Ceritasilat Novel Online

Pedang Penakluk Iblis 11


Pedang Penakluk Iblis Karya Kho Ping Hoo Bagian 11




   Pemuda ini bukan lain Liok Kong Ji, sedangkan gadis itu adalah Go Hui Lian. Bagaimanakah dua orang muda ini bisa tiba-tiba berada di dekat Telaga Gasyu Nor, di tempat yang demikian jauhnya, jauh di utara di perbatasan Negara Mongol? untuk mengetahui semua ini baiklah kita mundur dulu dan mengikuti perjalanan Liok Kong Ji, anak yang amat cerdik itu.

   Telah dituturkan di bagian depan betapa dengan akal dan kecerdikannya Kong Ji dapat menarik hati Pendekar Besar Go Ciang Le dan isterinya sehingga dia kemudian dibawa oleh Ciang Le untuk dididik sebagai muridnya! Dengan hati girang sekali Kong Ji ikut dengan Ciang Le dan isterinya, juga bersama Hui Lian, menuju ke tempat tinggal pendekar besar itu.

   Ciang Le tinggal bersama isteri dan puteri tunggalnya di atas sebuah pulau kecil di selatan. Pulau ini disebut Pulau Kim-bun atau Pulau Pintu Emas karena pulau ini memang seakan-akan merupakan pintu dari daratan Tiongkok sebelah selatan. Disebut pintu emas karena para saudagar yang datang berlayar membawa barang-barang dagangan yang amat berharga yang membuat perdagangan di situ ramai sekali sehingga pintu berupa pulau ini amat penting kedudukannya, amat berharga seperti emas. Di atas pulau ini tinggal seratus lebih keluarga dan merupakan tempat yang ramai.

   Rumah pendekar ini berada di sebelah utara dari pulau itu, dengan pekarangan yang amat luas karena Cilang Le sengaja membeli tanah yang luas di mana ia menghibur diri dengan hidup bercocok tanam. Selain itu, ia memang memilih tempat yang sunyi, jauh dari kota dan di tempat ini ia hidup berbahagia dengan isterinya yang tercinta, yakni Liang Bi Lan, dan puterinya yang mereka sayang Go Hui Lian. Selain mereka bertiga masih ada seorang gadis cantik yang bernama Gak Soan Li karena memang bakatnya besar luar biasa. Juga anak ini amat penurut, dan biarpun ia seorang murid terkasih dari Ciang Le dan isterinya, namun ia seorang anak tahu diri dan hidup di dalam rumah gurunya tak pernah menganggur. Setiap saat orang melihat dia bekerja membantu pekerjaan para pelayan sehingga boleh dibilang bahwa semua pekerjaan rumah tangga berada di tangan Soan Li. Bi Lan atau. Nyonya Go suka sekali melihat kerajinan anak itu, dan semua pekerjaan rumah tangga beres oleh Soan Li tanpa dia sendiri turut campur, sedangkan semua pelayan amat taat kepada gadis ini yang memang manis budi dan pandai mengatur rumah tangga.

   Seringkali, kalau sedang bercakap-cakap, Ciang Le menyatakan kekagumannya terhadap murid tunggalnya ini dan di samping ini ia menyatakan kekerasan hatinya melihat puterinya sendiri semakin manja dan malas, sungguhpun harus mereka akui bahwa watak Hui Lian jauh lebih gembira dan jenaka daripada Soan Li yang pendiam. Tanpa adanya Soan Li di situ, pekerjaan rumah tangga akan repot sekali. Sebaliknya tanpa adanya Hui Lian di situ, kegembiraan akan lenyap karena kejenakaan anak ini seakan-akan cahaya matahari yang menyinar dan menggembirakan hati semua orang. Kalau Hui Lian anaknya gembira dan jenaka, cerewet dan manja, adalah Soan Li amat pendiam, halus gerak geriknya, dan amat sopan santun terhadap suhu dan subonya.

   Gak Soan Li adalah seorang anak yatim piatu. Rumah ayah bundanya yang bekerja sebagai buruh di Pulau Kim-bun, pada waktu ia baru berusia enam tahun, terbakar dan kedua orang tuanya tewas dalam malapetaka ini. Hanya Soan Li seorang diri yang selamat. Karena menaruh hati kasihan terhadap anak yatim piatu ini, Bi Lan dan Ciang Le lalu mengulurkan tangan dan menolong anak ini membawanya ke rumah mereka dan Ciang Le yang melihat bakat baik anak ini lalu mengambilnya sebagai murid.

   Peristiwa itu terjadi belum lama sejak Ciang Le dan isterinya tinggal di pulau itu dan pada masa itu, Hui Lian baru berusia setengah tahun. Soan Li memperlihatkan sikap baik sekali dan ia mencinta Hui Lian setelah Hui Lian menjadi besar. Akhirnya, setelah Ciang Le dan Bi Lan berkali-kali menegurnya, baru ia mau menyebut "sumoi" kepada Hui Lian, sedangkan Hui Lian menyebutnya "suci" (kakak seperguruan).

   Bakat Soan Li dalam ilmu silat luar biasa sekali sehingga ia mendapat kemajuan pesat. Bersama dengan Hui Lian ia berlatih silat, juga ia menerima pelajaran pekerjaan kerajinan tangan seperti nyulam dan lain lain. Hui Lian selalu mendapat petunjuk dari Soan Li, maka tidak mengherankan apabila hubungan kedua orang gadis cilik itu menjadi makin erat saja. Di luar dugaan semua orang makin besar Soan Li kelihatan makin cantik manis, dan Ciang Le serta Bi Lan sendiri menjadi kagum dan girang. Mereka mempunyai seorang murid yang tidak mengecewakan. Slapakah yang takkan bangga dan girang melihat dua orang gadis cilik itu? Masing-masing memiliki keistimewaan sendiri. Soan Li lemah lembut tidak akan ada yang menduga bahwa dia mempunyai kepandaian silat yang tinggi, gerak-geriknya halus, pakaiannya seperti wanita lemah, bicaranya halus dan sikapnya pendiam. Sebaliknya, Hui Lian lincah sekali, baru dari gerak-geriknya saja. orang tentu akan tahu bahwa gadis ini memiliki kepandaian tinggi, bicaranya terus terang dan jujur, suka ketawa mudah menangis. Kalau Soan Li boleh diumpamakan setangkai bunga teratai putih yang indah dan tenang, adalah Hui Lian seperti setangkai mawar hutan yang merah, penuh semangat.

   Ketika Ciang Le dan Bi Lan sambil mengajak Hui Lian pergi meninggalkan pulau untuk merantau dan mengunjungi Luliang-san, Soan Li menunggu di rumah untuk menjaga rumah. Hati gadis amat kecewa dan berduka. Baru kali ini ia ditinggal seorang diri dan ia merasa amat kehilangan. Setelah tiga orang itu pergi barulah ia tahu bahwa mereka bertiga itu amat disayangi, bahwa ia merasa seperti menjadi sebagian daripada keluarga Go, dan hidupnya akan sengsara tanpa mereka.

   Oleh karena itu, alangkah girang hati Soan Li ketika beberapa bulan kemudian Ciang Le bersama anak isterinya datang kembali dari perjalanan mereka. Dan bersama tiga orang ini, Soan Li melihat seorang pemuda tanggung yang sebaya dengan dia, yakni Liok Kong Ji. Pada waktu itu, Kong Ji telah berusia empat belas tahun dan Soan Li telah berusia lima belas tahun, sedangkan Hui Lian baru berusia sepuluh tahun. Kalau Soan Li menyambut kedatangan guru seanak isteri itu dengan penuh kegembiraan akan tetapi sama sekali tidak memperhatikan kepada Kong Ji, adalah sebaliknya Kong Ji berdebar hatinya dan diam-diam pemuda cilik ini mengaku bahwa ia berhadapan dengan seorang bidadari yang lemah lembut. Ia menduga-duga siapakah gerangan gadis yang cantik dan halus gerak-geriknya ini.

   Hui Lian yang amat gembira bertemu dengan Soan Li segera memeluk dan berkata.

   "Soan Li Suci, lihatlah dia ini adalah murid baru dari Ayah. Namanya Liok Kong Ji, orangnya cerdik dan kepandaiannya sudah lihai sekali. Eh, Kong Ji Suko, inilah Gak Soan Li Su-ci, murid Ayah Ibu yang cantik lemah lembut dan dalam hal kepandaian, ia tidak kalah olehmu""

   Ciang Le hanya menggeleng-geleng kepala saja menyaksikan kejenakaan putrinya sedangkan Bi Lan hanya tersenyum akan tetapi diam-diam ia memperhatikan muka kedua orang murid itu.

   Kong Ji berseri wajahnya dan dari sinar matanya dapat tertangkap kekaguman besar, sebaliknya Soan Li bersikap dingin, bahkan tidak melirik ke arah Kong Ji. Akan tetapi ia balas menjura ketika Kong Ji memberi hormat dan berkata.

   "Gak-sumoi, aku yang bodoh kelak mohon banyak petunjuk darimu."

   Soan Li tidak menjawab, hanya tersenyum hormat. Di dalam hatinya ia tidak senang mendengar sebutan sumoy yang diucapkan dengan nada manis dibuat-buat itu.

   Hui Lian menghadapi Kong Ji sambil tertawa.

   "Kong Ji Suko, bagaimana sih kau ini. Biarpun kau nampaknya lebih jangkung, namun kau bilang bahwa usiamu lebih tua empat tahun dari aku, sedangkan Suci lebih tua lima tahun, jadi kau lebih muda setahun dari Suci. Maka kau harus menyebut Suci pula, tidak boleh Sumoi. Apalagi baru sekarang kau menjadi murid Ayah, sedangkan Suci sudah delapan tahun""

   "Benarkah begitu?" Kong Ji berkata sambil tersenyum, lalu menjura kepada Soan Li.

   "Suci, mohon maaf sebanyaknya atas kekeliruan siauwte."

   Soan Lt merah mukanya, dan ia hanya menjawab lambat.

   "Tidak mengapa." Kemudian gadis ini berpaling kepada Ciang Le dan berkata,

   "Suhu kemarin ada datang seorang tamu yang mengaku sebagai kenalan baik dari Suhu. Sekarang dia menanti di kamar tamu. Namanya...."

   Tiba-tiba dari dalam rumah gedung keluar berlari seorang laki-laki setengah tua dan begitu melihat Ciang Le, ia berseru girang.
(Lanjut ke Jilid 11)
Pedang Penakluk Iblis/Sin Kiam Hok Mo (Seri ke 02 - Serial Pendekar Budiman)
Karya: Asmaraman S. Kho Ping Hoo

   Jilid 11
"Go-taihiap, akhirnya kau pulang juga...!"

   Ciang Le menengok, demikian pun semua orang dan yang hebat adalah Kong Ji. Begitu melihat orang ini, mukanya berubah pucat, namun dengan ketabahannya yang luar biasa serta tenaga lwee-kang yang sudah dimilikinya, ia dapat menekan perasaannya dan dapat menyalurkan darah ke mukanya sehingga muka ini menjadi merah kembali.

   "Liok San-twako, kiranya kau yang datang? Kebetulan sekali. lihat siapa yang ikut datang bersama ini!" Ciang Le menunjuk kepada Liok Kong Ji. Liok San laki-laki setengah tua menengok ke arah Kong Ji dan kalau sekiranya ia melihat iblis, agaknya ia tak demikian kaget seperti ketika ia memandang kepada Kong Ji.

   "Kau...??" Tiba-tiba, bagaikan seekor harimau ganas yang melihat mangsanya, ia menubruk dan mengirim pukul keras ke arah dada Kong Ji yang sedang berdiri tegak.

   Ciang Le dan Bi Lan terkejut sekali. Ciang Le hendak mencegah, namun tidak keburu karena serangan ini memang tidak terduga sama sekali. Sedangkan Kong Ji semenjak tadi sudah mengawasi gerak- gerik pamannya ini, akan tetapi melihat cara Liok San memukul, ia tidak menghindar dan memasang dadanya.

   "Bukk...!" Dada Kong Ji terpukul keras dan akibatnya, anak itu terpental dan bergulingan sampai dua tombak lebih, akan tetapi Liok San meringis kesakitan sambil memegangi tangan kanannya.

   Liok Kong ji tidak terluka hanya terpental saja. Ia lalu melompat berdiri maju menghampiri Liok San dan menjatuhkan diri berlutut sambil menangis.

   "Siokhu (Paman), kalau anak bersalah, bunuhlah...."

   Liok San memandang dengan mata terbelalak. Dari pukulannva tadi maklumlah ia bahwa kepandaian keponakan ini sudah amat tinggi, jauh leblh tingi daripada kepandaiannya sendiri!

   "lblis". setan...." Kemudian ia berpaling kepada Ciang Le yang memandang keheran-heranan "Go taihiap, harap maafkan aku akan tetapi... bolehkah bicara dengan kau dan anak ini bertiga saja?" Ia lalu berpaling kepada Bi Lan dan menjura.

   "Go-hujin, maafkan aku sebanyak-banyaknya atas tingkah laku yang, amat tidak sopan ini."

   Liang Bi Lan nampaknya tidak senang akan tetapi ketika melihat isyarat mata suaminya, ia menggerakkan pundak.

   "Tidak apa... mari Hui Lian, dan Soan Li kita masuk ke dalam dan istirahat!" Maka tanpa mengeluarkan sepatah kata terhadap tamu itu, Bi Lan lalu berjalan masuk diikuti oleh Hui Lian dan Soan Li, juga para pelayan yang tadi ikut menyambut, sekarang disuruh masuk semua. Hanya Hui Lian yang mengomel panjang pendek, terdengar oleh Liok San karena cukup keras.

   "Benar-benar tamu yang aneh dan kasar!" Akan tetapi Bi Lan mendelik kepadanya dan gadis cilik tidak berani membuka mulut lagi.

   Kini Ciang Le tinggal di luar bersama Liok San dan Liok Kong ji. Anak ini masih berlutut sambil menangis sedih, tidak berani mengangkat mukanya. Hatinya berdebar penuh kekhawatiran karena masih belum tahu apa sebabnya pamannya datang-datang memukulnya. Namun otaknya yang licin bekerja keras dan tangisnya itu adalah siasat untuk melemahkan pamannya yang sedang marah itu.

   Liok San tidak mempedulikan keadaan Kong Ji sebaliknya lalu berpaling kepada Ciang Le sambil berkata.

   "Go-tayhiap, tentu kau merasa heran melihat perbuatanku." Ia menghela napas dan memandang ke arah Liok Kong ji yang masih berlutut sambil membuka telinganya baik-baik.

   "Sebetulnya kedatanganku ke pulau ini untuk mencarimu justru hubungan dengan setan ini, siapa ia malah datang bersamamu."

   "Apakah yang terjadi, Liok-toako. Terangkanlah dulu apa sebabnya kau datang mencariku dan apa sebabnya marah-marah kepada Kong Ji."

   "Belum lama ini aku naik ke Hoa-san untuk menengok bocah ini yang sudah lama kutinggalkan untuk berguru kepada Liang Gi Tojin dan Lie Bu Tek Taihiap.

   "Siapa kira di Hoa-san telah kosong aku tidak mendapatkan siapapun juga di puncak itu. Tidak kusangka bahwa Hoa- san-pai yang begitu besar telah musnah.

   "Aku pun tahu akan hal itu, Liok twako," kata Ciang Le karena melihat tamunya itu menunda bicaranya.

   "Kemudian aku mendengar Hoa-san-pai telah dimusnakan oleh dua orang tokoh Im-yang-bu-pai. Liang Gi Tojin telah tewas oleh mereka dan Lie Bu Tek Taihiap "...." Liok San memandang kepada Kong Ji dengan sinar mata penuh kebencian.

   Kong Ji diam-diam terkejut sekali. Dengan kepala tunduk ia mendengarkan semua cerita ini dan kini otaknya yang sangat cerdik dapat menduga bahwa pamannya tentu telah mendengar tentang perbuatannya membuntungi lengan Lie Bu Tek. Akan tetapi secepat kilat, otaknya sudah mempersiapkan jawaban yang tepat. Memang anak ini lihai luar biasa.

   Adapun Ciang Le yang mendengar kata-kata Liok San kemudian melihat orang itu memandang kepada Kong Ji menjadi terheran, maka ia lalu berkata.

   "Bukanlah Lie Bu Tek Toako juga telah terluka hebat? Tahukah kau di mana adanya dia sekarang?"

   Liok San menggeleng kepalanya dengan sedih.

   "Aku tidak tahu dia berada di mana, akan tetapi yang hebat sekali adalah berita yang kudengar bahwa ketika orang-orang Im-yang-bu-pai itu menyerbu ke Hoa-san dan membasmi Hoasan-pai, anak ini, iblis kecil yang tak berjantung ini, dia telah... telah membuntungi sebelah lengan kanan Lie Bu Tek Taihiap!"

   Kembali Liok San bernafsu sekali dan amarahnya meluap-luap. Scpasang matanya menjadi merah dan ia seperti hendak menelan bulat-bulat bocah yang berlutut di depannya.

   "Kau keparat jahanam. Ketika masih kecil, Ayah Bundamu tewas oleh orang-orang Im-yang-bu-pai, kemudian kau kubawa ke Hoa-san-pai, ditolong oleh Liang Gi Tojin dan Lie Bu Tek Taihiap, diterima menjadi murid. Bagaimana kau begitu keji untuk membantu orang-orang Im yang bu pai musuh-musuh besarmu dan bahkan kau berani sekali membuntungi lengan Lie Bu Tek Taihiap?" Setelah berkata demikian, Liok San sudah mengangkat tangannya untuk memukul kepala Kong Ji yang masih tunduk.

   Akan tetapi Ciang Le cepat menangkap tangannya dan mencegahnya. Pendekar ini juga berubah air mukanya. Hatinya berguncang dan berita ini adalah berita yang luar biasa hebatnya.

   "Kong Ji, kau bangkitlah. Berdirilah dan jawab tuduhan Pamanmu tadi. Benar-benarkah kau telah melakukan hal keji itu?" kata Ciang Le.

   Dengan perlahan Kong Ji bangun berdiri. Lalu ia berdiri tegak dengan tenang menghadapi Ciang Le dan Liok San. Ia telah mencari jalan dan otaknya yang cerdik sudah mendapat siasat yang berbahaya namun berani sekali. Dengan pandang mata tenang penuh keberanian untuk membuktIkan kejujuran hatinya, ia menghadapi Ciang Le. Anak ini maklum bahwa Ciang Le memiliki pandangan mata yang tajam dan seandainya mulutnya dapat membohong, namun kalau pandang matanya tidak diatur lebih dulu, mungkin akan dapat diketahui oleh Ciang Le. Maka sebelum membuka mulut, lebih dulu ia menenteramkan hati dan mengerahkan tenaga sehingga sepasang matanya memandang tenang penuh kejujuran. Bahkan kini bibirnya tersenyum sedikit sehingga wajahnya nampak cakap dan senang.

   "Suhu dan Siokhu, seorang laki-laki harus berani bertanggung jawab atas semua perbuatannya, apalagi kalau perbuatan itu berdasarkan sesuatu yang memaksanya melakukannya. Teecu juga tidak akan menyangkal, memang teecu telah mempergunakan pedang dari Siang mo-kiam Lai Tek tokoh Im-yang-bu-pai untuk menabas putus lengan kanan dari Lie Bu Tek Twa-suheng!" Kata-kata ini diucapkan dengan sikap begitu sewajarnya dan berani sehingga Ciang Le dan Liok San berdiri ternganga keheranan.

   "Setan jahat, kau benar-benar keji dan tidak punya liangsim!" Liok San membentak, suaranya tergetar saking marahnya.

   Akan tetapi Ciang Le berkata dengan suaranya yang mengandung pengaruh hebat.

   "Kong Ji mengapa kau lakukan itu? Hayo lekas katakan apa alasannya dan bagaimana hal itu terjadi!"

   Liok Kong Ji merasa lebih gentar menghadapi kata-kata Ciang Le ini dari pada bentakan Liok San, namun ia dapat menguasai diri dan tetap tenang.

   "Suhu dan Siokhu, andaikata jiwi (Anda berdua) yang menjadi teecu pada waktu seperti itu apakah yang jiwi lakukan? Anak tanggung ini bertanya, sikapnya seakan-akan dia bukan sedang diperiksa dan dituntut, melainkan seperti ia bercakap-cakap seenaknya dengan dua orang tua itu.

   "Lebih baik aku mati daripada berlaku pengecut"" Liok San berseru marah.

   "Teruskan saja ceritamu dan majukan alasanmu, Kong ji, dan jangan menyinggung yang bukan-bukan!" Kini suara Ciang Le mulai mengancam.

   "Suhu, agaknya Suhu lebih mengerti akan keadaan daripada Siokhu yang tak dapat mengendalikan hawa kemurahan. Seperti telah teecu tuturkan kepada Su-hu, dua orang tokoh Im-yang-bu-pai, yakni Siang-mo-kiam Lai Tek dan Thian-te Siang-tung Kwa Siang, tokoh ke dua dan ke tiga dari Im-yang-bu-pai, menyerbu Hoa-san-pai. Suhu Liang Gi dan Suhu Lie Bu Tek membela diri, namun mereka kalah. Suhu Liang Gi Tojin tewas Sian Suheng sendiri terluka hebat. Tinggal teecu dan Sin Hong yang berada di sana menghadapi mereka."

   "Kau maksudkan Sin Hong putera angkat Lie Bu Tek Toako?" tanya Ciang Le penuh perhatian.

   "Ya, betul dia, Suhu. Karena Adik Sin Hong yang dibawa ke Hoa-san untuk belajar bersama-sama teecu."

   "Hayo teruskan!" Ciang Le mendesak.

   "Setelah begitu, mengapa kau membuntungi lengan Suhengmu itu dengan pedang lawan?"

   "Suhu, teecu seringkali mendengar nasehat dari Suhu Liang Gi Tojin dan Suheng Lie Bu Tek bahwa siapa yang lemah harus berakal, sehingga kekalahan tenaga dapat ditebus dengan kemenangan siasat. Teecu pada saat itu maklum bahwa nyawa Suheng takkan dapat ditolong lagi dan pasti akan terbunuh oleh dua orang Im-yang-bu-pai itu, demikian pula nyawa teecu dan Sin Hong pasti akan tewas. Oleh karena itu terpaksa teecu mempergunakan siasat, menyatakan kepada dua orang lm-yang-bu-pai itu bahwa teecu dan Sin Hong menaruh hati dendam kepada Hoa-san-pai, teecu sengaja memutar balikkan kenyataan dan menyatakan hendak berguru kepada Im- yang-bu-pai."

   "Bangsat rendah!" Liok San memaki marah, akan tetapi Ciang Le memberi isyarat agar supaya Kong Ji melanjutkan ceritanya.

   "Sebelum mereka itu menyatakan sesuatu teecu mendahului mereka agar mereka jangan membunuh Suheng, akan tetapi agar mereka memberi kesempatan kepada teecu untuk membunuhnya membalas sakit hati teecu."

   "Keparat jahanam!" kembali Liok San memaki.

   "Teecu lalu dicoba oleh dua orang takoh lm yang-bu-pai, diberi pinjam pedang oleh Siang-mo-kiam Lai Tek untuk melakukan pembunuhan itu. Teecu tidak membunuh Suheng Lie Bu Tek, melainkan membuntungi sebelah lengannya yang sudah terluka itu."

   "Setan kecil, kau memang jahat!" Liok San tak dapat menahan kemarahana lagi.

   "Kalau kau memang seorang yang mengenal budi, seharusnya kau melawan sekuat tenaga dan lebih baik kau mati dalam membela Hoa-san-pai daripada kau melakukan hal yang amat pergecut dan khianat itu!"

   Adapun Ciang Le memandang kepada Kong Ji penuh kekaguman. Ia heran sekali melihat keberanian anak ini, berani mengaku semua perbuatan itu seakan-akan tidak merasa bersalah. Apakah anak ini mempunyai alasan yang kuat mengapa ia melakukan semua itu.

   "Kong Ji, sekarang ceritakan mengapa kau lakukan hal yang sekeji itu."

   "Suhu, seperti sudah teecu sebut tadi, seorang yang lemah harus dapat mempergunakan siasat halus. Pada waktu itu, Suhu sudah tewas dan Suheng terluka berat. Teecu sendiri bersama Sin Ho ada mempunyai daya apakah? Kalau teecu menurutkan nafsu seperti dinyatakan oleh Siokhu tadi, tentu teecu dan Sin Hong dalam sejurus saja akan tewas pula, dan Suheng Lie Bu Tek juga tentu akan mereka bunuh. Kalau terjadi demikian, bukankah itu berarti bahwa semua murid Hoa-san-pai akan terbinasa dan siapakah kelak yang akan membalaskan sakit hati itu? Harap Suhu suka pertimbangkan dengan adil. Kalau teecu menurutkan nafsu hati dan melawan, tidak akan ada gunanya sama sekali kecuali mengantarkan nyawa dengan sia-sia. Sebaliknya, dengan siasat yang telah teecu lakukan, tidak saja Suheng Lie Bu Tek terlepas daripada bahaya maut dan hanya kehilangan lengan sebelah, juga tee-cu dan Sin Hong selamat."

   "Akan tetapi, dengan berbuat demikian kau telah merendahkan diri dan menyeret namamu ke dalam lumpur kehinaan, Kau dapat dianggap pengecut besar dan orang berkhianat yang amat rendah! Ini lebih hebat daripada maut!" kata Ciang Le dan hati pendekar ini berdebar, heran dan kagum ia mendengar siasat yang amat cerdik itu, namun ia pun ragu-ragu karena hanya orang yang rendah budi saja yang kiranya dapat mempergunakan dan menjalankan siasat seperti itu.

   "Apa boleh buat, Suhu. Sakit hati teecu terhadap Im-yang-bu-pai begitu besar, cita-cita teecu untuk kelak membalas dendam demikian hebat sehingga tee-cu berani mengorbankan apa saja. Teecu berani mengorbankan nama baik, berani mengorbankan perasaan yang hancur ketika teecu membuntungi lengan Suheng. Bahkan kalau sekarang Suhu dan Siok menganggap teecu berdosa dan harus bunuh, teecu rela karena dalam kematian ini pun merupakan pengorbanan teecu yang hendak membalas dendam kepada musuh-musuh kita itu. Suheng sendiri pasti akan memaafkan teecu karena dengan perbuatan itu tidak saja Suheng bebas dari kematian, juga telah memberi kesempatan kepada Suheng, teecu dan Sin Hong untuk kelak mencari musuh- musuh besar dan membalas dendam."

   Ciang Le kini merasa kagum sekali. Liok San sendiri bengong, karena setelah ia pikir-pikir, memang apa yang dilakukan oleh Kong Ji itu masuk akal dan bahkan cerdik sekali! Oleh karena itu sekarang ia tidak dapat mengeluarka kata-kata, hanya memandang kepada keponakannya dengan mata terbelalak dan kadang-kadang ia menoleh kepada Ciang Le untuk melihat apa yang akan dikatakan oleh pendekar besar ini.

   "Kong Ji, jadi kau melakukan semua itu bukan karena kau ingin hidup dan menyelamatkan diri sendiri?"

   "Bukan, Suhu. Demi Tuhan Yang Maha Kuasa, teecu melakukan itu bahkan demi kelamatan Suheng, keselamatan Sin Hong, dan agar teecu mendapat kesempatan membalas dendam."

   "Jadi kau benar-benar bercita-cita membalas dendam atas kehancuran Hoa-san-pai?"

   "Teecu bersumpah, bukan hanya untuk membalas dendam atas kehancuran Hoa-san-pai, akan tetapi juga untuk luka yang diderita oleh Suheng Lie Bu Tek, untuk kematian Suhu Liang Gi Tojin, untuk kematian Ayah Bunda teecu dan untuk kejahatan orang- orang Im-yang-bu-pai." kata Liok Kong Ji penuh semangat, kemudian ia menjatuhkan diri berlutut lagi dan menangis. Tangisnya demikian sedih dan sama sekali tidak kelihatan dibuat-buat sehingga Ciang Le yang demikian awas pandangan matanya, masih kalah dan dapat tertipu oleh anak yang memang lihai dan berbahaya sekali itu.

   "Liok toako, kau mendengar sendiri keterangan Kong Ji. Anak ini bersemangat besar, dan menurut pendaputku. perbuatannya atas diri Lie Bu Tek Toako itu bukanlah hal yang jahat, bahkan menunjukkan bahwa ia cerdik sekali. Aku berani tanggung bahwa Lie Bu Tek Toako pasti takkan marah kepadanya.

   Liok San menarik napas, kelihatan lega sekali.

   "Sesungguhnya, Taihiap, tiada kesenangan yang lebih besar bagiku daripada mendengar keponakanku bebas dari kesalahan. Akan tetapi, tidak ada kedukaan yang lebih besar bagiku dari pada mendengar dia berdosa. Kalau dia dianggap berdosa, aku sendiri yang akan membunuhnya, akan tetapi sukurlah kalau Taihiap berpendapat demikian. Aku hanya menyerahkan anak kakakku ini kedalam bimbingan Taihiap."

   Ciang Le memandang kepada Kong Ji yang masih berlutut.

   "Kong Ji, selanjutnya apa yang terjadi dengan Lie Bu Tek Toako dan dengan Sin Hong?"

   "Tentang Lie Bu Tek Suheng, teecu tidak tahu lagi karena semenjak itu, teecu dibawa pergi oleh orang-orang Im-yang-bu-pai dan ketika teecu pergi, Suheng masih rebah di puncak Hoa-san dalam keadaan pingsan. Adapun Adik Sin Hong memang karena tertarik dan percaya kepada teecu, dua orang tokoh lm-yang-bu-pai itu membawa teecu dan Sin Hong pergi, dengan maksud untuk diambil murid. Akan tetapi Adik Sin Hong ternyata tidak dapat menahan nafsunya. sepanjang jalan ia memaki-maki dua orang tokoh Im-yang-bu-pai itu sehingga mereka menjadi hilang kesabaran. Tentu Adik Sin Hong dibunuh oleh mereka kalau saja tidak keburu datang orang-orang Hek-kin-kaipang yang menolongnya dan membawanya pergi."

   "Hek-kin-kaipang? Siapa yang memimin mereka?" Ciang Le bertanya.

   "Teecu tidak kenal, hanya pemimpinnya seorang wanita cantik, dan pemimpin itu berhasil membawa lari Sin Hong, akan tetapi anak buahnya, puluhan orang yang tewas dalam tangan kedua tokoh Im-yang-bu-pai itu."

   "Kiang Cun Eng"." Ciang Le berkata lirih dan terkenanglah ia akan pengalamannya ketika masih muda. Pernah ia digoda oleh Cun Eng yang cantik genit (baca Pendekar Budiman). Ia menarik nafas panjang dan merasa bersukur bahwa akhirnya wanita itu melakukan sesuatu yang baik, yakni menolong Sin Hong putera dari Wan-yen Kan.

   "Jadi kau selama ini menjadi murid Im-yang-bu-pai?" tanya Liok San di hatinya tetap saja tidak senang kalau mengingat betapa anak ini, yang orang tuanya terbunuh oleh Im-yang-bu-pai, bahkan menjadi murid musuh besar mereka.

   "Tidak, Siokhu, anak hanya sebentar saja tinggal di sana. Kemudian datang See-thian Tok-ong yang menghancurkan Im-yang-bu-pai." Ia lalu menceritakan secara singkat kepada pamannya ini tentang semua pengalamannya tentu saja ia atur demikian rupa sehingga ia tidak melakukan sesuatu pelanggaran yang memburukkan namanya. Ia bahkan menceritakan betapa dengan akalnya ia dapat membikin musuh besar yang membunuh ayah bundanya, yakni Sin-chio Thio Seng, tokoh ke lima dari Im-yang bu-pai, terbunuh sendiri oleh Giok Se Cu.

   "Demikianlah, Siokhu. Dengan masuknya anak di dalam Im-yang-bu-pai, tidak saja anak dapat membalas dendam kepada orang yang membunuh Ayah Bunda, juga dengan pertolongen See-thian Tok ong, Im-yang bu-pai dapat dihancurkan." Selanjutnya ia menceritakan pengalamannya ketika ikut See-thian Tok-ong dan apa kemudian ia tertolong oleh Go Ciang Le ketika hendak dibunuh oleh Raja Racun itu dan kemudian ikut dengan Ciang Le sebagai muridnya.

   Liok San menarik napas panjang, hatinya lega sekali.

   "Sudahlah, baiknya Go Taihiap berpemandangan luas. Aku merasa tenteram hatiku kalau kau berada di bawah pengawasannya. Belajarlah baik-baik dan kau harus taat kepada Suhumu."

   Ciang Le yang masih teringat akan nasib Lie Bu Tek dan Sin Hong berkata kecawa.

   "Sayang sekali kita tidak tahu bagaimana dengan nasib Lie-twako dan anak Sin Hong. Apakah mereka masih hidup? Kalau masih hidup di mana mereka bersembunyi?"

   "Go-talhiap, biarlah aku akan mengembara dan mendengar-dengar. Kita agak mudah untuk mencari Sin Hong, biarlah aku mencari di mana adanya Kiang-kaipangcu, ketua Hek kin-kaipang itu. Mungkin anak itu dapat ditemukan, hanya aku masih bingung ke mana harus mencari Lie Bu Tek Taihiap." Ciang Le girang sekali. Ia baru datang di rumah dan tak dapat ia pergi lagi dalam waktu dekat.

   "Terima kasih kalau kau mau menyelidiki tempat mereka," katanya.

   Liok San hanya satu hari tinggal di Pulau Kim-bun, dan pada keesokan harinya setelah banyak meninggalkan nasihal bagi keponakannya ia lalu pergi. Sebelum ia pergi, lebih dulu Ciang Le diam-diam mengajak ia berembuk tentang maksud hati Ciang Le dan isterinya, yakni hendak menjodohkan Liok Kong Ji dengan Gak Soan Li. Tentu saja Liok San menerima dengan girang dan segera menyetujui, maka antara dua orang tua ini telah mengadakan ikatan perjodohan yang belum saatnya diberitahukan kepada dua orang muda yang bersangkutan.

   Kong Ji berlatih ilmu silat di bawah gemblengan Ciang Le dengan penuh ketekunan. Sebegitu jauh ia dapat menyembunyikan kepandaiannya sehingga Ciang Le sendiri tidak tahu bahwa anak itu telah pandai ilmu silatnya, bahkan telah dapat mempelajari Ilmu Pukulan Tin-san-kang yang lihai dan ilmu silatnya yang aneh dari See-thian Tok-ong. Bersama-sama Hui Lian dan Soan Li, Kong Ji berlatih siang malam dan ketekunannya benar-benar mengagumkan hati Ciang Le dan isterinya. Dalam kelicinan dan kecerdikan, Kong Ji dapat membuat dirinya seakan-akan paling bodoh antara tiga orang anak muda yang belajar ilmu silat dari Hwa I Enghiong Go Ciang Le.

   Makin lama, Kong Ji merasa makin tertarik kepada Soan Li akan tetapi sebaliknya gadis ini entah mengapa mempunya i rasa tidak suka kepada pemuda mi. Kalau dekat dengan Kong Ji, ia merasa seakan-akan dekat dengan seekor ular yang berbahaya dan sukar dimengerti isi hatinya. Namun di luarnya ia tentu saja bersikap biasa seperti lajimnya seorang terhadap saudara seperguruannya.

   Kong Ji adalah seorang yang cerdik, biarpun Soan Li tidak menyatakan isi hatinya namun pemuda ini dapat menduga bahwa gadis cantik itu tidak suka kepadanya. Maka ia pun dapat membatasi diri, dan pada umumnya, sikap Kong terhadap siapapun juga amat sopan dan menghormat serta taat terhadap Ciang-Le dan Bi Lan, pendiam dan tak pernah berkelakar di hadapan Soan Li, akan tapi ia amat rapat hubungannya dengan Hui Lan. Memang Hui Lan berwatak gembira dan jujur dan Kong Ji adalah seorang ahli dalam mengatur sikap, seorang yang dapat menyesuaikan diri dengan siapapun juga ia berhadapan, maka ia dapat mengambil hati semua orang. Bahkan Soan Li sendiri tidak mempunyai alasan mengapa ia tidak suka kepada Kong Ji. Pemuda itu cukup tampan, sikapnya baik dan sopan santun, namun ada sesuatu yang mengganjal hatinya dan membuat ia merasa tidak enak kalau berhadapan dengan Kong Ji.

   Setelah mendengar penuturan Kong Ji tentang peristiwa di Hoa-san. Ciang Le berlaku amat hati-hati. Diam-diam ia sering kali mengamat-amati kelakuan Kong-Ji, dan biarpun selama bertahun-tahun Kong Ji tidak pernah memperlihatkan watak yang jahat, namun pendekar ini tetap berlaku hati-hati dalam memberi pelajaran ilmu silat. Kalau ia mwnurunkan seluruh kepandaiannya kepada puterinya dan kepada Soan Li, dan bahkan menurunkan ilmu silat Pak-kek Sinkang kepada dua orang gadis ini, adalah pada Kong Ji ia hanya memberi latihan ilmu silat. Ia tidak berani menurunkin Pak-kek Sin-ciang kepada murid ini, hanya menurunkan Ilmu Silat Thian-hong ciang-hoat yang juga lihai. Namun selihai-lihainya Thian-hong-ciang-hoat, tentu saja tidak dapat menyamai kehehatan ilmu Silat Pak-kek Sin-Ciang. Sebagaimana telah dituturkan di dalam cerita Pendekar Budiman. Go Ciang Le hanya menerima sedikit saja Ilmu Silat Pak-kek sin-Ciang, namun bagian yang tidak seberapa ini sudah cukup untuk mengangkat tinggi namanya dan jarang ada orang kang-ouw yang dapat menghadapi ilmu silat ini.

   Kong Ji bukan seorang yang mempunyai kccerdasan luar biasa kalau ia tidak tahu.bahwa ia dibeda-bedakan oleh gurunya. Namun ia tidak berkecil hati.

   "Aku sudah tahu di mana tempat penyimpanan kitab peninggalan Pak Kek Siansu, biarpun aku tidak diberi pelajaran Ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang, kelak ia dapat mempelajari sendiri." pikirnya. Akan tetapi ia masih belum puas kalau belum dapat "mencuri" pelajaran ini, maka ia pada suatu hari mendekati Hui Lian. Bercakap-cakap di dalam taman yang luas sambil berlatih silat seperti biasa.

   "Sumoi, aku heran sekali mengapa sampai sekarang aku belum mendapat latihan Ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang," demikian Kong Ji memancing.

   "Jangan kecil hati, Suheng. Ilmu silat itu tidak mudah. dan untuk dapat mainkan ilmu silat itu, diperlukan dasar yang kuat. Kau baru beberapa tahun berlatih di bawah bimbingan Ayah, tentu saja belum waktunya bagimu untuk mempelarinya. Menurut Ayah, ilmu silat ini kalau dipelajari oleh orang yang belum kuat dasarnya, bukannya mendatangkan keuntungan, bahkan amat berbahaya, akan merusak dasar yang sudah ada dan yang masih lemah."

   Melihat betapa gadis itu bicara sunguh-sungguh, tidak seperti biasanya bergurau, Kong Ji percaya bahwa Hui Lian bicara sebenarnya.

   "Sumoi, biarpun aku tidak akan berlatih ilmu silat itu, akan tetapi aku ingin sekali mempelajari kauw-koatnya (teori silatnya). Apa sih salahnya mempelajari teorinya saja? Sumoi, bcrlakulah murah kepadaku dan harap kau suka mengajarkan teorinya kepadaku."

   "Aku tidak berani, Suheng."

   "Tidak berani? Mengapa tidak berani Sumoi?"

   "Ayah akan marah. Aku dan juga Suci sudah bersumpah takkan membuka rahasia Pak-kek Sin-ciang kepada orang lain."

   "Akan tetapi, Sumoi, aku toh bukan orang lain? Kelak aku pun tentu akan menerima ilmu itu dari Suhu. Kalau kau memberi tahu tentang teorinya kepadaku, itu bukan berarti kau melanggar sumpah, karena aku bukan orang lain"

   Hu Lian orangnya jujur sekali. Memang ia berotak terang dan cerdik, akan tetapi bukan kecerdikan seperti yang dipunyai oleh Kong Ji, yakni kecerdikan yang sifatnya curang. Kecerdikan Hui Lian hanya untuk mempelajari sesuatu, dan karena wataknya jujur, maka sekali ia percaya orang ia akan percava habis-habisan. Demikian pun terhadap Kong Ji yang pandai membawa diri, ia sudah menaruh kepercayaan sebulatnya.

   "Kalau dipikir-pikir memang betul kata-katamu, Suheng. Akan tetapi sebaiknya kutanyakan dulu kepada Ayah."

   "Tak usah, Sumoi. Kalau begatu lebih baik kau jangan mengajarku. Suhu tentu akan marah kepadamu dan kepadaku yang dianggap lancang. Sebetulnya aku pun tak amat terburu-buru, karena...." Kong Ji menghentikan sebentar kata-katanya dan memandang kepada Hui Lian seakan-akan hendak menyampaikan sesuatu yang penting.

   "Sumoi, dapatkah kau menyimpan rahasia?"

   Pedang Penakluk Iblis Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Tentu saja!" Pada waktu itu, Hui Lian baru berusla empat belas tahun sifatnya masih kekanak-kanakan, maka ia ingin sekali mendengar apa yang akan dikatakan oleh Kong Ji.

   "Sumoi, harap jangan katakan kepada siapa juga. akan tetapi sebetulnya, ketika ikut dengan See-thian Tok-ong, aku pun menerima beberapa pelajaran ilmu silat yang kiranya tidak kalah lihai oleh Pak-kek Sin-ciang. Kalau kau mau menuturkan kepadaku tentang teori Pak-kek Sin-ciang aku akan mengganti dengan beberapa ilmu pukulan yang aneh-aneh. Boleh kaupilih, kalau kau menolak, bagiku tidak ada ruginya karena kelak aku pun pasti akan menerima Ilmu Pak-kek Sin ciang dari Suhu, sebaliknya kaulah akan rugi karena kau tidak jadi mempelajari ilmu dari See-thian Tok-ong."

   Hui Lian bukan anak bodoh, dia maklum bahwa kepandaian Kong Ji masih jauh kalau hendak dibandingkan dengan kepandaiannya sendiri, maka kata-kata ini tentu saja menimbulkan senyumannya.

   "Suheng, ilmu aneh apakah yang kau sebutkan tadi? Coba kauperlihatkan dulu, hendak kulihat apakah cukup berharga untuk ditukar dengan Pak-kek Sin-ciang?"

   Kong Ji menunjuk kepada sebatang pohon yang berbunga. Bunganya berwarna, putih dan berada agak tinggi, paling rendah tiga tombak dari tanah.

   "Sumoi, kalau kau mengambil bunga di tangkai pohon itu, bagaimana caramu yang terbaik?" tanyanya.

   Hui Lian menggerakkan sepasang alisnya sambil memandang ke atas, lalu tersenyum.

   "Banyak caranya, Suheng. Pertama kali dengan jalan memanjat pohonnya."

   "Tidak pantas bagi seorang gadis memonjat pohon!" Kong Ji mencela.

   "Aku dapat melompat ke atas dan memetik bunga-bunga itu sambil duduk di atas cabang." Hui Lian berkata lagi.

   "Memang bisa dengan jalan itu, akan tetapi cabang pohon itu basah dan kotor, pakaianmu tentu akan kotor. Belum lagi banyak semutnya, kau dikeroyok dan digigit."

   "Habis, kalau kau bagaimana akan kaulakukan, Suheng?" tanya Hui Lian.

   "Itulah, aku mempunyai semacam ilmu pukulan yang sambil duduk di sini aku dapat dipergunakan untuk memukul runtuh semua bunga yang kauinginkan tanpa memanjat pohon atau membiarkan diri dikeroyok semut."

   Hui Lian tertawa dan merasa kasihan kepada Kong Ji. Baru kepandaian seperti itu saja dibanggakan, pikirnya.

   "Ah, Suheng. Apa sih sukarnya itu? Kalau yang kaumaksudkan aku pun dapat runtuhkan semua kembang itu dengan pukulan-pukulan lweekang dari tempat ini."

   "Dengan pukulan Pak-kek Sin-ciang?" tanya Kong Ji tertarik.

   "Ya, dan kau boleh saksikan ini!" Hui Lian menggerak-gerakkan kedua lengannya secara aneh, tiba-tiba ia memukul ke arah atas pohon. Angin pukulan dahsyat menyambar, cabang- cabang pohon bergoyang-goyang seperti ada tangan kuat yang menggoyangnya. Beberapa kembang jatuh ke bawah, bersama banyak yang melayang-layang.

   "Tidak baik, tidak balk!" Kong Ji menggeleng-geleng kepalanya mencela.pukulan itu terlalu kasar, hanya baik untuk membinasakan musuh dan mengusir ulat dari pohon. Kalau untuk memetik bunga terlalu kasar dan merusak bungga-bunga. Lihat bunga-bunga yang runtuh itu pada rusak, bukan?"

   "Apa kau bisa memukul dan menjatuhkan kembang-kembang seperti yang lakukan tadi, Suheng?" Hui Lian penasaran karena dicela, padahal pukulannya hebat sekali dan patut dipuji, sedangkan ia tahu bahwa ilmu kepandaian Kong Ji belum sampai pada tingkat penggunaan tenaga lweekang seperti tadi. Ia telah mempergunakan jurus pukulan dari Pak-kek Sin-ciang yang disebut Angin Laut Memukul Ombak", dan dengan tenaga lweekang yang dikerahkan, hawa pukulannya telah berhasil merontokkan bunga-bunga dan daun.

   "Kau lihat saja Sumoi, dan nanti boleh menilai sendiri apakah ilmu pukulanku ini patut untuk ditukar dengan teori Pak- kek Sin-ciang!" Sambil berkata demikian, Kong Ji duduk bersila di bawah pohon, menahan napas, mengerahkan tenaga Tin-san-kang, kemudian dua tangannya digerak-gerakkan mengeluarkan bunyi seperti tulang patah patah setelah itu, dengan gerakan halus dan lambat ia meluncurkan tangan dengan telunjuk ke atas, gerakannya cepat dan ia hanya menudingkan telunjuknya ke arah setangkau bunga.

   Benar-benar aneh dan seperti ilmu sihir apa yang dilakukan oleh pemuda itu. Tiap bunga yang ditunjuk oleh jarinya, segera patah tangkainya dan melayang perlahan ke bawah, lalu diterima dengan tangannya dan benar saja bunga-bunga itu masih utuh! Kong Ji dengan gerakan seperti itu telah meruntuhkan sepuluh tangkai bunga, kemudian ia tersenyum, memegang bunga-bunga itu pada tangkainya menjadi satu dan memberikannya kepada Hui Lian.

   "Kau lihat, bukankah bunga-bunga ini seperti baru habis dipetik saja!" Hui Lian menerima bunga-bunga itu dan terkejut dan heran bukan main. tidak percaya bahwa apa yang diperlihatkan tadi adalah demonstrasi tenaga lwekang yang luar biasa, dan mengira bahwa Kong Ji memang mempelajari ilmu sihir.

   "Itulah hoatsut (ilmu sihir)!" seru gadis cilik ini.

   Kong Ji tertawa.

   "Boleh kausebut apa saja, akan tetapi bukankah ilmu ini berguna sekali dan sukakah kau mempelajarinya untuk ditukar dengan teori Pak-Sin-ciang"

   "Iloatsut termasuk ilmu sesat atau ilmu hitam, dan Ayah melarangku mempelajari ilmu sesat!" katanya dengan mata masih terheran-heran.

   "Jangan bilang begitu, Sumoi. Yang kuperithatkan tadi sama sekali bukan hoatsut, melainkan ilmu pukulan yang amat berguna."

   "Berguna untuk pertandingan? Bukan hanya untuk mengambil kembang?"

   "Ya, berguna untuk menghadapi yang bagaimanapun juga."

   "Bagus, kalau begitu, mari kita coba. Kau hadapi Pak-kek Sin-ciang dengan ilmu yang aneh tadi, kalau benar-benar kulihat ilmu itu berguna, aku tidak keberatan untuk menukar dengan teori Pak-kek Sin-ciang."

   Sebetulnya Kong Ji hendak menyembunyikan kepandaiannya dan ia merasa takut sekali kalau-kalau suhunya melihat dia telah mahir ilmu Tin-san-kang Giok Seng Cu dan ilmu silat barat dipelajarinya dari See-thian Tok-ong. Akan tetapi ia tidak takut kalau Hui Lian akan membocorkan rahasianya ini karena kalau gadis itu sudah menukarnya dengan Pak-kek Sin-ciang, bukankah berarti gadis itu melanggar larangan ayahnya dan tentu tidak berani membocorkan rahasia itu?

   "Baik, marilah kita main-main sebentar, Sumoi. Akan tetapi, Pak-kek-sin-ciang amat berbahaya dan hebat, jangan kau memukul benar-benar sehingga aku akan tewas dt tanganmu!"

   Hui Lion tersenyum manis.

   "Orangnya gagah akan tetapi takut mati! Suheng, kau belum tahu akan sifat Pak-kek-sin-ciang. Ilmu ini adalah ilmu bersih, ilmu silat yang luar biasa ciptaan seorang suci seperti Sucouw Pak Kek Siansu, mana dapat disamakan dengan ilmu memukul dan membunuh orang? Jangan kamu khawatir, aku hanya akan melihat sampai di mana gunanya ilmu yang hendak kau ajarkan kepadaku itu. Bersiaplah!"

   Kong Ji slap dengan kuda-kuda yang dipelajarinya dari See-thian Tok-ong. Ia gemmbira sekali karena sebelum mempelajari kauwkoat dari Pak--kek Sin-ciang, ia memang hendak lebih dulu menguji sampai di mana kehebatan ilmu yang amat terkenal namun amat dirahasiakan ini. Pertama-tama ia hendak menghadapi Hui Lian dengan ilmu silat barat yang empat tahun lamanya ia pelajari dari Raja Racun itu. Kuda-kudanya kuat sekali dan tubuhnya miribf, kedua lengan diatur sedemikian rupa sehingga seluruh bagian tubuh yang berbahaya atau lemah terlindung rapat-rapat.

   Hui Lian memandang sebentar, kemudian Kong Ji mehhat sesuatu yang aneh. Gadis itu berdiri tegak lalu meramkan mata, tak bergerak seperti patung untuk beberapa detik, kemudian tanpa membuka matanya ia berseru.

   "Suheng, terimalah seranganku!"

   Baru saja kata-kata ini habis diucapkan, tubuhnya bergerak secepat kilat dan sebelum Kong Ji tahu apa yang terjadi, telinganya terasa pedas dan panas karena sudah kena disentil oleh tangan Hui Liab! Ia kaget setengah mati, gerakan gadis itu tidak terduga sama sekali dan biarpun matanya masih belum dibuka gadis itu ternyata telah dapat menyentil telinganya!

   Hui Lian sudah melompat mundur dan berkata.

   "Hati-hatilah, Suheng, jaga baik- baik dan pergunakan ilmumu yang tadi!"

   Kong Ji mendongkol sekali kepada See-thian Tok -ong. ia sudah melatih diri selama empat tahun dengan ilmu silat yang diajarkan oleh See-thian Tok-ong akan tetapi sekarang ilmu silat itu sewaktu menghadapi Hui Lian, baru segebrakan saja sudah kelihatan tidak ada gunanya!

   Tentu saja ia tidak tahu bahwa bukan ilmu silat dan See thian Tok-ong yang kurang lihai, yang menjadi sebab adalah karena dia belum tahu akan sifat Ilmu silat Pak Kek Sin-ciang. Kalau ia tidak berlaku sembrono, baru melihat Hui Lian bergerak dengan mata meram saja, ia sudah akan berlaku lebih hati-hati. Memang Ilmu Silat Pak kek Sin-ciang bukanlah ilmu silat biasa saja. Latihannya amat berat dan benar seperti dikatakan oleh Hui Lian, tidak sembarangan orang dapat mempelajarinya. Harus memiliki dasar yang kuat dulu, bukan dasar jasmaniah saja melainkan terutama sekali dasar yang kuat dalam batinnya.

   Ketika Soan Li dan Hui Lian mulai melatih untuk mempelajari ilmu ini, dengan susah payah barulah mereka berhasil. Tiga hari tiga malam tak pernah bergerak pindah dari tempatnya, hidup hanya dari udara yang dihisap saja, ini masih belum hebat, yang paling berat adalah menjalankan latihan menghindarkan cahaya matahari selama tiga hari tiga malam. Si murid harus tinggal dalam kamar atau gua yang gelap dan tidak dapat ditembusi sinar matahari, dan bersamadhi di situ. Dan di dalam latihan itu, yang menjadi guru lalu menggoda murid itu dengan berbagai jalan.

   Setelah kuat menghadapi semua ini dan karenanya kekuatan batin si murid sudah cukup teguh, barulah perlahan-lahan ia boleh menerima latihan Ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang! Inilah sebabnya maka tadi Hui Lian bersilat sambil menutup matanya, oleh karena tingkat gadis ini masih rendah dalam ilmu ini. Tanpa menutup matanya, ia kurang dapat memusatkan perhatiannya dan makin rapat matanya ditutup, gerakan ilmu silatnya makin sempurna. Seluruh panca indera dapat dipusatkan dan dengan pendengaran dan perasaan saja ia sudah dapat menghadapi lawan yang bagaimana tangguhpun. Oleh karena itu, biarpun matanya meram, dengan mudah ia dapat menyentil telinga suhengnya!

   "Balk, Sumoi, kau boleh menyerang lagi." kata Kong Ji dan kini ia memasang kuda-kuda rendah sekali dan mulailah mainkan Ilmu Silat Tin-san-kang! Hui Lian mulai menyerang lagi, cepat dan dahsyat sekali, akan tetapi sifatnya lemah dan lembut. Memang Ilmu Silat Pak-Sin-ciang itu dapat dimainkan menurut sikap pemainnya, dan sesuai pula dengan wataknya. Hui Lian seorang wanita, maka sifat ilmu silatnya itu lemah-lembut, namun ia berwatak gembira dan jenaka, maka cepat dan dahsyat gerakan kaki tangannya.

   Kong Ji cepat mengelak dan menggerakkan lengan untuk menangkis, sambil mengerahkan tenaga Tin-san-kang, namun tidak sepenuh tenaga. Dalam gebrakan pertama ini, akibatnya keduanya terkejut bukan main. Biarpun sudah mengelak dan menangkis, tetap saja tangan Hui Lian menyerempet pundak Kong Ji, demikian cepat dan tidak terduga serangan ilmu dilat itu. Sebaliknya, ketika hawa tangkisan tangan Kong Ji menolaknya Hui Lian merasa ada tenaga luar biasa mendorongnya, sehingga kuga-kuda kakinya sang teguh itu menjadi miring.

   Hui Lian tidak membuang waktu dan menyerang terus karena tangkisan tadi membuat ia penasaran, juga gembira. mulai menduga bahwa ilmu silat yang diperlihatkan oeh Kong Ji ini "ada isinya" juga ia heran melihat ilmu silat yang dilakukan dengan kuda-kuda demikian rendahnya sehingga kadang-kadang Kong Ji sampai hampir menyentuh tanah.

   Kini terjadilah pertandingan yang hebat sekali. Biarpun hanya latihan yang sifatnya main-main atau hanya menguji ilmu silat, namun keduanya benar-benar bersilat dengan baiknya sehingga bagi orang yang tidak begitu paham dengan ilmu silat tinggi pasti mengira bahwa mereka sedang bertempur mati-matian!

   Kong Ji kagum bukan main oleh ilmu silat itu. Gerakannya demiklan sepat dan aneh, sama sekali tidak dapat diduga perubahannya dan tahu-tahu setiap gerakan merupakan ancaman hebat. Kalau saja tidak memiliki tenaga Tin-san- kang yang memang sudah ia pelajari secara mendalam dan sempurna pasti takkan mampu menghadapi Hui Lian secara berimbang. Tidak ada ilmu silat yang pernah dipelajarinya, yang akan dapat menandingi Pak-kek Sin-ciang ini. Sebaliknya Hui Lian juga kagum dan terheran-heran. Memang, gerakan dari Kong Ji tidak begitu lihai, kurang cepat dan banyak terdapat lowongan-lowongan, namun yang membikin ia terkejut dan heran adalah hawa pukulan yang keluar dari sepasang lengan suhengnya. Hawa itu demikian kuat sehingga tanpa menyentuh tangannya, suhengnya sudah dapat menangkis dan menolak semua serangannya!

   Hal ini tIdak aneh, Kong Ji pernah diberi penjelasan yang amat lengkap dari Giok Seng Cu tentang Tin-san-kang dan pemuda Ini sudah melatih diri dengan amat tekun sehingga biarpun belum boleh dikatakan bahwa ilmunya Tin-san-kang sudah dapat mengimbangi Giok Seng Cu, namun sedikitnya ia telah mempelajari delapan bagian dan tenaganya sudah terkumpul sedikitnya enam bagian. Kalau dia mau, dengan pukulan maut agaknya ia dapat merobohkan Hui Lian. Sebaliknya, biarpun sudah bertahun-tahun belajar Pak-kek Sin-ciang, namun ilmu ini amat luas dan sukar dipelajari sehingga kepandaian Hui Lian, dalam ilmu ini masih kurang baik. Ilmunya bermain pedang warisan ayahnya jauh lebih baik dari ilmunya bertangan kosong.

   Ilmu Silat Pak-kek Sin-ciang bukan sembarang ilmu, Go Ciang Le sendiri yang mendapat julukan pendekar besar dan semua orang takluk menghadapi ilmu silatnya Pak kek Sin-ciang, sebetulnya, belum mempelajari seluruh ilmu silat hebat ini. Ketika ia berguru kepada Pak Kek Siansu dan menerima latihan ilmu silat ini, ia mencapai tingkat enam atau tujuh bagian, karena keburu disuruh turun gunung oleh suhunya (baca Pendekar Budiman). Apalagi, setelah mendekati kematiannya, Pak Kek Siansu memperbaiki lagi ilmu silatnya yang semuanya ia tuliskan di dalam kitab rahasia yang akhirnya ditemukan oleh Wan Sin Hong.

   Kembali pada pertandingan antara Kong Ji dan Hui Lian, keduanya saling mengagumi dan pada suatu detik, Hui Liang mendesak hebat dengan pukulan kearah lambung Kong Ji dengan tangan kanan, dibarengi dengan tangan kiri menotok pundak. Kong Ji terkejut menghadapi serangan hebat ini, terpaksa melompat ke belakang dan mendorong dengan kedua tangannya ke depan. namun kurang cepat, pundaknya masih terkena totokan, namun meleset dan hanya bajunya di pundak yang robek, sedangkan Hui Lian terkena dorongan hawa pukulan itu sehingga tersentak mundur sampai tiga tindak!

   Kong Ji tertawa sambil memegangi baju yang robek di bagian pundaknya.

   "Sumoi, benar-benar hebat Pak kek-Sin- ciang tadi. Aku takluk benar-benar!"

   Akan tetapi Hui Lian tidak tertawa, bahkan memandang dengan tajam dan sikapnya sungguh-sungguh.

   "Suheng, kau hebat. Bagaimana kau dapat menyembunyikan ilmu kepandalanmu yang sudah tinggi itu? Kalau kau mau memukul kiranya aku takkan kuat melawanmu, bahkan Suci Soan agaknya tidak bisa menangkan kau! Ilmu silat apakah yang dimainkan sambil merendahkan tubuh seperti itu?" Kong Ji tertawa sambil memegangi baju yang robek di bagian pundaknya.

   Kong Ji berpikir bahwa kalau dia menyebut Tin-san-kang dari Giok Seng Cu, boleh jadi gadis ini akan terkejut, maka sengaja memutarbalikkan kenyatan dan membohong.

   "Ah, itulah ilmu silat yang dipelajari dari Sce-thian Tok ong, entah apa namanya, akan tetapi ilmu silat ini dari barat datangnya dan sama sekali bukan ilmu sesat."

   Memang, Tin-san-kang bukan ilmu sesat, berbeda dengan ilmu silat yang ia pelajari dari See-thtan Tok-ong, karena pukulan dari ilmu silat Raja Racun itu mengandung hawa beracun yang jahat dan yang tentu saja tidak diperlihatkan oleh Kong Ji.

   "Hebat benar ilmu silat itu, hawa pukulannya tidak kalah oleh Pak-kek Sin-ciang." Hui Lian memuji.

   "Sumoi, kuharap dengan sangat kau sudi memegang teguh perjanjian, dan jangan membocorkan hal ini kepada Suhu. Aku takut Suhu akan marah. Bagaimana sekarang pendapatmu? Sukakah kau belajar ilmu silat ini dan sebagai gantinya kau memberi tahu kepadaku tentang teori Pak-kek Sin-ciang. Setujukah?"

   "Boleh, dan ini bukan berarti bahwa aku mengajar PaK-kek Sin-ciang kepadamu, Suheng, karena kau pun kelak akan diberi pelajaran oleh Ayah. Dan tentu ilmu silatmu itu aku senang sekali kau dapat mempelajarinya." Hui Lian memandang ke wajah suhengnva yang kini sudah merupakan pemuda berusia delapan belas tahun itu dengan kagum. Ia kini mulai mempunyai pandangan lain terhadap Kong Ji, tidak lagi berani memandang rendah bahkan ia kagum sekali karena keadaan pemuda itu benar-benar jauh daripada persangkaannya semula.

   Demikianlah, dengan diam-diam, tanpa diketahui oleh Go Ciang Le dan yang lain-lain, kedua orang muda ini saling menukar ilmu silat dan mereka mempunyai hubungan yang makin erat. Setelah merima Ilmu Silat Tin-san-kang dari Kong Ji, sikap Hui Lan terhadap pemuda ini- lebih erat dan rapat, dan ia yang berwatak jujur benar-benar percaya akan kebaikan dan kesayangan hati Kong Ji terhadapnya. Bahkan dalam usahanya untuk membalas kebaikan Kong Ji, Hui Lian seringkali bertanya kepada Soan Li tentang Sin-ciang yang ia belum tahu betul, untuk kemudian diberikan dan dijelaskan kepada Kong Ji. Dengan jalan inilah, Kong Ji yang amat cerdik itu akhirnya dapat mengenaI Pak-kek Sin-ciang, walaupun hanya teorinya.

   Setelah tahu dari Hui Lian betapa sukarnya mempelajari Pak-kek Sin-ciang, Kong Ji merasa kecewa sekali. Memang betul ia telah mencoba menjalani syarat-syaratnya, akan tetapi memang pada dasarnya watak pemuda ini tidak bersih, maka ia selalu gagal menghadapi godaan daripada nafsu dan perasaan sendiri dalam samadhi. Oleh karena itu ia memang dapat mainkan Pak-kek Sin-ciang yang ia pelajari dari Hui Lian, akan tetapi yang ia miliki hanya "kulitnya" saja dan isinya bukan Pak-kek Sin-ciang sesungguhnya, melainkan ia isi dengan tenaga Tin-san-kang dan lweekang yang ia dapat pelajari. dari See-thian Tok ong. Oleh campuran ini, maka ilmu silat Pak-kek-sin-ciang yang dimiliki oleh Kong Ji menjadi berubah sifatnya, sudah menyeleweng daripada aselinya, namun harus diakui bahwa tidak berkurang kelihaiannya bahkan boleh dibilang lebih ganas dan berbahaya bagi lawan, sungguhpun intinya tidak sekuat aselinya.

   Empat tahun telah lewat dengan cepatnya. Kong Ji telah menjadi seorang pemuda dua puluh dua tahun, tubuhnya jangkung dan wajahnya tampan. Soan Li telah menjadi seorang gadis yang usianya dua puluh tiga tahun, sifatnya lemah-lembut, namun pada wajahnya yang cantik itu terbayang kematangan jiwa yang membuat ia makin pendiam dan hemat dengan kata-kata. Sebaliknya Hui Lian Iaksana sinar matahari yang bercahaya terang, telah menjadi seorang gadis berusia delapan belas tahun yang tentu saja cantik jelita, namun juga manja, nakal dan gembira.

   Dalam waktu empat tahun ini, kepandaian mereka bertiga telah meningkat tinggi. Selama delapan tahun Kong Ji menerima latihan-latihan dari Ciang Le dan selain itu, ia pun telah menguasai ilmu Pak-kek Sin-ciang yang dapat ia pelajari dari Hui Lian. Hatinya diam-diam mendongkol sekali dan timbul kebencian, terhadap Ciang Le karena ternyata bahwa suhunya ini benar-benar tidak menurunkan Pak-kek Sin-ciang kepadanya! Namun, dengan amat pandainya ia menyembunyikan perasaannya itu, bahkan makin mendekati Hui Lian. Terhadap Soan Li, diam-diam hatinya masih menaruh cinta, namun karena Soan Li makin dingin terhadapnya, lama-lama perhatian itu ditujukan kepada Hui Lian. gadis yang jujur dan berhati polos itu.

   

Pendekar Pedang Pelangi Eps 11 Pendekar Budiman Eps 4 Pendekar Pedang Pelangi Eps 27

Cari Blog Ini