Pendekar Bunga 8
Pendekar Bunga Karya Chin Yung Bagian 8
Pendekar Bunga Karya dari Chin Yung Waktu itu belum terlalu larut malam, namun disebabkan hujan yang lebat ini, maka sepi sekali tidak terlihat orang yang berkeluyuran. Sosok bayangan itu ternyata seorang bocah cilik yang bertubuh kurus dan berpakaian tambal-tambalan seperti pengemis kecil. Ia tidak lain dari Eng Song. Dan saat itu dia telah melihat sebuah kuil tua yang telah rusak dan tidak terurus dipermukaan kampung tersebut. Cepat-cepat Eng Song telah menghampiri kuil itu, maksudnya akan berteduh dikuil tersebut, menghindarkan diri dari derasnya air hujan. Keadaan dikuil yang telah rusak dan banyak dindingnya yang telah gugur itu, tampak gelap gulita. Tidak terlihat ada penerangan sedikitpun juga. Hanya sekali-sekali, dikala kilat berkelebat, maka di sekitar kuil itu agak terlihat jelas. Eng Song telah mendorong pintu kuil yang telah reyot dan akan rubuh itu, melangkah masuk kedalam kuil dan dia telah menuju keruangan tengah, dimana tampak meja sembahyang yang telah dilumuri abu yang sangat tebal sekali, yang menutupi permukaan meja tersebut dengan debu yang setebal beberapa dim. Dan juga terlihat jelas sekali, batang-batang hio yang telah berabu tidak terurus. Berbeda dengsa kuil-kuil yang masih terurus, yang selalu akan terlihat hio dan dupa yang terbakar tidak hentinya, maka kuil rusak ini malah merupakan yang sudah tidak pernah terkena asap hio dari orang-orang yang sembahyang. Karena sudah tuanya usia kuil ini, dan sudah banyak kerusakan-kerusakannya, disamping tidak ada orang yang datang mengunjunginya untuk sembahyang, juga sudah tidak terlihat seorang hweshiopun yang mengurusinya. Dengan sendirinya kuil tersebut seperti juga kuil tua yang kosong tidak berpenghuni. Setelah berdiri sejenak, akhirnya Eng Song menghampiri meja sembahyang itu. Dia telah berjongkok disitu untuk berdekatan tangan, agar tubuhnya lebih hangat. 127Kolektor E-BookSeluruh baju dan celananya telah basah kuyup. Tentu saja ia jadi menderita kedinginan yang sangat. Keadaan diruangan kuil ini sangat gelap sekali. Lama juga Eng Song mendekam dipinggir meja sembahyang. Dengan berdiam dan berteduh didalam ruangan kuil ini, walaupun banyak bagian-bagiannya yang telah bocor dan menetes air, namun tidak semenderita seperti tadi. Maka dari itu, dengan sendirinya, mau tidak mau memang didalam hal ini Eng Song menderita kedinginan yang sangat. Suatu kali, kilat telah menerangi keadaan disekitar ruangan itu, disusul suara petir yang keras bukan main. Dan kebetulan pula Eng Song dapat melihat sesuatu! Bulu tengkuknya jadi berdiri! Ternyata disamping meja sembahyang yang satunya lagi, terlihat sebuah peti mati yang berukuran besar.... peti mati itu dalam keadaan tertutup. Entah mengapa, mengetahui didalam ruangan tempat dia berteduh itu, terdapat sebuah peti mati yang bersama-sama berada diruangan ini bersamanya, Eng Song merasakan hatinya jadi berdebar dan bulu tengkuknya jadi berdiri merinding. Beberapa kali kilat telah memancarkan sinarnya yang menyilaukan. Dan selama beberapa kali Eng Song dapat melihat jelas peti mati itu. Dan di dalam kegelapan, peti mati tersebut hanya merupakan sebungkah bayangan hitam yang berukuran besar dan menakutkan sekali. Perasaan tidak enak yang menyerang hati Eng Song semakin lama jadi menyiksanya. Dan hampir saja Eng Song bangkit dari mendekamnya dan akan meninggalkan kuil itu, menerjang air hujan untuk mencari tempat berteduh lainnya. Namun disebabkan hujan turun semakin lama semakin lebat saja, akhirnya Eng Song tetap mendekam disamping meja sembahyang. Namun berulang kali matanya telah melirik kearah peti mati itu. Perasaan seram masih saja terus juga menyelubungi hatinya. Dalam saat-saat seperti itu, telah membuat Eng Song jadi merasa ngeri sekali. Dan suatu kejadian, telah membuat mata Eng Song jadi terpentang lebar-lebar mengawasi peti mati itu. Karena disebabkan seringnya Eng Song melirik kearah peti mati itu, suatu kali di kala dia tengah melirik, tiba-tiba hatinya tercekat ketakutan, sebab dia melihat betapa tutup peti mati itu bergerak! Mengerikan sekali! Eng Song telah mengucek-ngucek matanya, dia menganggap bahwa penglihatannya yang kabur dan juga disebabkan rasa takutnya telah menimbulkan khayalan yang tidak-tidak. Namun biarpun Eng Song telah mengucek-ngucek matanya berulang kali, ternyata tetap saja tutup peti mati itu masih bergerak perlahan-lahan seperti juga akan terbuka tutupnya. Seluruh semangat Eng Song seperti lelah kabur dari raganya, dia merasakan tubuhnya lemas bukan main. Tubuhnya juga agak menggigil, bukan disebabkan hawa dingin saja, tetapi disebabkan rasa takut yang bukan main. Dengan sendirinya, mau tidak mau memang dalam hal ini telah membuat Eng Song jadi mementang matanya lebar mengawasi kearah peti mati itu. 128Kolektor E-BookDan dia telah melihatnya, tutup peti mati itu telah terbuka semakin lebar. Dan segera juga terlihat betapa sepotong tangan telah terjulur keluar. Hati Eng Song seperti copot dari dadanya, dia jadi mengeluh lemas. Untuk berlari keluar dari dalam kuil itu, Eng Song sudah sanggup. Sepasang kakinya dirasakan menggigil lemas tidak bertenaga sama sekali. Diam-diam Eng Song jadi mengeluh. Mungkin kalau menghadap urusan hebat yang lainnya, si bocah tak akan sengeri ini. Tetapi kali ini dia berada diruangan yang gelap dan hanya seorang diri, lalu ada sebuah peti mati, dan peti mati itu tampak terbuka perlahan-lahan tutupnya, terlihat sepotong tangan. Siapa yang tidak akan merasa ngeri menghadapi peristiwa seperti ini? Dan yang tambah mengejutkan Eng Song lagi, dia mendengar suara tertawa mengekeh dari arah dalam peti mati tersebut. "Khikkkk, hikkkk, hikkkk, hikkkk......!" Menyeramkan sekali suara tertawa itu. Seluruh bulu-bulu ditengkuk dan ditubuh Eng Song telah berdiri. Dan Eng Song merasakan kepalanya jadi seperti membesar sebesar tetampah. Sepasang matanya tidak berkedip sedikitpun juta ketika tampak sesosok tubuh telah bangkit, duduk dalam peti mati itu! Rupanya mayat yang ada didalam peti itu telah bangkit! Eng Song saking merasa ngeri melihat pemandangan yang ada dihadapannya ini, sampai mengeluarkan seruan tertahan, tubuhnya menggigil. Wajah si bocah juga tampak pucat pias. Terlebih-lebih waktu itu kebetulan sekali kilat telah melancarkan sinarnya, maka Eng Song bisa melihatnya betapa sosok tubuh yang telah bangkit dari peti tersebut tidak lain dari seseorang yang memiliki wajah yang sangat menakutkan dan memakai jubah warna hitam. Dengan sendirinya, mau tidak mau tentu saja hal ini membuat Eng Song jadi merasa ketakutan sekali. Terlebih-lebih wajah dari orang yang duduk didalam peti mati itu berlekuk-lekuk seperti muka tengkorak. Dengan sendirinya keadaannya sangat menyeramkan sekali, dengan rambut yang diriap panjang dan sebagian menutupi sepasang matanya yang cekung dan memancarkan sinar menakutkan. "Apakah aku benar-benar sedang menghadapi hantu...?" Berpikir Eng Song di dalam hatinya. "Apakah ada hantu yang berani muncul didalam ruangan kuil...!?" Namun ketika dia berpikir begitu, disaat itu pula terdengar sosok bayangan hantu itu telah tertawa mengekeh lagi. Suara tertawa itu demikian menakutkan sekali, seakan juga menggetarkan ruangan kuil itu. Eng Song memandang dengan perasaan takut yang bukan main, dia juga jadi mengeluh didalam hatinya. Dilihatnya sosok tubuh itu telah melangkah turun peti mati itu. "Hei bocah...... engkau sungguh berani mati datang ditempatku!?" Tegur mayat itu dengan suara yang menakutkan sekali. 129Kolektor E-BookKepada Eng Song kembali terasa membesar dan berat sekali. Dan juga tenggorokannya seperti telah tersumbat rapat-rapat dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun juga. Dia tampak jadi ketakutan bukan main. "Siapa namamu, bocah?" Tegur mayat hidup itu lagi dengan suara yang menakutkan. "Aku........ aku bernama Eng Song.........!" Menyahuti si bocah. Saking ketakutannya, dia sampai lupa menyebutkan shenya. Hantu itu telah tertawa. "Hemmmm.... kau seorang bocah yang cukup tabah dan berani...... aku merasa kagum padamu, karena engkau berani datang ditempat seperti ini hanya berseorang diri saja! Apa keperluanmu datang kemari?!" "Untuk... untuk menghindarkan diri dari derasnya air hujan....!" Menyahuti Eng Song dengan suara yang tergetar disebabkan rasa takutnya. Dengan sendirinya, didalam hal ini, mau tidak mau memang Eng Song ketakutan sekali. Sedangkan hantu yang menakutkan itu, yang memakai jubah warna hitam, telah mengeluarkan suara tertawa yang mengikik. "Hemmmm... kau berteduh untuk menghindarkan diri dari terjangan air hujan... tetapi kau telah mengetahui diriku..... kau telah melihat aku..... maka..... maka..." Dan berkata sampai disitu, si hantu tidak meneruskan perkataannya, dia telah tertawa lagi dengan suara yang menakutkan bukan main. Eng Song jadi tambah ketakutan. Yang, ditakutinya ialah kalau hantu itu mencekiknya. Karena sebagai seorang manusia, Eng Song menyadarinya tidak akan ada gunanya jika dia bermaksud untuk melawan hantu itu. Akan sia-sia saja, sebab manusia tidak mungkin berhasil untuk berurusan dengan hantu. Dengan sendirinya pula, diantara menderunya angin dan suara rintiknya air hujan, suara tertawa hantu itu sangat mengerikan sekali. Terlihat Eng Song telah terduduk, karena dia tidak kuat untuk berjongkok. Sepasang kakinya telah lemas tidak bertenaga sama sekali. Saat itu, si hantu hidup itu telah tertawa lagi dengan suara menakutkan bukan main. Tetapi belum lagi berkata-kata, tiba-tiba dari arah luar kuil itu juga terdengar suara orang tertawa mengikik dengan suara yang menakutkan sekali. Di antara suara air hujan, suara tertawa yang terdengar saat itu, benar-benar menakutkan sekali, lebih nyaring dari hantu dalam ruangan kuil ini. Eng Song jadi terbang semangatnya. "Apakah... apakah aku tengah berada dikerajaan hantu?!" Berpikir Eng Song didalam hatinya dengan perasaan takut bukan main. Biar bagaimana memang dia telah mendengar suara tertawa yang menyeramkan dari luar kuil itu. Dengan sendirinya dia mau menduga bahwa tentunya tengah mendatangi hantu lainnya. 130Kolektor E-BookDan hal ini bisa membuatnya celaka. Sedangkan tampak saat itu, Eng Song telah mengawasi kearah hantu yang satunya. Terlihat perobahan pada hantu yang satunya ini, yang tadi keluar dari peti mati. Dia tampaknya agak gelisah dan telah melangkah mundur satu tindak. "Hemmm.... dia datang juga...!" Mengumam hantu tersebut. Sedangkan suara tertawa yang menyeramkan itu terdengar semakin keras juga. Dan tampak jelas sekali, betapa suara tertawa itu telah menggelisahkan hantu pertama. Di susul tidak lama kemudian tampak berkelebat sesosok tubuh dengan gerakan yang terlalu ringan. Bagaikan kedua kakinya itu tidak menginjak sama sekali tanah atau lantai didalam kuil tersebut. Eng Song mementang matanya lebar-lebar. Dan kembali hatinya jadi ciut. Biar bagaimana sosok tubuh yang baru muncul ini memiliki wajah yang tidak kalah seramnya dengan hantu yang pertama. Mukanya geradakan, seperti juga orang yang terserang kusta. Sepasang matanya juga memiliki sorot yang tajam bukan main, disamping memang terlihat jelas pula bibirnya yang menyeringai menakutkan. Dia memakai baju serba putih, dan juga memang telah memiliki kulit yang putih. Berbeda sekali dengan hantu yang pertama tadi, yang memakal jubah warna hitam. Maka disebabkan jubahnya berwarna putih, walaupun ditempat segelap itu, kenyataannya Eng Song masih bisa melihatnya cukup jelas. "Hikhijkkkhikkkhikkkkk... ternyata engkau telah memelihara seorang kacung cilik!!" Kata hantu yang baru datang itu, yang memakai jubah warna putih, dengan suara yang menakutkan sekali. Dan dengan cepat dia telah berdiri berhadap-hadapan dengan hantu yang berjubah hitam. "Hemmm, aku tidak pernah mau memiliki kacung!" Kata hantu yang memakai jubah warna hitam itu. "Aku hanya menerima kedatangan seorang bocah yang tersesat dijalan dan menghantarkan kematian buat dirinya!" Maka terlihat jelas sekali, betapa bola mata dari hantu yang memakai jubah warna putih itu telah mencilak-cilak memandang kearah Eng Song. Dia memperhatikan bocah yang telah lemas tidak bertenaga sama sekali. Biar bagaimana memang dia tampaknya tertarik pada Eng Song, karena tidak hentinya hantu yang berjubah putih itu telah mengeluarkan suara seruan . "Anak yang bagus! Anak yang baik! Bahan yang baik!" Eng Song tidak mengerti, entah apa yang diocehkan bantu itu. Namun yang pasti, kedua hantu itu telah membuatnya jadi ketakutan. Dia jadi duduk merengket, seperti juga dia ingin melompat berdiri dan berlari keluar dari kuil itu, untuk menghindarkan diri dari kedua hantu yang sangat menakutkan tersebut. Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Namun disebabkan sepasang kakinya lemas tidak bertenaga begitu, mau tidak mau memang Eng Song masih juga duduk mendekam dilantai. Napas Eng Song juga telah memburu keras karena dia sangat ketakutan sekali. Saat itu, si hantu berjubah putih itu telah berkata tawar . 131Kolektor E-Book"Baiklah, jika memang bocah ini tidak menarik hatimu, biarlah aku yang mengambilnya.....!!" Katanya dengan suara yang dingin dan mengawasi hantu yang berjubah hitam itu. "Hikkkhkkkk, hikkkkk, hikkkk, enak saja kau bicara........ enak saja kau bicara....!!" Kata hantu yang berjubah hitam itu dengan suara yang dingin. "Jangan suka bicara enak saja, asal putar lidah... bocah itu sudah menjadi milikku, jangan kau utik-utik dia....!" "Ihhhh...... bukankah tadi kau telah mengatakan bahwa bocah itu tidak menarik hatimu?" Tegur si hantu yang memakai jubah serba putih. "Benar! Tetapi dia telah datang terlebih dahulu menemui aku, maka aku yang berhak atas dirinya......!" Menyahuti hantu berjubah hitam itu. "Janganlah kau mencari-cari persoalan dengan diriku, karena biar bagaimana hari ini kita harus menentukan siapa yang berhak memakai gelar sebagai It Sat Kang-ouw (Iblis nomor satu didalam rimba persilatan)." Dan setelah berkata begitu, maka Hantu berjubah hitam itu telah tertawa gelak-gelak. Tampaknya dia bergusar dan murka sekali, karena dia telah memandang pada hantu berjubah putih yang baru datang itu dengan sorot mata yang sangat tajam sekali. Dengan sendirinya, mau tidak mau didalam hal ini memang memperlihatkan mereka berdiri berhadap- hadapan, bagaikan kedua hantu tersebut ingin saling terjang, untuk saling menghantam dan melakukan pembunuhan. Tentu saja hal ini merupakan suatu kejadian yang sangat aneh dan lucu, karena tidak mungkin untuk dapat menyaksikan kejadian seperti ini diwaktu-waktu lainnya. Terlebih-lebih memang Eng Song melihat, dua hantu penasaran yang hidup dapat saling ancam dan saling memaki. Tampaknya kedua hantu ini akan melakukan suatu perkelahian. Bukankah hal seperti merupakan suatu kejadian yang sangat langka dan juga sangat mengherankan sekali, disamping menakjubkan?! Dengan sendirinya, Eng Song dapat menarik napas dalam untuk meluruskan napasnya, biar bagaimana jika kedua hantu itu saling tempur, tentu dirinya akan dapat terlindungkan dari cengkeraman hantu tersebut. Maka dari itu Eng Song sangat mengharapkan sekali agar kedua hantu itu saling terjang dan saling serang. Saat itulah, dikala hantu berjubah hitam tengah tertawa gelak-gelak, hantu berbaju putih telah mendengus. "Hemmm... aku harus memperoleh bocah itu!" Katanya dengan suara yang dingin. "Tidak dapat!" "Harus dapat!" "Engkau datang kemari untuk menyelesaikan persoalan kita!" Kata hantu yang berpakaian jubah hitam dan menakutkan itu. "Itu urusan kedua! Aku mementingkan untuk memperoleh bocah itu! Aku telah merobah pikiranku jika engkau mau menyerahkan bocah itu kepadaku, maka gelar It Sat Kang-ouw boleh kau ambil untukmu! Silahkan! Asal kau mau membiarkan aku membawa pergi bocah ini!" "Hemmm, sebelum kau dapat membinasakan diriku maka jangan harap engkau dapat membawa bocah itu!" 132Kolektor E-BookMendengar perkataan hantu yang memakai jubah warna hitam itu, tentu saja Eng Song jadi kaget setengah mati. Apakah hantu masih bisa terbinasakan oleh salah seorang lawannya? Apakah hantu? penasaran seperti kedua hantu itu memang dapat menguasai diri mereka dan saling tempur, lalu saling mengambil jiwa lawannya dengan jalan membunuh?! Apakah hantu memang dapat hidup kembali?! Karena berpikir begitu, Eng Song jadi semakin tertarik disamping juga diliputi oleh perasaan takut yang bukan malu terhadap penglihatannya terhadap kedua hantu yang sangat mengerikan itu. Di saat itulah, cepat bukan main, tampak Eng Song melihatnya jelas, betapa si hantu yang memakai jubah warna hitam telah mengeluarkan suara erangan yang sangat menakutkan sekali, tampak tubuhnya telah mencelat dengan kecepatan yang bukan main. Tentu saja suara erangan yang diperdengarkannya itu sangat menakutkan sekali. Di samping juga memang suara tertawa dan erangan dari hantu berpakaian jubah warna hitam itu menggetarkan sekitar ruangan tersebut. Tampak dia telah menerjang untuk mencekik hantu yang memakai jubah warna putih. Tampak jelas sekali, dia ingin membinasakan si hantu berjubah putih itu. Tetapi, tampaknya hantu yang berjubah putih itu juga tidak jeri sama sekali. Dia telah mengeluarkan suara teriakan yang nyaring bukan main. Dengan kecepatan yang bukan main dia telah membalas melancarkan serangan. Tubuhnya tetap ditempatnya tanpa bergerak sedikitpun juga. Hanya kedua tangannya yang telah digerakkan untuk melancarkan serangan. Dan aneh! Dari kedua telapak tangannya itu seperti juga meluncur angin yang berkekuatan seperti topan. Dan juga hantu yang memakai jubah warna hitam itu tampaknya berani sekali. Dia tidak merasa jeri menghadapi serangan yang begitu dahsyat dari lawannya. Dengan kecepatan yang bukan main dia telah menggerakkan juga kedua tangannya. Dia telah mengibas dengan kedua lengan bajunya yang longgar itu. Dibarengi juga oleh suara bentakannya di campur oleh suara erangan, dengan sendirinya, suasana disaat itu didalam ruangan kuil, terlalu mengerikan sekali. Malah terlihat, akibat kibasan lengan jubahnya itu, maka terlihat jelas sekali, betapa angin serangan itu telah menggagalkan serangan kedua telapak tangan dari hantu berbaju putih. Melihat cara kedua hantu itu bertempur satu dengan yang lainnya, Eng Song semakin yakin bahwa kedua sosok hantu ini memang adalah hantu yang sesungguhnya. Karena kedua hantu itu hanya menggerakkan kedua tangan masing-masing tanpa saling menyentuh. Lagi pula tubuh mereka juga tetap berdiri tegak ditempatnya tanpa bergerak sedikitpun juga. 133Kolektor E-BookJika memang kedua hantu itu adalah manusia, tentunya mereka melakukan pertempuran bukan dengan cara seperti itu, mau tidak mau memang mereka harus saling bentur dan saling serang dengan saling menyentuh bagian tangan mereka atau tubuh. Namun kenyataannya kedua hantu itu saling tempur dengan hanya berdiri tegak seperti itu. Pertempuran macam apakah itu?! Di saat itu tampak hantu yang memakai jubah warna putih telah mengeluarkan suara teriakan yang nyaring bukan main, tampak dia juga telah melancarkan serangan dengan mempergunakan tenaga yang bukan main kuatnya. Jilid 8 KARENA angin serangan dari kedua telapak tangannya itu yang menghantam meja sembahyang telah menyebabkan alat sembahyang berterbangan. Dengan sendirinya Eng Song tambah terkejut, karena dia menganggap bahwa itulah ilmu sihir dari seorang hantu penasaran yang dapat menerbangkan benda-benda tanpa menyentuhnya! Eng Song jadi tambah yakin saja bahwa kedua sosok hantu ini memang hantu yang sesungguhnya dan dia jadi tambah ngeri dan takut saja. Maka dari itu, Eng Song telah mementang sepasang matanya lebar-lebar. Dia bermaksud kalau memang dia memiliki kesempatan untuk mengambil langkah seribu. Dan juga memang dia bermaksud akan melarikan diri jika kedua hantu sedang terpecah perhatiannya. Namun sampai disaat itu, Eng Song merasakan sepasang lututnya seperti juga sudah tidak bertenaga. Dengan sendirinya dia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Cepat bukan main, saat itu hantu yang berpakaian serba hitam telah mengeluarkan suara erangan yang menyerupai pekikan marah. Tubuhnya tampak tergetar, mungkin juga hal ini disebabkan oleh kuatnya tenaga serangan yang dilancarkan oleh hantu berpakaian serba putih itu. Dan hantu berbaju hitam itu rupanya tidak mau kalah, karena dengan mengeluarkan suara teriakan yang mengandung kemarahan dia telah membalas menyerang dengan mengebut- ngebutkan kedua lengan jubahnya yang longgar itu. Cepat dari kedua lengan jubahnya itu telah meluncur keluar serangkum angin serangan yang terlalu kuat sekali, menerjang kearah hantu yang memakai baju serba putih. Dan dua tenaga kekuatan raksasa yang tidak terlihat oleh pandangan mata telah saling bentur ditengah-tengah udara dengan dahsyat sekali. Dan suara menggelegar itu menyaingi kerasnya suara petir. Eng Song sendiri merasakan telinganya seperti juga akan tuli oleh suara yang mengelegar itu. Rupanya kedua hantu itu telah saling terjang dan saling tempur semakin hebat. Karena mereka telah bertarung dengan mengeluarkan kepandaian dan kekuatan yang mereka miliki. 134Kolektor E-BookCuma saja, kepandaian dari kedua hantu itu dimata Eng Song bagaikan ilmu sihir. Maka dari itu, Eng Song telah memandang dengan perasaan kagum dan juga mengandung perasaan ngeri yang bukan main. Saat itu, dengan mengeluarkan suara tertawa yang mengikik, tampak hantu yang memakai jubah warna putih telah melancarkan serangan lagi. Angin serangan yang dahsyat kembali telah menerjang kearah hantu yang berjubah hitam itu. Gerakan yang dilakukan oleh hantu berjubah putih itu bukan main kuatnya. Karena dia selalu serangan dengan menambahkan kekuatan tenaga yang bukan main hebatnya, dan tenaga serangan yang dahsyat itu selalu pula mendesak kearah hantu yang berjubah hitam. Rupanya hantu berjubah hitam itu memang agak terdesak juga oleh serangan-serangan lawannya, karena beberapa kali dia telah mengeluarkan suara teriakan kaget dan telah melompat mundur untuk menjauhkan diri dari lawannya. Namun rupanya juga memang si hantu yang berjubah hitam inipun penasaran bukan main, sebab selain dia sering melompat, iapun sering melompat maju untuk membalas menyerang lagi. Dengan sendirinya pertarungan seperti ini mau tidak mau telah membuat Eng Song jadi kagum sekali. Si bocah juga tengah membayangkan, betapa jika dia sendiri yang memiliki kepandaian seperti kedua hantu itu, niscaya akan merupakan kepandaian yang luar biasa sekali di dalam rimba persilatan. Saat itu, hantu yang memakai baju hitam itu telah menghantam lagi. Dan hantu berbaju putih telah memunahkannya dengan menangkisnya. Lalu cepat bukan main, hantu berbaju putih telah melompat kebelakang. "Tahan............!" Teriak hantu berbaju putih itu dengan suara nyaring. Hantu berbaju hitam itu menahan serangannya, lalu dengan sikap yang geram dia telah membentak garang sekali . "Mengapa harus berhenti............ ayo maju......... mari kita bertempur seribu jurus lagi......... akan kulayani!!" Dan sambil membentak begitu, hantu yang memakai jubah warna hitam telah mengeluarkan suara tertawa yang mengejek dan bersiap-siap untuk melancarkan serangan lagi kepada lawannya. Tetapi hantu yang memakai jubah warna putih itu telah tertawa dingin. "Jika pertempuran ini diteruskan, tentu tidak akan membawa paedahnya buat kau, karena percuma saja, kau akan menderita kekalahan yang besar............ maka dari itu lebih baik kau mengalah saja dan menyerahkan bocah itu kepadaku, dan urusan ini kita bikin habis............!!" Mendengar perkataan hantu berbaju putih itu, Eng Song merasakan semangatnya seperti juga terbang dari raganya, dia kaget setengah mati. Kalau memang hantu berbaju putih itu telah memintanya dari hantu berjubah hitam, dan hantu berjubah hitam itu mengijinkannya, bukankah berarti Eng Song akan diajaknya oleh hantu berjubah putih itu dan dengan sendirinya pula akan menyebabkan Eng Song mati? 135Kolektor E-BookDia jadi menggidik sendirinya berpikir sampai kesitu. Biar bagaimana memang dia paling takut berurusan dengan hantu. Untuk menghadapi penderitaan hidup yang bagaimana beratpun tidak akan membuat Eng Song jeri. Tetapi berhadapan dengan hantu, jelas dia merasa ngeri. Di samping itu terlihat juga bahwa Eng Song memang telah lemas. Biarpun dia telah bersiap-siap akan melarikan diri, namun disebabkan seluruh tenaganya seperti telah lenyap, dengan sendirinya dia jadi tidak bisa melarikan diri. Saat itu terdengar hantu yang memakai jubah warna hitam telah membentak dengan suara yang bengis . "Hemmmmmmmm, enak saja kau bicara seperti juga bocah itu adalah turunan nenek moyangmu! Baik! Baik! Kalau memang kau dapat membinasakan diriku, ambillah bocah itu! Dan terimalah ini.........! Dan membarengi dengan suara bentakannya yang bukan main kerasnya tampak si hantu yang memakai jubah warna hitam telah melancarkan serangan pula. Serangkum angin serangan yang bukan main hebatnya telah menerjang kearah hantu yang berpakaian serba putih itu dengan dahsyat. Hantu yang memakai jubah warna putih itupun telah merasa terkejut. Karena tenaga serangan hantu hitam kali ini luar biasa cepatnya. Biar bagaimana memang kenyataannya hantu hitam itupun memiliki tenaga yang tidak lemah, lagi pula memang hantu berbaju hitam itu juga memiliki kepandaian yang luar biasa. Mau tidak mau hantu berbaju putih itu harus dapat menangkis dan memunahkan tenaga serangan dari hantu berbaju putih itu. Gerakan yang dilakukannya itu bukan main kuatnya karena dia memang memiliki kekuatan yang dahsyat juga. Kembali dua kekuatan tenaga yang sangat tangguh telah saling bentur ditengah-tengah udara. Dan suara benturan dari dua kekuatan tenaga raksasa itu bagaikan ledakan suatu barang yang dahsyat bukan main dan memekakkan anak telinga. Dengan sendirinya, mau tidak mau memang si hantu berbaju putih itu merasakan tubuhnya tergetar. Dia telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring dan dia juga telah melancarkan serangan susulan. Dengan cara demikian rupanya hantu berbaju putih itu ingin membuat si hantu berbaju hitam itu tidak memiliki kesempatan sama sekali buat melakukan serangan membalas padanya. Namun kenyataannya hantu berbaju hitam itu memang liehay. Walaupun hantu putih itu telah berbalik melancarkan serangan kepadanya, namun kenyataannya hantu hitam itu dapat juga mengelakkannya. Malah hantu hitam ini telah melancarkan serangan yang jauh lebih hebat dan lebih tangguh lagi. Mau tidak mau memang hantu berjubah putih itu harus mengakui keunggulan tenaga dalam yang dimiliki hantu berjubah hitam. 136Kolektor E-BookBerulang kali dia merasakan hebatnya rangsekan tenaga serangan yang dilancarkan oleh si hantu hitam, dan tenaga rangsekan itu dapat merubuhkan segala benda apapun yang menghalanginya. Kenyataan seperti ini telah memaksa si hantu berpakaian putih itu harus berhati-hati pula menghadapinya jika tidak ingin bercelaka ditangan hantu hitam itu. Sedangkan Eng Song yang saat itu telah merasakan pulihnya sebagian tenaganya, telah berusaha untuk berdiri. Dan disaat dia melihat ada kesempatan, dengan cepat Eng Song berlari untuk menuju kepintu kuil. Untuk kabur. Namun di saat itu Eng Song mendengar seruan kaget dari hantu putih. Dan Eng Song merasakan seperti ada angin yang kuat sekali menempel dipunggungnya. Tahu-tahu tubuhnya telah tersedot dan kemudian tertarik untuk terbanting kejengkang. Dia bergulingan di lantai dan kemudian telah kembali mendekam di dekat meja sembahyang itu. Cepat sekali, diantara semua itu diantara apa yang terjadi, hati Eng Song seperti mau copot. Dia jadi mengeluh putus asa, sebab dengan adanya peristiwa seperti ini, berarti dia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk kabur. Biar bagaimana memang hantu-hantu itu memiliki kewaspadaan yang jauh tinggi dari manusia biasa. Dan juga, tanpa mengejar, malah hantu putih itu telah dapat menarik Eng Song kembali ketempatnya, dengan hanya meminjam tenaga yang dilancarkan dari telapak tangannya, tentu saja merupakan suatu hal yang sangat mengagumkan bukan main. Diam-diam Eng Song jadi menggidik membayangkan kehebatan yang demikian oleh hantu putih maupun hitam. Dan memang akhirnya Eng Song menyadari pula bahwa tidak mau memang dia harus jatuh ditangan kedua hantu itu. Kenyataan seperti ini telah membuat Eng Song hampir saja menangis saking ketakutan. Biar bagaimana dia tidak mau kalau dirinya sampai diambil oleh setan itu, karena dengan diambilnya dia oleh setan itu, berarti dia harus mati dulu, baru nanti menjadi hantu penasaran, menjadi pengikut dari kedua hantu putih dan hitam itu. Sungguh menakutkan sekali dan mengerikan bukan main jika Eng Song membayangkan hal itu sampai sebegitu jauh. Dia menghela napas panjang dan memandang mendelong kearah kedua hantu putih dan hitam yang masih juga tengah melakukan suatu pertempuran yang tidak kunjung berhenti. Saat itu hujan masih juga turun dengan deras bukan main. Suara petir dan juga guruh telah terdengar berulang kali. Diantara kesemua itu, suasana didalam ruangan kuil jadi sering kelap-kelap oleh sinar petir itu. Dan juga didalam ruangan kuil ini pula menimbulkan suasana yang mengerikan sekali. Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Eng Song jadi duduk mematung memandangi kedua hantu yang tengah saling tempur itu. Biar bagaimana dia merasakan bahwa dirinya tentu tidak mungkin dapat terlepas dari kedua tangan yang tengah bertempur itu. 137Kolektor E-BookJika memang dirinya tidak jatuh ditangan hantu berbaju putih itu, setidak-tidaknya dia tentu akan jatuh ditangan hantu berbaju hitam. Kedua-duanya memang sama saja, karena kedua-duanya memang sama-sama hantu. Inilah yang telah menakutkan sekali bagi Eng Song. Dia memutar otak mencari akal untuk dapat meloloskan diri dari kedua hantu yang menakutkan itu. Bisa dibayangkan, betapa manusia akan ketakutan jika memang sesungguhnya dia yakin dia sedang berhadapan dengan hantu. Terlebih-lebih lagi memang disaat itu Eng Song juga menyadarinya bahwa kedua hantu itu seperti juga tengah memperebutkan dirinya. Maka dari itu, dia telah bersiap-siap jika memang ada kesempatan tentu dia akan melarikan diri. Namun biar bagaimana memang kenyataannya kalau hantu itu maha tahu. Dan apa yang akan dilakukan oleh Eng Song tentu sebelumnya telah diketahui oleh hantu itu. Dan kemana saja Eng Song melarikan diri, tentu hantu-hantu itu akan dapat mengejarnya. Inilah yang sangat ditakuti oleh Eng Song, mau tidak mau dia memang harus dapat berusaha agar dirinya dapat lolos dari kedua hantu itu. Namun disebabkan hantu-hantu itu memiliki ilmu yang hebat juga, telah membuat Eng Soag, jadi buntu akal. Tadi saja usahanya untuk melarikan diri telah gagal sama sekali. Karena dia telah kena di sedot dan telah dibanting begitu rupa. Coba kalau memang hantu itu bermaksud mencekiknya dan mencelakainya, tentu dia akan bercelaka sama sekali atau binasa menjadi hantu penasaran yang tidak menentu juntrunganaya. Setidak-tidaknya dia akan menjadi hantu penasaran sama seperti hantu putih dengan hantu hitam itu. Di saat itu, terdengar suara erangan dari hantu yang berpakaian serba hitam itu. Tampaknya dia tengah murka bukan main. Karena dia telah melancarkan serangan yang bertubi-tubi dan juga setiap serangan yang dipergunakannya itu bukan main dahsyatnya. Tenaga serangannya itu telah menderu-deru dengan keras dan cepat sekali. Eng Song menggidik melihat tampang dari hantu berpakaian serba hitam itu. Sedangkan hantu yang berbaju putih telah mendengus tertawa dingin. Dia juga telah mengeluarkan teriakan yang sangat nyaring. Menyusul mana dia juga telah mengempos semangatnya. Dia melancarkan serangan yang tidak kalah cepatnya. Malah setiap serangannya itu selalu pula mengandung tenaga yang mematikan. Dindiug kuil yang terkena serangannya itu akan bobol. Maka bisa dibayangkan betapa hebatnya tenaga serangan yang dipergunakan oleh hantu berbaju putih itu dalam dia melakukan serangannya itu. 138Kolektor E-BookDi saat itu pula, si hantu yang berpakaian serba hitam itu sama sekali tidak mau mengalah. Dengan kecepatan yang bukan main dia telah mengeluarkan suara bentakan dan telah mengempos seluruh tenaga yang ada padanya, dia telah melancarkan serangan yang bertubi-tubi. Gerakan yang dilakukan oleh hantu berbaju hitam ini memang luar biasa sekali, dia seperti juga telah menjadi nekad dan kalap. Hantu berbaju putih itu biar bagaimana memang telah menjaga segala sesuatunya dengan penuh kewaspadaan dan ketenangan juga dimilikinya. Melihat kekalapan yang dimiliki hantu berbaju hitam itu, dia telah mendengus dengan suara yang tawar. Tahu-tahu dia telah melancarkan serangan yang bukan main hebatnya. Dan dengan beruntun kedua tangannya itu telah mendorong kemuka. Gerakan yang dilakukannya ini bukan main hebatnya dan mengandung juga tenaga yang mematikan. Biar bagaimana memang ketakutannya tenaga serangan yang dahsyat itu membuat tubuh hantu hitam jadi terpental keras sekali. Tentu saja hantu hitam itu jadi terkejut bukan main, dia sampai mengeluarkan suara seruan tertahan. Hampir saja tubuh dari hantu berbaju hitam itu terbanting diatas lantai. Namun disebabkan dia memang memiliki kepandaian meringankan tubuh yang kuat bukan main, dengan sendirinya dia bisa menguasai tubuhnya. Dia turun meluncur kelantai dengan kedua kakinya terlebih dahulu. Dalam keadaan selamat tanpa kekurangan suatu apapun juga. Kenyataan ini rnembuat si hantu berpakaian serba putih itu jadi penasaran sekali. Tanpa membuang-buang kesempatan, dengan mengeluarkan suara seruan yang keras, dia telah melompat, tahu-tahu kedua tangannya telah diulurkan kembali, dia telah melancarkan serangan lagi dengan gerakan yang luar biasa kuatnya pada si hantu hitam. Hantu berpakaian serba hitam itu waktu melihat dirinya didesak demikian rupa, jadi mendongkol bukan main, dia telah mengeluarkan suara bentakan marah dan telah menangkis serangan itu dengan kekerasan. Gerakan yang dilakukannya itu bukan main cepat dan kuatnya. Maka dari itu dua kekuatan tenaga saling bentur ditengah udara. Kenyataan seperti ini membuat dua tenaga dahsyat itu saling bentrok bagaikan dua buah batu yang sangat besar saling bentur. Suara menggelegarnya terdengar begitu keras dan memekakan anak telinga. Kenyataan ini kembali menyebabkan Eng Song jadi terperanjat bukan main. Karena si bocah merasakan telinganya seperti juga telah menjadi tuli disaat itu, karena gendang telinganya telah tergetar keras ketika mendengar suara getaran yang terjadi didalam ruangan kuil ini. Baru saja Eng Song mau melompat undur untuk menjauhkan diri dari kedua hantu yang tengah saling tempur itu, si hantu yang memakai baju putih telah mengeluarkan suara bentakan 139Kolektor E-Bookkeras . Jangan coba-coba untuk melarikan diri lagi, karena aku bisa saja mengirim kau ke neraka!!" Menyeramkan bukan main suara bentakannya itu, membuat tubuh Eng Song jadi menggigil. Terlebih lagi memang yang membentak dengan suara yang bengis begitu bukannya seorang manusia, melainkan seorang hantu gentayangan. Dengan sendirinya Eng Song mau tidak mau memang menjadi patuh. Dia tidak berani terlalu bergerak dari tempatnya berada, untuk menghindarkan kecurigaan pada dirinya si hantu penasaran itu. Di saat itulah dengan cepat sekali telah terjadi urusan yang sangat mengerikan sekali. Karena hantu hitam yang telah menjadi nekad itu, dengan mengeluarkan suara teriakan yang sangat keras sekali, telah menerjang maju. Kali ini disebabkan kenekadannya telah membuat dia menjadi kalap. Sepasang tangannya yang melancarkan serangan yang bukan main kuatnya itu ternyata mengandung kekuatan tenaga dalam yang dahsyat sekali. Hantu berpakaian putih itu yang melihat keadaan demikian jadi mengeluarkan seruan kaget. Dia merasakan betapa kuatnya tenaga serangan yang dilancurkan oleh lawannya itu, maka dari itu, dengan sendirinya angin serangannya yang telah berkesiuran itu telah menghantam pula mukanya. Mau tidak mau memang hantu berpakaian serba putih itu harus dapat mengelakkan diri dan mengengoskan diri dari serangan lawannya. Karena kalau memang dia menghadapinya dengan mempergunakan kekerasan niscaya akan menyebabkan mereka bercelaka sama-sama. Itulah sebabnya, hantu berpakaian serba putih itu telah melompat mundur kebelakang, dia telah melompat dengan gerakan yang cepat bukan main. Gerakan tubuhnya bagaikan terbang belaka, dia telah melompat kebelakeng dengan mengeluarkan suara seruan. Dan di saat tubuhnya telah melayang ditengah udara, dia baru membarengi dengan serangan tangan kanannya. "Jaga serangan....!" Serunya dengan suara yang bengis bukan main. Si hantu hitam jadi terperanjat. Waktu dia melancarkan serangannya, lawannya itu telah menghilang begitu tiba-tiba dari pandangan matanya. Dan ketika dia tersadar dari terkejutnya dan mengetahui bahwa hantu putih itu berada ditengah udara, dia jadi mengeluarkan seruan murka. Namun kenyataannya hantu putih itu telah melancarkan serangan yang bukan main hebatnya. Serangan yang dipergunakan oleh hantu hitam ini juga mengandung kekuatan. Kembali kedua tenaga yang bukan main kerasnya itu telah saling jumpa di tengah udara. Dan saking hebatnya benturan kedua tenaga yang bukan main itu telah menyebabkan ubin dari lantai ruangan kuil tersebut telah sempal. 140Kolektor E-BookTentu saja pecahan batu lantai yang kecil-kecil itu telah berpentalan kesana kemari. Celakanya salah satu dari pentalan pecahan lantai itu telah mengenai Eng Song, sehingga bocah ini merasa kesakitan yang bukan main. Dengan mengeluarkan suara seruan yang kesakitan, Eng Song cepat-cepat mengusap keningnya yang terkena samberan batu kecil itu. Dilihatnya darah merah yang membasahi telapak tangannya. Dia jadi terkejut lagi. Tentu saja melihat darah merah itu, hatinya bertambah keder saja. Biar bagaimana Eng Song adalah seorang manusia belaka. Dan usianya juga masih terlalu muda. Maka dari itu, mau tidak mau didalam hal ini memang harus lebih berhati-hati jika tidak mau bercelaka ditangan kedua hantu itu. Saat itu, hantu hitam telah terjatuh duduk. Rupanya tenaga tindihan dari hantu putih itu luar biasa kuatnya. Dan tenaga serangan hantu putih itu memang memiliki kekuatan yang bukan main dan dahsyat sekali. Mau tidak mau memang didalam hal ini harus diakui oleh hantu hitam bahwa hantu putih memang memiliki kelebihan kepandaianbya jika dibandingkan dengan kepandaian yang dimilikinya. Di saat itu, rupanya hantu putih itu telah merasa menang diatas angin. Waktu melihat lawannya telah jatuh terduduk, dengan cepat sekali dia telah mengeluarkan suara seruan yang keras bukan main. Dia telah melancarkan serangan lagi dengan kecepatan yang bukan main. Di samping itu memang hantu berpakaian serba putih ini memang ingin mendesak lawannya dengan kekuatan yang ada padanya dan memanfaatkan kesempatan yang dimilikinya. Biar bagaimana hantu hitam itu sedang dalam keadaan di bawah angin. Dan jika dalam keadaan seperti itu didesak dengan cepat sekali, tentu si hantu hitam akan kewalahan dan tidak berdaya sama sekali. Saat itu hantu hitam yang sangat penasaran sekali telah mengeluarkan suara bentakan keras. "Kau curang.....!" Lalu membarengi dengan suara bentakannya itu, dia telah mengerahkan sebagian dari tenaga dalamnya dan nekad sekali dia menyeruduk akan menghajar perut dari hantu berpakaian putih itu. Gerakan yang dilakukan oleh hantu berpakaian hitam itu sangat luar biasa sekali dan dilakukannya juga dengan begitu tiba-tiba. Dengan sendirinya si hantu berpakaian serba putih tersebut jadi terkejut sekali. Dia telah mengeluarkan suara yang menyayatkan hati. Karena serangan dari hantu hitam itu sama sekali tidak sempat untuk ditangkisnya, dia telah kena diserang telak sekali oleh lawannya. Tubuh hantu putih itu telah terguling-guling diatas tanah. Dan hantu hitam juga telah menerjang lagi dengan kenekadan yang ada padanya. 141Kolektor E-BookSerangan yang kali ini dilancarkannya pula juga mengandung kekuatan yang bukan main hebatnya. Serangan itu mengandung tenaga yang sangat mematikan sekali. Di samping itu memang harus diakui bahwa hantu berpakaian hitam itu di samping memang bernafsu untuk merebut kemenangan, tampaknya dia juga bermaksud akan membinasakan lawannya. Karena setiap serangan yang dilancarkan olehnya itu selalu mengandung tenaga yang mematikan....! Untuk mengadu jiwa seperti itu tentu saja hantu berpakaian serba putih harus berpikir dua kali. Dia tidak mau kalau harus mati bersama-sama didalam pertempuran mereka. Dari itu, sambil mengempos tenaga yang ada padanya, dia mencari posisi. Gerakannya cepat sekali, dia telah menangkisnya dengan gerakan yang luar biasa gesitnya. Dan di antara berkelebatnya sepasang tangan hantu putih itu, dia telah dapat memunahkan tenaga serangan dari hantu hitam. Dengan cepat dia juga telah melancarkan serangan yang luar biasa sekali kearah si hantu hitam. Gerakannya yang kali ini bukan main-main dan bukan hanya sekedar menggertak belaka. "Rubuhlah kau!" Bentak si hantu putih dengan suara yang keras. Hantu hitam itu benar-benar terah terguling dilantai sambil mengeluarkan suara jeritan yang menyayatkan, tampaknya dia telah digempur hebat sekali dan telah menderita luka didalam. Hantu berpakaian serba putih telah berdiri tegak mengawasi hantu hitam yang tengah merangkak untuk dapat berdiri lagi. Tubuh hantu hitam tampak sempoyongan seperti akan rubuh. Pendekar Bunga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hal seperti itu telah membuktikan bahwa serangan yang dipergunakan oleh hantu putih itu memang sangat luar biasa sakali dan menakjubkan. Maka dari itu, dengan cepat sekali, diantara keheningan itu, si hantu telah berkata dengan suara yang tawar . "Hemmm... bagaimana penawaranku mengenai bocah itu?! Kalau memang kau mau memberikan secara baik-baik, tentu jiwamu akan kuampuni. Tetapi jika kau berkeras, biarlah aku membinasakan kau dulu, baru aku mengambil bocah itu! Bagiku kedua-duanya jalan yang sama dan tidak membawa kerugian apa-apa!!" Muka hantu hitam saat itu telah berobah pucat pias, walaupun wajahnya itu masih tampak mengerikan bukan main, dia telah mengeluarkan suara teriakan yang keras bukan main, maksudnya ingin melancarkan serangan pula kepada lawannya. Namun hantu putih itu telah mengangkat tangannya sambil bentaknya . "Tahan.... kau pikirlah dua kali dulu sebelum melancarkan serangan, karena hanya akan membahayakan dirimu sendiri..." Hantu hitam rupanya mendengar juga bentakan dari hantu putih. Dia memang telah berpikir, jika dia berlaku nekad memang sudah tidak ada gunanya. 142Kolektor E-BookMaka dari itu, dengan sendirinya, di samping segalanya itu, dia telah membendung tenaga dalamnya dan telah menahan tenaga yang hampir dipergunakannya itu. Dengan cepat dia menatap kearah si hantu putih. "Apa maksudmu sesungguhnya?" Tegur si hantu hitam dengan suara yang bengis. "Hemmm, aku bermaksud untuk mengambil bocah itu!" Katanya. "Tidak bisa!" "Mengapa tidak bisa?!" "Itu hak aku, aku yang akan mengambilnya!" "Tetapi aku hanya minta ijinmu untuk mendidik bocah tersebut menjadi muridku! Jika kau mau, kau juga boleh menjadi guru si bocah......! Bukankan ada baiknya jika kita menurunkan dan mewariskan seluruh kepandaian kita kepada bocah itu, dengan digabungnya dua kekuatan kepandaian kita pada bocah itu, kelak si bocah akan menjadi manusia yang paling tangguh dipemukaan bumi ini!" Mendengar uraian dari si putih, si hitam jadi berdiri bimbang. Tampaknya dia sangat ragu-ragu sekali. Dipandangnya hantu putih itu agak lama, sampai akhirnya dia mengangguk. "Baiklah.... jika memang kau bermaksud akan mengambil bocah itu menjadi muridmu, akupun tidak berkeberatan sama sekali! Kita akan menurunkan kepandaian kita bersama-sama dan si bocah akan menjadi murid kita berdua, bukan?" Si hantu putih itu telah mengangguk. "Benar! Tepat sekali!" "Bagus! Sekarang kita harus bertanya pada bocah itu apakah dia bersedia menjadi murid kita! Kita melakukan hal ini, karena sejak tadi si bocah seperti mau melarikan diri belaka dari kita....!" Saat itu Eng Song telah mendengar percakapan kedua hantu itu. Dia juga mendengar perihal dirinya ingin diangkat menjadi murid dari kedua hantu itu. Si bocah jadi berpikir di dalam hatinya, entah bagaimana rasanya menjadi seorang murid dari kedua hantu tersebut? Tentu saja dia masih merasa ngeri. Walaupun Eng Song mendengar maksud dari kedua hantu itu yang tidak bermaksud jahat padanya, tetapi setidak-tidaknya tetap saja Eng Song merasa ngeri. Maka dari itu, Eng Song tetap tidak bergerak dari tempatnya. Ketika kedua hantu itu menghampiri kearahnya, Eng Song juga masih duduk di tempatnya. Waktu kedua hantu ini mengawasi padanya, Eng Song malah merasakan hatinya seperti mau copot saking merasa ngeri. Dia mengeluh. Entah kedua hantu ini ingin memperlakukan dirinya bagaimana. "Hei bocah, siapa namamu?" Tegur si hantu putih. 143Kolektor E-BookEng Song menyebutkan namanya. Suara Eng Song terdengar agak gemetar, sehingga kedua hantu itu saling pandang dan telah tersenyum. Tampaknya mereka menganggap sikap Eng Song cukup lucu. "Hemmm, suaramu tergetar, rupanya kau merasa ngeri dan jeri pada kami, bukan?" Tegur si hantu putih sambil tersenyum. Mungkin juga si hantu putih itu bermaksud untuk bersenyum ramah, namun di mata Eng Song senyum dari hantu berpakaian putih itu sangat menyeramkan sekali, mulutnya yang lebar seperti juga menyeringai. Tentu saja Eng Song jadi tambah menggidik ngeri, dia cepat-cepat telah menundukkan kepalanya tidak mau melihat bibir hantu putih yang tengah menyeringai seperti itu. "Hemmmm bocah..... kami Hek Pek Siang-sat (Dua Momok Putih dan Hitam) ingin mengangkat kau sebagai murid kami, apakah kau bersedia mengangkat kami menjadi gurumu?" Ditanya begitu, Eng Song telah mengangkat kembali kepalanya. Dia mengawasi kedua hantu itu dengan sorot mata yang ragu-ragu. Disamping itu, memang kenyataannya Eng Song juga tengah diliputi perasaan takut. Setelah mengawasi cukup lama akhirnya Eng Song berkata juga . "Kalian..... kalian sesungguhnya hantu atau manusia biasa?!" Ditanya oleh Eng Song seperti itu, kedua hantu itu tampak melengak. Mereka berdua kemudian saling tatap sejenak, sampai akhirnya keduanya telah tertawa geli. "Lucu! Lucu!" Mereka tertawa tidak hentinya. Tentunya hal ini membuat Eng Song jadi tersinggung dan juga merasa takut. Dia menyangka hantu itu mentertawai dirinya disebabkan dia telah bertanya apakah kedua hantu ini manusia atau memang hantu. Dan tentu saja hantu-hantu tersebut jadi merasa lucu dan telah tertawa geli begitu. Disaat itulah, dengan cepat sekali, tampak si hantu hitam telah menyahuti . "Tentu saja kami manusia biasa... sama seperti kau!" Katanya. "Hah?" Eng Song jadi kaget sekali. "Kau... kalian manusia biasa?!" Kedua hantu itu telah menganggukkan kepala mereka dengan cepat. "Tepat! Memang kami ini manusia biasa." "Tetapi...." "Kenapa?" "Mengapa kalian bisa terbang?" "Terbang?" "Ya, tadi waktu kau bertempur, telah saling terbang begitu ringan!" 144Kolektor E-BookMendengar perkataan Eng Song yang terakhir ini, kedua hantu, atau tepat nya memang kedua manusia biasa yang bergelar Hek Pek Siang-sat itu, telah tertawa gelak-gelak dengan suara yang geli. "Kami bukannya terbang, namun disebabkan Gingkang (ilmu meringankan tubuh) kami memang telah sempurna, dengan sendirinya kami dapat bergerak ringan dan sekehendak hati kami belaka.........!!" "Oh begitu?" Eng Song setengah mempercayainya. "Masih tidak percaya?" "Tetapi..... mengapa tadi kau telah keluar dari peti mati itu....! Jika memang engkau sugguh-sungguh seorang manusia, tentu tidak nantinya mau tidur didalam peti mati seperti itu!" Kembali hantu hitam telah tertawa dengan suara yang tawar. "Kami memiliki persoalan yang sangat panjang sekali jika hendak diceritakanya maka dari itu, mau tidak mau memang kami harus dapat untuk menyembunyikan SEBAGIAN TEKS TELAH HILANG Tecu telah bersumpah untuk taat pada setiap perintah dari jiwi suhu!" Hek Pek Siang-sat tampaknya girang mendengar sumpah dari si bocah. "Bagus! Bagus! Cuma saja sumpahmu itu terlalu berat sekali! Sudahlah! Mari kau ikut dengan kami! " Kata Hek Pek Siang-sat. Maka mulai saat itu, memang Ma Eng Song telah menjadi murid kedua orang yang mirip- mirip hantu itu. Sesungguhnya Hek Pek Siang-sat merupakan dua orang jago yang luar biasa sekali. Mereka memiliki kepandaian yang bukan main tingginya dan juga merupakan dua orang jago yang memiliki kepandaian yang tidak ada tandingannya. Setiap mereka terjun kedalam rimba persilatan, Hek Pek Siang-sat merupakan pasangan suami isteri yang ditakuti penjahat. Namun naas, pada suatu hari, dimalam hari yang sunyi, Hek Pek Siang-sat telah menciptakan semacam obat. Yaitu obat untuk mempercantik diri selamanya, secara abadi. Namun apa lacur, justeru disebabkan kelebihan semacam ramuan, maka ketika Hek Pek Siang-sat telah mempergunakan obat itu, justeru muka mereka telah berobah buruk sekali, dengan daging-daging muka mereka yang telah lumer dan membuat muka mereka itu bagaikan muka hantu. Tentu saja kedua pendekar ini jadi merasa malu. Namun jika sang suami disebabkan oleh seorang lelaki, masih suka keluyuran, tetapi si Hitam itu, yang telah jadi buruk, sebagai seorang wanita jelas merasa rendah diri. Dia sengaja telah bersembunyi didalam sebuah peti mati tidak mau berjumpa dengan orang. Dan urusan ini tentu saja merupakan pertentangan yang tidak ada habisnya diantara pasangan suami isteri tersebut. Akhirnya mereka jadi sering bentrok dan satu dengan yang lainnya sering kali bertandin. Namun tidak ada kesudahannya, sebab kepandaian mereka berimbang. Dengan sendirinya semakin lama hal ini membuat si isteri yang memang telah tergempur jiwanya disebabkan mukanya yang telah rusak, tambah penasaran. Cepat sekali mereka berjanji untuk melakukan pertandingan pula. Dan kebiasaan bertanding seperti itu telah dilakukannya berulang kali. 145Kolektor E-BookNamun tetap saja mereka berimbang. Dan terakhir kalinya, memang kebetulan sekali Eng Song telah berteduh dikuil rusak tersebut, sehingga Ma Eng Song dapat menyaksikan pertandingan yang tengah berlangsung antara Hek Pek Siang-sat. Wanita Iblis Pencabut Nyawa Karya Kho Ping Hoo Karena Wanita Karya Kho Ping Hoo Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo