Ceritasilat Novel Online

Patung Emas Kaki Tunggal 9


Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH Bagian 9


Patung Emas Kaki Tunggal Karya dari Gan K H   Waktu mereka sampai dipenginapan Lu Bu wi sudah gelisah menunggu mereka cepat ia memburu datang terus menyeret Koan San gwat kesamping tanyanya.   "Orang macam apakah kedua orang itu?"   "Harap jangan tanya, apakah bantuan kalian sudah tiba." "Sudah tiba empat orang, Losiu sudah perintankan mereka bekerja sesuai dengan pesan Ling cu!"   Koan San gwat merenung sejenak, lalu berkata.   "Bagus! Hari ini kita lanjutkan wilayah Su cwan, kupercaya kalian tentu sudah tidak sabar menunggu bukan!"   Selama perjalanan Lok Siau hong, Lau Sam thay dan Lu Bu wi bungkam, dengan penuh perhatian mereka mencongklang kuda mengintil dibelakang Koan San gwat yang menunggang unta, sementara It lun dan Ban li berlari dipaling belakang.   Rombongan mereka hari itu tiba dibawah Kiam bun san, unta sakti yang menuntun jalan tiba tiba mengebaskan ekornya membelok kesebuah jalan kecil yang menembus ke atas gunung.   Ban li kelihatan gelisah, cepat ia memburu kedepan menghadang jalan seraya berseru .   "Kau tahu tempat apa yang hendak kau tuju?"   "Aku tidak tahu tempat apa di sana, tapi aku tahu di sana ada orang yang sedang kucari!"   Demikian jawab Koan San gwat tersenyum. Ban li tercengang, serunya serak .   "Kau hendak mencari siapa?"   "Seorang yang menggelari dirinya Thian ki mo kun!"   Pucat air muka Ban li bu in, suaranya tersendat "Kau punya hubungan kental dengan dia ?"   "Mesti pernah bertemu sekali, hubungan kental sih tidak. Aku kemari hendak menyelesaikan perhitungan kita yang belum selesai, dan lagi akupun ingin memecahkan beberapa persoalan yang sangat mencurigakan"   "Tidak! Bocah bagus! Beberapa nama yang kau sebut tempo hari tidak akan dapat kau temukan di sana!"   Sejenak Koan San gwat tertegun, dilain saat ia berkata sambil tersenyum .   "Aku tahu tapi hanya Thian ki mo kun seoranglah yang mampu memberikan penjelasan dan jawaban kepadaku."   Ban li manggut manggut, katanya .   "Memang benar, tapi kau masuk pintu besar sarang iblis itu, jangan harap kau bisa keluar pula!"   "Untuk ini tidak perlu kau pusing bagi diriku, aku tidak minta kau ikut dalam perjalanan ini, boleh silahkan tinggal pergi."   Ban li bersungut duka, sesaat ia menyingkir lalu berpandangan dengan It lun.   Urusan sudah ketelanjur terpaksa harus menurut saja.   Di bawah petunjuk sang unta Koan San gwat memanjat kepuncak gunung, perjalanan nanjak ini rada sempit tapi banyak juga banyak cabang, begitu rumit simpang siur seperti sarang laba laba saja, tapi unta sakti itu seperti sudah kenal jalan, dengan enak saja ia berlenggang maju, setelah belak belok akhirnya mereka tiba didepan sebuah hutan gelap.   Entah kapan tahu tahu seorang paderi gundul bertubuh kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang berkulit hitam dengan kedua biji mata berkilat kilat menghadang didepan jalan masuk sambil merangkap kedua tangan.   Dari atas tunggangannya Koan San gwat menjura serta menyapa "Toa suhu, harap memberi jalan!"   "Omitohud!"   Sabda sipadri tua sambil pejamkan mata.   "derita tiada ujung pangkal, kembalilah mencapai tepian, Siau sekalian harap sampai disini saja."   Koan San gwat tidak hiraukan ucapannya, katanya tertawa .   "Apakah Toa suhu sekomplotan dengan pemilik hutan ini?"   "Pinceng orang beribadah, mana boleh sekomplotan dengan mereka,"   Sahut padri tua itu sambil menghela napas.   "Lalu untuk apa Toa suhu mencegat jalan kami?"   Padri tua menuding It lun dan Ban li katanya .   "Karena kedua sahabat lama inilah maka Pinceng membujuk kalian supaya kembali saja."   "Kepala gundul!"   Sela Ban li sambil tertawa dingin.   "Jangan kau pura pura saleh peristiwa dulu karena gara garamu, walau kejadian sudah berselang sepuluh tahun, tapi kami masih ingat akan kebaikanmu itu, kini kau masih pura pura berhati baik seperti kucing menangisi tikus belaka!"   Berubah sikap paderi tua katanya pelan .   "Terhadap kejadian pencoretan nama dulu agaknya kalian masih dendam sampai sekarang?"   It lun yang selama ini pendiam tak tahan lagi, dengan marah marah ia menyemprot .   "Sudah tentu! Beberapa tahun ini kau berusaha tekun maksudnya untuk memainkan nama baik kami diatas daftar Hong sio pang baru setelah itu kami akan membuat perhitungan dengan kau kepala gundul."   "Merindukan hidup kembali, nama terkekang terlibat keuntungan adalah belenggu kehidupan dengan susah payah Lolap mengeluarkan kalian dari lautan derita, kehidupan yang bebas betapa menyenangkan, kenapa kalian tidak insaf dan sesat pikiran malah."   "Cis! Enak benar bicaramu,"   Damprat Ban li bu in.   "Kenapa kau sendiri tidak mengundurkan diri?"   Perasaan si padri kembali tenang, sahutnya .   "Lolap berjanji dan pernah bercita cita hendak memberi keinsafan kepada seratus delapan anggota, bila sehari tugas ini belum selesai seharipun Lolap tidak akan merasa tentram"   "Sudahlah !"   Ujar Ban li uring uringan.   "Sebal bicara deagan kau, lekas menyingkir saja !"   Paderi tua tertegun serunya .   "Andikata kalian tidak sudi mendengar nasehat Lolap, juga tidak perlu ikut masuk kesana, bila sampai terjeblos lagi di dalam maka selamanya kau akan tenggelam dan tidak akan mampu menitis kembali."   "Kepala gandul!"   Damprat Ban li berjingkrak gusar.   "Urusan kami tidak usah kau turut campur kau mau menyingkir tidak?"   "Ai, nasehat baikku sudah habis kuucapkan kalau kalian tetap tidak mau dengar Lolappun tidak bisa apa apa demi menanam kebaikan dengan sahabat lama baiklah Lolap mengantar perjalanan kalian selintas,"   Habis berkata ia membalik tubuh terus melangkah lebar kedalam hutan, jubah kasar nya yang longgar dan kedodoran melambai tertiup angin, bersamaan dengan itu seluruh seketika memancarkan cahaya kuning mas, sehingga hutan lebar yang gelap pekat itu menjadi terang benderang seperti di siang hari bolong, tampak sepajang jalan masuk kini tulang belulang manusia berserakan dimana mana.   Ban li memandang kepada It lun dengan berubah mukanya, serunya kejut.   "Tidak nyana kepala gundul ini sempurna melatih Kong bing hoat su."   Koan San gwat kaget dan heran, tanya nya.   "Siapakah Hweaio tua ini, begitu hebat lwekangnya"   "Dia bernama Co hay ci hang (mengarungi lautan derita) soal yang lain tidak usah kau banyak tanya lagi."   Koan San gwat memang tidak banyak tanya lagi, unta dikeprak lekas lekas mengejar kearah sipadri tua yang lain lainpun membuntut dibelakangnya.   Hutan lebat ini ternyata tidak dalam, tak lama kemudan mereka sudah menembus keluar, cuma dikala berada dihutan tadi, mereka merasa hawa dingin menjalar keseluruh tubuh, bila mereka telah tiba di ujung hutan padri tua tadipun sudah tidak kelihatan bayangannya.   Dengan keheranan Ban li berkata.   "Untung kepala gundul itu menunjuk jalan, kalau tidak mana kita bisa selamat lewat Hek sa mo lim ini, sungguh tidak nyana Thian ki si iblis tua itu makin lama semakin lihai!"   "Iblis tua? Maksudmu Thian ki mo kun seorang iblis tua?"   Tanya Koan San gwat heran.   "Bukankah kau pernah ketemu dia?"   Balik tanya Ban li heran.   "Tidak salah, tetapi Thian ki mo kun yang kutemui adalah seorang pemuda, nama nya Ki Houw !"   Berubah air muka It lun dan Ban li lama mereka terbungkam, Koan San gwat tidak tahu kenapa mereka membisu diri, tapi didepan sudah dilihatnya sebarisan bangunan rumah yang tegak menjulang ditaburi kabut tebal, ia segan banyak tanya, unta dikeprak lalu membedal menuju kearah itu.   Waktu mereka tiba didepan deretan rumah itu mereka dihadang sebuah pigura besar tiggi, diatas pigura terukir empat huruf "Thian ki piat hu"   Yang berwarna kuning emas menyala.   Dikedua pinggirannya terdapat dua deret syair panjang, Koan San gwat mendengus mengejek membaca kedua bait syair yang takabur dan ugal ugalan maknanya.   Tepat pada saat itu pintu gapura terbuka dari dalam pintu beruntun keluar sebarisan anak anak kecil seragam hijau, usianya diantara dua tiga belasan, laki dan perempuan terbagi rata, seorang bocah yang memimpin segera bertanya dengan sikap pongah "Kalian setan gentayangan dari mana berani masuk kemari?"   Walau usia bocah ini masih kecil, tapi cara bicara terlalu kurangajar, kalau Koan San gwat tidak ambil peduli, Lok Siau hong naik pitam, kontan ia ayun cambuknya dan melecut keras mengenai pipi bocah laki laki itu.   Dihajar pecut seketika berubah air muka sibocah, bentaknya bengis.   "Perempuan busuk, berani kau pukul aku!"   Sebat sekali tiba tiba tubuhnya berkelebat seperti bayangan setan menerjang tiba, sudah tentu Lok Siau hong tidak nenduga, sehingga orang berhasil melesat tiba didepan badannya, pecut tidak sempat ditarik kembali pula, terpaksa ia gunakan kepalan tangan yang lain menggenjot kepala sebocah.   Maka terdengarlah bocah itu membentak keras.   "Menggelindinglah turun!"   Tiba tiba tubuhnya mengkeret kebawah menghindar jotosan Lok Siau hong berbareng ia julurkan sebuah kakinya menendang kaki kudanya.   "Krak krak"   Beruntun dua kali suara patah kaki belakang kuda tunggangan Lok Siau hong disapu patah, karena kesakitan kuda itu berbenger panjang, Lok Siau hong terjengkang jatuh.   Tatkala itu Li lun sudah mendesak maju, sekali ulur telapak tangannya telak sekali menggaplok kepunggung sibocah, mulut pun membentak.   "Iblis kecil kurang ajar berani kau mengumbar adat dihadapanku."   Pukulan telapak tangannya ini teramat lihay dan ganas sekali, kontan bocah laki laki itu membuka mulut menyemburkan darah segar badannyapun mencelat terbang setombak lebih.   "bluk"   Terbanting keras den jiwanya pun melayang.   Barisan bocah bocah kecil itu seketika gempar semua berlari mulur rada jauh.   Saat mana kebetulan Lok Siau hong baru melompat bangun, melihat bocah laki laki itu dipukul mampus oleh Ban li bu in, ia jadi gusar, sentaknya.   "Kau tua bangka ini, kenapa kau melukai orang"   "Nona cilik,"   Ujar It lun menghela napas.   "Karena selanjutnya Lohu terkekang olehmu, terpaksa harus selalu melindungi keselamatan, kalau tadi Lohu tidak cepat turun tangan, mungkin jiwamu sudah melayang karena keganasan iblis kecil itu"   Belum lagi Lok Siau hong sempat bicara, dari dalam pintu muncul pula sebaris orang yang keluar adalah laki dan perempuan yang cukup dewasa, mereka mengunjuk rasa gusar.   Jumlah barisan itu hanya sembilan orang laki perempuan bercampur aduk, mereka punya pertanda khusus yaitu selebar muka mereka diselubungi hawa kebengisan, jelas bahwa mereka bukan orang baik.   Terutama laki laki yang menjadi pemimpin mereka paling jelek dan culas, jidatnya gundul tumbuh uci uci sebesar kepel tangan, dengan gerungan gusar ia membentak it lun dan Ban li.   "Kiranya kalian dua mestika yang di keluarkan dari daftar nama, sungguh besar nyali, berani membuat keributan di Phiat hu, agaknya sudah bosan hidup ya!"   It lun angkat kepala menegadah kelangit, sedikitpun ia tidak hiraukan ocehan orang. Ban li pun hanya mendengus hidung tanpa bersuara, mukanya mengunjuk senyum ejek menghina. Laki laki itu berteriak pula.   "Kenapa kalian tidak bicara?"   It lun lantas berdaling kepada Koan San gwat, serunya.   "Bocah, kaulah yang ingin meluruk kemari, kini saatnya kau bicara"   Belum lagi Koan San gwat memberi reaksinya, laki laki itu sudah berteriak lagi.   "Aku sedang bertanya kepada kau berdua!"   Tiba tiba It lun mengunjuk rasa gusar, jengeknya "Meski nama kami sudah tercoret dari daftar, kami tidak sudi bicara dengan hamba iblis yang rendah!"   "Keparat"   Maki laki laki itu berjingkrak.   "Kau pongah apa? Apakak kita tidak termasuk tokoh tokoh dalam daftar nama itu?"   It lun tersenyum ujarnya .   "Enak benar kedengarannya sayang kalian sepuluh orang baru memperoleh satu kedudukan, bilamana hendak angkat bicara dengan kami, maka pentolan kalian yang harus bicara dengan kami."   Semakin berkobar amarah laki laki itu, teriaknya .   "Lotoa sedang ada urusan didalam!"   "Kalau begitu kami tidak sudi melayani kau !"   Jengek It lun sambil menjebirkan bibir. Baru saja laki laki itu buka mulut hendak berkaok kaok lagi, Ban li segera menyela sambil menarik muka, katanya "   Diantara Sip toa cu hun (sepuluh sukma gentayangan), aku hanya kenal rasul baju ungu, jangan kau kira karena kami sudah tercoret namanya lantas berani main tingkah terhadap kami, kalau sampai terjadi keributan, kalian sendiri yang menanggung akibatnya !"   Ancaman ini membawa reaksi diluar dugaan, meski laki laki itu memperhatikan rasa gusar yang meluap luap tapi tidak berani bersahut lagi, demikian juga lainnya, cuma mata mereka melotot semakin besar dan berapi api.   Ban li malah tertawa dan berkata kepada Koan san gwat .   "Bocah! Nama asli keparat itu adalah Tok kak se (badak tanduk tunggal), kau tahu sebabnya?"   Koan San gwat tidak bersuara, malah Lok Siau hong balas bertanya .   "Kenapa?"   "Karena jidatnya tumbuh sebutir uci uci besar, keras dan runcing lagi, persis dengan tanduk badak itu, maka ia memperoleh julukan yang membanggakan itu."   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Tapi kenapa sekarang tinggal tembong nya saja?"   Tanya Lok Siou hong, sambil melirik kemuka orang. Sambil tersenyum geli agaknya Ban li memang sedang menunggu pertanyaan ini lintas menjawab .   "Itulah kisah yang sangat lucu, dalam perjamuan besar besaran, diantara hadirin ada sepuluh orang mengadakan lomba membunuh kerbau, akibatnya tanduk tunggal diatas jidatnya itu dicabut sampai copot dari tempatnya. Tahukah kau siapakah pemberani yang mencopot tanduK itu"   "Tentu kau adanya!"   Lok Siau hong sambil membelalakan mata. Ban li terbahak bahak, serunya.   "Nona cilik, kau pintar benar, sekali tebak kena dengan jitu"   Saking gusar laki laki itu pucat pias, bekas tembong diatas mukanya itu malah berwarna merah membara, sekian lama ia menahan sabar kini tidak tahan lagi, dengan bengis ia berteriak "Ling Sam kui! kau terlalu menghina orang!"   Ban li juga balas berteriak dengan beringas.   "Berani kau menyebut nama asli Lohu, kau tahu, apa dosamu?"   Bermula laki laki itu tertegun, akhirnya ia nekad, serunya.   "Kau orang yang sudah di usir, memang nama aslimu kiranya tidak menjadi soal"   Ban li terkekeh kekeh dingin jengeknya "Bagus! Sekian lama Lohu maninggalkan Perserikatan ini, kiranya aturan boleh dirubah sesuka hati, untunglah Thian ki Piat hu justru tempat perundang undang, nanti Lohu akan cari orang untuk menanyakan hal ini secara jelas!"   Berubah hebat air muka laki laki itu, dengan kalap ia melejit sambil ayun kepalan menonjok muka Ban li bu in, Ban li bu in diam saja ditempatnya, tidak berkelit dan tidak balas menyerang, mandah dirinya dihantam.   Begitu kepalan lawan mengenai dadanya terdengarlah suara keras, kontan laki laki itu tergentar mundur beberapa tindak malah, terdian temannya yang lainnya pun segera siap siaga.   "Wah, kalian handak berontak ya!"   It lun segera membentak maju. Bentaknya ini laksana geledak mengguntur semua orang melengak dan kuncup nyalinya, semua menghentikan langkah. Laki laki pertengahan umur itu berteriak .   "Para kerabat, kedua tua bangka ini berani terobos masuk kesini membawa orang luar pula, dia sudah melanggar pantangan kita, mari kita menghajarnya, pasti tidak melanggar aturan."   Mendengar anjuran ini teman temannya bergerak lagi Sekonyong konyong dari dalam pintu berkelebat keluar sesosok bayangan, yang muncul ini berpakaian sastrawan berusia pertengahan umur juga, jubahnya ungu, berhidung betet bermata bundar, wajah nya mengunjuk kekerasan hatinya.   Karena munculnya sastrawan ini, orang yang mulai bergerak itu menghentikan aksi nya, laki laki pertengahan umur, cepat maju memapak seraya berkata .   "Toako, kebetulan kau tiba, dua tua bangka ini datang membikin onar dia membunuh salah seorang Tong cu penjaga pintu,"   Muka Ban li mendengus, serunya .   "Rasul ungu, kau masih kenal kami?"   Sastrawan itu unjuk senyum lebar, katanya .   "Kalian adalah pahlawan dalam serikat kita, meski karena sedikit pertikaian sampai rercoret namanya, tapi para kerabat masih segan terhadap kalian, kedudukan kalian masih kosong dan menunggu untuk dijabat kembali, kita semua percaya adakalanya kalian akan memulihkan kedudakan dan jabatan ini"   Ban li mengunjuk tawa lebar, katanya .   "Kalau begitu, agaknya kami dua dua tua bangka belum menemui jalan buntu sehingga tiada tempat untuk menempatkan diri kami!"   Rasul ungu tersenyum, katanya.   "Anggapan yang tidak benar, siapapun bila sudah tercantum dalam daftar Hong sio pang selama hidup menjadi tokoh diagungkan didalam Liong hwa hwe, kalian sudah memendam diri dan memperdalam ilmu sekian tahun, kuduga tentu sudah punya persiapan untuk kembali bukan?"   "Ah, kau terlalu mengumpat saja"   Ujar Ban li.   "Walau kami ada sedikit kemajuan, kami belum kuat menyambut Lui Sam ki itu!"   "Kalian sangat merendah diri, untunglah pertemuan besar sudah menjelang percaya kalian akan memberi pertunjukan yang mengejutkan."   Demikian umpat si rasul ungu. Mendadak it tun menyela, jengeknya.   "Tapi Tok kak se berani menyebut nama asliku kalau begitu sip toa yu bun kalian lebih sukses dari Sian pang kami, sejajar dengan para Hwe cu. Kurasa kalian agak tergess gesa, bagaimanapun kalian baru boleh mengumumkan berita girang ini pada pertemuan yang akan datang!"   Rasul ungu kelihatan terkejut, tanyanya "Lohu, apa benar demikian?"   Laki laki pertengahan umur gelagapan, sahutnya "Mereka menghina orang diluar batas sengaja mengorek boroku buat olok olok "   Rasul ungu menarik muka, desisnya.   "Lo kau memang ceroboh! Dulu Hu lo maksudnya Ban li membunuh sapi mencopot tanduk tidak lah permainan yang diijinkan oleh Hwe cu, meski hatimu tidak senang, mana boleh kau salahkan Hun lo, karena itulah permohonan langsung"   Pucat pias wajah laki laki pertengahan. Sambil unjuk seri tawa segera rasul ungu menjura kepada Ban li, katanya.   "Sudilah kiranya Hun lo memberi ampun kali ini?"   Ban li tertawa dingin ujarnya.   "Waktu nama kita dicoret, siapa yang memberi maaf kepada kami? Apalagi disini adalah Thian ki hiat hu, konon Mo kun sudah ajal." "Benar! Mo kun sudah berangkat ke alam baka, kini putranya yang melanjutkan jabatan beliau."   Demikian rasul menjelaskan Ban li menghela napas, ujarnya.   "Bila Liong hwa hwe dibuka lagi, mungkin banyak diganggu oleh muka muka baru !"   "Cuma tujuh belas orang sudah ajal, mereka sudah mencalonkan penggantinya kebanyakan adalah anak murid perguruan mereka, yang jelas kepandaian dan kemampuan mereka lebih asor, maka dapatlah diduga pertemuan mendatang akan jauh lebih ramai."   Tanya Bangli .   "Bagaimana calon Mo kun yang baru ini bila dibandingkan Ki loji? bisakah dia melompat keurutan Sian pang dan ikut merebut jabatan Hwe cu?"   Rasul ungu menjelaskan dengan bangga.   "Mo kun yang baru ini lebih gagah dalam segala bidang kiranya tidak lebih asor dari Mo kun yang sudah ajal, untuk jabatan Su tay hwe cu pasti beliau bisa memperolehnya."   "Maka nya kalian berani mengagulkan diri saat mana kedudukan jadi sederajar, tak heran To kak se bersikap pongah memanggil nama asli Lohu, kiranya kalian memang sudah mempersiapkan diri!"   Berubah air muka Rasul ungu, katanya .   "Apakah Hun lo benar benar tidak sudi memberi ampun?"   "Lohu tidak kuasa untuk memberi keputusan, silahkan tanyakan langsung kepada Mo kun kalian" -oo0dw0oo-   Jilid 10 Rasul ungu menghela napas, apa boleh buat ia berpaling sambil angkat pundak, katanya "Losu ! silahkan kau mengambil keputusan sendiri!"   Pucat muka laki laki pertengahan umur ratapnya."Toako, hanya karena urusan sekecil ini, tega kau memaksa adikmu mati?"   Rasul ungu menghela napas, katanya.   "Kakakmu yang bodoh ini sudah tiada tenaga membelamu lagi, kau yang mencari penyakit sendiri.."   "Kenapa kau tidak tanya Mo kun,"   Teriak laki bertenghan umur.   "Mungkin dia"   "Tiada guna,"   Tukas Rasul ungu.   "Belum lama Mo kun menjabat kedudukan ini, saat nya dia menegakan kewibawaan, mana boleh karena kesalahanmu ia melanggar undang undang dan merubah haluan, kalau kejadian diketahui olehnya, dosamu lebih berat, lebih baik kau mencari putusan yang lebih ringan saja !"   Laki laki pertengahan umur membanting kaki, teriaknya "Tidak jadi soal aku mati, tapi putusan hak ini mengutamakan keadilan.   Kedua tua bangka ini meluruk kemari sambil membawa orang luar, bukankah dia melanggar hukum yang lebih besar, aku akan menunggu setelah melihat mereka dihukum baru aku mati dengan meram."   Rasul ungu berpaling kearah It lun dan Ban li, pandangannya mengunjuk tanda tanya. Kata Ban li tersenyum "Rasul sedang menunggu apa?"   "Menunggu penjelasan kalian!"   "Rasul! kau pernah menghadiri dua kali pertemuan besar, kenapa soal aturan kau semakin bingung, meski ada persoalan perlu kami lapor kepadamu?"   Berubah air muka Rasul ungu, katanya berpaling "Losu! Kau sudah dengar nama dan kedudukan, kakakmu tidak membelamu lagi. cuma kau tidak usah kuatir, mengingat hubungan kita selama beberapa tahun ini, aku pasti memperjuangkan keadilan ini."   Laki laki pertengahan umur bungkam tak bersuara, setelah Rasul ungu mendesaknya, tiba tiba ia jejak kedua kakinya badan nya melejit jauh kedepan sana berusaha melarikan diri.   Sekali lompat tiga empat tombak tubuhnya melesat lewat atas kepala Koan San gwat dan lari bagai burung yang ketakutan daya terbangnya amat pesat sekali, tapi begitu kedua kakinya hinggap ditanah mendadak langkahnya terhuyung huyung kedepan terus roboh terkapar dan tidak bernyawa lagi.   Waktu Rasul ungu memburu kesana dilihatnya tujuh lobang indranya sama mengeluarkan darah segar, punggungnya tertancap tiga duri hitam, seketika berubah air mukanya sesaat ia berdiri terlongong.   Sebuah suara berseru dingin dari dalam pintu .   "Siau It ping! Bagus benar didikan mu terhadap para saudaramu!"   Koan San gwat kenal suara Ki Houw, baru saja ia hendak bersuara, dilihatnya Ban li memberi pelirikan mencegah ia bersuara. Siau It pang adalah nama dari Rasul ungu itu, dengan tergopoh gopoh ia balik dan berdiri tegak di pinggir pintu, sedunya lirih.   "Hamba menunggu putusan Mo kun!"   Terdengar tawa dingin dari dalam pintu, katanya .   "Sekarang aku tidak ada waktu buat cerewet dengan kalian, selanjutnya kau harus memberi gemblengan dan ujian berat terhadap sisa temanmu itu, kalau masih ada keparat yang takut mati, kaulah yang harus bertanggungjawab seluruhnya! Bawa para tamu!"   Rasul ungu mengiakan, teman temannya yang lain mengunjuk rasa takut yang berlebihan.   Hati Koan San gwat teegerak lagi, dari percakapan yang singkat ini, selapis ia lebih paham tentang berbagai persoalan Liong hwa hwe tapi timbul pula pertanyaan pertanyaan lain yang lebih penting lagi.   Terutama pemuda yang bernama Ki houw itu, agaknya memegang satu kekuasaan besar sehingga bawahannya yang terkenal kejam dan bengis bengis itu tunduk dan takut kepadanya.   Demikian juga Lok heng kun, Lok siang kun dan Liu ju yang patuh pula akan perintahnya, sebetulnya apakah yang terjadi? Kalau Liong hwa hwe merupakan organisasi jahat yang memupuk banyak dosa.   Maka gurunya yang berbudi , serta Hwe thian ya ce Peng kiok jin dan kedua kakek tua ini It lun dan Ban li mereka bukan orang jahat, tapi kenyataan pun terdaftar sebagai anggota.   Kalau merupakan perserikatan dari kaum cendikia dan pendekar, sepak terjang Ki houw yang serba menyeleweng ini jelas adalah seorang durjana yang harus ditumpas, mana bisa dia menempati kedudukan yang begitu penting..   Dalam pada itu Rasul ungu sudah membalik serta berkata sambil menjura .   "Mo kun mempersilah kan para tamu masuk kedalam!"   Baru saja Ban li angkat langkah, tiba tiba Koan San gwat membentak .   "Nanti dulu! suruh Ki Houw keluar menyambut."   Berubah air muka Rasul ungu, serunya mendelik.   "Siapa kau? Berani kau kurang ajar"   "Kau tanya kepada Ki Houw, dia tahu siapa aku."   Kata Koan San gwat sambil merogoh Bing tho ling, sekali ayun.   "Tang"   Sekeping lencana kebesarannya itu melesak kedalam daun pintu besar di dalam sana, lalu dengan suara yang lebih lantang ia berseru ke arah dalam.   "Ki Houw aku tidak perduli apa kedudukanmu disini, hari ini aku kemari sebagai Bing tho ling cu untuk menyelesaikan perjanjianmu di Tay san koan tempo hari kau ingkar janji sudah sepantasnya kau keluar mohon maaf kepadaku!"   Suasana dalam pintu sunyi senyap Koan San gwat makin gusar, teriaknya .   "Unta terbang! Kau hendak pamer apa sebagai Bang tho ling cu yang besar dan agung memangnya aku harus menghadap kedalam ."   Rasul Ungu menunjuk rasa gusar, baru saja ia mengulur tangan hendak mengeluarkan Bing tho ling dari dalam pintu mendadak terdengar perintah Ki Houw.   "Jangan disentuh!"   Perintahkan mengatur barisan kebesaran, Pun coh hendak keluar.   Seketika Rasul ungu mengunuk rasa heran dan tidak mengerti, sekilas ia pandang Koan San gwat, agaknya ia kurang paham akan asal usul pemuda yang garang ini tapi ia tidak berani ayal, lekas ia mengeluarkan dua papan baru jadi "plak, plak, plak!"   Beruntun ia membunyikan enam kali tiada ketukan.   Koan San gwat dan Lok Siau hong sudah pernah dengar apa apa yang dinamakan Hun Pan liuk con yaitu pertanda kedatangan Thian ki mo kun.   Sementara sip tau su hun semua berdiri dengan meluraskan kedua tangan.   Hanya Koan San gwat yang masih tertawa, dengusnya "Pertunjukan tengik dan bermuka muka belaka!"   Rasul ungu melirik kearahnya, tapi tidak berani bersuara.   Dari dalam pintu kembali muncull barisan bocah bocah kecil tadi, karena kurang satu, pembagian laki perempuan ganjil dan kurang rajin kelihatannya.   Tapi keadaan dalam pintu masih hening lelap, Ki Hau tidak kunjung keluar.   Setelah menunggu sebentar Koan San gwat menjadi hilang sabar, teriaknya.   "Unta terbang! Kau masih hendak pamer kekuatan apa lagi?" "Koan San gwat!"   Terdengar Ki Hou menyahut dingin "Bersabarlah, tempat ini jangan kau banding Sip yang san ceng, segala gerak gerik disini harus mementingkan jabatan dan aturan!"   "Adanya barisan tetek bengek ini menunjuk jabatanmu sudah cukup besar, masih main ulur waktu apa lagi?"   Ki Houw tidak hiraukan dia lagi, tiba tiba ia berteriak lebih keras.   "Siau It ping, kihitung dari satu sampai sepuluh, bila kau belum bisa menyelesaikan tugasmu, terpaksa kepalamu lah yang harus menebus dosamu!"   Rasul ungu mengunjuk rasa bingung dan gelisah kepalanya celingukan kian kemari, tidak tahu dimana letak kesalahan, sementara hitungan dari dalam sudah dimulai, setiap hitungan laksana pentung besi mengetuk ulu hatinya.   Dikala hitungan sampai angka enam keringat dingin sudah membasah kuyup seluruh badannya, para Yu hun yang lainnyapun ikut menjadi tegang dan menanti perkembangan selanjutnya.   Dari dalam pintu terdengarlah hitungan angka "Sembilan"   Tiba tiba tergerak hati Rasul ungu, sebat sekali ia melesat terbang kesaping seorang bocah perempuan, telapak tangannya mengeprak kebatok kepalanya. Disaat jazat perempuan itu terkapar roboh, kebetulan terdengar hitungan angka "Sepuluh"   Dari dalam pintu.   Koan San gwat dan Lok Siau hong beramai melongo, dari dalam pintu kelihatan bayangan Ki Houw sedang melangkah keluar, ia mengenakan pakaian kebesaran sutra bersulam indah, sikapnya jauh berlainan dengan tingkah laku waktu berada di Si yang san ceng tempo hari.   Tiba di tengah barisan itu tersenyum sembari kerkata.   "Untung kau bertindak cekatan kalau tidak mayat ditanah ini mungkin kau sendiri adanya!"   Sambil bicara tangannya menuding mayat perempuan cilik yang hancur batok kepalanya, sikapnya wajar seperti tidak terjadi apa apa. Koan San gwat tidak kuasa mengendalikan amarah lagi, teriaknya keras .   "Ki Houw! Kau bukan manusia."   "Saudara terlalu mengumbar napsu, kejadian ini tidak bisa salahkan aku, aku sudah merendahkan permintaanku."   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Saking marah Koan San gwat tidak kunjung mengeluarkan suara, telunjuknya masih menuding orang, sementara bibirnya bergerak gerak. Ki Houw acuh tak acuh, ujarnya.   "Sesuai jabatanku sekarang, seharusnya perlu delapan pasang barisan anak kecil, tapi satu sudah terbunuh sehingga Propesi seharusnya lengkap menjadi ganjil aku menurunkan perintah membunuh satu diantaranya supaya klob, hal ini sudah merendahkan derajat, jadi kalau diusut kalian yang harus berranggung jawab."   It lun bin gwat garuk garuk lalu bersuara.   "Soalnya terpaksa Lohu membunuh salah seorang barisan Mo kun, karena dia melancarkan Thian mo ci (jari iblis langit) terhadap Nona Lok."   "Memang setimpal kematiannya itu, tapi apa Bing gwat tidak terlalu mencampuri tetek bengek ini."   Sindir Ki Houw. It Iun batuk batuk lagi, lalu katanya."   Mati hidup nona Lok secara langsung menyangkut kepentingan Lohu, tindakan Lohu tadipun demi urusan besar dibelakang hari sebab sampai sekarang Lohu belum memperoleh ahli waris, jikalau sampai ajal, mungkin jabatan di Sian Pang menjadi kosong."   "Cara bagaimana Bing gwat yang bisa mengikat hubungan mati hidup dengan nona cilik ini?"   "Kau jangan ngaco belo!"   Semprot Lok Siau hong gusar.   "Dalam suatu pertandingan dia kukalahkan maka harus patuh dan mendengar perintahku!"   Ki Houw bersuara heran.   "Ada kejadian begitu? Mungkin usia Bing gwat yang sudah terlalu lanjut, lwekangnya sudah susut, tidak seperti dulu."   Kata Bing gwat sambil menahan gelora harunya "Kekalahan Lohu tiada hubungan dengan lwekang semua ini sudah ditakdirkan oleh Thian! Mo kun tidak usah membakar amarahku, dalam Liong hwa hwe kelak, Lohu akan beri kesempatan mohon petunjuk pada Mo kun, tapi sekarang Lohu tidak akan terjebak dalam tipu daya Mo kun!"   "Memang Bing gwt yang tidak malu sebagaai lombok tua yang pedas, maksud baik ku menjadi sia sia belaka, dalam Liong hwa hwe yang akan datang semestinya Pui cun akan mencalonkan dua sahabat baikku!"   It tun melengos tidak meladeninya lagi. Terpaksa Ki Houw berpaling kepada Koan San gwat serta berkata .   "Sungguh aku harus minta maaf karena tidak hadir dalam perjanjian di Tay San Koan, tapi istriku sudah mewakili aku, sedikit banyak sudah menberi pertanggungan jawabku, ilmu sakti saudara memang tiada bandingan, sungguh harus dipuji hari ini saudara meluruk kemari, entah ada petunjuk apa?"   "AKU TUNTUT pertanggungan jawabmu tentang lencana Unta terbangmu."   "Bukankah aku suduh patuh akan permintaan mu, sebelun kami menentukan menang dan kalah aku tidak akan menggunakan Lencana Unta terbangku."   "Bagaimana pula perhitungan Puluhan jiwa murid Cong lam pay?"   "Itu adalah urusan istriku dengan pihak Ciong lam pay tiada sangkut pautnya dengan aku dan kau !"   "Siapa bilang tiada sangkut pautnya. Aku sudah menerima permintaan pihak Ciong lam pay untuk menuntut balas bagi anak murid mereka." "Saudara memang suka campur urusan orang lain. Kalau begitu kau harus membuat perhitungan dengan istriku, sekarang istriku sedang menunaikan tugasnya tidak bisa melayani kau, apakah saudara sudi menunggu beberapa hari?"   Koan san gwat melengak, sikap Ki Houw tenang dan dingin "Tidak lama, dalam waktu yang pendek tentu kami akan memberi keputusan kepada saudara, dan lagi persoalan lencana kami beduapun perlu dibereskan sekalian."   Koan San gwat menerawang bagaimana ia lantas menghadapi keadaan selanjutnya. Terdengar Ki Houw sudah mengajukan pertanyaannya lebih dulu .   "Dari jauh saudara meluruk kemari, bukankah kau hendak mencari jawabanku ?"   "Benar,"   Sahut Koan San gwat manggut.   "Apa itu Siau se thian, Liong hwa hwe dan Hing sin peng segala, bisakah kau member penjelasan selengkapnya kepadaku ?"   "Sudah tentu boleh! Tapikau harus member tugas umumku lebih dulu !"   "Tugas apa?"   Kata Ki Houw sambil menuding tangannya.   "Orang orang yang tiada sangkut pautnya dengan urusan ini harus disapu bersih. Saudara sendiri yang membereskan atau aku yang mewakili kau!"   Orang yang di tunjuk adalah Lu Bu wi dan Lau Sam thay, biji matanya memacarkan napsu membunuh.   Karuan kaget Koan San gwat bukan main, cepat mundur beberapa langkah menghadang didepan mereka.   Rasul ungu pimpin delapan saudaranya meluruk maju mengurung mereka.   "Sret!"   Siau It ping mengeluarkan sebatang kipas sempit dari lengan bajunya, sambil merangkap tangan ia member hormat kepada Koan San gwat katanya .   "Harap tuan menyingkir saja !"   Koan San gwat mendengus, dari punggung unta ia turunkan patung mas nya, sambil melintangkan di depan dada ia berkata .   "Mereka adalah sahabatku, kalau saudara hendak menghadapi mereka, terlebih dahulu harus menghadapi aku"   Dari samping Ki Houw tidak memperlihatkan reaksi apa apa, beberapa kali Rasul ungu berpaling kearahnya, namun ia tetap diam saja terpaksa ia ambil keputusan sendiri "   "Kalau tuan berkata begitu, terpaksa aku yang rendah mohon maaf terlebih dulu !"   Koan San gwat acungkan paturg masnya sambil tertawa, katanya "Silahkan orang she Koan berani meluruk kemari memang sudah bertekad untuk mati, cuma aku tidak nyana apa yang dinamakan Hwi tho ling cu kira nya seorang pengecut yang suka menyembunyikan diri dan penakut "   Berubah air muka Ki Houw, tapi ia tidak bersuara. Rasul ungu tiba tiba menggerakkan kipas merangsak maju, kipasnya mengetuk dada Koan San gwat, lekas Koan San gwat dorong patung emasnya kedepan "Trang"   Kipas tersampok balik. Tersentak Rasul ungu dibuatnya, teriaknya.   "Sungguh hebat kekuatan saudara."   Belum lenyap suranya kipasnya bekembang dan mendadak tertutup pula, sekonyol konyong menutuk, tiba tiba memapas, tahu tahu memotong mendadak menusuk pula, kipasnya mempertunjukan tipu permainan empat macam senjata tajam yang berlainan, yaitu pedang golok, potlot dan gantolan, banyak perubahan dan sulit diraba seluk beluknya.   Dengan patung naasnya yang berat Koan San gwat menghadapi serbuan lawan dengar tenang dan mantap, patung emas berkaki satu yang berat dapat diputar dan di mainkan seperti sebatang dahan pohon ringan, tiga puluh jurus sudah berselang, keadaaa masih seru dan belum ada salah satu pihak yang menunjuk kelemahan.   Agaknya Rasul ungu menjadi tidak sabar tiba tiba ia berpaling dan memberi aba aba "Kalian jangan nganggur saja"   Dari barisan temannya segera melompat keluar dua perempuan pertengahan umur, seorang bersenjata tongkat gaman, seorang yang lain adalah sebilah pedang. Kedua dua nya melompat ketengah gelanggang siap mengeroyok.   "Goblok"   Tiba tiba Rasul ungu berteriak gusar.   "Siapa suruh kalian bantu aku!"   Semula kedua perempuan itu melongo, tapi sekilas berpikir mereka lantas paham, orang yang menggunakan tongkat lantas menerjang ke sana mengemplang batok kepala Lau Sam thay dengan tongkatnya, daya serangannya sungguh hebat, sementara seorang yang lain menusuk kearah Lu Bu wi.   Sejak tadi Lau Sam thay sudah siap tempur, merasakan situasi amar serius, maka begitu tongkat lawan mengemplang tiba kontan ia membarengi dengan bacokan goloknya.   Terdengar suara gamerentang dari gelang tembaga diatas goloknya itu.   "Trang!"   Sejalur kekuatan yang maha dahsyat menerjang dirinya, meski goloknya tembaga tidak kutung, tapi tidak kuasa memeganginya lagi, gaman nya terbang dari cekatannya.   Dipihak lain, keadaan Lu Bu wi justri lebih mending, meski ia bertangan kosong jelek jelek seorang Ciangbunjin suatu aliran pedang pengalaman tempurnya cukup luas, dari gaya permainan pedang lawan, ia dapat mengukur bahwa ilmu pedang Perempuan pertengahan umur ini belum mencapai taraf yang sempurna.   Maka dia tidak menghindar dari daya serangan lawan, lekas ia doyongkan atas tubuhnya kebelakang menghindari pedang lawan, berbareng tangannya berputar balik, dengan kedua jari tangannya menutuk sendiri tulang penyerangnya itu.   Perempuan itu tidak kira bila permainan lawan begitu lincah, cepat ia merubah tusukkan menjadi tabasan maksudnya hendak memapas jari musuh, akan tetapi gerakan Lu Bu wi lebih cepat setindak, Kedua jarinya menyelonong lebih cepat, telah menjuwil urat nadinya.   Perempuan itu merasa seluruh badan kesemutan, pedang yang dipegangnya mencelat dan berpindah ketangan Lu Bu wi.   Dua yu hun ( sukma gentayangan ) yang menyergap satu menang dan yang lain roboh sudah ada hubungan erat dengan kedua lawan mereka, tapi bagaimana juga situasi banyak mempengaruhi keadaan.   Kalau perempuan, bertongkat mau melukai musuh, tapi niatnya tidak terlaksana Lu Bu wi mampu melukai lawan tapi tidak dilaksanakan.   Berubah air mula Ki Houw, bentaknya beringas.   "Gentong nasi semua!"   Beberpa patah kata itu menbuat anak buahnya mengkerut, Rasul ungu lantas terus menempur Koan San gwat segera berhenti mundur kebelakang tak bergerak lagi Ki Houw tertawa dingin, jengeknya.   "Siau it ping! Dengan kepandaian cakar ayam kalian, entah bagaimana Sip tay yu hun bisa terpilih dalam kedudukan sekarang."   Membuka muka rasul ungu, sahutnya tersekat.   "Lapor Mo kun! kami bersepuluh tamat dari satu perguruan, masing masing mempelajari ilmu tunggal, Tok kak se rada kuat delapan yang lain ."   "Kau masih mending, yang boleh dikata gentong nasi melulu!"   Dengus Ki Houw. Rasul ungu bersikap takut takut sahut nya.   "Suhu almarhum meninggal terlalu pagi sembilan sute dan sumoay terpaksa aku yang menghajar mereka, hamba sendiri yang tidak becus mendidik mereka."   "Aku tidak peduli urusanmu, maka aku jadi curiga bagaimana dulu kalian bisa terpilih dan bercokol dalam kedudukan sekarang!" "Kami Suheng sumoay meyakinkan barisan yang harus dilancarkan bersama pada waktu itu kami lulus ujian yang dilakukan oleh para Hwe cu, karena itulah secara beruntung.."   "O, jadi begita duduk perkaranya. Coba sekarang kalian pertontonkan kepadaku."   Rasul ungu serba sulit, sahutnya .   "Tok kak se dihukum mati oleh Mo kun, sepuluh kurang satu, barisan ini jadi goncang dan tidak bisa dikembangkan dengan sempurna!"   Ki Houw diam sebentar lalu berkata Sambil manggut manggut.   "Ya batalkan sudah, biar kucari orang menempel kekuranganmu itu."   Baru sekarang perasaan Sip tay yu hun tadi longgar dan lega pula. Sekarang Ki Houw bicara dengan Koan San gwat.   "agaknya kau menyaksikan bahwa aku tidak berani menempar kau.."   "Berani atau tidak, hatimu sendiri dapat menjawab!"   Wajah Ki Houw berselubung hawa kelabu desinya sinis .   "Hari ini aku tidak akan menantang berkelahi! Tapi bukan karena takut pada kau, sebab apa aku tidak bisa menjelaskan, tapi boleh silahkan kau tanya mereka berdua."   Dengan telunjuk ia tuding Ban li dan It lun. It lun segera memberi kesaksian.   "Benar Mo kun punya kesulitan sehingga ia tidak leluasa.bertading ini."   "Mungkin kalian tahu trik kelemahan ku ini, maka berani menerobos kemari membawa orang luar menbuat keributan lagi."   Cepat It lun menjelaskan.   "Mo kun jangan sembarangn menuduh, bukan Lohu berdua yang membawa orang luar kemari, sebaliknya kami diseret orang kemari!"   "Membual belaka! keculi kalian siapa dapat menemukan tempat ini!"   Damprat Ki Houw. "Aku!"   Sahut Koan San gwat lantang.   "Akulah yang menemukan tempat ini, dan aku yang membawa mereka kesini!"   Ki Houw tidak percaya, terpaksa Koan San gwat menjelaskan, katanya menunjuk untanya .   "Mau percaya tdak terserah! Aku dibawa kemari olehnya, dia dibawa Khong Ling ling. Ketahuilah untaku ini mempunyai kemampuan yang luar biasa, yaitu pandai menguntit jejak orang, meski kau berada jauh ribuan li, bila pernah mencium bau badan orang itu. Pasti dapat ditemukan jejak orang itu."   Ki Houw tersenyum ejek."   Memangnya dia dapat membedakan alat alat rahasia dan seluk beluknya, sehingga mampu melewati hutan gelap dan tiba disini dengan selamat?"   Untuk pertanyaan ini Koan San gwat tertegun dan sedang berpikir apakah perlu menjelaskan, Ban li sudah mewakili dia, serunya "Bukan begitu kejadian sesuguhnya Go hay ci heng menggunakan Kong ting hoa sin, menuntun kami melewati hutan pekat itu."   "Hwesio keparat itu, begitu besar nyali nya!"   Maki Ki houw mengeretak gigi.   "Kalau Mo kun penasaran silahkan mencari perhitungan padanya!"   Demikian sindir Ban li.   "Cepat atau lambat pasti akan datang hari yang kunanti ini "   Desis Ki houw.   Karena Hwesio tua itu pernah membantu dirinya secara diam diam, dalam hati ia berterima kasih, masa ia segan menjelaskan kepada Ki Houw kini setelah mendengar Ban li menjelaskan dengan nada mengadu domba Koan San gwat jadi merasa jijik dan memandang rendah martabat siorang tua ini, rasa simpatiknya semua tersapu bersih, maka dengan amarah meluap ia berteriak.   "Ki Houw! Urusan Liong hwa hwe, sebenarnya kau mau menjalankan tidak?" "Sudah tentu ingin kujelaskan! Soalnya apakah kau suka mendengarkan?"   "Dari tempat ribuan li aku meluruk kemari, tujuanku hendak membongkar teka teki ini kenapa tidak suka dengar?"   Sambil menuding Lu Bu wi dan Lau Sam thay, Ki Houw berseru.   "Kalau begitu kau harus melenyapkan mereka lebih dulu!"   "Tidak mungkin!"   "Kalau begitu aku tidak bisa menjelaskan!"   Ujar Ki Houw angkat pundak.   "Menurut aturan orang luar yang mengetahui seluk beluk ini harus dibunuh!"   "Pembual! Aku bukan orang Liong hwa hwe, kenapa kau sudi memberitahukan aku?"   "Kau lain! kau ahli waris Tokko Bing, cepat atau lambat kau pasti tercantum didalam Pang"   "Kau salah!"   Tukas Koan San gwat.   "Aku tidak akan menjadi anggota namakupun tidak akan tecantum disana. Kalau aku perihatin akan seluk beluk hal ini adalah karena guruku. Meski aku tidak tahu menahu tentang Liong hwa hwe, tapi sepak terjang yang misterius dan aturan aturan yang kejam dapat di pastikan, bahwa Liong hwa hwe adalah kumpulan setan."   Ki Houw tertawa tebar, ujarnya .   "Lebih baik jangan kau berpandangan cupat, masuk atau tidak kedalam daftar bukan kau yang putuskan. Banyak anggota Liong hwa hwe yang tidak ingin tercantum namanya namun mereka tidak berani menolak, malah yang namanya tercoretpun akan berusaha memulihkan nama baiknya, umpamanya mereka berdua"   Koan San gwat bertanya.   "Benarkah begitu?"   "Benar."   It lun menyahut lirih .   "Lohu memang tidak rela, namun terpaksa harus jadi anggota. Setelah nama kami tercoret kami masih giat berlatih dan memperdalam ilmu, tujuan untuk kembali memperoleh kedudukkan diatas Pang,"   "Kenapa begitu?"   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tanya Koan San gwat heran. Mulut It lun sudah terbuka sekian saat akhirnya ia menyahut perlahan .   "Lohu ingin menjawab pertanyaan ini tapi Lohu tidak tahu kenapa?"   Kata Koan San gwat kurang percaya .   "Mana ada aturan demikian didunia ini.."   "Kalau kau terjun didalam, kau akan paham sendiri !"   Koan San gwat hendak mengajukan pertanyaan lagi, Ki Houw sudah menyela dengan tidak sabar.   "Sebetulnya bagaimana keputusanmu?"   Maka Koan San gwat ambil putusan tegas, sahut .   "Aku ingin mendengar seluk beluknya, kedua arang ini akulah yang bertanggung jawab! Mereka pasti tidak akan membocorkan rahasia."   "Warga Liong Hwa hwe hanya boleh bertanggung jawab kepada dirinya sendiri."   Tapi dengan congkak Koan San gwat berkata "Segala urusan pasti ada asal mula nya menurut angapanku aturan aturan tengik itu perlu diganti saja."   "Bagus"   Puji Ki Houw.   "Tekadmu patut dipuji, agaknya aku harus memberi kelonggaran kepada kau, mari silakan, kita bicara didalam saja."   Rasul ungu tiba tiba berkata.   "Mo kun kedudukan dan batas batas aturan tidak memberi peluang untuk kau memutuskan hal ini."   Mendelik mata Ki Houw dampratnya.   "Sian it ping! Apakah kau sedang bicara dengan aku ?"   Rasul ungu gemetar dan tergagap tak mampu menjawab cepat Ki Houw angkat tangan menyilahkan tamunya, sinar matanya memancarkan hawa membunuh. Koan San gwat hanya tersenyum saja katanya.   "Jangan main licik, anggapmu aku tidak tahu maksud hatimu?"   "Syukur bila kau paham! silahkan"   Lalu ia mendahului melangkah masuk kedalam pintu, kedua baris bocah bocah kecil itu menguntit dibelakangnya, terakhir tinggal si Rasul ungu itu yang masih menunggu diambang pintu. Lu bi wi berkata.   "Ling cu! Losiu kuatir didalam diatur tipu daya untuk menjebak kita!"   "Memang! tapi maju lebih selamat dan pada mundur!"   Sahut Koan San gwat.   "Apa maksud ucapan Ling cu?"   Bertanya Lu Bu wi tidak mengerti. Kata Koan San gwat.   "Aku menyesal membawa kalian berdua masuk kedalam pertikaian ini, tapi urusan sudah terlanjur, meski sekarang masih ada kesempatan mundur, tapi mereka pasti tidak tinggal diam, mereka di pihak gelap kita menjadi empuk belaka, ada istilah lebih baik nekad menerjang masuk, mari kita lihat apa sih yang terdapat didalam sana?"   "Kalau begitu terserah perintah Ling cu,"   Kata Lu bu wi. Lau Sam thay menimbrung.   "Jiwaku ditolong oleh Ling cu, selanjutnya apa yang Ling cu ingin lakukan bolehlah."   Dengan langkah lebar Koan San gwat mendahului masuk kedalam pintu, unta sakti juga mau ikut, segera Koan San gwat menepuk lehernya seraya berkata .   "Sahabat tua, kau tunggu saja disini, jikalau aku tidak bisa ke luar, kau tahu bagaimana kau harus berbuat bukan?"   Unta sakti manggut manggut.   Maka rombongan mereka lantas lenyap dibalik pintu.   Di dalam ruang pendopo yang amat luas, banyak orang sedang duduk berkeliling, mereka duduk berhadapan satu sama lain .   Lok Saiu hong duduk disamping Koan San gwat, sebelahnya Lu Bu wi dan Lau Sam thay, dibelakang mereka duduk pula Ban li bu in dan It lun bing gwat, mereka duduk setengah bundar.   Dihadapan mereka Ki Houw, hanya Rasul ungu yang berdiri tegak di dampingnya, setelah hening sejenak, Ki Houw mulai buka suara, katanya .   "Apa saja yang ingin kau ketahui?"   Koan San gwat berpikir sebentar lalu bertanya "Dimanakah Siau se thian berada?"   Di puncak Sin li hong di gunung Bu san dalam kabut mega nan putih!"   "Apakah guruku juga ada di sana?"   "Sudah tentu! Dia sudah satu Hwe cu periode yang lalu."   "Untuk apa dia berada disana?"   "Menikmati hidup bahagia."   "Apa gerangan yang terjadi dengan Liong hwa hwe?"   "Sebuah serikat atau organisasi yang sangat rahasia dan menakjupkan, anggotanya segala golongan dari tokoh tokoh silat aneh berbagai tempat, hanya beberapa gelintir orang punyu nama, di Kangouw, umpamanya gurumu adalah salah satu diataranya"   "Masih ada siapa lagi ?"   "Hal itu tidak bisa kujelaskan!"   "Apa pula yang terjadi dengan Hong sin pang ?"   "Liong hwa hwe ada seratus delapan anggota, terbagi Sian ( dewa ), Mo ( iblis ) dan Kui (setan ) san pang (tiga tingkat). Sian pang ada tiga puluh enam, Mo pang ada tujuh puluh dua, kedua pang jni dinamakan Hong sin pang. Masih ada lagi wakil pang. Ia yang disebut Kui pang, para petugas macam Sip cay yu hun dan lain lain itu termasuk anggota Kui pang.."   Apa yang didengarnya persis dan hampir sama dengan dugaan Koan San gwat semula, maka ia bertanya lebih mendalam.   "Bagaimana membedakan Mo pang dan Kui pang ?"   "Menurut kepandaian silat mereka, yang berkepandaian tinggi masuk daftar Siang pan, kalau sedang masuk Mo pang, kalau lebih jelek lagi Kui pang, tapi dalam hal ini ada batas yang cukup keras. Liong hwa hwe membuka rapat anggota setiap dua puluh tahun sekali, pada waktunya tentu terjadi banyak perubahan, misalnya ada anggota Sian pang yang melorot, ada pula anggota Mo pang yang naik pangkat"   "Kau sendiri ditingkat mana?"   "Aku disebut Thian ki mo kun, sudah tentu berkedudukan di Mo pang, malah aku menjadi pemimpin dari kawanan iblis ini, bagi seluruh warga Mo pang, aku punya hak kuasa yang tak dapat dilawan mereka."   "Ibuku, bibi dan pamanku adakah juga termasuk tingkat Mo pang?"   Tiba tiba Lok Siau hong menyeletuk.   "Benar, maka mereka pun harus perintahku."   "Kalau Ouw hay it siu bagaimana?"   "Dia termasuk tokoh dalam Sian pang!"   Lok Siau hong mendengus, jengeknya menjebi bibir .   "Manusia keparat yang tidak becus itu juga bercokol di Sian pang?"   Ki Houw tertawa besar, ujarnya .   "Benar, maka tadi kukatakan Mo belum tentu lebih rendah dari Sian. Kehidupan kaum iblis semestinya jauh lebih menyenangkan dari alam kedewaan, kalian sudah melihat dua bait syair diatas pintu gerbang itu bukan, itu lebih membuktikan bahwa ucapanku bukan bualan belaka."   Koan San gwat merenung lalu tanyanya pula .   "Kecuali punya hak kuasa di Mo pang, dapatkah kau mengurus orang lain?"   "Dalam hal ini perlu kujelaskan, kecuali kedudukan mereka dalam Mo pang akupun menjadi Si hoat ciang sing ( pelaksana hukum) dalam Hong sin pang, maka semua tokoh tokoh dalam Sian dan Mo aku dapat bertindak terhadap mereka, cuma terhadap tokoh tokoh dalam Sian pang sedikit banyak aku berlaku rada sungkan "   "Apakah guruku iuga dapat kau kekang dengan jabatanmu itu?"   Sedikit berubah air muka Ki houw, sahutnya tersekat "Tidak! Kedudukannya sebagai Hwe cu, tingkat ini sejajar dengan aku, siapapun tiada hak mengurusi orang lain!"   Mendadak it lun bing gwat menyeletuk bicara.   "Tapi Hwe cu punya hak membatasi segala gerak gerikmu bila perlu kaupun harus mendengar perintah Hwe cu."   Ki Houw kelihatan marah serunya.   "Liong hwa hwe yang akan datang, aku punya banyak kesempatan untuk merebut kedudukan Hwe cu itu, tatkala itu aku tidak akan dicemooh dan dirintang oleh mereka."   Tiba tiba Koan San gwat meninggikan suaranya bertanya .   "Siapakan pendiri Liong hwa hwe ini?"   Berubah air muka Ki Houw, It lun dan lain lain, malah Ban li lebih emosi teriaknya bengis .   "Bocah keparat! Kau dilarang tanya hal itu!"   Koan San gwat jadi heran, katanya .   "Apakah benar tidak boleh tanya hal itu?" "Benar."   Ki Houw dengan muka kelam.   "Ini larangan yang paling keras, sekarang kau sudah belum masuk anggota, maka kau tidak terhukum, kau sudah melanggar larangan paling besar!"   "Kulau begita ganti pertanyaan lain, Kuasa yang paling tinggi dalam Hong sin pang?"   Sejenak ragu ragu akhirnya Ki Houw menjawab .   "Su tay hwe cu. Mereka tidak punya kuasa kupersilakan renungkan arti dari pada kedua hurup "Thian ki"   Itu."   Koan San gwat mengejek dengan seringai dingin, katanya .   "Jadi hak kuasamulah yang tertinggi di Siau se thian !"   Benat! "sahut Ki Houw takabur.   "Kecuali Thian gwat Thian (langit diluar langit) "   Koan San gwat melanjutkan .   "Apa yang dinamakan Thian gwat thian?"   Berubah pula air muka Ki Houw, seolah olah sudah melanggar suatu kesalahan paling besar, kedua matanya jelalatan celingukan kian kemari, demikian juga It lun dan Ban li sama berubah pucat dan gemetar, mereka pasang kuping mendengar apa apa dengan cermat.   Sesaat kemudian ditengah angkasa sayup sayup berkumandang irama musik yang mengalun tinggi merusak pendengaran.   Tersipu sipu Ki Houw melorot turun berlutut demikian juga Rasul ungu seluruh tubuhnya ikut mendekam dilantai, kepalapun tidak berani bergerak.   Irama musik itu semakin jelas dan dekat, hidung semua orang sudah mengendus wangi semerbak.   Koan San gwat dan lain lain hanya tercengang, ditempatnya.   It lun bing gwat dan Ban Ii bu berdiri tegak meluruskan tangan, badannya gemetar keras seperti kedinginan.   Selang sejenak pula, tampak bayangan berkelebat diambang pintu, masuklah sepasang dayang kecil yang menggelung rambutnya dikedua pinggir kepalanya wajah mereka ayu rupawan, setiap orang menentang lampion berkaca yang memancarkan cahaya terang benderang.   Dibelakang dua dayang kecil yang seraya pula, masing masing menyanggul sebuah anglo berbentuk binatang, dari hidung ini mengepul keluar asap wangi warna hijau.   Dan yang terakhir masuk pula seorang dara cantik rupawan mengenakan pakaian yang molek dan cemerlang, langkahnya enteng dan lembut tak bersuara, gayanya lemah gemulai mempesonakan.   Pakaian yang dikenakan dara ini terbuat dari bila burung merak yang halus dan warna warni sangat menyolok dan indah.   Sehingga tindak tanduknya bak umpama dewi kahyangan sedang berlenggang turun memperlihatkan keagungannya.   Begitu berada ditengah pendopo melihat Koan San gwat duduk tegak, dara itu mengerut alis, dengan suara yang menyedot sukma ia bertanya .   "Siapakah dia ini?"   Sambil berlutut Ki Houw menjawab .   "Dia ahli waris Tokko Bing!"   "Ahli waris Tokko Bing?"   Tanya gadis itu menegas.   "Siapakah TokkoBing?"   Kejadian diluar dugaan dan menegangkan urat syiraf, ia tahu akan kedudukan gadis itu tentu sangat tinggi, maka segera ia mendahului menjawab.   "O, kiranya Ui ho."   Ujar si gadis.   "Hebat benar dia memilih akhli waris."   Ucapan yang terakhir ditujukan kepada Koan San gwat, sementara kedua matanya pelirak pelirik dari atas kebawah mengawasi Koan San gwat, saking risi Koan San gwat balas bertanya.   "Siapa kau?"   Gadis itu tertawa nyaring, katanya.   "Pertanyaan ini kurang hormat!"   "Usiaku tidak terpaut banyak dengan kau selamanya belum kenal lagi, tidak perlu aku sungkan dan rikuh terhadap kau."   Gadis itu tersenyum lebar, ujarnya.   "Bukankah kau hendak bertanya Thian gwat thian, Aku inilah"   Jawabannya ini sudah diduga oleh Koan San gwat, munculnya gadis ini di luar dugaannya Liong Hwa hwe, Hong sin pang, Siau se Thian dan nama nama lain sudah cukup membuat kepalanya pusing, untunglah hari ini ia memperoleh jawaban seluruhnya, namun diluar dugaan muncul lagi seorang Thian gwat thian, inilah sikap dan kelakuan Ki Houw dan lain lain menunjuk bahwa kedudukan gadis ini sangat tinggi atau istimewa.   Sementara itu gadis itu sudah berpaling kearah Ki Houw katanya sambil tertawa manis "Mo kun mengundang kami, entah ada petunjuk apa?"   Ki Houw berlutut kaku dilantai, suaranya gemetar. Hamba ceroboh, usil lagi sehingga membuat kaget tuan putri"   Gadis itu bersuara dalam tengorokan lalu katanya.   Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Jadi hanya karena usil maka Mo kun mengundang kemari?"   Pucat pasi muka Ki Houw, ratapnya dengan ketakutan.   "Berat ucapan Sian cu bukan begitu maksud hamba."   Tiba tiba sigadis muka, katanya bersungut .   "Aku tidak peduli apa maksudmu! Untung kau sebagai pelaksana hukum, hukuman apa harus dijatuhkan terhadap orang orang yang suka melanggar aturan dan disiplin kau paling apal! Silahkan kau putuskan sendiri!"   Biasanya sikap Ki Houw terhadap orang lain galak dan takabur, namun dihada pan gadis ini, ternyata bertekuk lutut tak berani bergeming, mukanya pun pucat pias seperti mayat, serunya gemetar .    Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung

Cari Blog Ini