Persekutuan Pedang Sakti 26
Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Bagian 26
Persekutuan Pedang Sakti Karya dari Qin Hong Tapi sekarang, entah mengapa, ketika perkataan yang lumrah itu diucapkan oleh Kiu siang poo, justru memberikan perasaan yang berbeda dalam hati kakek Ou, sehingga tanpa terasa pikirnya, "Wah, nampaknya si nenek siluman ini sudah dibuat tergetar hatinya oleh ucapanku!" Tak dapat dibendung lagi, senyuman kearah kakek itu, kemudian sorot mata silumannya baru dialihkan kewajah Kam Liu cu sambil berkata. "Kam tayhiap adalah murid tertua dari Thian sat bun, aku si nenek pun sudah lama mengagumi nama besarmu." Seperti halnya kakek Ou, paras muka Kam liu cu segera meperlihatkan wajah berseri-seri setelah mendengar perkataan ini, cepat-cepat dia menjura sambil katanya, "Terima kasih atas pujian kau orang tua... aku tak berani menerimanya". Nada pembicaraan dari Kiu siang poo berubah semakin halus dan lembut, pelan-pelan ujarnya: "Siapakah diantara kalian yang bernama Liu Leng poo, nona Liu..?" Ketika sinar mata Liu Leng poo saling beradu dengan pandangan matanya, tiba-tiba saja perempuan itu merasakan pandangan matanya begitu hangat dan mesrah, seakan-akan baru saja bersua dengan saudara-saudara yang sudah banyak tahun tak bersua. Buru-buru dia membungkukkan badannya seraya berkata: "Tidak berani, boanpwee adalah Liu Leng poo" Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar Liong Hiang kun berteriak dengan suara melengking; "Nenek siluman, ayahku sama sekali tiada dendam atau sakit hati dengan dirimu, mengapa kau justru mencelakai ayahku sampai mati? Aku akan beradu jiwa denganmu." Jeritan lengking itu diutarakan persis pada waktunya, seketika itu juga semua orang di buat tersadar kembali dari pengaruh siluman yang menyesatkan dan pulih kembali kesadarannya. Sambil tertawa terbahak-bahak kakek Ou segera membentak: "Haah.. haah.. haah.. nenek siluman, bagus sekali perbuatanmu, rupanya kau berani menggunakan ilmu sesat untuk mempengaruhi jalan pemikiran orang? Hmm, hampir saja aku termakan oleh perbuatanmu itu." "Weess!!" Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepan dengan kecepatan luar biasa. Sebagaimana diketahui, tenaga dalam yang dimiliki kakek Ou memang sangat lihay dan amat sempurna, dimana angin pukulannya dilancarkan, segera terjadilah deruan angin puyuh yang menderu-deru dengan hebatnya. Ancaman tersebut menubruk ke arah tubuh Kiu siang poo secara mengerikan. Sinar sesat berwarna kehijuan yang semula memancar keluar dari balik mata Kiu siang poo segera menjadi sirna, pelan-pelan dia menggerakkan sepasang tangannya melakukan suatu gerakan seperti orang mendayung, lalu sambil tertawa terkekeh-kekeh katanya, "lo enghiong, bila ada persoalan lebih baik dibicarakan secara baik-baik. Apa sih gunanya menggunakan kekerasan?" Ketika angin pukulan dahsyat yang dilancarkan kakek Ou termakan olen gerakan tersebut, tahu-tahu kekuatan tersebut hilang lenyap dengan sangat mengejutkan hatinya. Namun pada saat yang bersamaan, tubuh Kiu siang poo tergoncang keras, paras mukanya segera berubah hebat, dengan sinar tajam mencorong keluar dari balik matanya, ia berseru dengan terperanjat: "Sebenarnya siapakah kau? Hebat benar tenaga dalam yang kau miliki...?" Ternyata walaupun dia berhasil menyambut pukulan yang dilancarkan oleh kakek Ou tadi, akan tetapi diapun segera merasakan bahwa tenaga serangan yang melanda tiba itu memiliki daya kekuatan yang belum pernah dijumpai sebelumnya, hal tersebut menggetarkan seluruh badannya sehingga hawa darahnya bergolak keras dan hampir saja tak sanggup menahan diri. Berhubung kepandaian yang dilatih termasuk dalam golongan Im kang, maka perubahan mana sama sekali tidak di ketahui oleh kakek Ou. Tiba-tiba terdengar kakek Ou berseru sambil tertawa terbahak-bahak. "Bukankah kau ingin tahu siapakah aku? Nah...akulah yang bernama Ou Tou lo!" Menyusul ucapan tersebut, badannya seperti burung elang raksasa yang melayang diangkasa, tiba-tiba saja menerjang kedalam ruangan. Kiu siang poo tertawa aneh, sepasang telapak tangannya segera didorong ke depan bersama-sama. Segulung kekuatan yang tak berwujud dengan cepat meluncur ke depan dan menerjang tubuh kakek Ou yang sedang melayang tiba itu, Berada ditengah udara kakek mengayunkan tangan kanannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat kedepan. Ketika kedua gulung kekuatan itu saling bertemu satu sama lainnya, ternyata sama sekali tidak menimbulkan suara benturan apapun, cuma saja tubuh kedua orang itu sama-sama bergetar keras, sementara kakek Ou terpental jatuh kembali keatas tanah. Semua kejadian ini berlangsung dalam waktu singkat, tiba-tiba saja kedua orang perempuan berbaju hitam yang berdiri di depan maju kedepan ruangan menurunkan tirai pintu itu. Dalam pada itu, kakek Ou yang telah menyambut serangan lainnya di udara dan berhasil menduduki posisi diatas angin, segera mengambil kesimpulan kalau tenaga dalam yang dimiliki Kiu siang poo paling tidak masih setingkat rendah daripada kemampuannya. Tanpa terasa dia tertawa terbahak bahak "Haha haah haah... wahai nenek siluman, kau anggap tirai penyekat pintu ruangan itu mampu menghalangi jalan masuk kami?" "Beranikah kau masuk ke dalam?" Tantang Kiu siang poo segera sambil tertawa sinis. "Siapa bilang tidak berani?" Sembari berkata dia siap menyingkap tirai pintu untuk menerobos masuk kedalam. Baru buru Liu Leng poo mencegah. "Ou lotiang, jangan sembarangan, hati-hati kalau diatas tirai tersebut telah dipoles racun."" "Biar ada racunpun tetap akan kuterjang!" Jawab kakek Ou dengan suara lantang. Begitu selesai berseru, tubuhnya segera melejit ketengah udara, lalu dengan kecepatan bagaikan hembusan angin dia menyingkap tirai di depan pintu dan langsung menerjang ke dalam ruangan. "Criing...crinngg..." Suara gemerincing nyaring bergema memecahkan keheningan, keempat perempuan berbaju hitam yang memakai topeng setan itu serentak meloloskan senjata garpu baja yang memancarkan cahaya biru dan masing-masing menyelinap di sisi kiri dan kanan Kiu siang poo untuk melindungi keselamatan nenek tersebut. Dengan telapak tangan disiapkan didepan dada, kakek Ou segera membentak; "Nenek siluman, keempat orang muridmu masih bukan tandinganku, lebih baik jangan suruh mereka menghantarkan kematiannya dengan percuma !" Mencorong sinar aneh dari balik mata Kiu siang poo yang berwarna hijau itu, ditatapnya wajah kakek Ou tanpa berkedip, sementara mulutnya mulai menghitung: "Satu dua tiga empat lima enam tujuh." "Hmm...permainan setan apa lagi yang hendak kau perlihatkan dihadapanku?" Jengek kakek Ou sambil tertawa keras penuh amarah. Tiba-tiba Kiu siang poo mengulapkan cakar setannya sambil membentak lirih; "Kalian segera mundur!" Keempat orang perempuan berbaju hitam itu serentak menarik kembali senjata garpunya kemudian mengundurkan diri ke posisinya semula.. Dalam pada itu Kiu siang poo telah menegur dengan perasaan terkejut bercampur keheranan: "Heran! Sungguh mengherankan! Padahal tirai mutiara ku ini terbuat dari mutiara berbisa, bagi orang awam yang tersentuh mutiara tersebut, ia pasti akan keracunan hebat dan jiwanya tak tertolong lagi, mengapa kau justru tetap sehat wal'afiat dan sama sekali tidak menunjukkan gejala keracunan?" Kakek Ou yang mendengar perkataan itu kontan saja tertawa terbahak babak, "Haa...haa...haa... selamanya aku paling tak kuatir terhadap racun, tentunya kau sudah percaya bukan sekarang..?" "Bagus sekali, kalau begitu coba sambutlah lagi tujuh buah pukulan maut dari si nenek!". Sambil membentak keras, telapak tangan kanannya segera diayunkan kemuka, segulung angin pukulan yang tak berwujud dan sama sekali tidak menimbulkan suara tahu-tahu meluncur kedepan dan mengancam tubuh kakek Ou. "Serangan yang sangat bagus!" Bentak kakek Ou keras-keras. Telapak tangan kanannya didorong ke muka sejajar dada, disambutnya serangan tersebut dengan keras lawan keras. Tatkala kedua gulung angin pukulan itu saling beradu satu sama lainnya, tubuh kakek Ou sama sekal tidak berkutik dari posisinya semula, sebaliknya Kiu siang poo yang masih berada disinggasana berbentuk teratainya itu kelihatan bergoncang keras, rambutnya yang merah pada berdiri kaku semua seperti landak, mendadak tangan kirinya diayunkan kembali melepaskan sebuah pukulan. Kakek Ou tidak berdiam diri saja, dia mengayunkan juga telapak tangannya untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan keras melawan keras. Sekali lagi Kiu siang poo mengayunkan tangan kanannya dan melepaskan sebuah pukulan. Kali ini kakek Ou mengayunkan tangan kirinya dengan cepat, angin pukulan yang sangat kuat segera menimbulkan suara desingan tajam yang memekikkan telinga. Gerak serangan dari Kiu siang poo benar-benar beraturan, sementara tangan kirinya melepaskan bacokan, tangan kanannya di tarik kembali, kemudian dikala tangan kanannya melancarkan serangan, tangan kirinya di tarik pula dengan cepat. Ditengah ayunan sepasang telapak tangannya itu. Dalam waktu singkat dia telah melancarkan tujuh buah serangan berantai. Dari ketujuh buah serangan ini, pukulan yang satu lebih berat dan mantap dari pada pukulan sebelumnya, lagipula didalam setiap serangan tersebut hampir semuanya mengandung kekuatan daya penghancur yang luar biasa, gelombang demi gelombang meluncur keluar tiada habisnya. Hingga mencapai serangan yang terakhir, tenaga serangan yang dilepaskan sungguh luar biasa dan tak terlukiskan dengan kata-kata, namun masih juga tidak menimbulkan sedikit suara pun. Setelah menerima dua buah serangan lawan secara beruntun, kakek Ou segera menyadari bahwa serangan hawa Im yang dilancarkan lawannya memiliki daya kekuatan yang amat jarang ditemui dalam dunia persilatan dewasa ini, diam diam ia menjadi terkejut bercampur keheranan. "Ilmu pukulan apaan yang telah dipergunakan oleh si nenek siluman ini? Padahal tenaga dalam yang dimilikinya tak mampu menandingi kemampuanku, tapi heran, mengapa tenaga serangan yang dilancarkan secara bergelombang ini justru mengandung kekuatan begitu dahsyat dan kuat? Ehmn... aku tak boleh memandangnya terlalu rendih!" Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia mengerahkan hawa sakti yang dimilikinya dengan sinar mata bekilat diawasinya wajah Kiu siang poo lekat-lekat, kemudian diiringi suara bentakan keras, sepasang telapak tangannya didorong ke muka secara beruntun menyusul serangan bergelombang lawan, ia sambut semua ancaman lawan dengan kekerasan. Begitu dia mengeluarkan tenaga dalamnya sebesar sembilan bagian, maka segera terlihat betapa dahsyatnya serangan itu. Angin pukulan yang dahsyat segera menyapu seluruh ruangan tengah itu, ditengah pusaran angin serangan yang maha dahsyat, terlihat ujung baju keempat perempuan berbaju hitam yang berdiri di tepi arena itu berkibar kencang, bahkan hampir saja mereka tak sanggup berdiri tegak. Selewatnya tujuh kali bentrokan keras itu, kuda-kuda kakek Ou kelihatan agak tergempur, tak kuasa tubuhnya terdorong mundur sejauh selangkah lebih. Sebaliknya rambut merah Kiu siang poo telah kusut dan terurai tak karuan, mukanya yang menyeramkan telah dibasahi oleh keringat sebesar kacang kedelai, seakan-akan semua sendi tulangnya sudah terlepas, ia jatuh terduduk diatas singgasana berbentuk teratainya dengan lemah, napasnya ngos ngosan dan keadaannya betul-betul mengenaskan. Tiba-tiba dari luar ruangan terkumandang datang suara bentakan keras disusul bergemanya beberapa kali suara benturan nyaring, tampaknya diluar sana telah terjadi pula suatu pertarungan yang seru. Kakek Ou bertindak cepat, bagaikan sambaran kilat cepatnya dia menerjang maju lagi kedepan, kemudian sambil mencengkeram ujung baju Kiu siang poo, serunya sambil tertawa keras "Haah...haah haah...nenek siluman..." "Criing...! Criiangg..,!" Ditengah suara gemerincingan nyaring, empat batang senjata garpu baja yang memancarkan sinar kebiruan meluncur kedepan dari empat arah yang berbeda dan langsuag menusuk-nusuk kakek Ou. Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek Ou menghadapi kejadian tersebut, dengan cepat dia mengangkat tubuh Kiu siang poo tinggi-tinggi, kemudian bentaknya dengan suara dalam. "Siapakah diantara kalian yang berani bergerak?" "Kalian mundur saja," Kata Kiu siang poo kemudian dengan lemas tak bertenaga. Mendengar perintah dari gurunya, mau tak mau keempat orang perempuan itu harus menarik kembali serangannya dan mengundurkan diri dari situ. Kembali terdengar Kiu siang po berkata. "Lo enghiong, harap kau lepaskan diriku dengan segera, aku si nenek ada rahasia penting yang hendak disampaikan kepadamu" "Tidak usah, tentunya kau sudah tahu bukan apa maksud dan tujuan kami memasuki lembah ini sekarang?" "Antara aku sinenek dengan kalian semua tak pernah terikat oleh dendam kesumat atau sakit hati apa pun, tentunya kedatangan kalian bukan dikarenakan hendak mencari aku si nenek bukan?" Kakek Ou segera tertawa. "Dugaanmu keliru besar, kedatangan kami kesini justru hendak mencarimu!" "Ada urusan apa kau mencari aku si nenek?" Tanya Kiu siang poo tercengang. "Tak usah banyak berbicara lagi, setelah kau terjatuh ketanganku, buat apa lagi kau mesti berlagak pilon?" "Tapi..aku sinenek betul-betul tidak mengerti!" "Bagus sekali, mari kita keluar dulu, kau pasti akan mengerti dengan sendirinya." Sambil mencengkeram ujung kerah bagian belakangnya dan menentengnya, kakek Ou segera melangkah keluar. Begitu tubuhnya terangkat, kakek Ou baru mengetahui bahwa sepasang kaki Kiu siang poo telah menjadi cacad dan tak mampu bergerak lagi, tanpa terasa dia mendengus dingin "Hey nenek siluman tua, sepasang kakimu toh sudah cacad, apa sih gunanya kau terbitkan keonaran sebesar ini bagi umat persilatan?" Kiu siang poo segera menghela napas panjang: "Aaai..sesungguhnya aku si nenek pun di paksa untuk berbuat demikian, jadi bukan atas dasar kehendakku sendiri.." Belum selesai perkataan itu diutarakan, tiba-tiba terdengar suara pekikan nyaring yang tinggi melengking bergema datang dari luar ruangan, menyusul kemudian terdengar seseorang kesakitan. Agaknya Liu Lang poo telah bertindak dengan melepaskan pisau terbang Hwee hong to nya. Ditinjau dari hal ini, dapatlah disimpulkan bahwa situasi diluar ruangan telah mencapai pada keadaan yang amat kritis. Kakek Ou yang berhasil membekuk pemimpin mereka saat ini tak banyak berbicara lagi, sambil menenteng tubuh Kiu siang poo, dia segera berjalan keluar. Keempat orang perempuan berbaju hitam yang melihat guru mereka sudah terjatuh ke tangan lawan, saat itu tak bisa banyak berkutik, terpaksa mereka hanya dapat mengikuti dibelakang kakek Ou. Dengan cepat kakek Ou sudah melangkah keluar dari balik tirai mutiara, dimana pandangan matanya memandang, tampak bayangan manusia telah saling berkelebat diluar ruangan, bayangan pedang cahaya golok saling bertarung satu sama lainnya, untuk beberapa saat sulit rasanya untuk membedakan mana musuh dan mana teman. Tanpa terasa dengan suara yang keras bagaikan geledek, dia membentak nyaring; "Semuanya berhenti". Suara bentakan itu bagaikan auman singa yang amat dahsyat, seketika itu juga menggetarkan gendang telinga para jago yang berada dalam arena tersebut, gelombang suara yang mengalun tiada hentinya, membuat semua orang yang hadir sama-sama menjadi tertegun. Sembari mengangkat tubuh Kiu siang poo tinggi tinggi ke udara, Kakek Ou berseru dengan lantang; "Kiu siang poo si siluman tua telah berhasil kutawan, apakah kalian belum bersedia melepaskan senjata untuk menunggu hukuman?" Orang-orang dari pihak lawan kelihatan cuma tertegun sejenak, kemudian diiringi pekikan nyaring, kembali mereka melancarkan serangan yang dahsyat. Kakek Ou menjadi amat gusar setelah menyaksikan kejadian ini, kembali bentaknya, "Hey nenek siluman tua, ayoh cepat suruh mereka hentikan serangan tersebut!" "Kau keliru besar lo enghioag" Kata Kiu siang poo setengah mengeluh. "mereka bukan anak buah aku si nenek, bagaimana mungkin mereka bersedia menuruti perkataanku?" "Apa? Mereka semua bukan anak buahmu?" Tanya kakek Ou dengan perasaan keheranan. Kiu siang poo segera tertawa getir; "Bukan, terus terang saja aku katakan, aku si nenek pun sesungguhnya dipaksa orang untuk datang kemari" "Siapakah yang telah memaksamu kemari?" Kakek Ou semakin keheranan lagi setelah mendengar ucapan itu. "Siau cu hujin!" "Nyonya siau cu?" Begitu kata-kata tersebut melintas dalam pendengaran kakek Ou, dia menjadi semakin tertegun lagi, tanyanya kemudian dengan nada tercengang: "Jadi dia bukan anak muridmu?" "Bukan! Biarpun perempuan ini masih muda usia, namun sangat ahli didalam menggunakan racun, aku sendiripun tidak mengetahui asal usulnya" Kakek Ou menjadi setengah percaya setengah tidak sesudah mendengar perkataan ini. Dia termenung sejenak, lalu sorot matanya yang tajam dialih ke sekeliling tempat itu dan memperhatikannya sekejap.. Dengan cepat ia berhasil mengetahui bahwa posisi pihaknya sudah amat kritis, boleh dibilarg situasi pertarungan yang amat seru ini telah dikuasai lawan, ini berarti dia dipaksa untuk turun tangan guna menolong situasi yang rawan ini. Padahal dia sedang menguasahi Kiu siang poo waktu itu jelas nenek siluman itu tak bisa dilepaskan dengan begitu saja, atau paling tidak harus ada jagoan yang memiliki kepandaian agak tangguh untuk menjaganya, dengan begitu dia baru bisa turun tangan dengan tenang. Sekali lagi dia perhatikan situasi dalam arena posisi lawan segera terlihat lebih jelas lagi, ternyata orang-orang yang bermunculan dipihak lawan sekarang ini hampir semuanya dia kenal.. Orang yang sedang bertarung melawan Kam Liu cu saat ini adalah dua sesepuh dari Tok kiam, tentu saja kedua orang ini datang ke situ bersama-sama Kiu tok kaucu, tapi mengapa mereka berdua justru malahan membantu pihak lawan? Tidak, bila ditinjau dari sikap mereka yang membungkam terus dan maju menyersag musuh tanpa memperdulikan keselamatan jiwa sendiri, dapat disimpulkan kalau kesadaran otak mereka telah punah. Untuk menghadapi kedua orang manusia tersebut, kendatipun Kam Liu cu tidak sampai menderita kalah, namun kelihatan sekali kalau dia amat kepayahan. Mereka bertiga sama-sama bertarung dengan mengerahkan segenap tenaga yang dimiliki, setiap gerakan tangan ataupun kaki hampir semuanya membawa deru angin serangan yang kuat dan dahsyat, situasinya betul-betul amat gawat. Sebaliknya orang yang bertarung melawan Liu Leng poo adalah si pendeta asing Ci kong siansu, orang ini mengandalkan ilmu Tek jiu eng nya yang maha dahsyat untuk meneter musuhnya, setiap bacokan serta ayunan tangannya selalu membawa daya serangan bagaikan kapak raksasa yang hendak membelah bukit. Namun permainan pedang dari Liu Leng poo juga luar biasa sekali, dimana cahaya pedangnya berkelebat, semua serangan lawan berhasil dipunahkan dengan begitu saja, malahan posisinya sedikit berada diatas angin. Musuh yang dihadapi Wi Tiong hong adalah congkoan pasukan pedang berpita hijau dari Ban kiam hwee, si sastrawan pemeluk pedang Buyung Siu, sedangkan musuh Cho Kiu moay adalah Raja langit kedua Siang Bu ciu sebaliknya So Siau hui bertarung melawan serigala kuning bercakar racun Siu it hong. Mereka semua berhasil menempati posisi yang menguntungkan. Lawan tangguh dari Ma koan tojin adalah Hek sai sengkun Seh Thian yu, tosu itu sempat kewalahan dan terdesak dibawah angin. Liong Hiang kun, Lak jiu Im eng Thio Man dan sipena baja Tam See hua tiga orang bekerja sama menghadapi lima belas orang lelaki itu hampir semuanya terdiri dari kekuatan inti selat Tok seh sia. Bisa dibayangkan betapa kritisnya keadaan ketiga orang itu dalam menghadapi kepungan ketat dari lawan-lawannya, boleh di bilang pada waktu itu mereka bertiga sudah kelabakan setengah mati dan jiwanya terancam bahaya maut. Begitu menyaksikan keadaan didepan mata. Kakek Ou segera membentak dengan suara rendah, "Hey nenek siluman tua, bila kau menginginkan pembebasan diriku, sekarang telah muncul kesempatan