Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bunga 6


Pendekar Bunga Karya Chin Yung Bagian 6


Pendekar Bunga Karya dari Chin Yung   Dan membarengi dengan suara bentakannya itu, dengan cepat sekali orang tersebut, telah menggerakkan tangan kanannya dia telah melancarkan serangan dengan pukulan yang mengandung tenaga serangan yang kuat sekali mengincar dada dari pengemis tua tersebut, yang tidak lain dari Ang Sam Kay.   Melihat orang telah melancarkan serangan seperti itu, Ang Sam Kay mendengus mengeluarkan suara tertawa dingin.   Dia mana jeri berurusan dengan serangan seperti itu?! Dengan mengeluarkan suara tertawa dingin, dia telah menggerakan tangan kanannya, cepat bukan main ia telah melancarkan tangkisan yang kuat sekali.   Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay mengandung kekuatan tenaga dalam yang bukan main, sehingga telah membuat tubuh orang yang menyerang dirinya itu terhuyung-huyung akan rubuh terguling diatas tanah.   92Kolektor E-BookTentu saja hal ini selain membuat terkejut penyerangnya, juga telah membuat terperanjat kawan-kawannya.   Mereka tidak menyangka bahwa pengemis tua yang tampaknya sudah lanjut benar usianya dan kurus kerempeng seperti berpenyakitan, ternyata memiliki kekuatan tenaga yang bukan main hebatnya.   Dengan sendirinya mereka tidak berani memandang rendah lagi pada pengemis tua tersebut.   Disamping itu, kenyataan seperti ini juga telah membuat keenam orang Liok Sian Wie San itu tambah penasaran sekali.   Terlebih lagi memang kawan mereka yang seorang itu, yang tadi telah kena dirubuhkan oleh serangan pengemis tersebut.   Tentu saja dia murka bukan main, sampai tububnya menggigil.   Dengan mengeluarkan suara bentakan yang sangat keras dan bengis sekali, tampak ia telah menjejakkan kakinya.   Tubuhnya bagaikan terbang telah melayang akan menerjang dan malancarkan serangan pada Ang Sam Kay.   Melihat cara menyerang orang tersebut, Ang Sam Kay mendengus dingin, lalu dengan cepat sekali dia telah menggerakkan kedua tangannya menangkis.   Gerakan yang dipergunakannya adalah Kim Liong Sam Cut (Naga Emas tiga kali keluar), kedua tangannya itu memiliki tenaga serangan yang keluar secara bergelombang sebanyak tiga kali.   Gerakan yang dilakukan oleh orang ini mengandung tenaga serangan yang bukan main kuatnya.   Di samping itu, ia juga memang mengincer bagian-bagian yang mematikan ditubuh Ang Sam Kay.   Tentu saja lawan dari Ang Sam Kay terkejut, dikala tenaga mereka tengah bentrok begitu, tiba-tiba telah menerjang pula pada dirinya serangkum angin serangan yang lainnya dan belum lagi ia mengetahui apa yang terjadi, telah menyambar lagi serangkum serangan yang kuat dan dahsyat bukan kepalang, sehingga tanpa ampun lagi tubuh orang itu telah terpental, ambruk diatas tanah, lalu menggeliat kesakitan, memuntahkan darah segar.   Rupanya ia telah terluka berat sekali.   Kelima orang Liok Sian Wie San yang menyaksikan saudara mereka yang seorang itu telah kena dirubuhkan begitu rupa dan malah telah kena dilukai hebat demikian, tentu saja jadi murka.   Mereka bermaksud akan menerjang berbareng untuk melakukan pengeroyokan.   Tetapi belum lagi kelima orang Liok Sian Wie San sempat untuk melancarkan serangan kepada Ang Sam Kay, tiba-tiba dikejauhan telah terdengar suara tertawa yang begitu menyeramkan, karena suara tertawa yang terdengar cukup jauh itu merupakan suara tertawa bercampur tangis.   Kontan muka kelima orang Liok Sian Wie San berobah pucat pias, tampaknya mereka ketakutan bukan main.   "Akhhh, mengapa kita harus melayani pengemis busuk ini! Bukankah kita tadi tengah mengejar waktu uutuk menjauhkan diri dari ancaman ketiga momok itu?!"   Kata salah seorang diantara mereka. Dan kelima orang ini bersiap-siap untuk mengangkat saudara mereka yang seorang itu, yang tengah berada dalam keadaan terluka parah. 93Kolektor E-BookTetapi belum lagi mereka sempat untuk kabur, dan disaat Ang Sam Kay serta Eng Song hanya mengawasi dengan terheran-heran, suara tertawa itu telah terdengar semakin keras.   Dan kelima Liok Sian Wie San semakin gugup dan ketakutan setengah mati, tubuh mereka juga menggigil.   Ang Sam Kay jadi mengerutkan sepasang alisnya.   Kalau menurut penglihatannya bahwa kepandaiannya yang dimiliki Liok Sian Wie San cukup lumayan, walaupun tidak dapat disebut sempurna, namun memang cukup tinggi.   Maha dari itu, siapakah pemilik suara tertawa yang terdengar menyeramkan itu, yang telah membuat keenam Liok Sian Wie San telah ketakutan begitu rupa? Sedangkan orangnya belum muncul, baru mendengar suara tertawanya saja, Liok San Wie San telah ketakutan setengah mati.   Dengan sendirinya, Ang Sam Kay dapat menduganya, setidak-tidaknya pemilik suara itu adalah seorang yang memiliki kepandaian yang tinggi dan juga memiliki tangan yang telengas sekali.   Satu lagi bukti yang bisa diperlihatkan bahwa orang itu memiliki kepandaian yang tinggi.   Karena pertamanya suara tertawanya terdengar perlahan, tetapi kemudian didalam waktu yang singkat sekejap mata saja, telah terdengar begitu dekat, hal ini tentu saja memperlihatkan bahwa Ginkang (ilmu meringankan tubuh) dari orang yang memiliki suara tertawa yang menyeramkan itu sangatlah tinggi.   Dan belum lagi Ang Sam Kay sempat untuk berpikir terlebih jauh, disaat itulah telah terdengar suara tertawa yang jelas dan tampak muncul tiga sosok tubuh yang berkelebat cepat sekali.   Kelima orang Liok Sian Wie San tampak jadi begitu gugup.   Mereka telah berdiri dengan tubuh yang agak gemetar.   Malah tubuh dari kawan mereka yang seorang yang telah terbinasa itu, yang tadinya telah terangkat sebagian, telah terlepas dan jatuh ambruk ditanah kembali.   Tampaknya mereka ketakutan bukan main, dan ketiga sosok tubuh yang baru muncul itu seperti juga tiga orang yang sangat ditakuti oleh mereka.   "Liok Sian Wie San...!"   Terdengar salah seorang dari ketiga orang tersebut telah membentak dengan suara yang keras bukan main.   "Biarpun kalian melarikan diri keujung bumi sekalipun, tetap saja kalian harus mampus!!"   "Ihhh....!"   Terdengar salah seorang diantara ketiga orang itu yang lainnya, dengan suara seperti juga dia sangat terkejut sekali.   "Rupanya seorang dari Liok Sian Wie San telah mampus! Hmmm! Ini meringankan beban kita!"   Liok Sian Wie San tampak tambah ketaktuan bukan main.   Mereka semua berdiri dengan muka yang agak pucat.   Dan rupanya disebabkan mereka menyadari juga bahwa mereka tidak mungkin untuk dapat melarikan diri, dengan sendirinya mereka jadi nekad.   Cepat sekali mereka telah mengeluarkan suara bentakan dan tahu-tahu kelima Liok Sian Wie San telah menerjang serentak dengan gerakan yang cepat sekali.   "Kami akan mengadu jiwa dengan kalian!"   Teriak dua orang Liok Sian Wie San.   "Kalian terlalu mendesak kami!!"   Dan setelah itu, kelima orang dari Liok Sian Wie San telah mengempos semangat mereka dan telah melancarkan serangan yang beruntun sekali.   Gerakan yang dilakukan oleh kelima Liok Sian Wie San ini memiliki kekuatan yang bukan main, dan juga mengandung tenaga lwekang yang dahsyat.   Hal ini disebabkan mereka memang menyadari, bahwa mereka harus mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalam yang ada padanya untuk dapat menyerang lebih dahulu dari ketiga orang yang menakuti hati mereka.   94Kolektor E-BookKetiga orang yang baru tiba itu telah mendengus dengan suara yang dingin, salah seoraag telah berkata .   "Souwciu Sam Sat (Tiga Momok dari Souwciu) paling pantang memberikan kesempatan kepada korbannya untuk hidup terus! Kalian memang harus mampus!!"   Di saat itu serangan kelima dari Liok Sian Wie San telah tiba.   Mereka memang telah mengerahkan seluruh kemampuan mereka.   Namun dengan tenang, ketiga orang yang menamakan dirinya sebagai Souwciu Sam Sat itu telah mengeluarkan suara tertawa gelak-gelak, kemudian telah bergerak dengan gerakan yang cepat serta gesit.   Malah tampak mereka telah menggerakkan kedua tangan mereka masing-masing.   Gerakan mereka begitu cepat dan hebat sekali, maka terjadi suatu hal yang mengerikan! Dengan tidak terduga-duga, kelima orang Liok Sian Wie San telah terpental dengan mengeluarkan suara yang mengerikan sekali.   Dan yang lebih hebat serta mengerikan adalah kesudahannya, tampak lima batok kepala bergelinding! Rupanya kelima orang Liok Sian Wie San telah terbinasa oleh Souwciu Sam Sat dengan batok kepala masing-masing telah terputus dari batang leher! Mengerikan bukan main kematian mereka, sehingga Ang Sam Kay serta Eng Song telah memandang dengan perasaan ngeri.   Karena Liok Sian Wie San telah menemui kematian yang sangat mengerikan seperti itu.   Terlebih-lebih waktu mereka bisa melihat jelas wajah dari ketiga orang yang menamakan diri mereka sebagai Souwciu Sam Sat.   Hati mereka semakin ngiris.   Mereka melihatnya ketiga orang yang bergelar Souwciu Sam Sat itu masing-masing memiliki wajah yang sangat buruk sekali, sehingga wajah mereka menyerupai muka seekor kera.   Dan lebih mirip sebagai muka tengkorak.   Dengan sendirinya hal ini membuat mereka jadi begitu buruk.   Mungkin pula sebagai manusia yang paling buruk di permukaan bumi.   Kenyataan seperti ini, tentu saja cocok dengon gelaran mereka, yang bergelar sebagai Souwciu Sam Sat, memang wajah mereka mirip sekali sebagai tiga orang momok yang sangat menakutkan sekali.   Di antara semua itu, diantara keheningan yang mengerikan itu, diantara kesemua yang ada itu, didengarnya ketiga orang momok yang sangat menakutkan bukan main itu telah mengeluarkan suara tertawa gelak-gelak yang sangat menakutkan sekali.   Sedangkan Ang Sam Kay telah menghampiri orang momok tersebut.   Dia telah merangkapkan sepasang tangannya menjurah.   "Terima kasih atas bantuan kalian bertiga yang telah membereskan nyawa kelima orang manusia jahat itu....!"   Kata Ang Sam Kay. Tetapi dengan tidak terduga, ketiga orang momok yang bergelar Souwciu Sam Sat itu telah mengeluarkan suara tertawa mengejek.   "Hemmm, apa bagusnya kami menolongi kalian berdua pengemis busuk? Kalian tidak ada artinya dimata kami! Kami melakukan semuanya ini bukan untuk kepentingan kalian berdua, tetapi untuk kepentingan kami sendiri! Karena kalian telah menyaksikan peristiwa seperti ini maka kalian berdua, setan kecil dan tua bangka, harus mampus!"   "Hahh?"   Tentu saja Ang Sam Kay jadi kaget berbareng heran, dicampur oleh perasaan mendongkol.   Tetapi belum lagi Ang Sam Kay sempat untuk melampiaskan kemendongkolannya itu dengan memaki ketiga momok tersebut, disaat itu salah seorang diantara mereka malah telah menggerakkan tangan kanannya dengan gerakan yang bukan main cepatnya.   95Kolektor E-BookMalah, Ang Sam Kay merasakan samberan angin serangan itu luar biasa sekali.   Hal ini membuktikan bahwa tenaga serangan yang dilancarkan oleh momok tersebut memiliki kekuatan yang bukan main.   Tentu saja Ang Sam Kay jadi gusar bukan main, karena dia segera mengetahui bahwa serangan yang dipergunakan oleh momok yang seorang ini mengandung tenaga membunuh.   Jelasnya memang momok tersebut bermaksud ingin membinasakan Ang Sam Kay.   Dan mungkin juga mereka menduga bahwa Ang Sam Kay hanyalah pengemis biasa yang hanya mengerti sedikit-sedikit ilmu silat.   Dengan cepat Ang Sam Kay mengempos tenaganya, karena dia rnengetahuinya bahwa ketiga momok dari Souwciu tersebut memang merupakan momok yang bukan sembarangan, dan tidak boleh dipandang enteng.   Biar bagaimana Ang Sam Kay tidak mau mengambil risiko buat dirinya.   Di saat dia menangkis, Ang Sam Kay juga telah menyalurkan tenaga dalamnya, maka dari kedua telapak tangannya telah mengalir keluar kekuatan serangkum angin serangan yang dahsyat.   Waktu kekuatan tenaga dalam dari Ang Sam Kay membentur tenaga momok yang melancarkan serangan padanya itu, maka momok itu telah mengeluarkan suara teriakan kaget dan tubuhnya telah terhuyung mundur.   "Ihhhh......!"   Berseru kedua Momok yang lainnya waktu mereka melihat apa yang dialami oleh kawan mereka.   "Rupanya pengemis busuk tua ini memiliki kepandain yang lumayan!!"   Dan tanpa membuang-buang waktu lagi, kedua Momok ini juga telah melancarkan serangan kepada Ang Sam Kay.   Namun sekarang disebabkan mereka telah mengetahui bahwa Ang Sam Kay memiliki kepandaian yang tinggi, dengan sendirinya mereka juga melancarkan serangan yang kuat dan cepat sekali.   Malah tenaga mereka merupakan tenaga maut yang dapat menghancur lumatkan batu gunung yang keras bagaimanapun juga.   Ang Sam Kay tidak jeri.   Karena diapun telah mendongkol melihat ketelengasan tangan dari ketiga Sam Sat ini, dengan sendirinya dia juga telah mempergunakan kekuatan yang bukan main dahsyatnya untuk melayani ketiga lawannya ini.   Dengan cara demikian, Ang Sam Kay berarti telah dikeroyok oleh ketiga lawannya itu, yang masing-masing memang ternyata memiliki kepandaian yang bukan main.   Eng Song melihat Ang Sam Kay dikeroyok begitu rupa, jadi memandang dengan perasaan berkuatir sekali.   Biar bagaimana dia jadi memandang dengan perasaan tegang, karena dia juga merasakan bahwa tenaga serangan dari ketiga Sam Sat itu tentunya merupakan tenaga yang mematikan, sebab kalau tidak, tentunya Ang Sam Kay dengan mudah dapat melayaninya dan meloloskan diri.   Namun kenyataan seperti ini mau tidak mau telah mengejutkan hati Eng Song, dia melihat Ang Sam Kay telah terdesak sampai tampaknya sibuk sekali untuk melayani kesana-kemari dengan gerakan yang tidak hentinya.   Dan diantara menderu angin serangan itu, Eng Song melihat debu telah mengepul tinggi, disamping daun-daun kering yang telah berterbangan terhembus oleh angin serangan dari keempat orang yang tengah bertempur ini.   Sam Sat juga tampaknya terkejut bukan main.   Tadinya mereka menyangka bahwa pengemis tua ini hanyalah pengemis biasa saja dan memiliki kepandaian yang biasa pula.   Namun siapa tahu pengemis tua ini justeru memiliki kepandaian yang demikian tinggi.   Dengan sendirinya, mau tidak mau memang hal ini membuat Sam Sat jadi begitu kaget dan telah mengeluarkan seluruh kepandaian mereka untuk merubuhkan Ang Sam Kay.   96Kolektor E-BookPengemis tua Ang Sam Kay juga telah berpikir didalam hatinya, bahwa ia menghadapi Sam Sat tidak dapat dengan mempergunakan cara biasa.   Biar bagaimana memang ia harus dapat mempergunakan seluruh kepandaian yang ada padanya, agar dapat melancarkan serangan- serangan yang luar biaaa kuatnya.   Di antara semua itu, dengan cepat Ang Sam Kay telah merobah cara bertempurnya.   Dia telah memperhebat tenaga serangannya dan juga disamping itu ia telah mengempos semangat murninya, melancarkan serangan dengan penuh perhitungan.   Sam Sat yang merasakan hebatnya tenaga serangan dari Ang Sam Kay, telah terdorong mundur dan melompat kebelakang untuk menghindarkan diri dari serangkum angin serangan yang sangat berbahaya itu.   Namun apa daya, disaat itu Ang Sam Kay rupanya sudah berkeputusan untuk dapat merubuhkan ketiga lawannya yang bertangan telengas dan juga kejam sekali.   Dengan sendirinya Ang Sam Kay bertindak tidak tanggung-tanggung.   Dengan mengeluarkan suara pekik yang menyerupai raungan yang keras, sepasang tangan Ang Sam Kay telah dikebutkan, dan dengan mempergunakan gerakan Naga Melangkah Tujuh Bulan, cepat bukan main, serangkum angin yang dahsyat sekali telah menerjang.   Terjangan tenaga dalam yang bukan main hebatnya itu telah membuat ketiga Sam Sat terhuyung mundur lagi, hal ini seumur hidupnya belum pernah dialami oleh Sam Sat.   Maka mereka jadi terkejut dan terheran-heran sekali.   "Siapa kau sesungguhnya pengemis tua yang busuk?"   Tegur salah seorang yang diantara Sam Sat dengan suara yang bengis bukan main.   "Kalian terlalu bengis dan jahat sekali, maka dari itu tidak perlu kalian mengetahui siapa aku, karena kalian memang harus mampus!!"   Kata Ang Sam Kay dalam keadaan mendongkol dan telah menggerakkan kedua tangannya, dia telah melancarkan serangan pula.   Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay ternyata memang hebat sekali, karena dia telah mempergunakan gerakan-gerakan ilmu simpanannya.   Dengan sendirinya, tubuh ketiga orang Sam Sat itu terhuyung kembali.   Walaupun ketiga orang Sam Sat telah berusaha untuk membendung tenaga serangan itu, namun kenyataannya mereka tidak berhasil.   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Malah mereka telah terdesak seperti juga akan rubuh terguling.   Hal ini tentu saja membuat mereka jadi ciut.   Mereka segera menyadarinya bahwa si pengemis tua Ang Sam Kay ini adalah seorang pengemis yang tangguh dan memiliki kepandaian yang bukan main hebatnya.   "Hemmmm, hari ini kami tidak memiliki waktu yang cukup untuk melayanimu! Tinggalkan nama dan gelaranmu, suatu hari nanti kami akan mencarimu!"   Bentak salah seorang Sam Sat dengan suara yang tetap bengis. Ang Sam Kay tertawa dingin, dia telah mendengus mengejek.   "Hemmmm.... kalau memang nanti kalian ingin mencariku, itupun boleh!!"   Dia menyahuti dingin.   "Aku biasa dipanggil Ang Sam Kay!!"   "Hemmm, baiklah! Ang Sam Kay, tunggulah kedatangan kami nanti, karena batok kepala kau juga harus sama seperti apa yang dialami Liok Sian Wie San, harus putus dari batang lehermu!"   "Mengapa tidak sekarang saja?"   Tegur Ang Sam Kay dengan suara yang mengejek.   Betapa murkanya Sam Sat, tetapi disebabkan mereka menyadari melayani pengemis tua ini juga tidak ada gunanya, karena Ang Sam Kay terlalu tangguh, maka mereka telah mengawasi mendelik dengan memperdengarkan suara tertawa mendengus mengejek, kemudian mereka telah 97Kolektor E-Bookmenjejakkan kakinya, tubuhnya telah mencelat dengan gerakan yang cepat sekali, mereka telah menghilang dengan cepat.   Ang Sam Kay telah mendengus mengejek, lalu mengajak Eng Song untuk meninggalkan tempat tersebut.   Eng Song kagum sekali melihat kepandaian pengemis tua Ang Sam Kay ini, karena dia telah menyaksikan, Sam Sat yang memiliki kepandaian yang begitu tinggi, ternyata tidak berdaya menghadapi Ang Sam Kay.   Kedua orang inipun telah melakukan perjalanan mereka lagi......    ooo O ooo 8 SUARA gentang dan genta dipukul ramai sekali, diantara suara musik-musik terompet atau lainnya memenuhi perkampungan Wunan-sie-cung.   Karena pada saat itu kebetulan sekali jatuh pada hari pesta Goan-siauw, semacam pesta Cap-gomeh.   Orang-orang yang berkeliaran dijalan-jalan raya juga sangat banyak sekali, karena mereka memang ikut merayakan pesta Goan-siauw itu.   Semuanya berpakaian mentereng dan rapi, memakai baju baru.   Di antara keramaian yang ada, dan juga di antara orang-orang penduduk kampung yang berpakaian bagus-bagus itu, tampak berjalan seorang pengemis tua dan seoraug pengemis cilik dengan sikap yang masa bodoh pada keramaian yang ada.   Mereka telah menuju kesebuah kuil yang berada didekat mulut kampung.   Pengemis tua itu telah mengetuk pintu kuil.   Dan ketika pintu kuil di buka, tampak keluar seorang Totong (hweshio kecil).   "Ada urusan apa kalian datang ke mari?"   Tanya Totong itu tidak senang, karena tadinya dia menduga yang datang adalah orang yang ingin bersembahyang, tidak tahunya hanyalah pengemis belaka.   Dengan sendirinya dia jadi kecewa dan tidak seorang melihat kedatangan kedua pengernis ini.   Tetapi pengemis yang tua itu telah tersenyum.   "Kami ingin menumpang, Siauw Suhu!"   Katanya dengan tidak ragu-ragu.   "Ya, kami ingin menumpang, Suhu!"   Kata pengemis cilik itu juga. Muka si Totong telah berobah, dia benar-benar merasa tidak senang dan mendongkol.   "Menumpang? Kalian kira ini rumah nenek moyangmu sehingga begitu mudah mengatakan ingin menumpang?"   Tegurnya gusar.   Jilid 6 "IHHHHH........ bukankah setiap kuil harus menjalankan amal kebaikan dan selalu menulungi orang yang sedang kesusahan?"   Tanya pengemis tua itu. Tetapi Totong itu malah jadi tambah gusar, dia mendengus dengan suara mengejek. 98Kolektor E-Book"Hemmmmm, kalian mencari tempat lain saja......... karena kami tidak menerima pengemis untuk menumpang di tempat kami! Lagi pula kalian hanyalah merupakan manusia-manusia pemalas yang tidak patut ditulung! Kalian masih memiliki tenaga, tetapi kalian telah menjalankan pekerjaan mengemis!! Pergilah!!"   Tetapi berbarengan dengan perkataan .   "Pergilah.....!"   Dari si Totong, tahu-tahu terdengar suara "Ploookkkkk! Plookkkk!"   Beberapa kali, disusul pula oleh suara jeritan kesakitan dari Totong kecil itu. Rupanya mulutnya telah kena ditempeleng oleh pengemis tua itu.   "Siauw Suhu, mulutmu terlalu jahat!!"   Kata pengemis tua itu mendongkol. Sedangkan si Totong dengan kesakitan telah undur kebelakang beberapa tindak. Mukanya pucat. Matanya juga telah terpentang lebar-lebar.   "Kau...... kau berani menghina orang dan menganiaya diriku disiang hari bolong seperti ini? Apakah kalian ingin merampok disiang hari?!"   Makian Totong itu rupanya bukan membawa keuntungan buat Totong itu, karena pengemis tua itu dengan cepat sekali telah menggerakkan kedua tangannya, segera terdengar suara plooook, plooookkkk! berulang kali, dan dengan mudah sekali, pengemis tua itu telah menjambak baju didekat dada Totong itu, maka diangkatnya tubuh si Totong, lalu dibantingnya diatas tanah dengan keras.   Tubuh Totong itu telah terbanting bergulingan diatas tanah, dia juga telah mengeluarkan suara jerit kesakitan yang bukan main.   Disamping itu, diantara peristiwa tersebut, pengemis kecil itu telah duduk dilatar dimuka kuil.   Tampaknya acuh tak acah.   Si Totong telah melompat berdiri sambil memaki-maki kalang kabutan.   Dia merasa murka bukan main telah diperlakukan begitu kasar oleh pengemis tua tersebut.   "Jembel busuk!! Jembel busuk!!"   Teriak si Totong dengan murka.   "Rupanya kau mencari penyakit berani mengacau dikuil kami, heh?"   Tetapi belum lagi suara si Totong habis diucapkannya, disaat itulah telah terlihat tangan dari pengemis tua itu telah bergerak lagi.   Gerakannya begitu cepat, dia telah menghajar muka si Totong, bukkkk....! Dan segera juga crrrrroooooottt! darah merah mengucur keluar dari hidung si Totong kecil itu.   Totong itu juga telah mengeluarkan suara jerit kesakitan, dia ketakutan sekali dan merasa ngeri melihat darah yang mengucur keluar dari hidungnya.   Tubuhnya menggigil, karena disaat itulah nyalinya baru pecah.....! Dengan cepat pengemis tua itu telah berkata dengan suara yang tawar .   "Jika memang kau keberatan untuk menerima kami menumpang dikuil kalian, dilain saat janganlah bicara dengan sikap yang begitu kasar. Sebetulnya jika aku menginginkan jiwamu, bisa saja aku mengambilnya, namun kali ini masih mau aku mengampuni jiwamu.....! Dan pengemis tua itu telah mengawasi mendelik Totong kecil yang telah ketakutan. Namun disaat itulah, dari dalam kuil telah melangkah keluar seorang hweshio yang berusia lanjut.   "Ada apa ribut-ribut?!"   Tanya hweshio tua yang kurang lebih berusia diantara enam puluh tahun itu dengan suara yang sabar. Dia memelihara jenggot yang panjang dan telah memutih.   "Mengapa kau menjerit-jerit ribut begitu?" 99Kolektor E-BookMendengar suara si hweshio tua, keberanian si Totong jadi terbangun.   "Suhu (guru), ada dua orang pengemis jahat yang telah memaksa ingin menumpang dan juga ingin merampok barang kali! Totong itu telah melapor. Sepasang alis si hweshio tua yang telah lanjut usianya itu berkerut. Pengemis tua yang tadi tela menghajar Totong itu juga mendengar perkataan si Totong. Tahu-tahu dia mengeluarkan seruan marah dan telah melompat mengayunkan tangannya sambil membentak .   "Ohhh, pendeta cilik bermulut jahat!! Kau telah memberikan laporan yang tidak-tidak!!"   Bentaknya disertai oleh ayunan tangannya karena dia ingin menghajar mulut Totong itu lagi.   Si Totong menjerit ketakutan.   Karena tadi dia telah merasakan betapa sakitnya dihajar oleh pengemis tua itu.   Maka dari itu, dia juga telah melompat mundur.   Di saat itulah, hweshio tua yang baru keluar telah mengibaskan lengan jubahnya.   "Berrrr!"   Serangkum angin yang kuat sekali telah menerjang menangkis serangan tangan pengemis tua itu.   Seketika itu juga si pengemis tua tersebut merasakan betapa tenaga serangannya jadi macet ditengah udara terbendung oleh kekuatan tenaga yang bukan main kuatnya.   Tentu saja pengemis tua itu jadi terkejut, karena dia dapat merasakannya bahwa bendungan tenaga dari kibasan lengan jubah pendeta tua itu terlalu kuat.   Dengan sendirinya pula, hal itu telah memperlihatkan bahwa tenaga lwekang yang dimiliki oleh pendeta tua itu bukan main tingginya.   Cepat sekali dia telah menarik pulang tangannya dan berdiri menghadapi pendeta tua itu, yang saat itu si pendeta tua tengah berdiri dengan sikap yang tenang sekali.   "Siapakah Taysu?"   Tanya pengemis tua tersebut dengan suara yang tawar.   "Lolap bergelar Wie Ceng Siansu!"   Menjelaskan pendeta tua itu.   "Dan merupakan pengurus dari kuil ini!"   Si pengemis telah merangkapkan sepasang tangannya, dia telah menjurah memberi hormat.   "Aku biasa dipanggil dengan sebutan Ang Sam Kay, tetapi disamping itu, aku juga biasanya dikenal sebagai pengemis tidak bernama!"   Menjelaskan pengemis tua itu.   "Dan kalau memang sekiranya Taysu tidak keberatan, kami ingin menumpang dikuil Taysu".   "Hemmmm.... urusan menumpang dikuil kami memang bukan merupakan hal yang sulit, kami selalu akan memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk menumpang! Tetapi menurut penglihatan Lolap, tidak sepantasnya Siecu (tuan) melakukan kekerasan pada anak murid Lolap!"   Teguran pendeta itu bernada dingin sekali.   Tampaknya dia tidak senang melihat anak muridnya si Totong cilik itu telah dihajar oleh pengemis tua tersebut.   Pengemis tua itu, ternyata tidak lain dari Ang Sam Kay, dan pengemis cilik itu adalah Eng Song, telah tertawa.   "Mungkin Taysu salah mata....!"   Kata Ang Sam Kay dingin.   "Sesungguhnya kami datang secara baik, tetapi Siauw Suhu itu telah menerima kami dengan kasar dan mengeluarkan kata- kata makian yang terlalu kotor! Apakah sebagai seorang pengikut muda dari sang Budha pantas memiliki mulut yang begitu kotor?"   Ditegur demikian oleh Ang Sam Kay, wajah Wie Ceng Siansu jadi berobah. 100Kolektor E-Book"Tegasnya Lolap tidak senang jika kedatangan siecu hanya menimbulkan onar!"   Kata si pendeta tua tersebut.   "Lalu apa yang diinginkan oleh Taysu?"   "Jelas Lolap ingin melihat berapa tinggi kepandaian Siecu sehinga ingin mengacaukan kuil kami!!"   Muka Ang Sam Kay jadi berobah. Itu urusan yang mudah! Aku juga bersedia untuk main-main beberapa jurus dengan Taysu!"   Waktu menyahuti begitu, hati Ang Sam Kay gusar sekali, sebab dilihatnya betapa pendeta tua ini juga memiliki sifat yarg terlalu kukuh, dan terlalu mau mempercayai keterangan anak muridnya belaka.   "Hemmmm...... biar bagaimana kenyataan seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja!"   Kata Wie Ceng Siansu saat itu.   "Karena sekarang bisa terjadi urusan seperti ini, dan dilain waktu nanti bisa muncul peristiwa-peristiwa seperti ini pula! Maka Siecu harus mempertanggung jawabkan apa yang telah Siecu lakukan terhadap murid Lolap!!"   "Dengan cara apa Taysu ingin menyelesaikan persoalan ini?"   Tanya Ang Sam Kay dengan suara yang tawar.   "Hemmmmm......."   Mendengus pendeta tua itu dengan suara yang tawar juga, wajahnya juga dingin tidak memperlihatkan perasaan apapun juga.   "Tentunya sebagai seorang yang mengerti boge (ilmu silat) dan juga berkeliaran didalam rimba persilatan, tentunya Siecu mengerti apa yang diinginkan oleh Lolap!!"   Dan pendeta ini menyelesaikan perkataannya dengan menggerakkan tangannya dia mengibaskan lengan jubahnya yang longgar itu. Kebutan lengan jubahnya ternyata membawa angin serangan yang luar biasa kuatnya.   "Wuttttt....!"   Angin serangan itu telah menerjang kearah pengemis tua itu.   Gerakan yang dilakukan oleh pendeta itu sangat cepat sekali.   Tentu saja hal ini membuktikan betapa kuatnya tenaga dalam yang dimiliki oleh pendeta ini.   Dan Ang Sam Kay juga menyadarinya bahwa ia tidak boleh main-main dengan pendeta yang tangguh ini.   Cepat sekali, Ang Sam Kay telah mengempos seluruh kekuatannya, dipusatkan didalam pusarnya, lalu menyalurkan enam bagian ketelapak tangannya.   Dia telah menangkisnya, keras dilawan dengan kekerasan pula.   Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay juga cepat bukan main.   Hal ini disebabkan Ang Sam Kay juga penasaran, ingin sekali dia mengetahui berapa tinggi kepandaian yang dimiliki oleh pengurus kuil yang sudah lanjut usianya ini.   "Bukkkkkkkkk!"   Dua kekuatan yang dahsyat telah saling bentur ditengah udara.   Dan benturan kedua tenaga raksasa yang kuat itu telah menggetarkan keadaan disekitar tempat tersebut, sehingga Eng Song yang berdiri dilatar kuil itu merasakan getaran yang terjadi.   Cepat bukan main, tampak pula angin serangan yang dilancarkan oleh Ang Sam Kay bukan merupakan satu jurus, karena telah memecah kebeberapa bagian, sehingga jubah pendeta tua itu berkibar-kibar.   "Ihhhh....!"   Wie Ceng Siansu telah mengeluarkan suara seruan. 101Kolektor E-BookTampaknya dia terkejut sekali menerima kenyataan seperti ini, karena dia telah melihatnya betapa kepandaian yang dimiliki oleh pengemis tua Ang Sam Kay bukan main tingginya dan juga tenaga lwekangnya ternyata tidak berada disebelah bawahnya.   Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay ternyata merupakan gerakan dari Naga Melangkah Sepuluh Penjuru, maka dari itu, tidak mengherankan jika tenaga serangannya juga bisa memencar begitu banyak jurusan.   Cepat-cepat pendeta tua Wie Ceng Siansu telah mengempos semangat dan tenaganya.   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Dengan gerakan yang bukan main cepatnya dia telah menyalurkan tenaga dalamnya pada lengannya.   Dia menggerakkan kedua lengannya seperti juga gerakan seekor belut.   Disamping itu, dia juga telah mengempos mempergunakan tenaga yang hebat sekali.   Maka tidak mengherankan dari sekujur tubuhnya telah mengalir keluar tenaga yang sangat kuat sekali.   Dan juga disebabkan tenaga dalam yang meluncur keluar itu dari sekujur tubuhnya tidak mengherankan pula jika jubahnya telah berobah keras bagaikan baja.   Ternyata, kedua orang yang tengah mengadu kekuatan tenaga dalam ini, memiliki kekuatan yang berimbang dan kepandaian yang sebanding.   Cepat sekali, diantara angin yang menderu-deru itu, tampak Ang Sam Kay telah mendengus, dia telah merangkapkan sepasang tangannya.   Dengan sikap seperti seorang yang membungkuk sedikit bagaikan memberi hormat, cepat sekali dia telah menghembuskan kekuatan tenaga dalam yang luar biasa sekali.   Sedangkan pandeta tua Wie Ceng Siansu telah merangkapkan sepasang tangannya dengan sikap seperti juga sikap seorang Lohan, dia telah menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya dengan sikap kedua tangan melintang dimuka dadanya.   Kembali dua kekuatan yang bukan main kuatnya telah saling bentur ditengah udara.   Benturan yang terjadi itu memang memiliki kekuatan yang sangat hebat sekali.   Dengan sendirinya, keadaan disekitar depan kuil itu tergetar lagi, bagaikan terjadinya sebuah gempa bumi.   Si Totong kecil yang tadi kena dihajar oleh Ang Sam Kay jadi berdiri bengong.   Dia jadi menggidik ngeri sendirinya membayangkan betapa tadi dia begitu berani mati berlaku kasar terhadap Ang Sam Kay.   Coba tadi kalau sampai Ang Sam Kay menurunkan tangan keras padanya, bukankah berarti dia sudah akan terbinasa disaat itu juga, sebelum gurunya itu muncul keluar dari dalam kuil? Teringat akan hal itu, hati si Totong jadi ngiris sendirinya.   Di saat itulah, dengan mengeluarkan suara seruan yang nyaring, tampak Ang Sam Kay telah menggerak-gerakan kedua tangannya.   Dia bagaikan ingin melancarkan serangan dengan kekuatan yang ada untuk menggempur dinding pertahanan dari hweshio tua Wie Ceng Siansu.   Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay bukankah gerakan biasa saja.   Karena gerakan yang dilancarkan oleh Ang Sam Kay ini memiliki nama Sepasang Naga memperebutkan Mutiara (Jie Liong Jo Cu).   Juga diantara gelombang tenaga yang kuat seperti itu, mengandung tenaga yang bisa melumpuhkan.   102Kolektor E-BookTentu saja pendeta tua Wie Ceng Siansu jadi terperanjat bukan main.   Dia mengeluh sendirinya, karena biar bagaimana dia harus dapat mempertahankan diri untuk dapat mempertahankan serangan dari Ang Sam Kay agar dirinya tidak rubuh terguling diatas tanah.   Biar bagaimana memang Wie Ceng Siansu harus mengakuinya bahwa kepandaian yang dimiliki oleh Ang Sam Kay tangguh sekali.   Maka dari itu, sambil menghadapi terjangan-terjangan dari tenaga serangan Ang Sam Kay, Wie Ceng Siansu diam-diam juga telah berpikir keras.   Entah siapa sesungguhnya pengemis tua yang bergelar sebagai Ang Sam Kay.   Selama usianya yang telah lanjut itu, sesungguhnya Wie Ceng Siansu telah banyak sekali memiliki pengalaman dan juga memang telah berkelana dibanyak tempat di dalam rimba persilatan.   Namun kenyataannya selama itu dia tidak pernah mendengar gelaran Ang Sam Kay.   Jika memang Ang Sam Kay merupakan tokoh baru didalam rimba persilatan, mengapa kepandaiannya sudah begitu tinggi dan juga memang usianya telah begitu lanjut? Hal inilah yang telah membuat Wie Ceng Siansu jadi terheran-heran dan juga diliputi oleh berbagai pertanyaan.   Di saat itu, serangan yang dilancarkan oleh Ang Sam Kay telah menerjang datang dengan terjangan yang kuat sekali.   Mau tidak mau Wie Ceng Siansu tidak bisa berpikir lebih lanjut.   Karena biar bagaimana dia memang harus dapat mengempos tenaganya, dia telah menangkis lagi.   Begitulah, kedua orang ini telah saling terjang dan menangkis tidak hentinya.   Dan juga disaat itu pula, tampak Wie Ceng Siansu karena menyadari lawannya merupakan seorang pengemis yang memiliki kepandaian yang tinggi sekali, iapun tidak berani memandang remeh dan juga.   telah bersungguh-sungguh hati untuk menghadapinya.   Di samping itu, pendeta tua Wie Ceng Siansu merasa kagum juga.   Dia penasaran pula ingin melihat betapa tinggi sesungguhnya kepandaian Ang Sam Kay.   Maka telah diemposnya seluruh kekuatannya.   Waktu dilihatnya ada kesempatan, Wie Ceng Siansu dengan cepat sekali telah melancarkan serangan yang luar biasa dahsyatnya disertai oleh suara bentakannya.   "Rubuhlah kau!"   Bentaknya.   Angin serangannya menderu kuat sekali, menghantam Ang Sam Kay.   Ang Sam Kay terkejut melihat cara menyerang Wie Ceng Siansu.   Terlebih lagi ketika Ang Sam Kay merasakan betapa angin serangan itu mengandung kekuatan yang mematikan.   Maka cepat-cepat Ang Sam Kay juga telah menangkis.   Tangkisan yang dilakukannya ini bukan sembarangan tangkisan.   Ang Sam Kay telah menangkis dengan mempergunakan sembilan bagian dari keseluruhan tenaga dalam yang dimilikinya itu, maka bisa dibayangkan betapa hebatnya kekuatan tenaga tersebut.   Wie Ceng Siansu merasakan betapa tenaga serangannya telah kena terbendung oleh kekuatan tenaga dalam Ang Sam Kay.   103Kolektor E-BookDengan sendirinya, segera juga terlihat betapa tenaganya tidak berdaya untuk menerobos dan menerjang perbentengan Ang Sam Kay, sebab tenaga Wie Ceng Siansu seperti punah begitu saja.   Dengan hati penasaran, Wie Ceng Siansu telah mengeluarkan suara bentakan lagi.   Dia telah melancarkan serangan lagi dengan bentakan yang mengguntur, dan tenaga dalam yang dipergunakannya semakin keras dan kuat.   Dan sasaran yang diarahnya adalah bagian dada dari pengemis tua tersebut.   Ang Sam Kay tidak jeri sedikitpun juga melihat hebatnya tenaga serangan pendeta ini.   Malah dia jadi mendongkol sekali.   "Hemmmmm, aku mau lihat, sampai berapa tinggi kepandaian kepala gundul ini...?!"   Berpikir Ang Sam Kay dengan hati yang mendongkol.   Maka dari itu, dia telah melancarkan serangan yang kuat sekali untuk memunahkan serangan Wie Ceng Siansu.   Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay merupakan gerakan yang mengandung tenaga maut.   Di samping itu, juga memang merupakan gerakan yang sangat mematikan.   Hal ini mau tidak mau memaksa Wie Ceng Siansu terhuyung mundur kebelakang dan kemudian melompat lagi beberapa tombak ke belakang.   Wajahnya tampak agak pucat.   "Hemmmm....!"   Mendengus Wie Ceng Siansu dengan suara yang penuh kemurkaan.   "Ternyata kau memiliki kepandaian yang tinggi, sehingga kau memang sengaja ingin mengacaukan kuil kami!!"   Lalu dengan penasaran, Wie Ceng Siansu telah mengempos tenaganya.   Dia telah mengeluarkan ilmu simpanannya yaitu Sam Lui (tiga petir), yang merupakan ilmu yang terlalu hebat dan tidak akan dipergunakannya jika tidak sedang dalam keadaan terpaksa benar.   Tubuh pendeta tua itu telah bergetar keras sekali, juga mukanya telah berobah merah padam.   Dia telah mengempos seluruh kekuatannya, sampai kedua kakinya yang berdiri tegap itu telah meleesak kedalam tanah dan tergetar.   Hal ini memperlihatkan bahwa ilmu yang dipergunakan oleh Wie Ceng Siansu merupakan ilmu yang bukan main dahsyatnya.   Dengan sendirinya, mau tidak mau di dalam hal merupakan hal yang terlalu hebat untuk melakukan pertempuran dengan lawan yang memiliki kepandaian biasa saja.   Karena Sam Lui merupakan pukulan yang dapat mematikan lawannya sekali saja terkena pada korbannya.   Hati Ang Sam Kay tercekat juga.   Dia memandang dengan perasaan tergoncang juga.   Karena Ang Sam Kay melihat betapa Wie Ceng Siansu tengah mengerahkan tenaga yang bukan main dahsyatnya dan tengah mempergunakan tenaga untuk menyerang yang terlalu ampuh.   Eng Song yang melihat keadaan Wie Ceng Siansu juga jadi berdebar hatinya.   Bocah ini menyadarinya bahwa Ang Sam Kay menghadapi lawan yang berat.   Maka dari itu, mau tidak mau Eng Song ikut berkuatir akan diri Ang Sam Kay.   Si Totong kecil memandang dengan perasaan puas.   Karena dia melihat gurunya telah mempergunakan ilmu yang hebat dan tampak Ang Sam Kay terkejut.   104Kolektor E-BookMaka dia yakin gurunya pasti akan dapat memenangkan pertempuran ini.   "Hemmm... kau terlalu hebat!"   Berseru Wie Ceng Siansu dengan suara yang mendesis.   "Dan memaksa Lolap untuk mempergunakan ilmu yang hebat pula!!"   Ang Sam Kay telah tertawa dingin.   "Tidak usah malu-malu, keluarkanlah seluruh ilmumu!"   Ejeknya.   Dengan mengeluarkan suara erangan, tampak Wie Ceng Siansu telah melancarkan serangan yang kuat sekali.   Gerakan ang dilakukan oleh Wie Ceog Siansu ternyata agak lambat.   Namun kesudahannya luar biasa sekali.   Bagaikan halilintar, tenaga dalam yang terluncur keluar itu menerjang kearah Ang Sam Kay.   Tentu saja Ang Sam Kay tidak mau menyambutinya dengan kekerasan.   Dia telah melompat kesamping mengelakkan diri.   Tenaga serangan dari Wie Ceng Siansu yang tidak berhasil mengenai sasarannya itu jadi menghantam sebatang pohon yang tumbuh didepan kuil tersebut.   "Derr...!"   Bagaikan petir, tenaga itu telah menghajar batang pohon dan seketika itu juga batang pobon ini telah hangus, bagaikan disambar petir...! Ang Sam Kay yang menyaksikan hal ini, tercekat hatinya, karena biar bagaimana memang kenyataan seperti ini mau tidak mau telah membuatnya menggidik.   Si pengemis tua ini membayangkan, bagaimana keadaan dirinya jika tadi serangan yaag dilancarkan oleh Wie Ceng Siansu itu berhasil mengenai sasarannya? Tentu saja Ang Sam Kay cepat-cepat memperhatikan baik-baik segala gerakan dari Wie Ceng Siansu.   Sedikit saja dia salah perhitungan, niscaya dirinya yang akan celaka.   Sedangkan saat itu Wie Ceng Siansu yang melihat serangan pertama dengan gerakan Sam Luinya itu telah gagal, dia mengeluarkan suara erangan.   Tahu-tahu kedua tangannya telah digerakkan dari kedua telapak tangannya itu, telah tersalur keluar serangkum angin serangan yang bukan main kuatnya.   Ang Sam Kay memperhatikannya baik-baik.   Belum lagi angin serangan Sam Lui yang dilancarkan oleh Wie Ceng Siansu itu tiba maka Ang Sam Kay telah merasakan betapa serangan ini menimbulkan hawa panas yang seakan ingin membakar.   Tentu saja dia terkejut.   Dia menyedotnya dalam.   Lalu menjejakan kedua kakinya, cepat luar biasa tubuhnya telah mencelat ketengah udara.   Gerakan yang dilakukan oleh Ang Sam Kay merupakan gerakan yang gesit sekali, maka kembali angin serangan yang dilancarkan oleh Wie Ceng Siansu mengenai tempat kosong.   Dengan sendirinya, serangan itu menghantam tanah dan debu bertebaran.   Ang Sam Kay sendiri telah berpikir, bahwa ia tidak boleh berlaku ayal dan juga tidak boleh membiarkan Wie Ceng Siansu selalu melancarkan serangan-serangannya itu.   105Kolektor E-BookMau tidak mau dia harus mendahului melancarkan serangannya, agar Wie Ceng Siansu tidak memiliki kesempatan lagi untuk melancarkan serangan.   Maka, waktu tubuhnya tengah meluncur turun kebawah, disaat itulah Ang Sam Kay tidak mau membuang-buang kesempatan yang ada, dia telah mengeluarkan suara teriakan yang nyaring sambil melancarkan pukulan dengan pinggir telapak tangannya kearah batok kepala dari Wie Ceng Siansu yang gundul itu.   Wie Ceng Siansu tengah kecewa dan murka melihat betapa serangannya kembali mengenai tempat kosong.   Di saat itulah dia melihat Ang Sam Kay melancarkan serangannya akan menggeplak hancur batok kepalanya.   Maka dia jadi tambah murka.   Dengan mengeluarkan suara raungan dan erangan yang keras sekali, Wie Ceng Siansu telah menangkisnya.   "Bukkkkkkkk.......!"   Terjadilah bentrokan kedua tangan itu.   Tubuh Ang Sam Kay yang memang tengah terapung ditengah udara jadi terpental.   Keras bukan main tubuh Ang Sam Kay telah melayang-layang ditengah udara, kemudian setelah berjumpalitan beberapa kali berputar ditengah udara, tubuh Ang Sam Kay telah turun ditanah dalam keadaan selamat.   Saat itu, Wie Ceng Siansu tengah terkejut pula, karena dia merasakan waktu tadi tangannya saling bentrok dengan tangan Ang Sam Kay, dia merasakan tindihan tenaga yang bukan main kuatnya.   Tubuhnya sampai tergetar dan tergoncang keras sekali terhuyung mundur kebelakang.   Diantara berkesiuran angin serangan Ang Sam Kay yang tadi, Wie Ceng Siansu merasakan darahnya seperti meluap, membuat seluruh pembuluh darah dikeningnya jadi mengeras.   Tentu saja kejadian seperti ini mengejutkan sekali pendeta tersebut.   Biar bagaimana dia jadi terheran-heran, entah ilmu apa yang tadi dipergunakan oleh Ang Sam Kay untuk melancarkan serangan kepadanya.   Baru saja Wie Ceng Siansu ingin mengempol dan melancarkan serangan lagi dengan kekuatan tenaga yang bukan main kuatnya, disaat itulah dengan kecepatan luar biasa Ang Sam Kay telah melancarkan serangan pula dengan tubuh yang telah mencelat cepat sekali.   Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Wie Ceng Siansu bersiap-siap untuk menyambuti serangan Ang Sam Kay dengan tangkisan yang dahsyat.   Namun belum lagi serangan Ang Sam Kay tiba pada sasarannya, disaat itu terdengar suara seruan yang halus .   "Untuk apa mengadu jiwa?!"   Dan dengan terdengarnya suara itu, tampak menyusul beberapa titik-titik putih yang menerjang kearah Ang Sam Kay.   Dengan terkejut Ang Sam Kay menarik pulang tenaga serangannya.   Karena Ang Sam Kay merasakan waktu tubuhnya itu kena dihantam oleh butir-butir itu, maka dia merasakan serangan hawa dingin yang luar biasa kuatnya, sehingga tubuhnya menggigil keras sekali.   Tetapi benturan bintik-bintik putih itu tidak membahayakan jiwanya.   Dengan perasaan heran yang bukan main Ang Sam Kay telah meluncur turun, berdiri ditanah sambil matanya mencilak mengawasi sekitar tempat itu.   Begitu pula Wie Ceng Siansu.   Dia telah mendengar bentakan suara halus itu, juga dia telah melihatnya betapa bintik-bintik putih yang telah menghajar telak sekali tubuh Ang Sam Kay, 106Kolektor E-Bookdengan sendirinya Wie Ceng Siansu jadi terheran-heran, karena dia tidak mengetahuinya, entah siapa yang malancarkan serangan itu kepada Ang Sam Kay.   Namun mereka tidak usah berpikir terlalu lama, sebab disaat itulah telah terlihat, betapa dari balik sebatang pohon disebelah kanan pintu kuil, tampak melangkah keluar sesosok tubuh berpakaian putih.   Waktu semua orang telah menoleh, mereka melihat jelas, sosok tubuh itu tidak lain dari seorang wanita yang berusia masih muda.   Seorang gadis yang cantik manis dan berpakaian serba putih, dengan topi yang bewarna putih pula, terbuat dari bulu.   Ang Sam Kay mengerutkan sepasang alisnya waktu melihat gadis ini.   Dia tidak mengenali, entah siapa gadis putih ini.   Apakah kawannya Wie Ceng Siansu.   Sedangkan Wie Ceng Siansu sendiri juga terheran-heran melihat munculnya gadis itu.   Dia sama sekali tidak mengenal siapa gadis berpakaian serba putih ini.   Si gadis yang berpakaian serba putih telah tersenyum dengan sikap yang manis sekali.   "Selamat bertemu! Selamat bertemu!"   Katanya dengan suara yang ramah.   "Mengapa kalian bertempur begitu hebat seperti juga kalian tidak menghargai jiwa masing-masing? Mengapa harus bertempur mati-matian mempertahankan jiwa begitu?"   Halus sekali suara gadis itu. Ang Sam Kay telah mendengus, dia melirik kearah pedang yang tergantung di pinggang gadis itu. Dan pedang panjang di pinggang si gadis juga berwarna putih.   "Siapa kau? Mengapa kau menyerang aku secara menggelap begitu?"   Tegur Ang Sam Kay dengan suara yang tawar. Si gadis telah tersenyum manis.   "Maafkan paman pengemis!"   Katanya dengan suara yang tetap halus.   "Tadi Siauwlie bukan melancarkan serangan menggelap! Siauwlie juga yakin, jika Siauwlie melancarkan serangan dengan cara terbuka, paman pengemis tidak mungkin dapat mengelakannya, umpamanya seperti ini...!"   Dan setelah berkata begitu, gadis yang berwajah cantik dan berpakaian serba putih itu telah menggerakkan tangannya, jari tangannya menjentikkan sesuatu.   Tampak beberapa titik-titik putih telah melesat cepat sekali kearah Ang Sam Kay.   Tentu saja Ang Sam Kay mendongkol bukan main, sambil mendengus dia mencelat kesamping untuk mengelakkan diri.   Tetapi, bintik putih itu seperti juga memiliki mata dan seperti terkendali.   Karena dengan cepat bintik-bintik putih itu juga telah terbelok dan menghantam Ang Sam Kay! Tentu saja Ang Sam Kay terkejut bukan main, ia sampai mengeluarkan seruan tertahan.   Dan yang lebih mengejutkan hati Ang Sam Kay, begitu bintik-bintik putih itu menghajar tubuhnya, seketika itu juga tubuhnya menggigil dingin bukan main.   Serangkum angin yang dingin sekali, seperti menusuk kedalam tulang dan melebihi dinginnya es, telah menerjang masuk kedalam tubuhnya.   Tentu saja hal ini telah membuat Ang Sam Kay terkejut berbarengan heran.   Entah bintik-bintik putih itu merupakan benda apa yang dapat menimbulkan akibat yang demikian hebat? Sedang Ang Sam Kay terheran-heran begitu, disaat itulah si gadis berpakaian serba putih itu telah berkata deagan suara yang dingin.   107Kolektor E-Book"Hemmm, bukankah perkataan Siauwlie ada benarnya?"   Katanya.   "Biar bagaimana paman pengemis tidak bisa mengelakkan diri dari serangan Sin Tan (peluru sakti) dari Siauwlie!"   Dan kemudian gadis berpakaian serba putih itu telah tertawa dengan suara yang lembut. Dengan sendirinya, disaat itulah, Wie Ceng Siansu tertawa mengejek kearah Ang Sam Kay.   "Hemmm..... maka dari itu, janganlah menjadi seorang yang terkebur!!!"   Ejek pendeta ini dengan suara penuh kemendongkolan.   Dia mengejek begitu, rupanya Wie Ceng Siansu ingin melampiaskan perasaan mendongkolnya.   Tetapi disaat Ang Sam Kay menoleh dengan mata mendelik kearah Wie Ceng Siansu, disaat itulah gadis berpakaian serba putih telah tertawa kecil.   Tahu-tahu jari telunjuknya telah menjentik.   Dan dua titik putih menyambar ke arah Wie Ceng Siansu.   Tentu saja pendeta ini jadi terkejut bukan main, dia sampai mengeluarkan seruan marah dan bermaksud akan menyampok jatuh dua titik putih itu.   Namun dia gagal.   Karena dengan tepat sekali kedua titik putih itu telah menghantam telak dada dari Wie Ceng Siansu.   Terdengar seruan kaget dari Wie Ceng Siansu, dan tampak tubuh pendeta ini telah gemetaran keras sekali seperti orang kedinginan.   Ternyata waktu dua titik putih itu telah mengenai dadanya, memang benar tidak mendatangkan rasa sakit, tetapi Wie Ceng Siansu merasakan serangan hawa dingin yang luar biasa telah menerjang dirinya.   Hal ini tentu saja selain mengejutkannya juga sangat mengherankan sekali.   Benda putih itu, yang dinamakan oleh gadis berpakaian serba putih itu, dengan nama Sin Tan, peluru sakti, entah terbuat dari benda apa.   Hawa dingin yang menerjang kearah Wie Ceng Siansu jauh lebih dingin dari es.   "Benda...... benda apa yang kau pergunakan ini?"   Bentak Wie Ceng Siansu dengan gusar.   "Ilmu siluman apa yang kau pergunakan?"   Tetapi gadis berpakaian serba putih itu telah tertawa tawar.   "Hemmmm, Siauwlie tentu saja tidak akan mempergunakan ilmu siluman! Karena Siauwlie juga tidak akan mempelajari ilmu siluman! Guru Siauwlie mana memberikan ijinnya untuk Siauwlie mempelajari ilmu siluman? Itulah yang dinamakan Sin Tan, dan hati-hati terhadapnya, jika Sianwlie melancarkan serangan dengan mempergunakan tenaga yang disertai pada luncuran Sin Tan itu, hawa dingin yang akan menerjang pada kalian tentu akan jauh lebih hebat!"   Wie Ceng Siansu dan juga Ang Sam Kay, atau Eng Song dan si Totong kecil itu, jadi kaget bukan main.   Ajaib sekali! Memang peluru putih yang dinamakan Sin Tan itu memiliki kehebatan yang luar biasa.   Seperti tadi Eng Song telah melihatnya, betapa tubuh Ang Sam Kay gemetaran keras sekali, disamping juga tubuh dari Wie Ceng Siansu telah menggigil keras.   bagaikan tengah kedinginan yang sangat.   108Kolektor E-BookDengan sendirinya, hal itu telah memperlihatkan bahwa peluru sakti yang dipergunakan oleh si gadis memang memiliki kehebatan yang luar biasa. Muka Wie Ceng Siansu saat itu telah berobah merah padam.   "Sebenarnya siapakah engkau ini?"   Tegurnya.   "Mengapa kau muncul dikuil Lolap untuk menambah kericuhan belaka?!"   Gadis berpakaian putih itu telah tertawa manis, baru dia meyahuti .   "Siauwlie she Cu Sing Hong", katanya dengan suara yang lembut.   "Dan juga kebetulan saja tadi Siauwlie lewat disini, dan melihat kalian tengah mengadu kekuatan untuk saling bunuh! Siauwlie melihat kepandaian kalian cukup tinggi, jarang sekali orang yang memiliki kepandaian seperti kalian! Maka dari itu, jika memang kalian terbunuh, bukankah hal ini harus dibuat sayang?!"   Ang Sam Kay telah mengawasi berdiam diri, tetapi Wie Ceng Siansu yang merasa dipermainkan oleh gadis ini, jadi mendongkol bukan main, telah mendengus dengan suara yang dingin.   "Hemmmm..... memang sungguh kebetulan hari ini Lolap kedatangan tamu-tamu tidak diundang dan sengaja ingin membuat kericuhan ditempat ini! Baiklah! Sekarang Lolap ingin melihat sampai berapa tinggi kepandaian yang kalian miliki! Tadi pengemis itu telah Lolap rasakan tengannya, sekarang engkau!"   Dan tanpa menunggu habis perkataan itu, dengan cepat Wie Ceng Siansu telah melancarkan serangannya.   Dia menggerakkan kedua tangannya itu dengan gerakan yang berbareng.   Dan serangan yang dilancarkannya ini mempergunakan kekuatan tenaga lwekang yang bukan main dahsyatnya, karena Wie Ceng Siansu melancarkan serangan dengan mempergunakan ilmu Sam Lui.    Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini