Ceritasilat Novel Online

Si Racun Dari Barat 20


Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong Bagian 20


Si Racun Dari Barat Karya dari Jin Yong   Bagaimana kalau kau ikut dia ke Gunung Ngo Ci Hong untuk menenangkan hati di sana?"   Bokyong Cen berpikir sejenak. "Lebih baik Siangkoan Pangcu mengurusi diri sendiri, tidak usah mengurusi diriku,"   Sahutnya kemudian. Siangkoan Wie menghela nafas panjang. "Nona Bokyong, kau ... kau harus baik-baik membawa diri!"   Katanya perlahan-lahan. Bokyong Cen mengangguk dengan air mata bercucuran. "Kakak Bokyong, suhu telah memberi pesan, bahwa aku harus membawamu meninggalkan Perkampungan Pek Tho San Cung,"   Kata Ciu Cian Jen mendadak. "Aku masih ada sedikit urusan pribadi. Setelah menyelesaikan urusan pribadiku itu, barulah aku ikut kau pergi,"   Sahut Bokyong Cen. Sementara nafas Siangkoan Wie semakin lemah. Dia terbatuk-batuk beberapa kali, kemudian menyemburkan darah. "Baik ... baik ...!"   Katanya dengan lemah lalu terbatuk lagi.   "Nona Bokyong, walau aku mati, tapi hatiku sudah lega sebab sudah menyelesaikan dua masalah ..."   Lanjutnya.   Bukan main ibanya hati Bokyong Cen menyaksikan keadaan Siangkoan Wie.   Dia segera memegang tangannya erat-erat.   Hati Ouw Yang Hong semakin panas menyaksikannya.   Bokyong Cen tinggal di Perkampungan Pek Tho San Cung.   Ada urusan apa dengan Siangkoan Wie dan Ciu Cian Jen? Mengapa Siangkoan Wie membujuk Bokyong Cen meninggalkan per-kampungan itu? Ouw Yang Hong sudah tidak dapat bersabar iagi.   Dia langsung meloncat ke luar dari tempat persembunyiannya di belakang patung, lalu berdiri di hadapan Bokyong Cen.   Ketika melihat kemunculan Ouw Yang Hong, Ciu Cian Jen dan Siangkoan Wie langsung diam.   Walau Ciu Cian Jen masih muda, tapi memiliki ketenangan yang luar biasa.   Dia menatap Ouw Yang Hong tanpa ada rasa takut sedikit pun.   Siangkoan Wie menatap Ouw Yang Hong dengan mata terbelalak lebar.   Dia tampak cemas, karena apabila Ouw Yang Hong turun tangan, beberapa jago tangguh Tiat Ciang Pang jangan harap bisa hidup.   Sedangkan susiok dan para saudara seperguruannya telah pergi.   Kini yang dapat diandalkan hanya Ciu Cian Jen, namun juga bukan tandingan Ouw Yang Hong.   Karena tiada suara sedikit pun Bokyong Cen menjadi tercengang.   "Siangkoan Pangcu, ada urusan apa?"   Tanyanya segera. Siangkoan Wie ingin menyahut, namun tak mampu mengeluarkan suara. Maka, Bokyong Cen segera bertanya kepada Ciu Cian Jen. "Ciu Pangcu! Apakah dia?"   "Kakak Bokyong, Ouw Yang Hong sudah datang. Dia berdiri di sisimu,"   Sahut Ciu Cian Jen.   Bokyong Cen tertegun.   Ternyata ketika Ouw Yang Hong meloncat turun, sama sekali tidak menimbulkan suara, maka Bokyong Cen tidak tahu akan kemunculannya.   Ouw Yang Hong tidak berkata sepatah pun.   Dia menatap Siangkoan Wie dengan bengis.   Kalau bukan karena orang itu sudah sekarat, Ouw Yang Hong pasti sudah turun tangan membunuhnya.   Sementara Ciu Cian Jen tak bergeming dari tempatnya.   Meskipun tahu dirinya bukan tandingan Ouw Yang Hong, tapi dia tidak merasa takut, hanya wajahnya tampak hambar.   Bokyong Cen tahu bahwa kemarahan Ouw Yang Hong sudah memuncak, maka Siangkoan Wie dan Ciu Cian Jen tidak bersuara sama sekali.   Mereka berempat membungkam sampai lama sekali baru kemudian Ouw Yang Hong berkata dengan sengit.   "Siangkoan Wie! Kau sudah hampir mati, namun masih memperlihatkan sikap rasa berat meninggalkan wanita orang, itu sungguh menggelikan!"   Siangkoan Wie menatapnya, namun tak mampu bersuara, kemudian perlahan-lahan menundukkan kepala. "Ouw Yang Hong, suhuku bilang kau amat jahat. Tapi juga patut dikasihani. Ya, kan?"   Kata Ciu Cian Jen. Ouw Yang Hong menatap Ciu Cian Jen dengan tajam. "Oh, ya? Apakah suhumu bilang begitu padamu?"   Sahutnya dengan dingin. Ciu Cian Jen mengangguk.   "Tidak salah."   "Suhumu sudah hampir mati, namun masih menyuruhmu menyalakan delapan puluh satu batang lilin dan minta ditemani oleh wanita orang! Itu sungguh menggelikan!"   Kata Ouw Yang Hong dengan sinis. Siangkoan Wie memejamkan matanya. "Ciu Cian Jen, kau merasa kungfumu sudah tinggi. Tapi dalam mataku tak berarti sama sekali,"   Kata Ouw Yang Hong lagi kepada Ciu Cian Jen.   Usai berkata, Ouw Yang Hong mendorongkan sepasang tangannya ke depan.   Seketika terdengar suara hiruk-pikuk.   Ternyata tembok yang ada di hadapannya telah hancur, bahkan tampak ber-bekas sepasang telapak tangan yang amat dalam.   "Telapak tanganmu berbekas di hiolou besar itu.   Seandainya aku yang memukulnya, niscaya hiolou besar itu pasti berlubang! Kau percaya apa tidak?"   Ciu Cian Jen tertawa. "Aku percaya,"   Sahutnya.   Ketika melihat Ciu Cian Jen begitu tenang, hati Ouw Yang Hong penasaran sekali.   Mendadak badannya bergerak laksana kilat, tahu-tahu semua Ulin yang ada di ruangan itu telah padam, bahkan semuanya sudah ada di tangannya.   Ouw Yang Hong melemparkan semua lilin itu ke lantai.   Ciu Cian Jen sama sekali tidak memandangnya.   Dia berjongkok memungut tiga batang lilin, lalu ditancapkannya di lantai dekat Siangkoan Wie, sekaligus dinyalakannya.   Betapa gusarnya Ouw Yang Hong menyaksikan itu.   Dia langsung mendorongkan sepasang tangannya ke arah Ciu Cian Jen.   Buuuk! Badan Ciu Cian Jen terpental membentur tembok.   Pakaiannya sobek dan kelihatan terluka ringan.   "Ciu Cian Jen! Kalau kau masih berani memungut lilin-lilin itu, nyawamu pasti melayang!"   Kata Ouw Yang Hong dengan dingin.   Ciu Cian Jen tidak menyahut.   Mulutnya tampak berdarah dan dia tetap memungut lilin-lilin yang berserakan di lantai.   "Kalau nyawamu kuhabisi sekarang, kau pasti tidak bisa jadi ketua Tiat Ciang Pang! Kepandaian-mu sudah lumayan, tergolong kelas satu di rimba persilatan.   Apabila kau mati sekarang, apakah kau tidak akan merasa menyesal?" Ciu Cian Jen tidak menggubrisnya.   Apa yang diucapkan Ouw Yang Hong dianggapnya sebagai anyn lalu.   Sikap Ciu Cian Jen itu membuat Ouw Yang Hong gusar.   Dia tertawa gelak dan kemudian membungkukkan badannya, mengarah pada Ciu Cian Jen dan lilin-lilin itu sambil mengerahkan lwee kang Ha Mo Kang, sepasang tangannya didorongkan ke depan perlahan-lahan.   Di saat bersamaan, mendadak Bokyong Cen maju ke hadapan Ciu Cian Jen, sekaligus menggenggam lengannya.   "Amat banyak lilin ini, bagaimana kalau aku membantumu memungutnya?"   Katanya.   Suara Bokyong Cen lembut dan tenang, seakan sedang berunding dengan orang, lalu menjongkok-kan badannya membantu Ciu Cian Jen memunguti lilin-lilin yang berserakan di lantai itu.   Mereka berdua sama sekali tidak menghiraukan Ouw Yang Hong.   Sementara lwee kang Ha Mo Kang yang telah dikerahkan Ouw Yang Hong, sudah tidak bisa ditarik kembali.   Kalau lwee kang itu tidak didorong ke luar, niscaya akan melukai dirinya sendiri.   Karena Bokyong Cen maju mendadak ke hadapan Ciu Cian Jen, Ouw Yang Hong terpaksa cepat-cepat memiringkan sepasang tangannya ke arah tembok, yang ada di samping mereka.   Terdengar suara gemuruh.   Ternyata tembok itu telah roboh dan hancur berantakan.   Hancuran tembok itu menimpa badan Ciu Cian Jen dan Bokyong Cen, namun mereka berdua masih kelihatan tenang, seakan tidak terjadi suatu apa pun.   Dapat dibayangkan, betapa gusarnya Ouw Yang Hong, sebab Ciu Cian Jen dan Bokyong Cen terus memunguti lilin-lilin itu, sekaligus menghitungnya sampai berjumlah delapan puluh satu batang.   Mendadak Ouw Yang Hong mendorongkan sepasang tangannya ke arah meja sembahyang yang ada di dekat Siangkoan Wie.   Terdengar suara hiruk-pikuk, ternyata meja sembahyang itu hancur berantakan, bahkan patung yang ada di dalamnya pun ikut terpental.   Ciu Cian Jen berteriak keras seketika.   "Suhu! Suhu ...!"   Dia langsung melesat ke arah Siangkoan Wie.   Ternyata orang tua itu telah tertimbun reruntuhan tembok dan meja sembahyang itu.   Ci Cian Jen segera membongkar reruntuhan tembok itu mengeluarkan Siangkoan Wie.   Orang tua itu berhasil dikeluarkannya, tetapi sudah tak bernyawa.   Kepala dan badannya berlumuran darah.   Ciu Cian Jen menjerit-jerit dengan air mata bercucuran.   "Suhu! Suhu ...!"   Ouw Yang Hong tidak tahu harus berbuat apa Seandainya tidak mati tertimbun reruntuhan itu, berselang beberapa saat, orang tua itu pun pasti mati.   Namun takdir menghendakinya mati lebih awal tertimbun reruntuhan itu.   Apakah Ouw Yang Hong berdosa atas kejadian tersebut? Akan tetapi, Bokyong Cen dan Ciu Cian Jen justru tidak berpikir demikian.   Wanita yang sedang mengandung itu berkata dalam hati.   Ouw Yang Hong terlampau kejam.   Di saat gusar pasti membunuh orang.   Ketika dia membunuh para suheng-nya, masih dapat dimaklumi.   Sedangkan Siangkoan Wie tidak bermusuhan dengannya, namun Ouw Yang Hong justru membunuhnya.   Bokyong Cen tahu jelas, bahwa kini kepandaian OUAV Yang Hong amat tinggi sekali.   Apabila Ciu Cian Jen melawannya, berarti mencari mati.   Tapi Ciu Cian Jen tetap Ciu Cian Jen.   Dia bukan orang yang takut mati.   Oleh karena itulah Siangkoan Wie memilihnya sebagai murid pewaris, sekaligus menyerahkan jabatan ketua kepadanya.   Dia menatap Ouw Yang Hong dengan tajam, kemudian berkata sepatah demi sepatah.   "Ouw Yang Hong, aku ingin mencoba kepan-daianmu! Apakah kau mampu membunuhku!"   Mendadak Ouw Yang Hong tertawa gelak.   Nada tawanya amat angkuh.   Kemudian dia berpikir.   Kalau Ong Tiong Yang, Oey Yok Su, Toan Hong Ya atau Ang Cit Kong ada di sini, Ouw Yang Hong pasti bergebrak dengan mereka, apalagi Ciu Cian Jen? Dalam hatinya juga timbul niat jahat untuk menghabisi nyawa Ciu Cian Jen, sebab kini Ciu Cian Jen masih begitu muda, namun sudah memiliki kungfu yang cukup mengejutkan.   Kalau sekarang tidak dibunuh, kelak dia pasti memiliki kungfu yang tak dapat dibayangkan.   "Ciu Cian Jen, kau pasti mati! Silakan menyerang duluan!"   "Semula aku mengira suhu salah menilaimu, ternyata kau memang begitu rendah! Ouw Yang Hong, kau adalah penjahat besar, maka harus mati!"   Sahut Ciu Cian Jen. Ouw Yang Hong menatapnya dengan dingin. "Oh, ya? Aku yang harus mati atau kau yang akan mati?"   "Kau harus mati!"   Sahut Ciu Cian Jen sengit.   Dia langsung melancarkan sebuah pukulan ke arah Ouw Yang Hong dengan sekuat tenaga.   Ouw Yang Hong tidak membiarkan badannya terpukul, sebab apabila terpukul pasti akan terluka parah.   Oleh karena itu, segera mengerahkan ginkang Hong Hoang Lak untuk mencelat ke atas.   Bukan main terkejutnya Ciu Cian Jen.   Dia tahu ginkangnya masih berada di bawah Ouw Yang Hong, begitu pula lwee kangnya.   Dia menjadi putus asa dan tidak tahu harus berbuat apa.   Sedangkan Ouw Yang Hong sudah meluncur ke bawah, sekaligus menotok jalan darah Ciu Cian Jen, sehingga membuatnya tidak bisa bergerak.   Pemuda itu tidak tampak takut.   Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Sepasang matanya terus menatap Ouw Yang Hong dengan tajam.   Bokyong Cen yang diam dari tadi, mendadak membuka mulut.   "Ouw Yang Hong! Kalau kau membunuhnya, aku pasti bunuh diri di hadapanmu!"   Ouw Yang Hong langsung diam di tempat. Dia tahu apa yang diucapkan Bokyong Cen, pasti dilaksanakannya. "Kakak Bokyong, cepatlah kau pergi! Aku tidak bisa memperdulikanmu lagi, sebab aku akan bertarung mati-matian dengan Ouw Yang Hong,"   Kata Ciu Cian Jen.   Ouw Yang Hong tertawa dingin.   Ciu Cian Jen akan bertarung dengannya, sudah pasti pemuda itu akan celaka.   Ketika Bokyong Cen dan Ciu Cian Jen memunguti lilin-lilin itu, boleh dikatakan sama sekali tidak memandang sebelah mata padanya, sehingga menimbulkan kemarahan besar dalam hatinya.   Perlu diketahui, Ouw Yang Hong adalah murid pewaris si Racun Tua! Siapa berani meremehkannya? Seandainya Bokyong Cen memandang rendah dirinya, tidak jadi masalah.   Namun kalau Ciu Cian Jen berani memandang h padanya, Ouw Yang Hong tentu amat penasaran.   Ouw Yang Hong memandang Bokyong Cen.   Tampak wanita itu mendongakkan kepala, tangannya menggenggam sebilah pedang pendek.   Begitu melihat pedang pendek itu, Ouw Yang Hong ter-ingat akan kejadian di gurun pasir bersama Bokyong Cen, dan itu mengurangi niat jahatnya.   Baik! Aku akan melepaskan Ciu Cian Jen, membiarkannya pergi, tidak akan membunuhnya agar hati Bokyong Cen tidak merasa kesal.   Dia akan melahirkan anakku, bagaimana aku tidak gembira? Begitu kata dalam hatinya.   Setelah berkata dalam hatinya, Ouw Yang Hong berkata kepada Ciu Cian Jen perlahan-lahan.   "Baiklah! Aku memandang muka kakak iparku, maka nyawamu kuampuni!"   Ciu Cian Jen diam. Dia tahu dirinya bukan lawan Ouw Yang Hong. Di saat bersamaan, mendadak Bokyong Cen terkulai, kemudian berteriak-teriak dengan suara gemetar. "Ouw Yang Hong! Ouw Yang Hong! Kau .. ."   Ouw Yang Hong tidak tahu apa yang terjadi. Dia segera mendekatinya. Tampak wajah Bokyong Cen pucat pias dan terdengar ucapannya terputus-putus. "Ouw Yang Hong, anakmu ... anakmu sudah mau lahir ..."   Tiba-tiba wajah Bokyong Cen berubah lembut.   Dia hampir mau jadi seorang ibu, maka rasa kesal dalam hatinya sirna entah ke mana.   Yang dipikirkannya hanya bagaimana cara melahirkan anaknya.   Ciu Cian Jen yang masih muda itu, tidak tahu apa yang terjadi.   Dia langsung mendekati Ouw Yang Hong seraya bertanya.   "Ouw Yang Hong! Kakak Bokyong kenapa? Dia kenapa? Apakah tadi kau melukainya?"   "Omong kosong! Siapa yang melukainya? Dia akan melahirkan anakku! Kau tahu tidak?"   Ciu Cian Jen memandang Ouw Yang Hong. Dalam mata penjahat itu justru menyorot sinar yang amat lembut. "Cepatlah kau pergi sebelum pikiranku berubah! Cepatlah pergi! Kalau tidak, aku pasti akan membunuhmu!"   Kata Ouw Yang Hong. "Aku tidak akan pergi. Aku telah menerima perintah dari suhu untuk menjaganya, lebih baik kau yang pergi!"   Sahut Ciu Cian Jen. Ouw Yang Hong gusar bukan main, karena Ciu Cian Jen berkeras tidak mau pergi. "Dia mau melahirkan, mau apa kau di sini?"   Bentaknya keras. "Kau memanggilnya kakak ipar. Dia mau melahirkan anak tentunya anak itu bukan anakmu! Kau adalah penjahat besar berhati kejam, siapa tahu kau akan mencelakai Nona Bokyong!"   Kata Ciu Cian Jen. "Bagaimana mungkin aku akan mencelakainya, dia adalah familiku .. ."   Kata Ouw Yang Hong dingin.   "Kau punya nama baik apa, bisa membuatku mempercayaimu? Orang-orang yang kau bunuh itu, apakah bukan familimu? Kau membantai habis para penghuni perkampungan Liu Yun Cun! Nah, bukankah kau adalah orang yang paling jahat di perkampungan itu?"   Sahut Ciu Cian Jen. Ouw Yang Hong menatapnya tajam. "Kau tidak takut mati?"   "Kau sudah keliru. Orang Tiat Ciang Pang semuanya tidak takut mati!"   Sahut Ciu Cian Jen. "Baik! Baik! Kau cukup gagah, aku tidak akan membunuhmu, juga tidak membiarkanmu pergi!"   Kata Ouw Yang Hong.   Ouw Yang Hong langsung mendorong Ciu Cian Jen.   Tenaga dorongannya amat kuat, sehingga membuat Ciu Cian Jen terpental dan merasa pusing sekali.   Dia roboh telentang, tapi segera bangkit berdiri lalu menerjang ke arah Ouw Yang Hong.   Ouw Yang Hong mengerutkan kening sambil berpikir.   Kakak ipar hampir melahirkan anak, namun pemuda ini masih begitu gegabah, tentunya akan mengganggu.   Kalau aku tidak membunuhnya, bagaimana mungkin aku bisa merawat Bokyong Cen? Berpikir sampai di situ, Ouw Yang Hong cepat-cepat menjulurkan tangannya mencengkeram bahu Ciu Cian Jen, maksudnya ingin mengerahkan lwee kang untuk menghancurkan jantung pemuda itu.   Terdengar suara 'Krek! Krek! Krek!' Bersamaan itu, Ciu Cian Jen juga merasa ada semacam hawa menerjang ke arah jantungnya.   Ciu Cian Jen tidak kuat menahan hawa itu.   Dia berkata dalam hati.   Kelihatannya kali ini nyawaku pasti melayang.   Aku memang tidak mampu melawannya.   Kalau aku mati di sini, thai susiok dan para susiok pasti girang sekali, sebab mereka tidak setuju jabatan ketua diserahkan padaku.   Tapi aku tidak mau mati, tidak mau mati dengan cara demikian! Ouw Yang Hong kelihatan seperti tahu akan apa yang dipikirkan Ciu Cian Jen.   Dia tersenyum dingin seraya berkata.   "Aku tidak percaya di dunia ini ada orang yang hanya memikirkan orang lain, sama sekali tidak memperdulikan diri sendiri.   Menurutku hanya terdapat dua macam orang.   Begitu melihat sudah tahu dia seorang penjahat, yang semacam lagi, justru tidak dapat melihat dan memastikan bahwa dia seorang penjahat.   Namun dia malah penjahat, hanya saja orang lain tidak bisa melihat wajah aslinya.   Kau adalah ketua baru Tiat Ciang Pang, sebentar lagi kau akan mati.   Kau bersusah payah memperoleh jabatan ketua, tapi tidak lama lagi jabatan tersebut akan berpindah pada orang lain.   Apakah kau rela?"   Bagaimana mungkin Ciu Cian Jen menyahut? Saat ini dia sedang berusaha melawan terjangan hawa itu ke jantungnya.   Kalau dia bersuara, pasti akan membuatnya muntah darah dan nyawanya pun sulit diselamatkan.   Ciu Cian Jen berkeluh dalam hati.   Nyawanya akan melayang sehingga menyebabkannya merasa agak menyesal.   Dia memandang Bokyong Cen.   Tampak wanita itu amat menderita sekali.   Keringat terus mengucur di keningnya, bahkan dia juga merintih.   Sementara Ouw Yang Hong terus menatap Ciu Cian Jen.   Apabila dia menambah sedikit tenaga, Ciu Cian Jen pasti mati.   Di saat bersamaan, mendadak Ciu Cian Jen berkata.   "Ouw Yang Hong! Ouw Yang Hong! Cepat lepaskan tanganmu, aku ingin bicara!"   Ouw Yang Hong tertawa dingin, sama sekali tidak mau melepaskan tangannya.   Bahkan dia ingin menambah tenaganya untuk menghancurkan jantung Ciu Cian Jen.   Kelihatannya tidak lama lagi pemuda tersebut akan mati.   Di saat bersamaan, mendadak Bokyong Cen berseru-seru lemah memanggil Ouw Yang Hong meminta bantuan.   Akan tetapi, Ouw Yang Hong tidak menggubrisnya, sebab tidak tahu Bokyong Cen bersungut-sungut atau hanya ingin mencegahnya membunuh Ciu Cian Jen.   Ketika melihat Ouw Yang Hong tidak menggubrisnya, Bokyong Cen berseru-seru lagi dengan suara gemetar.   "Ouw Yang Hong! Ouw Yang Hong ...   cepat kemari! Pegang tanganku, cepatlah kau kemari!"   Walau Bokyong Cen berseru dengan suara gemetar, namun Ouw Yang Hong tetap tidak melepaskan tangannya yang mencengkeram bahu Ciu Cian Jen.   Karena di saat ini sudah sulit baginya untuk melepaskan tangannya, lantaran Ciu Cian Jen juga mengerahkan lwee kangnya untuk melawan.   Apabila Ouw Yang Hong menarik kembali lwee kang yang telah dikerahkan, tentu lwee kang Ciu Cian Jen akan menerjangnya.   Justru di saat bersamaan terdengar suara yang amat nyaring menggetarkan kalbu.   Ouw Yang Hong dan Ciu Cian Jen tertegun.   Ternyata suara tangisan bayi.   Bayi dari mana? Karena mereka berdua tertegun, sehingga masing-masing tidak mengerahkan lwee kang, berhenti serentak lalu mendengarkan suara tangisan bayi tersebut.   Mendadak Ouw Yang Hong tersentak sadar lalu berseru-seru dengan wajah berseri penuh kegembiraan.   "Bokyong Cen yang melahirkan! Bokyong Cen yang melahirkan ..."   Ouw Yang Hong segera melepaskan Ciu Cian Jen dan berlari mendekati Bokyong Cen.   Pakaian wanita itu telah berlumuran darah.   Dalam pelukannya tampak seorang bayi sedang menangis nyaring.   Wajah dan sekujur badan Bokyong Cen penuh keringat, lemah, lesu dan tampak amat lelah sekali.   Namun dia masih berusaha membelai-belai bayi itu dengan tangannya.   Iba juga hati Ouw Yang Hong menyaksikannya.   "Kakak ipar! Kakak ipar! Biar aku yang menggendong bayi itu, aku akan melihat keadaanmu!"   Katanya dengan suara ringan.   Dia juga berkata dalam hati.   Anak sudah dilahirkan, tapi aku belum tahu lelaki atau perempuan.   Alangkah baiknya apabila lelaki.   Kalaupun perempuan, juga tidak apa-apa.   Sebab dia tetap darah dagingku, keluarga Ouw Yang.   Semula Bokyong Cen masih merasa ragu menyerahkan bayi itu kepada Ouw Yang Hong, namun kemudian diserahkannya juga.   "Gendonglah baik-baik! Lihat dia ..."   Katanya perlahan-lahan. Hati Ouw Yang Hong berdebar-debar. Dengan hati-hati sekali dia menggendong bayi itu. Dalam hatinya amat berterimakasih kepada Bokyong Cen. "Ya! Ya! Aku pasti baik-baik menggendongnya. Kau beristirahatlah!"   Kata Ouw Yang Hong perlahan-lahan sambil manggut-manggut.   Digendongnya bayi itu kemudian dirabanya alat kelaminnya.   Begitu meraba alat kelamin bayi itu dia tampak gembira sekali.   "Bagus! Bagus! Keluarga Ouw Yang punya turunan, keluarga Ouw Yang punya turunan!"   Serunya. Ouw Yang Hong menggendong bayi itu sambil berjingkrak-jingkrak dan tertawa gelak seperti orang gila saking girangnya. Bokyong Cen juga kelihatan gembira. "Dia adalah Ouw Yang Kek?"   Tanyanya. Ouw Yang Hong segera mengangkat bayi itu tinggi-tinggi, lalu menyahut sekeras-kerasnya. "Betul! Dia lelaki, dia Ouw Yang Kek! Ha ha ha! Aku sudah punya anak, dia Ouw Yang Kek!"   Bokyong Cen amat bergirang dalam hati. "Ouw Yang Kek, dia bernama Ouw Yang Kek ..."   Gumamnya perlahan-lahan dengan suara ringan.   Setelah melahirkah, Bokyong Cen kelihatan lembut sekali.   Mereka bertiga terus memandang bayi yang baru lahir itu, sehingga suasana yang tegang mencekam tadi sirna dengan sendirinya.   Ouw Yang Hong menggendong bayi itu sambil berjalan mondar-mandir.   "Kau pergi saja, jangan berada di sini.   Aku ingin baik-baik menggendong anakku.   Tahukah kau, aku Ouw Yang Hong sudah punya anak?"   Ciu Cian Jen melihat Ouw Yang Hong begitu gembira dan bersedia melepaskannya, hatinya menjadi terhibur. "Ouw Yang Hong, kini kau melepaskan diriku tapi kelak aku tetap akan mencarimu membuat perhitungan!"   Katanya.   Ouw Yang Hong menatapnya, lalu tertawa gelak.   Kini dia tidak tampak seperti orang jahat, melainkan kelihatan penuh kehapak-bapakan yang diliputi kasih sayang.   "Ciu Cian Jen, kalau kelak kau ingin mencariku, itu terserah kau saja.   sekarang kau boleh pergi,"   Sahutnya dengan gembira. Ciu Cian Jen menjura kepada Bokyong Cen. "Kakak Bokyong, aku mohon diri!"   Katanya. Bokyong Cen tidak menahannya, juga tidak menyinggung soal rencana mereka pergi ke markas Tiat Ciang Pang. "Ciu Pangcu, kau mau pergi?"   Sahutnya dengan ringan dan hambar.   Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Hati Ciu Cian jen amat kecewa.   Kemudian dia berkata dalam hati.   Kelihatan guru telah salah menilai wanita ini.   Kini dia dan Ouw Yang Hong sudah punya anak dan mereka berdua pun tampak akur kembali.   Mereka berdua adalah pasangan suami istri, maka sia-sia guru mengkhawatirkan wanita itu.   Berselang sesaat, dia berkata kepada Bokyong Cen.   "Kakak Bokyong, aku mau pergi, tidak akan mengganggumu lagi.   Tapi aku harus membakar jasad guruku dulu, lalu abunya akan kubawa ke markas Tiat Ciang Pang."   Ketika berkata, Ciu Cian Jen juga bersikap hambar, seakan tidak begitu kenal pada Bokyong Cen.   Bokyong Cen amat cerdas.   Dia sudah tahu apa yang dipikirkan Ciu Cian Jen, namun tidak mau mengungkapnya, melainkan hanya tertawa dingin.   "Ciu Pangcu, aku dengar kau sudah mengabulkan permintaan almarhum ketua lama, bahwa kau akan menjaga diriku."   "Kakak Bokyong, kelihatannya kau sudah tidak perlu kujaga lagi.   Kini ada Ouw Yang Hong yang menjaga dan mengurusimu, tentunya kau akan merasa puas sekali,"   Sahut Ciu Cian Jen.   Bokyong Cen tertawa dingin lagi lalu berkata.   "Di dunia ini ada berapa kaum lelaki yang seperti almarhum Siangkoan Pangcu, begitu baik terhadap wanita, tapi justru malah jadi seorang bodoh.   Aku lihat masa depan Ciu Cian Jen cukup cemerlang, mengapa tidak segera pergi? Kalau kau tetap berada di sini, mungkin nyawamu akan terancam."   Ucapan Bokyong Cen sungguh membuat Ciu Cian Jen jadi serba salah.   Pergi salah, tidak pergi pun salah.   Mendadak di luar terdengar suara derap kaki kuda, yang disusul oleh suara siulan, sehingga kuda-kuda itu pun ikut meringkik-ringkik, tak lama kemudian berhenti di depan kuil tua itu.   Saat itu Ouw Yang Hong sedang tenggelam dalam kegembiraan.   Dia terus menggendong bayi itu.   Di dunia ini memang harus ada yang hidup dan mati, satu pergi satu muncul.   Kalaupun aku Ouw Yang Hong harus mati, tidak apa-apa.   Sebab keluarga Ouw Yang sudah punya keturunan.   Aku dan kakak merupakan kaum rimba persilatan.   Kini kakak dan gurunya entah pergi ke mana.   Aku sudah punya anak.   Apabila kakak tahu, pasti girang sekali.   Begitu kata dalam hatinya.   Di saat Ouw Yang Hong sedang berkata dalam hati, muncullah orang-orang itu memasuki kuil tua, lalu berdiri di hadapan mereka bertiga.   Mereka adalah orang-orang Tiat Ciang Pang.   Mereka semua pergi tapi kembali lagi.   Ketika melihat thai susiok dan para susiok itu, Ciu Cian Jen segera berkata perlahan-lahan.   "Bagus sekali Susiok dan Sucou kembali lagi!"   Orang tua yang dipanggil sucou menatap Ciu Cian Jen dengan tajam, lalu menyahut dengan dingin. "Ketika kami pergi, terus memikirkan pangcu yang seorang diri di sini. Kami tidak bisa tenang, maka segera kembali untuk menengok pangcu."   Ciu Cian Jen tidak bodoh.   Dia tahu mereka kurang menyetujuinya diangkat menjadi ketua, tidak mungkin menaruh perhatian padanya.   Mereka kembali, sudah pasti punya suatu rencana.   Namun Ciu Cian Jen tidak mengungkapnya, hanya tertawa dingin.   Sementara Ouw Yang Hong terus menggendong bayi itu.   Melihat bayi tersebut tidak memakai baju, hanya dibungkus dengan mantel Bokyong Cen, Ouw Yang Hong segera membuka baju luarnya, digunakan untuk membungkus bayi itu.   Ternyata Ouw Yang Hong khawatir bayi itu akan kedinginan.   Dia mendekati Bokyong Cen, kemudian berlutut di hadapannya seraya berkata dengan lembut.   "Kakak ipar, keadaanmu sudah membaik? Keluarga Ouw Yang sudah punya turunan.   Dia adalah Ouw Yang Kek, lihatlah! Dia mirip kau dan mirip aku ..."   Usai berkata demikian, Ouw Yang Hong tertawa gelak. Suara tawanya penun mengandung kegembiraan. Wajah Bokyong Cen juga berseri-seri penuh diliputi kelembutan. "Ouw Yang Kek! Ouw Yang Kek! Ternyata dia Ouw Yang Kek . .."   Katanya dengan suara rendah.   Ternyata Ouw Yang Hong pernah bilang padanya, kalau melahirkan anak lelaki, akan dinamai Ouw Yang Kek, dan apabila anak perempuan, akan dinamai Ouw Yang Giok.   Ouw Yang Hong terus memandang bayi itu.   Ouw Yang Kek, Ouw Yang Kek! Kau adalah turunan keluarga Ouw Yang.   Begitu lahir kau sudah merupakan tuan muda Perkampungan Pek Tho San Cung.   Kau akan hidup senang, mewah dan disanjung semua orang.   Sementara Ciu Cian Jen memberi hormat kepada orang tua itu, lalu berkata dengan sungguh-sungguh.   "Hwa sucou, mari kita pergi!"   Orang tua itu tertawa, lalu menyahut dengan suara parau. "Kau memang harus pergi, namun kau tidak bisa pergi lho!" Ciu Cian Jen tercengang ketika mendengar ucapan orang tua itu. "Apa maksud ucapan sucou?"   Tanyanya.   Orang tua itu benama Hwa Sen Tit.   Dia amat angkuh dalam partai Tiat Ciang Pang.   Mengandal pada kedudukannya sebagai tingkatan tua, maka dia tidak memandang sebelah mata pun pada Siangkoan Wie.   Kini Ciu Cian Jen menggantikan ke-dudukan Siangkoan Wie sebagai pangcu, lagi pula usianya masih begitu muda, bagaimana mungkin Ciu Cian Jen berada dalam matanya? "Ciu Cian Jen, setiap generasi yang diangkat sebagai ketua, rata-rata sudah terkenal dan amat gagah.   Tapi sampai di tangan Siangkoan Wie, Tiat Ciang Pang justru mengalami kemerosotan, dan bahkan memilihmu menggantikan kedudukannya.   Bukankah akan menjadi bahan tertawaan kaum rimba persilatan? Hari ini, aku dan para susiokmu berada di sini, menghendakimu mengembalikan Telapak Besi itu, lalu kau membunuh diri dan mulai sekarang Tiat Ciang Pang tiada hubungan lagi denganmu."   Ciu Cian Jen tidak tampak gugup dan panik.   Dia menengok kesana kemari, melihat para susiok itu terus menatapnya dengan bengis.   Ciu Cian Jen sudah tahu bahwa mereka semua bersekongkol untuk membunuhnya.   Kemudian dia memandang salah seorang susioknya, yang kebetulan sedang melirik ke arahnya dengan kepala tertunduk.   "Liau susiok, aku pikir kau pun setuju apabila aku meletakkan jabatan ketua.   Ya, kau?"   Yang dipanggil Liau susiok itu i ernama Liau Jauw Sing.   Dia amat akrab dengan almarhum Siangkoan Wie.   Saat ini dia bersama susiok dan para sutenya kemari untuk membunuh Ciu Cian Jen, itu membuatnya merasa tidak enak dalam hati.   Maka, dari tadi dia diam saja, sama sekali tidak herani mengeluarkan suara.   Kini ditanya langsung oleh Ciu Cian Jen, dia pun menyahut.   "Ciu Cian Jen, lebih baik kau meletakkan jabatan ketua saja! Biar Hwa susiok yang menggantikanmu!"   Ciu Cian Jen mendongakkan kepala seraya tertawa gelak.   Namun kemudian suara tawanya berubah sedih.   Setelah itu dia menuding semua orang seraya berkata.   "Kalian semua adalah tingkatan tua, tentunya aku tidak bisa bicara apa-apa pada kalian! Namun mengenai jabatan ketua, adalah guru yang mengangkatku! Kalau kalian tidak setuju, mengapa tidak menentangnya ketika guru masih hidup? Kini guru sudah meninggal, barulah kalian kemari mendesakku! Apakah orang-orang Tiat Ciang Pang yang gagah berani, sudah menjadi begini?"   Hwa Sen Tit segera menyahut dengan dingin.   "Gurumu bisa diangkat menjadi ketua, karena aku mengalah padanya! Kalau tidak, bagaimana mungkin dia bisa menjadi ketua Tiat Ciang Pang? Tapi setelah dia menjadi ketua, Tiat Ciang Pang malah mengalami kemerosotan. Kini kau sebagai penggantinya, tentunya Tiat Ciang Pang tidak punya muka berdiri di dunia persilatan. Ini merupakan urusan besar, mana boleh dibuat main-main?"   "Kalau begitu, mengapa kau mengatakan setuju di hadapan guruku?"   Kata Ciu Cian Jen. Hwa Sen Tit tertawa. "Siangkoan Wie menjadi ketua Tiat Ciang Pang, boleh dikatakan sudah sembilan belas tahun! Aku lihat dia hampir mati, bagaimana mungkin aku menentang keputusannya itu?"   Sahutnya. "Maksud Sucou aku harus meletakkan jabatan ketua, lalu meninggalkan Tiat Ciang Pang, selanjutnya tidak boleh memperlihatkan muka di dunia persilatan? Begitu maksud Sucou kan?"   Kata Ciu Cian Jen sambil menatap Hwa Sen Tit. Orang tua itu tertawa lalu menolehkan kepalanya memandang belasan orang yang berdiri di belakangnya. Setelah itu, dia berkata lagi pada Ciu Cian Jen.   "Kau masih ingin pergi hari ini?" Ciu Cian Jen tidak merasa takut. "Kalian semua mau apa?"   Tanyanya dengan lantang.   Hwa Sen Tit tertawa dingin, lalu berkata dengan tegas dan sepatah demi sepatah.   "Ciu Cian Jen, hanya ada dua jalan bagimu! Kesatu adalah kau harus memutuskan urat nadimu sendiri, agar cacat seumur hidup! Kedua kau harus dibunuh orang, mati di dalam kuil tua ini! Kami akan membawa mayatmu, dimakamkan di Gunung Ngo Ci Hong markas Tiat Ciang Pang!"   Ciu Cian Jen tertawa gelak, lalu dia mengeluarkan benda kepercayaan Tiat Ciang Pang, yaitu sebuah Telapak Besi. "Hwa Sucou menghendaki aku menyerahkan jabatan ketua padamu, bukan?"   Tanyanya dengan suara dalam.   "Tidak salah! Siangkoan Wie memilihmu sebagai ketua, itu merupakan kebaikannya! Kau menyerahkan jabatan ketua padaku, itu adalah atas kemauan para anggota Tiat Ciang Pang! Kau juga sudah menjadi ketua, namun itu pun sudah berlalu, maka kini kau harus mengundurkan diri!"   Hati Ciu Cian Jen amat berduka.   Dia tahu bahwa kedatangan mereka untuk mencabut nyawanya.   Kalau dia menyerahkan jabatan ketua, seluruh urat nadinya pun akan diputuskan, dan akan menjadi orang cacat selamanya, bahkan kemungkinan besar nyawa juga akan melayang.   Mendadak Ciu Cian Jen menjatuhkan diri di hadapan mayat gurunya.   Sesaat kemudian dia mendongakkan kepalanya sambil tertawa panjang.   Wajahnya kelihatan sedih dan gusar, kemudian mengucurkan air mata.   "Suhu! Suhu! Kau menyerahkan jabatan ketua padaku, justru thai susiok dan para susiok ingin membunuhku.   Suhu, katakanlah aku harus bagai-mana?"   Katanya. Setelah berkata dia lalu memandang semua orang. "Sucou dan susiok, ijinkanlah aku membakar jasad suhu dulu, setelah itu harulah kita bertarung! Tentunya tidak akan terlambat bukan?"   Katanya perlahan-lahan. Orang tua itu kelihatan kurang setuju, namun Liau Jauw Sing segera maju lalu memberi hormat pada Hwa Sen Tit seraya berkata. "Susiok, menurutku lebih baik membakar jasad Siangkoan Pangcu dulu!"   Hwa Sen Tit mengerutkan kening sambil berpikir. Beberapa saat kemudian barulah orang tua itu manggut-manggut. "Baiklah!"   Ciu Cian Jen bangkit berdiri. Namun ketika dia ingin berjalan pergi, mendadak beberapa paman gurunya mengurungnya. Ciu Cian Jen tidak berkata apa pun, hanya menatapnya mereka dengan dingin. "Mau apa pangcu pergi?"   Tanya Hwa Sen Tit. "Mau mencari kayu untuk membakar jasad suhu,"   Sahut Ciu Cian Jen. Hwa Sen Tit tertawa dingin. "Itu urusan kecil, tidak perlu Pangcu turun tangan sendiri!"   Kemudian dia berseru;.   "Kalian kemari!"   Tampak beberapa orang berpakaian hitam langsung mendekatinya, sekaligus memberi hormat. Hwa Sen Tit membalas hormat lalu memberi perintah. "Cepat cari kayu!"   Mereka mengangguk lalu cepat-cepat mencari kayu di sekitar kuil tua itu.   Hasilnya mereka kumpulkan dekat tembok yang telah runtuh terhantam pukulan Ouw Yang Hong tadi.   Setelah itu, mereka menggotong jasad Siangkoan Wie ke atas tumpukan kayu itu.   Ketika mereka baru mau menyalakan api, mendadak terdengar suara bentakan yang mengguntur.   "Tunggu!"   Ternyata yang membentak itu adalah Liau Jauw Sing. Wajah orang itu tampak kelam. "Ciu Cian Jen, siapa yang membuat jasad su-heng menjadi begini?"   Tanyanya.   Pertanyaan orang itu menimbulkan suatu ide dalam hati Ciu Cian Jen.   Dia segera menundukkan kepala dengan air mata bercucuran, lalu menyahut perlahan.   "Susiok, tadi suhu belum mati, hanya karena terjadi percekcokan dengan Ouw Yang Hong.   Ouw Yang Hong menggunakan Ha Mo Kang merubuhkan tembok, dan reruntuhan tembok itu menimpa suhu hingga mati."   Betapa gusarnya Liau Jauw Sing mendengar itu. "Ouw Yang Hong! Apa hebatnya Ouw Yang Hong hingga berani menghina orang Tiat Ciang Pang?"   Para susiok dan thai susiok itu memang merasa malu punya rencana untuk membunuh Ciu Cian Jen yang masih muda.   Namun mereka tetap mendongkol karena Ciu Cian Jen terpilih menjadi ke-tua.   Saat ini ada urusan lain, maka masing-masing ingin melampiaskan rasa mendongkolnya.   Namun sasaran mereka justru dialihkan pada Ouw Yang Hong.   Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Itulah ide dalam hati Ciu Cian Jen.   Salah seorang thai susiok tertawa dingin, kemudian berkata dengan sinis kepada Ouw Yang Hong.   "Ouw Yang Hong? Apakah dia memilih kepandaian hebat hingga berani menghina ketua Tiat Ciang Pang? Berarti dia menghina kita semua! Maka dendam ini harus dibalas!" Saat itu hati Ouw Yang Hong sedang gembira.   Dia tetap berlutut di hadapan Bokyong Cen sambil memandang bayi yang baru lahir itu, sama sekali tidak memperdulikan orang-orang Tiat Ciang Pang.   Mendadak Ouw Yang Hong tersentak.   Ternyata di hadapannya telah berdiri belasan orang berpakaian hitam.   Mereka tak bersuara.   Kebetulan hati Ouw Yang Hong sedang gembira, maka ketika berbicara juga ramah sambil tertawa-tawa.   "Hei! Hei! Tolong kalian agak menjauh sedikit, jangan menghalangiku yang sedang memandang anak!"   Mereka tidak menggubris, tetap mengepung Ouw Yang Hong dan Bokyong Cen.   Akan tetapi, Ouw Yang Hong kelihatan amat sabar, tidak mem-perdulikan sikap mereka.   Hwa Sen Tit gusar sekali dalam hati, namun dia sudah tahu tentang diri Ouw Yang Hong dan sepak terjangnya.   Oleh karena itu dia tidak berani bertindak sembarangan.   Akan tetapi, Liau Jauw Sing justru tidak dapat mengendalikan diri.   Dia memandang Ouw Yang Hong seraya membentak.   "Ouw Yang Hong, kau telah mencelakai suhengku, maka kau harus mengganti nyawanya!"   Sementara Ouw Yang Hong terus memandang bayi itu.   Hatinya pun berubah lembut sekali.   Aku bersama wanita-wanita cantik itu, memang merasa gembira, tapi tidak sedemikian girang.   Ternyata orang kalau sudah punya anak, pasti sedemikian girang.   Kini aku sudah punya anak, selanjutnya tidak usah menyibukkan diri lagi di dunia persilatan, lebih baik diam di rumah mendidik anak.   Bahkan juga hidup bahagia bersama Bokyong Cen, setiap hari bersenda gurau.   Bukankah itu amat menggembirakan? Katanya dalam hati.   Wajahnya tidak tampak dingin dan bengis lagi.   "Kalian jangan menggangguku! Selesaikan saja urusan kalian itu! Tadi secara tidak langsung aku membunuh Siangkoan Wie.   Aku merasa amat menyesal, namun dia memang sudah sekarat.   Kalaupun aku tidak membunuhnya, dia akan mati juga."   Apa yang dikatakan Ouw Yang Hong, sudah pasti tidak dapat diterima oleh para anggota Tiat Ciang Pang.   Sebab Siangkoan Wie akan mati cepat atau lambat, itu urusan Tiat Ciang Pang, tiada sangkut pautnya dengan Ouw Yang Hong.   Yang jelas Siangkoan Wie mati di tangan Ouw Yang Hong.   Apabila tentang kematian itu tersiar di dunia persilatan, di mana Tiat Ciang Pang menaruh muka? Oleh karena itu pihak partai tersebut bertekad membunuh Ouw Yang Hong.   Mendadak terdengar suara aba-aba, dan seketika belasan orang Tiat Ciang Pang langsung berjalan mengitari Ouw Yang Hong, kecuali Ciu Cian Jen.   Mereka menatap Ouw Yang Hong dengan tajam, siap melancarkan serangan.   Menyaksikan gerak-gerik mereka itu, Ouw Yang Hong tertawa dingin dalam hati.   Namun dia justru malah membelai-belai wajah bayi itu.   Bab 29 TAMAT Orang-orang Tiat Ciang Pang terus mengitari Ouw Yang Hong.   Mereka menunggu kesempatan untuk menyerangnya.   Akan tetapi, Ouw Yang Hong sama sekali tidak bangkit berdiri, kelihatannya tidak berniat bertarung dengan mereka, sehingga membuat mereka menjadi serba salah.   Mendadak terdengar suara bentakan.   Orang yang membentak itu adalah Liau Jauw Sing, susiok Ciu Cian Jen.   "Ouw Yang Hong, lihat pukulan!"   Liau Jauw Sing menyerang punggung Ouw Yang Hong, sedangkan Ouw Yang Hong sama sekali tidak siap, lagi pula tidak menyangka bahwa mereka bersungguh-sungguh ingin mencabut nyawanya.   Saat ini, dia hanya memikirkan keselamatan Bokyong Cen dan bayi itu, tidak menduga bahwa orang-orang Tiat Ciang Pang akan membunuhnya.   Plak! Sebuah pukulan bersarang di punggungnya, sehingga membuat badannya tersungkur ke depan sedikit.   Sudah barang tentu tangannya yang sedang membelai bayi itu terdorong ke depan pula, dan seketika bayi itu menangis keras.   Orang-orang Tiat Ciang Pang tidak menyangka bahwa pukulan Liau Jauw Sing itu akan berhasil menghantam punggung Ouw Yang Hong.   Maka mereka berdiri tertegun di tempat.   "Uaaakh ...!"   Mulut Ouw Yang Hong menyemburkan darah segar. Namun begitu mendengar suara tangisan bayi itu, dia langsung mendekapnya. "Anak Kek! Anak Kek! Apakah aku telah membuat sakit badanmu? Aku ... aku tidak sengaja. Aku tidak sengaja ..."   Katanya.   Sementara Bokyong Cen langsung memeluk bayi itu erat-erat, kemudian bernyanyi-nyanyi kecil.   "Anak itu baru lahir, langit cerah hari pun indah.   Kekelaman hidup manusia akan sirna dengan sendirinya.   Mengandung dan melahirkan, di kolong langit baru ada bayi baru ..."   Mendengar nyanyian Bokyong Cen itu, tanpa sadar Ouw Yang Hong mengucurkan air mata, kemudian dia berkata kepada Liau Jauw Sing. "Kau pergi saja! Sebuah pukulanmu tidak dapat membunuhku. Aku pun tidak akan membuat perhitungan denganmu."   Dia mau melepaskan Liau Jauw Sing karena nuraninya ditimbulkan oleh kelahiran anaknya.   Akan tetapi, Liau Jauw Sing justru keliru akan maksud Ouw Yang Hong.   Dia menyangka Ouw Yang Hong takut, maka menerima pukulan itu.   Kalau sekarang tidak membunuhnya, bagaimana rasa tanggung jawabnya terhadap suhengnya yang telah mati itu? Karena berpikir begitu, dia langsung menyerang lagi dengan sepasang telapak tangannya.   Apa bila Ouw Yang Hong terpukul kali ini, tentu akan terluka parah, bahkan mungkin akan mati seketika.   Ouw Yang Hong tidak ingin bertarung, maka hanya mengerahkan Iwee kangnya untuk menahan pukulan Liau Jauw Sing.   Badannya terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah, namun kembali berdiri tegak lagi seakan tidak terjadi apa-apa.   Menyaksikan itu, Hwa Sen Tit tertawa dingin.   "Kau punya hubungan akrab dengan Siang-koan Wie, kalau ingin membalas dendamnya, haruslah menggunakan kepandaian asli!"   Katanya membakar hati Liau Jauw Sing. Betapa gusarnya Liau Jauw Sing. Dia tahu bahwa orang tua itu mencurigainya tidak menyerang Ouw Yang Hong dengan sepenuh tenaga. "Ouw Yang Hong, kubunuh kau!"   Bentaknya.   Liau Jauw Sing menyerangnya dengan sepenuh tenaga.   Sesungguhnya Ouw Yang Hong tidak mau bertarung, namun karena Liau Jauw Sing berulang kali menyerangnya, maka kemarahannya menjadi bangkit.   Wajahnya langsung berubah, kemudian dia mengangkat kedua tangannya dan didorong kannya ke depan.   Serangkum tenaga yang amat dahsyat menerjang ke arah Liau Jauw Sing, membuatnya terpental lalu roboh.   Hwa Sen Tit dan semua orang segera memapah Liau Jauw Sing.   Tampak mulut, hidung dan sepasang matanya mengeluarkan darah, kelihatannya tidak bisa hidup lagi.   Betapa terkejutnya Hwa Sen Tit dan lainnya.   Mereka semua berdiri tertegun di tempat, tidak tahu harus berbuat apa.   Berselang beberapa saat, barulah Hwa Sen Tit membuka mulut.   "Ouw Yang Hong, dalam satu hari kau telah membunuh dua orang Tiat Ciang Pang, maka Tiat Ciang Pang tidak akan menyudahi urusan ini!"   Bimbinglah hati Ouw Yang Hong.   Sesungguhnya dia tidak ingin membunuh orang, karena malam ini dia sudah punya anak.   Akan tetapi, pihak Tiat Ciang Pang terus mendesaknya.   Kelihatannya di dunia ini sulit menjadi orang baik, lebih gampang menjadi orang jahat.   Ouw Yang Hong memandang mereka.   "Lebih baik kalian jangan menggangguku, aku dan kakak ipar akan membawa pulang anak Kek!"   Hwa Sen Tit tertawa sinis. "Ouw Yang Hong! Kau telah membunuh dua orang Tiat Ciang Pang kami, tapi masih ingin angkat kaki dari sini? Apakah kami akan membiarkanmu pergi?"   Sahutnya dengan penuh dendam. Ouw Yang Hong mulai tidak sabaran. "Kau mau apa? Apakah kau mampu mem bunuhku?"   Sahutnya sambil tertawa dingin.   Hwa Sen Tit tertawa panjang, kemudian memberi isyarat.   Seketika juga tampak belasan orang mengepung Ouw Yang Hong.   Berselang sesaat, mendadak tiga orang menyerang Ouw Yang Hong, sehingga bahu dan kaki Ouw Yang Hong terpukul dan terasa sakit sekali.   Ouw Yang Hong menatap mereka dengan mata berapi-api.   "Aku tidak ingin membunuh orang, tapi orang justru ingin membunuhku, maka aku tidak boleh membiarkannya! Kalau aku mati, bukankah Ouw Yang Kek akan jadi anak yatim? Oleh karena itu, aku tidak boleh mati!"   Katanya dengan sengit.   Mendadak Ouw Yang Hong berteriak keras.   Sesungguhnya dia tidak mau berteriak keras, karena khawatir akan mengejutkan bayi itu.   Namun dia terpaksa, bahkan sekaligus melancarkan sebuah pukulan ke arah orang yang kebetulan sedang maju.   Orang itu terpental, kemudian roboh tak bernyawa lagi.   "Cepat bentuk formasi Liok Hap Tiat Ciang Tin!"   Seru Hwa Sen Tit.   Seketika orang-orang yang mengepung Ouw Yang Hong itu memecah menjadi enam kelompok, kemudian menyerangnya bergantian sesuai dengan formasi tersebut.   Bukan main dahsyatnya serangan-serangan itu! Tapi Ouw Yang Hong memiliki Iwee kang yang amat tinggi, maka mampu menahan serangan-serangan itu.   Hanya saja pakaiannya sudah hancur, tinggal pakaian dalamnya.   Keadaannya itu membuat semua orang berhenti menyerangnya.   "Kalau kalian meninggalkan tempat ini, aku akan menyudahi urusan ini! Tapi apabila kalian tidak mau pergi, sehingga memaksaku turun tangan, kalian semua pasti mati!"   Katanya sambil menatap mereka. Hwa Sen Tit tertawa dingin. "Pesilat tangguh di kolong langit pun sulit membendung formasi Liok Hap Tiat Ciang Tin! Ouw Yang Hong, hari ini kau pasti mampus!"   Sahutnya lantang.   Ouw Yang Hong tidak menyahut, hanya tertawa dingin, kemudian melirik ke arah Bokyong Cen, yang sedang duduk sambil menggendong bayinya.   Ouw Yang Hong berpikir, kalau aku membunuh orang lagi, dia pasti tidak senang dan tidak akan memperdulikan diriku! Namun tak bisa tidak aku harus membunuh orang, sebab mereka akan membunuhku! Bagaimana mungkin aku mati sekarang? Sudahlah! Yang penting dia merawat anak Kek baikbaik, tidak memperdulikan diriku juga tidak jadi masalah! Hwa Sen Tit terus memperhatikan Ouw Yang Hong.   Ketika Ouw Yang Hong melirik ke arah Bokyong Cen pun tidak terlepas dari matanya.   Begitu melihat Bokyong Cen duduk di situ, seketika timbul suatu rencana busuknya.   Dia langsung melesat ke arah Bokyong Cen, lalu menjulurkan tangannya mencengkeram wanita itu.   Walau matanya buta,namun Bokyong Cen masih memiliki pendengaran yang amat tajam.   Ketika mendengar desiran angin ke arahnya, dia tahu bahwa ada orang membokongnya.   Dia segera menggeserkan badannya sedikit, sekaligus balas menyerang laksana kilat.   Hati Hwa Sen Tit tersentak.   Dia tidak menyangka bahwa wanita buta itu dapat membalas serangannya dengan begitu cepat.   Kemudian tangan orang tua itu bergerak, ternyata dia melancarkan dua buah pukulan.   Kedua pukulan itu sama sekali tidak mengeluarkan suara, mengarah bagian dada dan kening Bokyong Cen.   Bokyong Cen tidak mendengar suara apa-apa, namun masih sempat mengangkat tangan kirinya untuk melindungi diri.   Plak! Tangan kirinya berhasil menangkis pukulan yang mengarah keningnya, tapi pukulan yang lain justru menghantam telak bagian dadanya, sehingga membuatnya terpental ke udara.   Bokyong Cen tahu bahwa dirinya tidak mampu melawan Hwa Sen Tit, karena orang tua itu menggunakan pukulan yang tidak mengeluarkan suara, maka segera berteriak.   "Ouw Yang Hong! Ouw Yang Hong ...!"   Sementara itu Ouw Yang Hong justru sedang bertarung dengan orang-orang Tiat Ciang Pang, dan dalam keadaan terkurung formasi Liok Hap Tiat Ciang Tin.   Namun ketika mendengar suara teriakan Bokyong Cen, dia segera menoleh.   Dilihatnya badan Bokyong Cen terpental ke udara, sedangkan Hwa Sen Tit menerjang ke arahnya.   Betapa terkejutnya Ouw Yang Hong.   Dia langsung memekik keras, sehingga membuat bayi itu menangis.   Si Racun Dari Barat Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Ouw Yang Hong melancarkan beberapa pukulan ke arah orang-orang Tiat Ciang Pang yang berada di hadapannya.   Mereka terpental.   Kesempatan itu digunakan Ouw Yang Hong untuk menerjang ke arah Hwa Sen Tit.   Akan tetapi terlambat, karena Hwa Sen Tit sudah melancarkan sebuah pukulan ke arah Bokyong Cen.   Sesungguhnya Ouw Yang Hong tidak begitu memikirkan Bokyong Cen.   Namun di saat bersamaan, terdengar suara tangisan bayi itu.   Hwa Sen Tit ingin turun tangan terhadap bayi itu, tapi merasa ragu karena mendadak Ouw Yang Hong melayang turun di hadapannya.   Tanpa bicara, Ouw Yang Hong langsung me nyerang Hwa Sen Tit, namun hanya menggunakan sembilan bagian tenaganya.   Duuuk! Pukulannya mendarat di dada Hwa Sen Tit, sehingga badan orang tua itu terpental dua depa ke belakang.   Ouw Yang Hong tidak berhenti sampai di situ.   Dia tetap menerjang ke arah Hwa Sen Tit, sekaligus mengangkatnya ke atas dan memukulnya dua tiga kali, sehingga mata, hidung dan mulut orang tua itu mengeluarkan darah.   Hwa Sen Tit tak mampu bersuara, sedangkan Ouw Yang Hong masih terus menghujaninya dengan pukulan.   Berselang sesaat, barulah Ouw Yang Hong menghentikan serangannya, kemudian berkata.   "Apa gunanya berbuat kebaikan? Apa gunanya berhati bajik? Aku ingin berbuat baik terhadap orang, tapi sebaliknya orang malah berbuat jahat terhadapku! Aku harus menghabisi nyawa mereka, harus membunuh mereka satu persatu!"   Ouw Yang Hong membalikkan badannya, menatap orang-orang Tiat Ciang Pang dengan mata melotot.   Mereka kelihatan ketakutan, dalam hati ingin cepat-cepat melarikan diri.   Namun Ouw Yang Hong segera membentak keras, suaranya bagaikan geledek menyambar bumi.   "Kalian dengar baik-baik! Kalian harus mem bunuh diri satu persatu, agar aku tidak perlu turun tangan terhadap kalian!"   Semua orang berpikir, walau kepandaian Ouw Yang Hong amat tinggi, namun belum tentu dapat menghadapi Liok Hap Tiat Ciang Tin.   Apabila mereka melarikan diri satu persatu, pasti mati di tangan Ouw Yang Hong.   Tapi kalau mereka membentuk formasi Liok Hap Tiat Ciang Tin, mungkin malah dapat membunuhnya.   Orang-orang Tiat Ciang Pang yang berjumlah lima belas itu segera mengepung Ouw Yang Hong dengan formasi Liok Hap Tiat Ciang Tin.   Ouw Yang Hong berdiri diam di tempat.   Berselang sesaat, formasi tersebut mulai bergerak, berputar-putar mengitari Ouw Yang Hong.   Ketika formasi itu bergerak, Ouw Yang Hong pun ikut bergerak.   Akan tetapi, sulit baginya untuk menyerang, sebab di saat dia baru mau menyerang, beberapa orang yang di belakangnya pun mulai menyerangnya, sehingga Ouw Yang Hong harus berkelit.   Di saat Ouw Yang Hong berkelit, beberapa orang yang di belakangnya justru menyerangnya pula, sehingga membuat Ouw Yang Hong menjadi sibuk.   Di saat bersamaan, dia mendengar suara Bokyong Cen yang amat perlahan memanggilnya.   "Ouw Yang Hong ...   Ouw Yang Hong ...!"   Mendengar suara Bokyong Cen itu, Ouw Yang Hong tahu bahwa Bokyong Cen terluka parah.   Kalau tidak, tentunya Bokyong Cen tidak akan memanggilnya.   Betapa bencinya Ouw Yang Hong terhadap orang-orang Tiat Ciang Pang, karena itu dia mengambil keputusan bahwa malam ini harus membunuh mereka semua! Setelah mengambil keputusan tersebut, Ouw Yang Hong lalu menatap mereka dengan mata berapi-api.   Sementara orang-orang Tiat Ciang Pang ber girang dalam hati, sebab dengan membentuk formasi Liok Hap Tiat Ciang Tin, Ouw Yang Hong tidak dapat melukai mereka, lagi pula mereka pun tahu bahwa punggung Ouw Yang Hong telah terluka karena terpukul oleh Liau Jauw Sing tadi.   Hati Ouw Yang Hong makin cemas, karena hari sudah mulai terang, maka dia harus merawat bayi itu baik-baik.   Akan tetapi, orang-orang Tiat Ciang Pang justru masih mengepungnya.   Sedangkan Bokyong Cen masih memanggilnya dengan suara lemah, kelihatannya sudah hampir pingsan.   "Ouw Yang Hong ...   Ouw Yang Hong ...!"   Ouw Yang Hong tidak berani menyahut, karena takut beberapa orang Tiat Ciang Pang akan memisahkan diri untuk membunuh Bokyong Cen.   Mendadak dia membentak keras.   "Kalian dengar baik-baik! Aku beri kesempatan terakhir untuk kalian meninggalkan tempat ini! Kalau kalian tidak mau pergi, aku terpaksa membunuh kalian semua!"   Orang-orang Tiat Ciang Pang tahu Ouw Yang Hong sudah marah besar.   Dia sudah terluka tapi masih tampak begitu gagah dan kuat.   Bagaimana kelak? Kalau sekarang tidak membunuhnya mumpung dia terluka, tentu sudah tiada kesempatan lagi.   Oleh karena itu, mereka tidak mau pergi, sebaliknya malah ingin menyerangnya.   Ketika melihat mereka siap menyerangnya, Ouw Yang Hong berkata dengan dingin.   "Baik! Baik! Aku akan menuruti kemauan kalian!"   Badannya mulai berputar, kemudian sepasang tangannya didorongkan ke depan secara mendadak.   Seketika terdengar suara benturan yang amat dahsyat sekali.   Bum! Buuummmm ...! Hari sudah terang.   Sepasang mata Ouw Yang Hong memerah, dan tangannya berlumuran darah.   Dia menatap orang-orang Tiat Ciang Pang yang mengepungnya dengan bengis, sedangkan orang-orang Tiat Ciang Pang memandangnya dengan tertegun dan terbelalak.   Ouw Yang Hong terus menatap mereka dengan bengis.   "Baik! Baik! Aku akan menuruti kemauan kalian,"   Katanya.   Mendadak sepasang tangannya didorongkan ke depan lagi.   Seketika terdengar suara ledakan yang amat dahsyat dan tampak tiga orang terpental beberapa depa lalu roboh.   Ketiga orang itu terluka parah, namun masih mampu bangkit berdiri.   "Ouw Yang Hong! Ouw Yang Hong! Aku ...   aku akan membunuhmu ...!"   Kata salah seorang dari mereka dengan terputus-putus sambil menuding Ouw Yang Hong. Akan tetapi, setelah berkata demikian, orang itu kembali roboh dan nafasnya putus seketika. "Ouw Yang Hong .."   Sampai jadi setan pun aku tidak akan melepaskanmu ...!"   Kata orang kedua dengan terputus-putus sambil menuding Ouw Yang Hong juga.   Orang itu juga kembali roboh, dan nyawanya pun melayang.   Demikian pula orang ketiga.   Dia tidak sempat mengucapkan sepatah kata pun, sudah kemirili roboh dan nafasnya pun putus.   Mendadak salah seorang anggota Tiat Ciang Pang menjatuhkan diri lalu duduk.   "Suheng dan susiok! Kalau kalian tidak membunuh Ouw Yang Hong, lebih baik aku bunuh diri saja!"   Katanya.   Orang itu mengangkat sebelah tangannya ke atas kepala, siap menghantam ubun-ubunnya sendiri.   Sementara Ouw Yang Hong memandang ke angkasa.   Hari memang sudah terang.   Dia justru tidak tahu bagaimana keadaan Bokyong Cen dan bayi itu, sebab tiada suara apa pun.   Dia melirik ke arah mereka.   Dilihatnya Bokyong Cen duduk di tanah, dengan sepasang tangannya tetap memeluk bayi itu.   Mungkin wanita itu sudah mati, begitu pula bayinya.   Betapa sedihnya hati Ouw Yang Hong.   Oleh karena itu dia bertekad membunuh mereka semua, demi membalas dendam Bokyong Cen dan anaknya yang baru lahir itu.   Dia bersiul panjang.   Suara siulannya bagaikan auman harimau, sehingga memecahkan nyali orang-orang Tiat Ciang Pang.   Di saat bersamaan, orang-orang Tiat Ciang Pang itu langsung duduk bersila, kemudian mengangkat kedua tangan ke dekat dada.   Menyaksikan sikap mereka, Ouw Yang Hong tahu bahwa mereka ingin mengadu nyawa dengannya, menyerang menggunakan Iwee kang gabungan.   Ouw Yang Hong tertawa dingin, lalu men jongkokkan badannya sedikit.   Mulut mengeluarkan suara 'Krok! Krok! Krok! Setelah itu, sepasang tangannya didorongkan ke depan.   Orang yang duduk di hadapan Ouw Yang Hong langsung terpental melayang bagaikan layang-layang putus, lalu jatuh ke tanah dengan mulut menyemburkan darah segar.   Akan tetapi, di saat bersamaan, orang-orang yang duduk di belakang Ouw Yang Hong langsung pula menyerangnya dengan Iwee kang gabungan.   Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya Iwee kang gabungan mereka.   Apa boleh buat, Ouw Yang Hong terpaksa menangkis dengan sepenuh tenaga sambil berkata dalam hati.   Tak disangka nyawaku akan melayang di sini, aku akan mati di tangan orang-orang Tiat Ciang Pang.   Bukankah penasaran sekali? Namun saat ini dia tidak bisa memikirkan yang lain, hanya memusatkan perhatian untuk mengadu nyawa dengan orang-orang Tiat Ciang Pang.   Enam orang yang menyerang Ouw Yang Hong dengan Iwee kang, diam-diam berkeluh dalam hati, karena mereka tidak menduga bahwa Ouw Yang Hong memiliki Iwee kang yang begitu tinggi.   Mendadak salah seorang di antara mereka berseru.   "Cepat! Cepat bunuh dia!"   Orang-orang Tiat Ciang Pang yang di belakang Ouw Yang Hong adalah para susiok Ciu Cian Jen.   Mereka terkesima akan kehebatan Iwee kang yang dimiliki Ouw Yang Hong.   Apabila mereka melakukan pembokongan, pasti Ouw Yang Hong akan mati.   Namun selanjutnya bukankah Tiat Ciang Pang akan ditertawakan kaum rimba persilatan? Karena berpikir demikian, maka mereka menjadi ragu untuk membokong Ouw Yang Hong, Salah seorang tua yang sedang mengadu Iwee kang dengan Ouw Yang Hong, segera berseru lantang.   "Sialan! Kok masih belum mau turun tangan? Jangan ragu! Kalau ragu nyawa kita pula yang akan melayang!"    Rondo Kuning Membalas Dendam Karya Kho Ping Hoo Ratna Wulan Karya Kho Ping Hoo Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung

Cari Blog Ini