Ceritasilat Novel Online

Memburu Iblis 28


Memburu Iblis Karya Sriwidjono Bagian 28




   "Lian Cu, kau beristirahat sajalah! Biarlah kakakku yang mengusir pemuda itu. Kau tak perlu turun tangan sendiri."

   "Tapi dia adalah..."

   "Yaaa... ya, aku sudah tahu. Kau telah cukup menceritakannya. Sekarang kau minggir sajalah!" Yap Tai Ciangkun menukas lagi dengan suara sedikit keras. Namun matanya tak pernah lepas dari pertempuran kakaknya. Liu Yang Kun memang amat kaget menerima serangan itu.

   Meskipun sebelumnya ia telah menduga dan berjaga-jaga terhadap panglima dan pengawalnya itu, namun bagaimanapun juga serangan yang amat mendadak tersebut benar-benar mengejutkannya. Apalagi tenaga yang tersembunyi di balik hembusan angin tersebut ternyata bukan main besarnya. Karena belum mengetahui sampai dimana kekuatan lweekang lawannya, maka Liu Yang Kun juga tidak berani sembrono atau sembarangan. Bagaimanapun juga ia tak ingin bermusuhan dengan para prajurit kerajaan. Bahkan di dalam pikirannya masih terngiang-ngiang tadi siang, bahwa sebenarnya dia adalah putera Hongsiang, meskipun dia sendiri tak mempercayainya. Oleh karena itu dia hanya mengerahkan separuh dari tenaganya ketika menyongsong serangan Hong-Lui-Kun tersebut. Sambil memiringkan tubuhnya ia juga mengebutkan lengan bajunya ke depan.

   "Bhuuug!" Dua gelombang tenaga dalam yang tidak kelihatan ujudnya berbenturan melalui ujung lengan baju itu! Dan masing-masing segera terdorong mundur tiga langkah ke belakang. Hanya bedanya, Liu Yang Kun mundur dengan tegak dan mantap, sedangkan Hong-liu-kun Yap Kiong Lee mundur dengan langkah goyang dan agak terhuyung. Tentu saja semua yang melihat menjadi kaget, termasuk pula diantaranya Yap Tai Ciangkun dan Hong-Lui-Kun sendiri. Bahkan untuk sekejap wajah jago nomer satu dari istana itu menjadi merah menahan malu. Dia yang menyangka akan menghadapi perlawanan keras tadi memang Cuma mengerahkan dua pertiga bagian tenaganya.

   "Maaf, Ciangkun. Sebenarnya aku tak ingin melawan Ciangkun. Aku hanya ingin berbicara dengan gadis itu," Liu Yang Kun meminta maaf. Tapi Hong-Lui-Kun sudah terlanjur tersinggung pernya.Dengan tersenyum dingin jago silat nomer satu dari istana itu menggeram.

   "Tak kusangka kau memiliki tenaga dalam sedemikian hebatnya. Tahu begitu... aku sudah berhati-hati sejak tadi. Hmmmm, baiklah! Mari kita bergebrak sekali lagi! Aku ingin lebih banyak belajar lagi darimu!" Tanpa menunggu jawaban lagi Hong-Lui-Kun menyerang. Kali ini jago silat dari istana itu menyerang dengan bersungguh-sungguh. Ia langsung mengerahkan seluruh kekuatannya. Kekuatan dan kecepatan yang tersembunyi di dalam ilmu warisan keluarganya, yaitu Hong-Lui-Kun-hoat (ilmu pukulan petir dan badai). Sebentar saja arena pertempuran itu seperti diamuk oleh angin putting beliung. Debu dan rontokan dedaunan yang ada di tempat itu berhamburan kemana-mana terkena pengaruh angin pukulan Yap Kiong Lee. Bahkan batu kerikil, pasir dan rerumputanpun ikut tercabut pula dari tempatnya.

   Begitu dahsyatnya tenaga dan letupan-letupan yang keluar dari tangan jago silat istana itu, sehingga para prajurit yang melingkari arena tersebut terpaksa mundur beberapa langkah ke belakang. Untuk beberapa jurus Liu Yang Kun memang tampak kewalahan menahan angin pukulan lawan yang berputar menderu-deru bagai gelombang topan dan badai itu. Berkat Bu-eng Hwe-tengnya saja pemuda itu mampu menghindar dan melepaskan diri dari libatan serta cengkeraman angin puting-beliung tersebut. Namun kalau diterus-teruskan juga tanpa membalas serangan lawan itu, niscaya pemuda itu akan terperangkap juga oleh kedahsyatan Hong-Lui-Kun-hoat. Apalagi setelah lawannya itu menyerang dengan hentakan-hentakan tenaga dan pukulan-pukulan jarak jauh yang meledak-ledak bagaikan petir menyambar.

   "Dhuaar! Whussss! Dhuaaaaar! Daaaar...!" Para prajurit yang melingkari arena itu mundur semakin jauh menjauhi arena. Tiupan angin yang menyambarnyambar dan meledak-ledak itu terasa sakit bila menyentuh kulit mereka. Bahkan beberapa orang prajurit yang berdiri di deret paling depan ada yang jatuh atau terjengkang bila pukulan jarak jauh Yap Kiong Lee meledak di dekat mereka.

   Liu Yang Kun merasa kagum juga menyaksikan ilmu silat lawannya yang sangat hebat itu. Ia benar-benar merasa kewalahan. Dan tak pelak lagi ia akan mendapat kesulitan kalau tak lekas-lekas membalas serangan itu dengan ilmu yang setingkat pula. Oleh karena itu dengan sangat terpaksa ia lalu mengeluarkan ilmunya yang lain, yang sekiranya bisa melayani ilmu lawannya yang dahsyat tersebut. Liu Yang Kun memang sudah lupa nama dan jurus-jurus ilmu silatnya. Tapi yang terang pemuda itu takkan bisa pula akan gerakan-gerakannya. Bagaimana juga semua ilmu silat yang dipelajarinya telah mendarah daging di dalam tubuh dan jiwanya. Ilmu itu akan keluar dengan sendirinya bila ia kehendaki.

   Tak usah harus berpikir atau mengingat-ingat gerakan-gerakannya. Semuanya Cuma naluri saja, seperti halnya kalau ia berjalan, bernapas, mengedipkan kelopak mata atau menggaruk punggungnya yang gatal. Demikianlah tanpa terasa Liu Yang Kun telah mengeluarkan Kim-coa ih-hoat warisan Nenek Buyutnya dari Keluarga Chin. Bagaikan seekor ular emas kecil yang lincah ia menggeliat, meliuk dan meluncur atau me lenting di dalam amukan topan badai itu. Sementara itu tangan dan kakinya yang bisa memanjang atau memendek, selalu bergerak menyerang Yap Kiong Lee. Sesekali jari tangannya tampak menotok, mematuk atau menebas ke arah lawan, tetapi kadang-kadang tangan atau kakinya yang bisa bergerak secara mustahil itu juga dapat memagut, melilit atau menerjang dengan kekuatan yang maha dahsyat!

   Beberapa jurus kemudian keadaan mereka menjadi berbalik. Liu Yang Kun yang semula berada di bawah angin itu kini ganti mendesak Yap Kiong Lee. Kedahsyatan Hong-Lui-Kun-hoat yang meledak-ledak dan menderu-deru laksana amukan petir dan badai itu benar-benar tak berdaya menggulung atau melumatkan tubuh Liu Yang Kun yang lemas dan lentur bagaikan tubuh ular itu. Bahkan dalam hiruk-pikuknya serangan topan dan badai itu Liu Yang Kun mampu meliuk-liuk dan menyusup kesana-kemari memburu lawannya. Dan kemudian dengan kegesitan dan kecepatannya yang mengagumkan pemuda itu mampu menyerang danmenyengatkan pukulan yang berkekuatan sangat dahsyat itu.

   "Dhieeees...!" sekali lagi Yap Kiong Lee tidak bisa mengelak dari pagutan jari dari Liu Yang Kun, sehingga jago silat dari istana itu terpaksa menangkisnya! Dan untuk yang kesekian kalinya pula ia harus terbanting ke tanah karena tak mampu menahan kekuatan pemuda itu.

   "Twako...!" Yap Tai Ciangkun berseru kaget, kemudian berkelebat ke depan untuk menolong kakaknya.

   "Dhuk! Dhies...!" Terjadi lagi benturan kekuatan antara Liu Yang Kun dan Yap Tai Ciangkun yang ingin menyelamatkan jiwa Y p Kiong Lee! Serangan Liu Yang Kun yang menggebu-gebu itu memang dapat tertahan dan dipatahkan. Namun untuk itu Yap Tai Ciangkun juga harus membayar mahal. Tubuhnya yang kokoh-kekar itu ternyata juga harus menggelepar pula di tanah karena tak kuasa menahan gempuran tenaga sakti Liu Yang Kun yang dahsyat seperti ayunan ombak di lautan itu.

   "Lee-ko!"

   "Khim-te...!" Yap Kiong Lee dan Yap Tai Ciangkun saling pandang, dan saling berpegangan tangan. Mereka tidak berbicara satu sama lain, tapi di dalam pandangan mata itu mereka seolah-olah telah saling bertukar kata tentang lawan mereka. Bahkan kemudian tampak senyum yang merekah di bibir mereka. Senyum syukur dan kegembiraan, meskipun tubuh mereka terasa linu dan remuk akibat pukulan Liu Yang Kun tadi. Oleh karena itu ketika para prajurit mereka menjadi marah dan hendak mengerubut Liu Yang Kun, mereka cepat-cepat menahan dan mencegahnya.

   "Mundur...! jangan ganggu Pangeran Yang Kun! Cepat kalian memberi hormat kepada beliau!" Yap Tai Ciangkun berteriak. Tentu saja para prajurit itu menjadi kaget dan bingung. Mereka saling pandang pula dengan heran. Mereka benar-benar tak mengerti dan tak memahami perintah panglima mereka itu.

   "Pangeran Yang Kun...?" Mereka berdesah bingung. Tapi Yap Tai Ciangkun dan Yap Kiong Lee tak peduli akan keheranan prajurit-prajurit mereka itu. Mereka segera bangkit berdiri dan memberi hormat kepada Liu Yang Kun. Mereka tidak peduli pula pada darah yang menetes dari sudut bibir mereka.

   "Pangeran...!" Mereka menyapa berbareng. Kemudian sambil menoleh kepada Souw Lian Cu, Yap Kiong Lee berkata,

   "Ah, mengapa nona Souw tidak memberitahukannya kepada kami tadi?" Souw Lian Cu tersenyum pahit. Entah mengapa, pertemuan antara Liu Yang Kun dengan pejabat-pejabat tinggi kerajaan itu semakin membuatnya sedih dan rendah diri. Ia merasa jaraknya semakin jauh dengan pemuda itu.

   "Oh... seharusnya aku ini tahu diri. Aku Cuma seorang gadis piatu biasa. Cacat pula. Sedang dia seorang Pangeran. Putera seorang kaisar yang berkuasa di seluruh negeri ini. Ooooh... tak heran kalau ia telah melupakanku. Akulah yang terlalu berharap dan tak mau berkaca diri. Bagai pungguk merindukan bulan..." ratapnya di dalam hati.

   "Ah, Lian Cu tidak salah, Twako. Dia telah berusaha memberitahu dan mencegah kita tadi. Kitalah yang tak mau memberi kesempatan kepadanya," tiba-tiba Yap Tai Ciangkun memotong perkataan kakaknya. Pertemuan yang tak disangka-sangka ini memang sangat menggembirakan hati Yap Tai Ciangkun dan Yap Kiong Lee.

   Perjalanan mereka ke daerah pantai timur ini memang untuk mencari Liu Yang Kun. Mereka mendapat tugas khusus dari Hongsiang, setelah pihak istana mendapat laporan rahasia tentang munculnya Pangeran Yang Kun di daerah pantai timur Kiang-si dan Syan-tung. Siang malam mereka mengaduk daerah pinggiran Propinsi Kiang-si. Selain itu Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee juga menyebar puluhan petugas rahasia untuk mencari Liu Yang Kun. Namun sampai kemarin usaha mereka itu sia-sia. Pangeran Liu Yang Kun yang diberitakan orang muncul di daerah pantai timur Propinsi Kiang-si itu seolah-olah telah menghilang kembali. Demikianlah rombongan mereka itu akhirnya pulang kembali dengan tangan hampa. Namun demikian mereka tak segera pulang ke Kotaraja.

   Mereka sengaja mengambil jalan ke utara, dengan maksud untuk singgah di kota Cin-an dahulu. Mereka mendengar bahwa Ketua Tiam-jong-pai, Hek-pian-hok Ui Bun Ting hendak melangsungkan perkawinannya beberapa hari lagi. Diam-diam mereka berharap bisa bertemu dengan Pangeran Liu Yang Kun disana. Paling tidak mereka bisa bertanya kepada pendekar-pendekar persilatan yang hadir dalam pesta perkawinan tersebut. Ternyata keputusan mereka itu benar-benar membawa keberhasilan. Sungguh tak terduga mereka justru bisa menemukan Pangeran Liu Yang Kun di tempat ini. Wa lau hampir saja mereka melepaskan Pangeran itu, karena mereka sudah tak mengenal lagi wajah Pangeran Liu Yang Kun. Untunglah Pangeran itu mengeluarkan Kim-coa ih-hoat,sebuah ilmu langka yang hanya dimiliki oleh Pangeran itu saja di dunia ini.

   "Pangeran...! Kami diutus Hongsiang untuk menjemput paduka. Inilah surat yang dititipkan Hongsiang kepadaku.Surat ini ditujukan kepada Pangeran..." Yap Tai-Ciangkun berkata kepada Liu Yang Kun yang masih berdiri bengong di tempatnya. Panglima Pasukan Kerajaan itu mengeluarkan sebuah surat lalu diberikan kepada Liu Yang Kun. Tapi pemuda itu sendiri ternyata malah mundur ke belakang, seperti orang yang ketakutan. Matanya menatap bingung ke arah Souw Lian Cu maupun kepada Yap Tai Ciangkun.

   "Ini... ini... ah, sebentar dulu! Aku benar-benar bingung..." pemuda itu berdesah bingung dan tak mau menerima surat itu. Tentu saja Yap Tai Ciangkun dan Yap Kiong Lee mengerutkan keningnya. Dengan wajah tak mengerti pula mereka memandangi Liu Yang Kun. Tiba-tiba timbul dugaan di dalam hati mereka, kalau-kalau Pangeran itu memang sengaja tak mau pulang kembali ke istana. Otomatis Yap Tai Ciangkun saling melirik dengan kakaknya, Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee. Akan berat sekali tugas mereka apabila pemuda itu benar-benar tak mau pulang bersama mereka nanti. Mereka berdua merasa tak sanggup menghadapi ilmu pemuda itu.

   "Maaf, jiwi Ciangkun. Aku... aku bukan seorang Pangeran. Kata orang namaku memang Liu Yang Kun, tapi aku... aku tidak merasa menjadi seorang Pangeran. Apalagi kalau Ciangkun katakan saya adalah putera... putera Hongsiang. Aku...aku malah menjadi bingung. Benar-benar bingung. Tadi... tadi nona Souw itu juga... juga menyangka aku sebagai seorang Pangeran. Kini Ciangkun berdua juga menyangka demikian pula. Ini... ini sebenarnya bagaimana? Benarkah aku ini seorang Pangeran? Oh, bisa gila aku kalau seperti ini!"

   Liu Yang Kun tampak sedih, bingung dan putus-asa. Pemuda itu lalu duduk di tanah dan menjambaki rambutnya sendiri. Sekali lagi Yap Tai Ciangkun saling pandang dengan Hong-Lui-Kun. Tapi sekarang wajah mereka menjadi pucat. Tiba-tiba terselip sebuah dugaan yang sangat mengerikan di dalam pikiran mereka. Jangan-jangan Pangeran yang mereka cari itu telah menjadi gila!

   Tak terasa Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee menoleh kearah Souw Lian Cu. Sebenarnya ia ingin bertanya tentang Liu Yang Kun kepada gadis itu. Tapi niat itu batal ketika ia melihat sikap Souw Lian Cu yang aneh pula.Gadis ayu puteri pendekar besar Hong-Gi-Hiap Souw Thian Hai itu tampak bangkit berdiri dari tempatnya. Matanya menatap penuh perasaan kepada Pangeran Liu Yang Kun. Pelan-pelan kakinya melangkah menghampiri. Kemudian dengan penuh kasih sayang jari-jarinya mengelus dan membelai rambut pemuda itu. Tiba-tiba suasana menjadi hening. Tak seorangpun bersuara. Semuanya seperti terpaku atau terpesona oleh kejadian yang tak mereka sangka itu. Liu Yang Kun tersentak dari kesedihannya. Wajahnya tengadah. Tiba-tiba ia menubruk dan merangkul kaki Souw Lian Cu. Air matanya mengalir membasahi celana gadis itu.

   "Ibuuuuuu...?" pemuda itu berdesah perlahan. Ia ingat akan ibunya yang sudah meninggal. Dan sudah lama pula ia tak pernah mendapat belaian seperti itu. Lama sekali mereka berdekapan. Liu Yang Kun sambil berjongkok memeluk kaki Souw Lian Cu, sedangkan Souw Lian Cu sendiri sambil berdiri mendekap kepala Liu Yang Kun. Tetapi akhirnya Liu Yang Kun maupun Souw Lian Cu menjadi sadar pula akan keadaan mereka. Cepat-cepat mereka saling melepaskan pelukan mereka. Liu Yang Kun memandang ke arah Souw Lian Cu dengan pandangan terima kasih, sementara Souw Lian Cu sendiri malah tertunduk dalam-dalam dengan muka merah.

   "Nona, engkaukah yang mengirim surat padaku tadi siang?" pemuda itu berbisik perlahan. Souw Lian Cu mengangguk. Tapi ia tetap berdiam diri dan kepalanya juga tetap menunduk pula. Rasa malu dan seribu rasa lainnya tampaknya masih menguasai hatinya.

   "Jadi... jadi engkau pulakah yang menjadi hantu kuntilanak itu?" Liu Yang Kun berbisik pula sekali lagi. Tiba-tiba kepala gadis itu tersentak. Matanya yang bening tajam itu seolah-olah mau mengalahkan terangnya sinar rembulan yang menyoroti mereka. Dengan galak mata itu memandang kepada Liu Yang Kun.

   "Aku tak tahu apa yang kau maksudkan! Aku bukan hantu, apalagi kuntilanak. Darimana kau memperoleh dugaan keji seperti itu?" desahnya gemetar. Mendadak Liu Yang Kun juga menjadi sadar pula akan kesembronoannya. Belum-belum dia telah menuduh yang bukan-bukan kepada gadis itu. Padahal ia merasa pula bahwa ia baru sekali ini berjumpa dengan gadis itu.

   "Maaf... maaf! aku benar-benar minta maaf. Aku sungguh-sungguh ceroboh sekali. Padahal aku hanya menduga-duga saja, karena di kota telah tersebar berita tentang "hantu kuntilanak" itu. Maafkan aku, nona Souw." Cepat-cepat pemuda itu memperbaiki ucapannya. Sekali lagi Souw Lian Cu menatap dengan tajamnya. Tapi sesaat kemudian mata itu kembali meredup pula. Lalu perlahan-lahan kepala yang molek itu mengangguk. Liu Yang Kun menjadi lega. Sehingga timbul pula keberaniannya.

   "Dalam surat nona, nona menyebutkan sebagai "Teman Lama'.Benarkah... benarkah itu? Eh, maksudku... maksudku... benarkah kita dulu merupakan sahabat akrab? Soalnya... hmh, soalnya..." Sulit juga ia untuk mengutarakan kata hatinya. Sekali lagi mata yang indah itu terbelalak. Seperti melihat sesuatu yang aneh gadis itu memandang Liu Yang Kun lekat-lekat. Bahkan keningnya juga ikut berkerut pula. Kemudian seperti halnya Yap Tai Ciangkun dan Hong-liu-kun Yap Kiong Lee tadi, gadis itupun menjadi pucat pula.

   "Kau... kau...?" desahnya serak seperti hendak menangis. Liu Yang Kun terpaku diam di tempatnya. Pemuda itu melihat sesuatu yang sama pada pandang mata Souw Lian Cu dan yang lain-lain. Pandang mata ngeri, aneh dan juga khawatir. Seperti halnya orang yang memandang kepada orang gila atau orang yang tidak waras otaknya. Tapi di dalam hati Liu Yang Kun juga memaklumi dan menyadari pula keadaan itu. Dia te lah lupa pada masa lalunya, sehingga ia juga lupa pula pada orang-orang yang pernah dikenalnya. Maka sungguh tidak mengherankan bila orang-orang yang pernah dikenalnya itu menjadi heran melihat sikapnya. Bahkan dia juga tidak menjadi heran pula bila orang-orang itu lalu menganggapnya gila.

   "Maaf, nona Souw... aku mengerti keherananmu. Kalau engkau memang benar-benar sahabat lamaku, engkau tentu akan heran dan kaget melihat sikapku ini. Demikian pula dengan jiwi Ciangkun beserta prajurit-prajurit ini. Mereka tentu merasa heran dan kaget pula. Tapi sungguh mati aku tak membuat bingung atau mau mempermainkan kalian semua. Aku benar-benar tak tahu siapa diriku ini. Nona mengatakan bahwa aku ini Pangeran Liu Yang Kun. Begitu pula dengan jiwi Ciangkun dan para prajurit. Bahkan isteriku dan gurunyapun juga berkata demikian pula. Tapi..."

   "Isteri...?" Souw Lian Cu tersedak kaget hampir pingsan. Yap Tai Ciangkun dan Yap Kiong Lee yang selalu mengikuti dan mendengarkan percakapan mereka juga terkejut sekali.

   "Pangeran sudah beristeri?' Tai Ciangkun menegaskan dengan suara tinggi.

   "Siapakah nama puteri itu? dari mana dia berasal?" Liu Yang Kun yang terpotong ceritanya dan kemudian malah memperoleh pertanyaan dari Yap Tai Ciangkun itu tidak segera menjawab pertanyaan tersebut. Perhatiannya sedang tertuju kepada Souw Lian Cu yang tampak sangat terpukul hatinya setelah mendengar ucapannya tadi.
(Lanjut ke Jilid 28)

   Memburu Iblis (Seri ke 03 - Darah Pendekar)
Karya : Sriwidjono

   Jilid 28
"Nona Souw, kau kenapa...? Apakah kau sakit?" tanpa menyadari kesalahannya pemuda itu bertanya. Tapi dengan menguatkan hatinya Souw Lian Cu menggelengkan kepalanya. Diam-diam gadis Itu menyembunyikan tetesan air matanya.

   "Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku... aku... oh!" gadis itu berdesah serak hampir tak bersuara.

   "Teruskan ceritamu...!" Yap Tai Ciangkun dan Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee, yang juga pernah mendengar kisah percintaan mereka dulu, hanya dapat menghela napas saja. Mereka mulai mendapat gambaran tentang hubungan kedua muda mudi itu sekarang. Tampaknya kisah percintaan kedua orang itu masih tetap kurang mulus seperti dulu. Bahkan pada pertemuan mereka yang terakhir kali ini, sang Pangeran justru telah memetik gadis yang lain, sehingga kedua muda-mudi itu menjadi cekcok satu sama lain. Liu Yang Kun menelan ludahnya. Setelah yakin bahwa Souw Lian Cu memang tidak apa-apa, ia lalu meneruskan ceritanya.

   "Tapi... aku sendiri tetap kurang yakin kalau aku ini adalah Pangeran Liu Yang Kun. Entah kenapa, tiba-tiba aku menjadi lupa pada masa laluku. Bahkan aku sampai lupa pula pada namaku sendiri. Tahu-tahu aku berada bersama seorang kakek buta bernama Lo-sin-ong dan muridnya yang bernama Tiauw Li Ing. Dari mereka itulah aku mendapat keterangan tentang diriku."

   "Lo-sin-ong dan Tiauw Li Ing?" Souw Lian Cu, Yap Tai Ciangkun, maupun Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee berdesah berbareng. Mereka bertiga sangat terkejut karena mereka mengenal sekali nama nama itu.

   "Dari kedua orang itulah aku mendapat keterangan bahwa namaku Liu Yang Kun, putera Kaisar Han yang berkuasa saat ini. Dari mereka itu pulalah aku memperoleh keterangan bahwa aku telah kawin dengan gadis itu."

   "Oooooh...!?" sekali lagi Souw Lian Cu berdesah.

   "Bahkan mereka itu pulalah yang memberitahu padaku, mengapa aku sampai menderita sakit 'lupa ingatan' seperti ini." Liu Yang Kun terdiam lagi. Matanya melirik ke arah Souw Lian Cu, Yap Tai Ciangkun dan yang lain-lain. Semuanya kelihatan masih bengong, kaget dan tertegun di tempat masing-masing. Namun semuanya sudah kelihatan mulai berpikir dan mulai mencernakan kata-katanya. Tampaknya mereka juga sudah mulai mengerti pula. Bahkan Souw Lian Cu kelihatan mulai bersemangat dan sangat menaruh perhatian sekali.

   "Jadi... jadi kau telah kehilangan 'ingatanmu'? Apa kata mereka?" gadis itu mendesak dengan suara tak sabar.

   "Yaaa... ya apa kata mereka tentang penyakit Pangeran itu?" Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee ikut mendesak pula. Sekali lagi Liu Yang Kun mengedarkan pandangannya. Lalu katanya perlahan tapi jelas.

   "Kata mereka aku telah dikeroyok oleh Giok-bin Tok-ong, Bok Siang Ki dan murid-muridnya sehingga luka parah. Luka-luka itulah yang menyebabkan aku menjadi lupa pada semua 'masa laluku'."

   "Giok-bin Tok-ong? Bok Siang Ki?" Semuanya benar-benar sangat terkejut mendengar nama-nama itu. Nama-nama yang saat ini menjadi buah bibir yang mengerikan di kalangan orang-orang persilatan. Baru satu Giok-bin Tok-ong saja sudah merupakan hantu yang sangat menakutkan, apalagi masih ditambah dengan Bok Siang Ki lagi. Maka tidaklah mengherankan kalau mereka menjadi kaget dan terpaku diam di tempat masing-masing. Nama-nama itu memang betul-betul menggetarkan hati mereka. Namun demikian di balik semua itu mereka pun menjadi semakin kagum pula kepada Liu Yang Kun. Sebab meskipun terluka parah, tapi untuk me lawan pemuda itu ternyata iblis-iblis yang mengerikan itu terpaksa harus berjuang keras dengan mengeroyoknya.

   "Pangeran..." akhirnya Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee berdesah perlahan.

   "Kalau begitu kami sekarang sudah tahu, mengapa sikap Pangeran menjadi demikian anehnya terhadap kami. Ternyata Pangeran telah terkena sebuah musibah sehingga 'menjadi lupa' kepada kami semua."

   "Pangeran...?" Liu Yang Kun berdesah pula dengan termangu-mangu,

   "Jadi menurut Ciangkun... aku ini memang benar-benar Pangeran Liu Yang Kun?" Yap Tai Ciangkun cepat melangkah maju pula.

   "Benar, Pangeran," sahutnya tegas.

   "Pangeran tak perlu ragu-ragu. Kami berdua juga yakin dan menguatkan keterangan...keterangan Lo-sin-ong itu. Pangeran memang benar-benar Pangeran Liu Yang Kun yang menghilang beberapa tahun lalu."

   "Ya! Kami berdua telah membuktikannya tadi. Tiada seorangpun di dunia ini yang memiliki ilmu K im-coa-ih-hoat itu selain Pangeran Liu Yang Kun sendiri." Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee ikut menambahkan pula.

   "Ilmu Kim-coa ih-hoat...?" Liu Yang Kun bergumam sambil mengerutkan dahinya.

   "Benar! Ilmu silat yang Pangeran keluarkan untuk melawan kami tadi adalah ilmu yang dahsyat itu. Ilmu silat itu pulalah yang membuat Pangeran menjadi tersohor beberapa tahun yang lalu. Mungkin banyak orang lain yang wajahnya mirip Pangeran, tapi tak mungkin mereka itu memiliki Ilmu Kim-coa ih-hoat seperti Pangeran!" sekali lagi Hong-liu-kun Yap Kiong Lee menandaskan.

   "Ehmmmmm..." Liu Yang Kun bergumam dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia dapat menerima keterangan yang disodorkan oleh dua orang perwira kerajaan itu. Keterangan mereka memang masuk akal dan beralasan. Namun demikian di dalam hati kecilnya masih ada juga sedikit ganjalan untuk menerima kenyataan itu. Entah mengapa hatinya tetap tak suka pada kedudukan sebagai Pangeran itu. Tapi apa dayanya lagi. Semuanya telah meyakinkan dirinya, bahwa ia memang benar-benar Pangeran Liu Yang Kun. Dia sudah tak bisa ingkar pula.

   "Baiklah, Tai Ciangkun. Lalu apa yang mesti kulakukan sekarang?" akhirnya ia berkata pasrah. Yap Tai Ciangkun saling pandang dengan kakaknya.Hatinya menjadi gembira sekali. Ternyata mereka tidak pulang dengan tangan hampa. Mereka benar benar dapat membawa pulang Pangeran Liu Yang Kun. Betapa suka citanya hong siang nanti.

   "Terima-kasih, Pangeran. Kami betul-betul merasa lega sekarang. Sungguh, kami tak bisa membayangkan, bagaimana suka-citanya ayahanda baginda nanti? Beliau akan keluar dari penjaranya di Kuil Agung itu..." Yap Tai Ciangkun berkata dengan gembira. Bersama kakaknya ia memberi hormat kepada Liu Yang Kun.

   "Hongsiang...? Dipenjara di Kuil Agung?" Liu Yang Kun dan Souw Lian Cu berdesah bengong. Sekali lagi Yap Tai Ciangkun saling pandang dengan kakaknya. Mereka tersenyum ketika memandang ke arah Liu Yang Kun lagi.

   "Panjang ceritanya, Pangeran... Biarlah kami dan nona Souw Lian Cu nanti yang bercerita tentang masa lalu Pangeran. Termasuk diantaranya, mengapa Hongsiang sampai memenjarakan dirinya sendiri di Kuil Agung istana itu. Dan bagaimana pula sumpah Hongsiang untuk tidak keluar dari halaman Kuil Agung itu sebelum Pangeran kembali ke istana." Yap Tai Ciangkun menerangkan.

   "Aku...? Mengapa aku juga harus bercerita pula?" tiba-tiba Souw Lian Cu menyela dengan kaget. Lagi-lagi Yap Tai Ciangkun tersenyum pula.

   "Maaf, nona Souw... Kami tidak bermaksud untuk memaksa kepada nona Souw. Kami hanya bermaksud untuk meminta tolong kepadamu, karena kau pun juga paham dan tahu pula akan masa lalu Pangeran Liu Yang Kun. Bahkan mungkin lebih lengkap dari pada pengetahuan kami sendiri. Kami hanya..."

   "Aku tidak mau!" dengan tegas Souw Lian Cu menolak.

   "Tapi...?"

   "Tidak! Aku akan pergi dari sini!" sekali lagi Souw Lian Cu menolak, kemudian melangkah pergi dari tempat itu.

   "Tunggu...!" tiba-tiba Liu Yang Kun berteriak dan berkelebat pula mencegat gadis itu. Souw Lian Cu terpaksa menunda langkahnya. Dia berdiri tegang di depan Liu Yang Kun. Matanya yang bulat indah itu menatap dengan tajamnya.

   "Pangeran...Pangeran mau apa? Ke-kenapa menghalangi langkahku?" katanya kaku. Tiba-tiba Liu Yang Kun menekuk lututnya di depan gadis itu. Dengan suara lembut, seperti ketika dia memeluk kaki gadis itu tadi, ia berkata,

   "Nona Souw...! Kuminta dengan sangat kau jangan pergi dulu! Kau tolonglah aku dulu untuk memulihkan 'ingatanku yang hilang' itu. Dan... bukankah nona belum berkata apa-apa kepadaku? Di dalam surat itu nona menyatakan bahwa nona ingin berkata sesuatu kepadaku..." Pemuda itu memohon sambil menengadahkan mukanya. Perpaduan antara suara dan tatapan matanya seolah-olah menimbulkan getaran yang menyusup ke dalam hati sanubari Souw Lian Cu, sehingga batu-batu yang tersimpan di dalam dada gadis itu seakan-akan melumer dengan sendirinya. Wajah yang tegang itu tiba-tiba mengendor, dan mata yang dingin itu tiba tiba juga menghangat kembali. Lalu dengan suara lirih, sehingga hampir-hampir tak terdengar oleh siapapun, gadis itu berbisik,

   "Tapi aku... aku tak bisa... bercerita apa-apa. Dan...dan sebenarnya aku juga tak punya kata kata yang hendak kuucapkan kepadamu..." Namun dengan suara yang tak kalah lirihnya, Liu Yang Kun tetap memohon pula dengan penuh perasaan.

   "Tapi bagaimanapun juga aku tetap memohon pertolonganmu, nona Souw. Janganlah kau biarkan aku terus-terusan menderita seperti ini." Keduanya lalu terdiam untuk beberapa saat lamanya.Terjadi perang batin di dalam dada gadis ayu itu, antara mengabulkan atau menolak permintaan itu.

   "Maukah...? Maukah nona menolong aku?" dengan suara bergetar Liu Yang Kun terus mendesak. Akhirnya getaran batin Souw Lian Cu tak bisa menolak lagi. Rasa cinta yang selama ini tetap mekar di dalam hati gadis ayu itu telah mengalahkan segalanya.

   "Baiklah..." Bibir itu berbisik pelan seperti kepada dirinya sendiri. Tiba-tiba Liu Yang Kun berlutut. Dengan suara gembira pemuda itu berdesah,

   "Terima kasih, Nona Souw. Terima kasih..." Yap Tai Ciangkun dan Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun kedua perwira itu menjadi lega dan gembira pula tatkala menyaksikan akhir dari perselisihan itu.

   "Nah! Sekarang marilah kami persilahkan nona Souw dan Pangeran Liu Yang Kun untuk memasuki perkemahan kami..!" Yap Tai Ciangkun mempersilahkan mereka. Demikianlah, di bawah kawalan para perajurit yang semula telah mengeroyok mereka Souw Lian Cu dan Liu Yang Kun memasuki komplek perkemahan tersebut.

   Mereka langsung menuju ke tenda Yap Tai Ciangkun, yaitu tenda yang terbesar dan terletak di tengah-tengah tenda-tenda yang lain. Demikianlah para perwira dan perajurit yang ada di dalam perkemahan itupun lalu mengadakan pesta sederhana, untuk merayakan keberhasilan tugas mereka, karena telah menemukan kembali Pangeran Liu Yang Kun. Di dalam tenda Yap Tai Ciangkun pun juga diadakan perjamuan sekedarnya pula untuk menyambut kehadiran Pangeran Liu Yang Kun di antara mereka. Dan sambil makan-minum sajian sederhana yang mereka suguhkan, Liu Yang Kun mendengarkan cerita Yap Tai Ciangkun tentang dirinya. Kadang-kadang Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee dan Souw Lian Cu ikut pula menyela atau memberi tambahan dalam cerita itu. Pangeran Liu Yang Kun memang mempunyai riwayat hidup yang sangat menarik.

   Dia lahir pada saat jaya-jayanya Kaisar Chin Si Hong-te almarhum. Dan secara kebetulan pula dia dibesarkan di dalam keluarga seorang Pangeran Chin, karena ketika dia berusia dua bulan di dalam kandungan ibunya, ibunya itu diambil isteri oleh salah seorang dari putera Kaisar Chin Si Hong-te. Ibunya itu diambil secara paksa dari tangan Liu Pang, ayahnya, yang pada waktu itu masih merupakan seorang petani miskin di desanya. (Baca: Pendekar Penyebar Maut). Sekarang Liu Pang telah menjadi Kaisar, bergelar Kaisar Han Ko Co. Dan ternyata ayah dan anak yang telah ber puluh tahun dipisahkan itu dapat bertemu kembali. Namun karena sesuatu hal keduanya terpaksa berpisah lagi. Liu Yang Kun yang menderita penyakit 'tubuh beracun' itu terpaksa pergi meninggalkan istana untuk menyembuhkan penyakitnya.

   Sementara sepeninggal puteranya, Hongsiang telah bersumpah untuk tidak meninggalkan halaman Kuil Agung Istana sebelum Liu Yang Kun kembali pulang. Demikianlah karena sesuatu hal pula Liu Yang Kun baru dapat diketemukan sekarang. Bahkan setahun yang lalu pemuda itu pernah dikhabarkan mati, sehingga Hongsiang sempat hampir putus-asa karenanya. Untunglah hati Hongsiang sangat kuat dan tidak mau percaya kalau puteranya sudah mati, sehingga beliau tetap saja mengirimkan orang-orang kepercayaannya untuk mencari Liu Yang Kun. Lewat tengah malam perjamuan sederhana itu baru selesai. Selama itu pula Souw Lian Cu tidak berani menyebut-nyebut surat-suratnya yang telah beberapa kali dia titipkan orang untuk Liu Yang Kun.

   Gadis itu tahu bahwa Liu Yang Kun yang telah kehilangan ingatannya itu takkan ingat pula pada surat-suratnya yang terdahulu, sehingga ia diam saja dan tak berani mengutik-utik masalah surat itu. Apalagi gadis itu telah menjadi hambar hatinya begitu mendengar kekasihnya itu telah menikah dengan Tiauw Li Ing, gadis jahat yang telah membunuh keluarga Chu Seng Kun itu. Ternyata Yap Tai Ciangkun dan Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee pun tidak berusaha mengorek keterangan tentang perkawinan Liu Yang Kun. Sebagai seorang perwira kerajaan mereka sudah terbiasa melihat para bangsawan memiliki beberapa orang isteri atau selir di rumahnya. Selain itu mereka juga ingin menjaga perasaan hati Souw Lian Cu yang mereka tahu pernah memiliki hubungan asmara dengan Pangeran Liu Yang Kun.

   'Nah, Pangeran... kami telah menceritakan riwayat hidup Pangeran. Dan hanya itu pulalah yang kami ketahui selama ini. Kalau Pangeran masih belum juga puas, Pangeran bisa bertanya sendiri kepada Hongsiang. Beliau akan bercerita tentang masa lalu Pangeran sejelas-jelasnya," Yap Tai Ciangkun mengakhiri keterangannya.

   Liu Yang Kun tidak segera menyahut. Pemuda itu masih tetap merenung mengawasi tikar tenda yang digelar sebagai alas ruangan itu. Meskipun ia sudah tak bisa ingkar lagi dan sudah sanggup menerima kenyataan itu, namun di dalam hati kecilnya pemuda itu tetap belum merasa puas juga. Selain dia tak menyukai kedudukan sebagai Pangeran itu, dia sendiri juga sudah lupa pula kepada orang-orang yang berada di sekelilingnya dulu. Jangankan dengan punggawa-punggawa istana lainnya, sedangkan wajah Hongsiang pun ia sudah tak ingat pula lagi. Bagaimana dia bisa senang dengan keadaan seperti itu?

   "Paling tidak aku harus dapat mengembalikan ingatanku yang hilang itu dahulu, baru aku bisa berkumpul dengan Hongsiang di Istana. Tanpa itu hatiku akan selalu tersiksa.Aku akan seperti orang asing yang terpenjara di sangkar emas..." akhirnya pemuda itu bergumam perlahan seperti kepada dirinya sendiri.

   "Tapi... dengan beradanya kembali Pangeran di istana, ingatan yang hilang itu kemungkinan besar akan kembali pula dengan sendirinya. Apalagi kalau Pangeran nanti sudah berdekatan dengan ayahanda baginda..." Yap Tai Ciangkun cepat-cepat memotong takut kalau tiba-tiba Liu Yang Kun membatalkan lagi niatnya untuk pulang kembali ke istana. Perlahan-lahan Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya.

   "Itu akan memerlukan waktu yang lama, Tai Ciangkun. Aku tidak sabar lagi. Aku tidak tahan terlalu lama begini. Lebih baik aku mencari tabib yang pandai untuk mengobati 'penyakitku' ini. Baru setelah sembuh nanti aku akan kembali ke istana." Yap Tai Ciangkun memandang kakaknya dengan tegang.Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Membiarkan Liu Yang Kun pergi berarti tugasnya gagal. Tapi kalau harus mencegah pemuda itu, ia merasa takkan mampu pula melakukannya. Kalau pemuda itu marah, semuanya akan menjadi runyam nanti.

   "Di istana pun banyak tabib yang pandai, Pangeran," akhirnya Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee mencoba untuk mencegah kehendak Liu Yang Kun itu. Namun sekali lagi Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya.

   "Maaf, Ciangkun... aku agak merasa kurang yakin dengan tabib-tabib istana. Kalau mereka itu benar-benar pandai, tentunya mereka juga bisa mengobati tubuhku yang beracun itu, sehingga aku tak perlu jauh-jauh pergi keluar istana seperti cerita Ciangkun tadi..." pemuda itu membantah. Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee menghela napas.

   "Lalu... apa yang hendak Pangeran lakukan sekarang?" desaknya.

   "Aku akan mencari tabib yang sekiranya bisa menyembuhkan penyakitku ini dulu..."

   "Tapi...?" Yap Tai Ciangkun hendak memotong, tapi cepat-cepat menutup kembali bibirnya. Yap Kiong Lee tiba-tiba telah menggamit tangannya.

   "Ba-baiklah kalau Pangeran memang menghendaki demikian..." jago silat nomer satu di istana itu segera meneruskan perkataan adiknya.

   "Tapi... tapi untuk itu perbolehkan kami semua membantu Pangeran..." Liu Yang Kun mengangkat wajahnya dengan kaget.

   "Maksud Ciangkun?" desahnya.

   "Maksud kami ialah agar kami diperbolehkan mengawal Pangeran kemanapun Pangeran pergi. Pangeran adalah putera Hongsiang. Tidak selayaknyalah kalau Pangeran berjalan sendirian. Selain itu kami juga takut akan kemurkaan hong siang pula."

   "Benar, Pangeran. Perbolehkanlah kami semua mengantar Pangeran mencari tabib sakti itu."

   Yap Tai Ciangkun yang segera memahami maksud kakaknya itu cepat-cepat menambahkan. Namun dengan cepat pula Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya.

   "Wah, jangan...! Itu akan sangat merepotkan aku malah, Bagaimana aku harus menjelajah desa dan kota dengan pasukan sebanyak ini?"

   "Tapi...?" Yap Tai Ciangkun hendak membantah pula. Untunglah kakaknya cepat menggamitnya lagi. Lalu dengan tenang jagoan istana itu berkata,

   "Kalau begitu... biarlah aku sendiri saja yang mengawal Pangeran. Selain tidak merepotkan Pangeran, kami berdua juga tidak akan kena murka pula dari Hongsiang nanti." Dengan kaget Yap Tai Ciangkun menatap kakaknya.

   "Toa-ko, kau...?" tegurnya. Tapi dengan tenang pula Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee menjawab teguran adiknya itu.

   "Biarlah, Khim-te. Inilah jalan tengah yang terbaik buat kita. Dari pada kita kehilangan jejak Pangeran Liu Yang Kun lagi."

   "Ah!" Panglima itu berdesah, memaklumi kebijaksanaan kakaknya.

   "Bagaimana, Pangeran? Kalau cuma aku saja yang mengawal, tentu tidak akan merepotkan Pangeran, bukan? Bahkan aku bisa mengurusi segala kebutuhan Pangeran di dalam perjalanan itu." Yap Kiong Lee mendesak pula. Liu Yang Kun tersenyum kikuk. Tidak ada alasan lagi baginya untuk menolak tawaran Yap Kiong Lee itu. Maka dengan sangat berat ia terpaksa menganggukkan kepalanya.

   "Terima kasih, Pangeran..." jagoan istana itu menyatakan terima kasihnya dengan air muka berseri-seri.

   "Tapi... kemanakah Pangeran hendak mencari tabib sakti itu?" Yap Tai Ciangkun yang tetap tak ingin kehilangan jejak Pangeran Liu Yang Kun itu mencoba untuk mencari tahu tujuan perjalanan tersebut. Liu Yang Kun menatap wajah panglima itu sebentar, lalu menggeleng pula dengan ragu-ragu.

   "Entahlah! Aku tidak tahu..." desahnya perlahan.

   "Di dunia persilatan pernah hidup seorang tabib sakti yang memiliki ilmu seperti dewa. Tabib itu bergelar Bu-eng-sin-yok-ong. Begitu hebat ilmu pengobatannya sehingga banyak orang yang mengatakan bahwa dia mampu menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Namun sayang sekali... orang itu hidup pada zaman seabad yang lalu." Yap Kiong Lee tiba-tiba bercerita. Liu Yang Kun menoleh dengan cepat.

   "Apakah... apakah dia itu tidak mewariskan ilmunya kepada muridnya!" tanyanya bersemangat.

   "Sebenarnya ada. Salah seorang cucu muridnya ada yang mewarisi ilmu ketabibannya itu. Namanya adalah..., Chu Seng Kun!" tiba-tiba Souw Lian Cu ikut menyela pula pembicaraan itu.

   "Chu Seng Kun...?" Liu Yang Kun, Yap Tai Ciangkun dan Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee berdesah berbareng.

   "Ya!" Souw Lian Cu mengangguk dengan kaku. Tiba-tiba matanya bersinar tajam penuh kebencian.

   "Namun sayang... beliau itu telah mati pula dibunuh orang!"

   "Hah...?" sekali lagi Liu Yang Kun, Yap Tai Ciangkun dan Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee berseru berbareng pula. Terutama yang paling keras adalah Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee, karena jagoan istana tersebut sudah sangat mengenal dengan Chu Seng Kun.

   "Siapa yang telah berani membunuh tabib yang baik budi itu?" tiba-tiba Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee menggeram. Sekejap matanya seperti menyala di dalam terangnya sinar obor yang menyala di dalam ruangan itu. Souw Lian Cu menggeram pula. Tiba-tiba matanya menatap ke arah Liu Yang Kun.

   "Yang membunuh beliau adalah...orang-orangnya Tung-hai-tiauw! Mereka adalah... Tung-hai Nung-jin, Tiauw Kiat Su dan... Tiauw Li Ing!"

   "Haaaah???" Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee dan Yap Tai Ciangkun berseru kaget. Otomatis pandangan mereka juga tertuju ke arah Liu Yang Kun. Yang tidak kalah kagetnya pula adalah Liu Yang Kun. Meskipun dia sudah tidak ingat lagi kepada Chu Seng Kun, namun melihat sikap dan cara mereka berbicara tentang tabib sakti itu ia bisa menggambarkan macam apa orang yang mereka ceritakan tersebut. Sehingga di dalam hatinyapun diam-diam telah timbul pula dugaan jelek kepada Tiauw Li Ing, wanita yang mengaku sebagai isterinya itu.

   "Ayahnya seorang Raja Bajak Laut di Lautan Timur. Seorang bajak laut tentunya juga bukan orang baik-baik. Dia tentu suka merampok dan membunuh orang. Dan tampaknya nona Souw ini juga tidak berbohong pula tentang... tentang tabib sakti Chu Seng Kun. Oooh... aku menjadi bingung dan pusing memikirkannya. Benarkah... benarkah dia itu isteriku?" Karena itu pula Liu Yang Kun tak berani menatap orang-orang yang duduk di depannya itu. Tiba-tiba kepalanya tertunduk. Keningnya berkerut. Bahkan beberapa kali mulutnya berdesah. Tak tega juga Yap Tai Ciangkun dan Yap Kiong Lee menyaksikan keadaan itu. Sambil menghela napas panjang Yap Tai Ciangkun memandang ke arah Souw Lian Cu.

   "Benarkah mereka membunuh Chu Seng Kun?" katanya kemudian dengan suara agak ragu pula. Dengan cepat Souw Lian Cu lalu bercerita tentang kejadian yang menyedihkan di rumah keluarga Chu setengah bulan yang lalu. Bagaimana tabib sakti itu berusaha menolong dan melindungi seorang wanita yang mau melahirkan. Dan bagaimana pula seluruh keluarga tabib sakti itu dibasmi dan dibakar rumahnya oleh Tiauw Li Ing beserta kawan kawannya itu.

   
Memburu Iblis Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Sungguh keji..." tak terasa mulut Liu Yang Kun bergumam. Namun mulut itu cepat-cepat terkatup kembali ketika teringat bahwa Tiauw Li Ing adalah isterinya.

   "Memang sangat keji dan tak berperi-kemanusiaan. Oleh karena itu pula apabila ada kesempatan aku akan menuntut balas atas kejadian itu." Souw Lian Cu berkata tegas.

   "Bagaimanapun juga paman Chu masih terhitung keluargaku pula, karena ibuku adalah adik perempuan paman Chu."

   "Ah. benar...!" tiba-tiba Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee tergagap sadar dari ketermanguannya.

   "Souw Hujin (Nyonya Souw) memang adik dari Chu Taihiap. Kalau begitu Souw Hujin tentu mewarisi pula kepandaian kakaknya itu. Ehmmm, Pangeran...! Bagaimana kalau kita menemui Hong-Gi-Hiap Souw Thian Hai dan isterinya saja? Siapa tahu Souw Hujin itu bisa mengobati penyakit Pangeran itu?" Liu Yang Kun tersentak kaget pula. Sesaat tampak sinar kegembiraan di matanya. Tapi di lain saat wajah itu kelihatan sedih dan ragu-ragu lagi. Apalagi ketika tampak di matanya wajah Souw Lian Cu yang keras dan kaku serta penuh dendam itu.

   "Ini... ini... tentu saja terserah kepada nona Souw. Kalau nona Souw mau...mau mengantarkan aku kepada ibunya..." akhirnya pemuda itu berdesah perlahan seperti kepada dirinya sendiri. Dan sama sekali pemuda itu tidak berani menatap Souw Lian Cu. Yap Tai Ciangkun dan Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee segera menjadi maklum dan sadar pula. Tak terasa mereka lalu memandang kepada Souw Lian Cu dengan sinar mata penuh permohonan.

   "Nona Souw...? Maukah nona menolong Pangeran Liu Yang Kun?" Yap Tai Ciangkun lalu meminta dengan halus. Namun dengan angkuh gadis itu melengos. Suaranya terdengar sangat keras dan kaku ketika menjawab permintaan itu.

   "Maaf, Tai Ciangkun. Bagaimana aku bisa berjalan bersama dengan wanita yang telah membunuh keluarga paman Chu? Kalaupun aku mau, masakan ibuku juga mau mengobati suami orang yang telah membunuh kakaknya?"

   "Ah... benar juga. Hmm... bagaimana, ya?" Yap Tai Ciangkun tersipu-sipu. Sementara itu Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee lalu mendekati Liu Yang Kun.

   "Pangeran... Bagaimana menurut pendapat Pangeran? Satu-satunya ahli waris Bu-eng Sin-yok-ong sekarang tinggal Souw Hujin saja. Tampaknya hanya dia yang mampu mengobati penyakit Pangeran itu. Tapi... tentu saja Souw Hujin tidak mau dan tidak bersedia mengobati penyakit itu kalau...kalau isteri Pangeran yang bernama Tiauw Li Ing itu ikut serta. Mereka saling bermusuhan." Tiba-tiba Liu Yang Kun mengangkat wajahnya. Ditatapnya mata Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee lekat-lekat.

   "Ciangkun... Menurut pendapat Ciangkun, apakah benar dia itu isteriku...?" tanyanya mengagetkan. Tentu saja ucapan itu terasa aneh di telinga Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee, Yap Tai Ciangkun dan Souw Lian Cu. Begitu anehnya sehingga mereka bertiga menjadi kaget dan ternganga keheranan. Dan Liu Yang Kun sendiri ternyata dengan cepat juga menyadari keanehannya itu.

   "Eh, maksudku... maksudku...aku sendiri juga kurang yakin akan hal itu. Begitu sadar dari pingsanku, dia... dia telah berada di dekatku. Dan dia pula yang mengatakan bahwa aku adalah suaminya. Terpaksa... terpaksa aku pun menerimanya. Aku beranggapan, masakan seorang gadis cantik seperti dia membohongi aku. Tapi di dalam hati kecilku aku agak... agak kurang yakin akan hal itu. Namun untuk membuktikannya aku tak bisa. Selain ingatanku telah hilang, akupun tak punya alasan dan bukti untuk menyanggahnya..." katanya kemudian dengan terbata-bata. Sambil berkata matanya tak lepas memandang ke arah Souw Lian Cu.

   "Lalu mengapa Pangeran menanyakan hal itu kepada kami? Tentu saja kami-pun semakin tak bisa menjawab pertanyaan itu." Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee menjawab pula.

   "Bukan begitu, Ciangkun? Maksudku bagaimanakah menurut tanggapan Ciangkun tentang perkawinan itu? Masuk akalkah kalau aku ini kawin dengan Tiauw Li Ing itu? Maksudku... maksudku... kalau aku ini dalam keadaan sehat dan waras... bisakah aku ini kawin dengan wanita itu? Maksudku... dengan puteri seorang raja bajak laut itu?" Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee menghela napas panjang. Ia tahu Pangeran itu membutuhkan pertolongan orang lain untuk menjawab pertanyaan itu. Namun bagaimana dia harus menjawabnya? Semuanya serba mungkin. Dan dia sendiri tak tahu persis lika-liku perjalanan hidup mereka.

   "Ah... sungguh sulit untuk menjawabnya, Pangeran. Semuanya itu memang bisa saja terjadi. Tiada yang tidak mungkin di dunia ini. Memang, kalau dipandang sepintas lalu... perkawinan Pangeran itu seperti tidak mungkin. Sedikit banyak saya sudah mengerti watak dan pribadi Pangeran. Begitu pula dengan watak dan pribadi anak Tung-hai-tiauw itu. Dan kedua watak dan pribadi itu rasa-rasanya sulit dipertemukan. Apalagi Pangeran adalah putera Hongsiang, kaisar yang paling terhormat dan berkuasa di negeri kita ini. Sedangkan gadis itu adalah anak seorang raja bajak laut yang menjadi musuh negara..." Belum habis perkataan Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee, tiba-tiba Liu Yang Kun melompat dan mengguncang lengan jago dari istana itu. Wajah pemuda itu tampak lega dan berseri-seri.

   "Ciangkun! Itulah jawaban yang kumaksudkan! Rasa-rasanya hatikupun berpendapat begitu! Hanya... hanya aku sendiri tak bisa mengatakan...!" Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee tersenyum, walaupun sebenarnya pundaknya terasa sakit. Selain luka dalam yang dideritanya tadi masih belum sembuh, cengkeraman Liu Yang Kun itu pun memang sangat kuat. Beberapa saat kemudian Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee lalu bertanya,

   "Lalu apa yang hendak Pangeran lakukan setelah mengetahui jawaban saya itu?" Liu Yang Kun terdiam. Tiba-tiba saja pemuda itu sadar kembali. Dengan wajah agak malu-malu ia melirik ke arah Souw Lian Cu.

   "Ciangkun. kalau nona Souw memang menghendaki demikian, akupun takkan membawa Tiauw Li Ing pula. Biarlah untuk sementara ia tinggal bersama gurunya. Aku akan menemui dia lagi setelah penyakitku itu hilang, sehingga aku bisa menentukan sikap terhadapnya. Kalau aku dan dia memang benar-benar sudah kawin dan saling mencinta, yah...apa boleh buat, aku tentu akan kembali kepadanya. Tapi sebaliknya, kalau semua ini hanya lelucon dan sandiwara belaka, hmm... akupun tak mau tinggal diam pula. Aku akan membuat perhitungan dengan mereka!"

   "Oooh!" Hong-Lui-Kun dan Yap Tai Ciangkun berdesah lega. Kemudian semua pandangan terarah kepada Souw Lian Cu. Gadis itulah kini yang harus mengambil keputusan. Tadi dia telah mengajukan alasan dan keberatannya. Namun kini ternyata Liu Yang Kun sanggup meninggalkan Tiauw Li Ing.

   "Nah, nona Souw... kau sekarang tidak berkeberatan lagi, bukan?" Yap Tai Ciangkun berkata halus. Souw Lian Cu tidak bisa mengelak lagi. Selain ia tak punya alasan untuk menolak lagi, sebenarnya hati kecilnya pun merasa tak tega pula melihat penderitaan orang yang dicintainya itu. Maka tiada jawaban lagi yang harus ia berikan, selain mengangguk.

   "Terima kasih, nona Souw..." Liu Yang Kun hampir saja berteriak saking gembiranya. Yap Tai Ciangkun saling pandang dengan kakaknya. Diam-diam mereka tersenyum sambil mengangguk-angguk. Ternyata jalinan kasih sayang di lubuk hati kedua muda-mudi itu sedemikian kuatnya sehingga masing-masing seperti saling mendekat dengan sendirinya. Padahal Pangeran Liu Yang Kun dalam keadaan 'hilang ingatan', dan sudah tak ingat lagi bahwa ia pernah mencintai gadis itu.

   "Nah, Twako... bagaimana rencanamu sekarang?" Yap Tai Ciangkun berbisik kepada kakaknya.

   "Kau boleh meneruskan perjalananmu ke kota raja besok pagi. Kau beritahukanlah kepada Hongsiang bahwa Pangeran Liu Yang Kun telah kita temukan. Aku sekarang akan mengikuti Pangeran Liu Yang Kun kemanapun dia pergi."

   "Kalau begitu... baiklah. Tapi kuharap Twako berhati-hati. Jangan sampai Pangeran itu terlepas lagi." Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee tersenyum.

   "Jangan khawatir, Khim-te. Aku akan mempertaruhkan seluruh jiwa dan ragaku untuk menjaga Pangeran Liu Yang Kun. Bagaimanapun juga dia harus kembali ke istana." Demikianlah, malam itu juga Souw Lian Cu mengajak Liu Yang Kun untuk berangkat. Karena gadis itu juga tidak tahu dimana ayah dan ibu tirinya berada, maka ia memutuskan untuk pergi ke Cin-an saja. Siapa tahu ayah ibunya juga diundang pada pesta perkawinan Ketua Tiam-jong-pai itu? Ketika mereka bertiga lewat di tepi hutan dimana Liu Yang Kun dan nona Souw Lian Cu tadi berjumpa, mereka melihat bekas-bekas pertempuran di sana. Dan tampaknya pertempuran yang terjadi di tempat itu sedemikian hebatnya, sehingga tempat itu seperti habis diamuk oleh kawanan gajah liar.

   "Emm... tampaknya baru saja ada pertempuran besar di tempat ini." Yap Kiong Lee berkata perlahan. Lalu tambahnya lagi dengan dahi berkerut.

   "Tapi... siapa saja yang telah bertempur itu? Mengapa suara dentang senjata mereka tidak terdengar sama sekali?" Souw Lian Cu menoleh sambil mengangkat pundaknya.

   "Entahlah, saya juga tidak tahu. Tadi sore aku memang berada di tempat ini pula, tapi waktu itu aku tak melihat apa-apa. Mungkin pertempuran itu terjadi setelah aku meninggalkan tempat ini..."

   "Aku juga tidak tahu pula. Namun aku bisa menduganya..." tiba-tiba Liu Yang Kun menyela.

   "Apa? Pangeran mengetahui siapa mereka...?" Yap Kiong Lee dan Souw Lian Cu berdesah hampir berbareng. Otomatis keduanya mengawasi Liu Yang Kun dengan nada ingin tahu. Tapi dengan cepat Liu Yang Kun menggoyangkan tangannya.

   "Bukan begitu. Saya tidak mengatakan bahwa saya tahu. Saya hanya mengatakan bahwa saya dapat menduga saja..." ia menjelaskan. Yap Kiong Lee tersenyum.

   "Maaf. Hmm... kalau begitu lekaslah Pangeran mengatakannya," ujarnya kemudian.

   "Kedatanganku di tempat ini sore tadi, selain untuk menemui nona Souw Lian Cu juga untuk mengejar hantu kuntilanak yang mengganggu penduduk kota Cia-souw. Namun karena datang terlambat, maka aku telah kehilangan jejak kuntilanak itu bersama para pengejarnya. Oleh karena itu aku mempunyai dugaan bahwa tempat ini digunakan sebagai ajang pertempuran oleh Kuntilanak itu dengan para pengejarnya."

   "Oh... jadi itukah sebabnya Pangeran menuduh aku sebagai kuntilanak?" Souw Lian Cu berkata geram. Liu Yang Kun menyeringai kikuk.

   "Benar..." desahnya kemalu-maluan.

   "Hantu kuntilanak...?" sebaliknya Yap Kiong Lee berseru heran.

   "Apa itu...?" Liu Yang Kun memandang Jagoan istana yang kini menjadi pengawalnya itu.

   "Ciangkun belum mendengarnya?" Dengan kening tetap berkerut Yap Kiong Lee menggelengkan kepalanya.

   "Bagaimana dengan nona Souw? Apakah nona juga belum mendengar cerita tentang hantu itu?" Liu Yang Kun bertanya pula kepada Souw Lian Cu.

   "Aku pernah mendengarnya. Bahkan tidak cuma di sini. Di kota Lai-couw dan Si-pouw pun aku pernah mendengar tentang kuntilanak itu." Kota Lai-couw dan Si-pouw adalah kota kecil yang letaknya tidak jauh dari kota Cia-souw itu. Kedua kota kecil itu terletak agak jauh dari jalan utama yang menghubungkan kota Cia-souw dengan Cin-an, sehingga jarang sekali disinggahi para pelancong maupun pedagang. Maka sungguh mengherankan sekali kalau gadis itu sampai di sana.

   "Apa saja yang nona dengar tentang hantu itu?" Liu Yang Kun mendesak. Souw Lian Cu mengangkat wajahnya. Matanya yang bening itu menatap Liu Yang Kun sebentar. Setelah itu seraya melangkahkan kakinya ia menjawab,

   "Cukup banyak. Tapi sebaiknya kita meninggalkan tempat ini terlebih dahulu. Hutan ini cuma beberapa lie saja dari kota Cia-souw. Kau tidak akan jadi berangkat kalau isterimu menyusul kemari..."

   "Ah...!" Liu Yang Kun berdesah kecut. Mukanya merah padam. Hong-Lui-Kun Yap Kiong Lee tersenyum di dalam hati. Diam-diam ia merasa geli, namun juga bercampur dengan perasaan prihatin pula menyaksikan jalan percintaan mereka.

   "Hmm... sungguh mengherankan! Bagaimana sebenarnya hubungan kasih mereka itu? Demikian dekat hati mereka, tapi juga demikian jauh rasanya jarak mereka? Aneh benar...?!" jagoan dari istana itu bergumam di dalam hati.

   Lalu tangannya menggandeng Liu Yang Kun dan membawanya melangkah mengikuti Souw Lian Cu. Demikianlah mereka lalu bergegas meninggalkan hutan kecil itu. Mereka berjalan cepat melewati jalan utama yang menuju ke arah kota Cin-an. Mereka melangkah tanpa berbicara sama sekali, seolah-olah mereka itu memang berjalan sendiri-sendiri. Sementara itu di penginapan Tiauw Li Ing tidur pulas sampai pagi. Permainan cinta yang menggelora sehari penuh bersama Liu Yang Kun itu membuatnya lemah dan lelah luar biasa. Ia baru bangun ketika gurunya yang buta itu mengetuk pintu kamarnya. Tapi betapa kagetnya dia ketika Liu Yang Kun tak ada di sampingnya. Dan hatinya semakin menjadi kaget pula begitu menyadari dirinya juga belum berpakaian sama sekali. Apalagi ketika dilihatnya pembaringan itu masih kusut dan berantakan seperti kemarin malam.

   "Aku... aku telah tertidur malam tadi. Dan... dan... dia belum kembali dari melihat keributan itu! Oh!" dia menjerit di dalam hati. Bergegas Tiauw Li Ing mengenakan pakaiannya. Kemudian ia membuka pintu dan melompat keluar.

   "Suhu, dia...dia pergi!" serunya serak. Matanya yang merah hampir menangis itu menatap kesana kemari dengan liarnya. Tentu saja Lo-sin-ong menjadi bingung dan kaget. Tak tahu apa yang dimaksudkan Tiauw Li Ing.

   "Pergi? Siapa yang pergi? Suamimu...?"

   "Benar. Suamiku... dia... dia telah pergi tadi malam. Sekarang belum juga kembali." Tiauw Li Ing menjawab gugup. Dan kini air matanya benar-benar telah menggenangi pelupuk matanya.

   "Ooooh...?" Orang tua itu tersentak dan buru-buru menarik tangan Tiauw Li Ing ke dalam kamar kembali.

   "Mengapa? Bagaimana itu bisa terjadi?" desaknya sambil menutup pintu kamar. Sekejap wajah yang cantik itu menjadi merah. Tapi di lain saat wajah itu kembali tegang dan ketakutan pula. Dengan suara gugup dan terputus-putus gadis itu lalu bercerita tentang kejadian malam tadi. Kecuali tentu saja mengenai permainan cintanya yang bergelora itu.

   

Pendekar Penyebar Maut Eps 9 Pendekar Penyebar Maut Eps 53 Pendekar Penyebar Maut Eps 33

Cari Blog Ini