Ceritasilat Novel Online

Persekutuan Pedang Sakti 8

Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Bagian 8


Ternyata disebelah barat bangunan kuil itu lebih kurang berjarak sepuluh kaki masih terdapat sebuah kuil kecil lagi yaag dibangun menempelkan bukit, papan nama yang tergantung didepan pintu bertuliskan tiga huruf besar yang berbunyi.
"Cun ti an."
Pintu kuil itu setengah terbuka, berarti nikou kecil itu sudah masuk kedalam kuil tersebut.
Sementara mereka berdua masih termenung, tiba tiba pintu kuil dibuka orang dan muncul seorang nikou setengah umur yang segera menegur.
"Sicu berdua, apakah kalian datang untuk memasang hio" Silahkan masuk."
"Kita tak usah masuk," bisik Liu Leng poo segera.
Wi Tiong hong mengangguk, maka sambil memberi hormat sahutnya kemudian.
"Kami hanya datang untuk berpesiar saja."
Nikou setengah umur ini tersenyum.
"Di dalam kuil kami tersedia siamsi yang cocok sekali, saban kali ulang tahun kuil kami banyak orang yang datang dari berpuluh puluh lie jauhnya untuk mengambil siamsi disini, mengapa kalian berdua tak mengambil siamsi lebih dulu sebelum pergi?"
Tampaknya dia sedang berusaha keras untuk menahan ke dua orang itu agar tidak pergi dari situ.
Diam diam Liu Leng poo mendengus dingin katanya kemudian.
"Saudaraku, kalau toh suhu ini berkata demikian, mari kita masuk untuk melihat lihat keadaan!"
Berhubung kedatangan mereka kali ini adalah atas prakarsa dari Liu Leng poo, maka Wi Tiong hong menuruti perkataannya, dia pun mengangguk dan segera masuk ke dalam kuil.
Nikou setengah umur itu segera mengikuti pula kedua orang tamunya menuju ke dalam.
Seorang nikou segera muncul sambil menghidangkan dua cawan air teh panas.
"Silahkan minum the," kata nikou setengah umur itu kemudian.
Nikou kecil yang membawa air teh itu segera meletakkan bakinya ke atas meja disisi dua buah bangku.
Liu Leng poo memandang sekejap ke arah ke dua cawan air teh itu, lalu tampiknya.
"Tidak usah, kami hanya datang untuk berpelesir saja, tak enak kalau mengganggu terlalu lama"."
Tiba tiba nikou setengah umur itu berseru dengan nada suara yang sangat berat.
"Aaaai, hal ini mana boleh" Kalau toh kalian sudah masuk kemari, kalian harus minum air teh dulu sebelum pergi."
"Jadi maksud suhu kami harus minum teh ini lebih dulu sebelum pergi dari sini?" jengek Liu Leng poo sambil tertawa dingin.
"Benar, air teh itu khusus diseduh untuk kalian berdua, tentu saja kalian harus minum dulu sebelum boleh pergi dari sini."
Sekali lagi Liu Leng poo tertawa cekikikan.
"Suhu, kau adalah seorang pendeta, mengapa sih ucapanmu kelewat berterus terang?"
Mendadak ia bergerak ke depan, kelima jari tangan kanannya yang dipentangkan lebar lebar segera diayunkan ke muka untuk mencengkeram pergelangan tangan nikou setengah umur itu.
Nikou setengah umur itu nampak terperanjat dan segera melompat mundur selangkah ke belakang, baru saja dia bersiap siap hendak menangkis, mendadak dari ruang belakang kedengaran suara orang mendehem dia pun segera menghentitkan gerakannya itu.
Kemudian dari belakang kuil berkumandang suara teguran yang dingin dan kaku.
"Tanyakan dulu asal usul mereka."
Nikou setengah umur itu mengiakan baru saja dia hendak membuka suara untuk bertanya...
Sambil tertawa Liu Leng poo menjawab:
"Lebih baik kalian menjawab lebih duluan. Sebagai pendeta mengapa kalian campurkan obat pemabok didalam air teh tersebut?"
Wi Tiong hong jadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, segera pikirnya:
"Oooh, rupanya mereka sudah bermain gila dengan air teh ini, memalukan sekali. Ternyata aku tidak berhasil mengetahuinya!"
Sementara itu paras muka nikou setengah umur itu sudah berubah hebat tapi sebelum berkata, suara dingin kaku dari belakang kuil itu sudah berkumandang kembali:
"Tampaknya kepada kedua orang bocah ini, ada urusan apa mereka mendatangi kuil Cun ti an ini?"
Liu Leng poo merasa bergidik juga setelah mendengar ucapan orang di belakang kuil yang dingin dan kaku itu, sudah jelas orang tersebut memiliki kepandaian sakti yang luar biasa sekali, hal tersebut membuatnya sangat keheranan.
Ketika mendengar pertanyaan mana, dia pun menjawab.
"Sebenarnya kami hanya datang untuk berpesiar saja, justru suhu itulah yang memaksa untuk menahan kami disini siapa sih yang datang mencari Cun ti an kalian."
Nikou setengah umur itu buru buru berseru:
"Mereka datang kemari dengan mengintil dibelakang siau sumoay."
"Lebih baik ditanyakan dahulu sampai jelas," perintah suara yang dingin kaku itu lagi.
Nikou setengah umur tersebut mengiakan, kemudian sambil mengangkat kepala nya dia berkata:
"Apa yang diucapkan guruku pasti sudah kalian dengar bukan" Nah, secepatnya kalian sebut asal usul perguruan kalian dan atas perintah siapa kalian datang ke kuil Cun ti an ini, asalkan kalian bersedia menjawab semua pertanyaan dengan sejujurnya, bisa jadi kami akan mengampuni nyawa kalian berdua."
Dari nada pembicaraan orang tersebut Wi Tiong hong sama sekali tidak mendengar nada pembicaraan dari seorang pendeta, tanpa terasa dia berkerut kening dan membentak ;
"Apakah setiap orang yang memasuki kuil Cun ti an bakal mampus..?"
"Tepat sekali," nikou setengah umur itu tertawa dingin,
"setelah kalian mendatangi kuil Cun ti an berarti kalian sudah mencari kematian buat diri sendiri."
Liu Leng poo tertawa terkekeh :
"Aku justru rada tidak percaya dengan ocehanmu itu."
Nikou setengah umur itu segera menarik mukanya kemudian berkata dengan gusar.
"Jadi kalian tidak bersedia untuk mengaku terus terang?"
"Bukankah kalian pun enggan berterus terang?" Liu Leng poo balas mengejek sambil tertawa.
Nikou setengah umur itu memandang sekejap Liu Leng poo, lalu serunya :
"Kalau begitu kau harus menerima ganjaran yang setimpal !"
Mendadak dia mengayunkan tangan kanannya kedepan dan menyentilkan jari tangannya berulang kali desingan angin tajam segera mendera menyambar tubuh Liu Leng poo.
Wi Tiong hong yang menyaksikan kejadian ini segera mengayunkan pula telapak tangan kanannya bersiap sedia melancarkan bacokan.
Tiba tiba Liu Leng poo berbisik dengan ilmu menyampaikan suaranya :
"Harap, Wi sauhiap jangan turun tangan lebih dulu, biar aku saja yang mencobanya."
Ternyata dia dapat mengenali sentilan jari tangan dari nikou setengah umur itu menggunakan ilmu To lo yap ci dari perguruan Sah bun, ilmu tersebut termasuk ilmu totokan udara kosong yang amat hebat.
Diam diam terkejut juga Liu Leng poo, dia kuatir Wi Tiong hong tidak tahu keadaan sehingga menderita kerugian besar, itulah sebabnya dia lantas menghalangi niatnya tersebut, disanmping dia sendiri menghimpun tenaga dalamnya dan melepaskan sebuah pukulan ke depan.
Setelah melancarkan serangan dengan jari tangannya, sebenarnya nikou setengah umur itu hendak mengatakan.
"Roboh kau?" namun ia segera melihat Liu Leng poo dengan senyuman dikulum masih berdiri di situ tanpa terpengaruh sama sekali.
Hal ini membuatnya segera mendengus dingin, tapi bersamaan waktunya pula dia merasakan angin serangan jarinya terpancing hingga miring ke samping.
Dalam kagetnya diapun membentak:
"Tidak kusangka kau memiliki kepandaian yang cukup tangguh juga."
Bersamaan dengan ucapan tersebut, tubuhnya segera maju ke muka dan sepasang tangannya melancarkan serangan bersama sama.
Cepat nian serangan yang di lancarkan itu tangan kiri cakar tangan kanan ilmu jari, ke dua duanya merupakan ancaman yang luar biasa hebatnya.
Liu Leng poo yang berpengetahuan luas dapat menyaksikan bahwa tangan kanan nya masih tetap mempergunakan ilmu To lo yap ci, angin serangannya menderu, sebaliknya tangan kirinya mempergunakan ilmu cakar Hian pang jiau.
Tanpa terasa lagi dia berseru tertahan kemudian miringkan badannya kesamping untuk menghindari serangan cakar kiri lawan, sedangkan tangan kanannya cepat di rentangkan didepan dada dan tangan kiri nya dengan ilmu menggiring kenyataan membalik kehampaan dia pancing serangan musuh melaju ke arah lain.
Bersamaan dengan gerakan ini tangan kanannya yang sudah dipersiapkan di depan dada segera dilontarkan ke muka.
Gerakan serangannya ini boleh dibilang sangat cepat dan sedikit sekali ada jago persilatan yang sanggup menahan ancaman nya tersebut, namun nikou setengah umur itu toh masih sanggup menghindarkan diri dengan memutar tubuhnya sangat kencang seperti perputaran sebuah gangsingam.
Liu Leng poo yang menyaksikan kejadian tersebut diam diam mereka terkasiap, segera pikirnya :
"Ilmu silat yang dimiliki orang ini ternyata tidak berada dibawah kepandaianku sendiri, mengapa dia pun dapat mempergunakan kepandaian macam begini?"
Baru saja mereka berdua memisahkan diri, terdengar suara yang dingin kaku dibelakang kuil itu berkumandang lagi :
"Jika kudengar dari angin pukulannya, mirip sekali dengan ilmu pukulan pemecah angin dari kuil Cing ih an di Gobi, coba kau tanyakan kepadanya apakah dia adalah murid dari Cing ih an?"
Semakin mendengar perkataan itu Liu teng poo merasa semakin terkejut, padahal dalam dunia persilatan belum pernah ada orang yang mengenali asal usul perguruan nya.
Sungguh tak disangka olehnya orang yang berada didalam kuil itu meski hanya mendengarkan angin pukulannya saja namun dapat menebak asal usul perguruannya secara tepat dari sini dapatlah disimpulkan kalau kepandaian silat yang dimiliki orang itu benar benar luar biasa sekali.
Tapi berhubung gurunya tidak senang dibicarakan orang, maka sahutnya kemudian.
"Bukan!"
Suara yang dingin kaku itu kembali mendengus berat berat :
"Hm, muridku, bekuk perempuan itu dan lepaskan yang seorang lagi, suruh guru mereka datang sendiri ke Cun tian untuk meminta orang."
Perkataan ini benar benar suatu perkataan yang sangat tekebur.
Liu Leng poo sadar bahwa musuhnya tidak mudah dihadapi, namun tak urung berkerut juga keningnya setelah mendengar perkataan ini, sambil tertawa dingin seru nya :
"Aaaah belum tentu demikian!"
"Soh hwat!" suara dingin kaku itu kembali membentak,
"gunakan dulu tehnik mematahkan untuk menghadapi perempuan tersebut."
"Tecu terima perintah." sahut nikou setengah umur itu sambil membungkukkan badannya memberi hormat.
Dengan suatu gerakan yang cepat dia menerjang kehadapan Liu Leng poo kemudian dengan menggerakkan telapak tangannya yang putih mulus dia lepaskan sebuah bacokan kilat ke muka.
Sementara itu meskipun diluarnya Liu Leng poo mengatakan belum tentu, padahal ia sudah meningkatkan kewaspadaannya setelah menyadari bahwa manusia bersuara dingin kaku yang berada diruang belakang itu memiliki kepandaian yang sangat tinggi.
Dia pun sempat mendengar orang itu memerintahkan muridnya menghadapi dia dengan tehnik mematahkan, tapi ilmu apakah itu" Hebatlah kepandaian tersebut"
Tatkala melihat nikou setengah umur itu mendesak datang secara tiba tiba sambil melancarkan sebuah bacokan tanpa terasa dia mundur selangkah kebelakang.
Ternyata serangan yang dilancarkan lawan nya ini meski disertai dengan tenaga serangan yang maha dahyat, namun jurus serangan yang digunakan cuma jurus Ngo teng kay san atau Ngo teng membuka gunung yang sederhana sekali.
Mungkin gurunya yang setelah menggantikan jurus tersebut sebagai tehnik mematahkan...
Perlu diketahui, juga Ngo teng membuka bukit merupakan sejenis ilmu kera yang mengandalkan tenaga besar, orang yang menggunakan serangan tersebut harus memiliki tenaga yang besar sekali, jadi tidak cocok untuk digunakan kaum wanita.
Bagi seorsng ahli silat, dalam sekelas pandangan saja dapat diketahui seseorang berisi atau tidak, sudah barang tentu Liu Leng poo tak akan memandang sebelah mata pun terhadap jurus serangan Ngo teng membuka bukit dari nikou setengah umur itu.
Dia segera mengayunkan tangan kanannya dan
menyambut serangan lawan dengan keras melawan keras.
Dalam waktu singkat kekuatan dari kedua belah pihak telah saling bertemu satu sama lainnya.
Sebenarnya telapak tangan nikou setengah umur itu terpentang rapat disaat melancarkan serangan tadi, namun sekarang ke lima jari tangannya bagaikan golok saja melakukan sayatan tajam, desingan angin yang dahsyat langsung saja membelah pergelangan tangan Liu Leng poo.
Dalam waktu singkat Liu Leng poo merasakan tenaga serangan lawan mendadak saja berubah menjadi sangat tangguh seperti sayatan golok tajam saja, begitu tajamnya sehingga sukar untuk dipentalkan, kenyataan ini kontan saja membuat hatinya terkesiap.
Namun berada dalam keadaan demikian tidak ada kesempatan lagi baginya untuk berubah jurus, terpaksa pergelangan tangannya direndahkan kemudian melanjutkan dengan jurus semula. "Plaaaakkk!"
Ketika sepasang telapak tangan itu saling beradu, tubuh ke dua orang itu sama sama tergetar munduar sejauh setengah langkah.
Liu Leng poo merasakan telapak tangan sendiri seakan seakan menghantam diatas mata golok yang tajam saja, tangannya mendesir dingin dan lamat lamat terasa sakit sekali, tanpa terasa pikirnya;
"Entah ilmu pukulan beracun apakah ini?"
Berpikir begitu, tanpa terasa dia tertawa penuh marah, tangan kiriya kembali digerakkan dengan jurus Ju ti seng (Memetik bintang diangksa) untuk mencengkeram batok kepala nikou setengah umur itu. .
Dengan cekatan Nikou setengah umur itu berkelit ke kiri, lalu tangan kanannya dengan jurus Ju bwee ngo hian (memetik harpa lima sinar) dia tangkis serangan dari Liu Leng poo itu kemudian dengan pentangkan ke lima jari tangannya dia sapu punggung tangan lawan.
Liu Leng poo benar benar sangat gusar, dengan mengerahkan tenaga dalam yang dimilikinya dia segera melancarkan serangan belasan dengan mempergunakan punggung tangannya.
Kembali suatu bentrokan kekerasan terjadi sehingga menimbulkan suara benturan yang cukup keras.
"Plaaak!"
Tenaga dalam yang dimiliki nikou setengah umur itu nampaknya tak mampu melebihi kemampuan Liu Leng poo, dia segera tergetar mundur ke belakang.
Akan tetapi Liu Leng poo sendiri pun terdorong mundur sejauh setengah langkah, lagi lagi tangannya terasa dingin sekali.
Nikou setengah umur ini membentak dingin, tubuhnya membayangi ke muka lebih lanjut. Kemudian sebuah serangan dilancarkan dari sayap kiri.
Ilmu yang dgunakan olehnya ini dilakukan dengan cepat dan luar biasa sekali.
Terpaksa Liu Leng poo harus membalikkan badan dan balas melancarkan sebuah sapuan dengan jurus bayangan samping merentang miring.
Tangan kiri nikou setengah umur itu segera menyapu kesamping untuk menangkis serangan Liu Leng poo kemudian diantara berkibar nya ujung baju, tahu tahu dia sudah menyelinap kehadapan Liu Leng poo dan sepasang telapak tangannya secara beruntun melepaskan empat buah pukulan berantai.
Keempat buah serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, tenaga serangan yang disertakan dalam ancaman itu pun sangat kuat sehingga timbulan suara desingan angin serangan yang sangat kuat...
Tampaknya Liu Leng poo tidak mengira kalau musuh dengan tenaga dalam yang jauh lebih rendah daripada kemampuannya justru menempuh permainan jarus yang bersifat kekerasan, diam diam ia mendengus dingin, sepasang tangannya digerakkan berulang kali untuk menyambut keempat buah serangan lawan itu.
"Plaaak, plaaak, plaaak, plaaak!"
Empat kali benturan keras bergema menyusul benturan demi benturan yang terjadi secara tiba tiba saja Lu Leng poo merasakan sesuatu gejala yang tidak beres.
Sesungguhnya tenaga dalam yaag dimiliki jauh mengunguli musuhnya, namun entah mengapa keempat serangan yang jelas dilancarkan dengan sepenuh tenaga dan berniat hendak memberikan pelajaran kepada musuhnya ini, ternyata tidak mampu menunjukkan segenap kemampuannya itu.
Rupanya serangan yang dilontarkan dengan kekuatan penuh itu, dalam kenyataan tinggal tujuh bagian saja.
Atas kejadian ini, meskipun sudah terjadi empat kali benturan keras, namun hasilnya berimbang, kedua belah pihak sama sama tergetar mundur sejauh setengah langkah.
Pada saat itulah tiba tiba dari belakang ruangan terdengar lagi suara orang yang mendehem.
Mendadak nikou setengah umur itu mundur lalu menerjang kembali ke depan, sepasang lengannya direntangkan untuk menangkis ke dua belah tangan Liu Leng poo, sementara gerakan tubuhnya yang maju kemuka juga bertambah cepat secara tiba tiba, entah mengapa, dalam sekejap mata dia sudah menyerobot masuk, kedalam jangkauan lengan Liu Leng poo.
Kemudian sepasang tangannya dari serangan telapak berubah menjadi serangan jari satu dari kiri yang lain dari kanan secepat kilat menotok jalan darah Ji keng hiat di bawah sepasang payudara Liu Leng poo "
-ooo0dw0ooo- Jilid 15 SEJAK TERJADI bentrokan sebanyak empat kali melawan musuhnya. secara tiba2 Liu Leng poo menemukan bahwa tenaga dalam yang dimilikinya tiba-tiba saja melemah sampai tiga bagian, kejadian ini kontan saja membuat hatinya amat terkesiap.
Dia lantas teringat kembali dengan perintah suara dingin kaku dari belakang gedung yang memerintahkan nikoh setengah umur itu menghadapinva dengan tehnik mematahkan, jangan-jangan kepandaian tersebut merupakan semacam ilmu siasat yang aneh dan amat lihay"
Begitu perhatiannya pecah, mendadak nikou setengah umur itu menyingkirkan sepasang tangannya dan menerobos masuk kedalam seperti seekor burung kecil, dua
gulung desingan angin tajam langsung saja menyergap tubuhnya.
Liu Leng poo sudah berpengalaman amat luas didalam menghadapi serangan musuh. sekalipun dia dibuat terkejut oleh tindakan musuhnya namun tak sampai kalut pikirannya, cepat-cepat dia mengeluarkan jurus Air Mengalir Di balik Tirai untuk melindungi dadanya kemudian sambil menjejakkan kakinya keatas tanah, dia segera menyusut mundur kebelakang.
Siapa tahu sepasang tangan Nikon setengah umur yang mengancam jalan darah Ji keng-hiat dibawah sepasang payudaranya itu hanya sebuah serangan tipuan belaka.
dengan cepat dia menarik kembali tangan kirinya kemudian tangan kanannya menyapu kedepan, segulung desingan angin serangan meluncur kebawah dan persis menotok jalan darah Tiong tok-hiat di atas kiri Liu Leng poo.
Pada waktu itu Liu Leng poo melompat mundur kebelakang belum sempat badannya mencapai tanah, lutut kirinya sudah kaku hingga badannya sempoyongan dan hampir ia terjerembab keatas tanah.
Namun bagaimanapun juga dia adalah murid
kebanggaan Thian Sat nio, kepandaian silat yang dimiliki juga merupakan kepandaian yang luar biasa, sementara masih sempoyongan, kaki kanannya segera menjejak tanah dan sekali lagi dia melejit keudara.
Bersamaan waktunya ketika ia melejit kedua tangan kirinya menepuk kebawah dengan cepat untuk
membebaskan pengaruh totokan tersebut, tubuhnya lalu meluncur sejauh satu kaki lebih dari posisi semula.
Berhasil dengan serangan totokannya itu, sudah barang tentu nikou setengah umur itu takkan menyia-nyiakan
kesempatan yang ada, sepasang bahunya bergetar lalu dia mendesak lebih jauh untuk melakukan pengejaran.
Sepanjang pertarungan berlangsung, Wi Tiong-hong cuma menonton jalannya pertarungan itu dari sisi arena, mimpipun dia tidak menyangka kalau Liu Leng poo dengan kepandaian silat yang begitu tangguh ternyata menderita kekalahan ditangan lawannya dalam beberapa gebrakan saja.
Menjumpai Liu Leng poo masih sempoyongan dan kakinya seperti sudah terluka sedangkan nikou setengah umur itu bagaikan bayangan saja mengejar terus hatinya menjadi terkejut, dia segera membentak sambil mengayunkan tangannya melepaskan sebuah bacokan kehadapan nikou setengah umur itu.
Didalam gelisahnya, serangan tersebut dilancarkan dengan ilmu Siu lo to semacam ilmu pedang tanpa wujud yang amat disegani oleh umat persilatan didunia ini. begitu serangan dilancarkan ditengah, segera berkumandang suara desingan memanjang yang ringan tapi seakan-akan hendak membelah udara menjadi dua bagian.
Bersamaan dengan serangan tersebut, suara dingin kaku yang berada diruang belakang itu kembali berkumandang:
"Cepat mundur muridku!"
Waktu itu si nikou setengah umur tersebut sedang mendesak kedepan, dia baru terkejut setelah mendengar suara bentakkan dari gurunya, cepat dia melompat kebelakang.
Tapi angin serangan yang dilancarkan Wi Tiong-hong itu sudah membacok tiba disisi tubuhnya.
Didalam gerak mundurnya itu, tiba tiba-saja tangan kanannya diayunkan kedepan dengan jurus Gi san tian hay atau menggeser bukit membendung samudra.
Sebenarnya dia tidak keliru kalau mempergunakan jurus serangan tersebut karena jurus menggeser bukit membendung samudra memang merupakan jurus serangan yang tepat untuk membendung serangan musuh yang datangnya dari samping,
Tapi kalau benar dia ingin mempergunakan jurus serangan tersebut untuk membendung serangan Siu lo to...
Dari belakang ruangan terdengar lagi suara dingin kaku itu membentak keras: "Jangan disambut
Sayang keadaan sudah terlambat, Tahu-tahu nikou setengah umur itu mendengus tertahan. tubuhnya mundur sejauh lima enam langkah dengan sempoyongan, lengan kirinya terkulai lemas kebawah dan tidak mampu diangkat kembali.
Semua kejadian itu berlangsung dalam waktu singkat, hampir bersamaan waktunya dengan gerak mundur itu Liu Leng poo sambil menepuk jalan darahnya yang tertotok tadi,
Sejak terjun kedunia persilatan, boleh dibilang belum pernah dia merasakan kekalahan sedemikian
mengenaskannya seperti apa yang dialaminya hari ini, Sekarang, tanpa sebab dia telah menderita kekalahan ditangan nikou setengah umur itu, saking gusarnya merah padam seluruh wajahnya, keningnya bekerut dan sudah barang tentu dia tak ingin menyelesaikan persoalan tersebut sampai disitu saja, begitu tubuhnya melayang turun keatas tanah, dengan cepat tangannya merogoh kedalam saku dan mengeluarkan lima bilah golok perak daun liu yang
gemerlapan tajam, kemudian sambil menggenggamnya erat-erat dia sudah siap melepaskan serangannya, Perempuan ini memang sangat lihay dalam ilmu menyambit golok, begitu senjatanya dilepaskan. tampak golok perak itu memutar setengah lingkaran busur ditengah udara, kemudian menimbulkan suara2 desingan angin tajam.
"Sreeett. ..!"
Sekilas cahaya pelangi berwarna secepat kilat menyerang dada nikou setengah umur itu.
Pada saat ini, nikou setengah umur tersebut telah menderita luka dibawah serangan siu lo to dari Wi Tionghong, lengan kirinya terkulai lemas bagaikan cacad, menghadapi ancaman demikian ia segera mundur terus berulang kali.
Ketika masih berada diperusabaan An Wan piaukiok dulu. Wi Tiong hong sudah pernah menyaksikan kelihayan ilmu Hwee Hong to dari Thian Sat nio. maka ketika mendengar suara desingan tajam yang memekikkan telinga itu cepat-cepat dia mendongakkara kepalanya.
Tampak olehnya golok perak tersebut bagaikan bermata saja dengan diiringi suara desingan tajam langsung menusuk tubuh nikou setengah umur itu.
Diam-diam Wi Tiong hong berkerut kening, pikirnya:
"Sekalipun nikou setengah umur itu menjengkelkan, namun dosa yang diperbuatnya itu tidak sampai harus di jatuhi hukuman mati..."
Baru saja ingatan tersebut melintas lewat mendadak terdengar suara dentingannya yang bergema memecahkan keheningan....
"Traaangg ... . !"
Ketika golok itu baru menyambar sampai setengah jalan, seperti terbentur oleh sambitan batu saja, tahu-tahu serangan tersebut miring kearah lain.
Batu tersebut entah disambit datang dari arah mana, nampaknya dilepaskan oleh seorang ahli yang sangat hebat.
Oleh sebab itulah Wi Tiong hong sendiri pun tidak sempat melihat secara jelas, sudah barang tentu serangan itupun bukan dilepaskan oleh nikou setengah umur ini.
Tapi ilmu golok Hwee Hong to dari Thian sat bun pun bukan kepandaian yang biasa, begitu tergetar ditengah udara, pisau terbang itu kembali membuat gerakan melingkar ditengah udara, kemudian....
, "Sreeet..." sekali lagi melesat kedepan mengancam tubuh nikou setengah umur itu.
Traaanggg. .. .
Sekaii lagi terdengar suara dentingan nyaring yang memekikkan telinga, golok perak yang masih meluncur dengan kecepatan itu luar biasa sekali lagi dipentalkan oleh sebiji batu kecil.
"Traaaangggg , , , "
Kali ini tidak sampai golok perak itu membuat gerakan melingkar ditengah udara sebutir batu kerikil kembali dilontarkan kembali menghajar golok perak tersebut.
Tergetar berulang kali secara beruntun golok hwee hong to tersebut menjadi kehilangan daya serangannya dan segera terjatuh diafas tanah , ,
Biarpun Wi Tiong berdiri disisinya ternyata dia sendiripun tidak sempat melihat dengan jelas darimana datangnya ketiga batu kerikil tersebut.
Bahkan Liu Leng poo yang melepaskan serangan pun tidak sempat melihat sumber serangan itu dengan pasti, dengan wajah hijau membesi dia berdiri didepan ruangan sambil berbentak keras:
"Nikou tua, kau tak perlu menyembunyikan diri dibelakang sana dan melancarkan serangan secara tersembunyi bila memang merasa punya kepandaian, ayo, tunjukkan kepada Liu Leng poo>"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, mendadak terdengar suara dingin kaku yang terus membentak:
"Budak busuk, besar amat lagakmu!"
Suara itu datangnya dari belakang.tubuhnya hal tersebut kontan saja membuat Liu Leng poo menjadi amat terkejut, buru-buru dia membalikkan tubuhnya.
Entah sedari kapan, tahu-tahu di depan halaman ruangan kuil tersebut telah muncul sebuah tandu berwarna hitam.
Waktu itu tandu tersebut sudah berhenti dimuka undak-undakan menuju keruangan. Si penggotong tandu adalah dua orang nenek berkaki kecil yang membungkus kepalanya dengan kain hitam, mereka berdiri dikaki kanan tandu tersebut tanpa bergerak Sekeliling tandu berwarna hitam itupun dilapisi dengan kain hitam, sehingga sulit bagi orang untuk mengetahui orang yang berada daiam tandu itu.
Diam-diam Liu Leng poo merasa terkejut, padahal dia percaya kemampuannya yang dimilikinya sekarang dapat menangkap suara daun yang jatuh pada jarak sepuluh kaki pun dari posisinya.
Betul dia telah menghimpun segenap tenaga dalamnya kedalam pisau terbang tersebut, namun jarak antara tandu
dengan dirinva cuma berapa kaki saja mustahil ia tak mendengar akan kehadiran mereka...
Dari sini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kedua orang nenek penggotong tandu itu sudah mencapai tingkatan yang amat sempurna.
Sadar akan datangnya musuh tangguh, Liu Leng poo mulai meningkatkan kewaspadaannya, bukan saja didepan mata ada musuh, bahkan di balik gedung kuil itupun masih tersembunyi seorang jago misterius yang berkepandaian amat hebat.
Dengan begitu, dirinya berdua sudah terjebak dalam suasana yang berbahaya sekali, mereka telah digencet oleh dua orang musuh tangguh yang datang dari muka dan belakang.
Sekalipun dalam hatinya merasa terkejut Liu Leng poo tidak sampai menjadi panik, dengan menggunakan ilmu menyampaikan suaranya ia lantas berbisik kepada Wi Tiong hong:
"Wi sauhiap. cepat kemari situasi yang kita hadapi sekarang berbahaya sekali, kau berjaga-jagalah dibelakang punggungku."
Wi Tiong hong menurut dan segera berjalan menuju kebelakang tubuh Liu Leng Poo dan berdiri disitu dengan tangannya meraba gagang pedang, sementara sorot matanya memperhatikan sekejap sekeliling ruangan kuil itu.
Ternyata bayangan tubuh nikou setengah umur itu sudah tidak nampak lagi, tampaknya dia sudah menyelinap masuk keruang belakang.
Pada saat itulah dari ruang belakang terdengar suara dingin kaku itu berkumandang lagi:
"Kehadiran sumoay kebetulan sekali tolong kau bereskan kedua manusia yang tidak tahu diri itu, yang perempuan agaknya murid ahli waris dari Cing ih am di Go bi san, sedangkan yang lelaki mempergunakam ilmu Siu lo to, jadi semestinya murid perguruan Siu lo bun."
"Suci tidak usah kuatir, serahkan saja ke dua orang itu kepadaku." kata suara dingin kaku dibalik tandu itu segera.
"bagi mereka yang datang mencari gara-gara dalam kuil Cun ti am, tidak usah dibedakan lagi apakah ia murid Cin ih am ataukah murid Sio lo bun...."
Mendengar perkataan mana Wi Tiong hong segera membentak keras;
"Kau jangan menuduh orang seenaknya sendiri, aku bufkan anggota perguruan Siu lo bun."
"Aku tidak ambil perduli siapakah kalian." kembali orang didalam tandu itu berseru.
Liu Leng poo segera mendengus, kemudian tegurnya:
"Siapakah kau ?"
"Kalian pun tidak usah mengetahui siapakah diriku, sebab dengan mengandalkan kedudukan kalian masih belum pantas untuk mengetahui siapakah diriku ini."
"Jadi kau juga yang telah merontokkan pisau terbangku tadi. ..?"
"Hmm, apa aih hebatnya dengan Hwee-hong to tersebut
?" "Bagus sekali." seru Liu Leng poo sambil tertawa dingin,
"kalau begitu aku periu menunjukan kelihayan dari ilmu Hwee-hong to tersebut kepadamu .."
Sementara berbicara dengan cepat dia mundur beberapa langkah kebelakang, kemudian dia membungkukan
badannya untuK memungut kembali golok peraknya yang tersampok rontok tadi,
Disaat dia berdiri tegak inilah tiba-tiba tangannya diayunkan berulang kali, lima bilah golok perak daun liu itu segera meluncur ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Benar-benar hebat sekali serangan tersebut, bagaikan sambaran petir saja dalam waktu singkat seluruh angkasa sudah dipenuhi cahaya perak dan desingan angin serangan yang memekikkan telinga, kelima golok perak itu membentuk satu garis lurus langsung menyerang kedalam tandu hitam itu.
Cahaya perak itu berkelebat lewat kemudian lenyap dibalik tandu lemas tersebut, desingan angin serangan yang memekikkan telingapun menjadi sirap dan hening kembali.
namun kelima bilah golok perak daun Liu yang menyusup kebalik tandu tersebut lenyap dengan begitu saja tanpa menimbulkan suara apa-apa.
Dua orang nenek berkaki kecil berkain hitam pembungkus kepala itu masih tetap berdiri dikiri kanan tanpa bergerak seakan-akan mereka sama sekali tidak menyaksikan peristiwa tersebut.
Sekeliling tandu itu masih tertutup oleh kain hitam sehingga tidak nampak manusia dalam tandu tersebut sejak pisau terbang tersebut menyusup kedalam hingga kini, tidak nampak pula sesuatu reaksi dari balik tandu tadi.
Suasana hening yang sama sekali diluar dugaan ini kontan saja menimbulkan suasana yang begitu mengerikan dan menggidikkan hati.
Orang persilatan selalu mengatakan "Biar pun bisa menghindari beribu bahkan berlaksa bacokan, belum tentu bisa menghindari sebuah bacokan dari Thian Sat nio", ilmu
Hwee-hong to merupakan kepandaian andalan dari Thian sat bun yang termashur akan kelihayannya, apa lagi bila lima golok dipergunakan bersama, jarang sekali ada jagoan didalam dunia persilatan yang mampu meloloskan diri dari ancaman tersebut. .
Akan tetapi semenjak kelima bilah golok terbang itu menyusup kedalam tandu, sama sekali tidak kedengaran sedikit suara pun kejadian mana tentu saja membuat Liu Leng poo menjadi amat terkesiap.
Tiba-tiba dia membentak nyaring, pedangnya segera dicabut keluar kemudian tubuhnya mendadak ke depan menghampiri tandu tadi, pedangnya serta merta dipergunakan untuk mencongkel tirai dimuka tandu itu . .
Disaat dia mendekati tandu itulah kedua orang nenek yang berdiri disamping kiri dan kanan itu dengan tenang tapi cekatan segera menyingkap tirai tandu itu.
Semua peristiwa ini berlangsung dalam waktu sekejap mata dan semuanya teratur dan tidak panik, sehingga boleh dibilang persis sekali pada saat Liu Leng poo menyerbu ke depan tandu tadi.
Ketika Liu Leng poo sudah tiba dimuka tandu tersebut kurang lebih sejauh tiga depa, kebetulan pula tirai tandu itu disingkap orang sehingga keadaan didalam tandu tersebut dapat terlihat dengan jelas sekali.
Ternyata orang yang berada didalam tandu itu adalah seorang manusia aneh berambut hijau berkepala tembaga.
Orang ini sama sekali tidak mengenakan openg kulit manusia, tapi raut mukanya seakan-akan dicetak dengan cairan tembaga sehingga persis seperti sebuah patung manusia hidup.
Pakaian yang dikenakan adalah gaun merah
berkembang-kembang, sepasang tangannya yang berwarna tembaga diletakan di atas lututnya keadaan tersebut tak ubahnya bagaikan patung sungguhan.
Sedangkan kelima buah golok perak tadi terletak didepan patung tembaga ini.
Liu Leng poo yang menyaksikan kejadian ini menjadi tertegun,sudah jelas dari balik tandu tadi kedengaran ada orang berbicara. sudah jelas ada pula yang menangkap golok terbangnya didalam tandu tersebut ataukah mungkin orang yang berbicara dan menerima goloknya adalah patung tembaga ini"
Ia tidak berpikir lebih jauh lagi, setelah mendengus dingin pedangnya segera digetarkan menusuk ke wajah patung tembaga itu.
Terhadap datangnya serangan ini patung tembaga tersebut sama sekali tidak menghindar, dia masih tetap duduk dalam posisi semula menanti ujung pedang tersebut hampir menusuk diatas wajahnya. baru kedengaran suara dentingan nyaring.
Kemudian Liu Leng poo merasakan pergelangan tangannya bargetar keras, ternyata wajah orang itu memang dibuat dari tembaga asli.
Tapi disaat dia mendengus sambil melancarkan tusukan ke wajah patung tembaga inilah, mendadak dari balik mulut patung tembaga itu kedengaran pula suara dengusan dingin.
Bukan hanya begitu saja, dari balik mulut patung tembaga itu mendadak menyembur keluar segumpal asap warna warni.
Liu Leng poo sudah cukup berpengalaman dalam pertarungannya melawan musuh2 tangguh, ketika
menyaksikan patung tembaga itu menyemburkan asap dia segera menutup semua pernapasannya dan melompat mundur kebelakang,
Sekalipun Liu Leng poo merasakan bahaya cukup cepat, bagaimanapun juga selisih jarak mereka kelewat dekat tahu-tahu saja hidungnya telah mengendus bau barum yang sangat aneh.
Ketika tubuhnya yang melompat mundur belum sempat berdiri tegak, tiba-tiba saja kepalanya terasa pening, lalu pandangan matanya menjadi gelap setelah mundur dengan sempoyongan sejauh berapa langkah, dia segera roboh terjengkang keatas tanah.
Kalau diceritakan memang rasanya amat lamban, padahal semua peristiwa tersebut berlangsung dalam sekejap mata saja, disaat Liu Leng poo melompat mundur kebelakang, ke dua orang nenek didepan tandu itu sudah menurunkan kembali tirai dimuka tandu tersebut.
Menanti tubuh Liu Leng po sudah roboh terjungkal keatas tanah, keadaan tandu itu sudah pulih kembali seperti sedia kala, tirai tandu sudah diturunkan kembali. kedua orang nenek itupun sudah berdiri disisi kiri dan kanan tandu dengan tangan diluruskan kebawah. seakan-akan tidak terjadi suatu apapun.
Hampir boleh dibilang Wi Tiong hong belum sempat melihat jelas bagaimanakah bentuk wajah orang yang duduk didalam tandu tersebut ketika secara tiba-tiba ia menyaksikan Liu Leng poo sudah roboh terjengkang keatas tanah.
Kejadian ini kontan saja membuat anak muda tersebut menjadi terkejut sekali.
Cepat-cepat dia menerobos maju kedepan kemudian tegurnya dengan perasaan gelisah:
"Nona Liu. kenapa kau?"


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liu Leng poo sedang memejamkan matanya rapat-rapat sambil menghimpun tenaganya untuk melawan racun dalam tubuhnya ketika menderngar suara teriakan Wi Tiong-hong tersebut, dia segera menggerakan bibirnya dan berbisik lirih;
"Hati-hati dengan asap beracun yang disemburkan dari mulut manusia tembaga itu."
Pada hakekatnya Wi Tiong-hong sama sekali tidak menyaksikan manusia tembaga tersebut, dia menjadi sangat keheranan dan segera, bertanya lagi:
"Dimana manusia tembaga itu?"
Sebelum nona itu sempat menjawab, suara dingin kaku dari balik tandu itu sudah berkumandang lagi.
"Maju kedepan dan segera bekuk budak tersebut. ..."
Kedua orang nenek itu segera menerima perintah dan seorang dari kiri yang lain dari kanan serentak maju kedepan .. .
Menjaksikan Liu Leng poo masih duduk tak bergerak, sementara dua orang musuhnya telah mendesak kedepan, Wi Tiong-hong menjadi gelisah sekali, cepat pedang Jit siu kiamnya diloloskan dari sarungnya.
Kemudian dengan pedang terhunus dan menghadang didepan nona tersebut bentaknya keras-keras:
"Siapa diantara kalian berani maju. jangan salahkan kalau aku akan bertindak kejam."
Nenek yang berada disebelah kiri itu tertawa dingin, kemudian sambil berpaling kearah nenek yang berada disebelah kanannya dia berkata setengah mengejek:
"Apakah bocah keparat ini termasuk juga manusia jumawa?"
Nenek yang berada disebelah kanan itu segera menjawab; "Kau bekuk budak tersebut dan serahkan raja bocah keparat ini kepadaku."
Selesai berkata dia lantas maju kedepan Wi Tiong-hong dan langsung mencengkeram pergelangan tangan sang pemuda yang menggenggam pedang itu dengan kelima jari tangannya yang dipentangkan seperti cakar, serangan mana dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat,,.
Sebaliknya nenek yang berada disebelah kiri itu segera menghindar dari arena tengah dan mendekati Liu Leng poo.
Wi Tiong hong segera membentak keras, tubuhnya bergerak kedepan sambil mengayunkan pedangnya menyambut kedatangan sinenek disebelah kiri itu.
Perlu diketahui pedang Jit siu kiam yang berada dalam genggamannya ini meski nampaknya sama sekali tidak tajam, namun begitu serangan dilepasKan. angin pedangnya menderu-deru dan tajamnya bukan buatan.
Begitu merasakan ketajaman angin serangan lawan ternyata nenek yang berada di sebelah kiri itu tidak berani menangkis dengan kekerasan, dengan cepat tubuhnya bergeser dua langkah kesamping. kemudian katanya sambil tertawa dingin:
"Hmm, tidak nyana kalau pedangnya yang dipergunakan bocah keparat itu merupukan sebilah pedang yang tajam sekali."
Ketika nenek sebelah kanan menyaksikan Wi Tiong Hong meninggalkan dirinya malaban menyerang nenek disebelah kiri, dia menjadi gusar sekali, sambil mendesis sinis tiba-tiba saja tubuhnya menerobos maju kemuka.
kemudian dengan kelima jari tangannya yang dipentangkan lebar-lebar dia cengkeram belakang punggang pemuda itu.
Baru saja Wi Tiong hong berhasil mendesak mundur sinenek yang berada disebelah kiri, dia sudah merasakan datangnya sinenek sebelah kanan yang menyergap dari belakang. serta merta dia membalikan badannya sambil melancarkan babatan kilat.
Kedua buah serangan tersebut semuanya
mempergunakan jurus serangan pedang dari ilmu Siu lo cap sah si.
Sebenarnya ilmu pedang Siu lo kiam-hoat memang mengutamakan gerak. bilamana dipergunakan dalam kecepatan yang paling tinggi maka dalam satu gebrakan saja bisa melancarkan tiga belas buah serangan secara beruntun.
Biarpun Wi Tiong hong belum lama mempelajari kepandaian tersebut namun kedua jurus serangan yang dipergunakan barusan, jauh lebih cepat beberapa kali lipat daripada serangan biasanya. . , .
Belum lagi cengkeraman kelima jari tangan si nenek disebelah kanan itu tiba, angin pedang Wi Tiong hong sudah menyambar liwat, hal tersebut memaksanya buru-buru menariK kembali cengkeramannya sambil bergeser selangkah kesamping.
"Bocah keparat, tidak kusangka kau masih mempunyai ilmu simpanan, . ." serunya keras.
Sementara itu si nenek disebelah kiri yang kena dipaksa mundur oleh serangan Wi Tiong hong tadi nampaknya
masih belum merasa puas, dengan cepat dia bergegas. maju lagi kemudian melancarkan serangannya dari sisi kiri dengan jurus bintang terbang mengejar rembulan.. , .
Lima gulung desingan angin tajam langsung saja mengurung jalan darah penting ditubuh sebelah kanan si anak muda itu.
Ternyata jurus serangan yang dipergunakan nerek itu merupakan ilmu memotong nadi yang luar biasa hebatnya.
bila terkena serangan teraebut niscaya korban akan lumpuh atau tewas seketika.
Bersamaan waktunya nenek disebelah kanan yang terdesak mundur oleh serangan pedang Wi Tiong hong tadi kembali mendesak kedepan dan mengancam dari sisi kiri lawan, tangan kanannya yang direntangkan kembali mengancam pinggang pemuda tersebut dengan jurus ayam emas mencari makanan.
Ketika jari tangannya sudah hampir mengenai sasaran.
dia baru membentak dengan suara menyeramkan:
"Bocah keparat. roboh kau !"
Menghadapi serangan demi serangan yang begitu gencar keji dan buas dari dua orang nenek yang menggencetnya dari kiri dan kanan Wi Tiong hong tak berani berayal lagi, tubuhnya segera berputar mengikuti gerakan pedangnya, kemudian pergelangan tangan kanannya berputar menggunakan jurus Dua unsur baru memisah, pedangnya secara beruntun membuat dua buah gerakan melingkar.
Berbicara soal ilmu silat yang dimiliki ke dua orang nenek tersebut, sesungguhnya sulit bagi jurus pedang aliran Bu tong pay yang digunakan pemuda tersebut untuk mendesak mundur mereka, namun mereka justru amat
takut menghadapi pedang tajam milik Wi Tiong hong yang nampaknya justru menyerupai pedang karat itu.
Apalagi setiap serangan tersebut dilancarkan, selalu terasa desingan angin tajam yang begitu hebat, mau tak mau mereka berdua harus menarik selalu serangan yang belum selesai dilontarkan.
Tiba-tiba nenek yang berada disebelah kanan itu berseru;
"Bocah keparat ini berasal dari Bu tong-pay."
Sedangkan si nenek di sebelah kiri segera berseru pula;
"Mari kita mencoba sampai dimana kemampuannya !"
"Betul, kita harus mencoba kemampuannya." sambung si nenek disebelah kanan dengan serius.
Disaat pembicaraan berlangsung, dengan suatu gerakan cepat nenek yang berada disebelah kiri itu sudah meloloskan sebatang tongkat pendek dari belakang tubuhnya, kemudian sambil maju kedepan dan menyeringai seram serunya:
"Bocah keparat, sambutlah serangan ini!" Tongkat pendek itu segera menyapu ke depan dengan kecepatan bagaikan kilat.
Dengan pedang terhunus Wi Tiong-hong tetap berdiri tidak berkutik ditempat semula, serunya sambil tertawa nyaring:
"Semenjak tadi kalian memang sudah harus meloloskan senjata masing-masing...."
Belum lagi perkataannya selesai diutarakan tongkat pendek dari nenek disebelah kiri itu sudah menyapu datang.
Dalam sekejap mata itulah. tongkat pendek tersebut mendadak berubah menjadi lima enam buah bayangan
yang bersamaan dengan menghembuskan segenap desingan angin tajam langsung menindih tubuh bagian atasnya.
Padahal Wi Tiong-hong telah bersiap sedia dengan menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, siu lo cap sah si juga telah disiapkan tinggal melancarkan serangan.
Mendadak saja lengan kanannya digetarkan, lalu bersamaan waktunya pedangnya dengan menciptakan lima enam buan bayangan pedang langsung menyongsong datangnya ancaman tersebut.
"Triing. triing' triing....."
Serentetan suara benturan nyaring yang memekikkan telinga bergema memenuhi seluruh angkasa.
Setiap serangan tongkat pendek dari nenek disebelah kiri itu semuanya kena terhadang oleh serangan pedangnya.
Kalau terhadang saja masih mendingan, nenek disebelah kiri itu segera merasakan pula ada sesuatu yang tidak beres.
Dia sudah terbiasa mempergunakan senjata tentu saja diapun mempunyai perhitungan tentang berat senjata andalannya itu.
Tapi setelah terjadi serangkaian bentrokan dengan pedang Wi Tiong-hong, tiba-tiba saja dia merasakan suatu keanehan.
Yaitu setiap kali terjadi dentingan nyaring, tongkat pendeknya terrasa lebih enteng, apa lagi setelah terjadi lima kali bentrokan, tongkat pendeknya seakan-akan sudah begitu enteng sehingga tidak menyerupai sebuan tongkat lagi.
Dalam terkejutnya cepat-cepat dia melompat mundur kebelakang sambil melakukan pemeriksaan, ternyata
tongkat pendek yang panjang semula mencapai dua depa delapan cun itu, sekarang tinggal sepotong yang masih tergenggam dalam tangannya saja.
Sementara itu nenek yang ada disebelah kanan sama sekali tidak melihat bagaimana tongkat pendek milik nenek disebelah kiri sudah dipapas kutung oleh pedang Wi Tionghong seperti potongan tebu saja, dia cuma melihat bagaimana senjata kedua orang itu saling beradu. kemudian nenek disebelah kiri itu melompat mundur kebelakang.
Serta merta dia memutar tongkat sendiri dan menyerbu pula kedalam arena bagaikan amukan angin puyuh.
Semenjak berhasil melatih ilmu Siu lo cap sah si tersebut, baru pertama kali ini Wi Tiong hong benar-benar mempergunakannya.
Ia menjadi gembira sekali setelah berhasil menahan lima enam buah serangan musuh sebab hal ini berarti juga dalam satu gebrakan dia berhasil melepaskan lima enam buah serangan beruntun.
Maka ketika menjumpai nenek disebelah kanan menyerang kembali, tanpa berpikir panjang lagi dia mengayunkan pedangnya melepaskan dua serangan sekaligus.
Sementara itu nenek disebelah kiri itu sudah membuang kutungan longkatnya dengan penuh amarah, kemudian sambil maju kedepan. bentaknya keras-keras.
"Pedang si bocah keparat itu mampu mengutungi senjata!"
Bersamaan dengan datangnya tubrukan itu tangan kirinya segera diayunkan kedepan melepaskan segumpal asap berwarna abu-abu kewajah anak muda tersebut.
"Roboh kau!" bentaknya keras-keras.
Ditengah arena berkumandang kembali suara dentingan yang amat nyaring . .
"Triiing, triing...."
Dua kali dentingan bergema, tongkat pendek milik nenek disebelah kanan pun kutung menjadi tiga bagian seperti tebu.
Akibatnya si nenek yang berada disebelah kanan itu cepat-cepat melompat ke samping sambil mandi keringat dingin.
Wi Tiong hong menjadi gembira sekali menjumpai keberhasilannya tanpa terasa dia tertawa terbahak-bahak, Namun baru saja tertewa sampai setengah jalan, dia telah menyaksikan segumpal asap abu-abu menyambar ke wajahnya.
Dalam keadaan gugup dan bimbang, dia cepat
mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan.
Walauoun kabut abu-abu itu segera membuyar setelah termakan oleh angin pukulannya yang kuat tersebut, toh tak urung mulutnya menghisap juga sedikit bau harum, hal ini membuatnya sangat terkejut.
Cepat-cepat dia menghindar ke samping, siapa tahu baru saja tubuhnya digerakkan, seketika itu juga kepalanya terasa berat dan kakinya enteng, sepasang kakinya seakan-akan menginjak ditumpukan abu saja.
Nenek yang berada disebelah kanan itu segera mendesak maju kedepan, kemudian sembari tertawa seram katanya:
"Bocah keperat. kau telah menguntungi tongkat pendekku, maka sekarang giliran aku si nenek yang akan menguntungi sepasang kaki anjingmu itu,...."
Dengan tangan sebelah dia merampas pedang pemuda itu, tangan yang lain menampar wajahnya keras-keras.
Plaaak!! Wi Tiong-hong kena ditampar keras-keras sehingga maju berapa langkah kemuka sebelum terjatuh terjerambab keatas tanah.
Dengan cepat nenek disebelah kanan itu melompat lebih kemuka dan menginjak dada Wi Tiong-hong keras-keras serunya lagi sambil tertawa seram.
"Bocah keparat, kau telah mengutungi tongkat pedangku, sekarang akupun akan memotong sepasang kaki dan sepasang lenganmu."
Semenjak ditampar oleh nenek disebelah kiri tadi. Wi Tiong hong merasakan pandangan matanya berkunang-kunang dan pipinya sakit sekali, apalagi setelah dadanya diinjak oleh sinenek disebelah kanan, sekarang amarahnya mau meledak rasanya.
Namun apa daya kalau sepasang tangannya terasa begitu lemas tak bertenaga. sedikit kekuatan tak mampu dipergunakan lagi, tentu saja untuk meronta pun tak mampu.
Dalam keadaan demikian tanpa terasa ia berkerut kening dan membentak keras:
"Nenek bajingan, setelah Wi Tiong-hong terjatuh ketangan kalian, mau dibantai mau dicincang aku tak bakal akan mengerutkan dahiku!"
Mencorong sinar buas dari balik mata nenek sebelah kanan itu, serunya kemudian sambil tertawa seram;
"Bocah keparat, tidak gampang bila ingin mampus dengan begitu saja, aku si nenek akan..."
Belum habis perkataan tersebut diutarakan. mendadak dari balik tandu itu telah bergema kembali suara beatakan ketus:
"Lepaskan dia!"
Nenek disebelah kanan itu segera menarik kembali kaki kecilnya dan mundur setengah langkah.
Dengan mempergunakan tangannya sebagai penahan badan Wi Tiong hong mencoba meronta untuk duduk kembali, akiranya dia aga ringan menderita keracunan sehingga tidak sampai roboh tak sadarkan diri..., Dengan kening berkerut sekali lagi dia membentak keras:
"Kalau ingin betul-betul bertarung. pergunakan ilmu silat yang sejati, jangan gunakan cara yang licik dan munafik untuk membokong orang dengan racun pemabuk, perbuatan semacam itu hanya bikin malu saja..."
"Bocah keparat. kau masih berani ngebacot terus?" teriak nenek disebelah kiri itu dengan marah.
Wi Tiong hong tak kalah gusarnya, segera bentaknya pula:
"Nenek bajingan, beranikah kau memberi obat pemunah dulu kepadaku kemudian bertarung secara jantan denganku?"
"Bajingaa keparat, rupanja kau sudah bosan hidup?" seru nenek disebelah kanan sambil mengejek dingin.
Ketika nenek yang yang ada disebelah kiri itu mendengar dirinya diumpat sebagai nenek bajingan. amarahnya segera memuncak sampai batas yang tak terkatakan, kebetulan sekali dia masih memegang pedang karat milik Wi Tionghong, maka sambil mengayunkan senjata tersebut, katanya sambil tertawa seram;
"Bocah keparat, akan kupotong sebuah kaki anjingmu lebih dulu, akan kulihat mulut anjingmu masih bisa menggonggong terus?"
Belum saja perbuatan tersebut sampai dilakukan. orang yang berada didalam tenda itu sudah berseru kembali:
"Berikan obat penawar racun kepadanya."
Nenek disebelah kiri itu menjadi tertegun setelah mendengar perintah ini, namun tak berani membangkang, dari sakunya mengeluarkan sebuah botol kecil dan dilemparkan kesamping pemuda tersebut seraya bentaknya:
"Bocah keparat, terlalu keenakan bagimu."
Wi Tiong-hong sama sekali tidak menyangka kalau orang yang berada dalam tandu itu akan memerintahkan nenek disebelah kiri memberi ooat pemunah racun kepadanya. Tapi diapun cukup mengerti betapa berbahayanya umat manusia didunia persilatan. siapa tahu kalau isi botol itu bukan obat pemunah melainkan semacam obat racun yang jauh lebih berbahaya"
Untuk sesaat dia cuma memegangi botol itu saja tanpa barmaksud untuk menelannya.
"Bocah keparat. obat penawar racun telah diberikan, mengapa tidak kau segera telan" Memangnya takut kuberi obat beracun lagi?" jengek si nenek disebelah kiri cepat.
"Kewaspadaan untuk menghadapi kelicikan orang tak boleh hilang, siapa tahu kalau isi botol tersebut memang benar-benar obat beracun?" sahut pemuda itu cepat.,
"Bajingan ini kelewat berbahaya, manusia tak tahu diri."
umpat nenek disebelah kanan dengan gemas.
Sementara itu suara dingin kaku dari balik tandu telah bergema lagi;
"Silahkan ditelan saja, apakah aku juga, akan membohongi dirimu. . ?" Sekalipun suaranya masih dingin dan kaku, namun kedengarannya jauh lebih lembut.
Wi Tiong-hong segera mendengus dingin, "Hmm.
mengapa kau harus memberikan obat penawar racun kepadaku. .?"
"Sebab kau harus tetap sadar pikirannya, aku masih ada persoalan yang hendak ditanyakan kepadamu."
Sekalipun Wi Tiong-hong sedang berbincang, namun sesungguhnya dia merasakan kepalanya berat dan keempat anggota badannya lemas tak bertenaga, seakan-akan ingin tidur saja.
Teringat Liu Leng poo sudah lama tidak bersuara lagi.
jelas dia sudah tak sadarkan diri karena keracunan, pemuda itu sadar bahwa dia sendiri tak boleh sampai kehilangan kesadaraanya karena keracunan.
"Berpikir sampai disini, dia lantas membuka penutup botol itu dan menuangkan bubuk kuning dalam botol tersebut kedalam mulutnya.
Tak sampai setengah perminum teh kemudian. ia benar-benar merasakan kesegarannya pulih kembali, Ketika mencoba untuk mengatur napas, ternyata semua peredaran darahnya lancar tanpa hambatan.
Maka dia segera melomoat bangun dan menegur sambil mengawasi tandu itu lekat-lekat.
"Bila ada persoalan, silahkan saja diutarakan keluar!"
"Benarkah kau bernama Wi Tiong-hong?" tanya suara dingin dibalik tandu itu kemudian,.
Wi Tiong-hong tertawa tergeletak: "Haaah.. haaah.., haaah.. . tentu saja aku sendiri."
"Satu bulan berselang, kau pernah datang kemari?"
"Buat apa kau menanyakan tentang persoalan ini?" seru Wi Tiong-hong agak tertegun.
"Tentu saja aku mempunyai kegunaannya."
"Sebelum kau menjelaskan alasanmu, maaf bila aku tak sudi memberitahukannya."
"Bukankah rekanmu telah keracunan, kau tak ingin aku melepaskan pula dirinya?"
"Bila kukatakan sebenarnva, apakah kau akan memberi obat penawar racun padanya?"
"Benar"
"Baik. kalau begitu tak ada salahnya bila kuberitahukan hal itu kepadamu, satu bulan berselang aku telah pergi ke Ci-say."
"Kelewat samar, semestinya kau sebutkan juga nama tempat dari tujuanmu itu."
"AKU telah pergi ke bukit Sian-hoa san."
"Selain itu kau telah pergi kemana lagi?"
Wi Tiong-hong tidak langsung menjawab, sebaliknya secara diam-diam berpikir.
"Kok Thian hiang bersembunyi dibukit Tay-seng bun san sekalipun aku tidak dapat membuktikan apakah manusia berbaju putih itu adalah ayahku, namun dia telah berpesan kepadaku, kecuali ibuku, aku tak boleh membocorkan persoalan ini kepada siapa saja, itu berarti akupun tidak boleh memberitahukan juga kepadanya."
Berpikir sampai disini diapun menjawab: "Aku berkunjung pula ke Thian-bok san."
"Dari Sien-hoa menuju ke Thian bok, ditengah-tengahnya mesih ada jarak yang cukup panjang, kau telah berkunjung kemana lagi?" desak orang didalam tandu itu.
"Betul, diantara jarak tersebut aku memang masih mengunjungi sebuah tempat yang sangat rahasia."
"Bagaimana rahasianya ?"
"Aku sendiripun tidak mengetahui apa nama tempat tersebut, karena mataku ditutup dengan kian dan aku dijemput dengan menggunakan kereta."
"Kau telah pergi menjumpai siapa ?"
"Berjumpa dengan...."
Mendadak ia tutup mulut kemudian setelah mengawasi tandu tersebut lekat-lekat, terusnya:
"Bukankah kau cuma bertanya bulan berselang aku telah kemana" Tentang siapa kujumpai dan apa yang telah kulakukan rasanya soal ini tidak termasuk dalam lingkungan yang perlu kau tanyakan."
"Bila aku tak akan bertanya siapa yang telah kau jumpai.
lantas mau apa pula kau datang ke bukit Kou lou san ini ?"
"Apa yang ingin kau tanyakan telah aku jawab dengan sejujurnya. seperti juga jawabanku tadi, pertanyaan diluar garis tak ingin kujawab."
"Sik mo. tusuk dia dengan pedang !"
Mendadak orang didalam tandu itu membentak, Nenek disebelah kiri mengiakan lalu mendesak ke depan sambil bentaknya:
"Bocah muda, hati-hati kau!"
Dengan mengayunkan pedang karatnya dia tusuk bahu bkri Wi Tiong-hong.
Pemuda itu merasa gusar sekali, tangan kirinya dengan menggunakan tehnik pedang memancing serangan musuh keluar garis. sementara tangan kanannya melepaskan sebuah bacokan.
Baru saja nenek disebelah kiri itu melancarkan tusukannya, tiba-tiba saja dia merasa ujung pedangnya miring kesamping kemudian mengikuti gerakan tangan kiri lawan terpancing keluar garis.
Kejadian ini sangat mengejutkan hatinya, diam-diam berpikir:
"Gerak serangan bocah ini sama sekali tidak membawa desingan angin serangan. juga tidak terdapat daya hisap yang kuat, lantas dengan kepandaian sesat apakah dia berhasil membawa gerak serangan pedangku kearah lain?"
Namun dalam keadaan demikian dia tak sempat untuk berpikir panjang lagi, gagal dengan gerakan pedangnya cepat-cepat dia melompat kesebelah kanan untuk meloloskan diri dari bacokan musuh.
Dengan lompatannya ini, maka serangan tangan kosong dari Wi Tiong-hong dengan sendirinya mengenai sasaran kosong.
Setelah menghindar kesamping, nenek disebelah kiri itu tidak puas sampai disini saja. setelah mundur dia maju kembali kedepan seraya bentaknya keras-keras.
"Bocah keparat.,"
Baru saja dia akan melancarkan serangan lagi...
"Sik Mo, cukup!" suara dingin kaku dari balik tandu kembali membentak keras.
Sebenarnya nenek disebelah kiri itu sudah siap menerjang lagi ke depan, namun setelah mendengar bentakan dari orang dalam tandu itu. ia segera menarik kembali hawa murninyaa dan mengundurkan diri ke belakang.
"Hei, sebenarnya apa maksudmu dengan perbuatan ini?"
dengan penuh kegusaran Wi Tiong-hong berteriak.
"Aku tidak lebih hanya menyuruh Sik Mo mencoba dirimu apakah kau mempunyai mutiara penolak pedang, kelihatannya kau memang benar-benar Wi Tiong hong yang asli."
"Kalau aku bukan Wi Tiong-hong, memangnya ada orang yang menyaru sebagai diriku?"
000OdwO000 "SEBAB SEBELUM BERSELANG, ketika aku
berjumpa denganmu di ci-say, wajahmu waktu itu sama sekali berbeda dengan wajahmu sekarang, tampaknya kau pandai merubah wajah."
"Ooh, rupanya begitu," pikir Wi Tiong hong didalam hati.
Maka katanya kemudian: "Aku hanya mengerti sedikit saja..."
"Bagus sekali."
"Mana obat penawar racunnya?" tanya Wi Tiong-hong kemudian.
"Kau merasa gelisah sekali nampaknya. aku tahu kau amat memperhatikan keselamatannya bukan?"
Rupanya dia salah mengira Liu Leng poo sebagai kekasih hati Wi Tiong hong, karenanya selesai berkata diapun tertawa geli. Tiba-tiba tirai tandu tersingkap, lalu sebutir pil putih dilemparkan kehadapan pemuda itu.
Cepat-cepat Wi Tiong-hong menerimanya. Terdengar orang dalam tandu itu berkata,
"KOU LOO san tidak didiami terlalu lama, lebih baiknya kalian tinggalkan tempat ini secepatnya."
Wi Tiong-hong jadi tertegun dia segera mengangkat Kepalanya dan bertanya,
"Sebenarnya siapakah kau?"
Tiba-tiba orang didalam tandu itu menghela napas, Kemudian katanya pelan.
"Sekali pun kuberitahukan kepadamu, kau belum tentu mengerti, aku bernama Tang-hujin."
"Nyonya tembaga" Belum pernah kudengar nama tersebut," pikir Wi Tiong hong dihati.
Dengan cepat dia membungkukkan badan dan
memasukkan pil berwarna putih itu kedalam mulut Liu Leng poo, menanti dia bangkit kembali, kedua orang nenek tadi telah menggotong tandu tersebut menuju Keruang belakang,
Tidak jauh diatas lantai tergeletak pedang Jit siu-kiam miliknya serta kelima bilah golok perak daun liu milik Liu Leng poo.
Dia sama sekali tidak menyangka kalau Nyonya tembaga akan melepaskan dirinya dengan begitu saja, sebetulnya orang itu musuhkah atau teman"
Setelah menelan pil penawar racun itu. tidak sampai serengah seperminum teh kemudian Liu Leng poo telah mendusin kembali dari pingsannya.
Dengan cepat dia melompat bangun, kemudian sambil celingukan kian kemari tanyanya dengan keheranan; "Wi sauhiap, kemana tandu itu?"
"Sudah masuk kedalam. nona Liu harap kau mencoba untuk mengatur pernapasan, coba dilihat apakah ada yang tak beres?"
Liu Leng poo mencoba untuk mengatur pernapasan, kemudian baru menjawab:
"Aku tidak apa-apa. aku tidak mengira kalau hawa racun yang disebarkan dari mulut manusia tembaga itu akan bekerja sedemikian cepatnya, benar-benar merupakan suatu ancaman yang berbahaya sekali, darimana kau peroleh obat pemunahnya?"
"Aku diberi nyonya tembaga."
"Siapakah nyonya Tembaga itu?"
"Aku sendiri tidak tahu, dia menyebut diri sebagai Nyonya tembaga. mungkin orang yang duduk didalam tandu tersebut."
Secara ringkas pemuda itu menceritakan semua pengalaman yang baru saja dialaminya.
Setelah mendengar penuturan itu dengan perasaan terperanjat, Liu Leng poo berkata. "Padahal orang yang duduk dalam tandu itu cuma sebuah patung tembaga saja, peristiwa ini benar-benar rada aneh."
Berbicara sampai disitu, dengan ilmu menyampaikan suara dia berkata lebih jauh.
"Mari kita pulang secepatnya dan tanyakan persoalan ini kepada kakek Cu dan Toa-suheng sekalian, siapa tahu mereKa mengetahui tentang asal usul dari nyonya tembaga itu,"
Wi Tiong-hong mengangguk, mereka berdua segera membereskan senjata dan bersama-sama mengundurkan diri dari kuil Can Ti-am tersebut...
Baru saja memasuki mulut gua. sudah terdengar kakek Ou berseru sambil tertawa: "Kemana saja kalian pergi selama ini" Hampir saja aku akan pergi mencari kalian?"
Ketika Liu Leng poo menyaksikan Toa-suhengnya belum kembali, tapi merasa persoalannya amat serius dan perlu segera diketahui posisi orang itu sebagai musuh atau teman, maka tidak tahan lagi dia bertanya:
"Lotiang, tahukah kau tentang seorang yang bernama Nyonya tembaga. . .?"
"Nyonya tembaga" Manusia macam apa itu."
Secara ringkas Liu Leng poo. segera menceritakan bagaimana dia memasuki kuil Cun ti-am dan bagaimana disembur oleh kabut beracun dari manusia tembaga dibalik tandu sehingga jatuh tak sadarkan diri...
Setelah mendengar penuturan tersebut. dengan perasaan keheranan kakek Ou segera berkata:
"Ehmm, kejadian ini memang sedikit agak aneh, saat ini nyonya tembaga masih berada dalam kuil Cun-ti-am bukan"
Baik. aku akan segera pergi memeriksanya."
Sambil bangkit berdiri dia siap berjalan keluar dari gua tersebut. . .
Secara kebetulan Kam Liu cu telah munculkan diri, segera tegurnya dengan cepat. "Lotiang hendak pergi kemana?"
"Aaah!, kedatangan Kam-lote memang kebetulan sekali."
seru kakek Ou dengan cepat.
Maka secara ringkas diapun menceritakan kembali apa yang didengarnya dari LinuLeng poo barusan. . .
Ketika selesai mendengar penuturan itu, Kam Liu cu pun segera bertanya: "Bagaimanakah menurut pandangan sumoay?"
"Toa-suheng, pernahkah kau dengar tentang nama Nyonya tembaga didalam dunia persilatan?"
"Belum pernah kudengar, namun aku harus mengetahui lebih dulu bagaimanakah pandangan sumoay terhadap dirinya."
"Menurut pandanganku, dia sudah merobohkan kami semua tapi kemudian setelah mengetahui gerak gerik Wi-sauhiap sebulan berselang, tiba-tiba saja dia memberi obat penawar racun kepada kami, maka berdasarkan hal ini bisa kutarik kesimpulan bahwa dia bisa jadi adalah orang yang dikenal oleh Wi Sauhiap."
Kam Liu cu segera manggut-manggut dia menyetujui pandangan tersebut.
Sebaliknya Wi Tiong-hong segera berseru:
"Padahal aku sama sekali tidak kenal dengan nyonya tembaga tersebut. ..."
"Oleh karena dia mengenakan topeng tembaga, sudah barang tentu kau tidak akan mengenalinya lagi," seru Liu Leng poo.
Berbicara sampai disini. dia pun melanjutkan lebih jauh;
"Kedua, aku merasa bila ada orang menyambar berita dari dalam selat Tok seh sia ke kuil Can ti-an tersebut, maka orang yang berada dibelakang kuil serta nyonya tembaga tentulah musuh-musuh dari selat Tok seh sia."
"Cukup." cetus Kam liu-cu, "Kalau toh kalian sudah mengetahui bahwa mereka adalah teman bukan musuh, maka buat apa lagi kita mesti berkunjung ke kuil Can ti am itu?"
Kakek Ou yang mendengar perkataan itu segera berkata sambil tertawa tergelak:
"Aku cuma ingin mengetehui manusia macam apakah nyonya tembaga tersebut, tapi kalau toh Kam-lote beranggapan tidak baik untuk pergi lagi kesana. lebih baik kita2 tak usah kesana lagi."
Liu Leng poo termenung sebentar, kemudian katanya lagi.
"Siau-moay hanya merasa heran, pihak Tok seh sia mempunyai begitu banyak jago lihay, pengaruhnya juga amat luas, mengapa mereka sama sekali tidak menaruh curiga atau kewaspadaan terhadap kuil Can-ti am yang letaknya berdekatan dengan mereka?"
"Seperti apa yang kakek Ou katakan tadi, sumur kering itu hanya salah satu jalan penghubung menuju selat Tok seh sia, tempat itu bukan jalan masuk yang sebenarnya,
mungkin juga sebelum jalan tembus itu dibuat, kuil Cun ti-an sudah berada disitu, apalagi Kou-lou san kan tempat termashur yang banyak dikunjungi orang, tentu saja mereka tak akan mengusik tempat tersebut hingga menimbulkan kecurigaan orang."
"Perkataan dari nona Liu memang benar, bila menuju ke selat Tok seh sia dengan melalui sumur kering itu. bukan saja medannya sangat berbahaya. lagipula penuh hadangan yang berlapis-lapis, disamping racun jahat yang berada ditempat-tempat tertentu, sulit rasanya bagi orang awam untuk memasukinya, 0leh sebab itu bagi anggapan orang-orang selat Tok seh sia. lorong rahasia ini tak mungkin bisa ditemukan orang-orang dengan gampang." kata kakek Ou.
"Tapi kenyataannva berhasil kita temukan," kata Liu Leng poo sambil tertawa.
"Sekarang waktu sudah mendekati tengah hari," sela Kam Liu cu, "aku rasa perut kita sudah pada lapar, ayo, cepat mengisi perut dulu sebelum berbicara lebih jauh."
Rupanya ketika pulang dari kota. dia telah membawa sebuah karung besar. sewaktu barang-barang yang berada dalam karung itu dikeluarkan satu persatu. isinya berupa daging sapi, telur asin. sayur asin. bakpau, kueh kering dan berbagai macam hidangan lainnya.
Memandang setumpuk makanan tersebut tanpa terasa Liu Leng poo bertanya:
"Toa suheng. buat apa kau membeli makanan sebanyak ini?"
Sambil tertawa sahut Kam Liu cu;
"Tempat ini letaknya tiga lima puluh li dari kota terdekat. aku pikir kurang leluasa untuk pulang pergi setiap harinya, maka setelah sampai disana, akupun membeli
rangsum dalam jumlah yang agak besar, agar sepeninggal kita nanti, rangsum tersebut masih bisa dipergunakan oleh kakek Ou dan saudara Tam yang berjaga disini selama dua tiga hari. Sekalipun nona So dan Lan Kun-pit berada dalam keadaan tak sadar. toh mereka butuh makanannja, aku malah kuatir jumlahnya kurang. . .?"
"Itu mah tidak penting," kakek Ou segera berseru sambil tertawa. "ditempat ini terdapat sebuah kuil pendeta, kita tak usah kuatir kehabisan makanan, memang cuma agak sulit bila ingin makan daging sapi asin."
Begitulah sambil bersantap sambil berbincang-bincang, mereka semua mengisi perut sampai kenyang,
Kata Kam Liu cu kemudian. "Setelah malam tiba nanti baru kita dapat masuk, aku rasa kurang baik untuk memperlihatkan diri dipagi hari begini. Untung saja tanah perbukitan ini terpencil letaknya, lebih baik kita beristirahat dulu sejenak untuk memulihkan kembali kekuatan, dengan demikian kerja kita malam nanti baru akan lebih lancar."
Setengah harian lewat tanpa terasa, lambat laun hari pun semakin gelap.


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semua orang segera mempersiapkan diri sebaik-baiknya, menjelang kentongan pertama kakek Ou sudah tidak sabar lagi untuk menanti, dia segera bangkit berdiri seraya berseru:
"Kam lote, bagaimana kalau kita berangkat sekarang juga ?"
Kam Liu cu, Liu Leng poo dan Wi Tiong-hong segera ikut bangkit berdiri, setelah berpamitan dengan Tam See-hoa. berangkatlah mereka meninggalkan gua batu itu.
Dengan dipimpin oleh kakek Ou, secara beruntun mereka terjun kedalam sumur kering itu.
Tiba-tiba kakek Ou berkata; "Lorong bawah tanah ini selain dalam juga gelap sekali, banyak tikungan yang sempit dan terjal. harap kalian berhati-hati sepanjang perjalanan nanti."
"Saudara Wi." Kam Liu cu segera bersera, "Kau bersama Liu-sumoay berjalan dimuka, biar aku berada dibarisan paling belakang!"
Wi Tiong-hong tahu bahwa soal ilmu tebaga dalam ia masih kalah jauh dibandingkan mereka. biarpun ditengah kegelapan biasanya masih terdapat pancaran sinar bintang dan rembulan, asal seseorang mempunyai tenaga dalam agak sempurna, maka ia pasti dapat melihat keadaan disekelilingnya dengan jelas.
Tapi tempat itu merapakan sebuah lorong bawah tanah yang semakin kedalam suasananya pasti semakin gelap"
sekalipun seseorang memiliki tenaga dalam yang sempurna, jangan harap dapat melihat keadaan disekelilingnya dengan jelas.
Mana dia segera mengiakan dan mengikuti dibelakang kakek Ou, sementara Liu Leng poo dan Kam Liu cu mengikuti dibelakang Wi Tiong hong bergerak memasuki lorong rahasia tersebut,
Lorong bawah tanah ini benar-benar penuh dengan tikungan yang sempit dan tidak terduga lebih kurang empat lima li kemudian. segera secara lamat mereka dapat melihat setitik cahaya terang muncul dikejauhan sana, nampaknya mereka sudah semakin mendekati mulut keluar lorong rahasia tersebut.
Mendadak kakek Ou berkata lagi.
"Kalian mesti berhati-hati, mulut keluar didepan sana merupakan sebuah gua karang yang kecil mungil, ketika
dilakukan penggalan dulu tampaknya mereka sudah memanfaatkan keadaan alam yang disempurnakan dengan pekerjaan manusia."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan lebih jauh,
"Kalian semua harus ingat, setiap bertemu gua, kita harus mengambil gua yang berada di paling kiri, dengan begitu kita tak akan salah jalan. tapi yang perlu diperhatikan secara khusus adalah batu-batu tonjolan tersebut, hampir semuanya sudah dilapisi bubuk beracun. kalian tak boleh membiarkan pakaian kalian terkena racun tersebut."
Sejak mendengar keadaan dari lorong rahasia tersebut dari cerita kakek Ou tadi, sesungguhnya mereka sudah membuat persiapan khusus, maka setelah mendengar perkataan mana, masing-masing segera mengeluarkan secarik kain hitam dan menutupi mulut dan hidung sendiri.
Setelah keluar dari lorong rahasia tersebut, benar juga, mereka sudah berada di atas sebuah batu karang, tampak staglatit dan staglatit yang telah dibubuhi oleh bubuk beracun itu bertautan dimana-mana sehingga membentuk banyak sekali gua-gua karang yang besar dan kecil.
Untung saja ada kakek Ou yang memimpin perjalanan tersebut dimuka, lagi pula sudah diperingatkan sebelumnya.
maka semua orang bertindak sangat hati-hati, masing-masing menutup pernapasan sambil mengikuti kakek Ou keluar dari gua.
-ooo0dw0ooo- Jilid 16 TAK SELANG BERAPA SAAT kemudian mereka
sudah keluar dari gua karang tersebut, masing-masing menginjak batuan cadas tersebut dengan ujung kaki masing-masing dan melesat keluar dengan kecepatan paling tinggi.
Rupanya mereka sudah berada disebuah selat yang dihimpit dua buah bukit karang, selat tersebut amat sempit dan permukaan tanahnya dilapisi pasir putih yang lembut, selat mana menjulang sampai kedalam sana
Sambil menuding kebawah tebing karang sebelah kanan, kakek Ou kembali menerangkan:
"Aku telah mempersiapkan batu karang setiap satu kaki dibawah tebing sebelah kanan sana, kalian harus memperhatikan dengan seksama."
Selesai berkata, dia segera berjalan dulu dengan langkah lebar ...
Jangan dilihat dia hanya berjalan biasa dengan langkah lebar, padahal kecepatannya amat hebat dan tubuhnya bergerak sangat ringan, seakan-akan sedang melayang saja diatas pasir putih itu keadaannya beanar-behar sangat mengagumkan,
Wi Tiong hong yang menyaksikan hal tersebut tidak sempat lagi untuk mencabangkan pikirannya, dia tak berani berayal lagi, sambil menarik napas panjang tubuhnya melompat pula ke depan.
Benar juga setiap jarak satu kaki. dia 'menjumpai sebuah batu karang sebagai tempat untuk berpijak.
Dengan mamantulkan ujung kakinya diatas batu batu cadas tersebut, sepanjang perjalanan mereka bergeras kedepan dengan kecepatan sangat tinggi.
Selat sempit itu panjangnya tidak sampai setengah li, dalam waktu singkat mereka sudah tiba ditempat tujuan.
Waktu itu kakek Ou sudah menghentikan perjalanannya tak jauh di depan sana. menanti ke tiga rekannya sudah sampai, dia baru menunjuk kemuka sambil bisiknya,"
"Nona kami disekap dalam istana racun dibelakang sana, tepatnya pada ruang batu-batu ke tiga diujung sebelah kanan, disitu terdapat penjagaan yang sangat ketat, lebih baik kita tukar dulu Lan Kun-pit dengan yang asli, sedang Wi siauhiap tidak usah turut bergerak, biar Kam lote saja yang membawa Lap Kun-pit menunggu aku disini."
Mengikuti arah yang ditunjuk semua orang mengalihkan pandangan matanya kedepan tempat dimana mereka berdiri sekarang rupanya berada disebuah punggung bukit.
Tanah dataran dibawah sana jauh lebih rendah meski dalam kegelapan tak dapat melihat secara jelas, namun lamat-lamat masih dapat terlihat juga.
Yang dimaksud sebagai selat Tok seh sia tak lebih hanya marupakan sebuah selat sempit yang berbentuk memanjang kebelakang.
Istana racun berada dibawah disebuah bukit kecil yang persis merupakan pusat dari selat tersebut, empat penjuru sekelilingnya nampak amat gelap dan penuh dikelilingi bangunan rumah berbatu.
Dengan berada diantara himpitan dua buah bukit yang menjulang keangkasa. boleh dibilang letak selat Tok seh sia ini sangat terpencil dan rahasia,
Liu Leng poo memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bertanya,
"Kakek Ou. berada dimanakah manusia yang bernama Lan Kun-pit itu?"
"Dia berada didalam sebuah rumah batu disebelah selatan istana racun, tempat itu terlindung oleh hutan bambu sehingga sukar ditemukan, mari kalian semua mengikuti aku"."
Seusai berkata dia lantas mengajak ketiga orang itu berangkat menelusuri sebuah jalan kecil diantara dinding batu.
Berhubung saat ini mereka sudah berada jauh didalam selat Tok seh sia, siapapun tak berani bertindak secara gegabah. dengan berlindung dibalik pepohonan yang rindang mereka bergerak cepat menuju ke depan sana.
Untung saja mereka bergerak dipimpin oleh kakek Ou yang hebat, sekalipun ada kalanya mereka berjumpa dengan orang selat yang bertugas jaga disitu semuanya berhasil ditotok jalan darahnya dari kejauhan sehingga tanpa disadari mereka semua sama tergelelak roboh dan tidak sadarkan diri.
Tak selang berapa saat kemudian mereka sudah berada didepan sederetan rumah batu. Kakek Ou segera memberi tanda kepada Liu Leng poo, lalu berkata dengan ilmu menyampaikan suara.
"Nona Liu. cepat masuk, dua orang penjaga diluar pintu telah berhasil kurobohkan."
Liu Leng poo manggut-manggut dan membuka pintu ruangan dengan cepat, pintu itu segera terbuka dan setitik cahaya lentera memancar keluar.
Secepat kilat nona itu mesyelinap masuk kedalam ruangan tersebut.
Mendadak dari balik ruangan terdengar seseorang menegur;
"Siapakah kau?"
Suara itu jelas berasal dari Lan Kun-pit. Ketika Liu Leng poo mengalihkan sorot matanya kedepan, tampak ruangan batu ini terdiri dari dua buah ruangan.
Ruangan bagian luar agaknya merupakan kamar tidur, perlengkapan serta perabotannya sangat bagus dan mewah, mungkin hal ini dikarenakan Lan Kun-pit adalah keturunan keluarga Lan dari Im-lan sehingga pihak selat Tok seh sia memberikan pelayanan yang baik dengan harapan bisa merangkul bapaknya Lan Sim hu kepihaknya.
Setelah melihat keadaan dalam ruangan itu Liu Leng poo baru menjawab lirih:
"Aku!"
Melihat orang yang datang ternyata adalah So Siau-hui, Lan Kun pit benar-benar kegirangan setengah mati, cepat-cepat dia maju menyongsong sambil berseru,
"Mungkinkah nona, nona So?"
Hampir saja dia menceritakan kata "piau moay" tapi teringat akan pesan dari cong-huhoatnya dan teringat ia sedang menyamar sebagai Wi Tiong-hong yang mana rahasianya tak boleh sampai bocor, maka panggilan itu segera dirubah menjadi kata 'nona So'.
Nampaknya jelas pula betapa lambannya jalan pikiran pemuda tersebut. mungkinkah hal ini dikarenakan terpengaruh oleh bekerjanya semacam obat beracun.
Liu Leng poo segera menyahut lirih kemudian berjalan masuk kedalam katanya;
"Aku merasa kesepian berada dalam kamar seorang diri maka sengaja datang kemari mencarimu. apakah kau tidak senang menyambut kedatanganku?"
"Oooh , senang, senang... dengan senang hati. . . ."
Belum sempat perkataan itu diselesaikan Liu Leng poo sudah menotok jalan darah dibawah iganya dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Berhubung jarak kedua belah pibak sangat dekat Lan Kun-pit pun sama sekali tak menyangka kalau So siau-hui bakal melancarkan sergapan kilat disaat wajahnya masih dihiasi dengan senyuman ia hanya sempat berseru tertahan, tubuhnya segera terjengkang kebelakang dan roboh terduduk diatas tanah.
Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata, disaat Lan Kun-pit tergeletak diatas tanah itulah Kam Liu cu yang sudah menunggu diluar pintu segera menerobos masuk kedalam ruangan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, ia sambar tubuh Lan Kun-pit itu, mengempitnya dibawah ketiak lalu mengundurkan diri dari ruangan tersebut.. ..
Secara diam-diam Wi Tiong-hong pun menyelinap masuk kedalam ruangan batu itu untuk menggantikan kedudukan Lan Kun Pit, sementara Liu Leng poo segera mengikuti dibelakang Toa suhengnya mengundurkan diri dari tempat tersebut.
Pintu kayu pun segera dirapatkan kembali seperti sedia kala, suasana tetap tenang hening dan seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu peristiwa apapun.
Sementara itu, tiga sosok bayangan manusia sudah berkelebat lewat dan lenyap dikejauhan sana bagaikan segulung asap.
Kam Liu-cu dengan mengempit Lan Kun-pit telah mengundurkan diri kejalanan semula dan kembali keatas punggung bukit, Sedangkan kakek Ou mengajak Liu Leng poo menuju ke sebuah bukit kecil,
Ketika mengundurkan diri diapun membebaskan pula jalan darah dua orang petugas jaga ditempat itu.
Kedua orang penjaga tersebut rupanya merasa seakan-akan terkantuk saja, mimpi pun mereka tidak mengira kalau jalan darahnya baru saja ditotok orang.
Sementara itu, kakek Ou dan Liu Leng Poo telah bergerak mendekati sebuah bangunan rumah batu dibawah kaki sebuah bukit kecil.
So Siau hui adalah putri semata wayang dari ketua Lam hay-bun meski pihak Tok seh sia berani memusuhi dunia persilatan, tampaknya mereka tak berani memandang enteng kekuatan dari Lam hay-bun,
Itulah sebabnya ruangan batu dimana So Siau hui berdiam sekarang boleh dibilang sangat indah dan megah bahkan terdapat pula dua orang dayang yang melayani segala kebutuhannya.
Sudah barang tentu kedua orang dayang tersebut bukan bertugas melayani keperluan sinona saja yang terpenting mereka justru mendapat tugas untuk mengawasi gerak gerik dari nona tersebut.
Waktu itu makan malam baru saja lewat, So Siau hui sedang duduk seorang diri didekat jendela sambil bertopang dagu dia seakan-akan sedang memikirkan suatu persoalan, Dua orang dayang berbaju hijau berdiri persis disisinya.
Mendadak. .. Dua gulung desingan angin tajam menyambar tubuh kedua orang dayang tersebut tanpa menimbulkan sedikit suara pun, menyusul kemudian sesosok bayangan manusia dengan gerakan yang lebih enteng dari pada daun yang rontok telah melayang turun dalam ruangan tersebut.
Dihadapan tubuh So Siu hui, segera bertambah lagi dengan seorang kakek berbaju coklat.
Ilmu silat yang dimiliki So Siau hui tidak terhitung lemah, dalam waktu yang singkat dia telah bangkit pula sambil melompat mundur selangkah dari posisi semula.
Cepat-cepat kakek Ou berbisik: "Nona, hamba yang datang."
So Siau hui segera membelalakan matanya lebar-lebar, kemudian berseru dengan hambar.
"Oooh, empek Ou yang datang. ada apa kau datang kemari?"
"Hamba datang untuk menolong nona dari sini"
"Menolong aku" Mengapa harus ditolong" Aku baik-baik saja ditempat ini." kata So Siau-hui.
Kakek Ou yang mendengar perkataan tersebut menjadi tertegun. diam-diam pikirnya:
"Waah, nampaknya nona benar-benar sudah dicekoki obat penghilang ingatan. sungguh dahsyat obat penghilang ingatan itu."
Berpikir demikian dia pun bertanya lagi dengan lirih:
"Apakah nona tidak ingin pulang?"
So Siau-hui segera menarik muka dan menjawab dengan suara dalam;
"Buat apa aku mesti pulang" Hmm, bila ayah menyayangi aku, dia pun tak akan memaksaku. tempat ini baik sekali, saban hari engkoh Wi datang menjengukku, kami merasa lebih senang berdiam disini dari pada tempat manapun."
Kakek Ou yang menyaksikan keadaan tersebut segera sadar, tiada gunanya banyak berbicara dengan nona ini'
terpaksa dia menyentilkan jari tangannya dan menotok jalan darah So Siau hui, kemudian membopong tubuhnya dan menyelinap keluar lewat jendela.
Pada saat itulah tanpa mengeluarkan sedikit suara pun Liu Leng poo menyelinap masuk kedalam ruangan menggantikan kedudukan So Siau hui.
Maka siasat "memetik bunga menyambung batang" ini pun boleh dibilang sudah mencapai keberhasilan dalam langkah yang pertama.
Dalam pada itu. kakek Ou dengan membopong tubuh So Siau hui telah bergerak menuju kepunggung bukit.
Kam Liu-cu segera menyambut kedatangan kakek Ou samnil menyapa; "Apakah lotiang telah berhasil menyelamatkan jiwa nona So?"
Kakek Ou manggut-manggut, "Berhasil sih berhasil, hanya persoalannya rada serius, kesadaran nona sudah dipengaruhi oleh obat beracun sehingga wataknya sama sekali mengalami perubahan."
"Itu mah gampang." kata Kam Liu cu sambil tertawa,
"aku akan memasuki selat Tok Seh sia dengan dandanan sebagai Lam Sin-hu.
Asalkan sudah bersama dengan Liong Cay thian. niscaya dia akan menyerahkan obat penawar racunnya.
Persoalan ini tidak dapat ditunda-tunda lagi. sekarang sudah menjelang kentongan kedua, Kam-lote segera mengirim orang keluar dari lembah lalu masuk kembali kemari aku lihat masih ada kesempatan untukmu."
Kembali Kam Liu cu tertawa.
"Bila Lan Sim-hu datang ke lembah dengan maksud menolong orang, maka dalam soal waktu rasanya terlalu awal. tapi Lan Sim-hu yang akan menemui nanti hanya akan mengimbangi cara kerja saudara wi saja dengan maksuk menjadi tamu agung dari selat Tok seh sia jadi soal waktu sama sekali tidak berpengaruh bagiku."
"Kalau begitu bagus sekali!" seru kakek Ou sembil manggut-manggut, "mari kita segera berangkat !"
Masing-masing dengan membopong sesosok badan diam-diam mengundurkan diri dari lembah itu.
Waktu menunjukkan hampir mendekati kentongan ketiga, tiba-tiba di dalam selat Tok seh sia muncul sesosok bayangan manusia.
Orang itu mempunyai gerakan tubuh yang sangat ringan ia menyelinap kedalam selat tersebut.
Di waktu waktu biasa, selat Tok seh sia selalu menganggap letak markas mereka kelewat rahasia dibalik hutan bambu yang mengelilingi istana racun pun di tebar racun jahat hingga mustahil ada orang yang dapat menyusup kesitu, karenanya mereka hanya mengutus beberapa orang anggotanya untuk melakukan perondaan secara bergiliran.
Saat ini malam sudah kelam, semua orang, sudah berangkat tidur, bahkan mereka yang bertugas merondapun telah pergi beristirahat didalam kamarnya kalau telah
dilakukan pemeriksaan. itupun hanya dilakukan sekali setiap berapa jam.
Sebaliknya mereka yang ditugaskan menjaga disetiap sudut bukit pun merupakan anggota selat biasa, sudah barang tentu ilmu silat yang mereka miliki sangat terbatas.
Ketika bayangan manusia itu berkelebat lewat, sesungguhnya tak seorangpun diantara mereka yang dapat melihatnya.
Tapi orang ini memang datang dengan membawa suatu maksud tertentu. seakan-akan sedang mencari sesuatu saja.
Tampaknya apa yang sedang dicari belum tercapai, oleh karena itu sekali demi sekali dia berjalan bolak balik disekeling tempat itu sampai akhirnya jejaknya diketahui Oleh para penjaga selat tersebut.
Pada saat itulah dari atas puncak bukit kecil itu berkumandang datang suara gelak tertawa seseorang yang amat nyaring, kemudian disusul orang itu berseru:
"Sahabat dari manakah yang telah berkunjung ke selat Tok seh sia" Maaf bila aku she Liong tidak dapat menyambut kedatanganmu dari kejauhan."
Menyusul gelak tertawa itu, dari atau puncak bukit kecil itu melayang datang empat lima sosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, dalam waktu singkat mereka sudah melayang turun di depan bayangan manusia yang tak dikenal itu.
Sebagai pemimpinnya adalah seorang lelaki berjubah hijau kehitam-hitaman yang bermuka persegi empat dengan alis mata yang tebal, mata tajam dan hidung seperti elang, orang ini tak lain adalah cong huhoat dari selat Tok seh sia.
pemimpin dari empat racun Liong Cay thian.
Dibelakang tubuhnya berderet empat orang kakek berjubah hijau yang semuanya berwajah dingin kaku dan sama sekali tidak berperasaan, mereka adalah keempat orany tongcu dari selat Tok seh sia....
Bersasaan waktu dengan munculnya Liong Cay-thian, dari sudut ticmur dan barat Tok seh-sia masing-masing telah muncul pula dua rombongan manusia, Orang yang muncul disudut sebelah timur adalah seorang lelaki berjenggot panjang, berperawakan tinggi kekar, bermuka merah seperti api dan memakai baju biru dengan sepatu kain, dia adalah wakil cong huhoat dari selat Tok seh sia yang bernama Siang Bu ciu, orang ini merupakan orang kedua dari empat racun raja langit, sedangkan dibelakangnya mengikuti dua orang anggota
perguruannya...
Sebaliknya orang yang berada disebelah barat berperawakan kecil pendek, berwaiah penuh cambang pendek berwana kuning, kepala sempit mata seperti tikus dan memakai baju pendek warna kuning, pada
punggungnya tersoren sepasang senjata yang berbentuk sangat aneh dan diikatkan pada dadanya dengan kain kuning.
Orang ini adalah orang ketiga dari Sutok thian ong yang disebut orang sebagai si serigala kuning bercakar racun Siu It-hong, dibelakangnya mengikuti pula dua orang muridnya.
Orang-orang yang muncul dari tiga penjuru itu muncul hampir bersamaan waktunya.
Tamu yang tak diundang itu nampak sedikit agak tertegun, namun dengan cepat pula dia menegakan tubuhnya sambil menghadapi kedatangan orang tersebut.
Dibawah sinar rembulan, tampak orang itu adalah seorang kakek bermuka kurus bermata tajam dan memelihara jenggot putih yang panjang, tubuhnya memakai jubah panjang berwarna biru langit, gayanya sangat keren dan berwibawa.
Tatkala raja langit bertangan racun Liong Cay thian menyaksikan orang yang berkunjung ke selat Tok seh sia tersebut adalah orang yang dikenalnya, ia nampak agak tertegun, kemudian sambil menyura serunya;
"Aaah! sungguh tidak kusangka orang yang berkunjung keselat Tok seh sia ditengah malam buta begini adalah Lan-loko. maaf bila siaute tidak menyambut sebagai mana mestinya!"
Ternyata kakek berjubah biru itu adalah ketua dari keluarga Lan di In-lam, Lan Sim hu adanya.
Selama ini keluarga Lan selalu menjagoi wilayah In-lam sehingga tanpa terasa orang sudah menganggapnya sebagai pemimpin dunia persilatan untuk wilayah In-lam.
kemunculan Lan Sin hu yang secara tiba-tiba dan begitu cepat diselat Tok seh sia, sudah barang tentu jauh diluar dugaan Liong Cay thian.
Lan Sin hu segera balas memberi hormat seraya katanya:
"Selamat berjumpa saudara Liong, sudah lama kita tak pernah bersua muka, kunjunganku ditengah malam begini tentu telah mengganggu ketenangan kalian, hal ini sungguh membuat hatiku merasa tak tenteram."
Liong Cay thian segera tertawa terbahak-bahak:
"Haaah . . . haaah .... Lan-loko terlalu sungkan, justru kunjungan tamu ditengah malam beginilah merupakan suatu kejutan, ayoh masuk dulu untuk minum teh."
Sebagaimana diketahui Lan Sin hu yang muncul sekarang adalah Lan Sin hu gadungan hasil penyaruan dari Kam Liu cu. dia segera menjura kepada Siang Bu ciu dan Siu it hong lalu katanya sambil tertawa;
"Bagus, bagus, rupanya saudara Siang dan saudara Siu berada disini semua, rupanya Tok seh sia yang telah mengobrak-abrik kolong langit adalah markas kalian berempat, mana saudara Seh" Mengapa tidak nampak sendiri?"
Buru-buru Siang Bu ciu dan Siu It hong lantas memberi hormat ...
"Selama ini saudara Seh selalu bergerak diluaran. jarang sekali ia tinggal didalam selat." sahut Liong Cay Thian.
Sementara berbicara berulang kali itu ia mempersilahkan tamunya untuk masuk.
Diantar oleh semua orang, Kam Liu cu masuk kedalam istana racun dan mengambil tempat untuk duduk, air teh segera dihidangkan.
Kam Liu cu mengangkat cawan air tehnya dan meneguk setegukan, kemudian barkata sambil tersenyum;
"Sebenarnya aku datang kemari karena menurut kabar yang kudengar entah disebabkan apa putraku telah memasuki selat kalian sehingga tertawan, oleh sebab itu siaute sengaja datang untuk minta maaf kepada siacu kalian. .."
"Aaah, saudara Lan salah paham." cepat-cepat Liong Cay thian menggoyangkan tangannya berulang kali,
"dikarenakan persoalan ini, berapa hari berselang aku telah mengutus muridku. untuk membawa surat berangkat ke In-lam, mungkin dia telah bertemu saudara Lan ditengah jalan?"
"Oooh, rupanya saudara Liong telah mengutuS orang untuk menyampaikan surat kepadaku, entah ada petunjuk apa sih silahkan saudara Liong untuk mengemukakan,"
Liong Cay thian memutar biji matanya berulang kali, kemudian sambil tertawa paksa katanya.
"Berapa waktu berselang siaucu kami telah menangkap sepasang laki perempuan muda dari luar bukit, yang lelaki adalah Wi Tiong-hong seorang murid tercatat dari Bu tong pay , sedangkan yang perempuan adalah So Siau hui dari Lam-hay bun, Kemudian setelah siaute melakukan pemeriksaan terbukti bahwa Wi Tiong-hong tersebut sesungguhnya adalan penyaruan dari keponakan Lan."
Mendengar sampai disitu Kam Liu cu segera berlagak marah. gumamnya: "Anakku ini benar-benar keterlaluan, baut apa sih dia mesti menyaru orang she Wi itu?"
Liong Cay thian segera terawa seram, sammbungnya lebih jauh:
"Menurut pengakuan dari keponakan Lan ternyata ia telah bergabung dengan Kiu tok kauw, dan kali ini dia sedang melaksanakan perintah dari kaucunya untuk menyamar sebagai Wi Tiong hong dengan maksuk hendak menculik nona So dari Lam-hay bun. Siapa tahu ditengah jalan mereka telah ditangkap oleh siaucu kami."
"Lantas dimanakah anakku sekarang?" Kam Liu cu segera bertanya dengan perasaan cemas.
"Adapun maksud siaute mengirim muridku membawa surat ke In-lam, tak lain hendak mengundang kedatangan saudara Lan agar berkunjung ke selat kami ..."
Jawaban yang bukan jawaban ini hanya diutarakan sampai setengah jalan kemudian berhenti secara tiba-tiba.
Kam Liu cu yang menyaksikan kejadian tersebut diam-diam merasa geli, pikirnya: "Sialan, jangan kau anggap aku adalah Lan Sin hu yang asli sehingga termakan oleh gerakanmu itu."
Sementara Itu, Liong Cay thian telah melanjutkan kembali kata-katanya sambil tertawa kering.
"Berbicara menurut keadaan situasi didalam dunia persilatan saat ini, lima partai besar sudah mulai lemah, Kiu tok kauw pun hanya main sembunyi. belum tentu selat kami akan memandang sebelah mata terhadapnya sehingga satu-satunya kekuatan di dalam dunia persilatan dewasa ini yang benar-benar sanggup melawan selat kami tinggal Bankiam hwee saja,"
Kemudian sesudah berhenti sejenak. dia berkata lebih jauh:
"Tentu saja selain Ban-kiam hwee masih ada lagi Siu-lo bun yang dulu pernah memimpin dunia persilatan, Lam hay bun yang selama ini menjagoi Thian-lam serta ^Thian sat bun yang baru-baru ini muncul didalam dunia persilatan, Tapi Siu lo bun jauh dibarat dan sudah banyak tahun tak pernah melakukan gerakan di dalam dunia persilatan, pihak Lam hay bun pun jarang sekali berkelana di dalam dunia persilatan sebaliknya Thian sat bun juga tak menentu jejaknya dan hingga kini belum ketahuan maksud tujuannya."
Dalam pada itu meja perjamuan telah dipersiapkan.
Liong Cay thian segera mempersilahkan Kam Liu cu untuk menempati kursi utama, sementara dia bersama Siang Bu ciu dan Siu It hong menemani disisinya.
Untuk beberapa saat Kam Liu cu tidak berani bertanya lebih jauh berhubung ia belum bisa memahami maksud dan
tujuan lawannya, setelah ia mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain tadi.
Tiba-tiba Liong Cay Thian berkata lagi sambil tersenyum,
Sudah sekian lama saudara Lan menjagoi Im-lam dan termashur dimana-mana, lagi pula kita sama-sama termashur karena menggunakan racun, atau berbicara yang lebih jauh kita sama-sama memperoleh ilmu dari cikal bakal yang sana, oleh sebab Itulah siacu kami sudah lama sekali ingin bersekutu dengan saudara Lan."
Sambil tertawa dan menjura Kam Liu cu menyahut;
"Saudara Liong terlalu memuji, dahulu seandainya siacu tidak berbelas kasihan, mungkin selembar jiwaku ini sudah melayang, sekarang siacu memandang tinggi diriku sungguh hal ini merupakan suatu kebanggaan bagiku."
Paras muka Liong Cay thian segera berseri. ditatapnya wajah Kam liu cu lekat-lekat. kemudian katanya:
"Kalau begitu saudara Lan sudah bersedia untuk bersekutu dengan selat kami?"
"Apabila siacu ada sesuatu perintah. asal siaute mampu untuk melakukannya pasti akan kulaksanakan tanpa membantah."
Menyaksikan lawannja menyanggupi dengan begitu cepat, Liong Cay Thian segera menduga hal ini setengahnya pasti dikarenakan putra kesayangannya berada dicengkraman sendiri, sedangkan setengahnya lagi dibuat tergetar oleh nama besar Tok seh sia.
Oleh karenanya dia sama sekali tidak menaruh curiga kepadanya malah sambil terbahak-bahak dengan perasaan bangga ia berkata;
Setelah saudara Lan bersedia bersekutu dengan kami.
berarti kau adalah orang kami sendiri maka siaute pun bersedia untuk bicara secara blak-blakan, sesungguhnya tujuan siacu menangkap putri kesayangan dari Lam-hay pun dengan tujuan ingin bersekutu dengan pihak Lam-hay bun. Cuma saja selama ini selat kami tiada hubungan dengan Lam hay bun, kami sedang bingung karena tak ada orang yang menjadi penengah, maka aku harap saudara Lan yang mempunyai hubungan famili dengan pihak Lam-hay bun bersedia menjadi penengahnya, aku rasa hal ini paling cocok."
Kam Liu cu segera tertawa.
"Soal itu mah bukan masalah lagi, saudara Siu-jin bukan tidak bermaksud mencampuri urusan dunia persilatan, hanya berhubung jaraknya kelewat jauh dan lagi tidak ada jalinan hubungan yang baik maka hal ini tidak pernah berlangsung. Dalam soal ini asal siaute membuat sepucuk surat saja dan kirim oleh utusan saudara Liong, pihak Lam-hay bun pasti tak akan menampik"
Sesungguhnya tujuan yang sebenarnya tak lain adalah memberi peluang bagi Wi Tiong-hong dan Liu-leng poo yang telah menyelundup kedalam selat Tok seh sia untuk bekerja dengan lebih leluasa, itulah sebabnya semua permintaan orang disanggupinya dengan begitu saja.
Sekalipun harus menulis sepucuk surat untuk ketua Lam-hay bun pun, hal ini akan dilakukannya juga.
Tapi bagi pendengaran Liong Cay Thian hal tersebut benar-benar merupakan suatu tanda yang sangat menggembirakan hati.
Selama ini dia selalu dibuat murung karena harus menghadapi dua musuh tangguh disebelah barat dan selatan ini. tetapi sekarang semua kerisauan bisa dibereskan
dalam sepatah dua patah kata saja. bayangkan saja bagaimana mungkin ia tidak menganggap Kam Liu-cu sebagai orang sendiri.
Dia segera menjura berulang kali sambil katanya,
"Dalam persoalan ini, semuanya berkat bantuan dari saudara Lan saja." berbicara sampai disini, dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah botol porselen dan mengambil dua butir pil yang segera diangsurkan kehadapan Kam Liu cu sambil ujarnya dengan senyum dikulum:
"Inilah obat penawar racun bubuk pembingung sukma bikinanku sendiri, harap saudara Lan bersedia untuk menerimanya lebih dulu."
Kam Liu cu sama sekali tidak menerima pemberian tersebut, dengan berlagak tertegun ia berseru;
"Jangan-jangan saudara Liong telah.. ."
"Saudara Lan jangan salah paham." cepat-cepat Liong Cay Thian menggoyangKan tangannya berulang kali,
"kehadiran saudara Lan disambut pihak Tok seh sia sebagai tamu agung, masa kami justru meracuni saudara Lan?"
"Lantas apa pula kegunaan dari obat penawar racun bubuk pembingung sukma ini?"
Padahal dalam hatinya dia mengerti, So Siau-hui dan Lan Kun-pit telah kehilangan akalnya karena terpengaruh oleh bubuk beracun tersebut.
Sambil tertawa Liong Cay thian segera berkata:
"Harap saudara Lan sudi menerimanya dulu, Siaute tentu akan memberikan keterangannya."
Setelah menerima pil tersebut, Kam Liu-cu berkata.
"Nah. sekarang saudara Liong boleh berbicara."
"Terus terang saja kukatakan. saudara Lan, setelah keponakan Lan dan nona So ditangkap pangcu kami kembali keselat. merera berdua telah dicekoki bubuk pembingung sukma."
Kim Liu-cu sengaja berubah paras mukanya setelah mendengar perkataan itu.
Sang Bu ciu kuatir Kam Liu cu menaruh kesalah pahaman, sambil tertawa ia segera berkata:
"Lan loko tidak usah kuatir. bila obat pembingung sukma yang biasanya dipergunakan orang persilatan menyebabkan seseorang kehilangan daya pikirnya sehingga tidak mengenal lagi sanak keluarga sendiri setelah menelan pil itu, maka bubuk pembingung sukma dari selat kami sama sekali tak akan menimbulkan gejala semacam ini..."
"Lantas bagaimana keadaannya?"
"Bagi orang yang telah dicekoki bubuk pembingung sukma dari selat kami, maka ilmu silat maupun akal budinya sama seperti orang normal kecuali didalam watak saja agak berubah, merasa sudah diperintah."
Liong Cay thian segera menyambung pula dengan cepat.
"Itulah sebabnya siaute telah menyerahkan dua butir pil penawar racun kepada saudara Lan tadi, hal ini demi pengertian saudara Lan untuk memaklumi keadaan yan sebenarnya, sebab siacu kami sengaja mencekoki keponakan Lan dan nona So dengan bubuk pembingung sukma itu karena mempunyai suatu rencana tertentu, karena itulah hingga sekarang mereka belum diberi obat penawar racunnya."
Tergerak hati Kam Liu-cu setelah mendengar perkataan tersebut, segera tanyanya dengan keheranan;
"Mengapa demikian?"
Liong Cay thian tertawa misterius;
"Saudara Lan bukan orang luar, tak ada salahnya kukatakan secara terus terang. Dewasa ini umat persilatan hanya tahu Wi Tiong-hong sudah ditangkap oleh siacu kami, namun belum ada yang tahu kalau Wi Tiong-hong yang telah tertangkap itu sebenarnya adalah hasil penyaruan dari keponakan Lan. Satu-satunya orang yang mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya mungkin hanya Kiu tok kaucu seorang, bila dugaan siaute tidak salah, saudara Lan bisa datang sedemikian cepatnya mungkin dikarenakan Kiu tok kaucu telah mengirim kabar kepadamu, bukankah begitu?"
Kam Liu cu segera manggut-manggut sambil katanya:
"Perkataan saudara Liong memang benar, kedatangan siaute memang dikarenakan membaca surat yang dikirim Kiu tok kaucu dengan burung merpatinya."
Dari jawaban yang sejujurnya dari Kam Liu cu, dimana secara berterus terang dia mengaku bahwa berita tersebut memang didengar dari Kiu tok kaucu, Liong Cay thian segera mengambil kesimpulan kalau Lan Sim-hu memang bersungguh hati ingin bekerja sama dengan pihak Tok Seh sia, hal inipun membuat perasaannya lega sekali.
Maka dia pun berkata lebih jauh, "Nah itulah dia, dengan membiarkan keponakan Lan berperan terus sebagai Wi Tiong-hong kami ingin menunjukkan kepada orang luar bahwa meski keponakan Lan sudah kami tawan, namun kami belum mengetahui rahasia penyaruannya, atau dengan perkataan lain kami berlagak seakan-akan belum tahu tentang gerak-gerik dari Kiu tok kaucu."
"Oooh, tampaknya saudara Liong hendak
mempergunakan putraku sebagai umpan untuk memancing Kiu Tok kaucu masuk perangkap?" kata Kam Liu cu sambil tertawa.
"Siaute percaya saudara Lan sudah berpihak kepada kami, tentunya kau tak akan nembocorkan rahasia tersebut."
"Tentang keikut serta putraku dalam pimpinan Kiu tok kaucu, sebenarnya aku sendiri pun baru tahu belakangan ini, sekarang setelah siaute menyanggupi untuk bersekutu dengan pihak Tok Seh sia, sudah barang tentu akan menjaga rahasia ini dengan sebaik-baiknya. masa aku mesti membocorkannya kepada Kiu tok kaucu?"
Liong Cay thian segera tertawa terbahak-bahak;
"Haaah . haaah, . haah. . seandainya aku tidak mengetahui watak saudara Lan dengan sejelasnya. tak nanti akan kubocorkan rahasia selat kami padamu."
Kemudian sesudah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan:
"Padanal dengan tetap membiarkan keponakan Lan berperan terus sebagai Wi Tiong-hong, tujuannya bukan untuk menghadapi Kiu tok kaucu seorang saja, Haaah.
..haah...sebetulnya Tok seh sia masih belum memandang sebelah mata pun terhadap kemampuan Kiu tok kauw.
Sekali lagi tergerak hati Kam Liu cu setelah mendengar perkataan itu dengan berlagak tidak mengerti dia pun berkata;
"Bukankah saudara Liong sudah mengaku barusan bahwa kau pergunakan putraku sebagai umpan untuk memancing Kiu tok kaucu masuk perangkap.. .?"
"Menurut apa yang kuketahui, sesungguhnya Wi Tiong hong adalah putra dari Pendekar berbaju putih Pui Thian jin, dia mempunyai seorang paman guru yang bernama Pit Ci beng dahulunya adalah murid murtad dari Kiang Lam san. Kemudian dia berganti masuk menjadi anggota perguruan Siu lo bun. dan belakangan ini orang tersebut pernah muncul di dalam dunia persilatan, apabila dia mendengar kalau Wi Tiong hong berhasil ditahan, sudah pasti dia akan memburu kemari."
Terpaksa Kam Liu cu manggut-manggut tanpa
mengucapkan sepatah katapun.
Liong Lay thian segera berkata lebih jauh. "Disamping itu, entah mengapa ternyata Wi Tiong-hong telah menjalin hubungan yang sangat akrab dengan Kam Liu cu dari Thian sat-bun, sewaktu Wi Tiong-hong terjatuh ketangan Ban-kiam hwee tempo hari, Kam Liu cu lah yang telah menampilkan diri memaksa untuk melepaskan orang. Oleh sebab itulah menurut dugaan siaute, apabila Kam Liu cu mendengar pula kabar berita ini. sudah pasti dia akan menyusul ke bukit Kou Lou san ini."
Sambil mengelus jenggotnya Kam Liu cu berlagak manggut-manggut dan berkata:
"Siaute pun pernah mendengar kalau didalam dunia persilatan terdapat seorang jago yang bernama Kam Liu cu, aku dengar ilmu silat yang dimiliki orang ini sangat hebat,"
Liong Cay thian segera tertawa tergelak; "Haah haah haah, ..saudara Lan kan pandai didalam penggunaan racun, tentunya kau tahu bukan, betapa pun hebatnya ilmu silat yang dimiliki seseorang, apabila sudah bertemu dengan racun maka semua kemampuannya menjadi tak berguna lagi?"
ooOdwOoo Kam Liu cu sangat terkejut setelah mendengar perkataan itu, namun diluaran dia manggut berulang kali.
"Yaa, apa yang dikatakan saudara Liong memang tepat sekali."
"Belakangan ini, siaute pun berhasil mendapatkan sebuah berita yang sungguh mengejutkan hati," Liong Cay thian berkata serius,
Kam Liu cu mengangkat cawan araknya dan meneguk setegukan, lalu sambil mengangkat kepalanya dan tertawa ia berkata:
"Ternyata saudara Liong menambahkan kata mengejutkan hati didepan berita, aku yakin berita yang akan kau kemukakan itu pasti benar-benar mengejutkan hati."
Liong Cay thian memandang sekejap kearah Siang Bu Ciu dan Siu It-hong kemudian baru katanya;
"Berita ini sebenarnya diperoleh saudara Siang dalam perjalanan turun gunung kali ini, konon ketua dari perkumpulan Ban-kiam Hwee adalah seorang perempuan."
Kali ini Kam Liu cu benar-benar dibuat tertegun, sejenak kemudian ia baru berseru:
"Ehmm. berita ini memang benar-benar merupakan sebuah berita yang amat mengejutkan hati."
Liong Cay thian kembali berkata sambil tertawa;
"Bukan saja dia adalah seorang perempuan. bahkan masih gadis, menurut dugaan saudara Siang, kemungkinan besar secara diam2 gadis ini telah jatuh hati kepada Wi Tiong-hong."
Diam-diam Kam Liu cu berkerut kening sesudah mendengar ucapan tersebut, pikirnya: "Apabila apa yang
diucapkan Liong Cay thian merupakan sebuah kenyataan.
bukankah sam sumoay Lok Khi akan memperoleh seorang musuh cinta lagi?"
Sementara dia masih termenung, Liong Cay thian telah berkata lebih jauh:
"Oleh sebab itu, aku yakin Ban-kiam hweecu pasti akan menyusul pula kemari setelah mendengar kabar berita itu."
Rupanya dia hendak memperalat Lan Kun-pit yang menyamar sebagai Wi Tiong-hong untuk membasmi sekian banyak jago-jago persilatan.


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil tertawa Kam Liu-cu segera berseru;
"Perencanaan saudara Liong memang benar-benar hebat, hanya saja putraku tetap bukan Wi Tiong-hong, bagaimana mungkin sekian banyak orang bisa terperangkap semua ?"
"Asalkan ada orang menyiarkan kabar bahwa Wi Tionghong telah tertangkap oleh pihak Tok seh sia, aku yakin orang2 itu akan segera barangkat untuk memberikan pertologannya, sekalipun tidak percaya mereka tetap akan berangkat juga ke Kou lou san ini untuk memeriksa kebenaran dari kabar tersebut. Apalagi sewaktu Wi Tionghong tertangkap, Bwee-hoa kiam Thio Kun kay kakak beradik dari Bu tong pay menyaksikan dengan mata kepala sendiri. sudah barang tentu orang tak akan menaruh curiga lagi. .."
Kam Liu cu yang mendengar sampai disitu. diam2 harus mengangguk juga, pikirnya: "Apa yang diucapkan oleh si rase tua ini benar2 masuk diakal, aku dan Liu sumoay justru dapat berangkat kemari karena telah berjumpa dengan Thian Kun kay kakak beradik."
Berpikir sampai disitu, mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya,
"Ia bisa mengatur segala sesuatunya sedemikian rapi sudah pasti terdapat siasat atau maksud jahat dibalik kesemuanya ini, mengapa aku tidak mencoba untuk memancingnya?"
Berpikir demikian, dia lantas mengangkat kepalanya seraya berkata: "Saudara Siong, kau memancing datang begitu banyak musuh tangguh, apakah peraiapanmu untuk menghadapi mereka sudah cukup sempurna?"
Kitab Pusaka 7 Petualang Asmara Karya Kho Ping Hoo Rahasia 180 Patung Mas 11

Cari Blog Ini