Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 11


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 11


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya dari Huang Ying   Wan-tianglo tertawa.   Tubuhnya terus berubah semakin cepat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 140 Mata Wan Fei-yang melihat dengan cepat, mulut juga berbicara cepat, tapi Siau Cu tidak bisa mengikuti dengan cepat.   Setelah beberapa jurus, lagi-lagi dia roboh dipukul.   Wan-tianglo menendang Siau Cu dengan kepalan.   Untung Wan Fei-yang cepat datang, dia menyambut dua pukulan Wan-tianglo.   Wan-tianglo tertawa lepas.   Tubuh dia berubah dengan cepat.   Wan Fei-yang tidak kalah cepat dari dia.   Siau Cu melihat dengan mata terbelalak dan terus melihat, sampai dia sudah tidak bisa melihat lagi perubahan tubuh Wan-tianglo dan Wan Fei-yang terlalu cepat.   Siau Cu kembali bisa melihat perubahan mereka bukan karena matanya yang bisa mengejar, melainkan perubahan tubuh mereka menjadi semakin pelan.   Keringat besar menetes dari dahi Wan Fei-yang.   Dia mulai terengah-engah, gerakannya mulai pelan, Wan-tianglo ikut pelan, tawanya dari tawa besar menjadi biasa, akhirnya menghilang.   Dia menarik nafas dan pergi.   Wan Fei-yang roboh.   Siau Cu berteriak.   "Wan-toako!"   Dan segera memapah Wan Fei- yang.   "Tidak apa-apa!"   Wan Fei-yang tertawa kecut. Wan-tianglo menggelengkan kepala.   "Puas ya puas tapi sayang belum puas benar! Hari ini sampai di sini, besok aku akan datang lagi. Harap kalian paling sedikit seperti hari ini, jangan membuat aku kecewa!"   Siau Cu marah.   "Pada suatu hari aku akan membeset kulit dan tulangmu, dan aku ingin kau berlutut dan meminta ampun!"   Wan-tianglo malah tertawa.   "Kalau benar hari itu datang, aku benar-benar senang dan kehidupanku akan lebih sempurna!"   Setelah tertawa, dia bersalto beberapa kali dan menghilang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 141 Wan Fei-yang hanya bisa tertawa kecut.   Wan Fei-yang sudah duduk bersila untuk mengatur nafas.   Keringat di tubuh segera berubah menjadi uap melayang.   Tidak lama kemudian Wan Fei-yang sudah selesai mengatur nafas.   Dia segar kembali dan berdiri dengan tenang.   "Bagaimana keadaanmu sekarang?"   "Keadaan sama dengan sebelum bertarung dengan Wan- tianglo."   Wan Fei-yang tertawa.   "Ih-kin-keng yang bisa mengobati diri sendiri harus diakui sangat aneh!"   "Untung kau menguasai cara pengobatan sendiri, kalau tidak kau akan dipukul sampai cacat oleh orang aneh itu!"   Wan Fei-yang menggelengkan kepala.   "Walaupun dia suka ilmu silat seperti orang gila tapi dia bukan orang jahat, maka kau boleh tenang!"   "Atau dia takut kau menjadi cacat dan tidak ada orang yang bisa menemani dia berlatih?"   Terlihat Siau Cu memang tidak menyukai Wan-tianglo.   "Mungkin!"   Wan Fei-yang mengerti hati Siau Cu dan tidak membela.   "Sekarang cukup repot, entah kapan baru bisa meninggalkan tempat ini. Dendam guru dan Bing-cu!"   Siau Cu marah. Dia memukul ke bawah.   "Marah bukan cara memecahkan masalah!"   Mata Siau Cu berputar. Dia segera berkata.   "Wan-toako, Thian-can-sin-kang milikmu, Tokko Bu-ti, dan Put- lo Sin-sian juga tidak sanggup melawanmu. Apakah Wan-tianglo lebih lihai dari pada mereka?"   "Thian-can-kang berada di atas Tay-seng-sin-kang. Hanya saja luka dalamku tidak pernah sembuh, tenagaku putus-sambung maka tidak bisa mengeluarkan semua kekuatannya!"   "Berarti Ih-kin-keng juga tidak ada gunanya!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 142 "Hvkin-keng berjumlah 38 jurus. Sampai sekarang aku hanya bisa mengerti 36 jurus, masih ada 2 jurus lagi yang belum aku kuasai. Mungkin sesudah dikuasai, akan ada perubahan!"   "Kau pasti bisa!"   Siau Cu berkata penuh keper cayaan kepada Wan Fei-yang. Wan Fei-yang melihat Siau Cu.   "Tadi aku melihat kau bertarung dengan Wan-tianglo, tidak diragukan lagi kau adalah orang berbakat di dunia persilatan. Asal kau rajin, pasti ada hasil yang bagus!"   Siau Cu dengan malu mencakar rambutnya yang acak-acakan. Dia tidak biasa dipuji. Kata Wan Fei-yang.   "Mulai sekarang setiap hari aku akan berunding tentang ilmu silat denganmu. Kita bisa bertukar pola pikir kita!"   Sebenarnya maksud Wan Fei-yang adalah ingin mengajar. Siau Cu benar-benar senang.   "Aku tidak mempunyai apa-apa..."   "Setiap perkumpulan pasti ada keistimewaannya..."   "Terima kasih Wan-toako!"   Siau Cu ingin berlutut. Wan Fei-yang segera memapah.   "Kau juga memperhatikan ilmu Tay-seng dari Wan-tianglo, perubahan tubuhnya begitu lincah. Aku kira tidak ada orang bisa menandinginya!"   Siau Cu mengangguk.   "Kalau begitu aku harus berterima kasih pada orang aneh itu!"   "Seharusnya dia menghabiskan waktu untuk muridnya, tapi tidak ada orang yang mau menjadi muridnya!"   "Aku benar-benar tidak pernah bertemu deng an orang seperti dia!"   Belum menyelesaikan kata-katanya, Wan-tianglo sudah muncul dari hutan buah persik.   Dua tangan membawa sepiring buah persik,Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 143 mengantarkannya ke depan Wan Fei-yang dan Siau Cu, kemu dian segera bersalto keluar dan menghilang.   Wan Fei-yang dan Siau Cu hanya bisa tertawa kecut.   Kita tidak jelas dengan keadaan di Lu-san karena sedang berada di gunung ini.   Ini adalah puisi karya Soh Tong-po, seorang penyair Tiongkok kuno yang sangat terkenal.   Ada yang berkata bahwa sebenarnya puisi ini bukan sedang menceritakan Lu-san, mereka mengartikannya sebagai berikut, orang yang bersangkutan di dalam suatu permasalahan akan merasa bingung, sedangkan orang lain yang melihat permasalahan itu akan melihat dengan jelas.   Apakah mungkin interpretasi itu disebabkan karena Soh Tong-po memang belum pernah melihat keadaan Lu-san dengan jelas? Lalu aslinya Lu-san sebenarnya seperti apa? Ada yang menganggap itu adalah air terjun.   Itu masuk akal juga.   Dari semua gunung terkenal, air terjun di Lu-san benar-benar seperti beribu-ribu orang mabuk yang gilanya tidak terlukiskan.   Apalagi di Ceng-yu-sia, air terjun benar-benar jarang kita temukan.   Air terjun turun dengan cepat di antara dua gunung, terkadang air turun dengan lurus.   Suara gemuruh terdengar di antara batu-batu yang aneh bentuknnya, dan turun ke jurang yang berpuluh ribu depa dalamnya.   Benar-benar membuat orang terkejut.   Di sisi jurang ada sebuah tempat datar seperti panggung.   Entah kapan dan entah dewa mana yang tiba-tiba menepis gunung ini dengan kapak besar.   Dia menepis gunung bagian atas dan menyisakan gunung bagian bawah, maka jadilah tempat datar seperti panggung yang luas.   Sebuah rumah batu dibangun di sisi tempat ini.   Di depannya ada sebuah pohon cemara yang besar.   Di sisi sebuah meja batu duduk bersila tiga orang tua yang kurus.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 144 Tiga dewa ini adalah Ih-sian (tabib), Yok-sian (obat), dan Tok- sian (racun).   Ih-sian memiliki ilmu pertabiban yang tinggi.   Yok-sian mengenal beribu-ribu macam obat dan ahli dalam mencampur obat.   Tok-sian seorang peneliti racun, seringkah dia sengaja menggunakan suatu ramuan racun untuk menyerang jenis racun yang lain untuk mendapatkan hasil yang aneh.   Tiga orang ini dulu saling bermusuhan, tapi karena sering mengadu ilmu maka dalam 15 tahun terakhir ini mereka sudah menjadi teman baik.   Tapi mereka sudah terbiasa setiap tiga tahun sekali harus beradu ilmu satu dengan yang lainnya, mereka harus menemukan pemenang baru berhenti beradu ilmu.   Setiap tiga tahun ketika mereka bertemu, mereka masing- masing mendapatkan hasil penelitian baru.   Kali ini pun tidak terkecuali.   Tapi Ih-sian terlihat sedikit lelah.   Baru saja duduk, dia sudah berkomentar.   "Kita sudah bertanding setiap tiga tahun sebanyak lima kali berturut-turut, tapi selama itu tidak pernah ada pemenang."   Yok-sian tertawa.   "Maka dari itu kita harus tetap bersaing. Apakah kau mau mundur?"   "Kalau mundur di hari pertandingan tahun ke-15, mati juga tidak akan bisa memejamkan mata!"   Kata Tok-sian. Ih-sian mengangguk.   "Karena itulah, hari ini tiga orang tua bertemu lagi!"   "Seharusnya kali ini bisa menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah!"   Kata Yok-sian.   "Setiap kali Lo-heng selalu percaya diri!!"   Kata Ih-sian.   "tapi sudah 15 tahun, tetap saja tidak ada yang menang!"   "Lebih baik kita lihat apa yang dihasilkan dia dalam tiga tahun ini!"   Kata Tok-sian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 145 Yok-sian tertawa.   "Kita jarang bertemu, biarlah aku bersulang dulu dengan Ji-wi Lo-heng!"   Dari kantong dia menge luarkan dua cangkir giok, masing-masing cangkir giok ditaruh di depan Tok-sian dan Ih-sian.   Kemudian dia mengeluarkan sebotol kecil arak.   Dia men- cabut tutup botol arak dan menuangkan arak ke masing-masing cangkir.   Wangi arak yang berwarna hijau itu langsung tercium.   Begitu Ih- sian mencium bau arak langsung tertawa.   "Mainan yang sama seperti dulu!"   "Tiga tahun yang lalu, kau sudah berkomentar seperti ini!"   Kata Ih-sian santai.   "Karena kau masih mengeluarkan barang yang sama seperti tiga tahun yang lalu, maka terpaksa aku mengulangi komentarku tiga tahun lalu!"   Yok-sian malah tertawa.   "Kalian jelas-jelas sudah tahu ini bukan barang yang sama seperti tiga tahun yang lalu. Kalian sengaja berkomentar seperti itu untuk membuatku marah. Aku tidak akan tertipu. Silahkan! Kalian berdua silahkan minum!"   Ih-sian mengangkat cangkir dan menghabiskan arak, lalu berkata.   "Barang bagus. Di dalamnya sudah kau tambahkan campuran dua macam obat lagi!"   Yok-sian tersenyum.   "Betul aku sudah menambah dua macam obat dalamnya. Setelah ditambah dengan dua macam obat baru, khasiat racun paling sedikit bertambah satu kali lipat. Untung aku sudah membuat obat penawarnya. Kalau kau mengaku kalah, aku akan segera memberikan obat penawarnya kepadamu!"   Sewaktu berbicara, wajah Yok-sian sudah I, berubah warna menjadi berwarna hijau ungu.   Dia tetap tenang, dia mengeluarkan sebuah kotak dan mengambil jarum-jarum kecil, kemudianLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 146 menancapkan jarum kecil pada titik-titik nadi di bagian tenggorokan sampai dada, semua berjumlah 17 titik nadi.   Sampai dia mencabut jarum kecil dan menaruh kembali ke dalam kotak, 17 titik nadi dan daging Yok-sian sudah bergerak teratur seperti biasa.   Tidak lama kemudian, muncul cairan berwarna hijau ungu dari lubang jarum yang ditancapkan tadi.   Cairan keluar dengan cepat sampai habis lalu mengalir darah merah.   Ih-sian segera membersih karinya dengan sehelai kain putih, lalu dia tertawa.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Hanya sebegitu saja!"   "Baik!"   Yok-sian benar-benar memuji.   "kau menggunakan tenaga dalam menutup jalan darah, menghadang racun untuk menyebar, kemudian memancing racun keluar dengan jarum. Benar-benar teknik yang bagus, aku kagum!"   Tok-sian berkata.   "Bila sedikit meleset, jarum kecil itu akan membuat dia mengaku kalah. Sekarang giliranku!"   Dia sekaligus menghabiskan arak itu sekali gus, kemudian pelan- pelan meniup. Seekor ular kecil berwarna belang emas dan perak keluar dari lengan bajunya, lalu menggigit pergelangan tangannya. Yok-sian yang melihat itu menarik nafas.   "Menggunakan racun untuk menyerang racun, hanya kau yang bisa terpikir akan cara ini. Kalau tidak mengenal baik jenis racun, mana mungkin kau memakai cara ini?"   Ih-sian juga menarik nafas.   "Menurutku, Lo-heng benar-benar sesat. Awal nya kau meneliti penyakit manusia, sekarang kau meneliti racun. Bukan menolong orang, malah mencelakakan orang!"   Tok-sian tertawa kering.   "Tadinya aku selalu menggunakan racun untuk meraih kemenangan, tapi aku memecahkan racun dengan ular ini..."   "Bagaimana Lo-heng?"   Balik Ih-sian bertanya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 147 "Sekarang aku ingin melihat ilmumu!"   Kata Yok-sian.   "Bukankah sudah melihatnya?"   Tawa Tok-sian. Yok-sian mengerutkan hidung.   "Apakah racun yang tidak terlihat sudah tersebar di udara?"   Tok-sian tertawa.   "Kalau kau yang berpengalaman juga tidak merasakannya, bukankah aku sudah pasti menang?"   "Yang ingin kau pamerkan sebenarnya adalah ular beracun itu?"   Tanya Ih-sian.   "Tetap saja Ih-sian yang hatinya lebih bersih!"   Tok-sian tertawa.   "kelihatannya kau sudah punya penemuan yang bisa menjadi tiket kemenangan untukmu, maka kau terlihat begitu tenang dan tidak bingung sama sekali!"   Ih-sian hanya tertawa. Yok-sian segera mengerti, dia melihat Tok-sian.   "Pantas kau tidak pamer lagi. Arak racunku dan ular beracunmu itu saling mengendalikan. Kau akan membuat ular beracun itu menggigitku. Asalkan aku meminum arak beracun ini, aku akan bisa menawarkan racun. Kemudian dia bisa menggunakan jarum kecil untuk memancing arak beracun dariku. Sedangkan ular beracunmu pasti tidak mengalami perubahan, maka itu berlebihan!"   Tok-sian mengangguk.   "Memang sederhana. Hanya saja Lo-heng ingin menang dengan cepat dan tidak memperhatikan ular beracun itu. Kau mengira aku pasti masih punya jurus-jurus hebat lagi."   Yok-sian melihat wajah Ih-sian.   "Sekarang aku sedikit cemas dan ingin melihat kepandaian Lo- heng!"   "Bukan hanya kau!"   Tok-sian bertanya pada Ih-sian.   "Lo-heng, kau masih menunggu apalagi?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 148 "Ikutlah denganku!"   Dengan tenang Ih-sian berdiri dan berjalan menuju rumah batu itu.   127-127-127 Di tengah-tengah rumah batu ada sebuah peti mati.   Ih-sian membuka tutup peti.   Tok-sian dan Yok-sian melihat jelas di dalam peti terbaring seorang tua berambut dan berkumis putih yang hampir meninggal.   Tok-sian dan Yok-sian saling melihat dan bertanya kepada Ih- sian.   "Apa maksudmu?"   "Kalian lihat dengan jelas dan beritahu pada ku apakah orang ini masih bisa hidup?"   "Kalau bisa, memang kenapa?"   Tanya Yok- sian.   "Bila bisa membuat dia hidup kembali, berarti aku menang!"   Ekspresi Ih-sian seperti sudah menang.   "Bagaimana kalau kami tidak bisa dan kau juga tidak bisa?"   Tanya Tok-sian.   "Aku yang akan kalah!"   "Ini adil juga!"   Yok-sian berjongkok dan Tok-sian segera ikut berjongkok.   Inilah kali pertama mereka bekerja sama, masing-masing mereka melakukan apa yang mereka bisa.   Setelah memeriksa dengan teliti selama sekitar setengah jam, akhirnya mereka mundur.   Yok-sian menggelengkan kepala.   "Separuh dari nadi-nadi orang ini sudah pecah, hampir semua nadi-nadinya juga sudah tersumbat. Tidak diragukan lagi disebabkan karena dia sudah tua tapi tetap bernafsu birahi. Sekalipun dewa yang datang mengobati, dia tetap tidak bisa tertolong!"   "Bagaimana pendapatmu?"   Ih-sian bertanya kepada Tok-sian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 149 "Sudah tidak ada harapan hidup. Walaupun Hoa-to (tabib yang paling terkenal di Tiongkok kuno) hidup kembali, dia tetap tidak bisa menyelamatkannya!"   Tok-sian berkata sambil melihat Ih-sian.   "Pada tahun ke-15 ini akhirnya aku bisa merasakan kemenangan!"   Ih-sian tertawa keras. Tok-sian menggelengkan kepala.   "Kalau kau bisa menyelamatkan orang ini, aku mengakui kekalahan dengan tulus!"   "Demikian juga dengan aku!"   Kata Yok-sian.   Dengan sangat tenang Ih-sian mengeluarkan sebotol obat dan sebutir obat berwarna merah emas.   Obat dimasukkan ke mulut orang tua yang berbaring di peti mati.   Dia menekan tenggorokan dan memegang sudut mulut orang tua itu, memaksa orang tua menelan obat itu.   Tangan dan kaki orang tua itu sudah kaku.   Walaupun masih bernafas, nafasnya terlihat bersisa sedikit lagi.   Tapi setelah menelan obat itu, dadanya mulai bergerak naik turun.   Suara nafasnya mulai terdengar.   Tok-sian dan Yok-sian terkejut.   Melihat kaki dan tangan orang tua bergetar, Tok-sian tidak tahan lagi untuk bertanya.   "Obat apa itu?"   Hvsian tersenyum.   "Sementara ini diberi nama Su-beng-kim-tan!" (Butiran emas menyambung nyawa).   "Benar-benar tidak terbayangkan!"   Kata Yok-sian sambil menggelengkan kepala.   "mana mungkin orang ini bisa bereaksi seperti itu!"   "Kita Say-gwa-sam-sian, kau yang nomor satu. Siaute benar- benar kagum kepadamu!"   Kata Tok-sian.   "Lo-heng adalah orang yang berbakat. Walau pun Siaute kalah, tapi aku kalah dengan tulus hati!"   Kata Yok-sian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 150 "Kalau hal ini diumumkan, dunia akan bergetar. Pada waktu itu semua orang akan menganggap kau adalah dewa hidup. Kami dua saudaramu juga akan mendapatkan kebaikan."   Yok-sian berpikir lebih jauh.   "Kalau memberikan obat kepada kaisar, pasti akan diberi hadiah yang besar dan akan membuat nenek moyang kita bangga! Semakin berbicara, mereka semakin gembira. Mereka tidak melihat tawa Ih-sian yang semakin menghilang. Dia duduk dengan tidak bersemangat.   "Selama tiga tahun ini kau sama sekali tidak memberi kabar kepada kami. Ternyata kau bersembunyi untuk membuat obat yang bernama Su-beng-kim-tan!"   Kata Tok-sian.   "Aku lihat sepertinya harus dibuat dalam jum lah yang banyak untuk menyelamatkan orang. Itu akan mendapat pahala besar.   "Aku tidak akan membuatnya lagi!"   Kata Ih-sian tiba-tiba.   "Apa?"   Tok-sian tidak mempercayai pendengarannya sendiri.   "Apakah setelah memakan obat ini, ada efek yang tidak baik?"   Tanya Yok-sian.   "Sungguh menakutkan!"   Kata Ih-sian "Kami tidak mengerti!"   "Sebelum diberikan kepada manusia, aku pernah memberinya kepada unggas dan binatang yang hampir mati untuk percobaan. Memang betul nyawa mereka tertolong dan kembali hidup dengan baik, tapi pikiran mereka menjadi kacau. Sebagian binatang bahkan menyiksa diri tapi sedikitpun tidak merasa sakit!"   "Oh?"   Tok-sian dan Yok-sian merasa aneh.   "Bila Su-beng-kim-tan jatuh ke tangan orang jahat, coba kalian pikir apa akibat yang akan terjadi?"   Baru selesai berkata, orang tua yang terbaring di peti mati meloncat bangun, orang tua ini seperti anjing gila menyerang Ih- sian.   Suara yang keluar dari tenggorokannya terdengar seperti raungan binatang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 151 Ih-sian seperti sudah tahu.   Dia memukul dada orang tua itu sampai masuk kembali ke dalam peti mati.   "Sekarang kalian sudah lihat!"   Ih-sian memukul lagi orang tua yang baru bangun dari peti mati.   Sekarang Tok-sian dan Yok-sian baru memper hatikan sorot mata orang tua ini.   Sorot mata orang tua tidak hanya kembali bercahaya dan terang, malah membuat orang merasa takut.   Sama sekali bukan sorot mata manusia, melainkan seperti binatang.   Dia roboh, tapi segera merangkak bangun lagi.   "Dia seperti tidak merasa sakit!"   Tanya Tok-sian aneh.   "Itu adalah paling menakutkan!"   Ih-sian ber- getar.   "Untuk apa dia tergesa-gesa bangun?"   Tanya Yok-sian.   "Kau jangan bergerak, kemudian dia akan memukul kita, lalu kau akan tahu!"   Ih-sian tertawa kecut.   "Ingin bertarung?"   "Ingin membunuh orang!"   Ih-sian cepat menu tup peti mati dan segera duduk di atasnya. Dari dalam peti mati keluar suara meraung seperti orang gila. Ih- sian menarik nafas.   "Orang tua ini belum pernah belajar ilmu silat. Kalau tidak, mungkin kita akan cukup repot!"   Yok-sian mengangguk.   "Aku setuju! Su-beng-kim-tan jangan dibuat lagi!"   "Bagaimana dengan orang tua ini?"   Tok-sian bertanya sambil tertawa kecut. Lh-sian juga tertawa kecut.   "Selain membunuh dia, aku tidak mempunyai cara lain yang lebih baik lagi!"   "Membunuh dia?"   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tok-sian bertanya.   "Di dunia ini tidak ada hal yang lebih lucu lagi!"   Ih-sian hanya bisa tertawa kecut.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 152 128-128-128 Tiong Toa-sianseng dan Su Yan-hong datang ke rumah batu tiga jam setelah kejadian ini.   Mereka berjalan tergesa-gesa sepanjang jalan karena tidak mau melewatkan pertarungan Say-gwa-sam- sian.   Melihat ada dua cangkir giok di dataran yang seperti panggung itu, Tiong Toa-sianseng tahu mereka sudah tidak sempat, tapi dia sama sekali tidak menyangka akan terjadi hal di luar dugaannya.   Dia mengira dalam pertarungan Say-gwa-sam-sian kali ini, pasti tidak ada hasilnya seperti tahun-tahun sebelumnya.   Walaupun ada hasil, tidak akan terjadi musibah apa-apa.   Tapi tidak disangka, begitu mendekati rumah batu, dia sudah mencium bau darah.   Ketika membuka pintu, dia terkejut melihat rumah yang acak- acakan.   Barang-barang berhamburan, ada yang hancur, ada yang pecah.   Tiong Toa- sianseng melihat tubuh Yok-sian dan Tok-sian yang penuh dengan darah.   Mereka sudah mati.   Tiong Toa-sianseng segera memeriksa pernafasan Tok-sian, dia semakin terkejut.   Su Yan-hong juga dengan cepat memeriksa Yok- sian, kemudian dia melihat Tiong Toa-sianseng sambil menggelengkan kepala dan menarik nafas.   Tidak perlu berkata apa-apa, Tiong Toa-sianseng sudah tahu Yok-sian sama seperti Tok-sian, keduanya sudah meninggal.   "Siapa yang membunuh mereka?"   Tiong Toa-sianseng tidak bisa melihat.   "Apakah setelah bertarung mereka menjadi seperti ini!"   Su Yan- hong melihat sekeliling. Dia mera sa semakin aneh. Tiong Toa-sianseng menggelengkan kepala.   "Mereka bertiga sudah seperti saudara kandung, apalagi pertarungan di antara mereka bukan yang pertama kali. 15 tahun sudah mereka lewati dan selama itu tidak terjadi apa-apa, mengapa sekarang bisa ada yang meninggal?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 153 "Tecu juga berpikir seperti itu. Tapi aneh, mengapa tidak ada Ih- sian, hanya ada Tok-sian dan Yok-sian?"   "Kita buka peti mati itu!"   Kata Tiong Toa-sianseng. Peti mati tetap masih tertutup. Begitu dibuka terlihat ada seorang tua berbaring di sana. Pada tengah wajahnya di antara kedua alis tertancap sebatang jarum perak yang berkilau! Su Yan-hong segera berkata.   "Dia bukan Ih-sian!"   "Siapa dia sebenarnya?"   Tanya Tiong Toa-sianseng.   "Dia masih bernafas!"   "Tidak mungkin! Jarum ini ditancap di jalan darah yang penting. Apakah dia masih bisa hidup?"   Saat Tiong Toa-sianseng merasa aneh, orang tua sudah merangkak keluar dari peti mati.   "Tanyakan padanya!"   Su Yan-hong menceng-kram pundak orang itu.   "mungkin dia tahu apa yang sudah terjadi!"   Su Yan-hong belum selesai berkata, orang tua sudah menyerang dan mencengkram tenggorokannya. Su Yan-hong mengayunkan tangan dan membentak.   "Siapa kau?"   Tangan orang tua datang mencengkram lagi. Sekali lagi Su Yan- hong mengayunkan tangan, tiba-tiba orang tua itu menggigit tangan Su Yan-hong. Tiong Toa-sianseng melihat, dia segera berkata.   "Dia tidak sadar!"   "Kelihatannya memang seperti itu!"   Su Yan-hong menjawab sambil menghindari gigitan orang tua itu, lalu mencengkram kedua tangan orang tua yang datang menyerang.   Orang tua itu tidak bereaksi apapun, dia sudah mati rasa.   Dia memberontak, sikapnya tidak berbeda dengan orang yang sudah gila.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 154 Tiong Toa-sianseng segera meloncat ke atas.   Dengan menurunkan tendangan kaki dari atas, dia menepuk kedua telinganya.   Orang tua itu seperti tersambar petir, tubuhnya bergetar, semua gerakan segera berhenti.   Tiong Toa-sianseng mengambil nafas.   Dia tidak menurunkan tubuhnya, malah naik ke atas.   Dia menekan kepala orang tua dengan telapak kanan, kemudian mengalirkan tenaga dalam masuk ke kepala orang tua.   Orang tua itu berteriak, sikapnya seperti orang gila, teriakannya kemudian berubah menjadi rintihan.   Sorot matanya mengambang.   Dia berkata sendiri.   "Perempuan berbaju merah muda, Hun-lo-sat (Pembunuh merah muda)."   Setelah itu dia tidak bernafas lagi.   "Obat yang benar-benar gila!"   Kata Tiong Toa-sianseng.   "Obat?"   Su Yan-hong merasa heran. Tiong Toa-sianseng mengangguk.   "Aku kira hanya obat yang bisa mengubah orang tua seperti itu. Menemukan orang tua seperti ini di tempat pertemuan Say-gwa- sam-sian, bukankah ini hal yang aneh?"   "Keadaan Tok-sian dan Yok-sian seperti ini, apakah karena obat atau hal lain..."   Tanya Su Yan-hong.   "Apakah kau tidak tahu gurumu tidak paham dengan obat- obatan?"   Su Yan-hong melihat jarum perak yang masih menancap di antara kedua alis orang tua itu.   "Apakah guru tahu jarum perak adalah senjata rahasia dari perguruan mana?"   "Walaupun guru tahu banyak tentang senjata rahasia, tapi aku belum pernah melihat yang seperti ini. Tapi bukan hal yang sulit untuk mencari tahu."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 155 "Maksud guru..."   "Semua senjata dan senjata rahasia pernah dibagi jenis dan macamnya oleh keluarga Lamkiong. Mereka meneliti jenis dan macam senjata dan senjata rahasia dengan serius. Bila kita pergi ke keluarga Lamkiong untuk meminta tolong, bukankah masalah akan beres?"   Kata Tiong Toa-sianseng sambil menarik nafas.   "Say-gwa- sam-sian jarang membuat keributan dengan dunia luar. Hanya dengan mendapatkan orang yang membunuh mereka, baru bisa mengetahui apa tujuannya."   Su Yan-hong melihat wajah Tiong Toa-sianseng.   "Apa yang guru khawatirkan?"   "Aku merasa tidak nyaman! Setiap kali muncul perasaan ini, selalu ada musibah yang terjadi."   "Kali ini, kira-kira apa yang terjadi?"   "Kalau aku bisa tahu, aku bisa berusaha meng hindar, musibah tidak akan menjadi musibah lagi!"   "Karena Say-gwa-sam-sian berbeda dengan orang lain, maka guru berpikir terlalu jauh!"   "Tidak mungkin Tok-sian dan Yok-sian tidak meninggalkan jejak sedikitpun tentang musibah ini. Mungkin kau tidak mengerti kata- kataku!"   "Aku mengerti. Waktu terjadi sesuatu dengan Ih-lan, aku juga merasakan perasaan seperti ini!"   "Bagi kita yang menekuni agama To, itu nama nya Tong-leng (Hubungan batin)."   Setelah membawa mayat turun dari Lu-san, Tiong Toa-sianseng dan Su Yan-hong segera membeli tiga peti mati.   Mereka menyewa sebuah kereta kuda, malam itu juga berangkat ke keluarga Lamkiong.   Walaupun tidak sejaya dulu, tapi dari luar terlihat keluarga Lamkiong tidak ada perubahan yang besar.   Rumah tetap indah danLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 156 bersih.   Papan nama 'Kang-lam-te-it-cia' (nomor satu di Kanglam) tetap tergantung di atas pintu utama.   Papan nama itu diberikan dulu waktu Pek-joa-cau bertanding ilmu pedang, semua perkumpulan memberikan papan nama kayu ini kepada keluarga Lamkiong.   Pada papan nama masih terdapat tanda tangan semua ketua perkumpulan.   Boleh dikatakan saat itulah masa kejayaan keluarga Lamkiong.   Melihat papan nama itu, Su Yan-hong berkata.   "Aku sedikit terharu!"   Lamkiong Po segera keluar rmenyambut.   Lo-taikun membawa lima menantu.   Bing-cu juga ikut keluar.   Tiong Toa-sianseng adalah ketua perkumpulan, Su Yan-hong adalah Hou-ya.   Baik dari sudut 'orang dunia persilatan maupun sebagai rakyat biasa, tetap harus menyambut mereka.   Walaupun Su Yan-hong adalah murid Tiong Toa-sianseng dari Kun-lun-san, tapi mereka tetap memanggilnya Hou-ya.   Setelah menjelaskan tujuan mereka, Su Yan-hong dan Tiong Toa-sianseng dipersilahkan masuk ke tempat terlarang keluarga Lamkiong.   Kata Lo-taikun.   "Memang keluarga Lamkiong mempunyai pantangan, tapi tidak ada orang yang akan melarang tiga peti mati itu ditaruh di sana!"   Lo-taikun tidak mengenal orang tua yang di antara alisnya tertancap jarum perak.   Karena orang tua sama sekali tidak ada hubungan dengan dunia persilatan.   Dia hanya dianggap kelinci percobaan oleh Ih-sian dan dipindahkan ke rumah batu di Lu-san.   Lo-taikun juga tidak mengenal dari mana jarum itu berasal.   Tong Goat-go yang menguasai senjata rahasia juga menggelengkan kepala.   Setelah mengamati tiga mayat dengan teliti, Lo-taikun merasa semakin aneh.   Orang tua ini mati oleh jarum perak itu, tapi Tok- sian dan Yok-sian mati terkena racun.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 157 "Tidak ada orang yang bisa menyamai pengetahuan obat dan teknik pengobatan Say-gwa-sam-sian.   Jika ada orang yang sanggup membunuh mereka dengan obat racun, itu benar-benar aneh!"   Kemudian Lo-taikun bertanya.   "Apakah sampai sekarang Ih-sian belum ditemukan?"   Tiong Toa-sianseng bisa menangkap maksud Lo-taikun, dia menjawab.   "Say-gwa-sam-sian dekat seperti saudara kandung, tidak mungkin mereka saling membunuh!"   "Aku tahu tentang ini!"   Lo-taikun segera mengalihkan pembicaraan.   "kalau ingin tahu penyebab kematian mereka, harus meminta bantuan orang tua di Ciu-ci-tong!"   "Bila ada dia yang membantu, masalah akan lebih sederhana!"   Tiong Toa-sianseng merasa bersemangat.   Tujuan dia datang ke keluarga Lamkiong adalah meminta bantuan orang tua di Ciu-ci- tong.   129-129-129 Ciu-ci-tong boleh dikatakan adalah tempat istimewa dan sangat misterius di keluarga Lamkiong.   Di dalam tempat misterius ini, tidak hanya tersimpan semua barang-barang misterius keluarga Lamkiong, di tempat ini juga tersimpan senjata, senjata rahasia dan obat-obatan dari semua perkumpulan di dunia persilatan, termasuk orang-orang yang menggunakan senjata dan obat-obatan ini.   Pesilat-pesilat tangguh juga termasuk orang yang dikumpulkan di sini.   Pekerjaan ini sulit dilakukan.   Tenaga kerja dan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pekerjaan ini sulit terhitung.   Maka orang-orang dunia persilatan menebak keluarga Lamkiong pasti mempunyai tujuan tertentu.   Satu-satunya penjelasan yang diberikan oleh keluarga Keluarga Lamkiong adalah dua huruf 'Ciu-ci' (menuntut ilmu), maka pembicaraan orang-orang dunia persilatan membiarkan soal ini tidak terselesaikan.   Sebenarnya keluarga Lamkiong selalu meleraiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 158 pertikaian dan menyingkirkan kesulitan di dunia persilatan.   Maka dalam beberapa tahun ini jangankan melakukan kejahatan, sedikit kesalahan juga tidak pernah mereka lakukan.   Apa yang harus dikatakan teman-teman dunia persilatan tentang perkumpulan ini? Mana mungkin mereka tidak kagum dengan sepenuh hati? Awalnya, penanggung jawab di Ciu-ci-tong adalah seorang orang tua yang bernama Ciu-ci Lojitt.   Tidak ada yang tahu apa hubungan antara orang tua ini dengan keluarga Lamkiong.   Tapi orang-orang keluarga Lamkiong dari tingkatan atas sampai bawah sangat menghormati orang tua ini.   Maka teman-teman dunia persilatan percaya orang tua ini sebenarnya adalah Cianpwee di keluarga Lamkiong.   Tapi mereka juga tidak yakin.   Memang ada yang pernah bertemu dengan Ciu-ci Lojin, tapi tidak pernah menemuinya sampai dua kali.   Setiap orang yang pernah bertemu dengan Ciu-ci Lojin hanya mengatakan dia adalah seorang orang tua yang berambut putih, selain itu tidak dikatakan lagi keistimewaannya yang lain.   Ciu-ci Lojin yang Tiong Toa-sianseng dan Su Yan-hong temui sekarang bukan lagi seperti itu.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Walaupun rambutnya sudah putih, tapi dia juga bungkuk dan bisu.   Bila ingin berbicara dengannya hanya bisa dilakukan dengan cara ditulis.   Ciu-ci-tong sangat luas.   Rak-rak kayu tersusun rapi, di sana tersusun berbagai jenis buku yang dikelompokkan dan disusun dengan sangat rapi.   Hanya dengan melihat begitu banyak buku sudah cukup untuk membuat kepala orang merasa pusing.   Walaupun buku-buku sudah dikelompokkan, namun untuk mencari buku yang dibutuhkan bukanlah hal yang mudah.   Tapi Ciu-ci Lojin sangat hebat.   Tangannya segera menggapai dan mengambil buku yang mereka perlukan.   Terlihat dia sangat mengenal tempat ini.   Tidak perlu bertanya mengenai masa mudanya, pasti dihabiskan di sini.   Su Yan-hong dan Tiong Toa-sian- seng merasa hormat kepada orang ini.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 159 Ciu-ci Lojin sangat hafal dengan letak buku, juga mengenal dalam tentang bermacam-macam jenis obat dan senjata rahasia.   Apalagi tentang ingatan, ini tidak perlu dikatakan lagi.   Setelah dia melihat mayat orang tua yang ditancap jarum perak, dia segera membolak-balik rak buku kemudian mengeluarkan dua buku.   Buku ditaruh di meja dan kemudian dia menulis kata-kata penjelasan di kertas.   Su Yan-hong melihat tulisan itu.   "Ternyata jarum itu bernama jarum Lan-hoa (Jarum anggrek). Itu adalah senjata rahasia seorang perampok perempuan di kerajaaan Song. Jarum ini terbuat dari besi, bagian tengah jarum dibuat kosong sehingga bisa dimasukkan cairan racun dan pecah di tubuh! Perampok perempuan ini bernama Li Ong-hottg."   Tiong Toa-sianseng bertanya kepada Ciu-ci Lojin.   "Kalau begitu, racun apa yang tersimpan di dalam pipa jarum itu? Apakah orang tua itu mati karena racun ini?"   Melihat kertas tulisan, kata Su Yan-hong.   "Obat racun itu dibuat dari 'Tiang-beng-lan' (Anggrek panjang umur) dari Thian-san bagian utara. Tapi jenis Tiang-beng-lan ini sudah musnah 80 tahun yang lalu dan sudah tidak muncul lagi!"   "Maafkan pengetahuanku yang sempit dan dangkal!"   Kata Tiong Toa-sianseng.   "Di tubuh orang tua ini, selain racun Tiang-beng-lan, masih terdapat satu jenis lagi..."   Kata Su Yan-hong.   "Apakah racun juga?"   "Cianpwee tidak yakin!"   Wajah Su Yan-hong mengeluarkan ekspresi aneh.   "kedua obat ini tidak bisa disatukan!"   "Berarti itu bukan racun!"   "Anehnya di tubuh Tok-sian dan Yok-sian juga terkandung obat ini!"   "Ini benar-benar aneh!"   Kata Tiong Toa-sian- seng.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 160 "Apakah guru mengetahui tentang Li Ong- hong?"   "Kalau aku tahu Li Ong-hong, mana mungkin aku tidak tahu Lan-hoa-ciam. Apabila senjata rahasia ini sudah ada sejak kerajaan Song, dan terus ada sampai sekarang, seharusnya tidak aneh. Tapi yang aneh, senjata rahasia ini sudah lama tidak muncul, lalu sekarang tiba-tiba muncul!"   "Apakah karena baru didapatkan lagi racunnya?"   Akhirnya Lo-taikun menyela.   "Apapun yang terjadi, pembunuh ini menguasai obat dan senjata rahasia!"   Tiong Toa-sianseng mengangguk.   "Menurut yang kita tahu, Ih-sian memang menguasai ilmu pertabiban. Tapi dia tidak mengenal senjata rahasia dan ilmu silatnya juga biasa-biasa saja."   Lo-taikun tertawa.   "Kelihatannya pembunuh ini sengaja memper sulit kita!"   Tiong Toa-sianseng mengangguk.   "Kita harus mencari tahu dari hilangnya Ih- sian!"   "Apakah guru curiga di Lu-san masih tertinggal jejak yang bisa kita cari tahu? Kita terburu-buru meninggalkan Lu-san dan tidak menemukan apa-apa."   "Tapi sayang sudah dekat harinya dengan rapat Pek-hoa-couw, kita tidak sempat menempuh perjalanan pulang pergi ke Lu-san!"   Kata Tiong Toa-sianseng. Lo-taikun tertawa.   "Kalau begitu kalian berdua bisa tinggal di sini dulu. Setelah rapat Pek-hoa-couw, baru mengambil keputusan."   Tiong Toa-sianseng ingin menjawab tapi Lo-taikun berkata lagi.   "Mungkin pembunuh itu tahu kalian berdua ingin memeriksa hal ini dan dia sudah memperhatikan gerak-gerik kalian berdua. Kapanpun dia bisa datang mencari!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 161 Tiong Toa-sianseng tertawa.   "Kalau begitu, bisa mengurangi banyak kerepotan! Apakah undangan rapat itu sudah Lo-taikun sebarkan?"   "Sebagian besar undangan sudah disebar, hanya punya Siau Sam Kongcu yang belum bisa terantar, beberapa hari yang lalu baru diantar ke Ling-ong-hu!"   Kata Lo-taikun seperti tidak ada apa-apa.   Tiong Toa-sianseng mendengar kata-kata Lo-taikun, hatinya terasa tidak enak.   Terhadap Siau Sam Kongcu, dia tidak punya perasaan baik mau pun perasaan tidak baik.   Namun karena putrinya Bok-lan, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal.   Kalau bisa, lebih baik jangan bertemu.   130-130-130 Waktu undangan sampai di tangan Siau Sam Kongcu, dia sedang mengajar Su Ceng-cau berlatih ilmu pedang di Ling-ong-hu.   Setelah pergi ke ibukota, Su Ceng-cau mulai merasakan dunia luar sangat besar.   Dia mulai merasa ilmu silat yang dimilikinya sama sekali tidak cukup untuk bisa beraksi di dunia persilatan, maka dia menjadi rajin belajar ilmu silat.   Siau Sam Kongcu mengantar keluar utusan keluarga Lamkiong yang mengantarkan undangan, kemudian kembali ke belakang.   Su Ceng-cau masih berlatih ilmu silat di sana, dia tidak malas-malasan.   Melihat dia begitu rajin, Siau Sam Kongcu merasa senang.   Kalau dia sedang berlatih ilmu silat dan tidak merasa ada yang mengintip, itu wajar.   Karena sebenarnya memang sulit mengetahui keberadaan orang itu.   Orang itu memakai baju hijau.   Dia bersem-i bunyi di atas pohon, berbaur dengan daun-daunan, diam tidak bergerak.   Jika bukan karena Siau Sam Kongcu yang sangat teliti, sampai daun-daun di atas pohon juga dia perhatikan, keberadaan orang ini tidak akan diketahui.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 162 Tujuan orang berbaju hijau adalah Su Ceng-cau.   Begitu muncul, dia langsung menyerang Su Ceng-cau.   Ketika orang ini masih berada di tengah-tengah udara, dia sudah mencabut pisau dari sarungnya.   Cahaya pedang berkilau, dia menepis kepala Su Ceng- cau dengan jurus yang sangat keras.   Mendengar ada suara pedang datang menyerang, dia segera menahan serangan dengan pedang.   Tapi pedang dan tubuh Su Ceng-cau tergetar mundur.   Pada waktu bersamaan orang berbaju hijau berguling dan menyerang lagi.   Kali ini serangannya lebih cepat dan ganas.   Su Ceng-cau segera menggunakan ilmu silatnya, tapi dia diserang lagi berturut-turut 17 kali serangan, memaksa Su Ceng-cau untuk terus mundur! "Guru..."   Su Ceng-cau berteriak.   Pada waktu dia tidak berkonsentrasi, golok orang berbaju hijau sudah menepis pegangan pedang Su Ceng-cau.   Dia berteriak dan melepaskan pedang.   Orang berbaju hijau tertawa terbahak-bahak.   Dengan golok dia memukul pedang ke atas udara, kemudian meloncat ke depan Su Ceng-cau.   Su Ceng-cau terkejut bukan main.   Dia ingin mundur tapi punggungnya sudah mengenai dinding.   Akhirnya Siau Sam Kongcu bergerak, tapi dia hanya menjemput pedang yang terjatuh dari atas.   Orang berbaju hijau tidak melukai Su Ceng-cau.   Sampai di depan Su Ceng-cau, dia kembali tertawa terbahak-bahak.   Su Ceng-cau belum tenang.   Golok orang berbaju hijau menunjuk ke Siau Sam Kongcu.   "Sekarang giliranmu..."   Nada suaranya sangat aneh, membuat orang tidak enak mendengarnya.   "Guru, bunuh dia!"   Su Ceng-cau berteriak. Siau Sam Kongcu dengan santai berkata.   "Aku sudah beberapa kali berpesan, walaupun guru berada di sisimu, kau jangan menganggap ada guru. Kau harus konsentrasiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 163 baru bisa menahan serangan musuh, mengubah keadaan bahaya menjadi selamat!"   Su Ceng-cau belum menjawab, Siau Sam Kongcu sudah melemparkan pedang kepadanya dan berpesan.   "Apakah sudah ingat..."   "Guru!"   Su Ceng-cau berteriak. Pelan-pelan Siau Sam Kongcu membalikkan tubuh dan bertanya.   "Siapa di sana?"   Seorang yang berusia setengah baya, berkepala botak, memakai bakiak, dan berbaju seperti biasa yang mirip baju hweesio keluar dari semak-semak. Tangan kirinya memegang sebuah golok. Dia menancapkan golok ke bawah.   "Lian-lui-it-to-cian."   Laki-laki setengah baya berbahasa Han-ie. Walaupun nadanya aneh, tapi masih bisa dimengerti.   "Dari Jepang?"   Suara Siau Sam Kongcu sangat tenang.   "Betui! Anda akan memberi petunjuk apa?"   "Sudah lama mendengar Siau Sam dari Hoa-san mempunyai ilmu andalan Toan-cang-kiam-hoat (Ilmu pedang pemutus hati), maka It-to-cian sengaja datang untuk mencobanya!"   Tiba-tiba Su Ceng-cau menyela.   "Apakah kau tahu orang yang belum mendapat ijin masuk ke Ling-ong-hu akan dipenggal kepalanya!"   It-to-cian seperti tidak mendengar. Dia melihat Siau Sam Kongcu terus dan berkata.   "Cabut pedangmu!"   Dua tangannya segera mencabut golok keluar dari sarung. Cahaya golok berkilau seperti petir. Siau Sam Kongcu memuji.   "Golok yang bagus!"   Suara It-to-cian seperti petir membentak.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 164 "Cabut pedangmu!"   Kaki kirinya bergerak, dia sudah siap mengayunkan golok untuk membunuh. Akhirnya tangan kanan Siau Sam Kongcu diletakkan pada pegangan pedangnya. Tiba-dba ada suara yang membentak dengan keras.   "Diam!"   Keempat orang ini menoleh ke asal suara. Terlihat Ling-ong ditemani Su-ki-sat-jiu sedang datang tergesa-gesa. Sambil berteriak.   "Kita semua adalah orang sendiri, mengapa harus bertarung? Kalau ada yang terluka, itu sama-sama tidak baik!"   Su Ceng-cau tergesa-gesa berlari dan menunjuk orang berbaju hijau.   "Ayali, orang itu.."   "Apakah kau tidak tahu siapa dia?"   Ling-ong tertawa. Orang berbaju hijau segera menurunkan kain hijau yang menutupi wajahnya. Wajahnya tampak masih muda. Begitu Su Ceng-cau melihatnya, dia segera berteriak.   "Kakak!"   Orang berbaju hijau tertawa terbahak-bahak. Dia adalah anak sulung Ling-ong, Cu Kun-cau.   "Baiklah! Begitu pulang kau sudah menghina adikmu!"   Su Ceng- cau berteriak.   "Ilmu silatmu tidak bagus!"   Cu Kun-cau melihat Siau Sam Kongcu, kemudian tertawa lagi. Siau Sam Kongcu seperti tidak menaruh di dalam hati. Cu Kun- cau tertawa lagi.   "Aku sudah mengatakan, ilmu silat Jepang sangat ringkas, sangat praktis, tidak seperti ilmu silat di Tionggoan yang sangat rumit. Kepalan dan tendangannya tidak praktis!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 165 "Sembarangan bicara!"   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Su Ceng-cau berkata, kemudian memanggil Siau Sam Kongcu.   "Guru!"   "Sudahlah, tidak apa-apa!"   Ling-ong segera melihat Cu Kun-cau dan It- to-cian.   "Kalian baru pulang dan sudah menempuh perjalanan jarak jauh, lebih baik istirahat dulu. Nanti malam aku akan mengadakan jamuan makan malam untuk menyambut kalian!"   Cu Kun-cau menggelengkan kepala.   "Kami tidak lelah, tapi jika bukan waktunya, ya sudahlah!"   Dia seperti tidak sengaja melihat Siau Sam Kongcu. Siau Sam Kongcu merasa aneh mendengar kata-kata Cu Kun-cau, tapi dia tidak bertanya. Setelah melihat Cu Kun-cau dan It-to-cian pergi, Su Ceng-cau menarik Siau Sam Kongcu ke sisi.   "Guru! Mengapa tidak menyerang mereka dan memberi pelajaran kepada mereka agar tidak berani sombong seperti itu!"   "Bukankah kakakmu berkata belum waktunya?"   Siau Sam Kongcu menjawab malas-malasan seperti tidak tertarik.   131-131-131 Cu Kun-cau memang tidak beristirahat.   Dia berputar masuk ke kamar perpustakaan.   Waktu itu Ling-ong baru duduk di perpustakaan.   Dia sedang melihat golok yang baru diberikan oleh It-to-cian.   "Bagaimana dengan golok ini?"   Melihat ayahnya tertarik pada golok ini. Dia sangat senang.   "Betul! Walaupun golok tidak dihias dengan mewah dan indah, tapi yakin ini adalah golok yang bagus!"   "Di Jepang, yang dipentingkan adalah penggunaannya. Hiasan itu nomor dua. Cara mereka mem buat golok lebih berteknik tinggi. Golok yang bagus bisa kita beli di manapun!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 166 "Betulkah?"   Ling-ong menaruh golok.   "sudah lama mendengar di sana sangat terkenal dengan ilmu samurai. Samurai adalah salah satu ilmu silat yang terkenal. Tiga tahun kau di sana, aku percaya kau pasti sudah menguasai banyak kepandaian!"   "Itu sudah pasti!"   Cu Kun-cau dengan sombong berkata.   "bisa mengundang guruku kemari, itu adalah kepandaiartku!"   Berhenti sebentar, kemudian dia berkata lagi.   "kaisar sekarang sangat berhati-hati dan takut-takutan, dia juga lemah dan sangat suka perempuan. Begitu Liu Kun terbunuh, keadaan semakin kacau. Ayah! Bila anda ingin menjadi kaisar, sekarang adalah kesempatan yang bagusi"   "Lancang kau!"   Ling-ong terpaku, lalu membentak.   "untung di sini adalah tempat kita, kau bisa sembarangan bicara! Kalau tidak, bila terdengar oleh kaisar, sembilan keturunan akan dihukum penggal!"   Cu Kun-cau malah tertawa.   "Ayah takut tidak punya kekuatan yang cukup. Guru sudah berjanji, dia bisa mewakili kita merekrut prajurit dan membeli kuda!"   "Dia bukan sebangsa dengan kita. Memiliki kebangsaan yang berbeda, pikirannya pasti tidak sama. Kun-cau, kau sama sekali tidak boleh mempunyai pikiran seperti ini!"   Ling-ong marah.   "Ayah..."   Cu Kun-cau masih ingin berkata tapi Ling-ong sudah membentak.   "tidak perlu banyak bicara, aku sendiri bisa mengatur!"   Cu Kun-cau tahu sifat ayahnya, dia tidak bera ni lagi banyak bicara, diam-diam dia keluar.   Walau demikian, dia tidak merasa kecewa.   Dia selalu menganggap itu hanyalah sifat luar Ling-ong tapi akhirnya Ling-ong akan bisa menerima usulannya.   Berada di Jepang selama 3 tahun, selain belajar ilmu silat, dia juga terpengaruh dengan sifat bangsa Jepang yang ekstrim.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 167 132-132-132 Apa yang Ling-ong inginkan, tidak ada orang yang bisa menebak.   Di mulut dia mengatakan orang yang bukan bangsa sendiri pasti mempunyai pikiran yang berbeda, tapi dia sangat menghormati It- to-cian yang datang dari Jepang.   Pada jamuan makan malam, selain mengundang Su-ki-sat-jiu, dia juga mengundang Siau Sam Kongcu untuk menemani para tamu.   Siau Sam Kongcu tetap bersikap tidak peduli, tapi Su-ki-sat-jiu sudah mulai tidak sabar.   Mereka memakai alasan ingin menyuguhkan arak untuk menyatakan hormat, tapi sebenarnya sengaja ingin mempermalukan It-to-cian.   Arak pernyataan hormat diberikan dengan tenaga dalam.   It-to-cian menerima cangkir arak dengan baik, tidak hanya tidak mempermalukan dirinya malah dengan kesempatan ini membuat cangkir arak hancur di tangan Su- ki-sat-jiu.   Su-ki-sat-jiu mundur dengan malu.   Siau Sam Kongcu tidak menuju ke sana untuk menyatakan hormat karena dengan posisinya, dia tidak akan melakukan apa- apa.   It-to-cian juga tidak ke datang kepada Siau Sam Kongcu.   Cu Kun-cau terus memanas-manasi Siau Sam Kongcu.   Siau Sam Kongcu sangat mengerti pikiran Cu Kun-cau, tapi dia tidak terpengaruh.   Su-ki-sat-jiu dan Su Ceng-cau sangat mengharapkan Siau Sam Kongcu marah dan menepis kesombongan It-to-dan.   Dalam hati mereka, satu-satunya harapan mereka adalah Siau Sam Kongcu.   Hanya dia yang bisa mengalahkan It-to-cian.   Sampai akhir jamuan, Siau Sam Kongcu tetap tidak bergerak.   Su- ki-sat-jiu dan Su Ceng-cau merasa kecewa.   Apalagi Cu Kun-cau.   Tadinya dia ingin mengambil kesempatan ini agar It-to-cian bisa menun jukkan kehebatannya.   Pertama, untuk mendirikan rasa ksatria.   Kedua, agar bisa mendapatkan kepercayaan dan kegembiraan Ling-ong.   Melihat Siau Sam Kongcu terus menghindar, diam-diam dia berpikir.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 168 'Mungkin Siau Sam Kongcu hanya sedemikian saja, dia tidak bisa melawan maka lebih memilih untuk diam.' Siau Sam Kongcu lama berjalan-jalan di belakang kebun, baru kemudian kembali ke kamarnya.   Su Ceng-cau dan Su-ki-sat-jiu sudah menungu di sana.   Melihat dia datang, mereka segera mengelilinginya.   Semua sesuai dugaan Siau Sam Kongcu, sampai apa yang mereka ingin katakan semua didengarkan olehnya.   Tidak salah lagi, mereka berharap dia bisa memberi pelajaran kepada It-to-cian.   Kali ini adalah Su-ki-sat-jiu yang paling bersahabat semenjak Siau Sam Kongcu tinggal di Ling-ong-hu.   Kepandaian Siau Sam Kongcu seperti apa, memang Su-ki-sat-jiu tidak pernah membicarakannya.   Walaupun dari luar mereka terlihat tidak terima, tapi di dalam hati mereka sangat jelas.   Mereka mengikuti Ling-ong sudah lama, keda tangan It-to-cian yang tiba-tiba membuat mereka kehilangan muka.   Pikiran seperti itu sangat dimengerti oleh Siau Sam Kongcu.   "Guru, apakah kau tidak mendengar di meja perjamuan tadi, It- to-cian mengatakan ilmu silat Tionggoan hanya nama saja, dan bahwa ilmu silat Jepang tidak terkalahkan di dunia ini?"   Su Ceng- cau terus mengorek. Sebenarnya dia tidak suka sikap sombong It- to-cian.   "Ilmu silat Jepang berasal dari Tionggoan, tapi karena cuaca dan keadaan yang tidak sama, setelah beberapa ratus tahun ilmu silatnya mengalami perubahan, sehingga ada sedikit perbedaan. Tinggi atau rendahnya suatu ilmu silat adalah turunan setiap orang, tidak bisa dikatakan ilmu silat mana yang tanpa lawan!"   Siau Sam Kongcu tetap berkepala dingin.   "Semua orang sudah mendengar apa yang dikatakan It-to-cian!"   Su Ceng-cau melihat Su-ki-sat-jiu. Waktu Su-ki-sat-jiu ingin berkomentar, Siau Sam Kongcu sudah tertawa.   "Guru bukan tuli, mana mungkin tidak mendengar."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 169 "Tapi kau sama sekali tidak marah?"   "Bangsa di pulau sana berpandangan kurang luas, apalagi mereka sangat percaya diri dan pandangannya ekstrim. Untuk apa kita bersikap seperti mereka?"   Siau Sam Kongcu tetap malas- malasan berkata lagi.   "lebih baik kita menahan diri untuk sementara. Apalagi dia adalah guru Siau-ongya, yang diundang pulang oleh Siau-ongya. Kalau terjadi sesuatu, apa yang harus kukatakan kepada Ong-ya!"   Su Ceng-cau melihat dia dengan terheran- heran.   "Aku benar-benar tidak mengerti, mengapa guru berubah menjadi penakut?"   "Guru bukan penakut, hanya tidak mau membuat semua orang sulit! Apalagi rapat Pek-hoa-couw sudah dekat. Waktu guru di sini tidak lama lagi!"   "Rapat Pek-hoa-couw?"   Tanya Su Ceng-cau.   "Itu adalah rapat yang diselenggarakan oleh keluarga Lamkiong untuk meneliti ilmu pedang!"   "Kapan guru berangkat?"   "Besok!"   "Aku tidak akan membiarkan guru pergi!"   "Undangan sudah dikirim oleh keluarga Lamkiong, mana mungkin guru tidak pergi?"   "Bagaimana dengan It-to-cian..."   "Kulihat dia tidak akan macam-macam! Waktu sudah malam!"   Siau Sam Kongcu seperti menyuruh mereka keluar.   Su-ki-sat-jiu terpaksa pamit pergi.   Su Ceng-cau berjalan lebih cepat dari mereka, dia pergi sambil marah, Su Ceng-cau berjalan tidak jauh, Su-ki-sat-jiu sudah mengejar dari belakang.   Awalnya dia tidak memperhatikan, tapi tiba-tiba dia membalikkan tubuh dan melotot kepada mereka.   "Kalian jangan membuatku marah!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 170 Liu Hui-su tetap tertawa.   "Gurumu orang yang seperti apa, seharusnya kau lebih jelas daripada kami!"   "Apa maksudmu?"   "Tadi katanya dia khawatir akan menyulitkan Ong-ya. Sebenarnya takut kami sulit bergaul dengan It-to-cian..."   "Sekalian kalahkan dia dan usir dia kembali ke negaranya!"   "Siau-ongya pasti akan marah. Lihatlah sikap dia terhadap It-to- cian..."   "Untuk apa mengatakan semua ini padaku?"   "Kalau dugaanku tidak salah, gurumu pasti sudah menemukan cara. Dia punya cara lain untuk mengganjar It-to-cian!"   Su Ceng-cau melihat Su-ki-sat-jiu, lalu melihat kamar Siau Sam Kongcu.   Akhirnya muncul tawa di wajahnya.   133-133-133 It-to-cian merasa tidak nyaman.   Tadinya dia ingin setelah memberi pelajaran kepada Su-ki-sat-jiu, baru memberi pelajaran Siau Sam Kongcu, agar orang orang Ling-ong-hu tahu kelihaiannya, untuk membangun kewibawaan agar kelak mudah bertindak.   Tapi Siau Sam Kongcu tidak terpengaruh.   Selain membuatnya tidak nyaman, dia juga harus menimbang ulang Siau Sam Kongcu.   Dia menganggap Siau Sam Kongcu berpikiran sangat dalam dan dari awal sudah tahu setinggi apa ilmu silatnya dan apa tujuannya.   Dia jelas-jelas tidak bisa mengalahkan dirinya.   Tapi bertahan untuk tidak bertarung, dia malah mencari celah lain.   Walaupun ilmu silat atau kepintarannya lebih tinggi dari pada orang lain, tapi dia baru datang.   Dia tidak seperti Siau Sam Kongcu yang sudah mengenal lingkungan.   Jika tidak hati-hati, akan teijadi masalah yang berat.   Walaupun dia tertidur, tapi perasaan dan reaksi dia lebih tajam dari orang biasa.   Dalam keadaan begitu, semakin terlihat jelas.   Waktu lempengan genting terbang masuk dari luar jendela, dia segera merasakannya, dia mencabut golok di tangan.   Hanya denganLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 171 sekali tepisan dia sudah membuat lempengan genteng terbelah menjadi dua bagian.   Tubuhnya berkelebat, dia segera keluar dari jendela.   Tampak olehnya bayangan orang melewati bunga-bunga di kebun dan naik ke dinding yang tinggi kemudian melambaikan tangan.   It-to-cian tertawa dingin.   Tubuh bergerak, dia juga naik ke atas dinding mengejar bayangan orang itu.   Dia mengandalkan teknik ilmu yang tinggi, kepercayaan diri yang tinggi, tubuh yang lincah, dan juga pengalamannya.   Maka jebakan apapun sanggup dia hadapi.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Siapa lawannya, sedikit banyak sudah bisa ditebak.   Memang semua sesuai dugaannya, orang itu adalah Siau Sam Kongcu.   Sampai di sebuah gunung kecil yang berjarak setengah li dengan Ling-ong-hu, Siau Sam Kongcu berhenti dan membalikkan tubuh, dia menunggu kedatangan It-to-cian.   It-to-cian datang, dia segera menancapkan golok ke bawah dan melihat Siau Sam Kongcu.   "Ternyata adalah kau!"   "Tuan begitu pintar, mana mungkin tidak dapat menebak?"   "Kau juga orang yang pintar. Malam ini kau memancingku kemari, apakah ingin mencari mati atau meminta ampun?"   "Tidak kedua-duanya!"   "Kalau begitu kau sudah memasang jebakan dan membawa berapa orang?"   It-to-cian melihat. Dengan pengalamannya, dia tetap tidak melihat ada orang lain di sana. Selain itu, dari Cu Kun- cau dia mengetahui Siau Sam Kongcu bukan orang seperti itu.   "Di sini tidak ada jebakan, yang datang hanya aku sendiri!"   Siau Sam Kongcu melihat ke langit dan berkata.   "Sebelum datang mencarimu, aku sudah menemui Ong-ya!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 172 "Kalau begitu kau sudah tahu apa yang telah disampaikan Siau- ongya kepada Ong-ya, artinya aku yang akan menggantikan posisimu menjadi guru pedang!"   "Aku tahu!"   "Maka kau tidak terima, jadi ingin mencariku untuk bertarung?"   "Aku mencari Ong-ya karena ingin mundur dari posisi guru pedang!"   It-to-cian tertawa. Siau Sam Kongcu dengan tenang berkata.   "Orang di dunia persilatan tidak bisa semau-nya sendiri. Aku adalah orang dunia persilatan. Setelah mendapat undangan dari keluarga Lamkiong, besok aku akan berangkat ke Pek-hoa-couw untuk melihat cara menggunakan ilmu pedang yang lebih bagus!"   It-to-cian menggelengkan kepala.   "Aku tahu kau sudah dalam posisi terjepit. Kalau masih berusaha bertarung, akan memalukan diri sendiri di depan banyak orang. Maka sekarang kau datang untuk membicarakan syarat, itu tidak masalah!"   Kemudian dia tertawa dan berkata lagi.   "Asalkan kau mau berlutut dan menyembahku tiga kali, aku akan membiarkanmu pergi dengan terhormat dan nyaman!"   "Maksudku kemari hanya ingin kau mengerti satu hal!"   Kata Siau Sam Kongcu dengan cuek.    Drama Gunung Kelud Karya Kho Ping Hoo Rahasia Si Badju Perak Karya GKH Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini