapun tidak.
Rasa sedih yang dirasakan kali ini sungguh tak terlukiskan dengan kata-kata.
Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya, tampak pertarungan antara It-ing taysu dengan Hian-hui koksu masih berlangsung amat seru, sadarlah dia bahwa posisi yang dihadapinya hari ini tidak menguntungkan bagi pihakknya.
Maka tanpa membuang banyak waktu lagi ia segera memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil langkah seribu.
Sambil membalikkan badan, teriaknya keras-keras.
"Nona Hong, mari kutemani kau........"
Secepat sambaran petir dia ngeloyor pergi pula dari lebah tersebut.
Oh Put Kui cuma tertawa hambar belaka menyaksikan kepergian kedua orang itu.
Tapi secara tiba-tiba ia teringat akan sesuatu, dengan perasaan terkejut cepat-cepat dia mengejar keluar lembah.
Apa yang diduga ternyata benar, Kiau Hui-hui dengan disertai keempat orang dayangnya telah menghadang didepan mulut lembah.
Dari kejauhan Oh Put Kui sudah melihat pertarungan melawan Ibun Hong.
Sedangkan Sik Keng-seng malahan sudah bertarung melawan kerubutan empat dayang tersebut.
Oh Put-kui segera meluncur kedepan sambil berseru keras.
"Nona Kiau, lepaskan mereka........."
"Melepaskan mereka pergi dari sini........?"
Dengan perasaan tercengang dan sedikit di luar dugaan Kiau Hui-hui memandang sekejap kearah Oh Put-kui yang sedang meluncur tiba.
"Ya, aku telah berjanji akan melepaskan mereka,"
Kata Oh Put-kui lagi sambil tertawa.
"Baiklah,"
Kata Kiau Hui-hui kemudian, kalau toh toako sudah berjanji, tentu saja siaumoay tak berani menghalanginya......."
Ternyata mereka telah saling berganti sebutan, namun bagi Kiau Hui-hui kejadian tersebut cukup membuatnya tersipu- sipu, sebab selama dua puluh tahun ini baru pertama kali dia menyebut seorang lelaki sebagai kakaknya.
Oh Put-kui tertawa lagi.
"Terima kasih adik Hui......."
Kiau Hui-hui tertawa gembira, ia segera berpaling kearah Ibun Hong dan berkata dengan suara dalam.
"Kau boleh pergi........"
Dalam pada itu keempat orang dayangnya telah menghentikan pula serangan-serangan mereka.
Sik Keng-seng segera menjura kepada Oh Put-kui dan berseru sambil tertawa.
"Saudara Oh, sekali lagi perkumpulan kami menderita kekalahan total ditanganmu........"
"Yaa benar, tolong sampaikan kepada ketua kalian, setiap saat aku she Oh menantikan pembalasan darinya."
"Aaah tidak mungkin,"
Misteri Pulau Neraka Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sik Keng-seng tertawa.
"sebaliknya kami justru berharap kehadiran saudara Oh bersama Kiau siancu dan nona Nyoo Siau-sian untuk berpesiar kemarkas besar kami bila kau ada waktu di lain saat........."
Mendengar perkataan tersebut Oh Put-kui tertawa tergelak.
"Haaaaaahhhhh.......
hhhaaaaaahhh........
hhhaaaaaaahhh........
sahabat Sik memang benar-benar berakal tajam........
kau bukannya tak berani berkunjung ke sana, cuma kuatirnya setelah pergi kesitu maka kami akan mengalami nasib yang tragis......." -oo0dw0oo- "Tidak mungkin!"
Seru Sik Keng-seng sambil menggeleng.
"bila ada kesempatan silahkan saudara Oh berkunjung, kau tentu akan mengerti sendiri nanti............" Kemudian ia berpaling kearah Ibun Hong dan katanya lagi sambil tertawa.
"Nona Hong, mari kita berangkat!"
Ibun HOng tidak mengucapkan sepatah katapun, dengan kepala tertunduk ia berjalan menuju keluar lembah.
Dalam waktu itu kawanan ular yang beribu ribu ekor banyaknya itu sudah menanti di luar lembah.
Sambil melangkah keluar lembah, Sik Keng-seng berkata lagi kepada Oh Put Kui sambil tertawa.
"Saudara Oh, jangan lupa dengan undangan kami..........."
"Haaaaaaaahhhhh........
hhhhaaaaaaahh.........
hhhhaaaaaaahh........
undangan saudara tentu akan kuingat selalu........."
Memandang sampai kedua orang itu pergi jauh, Kiau Hui- hui baru berkata kepada Oh Put Kui sambil tertawa.
"Toako, lebih baik cepat-cepat kembali hati-hati kalau sampai kedua orang hwesio yang lain naik keloteng.........."
Terkesiap Oh Put Kui setelah mendengar perkataan itu, benar juga peringatan tersebut.
Waktu itu Wi-in sinni sedang mengobati luka yang diderita Nyoo Siau-sian, ini berarti dia tak akan bisa beranjak dari tempatnya untuk melawan musuh-musuh yang datang.
Dengan suatu gerakan secepat kilat Oh Put Kui segera kembali ke arena.
Untung saja Put-khong taysu dan Wi-cay taysu masih tetap berdiri tenang di tempat semula.
Sebaliknya pertarungan antara It-ing taysu melawan Hian- hui koksu telah berubah dari pertarungan ditengah udara menjadi adu kekuatan yang menegangkan syaraf.
Menyaksikan kesemuanya ini Oh Put Kui segera mengerutkan dahinya rapat-rapat.
Jelas sudah kalau pertarungan itu bukan lagi pertarungan mainan, apalagi bagi jago jago lihay kelas satu seperti mereka, sekali bertarung adu tenaga dalam maka pertarungan tersebut tak akan bisa dilerai sebelum salah satu pihak menderita kekalahan..........
Walaupun begitu, keadaan dari mereka berdua saat ini tidak sampai terancam oleh mara bahaya.
Kedua belah pihak sama-sama bertahan dalam posisi seimbang, mereka saling mempertahankan keadaan masing- masing.
Biar begitu, Put-khong siansu dan Wi-cay siansu yang mengikuti jalannya pertarungan itu nampak mulai cemas, gelisah dan murung.
Oh Put Kui mengerti, yang menjadi cemas, gelisah dan murung adalah kekuatiran mereka jika dia membantu It-ing taysu atau secara tiba-tiba dia menantang mereka berdua untuk bertarung.
Sudah barang tentu Oh Put Kui tidak akan berbuat demikian.
Setelah melihat jelas keadaan situasi dalam arena pertarungan, segera katanya kepada Put-khong siansu.
"Apakah taysu sudah melihat ancaman bahaya dari situasi didepan mata sekarang? Kalian datang dengan jumlah yang kecil, andaikata Hian-hui koksu menderita kekalahan ditangan It-ing taysu, kalian kira bisa mengundurkan diri dari sini dengan selamat?"
"Toa-kongcu tak bakal kalah, siau-sicu tidak usah kuatir!? sahut Put-khong siansu dengan napas dalam.
Oh Put Kui segera tertawa.
"Kalau begitu percuma saja aku menguatirkan hal ini.........."
Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba-tiba katanya lagi sambil tertawa dingin. "Seandainya aku turun tangan mewakili It-ing taysu saat ini, beranikah kalian mengatakan bahwa Hian-hui koksu tersebut tak akan menderita kekalahan?"
Put-khong siansu tidak menyangka kalau anak muda tersebut bakal mengucapkan perkataan itu.
Untuk sesaat dia menjadi gusar, bimbang dan tak tahu apa yang mesti diperbuat.
Lama setelah termenung Put-khong siansu baru berkata.
"Asalkan siau-sicu tidak kuatir merusak nama baik tiga dewa dari luar wilayah silahkan siau-sicu segera turun tangan untuk mewakili It-ing taysu untuk bertarung."
Tampak Put-khong siancu pun seorang hwesio yang sangat lihay, cukup dengan sepatah kata ini saja, ia sudah dapat menyulitkan Oh Put0kui sehingga tak mampu berkutik.
Akibatnya pemuda tersebut menjadi tertegun dan tak mampu berbuat banyak.
Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya kearah lapangan dimana dua orang tokoh silat tersebut sedang melangsungkan suatu pertarungan seru...........
Menurut perkiraannya, dengan tenaga dalam yang dimiliki mungkin dia dapat memisahkan kedua orang tersebut, akan tetapi ia tak berani bertindak secara gegabah, karena keyakinannya hanya mencapai enam puluh persen saja.
Untuk sementara waktu pemuda ini menjadi sangsi dan tak tahu apa yang mesti diperbuat.
Pada saat itulah Put-khong siansu kembali berkata lagi sambil tertawa dingin.
"Ilmu Tok-lek-kim keng-sinkang dari perkumpulan kami paling cocok bila digunakan untuk suatu pertarungan jangka panjang biarpun tiga dewa dari luar wilayah tanggguh, jangan harap mereka sanggup bertahan selama dua jam lamanya........." Mendadak.........
Dari atas sebatang pohon terdengar seorang tertawa dingin, lalu disusul kemudian seruan mengejek.
"Huuuh, sungguh tak tahu malu, aku tak percaya kalau perkumpulan dari Tibet benar-benar memiliki ilmu silat yang sangat tangguh........."
Bersamaan dengan bergemanya suara itu tampak sesosok bayangan manusia melayang turun dari atas pohon.
Orang itu berjumpalitan beberapa kali di tengah udara lalu melayang turun persis di tengah-tengah antara It-ing taysu dan Hian-hui koksu yang sedang bertarung.
Bukan cuma begitu, malahan sambil mementangkan sepasang tangannya dia berseru seraya mengejek.
"Haaaaaahhhhh........
hhhhaaaaaaahh........
hhhaaaaaaaahh........
ayoh cepat dipisah, jangan kau pakai semua tenagamu sampai habis........"
Dalam waktu singkat It-ing taysu merasakan tenaga dalamnya yang kuat bagaikan bertemu dengan hembusan angin segar, tahu tahu hilang lenyap tak berbekas, bahkan tak bisa ditahan lagi tubuhnya terdorong oleh tenaga lembut itu sampai mundur sejauh tiga langkah.
Sebaliknya keadaan dari Hian-hui koksu jauh lebih mengenaskan lagi.
Disaat tenaga Toa-lek-kim-kong-siankang nya sedang dihimpun dalam tangan kanannya, dia seperti menjumpai serangan yang amat berat saja.
tahu-tahu.........
"Blaaaaaammm......."
Ia merasakan isi perutnya tergetar sangat keras, tubuhnya harus mundur sejauh lima depa lebih sebelum dengan susah payah berhasil mempertahankan diri........
Peristiwa mana kontan saja mengakibatkan Hian-hui Koksu merasa terperanjat sekali.
Serta merta dia mencoba untuk menghimpun hawa murninya guna menekan gejolak hawa murni didalam dadanya........
Ketika dia mengalihkan kembali pandangan matanya ketengah arena.
ternyata disitu telah muncul seorang kakek berambut putih yang sedang memandang kearahnya sambil tertawa nyengir..........
Ia tiada mengenal siapakah orang tersebut sebab kali ini baru kedua kalinya dia menginjakkan kakinya didaratan Tionggoan.
Berbeda dengan It-ing taysu, dia segera mengenalinya dan menegur.
Darah Ksatria Harkat Pendekar -- Khu Lung Darah Ksatria Harkat Pendekar -- Khu Lung Laron Pengisap Darah -- Huang Yin /Tjan Id