Ceritasilat Novel Online

Pedang Naga Hitam 6


Pedang Naga Hitam Karya Kho Ping Hoo Bagian 6




   Ternyata ketika dia tiba dihutan bambu itu, malam telah larut sekali dan sebentar saja langit di timur mulai terbakar cahaya kemerahan. Pagi telah mendatang tanpa terasa lagi.

   Pendengaran Han Sin demikian tajamnya sehingga dia telah mengetahui bahwa ada orang sedang berjalan di dalam hutan itu menuju ke tempat ia duduk. Kaki yang menginjak daun-daun bambu itu tetap saja menimbulkan suara walaupun orang itu menggunakan ilmu meringankan tubuhnya. Ia menanti dengan jantung berdebar, kalau yang muncul itu keluarga gila, ketiganya sekalipun, dia tidak akan merasa tegang dan gentar. Akan tetapi yang membuat jantungnya berdebar adalah dugaan bahwa yang muncul itu si nona bermata indah.

   Setelah langkah kaki itu tiba dekat, barulah dia membuka matanya memandang dan degup jantungnya semakin kuat ketika pandang matanya bertemu lagi dengan sepasang mata indah lembut itu.

   Nona baju putih itu telah berada di depannya dan sepagi itu telah kelihatan demikian segar bagaikan setangkai bunga tersiram embun pagi. Han Sin terpesona dan sampai lama dia hanya memandang saja tanpa dapat mengeluarkan suara.

   Kim Lan dapat melihat sikap Han Sin yang bengong seperti orang bingung itu dan ia menduga bahwa sikap Han Sin itu karena rasa takut dan tegangnya, mengira yang datang tentulah keluarga gila yang di takutinya. Kim Lan memegang tangannya ke atas dan menghampiri pemuda itu.

   "Sobat, jangan takut, tenangkan hatimu. Keluarga gila itu telah pergi dan tidak dapat menangkapmu" Ia tersenyum menghibur sedemikian manisnya sehingga Han Sin makin terpesona. Akhirnya dia dapat juga membuka mulut dan bersuara "Ah, nona penolong. Banyak terima kasih atas semua usahamu untuk membebaskan diriku dari cengkraman keluarga gila itu"

   Kim Lan tersenyum "sudahlah, tidak perlu berterima kasih. Semua ini berkat kerjasama yang baik, mendapat bantuan pengemis muda itu dan para anggota Hwa-li-pang. Aku datang ke sini untuk melihat apakah kau sudah dengan selamat tiba di sini dan kedua kalinya, aku ingin bertanya kepadamu"

   Han Sin bangkit berdiri dan kini dia sudah dapat menguasai jantungnya yang berdebar. Dia memandang nona itu dengan sinar mata berseri, hatinya terasa senang bukan main dan senyumnya melebar.

   "Nona hendak bertanya padaku? Tanya lah, apa saja boleh kau tanyakan" jawabnya penuh gairah.

   Kim Lan memandang dengan tajam dan gadis ini mendapat kenyataan bahwa Han Sin tidak lagi kelihatan seperti seorang pemuda tolol seperti ketika masih menjadi tawanan keluarga gila. Ia segera dapat menarik kesimpulan bahwa pemuda ini telah bermain sandiwara dan pada hakekatnya tidaklah bodoh atau tolol. Kini dia kelihatan sebagai seorang pemuda yang cerdik dan lincah gembira.

   "Aku ingin bertanya dimana tempat tinggal keluarga gila itu?"

   "Hemmm, kenapa kau ingin mengetahui tempat tinggal mereka, nona?"

   "Aku ingin berkunjung ke sana"

   Han Sin terkejut dan memandang gadis itu dengan mata terbelalak.

   "Nona, jangan main-main"

   "Siapa yang main-main? Aku memang benar akan berkunjung ke tempat tinggal mereka"

   "Wah, itu berbahaya sekali. Kenapa nona hendak mengunjungi mereka?"

   "Hemmm, aku hendak berusaha untuk menyembuhkan mereka dari sakit gila mereka itu"

   Mata Han Sin makin terbelalak lebar "Eehhh? Tapi...... kenapa nona hendak bersusah payah mengobati orang-orang gila itu?"

   Kim Lan tersenyum, tidak jengkel dengan pertanyaan"pertanyaan yang di berondongkan Han Sin Kepadanya "Heii, aku mengajukan pertanyaan satu kali belum kau jawab, malah kau menghujani aku dengan pertanyaan"

   "Karena pernyataan mu itu amat aneh, nona. Nah, jawablah dulu, kenapa nona hendak mengobati mereka?"

   "Aku melihat bahwa mereka itu bukanlah orang-orang jahat. Biarpun lihai dan gila, mereka tidak pernah merobohkan orang dengan luka berat, apalagi tewas. Dan aku melihat ketidak wajaran dan kegilaan mereka, bukan gila karena otaknya rusak, melainkan gila karena keracunanan. Karena itulah maka aku ingin mengobatinya. Nah, sudah jelaskah jawabanku dan memuaskan hatimu?"

   Han Sin mengangguk-angguk dan pandang matanya memancarkan kekaguman "Sungguh belum pernah aku bertemu seorang yang memiliki pribadi sedemikian tingginya sepertimu nona. Akan tetapi sebelum aku menjawab, ingin kuperingatkan kepadamu bahwa mereka benar-benar gila dan mereka lihai bukan main. Aku khawatir, kau tidak akan dapat mengobatinya, malah kau yang akan menjadi tawanan mereka"

   "Untuk apa mereka menawanku? Yang mereka butuhkan adalah seorang pemuda untuk dijodohkan dengan puteri mereka" kata Kim Lan "Sudahlah sobat, beritahukan padaku dimana tempat tinggal mereka itu"

   "Akan kuberitahukan kalau nona sudah memperkenalkan nama nona. Nona telah bersusah payah menolongku, aku telah berhutang budi, sungguh tidak layak kalau aku tidak mengetahui namamu. Namaku sendiri adalah Cian Han Sin. Nah, maukah nona memperkenalkan nama nona?"

   Dengan senyum penuh kesabaran Kim Lan menjawab "Aku bermarga Kim dan namaku Lan"

   "Nona Kim Lan? Aih sebuah nama yang indah bukan main, sedap di dengar, Nah, kalau ingin mengetahui tempat tinggal mereka, di sebelah selatan bukit yang di sebut, Bukit Siluman. Di Sanalah mereka tinggal menempati sebuah rumah dari kayu dan bambu yang terpencil sendiri. Akan tetapi kuperingatkan padamu, nona Kim Lan, bahwa mendatangi mereka adalah berbahaya sekali"

   "Terima kasih dan tentang bahaya, seorang yang bermaksud baik tidak takut menghadapi bahaya apapun. Aku ingin mnyembuhkan mereka dari sakit gila itu, apa yang perlu kutakuti?" Kim Lan lalu memutar tubuhnya dan berkelebat cepat lenyap dari hutan bambu itu.

   Han Sin tertegun. Seorang gadis yang hebat, pikirnya. Kecantikannya luar biasa, cerdik, pandai ilmu silat dan ilmu pengobatan, bahkan kalau dia tidak salah menduga, gadis itu pun pandai ilmu sihir yang diperlihatkan ketika gadis itu menyamar sebagai pelayan datang ke kamarnya dan membuat Kui Ji tertidur sejenak. Dan di samping semua kehebatan itu, masih di tambah lagi dengan hati yang murni seperti emas. Akan tetapi ia berada dalam bahaya, pikir Han Sin, teringat akan aneh dan gilanya watak keluarga gila itu. Kim Lan terancam bahaya. Pikiran ini membuat Han Sin cepat menyambar buntalan pakaiannya, menggendongnya di punggung dan cepat diapun berlari keluar hutan itu dan membayangi perjalanan gadis berpakaian putih.

   ***

   Pagi itu cerah sekali. Matahari telah naik dan sinar matahari pagi yang hangat menghidupkan itu menyinari permukaan bumi. Seekor burung yang bulunya berwarna kuning dan ekornya hitam berloncatan dari ranting ke ranting, gerakannya menggugurkan mutiara-mutiara embun yang bergantung di ujung daun-daun pohon. Gerakannya lincah sekali dan matanya penuh kewaspadaan mengamati sekelilingnya. Sejak dapat terbang sendiri burung ini telah terlatih oleh lingkungan dan matanya hanya memperhatikan dua hal mencari makanan dan melihat apakah ada bahaya mengancam dirinya. Ia berhenti bergerak dan dengan kecepatan luar biasa paruhnya yang agak panjang berwarna hitam itu meluncur ke depan. Seekor ulat telah di jepit paruhnya. Ulat itu meronta-ronta namun tidak dapat terlepas dan setelah beberapa kali burung itu memukul-mukulkan ulat itu pada ranting pohon, ia lalu membuka paruhnya dan menelan ulat itu. Hukum alam pun terjadilah. Yang mati memberi kekuatan kepada yang hidup.

   Tiba-tiba terdengar suara tawa terkekeh-kekeh dari bawah pohon dan burung itu secepat kilat terbang dan pergi. Gadis itu masih terkekeh-kekeh, sejak tadi dia mengamati gerak gerik burung itu dan entah mengapa ia terkekeh. Mungkin dia melihat sesuatu yang lucu, yang tidak akan terlihat oleh orang lain yang keadaannya tidak sepertinya. Ia adalah Kui Ji, gadis gila itu. Suara tawanya mengerikan bagi orang lain, apalagi tawa itu terdengar di dalam hutan yang jarang di datangi manusia. Tentu akan di sangka tawa siluman.

   Akan tetapi, suara tawa itu terhenti mendadak dan kini ia menangisi entah apa yang di tangisinya tidak ada orang mengetahui, karena ia menangis begitu tiba-tiba tanpa sebab. Tak lama kemudian tangis itupun berubah menjadi tawa lagi. Gadis gila itu seperti terombang-ambing diantara tawa dan tangis. Kita manusia pada umumnya juga di ombang-ambingkan dalam kehidupan ini oleh tawa dan tangis. Hanya jaraknya saja yang agak lama, hari ini tertawa, hari lain menangis, atau setidaknya pagi tertawa sore menangis, sedangkan gadis gila itu menangis dan tertawa bergantian.

   Kim Lan sudah mendengar tawa dan tangis itu ketika ia memasuki hutan di lereng bukit siluman. Gadis yang baru berusia delapan belas tahun ini memang bukan gadis biasa, sikapnya begitu tenang dan tabah. Mendengar suara yang bagi orang lain akan menimbulkan rasa ngeri dan takut itu, ia malah tersenyum. Ada kegirangan terbayang di wajahnya yang jelita. Ia telah menemukan yang di carinya, maka tanpa ragu lagi ia cepat berkelebat ke arah suara tawa dan tangis itu.

   Kim Lan melihat Kui Ji sedang memetik bunga dan mengumpulkan bunga-bunga itu di keranjang. Ia merasa terharu, kegilaan agaknya tidak dapat melenyapkan naluri kewanitaannya yang menyukai bunga. Ketika memperoleh setangkai bunga mawar hutan merah, Kui Ji tertawa girang ,lalu memasang bunga itu di atas rambutnya, kemudian ia menari-nari.

   "Sekarang aku seperti puteri kaisar.............hik-hik-hik, aku menjadi puteri kaisar" ia menari-nari akan tetapi hanya sebentar dan kini ia sibuk lagi mengumpulkan bunga yang di petiknya. Pada saat itu Kim Lan keluar dari balik pohon dan dengan lembut dan hati-hati ia menegur "Enci yang cantik seperti puteri kaisar"

   Kui Ji membalikkan tubuhnya, cepat sekali dan matanya memandang kepada Kim Lan.

   Sukar di duga apa yang berada dalam hatinya ketika ia melihat Kim Lan. Ada heran, kaget, curiga akan tetapi juga gembira.

   "Apa yang kaukatakan tadi?" tanyanya.

   "Kau enci yang cantik seperti puteri kaisar" kata pula Kim Lan sambil melangkah maju mendekat.

   Sepasang mata itu berbinar-binar "Aku memang puteri kaisar, ayahku menjadi kaisar dan ibuku menjadi permaisuri, hik-hik-hik"

   "Kau memang cantik dan hebat, puteri. Akan tetapi kau sedang menderita sakit dan aku datang menghadapmu untuk menolongmu dan mengobatimu"

   Kui Ji berhenti tertawa dan memandang kepada Kim Lan dengan mata bingung "Apa katamu? Aku sakit? Tidak, aku tidak sakit"

   Kim Lan menatap wajah itu dengan sepasang mata yang bersinar-sinar. Ia menggerak-gerakkan jari tangannya dan berkata penuh wibawa "Enci yang baik, kau sedang sakit, sakit berat sekali"

   Kui Ji memandang sepasang mata yang bersinar itu dan diapun kelihatan seperti tertegun dan termenung, lalu berkata perlahan seperti orang berbisik "Ya, aku sakit, sakit berat sekali"

   "Dan aku akan mengobati dan menyembuhkan mu, enci"

   "Ya... ya.... kau akan mengobati dan menyembuhkan aku"

   Kim Lan lalu mengeluarkan segulung tali sutera hitam dari saku bajunya dan ia mengikat kaki tangan Kui Ji dengan tali itu. Kui Ji hanya nampak bingung sejenak, akan tetapi sama sekali tidak melawan ketika kaki tangannya diikat.

   "Untuk mengobatimu, aku harus mengikat kaki tanganmu" katanya.

   "Ya, kau harus mengikat kaki tanganku" Kui Ji berkata seperti orang bermimpi.

   "Tiba-tiba terdengar teriakan melengking dan sesosok bayangan berkelebat. Kim Lan dengan tenang bangkit berdiri sedangkan Kui Ji tetap rebah telentang dengan tangan kaki terikat. Ternyata Liu Si, nenek gila itu telah berada di situ.

   "Kau.... mata-mata musuh. Kau apakan anakku? Kubunuh kau" teriaknya marah dan ia sudah menerjang kepada Kim Lan dengan senjata cambuknya yang meledak-ledak.

   Dengan tenang namun gesit sekali Kim Lan mengelak dengan lompatan ke samping, lalu mengangkat tangannya "sabar dulu, bibi. Aku bukan mata-mata musuh, aku datang untuk mengobati anakmu"

   "Bohong kau. Mata-mata musuh dan hendak membunuh kami semua. Akan tetapi kau tidak dapat membunuh kami. Aku akan membunuhmu lebih dulu, hik-hik-hik" dan nenek itu menyerang lagi, kini lebih dahsyat. Terpaksa Kim Lan melompat jauh ke belakang untuk menghindarkan diri dari pecutan cambuk dan cengkraman tangan kiri itu. Gadis ini lalu mengerahkan kekuatan sihirnya mengangkat kedua tangan dan matanya mencorong lalu membentak dengan suara lantang berwibawa.

   "Bibi, pandanglah aku. Aku harus kau taati. Nah, cepat berlutut dan tunduklah kepalamu. Hayo, taati perintahku"

   Pengaruh yang amat kuat seolah menekan Liu Si. Ia berusaha melawan akan tetapi akhirnya ia menjatuhkan diri berlutut dan menundukkan mukanya. Rambutnya yang panjang riap-riapan itu tergantung sampai menyentuh tanah.

   "Bagus, sekarang aku juga akan mengobatimu karena kau sakit, bibi. Dan untuk pengobatan itu aku harus mengikat kaki tanganmu" kata Kim Lan dan ia menghampiri nenek yang sudah berlutut itu.

   Tiba-tiba sekali, nenek itu terkekeh dan tubuhnya yang berlutut itu dan tubuhnya yang berlutut itu bergerak bangkit dengan cepat, cambuk dan rambutnya menyambar ke depan.

   Kim Lan terkejut bukan main. Tidak di sangkanya sama sekali nenek itu dapat membebaskan diri dari pengaruh sihirnya. Agaknya nenek ini memiliki sin-kang yang sudah kuat sekali sehingga sihirnya hanya sebentar saja dapat mempengaruhinya. Ujung cambuk dan ujung rambut itu menyambar dengan cepat dan kuat. Kim Lan tidak sempat lagi mengelak atau menangkis, maka ia menggerakkan kedua tangannya dan dengan jurus Burung Bangau Mematuk Ular kedua tangan itu mencuat ke depan dan ia sudah berhasil menangkap ujung cambuk dengan tangan kirinya dan ujung rambut dengan tangan kanannya. Liu Si menarik-narik cambuk dan rambutnya akan tetapi Kim Lan mempertahankan. Selagi mereka tarik itu tiba-tiba Liu Si menggerakkan kedua tangan ke depan, membentuk cakar setan hendak mencengkram dada Kim Lan.

   Pada saat yang amat berbahaya bagi Kim Lan itu mendadak muncul Han Sin di belakang Liu Si dan sekali Han Sin menggerakkan jari tangannya menotok, nenek gila itu mengeluh dan roboh terkulai.

   "Sudah kukatakan bahwa mereka itu berbahaya sekali, nona Kim Lan" kata Han Sin.

   "Ah, kau? Terima kasih atas bantuanmu" kata Kim Lan lalu mengeluarkan tali sutera hitam dan mengikat pula kedua kaki tangan Liu Si.

   "Mengapa kau lakukan itu, nona?"

   "Kulakukan apa?" balas tanya Kim Lan.

   "Mengikat kaki tangan mereka"

   "Hemmm, dengan menotok mereka sudah cukup membuat mereka tidak akan memberontak, mengapa harus mengikat mereka?" Han Sin bertanya pula sambil memandang dengan alis berkerut karena dia tidak setuju dengan cara mengikat mereka itu.

   Kim Lan melanjutkan mengikat kaki tangan Liu Si tanpa menjawab. Setelah selesai, barulah ia bangkit berdiri, memandang Han Sin dengan matanya yang indah lalu berkata dengan tenang "Aku sendiri juga tidak suka harus mengikat kaki tangan mereka, akan tetapi apa boleh buat, terpaksa ku lakukan. Kalau menotok mereka hal itu akan mengganggu pengobatanku"

   Kini kedua orang wanita, ibu dan anak itu sudah menyadari akan keadaan diri mereka yang terikat, maka mereka mulai meraung-raung dengan marahnya. Kui Ji berteriak-teriak sambil menangis sedangkan Liu Si berteriak-teriak sambil memaki dan mengancam.

   "Kasihan mereka" kata Han Sin.

   "Sengaja ku biarkan mereka berteriak-teriak untuk mengundang datangnya kakek gila itu. Diapun harus di tangkap dan di ikat seperti ini. Setelah itu barulah aku dapat melaksanakan pengobatan tanpa gangguan" kata Kim Lan.

   "Sebaiknya kalau kita bersembunyi dulu, menanti kedatangannya"

   Gadis itu menyelinap ke balik pohon dan terpaksa Han Sin mengikutinya walaupun hatinya masih ragu apakah perbuatan gadis itu benar. Dia pun bersembunyi di balik pohon, tak jauh dari tempat Kim Lan bersembunyi. Dia memandang kepada gadis itu. Ketika Kim Lan menoleh, dua pasang mata bertemu pandang dan agaknya gadis itu dapat melihat keraguan terbayang dalam pandang mata pemuda itu. Kim Lan tersenyum dan berkata "Bersabarlah, nanti kau akan melihat sendiri caraku ini yang terbaik untuk mengobati mereka"

   "Sssshhhh" desis Han Sin karena dia sudah mendengar teriakan-teriakan dari jauh. Teriakan ini makin dekat dan tak lama kemudian muncullah Kui Mo dengan tongkat di tangannya. Biarpun hatinya merasa tidak puas dengan cara yang dipakai Kim Lan untuk mengobati keluarga gila itu, akan tetapi melihat munculnya Kui Mo, Han Sin menjadi khawatir kalau gadis baju putih itu akan celaka di tangan orang gila yang amat lihai ini. Karena itu dia mendahului keluar dari persembunyiannya menghadapi Kui Mo.

   Kui Mo menggereng marah melihat isterinya dan anaknya dibelenggu, tak berdaya rebah di atas rumput. Ketika tiba-tiba Han Sin muncul, kemarahannya lalu di timpakan kepada pemuda ini.

   "Kau....? Kau telah melarikan diri dan sekarang kau menangkap isteri dan anakku?" Kau memang pantas di hantam dengan tongkatku" Dia menerjang dengan gerakan dahsyat sekali kepada Han Sin.

   Kim Lan yang bersembunyi dan mengintai itu mengenal serangan yang amat dahsyat dan ia terkejut bukan main. Tak disangkanya bahwa orang gila itu demikian hebat ilmu silatnya. Ia mengkhawatirkan keselamatan Han Sin dan siap-siap untuk membantunya.

   Akan tetapi dengan cekatan Han Sin sudah mengelak dari serangan dahsyat itu dengan memainkan ilmu silat Lo-hai-kun (Silat Pengacau Lautan).

   Dia tidak hanya mengelak, akan tetapi juga membalas dengan serangan untuk merobohkan lawan. Perkelahian itu berlangsung seru dan nampaknya ilmu silat Lo-hai-kun itu masih belum mampu menandingi ilmu tongkat Kui Mo. Pemuda itu mulai terdesak oleh hujan serangan tongkat yang dilakukan oleh kakek gila itu. Selagi Kim Lan merasa khawatir dan hendak turun tangan membantu, tiba-tiba Han Sin mengubah gerakan silatnya. Ketika tongkat menyambar dan menusuk ke arah ulu hatinya. Han Sin menangkis dengan dengan gerakan lengan memutar sambil mengeluarkan suara melengking.

   "Krraaakk" Tongkat itu patah-patah dan sebelum kakek itu hilang kagetnya, Han Sin telah berhasil menotok pundaknya, membuat kakek itu terpelanting dan lemas tak mampu bergerak lagi. Han Sin telah mengeluarkan jurus ilmu silat Bu-tek-cin-keng yang hebat. Bukan main kagumnya hati Kim Lan melihat betapa Han Sin dapat merobohkan kakek gila itu tanpa melukainya. Ia sendiri setelah melihat ilmu tongkat kakek itu, merasa tidak sanggup menandinginya. Segera ia meloncat dan sudah siap dengan tali suteranya yang amat kuat itu dan dibantu oleh Han Sin, ia segera mengikat kaki dan tangan Kui Mo.

   Tanpa berkata apapun Kim Lan segera mulai melakukan pemeriksaan kepada tiga orang itu, denyut nadi mereka, pernapasan mereka dan ketika ia menekan tengkuk mereka, tiga orang gila itu mengeluh kesakitan.

   "Hemmm, sudah kuduga. Mereka keracunanan. Sobat Cian Han Sin, apakah tempat tinggal mereka masih jauh dari sini?"

   Han Sin sejak tadi memandang gadis itu yang melakukan pemeriksaan dan dia merasa kagum sekali. Begitu tenang dan percaya penuh kepada diri sendiri.

   Gadis yang hebat, tentang kepandaiannya mengobati, dia tidak sangsi lagi karena dia sendiri yang mengalami kesembuhan dari pengaruh racun ketika di obati oleh gadis bernama Kim Lan ini.

   "Tidak, rumah mereka di lereng sana" jawabnya.

   "Kalau begitu, bantulah aku mengangkut mereka ke sana. Tidak enak mengobati mereka di tempat terbuka seperti ini"

   "Baik, akan ku bawa suami isteri ini dan kau membawa gadis itu" kata Han Sin sambil mengangkat tubuh Kui Mo dan Liu Si lalu di panggul di kedua pundaknya. Kim Lan memandang dengan senang dan sikap Han Sin ini menambah rasa sukanya kepada pemuda yang pandai membawa diri itu. Kalau Han Sin memilih untuk memanggul Kui Ji, maka kesannya tentu lain. Ia pun cepat mengangkat tubuh Kui Ji yang lemas dan memanggulnya. Tiga orang yang tidak waras otaknya itu memaki-maki di sepanjang perjalanan, akan tetapi karena mereka tidak mampu menggerakkan kaki tangan mereka, mereka pun tidak dapat berbuat sesuatu.

   Setelah tiba di rumah besar sederhana itu, mereka lalu merebahkan tiga orang gila itu di atas pembaringan. Han Sin mengeluarkan tiga pembaringan dari dalam kamar dan menjajarkan tiga tempat tidur di ruangan tengah dan di situlah tiga orang itu direbahkan.

   Dengan demikian, Kim Lan akan lebih mudah mengobati mereka dalam waktu yang bersamaan.

   "Tolong jaga mereka, aku akan mencari air" kata Kim Lan. Han Sin mengangguk dan gadis itu lalu pergi ke bagian belakang rumah itu, mencari dapur karena disana tentu ada persediaan air minum keluarga itu.

   Ketika ia memasuki dapur rumah itu, ia mengerutkan alisnya dan hidungnya yang macung itu berkembang kempis karena ia mencium sesuatu yang baunya aneh dan keras. Kemudian setelah mencari-cari, ia menemukan sumber bau itu, di atas tanah, tumbuh banyak sekali jamur yang warnanya merah darah. Kim Lan tertarik sekali, lalu berjongkok memeriksa jamur-jamur itu dan ia lalu mengangguk-angguk. Kini mengertilah ia mengapa keluarga itu menjadi gila. Gurunya pernah bercerita kepadanya tentang "jamur darah" ini, semacam jamur langkah yang mengandung racun.

   Racun jamur merah ini dapat membikin orang yang memakannya menjadi mabok dan lama kelamaan menjadi kacau pikirannya. Akan tetapi menurut gurunya, jamur darah ini rasanya memang lezat sekali.

   Kim Lan mencabut sebatang jamur, lalu setelah menemukan tempat air dan membawa air sepanca dan membawa pula sebuah mangkok kosong, ia kembali keruangan tengah "Aku telah menemukan sebab dari kegilaan mereka" katanya lembut kepada Han Sin sambil menyerahkan sebatang jamur merah itu.

   Han Sin menerima jamur itu dan memeriksanya dengan heran. Belum pernah dia melihat jamur dengan warna seperti itu. Merah darah.

   "jamur apakah ini?" tanyannya sambil memandang kepada gadis itu.

   "Namanya jamur darah yang rasanya lezat. Kalau orang membiasakan diri makan jamur ini, lambat laun pikirannya akan menjadi kacau. Akan tetapi mudah-mudahan saja aku akan dapat menyembuhkan mereka"

   Kim Lan mengeluarkan sebungkus obat bubuk berwarna kuning, menuang sedikit obat itu ke dalam mangkok lalu mencampurnya dengan air seperampat mangkok.

   "Saudara Han, tolong kau minumkan ini kepada kakek itu. Tentu dia akan menolak, akan tetapi buka mulutnya dan tuangkan semua isinya sampai memasuki perutnya"

   Han Sin menerima mangkok itu dan menghampiri Kui Mo. Kakek gila ini memandang kepadanya dengan mata melotot "Kau bocah gila, mau apa kau?"

   "Paman yang baik, Nona Kim Lan yang budiman ini akan mengobati kau sekeluarga, maka silahkan minum obat ini"

   "Tidak, aku tidak sudi. Minum obat. Ha-ha-ha, aku tidak sakit, minumlah sendiri"

   Akan tetapi dengan tangan kirinya Han Sin memegang rahang Kui Mo dan memaksanya membuka mulut, lalu dituangkan isi mangkok kedalam mulutnya. Kui Mo tersedak-sedak dan terbatuk-batuk, akan tetapi semua obat itu tertelan olehnya.

   "Ugh-ugh, bocah gila. Kubunuh kau........." Dia memaki-maki.

   Kim Lan lalu memaksa pula Liu Si dan Kui Ji minum obat dari mangkok, Tak lama kemudian, ketiga orang ini sudah terkulai lemas dalam keadaan pingsan atau tertidur. Kiranya obat yang ia berikan kepada keluarga gila itu adalah semacam obat bius yang kuat sekali.

   "Kenapa mereka harus dibikin tidak sadar?" Han Sin bertanya heran.

   "Mereka adalah orang-orang yang pikirannya kacau. Kalau tidak di bius dulu, mereka tentu akan melawan pengobatan itu sendiri. Nah, sekarang tolong kau buka baju kakek itu. Cukup asal kelihatan pundak dan tengkuknya saja" kata Kim Lan sambil mempersiapkan jarum-jarum emas dan peraknya.

   Han Sin membuka baju atas Kui Mo, menurunkannya sedikit agar pundak dan tengkuknya terbuka, sedangkan Kim Lan menurunkan baju atas Kui Ji dan ibunya, Liu Si. Setelah itu, dengan hati-hati namun cekatan sekali, Kim Lan mulai menancapkan jarum-jarumnya pada pelipis, atas kepala, tengkuk dan dada mereka. Sampai habis semua jarumnya di tancapkan di tubuh atas mereka. Lalu secara bergiliran ia menjepit jarum dengan ibu jari dan telunjuknya, menggetarkan sejenak. Setelah itu, ia duduk menanti dan hanya memandang kepada tiga orang yang rebah seperti orang tidur itu.

   Suasana menjadi hening dan sejak tadi Han Sin mengamati dengan hati kagum. Gadis itu melakukan penusukan jarum-jarum dengan gerakan yang demikian mantap tanpa ragu sedikitpun dan ini hanya menunjukkan bahwa gadis itu telah mahir sekali dengan cara pengobatan itu. Setelah melihat gadis itu duduk, tidak bicara apapun dan sama sekali tidak menoleh kepadanya, Han Sin tidak dapat menahan hatinya untuk tenggelam ke dalam keheningan itu.

   "Nona Kim Lan, berapa lamakah mereka akan pulas dan apakah pengobatan ini akan dapat menyembuhkan mereka?"

   Kim Lan menoleh dan dua pasang mata bertemu pandang. Pandang mata gadis itu demikian lembut dan bibirnya yang merah basah itu tersenyum penuh kesabaran. Wajah itu demikian cantik dan agung sehingga untuk kesekian kalinya Han Sin terpesona. Akan tetapi wajah seperti itu tidak menimbulkan gairah rangsangan birahi, melainkan membuat orang tunduk dan menaruh hormat.

   "Obat bius yang mereka minum tadi kuat sekali dan sebelum tiga jam, mereka tidak akan sadar. Sementara itu, penusukan jarum-jarum ini akan membuka jalan darah mereka. Dalam obat bius tadi juga terdapat obat penawar racun yang kuat. Melihat bahwa mereka telah memiliki sin-kang yang kuat, maka sekali mereka dapat sadar kembali, dengan sin-kang mereka itu mereka akan dapat mengusir pengaruh racun itu dari tubuh mereka.

   "Dan mereka akan sembuh?"

   "Kalau Tuhan menghendaki" jawaban ini membuat Han Sin tertegun. Gadis ini pandai sekali akan tetapi ia rendah hati dan bersandar kepada Tuhan.

   "Apa maksudmu mengatakan kalau Tuhan menghendaki?" Han Sin sengaja memancing.

   "Kalau Tuhan menghendaki, tidak ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan, akan tetapi kalau Tuhan menghendaki pula, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan suatu penyakit. Semua bergantung kepadanya"

   Mendengar pendapat yang sama dengan yang selama ini dia pelajari dari gurunya, Han Sin menjadi semakin tertarik "Nona Kim Lan, bukankah obat-obat untuk menyembuhkan penyakit itu ditemukan oleh manusia dan penyembuhan juga dilakukan oleh manusia menggunakan obat-obat tertentu?"

   "Benar, memang manusia berkewajiban untuk berusaha menjaga kesehatannya dan menyembuhkan penyakit. Akan tetapi keputusan terakhir berada di tangan Tuhan dan manusia tidak mungkin dapat mengubah keputusan itu. Semua usaha dan sepak terjang manusia, baru akan menghasilkan suatu kebaikan kalau di dukung dan di bimbing kekuasaan Tuhan"

   "Aih, Nona Kim Lan. Kau bicara seperti seorang pendeta saja" kata Han Sin kagum.

   Kim Lan tersenyum "kehidupan adalah pengalaman setiap orang manusia, apakah untuk mengenalnya kita harus lebih dulu menjadi pendeta? Saudara Cian Han Sin, setiap orang sepatutnya menyadari akan kekuasaan Tuhan yang berada di dalam dan diluar dirinya, yang menguasai dan mengatur segala yang nampak"

   Kalau wajah dan sikap gadis itu sudah mendatangkan kekagumannya, kini ucapan gadis itu membuat Han Sin menghormatinya. Dia bangkit dari kursinya dan memberi hormat.

   "Pandangan hidup yang diucapkan nona sungguh tepat dan menganggumkan, aku menaruh hormat yang mendalam"

   Kim Lan masih tersenyum "Sudahlah, saudara Han, kau sendiri seorang pendekar yang gagah perkasa dan budiman, tentu sudah mengetahui akan semua itu. Kau pandai dan lihai akan tetapi rendah hati. Akupun kagum padamu. Nah, sekarang kita harus bersiap-siap untuk meninggalkan mereka"

   "Meninggalkan mereka?" tanya Han Sin heran.

   "Tentu saja. Apakah kau ingin melihat mereka terbangun dalam keadaan sadar bahwa mereka berpakaian aneh-aneh dan bersikap tidak wajar? Mereka tentu akan merasa malu sekali. Aku akan meninggalkan surat untuk menjelaskan semua keadaan mereka agar mereka tidak menjadi bingung. Sementara itu, harap kau suka pergi ke dapur dan mencabuti dan membuang jauh-jauh semua jamur darah itu"

   Han Sin mengerti apa yang dimaksudkan gadis itu dan diapun mengangguk "Baik, akan ku basmi semua jamur berbahaya itu"

   Han Sin pergi ke belakang dan mudah saja baginya untuk menemukan jamur yang tumbuh di sudut belakang dapur itu. Dicabutinya semua jamur merah itu, dimasukkan dalam sebuah keranjang besar yang terdapat di situ. Setelah semua jamur habis dia cabuti, dia lalu membawa keranjang itu keluar melalui pintu dapur dan membuangnya ke dalam jurang yang dalam, kemudian dia kembali ke ruangan tengah dimana Kim Lan baru saja selesai menulis sehelai surat. Surat itu ia letakkan di atas meja dan dari tempat dia berdiri Han Sin dapat melihat betapa indahnya coretan tulisan tangan gadis itu. Mereka lalu melepaskan semua ikatan tiga orang itu.

   "Nah, sekarang kita harus pergi. Kalau kita berada di sini sewaktu mereka terbangun dalam keadaan sadar, hal ini tentu akan membuat mereka malu sekali dan mungkin akan membuat mereka menjadi bingung, bahkan marah. Dari sini, kita harus berpisah, saudara Han Sin"

   Pedang Naga Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Berpisah?" Han Sin tertegun "Mengapa harus berpisah, nona?"

   "Tentu saja, kita harus melanjutkan perjalanan kita masing-masing"

   Han Sin tersenyum "Aih, nona mengapa kita harus berpisah. Kita dapat melakukan perjalanan bersama. Aku masih ingin bersamamu lebih lama lagi, ingin lebih mengenalmu"

   Rasa kagumnya itu jelas nampak dalam pandang matanya.

   Kim Lan menundukkan mukanya "Tidak baik bagi kita untuk melakukan perjalanan bersama, saudara Han Sin dan kau tentu mengetahui itu. Seorang gadis melakukan perjalanan bersama seorang pemuda, bagaimanakah akan anggapan orang terhadap kita? Pula kita memiliki tugas kita masing-masing. Kau seorang pendekar, tentu akan selalu berusaha membela kebenaran dan keadilan, membela yang tertindas dan menentang yang jahat. Sedangkan aku sebagai seorang yang mengerti akan ilmu pengobatan, aku akan berusaha menolong dan mengobati orang-orang yang menderita sakit"

   Tiba-tiba Han Sin teringat akan tugasnya mencari Pedang Naga Hitam dan mencari pembunuh ayahnya di utara. Dia menghela napas panjang dan berkata "Baiklah, kalau begitu nona. Akan tetapi tugasku mengharuskan aku pergi ke daerah Shansi di utara, kalau kebetulan kau juga menuju ke sana, apa salahnya kita melakukan perjalanan berdua? Dengan demikian, maka kita dapat saling membantu dan tentu akan lebih aman. Adapun mengenai pendapat orang, hal ini tidaklah penting. Yang penting kita menyadari sepenuhnya bahwa kita tidak melakukan sesuatu yang tidak pantas"

   "Aku tidak sedang menuju ke utara, melainkan ke timur. Jalan kita bersimpang, saudara Han Sin. Karena itu selamat berpisah, kita harus cepat pergi sebelum mereka sadar" gadis itu sudah mengambil buntalan pakaiannya, lalu melangkah ke pintu.

   "Nanti dulu nona. Ada satu hal lagi, sebuah permintaan dan kuharap kau suka memenuhi permintaanku ini"

   "Permintaan apa? Kalau hal itu pantas dan dapat kulakukan, tentu aku tidak keberatan untuk memenuhinya"

   "Aku minta agar kita berdua menjadi sahabat. Maukah kau menerimaku sebagai seorang sahabat?"

   Kim Lan tersenyum manis "Kita sudah bekerjsama dan sudah menjadi sahabat, bukan?"

   "Jadi kau menganggap aku seorang sahabatmu?"

   "Tentu saja"

   "Kalau begitu, mengapa kita masih bersungkan-sungkan satu sama lain? Bagaimana kalau kita saling menyebut kakak dan adik? Setujukah kau?"

   "Tentu saja aku setuju"

   "Bagus. Nah, mulai sekarang aku akan menyebutmu Lan-moi"

   "Dan aku menyebutmu, Sin-ko"

   Han Sin tertawa gembira" selamat berpisah, Lan-moi, selamat jalan dan sampai bertemu kembali "Dia mengangkat kedua tangan depan dada.

   "Selamat jalan dan selamat berpisah, Sin-ko" kata gadis itu dan cepat sekali ia berkelebat keluar dari rumah itu.

   Han Sin juga mengambil buntalan pakaiannya, akan tetapi sebelum keluar dari rumah itu, die tertarik melihat tulisan yang indah dari Kim Lan, maka diapun membawa surat yang ditinggalkan Kim Lan untuk keluarga itu.

   "Salam bahagia, Kami mendapatkan kenyataan bahwa kalian bertiga keracunan hebat oleh jamur darah yang mebuat kalian kehilangan akal dan bersikap tidak wajar. Kami telah membasmi jamur darah itu dari dapur dan mengobati kalian, mudah-mudahan pengobatan kami dapat menyembuhkan kalian. Kalau kalian sembuh, tidak usah mencari kami dan berterima kasihlah kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

   Demikian bunyi tulisan itu, tanpa disebutkan nama penulisnya. Han Sin tersenyum. Kalau keluarga itu nanti sadar dan sudah waras kembali, tentu mereka bingung dan heran sekali keadaan pakaian dan tempat tinggal mereka. Dan dengan membaca surat itu mereka akan menyadari apa yang telah terjadi dengan mereka. Kim Lan memang cerdik, dan rendah hati. Kiranya sukar menemukan seorang gadis seperti Kim Lan. Sayang, gadis itu telah meninggalkannya. Dia ingin sekali mengetahui asal usul gadis itu, mendengar tentang riwayat hidupnya, dan siapa pula gurunya.

   Han Sin melihat Kui Mo mulai menggerakkan tubuhnya dan cepat dia melompat keluar ruangan dan rumah itu dan menggunakan ilmu berlari cepat untuk menuruni bukit itu menuju ke utara.

   Sementara itu, Kui Mo yang lebih dulu sadar dari pembiusan itu. Karena memang dia memiliki sin-kang paling kuat diantara mereka bertiga. Dia mengeluh lirih, menguap dan bangkit duduk, menggosok kedua matanya seperti orang baru bangun dari tidurnya. Pertama-tama yang terlihat olehnya adalah pakaiannya. Dia meloncat turun dari pembaringan sambil memeriksa seluruh pakaiannya. Dia terheran-heran.

   "Kenapa aku memakai pakaian seperti ini?" gerutunya dan dia kini memandang sekeliling. Dilihatnya Liu Si dan Kui Ji terlentang diatas pembaringan masih-masing. Dia terkejut dan sekali bergerak dia sudah mendekati pembaringan mereka. Dia menotok beberapa jalan darah di tengkuk isterinya dan totokan itu membantu Liu Si memperoleh kesadarannya kembali. Wanita itupun bangkir duduk, memandang kepada Kui Mo dengan mata terbelalak.

   "Kau...?" Kemudian ia menundingkan telunjuknya ke arah tubuh suaminya "Kenapa engaku memakai pakaian seperti itu?"

   Kui Mo menjawab "Lihat pakaianmu sendiri itu"

   Ketika Liu Si melihat pakaiannya ,ia pun meloncat turun dari atas pembaringan "Apa yang telah terjadi? Bagaimana ini? Dan dimana anak kita?"

   "Ia rebah di sana" kata suaminya dan mereka berdua menghampiri gadis yang masih tidur itu. Mereka lalu menotok jalan darah Kui Ji dan menyadarkannya. Seperti ayah ibunya, Kui Ji juga terheran-heran melihat pakaian mereka.

   "Ayah, Ibu. Apa yang terjadi? Kita ini berada dimana dan rumah siapa ini? Pakaian kita ini.... ahhh....."

   "Tenanglah, Kui Ji, sesuatu yang hebat telah terjadi pada kita" kata Kui Mo.

   Kui Ji menghampiri meja dan hendak duduk, akan tetapi ia melihat sehelai surat itu dan bereru "Ayah, Ibu, ini ada sehelai surat"

   Mereka bertiga lalu membacanya, dan setelah membaca, ketiganya duduk di kursi menghadapi meja itu dengan bengong.

   Kita keracunan jamur darah? Kehilangan akan dan bersikap tidak wajar? Apa yang dimaksudkan penulis surat ini? Apakah kita telah menjadi gila?" Kui Mo berkata penasaran.

   "Hemmm, melihat pakaian kita ini, memang pantas kalau kita di anggap gila. Akan tetapi, apa yang terjadi sesungguhnya? Seingatku, ketika kita melarikan diri dari selatan, setelah Kerajaan Sung di taklukan Kerajaan Sui, kita menyamar sebagai pengungsi dan berpindah-pindah tempat agar jangan di kenal orang. Dan yang terakhir sekali...... rasanya kita tinggal dalam sebuah guha, di sebuah diantara puncak-puncak Hoa-San, bahkan tidak jauh dari perkumpulan Hwa-li-san yang terdiri dari wanita-wanita gagah " kata Liu Si mengingat-ingat.

   "Ah, samar-samar aku ingat sekarang" kata Kui Ji sambil memejamkan matanya, mengingat-ingat" Disekitar puncak bukit itu pemandangannya amat indah, banyak sekali kembang beraneka warna. Kita semua merasa senang tinggal di situ"

   "Benar, akupun ingat sekarang. Kita memilih tempat itu untuk menjadi tempat tinggal dan kita menebangi pohon dan bambu untuk membuat rumah ini. Ya, aku ingat. Dan ketika kita membangun rumah, kita menemukan jamur kemerahan yang sedap baunya. Kita mencoba untuk memasaknya dan ternyata rasanya gurih dan lezat seperti daging ayam. Ya, kita setiap hari memasak jamur merah itu......" kata Kui Mo.

   "Agaknya itulah jamur merah yang dimaksudkan penulis surat ini" sambung isterinya.

   "Dan akibatnya kita kehilangan akal, kehilangan kesadaran dan hidup seperti orang-orang yang tidak waras pikirannya. Kita menjadi seperti orang -orang gila" kata Kui Mo "Ya, Tuhan. Apa saja yang kita lakukan ketika kita dalam keadaan seperti itu?"

   "Aku tidak ingat lagi, sama sekali tidak ingat" kata isterinya.

   "Aku juga tidak ingat ayah" kata Kui Ji.

   Kui Mo menghela napas panjang dan melihat rambutnya yang riap-riapan.

   "Aihhh, sungguh mengerikan. Juga rambutmu itu, dan rambut Kui Ji.... ah, kita hidup seperti binatang buas. Entah, sudah berapa bulan atau berapa tahun kita hidup seperti itu "

   "Ayah, seingatku kita menyimpan banyak pakaian ketika kita tiba di guha itu"

   "Kau benar. Mari kita cari guha itu, agaknya tidak jauh dari sini"

   Mereka bertiga keluar dari rumah itu dan segera mengenal tempat itu yang di tumbuhi banyak pohon dan kembang. Setelah mereka ingat, mudah saja mereka dapat menemukan guha itu dan ternyata di dalam guha itu mereka dapat menemukan pakaian mereka dalam keadaan masih utuh. Juga sekantung emas dan perak yang dahulu menjadi bekal mereka ketika mengungsi ke utara.

   Kui Mo ini sebetulnya bernama Ouw Yung Mo, seorang bangsawan Kerajaan Sun di selatan yang telah di tundukkan oleh Kaisar Yang Chien. Dia adalah putera dari Kok-su (Penasehat Negara) Ouw Yang Kok-su dari Kerajaan Sun. Dia telah mewarisi semua ilmu silat yang tinggi dari ayahnya. Ketika Kerajaan Sun di serbu pasukan Sui dan dikalahkan, Ouyang Mo mengajak isterinya dan puterinya untuk melarikan diri. Karena dia khawatir kalau-kalau dia dia di kenal sebagai putera Ouwyang Kok-su, maka dia mengubah nama marganya menjadi Kui. Setelah meninggalkan daerah Sun, dia berpindah-pindah dan akhirnya tiba di Hwa-san. Sungguh sial nasib keluarganya, di sini mereka menemukan jamur darah dan memasaknya, memakannya setiap hari sehingga ketiganya menjadi seperti orang gila dan hidup seperti itu selama hampir dua tahun. Setelah di obati oleh Kim Lan mereka sembuh kembali, akan tetapi mereka tidak ingat lagi apa yang mereka lakukan selama mereka berada dalam keadaan sinting itu. Hal ini menguntungkan bagi mereka, karena kalau mereka ingat akan semua sepak terjang mereka selama mereka sinting, tentu mereka akan merasa malu. Terutama Kui Ji yang memaksa Han Sin menjadi suaminya. Padahal, ia adalah seorang gadis yang terpelajar, seperti gadis-gadis bangsawan pada umumnya.

   Setelah bertukar pakaian, dengan pakaian mereka yang biasa, yaitu pakaian rakyat biasa, bukan pakaian bangsawan, mereka membawa semua barang itu ke dalam rumah besar sederhana itu dan mereka bertiga duduk di kursi menghadapi meja untuk membicarakan keadaan mereka.

   "Sekarang jelaslah sudah" kata Kui Mo atau Ouwyang Mo" Kita kehilangan akal setelah makan jamur darah, agaknya dalam keadaan sinting itu kita melanjutkan bangunan ini. Kita sudah lupa akan guha tempat tinggal kita dimana kita meninggalkan barang-barang itu"

   "Akan tetapi, bagaimana kita tahu"tahu memakai baju berkembang-kembang yang potongannya aneh itu?" tanya Kui Ji. Setelah kini membersihkan diri dan menggelung rambutnya gadis ini nampak cantik sekali.

   "Agaknya begini" kata ibunya "Diluar terdapat banyak sekali bunga yang indah-indah dan agaknya pemandangan itu amat mempengaruhi batin kita yang kacau. Dengan ilmu kepandaian kita, tidak sukar bagi kita untuk mendapatkan kain berkembang-kembang yang kita ambil dari toko kain di dusun atau kota kaki pegunungan ini dan dalam keadaan sinting itu tentu saja kita membuat pakaian asal jadi saja"

   "Jadi kita telah melakukan pencurian, ibu?" tanya Kui Ji sambil memandang kepada ibunya dengan mata terbelalak. Sukar ia membayangkan pergi bersama ayah ibunya untuk mencuri kain bahan pakaian.

   "Kalaupun kita melakukannya, hal ini kita lakukan diluar kesadaran kita selagi kita dalam keadaan sinting karena pengaruh jamur darah" ayah menghibur "akan tetapi yang membuat hatiku penasaran, siapakah penulis surat ini yang telah mengobati kita sampai sembuh? Aku ingin sekali dapat bertemu untuk menghaturkan terima kasih.

   Liu Si mengambil surat itu dari meja dan mengamati tulisan itu. Hemmm, tidak salah lagi, penulisnya tentulah seorang wanita, begini lembut dan rapi"

   "Ayah, orang yang mampu mengobati kita tentulah seorang yang memiliki ilmu pengobatan yang tinggi. Apakah ayah tidak dapat menduga siapa orang yang memiliki kepandaian seperti itu?"

   Kui Mo menghela napas panjang "Memang, yang mampu mengobati kita tentu orang yang bukan saja memiliki ilmu pengobatan tinggi, akan tetapi juga ilmu silat yang tinggi. Lihat saja, dipembaringan kita masih terdapat tali"tali sutera agaknya ketika di obati, orang itu menangkap kita lebih dulu dengan kepandaian silatnya. Kalau tidak, mana mungkin kita yang sedang sinitng mau dia obati? Dan seingatku orang yang memiliki ilmu pengobatan dan ilmu silat tinggi tidaklah banyak. Pernah di utara dunia kang-ouw mengenal seorang hwe-sio yang aneh dan dia memiliki ilmu pengobatan dan ilmu silat yang tinggi, nama julukannya Siauw-bin Yok-sian (Dewa Obat Muka Tertawa).

   "Akan tetapi tidak mungkin surat ini di tulis oleh tangan seorang pria" Liu si membantah.

   "Itulah yang membingungkan. Mungkin yang menolong kita tidak hanya satu orang karena betapapun lihainya Siauw-bin Yok-sian, bagaimana mungkin dia mampu menangkap kita bertiga sekaligus?"

   Tiga orang itu termenung dan tiba-tiba Kui Ji berseru "Ah, ayah dan ibu. Kenapa kita tidak menanyakan kepada Hwa-li-pang? Yang paling dekat dengan tempat ini dan merupakan pusat perkumpulan orang gagah hanyalah Hwa-li-pang. Sangat boleh jadi mereka mengetahui siapa penolong kita"

   Kui Mo bangkit berdiri dan bertepuk tangan "Ah, benar juga. Kenapa aku melupakan hal itu? Andaikata mereka tidak mengetahuipun, mungkin orang yang menolong kita itu singgah di sana. Mari kita pergi berkunjung ke Hwa-li-pang"

   Demikian lah, keluarga itu berlari cepat meninggalkan tempat itu dan menuju ke Hwa-li-pang yang berada di lereng bukit depan. Kini mereka sama sekali berubah. Tidak lagi mengenakan pakaian menyolok berkembang-kembang, tidak lagi bersikap liar, bahwa Kui Mo dan Liu Si masih belum dapat meninggalkan sama sekali sikap mereka yang berwibawa sebagai orang bangsawan.

   ***

   Pek Mau To Kouw merasa lega dan girang sekali ketika keluarga gila itu meninggalkan Hwa-li-pang. Akan tetapi ada sesuatu yang menjadi ganjalan di hatinya, yang membuatnya kecewa, yaitu perginya Kim Lan gadis berpakaian putih itu dari Hwa-li-pang dengan tiba-tiba. Gadis itulah yang telah menolong Hwa-li-pang terbebas dari kekuasaan keluarga gila yang pergi dengan kemauan mereka sendiri sehingga tidak marah kepada Hwa-li-pang. Siasat yang dilakukan gadis itu berhasil dengan baik dan Pek Mau To Kouw merasa kagum sekali kepada gadis itu. Ia ingin mengenalnya lebih dekat, bertanya siapa guru gadis yang lemah lembut dan cerdik itu. Akan tetapi sayang sekali, setelah keluarga gila itu pergi tanpa pamit, gadis itupun lolos tidak diketahui kemana perginya. Akan tetapi hal ini bahkan menambah kekagumannya. Lolosnya gadis itu secara diam-diam setelah usaha pertolongannya terhadap Hwa-li-pang berhasil menunjukkan bahwa gadis itu tidak ingin di puji-puji. Perbuatannya yang menolong itu sama sekali tanpa pamrih.

   Beberpa hari kemudian, selagi Pak Mau To Kouw duduk di ruangan dalam, dua orang anggota Hwa-li-pang tergopoh-gopoh datang menghadapnya.

   "Hemmm, tenangkan hati kalian, apa yang terjadi maka kalian bingung dan takut?"

   "Celaka pang-cu, mereka datang lagi" kata seorang diantara mereka.

   Pek Mau To Kouw memandang kepada mereka penuh selidik "Mereka siapa?" tanyanya, sikapnya masih tenang.

   "Mereka.... keluarga gila itu, pang-cu. Mereka datang lagi dan mencari pang-cu"

   Wajah Pek Mau To Kouw berubah dan alisnya berkerut "Hemmmm, mereka datang lagi? Jangan gugup, cepat beritahu semua anggota Hwa-li-pang agar bersiap-siap. Kita tidak dapat mengalah terus. Sekali ini aku terpaksa melawan dengan mengerahkan seluruh anggota Hwa-li-pang. Cepat laksanakan perintahku"

   "Baik, pang-cu" dua orang anggota itu cepat pergi dan Pek Mau To Kouw sendiri membawa kebutannya yang berbulu merah, segera keluar untuk menyambut keluarga gila itu. Ia melihat para anggota dalam keadaan panik dan ketakutan. Ketika tiba di depan rumah induk, ia melihat mereka bertiga sudah berdiri di sana. Pek Mau To Kouw tertegun, keheranan. Akan tetapi ia terus menghampiri mereka dan kini ia sudah berhadapan dengan mereka.

   Tiga orang itu segera mengangkat kedua tangan ke depan dada memberi hormat dan Kui Mo bertanya dengan suara dan sikap menghormat.

   "Apakah toa-nio yang menjadi pang-cu dari Hwa-li-pang?"

   Pek Mau To Kouw tentu saja merasa terkejut dan heran bukan main. Cepat-cepat ia membalas penghormatan mereka dan mendengar pertanyaan itu ia berkata" Siancai.... saya memang pang-cu dari dari Hwa-li-pang. Dan sam-wi (anda bertiga) ini... siapakah?" ia sengaja melayani, sikap mereka yang seolah tidak mengenalnya. Padahal ia tentu saja segera mengenal tiga orang itu sebagai keluarga gila walaupun kini pakaian mereka tidak aneh-aneh dan rambut mereka juga disisir rapi.
Kui Mo menjawab" saya bernama Kui Mo, isteri saya ini bernama Liu Si dan ini puteri kami Kui Ji"

   Pek Mau To Kouw benar-benar tertegun keheranan. Bagaimana mungkin dalam waktu beberapa hari saja tiga orang keluarga gila ini tiba-tiba menjadi sembuh dan pulih seperti orang-orang biasa?.

   "Keperluan apakah yang membawa Kui-sicu bertiga berkunjung ke tempat kami?" tanya to-kouw itu.

   "Kami sengaja berkunjung untuk minta tolong kepada pang-cu agar dapat memberitahu kepada kami tenatang orang yang telah menolong keluarga kami"

   Kini yakinlah hati Pek Mau To Kouw bahwa tiga orang ini memang benar keluarga gila yang agaknya telah sembuh dari kegilaan mereka dan tidak ingat lagi apa yang telah mereka lakukan selama mereka gila. Ia melihat para anggota Hwa-li-pang sudah berkerumun di situ, siap dengan senjata mereka untuk mengeroyok keluarga gila itu.

   Ia merasa tidak enak dan memberi isyarat dengan tangan agar mereka itu mengundurkan diri, kemudian ia berkata dengan sikap ramah kepada Kui Mo.

   "Kui-sicu bertiga, sebaiknya kalau hendak membicarakan sesuatu, kita bicara di dalam saja. Silahkan, harap sam-wi suka masuk dan bicara di dalam ruangan tamu"

   "Terima kasih" kata tiga orang tamu itu yang melangkah mengikuti to-kouw itu memasuki sebuah ruangan dan di sana mereka dipersilahkan duduk. Seorang anggota Hwa-li-pang segera datang membawa hidangan minuman teh.

   "Nah, sekarang dapat sicu ceritakan, bantuan apa yang kiranya dapat kami berikan" kata Pek Mau To Kouw ramah.

   "Kami mencari seorang pendekar kang-ouw yang pandai dalam ilmu pengobatan. Barangkali dia singgah ke sini atau pang-cu mengenalnya. Terus terang saja kami sekeluarga tadinya berada dalam keadaan sakit parah sekali. Kami telah di tolong oleh pendekar itu, diobati sampai sembuh kemudian dia pergi dan kami bertiga sudah tidak ingat lagi siapa dia. Maklumlah bahwa tadinya kami sakit yang mebuat kami tidak ingat apa-apa lagi.

   Pek Mau To Kouw mengangguk-angguk, mengerti dan dapat menduga apa yang telah terjadi "Siancai...... apakah sam-wi sama sekali lupa apa yang terjadi sebelumnya? Lupa apa yang telah sam-wi lakukan selama ini?"

   Liu Si yang menjawab "Kalau kami ingat, tentu tidak akan bertanya kepada pang-cu. Kami tidak ingat apa-apa lagi, seolah baru sadar dari tidur"

   "Kalau begitu, saya hendak menceritakan apa yang telah terjadi di sini, akan tetapi saya harap sam-wi tidak akan menjadi tersinggung"

   Tiga orang itu memandang kepada Pak Mau To Kouw dengan mata bersinar penuh harapan. Justru mereka hendak mengetahui apa yang terjadi sewaktu mereka seperti orang-orang gila itu.

   "Ceritakanlah pang-cu. Kami berjanji tidak akan tersinggung, bahkan berterima kasih sekali" kata Kui Mo.

   Melihat sikap mereka, Pek Mau To Kouw tidak ragu-ragu lagi untuk bercerita. Beberapa hari yang lalu, sam-wi sudah datang ke tempat kami ini, akan tetapi keadaan sam-wi tidak seperti sekarang, Sam-wi mengenakan pakaian kembang-kembang, rambut sam-wi awut-awutan dan sikap sam-wi menakutkan" Pekl Mau To kouw berhenti dan mengamati wajah mereka bertiga.

   "Penampilan kami menunjukkan bahwa kami bertiga berada dalam keadaan gila, bukan? Hal itu telah kami ketahui, pang-cu. Harap lanjutkan cerita pang-cu karena kami sama sekali tidak ingat lagi bahwa kami pernah datang ke tempat ini" kata Kui Mo.

   Pek Mau To kouw mengangguk "Sam-wi bertiga datang ke sini tidak hanya bertiga, akan tetapi bersama seorang pemuda yang menjadi tawanan sam-wi"

   "Eehhh??? kami menawan seorang pemuda?" seru Liu Si terheran-heran.

   "Dan apa maksud kami datang ke sini?" tanya Kui Mo.

   "Sebelumnya harap sam-wi maafkan kalau saya berkata terus terang menceritakan keadaan yang sebenarnya terjadi. Sam-wi memaksa kami untuk meminjamkan tempat kami di sini untuk merayakan pernikahan dan mengundang orang-orang kang-ouw untuk menghadiri pesta pernikahan itu"

   "Pernikahan? Pernikahan siapa, pang-cu?" kini Kui Ji yang sejak tadi hanya mendengarkan, bertanya heran.

   Pek Mau Tokouw tersenyum memandang gadis cantik itu "ayah ibumu akan menikahkan kau dengan pemuda tawanan itu nona"

   "Ahhh" Tiga orang itu berseru dan muka si gadis menjadi merah sekali "Lalu bagaimana, pang-cu, cepat ceritakan" seru Liu Si tidak sabar.

   "Permintaan yang aneh itu tentu saja kami tolak, akan tetapi sam-wi memaksa sehingga terjadi perkelahian dan kami tidak mampu menandingi kelihaian sam-wi. Terpaksa kami, menyerah dan sam-wi lalu tinggal di sini, menggunakan tiga buah kamar. Satu untuk Kui-sicu dan isterinya, kedua untuk nona, dan ketiga, yang berada di tengah untuk pemuda tawanan itu. Kami terpaksa menuruti semua permintaan sam-wi"

   Ayah ibu dan anak itu saling pandang dengan terkejut dan heran. Mereka sama sekali tidak ingat lagi akan semua itu "Tapi.... apakah kami dalam keadaan gila itu melakukan pembunuhan atau lain kejahatan lagi, pang-cu? Tanya Kui Mo dan suaranya mengandung kekhawatiran.

   Pek Mau To Kouw menggeleng kepalanya "Sama sekali tidak. Justeru karena sam-wi merobohkan kami tanpa melukai kami yakin bahwa sam-wi bukan orang-orang jahat, hanya sedang terganggu pikirannya. Peristiwa perkelahian itu di saksikan oleh para tamu yang sedang berkunjung ke kuil kami dan diantara mereka terdapat seorang gadis berpakaian serba putih. Gadis inilah yang mengatur siasat untuk membebaskan pemuda itu dari tawanan sam-wi dan ketika melaksanakan usaha itu ia dibantu oleh seorang pengemis muda. Mereka berdua berhasil membebaskan pemuda itu dari pengawasan sam-wi dan agaknya karena melihat pemuda yang akan dinikahkan itu tidak ada lagi, sam-wi lalu pergi dari sini tanpa pamit lagi. Nah, demikianlah peristiwa itu dan sekarang, tiga hari kemudian, sam-wi muncul dalam keadaan yang berbeda sama sekali. Sungguh membuat kami merasa heran bukan main akan tetapi juga bersyukur bahwa sam-wi telah dapat sembuh dari penyakit itu"

   "Gadis baju putih?" Tiga orang itu berseru dan kembali saling pandang.

   "Tentu ia yang menulis surat itu" kata Kui Mo "Pang-cu, apakah gadis berpakaian putih itu seorang ahli pengobatan?"

   "Kami rasa begitu, karena ia mengatakan bahwa pemuda tawanan itu keracunan dan ia hendak mengobatinya"

   "Menurut nona itu, pemuda yang sam-wi tawan itu keracunan yang membuat pemuda itu menjadi lemah dan tidak dapat meloloskan diri"

   "Dan pengemis muda?" tanya Kui Ji "Apakah yang dia lakukan untuk membantu pemuda itu lolos?"

   "Dia agaknya pandai ilmu silat. Dialah yang memancing agar sam-wi keluar menandinginya sehingga gadis baju putih itu mendapatkan kesempatan untuk membawa pemuda itu melarikan diri.

   Tiga orang itu saling pandang dan tentu saja merasa terpukul sekali. Sama sekali tidak mereka ingat lagi betapa dalam keadaan gila itu mereka hendak memaksa seorang pemuda untuk menjadi suami Kui Ji.

   "Pang-cu, siapakah nama gadis berpakaian putih itu dan dimana tempat tinggalnya? Kami harus bertemu dengannya dan menghaturkan terima kasih kami" kata Kui Mo.

   "Ia hanya memberitahu bahwa namanya Kim Lan, akan tetapi kami tidak tahu dimana tempat tinggalnya. Ia bukan orang daerah sini, dan hanya kebetulan lewat. Setelah berhasil meloloskan pemuda itu diapun segera pergi dengan tiba-tiba sehingga saya sendiripun merasa menyesal tidak mengenalnya lebih baik.

   "Dan pemuda yang menjadi.... tawanan kami itu......, siapa pula namanya dan dimana tinggalnya?" tanya Liu Si.

   Pek Mau To Kouw menggeleng kepala "Maaf, kami tidak tahu dan tidak sempat bicara dengan dia"

   "Siapa pula pengemis muda itu, pang-cu? Siapa namanya dan dimana dia?" Kui Ji bertanya "Kalau kami dapat menemukan dia, mungkin dia dapat menjelaskan dimana adanya gadis berpakaian putih itu"

   Pek Mau To-kouw juga menggeleng kepalanya "Kami tidak pernah dapat berkenalan dengan dia. Tadinya kami juga mengira bahwa dia seorang pengemis biasa yang masih amat muda. Baru kami tahu bahwa dia lihai ketika dia membantu usaha membebaskan pemuda tawanan itu"

   Tentu saja tiga orang itu menjadi kecewa sekali. Mereka hanya dapat mengetahui bahwa nama penolong mereka adalah Kim Lan, akan tetapi kemana mereka harus mencarinya?.

   Kui Mo menghela napas panjang. Ketua Hwa-li-pang itu telah memberikan keterangan yang sudah cukup jelas yang membuka tabir yang menyelimuti ingatan mereka. Dia merasa menyesal sekali bahwa dia sekeluarga telah melakukan hal-hal yang tidak pantas selama mereka keracunan jamur darah.

   "Pang-cu, kami sekeluarga mohon maaf sebesarnya bahwa kami telah membikin kacau di Hwa-li-pang" katanya sambil bangkit berdiri dan memberi hormat, di ikuti isteri dan anaknya. Ketua Hwa-li-pang itu cepat bangkit dan membalas penghormatan mereka.

   

Sepasang Naga Lembah Iblis Eps 10 Asmara Si Pedang Tumpul Eps 14 Dendam Sembilan Iblis Tua Eps 8

Cari Blog Ini