Bukit Pemakan Manusia 10
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 10
Bukit Pemakan Manusia Karya dari Khu Lung "Orang sudah mengajukan persyaratannya!" Dengan perasaan apa daya kakek Tiong segera maju melangkah kedepan, kemudian sambil menjura kepada Sun Tiong-lo ujarnya. "Kongcu, lohu bersaudara benar-benar amat gegabah, harap Kongcu suka memaafkannya !" Ternyata Sun Tiong lo juga sama sekali tidak melupakan sopan santunnya, buru buru ia menjura dan balas memberi hormat. "Kalian orang tua harap memaafkan diriku, setelah mendengar penuturan kau orang tua tentang dipermainkan orang, telah kuduga kalau cara kerja kalaian berdelapan pasti gegabah sekali." "Kini kalian berdelapan telah mendatangi loteng impian, seharusnya kalian toh bisa me nanyai aku dan Sun kongcu ini dengan sikap yang halus dan lembut, tapi kenyataannya kalian telah menegur secara kasar dan ketus, tindakan semacam ini tidaklah pantas dilakukan..." Berkedip sepasang mata nona Kim dan mengerling sekejap kearah Sun Tiong-lo kemudian menyela. "Bagaimanapun persoalan ini bisa disudahi sampai disini saja bukan ?" Sun Tiong-lo segera tertawa. "Kalau berada dirumah yang rendah, mau tak mau aku mesti tundukkan juga kepalaku, kalau tidak, apa pula yang bisa kulakukan lagi ?" Nona Kim segera berkerut kening, katanya lagi. "Aku akan pergi dulu, tengah hari nanti..." "Sekarang sudah mendekati kentongan ke lima, aku dan saudara Sun juga rasanya tak mungkin bisa tidur lagi" Tukas Sun Tiong-lo, dapatkah kurepotkan nona untuk memberitahukan kepada Chin congkoan, bahwa setelah fa jar menyingsing nanti, dia bisa datang kemari untuk menemani kami berjalan jalan mengelilingi seluruh bukit ?" "Aaaah hampir saja aku melupakan kejadian ini." Seru nona Kim sambil tertawa. "tak usah sigoblok itu menemani kalian, setelah urusan selesai nanti akan kutemani kalian berdua" Selesai berkata dia lantas meninggalkan loteng impian lebih dulu, diikuti kedelapan kakek tersebut dibelakangnya. Setelah mereka pergi, Bau ji baru tak tahan untuk bertanya dengan suara Iirih. "Jite, apakah kau yang memasuki istana Pat tek sin kiong tersebut?" Sun Tiong lo segera tertawa. "Toako, tentu saja akulah orangnya" Bau ji tertawa, kemudian sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya lagi. "Sudah kuduga kalau kau, cuma siapa pula orang yang barusan berseru dari luar jendeia itu." "Terus terang kukatakan toako, orang itu adalah...." -oo0dw0ooo- DALAM Loteng Hian ki lo, nona Kim duduk ditengah ruangan dengan wajah dingin membesi. Delapan orang kakek itu mengiringi dikedua belah sisinya, sedangkan nona Sian berdiri di belakang nona Kim. Hanya nona Siu seorang yang berdiri di depan meja besar dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan dengan sikap yang sangat menghormat. Dengan tangan kiri memegang lencana Kim leng yang mempunyai kekuasaan sangat besar nona Kim berkata. "Nona Siu, kau harus menjawab semua pertanyaan yang kuajukan dengan sejujur-jujurnya." Nona Siu melirik sekejap kearah nona Kim lalu menjawab. "Hamba akan melaksanakah perintah dengan sebaik-baiknya." "Pertama-tama ingin kutanyakan dulu kepadamu, apa sebabnya kau mencampuri air teh dengan racun ? sewaktu berada dibalik tirai bambu, orang itu berada satu kaki delapan depa jauhnya darimu, bagaimana caramu melepaskan racun itu ?" "Hamba mencampuri racun itu menggunakan kesempatan dikala dayang hendak menyeduh air teh." "Kau berani tidak jujur ?" Bentak nona Kim dengan suara yang dalam dan berat. Sekulum senyum licik yang menyeramkan segera tersungging diujung bibir nona Siu, sahutnya. "Aku berbicara dengan sejujurnya, sebelum dayang menghantarkan air teh untuk tamu menurut kebiasaan yang berlaku dalam istana, maka air teh itu harus dihantar dulu kehadapan hamba, sengaja hamba membuka poci air teh itu, kemudian menitahkan kepada dayang untuk menghormati tamu..." "Oooh... lantas, mengapa kau sampai turun tangan untuk meracuninya?" Tanya nona Kim. "Dari pembicaraan yang dilangsungkan antara orang itu dengan Pat lo dengan cepat dapat hamba simpulkan bahwa dia seorang tamu yang yang tak diundang dan memasuki istana secara paksa, tentunya nona juga tahu bukan, semua orang asing dilarang memasuki istana untuk melakukan penyelidikan dengan dasar ini, mengapa aku mesti membiarkan dia tetap hidup segar bugar?" Nona Kim segera mendengus dingin. "Oooh... kalau begitu, perbuatanmu tersebut hanya semata-mata untuk menjaga keamanan dari istana Sin kiong?" Nona Siu tertawa hambar. "Hal ini merupakan tugas dan kewajiban yang harus hamba laksanakan, hamba tak berani berbuat gegabah dengan membiarkan ia berbuat semena-mena dalam istana." "Oooh... lantas apa pula sebabnya kau tidak memberitahukan hal ini kepada Pat lo sebelum meracuni air teh itu, dan setelah kejadian mengapa pula tidak memberi keterangan kepada mereka?" "Hamba sudah tahu kalau perasaan Pat lo telah digerakan oleh ucapan manis orang itu sehingga timbul perasaan simpatik kepadanya, aku kuatir Pat lo tidak menyetujui tindakanku ini bila kusampaikan secara berterus terang, maka sebelum kuambil tindakan tersebut, hal ini sama sekali tak kulaporkan dulu kepadanya." Setelah kejadian itu berlangsung, hambapun tahu kalau usahaku untuk meracuninya gagal total, maka aku lantas memutuskan untuk membekuknya dihadapan Pat-lo dengan mengandalkan ilmu silat yang sesungguhnya, kemudian memaksakan dia untuk mengakui asal usul yang sebenarnya, sayang terjadi keteledoran..." "Masa orang-orang ini teledor dalam melakukan perbuatan." Seru nona Kim dengan suara dalam. "Ada sementara persoalan memang tak dapat dihindari lagi, misalkan saja dengan perbuatan pat-lo yang menyambut kedatangan orang itu serta menganggapnya sebagai tamu agung, akhirnya mereka termakan sendiri oleh perbuatan orang itu, tentu saja dalam hal ini terdapat unsur keteledoran." "Apakah Pat-lo teledor atau tidak, aku dapat memutuskan sendiri" Tukas nona Kim dengan suara dalam. "sekarang, yang kutanya kan adalah soal kau sendiri !" Nona Siu menggertak giginya menahan diri, kemudian sahutnya. "Hamba pun mengakui telah melakukan keteledoran, hamba sedia terima hukuman sesuai dengan peraturan." Nona Kim kembali mendengus dingin. "Hmm ..Aku tahu kau ingin mengandalkan rasa sayang Sancu padamu, kemudian mengandalkan pula kedudukanmu yang hanya bisa diundang datang dengan lencana kemala, maka kau lantas kau memandang remeh orang lain, menganggap aku tak dapat menghukummu?" "Ucapan semacam itu hanya nona yang mengatakannya sendiri, belum pernah hamba berpendapatan demikian" Ucap nona Siu dingin. "apalagi nona sekarang memegang lencana Kim leng di tangan, jangankan baru menghukum, sekalipun membunuh hamba, juga hamba tidak akan berani membantah." "Aku nasehati kepadamu, lebih baik jangan mencoba-coba kesabaranku lagi...kau bakal rugi besar, mengerti?" Seru nona Kim dengan kening berkerut kencang. Paras muka nona Siu berubah hebat, dia lantas menundukkan kepalanya dan tidak berbicara lagi. Nona Kim mendengus dingin, katanya lebih jauh. "Khong It hong jauh lebih dipercaya oleh Sancu daripadamu tapi nyatanya dibawah bunyi lonceng emas sama yang mengundang kehadiran Pat lo, dia sudah disekap di dalam gua Im hong tong, sekalipun lebih garang juga harus menunggu setahun kemudian baru bisa keluar lagi dari tempat penyekapannya..." Mendengar perkataan itu, nona Siu menundukkan kepalanya semakin rendah lagi, dia lebih tak berani banyak berbicara. Nona Kim segera tertawa dingin, katanya lebih jauh. "Seandainya kau sampai menggusarkan diriku, hmmm..! ketahuilah, gua Liat hwee-tong (gua panasnya api) telah menantikan dirimu untuk mencicipinya !" Sekujur badan nona Siu gemetar keras sekali, buru-buru bisiknya. "Hamba tidak berani!" "Hmm...! Sudah kuduga kau tak berani" Dengus Nona Kim dengan wajah dingin. "bila kau sampai disekap dalam gua Liat hwee tong, maka sebelum seratus hari jangan harap bisa ke luar dari situ, menanti kau keluar dari sekapan paras mukamu pasti sudah berubah hebat, aku tidak percaya kalau sancu masin bisa menyayangi dirimu." Tiba-tiba nona Siu menjatuhkan diri berlutut diatas tanah, kemudian rengeknya dengan ketakutan. "Nona ampunilah diriku, mulai sekarang hamba pasti akan bertindak lebih hati-hati, ampunilah kesalahanku." Diam-diam nona Kim menghembuskan nafas panjang, tapi diluar dia kembali berkata. "Terus terang saja, bila hari ini aku tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjebloskan dirimu ke dalam gua Liat hwee tong, di-kemudian hari kau tetap masih memandang remeh orang lain, sama sekali tak memandang sebelah matapun kepadaku." Dengan gugup dan gelisah kembali nona Siu memohon "Nona kau adalah putri kesayangan Sancu, hamba mana berani memandang rendah dirimu? Apalagi Sancu adalah seorang bermata tajam, tak akan dia biarkan orang lain mengelabuinya..." "Biarpun, muak aku melihat gayamu ini!" Tukas nona Kim sambil mengulapkan tangannya. Setelah berhenti sejenak, dia berkata lagi kepada kakek Tiong. "Mulai hari ini, semua kehormatannya sebagai pemegang lencana kemala di tarik kembali dan harus diawasi oleh kakek Tiong kemudian jebloskan dia kedalam ruang Thiahiasi-dalam istana Sin kiong, dan menyekapnya selama tiga puluh hari untuk bertobat dari kesalahannya itu." Kekek Tiong segera mengiakan. Nona Kim berkata lebih jauh. "Kakek Tiong. aku akan melakukan pemeriksaan sendiri atas tugas yang kuberikan kepadamu ini!" "Lohu tak berani melanggar perintah!" Cepat cepat kakek Tiong memberi hormat. "Ehm, selesai melaksanakan tugas ini, harap Pat lo segera mengumpulkan segenap jago lihay yang ada di atas bukit untuk melakukan penggeledahan secara besar-besaran di seluruh bukit kuberi batas waktu sampai tengah hari nanti untuk datang memberi laporan, jangan sampai melakukan kesalahan lagi!" Pat lo mengiakan bersama. Pelan-pelan nona Kim bangun dari duduknya, kemudian berkata kepada nona Sian. "Untuk sementara waktu kau boleh tinggal diruang Kun wan dalam istana Sin kiong, hati-hatilah dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban." Dengan hormat nona Sian mengiakan, nona Kim segera beranjak meninggalkan tempat itu. Mendadak nona Siu berseru. "Hamba masih mempunyai rahasia besar hendak disampaikan kepada nona .. ." "Katakan!" Seru nona Kim sambil membalikkan badannya dan berjalan kembali. "Rahasia ini hendak hamba laporkan dengan pertaruhan nyawa, harap semua orang mengundurkan diri lebih dahulu dari sini" Nona Kim berkerut kening, setelah berpikir sebentar, dia mengulapkan tangannya seraya berseru. "Nona Sian, kau boleh kembali dulu ke dalam istana." Sedang Pat lo dan nona Sian menurut perintah dan mengundurkan diri, dengan demikian dalam loteng Hian ki lo tersebut tinggal mereka berdua saja.. Dengan bersungguh sungguh nona Kim lantas berkata. "Sekarang, kau boleh berbicara !" Nona Siu maju beberapa langkah ke depan, lalu sambil merendahkan suaranya dia berkata. "Nona, apakah kau benar-benar hendak menyekap hamba didalam ruangan ini Thian hian si?" "Persoalan inikah yang kau anggap sebagai rahasia maha besar itu?" Tegur nona Kim dengan suara dalam. "Tentu saja bukan" Jawab nona Siu sambil tertawa. "cuma saja, hamba ingin membuat jasa demi menebus ini..." Tergerak juga hati nona Kim serrlah mendengar perkataan itu, katanya kemudian. "ltu mah tergantung dari pekerjaan apa yang hendak kau laksanakan..." "Persoalan ini merupakan rahasia dari San cu, juga rahasia dari nona, sebenarnya didunia ini hanya ada tiga orang saja yang mengetahuinya, tapi Ji nio telah lama mati, sekarang..." Diam-diam nona Kim merasa amat terkejut, segera selanya. "Sekarang cuma tinggal kau dan Sancu saja yang tahu, bukan begitu...?" "Benar!" Jawab nona Siu sambil tertawa menyeramkan. Nona Kim segera mendengus dingin. "Kalau toh persoalan ini diketahui oleh San cu, aku seharusnya juga tahu." Nona Siu segera tertawa penuh arti, dia menggelengkan kepalanya berulang kali. "Telah kukatakan tadi, perasaan ini merupakan rahasia dari Sancu, oleh karena itu mustahil Sancu mengutarakannya kepadamu, dan sepanjang hidup jangan harap nona dapat mengetahuinya" "Dari dulu sampai sekaran - tiada rahasia yang merupakan suatu kejadian baik, lebih baik aku tidak mengetahui saja!" Sekali lagi nona Siu menggelengkan kepalanya berulang kali,ujanya cepat-cepat. "Aku toh sudah mengatakan tadi, walaupun hal tersebut merupakan rahasia dari Sancu, juga merupakan rahasia nona sendiri." Nona Kim sudah dibikin agak terperanjat setelah mendengar perkataan itu, setelah termenung dan berpikir sejenak, dia berkata. "Apakah kau hendak mempergunakan rahasia tersebut untuk ditukar dengan penarikan perintahku tadi ?" Sekali lagi nona Siu menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tidak sampai begitu" Katanya. "sebab rahasia ini mempunyai hubungan dan pengaruh yang amat besar, ituIah sebabnya aku masih mengharapkan juga barang-barang iainnya, aku percaya nona tak akan keberatan untuk memberikan kepadaku". Sekarang nona Kim benar-benar merasa agak takut, dia cukup mengetahui akan kebusukan dan kelicikan nona Siu, kini nona Siu berani mengajukan permohonan seperti itu, bisa disimpulkan kalau rahasia tersebut penting sekali artinya bagi ia pribadi." Maka diapun termenung untuk beberapa saat lamanya, setelah itu baru tanyanya. "Coba kau terangkan dahulu permohonan mu yang lain itu !" "Harap nona bersedia membebaskan Khong lt hong dan ijinkan kepadaku untuk kembali keistana dan mengambil tabunganku selama banyak tahun ini, kemudian bersama Khong lt hong meninggalkan bukit ini lari pergi sejauh-jauhnya dari tempat ini." Begitu permohonan tersebut diutarakan, paras muka nona Kim segera berubah hebat, serunya dengan gusar. "Budak rendah, besar amat nyalimu, rupanya kau dengan dia..." "Harap nona bersabar dulu dan dengarkan perkataanku sampai selesai" Tukas nona Siu sambil mengulapkan tangannya "saat itu, bila nona menganggap tidak seharusnya melepaskan aku, sekalipun hendak membinasakan diri ku juga belum terlambat." Baru saja nona Kim akan menyahut, tiba-tiba terdengar suara dari kakek Tiong berkumandang dari bawah loteng. "Nona, apakah kau ada pesan lain ?" Dari sini dapat disimpulkan bahwa bentakan gusarnya tadi telah mengejutkan ke delapan orang kakek itu. Nona Kim memandang sekejap kearah nona Siu, lalu sahutnya. Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku tak ada urusan, harap Pat lo tetap menunggu diluar loteng" Kakek Tiong tidak bersuara lagi, sudah pasti ia telah mengundurkan diri keluar loteng. Pada saat itulah nona Siu baru berkata lebih lanjut. "Nona, Khong It hong adalah setan perempuan yang tidak berperasaan dia licik, keji dan tidak mengenal ampun, aku percaya nona pasti tak akan menganggapnya sebagai kekasih hatimu bukan..." "Budak sialan, makin lama nyaliku semakin besar, jangan mencoba untuk berkata yang bukan-bukan lagi!" Bentak nona Kim gusar. "Nona, aku bukan lagi berbicara yang bukan-bukan, setiap ucapanku keluar dari hati sanu bari yang jujur." Sahut nona Siu dengan wajah bersungguh-sungguh. "Kalau toh Khong lt-hong adalah seorang manusia semacam itu, mengapa kau hendak melarikan diri bersama dirinya?" Tiba-tiba paras muka nona Siu berubah menjadi sedih sekali, setelah menghembuskan napas panjang, katanya. "Nona, disini hanya ada kita berdua, kitapun sama-sama perempuan, inilah saat yang paling tepat untuk berbincang-bincang cuma aku minta setelah mendengarkan nanti harap nona jangan berteriak memanggil Pat-lo...." "Baik, kululuskan permintaanmu itu, katakan!" Nona Siu menghela napas panjang, ujarnya. "Pertama tama aku ingin bertanya kepada nona, tahukah nona berapa usia ku sekarang?" Nona Kim menjadi tertegun, sahutnya. "Aku hanya ingat sejak aku masih kecil kau telah..." "Nona, aku telah berusia tiga puluh sembilan tahun!" Tukas nona Siu cepat. "Hhmm, masih belum nampak juga" Nona Kim berkerut kening.sesudah berhenti sejenak, dia melanjutkan. "Kalau sudah berusia tiga puluh sembilan tahun lantas kenapa ?" "Bagi seorang perempuan, usia setua itu sudah merupakan usia paling akhir bagi masa mudanya." "Hmm... tampaknya kau terlalu memandang serius masa muda seorang manusia didunia ini". Nona Siu menghela napas sedih. "Nona, usia tidak berbelas kasihan, ini merupakan suatu kenyataan yang tak dapat dibantah." "Kau anggap aku tidak mengerti ?" Bentak nona Kim. "tapi bila kau memiliki pasangan yang serasi, bisa memandang soal nama dan kedudukan dengan lebih terbuka, apa pula yang mesti dikuatirkan dengan soal usia." Kembali nona Siu tertawa getir. "Semua perkataan nona dapat pula kupahami, cuma nona, apakah aku bisa memiliki kebahagian serta kemujuran seperti itu ? Pada usia delapan belas tahun, aku sudah merupakan barang permainan dari sancu." "Tutup mulut !" Bentak nona Kim dengan suara rendah dan dalam. Nona Siu segera menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya. "Nona, aku berbicara dengan sejujurnya, jangan cegah diriku, lima tahun berselang aku telah kehilangan kehormatanku lagi ditangan Khong It hong, maka jika aku harus memilih sekarang, tentu saja aku lebih suka memilih Khong It-hong dari pada sancu !" "Kau belum menjawab pertanyaanku tadi!" Nah, sekarang juga akan kukatakan, Khong It sangat berhasrat untuk mengawini nona karena pertama, kau adalah puteri kesayangan Sancu, kedua nonapun pasti mengerti, wajahmu cantik lagi pula merupakan seorang nona yang baik." "Tapi, kalau dibilang memahami hati kecil-nya, memahami tujuan yang sebenarnya, maka hanya aku seorang yang tahu dengan pasti aku mengerti akan maksud pribadinya yang licik dan buas, terus terang kukatakan, jika hari ini dia mengawini nona, maka besok Sancu, pasti akan mati." Nona Kim segera berseru kaget. "Kau... kau... apakah semua perkataanmu itu ada buktinya?" Nona Siu segera tertawa. Nona, pada lima tahun berselang dia berani menggagahi kehormatanku dikala Sancu tak ada digunung, apakah hal ini bukan merupakan suatu bukti yang amat baik?" Nona Kim segera mendengus dingin. "Hmm, aku percaya dengan peristiwa tersebut, cuma kesalahan tersebut belum tentu merupakan kesalahannya seorang!" Sekali lagi nona Siu tertawa. "Mumpung nona membawa lencana Kim-leng sekarang, mengapa kau tidak membuka kotak mestika yang tersimpan dalam loteng ini untuk diperiksa isinya?" Begitu ucapan tersebut diutarakan, paras muka nona Kim segera berubah hebat. "Kenapa dengan kotak mestika tersebut?" "Orang itu mempunyai ambisi yang amat besar, dia telah membuat tindasan dari kitab pusaka milik Sancu tersebut, bahkan dengan yang palsu menukas yang asli, ia telah mencuri pula lencana Bong hu-kiu-ciat-milik Sancu!" "Benarkah telah terjadi peristiwa tersebut?" Nona Kim dibuat semakin tertegun. Dengan wajah bersungguh-sungguh nona Siu berkata. "Sekarang ia sedang disekap di dalam gua Im-hong-tong, mengapa nona tidak berusaha umuk menggeledah kamar tidurnya ?" Nona Kim memandang sekejap kearah nona Siu. kemudian ia berkata. "Baik, dengarkan yang jelas, andaikata aku berhasil menemukan salinan dari kitab pusaka itu serta lencana sakti tiong hu kiu-ciat tersebut, aku bersedia meluluskan permintaanmu untuk melepaskan kau pergi, cuma Khong It liong bajingan itu..." "Nona, rahasia yang barusan kubicarakan ini tak lebih hanya rahasia yang kuhadiahkan untuk nona, rahasia yang sebenarnya jauh lebih berharga dari pada rahasia ini, dan rahasia tersebut mesti ditukar dengan Khong It-hong." Nona Kim berkerut kening, dia menjadi termenung dan tidak berbicara apa-apa lagi. Nona Siu bersikeras hendak menukar rahasia paling besar yang menyangkut nona Kim pribadi dengan kebebasan untuk Khong It hong kejadian mana segera membuat nona Kim menjadi serba salah. Pada saat itulah, nona Siu telah berbisik lemah. "Nona, mengapa tidak kau geledah dulu kamar tidurnya Khong It-hong ? kemudian yang lain baru dibicarakan lagi ?" Nona Kim memandang sekejap wajah nona Siu, kemudian serunya kearah bawah loteng. "Kakek Tiong, harap kau bersama kakek Siau dan kakek Jin naik keatas loteng !" Tiga orang kakek itu segera mengiakan dan melompat naik keatas ruangan loteng. Dengan wajah dingin dan keren nona Kim berkata. "Barusan aku mendapat laporan rahasia yang mengatakan bahwa Khong It-hong ada maksud untuk berhianat, secara sembunyi dia telah menyalin kitab pusaka milik Sancu dan mencuri lencana mestika, sekarang harap San-lo (kakek bertiga) berangkat ke Ku- kui-wan untuk melakukan penggeledahan yang seksama!" Mendengar perintah tersebut, paras muka ke tiga orang kakek itu berubah hebat, mereka segera mengiakan dan beranjak pergi. Tergerak hati nona Kim, tiba tiba katanya lagi. "Kakek Tiong, tolong suruh kakek Gi pergi menangkap Chiu Huihou untuk dilakukan pemeriksaan!" Kakek Tiong mengiakan dengan hormat, bersama kakek Siau dan kakek Jin segera mengundurkan diri dari situ. Sepeninggal ketiga orang kakek itu, dengan kening berkerut nona Kim baru berkata kepada nona Siu. "Ada sepatah kata aku bersedia untuk memberitahukan dahulu kepadamu, andaikata ke dua macam barang yang digeledah ketiga orang kakek itu berhasil ditemukan, dan penghianatan Khong It hong terbukti, tentu saja aku akan melanjutkan pembicaraan tersebut sebagaimana mestinya." "Cuma kau harus tahu, bila ayahku telah kembali ke gunung, aku pasti akan melaporkan semua kejadian ini kepadanya, dengan kemampuan ayahku, mampukah kau dan Khong It-hong meloloskan diri dari pengejarannya...?" Nona Siu tertawa getir. "Siapa yang dapat menentukan?" Kejadian yang akan datang dia berseru. Tiba-tiba nona Kim maju dua langkah ke de para, lalu berbisik dengan suara rendah. "Dalam kejadian malam ini, hanya kau dan aku yang tahu..." "Nona, semua kejadian ini diketahui juga oleh Khong It-hong..." Tukas nona Siu. Nona Kim menggelengkan kepalanya. "Aku maksudkan soal pengakuanmu pada saat ini" Katanya. - ooo0dw0ooo- BAB LIMA BELAS "Ooooh,... sebetulnya nona ingin berkata soal apa?" Tanya nona Siu kemudian Nona Kim semakin merendahkan suaranya, ia berbisik. "Kalau toh semua persoalan itu hanya diketahui olehku seorang, andaikata aku tidak bicara, ayahku juga tak tahu, mengapa setelah selesai penggeledahan ruangan Khong It-hong nanti, kau..." Belum habis perkataan itu diutarakan nona Siu telah memahami maksud hatinya, dia lantas menukas. "Kau hanya menerimanya dihati saja ?" Nona Kim berkerut kening. "tahukah kau, apa yang hendak kuucapkan ?" "Tahu!" Nona Siu mengangguk sambil tertawa getir. "nona minta kepadaku untuk kembali lagi ke istana Sin kiong, sedang rahasia tersebut akan tetap nona pegang kemudian dengan alasan berhianat menghukum mati Khong-it-hong .... " "Kalau memang sudah kau duga, aku ingin bertanya kepadamu, apakah cara tersebut tidak baik?" Tukas nona Kim. Nona Siu memandang sekejap kearah nona Kim, lalu menjawab. "Walaupun caramu itu bukan termasuk suatu cara yang bagus dan sempurna, tapi aku tak bisa tidak harus mengakui bahwa cara tersebut merupakan suatu cara yang terbaik, tapi nona, aku tak dapat berbuat demikian, tidak dapat..." "Kenapa? Kenapa? kau?" Nona Kim agak tertegun. Nona Siu menggelengkan kepalanya berulang kali dan tidak menjawab lebih jauh. Nona Kim berpikir sebentar, seperti memahami akan sesuatu, dia lantas berseru. "Oooh, mengertilah aku sekarang, kau takut aku akan ..." "Tidak" Kembali nona Siu menggelengkan kepalanya. "aku percaya ucapan nona berat bagai batu karang." "Lantas dalam hal apa kau tidak bisa menerimanya?" Nona Siu memandang nona Kim sekejap, kemudian maju dua langkah kemuka dan menggenggam tangan nona Kim erat-erat, sahutnya dengan bersungguh-sungguh. "Nona sikapmu membuat aku merasa malu sendiri, terus terang kukatakan kepada nona aku sudah terperosok amat dalam, sedemikian dalamnya sampai aku sendiripun tak sanggup untuk menyelamatkan diriku sendiri." "Kalau toh kau sudah mengetahui sampai di situ, mengapa tidak mengusahakan untuk melepaskan diri? Nona Siu, aku percaya akan kemampuanmu, kau masih sanggup untuk mengendalikan diri, kau dapat.." Nona Siu tertawa getir, sambil menggelengkan kepalanya dia menukas. "Tak mungkin bisa, selamanya tak akan bisa, nona, aku sudah terbiasa hidup tentram, di bawah perintah dan tekanan Sancu selama hampir dua puluh tahun ini, sedari dulu aku sudah bukan aku lagi." "Aku tak lebih hanya sesosok mayat yang masih bisa berjalan, seorang algojo, seorang perempuan jalang yang harus melaksanakan perintah dari Sancu, aku sudah tidak berperasaan aku sudah bukan diriku lagi..." Mendadak nona Kim menukas. "Andaikata benar benar demikian keadaannya bukankah lebih lebih baik menerima tawaranku itu?" Nona Siu tertawa aneh. "Benar" Katanya. "tapi nona, bila sampai demikian keadaannya maka kau tak akan dapat hidup lebih lama lagi !" Terkesiap nona Kim sudah mendengar ucapan itu. "Kenapa? Masa kau akan mencelakai diriku?" Dengan berterus terang nona Siu mengangguk. "Siapa bilang tidak? Kau anggap selama hidup aku bersedia membiarkan rahasiaku kau pegang." Nona Kim menjadi berdiri bodoh, untuk beberapa saat lamanya dia tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Lewat sejenak kemudian, agaknya nona Kim berhasil menemukan kata yang cocok, dia baru berkata. "Tidak, kau tak akan berbuat demikian!" "Dapat! Aku pasti akan berbuat demikian." Nona Kim segera tersenyum, pelan-pelan dia menggelengkan kepalanya berulang kali. "Andaikata kau akan berbuat yang demikian, sekarang, kau tak akan berterus terang padaku" Nona Siu kembali tertawa. "Nona, sekarang aku akan memberitahukan kepadamu, justru karena aku merasa terharu karena telah menerima budi dan kebaikan dari nona, maka aku baru berniat untuk memotong dulu kesempatan di kemudian hari..." Nona Kim itu menjadi paham sekarang, dia menggenggam tangan orang semakin kencang, kemudian ujarnya. "Nona Siu, apakah kau tak dapat mempercayai-diriku." "Tidak dapat" Nona Siu menggeleng "kau harus tahu nona, seorang manusia durjana dan berhati buas, semuanya bukan orang tolol yang mudah ditipu orang." "Aku cukup mengetahui akan hal itu, tetapi kau ucapkan kata kata semacam itu kepadaku?" "Kawanan manusia durjana itu semuanya cerdik, apakah mereka tak dapat berpikir demikian sebelum melakukan kejahatan? Mereka semua tentu sudah memikirkannya, tetapi toh perbuatan tersebut di lakukan juga..." "Alasannya amat sederhana sekali, oleh karena manusia masih memiliki watak "tenang bila tak diusik, bergerak bila di usik" Maka di saat suara hatinya terketuk, dia akan melelehkan airmatanya dan bertobat, tapi bila keadaan sudah lewat, maka sikapnya itu akan kembali seperti sedia kala." "Aku sendiripun demikian saja, sekarang suara hatiku sedang terketuk maka aku menyesal dan bertobat, maka aku menutup jalan mundurku sendiri, tapi bila kejadian ini sudah lewat, mungkin saja rasa terima kasilku kepada nona akan lenyap dan sebagai gantinya akan timbul perasaan dendam dan sakit hati!" Nona Kim menghembuskan napas panjang, dia lantas mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, ujarnya. "Kalau memang keputusanmu sudah bulat, kita tidak usah membicarakan persoalan ini lagi, cuma kau toh sudah mengetahui watak dari Khong It hong, kenapa kalau ingin pergi tidak pergi sendirian saja?" Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sekali lagi lagi nona Siu tertawa getir. "Justru karena aku terlalu jelas memahami watak Khong It hong, maka aku baru mengambil keputusan begitu!" Nona Kim makin tercengang. "Aku tidak habis mengerti kenapa kau..." "Sebab hanya aku yang dapat mengendalikan Khong It hong!" Tukas nona Siu cepat. "Kau juga mesti mengerti, bila ketiga orang kakek itu telah kembali dan terbukti bahwa ia telah berhianat, maka menurut peraturan bukit kita, dia sudah pasti akan mampus, orang sudah mampus mana bisa..." "Jika nona tidak bersedia membebaskan Khong lt hong, maka jangan harap kau bisa mengetahui rahasia tersebut!" Tukas nona Siu secara tiba-tiba dengan wajah serius. "BiIa ia terbukti berhianat dan dibuktikan sendiri oleh ketiga orang kakek, memangnya kauanggap gampang untuk melepaskan dirinya" "Aku telah berpikir sampai kesitu, dan telah kudapatkan pula cara yang terbaik untuk mengatasinya!" "Oya,..? Kalau begitu coba kau katakan kepadaku." "Setelah nona mengungkapkan semua dosa nya, maka keluarkan dia dari dari ruang Cap pwee sin lian dan titahkan kepada Pat lo buat membawanya kembali ke istana Sin kiong buat melakukan pemeriksaan, saat itu aku mempunyai akal untuk menolongnya dari situ." Nona Kim berpikir sebentar kemudian tanya nya lagi. "Kalian hendak keluar gunung lewat jalan yang mana?" "Silahkan nona yang menentukan, asal kau bersedia menyingkirkan semua penjaga sepanjang jalan itu, hal mana sudah lebih dari cukup." Kembali nona Kim berpikir sebentar, lalu ujarnya. "Bagaimana kalau lewat jeram beracun di-tebing berbahaya belakang bukit situ?" - ooo0dw0ooo- Jilid 12 SETELAH BERHENTI SEJENAK, dia menambahkan. "Apakah kau akan kabur pada malam ini juga ?" Nona Siu mengangguk. "Bila memilih hari lalu untuk kabur, mungkin hal ini akan bertambah sulit lagi!" "Malam jini pukul berapa?" "Antara kentongan ke dua sampai kentongan ke tiga" Nona Kim berpikir sebentar, lalu mengangguk. "Baiklah, sampai waktunya aku akan menghantar kepergianmu secara diam-diam" "Terima kasih banyak atas kesediaan nona untuk membantuku" Ucapan nona Siu kemudian dengan nada terharu. Nona Kim segera menghela napas panjang, katanya. "Aaaai ...cuma, kau harus ingat, Sancu adalah seorang yang serba tahu, bila dikemudian hari." "Jangan kuatir nona," Tukas nona Siu sambil tertawa. "Sancu tak akan berhasil menemukan kami." Setelah berhenti sejenak, lanjutnya lebih jauh. "Sekalipun nasibku kurang beruntung dan kena ditangkap oleh Sancu, akupun tak akan menyalahkan nona, waktu itu, kendatipun aku disiksa dengan siksaan apapun juga, tak akan ku katakan bahwa aku memang bersekongkol dengan nona." "Aku tidak berpikir demi kepentinganku sendiri..." Nona Siu tersenyum lembut, selanya. "Nona berbudi luhur, aku lebih terharu lagi dibuatnya." Nona Kim berpikir sebentar, lalu katanya. "Ijinkanlah aku untuk memanggilmu "Sunio" Coba pikirkan lagi dengan seksama, apakah masih ada pekerjaan lain yang harus kulakukan untukmu?" Panggilan "Su nio" Ini segera menggetarkan perasaan nona Siu itu, tiba tiba sikap menjadi sangat tegang, katanya kemudian. "Sudah lama sekali... yaaa, lama sekali kau tak pernah menyebut dengan panggilan itu." "Harap Sunio jangan marah" Nona Kim menundukkan kepalanya rendah-rendah. Nona Siu (untuk selanjutnya akan dipanggil dengan sebutan Su nio) tertawa getir. "Aaaaa, tidak apa apa" Katanya. "memang sudah sewajarnya kalau nama yang tak betul, pembicaraan tak akan lancar" Nona Kim tidak berbicara lagi, tapi dengan sorot mata meminta maaf dia melirik sekejap kearah Su nio. "Sekarang nona tak usah mengelabui diriku lagi" Kata Sunio lebih lanjut dengan suara lirih. "salah seorang diantara dua orang Sun- kongcu yang berada dalam loteng impian sekarang, apakah benar merupakan orang yang semalam telah menyusup ke dalam istana Sin kiong?" "Aku memang menaruh curiga akan hal tersebut, cuma tiada sesuatu bukti yang nyata." Sunio segera tertawa. "Konon Su kongcu yang seorang lagi Bau ji" "Benar" Nona Kim mengangguk. "soal ini hanya di ketahui olehku seorang..." Setelah berhenti sejenak, dengan perasaan kaget bercampur tercengang ia bertanya. "Heran, darimana kau sudah tahu, Su nio ?" Mencorong sinar tajam dari balik mata Su nio. Dia seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya diurungkan, setelah menghela napas panjang ia berkata. "Aku seperti pernah bersua dengan kedua orang Sun kongcu itu !" "DuIu pernah bersua dengan mereka ?" Nona Kim tertegun. "Kapan, dan dimana ?" Sunio kembali tertawa getir. "Aku hanya berkata agaknya pernah bersua dengan mereka dulu, itu berani belum tentu aku pernah bersua dengan mereka". Diam diam nona Kim menjadi keheranan, tanpa terasa dia melirik sekejap kearah Sunio. Agaknya Sunio merasa akan hal itu, segera ujarnya. "Nona, ada tujuan mereka memasuki bukit ini ?" "Sun kongcu yang datang duluan adalah seorang sastrawan, dia hanya berkata karena ingin memotong jalan maka ia salah memasuki bukit ini, sedangkan Sun kongcu yang datang belakangan sukar diajak bicara, ia tidak menerangkan maksud kedatangannya..." Su-nio berkerut kening, segera selanya. "Nona, kau harus lebih berhati hati menghadapi kedua orang itu!" "0ya...?" Nona Kim berseru tertahan, dengan mengandung maksud lain ia berkata lebih jauh. "apakah Su-nio telah berhasil menyaksikan sesuatu yang tak beres?" "Percayakah nona bahwa mereka masuk ke bukit ini karena suatu ketidak sengajaan?" Baru saja nona Kim akan menjawab, kakek Tiong, kakek Siau dan kakek Jin telah melayang masuk ke dalam loteng. Sambil mengangsurkan sebuah kotak mestika yang dibawanya kepada nona Kim, Kakek Tiong berkata. "Seperti apa yang dikatakan nona, kami telah berhasil mendapatkan bukti penghianatan Khong It-hong" Nona Kim menerima kotak tersebut dan di periksanya sekejap, kemudian perintahnya. "Harap kakek Tiong mengeluarkan Khong It-hong dan menggusurnya ke dalam istana Sin kiong, tunggu pemeriksaan dari Sancu sendiri sekembalinya ke atas bukit nanti, tingkatkan kesiap siagaan penuh..." Kakek Tiong berpikir sejenak, kemudian ujarnya. "Ruang Cap pwe sin tian lebih kokoh penjagaannya, mengapa..." "Kakek Tiong, dia sama sekali tidak tahu kalau kita berhasil membongkar usaha penghianatannya" Tukas nona Kim. "oleh sebab itu harap kakek Tiong membawanya keluar dari ruang Sin tian secara diam-diam dan menahannya untuk sementara waktu dalam istana Sin kiong." "Kakek Tiong harus mengerti, dengan tabiat dari Khong It hong, sekalipun disiksa juga tiada gunanya, mau berhianat juga tak mungkin bisa dilakukan dengan kemampuannya seorang, semua persoalan ini harus kita selidiki lebih dulu sebelum Sancu pulang ke gunung". Kakek Tiong menjadi paham kini, sambil tertawa katanya. "Nona memang amat cerdik, kalau begitu lohu bersaudara hendak mohon diri lebih dulu!" "Semoga kalian berhasil". nona Kim tersenyum. Tiga orang kakek itu mengiakan, kemudian bersama-sama meninggalkan ruangan loteng itu. sepeninggal ketiga orang kakek itu, Su-nio kembali menjura kepada nona Kim seraya berkata. "Budi kebaikan nona kepadaku, mungki hanya bisa kusimpan dalam hati dan tak dapat kubalas dalam kehidupanku kali ini, anggap lah penghormatanku ini sebagai ucapan rasa terima kasihku kepadamu." Dengan gugup nona Kim segera membimbingnya bangun, lalu serunya. "Su nio, mulai sekarang sampai saatmu meninggalkan bukit ini masih tersedia beberapa waktu, aku bersedia menggunakan waktu yang amat singkat ini untuk mendengarkan keputusan terakhir dari Su nio." "Nona, aku takut kali ini kau akan merasa amat kecewa" Kata Su nio sambil tertawa getir. Dengan perasaan apa boleh buat nona Kim segera berkerut kening, lalu katanya. "Kalau memang begitu, aku hanya bisa mendoakan keselamatanmu saja!" Sekali lagi Su nio tertawa getir. "Aku mengetahui akan perasaan hati nona, akupun memahami apa yang dipikirkan nona, ketahuilah bahwa Khong It-hong tak boleh mati, paling tidak ia tidak pantas mati ditangan nona atau Sancu.." "Kenapa ?" Su-nio menghela napas panjang. "Ada sementara persoalan yang sesungguhnya jauh diluar dugaan orang, aku dan Khong It-hong adalah salah satu diantaranya, bila San cu telah kembali kebukit nanti, nona boleh menanyakan hal ini kepadanya...." "Apakah ayahku mengetahui alasan dibalik kejadian tersebut ?" Tanya nona Kim sambil berkerut kening. Su-nio mengangguk. "Sancu mengetahui semua persoalan itu paling jelas !" Walaupun nona Kim dapat mendengar kalau dibalik ucapan tersebut mengandung maksud lain, namun ia masih belum begitu paham, terpaksa teka teki itu disimpan saja dalam hatinya sampai dan menunggu sampai Sancu pu lang untuk ditanyakan kembali. Sementara itu, Su nio telah berbisik lagi setelah berhenti sebentar. "Nona, sekarang aku akan memberitahukan rahasia tersebut kepadamu !" "Kau benar benar ada rahasia yang hendak disampaikan kepadaku." Nona Kim melirik sekejap ke arah Su nio. Sunio menghela napas panjang. "Aaaai... tentu saja sungguh" Sahutnya. "cuma setelah kuutarakan nanti, kuatirnya bila nona tak mau mempercayainya, sebab itu sebelum kuterangkan rahasia itu, terlebih dahulu kumohon kepada nona untuk meluluskan beberapa persoalan !" "Katakanlah, persoalan apakah itu ?" "Setelah rahasia ini kau dengar nanti, percaya boleh tidak percaya juga boleh, tapi yang penting harus disimpan terus didalam hati, jangan sekali kali kau bocorkan kepada Sancu atau orang lain yang berada diatas bukit ini." "Oooh, jika ada kepentingan untuk berbuat demikian, tentu saja bukan bertindak lebih berhati-hati lagi !" Su nio segera menggelengkan kepalanya berulang kali. "Nona, persoalan ini jangan kau anggap sebagai suatu permainan kanak-kanak belaka, kau harus melaksanakan seperti apa yang telah kau janjikan !" "Baiklah" Ucap nona Kim kemudian dengan perasaan apa boleh buat. "aku akan berusaha untuk menutup rahasia tersebut dan tak akan kukatakan kepada siapapun !" "Selain itu, bila Sancu telah kembali dan tahu kalau aku serta Khong It hong telah melarikan diri, ia pasti akan mendesak kepada nona untuk menceritakan keadaan yang sebenarnya, paling baik jika nona menjawab dengan menggunakan kata "Tidak tahu!" "Soal ini aku tahu, aku tak akan mengaku kalau memang sengaja kulepaskan dirimu!" Sekali lagi Su nio menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya. "Soal ini bukan dikarenakan aku takut kalau Sancu akan datang menangkapku, juga bukan untuk mencuci nama dari keterlibatannya dalam persoalan ini, aku hanya kuatir bila Sancu sudah mengetahui keadaan yang sebenarnya maka dia akan membinasakan nona!" "Aaah, masa seserius itu?" Seru nona Kim dengan wajah tertegun setelah mendengar perkataan itu. "Yaa, dan persoalan itu erat sekali hubungannya dengan rahasia yang hendak kukatakan kepada nona." Nona Kim tidak berbicara lagi, dia lantas membungkam diri. Kembali Su nio berkata. "Nona bersedia memenuhi permintaanku ini" Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ehm, baik, akan kulakukan, katakan sekarang!" Su nio menarik tangan nona Kim dan menggenggamnya dengan lembut, kemudian ujarnya. "Nona, tahukah kau kalau Sancu tak pernah menikah?" Mendengar perkataan itu, nona Kim menjadi tertegun, walaupun Su nio tidak berbicara terus terang, namun apa maksud dari ucapan itu sudah teramat jelas, kalau kawin saja tak pernah, darimana pula datangnya anak..?" "Nona, kau she Kwik, putri seorang musuh besar Sancu" Sambung Sunio lebih jauh. "sejak berumur setahun, kau sudah dibawa pulang oleh Sancu, sebetulnya Sancu bermaksud menggunakan nona sebagai sandera..." Belum habis ia berkata, nona Kim telah membentak nyaring. "Kau sedang mengaco belo, omong kosong! Omong kosong !" Su nio menggenggam tangan nona itu semakin kencang, ujarnya. "Nona, harap kau tenangkan sedikit pikiranmu jangan terlampau emosi, aku tidak berbicara sembarangan dalam peristiwa itu akupun mengambil bagian, atau tegasnya akulah yang membopong nona kemari..." Belum selesai dia berkata, dari bawah loteng, sudah kedengaran suara dari kakek Gi berseru. "Chin hui ho sudah tertangkap !" Mendengar itu, Su nio yang berada di atas loteng segera berbisik. "Nona, Chin hui ho turut serta di dalam usaha penghianatan yang direncanakan Khong It-hong, cuma persoalan yang diketahui olehnya tidak banyak, orang ini licik dan berbahaya, lebih baik tak usah menunggu sampai kembali San cu." Apa maksud yang sebenarnya dari ucapan ini, tentu saja dipahami pula oleh nona Kim. Maka nona Kim pun manggut2 mengiakan, Sunio segera berkata lebih lanjut. "Silahkan nona melakukan pemeriksaan terhadap Chin Hui hou ditempat ini, sementara persoalan yang belum selesai kita bicarakan kita lanjutkan pada malam nanti sebelum kentongan pertama" "Baik, permulaan kentongan pertama nanti tunggu aku dalam istana" Sunio manggut manggut, setelah tersenyum kepada nona Kim, ia turun dari loteng. Menyusul kemudian, nona Kim segera memerintahkan kepada kakek Gi untuk menggusur Chin Hui hou naik ke atas loteng. Chin Hui-hou yang tertangkap masih kebingungan setengah mati, dia belum tahu kalau bencana besar telah berada didepan mata. Kakek Gi menggusurnya ke hadapan nona Kim, kemudian sambil mengendorkan cengkeramannya, dia berseru dengan suara dalam. "Hayo cepat berlutut dan menjawab semua pertanyaan yang ku ajukan kepadamu !" Chin Hui-hou adalah seorang Congkoan. juga merupakan orang kepercayaan dari Sancu, dia belum tahu kalau penghianatan Khong It-hong telah terbongkar pada saat ini, karena itu mendengar bentakan dari kakek Gi, segera serunya dengan lantang. "Kakek Gi, kau telah menganggap aku Chin Hui hou sebagai manusia apa...?" Kakek Gi segera mendengus dingin. "Hm .. .! kau anggap dirimu adalah manusia apa?" Jengeknya. "Jelek jelek begini lohu adalah salah seorang congkoan, dari ke delapan orang congkoan dibukit ini, mana boleh kau.." "Chin Hui-ho" Ujar nona Kim kemudian. "jabatan congkoan mu itu kuhapus mulai saat ini." Chin Hui ho menjadi tertegun, lalu katanya. "Nona, setelah kau memegang lencana kimleng, apakah tindakanmu lantas semena-mena seperti ini ?" Nona Kim mendengus dingin. "Hmm, kenapa, apa aku tak berhak untuk memberhentikan kau dari jabatanmu itu . .?" "Sekarang nona memegang lencana Kim leng berarti mempunyai kekuatan untuk menghukum mati seseorang, bila kau hendak menghapus jabatan hamba sebagai congkoan, tentu saja tak ada orang yang berani mengatakan tidak, cuma hamba masih tidak mengerti..." "Sebentar kau akan mengerti, tak usah gelisah dulu!" Tukas nona Kim sambil tertawa dingin. Setelah berhenti sebentar, dengan suara dalam lanjutnya. "Chin Hui hou, tahukah kau sekarang Khong It hong berada di mana ?" Ternyata Chin Hui hou cukup licik, dia segera menggelengkan kepalanya berulang kali. "Hamba tidak tahu" Sahutnya, Kembali nona Kim tersenyum. "Tentunya kau tahu bukan, apa sebabnya Khong It hong di tangkap dan di tahan ?" "Waktu itu hamba hadir ditempat kejadian, tentu saja hamba tahu" "Bagus sekali, coba katakan." "Dia berani membangkang perintah nona berani berbicara kasar dan menyakiti hati nona, maka dia dijatuhi hukuman." "Hmmm.. .! Apakah tiada alasan yang lain?" "Yang hamba lihat dan hamba dengar hanya demikian saja !" Nada suara nona Kim segera berubah, kembali bentaknya. "Mengapa tidak kau pikirkan, dengan kedudukan Khong It hong yang tinggi, lagipula mendapat kepercayaan penuh dari Sancu, dan juga sudah banyak berjasa untuk kita, hanya di sebabkan urusan kecil saja lantas ditangkap dan disekap?" Mendengar perkataan itu, tergerak juga hati Chin Hui hou, serunya kemudian. "Chin hui hou, benarkah kau tidak tahu?" Jengek nona Kim sambil tertawa mengejek, sekali lagi tergerak hati Chin hui hou. "Hamba kurang pintar, tak bisa kuduga hal yang sebenarnya" Ujarnya kemudian. Nona Kim menjadi gusar sekali setelah mendengar jawaban itu segera hardiknya. "Aku bukan menyuruh kamu menebak, aku suruh mengatakannya." Diam-diam Chin hui-hou makin terkesiap, ia berseru. "Tapi hamba harus mulai bicara dari mana?" Sepatah demi sepatah noaa Kim berkata dengan nada serius. "Katakan, sejak kapan kau turut serta dalam rencana pengkhianatan itu terhadap perguruan, tugas apa yang diberikan Khong It hong kepadamu untuk di laksanakan dan apa pula yang telah kau lakukan selama ini bagi kepentingan nya!" Begitu perkataan itu diutarakan Chin Hui hou segera merasakan tubuhnya bagaikan terjatuh kedalam gudang es, sekujur tubuhnya kontan membeku dan bergidik. Untuk sesaat lamanya dia tak sanggup menjawab, orang itu cuma bisa berdiri tertegun seperti orang bodoh. Kakek Gi segera mendengus dingin, tegurnya. "Chin congkoan, sudah kau dengar pertanyaan itu ? Bila ingin menjawab, katakan dari apa yang telah dikatakan itu." Chin Hui hou termenung dan menyusun rencana lebih dulu, kemudian katanya. "Nona, hamba ingin bertanya siapa yang telah menfitnah diri hamba ini." "Memfitnah?" Bentak nona Kim dengan gusar. "anjing laknat, besar amat nyalimu !" Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan. "Dari dalam Ku kui wan yang dihuni Khong It hong, kami telah mendapatkan salinan kitab pusaka ilmu silat milik Sancu, kamipun telah menemukan lencana mestika yang diganti dengan lencana palsu, apakah semua bukti itu masih kurang ?" Berbicara sampai disini, nona Kim sengaja berhenti berkata dan tertawa dingin tiada hentinya. Sementara sepasang matanya yang memancarkan sinar tajam menatap wajah Chin Hui hou tanpa berkedip. Sekujur badan Chin Hui hou gemetar keras, dia ingin berbicara namun tak tahu bagaimana kah harus memulai dengan pembicaraan tersebut. Nona Kim memandang sekejap ke wajah Chin Hui hou, setelah itu pelan-pelan baru berkata. "Menurut pengakuan dari Khong it hong serta di perlihatkan barang barang buktinya, ia mengakui kalau kau adalah orang kepercayaannya yang turut serta dalam organisasi rahasia itu, tapi kau belum pernah mendapat kesempatan-untuk melakukan sesuatu..." Chin hui ho segera tertipu, dengan bermasam muka katanya. "Harap nona maklum, hamba..." "Kau adalah seorang penghianat kau berani mengakui dirimu masih sebagai anggota perguruan kami?" Hardik kakek Gi amat gusar Sekujur badan Chin Hui hou kembali gemetar keras, cepat cepat katanya lagi. "Harap nona maklum, aku yang rendah ini memang benar-benar telah di paksa untuk ber komplot dengan Khong it hong, tetapi akupun benar-benar tak pernah melakukan perbuatan yang merugikan Sancu, oleh karena itu mohon nona suka mengampuni diriku yang rendah ini" Nona Kim segera berpaling ke arah kakek Gi sambil serunya. "Kakek Gi, kau sudah mendengar jelas?" "Setiap patah kata telah lohu dengar dan ingat baik baik" Sahut kakek Gi sambil membungkukkan badannya memberi hormat. Nona Kim mcngangguk, dia lantas berkata lagi kepada Chin Hui hou. "Chin Hui hou, menurut peraturan kita, atau menunggu sancu pulang dan lalu menjatuhkan sendiri hukumannya sendiri hukumannya kepadamu, tentunya kau sudah tahu bukan hukuman apa yang bakal di timpakan kepadamu?" "Oooh... nona, ampunilah aku..." Rengek Chin Hui hou dengan sedih. Nona Kim segera tertawa dingin tiada hentinya. "Chin Hui hou" Kembali dia berseru. "Hal ini tergantung pada dirimu sendiri, mengerti?" Chin Hui hou bukan orang bodoh, tentu saja dia mengerti, maka jawabnya cepat. "Hamba berterima kasih sekali atas kesempatan yang nona berikan, cuma apa yang kuketahui tidak banyak...." "Berapa yang kau ketahui, katakan pulaberapa banyak". "Khong Ithong hanya menitahkan kepada aku yang rendah untuk menghancurkan semua alat jebakan dan alat rahasia yang berada di bukit ini bila saatnya sudah matang, agar orang-orang yang telah dipersiapkan diluar bukit dapat menyerbu masuk kedalam bukit ini !" "Oooh, lantas siapa saja yang akan disambutnya itu ?" "Soal ini, aku yang rendah kurang begitu tahu." Jawab Chin Huihou sambil menggeleng. "Sebenarnya kapan rencana yang disusun oleh Khong It-hong itu akan dilaksanakan ?" Chin Hui-hou berpikir sebentar, lalu sahutnya. "Soal ini merupakan rahasianya, dia sendiri pun tidak tahu, hanya katanya kepada hamba bahwa hal ini akan terjadi tak lama kemudian, mungkin juga akan dilaksanakan sebelum permulaan tahun depan, soal waktu yang tepat..." "Oooh, kalau begitu Khong It-hong bukan pentolan dari gerakan tersebut ?" "Yaa, dia bilang andaikata berhasil maka dialah Sancu dari bukit ini." "Hmm ! Dia lagi bermimpi disiang hari bolong" Dengus kakek Gi dingin. Setelah berhenti sebentar, kembali ia berkata. "Bagaimana caranya untuk mengadakan kontak dengan kawanan tikus yang berencana ingin merebut kekuasaan diatas bukit ini ?" "Hamba kurang begitu jelas, cuma setiap kali dia berada di atas gunung, maka setiap malam hari ganjil dia pasti berada di luar Ku- kui wan untuk bergadang...." "Di luar kebun dekat sebelah mana? Cepat katakan!" Seru kakek Gi dengan amat gelisah. Di luar kebun dekat jalan berbatu menuju ke jeram beracun!" "Andaikata kebetulan ada orang sedang lewat di sana, apa yang harus kau lakukan?" "Dia suruh aku dengan jabatanku sebagai Congkoan untuk mengundurkan orang itu, sebaliknya jika Sancu atau nona yang datang, maka dia menyuruh aku yang rendah untuk memberitahukan bahwa dia sedang melatih ilmu Sam goan sin kang!" Mendengar ucapan itu, nona Kim segera berkerut kening dan membungkam diri. Sedang kakek Gi lantas berkata. "Nona, mengapa Sancu menurunkan ilmu Sam goan sin kang tersebut kepada bocah keparat ini." Nona Kim hanya menggeleng, kemudian setelah termenung dan berpikir sebentar katanya. "Kakek Gi, jangan lupa untuk memberitahukan semua kejadian ini- kepada kakek Tiong." "Tolong tanya nona, bolehkah lohu bersaudara bertindak menurut suara hati kami sendiri?" "Nona Kim berpikir sejenak, lalu sahutnya. "Jangan memunahkan segenap kepandaian silatnya, tapi boleh saja menarik kembali Sin kang tersebut." "Lohu pun bermaksud demikian!" Setelah berhenti sejenak, tiba-tiba ia berkata. "Nona, hari ini adalah hari ganjil!" "Aku tak akan melupakannya" Nona Kim tertawa. Kemudian ia berpaling kearah Chin Hui bou dan bertanya. "Apakah kau masih ada perkataan lain yang kau sampaikan kepada kami?" Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Chin Hui hou menggelengkan kepala. "Apa yang hamba ketahui telah hamba ucapkan, aku sudah tidak mengetahui soal yang lain lagi!" Nona Kim segera mengangguk.. "Kalau begitu aku ingin bertanya satu hal kepadamu, kalau toh. Khong It hong memberi-tahukan kepadamu tentang rencananya untuk menghianati Sancu, bahkan kaupun bersedia untuk turut serta, bila berhasil kebaikan apakah yang akan kau peroleh?" Chi Hui-hou ragu-ragu sejenak, kemudian baru sahutnya. "Aku yang rendah diperkenakan mengambil ketiga macam benda mestika yang ada dibukit ini masing sekantung, kemudian mengundurkan diri dari dunia persilatan !" "Ehmmm, sekantung pasir emas sudah cukup bagimu untuk hidup senang sepanjang hidupmu, sedangkan dua macam benda yang lain pun merupakan benda mestika yang tiada tara nya djdunia ini, yaa, memang cukup untuk membeli dirimu !" Setelah berhenti sejenak, mendadak bentaknya lanjut. "Sudah berapa lama timbul niat dalam benak kalian untuk berhianat kepada Sancu?" "Sudah sepuluh bulan lebih beberapa hari !" "Selama hari hari ini, apakah kalian tak pernah berhasrat untuk menyembunyikan ke tiga macam mestika itu...." Belum habis perkataan itu diucapkan, Chin hou telah menukas. "Aku yang rendah berani bersumpah, belum pernah hamba mengambil secuwil pun..." "Apakah Khong It hong juga tak pernah mengambilnya ?" Sela kakek Gi cepat. Chin Hui hou tertawa getir. "Hari ini, aku yang rendah telah menjadi begini rupa, apa yang bisa kuucapkan telah kukatakan semua, semula aku yang rendah memang berniat begitu, tapi Khong It hong yang mencegah perbuatan hamba itu, dia bilang jangan karena soal sepele mengakibatkan gagalnya masalah besar." "Heeehh...heeh...heee....menurut pendapat lohu, dia memang tidak bersungguh hati untuk memenuhi janjinya bila urusan telah berhasil nanti!" Jengek kakek Gi sambil tertawa dingin. Chin Hui-hou turut tertawa getir. "Mungkin saja demikian, tapi yang pasti hamba telah mati karena harta kekayaan !" Nada perkataan itu amat menyesalkan sekali, kepalanya tertunduk dan keadaannya sangat mengenaskan. Dengan kening berkerut nona Kim lantas berkata kepada kakek Gi. "Kakek Gi, aku akan menyerahkan Chin-Hui hou kepadamu sambil menunggu kepuIangan Sancu untuk menjatuhkan hukuman kepadanya, cuma kakek Gi harus hati hati, jangan sekap mereka menjadi satu !" Dari ucapan tersebut, kakek Gi segera me mahami maksud nonanya, dia mengangguk. "Jangan kuatir nona, lohu dapat bertindak sebagaimana mestinya..." "Aaa... semalam suntuk tidak tidur, aku benar-benar lelah sekali dan ingin beristirahat harap kakek Gi menutup loteng ini" Ditengah pembicaraan tersebut, nona Kim segera turun dari loteng meninggalkan tempat ini. Dengan suatu gerakan cepat kakek Gi melancarkan sentilan jarinya menotok empat buah jalan darah penting ditubuh Chin Hui- hou. Kemudian sambil mendorong Cbin Hui hou, serunya lebih jauh. "Kau tak usah merepotkan lohu lagi, hayo jalan !" Dengan wajah yang lesu dan sedih, bagaikan domba yang digiring ke tempat penjagalan, Chin Hui-hou berlalu dengan lemas, Setelah menutup loteng, kakek Gi menggiring Chin-Hui hou kembali ke istana Sin-kiong. Walaupun nona Kim mengatakan hendak pergi beristirahat kenyataannya setelah turun dari loteng, dia lantas berangkat menuju ke loteng impiam ....Sun Tiong lo dan Bun Bau ji yang berada di dalam loteng impian baru saja bangun dari tidurnya, jadi kedatangan nona itu tepat pada waktunya....Setelah mempersilahkan nona Kim duduk. Sun Tiong-lo segera bertanya pelan. "Pagi ini, apakah nona akan menghantar kami sendiri untuk keliling bukit?" Nona Kim mengerling sekejap kearahnya, lalu menjawab. "Aku sudah menurunkan perintah, sebentar lagi Kim Poo cu akan datang kemari, aku datang kemari sekarang karena ada persoalan lain yang lebih penting lagi hendak di beritahukan kepada kalian" Mendengar ucapan tersebut, Sun Tiong-lo serta Bau-ji menjadi tertegun, mereka saling berpandangan sekejap, namun tidak mengucapkan sepatah katapun. - ooo0dw0ooo- BAB ENAM BELAS KETIKA NONA Kim menyaksikan Bau-ji bersaudara tidak bertanya lebih jauh, dia lantas tertawa hambar, katanya. "Persoalan ini ada sangkut paut yang amat besar sekali dengan kalian berdua !" "Persoalan apakah itu ?" Tak tahan Bau-ji bertanya. "Mulai hari ini, petugas yang akan mengejar kalian dalam usaha kamu berdua melarikan diri telah berganti orang !" "Oooh, bukan Chin congkoan dan Kim- po- cu" Nona Kim segera menggeleng. "Sudah diganti" Katanya. "cuma bila pada makan malam nanti kalian berdua bersedia untuk bersantap diruang tengah sana, aku pasti akan memperkenalkan mereka kepada kalian berdua !" Sun Tiong lo memandang sekejap ke arah Bauji, kemudian ujarnya. Perawan Lembah Wilis Karya Kho Ping Hoo Goda Remaja Karya Kho Ping Hoo Keris Maut Karya Kho Ping Hoo