Ceritasilat Novel Online

Kumbang Penghisap Kembang 26


Si Kumbang Merah Penghisap Kembang Karya Kho Ping Hoo Bagian 26



"Ayah, selama bertahun-tahun aku menjadi murid Cin-ling-pai. Karena gagal untuk menguasai kedudukan ketua Cin-ling-pai, dikalahkan oleh Cia Kui Hong, maka aku lalu meninggalkan Cin-ling-pai. Aku bertemu dengan Tok-sim Mo-Li Ji Sun Bi dan juga Sim Ki Liong yang menjadi pangcu (ketua) dari Kim-lian-pang, dan aku membantunya. Akan tetapi, perkumpulan kami dIkeroyok oleh banyak perkumpulan lain sehingga kami terpaksa melarikan diri..."

   "Apa? Kalian bertiga bergabung dan masih dapat dikalahkan perkumpulan lain?"

   Tanya Han Lojin dengan heran.

   "Pasti kami tidak kalah kalau tidak muncul dua orang jahanam itu!"

   Kata Sim Ki Liong marah.

   "Pek Han Siong dan Hay Hay itu!"

   "Ahhh...!"

   Han Lojin berseru kaget.

   "Kiranya mereka? Jangan khawatir, setelah kalian bergabung dengan kami, maka kita bersama akan mampu melawan siapapun juga dan menghancurkan musuh-musuh yang berani mengganggu kita!"

   "Akan tetapi, Han Lojin..."

   Sim Ki Liong berkata akan tetapi ucapannya dipotong dengan cepat dan galak oleh Han Lojin.

   "Jangan sebut aku dengan nama samaran itu! Mulai sekarang, kalian harus menyebut beng-cu kepadaku. Engkau juga, Cun Sek!"

   Ucapannya itu berwibawa sekali sehingga Cun Sek sendiri, biarpun tersinggung hatinya karena sebagai putera dia tidak diperbolehkan menyebut ayah, terpaksa menunduk.

   "Baiklah, bengcu. Aku ingin bertanya, di mana adanya perwira tadi? Dia adalah seorang pembantumu yang utama, bukan? Kenapa tidak disuruh hadir di sini?"

   "Nanti dulu. Nanti kupanggil dia ke sini. Akan tetapi sebagai bengcu kalian, aku ingin mendengar riwayat kalian masing-masing. Aku sudah mendengar bahwa Cun Sek adalah seorang murid Cin-ling-pai yang pandai dan dia dapat kuandalkan. Bagaimana dengan engkau, Tok-sim Mo-li dan engkau pula, Sim Ki Liong? Ketika aku berada di antara para pembantu Lam-hai Giam-lo dahulu itu, aku hanya mendengar bahwa Ki Liong adalah seorang murid dari Pendekar Sadis. Benarkah itu, dan mengapa pula engkau meninggalkan Pulau Teratai Merah?"

   Ki Liong segera menjawab sejujurnya.

   "Memang benar bahwa aku adalah murid Pendekar Sadis di Pulau Teratai Merah. Akan tetapi, gara-gara Cia Kui Hong, cucu dari suhu dan suboku, terpaksa aku melarikan diri dari Pulau Teratai Merah tanpa pamit."

   Lalu dia melanjutkan setelah menarik napas panjang.

   "Aku minggat dari sana, selain untuk meluaskan pengalaman, mencari kedudukan yang baik, juga untuk mencari musuh besar yang telah membunuh ayahku. Musuh besarku itu adalah Siangkoan Ci Kang."

   Tang Bun An atau Han Lojin atau Ang-hong-cu memang seorang tokoh sesat yang hanya dikenal namanya namun tidak ada yang mengenal wajahnya, akan tetapi, sebagai seorang tokoh kang-ouw yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia kang-ouw, dia mengenal hampir semua tokoh persilatan yang terkenal. Maka, mendengar nama Siangkoan Ci Kang, diapun terkejut.

   "Bukankah Siangkoan Ci Kang itu seorang tokoh Siauw-lim-pai yang dulu ketika muda terkenal sebagai putera Si Iblis Buta Siangkoan Lojin? Dan yang kini menjadi seorang tokoh rahasia yang lengan kirinya buntung?"

   "Benar sekali... bengcu. Apakah tahu dimana dia?"

   Tanya Sim Ki Liong penuh gairah. Han Lojin tersenyum.

   "Tenanglah, orang muda. Setelah kita bekerja sama dan mempunyai pengaruh yang luas, apa sukarnya mencari seorang Siangkoan Ci Kang? Sabarlah, musuh besarmu itu pasti akan dapat kutemukan dan dapat kau bunuh dengan bantuan kami. Senang hatiku bisa mendapatkan bantuan seorang murid Pendekar Sadis! Engkau sama pentingnya dengan Cun Sek. Dan bagaimana dengan engkau, Tok-sim Mo-li? Aku sudah tahu akan kelihaianmu, akan tetapi aku belum tahu latar belakangmu. Engkau datang dari perguruan mana dan siapa pula gurumu?"

   "Mendiang guruku adalah Min-san Mo-ko, dan selain dari dia, akupun mempelajari banyak macam ilmu silat. Walaupun belum tentu dapat menandingi Sim Ki Liong atau Tang Cun Sek, akan tetapi sepasang pedangku juga jarang menemui tanding, dan selain itu, aku mempunyai kenalan dan hubungan dengan hampir seluruh tokoh kang-ouw."

   "Murid Min-san Mo-ko? Bukankah Min-san Mo-ko itu murid mendiang See Kwi Ong? Bagus, engkau juga dapat menjadi pembantuku yang boleh diandalkan. Senang sekali aku menerima kalian bertiga menjadi pembantu-pembantu utamaku!"

   Han Lojin tertawa senang sekali. Tentu saja hatinya senang, karena tiga orang muda yang tadinya dicurigai sebagai musuh, kiranya bahkan menjadi para pembantunya yang tangguh, apalagi seorang di antaranya adalah putera kandungnya sendiri!

   "Bengcu, kuulangi pertanyaanku tadi. Di mana adanya ciangkun tadi? Kamipun ingin mengenalnya dan mengetahui kedudukannya di istana.. Bukankah dia seorang perwira tinggi pasukan pengawal? Kedudukan itu penting sekali dan kami ingin berkenalan dengan dia."

   Kata Sim Ki Liong.

   "Ha-ha-ha, kalian ingin bertemu dengan dia? Baiklah, kupanggil dia ke sini!"

   Han Lojin bangkit berdiri dan dengan cepat sekali kedua tangannya bergerak ke arah mukanya sendiri. Ketika kedua tangannya turun kembali, maka lenyaplah wajah Han Lojin yang terhias kumis dan jenggot tadi. Wajah itu berobah menjadi wajah yang gagah dan tampan, licin bersih tanpa kumis dan jenggot. Wajah Perwira Tang Bun An! Dan kembali kedua tangan itu bergerak ke arah tubuhnya. Terbukalah pakaian sutera itu dan kini yang membungkus tubuh itu adalah pakaian seragam perwira yang mentereng! Pantas saja tubuh itu tadi nampak besar dan lebih gemuk, kiranya berpakaian rangkap! Melihat betapa tiga orang muda itu menjadi bengong, Tang Bun An tertawa bergelak.

   "Kiranya Ang-hong-cu adalah Han Lojin dan juga Perwira Tang Bun An!"

   Seru Sim Ki Liong penuh kagum.

   "Ayah... eh, bengcu, engkau sungguh hebat bukan main!"

   Cun Sek, bangga akan ayah kandungnya yang bukan saja amat lihai, akan tetapi juga ternyata seorang perwira tinggi pasukan pengawal dan seorang yang amat pandai menyamar sehingga dia sendiri dapat dikelabui!

   "Bukan main! Kiranya wajah Han Lojin hanyalah wajah penyamaran. Hebat, mataku seperti menjadi buta, sama sekali tidak tahu akan penyamaran itu. Aku tidak akan kaget kalau wajah Perwira Tang Bun An yang sekarangpun hanya merupakan kedok penyamaran yang lain!"

   Kata Ji Sun Bi penuh kagum.

   "Sekarang aku mengerti mengapa Ang-hong-cu tak pernah dapat dikenal wajahnya. Kiranya seorang ahli menyamar yang mempunyai seribu muka!"

   Senang dan bangga hati Tang Bun An mendengar semua pujian yang dia tahu bukan sekedar pujian menjilat belaka. Tiga orang muda itu adalah orang-orang muda yang memiliki ilmu silat tinggi, dan kalau mereka memuji, maka pujian itu keluar dari hati yang kagum. Dia tertawa lagi, sekarang suara ketawanya keras bergelak, seperti suara ketawa yang biasa dilakukan Tang-ciangkun, suara ketawanya yang wajar dan tidak dibuat-buat karena sebagai Perwira Tang, dia tidak lagi menyamar melainkan memperlihatkan kepribadiannya yang aseli.

   "Ha-ha-ha, sukurlah kalian dapat menghargai ilmu penyamaranku ini. Ilmu ini kadang-kadang amat berguna. Ketahuilah, setelah aku menjadi setua sekarang, aku tidak ingin lagi bertualang seperti dahulu. Aku ingin kembali menjadi diriku sendiri, dan karena itu aku mulai memikirkan kedudukan yang tinggi dan kekuasaan yang besar. Cita-cita itu kurintis dengan menjadi seorang perwira pasukan pengawal dan berjasa kepada kaisar sehingga aku dipercaya. Baru sekarang inilah, aku, Ang-hong-cu Tang Bun An, memperlihatkan wajahku yang aseli dan memperkenalkan diriku kepada kalian. Akan tetapi, kedudukan sebagai perwira ini hanya sementara saja. Aku merasa jemu, dan juga kedudukan ini tidak memberi kekuasaan seperti yang kuharapkan. Dan gara-gara seorang gadis, kedudukanku yang sekarang inipun goyah dan keadaanku bahkan dalam bahaya. Kedudukan ini sewaktu-waktu dapat kutinggalkan. Karena itulah, maka aku ingin menyusun kekuatan, dan dengan bantuan kalian, kita akan membangun suatu kekuatan di dunia kang-ouw, menundukkan semua kekuatan lain."

   "Memberontak...?"

   Tanya Sim Ki Liong sambil mengerutkan alisnya. Pemuda ini tidak setuiu kalau dibawa ke pemberontakan karena dia pernah melihat kegagalan para pemberontak. Ang-hong-cu menggeleng kepalanya.

   "Aku bukan orang bodoh macam Lam-hai Giam-lo dan tokoh kang-ouw yang pernah melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Tidak, aku bukan seorang pemberontak, bahkan aku membenci para pemberontak! Aku ingin menjadi raja di antara para tokoh kang-ouw! Aku tidak ingin menyaingi kaisar. Bodoh sekali kalau melawan kerajaan yang memiliki ratusan ribu perajurit! Aku ingin menundukkan semua perkumpulan persilatan, ingin menundukkan semua tokoh kang-ouw sehingga aku menjadi Beng-cu yang menguasai dunia kang-ouw. Dan terhadap para pejabat tinggi, aku ingin bersahabat dengan mereka. Bagaimana pendapat kalian?"

   "Bagus sekali. Aku setuju, Beng-cu! Dan aku... siap melaksanakan apa-saja yang kau perintahkan kepadaku!"

   Kata Ji Sun Bi sambil memainkan matanya, memandang genit disertai senyum memikat kepada perwira tinggi itu. Melihat ini, Tang Bun An tersenyum, menyembunyikan kemuakan hatinya. Dia pembenci wanita, apalagi yang genit. Kalau dia memperkosa banyak wanita, hal itu dilakukan bukan hanya untuk melampiaskan nafsu berahinya, akan tetapi juga untuk membalas dendam kepada para wanita!

   "Awas engkau, Tok-sim Mo-Ii. Aku bukan laki-Iaki biasa yang mudah saja kau rayu! Kalau engkau hendak taat kepadaku, haruslah merupakan ketaatan seorang pembantu terhadap pemimpinnya. Karena aku tidak akan tunduk oleh rayuan dan kecantikan wanita. Kalau engkau banyak tingkah dan tidak setia, nyawamu tidak akan tertolong lagi!"

   Ji Sun Bi mati kutu. Ia menundukkan mukanya.

   "Akan kuperhatikan dan kutaati pesanmu, Beng-cu."

   "Bagus! Nah mulai sekarang, kalian bertiga tinggallah di sini dulu. Ki Liong dan Cun Sek bersiap-siap di sini, menanti perintahku selanjutnya. Dan engkau, Ji Sun Bi, lakukanlah tugas pertamamu, yaitu, kauhubungi tokoh-tokoh kang-ouw di sekitar kota raja ini, beritahukan kepada mereka bahwa Ang-hong-cu minta agar mereka suka menghadiri undangannya untuk berkumpul di bukit ini pada malam terang bulan, bulan depan, kurang satu setengah bulan lagi. Katakan bahwa kalau undangan atau katakanlah perintahku tidak ditaati, mereka yang membangkang akan dihajar! Bahkan engkau kuberi kekuasaan untuk menghajar mereka yang sudah lebih dulu menolak undanganku itu. Mengerti?" .

   "Baik, bengcu, akan kulaksanakan perintahmu,"

   Kata Ji Sun Bi. Ang-hong-cu mengeluarkan sebuah
(Lanjut ke Jilid 24)
Ang Hong Cu (Seri ke 10 - Serial Pedang Kayu Harum)
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo

   Jilid 24
kantung kecil dan melemparkannya kepada wanita itu yang cepat menyambarkannya.

   "Nih untuk keperluan perjalanan. Kalau membutuhkan lagi, sampaikan saja pesanmu lewat para penjaga di pondok ini."

   Demikianlah, mulai hari itu, tiga orang muda ini sudah menjadi pembantu utama dari Ang-hong-cu. Semua pihak merasa senang. Ang-hong-cu Tang Bun An tentu saja gembira bukan main mendapatkan tiga orang pembantu yang boleh diandalkan, sedangkan tiga orang muda itupun merasa gembira karena mereka yakin bahwa dengan pimpinan Ang-hong-cu, mereka akan dapat menguasai dunia kang-ouw dan mendapatkan kedudukan yang terhormat dan mulia. Bahkan mereka mengharapkan, dengan bantuan Ang-hong-cu, akan dapat membalas dendam terhadap para pendekar yang pernah merugikan mereka.

   Pada waktu itu, kerajaan Beng-tiuaw dalam keadaan makmur berkat kebijaksanaan dua orang menteri yang menjadi kepercayaan kaisar. Dua orang menteri itu adalah Menteru Yang Ting Hoo yang berusia lima puluh tahun, seorang menteri yang setia dan bijaksana, ramah, Sabar dan pandai mengatur siasat pemerintahan, dan orang ke dua adalah Menteri Cang Ku Ceng, yang suka bertindak tegas dan tidak segan-segan memberantas pejabat yang korup dan melakukan penyelewengan. Menteri Cang Ku Ceng berusia lima puluh tiga tahun dan dia adalah seorang menteri yang tegas, sedangkan Menteri Yang Ting Hoo pandai sekali menghadapi negara-negara lain, pandai berdiplomasi. Kedua orang menteri inilah yang membantu berputarnya roda pemerintahan yang pada waktu itu dipimpin oleh Kaisar Cia Ceng ( 1520-1566).

   Pada waktu itu, sekitar tahun 1545, atas nasihat kedua orang menteri yang setia dan bijaksana itu, Kaisar Cia Ceng tidak mengirim pasukan untuk memerangi negara lain, melainkan memusatkan kekuatan untuk menenteramkan keadaan di dalam negeri. Kedua orang menteri setia yang bersahabat baik itu, seringkali menukar tugas mereka. Kalau Menteri Yang Ting Hoo bertugas mengatur ketentraman di dalam kota raja, maka Menteri Cang Ku Ceng yang bertugas mengatur ketentraman di luar daerah kota raja, dan demikian sebaliknya. Pada waktu itu, yang bertugas mengatur ketentraman di kota raja adalah Menteri Cang Ku Ceng, sedangkan Menteri Yang Ting Hoo bertugas melakukan perondaan di seluruh daerah selatan di mana masih terjadi pergolakan di perbatasan dengan Anam, Siam, dan Birma, walaupun perang terbuka sudah dihentikan.

   Kedua orang menteri setia dan bijaksana itu maklum bahwa kini banyak orang asing berdatangan ke Cina. Biarpun mereka datang dengan dalih ingin berdagang, namun mereka harus dihadapi dengan hati-hati. Sudah banyak mereka mendengar dari utusan kaisar yang pernah merantau ke selatan tentang sikap orang-orang kulit putih itu yang tamak dan dengan dalih berdagang mereka ingin mencengkeram negara orang lain menjadi jajahan mereka. Oleh karena itu, munculnya orang-orang berkulit putih yang berdatangan dari segala penjuru, baik melalui darat maupun melalui lautan, mereka amati dengan penuh kewaspadaan. Karena khawatir akan pengaruh mereka, maka atas nasihat para menterinya, Kaisar Cia Ceng menghentikan semua gerakan balatentara ke perbatasan, dan mulai menggerakkan pasukan untuk membuat aman keadaan di dalam negeri. Kalau negara dalam keadaan aman, maka negara akan kuat menghadapi ancaman dari luar.

   Sejak rombongan orang Portugis yang pertama kali mendaratkan kakinya di tanah Tiongkok, mereka itu disambut dengan sikap bermusuhan oleh kaisar. Hal ini terjadi karena selain sikap orang-orang Portugis memang congkak, sombong, kasar dan juga mereka itu suka mempergunakan kekerasan dan bahkan suka merampok. Pula, sebelum orang-orang Portugis muncul di daratan Cina, terlebih dahulu datang Sultan Malaka menghadap Kaisar Tiongkok. Sultan Malaka ini dalam tahun 1511 telah diserang oleh Bangsa Portugis sehingga terusir dari negerinya. Bersama para pengikutnya, Sultan Malaka berkeliling ke utara, menghadap kaisar untuk mengadu. Kaisar memandang Sultan Malaka sebagai raja sahabat, maka mendengar akan ulah orang-orang Portugis itu, kaisar menjadi marah sekali. Maka, ketika, rombongan pertama orang Portugis datang, mereka diserang. Banyak di antara mereka yang tewas,

   Dan yang hidup ditawan dan dimasukkan penjara di mana mereka akhirnya juga tewas. Pada abad ke dua puluh itu, orang-orang barat memang mulai bertualang ke Asia. Namun, tidak mudah untuk memasuki Tiongkok karena Kaisar Cia Ceng sudah terlanjur menaruh curiga kepada semua orang berkulit putih. Apalagi sejak kedatangan orang-orang Portugis yang rata-rata merupakan pedagang yang juga merampok, pemerintah dan rakyatnya tidak menaruh kepercayaan lagi kepada orang-orang berkulit putih bermata biru itu. Demikianlah, menghadapi usaha orang-orang kulit putih untuk memasuki Tiongkok, baik dengan dalih berdagang atau merampok, kedua orang Menteri Yang TingHoo dan Cang Ku Ceng lalu lebih dahulu menentramkan kehidupan rakyatnya agar dapat digalang persatuan yang kokoh untuk menghadapi pengaruh dan ancaman dari bangsa asing itu.

   Kecurigaan Menteri Cang terhadap perwira pengawal Tang Bun An, belum juga terbukti. Dia hanya mendengar desas-desus bahwa para wanita dalam istana kaisar bermain gila dengan seorang pria, namun tak pernah ada orang yang melihat sendiri siapa pria yang menggegerkan para wanita itu. Dia memang menaruh kecurigaan kepada Tang Bun An, namun kalau tidak ada bukti, biarpun dia seorang yang memiliki kekuasaan tinggi, tentu saja dia tidak dapat bertindak apa-apa. Memang, kalau dia menggunakan kekuasaan, setiap saat dia mampu menangkap Tang-ciangkun. Akan tetapi, Menteri Cang bukanlah seorang pejabat macam itu, yang mempergunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang. Kalau tidak ada bukti, dia tidak mau bertindak.

   Apa lagi mengingat bahwa Tang Bun An sudah berjasa, dan memang sejak dia menjadi kepala pasukan pengawal, keadaan di istana menjadi aman. Desas-desus tentang adanya permainan gila dari para wanita di harem kaisar dengan seorang laki-laki misterius itu, hanya merupakan desas-desus yang memalukan, tidak membahayakan! Dan agaknya kaisar sendiri seperti tidak mengambil perhatian, tidak perduli. Menteri Cang Ku Ceng juga merasa putus asa ketika Cia Kui Hong tidak berhasil menemukan suatu bukti bahwa Perwira Tang Bun An benar telah mengganggu para wanita di istana bagian puteri, diam-diam merasa heran sekali. Andaikata pengganggu keamanan di istana bagian puteri itu bukan Tang Bun An, tentu ada orang lain dan Kui Hong yang lihai tentu akan mampu menangkapnya, setidaknya menjumpai atau memergoki orangnya!

   Akan tetapi, dia tidak mencurigai Kui Hong, hanya mengira bahwa agaknya pengacau itu takut ketika melihat Kui Hong melakukan penyelidikan, walaupun penyelidikan itu dilakukan dengan rahasia. Agaknya orang itupun lihai sekali dan sudah tahu bahwa ada gadis perkasa yang melakukan penyelidikan untuk menangkapnya. Tentu penjahat cabul Itu telah mengetahui lebih dahulu bahwa ada gadis sakti yang melakukan pengintaian, maka dia tidak berani muncul! Dan ketika dia diam-diam menyelundupkan seorang mata-mata pribadinya ke dalam istana bagian puteri itu, seorang thai-kam (orang kebiri) kepercayaannya untuk melakukan penyelidikan, maka hatinya semakin yakin bahwa kehadiran Kui Hong benar-benar telah membikin kuncup hati petualang asmara yang menodai istana bagian puteri itu karena dia tidak pernah muncul kembali!

   Kecurigaannya terhadap Tang Bun An berkurang. Bagaimanapun juga, harus diakuinya bahwa semenjak Tang Bun An diangkat menjadi perwira tinggi pengawal istana, keadaan di sekeliling istana, menjadi aman. Dan apa yang terjadi sehari setelah Kui Hong keluar dari istana, makin menebalkan kepercayaannya kepada Tang Bun An. Malam itu, baru saja sehari Kui Hong meninggalkan istana. Malam yang gelap gulita. Seperti biasa, Tang Bun An melakukan pemeriksaan di sekeliling istana, untuk memeriksa apakah para perajurit yang menjadi anak buahnya melakukan penjagaan yang tertib sebagaimana biasanya.Dalam hal ini harus diakui bahwa Tang Bun An melakukan tugas yang amat baik. Dia bahkan amat keras dan disiplin terhadap anak buahnya, maka tidak mengherankan apabila setelah dia menjadi kepala pengawal, di istana dan sekitarnya menjadi aman sekali.

   Tang Bun An menciptakan kata-kata sandi yang amat dirahasiakan, dan setiap malam kata-kata sandi di antara para pengawal yang bertugas jaga, diganti sehingga akan sukar sekali bagi orang luar untuk mengetahuinya. Juga bunyi tanda bahaya yang sejak dahulu merupakan bunyi canang dipukul gencar, kini dia robah dengan bunyi sempritan. Tidak gaduh, namun terdengar sampai jauh dengan tanda bunyi tertentu. Tang Bun An adalah seorang yang berpengalaman dan hati-hati sekali. Biarpun dia telah mendapatkan janji dari Cia Kui Hong bahwa pendekar wanita yang juga menjadi ketua Cin-ling-pai itu tidak akan membocorkan rahasianya sebagai Ang-hong-cu dan sebagai pengacau istana bagian puteri,

   Namun dia tidaklah begitu bodoh untuk nekat melanjutkan petualangannya di istana. Pula, dia sudah mulai bosan dengan para selir kaisar itu. Biasanya, dia mempermainkan wanita untuk membalas dendam, untuk melampiaskan kebenciannya terhadap wanita dengan cara lain. Dia biasa memperkosa mereka yang tidak suka menuruti kehendaknya sehingga dengan demikian dia merusak masa depan gadis yang diperkosanya. Kalau seorang wanita dengan suka hati menyambutnya dengan hati yang mencinta, dia sengaja merayu dan menjatuhkan hatinya dan kalau wanita itu sudah tergila-gila, bahkan kalau sudah mengandung, lalu ditinggalkannya begitu saja, dipatahkan hatinya, dihancurkan perasaannya! Itulah caranya melampiaskan kebenciannya terhadap wanita.

   Akan tetapi, di istana, dia merasa diperalat oleh wanita-wanita yang cantik itu. Dia dijadikan alat pemuas nafsu berahi mereka! Maka, kini dia merasa muak. Karena inilah, dan karena hati-hatinya, maka diapun mengambil keputusan untuk tidak lagi mendekati para wanita di istana. Apalagi kini dia bercita-cita untuk menjadi raja di luar istana, raja orang kang-ouw, raja dunia persilatan! Ketika pada malam hari itu dia melakukan pemeriksaan di sekeliling istana, seperti yang dilakukannya hampir setiap malam, tiba-tiba terdengar suara sempritan dari arah barat. Di barat adalah istana bagian puteri! Mendengar suara sempritan ini, yang disusul oleh suara sempritan lain sebagai balasan sehingga dalam waktu singkat saja seluruh pasukan keamanan yang bertugas jaga di semua penjuru tahu bahwa ada bahaya di istana bagian puteri,

   Tang Bun An cepat mempergunakan kepandaiannya, berlari cepat menuju ke barat. Ketika tiba di bagian itu, di luar tembok yang memisahkan bagian puteri dengan bagian istana lainnya yang boleh didatangi para pengawal, dia melihat betapa belasan orang anak buahnya sedang mengepung dan mengeroyok dua orang yang berpakaian hitam-hitam. Mereka adalah dua orang laki-laki yang usianya sekitar empat puluh tahun dan mereka itu lihai bukan main. Dengan permainan pedang mereka yang cepat dan mantap, mereka berdua sama sekali tidak terdesak walaupun dikeroyok empat belas orang perajurit pengawal, bahkan Tang Bun An melihat betapa sudah ada empat orang anak buahnya menggeletak mandi darah.

   "Jahanam, berani kalian mengacau di istana?"

   Bentak Tang Bun An yang sudah mencabut pedangnya dan diapun mengeluarkan teriakan sandi yang ditujukan kepada semua anak buahnya untuk mengepung kedua orang itu dan menjaga agar mereka jangan sampai lolos. Segera para perajurit pengawal sudah mengepung dan tidak kurang dari enam puluh orang yang bertugas jaga malam itu, kini semua berada di situ, mengepung ketat. Begitu Tang Bun An terjun ke dalam pertempuran, dua orang itu mengeluarkan seruan kaget. Seorang diantara mereka, yang berkumis tebal, menggerakkan pedangnya menyambut perwira yang melihat gerakannya meloncat saja jelas memiliki kepandaian tinggi.

   "Tranggg!!"

   Kedua pedang bertemu dan si kumis tebal itu terhuyung ke belakang. Dia terbelalak, akan tetapi Tang Bun An tidak memberi banyak kesempatan kepadanya. Dia sudah menyerang lagi sehingga si kumis tebal terpaksa melindungi dirinya dengan memutar pedang dan membalas. Segera mereka berkelahi mati-matian, namun si kumis itu segera mengetahui bahwa dia berhadapan dengan seorang perwira yang memiliki kepandaian tinggi. Sementara itu orang ke dua yang mukanya kuning dikeroyok oleh belasan orang perajurjt pengawal. Karena temannya didesak oleh Perwira Tang dan dia harus seorang diri saja menghadapi pengeroyokan demikian banyaknya perajurit pengawal diapun mulai terdesak.

   "Tangkap dia! Gunakan jaring!"

   Terdengar Tang Bun An berseru.

   "Tangkap hidup-hidup!"

   Mendengar ini, di antara perajurit pengawal segera mengeluarkan sebuah jala yang memiliki delapan ujung. Setiap ujung dipegang oleh seorang perajurit. Dengan menarik ujung-ujung itu, jala berkembang dan biarpun dia tahu akan bahayanya jala itu,

   Si muka kuning tetap saja tidak dapat menjauhkan diri karena dia sedang didesak oleh pengeroyokan belasan orang yang mengepungnya dari jarak jauh dan mereka itu kini menggunakan senjata tombak panjang. Karena tidak mampu mengelak, jala yang menyambar turun seperti payung itu menimpa dirinya. Dia meronta dan berusaha membabat jala dengan pedangnya, namun sia-sia belaka. Jala itu dibuat secara istimewa, di bawah pengawasan Tang Bun An sendiri sehingga biar dibacokpun tidak putus dan tak lama kemudian, si muka kuning itu sudah seperti seekor ikan besar dalam jala yang dilipar-lipat dan dia tidak mampu bergerak lagi. Melihat temannya tertawan, si kumis tebal menjadi semakin panik. Tak disangkanya sama sekali bahwa di istana dia akan berhadapan dengan seorang yang demikian lihainya seperti perwira itu.

   "Haiiiitttt...!"

   Dia berseru nyaring dan pedangnya meluncur ke arah dada Tang Bun An dengan gerakan nekat yang amat berbahaya, baik bagi lawan maupun bagi dirinya sendiri karena serangan mati-matian itu membuka pula dirinya. Seluruh tenaga dan gerakannya ditujukan untuk menyerang, sama sekali tidak memperdulikan pertahanan diri lagi. Melihat kenekatan ini, Tang Bun An terkejut. Tingkat kepandaiannya masih lebih tinggi dari lawan, akan tetapi kalau lawan nekat seperti ini, berani mengadu nyawa, sungguh berbahaya baginya. Maka terpaksa dia meloncat ke belakang untuk menghindarkan serangan nekat itu. Saat itu dipergunakan oleh si kumis tebal untuk meloncat ke belakang pula dengan maksud melarikan diri. Akan tetapi, puluhan ujung tombak menghadangnya! Si kumis tebal itu maklum bahwa dia telah terjebak, seperti seekor tikus berada dalam kandang kucing.

   "Ha-ha-ha, menyerah sajalah! Engkau tidak dapat melarikan diri lagi!"

   Kata Tang Bun An sambil tertawa mengejek. Si kumis tebal maklum bahwa kalau tertawan seperti temannya, diapun tak mungkin dapat hidup, bahkan akan mati tersiksa. Lebih baik mati dari pada tertawan. Juga temannya itu lebih baik mati dari pada membuka rahasia. Tiba-tiba saja dia menubruk ke arah temannya yang terbungkus jala, menyerang dengan pedangnya untuk membunuh kawan itu lebih dulu sebelum dia membunuh diri.

   "Tranggg...!"

   Pedangnya tertangkis dari samping dan kembali perwira lihai itu yang menangkisnya. Si kumis tebal menjadi marah dan putus asa, dengan tenaga sepenuhnya dia menubruk dan menyerang ke arah perwira itu.

   Akan tetapi sekali ini Tang Bun An tidak meloncat mundur, melainkan mengelak ke samping dan sekali tangannya bergerak, pedangnya telah memasuki lambung si kumis tebal yang segera roboh dan tewas seketika karena jantungnya tertembus pedang! Dengan kaki tangan diborgol dan sama sekali tidak mampu bergerak, si muka kuning dihadapkan Tang Bun An di dalam kamar tahanan. Semula dia sama sekali tidak mau bicara, bahkan membuang muka ketika ditanyai oleh perwira itu. Akan tetapi, setelah Tang Bun An menyiksanya dengan totokan-totokan yang membuat dia merasa nyeri di seluruh tubuh, pingsan tidak namun seluruh tubuh rasanya seperti digigit semut api atau ditusuki ribuan jarum beracun, akhirnya si muka kuning yang kini mukanya berubah pucat pasi itu membuat pengakuan.

   Dia dan suhengnya yang tadi tewas oleh pedang Tang Bun An adalah dua orang saudara seperguruan yang merupakan tokoh-tokoh bajak di sepanjang pantai selatan. Mereka itu diperalat oleh orang-orang Portugis, diberi hadiah dalam jumlah besar sekali dengan tugas membunuh kaisar! Orang-orang Portugis itu agaknya mendendam atas kematian rekan-rekan mereka yang dibunuh kaisar. Menteri Cang Ku Ceng tentu saja girang sekali menerima laporan Tang Bun An tentang tertangkapnya dua orang yang mencoba membunuh kaisar. Dia sendiri memeriksa si muka kuning dan setelah mendengar pengakuan bajak laut itu bahwa dia dan suhengnya menjadi pembunuh bayaran, disuruh oleh orang-orang Portugis yang berani membayar mahal untuk membunuh kaisar,

   Menteri Cang lalu memerintahkan pengadilan untuk menghukum mati orang itu. Dan diam-diam Tang Bun An menyuruh anak buahnya menyebar berita bahwa dia dan anak buahnya kembali telah menyelamatkan kaisar dengan menangkap dua orang yang mencoba untuk menyelundup ke dalam istana dan membunuh kaisar! Dengan adanya peristiwa itu, Tang Bun An berhasil membersihkan namanya dari kecurigaan Menteri Cang. Apalagi setelah menteri ini mendengar dari para mata-matanya yang kini disebar di dalam istana bahwa sekarang tidak pernah ada lagi bayangan pria yang berani berkeliaran di istana bagian puteri. Bagaimanapun juga, Menteri Cang masih belum merasa puas dan pada suatu pagi, dia memanggil Perwira Tang Bun An untuk menghadap dia di rumahnya. Tentu saja Tang Bun An yang menerima panggilan ini menjadi gelisah sekali.

   Jantungnya berdebar tegang dan sejenak dia bingung, tak tahu apa yang harus dilakukannya. Apakah yang tersembunyi di balik panggilan itu? Bagaimana kalau dia melarikan diri saja? Bukankah gadis lihai ketua Cin-ling-pai itu pernah menyelidikinya karena menjadi utusan Menteri Cang? Jangan-jangan dia dipanggil untuk ditangkap! Ah, tidak mungkin, dia membantah sendiri. Kalau Menteri Cang mempunyai niat buruk, tentu sudah datang pasukan menangkapnya, bukannya dia dipanggil dulu baru ditangkap. Justeru dia harus memberanikan diri, memperlihatkan diri dengan berani sebagai orang yang tidak mempunyai kesalahan apapun, bahkan baru saja berjasa besar menangkap calon pembunuh kaisar! Dengan pakaian perwira yang amat rapi, Tang Bun An berkunjung ke rumah gedung besar tempat tinggal Menteri Cang.

   Hatinya merasa lega ketika menteri itu menerimanya di kamar tamu, seorang diri saja. Ini berarti bahwa menteri itu tidak ingin menangkapnya dan percaya kepadanya. Kalau tidak demikian, tentu menteri itu tidak akan berani menerimanya seorang diri saja, mengajaknya bicara empat mata. Hal inipun menunjukkan bahwa pejabat tinggi itu akan membicarakan hal yang teramat penting, maka mengajaknya bicara berdua saja. Setelah dia memberi hormat dan dipersilakan duduk, Menteri Cang Ku Ceng yang berwibawa dan berwajah keren namun ramah itu sejenak memandang kepadanya dengan sinar mata tajam penuh selidik. Namun, Tang Bun An adalah seorang yang berpengalaman dan dia pandai menyembunyikan perasaannya. Wajahnya nampak tenang dan polos saja, menyambut sinar mata pejabat tinggi itu dengan sikap wajar .

   "Taijin hendak memerintahkan apakan kepada saya? Tentu ada kepentingan besar sekali maka Tai-jin memanggil saya menghadap."

   Kata Tang Bun An langsung saja, dengan sikapnya yang hormat. Cang Ku Ceng tersenyum.

   "Tang-ciangkun, maafkan kalau aku membikin engkau kaget. Sebetulnya, engkau mempunyai atasan dan semestinya aku menghubungi panglima, atasanmu. Akan tetapi karena keamanan di kota raja menjadi tanggung jawabku sebagai orang pertama di atas panglima yang menjadi bawahanku, maka aku sengaja langsung saja mengundangmu ke sini untuk membicarakan dua hal yang amat penting. Aku ingin minta bantuanmu untuk mengatasi dua hal itu, ciangkun."

   Biarpun hatinya merasa lega karena arah percakapan itu tidak menunjukkan bahwa menteri itu mencurigainya, namun Tang Bun An tidak memperlihatkan perasaan itu melalui wajahnya yang tampan dan gagah. Dia telah membuat persiapan sebelumnya, telah mengatur segalanya sehingga segala bekas yang mungkin ada akan semua perbuatannya yang lalu di dalam istana bagian puteri, telah terhapus sebersihnya.

   "Tentu saja saya akan merasa senang sekali kalau dapat membantu paduka, Tai-jin. Katakanlah, perintah apa yang harus saya lakukan?"

   "Ada dua hal penting, ciangkun. Pertama mengenai keamanan di istana bagian puteri. Tentu engkau sudah mendengar sendiri akan desas-desus yang tersiar bahwa ada pria dari luar yang sering nampak berkeliaran di dalam istana bagian puteri. Hal ini harus cepat dapat dibersihkan, karena kalau tidak, tentu akan mencemarkan kehormatan istana dan merupakan urusan yang amat penting. Tentu engkau pernah mendengarnya, ciangkun?"

   Sepasang mata menteri itu bersinar tajam penuh selidik. Tang Bun An mengangguk ragu.

   "Memang saya sudah mendengar akan hal itu, Tai-jin. Akan tetapi karena saya bertugas sebagai kepala pasukan pengawal di luar bagian puteri, maka hanya para pengawal thaikam yang berhak dan..."

   Dia nampak ragu.

   "Tang-ciangkun, kenapa engkau meragu? Hayo cepat katakan, apa yang kau ketahui tentang berita itu?"

   Sang menteri mendesak.

   "Maaf beribu maaf, Tai-jin. Memang saya telah melakukan sesuatu berkenaan dengan berita itu, akan tetapi... maaf, saya tidak berani bercerita karena saya sudah berjanji tidak akan menceritakan hal ini kepada siapapun...

   "

   Menteri Cang mengerutkan alisnya yang tebal.

   "Tang-ciangkun, lihat kepadaku dan ingat dengan siapa engkau berhadapan! Kalau mengenai keselamatan istana, akulah yang bertanggung jawab dan kedudukanku hanya di bawah kaisar! Kecuali kalau engkau berjanji dengan Sri Baginda Kaisar, maka tidak boleh ada rahasia mengenai istana yang pantas kau sembunyikan dariku!"

   Menteri itu bangkit berdiri dan mencabut sebatang pedang yang tergantung di pinggangnya.

   "Lihat ini! Pedang kekuasaan yang kuterima dari Sri Baginda Kaisar sendiri, yang memberi kekuasaan kepadaku untuk memeriksa dan menuntut siapapun juga di negeri ini, bahkan termasuk seluruh penghuni istana kecuali Sri Baginda sendiri!"

   Tentu saja Tang Bun An terkejut bukan main dan cepat dia menjatuhkan diri berlutut, tentu saja untuk menghormati pedang kekuasaan yang diberikan kaisar kepada menteri setia itu.

   "Mohor paduka sudi mengampuni saya."

   Menteri Cang memasukkan kembali pedang kekuasaan itu di dalam sarung pedangnya.

   "Duduklah kembali, ciangkun. Nah, sekarang kau ceritakan semua, jangan rahasiakan sesuatu dariku."

   "Maaf, Tai-jin."

   Kata Tang Bun An setelah dia duduk kembali."Tadinya tentu saja saya takut untuk melanggar janji. Saya telah berjanji kepada Hong-houw (Permaisuri) sendiri untuk tidak membocorkan rahasia ini."

   "Hemm, tenanglah. Hong-houw sendiri tidak akan marah kalau engkau menceritakan semua kepadaku. Apa yang telah terjadi, dan apa yang kau ketahui tentang desas-desus mengenai laki-laki yang merusak dan menodai nama baik dan kehormatan istana bagian puteri itu?"

   Tang Bun An sengaja menarik napas panjang, seolah-olah dia merasa terpaksa harus menceritakan semua itu. Diam-diam dia bersukur bahwa dia telah mempersiapkan segalanya, bahkan sejak pertemuamnya dengan Cia Kui Hong, dia sudah cepat-cepat mengatur segala siasat untuk membersihkan diri.

   "Baiklah, Tai-jin, akan saya ceritakan semuanya dengan terus terang karena saya percaya sepenuhnya bahwa paduka cukup bijaksana dan terhormat untuk tidak menceritakan semua ini kepada orang lain. Kalau paduka lakukan itu dan hal ini diketahui orang lain, berarti saya telah berdosa terhadap Sang Permaisuri kepada siapa saya telah berjanji tidak akan menceritakan apa yang terjadi kepada siapapun juga."

   "Hemm, Kau kira aku ini orang apa? Ceritakanlah, dan tak seorangpun selain aku sendiri yang akan mendengar akan apa yang terjadi di istana bagian puteri itu."

   "Tai-jin, terus terang saja, ketika saya mendengar akan desas-desus adanya bayangan pria berkeliaran di istana bagian puteri, hati saya merasa penasaran. Peristiwa itu merupakan tamparan pada muka saya, dan merupakan tantangan. Walaupun saya tidak mungkin dapat masuk istana bagian puteri tanpa ijin, akan tetapi karena penjahat itu beroperasi di sana, bagaimana saya dapat menangkapnya tanpa memasuki daerah terlarang itu? Untunglah kesempatan itu tiba ketika Hong-houw memanggil saya menghadap dan beliau memberi perintah rahasia kepada saya untuk menangkap penjahat itu, taijin. Perintah itu diberikan kepada saya baru-baru ini dan saya lalu melakukan penyelidikan di waktu malam dan akhirnya saya berhasil menangkap orang itu."

   "Ahh! Engkau berhasil menangkapnya? Siapakah dia dan sekarang bagaimana?"

   Tentu saja Cang Ku Ceng terkejut dan juga girang mendengar keterangan yang sama sekali tak pernah disangkanya itu. Tadinya dia curiga bahwa perwira ini yang menjadi pria rahasia itu, ternyata kini malah yang menangkap penjahatnya!

   "Dia seorang perajurit pengawal thai-kam, Tai-jin."

   "Ahhh? Bagaimana mungkin? Desas-desus itu mengatakan bahwa laki-laki rahasia itu telah mengganggu para wanita penghuni istana bagian puteri! Kalau dia seorang thai-kiam (kebiri) "

   "Saya juga tadinya merasa heran, Tai-jin. Akan tetapi setelah saya melakukan pemeriksaan dengan seksama, ternyata dia bukanlah seorang kebiri sepenuhnya. Agaknya pengebirian terhadap dirinya telah gagal dan tidak sempurna, sehingga dia masih dapat menjadi seorang laki-laki normal. Dan bukan menggoda para puteri saja yang dilakukan di sana, melainkan terutama sekali untuk mencuri barang-barang berharga, perhiasan-perhiasan para puteri."

   "Keparat! Di mana dia sekarang?"

   "Atas perintah Hong-houw, saya telah membunuh penjahat itu, Tai-jin. Hong-houw memerintahkan kepada saya untuk membunuhnya dan merahasiakan semua ini, demi menjaga nama baik dan kehormatan istana bagian puteri. Kalau paduka ingin membuktikan, saya dapat menunjukkan kuburannya dan..."

   "Tidak perlu. Aku dapat menemui Hong-houw dan minta keterangan dari beliau tentang kebenaran laporanmu ini."

   Berkata demikian, Cang Ku Ceng menatap tajam wajah perwira itu. Namun, Tang Bun An bersikap tenang, bahkan berkata dengan tegas.

   
Si Kumbang Merah Penghisap Kembang Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Itu lebih baik lagi, Tai-jin. Asal Tai-jin tidak lupa mintakan ampun bahwa saya telah membuka rahasia ini kepada Tai-jin."

   "Baik, akan kusampaikan kepada beliau. Bagaimanapun juga, aku percaya akan laporanmu ini, Tang-ciangkun dan hatiku lega bukan main mendengar bahwa penjahat itu telah dihukum. Sekarang, ada soal ke dua dan kuminta engkau suka membantuku dalam hal ini."

   "Apakah urusan itu, Tai-jin? Tentu saja saya selalu siap membantu paduka."

   "Kami sedang mencari dua orang tokoh kang-ouw. Mereka adalah dua orang muda yang berkepandaian tinggi dan berbahaya sekali, bahkan seorang di antara mereka pernah membantu pemberontakan di masa lalu. Seorang kebetulan mempunyai nama keturunan yang sama denganmu, ciangkun. Namanya Tang Cun Sek dan orang ke dua bernama Sim Ki Liong. Nah, kami ingin agar engkau suka membantu kami mencari di mana adanya dua orang itu. Mereka itu baru-baru ini memimpin perkumpulan Kim-lian-pang di Kim-lian-san, akan tetapi karena bermusuhan dengan perkumpulan-perkumpulan lain, mereka dikeroyok dan perkumpulan mereka hancur, mereka lalu melarikan diri. Nah, kuharap engkau akan dapat menemukan mereka untuk kami, ciangkun."

   Kalau saja Tang Bun An bukan seorang manusia gemblengan, tentu ucapan itu sudah membuat dia terlonjak dari tempat duduknya. Dua orang muda yang dicari oleh Cang Taijin adalah dua orang pembantunya yang baru saja diterimanya, bahkan seorang di antara mereka adalah putera kandungnya sendiri! Otaknya yang cerdik bekerja cepat. Dia tahu bahwa menteri yang seorang ini cerdik bukan main. Jangan-jangan Cang Taijin sudah "mencium"

   Bahwa dia telah menerima dua orang muda itu sebagai pembantunya!

   "Taijin memiliki banyak sekali pembantu, apakah para penyelidik taijin tidak dapat mengetahui di mana mereka kini berada? Di manakah mereka berdua itu untuk terakhir kalinya diketahui oleh para pembantu taijin?"

   "Para penyelidikku kehilangan jejak mereka setelah terjadi pertempuran antara perkumpulan itu. Karena engkau tentu banyak pengalaman di dunia kang-ouw, maka kurasa engkau akan lebih mudah untuk dapat menemukan tempat mereka bersembunyi."

   "Sayang sekali bahwa akhir-akhir ini saya telah terputus sama sekali dari dunia persilatan, taijin. Kalau saya masih bergerak di dunia persilatan, tentu akan mudah saja mencari dua orang tokoh kang-ouw itu. Dan kalau paduka menyetujui, saya akan berhenti dari pekerjaan saya sebagai perwira pasukan pengawal, karena saya kira dengan cara lain saya akan dapat mengabdi untuk Sri Baginda Kaisar dan negara."

   Cang Taijin membelalakan matanya. Dia benar amat terkejut mendengar ini. Sama sekali tidak pernah disangkanya bahwa perwira yang banyak jasanya ini tiba-tiba saja hendak mengundurkan diri.

   "Eh? Apa maksudmu, Tang-ciangkun? Bagaimana engkau dapat mengabdi kepada negara kalau engkau mengundurkan diri dari kedudukanmu yang sekarang?"

   "Taijin, saya tahu bahwa negara kini sedang mengusahakan ketentraman di antara rakyat. Banyak ancaman bermunculan dari orang-orang kulit putih. Bahkan baru saja orang kulit putih mengirim pembunuh bayaran yang mencoba untuk membunuh Sri Baginda Kaisar. Saya kira, selain rakyat jelata, juga amat penting untuk mempersatukan dunia kang-ouw. Mereka adalah orang-orang yang berkepandaian silat tinggi dan merupakan suatu kekuatan yang hebat. Kalau saja dunia kang-ouw dapat dipersatukan, lalu kesatuan itu dapat dlmanfaatkan untuk membantu pemerintah, bukankah hal itu baik sekali dan kita mempunyai ketahanan yang amat kuat? Bagaimana pendapat paduka, Taijin?"

   Menteri itu mengangguk-angguk. Dia dapat melihat kebenaran yang dikemukakan perwira itu. Dia tahu bahwa di luar istana memang terdapat kekuatan yang dahsyat, yaitu dunia persilatan, para tokoh kang-ouw dan para pendekar persilatan.

   Jangankan para tokoh kang-ouw yang terdiri dari mereka yang menjadi penghuni dunia hitam dan bergelimang kejahatan, dan mereka yang tidak perduli akan semua itu, hidup bebas menurut kehendak sendiri tanpa mengindahkan hukum walaupun golongan ke dua ini bukan pula orang-orang jahat, bahkan para pendekarpun kadang tidak dapat bersatu dan bahkan saling bermusuhan. Ada pula golongan pendekar yang bahkan acuh dan tidak perduli terhadap pemerintah, tidak suka membantu, walaupun ada pula segolongan pendekar yang suka membantu pemerintah, misalnya dalam menumpas gerombolan pemberontak. Inipun mereka lakukan kalau gerombolan pemberontak itu termasuk orang-orang jahat. Maka, alangkah akan kuatnya keadaan negara kalau dunia persilatan, baik golongan kang-ouw maupun para pendekar, dapat dipersatukan dan semua kesatuan itu membantu pemerintah!

   "Hemmm, aku dapat melihat kebenaran dalam ucapanmu. Lalu, apa kehendakmu dan apa yang akan kau lakukan setelah engkau mengundurkan diri?"

   "Saya ingin berjuang memperkuat negara melalui dunia kang-ouw, Taijin. Saya ingin mencoba untuk menghimpun seluruh kekuatan di dunia persilatan, mempersatukan perkumpulan-perkumpulan, partai-partai dan semua aliran persilatan, mengurangi atau membatasi tindakan-tindakan kekerasan dan kejahatan, kemudian mengarahkan semua kekuatan itu untuk menjaga keamanan negara dalam menghadapi ancaman orang-orang asing kulit putih. Juga dengan kekuatan itu, saya dapat mempersatukah semua bajak sungai dan laut, untuk membersihkan lautan dari bajak-bajak asing."

   Menteri Cang mengerutkan alisnya dan meraba-raba dagunya yang ditumbuhi jenggot tipis halus.

   "Hemmm, lalu apa kaitannya dengan aku sebagai menteri? Mengapa engkau menceritakannya kepadaku?"

   "Taijin adalah seorang menteri yang bijaksana dan terkenal, dan dapat saya anggap sebagai wakil kaisar, wakil pemerintah. Kalau sebelumnya saya sudah memberitahukan rencana saya, mendapatkan restu dari paduka, tentu kelak tidak akan timbul salah duga dari pihak pemerintah kalau saya mulai bertindak mempersatukan semua kekuatan di dunia kang-ouw. Kalau tidak saya beritahu lebih dulu, mungkin saja timbul salah paham dan disangka bahwa saya menghimpun kekuatan untuk melakukan pemberontakan."

   Kembali Cang Ku Ceng mengangguk-angguk walaupun alisnya berkerut.

   "Niatmu memang baik sekali, Tang-ciangkun. Akan tetapi tentu saja kami tidak dapat memberi restu secara resmi tentang bagaimana sikap pemerintah kelak terhadap usahamu itu, tentu saja tergantung dari sikap dan sepak terjangmu sendiri. Kalau memang membantu pemerintah dan tidak membahayakan pemerintah, tentu pemerintah juga tidak akan merasa keberatan."

   "Terima kasih, taijin. Kalau begitu, saya akan mengajukan permohonan kepada atasan untuk mengundurkan diri. Mohon bantuan paduka untuk menjelaskan kepada panglima dan juga kepada yang mulia Sri Baginda Kaisar mengapa saya mengundurkan diri, agar tidak menimbulkan kecurigaan dan salah sangka."

   Cang Ku Ceng hanya mengangguk-angguk, dan di dalam hatinya dia masih meragukan kemurnian niat hati orang di depannya yang dianggapnya penuh rahasia itu. Setelah perwira itu mengundurkan diri dia ingin menyelidiki kebenaran laporan Tang-ciangkun, maka diapun mohon menghadap permaisuri di istana. Dan dari mulut permaisuri sendiri dia mendengar bahwa semua yang diceritakan oleh Tang-ciangkun tentang thai-kam yang mengacau di istana itu memang benar! Tentu saja Cang Ku Ceng tidak tahu bahwa semua ini sudah diatur oleh Tang Bun An. Dengan "senjata"

   Perhiasan yang diambilnya dari permaisuri, Tang Bun An dapat memaksa permaisuri itu untuk membuat pengakuan seperti itu, untuk melindunginya.

   Dengan ancaman bahwa kalau permaisuri tidak membantunya, dia akan membuat pengakuan bahwa sang permaisuri juga menjadi kekasih gelapnya, dengan bukti perhiasan yang akan dikatakannya sebagai hadiah dan uang jasa dari permaisuri, maka wanita bangsawan itu tidak mempunyai pilihan lain kecuali memenuhi permintaannya. Bagaimanapun juga, sang permaisuri sudah merasa lega dan puas ketika Tang Bun An berjanji bahwa istana putri tidak akan mengalami gangguan lagi. Demikianlah, dengan lancarnya permohonan berhenti Tang-ciangkun diijinkan dan diapun berhenti sebagai perwira. Dan apa yang dilakukan selanjutnya sehubungan dengan berhentinya sebagai perwira itu sungguh mengejutkan semua orang. Demikian banyak dia mengumpulkan selir, muda-muda dan cantik-cantik pula,

   Tidak kalah dibandingkan sekumpulan selir para pangeran atau raja muda. Dan begitu dia berhenti, dia bubarkan semua selirnya itu! Dia menyuruh mereka pulang ke orang tuanya masing-masing dengan membekali pesangon yang cukup banyak, tidak memperdulikan hujan air mata para wanita yang benar-benar jatuh cinta kepada suami mereka itu! Bahkan melihat para wanita itu menangisi nasib mereka, terdapat perasaan puas di hati Tang Bun An, sepuas kalau dia meninggalkan seorang gadis yang baru saja diperkosanya, atau meninggalkan seorang wanita yang dulu pernah menjadi kekasihnya lalu ditinggal pergi begitu saja kalau wanita itu mengandung atau kalau dia sudah bosan kepadanya. Kesadisan dan kekejamannya terhadap wanita yang timbul karena sakit hatinya itu ternyata masih tinggal di dalam dadanya dan tidak pernah lenyap!

   Setelah menjual semua miliknya, menjadikannya sekantung uang emas, Tang Bun An merasa bebas seperti burung di udara dan diapun segera membangun pondoknya di puncak bukit di antara hutan lebat itu, dibangunnya menjadi sarang perkumpulannya yang baru. Perkumpulan ini dia beri nama Ho-han-pang (Perkumpulan Orang Gagah)! Sungguh sebuah nama yang muluk bukan main, dan seolah mencerminkan iktikad baiknya, yaitu dia hendak menghimpun orang-orang gagah, bukan penjahat-penjahat! Tentu saja ini disesuaikan dengan siasatnya, seperti yang dibicarakannya dengan Menteri Cang. Dia bukan orang bodoh, dia bukan pemberontak. Tidak, dia memang ingin menjadi Beng-cu, ingin menjadi raja tanpa mahkota, merajai dunia kang-ouw, akan tetapi dia hendak merangkul para pejabat tinggi, hendak merangkul pemerintah demi keuntungan perkumpulannya.

   Dia merasa beruntung mendengar bahwa Cang Taijin mencari Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek, dua orang pembantu-pembantu utamanya. Maka, sebagai seorang ahli dalam ilmu penyamaran, dia lalu membuatkan topeng tipis, setipis kulit kepada dua orang pemuda itu sehingga kini Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek telah berubah bentuk wajah mereka. Masih nampak muda dan tampan, akan tetapi sungguh sudah berbeda jauh karena topeng tipis itu mengubah bentuk mata, hidung dan mulut mereka! Setelah dia mengajak mereka bercakap-cakap, diapun dapat menduga bahwa yang mencari dua orang muda itu tentulah Cia Kui Hong yang pernah menjadi utusan menteri itu. Dan menurut dua orang pemuda itu, memang beralasan sekali kalau gadis yang kini menjadi ketua Cin-ling-pai itu mencari mereka.

   Sim Ki Liong dicari karena minggat dari Pulau Teratai Merah sambil membawa lari pusaka Gin-hwa-kiam, sedangkan Tang Cun Sek melarikan pusaka Hong-cu-kiam dari Cin-ling-pai. Walaupun kedua pedang pusaka itu kini telah djrampas oleh Hay Hay, tentu ketua Cin-ling-pai itu belum mengetahuinya dan masih terus mencari mereka. Berkat nama besar Tok-sim Mo-li dan hubungannya yang luas, maka sebentar saja nama Ho-han-pang dikenal oleh dunia kang-ouw oleh para tokoh kang-ouw dan baru melihat hadirnya Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi sebagai seorang pembantu Beng-cu saja di perkumpulan itu, sudah banyak perkumpulan kang-ouw lainnya yang menyatakan takluk dan mengakui Ho-han-pang sebagai pimpinan. Dan sebagai Beng-cu, Tang Bun An kini kembali menyamar sebagai Han Lojin, berkumis dan berjenggot!

   Sebentar saja, terkenallah nama Ho-han-pang dengan beng-cu-nya, yaitu Han Lojin. Padahal, Han Lojin sendiri jarang sekali turun tangan sendiri. Cukup dengan tiga orang pembantunya itu saja, dan semua urusan bereslah! Kalau ada ketua perkumpulan yang membangkang dan tidak mau mengakui Ho-han-pang, maka seorang di antara para pembantu itu turun tangan dan ketua itu pasti dapat ditundukkan dengan amat mudahnya. Apalagi melihat betapa Ho-han-pang, tidak seperti perkumpulan kang-ouw lainnya, memiliki hubungan yang baik dengan para pejabat, maka hal ini membuat para tokoh kang-ouw semakin percaya. Dalam waktu beberapa bulan saja, Ho-han-pang telah tumbuh menjadi sebuah perkumpulan besar, berpusat di Bukit Bangau, di mana sebuah bangunan besar berdiri di bawah lindungan hutan yang lebat.

   Dan untuk memberi kesan baik, Han Lojin dan tiga orang pembantunya yang mengumpulkan anak buah yang terdiri dari orang-orang yang memiliki ilmu silat yang lumayan, segera memberi tugas kepada anak buah itu untuk melakukan "pembersihan"

   Terhadap penjahat-penjahat yang suka mengacau kehidupan rakyat di kota raja dan daerah sekitarnya. Mulai terkenallah nama Ho-han-pang sebagai sebuah perkumpulan yang baik, yang menentang kejahatan, membantu pemerintah dan melindungi rakyat. Perkumpulan itu segera dikenal sebagai perkumpulan para ho-han (pahlawan)! Menteri Cang Ku Ceng bukanlah seorang pembesar yang bodoh. Biarpun dia percaya akan semua alasan dan pendapat dari bekas Perwira Tang Bun An yang mengundurkan diri dan bermaksud untuk mempersatukan para tokoh di dunia kang-ouw.

   Diam-diam pejabat tinggi ini menyebar para penyelidik untuk mengamati gerak-gerik bekas perwira itu. Maka, diapun tahu akan segala perkembangan mengenai Ho-han-pang. Bahkan dia mendengar pula bahwa Perwira Tang Bun An itu kini tidak nampak lagi dan yang menjadi ketua Ho-han-pang adalah seorang yang setengah tua yang disebut Han Lojin. Mendengar laporan penyelidiknya tentang orang bernama Han Lojin itu Menteri Cang teringat akan Han Lojin yang pernah membantu pasukan pemerintah membasmi Lam-hai Giam-lo. Diam-diam diapun merasa kagum dan semakin percaya. Bagaimanapun penuh rahasia, orang yang pernah menjadi Perwira Tang Bun An dan yang juga pernah muncul sebagai Han Lojin itu jelas memperlihatkan sepak terjang yang membantu pemerintah.

   Apalagi mendengar laporan tentang sepak terjang orang-orang Ho-han-pang yang melakukan pembersihan dan menundukkan para penjahat sehingga kota raja dan sekitarnya menjadi aman, hati pejabat tinggi itu merasa kagum dan senang. Diapun memesan kepada para pejabat pemerintah agar tidak mengganggu Ho-han-pang dan hanya mengamati saja bagaimana sepak terjang mereka. Selama mereka itu tidak melakukan kejahatan, tidak mengganggu keamanan dan ketentraman, mereka dianggap perkumpulan orang-orang baik dan patut dibiarkan hidup, bahkan dibantu. Sementara itu, Kui Hong yang tinggal menumpang di rumah Menteri Cang Ku Ceng, merasa rikuh sendiri setelah lebih dari satu bulan ia tinggal di situ, belum juga anak buah menteri itu berhasil menemukan dua orang musuh besarnya yang dicarinya.

   Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek seolah-olah lenyap ditelan bumi dan tak seorangpun di antara para penyelidik yang disebar Menteri Cang dapat menemukan mereka. Ia merasa rikuh karena keluarga pejabat tinggi itu amat ramah dan baik kepadanya, apa lagi melihat sikap Cang Sun yang semakin terang-terangan menyatakan tergila-gila dan mencintanya! Pada sore hari itu, ketika ia duduk melamun seorang diri di dalam taman di belakang rumah keluarga Cang yang luas, ia mengambil keputusan di dalam hatinya untuk menghadap keluarga itu dan berpamit. Ia akan melanjutkan perjalanan, terutama mencari sendiri dua orang yang telah melarikan pedang pusaka dari Cin-ling-pai dan dari Pulau Teratai Merah itu. Matahari telah mulai condong ke barat, namun belum terlalu larut walaupun sinarnya sudah mulai lemah.

   Sinar matahari sore itu masih mampu menerobos di antara celah-celah daun pohon sehingga taman bunga itu seakan bermandikan cahaya yang lemah akan tetapi masih hangat itu. Indah bukan main di taman itu. Burung-burung mulai beterbangan pulang ke sarang mereka di pohon-pohon, untuk berlindung di sarang yang aman dan hangat kalau malam gelap nanti tiba. Dua ekor kelinci berkejaran dan menyusup ke dalam semak-semak. Seekor ular sebesar ibu jari kaki, hitam dan mengkilap, berlenggak-lenggok menuju ke rumpun semak belukar pula, dengan lidah kadang terjulur keluar dengan cepatnya. Kepala ular itu berbentuk bulat telur, tidak segitiga. Bukan ular beracun, dan kulitnya yang hitam mengkilap itu indah sekali, indah dan bersih seperti baru habis digosok dengan minyak.

   

Asmara Berdarah Eps 23 Asmara Berdarah Eps 30 Pendekar Mata Keranjang Eps 26

Cari Blog Ini