Beruang Salju 30
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 30
Beruang Salju Karya dari Sin Liong Akan tetapi untuk kagetnya justru waktu itu dia merasakan terjangan tenaga yang luar biasa hebatnya. Dan ketika Wie Sung Ie tersadar akan bahaya yang mengancamnya, dia telah terlambat, karena tahu-tahu dia telah merasakan napasnya sesak, matanya berkunang-kunang, dan juga tubuhnya seperti dihantam oleh sesuatu kekuatan yang dahsyat sekali. Tanpa bisa melakukan gerakan apa-apa lagi, tubuh Wie Sung Ie telah terpental rubuh.Waktu tubuh Wie Sung Ie jatuh terjerembab ke lantai, dia segera juga memuntahkan darah segar. Rupanya serangan yang dilakukan pengemis membuat dia terluka di dalam yang tidak ringan. Dan darah segar yang dimuntahkannya itu bukan sedikit, karena berulang kali dia telah memuntahkan darah segarnya itu. Di kala itu tampak Wie Sung Ie tengah berusaha buat bangun berdiri. Si pengemis telah tertawa cekikikan, dia menghampiri, lalu kaki kanannya telah ditendangkan, membuat tubuh Wie Sung Ie menggelinding lagi. "Sudah kuperingati tadi bahwa engkau harus bersiap-siap dan hatihati menghadapi seranganku, akan tetapi engkau terlalu sombong, dengan demikian engkau sendiri yang menderita kerugian terluka di dalam.....!" Mendengar perkataan pengemis itu, Wie Sung Ie berusaha buat menguatkan hatinya. Dan diam-diam dia telah menyalurkan sisa tenaganya tersebut pada ke dua telapak tangannya. Di saat pengemis tengah melangkah mendekatinya, tampak Wie Sung Ie mendadak sekali telah melompat dan menyerangnya. Hebat sekali tenaga terakhir yang dipergunakannya ini, karena selain ilmu pukulan yang dipergunakannya merupakan ilmu simpanannya, juga sisa seluruh tenaganya tersebut merupakan kekuatannya yang terakhir. Si pengemis sama sekali tidak menyangka bahwa Wie Sung Ie akan berlaku nekad seperti itu. Dia mengeluarkan suara tertawa mengejek, tahu-tahu tubuhnya mencelat dan berhasil mengelakkan serangan Wie Sung Ie. Dia juga telah berhasil menggerakkan kaki kanannya, di mana dia menyepak dengan keras sekali. Sedangkan waktu itu terlihat betapa tenaga tendangan dari si pengemis membuat tubuh Wie Sung Ie meluncur dengan cepat sekali. Dan juga telah membuat kepala dari Wie Sung Ie menghantam dinding ruangan rumah makan tersebut. Hantaman kepala Wie Sung Ie kepada dinding tersebut membuat batok kepalanya menjadi hancur. Dan waktu tubuhnya rubuh, dia tidak bisa mengeluarkan suara jeritan apa-apa lagi, karena jiwanya seketika melayang ke neraka! Di kala itu, si pengemis telah mendengus beberapa kali, dia telah berkata dengan suara menggumam. "Hemmm, manusia tidak tahu diuntung!" Di saat itu terlihat betapa wanita setengah baya yang tengah bertempur dengan Hong Tia Liang telah berhasil berada di atas angin, karena Hong Tia Liang, yang melihat kawannya telah terbinasakan dengan cara seperti itu, jadi ciut nyalinya. Dia segera terdesak hebat, sebab pikirannya waktu itu jadi kalut. Sedangkan wanita setengah baya tersebut tidak mau membuangbuang waktu lagi. Dia telah menggerakkan ke dua tangannya menyerang dengan beruntun. Tenaga serangan yang dilancarkan itu sangat hebat sekali, sehingga Hong Tia Liang selalu main mundur tidak hentinya, dan diam-diam Hong Tia Liang juga mengeluh. Jika melihat keadaan pada saat itu, tentunya sulit buat dia meloloskan diri. Bukankah jika memang dia berhasil menghadapi wanita setengah baya tersebut masih ada lagi yang lainnya yaitu orang she Tung dan juga si pengemis yang hebat luar biasa kepandaiannya itu. Pemilik rumah makan dan juga para pelayan, telah memandang dengan hati yang ciut sekali. Mereka sangat ketakutan, sebab dilihatnya telah terjadi korban jiwa. Waktu itu si pengemis yang telah berhasil membinasakan Wie Sung Ie, memperdengarkan suara tertawanya. Sambil menggarukgaruk pahanya, dia melangkah mendekati kepada wanita setengah baya dengan Hong Tia Liang yang tengah bertempur. "Berhenti!" Teriak si pengemis kemudian, dengan suara yang nyaring. Wanita setengah baya itu menyadari bahwa pengemis ini berdiri di pihaknya. Karena begitu mendengarnya perintah si pengemis agar dia menghentikan pertempuran tersebut, segera juga dia mendesak Hong Tia Liang, kemudian waktu orang she Hong itu tengah melompat mundur, wanita setengah baya tersebut melompat mundur menjauhi diri. Sedangkan saat itu Hong Tia Liang sendiri telah berdiri dengan muka yang pucat. "Hemm, ternyata kalian main keroyok!" Memaki Hong Tia Liang dengan gusar, karena dia sengaja memperlihatkan sikap gusar dan menindih perasaan takutnya. Dia ingin dapat meloloskan diri dari tangan si pengemis. "Tidak pernah aku si pengemis miskin melarat dalam pertempuran main keroyok. Tentunya kau sendiri tadi telah melihatnya bahwa kawanmu itu menemui kematiannya karena dia mencari penyakit sendiri. Jika memang engkau penasaran, aku akan mempersilahkan engkau menyerang diriku, aku akan melayani engkau seorang diri!" Hong Tia Liang jadi menyesal telah terlanjur dengan perkataannya. Karena sekarang jelas dia sudah tidak bisa mundur lagi dari keadaannya seperti itu. "Baik!" Sahutnya. "Aku akan melayanimu!" Dan setelah berkata begitu, Hong Tia Liang menoleh ke kiri dan ke kanan. "Kenapa?!" Tanya si pengemis sambil tertawa mengejek. "Aku kuatir bahwa kau tidak bisa menghargai perkataanmu sendiri, di mana jika kita telah bertempur, kau akan main keroyok dengan kawan-kawanmu itu!" "Hahaha!" Si pengemis telah tertawa bergelak-gelak. "Aku tidak akan sehinamu! Majulah aku berjanji tidak akan mengecewakan kau!" Hong Tia Liang masih takut, karena memang tadi dia hanya mencari-cari alasan buat mengulur-ngulur waktu belaka. "Ayo maju!" Desak si pengemis waktu melihat si orang she Hong tersebut tetap ragu. Sedangkan Hong Tia Liang telah menggelengkan kepalanya, katanya. "Tunggu dulu, ada sesuatu yang ingin kukatakan!" "Katakanlah!" Kata si pengemis. "Hemmm, apakah dalam pertempuran yang selenggarakan itu tidak ada batas-batasnya?!" Akan kita "Maksudmu?!" "Apakah kita bertempur sampai salah seorang di antara kita ada yang binasa?!" Si pengemis tertawa "Sudah tentu tidak..... aku bersedia berjanji kepadamu, di dalam lima jurus engkau akan dapat kurubuhkan!" "Benarkah?" Tanya Hong Tia Liang sengaja mengulur waktu. "Aku tidak akan mendustaimu. Jika dalam lima jurus engkau masih belum dapat kurubuhkan, maka anggap saja aku yang kalah dan aku akan rela buat menggorok leherku sendiri. Mendengar perkataan si pengemis, Hong Tia Liang jadi girang, karena memang inilah yang dikehendakinya, sebab memang dia ingin, memancing kemarahan si pengemis. "Dalam lima jurus aku harus dapat berusaha mengelakkan diri dari serangannya. Jika aku tidak bernafsu buat menyerangnya, tentu aku dapat menghadapinya selama lima jurus. Dengan demikian berarti, aku yang menang!" Setelah berpikir begitu, Hong Tia Liang mengangguk-angguk. "Baik! Apakah kita mulai?" "Ya, kau yang mulai!" Sahut si pengemis. "Tidak! Kau saja!" Kata Hong Tia Liang yang tidak bersedia menyerang. "Hemm, jika aku yang menyerangmu, tentu dalam satu jurus kau telah dapat kurubuhkan!" "Aku tidak percaya!" Si pengemis tertawa. Kemudian dengan cepat ia melangkah menghampiri Hong Tia Liang. "Lihatlah, dalam satu jurus ini aku akan merubuhkan dirimu!" Kata si pengemis. Berbareng dengan habisnya perkataan pengemis itu. tangan kanannya telah digerakkan menghantam kepada Hong Tia Liang. Cara menyerang si pengemis biasa saja, karena dia telah menyerang dengan gerakan tangan yang sederhana sekali, bahkan dia seperti tidak mempergunakan kekuatan tenaga sama sekali. Hong Tia Liang sendiri semula menduga bahwa serangan dari si pengemis merupakan serangan menggertak belaka. Akan tetapi waktu angin serangan itu menyambar datang, dia jadi kaget sendirinya, karena dia merasakan angin serangan itu kuat sekali, menerjang ke dadanya. Bahkan Hong Tia Liang merasakan napasnya sesak dan pandangan matanya berkunang-kunang! Waktu itulah Hong Tia Liang mati-matian mengempos semangatnya. Dia telah mengerahkan seluruh tenaganya, dan berusaha buat menghindar. Akan tetapi terlambat...... Karena tampak tubuh Hong Tia Liang telah terpental bergulingan di lantai. Si pengemis tertawa keras. "Apa yang kukatakan tadi tidak salah, bukan?" Tanyanya. "Jika aku yang menyerangmu tentu dalam satu jurus aku dapat merubuhkan dirimu! Tokh aku menyerangmu hanya mempergunakan dua bagian tenaga dalamku! Jika memang aku mempergunakan lima bagian tenaga dalamku, jangan harap engkau masih bisa bernapas dan hidup lebih lama lagi!" Hong Tia Liang jadi menggidik. Dan dia mengakui jika saja memang si pengemis membuktikan perkataannya itu dan menyerang dia lebih kuat, jelas dia tidak bisa hidup lebih lama lagi. Tadi saja serangan si pengemis telah membuat napasnya jadi sesak dan matanya gelap berkunang-kunang. Akan tetapi Hong Tia Liang tidak mau menyerah begitu saja. "Tinggal..... tinggal empat jurus lagi!" Katanya dengan suara tergagap. "Ya, empat jurus lagi!" Kata si pengemis. sambil tersenyum. "Selama empat jurus itu engkau boleh menyerang diriku. Jika memang aku tidak bisa merubuhkan dirimu, itulah nasibku yang benar-benar sial, karena aku harus menggorok leherku sendiri!" Sambil berkata begitu, si pengemis telah tertawa bergelak-gelak. Hong Tia Liang saat itu telah berhasil berdiri, mukanya pucat. Tubuhnya juga agak sempoyongan. Sejenak lamanya dia berdiri, berusaha mengatur jalan pernapasannya, buat mengempos dan mengumpulkan tenaga dalamnya! Dan setelah dia merasakan bahwa tenaga dalamnya kumpul, Hong Tia Liang membentak bengis. Tubuhnya menerjang kepada si pengemis dengan terjangan nekad dan pukulan yang mengandung maut, karena dia bermaksud menghantam binasa si pengemis.....! Hong Tia Liang rupanya menyerang dengan sekuat tenaganya. Dia percaya, jika memang serangannya ini berhasil mengenai sasarannya, niscaya si pengemis akan terhajar binasa. Akan tetapi pengemis itu memang benar-benar sangat tangguh sekali, selain lweekangnya yang telah mahir, ginkangnya sangat sempurna sekali. Waktu melihat Hong Tia Liang telah menyerangnya, dia berdiam diri dulu sejenak. Baru kemudian di waktu serangan Hong Tia Liang akan tiba, dia telah mencelat dengan gesit sekali. Dalam waktu yang singkat dia telah lenyap dari hadapan Hong Tia Liang, karena pengemis itu telah berada di belakang orang she Hong tersebut. Belum lagi Hong Tia Liang sempat memutar tubuhnya, waktu itulah tangan kanan si pengemis telah menepuk pundaknya, dengan tepukan yang tampaknya sangat perlahan sekali. akan tetapi hasilnya memang sangat luar biasa, karena tubuh Hong Tia Liang seketika terjungkal terjerunuk ke depan, di mana mukanya telah mencium tanah! Hong Tia Liang terbang semangatnya, dia kaget tidak terkira. Dalam keadaan seperti itu Hong Tia Liang sudah tidak bisa menguasai keseimbangan tubuhnya. Dia telah terjungkal dengan membarengi bergulingan belaka. Hanya itu satu-satunya jalan buat menghindarkan agar tidak menerima luka di dalam yang terlalu hebat. Pengemis itu sendiri telah tertawa dingin, katanya dengan mengejek. "Nah, kau berdirilah, marilah kita teruskan lagi! Tinggal tiga jurus lagi!" Sedangkan Hong Tia Liang telah merangkak bangun, dari hidungnya yang telah bocor mengalir keluar darah yang merah membasahi bibir dan pipinya. Waktu itu dia berdiri dengan hati yang bimbang dan ngeri. Sebab dia telah menyadari bahwa dirinya memang bukan menjadi tandingan dari pengemis tersebut. Kalau tokh pertempuran ini diteruskan, niscaya dirinya yang akan terbinasa seperti juga Wie Sung Ie, kawannya itu. Akan tetapi si pengemis telah tertawa dingin berulang kali dan menantangnya agar dia menyerang lagi. Akhirnya dengan nekad, Hong Tia Liang menyerang lagi. Kali ini dia berlaku nekad dan kalap karena dia telah berpikir, jika tokh dia harus terbinasa di tangan si pengemis, maka sedikitnya dia harus dapat membinasakan pengemis itu juga, agar mereka mati bersamasama. Setelah menerjang dengan kuat, sepasang tangan dan kakinya digerakkan dengan serentak. Dia telah menyerang dengan membabi buta dan juga mempergunakan seluruh kekuatan tenaga yang masih bersisa di dirinya. Orang she Tung, wanita setengah baya, gadis kecil dan ke dua pemuda itu, berdiri kagum memandang si pengemis yang mempermainkan Hong Tia Liang. Mareka sangat kagum atas kepandaian pengemis itu. Sedangkan si pengemis sendiri yang menghadapi kenekadan Hong Tia Liang, tidak merobah cara bertempurnya, karena dia tetap saja tertawa-tawa dan berulang kali menggerak tangannya buat menangkis serangan lawannya. Dan jika memang Hong Tia Liang menyerang dengan desakan nekad, dia telah mencelat ke samping, sambil terus menghitung. "Tinggal dua jurus lagi....., tinggal satu jurus lagi!" Hong Tia Liang semakin kalap saja waktu melihat telah empat jurus dia masih belum bisa merubuhkan pengemis itu. Sedangkan untuk mendesak saja dia sudah tidak bisa, apa lagi mengharapkan bisa merubuhkan pengemis itu. Karenanya pada jurus yang terakhir itu, Hong Tia Liang sudah tidak memikiri keselamatan dirinya. Sambil disertai bentakan yang bengis tubuhnya mencelat cepat sekali, dia telah menyerang sekuat tenaga dengan ke dua telapak tangan yang dibuka. Si pengemis sendiri tidak menyingkir, dia menantikan sampai tibanya serangan Hong Tia Liang. Setelah dekat, dia menyambuti dengan ke dua telapak tangannya. "Bukkkk!" Luar biasa sekali tenaga tangkisan dari pengemis itu, sehingga tubuh Hong Tia Liang terpental sejauh empat tombak lebih, kemudian terbanting di lantai dengan napas yang telah putus! Dia telah menemui ajalnya! Si pengemis berdiam diri sejenak, dia menghela napas dalam. Rupanya pengemis ini mengatur jalan pernapasannya buat memulihkan semangat dan tenaganya. Hong Tia Liang tadi waktu menyerang kiranya telah mempergunakan seluruh sisa tenaganya, sehingga tenaga serangannya itu hebat bukan main. Walaupun si pengemis memang memiliki kepandaian yang tinggi, tokh kenyataannya serangan dari Hong Tia Liang menyebabkan goncangan yang tidak kecil pada kuda-kuda ke dua kakinya, di mana tenaga murninya telah tergoncang juga. Itulah sebabnya si pengemis telah cepat-cepat mengatur jalan pernapasannya, karena dia bermaksud untuk dapat memulihkan tenaga dan semangatnya, agar tidak terluka di dalam akibat serangan nekad Hong Tia Liang tadi. Orang she Tung itu cepat-cepat menghampiri si pengemis guna menyatakan terima kasihnya. Sambil merangkapkan ke dua tangannya dia menjura kepada pengemis itu, katanya. "Terima kasih atas pertolongan yang diberikan in-kong!" Si pengemis tertawa, dia telah menyingkir tidak mau menerima pemberian hormat yang dilakukan orang she Tung tersebut. Dia hanya bilang. "Jangan banyak peradatan..... jangan banyak paradatan...... sudahlah..... sudahlah..... itu suatu yang tidak berarti sama sekali, dia memang seorang manusia busuk yang patut memperoleh ganjaran!" Sedangkan kawan orang she Tung, yaitu wanita setengah baya, gadis cilik dan ke dua pemuda itu, juga telah datang menghampiri dan menjura menghaturkan terima kasih kepada pengemis itu. Si pengemis pun sama seperti tadi telah menghindar tidak mau menerima pemberian hormat tersebut, bahkan dia telah bilang juga. "Jika kalian selalu mempergunakan cara-cara peradatan, maafkan, aku si pengemis melarat tak bisa menemani terlalu lama!" Karena si pengemis berkata begitu, ke lima orang tersebut jadi tidak memberikan hormat lebih lanjut, cuma saja orang she Tung itu telah berkata. "Sesungguhnya, memang kami sangat berterima kasih sekali. Jika memang in-kong tidak mau menerima pernyataan terima kasih kami, itulah yang tidak bisa kami katakan. Akan tetapi tetap saja di dalam hati kami sangat berterima kasih sekali!" Sedangkan si pengemis telah tertawa, katanya. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Mengenai ucapan terima kasih, dapat dipergunakan dalam kesempatan lainnya, tetapi memang apa yang telah kulakukan ini demi kepentingan Kay-pang juga, perkumpulanku. Karena ke dua orang ini sesungguhnya merupakan dua orang musuh Kay-pang yang membahayakan dan memang harus dimusnahkan. Karena dari itu, mau atau tidak, memang aku si pengemis melarat harus dapat turun tangan membinasakannya, guna melenyapkan bibit bahaya buat kaum kami! "Mereka adalah dua orang perwira kerajaan yang tengah menyamar dan bermaksud ingin mengacaukan rapat besar Kaypang yang tidak lama lagi akan diselenggarakan!" Mendengar perkataan si pengemis, orang she Tung tersebut telah memperlihatkan sikap yang terkejut, malah dia mengeluarkan seruan tertahan. "Apa maksudnya ke dua orang itu berurusan dengan kami yang bukan anggota Kay-pang? Bukankah mereka memiliki tugas menyamar guna mengacaukan rapat besar Kay-pang? Jika memang mereka berdua tidak mencari urusan dengan kami, tokh penyamaran mereka itu, dapat berlaku dengan baik dan tidak akan diketahui?!" Dengan bertanya seperti itu tampaknya memang orang the Tung tersebut diliputi perasaan heran. Si pengemis tertawa, kaatanya untuk menjelaskan. "Kalian jangan heran justru mereka merupakan dua orang perwira yang memiliki adat aseran. Walaupun mereka memiliki tugas yang cukup berat dari atasannya guna menyamar dan menyelusup ke dalam rapat besar Kay-pang tokh kenyataannya mereka tidak bisa menahan diri, sehingga membuat mereka harus menemui kegagalan dalam melakukan tugas mereka dan malah telah menemui kematian di tanganku si pengemis melarat!" "Dengan demikian, kami telah menyusahkan in-kong!" Kata orang she Tung itu. "Uh tidak, mengapa harus menyusahkan diriku? Bukankah semua ini kulakukan atas kehendakku sendiri!" Kata si pengemis cepat sekali. "Ya, justru karena kami, maka in-kong telah membunuh ke dua orang itu, menyebabkan dendam dari pihak kerajaan terhadap Kay-pang semakin besar juga!" "Tidak, kalian jangan berpikir seperti itu!" Kata si pengemis cepat. "Janganlah kalian menduga yang tidak-tidak!" Setelah berkata begitu si pengemis menghela napas dalam-dalam, tampaknya dia tengah berpikir keras sekali, sampai akhirnya dia berkata lagi. "Memang Kay-pang kamipun telah mengetahui perihal maksud pihak kerajaan yang ingin menghancurkan kami, karena bermaksud menanamkan kekuasaan yang besar di daratan Tionggoan, sehingga tidak ada sesuatu kekuatan pun yang bisa menggoyahkan kedudukannya di tahta kerajaan! Jika memang mau dipikirkan masak-masak maka tampaknya memang sulit sekali buat dihadapi secara berterang. "Karena sekali saja kami melakukan suatu kesalahan yang kecil, maka kesalahan kecil tersebut segera di pegangnya oleh pihak kerajaan sebagai bahan untuk dapat menghancurkan kami dengan kekuatannya! Hemm, akan tetapi kami dari Kay-pang tidak merasa gentar!" Waktu berkata begitu, tampaknya si pengemis memancarkan perasaan gusar dari wajahnya. Sama sekali dia tak memperlihatkan perasaan gentar. Walaupun dia tengah berurusan dengan pihak kerajaan, di mana memang diapun telah membunuh ke dua orang dari kerajaan berarti pihak kerajaan akan melakukan pengejaran yang sangat ketat padanya. Orang she Tung itu, bersama dengan wanita setengah baya, si gadis cilik dan ke dua pemuda itu, juga merasa kagum sekali. Di saat orang she Tung itu, yang telah mem perkenalkan dirinya bernama Tung Lo Sang, ingin berkata-kata lagi di saat itulah terdengar suara langkah kaki yang sangat berat dan ramai. Di ambang pintu rumah makan tersebut telah muncul lima orang tentara berpakaian lengkap, yang sebagian terbuat dan besi. Di pinggang mereka tampak tergantung masing-masing sebatang golok. Dan dua orang di antara mereka telah mencabut goloknya dari sarungnya, dan telah mencekalnya kuat-kuat, sinar dari golok yang berkilauan itu tampak mengerikan. "Siapa yang telah berani membunuh Hong Ciangkun? Siapa yang telah berani membinasakan Hong Ciangkun?" Teriak mereka dengan suara yang berisik sekali. Akan tetapi si pengemis tersenyum mengejek, dengan tenang dia menyahuti. "Aku yang telah membunuhnya!" Waktu itu tampak jelas sekali, ke lima orang ini yang rupanya telah menerima laporan dari seseorang mengenai pembunuhan tersebut dan datang tergesa-gesa, sudah tidak mau banyak bicara lagi. Mereka telah melompat dan cepat sekali telah menggerakkan golok masing-masing menyerang kepada si pengemis. Gerakan mereka tampaknya tidak bisa diremehkan, karena ilmu golok mereka tidak ringamn. Tampaknya mereka berlima bukanlah tentara kerajaan biasa, sedikitnya mereka merupakan orang-orang yang memiliki kepandaian cukup tinggi hanya saja menyamar sebagai tentara negeri. Sedangkan si pengemis telah berkata dingin. "Kalian menyingkir ke samping dulu, biarlah aku yang melayani mereka!" Kata-kata itu ditujukan kepada Tung Lo Sang dan ke empat orang kawannya. Tung Lo Sang dan ke empat orang kawannya tidak berani membantah, mereka segera menyingkir ke samping ruangan. Mereka juga yakin bahwa pengemis ini memang memiliki kepandaian yang tinggi sekali, sehingga tidak perlu dikuatirkan untuk melayani ke lima orang tentara negeri tersebut. Di waktu itu tampak ke lima orang tentara negeri tersebut telah menggerakkan golok mereka masing-masing menyerang dengan hebat. Semula yang dua orang dulu menyerang dengan golok mereka, karena justru memang merekalah yang semula telah mencabut golok. Menyusul kemudian ke tiga orang tentara negeri lainnya yang telah mempergunakan golok mereka ikut menyerang. Mereka telah menyerang dari segala jurusan dengan cara mengeroyok. Sinar golok telah berkilauan menyambar ke arah si pengemis. Akan tetapi si pengemis tetap berdiri tenang-tenang di tempatnya, sama sekali ia tidak jeri dan tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Hanya saja matanya yang telah dipentang lebar-lebar dan telah mengawasi menyambarnya golok dari ke lima orang lawannya. Waktu melihat senjata dan ke lima orang lawannya menyambar dekat, seketika itu juga si pengemis mulai bergerak. Dia dapat bergerak gesit sekali, karena dengan menggoyangkan tubuh bagian atas, dia dapat menghindarkan diri dari sambaran ke dua golok lawannya, sedangkan ke tiga golok dari lawan-lawannya yang lain dihadapi dengan cara menyentil, menyampok dan juga mengibas dengan lengan bajunya. Dengan mudah dan dalam waktu sekejap mata saja, dia berhasil memunahkan serangan dari lawan-lawannya itu. Rupanya ke lima orang tentara negeri itu jadi terkejut melihat pengemis ini dapat dalam satu gerakan saja telah memunahkan serangan mereka bertiga. Di antara seruan yang sangat nyaring dan bengis sekali, tampak mereka berlima telah mengulangi serangannya. Akan tetapi sekarang ke lima tentara negeri itu berlaku hati-hati. Dalam menyerang mereka pun memperhitungkan tenaga dan sasaran yang mereka intai dengan cermat. Akan tetapi pengemis tersebut benar-benar sangat tangguh, karena dia memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali, sehingga setiap serangan yang dilancarkan oleh lawannya, dapat dihadapi dengan baik. Malah ketika salah seorang tentara negeri itu melompat dan menyerang dengan bacokan yang mematikan ke batang lehernya, si pengemis kali ini tidak menyingkir, dia tidak berusaha mengibas dengan lengan bajunya. Cuma saja, waktu golok menyambar detang, dia telah mempergunakan ke dua jari tangannya, di mana dia telah menjepit golok itu. Hebat jepitan yang dilakukan oleh si pengemis. Karena golok tersebut tidak dapat bergerak lebih jauh, dan telah mandek di tengah udara. Cepat luar biasa si pengemis telah menggerakkan tangan kanannya, dia juga menotok ke arah biji mata lawannya. Tentu saja hal ini membuat lawannya jadi kaget tidak terkira dan cepat-cepat telah melompat mundur, karena mau tidak mau dia harus melindungi ke dua biji matanya, di mana dia harus melepaskan goloknya dan melompat ke belakang. Terlambat sedikit saja, niscaya biji matanya akan menjadi korban yang tidak akan dapat dielakkan lagi, dan berarti dia akan buta seumur hidupnya. Sedangkan si pengemis sendiri setelah memperoleh golok rampasannya, dia melompat dan menggerakkan goloknya itu berulang kali, membacok ke sana ke mari. Tampak golok-golok lawannya setiap kali terbentur oleh golok si pengemis, telah terpental dan hampir terlepas dari cekalan masing-masing. Sedangkan si pengemis setelah bertempur belasan jurus lagi, merasa bahwa waktunya telah tiba. Dia mengeluarkan suara bentakan nyaring dan di saat itu goloknya telah menyambarnyambar seperti juga menyambarnya petir. Dengan cepat pula telah berhasil menyampok dua golok dari ke dua orang lawannya, yang seketika terpental terlepas dari tangannya, karena golok itu telah menancap di langkan ruangan rumah makan tersebut. Ke dua orang tentara negeri itu melompat mundur dengan wajah yang pucat dan merasakan telapak tangan mereka sangat nyeri sekali. Dalam keadaan seperti ini, si pengemis telah mengeluarkan suara seruan sangat nyaring, tubuhnya berkelebat dan goloknya telah bekerja kembali, di mana dia telah membacok ke dua orang lawannya yang lainnya! Ke dua lawannya itu telah berusaha menangkis, akan tetapi salah seorang di antara mereka rupanya menangkis dengan tergesagesa, sehingga tenaga menangkisnya itu tidak sepenuhnya, membuat goloknya jadi terdorong dengan kuat, terpental dan belakang golok itu telah menghantam mukanya. Untung saja dia masih dapat mempertahankan meluncurnya golok tersebut. Dengan demikian telah membuat golok itu tidak sampai membelah kepalanya namun mukanya telah berlumuran darah segar. Dengan mengeluarkan suara bentakan bengis, dia telah membacok buat mengadu jiwa. Golok lawannya, dengan muka yang berlumuran darah segar itu telah menderu-deru menyambar sekuat tenaga, karena dia bermaksud untuk binasa bersama-sama dengan si pengemis. Dalam keadaan seperti ini, seketika juga si pengemis mempergunakan jurus yang mementingkan penyerangan di bagian bawah. Dia menekuk ke dua kakinya dan telah menggerakkan goloknya dengan cara menyilang, dia menyerang ke dua kaki lawannya. Serangan tentara itu jatuh di tempat kosong karena si pengemis tahu-tahu telah berjongkok. Belum lenyap kagetnya, justru ke dua kakinya telah disambar golok si pengemis. Karena dalam keadaan terdesak seperti itu sudah tidak ada lain jalan, dia melompat ke atas. Lompatan yang dilakukannya sangat tergesa-gesa sekali, dan lebih cepat lagi gerakan golok dari si pengemis yang menyambar ke arah atas, ke arah selangkangannya. Seketika tubuh di bagian bawah dari tentara negeri tersebut telah terbelah dua, darah mengucur deras sekali, dengan diiringi oleh suara jeritan kematian. Tubuhnya roboh menggeletak tidak bernapas lagi. Si pengemis telah bersilat terus dengan goloknya yang berlumuran darah. Dia menyerang ke sana ke mari dengan gerakan yang sangat cepat. Akan tetapi ke empat orang lawannya, yang kini telah ciut nyalinya dan juga telah lenyap keberanian mereka karena menyaksikan pemandangan yang ngiris atas kematian kawan mereka yang seorang itu, membuat mereka menyerang dengan hanya main berputaran tidak hentinya. Setiap serangan mereka tidak memiliki arti dan juga selalu main kucing-kucingan belaka, jika memang si pengemis menyerang salah seorang. Setelah membinasakan salah seorang lawannya, si pengemis juga terpikir bahwa dia tidak dapat mengampuni ke empat orang lawannya itu, karena salah seorang di antara mereka ada yang lolos dari tangannya tentu mereka akan datang membawa kawan lagi yang jumlahnya lebih banyak. Setelah berpikir begitu, si pengemis menggerakkan goloknya lebih cepat pula dengan jurus yang sulit diterka ke arah mana sasarannya. Tak lama kemudian, setelah lewat tiga jurus, terlihat si pengemis berhasil membacok pundak salah seorang lawannya, yang seketika menjerit nyaring dan terhuyung mundur dengan tubuh yang bergoyang-goyang. Muka orang tersebut pucat pias, dan tubuhnya menggigil, goloknya terlepas. Ternyata bacokan dari si pengemis hampir saja membuat pundak orang itu putus. Sedangkan ke tiga orang tentara negeri yang lainnya ketika menyaksikan kawan mereka telah rubuh lagi, segera berseru nyaring, mereka telah melompat mundur untuk menjauhi diri. Rupanya mereka bertiga yakin bahwa diri mereka bukan tandingan dari si pengemis. Jika memang mereka memaksakan diri juga buat bertempur terus, niscaya hanya akan menyebabkan mereka akan menemui kematian di tangan si pengemis. Karena dari itu mereka bermaksud hendak melarikan diri. Akan tetapi si pengemis tidak mau membiarkan mereka melarikan diri, secepat kilat golok si pengemis telah bergerak, dia telah menyerang dahsyat sekali. Dalam penyerangannya itu dia melakukan tiga gerakan mengincar ke tiga orang lawannya sekali gus. Si pengemis memang telah menyerang dengan gerakan yang sulit sekali dielakkan lawannya. Karena disamping kekuatan tenaga dalamnya yang hebat, juga setiap serangan itu memiliki gerakan yang aneh, menyebabkan ke tiga orang lawannya bermaksud hendak menangkis, namun ternyata tidak dapat. Karena memang gerakan si pengemis begitu aneh, dan tahu-tahu bahu mereka bertiga telah kena dibacok. Seketika ke tiga orang itu mengeluarkan suara teriakan kesakitan. Dengan tubuh terhuyung mereka mundur beberapa langkah dan berusaha mempertahankan diri dengan gerakan yang sangat lemah sekali, darah telah mengucur keluar dari tubuh mereka. "Pengemis busuk, kami akan membalas kebaikan hatimu ini!" Kata mereka hampir berbareng dengan suara mengancam dan mengandung dendam. Akan tetapi si pengemis malah tertawa dingin. Dia telah membentak. "Kalian bermaksud hendak melarikan diri? Hemm, jangan harap. Tidak nantinya aku akan melepaskanmu....!" Setelah berkata dia telah membentak nyaring sekali, suara bentakannya itu bagaikan guntur. Dia telah melompat sambil menggerakkan goloknya, di mana dia menyerang dengan bacokan yang lurus ke arah salah seorang tentara negeri yang berada di sebelah kanan. "Ceppp!" Kuat sekali golok si pengemis telah membacok kepala dari lawannya yang seorang itu, sehingga batok kepala lawannya terbelah menjadi dua. Dengan demikian, tampak jelas bahwa si pengemis telah bertekad hendak menghabisi ke lima orang lawannya ini, tanpa membiarkan seorangpun dari lawannya meloloskan diri. Lawannya yang terbacok batok kepalanya sampai terbelah itu tidak sempat mengeluarkan suara jeritan, karena tubuhnya seketika terjungkal dan rubuh binasa di saat itu juga. Sisanya yang dua orang ketakutan bukan main, muka mereka pucat sekali. Tanpa mengucapkan sepatah katapun juga, mereka tebah membuang golok masing-masing dan telah memutar tubuh mereka, melarikan diri. Gerakan mereka sangat cepat, akan tetapi lebih cepat lagi gerakan yang dilakukan si pengemis karena dengan disertai suara bentakan bengisnya, dia menyerang hebat sekali. Serangan goloknya itu telah menabas melintang, maka robeklah punggung dari salah seorang tentara negeri itu, yang seketika rubuh tidak dapat bergerak lagi. Sedangkan tentara negeri yang seorang itu, yang tinggal sendirian, jadi ketakutan bukan main. Dia melarikan diri sekuat tenaganya, berusaha menerobos keluar dari ruangan rumah makan itu. Akan tetapi si pengemis telah melompat kembali dengan goloknya yang menyambar ke punggung tentara negeri yang seorang itu. Tubuh si pengemis meluncur bagaikan seekor burung rajawali. Dan dia telah bertekad, lawannya yang seorang inipun harus dibinasakannya. Dalam keadaan seperti itu tentara negeri yang seorang ini, rupanya menyadari bahwa dirinya sulit meloloskan diri dari tangan si pengemis. Dia telah membalikkan tubuhnya dan menggerakkan goloknya, dia telah menangkis sekuat tenaga. "Tunggu!" Golok si pengemis telah tertangkis. Waktu goloknya kena ditangkis dan tubuhnya tengah meluncur turun, si pengemis tidak tinggal diam, karena cepat sekali dia telah membacok pula. Sedangkan tentera negeri yang seorang itu pun, begitu dapat menangkis serangan si pengemis, segera juga dia menyerang dengan membabi buta. Goloknya digerakkan ke sana ke mari, dan membacok tidak hentinya. Berulang kali golok mereka saling bentur. Dalam keadaan terdesak dan nekad seperti itu di saat ketakutan, si tentara negeri tersebut segera memperoleh kelebihan tenaga, yang entah datang dari mana. Karena setiap bacokannya maupun tangkisan yang dipergunakan dengan golok yang disertai tenaga sepenuhnya, dapat menghadapi serangan si pengemis. Akan tetapi si pengemis sendiri tidak tinggal diam. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Melihat lawannya nekad, diapun telah memperhebat serangannya. Hanya saja si pengemis setiap kali menyerang selalu disertai dengan perhitungan yang matang. Waktu itulah terlihat si pengemis rupanya memperoleh kesempatan yang baik, di saat mana tentara negeri yang seorang itu telah menyerang tempat kosong dan tubuhnya terjerunuk, si pengemis membarengi dengan menekuk kaki kirinya. Waktu tubuhnya tengah doyong, cepat sekali dia telah membacok dengan sikap menyerampang ke arah pinggang si tentara negeri. Tentara negeri itu telah kehilangan keseimbangan tubuhnya, karena dia sudah tidak memiliki kekuatan sama sekali. Dan di waktu melihat si pengemis menyerang seperti itu, dia mengeluarkan suara seruan nyaring sambil menangkis. Akan tetapi gerakannya terlambat. Waktu itu golok si pengemis telah mengenai pinggangnya dan darah mengucur keluar, golok yang dipergunakan tentara negeri itu baru tiba. Dan benturan ke dua batang golok itu sangat perlahan sekali, sebab tenaga tangkisan dari tentara negeri itu lenyap di tengah jalan. Dengan sepasang mata melotot besar sekali dan mulut setengah terbuka, serta wajah yang memucat, tampak tubuh si tentara negeri itu terhuyung-huyung ke belakang dengan lemah, sampai akhirnya terjungkal rubuh tak bernapas lagi. Sedangkan si pengemis masih dalam sikap berjongkok dan setelah melihat lawannya roboh tidak bergerak lagi, perlahan-lahan si pengemis memperbaiki kedudukan ke dua kakinya. Dia telah menghela napas dalam-dalam, dan kemudian melemparkan golok di tangannya yang berlumuran darah. Dia juga telah bergumam perlahan. "Hem, dengan keadaan seperti ini, berarti Kay-pang akan menghadapi kesulitan tidak kecil. Di sini telah berkumpul banyak sekali orang-orang kerajaan. Mereka cepat sekali akan mendengar peristiwa ini! Pengemis-pengemis yang bertingkat masih rendah dan berkepandaian tidak tinggi harus dilarang keluar, karena kemungkinan orang-orang kerajaan itu akan membalas dendam dengan membinasakan pengemis-pengemis itu!" Dan setelah menggumam seperti itu, si pengemis menghela napas lagi. Apa yang dipikirkannya itu memang demi kepentingan Kaypang. Yang dikuatirkan si pengemis justru keselamatan dari pengemis-pengemis yang memiliki kepandaian lemah. Dan orangorang kerajaan itu melakukan balas dendam dengan asal bunuh terhadap setiap pengemis yang mereka jumpai. Karena dari itu, si pengemis telah terpikir keras sekali. Dia bermaksud untuk segera melaporkan apa yang telah terjadi kepada pemimpinnya. Sedangkan waktu itu, tampak betapa Tung Lo Sang dan wanita setengah baya bersama si gadis cilik dan ke dua pemuda itu menghampiri si pengemis. "Hebat sekali kepandaian in-kong. Ke lima tentara negeri itu sebenarnya memiliki kepandaian yang tinggi. Akan tetapi in-kong dapat menghadapinya dengan baik sekali, di mana in-kong telah berhasil membinasakan mereka dengan segera.....!" Memuji Tung Lo Sang. Sedangkan si pengemis hanya mengulapkan tangannya. "Soal ini bukan menjadi persoalan di mana kepandaian yang harus dibicarakan, karena seperti kalian lihat, urusan ini menyangkut keselamatan Kay-pang. Dilihat perkembangan yang ada memperlihatkan bahwa orang-orang kerajaan memang telah berkumpul di tempat ini buat mengacaukan rapat besar Kay-pang. Dan juga, tentunya memang pihak kerajaan telah mengerahkan sejumlah besar kekuatannya buat menumpas Kay-pang.....! Hemm..... hemm!" Berulang kali si pengemis mendengus seperti itu. Dia juga mengerutkan alisnya dalam-dalam, memperlihatkan bahwa dia tengah berpikir keras sekali. Sedangkan Tung Lo Sang menghela napas. "Jika memang In-kong tidak menertawai kami, maka kami bersedia buat membantu Kay-pang sekuat tenaga kami!" Kata Tung Lo Sang menawarkan jasa baiknya. Akan tetapi si pengemis telah menggeleng, dia berkata dengan suara yang mulai agak sabar. "Terima kasih! Tentu saja kami tidak mau mempersulit orang lain! Urusan ini menyangkut dengan Kaypang. Tentu saja Kay-pang akan dapat menyelesaikan urusan ini sebaik mungkin! "Bukan berarti bahwa kami tidak menghargai tawaran dari kalian yang bermaksud baik membantu kami. Akan tetapi memang kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa jika kalian ikut serta dalam urusan ini, akan menimbulkan penafsiran lain lagi, di mana kalian merupakan orang luar dari golongan kami kaum pengemis. "Dan jika pihak kerajaan menuduh bahwa kami justru mengundang orang luar buat membantu pihak kami, maka malapetaka yang hebat akan mengancam dunia persilatan, di mana pihak kerajaan bisa saja memiliki alasan buat memusuhi orang rimba persilatan!" Tung Lo Sang dan ke empat orang kawannya berdiam diri saja, mereka sama sekali tidak memberikan komentar apa-apa. Sedangkan si pengemis telah memanggil beberapa orang pelayan, dan dia telah perintahkan pelayan-pelayan itu buat membereskan meja dan kursi yang tadi berantakan karena pertempuran, dan juga membawa mayat-mayat dari tentara negeri itu, serta membersihkan lantai. "Semua kerugian yang diderita kalian, akan kuganti!" Kata si pengemis sambil merogoh sakunya. Dia telah mengeluarkan beberapa puluh tail perak, dan memberikan kepada si pelayan. Pelayan itu menerima sambil mengucapkan terima kasih berulang kali. Setelah berdiam sejenak di rumah makan tersebut, si pengemis menyatakan dia harus berlalu untuk pergi melaporkan peristiwa tersebut kepada pimpinan-pimpinan Kay-pang. Tung Lo Sang dan kawan-kawannya tidak bisa menahan juga, karena mereka menyadari bahwa Kay-pang memang tengah menghadapi urusan besar. Jika memang pihak kerajaan telah menaruh perhatian pada Kay-pang dan bermaksud ingin menumpasnya, besar kemungkinan Kay-pang akan mengalami badai dan gelombang yang tidak kecil. Sedangkan Tung Lo Sang bersama wanita setengah baya dan si gadis cilik serta ke dua pemuda telah meneruskan makan mereka, baru kemudian meninggalkan rumah makan tersebut. Y Jika hari-hari sebelumnya di kota tersebut banyak berkeliaran pengemis-pengemis yang memenuhi berbagai jalan, justru setelah peristiwa berdarah di rumah makan tersebut, keadaan di kota itu sangat sepi sekali. Karena boleh dibilang jarang sekali ada pengemis yang berkeliaran, dan juga, hanya sekali-kali saja tampak pengemis di jalan kota tersebut. Akan tetapi itupun bukan pengemis sembarangan, karena dia tentunya seorang yang memiliki kepandaian tinggi, sedikitnya memiliki empat atau lima karung di punggungnya. Dengan begitu pula, segera terlihat betapa pun juga memang pengemis tua yang telah membinasakan beberapa orang tentara kerajaan dan Hong Tia Liang berdua kawannya, telah melaporkan kepada pimpinannya perihal yang menyangkut dalam ancaman yang bisa saja terjadi. Karena dari itu, walaupun memang pihak Kay-pang jeri pada pihak kerajaan negeri, tokh tetap saja untuk mencegah jatuhnya korban pada pihak Kay-pang, mereka telah dilarang berkeliaran di kota tersebut. Ini untuk mencegah bentrokan. Selama itu pula, pihak Kay-pang telah perintahkan berapa orang pengemis yang memiliki kepandaian tinggi untuk pergi melakukan penyelidikannya, karena walaupun bagaimana tetap saja mereka berwaspada, di mana mereka bersiap-siap kalau saja pihak kerajaan bertindak. Sedangkan tokoh-tokoh pengemis yang berdatangan ke kota tersebut semakin banyak juga, dan mereka telah berdiam di beberapa tempat. Tokoh-tokoh rimba persilatan yang memiliki hubungan erat dengan Kay-pang pun telah banyak berkumpul. Rapat besar Kay-pang hanya tinggal beberapa hari lagi. Dan di kota tersebut telah diliputi oleh hawa yang tegang karena bentrokan besar di antara Kay-pang dengan pihak kerajaan sulit dielakkan lagi. Jika pihak Kay-pang dibantu oleh tokoh-tokoh sakti rimba persilatan justru pihak kerajaan telah mengerahkan para pahlawannya yaag semuanya memiliki kepandaian tinggi. Dengan begitu pula, keadaan yang tegang ini menguasai semua penduduk kota tersebut. Jika memang tidak perlu membeli sesuatu atau mengurus suatu persoalan penting, tentunya penduduk kota tersebut tidak berani keluar rumah. Mereka seperti juga menyadari akan bahaya yang bisa saja mencelakai mereka. Karena dari itu, banyak juga penduduk kota yang berusaha mencegah anak-anak atau kerabat mereka berada di luar rumah. Selain keadaan yang sepi dari para penduduk kota itu, juga hanya tampak orang-orang asing dengan cara berpakaian mereka masing-masing. Orang-orang asing yang banyak memenuhi rumah makan dan penginapan. Semuanya terdiri dari beberapa golongan, akan tetapi dari sikap mereka terlihat jelas bahwa mereka memiliki sikap yang keras dan agak bengis. Karena besar kemungkinan orang-orang asing yang berpakaian sebagai pelajar, pedagang maupun sebagai petani, semuanya adalah para pahlawan kerajaan yang tengah menyamar. Karena dari itu, ketegangan yang berlangsung di kota itu sangat terasa sekali oleh penduduk. Pada malam itu, sehari lagi akan tiba rapat besar Kay-pang, tampak di atas genteng penduduk, beberapa sosok tubuh yang berkelebatan sangat gesit sekali. Di saat itu sudah mendekati kentongan ke dua. Dan gerakan dari sosok-sosok tubuh tersebut sangat lincah sekali, mereka telah melompat dari genting rumah yang satu ke genting rumah yang lainnya, di mana membuktikan bahwa ginkang mereka tinggi sekali. Setelah berlari-lari sekian lama di atas genting penduduk, sosok tubuh yang bergerak bagaikan bayangan tersebut, berhenti di atas genting salah sebuah rumah penduduk, yang merupakan rumah yang cukup besar. Mereka di bawah cahaya rembulan tampak seperti orang-orang yang memiliki bentuk tubuh sangat tinggi serta tegap. Sikap mereka gagah sekali. Mereka semuanya mengenakan pakaian yaheng-ie, yaitu pakaian untuk jalan malam. Waktu itu, salah seorang di antara mereka yang memelihara kumis tipis dan wajahnya berbentuk segi empat, dengan hidung yang terlalu mancung seperti patuk burung, telah berkata kepada kawan-kawannya dengan suara yang datar. "Tampaknya tidak ada pengemis busuk yang berani memperlihatkan diri!" Kawan-kawannya mengangguk. "Ya, mereka semua menyembunyikan diri!" Menyahuti salah seorang di antara kawan-kawannya itu, yang mukanya berbentuk segi tiga tirus, suaranya nyaring sekali. "Hemmm, walaupun sekarang mereka-mereka menyembunyikan diri, akan tetapi besok malam tokh tiba waktunya, di mana mereka akan mengadakan rapat besar, dengan begitu mereka pasti berkumpul dan kita bisa menumpas mereka!" Menyahuti orang yang berkata-kata tadi. "Ya..... jika demikian kita tunggu saja sampai mereka berkumpul, barulah kita bergerak!" Kata kawannya yang lain. Orang itu mengangguk, tetapi kemudian dia seperti berpikir sesaat lamanya, barulah kemudian dia berkata lagi. "Jika memang dilihat begini, rupanya kita akan berhasil menumpas mereka! Hanya saja yang perlu kita perhitungkan, justru Kay-pang dibantu oleh tokoh-tokoh rimba persilatan yang umumnya memiliki kepandaian tinggi! Penyelidikan yang telah dilakukan oleh bawahanku, menyatakan bahwa Yo Ko, Kwe Ceng juga tokohtokoh Kang-ouw lainnya, telah berkumpul di kota ini, hanya saja mereka datang dengan menyamar!!" "Lalu, apakah kita harus bergerak malam ini agar memancing mereka memperlihatkan diri?" Tanya dua orang kawannya hampir berbareng. "Jangan, kita tidak bisa memukul rumput mengejutkan ular!" Menyahuti orang yang memiliki hidung terlalu memancung seperti patuk burung itu. "Lalu, bagaimana langkah-langkah yang perlu kita lakukan sekarang?" Tanya lagi yang memiliki potongan muka segi tiga. "Menurut perintah yang diberikan oleh Lauw Ciangkun, kita tidak boleh bertindak sembarangan. karena jika sampai mereka mencium tindakan kita dan rencana-rencana yang telah disusun itu diketahui oleh mereka, niscaya kita bisa memperoleh kegagalan!" Setelah berkata begitu, orang bermuka segi empat tersebut menghela napas beberapa kali, diapun telah berpaling melihat sekelilingnya, mengawasi sekitar tempat itu. Di waktu itulah terlihat betapapun juga telah terdapat kebimbangan di antara mereka. Dan rupanya mereka belum lagi memiliki rencana untuk melakukan penyelidikan kepada pihak Kay-pang. Jika saja memang mereka mencoba dengan kekerasan buat mendatangi tempat-tempat berdiamnya anggota Kay-pang, tentunya akan membuat mereka menghadapi kesulitan yang tidak kecil. Sebab mereka akan menghadapi tokoh-tokoh rimba persilatan yang berkepandaian sangat tinggi. Di waktu itulah, orang yang bermuka empat persegi telah berkata dengan suara yang datar. "Apakah tidak lebih baik jika kita pergi menculik beberapa orang pengemis buat mengorek keterangan dari mereka?" Kawan-kawannya setuju. Begitulah mereka telah berlari-lari lagi di atas genting penduduk, mereka memang memiliki ginkang yang tinggi, dengan demikian mereka dapat berlari cepat sekali, sehingga tubuh mereka seperti juga bayangan. Di antara dinginnya udara malam, orang-orang yang berpakaian ya-heng-ie tersebut, yang mungkin berjumlah sembilan orang itu, telah berkelebat-kelebat terus, sehingga jika waktu itu kebetulan ada penduduk yang melihatnya, tentu akan menduga bahwa itu adalah bayangan hantu yang tengah berkeliaran. Setelah memutari kota tersebut dengan mengambil jalan di atas genting, maka orang-orang tersebut berhenti di muka sebuah kuil tua. Kuil itu telah rusak, pintunya yang reyot tertutup rapat. Keadaan di sekitar tempat tersebut sangat sepi sekali. Akan tetapi, orang-orang itu yang memang memiliki kepandaian tinggi dan pendengaran yang tajam seperti mendengar suara napas manusia. Semuanya saling pandang beberapa saat, kemudian yang hidungnya mancung seperti patuk burung, telah berkata kepada kawan-kawannya dengan berbisik. "Hati-hati.....!" Kawan-kawannya mengangguk, karena mereka pun mendengar suara napas manusia. Bahkan didengar dari napas manusia itu jumlah orang di dalam kuil tersebut tentunya bukan seorang diri. Orang berhidung mancung itu telah memberikan isyarat kepada kawan-kawannya. Salah seorang diantara mereka mengerti arti isyarat tersebut, dia telah mengangguk dan tubuhnya mencelat ke dinding kuil. Akan tetapi, waktu itu tubuhnya dengan ringan hinggap di atas dinding kuil, orang tersebut mengeluarkan suara seruan kaget, karena dari dalam telah menyambar angin serangan yang kuat sekali, sehingga menyebabkan tubuhnya tidak bisa berdiri tetap di dinding kuil tersebut, di mana dia telah terjengkang ke belakang dan jatuh rubuh kembali. Kawan-kawannya yang berjumlah delapan orang jadi terperanjat mereka seketika bersiap-siap. Sedangkan orang yang tadi rubuh, telah membentak marah setelah dia berdiri di atas tanah. "Manusia rendah, keluarlah perlihatkan dirimu!" Bentakan itu dibarengi dengan tubuhnya melompat lagi ke atas dinding, sekarang dia berlaku waspada sekali. Benar saja dalam kuil itu menyambar lagi angin serangan yang kuat. Sekarang orang berpakaian ya-heng-ie itu telah bersiap-siap, sehingga dia bisa bertahan dari angin serangan tersebut, dan telah berhasil menangkisnya, sehingga tubuhnya bergoyang sedikit saja. Namun tidak sampai rubuh. Membarengi dengan itu dia bermaksud untuk melompat masuk. Akan tetapi belum lagi dia menjejakkan sepasang kakinya, tampak berkeliauan beberapa titik cahaya, yang menyambar dengan cepat sekali ke arahnya. Orang itu menyadari bahwa itulah sambaran senjata rahasia. Segera juga dia mengibas dengan tangannya, angin kibasan itu membuat senjata-senjata rahasia tersebut gugur kembali ke tanah. Sedangkan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut tidak membuang waktu pula. Dia telah melompat ke dalam, dan sambil melompat turun, diapun menggerakkan sepasang tangannya, yang digerakkan seperti titiran. Maksudnya untuk menjaga serangan gelap yang tiba-tiba. Benar saja, belum lagi ke dua kakinya hinggap di tanah, justru dia telah disambar oleh suatu kekuatan yang sangat dahsyat, sehingga orang berpakaian ya-heng-ie tersebut mengeluarkan seruan kaget bercampur marah. Dia tengah berada dalam kedudukan lemah, tubuhnya sedang terapung di tengah udara sehingga dia tidak bisa mengerahkan seluruh kekuatannya. Ketika dia menangkis justru tubuhnya yang telah terpental dan punggungnya menghantam dinding kuil. Sebenarnya orang yang berpakaian ya-heng-ie itu telah berusaha buat mengendalikan meluncur tubuhnya. Dia berusaha agar tubuhnya tidak sampai terbanting dan membentur keras pada dinding kuil tersebut. Akan tetapi dia gagal dengan usahanya itu. Karena dia telah terpental dan punggungnya telah menghantam cukup keras pada dinding kuil, menyebabkan dia merasakan kepalanya pening, disamping matanya berkunang-kunang tidak bisa melihat dengan jelas. Waktu itu ke delapan orang kawannya telah melompat naik ke atas dinding kuil. Mereka semuanya berlaku sangat waspada sekali, gerakan mereka pun sangat ringan sekali. Akan tetapi begitu ke dua kaki mereka masing-masing hinggap di atas dinding kuil tersebut, seketika mereka merasakan menyambarnya angin serangan yang sangat kuat dan datangnya bergelombang. Cepat-cepat mereka telah berusaha buat menangkis dan memunahkan tenaga serangan itu. Dua orang di antara mereka yang berada di tengah, rupanya gagal dengan usahanya, sebab begitu mereka menangkis, tidak ampun lagi tubuh mereka terpental keluar kuil. Sedangkan enam dari orang berpakaian ya-heng-ie tersebut, dengan dipimpin oleh orang yang memiliki hidung mancung seperti patuk burung, telah mengeluarkan suara bentakan dan melompat turun menerjang ke tengah-tengah taman kuil tersebut. Rupanya di depan pekarangan kuil ini memang telah berkumpul belasan orang. Di bawah cahaya rembulan, mereka semuanya berpakaian sebagai pengemis, dan merekapun telah berdiri dengan berbaris menghadapi dinding kuil tersebut. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Itulah sebabnya, setiap kali ada orang yang melompat mereka telah menyerang dengan mempergunakan lweekang mereka dari jarak jauh. Keenam orang berpakaian ya-heng-ie tersebut telah melompat turun dan berhasil menginjak tanah. Merekapun memiliki kepandaian yang tinggi, karenanya mereka segera membarengi dengan serangannya, untuk mencegah pengemis-pengemis itu menyerang mereka lagi. Akan tetapi barisan pengemis tersebut sangat tenang sekali, di mana mereka telah mengeluarkan bentakan yang serentak, lalu mengacungkan sepasang tangan masing-masing serentak ke depan, mereka menyerang dengan dahsyat sekali. Walaupun keenam orang berpakaian ya-heng-ie itu memiliki kepandaian yang tinggi dan kekuatan tenaga lweekang yang cukup tangguh tokh mereka masih terdesak. Serangan mereka seperti lenyap, malah tenaga serangan dari barisan pengemis itu membuat mereka terhuyung-huyung beberapa langkah. Orang yang berpakaian ya-heng-ie berhidung mancung mengeluarkan suara seruan yang mengandung kemarahan. Dia menyerang ke depan dengan terjangan yang kuat sekali. Dalam keadaan seperti ini segera juga terlihat betapapun tangguhnya barisan pengemis, akan tetapi menghadapi serangan nekad dan juga kalap dari orang yang memiliki kepandaian tinggi seperti yang dimiliki si hidung mancung seperti patuk burung itu, membuat barisan pengemis itu tidak bisa menyerang lebih jauh. Sedangkan ke lima orang berpakaian ya-heng-ie yang lainnya telah mengeluarkan suara bentakan, merekapun membarengi menerjang juga. Tidak bisa dielakkan, segera terjadi pertempuran. Akan tetapi rombongan pengemis yang berjumlah belasan orang, yang sejak tadi menutup mulut rapat-rapat, telah menyerang lawan-lawannya dengan berdiam diri. Hanya sepasang tangan mereka menyerang hebat sekali, semakin lama tenaga dalam yang mereka pergunakan semakin hebat dan kuat. Sedangkan ke dua orang Ya-heng-ie yang tadi terpelanting keluar kuil, telah melompat masuk pula. Waktu mereka melompat dan berdiri di atas dinding, segera mereka menyaksikan betapa ke enam orang kawan mereka tengah bertempur dengan barisan pengemis yang jumlahnya belasan orang. Segera juga mereka tidak membuang waktu lagi dan melompat buat menyerang. Hebat pertempuran yang berlangsung itu. Kepandaian dari delapan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut tidak rendah, disamping itu memang kepandaian dari barisan pengemis tersebut pun cukup tinggi. Pertempuran itu menyebabkan mereka bergerak gesit sekali, dan gerakan mereka secepat bayangan, karena mereka masing-masing selain mengeluarkan kepandaian simpanan juga telah mempergunakan ginkang tingkat tinggi. Sedangkan orang yang berpakaian ya-heng-ie yang tadi telah terlempar dan punggungnya menghantam dinding sehingga menyebabkan pandangan matanya berkunang-kunang, menyebabkan dia jadi pusing, telah berdiri perlahan-lahan. Dia menggedikkan kepalanya beberapa kali, rasa pusingnyapun telah berkurang, sedangkan matanya tidak berkunang-kunang seperti tadi. Waktu itu dia melihat ke delapan orang kawannya tengah bertempur dengan belasan orang pengemis. Setelah mengawasi sekian lamanya, diapun segera melompat ikut menyerang. Belasan orang pengemis yang tengah mengepung ke delapan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut, rupanya telah dapat melihat penyerangnya orang yang berpakaian ya-heng-ie tersebut. Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Si Bungkuk Pendekar Aneh Karya Boe Beng Giok Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung