Ceritasilat Novel Online

Kelelawar Tanpa Sayap 4


Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying Bagian 4


Kelelawar Tanpa Sayap Karya dari Huang Ying   bahkan mereka ketinggalan jauh.......   Setelah berhenti, kembali terusnya.   Kembali berbicara soal kawanan Kelelawar merah itu, ada orang berkata, tubuh mereka berubah jadi merah menyala karena jenis ini amat suka menghisap darah Tanpa terasa Lui Hong mengkirik, tanyanya cepat.   Apa benar begitu? Betul! Sesungguhnya setiap jenis Kelelawar sangat gemar menghisap darah, jadi bukan monopoli Kelelawar merah saja Lui Hong mendengus.   Heran, kau yang memelihara kawanan Kelelawar itu, kenapa dia tidak menghisap habis darah ditubuhmu? Mungkin mereka tahu kalau aku pun sejenis dengan mereka Hmm, kau memang tak mirip manusia sindir si nona sambil tertawa dingin.   Manusia termasuk sejenis makhluk, begitu pula Kelelawar, jadi sesungguhnya apa pula bedanya? Kalah berdebat dengan orang tua itu, Lui Hong hanya bisa tertawa dingin tiada hentinya.   Si Kelelawar tidak menggubris, ujarnya.   Konon, kelelawar merah paling gemar menghisap darah, khususnya darah kaum wanita Omong kosong! teriak Lui Hong bergidik.   Mungkin saja omong kosong, tapi ada sebuah cerita dongeng justru merupakan kejadian sebenarnya Apa pula cerita dongeng itu? 83 Darah mereka bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat sejenis obat perangsang! Obat perangsang? berubah paras muka gadis itu.   Si Kelelawar tertawa aneh.   Obat perangsang pun banyak jenisnya, tapi bicara soal obat yang paling ampuh, meski Kelelawar merah tidak termasuk nomor wahid, aku percaya tak bakal lebih bawah dari urutan ke lima Kini paras muka Lui Hong telah berubah jadi amat tak sedap, ditatapnya si Kelelawar tanpa berkedip, untuk sesaat dia tak tahu harus berkata apa.   Sambil tertawa kembali si Kelelawar melanjutkan.   Ada orang berkata, bila obat perangsang yang terbuat dari Kelelawar merah diminum oleh seorang gadis suci yang masih perawan, maka ia segera akan berubah jadi wanita jalang, setelah kucoba dan kuselidiki berulang kali, kutemukan bahwa ucapan itu bukan perkataan yang tekebur, memang terbukti obat perangsang itu lihay sekali Paras muka Lui Hong telah berubah jadi amat jelek, teramat sangat tak sedap dilihat, bagaimana pun juga, hingga detik ini dia masih perawan, dara yang suci.   Tapi kau tak usah kuatir hibur si Kelelawar kemudian, aku tak ingin mengubah kau menjadi seorang wanita jalang, karena, aaai......   Si Kelelawar menghela napas panjang, tambahnya.   Aku sudah tua sekali, sedemikian tua hingga aku benar benar tak sanggup lagi untuk melakukan adegan ranjang Lui Hong tidak menjadi tenang lantaran perkataan itu, sebaliknya dia justru merasa kalut, jantungnya dag dig dug tak karuan.   Lantas apa maksud dan tujuan si Kelelawar menawan aku? Dipandangnya wajah orang itu dengan penuh kebencian, kalau bisa, dia ingin membunuh Kelelawar itu dengan sekali bacokan.   Tentu saja terhadap perubahan mimik wajah Lui Hong, si Kelelawar sama sekali tidak merasakan, namun dengan jelas dia tahu akan perasaan hati Lui Hong saat itu, maka setelah berhenti sejenak, kembali katanya.   Usia memang tak kenal manusia, betapa pun gagah dan perkasanya dirimu, begitu menjadi tua, ada banyak pekerjaan yang tak mungkin bisa kau lakukan meski besar keinginanmu untuk melakukannya, orang bilang besar pasak dari tiang, biar keinginan menggebu gebu, tenaganya sudah loyo, tidak mendukung Paras muka Lui Hong semakin bertambah merah.   84 Tiba-tiba si Kelelawar tertawa, ujarnya.   Padahal, sekalipun masih muda dan perkasa, dulu, aku pun kurang begitu tertarik untuk melakukan perbuatan itu Sambil menarik wajah, katanya sedih.   Sudah semenjak banyak tahun dulu, aku tidak tertarik dengan permainan semacam itu, aku tidak pernah melakukan perbuatan yang sama sekali tak berguna dan sama sekali tak ada manfaatnya Lui Hong tidak menjawab, namun dia seperti memahami sesuatu.   Setelah menghela napas, si Kelelawar melanjutkan.   Jika kau tak pernah berhasil mendapatkan hati seorang wanita, apa gunanya kau dapatkan badannya, apa faedahnya meski kau dapat menikmati tubuhnya? Tanpa terasa Lui Hong manggut manggut.   Oleh sebab itu kata si Kelelawar, walaupun sudah banyak sekali wanita yang berhasil kupancing masuk kemari, tak seorang pun diantara mereka yang pernah kutiduri, aku hanya mengambil bagian tubuh mereka yang paling cantik, bahkan aku pilih sendiri bahan kayu terbaik, memahatnya dengan teliti dan seksama Setelah tarik napas, tambahnya.   Oleh karena itu kau tak perlu kuatir Lui Hong tertawa dingin.   Si Kelelawar menghela napas, Aku tahu, setelah meninggalkan tempat ini nanti, kau pasti akan sangat membenciku, bahkan selama masih bisa bernapas, kau pasti tak pernah akan melupakan aku! Sekarang juga aku akan tinggalkan tempat ini! bentak Lui Hong nyaring, sambil berkata dia mulai beranjak.   Baru satu langkah, mendadak ia merasa kepayahan, seolah sama sekali tak berkekuatan.   Semacam perasaan aneh timbul dari tubuhnya, seakan perintahnya tidak lagi ditaati setiap organ tubuhnya.   Mungkinkah dalam arak itu benar benar telah dicampuri obat perangsang Kelelawar merah? Sekujur badan Lui Hong menggigil kencang, bulu romanya bangkit berdiri.   Berbareng dengan keputusan Lui Hong untuk beranjak pergi, si Kelelawar memasang telinganya pula.   si Kelelawar memasang telinganya pula untuk mendengarkan dengan seksama, kemudian berkata.   Seharusnya saat ini daya pengaruh Kelelawar merah sudah mulai 85 bekerja Begitu ucapan tersebut masuk ke dalam pendengarannya, entah kenapa, Lui Hong merasa dunia jadi berputar, kepalanya pusing sekali, kakinya sempoyongan sukar berdiri tegak.   Sambil tertawa kembali si Kelelawar melanjutkan.   Obat ini sudah kuramu ulang, kini daya rangsangnya telah berkurang hingga batas terendah, jika kau adalah seorang gadis yang masih suci, masih perawan, bagimu boleh dibilang obat itu tak bermanfaat lagi, kau tak bakalan terangsang birahimu karenanya Sambil menggigit bibir Lui Hong maju lagi dua langkah, biarpun hanya dua langkah namun telah menggunakan segenap kekuatan yang dimiliki, dalam perasaannya, ke dua langkah itu serasa lebih jauh daripada berjalan sejauh tiga puluh langkah.   Dia mulai ketakutan, perasaan ngeri, seram, berkecamuk menjadi satu.   Si kelelawar tidak menggubris, ujarnya.   Aku rasa kau pun termasuk gadis yang masih suci, masih perawan, walaupun obat perangsang itu tidak sampai membangkitkan napsu birahi mu, tapi masih cukup untuk menjerumuskan dirimu ke dalam situasi setengah hidup, maksudnya separuh dari kekuatanmu akan hilang lenyap, kau akan lemas tak punya kemampuan apa apa Setelah tertawa lanjutnya.   Hahaha, aku sendiripun tak tahu bagaimana harus menerangkan kepadamu, kalau dibilang obat tersebut sejenis obat pemabuk, seharusnya kau sudah pingsan tak sadarkan diri, tapi kalau dibilang bukan sejenis obat pemabuk, kenyataannya obat itu memiliki kemampuan yang tak berbeda dengan obat pemabuk, dalam waktu singkat kau akan kehilangan tenaga, ingin berdiri tak sanggup, mau bicara pun tak mampu, namun kau tidak pingsan, kau tetap memiliki kesadaranmu seperti normal Ia berhenti sejenak dan tarik napas, setelah itu baru menambahkan.   Apa pun yang bakal kulakukan terhadap dirimu, dapat kau lihat dan rasakan, namun kau hanya bisa menerima semua itu dengan pasrah, kau tak sanggup memberikan perlawanan Kau berani........   jerit Lui Hong sambil menggigit bibir, sayang teriakan itu lemah, sama sekali tak bertenaga.   Si Kelelawar menyeringai.   Setelah dipertimbangkan berulang kali, aku baru putuskan untuk menggunakan obat jenis ini, dan berkat obat jenis ini pula, pekerjaanku memahat baru dapat dilangsungkan dengan lancar tanpa hambatan sedikit pun Sesudah menerangkan sampai disini, dia baru menanggapi teriakan dari Lui Hong tadi.   Tentu saja aku berani, dikolong langit saat ini, tak seorang manusia pun yang bisa membuat aku takut, apa pun yang ingin kulakukan, tak nanti ada orang yang bisa 86 mencegah, mampu menghalangi ?iba tiba dia lempar lampion yang dipegangnya ke tengah udara.   Cahaya lentera yang semula putih pucat, mendadak berubah jadi hijau menyeramkan, tak berbeda seperti api setan.   Begitu lampion itu berada ditengah udara, cahaya bintang pun menyebar ke empat penjuru.   Pada hakekatnya dia seperti sedang bermain sulap, seketika itu juga Lui Hong merasa ketakutan luar biasa, dia menjerit, berteriak sekeras kerasnya.   Begitu jeritan berkumandang, cahaya api pun sirap, padam.   Dari balik kegelapan yang mencekam, hanya suara tertawa aneh si Kelelawar yang bergema, ditambah jerit ketakutan Lui Hong.   Untuk kedua kalinya gadis itu terperosok ke dalam suasan yang sangat gelap, sedemikian gelap hingga tak bisa melihat apa apa.   Semacam perasaan ngeri, seram, perasaan takut yang luar biasa dengan cepat muncul dari lubuk hatinya.   Dia menjerit, dia ingin kabur, menyerbu ke hadapan si Kelelawar, mengayunkan goloknya sambil membacok.   Namun sepasang kakinya sudah lepas kendali, sama sekali tak mau menuruti perintahnya lagi.   Lambat-laun tubuhnya semakin lemah, semakin bertambah lemas sebelum akhirnya roboh terkapar ke tanah.   Biar begitu, kesadarannya masih utuh, dia masih segar ingatannya dan bisa merasakan segala sesuatu dengan jelas.   Entah berapa lama sudah lewat.   Padahal semua itu hanya berlangsung dalam sekejap, namun bagi Lui Hong, saat itu begitu lama, sebab dia sama sekali tak bisa memastikan, sebab apa yang disaksikan waktu itu hanya kegelapan yang luar biasa.   Dia sudah tak mampu bergerak lagi, perasaan letih yang luar biasa, perasaan yang sukar dilukiskan dengan kata, mencekam dan menjalar di sekujur badannya.   87 Namun dia tidak mengantuk, sama sekali tak ingin tidur, sepasang matanya bahkan terbelalak sangat lebar.   Namun hanya kegelapan yang dilihat, lain tidak.   Gadis itu ingin sekali menangis, namun dia berusaha menahan diri, tidak membiarkan air matanya menetes.   Bagaimana pun, dia adalah seorang gadis yang tangguh, sekeras baja hatinya.   Suara tertawa si Kelelawar sudah berhenti, dalam kegelapan tidak terdengar lagi suara tertawa maupun pembicaraan.   Ke mana dia telah pergi? Entah kenapa, Lui Hong justru mempunyai satu perasa an aneh, dia merasa si Kelelawar berada disisinya, sedang mengawasinya.   Si Kelelawar adalah orang buta, kegelapan merupakan kerajaan dari kaum Kelelawar, dengan kemampuan kungfunya, biarpun sedang bersembunyi disisinya pun, dia tak nanti akan mengeluarkan sedikit suara pun.   Didalam kenyataan, meskipun Lui Hong dibilang sadar, saat itu dia tidak sesadar kondisi biasa.   Berada dalam kepekatan yang begitu gelap, bagi Lui Hong, sedetik sama seperti satu jam lamanya.   Waktu serasa bergerak bagai siput, lama sekali ber lalunya.   Suasana dalam ruang itu tercekam dalam keheningan yang luar biasa, sedemikian hening sampai Lui Hong dapat mendengar detak jantung sendiri.   Waktu kembali bergerak sangat lama, dari balik kegelapan tiba-tiba terdengar suara yang sangat aneh.   Dia mendengar ada orang sedang berjalan menghampirinya, bergerak semakin dekat.   Siapa dia? Si Kelelawar? Sekarang dia makin yakin, suara itu memang suara lan gkah kaki, suara orang berjalan.   Hanya saja dia merasa langkah itu seolah tidak berpijak diatas tanah, walaupun berada dalam suasana yang begitu hening dan sepi, namun masih tetap tak kedengaran terlalu jelas.   88 Padahal lantai ruangan itu penuh berserakan patung kayu, namun anehnya sepasang kaki itu sama sekali tidak menendang sebuah benda pun yang tergeletak disitu.   Sudah pasti orang itu adalah sang Kelelawar.   Benarkah Kelelawar memiliki pendengaran yang begitu tajam, begitu sensitif sehingga semua benda yang menghalangi jalan perginya bisa terdengar dengan nyata? Lui Hong mulai merintih, mulai mendesis karena seram.   Suara yang aneh, suara langkah yang aneh dengan cepat mengarah pada sasaran yang jelas, bergeser menuju ke hadapan Lui Hong.   Gadis itu benar-benar terkesiap, dia hanya bisa menutup mulut sambil menggigit bibir, hanya bisa ketakutan tanpa mampu mengeluarkan sedikit suara pun.   Sementara suara langkah kaki itu makin lama semakin bertambah dekat.   Si Kelelawar telah memastikan dimana Lui Hong berada saat itu.   Bersamaan dengan makin dekatnya si Kelelawar, suara langkah kakinya kedengaran makin jelas.   Rasa ketakutan yang mencekam Lui Hong saat itu telah mencapai pada puncaknya, kalau bisa, ingin sekali dia menghardik orang itu, memerintahkan orang itu untuk menggelinding pergi.   Namun dia sama sekali tak mampu bersuara, tak sedikit suara pun mampu diucapkan.   Dia pun ingin menggeser badannya, biar seinci pun tidak masalah, biar setengah inci pun kalau bisa.   Tapi apa yang ingin dia lakukan gagal diwujudkan, dia sama sekali tak sanggup bergerak.   Saat itulah tiba-tiba ruangan jadi terang kembali, terang benderang.   Sebuah lentera kaca berwarna hijau perlahan lahan muncul dari atap ruangan.   Padahal langit-langit ruangan tak ada lubang, namun lentera kaca itu tahu tahu muncul disana, bergelantungan ditengah udara.   89 Seterang apapun cahaya dari lentera itu, sinarnya tak terlalu benderang, namun sudah lebih dari cukup untuk menyaksikan semua disekeliling sana.   Kembali Lui Hong dapat menyaksikan kehadiran si Kelelawar, saat itu si kakek telah berdiri hanya tiga langkah dihadapannya.   Perasaan ngeri makin menyelimuti hatinya, rasa takut dan seram membuat sekujur tubuhnya gemetar keras.   Si Kelelawar masih seperti tadi, hanya sekarang kelihatan jauh lebih tua daripada penampilannya tadi.   Selain tua, tampak layu dan penuh keriput.   Namun sepasang mata palsunya yang hijau menyeramkan, masih dipenuhi dengan kehidupan, seolah sedang melototi Lui Hong tanpa berkedip.   Gadis itu mengirik, begitu takutnya hingga napas pun ditahan sekuat tenaga.   Dia tak tahu rencana busuk apa yang sedang disiapkan si Kelelawar, yang bisa dia lakukan sekarang hanya berusaha keras untuk menghindar dari pelacakan lawannya, berusaha agar si Kelelawar tidak berhasil menemukan posisi dirinya.   Tapi si Kelelawar seakan tahu kalau korbannya masih berada di posisi semula, tak mungkin pergi jauh, dia masih mendekat terus, menghampiri mangsanya.   Selangkah......   kembali selangkah.   Mendadak si Kelelawar menghentikan langkahnya lalu mulai berjongkok.   Kini wajahnya sudah berada tak sampai selangkah dari wajah Lui Hong, sedemikian dekat sampai gadis itu dapat merasakan dengusan napas si Kelelawar yang menyentuh pipinya.   Gadis itu semakin mengirik, ia mulai menggigil ketakutan.   Dan pada saat itulah, tangan kanan si Kelelawar mulai meraba wajah gadis itu.   Semisal dapat bersuara, saat itu Lui Hong pasti akan menjerit sekeras kerasnya.   Tapi kini dia seolah gagu, bisu, tak mampu bersuara, bahkan semua syaraf ditubuhnya seolah sudah mati rasa, sama sekali tak mampu bereaksi.   Yang dimiliki si nona waktu itu hanya perasaan, perasaan gugup, takut, ngeri, muak.   90 Yaa, hanya perasaan, lain tidak.   Tangan si kelelawar yang kurus lagi kasar bagai cakar burung, mulai meraba dan menggerayang ke mana mana, membuat Lui Hong semakin mengirik, makin bergidik.   Perlahan tangan itu mulai bergeser, dia mulai meraba seluruh raut muka Lui Hong, meraba setiap lekukan, setiap garis mukanya.   Mimik muka si Kelelawar pun ikut berubah mengikuti gerak tangannya, terkadang tampak begitu gembira, terkadang tampak iba, kasihan, tapi semuanya tampak aneh, kelihatan misterius.   Lui Hong pasrah, dia sudah kehilangan semua kekuatannya, sudah tak mampu melakukan perlawanan.   Sekarang, tangan kiri si Kelelawar ikutan meraba, seperti cakar burung, sepasang tangannya meraba wajah si nona, lalu meraba wajah sendiri, tiba-tiba ia tertawa, tertawa keras.   Kakek itu tertawa bagai orang idiot, bagai orang yang hilang ingatan.   UI HONG merasa hatinya seakan terperosok ke dalam jurang, darah panas yang mengalir ditubuhnya seolah ikut mendingin, mulai membeku.   Sambil tertawa si Kelelawar menggeser tangannya lebih ke bawah, kali ini dia meraba tengkuk gadis itu.   Gadis yang amat cantik! tiba-tiba serunya, sayang memiliki tengkuk yang sedikit kasar.   Kelelawar sialan! Dalam hati kecil Lui Hong mengumpat tiada habisnya, kalau bisa dia ingin membantai si Kelelawar hingga hancur berkeping.   Sementara itu si Kelelawar masih melanjutkan gerayangannya, sepasang tangan yang kurus bagai cakar burung mulai bergerak ke bawah, mulai meraba semakin ke bawah...   91 Lui Hong melototkan sepasang matanya bulat bulat, sorot mata yang dipenuhi rasa takut bercampur seram, kini dia hanya berharap si Kelelawar secepatnya tinggalkan sisi tubuhnya.   Tentu saja gadis itu sangat kecewa.   Apa yang selama ini dikuatirkan akhirnya terjadi juga! Dengan lembut sepasang tangan si Kelelawar mulai melepaskan kancing bajunya, satu demi satu......   Lui Hong tak kuasa menahan diri lagi, akhirnya air mata jatuh bercucuran.   Gerak tangan si Kelelawar sama sekali tidak cepat, namun sangat terlatih dan matang, tidak sampai berapa saat kemudian ia telah melucuti seluruh pakaian yang dikenakan gadis itu.   Lui Hong sama sekali tidak melawan, seluruh kekuatan tubuhnya seakan telah buyar.   Tubuhnya yang montok, padat berisi akhirnya tampil bugil dihadapan si Kelelawar, berbaring dibawah cahaya hijau dari lentera kristal diatas ruangan.   Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tubuh bugil yang putih mulus bagai susu kambing, ketika tertimpa lapisan cahaya hijau, menampilkan pantulan yang begitu memukau.   Si Kelelawar dengan kelopak matanya yang tak berbiji, seolah berdiri terperana, menyusul kemudian ia bungkukkan badan, membopong tubuh Lui Hong yang bugil dan berjalan menuju ke altar ditengah ruangan.   Langkah kakinya masih begitu mantap dan tenang, biarpun diatas lantai tergeletak begitu banyak pahatan, namun tak satu pun yang terpijak atau tersentuh kakinya, dia seakan sama sekali tak buta.   Air mata Lui Hong mulai merembes keluar, membasahi lengan si Kelelawar.   Bagaikan dipagut ular berbisa, sekujur badan si Kelelawar gemetar keras, tapi ia segera seperti memahami sesuatu, tanyanya.   Kau melelehkan air mata? Lui Hong tidak menjawab, mau tak mau dia harus membungkam.   Sambil gelengkan kepalanya ujar si Kelelawar lagi.   Aku sangat memahami perasaan hatimu.   92 Mendadak ia menghentikan langkahnya, sambil miringkan kepala seakan berpikir, katanya kemudian.   Kau mirip sekali dengan seseorang Lui Hong ingin bertanya mirip siapa, namun dia tak sanggup mengeluarkan suara, mulutnya seakan terkunci rapat.   Benar-benar mirip dengan seseorang kembali si Kelelawar gelengkan kepalanya.   Tapi mirip siapa? gumam si Kelelawar lagi dengan kening berkerut, kenapa aku tak teringatnya lagi? Lui Hong hanya melelehkan air mata, bagaikan air yang keluar dari sumbernya, titik air mata membasahi bajunya.   Kembali si Kelelawar menghela napas panjang.   Padahal kejadian semacam ini tak pantas kau sedihkan, tak lama kau bakal sadar bahwa dirimu telah menyumbangkan sebuah hasil karya seni yang tiada duanya dikolong langit.   Bicara sampai disitu, lagi lagi ia tertawa.   Ketika sedang tertawa, orang tua itu tak ubahnya seperti orang idiot, dogol.   Kemudian diapun melanjutkan langkahnya, selangkah tinggi selangkah pendek, langsung menuju ke meja berbentuk altar.   Ketika mendekati meja altar, cahaya lentera pun terasa semakin terang benderang.   Biarpun si Kelelawar buta, tak bisa melihat apa apa, Lui Hong tetap merasa malu yang bukan kepalang.   Bila seorang wanita, dipaksa bertelanjang bulat dihadapan seorang lelaki asing, yakin dia pasti akan merasa amat sedih.   Apalagi kalau wanita itu adalah seorang gadis perawan? Kelelawar telah membaringkan tubuh Lui Hong diatas meja altar yang terang benderang itu.   Dia menggerakkan tangannya, merogoh keluar sebuah alat pahat dan sebuah palu kecil dari samping meja altar.   Tampak dia meraba berulang kali kedua alat kerja itu kemudian diletakkan kembali, kini dia ganti meraba potongan kayu yang tergeletak disisinya.   Bahan kayu yang bagus dia bergumam sambil tertawa.   93 Setelah itu dia baru berpaling lagi, dengan sepasang tangannya yang kurus dia mulai meraba tubuh Lui Hong, menggerayangi seluruh bagian tubuhnya yang bugil, hal mana dia lakukan dengan hati hati, dengan penuh kasih sayang.   Air mata bercucuran tiada hentinya dari mata Lui Hong, namun dia memang hanya bisa menangis.   Kalau bisa nona itu ingin mati, sayang dia hanya bisa berharap karena saat itu tak mampu berbuat apa apa.   Sepasang tangan si Kelelawar masih bergerak tiada hentinya, terkadang dia meraba, terkadang dia mengelus, ke sepuluh jari tangannya telah menjelajahi hampir setiap bagian tubuh Lui Hong yang bugil, tak satu bagian tubuh pun yang terlewatkan.   Ke sepuluh jari tangannya sangat hidup dan cekatan, lebih lincah daripada sepuluh ekor ular.   Bagi Lui Hong, dia lebih rela tubuhnya digerayangi sepuluh ekor ular berbisa daripada digerayangi jari tangan orang tua itu.   Hatinya sedih bercampur gusar, namun selain sedih dan marah, gadis inipun merasakan suatu perasaan aneh yang tak terlukiskan dengan perkataan.   Sejak dilahirkan, belum pernah dia rasakan perasaan seperti ini, perasaan seperti dialiri arus listrik yang menyengat.   Arus listrik itu mendatangkan perasaan nikmat yang tak terkatakan, perasaan aneh yang membuatnya tak kuasa menahan diri.   Hampir saja Lui Hong tak dapat mengendalikan diri, dia ingin merintih, merintih karena nikmat.   Pandangan matanya lambat laun semakin buram, entah karena air mata yang mengembang dalam kelopak mata, entah karena pengaruh arak beracun milik si Kelelawar sudah mulai bekerja.   Menyusul kemudian pikiran dan kesadarannya mulai kabur, mulai samar samar.   Setelah menggerayangi bagian bawah tubuh Lui Hong yang penuh berbulu, kini sepasang tangan si Kelelawar balik kembali ke atas dadanya, sepuluh jari tangan yang gesit dan cekatan mulai meraba payudara si nona, mengelus, meremas dan memelintir putingnya.   94 Lui Hong tak sanggup mengendalikan diri lagi, dia mulai merintih, merintah karena nikmat, merintih karena mulai terangsang.   Rintihan tanpa suara, pada hakekatnya gadis itu memang sudah tak mampu bersuara lagi.   Pipinya berubah jadi merah dadu, entah memerah lantaran gusar, atau karena malu, atau mungkin dikarenakan sebab-sebab lain.   Karena apa? Gadis itu sendiri tak bisa membedakan, dia tak tahu bagaimana perasaan hatinya sekarang.   Kini sepasang tangan si Kelelawar berhenti diatas dada Lui Hong, masih meraba, meremas payudara gadis itu, masih memelintir puting susunya yang mulai mengeras.   Tiba-tiba ia tertawa.   Payudara yang sangat indah, sayang kelewat keras, kelewat kencang! Detik itu juga, tiba-tiba muncul secerca pengharapan dalam hati Lui Hong, dia berharap tangan si Kelelawar melanjutkan gerayangannya, menggerayangi setiap bagian tubuhnya yang vital.   Aneh, kenapa bisa timbul pengharapan semacam itu? Bukankah dia masih gadis perawan? Lui Hong segera menyadari akan keanehan tersebut, makin deras air mata jatuh berlinang.   Si Kelelawar tidak melanjutkan gerayangannya, dengan lembut dia berkata.   Aku rasa hal ini pasti dikerenakan kau berlatih silat.   Setelah gelengkan kepala sambil menghela napas, lanjutnya.   Menurutku, seorang wanita lebih baik jangan berlatih silat, sebab kalau tidak otot dan dagingnya jadi tidak lembut lagi, ototnya akan mengeras hingga tubuh pun ikut mengeras Setelah tertawa lebar, kembali ujarnya.   Masih untung belum seberapa keras, berotot memang ada kelebihannya, paling tidak pertanda sehat, lincah dan cekatan Setelah berhenti sejenak, dengan nada berat terusnya.   Tapi sejujurnya, bagi seorang gadis, lebih baik jangan berlatih ilmu sebangsa Cap-sah-taypoo, Thiat-po-sa, Kim-ciong-to dan lain sebagainya, sebab kalau tidak, tubuh bisa terlatih hingga kebal dan mati rasa, waah, waah....   hilang sudah semua keindahannya.   95 Bicara sampai disitu, kembali sepasang tangannya mulai bergerak, bukan saja bergerak sangat lamban bahkan sangat cermat, seperti seorang pedagang permata yang sedang mengamati sebuah batu permata yang mahal harganya.   Kemudian kembali dia menghela napas panjang, gumamnya.   Walaupun cantik dan indah, namun bila dibandingkan.......   bila dibandingkan.......   Dia seperti sedang mengingat nama seseorang, namun apa mau dikata tak bisa mengingat kembali nama tersebut.   Setelah mengulang kalimat itu berulang kali sembari garuk garuk kepalanya yang tak gatal, akhirnya ia berhasil juga menyebut nama seseorang.   Aaah, Pek Hu-yong (Teratai putihl.   Kemudian sambil memukul kepala sendiri dengan tangannya seperti cakar burung, dia berteriak.   Betul, mirip Pek.....   Pek Hu-yong! Kemudian setelah tertawa bagai orang idiot, katanya lagi.   Bentuk payudara milik Pek Hu-yong tetap yang paling indah dan menawan.   Siapa pula Pek Hu-yong itu? tiba-tiba terdengar suara sendu seseorang berkumandang datang.   Suara itu kedengaran sangat aneh, menggema di udara bagai melayang, seakan akan berasal dari atas langit, tapi seperti juga berasal dari dalam bumi, bahkan seakan bergema dari empat dinding ruangan.   Suara itu seakan ada, namun seakan pula tidak ada, nyaris tidak mirip dengan suara manusia dari bumi ini.   Si Kelelawar tampak tertegun, lalu jawabnya sambil tertawa bodoh.   Eek Bo-tan dari Shoatang, Pek Hu-yong dari Hopak, siapa yang tidak kenal? Siapa yang tidak tahu? Tapi setelah berhenti sejenak dan lagi lagi tertegun, serunya.   Siapa kau? Buat apa kau mencari tahu tentang mereka? Tiada orang yang menjawab.   Sambil tertawa sendiri si Kelelawar berkata lagi.   Botan maupun Huyong sama sama kecil dan mungil, namun dalam kenyataan mereka berbeda.   Setelah garuk garuk kepala, lanjutnya.   Mereka adalah dua orang yang berbeda, namun merekalah yang tercantik dari dua perbedaan itu.   96 Tangannya kembali meraba payudara Lui Hong, setelah meremasnya berulang kali, kini tangan itu mulai bergerak turun ke bawah, ganti meraba pinggang si nona yang ramping.   Setelah meraba dan menggerayanginya berulang kali, diapun berkata sambil menghela napas.   Serius, mendingan anak perempuan jangan berlatih silat, coba lihat, pinggang jadi kasar dan berotot, tampaknya orang yang bisa menjaga postur pinggangnya namun tetap bisa berlatih silat hanya Lau Ci-he seorang! Lau Ci-he dari Say-hoa-kiam-pay? suara sendu itu kembali bertanya.   Betul, memang gadis dari Say-hoa-kiam-pay itu sahut si Kelelawar sambil tertawa dungu, ilmu pedang Say-hoa-kiam-sut terhitung bagus, hanya sayang kelewat banyak kembangan Ehmm! Ilmu pedang darimana pun kembali si Kelelawar berkata sambil tertawa, asal kembangannya kelewat banyak, sudah pasti kehebatannya berkurang, semakin banyak kembangan sama artinya semakin banyak titik kelemahannya.   Crang itu tidak bersuara, suasana jadi hening.   Dalam saat seperti itu, si Kelelawar seolah sudah melupakan segala sesuatunya, kembali sepasang tangannya mulai meraba dan menggerayangi seluruh bagian tubuh gadis itu.   Tiba-tiba dia menghela napas panjang, gumamnya.   Tegasnya potongan badanmu masih belum bisa dianggap terlalu baik, tapi masih bisa diperhitungkan.   Selesai berkata dia pun mulai mengambil alat pemukul dan alat pahat, lalu mulai mengetuk diatas batang kayu yang berada disisinya.   Gerakan tangan orang ini cepat dan cekatan, tak lama kemudian potongan kayu itu telah dipahat hingga berbentuk kepala manusia.   Air mata yang mengembang di kelopak mata Lui Hong membuat pandangan matanya kabur, tapi gadis ini jadi keheranan ketika mendengar suara ketukan aneh, tak tahan ia membuka matanya sambil menengok.   Sepasang tangan si Kelelawar masih bekerja tiada hentinya, diantara suara dentingan, dalam waktu singkat balok kayu itu sudah terukir menjadi sesosok manusia 97 dengan pancaindra, ke empat anggota badan bahkan termasuk payudara, semuanya tampak indah dan mirip sekali.   Saat itulah si Kelelawar baru meletakkan peralatannya, dengan kedua belah tangan dia mulai meraba wajah Lui Hong.   Sekali ini dia meraba dengan amat cermat, amat teliti dan seksama.   Setelah meraba dan meraba berulang kali, kembali dia mengambil alat pahatnya dan mulai bekerja pada batok kayu itu.   Kali ini setiap gerakan dilakukan sangat lambat dan hati hati.   Menyusul diletakkannya alat pemukul dan pemahat, kali ini dia mengukir dengan menggunakan sebilah pisau kecil.   Pisau itu betul betul sangat kecil, panjangnya hanya tujuh inci tapi tajamnya bukan kepalang, sayatan yang perlahan ternyata menghasilkan pahatan yang dalam.   Dengan tangan yang mantap dia jepit mata pisau dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengahnya, Sreet, sreeet diantara suara sayatan, lembar demi lembar kulit kayu tersayat rontok ke tanah.   Lambat laun muncullah bentuk pancaindera yang jelas pada balok kayu itu.   Dipandang sepintas, ternyata raut muka yang terpahat itu mirip sekali dengan wajah Lui Hong.   Kontan saja kejadian ini membuat si nona terbelalak dengan mulut melongo, dia betul-betul terperangah.   Kini sayatan pisau si Kelelawar tambah lambat, beberapa kali dia raba wajah Lui Hong dengan tangan kirinya, meraba dengan seksama, mengamati setiap lekukan yang ada.   Sementara pisau ditangan kanannya mengikuti gerak raba tadi, membuat sayatan dan pahatan yang akurat.   Kini pancaindera yang terbentuk pada balok kayu itu semakin nyata, bentuk muka pun semakin mirip Lui Hong.   Tak bisa disangkal lagi ilmu pahatan yang dikuasahi kakek ini benar-benar telah mencapai puncak kesempurnaan.   98 Dalam situasi seperti ini, sepasang mata Lui Hong terbelalak lebar, dia tak ingin pejamkan matanya, gadis itu ingin mengikuti terus gerakan tangan yang dilakukan orang tua itu.   Sayatan pisau si Kelelawar masih berlanjut terus, hanya sekarang dia memahat lebih hati hati, lebih teliti dan seksama.   Entah berapa lama sudah lewat.   Berada dalam ruang rahasia semacam ini, pada hakekatnya mustahil untuk menduga jam berapa saat itu.   Kini tangan kiri si Kelelawar sudah tinggalkan wajah Lui Hong, sementara bongkahan kayu itu pun telah berubah menjadi bentuk kepala dan wajah gadis itu.   Bukan saja besar kecilnya sama, guratan pancaindera nya begitu jelas dan nyata, semuanya sangat mirip dan tak ada bedanya dengan bentuk aslinya.   Bentuk hidung yang sama, bentuk bibir yang sama, bentuk mata yang sama.   Yang berbeda hanya bentuk warna, bagaimana pun sepasang tangan si Kelelawar bukanlah sepasang tangan iblis, meskipun dia dapat mengukir bentuk wajah yang sama, namun tak mungkin bisa membentuk warna kulit yang sama.   Apapun kehebatannya, sampai dimana pun kepandaiannya, dia tetap manusia, bukan setan, bukan dewa.   Kalau tidak, dia tak perlu lagi bersusah payah memahat dan mengukir, kenapa bukan sekali tiup mengubah balok kayu itu jadi Lui Hong.   Tapi memang harus diakui, ilmu pahat yang dimiliki memang luar biasa, sudah mencapai tingkat sempurna.   Yang lebih penting lagi, dia bukan manusia normal, dia tak lebih hanya seorang buta.   Dia tak punya mata, namun dalam bidang memahat, kemampuannya justru beratus kali lipat lebih hebat daripada mereka yang punya mata.   Lui Hong tahu, si Kelelawar adalah orang buta, dia pun tahu orang itu hanya mengandalkan perasaan pada sentuhan tangannya untuk memahat bentuk wajahnya.   99 Kini air matanya nyaris sudah mengering, sepasang matanya terbelalak begitu lebar, hampir sama sekali tak berkedip.   Setiap gerakan, setiap perbuatan yang dilakukan si Kelelawar dapat ia saksikan dengan jelas sekali.   Tapi hingga kini, dia masih mempunyai satu perasaan, dia tak percaya kalau si Kelelawar adalah orang buta.   Pada hakekatnya apa yang telah dia lakukan mustahil bisa diperbuat seorang manusia buta.   Tapi dalam peristiwa ini, mau tak mau dia harus percaya.   Detik itu, dia seolah sudah lupa kalau dirinya berbaring dalam keadaan bugil, sama sekali lupa dengan rasa malu.   Tapi dalam waktu singkat rasa malu itu muncul kembali, menyelimuti perasaan hatinya, karena sepasang tangan si Kelelawar kembali meraba payudaranya, bukan hanya meraba bahkan mulai meremas remas.   Sepasang tangan yang kurus kering bagai ranting dahan, kurus kering bagai cakar burung.   Dalam keadaan begini Lui Hong hanya bisa melelehkan air mata.   Air matanya meleleh bagai butiran embun, meleleh membasahi pipinya.   Sepasang tangan si Kelelawar sudah mulai bergeser, meraba dengan lembut, meremas dengan perlahan, setiap gerakan yang dia lakukan, menimbulkan tekanan perasaan yang sangat kuat bagi gadis itu.   Kini sepasang tangannya telah berada dibagian tubuhnya yang paling sensitip, puting susunya segera mengencang keras.   Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Dia tak kuasa menahan diri, rangsangan secara otomatis membuat puting susunya mengeras.   Dari sepasang tangan, kini si Kelelawar meraba dengan tangan sebelah, lalu sekali lagi dia mengambil peralatannya dan mulai membuat pahatan pada balok kayu.   Suara ketukan palu, suara sayatan kulit bergema tiada hentinya didalam ruang rahasia yang sepi, setiap suara yang bergema menimbulkan gaung yang nyaring.   100 Kemudian si Kelelawar menggunakan lagi pisau kecilnya yang tajam.   Dibawah permainan tangannya yang mahir, pisau kecil itu menyayat dengan lincah dan hidupnya.   Lambat laun balok kayu itu berubah bentuk menjadi bentuk tubuh Lui Hong yang bugil.   Puting susu yang mengeras, pinggul yang bulat montok, semuanya tampak begitu mirip dengan aslinya.   Sesosok patung kayu wanita cantik pun terwujud ditangan si Kelelawar.   Lui Hong menyaksikan kesemuanya itu dengan sangat jelas, sejujurnya dia tak ingin melihatnya, namun mau tak mau dia harus memandangnya.   Terlebih dalam keadaan seperti ini, hati kecil gadis ini betul betul sudah terkendali oleh perasaan ingin tahunya yang meluap.   Sekalipun sepasang tangan si Kelelawar masih saja menggerayangi sekujur tubuhnya, namun gadis itu seakan sama sekali tidak merasakannya, mungkin saja dia merasa, mungkin juga dia sudah kaku, sudah mati rasa sehingga tidak merasakan semua gerayangan itu.   Atau mungkin juga dia sudah tertegun, kehilangan kesadaran lantaran terkejut bercampur heran.   Permainan pisau ditangan si Kelelawar memang sangat mahir dan luar biasa, kepandaiannya memahat sungguh diluar dugaan siapa pun, Lui Hong tidak menyangka kemahirannya sudah mencapai tingkatan sehebat itu.   Ia betul-betul tak percaya kalau seorang manusia buta ternyata memiliki kemampuan sedemikian hebatnya, namun diapun mau tak mau harus mempercayainya.   Bukankah si Kelelawar pernah mengorek keluar biji matanya dan diperlihatkan kehadapannya? Jangan jangan si Kelelawar memang bukan manusia? Lui Hong mulai ragu, mulai curiga, tapi.......   Kalau bukan manusia lantas apa? Lui Hong tidak habis mengerti, betul betul kebingungan! 101 KHIRNYA si Kelelawar menghentikan semua gerak tangannya.   Dia telah menyimpan kembali pisau kecilnya, tapi Lui Hong tidak tahu benda tersebut telah disimpannya dimana.   Menyusul kemudian dia tertawa aneh sembari menggosokkan telapak tangannya, menyaksikan semua tingkah laku kakek itu, Lui Hong merasa panik bercampur tegang, jantungnya berdetak semakin kencang.   Si Kelelawar telah menggosokkan sepasang tangannya, apa yang hendak dia lakukan? Kini air mata Lui Hong telah mengering, dia hanya bisa membelalakkan matanya sambil mengawasi sepasang tangan orang itu dengan penuh tanda tanya.   Akhirnya si Kelelawar menggerakkan tangannya, tapi bukan memegang tubuh Lui Hong, melainkan memegang patung kayu wanita cantik itu.   Dengan penuh kasih sayang dia belai patung itu, bahkan membelai, meraba dan menggerayangi jauh lebih seksama ketimbang sewaktu membelai tubuh Lui Hong tadi.   Setelah menggerayangi atas bawah patung wanita itu, tiba-tiba si Kelelawar tertawa aneh, ujarnya.   Coba kau lihat, bukankah aku kurang beres? padahal aku tahu, kau memang berpikir begitu bukan? Siapa bilang kau beres? Ctakmu memang tidak beres umpat Lui Hong dalam hati.   Padahal aku memang kurang beres ujar si Kelelawar lagi, tapi ketidak beresanku bukan pada sepasang tanganku, juga bukan di otak, melainkan hanya pada sepasang mataku Kau memang si buta keparat! kembali Lui Hong mengumpat dalam hati.   Tampaknya si Kelelawar seolah mendengar umpatan dalam hati itu, dia tertawa terkekeh, serunya.   Aku tahu, sekarang kau pasti sedang mengumpatku dalam hati, mengatakan kalau aku memang si buta keparat.   Lui Hong tertegun, saking herannya dia sampai tak mampu berkata kata.   Pada akhirnya manusia toh pasti mati kata si Kelelawar lagi, kadangkala mati lebih awal jauh lebih enak daripada mati belakangan.   102 Manusia macam kau memang pantas mampus sejak awal! batin Lui Hong lagi.   Mendadak si Kelelawar bertanya.   Tahukah kau, bagaimana bentuk wajahku dimasa muda dulu? Tidak menunggu jawaban, dia melanjutkan.   Kalau diceritakan mungkin kau tidak percaya, sewaktu muda dulu, bukan saja aku ganteng bahkan gagah rupawan, tak bakal kalah tampan dengan lelaki paling ganteng sekalipun.   Dasar, mungkin hanya setan yang percaya! Lui Hong mengumpat sambil menyumpah dalam hati, semestinya si Kelelawar tak akan mendengar, apa mau dikata dia justru seolah mendengar semuanya, sambil tertawa ujarnya lagi.   Sudah kuduga, kau pasti tak bakal percaya.   Setelah berhenti sejenak, tegasnya.   Padahal semua yang kukatakan merupakan kenyataan! Lui Hong tidak menanggapi, dia hanya mengawasi orang tua itu tanpa berkedip.   Namun bagaimana pun dipandang, dia tetap tak bisa menemukan ketampanan wajah si Kelelawar, orang tua ini sama sekali tak mirip dengan seorang lelaki ganteng.   Sesudah menghela napas panjang, kembali si Kelelawar berkata.   Aaai, harus diakui, sekarang tampangku memang jelek, mau dipandang dari sudut mana pun, aku tak bakal mirip dengan seorang lelaki tampan.   Setelah tarik napas, lanjutnya.   Semua ini ada sebabnya, kalau dibicarakan sesungguhnya merupakan peristiwa yang terjadi selama banyak tahun.   Lui Hong tidak bicara, dia hanya mendengarkan.   Sekalipun ia benci orang ini hingga ke tulang sumsum, namun rasa ingin tahunya amat besar, dia ingin mengetahui seluk beluk dari orang tua ini.   Tapi si Kelelawar segera menukas lagi.   Aaah, itu semua merupakan kejadian lama, sudah usang, lebih baik tak usah disinggung lagi.   Lui Hong merasa kecewa sekali.   Kembali terdengar si Kelelawar bergumam.   Manusia mana pun pada akhirnya pasti akan mati, sama seperti manusia mana pun tentu bakal tua, betapa ganteng dan gagahnya seseorang, begitu mulai tua, dia pasti akan berubah jadi jelek, tak sedap dipandang.   103 Lalu dengan suara perlahan ia bersenandung.   Wanita cantik bagai panglima kenamaan, yang ditakuti hanya rambut mulai beruban.....   Kepada Lui Hong ia bertanya.   Pernah mendengar perkataan itu? Tentu saja Lui Hong pernah mendengar.   Si Kelelawar berkata lebih lanjut.   Itulah sebabnya banyak orang berharap bisa menemukan cara yang paling jitu untuk mempertahankan masa remajanya, kalau bisa sampai mati tetap muda Sesudah menghela napas dengan nada berat, katanya lagi.   Cleh sebab itu pula ada perempuan cantik yang tidak bisa menerima hadirnya masa tua, bahkan tak segan menggunakan kematian untuk mempertahankan kecantikannya, manusia macam begini jarang terjadi pada orang lelaki, tapi bukan berarti tak ada Lui Hong hanya mendengarkan.   Si Kelelawar berkata terus.   Masa muda seseorang tak mungkin bisa dipertahankan hingga masa tua, sejak dulu banyak orang berusaha memakai obat mujarab untuk mempertahankan kemudaannya, meski bukannya tak ada yang berhasil, namun semuanya merupakan cerita dongeng, jadi bukan tak mungkin orang mempertahankan kecantikan wajahnya Cara apa yang digunakan? pikir Lui Hong dalam hati.   Dengan cepat si Kelelawar menyambung perkataannya.   Padahal sederhana sekali caranya, misalkan dibuatkan lukisan.   Coh, rupanya begitu batin Lui Hong.   Padahal caranya banyak ragam, bisa juga menggunakan cara dipahat, dibuatkan patung, sebelum generasiku, banyak orang yang telah berusaha melakukan hal tersebut, hanya tak seorang pun yang melakukannya hingga tuntas seperti diriku.   Maua tak mau Lui Hong harus mengakui akan kebenaran ucapan itu.   Kembali senyum idiot tersungging diwajah si Kelelawar, ujarnya.   Melakukan pekerjaan semacam ini bukanlah sesuatu yang murah, untuk persiapan saja aku harus menghabiskan waktu hampir sepuluh tahun lamanya.   Setelah menghela napas, lanjutnya.   Lagipula perempuan yang betul betul cantik tak banyak jumlahnya, dalam hal seleksi pun aku harus membuang banyak pikiran, tenaga dan waktu.   104 Setelah merandek sejenak, katanya lagi.   Dalam hal ini rasanya aku telah menjelaskan kepadamu Terhadap apa yang telah diucapkan, dia seolah sudah melupakannya sama sekali.   Lui Hong hanya mendengarkan dengan termangu.   Si Kelelawar menghembuskan napas panjang, lanjutnya.   Yang paling parah lagi adalah tak seorang manusia pun yang menaruh simpatik terhadap perbuatanku ini.   Itulah sebabnya terpaksa aku harus menjalankan semuanya itu secara diam diam, aku harus mendirikan tiga belas kerajaan pribadi di tiga belas tempat yang berbeda, kerajaan pribadi yang tak mungkin diusik dan diganggu siapa pun.   Tiga belas tempat? Lui Hong terperangah, kaget, heran dan nyaris tak percaya.   Satu tempat semacam ini saja sudah terasa lebih dari cukup, apalagi tiga belas tempat.   Dari begitu banyak model payudara, wajah, pinggul serta pinggang yang memenuhi ruangan ini, entah ada berapa banyak wanita cantik yang berhasil ditipu si Kelelawar dan terjebak ditempat ini, kalau tiga belas tempat digabungkan, bukankah tipu licik yang dilakukan kakek ini sudah kelewat batas? Tak heran Lui Hong merasa terkesiap.   Tiba-tiba terdengar suara aneh itu berkumandang lagi.   Dimana saja ke tiga belas tempatmu yang lain? Bukankah salah satunya berada disini sahut si Kelelawar sambil tertawa bodoh.   Masih ada dua belas tempat lagi.   Tentu saja ke tiga belas tempat itu tersebar di tujuh propinsi selatan dan enam propinsi utara sungai Tiangkang.   Setelah tertawa bodoh, lanjutnya.   Oleh sebab itu berada di propinsi mana pun, setiap saat aku dapat melanjutkan maha karyaku ini.   Masa kau sudah lupa dengan alamat yang sejelasnya? suara itu bertanya lagi.   Mana mungkin aku bisa melupakannya? Sungguh? Kalau aku lupa, mana mungkin bisa sampai disini? sahut si Kelelawar sambil tertawa idiot, kau ini, benar benar aneh dan mengherankan.   105 Siapa sebenarnya orang itu? Lui Hong pun merasa keheranan.   Manusia manapun, pada akhirnya pasti akan jadi tua suara itu kembali berkata.   Tentu saja si Kelelawar tertawa aneh, memangnya kau anggap di dunia ini benar benar terdapat obat dewa yang bisa membuat manusia awet muda? Tentu saja tidak ada! Bila orang tambah tua, pelbagai penyakit pun otomatis akan bermunculan Yaa, hal seperti ini memang susah dihindari Sampai waktunya, mungkin mata akan mulai rabun, telinga mulai setengah tuli, peredaran darah makin melemah.   Betul Bahkan daya ingat pun terkadang ikut melemah kata suara itu lagi.   Memang, penyakit semacam itu memang penyakit yang biasa diderita orang tua.   Oleh karena itu bila kau sampai melupakan alamat dari ke dua belas tempatmu yang lain, kejadian semacam inipun bukan merupakan kejadian yang aneh kata orang itu.   Si Kelelawar segera tertawa.   Untungnya aku masih belum sampai setua itu! katanya.   Kalau begitu, maukah kau memberitahukan kepadaku alamat dari ke dua belas tempat lainnya? Tentu saja mau.   Bicara sampai disitu mendadak si Kelelawar tertegun, dalam waktu singkat ia sudah terjerumus dalam lamunan.   Kemudian perlahan-lahan dia berjongkok, sinar kebingungan, gugup dan tersiksa segera terpancar keluar dari tubuhnya.   Dengan sepasang tangannya dia pegangi batok kepala sendiri, lalu mengeluh.   Kenapa aku sudah melupakan semuanya? Dua belas tempat yang lain.......   tiba-tiba ia teriak keras, sebenarnya saat ini aku berada di propinsi mana? 106 Nah, masa hal semacam itupun sudah kau lupakan ujar suara orang itu lagi.   Si Kelelawar menggeleng.   Tidak mungkin, kalau tidak, mana mungkin aku bisa sampai di sini? Padahal alasannya sangat sederhana kata orang itu, kau bukan masuk sendiri ke tempat ini Masa orang lain yang mengajakku kemari? Benar! Siapa? Aku! Siapa kau sebenarnya? Kau? Aku? tak tahan kembali si Kelelawar tertegun.   Lui Hong yang mengikuti jalannya pembicaraan itu ikut terperangah, keheranan Aku adalah sukma mu suara itu berkumandang lagi.   Sukma? tergerak mimik muka si Kelelawar, tapi aku belum mati, kalau kau adalah sukma ku, mana mungkin bisa tinggalkan aku? Karena kau sudah kelewat tua, semangatmu sudah mulai mundur, sudah mendekati saat ajal, aku sudah tak mungkin bersatu lagi dengan dirimu Aku sudah kelewat tua? si Kelelawar makin bimbang.   Betul, kau sudah kelewat tua, sedemikian tuanya hingga urusan penting pun sudah kau lupakan.   Si Kelelawar tertawa getir, tiba-tiba ujarnya.   Untung saja aku telah membuat persiapan Persiapan apa? Aku telah mengukir ke tiga belas alamat itu diatas tiga belas bilah pisau pusaka, jadi, biar aku sudah sedemikian tua hingga melupakan segalanya pun, asal melihat ke tiga belas bilah pisau tersebut, aku tetap akan mengetahui letak dari ke tiga belas tempat rahasia itu.   107 Ehmm, caramu memang sebuah cara yang bagus Tidak terhitung seberapa, dengan berbuat begitu sesungguhnya aku telah melakukan hal yang berlebihan, sebab bagaimana pun keadaannya, tak mungkin daya ingatku akan sedemikian buruknya Habis berkata kembali ia tertawa getir, ujarnya.   Tak disangka aku benar benar akan mengalami kejadian seperti hari ini, daya ingatku jadi sedemikian jeleknya Dia pegang batok kepalanya dengan sepasang tangan lalu digoyang dengan sekuat tenaga.   Kemudian sambil menabok batok kepala sendiri, gumamnya.   Sialan, benar benar sialan, kenapa daya ingatku tiba-tiba berubah sejelek ini? Hal semacam ini memang tak bisa dipaksakan, apa boleh buat kata suara itu.   Aaai, aku benar benar sedemikian tuanya si Kelelawar menghela napas panjang.   Tiba-tiba suara orang itu bertanya lagi.   Dimana kau simpan ke tiga belas bilah pisau pusaka itu? Apakah masih ingat? Tiba-tiba si Kelelawar tertawa, tertawa dengan riangnya.   Hahaha, tentu saja aku masih ingat, bahkan teringat dengan jelas sekali katanya.   Sungguh? Tentu saja sungguh! Di mana? Di.....   di........   mustahil aku beritahukan kepadamu.   Kenapa? Karena aku telah menghadiahkan ke tiga belas bilah pisau pusaka itu kepada orang lain.   Mendadak dia menggeleng, serunya lagi.   Coh bukan, bukan tiga belas, hanya....   hanya dua belas, betul, hanya dua belas.   Kau masih teringat dengan begitu jelas seru orang itu.   Kembali si Kelelawar tertawa aneh.   Tahukah kau ke dua belas bilah pisau mustika itu telah kuhadiahkan kepada siapa? Siapa? 108 Dua belas orang wanita paling cantik, paling menawan hati Dua belas orang wanita? Mereka semua amat cantik bahkan memiliki bentuk badan yang berbeda, ada yang montok, ada yang langsing, ada yang.....   ada yang.....   Entah kenapa, dia tak sanggup melanjutkan kembali kata-katanya.   Terdengar suara orang itu berkata lagi.   Bahkan pisau mustika yang begitu penting pun kau rela persembahkan kepada mereka, hal ini membuktikan kalau kau amat menyukai mereka Tentu saja Oleh sebab itulah kau mempunyai kesan yang begitu dalam terhadap mereka, meski masalah lain sudah tak teringat lagi, namun kau tak pernah melupakan mereka semua Si Kelelawar tidak menjawab, dia hanya tertawa bodoh.   Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Siapa saja nama mereka? Apakah kau masih ingat? kembali suara orang itu berkumandang.   Siapa nama mereka? gumam si Kelelawar sambil berdiri tertegun, dia seolah sudah tak ingat lagi nama nama itu.   Terdengar suara orang itu berkata lagi.   Bukankah kau mengatakan Lau Ci-he termasuk salah satu diantaranya? Aaah benar, memang dia termasuk, darimana.....   darimana kau bisa tahu? seru si Kelelawar tak tahan.   Bukankah kau berasal satu tubuh denganku? Mana mungkin aku tidak tahu? Aaah, betul, betul sekali Apakah Botan (peony) hitam dari Shoatang dan teratai putih dari Hopak termasuk juga? Betul, mereka termasuk juga! Masih ada yang lain? 109 Dengan wajah tertegun si Kelelawar berpikir berapa saat, tiba-tiba dia menghantam batok kepala sendiri sambil berteriak.   Sialan, benar benar sialan! Kenapa? Tak teringat lagi? tanya orang itu sambil menghela napas.   Maukah kau beritahu kepadaku? pinta si Kelelawar.   Sekali lagi orang itu menghela napas.   Coba pikirlah dengan seksama, pasti akan teringat katanya.   Aku.....   aku.......   dia hanya bisa memegangi kepala sendiri sambil dibenamkan kedalam sepasang lututnya, orang tua itu memang tak bisa mengingat kembali.   Orang itu tidak bersuara lagi, dia ikut membungkam.   Suasana dalam ruangan pun pulih kembali dalam keheningan dan kesepian yang luar biasa.   Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya si Kelelawar mendongakkan kepala seraya mengeluh.   Aku benar benar tak bisa mengingatnya kembali, maukah kau beritahu kepadaku? Dia sedang bertanya kepada sang sukma Tiada jawaban.   Sekali lagi si Kelelawar bertanya, namun tetap tiada jawaban, perasaan panik, takut, ngeri mulai menghiasi wajah orang tua itu, jeritnya lengking.   Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku? Kenapa? Tiada reaksi dari dalam ruangan, suasana tetap hening.   Si Kelelawar semakin panik, jeritnya.   Masa kau tinggalkan aku? Kau tak boleh berbuat begitu Suara orang itu tak pernah berkumandang lagi.   Tiba-tiba si Kelelawar melompat bangun, sambil mencakar rambutnya dia menjerit.   Kau adalah sukmaku, kenapa tinggalkan diriku! Nada suaranya diliputi perasaan panik, ngeri dan takut.   Ditinjau dari tingkah lakunya, orang tua itu pada hakekatnya sudah kehilangan kesadaran, sudah menyerupai orang sinting.   110 Nada suaranya yang sejak semula memang kedengaran aneh, dalam keadaan takut bercampur panik, suaranya kedengaran semakin aneh dan tak sedap didengar.   Cahaya lentera yang redup, pada saat itu pula makin melemah dan suram sebelum akhirnya sama sekali padam.   Suasana dalam ruang batu itupun tertelan kembali dalam kegelapan yang luar biasa.   Suara teriakan si Kelelawar masih menggema dalam ruangan, suara itu makin lama makin parau dan lirih.   Benarkah sukma si Kelelawar telah meninggalkan tubuh kasarnya? Meninggalkan dia dengan begitu saja? Bila seseorang sudah kehilangan sukmanya, lalu apa yang akan terjadi dengan dirinya? Dia akan berubah jadi apa? ------------------------------------------------------------------------ Cerita meloncat sedikit karena filenya hilang...   ------------------------------------------------------------------------ IAU JIT tertawa dingin.   Jadi kau anggap aku pasti bukan tandinganmu, pasti bakal mati diujung pedangmu? katanya.   Benar, kau masih bukan tandinganku Kau yakin dugaanmu tak bakal salah? Paling tidak, hingga sekarang dugaanku belum pernah meleset Ada satu hal mungkin belum kau ketahui ujar Siau Jit tiba-tiba.   Soal apa? Kau tak lebih hanya seorang manusia, bukan dewa Maksudmu, selama sebagai manusia pasti akan melakukan kesalahan? Betul! 111 Tiba-tiba Ong Bu-shia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak.   Hahahaha.....   bagi orang orang semacam kita berdua, salah menduga sama artinya mencari kematian buat diri sendiri, bukan begitu? Ehmmm..   Mungkin saja dugaanku kali ini salah, keliru besar, tapi untungnya usiaku sudah lanjut, jadi urusan mati atau hidup sudah bukan kuanggap sebagai satu masalah besar lagi Setelah mendengar penuturanmu itu, aku semakin tak berani bersikap gegabah kata Siau Jit.   Bila seseorang sudah tidak pedulikan masalah mati hidupnya, dia pasti akan menyerang tanpa kuatir, membunuh tanpa ragu, bukankah begitu? Benar! Ong Bu-shia memperhatikan sekejap sepasang tangannya, kemudian berkata lagi.   Dengan mengandalkan sepasang tangan ini, aku telah menjelajahi utara selatan sungai besar dan selama ini belum pernah ketemu lawan tanding.    Sejengkal Tanah Percik Darah Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini