Beruang Salju 17
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 17
Beruang Salju Karya dari Sin Liong Ko Tie tetap gelengkan kepalanya, dia bilang dengan segera. "Tidak mungkin..... tidak mungkin. Jika memang Pehhu memaksa seperti itu untuk bertemu dengan Suhu, tentu kau akan celaka ditangannya, kau tentu akan dihukum berat olehnya.....! Lebih baik kalian jangan mencari kesulitan untuk diri kalian, cepatlah pergi meninggalkan pulau ini.....!" Yeh-lu Chi telah menghela napas dia bilang kepada Kwee Hu. "Adik Hu, biarlah kita berdiam dulu beberapa saat di sini nanti juga Suhunya akan keluar memperlihatkan diri...!" Tetapi baru saja Yeh-lu Chi bilang begitu tiba-tiba terdengar suara orang tertawa tergelak-gelak, suara itu sebentar panjang, sebentar pendek, sesaat lagi terdengar di tempat jauh sejenak lagi terdengar sangat dekat, seperti juga di pinggir telinga mereka. Dengan demikian Kwee Hu maupun Yeh-lu Chi jadi kaget bukan main, karena mereka mengetahui itulah suara tertawa yang disertai dengan tenaga lweekang yang sempurna sekali. Mendengar suara tertawa yang disertai dengan lweekang seperti itu, tentunya orang itu memiliki kepandaian yang tinggi di atas mereka, karena sebagai orang-orang yang memiliki kepandaian cukup tinggi, tentu saja Yeh-lu Chi dan Kwee Hu sekali dengar saja telah dapat menilai berapa tinggi tenaga dalam lawan. Dan sekarang yang membuat mereka kaget, suara tertawa yang disertai lweekang itu merupakan tenaga lweekang dari tingkat tinggi yang telah mencapai puncak kesempurnaannya. Dengan demikian, sepasang suami isteri itu jadi bersikap jauh lebih hatihati. Waktu itu telah terdengar suara orang yang menegur di antara suara tertawa yang diselang-seling itu. "Siapa yang begitu lancang berani menginjakkan kakinya yang bau dan kotor di pulauku? Siapa dia yang bermulut besar seperti itu? Atau memang mulutnya itu ingin kurobek?!" Karena tidak mengetahui siapa yang telah berkata-kata seperti itu, Yeh-lu Chi telah merangkapkan sepasang tangannya, dia telah memberi hormat. "Locianpwe, kami suami isteri dan puteri kami, sungguh tidak beruntung telah tertimpah bencana yang tidak ringan di lautan, sehingga terdampar di sini, harap Locianpwe mau maafkan kelancangan kami! Dengan ini, Boanpwe, Yeh-lu Chi dan isteri Boanpwe, Kwee Hu serta puteri Boanpwe, Yeh-lu Kie, mengunjuk hormat buat Locianpwe......!" Terdengar suara tertawa dingin yang mengandung ejekan. "Hemm, Kwee Hu, puterinya Kwee Ceng dan Oey Yong, cucunya Oey Yok Su, si sesat dari Timur itu? Hemm, hemm, kakekmu telah memiliki pulau yang cukup luas seperti Tho-hoa-to, mengapa kau sebagai cucunya berkeliaran di pulauku?!" Dan kemudian terdengar lagi suara tertawa yang mengandung ejekan, suara tertawa yang disertai dengan lweekang yang tinggi sekali. Dan tidak lama kemudian tampak berkelebat sesosok tubuh dengan gerakan yang gesit sekali, dan telah berdiri di hadapan Yeh-lu Chi dan Kwee Hu. Dialah seorang lelaki bertubuh tidak begitu tinggi, dengan pakaiannya yang aneh, terbuat dari kulit binatang buas. Mukanya yang memerah sehat, dan juga tubuhnya yang tampak berotot kuat itu, di samping itu sinar matanya yang memancar berkilauan, benar-benar merupakan sikap seorang Locianpwe yang angker sekali. Dari sinar matanya itu saja telah terlihat, bahwa dialah seorang yang memiliki lweekang sangat tinggi sekali. Yeh-lu Chi yang menduga bahwa orang ini adalah pemilik pulau ini, telah maju dua langkah, dia telah merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat. "Boanpwe Yeh-lu Chi menghunjuk hormat untuk Locianpwe..... Maafkanlah kelancangan kami yang telah terdampar di pulau Locianpwe..... Dan bolehkah kami mengetahui nama besar Locianpwe, agar kelak setelah kami meninggalkan pulau ini, kami dapat mengingat baik-baik budi kebaikan Locianpwe......?!" "Apa itu nama besar? Apa itu budi kebaikan!" Tanya orang itu, yang ternyata tidak lain dari Swat Tocu. Dia juga telah mendengus beberapa kali, tampaknya dia tidak senang menerima hormatnya Yeh-lu Chi, karena tahu-tahu tangan kanannya telah dikebutkannya dengan hebat sekali, sambil diiringi perkataannya. "Pergilah menggelinding kau, aku tidak mengijinkan kalian menginjak pulauku ini..... pergi sebelum aku menjatuhkan hukumanku pada kalian! Aku mau memandang terangnya muka Oey Lao Shia. Jika memang aku telah gusar, hemmm, hemmm, biarpun Oey Lao Shia berada disini, jangan harap kalian bisa terhindar dari hukumanku!" Yeh-lu Chi melihat Swat Tocu mengebutkan tangannya, dia tahu tentunya itulah kebutan yang mengandung kekuatan tenaga yang dahsyat. Tapi sebagai Pangcu dari Kay-pang, tentu saja Yeh-lu Chi memiliki kepandaian yang tinggi. Terlebih lagi dialah muridnya Ciu Pek Thong, dengan sendirinya mana bisa dia berdiam diri saja. Cepat dia mengangkat lebih tinggi ke dua tangannya yang tengah dirangkapnya itu, dia dengan sikap seperti juga tengah memberi hormat, dia telah menyambuti tenaga kebutan dari Swat Tocu. Kebutan itu memang menimbulkan serangkum angin serangan yang kuat bukan main, dan ketika bentrok dengan tangkisan Yehlu Chi, maka telah terdengar suara benturan yang sangat keras sekali dan yang membuat Yeh-lu Chi tambah kaget. Dia merasakan tubuhnya tergetar, kemudian kuda-kuda ke dua kakinya tergempur, tanpa bisa dikendalikan lagi, tubuhnya telah terhuyung mundur akan kejengkang. Untung saja Yeh-lu Chi memang mempunyai tenaga lweekang yang cukup tinggi dan terlatih baik, dia dengan cepat telah memusatkan tenaga dalamnya pada ke dua kakinya. Setelah mundur terhuyung tiga langkah ke belakang, dia bisa berdiri tetap lagi, tidak sampai rubuh terjengkang karenanya..... Yeh-lu Chi ketika telah berdiri tetap, mukanya agak pucat. Dia merasakan tenaga dalamnya seperti bergolak, akibat dari gempuran yang diterimanya dari Swat Tocu. Tapi, sebagai pangcu Kay-pang yang telah menerima gembelengan dari gurunya yang memang memiliki kepandaian luar biasa tingginya, yaitu Ciu Pek Thong, itu si bocah tua yang berandalan, dengan sendirinya Yeh-lu Chi jadi bisa menguasai diri dengan cepat dan tenaga dalamnya itu telah dapat dikendalinya lagi dengan baik. Dalam keadaan seperti itu, Swat Tocu telah membentak bengis. "Apakah engkau tidak mau cepat-cepat angkat kaki?!!" Ditegur seperti itu, tampak Yeh-lu Chi telah merangkapkan ke dua tangannya, dia memaksakan diri untuk tersenyum. "Locianpwe, memang kamipun tidak bermaksud untuk berdiam di pulaumu ini, tapi inilah terpaksa. Bersama kami terdapat puteri kami yang masih kecil, dia tentu tidak akan sanggup bersengsara terus terombang ambing di lautan! Jika memang hanya kami berdua, pasangan suami isteri saja, tentu hal itu tidak berarti apaapa buat kami! Dengan memandang pada puteri kami itu, dan juga dengan menaruh belas kasihan pada makhluk kecil tidak berdaya itu, maulah Locianpwe mengijinkan kami menetap beberapa saat di pulaumu ini, guna mengambil baban perbekalan, untuk nanti dipergunakan dalam perjalanan kami......!" Setelah kerkata begitu, kembali dia telah menjura dalam-dalam. Tapi muka Swat Tocu tetap dingin, dia telah mengebutkan ke dua tangannya. Sekali ini Yeh-lu Chi telah bersiap sedia karenanya dia telah menyambuti serangan itu dengan kelitannya yang sangat gesit. Dia tidak mau menyambuti seperti tadi, karena Yeh-lu Chi menyadari jika memang dia menyambutinya seperti tadi yang rusak adalah dirinya, di mana dia akan terluka di dalam. Tapi waktu itu, tampak Swat Tocu bukan hanya satu kali saja mengebut dengan tangannya, karena dia telah menyusuli lagi dengan kebutan lainnya, di mana dia telah mengebut dengan tenaga yang jauh lebih kuat lagi. Kebutan itu telah menyambar menyusul pula pada Yeh-lu Chi. Tentu saja Yeh-lu Chi jadi sibuk bukan main, karena dia baru saja berkelit dari satu gempuran, serangan lainnya dari tenaga yang dahsyat itu telah menyambar lagi, dengan demikian telah membuat dia harus cepat-cepat menyingkir pula ke samping. Namun sekali ini gerakannya terlambat, karena itu lengannya telah kena terhajar oleh angin pukulan itu. Kwee Hu yang melihat bahaya mengancam diri suaminya, telah mencabut pedangnya, dia pun melompat ke dekat Swat Tocu. Dengan gesit sekali dia menyerang mempergunakan pedang itu, yang berkelebat menyambar ke punggung majikan pulau salju itu. Swat Tocu menggerakkan ke dua tangannya saling susul, tapi sepasang kakinya tetap berdiam di tempatnya. Dengan demikian, waktu Kwee Hu menikam ke punggungnya pemilik pulau itu sama sekali tidak menggerakkan ke dua kakinya. Dia hanya menggerakkan ke dua tangannya itu ke arah belakangnya, membuat Kwee Hu terkejut dan merasakan sambaran angin serangan yang dahsyat sekali. Sebelum pedangnya berhasil mencapai sasaran, di waktu itulah dia telah menarik pulang pedangnya dan menyingkir ke samping. Gerakannya gesit, namun tidak urung dia telah terhuyung-huyung beberapa kali. Swat Tocu telah berkata dengan suara yang dingin mengandung ejekan. "Hemmm, ayah dan ibumu belum tentu berani menyerang aku dan berbuat kurang ajar seperti kau! Kakekmu saja mungkin menghormati aku dengan sepenuh hati dan tidak akan mencari urusan denganku walaupun dia sebagai si sesat.... Tetapi kau bocah, hemmm, hemmm, engkau berani demikian lancang telah menyerang diriku, maka tanpa memperdulikan si tua bangka she Oey itu, aku akan turun tangan menghantam patah ke dua kaki dan tanganmu......!" Dan Swat Tocu memang bukan hanya berkata dan mengancam saja, karena dengan cepat luar biasa dia telah melompat ke dekat Kwee Hu di samping kanannya di mana tangan kirinya diulur, dia bermaksud akan menangkap lengan Kwee Hu. Tapi, Kwee Hu juga tidak tinggal diam, walaupun dia terkejut tokh dia tidak menjadi gugup, dengan gesit dia berusaha mengelakkan. Gerakannya itu sangat cepat sekali, di mana dia telah melompat ke samping kanan. Hanya saja, untuk kagetnya lagi, waktu itu tahu-tahu tangan Swat Tocu telah berada di dekat lengannya lagi, sehingga membuktikan bahwa ginkang Swat Tocu berada di atasnya. Dan untuk menyelamatkan dirinya hanya ada satu jalan saja, yaitu membuang diri bergulingan di tanah, di mana dia telah bergulingan untuk menyingkir diri. Cuma saja, karena dia menyelamatkan diri seperti itu, di waktu itulah dia merasakan tangannya dingin, di mana pedangnya telah berpindah tangan, dapat direbut oleh Swat Tocu. Dan ketika Kwee Hu melompat bangun, dia masih sempat melihat Swat Tocu telah mematahkan pedangnya itu sampai menjadi lima potongan pendek! Dengan muka yang sebentar pucat dan sebentar merah, Kwee Hu telah mendeliki Swat Tocu, tapi Swat Tocu telah tertawa dingin, dia bilang. "Aku telah bilang, aku tidak akan memperdulikan kakekmu itu, si tua bangka she Oey yang sesat itu. Aku tetap akan mematahkan tangan dan kakimu sekarang juga, hukumanmu ditambah lagi, ke dua biji matamu itu harus dikorek keluar......" Dan kembali tubuh Swat Tocu telah bergerak lagi, dia telah melompat dengan gerakan yang benar-benar seperti gerakan hantu saja, yang tidak terlihat oleh mata biasa, sebab tahu-tahu tubuhnya telah berada di samping Kwee Hu. Tentu saja hal ini membuat Kwee Hu kaget sekali dan cepat-cepat menyingkirkan diri. Namun baru saja ke dua kakinya menginjak tanah, di waktu itu kembali Swat Tocu telah berada di sampingnya. Melihat isterinya terancam, Yeh-lu Chi telah mengeluarkan seruan kuatir, dan dia bukan hanya berseru saja, karena secepat kilat, tampak dia telah menggerakkan sepasang tangannya, tubuhnya menerjang kepada Swat Tocu. Tapi buat Swat Tocu, pukulan itu tidak dipandang sebelah mata. Walaupun dia mengetahui Yeh-lu Chi tengah menyerang punggungnya, sama sekali Swat Tocu tidak berusaha mengelakkan diri, sama sekali tidak berusaha untuk menangkis. Dia hanya mengempos semangatnya dan tenaga dalamnya melindungi punggungnya. Dan waktu serangan Yeh-lu Chi telah menghantam punggungnya, sama sekali Swat Tocu tidak terluka. Malah Yeh-lu Chi sendiri yang telah mengeluarkan suara teriakan kesakitan, karena begitu dia menghantam punggung Swat Tocu, segera dia merasakan punggung lawannya lunak seperti kapas dan belum lenyap kagetnya, tenaga pukulannya itu telah membal balik, menghantam ke dirinya! Malah hantaman itu hebat luar biasa, mengandung kekuatan yang berlipat kali lebih dahsyat dari tenaga pukulannya. Dengan mengeluarkan jerit kesakitan, karena ke dua kepalan tangannya itu dirasakan nyeri dan pedih sekali, tubuhnya juga telah terpental, walaupun tidak sampai terjengkang. Namun telah memperlihatkan bahwa tenaga lweekang yang dimiliki Swat Tocu memang merupakan lweekang yang telah sempurna sekali. Kwee Hu melihat keadaan suaminya, juga jadi kaget. Dia sendiri waktu itu tengah menghadapi bahaya yang tidak kecil, karena biarpun Yeh-lu Chi telah menyerangnya, tokh kenyataannya terlihat ke dua tangan Swat Tocu tetap menjulur kepadanya, di mana serangan Swat Tocu tidak jadi batal karenanya. Mati-matian Kwee Hu berusaha untuk menangkisnya, dia memusatkan seluruh kekuatan tenaga lweekangnya, dan menyalurkan kekuatannya itu, dia telah berusaha menindih kekuatan dari lawan. Namun bukannya dia berhasil malah telah tergempur hebat. Tubuh Kwee Hu terpental empat tombak bergulingan di rumput..... Untung saja Kwee Hu masih sempat untuk mengempos semangatnya, sehingga ketika dia terbanting dan bergulingan di rumput, dia telah melindungi tubuhnya dengan tenaga dalamnya. Dia tidak sampai menderita luka di dalam, hanya dia merasakan tubuhnya sakit-sakit, terluka di luar, dengan lengannya yang terluka beberapa goresan. Dengan demikian, Kwee Hu menyadari. Biarpun dia bersama suaminya mengeroyok Swat Tocu, pemilik pulau ini, tokh tetap bukan menjadi tandingannya. Waktu itu Swat Tocu telah tertawa terbahak-bahak, katanya. "Mana bukti dari perkataan besarmu tadi.....? Sekarang aku telah datang ke mari, mengapa engkau tidak mau melayani? Ayo, ayo, mari, mari, aku ingin membuktikan, berapa tinggi kepandaian yang dimiliki cucu dari si sesat tua she Oey itu..... dan juga suaminya ini, hemmm, hemmm, tampaknya engkau bukan bangsa Han, tentunya setidak-tidaknya engkau bangsa Boan.....! Aku heran dan tidak mengerti, mengapa si Oey tua sesat itu bisa mengijinkan cucunya menikah dengan orang Boan seperti engkau?!" Yeh-lu Chi waktu itu telah berdiri tegak dengan waspada. Mengetahui lawannya liehay, maka dia berlaku lebih hati-hati, dia telah mengerahkan seluruh lweekangnya, memusatkan pada ke dua tangannya, di mana dia bersiap sedia untuk menerima serangan lawannya yang tangguh ini. Walaupun dia menyadari, biarpun dia berdua dengan isterinya mengeroyoknya, Swat Tocu bukanlah tandingan mereka. Dengan demikian, jika sekarang dia menantikan serangan berikutnya, itulah terpaksa, karena dia menyadari Swat Tocu ini memiliki perangai yang tidak kalah aneh dan sesatnya seperti Oey Yok Su, kakek mertuanya itu......! Waktu itu Kwee Hu juga telah bisa berdiri pula, dia telah mengawasi Swat Tocu dengan mata yang merah karena gusar bukan main, dia telah bilang. "Hem, hem, jika memang engkau memiliki kepandaian yang tinggi, tentunya engkau akan memilih lawan bukan yang terdiri dari kami, orang-orang angkatan muda....! Hemmm, hemmm, memang hebat sekali, seorang Locianpwe telah memberikan pelajaran yang bagus buat kami kaum muda, tentunya saja ini akan menambah pengalaman yang bagus buat kami, pengalaman yang akan membuat mata kami lebih terbuka..... terima kasih, ......terima kasih!" Dan setelah berkata begitu, kembali beberapa kali Kwee Hu telah memperdengarkan tertawa dingin, berulang kali dia memperlihatkan sikap mengejek dengan demikian telah membangkitkan kemurkaan Swat Tocu, dia telah membentak dengan bengis. "Siapa yang menghina kaum boanpwe?!" Setelah berkata begitu, dia telah menjejakan ke dua kakinya, tubuhnya berkelebat bagaikan bayangan, dan ke dua tangannya itu telah bergerak menyerang dengan dasyat sekali, dengan mempergunakan tenaga lweekangnya beberapa bagian. Disamping itu dia juga telah membentak dengan bengis sekali. "Justru aku ingin memberikan hajaran kepada kalian, memberikan hukuman atas kelancangan kalian.....! Nah, sekarang kalian terimalah ini......!" Berbareng dengan habisnya perkataan itu, ke dua tangan Swat Tocu telah dikebutkan perlahan, sehingga tidak ampun lagi Kwee Hu maupun Yeh-lu Chi telah terpelanting, dan juga tubuh mereka telah bergulingan di rumput itu. Swat Tocu rupanya tidak mau membuang-buang kesempatan. Dengan gesit sekali tubuhnya bergerak lagi, dia telah mengulurkan ke dua tangannya, mencengkeram pundak Kwee Hu, dan melontarkannya sehingga tubuh nyonya itu telah melayang ke tengah udara meluncur turun dengan cepat, sehingga membuat Yeh-lu Chi yang menyaksikan keadaan isterinya yang tengah menghadapi ancaman bahaya seperti itu mengeluarkan suara seruan kuatir. Dia cepat-cepat ingin melompat, guna menolonginya. Namun belum lagi Yeh-lu Chi sempat bergerak, waktu itu, tampak Swat Tocu telah melompat ke dekatnya, dan tanpa bisa mengelakkan lagi, biarpun Yeh-lu Chi sebetulnya mati-matian berusaha berkelit, punggungnya telah kena dicengkeram kuat sekali, menimbulkan perasaan sakit bukan main. Lalu tubuhnya telah dilontarkan ke tengah udara, sehingga Yeh-lu Chi merasakan kepalanya jadi pusing dan juga dadanya menyesak, di mana dia terbanting keras sekali. Jika Kwee Hu masih sempat bergulingan dan juga beruntung sekali jatuhnya terbanting ditumpukan rumput yang agak tebal. Namun beda dengan yang dialami oleh Yeh-lu Chi karena dia telah terbanting lebih kuat, malah jatuhnya, dadanya yang menghantam lebih dulu pada tanah, sehingga dia menderita kesakitan. Waktu dia merangkak bangun, darah telah bercipratan pada pakaiannya. Kwee Hu melihat keadaan suaminya seperti itu, cepat-cepat menerjang pada Swat Tocu, untuk menyerang nekad, karena dia kuatir Swat Tocu akan menyerang lagi pada suaminya, sehingga kemungkinan besar suaminya akan terbinasa. "Aku akan mengadu jiwa dengan kau, manusia biadab.....!" Memaki Kwee Hu dengan murka, dan memang benar-benar dia menyerang nekad, dia telah menghantam berulang kali mempergunakan seluruh kekuatan lweekang yang ada padanya. Swat Tocu telah memperdengar suara tertawa dingin, dia bilang. "Hemm, hemm, kau hendak mengadu jiwa denganku? Kau anggap apa aku ini?" Dan setelah berkata, cepat sekali dia telah menggerakkan ke dua tangannya. Baru saja serangan yang dilakukan oleh Kwee Hu tiba, maka bukan Swat Tocu yang terpental, justru Kwee Hu yang telah terlempar ke udara cepat sekali dan terbanting keras sekali, sampai dia merasakan kepalanya pusing dan matanya berkunangkunang nanar. Malah kemudian dia merasakan tenggorokannya seperti tercekik, setelah mengeluarkan seruan tertahan satu kali, dia rubuh pingsan tidak sadarkan diri! Menyaksikan keadaan ayah dan ibunya seperti itu Yeh-lu Kie jadi kaget dan takut. Dia telah berlari menubruk ibunya, sambil memeluk ibunya yang tengah pingsan itu, dia memanggil-manggil ibunya. "Kau..... kau kakek jahat..... kau kakek jahat!" Berseru si Kie itu dengan suara yang nyaring. "Kau telah menganiaya ayah dan ibuku..... kau kakek jahat.... aku tidak mau berteman dengan kau!" Melihat gadis cilik itu memakinya, Swat Tocu tidak gusar, malah dia telah tersenyum, sambil katanya. "Anak kecil, kau minggir, biar aku menghajar adat pula pada ayah dan ibumu itu, agar di lain waktu dia tidak lancang seperti itu.....!" Dan setelah berkata begitu, Swat Tocu mengulurkan tangannya. Dia mencengkeram punggung anak itu, dia bermaksud akan melontarkan anak tersebut. Namun tangannya yang telah terangkat itu jadi tertahan di tengah udara, dia tidak jadi melempar, sehingga tubuh Yeh-lu Kie tergantung di tengah udara. Waktu itu, tampak Swat Tocu telah mengawasi gadis cilik tersebut, kemudian dia menghela napas. "Akh kau..... kau merupakan makhluk kecil yang tidak tahu apaapa! Ayah ibumu yang kurang ajar dan lancang, engkau tidak selayaknya dihajar, hanya mereka yang perlu dihajar.....!" Dan Swat Tocu telah menurunkan gadis cilik itu. Tadi Yeh-lu Kie melihat bahwa ayah dan ibunya telah disiksa begitu rupa oleh orang tua yang pakaiannya aneh ini, dan ketika dia diturunkan di samping Swat Tocu, tahu-tahu gadis cilik ini telah memeluk kaki Swat Tocu, dia telah mementangkan mulutnya dan membenamkan giginya di kaki Swat Tocu. Swat Tocu berjengkit kesakitan, karena gigi anak itu telah membenam ke dalam daging kakinya. Yeh-lu Kie telah menggigitnya dengan sekuat-kuatnya. "Bocah, cepat kau lepaskan gigitanmu..... cepat.... atau kau akan kuhajar mampus?!" Bentak Swat Tocu dengan bengis, malah diapun telah mengangkat tangan kanannya yang akan dihajar ke kepala gadis cilik itu. Yeh-lu Kie tidak mau melepaskan gigitannya itu, dia telah menggigit terus semakin kuat, di dalam hati gadis cilik ini berpikir. Jika memang dia menggigit terus kaki Swat Tocu, tentu Swat Tocu tidak mungkin bisa menganiaya ayah dan ibunya lagi! Karena pikiran yang sederhana itu, dia telah menggigit terus, dia tidak menyadari bahaya yang tengah mengancam dirinya, karena Swat Tocu menurunkan tangan kanannya itu menghantam batok kepalanya niscaya batok kepalanya itu akan hancur dan dia akan menemui kematiannya. Swat Tocu yang menderita kesakitan pada kakinya akibat gigitan si gadis keci1 itu telah meneruskan mengayun tangan kanannya, dia bermaksud akan menyampok si gadis kecil she Yeh-lu itu. Waktu itulah Lie Ko Tie telah melompat ke dekat Swat Tocu sambil berseru. "Suhu...... jangan.....!" Swat Tocu menoleh, dia melihat muridnya tengah mengawasi dengan sikap berkuatir. "Jangan mencelakai dia, Suhu!" Berseru Ko Tie lagi, suaranya memohon. Swat Tocu telah menghela napas. Dia memang sangat menyayangi muridnya yang tunggal ini. Dan sekarang muridnya telah memohon kepadanya agar tidak mencelakai Yeh-lu Kie. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dengan demikian, dia telah meluluskan permintaan Ko Tie. Hanya saja, dia telah membungkukkan tubuhnya, mengulurkan ke dua tangannya dan telah mencekal lengan Yeh-lu Kie. Dia memijit sedikit, si gadis cilik itu kesakitan hebat dan menjerit, dan kesempatan itulah telah diambil oleh Swat Tocu untuk menarik tubuh Yeh-lu Kie, sehingga gigitan si gadis kecil itu telah terlepas. Waktu itu. tampak Yeh-lu Kie telah dilepas dan diturunkan di atas tumpukan rumput dia telah menangis sambil berteriak-teriak. "Kau jangan menganiaya ayah dan ibuku.....!" Ko Tie telah menghampiri, dia telah berkata membujuk pada gadis cilik itu. "Jangan menangis, ayah dan ibumu tidak akan mengalami apapun juga..... guruku tadi telah cukup menghukum mereka.....!" Tetapi Yeh-lu Kie tetap menangis sambil geleng-gelengkan kepalanya. Air matanya telah mengucur deras, dia juga terus menerus mengatakan. "Kakek jahat itu tidak boleh menganiaya ibu dan ayahku..... kakek itu jahat sekali..... dia seorang kakek yang jahat, aku tidak mau bermain dengan dia.....!" Swat Tocu tertawa mengejek, dia melihat Yeh-lu Chi telah melompat ke samping isterinya tengah berusaha menyadari isterinya. Walaupun, telah terluka di dalam, namun menyaksikan isterinya pingsan seperti itu, Yeh-lu Chi telah melupakan luka dideritanya. Dia berusaha menotok beberapa jalan darah di tengkuk isterinya, dan akhirnya itu tersadar juga. Kwee Hu ketika tersadar. dia telah mengeluh pendek, matanya masih nanar. Di saat itulah, tampak Kwee Hu telah menggerakkan tangan kanannya menunjukkan kepada Yeh-lu Kie, katanya dengan suara yang tidak lancar. "Dia..... dia harus dilindungi.... dia..... si Kie.....!" Dan Kwee Hu tidak bisa meneruskan perkataannya lagi, karena tenaganya habis, kembali dia pingsan dalam pelukan suaminya. Yeh-lu Chi telah mengurut-urut lagi beberapa bagian di tengkuk isterinya, dan isterinya itu telah tersadar kembali. Di saat itulah Yeh-lu Kie yang melihat ibunya telah tersadar dan kemudian pingsan kembali, cepat-cepat memburu dengan cepat, dia telah berlari menghampiri begitu sambil berseru-seru. "Ibu..... ibu......!" Tetapi Yeh-lu Chi telah menahan puterinya tersebut, dia memberikan isyarat kepada puterinya itu jangan mengganggunya dulu. Dan tangan Yeh-lu Chi telah bergerak mengurut-urut terus tengkuk isterinya, sampai akhirnya Kwee Hu memperdengarkan suara keluhan dan tersadar. "Kakek jahat, kakek jahat, kau lihat, ibuku sampai demikian macam keadaannya.....!" Teriak Yeh-lu Kie tidak bisa menahan kemarahannya. Gadis cilik ini jadi sangat bersedih hati melihat keadaan ibunya yang pingsan seperti itu. Swat Tocu telah melangkah menghampiri, tetapi Yeh-lu Kie telah menghadang dan melintang dihadapannya, sambil bentaknya dengan suara yang nyaring. "Kakek jahat, kau tidak boleh mendekati ayah dan ibuku!" Tetapi Swat Tocu telah tertawa mengejek. "Hemmm, kau sayang pada ibu dan ayahmu?!" Tanya Swat Tocu dengan suara yang tawar. "Jika kau menganiaya ibu dan ayahku lagi, hemmm, aku akan menggigit terus kakimu.....!" Mengancam Yeh-lu Kie. Swat Tocu mendengar perkataan gadis cilik ini, jadi tertawa. Dia telah menunjuk ke arah muridnya, Ko Tie, dia bilang. "Lebih baik engkau pergi bermain dengan muridku itu biarlah ibu dan ayahmu kuurus....!" "Apa? Aku pergi bermain? Dan kau, kakek tua yang jahat apakah akan menyiksa ayah dan ibuku lagi?!" Teriak Yeh-lu Kie. Swat Tocu telah menggeleng. Sebetulnya Swat Tocu telah membawa adatnya yang sangat aneh sekali. Dia tidak pernah akan memperdulikan segala peradatan, dan apa yang disenanginya tentu dilakukannya, dan jika dia tidak menyukai seseorang pasti orang itu akan dihajarnya! Tetapi, karena melihat Ko Tie tampaknya memperhatikan Yeh-lu Kie, di mana usia merekapun sebaya. Rupanya memang selama di pulau salju ini, selain bertemu dengan biruang salju, Ko Tie tidak memiliki sahabat. Dan sekarang ada gadis cilik ini, bukankah gadis cilik ini bisa diminta untuk jadi sahabatnya bermain? Karena berpikir begitulah, telah membuat Swat Tocu akhirnya memutuskan tidak akan menghukum Yeh-lu Chi dan Kwee Hu lebih jauh. Dia melihat Yeh-lu Chi telah berhasil menyadarkan isterinya, dia telah memayang isterinya untuk berdiri. Dan Kwee Hu sendiri telah menoleh kepada Swat Tocu, dengan suara yang masih lemah dia berkata. "Hemmmm, engkau hanya pandai menyiksa kaum muda! Jika melihat usia dan tingkatanmu, tentu engkau setingkat dengan ayah dan ibuku! Atau mungkin lebih..... mungkin tingkatanmu sama dengan tingkatan kakekku. Mengapa engkau tidak coba-coba untuk mengadu ilmu dengan ibu atau ayahku? Hemmm, mungkin mereka hanya dua atau tiga jurus saja akan dapat merubuhkan kau dengan mudah!" Muka Swat Tocu jadi berobah merah, dia mendongkol bukan main. "Panggil ayah dan ibumu itu, aku akan menghajar mereka habishabisan babak belur di hadapanmu.....!" Kata Swat Tocu sengit. "Hemm!" Kwee Hu tertawa mengejek. "Kau telah mengetahui bahwa kita berada di sebuah pulau yang terpisah oleh jarak yang jauh dari tempat ayah dan ibuku berada, karena dari itu engkau tadi berani mementang mulut besar seperti itu! Manusia seperti kau ingin menghajar babak belur ayah dan ibuku? "Hu, hu, hanya dalam satu atau dua jurus engkau akan dibinasakannya, setidak-tidaknya ilmu silatmu akan dipunahkan oleh mereka! Manusia jahat seperti engkau memang tidak selayaknya dibiarkan hidup terus di dunia ini......! Itu baru ayah dan ibuku, belum lagi kakekku hanya setengah jurus, tidak sampai satu jurus tentu engkau telah jangkir balik berlutut sambil manggutmanggutkan kepala memohon-mohon ampun!" Muka Swat Tocu merah padam saking marahnya. Dia tahu, Kwee Hu memancing kemarahannya, tetapi dia memang benar-benar marah. Dialah seorang aneh yang selalu menuruti kata hatinya, karena dari itu dalam murkanya seperti itu, dia telah melompat gesit ke samping Yeh-lu Chi, ke dekat Kwee Hu, dengan geram dan bengis dia telah membentak. "Sebelum mereka, si Oey tua yang sesat, sebelum ayah dan ibumu itu kuhajar, sekarang lebih dulu engkau yang akan kuhajar babak belur, mulutmu yang akan kurobek.....!" Kwee Hu walaupun hatinya jeri dan kuatir, tetapi dia sengaja memperdengarkan suara tertawa dingin, dia telah bilang. "Hemm, memang sudah kukatakan engkau hanya berani kepada orangorang golongan muda, tidak berani untuk membentur golongan tua.....! Kami memang dari tingkatan muda, jelas kami tidak akan sanggup menghadapi kau, maka dari sekarang kau jual lagak dihadapan kami, bicara besar dan bertingkah seperti lutung! "Hemm, sudah kukatakan jika memang engkau yakin memiliki kepandaian yang berarti, cukup engkau hadapi ayah atau ibuku...... tidak perlu sampai menghadapi kakekku itu..... karena dengan menghadapi ayah dan ibuku saja, engkau tentu akan dibuat jungkir balik memohon pengampunan tidak hentinya dan ilmu silatmu akan dipunahkan! Tetapi jika menghadapi kakekku, hu, hu, kakekku itu manusia yang luar biasa, manusia yang hampir mencapai tingkat kedudukan seperti dewa, jangan harap engkau bisa menghadapinya walaupun hanya setengah jurus.....!" Setelah mengejek begitu, sengaja Kwee Hu mendengus memperdengarkan beberapa kali tertawa mengejeknya, tampaknya dia memang sengaja untuk membangkitkan kemarahan Swat Tocu. Dan usaha Kwee Hu memang berhasil, muka Swat Tocu telah merah padam, dia berseru murka. "Kau pergi panggil ayah dan ibumu..... panggil mereka ke mari.....!" "Untuk memanggil mereka mudah. Aku bersedia menyampaikannya tantanganmu itu nanti. Tetapi kami masih letih, karena dari itu kami perlu beristirahat dulu di sini, nanti setelah kami pulang kembali ke daratan Tiong-goan, tantanganmu itu akan kusampaikan kepada ayah dan ibuku itu, dan pasti mereka akan menerimanya dan cepat-cepat menuju ke mari......!" Swat Tocu tertawa dingin. "Hemmm, engkau hendak memperdayakan diriku dengan tipu licikmu itu? Apakah dengan berkata begitu, memanas-manaskan hatiku, lalu aku akan mengijinkan kalian meninggalkan pulau ini begitu saja, dengan alasan hendak pergi menemui ke dua orang tuamu, agar mereka mengukur ilmu denganku? Tidak mudah.....! Jika tadi, sebelum kau berusaha membakar hatiku, aku memang telah bermaksud mengampuni diri kalian suami isteri, tapi sekarang, hemmm, hemmm, aku akan mengurung kalian di pulau ini, seumur hidup jangan harap kalian bisa meninggalkan pulau ini!" Kwee Hu tidak gentar mendengar perkataan Swat Tocu, dia telah memperdengarkan tertawa mengejek, lalu katanya. "Terus terang saja kau akui, bahwa engkau jeri untuk berurusan dengan ibu dan ayahku! Hu, hu, belum lagi jika harus berhadapan dengan kakekku, mungkin engkau akan terkencing-kencing dan akan terberak-berak karenanya.....!" Itulah hinaan yang bukan main hebatnya buat Swat Tocu. Dia telah mengerang bengis, dia pun melompat sambil menggerakkan tangan kanannya menghantam ke arah kepala Kwee Hu. Waktu itu Kwee Hu dalam keadaan terluka di dalam, dan dia lemah sekali, karena tenaganya seperti telah habis meninggalkan raganya. Diapun tengah berdiri menyender pada Yeh-lu Chi suaminya. Dan Yeh-lu Chi sendiri juga tengah terluka hebat, karenanya tidak mungkin dia mewakili isterinya menyambut, serangan maut yang dilontarkan Swat Tocu. Angin dari serangan telapak tangan Swat Tocu begitu kuat dan dahsyat sekali. Jika memang mengenai tepat pada sasarannya, jangankan kepala manusia, sedangkan batu yang besar sekalipun, jika kena dihantam tentu akan hancur karenanya. Yeh-lu Chi sendiri mengetahui hebatnya serangan itu, demikian juga Kwee Hu. Namun mereka suami isteri sudah tidak berdaya untuk mengelakkannya, dan Kwee Hu sendiri menduga bahwa ejekannya dan usahanya untuk memperdayakan Swat Tocu telah gagal, dia hanya bisa memejamkan ke dua matanya dengan putus asa. Swat Tocu yang tengah gusar sekali telah menyerang dengan tenaga lweekang yang tidak tanggung-tanggung pada telapak tangannya, tapi belum lagi serangan itu mengenai sasarannya yaitu kepalanya Kwee Hu, terdengar teriakan yang melengking nyaring. "Kakek jahat yang berhati busuk, kau jangan aniaya ibuku lagi.....!" Mendengar teriakan itu, teriakannya Yeh-lu Kie, Swat Tocu seperti tersadar dia menahan meluncur tangannya, lalu dengan mengkertak giginya, dia berkata bengis. "Masih untung aku mau menaruh belas kasihan kepada puteri kalian, jika tidak, hemm, hemm......!!" Kwee Hu yang melihat Swat Tocu tidak meneruskan pukulannya itu, telah tertawa dingin, bangun keberaniannya. "Apanya yang hemmm, hemmm, begitu? Apakah di hadapan ayah dan ibuku kau bisa bersikap hemm hemman seperti itu?!" Bukan main mendongkol dan gusarnya Swat Tocu mendengar ejekan Kwee Hu. Dia sampai mengerang murka, dan membanting kaki kanannya, dia lalu membentak bengis. "Baik, Sekarang kita berangkat mencari ke dua orang tuamu itu......!" "Jangan sekarang!" Kata Kwee Hu cepat. "Jika sekarang di rumah ayah dan ibu tengah menerima kunjungan kakekku, karena kami ingin berangkat, kakekku telah mengatakan akan berdiam di sana selama satu-dua tahun..... Jika engkau berangkat sekarang, tentu engkau bisa celaka, karena jangankan menghadapi kakekku itu, sedangkan menghadapi ke dua orang tuaku saja engkau akan terkui-kui memohon ampun! Kakekku itu juga seorang yang adatnya ku-koay. Melihat kau, dia bisa memperlakukan kau seperti seekor anjing.....!" Gemetar tubuh Swat Tocu menahan kegusarannya yang luar biasa. Karena tidak bisa membendung lagi kemarahannya itu, dia telah mengeluarkan suara bentakan sambil mengayunkan tangan kanannya menghantam gundukan salju. Salju itu bukannya hancur buyar, hanya seketika mencair, tidak berbekas. Memang Swat Tocu memiliki ilmu pukulan Inti Es, dan telah menguasai sifat salju, dan dinginnya tangan Swat Tocu itu melebihi dingin es itu sendiri, dengan demikian, pukulannya itu bukan main dahsyatnya. Kwee Hu dan Yeh-lu Chi sendiri tercekat hati mereka menyaksikan hebatnya tangan Tocu dari pulau salju ini. Coba jika tadi Swat Tocu, menyerang dengan pukulan istimewanya itu, bukankah berarti mereka akan terbinasa dalam satu atau dua jurus saja? Tetapi Kwe Hu tidak memperlihatkan perasaan takutnya itu, dia telah memperdengarkan suara tertawa dingin, malah dia telah bilang. "Mengapa engkau harus marah begitu sampai gundukan salju yang dijadikan sasaran?! Tidak mengherankan jika salju itu bisa dipukul mencair seperti itu, akupun bisa melakukannya......!" "Apa? Kau bisa melakukannya?!" Bentak Swat Tocu sengit. "Baik, baik, sekarang kau lakukan, jika engkau bisa melakukannya biarlah aku akan berlutut dan akan memanggil kau sebagai nenekku!" "Cisss! Siapa yang kesudian menjadi nenekmu? Setiap wanita di dunia ini tidak seorangpun yang mau cepat-cepat tua dan menjadi nenek, semuanya ingin awet muda dan tetap cantik, siapa yang kesudian menjadi seorang nenek.....!" "Jika memang engkau bisa memukul sekali tetapi gundukan salju itu mencair, aku akan bersedia melakukan apa saja yang kau perintahkan! Tapi ingat, jika engkau hanya bicara besar, hemmm, hemm, aku akan mengambil jiwamu.....!" "Tidak perlu engkau mengancam begitu, nanti jika telah bertemu dengan ayah dan ibuku maka aku akan membuktikan kepadamu, bahwa aku bisa mencairkan es itu......! Sekarang ini, aku sedang letih dan akupun telah terluka olehmu, maka dari itu, sebagai orang tingkatan muda, aku harus tahu diri......!" Dikocok pulang pergi oleh Kwee Hu, Swat Tocu sangat gusar, tapi dia gusar tanpa bisa melampiaskan, dia hanya berdiri mendelik, melotot gusar kepada nyonya Yeh-lu itu..... Kwee Hu melihat orang bergusar seperti itu, dia malah tertawa mengejek. Senang hatinya bisa mempermainkan Swat Tocu seperti itu, di mana dia berhasil memancing kemarahan Tocu dari pulau salju ini, tanpa Tocu itu bisa melampiaskan kemarahannya itu. "Bagaimana? Apakah kau ingin pergi sekarang atau nanti saja? Jika pergi sekarang, aku sih hanya ingin menasehati saja kepadamu karena aku berkasihan kepadamu. Sekarang ini kakekku berada bersama ayah dan ibuku. Lebih baik kau menanti sampai tahun depan saja sehingga nanti jika bertemu dengan ayah dan ibuku, kau hanya menghadapi mereka berdua saja.....!" Muka Swat Tocu jadi merah padam, membanting kaki, dia bilang dengan murka. "Kita berangkat sekarang, aku ingin melihat apa yang bisa dilakukan oleh si tua sesat Oey itu.....!" Dan setelah berkata begitu, dia menoleh kepada Ko Tie, katanya. "Tie-jie bersiap-siaplah kau untuk ikut berangkat ke daratan Tiong-goan!" Kwee Hu yang pancingannya berhasil jadi girang, bukankah dengan demikian mereka akan berhasil kembali ke daratan Tionggoan. Jika nanti telah berada di tempat ayah dan ibunya, itulah urusan ayah dan ibunya untuk menghadapi Tocu ini. Mereka suami isteri tidak perlu berkuatir lagi.....! Yeh-lu Chi waktu itu telah membisiki Kwee Hu. "Jika kita sampai di Tiong-goan dan tidak berhasil bertemu dengan ayah dan ibu, karena mereka kebetulan tengah berkelana, bagaimana kita menghadapi makhluk berangasan ini?!" "Itu urusan nanti.....!" Menyahuti Kwee Hu. "Mustahil kita dengan dibantu oleh para Tianglo Kay-pang dan juga sahabat-sahabat Kangouw lainnya, tidak dapat kita menghadapinya?!" Yeh-lu Chi hanya mengangguk saja. Waktu itu, Swat Tocu jadi sibuk bukan main. Dia telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk melakukan pelayaran. Ko Tie juga telah bantu mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa serta dalam pelayaran mereka. Waktu itu, Yeh-lu Kie telah berbisik kepada Ko Tie meminta makanan. Ko Tie telah memberikan kepadanya beberapa kati daging panggang dan juga air minum..... Sambil duduk mengaso, Yeh-lu Chi, Kwee Hu dan puterinya telah menangsal perut dengan daging panggang tersebut. Tetapi di saat mereka tengah mengayem daging panggang tersebut, justru di waktu itu terdengar suara erangan yang aneh sekali, suara erangan yang keras dan panjang. Waktu Yeh-lu Chi, Kwee Hu dan puterinya menoleh, semangat mereka seperti terbang. Dari balik batu gunung tampak seekor biruang putih yang tinggi besar, yang tengah melangkah menghampiri mereka. Yeh-lu Chi yang kaget dan berwaspada telah melompat untuk melindungi isteri dan puterinya. Namun biruang putih itu yang bulunya putih seperti salju, hanya mengerang perlahan sambil menghampiri, tidak terlihat tanda-tanda bahwa dia akan menyerang. Di tangannya ternyata membawa beberapa macam buah-buahan, dan setelah menghampiri Yeh-lu Kie lebih dekat lagi. Binatang tersebut mengangsurkan ke dua tangannya, mengangsurkan buabuahan itu, bagaikan menghadiahkan buah-buahan itu untuk si gadis kecil tersebut. Melihat biruang tersebut tidak mengandung maksud buruk dan tidak akan mengganggu, Yeh-lu Chi dan Kwee Hu jadi tenang kembali. Demikian juga halnya dengan Yeh-lu Kie, yang tertarik pada binatang ini, sehingga tak lama kemudian gadis kecil itu telah bermain-main dengan biruang tersebut. Itulah biruang salju peliharaan Swat Tocu, di mana biruang ini memang merupakan seekor biruang yang jinak sekali, disamping itu diapun telah menerima pendidikan ilmu silat. Walaupun dia hanya seekor binatang belaka, namun dia bisa bersilat dengan gerakan yang cukup tangguh. Jika biasanya dia hanya bermain dengan Ko Tie, dan sekarang dia memperoleh sahabat baru. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dengan sendirinya biruang salju inipun jadi gembira sekali. Tampak beberapa kali biruang salju itu telah melempar-lemparkan Yeh-lu Kie ke tengah udara, dilempar dan ditanggapnya, begitu berulang kali, sehingga Yeh-lu Kie berulang kali pula telah tertawa gembira. Waktu itu, Ko Tie telah muncul juga, dan ikut bermain, tampaknya Ko Tie maupun Yeh-lu Kie dan biruang salju itu telah bermain dengan riang. Mereka begitu asyik bermain, tidak memperhatikan lagi Kwee Hu maupun Yeh-lu Chi. Begitu juga dengan Swat Tocu, yang telah duduk di bawah sebatang pohon, duduk termenung mengawasi anak-anak itu yang tengah bermain-main. Tadi dia telah mempersiapkan kapalnya yang akan dipergunakan untuk berlayar, sebuah kapal yang ditempatkan di pantai sebelah barat dari pulau itu, dan berukuran cukup besar. Setelah lewat beberapa saat lagi, Swat Tocu telah meneriaki Ko Tie untuk segera berangkat. Kwee Hu dan Yeh-lu Chi juga cepatcepat mengajak Yeh-lu Kie untuk berangkat. Inilah keberangkatan yang akan menggembirakan sekali buat Yeh-lu Chi maupun Kwee Hu, karena mereka tokh akhirnya akan tiba kembali di Tiong-goan, dan tidak terpencil terdampar di pulau salju ini. Biruang salju kali ini tidak diajak oleh majikannya, Swat Tocu hanya mengajak Ko Tie. Dengan hati dan sikap yang sedih, biruang salju itu telah melambai-lambaikan tangannya ketika kapal itu mulai berlayar meninggalkan pulau itu. Gelombang laut tidak seberapa besar dan kapal itu memang dapat berlayar di lautan dengan tenang. Terlebih lagi Tocu dari pulau salju itu mengetahui benar bagaimana harus mengemudikan kapalnya dan mengetahui pula perihal udara baik atau buruk, dan dia pun pandai sekali untuk menguasai kapalnya jika diterjang oleh gelombang yang mengganas dan besar...... Begitulah, kapal Swat Tocu telah berlayar berhari-hari menuju ke daratan Tiong-goan. Sebetulnya, sejak herhasil membawa Ko Tie ke pulaunya, Swat Tocu sudah memutuskan tidak akan kembali ke daratan Tiong-goan, di mana dia akan berdiam di pulaunya bersama Ko Tie dan biruang saljunya, sebab Swat Tocu ingin mendidik Ko Tie sebaik mungkin. Namun siapa sangka ejekanejekan dan pancingan yang dilontarkan Kwee Hu telah merobah keputusannya itu, sehingga kini dia tengah berlayar untuk datang pula ke daratan Tiong-goan...... Y Kotaraja dari pemerintahan Boan-ciu mengalami perpindahan. Jika semulanya ibukota dari kerajaan Song dan juga kerajaan sebelumnya, seperti kerajaan Beng, adalah Lam-khia atau Kimleng, sebuah tembok batu yang paling besar di kolong langit, maka Kaisar dari kerajaan Boan justru beranggapan bahwa Kim-leng sudah tidak cocok untuk dijadikan sebagai kotaraja, maka telah dipindahkan ke Pak-khia. Dengan demikian kotaraja dari pemerintahan kerajaan Boan tersebut berpusat di Pak-khia. Sebagai kotaraja, Pak-khia merupakan kota yang sangat besar dan luas, terutama sekali kerajaan Boan telah menjadikan Pakkhia sebagai perbentengan dan pusat dari gerakan mereka waktu ingin merebut daratan Tiong-goan. Dengan demikian Pak-khia merupakan pusat dari segala keramaian yang ada. Bicara soal kemegahan, walaupun Lam-khia merupakan kota yang sangat besar, yang sampai memperoleh julukan sebagai kota terbesar di kolong langit, namun dibandingkan dengan Pak-khia jadi tidak nempil. Bukan saja Pak-khia jauh lebih luas dan besar, juga memang Pak-khia merupakan kota yang tersusun baik sekali. Sebagai seorang Kaisar yang pandai, raja Boan itu telah memerintahkan pembentukan kota yang benar-benar baik dan strategis sekali, di mana Pak-khia merupakan pusat urat nadi yang akan memiliki hubungan erat dengan kota-kota di sekelilingnya, maupun di sebelah barat, timur, selatan dan utara. Dan sebagai pusat dari urat nadi lalu lintas, perdagangan dari berbagai propinsi di timur, barat, selatan dan utara itu, Pak-khia setiap hari kebanjiran para pelancong dan juga orang-orang yang ingin pelesiran di kota raja. Waktu rombongan pangeran Ghalik tiba di kota raja ini, mereka telah menyamar sebagai penduduk biasa. Merekapun memecah diri menjadi tiga rombongan, mengambil tempat di sebuah rumah penginapan dan mengambil sikap seperti orang tidak kenal mengenal. Pangeran Ghalik dengan Ciu Pek Thong dan tiga orang pahlawannya menjadi satu rombongan sedangkan ketiga orang pahlawannya yang lain bergabung dengan Hek Pek Siang-sat menjadi satu rombongan lainnya. Yo Him dan Sasana merupakan rombongan lainnya. Dengan memecah diri menjadi tiga rombongan ini, tentu saja untuk menghindarkan perhatian dari pihak kerajaan dan juga kecurigaan dari penduduk setempat. Dengan adanya Ciu Pek Thong yang mengawal ayahnya, Sasana dan Yo Him boleh bertenang hati, karena memang Ciu Pek Thong merupakan orang yang memiliki kepandaian luar biasa sekali, tentu boleh dibilang di zamannya ini sudah tidak ada orang yang bisa menandingi lagi. Dan dengan bersama Ciu Pek Thong, keselamatan pangeran Ghalik boleh terjamin penuh. Hek Pek Siang-sat dan ketiga orang pahlawannya pangeran Ghalik yang lainnya juga mengambil kamar di sebelah kamar rombongan pangeran tersebut, dengan demikian, di setiap detik jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, mereka bisa segera memberikan pertolongan. Dan Yo Him bersama Sasana mengambil sebuah kamar juga, mereka mengatakan pada pemilik rumah penginapan itu bahwa mereka adalah kakak dan adik. Memang buat Yo Him tidak leluasa mengambil sebuah kamar bersama-sama dengan Sasana, demikian juga sebaliknya. Namun mereka terpaksa, karena jika mereka masing-masing mengambil sebuah kamar, tentu akan mengandung kecurigaan kuasa rumah penginapan itu. Sasana juga telah melihat, bahwa Yo Him seorang lelaki sejati, yang tidak pernah memperlihatkan sikap-sikap kurang ajar, dialah seorang Kuncu yang bisa dipercaya penuh. Malam pertama, Yo Him dan Sasana memperoleh tugas untuk pergi melakukan penyelidikan di sekitar istana Kaisar. Mereka tidak berani memukul rumput mengejutkan ular, maka dari itu mereka tidak mau terlalu dekat dengan istana, kuatir dilihat oleh Tiat To Hoat-ong dan orang-orangnya, yang mungkin saja mengenali mereka. Karena itu, mereka hanya menyelidiki keadaan di sekitar istana itu saja, tanpa memasuki istana. Tetapi pada keesokan malamnya, ketika giliran jatuh pada Ciu Pek Thong untuk pergi menyelidiki keadaan di istana Kaisar, si bocah tua yang berandalan ini malah girang bukan main. Dia telah mengajak Yo Him, dan ketika telah berada dekat dengan istana Kaisar, Loo-boan-tong pun bilang kepada Yo Him. "Kita masuk ke dalam istana Kaisar, aku jamin kau bisa makan santapan yang lezat-lezat..... kau bisa menikmati santapan yang belum pernah kau makan.....! Kita akan pergi ke dapur istana dulu, ini yang paling utama, setelah kenyang barulah kita menyelidiki keadaan di istana.....!" "Tetapi Ciu Locianpwe..... jika mungkin..... jika mungkin....." Kata Yo Him ragu-ragu. "Jika mungkin apa?!" Tanya Loo-boan-tong tidak sabar. "Apakah engkau seorang yang tidak senang makan yang enak-enak?!" "Bukan begitu Locianpwe...... tetapi jika mungkin Boanpwe harap kita tidak perlu menimbulkan keonaran dan jika memang sampai bertemu dengan Tiat To Hoat-ong kita harus berusaha menghindar. Jangan sampai memukul rumput mengejutkan ular.....! Ciu Pek Thong tertawa geli, kemudian katanya. "Oho, oho, rupanya memang aku si Loo-boan-tong selamanya harus menerima nasehat dari orang tingkatan muda, selalu pula aku dinasehati seperti itu, dari dulu sampai sekarang..... dan kini engkau memang memberikan nasihat seperti itu! Aku juga sadar bahwa aku si Looboan-tong memang selalu mencari keonaran dan berandalan, semakin tua keberandalanku itu semakin menjadi! "Tetapi engkau tidak perlu kuatir karena aku berjanji, aku hanya ingin menikmati santapan lezat-lezat, masakan dari koki istana! Lain dari itu tidak menarik perhatianku, apa lagi pertempuran. Hu, hu, tanganku sedang baal dan tidak gatal, karenanya aku tidak tertarik untuk main-main dengan si gundul Tiat To Hoat-ong atau yang lainnya begundalnya Kaisar itu......" Dan setelah berkata begitu Ciu Pek Thong kembali tertawa bergelak-gelak lagi sambil tubuhnya melesat dengan gesit luar biasa melompat ke depan. Yo Him tersenyum girang sambil mengikutnya, si bocah tua berandalan itu telah berjanji tidak akan menimbulkan keonaran lagi. Memang dari Oey Yok Su, gurunya Yo Him sendiri telah mendengar bahwa Ciu Pek Thong memang merupakan manusia yang berandalan dan jenaka, semua selalu sekehendak hatinya melakukan apa yang disenanginya. Waktu itu Ciu Pek Thong menemani Oey Yok Su di pulau Tho-hoato, selama itu pula Yo Him telah mengenal watak dan tabiat dari Loo-boan-tong ini, yang sifatnya seperti anak-anak, walaupun usianya telah lanjut, di mana kegemarannya selalu bermain. Dan salah satu lagi kegemarannya selalu melahap santapan yang lezat-lezat juga Loo-boan-tong ini gemar sekali untuk mendengarkan cerita-cerita dongeng mengenai kerajaan Langit.....!" Istana Kaisar Kublai Khan merupakan istana yang megah dan besar serta luas bukan main. Kaisar ini memang sejak berhasil merebut Tiong-goan, daerah yang demikian subur dan juga permai dengan segala keindahan yang terdapat di situ, berbeda sekali dengan keadaan di Mongolia yang merupakan rumput padang pasir yang tandus, maka telah memerintahkan ratusan bahkan ribuan pekerjaan yang ahli untuk membangun istananya ini. Bahkan, walaupun telah bertahun-tahun dia berkuasa di daratan Tiong-goan, memerintah sebagai seorang Kaisar, tokh pembuatan istananya itu masih belum rampung keseluruhannya, di mana di bagian sayap kiri dan sayap kanan dari istana Kaisar tersebut masih dikerjakan dan dibangun terus. Jika ingin diperbandingkan, luasnya istana yang di tempati Kaisar Kublai Khan sama luasnya dan besarnya seperti sebuah kota! Ciu Pek Thong memang pernah dulu berkeliaran ke istananya Kaisar Song, namun istana Kaisar itu walaupun megah dan luas, tidak seluas dan sebesar istana Kublai Khan. Dengan demikian, telah membuat Ciu Pek Thong terbangun semangatnya, dia telah bilang kepada Yo Him. "Kita akan bertamasya di istana ini......!" Yo Him mengangguk. Diapun telah bilang. "Ya, istana ini sama saja dengan luasnya sebuah kota! Jika kita berkeliaran satu harian di dalam istana ini, itupun belum tentu kita bisa mengelilingi habis istana ini.....!" Ciu Pek Thong tertawa sambil berjingkrak, dia bilang. "Tidak habis satu hari? Apakah engkau hendak berlomba adu lari denganku? Ayo, jika memang engkau ingin adu lari denganku mengelilingi istana ini, aku akan melayaninya!" Yo Him tersenyum, sedangkan di hatinya dia bilang. "Hemmm, adu lari di istana ini, apakah kau kira dengan demikian bukan sama saja kau memperlihatkan dirimu kepada orang-orang istana akan kehadiran kita di sini?!" Walaupun berpikir begitu, tokh telah menyahuti juga. "Mana bisa Boanpwe mengimbangi ginkang Locianpwe, tentu Boanpwe akan tertinggal jauh.....! Sekarang, disini saja Boanpwa mengaku kalah!" Ciu Pek Thong tertawa senang, pemuda ini tidak berani untuk adu lari dengannya. Dia telah bilang lagi. "Baik, tetapi sebagai si pecundang, engkau harus menuruti parintahku! Pertama, engkau harus menemani aku pergi ke dapur istana, untuk mengambil santapan raja yang paling lezat!" Yo Him hanya mengangguk. Begitulah, Yo Him dan Ciu Pek Thong telah berkeliaran di dalam istana. Mereka memiliki kepandaian yang telah sempurna. Walaupun Yo Him tidak sehebat Ciu Pek Thong dan mungkin masih berada satu tingkat di bawah kepandaian Loo-boan-tong, namun dijaman ini sudah sulit mencari ke duanya pemuda seperti ini, yang memiliki beberapa macam kepandaian yang hebat-hebat dari beberapa guru yang luar biasa juga! Begitulah, setelah berkeliaran di dalam istana Kaisar dan melewati beberapa tempat penjagaan dengan mudah, di mana para pengawal istana yang mengadakan penjagaan yang ketat tidak berhasil membendung Ciu Pek Thong dan Yo Him, ke duanya telah tiba di dapur istana. Mereka menempatkan diri di atas penglari ruangan dapur dan dikala para pelayan istana tengah keluar dan ada juga sebagian yang tertidur, Ciu Pek Thong telah menyambar beberapa macam makanan yang akan disajikan kepada Kaisar, dilahapnya dengan nikmat sekali. Yo Him juga telah mencoba beberapa masakan koki istana memang lezat bukan main karena semua makanan yang dimasak di dalam dapur istana itu merupakan makanan-makanan yang terpilih dan telah terbukti kelezatannya, yang mungkin juga tidak akan diperoleh di rumah-rumah makan biasa. Ciu Pek Thong ternyata gembul juga, dia telah menghabiskan cukup banyak bermacam-macam makanan yang semula memang akan disajikan kepada Kaisar, jika memang di setiap waktu Kaisar itu merasa lapar atau hendak bersantap. Walaupun gembulnya Ciu Pek Thong ini tidak sehebat Ang Cit Kong, bekas Pangcu Kay-pang yang senang menggayem itu, yang senang makan makanan lezat, dan juga sering berkeliaran di istana Kaisar dan sering mengurung diri di dapur istana sampai berbulan-bulan lamanya itu. Tokh Ciu Pek Thong, memang memiliki perut yang daya tampungnya tidak tanggung-tanggung. Setelah kenyang dan puas, Ciu Pek Thong baru mengajak Yo Him untuk mengitari dan mengelilingi istana, guna melakukan penyelidikan. Istana itu benar-benar luas, walaupun Ciu Pek Thong bersama Yo Him telah mengelilingi lama sekali, tokh mereka masib belum berhasil untuk menemukan kamarnya Kaisar. Waktu itu telah larut malam, telah jam dua malam. Dan Ciu Pek Thong penasaran, dia ingin melihat bagaimana indahnya kamar dari Kaisar itu dibangun, karena melihat bentuk istananya yang demikian megah dan istimewa, tentunya kamar raja itupun istimewa dan hebat sekali. Sebagai orang yang berandalan dan senang bermain, rasa ingin tahunya terhadap hal-hal yang belum pernah dilihatnya, telah membuat Ciu Pek Thong mengajak Yo Him untuk tetap menyelidiki keadaan di seputar istana Kaisar ini. Waktu itu, Yo Him sebetulnya sudah ingin mengajak Ciu Pek Thong untuk meninggalkan istana dan kembali ke rumah penginapan. Menurut Yo Him, jika memang terlalu lama keliaran di istana Kaisar Kublai Khan, niscaya akhirnya tokh mereka akan diketahui oleh pengawal istana. Walaupun Ciu Pek Thong dan Yo Him tak perlu kuatir untuk menghadapi para pengawal itu, namun Tiat To Hoat-ong dengan para jago-jagonya itu, yang semuanya memiliki kepandaian yang tinggi, cukup berbahaya juga. Bukankah sekarang dengan berada di istana Kaisar ini sama juga Ciu Pek Thong dan Yo Him tengah berada di sarang macan? Bukankah juga Tiat To Hoat-ong mengetahui kehadiran mereka di istana ini, maka mereka akan memperoleh kesulitan tidak kecil? Untuk menghadapi seorang lawan seorang, memang Ciu Pek Thong dan Yo Him tidak perlu jeri atau takut. Tetapi jika Tiat To Hoat-ong dengan orang-orangnya itu, yang umumnya merupakan jago-jago pilihan, main keroyok dan kepung, inilah merupakan urusan yang tidak bisa dipandang remeh. Belum lagi pasukan istana Kim-ie-wie, (pasukan Kaisar berpakaian emas), pasukan khusus Kaisar yang semuanya terdiri dari jago pilihan, jika mereka ikut mengepung, bukankah akan sulit untuk Yo Him dan Ciu Pek Thong nanti meloloskan diri? Telah beberapa kali ajakan Yo Him agar mereka meninggalkan istana Kaisar tersebut ditolak oleh Ciu Pek Thong, yang masih senang untuk herkeliaran di istana raja yang megah dan mewah ini. Yo Him juga tidak berdaya untuk membujuk Loo-boan-tong, si bocah tua bangka yang berandalan ini. Akhirnya Yo Him hanya menuruti saja untuk mengelilingi terus istana Kaisar Kublai Khan, untuk mencari kamar pribadi Kaisar itu...... Tetapi apa yang dikuatirkan oleh Yo Him memang akhirnya terbukti juga. Karena waktu Yo Him dan Ciu Pek Thong tengah berindapindap di sebuah ruangan yang merupakan ruangan luas dan dibangun dengan mempergunakan batu-batu marmer dan giok itu, dan ruangan tersebut sangat mewah, tiba-tiba dari arah samping mereka, telah menyambar tiga batang anak panah tangan yang melesat sangat cepat sekali kepada mereka berdua. Ciu Pek Thong dan Yo Him tidak terkejut, mereka hanya mempergunakan kebutan lengan baju. Senjata rahasia itu telah bisa disampok jatuh. Namun yang membuat mereka terkejut adalah dari sekeliling ruangan itu, dari segala sudutnya telah muncul orang-orang yang berpakaian sebagai pengawal istana. Ada juga sebagian dari mereka yang berpakaian biasa, dan ternyata mereka adalah jago-jago istana yang menjadi bawahan Tiat To Hoat-ong. Malah, di saat itu telah terdengar suara seseorang yang berkata dengan suara yang nyaring. Sepasang Pendekar Perbatasan Karya Chin Yung Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying