Suling Naga 10
Suling Naga Karya Kho Ping Hoo Bagian 10
Semenjak ditalukkan Bi-kwi, perkumpulan itu malah menjadi semakin kuat, dan anak buahnya selalu bertambah. Dalam hal menerima anak buah baru, Tee Kok bersikap hati-hati sehingga dia dapat memilih anak buah yang benar-benar seorang yang selain memiliki kepandaian, juga memiliki setia kawan dalam dunia hitam. Akan tetapi, sebulan yang lalu, tiba-tiba saja muncul seorang laki-laki muda, berusia tiga puluhan tahun, berpakaian seperti pemuda hartawan dan sasterawan, membawa pengikut sebanyak lima orang. Begitu muncul, pemuda yang mengaku bernama Bhok Gun ini segera menyatakan kehendaknya untuk menggantikan Tee Kok menjadi ketua Ang-i Mo-pang! Tentu saja mula-mula orang ini dianggap gila. Akan tetapi begitu pernyataan ini berakhir dengan perkelahian, Tee Kok dan semua pembantunya kalah dengan mudah oleh Bhok Gun!
"Kalau aku mau, apa sukarnya membasmi kalian semua? Akan tetapi aku tidak ingin membunuh ka-lian karena aku melihat bahwa Ang-i Mo-pang kelak akan menjadi perkumpulan besar, bahkan yang terbesar, di bawah pimpinanku. Mulai sekarang aku menjadi Pangcu, dan Tee Kok menjadi pembantuku. Siapa yang tidak setuju boleh maju melawan aku!"
Demikianlah, mulai hari itu, sebulan yang lalu, pemuda yang bernama Bhok Gun itu menjadi ketua Ang-i Mo-pang! Tee Kok menjadi pembantunya, bersama lima orang yang datang bersama Bhok Gun. Dan pada pagi hari itu, seorang di antara lima pembantu Bhok Gun melakukan pemerasan di restoran itu dan orang yang bernasib sial ini bertemu dengan Bi-kwi yang menyebabkan buntungnya sebelah lengannya. Melakukan pemerasan merupakan hal biasa saja bagi Ang-i Mo-pang, maka mendengar betapa orang yang telah menjadi rekannya itu dibuntungi orang lengannya di restoran ketika dia sedang "bekerja", Tee Kok cepat mengajak lima orang anak buah untuk menyerbu ke restoran. Tak disangkanya bahwa yang dikerjakan oleh rekan barunya itu adalah Ciong Siocia yang amat ditakutinya.
Dapat dibayangkan betapa gemparnya para angauta Ang-i Mo-pang ketika mereka melihat Tee Kok pulang bersama dua orang wanita dan seorang di antara mereka adalah Ciong Siocia! Kini di sarang mereka terdapat dua orang pandai yang tentu akan saling memperebutkan kedudukan dan tentu akan terjadi pertentangan yang seru! Karena mereka semua tahu akan kelihaian Ciong Siocia, juga akan kelihaian ketua baru Bhok Gun, mereka tidak akan berpihak, dan hanya menanti siapa di antara keduanya itu yang akan keluar sebagai pemenang. Memasuki sarang di mana perkumpulan berpuluh orang berpakaian seragam merah, Bi Lan merasa agak khawatir juga, karena ia merasa seolah-olah memasuki sebuah hutan penuh dengan srigala buas yang berkeliaran. Tidak demikian dengan Bi-kwi.
Wanita ini sudah pernah menaklukkan Ang-i Mo-pang dan ia merasa yakin bahwa Tee Kok dan seluruh anggauta perkumpulan itu tidak akan berani mengeroyoknya dan ia hanya akan menghadapi pendatang baru itu saja. Maka ia melangkah memasuki perkampungan Ang-i Mo-pang yang berada di luar kota Kun-ming dengan tenang, bahkan mendahului Tee Kok ketika mereka memasuki gedung utama yang tentu didiami oleh ketua baru itu. Seorang di antara anak buahnya sendiri sudah cepat memberi kabar kepada Bhok Gun tentang datangnya Tee Kok bersama dua orang wanita, bahkan anak buah yang buntung lengannya dan yang berada di situ pula setelah mengalami pengobatan, juga cepat mengintai dan cepat pula lari kembali ke dalam ruangan besar di mana ketuanya sedang duduk menanti.
"Pangcu, benar siluman perempuan itu yang datang!"
Katanya dengan tubuh gemetar.
Pria muda itu tersenyum dan tetap duduk di atas kursi yang diberi warna merah pula. Dia sendiri mengenakan pakaian mewah, bukan pakaian merah seperti para anggautanya. Pakaian seorang sasterawan muda yang kaya raya. Dan semenjak Bhok Gun menjadi ketua, ruangan yang luas inipun penuh dengan tulisan-tulisan dan lukisan-lukisan indah, bergantungan di dinding. Ruangan itupun bersih dan rapi, sama sekali tidak dapat disamakan dengan dahulu sebelum dia datang, ruangan itu kotor dan hanya penuh dengan senjata-senjata dan alat-alat penyiksa. Begitu memasuki ruangan itu, Bi-kwi melihat perobahan besar ini, perobahan yang mencengangkan hatinya. Ia sendiri suka akan kebersihan dan keindahan, karena itu iapun selalu pesolek dan pakaiannya selalu bersih dan indah. Dan pada saat itu ia mendengar suara halus seorang laki-laki,
"Kalian semua mundurlah, aku akan menyambut kedatangan nona Ciong yang terhormat!"
Tentu saja tadi ketua baru ini sudah mendengar bahwa yang muncul itu adalah Ciong Siocia yang sebelumnya sudah didengarnya sebagai seorang wanita sakti yang telah menaklukkan Ang-i Mo-pang sebelum dia muncul di situ.
Dan mendengar pula bahwa ternyata yang diganggu anak buahnya justeru Nona Ciong itulah! Ketika Bi-kwi dan Bi Lan memasuki ruangan itu, Tee Kok mengikuti dari belakang dengan jantung berdebar tegang. Diapun maklum bahwa di antara dua kekuasaan ini tentu akan terjadi persaingan dan kalau disuruh memilih, tentu saja dia memilih Bi-kwi. Nona ini benar menganggap dia anak buahnya sebagai pembantu dan taklukan, akan tetapi tidak menuntut kedudukan ketua, bahkan jarang pula datang ke Kun-ming, hanya kalau ada kepentingan saja baru minta bantuan Ang-I Mo-pang. Sebaliknya, orang she Bhok itu ingin mutlak menguasai Ang-i Mo-pang dan menjadi ketua, bahkan tinggal di situ walaupun dia tidak mengenakan pakaian merah.
Sementara itu, mendengar suara laki-laki itu, Bikwi lalu mengangkat muka memandang dengan pe-nuh selidik. Seorang pria yang usianya kurang lebih tiga puluh tahun, seorang pemuda yang sudah masak, dengan sinar mata tajam dan penuh pengertian, namun sinar mata itupun liar mengandung kecerdikan, bergerak-gerak terus ke sana-sini. Wajahnya pesolek dan tampan, dengan mulut yang selalu tersenyum manis. Kulit muka itu tentu dibedaki tipis, rambutnya yang panjang hitam itu mengkilat karena minyak, dan pakaiannya baru dan indah, pakaian sasterawan dari sutera putih yang dihias warna biru dan merah di sana-sini. Sepatunya yang tinggipun baru mengkilap. Seorang pria yang sungguh tampan dan pesolek, yang akan mudah menjatuhkan hati wanita. Di lain pihak, Bhok Gun juga mengamati dua orang wanita yang memasuki ruangan dengan sikap tenang itu.
Diapun terpesona melihat kecantikan Bi-kwi. Seorang wanita yang sudah matang, usianya tentu sekitar tiga puluh tahun, wajahnya cantik manis, pakaiannya mewah. Tentu ini yang disebut Ciong Siocia oleh Tee Kok dan para anggauta Ang-i Mo-pang. Akan tetapi, matanya yang sudah berpengalaman itu melirik pula ke arah Bi Lan dan diam-diam diapun terpesona oleh dara yang biarpun pakaiannya sederhana, namun dia tahu merupakan dara yang menggairahkan, bagaikan setangkai bunga sedang mulai mekar dan belum disentuh lebah atau kupu-kupu yang nakal. Setelah dua orang wanita itu tiba di depannya, Bhok Gun lalu bangkit berdiri dan menyambut mereka dengan sikap hormat. Dia menjura kepada mereka dan berkata dengan suara halus dan senyum ramah gembira,
"Selamat datang di perkumpulan kami Ang-i Mo-pang, ji-wi siocia (dua orang nona)!"
Bi Lan adalah seorang gadis yang pada hakekatnya berwatak gembira dan ramah, maka menghadapi sikap tuan rumah yang tersenyum-senyum ramah dan hormat, ia tidak dapat menahan dirinya untuk tidak membalas penghormatan itu dengan mengangkat kedua tangan di depan dada. Akan tetapi, Bi-kwi hanya mengerutkan alisnya. Biarpun hatinya tertarik oleh gaya laki-laki yang ganteng ini, namun karena ia sedang marah mencari orang yang berani mengambil alih kedudukan di perkumpulan itu, diam saja dan hanya memandang tajam penuh selidik. Tee Kok yang merasa tidak enak segera berkata! sambil berdiri berlindung di belakang Bi-kwi,
"Bhok Pangcu, ini adalah Ciong Siocia.... eh, pelindung kami.... dan Siocia ingin menemui pangcu dan ingin bicara...."
Bhok Gun memperlebar senyumnya dan kembali menjura kepada Bi-kwi.
"Sudah kuduga dari tadi bahwa nona tentulah Ciong Siocia. Silahkan duduk dan mari kita bicara dengan baik."
Pemuda tampan itu mempersilahkan dengan tangannya, akan tetapi Bi-kwi tetap berdiri tegak, bahkan kini berkata dengan suara lantang dan ketus, walaupun suara itu dibikin bernada merdu.
"Selamanya aku hanya mengenal Tee Kok sebagai Pangcu (Ketua) Ang-i Mo-pang! Siapakah engkau yang datang menyambut aku dan sumoi?"
Diam-diam Bhok Gun tertegun. Kiranya gadis muda yang sederhana itu adalah sumoi dari Ciong Siocia. Kalau begitu berarti dia akan menghadapi dua orang wanita yang lihai dan dia harus berhati-hati. Akan tetapi wajahnya tetap tersenyum ramah dan dia mengangguk dengan tubuh membungkuk ketika menjawab.
"Aku bernama Bhok Gun dan melihat Ang-i Mo-pang kurang kuat, aku bermaksud untuk memper-kembangkannya menjadi sebuah perkumpulan yang paling kuat di dunia. Untuk dapat menjadi perkumpulan yang hebat, tentu saja Ang-i Mo-pang harus dipimpin orang yang mampu, yang pandai, tidak sekedar memiliki beberapa ilmu pukulan seperti Tee Kok. Maka aku datang dan mengambil alih kepemimpinan."
"Hemm, kau sungguh lancang! Apakah tidak tahu bahwa Ang-i Mo-pang mempunyai seorang pelindung? Tanpa persetujuanku, bagaimana engkau dapat menjadi pangcu baru?"
Bhok Gun tersenyum dan kembali menjura.
"Maaf, Siocia. Kalau begitu setelah kini kita saling berhadapan, biarlah aku minta persetujuanmu!"
Bi-kwi tersenyum mengejek. Bagaimanapun juga, sikap ketua baru yang ramah dan selalu hormat itu menyenangkan hatinya. Kalau benar orang ini memiliki kepandaian yang tinggi dan dapat menjadi pembantunya, hemm, tentu jauh lebih menyenangkan dari pada mempunyai pembantu seperti Tee Kok yang sudah tua dan buruk rupa itu, apa lagi memang ilmu silat Tee Kok tak dapat terlalu diandalkan.
"Tidak begitu mudah! Menjadi ketua Ang-i Mo-pang berarti menjadi pembantuku, dan aku harus membuktikan dulu apakah kau pantas menjadi pembantuku."
Semua orang memandang dengan hati tegang. Tibalah saatnya yang menegangkan kini. Gadis sakti itu, yang ditakuti semua anggauta Ang-i Mo-pang, telah mengeluarkan tantangannya. Akan tetapi, Bhok Gun sama sekali tidak kelihatan jerih dan masih tersenyum-senyum ketika melangkah maju ke tengah ruangan yang luas itu, lalu berdiri tegak dan menjawab, suaranya halus namun ramah dan tegas.
"Silahkan, Siocia. Engkau akan mendapat kenyataan bahwa bagaimanapun juga, aku tidak dapat disamakan dengan Tee Kok. Harap saja engkau suka menaruh kasihan kepadaku dan tidak menurunkan tangan kejam."
"Kita lihat saja nanti!"
Kata Bi-kwi sambil melangkah menghampiri pemuda itu.
"Suci, hati-hati...."
Bisik Bi Lan karena gadis ini melihat betapa sikap pemuda itu amat tenangnya, dan sikap ini saja membayangkan bahwa pemuda itu tentu memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi sehingga demikian yakin akan kekuatannya sendiri. Bi-kwi hanya tersenyum mendengar peringatan sumoinya. Iapun bukan orang bodoh dan melihat sikap pemuda tampan mewah ini iapun melihat betapa pemuda ini memiliki sikap yang amat tenang dan penuh kepercayaan kepada diri sendiri, seperti yang juga dimiliki pemuda di restoran tadi dan ia dapat menduga bahwa orang inipun tentu amat lihai. Maka begitu berhadapan, ia mengeluarkan seruan melengking dan menyerang dengan dahsyatnya memainkan jurus dari Ilmu Hek-wan Sip-pat-ciang dari Raja Iblis Hitam.
"Haiiittt....!"
Lengan Bi-kwi meluncur ke depan dengan cengkeraman ke arah dada lawan. Bhok Gun dengan sikap tenang melangkah mundur untuk menghindarkan diri, akan tetapi tiba-tiba dia mengeluarkan seruan kaget ketika lengan gadis itu mulur memanjang dan masih melanjutkan cengkeramannya dengan hebat. Lengan Bi-kwi mulur dan bertambah panjang tidak kurang dari setengah meter! Terpaksa Bhok Gun menangkis dengan cepat karena hampir saja dadanya kena dicengkeram.
"Dukk....!"
Keduanya merasa betapa lengan mereka tergetar dan Bi-kwi sudah melanjutkan serangan-serangannya dengan mempergunakan Ilmu Silat Hek-wan Sip-pat-ciang yang lihai itu. Namun, ketua Ang-i Mo-pang yang baru itu selalu dapat menghindarkan diri sambil berkali-kali mengeluarkan seruan kaget dan heran. Agaknya dia mengenal jurus-jurus ini karena dia dapat menghindarkan diri dengan gerakan yang amat tepat.
Bi-kwi merasa penasaran dan iapun cepat menyelingi serangan dengan jurus-jurus Hek-wan Sip-pat-ciang (Delapan belas Jurus Lutung Hitam) dengan tendangan-tendangan istimewa Pot-hong-twi (Tendangan Delapan Penjuru Angin) dari Iblis Akhirat. Kembali Bhok Gun mengeluarkan seruan heran akan tetapi yang merasa semakin penasaran adalah Bi-kwi karena pemuda itu kembali dapat menghindarkan diri dengan baik sekali dari serangan-serangannya, baik yang dilakukan dengan jurus Hek-wan Sip-pat-ciang maupun tendangan-tendangan Pat-hong-twi. Pemuda itu seperti telah mengenal semua gerakannya sehingga dapat menghindarkan diri dengan tepat sekali. Dengan gemas ia lalu mengeluarkan Ilmu Hun-kin Tok-ciang (Tangan Beracun Putuskan Otot) dari Iblis Mayat Hidup. Kedua tangannya mengeluarkan suara berdesing karena iapun sudah mengerahkan tenaga Kiam-ciang yang amat dahsyat itu.
"Ehhh....!"
Bhok Gun berseru kaget sekali dan dia meloncat mundur. Sudah belasan jurus dia diserang dan dia hanya mengelak dan menangkis terus.
"Nona, kau sambutlah ini!"
Bentaknya dan kini dia balas menyerang. Kini giliran Bi-kwi yang merasa heran dan kaget karena serangan-serangan pemuda itu mengandung dasar ilmu silat yang dimilikinya, bahkan terkandung unsur-unsur semua ilmu silat yang dipelajarinya dari tiga orang gurunya. Ia mengelak sambil berloncatan dan balas menyerang. Sampai kurang lebih lima puluh jurus mereka saling serang dan akhirnya Bhok Gun meloncat ke belakang.
"Nona, tahan! Aku mengenal ilmu silatmu. Apakah engkau murid Sam Kwi?"
Bi-kwi berhenti bergerak, dan kini ia menghunus pedangnya. Dengan marah ia memandang pemuda itu, lalu telunjuk kirinya menuding ke arah muka lawan.
"Orang she Bhok, sebelum mampus di ujung pedangku, katakanlah, siapa sebenarnya engkau dan dari mana engkau mengenal ilmu-ilmuku tadi?"
Akan tetapi, pemuda itu memandang dengan senyum lebar dan tiba-tiba dia berkata dengan ramah sekali.
"Sumoi, harap kau suka simpan kembali pedangmu."
Tentu saja Bi-kwi dan Siauw-kwi terkejut bukan main mendengar ucapan ini. Mereka memandang kepada pemuda itu dengan mata terbelalak.
"Kau bohong!"
Bi-kwi membentak.
"Ketiga orang suhu kami tidak pernah mempunyai murid laki-laki, bahkan tidak mempunyai murid lain kecuali kami berdua!"
"Engkau benar, karena memang aku bukanlah murid ketiga susiok Sam Kwi. Akan tetapi, marilah kita bicara di dalam dan kalian akan mendengar siapa sebenarnya aku dan mengapa aku menyebut kalian sumoi. Marilah."
Bhok Gun lalu memberi isyarat kepada Tee Kok dan para anggauta Ang-i Mo-pang untuk bubaran.
Semua anggauta itu tentu saja merasa kecewa. Mereka tadinya mengharapkan untuk nonton perkelahian yang seru dan mati-matian. Akan tetapi ternyata perkelahian tadi tidak berakhir dengan kalah menangnya seorang di antara mereka, bahkan agaknya mereka itu masih ada hubungan keluarga seperguruan! Akan tetapi, tentu saja mereka tidak berani membantah dan Tee Kok lalu menyuruh mereka semua mengundurkan diri. Bhok Gun mengajak dua orang gadis itu duduk di ruangan dalam, di bagian belakang dan di ruangan inipun keadaannya amat mewah dan menyenangkan. Jendela-jendela dibuka sehingga hawanya sejuk dan dipasangi tirai sutera sehingga keadaan dalam kamar tidak nampak dari luar. Setelah dua orang tamunya duduk, Bhok Gun lalu bercerita dan dua orang gadis itu mendengarkan dengan penuh perhatian,
Juga dengan hati mengandung perasaan heran. Dengan suara yang halus dan sikap yang menarik, pria yang ternyata memiliki banyak sekali pengalaman itu bercerita. Kiranya dia adalah cucu murid dari mendiang Pek-bin Lo-sian, kakek yang menjadi keturunan terakhir dari perguruan mereka yang menguasai pusaka Pedang Suling Naga. Selama hidupnya, Pek-bin Lo-sian tidak pernah menikah dan dia memiliki seorang murid tunggal yang setelah tamat belajar, diusirnya karena watak murid ini amat curang dan keji terhadap gurunya sendiri. Hampir saja murid ini membunuh Pek-bin Lo-sian ketika dia hendak merampas pusaka Liong-siauw-kiam. Untung bahwa Pek-bin Lo-sian masih memiliki kelebihan dari pada muridnya sehingga murid itu dapat dikalahkan dan murid itu melarikan diri dengan menderita luka-luka.
"Nah, murid dari su-kong Pek-bin Lo-sian itu lalu pergi merantau, memperdalam ilmunya dan aku-lah murid tunggalnya. Setelah merasa kuat, guruku pergi mencari su-kong untuk merampas Liong-siauw-kiam, akan tetapi ternyata su-kong telah tewas dan pusaka itu telah diserahkan kepada orang lain."
"Seorang pendekar...."
Kata Bi-kwi pahit.
"Benar, seorang pendekar! Inilah yang menjengkelkan hati guruku. Su-kong sendiri adalah seorang datuk golongan hitam, sejak dahulu kita semua, perguruan kita, memusuhi golongan pendekar yang sombong. Eh, pusaka itu oleh su-kong malah diwariskan kepada seorang pendekar yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan perguruan kita. Guruku lalu menyuruh aku untuk turun gunung dan pergi mencari pendekar yang menguasai pusaka Liong-siauw-kiam itu, membunuh dan merampas pusaka."
Ini merupakan cerita baru yang amat mengejutkan hati Bi-kwi. Kiranya kakek Pek-bin Lo-sian ini masih mempunyai cucu murid yang begini lihai! Dengan begini, ia mendapatkan seorang saingan tangguh dalam memperebutkan pusaka Liong-siauw-kiam! Akan tetapi, ia masih ragu-ragu dan belum percaya sepenuhnya akan keterangan Bhok Gun, maka ia mengambil keputusan untuk menyelidiki terus dan baru mengambil tindakan kalau sudah jelas siapa sesungguhnya orang ini.
"Kalau kau ditugaskan untuk mencari Liong-siauw-kiam, kenapa engkau mengambil alih kekuasaan Ang-i Mo-pang?"
"Aih, masa begitu saja engkau tidak dapat menduganya, sumoi?"
"Jangan sebut sumoi, aku masih ragu-ragu apakah engkau benar saudara seperguruanku!"
Kata Bi-kwi ketus. Bhok Gun tersenyum.
"Baiklah, nona. Kita bicara sampai engkau yakin benar. Aku turun gunung dan tidak tahu siapa adanya pendekar yang diwarisi Suling Naga. Ketika aku mendengar tentang Ang-i Mo-pang di kota ini, aku mempunyai akal untuk dapat mengumpulkan pengaruh dan pembantu, yang memang sudah kulakukan dengan menaklukkan, lima orang perampok yang kujumpai di tengah jalan. Dengan mengepalai sebuah perkumpulan besar seperti Ang-i Mo-pang, tentu aku akan dapat dengan mudah melakukan penyelidikan dan siapa tahu, aku mebutuhkan bantuan mereka dalam menghadapi musuh-musuhku. Dan ternyata dugaanku, karena Tee Kok tahu siapa pendekar yang mewarisi pusaka itu. Katanya seorang pendekar yang lihai bukan main...."
"Si mulut panjang Tee Kok!"
Bi-kwi mengomel.
"Ha-ha, bajingan kecil macam dia mana bisa menyimpan rahasia? Tentang dirimu, dia hanya mengatakan bahwa Ciong Siocia adalah seorang lihai yang melindungi Ang-i Mo-pang, sama sekali tidak pernah mengatakan bahwa engkau adalah murid Sam Kwi susiok."
"Dia mana tahu?"
"Akan tetapi dia juga menceritakan bahwa engkau berusaha merampas pedang pusaka suling naga itu, bahkan dia juga membantumu akan tetapi kalian gagal dan dikalahkan pendekar pemegang suling naga. Sama sekali tidak pernah kusangka bahwa di antara kita masih ada hubungan saudara seperguruan, baru kuketahui ketika engkau menyerangku dengan jurus-jurus yang tidak asing bagiku tadi."
Biarpun kini ia hampir yakin bahwa memang pemuda ini benar cucu murid Pek-bin Lo-sian, akan tetapi ia masih merasa tidak senang kalau dalam usahanya mendapatkan saingan. Untuk memancing sikap pemuda itu, tiba-tiba ia berkata,
"Su-kongmu itu akulah yang membunuhnya!"
Setelah berkata Bhok Gun memang kaget bukan main sampai meloncat bangun dari tempat duduknya, akan tetapi bukan karena marah. Ia malah tersenyum kagum.
"Aih, untung tadi tidak dilanjutkan pertandingan itu, kalau dilanjutkan tentu aku akan kalah. Kalau engkau sudah mampu membunuh su-kong, jelas bahwa ilmu kepandaianmu amat tinggi, lebih tinggi dari tingkatku!"
Tentu saja kata-kata ini hanya pujian saja karena sebelum mati, Pek-bin Lo-sian sudah menderita luka parah ketika bertanding melawan Sim Houw, juga usianya sudah amat tua sehingga tenaganya sudah lemah. Selain itu, guru Bhok Gun tidak dapat dinilai sebagai murid Pek-bin Lo-sian yang tingkat kepandaiannya kalah oleh kakek itu sendiri. Guru Bhok Gun sudah memperdalam ilmunya selama puluhan tahun. Akan tetapi Bi-kwi tersenyum mengejek.
"Kalau ilmu simpanan-ku tadi kukeluarkan, mungkin kita tidak lagi dapat bercakap-cakap seperti ini."
Yang dimaksudkannya adalah ilmunya yang baru-baru ini ia pelajari dari ketiga orang suhunya, yaitu Ilmu Silat Sam Kwi Cap-sha-kun!
"Sudah lama aku mendengar dari guruku tentang ke tiga susiok Sam Kwi. Dan ingin aku mencari dan memperkenalkan diri, akan tetapi guruku melarang dan mengatakan bahwa sudah sejak muda susiok Sam Kwi tidak mempunyai hubungan dengan kami. Kini aku bertemu dengan kalian yang menjadi murid-murid susiok Sam Kwi, bukankah ini menggirangkan hati sekali? Kita masih saudara seperguruan, dan engkau juga mencari pusaka itu."
"Dan engkau juga mencarinya. Berarti kita adalah saingan!"
Kata Bi-kwi. Bhok Gun tertawa.
"Ah, mana aku begitu bodoh untuk memperebutkan benda begitu saja dengan kalian yang menjadi sumoi-sumoiku sendiri? Tidak, kami, yaitu aku dan guruku, mempunyai urusan yang lebih penting lagi dan kita dapat bekerja sama dalam hal ini. Dengan saling membantu, kuyakin cita-cita kita akan dapat terpenuhi semua dan tentang pusaka Liong-siauw-kiam, kalau memang engkau menghendaki, biarlah kelak untukmu. Aku akan membantumu sampai pusaka itu dapat kita rampas, akan tetapi engkaupun mau membantu kami dalam urusan kami.
"Urusan apakah itu?"
Bi-kwi mulai tertarik karena kalau pemuda ini mempunyai urusan yang dianggap lebih penting dari pada pusaka Liong-siauw-kiam, tentu urusan itu amat besar.
"Terus terang saja, cita-citaku adalah menguasai Liong-siauw-kiam dan menjadi beng-cu dari dunia hitam."
Ia mendahului agar pemuda itu mengetahui di mana ia berdiri. Bhok Gun mengangguk-angguk.
"Cita-cita yang baik dan mengagum-kan, dan aku yakin, dengan kepandaian kalian, maka kalian akan berhasil."
"Aku hanya membantu suci!"
Tiba-tiba Bi Lan berkata. Bhok Gun memandang kaget. Karena sejak tadi diam saja dan hanya menjadi pendengar, kehadiran gadis ini seperti bayangan saja, oleh karena itu begitu mengeluarkan suara, mengejutkan hati Bhok Gun. Pemuda ini memandang wajah yang manis itu dan tersenyum lebar.
"Tentu saja, cita-cita sucimu adalah cita-citamu juga."
"Aku tidak bercita-cita, aku hanya membantu suci mencapai kedua cita-citanya itu untuk memenuhi janjiku kepadanya,"
Kata Bi Lan dan iapun menentang pandang mata sucinya dan pemuda itu dengan berani, agaknya untuk menekankan bahwa ia tidak mau terlibat dalam urusan mereka berdua. Diam-diam Bhok Gun merasa heran sekali. Sumoi muda ini agaknya sama sekali tidak takut terhadap sucinya, bahkan ada sikap menentang! Kenapa sang suci diam saja? Bukankah dengan kepandaiannya yang tinggi, suci ini dapat menekan sumoinya?
"Orang she Bhok, lanjutkan ceritamu tentang urusanmu itu,"
Tiba-tiba Bi-kwi berkata seolah-olah tak suka mendengar sumoinya bicara.
"Sumoi, terus terang saja, urusan ini adalah rahasia besar yang tidak boleh kubicarakan dengan siapapun juga. Kalau kalian mengaku aku sebagai suheng, tentu saja persoalannya lain lagi. Sebagai adik-adik seperguruan, tentu saja kalian boleh mendengar urusan itu."
Watak Bi-kwi memang keras. Tadi, melihat sikap lunak dan ramah dari Bhok Gun, ia mau bicara, akan tetapi begitu Bhok Gun memperlihatkan sikap menantang, iapun bangkit berdiri.
"Orang she Bhok, jangan kira engkau akan dapat memaksaku! Engkau tidak menceritakan urusanmu itupun tidak mengapa, dan akupun tidak membutuhkan bantuanmu. Akan tetapi yang jelas, engkau harus meninggalkan Ang-i Mo-pang atau kita akan berkelahi sampai mati!"
Bi-kwi berdiri tegak, sikapnya menantang, sepasang matanya memancarkan sinar berapi. Hidungnya yang kecil mancung itu kembang-kempis seolah-olah mengeluarkan napas yang panas. Sejenak Bhok Gun memandang terpesona. Bukan main wanita ini, pikirnya. Betapa panasnya! Kalau menjadi seorang kekasih, tentu hebat!
"Tenanglah, nona."
Bhok Gun berkata sambil tersenyum lagi, maklum akan kekeliruannya telah bersikap keras tadi dan dia mulai mengenal watak wanita cantik ini.
"Coba bayangkan baik-baik. Dibantu oleh seorang seperti Tee Kok, apa artinya? Sebaliknya kalau aku membantumu, agaknya tidak akan ada urusan yang tidak beres. Kita berdua, apa lagi bertiga, tentu akan mudah membunuh pendekar yang menguasai Liong-siauw-kiam itu. Maka, marilah kita bicara lagi dengan baik. Duduklah dan dengarkan ceritaku."
Melihat pemuda itu bersikap lembut, dan nampak tampan sekali dengan senyumnya yang memikat, hati Bi-kwi sabar dan tenang kembali. Akan tetapi ia masih cemberut ketika ia duduk kembali.
"Dengarlah baik-baik dan jangan sekali-kali membiarkan urusan ini sampai terdengar orang lain. Kami, guruku dan aku, telah menjadi pembantu-pembantu utama di luar pengetahuan orang lain, sebagai pembantu-pembantu rahasia, dari Hou-taijin di kota raja."
Bi-kwi menjebikan bibirhya. Urusan begitu saja dirahasiakan, pikirnya. Apa sih hebatnya menjadi antek pembesar? Bahkan dianggapnya sebagai pekerjaan hina dan rendah! Masa orang yang sudah memiliki kepandaian tinggi, yang mempunyai kedudukan tinggi pula di dunia hitam, sudi menjadi antek segala macam pembesar?
"Siapa sih Hou-taijin itu?"
Tanyanya dengan suara jelas mengandung ejekan. Kini Bhok Gun yang memandang dengan sinar mata penuh keheranan.
"Sumoi eh, nona! Benarkah engkau belum pernah mendengar tentang Hou-taijin di kota raja?"
Bi-kwi menggeleng.
"Aku tak ada urusan dengan segala pembesar brengsek!"
"Ah, kalau begitu nona ketinggalan jaman! Semua orang membicarakan tentang Hou-taijin! Bayangkan saja, kalau ada orang yang tadinya bekerja sebagai kuli, sebagai pemanggul joli kini dapat mencapai pangkat sehingga dicalonkan sebagai perdana menteri kerajaan, apakah orang itu tidak hebat sekali?"
Bi-kwi tercengang juga. Tak dapat disangkal lagi. Orang itu tentu hebat. Ia mengerti bahwa pangkat perdana menteri hanya satu tingkat di bawah kaisar! Bahkan pernah ia mendengar bahwa urusan kerajaan bahkan dikendalikan oleh tangan perdana menteri, sedangkan kaisar hanya mengangguk setuju atau menggeleng tak setuju saja. Kalau menjadi pembantu-pembantu seorang calon perdana menteri, ini lain lagi urusannya dan iapun mulai tertarik. Melihat sikap Bi-kwi yang mulai tertarik, Bhok Gun melanjutkan ceritanya.
"Sekarangpun guruku sudah berada di kota raja. Kami menjadi pembantu-pembantu rahasia dari Hou-taijin. Tugas kami selain melaksanakan perintah-perintah rahasia, juga kami ditugaskan untuk mempengaruhi seluruh tokoh dunia hitam agar dapat menjadi pendukungnya. Untuk itu, selain hadiah berupa harta benda yang amat besar, juga mereka yang berjasa akan diberi hadiah kedudukan."
"Hemm, apa artinya harta benda?"
Kata pula Bi-kwi.
"Tentu saja guruku dan aku tidak butuh harta benda. Apa sukarnya kalau kita membutuhkan harta benda? Tinggal ambil saja dari rumah-rumah para hartawan. Akan tetapi bukan itu yang menjadi cita-cita kami, akan tetapi pangkat tinggi! Kalau sampai aku kelak menerima anugerah pangkat tinggi, misalnya panglima atau setidaknya kepala suatu daerah, bukankah itu jauh lebih berarti dari pada sekedar harta benda? Ingat, tanpa hubungan baik dengan seorang pembesar tinggi yang berpengaruh, hanya mengandalkan kepandaian silat saja, tidak mungkin kita dapat menjadi seorang pembesar yang menduduki pangkat tinggi. Seorang datuk di dunia hitam, walaupun disembah-sembah, akan tetapi hanya oleh golongan hitam saja. Sebaliknya, seorang pembesar tinggi akan dihormat dan disembah oleh semua golongan, dengan kekuasaan yang tak terbatas."
"Hemm, dan bagaimana engkau akan dapat mempengaruhi para tokoh dunia hitam untuk mendukung pembesar she Hou itu?"
"Tentu saja dengan meraih kedudukan pimpinan dunia hitam!"
"Akan tetapi itulah cita-citaku, merampas pusaka Liong-siauw-kiam dan mengangkat diri menjadi bengcu!"
Kata pula Bi-kwi dengan alis berkerut.
"Bagus! Aku akan membantumu, sumoi. Aku membantumu merampas pusaka dan membantumu menjadi bengcu, kemudian engkau dengan pengaruhmu membantu aku. Bukankah ini menjadi suatu kerja sama yang amat baik dan saling menguntungkan?"
Bi-kwi benar-benar merasa tertarik sekarang. Tentu saja ia memandang dari segi yang menguntungkan dirinya. Kalau dibantu oleh seorang yang lihai seperti laki-laki ini, tentu saja harapannya lebih besar untuk dapat merampas pusaka dari tangan Pendekar Suling Naga yang sakti itu. Juga dalam mengangkat diri menjadi bengcu, tentu ia akan menghadapi banyak saingan, maka tenaga bantuan seorang seperti Bhok Gun, apa lagi kalau orang ini masih terhitung saudara seperguruannya, tentu saja amat berharga.
"Hemm, aku masih belum yakin apakah dapat bekerja sama denganmu ataukah tidak,"
Katanya dan sepasang mata yang tajam itu menyambar-nyambar seperti kilat menjelajahi seluruh muka dan tubuh Bhok Gun penuh selidik. Bhok Gun merasa seluruh tubuhnya seperti diraba-raba yang membuatnya panas dingin. Hebat wanita ini, sinar matanya saja mampu membuatnya terangsang.
"Memang harus dibuktikan dulu apakah kita akan dapat bekerja sama,"
Katanya sambil bangkit berdiri dan memandang dengan sinar mata penuh gairah dan ajakan.
"Mau sama-sama kita buktikan sekarang juga?"
Ajaknya dengan uluran tangan. Bi-kwi tersenyum. Ia suka kepada pria ini, seorang pria yang berpengalaman dan penuh pengertian, dan agaknya, melihat ketampanan wajahnya dan ketegapan tubuhnya, menjanjikan sesuatu yang akan amat menyenangkan dirinya. Maka iapun bangkit dan menghampiri pria itu, menoleh kepada Bi Lan sambil berkata,
Suling Naga Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sumoi, kita tinggal di sini selama beberapa hari, baru melanjutkan pejalanan."
Bhok Gun tersenyum.
"Jangan khawatir, sumoimu akan memperoleh pelayanan yang istimewa."
Dia bertepuk tangan tiga kali dan muncullah dua orang pelayan wanita yang muda dan cantik-cantik.
"Berikan kamar tamu yang terbaik, di sebelah kiri kamarku itu, kepada nona ini dan layani ia sebaik mungkin sebagai seorang tamu agung. Malam ini sediakan hidangan termewah untuk menghormati dua orang tamu agung,"
Kata Bhok Gun dan dua orang wanita itu membungkuk dengan hormat sambil tersenyum manis.
"Marilah, sumoi.... eh, Ciong Siocia!"
Kata Bhok Gun sambil menggandeng tangan Bi-kwi yang hanya tersenyum dan merekapun pergi masuk ke dalam. Bi Lan mengerutkan alisnya. Ia sudah mengenal watak cabul dari sucinya dan tahu bahwa sucinya telah menarik tuan rumah itu sebagai seorang kekasih baru. Ia tidak perduli akan hal ini, hanya merasa tak enak dan canggung harus berada seorang diri di tempat asing itu. Akan tetapi iapun tidak membantah ketika dua orang wanita pelayan itu dengan hormat mempersilahkan ia ke kamarnya yang ternyata merupakan sebuah kamar yang indah dan mewah pula.
Siapakah sebetulnya pembesar bernama Hou Seng yang disebut-sebut oleh Bhok Gun itu? Bu-kankah kita sudah tahu bahwa pemuda Gu Hong Beng juga membawa tugas dari gurunya, pendekar sakti Suma Ciang Bun, untuk menyelidiki pembesar Hou Seng di kota raja! Siapakah Hou Seng ini dan mengapa dia begitu penting? Di dalam kehidupan kaisar Kian Liong, seperti juga kehidupan para kaisar-kaisar lainnya, terdapat banyak rahasia yang tidak dicatat dalam sejarah. Pada waktu itu, kekuasaan kaisar tak terbatas dan tentu saja yang dicatat dalam sejarah hanya kebaikan-kebaikan seorang kaisar saja. Keburukan-keburukannya selalu disembunyikan dan siapa berani membicarakan apalagi mencatatnya, tentu akan dihukum mati, mungkin sekeluarganya agar rahasia busuk itu tidak sampai bocor keluar.
Karena itu, di dalam sejarah, Kaisar Kian Liong hanya dikenal sebagai seorang kaisar yang amat bijaksana dan baik, dan memang banyak sudah jasanya untuk kemajuan pemerintah Ceng-tiauw atau pemerintah Mancu. Akan tetapi di balik semua itu, sebagai seorang manusia biasa, tentu saja ia memiliki kelemahan-kelemahannya dan satu diantara kelemahannya adalah bahwa kaisar seorang yang tidak membatasi dirinya dalam kesenangan memuaskan nafsu berahinya. Banyak sudah dia terlibat dalam hubungan jina dengan wanita-wanita yang bukan isteri atau selirnya. Dan wanita-wanita itu biarpun isteri pembesar dalam istana atau siapa saja, agaknya dengan senang hati akan melayani kaisar yang merupakan orang yang paling berkuasa itu, disamping bahwa memang Kaisar Kian Liong seorang pria yang menarik.
Akan tetapi, setelah kini kaisar itu berusia kurang lebih setengah abad, terjadi suatu keanehan pada dirinya. Keanehan ini memang pada waktu itu banyak hinggap pada para pembesar-pembesar tinggi, yaitu mengalihkan kegemaran akan wanita-wanita muda yang cantik jelita kepada kegemaran mempunyai pelayan-pelayan pria muda yang tampan. Kegemaran tidur dikawani seorang wanita muda berobah menjadi kegemaran tidur ditemani seorang pemuda tampan! Ketika pada suatu hari Kaisar Kian Liong naik joli untuk pergi ke bagian lain dari istananya yang amat luas itu, untuk mengunjungi sebuah taman bunga mawar yang sedang berkembang dengan indahnya, tanpa disengaja pandang matanya bertemu dengan seorang pemuda yang tampan dan ketika pandang mata kaisar melihat wajah pemuda ini dari samping, hampir saja kaisar ini berseru kaget.
Wajah itu mirip sekali dengan wanita yang pernah membuatnya tergila-gila! Terkenanglah Kaisar Kian Liong akan peristiwa itu, peristiwa yang terjadi ketika dia masih menjadi pangeran, menjadi putera mahkota yang disanjung dan dimanja. Ketika itu dia masih muda, baru delapan belas tahun usianya dan semuda itu dia sudah mempunyai banyak pengalaman dengan wanita. Dan seperti biasa, kalau orang menuruti nafsu, maka nafsu akan memperhambanya. Makin dituruti nafsu, makin hauslah dia! Pada waktu itu, ayahnya, kaisar tua, baru saja memperoleh seorang selir dari daerah barat, seorang gadis yang amat cantik. Melihat selir ayahnya ini, hati Pangeran Kian Liong tergila-gila dan diapun menggunakan segala usaha untuk dapat memetik bunga harum yang telah disimpan ayahnya itu.
Akan tetapi, sungguh tak pernah disangkanya bahwa selir muda itu ternyata amat setia kepada kaisar yang tua, dan biarpun pada waktu itu Pangeran Mahkota Kian Liong terkenal sebagai seorang pemuda yang penuh gairah dan tampan, segala bujuk rayu pangeran itu ditolaknya mentah-mentah! Hal ini membuat hati Kian Liong penasaran bukan main. Pada suatu malam, dia berhasil memasuki kamar selir ini selagi ayahnya menggilir selir lain dan kembali dia membujuk, merayu dan bahkan hendak mempergunakan kekerasan terhadap diri selir itu. Akan tetapi sang selir tetap menolak dan ketika hendak diperkosa, ia menjerit-jerit! Tentu saja hal ini menimbulkan aib. Pada saat itu, ibunda permaisuri lalu mengambil tindakan. Urusan dibalikkan dan selir itu yang dituduh hendak menggoda sang pangeran mahkota, maka iapun dipaksa harus membunuh diri dengan menggantung diri!
Demikianlah kekuasaan keluarga kaisar di waktu itu. Bagi keluarga kaisar, tidak ada kesalahan! Kesalahan tidak terdapat dalam kamus keluarga kerajaan. Segala yang dilakukan adalah benar, maka yang bersalah tentu saja si selir, yang hanya merupakan keluarga sampingan atau pendatang dari luar! Akan tetapi, wajah selir itu tak pernah dapat dilupakan Kian Liong. Dia merasa menyesal sekali tidak dapat memiliki wanita itu. Makin dibayangkan, semakin penasaran hatinya. Belum pernah dia ditolak oleh seorang wanita sebelum itu, dan satu-satunya wanita yang menolaknya itu tentu saja mendatangkan kesan yang amat mendalam di hatinya. Demikianlah, ketika dia berusia hampir setengah abad,
Melihat wajah seorang pemikul joli itu demikian mirip dengan wanita yang pernah digilainya, hatinya tergerak. Apa lagi ketika dia mendengar keterangan bahwa Hou Seng, demikian nama pemikul tandu berusia hampir tiga puluh tahun itu, dilahirkan pada hari yang sama dengan kematian wanita yang dipaksa menggantung diri, yakinlah hati Kaisar Kian Liong bahwa Hou Seng adalah penjelmaan kembali dari selir ayahnya yang digilainya itu! Mungkin terdorong oleh kepercayaan ini, atau memang dia sudah bosan dengan wanita-wanita muda, mulai hari itu, Hou Seng menjadi pelayan dalam yang tidak dikebiri! Menjadi pelayan pribadi kaisar dan menemani kaisar itu dalam kamar tidurnya! Dan mulailah bintang Hou Seng naik dengan gemilang. Apa lagi dia memang orang yang cerdik sekali. Begitu dia memperoleh perhatian kaisar,
Setiap ada waktu senggang dia pergunakan untuk memperdalam pengetahuannya tentang ilmu baca tulis, tentang sastera, tentang ketatanegaraan sehingga dia terus menanjak menjadi pejabat tinggi dalam istana. Bahkan akhir-akhir ini ramai diperbincangkan orang di kalangan istana bahwa pembesar Hou Seng ini dicalonkan untuk menjadi perdana menteri, menggantikan perdana menteri tua yang akan mengundurkan diri. Setiap hasil yang baik seseorang biasanya memancing datangnya rasa iri hati dari orang lain, terutama kalau orang lain itu berkecimpung di dalam satu bidang pekerjaan. Apa lagi kalau hasil baik itu didapatkan dengan cara yang dianggap tidak wajar. Demikian pula dengan Hou Seng. Banyak rekanya para pembesar, para pamong praja dan para mentri, bahkan panglima, merasa iri hati dan banyak yang membencinya.
Seperti biasa pada jaman itu pria yang dijadikan selir rahasia atau teman tidur seorang pria lain, dinamakan Kelenci, julukan untuk seorang seperti Hou Seng. Diapun diam-diam dimaki orang dengan julukan Kelenci Istana! Hou Seng bukan tidak maklum bahwa dirinya dibenci banyak orang. Bahkan ada pula yang mengancam untuk membunuhnya kalau ada kesempat-an. Oleh karena ini, Hou Seng semakin merapatkan diri dengan kaisar untuk memperoleh perlindu-ngan, dan selain itu, diapun mulai menyusun kekuatannya sendiri agar selain dapat melindungi diri-nya, juga dapat membalas, bahkan kalau mungkin menghancurkan dan membasmi musuh-musuh-nya! Sebagai seorang pembesar sipil, tentu saja dia tidak bisa memperoleh perlindungan pasukan bala tentara, kecuali sepasukan kecil pengawal saja. Oleh karena itulah maka dia mulai mengadakan hubungan ke luar istana.
Tentu saja yang dapat dikaitnya adalah tukang-tukang pukul, penjahat-penjahat dan ahli-ahli silat yang ingin memperoleh uang banyak dari keahliannya itu. Akhirnya dia berkenalan dengan Bhok Gun dan gurunya yang melihat kesempatan baik untuk mengangkat diri mereka dengan harapan kelak akan memperoleh kedudukan tinggi melalui kekuasaan Hou Seng. Dan karena guru dan murid ini memang memiliki kepandaian tinggi, segera mereka memperoleh kepercayaan Hou Seng. Apa lagi ketika Bhok Gun dan gurunya telah membuat jasa besar dengan melakukan pembunuhan secara
(Lanjut ke Jilid 10)
Suling Naga (Seri ke 13 - Serial Bu Kek Siansu)
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo
Jilid 10
rahasia terhadap beberapa orang pembesar tinggi yang menjadi musuh-musuh utama dari Hou Seng. Tidak kurang dari tujuh orang pembesar musuhnya, kedapatan mati di dalam kamar masing-masing tanpa ada yang tahu siapa pembunuhnya.
Tentu saja Hou Seng tahu karena dialah yang mengutus Bhok Gun dan gurunya untuk melakukan pembunuhan-pembunuhan itu. Semenjak ini, guru dan murid ini diangkat menjadi pembantu pribadi yang utama dan mereka diserahi tugas untuk mengumpulkan dan mempengaruhi para tokoh di dunia hitam agar mereka suka mendukung Hou Seng dan kalau sewaktu-waktu tenaga mereka dibutuhkan agar siap siaga! Demikianlah keadaan yang sebenarnya dari kehidupan Kaisar Kian Liong yang dirahasiakan dan tidak terdapat dalam sejarah. Di dalam sejarah hanya disebut nama Hou Seng sebagai seorang pembesar atau menteri korup yang kelak setelah Kaisar Kian Liong meninggal dunia dan Kaisar Chai Ceng menjadi kaisar, atas tuntutan lebih dari enam puluh orang pejabat tinggi,
Hou Seng ditangkap dan diadili, dijatuhi hukuman mati dengan jalan diperbolehkan menggantung diri, tidak dipenggal kepalanya mengingat betapa orang ini pernah melayani mendiang Kaisar Kian Liong. Hebatnya, kemudian diketahui bahwa harta kekayaan yang disimpan oleh Hou Seng bahkan melampaui jumlah harta kekayaan istana sendiri! Sore hari itu, setelah mandi dan berganti pakaian, Bi Lan diberitahu oleh pelayan bahwa hidangan telah disediakan dan bahwa ia diharapkan oleh tuan rumah untuk makan malam di ruangan makan. Bi Lan mengikuti pelayan wanita itu dan memasuki sebuah ruangan yang bersih dan indah, di mana telah dipersiapkan hidangan di atas meja bundar yang cukup besar. Bau masakan yang masih panas menyambut hidungnya dan tiba-tiba saja Bi Lan merasa betapa perutnya amat lapar. Oleh pelayan wanita ia dipersilahkan duduk.
Tak lama Bi Lan menanti karena segera terdengar langkah-langkah orang dan ketika ia menengok, mukanya menjadi merah sekali melihat betapa sucinya datang bersama tuan rumah dalam suasana yang amat akrab dan mesra! Sucinya tersenyum-senyum, bergandengan tangan dengan Bhok Gun dan menggerakkan kepala menengadah, memandang pria itu dengan sinar mata penuh kasih. Ia bergantung kepada lengan Bhok Gun dengan sikap manja dan mesra, seperti pengantin baru saja! juga pakaian sucinya itu baru dan berbau harum ketika sudah tiba dekat. Tanpa diberitahupun maklumlah Bi Lan bahwa telah terdapat persetujuan dan kecocokan antara sucinya dan ketua baru Ang-i Mo-pang itu! Mereka berdua duduk bersanding, berhadapan dengan Bi Lan dan Bi-kwi yang lebih dulu membuka suara berkata kepada sumoinya,
"Siauw-kwi, kami telah bersepakat untuk saling bantu, dan memang antara kami masih ada ikatan keluarga seperguruan. Sute Bhok Gun dan aku mau bekerja sama dan engkau menjadi pembantu kami."
"Benar, sumoi Can Bi Lan, mulai sekarang aku adalah suhengmu. Kita berdua harus mentaati semua perintah suci Ciong Siu Kwi,"
Kata pula Bhok Gun dengan senyum manis kepada Bi Lan. Diam-diam hati Bi Lan menjadi geli mendengar namanya dan nama sucinya disebut dengan lengkap. Sambil tersenyum geli ia menoleh kepada sucinya. Agaknya Bi-kwi maklum akan isi hati sumoinya, maka iapun berkata dengan nada suara sungguh-sungguh,
"Sumoi, kita tidak lagi tinggal bersama tiga orang suhu kita dan sute tidak suka mendengar sebutan Bi-kwi dan Siauw-kwi. Bagaimanapun juga, kalau kelak kita menjadi orang-orang berkedudukan tinggi, segala sebutan jelek itu harus ditinggalkan dan mulai sekarang kita harus belajar menjadi orang sopan."
Hati Bi Lan menjadi semakin geli.
"Suci, apakah ini berarti bahwa mulai sekarang engkau juga tidak akan melakukan hal-hal yang jahat lagi?"
Bi-kwi dan Bhok Gun saling bertukar pandang, lalu Bhok Gun yang menjawab,
"Sumoi, apa sih yang dimaksudkan dengan perbuatan jahat itu? Dia tidak pernah melakukan perbuatan jahat, yang kita lakukan adalah perbuatan yang menguntungkan diri sendiri. Bukankah ini sudah benar dan tepat? Kita berbuat untuk memperebutkan sesuatu yang baik dan menguntungkan untuk diri kita, untuk kehidupan kita. Kalau perlu kita singkirkan siapa saja yang manjadi penghalang kita."
Bi Lan sudah hafal akan pendapat seperti itu, pendapat yang selalu ditanamkan oleh Sam Kwi, bahkan semua orang di dunia hitam atau golongan sesat.
"Maksudku bukan itu, suci,"
Katanya, tetap kepada Bi-kwi karena ia masih enggan harus bicara kepada laki-laki yang mengaku suhengnya dan yang matanya memiliki sinar seperti hendak menelanjanginya itu.
"Biasanya suci tidak perduli akan segala sopan santun, akan tetapi sekarang mendadak hendak merobah cara hidup. Sungguh lucu nampaknya,"
Katanya sambil tersenyum.
"Sudahlah, engkau masih terlalu muda untuk tahu akan urusan penting,"
Kata Bi-kwi.
"Mari kita makan, perutku sudah lapar sekali!"
Mereka lalu makan minum dan dua orang yang sedang berkasih-kasihan itu menyelingi makan mi-num itu dengan tingkah dan ucapan-ucapan mesra, kadang-kadang saling suap dengan sumpit mereka. Tentu saja hal ini membuat Bi Lan merasa canggung sekali dan ia menundukkan muka saja sambil makan dengan amat hati-hati. Pengalamannyaa ketika ia diloloh arak oleh tiga orang suhunya, kemudian ditawan oleh Sam Kwi membuat ia berhati-hati dan sedikitpun tidak mau menyentuh arak.
Ia tidak khawatir akan racun yang dicampurkan makanan atau minuman karena ia pernah mempelajari tentang racun dari Iblis Mayat Hidup yang ahli racun sehingga ia dapat menolak kalau sampai makanan atau minuman itu dicampuri racun. Maka ia hanya makan makanan yang telah dimakan oleh tuan rumah, dan ia sama sekali tidak mau minum arak setetespun. Ia tidak melihat, karena selalu menundukkan muka, betapa Bi-kwi dan Bhok Gun kadang-kadang mengamatinya dengan pandang mata penuh selidik dan sikapnya yang hati-hati itu agaknya diketahui pula oleh mereka. Bi Lan sama sekali tidak tahu bahwa tadi, di dalam kamar Bhok Gun, ketika beristirahat dari kegiatan mereka untuk "saling mengenal"
Atau melihat apakah mereka dapat "bekerja sama", dua orang itu telah menyinggung namanya, bahkan membicarakan tentang dirinya dengan serius.
"Agaknya sumoimu itu tidak suka padamu, atau tidak begitu cocok, bahkan nampaknya bercuriga terhadap kita,"
Kata Bhok Gun.
"Memang antara aku dan ia tidak ada kecocokan. Aku juga heran mengapa Sam Kwi mau mengambil anak macam itu sebagai murid mereka yang ke dua. Hemm, anak itu kelak hanya akan mendatangkan pusing saja bagiku."
"Hemm, suci yang baik, kalau memang begitu, kenapa tidak dari dulu-dulu kau bunuh saja sumoi yang tiada guna itu?"
Bi-kwi menarik napas panjang dan mengerutkan alisnya.
"Ah, kau kira aku begitu bodoh? Memang ada keinginan itu di hatiku, akan tetapi aku selalu tidak memperoleh kesempatan yang baik. Ketika ia masih kecil, aku yang disuruh melatihnya. Aku tidak dapat membunuhnya karena Sam Kwi kelihatan sayang kepadanya. Aku akan mendapat marah besar kalau ketika itu kubunuh. Aku lalu melatihnya, akan tetapi sengaja kuselewengkan sehingga ia tidak dapat mempelajari ilmu silat yang benar, melainkan kacau balau, bahkan latihan sin-kang yang kuselewengkan membuat ia hampir gila."
"Bagus sekali! Ha-ha, engkau sungguh cerdik mengagumkan sekali!"
Bhok Gun demikian kagum dan girang sehingga dia menghadiahkan beberapa ciuman mesra kepada Bi-kwi yang membalasnya dengan takkalah bersemangatnya. Sejenak mereka lupa akan percakapan tadi, akan tetapi ketika teringat kembali, Bhok Gun bertanya,
"Lalu mengapa ia kini tidak kelihatan seperti gila lagi?"
Kembali Bi-kwi menarik napas panjang. Biasanya, wanita ini tidak pernah memperlihatkan perasaan hatinya. Akan tetapi kini ia berada dalam keadaan santai dan suasana mesra, maka iapun seperti wanita biasa yang diombang-ambingkan antara suka dan duka, puas dan kecewa tanpa pengendalian diri sama sekali.
"Entah ia terlalu beruntung ataukah aku yang terlalu sial. Ketika Sam Kwi sedang bertapa untuk menciptakan ilmu baru, aku memperoleh kesempatan sepenuhnya terhadap diri Siauw-kwi. Ia sudah hampir gila karena latihan yang salah. Akan tetapi tiba-tiba saja ia menjadi sembuh dan setelah kuselidiki, ternyata ia bertemu dengan suami isteri yang telah mengobatinya!"
Bi-kwi mengepal tangan kanannya dengan gemas.
"Dan aku tidak dapat berbuat apa-apa terhadap mereka!"
"Eh?"
Bhok Gun mengangkat alisnya, memandang heran. Kalau kekasihnya ini sampai tidak mampu melakukan sesuatu, tentu suami isteri itu bukan orang sembarangan.
"Siapakah mereka?"
"Si Naga Sakti Gurun Pasir dan isterinya."
"Ohhh....!"
Sepasang mata Bhok Gun terbelalak dan tentu saja dia pernah mendengar nama pendekar yang sudah seperti nama dalam dongeng itu karena dunia kang-ouw hanya mengenal namanya tanpa pernah melihat orangnya.
"Akan tetapi, apakah setelah itu engkau tidak dapat membunuhnya? Kulihat ia melakukan perjalanan bersamamu, berarti engkau mempunyai banyak kesempatan."
Bi-kwi menggeleng kepala.
"Kami berdua mempelajari ilmu baru dari Sam Kwi. Kulihat ia telah menguasai ilmu-ilmu kami, dan ia dapat merupakan seorang pembantu yang cukup lihai. Mengingat akan cita-citaku, aku merasa bahwa dari pada membunuhnya, lebih baik menjadikan ia sebagai pembantuku untuk merampas Liong-siauw-kiam dan kedudukan bengcu. Dan ia sudah berjanji untuk membantuku."
"Akan tetapi, bukankah sekarang ada aku!"
Bi-kwi mengang-guk dan meraba dagu laki-laki itu.
"Memang, sekarang ada engkau. Sebaliknya kita bunuh saja anak itu, karena kurasa kelak ia hanya akan menjadi penghalang bagi kita. Wataknya berbeda sekali dengan kita, dan ia tidak pantas menjadi murid Sam Kwi. Bahkan ada kecondongan hatinya untuk memihak musuh-musuh kita, para pendekar. Ia berlagak menjadi pendekar agaknya. Hatinya lemah."
Bhok Gun mengangguk-angguk, kemudian berkata dengan hati-hati,
"Bagaimanapun juga, apakah tenaga yang demikian baiknya harus dimusnahkan begitu saja? Ingat, sekarang ini, untuk mencapai cita-cita kita, kita membutuhkan banyak tenaga yang kuat dan lihai. Dan kurasa sumoimu itu merupakan tenaga yang amat berharga."
Bi-kwi mengangguk-angguk.
"Itulah sebabnya aku belum membunuhnya sampai sekarang. Ia telah menguasai semua ilmu Sam Kwi, dan agaknya hanya sedikit selisih tingkatnya dengan tingkatku. Akan tetapi kalau tidak dibunuh dan kemudian ia berdiri di pihak yang menentang kita, bukankah hal itu akan merugikan?"
"Orang-orang pandai jaman dahulu berkata bahwa api adalah musuh yang amat berbahaya akan tetapi dapat menjadi pembantu yang amat menguntungkan. Kurasa demikian pula dengan sumoimu Can Bi Lan itu. Kalau kita pandai mempergunakan, bukan membunuhnya melainkan menundukkannya dan ia dapat membantu kita, bukankah hal itu menguntungkan sekali?"
Sepasang mata wanita itu memandang dengan tajam penuh selidik, lalu bibirnya berjebi.
"Huh, laki-laki di manapun sama saja! Aku tahu apa yang terbayang dalam pikiranmu yang kotor itu!"
Bhok Gun tersenyum lebar dan merangkul Bi-kwi, menciumnya dengan mesra sehingga wanita itu dapat tersenyum kembali.
"Aihh, benarkah seorang seperti engkau ini masih dapat cemburu?"
"Siapa yang cemburu!"
Bi-kwi mem-bentak. Memang, ia tidak pernah merasa cemburu. Baginya, mempunyai kekasih bukan berarti mengikatkan diri ia boleh bebas memilih pria, sebaliknya iapun tidak akan melarang kekasihnya mendekati wanita lain. Kalau memang masih sama suka, tentu tidak akan menoleh kepada orang lain.
"Akan tetapi, Sam Kwi juga tadinya berusaha untuk menggagahi sumoi agar dapat menundukkan hatinya yang keras. Akan tetapi aku mencegah dan melarikan sumoi, karena dengan demikian ia akan berhutang budi dan untuk membalasnya, ia sudah berjanji untuk membantuku."
"Akan tetapi sekarang engkau ragu-ragu karena sikapnya yang seperti hendak menentang kita. Habis, bagaimana baiknya? Dibunuh kau tidak setuju. Kutaklukkan ia kaupun tidak setuju."
"Bukan tidak setuju, hanya aku sangsi akan hasilnya. Andaikata engkau mampu menundukkannya dan menggagahinya, aku tidak yakin ia akan mau tunduk. Bahkan mungkin ia akan merasa sakit hati, mendendam dan memusuhi kita. Orang macam ia amat mementingkan kehormatan seperti para pendekar. Kecuali kalau ia mau menyerahkan diri dengan tulus dan suka rela kepadamu...."
"Hal itu bisa diusahakan! Aku memiliki modal cukup untuk itu, bukan? Kalau ia kurayu, kuperlakukan dengan baik, aku tidak percaya akhirnya ia tidak akan bertekuk lutut dan menyerahkan diri."
Dalam hal ini, Bhok Gun tidak membual karena memang sudah tak terhitung banyaknya wanita yang jatuh oleh rayuannya ditambah ketampanan dan kelihaiannya.
"Hemm, jangan sombong kau! Sumoiku adalah seorang perawan yang selama hidupnya belum pernah berdekatan dengan pria dan agaknya belum siap untuk menyerahkan diri kepada seorang pria."
"Ha-ha-ha, justeru yang masih hijau itulah yang paling mudah. Kau lihatlah saja, dalam waktu satu dua hari saja ia tentu akan jatuh ke dalam pelukanku dan selanjutnya menjadi boneka yang akan mentaati segala perintahku."
"Kita sama lihat saja."
Demikianlah rencana yang diatur oleh Bi-kwi dan Bhok Gun. Usia mereka sebenarnya sebaya, dan mungkin Bi-kwi lebih tua satu dua tahun. Bukan karena usia maka Bi-kwi minta disebut suci oleh ketua Ang-i Mo-pang itu, melainkan sebutan itu membuat ia merasa bahwa ia lebih unggul dan lebih menang dalam tingkat dan kedudukan.
"Sumoi, pertemuan antara kita sungguh merupakan peristiwa yang amat menggembirakan, bukan? Siapa mengira bahwa aku akan bertemu dengan suci dan sumoi, dua orang saudara seperguruan. Kalau tidak melihat gerakan-gerakan silat kalian, tentu aku tidak akan pernah menduga. Bahkan dengan ketiga orang guru kalianpun yang masih terhitung paman-paman guruku, belum pernah aku bertemu."
Bi Lan mengangguk, lalu berkata sambil melirik ke arah sucinya.
"Bagi suci tentu amat menggembirakan karena kalian dapat bekerja sama untuk me-rampas kembali pedang pusaka Suling Naga, dan dapat bersama-sama merebut kedudukan bengcu. Akan tetapi aku yang tidak mempunyai keinginan apa-apa, tidak ada artinya."
"Eh, kenapa begitu, sumoi?"
Bhok Gun berseru sambil terse-nyum, memasang senyumnya yang paling menarik.
"Bagiku, kegembiraan ini besar sekali, bukan karena kalian yang menjadi saudara-saudara seperguruanku amat lihai, akan tetapi juga kalian merupakan dua orang gadis yang amat cantik jelita seperti bidadari!"
Suling Emas Naga Siluman Eps 42 Suling Emas Naga Siluman Eps 47 Kisah Pendekar Pulau Es Eps 24