Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 4
Ketika itu Sie Poocu hanya memandang sekejap
kearahnya, melihat air muka sudah berubah pucat pasi
bagaikan mayat, napas sudah tinggal satu2nya, ia lantas
suruh seorang Tabib dalam benteng untuk mengurusinya,
bagian manakah yang menderita luka tak pernah diperiksa
sendiri. Kemudian dalam anggapan Sie Liong orang itu sudah
mati, Tak disangka bukan manusia ia masih hidup bahkan
dia pula satu2nya manusia yang masih tetap tinggal dalam
Benteng disaat Thian It Poo menjumpai bencana.
Timbul perasaan terharu dan rasa terima kasih dalam
hati Sie Poocu, serunya: "Oooow..! kiranya anda bukan lain adalah orang yang terluka pada setengah tahun berselang,
yang menyelamatkan anda bukan aku tapi rombongan
pedagang itu, seharusnya kau ucapkan terima kasih kepada
mereka." "Memang benar, kalau bukan ditolong rombongan
pedagang itu cayhe sudah menemui ajal-nya," jawab orang itu lambat2 "Namun setelah tiba dibenteng, kalau Poocu tak sudi menerima diriku, bukankah selembar jiwaku tetap
akan melayang?"
"Hal ini tidak terhitung seberapa, sekarang tahukah anda bahwa benteng Thian It Poo kita sudah kedatangan seorang
musuh tangguh?"
"Poocu, sekalipun terhitung aku benar2 tidak tahu,
melihat bagaimana Yu Thayhiap melarikan diri dengan
terbirit aku bisa menduganya separuh. Apalagi aku sudah
lama tahu hal ini."
"Lalu, mengapa kau tidak pergi." Tanya Sie Liong sambil tertawa getir.
"Tentu saja aku tidak pergi apakah Yu Pit Ming sudah
pergi lantas akupun harus ikut pergi."
Walaupun Sie Liong amat berterima kasih atas kesediaan
pemuda itu berkorban namun iapun merasa tidak sabaran,
sembari hela napas panjang katanya: "Aku orang she Sie mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan anda
berkorban namun Thian It Poo.. Aai! aku sudah ambil
keputusan untuk menuruti nasehat dari Yu Put Ming dan
terbang jauh keangkasa, apa gunanya anda tetap tinggal
disini?" Mendengar ayahnya mau melarikan diri. Sie Soat Ang
jadi kaget dan segera berteriak:
"Tia, benarkah kita hendak melarikan diri ?"
Lambat2 Sie Liong berpaling memandang benteng Thian
It Poo yang megah dan mentereng, kesemuanya ini
dibangun dengan jerih payahnya selama puluhan tahun,
kini kebanggaan tersebut harus dilepaskan begitu saja,
hatinya terasa amat pedih...
"Kita masih ada cara apa lagi ?" Tanyanya dengan suara pedih.
"Tia, sebenarnya siapakah pembunuh sadis itu ?" tanya Sie Soat Ang dengan nada tidak puas.
Air muka Sie Liong pucat pasi bagaikan mayat,
mulutnya tetap bungkam dalam seribu bahasa.
"Sie Poocu" ujar pemuda itu kembali, "Kau ingin melarikan, tapi pernahkah kau berpikir, bisa berhasilkah
kau melarikan diri dari sini " sekalipun kau bisa lari, tentu tak punya muka untuk menghadapi orang lagi, kau harus
menghabiskan sisa hidupmu ditengah pegunungan yang
sunyi, walaupun nyawamu masih hidup namun penderitaanmu lebih hebat daripada mati."
Ucapan sang pemuda itu membuat tubuh Sie Liong
gemetar keras. "Lalu bagaimana menurut pendapat anda ?" tanyanya.
Bukan saja pemuda itu berbadan kurus, bicara tak
bertenaga, bahkan ia datang kebenteng Thian It Poo dalam
keadaan setengah hidup setengah mati, selamanya Sie
Liong tak pernah memandang sebelah matapun terhadap
dirinya. Tetapi sekarang, setelah pikirannya kabur, tanpa terasa ia
sudah mohon petunjuk dan pemuda tersebut.
"Tidak pergi, kita hadapi serangan musuh disini !" jawab pemuda itu sepatah demi sepatah.
Sie Liong tertawa getir, ia tidak berbicara.
"Seandainya kita menang dalam pertarungan ini, maka
nama besar Thian It Poo akan tersohor di empat samudra"
ujar pemuda itu lebih jauh.
"Nama Thian It Poo sudah tersohor diempat penjuru !"
buru2 Sie Soat Ang menimbrung.
"Nona Sie !" pemuda itu segera tertawa dingin . "Ucapan tersebut hanya bisa diucapkan dalam benteng Thian It Poo
sendiri, seumpama kau menganggap nama besar Thian It
Poo sudah tersohor diempat penjuru, nanti setelah kau
berada dalam Bu-lim akan kau rasakan betapa sulitnya
berkelana di dunia yang luas !"
Sama halnya Sie Liong, gadis She Sie inipun tidak
pandang sebelah matapun terhadap pemuda tersebut,
mendengar pemuda itu menasehati dirinya dengan kata2
itu, ia jadi naik pitam.
"Kau berani pandang rendah benteng Thian It Poo kami
?" teriaknya.
"Sekalipun aku ingin pandang tinggi Thian It Poo juga
tak bisa jadi" jawab sang pemuda sambil angkat bahu.
"Coba kau lihat begitu ada musuh tangguh hendak
menyerang datang, sebelum bayangan musuh muncul para
jago dalam benteng sudah pada melarikan diri, pada
dasarnya orang2 itu memang kejadian kecil yang tidak
becus, kita tak usah bicarakan soal mereka lagi tapi bahkan Sie Poocu sendiripun hendak melarikan diri, coba suruh
aku secara bagaimana sudi memandang tinggi Benteng
Thian It Poo kalian."
Ucapan ini membuat hawa amarah dalam hati Sie Soat
Ang makin berkobar, tetapi berhubung apa yang diucapkan
ini, suatu kenyataan, maka ia tak dapat membantah.
"Maksud anda sudah kupahami" Terdengar Sie Liong
angkat bicara, "Namun aku sadar bahwa aku bukan
tandingan orang itu !"
"Benar. tentu saja kau bukan tandingan dari orang !"
pemuda tersebut manggut2 membenarkan.
"Hemm ! apakah kau adalah tandingannya ?" jengek Sie Soat Ang sambil mendengus. "Hmm ! sungguh tak tahu
malu, pintarnya cuma bicara kosong, siapa yang kesudian
ngomong dengan kau?"
Dengan sepasang mata yang tajam pemuda itu melototi
diri Sie Soat Ang, sementara gadis itu pun balas meloloti
sang pemuda dengan sinar mata ber-api2.
Lama sekali, pemuda itu baru berkata : "Aku " tentu saja akupun bukan tandingan orang itu, bahkan sekalipun aku
turun tangan ber sama2 Sie Poocu pun masih bukan
tandingannya namun jika kita bertiga turun tangan
berbareng mungkin masih bisa mengatasi masalah
tersebut!"
Mendengar ucapan itu Sie Soat Ang jadi kegirangan
karena dengan ucapan tadi bisa ditarik kesimpulan kalau
pemuda itu sangat memandang tinggi dirinya.
Siapa sangka, sewaktu ia masih tersenyum dengan penuh
kebanggaan pemuda tadi sudah berkata kembali:
"Nona Sie, aku lihat kau tentu sudah menaruh salah
paham, kau anggap yang dimaksudkan kami bertiga
termasuk juga dirimu ?"
"Tentu saja demikian" sahut Sie Soat Ang melengak.
"He he he tentu saja tidak, macam ilmu silat yang
dimiliki nona, walau ada delapan sampai sepuluh orangpun
percuma saja, bukan bisa membantu malah merepotkan
saja." Kontan-air muka Sie Soat Ang berubah hebat, segera
bentaknya dengan penuh kegusaran: "Tutup mulut. besar
benar nyalimu !"
Badannya dengan cepat bergerak maju untuk memerseni
beberapa tempelengan keatas wajah pemuda tersebut.
Sie Liongpun ikut kheki, ia tahu pemuda tersebut tentu
akan menderita kerugian besar.
Namun berada dalam keadaan seperti ini, ia tidak ingin
beribut dengan orang lain, karena itu buru2 tegurnya. "Soat Ang, kita..."
Belum habis ia berbicara telapak tangan gadis itu sudah
diayun kedepan menyapu pipi pemuda tersebut.
Mungkin disebabkan ia sedang mendongkol maka tenaga
yang digunakan sangat keras sehingga angin pukulan menderu2, asalkan terkena pukulan ini, pemuda tersebut
niscaya akan roboh menggeletak.
Diam2 Sie Liong menghela napas panjang, ia ada
maksud mencegah maksud putrinya, namun waktu sudah
terlambat. Ketika telapak Sie Soat An hampir mengenai pipi kiri
pemuda itu, mendadak tampak pemuda tadi angkat tangan
kirinya, jari tangan dengan cepat mencapit pergelangan
lawannya. "Kraaak...!" hanya tiga empat tjoen diatas pipi lelaki tadi, serangan gadis tersebut tak dapat dilanjutkan kembali,
bukan berkutik sedikit pun tak sanggup.
"Nona Sie." terdengar pemuda itu berkata sambil tertawa hambar: "Kau sudah terbiasa di manja, hati2 lho kalau
tanganmu terluka."
Sie Soat Ang kaget sebab tangannya tak bisa ditarik lagi,
seluruh badan jadi lemas dan hawa murni susah disalurkan
kembali, ingin sekali ia tarik kembali tangannya, namun tak sanggup sebab dari telapak pemuda tadi seakan muncul
suatu tenaga hisapan yang kuat dan dahsyat.
Rasa kejut yang dialami Sie Soat Ang kali ini bukan
alang kepalang, teriaknya sembari meronta:
"Cepat lepas tangan, cepat lepas tangan?"
Tetapi pemuda itu menggeleng.
"Nona Sie, aku tidak mencengkeram tanganmu, coba
kau lihat." dan Sie Soat Ang sangat cemas bercampur kaget, pihak lawan cuma menggunakan satu jari tangan untuk
menempeli urat nadinya, tetapi ia tak sanggup melepaskan
diri, napasnya mulai ter-sengal2.
Sie Liong yang menjumpai peristiwa itu jadi tertegun,
disamping merasa kuatir bagi keselamatan putrinya, iapun
sangat gembira, sebab manusia macam inilah yang sangat
dibutuhkan olehnya pada saat ini untuk mempertahankan
keutuhan Thian It Poo.
Sebab dari cara pemuda itu mencekal urat nadi orang
lain hanya dengan satu jari sudah menunjukkan betapa
dahsyatnya ilmu silat yang ia miliki, sebab menurut apa
yang diketahui olehnya bisa menguasai urat nadi orang
dengan dua jari saja, sudah tanpa tandingan apa lagi hanya
satu jari. Karena itu buru2 ia maju kedepan dan menjura kearah
pemuda tersebut, ujarnya: "Manusia sejati jarang mau
unjukkan diri, detik inilah cayhe baru tahu kalau anda
adalah seorang manusia lihay !"
Buru-buru pemuda itu memberi hormat.
"Sie Poocu, kau tak usah sungkan2, aku tidak kuat
menerimanya."
Ketika pemuda itu sedang balas memberi hormat, Sie
Soat Ang merasakan segulung tenaga yang amat besar telah
mendorong badannya sementara itu ia menarik kembali jari
tangannya tak kuasa sang badan mundur beberapa langkah
kebelakang. Dengan susah payah akhirnya ia berhasil juga berdiri
tegak, rasa malu, kaget dan gusar bercampur aduk dalam
benaknya. "Tia..." ia menjerit melengking.
"Soat Ang." bukan dibela ayahnya malah menegur,
"Cepat kemari dan memberi hormat kepada tokoh lihay
itu." Sie Soat Ang tertegun, ia berdiri menjublek. "Soat Ang, mengapa kau masih belum juga datang kemari?" bentak Sie Liong sambil mendepakkan kakinya
keatas tanah. "Dapatkah benteng Thian It Poo dipertahankan, kita masih butuhkan bantuan tokoh lihay ini, ayoh cepat ke mari."
Pada saat ini Sie Soat Ang terkejut bercampur gusar, ia
lebih rela benteng Thian It Poo hancur lebur dari pada
harus tunduk dihadapan pemuda itu, karena itu bukan saja
ia tidak menghampiri ayahnya, malahan tertawa dingin.
"Soat Ang... kau?"
"Sie Poocu, kau tak usah menyebut aku sebagai tokoh
lihay" tukas pemuda itu dengan cepat, "Seumpama Poocu tidak sudi menerima diriku, mungkin aku sudah lama
menemui ajalnya. Sekarang benteng Thian It Poo
menjumpai peristiwa, untuk membalas budi sudah
seharusnya aku memberi bantuan, harap Poocu suka
berlega hati !"
Setelah mendapat kesanggupan dari tokoh lihay ini, Sie
Liong bisa berlega hati, kembali ia ber tanya: "Siauw-hiap kau mirip siapa " ilmu silat mu begitu lihay, mengapa
tempo dulu bisa menderita luka separah itu ?"
Wajah yang sudah tak sedap dipandang, pada saat ini
berubah makin hebat.
"Sie Poocu, lebih baik tak usah kau tanyakan lagi
persoalan tersebut, mau bukan ?"
"Baik, baik !"
Sie Soat Ang makin mendongkol lagi melihat ayahnya
begitu menaruh hormat atas pemuda tadi, ia segera tertawa
dingin tiada hentinya. "Cis, apanya yang luar biasa,
seandainya kau tidak ditolong oleh pedagang2 itu kemudian
ayah ku tidak menerima dirimu merawat luka dalam
benteng, niscaya sejak semula nyawamu sudah melayang,
mayatmu sudah mengering !"
"Ucapan nona Sie sedikitpun tidak salah." Melihat pemuda itu tidak dibikin gusar oleh ucapannya, Sie Soat
Ang jadi tertegun.
"Memang tidak salah! Hmmm.!"
Tiba2 pemuda itu tertawa manis terhadap diri Sie Soat
Ang kemudian berpaling kearah Sie Liong dan berkata:
"Sie Poocu, putrimu boleh dikata..."
Mendadak ia tutup mulut dan tidak meneruskan kembali
kata2nya. "Apa yang hendak kau ucapkan?" tegur Sie Soat Ang sambil mendekati pemuda itu. "Mengapa hanya bicara
sampai separuh jalan dan tidak kau lanjutkan kembali."
Dengan ter-mangu2 pemuda itu melototi Sie Soat Ang
yang segera membuat jantung gadis itu berdebar keras,
Lama sekali pemuda itu membungkam dan akhirnya ia
menghela napas panjang, helaan napas itu penuh dengan
kemurungan kekesalan dan kepedihan.
Mengikuti helaan napas tadi, pemuda itu putar badan
dan berkata: "Sie Poocu, tadi aku pernah berkata, seumpama kita
bertiga bisa turun tangan berbareng maka musuh tangguh
itu bisa kita atasi."
"Benar, benar. hanya belum kuketahui siapakah orang
ketiga yang siauw-hiap maksudkan ?"
"Dalam benteng Thian It Poo selamanya tersembunyi
seorang tokoh maha sakti. mengapa poocu sudah tahu
sekarang pura2 bertanya lagi ?"
"Apa " maksudmu...dia...dia?" teriak Sie Liong sangat terperanjat, ia ragu2 dan tak sanggup menyelesaikan kata2.
"Sedikitpun tidak salah" tukas sang pemuda tegas2. "Dia bukan lain adalah perempuan yang selama ini kau sebut
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagai Ciang Oh !"
Mendengar nama itu seluruh tubuh Sie Liong gemetar
sangat keras. "Soal im...soal ini...aaa...aku lihat...tiii...tidak mungkin, Ciang Oh...dia...dia...mana sudi membantu kita ?"
"Sie Poocu, apakah kau pernah mencelakai dirinya ?"
tegur pemuda itu sambil melototi Sie Liong tajam2.
Tanpa terasa Sie Liong mundur selangkah ke belakang,
kemudian mundur lagi kebelakang, keadaannya mirip sekali
seorang tukang copet yang ketangkap basah.
"Benar...aku...membawanya pulang dari daerah Biauw
Ciang..." jawabnya sambit tertawa getir. "Ketika itu aku dengar didaerah Biauw Ciang ter.. terdengar sebuah kitab
ilmu silat yang maha sakti, karena itu aku berangkat kesana, siapa sangka setibanya didaerah Biauw Ciang aku telah
berjumpa dengan dirinya, tanpa kusadari aku telah
membawanya pulang."
"Heeeee... heeee... heee... ucapanmu sukar dipercayai."
jengek sang pemuda sambil tertawa dingin "ilmu silatnya sangat
lihay bahkan ber-puluh2 kali lipat dari kepandaianmu, secara bagaimana kau bisa membawanya
pulang kemari ?"
"Ketika itu ia tidak mengerti akan ilmu silat, dan benar2
tak bisa main silat barang sedikitpun juga, jauh2 menempuh
ribuan lie aku membawa nya pulang kedalam benteng
Thian It Poo, sebenarnya aku ingin mengawininya jadi
istriku ke-dua. namun ditengah jalan ia sudah jadi gila !"
Sie Liong menceritakan kisahnya dengan napas terengah2, sementara putrinya Sie Soat Ang dengan sepasang
mata terbelalak memandangi ayah nya tak berkedip, ia
merasa seakan dirinya masih berada dalam impian.
Karena apa yang diceritakan oleh ayahnya tak pernah
diduga barang sedikitpun juga.
Sie Liong tertawa getir, kembali ujarnya:
"Setelah membawanya kembali ke dalam benteng Thian
It Poo, maka aku mengurung perempuan itu didalam
ruangan rahasia, entah bagaimana tiba2 ia mengerti ilmu
silat, bahkan tenaga dalam yang dimilikinya makin hari
makin lihay !"
Mendengar ucapan itu pemuda tersebut tertegun
beberapa saat lamanya, sesaat kemudian ia baru berkata:
"perduli bagaimanapun kau harus berusaha untuk
memohon bantuannya, kalau tidak dengan kekuatan kita
berdua jangan harap bisa menahan serangan orang itu !"
"la sudah gila, lagi pula sangat membenci diriku..." Kata Sie Liong sambil tertawa getir.
Ia merandek sejenak, kemudian tambahnya:
"la baru akan sadar kembali jikalau aku mengucapkan
suatu peristiwa kepadanya !"
"Peristiwa apakah itu ?"
Sie Liong tertawa getir, setelah ragu2 sejenak ia berkata:
"Kalau kita membicarakan soal putrinya, maka ia akan
sadar kembali."
"Putrinya ?" Seru sang pemuda setelah tertegun sejenak,
"Dia punya seorang putri ?"
Agaknya Sie Liong sangat tidak ingin membicarakan lagi
peristiwa tersebut, namun dikarenakan ia sendiri yang
mulai membicarakan hal itu maka tak mungkin berhenti
diseparuh jalan. Dalam pada itu Sie Soat Ang sudah
bertanya sampai ketiga kakinya:
"Tia, sebenarnya apa yang sedang kau ucapkan"
benarkah perempuan gila itu mempunyai seorang putri?"
"Benar, dia mempunyai seorang putri" dalam keadaan terpaksa Sie Liong mengaku. "Sewaktu aku membawanya
pulang dari daerah Biauw Tjiang, ia sudah mengandung,
suaminya adalah sitelapak berdarah Tang Hauw yang
tersohor dalam kalangan kaum sesat tempo dulu."
Agaknya Sie Soat Ang pun baru pertama kali ini
mendengar rahasia tersebut, ia berseru tertahan.
"Aaaah, tidak aneh kalau perempuan gila itu selalu
menyebut-nyebut nama sitelapak berdarah Tang Hauw."
"Kiranya begitu" pemuda itupun menimbrung. "Tidak aneh sitelapak berdarah Tang Hauw sudi menyaru sebagai
seorang kakek tua dan berdiam disekitar benteng Thian It
Poo sampai banyak tahun."
"Apa" kau sudah tahu akan peristiwa ini jauh
sebelumnya?" seru Sie Liong sangat terperanjat.
"Benar, ketika aku melewati benteng Thian It Poo
setahun berselang aku sudah tahu akan persoalan ini, dan
tahu pula kalau ia membawa maksud2 tertentu, sewaktu
aku merawat luka dalam benteng Thian It Poo tempo dulu,
sudah beberapa kali aku ingin menjelaskan persoalan ini
kepada Pocu, namun poocu sangat repot dan aku hanya
seorang prajurit tanpa nama maka sulit bagiku untuk
menjumpai anda."
Diam-diam Sie Liong amat kecewa: "Sudah hampir dua
puluh tahun lamanya si telapak berparah Tang Hauw
tinggal disekitar benteng Thian It Poo, aku sama sekali
tidak tahu, sebaliknya pemuda ini malah mengetahui lebih
dahulu, dapat kutinjau kalau dia pastilah seorang manusia
luar biasa!"
Karena berpikir demikian, buru2 ujarnya: "Ketika itu aku kurang hormat padamu, harap anda jangan menaruh
dendam kepada kami."
"Soal yang sudah lalu tak usah kita bicarakan lagi, coba kau teruskan kisahmu."
"Tidak lama setelah tiba dibenteng Thian It Poo, ia
melahirkan seorang anak putri, namun ketika itu
perempuan tadi sudah gila sekali, sudah tentu saja aku tidak menyentuh dirinya lagi tetapi mengurungnya diatas pagoda.
Setelah melahirkan seorang putri ia sadar selama beberapa
hari dan ribut ingin berjumpa dengan diriku, aku pergi
menjumpai dirinya, dan waktu itu ia berkata asalkan aku
suka merawat putrinya maka ia tak akan mengungkap
kembali soal perbuatanku yang telah menceraikan
hubungan suami istri mereka berdua serta memaksa ia jadi
gila." Berbicara sampai disitu Sie Liong merandek.
Air muka pemuda itu pucat pasi bagaikan mayat, jelas ia
menganggap persoalan ini sebagai suatu masalah serius.
Sebaliknya Sie Soat Ang membelalakkan sepasang
matanya bulat2, ia merasa gembira karena bisa mengetahui
banyak perbuatan jahat yang pernah dilakukan ayahnya
pada masa lampau, ia merasa gembira sebab ayahnya
pernah berbuat jahat, apa bila ia pun melakukan perbuatan
jahat, ayah nya tak akan menegur dirinya.
Semula Sie Soat Ang masih merasa sangat kuatir apabila
ayahnya tahu akan perbuatannya membinasakan Kan Tek
Lin, memaksa Liem Hauw Seng serta Giok Jien sekalian.
tapi sekaranglah boleh berlega hati.
Sie Liong yang melihat wajah pemuda itu sangat serius,
ia jadi rada gugup, setelah tertegun beberapa saat lamanya
ia baru berkata kembali:
"Ketika itu ia sangat sadar. sedikitpun tidak gila seperti keadaan seperti ini."
"Kalau begitu anak perempuannya masih berada dalam
Benteng Thian It Poo ini?" tanya sang pemuda.
"Benar."
"Tia, siapakah orang itu?" sela Sie Soat Ang.
"Aaaaai... dia, dia adalah Giok Jien."
"Oooouw kiranya orang itu" Seru Sie Soat Ang dengan badan tergetar keras, "Hmm! sejak semula sudah kuketahui kalau ia tidak mempunyai asal usul yang lurus, perempuan
rendah semacam itu sudah seharusnya dibuang kegunung
sejak dulu2 biar disantap srigala."
"Tutup mulutmu!" belum selesai ia berkata pemuda itu sudah membentak keras:
Sie Soat Ang rada tertegun, diikuti iapun membentak
keras: "Aku suka bicara akan bicara, tidak suka bicara akan
membungkam siapa yang berani mengurusi persoalanku."
Sambil bertolak pinggang ia pelototi pemuda itu tak
berkedip. Wajahnya galak dan buas sedikitpun tak ada
tanda jeri. Melihat putrinya cekcok dengan pemuda tersebut Sie
Liong merasa amat cemas, ia hentakkan kakinya berulang
kali ke atas tanah, sudah terlalu biasa ia memanjakan
putrinya, sekarang sekalipun mau diurus juga tak bisa.
Pada saat ia masih merasa gelisah pemuda tadi tanpa
putar badan secara tiba2 ayunkan telapak tangannya
menggaplok pipi Sie Soat Ang, tamparan ini datangnya
sangat cepat...
"Plok" Tahu2 gaplokan tersebut sudah bersarang dengan telak.
Sie Soat Ang menjerit tertahan saking kerasnya gaplokan
itu, ia mundur sempoyongan dan jatuh terjengkang keatas
permukaan salju,
Sejak dilahirkan dari kandungan ibunya belum pernah
gadis ini dihina semacam ini, hari saking gusarnya hampir2
saja ia jadi gila, Sambil meloncat bangun dengan pipi yang
sembab bengkak jeritnya lengking.
"Keparat busuk, kau berani menghantam diriku?"
"Sreet..." tangannya dengan cepat digetarkan ke depan, cambuk lemas yang semula terlibat dipinggangnya telah
diayun kedepan membabat tubuh pemuda tersebut.
Siapa sangka gerakan pemuda itu jauh lebih cepat,
sebelum ia sempat menghajar musuhnya, cambuk lemas
tadi sudah dicekal erat2 oleh pemuda itu. Dengan sekuat
tenaga Sie Soat Ang meronta, namun sama sekali tak
gemilang, bahkan sebaiknya ia malah kena ditarik sehingga
maju beberapa langkah kedepan dengan sempoyongan.
Bersamaan dengan badannya maju ke depan, kembali
pemuda itu melancarkan sebuah gaplokan menampar
pipinya yang kiri.
Gaplokan ini jauh lebih keras dari semula, kepalanya
kontan pusing tujuh keliling dan ber kunang2 dibuatnya,
tanpa terasa ia mengendor kan cekalan pada senjatanya dan
jatuh terguling diatas permukaan salju.
"Hmmm! suruh kau bungkam ikuti saja bungkam" tegur pemuda itu dengan suara dingin, "Kalau kau tetap
membangkang, akan kutampar terus sampai kau tidak
bersuara lagi, dengar tidak?"
Sie Liong tahu bagaimana ketusnya watak putrinya, ia
tahu gadis tersebut tak akan sudi mendengarkan ucapan
dari pemuda itu. Dan tahu pula bahwasanya dia bukan
tandingannya, terpaksa dengan nada memohon ia berkata:
"Tjuang su harap sabar, tjuang-su harap sabar !".
"Sie Poocu, putrimu terlalu tidak kenal adat, kini aku beri pelajaran kepadanya justru karena memikirkan
nasibmu dimasa yang mendatang." jawab pemuda itu
dengan nada mengejek.
Sie Soat Ang yang menggeletak diatas tanah, walaupun
dalam hati amat membenci pemuda tersebut dan ingin
menggigit dagingnya, namun ia tak ingin menerima
kerugian yang ada didepan mata, sedikitpun tidak salah, ia
seketika bungkam dalam seribu bahasa:
Melihat Sie Soat Ang membungkam, Sie Liong rada
tertegun dan merasa urusan ada diluar dugaannya, ia segera
maju menghampiri dengan maksud membangunkan
putrinya, namun baru saja ia maju selangkah pemuda itu
telah menegur: "Jangan gubris dirinya lagi, kita masih ada banyak urusan penting yang harus diselesaikan Sie Poo cu,
cepat undang datang Giok Jien siocia cepat!"
"Soal ini... soal ini... aku rasa sulit untuk dilaksanakan"
jawab Sie Liong setelah tertegun sejenak.
"Mengapa ?"
"Selama ini Giok Jien selalu melayani siauw li, namun
pada dua hari berselang ia sudah melarikan diri ber sama2
keponakanku Liem Hauw Seng."
Mendengar perkataan itu. dengan sinar mata yang
menggidikkan pemuda itu melirik sekejap ke arah Sie Soat
Ang membuat hati sang gadis tercekat.
"Apakah Poocu tidak kirim orang untuk mengejarnya
kembali ?" ia bertanya.
"Sudah kukirim orang untuk kejar kembali tetapi
sewaktu siauw-li menjumpai mereka..."
"Apa yang telah terjadi ?" Sie Liong hanya tahu putrinya pergi mengejar Liem Hauw Seng serta Giok Jien, apa yang
telah ia lakukan terhadap kedua orang itu dia tidak
mengerti, karena itu lama sekali tak dapat menjawab.
Kena didesak oleh pemuda tersebut, terpaksa Sie Liong
tertawa getir, dan menjawab: "Soal ini kau harus bertanya kepada... kepada siauwli !"
Pemuda itu segera berpaling dan membentak : "Ayoh
bicara, dimana Giok Jien siocia saat ini?"
Saking khekinya Sie Soat Ang gigit bibirnya keras2,
kemudian dengan suara tegas serunya:
"Siapa tahu dia berada dimana " aku sendiripun ketika
itu sedang melarikan diri, siapa yang tahu dia berada
dimana " buat apa kau bertanya kepadaku ?"
"Kau hanya tahu melarikan diri sendiri " kau anggap bisa lolos dari kematian " kalau tak ada dia, maka selembar
jiwamu pun akan melayang ditempat itu."
Sie Soat Ang benar2 amat gusar, saking tak kuat
menahan diri ia segera jerit melengking:
"Gelinding pergi, ayoh cepat gelinding, pergi dari sini aku bisa lolos atau tidak itu urusanku pribadi. Ayoh kau
cepat gelinding pergi dari sini..."
Seandainya ia tidak merasakan kesakitan pada beberapa
saat berselang, pada saat ini ia tentu sudah menubruk
kedepan dengan ganas.
Tetapi pada saat ini ia tak berani turun tangan, sepasang
kepalannya hanya diremas sekencang-kencangnya sehingga
tulang berbunyi gemerutukan.
Dengan perasaan apa boleh buat pemuda itu angkat
bahu. "Baiklah, kalau kau suruh aku pergi malah kebetulan
sekali bagiku" sahutnya dingin, "Kau jangan salahkan aku lupa budi dan meninggalkan kalian disaat kalian menemui
bahaya, jikalau benar pihak benteng Thian It Poo kalian
tidak sudi menerima budiku. aku tak ada perkataan lain lagi
!" Sembari bicara, ia putar badan, dengan bergendong
tangan lambat2 berlalu kedepan.
Melihat pemuda ini berlalu Sie Liong amat sedih, namun
ia tak berani menahan pemuda itu lebih jauh, sebab ia sadar putrinya sangat benci terhadap orang itu.
Sementara Sie Liong sedang merasa serba susah,
mendadak dari tempat kegelapan muncul suara yang amat
aneh, suara itu mula2 muncul di tempat kejauhan dan lama
kelamaan makin mendekat:
Suara itu sangat kukoay, seakan2 seperti seseorang lagi
tertawa, namun didengar lebih teliti lagi mirip orang sedang menangis, suaranya begitu sedih dan mengerikan, susah
dilukiskan dengan kata-kata.
Sie Liong maupun Sie Soat Ang yang mendengar suara
itu jadi tertegun, lama sekali tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun sedangkan sang pemuda yang sedang
bergerak kedepan, pada saat itupun secara mendadak
berhenti tak berkutik.
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suara itu amat aneh dan dengan cepatnya menggema
makin mendekat, pemuda tadi tiba2 mendongak kemudian
tertawa terbahak2.
"Haaa... haaa... haaa... orang itu sudah datang !"
serunya. "Kawan, kau cepatlah carikan sebuah akal buat kami..."
ujar Sie Liong dengan hati yang gelisah.
"Bukankah sejak tadi sudah kukatakan, dengan tenaga
gabungan kita bertiga mungkin dengan susah payah masih
bisa melayani kepandaiannya, namun kau tak mau mohon
bantuan perempuan gila itu, apa yang harus kita bicara kan
lagi pada saat ini."
"Kau... tunggulah sebentar" suara Sie Liong semakin gemetar "Akan kupergi coba2, mungkin masih ada
harapan." "Kalau begitu cepatlah pergi!"
Pada saat ini Sie Liong sudah kehilangan kewibawaan
seorang Poocu, kena dibentak oleh pemuda itu buru2 ia
manggut. "Baik! baik."
Dalam sekejap mata, bayangan tubuhnya sudah lenyap
dibalik kegelapan dan tidak kelihatan lagi.
Sepeninggalnya Sie Liong, tempat itu tinggal Sie Soat
Ang serta pemuda itu berdua belaka, dengan pandangan
dingin pemuda itu lantas melirik sekejap kearah sang gadis
dan berkata: "Didalam benteng Thian It Poo apakah ada tempat
persembunyian yang baik" cepat kau pergi kesana dan
bersembunyilah untuk sementara waktu."
"Urusanku, lebih baik kau tak usah ikut campur." teriak gadis she Sie itu dengan suara kegusaran.
"Heee... heee... kalau kau benar2 punya nyali, tidak
seharusnya melarikan diri dengan terbirit2, seharusnya kau
hadapi sendiri manusia tersebut."
Sie Soat Ang kena ditegur pedas, karena apa boleh buat
terpaksa serunya dengan nada mendongkol.
"Aku suka melarikan diri akan melarikan diri, mau
bersembunyi bisa bersembunyi sendiri, kalau kau ingin
mengurusi diriku, lebih baik bercerminlah lebih dulu."
Pemuda itu tertawa dingin, suaranya memecahkan
kesunyian yang mencekam seluruh benteng Thian It Poo.
sebab ketika itu suara aneh tadi sudah sirap, Sementara
masing2 pihak sedang dipenuhi dengan pikiran masing2,
mendadak dari tembok sebelah depan meluncur datang
segulung bayangan hitam.
Bayangan ini munculnya sangat mendadak, dalam
pandangan Sie Soat Ang boleh dikata jauh berada diluar
dugaannya, ia jadi amat tertegun.
Buru2 ia berpaling kearah pemuda tadi namun orang itu
tetap berdiri tenang2 saja ditempat semula. Dengan cepat
Sie Soat Ang alihkan kembali sinar matanya kearah benda
yang menggeletak diatas tanah, seketika tubuhnya jadi
gemetar keras, se akan2 baru saja dibangunkan dari air es.
Kiranya benda yang menggeletak diatas tanah pada Saat
ini bukan lain adalah sesosok mayat manusia.
Kebetulan sekali mayat itu menggeletak dengan kepala
menghadap keatas langit, walaupun ditengah kegelapan
masih dapat dilihat dengan jelas sekali.
Wajah orang itu sudah hancur berantakan, cara matinya
tak berbeda sama sekali dengan kematian yang dialami para
penjaga dibenteng ronda.
-ooo0dw0ooo- Jilid 6 YANG paling membuat Sie Soat Ang terperanjat adalah
orang itu sendiri, walaupun wajahnya sudah hancur
sehingga sukar dibedakan siapakah dia namun dari
dandanan serta bajunya Sie Soat Ang dapat dikenali sebagai
salah seorang dari sepasang harimau Sio To Siang Hauw.
Sio To Siang Hauw tadi melarikan diri ber-sama2 orang
lain, namun akhirnya ia tak berhasil melarikan diri. Ia mati juga, bahkan mati dalam keadaan mengerikan.
Dalam hati kecil gadis she Sie ini benar2 tidak ingin
memandang orang itu lebih lanjut lagi, namun sinar
matanya tak mau juga beralih dari sosok mayat yang sudah
hancur itu. Ketika itu kembali sesosok bayangan hitam terbanting
masuk kedalam halaman, mayat tadi tepat berbaring disisi
mayat pertama. dan mereka bukan lain adalah Sio To Siang
Hauw. Melihat sepasang harimau sudah mati, bahkan kematiannya sama dengan kematian dari orang2 lain, Sie
Soat Ang merasa amat terperanjat, tanpa terasa lagi ia
bergerak mendekati pemuda tadi.
Walaupun ia sangat membenci terhadap pemuda
tersebut, namun berada dalam keadaan seperti ini pemuda
itu adalah satu2nya orang yang bisa dimintai perlindungannya.
Setelah ia bergeser dua langkah mendekati pemuda itu,
ia ingin sekali berteriak memanggil ayahnya, namun
berhubung ia sangat tegang maka kendari sudah pentang
mulutnya lebar2 ia masih juga belum bersuara.
"Hee hee...hee.. takut ?" jengek pemuda itu sambil tertawa dingin.
"Kau tidak takut ?"
"Tentu saja aku tidak takut, sebab belum pernah aku
melakukan perbuatan terkutuk !"
Ucapan ini membual jantung Sie Soat Ang berdebar
sangat keras, perkataan dari pemuda itu se-olah2 jarum
yang menusuk ke dalam hatinya.
"Haa . haaa . . . bukankah kau merasa takut ?"
Sie Soat Ang merasa terkejut bercampur gusar, ia ingin
mengumbar hawa amarahnya namun melihat jenazah
sepasang harimau yang menggeletak diatas tanah dengan
berlumuran darah, ia jadi batalkan niatnya. Sebab hanya
pemuda tersebut satu2nya orang yang bisa dimintai
perlindungannya.
Terpaksa dia tertawa getir katanya: "Aku... hitung2 aku benar2 takut, apakah kau merasa girang ?"
Ucapan ini diutarakan tanpa disadari, setelah berkata
demikian ia jadi melongo dengan sendirinya, hampir2 saja
ia tak percaya kalau barusan saja ia telah berkata demikian, boleh dikata sepanjang hidupnya baru kali ini ia tunduk dan menyerah kalah dihadapan seseorang.
"Nona Sie" Pemuda itu tertawa ringan. "Sudah cukup asalkan kau suka mengaku salah kau sedang takut."
"Apa sebabnya kau ingin tahu ?"
"Hal ini bisa memberi gambaran kepadamu kalau dalam
kenyataan sebenarnya kau bukan apa2, bahkan kau pun tak
punya sesuatu apapun yang bisa kau banggakan, kau hanya
seorang bocah cilik yang memiliki ilmu silat kucing kaki
tiga belaka."
Perkataan dari pemuda itu boleh dikata sudah benar2
menyinggung perasaan serta kehormatan Sie Soat Ang hal
ini membuat ia amat gusar, napasnya mulai ter-sengkal2...
Namun sebelum ia berbuat sesuatu, dari luar tembok
kembali melayang datang dua sosok mayat.
Kedua sosok mayat itu menggeletak disisi jenasah
sepasang harimau, wajah merekapun hancur dan rusak
penuh berpelepotan darah.
Sie Soat Ang merasa hatinya tercekat, sekalipun ia
sangat membenci terhadap pemuda itu, bukannya menjauh
ia malah bertambah mendekati pemuda itu lebih dekat lagi.
"Aaaai... !" Seru pemuda itu sambil menghela napas.
"Agaknya manusia2 yang lari dari benteng Thian It Poo tak seorangpun berhasil meloloskan diri kecuali Yu Put Ming
seorang." Baru saja ucapan tadi diutarakan, mendadak terdengar
jeritan aneh yang sangat mengerikan berkumandang dari
tempat kejauhan, mengikuti jeritan tadi muncul sesosok
bayangan manusia yang kecil mungil berkelebat mendekat.
Sie Soat Ang menjerit, saking takutnya menjatuhkan diri
kedalam pelukan pemuda tersebut.
"Jangan kaget... jangan kaget" hibur pemuda tersebut, sementara tangannya memeluk pinggang gadis tadi semakin
erat. "Coba lihat siapa yang datang."
Rasa kejut dalam hati Sie Soat Ang perlahan-lahan bisa
teratasi ketika ia menengok ke arah orang itu, maka
terteralah bahwa orang tadi bukan lain adalah Yu Put
Ming, salah seorang dari Tionggoan Su Koay.
Ketika itu air muka Yu Put Ming pucat bagai mayat.
tubuhnya gemetar keras sambil menuding kearah Sie Soat
Ang seakan-akan ia hendak mengucapkan sesuatu, namun
tak sepatah katapun bisa diutarakan keluar.
Yu Pit Ming ini adalah salah seorang dari anggota
Empat Manusia aneh dari Tionggoan yang sudah tersohor
akan ilmu silatnya namun pada saat ini keadaan manusia
she Yu itu mengenaskan sekali, ia tidak mencerminkan
barang sedikitpun sikap seorang jagoan lihay.
"Yu sianseng, bukankah kau sudah melarikan diri"
mengapa balik kembali?" tegur pemuda itu memecahkan
kesunyian. "Tak bisa lari, tak mungkin lari." jerit Yu Put Ming dengan suara melengking "Anggota Thian It poo tak
seorangpun bisa melarikan diri dari sini."
Mendadak dari arah sebelah Timur laut berkumandang
kembali jeritan ngeri yang menyayatkan hati.
Jeritan itu ada yang tinggi melengking, ada pula yang
rendah dan berat, namun kendari suaranya berbeda namun
nadanya sama yaitu mencerminkan keputus-asaan serta
ketakutan membuat bulu roma setiap orang yang
mendengar ikut bangun berdiri.
Jeritan ngeri itu saling susul menyusul tiada hentinya, Yu
Put Ming menjerit keras sambil berseru:
"Seorangpun
tak akan berhasil lolos, seorang manusiapun tak bakal lolos, semua anggota benteng Thian
It Poo bakal musnah !"
Sie Soat Ang sangat terperanjat, ingin sekali ia
membentak Yu Put Ming agar jangan buka suara, namun
tak sedikit suarapun bisa diutarakan keluar.
"Yu sianseng..." mendadak pemuda itu berseru.
Baru saja ia menyapa, mendadak dari sisi sebelah
samping berkumandang datang gelak tertawa aneh, suara
itu muncul dengan kecepatan laksana kilat dan jelas suara
seorang wanita.
"Siapa yang melarang aku meninggal benteng Thian It
Poo ?" seru orang itu.
Dalam sekejap mata sesosok bayangan manusia telah
muncul di depan mata, perempuan itu berwajah pucat,
rambutnya tidak keruan dan biji matanya melotot sayu.
Begitu tiba di tengah kalangan ia segera menuding
kearah Sie Soat Ang serta pemuda itu sambil berseru : "Kau yang melarang aku pergi dari sini ?"
Mengikuti tudingan tadi, Sie Soat Ang merasakan
adanya segulungan angin serangan mendesir datang,
napasnya kontan jadi sesak.
"Bukan... bukan kami !" jawab pemuda itu cepat.
Perempuan gila itu segera berputar memandang kearah
Yu Pit Ming, kembali serunya sambil menuding kedepan:
"Tentu kau !"
Yu Put Ming tertegun lalu geleng kepala, dalam waktu
singkat tersebut wajahnya kelihatan begitu bodoh se akan2
baru saja bangun dari tidur. setelah menoleh keempat
penjuru ia perlihatkan wajah ketakutan kemudian putar
badan dan berlalu.
Gerakannya sangat cepat, begitu berkata hendak pergi
segera berlalu Namun walaupun gerakannya cepat
perempuan gila itu jauh lebih cepat.
Sementara ia sedang bergerak kedepan, perempuan gila
tadi sudah berkelebat dan menghadang dihadapannya.
"Mengapa kau melarang aku tinggalkan benteng Thian It
Poo ?" Sewaktu berlari masuk tadi Yu Put Ming bingung dan seolah2 jadi gila karena mempunyai suatu peristiwa yang
sangat memukul perasaannya tetapi sekarang ia jauh lebih
sadar, terdengar jawabnya: "Sekarang, kau anggap aku
meninggalkan benteng Thian It Poo, bagaimana malah
menuduh aku yang melarang kau meninggalkan benteng
Thian It Poo ?"
Perempuan gila itu tertegun, sebelum ia sempat
berbicara, pemuda itu sudah mendahului: "Yu sianseng,
kalau kau sudah tahu tak bakal lolos dari sini, mengapa kita tidak menggabungkan diri untuk ber-sama2 melawan
kedatangan musuh tangguh tersebut ?"
"Bekerja sama menghadapi musuh tangguh?" seakan2
mendengar cerita paling konyol dikolong langit, Yu Put
Ming mendongak tertawa terbahak2
"Haaa... haa... dikolong langit dewasa ini siapa yang
punya keberanian sebesar itu " haaa... haaa... kerja sama
menghadapi musuh ?"
Dengan tangan kiri tetap memeluk pinggang Sie Soat
Ang, mendadak pemuda itu enjotkan badannya meloncat
kedepan. Telapak tangannya laksana kilat ditabokkan
keatas leher bagian belakang Yu Put Ming dengan suara
gerakan cepat. Merasa dirinya diserang. Yu Put Ming tidak putar badan,
ia balas melancarkan cengkeraman menghajar dada
pemuda itu. Walaupun serangan ini datangnya secara serampangan
namun kecepatannya tidak meleset tahu2 "Plaakk"
cengkeraman itu dengan telak telah bersarang didada
pemuda tadi. Sie Soat Ang yang berada disisi pemuda itu jadi kaget tak
kuasa ia berseru tertahan.
Sementara gadis she-Sie ini berseru tertahan, Yu Put
Ming pun menjerit keras, buru2 ia lepas tangan dan putar
badan dengan kecepatan laksana kilat, dengan sepasang
mata melotot ia perhatikan pemuda itu tajam2, "Kau... kau adalah Si Thay Sianseng?"
"Yu
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sianseng, ternyata
kaupun bukan manusia sembarangan" tukas Sang pemuda sambil tersenyum.
Yu Put Ming segera tertawa getir dan bungkam dalam
seribu bahasa. Sebaliknya Sie Soat Ang tertegun, tentu saja ia tahu bahwasanya ilmu silat yang dimiliki pemuda itu
sangat lihay namun ia menyangka sang pemuda yang masih
begitu muda belia telah disapa orang lain sebagai Si Thay
sianseng. Agaknya pemuda itu dapat menebak apa yang dipikirkan
sang gadis, sambil berpaling kearah-nya dan tersenyum ia
berkata: "Si Thay sianseng adalah guruku, anda bisa menebak
asal usul perguruanku hanya dalam sekali coba saja, boleh
dikata kau sangat luar biasa sungguh kagum, sungguh
kagum!" Per-lahan2 Yu Put Ming menghembuskan napas
panjang. "Apakah gurumu Si Thay sianseng pun berada disekitar
sini?" ia bertanya.
"Suhuku bagaikan burung bangau yang terbang
dimanapun, berada dimanakah beliau pada saat ini, aku
sendiri pun tidak tahu."
"Sejak kapan anda berada dibenteng Thian It Poo" dan
apa yang kau lakukan didalam benteng ini?"
"Apa yang kulakukan didalam benteng Thian It Poo ini
asalkan bertanya pada dirimu sendiri sudah cukup, apa pula
yang kau lakukan selama berada didalam benteng ini ?"
Dengan ter-sipu2 Yu Put Ming tertawa, terhadap
pertanyaan pemuda tersebut ia tidak menjawab.
"Siapa nama anda?" tanyanya kemudian setelah lewat beberapa lamanya.
"Seorang prajurit tak bernama, namaku buat apa
dibicarakan " lebih baik tak usah diucapkan."
"Diantara anak murid Si Thay sianseng, tak ada manusia tanpa nama, tetapi kami hanya kenal dengan murid tertua
dari Si Thay sianseng. sigolok baja Lok Thay yang tempo
dulu pernah melakukan pertarungan sengit melawan tujuh
puluh dua orang malaikat dipinggiran propinsi Su Tzuan
dengan propinsi In Lam, ketika membinasakan orang yang
keenam puluh sembilan ia kehabisan tenaga dan binasa.
sejak kematiannya aku belum pernah dengar Si Thay
sianseng terima murid lagi."
"Yu sianseng." dengan nada tidak senang pemuda itu berseru, "Aku adalah anak murid siapa bukan kuakuinya
sendiri, melainkan
kau sendiri yang menyerukan, bagaimana pun perkataan itu bukan sengaja kuutarakan
untuk mengibuli orang lain bukan ?"
Merah padam selembar wajah Yu Pit Ming buru2
katanya: "Berhubung anda tidak mau beritahu siapakah nama
anda, maka timbullah perasaan curiga dalam hatiku: harap
anda jangan salah sangka."
Sebelum pemuda itu berkata kembali, terdengar Ciang
Oh telah berteriak aneh:
"Siapa yang tidak memperkenankan aku meninggalkan
benteng Thian It Poo " siapa ?"
"Nona Sie..." sembari melepaskan pelukannya pemuda itu berseru. "Ia sudah datang, mengapa ayahmu belum
datang juga, coba kau pergi ke sana dan periksalah sejenak
!" Sie Soat Ang mundur selangkah kebelakang berpaling
kesamping, melihat tempat itu begitu gelap gulita se akan2
ditempat mana tersembunyi roh2 yang gentayangan, air
mukanya kontan berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat,
buru2 ia gelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku... aku... seorang diri aku tak berani pergi kesana."
"Hmm, bukankah kau tidak takut langit tidak takut bumi
" mengapa tidak berani pergi kesana ?"
Sekali demi sekali pemuda itu sudah menyinggung
kehormatan Sie Soat Ang, membuat gadis ini amat
membenci dirinya, namun pada saat ini ia tahu bahwa
orang tersebut adalah anak murid Si Thay Sianseng yang
merupakan jago tersohor dikolong langit dewasa ini, apalagi situasi sangat tidak menguntungkan baginya, ia masih
membutuhkan tenaga orang ini untuk mengatasi persoalan.
Karena itu kendari hawa amarah sudah memuncak,
namun ia masih tetap bersabar diri.
"Aku sangat takut, aku tidak berani pergi ke sana seorang diri."
Seakan akan pemuda itu sangat gembira sebab
maksudnya menggoda Sie Soat Ang tercapai, ia tertawa
terbahak-bahak.
"Ha... ha... kalau begitu kami harus merepotkan Yu
sianseng suka pergi kesana sebentar untuk memeriksa
apakah Sie Poocu sudah mati ataukah masih hidup!"
Ucapan ini seolah-olah menandakan bahwa Sie Liong
sebagian besar sudah menjumpai peristiwa diluar dugaan,
seketika membuat tubuh Sie Soat Ang gemetar sangat keras.
"Soal ini... soal ini... lebih baik aku berdiam disini saja"
buru2 Yu Put Ming menolak seraya goyangkan tangannya
berulang kali. Sepasang alis pemuda itu berkerut kencang, karena apa
boleh buat terpaksa ia berpaling ke arah Ciang Oh dan
bertanya. "Bukankah kau dipanggil datang oleh Sie Pocu"
mengapa sampai sekarang orang itu belum juga munculkan
diri?" Ciang Oh mendongak tertawa ter kekeh2, suaranya
sangat aneh, rambutnya yang panjang dan kacau bergoyang
tiada hentinya mengikuti gelak tertawa tersebut, sehingga
keadaannya mirip iblis ganas yang baru muncul dari neraka,
sungguh menyeramkan sekali.
"Kau bertanya tentang bangsat keparat Sie Liong ?"
teriaknya sambil tertawa tergelak "Dia ha ha haaa ia sudah merampas diriku dari daerah Biauw... dia... ha ha...!"
sementara masih tertawa tergelak, mendadak ia membungkam kemudian memperdengarkan
jeritan lengking yang sangat menusuk telinga:
"Telapak berdarah Tong Houw !"
Suaranya begitu sadis, ngeri dan sukar dilukiskan dengan
kata2, membuat setiap orang yang mendengar ikut bergidik
dan tanpa terasa bulu kuduk pada bangun berdiri.
Ditengah jeritan lengking itu, mendadak dari balik ujung
tembok sebelah depan berkumandang datang pula bentakan
dingin yang tidak kalah ngerinya:
"Loei San keparat cilik, cepat keluar jangan menyeret
orang lain dalam masalah ini !"
Jeritan Ciang Ooh tinggi melengking membuat jantung
tiap orang berdetak keras, tubuh gemetar namun masih bisa
ditahan. Sebaliknya suara yang muncul dari tempat kegelapan
dibalik tembok, walaupun tidak begitu keras namun dingin,
kaku dan menyeramkan membuat semua orang serasa
seluruh tubuhnya masuk kedalam gentong berisi air dingin,
sang hati jadi tercekam
Suara itu bukan saja membuat orang lain jadi terperanjat
bahkan Ciang Ooh yang sudah berubah ingatanpun segera
menghentikan jeritan ngerinya.
Dalam pada itu suara tadi masih tetap berseru:
"Loei Sam keparat cilik, kau sudah menyeret banyak
jiwa, apa saat ini masih juga ingin menyeret orang lagi ?"
Yu put Ming serta Sie Soat Ang saling berputar
pandangan sekejap, mereka pada heran siapakah sebenarnya manusia yang bernama "Loei Sam keparat cilik"
itu. Walaupun tak ada orang beritahu kepadanya, namun
meninjau dari sikap yang sangat aneh itu, Mereka berdua
segera paham "Loei Sam keparat cilik" itu pasti dia.
Dalam sekejap mata, rasa benci yang timbul dihati Sie
Soat Ang mencapai titik puncak dan sukar dilukiskan
dengan kata2 Suara seram ini sudah pernah berkumandang berulang
kali mengikuti melayang datangnya mayat2 jago benteng
Thian It Poo, jelas dia adalah tokoh tangguh yang datang
mencari gara2 itu. Selama ini baik Sie Soat Ang maupun
Sie Poo-cu berpendapat orang ini datang kebenteng Thian It
Poo, sengaja hendak cari gara2 dengan mereka.
Maka dari itu kendari gadis itu sangat membenci pemuda
itu, ia masih menaruh rasa terima kasih kepadanya,
berterima kasih karena ia mau tetap tinggal disana
membantu mereka.
Tapi sekarang, setelah mendengar dari ucapan orang itu,
ia baru tahu bencana yang menimpa benteng Thian It Poo
bukan lain karena gara2 keparat tersebut.
Teringat sampai soal ini. Sie Soat Ang tak kuasa
menahan diri lagi ia tertawa ter-kekeh, sambil menuding
kearah pemuda itu jengeknya:
"Ada orang sedang memanggil dirimu, apakah kau tidak
mendengar" mengapa tidak kau hampiri orang itu?"
Air muka pemuda tersebut seketika berubah hebat.
Hal ini membuktikan kalau dugaan Sie Soat Ang tidak
salah, kembali ia membentak:
"Kau takut" kau pun pernah mengenal rasa takut?"
Ia sama sekali tak tahu siapakah yang telah datang, dan
tidak tahu apa sebabnya orang itu tidak munculkan diri
namun memerintahkan Loei Sam pergi kesana, yang dipikir
pada saat ini adalah balas mengejek orang itu, menuntut
balas atas penghinaan yang pernah diterima barusan.
"Tutup mulutmu!" akhirnya pemuda itu tak tahan dan menghardik.
"Haa...haa...haa..,kenapa aku harus tutup mulut "
bukankah kau merasa ketakutan " kalau kau tidak takut
mengapa ada orang panggil kau kesana, kau tidak berani
kesana ?" "Plook...!" sebuah tamparan keras dengan cepat
bersarang diatas pipi Sie Soat Ang, membuat gadis ini
mundur kebelakang dengan sempoyongan.
Ia tahu keadaan sangat genting, seandainya ia buka suara
lagi tidak bisa diramalkan tindakan apa yang bakal
dilakukan pemuda tersebut terhadap dirinya lagi.
Sebagai seorang perempuan cerdik ia tidak ingin
menerima kerugian yang ada diambang pintu, karena itu ia
segera mundur selangkah kebelakang dan membungkam.
"Loei Sam keparat cilik, kau masih mau unjuk kan
keganasannya ?" suara dingin menyeramkan yang muncul
dari tempat kegelapan kembali berkumandang keluar,
"Ayoh cepat kemari, apa yang kau takuti lagi ?"
Pemuda itu tidak menggubris terhadap ucapan yang
muncul dari tempat kegelapan itu, sebaliknya mendekati
Ciang Ooh dan secara mendadak mencengkeram pergelangannya.
Ditinjau sepintas lalu, Ciang Ooh berdiri kaku bagaikan
patung. namun setiap kali mendapat serangan ia segera
menunjukkan reaksinya.
Baru saja jari tangan pemuda itu bergerak ke depan,
Ciang Oh sudah menunjukkan pula reaksinya, pergelangan
tangannya mendadak menekan kebawah, kemudian jari
tengahnya menyentil ke depan balas menghantam urat nadi
pemuda itu. Merasakan datangnya serangan balasan, pemuda itu
sangat terperanjat, buru2 ia tarik kembali tangannya sambil mundur kebelakang.
Melihat pemuda itu mundur, Ciang Oh pun melototkan
sepasang matanya bulat2 memperhatikan pemuda tersebut
tajam2 namun iapun tidak menyerang lebih jauh.
Per-lahan2 pemuda itu tarik napas panjang2, kemudian
ujarnya lirih: "Ciang Oh, dimana putri mu ?" Ciang Oh tertegun, biji matanya seketika jadi berputar kembali.
"Aku. . . putriku ?" ia balik bertanya.
"Benar, setelah kau dirampas bangsat Sie Liong dan
dibawa kedalam benteng Thian It Poo, tidak lama
kemudian telah melahirkan seorang putri, dimana putrimu "
Sekarang berada dimana ?"
Sepasang alis Ciang Oh berkerut kencang wajah yang
sudah menyeramkan ini kelihatan lebih seram.
"Putriku" " " putriku" ?" terdengar ia bergumam seorang-diri.
"Benar, putrimu !" sambung pemuda itu dengan cepat.
Mendadak Ciang Oh angkat kepalanya dan berkata dengan
suara parau: "Putriku, putriku berada dimana " ia berada dimana ?"
"Aku tahu putrimu saat ini berada dimana !"
Si Soat Ang yang berada disamping dalam anggapannya
pemuda itu benar2 hendak beritahu kepadanya dimanakah
Giok Jien pada saat ini berada, hatinya tercekat dan tanpa
terasa mundur kebelakang. Ketika ia mundur sampai empat
lima langkah jauhnya. mendadak terlihat olehnya Ciang Oh
telah mendekati pemuda tersebut, sembari menghardik:
"Dimanakah putriku ?"
Ditengah bentakan, jari tangannya bagaikan cakar
burung elang menghajar sepasang bahu pemuda tersebut.
Dengan sebat pemuda itu berkelit kesamping. kemudian
buru2 menuding ke arah mana berasalnya suara dingin tadi.
"Ha... ha... disana." serunya sambil terbahak2 "Sejak lahir
putrimu disembunyikan oleh manusia
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang bersembunyi dibalik kegelapan itu, sekarang ia ingin
mencelakai putrimu kembali, apakah kau tidak ingin cari
dia untuk menuntut balas ?"
Belum selesai pemuda itu berkata, terdengar Ciang Ooh
menjerit ngeri dan menubruk kearah tempat kegelapan yang
ditunjukkan kepadanya.
Gerakan Ciang Ooh sangat cepat, menanti badannya
sudah lenyap dibalik kegelapan mendadak terdengar suara
bentrokan keras berkumandang datang, batu
pasir beterbangan jelas dalam gerakannya barusan tembok
dinding sudah jebol diterjang olehnya.
Pada saat inilah Se Soat Ang baru tahu maksud pemuda
tersebut ternyata bukan lain ingin menggunakan tenaga
Ciang Ooh untuk menghadapi musuh tangguh dibalik
kegelapan itu, untuk sementara persoalan ini tiada sangkut
pautnya dengan dia pribadi.
Teringat akan soal ini, ia menghembuskan napas lega.
Mendadak pada saat itulah pundaknya serasa ditekan oleh
sebuah tangan yang dingin kaku itu. la ingin menjerit,
namun mulutnya hanya bisa di pentangkan lebar2 tanpa
sedikit suarapun berhasil dipancarkan keluar, bulu kuduk
bangun berdiri dan ia dibikin berdiri mematung.
Makin lama Sie Soat Ang semakin ketakutan sehingga
akhirnya sepasang giginya mulai beradu dengan amat
kerasnya, saking takutnya maka ketika itu baik Loei Sam
maupun Yu Put Ming tak seorangpun yang memperhatikan
dirinya, semua perhatian telah dicurahkan ke mana Ciang
Oh melenyapkan diri.
"Braaak...!"
kembali suara bentrokan keras berkumandang memenuhi angkasa, batu pasir beterbangan,
laksana kilat Ciang Oh telah muncul kembali dengan
sepasang mata melotot besar.
"Kau berani membohongi aku, disana sama sekali tak
ada seorang manusiapun."
"Aku tak akan membohongi dirimu" Buru2 Loei Sam
berseru "Kuberitahukan
kepadamu, manusia yang merampas putrimu ada tiga bagian mirip manusia tujuh
bagian mirip kera, badannya pendek kecil, kepalanya kurus
dan panjang, asal kau berjumpa tentu segera dapat
mengenalinya."
"Sekarang ia berada dimana ?"
Dengan cepat Loei Sam putar badan, mendadak ia
berhenti, diatas wajahnya memperlihatkan rasa kaget yang
bukan alang kepalang, arah yang dilihatnya bukan lain
adalah arah dimana Sie Soat Ang berdiri.
Gadis ini sadar, yang dilihat pemuda tersebut bukan
dirinya melainkan manusia yang berada dibelakangnya.
Ia mengempos napas ingin berteriak, namun disebabkan
badannya makin lama semakin dingin suaranya tak
sanggup diutarakan keluar, terpaksa sepasang tangannya
bergerak cepat, apa yang telah digerakan bahkan ia
sendiripun tidak paham.
Dalam pada itu kesadaran Ciang Oh agaknya sudah jauh
lebih sadar, bahkan reaksinya amat cepat:
Ketika Loei Sam alihkan sinar matanya ia pun mengikuti
gerak Loei Sam memandang pula kearah depan
"Aaah... dia !" mendadak ia menjerit dan meloncat kedepan.
Diam2 Sie Soat Ang mengeluh, ia tahu manusia yang
berada dibelakangnya tentu manusia monyet yang barusan
dimaksudkan, bahkan orang itu bukan lain adalah
pembunuh sadis yang membasmi seluruh isi benteng, pada
saat ini tangannya telah menekan diatas pundaknya.
Seluruh tubuh gadis itu gemetar keras, sebelum ia sempat
melakukan sesuatu terdengar Loei Sam telah jerit
melengking: "Tidak salah, dialah manusianya, Yu sianseng dengan
kekuatan kita bertiga pasti kita berhasil menghadapi
dirinya." Siapa sangka Yu Put Ming dengan cepat telah
goyangkan tangannya berulang kali.
"Apa maksudmu berkata demikian, ia datang hendak
mencari dirimu, kau pernah melakukan kesalahan terhadap
dirinya, apa sangkut pautnya persoalan ini dengan diriku?"
Loei Sam amat gusar, seraya tertawa dingin kembali
jengeknya. "Yu sianseng, coba kau pikir kau berani cari gara2
dengan diriku" berani cari gara2 dengan guruku"
seandainya aku bergebrak melawan dirinya dan aku
mendapat cidera, apakah ia mau membocorkan berita ini
keluar " agar suhupun tahu?"
Yu Put Ming tertegun, akhirnya sambil tertawa paksa
katanya: "Aku pasti akan menjaga rahasia ini baik2. Sin Koen
pasti akan percaya kepadaku bahwa aku tak akan bicara
sembarangan!"
"Haaaa . . . haa . .. lebih baik sekarang ia sudah
mempercayai dirimu, agar setelah kejadian ini kau lebih
banyak menerima pahit getir, kalau kau tidak ingin turun
tangan yaa sudahlah, kau anggap aku sangat membutuhkan
tenagamu?"
Air muka Yu Put Ming berobah sangat hebat, terpaksa ia
mundur beberapa langkah kebelakang, ia tidak pergi
sebaliknya berdiri tegak disisi kalangan, sementara itu
selangkah demi selangkah Ciang Oh berjalan mendekati
manusia tersebut.
Sie Soat Ang yang masih ditekan pundaknya oleh
sepasang tangan manusia itu jadi umat gelisah, ia tahu
seandainya terjadi pertarungan sengit antara kedua orang
ini maka yang konyol lebih dahulu adalah dia sebab ia
berada ditengah.
Setelah berjalan beberapa langkah kedepan mendadak
Ciang Ooh mengeluarkan tangannya sembari berseru:
"Dimana putriku " dia berada dimana ?"
"Putrimu " haa..haa.. secara bagaimana kau tahu kalau
kau punya seorang putri ?" jengek orang itu dengan suara yang dingin menyeramkan. "Bagaimana kau tahu kalau dia masih sudi mengakui dirimu sebagai ibunya ?"
Ciang Oh menjerit keras badannya meloncat kedepan
melancarkan sebuah tubrukan maut.
Pada saat2 kritis. nendadak orang itu mengirim segulung
tenaga yang amat besar melemparkan badan Sie Soat Ang
kesamping, sehingga membuat gadis itu terpental dan jatuh
terjengkang keatas tanah.
Namun ketika itulah, ia dapat melihat jelas wajah
manusia aneh yang selama ini berdiri di belakang tubuhnya.
Wajah dan raut muka dari orang itu sungguh persis
seperti apa yang digambarkan Loei Sam barusan.
Tubuhnya pendek kecil dengan sepasang lengan yang
luar biasa panjangnya, yang paling aneh batok kepalanya
lancip lagi gepeng seakan2 waktu dilahirkan ke kolong
langit, batok kepalanya pernah terjepit diantara dua lembar papan.
Walaupun pada saat itu cuaca telah gelap, namun Sie
Soat Ang dapat melihat jelas potong an orang itu dengan
sangat jelas. Diatas wajah maupun tangannya memakai selapis bulu
berwarna coklat yang pendek, dengan raut mukanya
keadaan orang ini persis seperti yang dilukiskan Loei Sam
"Tiga bagian mirip manusia, tujuh bagian mirip monyet."
Dalam pada itu, setelah orang itu mendorong Sie Soat
Ang kesamping, bagaikan kalap Ciang Oh telah menubruk
datang, kelima jari tangan nya bagaikan pancingan
mencengkeram batok kepala orang itu.
Merasakan datangnya serangan manusia monyet tersebut
sama sekali tidak menghindar, sebaliknya malah memperhatikan jari tangan Ciang Oh dengan sikap
mengejek. Gerakan Ciang Ooh teramat cepat.. "Sreet ! sreet !"
ditengah desiran tajam kelima jarinya sudah mencengkeram
dengan telak batok kepala orang itu.
Sebenarnya, bagi seseorang yang ingin mencengkeram
batok kepala orang lain merupakan suatu perbuatan yang
paling sulit. Namun disebabkan bentuk dari batok kepala itu lancip lagipula gepeng, maka bagi Ciang Ooh dengan
sangat mudahnya berhasil menangkap dengan telak.
Kelima jari segera memperketat cengkeramannya,
"Pleetak... pleetak ..." persendian jari tangan Ciang Ooh bergemerutukan, jelas membuktikan kalau ia sudah
mengerahkan seluruh tenaganya.
Wajah orang itu sangat aneh, sepasang alisnya berkerut,
giginya berdetak keras, seakan2 ia sedang mencoba
kekerasan batok kepalanya.
Kurang lebih seperminum teh kemudian, barulah orang
itu memaki dengan suaranya yang aneh: "Neneknya
sungguh lihay !"
Mendadak sepasang telapaknya bergerak cepat melancarkan sebuah serangan kilat kearah depan.
Keanehan serta kedahsyatan dari serangan ini boleh
dikatakan suatu serangan yang sulit dicarikan tandingannya
dikolong langit.
Ketika itu Ciang Oh sedang mencengkeram batok
kepalanya, jarak antara masing2 pihak tentu saja amat
dekat, bagi orang itu seharusnya serangan yang dilakukan
dengan mudah bisa bersarang di tubuh Ciang Oh dengan
telak. Namun tangannya amat panjang, bahkan sendirian
terlalu kaku, mendadak sepasang lengannya menyambar
lewat dari sisi tubuh Ciang Oh dan menghantam punggung
perempuan gila itu.
Merasakan desiran tajam mengancam punggungnya
Ciang Oh ayunkan tangannya kebelakang menyambut
datangnya serangan tersebut.
Namun gerakannya terlambat setindak . . .
"Plaakk, plaakkk." dua serangan tadi dengan telak bersarang dipunggungnya.
Sie Soat Ang yang ada disisi kalangan tak dapat
membayangkan seberapa besar tenaga pukulan tersebut,
tampak olehnya tubuh Ciang Oh mendadak maju selangkah
kedepan dan saling berbenturan dengan orang itu.
Jeritan aneh berkumandang memenuhi angkasa, kelima
jari tangan yang mencengkeram batok kepala orang itu
mendadak mengendor. Dalam sekejap mata telapak tangan
berayun memenuhi angkasa, ia balas melancarkan tujuhdelapan belas buah serangan kearah orang itu.
Ketujuh delapan belas serangan tadi merupakan jurus2
serangan jarak dekat, kecepatannya melebihi kilat dan sukar dibayangkan dengan kata-kata.
"Plaak, plook... plaaak... ploook" Tujuh-delapan buah serangan ada separuhnya bersarang ditubuh orang itu.
"Aduuh... suatu ilmu pukulan Thay Yau Ciang yang
amat cepat !" teriak orang itu dengan suara lengking.
Sembari berteriak badannya bergerak ke depan mengitari
Ciang Oh dan berputar kencang.
Sementara itu Ciang Oh masih tetap melancarkan
serangan maut, serangannya makin lama semakin cepat
semakin lama semakin ganas.
Sie Soat Ang yang berdiri satu tombak dari kalangan pun
merasakan desiran angin pukulan menderu-deru, jurus
serangan apa saja yang telah digunakan Ciang Oh ia tak
dapat melihat jelas.
Mengikuti gerakan tubuh Ciang Oh yang makin
menyerang semakin cepat, tubuh orang itu-pun berputar
kencang, Tampak dua sosok bayangan satu tinggi satu
pendek sebentar kesana sebentar kesini bagaikan bayangan
setan belaka, bagi para jago yang hadir dikalangan hanya
melihat bayangan belaka yang bergerak kencang.
Sementara Sie Soat Ang masih ber-debar2 hatinya
melihat pertarungan itu, mendadak dari sisi nya terdengar
suara bisikan seseorang:
"Apanya yang bagus dilihat" ayoh cepat melarikan diri
ambil kesempatan baik ini!"
Buru2 Sie Soat Ang berpaling padahal sekali pun tak
usah berpalingpun ia tahu orang yang dibelakangnya bukan
lain adalah Loei Sam.
Saat ini gadis she Sie sudah amat jelas sekali kedatangan
orang itu mengacau benteng Thian It Poo adalah
disebabkan Loei San, dan sama sekali tak ada sangkut
pautnya dengan benteng Thian It Poo.
Nyalinya makin besar, mendengar bisikan dari Loei Sam
ini, ia segera mendengus dingin.
"Hmm! apa yang perlu aku takuti lagi " kalau kau takut boleh sana sipat kuping melarikan diri ambil kesempatan
ini." Loei Sam kerutkan alisnya, mendadak ia cengkeram
lengan Sie Soat Ang.
Gadis itu sangat gusar, ia balik tangan menempeleng pipi
Loei Sam namun dengan mudah sekali pemuda itu berhasil
mencengkeram urat nadinya dan dengan paksa menyeret
gadis itu berlalu dari sana.
Walaupun ia harus membawa seorang, namun badannya
masih juga mencelat setinggi dua, tiga tombak dan
melewati tembok pekarangan.
Ketika badannya melayang keluar dari halaman
terdengar orang itu berteriak kembali dengan jeritan
lengking. "Loei Sam keparat cilik, sekalipun kau melarikan diri
kelangit aku kejar kelangit, kau menerobos kedalam tanah
aku kejar kau ketanah, dan kulihat lebih baik kau jangan
melarikan diri lagi."
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi Loei Sam pura2 tidak mendengar, ia enjot badan
dan didalam sekejap mata telah keluar dari benteng Thian It Poo.
Sudah jauh ia keluar dari benteng Thian It Poo namun
suara jeritan itu masih juga berkumandang masuk kedalam
telinganya, bahkan amat nyaring, jelas orang itu sudah
terkurung oleh serangan Ciang Oh sehingga ia tak sanggup
mengejar diri Loei Sam.
Pemuda itu lari terus kearah utara, setelah lewati
puluhan li suara yang dingin menyeramkan itu tidak
kedengaran lagi, pada saat itulah baru berhenti berlari.
Ketika urat nadinya dicengkeram tadi, Sie Soat Ang
merasakan sekujur badannya kaku, bahkan tenaga untuk
berteriakpun tak ada. Menanti Loei Sam berhenti berlari
dan mendorong badannya kedepan, ia baru terguling keluar
seperti layang2 yang putus benang.
"Brukk...!" untung permukaan tanah sudah dilapisi oleh salju yang saat tebal, sehingga badannya walaupun
terbanting keatas tanah sama sekali tidak menderita luka.
Dengan tangan menekan diatas tanah, ia merangkak
bangun namun ketika itulah Loei Sam sudah berada
dihadapannya. Pada saat ini rasa bencinya sukar dibendung lagi,
mendadak ia cengkeram baju Loei Sam dengan tangan
kanan, kemudian kepalan kirinya meninju badan pemuda
itu keras2. Kena digebuk, Loei Sam bukannya meringis kesakitan
bahkan malah mendongak tertawa ter bahak2
Lima, enam puluh tinjuan sudah bersarang di tubuh Loei
Sam, tetapi pemuda itu masih tenang saja, bahkan napas
gadis itu yang ter-engah2.
"Sungguh lihay." seru sang pemuda berulang kali. "Coba kau lihat, aku sudah kau pukuli sampai seperti ini, mana
ada istri yang berani pukuli suami sendiri... wah, memang
perempuan yang galak sekali!"
Ucapan tersebut membuat Sie Soat Ang amat
terperanjat, buru2 ia mundur selangkah kebelakang.
Sewaktu berada didalam Benteng Thian It Poo, Loei
Sam pernah memandang kearahnya dengan sinar mata
aneh, ketika itu ia masih belum merasa, namun sekarang
ucapan dari Loei Sam begitu blak2an, bulu kuduknya
segera pada bangun berdiri.
Ketika ia mundur selangkah kebelakang. Loei Sam
memandang kearahnya lebih berani lagi, bahkan tatapnya
lebih ganas. "Kau., apa yang hendak kau lakukan ?" Seru Sie Soat Ang dengan jantung berdebar keras.
"Nona Sie." kata Loei Sam. sambil memperhatikan gadis itu dengan sinar mata kurang ajar. "Gadis manis diluar perbatasan amat banyak, namun hitung2 kaulah gadis yang
paling menarik hati !"
Kalau pada hari2 biasa ucapan tersebut tentu akan
membuat setiap gadis2 merasa girang hati, tetapi pada saat
ini bukan saja ucapan tersebut tidak mendatangkan rasa
senang dalam hatinya, bahkan malah membuat sang hati
jadi tercekat. Buru2 ia mundur kembali selangkah kebelakang.
"Benarkah begitu ?" tanyanya sambil tertawa paksa.
Baru saja ia mundur selangkah kebelakang, dengan
sangat berani Loei Sam telah mendesak ke depan.
Sie Soat Ang makin terperanjat, buru2 ia mundur
kebelakang berulang kali.
"Mengapa kau mundur terus " apakah takut melihat
aku?" seru Loei Sam sambil tertawa cabul.
"Apa yang perlu kutakuti ?" jawab Sie Soat Ang dengan keraskan kepala.
"Benar. kenapa mesti takut padaku " bukankah kau jadi
marah dan penasaran karena memikirkan orang lelaki " aku
lihat engkohmu jauh lebih lemah kalau dibandingkan
dengan permainanku, coba kau lihat aku kan lebih bagus
daripadanya?"
Mendengar ucapan itu hampir2 saja Sie Soat Ang jatuh
tidak sadarkan diri, sepasang matanya jadi gelap.
"Engkoh misanku...dia...dia tak ada sangkut paut apapun dengan diriku" jawabnya gugup.
Loei Sam tertawa seram.
"Kau anggap mataku picik " setiap orang dalam benteng
Thian It Poo siapa yang tidak tahu kalau disebabkan Liem
Hauw Seng dicintai Giok Jien, membuat siocia kesayangan
dari benteng Thian It Poo jadi marah2 " haa...haa...sungguh tak disangka Giok Jien adalah putri kesayangan Ciang Oh,
permainan dibalik semuanya ini sungguh tidak sedikit,
sekarang kau sudah apakan mereka berdua" bagaimana
kalau kau ceritakan kembali?"
Sembari berkata, selangkah demi selangkah Loei Sam
berjalan kedepan, Setiap kali ia melangkah setindak
kedepan, Sie Soat Ang mundur pula selangkah kebelakang
sehingga akhirnya ia terdesak kebelakang sebuah pohon
Kok yang tua lagi kering.
Menanti punggung Sie Soat Ang sudah menempel diatas
pohon dan tidak dapat mundur lagi kebelakang, mendadak
sepasang lengan Loei Sam disodokan kedepan menekan
kearah batang pohon itu sementara tangannya dengan cepat
memeluk tubuh gadis itu.
"Haaa... haaa... nona Sie, kau tak bakal bisa melarikan diri lagi bukan" coba kau melarikan diri lagi."
Air muka Sie Soat Ang berubah pucat pasi bagaikan
mayat. dengan wajah penuh kecabulan Loei Sam makin
merapatkan mukanya keatas wajah gadis tersebut.
Sebenarnya Sie Soat Ang adalah seorang gadis yang
amat lincah dan tidak takut langit dan bumi, pekerjaan jelek apapun pernah ia lakukan, tentu saja ia tahu apa yang
hendak dilakukan Loei Sam terhadap dirinya.
Ia gigit bibirnya kencang2 badannya yang montok. Sie
Soat Ang baru tertawa paksa dia menegur: "Kau... kau
anggap cantikkah wajah ku ?"
"Benar, sudah lama aku tak pernah berjumpa dengan
nona secantik kau, wajahmu benar2 cantik jelita."
"Sekalipun terhitung kau suka padaku, seharusnya kau
ajukan pinangan dihadapan ayahku" buru2 Sie Soat Ang
menambahi. "Kau adalah murid dari Si Thay sianseng,
ayahku sangat menghargai dirimu, ia
pasti akan mengabulkan permintaanmu itu ?"
Loei Sam segera tertawa gelak.
"Sayangku... siapa yang bilang aku ada niat meminang
dirimu dihadapan Sie Liong ?"
Sie Soat Ang makin terperanjat lagi.
"Kau... bu... bu... bukankah kau berkata suu... suka
kepadaku" mengatakan aku cantik?"
"Benar, memang kau cantik, namun dapatkah sepanjang
hidup kau cantik terus seperti ini?" seru Loei Sam sambil tertawa, "Sekarang aku memang suka kepadamu, namun
beberapa hari lagi siapa yang tahu kalau aku masih suka
kepada mu atau tidak" kau ingin jadi suami istri sepanjang
hidup dengan diriku" siociaku yang terhormat, kau sedang
bermimpi disiang hari bolong."
OOOoodwooOOO BAB 5 HAMPIR2 saja Sie Soat Ang jatuh tidak sadarkan diri,
dengan sekuat tenaga ia menahan dada Loei Sam mencegah
pemuda itu lebih mendekati tubuhnya lagi.
Tapi tenaga Loei Sam amat besar dengan kekuatannya
mana ia sanggup mempertahankan diri" dalam sekejap
mata ia merasakan sepasang lengannya bagaikan ditekan
dengan tenaga beribu-ribu kati beratnya, kalau lengannya
tidak ditarik kembali niscaya akan putus jadi dua.
Mau tak mau terpaksa Sie Soat Ang tarik kembali
tangannya, badan Loei Sam mendekat makin kedepan, ia
tangkap pakaian Sie Soat Ang, menariknya kedepan dan
menciumi wajahnya. Gadis dari benteng Thian It Poo ini
hanya merasakan badannya jadi lemas tak bertenaga,
sepasang lututnya membengkok dan tanpa sadar badannya
meluncur kabawah, namun dengan cepat Loei Sam
memeluk kembali badannya.
"Ehmm, sungguh wangi sekali" seru Loei Sam sambil menciumi seluruh lekukan tubuh gadis tersebut.
Sie Soat Ang merasa badannya makin lemas, namun
otaknya masih sadar, mimpipun ia tidak menyangka
akhirnya ia akan menjumpai peristiwa terkutuk semacam
ini. Ia coba meronta dan pelukan Loei Sam makin kencang,
sementara badannya dibopong siap hendak dibawa lari
kedepan mendadak...
"Loei Sam, letakkan perempuan itu dan berpalinglah !"
suara bentakan dari dua manusia asing berkumandang dari
arah belakang. Suara orang itu berkata dan membuat hati setiap orang
tergetar keras, buru2 Loei Sam berpaling namun ia tidak
melepaskan Sie Soat Ang sebaliknya menggunakan tubuh
gadis itu sebagai perisai.
Setelah itu badannya mundur selangkah kebelakang dan
punggungnya menempel diatas dahan pohon.
Dalam perkiraan Sie Soat Ang, ia tak akan lolos dari
perbuatan terkutuk tersebut. siapa sangka kembali peristiwa berubah diluar dugaan, hal ini membuat ia tercengang.
Setelah tarik napas panjang2, sinar matanya segera
dialihkan kearah dua orang itu.
Kedua orang yang munculkan diri secara tiba2 ini
berusia tiga puluh tahunan dengan alis mata tebal, wajah
mereka berdua hampir mirip dan didalam sekilas pandang
dapat diketahui kalau mereka berdua adalah saudara
sekandung. Dalam pada itu dengan sinar mata penuh kegusaran
mereka berdiri melototi Loei Sam tak berkedip.
Sie Soat Ang yang digunakan sebagai perisai oleh Loei
Sam tentu saja tak dapat melihat bagaimanakah perubahan
wajahnya, namun ia merasa badan Loei Sam gemetar keras
jelas pemuda itupun sedang ketakutan dibuatnya.
"Saudara berdua, cepat tolong aku !" karena muncul harapan, gadis she Sie ini berteriak keras.
Begitu ia berseru, tubuh kedua orang itu kembali
bergerak, lima enam depa lebih kedepan.
Pada waktu itulah Sie Soat Ang merasakan sebuah
telapak tangan dari Loei Sam telah ditempelkan keatas
batok kepalanya.
"Kalau kalian berani maju selangkah lagi ke-depan, akan kubunuh budak keparat ini !" Loei Sam-pun membentak
keras. Kena diancam kedua orang itu segera berhenti dan
berkata hampir berbareng: "Loei Sam, cepat lepaskan gadis itu, menyerahlah dan mandah kami belenggu, ikut kami
pulang gunung dan terima hukuman !"
"Heeee... heeee... heeee... suheng berdua kalau aku ikut kalian pulang kegunung maka yang bakal kuterima hanya
suatu kematian belaka" seru Loei Sam sambil tertawa
dingin, "Bukankah kau tahu seekor semutpun masih
menyayangi jiwanya, apa lagi manusia " kau anggap aku
suka menyerah dan mengorbankan jiwaku dengan percuma
" lebih baik kalian berdua tak usah banyak bicara !"
Mendengar ucapan itu kedua tertawa dingin.
"Loei Sam, kau anggap dirimu masih bisa melarikan diri dari sini" sudah hampir dua tahun lamanya kami mengikuti
jejakmu, dengan susah payah akhirnya kujumpai juga
dirimu, kau hendak membangkang perintah kami dan tak
mau ikut kembali kegunung?"
"Hal ini masih tergantung bagaimanakah kepandaian
serta kelihaian kalian berdua."
"Loei Sam." kembali kedua orang itu berkata. "Kau sudah melanggar pantangan terbesar dari perguruan,
dengan membawa dosa kau melarikan diri dari gunung,
bukannya menyesali perbuatan yang pernah kau lakukan
sebaliknya malah mencatut nama suhu melakukan
perbuatan jahat di mana2, bahkan pada sepuluh bulan
berselang kau telah memperkosa dan membinasakan putri
kesayangan Hiat Goan Sin Koen, benarkah telah terjadi hal
ini?" "Haaa.. haa... yang memperkosa sih benar aku, tapi yang membunuh bukan aku sendiri." jawab Loei Sam begitu tak tahu malu, sebaliknya malah tertawa terbahak2.
"Karena nona cilik itu tak bisa memecahkan persoalan
yang ia hadapi sendiri akhirnya bunuh diri apa sangkut
pautnya soal ini dengan diriku?"
Sie Soat Ang yang mendengar ucapan itu, hatinya
kontan terjelos, seluruh tubuh gemetar.
Yang membuat ia terperanjat. pertama, seandainya
kedua orang itu tidak datang tepat pada waktunya, mungkin
akibat yang ia terima sama halnya dengan kejadian yang
menimpa putri kesayangan Hiat Goan Sin Koen
Kedua, setelah mendengar nama "Hiat Goan Koen"
Atau Malaikat sakti Monyet berdarah, pikirannya seketika
jadi terang kembali ia ingat manusia aneh yang muncul di
benteng Thian It Poo dan melakukan pertarungan sengit
melawan Tjiang Oh itu bukan lain adalah Hiat Goan Sin
Koen, manusia paling lihay dikolong langit dewasa ini.
Terhadap putri kesayangan Hiat Goan Sin koen pun
Loei Sam berani turun tangan, apalagi terhadap dirinya"
Tentu saja ia tak akan sungkan2 untuk mengerjakannya.
Bahkan jika ditinjau dari nada ucapan kedua orang itu,
Loei Sam melarikan diri dari perguruan, berhubung telah
melakukan suatu perbuatan terkutuk, itu berarti dia adalah
seorang manusia yang paling jahat paling terkutuk dan
paling keji. Dalam pada itu terdengar Loei Sam sudah berkata:
"Suheng berdua, kalau kalian bisa melepaskan diriku kali ini, selama hidup aku Loei Sam tak akan melupakan budi
kalian berdua, Gunung nan hijau kesempatan berjumpa
dikemudian hari masih panjang, mengapa suheng berdua
harus mendesak diriku terus menerus?"
Air muka kedua orang itu makin lama berubah semakin
gusar. salah satu diantaranya tak dapat menahan diri lagi
dan menghardik:
"Loei Sam kau masih juga tidak sadarkan diri " apakah
kau tidak sadar seandainya kau ikut kami pulang kegunung
Go bie kemungkinan hidup bagimu masih ada, sebaliknya
kalau kau tidak pulang maka tidak bakal bisa menandingi
kepandaian Hiat Goan Sin Khoen!"
"Haaa... haaa... terima kasih atas perhatian yang telah suheng berdua limpahkan kepada diriku, seandainya aku
pulang ke gunung Go-bie sekalipun masih memperoleh
kesempatan untuk hidup tetapi sepanjang masa harus
menyalahi sumoay seorang. Waa... sungguh membosankan
sangat menjemukan, jauh lebih baik berada ditempat luaran
sambil mencicipi disini merasakan disana."
Air muka kedua orang itu seketika berubah hebat,
mereka berbareng mendengus keras:
"Kau...Kau benar2 sudah rusak dan tak bisa ketolongan
lagi ! kalau demikian adanya kamipun tak usah memikirkan
ikatan perguruan lagi !"
Sie Soat Ang yang ada disamping merasakan hatinya
makin terperanjat, sebab ia dapat merasakan apabila Loei
Sam telah melanggar pantangan memperkosa bahkan yang
jadi korban adalah sumoaynya sendiri.
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan didengar nada ucapan kedua orang suhengnya
barusan, seakan2 kalau pemuda itu mau menikah dengan
sumoaynya maka hukuman mati bisa dihindari tetapi ia tak
mau, jelas Loei Sam adalah seorang manusia terkutuk yang
sudah tak ketolongan lagi.
Kembali Loei Sam tertawa.
"Terima kasih atas perhatian kalian berdua, hingga detik ini juga kalian berdua masih mau memandang diriku
sesama saudara seperguruan tapi jikalau kalian berdua
masih juga hendak mendesak diriku semacam ini, bukankah
sama artinya kalian sudah memandang aku sebagai orang
luar ?" "Loei Sute !" seru kedua orang itu setelah tertegun sejenak. "Sewaktu kami turun gunung, suhu serta subo telah memberi pesan wanti2 kepada kami berdua..."
"Apa yang suhu katakan?"
"Bagaimanakah tabiat suhu aku rasa tentu sudah kau
ketahui bukan" karena tempo dulu ia pernah angkat
sumpah maka dia orang tua tak bisa turun dari gunung Go
bie lagi, mereka telah berpesan kepada kami asalkan
bertemu dengan dirimu segera suruh turun tangan
membinasakan dirimu!"
Agaknya Loei Sam sama sekali tak gentar dengan
ancaman tadi, sambil angkat bahu katanya.
"Kesemuanya itu sudah berada didalam dugaanku, lalu
apa yang dikatakan Subo?"
Kedua orang itu merandek sejenak kemudian meneruskan kembali kata2nya:
"Subo berkata, sumoay sudah menjadi milik-mu, ia
berharap setelah kami berjumpa dengan dirimu, maka kami
harus berusaha keras menasehati dirimu agar pulang
kegunung, ia pasti akan mohonkan ampun dihadapan suhu
dan tidak menjatuhkan hukuman mati."
Diam2 Sie Soat Ang menghela napas panjang, Saat ini ia
baru tahu sumoay yang telah diperkosa Loei Sam bukan
lain adalah putri kesayangan dari Si Thay sianseng sendiri.
"Ehmm..! lalu bagaimana dengan pendapat kalian
berdua?" akhirnya Loei Sam bertanya.
"Seandainya kau tidak mau ikuti kami pulang kegunung,
maka terpaksa kami berdua harus melaksanakan tugas
sesuai dengan perintah suhu kami!"
Mendengar ucapan itu Loei Sam tertawa terbahak 2
"Haa... haa... suheng berdua benar2 seorang lelaki sejati, aku tidak ingin mencelakai kalian berdua!"
"Apa maksudmu mengucapkan perkataan tersebut."
tanya kedua orang itu rada melengak.
"Perjalanan dari sini hingga ke gunung Gobie ada
laksaan lie jauhnya, perjalananpun mungkin harus
ditempuh selama beberapa bulan, seandainya aku sanggupi
permintaan kalian dan ikut kalian pulang ke gunung,
maka... heee... heee kau harus tahu macam manusia apakah
diriku ini, pekerjaan keji macam apakah bisa aku lakukan,
apakah kalian tak bisa bayangkan sewaktu berada ditengah
jalan aku memperlihatkan sedikit permainan setan,
mencelakai jiwa kalian... apakah jadinya nanti."
Air muka kedua orang itu berubah hebat, sang badanpun
tanpa terasa tergetar sangat keras.
"Maka dari itu..." sambung Loei Sam lebih jauh. "Aku tidak suka berangkat ber-sama2 kalian, sebab aku masih
ingat bahwa kita adalah saudara seperguruan, aku merasa
tidak enak hati kalau sampai terpaksa harus mencelakai
jiwa kalian berdua."
Kedua orang itu saling bertukar pandangan, sepatah
katapun tak dapat diutarakan keluar.
Mereka sadar, apa yang diucapkan Loei Sam sedikitpun
tidak salah, dalam melakukan perjalanan sejauh laksaan li
dan berjalan bersama2 dirinya, pelbagai mara bahaya
kemungkinan besar bisa terjadi, kendari mereka berjaga2
dengan penuh waspada, pada suatu saat bisa teledor juga,
dalam keadaan seperti itu kemungkinan besar jiwa mereka
berdua bisa dicelakai.
Melihat kedua orang suhengnya tidak bicara, dengan
sangat bangga Loei Sam berkata kembali: "Suheng berdua, lebih baik diantara kita tak usah saling ikut campur dalam
urusan masing2, kalian pulanglah kegunung Gobie dan
laporkan saja tidak pernah berjumpa dengan diriku,
bukankah dengan berbuat demikian kalian bisa cuci tangan
disamping tak akan terancam jiwanya. Sumoay mempunyai
wajah yang cukup cantik. sedang kalian berdua pun cukup
tampan, diantara kalian berdua boleh saja salah satu
diantaranya meminang dia sebagai istri, bukankah urusan
segera bisa dibereskan?"
Semakin berbicara ia semakin bangga, pemuda itu tidak
memperhatikan orang yang ada di sebelah kiri air mukanya
makin lama berubah semakin menghebat, menanti ia
menyelesaikan ucapannya orang itu sudah membentak
keras: "Tutup mulut, kau berani bicara ngaco belo?" Air muka orang itu sudah berubah hijau membesi, sepasang matanya
memancarkan cahaya berapi wajahnya kelihatan begitu
mengerikan. Se-akan2 menyadari akan sesuatu, Loei Sam berseru
tertahan. "Aaaah! Siok Toako aku tahu mengapa kau begitu gusar
terhadap diriku?" katanya perlahan "Selama ini kau selalu menghormati serta menyayangi Sumoay, tidak disangka
sumoay telah kena dipatil, kau jadi begitu gusar bukankah
begitu?" Tubuh orang itu gemetar semakin keras, namun wajah
yang semula penuh diliputi kegusaran pada saat ini berubah
jadi amat sedih sekali.
"Kau... kau tak usah bicara lagi. lebih baik kau jangan membicarakan soal ini lagi ."
"Siok Suheng !" ujar Loei Sam sambil tertawa "Watak sumoay amat tinggi dan sombong, terhadap suheng2nya tak
seorangpun dipandang sebelah mata olehnya, kau tentu
tahu bukan akan hal ini " justru karena aku mendongkol
maka kulakukan perbuatan tersebut, sekarang kau boleh
segera kembali kegunung dan pinanglah sumoay di
hadapan suhu, Sumoay dia orang pasti akan menerima
pinanganmu itu, bukankah dengan berbuat demikian aku
sudah menyempurnakan harapanmu " seharusnya kau
berterima kasih kepada aku yang sudah menjadi mak
comblang mu !"
Orang yang berwajah sedih tadi membungkam dalam
seribu bahasa, sebaliknya yang berseru sepatah demi
sepatah kata: "Loei Sam, kau masih mempunyai perasaan malu tidak
?" Wajah Loei Sam benar2 sangat tebal, sambil tertawa ia
menjawab: "Terhadap manusia macam aku, tentu saja tidak kenal apa itu yang di sebut perasaan malu."
"Siok sute ! tak berguna banyak bicara dengan dirinya
mari kita bekerja sesuai dengan perintah suhu !" seru orang itu dengan suara berat.
"Baik !"
Bersamaan dengan ucapan tadi, kedua orang itu bersama2 maju dua langkah kedepan.
"Tahan ! jangan turun tangan lebih dahulu !" Bentak Loei Sam keras2, senyuman yang semula menghiasi
bibirnya saat ini telah lenyap tak berbekas.
Ketika itu sepasang telapak dari kedua orang itu sudah
diayun ketengah udara, mendengar beritakan dari Loei Sam
ini mereka segera menunda gerakannya dan berhenti
bergerak. "Terus terang saja kuberitahukan kepada kalian berdua, sebab setengah tahun berselang sesaat putri kesayangan dari Hiat Goan Sin Koen menemui ajalnya, ia pernah adu jiwa
dengan diriku sehingga aku menderita luka parah dan
hampir2 saja menemui ajalnya hingga pada lukaku belum
sembuh, aku bukan tandingan kalian berdua lagi."
"Kalau begitu, hari naasmu sudah tiba dan masamu
berbuat jahatpun telah berakhir !"
"Tidak salah. Namun sebelum aku menemui ajalnya
akan kuseret seseorang untuk menemani keberangkatanku
ini jikalau kalian berani ingin turun tangan terhadap diriku maka nona Sie akan kubinasakan terlebih dahulu, dia
adalah putri kesayangan Sie Poocu dari benteng Thian It
Poo." "Kau... kau... apakah kau ada urusan sakit hati atau
dendam dengan dirinya ?" tanya kedua orang itu rada
tertegun. "Sama sekali tak ada dendam maupun sakit hati, jikalau aku binasakan dirinya maka sama arti dia sudah mati
ditangan kalian berdua !"
Kedua orang ini sekalipun merupakan saudara seperguruan dengan Loei Sam keji, licik, banyak akal,
perbuatan apapun bisa ia lakukan, sebaliknya kedua orang
itu jujur dia berwelas asih.
Mendengar ucapan dari Loei Sam, mereka berdua
seketika tertegun dan berdiri menjublak.
Mereka berbareng mengalihkan sinar matanya kearah Sie
Soat Ang, tampak olehnya air muka gadis itu pucat pasi
bagaikan mayat, titik air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya, pakaian yang dikenakan sudah robek separuh
sehingga kelihatan kulitnya yang putih bersih, keadaannya
amat mengenaskan sekali.
Mereka berdua tidak tahu kalau Sie Soat Ang pun bukan
seorang manusia baik2, melihat jiwanya terancam timbul
rasa kasihan kedua orang itu.
"Loei Sam! cepat lepaskan!" serunya hampir berbareng.
"Haaa... haaa... suheng anggap aku adalah seorang
bocah gampang dibohongi?" Loei Sam sambil bergelak
"Seandainya aku melepaskan kemudian kalian menyerang
diriku, aku bisa mati konyol" kalian sedang menjalankan
perintah suhu untuk mencabut jiwaku, hal ini sudah
sepantasnya kalau kalian laksanakan, tapi kalau dilakukan
pada saat ini, maka jiwa nona Sie pun akan ikut musnah!"
Mendengar jiwanya akan digunakan sebagai jaminan,
Sie Soat Ang jadi kaget bercampur gelisah, namun dalam
keadaan seperti ini ia tak dapat berbuat apa2, sebab tak
mungkin baginya untuk memohon kedua orang itu turun
tangan terhadap Loei Sam tanpa hiraukan jiwanya sendiri.
Ia tahu Loei Sam adalah seorang manusia berkeras
kepala, apa yang telah diucapkan dapat saja dilakukan..
Seandainya kedua orang suheng benar-benar turun tangan
terhadap dirinya, maka yang akan mati lebih dahulu adalah
ia. Pertama2 yang akan mati lebih dahulu adalah ia sendiri.
Kedua orang itu saling bertukar pandangan dengan wajah
serba salah, lama sekali mereka tak memperlihatkan reaksi
apapun. Air muka Loei Sam berubah memerah, kembali ia
membentak: "Pada waktu2 yang lampau kalian tak mau turun tangan
terhadap diriku, buat apa kalian begitu bersikeras hendak
turun tangan pada saat ini sehingga harus mengorbankan
pula selembar jiwa nona Sie yang sama sekali tiada ikatan
dendam dengan diri kalian berdua?"
Walaupun terang2an kedua orang itu tahu ucapan
tersebut hanya gertak sambal belaka, namun justru yang
dikatakan adalah kematian Sie Soat Ang disebabkan
mereka berdua hal ini membikin kedua orang ini semakin
ragu2 lagi. "Suheng berdua!" mendadak Loei Sam berteriak keras,
"Hiat Goan Sin Koen berada dibenteng Thian It Poo,
kemungkinan besar setiap waktu bisa tiba disini, aku tidak
akan banyak berbicara dengan dirimu lagi, akan kuhitung
sampai tiga, kalau kalian belum juga mau meninggalkan
tempat ini, maka nona Sie akan segera kubunuh, dan
kematiannya ini sama halnya disebabkan oleh kalian
berdua." Selesai bicara ia merandek sejenak kemudian mulai
menghitung. "Satu!"
Sembari berseru telapak tangannya mulai disaluri tenaga
murni dan ditempelkan keatas batok kepala Sie Soat Ang.
Gadis itu kontan merasakan adanya segulung tenaga
murni yang maha dahsyat menerjang masuk melalui jalan
darah Pek-hwee hiatnya langsung menyebar keseluruh
tubuh mendatangkan rasa sakit yang luar biasa. tak tahan ia mulai merintih kesakitan.
Rintihan tersebut membuat dua orang itu menghela
napas panjang dan bersama sama mundur kebelakang.
Loei Sam tertawa terbahak bahak. "Haaa... haa... kalian harus mundur dua puluh tombak lagi!" perintahnya.
Kedua orang itu dibikin apa boleh buat, terpaksa mundur
kembali dua puluh tombak kebelakang.
"Didalam satu jam kalian dilarang berkutik." Teriak Loei Sam keras2 "Relakan aku pergi bersama2 nona Sie. Sudah dengar belum?"
Kedua orang itu membungkam. kecuali menghela napas
panjang dengan perasaan apa boleh buat, Loei Sam tertawa
aneh, ia menyeret Sie Soat Ang dan berkelebat kedepan,
dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap tak
berbekas. Lama sekali kedua orang itu berdiri tertegun,
kemudian salah satu diantaranya baru berkata memecahkan
kesunyian. "Su site, bagaimana dengan kita?"
"Jie suko, aku lihat... aku lihat... terpaksa satu jam lagi kita baru mengejar keparat tersebut."
"Sekalipun kita berhasil menyandak dirinya." kata lelaki yang disebut Adik seperguruan keempat sambil tertawa
getir, "la akan menggunakan sanderanya nona Sie untuk
menggertak kita. sama pula kita tak bisa turun tangan...
ba... bagaimana kita bisa memberi laporan kepada suhu?"
Orang itu menghela napas, mendadak selintas rasa
girang berkelebat lewat.
"Aaah, tidak menjadi soal, dia., dia tidak akan bertahan lama terhadap seorang gadis, beberapa hari lagi ia pasti
akan meninggalkan nona Sie".
"Sekalipun ia tinggalkan nona Sie, apakah tak bisa
mencari perempuan lain " persoalan ini.. persoalan ini.."
Kedua orang itu sangat murung dan hati terasa sedih,
pada saat itulah mendadak terdengar jerit lengking seorang
gadis berkumandang datang dari tempat kejauhan.
"Jie suko !..su suko.."
Mendengar panggilan itu kedua orang lelaki tersebut
amat terperanjat.
"Aah, siauw sumoay !" serunya hampir berbareng.
Tapi dengan cepat pula mereka membantah sendiri:
"Aah tidak mungkin, mana mungkin siauw sumoay bisa
sampai disini " suhu serta sunio mana mengijinkan dia pergi
?" Dari balik hutan tampak sesosok bayangan merah
berkelebat mendekat, gerakannya cepat laksana kilat, dalam
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekejap mata bayangan tadi sudah tiba dihadapan mereka
berdua. dia bukan lain adalah seorang gadis bermantel
merah dengan potongan wajah yang cantik jelita.
Umurnya baru tujuh, delapan belas tahun, wajahnya
potongan kwaci dengan sepasang mata yang jeli dan
bening, mantelnya terbuat diri bulu rase hanya sayang gadis ini kelihatan begitu murung dan kucel.
"Chen Sumoay ! "seru kedua orang pemuda itu dengan gelagapan sewaktu dilihatnya gadis itu menghampiri
mereka. "Kaupun datang kemari " apakah suhu tahu akan
kedatanganmu..."
Gadis ini bukan lain adalah adik seperguruan dari kedua
orang pemuda itu, atau merupakan putri tunggal dan Si
Thay sianseng manusia aneh dalam dunia persilatan
dewasa ini nama lengkapnya Si Chen. sementara ia
gelengkan kepalanya.
"Tia tidak tahu akan kepergianku!" jawabnya.
"Lalu sunio tahu bukan" seharusnya dia orang tua
diberitahu !" seru kedua orang itu dengan hati gelisah.
Kembali Si Chen menggelengkan kepala, butir air mata
jatuh berlinang membasahi wajahnya, namun ia tidak ingin
kedua orang kakak seperguruannya tahu, ia mendongak dan
menjawab: "Ibupun tidak tahu !"
"Sumoay, hal ini mana boleh jadi " kau berkelana
seorang diri dalam dunia persilatan.. Aaai dari gunung Go
bie sampai disini ada selaksa lie, kau berjalan seorang diri mana boleh?"
"Suko berdua, apa yang harus kutakuti lagi " coba kalian jawab, apa yang harus kutakuti lagi?" air mata jatuh
berlinang makin deras.
"Chen sumoay !" Kedua orang pemuda itupun tak dapat menahan diri dan ikut mencucurkan air mata.
Suasana jadi hening, tak kedengaran sedikit suarapun,
akhirnya Si Chen-lah buka suara lebih dulu, ujarnya: "Aku lepaskan pakaianku ditepi dinding jurang, pura2 bunuh diri
dengan terjunkan diri kedalam jurang, kemudian secara
diam2 turun gunung."
"Sumoay, kau berbuat demikiam apakah tidak takut suhu
serta sunio amat bersedih hati ?"
"Tentu saja aku berpikir sampai disitu" sahut Si Chen sambil tertawa sedih. "Tapi aku pikir merekapun sudah
terlalu sedih, seandainya tahu aku telah mati, rasa sedih
mereka tidak akan lebih jauh, terutama sekali Tia, nama
besarnya sudah tersohor di mana2, setiap orang Bu lim
tentu menaruh rasa jeri kepadanya "
Mendadak ia membungkam dan tidak teruskan lagi
kata2nya. Kembali suasana jadi hening, kecuali hembusan
angin yang menderu.
Akhirnya Si Chen tertawa getir serunya:
"Sepanjang jalan aku mengejar kemari, suatu saat aku
berhasil temukan kabar beritanya, aku tahu ia berada
dibenteng Thian It Poo dan segera kukejar."
Kedua orang pemuda itu tertegun mereka cuma bisa
mengangguk. "Akupun tahu si Hiat Goan Sinkoen sedang
mencari dia, bukankah begitu?"
Sekali lagi kedua orang pemuda tersebut mengangguk.
"Tetapi ketika aku tiba dibenteng Thian It Poo" lanjut Si Chen "Benteng tersebut sudah kacau balau, Hiat Goan
Sinkoen-sedang bertarung mati2an melawan seorang
perempuan gila, Yu loo-koay lah yang beritahu kepadaku
bahwa dia berangkat keutara. Jie suko, Su Suko, apakah
kau berhasil menyusulnya?"
Kedua orang ini tukar pandangan dan membungkam,
merasa sulit untuk buka suaranya.
Melihat kejadian itu timbul rasa curiga dalam hati Si
Chen. "Suko berdua, apakah kalian ada urusan yang sedang
mengelabui diriku?" tanyanya.
"Tidak ada... tidak ada?" buru2 kedua orang itu
goyangkan tangannya berulangkali, Si Chen menghela
napas-panjang. "Aku tahu kalian tak akan berbuat demikian, bencana
yang kualami sudah cukup mengenaskan kalian... kalau
kalian masih mengelabuhi diriku tentang satu persoalan
maka . . . aai . . . kalian sedikit keterlaluan."
Ucapan ini betul2 tajam, kedua orang itu semakin
kelabakan dibuatnya.
"Loei Sam dia . . . dia . . . barusan saja kami berjumpa dengan dirinya" ujar kedua orang itu dengan gelagapan.
Seluruh tubuh Si Chen tergetar keras. "Lalu, mengapa
kalian tidak hadang jalan perginya ?" ia berseru.
"Tentu saja kami sudah menghalangi jalan perginya"
jawab salah seorang pemuda itu sambil tertawa getir,
"bahkan siap sedia menangkapnya pulang kegunung, cuma
dia menangkap nona Sie sebagai sanderanya, kalau kami
akan turun tangan menangkap dirinya,
ia akan membinasakan nona Sie lebih dahulu, oleh karena itu kami
. . . kami . . ."
"Karena itu kalian lepaskan dia pergi, bukan begitu ?"
sambung Si Chen sambil menghela napas panjang.
Dengan rasa jengah kedua orang itu mengangguk.
"Kalian terlalu berbelas kasihan, sedang dia terlalu jahat"
Kata gadis itu sambil tertawa getir. "Nona Sie itu..."
"Dia adalah putri kesayangan dari Thian It Poocu !"
"Mengapa kalian tidak kejar dirinya " baik, aku akan
pergi mengejarnya, sekalipun tak bisa mengapa-apakan
dirinya, paling sedikit harus menolong nona Sie itu !"
Ucapan ini seketika menyadarkan kedua orang itu,
mereka terkesiap dan berseru berbareng: "Ucapan sumoay sedikitpun tidak salah, mari kita kejar dirinya !"
Demikianlah ketiga orang itu segera mengejar kearah
mana Loei Sam melarikan diri tadi.
Menanti ketiga bayangan tubuh itu sudah lenyap dari
pandangan, mendadak terdengar gelak tertawa Loei Sam
berkumandang memecahkan kesunyian dari atas sebuah
pohon muncullah pemuda itu sambil membopong Sie Soat
Ang. Setelah melayang keatas tanah, ia tertawa bergelak dan
berkata: "Nona Si, coba kau lihat bagaimanakah tipu
muslihat ku " kau bisa berkenalan dengan manusia
sepertiku, hitung2 tidak rugi jadi manusia !"
Kiranya pemuda itu tidak berlalu, sebaliknya cuma
bersembunyi diatas sebuah pohon.
Karena jalan darahnya tadi tertotok, Si Soat Ang tak
dapat berteriak sekarang ia bebas dari pengaruh totokan
menjeritlah gadis ini se-jadi2nya.
Namun Loei Sam tertawa tergelak sambil menjengek.
"Nona manis, sekalipun kau berteriak sampai serakpun
percuma saja tak mungkin ada orang yang mendengarkan
jeritanmu itu!"
Sie Soat Ang berhenti berteriak, serunya:
"Kau... bukankah gadis tadi adalah sumoay mu" dia
begitu cantik, kalau kau bisa jadi suami istri dengan dirinya, bukankah bagus sekali?"
"Hiii... hihi . . . cantik sih cantik, cuma kalau
dibandingkan dengan engkau, maka ia ketinggalan jauh
sekali" Diam2 Sie Soat Ang mengeluh, ia tidak menyangka
perubahan yang terjadi semalaman bisa demikian besar.
Ingin sekali ia meronta namun tenaganya musnah sama
sekali, bahkan ketika itu bibir sang pemuda dengan paksa
mencium bibirnya.
Sekali lagi Sie Soat Ang menjerit kali ini ia menjerit
sekeras kerasnya namun baru dua kali ia berteriak bibirnya
sudah tersumbat kembali oleh bibir Loei Sam napasnya
mulai ter-sengkal2 dan keadaan amat kritis.
"Aduuh, sungguh romantis." tiba2 terdengar orang
berseru. Loei Sam terkesiap, dengan cepat ia berpaling.
Tampak olehnya, tidak jauh dibelakang tubuhnya diatas
permukaan salju yang tebal berdiri seseorang.
Orang itu berusia tiga puluh tahunan, berdandan siucay,
wajahnya kurus panjang dengan sebuah codet dikening
kirinya, hal ini membuat potongan mukanya kelihatan jauh
lebih panjang. Melihat munculnya seseorang. Si Soat Ang segera
berteriak minta tolong.
"Ooouw enghiong tolonglah diriku!" sastrawan itu tetap berdiri dibawah pohon, bajunya berwarna putih bagaikan
salju, keadaannya amat aneh sekali.
Mendengar Si Soat Ang berteriak, Loei Sam segera
menghardik. "Kalau kau menjerit lagi akan kutotok jalan darah
gatalmu!" Tentu saja Sie Soat Ang tahu, bila seseorang tertotok
jalan darah gatalnya maka seluruh tubuh akan terasa kaku
dan gatal, lebih sengsara dari pada mati, karena takut pada ancamannya ia segera membungkam.
Ketika itulah sisastrawan berbaju putih itu berkata:
"Memandang keadaan anda mentereng dan terpelajar tak
disangka perbuatanmu ternyata begitu rendah dan terkutuk
!" "Hmmm, apa sangkut pautnya dengan urusan mu ?"
jengek Loei Sam sambil tertawa dingin.
"Eeeei " bukankah anda adalah seorang ahli silat ?"
"Omong kosong, apakah aku tak dapat melihat sendiri ?"
"Nah, melihat ketidak adilan maka sebagai seorang
pendekar haruslah turun tangan menyelesaikan persoalan
itu secara bijaksana, kalau anda seorang ahli silat, kenapa bertanya kepadaku apa sangkut pautnya dengan urusan
tersebut ?"
"Oooouw. . . kiranya kaupun seorang ahli silat, Hmm,
ingin sekali kulihat sampai dimana kehebatanmu itu !"
Sebelum ia bertindak sesuatu mendadak serasa segulung
angin berhembus lewat, bayangan tubuh sastrawan tadi
laksana kilat telah meluncur datang.
Loei Sam terkesiap. ia merasa kejadian ada di luar
dugaan, untung sebelumnya sudah bikin persiapan. telapak
kiri dibalik kemudian melancarkan sebuah hantaman
kedepan. Angin pukulan men deru2, belum sampai sasarannya
terkena, bayangan tubuh orang itu kembali lenyap tak
berbekas diikuti pergelangan tangan nya tiba2 jadi kaku.
Ternyata tubuh sisastrawan yang menerjang ke depan
walaupun cepat laksana kilat namun secara tiba2 ia sudah
berputar ke sebelah kanan Loei Sam dan menyentuh urat
nadinya. Serangan ini terkena telak, Loei Sam kontan merasakan
urat nadinya kaku dan tak kuasa lagi kelima jari tangannya
mengendor. Perubahan jurus dari sastrawan itu amat cepat sekali,
baru saja Loei Sam kendorkan tangannya sisastrawan itu
sudah menyambar tangan Sie Soat Ang dan didorongnya ke
depan, dengan ringan dan mantap tubuh gadis itu meluncur
beberapa tombak jauhnya dan kalangan.
Melihat korbannya dirampas, Loei Sam amat gusar
sambil kesempatan waktu sisastrawan mendorong tubuh Si
Soat Ang keluar kalangan, jari tangannya bergerak cepat
menotok jalan darah "Hoa Kay Hiat" ditubuh lawan.
Jalan darah Hoa-kay hiat merupakan satu jalan darah
penting ditubuh manusia, tindakan dari Loei Sam ini
menunjukkan kalau ia ada maksud membinasakan lawan
dalam satu jurus serangan belaka.
Dengan cepat sastrawan itu menyusup tubuhnya
kebelakang, sepasang alis berkerut dan tegurnya:
"Kau adalah anak murid dari Si Thay sianseng ?"
Loei Sam melakukan pengacauan digunung Go-bie, ini
sama hal sudah diusir dari perguruan, namun nama Si Thay
sianseng sangat berpengaruh di dunia persilatan, oleh sebab itu setiap orang yang mengatakan dia adalah muridnya Si
Thay sianseng, selamanya pemuda ini tak pernah menolak,
ia segera tertawa.
"Kalau sudah tahu asal usulku, kenapa kau tidak sipat
ekormu dan melarikan diri dari sini?"
"Benarkah kau anak murid dari Si Thay sianseng ?"
kembali sastrawan itu bertanya, sementara sepasang
matanya melototi pemuda itu tajam2. "Ditinjau dari jurus serangan tersebut kau memang ahli waris dan Si Thay
Sianseng, tapi memandang dari tindak laku dirimu yang
rendah serta memalukan. tidak mungkin seorang pendekar
sejati punya murid macam kau."
Terhadap makian ini Loei Sam tidak marah, yang
membuat ia naik pitam adalah tindakan Sie Soat Ang yang
melarikan diri ter-birit2 setelah di tolong oleh sastrawan
tadi, ia segera menghardik:
"Ayoh cepat minggir !"
"Criing..." dari balik ujung bajunya mendadak meluncur keluar sebatang pedang pendek, senjata nya langsung
mengarah tenggorokan lawan.
"Aaai . . . ilmu silatmu tidak terhitung jelek" seru sastrawan tersebut sambil menghela napas panjang, ia
mundur kebelakang meloloskan diri dari ancaman.
Melihat serangannya gagal Loei Sam makin gusar, sebab
waktu itu Si Soat Ang sudah jauh melarikan diri sehingga
sebuah titik hitam belaka.
"Tingkah lakumu amat mencurigakan sekali" Seru
sastrawan tadi setelah berhasil meloloskan diri dari
ancaman maut, "Aku lihat kebanyakan kau berhasil
mencuri dapat satu dua jurus ilmu silat dari Si Thay
sianseng, kemudian sengaja melakukan keonaran dalam Bulim dengan maksud merusak nama baik Si Thay sianseng,
akan ku tangkap dirimu untuk kemudian diserahkan ke
pada Si thay sianseng."
Mendengar ucapan itu Loei Sam teramat gusar
bercampur kaget, namun ia sadar ilmu silat lawan amat
lihay sekali, segera ujarnya dengan nada dingin:
"Bagus sekali, kulihat sampai dimanakah ilmu silatmu
sehingga bisa membawa aku pergi."
Tubuh sisastrawan yang sudah mundur berulang kali
mendadak menerjang kembali kedepan dengan kecepatan
laksana sambaran kilat, kali ini Loei Sam pun sudah bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan.
Melihat terjangan sastrawan itu amat cepat, diam2 Loei
Sam kegirangan. pikirnya:
"Bagus...bagus...makin cepat kau datang semakin
bagus..." tubuhnya mendadak merandek, kemudian
pedangnya diayun kedepan mengirim sebuah tusukan
ganas. Siapa nyana mendadak pandangan matanya jadi kabur,
bayangan lawan sudah lenyap tak berbekas diikuti segulung
Jago Kelana Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
angin tekanan yang amat keras menekan tubuhnya.
Loei Sam terperanjat jangan dikata setengah tahun
berselang ia pernah terluka parah, kendari ilmu silatnya
sudah pulih semuapun tak akan ia sanggup menghadapi
keadaan semacam ini.
Dalam keadaan gugup dan terdesak, ia tak sempat
berkelit lagi. terpaksa pedangnya berputar kencang
melancarkan sebuah tusukan kembali.
Tusukan ini amat cepat, serangannya dahsyat, namun
bagaimanapun juga terlambat satu langkah, mendadak
pergelangannya jadi kaku dan urat nadinya sudah dicekal
lawannya erat-erat.
"Trang. . !" pedang pendeknya terlepas dari cekalan diikuti suara ejekan dari sastrawan berbaju putih itu
bergema datang: "Hemm ! kiranya pedangmu sudah
direndam racun keji, dari aliran lurus tak ada manusia
macam kau!"
Diatas pedang pendek milik Loei Sam memang sudah
dipolesi racun keji, bahkan suatu racun yang ganas dan
segera mencabut nyawa seseorang apabila berjumpa dengan
darah, tetapi tanda2 tersebut amat samar sekali, tak
mungkin bisa ketahuan oleh orang biasa.
Kini orang bisa menunjukkan bahwa pedang nya
beracun, hal ini bisa ditarik kesimpulan be tapa tajamnya
sepasang mata orang ini, kejadian tersebut membuat Loei
Sam semakin terperanjat.
Tapi urat nadinya sudah dicekal orang, tak sedikit
tenagapun masih tersisa, dalam keadaan keritis ia tidak jadi bingung,
sambil tertawa2 jengeknya: "Oooouw...
kepandaian anda tidak jelek juga. entah kau berasal dari
perguruan mana."
"Guruku adalah sahabat dari Si Thay sian-seng, padahal dari gerakanku barusan sudah sepantasnya kau tahu siapa
diriku !" Pikiran Loei Sam jadi terang, ia semakin terperanjat
sebab teringat olehnya ia pernah mendengar dari suhunya
yang menyatakan diantara sahabat2 lamanya terdapat
seorang manusia jelek yang suka memakai baju warna
putih, sifatnya berangasan dan bongkok, orang2 Bu lim
menyebutnya sebagai Lieh Hwie Sin Tho atau si Bongkok
Sakti berangasan.
Sekalipun wajahnya jelek, ia punya seorang istri yang
kecantikan wajahnya sulit dicarikan tandingannya, karena
perbedaan yang menyolok inilah ia sering diejek orang.
Diantara tiga macam ilmu sakti yang dimiliki Si
Bongkok Sakti Berangasan ini terhadap suatu ilmu langkah
yang lihay disebut "Mie Tjong Sin Poh" atau ilmu langkah sakti penghilang jejak, gerakan yang dipergunakan
sastrawan tersebut.
Teringat akan kepandaian itu Loei Sam kaget sampai air
mukanya berubah hebat, walaupun ia berusaha untuk
menenteramkan hatinya.
"Ooouw... sekarang aku paham sudah, bukankah Heng
thay adalah anak murid dari si Bongkok Sakti Berangasan?"
tegurnya sambil tertawa.
"Hmmm siapa yang kesudian menyebut saudara dengan
dirimu." hardik sisastrawan.
"Hiii... hihi soal ini tak bisa salahkan diriku, anda punya hubungan sama si Bongkok.berangasan, tentu saja kita
harus saling menyebut saudara, siapa suruh antara Si Thay
sianseng dengan si Bongkok Sakti Berangasan mengikat tali
persaudaraan ?"
Sastrawan berbaju putih ini bukan lain adalah putra
kesayangan si Bongkok Sakti Berangasan mendengar
ucapan itu dia lantas mendengus.
"Hmm ! tingkah lakumu hanya merusak dan menodai
nama baik gurumu saja !" serunya.
"Haa...haa...haa...kelihatannya nama besar si Bongkok
Sakti Berangasan bukan nama kosong belaka, aku lihat
Heng-thay pun sudah ketularan beberapa bagian watak
berangasannya. coba lihat. bekerja tanpa membedakan
mana putih mana merah !"
"Eeei., apa maksudmu berkata begini, bagian manakah
yang kau rasa tidak benar ?"
"Tahukah kau siapakah gadis yang barusan kau tolong
itu ?" Pertanyaan ini membuat si sastrawan berbaju putih
seketika tertegun, waktu itu ia cuma melihat Loei Sam
menangkap Si Soat Ang dan gadis itu hendak diperkosa,
sedangkan siapakah Sie Soat Ang ia tidak tahu.
Karena itu mendapat pertanyaan tersebut ia jadi
tertegun, kemudian gelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku tidak tahu siapakah dia, tapi tidak pantas kau
bersikap macam itu terhadap seorang nona?"
"Haaa... haaa... haaa..." Loei Sam segera mendongak tertawa terbahak2 dengan kerasnya, "Apa itu nona atau
bukan nona, diakan istriku!"
"Apa kau katakan ?" sastrawan itu amat terperanjat.
"Dia adalah istriku, dia adalah nyonya ku !"
"Kaaa, , . kalau dia adalah hujienmu, lalu mengapa ia
menjerit ?" sastrawan tersebut dibikin gelagapan.
"Aku rasa Heng thay tentu belum menikah, bukankah
begitu ?" "Benar, aku belum menikah."
"Nah itulah dia, justru karena Heng thay belum menikah maka tak akan tahu perbuatan apa saja yang sering
dilakukan antara suami dan istri, ia minta aku untuk
kerjakan suatu persoalan aku tidak setuju, karena itu
hatinya jadi dongkol dan tak mau bermesraan dengan diriku
kalau bukan perbuatanmu yang gegabah niscaya persoalan
sudah selesai !"
"Tidak benar, sewaktu aku berjumpa dengan kalian.
akupun mendengar dia. . . dia berkata agar kau mengawini
sumoaymu saja."
"Benar, ia memang seorang yang cemburuan, rasa
dengkinya terlalu besar."
"Tapi aku mendengar ia minta tolong apakah aku sudah
salah mendengar?".
"Tentu saja kau tidak salah mendengar, wataknya
memang begitu suka mendatangkan kerepotan buat diriku
karena ia dongkol maka dipanggilnya dirimu untuk diadu
dengan aku."
"Kalau Heng thay tidak percaya mari kita kejar dirinya.
Setelah kau bertanya sendiri urusan akan jadi jelas,
bagaimana ?"
Perkataan Loei Sam yang lihay ini membuat pikiran
sisastrawan goncang, setelah termenung sejenak ia
mengangguk. "Baiklah !"
Sembari berkata ia kendorkan tangannya. Tujuan Loei
Sam banyak berbicarapun bukan lain agar sisastrawan suka
lepaskan tangannya.
-oo0dw0ooo- Jilid 7 SEJAK semula Loei Sam sudah bikin persiapan ketika
sastrawan itu kendorkan tangannya, ia segera putar
badannya cepat2.
Dengan perputaran ini hampir2 saja ia saling bertempelan muka dengan pihak lawan, ilmu silat
sastrawan itu tidak lemah, melihat gerakan tersebut ia
segera sadar bahaya, badannya buru2 mundur kebelakang.
Ketika itulah diiringi segulung angin pukulan Loei Sam
menghantam dada sastrawan tersebut, namun berhubungan
lawannya sudah keburu mundur maka kendari serangan
tadi bersarang telak namun tenaganya sudah jauh
berkurang, bokongan ini tidak sampai membuat lawannya
cedera. Namun Loei Sam betul berhati keji, ia sudah menduga
serangannya pasti mengenai sasaran kosong, karena itu
dalam genggamannya sudah tersedia sebatang senjata
rahasia sewaktu serangannya gagal, senjata rahasia yang
tipis bagaikan kertas dan panjangnya beberapa coen itu
dengan disertai desiran tajam menyambar keiga sastrawan
tersebut. Serangan tersebut bersarang telak, hanya dikarenakan
lempengan baja itu amat tipis maka dari mulut luka tidak
mengucurkan darah, Sastrawan itu hanya merasakan
iganya jadi dingin tersambar sesuatu.
Melihat serangan bersarang telak, Loei Sam bersuit
Jodoh Rajawali 11 Musuh Dalam Selimut Karya Liang Ie Shen Kisah Bangsa Petualang 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama