Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Bagian 15
Pada saat itu, Ki Salmun datang berlarian. ketika dia sedang bekerja di ladang, dia mendengar dari seorang tetangga bahwa di pekarangan rumah Ki Subali terjadi perkelahian. Dia cepat pulang dan mendapatkan Ki Subali sekeluarga dan dua orang tamunya sedang bercakap-cakap di serambi rumah. Dia segera mendengar semua yang telah terjadi dari Neneng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Salmah dan kini Ki Salmun merasa lega puterinya terlepas dari ancaman bahaya, bahkan juga Sulastri telah sembuh dan pulih ingatannya!
"Mari kita semua masuk dan bicara di dalam. Lastri, Neneng, cepat membuat hidangan untuk menghormti kedua orang tamu kita. sembelih dua ekor ayam!" perintah Ki subali dengan gembiara. mereka semua masuk kedalam dan dua orang gadis itu dengan gembira. mereka segera sibuk di dalam dapur, akan tetapi Neneng Salmah melihat Sulastri terkadang seperti orang melamun, terkadang mengerutkan alisnya seperti orang murung.
"Hei, Lastri, kenapa engkau melamun saja?" Neneng Salmah menepuk pundaknya menggoda.
Sulastri menggeleng kepala lalu mencubit lengan Neneng Salmah.
"Ih, cerewet amat sih kamu! Nanti saja kita ngomong-ngomong, sekarang bukan waktunya ngobrol, pekerjaan banyak. Hayo cepat sembelih dua ekor ayam itu!"
Neneng Salmah bergidik. "Wah, aku tidak tega, Lastri.
selama hidup belum pernah aku menyembelih ayam. Biasanya yang melakukan itu adalah bapaku. Aku mana berani?"
Sulastri tertawa. "Heh-heh, engkau tidak menyadari bahwa kini engkau bukan Neneng Salmah sang waranggana yang lemah gemulai lagi! Engkau bahkan dapat membela diri dari serangan pangeran banten yang cukup digdaya tadi."
"Wah, orang jahat itu!" dengus Neneng, akan tetapi segera disambungnya sambil tertawa. "Nah, sekarang engkau malah yang memperpanjang obrolan. Hayo kerja, engkau yang memotong ayam, aku nanti yang membersihkannya. Sekarang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku memasak air, mengupas terong dan memotong sayur dan menyiapkan bumbu!"
Dua orang gadis itu segera sibuk bekerja. akan tetapi diam-diam perasaan Sulastri mengalami goncangan hebat.
Seolah ia teringat akan semua masa lalunya, banyak hal yang membuat ia merasa risau, gelisah, duka, dan bingung. Pertama tentu saja kedukaan teringat bahwa Ki Ageng Pasisiran, kakek yang menjadi gurunya dan amat ia hormati dan kasihi itu, telah tewas terbunuh orang. Tadinya sebelum ia teringat, mendengar hal itu ia hanya merasa kasihan saja. Akan tetapi sekarang ia ingat akan keadaan gurunya, wajahnya, wejangan-wejangannya, dan hubungan akrab antara mereka sebagai guru dan murid, sehingga ia merasa berduka dan juga marah sekali kepada Hasanudin seorang murid pula dari Ki Ageng Pasisiran atau Ki Tejo Langit, yang baru satu kali pernah dijumpainya, dan kepada Raden Banuseta yang katanya dia yang membawa pasukan Kumpeni dan melakukan penyerbuan ke rumah Ki Ageng Pasisiran dan menyebabkan tewasnya Ki Ageng Pasisiran dan puteranya Ki Sudrajat. Dia juga teringat kepada Jatmika, putera Ki Sudrajat, yang menyatakan cinta kepadanya.
Teringat kepada pemuda ini, ia menjadi bingung.Lalu ia teringat kepada Lindu Aji! Jantungnya berdebar ketika teringat kepada pemuda yang sejak remaja menjadi sahabat yang dekat dengannya, teringat betapa kini pemuda itu telah menjadi seorang yang sakti mandraguna dan masih ada ikatan saudara seperguruan dengannya karena Lindu Aji menjadi murid Ki Tejo Budi yang menjadi adik seperguruan Ki Tejo Langit.
Namun begitu ia teringat akan pengakuan Neneng Salmah betapa gadis yang disayangnya seperti saudara sendiri itu jatuh cinta kepada Lindu Aji! Ia menjadi gelisah, duka, penasaran,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan bingung. Akan tetapi semua itu dipendamnya dalam hati dan ia menyibukkan diri dengan pekerjaan dapur.
Ki Subali dan isterinya, Ki Salmun dan Neneng Salmah dengan sangat membujuk Parmadi dan Muryani agar menginap di rumah mereka. tadinya suami isteri itu hendak melaanjutkan perjalanan mereka, akan tetapi karena pihak tuan rumah sekeluarga menahan mereka dengan berbagai bujukan, akhirnya mereka mangalah juga dan bersedia menginap semalam di rumah itu. Ki Subali menyerahkan kamarnya kepada mereka. Dia sendiri tidur bersama Ki Salmun, dan Nyi Subali mengungsi tidur di kamar Sulastri dan Neneng Salmah.
Malam itu sehabis makan, mereka semua bercakap-cakap di ruangan dalam. Banyak sekali cerita tentang pangeran dari Banten yang tadi datang bersama dua orang datuk. Neneng Salmah menceritakan asal mula pertemuannya dengan Raden Jaka Bintara di Sumedang dan betapa ia diculik oleh pangeran itu akan tetapi diselamatkan oleh Lindu Aji dan disuruh melarikan diri, mengungsi ke Dermayu, dan kini mondok di rumah Ki Subali. Sulastri juga "ditanggap", yaitu dihujani banyak pertanyaan tentang pengalamannya. Sulastri juga banyak bercerita tentang perjalanannya bersama Lindu Aji, pengalamannya melawan para mata-mata Kumpeni Belanda sampai ia terjatuh ke bawah tebing yang curam. Kemudian pengalamannya bersama Jatmika. Semua orang merasa kagum akan semua pengalaman yang aneh, berbahaya dan hebat dari gadis perkasa itu.
"Sekarang kami harap agar Kakang Parmadi suka menceritakan riwayat kalian berdua sehingga sampai tiba di sini." kata Sulastri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Parmadi menghela napas. "Kami sebetulnya tidak sengaja ke dermayu. Akan tetapi ternyata beginilah jadinya dan ini sudah diatur oleh kekuasaan Gusti allah sehingga kami dapat bertemu denganmu, Adi Sulastri. Kami tinggal di kadipaten Pasuruan dan kami berdua mendengar bahwa Gusti sultan Agung sudah mengadakan persiapan untuk mengirim bala tentara, hendak menyerang Kumpeni Belanda di Jayakarta lagi sebagai penyerangan kedua. Karena penyerangan kedua inipun agaknya menghadapi pertahanan Belanda yang amat kuat, maka kami berdua mengambil keputusan untuk membantu Mataram. Akan tetapi kami tidak masuk menjadi perajurit dan ingin membantu secara sukarela, maka kami mendahului pasukan Mataram. Kami menuju ke Jayakarta atau Batavia dan hari ini kebetulan sekali kami lewat di dermayu ini dan bertemu dengan Adi Sulastri."
"Jadi Anakmas Parmadi sekarang hendak pergi ke Batavia untuk ikut berjuang melawan Kumpeni?" Tanya Ki Subali.
"Hemm, aku ingat sekarang! Aki Somad tadi, kakek bungkuk berpunuk yang ikut datang menyerang ke sini, adalah seorang antek Kumpeni Belanda pula! Ketika melakukan perjalanan bersama Mas Aji ...... eh, maksudku Lindu Aji, aku biasa menyebutnya Mas Aji. Ketika itu Aki Somad bersama Ki Harya Baka Wulung, Nyi Maya Dewi dan juga Banuseta yang ternyata telah membunuh Eyang Guru Tejo Langit!"
Muryani berkata marah. "Mereka itu memang orang-orang jahat yang menjadi antek Kumpeni Belanda dan yang pantas kita basmi!"
Parmadi menyambung ucapan isterinya. "Setelah mendengar akan kematian Paman Guru Ki Tejolangit dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
puteranya di tangan Banuseta yang dibantu oleh Hasanudin, maka kami berdua juga ingin mencari mereka yang telah menjadi antek Kumpeni untuk membasmi mereka. Kami akan melanjutkan perjalanan ke Jayakarta besok pagi, paman." kata Parmadi kepada Ki Subali.
"bagus! memang telah menjadi kewajiban bagi setiap orang kawula untuk membela Negara dan bangsa yang terancam oleh siapa saja, terutama oleh bangsa lain!: kata Ki Subali dan Ki Salmun juga mengangguk angguk membenarkan.
Mereka bercakap-cakap sampai jauh malam dan pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Parmadi dan Muryani meninggalkan rumah keluarga Ki Subali untuk melanjutkan perjalanan mereka, diantar oleh seluruh anggauta keluarga itu sampai ke depan pintu pekarangan.
*** Semenjak mendapatkan ingatannya tentang masa lalunya, Sulastri banyak melamun. Hal ini terutama sekali diketahui benar oleh Neneng Salmah yang setiap hari hampir selalu berdekatan dengannya, bahkan setiap malam tidur sekamar. Akan tetapi kalau ditanya dan didesak, Sulastri hanya menggeleng kepalanya dan menjawab bahwa ia baik-baik saja dan tidak ada apa-apa. Atau ia sering menggunakan alasan bahwa kematian Ki Tejo Langit yang membuat ia sering melamun dan berduka. Padahal bukan hanya itu yang membuatnya gelisah, melainkan terutama sekali kalau ia teringat kepada Lindu Aji dan Jatmika!
Pada suatu malam, Neneng Salmah yang merasa rindu kepada Lindu aji, mengungkapkan perasaan hatinya kepada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sulastri. "Lastri, di mana ya kira-kira sekarang ini Kakangmas Lindu Aji?"
Mereka berdua sudah rebah di tempat tidur masing-masing yang berjajar di kamar itu. mendengar pertanyaan ini, Sulastri lalu miringkan tubuhnya menghadap ke arah Neneng.
"Ah, maksudmu Mas Aji" Agaknya engkau sudah rindu sekali padanya, ya?"
Neneng tersipu. Ia tersenyum dengan kedua pipi berubah kemerahan. Sulastri harus mengaku dalam hatinya betapa ayu manis bekas waranggana dari Sumedang ini.
Tidaklah mengherankan kalau Mas Aji jatuh cinta padanya, pikirnya.
"Ah, Lastri ...... aku hanya teringat kepadanya. Sudah agak lama kami saling berpisah ......"
Sulastri bangkit lalu duduk bersila, menghadap ke arah Neneng.
"Neng, akuilah terus terang. Kita sudah seperti saudara, bukan" Ingat, aku mengenal baik Mas Aji, ...... sudah ......
seperti saudara sendiri, bahkan dia adalah masih saudara seperguruanku. Katakanlah engkau benar-benar mencinta Mas Aji?"
Neneng Salmah juga bangkit dan duduk menghadapi Sulastri. Matanya yang indah kini menatap wajah Sulastri dan biarpun tampak malu-malu, namun wajahnya berseri dan sinar matanya cerah. "Lastri, aku pernah mengaku kepadamu bahwa aku sungguh amat mencinta Kakangmas Lindu Aji. Aku mencintanya, aku memujanya, aku mengaguminya. Kalau saja dia sudi menerima, aku mau menjadi hambanya, menjadi budaknya, untuk mencucikan pakaiannya, memasakkan makanannya. Aku ...... aku memujanya, Lastri, aku ingin selalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dekat dengannya, selalu melayaninya, aku ingin membahagiakannya, aku ...... ah, aku ...... akan tetapi aku seorang gadis hina, hanya seorang ledek dan dia ...... ah, dia seorang pendekar, seorang ksatria, seorang pahlawan, aku begini rendah dan dia begitu tinggi ...... " Gadis itu menggunakan punggung tangannya untuk menyeka beberapa butir air mata yang menuruni pipinya.
Sulastri merasa hatinya seperti diremas. Ia juga mencinta Lindu Aji. Hal ini sekarang teringat olehnya. Sejak dulu sejak remaja, ia telah jatuh hati kepada Lindu Aji. Akan tetapi sekarang, mendengar pengakuan Neneng Salmah yang mencinta Aji sedemikian rupa, ia menjadi terharu dan juga menjadi gelisah dan bingung. Ia tidak dapat marah kepada Neneng, tidak dapat cemburu kepadanya. Ia terlalu menyayang gadis itu. Dan ia yakin benar gadis yang hebat, baik budi pekertinya, bijaksana, cantik jelita, lemah lembut. Seorang gadis pilihan, seorang seniwati tulen. Sudah sepantasnyalah kalau gadis sehebat ini menjadi calon isteri Lindu Aji! Akan tetapi Sulastri merasa hatinya tertusuk, pedih dan perih yang membuatnya hampir menjerit menangis. Akan tetapi ditahannya dan untung baginya bahwa sinar lampu di atas meja itu tidak cukup terang sehingga wajahnya yang berubah pucat itu tidak tampak oleh Neneng Salmah.
"Hemm, jangan berkata begitu, Neng. Mas Aji adalah seorang yang bijaksana, tidak mungkin dia memandang rendah pekerjaanmu. Memang banyak waranggana yang tersesat dan menyeleweng daripada pekerjaannya sebagai seorang seniwati.
Akan tetapi aku tahu bahwa engkau adalah seorang yang bersusila dan berbudi. Dan aku yakin mas Aji juga mengetahuinya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Neneng Salmah menghela napas panjang. "Mudah-mudahan apa yang kaukatakan itu benar, Lastri." Neneng lalu merebahkan diri kembali dan kini ialah yang melamun, melamunkan betapa akan bahagianya kalau pendapat Sulastri itu kelak menjadi kenyataan.
Kini Sulastri juga merebahkan diri telentang dan melamun lagi. Kini ia melamunkan kenangannya ketika melakukan perjalanan bersama Lindu Aji. Pengalaman dan bahaya yang mereka hadapi bersama. Betapa pemuda itu membela dan melindunginya mati-matian. Juga kalau kini ia kenang kembali, ia dapat menangkap gerak-gerik pemuda itu, pandang matanya, senyumnya, kelembutan kata-katanya, semua itu membayangkan bahwa pemuda itu menyayanginya, mencintainya! Dan ia sendiri ...... ia harus mengaku dalam hatinya bahwa ia juga amat tertarik, kagum dan sayang kepada pemuda itu. Ia tahu bahwa ia jatuh cinta kepda Lindu Aji.
Mereka saling mencinta, walaupun tidak pernah terucapkan dalam kata-kata. semakin perih rasa hatinya kalau ia mengingat akan hal ini dan cepat-cepat ia mengalihkan perhatiannya dan lamunannya untuk mengenang Jatmika.
Jatmika sudah jelas mencintanya, bahkan pemuda itu yang juga masih terhitung saudara sepeguruannya itu terang-terangan menyatakan cintanya dan hendak melamarnya kalau tugasnya sudah selesai! Jatmika juga seperti Lindu Aji, membela dan melindunginya dengan taruhan nyawa! Akan tetapi ketika ia mengamati hati sendiri, ia hanya mempunyai perasaan kagum dan suka kepada Jatmika. Ia tidak yakin apakah ia juga mencinta Jatmika.
Neneng Salmah sudah tidur pulas. Hal ini diketahui Sulastri dari pernapasannya yang teratur dan panjang. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menengok dan tersenyum. Ia melihat gadis itu tidur miring menghadapinya dan tampak mulutnya yang mungil itu tersenyum manis dalam tidurnya. Mungkin ia sedang mimpi bertemu dengan Lindu Aji yang dicinta dan dipujanya! Sulastri mengalihkan lagi renungannya. Bermunculan bayangan-bayangan itu. Terbunuhnya Ki Ageng Pasisiran! Lalu terbayang wajah para pembunuhnya. Hasanudin yang pernah dijumpainya di pondok gurunya. dan wajah Banuseta yang pernah dilihatnya ketika ia dan Lindu Aji menjadi tawanan Nyi Maya Dewi dan teman-temannya. Kemudian ia teringat kepada Lindu Aji, Jatmika, juga Parmadi dan Muryani. mereka semua pergi untuk mencari para pembunuh Ki Tejo Langit dan Ki Sudrajat, juga mereka hendak membantu Mataram dalam perjuangannya melawan Kumpeni Belanda.
Tiba-tiba saja ia menjadi bersemangat dan bangkit duduk. Ia mengerutkan alisnya. mengapa tidak" Bagaikan kilat sebuah gagasan memasuki benaknya. Mengapa ia diam saja"
Iapun murid tersayang dari Ki Ageng Pasisiran atau Ki Tejo Langit. Dan semenjak melakukan pejalanan dengan Lindu Aji yang menjadi senopati muda Mataram, berarti iapun sudah menjadi kawula Mataram yang membela Negara dan bangsanya. Ia telah berkali-kali bermusuhan dengan para antek Kumpeni! Mengapa ia tidak ikut seperti mereka, pegi ke barat, membantu gerakan pasukan Mataram yang hendak menyerbu Jayakarta" Dan dalam perjalanan yang searah itu besar sekali kemungkinan ia akan bertemu dengan Lindu Aji, Jatmika, juga dengan Parmadi dan Muryani. Kalau sudah bertemu mereka, terutama bertemu Lindu Aji dan Jatmika, baru ia dapat mengambil keputusan tentang Cinta segi tiga antara Lindu Aji, Neneng Salmah dan ia sendiri!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku harus pergi menyusul mereka, harus membantu Mataram. Harus ...... !" Ia berbisik dan mengepal tinju membulatkan tekadnya.
Akan tetapi, tiba-tiba ia tampak lesu dan kepalan tangannya terbuka lagi. Ia menghela napas panjang berulang kali. Ia teringat kepada ibunya. Ibunya sudah pasti keberatan dan tidak akan mengijinkan kalau berpamit untuk pergi membantu Mataram. Baru saja pulih ingatannya. Baru saja ibunya seolah menemukan ia kembali dan baru beberapa hari saja ia sudah berpamit hendak pergi. Pasti ibunya akan melarangnya dan ia merasa tidak tega kalau membantah ibunya. Sulastri menjadi bimbang. Akan tetapi tiba-tiba ia memandang kepada Neneng Salmah yang masih tidur pulas dan senyum mengembang di bibirnya, matanya bersinar kembali dan wajahnya menjadi cerah. Ah, di sini ada Neneng, pikirnya dan ia tahu, Neneng adalah seorang gadis yang amat baik dan menyayang ibunya, juga disayang ibunya. Kalau ia pergi, setidaknya di situ ada Neneng yang menemani ibunya!
Sulastri mulai berkemas dengan gerakan perlahan agar jangan sampai menggugah Neneng Salmah.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali, pada saat terdengar keruyuk jago (ayam jantan) menyambut munculnya sinar fajar, seperti biasa Neneng Salmah terbangun dari tidurnya. Ia bangkit duduk, menggeliat, menguap dan mengusir sisa kantuknya, lalu ia bangkit berdiri. Ia menoleh dan melihat pembaringan Sulastri kosong. Ah, rajin benar, sepagi ini sudah keluar kamar, pikirnya sambil tersenyum. Kasihan sibuk sendiri, mungkin sedang memasak air di dapur, harus kubantu!
Neneng bergegas menuju dapur. Akan tetapi tidak ada Sulastri di situ, bahkan belum ada nyala api untuk memasak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
air. Menyapu di pekarangan" Ia cepat keluar. akan tetapi di pekarangan juga tidak ada Sulastri, masih sunyi, hanya terdengar suara sapu lidi membersihkan pekarangan di rumah tetangga. Apakah mandi sepagi ini" Tak mungkin sepagi ini pergi ke sungai. Mungkin mencuci muka saja dibelakang, di mana memang disediakan sebuah gentung air besar. Ia segera berlari ke belakang lagi. Akan tetapi kamar mandi kecil itupun kosong, Sulastri tidak berada di situ. Suasana masih sepi. Yang terdengar hanya keruyuk ayam jago dan suara sapi menguak dan kambing mengembik. Sulastri tidak ada dimana-mana.
Tiba-tiba Neneng Salmah terkejut karena ia teringat betapa pintu samping yang menghubungkan rumah dengan pelataran samping tadi, ketika ia melewatinya dan keluar, tidak terkunci, hanya ditutupkan begitu saja! Hal ini berarti bahwa dari dalam rumah sudah ada yang keluar sebelum dia. Ke manakah perginya Sulastri sepagi ini" Pakaian kotor dalam keranjang masih terletak di ruang belakang, berarti Sulastri belum pergi mencuci pakaian dan mandi di sungai. Dengan jantung mulai berdebar tegang, Neneng Salmah kembali ke kamarnya.
Masih gelap di kamar, hanya remang-remang. Lampu di atas meja telah dipadamkan dan sinar matahari fajar masih terlampau lemah. Ia segera menyalakan lampu dan memandang ke sekeliling kamar. Pembaringan Sulastri tampak rapi, tidak kusut, berarti memang sudah dirapikan. Akan tetapi tidak tampak ada pakaian di gantungan pakaian, juga ...... di sini jantungnya semakin berdebar, Pedang pusaka Naga Wilis yang biasa tergantung di dinding, di atas pembaringan Sulastri, tidak tampak lagi! Dengan cepat Neneng berlari menghampiri peti pakaian. Dibukanya dan ia terbelalak. Pakaian Sulastri tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berada di situ! Ini hanya mempunyai satu arti, yaitu bahwa Sulastri telah pergi.
Neneng Salmah mencari-cari dengan pandang matanya dan ia melihat sebuah corat-coret di atas meja. Tadi ketika ia menyalakan lampu, ia tidak melihat ini. Ia menghampiri meja dan di situ jelas terdapat coretan-coretan pendek.
"Aku pergi berjuang. Mintakan maaf kepada ibu!"
Neneng Salmah terbelalak. Tak dapat diragukan lagi.
Sulastri tentu telah pergi mengejar Parmadi dan Muryani, yaitu untuk mencari pembunuh gurunya dan juga untuk membantu Mataram menghadapi Kumpeni!
Ia berlari ke kamar Ki Subali dan mengetuk daun pintu kamar itu.
"Tok-tok-tok! Paman ...... ! Bibi ...... ! Bangunlah ......
!" Ia mengetuk lagi dan Nyi Subali yang membukakan daun pintu.
"Siapa itu" Ah, Neneng, ada apakah?" Ki Subali juga menhampiri pintu.
"Paman, bibi, maafkan kalau saya mengganggu. saya
...... saya ...... "
"Neneng, ada apakah" Kenapa engkau begini gugup"
Apa yang terjadi?" tanya Nyi Subali sambil memegang lengan gadis itu.
"Bibi, sulastri ...... ia ...... ia pergi malam tadi ketika aku tidur ...... "
"Pergi" Ke mana?" tanya Ki Subali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mana ia" Mana anakku Sulastri?" Nyi subali mengguncang tangan Neneng.
"Tenanglah, paman dan bibi. Mari ikut saya ke kamar."
Neneng mengajak mereka.
"Tenanglah, bune, bagaimanapun juga, Lastri bukan anak kecil dan kini engatannya telah sembuh." Ki Subali menghibur isterinya yang mulai menangis. mereka mengikuti Neneng pergi ke kamar yang menjadi kamar dua orang gadis itu. Sebuah daun pintu terbuka dan Ki Salmun muncul. Dia sudah terbangun dan keluar ketika mendengar suara ribut-ribut itu.
"Ada apakah?"
"Sstt, bapa, mari ikut dan bapa akan mengerti." kata Neneng perlahan. Ki Salmun juga mengikutinya. Empat orang itu memasuki kamar yang lampu mejanya masih menyala.
"Ketika bangun pagi-pagi tadi, saya tidak melihat Lastri. Sudah saya cari kemana-mana tidak ada dan pakaiannya juga tidak ada. pedang Naga Wilis juga tidak ada dan saya menemukan tulisan ini di atas meja." Neneng menunjuk ke arah cotretan-coretan huruf yang agaknya dibuat dengan goresan pedang di atas meja itu. Ki Subali mendekat dan membaca agak keras agar isterinya yang tidak pandai membaca dapat mendengarkan.
"Aku pergi berjuang. Mintakan maaf kepada ibu!" Dia membaca dan ketika dia berhenti membaca, terdengar tangis Nyi Subali.
"Aduh, nakku Sulastri ...... ke mana lagi engkau pergi
...... " ibu ini mengeluh, Neneng Salmah merangkulnya dan menuntunnya duduk di atas pembaringan Sulastri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bibi, harap bibi jangan khawatir. Sulastri tentu pergi menyusul Kakangmas Permadi dan Mbakayu muryani, juga ia tentu akan bertemu dengan Kakangmas lindu aji dan Kakangmas Jatmika dan bersama mereka berjuang membantu Mataram menghadapi Kumpeni. Sulastri adalah seorang yang sakti mandraguna, bibi, harap bibi tenangkan hati." Neneng Salmah menghibur.
"Apa yang dikatakan Neneng itu benar, bune. Sudahlah, jangan menangis. Anak kita melakukan tugas yang suci, membela Negara dan bangsa, Kita patut merasa bangga dan mari kita doakan saja agar Gusti Allah selalu melindunginya."
kata Ki Subali.
Setelah dihibur oleh suaminya dan terutama oleh Neneng Salmah yang sudah dianggap seperti anak sendiri, Nyi Subali lambat laun dapat merelakan kepergian Sulastri.
Beberapa hari kemudian ia telah tenang dan pulih kembali.
*** Sultan Agung di mataram memang merasa penasaran sekali setelah setahun yang lalu serangan pertamanya ke Batavia gagal dan dia kehilangan banyak perajurit dan senopati. Karena itu, setahun lebih kemudian setelah kekalahan itu, dia menyusun lagi kekuatan yang lebih besar untuk mengirim bala tentara ke Batavia dan menyerang pertahanan Kumpeni Belanda. Sesungguhnya, Belanda inilah yang menjadi sasaran utamanya untuk dimusuhi karena dia mengerti bahwa Kumpeni merupakan ancaman besar bagi negara dan bangsanya. Belanda memiliki kapal-kapal perang yang besar, lengkap dengan meriam-meriam besarnya, dan walaupun pasukannya tidak berapa besar namun pasukan itu diperkuat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan meriam-meriam, granat dan bahan peledak lain termasuk bedil-bedil yang dapat membunuh orang dari jarak jauh.
Untuk keperluan penyerbuan kepada Kumpeni inilah Sultan Agung mempersatukan seluruh daerah sebelah barat sampai ke timur Nusa Jawa, kalau perlu dengan kekerasan sehingga semua daerah tunduk dan dapat dipersatukan guna menghimpun pasukan besar.
Pada suatu hari Sultan Agung mengumpulkan seluruh senopati dan adipati dan mengangkat para adipati dan senopati untuk memimpin bala tentara menyerang Batavia.
Karena itu merupakan penyerangan kedua, Sultan Agung tidak ingin serangannya gagal dan dia mengangkat orang-orang yang sungguh-sungguh dapat dipercaya akan dapat memberi semangat kepada semua perajurit. Dia mengangkat tiga orang bangsawan untuk menjadi pimpinan.
Pertama-tama dia mengangkat Kyai Adipati Jumina untuk memimpin barisan yang datang menyerang dari arah barat. Orang kedua adalah Kyai Adipati Puger yang memimpin pasukan yang menyerang dari arah selatan. Kedua bangsawan ini adalah pamannya sendiri, saudara dari mendiang Panembahan Seda Krapyak. Adapun orang ketiga adalah adiknya sendiri, yaitu Adipati Purbaya.
Tentu saja tiga orang bangsawan ini hanya untuk memberi semanat saja kepada para perajurit dan yang betul-betul memimpin pasukan adalah para pembantu mereka.
Adipati Jumina diabntu oleh Tumenggung Singoranu dan Raden Arya Wira Natapada yang mengepalai beberapa orang Senopati muda Mataram. Sedangkan Adipati Puger dibantu oleh Adipati Singenep (Sumenep) dan Tumenggung Madiun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Adipati Pubaya memimpin pasukan khusus datang menyerang dari arah timur, dibantu beberapa orang Senopati.
Diantara para panglima yang membantunya terdapat Dipati Ukur, adipati yang diangkat oleh Sultan Agung untuk menjadi wakilnya di Jawa Barat..
Pasukan-pasukan dari daerah banyak yang memperkuat barisan Mataram, diantaranya dari Surabaya, Pasuruan, Kediri, Wonosobo, Ponorogo, Madiun, Sampang dan bahkan juga Dipati Ukur sudah siap membantu dengan pasukannya dari Sumedang yang sudah menanti di daerah itu untuk bergabung kalau Mataram lewat.
Mataram mengerahkan tenaganya. meriam-meriam yang dulu didapatkan melalui perdagangan hasil bumi dari orang-orang Portugis dan juga dari Belanda sendiri, diangkut untuk memperkuat pasukan Mataram. Banyak pula perajurit yang membawa bedil, walaupun senjata-senjata api itu model kuna dan jauh ketinggalan jaman kalau dibandingkan dengan persenjataan Kumpeni Belanda. Semangat para perajurit menggebu-gebu, terutama sekali karena kali ini yang memimpin mereka adalah tiga orang keluarga dekat Sultan Agung sendiri!
Akan tetapi di jaman apapun, dalam suatu perjuangan selain bermunculan para pendekar, pahlawan patriot bangsa, sebagai bandingannya muncul pula pengkhianat bangsa yang rela menjadi antek musuh. Belanda amat pandai membujuk orang-orang pandai yang jiwanya lemah untuk menjadi telik sandi mereka, Bahkan banyak yang rela membantu mereka melawan Mataram. Juga Belanda pandai menggunakan taktik mengadu domba, memecah belah, dengan omongan manis dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjatuhkan hati mereka dengan pengaruh harta, wanita, atau tahta (kedudukan).
Demikianlah jauh hari sebelum balatentara Mataram bergerak ke barat untuk menyerang Batavia. Kumpeni telah mendengar dari para telik sandi (mata-mata) mereka. Tentu saja mereka telah membuat persiapan sebaiknya, memperkuat diri dan bukan itu saja, mereka juga mengetahui akan kelemahan-kelemahan Mataram. Kelemahan ini selain dalam persenjataan, juga terutama sekali tentang penyediaan ransum.
Daerah-daerah sekeliling Jayakarta sudah dipengaruhi oleh Kumpeni Belanda yang seolah menyebar kemakmuran sehingga rakyatnya bersifat tak acuh terhadap perjuangan Mataram mengusir Belanda. Mereka menganggap Belanda sebagai sahabat dalam perdagangan yang menguntungkan rakyat. Karena itu, balatentara Mataram jelas tidak memperoleh dukungan penyediaan ransum dari rakyat sekitar daerah Jayakarta. Demikian pula kerajaan Banten tidak mendukung Mataram dan seolah tidak ingin mencampuri permusuhan antara Mataram melawan Kumpeni.
Langkah penting yang dilakukan Jenderal Jan Pieters Zoon Coen dalam melemahkan balatentara yang mengancam itu adalah menghancurkan gudang-gudang ransum (beras dan padi) yang diadakan Mataram sebagai persediaan bagi balatentaranya.
Suatu malam di Tegal. Sejak sebulan yang lalu, orang-orang membawa beras dan padi ke sebuah gudang besar yang dibangun di kadipaten itu, Mataram mendirikan gudang ransum yang besar di kadipaten tegal.
Seorang laki-laki tinggi besar mondar mandir di depan gudang itu. Beberapa kali dia mendekat ke pintu gudang yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lebar dan memandang ke dalam gudang di mana ratusan karung beras dan beberapa gunungan padi bertumpuk-tumpuk.
Setelah gudang itu penuh dengan ransum yang ditumpuk selama kurang lebih sebulan itu semua pekerja keluar dan daun pintu ditutup. Ada lima orang tetap menjaga di pintu gudang.
Laki-laki tinggi besar itu menemui seorang diantara pekerja dan bertanya perlahan.
"Sudah penuhkah?"
"Sudah." Jawab pekerja yang bertubuh pendek gendut itu.
"Penjaganya hanya lima orang itu?"
"Ya." Tanya jawab singkat ini dilakukan sambil berjalan berdampingan dengan suara berbisik.
"Tengah malam nanti." kata laki-laki tinggi besar itu ketika mereka hendak berpisah.
Dua orang itu sama sekali tidak menyadari bahwa sejak tadi gerak gerik si tinggi besar, dari mulai dia mondar mandir di depan gudang, sampai dia bertemu dan bicara dengan pekerja gemuk pendek itu, selalu dibayangi, diawasi dan didengarkan oleh seorang pemuda. Pemuda itu adalah Jatmika.
*** JILID XXVII eperti telah diceritakan di bagian depan, Jatmika mengantar Eulis atau Sulastri ke rumah orang tuanya di S Dermayu, lalu dia pergi meninggalkan Dermayu untuk mencari para pembunuh ayah dan kakeknya. Disamping itu dia juga ingin membantu Mataram yang dia dengar hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengulang usahanya setahun yang lalu menyerang Kumpeni di Jayakarta. Ketika keluar dari Dermayu dia bingung karena tidak tahu ke mana harus mencari para pembunuh ayah dan kakeknya, terutama sekali Hasanudin dan Banuseta seperti yang dicritakan Aji kepadanya. Akan tetapi dia teringat akan cerita Aji bahwa Raden Banuseta yang memimpin pasukan Kumpeni menyerang ke padepokan eyangnya itu pernah menawan Aji dan Sulastri dan membawa mereka ke Tegal!
Siapa tahu dia akan dapat menemukan Banuseta dan Hasanudin di sana. Pikiran inilah yang membawa dia ke Tegal dan di kadipaten ini dia menyaksikan kesibukan orang-orang yang mengumpulkan ransum ke dalam sebuah gudang besar. Kerika mendengar bahwa penumpukan ransum ini untuk keperluan balatentara Mataram, Jatmika merasa bahwa sudah menjadi kewajibannya untuk ikut mengawasi dan mengamat-amati kalau-kalau akan terjadi gangguan pihak musuh terutama sekali kalau-kalau akan muncul Banuseta dan Hasanudin. Dia melakukan penjagaan secara diam-diam dan pada malam itu dia melakukan pengamatan sampai gudang itu penuh dan ditinggalkan para pekerja. Dalam kegiatan inilah dia melihat laki-laki tinggi besar itu dan merasa curiga lalu mengintainya dan mendengarkan percakapan antara laki-laki tinggi besar itu dengan seorang diantara pekerja. Tentu saja di merasa curiga dan diam-diam membayangi laki-laki tinggi besar itu.
Laki-laki itu memasuki sebuah rumah. Jatmika dengan hati-hati memasuki pekarangan rumah itu dengan cara melompati pagar samping. Dia sama sekali tidak tahu bahwa di Tegal berkeliaran banyak mata-mata Kumpeni dan ketika dia membayangi tadi, dia ketahuan oleh seorang mata-mata lain yang diam-diam memberi isyarat ketika berpapasan dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
laki-laki tinggi besar sehingga mata-mata ini sudah mengetahui bahwa dia dibayangi orang!
Di dalam rumah, laki-laki itu disambut oleh Ki Harya Baka Wulung, Nyi Maya Dewi dan seorang raksasa kulit putih yang bukan lain adalah Hendrik De Haan, jagoan anak buah Kapten De Vos! Mereka lalu berbisik-bisik mengatur siasat ketika laki-laki tinggi besar itu menceritakan tentang gudang ransum yang sudah penuh dan tentang orang yang membayanginya.
"Hemm, biar aku yang membereskan orang itu. Tentu dia telik sandi Mataram. Engkau, Nyi Maya Dewi, dan tuan Hendrik De Haan, lanjutkan rencana kita. Malam ini juga gudang itu harus dibakar habis. Wira, kau pancing telik sandi Mataram itu keluar kota sebelah selatan. Aku yang akan membunuhnya!"
Mereka mengatur siasat. Maya Dewi dan Hendrik bersiap-siap. Mata-mata tinggi besar yang bernama Wira itu lalu keluar dari rumah dan berjalan menuju ke selatan. Jatmika yang mengintai tak melihat petemuan tadi karena mereka melakukannya di ruangan tertutup. Ketika Jatmika melihat orang yang dibayangi itu keluar rumah itu, diapun segera membayangi. Orang itu ternyata keluar kota menuju ke selatan.
Malam itu bulan yang hampir bulat terang sekali sehingga dengan mudah Jatmika dapat membayangi Wira.
Akan tetapi setelah tiba di jalan yang sunyi, Wira berhenti, memutar tubuh dan berseru galak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hei, pengecut! mau apa engkau mengikutiku"
Kalau berani ke
sinilah!" Jatmika terkejut. Kiranya orang itu sudah tahu bahwa dia membayangi. Dia lalu melompat keluar dari balik pohon dan menghampiri orang itu.
"Kisanak, andika memata-matai penyimpanan ransum di gudang itu! Siapa andika dan apa maumu?" bentak Jatmika.
Akan tetapi Wira malah mencabut goloknya dan membentak. "Engkau telik sandi Mataram, mampuslah!"
goloknya berkelebat menyambar.
"Wusss ...... !" Dengan mudah saja Jatmika mengelak ke samping lalu secepat kilat menyambar tangan kirinya bergerak ke arah lengan lawan yang memegang golok.
"Krekk ...... !" Wira menjerit, goloknya terlepas dari pegangan dan lengan kanannya terkulai, tulangnya patah!
Jatmika melanjutkan gerakannya, kaki kanannya menyambar.
"Wuuuttt ...... krakk!" Wira mengaduh lagi dan terpelanting roboh, kaki kirinya terkena tendangan dan tulang betisnya juga patah! Dia mengaduh-aduh, meggunakan tangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kiri untuk memijit-mijit lengan kanan dan kaki kiri bergantian yang dirasa amat nyeri.
Pada saat itu terdengar bentakan nyaring dan menyeramkan, seperti suara binatang buas atau setan.
"Aurrgghh !!" Angin pukulan dahsyat menyambar dari belakang. Jatmika terkejut, mengenal aji pukulan ampuh sekali.
Dia cepat memutar tubuhnya dan tangan kanannya membuat gerakan berputar untuk menangkis pukulan dahsyat itu.
"Wuuuttt ...... blarrr !" Dua tenaga sakti yang amat kuat bertemu dan tanah sekitar tempat itu seperti tergetar!
Ki Harya Baka Wulung terkejut bukan main. Tak disangkanya sama sekali kalau orang yang dicurigai sebagai telik sandi Mataram ini demikian kuatnya sehingga mampu menangkis pukulan mautnya! Di lain pihak, Jatmika juga terkejut. Ternyata penyerangnya, seorang kakek seperti raksasa brewok dan kuat bukan main sehingga ketika tangan mereka saling bertemu, tubuhnya tergetar hebat. Dua orang itu kini berdiri saling berhadapan dengan sikap hati-hati.
"Siapa engkau?" tanya Harya Baka Wulung.
"Namaku jatmika. dan andika siapa" Mengapa menyerangku?"
"Engkau tentu telik sandi mataram!"
"Dan andika tentu mata-mata Kumpeni Belanda! Tak tahu malu menjadi antek musuh Negara dan bangsa!"
"Babo-babo, keparat Jatmika! Aku sejak dulu adalah musuh besar Mataram!" Setelah berkata demikian tiba-tiba kakek itu membuat gerakan berjongkok lalu mendorongkan kedua tangannya ke arah Jatmika, dari perutnya yang gendut, melalui mulut, mengeluarkan suara berkokok seperti bunyi katak budug yang besar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kok-kok-kok ...... wuuuttt ...... !!" Itulah Aji Cantuka Sakti yang amat dahsyat. Jatmika cepat membuat gerakan mengelak dan menangkis dari samping. Biarpun dia tidak menerima pukulan telak, tetap saja tenaga getaran Aji Cantuka Sakti itu membuat dia terhuyung!
"Mampus kau!" Harya Baka Wulung mengulangi serangannya.
"Kok-kok-kok ...... wus!" Karena kini dia tahu betapa kuat dan berbahayanya aji pukulan lawan itu, Jatmika tidak mau sembarangan menangkis melainkan cepat menghindar dengan elakan cepat.
Harya Baka Wulung menjadi penasaran sekali karena pukulannya selalu dielakkan dan lawannya yang masih muda itu ternyata gesit bukan main. Dia lalu mencabut kerisnya yang besar panjang berluk sembilan dan menerjang maju sambil berteriak panjang.
"Haaaiiik ...... !" Keris itu meluncur dan menusuk ke arah dada Jatmika.
"Cringgg ...... tranggg ...... !!" Ternyata Jatmika dapat bergerak. Dia tadi sudah mencabut pula senjatanya Kyai Cubruk, yaitu kerisnya yang bergagang kayu cendana dan berpamor emas itu, lalu menangkis. Dua kali dua batang keris itu bertemu dan bunga api berpijar menyilaukan mata.
Harya Baka Wulung menggereng dan tangan kirinya bergerak mendorong. Tampak asap hitam meluncur dari telapak tangannya. Itulah Aji Kukus Langking (Asap Hitam).
Jatmika terkejut dan melompat ke samping menghindar. Akan tetapi kakek itu mengejar dengan serangan kerisnya.
Demikianlah, Jatmika terdesak oleh serangan keris dan pukulan berasap hitam yang datangnya bertubi secara bergantian itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Masih untung baginya bahwa Ki Harya Baka Wulung kini sudah tua, usianya sudah kurang lebih tujuh puluh tahun, gerakannya kurang gesit sehingga Jatmika yang lebih gesit dapat menghindarkan diri dari desakan kakek itu. namun tetap saja dia terdesak terus karena dia masih kalah kuat dalam hal tenaga sakti.
"Haaaiiitt !!" Kembali keris kakek itu menyambar disusul pukulan berasap hitam. Jatmika yang sudah terdesak terpaksa menyambut pukulan itu dengan Aji margopati.
"Wuuuttt ...... dess !!" Tubuh Jatmika terjengkang ke belakang akan tetapi pemuda itu dapat bergulingan sehingga tidak sampai terbanting.
Tiba-tiba ada tangan menangkap lengannya.
"Kakangmas Jatmika, engkau tidak terluka?" Tanya seorang wanita.
Jatmika melompat berdiri. "Eulis ...... !"
"Namaku Sulastri, kakang!" Kata Sulastri lalu menuding ke arah kakek yang memandang kepada mereka dengan marah. "Dia itu adalah Ki Harya Baka Wulung yang dulu pernah kulawan bersama Mas Aji. Hayo kita basmi antek Belanda ini! Kita persatukan Aji Margopati!"
Sementara, melihat Sulastri, Ki Harya Baka Wulung teringat dan dia menjadi marah akan tetapi juga terkejut sekali karena dia ingat betapa gadis itu dahulu mempunyai kawan, yaitu Lindu Aji yang amat sakti mandraguna sehingga dia sendiri kewalahan melawannya, jangan-jangan Lindu Aji juga ikut datang! Maka, dalam usahanya menyelamatkan diri, dia mendahului dan sambil berteriak keras dia menerjang ke arah dua orang muda itu dengan keris dan pukulan mautnya!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kerisnya menghunjam ke arah Jatmika dan pukulan tangan kirinya menyambar ke arah kepala Sulastri.
Dua orang muda itu cepat melompat ke belakang dan kesempatan ini dipergunakan oleh harya Baka Wulung untuk verusaha melarikan diri. Akan tetapi Sulastri dudah nebduga akan hal ini. Gadis ini sudah mencabut pedang Naga Wilis dan ia melompat dengan amat cepatnya, menghadang di depan Harya Baka Wulung dan pedang pusakanya menyambar, berubah menjadi sinar hijau.
"Tua Bangka jahat, hendak lari kemana engkau?"
Gerakan serangan Sulastri amat cepatnya sehingga kakek itu tak sempat mengelak dan terpaksa menggunakan kerisnya untuk menangkis.
"Tranggg ...... !!" Bunga api berpijar dan Sulastri terhuyung ke belakang. Akan tetapi Harya Baka Wulung tak sempat melarikan diri karena pada saat itu Jatmika sudah menyerangnya dengan keris Kyai Cubruk.
Ketika Harya Baka Wulung mengelak, Sulastri sudah menyerang lagi dan kakek itu dikeroyok dua. Tiba-tiba kakek itu, membanting sebuah benda ke atas tanah dan terdengar suara ledakan lalu asap hitam mengepul tebal. Jatmika dan Sulastri berloncatan menghindar. Akan tetapi kakek itu sudah lenyap.
"Wah, dia sudah pergi, si keparat!" Seru Sulastri.
"Celaka, di sana ada kebakaran!" Jatmika menuding ke utara, ke arah kadipaten Tegal. Sulastri menengok dan benar saja, tampak api dan asap membubung tinggi, tanda bahwa di sana terjadi kebakaran besar. Tiada waktu lagi untuk bercakap-cakap. Jatmika berkata dan menarik tangan Sulastri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mari cepat. Agaknya gudang ransum Mataram dibakar!"
Mereka mengguakan ilmu berlari cepat seperti terbang menuju ke kota. Setelah mereka tiba di depan gedung ransum itu, benar saja dugaan Jatmika. Yang terbakar adalah gudang ransum itu. Api bernyala di dalam gudang, besar sekali sampai tinggi. Melihat keadaannya Jatmika maklum bahwa tak mungkin gudang dan isinya itu diselamatkan lagi.
"Kakangmas Jatmika, hayo kita cari mereka!"
"Eh, siapa" Di mana?"
"Iblis-iblis mata-mata Kumpeni itu. Aku tahu di mana sarang mereka! Hayo!"
Sulastri berlari diikuti oleh Jatmika dan gadis itu menuju ke rumah Ki Warga di mana ia dan Lindu Aji dahulu pernah menjadi tawanan para mata-mata Belanda dan bermalam di situ. Sulastri memberi isyarat dan mereka berindap indap mengintai ke dalam rumah itu. Ada suara orang terdengar di ruangan belakang dari mana tampak sinar penerangan sedangkan ruangan lain gelap saja. Mereka berhasil mengintai dari luar jendela ke dalam ruangan yang luas. Dua buah lampu gantung besar menerangi ruangan itu.
Di dalam ruangan itu duduk tiga orang menghadapi sebuah meja yang penuh makanan dan botol-botol minuman.
Di meja lain yang lebih besar duduk pula belasan terdiri dari tiga orang kulit putih dan empat orang pribumi. Tampaknya mereka itu seperti perajurit dan tukang-tukang pukul. Sulastri segera mengenal tiga orang itu. Mereka adalah Ki Warga, Nyi Maya Dewi dan Hendrik De Haan! Melihat mereka, panas rasa hati Sulastri. Akan tetapi ia masih menahan kemarahannya dan mendengarkan percakapan mereka. Agaknya karena mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bercakap-cakap sambil makan minum, maka mereka tidak tahu bahwa ada dua orang yang mengintai dari luar jendela. Bahkan Maya Dewi yang sakti itupun tidak tahu. Agaknya ia lengah karena mereka tampak sedang bergembira sekali. Mereka makan minum sambil bercakap-cakap dan tertawa-tawa.
"Ki Warga, sekali ini pekerjaanku berhasil baik sekali!"
Kata Maya dewi sambil tersenyum cerah dan manis. "Andika harus melaporkan jasaku ke Batavia!"
"Ha-ha, ingat aku juga ikut berjasa, Dewi!" kata siraksasa Hendrik De Haan dengan bahasa daerah yang campur-campur bahasa melayu dan belanda. "Aku yang membakar gudang itu setelah menyirami dengan minyak!"
"Hemm, akan tetapi aku yang lebih dulu membunuh lima orang penjaga itu!" kata Maya Dewi.
Dari meja lain, seorang pribumi berkata. "Kami juga bekerja. Kita semua berjasa!"
Ki Warga mengangguk-angguk. "Tentu saja, aku akan membuat laporan kepada atasan. Kalian semua pasti akan memperoleh hadiah besar. Mari kita rayakan keberhasilan ini!
Mari kita minum sepuasnya!"
Sulastri tidak dapat menahan kemarahannya lagi. Ia memberi isyarat kepada Jatmika dengan senruhan pada tanan pemuda itu, lalu ia membentak sambil melompat dan mendorong daun jendela.
"Antek Kumpeni keparat!! Braakkk!" Tubuhnya meloncat ke dalam ruangan itu melalui jendela yang sudah terbuka, diikuti oleh Jatmika. Tentu saja semua orang dalam ruangan itu terkejut sekali dan tujuh orang perajurit dan tukang pukul yang berada terdekat dengan Sulastri dan Jatmika segera bangkit berdiri. Seorang serdadu Belanda mengambil bedilnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang dia sandarkan di dekatnya. Akan tetapi sinar hijau dari pedang Naga Wilis menyambar dan serdadu itu berteriak dan roboh mandi darah. Dua orang serdadu lainnya mencabut pistol mereka dan membidik ke arah Sulastri dan Jatmika. Akan tetapi secepat kilat dua orang pendekar itu telah menangkap dua orang tukang pukul.
"Dar-dar ...... !!" Dua orang yang ditangkap Sulastri dan Jatmika yang dijadikan perisai nenerima peluru-peluru itu dan mereka tersentak dan tewas seketika. Sulastri dan Jatmika melemparkan mayat-mayat itu ke arah dua orang serdadu tang menembak. Dua orang serdadu tertumbuk dan terjengkang dan sebelum mereka dapat bangkit kembali, pedang Naga wilis dan keris Kyai Cubruk sudah meluncur dan dua orang serdadu Belanda tewas seketika.
Dua orang tukang pukul menjadi ketakutan melihat betapa dalam waktu cepatnya tiga orang serdadu Belanda yang bersenjata api telah terbunuh, demikian pula dua orang rekan mereka! Sementara itu, Maya Dewi dan Hendrik De Haan juga sudah mengenal Sulastri, maka mereka terkejut tapi marah sekali melihat betapa dua orang muda itu telah menewaskan lima orang anak buah mereka. juga Ki Warga terkejut bukan main.
Maya Dewi dan Hendrik De Haan cepat melompat dari kursi mereka sedangkan Ki Warga diam-diam berlari keluar dari ruangan, Maya Dewi melolos sabuk Cinde Kencono sedangkan Hendrik De Haan sudah mencabut pistolnya.
Raksasa bule ini cepat menembakkan pistolnya ke arah Jatmika.
"Dar-dar ...... !" Akan tetapi Jatmika melempar tubuh ke samping lalu bergulingan dan sambil bergulingan dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melontarkan keris pusakanya ke arah tangan Hendrik yang memegang pistol itu.
"Dor ...... trang ...... ahh!" Tembakan ketiga kali inipun luput dan tiba-tiba keris itu menyambar dan mengenai tangan Hendrik yang mengaduh dan pistolnya terlempar bersama keris. Dia menjadi marah dan sudah menerkam kepada Jatmika dengan pukulan tangannya yang besar dan kuat. Akan tetapi Jatmika menangkis dan membalas. Dua orang itu segera saling serang dengan seru.
Nyi Maya Dewi juga sudah menyerang Sulastri dengan sabuk Cinde Kencana. Sabuk yang berwarna kuning emas itu berubah menjadi sinar bergumung-gulung yang menyambar ke arah Sulastri dengan suara meledak-ledak. Namun Sulastri yang maklum akan kesaktian wanita ini, juga memutar pedangnya yang membentuk sinar kehijauan seperti payung atau perisai yang melindungi dirinya. Juga ia berusaha membalas dengan gigih.
Dua orang sisa anak buah yang tadinya ketakutan kini menjadi nekat ketika melihat dua orang pimpinan mereka sudah saling serang dengan dua orang muda itu. Seorang mencoba untuk membantu Nyi Maya Dewi dan seorang lagi membantu Hendrik De Haan dengan golok mereka. Akan tetapi dalam waktu beberapa detik saja kedua orang anak buah itu sudah roboh oleh pukulan Margopati tangan Jatmika dan sambaran sinar pedang hijau di tangan Sulastri.
Betapapun besar tenaga kasar Hendrik dan betapa kuatpun tubuhnya, dia kewalahan menghadapi Jatmika yang bergerak denngan gerakan Aji Sonya Hasta dan kalau memukul menggunakan tenaga Aji Margopati. Beberapa kali dia terkena pukulan Margopati dan biarpun dia masih dapat bertahan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
namun sesungguhnya dia sudah terluka dalam, tenaganya mulai berkurang. Ketika Hendrik menyerang dengan kedua tangan, hendak menangkap lawan, Jatmika mengelak. Dia tahu bahwa kalau sampai dia tertangkap dua buah tangan yang panjang besar dan amat kuat itu, dia terancam bahaya maut. Akan tetapi ternyata serangan dahsyat tadi hanya berupa gertakan saja karena tiba-tiba Hendrik sudah berlari ke sudut ruangan dimana menggeletak pistolnya yang tadi terlempar ke sana.
Akan tetapi cepat sekali tubuh Jatmika sudah melesat bagaikan kilat mengejarnya dan pemuda perkasa ini sudah lebih dulu mengambil pistol itu. Selama hidupnya Jatmika belum pernah memegang pistol, apa lagi menembak. Akan tetapi dia pernah mendengar tentang senjata api itu dan dapat mengira-ngira bagaimana menarik pelatuknya untuk menembak. Dia membidik ke arah Hendrik yang masih bergerak untuk merampas pistol dan menarik pelatuknya dengan jari telunjuk.
"Darr ...... !!" Pistol itu menendang sehingga jatmika terkejut dan melemparkannya ke arah Hendrik. Akan tetapi dia melihat Hendrik terjengkang sambil mendekap dadanya dan roboh tak bergerak lagi. Jatmika lalu mengambil kerisnya Kyai Cubruk menggeletak tak jauh dari situ. Kemudian dia melompat dan membantu Sulastri yang terdesak oleh sabuk Cinde Kencono Nyi Maya Dewi yang meledak-ledak itu.
"Hyaahh !!" Jatmika menyerang dengan pukulan margopati yang dilakukan dengan tangan kirinya.
"Haaiitt !!" Sulastri yang tadinya terdesak, bahkan pundaknya sudah terkena lecutan ujung sabuk lawan dan terluka, kini berbesar hati dan ia juga menyerang dengan Aji Margopati.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Diserang dari depan dan dari kiri itu, Maya Dewi terkejut bukan main. Apalagi ia dapat merasakan bahwa tenaga pukulan pemuda itu bahkan lebih kuat dibandingkan pukulan Sulastri. Ia cepat mengelak dengan lompatan ke belakang.
Ketika dua orang pengeroyoknya mendesak dengan senjata pedang dan keris, Maya Dewi memutar sabuknya untuk melindungi dirinya dan tiba-tiba tubuhnya melompat tinggi!
Sebelum Sulastri dan Jatmika menyadari apa yang dilakukan Maya Dewi, terdengar suara berkerontangan dan ruangan itu menjadi gelap gulita!
Kiranya wanita yang cerdik itu telah menghancurkan dua buah lampu gantung yang menerangi ruangan itu! Karena khawatir diserang dalam kegelapan itu, Sulastri dan Jatmika memutar senjata untuk menjaga diri. Akan tetapi tidak ada serangan, tidak ada suara, bahkan tidak ada gerakan. Maya Dewi telah lenyap dari ruangan itu!
Tiba-tiba terdengar suara banyak orang di luar rumah itu. Jatmika dan Sulastri maklum akan bahaya yang mengancam mereka kalau banyak mata-mata Kumpeni dan serdadu-sedadu mereka datang. Maka keduanya segera melarikan diri, keluar dari rumah itu melalui pintu belakang.
Mereka mengintai dari tempat gelap dan Sulastri melihat Ki Warga bersama belasan orang Belanda yang memegang pistol.
Ia memberi isyarat kepada Jatmika dan mereka cepat pergi meninggalkan tempat itu.
Setelah mereka melarikan diri dan berada di luar kota, Jatmika mengajak Sulastri beristirahat di dalam sebuah gubug yang berdiri di ladang. Bulan sudah condong ke barat namun masih memberi penerangan sehingga cuaca menjadi remang-remang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sayang kita tidak berhasil membunuh wanita iblis itu!" Sulastri berkata kecewa.
"Ya, lebih menyesal lagi kita tak berhasil mencegah mereka membakar gudang ransum itu!" kata Jatmika. "Akan tetapi, bagaimana engkau tiba-tiba muncul membantuku dan benarkah engkau telah sembuh dan dapat mengingat kembali masa lalumu, Eulis?"
"Panjang ceritanya, Kakangmas Jatmika. Dan karena aku sekarang sudah ingat kembali bahwa namaku adalah Sulastri, maka nama Listyani atau Eulis itu kita lupakan saja dan harap engkau memanggil aku Sulastri."
"Baiklah, Sulastri, walaupun di dalam hatiku engkau tetap Eulis yang geulis (cantik). Nah, ceritakanlah pengalamanmu semenjak kita berpisah."
Sulastri lalu bercerita tentang pertemuannya dengan Parmadi dan Muryani di sungai ketika ia bersama Neneng Salmah hendak mencuci pakaian dan mandi.
"Nanti dulu, siapa itu Neneng Salmah?" Jatmika bertanya.
"Oh, ya! Engkau belum mengenalnya!" Ia lalu bercerita tentang gadi waranggana dari Sumedang itu datang bersama Ki Salmun, ayahnya, datang mengungsi dari sumedang je dermayu atas nasehat Lindu Aji. Setelah mendengar keterangan panjang lebar tentang neneng Salmah, Jatmika bertanya lagi.
"Dan siapa itu Parmadi dan Muryani?"
"engkau tidak dapat menduga siapa Kakangmas Paemadi. Dia masih kakak seperguruan kita!"
"Eh" Bagaimana mungkin" Kenapa aku tidak
mengenalnya?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tentu saja tidak. Dia adalah murid dari Eyang Resi Tejo Wening, kakak guru mendiang Eyang Guru Ki Tejo Langit."
"Ah, begitukah" Ceritamu semakin menarik,
lanjutkanlah, Lastri."
"Setelah saling mengenal aji-aji kami yang sama, dan tahu bahwa aku kehilangan ingatan masa lakuku, Kakangmas Parmadi dan isterinya Mbakayu Muryani berkunjung ke rumah dan mengobatiku dengan tiupan sulingnya. Aku sembuh dan dapat pulih kembali ingatanku."
"Terima kasih kepada gusti Allah! Wah, sukurlah, aku ikut merasa bahagia sekali, Lastri!" Saking gembiranya, Jatmika merangkul gadis itu. Akan tetapi dengan gerakan lembut Sulastri menhindar. Jatmika merasa heran sekali, akan tetapi tidak memaksa, hanya berkata penuh perasaan sehingga suaranya menggetar. "Aku rindu sekali kepadamu, Lastri."
Sulastri menghela napas panjang. Setelah teringat kembali akan masa lalunya, ia kini selalu teringat akan hubungan batinnya dengan Lindu Aji dan sulit baginya untuk membiarkan dirinya dipeluk pria lain walaupun pria itu adalah Jatmika yang dikagumi dan disukainya.
"Kakang, bukan waktunya kita bicara tentang hal itu.
Akan kulanjtkan ceritaku."
"Baiklah, Lastri. nah, lanjutkan ceritamu." kaya Jatmika, agak tersipu akan tetapi heran melihat sikap Lastri yang dingin terasa sekali dalam suaranya.
Sulastri bercerita dengan singkat tentang munculnya pangeran dari Banten yang dulu mengganggu Neneng Salmah untuk memaksa gadis itu ikut. Pangeran ini ditemani dua orang datuk, yaitu Kyai Sidhi Kawasa dan Aki Somad. Parmadi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Muryani dan ia sendiri yang sudah sembuh berhasil mengusir mereka.
"Setelah Kakangmas Parmadi dan Mbakyu Muryani pergi untuk mencari pembunuh Eyang Guru Tejo Langit, aku yang sudah pulih ingatanku, menjadi gelisah, Mas Aji mencari pembunuh itu dan berjuang membela Mataram, engkau dan Kakng Parmadi juga begitu. aku merasa tidak enak untuk duduk diam di rumah saja, maka aku lalu nekat meninggalkan rumah."
"Dan bagaimana engkau dapat berada di sini?" Tanya Jatmika.
"Aku teringat kepada Raden Banuseta yang dulu ikut melawan aku dan Mas Aji, maka aku lalu pergi ke Tegal hendak mencarinya. Malam tadi aku tiba di mana engkau sedang bertanding melawan Harya Baka Wulung."
"Ah, agaknya memang Gusti Allah yang menuntunmu sehingga engkau dapat membantuku dan aku dapat menyekamatkan diri dari kakek yang sakti mandraguna itu."
"Akan tetapi, Kakangmas Jatmika, kenapa Mataram menumpuk demikian banyak ransum di Tegal" Dan kenapa pula antek-antek Kumpeni itu membakar gudang?"
"Lastri, engkau tentu sudah mendengar bahwa bala tentara Mataram akan melakukan penyerbuan ke Jayakarta dan untuk keperluan pasukan itulah maka ransum itu ditumpuk untuk persediaan. Dan para mata-mata Kumpeni keparat itu tentu melaksanakan perintah atasan mereka. Siasat yang amat keji dan curang!"
"Kakang Jatmika, kalau begitu mari kita cepat pergi ke Jayakarta untuk membantu pasukan Mataram. Kukira jahanam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Banuseta dan Kakang Hasanudin yang berkhianat itu tentu berada pula di sana."
"Benar, Lastri. Aku juga menduga bahwa Harya Baka Wulung dan Maya dewi mungkin melarikan diri ke sana pula."
Dua orang itu menanti sampai fajar menyingsing, lalu mereka berdua melakukan perjalanan ke barat, ke arah Cirebon.
*** Kumpeni Belanda memang menggunakan taktik yang mereka anggap cerdik, akan tetapi yang bagi Mataram merupakan akal yang amat licik dan curang. Bukan hanya gudang ransum di Tegal yang mereka bakar, akan tetapi juga ratusan perahu yang membawa ransum untuk pasukan Mataram, dihadang kapal Belanda dan meriam-meriam mereka menghancurkan dan menenggelamkan perahu-perahu itu berikut ransumnya. Juga ratusan rumah penduduk disekitar pantai yang dianggap rumah para petani yang mengumpulkan padi dan beras untuk balatentara Mataram, diserang dan banyak rumah dibakar. Beberapa buah dusun menjadi geger oleh serangan Belanda ini yang melakukan semua itu dengan maksud untuk mencegah penduduk membantu pasukan Mataram, membuat mereka ketakutan.
Pada suatu pagi, seorang pemuda yang berwajah tampan dan manis bertubuh habgkung tegap, matanya lembut kan tetapi terkadang mengeluarkan sunar mencorong, pakaiannya sderhana namun rapi, melngkah dengan lenggang santai namun kokoh bagaikan langkah harimau, berjalan menju ke gudang kadipaten di Cirebon
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di pintu gerbang gedung Kadipaten pemuda itu dihadang lima orang perajurit penjaga.
"Berhenti!!" bentak empat orang dari mereka. Akan tetapi yang seorang lagi sudah setengah tua dan agaknya dia yang menjadi kepala jaga, berseru dengan girang dan hormat.
"Denmas Lindu Aji Alap-alap Laut Kidul!"
"Bagus kalau andika mengenalku, paman. Aku mohon menghadap Paman Adipati Pangeran Ratu. Maukah andika melaporkan kunjunganku ini?"
"Tentu, denmas, tentu! Mari silakan!"
Lindu aji mengikuti perajurit itu. Empat orang kawannya saling pandang dengan heran, lalu seorang di antara mereka berkata, "Ah, dia itu Alap-alap Laut Kidul" Aku pernah mendengar bahwa dialah yang menghancurkan gerombolan Munding Hideung di Gunung Careme!"
"Wah, itukah orangnya" Kelihatannya masih begitu muda dan sederhana!"
"Hemm, kau tahu apa" Dia itu seorang utusan Kanjeng Gusti Sultan Agung di Mataram yang berpangkat senopati muda!"
Lindu Aji mendengar percakapan ini akan tetapi dia tidak perduli dan mengikuti penjaga itu ke beranda. Di situ perajurit itu disambut seorang perajurit pengawal istana dan dia mengoper Aji kepada perajurit pengawal itu sambil berkata.
"Lapor, Tamu ini adalah Alap-alap Laut Kidul bernama Lindu Aji yang mohon menghadap Gusti Adipati."
Perajurit pengawal itupun mengenal nama ini dan setelah mempersilakan Aji duduk di ruang tunggu, dia segera melapor ke dalam. Tak lama kemudian pengawal itu sudah kembali ke ruang tunggu mengatakan bagwa Sang Adipati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah siap menerima Lindu Aji. Pemuda itu lalu mengikuti pengawal memasuki ruangan.
Begitu Lindu Aji memasuki ruangan, dia melihat sang adipati sudah duduk menanti di atas kursi kebesarannya. Pria yang gagah berusia enam puluh lima tahun itu tersenyum menyambut kedatangan Lindu Aji.
"Anakmas Lindu Aji, andika yang datang" Silakan duduk, anakmas!" kata adipati dengan ramah, bahkan lalu bangkit dan mempersilakan Lindu Aji yang menyembah itu untuk duduk di atas kursi yang sudah tersedia di depannya.
Karena hari itu bukan hari persidangan, maka tidak ada perwira yang hadir, bahkan tidak tampak seorangpun perajurit pengawal dalam ruangan itu. Hal ini menunjukkan bahwa sang adipati percaya penuh kepada tamunya.
"Terima kasih, Gusti Adipati." kata Lindu Aji hormat.
"Aeh, Anakmas Lindu Aji, mengapa andika berbasa basi seperi itu" Sebut saja paman, jangan gusti. Bukankah andika ini juga seorang senopati muda Mataram yang menjadi kepercayaan Gusti Sultan Agung" Nah, katakan anakmas.
Kabar baik apakah yang andika bawa kali ini?"
"Paman Adipati, paduka tentu telah mengetahui bahwa balatentara Mataram kini sedang bergerak menuju Batavia untuk melakukan penyerangan besar-besaran. Dan saya mendengar bahwa Kumpeni Belanda melakukan usaha perlawanan yang curang dengan menembaki perahu-perahu pembawa ransum, bahkan membakar gudang-gudang ransum di Tegal dan tempat-tempat lain."
"Hemm, ya, kami mendengar akan hal itu, anakmas.
Akan tetapi, apa yang dapat kita perbuat" Kami memang berpihak kepada Mataram, akan tetapi kalau melakukannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan berterang, Kumpeni tentu akan memusuhi dan menyerang kami. Pada hal, penyerangan Belanda melalui kapal-kapal perang berbahaya sekali."
Lindu Aji mengerutkan alisnya, akan tetapi dalam hatinya dia harus mengakui kebenaran sang adipati ini.
Bagaimanapun juga, Kadipaten Cirebon tentu saja harus menjaga keselamatannya sendiri. Yang terpenting asal Kadipaten Cirebon tidak membantu Belanda, hal itu sudah cukup baik. Bahkan dia juga mendengar bahwa biasanya, sang adipati ini menjadi perantara yang dapat dipercaya apabila Mataram hendak mengadakan hubungan atau perundingan dengan pihak Banten dan para kadipaten lain di Jawa Barat, juga dapat menjadi perantara kalau hendak mengadakan hubungan dan perundingan dengan pihak Kumpeni Belanda sekalipun.
"Akan tetapi, Paman Adipati, apakah di Kadipaten Cirebon juga diadakan gudang ransum untuk pasukan Mataram?"
"Memang ada, dua gudang besar, yang pertama berisi beras dan yang kedua berisi gunungan padi. Kami sudah mengutus seregu perajurut menjaga kedua gudang itu."
"Hanya seregu, Paman Adipati" Apakah cukup?"
Tanya lindu Aji.
"Kami kira sudah cukup. Kumpeni Belanda tidak akan berani mengganggu gudang ransum yang berada di wilayah kami, tentu merasa sungkan kepada kami."
"Mudah-mudahan saja begitu, paman adipati."
Tiba-tiba seorang perajurit pengawal bergegas masuk, menjatuhkan diri berlutut dan sebelum Adipati Cirebon yang menjadi marah dan mengerutkan alis itu sempat bertanya, dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah lebih dulu menyembah dan berkata dengan takut-takut.
"Mohon beribu ampun kalau hamba berani mengganggu dan menghadap paduka tanpa dipanggil, gusti. Hamba hendak melapor bahwa ...... gudang-gudang ransum diserbu orang dan dibakar."
"Apa ...... ?"!!" Adipati Pangeran Ratu bangkit berdiri dan membentak perajurit pengawal itu. "Cepat panggil perwira pasukan pengawal!"
"Siap, gusti!" Peajurit itu cepat menyembah dan mundur, keluar dari ruangan itu.
Aji sudah bangkit dan kini dia memberi hormat.
"Paman Adipati, saya mohon pamit. Saya akan menghadapi pengacau-pengacau itu!"
Tanpa menanti jawaban, Aji sudah melompat keluar dan dia berlari ke alun-alun kadipaten. Banyak orang berlarian dengan panik di jalan raya dan tanpa bertanyapun dia tahu di mana terjadinya kekacauan itu karena tampak sinar api dan asap di sebelah utara dan dari arah itu orang-orang berlarian.
Setelah berlari cepat dia mendengar pula suara ledakan-ledakan, bukan hanya ledakan kebakaran melainkan ledakan seperti bunyi meriam atau senjata api lainnya.
Setelah tiba di tempat kebakaran, Aji melihat betapa dua buah gudang besar sedang terbakar. Penduduk berlarian ketakutan dan dia melihat pula beberapa orang perajurit kadipaten, tinggal belasan orang agaknya berusaha untuk memadamkan api, akan tetapi mereka diserang oleh gerombolan orang yang bersenjata golok, di antara mereka banyak pula yang bersenjata pistol. Dan di belakang gudang yang terbakar, dia melihat seorang pemuda dan seorang gadis sedang berkelahi melawan seorang kakek brewok yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertubuh tinggi besar dan dua orang lain yang bersenjata golok.
Ketika memandang dengan teliti, Aji terkejut, marah dan juga girang mengenal bahwa gadis itu bukan lain adalah Sulastri, pemuda itu Jatmika. Adapun kakek yang mejadi lawan mereka adalah Ki Harya Baka Wulung yang dibantu dua orang bersenjata golok.
Menghadapi Ki Harya Baka Wulung saja, Jatmika dan Sulastri sudah bertemu dengan lawan berat. Apalagi kakek yang selalu memusuhi Mataram itu dibantu dua orang yang lumayan tangguh, maka sepasang orang muda itu tampak terdesak hebat.
Aji dapat menduga bahwa tentu Ki Harya Baka Wulung itu yang berada di balik layar terjadinya kebakaran-kebakaran terhadap gudang ransum Mataram.
"Hemm, jahanam busuk!" bentaknya dan tubuh Aji sudah menerjang ke depan dengan cepat sekali. Dengan kecepatan gerakan Aji Bayu Sakti, dia seperti terbang dan sudah menyerang Ki Harya Baka Wulung dengan tamparan tangannya ke arah kepala raksasa itu dengan pengerahan tenaga dari Aji Surya Chandra.
"Wuuuutttt ...... plakkkk !!" Ki Harya Baka Wulung terkejut sekali ketika merasakan datangnya serangan yang amat dahsyat dari tubuh pemuda yang terbang meluncur itu. Dia cepat menangkis dan ketika kedua lengan bertemu, Ki Harya Baka Wulung terhuyung ke belakang.
Sementara itu, Jatmika dan terutama Sulastri girang bukan main melihat datangnya Lindu Aji yang membantu mereka. Sulastri hampir menangis saking harunya. Sekarang ia ingat benar kepada Aji dan merasa betapa jantungnya berdebar penuh rindu dan bahagia. Akan tetapi iapun tidak menyiaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nyiakan kesempatan selagi Ki Harya Baka Wulung diserang oleh Lindu Aji. Seperti dikomando saja, Sulastri dan Jatmika menerjang kedua orang pembantu Ki Harya Baka Wulung yang bersenjata golok. Kalau tadi dua orang itu masih dapat mengeroyok mereka adalah karena ada datuk Madura yang sakti itu. Kini setelah datuk itu bertanding melawan Aji, tentu saja dua orang itu sama sekali bukan tandingan Sulastri dan Jatmika. Beberapa jurus saja dua orang itu sudah roboh dan tewas.
Ki Harya Baka Wulung terkejut bukan main. Dia merasa menyesal mengapa dia berpencar dari kawan-kawannya. Seperti diketahui, Ki Harya Baka Wulung melaksanakan tugas sebagai antek Kumpeni Belanda bersama Nyi Maya Dewi dan pasukan Kumpeni. Dia berhasil melakukan pembakaran dan memusnahkan gudang ransum di Tegal. Akan tetapi dia bertemu dengan Jatmika dan Sulastri yang mengeroyoknya dan melihat ketangguhan sepasang orang muda itu, dia melarikan diri ke Cirebon. Di sini ada dua orang rekannya yang bertugas sama dengannya, yaitu memusnahkan gudang-gudang sansum pasukan Mataram. Setelah bertemu dengan dua orang rekannya, yaitu Kyai Sidhi Kawasa dan Aki Somad, mereka bertiga lalu mengatur siasat untuk membakar dua buah gudang berisi ransum untuk tentara Mataram. Di Cirebon, mereka lebih berhati-hati, tidak mempergunakan serdadu-serdadu Belanda, melainkan gerombolan yang sudah dipengaruhi dan diperbudak oleh Belanda, menjadi antek-antek bayaran. Di bawah pimpinan tiga orang datuk yang sakti mandraguna ini, tidak sukar bagi gerombolan itu untuk menyerang pasukan yang menjaga gudang, lalu membakarnya.
Setelah dua buah gudang itu mulai terbakar, Ki Harya Baka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wulung lalu berpencar dari Kyai Sidhi Kawasa dan Aki Somad seperti yang sudah mereka rencanakan. Akan tetapi baru saja dia hendak melarikan diri ke belakang gudang, tiba-tiba muncul Sulastri dan Jatmika yang segera mengenalnya dan sepasang orang muda ini tentu saja segera mengetahui bahwa tentu datuk besar dari Madura ini yang mendalangi kebakaran gudang ransum, maka mereka lalu menyerangnya. Akan tetapi Ki Harya Baka Wulung melawan, bahkan dengan bantuan dua orang anggota gerombolan dia mendesak Jatmika dan Sulastri dan nyaris merobohkan menewaskan sepasang orang muda itu.
Akan tetapi alangkah kaget dan kecewanya ketika tiba-tiba
muncul Lindu Aji! Apa lagi melihat dua orang anak buahnya itu roboh. Dia menjadi jerih dan cepat membanting dua bahan peledak yang mengeluarkan suara keras dan asap tebal.
Lindu Aji, Sulastri dan Jatmika cepat melompat ke belakang. Melihat kakek raksasa itu melarikan diri ke barat, Aji berkata kepada mereka, "Kakang Jatmika dan Nimas Eulis,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kalian bantu memadamkan api, aku akan mengejar kakek iblis itu!" Aji melompat ke depan.
"Mas Aji ...... !" Sulastri berseru. Aji menahan larinya dan menengok. Sebutan itu! Sebutan lama yang dahulu diucapkan Sulastri kepadanya!
"Lastri ...... ?"" Dia bertanya, ragu-ragu. "Kau ......?"
Dengan air mata menetes-netes di atas pipinya, akan tetapi dengan mulut tersenyum, Sulastri mengangguk.
"Benar, Mas Aji. Aku Lastri ...... ingatanku telah pulih
...... !" Akan tetapi Aji melirik ke arah Jatmika dan diapun berkata. "sukurlah, Lastri. Aku akan mengejar orang itu lebih dulu!" Dia melompat jauh.
"Mas Aji, hati-hatilah ...... !" Sulastri berseru.
Jatmika melihat semua ini dan diam-diam menghela napas dalam. Hatinya menjadi risau dan ragu. Apakah Sulastri mencinta dia" Ataukah cintanya sudah lebih dulu dimiliki Lindu Aji, hanya saja tempo hari pertalian cinta itu ikut terhapus dari ingatannya" Dia tidak tahu dan dalam keadaan seperti itu dia tidak berani bertanya.
"Mari kita membantu mereka memadamkan api" ajak Jatmika yang menyadarkan Sulastri yang masih berdiri memandang ke arah perginya Lindu Aji seperti orang melamun.
Akan tetapi mereka tidak dapat berbuat banyak. Api telah berkobar besar, melahap dua buah gudang itu dan seluruh isinya. Mereka berdua hanya dapat mengamuk, mempergunakan kesaktian mereka untuk menghajar sisa gerombolan antek Belanda yang belum sempat melarikan diri.
Bahkan mereka lalu melakukan pengejaran sampai ke tepi laut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di mana beberapa orang anak buah gerombolan berhasil melarikan diri menggunakan perahu.
Melihat lima orang anak buah gerombolan naik perahu yang didayung ke arah laut, Sulastri membanting-banting kaki kanannya dan berseru. "keparat jahanam kalian antek-antek Kumpeni!"
Tiba-tiba seorang laki-laki gagah berusia kurang lebih empat puluh tahun bersama seorang wanita cantik berusia tiga puluh enam tahun berdiri tidak jauh darisitu segera mendekat ke laut sampai air laut merendam kaki mereka sampai ke beis.
Laki-laki iru ketika tadi mendengar Sulastri memaki para anak buah gerombolan sebagai antek-antek kumpeni, segera melontarkan batu besar ke arah perhau yang sedang diusahakan melawan ombak itu.
"Syuuutttt ...... brakkk ...... byuurrrr !" Perahu itu tertimpa batu dan pecah, lima orang anak buah gerombolan itu terjatuh ke dalam laut. Mereka terpaksa berenang ke tepi.
Jatmika dan Sulastri sudah siap menyambut mereka. Sulastri amat benci mereka mengingat akan kebakaran dua buah gudang ransum itu, menyambut dengan pedang Naga Wilis di tangan.
Lima orang anak buah gerombolan yang menjadi antek Kumpeni Belanda itu mati-matian untuk mencoba melawan.
Dua orang di antara mereka mncabut pistol, akan tetapi sebelum mereka sempat mempergunakan pistol itu, dua buah batu karang sebesar kepalan tangan menyambar pelipis mereka dan dua orang itupun roboh tak mampu bangkit kembali.
Suami isteri perkasa yang menyambitkan batu karang itu lalu menghampiri dan menendang dua buah pistol itu jatuh ke dalam air laut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, dengan kilatan pedangnya Sulastri telah merobohkan dua orang lawan dan Jatmika juga merobohkan seorang dengan tamparan tangannya yang ampuh.
Setelah merobohkan anak buah gerombolan itu, Sulastri, dengan pedang Naga Wilis masih di tangan, bersinar kehijauan tertimpa cahaya matahari, dan Jatmika kini menghadapi pria dan wanita yang telah membantu mereka tadi.
Akan tetapi, tiba-tiba wanita cantik itu mencabut sebatang pedang yang tergantung di punggungnya. Tampak sinar hijau berkelebat dn ia sudah menggunakan pedang itu untuk membacok ke arah kepala Sulastri, tanpa berkata sepatah katapun! Tentu saja Sulastri merasa terkejut dan heran karena hal itu sama sekali tidak pernah disangka-sangkanya.
Bukankah pria dan wanita ini tadi membantunya merobohkan para antek Belanda" Dan ternyata serangan pedang itu dahsyat sekali sehingga mau tidak mau ia harus menangkis dengan pedang Naga Wilis yang masih di tangannya.
"Singggg ...... trang ...... krek...... !" Pedang di tangan wanita itu bertemu dengan pedang Naga Wilis yang dipergunakan Sulastri untuk menangkis dan pedang wanita itu patah menjadi dua potong! Wanita itu tidak tampak terkejut, bahkan ada sinar kegembiraan terpancar pada wajahnya ketika ia membuang pedang yang tinggal sepotong itu ke atas tanah, menggeletak dekat pedang bagian atas. Ia menoleh kepada pria gagah di sampingnya dan berkata dengan suara bernada gembira.
"Kakangmas, lihat! Naga Wilis yang aseli!"
"Engkau benar, diajeng. Akhirnya kita temukan juga!"
kata pria itu sambil mengangguk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hei! Kalian ini siapa" Dan kenapa tiada huan tiada angin tiba-tiba menyerangku?" bentak Sulastri dngan pandang mata melotot dan mulut yang manis itu cem,erut.
Wanita cantik itu menjawab. "Aku menyerang untuk melihat apakah pedang di tanganmu itu Pusaka Naga Wilis aseli?"
Sulastri mengerutkan alisnya yang hitam dan memandang ke arah pedang di tangannya. "Tentu saja pedangku ini Naga Wilis aseli, dan pedangmu itu palsu!" Ia memandang ke arah pedang yang telah patah menjadi dua potong itu, pedang yang sama benar rupanya dengan pedang di tangannya.
"Nah, itulah sebabnya kami tertarik sekali ketika melihat pedangmu, anak manis." kata wanita cantik itu.
Biarpun tadi sudah terbukti bahwa pria dan wanita itu membantu mereka menghadapi para antek Kumpeni Belanda, namun melihat wanita cantik itu, Jatmika dan Sulastri teringat akan Nyi Maya Dewi yang juga cantik jelita dan jahat, maka mereka berdua menjadi curiga.
Pria yang tampan dan gagah itu melangkah maju.
"Anak yang baik, coba aku pinjam sebentar pedangmu, hendak kami teliti."
Sulastri tentu saja tidak mau memberikan pedangnya, bahkan ia melangkah mundur dan menyarungkan pedang Naga Wilis. Jatmika melangkah maju dan berkata penuh teguran kepada pria itu.
"Jangan ganggu dia!" Sambil berkata demikian, Jatmika mendorongkan tangan kanannya ke arah pria itu untuk memaksa pria itu mundur. Karena tadi dia melihat bahwa pria itu seorang yang digdaya, maka dia mengerahkan tenaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
saktinya untuk sekedar memperingatkan pria dan wanita yang hendak mengganggu Sulastri itu. Melihat Jatmika membuat gerakan mendorong dan ada angin yang dahsyat menyambar ke arahnya, pria itu tersenyum dan mengangkat tangan kirinya, menyambut dengan dorongan.
"Wuuuttt ...... plakkk ...... !" Dua telapak tangan bertemu dan akibatnya, keduanya terdorong ke belakang. Dua orang pria itu sama-sama terkejut dan heran sekali. Sama sekali tidak mereka sangka bahwa lawan memiliki tenaga sakti yang demikian kuatnya.
Melihat pria itu terdorong oleh Jatmika, wanita cantik itu agaknya menjadi marah dan iapun melangkah maju. Akan tetapi Sulastri menghadapinya, bahkan gadis itu menyambutnya dengan tamparan tangan yang mengandung Aji Margopati! Wanita itu terkejut, cepat sekali mengelak dan siap untuk membalas. Akan tetapi pria itu cepat mencegahnya.
"Cukup, diajeng, jangan berkelahi!" Suaranya mengandung wibawa yang amat kuat sehingga dua orang wanita itu sama-sama melompat mundur. Kini pria itu dengan tersenyum berkata kepada Jatmika dan Sulastri yang masih siap siaga menghadapi serangan.
"Ah, kalian adalah oang-orang muda yang sakti mandraguna! Ketahuilah, kami sama sekali tidak mempunyai niat jahat terhadap kalian. Hanya karena melihat Pedang naga Wilis itulah maka isteriku ini memperlihatkan sikap yang aneh dan itu ada sebabnya. Perkenalkanlah lebih dulu. Aku bernama Tejomanik atau lebih dikenal dengan nama Sutejo, bertempat tinggal di lereng Gunung kawi. Dan ini isteriku bernama Retno Susilo."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Jatmika terkejut mendengar nama itu dan dia kini memandang ke arah sebuah pecut yang gagangnya terselip di ikat pinggang Sutejo dan pecutnya sendiri melilit pinggang.
"Apakah andika yang disebut orang Pecut
Bajrakirana?" Dia pernah mendengar nama ini dari mendiang ayahnya dan dia mendengar bahwa Sutejo yang diberi julukan Si Pecut Bajrakirana ini adalah seorang pendekar sakti mandraguna yang setia kepada Mataram.
Sutejo tersenyum dan mengangguk. sejak tadipun dia sudah melihat betapa pemuda dan gadis itu bukan orang-orang sembarangan, maka dia mencegah isterinya betanding dengan gadis itu.
Jatmika menoleh kepada Sulastri. "Nimas Sulastri, paman dan bibi ini adalah pendekar-pendekar ternama yang setia kepada Mataram. Maafkan kami, Paman Sutejo dan bibi.
Saya bernama Jatmika dan ini adalah Sulastri."
"Akan tetapi kalau paman dan bibi tidak mempunyai niat buruk, kenapa bibi Retno Susilo tadi menyerangku?" tanya Sulastri, masih penasaran.
Kini Retno Susilo yang menghampiri Sulastri. "Anak manis, maafkan aku. Seperti kukatakan tadi, aku menyerangmu untuk menguji apakah pedangmu itu benar Pedang Naga Wilis yang aseli. Sebelum kuterangkan kesemuanya ini, aku ingin bertanya dulu kepadamu. Akan tetapi, tidak enak bicara sambil berdiri di sini. Marilah kita mencari tempat di mana kita dapat bicara dengan enak."
"Mari kita ke sana." kata Sutejo,menunjuk ke arah beberapa batang pohon yang tumbuh agak ke darat. mereka berempat lalu meinggalkan lima orang anggauta gerombolan yang menggeletak di atas pasir. Dua orang di antara mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hanya terluka, tidak tewas dan kini mereka berdua itu sudah bangkit duduk sambil mengerang kesakitan. "Biarlah yang dua itu mengurus mayat teman-teman mereka." demikian kata Sutejo sebelum mereka meninggalkan tempat itu, menuju ke segerombolan pohon itu.
Kini mereka berempat duduk di atas batu-batu di bawah pohon dan Retno Susilo berkata kepada Sulastri. "Sulastri, tolong ceritakan kepada kami, dari manakah engkau memperoleh Pedang Naga Wilis itu?" Retno Susilo menuding ke arah pedang yang tergantung di punggung Sulastri.
Sulastri adalah seorang gadis yang mempunyai dasar watak keras. Ia mengerutkan alisnya. Ia kini memang sudah percaya kepada suami isteri gagah di depannya itu. Akan tetapi bagaimanapun juga ia masih merasa penasaran mengapa ia harus menceritakan tentang pusakanya, pemberian mendiang Ki Ageng Pasisiran, gurunya yang kini telah tewas terbunuh orang.
"Maafkan aku, bibi. Akan tetapi aku merasa heran sekali mengapa bibi begitu tertarik kepada pedangku Naga Wilis yang kudapatkan sebagai pemberian guruku". Ceritakan dulu apa hubungan pedang pusaka ini denganmu, Bibi Retno Susilo!"
Terdengar Sutejo terkekeh. "Heh-heh, diajeng Retno Susilo. Sekarang engkau bertemu batunya! Gadis ini mengingatkan aku kepada sikapmu di waktu muda. Sama-sama berkepala baja, heh-heh!"
Retno Susilo juga tersenyum. Memang di waktu mudanya ia adalah seorang gadis yang lincah, galak, keras hati dan berani. Akan tetapi setelah menjadi isteri Sutejo, ia kini berubah banyak sekali (baca kisah Pecut Sakti Bajrakirana).
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah, Sulastri. Nah, dengarlah baik-baik." Wanita itu menoleh kepada suaminya dan ia menghela napas panjang, tiba-tiba tampak sedih sekali. Setelah menghela napas beberapa kali, ia melanjutkan. "Peristiwa menyedihkan itu terjadi kurang lebih delapan tahun yang lalu. Ketika itu, pedang Pusaka Naga Wilis yang sekarang menjadi milikmu itu adalah pusakaku.
Aku menerimanya dari mendiang guruku yang berjuluk Nyi Rukmo Petak. Selain Pedang Naga Wilis itu, pada saat itu anak tunggal kami yang benama Bagus Sajiwo berusia enam tahun dan pada suatu hari ...... " suara Retno Susilo melemah dan terdengar kedukaan menggetarkan suaranya, "...... pada suatu hari ...... anak kami Bagus Sajiwo itu ...... dan pedang pusaka Naga Wilis ...... hilang dari dalam kamar ketika kami berdua sedang berada di ladang. Pedang pusaka dan puteraku itu hilang diculik orang dan bertahun-tahun kami mencari, berkelana ke mana saja, sambil membantu Mataram dalam menghadapi lawan-lawannya ...... akan tetapi sama sekali tidak ada hasilnya. Sudah delapan tahun lebih kami mencari tanpa hasil, dan hari ini ...... aku melihat Naga Wilis berada di tanganmu. Dapat kalian bayangkan betapa kaget dan juga girang rasa hatiku melihat pedang itu. Mungkin ...... mungkin ditemukannya pedang itu akan dapat membuat kami menemukan putera kami pula!"
"Sulastri, apakah engkau melihat putera kami Bagus Sajiwo" Usianya kini tentu sudah empat belas tahun!" kata pula Sutejo dengan suara mengandung penuh harapan.
Sulastri dan Jatmika merasa terharu mendengar cerita itu. Kini mereka mengerti tadi Retno Susilo bersikap seperti itu ketika melihat Pedang Naga Wilis. Sulastri menggeleng kepala dan berkata dengan suara terharu. Ia keras hati, namun juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mudah sekali menaruh iba kepada orang lain. "Aku tidak pernah mendengar nama puteramu itu, bibi. Akan tetapi mengapa bibi tadi menggunakan pedang palsu yang mirip Naga Wilis?"
Retno Susilo menghela napas panjang, wajahnya berubah agak pucat mendengar Sulastri tidak pernah mendengar puteranya. Pada hal tadinya ia mengharapkan dengan ditemukannya pedang itu maka ia akan mendapat keterangan tentang puteranya. Ia mengusap beberapa tetes air mata dari pelupuk matanya dan Sutejo lalu menepuk-nepuk pundak isterinya dengan lembut untuk menenangkannya. "Aku sengaja membuat yang palsu agar menarik perhatian orang yang memiliki Naga Wilis aseli. Nah, Sulastri, anak yang baik.
Cepat ceritakan tentang pedang Naga Wilis yang kini menjadi milikmu itu. Engkau memperolehnya dari gurumu" Siapa gurumu dan bagaimana dia bisa mendapatkan pedangku yang hilang bersama puteraku itu?"
"Kasihan andika, paman dan bibi. Hemm, kalau aku bertemu dengan orang yang menculik putera kalian, tentu akan kuhajar orang itu! Sejak kecil aku menjadi murid guruku, yaitu Eyang Ki Ageng Pasisiran atau juga dahulu bernama Ki Tejo Langit yang tinggal di pantai laut daerah Dermayu. Aku menerima pedang ini dari guruku itu kurang lebih lima tahun yang lalu ketika aku mulai dilatih bersilat dengan pedang.
Setelah aku meninggalkan perguruan, guruku memberikan pedang ini kepadaku."
"Sulastri, apakah gurumu itu masih tinggal di sana"
Kami ingin berjumpa dengannya dan minta keterangan tentang asal mula dia mendapatkan pedang ini." kata Sutejo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sulastri menggeleng kepala. "Guruku sudah meninggal dunia, tewas dibunuh antek Kumpeni Balanda. Kami sedang hendak mencari pembunuh itu!"
"Ahh ...... !" Retno Susilo mendesah kecewa sekali.
"Apakah dia tidak pernah bercerita tenang asal usul pedang ini?"
"Ya dia pernah menceritakan sedikit padaku dan agaknya cerita ini akan dapat menjadi petunjuk untuk menemukan putera kalian, bibi."
"Bagaimana ceritanya?" Sutejo dan Retno Susilo bertanya dengan suara hampir berbareng. Mata Retno susilo yang masih basah memandang Sulastri penuh selidik.
"Ketika eyang guru memberikan pedang ini kepadaku, aku bertanya tentang asal usul pedang ini. Eyang guru berkata bahwa dia sendiri juga tidak tahu akan asal usul pedang ini, hanya menceritakan bahwa dia merampas pedang Naga Wilis ini dari tangan seorang datuk dari Banten yang bernama Kyai Sidhi Kawasa. Eyang guru memang dimusuhi oleh datuk itu.
Kata eyang guru, mereka bertanding sampai setengah hari dan akhirnya eyang guru dapat merampas pedang ini, sedangkan Kyai Sidhi Kawasa melarikan diri dengan menderita luka. Nah, hanya itu yang kudengar dari mendiang eyang guruku."
"Kyai Sidhi Kawasa ...... ?"" Suami isteri itu saling pandang dan merasa heran. Mereka merasa tidak pernah bermusuhan dengan datuk dari Banten itu. Kenapa datuk itu mencuri Pedang Naga Wilis dan menculik putera mereka"
"Siapa dia dan di mana kami dapat menemuinya?" Tanya Sutejo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, sekarang aku ingat! Ya benar, dia itu adalah datuk yang datang bersama Aki Somad dan Jaka Bintara yang hendak menangkap Neneng Salmah!"
"Aki Somad?" Sutejo bertanya. "Aku pernah
mendengar nama itu! Dia seorang pertapa dari Nusakambangan yang amat sakti. Coba ceritakan tentang orang yang menjadi datuk Banten bernama Kyai Sidhi Kawasa itu!"
"Orangnya sudah tua, hampir tujuh puluh tahun usianya. Kepalanya botak kecil, rambut di bagian bawah kepalanya yang botak itu berwarna abu-abu. Mukanya tanpa kumis atau jenggot. Hidungnya pesek dan mulutnya kecil.
Suaranya lembut. Lengannya memakai akar bahar hitam dan dia memegang tongkat ular kobra. Hanya itulah seingatku, paman."
Suami isteri itu termenung. mereka merasa tidak pernah bermusuhan dengan datuk Banten itu, bahkan mendengarnyapun baru sekarang.
Akhirnya Sutejo memandang isterinya yang tampak bersedih. Retno susilo merasa kecewa sekali. Ternyata ditemukannya Pedang Naga Wilis tetap tidak dapat membuka rahasia tentang di mana puteranya.
"Diajeng, agaknya kita harus pergi ke Banten mencari Kyai Sidhi Kawasa." kata Sutejo.
Isterinya mengangguk. "Benar, kakangmas. Agaknya hanya dialah yang mengetahui di mana adanya Bagus sekarang. Kita akan membantu pasukan Mataram menyerang Kumpeni Belanda ke Jayakarta. Setelah itu baru kita akan mencari orang itu di Banten."
Jatmika merasa iba kepada pendekar sakti yang namanya amat terkenal itu. "Paman dan bibi, saya berjanji akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membantu andika berdua. Kalau bertemu dengan Sidhi Kawasa, tentu saya akan memaksa dia mengaku di mana adanya adik Bagus Sajiwo."
"Aku juga akan membantu andika. Akan kupaksa kakek dari Banten itu menunjukkan di mana kini Bagus Sajiwo berada!" kata pula Sulastri penuh semangat.
"Terima kasih. Kalian baik sekali dan kami sungguh beruntung dapat bertemu dengan kalian sehingga kini bernyala kembali api pengharapan di hati kami." kata Sutejo.
Tiba-tiba Sulastri melepaskan tali sarung pedang yang diikat di punggungnya dan menyerahkan Pedang Naga Wilis dengan sarungnya kepada Retno susilo. "Ini pedangmu, Bibi Retno Susilo. Engkau pemilik pedang ini yang berhak memilikinya, maka kukembalikan kepadamu."
Retno Susilo terkejut. Tak disangkanya gadis berkepala baja seperti yang dikatakan suaminya itu dapat begitu lembut hati, rela mengalah dan menyerahkan pedang pusaka yang amat langka itu!
"Tidak Sulastri. Terima kasih banyak. Pedang itu telah dicuri orang dan mendiang gurumu yang merampas kembali dan menemukan pedang itu. Engkau memilikinya dengan sah.
Aku rela pedang naga wilis ini menjadi milikmu.
Keteranganmu tentang Kyai Sidhi Kawasa itu sudah cukup berharga. keselamatan anak tunggalku itu jauh lebih berharga dan penting bagiku daripada pedang ini. Nah, mulai detik ini aku menyatakan bahwa Pedang Naga Wilis adalah milik sah dari Sulastri!"
"Terima kasih, Bibi Retno susilo."
*** TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
JILID XXVIII ekarang kalian ceritakan, apa yang terjadi di sini dan bagaimana kalian tadi mengejar-ngejar orang-orang S yang kalian katakan sebagai antek-antek Kumpeni Belanda itu." kata Sutejo.
Jatmika dan Sulastri lalu menceritakan pengalaman mereka ketika mereka melihat orang-orang Kumpeni membakar gudang ransum di tegal. Betapa mereka melihat Ki Harya Baka Wulung yang agaknya menjadi dalang pembakaran gudang ransum itu. Juga mereka menceritakan betapa mereka berdua bentrok dengan Nyi Maya Dewi yang menjadi sekutu Ki Harya Baka Wulung membantu Kumpeni Belanda dan mereka berhasil membunuh raksasa Belanda, jagoan Kumpeni.
"Dari Tegal kami pergi ke Cirebon dan di sini kami juga melihat ada pembakaran terhadap dua buah gudang ransum pasukan Mataram. Kami bertemu pula dengan Ki Harya Baka Wulung dan kami yakin bahwa dia memang seorang diantara para pimpinan mata-mata Belanda. Kami melawan Ki harya Baka Wulung dan dikeroyok. Untung muncul Mas Aji yang menolong kami dan Ki Harya Baka Wulung melarikan diri, dikejar Mas Aji." kata Sulastri.
"Mas Aji" Siapa dia?" Tanya Sutejo.
"Namanya Lindu Aji. Dia masih terhitung kakak seperguruan kami berdua!" kata Sulastri dan Jatmika merasa betapa dalam suara sulastri terkandung kebanggaan.
"Lalu bagaimana" Ceritamu menarik sekali." kata Retno Susilo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mas Aji mengejar Ki Harya Baka Wulung dan kami berdua dia minta untuk membantu usaha pemadaman kebakaran dua buah gudang ransum itu. Akan tetapi terlambat.
Dua buah gudang itu telah menjadi lautan api. Kami lalu menghajar gerombolan yang menjadi antek Belanda. Yang melarikan diri kami kejar dan lima orang tadi adalah sebagian dari mereka. Demikianlah apa yang kami alami, paman dan bibi."
Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sutejo menghela napas panjang. "Sayang sekali bahwa bangsa kita banyak yang terpikat oleh kekayaan bangsa Belanda sehingga suka menjadi pengkhianat bangsa, mudah diadu domba oleh belanda. Kalau begini keadaannya, maka akan sukarlah mengusir Kumpeni Belanda dari tanah air."
"Bagaimanapun juga, masih ada para pendekar yang setia kepada Mataram dan suka membela bangsa dan Negara dengan taruhan nyawa, paman." kata Jatmika.
Sutejo mengangguk-angguk. "Benar, mungkin diantara mereka itu adalah orang-orang seperti kita ini. Akan tetapi betapa banyaknya orang-orang pandai yang sakti, seperti para datuk itu, yang sudi menjadi antek Belanda pula! Sungguh sayang." Sutejo menghela napas, lalu melanjutkan."Kami mendengar bahwa balatentara Mataram sudah mulai bergerak.
Karena itu, sebaiknya kita berpencar, membantu Mataram membersihkan jalan dari para antek Belanda dan kelak kita bertemu di Batavia."
"Baik, paman." kata Jatmika.
"Dengan berpencar kita dapat lebih mudah mencari datuk jahat Kyai Sidhi Kawasa itu, bibi." kata pula Sulastri kepada Retno Susilo. Gadis ini mulai merasa suka dan kagum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada Retno Susilo yang rela menyerahkan pedang Naga Wilis kepadanya.
"Engkau benar, Sulastri. Kita membantu Mataram sambil mencari orang-orang yang kita butuhkan. Kami mencari Kyai Sidhi Kawasa dan kalian juga mencari orang yang telah menewaskan gurumu."
Dua pasang pendekar itu lalu berpisah mengambil jalan masing-masing walaupun keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu ke Batavia, benteng Kumpeni Belanda.
*** Lindu Aji mempergunakan Aji Bayu Sakti. Tubuhnya ringan sekali dan larinya secepat angin. Bagaikan seekor alap-alap (burung rajawali) melayang saja tubuhnya meluncur dengan cepatnya ketika dia melakukan pengejaran terhadap bayangan Ki Harya Baka Wulung. Kakek ini merasa jerih melihat Aji, maka dengan mempergunakan bahan peledak dia melarikan diri ke arah barat sambil mengerahkan semua tenaga untuk berlari secepatnya. Akan tetapi sekali ini Lindu Aji tidak mau melepaskannya. Kakek itu terlalu jahat dan terlalu berbahaya. Sepak terjangnya amat merugikan Mataram dan kalau dibiarkan lolos, tentu akan menjadi penghalang besar bagi Mataram yang hendak menyerang Kumpeni Belanda di Batavia.
Akan tetapi, Ki Harya Baka Wulung kini telah tua renta. Usianya sudah hampir tujuh puluh tahun dan cara hidupnya membuat dia tidak dapat menjaga kesehatannya. Dia suka perta pora, makan minum sampai mabok, dan bersenang senang. karena itu, kesehatannya mundur dan setelah berlari cepat selama beberapa jam, dia sudah terengah engah dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keringatnya membasahi seluruh tubuhnya. Larinya menjadi semakin lambat dan ketika dia tiba di jalan pendakian bukit, tiba-tiba sesosok bayangan berkelebat dan tahu-tahu Lindu Aji telah melewatinya dan membalik, berdiri sambil bertolak pinggang menghadapinya. Terpaksa Ki Harya Baka Wulung berhenti melangkah dan dia berdiri terengah engah mengatur pernapasan.
Biarpun hatinya merasa gentar menghadapi pemuda yang sakti mandraguna ini, namun Ki Harya Baka Wulung yang merasa dirinya sebagai datuk terbesar di Madura dan sudah terlanjur menganggap diri sendiri yang paling hebat, memperlihatkan sikapnya yang angkuh. Dengan tangan kanan bertolak pinggang yang menyembunyikan tanda kekalahan pernapasan yang memburu, kakek itu menudingkan telunjuknya kepada Lindu Aji. Suaranya terdengar parau ketika dia berkata dengan penuh wibawa.
"Heh, Lindu Aji! Engkau ini bocah cilik (anak kecil) mau apa menghadang perjalanan seorang kakek seperti aku?"
Aji tersenyum walau matanya mencorong karena marah mengingat akan semua perbuatan kakek yang kini berdiri di depannya itu. "Ki Harya Baka Wulung, andika masih berpura-pura tanya lagi mengapa aku menghadangmu?"
"Hemm, Lindu Aji, engkau ini seorang bocah yang kaduk wani kurang dugo (terlalu berani kurang perhitungan)!
Engkau ini seperti seorang cucu berhadapan dengan eyangnya!
Mengapa bersikap begini kurang ajar" Begitukah tata-susila yang kamu pelajari?"
"Ki Harya Baka Wulung, memang aku masih muda dan andika sudah tua sekali seperti seorang cucu dengan akeknya.
Akan tetapi andika ini tidak menabung amal kebajikan untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bekal di akhirat nati melainkan menumpuk dosa yang menyeretmu ke neraka jahanam! Andika seorang Madura dan kini Madura sudah menjadi keluarga Mataram sehingga andika menjadi kawula Mataram pula. Akan tetapi, dengan tak tahu malu andika mengkhianati bangsa dan Negara, mau menjadi anjing penjilat sepatu Belanda. andika memimpin antek-antek Belanda yang lain untuk membakari gudang-gudang ransum Mataram! Dosamu bertumpuk-tumpuk dan manusia macam andika ini kalau dibiarkan hidup hanya akan menyengsarakan bangsa sendiri!"
"Babo-babo, bocah kemarin sore berani memberi wejangan kepada eyangnya! Ketahuilah, bocah, aku menentang Mataram bukan untuk membantu Belanda. Hanya kebetulan saja karena Belanda memusuhi Mataram maka kami bekerja sama. Aku memang membenci Mataram! Mula-mula Mataram banyak membunuh para sahabatku ketika pasukan Mataram menyerbu ke daerah daerah di Jawa Timur. Kemudian Mataram juga menundukkan seluruh Madura. Setelah itu menundukkan pula Surabaya dan Giri. Aku selalu menentang Mataram . Lebih celaka lagi, putera tunggalku si Dibyasakti juga tewas ketika Mataram menyerbu Madura. Dendamku tumpuk undung (bertumpuk-tumpuk), maka pemusuhan antara Belanda dan Mataram ini membuka kesempatan kepadaku untuk mwmbalas dendam! Itu sudah adil!"
"Ki Harya Baka Wulung! Andika terlalu mementingkan urusan pribadi. Apa artinya persoalan pribadi. Apa artinya persoalan pribadi kalau dibandingkan dengan persoalan mengenai bangsa dan Negara" Ketahuilah, Kanjeng Gusti Sultan Agung menundukkan semua daerah itu justeru untuk menggalang persatuan, untuk mempersatukan semua kekuatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di Nusantara untuk bangkit melawan Kumpeni Belanda yang merupakan ancaman besar bagi nusa dan bangsa. Dalam keadaan tanah air terancam, sepatutnya andika mengesampingkan dulu semua dendam pribadi, lalu bersatu untuk melawan Belanda. Sebaliknya, andika malah membantu belanda hendak menyengsarakan rakyat!"
"Keparat jahanam! Mampuslah kau!" bentak Ki Harya Baka Wulung yang sudah marah sekali dan sejak tadi diam-diam telah menghimpun tenaga saktinya, siap untuk menyerang sambil melepaskan lelah. Tiba-tiba dia sudah mengeluarkan satu pukulan jarak jauh Cantuka Sakti. Kedua kakinya ditekuk hampir berjongkok dan kedua tangannya mendorong ke depan, mulutnya mengeluarkan bunyi yang keluar dari perutnya, seperti seekor katak raksasa, "Kok-kok-kok ...... !!"
Dari kedua telapak tangan yang didorongkan itu menyambar hawa pukulan yang dahsyat sekali ke arah Aji.
Namun Lindu aji sudah mengenal pukulan yang dahsyat ini.
Dengan gerakan rinagan dari aji bayu sakti, tubuh pemuda itu sedah berkelebat, mengelak dengan loncatan kilat ke kiri, sejauh empat meter.
"Wuuuussss ...... kraakkkk ...... brukkkk !" Hawa pukulan dahsyat yang luput mengenai tubuh Aji itu menghantam sebatang pohon jati yang berada di belakang di mana Aji tadi berdiri dan pohon sebesar tubuh orang itupun patah dan tumbang!
Ki Harya Baka Wulung menjadi semakin marah dan penasaran. Dalam kemarahannya itu, dia menjadi nekat dan lupa bahwa dia menghadapi seorang pemuda yang benar-benar merupakan lawan tangguh. Apa lagi pada saat itu, persediaan bahan peledak yang dia dapatkan dari Belanda telah habis
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sehingga dia tidak dapat menggunakan bahan peledak itu untuk melarikan diri. Tiga kali dia menyerang dengan Aji Cantuka Sakti, akan tetapi pemuda itu selalu dapat mengelak dengan cepat sekali sehingga semua pukulannya hanya menumbangkan pohon. pada hal, penggunaan Aji Cantuka Sakti itu membutuhkan tenaga sakti yang besar. Ki Harya Baka Wulung yang sudah tua itu mulai lelah dan dia khawatir kalau kehabisan tenaga apabila dia terus menerus menyerang dengan aji itu.
Kakek itu kini beriri tegak, mulutnya berkemak kemik membaca mantra, kedua telapak tangannya digosok-gosok perlahan dengan gerakan memutar dan perlahan-lahan dari pergeseran dua buah telapak tangan itu mengepul asap hitam!
Aji melihat ini dan diapun sudah siap siaga menghadapi aji pamungkas yang amat berbahaya itu. Diapun mengerahkan tenaga sakti, bukan tenaga sakti yang mengandung daya serang dari aji Surya Chandra, melainkan tenaga sakti yang disebut Aji Tirta Bantala, yang mengandung kekuatan gaib menyerap dan menghisap seperti yang terkandung dalam air dan tanah.
Aji ini pada dasarnya merupakan penyerahan total terhadap Kekuasaan Gusti Allah yang terdapat pada air dan tanah, yang dapat menerima apa saja tanpa terluka, memberi daya hidup kepada segala sesuatu, juga dapat menyerap segala macam kekerasan dan kekuatan tanpa menyerang, selalu menang tanpa menggunakan kekerasan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aji Kukus Langking ...... aaaggghhhh ...... !" Ki Harya Baka Wulung
mendorongkan kedua telapak tangannya dan asap hitam tebal
menyambar ke arah Lindu Aji.
Aji berdiri tegak, kedua lengannya bersedakap, kedua matanya terpejam. Dia seolah menyerah dan menerima saja serangan asap hitam bergulung-gulung itu. Asap hitam menyelimuti dirinya, akan tetapi hanya menggerakkan rambut dan pakaiannya saja dan lewat seakan tidak berpengaruh sedikitpun! Padahal biasanya aji itu dapat menghanguskan tubuh lawan!
Melihat serangan Aji kukus Langking itu lewat saja dan sama sekali tidak mempengaruhi lawannya, Ki Harya Baka Wulung terkejut dan menjadi semakin penasaran. Dia menghunus senjatanya, sebatang keris besar panjang ber-luk sembilan.
"Haaaagghhhh ...... !" Dia menggereng lalu melompat ke depan, meyerang dengan kerisnya, ditusukkan ke arah perut Aji yang masih berdiri bersedakap. Akan tetapi ketika ujung keris sudah mendekati tubuh Aji , pemuda itu mencelat dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
amat gesitnya, mengelak dan bersilat dengan ilmu silat Wanara Sakti yang sudah bercampur dengan gerakan-gerakan yang ditirunya dari perkelahian antara alap-alap dan ular. Dengan gesit bagaikan seekor kera sakti dia dapat menghindarkan semua serangan keris, kemudian dengan sambaran seperti seekor burung alap-alap, dia membalas serangan itu dengan keris Kyai Nagawelang di tangannya. Perkelahian antara dua orang dengan menggunakan keris ini berlangsung seru bukan main. Bayangan mereka berkelebatan sehingga sukar dapat diikuti mata biasa. Keduanya sama-sama ahli bermain senjata itu, sama-sama tangkas, sama-sama kebal sehingga kulit tubuh mereka berani menerima ujung keris lawan kalau serangan itu tidak terlalu berbahaya dan tidak sempat dielakkan atau ditangkis lagi.
Akan tetapi kembali hukum alam menentukan. Usia tua membuat Ki Harya Baka Wulung berkurang daya tahannya, juga napasnya tidak sekuat dulu. tenaganya melemah, napasnya memburu dan tubuhnya sudah basah oleh keringatnya sendiri.
"Tranggg-cringgg ...... trang ...... !" Berkali-kali kedua batang keris itu bertemu di udara dan satu benturan yang amat kuat terjadi. Bunga api berpijar menyilaukan mata dan keris luk Sembilan di tangan datuk Madura itu terpental jauh!
Ki Harya baka Wulung melompat ke belakang dan terhuyung. Dia lalu mengerahkan seluruh sisa tenaganya, menyerang dengan Aji Cantuka Sakti, mendorongkan kedua telapak tangannya ke depan.
Aji sudah menyarungkan kerisnya dan tadinya dia mengira bahwa kakek itu akan mengaku kalah dan menyerah untuk dia tangkap dan bawa sebagai tawanan ke Kadipaten Cirebon. Akan tetapi tak disangkanya kakek itu menyerangnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lagi dengan aji pukulan yang ganas dan dahsyat itu. Dia tidak lagi menghindar, melainkan mengerahkan tenaga Surya Chandra lalu menyambut dengan dorongan kedua kakinya ke atas tanah. Itulah Aji Guruh Bumi dan seketika tanah rasanya tergetar dan ada kekuatan amat dahsyat keluar dari kedua telapak tangannya menyambut pukulan jarak jauh yang dilontarkan Ki Harya Baka Wulung.
"Syuuuutttt ...... blarrrr ...... !!"
Tubuh Lindu Aji terdorong mundur sampai lima langkah dan agak terhuyung. Akan tetapi tubuh Ki Harya Baka Wulung terlempar ke belakang seperti daun kering tertup angin dan dia terbanting jatuh ke atas tanah. Akan tetapi dengan cepat dia dapat bangkit duduk bersila, mukanya pucat seperti kapur dan kedua lengannya bersedakap, kedua matanya terpejam.
Lindu Aji juga duduk bersila, mengatur pernapasannya dan memulihkan keadaan dirinya yang terguncang hebat.
Setelah tubuhnya segar kembali, Aji membuka mata dan melihat Ki Harya Baka Wulung masih duduk bersila dalam jarak kurang lebih sepuluh meter darinya, dia lalu bangkit berdiri dan menghadapi serangan tiba-tiba dari kakek yang digdaya dan licik itu.
Setelah berdiri dalam jarak tiga meter, dia melihat kakek itu tetap tak bergerak. Mukanya pucat seperti kapur dan matanya terpejam. Sedetikpun tidak tampak gerakan, bahkan Aji melihat tidak adanya gerakan dada dan perut yang sedang bernapas. Aji lalu menghampirinya dan dengan hati-hati dan perlahan dia menyentuh dan mendorong pundak kakek itu.
Tubuh kakek itu roboh terjengkang dalam keadaan kaki masih bersila dan tangan masih bersedakap!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aji cepat berjongkok dan menempelkan tangannya pada leher dan dada kakek itu. Tidak ada lagi denyut jantung! Kakek Ki Harya Baka Wulung telah tewas!
"Innalillahi wa inailaihi roji"un! Semoga gusti Allah mengampuni dosa-dosamu, Ki harya Baka Wulung." aji berbisik dan dia lalu meluruskan kaki tangan yang masih bersila dan bersedakap itu. Dia bersila dekat jenazah itu dan melamun. Alangkah bodohnya manusia, pikirnya dalam lamunan. Gusti Allah telah menciptakan manusia hidup di dunia ini dengan segala berkah yang berlimpahan. Isi dunia ini seolah diciptakan Gusti Allah untuk membahagiakan manusia hidup di dunia, agar manusia dapat selalu ingat akan berjah dan kehadiranNya, hidup penuh damai sejahtera dan berbahagia bersama-sama, saling mengasihi, saling bantu, saling melindungi agar bersama-sama dapat slalu memuji dan memuja asma Allah yang Maha Kasih. Manusia diberi kehidupan, diberi jasmani agar dapat mengatur dan membangun dunia demi kesejahteraan hidup. Akan tetapi apa yang terjadi" Manusia malah melupakan Gusti allah, mendewa-dewakan iblis berupa nafsu demi menyenangkan dan mendatangkan nikmat kepada jasmaninya. Lupa bahwa sewaktu-waktu, jasmani ini akan mati dan tidak ada gunanya lagi seperti Ki Harya Baka Wulung yang menggeletak tanpa nyawa di depannya.
Setelah duduk tepekur beberapa lamanya, Lindu Aji lalu bekerja menggali lubang dan dia mengubur jenazah Ki Harya Baka Wulung sebagaimana mestinya. Baginya, Ki Harya Baka Wulung dengan segala perbuatannya yang menyengsarakan orang lain itu telah tiada. Yang diurusnya, dikubur sebagaimana mestinya adalah jasad mati seorang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
manusia, sesama hidupnya di dunia ini. Setelah mengubur jenazah itu baik-baik, dia lalu mengangkat sebuah batu besar dan ditaruh di depan makam sebagai pengganti nisan atau tanda bahwa di tempat itu terletak kuburan jenazah Ki Harya Baka Wulung.
Setelah selesai, barulah dia teringat kepada Sulastri.
Jantungnya berdegup. Perasaan haru, girang bercampur dengan keraguan dan kebimbangan. Sulastri telah mendapatkan kembali ingatannya yang hilang! Gadis itu telah ingat lagi, tentu ingat pula akan hubungan batin yang terdapat di antara mereka ketika dahulu mereka bertemu dan berkenalan.
Ataukah dia yang salah duga" Apakah dia sendiri yang jatuh cinta kepada Sulastri dan sebetulnya gadis itu tidak mencintainya" Sulastri telah akrab dengan Jatmika! Baik ketika ingatannya hilang maupun sekarang setelah ia mendapatkan kembali ingatannya. Lindu Aji menghela napas panjang dan dia teringat akan Neneng Salmah yang terang-terangan jatuh cinta kepadanya. Ah, betapa cinta asmara mempermainkan mereka semua! Dia mencinta Sulastri, akan tetapi Sulastri agaknya mencinta Jatmika. Di lain pihak Neneng Salmah mencintanya, namun ruang hatinya telah ditempati bayangan Sulastri!
Akhirnya dia dapat mengusir keruwetan pikiran itu dan teringat akan kebakaran yang terjadi di Cirebon. Dia harus cepat pergi mencari Jatmika dan Sulastri. Mungkin mereka itu membutuhkan bantuannya. Dengan cepat dia lalu meninggalkan tempat itu dan berlari menuju ke Kadipaten Cirebon.
Akan tetapi dia tidak menemukan Jatmika dan Sulastri.
Dua buah gudang itu ternyata terbakar habis dan kini tinggal
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
reruntuhan, puing yang masih mengepulkan asap. Suasana telah sunyi. Ketika dia bertanya-tanya, dia mendengar bahwa ketika tejadi pertempuran antara gerombolan yang sebagian bersenjata api dengan pasukan kecil dari kadipaten, muncul dua orang muda, seorang pemuda dan seorang gadis, mengamuk dan gerombolan itu banyak yang roboh tewas dan sebagian lagi melarikan diri. Aji dapat menduga bahwa sepasang orang muda yang diceritakan itu tentulah Jatmika dan Sulastri. Akan tetapi tidak ada seorangpun mengetahui ke mana sekarang perginya dua orang muda itu.
Panji Wulung 8 Rumah Judi Pancing Perak Pendekar 4 Alis Karya Khu Lung Jago Kelana 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama