Beruang Salju 22
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 22
Beruang Salju Karya dari Sin Liong Muka Sun Kauw-cu berobah jadi merah keungu-unguan. Dia mengeluarkan suara bentakan lagi, jari tangannya mementil beberapa kali Khim nya itu dan suara menggelegar-gelegar. Untung saja Yo Him telah memiliki lweekang yang sempurna, dia bisa mengerahkan lweekangnya untuk mengendalikan diri menerima suara Khim itu. Sedangkan Sasana yang lweekangnya tidak setinggi Yo Him, telah diminta untuk mengenakan potongan bajunya disumpal ke dalam telinganya. Yo Him telah merobek ujung baju tangannya dan menyumbat telinga si gadis. Tetapi biarpun telah disumbat telinganya, tidak urung Sasana merasakan jantungnya selalu memukul keras setiap kali mendengar suara Khim itu, yang seperti memiliki pengaruh yang hebat. Itulah disebabkan suara Khim itu disertai tenaga lweekang yang terlatih sempurna. Yo Him sendiri telah menduga-duga, entah siapa Sun Kauw-cu dan Kwie Losam ini, dua orang yang ilmunya tampaknya tidak ringan. Sun Kauw-cu, wanita setengah baya itu, yang katanya adalah ketua perkumpulan Lang-kauw, perkumpulan serigala. Yo Him baru sekali ini mendengarnya, tetapi ilmu silat itu benar-benar sangat hebat sekali, lweekangnya juga sempurna, dan senjata begitu aneh, yaitu Khim kecil sekali seperti barang mainan itu, namun memiliki suara yang mengandung maut. Waktu itu Sun Kauw-cu rupanya sudah tidak bisa mempertahankan diri, sambil memetik khim kecilnya itu terus menerus, membawakan sebuah lagu. Dia telah melangkah mengelilingi Kwie Losam. Kwie Losam juga telah berputaran mengikuti ke arah mana Sun Kauw-cu itu memutari dan mengelilingi dirinya. Setiap pula Kwie Losam telah mengejeknya. "Ayo kau seranglah aku, mengapa harus berputar-putar seperti ini, seperti juga orang yang tengah bermain petak? Mengapa kau seperti seorang bocah cilik yang tengah mencari kelerengmu yang lenyap.....?!" Sun Kauw-cu tidak memperdulikan ejekan yang dilontarkan Kwie Losam, dia telah mengelilingi Kwie Losam terus, dan di waktu itu suara Khimnya semakin meninggi. Dengan demikian, Kwie Losam juga menyadarinya, dia harus memusatkan lweekangnya. agar dapat menghadapi suara Khim yang luar biasa itu. Sekali saja dia kena dipengaruhi oleh suara Khim tersebut, berarti dirinya akan berada dalam pengaruhnya Sun Kauw-cu Cepat Kwie Losam telah mengempos semangatnya, dia mengerahkan tenaga untuk menghadapi suara Khim itu, yang kadang kala berhasil menerobos menggoncangkan perasaannya. Lagu yang dimainkan oleh Sun Kauw-cu itu dengan mempergunakan Khim kecilnya, adalah sebuah lagu percintaan yang mendukakan hati karena suara Khim itu sebentar meninggi, sebentar merendah dan sebentar lagi melengking seperti juga suara jeritan yang menyayatkan hati, seperti suara pekik seorang gadis yang tengah terluka hatinya karena patah hati ditinggal oleh sang kekasih..... Memang Kwie Losam sendiri semakin lama merasakan perasaan dan hatinya tidak tenang, jantungnya bergoncang keras sekali, sehingga kalau terus menerus keadaan seperti ini, niscaya dia akan tak sanggup mempertahankan diri lagi. Karena seringkali Kwie Losam terombang ambing oleh perasaannya akibat goncangan suara Khim yang dipetik oleh Sun Kauw-cu. Karena sadar dirinya bisa terancam bahaya yang tidak kecil jika memang dia bertempur dengan cara seperti itu, Kwie Losam telah merobah lagi caranya untuk menghadapi Sun Kauw-cu. Dengan disertai oleh suara bentakan yang berulang kali, yang menggelegar, berusaha untuk menindih tenaga lweekang yang terkandung di dalam suara Khim itu, Kwie Losam berusaha untuk menindihnya dengan ke dua tangan tidak tinggal diam juga, berulang kali dia telah menyerang dengan pukulan-pukulan yang bisa mematikan. Dengan demikian, akhirnya Sun Kauw-cu juga tidak bisa terus menerus memetik Khimnya karena berulang kali dia harus berusaha mengelakkan diri dari terjangan yang dilakukan Kwie Losam. Sebab jika memang dia terlambat, niscaya akan menyebabkan dirinya terkena serangan itu. Kwie Losam melihat Sun Kauw-cu agak sibuk mengelakkan diri dari terjangannya, semakin bersemangat melancarkan pukulannya dengan diiringi oleh suara bentakan-bentakan yang disertai lweekangnya. Dengan cara begitulah, akhirnya dia berhasil menyingkirkan pengaruh suara Khim tersebut. Waktu itu Yo Him yang mengikuti cara pertempuran seperti itu telah mengawasi dengan tajam dan penuh perhatian. Dia melihatnya bahwa kepandaian Sun Kauw-cu memang benar-benar tinggi, karena setiap kali pukulan Kwie Losam hampir mengenai dirinya, dia selalu berhasil mengelakkannya dengan gerakan tubuh yang sangat aneh dan luar biasa cepatnya. Dikala itulah Sun Kauw-cu juga telah mulai mengeluarkan kepandaiannya. Sambil tetap memetik Khimnya, ke dua sikut tangannya sering dipergunakan untuk menyikut dan membentur bagian tubuh Kwie Losam, di mana terletak jalan darah yang mematikan. Cara itu dilakukan dengan membenturkan sikutnya itu pada tubuh Kwie Losam, sambil dia juga bergerak mengelakkan diri dari serangan dan gempuran Kwie Losam. Itulah cara bertempur yang aneh sekali! Karena Sun Kauw-cu masih tetap memetik Khimnya, selain dia mempergunakan sikutnya sebagai senjatanya. Kwie Losam sendiri menyadari, jika dia berlaku ayal dan kurang waspada, niscaya akan menyebabkan suatu kali dia terkena sikutan lawannya. Dan itu akan membuat dia jadi terluka di dalam yang tidak ringan. Sikutan yang dilakukan oleh Sun Kauw-cu bukanlah sikutan ysug sembarangan, karena pada sikutan itu mengandung tenaga yang luar biasa tangguhnya. Di samping itu juga memang Sun Kauw-cu masih berusaha mempergunakan suara Khimnya untuk menguasai Kwie Losam. Sehingga Kwie Losam selain menerjang berulang kali, juga harus melompat mundur menjauhi diri dari Sun Kauw-cu berulang kali juga. Setiap kali Kwie Losam melompat mundur, setiap kali pula suara Khim itu jadi meninggi, dengan demikian kembali suara Khim itu berusaha mempengaruhi perasaan Kwie Losam. Tampaknya lweekang Kwie Losam memang tinggi, tapi menghadapi Sun Kauw-cu yang mempergunakan Khim kecil itu sebagai senjata istimewanya, membuat Kwie Losam memperoleh kesulitan yang tidak kecil. Berulang kali Kwie Losam berusaha untuk menerjang lagi, tapi selalu pula dia dapat dipukul mundur dengan cara menyerang Sun Kauw-cu yang mempergunakan ke dua sikutnya itu. Rupanya, walaupun hanya mempergunakan ke dua sikutnya belaka, yang selalu dipergunakan untuk menyikut dan menghantam jalan-jalan darah Kwie Losam, serangan itu sangat berbahaya karena Sun Kauw-cu melakukannya dengan gerakan tubuh yang aneh sekali. Setiap kali dia menyikut, tubuhnya itu sering doyong ke