baik bagiku" "Apakah kau menginginkan kerja samaku dengan kalian?" Tanya Kiu siang poo dengan suara yang tinggi melengking. "Benar, apakah kau bersedia?" Kiu siang poo segera menjerit lengking dan tertawa terkekeh-kekeh dengan suara yang tak sedap didengar, sahutnya. "Semenjak tadi aku memang sudah mempunyai maksud untuk berbuat demikian" "Bagus sekali, sekarang pun belum terlalu lambat, perintahkan kepada ke empat orang muridmu sekarang juga untuk terjun ke arena dan menghadapi kelima belas orang lelaki berbaju hitam dari selat Tok seh sia itu" "Apakah perkataanmu dapat dipercaya?" Kakek Ou segera tertawa terbahak-bahak "Haah., haahh...haahh... perkataan dari Ou swan lebih berat daripada bukit karang, apa yang telah kuucapkan, tentu saja tak akan kuingkari kembali" "Aaah, jadi kau adalah panglima sakti berlengan emas yang menjaga pintu langit selatan dari perguruan Lam hay bun, Ou Swan?" Seru Kiu siang poo amat terperanjat. "Benar, akulah orangnya!" "Baik, aku percaya dengan ucapanmu!" Sahut Kiu siang poo tanpa berpikir panjang lagi. Begitu selesai berkata, dia segera berpaling kearah keempat orang perempuan berbaju hitam itu dan berseru: "Kemarilah kalian semua, tangkap kelima belas orang kuku garuda dari selat Tok seh sia itu!" Keempat orang perempuan berbaju hitam itu segera memberi hormat untuk menerima perintah, kemudian bagaikan empat buah asap hitam yang ringan, serentak mereka menerjang masuk kedalam arena pertempuran. "Sekarang, tentunya kau dapat menurunkan aku bukan?" Ucap Kiu siang poo kemudian. Kakek Ou segera tertawa. "Kau tak usah kuatir, setelah aku berjanji akan membebaskan dirimu, tentu saja aku tak akan mengingkari janji, cuma untuk sementara waktu terpaksa aku akan menyiksa mu sebentar, bila aku telah merobohkan kawanan cecunguk itu, pasti akan kubebaskan dirimu" Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Begitu selesai berkata, sambil menenteng tubuh Kiu siang poo, dia segera meluncur ke tengah udara dan menghampiri Ma koan tojin yang sedang keteter. Belum lagi tubuhnya tiba ditempat sasaran, dari tengah udara ia sudah melepaskan sebuah pukulan dahsyat langsung menghantam tubuh Hek sat seng kun Seh Thian yu. -oo0dw0oo- Jilid 27 HEK SAT SENG KUN SEH THIAN Adalah jagoan yang termasuk dalam urutan empat raja langit, sekalipun kesadaran otaknya sekarang telah lenyap (perlu diketahui, segenap jago dari Tok seh sia telah berada dalam keadaan kehilangan kesadaran pikirannya) namun ilmu silatnya masih tetap utuh. Ketika secara tiba-tiba ia melihat datangnya sesosok bayangan tubuh yang meluncur ke arahnya, bahkan mengikuti terjangan itu terasa datangnya segulung angin pakulan maha dahsyat yang mengancam keselamatan jiwanya, cepat-cepat dia menjejakkan kakinya ke atas tanah dan segera menyingkir kesamping, Dengan cepatnya pula kakek Ou melayang turun ke atas tanah, kepada Ma koan tojin segera ujarnya "Ma koan toheng, si nenek ini telah menyatakan kesediaannya untuk bekerja sama dengan kita, untuk sementara waktu kuserahkan kepadamu" Sebelum Ma koan tojin memahami maksud perkataan itu kakek Ou telah melepaskan Kiu sing ang po dan melejit kembali ke tengah udara dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Dia langsung mengejar kebelakang tubuh Seh Thian yu lalu telapak tangannya diayunkan kemuka menghantam tubuh orang tersebut. Seh Thian yu berusaha keras untuk menghindarkan diri, sayang keadaan sudah terlambat, tahu-tahu tubuhnya sudah dicengkeram dan diangkat ketengah udara oleh kakek Ou bagaikan elang yang menangkap anak ayam, menyusul kemudian tangan kirinya diayunkan ke atas tubuhnya untuk menotok jalan darah, serta merta Seh Thian yu tertotok telak dan terlempar ke atas tanah. Kakek Ou tidak berdiam sampai disitu saja, tubuhnya segera berputar cepat dan melesat ke depan dengan menempel di atas tanah, dia langsung menyergap ke belakang tubuh si Serigala kuning bercakar racun Siu It hong kemudian jari tangannya disodokkan ke depan. Sesungguhnya So Siu hui adalah putri kesayangan dari ketua Lam hay bun yang memiliki ilmu pedang sangat hebat, namun sayang sebagai anak perempuan tenaga dalamnya sangat terbatas. Walaupun pedang yang digunakan adalah pedang mestika yang tajam, namun dia tak mampu memapas putus cakar serigala beracun dari lawannya Waktu itu paras mukanya telah berubah menjadi pucat pias sementara napasnya tersengkal sengkal Ketika secara tiba-tiba menyaksikan kakek Ou meluncur datang dengan kecepatan luar biasa, hatinya menjadi kegirangan, cepat-cepat dia berseru : "Ooooh, empek Ou..." "Budak cilik, kau tak perlu berteriak lagi, percuma kau memanggil-manggil kakekmu..." Jengek serigala kuning bercakar racun sambil tertawa seram. Akan tetapi sebelum perkataan itu selesai diucapkan, ia sudah mengeluh kesakitan punggungnya terhajar oleh serangan totokan jari hingga tak ampun lagi tubuhnya roboh terjengkang ke atas tanah.... So siau hui mendengus dingin, memanfaatkan kesempatan baik itu dia mengangkat pedangnya dan langsung ditusukkan keatas ulu hati lawan. Cepat-cepat kakek Ou menangkis serangan dari nona itu, kemudian serunya : "Jangan kau bunuh, mereka tak lebih hanyalah orang-orang yang telah kehilangan kesadaran pikirannya" "Tapi aku merasa amat mendongkol terhadapnya...." Seru So Siau hui sambil cemberut. "Lebih baik nona istirahatlah sejenak." "Tidak usah" Tampik So Siau hui sambil menyeka keringat dari wajahnya. "aku tidak lelah, aku akan membantu Wi sauhiap." "Untuk menghadapi congkoan dari pasukan pedang berpita hijau Buyung Siu, kita hanya boleh menangkapnya hidup-hidup dan tak boleh sampai salah tangan sehingga melukainya, silahkan nona beristirahat, serahkan saja orang-orang itu kepada budak tua untuk dibereskan.." Menyusul perkataan itu, tubuhnya berputar kencang bagaikan sebuah gasingan, jari tangannya disentilkan berulang kali melancarkan serangkaian totokan udara kosong. Dua buah serangan jari di antaranya secara terpisah menyergap tubuh Buyung Siu serta Siang Bu ciu berdua. Lawan dari kedua orang ini adalah Wi-Tiong hong serta Cho Kiu moay, saat itu mereka sedang bertarung dengan kecepatan luar biasa, diantara kilauan cahaya pedang, suara benturan nyaring bergema tiada hentinya. Ditengah pertarungan yang sedang berlangsung sengit itulah tahu-tahu bergema dua kali suara dengusan tertahan, si sastrawan pemeluk pedang Buyung Siau dan Raja langit kedua Siang Bu ciu segera roboh terjengkang ke atas tanah. Sebagaimana diketahui, Wi Tiong hong serta Cho Kiu moay berdua telah kehilangan kesadaran pikirannya karena pengaruh obat. Saat itu mereka hanya tahu tunduk dan menuruti perkataan Liu Leng poo seorang.... Begitu kedua orang lawan sudah roboh, tanpa pikir panjang lagi mereka segera membalikkan badannya, kemudian ketika melihat Liu Leng poo sedang bertarung melawan seorang, serentak mereka berpekik penuh kegusaran kemudian serentak menerjang ke arah si pendeta asing Ci kong siansu. Kakek Ou yang melihat kejadian ini, diam-diam menghela napas panjang, gugamnya, "Aaaaa, sungguh tak kusangka bubuk pembingung sukma buatan si raja langit bertangan beracun Liong Cay thian memiliki daya kerja yang begitu hebat!" Tanpa menghentikan gerakan tubuhnya lagi dia membentak keras-keras : "Kam lote aku datang membantumu!" Kam Lu cu yang harus bertarung melawan Tok kiu ji lo memang merasa kepayahan, mendengar seruan itu, cepat-cepat dia berseru keras : "Kesadaran pikiran mereka sudah hilang semua" Kakek Ou tertawa. "Jangan kuatir, aku telah melihatnya sendiri tadi" Dengan suatu gerakan cepat dia menyelinap masuk ke dalam arena, kemudian telapak tangannya diayunkan ke depan dan menyambut bacokan yang sedang dilancarkan kakek bertubuh ceking itu. Ketika si kakek ceking itu melihat datangnya musuh lain, tanpa berpikir panjang dia lanjutkan ancaman itu kearah lawan. "Blaaammm.....!" Ketika dua gulung angin pukulan saling bertemu satu sama lainnya, segera terjadilah suara benturan keras yang memekikkan telinga, akibatnya timbul pusaran berpusing yang memancar keempat penjuru, keadaannya menjadi amat mengerikan. Dengan sepasang mata merah membara, kakek ceking itu terdorong mundur sejauh delapan depa lebih, rambutnya yang berwarna keperak-perakan berdiri kaku semua bagaikan landak, tubuhnya bergetar keras, agaknya ia sedang menahan gelora amarah yang luar biasa. Kakek Ou mendesis dingin, bukannya mundur dia malah mendesak maju lebih ke depan, mengikuti gerakan mana ia mendesak lebih kedepan langsung menuju kehadapan kakek ceking itu. Sementara itu telapak tangan si kakek ceking itu sudah berubah menjadi merah membara seperti api, ketika melihat musuhnya mendesak lebih mendekat, serta merta dia mengayunkan tangannya menghajar bahu kakek Ou telah menyodokkan jari tangannya menghajar jalan darah Hian ki hiatnya. Kakek ceking itu sama sekali tak ambil perduli, bukannya menghindarkan diri dari ancaman yang tiba, dia justru mengerahkan ilmu pakulan Kiu yang tok ciangnya untuk menghajar bahu kakek Ou. "Blaaammm!" Serangan itu bersarang telak dan menghantam tubuh kakek Ou sambil mencelat dan bergetar keras. Akan tetapi totokan jari tangan kakek Ou atas jalan darah Hian ki hiat ditubuh kakek ceking itupun bersarang telak, tak ampun kakek itu segera roboh terduduk. Dipihak lain, sipendeta asing Ci kong siansu yang harus menghadapi serangan gabungan dari Wi Tiong hong serta Cho Kiu moay telah berada dalam keteter hebat, menggunakan kesempatan itu Liu Leng poo segera turun tangan menotok jalan darahnya Sedangkan kelima belas orang lelaki berbaju hitam itupun berhasil dikuasai semua oleh keempat perempuan berbaju hitam anak buah Kiu siang poo. Dengan demikian, didalam ruangan depan tinggal Kam Lui cu dan seorang kakek cebol saja yang masih bertarung sengit Si kakek cebol itu dengan mengandalkan sepasang telapak tangannya yang hitam pekat seperti tinta melepaskan serangkaian pukulan Kiu im tok ciang dengan hebatnya angin serangan yang menderu-deru terasa amat memekikkan telinga. Berulang kali Kam Liu cu merubah jurus serangannya, sepintas lalu kelihatan sangat ganas tapi dia justru tetap mengatur penjagaan penyerangan secara jitu dan tepat, Tapi berhubung ilmu silat yang dimiliki lawannya kelewat tangguh, maka walaupun dia telah berhasil merebut posisi di atas angin, tetap bukan pekerjaan yang mudah baginya untuk meringkus lawannya yang satu ini. Pertarungan kembali berlangsung sampai berapa puluh gebrakan, namun posisinya tetap seimbang, keadaan tidak banyak mengalami perubahan seperti semula. Kakek Ou yang kebetulan telah merobohkan si kakek ceking, tanpa berpaling lagi segera mengayunkan tangan kenannya dan mendekati kakek cebol itu dari belakaeg, serangkaian totokan udara kosong di lancarkan secara beruntun. Kakek cebol itu membalikkan tubuhnya, ketika menyaksikan kakek Ou menerjang mendekat dia sangat terkesiap dan segera melompat mundur sejauh beberapa depa untuk menghindarkan diri dari datangnya ancaman tersebut. Melihat hal ini, si kakek Ou segera tertawa keras : "Heeehhh..heeehh..heeehhh..kau anggap seranganku ini bisa kau hindari?" Tangan kanannya segera menyambar ke depan dan mengancam bahu kakek cebol itu, sementara tangan kirinya secara tiba-tiba melepaskan sebuah pukulan. Dengan kecepatan kakek cebol itu menghindar selangkah ke samping untuk meloloskan diri dari cengkeraman kakek Ou kemudian sambil membalikkan badan, tangan kanannya balas melepaskan sebuah pukulan untuk menyongsong datangnya ancaman tangan kiri kakek Ou tersebut. "Blaaaaamm,.!" Sepasang telapak tangan itu saling berada satu sama lainnya dan menimbulkan suara benturan yang amat kerat. Kakek Ou segera mendorong tangan kirinya ke depan seraya membentak keras : "Kam lote, sambutlah ini !" Begitu dia melakukan dorongan, tubuh kakek cebol itu persis terdorong kehadapan Kam Liu cu. Si kakek cebol itu tak sanggup untuk menahan diri lagi, dengan sempoyongan dia mundur sejauh enam tujuh langkah ke belakang dan menerjang kehadapan tubuh Kam Liu cu. Tentu saja Kam Liu cu mengerti, kakek Ou memang sengaja berbuat demikian agar dia tidak kehilangan muka. Karena itu tidak menunggu sampai si kakek cecol tersebut mendekati tubuhnya, jari tangannya telah diayunkan ke depan serta menotok jalan darah dibelakang tubuhnya. Dengan ditaklukkannya segenap musuh yang menyerang datang, pertarungan sengit yang semula berlangsung di depan pelataran pun akhirnya terhenti juga. Kiu siang poo yang tertotok jalan darahnya dan masih duduk bersila diatas tanah, segera manggut-manggut seraya memuji : "Ehmmmm, tampaknya nama besar si Panglima sakti berlengan emas yang menjaga pintu langit selatan memang bukan nama kosong belaka." "Haaahhh! haaaaahhh..haaaahh...apakah kau berharap aku bersedia membebaskan dirimu?" Seru kakek Ou sambil tertawa tergelak. "Benar, apakah kau masih mempunyai syarat lainnya?" Kakek Ou segera menuding ke arah orang-orang yang berada dibelakangnya, lalu berkata : "Orang orang itu semua telah kehilangan kesadarannya karena terluka ditanganmu, bagaimana pun juga aku harus memberikan pertanggungan-jawabnya bukan?" Mendorong sinar tajam dari balik mata Kiu siang poo setelah tertawa tajam dengan suaranya yang melengking, dia berkata, "Andaikata mereka terpengaruh oleh ilmu pembetot sukmaku, sudah sejak tadi oraag orang tersebut menuruti perkataanku!" Liu Leng poo segera tertawa dingin . "Terbukti kalau mereka kehilangan pikiran dan ingatannya karena jalan darah Nau juang hiat pada benak terluka oleh Ciang Liong ci, selain kau, siapa lagi manusia di dalam dunia persilatan saat ini yang memiliki ilmu sesat seperti itu?" Kiu siang poo tetap menggelengkan, kepalanya, "Ciang liong ci maksudmu?" Dia berseru. "Aku sama sekali tidak mengerti apa yang disebut Ciang liong ci itu?" Dengan kening berkerut Liong Hiang kun mendengus, serunya : "Enci Liu kau jangan percaya dengan perkataannya itu!" Tapi kakek Ou segera menyela : "Tampaknya sih memang bukan perbuatannya!" Liu Leng poo mengangkat kepalanya seraya berpaling, kemudian tanyanya : "Maksud totiang, orang yang menggunakan ilmu jari Ciang liong ci tersebut adalah orang lain?" Kakek Ou manggut manggut. "Kiu siang poo mengaku kalau dia sendiripun berada dibawah pengaruh orang lain. Aku pikir perkataannya ini bisa jadi ada betulnya juga.." "Tapi siapakah orang itu?" "Aku sendiripun tidak tahu siapakah orang itu" Ucap Kiu siang poo. "Dia mengaku sebagai Siau cu hujin, ahli dalam menggunakan racun, aku dan keempat orsng muridku sudah diracuni semua olehnya" "Siau cu hujin?" Seru Liu Leng poo terkejut. "dia.." Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba dari dalam ruangan sudah berkumandang datang suara gelak tertawa seseorang, menyusul kemudian terdengar suara seorang perempuan menjawab "Apakah kalian menganggap setelah berhasil membekuk Kiu siang poo, kemudian tak ada urusan lagi!" Liong Hung kun merasakan sekujur tubuhnya bergetar keras, tiba-tiba saja ia menjerit lengking. "Perempuan siluman itulah yang mengaku sebagai Siau cu hujin, perempuan siluman, itulah biang keladinya...." Pelan pelan tirai mutiara disingkap orang kemudian muncul seorang perempuan berambut panjang, bergaun panjang yang berdandan sebagai seorang perempuan keraton, Didalam genggamannya dia memegang sebuah senjata Giok ji gi berwarna hitam, wajahnya cantik rupawan dan kelihatan anggun. Didepan tubuhnya berjajar delapan orang kakek berbaju abu-abu yang semuanya berwajah dingin dan kaku, dalam genggaman mereka masing masing memegang sebuah gendawa kecil berwarna emas yang diatasnya telah dipersiapkan anak panah dan itu tujukan kesemua jago yang berada dalam ruang depan. Kakek Ou memperhatikan sekejap perempuan itu lalu bertanya : "Kaukah yang bernama Siau cu hujin?" Siau cu hujin tertawa dingin : "Heeebhh.heeehhh...heeehhh...kalian semua telah berada di tengah perangkap, menurut pendapatku lebih baik kalian menyerah saja untuk dibelenggu." "Haaaahhh.haaahhh..haaahhh.." Kakek Ou tertawa tergelak. "kedatanganmu sangat kebetulan, kami memang sedang mencari dirimu". "Hmmm, kalian tak usah tekebur dulu. Coba tengok dulu keadaan dibelakang kalian fikir dulu apakah masih ada jalan mundur yang lain...?" Tak kuasa lagi semua orang berpaling di luar pintu bentuk bulat itu terdapat pula sebuah ruangan yang sangat lebar. Waktu itu empat orang kakek berjenggot putih berbaju hijau berdiri dimuka ruangan tersebut sementara dalam genggaman mereka masing masing memegang sebutir benda berbentuk bulat yang besarnya seperti telur itik dan berwarna hitam berkilauan. Sambil tertawa terbahak-bahak kakek Ou segera berseru : "Haaahhh.. haaahh.. haaahhh.. kalau cuma barisan semacam ini sih hanya bisa menakut-nakuti bocah yang berusia tiga tahun saja" "Empek tua" Seru Liong Hiong kun dengan wajah memucat. "mereka adalah Lu leng pat kong" "Lantas kenapa? Apakah mereka sangat lihay?" Dengan suara rendah Liong Hiang kun berkata : "Benda yang berada dalam genggaman Pat kong adalah delapan lembar busur emas berpanah racun, benda itu merupakan senjata manunggal dari Lim ciangkun, seorang tokoh penting dari suku Biu dimasa lalu, apabila anak panah itu dibidikan ke tengah udara maka bubuk beracun yang tergesek oleh udara akan meletus dan segera menyebarkan bubuk tersebut keseluruh angkasa, setiap makhluk yang terkena sedikit saja bubuk beracun itu, maka kulit tubuhnya akan membusuk dan akhirnya leleh menjadi gumpalan air berwarna kuning." "Sebaliknya benda yang berada di tangan Su leng adalah peluru sakti api beracun Kiu thian sip teeh, daya pengaruhnya amat dahsyat, cukup sebutir saja sudah dapat membakar hangus kita semua" Siau cu Hujin yang mendengar perkataan itu segera tersenyum, segera ujarnya "Adik kecil, perkataanmu memang benar. Nah tentunya kalian semua telah mendengar bukan, asal kuturunkan perintah, jangan harap kalian semua dapat meloloskan diri dalam keadaan selamat" Liong Hiang kun mendengus dingin, tiba-tiba dia tampilkan diri kedepan lalu berseru dengan suara melengking; "Su leng pat kong, kalian telah banyak tabun mengikuti ayahku, kini ayahku telah mati dicelakai oleh siluman perempuan itu mengapa kalian tidak membalaskan dendam bagi kematian ayahku, sebaliknya malah menuruti perintah dari siluman perempuan itu?" Kedelapan orang kakek berbaju abu-abu itu tetap membungkam diri dalam seribu bahasa, bibirnya diturunkan kebawah, matanya memancarkan sinar yang dingin dan menyeramkan, wajahnya kaku tanpa emosi, terhadap ucapan dari Liong Hiang kun tadi sikapnya acuh tak acuh seperti sama sekali tidak mendengar perkataan itu. Sambil tertawa Siau cu Hujin berkata lagi. "Adik cilik, kau jangan berbicara sembarangan, kalau ingin mengetahui siapakah pembunuh ayahmu maka adalah Tong hujin, mereka berempat saling beradu racun di ruang depan sehingga keracunan dan tewas, sampai sekarang pun jenasah mereka belum tergeser dari posisinya semula, bagaimana mungkin kau menuduh akulah pembunuhnya?" "Sebenarnya siapakah kau?" Tiba-tiba Liu Leng poo menegur. "sesungguhnya apa maksud dan tujuanmu dengan perbuatan semacam ini?" Siau cu Hujin tertawa merdu: "Akulah Siau cu hujin! Asal kubantai kalian semua hingga mati, maka tiada orang dalam dunia persilatan dewasa ini yang sanggup memusuhi kami lagi" Kakek Ou memperhatikan sekejap busur kecil berwarna emas yang berada ditangan kedelapan orang kakek berbaju abu-abu itu, bibirnya nampak berkemak kemik lirih, dengan ilmu menyampaikan suara bisiknya. "Nona Liu, ajaklah dia berbincang-bincang aku akan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menyergap serta membekuknya" Tiba-tiba Siau cu hujin memutar matanya yang jeli, kemudian tertawa dingin : "Hey tua bangka, kunasehati kepadamu lebih baik jangan mempunyai pikiran sinting, barang siapa berani bertindak gegabah maka dibawah serangan ke delapan busur emas bubuk beracun itu, tak seorangpun diantara kalian yang akan lolos dalam keadaan selamat..." Belum selesai perkataan itu diutarakan, mendadak dia mendongakan kepalanya sambil membentak : "Siapa di situ...." Tampak sesosok bayangan manusia berkelebat masuk dari ruang depan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, semua orang cuma merasakan berdesingnya angin tajam melewati atas kepala, namun tidak jelas wajah bayangan manusia itu. Baru saja perkataan "Siapa disitu" Meluncur dari bibir Siau cu Hujin, tubuhnya telah meluncur pula keluar ruangan bersamaan dengan kedatangan bayangan manusia tadi. Tubuhnya yang melayang ditengah udara bergerak dengan gerakan yang sangat indah dan luwes, seolah-olah sedang menari saja disitu. Ternyata Siau cu hujin adalah anggota dari partai laba-laba dalam sakunya selalu tersedia seutas benang tipis yang dapat membuatnya terhenti ditengah udara. Tapi kalau diamati dengan lebih seksama lagi, terasa gerakan itu bukan seperti menari, namun lebih mirip dengan gerakan meronta. Semua peristiwa ini berlangsung dalam waktu singkat, sementara orang yang menerobos masuk lewat pintu bulat itu sudah melayang turun keatas tanah, ternyata dia adalah seorang nona berbaju hijau. Didalam genggamannya tampak membawa sebuah tongkat bambu yang tipis lagi panjang, pada ujung tongkat bambu tadi terikat seutas benang tipis, bentuknya mirip sekali dengan alat pengail nelayan, dan saat itu gadis tersebut telah berhasil mengail tubuh Siau cu hujin sehingga tergantung ditengah udara. Keadaan Siau cu hujin tak ubahnya seperti ikan yang kena terkail, dia masih mencoba untuk meronta di tengah udara, namun tak pernah berhasil melepaskan diri dari rontaan tersebut Kejut dan gembira Liu leng poo segera berseru: "San sumoay !" Ternyata gadis berbaju hijau itu tak lain adalah Liok Khi yang telah pergi mengikuti si kakek pengail dari telaga sorga itu. Bila ditinjau dari kemampuannya mengail Siau cu hujin sebelum semua orang sempat melihat wajahnya, dapatlah diketahui bahwa dalam berapa bulan yang begitu singkat, dia telah berhasil mewarisi semua kepandaian yang dimiliki si kakek pengail dari telaga sorga. Sementara itu Liok Khi telah mengerakkan alat pengailnya seraya berseru. "Toa suheng, cepat disambut!" Keadaan Siau cu hujin waktu itu tak ubahnya seperti seekor ikan duyung, mengikuti seruan tadi, tubuhnya langsung meluncur kehadapan Kam Siu cu dan... "Blaaammmm.,!" Tubuhnya terbanting keras keras diatas tanah. Kam Liu cu tak berani berayal lagi, dengan suatu langkah cepat dia maju kemuka dan segera menotok jalan darahnya. Liong Hiang kun juga segera menggetarkan pedangnya sambil menyerang ke muka, serunya sambil menggertakan giginya kencang-kencang. "Siluman perempuan, kau tentunya tak pernah menduga bukan bakal terjatuh ketanganku !" Liu Leng poo segera menghalangi perbuatannya itu sambil berbisik dengan ilmu menyampaikan suara. "Nona Liong, jangan berbuat begitu, banyak orang-orang kita yang telah terluka oleh ilmu totokan Ciang liong ci-nya, untuk melepaskan lonceng harus dicari yang mengikatnya. Ilmu totokan jalan darah semacam ini hanya dia yang sanggup membebaskannya" Dalam pada itu Siau cu hujin yang jalan darahnya tertotok telah berkata sambil tertawa terbahak-bahak: "Dengan nyawa ku dapat ditukar dengan begitu banyak nyawa kalian, kalau di hitung hitung aku sama sekali tidak rugi!" "Hujin!" Mendadak Kiu siang poo menjerit lengking, "mungkin kau tidak pernah menyangka bukan bahwa aku pun berada di sini?" "Sekalian pun kau berada di sini, lantas apa bedanya?" Jengek Siau cu hujin dingin. "Andaikata hujin terjatuh ke tangan mereka, mungkin tak akan menemukan cara yang terbaik untuk membuatmu mati tak bisa hidup pun tak dapat, tapi bagi aku si nenek beraneka ragam cara yang kupahami dan aku kuasahi" "Nenek sialan, kau harus mengerti bahwa kaupun keracunan, dan racun tersebut aku lah yang mengendalikan, saat ini juga aku dapat membuat racun itu bekerja secara merenggut nyawamu." Dengan cakar elangnya Kiu siangcu poo mengayunkan tangannya kedepan, manusia berkata lagi sambil tertawa seram. "Sekalian racun itu mulai bekerja didalam tubuhku, dengan dasar tenaga dalam yang kumiliki aku percaya paling tidak masih sanggup bertahan selama satu dua jam lamanya, sebaliknya bila kuayunkan tanganku ini maka aku akan melepaskan ilmu Kiu thian lian hun sut atas tubuhmu yang membuat kau menderita dan tersiksa hebat selama empat puluh sembilan bari.." Tentu saja Siau cu Hujin cukup mengetahui tentang kemampuan dari Kiu siang poo, paras mukanya kontan saja berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, segera bentaknya sambil menyeringai seram: "Kalian jangan keburu merasa bingung dulu bila kuturunkan perintah maka aku masih bisa beradu jiwa dengan kalian semua" "Heeehhh....heeeahh..heeehhh...perkataan mu itu tak bakal bisa menggertak aku si nenek" Jengek Kiu siang poo sambil tertawa lengking. "Kini jalan darahmu telah tertotok, dengan menggunakan benda apakah kau akan memberi perintah kepada mereka?" Kemudian sambil berpaling kearah Liu-Leng poo katanya lagi : "Harap nona Liu menggeledah sakunya, dia mempunyai sebuah sumpritan yang terbuat dari batu kemala hitam, dengan benda itulah dia memberi perintah kepada orang-orang yang kehilangan pikiran serta kesadarannya itu." Jalan darah Siau cu hujin sudah tertotok waktu itu hingga keempat anggota badannya tak mampu bergerak, maka diapun tak bisa berbuat apa-apa sewaktu Liu Leng poo menggeledah sakunya serta mengeluarkan sebuah sumpritan yang terbuat dari batu kemala hitam. Dengan sepasang mata yang melotot besar penuh pancaran sinar marah dan benci, siau cu hujin mengawasi wajah Kiu siang poo lekat lekat, namun mulutnya terbungkam dalam seribu bahasa. Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sementara itu Kam Liu cu telah berkata. "Nona telah terjatuh ketangan kami, asalkan kau bersedia bertobat serta kembali kejalan yang benar, maka kamipun tidak akan mencelakai jiwamu." "Dengan cara apa kalian minta aku bertobat?" Tanya Siau cu hujin dengan suara dingin, "Cukup bagi nona untuk membebaskan jalan darah semua jago yang tertotok oleh ilmu Ciang Liong ci yang mengakibatkan mereka kehilangan kesadarannya itu, kami pun akan segera membebaskan pula dirimu." Ooo~^DewiKZ^Aditya^aaa^~ooo "Lebih baik kalian bunuh saja diriku!" Kata Siau cu hujin. "Heeee....hee....heee , kau betul-betul tidak takut mati?" Jengek Liu Leng-poo sambil tertawa dingin. Siau cu hujin mengangkat kepalanya serta menengok sekejap kearah Liu Leng poo, kemudian berkata : "Aku toh sudah menerangkan, aku haaya mampu menotok jalan darah seseorang dengan ilmu Ciang liong ci, namun tidak mengetahui bagaimana caranya untuk membebaskan, apa yang bisa kuperbuat bila kalian semua tak mau percaya?" "Selain kau, siapa lagi yang mampu membebaskan pengaruh totokan tersebut?" Tanya Kam Liu cu. "Tentu saja ada orang yang mampu." "Siapakah dia?" "Aku sendiripun tak mengetahui siapakah dia? Sebab dia hanya mengajarkan ilmu menotok dengan Ciang Liong ci." "Kalau begitu, kaupun bukan otak yang menjadi pimpinan sesungguhnya ditempat ini?" Desak Liu Leng poo dengan kening berkerut. Siau cu hujin segera menundukkan kepalanya rendah-rendah : "Bila aku harus bicara sejujurnya, bisa ku jelaskan bahwa akupun bukan pemimpin yang sesungguhnya dari lembah ini." "Kau sebagai Siau cu hujin, paling tidak tentu mengetahui sedikit banyak tentang identitas orang tersebut?" Siau cu hujin menggelengkan kepalanya berulang kali : "Aku tidak tahu. Meskipun aku telah bertemu dengannya beberapa kali, namun sama sekali tak kuketahui siapakah namanya, dia muncul dengan dandanan sebagai seorang sastrawan yang berwajah tampan, tapi aku tahu wajah tersebut bukan wajah aslinya." Perkembangan dari peristiwa tersebut makin lama berubah semakin aneh dan mencengangkan. Tanpa terasa Kam Liu cu menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal sembari menyela...... "Dia selalu bertemu dengan nona dimana?" "Orang ini bergerak seperti bayangan setan, kedatangan maupun kepergiannya selalu misterius, kebanyakan dia telah muncul dibelakang tubuhku secara tiba-tiba. menanti kudengar suara dehemannya serta berpaling, dia telah berdiri dihadapanku, ada kalanya secara tiba-tiba dia muncul pula didalam kamarku..." "Kemanakah dia telah pergi?" Tanya Kam Liu cu. "Dia selalu memperingatkan kepadaku agar jangan mengintip atau mencoba menyelidiki gerak geriknya secara diam-diam, kalau tidak, maka hal ini akan mendatangkah bencana kematian bagi diriku. Selain itu diapun pergi dengan kecepatan luar biasa, dalam sekilas kelebatan saja bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan" "Selain kau, masih ada siapa lagi yang pernah berjumpa dengannya..?" Tanya Liu Leng poo kemudian. "Aku rasa sudah tak ada lagi, dia selalu menampakkan diri dikala aku sedang seorang diri." "Benarkah didunia ini terdapat manusia yang begini misterius seperti apa yang kau ceritakan itu?" Sindir kakek Ou, "Setiap patah kataku adalah kata kata yang sejujurnya !" So Siau hiu yang selama ini hanya membungkam terus tiba-tiba bertanya. "Kebanyakan dia munculkan diri dimana?" "Di pintu belakang" "Dekat tempat kediamanmu ?" Siau cu hujin manggut manggut. "Kalau begitu ajaklah kami untuk masuk ke dalam" Perintah So Siau hui sambil menepuk bebas jalan darah Siau cu hujin yang tertotok. Tampaknya Liu Leng poo didesak oleh keadaan, terpaksa dia harus memimpin didepan. Liu Leng poo segera meniup sumpritan kemala itu seraya berseru kepada ke delapan orang kakek berbaju abu itu : "Mulai sekarang kalian berada dibawah kekuasaanku jaga baik baik semua tawanan yang berhasil dibekuk disini, jangan biarkan seorang pun di antara mereka lolos dari sini" Kalau dibilang memang sangat aneh ke delapan kakek berbaju abu-abu itu segera menerima perintah dan membungkukkan badannya dalam-dalam dengan sikap yong sangat hormat. Selesai memberikan perintahnya, Liu leng poo segera mengajak So Siau hui serta Liok Khi untuk menyusul dibelakang Siau cu hujin. Sementara itu para jago lainnya pun turut serta meninggalkan ruang tengah menuju kebelakang, Kiu siang poo yang cacad segera di bopong naik keatas sebuah kereta oleh anak muridnya dan mengikuti pula dari belakang Setelah melalui penyekat, ruang belakang merupakan sebuah halaman kecil yang sama sekali tertutup rapat, Setelah melewati pelataran, didepan situ merupakan sebuah ruang teagah yang indah dan megah, dikiri dan kanan masing masing terdapat dua buah pintu yang tertatup rapat Liang Hiang kun segera berseru keras "Enci Liu, Ban kiam hweecu disekap di ruang di sebelah kiri" Liok Khi segera menggerakkan alat pancingannya untuk menyambar pintu yang berada diruang kiri.., "Kraaaakkk!" Pintu kayu itu sama sekali tidak bergerak barang sedikitpun. So siau hui yang menyaksikan hal ini segera berkata: "Enci Liok, Pintu itu terbuat dari baja murni." Sembari berkata dia mendekati pintu masuk kemudian menekan sebuah tombol, pintu besi itu pun pelan-pelan terbuka lebar. Sekilas perasaan kaget cepat menghiasi wajah Siau cu hujin, serunya keheranan. "Ooooh, rupanya nona menguasai sekali tentang ilmu alat rahasia.." "Hmmm. Justru karena itulah aku tak akan menghadapi permainan setanmu!" Jawab So Siau hui dingin. Pintu besi terbuka lebar dan semua orang pun tertegun setelah melihat isi ruangan tersebut, sebab isi ruangan itu bukan Ban-kian hweecu melainkan seorang nona cantik yang berambut kusut. "Mana Ban kian hweecunya ?" Tanya So Siau hui sambari berpaling. Dengan sepasang matanya yang jeli nona cantik itu memperhatikan sekejap sekeliling tempat tersebut, setelah melihat jelas pendatang itu, pipinya berubah menjadi semu merah, cepat dia beranjak keluar dari ruangan dan menjura kepada semua orang sambil katanya: "Nona So, Kam tayhiap selamat bersua. aku adalah Sie Hui jin!" Dengan cepat Kam Lui cu memahami apa yang terjadi, buru buru serunya ; "Ooooh, rupanya nona Sie adalah Ban kiam hweecu!" Setelah mendengar perkataan tersebut, semua orang baru tahu kalau Ban kiam hweecu adalah seorang perempuan. Ketika Ma koan tojin mendengar kalau nona cantik ini tak lain adalah Kiamcu-nya, cepat-cepat dia memburu ke depan sambil memberi hormat, serunya "Hamba tidak mengetahui kalau Kiamcu telah muncul, harap Kiamcu sudi memaafkan kebodohan hamba" Sie Hui jin tersenyum. "Toheng kelewat merendah, padahal Kiamcu adalah ayahku, sedangkan aku tak lebih cuma mewakili ayah selama berada diluaran" Berbicara sampai disini, dia melirik sekejap kearah Wi Tiong hong kemudian bertanya lagi; "Apakah Wi siauhiap telah terperangkap sehingga kehilangan kesadaran pikirannya?" "Wi sauhiap telah terluka oleh ilmu jari Ciang liong ci mereka" Jawab Makoan tojin cepat. "Kalau tak salah, orang yang disekap di dalam ruang depan sana adalah paman Wi sauhiap" "Benar," Sambung Siau cu hujin segera. "Orang itu bernama Pit Ci beng, dia adalah seorang jagoan dari Siu lo bun." Tidak menunggu Liu Leng poo buka suara, dia telah maju kedepan serta membuka pintu besi itu Tampak seorang sastrawan berbaju hijau munculkan diri dengan langkah pelan, mula-mula dia nampak tertegun setelah menjumpai para jago yang berkumpul disitu, kemudian sambil menatap kearah Wi Tiong hong, serunya terkejut bercampur girang, "Nak. kalian telah berhasil membobolkan pertahanan Tok seh sia." Kemelut Blambangan Karya Kho Ping Hoo Tiga Dara Pendekar Siauwlim Karya Kho Ping Hoo Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo