Ceritasilat Novel Online

Persekutuan Pedang Sakti 7

Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Bagian 7


Kakek Os segera tertawa terbahak bahak.
"Haha... Haa. .. haah . ,. kau anggap-permainan mu itu dapat menahan orang lain" Mungkin saja orang lain tak becus, tepi jangan harap bisa membendung aku si Ou lo toa
" Tangan kirinya kembali di dorong kemuka dan. . .
"Weees l' segulung angin puyuh yang amat gencar dan dahsyat segera menggulung ke arah depan. "Blaaaammm."
Sekait lagi terjadi suara benturan keras yang amat memekikkan telinga, tumpukan batu cadas yang berada
disisi jalan itu segera tersapu oleh angin serangannya sehingga mencelat sejauh beberapa kaki dari posisi semula.
Dimana angin pukulan baru saja menyapu lewat, tiba tiba dari balik batuan muncul seorang kakek kurus ceking yang berbaju hitam, dengan wajah serius dan aneh dia membentak keras.
"Tua bangka, tempat yang lain tidak kau kunjungi, mengapa kau justru mendatangi selat kami dan merusak barisan batu kami Memangnya kau sudah bosan hidup"'
'Apakah tempat ini adalah Tok seh sia ?" tanya kakek Ou,
'Jangan perdulikan dulu tempat ini Tok seh sia atau bukan, aku cuma pingin bertanya kepadamu, apa maksudmu merusak barisan batu kami ini "'
Kakek Ou kembali tertawa terbahak bahak.
'Haah , . haa. , haa. . . ternyata tempat ini adalah selat Tok seh sia. aku malah menganggap batuan tersebut terlalu mengganggu perjalanan orang'
"Apakah kehadiranku sekarang juga mengganggu perjalanan kalian"' teriak kakek ceking itu dengan marah.
"Haa, tentu saja mengganggu perjalanan orang"
"Sangat bagus, kenapa kau tidak mencoba-coba untuk menghajarku pula dengan pukulan . itu "'
"Yaa, sangat kebetulan aku memang berniat-demikian"
Tampaknya kakek cekitg itu benar benar amat gusar dibuatnya setelah mendehem serunya,
"Kalau begitu sambutlah lebih dulu pukulaanku ini"
Agaknya sudah sejak tadi ia persiapkan tenaga pukulannya, karena itu begitu selesai berkata dia lantas
mengayunkan tangan kanannya melepaskan sebuah pakulan yang amat keras kearah dadanya.
Tenaga dalam yang dimiliki orang ini lebih bersifat lunak dan berhawa im kang. serangannya sama sekali tidak menimbulkan angin pukulan barang sedikitpun jua. Namun segulung angin pukulan yang amat dahsyat tahu tahu saja telah mendesak tiba.
Kakek Ou segera mengayunkan pula tangan kanannya untuk menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras melawan keras, Tenaga dalam yang diandalkan kedua belah pihak sama sekali berbeda, bila si panglima sakti berlengan emas Ou Swan lebih mengandalkan tenaga pukulan yang-kang yang bersifat keras, dimana angin pukulan nya menderu deru dan membawa daya penghancur yang nyata, maka sebaliknya dengan kakek ceking itu Kakek ceking berbaju hitam itu lebih mengutamakan hawa Im kang yang lembut dan tidak nyata keampuhannya, biar pun serangannya tak bersuara namun mempunyai daya penghancur yang tidak kalah hebatnya, cuma diluar orang memang tak dapat menduga sampai dimanakah taraf tenaga dalam yang dia miliki.
Begitu kekuatan mereka berdua saling bertemu, kakek Ou segera merasakan tenaga serangannya dipunahkan sama sekali oleh segulung angin pukulannya lembut musuhnya.
Kejadian ini kontan saja membuat hatinya terperanjat, segera pikirnya;
"Entah orang ini berasal dari aliran mana" Tampaknya dia mempunyai taraf tenaga dalam yang amat sempurna"
Sebaliknya kakek ceking itu pun merasakan juga betapa dahsyat dan sempurnanya tenaga dalam kakek Ou, hatinya
dibikin tergetar keras sekali sampai ia mendeham dan tergeser mundur selangkah dari posisi semula.
Sesungguhnya ia dibikin tergetar mundur o!eh angin pukulan kakek Ou. tapi berhubung angin pukulan kakek Ou sudah dipunahkan terlebih dulu oleh lawan tanpa menimbulkan suara, maka kakek Ou sama sekali tidak mengetahui hal tersebur.
Begitulah, setelah saling beradu pukulan satu kali.
kedua belah pihak sama-sama menyadari bahwa mereka telah bertemu dengan musuh tangguh yang belum pernah dijumpai sebelumnya, siapa pun tak berani bertindak gegabah lagi.
Setelah mundur selangkah, kakek Ou segera berpaling kearab Tam See hoa sambil katanya;
"Tam lote, harap kau mundur sedikit, aku tidak percaya kalau dia sanggup menerima beberapa buah pukulan ku"
Tam See hoa yang membopong tubuh Wi Tiong hong dan berada lima enam depa belakang kakek Ou segera mengiakan setelah mendengar perkataan itu dan segera mundur pula kebelakang.
Begitu melompat mundur dia persis berdiri ditengah tengah persimpangan jalan tadi.
Ketika berpaling kearah jalanan sebelah selatan.
disitupun dijumpai seorang kakek ceking berbaju hitam menghadang ditengah jalan.
Dihadapan kakek ceking itu berdiri pula orang lelaki tinggi kekar berbaju biru, sedang jarak diantara mereka berdua cuma lima depa, tapi masiig masing orang saling bertatapan muka tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Dibelakaag lelaki berbaju biru itu berdiri pula seorang gadis berbaju hitam yang bertubuh amat ramping, dia berdiri sambil memegang gagang pedangnya seakan akan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Tam See hoa yang menjumpai hal tersebut diam diam berpikir dihati kecilnya. "Agaknya kedua orang itupun sudah mulai bertarung. mungkin mereka pun sedang beradu tenaga dalam."
Baru selesai dia berpikir, kedua orang itu sudah mulai menggeserkan posisi tubuh masing-masing.
Lelaki berjubah biru itu menggeserkan kaki tangannya ke-samping dan bertukar posisi sedangkan kakek ceking itu bergeser pola kesebelah kiri.
Yang satu bergeser ke kanan yang lain bergeser keklri, masing masing pihak menggeserkan tubuhnya bersama sama, biarpun amat lamban gerakan itu namun dapat dilihat kalau amat ngotot dan payah.
Sorot m?ta kedua orarg itupun saling bertatapan tajam, siapapun tak berani memecah kan perhatiannya.
Kakek Ou sudah cukup lama berkelana di dalam dunia persilatan, tentu saja dia pun tahu meskipun kedua orang itu kelihatan sangat tenang, seolah olah tidak terancam bahaya, padahal sesungguhnya masirg masing pihak telah menghimpun tenaga dalam sambil bersiap sedia.
Kalau tidak dilancarkan keadaan masih lumayan, tapi begitu dilepaskan sudah pasti keadaannya luar biasa dan menang kalah segera akan ketahuan.
Pada saat itulah merdadak terdengar kakek ceking berbaju hitam yang berada dihadapanya membentak keras.
'Tua bangka, sambutlah sebuah pukulanku lagi '
Tam See hoa yang mendengar perkataan tersebut buru buru mengalihkan kembali pandangan matanya ke arah pihak sendiri.
Agaknya ke dua orang itu pun sudah bertarung beberapa gebrakan, tapi berhubung serangan yang dilarcarknn kakek ceking itu sama sekali tidak menembuskan suara, maka tak kedengaran suara apa pun diudara hanya nampak kakek ceking itu kembali di desak mundur sampai beberapa langkah oleh serangan kakek Ou.
Kini dia sudah mundur sejauh tujuh delapan depa dari posisinya semula.
Jubah hitamnya kini sudah menggelembung besar, wajahnya semakin menyeringai seram, menyusul bentakan mana sepasang telapak tangannya diputar di depan dada kemudian mendorong keluar dengan sepenuh tenaga.
Serangan yang dilancarkan olehnya kali ini amat mantip, jelas telah disertai dengan tenaga dalam sebesar sepuluh bagian, namun angin pukulannya terap tidak nampak ganas atau mengerikan, malah kelihatannya begitu enteng dan lembut.
Panglima sakti berlengan emas Ou Swan adalah seorang jago kawakan yang bertenaga dalam sempurna dan berpengalaman luas, semenjak pertarungan bermula, dia sudah mengetahui kalau kepandaian silat lawan lebih mengutamakan tenaga im kang yang lembut.
Maka sambil tertawa terbahak bahak tubuhnya diperkuat dengan kuda kuda yang rendah, lalu hawa murninya dihimpun ke pusar dan sepasang telapak tangannya diletakkan sejajar dada, menanti angin pukulan yang lembut
itu sudah mendekati tubuhnya, tiba tiba saja dia mendorong sepasang telapak tangannya ke-depan.
Terdengarlah angin puyuh yang amat dahsyat bagaikan gulungan ombak di tengah samudra langsung menyapu kedepan
Tenaga serangan hawa lembut yang dilancarkan kakek bertubuh ceking itu dilontarkan dengan himpunan tenaga dalam sebesar sembilan bagian, dalam anggapannya semula, paling tidak ia tentu akan sanggup memberi pengajaran yang setimpal terhadap kakek Ou.
Siapa tahu setelah angin pukulan masing masing pihak saling membentur satu sama lainnya, tiba tiba saja ia merasakan hatinya bergetar sangat keras.
Tenaga pukulan ysng dilontarkan olehnya segera dibuat terpental dan membuyar oleh angin serangan bertenaga yan-kang yg dilancarkan musuh, bahkan masih terdapat segulung angin pukulan yang lebih kuat mendesak tubuhnya.
Tak ampun lagi kuda kudanya tergempur. Ia tak sanggup berdiri tegak lagi sehingga beruntun tubuhnya mundur sejauh lima enam langkah, darah dalam tubuhnya bergolak sangat keras hampir saja ia roboh terjungkal ke atas tanah Sementara itu kakek Ou sudah melejit ke tengah udara bersamaan dilontarkannya sepasang telapak tangannya tadi, diiringi suara desingan angin tajam yang menyayat tubuh dia langsung menerkam kakek ceking itu.
Tak terlukiskan rasa terperanjat kakek ceking itu, sekuat tenaga ia menjejakkan kakinya ke atas tanah lalu menyelinap lima depa ke samping bentak nya kemudian.
"Tahan !' Kakek Ou segera menghentikan gerakannya sesudah mendengar bentakan mana serunya sambil tertawa terbahak bahak.
"Hah. .. haaa . . haah . . apakah kau tak sanggup untuk menerimanya "'
Kakek ceking itu tertawa licik. "Aku hanya ingin menjelaskan satu hal kepadamu, yakni dtbalik angin pukulanku itu mengandung racun yang amat jahat, padahal kau sudah lima kali melakukan bentrokan kekerasan denganku, berarti kau sudah keracun sangat hebat, tanpa obat penawar racun khusus dariku, dalam seperminum teh kemudian sari racun itu akan mulai bekerja!'
'Kau anggap aku takut dengan racun"' jengek kakek Ou sambil tertawa karas.
Kakek ceking itu melirik sekejap kearahnya kemudian berkata lagi;
'Aku tahu tenaga dalam yang kau miliki mencercapai tingkatan yang amat sempurna dan terhitung jago paling tangguh yang pernah kuhadapi selama puluhan tahun terakir ini, namun aku tak percaya kalau tengaa dalammu benar benar telah mencapai ketingkatan kebal terhadap pelbagai macam racun
Kakek Ou segera mendongakkan kepalanya tertawa terbahak babak:
"Haah. . haaah. , haah. .semenjak dilahirkan aku sudah kebal terhadap segala jenis racun bila kau tak percaya yaa sudahlah"
Kakek ceking itu tampak agak tertegun, kemudian katanya lagi sambil tertawa seram;
"Biarpun kolong langit itu luas, belum pernah ada orang yang dapat lolos dari kehebatan racunku"
Belum sempat kakek Ou mengucapkan sesuatu, tiba tiba dari belatang tubuhnya kedengaran suara gedebukan yang keras.
Ketika ia capat cepat berpaling, maka di jumpai Tam See hoa telah roboh terjangkang keatas tanah.
Tanpa terasa lagi dia mendesis dengan penuh amarah;
"Kau berani melepaskan racun secara diam diam untuk mencelakainya."
"Tatkala kulancarkan serangan yang pertama kali tadi, orang ini berdiri kelewat dekat dengan arena pertarungan, akibatnya Hawa racun telah menyusup kedalam tubuhnya kapan sih aku telah mencelakainya secara diam diam?"
Kakek Ou mendengus penuh amarah kemudian
melompat kesamping Tam See hoa dan memeriksa tubuhnya.
Ditemukan Tam See hoa tergeletak dengan mata terpejam rapat, jelas dia sudah roboh tidak sadarkan diri.
karena itu serunya kemudian sambil mengangkat kepala,
"Mana obat penawar racunmu. . "
Belum selesai ia berkata, dari arah sebelah kanan berkumandang pula dua kali suara gebrakan yang keras.
Menyusul kemudian terdengar seseorang berseru sambil tertawa nyaring.
'Bocah keparat, rupanya kalian cuma mempunyai kemampuan begitu terbatas?"
Kakek Ou merasa sangat keheranan sehingga ia segera berpaling, ternyata pada mulut jalan sebelah selatan pun
kelihatan ada dua orang yang sama sama roboh keatas tanah sementara dari balik batuan cadas muncul seorang kakek ceking berbaju hitam dengan langkah lebar.
Kakek Ou yang bermata tajam dalam sekilas pandangan saja segera mengenali laki perempuan yang roboh terkapar di atas tanah saat ini adalah dua orang yang pernah di kenal ketika berada di kuil dewa tanah di bukit Pit bun san tempo hari.
Mereka adalah murid pertama dari Thia Sat hio yaitu Kam Lu cu seria adik seperguruannya Liu Leng poo.
Dengan senyuman 1icik dan sinis menghiasi wajahnya, kakek ceking itu maju selangkah demi selangkah ke depan siap mencengkeram tubuh kedua orang itu.
Tentu saja kakek Ou tak akan membiarkan orang itu berhasil dengan perbuatannya, sambil menghimpun tenaga dalamnya dia melesat maju ke depan sambil bentaknya keras keras
"Enyah kau dari sini !'
Belum sampai tubuhnya mencapai tempat kejadian, telapak tangan kirinya telah dilontarkan ke depan melepaskan sebiah pukulan yang maha dahsyat.
Padahal selisih jarak diantara kedua orang itu mencapai empat lima kaki, sekalipun kakek ceking tadi dapat melihat kalau kakek Ou datang dari jalan bukit sebelah utara, namun ia tak menyangka kalau gerakan tubuh lawannya bisa begitu cepat dan luar biasa.
Baru saja suaranya bergema, tahu tahu pukulan dahsyat telah dilancarkan dari tengah udara.
Ia menjadi amat terperanjat setelah merasakan datangnya desingan, angin tajam yang menyergap tubuhnya secara tiba tiba itu.
Akan tetapi, kepandaian silat yang dimiliki kakek ceking itupun sangat luar biasa, didalam gugupnya dia segera melepaskan pukulan untuk mengunci datangnya ancaman tersebut,
Lalu bentaknya sambil tertawa nyaring.
"Kembali kau !'
"Blaaamm !
Dua gulung angin pukulan yang amat keras segera saling beradu satu sama lainnya; akibatnya dari bentrokan mana, timbul desing angin puyuh yang maha dahsyat di sekeliling tubuh mereka berdua.
Kakek ceking itu segera menjerit kaget, tubuhnya tak dapat ditahan lagi segera terdorong mundur sejauh dua langkah.
Sementara itu si kakek Ou yang masih berada diudara segera melayang mundur ke belakang ketika terhembus oleh angin pukulan tersebut. dengan ujung baju yang berkibar terhembus angin, dia melayang turun lurus kebawah tanpa tubuhnya tergetar sama sekali. Biarpun begitu, diam diam hatinya dibikin terkejut juga oleh kelihayan musuhnya, dia segera berpikir:
"Orang ini memang benar-benar amat hebat, biarpun serangan tadi dilancarkan dengan ayunan tangan yang sederhana namun bila ditinjau dari hasil tenaga yang kang yang dihasilkan dalam serangan tersebut, paling tidak mencapai tujuh bagian, nampaknya tidak banyak umat persilatan dewasa yang mampu menggunggulinnya, bila
pihak Tok seh sia memiliki jagoan yang begitu hebatnya, aku tak boleh memandang remeh kekuatan mereka lagi"
Setelah didesak mundur oleh serangan kakek Ou yang dilontarkan dari tengah udara tadi, dengan perasaan terkesiap kakek ceking tadi menatap wajah lawannya lekat lekat, kemudian hardiknya;
'Kau anggap ilmu silat yang kau miliki itu sangat hebat?"
"Mungkin tak akan lebih cetek dari pada kemampuanmu bukan?" jawab kakek Ou sam tertawa.
'Heeeh, heeh. . beeeh. . apakah kau berani mencoba sekali lagi?"
"Mengapa tidak?"
Kakek ceking itu tertawa dingin, pelan pelan dia mengangkat tangan kanannya keatas
Ternyata memanfaatkan kesempatan disaat orang bincang tadi, secara diam diam telah menghimpun tenaga dalamnya, ke tangan kanannya yang kurus tinggal pembungkus tulang itu pelan-pelan berubah menjadi merah membara.
Terkesiap juga kakek Ou setelah menyaksikan peristiwa tersebut, segera pikirnya:
"Ternyata orang ini sudah berhasil melatih ilmu pukulan beracun sebangsa Sam yeng kang. .."
Perlu diketahui Iltnu pukulan Sam yang kang adalah sejenis ilmu pukulan tingkat tinggi yang amat hebat, orang harus berlatih Sam yang cin khi terlebih dulu sebelum melatih ilmu tadi. itupun orang tersebut harus mempunyai hasil latihan puluhan tahun, namun bila ilmu tadi sudah dikuasai, maka sukar ada orang yg mampu menandingi nya. . .
-oo0dw0oo- Jilid 13 SELAMA RATUSAN TAHUN BELAKANGAN ini.
orang hanya berhasil mempelajari yang 'Sam-yang-kiu-khi'
tapi belum pernah ada berhasil mempelajari ilmu Sam yang Khi-kang.
Dan sekarang, telapak tangan sikakek ceking itu sudah berubah menjadi semu merah ini berarti yang dilatihnya adalah sebangsa ilmu pukulan yang beracun yang amat berbahaya.
Dalam pada itu sikakek ceking tadi sudah mengangkat telapak tangan kanannya, ia pelan-pelan dan siap melepaskan serangan pukulan, tiba-tiba dia mendongakkan kepalanya seraya bertanya:
"Tua bangka, Apakah kau baru saja mundur dari jalan gunung sebelah utara?"
"Benar."
"Dan kaupun baru saja bertarung melawan suhengku ?"
"Benar, kami sudah bentrok sebanyak lima pukulan."
Kakek ceking itu manggut-manggut, sementara telapak tangannya segera ditarik kembali, katanya kemudian:
"Kalau begitu kau tak usah bertarung melawan diriku lagi."
"Tidak bertarungpun tak menjadi soal cuma sobat harus meninggalkan obat penawar racun bagi kedua orang yang sedang keracunan ini."
Tiba-tiba kakek ceking itu mendongakkan kepalanya lalu tertawa terbahak-bahak,
"Sobat, apakah kau merasa permintaanku amat menggelikan hati?" kakek Ou segera menegur.
Kakek ceking itu mendengus dingin,
"Hmm, aku tak pernah akan banyak berbicara dengan seseorang yang hampir mampus." Selesai berkata dia lantas membalikkan badan dan siap berlalu dari situ.
"Berhenti!" dengan penuh kegusaran kakek Ou membentak, "apabila kau belum meninggalkan obat penawar racunnya, jangan harap kau bisa beranjak dari sini secara gampang."
Tiba-tiba kakek ceking itu membalikkan hadannya, lalu dengan sepasang mata berkilat tanyanya:
"Hai! tua bangka, tahukah kau apa sebabnya aku enggan turun tangan terhadapmu?"
"Aku tak ingin tahu, mungkin kau sudah tahu akan kemampuan sendiri yang terbatas hingga takut untuk bertarung lagi?"
Hawa amarah segera menyelimuti wajah kakek ceking itu, langsung saja dia berteriak: "Aku telah terikat oleh perjanjian dengan suhengku, barang siapa telah bertarung melawannya maka aku tak akan bertarung lagi melawan orang itu, demikian juga bila orang itu sudah bertarung melawanku. maka dia pun tak akan bertarung lagi dengannya."
"Mengapa demikian ?"
"Sebab seseorang hanya bisa mampus sekali, tiada kemungkinan baginya untuk mampus dua kali."
Kakek Ou segera tertawa tergelak, "Haaahh...haahh. .
haahh. ..kalian benar-benar kelewat percaya dengan kemampuan sendiri !"
"Bila seseorang tidak mampus oleh racun dingin, dia pasti mampus oleh racun hawa panas, selama puluhan tahun terakhir ini belum pernah seorang manusia pun yang berhasil lolos dari cengkeraman maut To kiau ji lo (Dua sesepuh dari To kiau)."
"Kalau begitu, aku akan menjadi satu-satunya manusia yang tak akan mampus oleh serangan maut kalian."
Kakek ceking itu seperti tidak percaya dengan perkataan tersebut, dia segera menganggukan kepalanya seraya bertanya: "Suheng tua bangka ini.. .."
Ketika kakek Ou berpaling dijumpainya kakek ceking lagi pendek itu masih berdiri disitu.
Ketika mendapat pertanyaan tersebut diapun manggut-manggut sambil jawabnya: "Dia memang sudah beradu pukulan sebanyak lima kali denganku, tapi ia bilang sepanjang hidupnya tak kuatir terhadap serangan racun.
nyatanya hingga sekarangpun ia belum tersiksa oleh bekerjanya racun. Aku lihat apa yang diucapkan memang dapat dipercaya."
"Siaute justru tidak percaya kalau dikolong langit ini benar-benar terdapat orang yang kebal terhadap racun."
"Mengapa kau tidak mencoba sendiri?"
"Aku memang mempunyai maksud berbuat demikian!"
"Bagus sekali, aku akan mengumpulkan mereka terlebih dulu, kemudian baru bertanding melawanmu."
Selesai berkata dia lantas membopong tubuh Kam Liu cu dan Liu Leng po dan dikumpulkan menjadi satu dengan tubuh Tam See hoa.
Sewaktu tangannya menyentuh tubuh ke dua orang ini, dia merasakan tubuh mereka berdua amat panas bagaikan disengat oleh panasnya api, diam-diam ia merasa kaget.
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, segera teringat olehnya bahwa Wi Tiong hong sedang terserang racun hawa dingin dimana tubuhnya telah kaku.
"Mengapa aku tidak membaringkan tubuh mereka berdua disamping Wi Tiong hong" Siapa tahu hal ini justru akan mengurang panas yang menyiksa tubuh mereka?"
demikian pikirnya.
Siapa tahu ketika ia memegang tubuh Tam See hoa, terasa badannya amat dingin seperti es, Cuma saja jauh lebih mending ketimbang apa yang dialami Wi Tiong hong.
Tanpa terasa dia berpaling kearah kakek ceking kecil itu sambil tegurnya:
"Sobatku ini sudah terkena pukulan beracun apa sih"
Mengapa tubuhnya begitu dingin?"
"Dia sudah tersapu oleh angin pukulan Kiu-im-tok-ciangku. tentu saja terserang oleh racun hawa dingin."
Begitu mendengar kata racun hawa dingin, satu ingatan segera melintas didasar benak kakek Ou.
Dalam pada itu kakek ceking tadi sudah mengangkat kembali telapak tangan kanannya ke atas sambil membentak:
"Hei tua bangka, kau telah bersiap sedia?"
"Silahkan saja kau lancarkan seranganmu itu!" tantang kakek Ou sambil tertawa,
Biarpun ia berkata seenak hatinya sendiri, bukan berarti dia tanpa persiapan, secara diam-diam dia telah meningkatkan kewaspadaan sendiri didalam menghadapi serangan lawan. sebab dia sendiripun tidak begitu yakin apakah sanggup menerima pukulan beracun sebangsa Sam-yang kang tersebut atau tidak.
Diam-diam ia menarik napas panjang. segenap tenaga dalam yang dimilikinya segera dihimpun menjadi satu dalam sepasang telapak tangannya.. .
Kakek ceking itu hanya mendesis dingin mendadak dia mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah bacokan.
Dengan sorot mata yang tajam kakek Ou mengawasi datangnya serangan musuh itu bersama dengan diayunkannya telapak tangan tersebut, terasa segulung angin pukulan berhawa panas menyapu tiba.
Namun berhubung angin pukulan lawan belum
mencapai kehadapan tubuhnya sehingga tidak
menguntungkan untuk disambut, maka dia hanya berdiri belaka tanpa bergerak sedikitpun juga.
Ketika serangannya mencapai sampai tengah jalan.
mendadak kakek ceking menarik kembali serangannya disusul kemudian dari kejauhan ia lontarkan serangan yang kedua.
Bersamaan dengan dilepaskannya ancaman ini, seketika itu juga terdengar suara desingan angin tajam yang memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan, segulung aliran hawa panas serta merta menerjang kehadapan tubuhnya.
Kakek Ou segera membentak keras: "Serangan yang bagus!"
Telapak tangan kirinya segera mendayung keatas lalu membuang keluar arena, sementara kelima jari tangan kanannya yang dipencangkan lebar-lebar melepaskan bacokan dari kejauhan.
Tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna, segulung angin pukulan yang maha dahsyat seperti sambaran geledek segera meluncur ke muka. walaupun sepasang telapak tangan belum saling bertemu, akan tetapi separuh bagian kekuatan hawa pukulan panas si kakek ceking tersebut telah berhasil dipunahkan lebih dulu,
"Blaaamm...!"
Ditengah udara terjadi benturan keras yang amat memekikkan telinga setiap orang. masing-masing pihak telah melepaskan sebuah serangannya dengan kecepatan yang luar biasa, disaat telapak tangan saling beradu inilah si kakek ceking segera menyadari kalau gelagat tidak menguntungkan.
Ternyata angin pukulan yang dilepaskan kakek Ou tadi berhasil membendung balik Kiu-yang-tok-ciang yang dilepaskan olehnya, dalam terkejutnya dia tak sempat lagi menarik kembali serangan tersebut.
"Plaaakk...!"
Ketika sepasang telapak tangan saling bertemu, kakek ceking itu merasakan telapak tangannya seolah-olah menghamtam diatas batu baja saja, membuat seluruh tangan kanannya tergetar keras dan menjadi kaku saking sakitnya.
Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata saja, ketika merasakan gelagat tidak menguntungkan, dia segera mengeluarkan ilmu gerakan tubuh lain untuk
menghindar, walaupun demikian perasaannya toh dibuat tergetar juga.
Dengusan tertahan segera bergema memecahkan keheningan, tubuhnya melayang turun ke atas tanah itu tak sanggup menahan diri sehingga secara beruntun dia mundur sejauh empat lima langkah kebelakang.
Kakek Ou segera tertawa tergelak: "Haaahh...haaahh kau sanggup menerima sebuah pukulanku secara telak dan nyata. Hal ini menunjukan kalau kau memang sukar mencari tandingan di dunia persilatan dewasa ini."
Kakek ceking itu membelalakan sepasang matanya lebar-lebar, lalu dengan perasaan terkesiap tegurnya: "Sebenarnya siapakah kau?"
"Kau kan cuma berniat mencoba apakah aku benar-benar kebal terhadap racun atau tidak" Buat apa mesti bertanya soal nama segala?"
Hawa amarah yang sangat tebal menyelimuti seluruh wajah kakek ceking itu, dengan suara menyeramkan dia berseru:
"Kau masih tetap tidak percaya."
"Bukankah kau telah membuktikan sendiri" Bukankah kenyataannya sekarang aku masih tetap sehat wafafiat, sekalipun telan menyambut pukulan beracunmu itu?"
"Walaupun pukulan beracun kami dua bersaudara mengandung racun yang dahsyat, namun bila bertemu dengan seseorang yang berhasil melatih khikang pelindung badan atau sebangsanya, kepandaian kami memang belum mampu menyusupkan hawa racun tersebut ketubuhnya, jadi bukan berarti kau benar-benar kebal pukulan beracun."
Kakek Ou segera tertawa,
"Oooh, jadi kau menganggap aku memiliki hawa khikang pelindung badan.,." Haaa.. .haaahh.... keliru besar bila kau beranggapan demikian, karena semenjak dilahirkan aku sudah merupakan seseorang yang kebal racun."
"Kau berani bertaruh denganku?"
"Bagaimana caranya bertaruh?"
Kakek ceking itu mengangkat matanya dan menuding ke empat orang yang terluka itu kemudian bertanya:
"Bukankah mereka berempat adalah sahabat-sahabatmu semua ?"
"Benar."
"Bagaimana bila kita pergunakan mereka sebagai bahan taruhan" Apabila kami dua bersaudara yang kalah, maka aku akan mengobati luka beracun yang mereka derita."
Dia mengira Wi Tiong hong pun termasuk orang yang terluka oleh Kiu im tok-ciang yang dilancarkan suhengnya, oleh sebab itu dia berjanji akan menyembuhkan luka beracun yang diderita keempat orang itu.
"Baik, aku bersedia memenuhi keinginanmu itu." jawab kakek Ou dengan cepat, "bagaimana cara kita bertaruh, ayoh cepat utarakan, Ou lotoa pasti akan mengiringi keinginan kalian,"
"Aaaah jadi kau adalah Panglima sakti bertangan emas Ou Swan?" tanya kakek ceking terperanjat.
"Yah begitulah."
"Kami dua bersaudara tidak pernah mempunyai perselisihan apa-apa dengan Lam-hay bun kalian, mengapa kalian justru mencari gara-gara dengan kami?" tegur kakek pendek yang lain segera.
"Sia-cu kalian telah menculik nona kami, coba bayangkan mau apa aku datang kemari?"
"Omong kosong, Lembah Liu seh kok di bukit Tok kiau san ini hanya dihuni kami dua bersaudara, siapa yang telah menculik nona kalian?"
"Jadi tempat ini bukan Tok seh sia" Mengapa tidak kau katakan sejak tadi?" tanya kakek Ou dengan gusar.
"Mengapa aku mesti mengatakannya?" sahut si kakek pendek dingin, "bila kau hendak mencari orang-orang Tok seh sia mengapa datang mencari gara-gara dengan Liu she kok kami" Setelah mencari gara-gara dengan Liu seh kok, tentu saja Tok kiau ji lo harus memberi sambutan sebagaimana mestinya. Sekarang, apakah Ou tayhiap masih niat untuk melanjutkan taruhan ini?" tanya kakek ceking pula.
Ketika berbicara sampai disini, tidak menanti kakek Ou menjawab, dia telah menyambung lagi. dengan dingin:
"Cuma dengan nama besar Ou tayhiap di dalam dunia persilatan, setelah berani mengucapkannya keluar, aku pikir kau pasti akan melanjutkan taruhan ini bukan?"
Kakek Ou segera berpikir:
"Pada saat ini Tam See hoa serta Kam Liu cu bersaudara sudah tidak sadarkan diri karena keracunan, untuk bisa memperoleh obat penawar racun dari mereka, otomatis aku harus bertaruh dengan mereka...."
Berpikir sampai disini. tanpa terasa ia tertawa terbahak-bahak seraya berseru; "Apa yang telah diucapkan Ou lotoa tentu saja masuk hitungan, silahkan saja kalian berdua mengajukan permohonan pokoknya tentu aku akan mengiringi keinginan kali itu."
"Hmm....hmm...bila aku yang mengajukan usulan, aku kuatir Ou tayhiap tak berani menerimanya?" jengek si kakek ceking sambil tertawa.
Mencorong sinar aneh dari balik mata kakek Ou, dia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak;
"Haaahhh.. .haaahh ...haaahh...tiada persoalan yang ada didunia ini yang tak berani dihadapi oleh Ou lotoa, silahkan saja kau ajukan persoalanmu."
Sekilas senyuman licik segera menghias wajah kakek ceking itu, ujarnya:
"Nama besar Ou tayhiap telah menggemparkan Thian-lam, aku ingin sekali mengadakan suatu pertaruhan yang belum pernah terjadi didalam dunia persilatan selama ini."
"Silahkan diutarakan sobat."
"Walaupun kami dua bersaudara belajar ilmu silat dari perguruan yang sama, namun berhubung masing-masing memiliki kemampuan yang berbeda maka setelah latihan selama puluhan tahun lamanya, terwujud dua jenis racun yang berbeda pula, Ou Tayhiap mengakui kebal terhadap berbagai macam racun, maka dari itu aku pingin menyuruh kau menelan dua butir pil beracun yang telah kami persiapkan itu, apabila selewatnva seperminum teh keadaanmu masih tetap sehat-sehat saja, kami segera akan mengaku kalah."
Kakek Ou sama sekali tidak menyangka kalau lawannya bakal mengajukan cara bertaruh semacam ini, untuk sesaat dia menjadi tertegun dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Melihat lawannya terbungkam, sambil tertawa dingin kakek ceking itu segera mengejek: "Sudah kuduga kalau Ou tayhiap pasti tidak akan berani menerima tantanganku ini."
"Belum pernah kudengar ada orang mengajak bertaruh makan pil beracun,"
Sekali lagi kakek ceking itu tertawa licik:
"Justru karena kejadian seperti ini belum pernah terjadi didalam dunia persilatan. maka kami mengajakmu untuk bertaruh. bukankah Ou tayhiap sama sekali tidak takut dengan racun?"
Diam-diam kakek Ou berpikir dalam hatinya,
"Berapa hari berselang baru saja aku menelan sebutir pil mestika Pit tok kim wan yang merupakan obat mujarab dari Lam-hay bun, itu berarti selama seratus hari kemudian aku tetap kebal terhadap pengaruh pelbagai jenis racun. Tapi yang dimaksudkan dalam hal tersebut apabila terkena racun tanpa disengaja, bukan berarti berani menelan obat beracun yang diberikan orang lain secara sengaja, bukan saja pil tersebut telah dirancang secara khusus, apalagi dua jenis obat beracun yang sama sekali berlawanan sifatnya....Pek tok kim wan memang berpaedah untuk memunahkan pengaruh racun, bila telah menelan pil racun mereka kemudian menelan pil menawar racun lagi, mungkin saja masih tak menjadi soal tapi Pek-tok itu telah kutelan sejak beberapa hari berselang..
-Obat tersebut dapat memunahkan racun dari jarum beracun keluarga Lan yang sangat hebat, entah sisa pengaruh obat yang berada dalam tubuhku itu dapat pula memulihkan kedua racun yang mereka buat atau tidak...?"
Sementara dia masih termenung, tiba-tiba terdengar kakek ceking itu sudah mengejek kembali:
"Apakah Ou tayhiap menyesal?"
"Persoalan dalam taruhan mesti disetujui oleh kedua belah pihak, memangnya aku telah memberikan persetujuanku tadi?"
Kakek ceking itu segera tertawa dingin.
"Bukankah Ou tayhiap telah berkata sendiri, memangnya kau sudah melupakannya kembali?"
"Apa sih yang pernah kukatakan?"
"Ou tayhiap telah berkata bahwa akulah yang akan mengajukan persoalan dan apa persoalannya kau pasti akan mengiringi, itu berarti kau telah bersedia menerima tantangan didalam persoalan apapun, bukankah demikian?"
Merah padam selembar wajah kakek Ou setelah mendengar perkataan itu, ia segera manggut-manggut:
"Baik, anggap saja aku telah menyetujui persoalan yang telah kau ajukan itu!"
"Padahal sekalipun kau tidak bertaruh pun tak menjadi soal bagiku." kata sikakek ceking itu kemudian.
"Apa maksudmu?"
"Yang kita pertaruhkan sekarang adalah mengobati luka beracun yang diderita beberapa orang itu, apabila Ou tayhiap hendak membatalkan pertaruhan tersebut, tentu saja aku pun tak akan mengobati pula luka beracun yang mereka derita."
Kakek Ou menjadi tertegun, kemudian pikirnya: "Apa yang dia katakan memang betul juga, bila pertaruhan ini dibatalkan, tentu saja merekapun tak akan menawarkan racun yang menyerang tubuh mereka."
Berpikir sampai disini la segera tertawa terbahak-bahak katanya kemudian:
"Setiap patah kata yang telah kuucapkan tentu saja harus dilaksanakan, mau bertaruh pun tak jadi soal bagiku."
Kakek yang pendek tubuhnya itu segera tertawa dingin:
"Ou tayhiap, lebih baik kau jangan mempergunakan tubuh sendiri untuk mencoba racun kami, ketahuilah sifat racun yang dibuat oleh kami berdua bertentangan satu sama lainnya, apabila sudah ditelan maka tidak ada obat penawar racun yang bisa menyembuhkan."


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kakek Ou adalah seorang yang keras kepala, dia paling tidak tahan bila dipanasi dengan cara begini, tanpa terasa lagi ia segera berteriak keras:
"Bawa kemari pil beracun kalian. sekali2 aku mesti mati keracunan, tak nanti akan menuntut nyawa kalian."
Sekulum senyuman licik kembali menghiasi wajah kakek ceking itu. dia segera merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan sebuah botol porselen kecil, dari situ dia mengeluarkan sebutir pil berwarna merah yang kemudian disodorkan kedepan seraya berkata:
"Inilah pil Lam khek wan ku."
Kakek pendek itupun mengeluarkan sebutir pil berwarna hitam sambil serunya; "Inilah pil Pek khek wan ku!"
Kakek Ou segera tertawa terbahak bahak; "Haah . .haah .
.haah . .aku tidak percaya kalau pil beracun kalian benar-benar dapat membunuhku."
Disambutnya ke dua butir pil beracun itu kemudian segera ditelan kedalam perut.
Dengan senyuman licik menghiasi wajahnya, kakek ceking itu saling berpandangan sekejap dengan kakek pendek, kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun ke dua orang itu sama-sama mundur selangkah kebelakang.
"Hei gerak-gerik kalian sangat mencurigakan, apa yang hendak kalian lakukan!" bentak kakek Ou dengan mata melotot.
"Sekarang Ou tayhiap telah menelan dua macam obat beracun yang saling berlawanan sifatnya dan ganasnya bukan kepalang, seperminum teh kemudian racun tersebut akan mulai bekerja..."
Ketika berbicara sampai disini, tiba-tiba ia tutup mulut dan tidak berbicara lagi.
"Mengapa tidak kau lanjutkan perkataanmu itu?"
"Bila racun itu mulai bekerja, maka kau akan menjadi gila sebelum akhirnya mampus."
Kakek Ou segera mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak: "Haaa . . haaa . . haaah . .. aku tidak percaya . . ."
Belum selesai perkataan tersebut diutarakan tiba-tiba paras mukanya berubah hebat, ia segera duduk bersila diatas tanah, pelan-pelan memejamkan matanya dan mulai mengatur napas, semua peristiwa tersebut berlangsung dalam sekejap mata saja, kakek Ou yang sudah duduk bersila itu belum sempat mengatur napasnya ketika secara tiba-tiba tubuhnya mengalami goncangan yang sangat keras, tahu-tahu saja dia mencelat setinggi tiga depa lebih kemudian terbanting kembali ke atas tanah.
Tanpa terasa kakek ceking dan kakek pendek itu mandur dua langkah kebelakang, ke empat sorot mata mereka berdua sama-sama dialihkan ke wajah kakek Ou.
Tampak semua rambut dan jenggotnya pada berdiri kaku semua seperti landak, peluh sebesar kacang kedelai bercucuran tiada hentinya sudah jelas dia sedang mengandalkan tenaga dalamnya yang sempurna untuk
melawan reaksi dari dua jenis racun yang bertentangan sifatnya itu.
Kakek ceking tersebut memperhatikan korbannya berapa saat, lalu sambil mengangkat kepala dia berkata; "Orang ini sudah tiada harapan untuk diselamatkan lagi !"
Si kakek yang pendek segera manggut-manggut:
"Ya, dua pil kutub utara dan selatan merupakan obat beracun yang kita ciptakan secara khusus daya kerjanya luar biasa, jangan lagi dua butir sekaligus. hanya sebutirpun sudah tak tertolong lagi, hehh...heeh...heeeh...sungguh menggelikan perbuatan dari tua bangka tersebut. sekaligus dia telah menelan dua butir, bayangkan saja memangnya dia dapat tertolong lagi?"
"Kalau begitu lebih baik kita pulang saja." ajak si kakek ceking itu kemudian.
"Benar, kita memang lebih baik pulang saja."
Kakek ceking itu segera membungkukan badannya memberi hormat sambil katanya: "Silahkan suheng."
"Silahkan sute," kata si kakek cebol pula sambil memberi hormat.
Ke dua orang itu membalikan badan lalu seorang membelok ke selatan yang lain berbelok ke utara masing-masing kembali tempat pemondokan masing-masing.
Baru saja berjalan dua langkah, mendadak kakek ceking itu menghentikan langkahnya seraya berseru:
"Suheng tampaknya kita telah dipecundangi orang !"
Ketika mendengar seruan mana si kakek cebol menghentikan langkahnya seraya mencoba untuk mengatur napas, paras mukanya segera berubah hebat, sambil mendengus penuh amarah serunya:
"Ternyata tua bangka inipun seseorang ahli dalam menggunakan racun. tak nyana kalau tanpa kita sadari dia telah melakukan perbuatan licik di atas tubuh kita."
Sementara itu kulit muka si kakek ceking itu sudah mulai mengejang keras, katanya kembali:
"Suheng. tampaknya racun yang berada didalam tubuh kita sudah mulai bekerja."
"Hmmm. betul, datangnya amat cepat." dengus si kakek cebol itu.
Baru saja dia akan maju kemuka, tiba-tiba saja tubuhnya roboh terjungkal keatas tanah.
Kakek ceking Itu sangat terkejut, dia merasakan sepasang kakinya menjadi lemas sekali sehingga tak bisa dipakai untuk bergerak lagi, terpaksa dia duduk pula kelantai seraya teriaknya;
"Suheng, racun apakah yang telah menyerang kita"
Tampaknya seperti sejenis racun tanpa ujud..."
"Perkataanmu memang tepat sekali!" tiba-tiba seseorang menyahut sambil tertawa seram.
Menyusul perkataan itu, muncul seorang kakek berjenggot putih dari belakang sebuah batu besar.
Orang itu mengenakan jubah lebar berwarna hitam, senyuman menghiasi wajahnya dengan membawa tongkat bambu pelan-pelan dia menghampiri dua orang itu, dengan sorot mata yang tajam kakek ceking itu mengawasi lawannya lekat-lekat, kemudian desisnya:
"Tok seh siacu!"
Sedangkan si kakek cebol itu segera membentak dengan suara yang amat keras:
"Selama dua puluh tahun terakhir ini. kami dua bersaudara selalu memegang janji dengan tidak meninggalkan lembah kami barang selangkah pun, mengapa Siacu justru mengingkari janji terlebih dulu dengan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mencelakai kami berdua?"
Kembali kakek berjenggot putih itu tertawa licik, "Kalian berdua masih mengenali aku. Memang hal ini lebih baik lagi."
Pelan-pelan dia mendekati ke dua orang itu, kemudian katanya lebih jauh:
"Sekarang aku hendak menghapuskan janji kita yang lampau dengan mengundang kalian berdua untuk turun gunung, entah bagaimanakah pendapat kalian berdua?"
Kakek ceking itu menanti hingga lawannya dekat sekali dengan tubuhnya, tiba-tiba sambil tertawa dingin dia mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Tenaga pukulan yang diandalkan olehnya adalah tenaga Yang-kang, karenanya serangan yang dilancarkan semestinya menghasilkan tenaga pukulan yang dahsyat dan menghancurkan benda apa saja.
Siapa tahu, ketika serangannya telah dilancarkan, dia telah kehilangan sama sekali kekuatan tubuhnya.
Sambil tertawa dingin kakek berjenggot putih itu berkata lagi:
"Aku sama sekali tidak menaruh maksud jahat terhadap kalian berdua, tapi bila sikap kalian justru membangkitkan hawa amarahku maka hal ini sama artinya dengan mencari penyakit buat diri sendiri."
Dengan pandangan penuh amarah kakek itu mengawasi kakek berjenggot putih itu tajam-tajam, mendadak ia berseru.
"Kau ..kau bukan Tok seh siaucu."
"Siapa bilang aku bukan?"
"Jika kau adalah Tok seh Siacu tentu kau tahu bagaimanakah perjanjian yang kita buat dulu."
"Janji yang mana yang kau maksudkan?"
"Dulu kamii berdua pernah mendapat undangan dari siacu untuk menjabat sebagai pelindung hukum, namun berhubung wakil huhoat si raja langit bertangan racun Liong Cay thian tidak sesuai dengan pendapat kami, maka permintaan tersebut kami tolak. Karenanya siacu pun berjanji kami tak akan saling mengganggu satu sama lainnya tapi kami diminta untuk tetap berdiam dalam lembah ini, sehari belum mati, kami pun tak akan meninggalkan lembah ini. Namun waktu itu dijanjikan pula orang-orang Tok seh sia tak akan mengusik lembah kami pula, aku yakin Liong Cay thian sebagai Cong-huhoat mengetahui pula akan perjanjian ini."
Kakek ceking yang berada disisinya segera
menambahkan pula;
"Kami bukan disekap dilembah ini oleh Siacu, maka ucapanmu yang hendak menghapuskan perjanjian kami dulu telah memperlihatkan titik kelemahan besar, apalagi jikalau sobat benar-benar adalah Tok seh siacu yang asli, berarti pula kau adalah majikan kami yang lama. untuk memasuki lembah ini kalian pasti tidak akan menggunakan cara meracuni kami, kemudian menanti sampai racun mulai bekerja dalam tubuh kami. kalian baru munculkan diri."
Mendengar perkataan mana. si kakek berjenggot putih itu segera tertawa seraya manggut-manggut.
"Benar, aku memang bukan Tok Seh siaucu."
"Lantas apa maksudmu menyaru sebagai Tok Seh siacu
?" tegur si kakek cebol.
Kembali kakek berjenggot putih itu tertawa seram.
"Adapun kedatanganku kemari adalah hendak mengundang kalian berdua untuk turun gunung, sama sekali tidak mempunyai niat atau pun tujuan jahat."
Berbicara tsmpai disini dia tertawa tertawa ter-bahak2
sambil menyambung lebih jauh,
"Tok seh siacu pernah berkata, sehari dia belum mati, sehari pula kalian dilarang keluar lembah. kalau begitu kalian berdua sudah tertipu habis-habisan."
"Bagaimana mungkin kami berdua bisa tertipu?"
"Tok seh siacu yang tua telah mampus, sedangkan yang baru muncul pula dengan dandanan semacam ini, hal ini sama artinya pula dengan adu taktik yang licik, sebab selama hidup jangan harap kalian bisa keluar dari lembah ini lagi."
"Kami dua bersaudara sudah lama berdiam dilembah ini.
memang kami berniat berdiam dilembah ini sampai tua sama tak terlintas dalam benak kami untuk keluar dari sini."
Kakek berjenggot putih itu segera menghembus napas setelah itu katanya lagi.
"Kalian anggap aku dengan dandanan demikian ini merupakan Tok seh siacu gadungan?"
"Memangnya bukan?"
Kakek berjenggot putih itu kembali tertawa ter-bahak2;
"Haaah . . .haaah . . . haaah. . . tahukah kau bahwa dandanan yang digunakan Tok seh siacu waktu itupun sesungguhnya sedang menyaru sebagai orang lain?"
"Soal ini belum pernah kami dengar." kata kakek cebol.
"Dahulu kalian berdua pernah menjadi pelindung hukum selat Tok seh sia, tahukah kalian sebenarnya siapakah Tok seh siacu tersebut?"
"Tentang soal ini kami kurang begitu jelas."
Kakek berjenggot putih itu segera tertawa dingin: "Dia tak lain adalah si pedang beracun Kok In."
Kakek ceking dan kakek cebol segera saling
berpandangan sekejap kemudian dengan setengah percaya setengah tidak mereka berkata lagi:
"Masa Tok seh siacu adalah si pedang beracun Kok In"
Dahulu dia sudah termasuk seorang tokoh persilatan yang amat termashur dalam dunia persilatan, buat apa dia sendiri menyebut diri sebagai Tok seh siacu. . .?"
Mencorong serentetan sinar tajam dari balik mata kakek berjenggot putih itu, katanya:
"Ketika melarikan diri dari Lam-hay, si pedang beracun Kok In telah kabur sampai disini dan secara kebetulan dia berjumpa dengan Kiu tok sinkun diselat Tok seh sia. .."
"Kiu tok sinkun?" kakek cebol itu menjerit kaget, "Kiu tok sinkun berada diselat Tok seh sia?"
Kakek berjenggot putih itu manggut-manggut, lanjutnya.
"Sinkun merasa amat cocok dengan orang itu sehingga mengundangnya masuk kedalam selat, siapa tahu sibajingan tua she Kok itu mengincar sejilid kitab beracun milik sinkun kemudian mengincar pula kekayaan dari Tok Seh-sia, maka akhirnya diapun turun tangan membunuh
lalu mengangkat diri sebagai Tok seh siacu, dandanannya itu lain adalah menyaru sebagai sinkun."
"Si pedang beracun Kok In bisa menyaru sebagai Kiu tok Sinkun, tentunya hal ini dimaksudkan agar dia dapat menguasai segenap anggota selat Tok seh sia bukan?"
"Memang begitulah."
"Kalau didengar dari ucapan sobat, rasanya kau seperti berasal dari satu aliran dengan Kiu tok sinkun?" sela kakek ceking itu kemudian.
"Sinkun tak lain adalah mendiang guruku." kata si kakek berjenggot putih itu segera.
Diam-diam kakek ceking itu terkejut, segera tanyanya.
"Siapakah namamu sobat?"
"Aku adalah Kiu tok kaucu."
Berbicara sampai disini, tiba2 dengan wajah serius dia melanjutkan. "Sekarang si pedang beracun sudah mati, berarti perjanjian kalian berdua dengannya telah batal, kalianpun boleh meninggalkan lembah ini dengan bebas, bila kalian tidak menampik aku bersedia menerima kalian berdua sebagai pelindung hukum kiri dan kananku, entah bagaimanah pendapat kalian?"
"Bila kaucu harus mengundang dengan cara begini, kami berdua benar-benar tidak berani menerimany."
"Yaa, benar apa yang kau lakukan memang terhitung suatu ancaman, mana mirip sebuah undangan?"
"Oooh, jadi kalian berdua menuduh aku tidak seharusnya mempergunakan racun untuk mencelakai kalian" Tapi jikalau aku tilak berbuat demikian, mana mungkin aku bisa mengajak kalian berdua untuk
berbincang-bincang" Sekarang juga aku akan memunahkan racun yang mengeram didalam tubuh kalian."
Selesai berkata dia lantas mengebaskan ujung bajunya sehingga terlihat kelima jari tangannya yang mirip cakar burung elang itu Kemudian disentilkan ketubuh kedua orang itu.
Tok kiau ji loo yang sedang duduk bersila diatas tanah segera mengendus bau harum semerbak yang menyusup kedalam lubang hidung mereka. begitu mengnedus bau tersebut semangat mereka segera bangkit dan segar kembali.
Kiu kaucu pun menjura kembali seraya berkata.
"Apabila aku telah bertindak kasar kepada kalian tadi harap kalian berdoa sudi memaafkan, sekarang racun yang mangeram dalam tubuh kalian telah punah, coba aturkan pernapasan untuk mencoba, apakah dalam isi perut kalian masih ada sisa racunnya?"
Padahal tanpa disuruh Kiu tok kaucu pun secara diam-diam ke dua orang itu sudah mencoba untuk mengatur napas, ternyata racun yang mengeram ditubuh mereka telah punah sama sekali maka mereka pun manggut-manggut seraya menjawab.
"Yaa, sudah tak ada lagi."
"Dengan senang hati kuharapkan kemudian kalian berdua untuk segera bersiap sedia, kita akan berangkat sekarang juga." kata Kiu tok kaucu kemudian.
Mendadak kakek ceking itu mendesis penuh amarah.
bentaknya; "Semenjak kapan sih kami menyanggupi permintaan kalian itu?"
Bentakan ini sama sekali diluar dugaan Kiu tok kaucu, ia jadi tertegun dibuatnya.
"Bukankah kalian berdua telah mengatakan bila si pedang beracun Kok In telah mati, makanya sumpah yang dibuat kalian dulu pun menjadi batal, .?"
Kakek ceking itu tertawa nyaring. "Sekalipun dengan matinya Kok In maka kami berdua sudah tidak terikat lagi dengan segala bentuk perjanjian, bukan berarti kami harus pergi meninggalkan lembah ini."
"Betul!" sambung si kakek cebol. "barusan akupun sudah berkata, kami telah lama berdiam dilembah ini, apalagi kami pun berniat akan tetap tinggal dilembah ini hingga mati. tiada terlintas niatan dalam benak kami untuk meninggalkan bukit ini."
Mendengar sampai disini, Kiu tok kaucu segera tertawa seram.
"Apa yang hendak kukatakan sudah kukatakan, kalian berdua tidak boleh tidak harus menerima tawaranku ini."
"Kalau aku tidak setuju mau apa kau" Memangnya hendak bertarung melawanku?" teriak kakek ceking itu keras-keras.
"Aku tidak perlu turun tangan dengan kalian." kata Kiu tok kaucu sambil tertawa seram.
Mendadak paras muka kakek cebol itu berubah hebat, sambil mendengus dingin serunya.
"Sute, racun yang mengeram didalam tubuhku ternyata belum terhapus sama sekali. . ."
Mendengar perkataan tersebut, si kakek ceking menjadi sangat terkejut, segera bentaknya dengan mata melotot.
"Apa maksudmu dengan perbuatan begini ?"
Kiu tok kaucu segera mendongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaah . . haaaah ....haaah... .aku dengar Tok kiau ji lo adalah manusia yang tak mudah untuk dihadapi bila aku tidak berjaga-jaga sampai kesitu, bukankah perbuatanku ini sama artinya dengan melepaskan harimau pulang gunung?"
"Sekarang mau apa kau?" teriak kakek ceking.
Kiu tok kaucu segera tertawa seram. "Heeh. , heeh..
heeh... diluar lembah sana sudah tersedia kereta kuda, silahkan huhoat berdua segera meneruskan perjalanan."
Selesai berkata dia membalikkan badan sambil membentak lagi. "Sekarang kalian semua boleh masuk kedalam."
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat di mulut lembah, kemudian muncul empat orang gadis berbaju ungu yang berambut panjang dan berusia enam tujuh belas tahun, mereka segera memberi hormat kepada Kiu tok kaucu.
Dengan cepat Kiu tok kaucu mengulapkan tangannya, kemudian sambil menuding kedua orang kakek itu, ujarnya.
"Kedua orang ini adalah pelindung hukum kiri dan kanan perkumpulan kita, mengapa kalian tidak segera maju untuk memberi hormat kepada mereka?"
Ke empat orang gadis berbaju ungu itu segera maju kedepan dan memberi hormat kepada Tok kiau ji lo.
kemudian dengan suara yang merdu serunya bersama.
"Anggota perkumpulan menjumpai huhoat berdua,"
Tok kiau ji lo merasa mendongkol sekali. namun mereka tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Terdengar Kiu tok kaucu berkata lagi. "Pelindung hukum berdua sudah terkena racun dari siluman Tok seh sia sehingga tubuh mereka tak mampu bergerak lagi, kalian
lekas memayang mereka secara berhati-hati dan antar keluar dari lembah. . ."
Tindakan dari Kiu tok kaucu ini benar2 keji, dia yang meracuni orang namun dosanya justru dilimpahkan keatas pundak Tok Seh siacu.
Tok kiau ji lo yang mendengar perkataan itu menjadi mendongkol disamping geli.
Sementara itu ke empat gadis berbaju ungu tadi telah mengiakan, dengan berhati-hati sekali mereka memayang ke dua orang itu keluar dari lembah.
Dalam pada itu kakek Ou berani menerima tantangan musuh dengan menelan dua butir pil Lam khek wan dan Pak khek wan dari Tok kiau ji lo, karena dia mengandalkan pula Pil Pek tok kim wan yang pernah ditelannya dengan kasiat dalam seratus hari tak akan terpengaruh lagi oleh serangan racun dari luar.
Siapa tahu kedua butir pil tersebut merupakan obat racun yang dibuat secara khusus oleh kedua orang itu.
00O0dw0O00 Ilmu pukulan yang dilatih si kakek cebol adalah Kiu im tok ciang yang berhawa dingin, sebaliknya ilmu yang dilatih kakek ceking adalah Kiu yang tok ciang yang panas.
Ditinjau dari nama kedua macam ilmu pukulan itu dapat diketahui bahwa ilmu yang mereka pelajari seratus persen merupakan ilmu beracun dari golongan sesat. Disaat latihan mereka membutuhkan obat racun yang dipoleskan ke telapak tangan masing-masing kemudian menghisapnya kedalam telapak tangan masing2 dengan tenaga dalamnya.
Pukulan beracun yang mereka keluarkan tadi tak lain adalah obat pemoles tersebut, bukan saja amat beracun.
lagipula sudah dicampur dengan beberapa macam rumput obat yang jahat.
Kiu im tok ciang adalah kepandaian berhawa dingin yang amat beracun, tentu saja obat yang dicampuri adalah obat yang bisa membangkitkan hawa dingin ditubuh manusia.
Sebaliknya Kiu yang tok ciang adalah ilmu silat hawa panas yang menyengat badan, sudah barang tentu obat racun yang dicampur pun obat yang bisa menimbulkan hawa panas didalam tubuh orang.
Ke dua macam obat racun penimbul hawa dingin dan panas ini sebetulnya hanya terbatas penggunaan diluar badan, otomatis dilarang keras ditelan ke perut, namun kenyataannya kakek Ou telah menelan dua macam obat racun penimbul hawa yang bertentangan itu ke dalam tubuhnya, bayangan saja bagaimana isi perutnya tidak putar balik tidak karuan "
Seketika itu juga ia merasa gulungan hawa panas membakar sebagian tubuhnya sementara separuh bagian yang lain dingin bagaikan direndam di dalam gudang es yang membeku.
Kalau dibilang seharusnya Panas bisa melenyapkan dingin, dingin bisa menetralkan panas, dua macam hawa yang bertemu jadi satu ini seharusnya pula dapat melenyapkan pengaruh ke dua macam hawa tadi.
Apa mau dibilang daya kerja obat racun itu amat dahsyat, bukan saja tidak bisa menetralkan masing-masing sifat udara tersebut, malahan sebaliknya yang panas menjadi panas yang dingin pun semakin dingin. kedua sifat hawa tersebut makin berkobar malahan bertambah ganas.
Akibatnya sekujur badan kakek Ou gemetar keras sekali, kemudian disusul dengan kejangan yang menghebat. dia mulai berguling kian kemari dalam keadaan amat menderita.
Seandainya berganti orang lain yang menderita keadaan tersebut, niscaya selembar jiwanya sudah melayang semenjak tadi, untung saja kakek Ou memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, ditambah pula ia telah memakan pil Pek tok kim wan yang dapat memusnahkan berbagai macam racun.
Oleh sebab itu bagaimanapun menggelora ke dua hawa racun itu didalam tubuhnya, dia tetap bersila di tempat dan sambil menggertak gigi menahan penderitaan ia menerima siksaan tersebut tanpa bersuara.
Sepertanak nasi kemudian, dua gulung hawa racun panas dan dingin yang menggelora didalam tubuhnya itu kian lama kian bertambah menghebat....
Dalam keadaan demikian, bukan saja dia tak dapat memunahkan ke dua macam hawa beracun tersebut di dalam tubuhnya, Juga tak sanggup mendesaknya keluar, terpaksa hawa-hawa beracun terseout dibiarkan bergelora terus dalam tubuhnya.
Biarpun tenaga dalam yang dimiliki kakek Ou amat sempurna, lama kelamaan dia toh tak akan tahan juga menghadapi situasi semacam ini.
Mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya, ia teringat bagaimana sewaktu menyentuh tubuh Kam Liu-cu kakak beradik, ia temukan tubuh mereka panas membara, sebaliknya tubuh Tam Seh-hoa justru dingin seperti es.
Ini membuktikan kalau mereka sudah terang kena racun api dan racun salju.
Andaikata sekarang dia dapat mempergunakan hawa murni tingkat tingginya dan memisahkan hawa panas dan dingin tersebut secara sendiri-sendiri, kemudian dengan mengandalkan tenaga dalamnya menyalurkan kedalam tubuh mereka, bukankah hal ini bisa dipakai untuk mengobati keadaan mereka dengan sistim racun melawan racun" Siapa tahu kalau cara ini bisa digunakan untuk menyembuhkan mereka"
Berpikir demikian, dia segera menghimpun tenaga dalamnya dan pelan-pelan memisahkan hawa racun tersebut menjadi dua bagian yang satu disalurkan ke tangan kiri kemudian yang lain dengan tangan kanan, setelah itu secara terpisah ditempelkan ke atas punggung Kam Liu cu serta Wi Tiong hong,
Oleh karena Wi Tiong hong menderita akibat racun hawa dingin, maka dia salurkan hawa panas tersebut ke dalam tubuh Wi Tiong-hong, sebaliknya mengalirkan racun hawa dingin ke tubuh Kam Liu-cu.
Berbicara yang sesungguhnya, menyalurkan hawa murni secra terpisah ke tubuh dua orang yang berbeda inipun hanya bisa dilakukan oleh manusia sebangsa kakek Ou.
Tak sampai seperminum teh kemudian. mendadak Kam Liu cu menghembuskan napas panjang dan membuka matanya kembali, ia segera menjumpai kakek Ou masih menempelkan telapak tangannya dipunggungnya sementara segujung hawa dingin yang menyejukkan tubuhnya mengalir masuk.
Serta merta dia duduk bersila dan mengatur napas. Tak sampai berapa saat kemudian racun hawa panas yang mengerem didalam tubuhnya telah berhasil dipunahkan.
Kini. kakek Ou pun dapat merasakan bahwa hawa panas yang disalurkan kedalam tubuh Wi Tiong-hong itu pelanpelan berhasil mendesak keluar racun hawa dingin yang mengeram didalam tubuhnya, dimana sifat racun dingin itu lambat laun semakin bertambah kurang.
Menyadari kalau cara yang ditemukannya itu sangat bermanfaat, ia menjadi gembira sekali. hawa racun panas tersebut segera disalurkan ketubuh Wi Tiong hong semakin menghebat.
Ketika Kam Liu cu sudah terbebas dari pengaruh racun bawa panas dan sembuh kembali. kakek Ou segera menarik kembali telapak tangan kirinya dan berganti ditempelkan kepunggung Liu Leng poo.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, Wi Tiong-hong dan Liu Leng-poo pun telah mendusin kembali.
Kam Liu cu yang berjaga disisinya cepat-cepat berkata:
"Saudara Wi, Liu sumoay, cepat atur pernapasan dan gabungkan hawa murni kalian dengan hawa murni dari Ou locianpwee,"
Karena baru sembuh dari luka beracun, kedua orang itu tak berani bertindak gegabah, serta merta mereka duduk bersila dan mengatur pernapasan masing-masing.
Keadaan seperti ini berlangsung sepertanak nasi lamanya. kakek Ou baru menarik telapak tangannya dan berkata sambil tertawa terbahak-bahak;
"Sudah cukup, sudah cukup. untung sekali aku dapat menyelamatkan diri sendiri, juga dapat menyelamatkan kalian semua."
Selesai berkata, dengan cepat dia tempelkan tangan kanannya kepunggung Tam See-hoa.
Wi Tiong hong tidak mengetahui kalau tubuhnya sudah terkena racun hawa dingin, tak tahu sudah jatuh pingsan
selama beberapa hari, ketika menjumpai dirinya berada di sebuah lembah, lagi pula seperti baru sembuh dari luka, hal tersebut membuat hatinya merasa amat keheranan.
Apalagi setelah merasakan seluruh otot dan tulang belulangnya linu lagi kaku untuk sesaat dia tak sempat banyak bertanya lagi, ia lanjutkan semedinya untuk memulihkan kembali kekuatan hingga Tam See hoa pun sadar kembali.
Tam See-hoa segera mengatur napas pula sambil bersemadi sesaat sebelum kedua orang itu sama-sama bangkit berdiri,
Kakek Ou sendiri, biarpun memiliki tenaga dalam yang sempurna, namun setelah secara beruntun menyembuhkan ke empat orang rekannya, dia sendiri pun kehilangan banyak tenaga,
Maka setelah bersemedi berapa saat sehingga tenaganya pulih kembali ia baru berkata sambil tertawa,
"Kalian cepat atur napas dan memeriksa tubuh masing-masing. apakah sisa racun dalam tubuh sudah terdesak keluar semua?"
Kam Liu cu segera menjura sambil sahutnya.
"Untung sekali lotiang sudi menolong kami, kini sisa racun di dalam tubuhku telah punah semua."
Kakek Ou berpaling pula kearah Wi Tiong-hong sambil tanyanya kemudian.
"Bagaimana dengan Wi sauhiap" Hawa racun dingin yang mengeram didalam tubuhmu lihay sekali; bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Aku sudah tak merasakan apa-apa lagi."
"Bagus sekali kalau sudah tidak apa-apa." kakek Ou berkata dengan bangga, "Aaai. . .kalau di-hitung2
kesemuanya ini terjadi secara kebetulan saja."
Wi Tiong hong berpikir sebentar, lalu sambil berpaling ke arah Tam See hoa tanyanya.
"Saudara Tam seingatku kita sedang melakukan perjalanan bersama-sama, kenapa bisa sampai disini?"
"Aaai, panjang sekali untuk menceritakan hal ini, sejak racun dingin yang mengeram dalam tubuh Wi tayhiap kambuh, hingga sekarang telah berlangsung belasan hari lamanya...."
"Belasan hari lamanya?" Wi Tiong hong terkejut, "dalam perasaanku baru saja berlangsung kemarin."
Kakek Ou yang berada disampingnya segera
menimbrung sambil tertawa.
"Ketika Sauhiap pingsan akibat bekerjanya racun hawa dingin, peristiwa itu berlangsung di Kun liong kang dalam wilayah Kang say, sedangkan saat ini kau sudah berada di bukit Kou loo san dalam wilayah Kwang say!"
Wi Tiong hong semakin keheranan lagi mendengar ucapan tersebut, baru saja dia hendak bertanya keadaan yang sebenarnya, tanpa diminta Tam See hoa telah menuturkan kejadian yang sebenarnya kepada pemuda tersebut.
Ketika selesai mendengar penuturan ini, Kam Liu cu segera berkata.
"Justru lantaran kami mendapat kabar ditengah jalan bahwa saudara Wi telah diculik orang-orang Tok seh sia maka kami melakukan pengejaran sampai disini, rupanya orang itu adalah Lan Kun pit..."
Sedangkan Liu Leng poo bertanya pula,
"Orang tua Ou, apakah bajingan-bajingan yang tadi sudah melarikan diri ke dalam lembah?"
"Tidak, mereka telah diundang oleh Kiu kaucu untuk menjadi pembantunya." sahut kakek Ou tertawa.
Secara ringkas dia pun menceritakan bagaimana ia bertaruh dengan Tok kiau ji lo dan bagaimana pula ke dua orang itu diundang Kiu kaucu. .
Tam See hoa segera berkata setelah mendengar penuturan ini.
"Waah, kalau begitu gara2 bencana malahan mendapat rejeki, kalau tidak belum tentu racun hawa dingin yang mengeram didalam tubuh Wi-tayhiap bisa disembuhkan sedemikian cepatnya."
Kakek Ou sangat menguatirkan keselamatan So Siau-hui, apalagi dalam usahanya mencari Tok Seh-sia, ternyata kesasar sampai di Liu-seh-kok hingga setengah harian lamanya terbuang dengan percuma, tanpa terasa ia bangkit berdiri seraya berkata;
"Aku bisa menempuh perjalanan ber-sama2 Tam lote karena racun hawa dingin dari Wi sauhiap hanya bisa dipunahkan oleh Ban nian un-giok milik nona, sekarang Wi sauhiap telah sehat kembali, maka aku pun harus berangkat duluan."
"Kalau memang nona Sou telah ditangkap orang orang Tok seh sia, sebagai sesama anggota persilatan, apalagi kami pun berada disini, sudah sepantasnya bila kami pun turut memikul tanggung jawab ini." kata Kam Liu-cu.
"Perkataan Kam-toako benar." dukung Wi Tiong hong,
"kami harus mengikuti lotiang pergi ke selat Tok seh sia."
Kakek Ou menggaruk-garukkan kepalanya yang tidak gatal, lalu berkata.
"Didalam perjalanan menuju ke selat Tok Seh-sia kali ini, rasanya kurang baik bila kita pergi secara berbondong-bondong apalagi aku telah menelan pil Pek-tok-kim-wan dan tidak kuatir keracunan. sebaliknya kalian...."
Tidak sampai perkataan tersebut selesai diucapkan, Wi Tiong hong telah menukas.
"Sekalipun nona So tidak ditawan musuh, aku memang punya rencana hendak mengunjungi selat Tok seh sia seorang diri. apalagi sekarang nona So sudah ditangkap orang, sudah sewajibnya bila aku turut serta pergi kesana."
"Wi-sauhiap ada urusan apa sih sehingga harus pergi mengunjungi selat Tok Seh-sia?"
Wi Tiong-hong tertawa getir.
"Besar kemungkinan ayahku berada didelam selat Tok-seh sia. hanya saja hingga sekarang belum berhasil diperoleh bukti yang nyata, aku pikir yang penting sekarang adalah menyelamatkan nona So lebih dulu kemudian baru membicarakan persoalan yang lain."
Selesai mendengar perkataan itu. kakek Ou nampak termenurg sebentar, kemudian baru ujarnya:
"Kalau memang begitu. mari kita segera pergi mencari letak selat Tok seh sia, ayo kita rundingkan bersama-sama!"
"Persoalan ini tidak dapat ditunda lagi lebih baik kita segera berangkat sekatang juga." kata Tam See-hoa,
"apalagi selat Tok seh sia terletak didaerah yang terpencil dan amat berbahaya aku kuatir selat mana tidak gampang ditemukan dalam waktu singkat."
"Biarpun selat Tok seh sia terletak disuatu daerah yang sangat rahasia." kata Liu Leng poo, "namun jumlah anggota mereka pun tidak sedikit. ini berarti pasti ada banyak orang yang masuk keluar dari selat mana, bukankah hal seperti ini gampang untuk dicari?"
Kakek Ou kontan saja tertawa terbahak-bahak;
"Haah. . haah. . haah. . .Kam lote pun pernah berkata demikian, sehingga kami pernah meneropong dari atas puncak bukit sana beberapa saat. kemudian kami lihat ada dua sosok bayangan manusia menuju kemari, tak tahunya kedua sosok bayangan manusia tersebut adalah kalian berdua."
Sementara masih berbincang-bincang, beberapa orang itu sudah kaluar dari lembah Tok seh kok dan berangkat menuju kearah bukit Kou-lou san.
Semakin kedalam bukit mereka melaju, lambat laun langit pun berubah semakin gelap.
Banyak sudah selat dan lembah yang mereka datangi, akan tetapi bayangan selat Tok Seh sia masih belum juga kelihatan. terpaksa mereka pun mencari sebuah gua batu dipunggung bukit untuk melepaskan lelah.. .
(Perlu diketahui dibukit Kou loo san penuh terdapat gua gua batu, tapi berhubung gua itu melengkung dan tembus Kesana kemari karena itulah bukit ini dinamakan Kou lou san).
Ketika mendekati kentongan ke dua, mendadak terdengar Liu Leng poo mendesis lirih sambil berseru.
"Toa suheng, cepat lihat dari kaki bukit didepan sana tiba-tiba muncul sesosok bayangan manusia?"
Biarpun suaranya sangat lirih, namun berhubung semua orang sedang duduk bersemedi maka serentak mereka membuka matanya setelah mendengar perkataan itu.
Benar juga dari kaki bukit seberang telah nampak sesosok bayangan manusia yang bentuk kecil sedang celingukan kian kemari dengan sikap yang berhati-hati sekali.
Dengan pandangan mata yang tajam Kam Liu cu mengawasi bayangan tersebut lekat-lekat. kemudian bisiknya.
"Orangg itu mirip sekali dengan Tok-hay ji, Ji-sumoay, coba perhatikan dia muncul dari mana?"
"Sewaktu mendusin tadi, berhubung rembulan bersinar cerah maka aku telah memperhatikan sekeliling tempat itu dengan penuh perhatian, pada saat iniiah dari kaki bukit seberang sana muncul sesosok bayangan manusia secara tiba-tiba, padahal sebelumnya aku tidak melihat sesosok bayangan manusia pn."
Belum selesai ia berkata, mendadak tampak bayangan hitam kecil itu melompat ke bawah sebatang pohon besar dengan gerakan cepat, lalu menyusup ke balik rimbunya dedaun dan lenyap dengan begitu saja,
Wi Tiong hong yang menyaksikan kejadian segera bangkit berdiri sembari berseru. "biar kutengok kesana."
"Tunggu dulu saudara Wi. . . ." cegah Kam Liu-cu.
Mendadak dari atas pohon besar itu kedengaran suara sayap mengebas di udara kosong, kemudian tampak seekor burung terbang ke udara dengan kaget kemudian hinggap diatas sebatang pohon besar lain dibawah kaki bukit.
"Aneh, apa yang sedang ia lakukan?" tanya Liu Leng poo keheranan.
"Walaupun Tok Hay ji masih kecil. sebenarnya dia amat licik dan sangat cekatan." kata Wi Tiong hong, "jadi mustahil kalau perbuatannya itu hanya terdorong oleh jiwa kekanak-kanakannya sehingga ditengah malam buta begini dia cuma datang untuk mencuri sarang burung."
"Eiei, mana Ou lotiang ?" mendadak terdengar Tam See hoa berseru tertahan.
Ketika semua orang berpaling, betul juga bayangan tubuh kakek Ou sudah lenyap dari pandangan, entah ia pergi semenjak kapan"


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada saat itulah tiba-tiba nampak bayangan kecil itu melompat turun kembali dari atas pohon, kemudian dalam beberapa kali lompatan saja ia sudah balik ke tempat semula dan lenyap dari pandangan mata., .
Selama ini Kam Liu cu mengamati terus lawannya dengan seksama, tanpa terasa ia berkata kemudian dengan keheranan.
"Mungkinkah mulut masuk menuju ke sarang mereka terletak dibawah kaki bukit seberang sana" Sungguh aneh, didepan hutan sana adalah jalan raya yang menghubungkan ini dengan luar bukit, disebelah kiri terdapat kuil, mana mungkin mulut masuk menuju ke selat Tok seh sia terletak ditempat yang begini ramai" Apalagi tempat inipun tidak terdapat sebuah selat pun?"
Sementara itu Liu Leng poo berkata pula,
"Eeei, kenapa bayangan kecil itu bisa hilang lenyap" Dia kan bukan siluman yang bisa berjalan dalam tanah" Kenapa bisa lenyap dengan begitu saja ?"
"Mari kita kesitu dan tengok keadaan yang sebenarnya."
ajak Kam Liu cu.
Belum habis dia berkata, mendadak dari kaki bukit diseberang sana muncul kembali sosok bayangan hitam.
Kam Liu-cu yang mengamati kaki bukit semenjak tadi itu segera termenung sebentar, kemudian katanya.
"Betulkah mulut masuk mereka terletak di bawah kaki bukit seberang . . .?"
Seperti juga bayangan kecil tadi setelah munculkan diri bayangan hitam itu pun mulai celingukan kian kemari dengan sikap yang sangat mencurigakan, kemudian secara tiba-tiba saja dia berlarian kencang menuju ke depan dan mengambil arah jalan raya dibawah bukit.
Mungkin lantaran larinya kelewat tergesa-gesa kaki kanannya tersangkut batu hingga terjerembab, sepatu kain yang dikenakan pun ikut copot.
-o00dw00o- Jilid 14 TAPI DIA SEGERA MERANGKAK bangun dan kabur
lagi dengan langkah terbirit birit tapi belum jauh dia lari, mendadak orang itu membalikkan tubuhnya dan berjalan balik kembali.
Tingkah lakunya ini betul betul sangat aneh sehingga tanpa terasa gampang memancing perhatian orang, ketika dia berlarian kembali ketempat semula tiba tiba kaki nya menjejak ketanah, lalu tubuhnya masuk kedalam perut bumi dan lenyap dengan begitu saja.
Setelah memandang sampai kesitu, Kam Liu cu baru berkata:
"Ternyata mulut masuk menuju keselat Tok seh sia betul betul berada diseberang sana, posisi gua batu dimana kita berada sekarang letaknya agak tinggi, tempat semacam ini memang merupakan tempat yang paling cocok untuk mengamati gerak gerik mereka."
Tiba tiba bayangan manusia berkelebat dari depan gua batu itu, Liu Leng poo segera membentak sambil bersiap siap mengayunkan tangannya.
Kam Liu cu segera membentak.
"Ji sumoay, yang datang adalah Ou lotiang."
Sebelum Wi Tiong hong dan Tam See hoa sempat menyaksikan bayangan tubuhnya terdengar kakek Ou telah berkata sambi tertawa.
"Akhirnya kita berhasil juga menemukan tempat yang benar."
Bersamaan dengan selesainya perkataan tersebut, kakek itu berjalan masuk kedalam.
"Benarkah mulut masuk mereka ternyata diseberang sana?" tanya Tam See hoa.
"Benar, didepan sana merupakan gua Pek seh tong yang termashur, ternyata mulut masuk mereka terletak dibalik sebuah sumur yang telah mengering."
(Goa Pek see tong merupakan tempat pesiar yang amat termashur dibukit Kou lou san, terutama di musim semi atau gugur, banyak orang yang berpelancong ke situ. hingga sekarang sumur kering itu masih tetap utuh).
"Masa selat Tok Seh sia terletak didasar sumur kering itu?" tanya Wi Tiong hong keheranan.
Liu Leng poo yang bermata tajam mendadak
menyaksikan dalam genggaman kakek Ou seakan akan memegang sesuatu, dia segera menegur :
"Lotiang benda apa sih yang berada dalam
genggamanmu itu?"
"Benda ini baru saja kudapatkan dari depan situ coba kita periksa bersama, benda apakah ini ..." ujar kakek Ou sambil menyodorkan benda tersebut ke muka.
Ternyata benda yang berada di tangan kanan berupa sebuah batu gunung sebesar kepalan, sedangkan benda yang berada di tangan kirinya berupa sebuah tabung bambu kecil.
Kam Liu cu menerima tabung bambu tersebut dari tangannya, kemudian berkata :
"Tabung bambu ini mirip sekali dengan tabung yang biasanya digunakan untuk mengirim surat lewat burung merpati lotiang memungutnya dari mana?"
"Perkataan Kam lote memang benar, surat itu dikirim oleh Tok Hay ji dengan burung merpatinya, tapi burung itu berhasil kutimpuk sehingga rontok."
"Apakah kau timpuk dengan batu ini?" tanya Liu Leng poo sambil memperlihatkan batu tersebut.
"Tidak, batu itu diletakkan orang tadi ditepi jalan berhubung aku merasa curiga dengan benda ini maka sekalian kubawa kemari."
Dengan berhati hati sekali Kam Liucu mengeluarkan selembar kertas dari dalam tabung itu dan dibukanya, dibawah sinar rembulan tampak kertas itu berisikan beberapa tulisan yang berbunyi demikian ;
Wi Tiong hong sudah tertawan di dalam Selat
Wi Tiong hong merasa sangat keheranan setelah membaca tulisan itu, tak tahan lagi ia lantas bertanya:
"Apa apaan mereka ini?"
Kam Liu cu termenung sebentar, kemudian sahutnya:
"Kalau ditinjau dari nada pembicaraannya, berita ini seperti akan disampaikan kepada seseorang, tapi bukankah Tok Hay ji adalah murid dari Seh Thian yu" Tidak mungkin dia sedang bersekongkol dengan seseorang, kalau begitu dia sedang memberi laporan kepada Sah Thian yu."
"Kedudukan Hek sat sang kun (Malaikat bintang hitam) Sah Thian yu dalam selat Tok seh sia tidak terhitung rendah kata Tam See hoa,. untuk menyampaikan berita lewat burung merpati tentang ditangkap nya Wi Tiong hong pun seharusnya tak usah dilakukan ditengah malam buta, bukankah siang haripun masih terdapat banyak waktu dan kesempatan?"
Kam Liu Cu manggut manggut,
"Perkataan dari saudara Tam memang benar,
kemungkinan besar didalami tubuh Tok seh sia sendiri sudah menjadi perbedaan pendapat sehingga masing masing orang mempunyai rencana dan tindakan yang berbeda, bahkan ke empat raja langit pun saling tidak menaruh kepercayaan, itulah sebabnya setelah Wi Tiong hong berhasil ditangkap, Tok hay ji segera melaporkan kejadian ini kepada gurunya malam hari juga."
"Tapi aku toh bukan seseorang yang termashur, mengapa mereka harus berbuat demikian?" tanya Wi Tiong hong.
Kam Lou cu kembali tertawa.
"Jangan lagi saudara Wi sudah menjadi seorang gagah yang dikenal oleh setiap jago persilatan, cukup melihat dari Lou bun si dan mutiara penolak pedangmu saja sudah lebh dari cukup bagi mereka untuk mengincar dirimu."
Dalam pada itu Liu Leng poo yaag mengamati
bongkahan batu gunung itu beberapa saat lamanya, mendadak menyerahkan benda itu ke tangan Kam Liu cu seraya berkata:
"Toa suheng coba kalian lihat." Sambil menerima batu itu Kam Liu cu turut mengamatinya sejenak, baru saja dia hendak bertanya
Tiba tiba kakek Ou menegur.
"Apakah nona telah berhasil menemukan nya."
Liu Leng poo tertawa.
"Tentu saja aku dapat melihatnya, jahat sekali bajingan itu, rupanya dia telah mengukirkan tulisan yang kecil dan lembut diantara bongkahan batu yang menonjol dan melekuk tak merata itu. akibatnya aku harus memperhatikan sekian lama sebelum berhasil
memahaminya."
"Diatas batu itu terdapat tulisan" Nah kalau begitu tak salah lagi, aku justru menyaksikan bocah keparat tadi berlagak melepaskan sepatunya kemudian menggunakan kesempatan tersebut mengeluarkan batu tadi dari dalam saku dan diletakkan di atas tanah, kemudian baru membalikkan badan berjalan kembali, dalam sekilas pandangan saja aku sudah merasa kalau kejadian seperti ini amat mencurigakan, itulah sebabnya batu tersebut aku bawa serta."
Baru saja berkata demikian, terdengar Kam Liu cu memegang bongkahan batu tersebut sedang membaca :
"Pendeta asing Ki kong berhasil melatih Tok jiu eng."
Membaca sampai disitu Kam Liu cu berseru tertahan, kemudian katanya:
"Sungguh aneh, sudah terang berita ini bermaksud akan disiarkan ketempat luaran kalau didalam selat Tok seh sia seperti telah terdapat mata matanya."
"Bila ada orang yang menyusup sebagai mata mata kejadian semacam ini adalah lumrah," kata Liu Lengpoo.
"Ehmm aku rasa lebih baik batu tersebut dikembalikan ke tempat semula saja, mari kita saksikan manusia macam apakah yang muncul disitu untuk memungut batu tersebut..?"
"Benar juga perkataan ini, kita memang seharusnya mengembalikan batu ini ke tempat semula."
Setelah menemukan mulut masuk menuju selat Tok seh sia, kakek Cu nampak gelisah sekali dia segera mengambil kembali batu itu dari tangan Kam Liu cu kemudian katanya:
"Biar aku saja yang mengambalikan batu tersebut ketempat semula...."
Kemudian setala mendongakkan kepala nya dan melihat keadaan cuaca, dia melanjutkan;
"Sekarang sudah hampir mendekati kentongan ke tiga lebih baik kalian berempat istirahat dulu disini, biar aku yang masuk sendirian untuk melihat keadaan."
"Biar aku saja yang menemani lotiang." Wi Tiong hong segera berseru.
"Kalau toh mulut masuk menuju ke selat sudah ditemukan, bila harus pergi, kita harus pergi bersama sama," sambung Kam Liu cu pula dengan cepat.
"Toa suheng." sambung Liu Leng poo, "menurut pendapatku. memang paling baik bilamana kakek Ou pergi dulu seorang diri."
"Apa pendapatmu ji sumoay?"
Liu Leng poo segera tertawa.
"Malam ini cuma kakek Ou seorang yang boleh pergi meninjau keadaan disitu."
Kemudian sambil berpaling kearah kakek Ou, dia berkata lebih lanjut :
"Cuma lotiang hanya diperkenankan menyelidiki jalan masuk sama makin memahami jalanan didalam sana semakin baik lagi, dan yang terpenting adalah menjaga agar jejakmu jangan sampai ketahuan semakin dapat merahasiakan jejakmu semakin baik lagi, sekalipun berhasil menemukan nona So dan sekalipun hanya sekali turun tangan maka kau akan berhasil menyelamatkan jiwanya, lebih baik janganlah kau lakukan secara gegabah?"
"Jisumoay, kau ?"
Sebelum Kam Liu cu menyelesaikan kata katanya Liu Leng poo telah menukas kembali.
"Aku sudah mempunyai persiapan sendiri."
Kakek Ou nampak tertegun, lalu serunya :
"Nona, apa rencanamu selanjutnya. dapatkah kau jelaskan kepadaku....?"
"Diantara kami beberapa orang, boleh dibilang ilmu silat yang lotiang miliki paling tinggi, apabila kau yang diberi tugas untuk melakukan penyelidikan ke dalam tubuh musuh, sudah bisa dipastikan kau dapat menyelesaikan tugas ini secara baik tanpa diketahui oleh lawan."
Kakek Ou manggut manggut.
"Didalam soal ini aku percaya dapat melakukannya secara baik dan jitu."
Setelah tertawa Liu Leng poo berkata lebih jauh.
"Tapi andaikata kau berusaha menyelamatkan nona So dan jejakmu sampai ketahuan musuh, sudah pasti mereka akan memperkuat penjagaan dan kesiap siagaannya, maka bila hal ini sampai terjadi dan apabila kita hendak masuk ke dalam lagi untuk menyelidiki kabar berita tentang ayah Wi tayhiap, bukankah hal tersebut akan mendatangkan banyak kesulitan?"
"Oleh sebab itu aku telah menemukan suatu rencana yang bagus sekali disamping dapat menyelamatkan nona So dari ancaman, lagi pula kita dapat pula menyelidiki kabar berita tentang ayah Wi sauhiap yang didaga berada disini.
Selain daripada itu gerakan kita juga tak akan sampai mengganggu pihak lawan sehingga meningkatkan kewaspadaan dan kesiap siagaan mereka tapi kesemuanya ini akan berhasil apabila pada malam ini lotiang berhasil mendapatkan berita secara tepat dan sementara waktu tidak melakukan suatu gerakan apa pun."
"Apabila rencana yang nona persiapkan ini benar benar ada harapan untuk berhasil sudah barang tentu aku akan melaksanakan sesuai dengan perintahmu itu." kata kakek Ou.
Sedangkan Kam Liu cu segera menambahkan pula:
"Ji sumoay ku ini mesti muda namun mempunyai otak yang cukup gemilang kalau toh ia sudah berkata demikian aku pikir hal tersebut tidak bakal salah lagi."
"Selain daripada itu lotiang harus ingat baik baik akan satu persoalan lagi," kembali Liu Leng poo berkata lebih jauh, "ditinjau dari nama selat mereka sebagai selat pasir beracun, bisa jadi mereka telah menyebarkan racun jahat disekeliling selat mereka, sekalipun lotiang telah menelan pil pek tok kim wan sehingga kebal terhadap segala macam racun, namun paling baik jika memperhatikan sekali lagi dengan seksama, harus diketahui secara pasti mana yang ada racunnya dan mana yang tidak ada .."
"Itu mah gampang, aku membawa jarum untuk mencoba racun, sekali diperiksa saja sudah ketahuan hasilnya."
"Kalau memang demikian lebih baik lagi, rencana ini akan berhasil atau tidak, semuanya tergantung pada usaha lotiang didalam perjalanan kali ini, nah sekarang lo tiang boleh berangkat dulu."
"Tapi nona belum membeberkan racun itu?"
Liu Leng poo segera mencemberut seraya merunya :
"Rahasia langit tidak boleh dibocorkan, saat ini masih belum waktunya untuk di utarakan, lebih baik lotiang berangkat lebih dulu."
"Baik aku akan menuruti perkataan nona."
Selesai berkata dia lantas berkelebat keluar dari gua, dibawah cahaya rembulan hanya tampak sesosok bayangan manusia melambung diangkasa dengan gerakan yang sangat cepat, dalam waktu singkat bayangan tubuh tersebut sudah lenyap dari pandangan mata.
Melihat kesemuanya itu, Kam Liu cu segera memuji sambil menghela napas:
"Tampaknya tenaga dalam yang dimiliki kakek Ou sudah hampir mengimbangi kemampuan dari guru kita."
"Aaah, belum tentu, apabila suhu benar benar mengeluarkan ilmunya, biarpun di siang hari juga akan terlihat setitik bayangan samar saja, padahal saat ini bukan di siang hari bolong, melainkan dibawah sinar rembulan saja."
Sementara itu Tam See hoa yang duduk disisinya sedang berpikir didalam hati
"Entah macam apakah guru mereka itu" Tapi kalau didengar dari nada pembicaraan mereka, tampaknya kepandai silat yang di milikinya masih jauh lebih hebat daripada kepandaian yang dimiliki panglima sakti berlengan emas Ou swan?"
Sebaliknya bagi Wi Tiong hong yang tempo hari ketika berada diperusahaan An wan piaukiok dalam kota Sang siau pernah mendengar suara Thian sat nio namun tak pernah melihat orangnya, padahal berada di tengah hari bolong, maka dia tidak nampak kaget atau tercengang walaupun sudah mendengar pembicaraan dari Kam Liu cu berdua. Berhubung kakek Ou sedang berangkat memasuki selat Tok seh sia, kini semua orang memusatkan perhatiannya untuk mengawasi sumur kering di kaki bukit seberang.
Padahal jarak dari tempat persembunyian mereka masih amat jauh, jangan lagi tempatnya, sumur kering itu sendiripun tidak nampak, dengan sorot mata mereka yang tajam, yang terlihat pun hanya daerah disekitarnya saja.
Kurang lebih setengah kentongan sudah lewat, akan tetapi kakek belum nampak juga, semua orang mulai habis sabarnya dan merasa tidak tenang.
Liu Leng poo segera berkata.
"Hingga sekarang kakek Ou belum juga menampakan diri, jangan jangan dia tidak mempercayai perkataanku dan turun tangan menolong orang lebih dulu" Andaikata sampai begitu semua rencanaku bisa porak poranda."
"Aku rasa tidak mungkin," kata Kam Liu cu sambil tertawa, "aku tahu, orang tua tersebut sangat jujur dan polos, apalagi sebelum berangkat tadi ia telah memberikan persetujuannya, tidak nanti ia akan berubah pikiran ditengah jalan."
"Jangan jangan jejaknya ketahuan orang." tanya Tam See hoa dengan perasaan kuatir pula.
"Hal ini lebih lebih tidak mungkin, dengan kepandaian silat yang dimiliki kakek Ou, asal dia bertindak dengan berhati hati saja, tidak mungkin kawanan penjaga tersebut akan menemukan jejaknya."
Tiba tiba dari kaki bukit seberang muncul sesosok bayangan manusia.
"Kakek Ou telah keluar!" seru Wi Tiong hong cepat.
"Bukan!" Kam Liu cu segera menggoyangkan tangannya berulang kali. Belum habis dia berkata tampak sesosok bayangan manusia muncul kembali dikaki bukit itu.
Dalam pada itu bayangan hitam yang berada didepan telah mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya untuk kabur. Sebaliknya orang yang berada dibelakang juga mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya lari menuju ke luar bukit.
Arah yang dituju ke dua orang itu sama sekali berbeda, namun langkah kaki mereka sangat cepat agaknya hendak menempuh perjalanan jauh ....
Kalau ditinjau dari kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki tenaga dalam yang dimiliki ke empat orang itu, maka tenaga dalam yang dimiliki Kam Liu cu terhitung paling sempurna otomatis ketajaman mata nya juga paling menonjol, setelah mengamati kedua sosok bayangan tersebut berapa saat dia lantas berbisik :
"Gerakan tubuh dari kedua orang ini hanya seikat lebih unggul daripada Tok Hau ji, agaknya mereka adalah anggota perguruan Tok seh sia .."
"Toa Suheng, apakah kau dapat melihat wajah mereka dengan jelas?" tanya Liu Leng poo lagi.
"Jaraknya terlampau jauh sehingga sukar untuk melihat raut wajah mereka, hanya saja orang yang kabur lebih dulu tadi mengenakan jubah panjang berwarna biru, usia nya sudah agak lanjut, sedangkan yang belakangan berpakaian hitam, dandanannya seperti dandanan orang Tok seh sia
.,.." Dari kaki bukit sana kembali muncul sesosok bayangan manusia
Gerakan tubuh dari orang ketiga ini benar benar sangat cepat, begitu munculkan diri secepat sambaran petir dia langsung meluncur ke arah punggung bukit.
Sambil tertawa Kam Liu cu segera berseru :
"Kali ini yang muncul adalah kakek Ou!"
Baru selesai dia berkata, terasa ingin berdesir dan kakek Ou sudah masuk ke dalam gua batu itu sambil menegur :
"Apakah kalian sudah menanti dengan gelisah?"
Buru buru Liu Leng poo berkata :
"Lotiang, silahkan duduk lebih dahulu sebelum berbicara, bagaimana dengan keadaan di dalam sana?"
Kakek Oa tertawa.
"Apa yang nona tugaskan kepadaku untukku
dilaksanakan, beruntung sekali dapat kukerjakan semua, bahkan didalam perjalananku kali ini tidak kecil yang berhasil kudapatkan."
"Jejak lotiang tidak sampai ketahuan mereka bukan?"
Kakek Ou segera tertawa tergelak:
"Haahh haahhh kalau aku bertindak berhati hati, tentu saja hanya aku yang bisa melihat ke arah mereka. Oya, apa sih yang ingin nona ketahui secepatnya" Harap kau bertanya kepadaku."
"Aku rasa lebih baik lotiang saja yang berbicara sendiri, sebab apa yang kami tanyakan belum tentu sempat kau lihat atau kau dengar, bukankah begitu?"
Kakek Ou manggut manggut.
"Baik, aku akan bercerita semenjak menelusuri jalan masuk mereka, tampaknya mereka mempunyai dua buah jalan untuk masuk keluar, dari sumur kering tersebut adalah untuk jalan turun yang merupakan sebuah lorong rahasia, lorong tersebut berhubungan dengan selat mereka bagian belakang...."
"Benarkah dibawah sumur kering itu terdapat sebuah selat?" tanya Liu Long poo keheranan.
"Tentu saja ada selatnya, lagi pula daratan dibawah sana sangat luas dan lebar mungkin jalan tembus yang lain langsung berhubungan dengan selat bagian muka, berhubung singkatnya waktu aku tidak sempat lagi melakukan pemeriksaan kesana."
"Bagaimana keadaannya sesudah turun dari sumur kering itu?" kembali si nona bertanya.
"Dibawah sumur kering itu merupakan sebuah lorong bawah tanah yang sangat gelap dan banyak tikungannya, setelah berjalan sejauh tiga lie lebih dalam keadaan tidak sadar kita akan sampai didasar bumi. Tempat itu merupakan sebuah gua batu yang mungil dan indah, seperti gunung gunungan saja, didalamnya terdapat banyak lubang yang berbentuk seperti gua, bagi mereka yang tidak mengetahui jalanan, paling gampang tersesat disitu. Setelah melewati gua batu itu, asalkan kita ingat baik baik setiap kali menjumpai gua setelah berada didalam kita memilih yang sebelah kiri, kemudian ketika keluar memilih yang kanan, maka kalian tak akan tersesat lagi.
"Oya, masih ada satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah diatas gua gua batu itu sudah ditaburi bubuk beracun sebelum masuk kalian harus menutupi mulut dan hidung dengan kain lagi pula jangan sampai tersentuh, asal ini bisa terpenuhi, kalian pun tidak akan sampai keracunan."
"Bagaimana keadaannya setelah masuk lebih ke dalam."
Karena semua orang sedang memperhatikan dengan seksama, maka hanya Liu Leng poo seorang yang selalu mengajukan perkataannya.
"Setelah memenuhi gua batu itu maka akan muncul sebuah selat sempit yang di apit oleh dua buah tebing curam, tak sampai setengah lie kemudian kita akan sampai disebuah tempat yang ditaburi dengan pasir putih yang sangat halus."
"Apakah pasir putih itu merupakan racun?"
Sambil menepuk lututnya kakek Ou ber seru sambil tertawa.
"Perkataan nona tepat sekali, pasir lembut itu memang merupakan bubuk beracun yang sangat hebat, namun
sepanjang jalan menembusi tempat tersebut aku telah mempersiapkan batu cadas yang cukup banyak, setiap jarak satu kaki, kuletakan sebuah batu disitu, asalkan kita lewati bawah dinding tebing sebelah kanan, maka tempat itupun bisa kita tembusi dengan mudah."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan :
"Setelan keluar dari selat tersebut maka kita akan sampai dibelakang bukit selat Tok seh sia, tempat itu merupakan sebuah hutan bambu yang luas, dan selanjutnya adalah istana racun tempat kediaman Tok seh suacu.
"Disekeliling hutan bambu itu terdapat empat lima buah rumah batu, disitulah berdiam jago jago dalam selat yang berkedudukan agak tinggi.
"Disekitar tempat itu masih terdapat pula rumah batu yang berbentuk agak besar, disitulah berdiam para anak buahnya. Pada dasar selat bagian barat merupakan tempat yang agak terpencil dan datar, mungkin di situlah para tawanan disekap."
Sembari berkata dia mempergunakan tangannya untuk melukiskan peta selat tersebut dengan jelas, kemudian disertakan pula dengan penjelasan penjelasan seperlunya.
Sementara pembicaraan masih berlangsung mendadak dia melompat bangun sambil menerjang ke belakang gua batu itu sambil bentaknya:
"Siapa disitu?"
Tampaknya Kam Liu cu telah merasakan pula akan hal tersebut, paras mukanya berubah hebat, hampir bersamaan waktunya dengan kakek Cu, ia melompat bangun pula cuma gerakan kakek Ou jauh lebih cepat selangkah, tahu tahu dia sudah menerjang ke muka.
Ciiitt.. ujung kaki kakek Ou tahu tahu sudah menginjak sepasang tikus, tikus yang terkejut itu cepat cepat kabur memasuki lubang.
Kakek Ou kelihatan agak tertegun namun tidak mengucapkan sepatah katapun.
Sekilas perasaan kaget dan termenung sempat menghiasi wajah Kam Liu cu, sambil mengangkat kepalanya diapun bertanya:
"Lotiang, tiada orang bukan?"
"Oooh, hanya tikus, tentu saja tak ada orang."
Kam Liu cu yang mendengar perkataan itu segera berpikir didalam hati :
"Sudah jelas aku mendengar suara napas seorang, mana napas tikus pun sama dengan manusia?"
Hanya saja perkataan tersebut tidak sampai di utarakan keluar, sebab setelah kakek Ou mengatakan tiada orang, berarti hal ini tidak bakal salah lagi.
"Lotiang, lanjutkan ceritamu." kata Liu Leng poo kemudian.
Kakek Ou duduk kembali kemudian meneruskan;
"Tampaknya Lan Kun pit telah di cekal mereka dengan semacam obat beracun, obat beracun itu kalau dibilang memang lihay sekali dapat membuat seseorang membeberkan semua rahasia yang diketahuinya ..."
"Kau telah melihatnya?"
"Tentu saja dapat melihatnya, didalam ruangan itu hanya terdapat dia bersama Liong Cay thian yang duduk berhadapan, sikap mereka seperti sahabat karib yang sedang berbincang bincang saja, ternyata tujuan Liong Cay thian
yang sesungguhnya adalah Lou Bun si dan mutiara penolak pedang. Tidak kusangka pula Lan Kun pi ternyata membeberkan semua rahasianya bagaimana dia menerima perintah dari Kiu tok kaucu untuk menculik nona kami, tatkala aku beranjak pergi tadi, kebetulan ia sedang bercerita sampai disini."
"Bagi Lirong Cay thian, kabar berita macam ini terhitung penting juga artinya," kata Liu Leng poo.
"Benar. Sesungguhnya tong Cay thian memang tidak mengetahui kalau di dalam dunia persilatan terdapat manusia yang bernama Kiu tok kaucu lebih lebih tidak tahu kalau Kiu tok kaucu sedang mengumpulkan jago jago lihaynya dengan maksud hendak merebut kembali Tok seh sia tersebut.
"Terutama sekali persekongkolan La Kun pit dengan Kiu tok kaucu, nampaknya kejadian tersebut sangat mengejutkan hatinya."
Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba tiba kakek Ou berseru tertahan lalu tanyanya :
"Barusan apakah kalian melihat ada dua orang berjalan keluar dari sumur kering itu?"
"Ya, sudah melihatnya, siapa si mereka?"
Sambil tertawa sahut kakek Ou :
"Yang berada didepan adalah Lan Simhu sedangkan yang dibelakang adalah seorang anak buah Liong Cay thian."
"Lan Simhu pun telah datang kemari?" tanya Kam Liu cu keheranan.
"Tentu saja bukan sungguhan." kata kakek Ou tertawa,
"sesungguhnya yang memegang peranan sebagai Lan Sim
hu itu cuma penyaruan dari seorang pelindung hukum she Lau atas perintah Liang Cay thian."
"Apa yang hendak mereka perbuat?"
"Tentu saja ke dua orang itu sedang melaksanakan tugas yang disampaikan kepada mereka orang yang berperan sebagai Lan Sim hu itu ditugaskan untuk menyusup ke tubuh Kiu tok kau Sedangkan anak murid nya yang satu adalah membawa surat pribadi dari Liong Cay thian untuk berangkat ke Im lan guna menjumpai Lan Sim hu yang asli."
"Aaah benar, setelah berhasil menyandera Lan Kun pit, tentu saja ia dapat pula mengancam Lan sim hu agar berpihak kepadanya."
"Ucapan nona memang benar, Lan Sim hu cuma
mempunyai seorang putra kesayangan, sudah barang tentu dia akan termakan oleh ancaman tersebut."
"Kakek Ou apakah masih ada yang lain."
"Bukankah aku keluar dari tempat tersebut mengikuti dibelakang mereka" Apa yang telah kulihat dan apa yang telah kudengar kesemuanya ini apakah belum cukup?"
Liu leng poo manggut manggut.
"Ya, memang sudah lebih dari cukup, semua yang kau sampaikan barusan sudah lebih dari cukup bagi kita semua."
"Nah, sekarang nona harus menuturkan pula rencanamu itu." kata kakek Ou cepat:
Setelah tersenyum Liu leng poo berkata :
"Rencanaku ini dinamakan Gi hoa cit ok (memindah bunga menyambung kayu ) dengan yang asli mengacau yang palsu."
"Maaf, otakku kelewat sederhana, lebih baik nona jangan memakai istilah yang sulit, sampaikan saja kepadaku secara jelas," kata kakek Ou sambil tertawa.
Liu Leng poo memandang sekejap ke wajah semua orang, kemudian katanya lagi sambil tertawa:
"Langkah pertama dari rencanaku ini adalah menolong orang lebih dahulu biar Wi sauhiap yang memerankan Lan Kun pit dan aku memerankan nona So menyusup ke dalam selat Tok seh sia. kemudian kita tukar dulu peranan Wi Tiang hong gadungan dan nona So asli dengan kami berdua."
"Buat apa kita mesti menyelamatkan Lan Kun pit?"
protes Kam Liu cu segera.
"Lan Sim hu merupakan seorang tokoh persilatan yang amat termashur namanya di wilayah im lam, diapun mahir didalam penggunaan racun, apabila dia sampai di biarkan sekongkel dengan orang orang Tok seh sia, bagi segenap umat persilatan hal ini merupakan sesuatu yang amat merugikan.
Bila kita culik keluar Lan Kun pit ini maka hal ini berarti pula mengurangi pembantu yang sangat tangguh bagi pihak selat Tok seh sia ..."
"Setelah berhasil menculiknya keluar kita harus menyimpan dirinya dimana?"
"Soal ini kita bicarakan dikemadian hari saja toh yang penting bagi kita lebih banyak keberuntungannya daripada kerugian."
"Baiklah, kami akan menuruti rencanamu itu dengan menculiknya ketuar lebih dulu."
"Sementara itu Toa suheng harus berperan sebagai Lan Sim hu ." kembali Liu Leng poo berkata.
"Aaah, hal ini tidak benar, surat yang dikirim Long Oay thian belum disampaikan ke alamat, mana mungkia Lan Sim hu bisa muncul segera..?"
"Kiu tok kaucu telah menampakkan diri di sekitar bukit Kou lou san, otomatis Lan Sim hu sudah memperoleh berita pula, kini putra nya sudah tertawan dan ia datang hendak menolongnya, apakah tindakan ini keliru benar"
"Selain itu kau toh bisa saling tawar menawar dengan Liong Cay thian untuk membicarakan pertukaran syarat, dan akhirnya sampaikan pula kabar kepadanya bahwa Kiu Tok kaucu telah datang pula, bahkan berhasil mnaklukkan Tok kau ji lo.. ."
"Baik. aku akan berperan sebagai Lan Sim bu."
"Bagaimana dengan diriku?" Kakek Ou segera berseru.
"Nona menyuruh aku berperan sebagai siapa?"
"Kau orang tua tidak usah berperan sebagai siapa pun, asalkan nona So telah diselamatkan maka urusaa lotiang telah selesai."
"Aaah mana boleh jadi," seru kakek Ou segera, "kalian semua masih berada didalam selat, masa aku harus pergi lebih dulu?"
"Ketika menyusun rencana tadi, aku berpikir demikian, yakni langkah pertama adalah menolong orang, setelah menyelamatkan nona So, maka lotiang harus
melindunginya hingga sampai kembali ke Lam hay, ini berarti langkah pertama selesai."
Kam Liu cu segera tersenyum, diam diam pikirnya;
"Siasat dari Ji sumoay ini memang bagus sekali, So Siau hui mencintai saudara Wi secara diam diam, dia memang merupakan satu satunya musuh cinta bagi sam sumoay apabila menggunakan kesempatan ini dia menyuruh pangliama sakti berlengan emas mengantarnya pulang kembali ke Lam hay, berarti tindakannya ini sekali tepuk mendapat dua lalat, cuma kuatirnya bila kakek Ou tidak setuju...."
Sementara itu kakek Ou sudah bertanya.
"Nona bagaimana dengan rencana langkah ke dua mu"
Dapatkah kau utarakan juga keluar?"
"Langkah ke dua adalah membantu Wi sauhiap untuk menyelidiki kabar berita tentang ayahnya, kita akan melihat kesempatan dan mengikuti perkembangan situasi, jadi sulit untuk dibicarakan sekarang.
Tapi kami bertiga masing masing mempunyai
kedudukan yang berbeda, biarpun berdiam dalam selat Tok seh sia untuk sementara waktu, rasanya juga tak bakal ada persoalan.
Seandainya berita tentang beradanya ayah Wi sauhiap dalam selat Tok seh sia cuma berita kosong belaka, setiap saat kami pun bisa angkat kaki dari situ, sebaliknya bila ayah nya memang berada dalam selat Tok seh sia, dengan tenaga gabungan kami bertiga, rasa nya juga masih mampu untuk menyelamatkan nya keluar dari sana."
Wi Tiong hong merasa berterima kasih sekali setelah mendengar ucapan mana, segera ujarnya:
"Perencanaan nona memang benar benar amat
sempurna, aku merasa berterima kasih sekali?"
"Apa yang dipikirkan Ji sumoay memang bagug sekali, tapi diaataranya masih ada persoalan lain." kata Kam Liu cu.
"Persoalan sih tak ada, cuma tiada tempat untuk menyimpan Lun Kun pit saja, bila dugaanku tidak salah, kemungkinan besar Lan Kun pit sudah diracuni oleh Tok seh siau sehingga kehilangan pikiran dan kesadarannya.
Setelah kita berhasil menolong dirinya nanti, kita bisa menyuruh dia berperan sebagai manusia biasa saja, harap saudara Tam sudah mengurusnya selama satu dua hari, setelah kami keluar kembali nanti, urusan tersebut baru kita bicarakan lebih jauh."
Tam See hoa sadar, diantara beberapa orang itu boleh dibilang ilmu silat yang dimilikinya paling cetek, mendengar ucapan mana buru buru serunya;
"Tentang tugas ini, aku yakin masih bisa melaksanaan dengan sebaik baiknya."
"Tatkala aku masuk kedalam tadi, nona kami sudah tidur, entah dia sudah kehilangan kesadarannya atau belum" Kata kakek Ou dengan nada kuatir.
"Kalau toh Liong Cay thian sudah tehu kalau nona So adalah putri kesayangan dari Lam hay bun, aku pikir besok pagi diapun pasti akan mengutus orang pergi ke Lam hay, dengan maksud menjadikan nona So sebagai seorang sandera, menurut pendapatku cara yang terbaik adalah mencekokkan pula obat penghilang pikiran kepadanya."
"Bukankah lotiang pernah berkata pula, tiap orang hanya mempunyai sebutir pil Pek tok kim wan" Itulah sebabnya bila orang sudah menyelamatkan dirinya nanti, kau harus segera berangkat pulang ke Lam hay."
Kakek Ou tertawa terbahak bahak;
"Haah . haah. haah. . apabila non kami benar benar sudah dicekoki obat pelenyap pikiran, aku yakin pihak Tok seh sia tentu mempunyai pula obat penawar racunnya, mengapa aku mesti meninggalkan yang dekat memilih yang jauh?"
Liu Leng poo masih ingin berkata lebih lanjut, namun sambil tertawa Kam Liu cu telah menukas;
"Ji sumoay tak usah dibicarakan lagi rupanya Ou lotiang sudah bertekad tak akan pergi dulu apalagi setelah kita masak nanti cuma tinggal saudara Tam seorang yang berada diluar.
"Ditambah pula dia harus menerima seorang beban lagi dan hilang kontak dengan kami, dia pasti akan kerepotan dibuatnya, aku rasa dengan kepandaian silat yang dimiliki Ou lotiang dia justru dapat masuk keluar selat Tot seh sia dengan sekehendak hati sendiri, malah kebetulan sekali kalau Ou lotiang tetap disini, dia dapat membantu dari luar maupun dalam..."
Tidak sampai perkataan tersebut selesai diutrakan, kakek Ou segera menukas sambil tertawa;
"Apa yang diucapkan Kam lote menang benar, biar aku dan Tam lote mencari sebuah gua sebagai tempat tinggal sementara, ehmm tempat inipun bagus sekali, letaknya ditempat yang tinggi dan bisa melihat keadaan dengan jelas, biarlah aku yang masuk kedalam sekali setiap malam untuk membuat kontak dengan kalian bila ada suata pergerakan kita pun bisa saling bantu membantu."


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah mendengar perkataan dari toa suhengnya kemudian mendengar pula perkataan dari kakek Ou, Liu Leng poo segera merasa bahwa ucapan itu ada benarnya juga, maka sambil tertawa katanya.
"Kalau toh lotiang ingin tetap tinggal di sini untuk membantu kami, tentu saja hal ini merupakan suatu kejadian yang sangat kebetulan sekali bagi kami."
"Aku telah memikirkan kembali satu persoalan," tiba tiba Wi Tiong hong berkata ragu ragu.
"Apa yang telah kau pikirkan?"
"Siasat nona memang bagus sekali, tapi kecuali aku Wi Tiong hong harus berperan sebagai Wi Tiong hong gadungan yang tak perlu penyaruan muka lagi, Kam toako dan nona harus merubah sama sekali raut wajah kalian, apakah penyaruan tersebut tidak akan meninggalkan titik kelemahan yang bisa membongkar kedok penyaruan kita"
Sebab?" Liu Leng poo segera tersenyum, tukasnya:
"Soal ini kau tak usah kuatir, toa suheng mahir sekali didalam ilmu penyaruan muka, biarpun harus berperan sebagai apa saja dia bisa melakukannya dengan sempurna, ketika pertama kali kau bersua dengannya, bukankah kau temukan seluruh tubuhnya dipenuhi dengan bisul besar, bahkan diatas jidatpun terdapat bisul yang besar sekali"
"Coba kau lihat sekarang, apakah dia berbisul" Sekalipun ilmu penyaruan muka ku kurang sempurna, namun untuk berperan sebagai nona So, aku masih dapat berperan dengan sempurna sekali hingga kau sendiripun tidak akan mengenalinya lagi."
Wi Tiong hong segera merasa kalau nama Kam toako nya yang sering disebut Liu cu (si bisul) tak enak didengar dengan keheranan tanyanya kemudian.
"Kam toako, mengapa kau bisa dinamakan Liu cu" "
Kam Liu cu segera tertawa tergelak.
"Haaahh... haaah... haahh. .. berhubung aku sering berperan sebagai pengemis bisulan yang suka bermain ular, lama kelamaan nama Kam Liu cu menjadi terbiasa, nama asli ku pun jadi tidak dikenal siapa pun."
"Kam toako, lantas siapa sama aslimu?" tanya Wi Tiong hong lebih lanjut.
Kam Liu cu kembali tertawa.
"Lebih baik kau menyebut Kim Liu cu saja aku merasa gelar ini jauh lebih baik daripada nama asliku."
Liu Leng poo yang berada disisinya segera mengerling sekejap kearahnya sambil mengomel.
"Dia bernama Kam Khi hong, Liu cu.. Liu cu.. Hmm, betul betul tak sedap didengar."
Wi Tiong hong tahu, kedua orang kakak beradik tunggal perguruan ini saling cinta mencintai, tidak heran kalau perempuan tersebut merasa tidak senang hati karena orang persilatan selalu memanggil Kam Khi hong sebagai Kam Liu cu.
Sementara pembicaraan masih berlangsung, fajar sudah hampir menyingsing.
Setelah mengangkat kepalanya Liu Leng poo segera berkata.
"Toa suheng, semua benda kebutuhan ku belum siap sedia, apakah kita perlu pergi ke kota terdekat untuk melengkapinya?"
"Tentu saja harus pergi," sahut Kam Liu cu sambil melihat waktu, "biar aku pergi seorang diri, sekalian akan kusiapkan rangsum untuk kalian semua."
Setelah bangkit berdiri, kembali katanya:
"Harap kalian tunggu sebentar, siaute hanya pergi sebentar saja."
Selesai berkata buru buru dia turun gunung.
Makin lama matahari semakin meninggi, cahaya matahari yang bersinar keemas emasan mendatangkan suasana segar bagi setiap orang.
Tiba tiba dari jalan gunung diseberang sana muncul sesosok bayangan manusia yang makin lama semakin mendekat.
Liu Leng poo segera berbisik;
"Mungkin orang tadi datang untuk memungut batu gunung tersebut."
Sementara itu bayangan manusia tadi sudah semakin mendekat ternyata orang itu adalah seorang hwesio kecil berusia empat lima belas tahunan dengan setengah berlarian dia menuju ketempat batu gunung itu diletakkan kemudian setelah memungutnya kembali membalikkan badan dan berlalu dari situ.
Liu Leng poo segera melompat bangun dan berbisik kepada Wi Tiong hong.
"Ayo kita kuntit kemana dia pergi."
Wi Tiong hong mengangguk dan turut bangkit berdiri, ketika ia berpaling, tampak kakak Ou sedang bersemedi, sedangkan Tam See hoa sudah tertidur nyenyak didinding batu.
Karenanya dia tak berani mengusik mereka lagi, bersama Liu Leng poo kedua orang itu keluar dari gua dan menguntit hweesio kecil tersebut dari kejauhan.
Di kaki bukit sebelah depan situ terdapat sebuah hutan pohon siong, di balik hutan tadi terdapat sebuah kuil,
menurut papan nama yang terpancang, kuil itu bernama Liong heng sian si, Hwesio kecil itu sama sekait tidak menuju ke dalam kuil, melainkan sambil menundukkan kepalanya berjalan menuju ke sebelah barat bangunan kuil itu.
Liu Leng poo yang mengamati hwesio kecil itu dengan seksama, tiba tiba berbisik.
"Dia seorang perempuan"."
Kalau seorang perempuan, berarti dia adalah seorang nikou kecil.
Mereka berdua segera mengikuti pula jejak nikou kecil tadi menuju kedepan sana mendadak nikou tersebut lenyap dari pandangan mata.
Rahasia Peti Wasiat 2 Tiga Mutiara Mustika Karya Gan Kl Amanat Marga 6

Cari Blog Ini