Ceritasilat Novel Online

Pedang Naga Hitam 15


Pedang Naga Hitam Karya Kho Ping Hoo Bagian 15




   "Tidak bisa aku membebaskan gadis itu sekarang. Kalau ia ku bebaskan lalu kau memberontak, bagaimana? Aku harus yakin dulu bahwa kau tidak akan melarikan diri, baru aku mau membebaskannya"

   "Ma Goat, apa sih maumu?"

   "Kau sudah tahu apa mauku? Kau harus menjadi suamiku" kata pula gadis itu tanpa malu-malu lagi.

   Han Sin berusaha menyadarkannya "Ma Goat, perjodohan tidak mungkin dapat dipaksakan. Aku sama sekali belum berpikir tentang perjodohan"

   "Kau memang seorang yang tidak mengenal budi. Lupakah kau bahwa kalau tidak ada aku, kau tentu sudah mampus di bunuh ayah dan See-Thian-Mo? Aku menyelamatkan nyawamu karena aku cinta padamu, Han Sin. karena itu, kau harus menjadi suamiku dan kalau aku sudah menjadi isterimu apapun permintaanmu akan aku penuhi"

   Han Sin menggeleng kepala "Perjodohan tidak dapat dilakukan semudah itu, Ma Goat"

   "Apa kau menghendaki Cu Sian kubunuh di depan matamu?"

   "Aku yakin kau tidak akan melakukan hal itu. Pertama karena Cu Sian tidak bersalah dan tidak ada sangkut pautnya dengan urusan kita. Kedua karena walaupun ia ku bunuh, percuma saja"

   Ma Goat bangkit berdiri dengan alis berkerut "Kau memang keras kepala. Akan tetapi aku dapat lebih keras lagi daripada kau. Kita lihat saja siapa yang akan menyerah" Tiba-tiba gadis itu mencabut sulingnya dan menyerang dengan totokan kearah leher Han Sin. Han Sin cepat mengelak dengan menjatuhkan dirinya ke belakang akan tetapi karena kedua tangannya terikat, gerakannya menjadi kaku sehingga kakinya menabrak bangku dan diapun terpelanting. Tiba-tiba dia merasa nyeri dilehernya dan ternyata Ma Goat sudah meniupkan sebatang jarum yang mengenai lehernya. Dan gadis itu tersenyum lebar kepadanya.

   "Kau tahu jarum apa yang mengenai lehermu? Jarumku itu mengandung racun penghisap darah dan sudah meracuni seluruh jalan darahmu. Kalu tidak percaya, coba kau kerahkan tenaga saktimu"

   Han Sin sudah dapat bangkit berdiri dan dia tidak begitu percaya kepada ucapan gadis itu. Lehernya terasa kaku dan pedih. dan ketika dia mencoba untuk mengerahkan sin-kang, tiba-tiba dia mengeluh karena merasa isi dadanya seperti di tusuk-tusuk. Dia terkejut sekali dan memandang kepada gadis itu.

   "Ma Goat, kau memang seorang gadis yang kejam sekali"

   "Aku? Kejam kepadamu? Ah, tidak ini hanya merupakan caraku untuk membujukmu agar kau suka menjadi suamiku. Nah, lihat. Aku akan membebaskanmu sekarang"
Ia menghampiri Han Sin, mencabut jarum yang menancap di lehernya, kemudian ia melepaskan ikatan tangan Han Sin. Han Sin sudah bebas, akan tetapi dia tahu bahwa dia tidak mampu melakukan sesuatu karena dia tidak dapat mengerahkan tenaga saktinya.

   "Sekarang, apa maumu?" kata pula Han Sin dengan penasaran. Cu Sian tertawa dan dia dibuat tidak berdaya. Keadaan mereka benar-benar terancam.

   "Bukan saja gadis itu kujadikan sandera, akan tetapi kau juga tidak mempunyai pilihan lain kecuali menyetujui permintaanku untuk menjadi suamiku. Lihat, ini adalah obat penawar racun penghisap darah. Sekali menelan pil ini kau akan terbebas dari cengkraman racun itu" Ia mengeluarkan sebungkus pil dari balik bajunya" Ku beri kau waktu satu malam untuk mempertimbangkan permintaanku. kalau kau menuruti permintaanku, suka menjadi suamiku, aku akan segera membebaskan Cu Sian dan memberikan pil penawar racun ini kepadamu dan kita akan hidup bahagia. Aku akan menjadi isterimu yang mencinta dan setia. Akan tetapi, kalau besok pagi-pagi kau menolak permintaanku, Cu Sian akan kusembelih didepanmu, dan kau akan mati karena darahmu terhisap habis oleh racun"

   Setelah berkata demikian, Ma Goat meninggalkan Han Sin dalam kamar itu dan menutupkan daun pintu kamar dari luar. Setelah yakin bahwa gadis itu sudah pergi. Han Sin kembali mencoba untuk menyalurkan sin-kangnya. Akan tetapi, begitu tenaga sakti itu bergerak dari tan-tian (bawah pusar), dadanya terasa nyeri sekali. Tahulah dia bahwa Ma Goat tidak hanya menggertak. Racun itu talh bekerja dan agaknya racun itu hebat sekali. Dia tidak mungkin akan dapat menggunakan kekerasan untuk menolong Cu Sian. bagaimanapun juga, akan dicobanya. Dengan hati-hati Han Sin membuka daun pintu. Akan tetapi empat batang golok menodongnya dari luar pintu itu terdapat belasan orang penjaga dengan golok di tangan. Kalau saja dia tidak keracunan, belasan orang anak buah itu tentu tidak ada artinya baginya. Akan tetapi dalam keadaan tidak dapat menggunakan tenaga sakti seperti sekarang, melawan seorang anak buah saja dia tidak akan menang. Di cobanya melalui jendela. Akan tetapi, ketika daun jendela terbuka, kembali ada beberapa batang golok menodongnya.

   Kamar itu ternyata telah di jaga ketat. Ma Goat tidak bekerja setengah-tengah. Cu Sian di tawan sebagai sandera. Dia keracunan dan kehilangan tenaga. kamar itupun di kepung ketat. Benar-benar dia tidak berdaya sama sekali.

   Dia kembali duduk. Kini dia duduk di atas pembaringan, bersila dan termenung. Apa yang harus dilakukan? Dia diberi waktu semalam oleh Ma Goat. Jalan kekerasan untuk melawan tidak ada lagi. Kalau dia masih dikuasai oleh racun itu, bagaimana mungkin dia dapat melakukan perlawanan dan dapat membebaskan Cu Sian? Cu Sian sendiri sudah tertawan. Ma Goat amat lihai dan pemuda yang menawan Cu Sian itu pun lihai. Masih di tambah anak buah mereka. Kalau saja dia tidak keracunan, kiranya dia masih sanggup membebaskan Cu Sian. Tidak ada jalan lain kecuali menyerah. Menjadi suami Ma Goat? Untuk selamanya terikat kepada gadis yang kejam dan liar itu? Tidak mungkin. Lalu apa yang dapat dia lakukan? Pura-pura menyerah, kemudian kalau Cu Sian sudah dibebaskan dan dia sudah tidak dipengaruhi racun lagi, dia mengajak Cu Sian melarikan diri? Kiranya hanya itu satu-satunya jalan. Menipu dan melanggar janjinya sendiri? Apa boleh buat. Menghadapi seorang yang licik dan curang seperti Ma Goat yang sudah menawan Cu Sian untuk menundukkannya, kalau perlu dia dapat menggunakan siasat janji palsu.

   Akhirnya Han Sin mengusir semua pikiran yang penuh kegelisahan itu dan diapun berisitrahat untuk menghadapi hari esok yang penuh ketegangan dan ancaman bahaya.

   ***

   Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Han Sin sudah terbangun dan dia segera duduk bersila dan mencoba untuk mengerahkan lagi tenaganya. Akan tetapi kembali dia mengeluh dan terpaksa menghentikan usahanya karena dadanya seperti di tusuk pedang rasanya. Racun itu masih bekerja, bahkan lebih hebat dari pada kemarin. Dia masih duduk bersila sambil mengatur pernapasan. Untuk melenyapkan rasa nyeri di tubuhnya.

   Hari masih pagi sekali dan diluar masih gelap. Akan tetapi di dalam kamar itu di terangi lampu yang semalam memang tidak dipadamkan oleh Han Sin. Ketika mendengar langkah lembut di luar kamarnya, jantungnya berdebar tegang. Daun pintu terbuka perlahan dari luar dan masuklah Ma Goat dalam kamar itu. Seperti biasa, pakaiannya mewah dan agaknya sepagi itu ia sudah mandi dan bersolek. Bau harum menerpa hidung Han Sin ketika pintu di buka lalu di tutup lagi oleh Ma Goat.

   Han Sin merasa semakin tegang hatinya. Dia merasa bahwa bahaya besar yang mengerikan telah datang mengancamnya dan dia sama sekali tidak berdaya. Dia menenangkan hatinya dan mengambil keputusan untuk sementara mengalah dan pura-pura menyerah ketika gadis itu sudah berdiri di depannya, dia membuka mata memandang gadis itu.

   Ma Goat tersenyum manis. Ia membawa sebuah mangkuk terisi sup sum-sum yang masih mengepulkan uap dan mengeluarkan aroma yang sedap menimbulkan selera. Senyumnya melebar ketika ia melihat Han Sin membuka mata memandangnya.

   "Selamat pagi, kekasihku. Ku harap kau sudah mengambil keputusan sekarang. Bagaimana?"

   "Ma Goat, sesungguhnya aku belum memikirkan soal perjodohan pada waktu sekarang ini. Akan tetapi aku agaknya tidak memiliki pilihan lain. Demi keselamatan Cu Sian yang sama sekali tidak berdosa itu, terpaksa aku bersedia menuruti kehendakmu"

   Wajah Ma Goat berseri, sepasang matanya bersinar-sinar "Ah, jadi kau mau menjadi suamiku, Sin-ko? "Bagus, aku merasa gembira dan berbahagia sekali"

   "Ya, aku mau. Sekarang penuhilah janjimu. Pertama, bebaskan Cu Sian dan biarkan ia pergi tanpa di ganggu. Kedua, beri obat penawar racun kepadaku"

   "Aha, urusan itu mudah saja. Akan tetapi kau harus lebih dulu membuktikan bahwa kau benar-benar suka menjadi suamiku. Jangan anggap aku sebagai anak kecil yang mudah saja di bodohi begitu saja. Nah, kau minumlah sup ini, sayang. Sup ini sengaja kubuat untukmu, kemudian buktikan bahwa kau suka menjadi suamiku"

   Diam-diam Han Sin terkejut sekali. Kiranya gadis ini selain lihai dan jahat curang, juga cerdik bukan main. Apa yang harus dia lakukan? Tidak ada lain kecuali menurut saja. Apapun isi sup itu dan bagaimanapun akibatnya nanti, dia tidak dapat menolak untuk meminumnya.

   Akan tetapi ketika dia sudah menjulurkan tangan untuk menerima mangkuk itu, tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dan muncullah seorang wanita cantik yang bukan lain adalah Kim Lan atau Lan Lan. Kim Lan sudah mengerahkan kekuatan sihirnya memandang kepada Ma Goat sehingga ketika Ma Goat menoleh kearah pintu dan bertemu pandang dengannya, otomatis Ma Goat telah berada dalam kekuasaan sihirnya.

   "Sobat, kenapa seorang wanita seperti kau bermain-main dengan ular berbisa? Kau memegang ular berbisa, lepaskan atau kau akan di gigitnya" Suara yang lembut itu mengandung pengaruh yang penuh wibawa dan Ma Goat terbelalak kaget ketika melihat bahwa yang dipegangnya bukanlah semangkuk sup sum-sum, melainkan seekor ular cobra yang mendesis-desis. Tentu saja ia terkejut dan cepat membanting ular itu. mangkuk terjatuh dan pecah, isinya muncrat kemana-mana.

   "Sobat, kau tidak mampu bergerak, tubuhmu kaku seperti telah menjadi batu" kembali Kim Lan berkata dan benar saja. Ma Goat tidak dapat bergerak lagi sehingga dengan mudah Lan Lan menghampiri lalu menotok leher dan pundaknya, membuat ia tidak mampu bergerak lagi, juga tidak mampu bergerak lagi. juga tidak mampu berteriak.
"Lan-moi "" seru Han Sin gembira sekali "Untung kau muncul pada saatnya yang tepat sekali.

   Akan tetapi Kim Lan memperhatikan dan berkata dengan alis berkerut, kau keracunan hebat, Sin-ko"

   "Memang benar dan obat penawarnya ada pada Ma Goat itu. Tolong ambilkan obat penawar itu dibalik ikat pinggangnya, Lan-moi"

   Kim Lan menggeledah dan mendapatkan sebungkus obat pil di balik ikat pinggang Ma Goat. Setelah memeriksanya, ia lalu menuruh Han Sin minum obat itu sampai habis. Dan memang luar biasa sekali, begitu minum obat penawar berupa pil itu, tubuhnya terasa segar dan kuat kembali. Dia lalu berusaha untuk mengerahkan sin-kangnya dan ternyata dadanya tidak sakit lagi dan tenaganya sudah pulih. Tentu saja dia menjadi girang sekali. Karena sudah tidak khawatir lagi kalau-kalau Ma Goat melakukan perlawanan. Han Sin lalu membebaskan totokan Kim Lan pada diri Ma Goat. Dan memang Ma Goat tidak lagi berani berbuat sesuatu. Setelah Han Sin tidak keracunan, tentu saja ia tidak dapat berbuat sesuatu, apalagi di situ terdapat gadis berpakaian putih yang pandai sihir itu.

   "Ma Goat, sekarang antar kami ke tempat dimana Cu Sian di tahan. Aku akan memaafkanmu kalau kau mengantar kami ke sana" kata Han Sin.

   Dan sungguh aneh. Ma Goat yang sudah tidak berdaya itu malah tersenyum "Kau hendak menemui gadis liar itu? hik-hik, boleh, boleh, marilah"

   Dengan Ma Goat sebagai penunjuk jalan, Han Sin dan Kim Lan lalu menuju ke bagian belakang rumah itu dan di depan sebuah kamar, Ma Goat menudingkan telunjuknya kearah pintu kamar itu "Di sinilah temanmu itu" katanya.

   "Lan-moi, jaga ia jangan sampai berbuat yang tidak"tidak. Aku akan memeriksa dalam kamar" kata Han Sin dan sekali tangan kanannya mendorong dia telah membuat pintu kamar itu roboh.

   Dia melihat seorang pemuda tampan pesolek sedang duduk makan minum di depan meja. pakaiannya awut-awutan dan rambutnya kusut. Dan Cu Sian sendiri berada di atas pembaringan dengan pakaian kusut dan rambut terurai, rebah tak dapat bergerak dan air matanya bercucuran tanpa mengeluarkan suara tangis. Jelas bahwa ia tertotok.

   Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Lui Sun Ek, pemuda itu, ketika tiba-tiba saja pintu kamar itu jebol dan muncul Han Sin. Dia cepat menyambar kipas besar bergagang baja di atas meja dan menerjang ke arah Han Sin.

   Akan tetapi dengan mudah Han Sin mengelak sambil berloncatan ke sana sini, kemudian kakinya mencuat dan sebuah tendangan kilat mengenai dada Lui Sun Ek yang membuat pemuda itu terjengkang.

   Pada saat itu Cu Sian sudah dapat bergerak karena Kim Lan menotok Ma Goat sehingga tidak mampu bergerak dan cepat ia sudah melompat ke dalam dan membebaskan totokan yang membuat Cu Sian tidak mampu bergerak. Begitu dapat bergerak dan melihat Lui Sun Ek terjengkang roboh, kipasnya terlempar, Cu Sian meloncat dan menyambar kipas itu. kemudian bagaikan orang yang kemasukan setan, ia berteriak-teriak, memaki-maki dan kipas yang bergagang baja itu menghujani tubuh dan muka Lui Sun Ek.

   Lui Sun Ek menjerit-jerit kesakitan, mukanya berlumuran darah dan bajunya robek-robek, akan tetapi Cu Sian terus menusuk-nusuk dan memukul-mukulkan gagang kipas sampai dia tidak mampu bergerak lagi dengan muka hancur dan tubuh penuh luka. Akan tetapi, Cu Sian belum juga mau berhenti, agaknya ia hendak melumatkan tubuh pemuda itu.

   Melihat ini Han Sin melompat dan memegang lengan kanannya.

   "Cu Sian, cukup. Dia sudah mati "" katanya bergidik melihat keadaan tubuh pemuda yang tadinya tampan dan pesolek itu.

   Cu Sian menangis tersedu-sedu, akan tetapi Ma Goat yang berdiri di luar pintu seperti patung tidak mampu bergerak "Kaupun perempuan jalang yang pantas di bunuh" bentaknya dan ia sudah melompat dan menyerang Ma Goat dengan kipas yang berlumuran darah itu.

   Akan tetapi Han Sin kembali menangkis dan memegang lengannya "Jangan, Cu Sian. Jangan bunuh ia. Aku sudah berjanji kepadanya dan ia pernah menyelamatkan nyawaku dahulu" katanya dan dengan tangan kiri masih memegangi dan menahan tangan kanan Cu Sian yang mengamuk, Han Sin menggunakan tangan kanannya untuk membebaskan totokan pada diri Ma Goat.

   "Cepat kau pergi kalau kau tidak ingin mati" kata Han Sin. Ma Goat tahu diri. Ia bergidik ngeri melihat Lui Sun Ek mati seperti itu dengan wajah hancur dan tubuh penuh luka. Ia tahu bahwa Cu Sian tentu akan membunuhnya. Gadis itu seperti telah menjadi gila. maka setelah dibebaskan dari totokan tanpa menanti perintah dua kali ia sudah melompat dan melarikan diri sekuat tenaga meninggalkan tempat yang mengerikan itu. Ketika para anak buah yang tadi tidak dapat mencegah kedatangan Kim Lan yang menyihir mereka berdatangan untuk mengeroyok, mereka disambut amukan tiga orang itu dan lari kocar kacir mencari keselamatan.

   Cu Sian mengamuk sambil menangis terus, dan ketika mereka berlari, ia mengejar dan membunuh sebanyak mungkin orang yang dapat ia lakukan.

   "Cu Sian, sudahlah, sudah cukup kau membunuh orang" kembali Han Sin yang mencegahnya.

   Melalui cucuran air matanya, Cu Sian memandang kepada Han Sin. Kipas berlumuran darah masih berada di tangannya "Kau " kau membiarkan perempuan jahanam itu pergi """" teriaknya dan dengan marah ia membanting kipas itu lalu meloncat pergi meninggalkan Han Sin.

   "Sian-moi "" Han Sin hendak mengejar.

   "Tidak ada gunanya dikejar" kata Kim Lan dengan suara lembut berwibawa dan Han Sin menahan kakinya, membalik dan memandang gadis berpakaian putih itu.

   "Kenapa ia? Aku khawatir ia "".terguncang jiwanya dan sakit ""

   "Hem, apakah kau tidak dapat menduga apa yang telah terjadi kepada diri Cu Sian yang bernasib malang itu?

   Dunia rasanya kiamat baginya. Ia membunuh pemuda itu dengan penuh kebencian untuk melaksanakan dendamnya. Kau tidak dapat menduga?"

   " Aku " aku tidak mengerti. Ia di tangkap sebagai sandera oleh mereka untuk membuat aku menyerah"

   "Hem, kalau saja kau tidak menyerah, tentu hal itu tidak akan terjadi"

   "Tapi ia tentu akan di bunuh oleh mereka"

   "Dibunuh masih lebih ringan daripada penderitaan yang kini ia alami"

   "Eh, mengapa begitu? Apa yang terjandi dengannya, Lan-moi?"

   "Sin-ko, kau sungguh masih hijau kalau tetap tidak mengerti. Cu Sian mengalami malapetaka yang paling hebat bagi seorang gadis. Ia telah diperkosa, di nodai oleh jahanam yang dibunuhnya itu"

   "Ahhhh """ Wajah Han Sin tiba-tiba menjadi pucat, lalu merah sekali "Keparat jahanam. Pantas saja ia menjadi begitu marah dan benci. Kasihan sekali Cu Sian"

   "Bukan hanya kasihan saja, Han Sin. Kau harus berbuat sesuatu. Kau tahu, Cu Sian amat mencintaimu, mencinta dengan seluruh jiwa raganya. Maka, dapat kau bayangkan ketika ia dinodai orang, dan ia mengira kau pasti mengetahui pula. Hancur hatinya dan hanya kau yang mampu mengobati kehancuran hatinya itu"

   "Aku? Bagaimana caranya?"

   " Ia amat mencintamu. Kau harus mengawininya untuk menebus aib yang menimpanya"

   Han Sin terbelalak, memandang kepada Kim Lan dengan hati berdebar tidak karuan. Sampai lama dia tidak menjawab, lalu ketika dia bicara suaranya gemetar.

   "Itu tidak mungkin. Aku ". Aku menyayangnya seperti saudara, sejak aku mengira ia seorang pemuda, aku menyayangnya seperti sorang adik"

   "Tapi ia amat mencintaimu dan kalau kau tidak mengawininya, kiamatlah dunia ini untuknya"

   "Tapi, Lan-moi. Tidak tahukah kau? Aku ". Aku selama hidupku baru satu kali jatuh cinta dan hanya akan mencinta wanita satu kali saja. Aku mencinta kau, Lan-moi, sejak pertemuan kita yang pertama kali. Bagaimana kau menuruh aku menikah dengan Cu Sian? Dan akupun tidak buta, Lan-moi. Aku tahu dan yakin bahwa kaupun cinta padaku ""

   "Tidak ". Tidak ""

   "Kau tidak dapat membohongiku, Lan-moi, kau tidak dapat menyangkal. Aku dapat melihat cintamu melalui pandang matamu, Lan-moi, kalau kita saling mencinta, kenapa kau menyuruh aku menikah dengan gadis lain?"

   "Tidak, Sin-ko. Aku tidak mau, tidak ingin merusak hati Cu Sian yang demikian berbudi. Ia seorang gadis yang baik sekali dan ia mati-matian mencintaimu, Sin-ko. Kau harus mengawininya, Sin-ko. Aku sendiri kelak akan membencimu dan membenci diri sendiri kalau kau tidak mau mengawininya dan menghancurkan hati Cu Sian yang penuh cinta kasih kepadamu itu. Nah, cepat kejarlah Cu Sian" Setelah berkata demikian. Kim Lan berkelebat pergi.

   "Lan-moi, tunggu """

   "Cukup, aku tidak mau lagi bicara. Jangan mengejarku" kata gadis itu dengan suara bercampur isak dan Han Sin menahan larinya. Tidak akan baik jadinya kalau dia mengejar dan memaksa, maka diapun hanya berdiri bengong, mengikuti bayangan gadis itu dengan pandang mata sedih dan sayu.

   Apa yang harus dia lakukan? Menuruti permintaan Kim Lan, mengejar Cu Sian dan mengawini gadis itu? Tidak, mungkin hal ini dia lakukan. Bukan karena Cu Sian telah ternoda. Hal itu sama sekali tidak menjadi alasan karena Cu Sian ternoda diluar kehendaknya. Akan tetapi bagaimana dia dapat mengawini Cu Sian kalau cintanya kepada Cu Sian seperti kepada seorang adik, kalau cintanya hanya kepada Kim Lan seorang?

   Dia menghela napas berulang-ulang, kemudian teringat akan urusannya sendiri, teringat akan kematian ibunya seperti yang di dengarnya dari Panglima Coa Hong Bu. Ibunya terbunuh oleh seorang yang mempergunkan Hek-Liong-Kiam, berarti pembunuh ayahnya juga pembunuh ibunya. Dan kemana lagi mencari pembunuh ibunya kalau tidak di kota raja, di tempat ibunya terbunuh? Setelah berpikir demikian, dia lalu mengambil keputusan untuk pulang ke rumah ibunya.

   ***

   "Suhu, terimahlah hormat teecu (murid)" Han Sin menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Tiong Gi Hwesio.

   Hwesio yang sudah tua itu nampak heran, cepat membangunkan pemuda itu dan memandang dengan mata tuanya yang sudah dihiasi alis yang putih semua.

   "Omitohud ". Sicu siapakah?" tanyanya.

   "Suhu, apakah suhu sudah lupa kepada teecu? Teecu adalah Cian Han Sin"

   "Omitohud ". Akhirnya kau pulang juga, Han Sin. Ibumu " " Hwesio itu meragu untuk melanjutkan kata-katanya.

   "Teecu sudah mendengar dari Panglima Coa Hong Bu bahwa ibu tewas terbunuh. Karena itulah maka teecu pulang untuk melakukan penyelidikan, siapa gerangan yang membunuh ibu dan mengapa pula ibu dibunuh orang. Barangkali suhu dapat memberi petunjuk kepada teecu"

   "Omitohud. Pin-ceng menyesal sekali bahwa pinceng tidak dapat memberi petunjuk apapun kepadamu, Han Sin. Pinceng tidak mengetahui ketika peristiwa itu terjadi. Kepada Panglima Coa Hong Bu yang datang ke sini, pin-ceng juga tidak dapat memberithu apa-apa. Kalau kau ingin menyelidik, pergilah ke rumahmu. Di sana masih ada Cio Si, pembantu Ibu mu itu dan hanya ia yang berada di rumah ketika pembunuhan itu terjadi. Pergi dan tanyalah kepadanya Han Sin. Semoga kau berhasil.

   Han Sin menghaturkan terima kasih lalu meninggalkan kuil itu, menuju ke rumah ibunya. Dia merasa terharu melihat rumah itu masih dipelihara dengan baik dan segera dia dapat bertemu dengan Cio Si yang menjadi penghuni tunggal rumah itu. Tidak seperti Tiong Gi Hwesio, Cio Si segera mengenalnya dan begitu bertemu dengan majikan muda itu, ia menangis dan merangkul kaki Han Sin.

   Pemuda itu mengangkatnya bangun dan berkata dengan tenang "Sudahlah, Cio Ma, tidak ada yang perlu di tangisi lagi. Sekarang persiapkan alat-alat sembahyang, antarkan aku ke kuburan ibu dan di sana nanti kita bicara"

   Tergopoh-gopoh Cio Si mempersiapkan segala keperluan sembahyang secara sederhana dan tak lama kemudian, tanpa bicara, mereka berdua pergi mengunjungi makam nyonya Ji Goat, ibu kandung Han Sin. Di depan makam ibunya Han Sin bersembahyang dan duduk bersila terpekur sampai beberapa lamanya. Kemudian dia bangkit dan mengajak duduk Cio Si di depan makam.

   "Nah, Cio-ma, sekarang ceritakan apa yang kau lihat dan dengar, apa yang kau ketahui tentang pembunuhan itu"

   "Baru sekarang saya berani bercerita kepadamu, kong-cu. Ketika orang-orang bertanya, saya tidak berani bercerita karena takut di bunuh penjahat itu. Bahkan kepada Panglima yang datang menanyai saya, saya hanya mengatakan bahwa ibumu dibunuh orang yang memakai pedang hitam. Itu saja"

   "Jadi kau tahu lebih banyak lagi? Nah, ceritakan kepadaku semuanya, Cio-ma"

   "Ketika itu ibumu sedang berlatih silat. Ketika penjahat itu datang, saya ketakutan dan bersembunyi di balik semak-semak. Penjahat itu minta kitab yang namanya saya lupa lagi, pendeknya minta kitab agar jangan terjatuh ke tangan Kaisar Yang Ti. Ibumu menolak dan mereka berkelahi. Orang itu lalu mengeluarkan sebatang pedang hitam berkilauan dan ibumu tertusuk dan roboh tewas. Kemudian orang itu masuk ke rumah, agaknya menggeledah karena barang-barang di rumah acak-acakan, lalu pergi. Barulah saya berani keluar dan memanggil tetangga, melapor kepada Tiong Gi Hwesio"

   "Bagaiman wajah pembunuh itu? Berapa kira-kira usianya dan bagaimana pula perawakannya?"

   "Ketika itu, usianya sekitar empat puluh lima tahun, wajahnya gagah dan tubuhnya sedang dan tegap. Pakaiannya juga indah sekali ""

   "Pakaian Panglima?"

   "Bukan, pakaian biasa kong-cu"

   "Hem, apakah ada tanda atau cirri khusus yang membuat dia mudah di ingat atau di kenal?"

   "Wajahnya hanya gagah, akan tetapi biasa saja. Akan tetapi ada satu hal yang penting sekali dan belum saya beritahukan kepada orang lain, kong-cu. Ketika mereka berkelahi, ibumu menyebut orang itu sebagai Lui-sute (adik seperguruan Lui)"
"Lui-sute ".? Hemmm, setahuku ibu tidak mempunyai seorang adik seperguruan" Han Sin melamun dan mengingat-ingat, akan tetapi tetap dia tidak dapat menduga siapa Lui-sute itu.

   "Ibumu juga mengatakan bahwa orang itu pembunuh ayahmu, kong-cu"

   "Hemmm " " Karena tidak ada keterangan lain yang lebih jelas, maka dia berpikir keras. Pembunuh ayahnya? Menurut keterangan Tarsukai, ketika ayahnya roboh, dia didekati seorang perwira Sui. Mungkin itukah pembunuhnya yang bermarga Lui itu? Seorang perwira? Dia harus menyelidiki kalau-kalau ada seorang perwira Lui yang dulu ikut ayahnya berperang ke sebelah utara Shan-si.

   Setelah pulang ke rumahnya, mulailah Han Sin melakukan penyelidikan. Dengan bertanya-tanya, akhirnya die mendengar bahwa dahulu memang ada perwira Lui yang menjadi pembantu ayahnya ketika berperang ke utara. Han Sin menjadi girang sekali mendengar keterangan bahwa perwira Lui itu lihai sekali dan juga usianya sekitar lima puluh tahun kurang. Akan tetapi ketika die melakukan penyelidikan lebih jauh, dia mendengar bahwa panglima Lui itu sedang melakukan perjalanan mengawal Kaisar Yang Ti ke utara. Kaisar Yang Ti berkenan memimpin pasukan melakukan pembersihan ke Shan-si utara.

   Tidak ada lain jalan bagi Han Sin kecuali melakukan pengejaran ke utara. kalau benar perwira Lui itu yang telah membunuh ayah ibunya, dia harus berhati-hati sekali, apalagi perwira itu sedang melakukan pengawalan atas diri Kaisar. Setelah berkunjung lagi ke makam ibunya dan berpamit dari Tiong Gi Hwesio, Han Sin lalu meninggalkan kota raja untuk kembali ke utara mengikuti jejak perwira Lui yang mengawal Kaisar menggerakkan pasukan ke utara.

   ***

   Beberapa hari kemudian, ketika dia berjalan melalui jalan sunyi di sebuah bukit, dia melihat seorang kakek melangkah terhuyung-huyung. nampaknya orang itu menderita sakit dan hampir roboh. Melihat ini Han Sin cepat menghampirinya dan masih sempat mencegahnya roboh dengan merangkul pundaknya. Ternyata dia seorang yang sudah tua sekali, kepalanya gundul dan jubahnya menunjukkan bahwa dia seorang hwesio.

   "Lo-suhu, kau kenapakah?" Tanya Han Sin khawatir melihat wajah ayang amat pucat dan napas yang terengah-engah itu. Aneh, Hwesio yang kesakitan itu malah tertawa.

   "Ha-ha-ha, omitohud ". Agaknya Sang Budha masih menolong pinceng " tidak mati tanpa ketahuan orang " " Dia terengah-engah, akan tetapi mulutnya masih tersenyum lebar. Sikap ini saja sudah amat menarik hati Han Sin dan menimbulkan rasa hormat dan sukanya.

   Dia membantu hwesio tua itu duduk bersila di tepi jalan di atas rumput, bahkan dia membantu dengan penyaluran tenaga saktinya untuk mengobati luka dalam tubuh hwesio itu. Akan tetapi hwesio itu menolak setelah kaget sejenak merasakan getaran tenaga dalam yang amat kuat.

   "Omitohud " kau seorang pemuda yang sakti. Akan tetapi " percuma saja, aku tidak akan dapat disembuhkan. Dengar, orang muda, pinceng bernama Thian Ho Hwesio " dan pinceng sudah mau mati. Mudah-mudahan kau seorang pendekar yang sudi memenuhi permintaan seorang yang mau mati "" "

   "Katakanlah, lo-suhu. Kalau saya dapat melakukannya, tentu akan saya lakukan"

   "Omitohud " ha-ha, kau ternyata seorang pemuda yang teliti dan baik. Pin-ceng bertemu Pak-Te-Ong dan See-Thian-Mo. Mereka hendak membunuh Kaisar dan mengajak pinceng. Ketika pin-ceng menolak, mereka lalu mengeroyok pin-ceng. Mereka terlalu tangguh bagi pinceng sehingga pinceng terluka "" Kembali ia terengah-engah karena telah mengeluarkan banyak tenaga untuk bicara.

   "Hemm, mereka memang bukan orang baik-baik. Lalu apa pesan lo-suhu?"

   "Pinceng mempunyai seorang murid, akan tetapi keadaan murid itu penuh rahasia " tolonglah, tolong ia agar bertemu dengan orang tuanya ""

   "Akan tetapi bagaimana saya dapat lo-suhu?"

   "Datangi ketua Thian-li-pang. Ketua itu yang dahulu menculik muridku ketika masih kecil dan pin-ceng menolong anak itu. tanyakan kepada ketua Thian-li-pang siapa orang tua anak itu " kau memiliki kepandaian, tentu dapat memaksanya mengaku""

   "Ahhh ". terima kasih, kini pin-ceng dapat mati dengan lega dan rela "" Pendeta itu yang duduk bersila lalu memejamkan kedua matanya dan napasnya terhenti.

   Han Sin teringat bahwa dia belum menanyakan nama murid itu, maka dia lalu mengguncang pundak hwesio itu "Lo-suhu ". Lo-suhu, jangan mati dulu, aku ingin bertanya ""

   Akan tetapi tubuh itu biarpun masih hangat, sudah tidak bergerak lagi. Han Sin dengan cepat lalu menotok beberapa jalan darah kearah jantung dan kekek itu membuka matanya.

   "Omitohud. pin-ceng sudah mulai berjalan pulang, kenapa kau panggil lagi?" hwesio itu menegur.

   "Maaf, lo-suhu. Lo-suhu belum menceritakan siapa nama murid lo-suhu"

   "Ha-ha-ha, oh, itu? Namanya Lan Lan. Lan " Lan " " dan dengan nama muridnya di bibir kakek itu terkulai lehernya dan tewas dalam keadaan masih duduk bersila.

   Han Sin tertegun dan terbelalak. Dia tahu bahwa kakek itu sudah tewas. Lan Lan? Siapa lagi kalau bukan Kim Lan? Jadi Kim Lan murid kakek saneh yang ternyata sakti bukan main ini sehingga ketika matipun dalam keadaan bersila? Timbul semangatnya untuk melaksanakan pesan kakek itu. Tanpa di pesan juga dia akan rela melaksanakannya demi kepentingan Kim Lan. Jadi Kim Lan adalah seorang anak yang dulu di culik oleh Ketua Thian li pang, kemudian di pungut sebagai murid oleh hwesio ini dan tidak mengenal ayah bunda sendiri? Sungguh kasihan.

   Han Sin mengubur jenazah kakek itu dengan baik-baik. Di atas makam itu dia menancapkan sebatang kayu besar dan dia mengukirnya dengan kata-kata : MAKAM GURU KIM LAN.

   
Pedang Naga Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Setelah itu dia lalu memberi hormat kepada makam itu dan pergi. Thian li pang adalah perkumpulan pendeta wanita yang terkenal gagah perkasa dan termasuk perkumpulan bersih. bagaimana ketuanya dapat melakukan penculikan terhadap seorang anak kecil? Tentu ada rahasianya.

   Di lereng Thian San terdapat perkumpulan Thin li pang. Sejak dulu, ketika masih diketuai oleh mendiang Im Yang To-kouw, Thian li pang terkenal sebagai perkumpulan wanita-wanita gagah, para to-kouw (pendeta wanita To) yang bertindak sebagai para pendekar wanita yang galak dan keras hati. Setelah kini di pegang oleh murid mendiang Im-yang To-kouw, perkumpulan itu terkenal lebih keras lagi. Keras peraturannya terhadap murid-muridnya. Para murid yang jumlahnya ada lima puluh orang lebih itu bukan saja dilarang untuk menikah, bahkan kalau kelihatan bicara dengan laki-laki saja akan dihukum. Dan terhadap dunia luar merekapun bersikap keras, terutama sekali terhadap para penjahat, para murid Thian li pang tidak pernah memberi ampun.

   Seperti telah diceritakan di bagian depan, Kang Sim To-kouw dahulu ketika masih muda bernama Yap Ci Hwa, seorang wanita yang berhati keras dan bengis. Setelah kini menjadi ketua, ia menjadi lebih keras hati lagi. Akan tetapi diam-diam ia telah menyimpan suatu rahasia dihatinya, yang kadang membuat ia nampak berduka dan menyesal bukan main. Suatu dosa yang baginya kadang-kadang amat menyiksa. Ia pernah menculik puteri dari sumoinya sendiri, yaitu Ciang kwi yang sekarang menjadi ketua Hwa li pang di Hwa-san. ia bahkan telah membunuh secara diam-diam suami sumoinya itu, kemudian ia menculik anak perempuannya. Dosa ini selalu menghantuinya dan membuat ia yang usianya baru lima puluh tahun itu nampak seperti sudah tujuh puluh tahun.

   Tidak sukar bagi Han Sin untuk mendapatkan keterangan dari para penduduk dusun di kaki gunung Thian-san di mana adanya Thian li pang. Semua orang tahu belaka. Para pendeta wanita dari Thian-li-pang memang terkenal sebagai orang-orang dermawan yang suka menolong penduduk, membasmi penjahat, memberi obat dan bahkan memberi uang. Para penduduk juga selalu naik ke lereng dimana Thian li pang mempunyai sebuah kuil untuk bersembahyang. akan tetapi tentu saja yang diperbolehkan datang ke kuil hanyalah kaum wanita saja. Laki-laki dilarang keras naik ke kuil, bahkan tidak boleh menaiki lereng yang menjadi wilayah Thian li pang.

   Setelah mendapat keterangan dari para penduduk dusun dimana letaknya Thian li pang, disertai peringatan pria dilarang keras naik ke sana. Han Sin lalu mempergunakan kepadandaiannya untuk berlari cepat mendaki tempat itu. Kuil itu berada di lereng bukit dan dari jauh saja sudah nampak tembok kuil dan pagarnya yang putih bersih.

   Baru saja tiba di depan pintu gerbang, Han Sin sudah berhadapan dengan dua belas orang pendeta wanita anggota Thian li pang. Mereka terdiri dari wanita yang berusia antara dua puluh sampai tigapuluh tahun dan diam-diam Han Sin merasa heran. Semua pendeta wanita itu sungguh amat sederhana, baik sanggulnya, jubahnya maupun wajahnya yang sama sekali tidak berbau bedak maupun pemerah. Padahal diantara mereka banyak yang memiliki wajah yang lumayan cantiknya. Dia cepat-cepat mengangkat kedua tangan memberi hormat. Akan tetapi seorang diantara para to-kouw itu, yang berusia tiga puluh tahun, sudah membentaknya dengan suara halus namun galak.

   "Agaknya kau tidak tahu bahwa di sini merupakan tempat larangan untuk kaum pria. Hayo cepat menggelinding turun dari sini sebelum kami menggunakan kekerasan"

   Jarak antara Han Sin dan para to-kouw itu ada lima meter dan mendengar bentakan itu, Han Sin melangkah maju untuk menghampiri sambil tersenyum. Melihat ini, para to-kouw itu cepat melangkah mundur menjauhi.

   "Maaf, kenapa cu-wi to-kouw menjauhiku? Aku bukan seorang yang menderita penyakit menular. Aku datang hendak bicara dengan ketua kalian. Bukankah ketua kalian yang bernama Kang Sim To-kouw?"

   "Jangan mendekat atau kami akan membunuhmu" Bentak pimpinan to-kouw itu "Ketua kami tidak sudi bertemu dan bicara dengan seorang pria. Pergilah sebelum terlambat"

   "Heiiii, apakah kalian benar-benar demikian membenci pria?" Tanya Han Sin sambil tersenyum.

   "Kami membenci semua pria mati-matian" mereka menjawab dengan suara hiruk pikuk dan Han Sin tertawa bergelak. Para to-kouw itu merasa heran dan marah mendengar pemuda itu tertawa.

   "Mengapa kau tertawa? Manusia tidak sopan"

   "Mengapa aku tertawa? Tentu saja tertawa melihat kelucuan kalian. Kalian berkata membenci semua pria. Apakah kalian tidak mempunyai ayah kandung? Apakah kalian juga membenci dan membunuh ayah kandung kalian. Juga kakek kalian, saudara kalian yang laki-laki, Keponakan kalian yang laki-laki, saudara misan kalian, kakak ipar kalian, adik laki-laki kalian, paman kalian " "

   "Cukup. Cepat pergi atau kami akan menyerangmu" bentak pemimpin itu sambil menoleh ke kanan kiri dengan sikap ketakutan.

   "Ha-ha-ha, kalian seperti sekumpulan kucing yang ketakutan. Ingin aku bertemu dengan ketua kalian, maka panggillah ia keluar. Aku tidak ingin berurusan dengan kalian"

   "Minggatlah" Bentak pimpinan itu dan iapun sudah menerjang ke depan, menyerang Han Sin dengan sebatang pedangnya. Han Sin miringkan tubuhnya dan ketika dia menggerakkan tangannya, to-kouw itu terpelanting roboh. Semua to-kouw menjadi kaget dan marah dan duabelas orang itu serentak menyerang Han Sin dengan pedang mereka.

   Han Sin tidak tega untuk melukai mereka, maka ia hanyak mengelak dan menangkis, dan mendorong mereka sehingga mereka berpelantingan tanpa menderita luka-luka.

   Beberapa orang dari mereka cepat lari ke dalam untuk memberi laporan. Tak lama kemudian, terdengar bentakan nyaring "Hentikan semua pengeroyokan"

   Para to-kouw yang sudah jatuh bangun itu lalu mundur dan berdiri dengan muka merah di belakang seorang to-kouw tua yang baru muncul. To-kouw ini berusia kurang lebih lima puluh tahun. wajahnya nampak kaku dan galak, matanya seperti mata harimau. Inilah Kang Sin To-kouw yang dahulu bernama Yap Ci Hwa. Dengan tegak ia memandang Han Sin kepalanya di angkat dan matanya tajam menyelidik. Tangan kirinya memegang sebatang kebutan bulu hitam, tangan kanannya memegang pedang. Sebetulnya wanita itu tidaklah buruk, bahkan di waktu mudanya tentu manis, akan tetapi karena wajah itu diselimuti kekerasan dan kekakuan, maka nampak buruk dan kelaki-lakian.

   "Bocah kurang ajar. Siapa kau berani membikin kacau Thian li "pang" bentak Kang Sim To-kouw dengan bengis.

   "Katakan namamu agar kau jangan mati tanpa nama"

   Han Sin tersenyum lebar. Kini mengertilah dia mengapa para to-kouw itu begitu ketakutan. Ternyata ketua mereka memang bengis dan galak.

   "Namaku Cian Han Sin dan aku tidak mau mati dulu, baik dengan atau tanpa nama. Apakah lo-cian-pwe ini pang-cu dari Thian li pang?"

   "Benar, aku pang-cu dari Thian-li-pang, dan kau telah melakukan pelanggaran besar-besaran. Tidak saja kau berani melanggar wilayah kami, akan tetapi kau bahwa telah merobohkan murid-muridku. Sekarang kau akan mati di tanganku" Kang Sim To-kouw lalu memberi tanda dengan tangannya dan semua murid yang berjumlah kurang lebih lima puluh orang itu sudah menyerbu semua. Bergidik juga Han Sin di keroyok wanita demikian banyaknya. Akan tetapi dia mengeluarkan kepandaiannya, tubuhnya bagaikan baja, kalau sampai terserempet pedang, maka pedang itu yang terpental dan tangkisan tangannya membuat pedang lawan terlempar jauh. hanya dengan dorongan tangan saja dia membuat anak buah Thian li pang terjungkal roboh tumpang tindih.

   "Semua mundur" Kang Sim To-kouw berseru ketika melihat betapa muridnya seperti sekumpulan semut mengeroyok seekor jangkrik saja. Para murid yang memang sudah jerih lalu berkelompok mundur dan Kang Sim To-kouw yang cepat menggerakkan pedang dan kebutannya menyerang dengan dahsyatnya ke arah Han Sin.

   ***

   Han Sin melihat bahwa ilmu kepandaian to-kouw ini cukup berat walaupun masih kalah dibandingkan ketua Hwa-li-pang yang pernah di lihatnya bertanding melawan keluarga gila dahulu itu. Dia pun menyambutnya dengan gerakan cepat dan membiarkan wanita itu mengamuk dan menyerang bertubi-tubi sampai tigapuluh jurus lebih. Dia hanya mengelak dan kadang menangkis saja.

   "Lo-cian-pwe, perlahan dulu" Han Sin meloncat ke belakang "Aku bukan orang jahat, aku hanya ingin membicarakan sesuatu denganmu"

   "Kalahkan dulu pedang dan kebutanku, baru kita bicara" kata to-kouw itu yang mengira bahwa pemuda itu menjadi jerih.

   "Hemm, begitukah maumu? Baik" kata Han Sin yang tadinya tidak ingin membikin malu to-kouw itu dengan mengalahkannya. Sekarang mau tidak mau dia harus mengalahkan wanita berhati baja ini. Maka mulailah dia mengisi kedua tangannya dengan tenaga Bu-tek Cin-keng dan begitu dia mendorong kedua tangannya, Kang Sim To-kouw tidak mampu bertahan dan terdorong ke belakang, terhuyung dan hampir roboh kalau beberapa orang muridnya tidak cepat merangkulnya.

   Diam-diam Kang Sim To-kouw terkejut bukan main. Tak disangkanya ia akan di kalahkan demikian mudahnya oleh seorang pemuda.

   "Nah, Lo-cian-pwe, apakah kau akan menjilat ludah sendiri dan tidak memenuhi janji untuk mendengarkan pembicaraanku?"

   Dengan cemberut Kang Sim To-kouw mendengus" Masuklah dan mari kita bicara" katanya karena di depan semua muridnya sudah jelas ia telah dikalahkan dan tentu saja ia tidak ingin mengingkari janji.

   Ia masuk ke dalam kuil dan di ikuti oleh Han Sin. Setelah berada di ruangan dalam, mereka duduk berdua berhadapan dan Kang Sim To-kouw berkata ketus "Nah, katakan apa yang hendak kau bicarakan?"

   Han Sin senang melihat bahwa di situ tidak ada orang lain sehingga dia dapat leluasa bicara. Dia tersenyum, memandang tajam lalu berkata perlahan "Pang-cu, aku datang ingin membicarakan tentang dosamu yang amat besar"

   Sepasang mata itu terbelalak dan muka itu berubah merah sekali karena marahnya "Orang muda. Apakah karena sudah dapat menang melawan aku kau lalu boleh main-main sesuka hatimu? Jangan kurang ajar"
"Maaf, pang-cu. Aku tidak main-main. Aku bicara sejujurnya. Aku tahu apa yang kau lakukan belasan tahun yang lalu. Mungkin tidak ada orang lain yang mengetahui, akan tetapi aku tahu benar bahwa kau telah melakukan dosa besar sekali"

   Kini wajah yang tadinya merah berubah agak pucat dan pandang matanya penuh selidik "Hemm, coba katakan, dosa apa yang telah kulakukan?"

   "Kau telah menculik seorang anak perempuan yang kau tinggalkan di dalam hutan"
Wajah itu menjadi pucat sekali dan otomatis wanita tua itu menoleh ke kanan kiri untuk melihat apakah pembicaraan mereka ada yang mendengarkan. Setelah yakin bahwa di situ tidak ada orang lain, ia memandang kepada Han Sin.

   "Kau bohong. Kau ngawur dan melakukan fitnah" Akan tetapi teriakannya dilakukan dengan suara bisik-bisik.

   Han Sin tertawa "Pang-cu kau seorang ketua dan seorang pendeta wanita. sungguh tidak pantas sekali apa yang kau lakukan itu. Akan tetapi Thian adil. Perbuatanmu itu ada yang melihatnya dan anak perempuan itu kini telah menjadi seorang gadis dewasa yang berilmu tinggi sekali. Apa yang akan dilakukannya kalau ia kuberitahu bahwa kau dulu menculiknya?"

   Kang Sim To-kouw merasa tersudut dan akhirnya ia menghela napas panjang. Memang perbuatannya itu selalu menghantuinya dan ia merasa menyesal bukan main.

   "Cian Han Sin, lalu apa yang akan kau lakukan?"

   "Hem, aku tidak akan menceritakan kepada siapapun juga asal kau suka memenuhi permintaanku"

   "Apa yang kau kehendaki?"

   "Aku ingin mengatakan siapa orang tua anak itu"

   "Kalau aku tidak mau memberitahu?

   "Akan kusiarkan ke seluruh dunia kang-ouw bahwa pang-cu dari Thian-li-pang yang terhormat itu ternyata hanyalah seorang penculik anak kecil, seorang penculik yang kejam, juga akan ku beritahukan kepada gadis itu agar ia sendiri yang menuntut balas ke sini. Dan jangan harap kalian semua akan mampu menandinginya. Ia lebih lihai daripada aku" kata Han Sin mengancam.

   Wajah itu semakin pucat dan berulang kali ia menghela napas panjang "Baiklah, akan kuberitahu kepadamu sendiri. Bocah itu adalah anak dari sumoiku sendiri"

   "Siapa sumoimu?"

   "Namanya Ciang Hwi, sekarang bernama Pek Mau To-kouw """

   "Pek Mau To-kouw ketua Hwa-li-pang di Hwa-san?" Han Sin memotong dan mengangguk sambil menundukkan mukanya.

   "Akan tetapi " mengapa "?"

   "Jangan Tanya mengapa ". Aku akan menjadi gila karena iri hati ""

   Dan tiba-tiba to-kouw itu menangis sesunggukan, tanpa suara.

   Han Sin dapat melihat betapa to-kouw itu menyesali perbuatannya, maka diapun merasa kasihan "Penyesalan saja tiada gunanya, pang-cu. Yang penting pang-cu harus berani mengakui kepada sumoimu dan minta maaf. Aku mengenal Pek Mau To-kouw dan ia adalah seorang yang berbudi mulia. Tentu ia akan suka memaafkanmu"

   Kang Sim To-kouw mengangguk "Maukah kau menemaniku mengunjunginya?"

   "Tentu saja. Mari kutemani kau berkunjung ke Hwa-li-pang"

   Kang Sim To-kouw lalu menghentikan tangisnya. Ia memanggil para murid kepala dan berpesan agar mereka menjaga Thian-li-pang baik-baik karena ia hendak pergi bersama Han Sin. Para murid memandang heran akan tetapi tidak ada yang berani bertanya.

   Pada hari itu juga, Kang Sim To-kouw berangkat bersama Han Sin menuju ke Hwa-li-pang. Kalau bukan karena urusan itu menyangkut diri Kim Lan, tentu Han Sin tidak mau bersusah payah menemani pang-cu itu ke Hwa-san.

   ***

   Kedua orang to-kouw itu saling berhadapan dan saling pandang sampai beberapa lamanya. Akhirnya Kang Sim To-kouw yang mendahului memanggil "Sumoi ""

   Pek Mau To-kouw terbelalak, merasa seperti dalam mimpi. Tadinya ia tidak mengenal siapa to-kouw yang berdiri di depannya itu karena sudah nampak tua sekali, seperti telah berusia tujuhpuluh tahun. Akan tetapi setelah Kang Sim To-kouw memanggilnya, barulah ia menyadari bahwa yang berdiri di depannya benar-benar Yap Ci Hwa atau Kang Sim To-kouw, sucinya. Ia lalu maju merangkul dan berseru.

   "Suci "... Benarkah kau ini, suci? Terima kasih kepada Thian. Suci mau datang ke sini berkunjung kepadaku?" Mereka berangkulan kemudian Pek Mau To-kouw dapat menguasai dirinya dan memandang kepada Han Sin.

   "Suci datang bersama pemuda ini " heiii, bukankah sicu ini pemuda yang dulu datang bersama keluarga gila itu?"

   Han Sin memberi hormat "Benar pang-cu, Thian-li-pangcu berkunjung untuk membicarakan hal yang teramat penting kepadamu, maka harap kami diperbolehkan bicara di dalam"

   "Ah, mari, silahkan. Silahkan masuk" Pek Mau To-kouw menggandeng tangan Kang Sim To-kouw yang masih terharu melihat sambutan sumoinya yang dahulu di musuhinya dan Han Sin mengikuti dari belakang. Mereka duduk dalam ruangan tamu.

   "Hal penting apakah yang perlu dibicarakan?" Tanya Pek Mau To-kouw dan ia semakin heran melihat betapa tiba-tiba saja sucinya menangis.

   "Eh? Suci, kau kenapakah? Orang-orang seperti kita ini sudah tidak semestinya lagi menangisi sesuatu. Segala sesuatu dalam dunia ini adalah baying-bayang belaka, tidak ada yang perlu di susahkan"

   "Sumoi, aku datang untuk minta ampun kepadamu"

   Pek Mau To-kouw terbelalak memandang sucinya, kemudian menoleh kearah Han Sin. Pemuda itu hanya mengangguk-angguk saja.

   "Suci, apa-apaan ini? Akulah yang seharusnya minta maaf kepadamu bahwa selama ini aku tidak mengunjungimu, bahkan sebaliknya hari ini kau datang berkunjung. Kenapa minta ampun?"

   "Sumoi, aku datang untuk membuat pengakuan akan dosaku yang tak berampun kepadamu. Aku "". Akulah yang telah menculik anak perempuanmu dahulu"

   Betapapun tenang dan sabarnya ia, Pek Mau To-kouw terlonjak kaget dan meloncat dari tempat duduknya. Sambil berdiri dengan muka pucat ia memandang sucinya "Akan tetapi " kenapa " kenapa kau lakukan itu, suci? Dan dimana ia sekarang? Diamana anakku?"

   Han Sin berkata "Jangan khawatir, pang-cu. Puterimu masih hidup dan sekarang telah menjadi seorang gadis yang cantik jelita dan berkepandaian tinggi. Kang Sim To-kouw menjatuhkan dirinya duduk di atas kursi lagi, merangkap kedua tangan seperti menyembah dan berseru "Terima kasih kepada Thian. Anakku masih hidup, achh, anakku masih hidup"

   "Sumoi, maukah kau memaafkan aku?"

   "Tentu saja, suci. Peristiwa itu sudah berlalu belasan tahun lamanya dan anakku Lan Lan masih hidup. Dimana ia sekarang?"

   "Aku tidak tahu, sumoi dan Cian Han Sin inilah yang mengetahui dimana ia"

   "Aku juga tidak tahu dimana ia sekarang. Akan tetapi aku akan mencarikan ia untukmu, pang-cu. Tidak dapatkah pang-cu menduga siapa anakmu itu? Pernah pang-cu bertemu dengannya di sini"

   " Ehhhh ".? Siapakah? Sudah ratusan orang gadis kutemui di sini, yang datang bersembahyang ""

   "Akan tetapi puterimu itu lain lagi. Ia sendiri tidak tahu bahwa kaulah ibu kandungnya. Puterimu itu adalah gadis berpakaian putih yang bernama Kim Lan itu"

   Kembali Pek Mau To-kouw melonjak kaget, akan tetapi kali ia kelihatan gembira bukan main.

   "Ia ". Ah, terima kasih Tuhan, anakku menjadi gadis yang berbudi dan sakti. Ah, sicu, dimana ia sekarang? Aku ingin bertemu dengannya"

   "Tenanglah, pang-cu. Aku sendiri tidak tahu dimana ia sekarang ini, akan tetapi aku berjanji akan membawanya ke sini bertemu denganmu"

   Pek Mau To-kouw yang merasa bahagia sekali itu lalu bangkit dan mengangkat kedua tangan depan dada memberi hormat kepada Han Sin.

   "Terima kasih, Cian-sicu, kau merupakan dewa penolong bagiku"

   Han Sin cepat membalas penghormatan itu "Aihh, pang-cu. Harap jangan bersikap seperti itu. Ingat, ketika aku dijadikan tawanan keluarga gila itu, pang-cu juga telah ikut menolongku"

   "Akupun berterima kasih kepadamu, suci. Dengan pengakuanmu ini, kau telah mendatangkan kebahagiaan dalam hatiku dan itu sudah cukup untuk menebus kesalahanmu dahulu" kata Pek Mau To-kouw bijaksana.

   Akan tetapi tiba-tiba Kang Sim To-kouw melakukan sesuatu yang membuat Pek Mau To-kouw dan Han Sin terkejut.

   Ketua Thian-li-pang itu tiba-tiba menjatuhkan dirinya berlutut didepan sumoinya sambil menangis.

   "Eh, apa yang kaulakukan ini suci?"

   "Sumoi, dosaku tak berampun. Aku bukan hanya minta ampun kepadamu, bahkan kalau sekarang juga kau membunuhku, aku rela untuk menebus dosaku, sumoi"

   "Suci, apa artinya ini?"

   "Aku ". Aku yang telah membunuh Ang Cun Sek "" Nenek itu kini menangis sesunggukan.

   Wajah Pek Mau To-kouw yang tadinya berseri dan kemerahan saking bahagianya mendengar berita tentang puterinya, kini mendadak pucat sekali dan matanya terbelalak. Jadi, pembunuh suaminya adalah sucinya ini juga.

   "Aku " aku menjadi gila ". Kemasukan setan karena iri kepadamu sumoi " " Kang Sim To-kouw menangis.

   Pek Mau To-kouw menegakkan kepalanya dan suaranya terdengar lembut namun ketus "Hemm, aku tidak berhak memberi ampun kepadamu, suci. Kau telah membunuh seorang manusia yang tidak berdosa. Kalau mau minta ampun, mintalah ampun kepada Thian. Sekarang pergilah dan jangan berada di sini lebih lama lagi" Pek-Mau To-kouw mengusir sucinya yang mengaku telah membunuh suaminya itu.

   Kang Sim To-kouw menangis. bangkit berdiri lalu berlari keluar sambil terus menangis.

   Setelah Kang Sim To-kouw pergi, barulah Pek Mau To-kouw tenang kembali dan ia merangkap kedua tangan depan dada.

   "Siancai " terima kasih kepada Thian yang telah memberi kekuatan kepada hambanya "" katanya lirih.

   Han Sin kagum sekali. To-kouw ini benar-benar telah memiliki kekuatan batin yang menganggumkan sehingga mendengar pengakuan orang yang membunuh suaminya tidak menjadi mata gelap dan marah.

   "Pang-cu, aku telah mengenal baik puterimu Kim Lan ""

   "Sebetulnya ia bernama Swi Lan, Sicu. Ang Swi Lan dan biasanya ketika kecil menyebut diri sendiri Lan Lan"

   "Ah, begitukah? Aku telah mengenalnya dengan baik dan aku akan mencarinya untukmu"

   "Terima kasih, Cian-sicu. Kau baik sekali. Akan tetapi bagaimana kalau ia tidak percaya jika diberitahu bahwa aku adalah ibu kandungnya?"

   "Hemmm, sulit juga. Bagaimana kalau ia minta bukti?" kata pula Han Sin ragu "Saksi mata satu-satunya, yaitu Thian Ho Hwesio yang menjadi gurunya, telah meninggal dunia"

   "Ah, aku ingat sekarang. Anak itu mempunyai tanda bercak hitam pada telapak kaki sebelah kanan. Itulah buktinya bahwa ia adalah puteriku"

   "Bagus. Terima kasih pangcu. Aku mohon diri untuk segera mencari jejaknya"

   "Selamat jalan, sicu, semoga kau berhasil dan sekali lagi terima kasih atas semua jerih payahmu"

   Han Sin lalu meninggalkan Hwa-li-pang dengan hati gembira. Dia merasa menerima tugas yang amat menggembirakan. Betapa hatinya tidak akan gembira? Dia akan dapat membahagiakan hati gadis yang di cintainya itu dengan berita tentang ibu kandungnya ini.

   ***

   Kaisar Yang Ti melaksanakan niatnya untuk melakukan pembersihan sendiri terhadap bangsa liar yang mengganggu tapal batas utara di Shan-si utara.
Kaisar Yang Ti membawa pasukan yang besar jumlahnya, tidak kurang dari sepuluh laksa orang. Akan tetapi Kaisar ini sama sekali tidak dapat disamakan dengan mendiang ayahnya, Kaisar Yang Cian yang merupakan seorang pendekar dan ahli perang. kaisar Yang Ti sudah terbiasa dengan kehidupan yang berfoya-foya mengejar kesenangan sehingga perjalanan memimpin pasukan inipun tidak ketinggalan ikut pula selir-selirnya tercinta. Perjalanan itu baginya bukan sebagai seorang panglima perang, melainkan seorang yang pergi berpesiar dengan selirnya untuk bersenang-senang.

   Ketika tiba di Shan-si, Kaisar di sambut oleh Gubernur Shan-si, Li Goan. Akan tetapi Li Si Bin tidak ikut menyambut, bahkan meninggalkan kota. Pemuda ini muak melihat sikap kaisar yang demikian angkuh dan demikian royal. Pergi berperang dalam kereta mewah berikut para selirnya. Dalam pandangan pemuda putera gubernur ini, kaisar Yang Ti tidak patut menjadi orang yang di sembah-sembah.

   Gubernur Li Goan dengan hati-hati memperingatkan Kaisar agar meninggalkan selir-selirnya di Tai-goan dan melakukan pembersihan mengutus para panglimanya saja. Akan tetapi Kaisar tidak ambil peduli. Dia hendak memimpin sendiri sambil memamerkan kepada para selirnya betapa "gagahnya" dia membuat aksi pembersihan para pemberontak.

   Hal ini tentu saja menggirangkan hati Lui Couw. Sudah lama sekali putera bekas Kok-su Toat-beng Giam-ong Lui Tat yang menjadi kok-su kerajaan Toba ini menanti saat baik untuk membunuh Kaisar, menggulingkan Kerajaannya dan kalau mungkin merampas tahta kerajaan. Dia bercita-cita mendirikan kembali Kerajaan Toba yang sudah jatuh. Dia sudah berhasil menyingkirkan penghalang utama, yaitu Panglima Cian Kauw Cu dan sekarang dia mendapat kesempatan baik sekali untuk membinasakan Kaisar. Dia tidak puas dengan hasil usahanya menyeret Kaisar ke dalam kehidupan yang hanya mengejar kesenangan belaka. Dan dia sudah menempatkan diri dengan kedudukan sebaik mungkin sehingga sebagai Panglima besar dia menyertai Kaisar Yang Ti mengadakan pembersihan ke utara. dan diam-diam Lui Couw sudah mengadakan persiapan sebaik mungkin. Dia sudah menyusupkan Pak-Te-Ong dan See-Thian-Mo menjadi prajurit karena kedua orang datuk inilah yang bertugas membunuh kaisar pada saatnya.

   Semua itu harus dilakukan dengan hati-hati sehingga kaisar seolah-olah terbunuh oleh pemberontak.

   Gubernur Li Goan dan puteranya yang tidak mau menghadap Kaisar Yang Ti memandang dengan hati prihatin melihat kaisar mereka berangkat ke perbatasan di utara yang berbahaya. Mereka tahu bahwa pihak Turki dan suku-suku Mongol sudah tahu akan gerakan pembersihan itu dan mereka tentu sudah mengatur perang gerilya yang akan membahayakan kedudukan pasukan Kaisar. Maka, Gubernur Li Goan lalu berunding dengan puteranya dan akhirnya Li Si Bin memimpin pasukan istimewa untuk membayangi pasukan kota raja itu dan melindungi kaisar kalau diperlukan.

   Beberapa hari kemudian, pasukan yang sepuluh laksa orang itu tiba di perbatasan utara, dekat dengan daerah Yak-ka. Akan tetapi jauh hari sebelumnya Tar-sukai sudah mendengar berita yang dikirim Li Si Bin akan datangnya pasukan besar itu dan dia sudah mengosongkan perdusunannya, bersembunyi di hutan-hutan dan mengatur barisan untuk melakukan perang gerilya.

   Juga suku-suku lain dan Bangsa Turki yang berada diperbatasan sudah menyingkir dan bersembunyi, akan tetapi bukan melarikan diri melainkan bersiap-siap untuk melakukan perang secara bersembunyi-sembunyi.

   Melihat dusun-dusun yang kosong, kesempatan baik ini dipergunakan Lui-ciangkun untuk menghadap Kaisar Yang Ti" Hamba melaporkan bahwa para pengacau sudah pergi meninggalkan dusun-dusun mereka dan melarikan diri, Yang Mulia. Kami tidak menemukan seorangpun musuh"

   "Hemm, lalu bagaimana baiknya, Lui-ciangkun?" Tanya kaisar.

   "Kita harus membagi-bagi tugas dan pasukan menjadi puluhan regu. Masing-masing melakukan pengejaran dan pembakaran terhadap dusun-dusun yang di tinggalkan, membunuhi ternak yang kita temukan dan membakar habis tanama mereka agar mereka mati kelaparan"

   Kaisar Yang Ti mengangguk-angguk "Bagus, akan tetapi kami ingin memimpin pasukan sendiri untuk mengobrak-abrik dan membinasakan mereka" kata Kaisar itu dengan sikap gagah karena di situ para selirnya juga hadir dan mendengarkan.

   

Sepasang Naga Lembah Iblis Eps 10 Sepasang Naga Penakluk Iblis Eps 20 Sepasang Naga Penakluk Iblis Eps 23

Cari Blog Ini