Ceritasilat Novel Online

Istana Yang Suram 15

Istana Yang Suram Karya S H Mintardja Bagian 15


Sangkan masih berdiri ditempatnya, ia tidak segera
mendekat, karena Pinten masih saja memandangnya
dengan tajam. Sementara itu Panon tidak bergeser dari tempatnya,
tetapi kepalanya tertunduk dalam-dalam.
"Jangan ikut berjaga-jaga disini" desis Pinten.
"Lalu,. Aku harus berjaga dimana?"
"Tempatmu diatas atap"
Sangkan mengerutkan keningnya, namun iapun
tersenyum sambil berkata "Sudahlah Pinten, aku minta
maaf, seharusnyanya kau mencubit Ki Reksabahu, bukan
aku, tetapi karena kau tidak berani melakukannya, maka
akulah yang menjadi sasaran"
Pinten masih memberengut, tetapi iapun kemudian
pergi ke sudut pendapa, tanpa mengatakan sepatah
katapun, ia telah mendahului berbaring diatas lantai
tanpa selembar alaspun.
Tetapi tidak seorangpun yang mencegahnya, mereka
mengerti, bahwa Pinten memang sering merajuk, jika ia
bertengkar dengan kakaknya.
"Sudahlah" berkata Ki Reksabahu "Karena aku yang
bersalah, biarlah aku sajalah yang berjaga-jaga, silahkan
kalian beristirahat, jika ada sesuatu yang mencurigakan,
aku akan membangunkan kalian"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan tersenyum, tetapi iapun menjawab "Tentu
tidak seorang diri Kiai, mungkin orang-orang Kumbang
Kuning dan orang-orang Cengkir Pitu berhasil merayap
diluar pengamatan kita dan dengan tiba-tiba menyerang,
karena itu, maka biarlah aku mengawani Kiai berjaga"
"Akupun tu tidak akan dapat tidur" desis Panon
kemudian. Ki Ajar tertawa, betapapun ketegangan mencengkam
dadanya, namun ia masih sempat juga berkelakar "Jika
demikian, akhirnya kita semuanya tidak akan dapat tidur"
"Akulah yang akan tidur" sahut Kiai Rancangbandang.
Ternyata bahwa orang-orang yang ada di pendapa
itu, masih tetap duduk dalam satu lingkaran, selain
Pinten yang berbaring, tetapi akhirnya iapun merasa
kurang mapan untuk berbaring diatas lantai yang kotor
tanpa alas apapun, meskipun demikian ia tidak mau
bangkit karena kakaknya masih di pendapa itu.
Malampun semakin lama menjadi semakin dalam,
diatas atap, tiga orang perempuan menggigil kedinginan,
meskipun mereka sudah berselimut kain panjang,
sementara Panji Sura Wilaga masih saja tidur dengan
nyenyaknya. Tetapi sampai lewat tengah malam, suasana istana
kecil itu, masih tetap sepi, yang terdengar hanyalah
bunyi cengkerik dan belalang di rerumputan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Diluar dinding istana, seorang duduk dengan sabar menunggu apa yang akan terjadi, ia tidak mau masuk ke halaman bersama Ki Ajar Respati dam Ki Reksabahu, ia lebih senang menunggu dan mengawasi dari luar dinding, apakah yang akan terjadi, bahkan ia sudah berjanji dengan Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu, bahwa mereka akan saling memberikan isyarat, jika terjadi sesuatu di dalam halaman istana diluar pengetahuannya, maka Ki Ajar Respati atau Ki Reksabahu akan memberikan isyarat, sebaliknya, jika orang itu melihat sesuatu yang mencurigakan diluar dinding, iapun akan melontarkan isyarat sesuai dengan kemungkinan yang dapat dilakukannya.
Dalam pada itu, orang-orang Cengkir Pitu dan orang-orang Kumbang Kuning telah mulai mempersiakan diri.
Pangeran Sora Raksa Pati yang kemudian memanggil Raden Kuda Rupaka bertanya :apakah orang-orang di dalam istana itu tidak memerlukan pengawasan?"
Raden Kuda Rupaka menggeleng, jawabnya "Aku kira itu tidak perlu"
"Bagaimanakah jika mereka pergi" "
"Mereka tidak akan pergi, jika mereka berniat pergi dari istana itu, maka hal itu tentu sudah dilakukannya,.
Aku berpendapat, bahwa pusaka itu tentu masih belum mereka ketemukan pula, sehingga merekapun terikat pada istana kecil yang sepi itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pangeran Sora Raksa Pati termenung, katanya kemudian "Kita akan menghadapi pekerjaan yang lama, jika mereka yang ada di halaman itu untuk waktu yang lama masih belum menemukan pusaka itu, maka kitapun tentu akan memerlukan waktu yang sama"
"Mungkin hal itu disebabkan karena diantara merekapun timbul perasaan saling mencurigai, sehingga dengan demikian usaha mencari pusaka itu justru terhambat"
"Kitapun akan mengalami hal yang sama dengan orang-orang Cengkir Pitu"
Raden Kuda Rupaka tidak menyahut, iapun menyadari bahwa jika mereka telah berhasil membinasakan orang-orang yang ada di dalam halaman itu, maka pekerjaan mereka belum berarti selesai, belum lagi tugas-tugas besar yang lain sebagai kelengkapan tugas pertamanya yang terpaksa menggerakkan seluruh perguruannya.
"Jika yang terdapat di halaman itu pusaka kelengkapan untuk menerima wahyu, maka perjuangan ini akan ada hasilnya, tetapi jika yang didapatkan sekedar pusaka yang tidak termasuk kelengkapan untuk menerima wahyu, maka korban yang jatuh itu akan sia-sia" gumam Raden Kuda Rupaka.
"Kau memang bodoh" geram Pangeran Sora Raksa Pati "Di perbendaharaan pusaka Demak terdapat beberapa bilah pusaka yang tidak sedang bersemayam, ketika pusaka-pusaka Majapahit itu berhasl diselamatkan, tidak terdapat tanda-tanda bahwa gedung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
perbendaharaan pusaka di Majapahit mengalami
kerusakan atau kehilangan karena orang-orang yang
memasuki kota Raja dam menduduki istana itu tidak
sempat membuka gedung itu, sehingga mereka lebih
tertarik kepada benda-benda berharga lainnya, sehingga
mereka kurang cepat mengingat, bahwa pusaka-pusaka
itu tentu jauh lebih berharga dari emas dan berlian, dan
salah satu dari pusaka yang tidak ada di gedung
perbendaharaan itu berada di tangan Pangeran Kuda
Narpada. "Aku sudah mendengar, paman" jawab Raden Kuda
Rupaka "Akupun sudah tahu sebabnya, kenapa baru
sekarang kita beramai-ramai mendatangi istana itu,
meskipun saat Pangeran Kuda Narpada meninggalkan
Majapahit itu sudah terjadi beberapa tahun yang lampau"
"Nah, apalagi yang kau ragukan?" bertanya Pangeran
Sora Raksa Pati "Jika yang berada di halaman itu adalah
Kiai Nagasasra atau Kiai Sabuk Inten atau Kiai Sangkelat,
maka langkah kita akan semakin pendek"
Raden Kuda Rupaka karena, ia tidak mengerti kenapa
pamannya dapat menganggap langkahnya semakin
pendek, padahal mereka masih belum tahu dimanakah
pusaka-pusaka yang lain itu berada.
Tetapi pamannya sudah menjawab "Jika salah satu
dari ketiganya dapat kita ketemukan, maka kita akan
mengayuhnya. pusaka iu sendiri akan memberikan
jawaban, kemana kita akan mencari pasangannya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Kuda Rupaka mengangguk-angguk, iapun mengerti, bahwa ada orang-orang tentu yang dapat berbicara dengan pusaka-pusaka.
Meskipun demikian, Raden Kuda Rupaka masih merasakan adanya ketidak pastian dari kerja yang dilakukan dengan mempertaruhkan nyawanya.
Sejenak Raden Kuda Rupaka merenungi masa-masa ia berangkat menuju ke Pegunungan Sewu, kerja yang akan dilakukannya seolah-olah adalah kerja yang sederhana, menghadapi bibinya berjongkok menyembah, kemudian tinggal di istana itu beberapa hari untuk menerima pusaka itu dan kembali.
Tetapi ternyata yang terjadi adalah berbeda dengan angan-angannya itu, di Pegunungan Sewu ternyata telah hadir kekuatan yang mempunyai kepentingan yang sama.
Meskipun kemungkinan semacam itu memang pernah dipertimbangkan dan bahkan pemimpin perguruannya telah membuat usaha pemecahannya, namun yang terjadi benar-benar diluar dugaan. demikian ia hadir di Pegunungan Sewu itu, yang dilihatnya pertama-tama adalah seorang anak muda yang bernama Kasdu yang ternyata telah terkena bisa orang-orang dari perguruan Guntur Geni, dan yang lebih mendebarkan jantung bahwa ada seorang anak muda yang dapat
menyembuhkan racun-racun itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ternyata orang yang telah mendahuluinya itu adalah murid dari perguruan yang terkenal, perguruan Kumbang Kuning.
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam, tetapi kini ia berada di Pegunungan Sewu itu bersama Pangeran Sora Raksa Pati, seorang yang memiliki kemampuan yang sukar diukur.
Dalam perbandingan ilmu, tidak seorangpun akan dapat memperbandingkan. Siapakah yang lebih sakti, Pangeran Sora Raksa Pati atau Ajar Sukaniti.
"Apakah orang-orang di halaman itu ada yang memiliki kemampuan seperti keduanya, jika ada seorang dari mereka yang dapat mengimbangi pamanda Pangeran Sora Raksa Pati, salah seorang dari kedua orang yang datang kemudian itu misalnya, maka Ajar Sukaniti akan mendapat kesempatan berbuat apa saja sesuka hatinya terhadap penghuni-penghuni istana itu"
berkata Raden Kuda Rupaka di dalam hatinya.
Dalam pada itu, selagi Raden Kuda Rupaka merenungi kemungkinan yang dapat terjadi, maka Kidang Alitpun sedang duduk bersandar dinding, ternyata iapun sedang membayangkan apa yang dapat dilakukan jika orang-orang Cengkir Pitu dan Kumbang Kuning dapat masuk bersama-sama ke dalam halaman istana itu.
"Persetan" ia menggeram "Ajar Sukaniti dibantu oleh pamanda Pangeran Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat tentu akan dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik, Raden Kuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Rupaka bukan lawan yang harus disegani" ia
mengerutkan keningnya, lalu "Kecuali jika ada
pemecahan lain"
Sementara itu, malam telah menjadi semakin jauh,
bintang gubug penceng telah semakin condong ke barat,
sementara benda-benda langit yang lain menjadi
semakin jauh dari tempatnya semula.
"Sebentar lagi fafar akan tiba" tiba-tiba saja Kidang
Alit berdesis. Ajar Sukaniti menarik nafas dalam-dalam, lalu katanya
"Jadi kita akan berangkat dan sekaligus melalui pondok
orang-orang Cengkir Pitu?"
"Ya" sahut Kidang Alit.
"Baiklah, Pangeran Sora Raksa Pati yang sombong itu
memang harus dipenuhi keinginannya agar ia tidak justru
mengganggu rencana kita dalam keseluruhan" berkata
Ajar Sukaniti kemudian.
"Kita akan berangkat sekarang?" bertanya Kidang Alit
"Siapkan semua orang-orang kita"
sejenak kme orang-orang Kumbang Kuning itupun
sudah bersiap diatas punggung kuda mereka masingmasing, yang terpenting diantara mereka adalah Ajar
Sukaniti dan kedua orang Pangeran yang telah
membawa Pangeran Kuda Narpada pergi meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
istananya, selain anak muda yang bernama Kidang Alit
itu. "Kita akan singgah di pondok orang-orang Cengkir
Pitu" desis Ajar Sukaniti.
"untuk apa?" bertanya salah seorang anak buahnya.
"Kita akan bersama-sama memasuki istana kecil itu"
"Apakah kita sendiri tidak akan mampu?"
"Aku sudah berpuluh kali mendengar pertanyaan itu,
dan jawabnya masih sama saja, kita tidak akan
membiarkan diri kita terperosok lagi ke dalam
kebodohan, sebagian orang-orang kita akan mati
samempunyaiuh dengan orang-orang yang ada di dalam
istana itu, dan sebagian yang tersisia akan dibantai oleh
orang-orang Cengkir Pitu"
orang yang bertanya itupun mengerutkan keningnya,
namun kepalanyapun kemudian mengangguk-angguk
membenarkan. Sejenak kemudian, maka iring-iringan itu mulai
bergerak, Ajar Sukaniti berada paling depan, di
belakangnya adalah Pangeran Cemara Kuning dan
Pangeran Sendang Prapat yang diikuti oleh Kidang Alit,
baru di belakang Kidang Alit beberapa orang pengiring
duduk terkantuk-kantuk diatas punggung kuda mereka.
Sementara itu, orang-orang Cengkir Pitu sudah
menjadi gelisah pula, bahkan Pangeran Sora Raksa Pati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
berkata lantang "Jika orang-orang Kumbang Kuning itu
tidak menepati janjinya, maka bagiku lebih baik
bertempur melawan mereka lebih dahulu, tergantung
dari sisa yang ada pada kita, jika kita merasa kuat, kita
akan memasuki halaman istana, jika tidak, kita dapat
mengurungkan dengan selamat tanpa diganggu gugat
lagi oleh orang-orang yang berada di dalam halaman itu"
"Raden Kuda Rupaka termenung, tetapi iapun yakin
bahwa orang-orang Kumbang Kuning tentu akan datang
dan bersama-sama menyerang isi istana itu.
Sambil menunggu kedatangan orang-orang Kumbang
Kuning, Raden Kuda Rupakapun kemudian berjalan
diantara orang-orangnya, selain Aji Demung yang
memiliki kekuatan raksasa, maka disudut duduk seorang
yang rambutnya mulai memutih, ia tidak banyak
menyatakan pendapatnya. Hampir seperti seseorang
yang tidak mau lagi berpikir, ia hanya menunggu
perintah, kemudian melakukannya dengan penuh
tanggung jawab.
Raden Kuda Rupaka menarik nafas dalam-dalam,
orang tua itu memiliki semacam kekuatan yang aneh,
dalam ilmu gendam, maka paman Dama Sraba ini dapat
membunuh lawannya dengan teriakan-teriakannya yang
mengerikan dalam lontaran aji Gelap Ngampar" desis
Raden Kuda Rupaka di dalam hatinya.
Tetapi ia tidak bertanya kepada orang tua yang
pendiam itu, ia hanya lewat disisinya dan kemudian
berdiri di hadapan seorang yang bertubuh pendek yang
memegangi sepotong tongkat yang panjang, tongkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang agak aneh, karena terdiri dari tiga batang rotan
yang saling membelit. Di beberapa bagian dari rotan itu
terdapat lingkaran-lingkaran lepingan besi, sedangkan di
kedua ujungnya terdapat bentuk genggaman tangan
yang terbuat dari baja, dengan cincin yang runcing
dissetiap jari-jarinya.
"Aku sudah jemu menunggu Raden" desisnya.
Raden Kuda Rupaka tersenyum, jawabnya "Kita
semua sudah jemu menunggu, paman Sora Raksa Pati
juga sudah jemu"
"Lalu?"
"Apa yang baik menurut pertimbanganmu?"
"Aku lebih senang bersiap di punggung kuda, setiap
saat kita akan memacunya dan segera bertempur
melawan siapapun juga, apakah kita harus melawan
kelinci-kelinci di halaman istana rusak itu, atau melawan
orang orang-orang Kumbang Kuning"
Raden Kuda Rupaka tertawa, apalagi ketika orang itu
berkata "Dan akupun merasa semakin kaku untuk selalu
menyebut nama Raden Kuda Rupaka, aku terbiasa
memanggil nama Raden sejak kecil"
"Panggil nama panggilanku, aku tidak berkeberatan,
ibunda memang selalu memanggil aku Johar, Ibunda
senang memandang sebuah bintang yang berwarna
kebiru-biruan di langit meskipun setiap malam hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
nampak sekilas, Lintang Johar, menurut ibunda wajahku
memang manis semanis Lintang Johar"
Orang itu mengangguk-angguk, tetapi ia bertanya
"Jadi Raden Johar Patitis itu sekedar nama panggilan?"
Raden Kuda Rupaka tersenyum, katanya "Ibunda
lebih senang menyebut nama panggilanku, tetapi
ayahanda mempunyai nama pangilannya tersendiri,
sedang namaku yang sebenarnya justru jarang sekali
disebut orang"
Orang bertubuh pendek yang bernama Gampar itu
mengangguk-angguk, tetapi ia tidak menyahut.
Raden Kuda Rupakalah yang kemudian berkata
"Baiklah, kita seharusnya memang sudah bersiap
dipunggung kuda, adapun yang akan kita lakukan.
"Nah, aku sependapat" sahut Gampar kemudian.
Raden Kuda Rupaka segera kembali kepada
pamannya yang berjalan mondar mandir, ketika ia
melihat Raden Kuda Rupaka kembali mendekatinya, ia
hampir berteriak "Kita hancurkan saja orang-orang
Kumbang Kuning itu sekarang"
"Paman, kita bersiap di punggung kuda saja, apapun
yang akan kita lakukan, sebentar lagi kita akan sampai
diujung malam, jika langit mulai semburat merah, kita
harus segera bertindak, mungkin orang-orang Kumbang
Kuning mempunyai cara yang licik"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku memang kurang mempunyainya, perintahkan dua orang bersiap untuk melihat apa yang terjadi di istana itu, ia harus segera kembali memberikan laporan tentang pengamatannya itu"
"Berbahaya bagi keduanya paman, kita pergi bersama-sama, kita pergi ke istana dan singgah ditempat orang-orang Kumbang Kuning. mungkin rumah itu sudah kosong, karena mereka sudah mendahului kita, jika demikian kita akan menyusul dan pertempuran-pertempuran di halaman itu tentu belum selesai, aku dapat memperhitungkan kekuatan mereka. kekuatan orang-orang Kumbang Kuning dan orang-orang yang berada di halaman itu"
Sora Raksa Pati menggeram kemungkinan bahwa ia telah tertipu oleh cara-cara licik orang-orang Kumbang Kuning itu membuatnya menjadi gelisah dan marah.
Namun selagi orang-orang Cengkir Pitu itu mempersiapkan diri sambil menunggu perintah, maka terdengarlah derap kaki kuda mendekat.
"Itulah mereka" desis Kuda Rupaka.
"Apakah benar mereka datang?" bertanya Pangeran Sora Raksa Pati.


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku masih mempunyai kepercayaan itu, aku yakin mereka tidak akan berani pergi dalam kelompok-kelompoknya sendiri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun Pangeran Sora Raksa Pati masih sempat mengucapkan perintah "Hati-hati, siapa tahu, mereka datang untuk langsung membantai kita sekarang ini"
Raden Kuda Rupaka tidak membantah, iapun merasa perlu ikut hati-hati, jika mereka lengah dan orang-orang Kumbang Kuning tu dengan licik langsung menyerang dengan ujung senjata, maka orang-orang Cengkir Pitu itu akan mengalami nasib yang sangat buruk, karena itulah, maka orang-orang Cengkir Pitu itupun segera memencar di halaman, dalam kesiagaan sepenuhnya.
Derap kaki kuda itu semakin lama semakin dekat, suaranya gemeratak diatas batu-batu disepanjang jalan.
Sejenak kemudian, maka beberapa ekor kuda yang terpacu di malam hari itupun berhenti di depan regol halaman, dua diantara mereka perlahan-lahan memasuki halaman dengan hati-hati, seperti juga orang-orang Cengkir Pitu yang hati-hati menghadapi sekelompok orang-orang Kumbang Kuning itu"
Pangeran Sora Raksa Patipun kemudian menyongsong kedua orang berkuda yang memasuki halaman itu, ternyata kedua orang berkuda yang memasuki halaman itu, ternyata keduanya adalah Ajar Sukaniti dan Kidang Alit.
"O" desis Ajar Sukaniti setelah ia melihat kesiagaan orang Cengkir Pitu, "Kalian masih saja tidak mempercayai kami, meskipun kami termasuk orang-orang tamak seperti kalian, tetapi kami tetap menghormati persetujuan yang sudah kita tentukan bersama"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Terima kasih" sahut Pangeran Sora Raksa Pati
"Akupun akan mencoba mempercayai kalian"
"Jangan ragukan kami" berkata Ajar Sukaniti pula
"Seperti aku mempercayai kalian, maka kamipun
memegang teguh harga diri kami dalam hal ini"
"Nah, sekarang kita akan berangkat" Sebentar lagi
fajar akan menyingsing"
"Kita tidak tergesa-gesa, tugas ini akan segera dapat
kita selesaikan. menurut perhitunganku, disaat-saat
matahari terbit, kita akan berhasil membunuh semua
orang yang ada di halaman itu"
"Setelah itu?" desis Pangeran Raden Kuda Rupaka.
Ajar Sukaniti mengerutkan keningnya, namun iapun
kemudian tertawa, jawabnya " mungkin kita mempunyai
pikiran yang sama, tetapi jika tidak, baiklah aku
mempertimbangkannya"
"Apa maksdumu?" bertanya Pangeran Sora Raksa Pati
"Apakah kita mutlak akan memperebutkan pusaka itu?"
Pangeran Sora Raksa Pati termenung, sementara Ajar
Sukaniti berkata selanjutnya "Bukankah selain usaha
yang harus kita lakukan, wahyu itu juga mempunyai
unsur pilihan, artinya bahwa wahyu itu sendiri ikut
berbicara siapakah yang berhak menerimanya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pangeran Sora Raksa Pati mengerutkan keningnya, namun kemudian katanya "Ya, kau benar, tetapi sudah diisyaratkan, bahwa ada beberapa cara untuk mendapatkannya, pusaka-pusaka yang ada di gedung perbendaharaan pusaka dan yang berbeda diluar gedung, merupakan syarat yang menentukan, siapa yang memiliki pusaka-pusaka yang diisyaratkan itu, merekalah yang mempunyai kemungkinan terbesar untuk menerima wahyu keraton. yang terjadi kemudian sehingga seseorang akan sempat ke tahta, wahyu itulah yang menentukan"
Ajar Sukaniti mengangguk-angguk, lalu katanya
"Tetapi tahta itu hanya satu, tentu tidak mungkin kita bersama-sama ingin duduk diatas tahta, tetapi meskipun demikian, kita bersama-sama akan dapat menentukan haluan pemerintahan karena selain seorang Raja. masih ada seorang Pepatih para Tumenggung, para menteri dan Bupati. Diluar kota Raja masih ada para Adipati dan pimpinan Tanah Perdikan yang ikut menentukan wajah pemerintahan dalam keseluruhan"
"Aku tahu maksudmu" potong Pangeran Sora Raksa Pati "Siapa yang menemukan pusaka itu, ialah yang akan menerima wahyu itu, yang lain tidak akan menjadi iri dan menimbulkan benturan kekuatan, tetapi kita harus membagi jabatan selain jabatan seorang Raja"
Ajar Sukaniti tertawa, katanya "Pangeran terlalu berterus terang"
"Kita tidak mempunyai waktu banyak, sebaiknya kita tidak berbicara berbelit-belit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Baiklah, demikianlah kira-kira maksudku, dan bakal
juga maksud Pangeran"
"Aku setuju, tetapi jika salah seorang dari kita ingkar,
maka akibatnya akan dahsyat sekali, perang yang terjadi
kemudian, tentu akan menyangkut banyak pihak, lebih
banyak dari pihak-pihak yang ada sekarang di
Pegunungan Sewu"
"Sudah aku katakan, aku akan mencoba menghargai
mulutku sendiri"
"Aku akan menghormati persetujuan ini, tetapi agar
kami tidak terbenam dalam pencarian pusaka di halaman
istana itu tanpa perhitungan, sehingga justru karena itu,
kita akan dibinasakan oleh penghuni-penghuni istana itu,
maka sekali lagi ditentukan, bahwa kita harus membunuh
semua orang lebih dahulu, baru kita akan mulai
mencarinya"
"Semua orang?" desis Raden Kuda Rupaka.
"Maksudku, semua orang yang dapat merintangi
usaha kita"
Raden Kuda Rupaka tidak menjawab lagi, iapun
sependapat dengan persetujuan itu, karena jika tidak
demikian maka persoalan tentu akan berkepanjangan
dan tidak ada henti-hentinya. Yang terjadi kemudian
adalah saling membunuh diantara mereka yang
memperebutkan pusaka-pusaka itu tanpa sempat
mempersiakan diri untuk menerima wahyu keraton,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bahkan tanpa kesempatan untuk menayuh pusaka yang
sudah diketemukan itu untuk menemukan pasangannya
yang masih harus dicari.
Demikianlah, maka ternyata kedua kelompok yang
saling menyegani namun saling mendendam itu
menemukan cara untuk mengatasi hubungan mereka,
meskipun masih tetap meragukan apa masing-masing
pihak akan dapat menghormati persetujuan itu.
Namun dengan demikian, maka mereka telah
menemukan kesepakatan untuk membunuh semua orang
yang ada di dalam dinding istana itu.
Dalam pada itu, agaknya orang-orang Guntur Geni
bagi mereka bukannya persoalan yang cukup gawat,
mereka menganggap bahwa lebih brt menghadapi orangorang di dalam halaman istana itu.
Akhir Bab 46 Akhir Jilid 11 Bab 47 Awal Jilid 12 Sejenak kemudian, maka kedua kelompok itupun
berangkat menuju ke istana kecil yang suram itu, mereka
telah bersepakat untuk tidak merahasiakan kedatangan
mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tidak ada gunanya kita bersembunyi-sembunyi, kita akan datang dengan menengadahkan dada kita" berkata Pangeran Sora Raksa Pati.
Ajar Sukaniti tersenyum, jawabnya "Ada yang kurang sesuai dengan jalan pikiran kita semula, kita akan datang menjelang fajar, menunggu agar orang-orang yang ada di dalam istana itu lengah, ternyata kita justru datang dengan dada tengadah"
"Bukan aku yang pengecut" geram Pangeran Sora Raksa Pati.
"Dengan demikian, kau mengartikan bahwa akulah yang pengecut, bukan begitu Pangeran?" bertanya Ajar Sukaniti.
Dua kelompok kecil orang-orang berkuda itupun kemudian menyusuri jalan padukuhan menuju ke istana kecil yang terpisah beberapa puluh tonggak dari padukuhan Karangmaja.
Ternyata bahwa derap kaki kuda itu telah membangunkan beberapa orang padukuhan, sebagian mereka menjadi ketakutan dan membeku karenanya, tetapi satu dua anak-anak muda yang memiliki keberanian, mencoba untuk bangun dari
pembaringannya, meskipun yang dapat mereka lakukan hanyalah mengintip dari kejauhan.
Tetapi ternyata mereka tidak melihat sesuatu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Adalah kebutulanan sekali, dua orang yang berada di sawah karena menunggui air yang mengalir tersendat-sendat di parit yang membelah sawahnya, melihat kelompok orang-orang berkuda itu, sambil menggigil mereka berusaha untuk bersembunyi di balik tanggul.
Darah mereka serasa membeku ketika salah seorang dari orang-orang berkuda itu berkata dekat diatas kepala mereka yang bersembunyi itu "Ada dua ekor tikus bersembunyi disini"
"Biarkan mereka" jawab yang lain "Biarlah mereka menjadi saksi, bahwa kita telah datang ke istana kecil itu, besok orang-orang Karangmaja akan menemukan mayat-mayat yang berserakan yang harus mereka kuburkan"
Meskipun iring-iringan itu sama sekali tidak mengacuhkan kedua orang itu, tetapi rasa-rasanya nyawa mereka berdua telah melekat di ubun-ubun, karena itulah ketika derap kaki kuda itu menjadi semakin jauh, rasa-rasanya mereka dapat bernafas kembali.
Namun tiba-tiba salah seorang dari mereka berdesis
"Mereka akan memasuki halaman istana itu"
"Ya, mereka akan melakukan perbuatan yang jahat"
"Apakah kita akan diam saja?"
"Apakah yang dapat kita lakukan" "
"Melaporkannya kepada Ki Buyut"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kawannya termenung, namun kemudian jawabnya
"Ya, kita wajib melarpkannya kepada Ki Buyut"
Kedua orang itupun kemudian dengan tergesa-gesa meninggalkan parit dengan alirannya yang gemericik, menyusuri pematang mereka bergegas untuk segera sampai ke rumah Ki Buyut di Karangmaja.
Namun dalam pada itu, ketika ia sampai di halaman rumah Ki Buyut, ia sudah melihat beberapa orang anak muda. Ki Buyut sudah berada di pendapa pula.
"Apa yang terjadi?" bertanya salah seorang dari keduanya.
"Kami mendengar derap kaki kuda, tentu orang-orang yang ada di banjar dan kelompok yang lain menuju ke istana kecil itu.
"Kalian melihat?"
"Tidak, kami hanya mendengar derap kaki kuda, kami tidak berani keluar rumah sebelum derap kaki kuda itu lenyap"
"Aku melihat mereka" hampir berbareng kedua orang itu menyahut.
Ki Buyut tertarik mendengar percakapan itu, kemudian dipanggilnya kedua orang itu dan dimintanya untuk menceritakan apa yang sudah mereka lihat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dengan singkat keduanya menceritakannya sahut menyahut, merekapun menceritakan bahwa sebenarnya orang-orang berkuda itu melihat mereka pula.
"Apakah mereka menuju ke istana kecil itu?" bertanya Ki Buyut.
"Ya, Ki Buyut. Bahkan mereka berkata, bahwa kita akan menjadi saksi, besok orang-orang Karangmaja akan menemukan mayat-mayat yang berserakan dan harus kita kuburkan"
"He" wajah Ki Buyut menjadi tegang "Jadi mereka akan membunuh penghuni istana itu" "
"Ya, Ki Buyut"
Ki Buyutpun tiba-tiba saja seolah-olah membeku, di wajahnya nampak pergulatan pikiran yang tidak kunjung terurai.
"O" tiba-tiba ia berdesis "Kita sudah berhutang budi kepada seisi istana, dan kita sekarang mengetahui bahwa istana itu akan mengalami bencana, tetapi kita tidak berdaya untuk melakukan sesuatu"
Tidak seorangpun yang menyahut, semua orang dihinggapi perasaan serupa dengan Ki Buyut Karangmaja itu.
Keadaan menjadi semakin hening ketika mereka melihat Ki Buyut itu terduduk lemah, adalah diluar dugaan mereka ketika tiba-tiba Ki Buyut yang tua itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menutup wajahnya dengan keuda telapak tangannya,
nampak ia berjuang untuk bertahan dari hentakan
perasaannya, namun Ki Buyut itu tidak berhasil.
Anak-anak muda Karangmaja berdiri mematung
ketika mereka melihat Ki Buyut menangis, laki-laki tua itu
adalah laki-laki yang kuat menurut penilaian anak-anak
muda Karangmaja, ia seolah-olah tidak pernah
tergoncang oleh keadaan, hatinya keras seperti batu
karang. Tetapi kini ia menangis.
Suasana yang hening itu menjadi semakin sepi, anakanak muda Karangmaja bagaikan terpukau di tempatnya.
Namun sejenak kemudian Ki Buyut itupun
mengangkat wajahnya, tiba-tiba saja ia berdiri tegak,
diputarnya keris yang ada di punggungnya, sehingga
kemudian terselip didada, sambil memegang hulu
kerisnya ia berkata "Anak-anakku, aku adalah orang yang
sudah tidak berarti apa-apa bagi orang yang sedang
bertentangan di halaman istana itu, tetapi aku tidak
dapat tinggal diam disini tanpa berbuat apa-apa"
"Apa yang akan Ki Buyut lakukan?" bertanya seorang
anak muda. "Ambilkan pedangku, aku akan pergi ke istana kecil
itu" "Ki Buyut" tiga orang anak-anak muda maju serentak
"Itu berbahaya sekali"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku mengerti, tetapi aku harus pergi"
Anak-anak muda itupun menjadi tegang, yang
terdengar kemudian adalah suara Ki Buyut yang gemetar
"Ambil pedangku, aku akan pergi, tidak seorangpun
boleh mengikuti aku"
"Tetapi Ki Buyut tidak akan pergi"
"Aku akan pergi, kau dengar"
"Jika demikian, kita semuanya akan pergi"
"Bodoh, apakah aku akan membunuh semua anakanak muda di Karangmaja ini", biarlah aku yang tua,
kalian tahu, siapakah yang akan menggantikan
kedudukanku, karena itu, cepat ambil pedangku, aku
akan pergi"
Anak-anak muda itu menjadi tegang, tetapi salah
seorang dari mereka itupun pringgitan juga masuk ke
ruang dalam, mengambil pedang yang dimaksudkan oleh
Ki Buyut, setiap orang mengetahui, bahwa pedang yang
tergantung di ruang tengah adalah pedang pusaka Ki
Buyut Karangmaja.
Setelah menerima pdangnya, maka Ki Buyutpun sekali
lagi berpesan "Jangan bodoh, setiap orang diantara kita
yang pergi ke istana itu tentu akan mati, akupun sudah
siap untuk mati, tetapi aku akan mencoba berbuat
sesuatu dengan pedangku, meskipun aku tahu, itu tidak
akan banyak berarti"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Anak-anak muda Karangmaja masih mencoba
mencegahnya, tetapi Ki Buyut itupun mulai
melangkahkan kakinya sambil berkata "Tidak seorangpun
yang boleh mengikuti aku"
Anak-anak muda itupun bagaikan mematung
ditempatnya, ketika mereka melihat dalam keremangan
malam, Ki Buyut melangkah satu-satu menuju ke regol
halaman rumahnya, semakin lama semakin jauh
kemudian hilang dalam kegelapan malam.
Anak-anak muda itu menarik nafas dalam-dalam,
mereka seolah-olah melihat Ki Buyut telah berjanji
dengan maut, untuk berjumpa di balik gelapnya malam
yang menjadi semakin dalam.
Untuk beberapa saat lamanya anak-anak muda
Karangmaja itu tidak dapat mengucapkan sepatah
katapun, mereka berdiri saja membeku sambil
memandang kegelapan, namun mereka sudah tidak
melihat sesuatu.
Anak muda yang berdiri ditengah jalan menarik nafas
dalam-dalam sambil berkata "Kita akan kehilangan.
Kehilangan Ki Buyut Karangmaja dam kehilangan isi
istana kecil yang pernah memberikan banyak tuntunan
bagi tata cara kehidupan padukuhan kecil ini"
Yang lain tidak menjawab, yang terdengar adalah
desah dari beberapa orang yang termenung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Anak muda yang pertama itupun kemudian berkata
"Apakah kita akan tinggal diam?"
Tidak seorangpun yang segera menjawab, namun mereka cukup menyadari bahwa mereka tidak akan dapat berbuat apa-apa, mereka sudah cukup menderita dengan luka parah yang dialami oleh Kasdu dan seorang kawannya.
"Jika kita pergi ke istana itu, maka seperti yang dikatakan oleh Ki Buyut, semuanya akan mati di halaman istana itu" desis salah seorang kemudian.
Anak muda yang pertama menarik nafas dalam-dalam, sementara seorang yang lebih tua dari mereka, berkata "Sudahlah, dengarlah pesan dari Ki Buyut, yang terjadi, agaknya memang harus terjadi, tetapi jangan menambah korban mungkin banyak"
Tidak seorangpun yang menyahut, namun hampir setiap orang dengan ngeri membayangkan, mayat yang terbujur lintang di halaman istana kecil itu.
"Kita tidak dapat berbuat apa-apa, kita harus melihat dan membiarkan semuanya itu terjadi, betapapun besar hasrat kita untuk membantu, tetapi kita tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa kemampuan kita memang terbatas "Orang yang lebih tua itu meneruskan.
Karena itulah, maka anak-anak muda itupun kemudian seorang demi seorang memasuki regol halaman Ki Buyut, dengan kepala tunduk mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kemudian duduk di tangga pendapa tanpa berbuat
sesuatu. meskipun demikian ada semacam dorongan
disetiap hati, dan ternyata anak-anak muda Karangmaja
itu telah berdoa menurut cara mereka, mereka memohon
kepada Yang Maha Kuasa bermurah hati menyelamatkan
Ki Buyut dan seisi istana kecil itu.
Dalam pada itum orang-orang Kumbang Kuning dan
orang-orang Cengkir Pitu telah mendekati regol halaman
istana kecil itu, sejenak mereka berhenti sambil
memandang regol yang tertutup.
"Kita akan mengetuk pintu dengan tangkai pedang"
berkata Kidang Alit.
"Tidak ada gunanya, mereka tidak akan membuka,
kita rusak saja pintu itu" sahut Raden Kuda Rupaka.
Kidang Alit termenung, namun iapun kemudian
tersenyum "Terserah kepada Raden. Raden adalah
kemanakan penghuni istana yang suram ini"
Untuk beberapa saat lamanya, orang-orang di depan
regol itu masih termenung, Raden Kuda Rupaka yang
sudah berdiri di depan regol itupun masih nampak raguragu, namun kemudian, dengan gigi yang gemeretak ia
berkata "Aku akan memecahkan regol ini"
Kidang Alit tertawa, katanya "Ada ketidak relaan di
dalam hatimu Raden, sehingga kau terpaksa
menghentakkan perasaan dengan menggeretakkan gigi,
kau mendapatkan sandaran kekuatan untuk
melakukannya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Raden Kuda Rupaka memandang Kidang Alit dengan
tajamnya, namun ia tidak menghiraukannya, dengan


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serta merta ia turun dari kudanya dan mendekati regol
halaman yang sudah menjadi semakin rapuh.
Raden Kuda Rupaka tidak memerlukan kekuatannya
yang berlebih-lebihan, ternyata dengan dorongan yang
tidak terlalu kuat, regol itu sudah terbuka.
"Tidak diselalrak" desisnya.
Sekali lagi Kidang Alit tertawa, katanya "Mereka
menyadari bahwa tidak ada gunanya menyelarak pintu
itu" Raden Kuda Rupaka tidak menjawab, namun
kemudian dituntunnya kudanya memasuki halaman
istana yang suram itu, diikuti oleh orang-orang Kumbang
Kuning dan orang-orang Cengkir Pitu.
Untuk beberapa saat, orang-orang yang memasuki
istana itu mencoba mencari orang-orang yang tentu
sudah bersiap-siap di halaman itu, namun mereka
mengerutkan keningnya, ketika mereka melihat beberapa
orang yang duduk di pendapa istana kecil itu.
"Mereka berada di pendapa" desis Kidang Alit.
"Ya, seperti yang kita duga, mereka tidak akan
berpencar" sahut Ajar Sukaniti "Dan kitapun akan
menghadapi mereka seperti yang kita perhitungkan
semula" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kita harus membunuh mereka semuanya lebih dahulu" geram Pangeran Sora Raksa Pati "Baru kita melakukan yang lain"
Orang-orang yang ada di pendapa istana kecil itu menarik nafas dalam-dalam, mereka mendengar dengan jelas pembicaraan yang seolah-olah dengan sengaja dilontarkan untuk mempengaruhi ketahanan hati mereka.
"Perempuan itu tentu ada diantara mereka" desis Raden Kuda Rupaka.
"Tetapi jika yang lain sudah terbunuh, ia akan menjadi jinak" sahut Kidang Alit.
Terasa bulu-bulu di seluruh tubuh Pinten meremang, sebagai seorang gadis ia menyadari bahwa yang terjadi padanya akan dapat berbeda dengan orang-orang lain yang berada di pendapa itu.
Tetapi ketika tersentuh senjatanya, maka terasa hatinnya menjadi agak tenang.
Dalam pada itu, Sangkan dan kawan-kawannyapun telah berdiri pula, dengan hati-hati mereka melangkah maju menyongsong kedatangan orang-orang Cengkir Pitu dan Kumbang Kuning seperti yang sudah mereka duga sebelumnya.
Untuk sesaat masing-masing pihak saling berhadapan dengan tegang, seakan-akan mereka sedang saling menilai kekuautan masing-masing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun sejenak kemudian suara Ajar Sukaniti "Anakanak muda, apakah hanya orang-orang inilah kawankawanmu di istana ini?"
Dada Panon menjadi berdebar-debar, hampir diluar
sadarnya, ia menghitung di dalam hati "Enam orang"
Tetapi ternyata Sangkan menjawab lain "Tidak Ki
Sanak, kawanku cukup banyak, selain yang kau lihat
disini, aku masih mempunyai beberapa orang kawan,
diantaranya adalah Panji Sura Wilaga"
Raden Kuda Rupaka menahan hatinya yang
bergejolak, namun ianya menyahut "Bagus, aku akan
mengambilnya, jika paman Panji Sura Wilaga sudah tidak
ada lagi, maka tebusannya adalah enam nyawa
sekaligus"
Tetapi diluar dugaan mereka, maka Sangkan
menjawab sambil tertawa "Bagi kami tentu tidak akan
ada bedanya, membunuh atau tidak, kalian tentu akan
membunuh kami semuanya"
Namun diluar dugaan pula, Kidang Alit menyahut,
juga disela-sela tertawanya "Tentu tidak Sangkan, jika
Panji Sura Wilaga masih hidup, justru aku akan
membunuh kalian semuanya, tetapi jika Panji Sura
Wilaga sudah kalian bunuh, maka harus tersisa sebuah
nyawa sebagai gantinya, dan aku memilih, Pintenlah
yang akan tetap hidup"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Persetan" Pinten menggeram, tetapi Ki Ajar Respati sudah mendahuluinya "Terima kasih, anakmas, jika kau bermurah hati untuk mensisakan satu diantara kami, sebab yang satu itu masih mempunyai kemungkinan untuk membinasakanmu dan menceburkan ke dalam sumur sebelum mulut sumur itu disumbat, aku tidak mengatakan bahwa mulutmulah yang akan disumbat"
Wajah Kuda Rupaka menjadi merah, tetapi ia masih dapat menahan diri.
Tetapi agaknya Pangeran Sora Raksa Pati bersikap lain, dengan suara mengguntur ia berkata "Orang-orang inilah yang harus kita bunuh, kita datang untuk bertempur, bukan untuk bergurau seperti anak-anak muda yang kurang waras ingatan."
Suaranya ternyata berpengaruh kuat, suasana halaman itu menjadi tegang.
Sangkan yang beberadairi di paling depan diantara kawan-kawannya dengan sungguh-sungguh menyahut
"Baiklah, kita akan mulai bersungguh-sungguh, akupun tidak akan banyak mempunyai waktu, tetapi dalam saat-saat terakhir, aku masih ingin bertanya kepada Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat, dimanakah Pangeran Kuda Narpada saat ini?"
Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat terkejut mendengar pertanyaan yang tidak terduga-duga itu, namun sejenak kemudian Pangeran Sendang Prapat menjawab "Kenapa kau bertanya kpadukuhanu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Disaat terakhir, Pangeran berdualah yang nampak
pergi bersama Pangeran Kuda Narpada"
Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang
Prapat saling berpandangan sejenak, namun kemudian
Pangeran Cemara Kuning berkata "Tidak ada gunanya
kau bertanya lagi tentang Pangeran Kuda Narpada, aku
tidak tahu lagi dimanakah ia kini berada, apakah menjadi
tanggung jawabku bahwa pada suatu saat Pangeran
Kuda Narpada pergi meninggalkan keluarganya dan tidak
kembali lagi"
"Jawaban Pangeran sama sekali tidak memperingan
tanggung jawab Pangeran, agaknya Pangeran Kuda
Narpada sudah tertipu sehingga akhirnya ia terjebak ke
dalam rencana jahat, rencana yang sama sekali tidak
diduganya, karena Pangeran Kuda Narpada sendiri tidak
pernah memikirkan tindak kejahatan yang licik seperti
yang terjadi atas dirinya"
"Apa pedulimu tentang peristiwa itu?" geram
Pangeran Sendang Prapat "Sekarang kau menghadapii
maut, jangan kau kacaukan pikiranmu, dengan persoalan
yang sama sekali tidak menyangkut dirimu"
"Persoalan kemanusiaan menyangkut setiap orang"
jawab Sangkan "Seandainya aku harus mati sekarang ini,
sebenarnyalah aku ingin mengetahui apakah yang sudah
Pangeran berdua lakukan atas Pangeran Kuda Narpada.
menipu dan menjebaknya", atau bakal meracuninya",
karena dalam sikap beradu dada, Pangeran berdua tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
akan dapat menang melawan Pangeran Kuda Narpada
seorang diri"
"Cukup" bentak Ajar Sukaniti "Kita sudah mulai lagi
dengan persoalan-persoalan yang berkepanjangan,
sekarang kita mulai membunuh mereka bersama-sama"
"Lakukanlah" tiba-tiba saja Pinten yang menyahut
"Tetapi apakah Pangeran tidak mau memberikan waktu
sedikit saja untuk menjelaskan keadaam terakhir
Pangeran Kuda Narpada?"
Suara Pinten ternyata mengumandang dalam nadanya
yang tinggi, sehingga orang-orang yang ada di halaman
itu bagaikan tercengang karenanya, namun yang
menjawab kemudian adalah Pangeran Sora Raksa Pati
"Bunuh mereka sekarang"
"Tunggu" desis Pinten "Aku hanya ingin mendengar,
apakah Pangeran Kuda Narpada masih hidup atau sudah
mati?" "Pangeran Kuda Narpada sudah mati" tiba-tiba saja
Pangeran Sendang Prapat berteriak "Dan kalian
semuanya juga akan mati"
Sangkan menjadi semakin tegang, dengan nada
dalam ia menggeram "Pembunuhan yang licik, siapakah
yang telah membunuhnya?"
"Jangan hiraukan, keduanya berusaha untuk
memperpanjang waktu, mungkin mereka mengharapkan
agar orang-orang Karangmaja datang membantu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mereka" teriak Raden Kuda Rupaka "Tidak ada waktu
lagi untuk berbicara"
"Jangan beri kesempatan kepadanya untuk menunggu
orang yang bakal diharapkan datang" tambah Kidang
Alit. Suasana di halaman itu menjadi semakin tegang,
ternyata Sangkan dan Pinten tidak berhasil lagi menunda
perkelahian yang sebentar lagi tentu akan meledak.
Tetapi sementara itu Ki Ajar Respati yang melangkah
maju sambil tertawa "Baiklah" katanya :Kita akan
bertempur, mungkin diantara kita akan ada yang mati
terbunuh, tetapi yang aneh bahwa aku masih belum
banyak mengenal siapakah yang sedang aku hadapi
sekarang" "Persetan" Pangeran Sora Raksa Patilah yang
menyahut "Kaupun berusaha memperpanjang
kesempatan untuk menunggu, jangan banyak bicara lagi"
Ki Reksabahu ingin bicara, tetapi baru saja ia
bergerak Ajar Sukaniti sudah berteriak "Bunuh mereka
sekarang" Tidak ada kesempatan lagi, orang-orang Kumbang
Kuning dan orang-orang Cengkir Pitu segera mengambil
sikap. Namun sementara itu seakan-akan tanpa disadari,
orang-orang yang tinggal di istana kecil itupun segera
berloncatan saling mendekat, mereka kemudian siap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
melawan kedua kelompok yang datang menyerang itu
dalam sati kesatuan di tengah-tengah pendapa, istana
kecil itu. Pinten yang semula berdiri agak terpisah, telah
menyatukan diri pula diantara Sangkan dan Panon.
Kiai Rancangbandang, Ki Reksabahu dan Ki Ajar
Respati telah menutup lingkaran di belahan lain, mereka
sudah siap menghadapi segala kemungkinan yang akan
terjadi. Sejenak kemudian orang-orang Kumbang Kuning dan
Cengkir Pitu masih saja ragu-ragu untuk menyerang
meskipun mereka telah mengepung rapat. Kesatuan kecil
memang tidak mudah untuk diserang bersama-sama,
justru karena mereka tidak terpencar, dengan demikian
maka orang-orang Cengkir Pitu dan Kumbang Kuning itu
menjadi seakan-akan saling berdesakan.
Ajar Sukaniti, Pangeran Sora Raksa Pati, Raden Kuda
Rupaka dan Kidang Alit telah berpencar pula dan berdiri
di empat arah. Sejenak mereka masih termenung, namun ketika
Pangeran Sora Raksa Pati mulai menghunus senjatanya,
maka pertempuran itupun segera mulai.
Pada tingkat pertama, mereka saling menjajagi
kemampuan masing-masing, orang-orang Cengkir Pitu
dan orang-orang Kumbang Kuning sedang berusaha
untuk mencari kesempatan yang paling baik untuk
memecahkan lingkaran kecil yang rapat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi senjata keenam orang yang berdiri dalam lingkaran itu seakan-akan telah menjadi perisai yang tidak tertembus sama sekali.
Namun demikian pertempuran itupun semakin lama menjadi semakin cepat, masing-masing mulai meningkatkan kemampuannya untuk menekan lawan-lawannya.
Dalam pada itu diluar regol halaman, seseorang berdiri termenung, sejenak ia mengawasi keadaan, dengan kaki yang timpang ia melangkah mendekat, dari regol halaman ia melihat, bahwa pertempuran di pendapa istana kecil itu sudah dimulai.
Namun tiba-tiba saja orang itu terkejut ketika ia melihat seseorang dengan tergesa-gesa mendekati regol halaman itu tanpa ragu-ragu.
Orang yang timpang itupun segera mempersiapkan diri, ia belum dapat mengenal orang itu di dalam kegelapan, tetapi menilik langkahnya, maka orang tentu mempunyai kepercayaan kepada dirinya sendiri.
Tetapi orang itu terkejut ketika semakin dekat ia melihat dalam keremangan malam, siapakah yang berjalan dengan tergesa-gesa itu.
"Ki Buyut" sapa orang yang timpang itu.
Ki Buyut terkejut, tiba-tiba saja ia melihat seseorang muncul dari kegelapan, karena itu sambil mengacungkan pedangnya ia bertanya "Siapakah kau?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Wirit, namaku Ki Wirit"
"Apakah kau orang Kumbang Kuning atau orang
Cengkir Pitu?"
Ki Wirit menggeleng kepalanya, katanya "Bukan Ki
Buyut, aku orang lain sama sekali, aku tidak terlibat
dalam persoalan yang terjadi itu"
"Kalau begitu minggirlah"
"Ki Buyut akan kemana?"
"Kau mengenal aku sebagai Buyut di Karangmaja?"
"Setiap orang mengenal Ki Buyut"
"Minggirlah, aku akan ikut serta dalam persoalan
istana kecil ini, aku tidak dapat tinggal diam karena aku
tahu bahwa orang-orang Kumbang Kuning dan Cengkir
Pitu akan menyerang dan membunuh seisi istana ini"
"Jadi apakah yang akan Ki Buyut lakukan?"
"Di dalam istana ini ada beberapa orang yang akan
mempertahankan seluruh isinya, tetapi kekuatan yang
ada tentu tidak akan seimbang"
"Dan Ki Buyut akan ikut bertempur?"
"Aku akan berdiri di pihak mereka yang
mempertahankan istana kecil ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tetapi orang-orang Kumbang Kuning dan Cengkir
Pitu itu sangat berbahaya Ki Buyut, mereka tidak akan
berbelas kasihan sedikitpun terhadap mereka yang telah
menyatakan diri melawan mereka"
"Aku tidak memerlukan belas kasihan, aku adalah
orang yang tahu diri, seluruh padukuhan Karangmaja
merasa berhutang budi kepada Pangeran Kuda Narpada,
dan sekarang keluarga yang ditinggalkannya akan
mengalami bencana, apakah aku akan dapat berpangku
tangan melihat istana ini menjadi karang abang", tidak.
Aku harus berbuat sesuatu, meskipun aku sadar, bahwa
aku akan mati"
"Itu namanya membunuh diri Ki Buyut, sebaiknya Ki
Buyut tidak usah melibatkan diri, bantu saja hal yang lain
yang dapat Ki Buyut berikan, tetapi jangan nyawa Ki
Buyut" "Jangan halangi aku, nyawaku masih belum berarti
dibandingkan dengan sumbangan-sumbangan yang
pernah diberikan oleh Pangeran Kuda Narpada bagi
padukuhan yang semula kering kerontang dan bagaikan
selalu terbakar karena warnanya yang kuning kemerahmerahan, sekarang padukuhan Karangmaja menjadi
hijau, bahkan lereng-lereng pegunungan yang gundulpun
mulai ditumbuhi pepohonan. Kehidupan diseluruh
padukuhan menjadi jauh lebih baik dari masa-masa
sebelum Pangeran Kuda Narpada datang"
Ki Wirit menarik nafas dalam-dalam, namun katanya
kemudian "Ki Buyut, kau diperlukan sekali oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
padukuhan Karangmaja, kau yang pernah mendapat
petunjuk langsung dari Pangeran Kuda Narpada,
seharusnya mengembangkan terus usaha yang sudah
nampak hasilnya itu, tetapi jika tiba-tiba saja kau bunuh
diri, maka siapa yang akan yakin bahwa pegunungan ini
tidak akan kembali lagi di musim kering yang panjang"
Siapakah yang akan menjamin bahwa parit-parit akan
tetap mengalir dan sawah di lembah yang rendah itu
dapat panen dua kali setahun?"
Ki Buyut termenung, tetapi kemudian jawabnya
"Anak-anak muda Karangmaja sudah mengetahui apa
yang harus mereka lakukan bagi padukuhan mereka
untuk menjadi padukuhan yang lebih baik, karena itu,
hidupku sudah tidak banyak berarti lagi, sekarang


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

minggirlah, aku akan berbuat sesuatu bagi keselamatan
istana kecil ini"
"Tetapi itu tidak akan berati apa-apa, kemampuanmu
tidak akan dapat diperbandingkan dengan kemampuan
orang-orang Kumbang Kuning dan orang-orang Cengkir
Pitu" "Aku tidak peduli"
"Apalagi kau hanya sendiri"
"Aku memang hanya sendiri, aku melarang, aku
melarang setiap orang yang akan ikut bersamaku, karena
dengan demikian kematian akan semakin bertambahtambah" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Juga, kematianmu akan sia-sia, sekarang kembalilah ke padukuhan, tenagamu lebih berarti untuk mengubur mayat-mayat yang akan bergelimpangan di halaman ini daripada kau akan ikut menambah beban bagi mereka yang hidup"
Ki Buyut menjadi bimbang, namun kemudian ia menghentakkan giginya sambil mengacungkan pedangnya "Minggir, atau kau akan menjadi orang pertama yang akan aku bunuh"
"Jangan Ki Buyut, aku menasehatimu, pertempuran itu adalah arena perkelahian bagi orang-orang yang mempunyai ilmu yang tinggi"
"Persetan" Ki Buyut seolah-olah tidak peduli lagi, ia mkh menuju ke pintu gerbang.
Tetapi orang yang timpang yang menyebutnya dirinya Ki Wirit itu menghalanginya sambil berkata "Kembali sajalah"
"Tidak"
"Aku tidak mengijinkan kau masuk"
Ki Buyut menjadi tegang, dan tiba-tiba saja ia membentak "Kau tentu salah seorang dari orang-orang Kumbang Kuning atau orang-orang Cengkir Pitu, jangan menyesal, aku akan membunuhmu jika kau tidak menepi"
Tetapi orang itu tetap berdiri ditengah jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Karena itu, Ki Buyut menjadi tidak sabar lagi, dengan
kesal ia membentak "Pergi, atau kau akan mati disini"
Ki Wirit menarik nafas dalam-dalam, tatapan matanya
tiba-tiba saja menjadi sayu, katanya "Ki Buyut, yang
telah dilakukan oleh Pangeran Kuda Narpada sama sekali
tidak seimbang dengan nyawamu. Nyawa seseorang
adalah sangat berharga, sedangkan yang dilakukan oleh
Pangeran Kuda Narpada tidak lebih daripada
menganjurkan kepada orang-orang Karangmaja untuk
memperbaiki saluran-saluran air, menanami lereng
pegunungan dengan batang metir yang akan dapat
membantu melunakkan tanah yang berbatu-batu padas
selebihnya adalah kerja keras orang-orang Karangmaja
sendiri" Bab 48 "Cukup" tiba-tiba saja Ki Buyut membentak "Kau tidak
tahu apa yang sudah dilakukan oleh Pangeran Kuda
Narpada yang lebih senang kalau dipanggil Ki Kuda
Narpada, kau memang pantas dibunuh paling dahulu dari
semua kawan-kawanmu, kau berusaha memperkecil arti
Pangeran Kuda Narpada bagi kami"
Orang timpang itu menarik nafas dalam-dalam sambil
berdesis :Kau salah paham, Ki Buyut"
"Persetan, minggir, aku tidak mempunyai waktu,
pertempuran di halaman sudah berlangsung"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tetapi ketika Ki Buyut melangkah maju, orang itu sama sekali tidak mau beranjak dari tempatnya, ia masih saja menghadang sambil berkata "Jangan bodoh Ki Buyut"
Ki Buyut tidak menjawab, ia sudah kehilangan kesabarannya, karena itu maka iapun segera mengayunkan pedangnya menyerang orang yang menghambat niatnya itu"
Tetapi Ki Buyut tidak tahu apa yang terjadi kemudian, ia hanya merasa bahwa pedangnya sama sekali tidak mengenai sasarannya, selebihnya, semuanya menjadi gelap dan ia tidak mengerti apa yang terjadi kemudian.
perlahan-lahan orang timpang itu mengangkat tubuh Ki Buyut dan meletakkan di tempat yang gelap , tertutup oleh rimbunnya dedaunan.
"Berbaringlah sementara disini Ki Buyut, kau sudah terlalu tua dan lmumu terlalu lemah untuk ikut serta dalam pertarungan yang mengerikan itu, usahamu untuk membalas budi kepada Pangeran Kuda Narpada adalah suatu sikap yang sangat terpuji, tetapi tidak dengan cara yang bodoh itu" desisnya sambil melangkah meninggalkan tubuh Ki Buyut yang seakan-akan sedang tidur nyenyak karena syaraf kesadaran telah terganggu oleh sentuhan jari-jari orang timpang yang menamakan dirinya Ki Wirit itu.
Dengan langkah yang tetap, Ki Wiritpun kemudian memasuki halaman istana kecil yang suram itu, dadanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
yang berdebar-debar rasa-rasanya menyesakkan
nafasnya. Ada sesuatu yang bukan perasaannya, bukan karena
ia cemas akan nasibnya melawan orang-orang Kumbang
Kuning dan orang-orang Cengkir Pitu, tetapi ada sesuatu
yang lain yang membuatnya sangat gelisah.
Tetapi Ki Wirit menghentakkan tangannya, dalam
kegelapan ia membayangkan muridnya yang berjuang
mati-matian untuk mempertahankan hidupnya melawan
orang-orang yang jumlahnya lebih banyak dan
mempunyai ilmu yang tinggi.
Ketika ia melihat cara yang dipergunakan oleh orangorang yang berada di istana itu, iapun menarik nafas
dalam-dalam sambil bergumam "Cara yang baik untuk
mempertahankan diri, tetapi selebihnya mereka tidak
akan dapat berbuat banyak, jika waktunya datang, maka
mereka akan kelelahan dan satu-satu mereka harus
menyerah, tetapi memang tidak ada cara lain yang lebih
baik dari sekedar mempertahankan diri"
Kedatangan orang timpang itu ternyata telah
diketahui oleh kedua belah pihak yang sedang
bertempur, karena itu, maka dengan serta merta Panon
menyambut "Kami sudah mulai guru"
Ki Wirit tidak menyahut, tetapi ia melangkah dengan
timpang mendakti arena.
"Siapa kau" Kidang Alitlah yang berteriak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Namaku Wirit" jawab orang itu yang sudah naik ke pendapa "Aku mencari muridku, dan aku menemukannya disini, agaknya ia sedang bertempur melawan sekelompok orang-orang yang tidak tahu diri"
"Tutup mulutmu" teriak Raden Kuda Rupaka.
"Muridku berada di dalam suatu lingkungan kecil dengan beberapa orang yang sebagian telah aku kenal, tetapi yang lain belum, sementara orang-orang Cengkir Pitu dan Kumbang Kuning yang jumlahnya jauh lebih banyak, sedang berusaha membinasakannya"
sejenak suasana di pendapa itu menjadi semakin tegang, namun karena sebagian dari perhatian mereka tertuju kepada orang timpang itu, maka pertempuran menjadi agak mereda.
Dalam pada itu, Pangeran Sendang Prapat dan Pangeran Cemara Kuning tidak sabar lagi melihat kesombongan orang timpang itu, dengan serta merta mereka seakan-akan berjanji meninggalkan arena yang rasa-rasanya memang terlalu padat itu langsung menyerang orang timpang yang menyebut dirinya Ki Wirit, dan mengaku sebagai guru Panon.
Tetapi keduanya sadar, bahwa anak muda yang bernama Panon itu telah memiliki ilmu yang hampir sempurna, sehingga gurunya Tentu orang yang pilih tanding.
Namun agaknya keduanya memperhitungkan, bahwa cacat kakinya akan memperngaruhi tata geraknya, jika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
orang timpang itu telah benar-benar terlibat dalam
pertempuran yang sengit.
demikianlah, maka sejenak kemudian Ki Wirit sudah
berhadapan dengan Pangeran Sendang Prapat dan
Pangeran Cemara Kuning, dengan kasar Pangeran
Sendang Prapat membentaknya "Apakah kau akan
membanggakan kakimu yang timpang itu", Ayo
berdoalah sebelum kau mati di pendapa ini"
"Aku akan turun saja ke halaman, pendapa ini terasa
terlampau sempit oleh hiruk pikuk perkelahian, bagi
anak-anak muda yang sedang bertahan itu, agaknya
memang menguntungkan sekali, tetapi tidak bagiku"
Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang
Prapat menjadi berdebar-debar melihat ketenangan
orang timpang itu, apalagi ketika keduanya melihat Ki
Wirit seolah-olah tidak menghiraukan kemungkinankemungkinan buruk yang dapat terjadi atas dirinya, saat
ia berjalan dengan timpang turun ke halaman.
Hampir diluar sadarnya Pangeran Sendang Prapat dan
Pangeran Cemara Kuning mengikutinya, namun mereka
telah bersiap dengan senjatanya, setiap orang timpang
itu dapat berbuat sesuatu diluar dugaan.
Tetapi Ki Wirit memang tidak berbuat apa-apa, ia
turun ke halaman dam kemudian berdiri tegak di dalam
kegelapan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Marilah Pangeran" berkata Ki Wirit "Bukankah kalian berdua adalah Pangeran Sendang Prapat dan Pangeran Cemara Kuning?"
Kedua Pangeran itu termangu-mangu sejenak, dengan nada datar Pangeran Sendang Prapat menjawab
"Siapapun aku dan kau, kita akan saling membunuh di halaman ini"
"Aku tidak akan ingkar"
"Bersiaplah untuk mati"
"Baiklah, tetapi aku ingin tahu kenapa Raden Kuda Rupaka justru berdiri di pihak Kumbang Kuning tidak di pihak Cengkir Pitu?"
Pertanyaan itu benar-benar mengejutkan, sejenak kedua Pangeran itu bimbang, namun kemudian Pangeran Sendang Prapat menjawab "Tidak ada orang lain yang dapat mencampuri pilihan kami, tetapi darimana kau berpijak sebagai alas pertanyaan itu" "
"Aku hanya menduga-duga Cengkir Pitu dipimpin oleh Pangeran Sora Raksa Pati yang seharusnya lebih dekat dengan Pangeran berdua daripada Sora Raksa Pati"
"Persetan, aku tidak peduli" geram Pangeran Cemara Kuning "Kita tidak mempunyai waktu lagi, kami harus menemukan pusaka itu malam ini"
"Itu tidak mungkin Pangeran, sebentar lagi fajar
segera menyingsing di timur"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pangeran Pangeran Cemara Kuning tidak menjawab,
iapun segera melangkah maju sambil mengacungkan
senjatanya"
Ki Wirit melangkah surut, namun iapun telah bersiap
menghadapi segala kemungkinan.
Ketika kemudian Pangeran Cemara Kuning meloncat
menyerang, maka Ki Wiritpun dengan tangkasnya
mengelak pula, sama sekali tidak terkesan kesulitan yang
ditumbuhkan oleh kakinya yang timpang itu.
"Tetapi jika ia dipaksa untuk mengerahkan segenap
kemampuannya, maka timpang kakinya akan sangat
berpengaruh" berkata Pangeran Cemara Kuning di dalam
hatinya. Sejenak kemudian maka pertempuran di halaman
itupun menjadi semakin sengit, Ki Wirit yang timpang itu
harus berjuang melawan Pangeran Cemara Kuning dan
Pangeran Sendang Prapat, dua orang Pangeran yang
memiliki kemampuan yang tinggi.
Namun dalam pada itu, Panon yang bertempur di
pendapa menjadi heran, ia sama sekali tidak menyangka
bahwa gurunya yang timpang itu mampu bergerak
dengan kecepatan yang tidak kalah dengan kecepatan
serangan Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran
Sendang Prapat.
"Aku tidak mengerti" gumam Panon kepada diri
sendiri "Menurut pengalamanku, guru tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
berbuat apa-apa dengan kakinya, latihan-latihan yang
diberikan terutama sekedar petunjuk-petunjuk dasar, dan
aku sendirilah yang harus mengembangkan kemampuan
gerak kaki. Guru hanya memberikan beberapa petunjuk,
kemudian menilainya dengan serangan-serangan yang
dilontarkan dengan tangannya"
Tetapi ternyata kini ia melihat gurunya yang timpang
itu mampu bertempur seolah-olah tidak cacat sama
sekali. Namun dalam pada itu, tekanan yang semakin lama
semakin berat telah menghimpit orang-orang yang
sedang bertahan di pendapa. Lingkaran mereka terut
merapat, kadang-kadang satu dua diantara mereka
sempat juga menyerang, meskipun pada jarak yang
sangat terbatas, namun mereka kemudian harus segera
kembali menutup lingkaran pertahanan mereka.
Tetapi ternyata bahwa pertahanan yang demikian itu
sampai menjengkelkan lawan-lawan mereka, mereka
tidak dapat menyerang dengan leluasa bersama-sama,
karena sasarannya seolah-olah berkumpul disatu titik.
"Licik" teriak Pangeran Sora Raksa Pati "Marilah kita
bertempur dengan jantan, kita mencari tempat yang luas
dan kita langsung berhadapan dengan dada tengadah,
tidak seperti yang kalian lakukan sekarang, berdesakan
dan kadang-kadang berperisai tiang pendapa"
Yang terdengar adalah jawaban Kiai Rancangbandang
"Aneh sekali, bagaimana jika kita berjanji, kita akan
bertempur dengan jantan dan jumlah yang sama banyak"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Persetan" teriak Sora Raksa Pati "Yang akan
menentukan kemenangan adalah kekuatan kita masingmasing, bukan aturan yang kau buat"
"Baiklah" yang menjawab adalah Ki Reksabahu
"Kaupun jangan membuat aturan tentang cara kami
berkelahi"
Pangeran Sora Raksa Pati menggeram, tetapi ia tidak
berbicara lagi, dengan geramnya ia menyerang Sangkan
yang kebetulan berada di hadapannya, tetapi Sangkan
sempat menangkis serangan itu dan bahkan
melemparkan arahnya sehingga hampir saja senjatanya
berbenturan deng senjata salah orang pengawalnya.
Pada saat yang bersamaan Kidang Alit dengan
lincahnya meloncat maju dengan senjata terjulur "Tetapi
sambil mengumpat ia terpaksa menarik serangannya,
karena tiba-tiba seorang pengawalnya telah membentur
sikunya karena iapun sedang melangkah sambil
menyerang. "Gila" geram Kidang Alit.
Namun demikian, ternyata bahwa lingkaran itu telah
mengurung mereka yang mencoba bertahan itu semakin
lama semakin rapat, mereka justru semakin mapan dan
berhasil saling menyesuaikan diri.
Demikianlah pertempuran itu semakin lama menjadi
semakin seru, masing-masing berusaha untuk menembus
pertahanan lawan, tidak ada lagi usaha untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mengekang diri, yang menjadi tujuan mereka kemudian
adalah sentuhan senjata didada lawan dan
membunuhnya sekaligus.
Di halaman ternyata bahwa, Ki Wirit masih mampu
mengimbangi kedua lawannya yang tidak bercacat itu.
betapapun juga Pangeran Sendang Prapat dan Pangeran
Cemara Kuning mengerahkan tenaganya untuk bukan
lawannya, tetapi Ki Wirit itu mampu bertahan dengan
rapatnya, meskipun kakinya timpang namun senjata
kedua orang lawannya sama sekali tidak menyentuhnya.
"Aku mengharapkan bahwa Pangeran berdua
menyadari kesalahan ini" berkata Ki Wirit.
"Gila, jangan menggurui aku, sebentar lagi kau akan
mati" "Kematianku bukannya merubah kebenaran, demikian
juga kemenangan yang mungkin dapat kalian capai
dalam pertempuran ini"
"Aku tidak memerlukan kebenaran menurut
penilaianmu, bagiku apa yang akan terjadi sesuau
dengan keinginanku adalah kebenaran"
Ki Wirit menarik nafas dalam-dalam, tetapi ia sama
sekali tidak lengah.
"Orang yang tidak mau berusaha melihat ke dalam
dirinya sendiri, selamanya akan sesat" berkata Ki Wirit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku tidak peduli, jangan berbicara lagi" teriak Pangeran Cemara Kuning.
"Apa salahnya" sahut Ki Wirit.
"Aku sobek mulutmu" Pangeran Cemara Kuning menggeram.
Tetapi Pangeran Sendang Prapat menyahut "jangan hiraukan, ia memang sedang berusaha membuat kita marah, tetapi kita bukankan kanak-kanak, kita harus menyadarii cara yang licik itu"
Pangeran Cemara Kuning terdiam, ia tidak lagi berteriak, dan bahkan ia mencoba untuk tidak terseret oleh kemarahannya.
Meskipun demikian, kedua orang Pangeran itu tidak segera dapat mengusai lawannya yang pincang, bahkan kadang-kadang mereka menjadi bingung dan kehilangan pegangan, sehingga mereka harus berloncatan surut mencari kesempatan untuk mulai dengan serangan berikutnya.
Dalam pada itu, ternyata bahwa Pangeran Sendang Prapat menjadi tidak sabar lagi, apalagi ketika ia sempat melihat orang-orang yang mengepung lingkaran di pendapa itu masih berdesak-desakan.
"Kemarilah, satu atau dua orang" teriak Pangeran Sendang Prapat, lalu "Bunuh orang cacat ini lebih dahulu, baru kita bersama-sama akan menyelesaikan yang lain."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Suara Pangeran Sendang Prapat bagaikan
menggetarkan pendapa itu. adalah mengherankan sekali, bahwa kedua Pangeran yang bertempur bersama itu tidak dapat segera mengalahkan seorang lawannya yang cacat, apalagi mereka terpaksa memanggil orang lain untuk membantunya.
Sora Raksa Pati dan Pangeran Sora Raksa Pati menjadi heran, namun kemudian mereka justru sependapat, orang cacat itu Tentu orang yang pilih tanding, muridnya yang masih sangat muda itu telah memiliki kemampuan yang mengherankan.
Karena itu, maka Sora Raksa Pati dan Pangeran Sora Raksa Pati telah melepas dua orang untuk turun ke halaman membantu Pangeran Sendang Prapat dan Pangeran Cemara Kuning melawan orang timpang yang aneh itu.


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kekuatan kita tidak akan berkurang" desis Pangeran Sora Raksa Pati "Justru kita tidak akan berdesak-desakan dan dengan mudah dapat memecahkan lingkaran gila itu"
Dua orang yang terdiri di lapisan paling belakang dari kepungan itupun segera melangkah surut, sejenak mereka memandang orang timpang di halaman yang bertempur melawan Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat.
"Orang itu memang luas biasa" berkata mereka di dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Perlahan-lahan keduanyapun melangkah turun ke halaman mendekati arena pertempuran yang sengit.
"Jangan panggil orang lain, Pangeran" berkata Ki Wirit.
"Kau mulai ketakutan" desis Pangeran Cemara Kuning
"Mungkin, tetapi justru karena itu, aku akan menjadi liar dan berbahaya"
"Jangan mengigau"
"Ketakutan kadang-kadang membuat seseorang berubah dalam solah dan tingkah laku"
"Kau akan mati, apapun yang akan kau lakukan"
geram Pangeran Sendang Prapat.
"Aku sudah memperingatkan, dalam ketakutan aku dapat membunuh mereka berdua, karena aku tidak akan memperlakukan mereka seperti Pangeran berdua"
"Persetan" teriak Pangeran Cemara Kuning.
Ki Wirit tidak menyahut lagi, tetapi wajahnya menjadi tegang, karena kedatangan kedua orang yang turun dari pendapa itu.
Sementara itu langit menjadi semburat merah, fajar telah mendekat. Di kejauhan terdengar ayam jantan berkokok bersahutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sejenak kemudian, maka kedua orang yang turun ke halaman itupun telah bersiap-siap untuk bertempur, mereka menempatkan diri masing-masing
berseberangan, diantara kedua Pangeran yang telah memeras keringat melawan Ki Wirit yang timpang, namun tidak segera berhasil.
"Aku sudah memperingatkan" desis Ki Wirit
"Sebaiknya selain Pangeran berdua, tidak ada orang lain yang ada di lingkaran perkelahian ini, tetapi bila ini terjadi, maka seperti yang aku katakan, aku akan menjadi liar dan berlaku buas, aku akan mulai membunuh lawanku.
"Jangan banyak bicara" teriak Pangeran Cemara Kuning
Ki Wirit terdiam, tetapi wajahnya mulai berkerut merut, ia memandang dua orang yang telah berada di dalam arena pertempuran, sementara ia masih tetap menghindari serangan-serangan yang datang beruntun.
"Aku memang harus mengurangi jumlah lawanku"
katanya di dalam hati "Jumlah orang yang bertempur di pendapa itu terlalu banyak, sehingga pada suatu saat orang-orang yang bertahan dalam lingkaran itu akan kehabisan tenaga"
Dalam pada itu, kedua orang yang telah berada di lingkaran pertempurannya itupun telah ikut pula, mengambil bagian, mereka telah berloncatan pula ikut menyerang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Wirit yang melawan empat orang sekaligus memang harus memperhitungkan kemampuannya pula, Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat bukannya orang yang tidak berilmu, tetapi mereka adalah orang-orang ug cukup kuat untuk bertempur, apalagi berpasangan.
Itulah sebabnya, Ki Wirit kemudian benar-benar akan melakukan apa yang dikatakannya, dengan wajah yang tegang dan hati yang berdebar-debar ia berdesis "Bukan maksudku membunuh seseorang sekedar untuk membunuh, aku kini sedang dalam ketakutan atas keselamatanku sendiri"
"Persetan" geram Pangeran Sendang Prapat.
Tetapi gema suaranya belum lenyap, terdengar salah seorang kawannya yang baru turun dar pendapa itu berdesis, kemudian mendengar sebuah keluhan pendek.
"Gila" orang itu menggeram, tetapi ia terhuyung-huyung beberapa langkah surut.
"Apa yang sudah kau lakukan" teriak yang seorang lagi, tetapi Pengeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat sempat melihat, ternyata bahwa Ki Wirit telah melontarkan sebilah pisau kecil langsung ke dada orang itu"
"Licik" teriak Pangeran Sendang Prapat "Kau melemparkan pisau dalam perkelahian ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku sudah mengatakan, bahwa aku akan menjadi buas dan liar, mungkin aku akan kehilangan ungah-unggah perkelahian jika ketakutanku telah memuncak sampai ke ubun-ubun"
Pangeran Cemara Kuning yang marah meloncat menyambar dengan senjatanya, tetapi Ki Wirit dapat mengelakkan diri.
Dengan demikian, maka Pangeran Cemara Kuning dan Pangeran Sendang Prapat harus menyesuaikan diri dengan cara perkelahian orang yang menyebut dirinya Ki Wirit, ternyata tangan kirinya mampu melontarkan senjata-senjata kecil yang langsung dapat melumpuhkan lawannya, ternyata orang yang telah terkena pisau itu seakan-akan telah kehilangan semua tenaganya, sambil mengerang ia terduduk bersandar sebatang pohon, sementara tangannya memegang tungkai pisau yang menancap di dadanya.
Sora Raksa Pati melihat seorang kawannya yang terluka, itulah sebabnya, maka iapun segera meninggalkan arena perkelahian yang hiruk pikuk di pendapa untuk membantu meringankan penderitaannya.
Ternyata bahwa Sora Raksa Pati mempunyai pengetahuan tentang luka-luka dan berbagai macam penyakit, apalagi ia memang sudah membawa obat untuk setiap saat dapat dipergunakan.
Agaknya obat yang diberikan oleh Sora Raksa Pati itu mempunyai pengaruh yang kuat , terasa pedih pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
luka-luka itu menjadi jauh berkurang, sementara
darahnyapun menjadi pempat.
Dalam pada itu, Sora Raksa Pati masih saja melihatlihat pisau yang baru saja dicabutnya. Semula dalam
keremangan malam menjelang fajar ia tidak melihat
sesuatu yang menarik pada pisau itu, tetapi ketika
tangannya meraba-raba tangkai pisau itu, terasa bahwa
pada tangkai pisau itu terdapat goresan yang merupakan
sebuah gambar. Dengan seksama Sora Raksa Pati mengamat-amati
gambar itu, semula ia tidak menemukan bentuknya,
namun tiba-tiba saja ia berlari ke sudut istana kecil itu, di
bahwah lampu minyak yang masih menyala ua melihat
lukisan kecil dari seekor kuda dengan sepasang sayap
yang terkembang,
"Kuda bersayap" desisnya.
Dan tiba-tiba saja terasa seluruh kulitnya meremang,
bahkan kemudian diamatinya gambar itu sekali lagi
sambil merabanya, seakan-akan ia tidak percaya kepada
penglihatannya.
"Hanya kebetulan" desisnya "Atau orang ini
menemukan pisau semacam ini di suatu tempat"
Namun kegelisahan yang mengoyak dadanya, telah
mendorongnya untuk berlari naik ke pendapa,
digamitnya Pangeran Sora Raksa Pati yang sedang
berusaha menekan lawannya diantara beberapa orang
anak buahnya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Lihat Pangeran" desis Sora Raksa Pati.
"Apa itu?" bertanya Pangeran Sora Raksa Pati "Aku
tidak ada waktu, aku ingin membunuh tikus-tikus ini
segera" "Pisau ini, dan lukisan ini"
Kata-kata itu memang menarik perhatiannya, karena
itu, maka iapun surut selangkah dan menerima pisau
kecil itu. "Lukisan apa?" Pangeran Sora Raksa Pati tidak dapat
langsung melihat.
"Seekor kuda dengan sepasang sayap terkembang"
"He" wajahnya menjadi tegang "Apakah matamu tidak
rabun?" "Aku melihat di bawah lampu minyak disudut itu"
Pangeran Sora Raksa Patipun kemudian berlari-lari ke
sudut istana itu, sementara dengan gelisah Sora Raksa
Pati menempati tempat Pangeran Sora Raksa Pati.
Namun tiba-tiba halaman itu telah dikejutkan oleh
Pangeran Sora Raksa Pati yang menggelegar "Bunuh
orang timpang itu, bunuh semua orang yang ada di
halaman ini, orang timpang itu sangat berbahaya bagi
kita semua, karena ia mempunyai ciri seekor kuda
dengan sepasang sayap yang terkembang"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Beberapa orang tertegun mendengar kata-kata
Pangeran Sora Raksa Pati, bahkan Pangeran Cemara
Kuning dan Pangeran Sendang Prapat telah meloncat
menjauh Ki Wirit itu, dan bahkan kawannya yang ikut
bertempur melawan Ki Wirit itu.
Dan sekali lagi suara Pangeran Sora Raksa Pati
menggema "Kita tidak akan dapat berbaik hati kepada
siapapun juga yang mempunyai ciri seekor kuda dengan
sayap yang terkembang"
Ki Wirit yang termangu-mangu itupun kemudian
bertanya "Aku tidak mengerti, apakah yang kalian sebutsebut dengan lukisan seekor kuda dengan sepasang
sayap yang terkembang?"
"Persetan" bentak Pangeran Sora Raksa Pati
"Darimana kau mendapat pisau kecil ini, atau kau sendiri
yang mempunyai ciri seperti lukisan pada tangkai
pisaumu" "Aku tidak mengerti, aku menemukan pisau semacam
bukan hanya sebilah, tetapi seikat, dan aku masih
mempunyai lainnya, apakah yang menarik perhatian
pada pada tangkai pisau itu" setiap orang dapat melukis
apa saja pada tangkainya, mungkin seekor kuda
bersayap terkembang, mungkin seekor naga dengan
lidah api, mungkin burung elang dengan kuku-kuku baja
atau apa saja, kenapa lukisan itu tiba-tiba telah
mempunyai pengaruh yang kuat?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pertempuran di pendapa itupun seolah-olah telah berhenti, persoalan lukisan kuda dengan sayap terkembang itu benar-benar telah berpengaruh.
Dalam ketegangan itu tiba-tiba saja Pangeran Cemara Kuning bertanya "Dimana kau menemukan pisau-pisau itu?"
"Di lembah gunung Merbabu, aku adalah salah seorang penghumi lembah itu disamping sejumlah orang padukuhan lainnya"
Jawaban itu membuat Pangeran Sendang Prapat menjadi tegang, dengan nada yang datar ia bertanya
"Apakah kau menemukan barang yang lain selain seikat pisau itu?"
Ki Wirit menggeleng, jawabnya "Tidak, aku hanya menemukan seikat pisau, aku tidak berbohong, karena aku tidak sendiri waktu itu, aku sedang menyusuri air parit yang mengairi sawah bersama dua orang tetanggaku"
Orang yang mendengar keterangan itu termangu-mangu " Ki Wirit yang menceritakan saat ia menemukan pisau-pisau itu, menggambarkan bahwa ia adalah seorang penghuni padukuhan seperti kebanyakan penghuni yang lain. namun ilmunya mengesankan bahwa ia bukannya orang kebanyakan yang tinggal di dalam suatu lingkungan di sebuah padukuhan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Bohong, tiba-tiba Sora Raksa Pati berteriak dari pendapa "Kau jangan mengelabui kami, kau adalah pemilik pisau-pisau itu"
"Benar, aku memang pemiliknya, aku menemukan pisau semacam itu seikat, dan sekarang aku masih mempunyai cukup banyak untuk membunuh kalian seorang demi seorang, aku akan melontarkan pisauku kearah dada, tepapt menghunjam jantung, tidak seperti yang sudah aku lakukan tadi, pisauku sisip dan akhirnya ia dapat diselamatkan oleh Pangeran Sora Raksa Pati"
Sora Raksa Pati menggeram, katanya "Persetan dengan igauanmu, jangan biarkan ia hidup dan menghantui kita semuanya"
Pangeran Sora Raksa Patipun kemudian mendekat perlahan-lahan, katanya dengan lantang "Aku akan bertempur bersama Pangeran Sendang Prapat dan Pangeran Cemara Kuning"
"Aku juga" desis Sora Raksa Pati "Kita berempat akan membunuhnya, baru kami akan membunuh yang lain"
Ki Wirit mengerutkan keningnya, "Melawan empat orang itu, rasa-rasanya akan merupakan tugas yang sangat berat baginya.
Namun ia tidak ingkar, apapun yang harus dihadapinya, akan dihadapinya dengan segala tanggung jawab.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dengan wajah yang tegang Pangeran Sora Raksa Pati dan Sora Raksa Pati telah berada di dalam satu arena, sementara seorang kawannya yang semula ikut bertempur melawan Ki Wirit , telah berada di pendapa.
Orang yang terluka yang duduk bersandar batang pohon dipinggir halaman menyaksikan perkembangan keadaan dengan tegang, meskipun lukanya sudah tidak terasa menyengat-nyengat, tetapi ia masih belum mampu untuk ikut melibatkan diri dalam perkelahian berikutnya.
Sejenak orang-orang yang sudah saling berhadapan itu termangu-mangu, Panon yang melihat gurunya harus menghadapi empat orang yang menjadi puncak kekuatan lawannya, tidak sampai hati membiarkannya. meskipun ia percaya bahwa gurunya adalah seorang yang mumpuni, tetapi melawan mereka berempat akan merupakan tugas yang sulit untuk dapat dilakukannya.
Karena itu, diluar perintah gurunya, tiba-tiba saja Panon meloncat berlari sambil mengayunkan senjatanya, sehingga beberapa orang yang terkejut telah menyibak.
"Aku akan bertempur bersama guru" teriaknya.
Tidak seorangpun yang sempat mencegah, yang terjadi itu begitu tiba-tiba dan mengejutkan.
"Biarlah ia berada disini" desis Pangeran Sendang Prapat "Adalah lebih bahagia baginya mati bersama gurunya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tidak ada yang menyahut, suasana di halaman itu menjadi bertambah tegang.
"Langit telah menjadi merah" teriak Sora Raksa Pati
"Kenapa kita masih termangu-mangu. Jika lukisan kuda bersayap itu adalah pertanda milik orang timpang sendiri, biarlah ia mati untuk tidak akan bangkit kembali"
Teriakan itu bagaikan perintah yang tidak perlu diulang, sejenak kemudian maka orang-orang yang ada di pendapa dan di halaman itupun sudah mulai dengan pertempuran yang sangat dahsyat.
Di pendapa, Sangkan yang seolah-olah telah memimpin kawan-kawannya, segera mulai menyerang dengan sengitnya, disusul oleh adiknya Pinten, meskipun ia seorang gadis.
Ki Reksabahu, Ki Ajar Respati dan Kiai
Rancangbandang harus segera menyesuaikan dirinya, mereka telah berada di dalam kepungan, sehingga yang harus mereka lakukan adalah berjuang untuk mempertahankan hidup mereka.
Sangkan dan Pinten yang masih muda itu ternyata memang bukan anak-anak muda kebanyakan yang sekedar mendapat ilmu dari padepokan kecil, dari tata gerak dan ilmunya, justru saat-saat ia mengalami tekanan yang berbahaya, mulai dapat dibaca oleh kawan-kawannya, dan bahkan kemudian menumbuhkan banyak pertanyaan di dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi tidak seorangpun yang sempat merenunginya, karena mereka sendiri harus mengerahkan segenap ilmu yang ada agar mereka tidak segera disentuh oleh nafas maut.
Di halaman. Ki Wirit menghadapii lawan yang sangat berat bersama muridnya, Panon. yang ada di halaman itu adalah orang-orang terkuat dari kelompok Kumbang Kuning dan Cengkir Pitu. Pangeran Sendang Prapat, Pangeran Cemara Kuning, Pangeran Sora Raksa Pati dan Sora Raksa Pati, sedangkan Ki Wirit hanya dikawani oleh muridnya yang setia, Panon Suka.
Bab 49 Ketika pertempuran telah menjadi semakin sengit, mulailah terasa, bahwa betapapun tinggi ilmu Ki Wirit, namun keempat lawannya benar-benar memiliki kemampuan untuk menguasainya, perlahan-lahan tetapi hampir pasti, Ki Wirit dan Panon telah terkurung dalam satu kepungan yang tidak tertembus.
Tetapi keduanya sama sekali tidak mengeluh dan tidak menyesal, keduanya bertempur dengan segenap hati tanpa menghiraukan apa yang akan terjadi.
Dalam keadaan yang sulit, sekali-sekali Panon terpaksa melepaskan pisau-pisaunya, tetapi tidak seperti pisau gurunya, maka pisau yang ada pada Panon adalah pisau-pisau yang terbuat oleh pandai besi di padukuhannya, namun demikian, jika pisau itu mengenai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
lawannya maka lambaran kekuatan tangannya akan
dapat menghunjam pisaunya itu sampai ke jantung.
"Kau pandai juga bermain pisau" desis Pangeran Sora
Raksa Pati. Panon tidak menjawab, ia bertempur dengan gigih,
namun setiap kali jika lawannya berhasil memburunya
dalam kesulitan, maka setiap kali ia harus melindungi
dirinya dengan lontaran pisaunya, bahkan kadangkadang sekaligus, ia berhasil melemparkan dua atau tiga
pisau belati yang dengan demikian telah menahan
serangan lawannya yang terpaksa menghindar.
"Tetapi berapa ribu pisau yang dapat kau bawa?"
Sora Raksa Pati tersenyum "Pada sutu saat pisau akan
habis, dan kau akan segera terbaring di halaman ini"
Kemarahan yang menggelitik hati anak muda itu
bagaikan akan meledak, sehingga iapun berteriak
"Sebelum pisauku habis, kaulah yang lebih dahulu mati"
Tetapi yang mengejutkan adalah suara gurunya
"Jangan sombong Panon, lebih baik kau perhatikan
nasehat Sora Raksa Pati, hematlah pisau-pisaumu,
meskipun sekedar pisau dapur, tetapi pisau-pisau itu
akan sangat berguna bagimu dalam saat yang paling
sulit" Panon menjadi berdebar-debar, agaknya ia sudah
terlanjur menyombongkan diri menurut penilaian
gurunya, namun dengan demikian, ia benar-benar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
memperhatikan petunjuk itu, dan ia tidak melepaskan
pisau-pisaunya jika itu tidak terpaksa sekali.
Sementara itu, langitpun mulai bertambah cerah,
cahaya kemerah-merahan di langit menjadi semakin
terang. Namun pertempuran di halaman istana kecil itu masih
berlangsung dengan sengitnya, masing-masing telah
mengerahkan segenap kemampuan yang ada untuk
membinasakan lawannya.
Tetapi betapapun juga, ternyata bahwa kekuatan
orang-orang yang bertahan di halaman istana kecil itu,
semakin lama semakin susut, lawan mereka terlalu
banyak, dan kekuatan diantara kedua belah pihak
nampak semakin tidak berimbang.
Di halaman Ki Wirit dan Panonpun menjadi semakin
terdesak, tidak ada sandaran lagi bagi mereka untuk
memperpanjang perlawanan, apalagi pisau-piisau dapur
Panon telah semakin menipis dan tinggal beberapa buah
sajalah yang masih terselip diikat pinggangnya.
Keringat telah membasahi seluruh tubuh mereka yang
bertempur, di dalam cahaya pagi, maka semakin jelaslah,
bahwa perlawanan orang-orang yang mempertahankan
istana kecil itu menjadi semakin lemah.
"Sangkan" suara Raden Kuda Rupaka gemetar
"Apakah kau masih akan bertahan terus?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan tidak menjawab, tetapi ia merasa bertanggung jawab atas perlawanan itu, karena itu, ia telah berbuat apa saja untuk memenangkan pertempuran itu atau setidak-tidaknya mempertahankan hidupnya dan kawannya.
Namun serangan Raden Kuda Rupaka dan para pengawalnya datang bagaikan reruntuhan tebing pegunungan, sementara disisi yang lain, Kidang Alit bertempur dengan segenap kekuatannya bersama para pengiringnya.
Pendapa itu menjadi semakin panasm ketika tiba-tiba saja Raden Kuda Rupaka yang marah bersama beberapa pengawalnya berhasil mendesak Pinten selangkah surut.
namun arah sebenarnya dari serangan Raden Kuda Rupaka justru adalah Sangkan, sehingga karena itulah maka Sangkan telah terpancing untuk melindungi adiknya, namun dengan tangkasnya Raden Kuda Rupaka menyerangnya untuk merampas segenap perhatiannya, dan pada saat yang bersamaan seorang pengawalnya telah menghunjamkan tombak pendeknya kearah punggung Sangkan.
"Sangkan" Kiai Rancangbandang sempat berteriak.
Dan Sangkanpun menyadari kesalahannya, ia masih sempat mengelak dengan berputar setengah lingkaran dan menangkis ujung tombak pendek itu, namun ternyata bahwa ia tidak berhasil membebaskan dirinya seluruhnya dari ujung senjata lawan, karena itu tombak itu telah menyentuh pundaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan menjadi tegang ketika terasa pundaknya disengat oleh pedih dilukanya, diluar sadar tangannya menyentuh darah yang meleleh dari luka itu.
Darah yang hangat itu bagaikan telah membakar jantungnya, namun ia sadar, bahwa perjuangannya akan menjadi semakin berat.
Pinten yang melihat darah di pundak kakaknya menggeretakkan giginya, dengan segenap kemampuan yang ada padanya, ia menyerang lawannya. Senjatanya seakan-akan telah berubah menjadi puluhan senjata di dalam genggaman puluhan tangan.
Tetapi lawan terlalu banyak, tidak mudah bagi Pinten untuk menembus pertahanan lawan yang sangat rapat.
Sementara itu Kiai Rancangbandang, Ki Reksabahu dan Ki Ajar Respati telah berjuang dengan segenap kemampuan mereka, tidak ada waktu untuk menyerang, yang dapat mereka lakukan adalah sekedar memperpanjang hidup, mereka harus bertahan mati-matian agar mereka tidak menjadi orang yang pertama tergolek di lantai pendapa istana kecil itu.
Namun ternyata bahwa sejenak kemudian Kiai Rancangbandangpun harus berdesis menahan sakit, lengannyapun telah tergores pula oleh senjata lawan, sehingga darahnyapun telah mulai mengalir.
Yang terdengar kemudian adalah gemeretak gigi kemarahan yang menggetarkan dada, namun masing-masing tidak dapat berbuat menurut keinginannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
karena mereka harus berhadapan dengan lawan yang
kuat sekali. Di halaman, Panon telah kehilangan semua pisaupisaunya, ia telah melepaskan pisaunya yang terakhir
ketika ia kehilangan keseimbangannya saat ia
menghindari serangan Sora Raksa Pati, hampir saja ia
terjatuh dan senjata Sora Raksa Pati menghunjam
dadanya, untunglah ia masih sempat melemparkan
pisaunya, sehingga langkah Sora Raksa Pati tertahan,
dengan demikian ia mendapat kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya.
Tetapi semuanya menjadi semakin buruk ketika
matahari telah memanjat dibibir langit, cahayanya yang
kemerah-merahan menjadi semakin cerah, darah di luka
Sangkan dan Kiai Rancangbandang menjadi semakin
jelas mengalir di tubuhnya.
Pinten menggeram ketika terdengar suara Kidang Alit
"Kau tidak akan terluka Pinten, meskipun semuanya akan
mati, tetapi aku akan berjuang untuk mempertahankan
hidupmu" Darah Pinten bagaikan mendidih, tetapi semuanya


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serba terbatas, sehingga kemarahannya justru bagaikan
meretakkan dadanya sendiri.
Sementara itu, Panji Sura Wilaga yang tertidur diatap
istana diatas talang batang pucang itupun mulai dijalari
oleh kesadarannya kembali, kekuatan yang membuatnya
tertidur telah menjadi semakin samar-samar, sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
akhirnya Panji Sura Wilaga itupun seolah-olah telah
terbangun dari tidurnya yang sangat nyenyak.
Yang pertama-tama terasa adalah sengatan panas
matahari pagi, sambil mengedipkan matannya ia
mencoba mengingat apa yang telah terjadi atas dirinya,
ketika ia ingin mengusap keringat di keningnya, barulah
ia sadar, bahwa tangan dan kakinya masih juga terikat,
selembar ikat kepala telah membungkam mulutnya,
sehingga ia tidak lagi dapat berteriak.
"Setan alas" ia menggeram, tetapi tidak seorang yang
mendengar suaranya.
Dalam pada itu, dibagian lain dari atap istana kecil itu,
Raden Ayu Kuda Narpada duduk membeku, di
sampingnya Nyi Upih telah menjadi gemetar, bukan saja
karena hatinya yang kecut, tetapi udara malam yang
dingin bagaikan menggigit tulang.
Yang agak berbeda dari keduanya adalah Puteri Inten
Prawesti, yang terjadi semalam seakan-akan justru telah
menempa dirinya, ia menjadi jemu bersembunyi diatas
atap untuk menunggu ketidak pastian, karena itulah,
maka seakan-akan telah tumbuh di dalam hatinya,
keberanian yang tidak dikenalnya dari mana datangnya.
Tiba-tiba saja Inten Prawesti itu berteriak "Ibu, aku
akan turun, aku akan melihat dan mengalami apa yang
terjadi dengan Pinten.
"Jangan" desis ibundanya "Dengarlah pesannya
Inten" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tetapi, apakah yang akan terjadi dengan kitapun tidak kita ketahui, biarlah, jika maut menjemputku"
"Bukan maut, tetapi derita sepanjang hidupmu"
Inten Prawesti menjadi termangu-mangu, bulu-bulunya meremang ketika ia mulai membayangkan, bagaimana Kidang Alit tertawa, bagaimana Raden Kuda Rupaka tersenyum kepadanya, dan menggandeng tangannya ketika memanjat tebing bukit-bukit kecil di belakang istananya.
"Tenanglah Inten"
Inten Prawesti menarik nafas dalam-dalam, namun ada sesuatu yang bergejolak dihatinya. Ia tidak dapat membiarkan Pinten berada diantara serigala yang sedang bertaruh nyawa.
Hampir di luar sadarnya, tiba-tiba saja Inten Prawesti berdiri tegak, meskipun ibunya dan Nyi Upih mencegahnya, namun ia sama sekali tidak
menghiraukannya lagi.
Untunglah, bahwa tidak seorangpun yang ada di halaman melihatnya, karena tertutup oleh atap istana itu.
Namun yang mengejutkan ibundanya adalah justru wajah Inten yang pucat itu menjadi semakin pucat, dengan suara yang patah-patah ia berdesis "Ibunda, mereka datang lagi. Sebentar lagi halaman ini akan penuh dengan darah dan mayat akan berserakan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kenapa?"
"Sekelompok orang-orang berkuda, aku tidak tahu
siapakah mereka, mungkin orang-orang dari Guntur Geni
seperti yang pernah aku dengar, mungkin orang-orang
dari perguruan lain yang ingin mendapatkan pusaka itu,
mungkin orang-orang yang akan membakar istana ini
bersama kita semuanya"
"O" Raden Ayu Kuda Narpada menarik nafas dalamdalam, tetapi ia tidak bekata apapun juga.
Inten Prawesti masih berdiri diatas talang, sementara
Nyi Upih yang cemas telah mendekatinya dan berjongkok
disampingnya. "Puteri" suara Nyi Upih terputus.
Inten memandang kejauhan, ia dapat melihat debu
yang mengepul, beberapa ekor kuda berlari kencang
sekali melalui jalan berliku, namun sebentar kemudian
kuda-kuda itu telah hilang terlindung oleh atap disisinya.
Inten Prawesti tertunduk dengan lemahnya, tetapi ia
tidak menangis, bahkan gadis telah menggeretakkan
giginya. Dalam ketakutan dan kecemasan, Nyi Upih heran
melihat sikap Inten Prawesti, namun ia tidak sampai
mempelajari gejala yang timbul pada gdis
momongannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dalam pada itu, pertempuran di pendapa dan halaman istana itu menjadi semakin sengit, Sangkan yang terluka masih sangup bertempur dengan dahsyatnya, ternyata ia memiliki ilmu yang mempuni, sehingga lawan-lawannya menjadi heran melihat tandangnya.
Disampingnya, Pinten benar-benar bagaikan seekor harmau betina yang garang, sama sekali tidak lagi nampak sifat-sifat kemanjaannya, tidak terdengar lagi ia merengek dan merajuk terhadap kakaknya, tetapi ia bertempur dengan penuh tanggung jawab atas dirinya sendiri.
Kiai Rancangbandang yang telah terluka pula, harus bertahan agar tenaganya tidak terhisap habis oleh hentakkan tenaganya, apalagi oleh darah yang mengalir dari luka, dengan penuh perhitungan ia berusaha menghemat tenaganya, namun sudah mulai terbayang dirongga matanya, bahwa pada suatu saat, ia akan kehabisan tenaga.
Sekilas terkenang olehnya, bagaimana ia terlempar keatas gunung yang gersang dan bagaikan sarang hantu-hantu yang buas itu, namun ia tidak menyesalinya, ia telah melakukan sesuatu bagi prikemanusiaan, jika ia gagal, maka ia merasa bahwa ia sudah berusaha berbuat sesuatu yang dapat memberikan arti bagi hidupnya. Arti yang kecil sesuai dengan tingkat hidupnya sebagai orang kecil.
Ki Wirit yang bertempur di halaman terkejut, ketika ia melihat Panon terlempar selangkah surut, ia mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
anak muda itu berdesah, ketika ia sekilasnya, maka
seleret warna merah menyilang di dada anak muda itu.
Suara tertawa Sora Raksa Pati telah membelah
dentang senjata yang susul menyusul di halaman dan di
pendapa, dengan lantang Sora Raksa Pati berkata "Aku
akan melukainya silang menyilang, baru akan aku bunuh
anak yang sombong ini"
Ki Wirit menggeretakkan giginya, ia melihat Pangeran
Sora Raksa Pati mulai dengan serangan-serangannya
kembali, sementara Panon dengan susah payah berusaha
menghindarinya.
"Memang terlalu berat baginya" berkata Ki Wirit di
dalam hatinya. Namun karena itulah, maka tiba-tiba saja ia
mempergunakan kesempatan yang ada padanya untuk
mendekati Panon sambil memberikan beberapa buah
pisau belati kecil, bukan pisau-pisau dapur seperti yang
sudah dipergunakannya, tetapi pisau-pisau yang pada
tangkainya terdapat sebuah lukisan yang Panon sendiri
tidak mengetahuinya.
Dengan tangan kirinya Panon menerima pisau-pisau
belati kecil itu, dan menyelipkannya pada ikat
pinggangnya yang besar, meskipun pisau itu hanya
beberapa buah, tetapi pisau-pisau itu Tentu akan dapat
memperpanjang perlawanannya.
Sementara Panon bergeser surut sambil mempersiap
dirinya, maka Ki Wirit harus bekerja keras untuk menarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
perhatian lawan-lawannya. Sampai Panon sudah siap lagi
untuk bertempur meskipun dengan segores luka di dada.
"Pisau-pisau itu tidak akan menolongmu, Panon" Sora
Raksa Pati tersenyum.
Tetapi tiba-tiba saja senyumnya lenyap dari bibirnya,
ia tidak mengira bahwa tiba-tiba saja seleret pisau
menyumbatnya, bukan dilemparkan oleh Panon tetapi
oleh Ki Wirit sendiri.
Dengan tergesa-gesa Sora Raksa Pati menghindar
sambil mengumpat, namun sekali lagi telah terjadi diluar
perhitungannya, Panon yang sudah menyadari, bahwa ia
harus berhemat dengan pisau-pisaunya, namun ketika
nampak olehnya kesempatan yang barangkali tidak akan
terulang, maka dengan perhitungannya yang cepat,
ianya segera melontarkan sebilah pisau dengan tangan
kirinya. Tetapi tangan kirinya itupun cukup terlatih, sehingga
pisau tu langsung terbang ke arahnya.
Sora Raksa Pati terkejut untuk kedua kalinya, tetapi
justru karena tidak diduga, maka ia terlambat
menghindar, meskipun ia masih sempat memperkecil
akibat yang timbul karena pisau itu.
Sora Raksa Pati menggeram ketika pisau itu
menyambar pundaknya, seperti Panon, maka darahpun
mulai meleleh dari luka itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ternyata kau bukan orang yang kebal Ki Ajar"
berkata Ki Wirit "Pisau muridku dapat menyobek kulitmu"
"Persetan" ia berteriak "Anak gila itu memang harus segera dibunuh"
Kemarahan yang tidak ada taranya telah membakar jantung Pangeran Sora Raksa Pati, dengan menggeretakkan giginya, iapun segera meloncat bagaikan badai melanda perahu di lautan.
Kedudukan Panon menjadi bertambah sulit, karena kemarahan Sora Raksa Pati, ia menyesal bahwa pisaunya tidak langsung dapat melumpuhkan lawannya, justru bagaikan menyentuh sarang lebah yang tergantung di pepohonan, namun demikian Panon yakin, semakin banyak darah yang mengalir, maka kekuatan Sora Raksa Pati itupun Tentu menjadi semakin berkurang.
Tetapi jumlah lawan yang terlalu banyak, telah membuat gambaran akhir daripada pertempuran itu. luka di dada Panon dan luka-luka Kiai Rancangbandang dan Sangkan, adalah permulaan dari kesulitan yang semakin memuncak, bahkan luka-luka itu itupun rasa-rasanya kian lama kian bertambah pedih lagi.
Sora Raksa Pati yang terluka pula, justru bagaikan harimau yang terluka, serangannya datang bergulung-gulung bagaikan ombak di lautan yang di dorong oleh badai yang dahsyat.
Ki Wirit menarik nafas dalam-dalam ketika ia melihat Panon semakin terdesak, tetapi ia sendiri harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mempertahankan hidupnya pula meskipun ia tidak
melepaskan tanggung jawabnya untuk membantu
muridnya, karena kehadiran Panon di halaman itu
sebenarnyalah telah mengurangi bebannya pula.
Namun karena keempat lawannya adalah orang-orang
yang memiliki kemampuan yang tinggi, maka adalah
diluar kemampuannya, bahwa segalanya agaknya akan
berakhir dengan suram.
Di pendapa keadaan Sangkan dan kawan-kawannya
justru menjadi semakin parah, Kiai Rancangbandang
harus menahan nyeri ketika darahnya semakin banyak
mengalir, bahkan ia menyeringai ketika sekali lagi senjata
lawannya menyentuh tubuhnya.
Ki Ajar Respati yang melihat adiknya dalam kesulitan
berusaha untuk melindunginya, namun justru ia terdesak
surut selangkah, seperti adiknya, maka darah telah
mengalir dari luka di lambungnya.
Meskipun luka itu tidak cukup dalam, namun rasarasanya luka itu telah mulai mengganggunya pula.
Dalam pada itu, terdengar suara Raden Kuda Rupaka
lantang. "He, orang-orang yang tidak berakal, kalian
lihat, betapa pahitnya nasib kalian jika kalian tetap
berkeras kepala, aku menawarkan suatu penyelesaian
yang terhormat bagi kalian menghentikan perkelahian,
menyerah dan kami akan tetap menghidupi kalian
dengan janji, bahwa kalian tidak akan mengganggu
usaha kami untuk menemukan pusaka yang sedang kami
cari dalam halaman istana ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Suara Raden Kuda Rupaka terdengar oleh Pangeran
Sora Raksa Pati yang menggeram "Kita sudah bersepakat
untuk membunuh setiap orang"
"Tetapi aku menjadi kasihan kepada mereka paman"
jawab Raden Kuda Rupaka "Meskipun aku sadar, bahwa
dengan demikian agaknya persoalan masih akan
berkepanjangan"
"Kau sudah menjadi gila" teriak Sora Raksa Pati "Kita
akan membunuh setiap orang"
Raden Kuda Rupaka tidak menjawab lagi, namun
terdengar suara Kidang Alit "Apakah kematian mereka
akan banyak memberikan bantuan terhadap kita
paman?" "Diam!" bentak Pangeran Sendang Prapat "Orang
yang memiliki pisau-pisau belati dengan lukisan kuda
bersayap ini adalah racun yang harus dimusnahkan
sebelum menggigit nyawa kita masing-masing"
Kidang Alitpun terdiam, namun ia sama sekali tidak
mengurangi tekanannya, namun ia mengerutkan
keningnya ketika seorang pengawalnya berkata sambil
menyerang "Jika Raden ingin membiarkan gadis itu
hidup, biarlah gadis itu saja yang kita biarkan hidup,
yang lain tidak perlu kita hiraukan lagi"
Kidang Alit tidak menyahut, tetapi jawaban itu benarbenar telah menyakitkan hati Pinten.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Meskipun demikian ia masih harus menahan diri, ia tidak dapat berbuat apa-apa selain berjuang mempertahankan diri.
Dalam pada itu, halaman istana itu telah digoncangkan derap kaki kuda yang berlari diatas jalan yang berbatu-batu, sekelompok orang berkuda yang dilhat Inten Prawesti dari atas atap ternyata telah menjadi semakin dekat dengan gerbang istana kecil itu.
Derap kaki kuda itu benar-benar telah mengejutkan setiap orang yang ada di halaman, mereka tidak melihat, siapakah yang telah datang, namun diluar sadar, Sora Raksa Pati berkata "Orang-orang Guntur Geni"
"Tentu tidak" sahut Raden Kuda Rupaka "Mereka telah dilumpuhkan, orang-orang dari perguruan Guntur Geni telah binasa, meskipun masih ada seorang pemimpinnya telah berhasul meloloskan dirinya"
"Jadi siapa menurut dugaanmu?" bertanya Pangeran Sora Raksa Pati.
Pertempuran di halaman dan di pendapa itu tiba-tiba saja sudah mengendor, mereka masing-masing telah terpesona oleh derap kaki kuda yang menjadi semakin dekat.
Namun tiba-tiba saja derap kaki kuda itu terhenti diluar dinding halaman istana itu dan berpencar mengelilingi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Mereka mengepung istana ini" teriak Pangeran Sendang Prapat.
"Persetan dengan orang-orang Guntur Geni" geram Kidang Alit "Kita akan menunggu mereka dan membinasakan mereka bersama-sama dengan orang-orang yang telah menghalangi rencana kita, sebenarnya aku merasa kasihan terhadap orang-orang yang sudah hampir kehabisan tenaga ini, tetapi mereka ternyata telah menyebabkan kita terlibat dalam benturan kekuatan dengan orang-orang Guntur Geni."
Pertempuran di halaman itu justru seakan-akan telah terhenti, masing-masing berdiri dengan tegang meskipun senjata mereka masih tetap teracu.
Langit menjadi panas oleh terik matahari yang semakin tinggi, dengan nanar orang-orang di halaman dan di pendapa itu menunggu, siapakah orang yang pertama memasuki regol halaman.
"Cepat, siapakah yang akan mati lebih dahulu" teriak Pangeran Sora Raksa Pati yang tidak sabar.
Namun orang-orang berkuda di luar halaman itu justru telah menghindari regol halaman yang terbuka, sehingga orang-orang yang ada di dalamnya tidak segera melihat mereka.
Sangkan sekali-sekali masih berdesis karena pedih dilukanya, namun hatinya bertambah tegang menunggu siapakah orang yang akan nampak diatas punggung kuda memasuki halaman itu, apakah mereka orang-orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Guntur Geni atau orang-orang dari perguruan lain yang
belum dikenalnya, mungkin dari lembah Gunung Ciremai,
atau dari pulau Nusakambangan.
Dalam ketegangan itu, tiba-tiba saja setiap hati
bagaikan tersentak, yang pertama-tama mereka lihat
bukannya seseorang yang berada di punggung kuda
memasuki regol dengan senjata di tangan diikuti oleh
beberapa pengawal, tetapi yang mereka lihat pertamatama adalah justru ujung sebuah tunggul. Apalagi
kemudian nampak mencuat pada dinding dinding
halaman itu, beberapa ujung tunggul dan tombak yang
lain. "Siapakah mereka?" setiap hati bagaikan meledak.
Baru sejenak kemudian orang-orang di dalam
halaman itu mendengar aba-aba, bukan teriakan nyaring
yang kasar, tetapi sebuah sangkakala.
Darah mereka serasa membeku, ketika mereka
melihat ujung-ujung tunggul dan tombak itu mulai
bergerak, barulah kemudian mereka melihat dengan
tubuh gemetar, beberapa orang-orang berkuda
memasuki regol halaman istana kecil itu, lengkap dengan
tanda-tanda kebesaran, tunggul dan panji-panji, diiringi
oleh sepasukan kecil dengan ciri-ciri lengkap kebesaran
prajurit Demak.
"Gila" teriak Pangeran Sora Raksa Pati, sementara
wajah Sora Raksa Pati menjadi merah padam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kakangmas Bondan lamatan" desis Pangeran Cemara Kuning.
Pangeran Sendang Prapatpun menjadi semakin tegang, namun untuk sesaat ia justru berdiri mematung.
Orang yang berkuda di paling depan memandang berkeliling, dilihatnya beberapa orang bersenjata di halaman dan di pendapa.
Dengan nada yang dalam orang bertubuh tinggi kekar dan berkumis itu berkata penuh wibawa "Letakkan senjata kalian, kami ingin berbicara dengan siapapun yang ada di halaman ini"
Suasana yang tegang itu menjadi semakin tegang, Pangeran Sora Raksa Pati yang garang, tiba-tiba saja melangkah dengan lesu "Pangeran Bondan Lamatan, kenapa Pangeran ada disini sekarang"
Orang yang berkumis yang masih berada di punggung kuda itu mengerutkan keningnya, kemudian jawabnya
"Ternyata disini ada orang-orang penting dari beberapa aliran keturunan, Pangeran Sora Raksa Pati, Pangeran Sendang Prapat, Pangeran Cemara Kuning dan seorang Ajar yang memiliki nama tidak ada duanya"
Halaman itu jadi hening, dan Pangeran Bondan Lamatan berkata seterusnya "Tetapi yang lain, aku masih belum mengenalnya, meskipun barangkali pernah mendengar namanya"
Tidak ada orang yang menjawab.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Karena itu Pangeran Bondan Lamatan mengulangi
perintahnya "Letakkan semua senjata"
Pangeran Sora Raksa Pati yang berwajah merah


Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

padam menggeram "Pangeran Bondan Lamatan, aku
tahu. Kau seorang senopati pinunjul, orang menyebutmu
sebagai seorang yang memiliki ilmu lembu Sekilan dan
Welut Putih, sehingga dalam keadaan yang
bagaimanapun juga kau tidak akan dapat dikalahkan,
tetapi aku yakin akan kekuatanku, aku akan mampu
menembus ilmu Lembu Sekilan dan menghambarkan
ajimua Welut Putih"
Pangeran Bondan Lamatan mengerutkan keningnya,
lalu katanya "Kau mengalami kesulitan untuk
memenangkan perkelahian yang terjadi di halaman ini,
aku dapat membaca dari sikap dan keadaan ini. aku
sudah melihat beberapa orang terluka, kepungan yang
masih bulat dan senjata teracu, tetapi aku belum melihat
sesosok mayatpun di halaman ini, sehingga menurut
kesimpulanku, pertempuran yang terjadi, memang berat
sebelah, tetapi tidak segera dapat menentukan"
"Kami baru saja mulai, dan kami sudah membunuh
tiga atau empat orang lawan" teriak Sora Raksa Pati.
"Aku tidak tahu, dipihak manakah kau berdiri diarena
ini, tetapi menilik sikap terakhir, kau bersama Pangeran
Sora Raksa Pati, Pangeran Sendang Prapat dan Pangeran
Cemara Kuning sedang mengepung dua orang lawan,
seorang tua dan seorang anak muda."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya, Pangeran" Ki Wirit "Kami berdua dengan anak kami harus bertahan mati-matian melawan mereka berempat"
"Tutup mulutmu" teriak Sora Raksa Pati.
Tetapi Sora Raksa Pati tidak dapat memaksa Ki Wirit untuk diam, karena orang timpang itu berkata seterusnya
"Sedangkan di pendapa itu telah terjadi pertempuran yang sama sekali tidak berimbang, hanya karena tempat yang sempit dan tiang-tiang pendapa yang mengganggu sajalah, maka beberapa itu dapat bertahan dari orang-orang Kumbang Kuning dan orang-orang Cengkir Pitu yang masing-masing dipimpin oleh Raden Kuda Rupaka dan Kidang Alit"
"Raden Kuda Rupaka?" Pangeran Bondan Lamatan itu mengulang dengan kerut merut di keningnya.
"Ya" "Di pihak mana Raden Kuda Rupaka itu berdiri?"
"Cengkir Pitu"
Pangeran Bondan Lamatan menarik nafas dalam-dalam, kemudian katanya lantang "Cepat, letakkan senjata kalian, aku membawa sepasukan prajurit pilihan, jika kalian semuanya tidak mematuhi perintahku, maka aku menyerang kalian semuanya yang ada di halaman dan pendapa ini, aku dan pasukanku akan memaksa kalian untuk melepaskan senjata kalian dari genggaman,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
atau jika perlu kami mendapat wewenang untuk
mengakhiri perlawanan dengan cara apapun juga"
Kisah Pedang Di Sungai Es 7 Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong Suling Emas Dan Naga Siluman 21

Cari Blog Ini