Ceritasilat Novel Online

Pedang Sinar Emas 50


Pedang Sinar Emas Karya Kho Ping Hoo Bagian 50




   =======

   Teriakan-teriakan di luar menyalakan bahwa kawan kawannya terluka maka sambil memutar tengkatnya, Sin tung Lo-kai mengeluarkan serangan dahsyat. Thian pi Lee It Kong mana dapat menahannya? la menjerit keras karena terdorong keras dan tubuhnya terlempar ke belaknrg mena"brak dinding dan ia roboh dengan kepala pening. Kebetulan sekali pada saat itu Li Hwa berlari-lari keluar dengan pedang Giok pokiam di tangan.

   Lee lt Kong yang masih agak pening, melihat pedang pendek yang mengeluarkan cahaya luar biasa itu, cepat mengulur tangan hendak meram"pasnya. Akan tetapi Li Hwa yang kaget mendengar adanya musuh-musuh datang menyerbu dan meli"hat kong-kongnya baru saja mengalahkan seorang musuh, kini melihat orang tinggi besar yang terlempar tadi mengulur tangan seperti hendak menyerangnya cepat menggerakkan pedangnya. Gerakannya luar biasa lihainya, cepat dan menyam"ping tidak terduga sama sekali.

   Gadis ini otomatis mempergunakan jurus Ilmu Silat Im-yang-cin-keng dan.......di lain saat lengan tangan Lee It Kong terbabat putus sebatas sikunya!.

   Terdengar pekik dan jerit berbareng. Thiat-pi Lee It Kong Si Lengan Besi yang kini menjadi Si Lengan B-inlung memekik kesakitan dan menjadi jerih. Sambil menggigit bibir menahan sakit ia ma"sih melompat dan berlari cepat meninggalkan rumah itu.

   Adapun jerit tadi keluar dari bibir Li Hwa. Gadis cilik ini merasa ngeri juga setelah melihat betapa pedangnya telah membabat putus lengan orang dan sekarang lengan yang berbulu itu masih menggeletak penuh darah di depan kakinya!.

   "Li Hwa, minggir..........! Simpan pedang itu........!" seru Sin tung Lo-kai Thio Houw, akan
tetapi ia tidak sempat lagi karena tiba-tiba dua orang muda menyerangnya dengan pedang. Me"lihat bahwa mereka itu bukan lain adalah Kong Hwat dan Kui Lian yang siang tadi sudah ia usir, kemarahan Sin--tung Lo-kai memuncak. Apalagi melihat Kui Lian yang telah menewaskan kawan"nya.

   "Bagus, kau mengantarkan nyawa sendiri Tak usah aku susah payah mencarimu!" seru Sin tung Lo-kai sambil memutar tongkatnya melakukan serangan-serangan yang dahsyat sekali kepada Kui Lian.

   Karena kakek ini tidak mau memandang wajahnya, sukarlah bagi Kui Lian untuk mempe"ngaruhi dengan ilnu sihirnya, apalagi memang Sin tung Lo-kai seorang kakek yang banyak ilmu"nya. Batinnya sudah kuat dan tidak mudah dipe"ngaruhi ilmu pengasihan, nafsunya terhadap wanita sudah beku.

   Melihat kekasihnya didesak hebat, Kong Hwat cepat membantu kekasihnya dan tak lama kemudian Sin tung Lo-kai sudah dikeroyok dua. Lima orang pembantu kakek itu ternyata sudah menggeletak tewas oleh dua orang muda ini, roboh seorang demi seorang oleh pedang mereka dibantu hoatsut dari Kui Lian.

   Tusukan pedang Kong Hwat yang dilakukan cepat sekali dari samping mengarah lambung Thio Houw membuat kakek ini terpaksa menarik kembali serangannya yang sudah mendesak Kui Lian. Dengan tubuh dimiringkan dan tongkat di"putar ia menangkis tusukan Kong Hwat, membuat pedang pemuda itu menyeleweng saking kerasnya tangkisan tongkat merahnya.

   Akan tetapi pada saat itn Kui Lian sudah melakukan serangan balasan dengan gerak tipu Giok li touw so (Sang Dewi Menenun), pedang"nya seperti jarum-jarum keluar masuk kain mela"kukan serangan gencar kepada kakek itu. Thio Houw cepat membalikkan tongkatnya, memutar tongkatnya merupakan segundukan sinar merah yang "membungkus" pedang Kui Lian, kemudian tangan kirinya deagan gerakan mencengkeram me"lakukan serangan ke arah kepala Kui Lian dengan ganasnya, jangan dipan dang ringan serangan kuku jari tangan kiri yang dipentang ini, karena dengan mudah jari jari tangan ini dapat menghancurkan tembok,.apalagi kepala seorang wanita muda yang halus seperti Kui Lian!.

   "Ayaaaa.......! n Kui Lian berseru kaget dan cepat melompat mundur sambil menarik pedang"nya.

   Sin-tung Lo-kai tentu akan mendesak terus kalau saja di saat itu pedang Kong Hwat tidak sudah datang menyerangnya pula dari belakang. Pemuda itu kini menyerangnya dengan sebuah gerak-tipu dari Ilmu Pedang Kim-kong Kiam sut yang biarpun belum sempurna dipelajarinya, namun sudah hebat sekali bagi lawan.

   Menghadapi serangan yang demikian hebat, terpaksa Sin-tung Lo-kai meninggalkan Kui Lian untuk menghadapi Kong Hwat. Demikianlah, biarpun kakek ini berusaha mendesak dan meroboh"kan Kui Lian, namun ia selalu dihalangi oleh Kong Hwat.

   "Bangsat curang jangan main keroyokan!" tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dari Li Hwa, bocah cilik yang usianya baru delapaa tahun itu, melompat maju menyerang Kong Hwat dengan pedangnya!.

   Li Hwa tadinya merasa heran dan bingung sekali mendengar tentang keadaan pemuda yang tadinya dicalonkan sebagai jodohnya Sekarang melihat pemuda itu datang lagi mengeroyok kong-kongnya, timbul rasa bencinya, maka tanpa dapat menahan marahnya, bocah cilik yang tabah ini menyerang Kong Hwat.

   Kong Hwat tersenyum mengejek dan cepat ia menggerakkan pedangnya, membabat pedang di tangan bocah perempuan itu sekuat tenaga. "Traaanggg......!"

   "Celaka.....!" Kong Hwat berteriak kaget karena pedangnya, Kim-kong-kiam palsu telah patah menja di dua oleh Giok-pokiam!.

   Kong Hwat cepat menubruk dan hendak me"rampas pedang dari tangan Li Hwa. Akan tetapi ia meleset kalau mengira bahwa ia akan dapat merampas pedang dengan mudah.

   Li Hwa amat cepat dan ringan sekali gerakannya, dan pedangnya digerakkan secara istimewa menyerang Kong Hwat!.

   Namun tentu saja ia yang baru belajar ilmu silat tinggi selama setahun lebih, bukan tandingan Kong Hwat yang cepat merangsek dan mendesaknya.

   Di lain pihak, Kui Lian menjadi kewalahan sekali menghadapi Sin tung Lo-kai yang terus mengamuk dan mendesaknya dengan tongkat me"rahnya.

   "Sin tung Lo-kai, tak tahu malu kau me"lawan orang muda?' tiba-tiba terdengar suara mengejek disusul suara ketawa menyeramkan se"perti burung hantu.

   "Su hu, tolong teecu.......!" Cia Kui Lian berseru girang mendengar suara ini. la sudah ter"desak betul-betul dan berada dalam keadaan berbahaya. Menghadapi seorang tokoh persilatan tua yang sudah banyak sekali pengalamannya ini, hoat-sutnya lak dapat dipergunakannya.

   "Sin tung Lo-kai, kau tidak lekas lempar tongkatmu mau tunggu kapan lagi?" tiba-tiba Koai Thian Cu membentak nyaring, suaranya penuh pengaruh.

   Biarpun Sin tung Lo-kai sudah menahan dengan tenaga lweekangnya dan mengumpulkan semangat, tetap saja tangannya yang memegang tongkat gemetar dan seperti lumpuh. Namun ia berhasil menahan sehingga tongkatnya itu tidak terlepas dari genggaman tangan.

   Akan tetapi oleh karena serangan hoatsut dari Koai Thian Cu ini amat hebat dan mem"butuhkan semua perhatian untuk menghadapi, Sin tung Lo-kaimenjadi lalai dan lupa akan ada"nya Kui Lian yang takkan segan-segan melaku"kan segala macam kecurangan. Selagi kakek pengemis itu berdiri membelakanginya menghadapi Koai Thian Cu, siap melawan mati-matian apa bila kakek tukang gwamia yans lihai itu menyerang, tiba-tiba Kui Lan mengebutkan saputangan merah dengan tangan kiri ke arah mukanya Sin tung Lo-kai yang merasa ada hawa menyambar, cepat mengelak, namun hidungnya telah mencium bau yang memabokkan, dan selagi ia terhuyung-huyung dengan pikiran kacau. Kebutan di tangan Kui Lian sudah menyambar dan menotok jalan darah kematian di belakang kepalanya Kakek yang gagah perkasa itu roboh dalam keadaan tak bernyawa pula.

   Sementara itu, Kong Hwat juga sudah ber"hasil menangkap kedua lengan Li Hwa yang meronta ronta dengan marah. Gadis cilik ini sama sekali tidak takut dan ia tidak mau melepaskan pedang pusakanya biarpun lengan kanannya di"cengkeram oleb Kong Hwat.

   "Lepaskan pedangmul" berkali kali Kong Hwat berkata.

   "Tidak sudi!" jawab Li Hwa yang tetap meronta-ronta dan menendang-nendang dengan kedua kakinya.

   Kemudian melihat kakeknya tewas, kemarah"an Li Hwa meluap, la menangis sambil meronta-ronta, bahkan menggunakan gigi untuk menggigil tangan Kong Hwat yang memegangi lengannya, sambi menyumpah-nyumpah.

   "Siluman betina, aku bunuh kau.....! Aku bunuh kau! Kong-kong.....I" Li Hwa berteriak-teriak.

   "Kau harus dipukul! Pergilah menyusul kong-kongmu!" kata Kong Hwat marah.

   Ia melepaskan pegangan tangan kanan untuk diangkat dan me"mukul kepala bocah itu.

   Akan teapi tiba-tiba kepalan tangannya terasa sakit dan ia sampai terhuyung-huyung.

   Koai Thian Cu. telah menangkis kepalan itu dan mendorongnya. Di lain saat tubuh Li Hwa sudah dikempit oleh Koai Thian Cu Sepasang matanya merah dan mengerikan memandang kepala Kong Hwat sehingga pemuda ini menjadi kaget dan ketakutan.

   Koai Thian Cu kini mengalihkan pan"dangan matanya kepada Kui Lian Suaranya parau dan penuh penyesalan ketika ia berkata,

   "Ku Lian, tak kusangka kau berubah men"jadi siluman ganas. Kau membunuh Sin tung Lo-kai secara curang dan memalukan sekali! Hayo kau ceritakan tentang pembunuhan atas diri putera dan mantu Th an te Kiam ong! Ada sangkut paut apakah dengan kau pembunuhan keji itu? "

   Muka Kui Lian menjadi pucat dan Kong Hwat merasa tubuhnya menggelar ketakutan. Akan tetapi Kui Lian dapat menetapkan hatinya.

   Sambil terseryum manis sekali kepada suhunya, ia men"jawab,

   "Suhu, teecu tidak mengerti maksud perta"nyaanmu. Apa sih hubunganku dengan kematian putera dan mantu Thian-te K am ong? Teecu tidak tahu......."

   Koai Thian Cu "nampak marah.

   "Kau tidak tahu- menahu? Betulkah? Kui Lian, kau berani membohongi gurumu? Berlutut kau........!!"
Seruan ini demikian ny"ring berpengaruh sehingga bukan saja Kui Lian, bahkan Kong Hwat juga sampai lemas kakinya dan tanpa disadarinya ia pun menjatuhkan diri berlutut! Kui Lian sudah mewarisi ilmu hoatsut dan karenanya ia lebih dapat bertahan terhadap daya perinlah suara gurunya.

   Ia pun tahu bahwa kalau suhunya meng"gunakan ilmunya memaksa, ia tak dapat tidak akan mengaku. Oleh karena itu ia lalu menda"hului memberi pengakuan dengan suara lantang;

   "Suhu, ketika suhu menyuruh mencari Kim-kong-kiam, teecu bertemu dengan koko Liem Kong Hwat ini. Apa dayaku, suhu, teecu jatuh cinta dan akhirnya mengikat perjodohan selama hidup dengan koko Kong Hwat. Kerena cintaku kepadanya, maka teecu membantunya mem"balas dendam atas diri Song Tek Hong dan istrinya. Jadi bukan semata-mata teecu membu"nuh mereka, akan tetapi ini adalah urusan antara koko Kong Hwat dengan paman dnn bibinya. Bukan urusan kita, suhu!"

   "Hemm, pandai kau bicara. Memang bukan urusanku, akan tetapi mempunyai seorang murid yang begini jahat seperti engkau, kau benar-benar mengotorkan namaku. Kau telah berbuat jina, kau merampok, membunuh dan melakukan hal-hal tak tahu malu dengan pemuda keparat ini. Harus ku-taruh di mana mukaku?"

   " Suhu, apa salahnya orang bercinta? Apakah Suhu hendak memaksa teecu selalu melayani cinta suhu seperti dulu? Apakah suhu menghendaki teecu kembali ke dalam gua-gua yang gelap bersama su"hu? Suhu, setiap orang mempunyai kelemahannya terhadap cinta kasih! "

   Wajah Koai Thian Cu sebentar pucat seben"tar merah. Diingatkan akan hal yang amat mema lukan ini, ia seperti menerima pukulan yang luar biasa hebatnya sehingga ia tak dapat menja wab! Terbayang di depan matanya betapa dahulu, keti"ka Kui Lan masih menjadi muridnya di dalam gua-gua yang sunyi, perempuan muda itu untuk dapat memaksanya menurunkan ilmu - ilmu hoatsut yang tinggi, tidak ragu- ragu menggoda batin kakek itu secara tidak tahu malu. Karena bathin Koai Thian Cu memang tidak begitu kuat, akhirnya kakek ini jatuh dan merendahkan martabatnya dengan perbuatan hina. Sekarang, Kui Lian mem"pergunakan kesempatan ini untuk memukul gu"runya sendiri!

   Diingatkan akan perbuatannya yang tidak patut itu, Koai Ttian Cu tidak kuasa menatap wajah Kui Lian lama lama dan ia tidak ingin wa"nita itu akan bicara lebih banyak lagi sehingga terdengar orang lain.

   Sambil mengeluarkan suara seperti orang mengeluh panjang penuh penyesalan. Koai Thian Cu menggerakkan kedua kakinya dan di lain saat ia telah lenyap membawa tubuh Li Hwa bersamanya.

   Kui Lian mengeluarkan suara seperti setan tertawa, kemudan setlah menggeledah dan men"dapatkan ken yataan batwa di situ tidak ada Bi Hui dan bahwa yang tinggal di dalam rumah hanya kakek pengemis itu bersama Li Hwa dan kawan-kawannya, Kong Hwat dan Kui Lian lalu pergi meninggalkan tempat itu cepat cepat.

   Dapat dibayangkan betapa kaget dan sedihnya hati Leng Li dan suaminya ketika mereka men"dapat berita dari para anggauta Ang-sin-tung Kai-pang tentang malapetaka yang menimpa keluarganya di Leng-ting. Cepat mereka berdua pulang ke Leng-ting dan dengan penuh dukacita mereka mengurus pemakaman jenazah Sin-tung Lo-kai dan kawan-kawannya.

   Yang amat mendukakan dan menggelisahkan hati Kwan Lee dan Thio Leng Li adalah hilangnya Li Hwa tanpa bekas. Tak seorangpun tahu siapa yang menculiic anak itu, juga tak seorangpun tahu siapa yang membunuh Sin-tung Lo kai dan kawab-kawannya. Tidak ada saksi hidup lainnya kecuali Li Hwa yang lenyap.

   Bukti yang terdapat hanyalah sebuah lengan tangan yang menyerangkan. Leng Li tidak membuang potongan lengan ini, melainkan mem"berinya obat supaya lengan itu tinggal utuh dan kering. Perlu ia menyimpan lengan itu untuk dipergunakan dalam penyelidikannya, karena sudah.....(tdk jelas).... ini akan menuntut balas dan mencari jejak anaknya yang hilang.

   Di antara para angpauta Ang-sin-tung Kai-pang yang banyak jumlahnya, ada yang melihat Kong Hwat dan Kui Lian pada hari pembunuhan itu di kota Leng-ting. Mereka melaporkan hal ini kepada Leng Li yang menjadi terkejut dan bingung sekali.

   Tak mungkin mereka itu ada hubungannya dengan pembunuhan ini, pikirnya. Lagi pula, tak salah lagi, pembunuhnya tentu orang yang tslah kehilangan lengan, agaknya biarpun pembunuh itu berhasil membunuh Sin-tung Lo-kai dan kawan-kawannya, namun ia harus mengorbankan lengan tangannya.

   Maka Leng Li lalu menyebar anak buahnya untuk menyelidiki seorang kang-ouw yang lengan kanannya buntung! la sendiri lalu pergi ke Liok-can untuk berunding dengan Song Siauw Yang tentang Liem Kong Hwat.

   "Enci Siauw Yang, harap kau jangan salah mengerti dan menaruh dugaan vang bukan-bukan terhadap diriku," kata Leng Li. "Akan tetapi, sesungguhnya ada hal yang aneh dengan putera-mu Liem Kong Hwat itu. Ketika Song-taihtap dan Isterinya terbunuh, bocah bernama Beng Han itu menuduh bahwa pembunuhnya adalah Liem Kong Hwat dan seorang wanita muda. Sekarang ketika terjadi peristiwa pembunbhan ayahku juga orang-orang melihat puteramu bersama seorang wanita muda yang aneh berada di kota lengking. Bukan sekali kali aku menuduh yang tidak ada buktinya, akan tetapi kuharap demi kebaikan puteramu sendiri, kau seharusnya melakukan pe"nyelidikan."

   Siauw Yang mengerutkan alisnya yang bagus bentuknya ttu. Hatinya sudah lama kesal melihat kelakuan Kong Hwat. Sebagai seorang wanita ia dapat menduga bahwa tentu ada apa apa yang tidak bersih antara puteranya dan Cia Kui Lian murid Koai Tbian Cu itu.

   Ia hanya mengangguk angguk dan berkata,

   "Kami sendiri tidak tahu Kong Hwat berada di mana. Akan tetapi ucapanmu itu memang baik Sekali, adik Leng Li. Kalau orang lain yang bicara agaknya aku akan tersinggung Akan Tetapi kau bicara sebagai seorang anggauta keluarga, maka terima kasih atas pemberitahuanmu. Aku memang sudah mengambil keputusan untuk sekali lagi me"rantau di dunia kang-ouw untuk mencari Kong Hwat "

   "Sukurlah,cici. Tentang mencari puteramu aku berjanji akan mengerahkan anak buahku membantumu."

   Demikianlah, dua pasang orang tua yang berprihatin ini lalu merantau untuk mencari anak masing-masing. Biarpun Ang-Sin -tung Kai-pang merupakan perkumpulan besar yang banyak anggautanya, namun sia-sia saja mereka mencari jejak Li Hwa Hal ini tidak mengherankan, oleh karena mencari jejak Li Hwa berani mencari jejak Kuai Thian Cu, padahal jejak kakek aneh dan sakti ini mana dapat di ikuti orang?

   Koai Thian Cu memba"wa pergi Li Hwa karena selain untuk menolong"nya, juga ia merasa berdosa kepada Sin tung Lo" kai dan ingin menebus dosanya dengan menurunkan kepandaiannya kepada Li Hwa. Juga ia melihat pedang di tangan Li Hwa dan gerekan gerakan anak mi mencurigakan.

   Akhirnya dengan girang ia tahu pabwa murid barunya inilah yang berhasil mewarisi kitab dan pedang peninggalan Tat Mo Couwsu!.

   Di pinggir kota Kwan leng-si sebelah barat terdapat sebuah rumah besar yang megah dan mewah.

   Melihat betapa setiap hari di pintu gerbang pekarangan depan gedung ini selalu terjaga ketat oleh sedi kitnya enam orang yang membawa senjata tajam, orang tentu akan mengira bahwa gedung itu milik seorang pembesar atau bangsawan tinggi. Sebetulnya bukan demikian, karena runah ini hanya milik seorang hartawan she Bhok yang terkenal di kota Kwan leng-si sebagai Bnok-wangwe (hartawan Bhok) yang dermawan dan kaya raya, memiliki sebagian besar tanah yang terbentang di sekitar pinggir kota. Akas tetapi bagi para penjaga dan tamu-tamu yang banyak pergi datang di rumah itu, dia terkenal sebagai Sin siang-to Bhok Coan (Sepasang Golok Sakti), seorang bekas kepala perampok besar yang amat terkenal di dunia Liok-lim!.

   Bhok Coan ini semenjak mudanya menjadi perampok dan menjagoi dunia penjahat dengan sepasang goloknya. Diapun amat terkenal di dunia kang-ouw, terkenal diantara orang-orang gagah oleh karena Bbok Coan biarpun seorang perampok, namun amat menghargai persahabatan dengan orang orang gagah.

   Setelah berhasil dengan "pekerjaannya" itu, dalam usia limapuluh tahun, mulailah Baok Coan "cuci tangan" dan hidup sebagai seorang hartawan di pinggir kota Kwan leng-si itu. Sampai sepuluh tahun ia hidup dalam keadaan aman dan tenteram bersama keluarganya dan terkenal sebagai seorang hartawan yang derma"wan. Hanya orang-orang dari kalangan Liok lim dan kang ouw saja yang suka datang mengunjungi"nya tahu bahwa hartawan alim ini sebetulnya ada"lah bekas perampok yang dahulu ditakuti semua orang!.

   Berbeda dengan biasanya, pada hari itu rumah gedung Bhok- wangwe dihias dengan kertas-kertas berwarna dan di pekarangan depan di pasangi tarup. Orang-orang kota Kwan leng si dan penduduk dusun di sekelilingnya sudah mendengar akan diadakannya pesta di rumah hartawan ini, pesta umuk merayakan she jit (ulang tahun) hartawan itu yang sudah berusia enampuluh tahun tepat.

   Sudah lajim apabila seorang tokoh dunia, liok-lim atau kang-ouw mengadakan pesta, yang datang tentu orang-orang dari rimba persilatan, baik diundang maupun tidak asal sudah kenal nama pasti memerlu kan datang memberi selamat. Akan tetapi ada keistimewaannya dengan orang sbe Bhok ini. Di depan gedungnya dipasangi tulisan yang berbunyi :

   Setiap orang gagah di dunia diharapkan ke-hadirannya untuk bergembira dan bantu menghabiskan harta keluarga BHOK yang disediakan untuk pesta ini.

   Tidak saja di depan gedungnya sendiri, juga di lain lain kota, di rumah tokoh-tokoh kang-ouw ter"kemuka yang menjadi sahabat baiknya, Bhok Coan memasang pengumuman seperti ini dengan mencatat hari dan tanggal pesta shc jitnya dirayakan!.

   Tentu saja tulisan yang amat kasar namun ramah dan jujur ini menarik perhatian semua orang gagah, biar pun yang belum kenal kepada Bhok Coan, menjadi berani untuk melangkah kaki menyimpang dari tujuan perjalanan untuk ikut hadir dalam pesta orang sbe Bhok yang aneh itu.

   Pada hari yang ditentukan, banyak sekali tamu datang berbondong-bondong mengunjungi gedung ini. Tamu-tamu terdiri dari bermacam-macam orang yang aneh-aneh baik bentuk tubuh maupun pakaian mereka. Tentu saja pesta ini amat menarik perhatian penduduk setempat sehingga mereka semenjak pagi sekali sudah memenuhi jalan di luar pekarangan keluarga Bhok, berdesak-desakan menonton para tanu.

   Bhok Coan sendiri menyambut kedatangan para tamu. Biarpun usianya sudah enampuluh tahun, Sin-si ang to Bhok Coan masih kelihatan gagah. Tubuhnya gemuk pendek, dadanya bidang dan membusung ke depan. Di pinggang kiri"nya tergantung sepasang goloknya yang sudah menjadi kawan setianya semenjak ia berumur dua-puluh tahun dan terjun di dunia kangouw, golok sepasang yang membantu nya sehingga namanya me jadi tenar.

   Ketika melihat datangnya ketua-ketua partai besar seperti Thian Beng Hwesio dari Go bi pai, Thian Cin Cu Tosu dan Kun lun-pai. Pak Kong Hesiang dari Siauw lim-pai, Tiauw Beng Cujin dan Kim lian pai, dan beberapa tokoh besar dari pelbagai partai terkemuka, diam-diam Bhok Coan menjadi berdebar hatinya. Tak disangkanya bahwa ulang tahunnya akan mendapat kunjungan tokoh-tokoh besar ini.

   Akan tetapi tentu saja ini merupa"kan kehormatan besar sekali baginya dan cepat-cepat ia menyambut para "locianpwe" ini dengan segala kehormatan dan menempatkan mereka di ruaang terhormat, yaitu di ruangan tengah yang terlihat oleh para tamu yang berada di ruangan lainnya.

   Di antara para tamu, banyak juga terdapat tokoh- tokoh wanita di dunia kang ouw, bahkan banyak yang tidak dikenal oleh Bhok Coan. Akan tetapi karena percaya bahwa mereka ini tentu orang-orang gagah yang memiliki kepandaian, semua diterima oleh tuan rumah dengan ramah tamah.

   Di antara para wanita ini terdapat seorang wanita muda yang cantik jelita dan amat gagah sikapnya. Ia memberi hormat kepada Bhok Coan dengan kata-kata singkat,

   "Aku Song Bi Hui, mewakili suhu Bu eng Lo-kai dan suthai Soat Li Suthai menghaturkan selamat kenada Bhok Lo enghiong dan mendoakan panjang usia."

   Nama Song Bi Hui tidak dikenal oleh Se"siang to Bbok Coan, akan tetapi demi mendengar nama Bu- eng Lo kai dan Suat Li Suthai, ia cepat cepat memberi hormat kepada nona jelita itu sambil berkata,

   "Terima kasih, terima kasih...... selamat datang dan silahkan lihiap duduk! " Ia sendiri mengantar tamu ini ke ruangan tengah, tempat ter"hormat. Siapa yang tidak pernah menengar nama Bu-eeg Lo-kai dan Soat Li Suthai yang amat terkenal? Sudah tentu ia harus menempatkan murid dua orang sakti itu di tempat terhormat, kalau tidak ia khawatir akan merendahkan dua orang terkenal itu dan membuat mereka tak enak hati.

   S mua tokoh di ruangan terhormat itu melirik penuh perhatian ketika nona cantik itu me"nusuki ruangan diantar oleh tuan rumah sendiri. Melihat semua locianpwe yang berada di situ me"mandang dengan perabaan heran, Sen siang to Bhok Coan menjadi tidak enak sendiri dan sambil menjura dan menggang guk ke kanan kiri ia berkata,

   "Kiranya dua orang lo cianpwe bernama Bu-eng l.o-kai dan Soat Li Suthai berhalangan hadir dan mewakilkannyaa kepada murid mereka, Song Lihiap ini."

   Semua orang baru mengerti bahwa nona yang baru masuk ini adalah murid Bu-eng Lo-kai dan Soat Li Suthai, maka mereka tidak lagi ter"heran heran, hanya memandang ringan karena biarpun dua orang tokoh besar itu lihai sekali, namun nona ini hanyalah murid saja.

   Adapun Bhok Coan yang makin lama merasa makin tak enak hati melihat hadirnya banyak tokob besar yang sama sekali tidak diduga-duganya, lalu mendekati seorang kawan baiknya, yaitu Thio Kun seorang yang terkenal banyak hubungannya dan se"lalu tahu akan peristiwa-peristiwa penting di dunia kang ouw. Ia menyatakan Keheranannya tentang kehadiran tokoh-tokoh bcsar ini.

   Thio Kun menarik"nya ke samping lalu berkata perlahan,

   "Mungkin ada hubungannya dengan muncul"nya partai baru yang menyebut dm Thian-hwa-kauw ( Agama Bunga Surga ). Kabarnya para locianpwe hendak melakukan pertemuan dan agak"nya di sinilah tempatnya," kata Thio Kun.

   Bhok Coan sudah mendengar tentang mun"culnya perkumpulan agama sesat itu. Memang banyak sekali pihak Mo-kauw ( agama sesat ) yang mendirikan perkumpulan bermacam-macam dan yang selalu bertentangan dengan cabang-cabang persilatan yang sudah ada, akan tetapi kabarnya Thian-hwa-kauw ini merupakan perkumpulan agama yang lain daripada yang lain.

   Kabarnya banyak sekali orang gagah yang menceburkan diri dan mau menjadi anggauta perkumpulan ini, bahkan banyak anak murid partai-partai besar meninggal"kan perguruan dan menggabungkan diri dengan Thian-hwa-kauw ini. Tentu saja hal ini menimbul"kan kegemparan dan kiranya sekarang para locian"pwe itu hendak merundingkan soal ini di tempat"nya, sekalian menghadiri perayaan she jit - nya!.

   Dam-diam di samping kebanggaan mendapat ke"hormatan besar ini, juga Sin-siang-to Bhok Coan merasa gentar. Siapa tahu, kalau kalau akan ter"jadi sesuatu yang hebat di sini!

   Akan tetapi, dalam kegembiraannya Bhok Coan tidak memikirkan pula akan hal itu. Ia me"nerima ucapan- ucapan selamat dan banyak pula menerima sumbangan-sumbangan dan tandamata-tandamata dari para kawannya.

   Pesta berjalan gembira seakan-akan takkan pernah terjadi sesuatu, Song Bi Hui duduk di antara para locianpwe, kakek-kakek dan dan nenek-nenek yang sikapnya garang Namun Bi Hui bersikap tenang saja, se"pasang matanya menatap wajah setiap orang penuh perhatian, akan tetapi mulutnya diam "aja tak pernah mengeluarkan suara.

   Gadis ini banyak sekali berubah kalau di"bandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu. Dahulu ia terkenal sebagai searang gadis yang lincah gembira dan cantik jelita Sekarang dia masih cantik, biarpun usianya sudah duapuluh delapan tahun lebih, bahkan kecantikannya lebih matang dan lenyap sifat kekanak kanakannya yang dahulu.

   Wajahnya masih nampak segar dan penuh kelembutan, akan tetapi sinar mata dan tekukan mulutnya membayangkan kegagahan dan kekerasan karena penderitaan. Memang, gadis ini banyak mengalami derita batin semenjak kedua orang tuanya terbunuh.

   Seperti telah dituturkan dibagian depan, Bi Hui beitemu dengan dua orang sakti, yaitu Bu-eng Lo kai pengemis kudisan dan Soat Li Suthai nenek bongkok. Dua orang ini kepandaiannya tinggi sekali. Lebih tinggi dari"pada ilmu kepandaian kedua orang tua Bi Hui. Oleh karena itu, menjadi murid mereka berarti kemajuan yang hebat juga untuk Bi Hui.

   Dari Bu-eng Lo-kai ia mendapat warisan ilmu ginkang dan silat targan kosong sedangkan dari Soat Li Suthai ia menerima pelajaran ilmu pedang yang diciptakan dari tongkat nenek yang lihai itu.

   Selelah menamatkan pelajarannya, kedua orang gurunya memberi ijin kepada Bi Hui untuk mulai merantau seorang diri dengan tujuan hanya satu, yaitu menyelidiki tentang kematian ayah bundanya dan mencari serta membalas pembunuh orang orang tuanya.

   "Bi Hui, kau pergilah ke kota Kwan-leng-si. Di sana Sin-siang-to Bhok Coan sedang mengada"kan pes ta shejit-nya. Kabarnya tokoh-tokoh kang-ouw juga hendak mengadakan pertemuan di sana untuk mem bicarakan tentang munculnya Tbian-hwa-kauw yang menghebohkan itu. Kau wakililah kami untuk da tang ke sana. Selain kau akan ber"temu dengan orang orang kang-ouw, siapa tahu akan dapat mencari keterangan tertang pembunuh-pembunuh orang tuamu, juga kau harus mewakili kami mendengar apa yang mereka lakukan tercadap agama baru itu Sebagai murid kami kaupun harus memperlihatkan ke sanggupanmu membantu usaha mereka, asal saja usaha itu me"nurut pendapatmu baik. Terserah kepa damu untuk mempertimbangkannya Kami sudah terlalu tua untuk segala urusan macan itu. Nah, kau berang"katlah."

   Maka pergilah Bi Hui, langsung ke Kwan-leng-si. Ia tidak memperdulikan pandang mata pura tamu laki-laki, terutama yang muda muda, pandang mata yang mengandung kekaguman dan agak kurang ajar.

   Diam-diam ia mencari cari dan mengharapkan untuk dapat bertemu dengan Tiga orang, yaitu Liem Kong Hwat atau Cia Kui Lian atau Sin tung Lo-kai Thio Houw Dari tiga orang ini kiranya ia akan dapat mulai penyelidikannya tentang pembunuhan orang tuanya. Akan tetapi ia tidak melihst seorangpun di antara mereka, maka ia menjadi kecewa dan membuka telinga mende"ngarkan percakapan para locianpwe yang duduk di dalam ruangan itu.

   Tiba-tiba seorang kakek tua menepuk meja keras-keras sehingga cawan cawan arak berkerontangan.

   "Sayang seribu sayang.......!" katanya sambil menarik napas panjang. "Kalau Sin-tung Lo-kai Thio Lo-enghiong dapat hadir di sini, alangkah senangnya mengadu kekuatan minum arak dengan dia! "

   Seorang kakek lain yang berpakaian seperti tosu di sebelah kiri kakek tadi juga menarik napas.

   "Jaman sekarang ini para penjahat tidak se"perti dulu. Sekarang banyak ojang tak tahu malu, banyak tikus tikus cursng dan pengecut. Sin-tung Lo-kai yang gagab perkasa itu terpaksa tewas dalam keadaan penasaran, tak tahu siapa yang telah membunuhnya."

   Mendengar ini, Bi Hui mengeluh di dalam hatinya. Jadi Sin-tung Lo-kai juga mengalami nasib seperti ayah bundanya?

   "Pembunuhan-pembunuhan keji dan penuh rahasia yang seperti terjadi pada Sin tung Lo kai itu juga terjadi pada diri ketua Leng san pai di timur dan ketua Hek mau-pang di pantai Huang-ho Hmm, ini bersamaan benar dengan anehnya kemunculan perkumpulan Thian hwa kauw!" kata Thian Beng Hwesio tokoh Go-bisan yang mengebut-ngebut kepalanya dengan kipas.

   Mendengar disebutnya perkumpulan Thian hwa kauw ini, tidak hanya Bi Hui, juga yang lain-lain segera menaruh perhatian besar. Tokon Go bi pai itu melanjutkan kata-katanya ketika melihat semua mata memandang ke arahnya.

   "Bukan rahasia lagi babwa munculnya Thian hwa kauw amat mencurigakan dan tak perlu di"tutup-tutupi lagi bahwa banyak anak murid paria-partai besar telah murtad dan memasuki agama sesat itu."

   "Ha, Thian Beng Losubu lupa menyebutkan bahwa ada tiga orang murid Go bi-pai, dua laki-laki dan seorang gadis, semua masih amat muda-muda, juga menjadi murtad dan ikut-ikutan me"masuki perkumpulan itu," berkata seorang kakek dengan tiba tiba sambil mengerling ke arah hwesio yang mengebutkan kipasnya itu.

   Thian Beng Hwesio melirik ke arah kakek itu dan mukanya berubah.

   "Kiranya Than Cin Ciu Tosu juga sudah tahu akan hal itu. Hemn, memang memalukan se"kali akan tetapi pinceng juga mendengar tentang murid-murid Kun lun pai......"

   "Memang, memang......" Thtan Cin Cu kakek tokoh Kun lun pai mengangguk-anggukkan kepala dengan cepat. "Tak perlu pinto menyangkal pula. Bahkan di lima orang pemuda anak murid kami yang lenyap dan kabarnya memasuki perkumpulan jahat itu. Benar-benar memalukan nama baik kita....'"

   " Thian hwa kauw harus dibasmi dari muka bumi Hanya tidak tahu di mana pusatnya, mohon cuwi beri tahu agar pincng bisa pergi ke sana menangkap kepalanya," kata Pak Kong Hosiang hwesio tokoh Siauw lim pai dengan suara besar.

   Tiba-tiba seorang pelayan memasuki ruangan itu dan menyerahkan kartu nama kepada Sin siang - to Bhok Coan yang berseru gembira ketika mem"baca nama itu,

   "Thiat-pi Lee It Kong taihiap datang, lohu harus menyambutnya sendiri!"

   Cepat ia bangkit dari tempat duduknya dan keluar untuk menyambut tamu baru itu.

   Tak lama kemudian tuan rumah datang lagi mengiringkan seorang laki-laki gagah, berusia kurang lebih empatpuluh tahun, tubuhnya tinggi besar, mukanya tampan dan membayangkan perasaan kejujuran, lengannya buntung sebatas siku sehingga lengan bajunya tampak kosong dan ter"gantung tak berdaya di dekat pinggangnya.

   Di sebelah kiri laki-laki buntung gagah yang bernama Thiat-pi Lee It Kong ini, berjalan dua orang kakek terbongkok-bongkok dibantu oleh tongkat mereka yang butut. Dua orang kakek ini tidak menarik perhatian orang, mereka ini kelihatan seperti pelayan atau anak buah orang gagah sbe Lee itu. Padahal mereka itu bukan lain adalah guru dan paman guru orang she Lee itu.

   Ketika Thiat-pi Lee it Kong dan dua orang kakek itu diantar oleh tuan rumah lewat di dekat ruangan para tamu di bagian kiri, yaitu bagian tamu-tamu "biasa" dan bukan tempat terhormat, tiba-tiba terdengar seruan tertahan. Karena para tamu sedang bicara gembira, tak seorangpun mem"perhatikan seruan ini.

   Baru saja Thiat-pi Lee it Kong dan dua orang kakek itu dipersilahkaa duduk di ruangan terhormat, seorang wanita setengah tua yang masih nampak cantik dan keren, memasuki ruangan itu, membawa sebuah bungkusan yang panjanguya ada dua kaki.

   Wanita ini langsung menghampiri Sin siang-to Bhok Coan, lalu memberi hormat dan menyerahkan bungkusan itu kepada tuan rumah sambil berkata,

   "Bhok-lo-enghiong, sudilah memberikan bingkisan ini untuk salah seorang tamu yang terhormat!"

   Pedang Sinar Emas Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Bhok Coan menatap wanita itu. Wanita yang usanya paling banyak limapuluhan tahun, namun potongan muka yang cantik masih mem"bayang jelas. Wanita ini tidak membawa senjata tajam seperti orang - orang kang- ouw oleh karena tadi ia menempatkan wanita itu di ruangan biasa dan mengira bahwa dia hanya seorang kang ouw biasa saja.

   Biarpun tidak senang mclihat gangguan im, namun sebagai tuan rumah yang tidak menge"nal siapa adanya wanita ini, Bhok Coan menjawab sambil tertawa memperlihatkan keramahan tuan rumah,

   "Toanio, bingkisan ini harus disampaikan kepada siapakah? Aku tidak melihat ada tulisan alamatnya di luar bungkusan,"

   "Kau bukalah saja, lo enghiong. Nanti kau akan tahu sendiri " jawao wanita itu tegas dan sikapnya keren.

   Melibat peristiwa ini, semua orang di dalam ruangan terhormat itu menaruh perhatian. Hanya satu orang saja di ruangan itu yang kaget sekali melihat wanita setengah tua itu dan dia ini adalah Sorg Bi Hui.

   Akan tetapi, diapun heran dan ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

   Adapun Sin-siang-to Bhok Coan sambil tersenyum-senyum lalu membuka bungkusan itu mulutnya berkata perlahan,

   " Kau aneh sekali, toanio......! "

   Akan tetapi, tak dapat di lukiskan betapa terkejutnya ketika bungkusan itu telah di bukanya Sin-siang-to Bhok Coan adalah seorang kang-ouw yang kawakan, bekas perampok besar yang tidak segan-segan melakukan pembunuhan dan sudah sering kali menghadapi hal hebat.

   Namun, begitu bungkusan itu ia buka, serta merta mata"nya terbelalak, ia mengeluarkan seruan kaget dan isi bungkusan itu jatuh ke bawah, terlepas dari pegangannya.

   Isi bungkusan itu sebuah lengan tangan lengkap dengan lima buah jari tangannya, jatuh berdebuk di atas lantai di tengah ruangan, mengerikan.

   "Toanio, mengapa kau main-main7" tegurnya gelisah. tahu bahwa ini adalah tanda yang tidak baik, tanda datangnya kekacauan dalam pesta shejit nva.

   "Apa kau sengaja hendak mengacaukan pestaku? "

   Wanita itu memandang tajam, sikapnya galak,

   "Bhok enghong, siapa main main denganmu? Bing"kisan ini memang diperuntukkan seorang tamumu. Suruh dia datang menerimanya! "

   Kini Bhok Coan dan semua erang menoleh ke arah Thiat-pi Lee It Kong. Orang gagah yang buntung lengannya ini satu satunya orang yang kiranya ada bubungan dengan persoalan ini. Akan tetapi Sin-siang-to Bhok Coan tentu saja tidak mau menghina tamunya dan dengan marah ia kembali berpaling kepada wanita itu dan berkata keras,

   "Toanio, sebagai tamu tentu saja kau men"dapat penghormatanku. Akan tetapi perbuatan toanio ini benar-benar keterlaluan sekali. Harap toanio tidak menghina orang dan mencari gara-gara. Ambillah kembali benda menjijikkan ini dan ba"walah."

   "Orang she Bhok! Aku banya minta kau mempersilahkan orang yang berhak menerima bingkisan ini, mengapa kau banyak cerewet? Biarpun hal ini terjadi di rumahmu, akan tetapi sesunggun"nya tiada sangkut - pautnya denganmu. Mengapa kau seperti hendak melindungi orang itu? "

   "Siapakah dia? Bagaimana aku bisa mengerti siapa orangnya yang wajib menerima benda me"ngerikan ini? " kala Bbok Coan membela diri.

   Wanita itu menggerakkan bibirnya mengarah senyum penuh ejekan dan matanya menyapu ke arah para tamu untuk kemudian berhenti pada wajah Thiat-pi Lee It Kong.

   ""Apa sih sukarnya untuk mengetahui orang"nya, Anak kecilpun dapat melihat siapa yang ke"hilangan lengan di dalam ruangan ini."

   Kini semua mata memandang kembali ke arah Lee It Kong dan semua orang menahan napas, merasa tegang. Tak salah lagi, pikir mereka. Tentu Lee It Kong ada hubungaunya deagan pe"ristiwa ini.

   Thiat pi Lee It Kong berubah air mukanya ketika tadi ia melihat lengan itu menggelinding ke luar dari bungkusan dan kini menggeletak di atas lantai, la masih mengenal lengannya sendiri biar"pun lengan itu kulitnya sudah berkerut-kerut, sedi"kitnya ia mengenal bentuk jari- jari tangannya. Kini melihat semua mata memandang ke arahnya, ia lalu membusungkan dada membesarkan hati, me"langkah maju dan menjura kepada wanita itu sambil berkala kepada Sin siang-to Bhok Coan,

   "Bhok- lo enghiong. karena di dalam ruangan ini hanya siauwte seorang yang buntung lengannya, tentulah toanio ini ingin berurusan dengan siauwte. Biarkan siauwte membereskan urusan ini."

   Bhok Coan terpaksa mengundurkan diri dan seperti tamu-tamunya, iapun kini memandang ke arah dua orang yang telah berhadapan itu. Wanita itu kini memandang kepada Lee It Kong, matanya tajam menyelidik. Adapun Lee lt Kong membung"kuk dan berkata,

   "Toamo, memang benar lenganku yang kiri telah buntung, akan tetapi belum tentu kalau lengan yang kaubawa ini adalah benar lenganku. Bagaimana kau bisa memastikan bahwa itu adalah lenganku dan kau sengaja datang ke sini uniuk mengacaukan dan menghina tuan rumah?"

   Tiba-tiba wanita itu melangkah maju, sepasang matanya mengeluarkan cahaya berani dan kata-katanya keras dan nyaring sekali,

   "Thiat-pi Lee It Kong, tidak percuma aku melakukan pe"nyelidikan sampai hampir sepuluh tahun lamanya. Kalau kau benar laki laki, coba katakan di mana kau kehilangan lenganmu? "

   Merah muka Tbiat - pi Le It Kong dan ia menjawab gagap,

   "Di....... di..... " tiba-tiba ia men"jadi marah karena ia merasa malu sekali kalau harus membuka rahasia mengapa dan bagaimana ia kehilangan lengannya. "Ha, kau ini siapakah berani kurang ajar di hadapanku? Di mana aku kehilangan lenganku, sama sekali bukan urusanmu! "

   Wanita itu tertawa mengejek.

   "Orang she Lee, potongan lenganmu barada di dalam tanganku. Bagaimana kau ada muka untuk bilang bahwa aku tidak ada urusan dengan hal itu? Kalau kau benar-benar jantan dan tahu malu,coba jawab, bukankah kau kehilangan lenganmu itu di Leng ting? "

   Tbiat-pi Lee li Kong adalah seorang laki-laki yang mengutamakan kegagahan dan berwatak kasar jujur. Kini kehormatannya dalam ujian. Memang ia merasa malu kalau diketahui orang bagaimana ia kehila ngan lengan, akan tetapi ia akan merasa lebih malu lagi kalau tak daoat menjawab per"tanyaan wanita Ini, apalagi untuk membohong, ia tidak sudi. Sambil membusungkan dada dengan suara keras menjawab,

   "Betul, aku kehilangan lengan di Leng-ting, kau mau apa? "

   "Di Leng-ting dalam rumah Sin-tung Lo-kai? " wanita itu mendesak deagan mata berapi.

   Wajah Lee It Kong makin merah, rahasia itu agaknya takkan dapat di tutup tutupi lagi. la meanggguk,

   "Betul."

   "Bagus, keparat jahanam. Terimalah pem"balasanku!"

   Wanita itu tiba tiba mencabut sesuatu dan tahu-tahu sebatang tongkat merah pendek telah berada di tangannya. Dengan tongkat ini ia me"lakukan serangan dahsyat ke arah tenggorokan dan ulu hati Lee It Kong.

   Sekali serang, ujung tongkat itu telah menotok dua bagian jalan darah yang akan mengantar nyawa orang pulang ke asal kalau mengenai tepat. Lee It Kong mengeluarkan seruan kaget dan cepat menggunakan gerak lon"cat Koai-liong-hoan-sin (Naga Siluman Berjungkir Balik) untuk menghindarkan diri dari dua totokan tongkat itu. Akan tetapi baru saja tubuh nya yang berjumpalitan itu turun ke atas lantai ujung tongkat lawannya kembali telah rnengejar dan mengurungnya dengan totokan-lotokan ber"bahaya!

   "Nanti dulu? Bukan sikap orang gsgah me"nyerang orang tanpa alasan kuat. Aku mau bicara dulu!" teriak Lee It Kong sambil mengelak ke kanan kiri dengan sibuk dan terdesak hebat.

   Wanita itu mengeluarkan suara ketawa mengejek dan benar-benar menahan tongkatnya sehingga Lee It Kong dapat bernapas lega karena untuk sementara terlepas dari ancaman maut.

   "Jahanam she Lee, kau masih mau bicara apa lagi? "

   "Kau ini perempuan liar siapakah? Selama hidupku belum pernah aku berjurrpa denganmu, mengapa kau datang-datang menyerangku kalang kabut? Coba kau katakan, apa dosaku? "

   Wanita itu tersenyum, masih manis senyum"nya namun di balik kemanisan itu tersembunyi ancaman maut yang mengerikan. Sambil menudingkan ujung tongkat merahnya ke arah dada Lee It Kong, ia berkata,

   "Orang sbe Lee, kau sudah melakukan dosa besar di Ang-sin-tung Kai-pang, masih tidak me"ngenal tongkat in? Aku adalah Thio Leng Li, puteri dari Sin tung Lo-kai! Hcmm, kau masih ingin mengetahui dosa-dosamu? Baiklah, sebelum mampus kau dengarkan lagi dosa-dosamu agar di saksikan oleh para enghiong di sini dan agar kau jangan mampus penasaran! Kau telah menyerbu Ang-sin-tung Kai-pang, telah membunuh ayahku Sin-tung Lo-kai dan menculik puteriku, Kwan Li Hwa! Sekarang aku hendak menawan"mu, menyiksamu sampai kau mengaku di mana kau sembunyikan anakku kemudian kau akan ku"bunuh, kubelek dadamu kucabut jantungmu untuk dipakai bersembahyang di depan mkam ayah!"

   Tidak hanya Lee It Kong yang mengeluar"kan keringat dingin, juga banyak orang menjadi pucat mendengar kata-kala yang amat menyeram"kan ini. Lee It Kong membanting-banting kakinya di lantai sambil berkata,

   '"Celaka....... celaka.......! " Lee It Kong, kau memang bernasib sial sekali Ia memukuli kepala nya sendiri. "Ingin merebut kitab dan pedang, akhirnya lengan buntung dan masih didakwa men"jadi pembunuh dan penculik. Celaka, Thio toanio aku bersumpah bahwa aku tidak membunuh ayahmu dan tidak menculik anakmu."

   " Pengecut rendah! Bukti utama adalah le"nganmu yang buntung dan tertinggal di rumah kami, masih hendak menyangkal? Benar tak tahu malu!"

   Sambil berkata demikian Thio Leng Li, wanita itu, kembali menggerakkan tongkat merah"nya dan menyerang Lee It Kong dengan dahsyat.

   " Bukan aku...... aku tidak berdosa..........."

   Seru Lee It Kong sambil melompat ke belakang. Namun Leng Li tidak memperdulikan kata-katanya lagi, tongkat merahnya mendesak terus dengan gerak-gerak tipu paling lihai dari ilmu tongkat warisan Sin tung Kai -pang.

   Sebelum Lee It Kong sempat membalas, tiba tiba ujung tongkat merah telah menotok jalan darah tai-twi-hiat dan seketika itu jaga tubuh yang tinggi besar dari Lee lt Kong menjadi tegang dan kaku seperti ssbuab patung kayu! Thio Leng Li mengangkat tongkatnya, me"mukul ke arab pundak lawannya dengan maksud membikin hancur tulang pundak agar selanjutnya orang sbe Lee itu tidak akan dapat melawan lagi.

   Tiba-tiba berkelebat bayangan hitam.

   "Plak!!" Tongkat merah bertemu dengan tong"kat bambu yang menangkis.

   Thio Leng Li merasa tangannya sakit dan cepat melompat mundur. Di-depannya telab berdiri seorang kakek bongkok yang dandanannya sederhana saja. Dia adalah seorang di antara dua kakek yang tadi datang bersama Lee It Kong.

   Dengan tenang kakek ini menggerakkan tongkatnya menotok punggung Lee Ii Kong yang segera roboh akan tetapt terbebas dari totokan Leng Li. Dia segera berlutut di depan kakek itu dan berkata,

   "Harap suhu lindungi teecu "

   "Hemm, Lee li Kong. Aku tahu bahwa Siri-tung Lo-kai adalah seorang gagah dan bahwa per kumpulannya Ang-sin-tung Kai-pang adalah per"kumpulan terhormat. Tentu anak perempuannya juga
(Lanjut ke Jilid 63)
Pedang Sinar Emas/Kim Kong Kiam (Serial Pedang Sinar Emas)
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo

   Jilid 63
bukan orang sembarangan dan dapat diperca"ya. Hayo kau ceriterakan dengan sejujurnya? bagai"mana kau kehilangan lengan di rumah Sin-tung Lo-kai? Awas, kalau kau membohong, aku sendiri yang akan menghancurkan tulang dipundakmu ke"mudian menyerahkan kau kepada Thio Lihiap! "

   "Ampun, suhu. Sesungguhnya teecu tidak membohong kepada Thio-toanio dan teecu tidak sekali-sekali merusak nama baik suhu...."

   "Cukup! Aku tidak perduli tentang nama. Selamanya aku tak pernah menonjolkan nama. Ha"yo cerita yang jelas!" bentak kakek itu.

   "Kurang lebih sepuluh tahun, teecu mende"ngar sepintas lalu dari percakapan dua orang anggouta Ang-sin-tung Kai-pang bahwa di rumah Sin-tung Lo-kai tersimpan kitab dan pedang peninggal"an Tat Mo Couwsu, yaitu Im-yang-cin-keng dan Giok pokiam Karena sudah lama teecu mendengar akan kehebatan dua benda ini dan akan membual pemiliknya menjadi gagah tak terlawan, teeen mem"beranikan hati mendatangi Sin-tung Lo-kai dan minta dua benda itu. Akaa tetapi dalam pertem"puran dengan Sin-tung Lo kai, teecu telah dika"lahkan "

   "Jadi kau tidak membunuh Sin-tung Lo-kai?" tanya gurunya.

   "Mana teecu bisa? Dalam pertempuran bebe"rapa belas jurus saja teecu sudah dirobohkan. Ba"gaimana teecu bisa membunuhnya? Juga, kedatang"an teecu itu bukan bermaksud membunuh, melain"kan menguji kepandaian sekalian minta pedang dan kitab."

   Kakek itu memutar tubuh menghadapi Thio Leng Li.

   "Thio-toanio, kiranya omongan muridku ini boleh dipercaya. Aku sendiri tidak percaya dia mampu membunuh ayahmu."

   Memang tadinya Leng Li juga ragu-ragu, masa orang yang dalam beberapa gebrakan saja sudah dapat ia totok ini dapat membunuh ayahnya. Akan tetapi siapa tahu kalau-kalau Lee It Kong datang dengan bantuan orang-orang pandai. Maka ia masih belum mau mengalah, lalu bertanya kepada Lee It Kong,

   "Kalau kau lidak membuauh ayahku, kau apakan anakku Li Hwa? Mengpa ia hilang terculik? "

   Jawaban Lee It Kong benar-benar mengaget"kan dan di luar dugaan orang.

   "Kau mau tahu tentang anakmu itu? Bukankah dia seorang anak perempuan tujuh-delapan tahun, membawa sebatang pedang pendek bertabur kemala? "

   " Betul., betul dia. Li Hwa anakku.....! " kata Leng Li penuh gairah dan harapan.

   Lee It Kong menarik napas panjang.

   "Satu-satunya yang kuketahui adalah bahwa anak perempuanmu itulah yang membikin buntung lenganku ini....."

   "Apa kau bilang?" seru Leng Li, terheran-heran.

   "lt-kong betulkah kata-katamu itu?" kakek tadi ikut bertanya kepada muridnya dengan hati mengkal karena sungguh memalukan hatinya sekali mendengar muridnya kena dibuntungi lengannya hanya oleh seorang anak perempuan berusia tujuh delapan tahun.

   "Memang betul demikian, suhu." Kemudian ia menoleh kepada Leng Li sambil berkata,

   "Keti"ka aku sudah terpukul roboh oleb Sin-tung Lo-kai, aku melihat seorang anak perempuan keluar mem"bawa sebatang pedang yang luar biasa, terhias ke"mala. Aku mengira bahwa tentu itulah pedang pu"saka Giok pokiam maka aku berusaha merampas"nya. Tidak tahunya sekali bergerak bocah itu telah
menebal buntung lengan kiriku' Aku lalu melari"kan diri meninggalkan buntungan lengan. Nah, aku sudah bercentera. kau percaya atau tidak terserah."

   Thio Leng Li termenung sejenak. Agaknya Lee It Kong tidak membohong, oleh karena ceritera seperti itu sesungguhnya merendahkan nama sendiri. Akan tetapi ia merasa amat penasaran dan teruta"ma sekali kecewa oleh karena keterangan Thiat pi Lee It Kong itu membuyarkan semua harapannya.

   Dengan keterangan tadi keadaan masih sama gelap"nya seperti sebelum ia bertemu dengan si lengan buntung ini. Dia masih belum juga tahu siapa pembunuh ayahnya dan terutama sekali tidak tahu di mana adanya Li Hwa,

   "Aku baru percaya kalau kau katakan siapa yang membunuh ayah dan siapa penculik anakku. Kau telah menyerbu ke rumahku dan kau telah bertempur dengan ayah Tentu kau tidak datang seorang diri dan kau tahu siapa orangnya yang berdosa kalau bukan kau. Peristiwa itu terjadi pada satu malam, mustahil kalau kau tidak tahu. Kalau kau tidak mau mengaku terpaksa aku akan mena"wanmu dan memaksamu!"

   Kareaa di situ ada suhunya, biarpun ia jerih terhadap nyonya kosen ini, Thiat-pi Lee It Kong menjadi marah.

   "Thio toamo, kau terlalu sekali. Kau terlalu mengandalkan kepandaian sendiri hendak menghina orang laini Akn adalah seorang laki-laki, semua perbuatan kupertanggungjswabkan. Aku berani menanggung resikonya. Mengapa aku harus mem"bawa-bawa orang lain malam itu? Hanya, terus terang saja ku kata kan bahwa ketika aku melarikan diri setelah terluka, kelihatan bayangan dua orang berkelebat cepat ke arah rumahmu itu."

   "Siapa mereka?" Leng Li tertarik sekali, kem"bali timbul harapannya.

   "Sayang keadaan gelap, aku tidak mengenal muka mereka, hanya dari bayangan mereka aku dapat menduga bahwa mereka adalah seorang laki-laki dan seorang wanita muda."

   Leng Li tertegun. Juga Bi Hui yang sejak ta"di mendengarkan percakapan ini terkejut. Dua orang wanita ini mempunyai pikiran dan dugaan yang sama.

   Tiba-tiba pada saat itu, dari luar rumah ter"dengar suara nyaring sekali, membuat para tamu terkejut karena suara ini keluar dan pengerahan khikang yang tinggi,

   "Rombongan utusan Thian-hwa-kauw tiba, Sin sang to Bhok Coan diminta keluar menyambut... "

   Semua tamu saling pandang dengan muka tercengang, dan biarpun hatinya berdebar geram, Sin siang-to Bhok Coan tentu saja tidak sudi kcluar, bahkan lalu menyuruh seorang pelayan untuk keluar dan melihat siapa yang datang serta mena"nyakan apa keperluan mereka.

   Akan tetapi sebelum pelayan itu sampai di luar, terdengar pula suara tadi.

   "Sin-siang-to benar-benar tak memandang kepada Thian-bwa-kauw. perlu diberi rasa!"

   Dan dari luar masuklah serombongan orang yang amat menarik perhatian semua tamu.

   Rombongan ini terdiri enam orang pemuda tampan dan enam orang dara cantik. Mereka berjalan merupakan barisan pasangan yang amat menarik dengan pakaian mereka yang mewah dan indah.

   Hanya satu hal yang amat meuyolok pada para muda itu bahwa muka mereka rata-rata pucat pias dan mata mereka tak bersinar seperti orang orang kehilangan semangat. Namun harus diakui bahwa mereka itu tampan dan cantik. Di depan duabelas orang pemuda pemudi yang rata -rata berusia kurang lebih duapuluh tahun ini, berjalan seorang laki-laki yang buruk sekali rupanya Sukar menaksir usianya karena mukanya kerut-kerut dan hitam seperti muka monyet, juga tubuhnya bongkok seperti udang mati. Matanya besar-besar melotot keluar, nampak lebih tepat menjadi iblis daripada manusia.

   Rombongan ini berjalan dengan tenang seperti penuh khidmat. Bahkan kaki pasangan duabelas orang itu melangkah dengan gerakan berbareng seperti barisan tentara terlatih.

   Mereka ini kedua langai'nya mas ng masmg ditangkapkan di depan dada di mana mereka memegang setangkai bunsa teratai, ada yang putih, ada yang merab, ada yanj nngu. Akan tetapi semua teratai yang mereka pegang itu nampak masih segar seakan-akan baru saja mereka pelik.

   Juga kakek atau nenek seperti iblis itu kedua tangannya memegang setangkai bunga teratai yang kiri biru yang kanan ungu, nampaknya lebih besar dari teratai biasa dan di"pegangnya dengan cara mengangkatnya tinggi-tinggi di atas pundak dekat telinga. Benar benar rombongan yang lucu namnn ada juga sifal angker karena muka mereka yang bersungguh-sungguh itu.

   S n siang tu Bhok Coan merasa gelisah sekali, namun ia membesarkan hatinya, meng"angkat dada dan menekan kegelisahannya, lalu bert ndak m ju menghampiri rombongan yang s-udab memasuki ruangan terhormat itu. la men-jura dengan hormat lalu berkata kepada si bongkok yang agaknya memimpin rombongan itu.

   "Lohu orang she Bhok tak pernah merasa ada urusan dengaa fihak Thian-hwa-kauw, sekarang cuwi datang mengunjungi lohu. tidak (abu aoa-kab bendak ikut bergembira ataukah ada urusan lain?"

   Orang tua bongkok itu memutar-mutar biji matanya, jelilatan memandang ke kanan kiri, suaranya parau dan serak.
" 5! "

   "Sin-siang-to Bhok Coan, kau masih belum menginsyafi dosa-dosamu? Kau telah memandang rendah kepada kauw-cu (ketua agama) kami, dengan tidak mengundang kauweu kami berarti kau telah menghina kauweu yang terhormat."

   Sin-siang-to Bhok Coan terkejut dan cepat-cepat ia menjura sambil berkata ramah,

   "Aah, kiranya begitu? Maafkan lohu yang pelupa. Sesungguhnya oleh karena Thian-hwa-kauw baru berdiri dan lohu belum mengenal kauweu cuwisekaliao maka lohu tidak berani mengundan Sekarang, baiklah lohu mengundang cuwi sebagii wakil-wakil Thian-hwa-kauw utk duduk di ruangan terhormat."

   "Huh, huh, orang she Bhok. Siapa sudi akan undanganmu? Kauwcu kami belum tentu doyan hidangan di sini yang serba kotor. Lagi pula, kauwcu kami tidak butuh undanganmu. melainkan mengutus kami untuk datang menyampaikan hukuman atas dirimu yang sudah menghina per"kumpulan kami."

   Sin-siang-to Bhok Coan menjadi panas pe"rutnya. Belum pernah selama hidupnya ia menga"lami aturan yang luar biasa ini. Orang bersbtj t tidak mengirim undangan, masa dianggap menghi"na, berdosa dan mereka datang hendak menjalankan hukuman.

   Banyak sudah ia mendcngar akan keanehan sikap orang-orang sakti yang kadang-ka"dang sewenang wenang dan Luar biasa, akan teta"pi aturan seperti yang dilakukan oles kauweu dari Thian-hwa-kauw
ini baru sekarang ia mendengar dan mengalaminya.

   "Hukuman kepadaku? Hmm, hukuman apa"kah gerangan?" tanya Sin siang-to Bhok Coan menahan dongkolnya.

   Orang tua yang masih belum diketahui laki-laki aiau wanita itu mengeluarkan sehelai kertas bergulung dan saku bajunya, membuka gulungan kertas dengan kedua lengan dilempangkan lalu mem"baca dt-ngan lagak seorang perajurit membaca su"rat titah raja.

   "Atas perintah kauwcu yang maha mulia dari perkumpulan Agama Thian-hwa-kauw, kami para pengurus bagian pengadilan memutuskan bahwa orang yang bernama Bhok Coan berjuluk Sin-siang-to tinggal di Kwan leng-si telah melakukan pelanggaran dosa besar dengan penghinaan terha"dap Thian-hwa-kauw dan memandang rendah ke"pada kauweu yang mulia, tidak mau mengirimkah undengan pada pesta shejitnya Olen karena itu, diputuskan hukuman kepada Sin siang-to Bhok Co"an seperti berikut : Semua barang sumbangan yang ia paroleh dari para tamu, harus dibawa ke Thian-hwa-kauw lebih dulu di mana kauweu akan mengadakan pemilihan dan mengambil mana yang disu"kai beliau, baru sisanya boleb diambil olehnya, sepasang siang-to di pinggang Bhok Coan harus dibawa ke Thian-hwa-kauw dan sepuluh hari ke"mudian setelah Bhok Coan datang menghadap kauwcu dan mohon maaf, baru senjatanya akan dikembalikan. Demikianlah perintah ini yang......."

   Baru saja orang tua itu membaca sampai di sini, Thiat-pi Lee It Kong sudah tak dapat mena"han kemarahannya lagi. la berderu keras dan dengan lengannya yang tinggal sebalah itu ia menyernang kakek atau nenek yang sedang membaca "surat perintah" menghantam ke arah dadanva de"ngan keras sekali.

   Julukan Lee It Kong adalah Thiat-pi atau Tangan Besi, maka dapat dibayangkan betapa keras dan dahsyat pukulannya ini. Thiat-pi Lee It Kong telah menderita malu di depan orang banyak, kini untuk menebus malunya, ia hendak mem"perlihatkan kegagahannya dengan jalan membela tuan rumah yang di perlakukan sewenang wenang oleh orang-orang Thian-hwa-kauw.

   Orang tua itu ternyata tidak menghentikan bacaannya, bahkan tidak bergerak sedikitpun juga, sama sekali tidak perduli akan datangnya hantaman tangan Lee It Kong yang menyambar dadanya, la melanjutkan bacaannya,

   "Demikianlah perintah ini yang harus ditaati oleh Sin siang-to Bhok Co"an kalau ia sayang akan nyawa."

   Baru saja ia selesai membaca, tangan Lee It Kong sudah dekat dengan dadanya, akan tetapi tiba - tiba Lee It Kong memekik keras, tubuhnya terjengkang ke belakang dan ketika dilihat, jago lengan buntung ini telah tewas dalam keadaan mendelik dan mukanya ber"ubah hitam.

   Keadaan menjadi ribut. Guru dan paman guru Lee It Kong tadi melihat betapa dua orang pemuda pemudi yang berdiri di dekat orang tua itu menggerakkan tangan dan dua benda bersinar hitam menyambar ke arah leher Lee It Kong. Tahulah mereka bahwa orang-orang Thian hwa-kauw itu mempergunakan senjata rahasia berbisa.

   

Pedang Naga Kemala Eps 7 Pemberontakan Taipeng Eps 6 Pedang Naga Kemala Eps 24

Cari Blog Ini