samping, ke belakang, ke depan, seperti juga orang hendak rubuh. Itu untuk memperdekat jarak antara sikutnya dengan sasaran yang diincernya. Menyaksikan sekian lama, akhirnya Yo Him merasa telah cukup waktunya buat dia bertindak. Maka dengan gerakan yang ringan, tahu-tahu dia telah melompat ke tengah gelanggang, dia juga telah mengibaskan lengan bajunya. Maksudnya ingin mengibas terpental Khim yang berada di tangan Sun Kauw-cu. Gerakan yang dilakukan Yo Him mengejutkan Sun Kauw-cu, karena selain gesit, di mana pemuda ini tahu-tahu berada di hadapannya, juga kebutan lengan bajunya itu mengandung kekuatan lweekang yang tidak pernah diduga oleh Sun Kauw-cu. Angin kebutan itu menderu-deru. Tangannya yang memegang Khim kecil itu tergetar, hampir saja Khim itu terlepas dari cekalannya. Untung saja dia bisa menguasai diri dan keadaan dengan cepat, di mana dia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat gesit sekali menjauhi. Namun mukanya merah padam, matanya mendelik memancarkan sinar yang luar biasa tajamnya menatap kepada Yo Him. "Siapa kau, pemuda keparat?!" Bentak wanita setengah baya itu, jari tangannya siap untuk memetik tali-tali Khimnya lagi. Yo Him tidak segera menyahuti, karena dia telah menoleh kepada Kwie Losam, katanya. "Lopeh, kau pergilah beristirahat dulu, kau tentunya masih lapar dan ingin makan. Biarlah aku yang main-main dengan nyonya itu!" Kwie Losam telah tersenyum lebar, dia mengangguk sambil katanya. "Baik, baik, tetapi kau harus hati-hati, Khimnya itu merupakan Khim maut.....!" Kwie Losam berkata begitu dan mau menyingkir, karena dia telah menyaksikan betapa Yo Him bisa mengibas dengan lengan bajunya kuat sekali. Dan sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi serta telah berpengalaman, Kwie Losam sekali lihat saja segera mengetahui bahwa Yo Him memiliki kepandaian yang tidak sembarangan. Waktu itu Yo Him telah menoleh kepada Sun Kauw-cu, sambil tersenyum sabar dia telah menyahuti pertanyaan si wanita. "Siauwte she Yo, dan bernama Him.....!" "Hemm, kau she Yo? Ada hubungan apa kau dengan Yo Ko?!" Tanya Sun Kauw-cu dengan, mata tetap memandang tajam sekali. "Itulah ayahku....!!" Menyahuti Yo Him. "Pantas.....!" Kata Sun Kauw-cu. Kemudian dia menoleh kepada ke lima lelaki bertubuh tinggi besar dan ke dua orang penggotong joli itu, dia telah berkata dengan tawar. "Apa yang ku duga ternyata tidak meleset. Memang bocah ini memiliki hubungan dengan orang she Yo itu, dialah anaknya.....!" Ke lima orang lelaki bertubuh tinggi besar dan ke dua orang penggotong joli itu telah mengangguk mengiyakan. "Inilah yang dibilang dicari ke empat penjuru tidak ditemukan, tidak tahunya berada di depan biji mata!" Berkata Sun Kauw-cu lagi. "Bagus! Bagus! Bocah kau bersiaplah untuk menerima kematianmu!" Yo Him tetap sabar, sambil tersenyum dia telah bertanya. "Tunggu dulu Sun locianpwe..... sesungguhnya ada ganjalan apakah antara kau dengan ayahku itu?" Mendengar pertanyaan Yo Him, Sun Kauw-cu telah tertawa dingin, mukanya bengis sekali. "Hemmm, kau ingin tahu dosa apa yang telah dilakukan oleh orang she Yo itu terhadapku? Nanti akan kuceritakan, jika aku telah membekukmu.....!" Dan memang Sun Kauw-cu ini rupanya bernafsu sekali untuk membekuk Yo Him, karena begitu suaranya habis diucapkan segera tubuhnya bergerak, di mana sambil memetik tali khimnya, suara Khim itu mendengung sangat hebat, bergema berulang kali. Menyusul dengan itu juga tubuhnya telah berputaran, dengan sekali-kali tangannya menyambar akan menghantam Yo Him, memukul dan menotok, mencengkeram atau menampar dengan telapak tangan. Yo Him menghadapi dengan tenang serangan Sun Kauw-cu. Suara Khim yang mengandung maut itu dihadapinya dengan memusatkan lweekangnya, sehingga suara Khim itu tidak membawa pengaruh untuk dirinya. Dia telah mengikuti gerakan Sun Kauw-cu, malah sepasang tangan Yo Him bergerak-gerak perlahan sekali namun tenaga lweekang yang tersalurkan hebat bukan main, karena begitu sepasang tangan itu bergerak, segera tenaga serangan Sun Kauw-cu dapat ditolaknya. Kejadian seperti itu berulang kali. Sun Kauw-cu rupanya sangat penasaran, tubuhnya menggigil dengan muka marah setelah belasan jurus, dia masih tidak bisa merubuhkan Yo Him, yang dianggapnya sebagai bocah bau pupuk, yang seharusnya tidak merupakan lawan berarti baginya. Namun sekarang mulai dia yang telah merasakan betapa tenaga tangkisan Yo Him, yang dilakukan dengan perlahan itu, namun mengandung tenaga yang luar biasa. Beberapa kali hampir membuat Sun Kauw-cu itu terhuyung mundur kalau saja tidak cepat-cepat memusatkan tenaga dalam pada kuda-kuda ke dua kakinya. Dengan demikian, tampak Sun Kauw-cu telah menyadari bahwa kali ini dia menghadapi lawan yang tidak ringan, yang kepandaiannya mungkin tidak berada di sebelah bawah kepandaiannya. Selama itu Yo Him juga memperlihatkan sikap yang tenang sekali karena dia beberapa kali hanya menggerakkan tangannya, dan dia telah mengibaskan tangannya itu memunahkan tenaga serangan Sun Kauw-cu. Akhirnya, ketika melihat beberapa kali lagi dia gagal menyerang Yo Him, maka Sun Kauw-cu telah mengeluarkan suara seruan perlahan. Ia berdiri dengan sepasang kaki direntangkan, dan waktu itu rupanya dia telah memusatkan tenaga lweekang pada sepasang kakinya itu sehingga ke dua belah kakinya itu telah melesak ke dalam lantai, di mana ke dua kaki itu masuk beberapa dim ke dalam lantai. Yo Him tidak jeri, walaupun dia telah melihat lawannya ini mengeluarkan kepandaian istimewanya itu. "Hemmm, rupanya wanita ini mempelajari ilmu selaksa kati memberatkan tubuh. Ke dua kakinya itu memang terlatih dengan sempurna dan memiliki tenaga yang kuat sekali karena dia telah berhasil menginjak melesak lantai ini!" Waktu Yo Him berpikir sampai di situ, di saat itulah terlihat Sun Kauw-cu telah maju lagi dengan disertai suara bentakannya yang nyaring, dia telah menggerakkan ke dua tangannya. Tangan yang satu, yang kosong tanpa mencekal senjata, menyambar dari telapak tangannya angin serangan yang kuat sekali. Sedangkan tangan yang satunya lagi yang mencekal Khim kecil itu, menyambar ke arah beberapa jalan darah terpenting di tubuh Yo Him. Dengan cara seperti itu, rupanya Sun Kauw-cu bermaksud untuk menotok beberapa jalan darah Yo Him dengan mempergunakan Khim kecilnya. Yo Him menggelakkan serangan itu dengan memutarkan tubuhnya beberapa kali, sehingga serangan Sun Kauw-cu gagal mengenai sasaran. Namun membuat Yo Him terkejut, di saat dia tengah berkelit begitu, tiba-tiba dia merasakan mendesir beberapa angin serangan yang halus namun tajam. Tampak beberapa sinar berkelebat ke arahnya. Rupanya ada beberapa batang jarum kecil yang halus menyambar ke arah Yo Him. Dan itulah serangan yang dilakukan oleh Sun Kauw-cu. Cara menyerangnya itu juga istimewa sekali. Jarum kecil itu ternyata melesat dari Khim kecil di tangannya, yang rupanya diperlengkapi dengan perkakas alat rahasia, sehingga begitu dia memijit alat rahasianya, jarum-jarum itu telah melesat keluar menyambar ke berbagai bagian tubuh Yo Him yang mematikan. Jarak mereka memang dekat, jarum-jarum kecil yang halus menyambar dengan tiba-tiba sekali, karena dari itu kesempatan buat Yo Him mengelakkan diri sulit sekali. Tetapi memang dasarnya Yo Him memiliki kepandaian yang sangat tinggi, walaupun dalam keadaan terdesak seperti itu, tokh dia bisa menyelamatkan diri. Dengan mengeluarkan suara bentakan, tahu-tahu tubuhnya telah mencelat ke tengah udara, ke dua tangannya digerakkan. Dia telah berkelit sambil membalas menyerang kepada lawannya dengan mempergunakan salah satu jurus Am-jian-sio-hun-kan, yaitu jurus yang bernama Sim-khia-jiok-tiauw (Hati takut daging melonjak), di mana sepasang tangannya bergerak aneh. Itulah semacam ilmu yang digubah oleh Yo Ko sendiri, waktu dia berpisahan dengan Siauw Liong Lie. Ilmu itu memang hebat, dan jadi lebih hebat setelah Yo Ko lebih menyempurnakan beberapa waktu berikutnya, di mana setelah dia terjumpa dengan Siauw Liong Lie dan hidup bahagia sebagai pasangan suami isteri di puncak Giok-lie-hong. Di sana Yo Ko telah sempurnakan ilmunya itu, bagian-bagian yang lemah dan kurang sempurna telah disempurnakannya dan bagian-bagian yang kurang perlu telah dibuangnya. Dengan demikian Am-jian-sio-hun-kan menjadi ilmu yang hebat luar biasa. Lalu sekarang setelah menurunkan kepandaian itu kepada puteranya Yo Him, ilmu itu telah memiliki keistimewaan yang sempurna sekali. Sun Kauw-cu yang diserang dengan jurus Sim-khia-jiok-tiauw itu jadi terkejut. Dia menyingkir dengan tergesa. Dia meninggalkan kedudukannya semula, tubuhnya telah menyingkir ke arah belakang tiga langkah. Setiap langkah kakinya telah meninggalkan bekas tapak kakinya di lantai yang ceglok dalam sekali beberapa dim. Yo Him begitu meluncur turun tidak tinggal diam, karena ia telah menyusuli lagi dengan serangan Kie-jin-yu-thian atau Kesedihan Yang Melampaui Batas, di mana ke dua tangannya bergerak-gerak lagi untuk menyerang Sun Kauw-cu. Wanita setengah baya ini kembali sibuk menghindarkan diri. Cara menyerang Yo Him luar biasa anehnya, gerakannya juga aneh sekali. Dengan diemikian, dia menduga-duga entah ilmu apa yang dipergunakan oleh Yo Him. Tetapi sebagai seorang yang tangguh, dengan sendirinya Sun Kauw-cu juga cepat sekali menguasai diri. Setelah dua jurus melihat cara menyerang Yo Him, diapun mempersiapkan kepandaian dan ilmu yang akan dipergunakannya untuk menghadapi ilmu Yo Him yang aneh itu. Waktu itu Yo Him telah berteriak sambil menyerang lagi. "Awas pukulan berikutnya.....!" Di mana ke dua tangannya silih berganti menyambar kepada Sun Kauw-cu. Dia telah mempergunakan jurus Lu-tiong-seng-yu atau Dalam Kekosongan Terdapat Isi. Angin dari pukulan itu berkesiuran sangat hebat sekali, menyambar ke berbagai jalan darah yang mematikan di tubuh Sun Kauw-cu. Jika saja serangan ini mengenai sasarannya niscaya Sun Kauw-cu akan mengalami luka yang parah, atau juga kemungkinan besar bisa terbinasa di saat itu juga. Tetapi Sun Kauw-cu sambil memeluk tali Khim nya, dia telah melompat dengan gesit, tubuhnya tahu-tahu berputar seperti gangsing, dan dengan cara seperti itu dia menghindarkan serangan Yo Him. Berikutnya juga dia menghadapi serangan Yo Him dengan cara seperti itu. Ternyata Sun Kauw-cu telah mengelakkan diri dengan mempergunakan ilmu meringankan tubuh semacam langkahlangkah yang aneh. Setiap kakinya melangkah dalam kedudukan tertentu, serangan Yo Him bisa dihindarkannya dengan baik, tanpa ujung bajunya terkena oleh sambaran angin serangan Yo Him! Tentu saja Yo Him jadi penasaran, karena dia melihat Sun Kauwcu sekarang ini seperti juga tidak terdesak lagi oleh serangannya yang hebat itu, bagaikan Am-jian-sio-hun-kan itu tidak berarti apaapa. Maka cepat luar biasa Yo Him telah menggerakkan tangan kirinya yang ditekuk agak ke dalam, lalu mendorong dengan tangan kanannya juga menyambar akan menolak iga si wanita setengah baya itu. Dia mempergunakan jurus Heng-sie-cauw-jiok atau Mayat Berjalan. Sun Kauw-cu mengelakkan diri dengan caranya yang sama, yaitu tubuhnya telah berputaran seperti gangsing. Setiap gerakan yang dilakukan oleh Sun Kauw-cu mengandalkan kegesitannya di samping memang rupanya dia memiliki semacam ilmu melangkah yang aneh, yang menuruti keadaan delapan penjuru, Pat-kwa. Yo Him tidak mau sudah sampai di situ, baru saja dia selesai menyerang dengan jurus Yong-jin-cu-yu atau Si Goblok Kejengkelan Sendiri. Kali ini serangan yang dilakukan Yo Him luar biasa dahsyatnya, sepasang tangannya itu bergerak cepat sekali, dan dalam waktu sekejap mata, sepasang tangan itu telah menyambar beberapa jurusan, akan menotok puluhan jalan darah dari Sun Kauw-cu. Didesak demikian rupa, Sun Kauw-cu pun kaget tidak terkira. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dia tidak menyangka dalam usia demikian muda, belum lagi mencapai tigapuluh tahun, Yo Him telah memiliki kepandaian yang demikian tinggi di samping, lweekangnya yang sempurna. Memang benar Yo Him adalah puteranya Yo Ko, tetapi di dalam hal ini, adalah luar biasa dalam usia semuda itu bisa memperoleh kepandaian sesempurna seperti itu. Hampir sulit bagi Sun Kauwcu mempercayainya, karena walaupun seseorang belajar sejak berada dalam kandungan ibunya tidak mungkin sebelum mencapai tigapuluh tahun, bisa memiliki lweekang yang demikian tangguh. Tetapi waktu itu Sun Kauw-cu tengah terdesak sekali, dia berulang kali harus mengelakkan diri ke sana ke mari dengan gesit. Bahkan untuk memetik tali Khimnya satu kali saja dia tidak memiliki kesempatan. Karena dari itu setelah belasan kali melompat ke sana ke mari, dengan suatu gerakan agak membungkuk, Sun Kauw-cu telah mengulurkan ke dua tangannya. Kali ini dia menyambut serangan Yo Him dengan keras dilawan keras. Hebat bukan main cara menangkis Sun kauw-cu, rupanya sudah tidak ada jalan keluar lagi buatnya menghindarkan diri, karena dari itu dia menangkis dengan memusatkan seluruh tenaga dan kepandaiannya, maka terdengar suara "Dukkkk!" Yang kuat sekali. Tubuh Sun Kauw-cu bergoyang-goyang, namun tidak mundur setapak pun juga, hanya lantai yang diinjaknya telah melesak sampai beberapa dim! Yo Him sendiri, begitu tangannya membentur tangan Sun Kauw-cu telah merasakan getaran yang menyesakkan dadanya. Dia mengempos semangatnya, dan menyalurkan lweekangnya berusaha menindih lweekang lawannya. Tubuhnya tegak bagaikan gunung, tidak bergeming sedikitpun juga, mukanya tetap tenang, hanya tangannya itu yang terulur tetap tergantung di tengahtengah udara, dan tersanggah oleh ke dua tangan Sun Kauw-cu Mereka berdua jadi diam bagaikan patung-patung hidup belaka. Dan kali ini mereka tengah melakukan pertempuran dengan hanya mengandalkan tenaga lweekang, di mana masing-masing telah mengeluarkan seluruh kekuatan lweekangnya, untuk menindih lawannya. Sebetulnya, cara bertempur yang tengah mereka lakukan seperti itu tidak kalah berbahayanya dengan bertempur mempergunakan senjata tajam. Satu kali saja tenaga dalam mereka tergempur dan mereka tidak bisa bertahan dari tindihan lweekang lawannya, maka salah seorang di antara mereka akan terluka parah sekali kemungkinan juga urat dan otot di tubuh mereka akan putus! Dan juga, jika memang lweekang mereka itu berimbang sampai mereka bersama-sama merasa letih, dan berkurang tenaga mereka, di saat itulah mereka akan terluka bersama.....! Sun Kauw-cu dan Yo Him juga menyadari akan ancaman bahaya yang hebat itu. Karenanya mereka telah berusaha untuk mengempos semangat mereka masing-masing, berusaha uutuk secepat mungkin dapat menindih kekuatan lawannya. Dan cara mereka memusatkan seluruh tenaga lweekang pada tangan masing-masing merupakan hal yang bisa membawa ke tingkat pertempuran yang menentukan sekali, di saat mana Sun Kauw-cu merasakan dadanya menyesak, napasnya mulai tidak lancar, dan tubuhnya malai kesemutan seperti juga dialiri listrik. Dengan demikian, jika saja dia bertahan sepeminuman teh lagi, niscaya dia akan terluka berat di tangan Yo Him. Dengan keadaannya seperti itu Sun Kauw-cu jadi bingung bukan main, dia juga mengeluh di dalam hatinya. Dia sadar, jika tidak cepat-cepat berusaha melepaskan dari libatan tenaga lweekang Yo Him, niscaya dia menderita kerugian yang tidak kecil buat keselamatan dirinya. Harapan untuk merubuhkan Yo Him tampaknya tipis sekali. Sedangkan ke dua telapak kakinya itu telah melesak masuk ke dalam lantai lebih dalam lagi beberapa dim. Sun Kauw-cu tidak berani menambah tenaga lweekangnya itu, karena jika sampai dia mengerahkan seluruh kekuatannya, sampai tidak bersisa, dengan sendirinya begitu dia terdesak dan tenaga lweekangnya tertindih, tenaga lweekangnya sendiri itu yang akan berbalik menghatam dia. Dia masih mempergunakan delapan bagian tenaga dalamnya. Yo Him sendirinya beberapa kali telah mengempos semangat dan tenaga lweekangnya. Dia berusaha merobohkan lawannya itu. Dengan demikian, beberapa kali pula dia berusaha menurunkan tangannya untuk menindih lawannya lebih hebat. Kwie Losam yang menyaksikan jalannya pertempuran itu, telah memandang kagum tidak terkira. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Yo Him memiliki kepandaian sehebat itu. Semula waktu dia melihat Yo Him dan Sasana memasuki ruangan rumah penginapan, di mana pasangan muda mudi itu menggantung pedang di pinggang masing-masing, Kwie Losam menduga mereka hanya jago-jago muda. Dan yang membuat Kwie Losam jadi tidak kurang kagetnya, karena waktu itu dia telah mengetahui Yo Him adalah putera Yo Ko, Sin-tiauw-tay-hiap yang sangat terkenal kehebatannya, mungkin sebagai orang yang memiliki kepandaian ilmu silat nomor satu di kolong langit ini. Dengan mata tidak berkedip, dia telah mengawasi jalannya pertempuran itu. Dan di waktu melihat ke dua kaki Sun Kauw-cu melesak lebih dalam di lantai itu. Diam-diam Kwie Losam juga merasa kagum, dia berpikir. "Hemmm! Tidak kusangka dia memperoleh kemajuan yang demikian pesat..... Telah empat tahun kami tidak bertemu, ternyata kepandaiannya telah jadi demikian hebat!" Yang dimaksudkan oleh Kwie Losam dengan sebutan "dia" Adalah Sun Kauw-cu. Waktu itu keringat telah mengucur deras sekali di kening dan muka Sun Kauw-cu, tampaknya dia telah tertindih dan dalam keadaan terdesak untuk membendung tenaga lweekang Yo Him, dan keadaannya telah jatuh di bawah angin. Yo Him sendiri sebetulnya waktu itu tengah berpikir keras, karena dia melihat lawannya ini benar-benar tangguh sekali. Dia bisa saja waktu itu mempergunakan jurus-jurus dari Kong-beng-kun yang dikombinasi dicampur dengan jurus-jurus Am-jian-sio-hun-kan, untuk memecahkan pikiran, di mana di samping menindih dengan lweekang dia bisa juga menghantam dengan hebat merubuhkan Sun Kauw-cu atau setidak-tidaknya melukainya. Namun hatinya tidak tega. Dia baru pertama kali bertemu dengan Sun Kauw-cu, dan dia pun tidak memiliki ganjalan apa-apa, karena dari itu, dia jadi setengah hati. Namun disebabkan dia setengah hati itu, membuat Sun Kauw-cu tetap dapat bertahan diri dari tindihan lweekang Yo Him Sasana memandang kuatir untuk keselamatan Yo Him, karena dia kuatir bahwa Yo Him tidak sanggup menghadapi Sun Kauw-cu, walaupun Sasana telah mengetahui, Yo Him telah memiliki kepandaian hebat sekali, tokh lawannya kali ini, Sun Kauw-cu, bukanlah lawan yang ringan. Waktu itu tangannya juga telah bersiap-siap mencekal gagang pedangnya, dia mengawasi tajam, jika saja salah seorang dari ke lima lelaki bertubuh tinggi besar atau ke dua orang penggotong joli itu, maju untuk membantu Sun Kauw-cu, Maka Sasana akan segera menerjang maju untuk menghadapi mereka! Waktu itu Yo Him juga telah berpikir. "Locianpwe ini memiliki kepandaian yang tinggi sekali, yang tentunya dilatih bukannya memakan waktu yang singkat di samping itu dia juga seorang wanita. Di antara kami tidak terdapat urusan apapun juga, mengapa aku harus menurunkan tangan bengis? "Juga, jika aku menurunkan tangan keras, sehingga terluka, bukankah hanya menambah dalamnya sakit hati belaka? Di lihat dari cara dia berkata ketika menyebut ayahku, tampaknya dia menaruh dendam pada ayah! Hemmm, biarlah aku sudahi saja pertempuran ini!" Karena berpikir begitu, Yo Him telah mengempos semangatnya, tahu-tahu dia telah menggunakan Kong-beng-kun. Dia telah memecahkan dua pikiran. Walaupun sepasang tangan itu masih menindih, tapi dia bisa melakukan sesuatu gerakan tanpa terikat dengan lweekang yang tengah dikerahkannya itu. Sebab tahutahu, tenaga pada lweekangnya yang semula mengandung unsur "keras" Itu telah berubah menjadi "lunak", dan kemudian "keras" Lagi lalu berobah menjadi "lunak" Lagi, beruntun beberapa kali keadaan seperti itu berlangsung. Sun Kauw-cu kaget bukan main, sampai dia berseru dan matimatian berusaha untuk menguasai dirinya karena tenaga lawan yang berobah sebentar keras dan lunak itu, membuat dia harus berwaspada. Jika suatu kali dia lengah, di saat dia tengah mendesak dengan hebat pada lweekang lawannya, dan kebetulan lawan mempergunakan lweekang dengan unsur "lunak", bukankah dirinya akan celaka? Karena dari itu, sekarang Sun Kauw-cu memutar otak mencari jalan keluar untuk meloloskan diri dari libatan tenaga lweekangnya Yo Him. Dalam keadaan seperti inilah, tampaknya Yo Him juga sudah berhasil mencari jalan keluar. Mendadak sekali, di saat dia mempergunakan tenaga lunak, dan waktu itu Sun Kauw-cu juga telah menarik pulang tenaganya, dia membarengi untuk menarik pulang tenaga dalamnya dan melompat mundur, sambil diiringi serunya. "Tahan Sun Locianpwe!" Sun Kauw-cu memang tidak mengejar, dia hanya mengawasi dengan sorot mata yang tajam kepada Yo Him. Sun Kauw-cu memang mengetahui, bahwa Yo Him sengaja memisahkan diri untuk menyudahi pertempuran. Padahal waktu itu keadaan Sun Kauw-cu sudah gawat sekali. Sedikit lagi dia bertahan lebih lama, tentu dia tidak akan tahan menghadapi tenaga yang sebentar lunak sebentar keras itu. Dengan demikian, sekarang si pemuda telah mundur memisahkan diri, diapun tidak segera mengejar untuk menyerang, hanya berdiri untuk mengatur pernapasannya. Sasana bernapas lega melihat Yo Him telah berhasil memisahkan diri dari libatan tenaga lawannya tanpa kurang suatu apapun juga. Sedangkan Kwie Losam juga telah menghela napas, sambil tidak hentinya memuji. "Benar-benar hebat..... benar-benar hebat!" Ciang-kui dan para pelayan rumah penginapan itu telah mengawasi dengan perasaan tegang menguasai mereka, karena mereka menyadari jika pertempuran itu berlangsung sampai ke lima orang yang bertubuh tinggi besar itu dan ke dua orang penggotong joli ikut maju, bukankah berarti perabotan rumah penginapan di ruangan itu akan hancur porak poranda. Sedangkan waktu itu saja, lantai ruangan itu telah rusak melesak di sana sini bekas telapak kaki Sun Kauw-cu Tamu-tamu lainnya juga tetap di tempat mereka di sudut ruangan dengan hati berdebar. Mereka sesungguhnya tertarik menyaksikan pertempuran seperti itu, mereka memang ingin sekali menyaksikan pertempuran berikutnya. Namun di sudut hati masing-masing juga terdapat perasaan kuatir, kalau-kalau nanti mereka yang jadi sasaran dari kemarahan ke lima lelaki bertubuh tinggi besar dan ke dua penggotong joli yang semuanya adalah anak buahnya Sun Kauw-cu. "Tidak kusangka orang she Yo itu bisa memiliki putera sehebat engkau!" Kata Sun Kauw-cu dengan muka yang berobah dingin tetapi tidak sebengis tadi. "Hemmm, jika melihat demikian, tampaknya sakit hatiku yang telah berlangsung puluhan tahun, tidak akan dapat dibalas!" Yo Him mengangkat tangannya, dia memberi hormat, sambil katanya. "Sakit hati apakah yang dikandung Locianpwe pada ayahku?!" Tetapi Sun Kauw-cu tidak menyahuti, dia hanya mendengus beberapa kali, kemudian memutar tubuhnya, dia berkata kepada ke lima anak buahnya dan ke dua penggotong joli itu. "Mari kita berangkat!" Tampaknya Sun Kauw-cu batal untuk menginap di rumah penginapan ini. Ke lima orang bertubuh tinggi besar itu mengiyakan, mereka cepat memanggil pelayan, diperintahkan untuk mempersiapkan kuda mereka masing-masing. Ke dua penggotong joli itu telah siap di samping joli. Sun Kauw-cu telah melangkah keluar, dia telah menggumam dengan suara yang perlahan. "Kelak kita bertemu lagi.....!" "Tahan, tunggu dulu, Locianpwe!"teriak Yo Him, memanggilnya. Sun Kauw-cu menahan langkah kakinya, dia menoleh dengan muka yang dingin dan pancaran mata yang bengis, dia bilang. "Bocah, apakah kau berani menahanku? Atau memang engkau hendak bertempur lagi sampai salah seorang di antara kita ada yang terbinasa.....?!" "Bukan begitu maksudku, harap Locianpwe tidak salah paham..... Aku hanya ingin menanyakan, ada hubungan apakah antara Locianpwe dengan ayahku.....?!" "Itu bukan urusanmu.....!" Menyahuti Sun Kauw-cu. Diapun telah meneruskan langkahnya keluar, naik ke dalam joli, dan digotong pergi dengan ke lima lelaki bertubuh tinggi besar itu mengiringinya. Yo Him menghela napas. Kwie Losam telah menghampirinya sambil katanya. "Hebat sekali kau Laote.....!" Yo Him cepat-cepat merendahkan diri, diapun segera bertanya. "Locianpwe, siapakah Sun Kauw-cu itu?" "Dialah Kauw-cu dari perkumpulan Lang-kauw. Sebenarnya dia murid tertua dari Lam-hay-sin-nie yang murtad, selalu melakukan banyak perbuatan bengis dan tangannya telengas sekali..... Tindak tanduknya memang mengerikan sekali, karena dia tidak pernah satu kali pun melakukan perbuatan baik! Sekarang Yo Laote telah bentrok dengannya, maka kau harus berhati-hati untuk selanjutnya.....!" Yo Him terkejut mendengar Sun Kauw-cu adalah murid tertua dari Lam-hay-sin-nie. Karena dia pernah mendengar cerita ayahnya, ketika ibunya keracunan, ibunya itu Siauw Liong Lie, telah dibawa pergi oleh Lam-hay-sin-nie, untuk selama satu tahun. Dan akhirnya barulah Siauw Liong Lie dan Yo Ko bertemu pula di Pek-hoakok. Perihal Lam-hay-sin-nie dan kisah perpisahan Yo Ko dan Siauw Liong Lie yang dibawa oleh Lam-hay-sin-nie, dapat diikuti selengkapnya dalam Sin-tiauw-hiap-lu. "Sesungguhnya," Kata Kwie Losam lagi. "Lam-hay-sin-nie memiliki tiga orang murid. Murid pertama, adalah Sun Kauw-cu itu, yang nama sesungguhnya Sun Cie Siang. Sejak dia berguru pada Lamhay-sin-nie, memang dia telah terlihat wataknya yang kurang begitu baik, maka Lam-hay-sin-nie tidak menurunkan seluruh kepandaiannya, hanya memberikan enam bagian dari kepandaiannya. Namun, biarpun demikian, tokh dia telah memiliki kepandaian yang sulit ada tandingannya, karena Lam-hay-sin-nie merupakan manusia setengah dewa yang kepandaiannya sudah sulit diukur lagi.....! "Sedangkan murid ke dua dari Lam-hay-sin-nie adalah Bun Sam, seorang lelaki yang gagu dan tuli, dia agak dungu, dia hanya mempelajari ilmu silat apa yang diwarisi oleh Lam-hay-sin-nie. Sifatnya jujur dan dia sebagai murid juga merangkap menjadi pelayannya Lam-hay-sin-nie. Dengan demikian, selamanya dia tidak pernah berpisah dari gurunya. Kepandaian murid itu luar biasa tingginya, namun karena kedunguannya itu, Lam-hay-sin-nie tidak pernah mengijinkan dia mengembara, berkelana di dalam kalangan Kang-ouw, kuatir Bun Sam akan diperalat seseorang, sedangkan kepandaiannya demikian tinggi, tentu bisa membawa malapetaka yang tidak kecil. "Disamping itu, karena keadaan murid ke duanya yang dungu, dan murid pertama yang telah berkelana dan mengumbar kebengisan dan ketelengasan tangannya di mana sulit untuk mengendalikan muridnya yang pertama itu, maka Lam-hay-sin-nie akhirnya mengambil murid lagi. Sebagai murid penutup itulah seorang gadis yang memiliki tabiat dan watak yang lembut sekali dan juga gadis itu, yang katanya she Auwyang, tidak seorangpun pernah melihatnya. Cuma, yang didengar oleh sahabat-sahabat rimba persilatan, gadis she Auwyang itu, yang menjadi murid penutup dari Lam-hay-sin-nie, telah mewarisi seluruh kepandaian gurunya itu, karena dialah yang kelak akan mengendalikan Sucinya itu, suci seperguruan itu.....!" Yo Him mengangguk beberapa kali mengiyakan, hal itu memang telah didengarnya. Juga perihal Lam-hay-sin-nie yang telah menutup mata belasan tahun yang lalu telah didengarnya. Cuma mengenai sepak terjang murid tertua dari Lam-hay-sin-nie itu, yaitu Sun Cie Siang, dia tidak pernah mendengarnya, di mana Sun Cie Siang telah membangun sebuah perkumpulan yang diberi nama Lang-kauw, yaitu perkumpulan Serigala. Malah perkumpulan itu menurut Kwie Losam, telah menyebar luaskan kekuasaannya di kalangan Kang-ouw. Banyak orangorang rimba persilatan yang telah dipaksa untuk masuk menjadi anggota Lang-kauw. Bagi orang Kang-ouw yang keberatan dan tidak bersedia menjadi anggauta Lang-kauw, akibatnya sangat buruk, yaitu dia akan ditemukan dalam keadaan terbinasa...... Mendengar cerita Kwie Losam itu, Yo Him menghela napas berulang kali, sampai akhirnya dia berkata. "Apakah selama itu, si gadis she Auwyang itu, yang menurut Locianpwe adalah murid penutup Lam-hay-sin-nie, tidak pernah mengambil tindakan apaapa untuk mengendalikan Sucinya itu?!" Kwie Losam menghela napas, dia menggeleng kepala. "Inilah urusan rumah tangga pintu perguruan Lam-hay-sin-nie, dan aku kurang begitu jelas mengetahuinya! Tetapi menurut apa yang telah kudengar bahwa si murid penutup Lam-hay-sin-nie itu telah dua kali turun gunung untuk mencari Sucinya. "Sejauh itu dia tidak berhasil menemui jejak Sucinya, karena Sun Cie Siang seorang yang licik dan tajam telinganya. Mengetahui adik seperguruannya itu mencari, dia menghilang tanpa meninggalkan jejak. Dia pun merupakan Kauw-cu dari perkumpulan Lang-kauw, yang beranggota ribuan. Dengan demikian, telah membuat Sun Cie Siang selalu bisa mengawasi gerak-gerik adik seperguruannya itu. "Menurut orang yang mengetahui, bahwa Sun Cie Siang sebetulnya tengah mengincar barang-barang peninggalan gurunya, karena dia ingin merampas dari tangan adik seperguruannya. Dan barang-barang peninggalan Lam-hay-sinnie itu tentu saja merupakan catatan ilmu silat yang hebat sekali. Sun Cie Siang sendiri mengetahui bahwa dia hanya memperoleh enam bagian dari kepandaian gurunya, namun dia sudah bisa menjagoi seperti itu. "Dengan demikian, cita-cita untuk memperoleh catatan ilmu silat Lam-hay-sin-nie semakin keras juga mendorong hatinya karena dia beranggapan, jika saja ia memperoleh kitab-kitab pusaka peninggalan Lam-hay-sin-nie, jelas ia akan dapat memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi lagi dan dapat menjagoi rimba persilatan disamping tidak perlu jeri lagi terhadap adik seperguruannya yang bungsu itu!" Setelah bercerita sampai di situ Kwie Losam menghela napas dalam-dalam. Wajahnya berobah muram, iapun kemudian melanjutkan ceritanya dengan perlahan-lahan, katanya. "Sekarang, memang Sun Cie Siang tengah berusaha, walaupun bagaimana ia bermaksud untuk dapat merebut dan mencuri kitabkitab pusaka dari adik seperguruannya itu. Dan karenanya sekarang orang-orang Lang-kauw telah disebar untuk menyelidiki keadaan adik seperguruannya yang bungsu itu, disamping dia sendiri juga telah turun tangan sendiri.....!" Yo Him yang mendengar hal itu segera menyadari bahwa di dalam rimba persilatan tentu akan timbul pergolakan yang tidak kecil akibat sepak terjang dari Sun Cie Siang, dan ini tentunya merupakan suatu hal yang tidak baik untuk keselamatan orangorang rimba persilatan. Karenanya Yo Him berpikir keras, dia tengah berusaha untuk memecahkan persoalan tersebut. Walaupun kini ia tengah sibuk mengurusi persoalan Sasana untuk menuntut balas terhadap musuh-musuhnya, namun urusan Sun Cie Siang pun bukan merupakan urusan yang boleh dibiarkan begitu saja. Kwie Losam telah berkata lagi memecahkan kesunyian di antara mereka. "Sekarang Yo Laote telah terikat permusuhan yang tidak ringan dengan Sun Cie Siang, karena itu, kau selain harus hati-hati juga harus dapat secepat mungkin menyingkir diri dari daerah ini, agar Sun Cie Siang tidak bisa mempergunakan kaki tangannya membokong dan mencelakaimu dengan menggelap. Sebab orangorang Lang-kauw tidak segan-segan akan mempergunakan tipu muslihat yang rendah dan licik untuk merubuhkan musuhnya yang tangguh.....!" Yo Him tersenyum sambil mengangguk. "Terima kasih.....!" Katanya. "Dan sekarang Locianpwe apakah memiliki sesuatu rencana dalam menghadapi Lang-kauw ataupun Sun Cie Siang itu?!" Kwie Losam menghela napas dalam-dalam sambil tersenyum pahit. "Bicara soal diriku dalam berurusan dengan Lang-kauw, itulah suatu hal yang bisa menimbulkan tertawaan dari para orangorang gagah di rimba persilatan, karena memang jelas bahwa aku tidak mungkin dapat menghadapi mereka.....! "Tetapi jika memang Yo Laote dan para orang-orang gagah lainnya bermaksud untuk menumpas Lang-kauw, sebuah perkumpulan dari manusia-manusia tersesat itu, hal ini tentu masih bisa diterima oleh akal sehat, dan merupakan suatu pertolongan yang sangat berharga sekali buat keselamatan orang-orang rimba persilatan!" Yo Him mengeluarkan kata-kata merendah. Begitulah mereka bercakap-cakap membicarakan persoalan Sun Cie Siang dengan perkumpulan Lang-kauw nya dan kemungkinankemungkinan timbulnya pergolakan di dalam rimba persilatan. Setelah berselang sejenak, mereka kembali ke kamar masingmasing. Y Keesokan paginya Yo Him dengan Sasana melanjutkan perjalanan mereka, berpisah dengan Kwie Losam. Perjalanan yang diambil oleh Yo Him dan Sasana ke arah Barat, dan mereka kemudian mengambil arah ke Selatan. Mereka berdua memang tengah saling jatuh cinta, karenanya walaupun harus menghadapi berbagai kejadian dan peristiwa, namun ke duanya selalu bergembira dan bahagia. Setiap ada kesempatan mereka beristirahat dan bercakap-cakap dengan intim, membicarakan masa depan mereka, terutama sekali perihal hubungan mereka berdua. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pagi itu mereka berada di kaki gunung Lung-san di sebelah utara Hunan. Gunung yang tidak begitu tinggi, namun subur tanahnya dan pohon-pohon yang bertumbuhan di gunung tersebut tampak semarak sekali, lebar dengan daun-daunnya yang segar, menambah keindahan di tempat tersebut. Walaupun hujan turun rintik-rintik, namun Yo Him bersama Sasana telah melakukan perjalanan mereka tanpa berhenti, karena mereka memang tengah asyik bercakap-cakap. Dan yang membuat mereka gembira melakukan perjalanan bersama-sama di saat hujan turun rintik-rintik seperti itu merupakan pengalaman yang mengasyikkan sekali buat mereka, di mana ke duanya tengah dilanda oleh api asmara. Kuda mereka dibiarkan berjalan perlahan-lahan baik Yo Him maupun Sasana, berdua mereka seperti tidak mengacuhkan jatuhnya air hujan yang telah membasahi seluruh pakaian mereka. Ke duanya tertawa-tawa gembira sambil bercakap-cakap. "Koko. menurut cerita-cerita orang tua di Mongolia bahwa sepasang kekasih yang tengah memupuk jalinan cinta mereka di bawah tumpahan air hujan merupakan hal yang membahagiakan, karena memiliki arti tersendiri..... Kau tahukah akan cerita di Mongolia mengenai seorang kekasih yang berada di bawah curahan air hujan?!" Tanya Sasana. Sambil tersenyum Yo Him menggeleng. "Dapatkah kau menceritakannya kepadaku perihal cerita itu, adikku?!" Tanyanya. "Menurut cerita-cerita orang tua di sana, sepasang kekasih yang tengah menjalin percintaan mereka dan mendadak turun hujan, maka itu berarti hubungan mereka diberkahi oleh para malaikat!" Menjelaskan Sasana. "Dan kepercayaan akan hal itu memiliki dongengnya. "Ribuan tahun yang lalu di padang pasir Mongolia sebelah selatan, hidup seorang pemuda yang sangat mencintai kekasihnya. Demikian juga sebaliknya, gadis yang dicintai pemuda itu, sangat menyayangi kekasihnya tersebut.....!" Bercerita sampai di situ, Sasana melirik Yo Him dengan pipi berobah merah. Tetapi Yo Him hanya menatapnya sambil tersenyum. "Lalu bagaimana adikku?" Tanya Yo Him. "Tetapi hubungan mereka memperoleh tentangan keluarga masing-masing. Keluarga si pemuda yang merupakan keluarga yang miskin tidak mengijinkan putera mereka, mencintai seorang gadis yang kaya raya, karena ayah gadis yang dicintai oleh pemuda itu memang merupakan orang terkaya di daerah mereka. Menurut orang tua si pemuda, jika saja si pemuda menikah dengan gadis hartawan itu niscaya kelak hidup si pemuda akan mengalami tekanan bathin yang hebat, yang akan membuat si pemuda bersengsara." Kembali Sasana melirik kepada Yo Him, sambil kemudian mendehem untuk melancarkan tenggorokannya yang terasa seperti tersumbat. Air hujan yang berbutir-butir di pipi dan bagian lainnya di wajah si gadis yang memang cantik, menambah kerupawanan si gadis bangsawan ini. "Lalu si pemuda menuruti nasehat orang tuanya?" Tanya Yo Him. "Ya! Pemuda itu berada dalam dua pilihan. Dia tengah dalam kebingungan yang sangat. U-hauw (bakti) kepada orang tuanya dan menuruti nasehat mereka serta meninggalkan atau menjauhi gadis yang dicintainya atau memang dia itu telah menjadi juga seorang anak yang put-hauw (tidak berbakti) meneruskan hubungannya dengan gadis itu. "Inilah yang membuat pemuda itu selama beberapa hari jadi berada dalam kebingungan yang tidak berkesudahan. Tidak enak makan tidak enak minum, tidak enak pula makan, tubuhnya cepat sekali mereyot menjadi sangat kurus.....!" "Jika demikian pemuda itu tidak memiliki sifat kejantanan dan tidak memiliki ketegasan sama sekali!" Kata Yo Him. Sasana menghela napas. "Kau tidak bisa berkata begitu, Koko..... Memang mudah memberikan penilaian dan pendapat, karena bukan kau sendiri yang mengalami peristiwa itu. Jika kau sendiri yang mengalami hal tersebut, kemungkinan besar kau akan bingung sama halnya seperti si pemuda yang tengah jatuh cinta itu.....!" Kata Sasana dengan wajah yang cemberut. Yo Him tersenyum. "Mengapa kau harus marah seperti itu adikku? Bukankah itu hanya merupakan dongeng belaka dan bukan peristiwa yang terjadi sesungguh?!" Kata Yo Him ketika melihat wajah kekasihnya yang cemberut memperlihatkan perasaan kurang senang. "Walaupun hanya cerita dalam dongeng belaka, namun semua itu di dalamnya terkandung tamsil kemanusiaan yang mendalam.....!" Kata Sasana tetap tidak senang, wajahnya yang cemberut itu tambah cantik dan manis saja, sehingga Yo Him menatapnya terus, sambil tersenyum. "Jika kau dalam keadaan seperti itu, wajahmu tambah cantik dan manis, adikku!" Kata Yo Him. "Aku bukan sedang bergurau!" Kata Sasana tambah tidak senang. Diam-diam hatinya girang, namun gadis itu tetap memperlihatkan sikap tidak senang karena Yo Him seperti menyepelekan percintaan si pemuda dan si gadis Mongolia yang tengah diceritakannya, walaupun si pemuda dan si gadis yang tengah bercintaan itu hanya dalam dongeng belaka. "Ya, sudahlah..... lalu bagaimana terusnya cerita itu? Apa yang dilakukan si pemuda yang tengah mabuk kepayang oleh cinta kasihnya yang terhalang itu?!" Tanya Yo Him. Tetapi Sasana menggeleng dengan mulut cemberut agak monyong dia bilang. "Tidak! Aku tidak mau menceritakannya lebih jauh! Bukankah kau sendiri tidak senang mendengarnya?!" Melihat kekasihnya ngambek seperti itu, Yo Him tersenyum lebar, katanya. "Adikku yang manis, mengapa kau harus marah seperti itu?! Baiklah, aku berjanji akan mendengarkan baik-baik ceritamu...... nah, kau teruskanlah ceritamu......!" Sasana melirik pada Yo Him, lalu dia menghentak tali kendali kudanya, ia melarikan kudanya agak cepat di bawah rintik-rintik butiran air hujan. "Hei adikku yang manis, mau kemana kau?!" Teriak Yo Him tertawa, dia tahu bahwa kekasihnya ini masih mengambul dan membawa adatnya karena mendongkol. Diapun telah menghentak tali kendali kudanya yang segera juga mencongklang berusaha mengejar kekasihnya tersebut. Setelah melarikan kudanya beberapa saat, berhasil juga Yo Him berendeng di samping Sasana yang masih terus juga melarikan kuda tunggangannya. Namun terlihat jelas betapapun Sasana tidak bersungguh-sungguh dalam melarikan tunggangannya itu, karena dia telah melarikannya tidak begitu cepat, menyebabkan Yo Him dapat melarikan kudanya berendeng dengan kuda tunggangan si gadis. Hanya saja Sasana masih tidak mau mengacuhkan Yo Him, sama sekali dia tidak melirik dan berdiam diri dengan wajah yang ditekuk cemberut. Kudanya tetap dilarikan, dia membawa sikap seperti tengah berusaha melarikan kudanya lebih cepat. Menyaksikan hal itu Yo Him tersenyum, katanya bersungguhsungguh untuk membujuk. "Adikku, maafkanlah jika memang aku salah bicara..... aku berjanji akan mendengarkan ceritamu baikbaik!" Sasana melirik, tetapi dia masih melarikan terus kudanya. "Apakah kau benar-benar akan menepati janjimu?" Tanya Sasana masih melarikan terus kuda tunggangannya itu, sedangkan air hujan yang menyiram tubuhnya semakin besar seperti tidak diperdulikannya. "Janji? Janji apa?!" Tanya Yo Him heran. Muka Sasana berobah, tambah cemberut saja dan lebih ngambek lagi, serunya. "Kau memang pemuda pembohong!" Dan dia menghentak tali kendali kudanya, yang dilarikan lebih cepat lagi. Yo Him kaget, dia sampai berseru dan cepat-cepat melarikan kudanya lebih cepat untuk mengejar. Diapun baru mengingatnya bahwa tadi dia telah berjanji untuk mendengarkan cerita kekasihnya baik-baik. Dan itulah yang disebut sebagai "janji" Oleh si gadis Mongolia tersebut. "Adikku! Adikku, kau dengarlah dulu!" Berseru Yo Him sambil mengejar. "Aku berjanji akan menepati janjiku! Maafkanlah! Aku, kembali telah salah bicara padamu!" Sambil berseru begitu, Yo Him tetap mengejar, hatinya mengikuti dirinya sendiri, mengapa bisa jadi tolol seperti itu. Memang Yo Him sendiri heran, berhadapan dengan kekasihnya ini, ia seringkali melakukan perbuatan-perbuatan yang "tolol" Yang seharusnya tidak akan dilakukannya dalam waktu-waktu biasa. Dan entah mengapa, sering pula ia melakukan kesalahankesalahan yang sebenarnya tidak pernah dilakukannya. Pikirannya sering macet rasanya jika tengah berurusan dengan gadis yang dicintainya itu! Setelah mengejar beberapa saat Yo Him masih belum berhasil menyandak kuda Sasana. Si gadis rupanya tengah mendongkol dan kini benar-benar ngambek sebab merasakan bahwa Yo Him ingin mempermainkannya. Dia tidak memperdulikan teriakan-teriakan Yo Him yang memintanya agar menghentikan lari kuda tunggangnya dan menantikannya. Malah kini Sasana telah melarikan kudanya itu semakin cepat, berulang kali dia menghentak tali kendali kudanya dan juga ke dua kakinya menjepit kuda itu, membuat binatang tunggangannya itu mencongklang cepat sekali menerjang curahan air hujan yang semakin deras saja. Yo Him merasakan tamparan air hujan yang menerjang mukanya, matanya juga perih karena mengejar terlalu cepat. Namun walaupun bagaimana ia memang harus berusaha mengejar kekasihnya yang tengah ngambek itu, tanpa memperdulikan rasa pedas di wajahnya dan rasa perih di sepasang matanya yang sebentar-sebentar dipenjamkannya itu. Yo Him telah melarikan kuda tunggangannya tersebut semakin cepat juga. Sasana yang mengetahui bahwa Yo Him terus juga mengejarnya dan berusaha menyandaknya, diam-diam tersenyum. Hatinya jadi tidak tega juga, apalagi ketika dia mendengar teriakan Yo Him yang terakhir. "Adikku yang manis, yang baik, dengarlah keteranganku dulu! Jika memang aku bersalah, aku rela dihukum olehmu, walaupun hukuman yang bagaimana berat sekalipun.....! Aku mohon agar kau mau mendengar keteranganku dulu adikku yang manis. Berhentilah dulu!" Berulang kali Yo Him telah berteriak-teriak begitu. Akhirnya lemahlah hati Sasana, mencairlah kemendongkolannya, ia menghentikan kuda tunggangannya. Girang Yo Him melihat Sasana mau menghentikan larinya kuda tunggangannya itu. Segera juga ia dapat menyandak dan menghentikan ke duanya tepat di sisi kuda Sasana sambil cepatcepat merangkapkan sepasang tangannya, katanya sambil memperlihatkan sikap bersungguh-sungguh. "Adikku..... maafkanlah kesalahan engkomu ini..... Aku bersedia untuk menerima hukuman apa pun dari kau atas kelancanganku tadi!" Pipi Sasana berobah memerah, kemendongkolannya telah lenyap. Memang tadi diapun sesungguhnya hanya ingin melihat apa yang dilakukan Yo Him jika ia tengah "ngambek. Dan dilihatnya Yo Him memang sangat mencintainya, karena kekasihnya ini bersedia untuk dihukum dengan apapun juga. "Baiklah! Aku akan memaafkanmu dan berbaik padamu, jika telah menjalankan hukumanku!" Kata Sasana sambil memperlihatkan sikap cemberut, walaupun hatinya waktu itu sangat senang sekali. "Katakanlah, hukuman apapun yang akan kau jatuhkan padaku akan kulaksanakan dengan senang hati walaupun harus terjun dalam kobaran api atau terjun dalam kolam minyak yang mendidih.....!" "Aku tidak sekejam itu! Atau memang kau beranggapan aku ini seorang iblis yang berhati kejam?" Tegur Sasana cemberut lagi, walaupun hatinya tertawa geli dan bahagia. Yo Him tersentak kaget lagi, tetapi setelah tertegun sejenak dia mengayunkan tangan kanannya menampar bibirnya. "Hai, hai, kembali aku salah bicara, maafkan adik..... Aku memang heran mengapa sekarang aku jadi demikian tolol?!" Kata Yo Him cepat, dengan sikap bersungguh-sungguh. Hati Sasana jadi tidak tega melihat sikap Yo Him, walaupun bagaimana ia memang tidak bersungguh-sungguh dengan "ngambek" Nya itu. Sekarang melihat betapa Yo Him menampar bibirnya berulang kali sampai bibirnya berobah merah seperti bengap.....! "Sudah! Sudah engko Him!" Berseru Sasana yang jadi gugup melihat Yo Him masih menampari bibirnya berulang kali. "Hentikanlah engko Him..... sudah cukup.....!" Tetapi Yo Him melihat sikap Sasana yang matanya memancarkan sinar kasih sayang seperti itu jadi girang. Dia berbalik ingin mempermainkan kekasihnya ini untuk melihat sampai berapa jauh cinta kasih Sasana terhadapnya. Yo Him menggelengkan kepalanya sambil serunya dengan wajah memperhatikan penyesalan. "Tidak! Tidak! Selama kau tidak memaafkan dengan setulus hati, biarlah aku menghantami terus bibirku, biar hancur lodoh.....!" Dan benar-benar Yo Him menampari terus bibirnya itu, sampai terdengar suara "ketepak, ketepuk" Berulang kali, dan bibirnya itu membengkak. Sasana terkejut, dia kaget dan berkasihan. "Engko Him, sudah! Sudah! Aku sudah memaafkanmu..... tadipun aku hanya bergurau saja. Aku tidak marah sungguh-sungguh.....!" Teriak Sasana sambil mendekatkan kudanya ke kuda Yo Him. Tetapi Yo Him tetap menghantam bibirnya yang telah bengkak jontor itu, dia tetap berseru. "Tidak! Tidak! Bibirku ini selalu salah bicara, biarlah kuhajar biar lain kali bibir kurang ajar ini tidak bicara salah.....!" Sasana berseru kaget sambil melompat menubruk mencekal tangan kanan Yo Him yang tengah meluncur itu, sambil berteriak. "Sudah! Sudah engko Him..... Mengapa kau harus mempersakiti dirimu sendiri?" Dan karena dia menubruk begitu dia mencekal tangan Yo Him, tubuh si gadis telah berada dalam rangkulan Yo Him. Yo Him memeluknya erat-erat dan mereka jadi saling pandang penuh arti dengan bibir tertutup rapat, tidak sepatah perkataan pun yang meluncur dari bibir masing-masing. Hanya mata mereka saja yang memancarkan perasaannya hati masing-masing..... dan sinar mata mereka itu ribuan lebih banyak dari perkataan yang paling indah di dunia ini...... Setelah tersadar dari keadaannya, Sasana berusaha meronta rangkulan Yo Him, pipinya berobah merah karena likat. Akan tetapi Yo Him tetap memeluknya, dan malah Yo Him berbisik. "Betapa cantiknya kau, adikku.....!" Dan kepala Yo Him menunduk, ingin mencium bibir si gadis. Pipi Sasana berobah memerah terasa panas sekali, namun ia tidak berusaha memberikan perlawanan dan menolak tubuh kekasihnya, bibirnya terbuka merekah dan bibir mereka bertemu hangat sekali..... Sekarsih Dara Segara Kidul Karya Kho Ping Hoo Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung